pengaturan level sistem scpc-fm untuk memperoleh performansi yang baik dalam sistem komunikasi...
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENGATURAN LEVEL SISTEM SCPC-FM UNTUK MEMPEROLEHPERFORMANSI YANG BAIK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT
Ir.Gideon Jonathan, Corry Y Marpaung
Jurusan Teknik ElektroSekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi Bandung
Jln.Radio Palasari Dayeuhkolot Bandung 40257 No Telp.022-7510506
ABSTRAKSI
Kelancaran hubungan komunikasimerupakan hal yang sangat penting dalammenentukan bagus tidaknya suatu sistemkomunikasi yang dioperasikan. Tentunya untukmenghasilkan kelancaran hubungan komunikasiharus didukung performansi sistem komunikasiyang baik dalam hal ini yang dibicarakanadalah sistem komunikasi satelit. Performansiini dilihat dari perangkat sistem yang beroperasidan parameter-parameter yang mempengaruhisistem tersebut.
SCPC (Single Channel Per Carrier)-FM sebagai salah satu sistem komunikasi satelityang merupakan salah satu komponen darikonfigurasi satsiun bumi. SCPC-FM berfungsiuntuk melaksanakan proses pengolahan kanalsuara dimana setiap kanal mempunyai carriertersendiri. Sistem SCPC dimiliki baik olehstasiun bumi besar, stasiun bumi sedang danstasiun bumi kecil.Dalam pengoperasian SCPC-FM khususnyapada stasiun bumi kecil, pengaturan leveldilakukan hanya melalui perkiraan (feeling)saja. Hal ini menyebabkan terjadinya variasilevel yang menimbulkan phenomenaIntermodulasi. Phenomena ini tentu sajamengganggu kelancaran komunikasi. Padahallevel operasi sangat berpengaruh dalammendukung kualitas (performansi) hubungankomunikasi. Seringkali ketidaktahuan danketidakdisplinan petugas stasiun bumi dalammengoperasikan perangkat justru sebagai salahsatu sumber terjadinya masalah ini.
Karena itulah untuk mencegahterjadinya Intermodulasi pada hubungankomunikasi, diperlukan pengaturan level stasiunbumi. Hal ini dimaksudkan agar didapat jumlahkanal optimal dalam transponder satelit yangdapat beroperasi.
I. PENDAHULUANPada tahun 1976 sistem SCPC-FM mulai
dipakai pada sistem komunikasi satelit DomestikPalapa. Tentunya dengan kebutuhan komunikasiyang semakin meningkat diharapkan munculnyasistem SCPC-FM dalam sistem komunikasisatelit bisa melengkapi kebutuhan komunikasidengan keunggulan sistem tersebut. Stasiun bumiyang beroperasi pada sistem SCPC baik secaraPA(permanent assignment) maupun DA(demandassignment). Pemakaian SCPC tersebardiseluruh stasiun bumi di Indonesia baik Stasiunbumi besar, sedang dan kecil.
Stasiun bumi besar biasanya dilengkapidengan alat ukur sedangkan stasiun bumi keciltidak memiliki alat ukur. Hal inilah yang justrumenimbulkan masalah dalam hubungankomunikasi satelit. Karena ketiadaan alat ukurmaka dalam operasinya pengaturan level stasiunbumi kecil dilakukan dengan perkiraan (feeling)saja. Hal ini mengakibatkan level yangdigunakan sangat bervariasi.
Dalam proyek akhir ini akan dibahasmasalah-masalah terjadinya variasi level tersebutdan bagaimana langkah-langkah pengaturanlevel dan penyelesaian masalah.
II. LANDASAN TEORIPerformansi link komunikasi satelit
ditentukan oleh besarnya C/N di penerima.C/N ini akan menentukan besarnya Eb/Noatau BER untuk transmisi digital, atau S/Nuntuk transmisi Analog. Parameter yangmempengaruhi performansi link satelit adalah: EIRP pemancar, path loss sepanjanglintasan, redaman – redaman yang terjadisepanjang lintasan dan noise dari berbagaisumber.
Secara garis besar sistem komunikasi satelittersusun atas 2 bagian besar yaitu ruangangkasa (space segment) dan ruas bumi(ground segment). Ruang angkasa yaitusatelit yang terletak di orbit sedangkan ruas
bumi adalah seluruh perangkat yang berada distasiun bumi.
