pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

153
TESIS PENGATURAN KEWAJIBAN BANK MENJAGA KERAHASIAAN DATA NASABAH PENYIMPAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN PERS ANAK AGUNG ISTRI CHANDRA PRAMITA SUKAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: doanxuyen

Post on 03-Jan-2017

243 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

i

TESIS

PENGATURAN KEWAJIBAN BANK MENJAGA

KERAHASIAAN DATA NASABAH PENYIMPAN

MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN

DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN PERS

ANAK AGUNG ISTRI CHANDRA PRAMITA SUKAWATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

ii

TESIS

PENGATURAN KEWAJIBAN BANK MENJAGA

KERAHASIAAN DATA NASABAH PENYIMPAN

MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN

DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN PERS

ANAK AGUNG ISTRI CHANDRA PRAMITA SUKAWATI

NIM. 1392461010

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KENOTARIATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

iii

PENGATURAN KEWAJIBAN BANK MENJAGA

KERAHASIAAN DATA NASABAH PENYIMPAN

MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN

DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN PERS

Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister

pada Program Studi Kenotariatan Pascasarjana Universitas Udayana

ANAK AGUNG ISTRI CHANDRA PRAMITA SUKAWATI

NIM. 1392461010

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KENOTARIATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

ii

Page 4: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

iv

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL : 15 APRIL 2015

KOMISI PEMBIMBING

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Prof.Dr.Tjok Istri Putra Astiti, SH.,MS Dr. Desak Putu Dewi Kasih SH.,M.Hum

NIP. 1947.1231 197503 2 003 NIP.1964.0402 198911 2 001

MENGETAHUI:

Ketua Program Magister Kenotariatan Direktur Program Pascasarjana

Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Dr. Desak Putu Dewi Kasih SH.,M.Hum Prof.Dr.dr. AA.Raka Sudewi,Sp. S(K)

NIP. 1964.0402 198911 2 001 NIP.19590215 198510 2 001

iii

Page 5: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

v

Tesis Ini Telah Diuji

Pada Tanggal : 13 April 2015

Panitia Penguji Tesis

Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana

Nomor :1119/UN14.4/HK/2015

Tanggal :10 April 2015

Ketua : Prof. Dr. Tjok Istri Putra Astiti, SH., MS

Anggota :

1. Dr. Desak Putu Dewi Kasih, SH., M.Hum

2. Prof. Dr. I Ketut Rai Setiabudhi., SH., MS

3. Dr. I Made Udiana, SH., MH

4. Dr. I Made Sarjana, SH., MH

iv

Page 6: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

vi

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Anak Agung Istri Chandra Pramita Sukawati

NIM : 1392461010

Program Studi : Kenotariatan

Judul Tesis : Pengaturan Kewajiban Bank Menjaga Kerahasiaan Data Nasabah

Penyimpan Menurut Undang-Undang Perbankan dikaitkan dengan

Kebebasan Pers

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah tesis ini bebasdari

plagiat. Apabila dikemudian hari karya ilmiah tesis ini terbukti plagiat, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku.

Denpasar, 08 April 2015

Yang Membuat Pernyataan

(Anak Agung Istri Chandra Pramita Sukawati)

v

Page 7: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/

Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini yang berjudul “PENGATURAN KEWAJIBAN BANK

MENJAGA KERAHASIAAN DATA NASABAH PENYIMPAN MENURUT

UNDANG-UNDANG PERBANKAN DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN

PERS” Penulisan tesis ini bertujuan untuk melengkapi tugas akhir sebagai syarat

memperoleh Gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Kenotariatan

Pascasarjana Universitas Udayana.

Penulisan tesis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan serta dukungan dari

para pembimbing dan berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.Dr. Tjok istri Putra

astiti, SH.,MS., Pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan sabar dan

sepenuh hati disela-sela kesibukan beliau, memberikan nasihat serta kepercayaan

penuh kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih yang sebesar-

besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Desak Putu Dewi Kasih,

SH.,MHum. Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan,

nasihat, saran, kepercayaan, dan motivasi demi kemajuan penulis sehingga tesis

ini terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika,

Sp.PD., KEMD., Rektor Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan studi pada Program

Pascasarjana Universitas Udayana. Terima kasih juga penulis tujukan kepada

vi

Page 8: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

viii

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis menjadi

mahasiswa Program Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada

Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH. Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana atas segala dukungan dan izin yang diberikan kepada penulis

untuk mengikuti Program Magister. Penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya pula kepada Dr. Desak Putu Dewi Kasih, SH., M.Hum. Ketua

Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana

atas kesempatan, dukungan, dan bimbingan yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Udayana.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Samuel Cibro,SH dan

Junaedi Kariadi, SH.,MH yang telah memberikan ide penulisan tesis ini.

Terimakasih juga kepada Prof Dr. I Wayan Parsa,SH.,MHum pembimbing

akademik yang telah dengan sabar dan penuh pengertian memberikan inspirasi,

bimbingan, nasihat, dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

tesis ini dengan baik. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak dan Ibu Dosen Pengajar pada Program Studi Magister Kenotariatan

Program Pascasarjana Universitas Udayana atas ilmu yang diberikan, serta Bapak

dan Ibu staff dan karyawan Magister Kenotariatan Universitas Udayana yang

telah membantu kelancaran proses administrasi selama perkuliahan. Terima kasih

vii

Page 9: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

ix

yang tak terhingga penulis haturkan kepada kedua orang tua tercinta Ibunda

tersayang I Gusti Ayu Sri susilawati dan ayahanda Anak Agung Gde Anom

Sukawati. serta sodara tersayang A.A Gde Agung Yudha Palguna Sukawati dan

A.A Istri Manik Tirthaningrat Sukawati atas doa, nasihat, dan dukungan serta

kasih sayang yang telah diberikan tiada henti bagi penulis. Penulis mengucapkan

juga terimakasih kepada semua keluarga yang tidak dapat diucapkan satu-persatu.

Terima kasih pula penulis ucapkan kepada yang terkasih IPTU.I Gusti

Ngurah Adi Suarmita, S.IK. yang selalu dengan sabar mendampingi, memberikan

inspirasi, dukungan, dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Terimakasih kepada Ida ayu Putu Swandewi ,SH,MKn, Komang Trianna, SH.,

Nirmala Sari,SH., Elik Sulistyawati,SH., Tri Indrayanti,SH., serta semua teman-

teman seperjuangan Angkatan VI Mandiri atas segala dukungannya selama ini.

Sebagai akhir kata penulis berharap semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan

Yang Maha Esa selalu memberikan kebahagian dan kesejahteraan bagi kita

semua. Saran dan kritik membangun dari pembaca sangat penulis harapkan dalam

penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan menambah kepustakaan dibidang kenotariatan serta berguna

bagi masyarakat.

Denpasar, 01 Januari 2015

Penulis

viii

Page 10: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

x

ABSTRAK

PENGATURAN KEWAJIBAN BANK MENJAGA KERAHASIAAN DATA

NASABAH PENYIMPAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN

DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN PERS

Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang

Perbankan memberikan suatu kewajiban bagi Bank untuk merahasiakan

keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44,

dan Pasal 44A. Dengan berlakunya pengecualian tersebut maka rahasia bank

hanya dapat dibuka apabila seperti yang ditegaskan dalam Undang-Undang.

Pihak-pihak yang tidak termasuk ke dalam pengecualian tidak dapat memperoleh

rahasia bank tersebut. Namun terdapat pengaturan Pada Pasal 4 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang menegaskan bahwa untuk

menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari,

memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Rumusan masalah

dalam penelitian ini meliputi, bagaimana pengaturan rahasia bank dengan

berlakunya Undang-Undang Pers, bagaimana perlindungan hukum terhadap

nasabah bank yang dirugikan akibat adanya kebebasan pers.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang

didasarkan pada konflik norma pada Pasal Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan, dengan Pasal 4 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Penelitian ini menggunakan sumber

bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tertier

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketentuan dalam Undang-

Undang perbankan dan peraturan pelaksananya tidak memberikan peluang untuk

dilakukan publikasi terhadap rahasia nasabah penyimpan. Pers yang

mempublikasikan informasi berkaitan dengan rahasia bank dikategorikan telah

melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perbankan. Perlindungan hukum

terhadap nasabah bank yang dirugikan akibat adanya kebebasan pers dapat

diperoleh nasabah melalui ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan,

Perlindungan konsumen, dan ketentuan perdata.

Kata Kunci: Bank, Rahasia bank, Nasabah Penyimpan, Kebebasan pers

ix

Page 11: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

xi

ABSTRACT

BANK OBLIGATION OF KEEPING DEPOSITORS CONFIDENTIAL DATA

AND SAVINGS ACCORDING TO BANK REGULATION ASSOCIATED TO

FREEDOM OF THE PRESS

Article 40 paragraph ( 1 ) of Act No. 10 of 1998 on Banking provides an

obligation for the Bank to conceal information about customers and their savings,

except in the case referred to in Article 41 , Article 41A , Article 42 , Article 43 ,

Article 44 , and Article 44A . With the exception of the entry into force of the

secret can only be opened when the bank as defined in the Act . The parties are

not included in the exceptions are not able to obtain the bank secrecy . However

there are settings In Article 4 paragraph ( 3 ) of Act No. 40 of 1999 on the Press

which confirms that to guarantee freedom of the press , the national press has the

right to seek , obtain , and disseminate ideas and information . Formulation of the

problem in this study include , how secret arrangement with the entry into force

banks Press Law, how the legal protection of bank customers who are

disadvantaged due to the freedom of the press .

This type of research is a normative legal research based on the norms

of conflict in Article Article 40 paragraph ( 1 ) of Act No. 10 of 1998 on Banking,

with Article 4 paragraph ( 3 ) of Act No. 40 of 1999 on the Press . This study

used a source of legal materials consisting of primary legal materials ,

secondary, and tertiary.

The results of this study indicate that the provisions of the Banking Act

and its implementing regulations do not provide opportunities for the publication

of the secret depositors . Press is publishing confidential information relating to

the banks categorized have violated banking regulations . Legal protection of

bank customers were harmed as a result of customers' freedom of the press can be

obtained through the provisions of the Banking Law , Consumer Protection , and

civil provisions .

Keywords: bank, bank Secret, depositors, freedom of the press.

x

Page 12: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

xii

RINGKASAN

Penelitian ini menganalisis mengenai kewajiban bank menjaga

kerahasiaan data nasabah dan simpanannya menurut Undang-Undang Perbankan

dikaitkan dengan kebebasan Pers. Bab I Pendahuluan menguraikan latar belakang

masalah Pasal 4 ayat (3) UU Pers yang menegaskan bahwa, Untuk menjamin

kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan

menyebarluaskan gagasan dan informasi. Hal ini bertentangan Kerahasiaan bank

yang diatur di dalam Pasal 40 ayat (1) UU Perbankan menegaskan bahwa, Bank

wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,

kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42,

Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44 A”, yang menimbulkan suatu konflik norma

diantara undang-undang tersebut. Berdasarkan pemaparan tersebut maka

permasalahan yang akan diteliti dalam tesis ini meliputi Bagaimana pengaturan

kerahasiaan bank dengan berlakunya kebebasan pers dan Bagaimana

perlindungan hukum Nasabah bank yang dirugikan akibat adanya kebebasan

pers. Selanjutnya pada Bab I diuraikan pula mengenai tujuan dan manfaat

penelitian, landasan teoritis yang digunakan untuk mengkaji permasalahan,

metode penelitian, sumber-sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan

hukum, teknik pengolahan bahan hukum dan teknik analisis bahan hukum.

Bab II Mengenai kajian pustaka yang menguraikan tentang rahasia bank

dan pers. Kajian pustaka yang dibahas terkait dengan tinjauan umum membahas

meliputi pengertian dan ruang lingkup rahasia bank, pihak-pihak yang

berkewajiban menjaga teguh rahasia bank, Perubahan mengenai rahasia bank di

indonesia, tujuan rahasia bank, pengertian dan ciri pers, fungsi pers, sejarah dan

perubahan mengenai pers di indonesia.

Bab III mengenai pembahasan hasil penelitian terhadap rumusan masalah

pertama mengenai Bagaimana pengaturan rahasia bank dengan berlakunya

kebebasan pers. Pembahasan ini diuraikan dalam 3 (tiga) sub bab yakni

pengaturan rahasia bank menurut Undang-Undang Perbankan, kewajiban GCG

bagi perbankan, akibat hukum rahasia bank dengan berlakunya Undang-Undang

pers.

Bab IV mengenai pembahasan hasil penelitian terhadap rumusan masalah

kedua mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah bank yang dirugikan

akibat adanya kebebasan pers . Pembahasan ini diuraikan dalam 4 (empat) sub

bab yakni perlindungan hukum berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang

perbankan dan ketentuan pelaksananya, perlindungan hukum berdasarkan

ketentuan dalam Undang-Undang perlindungan konsumen, perlindungan hukum

menurut ketentuan perdata untuk mendapatkan ganti rugi akibat perbuatan

melawan hukum, upaya bank menjaga keamanan rahasia bank.

xi

Page 13: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

xiii

Bab V sebagai bab penutup pada tesis ini menguraikan mengenai

simpulan dari pembahasan dan saran. Adapun simpulan pembahasan pertama

diatas yaitu Pengaturan Rahasia bank dengan berlakunya Undang-Undang Pers,

adalah bahwa ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan dan peraturan

pelaksananya tidak memberikan peluang untuk dilakukan publikasi terhadap

rahasia nasabah penyimpan. meskipun dalam ketentuan Undang-Undang Pers

mengatur menentukan pers dapat mencari, memperoleh serta mempublikasikan

informasi. sepanjang informasi tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang

dikecualikan dalam ketentuan rahasia bank. Sehingga apabila pers

mempublikasikan informasi berkaitan dengan rahasia bank dapat dikategorikan

telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang Perbankan.

Simpulan kedua Perlindungan hukum terhadap nasabah bank yang dirugikan

akibat adanya kebebasan pers adalah sebagai berikut Perlindungan hukum

berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan dan Ketentuan

Pelaksananya baik secara internal maupun pengaturan eksternal.Perlindungan

hukum berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Perlindungan hukum berdasarkan ketentuan Perdata untuk memperoleh ganti

kerugian akibat perbuatan melawan hukum. Saran untuk permasalahan pertama

yaitu Bagi pemerintah hendaknya melakukan revisi terhadap Undang-Undang

Pers pada Pasal 4 ayat (3), diperjelas mengenai kebebasan pers yang sifatnya

mutlak atau terbatas. Pers dalam penyelenggaraan kebebasan pers tetap merujuk

pada ketentuan dalam Undang-Undang perbankan, hal ini dimaksudkan untuk

tetap menjaga kedudukan bank sebagai lembaga kepercayaan. Saran untuk

permasalahan kedua yaitu Agar perlindungan hukum dapat diperoleh nasabah,

maka penegak hukum harus menindak pihak-pihak yang melanggar ketentuan

Undang-Undang perbankan tidak terkecuali bagi pihak pers.

xii

Page 14: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

xiv

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ........................................................................................ i

PRASYARAT GELAR .................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .............................................................. v

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT ...................................................................................................... x

RINGKASAN ................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 15

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 15

1.3.1. Tujuan Umum ................................................................. 15

1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................ 15

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 16

1.4.1. Manfaat Teoritis .............................................................. 16

1.4.2. Manfaat Praktis ............................................................... 16

1.5. Landasan Teoritis ........................................................................ 17

1.5.1. Teori ................................................................................. 17

xiii

Page 15: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

xv

1.5.2. Konsep .............................................................................. 23

1.5.3. Pandangan Para Sarjana .................................................... 32

1.6. Metode Penelitian ...................................................................... 35

1.6.1. Jenis Penelitian ................................................................. 35

1.6.2. Jenis Pendekatan .............................................................. 35

1.6.3. Sumber Bahan Hukum ..................................................... 36

1.6.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ............................... 38

1.6.5. Teknik Pengolahan Bahan Hukum .................................. 38

1.6.6. Teknik Analisis Bahan Hukum ........................................ 38

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RAHASIA BANK DAN PERS 40

2.1. Tinjauan Umum Tentang Rahasia Bank ................................... 40

2.1.1. Pengertian dan Dasar Hukum Rahasia Bank .................. 40

2.1.2. Pihak-Pihak Berkewajiban Menjaga Teguh Rahasia

Bank ................................................................................. 45

2.1.3. Perubahan Mengenai Rahasia Bank di Indonesia ............. 49

2.1.4. Tujuan Rahasia Bank ....................................................... 56

2.2. Tinjauan Umum Tentang Pers ............................................ 58

2.2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Pers .................................. 58

2.2.2. Fungsi Pers ....................................................................... 62

2.2.3. Sejarah dan Perubahan Mengenai Pers di Indonesia ...... 64

BAB III PENGATURAN RAHASIA BANK DENGAN BERLAKUNYA

UNDANG-UNDANG PERS ........................................................... 71

3.1. Pengaturan rahasia bank menurut Undang-Undang Perbankan 71

3.2. Kewajiban Good Corporate Governance bagi perbankan ....... 89

xiv

Page 16: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

xvi

3.3. Akibat hukum rahasia bank dengan berlakunya kebebasan pers 94

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK

YANG DIRUGIKAN AKIBAT ADANYA KEBEBASAN

PERS ................................................................................................ 101

4.1. Perlindungan Hukum berdasarkan ketentuan dalam

Undang-Undang Perbankan dan ketentuan pelaksananya ........ 101

4.2. Perlindungan Hukum berdasarkan ketentuan dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen ............................... 110

4.3. Perlindungan Hukum berdasarkan ketentuan perdata

untuk mendapatkan ganti kerugian akibat perbuatan

melawan hukum........................................................................ 117

4.4. Upaya Bank dalam Menjaga Keamanan Rahasia Bank ........... 121

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 131

5.1. Simpulan .................................................................................... 131

5.2. Saran ........................................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 133

xv

Page 17: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini bank memiliki peran penting dalam suatu

Negara baik dalam sistem keuangan dan sistem pembayaran di dalam suatu

Negara. Selain itu bank merupakan suatu lembaga keuangan yang eksistensinya

tergantung pada kepercayaan masyarakat sebagai nasabah yang mempercayakan

simpanan mereka pada bank. Mengingat bank merupakan bagian dari sistem

tersebut maka kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan suatu hal pokok

dari eksistensi suatu bank, kepercayaan masyarakat kepada Perbankan merupakan

kepentingan masyarakat banyak.

Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan

nasional yang berkesinambungan yaitu mewujudkan masyarakat adil makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lembaga Perbankan

merupakan salah satu sarana pendukung yang mempunyai peran strategis. Bank

sebagaimana diatur di dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan yang menegaskan bahwa, Bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank memerlukan pembinaan serta

pengawasan secara berkelanjutan bagi lembaga Perbankan itu sendiri agar dapat

1

Page 18: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

2

berfungsi secara efisien, sehat dan wajar. Hal yang terpenting yaitu mampu

bersaing secara sehat dan yang utama adalah mampu melindungi dana yang telah

dititipkan oleh masyarakat sebagai nasabah kepada bank, dan mampu

menyalurkan dana masyarakat ke bidang-bidang usaha produktif sesuai sasaran

pembangunan nasional. Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam

menjalankan usahanya bank cenderung menggunakan dana masyarakat.

Pada umumnya sekitar 90% dana yang diputar berasal dari masyarakat

dan hanya sebagian kecil yang berasal dari modal sendiri bank.1 Masyarakat

sebagai nasabah bank yang mempercayakan dana mereka untuk dikelola oleh

bank juga harus mendapatkan perlindungan terhadap tindakan yang dilakukan

pihak perbankan yang dapat mendatangkan kerugian. Selain itu demi menjaga

nama baik nasabah serta simpanan nasabah, harus diatur kapan serta dalam hal

yang bagaimana bank baru dapat diperkenankan untuk memberitahukan pada

pihak ketiga segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain

dari nasabah yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya. Masyarakat

hanya akan memanfaatkan jasa-jasa bank apabila dari bank ada jaminan bahwa

bank tidak akan menyalahgunakan pengetahuannya tentang simpanan dan

keadaan keuangan dari nasabahnya. oleh karena itu nasabah bank sebagai

konsumen perbankan patut dilindungi hak dan kepentingannya.2 Hal inilah yang

menjadi salah satu alasan perlunya dibentuk peraturan yang berkaitan dengan

kerahasiaan bank.

1Yunus Husein, 2010, Rahasia Bank dan Penegakan Hukum, Pustaka

Juanda Tigalima, Jakarta, hal.79. 2 Lukman Santosa Az, 2011, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank,

Cet. I, Pustaka Yustisia, Jakarta Selatan, hal.113.

Page 19: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

3

Salah satu faktor untuk dapat memelihara serta meningkatkan tingkat

kepercayaan masyarakat selaku konsumen terhadap suatu bank pada khususnya

dan Perbankan pada umumnya ialah kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia

bank. hal ini dimaksudkan untuk dapat atau tidaknya bank, dipercaya oleh

nasabah yang menyimpan dananya dan/atau menggunakan jasa-jasa lainnya dari

bank tersebut. Untuk tidak mengungkapkan keadaan keuangan dan transaksi

nasabah serta keadaan lain dari nasabah yang bersangkutan kepada pihak lain. Hal

ini tergantung kepada kemampuan bank itu untuk menjunjung tinggi dan

mematuhi dengan teguh rahasia bank.3 Hal itulah yang telah mendasari

diterapkannya ketentuan rahasia bank dalam Undang-Undang Perbankan sebagai

tindak pidana bagi pelanggarnya.4

Mengenai hubungan yang terjadi antar bank dan nasabah lebih

ditekankan pada kewajiban bagi bank agar tidak membuka kerahasiaan data dari

nasabahnya kepada pihak ketiga ataupun pihak lain, kecuali ditentukan lain oleh

Undang-Undang yang berlaku. Hal inilah yang disebut rahasia bank, bahwa

rahasia bank mengacu pada rahasia dalam hubungannya antara bank dan nasabah.

Sesuai Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

perbankan menegaskan bahwa, Rahasia bank adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

menegaskan bahwa, Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan

3Adrian Sutedi, 2006, Hukum Perbankan, PT. Sinar Grafika, Jakarta,

hal.2. 4 Ibid.

Page 20: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

4

dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman

dunia Perbankan wajib dirahasiakan.

Selain hal tersebut bukan merupakan keterangan yang wajib

dirahasiakan oleh bank. Kerahasiaan informasi Perbankan yang lahir melalui

kegiatan Perbankan ini diperlukan baik untuk kepentingan bank maupun untuk

kepentingan nasabah itu sendiri dikemudian hari. Ini dikarenakan hubungan

bisnis yang terjalin antara seseorang dengan bank yang ditegaskan oleh Bryan

A.Garner bahwa a person who engages in the business of banking.5 (orang yang

terlibat dalam bisnis perbankan) oleh karenanya lembaga Perbankan harus

memegang teguh keterangan yang tercatat olehnya. Ketentuan ini juga berlaku

pula bagi pihak terafiliasi dalam kegiatan operasional Perbankan. Pihak terafiliasi

adalah pihak yang mempunyai hubungan dengan kegiatan serta pengelolaan usaha

jasa pelayanan yang diberikan oleh bank. hubungan tersebut melalui cara

menggabungkan dirinya pada bank. Penggabungan diri tersebut dilakukan karena

terikat dalam hal kepemilikan bahkan adanya keterikatan hubungan keluarga

dengan pihak tertentu, pengurusan maupun karena hubungan kerja biasa seperti

karyawan,atau hubungan kerja dalam rangka memberikan pelayanan jasanya

kepada bank.6

Bank sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat dihadapkan

pada dua kewajiban yang saling bertentangan. Satu pihak bank mempunyai

kewajiban untuk tetap merahasiakan keadaan dan catatan keuangan nasabahnya

5 Bryan A.Garner, 1990, Black Law Dictionary,West Publishing Co, St

Paul minn, hal.140. 6 Muhammad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia, Cet.V,

PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.278.

Page 21: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

5

yang disebut juga teori rahasia mutlak. Kewajiban ini timbul dan erat kaitannya

dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat atau para nasabahnya kepada

bank selaku lembaga keuangan pengelola keuangan atau sumber dana masyarakat.

Kewajiban rahasia bank ini sering timbul atas dasar kepercayaan, disisi lain juga

berkewajiban untuk mengungkapkan keadaan dan catatan keuangan nasabahnya

dalam keadaan-keadaan tertentu yang disebut juga teori rahasia bank nisbi.

Disinilah muncul konflik yang dihadapi bank.7 Namun Undang-Undang

Perbankan di indonesia menganut teori rahasia bank nisbi atau relatif, yang dalam

hal tertentu keadaan keuangan nasabah dapat diungkap sesuai prosedur hukum

yang sudah ditentukan.

Hal tersebut di atas sesuai dengan pengaturan rahasia bank di dalam

Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Perbankan menegaskan bahwa, Bank wajib

merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali

dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43,

Pasal 44, dan Pasal 44 A. Berdasarkan definisi tersebut nampaknya yang harus

dirahasiakan bukan saja simpanan nasabah (obyek), tetapi juga penyimpannya

(subyek). Rahasia bank bukan saja menyangkut keadaan keuangan nasabah yang

bersifat privacy atau personal affair, tetapi meliputi juga identitas nasabah seperti

nama, alamat rumah, serta alamat e-mail nasabah. Pengertian rahasia bank yang

demikian itu belum jelas, karena pengertian ”segala sesuatu yang berhubungan

dengan” dan keterangan mengenai nasabah penyimpan dana dan simpanannya

7Ibid, hal.112.

Page 22: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

6

masih kurang jelas. Penjelasan Pasal 40 ayat (1) itupun tidak menjelaskan arti

“segala sesuatu yang berhubungan dengan” dan “keterangan” tersebut.

Menghindari penyalahgunaan kerahasiaan bank tersebut, dari pihak

Perbankan serta guna menjaga kepercayaan dan menimbulkan rasa aman

masyarakat mengenai keuangannya maka dibuatlah suatu aturan. Dalam hal

melarang pihak bank untuk memberikan keterangan yang tercatat di bank kepada

pihak ketiga tentang keadaan keuangan nasabah, baik simpanan dan

penyimpannya. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perbankan kecuali

dalam hal yang secara tegas disebut dalam undang-undang tersebut, hal inilah

yang disebut “Rahasia Bank”. Demi kelancaran serta keamanan kegiatan

Perbankan, hal ini harus mendapat perhatian ekstra dari seluruh pihak perbankan

serta penegak hukum.

