pengelolaan estuari di pesisir pantai bengkulu
Embed Size (px)
DESCRIPTION
EstuariTRANSCRIPT

PENGELOLAAN ESTUARI SUNGAI BENGKULU
OLEH
PARPEN SIREGAR *)
*) Progam Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan LingkunganFakultas Pertanian Universitas Bengkulu
I. Pendahuluan
Sumberdaya pesisir dan laut yang dimiliki Indonesia sangat beragam baik jenis
maupun potensinya yang merupakan keunggulan komparatif yang dapat
dikembangkan menjadi keunggulan kompetitif untuk menggerakkan perekonomian
nasional. Ekosistem pesisir dan pesisir digolongkan kedalam empat ekosistem
utama yaitu mangrove, padang lamun, estuari, dan terumbu karang. Estuari berasal
dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari merupakan suatu perairan semi
tertutup yang berada dibagian hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut,
sehingga memungkinkan terjadinya percampuran antara air tawar dan air laut (PP
Nomor 60 Tahun 2007). Ekosistem estuari digambarkan sebagai ekosistem transisi
antara habitat air tawar dan air asin (Genisa, 1999). Oleh karena itu ekosistem ini
sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang
menyebabkan salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa
pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari.
Estuari memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Estuari
memiliki fungsi sebagai (1) sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat
sirkulasi pasang surut (tidal circulation), (2) penyedia habitat bagi sejumlah spesies
hewan yang bergantung pada estuari sebagai tempat berlindung dan tempat mencari
makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat
tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang, (3)
transportasi nutrien dan dan plankton, (4) pengenceran polutan dari aliran sungai,
(5) kontrol salinitas, (6) pengangkutan sedimen membentuk mudflats, (7) penahan
(barier) terhadap angin dan gelombang, (8) perairan estuari secara umum
dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, (9) tempat penangkapan dan
budidaya sumberdaya ikan, (10) jalur transportasi, pelabuhan, dan kawasan industri.
1

Estuari Sungai Bengkulu adalah salah satu estuari yang sangat penting bagi
Kota Bengkulu, karena letaknya strategis dekat dengan obyek wisata dan potensi
perekonomiannya. Mengingat banyaknya nilai ekonomis, sosial, dan ekologis
ekosistem estuari ini maka perlindungan ekosistem ini merupakan salah satu
persyaratan utama agar perkembangan ekonomi di wilayah ini dapat dijaga
kelanjutannya. Banyaknya jenis pemanfaatan wilayah di ekosistem estuari ini
menyebabkan sering terjadinya bertentangan kepentingan dan kerusakan ekosistem
yang berharga ini.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji upaya pengelolaan
estuari Sungai Bengkulu agar dapat menjaga ekosistem ini agar tidak rusak dan
memberikan nilai ekonomis dan sosial bagi masyarakat.
II. Keadaan Estuari Sungai Bengkulu
Estuari Sungai Bengkulu terletak di Kelurahan Pasar Bengkulu Kota
Bengkulu. Sungai Bengkulu mempunyai peranan yang sangat penting bagi
masyarakat Bengkulu, karena air dari Sungai Bengkulu dipakai untuk melayani 25%
kebutuhan air Kota Bengkulu yang meliputi Kecamatan Muara Bangkahulu,
Kecamatan Sungai Serut dan sebagian Kecamatan Teluk Segara. Kondisi estuari
Sungai Bengkulu saat ini mengalami degradasi kualitas yang sangat
memperihatinkan. Hal ini disebabkan oleh perubahan tata guna lahan di bagian hulu
Sungai Bengkulu, adanya aktivitas pertambangan batubara, limbah industri karet
dari PT. Bukit Angkasa Makmur dan PT. Batanghari dan aktivitas manusia lainnya.
Berikut ini beberapa keadaan yang menggambarkan keadaan estuari Sungai
Bengkulu.
1. Penambangan batubara di estuari Sungai Bengkulu. Batubara yang
ada di estuari Sungai Bengkulu dihasilkan dari hasil pencucian batubara oleh
beberapa perusahaan pertambangan diantaranya PT. Bukit Sunur Lestari, PT.
Danau Mas Hitam dan PT. Bara Makmur. Perusahaan tersebut telah beroperasi
sejak 20 tahun lalu. Perusahaan beroperasi di bagian hulu estuari Sungai
Bengkulu Kabupaten Bengkulu Tengah. Panjang pantai yang terancam tercemar
limbah batubara sekitar sepanjang 15 km mulai dari Pantai Pasir Putih hingga
Pantai Sungai Hitam dengan pusatnya di estuari Sungai Bengkulu Kelurahan
Pasar Bengkulu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu. Bahkan pencemaran
2