Komponen-komponen yang terdapat padasistem komunikasi satelit antara lain: Satelityang merupakan perangkat di ruang angkasaberfungsi sebagai repeater dan transponder yangmerupakan jalur pengiriman dan penerimaansinyal di satelit. Sedangkan stasiun bumi sebagaiperangkat bumi terdiri dari Antena, HPA,LNA,Mixer, dan Local Oscillator. Untuk perhitungan kualitas sinyaldiperlukan parameter sebagai berikut:
1.Gain Antena (GT)Penguatan atau gain adalah perbandingandaya pancar suatu antena terhadap antenareferensi. Atau secara matematis dapatdituliskan:
2
2
22
G
=
=
cfdd πη
λπη ;
atau secara logaritmis dapat dituliskan:G = 20, 45 + 20 log f + 20 log Dm + 10 log η
dimana : G = gain antena (dB)
f = frekuensi kerja (GHz) Dm = diameter antena (m) λ = panjang gelombang radiasi (m) η = efisiensi antena ; biasanya < 60% c = kecepatan cahaya = 3* 10 8 m/det2
2. Effective Isotropic Radioted Power (EIRP) EIRP merupakan suatu level pancar yang ditentukan agar sinyal dapat diterima dengan baik oleh satelit. Dapat dituliskan sbb: EIRP = PT GT atau secara logaritmis dirumuskan:EIRP (dBw) = 10 log PT (dBw)+10 log GT (dB)
dimana: PT = daya pancar antena (dBw) GT = gain antena pemancar (dB)
3. Saturated Flux Density (SFD)Jika pemancar mempunyai daya keluaran sebesarPT dengan antena pemancar tanpa rugi-rugi danpenguatan sebesar GT inilah yang disebut sebagaisaturated flux density(SFD) yang dirumuskansbb:
=
xPADrEIRP SB
24πφ ;
atau secara logaritmis dapat dituliskan: ( ) 1,1622/ −= SBEIRPmdBwφ
dimana : r = jarak bumi ke satelit = 36. 000 km PAD= penyesuai level daya yang ditransmisikan
4. Free Space Loss (FSL)FSL yaitu hilangnya energi yangdipancarkan oleh pemancar yangmengalami penyebaran (spreading)gelombang ketika merambat keluar darisumber pada ruang bebas.Dapat dirumuskan sbb:
cfrFSL π4
= atau secara logaritmis;
FSL(dB) = 92,45 + 20 log f + 20 log rdimana : f = frekuensi up/down (GHz)
5. Figure of Merit (G/T)Merupakan suatu angka prestasi yangdinyatakan sebagai perbandingan gainantena dengan temperatur derau penerima.Besarnya dapat dituliskan:
TGTG =/ atau secara logaritmis:
G/T (dB/0K) = 10 log G – 10 log T dimana : G = gain antena (dB)
T = temperatur sistem penerima (Kelvin)
6. Input Back Off (IBO) dan Output Back Off (OBO)
IBO yaitu besarnya pengurangan dayamasukan penguat daya pada transponderagar titik kerja bergeser dari daerahsaturasi ke daerah penguatan linear.Sedangkan OBO yaitu penguatan dayakeluaran penguat daya yang disebabkankarena pengurangan daya masukansebesar IBO.
7. Sinyal to Noise (S/N)Merupakan perbandingan antara sinyaldengan bunyi derau yang ditunjukkandalam satuan decibel (dB). S/N darisistem SCPC analog dapat dituliskan:
WPf
fBchBifreq
NCdB
NS ++∆++=
maxlog20log20)(
dimana:C/N req = perbandingan antara daya carier terhadap derau sinyal carierBif = lebar bidang frekuensi kanal derau infoBch = lebar bidang frekuensi kana ∆f = simpangan puncak frekuensi
fmax = bidang dasar frekuensi terting P = faktor perbaikan Pre-emphasisW = Psophometric Weight Factor
8. Carrier to Noise (C/N)Merupakan perhitungan untuk menentukan nilaikualitas link secara keseluruhan. C/N dapatditulis sebagai:
BWksatTGFSLupEIRPSBdBup
NC log10)( −−
+−=
BWkSBTGFSLdownsatEIRPdBdown
NC log10)( −−
+−=
sehingga diperoleh nilai C/N totaluplink dan downlink adalah:
1
1
1−
−
+
+
=
IMC
downNC
upNC
totalNC
dimana:
=IMC carrier to noise intermodulasi akibat
pemakaian transponder satelit oleh beberapa carriersecara bersamaan.