Maraknya tindak pidana yang terjadi di beberapa bank yang cukup

memperihatinkan. Mengenai mereka yang tanpa membawa perintah ataupun izin

tertulis dari pimpinan bank Indonesia mempublikasikan informasi rahasia bank

yang seyogyanya dirahasiakan . Hal ini tentu saja menimbulkan kerugian bagi

nasabah penyimpan, serta pihak bank dalam kedudukannya sebagai lembaga

kepercayaan masyarakat. Demi mempertahankan kepercayaan masyarakat dan

eksistensi dari bank tersebut, maka disini bank wajib melindungi dana nasabah

penyimpan dan simpananya. Selain itu Bank juga berkewajiban menjaga

kerahasiaan terhadap dana nasabahnya dari pihak-pihak yang dapat merugikan

nasabah, bahkan hal itu tidak jarang dilakukan oleh pegawai bank sendiri. Oleh

Page 23: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

7

sebab itu segala usaha pun harus ditempuh guna menanggulangi kejahatan

Perbankan.

Beberapa kasus perbankan yang terjadi, salah satunya berkenaan dengan

penyebarluasan kondisi bank melalui media massa, juga menjadi masalah.

Mencuatnya masalah salah satu bank swasta yang mencuri perhatian masyarakat

dimulai dari tahun 1989 dan semakin marak di tahun 2009 yang di publikasikan

oleh Pers dalam hal ini media massa. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 1999 tentang Pers, media massa yang masuk kedalam kategori Pers

memiliki hak di dalam mengexspose informasi. Sebagaimana ditegaskan oleh

Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pers menegaskan bahwa, Untuk menjamin

kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan

menyebarluaskan gagasan dan informasi. Tepat pada bulan November 2009,

diketahui data nasabah serta simpanan nasabah yang merupakan nasabah

penyimpan dari bank Swasta tersebut yaitu bank century, nasabah tersebut tidak

masuk ke dalam kategori pengecualian yang dikecualikan oleh undang-undang

dan dalam hal ini seyogyanya datanya tidak diexpose.

Salah satu media ada yang menyebutkan mengenai nama nasabah dan

jumlah simpanan dari nasabah tersebut yang merupakan nasabah penyimpan di

bank yang kebetulan menggunakan produk bank berupa deposito bank.8

Diungkapkan mengenai dana dari nasabah bank tersebut tidak dapat dicairkan

tanpa sebab yang pasti, ini terjadi tidak hanya pada satu nasabah penyimpan

8Lilix Dwi Mardjianto, 2009, ”Labirin Kasus Bank Century”, serial

online November, (cited 2010 jan. 22), available from:URL:

http://www.antaranews.com/berita/162865/labirin-kasus-bank-century.

Page 24: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

8

namun juga nasabah penyimpan lainnya. Dalam hal ini seharusnya data nasabah

tidak diexspose baik itu dilakukan oleh pihak bank atau media massa yang

mengexpose data nasabah, karena hal ini jelas telah melanggar rahasia bank.

Namun dalam hal ini nasabah tersebut tidak terkait ke dalam permasalahan seperti

yang dikecualikan oleh Undang-Undang. Sebagaimana diatur di dalam Pasal 40

ayat (1) Undang-Undang Perbankan baik itu dalam hal pajak, piutang lelang

Negara, pidana, perdata, tukar menukar informasi bank, serta ahli waris. Nasabah

tersebut murni merupakan nasabah yang tidak tersangkut dalam permasalahan

tersebut namun diexspose oleh media massa. Selain itu contoh kasus lainnya

yaitu pada awal bulan juni 1999 seorang pejabat tinggi negara atas nama Andi M

ghalib, yang memiliki sejumlah simpanan di salah satu bank swasta yaitu bank

Lippo dipublikasikan oleh media massa dalam hal ini pers. Pada saat itu Andi M

ghalib merupakan salah satu nasabah penyimpan yang memiliki simpanan

tabungan dan deposito di bank tersebut. Andi M ghalib merupakan murni nasabah

penyimpan yang tidak masuk ke dalam pengecualian oleh undang-undang

sehingga publikasi data nasabahnya pada saat itu merupakan suatu pelanggaran

terhadap Undang-Undang Perbankan. Karena hanya pihak-pihak yang masuk ke

dalam pengecualian undang-undang yang dapat mempublikasikan informasi

tersebut, tentu berdasarkan atas ijin dari pimpinan bank indonesia.

Hal ini jelas bertentangan dengan kerahasiaan bank yang diatur di dalam

Perbankan. Karena hanya pihak yang dikecualikan oleh undang-undang yang

dapat menerima informasi rahasia bank tersebut. Namun di sisi lain pers memiliki

hak kebebasan dalam hal mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan

Page 25: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

9

dan informasi. informasi dalam hal ini berupa informasi rahasia bank, yang

diperoleh dan dipublikasikan di media massa untuk diperlihatkan di depan

khalayak umum. Tindakan ini dapat dibenarkan dan dilindungi oleh payung

hukumnya. Sehingga pers dalam hal ini media massa dapat mencari informasi dari

berbagai sumber, baik dari pejabat, ataupun sumber-sumber lainnya.9 Beranjak

dari Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa,

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang merupakan cikal bakal

serta landasan pembentukan Undang-Undang Pers.

Berdasarkan Pasal 2 UU Pers menegaskan bahwa kemerdekaan pers

adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip demokrasi,

keadilan, dan supremasi hukum. Pers disini seharusnya memegang prinsip

demokrasi dalam asas pers yaitu menghormati dan menjamin adanya hak asasi

manusia dan menjunjung tinggi hal tersebut. berkaitan dengan rahasia bank yang

diexspose oleh pers dalam hal ini media massa, jelas telah melanggar hak

seseorang sebagai nasabah bank. Agar dijaga kerahasiaan datanya dan

mendapatkan perlindungan hukum terkait hak pribadi dari seseorang nasabah.

Proses ini tumbuh dalam praktek perbankan melalui hubungan kepercayaan yang

dijalin oleh bank dengan nasabah. Selain itu dalam penyampaian informasinya

kepada khalayak ramai atau masyarakat itu harus memegang teguh nilai keadilan.

Dalam pemberitaan itu tidak memihak atau tunduk pada salah satu pihak tetapi

9Shanti Rahmadsyah, 2010, Rahasia Bank Kasus Bank century,( cited

2013 Desember. 12) available from : URL : http://Hukumonline.com/rahasia-

Bank-Century.

Page 26: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

10

harus berimbang dan tidak merugikan salah satu pihak (berat sebelah), dalam hal

ini pers disini telah merugikan nasabah penyimpan dana yang tidak terkait ke

dalam pengecualian yang disebutkan oleh UU Perbankan, sehingga menimbulkan

ketidakpercayaan nasabah kepada bank.

Pers dalam menjalankan setiap kegiatannya harus berlandaskan atas

hukum yaitu meletakkan hukum sebagai landasan bertindak yang diposisikan di

tingkat tertinggi. Sehingga Pers tidak lantas begitu saja bertindak meskipun telah

ada jaminan Kebebasan Pers yang diberikan oleh undang-undang. walaupun

wartawan memiliki jaminan kebebasan pers yang diberikan oleh UU Pers yang

dijadikan landasan di dalam setiap tindakan yang dilakukan serta hak ingkar yang

dimiliki. Pers tidak berarti bebas dari sanksi hukum yang harus diterima apabila

telah terbukti melanggar rahasia bank yang diatur di dalam UU Perbankan. Tetapi

segala sesuatunya harus dibuktikan terlebih dahulu mengenai penyimpangan yang

terjadi terkait permasalahan ini. Dapat dicermati bahwa, Pers dalam hal ini

wartawan yang berkaitan dengan informasi rahasia bank memiliki kebebasan di

dalam mencari, memperoleh serta menyebarluaskan gagasan maupun informasi

yang berkaitan dengan informasi rahasia bank untuk dipublikasikan di media

massa, tanpa batasan apapun yang ditentukan oleh Undang-Undang Pers.

Pers tetap harus berpatokan pada asas pers yang bebas dan

bertanggungjawab, bebas disini dalam berarti bebas berekspresi tanpa tekanan dan

paksaan dari pihak manapun tetapi tidak mengabaikan etika, nilai-nilai, dan norma

yang berlaku, serta memegang teguh kode etik jurnalistik sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan. Sampai saat ini dalam konsep kebebasan pers belum diatur

Page 27: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

11

mengenai pembatasan informasi yang nantinya akan dipublikasikan ataupun

dimuat di media massa, termasuk informasi rahasia bank. Dalam seminar

“Dilema Bankir dan Dunia Usaha” para pembicara umumnya sepakat bahwa,

Wartawan bukan subyek hukum yang dilarang menerima informasi yang bersifat

rahasia bank. Sehingga apabila wartawan dalam memperoleh informasi rahasia

bank yaitu mengenai data keuangan nasabah dan kemudian membeberkannya

dalam tulisannya, misalnya dalam investigative report, maka wartawan tersebut

tidak dapat dipersalahkan.10

Adanya Undang-Undang yang mengatur tentang pers ini, bukan berarti

bahwa pers menjadi kebal terhadap hukum. Tetapi pada kenyataanya, pers seakan-

akan diberi kewenangan untuk mengetahui apapun, membicarakan apapun dan

juga memberitakan sebebas-bebasnya. Pers dalam hal ini bukan berarti kebal

hukum , apabila pers melakukan kesalahan dalam pemberitaanya, seharusnya pers

dapat dihukum pula dan juga diberi sanksi. Sebagaimana telah diuraikan bahwa,

Ketentuan Pasal 4 ayat (3) UU Pers yang menegaskan bahwa, Untuk menjamin

kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan

menyebarluaskan gagasan dan informasi. Hal ini bertentangan Kerahasiaan bank

yang diatur di dalam Pasal 40 ayat (1) UU Perbankan menegaskan bahwa, Bank

wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,

kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42,

Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44 A, yang menimbulkan permasalahan diantara

Undang-Undang tersebut.

10

Yunus Husein, loc.cit.

Page 28: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

12

Hal ini disebabkan karena di dalam pengecualian yang ditentukan

Undang-Undang Perbankan tidak mengatur mengenai pers yang dapat

memperoleh informasi rahasia bank atau sanksi bagi pers yang mempublikasikan

informasi rahasia bank. Sehingga dalam hal ini pers berpeluang memiliki hak

untuk mendapatkan serta dapat mempublikasikan informasi terkait informasi

rahasia bank di media massa dengan bebas karena belum ada pembatasannya.

Keadaan ini sangat merugikan nasabah Perbankan dimana simpanan tersebut

merupakan hak pribadi nasabah penyimpan yang tidak perlu diketahui oleh orang

lain. Selain itu pelanggaran dari ketentuan rahasia bank ini dapat memicu

permasalahan dikemudian hari yang mungkin akan merugikan bank, bank dalam

hal ini perlu juga memperhatikan kedudukannya sebagai lembaga kepercayaan.

Sehubungan dengan permasalahan antara Pasal 40 ayat (1) UU Perbankan

dengan Pasal 4 ayat (3) UU Pers maka diangkatlah permasalahan ini ke dalam

suatu Penelitian dengan judul : “ PENGATURAN KEWAJIBAN BANK

MENJAGA KERAHASIAAN DATA NASABAH PENYIMPAN MENURUT

UNDANG-UNDANG PERBANKAN DIKAITKAN DENGAN

KEBEBASAN PERS”.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya menyangkut

masalah “Pengaturan Kewajiban Bank Menjaga Kerahasiaan Data Nasabah

Penyimpan Menurut Undang Undang Perbankan dikaitkan dengan Kebebasan

Pers”, tidak ditemukan Tesis maupun karya tulis lainnya dengan judul yang sama.

Namun dapat dibandingkan dengan tiga (3) penelitian yang menyangkut

permasalahan tentang kerahasiaan nasabah bank, yaitu :

Page 29: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

13

1. Tesis milik Nyoman Tariani, disusun pada tahun 2009, mahasiswa Magister

Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana yang berjudul

Perlindungan Hukum Internet Banking Dalam Kaitannya Dengan Data Pribadi

Nasabah. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini

yaitu :

a. Bagaimanakah system internet banking memberikan perlindungan hukum

terhadap data pribadi nasabah?

b. Upaya hukum apa yang seharusnya dilakukan oleh bank maupun nasabah

di masa mendatang untuk mengurangi resiko dalam penyelenggaraan

internet banking ?

Secara umum penelitian ini membahas mengenai perlindungan hukum bagi

nasabah dalam hal penyelenggaraan internet banking berkaitan dengan data

pribadi nasabah.

2. Tesis milik Anak Agung Sagung Ngurah Indradewi, disusun pada tahun

2008, mahasiswa Magister Hukum Program Pascasarjana Universitas

Udayana, yang berjudul Tanggung Jawab Media Penyiar Iklan Berkaitan

Dengan Siaran Iklan Yang Merugikan Konsumen. Adapun yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

a. Bagaimana pengaturan tanggung jawab media penyiar iklan berkaitan

siaran iklan yang merugikan konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8

tahun 1999 ?

b. Mengenai siapa pihak yang harus bertanggung jawab atas siaran iklan

yang merugikan konsumen ?

Page 30: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

14

Secara umum penelitian ini membahas mengenai Tanggung jawab penyiar

iklan yang merugikan konsumen.

3. Tesis milik I Komang Hendri Lesmana, disusun pada tahun 2006, mahasiswa

Magister Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, yang berjudul

Kewenangan Pemerintah Dalam Masalah Hak Atas Kebebasan Pers. Adapun

yang menjadi pokok permasalahan yaitu :

a. Mengenai bagaimana hak atas kebebasan pers?

b. Mengenai bagaimana kewenangan pemerintah dalam membatasi hak atas

kebebasan pers?

Secara umum penelitian ini membahas mengenai kewenangan

pemerintah dalam membatasi hak atas kebebasan pers. Dari hasil penelusuran

orisinalitas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka tidak ditemukan

adanya kesamaan baik dari segi isi ataupun substansi karya tulis yang telah

dimuat sebelumnya sehingga tingkat orisinalitas penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapatlah dirumuskan

permasalahan yang perlu mendapat pembahasan lebih lanjut. Adapun

permasalahan-permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan rahasia bank dengan berlakunya Undang-Undang

Pers ?

Page 31: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

15

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Nasabah Bank yang dirugikan

akibat adanya kebebasan pers?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pemecahan

permasalahan antara kerahasiaan bank dan kebebasan pers.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian adalah :

1. Untuk menganalisis pengaturan rahasia bank dengan berlakunya Undang-

Undang Pers.

2. Untuk menganalisis perlindungan hukum nasabah bank yang dirugikan

akibat adanya kebebasan pers.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan

pemahaman dan masukan bagi hukum Perbankan, khususnya mengenai rahasia

bank serta perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan akibat konsep

kebebasan pers.

Page 32: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

16

1.4.2 Manfaat Praktis

Seluruh hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-

manfaat :

1. Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

penelitian dan pembelajaran, sebagai bahan referensi pada perpustakaan dan

bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya serta hukum

Perbankan pada khususnya.

2. Perbankan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan dan

menghasilkan pengetahuan hukum yang progresif sehingga dapat membantu

dalam menjalankan praktik Perbankan terkait dengan kerahasiaan bank.

3. Diri Sendiri

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu

dan wawasan mengenai perkembangan hukum khususnya hukum Perbankan

bagi Penulis dan dapat memenuhi persyaratan untuk lulus dalam jenjang

pendidikan strata dua (2) Magister Kenotariatan.

1.5 Landasan Teoritis

Landasan teoritis terdiri dari teori, konsep, serta pandangan para sarjana.

Sedangkan Landasan teoritis yang akan digunakan untuk membahas permasalahan

dalam penelitian ini terdiri atas :

Page 33: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

17

1.5.1 Teori

Teori-Teori yang akan digunakan untuk membahas permasalahan dalam

penelitian ini terdiri atas :

a. Teori Keadilan

Teori yang digunakan dalam pemasalahan ini adalah Teori Keadilan

oleh Aristoteles. Teori Keadilan ini menegaskan bahwa keadilan adalah kelayakan

dalam tindakan manusia (fairness in human action). Kelayakan ada di tengah-

tengah antara titik yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Keadilan menurut

Aristoteles menitiberatkan pada perimbangan.11

Aristoteles mengemukakan konsepsi mengenai keadilan yang dibagi

menjadi keadilan distributif, keadilan perbaikan (remedial justice), dan keadilan

niaga (commercial justice). Keadilan distributif (distributive justice) berwujud

suatu perimbangan (proportion) agar merupakan keadilan, yang merupakan suatu

persamaan dari dua perbandingan (equality of ratios). Ketidakadilan adalah apa

yang melanggar perimbangan atau proporsi itu. Aristoteles mengilustrasikan

bahwa bagian B yang diterima sesuai dengan jasa B, dan bagian C yang diterima

sesuai dengan jasa C. Teori keadilan distributif dari Aristoteles ini mendasarkan

pada prinsip persamaan (equality).12

Keadilan Perbaikan (Remedial Justice) adalah untuk mengembalikan

persamaan dengan menjatuhkan hukuman pada pihak yang bersangkutan.

Keadilan niaga adalah perimbangan yang bercorak timbal balik dalam hal usaha

11

The Liang Gie, 1982, Teori-Teori Keadilan, Super Sukses, Yogyakarta,

hal.23-25. 12

Ibid.

Page 34: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

18

pertukaran benda atau jasa pada para pihak di tengah masyarakat. Pertukaran ini

adalah suatu pertukaran yang mengandung unsur timbal balik secara proporsional

(proportionate reciprocity).13

Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara

satu orang dengan orang lainnya dalam satu warga Negara atau dengan warga

Negara lain. Keadilan komutatif atau niaga menyangkut hubungan horizontal

antar warga Negara yang satu dengan warga Negara lain. Keadilan niaga sering

disebut dengan keadilan komutatif (commutative justice).

Relevansi rumusan permasalahan pertama dengan teori keadilan yaitu

dalam dunia bisnis, keadilan komutatif atau keadilan niaga berlaku sebagai

keadilan tukar. Dengan kata lain, keadilan komutatif menyangkut pertukaran

yang adil antar para pihak yang terlibat. Para pihak yang dimaksud disini antara

bank dengan nasabah yang menjalin suatu hubungan hukum sehingga

menimbulkan akibat hukum berupa pemenuhan hak dan kewajiban secara adil

bagi masing-masing pihak. Pemenuhan hak dan kewajiban ini menurut Prinsip

keadilan komutatif menuntut agar semua orang menepati apa yang telah

diperjanjikannya.

Salah satunya dalam hal kewajiban bank merahasiakan data nasabah

penyimpan yang merupakan hak dari nasabah yang sudah diatur di dalam undang-

undang. Sehingga tujuan dari keadilan komutatif terwujud yaitu bertujuan untuk

memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahtraan umum. Namun disisi lain pers

mengungkapkan data nasabah dan simpananya yang merupakan rahasia bank

yang sudah diatur di dalam undang-undang. ini disebabkan konsep kebebasan

13

Ibid.

Page 35: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

19

pers yang belum dibatasi. Sehingga pers dapat mempublikasikan informasi, dalam

hal ini yaitu informasi rahasia bank. Hal ini menimbulkan ketidakadilan karena

telah melanggar proporsi ataupun batasan kerahasiaan bank sehingga merugikan

nasabah serta bank, yang nantinya berdampak menurunnya kepercayaan nasabah

kepada bank sehingga tidak terciptanya ketertiban yang merupakan tujuan dari

keadilan.

b. Teori Tanggung Jawab Hukum

Teori yang digunakan dalam kasus ini adalah Teori Tanggung Jawab

Hukum oleh Hans Kelsen. Teori Tanggung Jawab Hukum ini menegaskan bahwa

seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau

bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, berarti bahwa dia bertanggung jawab

atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Kegagalan untuk

melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut kekhilafan

(negligence) dan kekhilafan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari

kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena

mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud jahat, akibat yang

membahayakan.14

Hans kelsen selanjutnya membagi tanggung jawab yang terdiri

dari :

a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung

jawab terhadap pelanggaran yang dilakukan sendiri;

b. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seseorang individu

bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang

lain;

14

Hans Kelsen, 2007, Teori Umum dan Negara dan Dasar-Dasar Ilmu

Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskritif Empirik, terjemahan soemardi,

BEE Media Indonesia, Jakarta, hal.81-83.

Page 36: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

20

c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa

seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang

dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan

menimbulkan kerugian;

d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu

bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukan karena tidak

sengaja dan tidak diperkirakan.15

Relevansi rumusan permasalahan pertama dengan teori tanggungjawab

hukum bahwa pers dengan konsep kebebasan yang belum ada pembatasannya

telah memperoleh dan mempublikasikan informasi yaitu informasi rahasia bank.

Berdasarkan Undang-Undang Perbankan, bank diwajibkan untuk menjaga rahasia

bank. Hal ini dapat dikecualikan apabila berkaitan dengan pidana, lelang, pajak,

perdata, tukar menukar informasi bank, serta ahli waris. Namun informasi yang

dipublikasikan oleh pers adalah informasi rahasia bank yang mana nasabah tidak

masuk kategori yang dikecualikan oleh undang-undang. Perbuatan pers ini telah

melanggar ketentuan rahasia bank dalam Undang-Undang Perbankan. Karena

sesuai perintah undang-undang, rahasia bank dapat dibuka apabila nasabah yang

bersangkutan tersangkut permasalahan yang dikecualikan oleh undang-undang.

Dalam hal ini pers harus bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan

tertentu yang dilakukan dalam hal pelanggaran rahasia bank dalam undang-

undang sehingga harus memikul tanggung jawab hukum, berarti bahwa dia

bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.

c. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)

Teori yang digunakan dalam kasus ini adalah Teori Pemangku

Kepentingan (Stakeholder Theory) oleh John kay. Teori Pemangku Kepentingan

15

Hans Kelsen, 2006, Teori Hukum Murni, terjemahan Raisul Mutaqien,

Nuansa & Nusa Media, Bandung, hal.140.

Page 37: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

21

ini menegaskan bahwa perusahaan sebagai institusi sosial wajib untuk

melindungi para pihak dalam perusahaan tersebut diantaranya yaitu pihak internal

dan pihak eksternal dalam suatu perusahaan .16

pihak internal dalam perusahaan

yaitu karyawan, investor dan lain lain. Sedangkan pihak eksternal dalam hal ini

nasabah selaku pengguna jasa dari perusahaan tersebut. Sejalan dengan John Kay,

David Grayson mengemukakan pendapatnya yang menguatkan Teori Pemangku

Kepentingan (Stakeholder Theory), bahwa obligations not just to investors, but to

the communities they serve and the environment as well.17

(kewajiban tidak

hanya untuk investor, tetapi untuk masyarakat yang mereka layani dan juga

lingkungan) jelas sudah bahwa perusahaan bukan hanya melindungi kepada

pemegang saham saja, namun juga melindungi kepada masyarakat dan lingkungan

sekitarnya.

Relevansi rumusan permasalahan kedua dengan teori Stakeholder ini

yaitu bahwa perusahaan dalam hal ini bank sebagai institusi sosial memiliki

kewajiban untuk melindungi seluruh pemangku kepentingan. Salah satunya yang

berkaitan dengan permasalahan ini adalah Konsumen yaitu pihak yang

menggunakan jasa atau produk dari suatu perusahaan.konsumen yang dimaksud

disini yaitu nasabah bank khususnya nasabah penyimpan yang patut diberikan

perlindungan bila dirugikan akibat penggunaan jasa atau produk dari pelaku

usaha.

16

Richard Smerdon, 1998, A Practical Guide To Corporate Governance,

Sweet & Maxwell, London, hal.7. 17

David Grayson, 2008, A New Mindset for corporate Sustainability,

British Telecomunication and Cisco, United Kingdom, hal.2.

Page 38: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

22

Berkaitan dengan permasalahan pada rumusan kedua, bahwa nasabah

penyimpan wajib diberikan suatu perlindungan hukum yang merupakan akibat

hukum dari suatu hubungan hukum yang terjalin antara bank dan nasabah.

Perlindungan hukum ini lahir dari perintah undang-undang yang mengisyaratkan

bank wajib melindungi dan merahasiakan data nasabah dan simpanan nasabah

penyimpan. Perlindungan hukum ini diperuntukkan khususnya untuk nasabah

penyimpan agar bank melindungi hak dan kewajiban dari pihak nasabah.

Sehingga antara bank dan nasabah terjalin hubungan kepercayaan yang harmonis

yang merupakan dasar kepercayaan masyarakat apabila mereka selaku nasabah

menggunakan jasa-jasa bank untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat.

Sehingga jika masyarakat merasa dirugikan dan merasa tidak aman menyimpan

dananya di bank akibat terungkapnya rahasia nasabah maka nasabah bersangkutan

mempunyai hak untuk menuntut kepada pihak bank karena telah melanggar

ketentuan mengenai rahasia bank.

d. Teori Rahasia Bank

Ada dua teori tentang rahasia bank yang dikemukakan oleh Drs.

Muhammad Djumhana, S.H., yaitu :

a) Teori Mutlak yaitu bahwa rahasia keuangan dari nasabah ini tidak dapat

dibuka oleh siapapun dan dalam bentuk apapun. Saat ini hampir tidak ada

Negara yang menganut teori ini. Bahkan Negara yang menganut teori

perlindungan nasabah secara ketat, seperti swiss ataupun negara-negara tax

heaven seperti kepulauan bahama yang membenarkan rahasia bank dalam

hal-hal khusus.

Page 39: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

23

b) Teori Relatif yaitu, bahwa rahasia bank tetap dijaga, namun dalam hal-hal

khusus, yaitu dalam hal yang luar biasa, prinsip kerahasiaan bank ini dapat

diterobos, misalnya untuk kepentingan perpajakan.18

1.5.2 Konsep

Konsep – konsep yang akan digunakan untuk membahas permasalahan

dalam penelitian ini terdiri atas :

a. Kewajiban Bank

Secara umum dalam menjalankan tugas dan kegiatannya, bank wajib

berpedoman pada prinsip-prinsip perbankan yang sehat dan mematuhi ketentuan

yang berlaku serta harus menghindari praktek atau kegiatan yang dapat

membahayakan kelangsungan hidup bank atau merugikan kepentingan

masyarakat.19

Berdasarkan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun

1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan yang menegaskan bahwa, Bank wajib memelihara tingkat kesehatan

bank, sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas

manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan

dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip

kehati-hatian.

Selanjutnya Pasal 29 ayat (3) menegaskan bahwa, dalam memberikan

kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha

18

Muhamad Djumhana, 2003, Hukum Perbankan di Indonesia, PT.Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal. 108. 19

Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di

Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.133.

Page 40: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

24

lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan

kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Pasal 29 ayat

(4) menegaskan bahwa, untuk kepentingan Nasabah, Bank wajib menyediakan

informasi mengenai timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi

nasabah yang dilakukan melalui bank.

