pengelolaan aset irigasi untuk peningkatan …eprints.undip.ac.id/50988/3/pai.pdf · sangat...

9
STUDI KASUS PENGELOLAAN ASET IRIGASI UNTUK PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN. Suseno Darsono 1 . Agus Suprapto Kusmulyono 2 PENDAHULUAN Peningkatan efisiensi irigasi merupakan salah satu permasalahan utama di dalam meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Pengoperasian dan pemeliharaan suatu daerah irigasi merupakan suatu keharusan agar kinerjanya meningkat. Jadi pemanfaatan sumber daya air dapat maksimal (Phengphaengsy dan Okudaira, 2008). Undang-undang (UU) No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi merupakan dasar dalam melaksanakan operasi dan pemeliharaan (O&P) irigasi. Ketersediaan air irigasi secara dinamis baik spasial maupun temporal dari suatu sistem irigasi sangat dipengaruhi sistem sosio-kultural masyarakat (Pusposutardjo dan Arif,1999). Oleh karena itu keberhasilan pengelolaan sistem irigasi akan 1. Universitas Diponegoro 2. Kementrian Pekerjaan Umum INTISARI Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam ketahanan nasional, oleh karena itu perlu dukungan semua pihak. Beras adalah makanan pokok masysarakat Indonesia, maka peningkatan produksi beras merupakan suatu hal yang mutlak dalam mewujudkan ketahanan pangan. Peningkatan produksi beras memerlukan dukungan infrastruktur irigasi yang handal, oleh karena itu pengelolaan jaringan irigasi perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan melakukan pengelolaan asset irigasi secara optimal. Peraturan dan perundangan mengamanatkan metoda pelaksanaan manajemen asset irigasi, oleh karenanya perlu piranti `agar pengelolaan asset irigasi dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pemerintah telah menyiapkan piranti untuk pengelolaan asset irigasi berupa pedoman (draft), dilengkapi dengan perangkat lunak untuk mendukung pelaksanaannya (Sistem Aplikasi Pengelolaan Aset Irigasi-SIPAI), yang ditujukan untuk melakukan inventarisasi asset sebagai langkah awal dalam perencanaan pengelolaan asset. Pada paper ini akan disampaikan pengalaman dalam penerapan perangkat lunak tersebut, karena penulis mendapat kesempatan untuk menerapkan perangkat lunak tersebut pada ` tahap pengembangan. Kata Kunci : ketahanan pangan, irigasi, pengelolaan asset , perangkat lunak.

Upload: hoangminh

Post on 05-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

STUDI KASUS

PENGELOLAAN ASET IRIGASI UNTUK PENINGKATAN

KETAHANAN PANGAN.

Suseno Darsono 1. Agus Suprapto Kusmulyono2

PENDAHULUAN Peningkatan efisiensi irigasi merupakan salah satu permasalahan utama di dalam meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Pengoperasian dan pemeliharaan suatu daerah irigasi merupakan suatu keharusan agar kinerjanya meningkat. Jadi pemanfaatan sumber daya air dapat maksimal (Phengphaengsy dan Okudaira, 2008). Undang-undang (UU) No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi merupakan dasar dalam melaksanakan operasi dan pemeliharaan (O&P) irigasi. Ketersediaan air irigasi secara dinamis baik spasial maupun temporal dari suatu sistem irigasi sangat dipengaruhi sistem sosio-kultural masyarakat (Pusposutardjo dan Arif,1999). Oleh karena itu keberhasilan pengelolaan sistem irigasi akan

1. Universitas Diponegoro 2. Kementrian Pekerjaan Umum

INTISARI

Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam ketahanan nasional, oleh karena itu perlu dukungan semua pihak. Beras adalah makanan pokok masysarakat Indonesia, maka peningkatan produksi beras merupakan suatu hal yang mutlak dalam mewujudkan ketahanan pangan. Peningkatan produksi beras memerlukan dukungan infrastruktur irigasi yang handal, oleh karena itu pengelolaan jaringan irigasi perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan melakukan pengelolaan asset irigasi secara optimal. Peraturan dan perundangan mengamanatkan metoda pelaksanaan manajemen asset irigasi, oleh karenanya perlu piranti `agar pengelolaan asset irigasi dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pemerintah telah menyiapkan piranti untuk pengelolaan asset irigasi berupa pedoman (draft), dilengkapi dengan perangkat lunak untuk mendukung pelaksanaannya (Sistem Aplikasi Pengelolaan Aset Irigasi-SIPAI), yang ditujukan untuk melakukan inventarisasi asset sebagai langkah awal dalam perencanaan pengelolaan asset. Pada paper ini akan disampaikan pengalaman dalam penerapan perangkat lunak tersebut, karena penulis mendapat kesempatan untuk menerapkan perangkat lunak tersebut pada ` tahap pengembangan. Kata Kunci : ketahanan pangan, irigasi, pengelolaan asset , perangkat lunak.