batubara hingga mencapai Desa Pondok Kelapa Kecamatan Pondok Kelapa
Kabupaten Bengkulu Tengah (Antara, 2009). Berdasarkan hasil wawancara di
lapangan jumlah penambang batubara di estuari Sungai Bengkulu sebanyak 150
orang dengan panjang lokasi penambangan 2 km dari muara Sungai Bengkulu.
Penambangan di estuari Sungai Bengkulu dimulai sejak empat bulan lalu. Setiap
hari sorang penambang menghasilkan sekitar 350 kg (315 ton per minggu).
Kualitas batubara hasil penambangan dikategorikan tiga kelas yaitu babon,
asalan, dan waring. Kualitas babon adalah batubara yang berukuran lebih besar
dari telur ayam. Harga jual batubara kelas babon adalah Rp. 35.000,- / kg, kelas
asalan Rp. 19.000,- / kg, dan kelas waring Rp. 17.000,- / kg. Penambang
membentuk kelompok penambang yang beranggotakan 20-30 orang. Tujuan
pemasaran ke Jakarta, Palembang, Lampung, Tangerang, dan Pelabuhan Pulau
Baai yang digunakan sebagai sumber energi pemanas untuk pabrik. Limbah
batubara yang masuk ke perairan sungai, estuari, dan laut memiliki potensi
ekonomi yang tinggi. Penghasilan rata-rata setiap hari penambang mencapai Rp.
750.000,-. Sedangkan perputaran uang yang terjadi sebagai hasil penambangan
batubara di estuari Sungai Bengkulu mencapai Rp.675.000.000,- per minggu.
Sementara itu dampak negatif akibat limbah batubara antara lain :
a. Macrozoobentos dan microzoobentos ditemukan dalam kondisi
tertutup endapan lumpur dan partikel batubara. Zoobentos merupakan
makhluk hidup terkecil di air sebagai salah satu dari rantai makanan sebagai
bahan makanan udang dan kerang (Rakyat Bengkulu, 2009).
b. Terganggunya ekosistem, sehingga ikan menjadi lari. Bahkan
terdapat ratusan ikan yang mati diduga akibat pencemaran batubara
(Kompas, 2010). Selain itu juga ditemukan ikan-ikan yang tubuhnya kudisan
atau terluka akibat bersentuhan dengan benda. Ini akibat imunitas tubuhnya
berkurang hingga daya tahan tubuh ikan melemah (Rakyat Bengkulu, 2009).
3

Gambar 1. Penambangan batubara oleh rakyat di kawasan estuari
Sungai Bengkulu
c. Rusaknya ekosistem terumbu karang, seperti banyaknya karang
yang terdampar di sekitar pesisir pantai. Hal ini disebabkan karena batubara
tersebut melepaskan radikal bebas yang mempengaruhi iklim mikro habitat
terumbu karang, sehingga mengakibatkan kerusakan terumbu karang
(Rakyat Bengkulu, 2009).
2. Abrasi dan hilangnya vegetasi. Abrasi yang paling tinggi terjadi
pada bagian pantai estuari Sungai Bengkulu. Abrasi itu mengakibatkan
banyaknya pohon-pohon cemara yang tumbang akibat abrasi. Selain karena
abrasi, kehilangan vegetasi di estuari Sungai Bengkulu disebabkan tingginya
perusakan vegetasi akibat ulah manusia.
3. Pelumpuran (sedimentasi). Sedimentasi yang terjadi di estuari
Sungai Bengkulu terlihat dengan banyaknya delta-delta pasir pada badan sungai
di sekitar Sungai Bengkulu. Tingginya sedimentasi akibat aktivitas pertanian,
perkebunan, dan pencucian pertambangan batubara di bagian hulu. Hal ini
diperparah dengan penambangan batubara di badan sungai yang mengakibatkan
pengikisan dasar sungai, sehingga membawa pasir dan lumpur ke bagian hilir.
4. Tingginya volume sampah. Sampah yang dihasilkan dari estuari
Sungai Bengkulu berasal dari hasil buangan hulu sungai. Sampah-sampah
berupa batang kayu dan limbah rumah tangga cukup menganggu estuari. Batang
kayu berasal dari aktivitas kegiatan pertanian dan perkebunan. Sedangkan
limbah rumah tangga berupa sampah-sampah plastik.
5. Kurangnya penataan wilayah. Penataan wilayah Sungai Bengkulu
saat ini belum dilakukan secara baik. Contohnya penataan wilayah di sekitar
4