Intermodulasi merupakan masalah yang timbulakibat level yang tidak tepat. Intermodulasi inidapat timbul pada tiap-tiap tingkat perangkatelektronik. Pada dasarnya penyebabnya adalahlevel input yang menyebabkan perangkat bekerjapada daerah yang tidak linear.
Modulasi yang terdapat pada sistemkomunikasi satelit antara lain modulasi frekuensi(FM) yang dipergunakan pada sistemSCPC.Modulasi frekuensi dimana sinyalpemodulasi dimuatkan ke frekuensi dari sinyalpembawa yaitu dengan mengubah frekuensi darisinyal pembawa sebanding dengan sinyalpemodulasi. Dalam praktek untuk menentukanbesarnya bandwidth dari modulasi frekuensi(FM) digunakan rumus CARSON yang dapatdituliskan sebagai berikut:
BW = 2 (fm + ∆fc)Dimana :fm = frekuensi maksimum∆fc = deviasi frekuensi.
III. SISTEM KOMUNIKASI SCPC/FM DANANALISA PENGATURAN LEVEL SCPC-FM
3. 1. KONFIGURASI SCPC-FM
Pemancar
Subsistem SCPC(Single Channel PerCarrier) merupakan salah satu system yangberfungsi untuk melaksanakan prosespengolahan kanal suara dengan band frekuensidari 0, 3 kHz s/d 3, 4 kHz menjadi kanalRF(Radio Frequency) yang terletak padafrekuensi di sekitar 6 GHz untuk dipancarkan kesatelit dan atau sebaliknya mengolah kanal RFyang terletak pada frekuensi disekitar 4 GHzmenjadi kanal suara.Pada SCPC ini maka setiap kanal suaramempunyai carrier tersendiri dimana dalampraktek penggunaannya peralatan SCPC dapatdioperasikan dalam tiga jenis mode operasiyaitu:
1) PAMA (Permanent Assignment MultipleAkses) ; dimana frekuensi carrier yangdigunakan untuk komunikasi sudahtetap dan kota tujuan juga sudah tetap.Biasa digunakan untuk komunikasiyang membutuhkan kelancaranhubungan yang cukup baik dan tujuantetap.
2) DAMA (Demand Assignment MultipleAkses) ; dimana tujuan komunikasi danfrekuensi carrier yang digunakanberubah-ubah tergantung permintaanhubungan yang diatur oleh komputerpengendali dan frekuensi pembawayang tersedia. Sistem ini cocok untukkota dengan jumlah trafik rendah.
D/C PAD DIV
3.2.HPA (High Power Amplifier)HPA (High Power Amplifier) pada suatu
stasiun bumi merupakan penguat akhir dalamrangkaian sisi pancar yang berupa penguat dayafrekuensi sangat tinggi dalam orde giga hertz.Stasiun bumi besar biasanya menggunakan HPAdalam jumlah besar dengan power output hingga8,5 kwatt. Pada 6 GHz, HPA memilikibandwidth 40 atau 80 MHz digunakan padastasiun bumi besar dengan menggunakan TWTamplifier.Hubungan komunikasi biasanya tidak luput darigangguan dalam hal ini Intermodulasi yang dapatmengganggu kelancaran komunikasi. Olehkarena itu dalam mengoperasikan HPA-TWTterutama dalam menentukan titik kerjanya harusdipilih pada daerah linear. HPA tidak bolehbekerja dengan input yang melewati titikjenuhnya atau tidak boleh bekerja pada daerahover drive karena selain gainnya makin menurunjuga daerah tersebut tidak linear.
3.3. UP/DOWN CONVERTERUp Converter berfungsi untuk
melaksanakan proses translasi dari sinyalIF(Intermediate Frekuensi) yang berasal darimodem-modem menjadi sinyal RF(RadioFrekuensi) untuk diteruskan ke HPA.Sedangkan Down Converter berfungsisebaliknya yaitu untuk melaksanakan prosestranslasi dari sinyal RF yang berasal dari LNA(Low Noise Amplifier) menjadi sinyal IF untukselanjutnya diteruskan ke modem-modem.Karena satu set up/down converter dipergunakanoleh banyak modem SCPC maka didalamperangkat SCPC juga dilengkapi dengan powerCombiner untuk sisi kirim dan power Divideruntuk sisi terima.