Hubungan antara bank dan nasabah diatur di dalam perjanjian, ini berarti

bahwa, para pihak dalam hal ini bank sebagai suatu badan usaha dan

nasabah baik perorangan maupun badan usaha mempunyai hak dan

kewajiban.20

Sebagai gambaran umum kiranya dapat diungkap di sini,

bahwa bank mempunyai kewajiban untuk :

1. Menjamin kerahasiaan identitas nasabah beserta dengan dana yang

disimpan pada bank, kecuali kalau peraturan Perundang-Undangan

menentukan lain;

2. Menyerahkan dana kepada nasabah sesuai dengan perjanjian yang

telah disepakati;

3. Membayar bunga simpanan sesuai dengan perjanjian;

4. Mengganti kedudukan debitor dalam hal nasabah tidak mampu

melaksanakan kewajibannya kepada pihak ketiga;

5. Melakukan pembayaran kepada eksportir dalam hal digunakan

fasilitas L/C, sepanjang persyaratan untuk itu telah dipenuhi;

6. Memberikan laporan kepada nasabah terhadap perkembangan

simpanan dananya di bank; dan

7. Mengembalikan agunan dalam hal kredit telah lunas.21

Lembaga keuangan membawa konsekuensi yang berupa tanggung jawab

atau kewajiban yang mesti harus dipenuhinya akibat hubungan hukumnya dengan

para nasabah. Kaitannya dengan dana nasabah yang disimpan pada bank dalam

hubungannya dengan perjanjian antara bank dan nasabah di bidang tabungan

maupun deposito serta produk bank lainnya menimbulkan beberapa kewajiban

dari pihak bank, yaitu:

20

Sentosa Sembiring, 2008, Hukum Perbankan, CV.Mandar Maju,

Bandung, hal. 62. 21

Ibid.hal.63.

Page 41: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

25

1) Kewajiban bank untuk tetap menjamin dan menjaga kerahasiaan

keuangan nasabah;

2) Kewajiban bank untuk mengamankan dana nasabah;

3) Kewajiban untuk melaporkan kegiatan Perbankan secara transparan

kepada masyarakat; dan

4) Kewajiban bank untuk selalu memelihara tingkat kesehatannya.22

Dapat disimpulkan bahwa, kewajiban bank merupakan suatu akibat

hukum yang ditimbulkan antara bank dengan nasabah, untuk menjaga

kepercayaan nasabah yang telah diberikan untuk bank. diharapkan kewajiban

yang sudah ditentukan terutama yang tercantum di dalam undang-undang

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh bank dengan tidak lupa menerapkan

prinsip-prinsip perbankan dalam pengelolaan keuangan bank. Upaya perbankan

ini perlu lebih dioptimalkan agar masyarakat selaku nasabah merasa dibangkitkan

keinginannya untuk menabung serta mempercayai dananya akan aman disimpan

di bank. sehingga hal ini bisa dimanfaatkan oleh bank dalam rangka mengundang

nasabah menabung di bank. serta menggunakan jasa-jasa yang disediakan oleh

bank demi menunjang dan membantu masyarakat di dalam mempermudah

mengatur keuangan baik pribadi maupun usaha.

b. Konsep Kerahasiaan Bank

Hubungan antara bank dengan nasabahnya ternyata tidaklah seperti

hubungan kontraktual biasa, tetapi dalam hubungan tersebut terdapat kewajiban

bagi bank untuk tidak membuka rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain mana

pun kecuali jika ditentukan lain oleh perundang-undangan yang berlaku. Dasar

hukum dari ketentuan rahasia bank di Indonesia mula-mula ialah Undang-Undang

22

Muhammad Djumhana, op.cit,hal.37.

Page 42: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

26

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pengertian rahasia bank oleh

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 diberikan oleh Pasal 1 angka 16 bahwa,

Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-

hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia Perbankan wajib

dirahasiakan.

Berdasarkan ketentuan undang-undang ini rahasia bank mencakup

keseluruhan nasabah bank yang menyimpan dananya di bank. Pengertian ini telah

direvisi dengan pengertian oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan. Terhadap Undang-Undang ini rumusan yang baru diberikan dalam

Pasal 1 angka 28 UU Perbankan bahwa, Rahasia bank adalah segala sesuatu

yang berhubungan dengan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan

Simpanannya. Undang-Undang Perbankan saat ini mempertegas dan

mempersempit pengertian rahasia bank dibandingkan dengan ketentuannya dalam

pasal-pasal dari undang-undang sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan.

Berdasarkan Pasal 40 ayat (1) UU Perbankan bahwa, Bank wajib

merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali

dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43,

Pasal 44, dan Pasal 44A. Dalam artian bahwa berdasarkan ketentuan ini bank

wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,

kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud oleh Undang-Undang Perbankan. Pasal

40 ayat (2) bahwa, Ketentuan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) untuk menjaga

Page 43: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

27

kerahasiaan bank berlaku pula bagi pihak terafiliasi. Berdasarkan penjelasan di

atas, dapat disimpulkan kerahasiaan bank yang dianut oleh Perbankan hanya

merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan nasabah penyimpan dan

simpanannya. Jadi konsep kerahasiaan bank ini adalah segala sesuatu diluar

nasabah penyimpan bukan merupakan suatu kerahasiaan, sehingga disini

diwajibkan kepada para pihak yang disebut oleh undang-undang untuk memegang

teguh rahasia bank sesuai ketentuan yang ada.

c. Konsep Nasabah Bank dan Simpanannya

Berdasarkan Pasal 1 UU Perbankan, yang dimaksud dengan pengertian

nasabah :

a. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, sesuai dengan

Pasal 1 angka 16;

b. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di

bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan

nasabah yang bersangkutan, sesuai dengan Pasal 1 angka 17; dan

c. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan

dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang

bersangkutan, Sesuai dengan Pasal 1 angka 18.23

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor :2/19/PBI/2000 tentang

Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka

Rahasia Bank bahwa definisi mengenai nasabah, nasabah penyimpan dan nasabah

debitur memiliki kesamaan definisi dengan yang dituangkan di dalam UU

Perbankan. Sedangkan sesuai Pasal 1 angka (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor

: 5/21/PBI/2003 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

23

Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, hal. 35.

Page 44: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

28

3/10/PBI/2001 tentang penerapan prinsip mengenal nasabah (Know your customer

principles) bahwa, Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.

Sementara itu sesuai dengan Pasal 1 angka (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data

Pribadi Nasabah bahwa, Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank,

termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank

untuk melakukan transaksi keuangan (walk in customer).

Simpanan merujuk pada Pasal 1 UU Perbankan bahwa, Simpanan adalah

dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian

penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan

dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu:

a. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat

dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran

lainnya atau dengan pemindahbukuan;

b. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan

bank;

c. Sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang

sertifikat bukti pemyimpananya dapat dipindahtangankan;serta

d. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik

dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan

dengan itu.24

d. Konsep Kebebasan Pers

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Pers menegaskan bahwa,

Pers adalah Lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan

kegiatan jurnalistik meliputi mencari,memperoleh dan memiliki, menyimpan,

mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,

24

Rachmadi Usman, op.cit, hal.9.

Page 45: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

29

gambar, suara dan gambar serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya

dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran

yang tersedia. Kemerdekaan Pers atau kebebasan pers sesuai Pasal 2 UU Pers

menegaskan bahwa, kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

rakyat yang berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi

hukum. Pasal 4 ayat (1) menegaskan bahwa, kemerdekaan pers dijamin sebagai

hak asasi warga negara. Landasan konstitusional kerja bagi pers di Indonesia :

1. Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa setiap orang

bebas atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, dan sikap yang

sesuai dengan hati nuraninya. Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945

menegaskan bahwa, Setiap orang berhak atas kebebasan yang berserikat,

berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Selain itu Pasal

28F menyatakan bahwa, Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan

memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,

serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Seperti Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 28 dan 28F , pada amandemen ke

2, Pasal 28, Pasal 28E Ayat (2) dan (3) serta Pasal 28 F.

2. Kontrak sosial yang dibangun pada bulan agustus 1945 yang antara lain

berisikan :

a. Sekitar 365 etnis yang berbeda budaya, bahasa, dan agama bersepakat

membentuk suatu negara NKRI;

Page 46: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

30

b. Bahwasanya negara itu bertujuan mewujudkan perlindungan,

keamanan, keadilan, kesejahtraan dan kemakmuran bagi segenap

rakyat indonesia;

c. Bahwasanya negara itu berdasarkan pancasila, bukan negara agama;

d. Bahwasanya dalam penyelenggaraan negara itu, rakyat yang berdaulat;

e. Bahwasanya kemerdekaan untuk berserikat ,berkumpul, dan berserikat

dijamin; serta

f. Bahwasanya kemerdekaan negara bersendikan hukum (rechhstaat),

bukan bersendikan kekuasaan (machstaat) , Itulah dua landasan

konstitusional yang menjadi dasar bekerjanya pers. 25

Pada kategori hukum itu, selain memiliki landasan konstitusionalnya,

Pers juga memiliki landasan yuridisnya, yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun

1999 tentang Pers. Disebutkan di dalam undang-undang itu tentang kewenangan

pers bahwa :

1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan,

hiburan dan kontrol sosial sesuai dengan Pasal 3 ayat(1);

2) Pers berhak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan

informasi sesuai dengan Pasal 4 ayat (3);

3) Pers berperan memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui ,

menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya

supremasi hukum dan ham serta kebhinekaan mengembangkan

pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.

Melakukan pengawasan kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kepentingan umum; dan memperjuangkan kebenaran

sesuai dengan Pasal 6; serta

25

Amirudin, 2005, Kriminalisasi atas Kebebasan Pers dalam Persfektif

Pers, pada seminar :kriminalisasi atas kerahasiaan dan kebebasan pers dalam

RUU KUHP, Semarang, tanggal 19 Desember 2005.

Page 47: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

31

4) Kode Etik Jurnalistik (Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40

Tahun 1999 tentang Pers ).

Makna kebebasan pers dalam pengertian pers pancasila adalah khas

Indonesia, yaitu bukan bebas dari dan bebas untuk melainkan bebas dan, yaitu

bebas dan bertanggung jawab sebagaimana yang diamanatkan oleh pancasila.26

Dapat disimpulkan kebebasan pers adalah suatu kebebasan bagi pers di dalam

mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi yang

diperoleh. Namun harus tetap berpedoman kepada peraturan perundang-undangan

yang berlaku agar tidak merugikan pihak lain, hal ini dilakukan karena bebas

disini tidak dalam arti sebebas-bebasnya tanpa masuk ke dalam koridor hukum

yang berlaku, bebas disini berarti tetap memperhatikan hukum yang

berlaku,kesusilaan serta peraturan lain sebagai pedoman yang membatasi pers di

dalam tindakannya.

1.5.3 Pandangan Para sarjana

a. Kewajiban Bank

Menurut Lord Denning menyebutkan bahwa kewajiban suatu bank

adalah sebagai berikut :

1. Menerima cash dan membayar dokumentasi yang mesti dibayar oleh

nasabah seperti terhadap cek, pengiriman uang, bils of exchange dan lain-

lain instrument perbankan;

2. Membayar kembali uang nasabah yang ditempatkan di bank tersebut

apabila dimintakan oleh pihak nasabah;

3. Meminjamkan uang kepada nasabah;

26

Onong Uchajana Effendy,2003, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,

PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.116.

Page 48: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

32

4. Menjaga kerahasian account nasabah dalam hubungan dengan

kerahasiaan bank, kecuali apabila ditentukan lain oleh peraturan

perundang-undangan;

5. Jika pihak nasabah mempunyai dua rekening, maka ada kewajiban moral

bagi bank untuk membuat rekening tersebut terpisah satu sama lain; serta

6. Jika rekening ditutup, maka bank harus mempunyai alasan yang

reasonable untuk menutup rekening tersebut.27

Menurut Rimsky K Judisseno dalam melaksanakan banking duties

principles, bank memiliki kewajiban-Kewajiban untuk membuat masyarakat

memiliki kepercayaan yang semakin tinggi terhadap perbankan antara lain adalah:

1. Kewajiban umum yang meliputi pemberian pelayanan yang baik, rasa

aman, dan perlakuan yang sama (equal treatment) terhadap para nasabah

seperti penabung, peminjam, dan pengguna jasa bank lainnya; dan

2. Kewajiban khusus, yang meliputi kewajiban terhadap pemerintah,

karyawan dan pemilik.

b. Kerahasiaan data Nasabah

Menurut Munir Fuady dari pengertian yang diberikan oleh Pasal-Pasal

dalam peraturan perbankan, dapat ditarik unsur-unsur rahasia bank itu, yaitu

sebagai berikut :

1. Rahasia bank tersebut berhubungan dengan keterangan mengenai

nasabah penyimpan dan simpanannya;

2. Hal tersebut “wajib” dirahasiakan oleh bank, kecuali termasuk ke dalam

kategori perkecualiaan berdasarkan prosedur dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

3. Pihak yang dilarang membuka rahasia bank adalah pihak bank sendiri

dan/atau pihak terafiliasi, yang dimaksud dengan pihak terafiliasi adalah

sebagai berikut :

a. Anggota dewan komisaris, pengawas, direksi, atau kuasanya, pejabat

atau karyawan bank yang bersangkutan;

27

Munir Fuady ,1998, Hukum Perbankan Modern, Cet.I, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal.16.

Page 49: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

33

b.Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat atau

karyawan bank, khusus bagi bank berbentuk badan hukum koperasi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Pihak pemberi jasa kepada bank yang bersangkutan, termasuk tetapi

terbatas pada akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan konsultan

lainnya; dan

d.Pihak yang menurut penilaian bank Indonesia turut serta

mempengaruhi pengelolaan bank, termasuk tetapi tidak terbatas pada

pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga

pengawas, keluarga direksi dan keluarga pengurus.28

Munir Fuady memberikan rambu-rambu yang bersifat universal

mengenai perkecualian terhadap suatu rahasia bank, yaitu bahwa rahasia bank

dapat dibuka jika :

a. Jika disclosure diharuskan oleh perundang-undangan yang berlaku;

b. Jika ada kewajiban (duty) kepada public untuk membuka rahasia

tersebut;

c. Jika kepentingan bank menginginkan dibukanya informasi tersebut;

dan

d. Jika disclosure dilakukan dengan persetujuan (dengan tegas atau

tersirat) dari pihak nasabahnya.29

c. Kebebasan Pers

Mengenai kebebasan pers dalam istilah inggrisnya disebut freedom of

opinion and expression and freedom of the speech . Masduki menyatakan bahwa,

kebebasan pers adalah istilah yang menunjuk jaminan atas hak-hak warga

memperoleh informasi sebagai dasar guna membentuk sikap dan pendapat dalam

konteks sosial dan estetis yang untuk itu itu diperlukan media massa sebagai

institusi kemasyarakatan. Sedangkan Jhon C. Meriil menegaskan bahwa,

28

Munir Fuady, op.cit, hal. 95. 29

Munir Fuady, op.cit, hal. 93.

Page 50: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

34

kebebasan pers sebagai suatu kondisi riil yang memungkinkan para pekerja pers

bisa memilih, menentukan dan mengerjakan tugas sesuai keinginan mereka.30

A.Hamzah berpendapat bahwa, Pers pada dasarnya sebagai salah satu

media komunikasi massa yang bersifat umum dan tertib secara teratur berupa

buku , majalah-majalah, surat-surat kabar dan barang-barang cetakan yang lain ,

yang berfungsi sebagai sarana penyebarluasan informasi dan perjuangan, dalam

rangka mencapai cita-cita perjuangan nasional.31

Kebebasan dalam Kamus

Hukum didefinisikan sebagai kemerdekaan; keadaan bebas. Sedangkan kebebasan

pers didefinisikan sebagai kemerdekaan atau kebebasan mengeluarkan pikiran dan

pendapat melalui media massa.32

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

hukum normatif. Merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan mengkaji

bahan-bahan hukum yang berasal dari peraturan perundang-undangan dan

berbagai literatur hukum.33

30

Masduki, 2003, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, UII Press,

Jakarta, hal.102. 31

Amir Hamzah, 1987, Delik-delik Pers di Indonesia, PT. Media Sarana

Press, Jakarta, hal.66. 32

Soesilo Prajogo, 2007, Kamus Hukum Internasional dan Indonesia,

Wacana intelektual, Jakarta, hal.242. 33

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.13.

Page 51: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

35

1.6.2 Jenis Pendekatan

Dalam penelitian ini, digunakan tiga jenis pendekatan untuk membahas

permasalahan yang ada, yaitu :

1. Pendekatan Perundang-Undangan (The Statute Approach)

Pendekatan perundang-undangan (the statute approach) dilakukan

penelitian yang mensinkronkan perundang-undangan baik vertikal

maupun horizontal.34

pendekatan ini digunakan untuk menelaah

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini.

2. Pendekatan Konsep Hukum (the Conceptual Approach)

Pendekatan konsep hukum digunakan untuk menganalisis konsep-

konsep yang relevan dalam penelitian ini untuk memperoleh hasil yang

diinginkan. Dengan kata lain, dalam pendekatan konsep hukum

merujuk pada konsep-konsep hukum yang dapat ditemukan dalam

pandangan-pandangan para sarjana atau doktrin-doktrin hukum.35

3. Pendekatan Kasus (The Case Approach)

Pendekatan Kasus digunakan sebagai data penunjang atau ilustrasi

untuk membantu menganalisis permasalahan yang dibahas. sehingga

diperoleh hasil yang diinginkan bagi penyusunan argumentasi dalam

mencari solusi bagi penelitian ini.

34

Rony Harnitijo Sumitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri,

Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 27. 35

Johni Ibrahim, 2007, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif,

Cet, III. Bayumedia Publishing, Malang, hal. 306.

Page 52: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

36

1.6.3 Sumber Bahan Hukum

Untuk mengkaji dan membahas permasalahan dalam penelitian ini,

digunakan sumber bahan hukum berupa bahan-bahan hukum yang mencakup

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Sumber

bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Bahan hukum primer terdiri atas :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan;

4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers ;

5) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

6) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

7) Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan;

8) Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan

dan Tata Cara Perintah Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank;

9) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 5/21/PBI/2003 Tentang Perubahan

atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 Tentang

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know your customer

principles); serta

Page 53: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

37

10) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang

Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi

Nasabah.

11) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan

Good Corporate Governance bagi bank Umum.

12) Peraturan Bank Indonesia 10/10/PBI/2008 tentang perubahan atas

peraturan bank indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian

Pengaduan Nasabah.

13) Peraturan Bank Indonesia 10/1/PBI/2008 tentang perubahan atas

peraturan bank indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 tentang Mediasi

Perbankan.

b. Bahan hukum sekunder terdiri atas :

1) Buku-buku hukum mengenai Kerahasian bank dan pers;

2) Jurnal-jurnal ilmiah; serta

3) Internet dan situs resmi.

c. Bahan hukum tersier terdiri atas Kamus Hukum Internasional dan

Indonesia.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah teknik

bola salju (Snow ball system). Teknik pengumpulan bahan hukum ini dimulai

dengan mencari satu literatur tentang rahasia bank dan pers. setelah mendapatkan

satu literatur, kemudian dibaca daftar pustaka dari literatur tersebut, dengan

menggunakan rujukan yang ada pada daftar pustaka, diperoleh satu bahan hukum

Page 54: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

38

yang dicari sesuai dengan dibahas dalam penelitian ini. kemudian dilanjutkan

dengan mencari literatur lainnya dengan menggunakan rujukan yang ada pada

daftar pustaka yang dimuat di dalam literatur tersebut. Proses ini dilakukan secara

terus menerus dari literatur satu ke literatur lain hingga diperoleh bahan hukum

yang sesuai untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

1.6.5 Teknik Pengolahan Bahan Hukum.

Teknik pengolahan bahan hukum dilakukan pertama dengan memeriksa

kembali bahan hukum yang diperoleh dari kelengkapannya, kejelasan maknanya,

kesesuaian serta relevansinya dengan kelompok yang lainnya. Selanjutnya bahan

hukum tersebut diberi tanda atau catatan yang menyatakan jenis sumber bahan

hukum, nama penulis, dan tahun penerbitan. Langkah terakhir bahan hukum ini

disusun ulang secara teratur, berurutan dan logis sehingga mudah dipahami.

1.6.6 Teknik Analisis Bahan Hukum.

Teknik analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain, Teknik Deskripsi, Teknik Interprestasi dan Teknik Sistematisasi. Teknik

Deskripsi digunakan untuk memaparkan isu hukum. Teknik Interprestasi

digunakan untuk mengartikan suatu ketentuan hukum dengan cara

menghubungkan dengan peraturan lainnya. Mengenai Teknik Sistematisasi

digunakan untuk melakukan pengklasifikasian terhadap bahan hukum yang ada

melalui proses analisis lalu dikaitkan dengan teori, konsep, serta doktrin para

sarjana. Dari hasil pengolahan analisis tersebut secara runtun lalu dilakukan

Page 55: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

39

evaluasi serta pemberian argumentasi untuk mendapatkan kesimpulan atas kedua

permasalahan dalam penelitian ini.

Page 56: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

40

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG RAHASIA BANK DAN PERS

2.1 Tinjauan Umum Tentang Rahasia Bank

2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Rahasia Bank

Rahasia bank adalah salah satu wujud perlindungan hukum di bidang

perbankan yang dikenal oleh dunia, terutama bagi negara yang memiliki lembaga

keuangan bank. Rahasia bank wajib dipegang teguh oleh para professional. Hal

ini ditujukan untuk melindungi nasabahnya. Bagi pihak bank yang membocorkan

rahasia bank dapat dikenakan sanksi yang berat, baik berupa pidana maupun

perdata.36

Hal ini mengakibatkan seluruh pihak yang berkaitan dengan rahasia

bank menjaga rahasia bank dengan sepenuh hati. Rahasia bank berada pada titik

terpenting mengingat jumlah kekayaan dari nasabah baik itu perorangan maupun

badan hukum merupakan sesuatu yang harus dirahasiakan dari orang lain.37

Karena rahasia bank tersebut merupakan suatu hak pribadi atau private dari setiap

subjek hukum, baik itu orang perorangan atau badan hukum.

Pada Era globalisasi pemicu berkembang pesatnya lembaga perbankan

salah satunya karena prinsip kerahasiaan bank yang dipegang teguh hingga saat

ini, yang dikenal dengan rahasia bank. Filosofi pengaturan masalah rahasia bank

ini didasarkan untuk kepentingan bank yang dalam menjalankan usahanya

36

Adolf Huala, 2004, Hukum Perdagangan Internasional, PT.Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hal. 30. 37

Y Sri Susilo, Sigit Triandarudan, A Totok Budi Santoso, 2000, Bank

dan Lembaga Keuangan Lainnya, Salemba Empat, Jakarta, hal.35.

40

Page 57: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

41

memerlukan kepercayaan penuh dari masyarakat.38

Kerahasiaan informasi dalam

kegiatan operasional bank, pada dasarnya adalah untuk kepentingan bank itu

sendiri agar mendapat kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan masyarakat

akan terjalin dengan harmonis bila seluruh hubungan antara masyarakat selaku

nasabah dengan bank selaku pihak yang menyediakan jasa penyimpanan dana

menyimpan dan merahasiakan data nasabah. hal ini membawa konsekuensi bagi

bank berupa kewajiban untuk menjaga rahasia tersebut. Tindakan ini dilakukan

sebagai timbal balik dari kepercayaan yang diberikan nasabah karena telah

mempercayakan dananya kepada bank selaku lembaga keuangan yang

menyimpan dana nasabah dan menyalurkannya ke bidang produktif sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Dalam sistem hukum perbankan di Indonesia, pengertian mengenai

rahasia bank umumnya ditentukan dalam undang-undang yang berkaitan dengan

lembaga perbankan. Sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan

masyarakat rumusan tentang rahasia bank itupun mengalami perubahan baik

pengertian dan ruang lingkupnya.39

Mengenai dasar hukum dari ketentuan rahasia

bank di Indonesia pada mulanya adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 . Mengenai definisi rahasia bank oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 ditegaskan pada Pasal 1 angka 16 bahwa, rahasia bank adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank

yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Definisi ini telah

38

Yunus Husein, op.cit, hal.88. 39

Hermansyah, op.cit, hal.121.

Page 58: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

42

diubah dengan definisi yang baru yang diatur di dalam Pasal 1 angka 28 UU

Perbankan menegaskan bahwa, Rahasia bank adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menganut kerahasiaan bank yang

lebih luas tidak hanya menyangkut objek tetapi juga kedudukan nasabahnya,

karena yang dilindungi tidak hanya nasabah penyimpan, keterangan dan keadaan

keuangan serta simpanannya, melainkan juga nasabah debitor serta keadaan

keuangan atau pinjamannya. Hal ini berbanding terbalik dengan Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 yang mempersempit cakupan rahasia bank, hanya sebatas

nasabah penyimpan dan simpanannya. Jadi diluar ketentuan tersebut bukan

merupakan sesuatu yang wajib dirahasiakan oleh bank. Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perbankan juga memberikan rumusan mengenai siapa saja

yang wajib merahasiakan atau memegang teguh rahasia bank.

Berdasarkan ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun

1992 tentang perbankan, bahwa bank dilarang memberikan keterangan yang

tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya,

yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dunia perbankan, kecuali

dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, 42, 43, dan Pasal 44. Hal ini

mengalami perubahan setelah berlakunya Undang-Undang Nnomor 10 tahun 1998

tentang perbankan, ditentukan dalam Pasal 40 ayat (1) yang menegaskan bank

wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,

kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42,

Page 59: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

43

Pasal 43, Pasal 44, Pasal 44A. Ayat (2) menegaskan bahwa, ketentuan

sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat (1) berlaku pula bagi pihak terafiliasi.

Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Maksud dari segala sesuatu

yang berhubungan dengan dalam definisi tersebut, dalam penjelasan Pasal 1

angka 28 hanya disebut cukup jelas. Sedangkan diuraikan di Penjelasan dalam

Pasal 40 ayat (1) adalah apabila nasabah bank adalah nasabah penyimpan serta

sekaligus sebagai nasabah debitur, bank wajib merahasiakan keterangan tentang

nasabah dalam hal kedudukannya sebagai seorang nasabah penyimpan. Dalam

penjelasan ayat tersebut ditegaskan juga bahwa, keterangan mengenai nasabah

selain nasabah penyimpan, bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan

bank. berdasarkan uraian di atas, kiranya dapat dikatakan bahwa yang dimaksud

dengan keterangan yaitu informasi, yang selanjutnya wajib dirahasiakan oleh bank

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan informasi mengenai nasabah

penyimpan dan simpanannya.40

seperti nama dan alamat nasabah, penyimpan

jumlah dan jenis simpanannya, sejak kapan simpanan nasabah ditempatkan pada

produk ataupun jasa bank, kapan simpanan disetorkan dengan tunai atau melalui

kiriman atau transfer melalui bank yang sama atau beda bank atau lalu lintas giro

atau dengan menyetor cek/bilyet giro dan sebagainya.

Menurut Yunus Husein, Privasi versus kepentingan umum, memberikan

ruang lingkup pengaturan ketentuan rahasia bank yang ideal, meliputi :

1. Ruang lingkup obyek rahasia bank yang diperluas, sehingga meliputi

bukan hanya keadaan keuangan nasabah yang tercatat pada bank tetapi

juga meliputi keadaan keuangan itu sendiri;

40

Adrian Sutedi, op.cit, hal.8.