Jembatan Pasar Bengkulu, terdapat berbagai aktifitas seperti penambangan
batubara, tempat pembuatan kapal, kawasan wisata, warung-warung di sekitar
pantai dan sungai. Estuari Sungai Bengkulu sebagai bagian dari kawasan
pariwisata di Kota Bengkulu harusnya dilakukan penataan agar dapat memiliki
nilai estetis yang lebih.
III. Pengelolaan Estuari Sungai Bengkulu
Estuari dapat berpotensi digunakan sebagai tempat pemukiman (human
settlements), tempat penangkapan ikan (fishing grounds), budidaya laut
(mariculture), jalur transportasi, tempat industri dan dermaga, wisata bahari,
produksi pertanian, produksi garam, dll. Oleh karena itu estuari harus dikelola
dengan berdasarkan prinsip keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian
hukum, kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan, desentralisasi,
akuntabilitas, dan keadilan (UU Nomor 27 Tahun 2007). Adapun tujuan dari
pengelolaan estuari adalah :
1. Melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi,
memanfaatkan, dan memperkaya estuari serta sistem ekologisnya secara
berkelanjutan.
2. Memperkuat peranserta masyarakat dan lembaga
pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan estuari agar
tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan.
3. Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat melalui peranserta masyarakat dalam pemanfaatan estuari.
Pengelolaan estuari meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan
dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan estuari serta
proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Perencanaan dibuat dengan pendekatan pengelolaan wilayah yang terpadu
(integrated coastal management) yang mengintegrasikan berbagai perencanaan
sehingga terjadi keharmonisan dan penjajaran (alignment) pemanfaatannya. Prinsip
pendekatan perencanaan secara terpadu adalah integrasi perencanaan pembangunan
lintas sektor, lintas wilayah, dan dalam berbagai tingkat pemerinahan, integrasi
5

ekosistem darat dan laut, integrasi antara sains dan manajemen, dan integrasi antara
kepentingan ekonomi dan pelestarian estuari.
Pemanfaatan estuari dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip (1)
keterpaduan dalam mengakomodasikan berbagai kepentingan sehingga menjadi
suatu sistem yang serasi dan saling menguntungkan, (2) terencana dengan
memperhatikan karakteristik estuari, keunikan, geomorfologi estuari, dan kondisi
ekosistem estuari, (3) mengutamakan norma-norma budaya dalam pemberdayaan
masyarakat, dan (4) pemanfaatan harus berkelanjutan.
Pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk mendorong agar pemanfaatan
estuari sesuai dengan rencana pemanfaatannya. Dengan adanya pengawasan akan
diketahui apakah terjadi penyimpangan pelaksanaan rencana strategis dan
bagaimana implikasi penyimpangan tersebut terhadap perubahan kualitas ekosistem
estuari.
Dalam rangka pengelolaan estuari Sungai Bengkulu dapat dilakukan dengan
beberapa kegiatan antara lain adalah :
1. Zonasi. Pengelolaan zonasi estuari bertujuan untuk memperbaiki ekosistem
estuari, khususnya ekosistem estuari yang sudah rusak. Pada prinsipnya
wilayah estuari dipetakan untuk kemudian direncanakan strategi pemulihan dan
prioritas pemulihan yang diharapkan. Pembagian zonasi tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan/pemanfaatan wilayah tersebut.
2. Rehabilitasi. Pemulihan kerusakan estuari dapat dilakukan dengan melakukan
rehabilitasi aktif diantaranya adalah (1) menghindarkan pembuangan limbah
yang bersifat toksik yang dihasilkan oleh industri dan rumah tangga, (2)
menghidari blokade sirkulasi air, (3) pengelolaan limbah padat yang terdapat
pada estuari dengan pembuangan secara terbuka (open disposall atau dumping),
penimbunan dengan tanah (sanitary landfill), kompos (composting), dan
pembakaran (incenerator).
3. Melakukan pengendalian limbah buangan yang dihasilkan dari pencucian
batubara.
4. Melakukan pemeliharaan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai
Bengkulu dari kerusakan. Oleh karena itu diperlukan pengaturan terhadap
aktivitas perambahan kawasan DAS dari aktivitas pertanian, perkebunan,
pertambangan, kehutanan, dll.
6