sangat tergantung pada azas legal dan tujuan manajemen. Modal (aset) dasar yang kuat dan sistem manajemen yang handal termasuk adanya alat bantu pengambilan keputusan sangat diperlukan untuk dapat mewujudkan tujuan manajemen yang optimal (Arif, 2006). Pengertian aset adalah aktiva berwujud yang memiliki umur yang lebih panjang dari satu tahun. Seperti pada sistim irigasi, aset utama infrastruktur irigasi berupa jaringan saluran pembawa termasuk bendung atau waduk, talang, bangunan bagi atau sadap yang terdiri dari komponen sipil dan mekanikal, jaringan pembuang dan aset pendukung terdiri dari Kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM), Bangunan Gedung, Peralatan O&P dan Lahan. Pengelolaan aset irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk perencanaan pemeliharaan, pendanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan. Maksud dari penyusunan sistim informasi pengelolaan aset irigasi sebagai alat bantu agar para pengelola irigasi mampu melaksanakan pengelolaan aset irigasi secara efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam keterbatasan dana O&P. Perangkat lunak Sistim Informasi Pengelolaan Aset Irigasi (SIPAI) merupakan suatu alat bantu pengambilan keputusan yang berisi data dasar sistim irigasi dan model optimasi untuk mengelola suatu daerah irigasi. Kegunaan dari perangkat lunak Sistim Informasi Pengelolaan Aset Irigasi (SIPAI) adalah alat bantu dalam menentukan prioritas pemeliharaan bangunan dan saluran dalam keterbatasan dana, tetapi diharapkan dapat menghasilkan kinerja sistim yang optimal. Maksud dari tulisan ini adalah menjelaskan penerapan` dan manfaat Sistem Informasi Pengelolaan Aset Irigasi (SIPAI) yang dikembangkan dengan tujuan untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan aset irigasi pada DI Jejeruk di Wilayah Sungai Bengawan Solo. Sesuai dengan PP No.20 tahun 2006 pasal 65 ditetapkan bahwa SIPAI mencakup jenis-jenis kegiatan :

Inventarisasi, Perencanaan pengelolaan, Pelaksanaan pengelolaan, Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi, dan Pemutakhiran hasil inventarisasi aset irigasi.

Sedang tujuan dari penyusunan Sistem Informasi Pengelolaan Aset Irigasi (SIPAI) adalah;

Menyediakan data dasar dalam rangka mendukung Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) yang meliputi antara lain data jumlah, jenis, dimensi, kondisi, fungsi, areal pelayanan, ketersediaan dan kebutuhan air.

Menyediakan data dalam rangka mendukung Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) bidang irigasi.

Menyediakan data dasar perkiraan kebutuhan / rencana biaya pemeliharaan, rehabilitasi dan atau peningkatan jaringan irigasi, per lokasi atau ruas.

Menyusun alat bantu pengambilan keputusan guna mengelola daerah irigasi dengan keterbatasan dana pemeliharaan.

Gambar -1, Lokasi Daerah Irigasi Jejeruk

METODOLOGI PENYUSUNAN PAI Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo merupakan unit pelaksana teknis menyelenggarakan pengelolaan aset irigasi pada daerah irigasi Jejeruk yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah.

Gambar -2, Metodologi penyusunan PAI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIRJEN SUMBER DAYA AIRBBWS BENGAWAN SOLO

N

EW

S

PETA LOKASI STUDY

##

####

#

#####

###

########

TUBAN

NGAWI

BOJONEGORO

LAMONGAN

MADIUN

NGANJUKJOMBANG

MAGETAN

KOTA KEDIRI

KOTA MADIUN

KOTAMOJOKERTO

JAWA TENGAH

540000

540000

54750 0

54750 0

555000

555000

562500

562500

570000

570000

577500

577500

585000

585000

592 500

592 500

600000

600000

607500

607500

61500 0

61500 0

622 500

622 500

630000

630000

637500

637500

64500 0

64500 0

652 500

652 500

660000

660000

9135000 9135000

9142500 9142500

9150000 9150000

9157500 9157500

9165000 9165000

9172500 9172500

9180000 9180000

9187500 9187500

9195000 9195000

9202500 9202500

9210000 9210000

9217500 9217500

9225000 9225000

9232500 9232500

0 4 8 12 Kilometers

Bendung#

Saluran I rigasi

Daerah Layanan Irigasi

Sunga i

Waduk

Keterangan :

Daerah Irigasi Jejeruk

luas areal irigasi 5657 Ha.