3.4. ANTENAPada suatu stasiun bumi , antena
merupakan ujung depan baik untuk pancarkearah satelit maupun terima dari satelit. Olehkarena jarak satelit yang jauh dari bumi sekitar36.000 km maka stasiun bumi memerlukanantena yang memiliki gain yang cukup tinggisehingga sinyal-sinyal yang diterima akanmemenuhi syarat. Selain harus memiliki gainyang tinggi maka antena stasiun bumi harusbenar-benar mengarah dengan tepat kearahsatelit.
Antena berfungsi untuk menerimasinyal-sinyal komunikasi dan komando darisatsiun bumi serta memancarkan ke bumi sinyal-sinyal komunikasi dan data telemetri.
3.5. ATTENUATOR (PAD) Attenuator berfungsi untuk mengatur
besarnya level input ke HPA. Biasanya seluruhkanal SCPC-FM sebelum masuk ke U/C terlebihdahulu diredam oleh attenuator ini. Biasanyanilai attenuator ini sebesar 15 dB (menurutketerangan petugas lapangan stasiun bumi).Sebenarnya pemberian attenuator sebesar 13 dBsudah dapat dicegah terjadinya Intermodulasitetapi PAD 15 dB diberi untuk mencegahIntermodulasi jika diberi jumlah carrier yanglebih besar lagi.
3.6. PERHITUNGAN LINK SCPC-FM3.6.1. Perhitungan Kualitas Sinyal
Analisa kualitas sinyal dimaksudkanuntuk mengetahui kinerja sistem SCPC-FM.Untuk perhitungan kualitas sinyal dibutuhkanbeberapa parameter-parameter sebagai berikut:Diameter SB Tx = 5 m ; Diameter SB Rx = 5 m ;f up/down = 6/4 GHz ; η = 55% LFSLUP/DOWN =199,1/195,6 dB ; Tsys = 100 O K ; G/T = - 1,5dB/K ;SFD = - 95 dBW/ m2 ; k = -228,6dBWHz/K ; EIRP SAT JENUH = 37 dBW ; PAD = 6dB ; Voice BW = 3,1 KHz ; fm = 3,4 KHz ;BIF = 30 KHz ; S/N = 50 dB ; Margin = 1 dBOBO linear = 4 dB ; IBO linear = 7 dB ; jarakbumi – satelit = 36. 000 km ;C/IM = 18 dB , Gain HPA = 60 dB, Lfeeder =0,8 dB maka :
- Perhitungan delta frekuensi ( )f∆ Δf = 11,6 KHz.- Perhitungan MIF MIF = 36,9 dB- Perhitungan C/N Require
C/N req = C/N + Margin = 14,14 dB
- Perhitungan Gain Antena Pemancar GTx = 47,44 dB
- Perhitungan Gain Antena Receive GRx = 43,92 dB.
- Perhitungan G/T Stasiun Bumi G/T SB = 23,92 dB/ 0 K
- EIRP sat = 6, 9 dBw
- Perhitungan C/N C/N up = 23,2 dB C/N down = 19, 05 dBw
- Perhitungan C/I C/I = 23,1 dB
- Perhitungan C/N calculation C/N total = 14,2 dB
Titik L pada grafik dibawah merupakandaerah operasi SCPC-FM yaitu EIRP SB =40dBw dengan EIRP sat = 6,9 dBw. Titik Q inimasih bekerja pada daerah linear.
3.6.2 Perhitungan Power Input HPA SistemSCPC-FM3.6.2.1 Untuk antena dengan diameter 10 meter GTx = 53,46 dB PTx = 17,34 dBm
! Power input ke HPA dengan gain HPA60 dB adalah 17,34 – 60 = - 42,66 dBm.
! Kemudian dapat diteruskan perhitunganinput yang masuk ke D/C sebesar –42,66 – 10 = - 52,66 dBm.
Dengan adanya attenuator (PAD) sebesar 15 dBmaka didapat power input SCPC-FM sebesar –52,66 + 15 = - 37,66 dBm yang kemudian powerini dibagikan ke seluruh carrier yang ada.