Page 60: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

44

2. Ruang lingkup rahasia bank yang meliputi nasabah dan mantan

nasabah serta calon nasabah yang telah menjalin hubungan dengan

banknya;

3. Nasabah yang harus dirahasiakan meliputi nasabah penyimpan,

peminjam dana, dan nasabah pengguna jasa bank;

4. Subyek yang harus merahasiakan adalah komisaris, direksi, pegawai

dan pihak terafiliasi serta siapapun juga yang memperoleh keterangan

yang bersifat rahasia bank baik dengan cara yang sah maupun tidak sah;

5. Pengertian rahasia bank meliputi bank dan lembaga keuangan lainnya

seperti pensiun, asuransi, perusahaan pembiayaan, modal ventura,

perusahaan efek, perusahaan pedagang valuta asing;

6. Pengecualian untuk membuka rahasia bank diperluas untuk

mengakomodir sebanyak mungkin kepentingan umum;

7. Memperluas transparansi informasi bank yang signifikan dengan tepat

waktu kepada masyarakat.41

Menurut Yunus Husein, karena adanya suatu perbedaan kepentingan

antara pribadi dan kepentingan umum maka diberikan suatu kriteria ruang lingkup

pengaturan ketentuan rahasia bank yang ideal. namun seyogyanya itu perlu

diperbaharui dan di sesuaikan dengan undang-undang yang baru, karena

mengenai subyek yang dilindungi oleh rahasia bank saat ini hanya nasabah

penyimpan. Jadi UU Perbankan saat ini mempersempit cakupan rahasia bank

hanya sebatas nasabah penyimpan saja. Serta mengenai obyeknya yang

dirahasiakan dan dilindungi hanya berkaitan mengenai data atau informasi yang

berkaitan mengenai keuangan dari nasabah penyimpan dan identitas dari nasabah

penyimpan.

Kriteria ruang lingkup rahasia bank yang sesuai dengan UU Perbankan,

yang dipersempit atau dibatasi, yakni menyangkut :

1. Keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. ini tidak

termasuk keterangan mengenai nasabah debitor dan pinjamannya;

2. Kewajiban pihak bank dan pihak terafiliasi untuk merahasiakan

keterangan tersebut, kecuali hal itu tidak dilarang oleh undang-undang;

41

Yunus Husein,op.cit,hal.265.

Page 61: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

45

3. Situasi tertentu dalam mana informasi mengenai nasabah penyimpan

dan simpanan boleh saja dibeberkan oleh pihak yang terkena larangan

jika informasi tersebut tergolong pada informasi yang dikecualikan atau

informasi nasabah penyimpan dan simpanan yang tidak termasuk dalam

kualifikasi rahasia bank. 42

2.1.2 Pihak-Pihak Berkewajiban Menjaga Teguh Rahasia Bank

Berdasarkan Pasal 47 ayat (2) Undang-Undang Perbankan, Pihak-pihak

yang wajib memegang teguh rahasia bank ialah pihak terafiliasi. Pihak terafiliasi

adalah pihak pihak yang turut serta membantu di dalam melaksanakan tugas-tugas

operasional perbankan. Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang

perbankan yang dimaksud dengan pihak terafiliasi pengaturannya ada di Pasal 1

angka 22 bahwa pihak terafiliasi adalah :

a. anggota dewan komisaris bank, pengawas, direksi, atau kuasanya, pejabat

atau karyawan bank;

b. anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat, atau

karyawan bank, khusus bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain akuntan publik,

penilai, konsultan hukum, dan konsultan lainnya;

d. pihak yang menurut penilaian bank indonesia turut serta mempengaruhi

pengelolaan bank, antara lain pemegang saham, dan keluarganya, keluarga

komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, keluarga pengurus;

42

Rachmadi usman,op.cit,hal.154.

Page 62: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

46

a. Anggota dewan komisaris

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada direksi dari suatu perusahaan. Anggota dewan komisaris

tunduk kepada tugas fiduciary duty sebagaimana halnya yang diwajibkan kepada

direksi perseroan. apabila dewan komisaris disini ikut melibatkan diri ke dalam

kegiatan suatu pengurusan perseroan, yang bersangkutan juga harus turut ikut

bertanggung jawab sebagaimana tanggung jawab yuridis yang diemban oleh

anggota direksi.43

sudah seyogyanya dewan komisaris bertanggung jawab,

apabila melakukan kesalahan dalam keterlibatannya untuk mengurus suatu

perusahaan, dan tanggung jawab yang diemban oleh dewan komisaris disini juga

sama seperti yang diemban oleh direksi. Secara umum persyaratan untuk menjadi

anggota dewan komisaris sebagai berikut:

1. Tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai

dengan yang ditetapkan oleh bank Indonesia;

2. Memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya;

3. Menurut penilaian bank Indonesia yang bersangkutan memiliki

integritas yang baik.44

Mengenai pengaturan dewan komisaris dan direksi diatur secara

keseluruhan dalam Undang-Undang Perbankan pada Pasal 38 yang menegaskan:

(1) Pengangkatan keanggotaan dewan komisaris dan direksi bank, wajib

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (6)

dan Pasal 17;

(2) Perubahan keanggotaan dewan komisaris dan direksi bank

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaporkan kepada bank

Indonesia.

43

Jonker Sihombing, 2009, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit

Macet Nasabah, PT.Alumni, Bandung, hal. 29. 44

Sentosa Sembiring, op.cit, hal.18.

Page 63: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

47

b. Anggota Direksi bank

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab

penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di

luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Tugas dan tanggung

jawab direksi dapat digolongkan menjadi dua yaitu fiduciary duty serta duty of

skill and care.45

Tanggung jawab direksi yang didasarkan atas kedua hal di atas,

harus dilaksanakan demi kepentingan dan tujuan perseroan. 46

Tugas Fiduciary

duty mengharuskan direksi untuk mengurus perseroan yang dipercayakan

kepadanya dengan baik, jujur dan bertanggung jawab, sedangkan tugas duty of

skill and care mengharuskan direksi untuk mengurus perusahaan sebagai seorang

yang ahli dan jujur yang mengelola perusahaan dengan segenap kemampuannya

sebagaimana layaknya apabila dia mengurus perseroan tersebut sebagai miliknya

sendiri.47

Secara umum ketentuan menjadi anggota direksi dari sebuah bank harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak termasuk di dalam daftar orang tercela di bidang perbankan

sesuai dengan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.

2. Memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya.

3. Menurut penilaian bank Indonesia , yang bersangkutan memiliki

integritas yang baik, yaitu memiliki akhlak dan moral yang baik,

mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, memiliki

komitmen yang tinggi terhadap pengembangan operasional bank yang

sehat, dan dinilai layak dan wajar untuk menjadi anggota direksi.48

c. Pegawai bank

45

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern dalam Cooperate law dan

eksistensinya dalam Hukum Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 31. 46

Chatamarrasjid,2000, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The

Corporate Veil), PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.6. 47

Jonker Sihombing, op.cit, hal.30. 48

Jonker Sihombing, op.cit, hal.32.

Page 64: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

48

Pegawai bank adalah semua pejabat dan karyawan bank. Pejabat bank

dan karyawan bank adalah pegawai bank, yaitu orang yang diberi wewenang dan

tanggung jawab untuk melaksanakan tugas operasional bank, juga mempunyai

akses terhadap informasi mengenai keadaan bank.49

Pejabat bank adalah mereka

yang memiliki tanggung jawab penuh sebagai pimpinan, atau pelaksana, atau

pengawas pada bank tersebut, yaitu meliputi direksi, dan anggota dewan

komisaris. Sedangkan karyawan adalah mereka yang melaksanakan seluruh

kegiatan operasional bank termasuk juga direksi.

Seyogyanya dalam undang-undang dijelaskan secara jelas serta rinci

mengenai siapa saja yang dimaksud pegawai bank. hal ini penting karena tidak

seluruh pegawai bank yang bekerja pada bank, memiliki akses yang sama untuk

mengetahui keterangan mengenai nasabah penyimpan serta simpanannya.

misalnya saja seperti satpam, pelayan, operator telp bank, karyawan di bidang

personalia, karyawan di unit logistic, supir bank. mengenai Peraturan tindak

pidana rahasia bank ini tidak mungkin di berlakukan terhadap karyawan bank

yang tidak memiliki akses yang sama seperti karyawan operasional bank ,

misalnya teller, customer service, head teller dan lainnya. Ternyata dalam

Undang-Undang Perbankan tidak mengatur jelas serta rinci. Selain itu juga tidak

mengatur mengenai ketentuan seorang pegawai bank yang sudah berhenti

bekerja di bank untuk memenuhi atau terikat dengan ketentuan rahasia bank

tersebut. Seyogyanya undang-undang ini menentukan bahwa kewajiban

merahasiakan itu berlaku secara terus menerus walaupun tidak lagi menjadi

49

Muhamad Djumhana, op.cit.hal.151.

Page 65: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

49

pegawai bank. namun apabila ingin ditentukan mengenai batas waktunya,

seyogyanya disebut dengan tegas juga apakah itu seumur hidup atau hanya

sebatas 10 atau 20 tahun setelah berhenti sebagai pegawai bank. hal ini sangat

penting sebab menyangkut mengenai rahasia bank yang merupakan suatu

kewajiban yang diharuskan oleh undang-undang untuk ditaati.

d. Pihak Terafiliasi lainnya

Mengenai siapa saja yang dikategorikan pihak terafiliasi lainnya yaitu

yang memberikan jasanya kepada bank seperti akuntan publik, konsultan hukum,

pengacara serta notaris.

2.1.3 Perubahan Mengenai Rahasia Bank di Indonesia

Terbentuknya ketentuan baru di dunia perbankan, mencetak sejarah baru

dalam hal mengenai ketentuan rahasia bank di indonesia serta membawa angin

segar bagi dunia perbankan indonesia pada khususnya. Berkaitan dengan ini,

sejarah bank di indonesia pada prinsipnya dapat dibedakan atas dua periode :

a. Periode sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang

menganut pengertian yang sangat luas mengenai rahasia bank, yang meliputi

baik itu nasabah penyimpan atau nasabah kreditur, nasabah peminjam atau

nasabah debitur, serta nasabah pengguna jasa lainnya.

b. Periode setelah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menganut

pengertian rahasia bank yang terbatas, yaitu hanya meliputi penyimpan dan

simpanannya saja.

Berdasarkan penelitian kepustakaan yang dilakukan, tidak ditemukan

adanya peraturan perundang-undangan Indonesia yang mengatur masalah

Page 66: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

50

kerahasiaan bank sebelum tahun 1960.50

Pengaturan rahasia bank untuk pertama

kali dilakukan pada tahun 1960 dengan keluarnya peraturan pemerintah pengganti

Undang-Undang (PERPU) Nomor 23 tahun 1960 tentang rahasia bank. perubahan

rahasia bank ini mengalami perubahan dari masa ke masa. Dalam ketentuan Pasal

2 dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan rahasia bank adalah bank tidak boleh

memberikan keterangan tentang keadaan keuangan langgannya yang harus

dirahasiakan menurut kelaziman dunia perbankan. Berdasarkan penjelasan Pasal

2 tersebut yang dimaksud langganan disini adalah seseorang yang

mempercayakan uangnya pada bank, menerima cek, bunga dari bank dan

lainnya.51

Dari penjelasan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa ketentuan rahasia

bank pada saat itu belum memiliki pembatasan, jadi bank melindungi keuangan

langganan dalam hal ini nasabah penyimpan, nasabah debitur, serta nasabah yang

menggunakan jasa-jasa bank lainnya.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan

mengatur perihal rahasia bank yang diatur dalam penjelasan dari Pasal 36 dan 37

yang menegaskan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman

dunia perbankan perlu dirahasiakan. Pasal 36 tersebut selanjutnya menjelaskan

bahwa kerahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan bank sendiri karena dalam

membangun sebuah bank yang sehat diperlukan kepercayaan masyarakat bagi

masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. karena masyarakat hanya akan

mempercayakan dan menyimpan uangnya di bank bila dari pihak bank ada

50

Yunus Husein, op.cit, hal.85.

51

Hermasnyah, op.cit, hal.122.

Page 67: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

51

jaminan, bahwa pengawasan serta pengetahuan mengenai informasi tersebut tidak

disalahgunakan.

Adanya ketentuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu

kejelasan bahwa bank harus memegang teguh rahasianya. Namun demikian,

dalam hal untuk kepentingan umum dan Negara dapat diadakan suatu

pengecualian terhadap ketentuan tersebut, dengan tidak mengurangi kepercayaan

masyarakat, bahwa pengetahuan tentang simpanannya di bank akan

disalahgunakan. cakupan rahasia bank tersebut masih cukup luas, dalam jangka

waktu yang cukup lama dibentuklah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang perbankan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967

yang disahkan dan diundangkan pada tanggal 25 maret 1992 serta dicantumkan

dalam lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 Nomor 31.

Mengenai penjelasannya dimuat dalam tambahan lembaran Negara

Nomor 3472. Perubahan Undang-Undang ini pun dilandasi dengan berbagai

pertimbangan diantaranya menjelaskan bahwa kemajuan yang dialami oleh

lembaga perbankan dapat ditingkatkan secara berkelanjutan dan memberikan

manfaat yang signifikan bagi pelaksanaan pembangunan secara nasional, dan

untuk menjamin berlangsungnya suatu demokrasi ekonomi. sehingga segala

potensi inisiatif dan kreasi masyarakat dapat dikerahkan dan dikembangkan

menjadi sesuatu kekuatan utama dalam proses peningkatan kemakmuran rakyat.

Disinilah diperlukan pembinaan dan pengawasan perbankan serta landasan gerak

perbankan yang selama ini didasarkan kepada ketentuan Undang-Undang

Perbankan Tahun 1967, perlu dikembangkan dan lebih disempurnakan. Dengan

Page 68: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

52

penyempurnaan tersebut, diharapkan dunia perbankan menjadi lebih baik dan siap

dalam mendukung proses pembangunan yang dihadapkan pada tantangan

perkembangan perekonomian internasional. Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

mengatur masalah rahasia bank dalam beberapa Pasal, antara lain :

a. Bab I Ketentuan Umum dalam Pasal 1 Angka 28.

b. Bab VII berjudul rahasia bank dalam Pasal 40,41,42,43,44.45,47.

Selanjutnya Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

menegaskan bahwa bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada

bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib

dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam

hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44. Hal

ini berarti bahwa bank dilarang untuk memberikan informasi ataupun keterangan

yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal lain dari nasabahnya,

yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dunia perbankan. Pasal 40

ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menegaskan bahwa ketentuan

sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak terafiliasi.

Sedangkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

perbankan masih terlalu luas cakupannya, belum jelas. Sehingga hal itu belum

dapat menjawab secara tuntas, permasalahan yang berkaitan dengan rahasia bank.

Diundangkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 ini bertujuan

untuk memperbaiki Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. hal

ini hanya menunjukkan bahwa perubahan yang dilakukan hanya mengubah secara

Page 69: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

53

parsial, namun cukup konkrit. Salah satu contoh konkrit perubahan serta

penyempurnaan terhadap ketentuan perbankan, khususnya mengenai rahasia bank

yang dilakukan itu dipandang telah cukup mampu mengantarkan kebutuhan dan

tuntutan yang cukup luas mengenai diperlukannya perubahan ketentuan rahasia

bank. Hal ini tentu sangat dibutuhkan demi meningkatkan kepercayaan dari

masyarakat. berikut ini akan dipaparkan mengenai beberapa perubahan yang

pokok pada ketentuan rahasia bank yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10

tahun 1998 tentang perbankan, sebagai berikut:

Pertama, sehubungan dengan ruang lingkup dari rahasia bank yang

dipersempit yang hanya meliputi nasabah penyimpan dana atau nasabah kreditur

dan simpanannya. Namun dalam penjelasan ketentuan rahasia bank saat ini

dijelaskan, bahwa apabila nasabah bank yang bersangkutan adalah nasabah

penyimpan atau nasabah kreditur dan dalam hal ini juga menjadi nasabah debitur,

maka bank wajib merahasiakan keterangan tentang nasabah dalam hal

kedudukannya hanya sebagai seorang nasabah penyimpan. Dapat disimpulkan

bahwa keterangan mengenai nasabah selain nasabah penyimpan, bukan

merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut undang-

undang. Namun sebelum adanya perubahan, cakupan ruang lingkup rahasia bank

ini sangat luas, yaitu meliputi seluruh nasabah, baik itu nasabah kreditur atau

penyimpan dana, nasabah debitur atau peminjam dana, dan nasabah yang

menggunakan jasa atau produk dari bank.52

52

Yunus Husein, op.cit, hal.96.

Page 70: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

54

Kedua, sehubungan dengan pengecualian ketentuan rahasia bank setelah

adanya perubahan, ditambahkan beberapa hal, sebagai berikut yaitu:

1. Diperbolehkannya kepala badan urusan piutang dan lelang

Negara/untuk meminta keterangan tentang keadaan keuangan nasabah

penyimpan dana.

2. Atas permintaan, persetujuan atau kuasa tertulis dari nasabah dapat

membuka rahasia nasabah penyimpan dana di bank.

3. Ahli waris berhak untuk mengetahui keadaan keuangan dari orang yang

mewariskan.

4. Diperbolehkannya badan pemeriksa keuangan untuk memeriksa bank,

apabila bank tersebut mengelola keuangan Negara.

5. Perizinan untuk memberikan pengecualian rahasia bank oleh pimpinan

bank Indonesia. izin akan diberikan sepanjang permintaan tersebut telah

memenuhi ketentuan yang berlaku. Pemberian izin oleh bank Indonesia

harus dilakukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah

dokumen permintaan diterima secara lengkap.

6. Sanksi pidana terhadap pelanggaran ketentuan rahasia bank diperberat.

Bagi pihak-pihak yang dengan sengaja memaksa bank atau pihak

terafiliasi untuk memberikan keterangan yang bersifat rahasia bank,

diancam dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun serta denda

paling banya Rp.200.000.000.000,00 ( dua ratus miliar rupiah).

Sedangkan untuk anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank dan

pihak terafiliasi yang dengan sengaja memberikan keterangan yang

wajib dirahasiakan, diancam dengan denda pidana penjara paling lama

4 (empat) tahun dan denda paling banya Rp.8.000.000.000,00 (delapan

miliar rupiah). 53

Ketentuan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tidak secara serta merta

dicabut dan digantikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 , karena

perubahannya hanya bersifat mengurangi atau menambah beberapa ketentuan

dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dengan yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 10 tahun 1998, yang hingga saat ini masih menjadi sumber

hukum serta peraturan perundangan pokok bagi dunia perbankan di indonesia.

Bank Indonesia tepat pada tanggal 31 desember 1998 mengeluarkan surat

53

Yunus Husein,2003, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum

Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hal.203.

Page 71: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

55

keputusan direksi bank indonesia No.31/182/KEP/DIR tentang persyaratan dan

tata cara pemberian izin atau perintah membuka rahasia bank sebagai pelaksanaan

Undang-Undang Perbankan. Mengenai petunjuk teknis pelaksanaan dari surat

keputusan direksi bank indonesia tersebut dijelaskan lebih rinci dalam surat

edaran bank Indonesia Nomor 31/20/UPPB/tertanggal 31 desember 1998.

Selanjutnya dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia, dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi, surat keputusan direksi tersebut digantikan

dan dicabut dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tertanggal 7

september 2000.

Berdasarkan pemaparan diatas, perubahan-perubahan pengaturan

ketentuan rahasia bank disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor

internal ini terjadi karena adanya desakan dari kalangan masyarakat luas termasuk

para ahli agar ketentuan rahasia bank diubah untuk memudahkan penyelesaian

kredit macet dan tindak pidana korupsi. Sedangkan faktor eksternal disebabkan

karena oleh adanya permintaan dari IMF (International Monetary Fund) untuk

mengubah Undang-Undang perbankan yang mengatur mengenai ketentuan

rahasia bank, seperti yang tercantum dalam Letter of intent supplementary

Memorandum of economic and financial policy. Permintaan dari IMF ini yang

mau tidak mau harus diikuti oleh pemerintah karena permintaan IMF ini sebagai

prasyarat restrukturisasi perbankan Indonesia. hal ini juga dipicu oleh Indonesia

yang banyak menerima bantuan dana dari IMF sehingga sulit untuk menolak

permintaan tersebut.

Page 72: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

56

2.1.4 Tujuan Rahasia Bank

Kehidupan bank sangat tergantung kepada adanya kepercayaan

masyarakat, karena masyarakat hanya akan menjadi nasabah bank yang

bersangkutan apabila dari bank ada jaminan bahwa terhadap keadaan rekening

atas uang yang ada pada bank tersebut dapat dipertahankan kerahasiannya.54

Kerahasiaan informasi yang terlahir dalam kegiatan perbankan ini diperlukan,

baik itu untuk kepentingan bank maupun untuk kepentingan nasabah itu sendiri.

Selain itu hal ini didasarkan atas Asas kerahasiaan adalah asas yang

mengharuskan atau mewajibkan bank sebagai lembaga keuangan untuk

merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain

dari nasabah yang menurut kelaziman dunia perbankan (wajib) dirahasiakan.55

Ketentuan tersebut menegaskan bahwa lembaga perbankan harus memegang

teguh keterangan yang tercatat olehnya, ketentuan ini juga berlaku bagi pihak

terafiliasi dalam kegiatan operasional perbankan. 56

Ketentuan Rahasia bank ini ditujukan untuk kepentingan nasabah agar

kerahasiaannya terlindungi. Kerahasiaan tersebut menyangkut keadaan

keuangannya. Selain itu rahasia bank diperuntukkan juga bagi kepentingan bank,

agar dapat dipercaya dan menjaga kelangsungan hidupnya terjaga. Di Indonesia,

pengaturan rahasia bank lebih dititikberatkan pada alasan untuk kepentingan bank,

sebagaimana jelas diatur di dalam Pasal 40 UU Perbankan yang menegaskan

54

Moch Anwar, 1986, Tindak Pidana di Bidang Perbankan, Alumni,

Bandung, hal. 85.

55

Chainur Arrasjid, 2000, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika,

Jakarta, hal.37. 56

Muhamad Djumhana, 2008, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia,

PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 271.

Page 73: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

57

bahwa kerahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan bank itu sendiri yang

memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. ada 5

alasan yang mendasari kewajiban bank untuk merahasiakan segala sesuatu tentang

nasabah dan simpanannya, antara lain :

a. Personal privacy

b. Hak yang timbul dar hubungan perikatan antara bank dan nasabah

c. Peraturan perundang-undangan yang berlaku

d. Kebiasaan atau kelaziman dalam dunia perbankan

e. Karakteristik kegiatan usaha bank sebagai suatu”lembaga

kepercayaan” yang harus memegang teguh kepercayaan nasabah

yang menyimpan uangnya di bank. 57

2.2 Tinjauan Umum Tentang Pers

2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Pers

Pengertian Press (inggris) atau Pers (belanda) berasal dari bahasa latin

Pressare yang berarti tekan atau cetak. Pers kemudian diartikan sebagai media

massa cetak (printing media). Istilah Pers lazimnya digunakan untuk surat kabar

dan majalah. Pers memiliki tiga arti, pertama wartawan media cetak. kedua,

publisitas atau peliputan. Ketiga, mesin cetak.58

Pers adalah lembaga sosial

(social institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari

sistem pemerintahan di negara di mana ia beroperasi, bersama-sama dengan

subsistem lainnya.59

Pers dalam arti sempit hanya terbatas pada surat kabar-surat

kabar (harian), mingguan, majalah saja, atau pada umumnya yang tercetak

57

Yunus Husein, op.cit, hal.139. 58

Masduki, op.cit, hal.105. 59

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.87.

Page 74: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

58

diterbitkan, sedang dalam arti yang luas, maka pers itu mencakup radio, televisi,

dan film.60

Pers yang merupakan suatu lembaga sosial masyarakat harus mampu

menyesuaikan diri kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan

hidupnya. Apabila pers tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial

dalam masyarakat maka ia akan mati. Mati tidaknya pers atau lancarnya kegiatan

operasional pers tersebut di suatu negara sangat dipengaruhi oleh sistem politik di

suatu negara tempat pers beroperasi. Mengenai jenis-jenis sistem pers yang dianut

oleh negara-negara di dunia dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu :

1. Authoritarian press atau pers otoritarian

2. Liberatian press atau pers libertarian

3. Soviet communist press atau pers komunis soviet

4. Social responsibility press atau pers tanggung jawab sosial.61

Khusus untuk pers indonesia tidak menganut salah satu dari keempat

sistem yang diterangkan di atas. Pers di indonesia menganut sistem khas

indonesia, yakni pers pancasila yang oleh dewan pers dalam sidangnya yang ke-

25 didefinisikan sebagai pers yang orientasi, sikap, dan tingkah lakunya

berdasarkan pada nilai-nilai pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.62

Alasan

mengapa indonesia tidak menganut salah satu teori pers barat yang dipaparkan

60

J.C.T Simorangkir, 1990, Hukum dan Kebebasan Pers, Binacipta,

Jakarta, hal. 13. 61

Fred S Siebert, 1973, Four Theories of The Press, University of lllnois

Press, Urbana, hal. 178. 62

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.89.

Page 75: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

59

tadi, karena tidak ada satupun yang sesuai dan selaras dengan falsafah hidup

bangsa indonesia, gaya hidup rakyat indonesia, dan kepribadian bangsa indonesia.

Dasar hukum pers di indonesia diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang menegaskan pers adalah

lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan

jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan

menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan

gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan

media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Pers sebagai

suatu lembaga memiliki hak kebebasan pers yang ditegaskan pada Pasal 4 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang pers bahwa, pers memiliki hak

mencari, memperoleh, serta mempublikasikan informasi pada khalayak umum.

Pers memiliki dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan pers

dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat

kabar, majalah, mingguan tabloid dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas

meliputi media massa cetak elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran,

sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. Film teatrikal, yakni film yang

diputar di gedung bioskop walaupun termasuk media komunikasi massa, tidak

disebut pers sebab tidak menayangkan karya jurnalistik.63

Melalui pemaparan

diatas dapat disimpulkan , pers adalah suatu lembaga atau badan atau organisasi

yang menginformasikan, menyebarkan berita sebagai suatu karya jurnalistik

63

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.90.

Page 76: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

60

kepada khayalak ramai dengan memiliki tujuan-tujuan tertentu. Ciri-ciri pers

adalah sebagai berikut :

1.Publisitas adalah penyebaran kepada publik atau khayalak. Karena

diperuntukkan kepada khayalak, maka sifat surat kabar adalah umum.

Isinya pun berkaitan dengan kepentingan umum.

2.Periodisitas adalah suatu keteraturan terbitnya surat kabar bisa satu kali

sehari, bisa dua kali sehari dapat pula satu kali atau dua kali seminggu

atau secara periodik.