INSTANSI TERKAIT • Dinn PSCA • B<olaiPSDA • Cfnas PU/Pengalran • 8apeda Praplnsl

._ • 8apeda l<ab./Kata

• CATA SEl<UNOER

• Data ldentltas Caerah lrlc,>sl

• IDato Ket..rsedlaan Air • Daito Skem" 1rig .. si d"n

Skema B>ongun"n • Data Lahan • Data Desaln S..luran

dan8angunan • •

PERSIM'AN ' I SURYEY CAN PELATIHAN

DATA PRIMER ASET IRIGASI

SURVEY INYENTARISASI ASET IRlGASI

1......._ PELATIHAN ...,...

I

PERANGKAT

'-iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiil, �lliiiiiiiiiiL� U� NAKiiiiiiiiiiii_,I • PENVIAPAN SISTIMPAI

KELUARAN SIPAI DAERAH IRIGASI JEJERUK Output atau keluaran entry data yang dihasilkan oleh SIPAI versi 1,0 merupakan suatu data dasar yang tersaji secara rapi dan lengkap serta mudah dimengerti karena tersaji secara urut dalam folder berdasarkan jenis bangunan dan saluran. Pengelolaan aset irigasi Jejeruk wilayah Sungai Bengawan Solo ini di Kabupaten Megetan dan Madiun dengan luas areal irigasi 5657 Ha. Data sekunder didapat dari instasi-instansi terkait, sedang data primer didapat dengan survey pengukuran di lapangan. Data yang didapat ini nantinya digunakan sebagai input untuk program SIPAI, sehingga didapat data dasar yang lengkap guna pengelolaan aset irigasi. Daerah Irigasi Jejeruk dibangun Sejak jaman kolonial Belanda pada tahun 1901 dan direhab pada tahun 1977/1978. Wilayah Jejeruk mendapatkan air dari Sungai Gandong, berada di Kabupaten Magetan, Propinsi Jawa Timur, dengan luas areal persawahan sebesar 5657 Ha. Bangunan utama berupa bendung permanen, yang diberi nama Dam Jejeruk dengan lebar 35.00 meter dan terdapat pada aliran Sungai Gandong. Bangunan pelengkap yang ada pada Jaringan Irigasi D.I Jejeruk terdiri dari Bangunan Ukur, Bangunan Bagi, Sadap, Gorong-gorong, Tempat Mandi Hewan, Penguras, Pelimpah. Jumlah seluruh bangunan pelengkap pada Jaringan Irigasi tersebut dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1 yang merupakan hasil inventarisasi di lapangan. Mengenai hasil Pengelolaan Data Aset Irigasi di Daerah Irigasi Jejeruk dengan perangkat lunak SIPAI, dapat dilihat pada tabel 2. berikut ini :

Gambar 3. Skema jaringan irigasi jejeruk

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIRSATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI BENGAWAN SOLO

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN PERENCANAAN DAN PROGRAM

Jl. Solo - Kartasura Km 7 PO BOX 267 / SLO Telp/Fax (0271) 716428 Surakarta

PROPINSI:

JAWA TIMUR

PEKERJAAN:

P A I WS Bengawan Solo

KABUPATEN:

MAGETAN

GAMBAR:

SKEMA JARINGAN IRIGASI(J.I.JEJERUK)

PT. TATAREKA PARADYADm. Mlati Dukuh MT II/79, RT/RW 12/05, Sendangdadi, Mlati, Sleman