3.6.2.2 Untuk diameter antena 4,5 meter GTx = 46,52 dB
PTx = 24,28 dBm.! Power input ke HPA dengan gain HPA
60 dB sebesar 24,28 – 60 = - 35,72dBm.
! Kemudian dapat diteruskan denganperhitungan input yang masuk ke D/Csebesar – 35,72 – 10 = - 45,72 dBm.
! Dengan adanya attenuator (PAD)sebesar 15 dB maka didapat powerinput sistem SCPC-FM sebesar –45,72 + 15 = - 30,72 dBm.
Pada stasiun bumi dipakai jenis HPA TWTdengan power sebesar 400 watt = 56 dBm.Dengan Input Back Off = 7 dB dan Output BackOff = 10 dB dan input masukan sebesar 0 dBm(minimum) dapat digambarkan kurvakarakteristik dari HPA sistem SCPC-FM sebagaiberikut:
Output (dBm)
56 7
43 10
Dari karakteristik diatas diperoleh daerah Qdimana HPA masih bekerja didaerah linearsecara spesifikasi sistem SCPC-FM tidak adamasalah.Pada stasiun bumi dipakai jenis HPA TWTdengan power sebesar 100 watt = 50 dBm.Dengan Input Back Off = 7 dB dan Output BackOff = 10 dB dan input masukan sebesar 0 dBm(minimum) dapat digambarkan kurvakarakteristik dari HPA sistem SCPC-FM sebagaiberikut:
50 Output (dBm)
7 43
10
Input(dBm) -10 0
Gambar 3.7. Daerah Operasi HPA TWTdengan Input Sistem SCPC-FM
3.7. KAPASITAS TRANSPONDER DANPOWER TRANSPONDER
Stasiun Bumi yang beroperasi dengan sistemSCPC diseluruh Indonesia sekitar 200 buahstasiun bumi.
Berikut ini pembagian stasiun bumi yangdimaksud yaitu:
1. Stasiun Bumi Besar 30 buah denganmodem @ 30 buah
2. Stasiun Bumi Sedang 10 buah denganmodem @ 16 buah
3. Stasiun Bumi Kecil 160 buah denganmodem @ 4 buah
Disamping stasiun bumi yang telahdiberikan di atas, terdapat juga stasiun bumikecil sewaan (leased line) dengan modeoperasi tipe PA (Permanent Assignment)sebanyak 35 buah. Stasiun bumi kecilsewaan ini tidak beroperasi dengan sistem
VOX (Voice Operated Carrier) dimanapenggunaan jenis ini antara lain olehhubungan Teleprinter (Telex) atauperusahaan-perusahaan swasta.
Sehingga jumlah total kanal SCPC = 900 +160 + 710 = 1770 kanal modem.
3.7.1 Power Transponder Kanal SCPCTrafik : 500 mErl / subs ; merupakankeseluruhan trafik pelanggan rata-rata darisentral telepon. Trafik ini hanyadimaksudkan untuk kanal SCPC tipe DA (Demand Assignment) tidak diberlakukanuntuk tipe PA(Permanent Assignment).
Total kanal SCPC sebanyak 1770 kanalmodem, tetapi dalam operasi tidakseluruhnya dipergunakan setiap saat. Darikenyataan ini akan diuraikan berapabanyak kanal satelit yang diperasikansetiap saat khususnya untuk jam-jam sibuk.Dengan GOS = 1% maka diperoleh kanal
satelit yang beroperasi sebanyak : = 1,1 x 500 mErl x 1700 kanal = 935 kanal satelit
dimana : 1,1 = perbandingan kanal dengantrafik erlang ( N/ A)
Dengan faktor VOX = 40 % yangditerapkan pada sistem SCPC maka kanalsatelit yang timbul pada suatu saat: 40 % x935 kanal = 374 kanal
Untuk menghitung power transpondersebagai berikut:
= banyak kanal SCPC (sistem VOX) = 374 kanal = 25,73 dB
Jadi power transponder SCPC = 25,73 dB+ EIRP satelit = 25,73 dB + 6,9 dBw = 32,63 dBwJika dilihat dari karakteristik operasi sistem
SCPC-FM (gambar 3.3 ) maka level operasi diatas masih berada pada daerah linear atau tidakterlalu jauh dari titik EIRP SB linear 66,1 dBwdan EIRP satelit linier 33 dBw. Sehingga hasil diatas masih dianggapmemenuhi syarat dan tidak menimbulkanmasalah.