3. Universalitas adalah kesemestaan isinya, aneka ragam, dan dari seluruh

dunia. Jadi berkaitan dengan berbagai segala aspek kehidupan, tidak

hanya satu sepek kehidupan saja.

4.Aktualitas adalah menurut kata asalnya berarti kini dan keadaan

sebenarnya. Yaitu mengenai suatu peristiwa yang terjadi saat ini,

peristiwa yang baru terjadi dan dilaporkan harus benar. Kecepatan

laporan pun menjadi esensi utama, namun dilakukan tanpa

mengenyampingkan pentingnya kebenaran berita. 64

Seyogyanya setiap lembaga atau badan atau organisasi yang bergerak

dalam bidang informasi kepada masyarakat atau khayalak ramai memenuhi ciri-

ciri pers yakni, publisitas, periodisitas, universalitas, dan aktualitas. Sehingga

informasi yang disampaikan kepada masyarakat memiliki kualitas tinggi dan

bermanfaat bagi aktivitas sehari-hari guna menunjang kegiatan dalam berbagai

bidang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pada zaman globalisasi ini.

Karena saat ini informasi merupakan hal yang utama dalam segala kegiatan, tanpa

informasi masyarakat baik individu maupun kelompok akan sulit untuk

berkembang. Semakin canggihnya teknologi membuat mudahnya mengakses

segala informasi terutama melalui online namun dalam penggunaan informasi

yang didapat terutama dalam dunia maya perlu diolah dan dicerna kembali, karena

tidak semua informasi yang diberikan sesuai fakta ataupun kejadian sebenarnya.

64

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.92.

Page 77: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

61

Maka dari itu saat ini masyarakat masih cenderung menggunakan media

massa atau media cetak sebagai jembatan penghubung untuk mengetahui

kejadian, peristiwa, atau berita terhangat yang disajikan oleh insan pers. karena

kebenaran serta orisinalitasnya lebih dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan

oleh insan pers. namun tidak sedikit insan pers yang melanggar kode etik dan

peraturan yang berhubungan dengan pers, sehingga dikenakan sanksi oleh

organisasi dan lembaga yang terkait. Oleh karena itu disinilah diperlukan agar

pers lebih banyak menggali berbagai peraturan hukum sebagai filter dalam

mengahadirkan informasi khusunya yang berkaitan dengan hukum agar tidak

melanggar aturan yang sudah berlaku.

2.2.2 Fungsi pers

Pers adalah sarana yang menyiarkan produk jurnalistik. Pada era

globalisasi saat ini, fungsi pers tidak hanya sebagai pengelola berita, namun ada

aspek-aspek lain dari bidang lainnya untuk isi suatu surat kabar. Karena fungsinya

yang penting tersebut, maka pers tidak hanya menyiarkan informasi, tetapi juga

mendidik, menghibur dan mempengaruhi agar khalayak ramai atau umum

melakukan kegiatan tertentu. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1) Fungsi menyiarkan informasi adalah fungsi pers yang utama dan

pertama. Informasi yang disebarkan dapat berupa peristiwa yang

terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang

lain, apa yang dikatakan orang lain dan sebagainya.

2) Fungsi mendidik adalah suatu fungsi pers sebagai sarana pendidikan

(mass education) dari massa ke massa, surat kabar ini memuat tulisan

yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak umum bertambah

pengetahuannya.

Page 78: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

62

3) Fungsi menghibur adalah suatu fungsi pers yang sering membantu

pers dalam mengimbangi berita-berita (hard news) dan artikel-artikel

yang berbobot. Terkadang mengandung minat insani (human interest)

dan kadang-kadang tajuk rencana. Maksud dibuatnya berita yang

mengandung hiburan sebagai sarana relaksasi untuk melemaskan

ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangkan dengan artikel

dan berita yang memiliki porsi cukup berat.

4) Fungsi mempengaruhi adalah fungsi keempat pers yang memegang

peran penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi

pada surat kabar itu secara implisit terdapat pada berita, secara

ekplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.65

Pers memiliki fungsi yang pokok di suatu negara, khususnya Negara

berkembang seperti Indonesia. melalui pers masyarakat bisa mendapatkan

informasi yang dibutuhkan, baik itu informasi yang berfungsi untuk mendidik,

informasi yang fungsinya menghibur, informasi yang fungsinya untuk

mempengaruhi dan yang terakhir peran utamanya untuk menyiarkan informasi.

Sehingga masyarakat mengetahui suatu peristiwa terkini yang terjadi, gagasan

atau pendapat orang lain, apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. fungsi

pers dalam suatu masyarakat memiliki peran yang krusial, karena tanpa informasi

maka masyarakat akan kekurangan informasi untuk menunjang dan meningkatkan

tingkat sosialnya di masyarakat. Maka sudah seyogyanya masyarakat baik

individu atau kelompok memanfaatkan media massa atau media cetak, ataupun

akses internet yang saat ini marak beredar sehingga mampu bersaing dengan

masyarakat lain dan meningkatkan pengetahuan bagi diri sendiri dan orang lain.

Selain itu hal ini akan mampu memudahkan segala urusan maupun aktivitas yang

dilakukan pemerintah,swasta ataupun masyarakat.

65

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.93-94.

Page 79: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

63

2.2.3 Sejarah dan Perubahan Mengenai Pers di Indonesia

Pers di Indonesia mulai dikenal pada abad 18, tepatnya pada tahun 1744,

dimulai dari terbitnya sebuah surat kabar bernama bataviasche nouvelles

diterbitkan melalui usaha dari orang-orang belanda. Pada tahun 1776 terbit di

Jakarta juga vendu niews yang mengutamakan diri pada berita pelelangan. Ketika

menginjak ke abad 19 terbit berbagai surat kabar lainnya yang kesemuanya

diusahakan oleh orang-orang belanda untuk pembaca-pembaca orang-orang

belanda atau bangsa pribumi yang mengerti bahasa belanda yang pada umumnya

merupakan kelompok kecil saja. Surat kabar pertama sebagai bacaan kaum

pribumi dimulai pada tahun 1854 ketika majalah bianglala diterbitkan, kemudian

disusul oleh bromartani pada tahun 1885, kedua-duanya di weltervedren dan pada

tahun 1856 terbit soerat kabar bahasa melajoe di daerah Surabaya.66

Maraknya berbagai surat kabar yang bermunculan dengan

pemberitaanya yang bersifat informatif sesuai dengan situasi dan kondisi pada

saat itu. Saat itu pers lebih banyak berkembang di daerah pulau jawa, hal ini dapat

diketahui dan dimaklumi sebab sarana pokoknya yaitu berupa percetakan sebagai

suatu sarana yang vital ada di pulau jawa. Hambatan yang muncul saat itu adalah

bukan hanya sulitnya percetakan dan kurangnya kertas namun juga disertai

dengan sulitnya hubungan antara tempat yang satu dengan tempat yang lain.

Karena akses inilah menyebabkan informasi penting yang harus disampaikan

pada masyarakat tertunda, sehingga tidak menjadi suatu informasi yang akurat

dan faktual.

66

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.103.

Page 80: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

64

Salah satu contohnya yaitu ketika Gunung Krakatau meletus pada tanggal

27 agustus 1883, yang menelan korban ribuan jiwa, beritanya baru dapat diterima

oleh seluruh dunia pada akhir September 1883. Penyajian beritanya pun sangat

tidak lengkap dan tidak karuan. Sehingga berita hangat yang seharusnya sampai

pada masyarakat saat itu, baru dapat disampaikan setelah satu bulan dari tragedi

tersebut. Ini menimbulkan suatu kekecewaan bagi masyarakat seluruh dunia. Hal

ini dikarenakan karena berbagai bantuan baik tenaga medis, obat dan makanan

tidak dapat langsung disalurkan pada saat dibutuhkan. Karena berita mengenai

meletusnya gunung Krakatau baru dapat diketahui setelah sebulan terjadinya

peristiwa tersebut tepatnya pada bulan September 1883.

Sejarah pers pada abad 20 ditandai dengan munculnya Koran pertama

milik bangsa Indonesia. modal dari bangsa Indonesia dan untuk bangsa Indonesia

yakni medan prijaji yang terbit di bandung. Medan prijajai yang dimiliki dan

dikelola oleh Tirto Hadisurjo alias raden mas djokomono ini pada mulanya yakni

tahun 1907 berbentuk mingguan, kemudian pada tahun 1910 diubah menjadi

harian. Tirto hadisurjo merupakan pelopor dasar jurnalistik modern di Indonesia

baik dalam cara pemberitaan, pemuatan karangan, iklan dan lain-lain. Namun

karena keberaniannya tirtohadisurjo alias djokomono itu karena tulisannya oleh

pemerintah belanda disingkirkan dan dibuang ke pulau bacan. Lahirnya organisasi

boedi oetomo yang berasaskan keagaaman dan kebangsaan mengakibatkan jumlah

surat kabar semakin bertambah.67

sehingga dapat dikatakan bahwa budi oetomo

menjadi salah satu pelopor tumbuhnya perkembangan surat kabar di Indonesia.

67

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.104.

Page 81: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

65

hingga saat ini sejarah pers Indonesia mencatat budi oetomo merupakan salah satu

lembaga atau organisasi penting dan utama dalam perkembangan pers di

Indonesia.

Setelah diumumkan mengenai proklamasi kemerdekaan Republik

Indonesia, pers di Indonesia saat itu mulai mengalami kebebasan sepenuhnya.

Hal ini dapat dimaklumi sebab pemerintah atau pers sendiri belum sampai kepada

pemikiran mengenai kebebasan pers. Pada tahun 1945 di Jakarta terbit asia raya

yang memang diterbitkan pada zaman jepang. Baru pada tanggal 01 oktober 1945

terbit harian merdeka sebagai hasil usaha kaum buruh de unie yang berhasil

menguasai percetakan.68

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1954

penguasa perang daerah atau paperda Jakarta raya tahun 1958 mengeluarkan surat

keputusan yang mewajibkan semua surat kabar dan majalah untuk mendaftarkan

diri sebelum tanggal 01 oktober 1958 kepada paperda supaya diberi surat izin

terbit.69

Sehingga mewajibkan semua surat kabar dan majalah seluruh Indonesia

memiliki S.I.T atau surat izin terbit. Pada tanggal 01 oktober 1958 dapat

dikatakan sebagai tanggal matinya kebebasan pers di Indonesia. kondisi ini

diperparah dengan pihak penguasa berturut-turut mengeluarkan peraturan

terhadap pers untuk lebih mengetatkan pengeluaran surat izin terbit serta

dilakukannya pengawasan ketat terhadap pers. Karena untuk mendapatkan surat

izin terbit harus memenuhi persyaratan yang cukup sulit.

Setelah tahun 1965 kembalilah pers Indonesia menghirup udara alam

bebas, tetapi bukan bebas ukuran seperti pers liberal. Melainkan bebas dan

68

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.107. 69

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.108.

Page 82: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

66

bertanggung jawab, tanggung jawab pribadi, tanggung jawab sosial dan tanggung

jawab nasional.70

Setiap insan pers diwajibkan dalam melakukan tugas dan

fungsinya untuk berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pers. Serta tidak lupa juga dengan peraturan perundang-undangan lain

yang berlaku, agar tidak bertentangan dengan kesusilaan, dan agama. Sehingga

apabila pers melanggar peraturan atau menyalahgunakan kewenangan yang telah

diberikan maka harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Baik bertanggung

jawab secara pribadi, sosial dan nasional.

Kemudian tepat pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1966

merupakan tahun bersejarah bagi kehidupan pers di Indonesia karena pada saat itu

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 11 tahun 1966 tentang ketentuan pokok-

pokok pers.71

Semenjak dikeluarkannya undang undang tersebut, pers di

Indonesia memiliki babak baru dan aturan dalam melaksanakan tugas-tugas serta

kewenangannya yang terkait dengan pers. M.Wonohito seorang wartawan senior

mengemukakan istilah pers pancasila harus tercermin dalam isi beritanya.72

Hal

itu ditunjukkan dalam beritanya , apakah isi beritanya yang menunjukkan, apakah

berita itu disiarkan pers pancasila atau pers yang bersistem lain. Pers pancasila

tidak mungkin terlepas kaitannya dari Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 21 tahun 1982 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 tahun

1966 tentang ketentuan-ketentuan pokok pers sebagaimana telah diubah dengan

70

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.110. 71

Onong Uchjana Effendy, loc.cit. 72

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.111.

Page 83: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

67

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1967.73

Seperti diketahui bersama bahwa Pers

pancasila adalah suatu sistem pers yang berlaku di Indonesia serta dijadikan suatu

pedoman dalam mengemban dan melaksanakan tugas yang tercantum dalam

undang-undang tersebut. Disitu jelas dan tegas dinyatakan mengenai tugas, fungsi,

hak dan kewajiban pers yakni dalam Pasal 2 yang menegaskan :

1. Pers nasional adalah alat perjuangan nasional dan merupakan mass

media yang bersifat aktif, dinamis, kreatif, edukatif, informatoris, dan

mempunyai fungsi kemasyarakatan pendorong dan pemupuk daya pikir

kritis dan progresif meliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat

Indonesia.

2. Pers nasional bertugas dan berkewajiban :

a. Melestarikan dan memasyarakatkan pancasila sebagaimana

termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan

pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila.

b. Memperjuangkan pelaksanaan amanat penderitaan rakyat

berlandaskan demokrasi pancasila;

c. Memperjuangkan kebenaran dan keadilan atas dasar kebebasan pers

yang bertangggung jawab;

d. Menggelorakan semangat pengabdian perjuangan bangsa,

memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional, dan mempertebal

rasa tanggung jawab dan disiplin nasional, membantu serta

menggairahkan partisipasi rakyat dalam pembangunan;

e. Memperjuangkan terwujudnya tata internasional baru di bidang

informasi dan komunikasi atas dasar kepentingan nasional dan

percaya pada kekuatan sendiri dalam menjamin kerjasama regional,

antar regional dan internasional khususnya di bidang pers.

3. Dalam rangka meningkatkan perannya dalam pembangunan pers

berfungsi sebagai penyebar informasi yang objektif, menyalurkan

aspirasi rakyat, meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat serta

melakukan control sosial yang kontruktif. Dalam hal ini perlu

dikembangkan interkasi positif antar pemerintah, pers dan masyarakat.

Pasal 2 tersebut menggambarkan tugas, fungsi, hak dan kewajiban pers

termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan pancasila sebagai

pedoman segala perbuatan hukum termasuk pers sehingga setiap insan pers dalam

73

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.113.

Page 84: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

68

melakukan tugas, fungsi, hak dan kewajibannya wajib berpedoman pada peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pers dan peraturan-peraturan lainnya.

Sehingga pers nasional mampu memenuhi tugasnya dalam memperjuangkan

kebenaran dan keadilan atas dasar kebebasan pers yang bertangggung jawab.

Nantinya terwujud suatu peran dalam pembangunan pers yang memiliki fungsi

sebagai penyebar informasi yang objektif, menyalurkan aspirasi rakyat,

meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat serta melakukan kontrol sosial

yang kontruktif.

Pers pancasila adalah pers yang bebas dan bertanggung jawab.74

Makna

bebas dalam pers pancasila itu adalah ciri khas Indonesia, serta tidak menganut

kebebasan yang lahir dari konsep kemerdekaan negatif seperti yang dianut oleh

sistem komunis soviet dan sistem libertarian. Namun Pers pancasila juga tidak

menganut kebebasan positif layaknya yang dianut oleh sistem tanggung jawab

sosial yang lahir dari konsep kemerdekaan positif yaitu bebas untuk mencapai

tujuan melalui pendapat. Pers pancasila bukan bebas dari dan bebas untuk

melainkan bebas dan, yaitu bebas dan bertanggung jawab sebagaimana tercantum

dalam definisi pers pancasila tadi.75

Dapat disimpulkan bahwa, nilai tanggung

jawab dinyatakan secara ekplisit sebagai penekanan untuk dijadikan isyarat bagi

setiap wartawan Indonesia bahwa dalam penyusunan ataupun proses pembuatan

berita, esensi yang utama yang menjadi prinsip dasar adalah tanggung jawab.

74

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.115. 75

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.116.

Page 85: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

69

Jurnalistik pembangunan atau development journalism adalah jurnalistik

saat ini yang menyiarkan berita hasil pembangunan oleh media massa.76

Bagian

yang dipublikasikan tidak hanya suatu pembangunan mengenai pesan atau

message yang disiarkan oleh pers, tetapi juga seluruh unsur yang juga terlibat

dalam penyiaran tersebut. Menurut Spencer Crump dalam bukunya Fundamental

Of Journalism menegaskan bahwa Journalism is the key to communication. 77

(jurnalisme adalah kunci untuk komunikasi) pandangan tersebut mengibaratkan

bahwa, jurnalistik disini diibaratkan sebagai kunci pembuka suatu saluran

informasi. Jadi Tanpa kunci yang sesuai, pintu tak akan terbuka. hal ini juga

berarti bahwa tanpa jurnalistik yang tepat informasi tak akan tersalurkan. Seluruh

Informasi yang mengalir selalu ada sumbernya, serta ada tujuannya dan ada

sarana yang mengatur penyalurannya, yang keseluruhannya saling terjalin kait-

mengait antara satu dengan yang lain, bukan saja unsur-unsur tersebut, tetapi juga

dengan faktor-faktor yang berkaitan antara yang satu dengan yang lain.

76

Onong Uchjana Effendy, op.cit, hal.121. 77

Spencer Crump,1974, Fundamentals of Journalism, Mcgraw Hill

Book Company, Toronto,New York, hal.341.

Page 86: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

70

BAB III

PENGATURAN RAHASIA BANK DENGAN BERLAKUNYA

UNDANG-UNDANG PERS

3.1 Pengaturan Rahasia Bank Menurut Undang-Undang Perbankan

Undang-Undang Perbankan merupakan peraturan atau ketentuan yang

mengatur segala sesuatu menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha. Salah satu hal penting

yang diatur dalam Undang-Undang perbankan adalah rahasia bank. Rahasia bank

merupakan salah satu cara bank dalam menjamin dana nasabah. Dana nasabah

yang kini dijamin menurut undang-undang hanya khusus nasabah penyimpan dan

simpanannya. Pihak bank diharapkan menjaga teguh ketaatan terhadap rahasia

bank. Pihak-pihak yang dimaksud diantaranya yaitu anggota dewan komisaris,

direksi, pegawai dan pihak terafiliasi.

Pihak yang dimaksud diharapkan dapat menjaga nama baik lembaga

bank yang berkedudukan sebagai lembaga kepercayaan. Rahasia bank sendiri

merupakan salah satu kewajiban yang wajib dilaksanakan oleh pihak bank.

Kewajiban menjaga kerahasiaan tersebut tidak bersifat absolut. Ada alasan-alasan

khusus yang menjadi syarat utama dalam membuka kerahasiaan bank tersebut.

Leden Marpaung sehubungan dengan rahasia bank mengemukakan bahwa

penerobosan rahasia bank telah diatur tata caranya.

70

Page 87: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

71

Seperti pendapat Leden Marpaung, rahasia bank dapat dibuka bila

ditujukan untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan.78

Tentunya

disesuaikan dengan perintah undang-undang untuk merahasiakan dan membuka

kerahasiaan bank. Penegasan ketentuan tersebut dapat dijumpai di Pasal 40 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 bahwa, bank dilarang memberikan

keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain

dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dunia

perbankan, kecuali dalam hal sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 41, Pasal

42, Pasal 43, dan Pasal 44. Pada rahasia bank, seperti yang diketahui bahwa dari

keterangan yang ada di bank dapat diketahui mengenai kegiatan seseorang,

dimana saja berada pada waktu tertentu, majalah apa yang dibacanya, pola

konsumsinya, organisasi yang dimasukinya atau disumbangnya. Dengan

perkataan lain bahwa dokumen nasabah yang ada di bank merupakan cermin diri

sang nasabah.79

Berdasarkan undang-undang ini, ketentuan mengenai pembukaan rahasia

bank dapat dibuka bila berkaitan dengan pajak, peradilan, perkara perdata antara

bank dan nasabahnya dan dalam rangka tukar menukar informasi bank. melalui

uraian diatas, dapat diketahui bahwa Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tidak

hanya melindungi nasabah penyimpan, nasabah debitur serta dalam hal

pembukaan informasi dapat dibuka sepanjang sesuai dengan empat hal yang

78

Leden Marpaung,1993, Kejahatan Perbankan, Erlangga, Jakarta,

hal.42. 79

Roberts Ellis Smith, 1979, Privacy How to Protect What Left of It,

Anchor Press, New York, hal.39.

Page 88: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

72

dikecualikan tersebut. Sepanjang tidak disebutkan dalam pengecualian maka

informasi tidak dapat dibuka dengan alasan apapun.

Saat ini Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 telah mengalami

perubahan secara parsial namun cukup konkrit. Berkaitan dengan kewajiban bank

menjaga kerahasiaan bank , maka ditegaskan dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, menegaskan bahwa bank wajib merahasiakan

keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42A, Pasal 43, Pasal 44

dan Pasal 44A. melalui penegasan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa, saat ini

Undang-Undang perbankan hanya melindungi nasabah penyimpan dan

simpanannya, untuk pengecualian mengenai pembukaan rahasia bank mengalami

penambahan perubahan yaitu berupa untuk penyelesaian piutang lelang negara,

permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan dan berkaitan dengan

waris.

Undang-Undang Perbankan tidak secara mutlak menutup segala akses

informasi tanpa pengecualian apapun. Melalui uraian ketentuan diatas diketahui

bahwa peraturan tersebut dikecualikan untuk beberapa alasan serta tujuan

tertentu. Peraturan perbankan Indonesia dikaitkan dengan rahasia bank menganut

teori relatif atau nisbi. Teori relatif atau nisbi menegaskan bahwa, bank boleh

membuka rahasia atau memberi keterangan mengenai nasabahnya, apabila untuk

kepentingan yang mendesak, misalnya untuk kepentingan Negara atau

Page 89: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

73

kepentingan hukum.80

Mengenai kata kecuali yang ditegaskan oleh Pasal 40 ayat

(1) adalah suatu pembatasan mengenai berlakunya rahasia bank. mengenai

keterangan yang disebutkan dalam pasal-pasal yang dikecualikan itu, dalam hal

ini bank boleh mengungkapkannya (tidak merahasiakannya).81

Berkaitan dengan dimungkinkannya diterobosnya kerahasiaan bank yang

ditegaskan dalam Pasal 40 ayat (1) UU Perbankan adalah sebagai berikut :

1. Untuk Kepentingan Perpajakan ( Pasal 41)

2. Untuk penyelesaian piutang bank (Pasal 41 A)

3. Untuk Kepentingan peradilan pidana (Pasal 42)

4. Untuk penyelesaian peradilan perdata antara bank dan nasabah (Pasal

43

5.Untuk tukar menukar informasi antar bank (Pasal 44)

6. Untuk kepentingan pihak lain atas persetujuan nasabah (Pasal 44A ayat

(1)

7. Untuk kepentingan pewarisan (Pasal 44A ayat (2).

Mengenai kemungkinan penerobosan rahasia bank seperti sudah

ditegaskan oleh undang-undang bahwa untuk kepentingan perpajakan, untuk

penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan urusan piutang

lelang Negara/panitia urusan piutang Negara, dan untuk kepentingan peradilan

diwajibkan bagi pihak tersebut untuk terlebih dahulu memperoleh izin tertulis

untuk membuka rahasia bank dari pimpinan bank Indonesia. hal ini ditegaskan

oleh Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/19/PBI /2000 tentang

persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis membuka rahasia

bank bahwa pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4)

huruf a, huruf b, huruf c, wajib terlebih dahulu memperoleh perintah atau izin

80

Hermansyah,op.cit,hal.121. 81

Abdul Kadir Muhammad, 2002, Hukum Perusahaan Indonesia,

PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.420.

Page 90: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

74

tertulis untuk membuka rahasia bank dari pimpinan bank indonesia. Prosedur ini

dijalankan demi menjaga kepercayaan nasabah. Ketika membuka informasi

rahasia bank dianggap penting, seyogyanya diharapkan mencantumkan

keterangan-keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat

yang dapat mendukung untuk membuka rahasia bank yaitu berupa seluruh

informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

Beberapa alasan dan tujuan lain dari yang disebutkan diatas, juga dapat

menjadi alasan untuk membuka informasi rahasia adalah untuk kepentingan

perkara perdata antara bank dan nasabahnya, untuk kepentingan tukar menukar

informasi antar bank, untuk dan atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari

nasabah penyimpan serta untuk memperoleh keterangan mengenai simpanan

nasabah penyimpan yang telah meninggal yang dilakukan oleh ahli waris yang

sah. Mengenai keempat kepentingan diatas rahasia bank dapat dibuka tanpa

memerlukan ijin tertulis dan perintah dari pimpinan bank Indonesia.

Pernyataan tersebut sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bank

Indonesia Nomor : 2/19/PBI /2000 tentang persyaratan dan tata cara pemberian

perintah atau izin tertulis membuka rahasia bank bahwa pelaksanaan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) huruf d, huruf e, huruf f, dan g

tidak memerlukan perintah atau izin tertulis untuk membuka rahasia bank dari

pimpinan bank indonesia. Melalui pemaparan tersebut, dapat diketahui kedua

belah pihak baik itu bank dan nasabah wajib untuk mentaati peraturan perbankan

yang berlaku berkenaan dengan rahasia bank. Namun untuk beberapa

permasalahan yang terkait dengan perkara perdata tidak memerlukan izin dari

Page 91: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

75

nasabah yang bersangkutan dikarenakan untuk melindungi pihak bank, dalam hal

ini apabila bank sebagai kreditur dan nasabah selain sebagai nasabah penyimpan

juga sebagai nasabah debitur yang meminjam dana di bank. Hal ini dilakukan

untuk meminimalisir debitur nakal yang mencoba untuk melakukan hal-hal yang

tentunya dapat merugikan pihak bank. Sehingga apabila antar bank ingin

melakukan tukar menukar informasi diperbolehkan asal jelas tujuan serta

kegunaan informasi yang akan dicari.

Ketaatan terhadap kerahasiaan informasi nasabah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan merupakan salah satu wujud keadilan bagi

nasabah, yang tidak lain merupakan hak nasabah sudah diatur di dalam undang-

undang. Sepanjang rahasia bank dibuka sesuai alasan yang ditegaskan dalam

pengecualian undang-undang maka itu dianggap benar dan adil bagi pihak

nasabah sesuai teori keadilan niaga atau keadilan komutatif. Dalam dunia bisnis,

keadilan niaga sering disebut dengan keadilan tukar menukar. Keadilan tukar ini

berupa pemenuhan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak secara

proporsional.