Yogyakarta - 55285 Telp. (0274) 4362074

DISETUJUIDIREKSI

DIRENCANAKAN

DIPERIKSA

NO REGISTER

NO / JML LEMBAR

NO. KONTRAKTANGGAL

Mpl ka

118 61,95

Mpl ki

90 47,25

Sb.8 ka

22,5 11,81

Sa.1 ka

90 47,25

Sb.5 ki

12,8 67,20

Sb.7 ki

20,5 10,76

Sb.4 ki

19 9,98

Sa.1 ka

90 47,25

Sb.2 ki

17 8,93

Sb.1 ka

4 2,10

Sb.1 ka

162 85,05

Sb.2 ki

64 44,10

Kl.3 ki

43 22,56

Ss.2 ki

104 54,60

Ss.3 ki

155 81,36

Ss.3 ka

86 ha 45,15

Su.2 ka

62 32,55

Ss.3 ka

91 100,28

Su.1 ki

114 59,85

Su.4 ki

124 65,10

Su.5 ka

168 88,20

Su.6 ka

163 86,58

Su.6 ki

71 37,28Tb.2 ka

120 63,00

Tb.3 ka

36 19,95

Tb.2 ki

66 34,65

Tb.4 ki

114 59,85

Wk.l ki78 40,95

Wk.2 ki

66 34,65Wk.3 ki

134 70,36

Ts 1.ki

97 50,93

Ts.1 ta

92 48,30

Ts 1 ka

114 59,85

Wk.5 M

104 54,60

Wk.l ka45 23,63

Wk.2 ka85 44,63

Bb.1 ki5 2,63

Wk.3 ka

163 85,56

Wk.4 ka

83 43,56

BI.2 ki

80 42

Bb.2 ki

147 77,18

Bb.2 ka

72 37,60P.I 1ki

115 ha 60,38

PI. 1 ka

125 65,63

Ds. 2 ka

61 42,53

Ds. 1 ki

266 139,65Ds 1 ka

223 117,08

Tb. 5 ki

142 74,55

Tb.5 ka

124 65,10

Du.3 ki

187 96,18

Du. 3 ka

231 121,27

Wk.8 ki

141 74,05

Wk.8 ki

63 33,08

Wk.7 ki

57 29.93

Wk.6 ki

112 58,80

SA

L.SE

KU

ND

ER

TA

MB

AH

AN

SA

L.S

EK

UN

DE

R S

RA

MB

AH

SA

L.SE

K M

OJO

PU

RN

O

SAL.SEKUNDER SRAMBAH

SAL.SEKUNDER SRAMBAH UTARA

SAL.SEKUNDER SRAMBAH SELATAN

SAL.SEKUNDER DUKUH SELATA N

SAL.SEKUNDER DUKUH

SAL.SEKUNDER BIBIS

SAL.SEKUNDER BANGLE

SAL.SEKUNDER DUKUH UTARA

SAL.SEKUNDER WENGKAL

SA

L.S

EK

. T

SE

PR

EH

SEKEMA JARINGAN IRIGASILUAS.5657 ha

R.Jo.IA=5657 haL=460 m

R.Kt.1A=3859 haL=1182 m

R.Kt.2A=3093 haL=868 m

R.Kt.3A=3009 haL=395 m

R.Kt.4A=2966 haL=2625 ha

SAL.SEK.K

ALI TENGAH

R.tB.1A=766 haL=1210 m

R.Tb L=235 m

DAM JEJERUK

R.Sb.3A=177 haL=245 m

R.Sb.4A=1740 haL=633 m

R.Sb.2A=1794 haL=245m

R.Sb.5A=1721 haL=306 m

R.Sb.6A=1593 haL=2200 m

R.Pn.1A=206 haL=1123 m

R.Sb.7A=1366 haL=1550 m R.Sb.8

A=1364,5 haL=626 m

R.Ss.1A=449 haL= 495 m

R.Su.3A=241 haL=750 m

R.Ss.2A=345 haL=1460 m

R.Su.2A=779 haL=1057 m

R.Su.3A=717 haL=961 m

R.Su.5A=402haL=1283 m

R.Sb.7A=1365 haL=1350 m

R.Su.4A=526haL=741 m R.Su.6

A=234haL=2473 m

R.Su.1A=893haL=6508 m

R.Ds.1A=489haL=3959 m

R.Ds.1A=489haL=3959 m

R.Tb.4A=380haL=727 m

R.Tb.3A=418haL=946 m

R.Tb.2A=804haL=1191 m

R.Dk.1A=1228haL=4165 m

R.PI.1A=240haL=195 m

R.Du.1A=739haL=263 m

R.Bb.1A=244haL=207 m

R.BI.1A=304haL=2186 m

R.BI.2A=80haL=4788 m

R.Bb.2A=219haL=516m

R.Du.2A=499haL=3683 m

R.Du.3A=416haL=2701 m

R.Wk.8A=204haL=692 m

B.Wk.6A=373haL=1786 m

R.Wk.7A=261haL=272 m

R.Wk.5A=477haL=2246 m

R.Wk.4A=863haL=3101 m

R.Wk.3A=1160haL=1777 m

R.Wk.2A=1311haL=965 m

R.Wk.1A=1434haL=250m

R.Ts.1A=303haL=827m

B.Tk.1

B.Wk.5

B.Tk.1

B.wk.7

B.Wk.8

B.Du.2B.Du.2B.PI.1

B.Wk.4B.Wk.3B.Wk.2B.Wk.1B.Kt.4

B.Kt.3

B.BI.1

B.Bb.1 B.Bb.2

B.Kt.2

B.Tb.1

B.Kt.1

B.BI.2

B.Du.1

B.Tb.5B.Tb.4BTb.3B.Tb.2

B.Ss.1 B.Ss.2 B.Ss.3

B.Sb.8

B.Sb.7

B.Sb.7

B.Mp.1

B.Sb.5

B.Sb.4

B.Sb.3

B.Sb.2

B.Sb1

B.JoI

B.Sb.9B.Su.1 B.Su.4