IV. PEMBAHASAN MASALAH DAN
LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN
4.1. MASALAH-MASALAH DI LAPANGAN
1. Sebelum pemberesan leveling SCPCpada tahun 1991 sistem SCPC bekerjadengan PAD 9dB dan EIRP SBstandard 44 dBw dimana SFD yangdipasang –86 dBw.
2. Tetapi dengan standard diatas dalamoperasinya keberhasilan komunikasimelalui sistem SCPC sangat rendah.
3. Analisa yang dilakukan denganpengamatan spektrum analyzer diStasiun Bumi Cibinong menunjukkanlevel noise yang sangat tinggi.Sehingga C/N berkisar 9 s/d 10 dBdimana jika C/N rendah makaintermodulasi naik sehingga hubungantidak lancar.Power yang terukur tidak dapatditentukan secara tepat karenaSpektrum Analyzer yang digunakanmempunyai akurasi yang rendahsekitar 1 dB. Sehingga power yangmasuk ke satelit juga bisa lebih besardari perkiraan. Ini berarti kapasitassatelit yang dihitung harus dikurangisebesar 1 dB.
4. Asumsi sementara level noisedisebabkan banyaknya intermodulasipada amplifier satelit.Hal-hal berikut ini akan mendukungkalimat diatas yaitu:- Dari analisa BAB 3 ; jika dipasang
PAD = 6 dB didapat EIRP SBoperasi 40 dBW. Tetapi denganpemberlakuan EIRP SB standard44 dBw dengan PAD = 9 dBseperti yang telah dituliskan diatasjelas terjadi kelebihan powersebesar 1 dB.
- Pada pengamatan spektrumanalyzer ditemukan bahwa tinggicarrier tidak seragam dengan rata-rata ± 1- 5 dB bahkan lebih diatasdari level standard. Jika padakondisi 4 dBw transponder bekerjadidaerah linear maka hasilpengamatan spektrum analyzerdiatas dapat dipastikan transpondertelah bekerja pada daerah tidaklinear.
5. Berdasarkan data-data diatasditemukan permasalahan yang timbulsebagai berikut:
a. Kurangnya fasilitas alat ukur diStasiun Bumi Kecil sehinggapengaturan level hanya dilakukandengan perkiraan saja.
b. Level standard terlalu tinggi.c. Sistem SCPC bekerja tanpa
margin di Satelit.d. Kekurangdisiplinan petugas
Stasiun Bumi terhadap standardlevel yang telah ditentukan.Petugas Stasiun Bumi menaikkanpowernya masing-masingsehingga transponder lebihterbeban. Hal ini mengakibatkanintermodulasi makin tinggi yangakan berpengaruh terhadapkualitas dan sistem sambung yangmakin rendah. Dan praktis inimengakibatkan sistem SCPC tidakdapat bekerja dengan baik.
6. Sistem masih bersifat analog bukandigital yang dapat menggunakan tehnikpengkodean dan kompresi.
7. Masalah operasi dan kurangnyapengetahuan petugas Stasiun Bumiakan mempengaruhi kinerja sistemselanjutnya.
4.2.LANGKAH-LANGKAH ENYELESAIAN1. Semua Stasiun Bumi harus memancar
dengan ketentuan standard yaitu EIRPSB 40 dBw dengan PAD = 6 dB.
2. Pemindahan kanal-kanal PA(permanent assignment) ke transponderlain yang berarti penambahantransponder untuk keperluan SCPC tipeDA (demand assignment).
3. Stasiun-stasiun bumi yang memilikitrafik tinggi sebaiknya dialihkan ketipe PA(permanent assignment).Dengan demikian jumlah kanal yangdipindahkan ke transponder lain jugasemakin banyak.