Para pihak yang dimaksud adalah bank dan nasabah. apabila rahasia

bank dibuka untuk kepentingan lainnya diluar dari yang telah disebutkan diatas,

oleh para pihak yang tidak masuk ke dalam ruang lingkup rahasia bank, serta

tanpa membawa perintah atau izin dari pimpinan bank indonesia ini dikategorikan

pelanggaran rahasia bank. dikategorikan sebagai pelanggaran karena telah

melanggar rahasia bank dalam Undang-Undang perbankan. Bank sebagai

lembaga kepercayaan masyarakat, yang menyediakan jasa penyimpanan dinilai

Page 92: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

76

telah gagal memberikan rasa keadilan bagi nasabah. Karena sesuai konsep

kerahasiaan bank yang dikemukakan oleh Sentosa Sembiring, salah satu

kewajiban bank adalah untuk menjamin kerahasiaan identitas nasabah penyimpan

beserta dengan dana yang disimpan pada bank, kecuali kalau peraturan

perundang-undangan menentukan lain. Seyogyanya bank dalam melangsungkan

usahanya menerapkan prinsip-prinsip perbankan untuk menjamin kelangsungan

usaha suatu bank. Jadi berkaitan dengan pers yang mempublikasikan informasi

rahasia bank, dianggap telah melakukan pelanggaran. Pertama pihak pers, tidak

dikategorikan masuk dalam pengecualian Undang- Undang. Kedua, pihak pers

tidak membawa perintah atau izin tertulis untuk membuka rahasia bank dari

pimpinan bank indonesia. Ketiga, informasi yang dipublikasikan oleh pers

adalah informasi nasabah penyimpan murni yang tidak bermasalah. Keempat, pers

dianggap telah melanggar ketentuan rahasia bank sehingga merugikan pihak bank

dan nasabah bank. hal ini membuat nasabah kehilangan kepercayaan pada bank.

a. Untuk Kepentingan Perpajakan

Berdasarkan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Perbankan menegaskan

bahwa, untuk kepentingan perpajakan pimpinan bank Indonesia atas permintaan

menteri keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar

memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat

mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan kepada pejabat pajak. Melalui

isi Pasal 41 tersebut telah terlihat bahwa, apabila pihak dari pajak ingin

mengetahui keadaan keuangan nasabah penyimpan dari suatu bank harus seijin

dari pimpinan bank Indonesia. Hal ini baru dapat dilakukan atas permintaan dari

Page 93: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

77

menteri keuangan kepada pimpinan bank Indonesia. sehingga apabila prosedur

yang ditentukan oleh undang-undang sudah sesuai, dan disetujui serta dianggap

lengkap maka nantinya dari pihak bank yang bersangkutan, akan senantiasa

mengeluarkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan

nasabah penyimpan kepada pejabat pajak.

Dalam ketentuan rahasia bank untuk kepentingan perpajakan ditentukan

beberapa unsur yang wajib dipenuhi oleh pemohon agar rahasia bank dapat

dibuka atau diungkapkan, kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Untuk kepentingan perpajakan

2. Atas permintaan tertulis menteri keuangan

3. Atas permintaan tertulis pimpinan bank Indonesia

4. Dilakukan oleh bank dengan memberikan keterangan dengan

memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan

keuangan nasabah penyimpan yang namanya disebutkan dalam

permintaan tertulis menteri keuangan.

5. Kepada pejabat pajak yang namanya disebutkan dalam perintah tertulis

pimpinan bank Indonesia. 82

Pembukaan rahasia bank ini digunakan untuk proses pemeriksaan dan

penyidikan perpajakan, serta harus atas permintaan tertulis menteri keuangan

yang nantinya ditujukan kepada pimpinan bank Indonesia. adapun untuk

kepentingan perpajakan pimpinan bank Indonesia dapat mengeluarkan izin, jika

permintaan tertulis oleh menteri keuangan mencantumkan data sebagaimana

ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/19/PBI

/2000 tentang persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis

membuka rahasia bank sebagai berikut :

a. Nama, dan jabatan pejabat pajak;

82

Abdul kadir Muhammad, op.cit, hal.421.

Page 94: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

78

b. Nama nasabah penyimpan wajib pajak yang dikehendaki

keterangannya;

c. Nama kantor bank tempat nasabah menyimpan simpanannya;

d. Keterangan yang diminta;

e. Alasan yang diperlukan.83

Ketentuan mengenai rahasia bank yang berkaitan dengan pajak atau

untuk kepentingan pajak sendiri dijadikan suatu landasan bagi pihak pajak di

dalam bertindak cepat. Walaupun demikian, tetap saja pihak pajak wajib untuk

mematuhi segala peraturan serta prosedur yang di isyaratkan oleh undang-undang,

serta hal-hal penting apa saja yang harus diperhatikan agar tetap mematuhi

Undang-Undang Perbankan. Ini dilakukan karena rahasia bank merupakan area

atau wilayah yang cukup private bagi setiap subjek hukum, sehingga hal ini perlu

dilindungi dan diperhatikan.

b. Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank

Sesuai isi dari Pasal 41 A Undang-Undang Perbankan menegaskan

bahwa, untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan

urusan piutang lelang Negara, pimpinan bank Indonesia memberikan izin kepada

pejabat badan urusan piutang dan lelang Negara/panitia urusan piutang negara

untuk memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah debitur. Dari

penegasan Pasal 41 A tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa seluruh

keterangan atau bukti-bukti tertulis mengenai simpanan nasabah debitur dapat

diperoleh atas seijin pimpinan bank Indonesia. dalam hal ini izin tersebut baru

akan diperoleh ketika kepala badan urusan piutang dan lelang Negara/panitia

urusan piutang Negara mengajukan suatu permintaan tertulis kepada pimpinan

83

Sentosa sembiring, op.cit, hal.40.

Page 95: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

79

bank Indonesia. Tentunya disesuaikan dengan prosedur yang telah dituangkan

dalam peraturan perundang-undangan tepatnya pada Pasal 41 A ayat (2) Undang-

Undang Perbankan.

Selain itu permintaan dari kepala badan urusan piutang dan lelang

Negara/panitia urusan piutang Negara sesuai ketentuan Pasal 41 A ayat (3)

menegaskan bahwa permintaan sebagaimana dimaksud harus menyebutkan nama

dan jabatan pejabat badan urusan piutang dan lelang Negara/panitia urusan

piutang Negara, nama nasabah debitur yang bersangkutan, dan alasan

diperlukannya keuangan. Selain dalam Undang-Undang Perbankan yang

mengatur mengenai rahasia bank yang berkaitan dengan lelang, ada peraturan

perbankan lain yang juga mengatur mengenai proses ini. Peraturan tersebut adalah

Peraturan Perbankan Indonesia yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/19/PBI

/2000 tentang persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis

membuka rahasia bank.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 2/19/PBI

/2000 tentang persyaratan dan tata cara pemberian perintah atau izin tertulis

membuka rahasia bank menegaskan bahwa, untuk penyelesaian utang piutang

melalui BUPLN akan diberikan oleh pimpinan BI jika ada permohonan tertulis

dari kepala BUPLN dengan mencantumkan:

a) Nama dan jabatan pejabat BUPLN/PUPN

b) Nama nasabah debitur yang mempunyai simpanan

c) Nama kantor bank tempat nasabah debitur mempunyai simpanan

d) Keterangan yang diminta, dan

e) alasan yang diperlukan.84

84

Sentosa Sembiring, op.cit.hal.41.

Page 96: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

80

c. Untuk kepentingan Peradilan

Berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Perbankan menegaskan bahwa,

untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, pimpinan bank indonesia

dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa,hakim untuk memperoleh keterangan

dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank. sesuai amanat

undang-undang, bahwa apabila ada keperluan mendesak yang diharuskan, untuk

mendukung proses penyelidikan serta penyidikan dalam rangka mengungkap

perkara pidana. para penegak hukum disini baik itu terdiri dari polisi, jaksa serta

hakim dapat memperoleh keterangan mengenai surat-surat atau bukti lain berupa

keterangan mengenai simpanan tersangka atau terdakwa yang ditujukan untuk

kepentingan peradilan. keterangan yang diperlukan itu harus atas seijin dari

pimpinan bank Indonesia, sesuai dengan perintah undang-undang.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa penegak hukum baik itu polisi,

jaksa serta hakim dapat memperoleh keterangan berupa data nasabah dan

simpanannya. peraturan ini merupakan salah satu landasan bagi penegak hukum

lain dalam mengungkap kebenaran dari suatu perbuatan hukum. hal tersebut baru

dapat diproses dengan syarat, izin ini baru diberikan apabila dibuat secara tertulis

oleh kepala kepolisian republik Indonesia, jaksa agung atau ketua mahkamah

agung. Sebagaimana sudah ditegaskan dalam Pasal 42 ayat (2) UU Perbankan

bahwa, izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertulis atas

permintaan tertulis dari kepolisian republik Indonesia, jaksa agung atau ketua

mahkamah agung. Setelah prosedur dipenuhi dan diminta oleh salah satu pihak

seperti yang disebutkan berbentuk tertulis, maka diajukan kepada pimpinan bank

Page 97: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

81

Indonesia, dilihat kelengkapan prosedur, surat-surat pendukung serta bukti-bukti

pendukung, agar dapat diproses dan rahasia bank dapat dibuka. Tentunya tetap

pimpinan bank Indonesia memverifikasinya sesuai pedoman yang ada dengan

menggunakan ketentuan yang berlaku sebagai syarat dibukanya rahasia bank.

Mengenai permintaan dari salah satu penegak hukum baik itu dari kepala

kepolisian republik Indonesia, jaksa agung, serta ketua mahkamah agung

mengenai rahasia bank yang diperlukan untuk penyelesaian suatu proses perkara

pidana untuk kepentingan peradilan maka harus dilakukan secara tertulis dan

mencantumkan beberapa syarat penting sebagaimana yang sudah dimuat di dalam

peraturan bank Indonesia Nomor : 2/19/PBI /2000 tentang persyaratan dan tata

cara pemberian perintah atau izin tertulis membuka rahasia bank pada Pasal 6

ayat (4) yang menegaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya :

a) Nama, pangkat, NRP/NIP dan jabatan jaksa, polisi atau hakim

b) Nama tersangka/terdakwa yang mempunyai simpanan

c) Nama kantor bank tempat tersangka/terdakwa mempunyai simpanan

d) Maksud pemeriksaan atau alasan diperlukannya keterangan dan

e) Hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang

diperlukan. 85

d. Untuk kepentingan perkara perdata antara bank dengan nasabah

Berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Perbankan menegaskan bahwa

dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang

bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan

keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang

relevan dengan perkara tersebut. Undang-undang di sini jelas menegaskan bahwa

bank dapat membuka keadaan keuangan dalam hal bersengketa dengan nasabah.

85

Sentosa sembiring, op.cit, hal.43.

Page 98: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

82

Menurut undang-undang dan peraturan perbankan Indonesia lainnya, ketentuan

rahasia bank yang berkaitan dengan kepentingan perkara perdata antara bank dan

nasabah tidak diatur secara lengkap, jelas, dan rinci mengenai prosedur ataupun

izin untuk mendapatkan rahasia bank oleh pimpinan bank Indonesia.

e. Untuk kepentingan tukar menukar informasi antar bank

Sesuai penegasan dari Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Perbankan

yang menegaskan bahwa dalam rangka tukar menukar informasi antar bank,

direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepada bank

lain. Melalui ketentuan terebut dapat diketahui bahwa tujuan tukar menukar

informasi antar bank melalui direksi yaitu untuk mengamankan, memperlancar,

melindungi, dan menjamin berlangsungnya kegiatan operasional bank yang baik,

sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan salah satunya seperti

adanya kredit rangkap, serta mengetahui mengenai suatu keadaan serta status dari

bank lain. Hal ini dilakukan untuk menilai tingkat resiko yang akan dihadapi oleh

suatu bank, dalam hal bank melakukan suatu transaksi baik antara bank ataupun

nasabah dari bank lain.

Hal ini dilakukan atas perintah undang-undang, yang tepatnya ada pada

Pasal 32 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2004 tentang

perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999

tentang bank Indonesia yang menegaskan bahwa, bank Indonesia mengatur dan

mengembangkan sistem informasi antar bank. Sistem informasi antar bank yang

dimaksud disini bertujuan untuk memperlancar serta mengamankan kegiatan

usaha bank. Informasi bank yang dimaksud diantaranya:

Page 99: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

83

a) Informasi bank, untuk mengetahui keadaan dan status bank;

b) Informasi kredit, untuk mengetahui status dan keadaan debitur bank guna

mencegah penyimpangan dan pengelolaan kredit:

c) Informasi pasar uang, untuk mengetahui tingkat suku bunga dan kondisi

likuiditas pasar.

Guna mengembangkan sistem informasi antar bank seperti yang telah

ditentukan oleh undang-undang dapat dilakukan dan diperluas dengan

menyertakan lembaga lain sesuai amanat dari undang-undang, yang sudah

ditegaskan dalam Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3

tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

23 tahun 1999 tentang bank Indonesia. perluasan suatu sistem informasi kepada

bank lain ini di bidang keuangan dimaksudkan serta diperlukan, karena adanya

keterkaitan antar kegiatan usaha bank dan lembaga lain tersebut. Mengenai proses

penyelenggaraannya, sistem informasi sebagaimana yang dimaksud dalam

ketentuan ini dapat dilakukan sendiri oleh bank Indonesia dan atau pihak lain

dengan persetujuan bank Indonesia.

Proses sistem informasi yang berkaitan dengan tukar menukar informasi

yang dilakukan sendiri oleh bank Indonesia kini didukung dengan adanya surat

keputusan direksi bank Indonesia Nomor 27/6/UPB pada tanggal 25 januari 1995

yang menegaskan dengan tukar menukar informasi antar bank merupakan

permintaan pemberian informasi keadaan kredit yang diberikan bank kepada

debitor tertentu serta keadaan status suatu bank. tukar menukar informasi antar

bank ini hanya dapat dilakukan oleh anggota direksi atau pejabat yang ditunjuk

sebagaimana yang diatur di dalam ketentuan internal dari bank bersangkutan.

Page 100: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

84

Berkaitan dengan informasi tukar menukar bank yang dilakukan oleh direksi,

maka permintaan informasi bank dibagi ke dalam 2 bagian :

I. Permintaan informasi antar bank yaitu suatu bank dapat meminta informasi

kepada bank lainnya yang berkaitan dengan keadaan debitor tertentu yang

dilakukan secara tertulis, yang dalam hal ini dilakukan oleh direksi bank

dengan menyebutkan dan menjelaskan secara jelas dan rinci tujuan dari

penggunaan informasi yang dimaksudkan.86

suatu informasi yang berkaitan

dengan suatu keadaan kredit dapat dikeluarkan oleh :

a. Bank umum kepada bank umum

b. Bank perkereditan rakyat kepada bank perkreditan rakyat.

Selanjutnya bank yang nantinya diminta informasi wajib

memberikan informasi secara tertulis sesuai dengan keadaan yang real atau

nyata. Kemudian bagi nasabah yang masih tercatat sebagai debitor aktif

(nasabah aktif) diwajibkan untuk menegaskan bahwa nasabah yang dimaksud

adalah nasabah atau debitur bank yang bersangkutan. Bagi nasabah yang

tidak dicatat lagi sebagai debitur aktif informasinya berupa :

a. Data debitur

b. Data pengurus

c. Data agunan

d. Data jumlah fasilitas kredit yang diberikan

e. Data keadaan koletibilitas terakhir

86

Rachmadi usman, op.cit.hal. 162-163.

Page 101: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

85

Setelah itu maka bank peminta informasi harus merahasiakan data

informasi yang diminta. Data informasi yang bersifat rahasia tersebut

ditujukan hanya untuk digunakan sesuai dari tujuan penggunaan. Hal ini

sesuai dengan tujuan dari penggunaan data tersebut, yang disebutkan dalam

surat permintaan informasi. Kemudian apabila ada bank yang melanggar,

yang tidak menggunakan data tersebut sesuai tujuan seperti yang tercantum

dalam surat permintaan informasi, maka bank tersebut akan dikenakan sanksi

administratif, dan hal ini dapat menurunkan tingkat kesehatan bank. Disinilah

diperlukan langkah-langkah kehati-hatian yang perlu diterapkan oleh lembaga

perbankan.

II. Permintaan informasi melalui bank Indonesia.

Permintaan informasi melalui bank Indonesia dapat dilakukan oleh

bank untuk mengetahui informasi mengenai nasabah debitur. Informasi ini

didapat dengan cara mengajukan permintaan tertulis, dengan menyebut

penggunaan informasi yang akan diminta. Informasi mengenai bank yang

diminta melalui bank Indonesia tersebut terdiri dari :

a. Nomor, tanggal akta pendirian, dan izin usaha

b.Status atau jenis usaha

c. Tempat kedudukan

d.Susunan pengurus

e. Permodalan

f. Neraca yang diumumkan

g.Pengikutsertaan dalam kliring dan

Page 102: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

86

h. Jumlah kantor bank.

Apabila ada bank yang tidak mengindahkan ketentuan ini maka bank

tersebut akan dikenakan sanksi, berupa sanksi administratif yang dalam hal

ini dapat menurunkan tingkat kesehatan bank. sehingga dalam hal ini bank

akan selalu berusaha untuk menjaga rahasia bank dan segala aturan yang

berlaku.

f. Untuk kepentingan Pihak lainnya yang ditunjuk langsung oleh nasabah

dan untuk kepentingan waris

Berbicara mengenai kepentingan pihak lain yang ditunjuk langsung oleh

nasabah dalam undang-undang diatur oleh Pasal 44A ayat (1) Undang-Undang

Perbankan menegaskan bahwa atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari

nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan

keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan pada bank yang bersangkutan

kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut. mengenai

kepentingan pihak lain untuk kepentingan waris maka diatur di dalam Pasal 44A

ayat (2) Undang-Undang Perbankan menegaskan bahwa, dalam hal nasabah

penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan

yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan nasabah

penyimpan tersebut. Melalui penegasan Pasal tersebut dapat diketahui apabila ada

pihak lain yang berkepentingan yaitu ahli warisnya sesuai dengan surat-surat yang

dapat ditunjukkan dan dibuktikan kepada bank, bahwa pihak yang berkepentingan

memang benar merupakan ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan yang

menyimpan dananya di bank. Setelah dapat dibuktikan barulah keterangan

mengenai simpanan nasabah penyimpan bisa dikeluarkan.

Page 103: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

87

Berdasarkan uraian diatas, Pengaturan kerahasiaan bank menurut

Undang-Undang perbankan sudah jelas hanya melindungi nasabah penyimpan dan

simpanannya. Kerahasiaan bank hanya dapat dibuka, jika sudah sesuai dengan

alasan dan tujuan pengecualian yang tercantum dalam undang-undang. Selain itu

kerahasiaan dapat dibuka bila nasabah penyimpan bermasalah atau dengan kata

lain masuk ke dalam ruang lingkup yang dikecualikan. Kemudian informasi dapat

dibuka, bila atas seizin dari pimpinan bank indonesia.

Sepanjang tidak diatur dalam undang-undang bukan merupakan

kerahasiaan bank. Berkaitan dengan pengaturan rahasia bank dengan berlakunya

Undang-Undang pers, pers tidak masuk ke dalam ruang lingkup pengecualian

yang ditegaskan undang-undang. meskipun dalam ketentuan pers mengatur dan

menentukan pers dapat mencari, memperoleh, menyimpan dan mempublikasikan

informasi. Sepanjang informasi tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang

dikecualikan dalam ketentuan rahasia bank. sehingga apabila pers

mempublikasikan informasi berkaitan dengan ketentuan rahasia bank dapat

dikategorikan telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang

perbankan. kerahasiaan informasi data nasabah penyimpan harus dijamin terkait

dengan Undang-Undang pers. Pers dapat mempublikasikan informasi nasabah

bila nasabah tersebut bermasalah atau masuk ke dalam pengecualian yang

disebutkan oleh undang-undang. Serta informasi tersebut memang sudah

dipublikasikan oleh pihak-pihak yang dimaksud dalam pengeculian undang-

undang. Namun tetap merahasiakan data-data privacy dari nasabah.

Page 104: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

88

Selain itu pihak bank sebagai pihak pelaksana kewajiban merahasiakan

rahasia bank, dinilai telah gagal dalam menjalankan kewajibannya. Karena

dianggap tidak mampu, sehingga informasi rahasia bank yang seyogyanya

rahasia, dapat dipublikasikan pers. Hal ini menimbulkan ketidakadilan bagi

nasabah. Berdasarkan teori keadilan niaga, bank dianggap telah gagal menerapkan

asas prudential banking , sehingga hak nasabah untuk dirahasiakan tidak dapat

dipenuhi. Tidak terwujudnya keadilan tukar menukar dalam bentuk pemenuhan

hak dan kewajiban antara pihak bank dan nasabah menimbulkan suatu

ketidakadilan bagi pihak nasabah. Hal ini tentunya akan berdampak pada

penurunan tingkat kepercayaan nasabah pada bank. Selain itu pihak nasabah yang

merasa dirugikan terhadap keterangan yang diberikan oleh bank sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44 berhak untuk

mengetahui isi keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika terdapat

kesalahan dalam keterangan yang diberikan sesuai yang sudah ditegaskan dalam

Pasal 45 Undang-Undang Perbankan.

3.2 Kewajiban Good Corporate Governance bagi perbankan

Perkembangan perbankan yang kian pesatnya menimbulkan suatu

persaingan usaha yang begitu dinamis, sehingga memicu bank-bank yang masih

produktif untuk aktif mengembangkan usahanya agar efektif dan efisien di dalam

menjaga kestabilan usahanya serta memajukan kelangsungan usaha suatu

perusahaan perbankan. Kelangsungan hidup dari perbankan tentunya tidak lepas

dari peran penerapan Good Corporate Governance atau sering dikenal dengan

Page 105: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

89

tata kelola perusahaan yang baik, khususnya bagi dunia perbankan. Good

corporate governance ini telah menjadi isu sentral di sejumlah Negara sejak

beberapa tahun terakhir ini. Ini juga dilatarbelakangi oleh permasalahan yang

terkait dengan keuangan di kawasan asia, adanya berbagai skandal keuangan di

belahan dunia, trend industri pasar modal, kegiatan korporasi, serta tuntutan akan

pentingnya transparansi dan independensi.87

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/12/PBI/2006 tentang

perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang

pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum yang menjadi landasan

hukum di sektor perbankan. Ditegaskan dalam peraturan bank Indonesia tersebut

bahwa good corporate governance adalah suatu tata kelola perusahaan dalam hal

ini bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency),

akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi

(independency), dan kewajaran (fairness). good corporate governance diterapkan

bagi usaha perseroan, terutama berkaitan dengan adanya kewajiban untuk

menyampaikan pertanggungjawaban dari direksi pada RUPS. Vanderloo

memberikan pengertian corporate governances sebagai berikut:

Corporate governance refers to those procedure established within a

company’s organization that allow director oversight of key officer

decisions, provide disclosure of material facts to investor and other

stakeholders, and allow for efficient and accurate decision making within

the organization. Corporate governance describes”the legal rules relating

to the perspective powers and duties of directors, officer and

87

Dorojatun, 2004, Pentingnya good governance pada government

governance, PPH, Jakarta, hal.11.

Page 106: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

90

stakeholders”.88

(tata kelola perusahaan mengacu pada prosedur yang

ditetapkan dalam organisasi perusahaan yang memungkinkan pengawasan

direktur keputusan pejabat yang berwenang, memberikan pengungkapan

fakta material kepada investor dan stakeholder lainnya, dan

memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang efisien dan akurat

dalam organisasi. Tata kelola perusahaan menggambarkan aturan hukum

yang berkaitan dengan kekuasaan perspektif dan tugas direktur, pejabat,

dan para pemangku kepentingan).

Definisi Corporate governance diatas mengacu pada suatu prosedur yang

dibuat dalam suatu perusahaan untuk memberikan kewenangan kepada direksi

dalam memberitahukan fakta-fakta yang materiil kepada investor dan para pihak

yang memiliki kepentingan lain (stakeholders). Hal ini dilakukan agar di dalam

mengambil dan membuat keputusan penting yang sesuai dengan tujuan (goals)

perusahaan dibuat secara efisien dan pelaksanaannya dilakukan secara akurat.

Sehingga memenuhi good corporate governance pada suatu perusahaan

khususnya pada dunia perbankan. Sebuah good corporate governance pada

dasarnya mengandung prinsip-prinsip transparency, fairness, responsibility, dan

accountability. 89

Awal mula dari good corporate governance di dunia perbankan berawal

dengan terbitnya ketentuan the basel committee on banking supervision tentang

standard penerapan good corporate governance principles untuk perbankan. Basel

committee on banking supervision telah mengidentifikasi 6 kategori informasi

yang perlu diungkapkan kepada masyarakat untuk membantu pencapaian tingkat

keterbukaan bank yang memuaskan yaitu :

88

Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, 2007, Good corporate

governance serta perkembangan pemikiran dan implementasinya di Indonesia

dalam perspektif hukum, Kreasi Total Media, Yogyakarta,hal.62. 89

Anis Baridwan, 2004, ketentuan pasar modal dalam penegakan good

corporate governance, PPH, Jakarta, hal.62.

Page 107: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

91

1) Kinerja keuangan;

2) Posisi keuangan (termasuk permodalan, solvabilitas, dan likuiditas);

3) Praktek dan strategi manajemen resiko;

4) Risk exposure (termasuk resiko kredit, resiko pasar, resiko likuiditas,

dan resiko operasional, hukum dan lainnya) ;

5) Kebijakan akuntansi ;

6) Bisnis dasar, informasi tentang corporate governance dan

manajemen.90

Bank Indonesia juga telah menerapkan prinsip good corporate

governance bagi perbankan di Indonesia yang dikaitkan dengan transparency,

fairness, responsibility, dan accountability sesuai dengan yang ditegaskan dalam

Pasal 1 ayat (6) PBI No. 8/12/PBI/2006 tanggal 30 januari 2006 tentang

pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum. Penjabaran dari good

corporate governance pada kegiatan perbankan mencakup :

1. Keterbukaan (transparency) bagi perbankan meliputi beberapa aspek

yang mencakup :

- Keharusan pengungkapan informasi secara tepat waktu, jelas,

akurat dan dapat diperbandingkan;

- Hal-hal yang secara minimal harus diungkapkan, termasuk

tetapi tidak terbatas pada visi, misi, dan kondisi keuangan;

- Keharusan memiliki kebijakan tertulis yang dapat

dikomunikasikan dengan stakeholder;

- Keterbukaan tidak mengurangi kewajiban merahasiakan

menurut Undang-Undang.

2. Akuntabilitas (accountability) dapat dijabarkan pada bank dalam

bentuk :

- Adanya tanggung jawab masing-masing organ organisasi

dalam bank yang dibuat secara jelas;

- Perlunya kompetensi dari seluruh jajaran pegawai bank;

- Check and balance system dalam organisasi perbankan antara

direksi dan dewan komisaris;

- Adanya ukuran kinerja yang jelas bagi seluruh unit pegawai.