B.Su.5

B.Su.6

B.Su.3

B.Su.2

INJ E

KS

I K

E P

G

R.Sb.1A=1798 haL=350m

KE NGAW

I

KE MAGETAN

KE

MA

DIU

N

Gambar 4. Skema Jaringan Irigasi Sesuai Geometri

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL

Perlu kami garis bawahi bahwa pada saat melaksanakan kegiatan inventarisasi jaringan irigasi dengan menggunakan perangkat lunak SIPAI yang masih dalam tahap awal pengembangan, dan dalam perjalannya sampai saat ini sudah cukup banyak perkembangan yang diakomodasi dari masukan yang didapat selama dilakukan uji coba oleh beberapa pihak termasuk yang dilakukan oleh penulis..

Secara umum SIPAI dapat dikatakan cukup mudah untuk dipergunakan, tentunya diawali dengan pelatihan yang memerlukan waktu relatif singkat (kira-kira 1 hari pelatihan) untuk dapat memahami penggunaan SIPAI.

SIPAI secara praktis telah dapat memenuhi kebutuhan dalam rangka inventarisasi, karena data dasar yang diinginkan dapat terfasilitasi penyimpanannya. Disamping itu, skema jaringan irigasi hasil tracking yang dilakukan pada saat walktrhough di lapangan dapat sekaligus digambarkan, dan disimpan sebagai bagian dari data dasar.

Pada saat ujicoba di DI Jejeruk, beberapa kekurangan masih dijumpai pada SIPAI adalah sebagai berikut: a. hanya dapat dioperasikan oleh satu operator, dan tidak bisa menggabungkan

beberapa file yang dikerjakan secara terpisah.

b. SIPAI tidak mempunyai fiture untuk undo/redo serta pemakaian scroll pada dengan menggunakan mouse.

c. SIPAI belum bisa menghitung kinerja jaringan dengan kondisi dan fungsi masing-masing bangunan yang dicatat selama inventarisasi.

Dengan pengalaman tersebut diatas, penulis menyampaikan saran perbaikan perangkat lunak sebagai berikut: Perangkat lunak SIPAI versi 1.0 masih perlu untuk dikembangkan menuju

kesempurnaan sebuah perangkat lunak alat bantu pengambil keputusan, perlu dilengkapi dengan perintah undo/redo serta pemanfaatan scroll mouse untuk mempermudah dan mempercepat pengisian data.

Perangkat lunak SPAI perlu diberi kemampuan untuk menggabung data dari berbagai file. Hal ini dimaksud untuk mempercepat penyiapan data.

Pada keluaran/ output program ini tidak hanya ditampilkan Sistim Inventarisasi Aset Irigasi tetapi disarankan ditambah tampilan Kinerja Jaringan Irigasi dengan demikian diharapkan ada keseragaman cara penilaian untuk seluruh Daerah Irigasi yang ada di Indonesia.

KESIMPULAN :

SIPAI sebagai alat pendukung Pengelolaan Aset Irigasi sangat bermanfaat

dalam membantu inventarisasi sistem irigasi yang merupakan hal dasar untuk mendasari Pengelolaan Aset Irigasi.

Penggunaan SIPAI cukup sederhana dan mudah dilakukan meskipun memerlukan ketekunan dan ketelitian yang memadai agar mendapatkan hasil seperti yang diharapkan .

Perbaikan yang telah dilaksanakan selama pengembangan perangkat lunak SIPAI, kinerja Sistem Irigasi telah dapat disajikan, selain itu juga disediakan menu analisis untuk menyusun prioritas kegiatan yang perlu dilakukan, yang tentunya sangat membantu dalam perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi.