4. Sesuai langkah pada no.1 diatas jikapada kondisi darurat maka seluruhlevel SCPC harus diatur secaraserentak.
4.3 PENGATURAN LEVEL SCPCPengaturan level SCPC sangat
dibutuhkan baik ditingkat kanal dan RF.Kesalahan pengaturan level dapatmengakibatkan rendahnya kualitas transmisi.Untuk pekerjaan ini Indonesia dibagi atas 6 area
( group) yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan,Sulawesi, Maluku/NTT dan Irian Jaya. Tiap-tiaparea dikoordinir oleh 1 group personil di SPUCibinong.Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan untukpengaturan level SCPC :
1. Pengaturan level SCPC harus dilakukanmulai dari pusat yang dikoordinirlangsung oleh Stasiun Bumi Cibinong .
2. Set-up link calculation dan levelstandard sesuai yang telah diberikan diBAB 3. Ketentuan ini disebarkan keseluruh stasiun bumi di Indonesia.
3. Sinyal acuan diberlakukan oleh StasiunBumi Cibinong yang akan dimonitoroleh spektrum analyzer sesuaiperhitungan link calculation diatas.
4. Penentuan waktu mulai dijelaskansebagai berikut:- Pada saat mulai semua stasiun
bumi harus mematikan sinyal atautidak muncul.
- Stasiun bumi Cibinong munculpada 1 carrier bicara dan stasiunbumi lainnya tune pada frekuensiterima yang dipancarkan stasiunbumi Cibinong.
- Setiap stasiun bumi harus munculsecara bergantian kanal per kanal.
- Stasiun bumi Cibinong akanmemonitor tinggi carrier danmengatur agar carrier stasiun bumitersebut meng-ajust sehinggasesuai dengan standard level yangtelah ditetapkan SPU Cibinong.
- Setelah memancar stasiun bumitersebut harus mematikancarriernya dan melakukan hal yangsama dengan modem lainnya.
- Prosedur diulang untuk StasiunBumi yang lain.
5. Walaupun demikian untuk langkahselanjutnya harus diperhatikan :- Pemindahan kanal SCPC-PA harus
tetap dilakukan.- Pengecekan rutin harus makin
digiatkan.- Pengaturan dengan remote control
dari SPU Cibinong harusdiadakan.
- Untuk menurunkan bandwidth danpower maka modulasi FM harus
diganti dengan modulasi digitalyang dapat melakukan kompressi.
4.4 HASIL PERBAIKANDengan pengaturan level ini makapermasalahan dapat terselesaikan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN1. Transponder pada sistem SCPC saat
pembenahan sudah over linear bahkanover saturasi.
2. Noise intermodulasi sangat tinggisehingga mengganggu kualitas sinyalterutama pada jam sibuk.
3. Jumlah trafik pada SCPC sedemikianbesar sehingga melebihi kapasitas 1transponder yang dapat digunakan.
4. Level SCPC tiap stasiun bumi tidakseragam karena ketiadaan alat ukur.
5. Pemberesan level SCPC hanya dapatmengurangi intermodulasi tetapi tidakdapat menyelesaikan masalah secaratuntas.
6. Kedisiplinan petugas stasiun bumisangat penting untuk terciptanyakeserasian dalam penggunaantransponder.
5.2. SARANUntuk langkah-langkah selanjutnya maka sistem
SCPC harus:1. Dipisahkan dalam beberapa transponder2. Untuk komunikasi yang memiliki trafik
tinggi sebaiknya dipakai tipe PA(permanentassignment).
3. Sistem SCPC-FM harus segera digantidengan sistem SCPC digital yang dapatmenggunakan tehnik kompresi danpengkodean.
4. Sampai saat ini PT.Telkom belum berpindahke sistem digital sehingga saran ini sangatpenting untuk melayani daerah-daerahremote.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rawan, Bc.T.T, Dasar-Dasar TeknikKomunikasi Satelit, PusdiklattelBandung , 1988
2. Roger L Freeman,TelecommunicationTransmission Handbook Third Edition,John Wiley And Sons Inc. 1991
3. CCIR, “Fixed-Satellite Service”Satellite Communications Handbook,ITU-Geneva, 1988
4. Timothy Pratt & Charles W Bostian,Satellite Communications, John Wiley& Sons, Inc. 1986
5. William C.Y.Lee, Mobile CellularTelecommunication Analog & DigitalSystem, McGraw Hill Second Edition,1995
6. Andi Hermawan, Arfianto Fahmi &Kris Sujatmoko, Diktat Kuliah SistemKomunikasi Analog, STT TelkomBandung, 2000