3. Tanggung jawab (responsibility) yang dicerminkan pada

- Menaati dan melaksanakan prudential banking practices;

- Menjadikan bank sebagai warga perusahaan yang baik (good

corporate citizen).

90

Zulkaranain Sitompul, 2005, Problematika Perbankan, books terrace

and library, Bandung, hal.178.

Page 108: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

92

4. Independensi (independency) untuk perbankan Indonesia dijadikan

sebagai prinsip yang ditonjolkan karena di anggap penting dalam

rangka penyehatan perbankan. Independensi dimaksud dapat

dijabarkan dalam dua hal penting yaitu :

- Menghindari dominasi tidak wajar dari stakeholder manapun

dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak (conflict of

interest);

- Keputusan diambil secara objektif dan bebas dari segala

tekanan pihak manapun.

5. Kewajaran (fairness) dilaksanakan melalui dua aspek penting yaitu :

- Asas kesetaraan dan kewajaran yang berlaku untuk semua

stakeholder (equal treatment).;

- Kesempatan akses informasi yang sama untuk semua

stakeholder, sesuai dengan fungsinya masing-masing.91

Melalui uraian diatas, Good corporate governance diharapkan mampu

meningkatkan mekanisme checks and balance di suatu perusahaan khususnya

perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan dana masyarakat yaitu bank.

Penerapan good corporate governance ini tentunya akan berhasil bila didukung

oleh tiga pilar penting di dalam suatu Negara. Pertama yaitu Negara dan

perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, masyarakat

sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Salah satu prinsip yang harus

diterapkan oleh bank untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik yaitu

transparancy atau keterbukaan dengan meningkatkan kualitas keterbukaan

informasi financial maupun non financial.

Perlu diperhatikan bahwa, keterbukaan merupakan salah satu bagian dari

Good coorporate governance ini tidak mengurangi kewajiban merahasiakan

menurut undang-undang. Bank sebagai suatu perusahaan tentunya tetap

melaksanakan segala ketentuan yang berlaku demi memberikan keadilan serta

kenyamanan bagi pihak-pihak yang menjalin hubungan dengan bank. Salah

91

Jonker sihombing, op.cit, hal.39-40.

Page 109: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

93

satunya yaitu nasabah, yang menggunakan jasa bank untuk memudahkan segala

aktivitasnya. Untuk memberikan keadilan bagi pihak nasabah,dalam hal

keterbukaan informasi atau yang sering disebut transparancy dalam Good

coorporate governance, yaitu keharusan membuka informasi secara jelas, dan

tepat maka dalam hal kerahasiaan bank hal ini dikecualikan. Jadi berkaitan dengan

kewajiban bank menjaga kerahasiaan bank tetap dilaksanakan oleh bank sebagai

suatu perusahaan, sepanjang hal ini dikecualikan maka tidak berlaku transparancy

dalam Good coorporate governance.sehingga melalui uraian diatas disimpulkan

bahwa, Keterbukaan pada Good coorporate governance, tidak mengurangi

kewajiban merahasiakan menurut Undang-Undang. Pedoman good corporate

governance di Indonesia bertujuan untuk mendorong pengelolaan perseroan

secara profesional, transparan dan efisien.92

Sehingga diharapkan bank mampu

memberikan jasa terbaiknya untuk nasabah, serta profesional dalam menjalankan

usahanya.

3.3 Akibat Hukum Rahasia Bank dengan Berlakunya Kebebasan Pers

Rahasia bank adalah salah satu kunci pokok yang menjadi pegangan bagi

bank untuk tetap mendapatkan kepercayaan nasabah. Sebagai lembaga keuangan

bank berkewajiban untuk tetap menjaga kerahasiaan bank tersebut. Sebab tanpa

kerahasiaan bank, seluruh sistem perbankan akan mengalami kelemahan.93

Selain

hal tersebut merupakan perintah undang-undang, hal ini juga menjadi tolak ukur

92

Jimly E. Alias, 2004, Peranan Manajemen Risiko Strategik dalam

Mendukung Good corporate governance, Bisnis Express, Jakarta, hal.23.

93

Sjahrir, 1994, Spektrum ekonomi politik Indonesia,Jakarta, FEUI,

hal.106

Page 110: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

94

dalam keberlangsungan usaha bank. Negara sebagai regulator memberikan

kerahasiaan bank ini sebagai jaminan untuk nasabah agar tetap percaya kepada

bank. undang-undang saat ini hanya menjamin mengenai nasabah penyimpan dan

simpanannya. Para pihak yang ditunjuk untuk menjalankan kewajiban tersebut

harus mampu melaksanakan apa yang sudah diisyaratkan undang-undang. Pihak

tersebut sering disebut dengan pihak terafiliasi.

Rahasia bank yang dianut Undang-Undang perbankan saat ini adalah

rahasia bank secara relatif. Dalam arti informasi dapat dibuka untuk beberapa

tujuan sesuai pengecualian undang-undang, tentunya dengan memperhatikan

syarat-syarat dan prosedur yang berlaku. Pihak-pihak diluar dari yang disebutkan

undang-undang jelas tidak mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tersebut. Bila ada pihak-pihak lain yang melanggar ketentuan itu, tentunya hal ini

tidak hanya merugikan pihak nasabah, tetapi juga perbankan itu sendiri. Selain itu

pihak tersebut nantinya akan diberikan sanksi yang tegas, akibat mempublikasikan

kerahasiaan bank. tentunya ini tidak terlepas dari campur tangan pihak bank

karena kurangnya penerapan asas prudential banking untuk diberlakukan pada

rahasia bank.

Perbuatan pihak-pihak yang telah melanggar kerahasiaan bank yang

ditegaskan undang-undang tentunya akan menimbulkan suatu akibat hukum

baginya. akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan

hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-

akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang

bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum. Dalam hal ini

Page 111: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

95

kerahasiaan bank yang diatur undang-undang merupakan obyek hukum dari suatu

perbuatan hukum antara bank dan nasabah sebagai subjek hukum. Kewajiban

untuk menjaga kerahasiaan bank tersebut adalah bagian dari kewajiban pihak

bank sesuai Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang perbankan, dengan pengecualian

dapat dibuka jika sesuai dengan tujuan pada pengecualian Undang-Undang

perbankan. pihak yang wajib merahasiakan adalah pihak bank dan pihak

terafiliasi. Artinya pihak-pihak diluar dari yang telah disebutkan tentu tidak

memiliki hak untuk mendapatkan informasi.

Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang pers,

pers menurut ketentuannya mengatur dan menentukan bahwa, pers berhak untuk

mendapatkan dan mempublikasikan informasi, yang sering dikenal dengan

kebebasan pers. kebebasan pers adalah kebebasan seseorang untuk mendapatkan

informasi dari berbagai media massa baik media massa cetak maupun media

massa elektronik. kebebasan ini merupakan hak setiap individu, namun

kebebasan pers tidak boleh melanggar asas-asas atau norma-norma yang berlaku.

Seperti uraian yang ditegaskan diatas sudah jelas, berdasarkan Undang-Undang

perbankan, pers tidak mempunyai hak untuk mempublikasikan kerahasiaan bank.

ini disebabkan karena pers tidak masuk ke dalam pengecualian alasan atau tujuan

dibukanya suatu kerahasiaan bank. perbuatan yang dilakukan pers ini berdasarkan

Undang-Undang pers hal ini dibenarkan, karena belum adanya pembatasan untuk

mendapatkan informasi kerahasiaan bank.

Kebebasan pers yang dianut oleh pers saat ini dinilai sebagai pers yang

absolut, karena tidak adanya pembatasan terhadap informasi yang diperoleh.

Page 112: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

96

kebebasan pers dijamin secara konstitusional, namun kebebasan apapun tidak

diharapkan adanya suatu kebebasan pers yang total absolut. Sehingga informasi

kerahasiaan bank dapat dibuka, dan dibenarkan oleh pers sendiri. Akibat yang

ditimbulkan dari tindakan pers tersebut adalah perbuatan ini jelas sudah

merugikan pihak bank sebagai lembaga kepercayaan karena nasabah tentunya

akan kehilangan rasa kepercayaanya pada bank, mengingat kedudukan bank

sebagai lembaga kepercayaan. Hilangnya kepercayaan ini menimbulkan rush

dalam dunia perbankan, serta mengakibatkan domino effect bagi perekonomian

suatu negara. Publikasi kerahasiaan bank yang dilakukan pers membuat bank

dinilai gagal dalam penerapan confidential banking serta prudential banking

berkaitan dengan kewajiban bank menjaga kerahasiaan bank. Ini tentunya

membuat pihak bank mendapatkan sanksi admnistratif sebagai bank yang tidak

mampu melaksanakan ketentuan tersebut.

Sesuai dengan Pasal 52 Undang-Undang perbankan, bahwa bank

indonesia dapat menetapkan sanksi administratif kepada bank yang tidak

memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Sanksi administratif yang dimaksud antara lain, denda uang, teguran tertulis,

penurunan tingkat kesehatan bank, larangan untuk turut serta dalam kegiatan

kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu baik untuk kantor cabang tertentu

maupun untuk bank secara keseluruhan, serta pemberhentian pengurus bank.

Selain itu bagi bank yang dengan sengaja memberikan informasi tersebut pada

pihak lain, sehingga merugikan nasabah maka nasabah yang merasa dirugikan

mempunyai hak untuk menuntut ganti kerugian dari bank yang membocorkan

Page 113: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

97

keterangan mengenai dana simpanannya melalui proses gugat-ginugat (litigasi) di

pengadilan perdata berdasarkan dua alasan hukum.

Pertama, hubungan hukum antara bank dan nasabah adalah suatu

fiduciary relation (hubungan kepercayaan). Bahwa hubungan hukum antara bank

dan nasabah adalah suatu fiduciary relation telah diakui secara luas oleh putusan

pengadilan dibanyak negara. Sebagai suatu fiduciary relation, maka bank

mempunyai duty of fiduciary terhadap nasabah. Menurut asas hukum, dalam suatu

duty of fiduciary apabila pihak yang harus mengemban kepercayaan ternyata

mengungkapkan hal yang harus dirahasiakan mengenai pihak lainnya, maka

terhadap perbuatannya itu dapat dimintai pertanggungjawaban secara perdata.

Kedua, nasabah yang dirugikan itu dapat pula menggugat bank berdasarkan dalih

bahwa bank telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum berdasarkan Pasal 1365

KUH Perdata. Pasal tersebut menegaskan bahwa tiap perbuatan melanggar hukum

yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang karena salahnya

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Jelas bahwa perbuatan

yang bertentangan dengan hukum yang dilanggar oleh bank itu adalah Pasal 40

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Berdasarkan teori tanggung jawab hukum, maka pelanggaran yang

dilakukan oleh pers ini tentunya harus dipertanggungjawabkan. Perbuatan

pelanggaran kerahasiaan bank ini menjadikan pers memikul tanggung jawab

hukum, karena perbuatan yang dilakukan. berdasarkan ketentuan dalam Undang-

Undang perbankan bahwa, pers telah melanggar Pasal 40 ayat (1) dan diancam

dengan Pasal 47 ayat (1) yang menentukan bahwa:

Page 114: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

98

Barangsiapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari

pimpinan bank indonesia, dengan sengaja memaksa pihak bank

atau pihak terafilisiasi untuk memberikan keterangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan pidana penjara

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun

serta denda sekurang-kurangnya Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus

miliar rupiah).

Berdasarkan ketentuan Pasal 47 ayat (1) tersebut maka, disini pihak pers

diancam dengan tuduhan melakukan pelanggaran rahasia bank. pertama, bahwa

berdasarkan ketentuan undang-undang pihak pers bukan merupakan pihak yang

dikecualikan dalam undang-undang. kedua bahwa pihak pers mendapatkan

informasi tanpa izin dari pimpinan bank indonesia. Ketiga, bahwa pihak nasabah

yang dipublikasikan adalah nasabah yang murni tidak masuk ke dalam

pengecualian rahasia bank,sehingga sudah sepatutnya dilindungi dari tindakan-

tindakan pihak-pihak lain yang mencoba untuk merusak nama baik bank sebagai

lembaga kepercayaan. Selain itu pihak nasabah berhak untuk mendapatkan

perlindungan, karena pihak nasabah merupakan konsumen yaitu pengguna jasa

dari pelaku usaha dalam hal ini bank. jasa yang digunakan adalah jasa

penyimpanan, yang tentunya dalam undang-undang secara jelas dan tegas wajib

mendapatkan perlindungan.

Pers yang dianut Indonesia adalah pers Pancasila. Cirinya adalah bebas

dan bertanggung jawab. Bebas berarti tidak ada batasan, sedang bertanggung

jawab berarti memperhatikan kepentingan yang lebih besar, seperti kepentingan

umum atau kepentingan bangsa/ nasional. Tanggung jawab pers ditandai dengan

pengendalian dan pengawasan atau pembinaan oleh pemerintah. Dengan prinsip

pers yang bebas dan bertanggungjawab tersebut , maka kiranya dapat dipahami

Page 115: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

99

bahwa, pers yang telah merugikan pihak bank dan nasabah karena publikasi

kerahasian bank tersebut secara bebas, tentunya wajib bertanggugjawab akan

kerugian yang diderita pihak bank dan nasabah. Hal ini sesuai dengan teori

tanggung jawab, bahwa seorang individu bertanggungjawab atas pelanggaran

yang telah dilakukannya. Seyogyanya pers dalam penyelenggaran kepentingan

publikasi tetap memperhatikan kepentingan umum yaitu stabilitas perekonomian

negara yang ditopang oleh perbankan, dengan tetap dalam penyelenggaran pers

merujuk kepada peraturan-peraturan yang berlaku terutama di bidang perbankan.

Page 116: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

100

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK YANG

DIRUGIKAN AKIBAT ADANYA KEBEBASAN PERS

4.1 Perlindungan Hukum Berdasarkan Ketentuan dalam Undang-Undang

Perbankan dan Ketentuan Pelaksananya

Perlindungan hukum adalah segala daya upaya demi menjamin adanya

suatu kepastian hukum, untuk memberikan perlindungan, kemanan dan

kenyamanan bagi nasabah. Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan

kepercayaan masyarakat, memiliki fungsi utama dalam pelaksanaan

pembangunan nasional meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-

hasilnya, pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan stabilitas ekonomi yang baik

ke arah peningkatan taraf hidup rakyat lebih banyak. Dengan fungsi perbankan

yang utama, diharapkan pula dapat memberikan suatu perlindungan hukum bagi

nasabah agar tercipta suatu kepastian hukum sebagai tujuan perlindungan hukum

itu.

Berkaitan dengan itu, lembaga perbankan adalah suatu lembaga yang

sangat tergantung kepada kepercayaan dari masyarakat. Oleh karena itu, tanpa

adanya kepercayaan dari masyarakat, tentu suatu bank tidak akan mampu

menjalankan kegiatan usahanya dengan baik. Sehingga tidaklah berlebihan bila

dunia perbankan harus sedemikian rupa menjaga kepercayaan dari masyarakat

dengan memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan masyarakat,

terutama kepentingan nasabah dari bank yang bersangkutan. Dengan perkataan

lain, dalam rangka untuk menghindari kemungkinan terjadinya

100

Page 117: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

101

kekurangpercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, yang saat ini tengah

gencar untuk melakukan ekspansi untuk mencari dan menjaring nasabah, maka

perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan terhadap kemungkinan terjadinya

kerugian sangat diperlukan.

Hubungan hukum antara nasabah penyimpan dan bank didasarkan atas

suatu perjanjian. Untuk itu tentu ada sesuatu yang wajar apabila kepentingan dari

pihak nasabah yang bersangkutan memperoleh perlindungan hukum, sebagaimana

perlindungan yang diberikan oleh hukum kepada bank. Tidak dapat disangkal

bahwa memang ada political will dari pemerintah untuk melindungi kepentingan

nasabah bank, terutama nasabah penyimpan dana. Ini dibuktikan dengan

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen, selain yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 jo

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.

Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah, berdasarkan

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan mengemukakan bahwa

dalam sistem Perbankan indonesia, mengenai perlindungan terhadap nasabah

penyimpan dana, dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu :

1. Perlindungan secara implisit (implisit deposit protection), yaitu perlindungan

yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang

dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. perlindungan ini diperoleh

melalui :

Page 118: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

102

a) Peraturan Perundang-Undangan di bidang Perbankan

Berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah penyimpan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, dapat ditemukan pada

Pasal 37B yang menegaskan bahwa, setiap bank wajib menjamin dana masyarakat

yang disimpan pada bank yang bersangkutan. Selain itu perlindungan nasabah

penyimpan dapat ditemukan pada Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10

tahun 1998 tentang Perbankan yang menegaskan bahwa, bank wajib merahasiakan

keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44

dan Pasal 44A.

Penegasan Pasal 40 tersebut berlaku pula bagi pihak terafiliasi,

ketentuan ini dapat ditemukan pada Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10

tahun 1998. Diharapkan seluruh pihak bank dan terafiliasi untuk tetap menjaga

kerahasiaan bank, demi mendapatkan kepercayaan dari nasabah. Pihak-pihak yang

melanggar ketentuan tersebut dan merugikan para pihak akan dikenakan sanksi

menurut Undang-Undang Perbankan. Sanksi mengenai pelanggaran rahasia bank

diatur di dalam Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) yang diuraikan sebagai berikut :

Pasal 47 ayat (1) mengemukakan bahwa;

Barangsiapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari

pimpinan bank indonesia, dengan sengaja memaksa pihak bank

atau pihak terafilisiasi untuk memberikan keterangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan pidana penjara

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun

serta denda sekurang-kurangnya Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah) dan paling banyak Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus

miliar rupiah).

Page 119: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

103

Pasal 47 ayat (2) mengemukakan bahwa :

Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak

terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan

yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana

penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4

(empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya

Rp.4.000.000.0000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak

Rp.8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)

b) Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan efektif yang dilakukan

oleh Otoritas Jasa Keuangan

Pengawasan dan pembinaan yang efektif merupakan salah satu bentuk

perlindungan bagi nasabah yang dilaksanakan oleh OJK atau yang sering

disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan . Pengaturan mengenai OJK diatur

dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Pada Pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan menegaskan bahwa, OJK berfungsi menyelenggarakan sistem

pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap seluruh kegiatan di

dalam sektor jasa keuangan.

c) Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga pada

khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya

d) Memelihara tingkat kesehatan bank

Memelihara tingkat kesehatan bank merupakan salah satu usaha bank

untuk menjaga kelangsungan usahanya yang ketentuannya dapat ditemukan

Pada Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang

perbankan yang menegaskan bahwa, bank wajib memelihara tingkat kesehatan

bank sesuai dengan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,

Page 120: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

104

likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai

dengan prinsip kehati-hatian.

e) Melakukan usaha berdasarkan prinsip kehati-hatian

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

ditegaskan bahwa, perbankan indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan

demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Melalui

penegasan tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip kehati-hatian adalah salah

satu asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam

menjalankan kegiatan usahanya.

f) Cara pemberian kredit dengan tidak merugikan bank dan kepentingan

nasabah dan;

Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank perlu diterapkan asas

kehati-hatian agar tidak merugikan pihak nasabah dalam rangka penyaluran

kredit berdasarkan prinsip syariah kepada nasabah debitor. Pengaturan

mengenai hal itu dapat ditemukan pada Pasal 29 ayat (3) yang menegaskan

bahwa, dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang

tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya

kepada bank.

g) Menyediakan informasi resiko pada nasabah.

Ketentuan penyediaan resiko oleh bank kepada nasabah bertujuan untuk

melindungi kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Ketentuan

mengenai hal tersebut ditegaskan Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10

Page 121: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

105

tahun 1998 tentang perbankan bahwa, untuk kepentingan nasabah, bank wajib

menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadinya resiko kerugian

sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

2. Perlindungan secara eksplisit (eksplisit deposit protection), yaitu perlindungan

melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat,

sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan

mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank gagal tersebut.

Pembentukan lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sebagaimana

diatur dalam Keputusan Presiden RI No 26 tahun 1998 tentang jaminan

terhadap kewajiban bank umum.

Hakikat dari perlindungan hukum adalah melindungi kepentingan

nasabah penyimpan dan simpanannya yang disimpan di suatu bank tertentu

terhadap suatu risiko kerugian. Perlindungan hukum ini juga merupakan upaya

untuk mempertahankan dan memelihara kepercayaan masyarakat khususnya

nasabah, sudah sepatutnya dunia perbankan perlu memberikan perlindungan

hukum itu. Dengan berlakunya Undang-Undang Pers, menentukan bahwa pers

berhak untuk mencari, mendapatkan dan mempublikasikan informasi sesuai

ketentuan pers. karena dalam Undang-Undang pers, belum adanya pembatasan

mengenai informasi yang diperoleh. Sehingga informasi rahasia bank dapat

dipublikasikan oleh pihak pers. Hal ini bertentangan dengan ketentuan di

Undang-Undang Perbankan.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang perbankan, hanya pihak-pihak

yang dikecualikan yang dapat membuka kerahasiaan bank tersebut. Berkaitan

Page 122: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

106

dengan dipublikasikannya informasi kerahasiaan bank oleh pers, tentunya

menimbulkan kerugian bagi pihak nasabah. karena data yang bersifat privacy

tersebut dipublikasikan oleh pers. Disinilah pihak bank dituntut untuk

memperjuangkan nasib nasabah yang dirugikan tersebut dalam bentuk

perlindungan-perlindungan hukum yang diberikan oleh ketentuan perbankan.

Menurut teori pemangku kepentingan (stakeholder theory) yang dikemukakan

oleh john kay bahwa, perusahaan sebagai institusi sosial tidak hanya melindungi

pihak internal yaitu investor, karyawan, dan distributor, serta wajib untuk

melindungi pihak eksternal yaitu konsumen.

Konsumen yang dimaksud disini adalah nasabah penyimpan. bank

merupakan suatu perusahaan, sudah seyogyanya bank juga melindungi pihak

konsumen dalam hal ini nasabah yang dirugikan atas publikasi pers terhadap

kerahasiaan bank yang merupakan hak private dari seorang nasabah. Tentunya hal

ini juga bertentangan dengan konsep kewajiban bank yang dikemukakan yang

dikemukakan Lord Denning bahwa, salah satu kewajiban bank adalah menjaga

kerahasiaan account nasabah dalam hubungan dengan kerahasiaan bank, kecuali

apabila ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Berkaitan dengan

konsep yang dikemukakan oleh Lord Denning, seyogyanya pihak bank tetap

melaksanakan kewajibannya untuk menjaga kerahasiaan account nasabah dengan

menerapkan confidential banking principles. karena dalam hal ini nasabah yang

dipublikasikan datanya adalah nasabah penyimpan murni yang tidak masuk ke

dalam pengecualian. Jadi pihak pers disini, tidak dapat mempublikasikan

Page 123: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

107

informasi tersebut. Apabila ditentukan lain berdasarkan undang-undang baru

informasi tersebut dapat dibuka.

Berdasarkan teori pemangku kepentingan ini, nasabah merupakan pihak

yang wajib dilindungi oleh bank. nasabah berhak untuk mendapatkan hak-haknya

yang diatur dalam Undang-Undang. berdasarkan Undang-Undang Nomor 10

tahun 1998 tentang perbankan tepatnya pada Pasal 40 ayat (1) yang menegaskan

bahwa, kewajiban merahasiakan data nasabah penyimpan dan simpanannya

merupakan kewajiban bank yang berkedudukan sebagai suatu lembaga

kepercayaan masyarakat. Seyogyanya pihak bank dalam melakukan kegiatan

usahanya wajib menerapkan prinsip prudential banking, sehingga meminimalisir

perbuatan perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan perbankan.

Infomasi mengenai rahasia bank dapat dibuka sesuai pengecualian yang

ditentukan Undang-Undang perbankan diantaranya dalam hal pidana, lelang,

pajak, perdata, tukar menukar informasi antar bank, berkaitan dengan kuasa dan

waris. Sepanjang itu termasuk pengecualian maka informasi rahasia bank dapat

dibuka. Diluar dari yang disebutkan maka hal itu merupakan suatu pelanggaran

terhadap ketentuan perbankan. Berkaitan dengan pelanggaran pihak pers yang

telah mempublikasikan informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya

tersebut yang dikenal dengan kerahasiaan bank. pihak pers telah melakukan

pelanggaran, karena pihak pers tidak masuk ke dalam pengecualian yang

disebutkan dalam Undang-Undang perbankan. selain itu pihak-pihak yang

dikecualikan dalam hal mendapatkan informasi rahasia bank pun harus

memerlukan izin persetujuan dari pimpinan bank indonesia.

Page 124: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

108

Sehingga dalam hal ini pihak pers telah melanggar ketentuan dalam Pasal

40 ayat (1) Undang-Undang perbankan, sehingga mengakibatkan hilangnya

kepercayaan nasabah kepada bank sebagai suatu lembaga keuangan dan

kepercayaan masyarakat. selain itu pihak pers telah merugikan nasabah karena

mempublikasikan informasi nasabah penyimpan dan simpanannya yang

merupakan hak personal dari setiap nasabah. Sehingga untuk memberikan

perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang perbankan maka, pihak pers terancam dikenakan

sanksi pada Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Perbankan. karena Pihak pers

membuka informasi tanpa seijin pimpinan bank indonesia, pers tidak masuk ke

dalam pengecualian Undang-Undang perbankan, merugikan pihak bank dan

nasabah serta nasabah yang dipublikasikan informasinya adalah murni tidak

masuk ke dalam pengecualian yang ditegaskan undang-undang. Pers dapat

diancam dengan pidana penjara 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun

serta denda sekurang-kurangnya Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

dan paling banyak Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).

Demi memberikan Perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan

yang dirugikan oleh pihak bank disini, karena dinilai gagal menerapkan

confidential banking dan prudential banking pun akan dikenakan sanksi yang

sesuai dengan ketentuan perbankan. seyogyanya pihak bank sebagai suatu

lembaga kepercayaan melaksanakan segala sesuatu kewajiban yang telah

diisyaratkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan Pasal 13 PBI Nomor

2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin

Page 125: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

109

Tertulis membuka rahasia bank maka, bank indonesia dapat mengenakan sanksi

administratif terhadap bank yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Undang-

Undang ini. Sanksi administratifnya berupa denda uang, teguran tertulis,

penurunan tingkat kesehatan bank, larangan untuk turut serta dalam kegiatan

kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu, pemberhentian pengurus bank.

4.2 Perlindungan hukum berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen

Selain hukum perbankan, hukum perlindungan konsumen juga

memberikan ruang bagi nasabah penyimpan selaku pengguna jasa yang

berkedudukan sebagai konsumen. Pengaturan perlindungan konsumen

ketentuannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen yang selanjutnya disebut UUPK. Perlindungan

konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen, sesuai Pasal 1 angka 1 UUPK.

Konsumen dalam kaitannya dengan nasabah yang dirugikan akibat adanya

kebebasan pers adalah nasabah penyimpan.