SIPAI merupakan perangkat pendukung yang cukup memadai untuk melaksanakan pengelolaan aset irigasi dengan lebih baik, karena dapat didukung data yang cukup lengkap.

Penyempurnaan perangkat tetap diperlukan agar SIPAI menjadi semakin mudah untuk dipergunakan oleh pengelola irigasi.

Tabel 1. Summary Aset Bangunan Irigasi DI Jejeruk

Kode : 35200002

Nama : JEJERUK-2

No Jenis Aset Jumlah

Aset

Bangunan Sipil Bangunan Mechanical and Engineering Biaya Pekerjaan Yang Diperlukan (Rp.)

Kondisi Fungsi Kondisi Fungsi

Baik Rusak Ringan

Rusak Sedang

Rusak Berat

Baik Kurang Buruk Tdk Ber-

fungsi Baik

Rusak Ringan

Rusak Sedang

Rusak Berat

Baik Kurang Buruk Tdk Ber-

fungsi

Bangunan Sipil

Bangunan ME

Total

1 Bendung 1 1 1 1 7,500,000 7,500,000

2 Bagi-Sadap 2 2 2 1 1 2 10,000,000 10,000,000

3 Bagi 6 6 6 6 4 7,500,000 7,500,000

4 Sadap 39 32 6 1 34 5 31 6 2 3 13 1 5

5 Sadap

Langsung 1 1 1 1 1 10,000,000 10,000,000

6 Bangunan

Ukur 3 2 1 3 2 1 1 1 20,000,000 20,000,000

7 Terjunan Pembawa

98 71 24 3 87 7 66,799,137 66,799,137

8 Talang 11 10 1 10 1 20,000,000 20,000,000

9 Gorong-Gorong

2 2 2

10 Pelimpah Samping

8 5 2 1 7 600,000 600,000

11 Pintu

Pembuang 2 2 2 2 1

12 Jembatan

Orang 18 18 18

13 Jembatan

Desa 42 38 2 1 1 40 1 50,000,000 50,000,000

14 Tempat

Mandi Hewan 1 1 1 25,000,000 25,000,000

TOTAL 234 190 34 1 9 213 15 43 7 4 5 19 3 5 182,399,137 35,000,000 217,399,137

Tabel 2. Summary Aset Saluran Irigasi DI Jejeruk

SUMMARY ASET SALURAN/ALUR IRIGASI

Kode : 35200002

Nama : JEJERUK-2

No Jenis Aset

Panjang Saluran Biaya Pekerjaan Yang Diperlukan

(Rp.) Total

Panjang

Kondisi Fungsi

Baik Rusak Ringan

Rusak Sedang

Rusak Berat

Baik Kurang Buruk Tdk Ber-

fungsi

1 Saluran Primer Pembawa 31 31 31

2 Saluran Sekunder Pembawa 71,830 37,327 24,799 9,704 2,748 47,844 16,388 3,012 3,559,872,457

3 Saluran Primer Drainase 28,782 28,782

TOTAL SALURAN 100,643 66,139 24,799 9,704 2,778 47,844 16,388 3,012 3,559,872,457

TOTAL 3,559,872,457

UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih penulis ucapkan pada Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo atas kepercayaan untuk melaksanakan studi kasus penyusunan perangkat lunak SIPAI Daerah Irigasi Jejeruk.

PUSTAKA

Arif. S.S. 2006. Operasi dan Pemeliharaan masa depan: sebuah gagasan untuk

mengantisipasi perubahan kebijakan dan lingkungan. Jurnal Agritech. Vol. 26 (3)2006. p136-144.

Direktorat Bina Program, Ditjen SDA, PU, 2004, Konsep Pengembangan PDSDA-PAI, Unpublish.

Phengphaengsy, F. dan Okudaira, H., 2008, Assessment of irrigation efficiencies and ater productivity in paddy fields in the lower Mekong River Basin, Paddy Water Environ pringer-VerlagVol. 6:105–114/

Pusposutardjo. S. dan S.S .Arif (1999).Asas donat (the doughnut principle) dalam implementasi kebijakan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi kecil 1987 : kasus proyek Penyerahan Irigasi Kecil (PIK). Dalam. Rochdiyanto dan Arif.(ed).Kajian evaluatif Program Penyerahan Irigasi Kecil. Fakultas Teknologi Pertanian, UGM dan International Management Institute, Srilanka.