5. Melakukan upaya konservasi di sekitar estuari Sungai Bengkulu dengan
melakukan penanaman vegetasi yang sesuai untuk kawasan tersebut. Hal ini
bertujuan untuk memulihkan keanekaragaman hayati di sekitar estuari dan
mencegah abrasi.
6. Melakukan penataan penggunaan kawasan estuari Sungai Bengkulu, sehingga
aktivitas yang dilakukan pada tempat yang tepat dan sesuai dengan
peruntukannya. Peningkatan vegetasi akan menghasilkan bahan organik
(detritus) yang sangat penting artinya sebagai bahan makanan atau bahan dasar
makanan bagi ikan, udang, kerang, serta jenis hewan lainnya penghuni estuari.
7. Peningkatan kesadaran melalui pembinaan dan pendampingan terhadap
masyarakat sekitar akan pentingnya estuari bagi lingkungan, sehingga
masyarakat akan dapat menjaga dan memanfaatkan estuari secara lestari. Selain
itu pemerintah daerah juga menyiapkan berbagai kegiatan yang dapat
mendorong peranserta masyarakat dalam pengelolaan estuari.
8. Pembuatan aturan hukum dan penegakan hukum (law enforcement).
Pemerintah daerah diharapkan membuat aturan hukum dalam pengelolaan
estuari Sungai Bengkulu, khususnya dalam pengaturan pembuangan limbah
batubara oleh perusahaan pertambangan. Estuari sebagai open access property
resources sangat diperlukan pengaturan dalam pengelolaannya, seperti
pengaturan penambangan batubara oleh masyarakat.
IV. Penutup
Estuari Sungai Bengkulu memegang peranan penting baik secara ekologis,
ekonomis, dan sosial bagi masyarakat Bengkulu. Saat ini estuari Sungai Bengkulu
mengalami degradasi kualitas yang cukup signifikan akibat aktivitas manusia, seperti
aktivitas pertambangan batubara, limbah industri, limbah rumah tangga, aktivitas
perusakan daerah aliran sungai di bagian hulu, dll. Oleh karena itu diperlukan
pengelolaan mulai dari perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendaliannya
yang melibatkan seluruh stake holder secara terintegrasi. Dengan demikian estuari dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Bengkulu.
Pustaka
7

Antara. 15 KM Pantai Bengkulu Terancam Tercemar Limbah Tambang. Edisi 13 Desember 2009.
Genisa, A.S. 1999. Komposisi Jenis dan Sebaran Ikan Berdasarkan Salinitas di Muara Sungai Banyuasin Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Kelautan Regional Sumatera. Padang 6-7 Agustus 1999.
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Draft Strategi Nasional Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Laut. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu.
Kompas. Sungai Bengkulu Mulai Tercemar. Edisi 11 Januari 2010.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi
Sumberdaya Ikan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779. Rakyat Bengkulu. Walhi, Ulayat, dan Lembak Ancam Demo : Jika Pencemaran
Batubara tidak Diproses. Edisi 29 Juni 2009.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir.Wawancana Penulis dengan Penambang Batubara di Kelurahan Pasar Bengkulu
Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu pada tanggal 22 Maret 2010.
8