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UUPK konsumen adalah setiap orang

pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan sendiri, keluarga, dan orang lain, maupun mahluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan. Konsumen yang dimaksud yaitu nasabah penyimpan

sebagai pengguna jasa. Sedangkan pihak berkedudukan sebagai pelaku usaha

yaitu bank. Hal ini sesuai dengan penegasan Pasal 1 angka 3 bahwa, pelaku usaha

adalah setiap orang perorangan atau badan usaha yang berbentuk badan hukum

Page 126: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

110

maupun bukan badan hukum yang bekedudukan atau melakukan kegiatan dalam

wilayah hukum republik indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Berdasarkan Pasal 1 angka 5 UUPK bahwa, jasa adalah setiap layanan

yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk

dimanfaatkan oleh konsumen. Dari uraian penjelasan diatas, bahwa disini bank

selaku pelaku usaha menyediakan jasa berupa layanan yang dipergunakan oleh

konsumen dalam hal ini nasabah penyimpan. Jasa yang dimaksud disini adalah

jasa penyimpanan uang berupa deposito, giro, tabungan dan atau bentuk lainnya

yang dipersamakan dengan itu. Dalam hal ini terjadilah hubungan hukum antara

kedua belah pihak, sehingga menimbulkan suatu akibat hukum berupa pemenuhan

hak dan kewajiban bagi para pihak. Pihak bank selaku pelaku usaha yang

menawarkan jasa wajib untuk menjaga dana nasabah, menyimpan, memberikan

bunga seperti yang diperjanjikan, serta merahasiakan data nasabah sesuai perintah

undang-undang. Disisi lain nasabah sebagai konsumen berhak untuk mendapatkan

dananya kembali beserta bunga yang sudah diperjanjikan pada awal perjanjian,

dan berhak untuk dirahasiakan informasi data-datanya yang dikenal dengan

rahasia bank. Seyogyanya bank menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential

banking) agar rahasia nasabah tetap terlindungi.

Nasabah penyimpan yang murni tidak masuk ke dalam pengecualian

undang-undang telah dirugikan akibat adanya kebebasan pers yang belum jelas

pembatasannya, sehingga informasi yang berkaitan dengan data nasabah dapat

dipublikasikan oleh pihak pers. Tentunya hal ini telah merugikan pihak nasabah

Page 127: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

111

sebagai konsumen pengguna jasa perbankan. Selain itu perbuatan tersebut juga

bertentangan dengan asas dan tujuan dari perlindungan konsumen seperti yang

ditegaskan dalam Pasal 2 bahwa, perlindungan konsumen berasaskan manfaat,

keadilan, keseimbangan , keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian

hukum.

Berdasarkan penjelasan Pasal 2 UUPK Perlindungan konsumen

diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan lima asas yang relevan dalam

pembangunan nasional, yaitu :

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala

upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarmya bagi kepentingan konsumen

dan pelaku usaha secara keseluruhan. Konsumen dalam hal ini

nasabah menggunakan jasa bank untuk memudahkan proses

pengelolaan transaksi keuangan nasabah sehingga memberikan

kemanfaatan bagi konsumen. namun Berkaitan dengan rahasia bank

yang dipublikasikan oleh pers, hal ini bukan memberikan kemanfaatan

tetapi merugikan nasabah, karena data-data informasi yang bersifat

private tersebut dipublikasikan pers.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil. Konsumen disini yaitu

nasabah tidak memperoleh haknya sesuai perintah undang-undang

Page 128: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

112

untuk dirahasiakan informasinya yang dikenal dengan rahasia bank,

karena dipublikasikannya hal tersebut. Ini menimbulkan ketidakadilan

bagi nasabah, karena seyogyanya sesuai perintah undang-undang bank

wajib merahasiakan data nasabah.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah . Pelaku

usaha dalam hal ini yaitu bank tidak menjalankan kewajibannya

sehingga rahasia bank yang seyogyanya dijaga dan dilindungi dapat

dipublikasikan oleh pihak pers. Ini menimbulkan ketidakseimbangan

diantara konsumen selaku nasabah serta pelaku usaha dalam hal ini

bank.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang

dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Produk atau jasa yang

ditawarkan oleh pelaku usaha dalam hal ini bank seyogyanya mampu

memberikan jaminan atas keamanan serta keselamatan atas jasa yang

digunakan. berkaitan dengan dipublikasikannya rahasia bank yang

sangat private tersebut, yang tentunya dapat membahayakan

keselamatan dari konsumen itu sendiri. Karena simpanan serta

identitas lengkap lainnya dipublikasikan pers,tentunya ini dapat

menimbulkan niat buruk bagi pihak-pihak yang berusaha

menggunakan kesempatan ini untuk melakukan kejahatan.

Page 129: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

113

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar, baik pelaku usaha maupun

konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen serta negara menjamin

kepastian hukum. Dari penjelasan tersebut, ini tentu merugikan

nasabah akibat kebebasan pers yang belum ada pembatasannya.

pelaku usaha yang seyogyanya mentaati hukum, memberikan

perlindungan serta memberikan kepastian hukum terbukti tidak

mampu melaksanakan kewajibannya untuk menjaga kepercayaan

nasabah sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum berkaitan

dengan rahasia bank ini. Konsumen yaitu nasabah dalam hal ini tidak

mendapatkan keadilan serta perlindungan karena dipublikasikannya

rahasia bank. Peraturan tentang rahasia bank yang dibuat oleh

pemerintah selaku regulator ini nampaknya belum menimbulkan suatu

kepastian hukum bagi konsumen.

Melalui uraian penjelasan diatas, diketahui bahwa dipublikasikannya

rahasia bank ini oleh pihak pers sangat bertentangan dengan asas dari UUPK.

Salah satunya bertujuan untuk menciptakan sistem perlindungan konsumen yang

mengandung unsur kepastian hukum sesuai yang ditegaskan oleh Pasal 3 UUPK.

Salah satu hak konsumen yaitu konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan,

dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang/jasa, berhak mendapatkan

perlindungan, berhak mendapatkan kompensasi atau ganti rugi apabila barang/jasa

yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian sesuai yang ditegaskan dalam Pasal

4 UUPK.

Page 130: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

114

Berdasarkan teori pemangku kepentingan bahwa sebuah perusahaan

sebagai institusi sosial tidak hanya melindungi kepentingan dari pihak internal dan

juga pihak eksternal. merujuk pada ketentuan Pasal 4 apabila pihak konsumen

dalam hal ini nasabah tidak mendapatkan haknya untuk dirahasiakan maka

berhak untuk mendapatkan ganti rugi. hal ini adalah bentuk perlindungan hukum

bank kepada nasabah sebagai suatu institusi sosial yang melindungi pihak

eksternal dalam hal ini nasabah dalam suatu perusahaan sebagai pelaku usaha. Ini

dilakukan bila konsumen telah memenuhi kewajibannya dengan mengikuti

petunjuk informasi maupun prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang

dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan, serta beritikad baik dalam

melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa sesuai Pasal 5 UUPK.

Begitu juga dengan pihak pelaku usaha memiliki haknya untuk menerima

pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan sesuai jasa yang ditawarkan, hak

untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad

tidak baik sesuai yang tercantum dalam Pasal 6 UUPK. Selain itu pelaku usaha

juga seyogyanya memenuhi kewajibannya untuk beritikad baik dalam melakukan

kegiatan usahanya, berkewajiban memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau

penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak

sesuai dengan perjanjian dengan isi dari Pasal 7 UUPK. pihak bank tidak

memenuhi kewajibannya untuk merahasiakan data nasabah penyimpan yang

menjadi hak dari pihak nasabah. Tentu ini merugikan pihak nasabah dan

seyogyanya bank memenuhi kewajibannya untuk memberi ganti rugi.

Page 131: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

115

Bank dalam hal ini telah melanggar Pasal 16 yaitu pelaku usaha tidak

menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi terhadap jasa yang

ditawarkan. Pelaku usaha bertanggungjawab dalam memberikan ganti rugi atas

kerugian konsumen atas jasa yang diperdagangkan sesuai Pasal 19 ayat (1)

UUPK. pemberian ganti rugi tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan

pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai unsur kesalahan sesuai

Pasal 19 ayat (4) UUPK. Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku

usaha dan/atau pengurusnya. Dari uraian diatas maka bank dalam hal ini pelaku

usaha dapat dikenakan Pasal 62 ayat (2) bahwa, pelaku usaha yang melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14,

Pasal 16 dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara

paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah).

Demi menjaga dan menjamin dana dan kepercayaan nasabah maka bank

diharapkan untuk selalu berpegang pada peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan dunia perbankan Indonesia. selain itu bank juga diwajibkan untuk

menjaga kelangsungan usaha dengan melakukan berbagai macam usaha yang

dipandang perlu untuk menjamin dan mempertahankan kelangsungan usaha bank

itu sendiri. Baik dalam penerapan prinsip kehati-hatian (prudential banking)

dalam usaha yang dijalankan, dalam pemberian kredit dan untuk kepentingan

nasabah bank itu sendiri. Sebagai perlindungan lebih lanjut kepada nasabah

,melalui Penegasan Pasal 45 UU Perbankan yaitu dalam hal untuk memberikan

keterangan untuk kepentingan yang dimaksud, maka pihak yang merasa dirugikan

Page 132: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

116

oleh keterangan yang diberikan oleh oleh bank, berhak untuk mengetahui isi

keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika mendapat kesalahan dalam

keterangan yang dimaksud.

4.3 Perlindungan hukum menurut ketentuan Perdata untuk mendapatkan

ganti kerugian akibat perbuatan melawan hukum

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan bahwa bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

bank sesuai dengan yang ditegaskan oleh undang-undang dalam kegiatannya

menghimpun dana masyarakat wajib menerapkan prinsip-prinsip perbankan dan

mematuhi segala peraturan perbankan yang ada di Indonesia. perbankan Indonesia

dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan

prinsip kehati-hatian. ini dilakukan untuk memperoleh kepercayaan masyarakat

yang merupakan kata kunci utama bagi berkembang atau tidaknya suatu bank. ini

berarti bahwa tanpa adanya suatu kepercayaan dari masyarakat, suatu bank tidak

akan mampu menjalankan kegiatan usahanya. Segala sesuatu perbuatan yang

dilakukan bank atas keinginan masyarakat selaku nasabah itu bermula dari suatu

perjanjian yang berarti dalam hal ini kedua belah pihak tersebut baik itu bank

serta nasabah mempunyai hak dan kewajiban seperti yang ditegaskan oleh

literatur hukum perbankan sebagi berikut:

The relationship between a banker and his customer is also one of

contract. It consists of a general contract and special contracts (such as

Page 133: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

117

giving advice on investment to the customer) and other duty of secrey.94

(hubungan antara bankir dan pelanggan juga merupakan salah satu

kontrak. Terdiri dari kontrak umum dan kontrak khusus seperti

memberikan nasihat investasi kepada pelanggan dan tugas lainnya).

Hubungan antara bank dan nasabah seperti yang ditegaskan di atas

bahwa bermula dari suatu perjanjian dan diakhiri juga dengan perjanjian pada

umumnya. Dalam hal ini bank dan nasabah memiliki hak maupun kewajiban yang

sama. Sehingga masing-masing pihak memiliki kewajiban untuk mentaati dan

melaksanakan segala hak dan kewajiban yang sudah ditegaskan dalam perjanjian.

Seperti kewajiban merahasiakan yang telah diatur dalam Undang-Undang

perbankan. Disini pihak bank wajib untuk melaksanakan ketentuan tersebut.

kewajiban di satu pihak bagi bank merupakan hak disisi lain bagi pihak nasabah.

Kewajiban tersebut tentunya wajib dilaksanakan dengan menerapkan asas-asas

perbankan demi menjaga kedudukannya sebagai suatu lembaga kepercayaan

masyarakat. Dalam bidang keuangan yang memberikan jasa penyimpanan dan

peminjaman dana di bidang-bidang produktif yang membutuhkan. 95

Berlakunya Undang-Undang Pers dalam kaitanya sebagai suatu lembaga

atau wahana komunikasi masssa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik. Pers

memiliki hak kebebasan pers yang diatur dalam Undang-Undang Pers, yang

menentukan bahwa pers berhak mencari, mendapatkan, serta memperoleh dan

mempublikasikan informasi. Informasi yang dimaksud adalah berupa informasi-

94

Shultz, wilian J, dan Reinhardt, Hedwig, 1964, Credit and Collection

Management, Prentice hall, New York, hal.11.

95Try Widiyono, 2006, Aspek Hukum Operasional Transaksi produk

perbankan di Indonesia, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.23.

Page 134: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

118

informasi apapun yang didapat oleh pers yang nantinya akan dipublikasikan pada

publik untuk konsumsi publik. Berkaitan dengan kewajiban bank menjaga

kerahasiaan bank, disini bank dinilai tidak mampu untuk menjaga kerahasiaan

bank sesuai ketentuan perbankan. Kerahasiaan bank berupa informasi data

nasabah penyimpan dan simpanannya dipublikasikan oleh pers sebagai konsumsi

publik. Hal ini tentunya merupakan suatu pelanggaran karena hanya pihak yang

dikecualikanlah yang mampu membuka informasi tersebut. Selain itu diperlukan

izin dari pimpinan bank indonesia untuk membuka informasi tersebut. Akibatnya

nasabah merasa dirugikan atas data-data yang dipublikasikan yang sifatnya

privacy tersebut oleh pers.

Pers dalam hal ini telah menimbulkan kerugian bagi nasabah sebagai

pengguna jasa berupa jasa penyimpanan yang sudah selayaknya dilindungi oleh

hukum. Pihak nasabah dalam hal ini sudah seyogyanya mendapatkan

perlindungan hukum akibat kerugian yang diderita. Pelanggaran yang dilakukan

pers ini ditinjau dari ketentuan perdata sesuai dengan Pasal 1365 KUHperdata.

Pasal 1365 KUHperdata merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum bagi

nasabah untuk mendapatkan ganti kerugian akibat perbuatan melawan hukum

yang telah dilakukan pihak pers. Pasal 1365 KUHperdata ini menegaskan bahwa

tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya, menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut. 96

Dalam permasalahan ini, berlaku asas equality before the law

96

Ahmadi Miru, 2008, Hukum perikatan, PT.Raja Grafindo Persada,

Jakarta, hal.67.

Page 135: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

119

yaitu suatu asas persamaan di depan hukum. Pers walaupun dilindungi oleh

payung hukumnya, yang belum jelas pembatasannya. pers telah melakukan

pelanggaran berkaitan dengan kerahasiaan bank, maka pers juga dapat dikenakan

sanksi hukum tanpa membeda-bedakan pihak mana yang melakukan pelanggaran.

Demi memulihkan citra dari bank di mata masyarakat maka sudah

sepatutnya penegak hukum menindak pihak-pihak yang telah melanggar

ketentuan Undang-Undang perbankan tidak terkecuali itu pers. Untuk

memberikan perlindungan hukum bagi nasabah bank maka merujuk pada

ketentuan perdata untuk mendapatkan ganti kerugian akibat perbuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh pers , pers wajib mengganti kerugian kepada pihak

nasabah yang dirugikan akibat perbuatan melanggar hukum tersebut. Sesuai

dengan teori tanggung jawab hukum yang dikemukakan hans kelsen bahwa,

seseorang harus memikul tanggung jawab hukum, berarti bahwa dia bertanggung

jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Jadi pihak pers

wajib bertanggung jawab dalam hal pembayaran ganti kerugian kepada pihak

nasabah yang mengalami kerugian. Secara teoritis dapat dikatakan bahwa tuntutan

ganti kerugian berdasarkan alasan perbuatan melanggar hukum ini telah

memenuhi empat unsur diantaranya yaitu ada perbuatan melanggar hukum, ada

kerugian, ada hubungan kausalitas antara kerugian dan perbuatan melanggar

hukum dan ada kesalahan.97

97

R.Soebekti, 1975, Hukum perjanjian, Intermasa, Jakarta, hal.1.

Page 136: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

120

4.4 Upaya Bank Menjaga Keamanan Rahasia Bank

a. Upaya bank dalam menjaga keamanan rahasia bank ditinjau dari

peraturan perundang-undangan di bidang perbankan

Rahasia bank merupakan hal yang penting karena bank sebagai lembaga

kepercayaan wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan

nasabah penyimpan dan simpanannya. Oleh karena itu, baik bank sebagai entity

dan pihak terafiliasi, termasuk pegawai dan manajemen bank yang bersangkutan

wajib mengetahui mengenai peraturan rahasia bank ini, untuk menghindari sanksi

pidana dan atau administratif serta sanksi sosial dari masyarakat. Karena itulah

diharapkan lembaga yang melakukan kegiatan usaha dengan menarik dana

langsung dari masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya bank tentunya wajib

melaksanakan prinsip-prinsip pengelolaan bank, yaitu prinsip kepercayaan

(fiduciary principle), prinsip kehati-hatian (prudential principle), prinsip

kerahasiaan (confidential principle), dan prinsip mengenal nasabah (know your

customer).

Setiap bank wajib memegang teguh prinsip rahasia bank. Adapun salah

satu bentuk upaya yang dapat dilakukan bank didalam menjaga keamanan rahasia

bank . diantaranya apabila ada orang yang menanyakan identitas dari nasabah,

atau aktivitasnya di bank selain dari yang disebutkan dalam pengecualian dan

seizin dari pimpinan bank indonesia , maka bank tidak memberikan informasi

apapun Bank akan merahasiakannya. Dengan melakukan upaya menjaga

keamanan rahasia bank berarti secara tidak langsung juga menjaga keamanan

keuangan nasabah karena rahasia bank mencakup perlindungan terhadap nasabah

dan simpanannya. Pada intinya kepercayaan masyarakat ini merupakan yang

Page 137: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

121

utama dalam kelangsungan suatu bank, sehingga bank mampu menjaga

kepercayaan nasabah. Hukum sebagai alat untuk perubahan-perubahan industri

perbankan ke depan (as a tool of banking engineering) nantinya akan terlihat

aktualisasinya disini.98

Disamping itu, upaya lain yang dilakukan oleh bank untuk

menjaga keamanan rahasia bank tersebut adalah melalui :

1. Kelaziman Operasional.

Kelaziman operasi bank yang menyangkut pada penghimpunan dana

masyarakat seperti melalui giro, tabungan, deposito dan lain sebagainya. Adapun

setelah melakukan penghimpunan dana tersebut bank perlu untuk menyebarkan

dana tersebut kepada masyarakat yaitu melalui pemberian kredit. Dalam operasi

tersebut bank mengadakan pencatatan serta mengumpulkan data dan informasi

yang berhubungan dengan usahanya maupun yang berhubungan dengan

nasabahnya, contoh : dengan nasabah peminjam.

Pencatatan transaksi merupakan kewajiban bank guna memenuhi

kebutuhan akan data pokok yang harus dipenuhinya. Setiap bank harus

mengadakan pencatatan untuk memberikan data bagi pelaporan – pelaporan

seperti pelaporan pada Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, pelaporan untuk

pajak, pelaporan untuk pemegang saham, pelaporan untuk nasabah dan

sebagainya. Dari pencatatan itulah sebuah data diolah menjadi suatu laporan yang

informatif dan mudah dimengerti oleh mereka yang menerimanya. Data dan

98Agus Sugiarto, 2003, Arsitektur Perbankan Indonesia, Kompas express,

Jakarta, hal.1

Page 138: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

122

informasi tersebut merupakan milik bank yang secara umumnya bisa

dikategorikan merupakan rahasia bank.

Sebelum transaksi yang dilakukan antara bank dengan nasabah, bank

terlebih dahulu memeriksa identitas nasabah tersebut. Jika seseorang nasabah

tidak bertindak untuk dirinya sendiri, maka perlu disertai dengan tegas

wewenangnya untuk bertindak atas nama orang lain baik untuk badan hukum

maupun untuk pihak lainnya. Biasanya identifikasi juga dilakukan dengan

melakukan pengecekan terhadap referensi – referensi yang diajukan. Transaksi

yang telah dilakukan akan dikumpulkan ke dalam dokumen tertentu dan dokumen

tersebut nantinya akan disimpan secara permanen oleh bank.

2. Pencatatan Pada Bank.

Pencatatan yang teliti dan memadai dalam operasi bank atau transaksi

yang dilakukan bank merupakan suatu keharusan. Memadai atau tidaknya catatan

itu diukur dengan kesanggupannya memenuhi berbagai permintaan terhadap

informasi mengenai setiap kegiatan bank. Bila pencatatan dan administrasi

perbankan kurang baik maka kelancaran kegiatan perbankan akan mendapat

gangguan. Dengan demikian pencatatan dan pengarsipan semua kegiatan

perbankan yang dilakukan oleh bank adalah merupakan tanggung jawab dan

kewajiban yang tidak dapat dihindari. Dalam perkembangan teknologi informasi

yang ada sekarang ini, maka pencatatan kegiatan perbankan saat ini serta

penyimpanannya dapat pula dilakukan dengan menggunakan perangkat data

elektronik (computer).

Page 139: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

123

Keuntungan bagi nasabah dengan adanya teknologi ini adalah nasabah

dapat terlayani dengan lebih cepat dan lebih nyaman. Sedangkan keuntungan bagi

bank sendiri adalah memberikan pelayanan kepada nasabah dengan lebih baik lagi

serta dapat mengamankan dokumen penting tanpa memerlukan tempat atau

ruangan yang luas. Sebagai lembaga yang bertumpu pada kepercayaan

masyarakat, sudah seharusnya bank berusaha memberikan jaminan pada

masyarakat bahwa bank aman dan mampu merahasiakan keterangan atau

informasi mengenai nasabah dan simpanannya. Bank harus mempunyai pedoman,

kebijakan, organisasi dan prosedur kerja khususnya mengenai rahasia bank .

Pedoman-pedoman itulah yang nantinya dipergunakan oleh bank dalam

menjalankan segala kegiatannya sehingga bank dapat tetap menjaga kepercayaan

masyarakat tersebut. Selebihnya penilaian selanjutnya akan dikembalikan kepada

masyarakat itu sendiri apakah bank tersebut dapat dipercaya atau tidak. Secara

umum ketentuan rahasia bank dipandang seringkali menimbulkan benturan antara

kepentingan nasabah dan kepentingan bisnis bank itu sendiri. Akan tetapi

walaupun demikian keadaannya, bank harus tetap memegang teguh ketentuan

rahasia bank ini.

Hukum perbankan di indonesia memiliki pengaturan tersendiri dalam

upaya menjaga kepercayaan nasabah pada dunia perbankan Indonesia. Perbankan

Indonesia selain memberikan ruang bagi perlindungan nasabah khusunya nasabah

penyimpan, juga memberikan ruang bagi tempat penyelesaian sengketa

perbankan. Ini di dukung dengan lahirnya Peraturan bank Indonesia No

10/10/2008 tentang penyelesaian pengaduan nasabah, khususnya dalam hal terjadi

Page 140: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

124

sengketa antara bank dengan nasabah. Dalam ketentuan ini mengatur mengenai

ungkapan ketidakpuasan Nasabah yang disebabkan oleh adanya potensi kerugian

finansial pada Nasabah yang diduga karena kesalahan atau kelalaian Bank.

Mengenai tata cara penanganan dan penyelesaian pengaduan diatur di dalam Pasal

10, yang menegaskan bahwa Bank wajib menyelesaikan Pengaduan paling lambat

20 (dua puluh) hari kerja setelah tanggal penerimaan Pengaduan tertulis.

Peraturan lain yang mendukung hal ini yaitu Peraturan Bank Indonesia

Nomor 10/1/PBI/2008 tentang mediasi perbankan. Dalam peraturan ini mengatur

mengenai sengketa. Sengketa yang dimaksud adalah permasalahan yang diajukan

oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah kepada penyelenggara mediasi

perbankan, setelah melalui proses penyelesaian pengaduan oleh Bank

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelesaian

Pengaduan Nasabah. Mediasi adalah proses penyelesaian Sengketa yang

melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa guna

mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian

ataupun seluruh permasalahan yang disengketakan. Umumnya penyelenggaraan

mediasi perbankan ini dikarenakan Sengketa antara Nasabah dengan Bank yang

disebabkan tidak dipenuhinya tuntutan finansial Nasabah oleh Bank dalam

penyelesaian pengaduan Nasabah dapat diupayakan penyelesaiannya melalui

Mediasi perbankan.

Pada rahasia bank, seperti yang diketahui bahwa dari keterangan yang

ada di bank dapat diketahui mengenai kegiatan seseorang, dimana saja berada

pada waktu tertentu, majalah apa yang dibacanya, pola konsumsinya, organisasi

Page 141: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

125

yang dimasukinya atau disumbangnya. Dengan perkataan lain bahwa dokumen

nasabah yang ada di bank merupakan cermin diri sang nasabah.99

Rahasia bank

seperti yang dikenal di beberapa Negara merupakan suatu hal yang lazim dalam

proses transaksi keuangan seperti yang diungkapkan Werner de capitani that

financial privacy is a common feature in many European countries.100

(bahwa

privasi keuangan adalah fitur umum di banyak negara eropa) Layaknya Negara

eropa lainnya juga menganggap rahasia bank adalah suatu kebiasaan di banyak

Negara eropa. Sehingga berbagai upaya untuk menjaga kerahasiaan itu pun

bermunculan . Selain peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, upaya

lain yang dilakukan bank dalam menjaga keamanan rahasia bank sebagai bentuk

perlindungan hukum terhadap nasabah yaitu :

a) Perancangan peraturan baru

Dunia perbankan adalah dunia yang penuh dengan proses transaksional

antara individu dengan individu, individu dengan badan hukum, atau badan

hukum dengan badan hukum. Disini lembaga bank memiliki peran yang penting

dalam memperlancar proses perputaran perekonomian suatu Negara, maka dari itu

bank yang merupakan lembaga keuangan ini wajib memberikan perlindungan

kepada nasabah suatu bank. untuk menuju proses perlindungan tersebut,

diperlukan perancangan peraturan baru atau di revisinya peraturan yang sudah

ada. pada satu sisi politik hukum yang dimaksud merupakan bahan bagi dunia

99

Roberts Ellis Smith, 1979, Privacy How to Protect What Left of It,

Anchor Press, New York, hal.39.

100Werner de Capitani,1988, Banking Secrecy Today, Business Law Press,

Pensylvania, hal.57.

Page 142: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

126

perbankan Indonesia yang ada pada tataran landasan teknis operasional

memerlukan perbaikan-perbaikan, termasuk perubahan pada Undang-Undang

Perbankan yang sudah dirasakan kebutuhannya pada saat ini ini.101

Ini merupakan

salah satu cara guna memberikan kenyaman dan kelancaran dalam menggunakan

jasa-jasa serta produk dari bank itu sendiri.

b) Ketaatan melaksanakan peraturan yang ada

Salah satu cara dari beberapa upaya yang dilaksanakan oleh bank dalam

menunjang proses pelaksanaan prinsip-prinsip perbankan yaitu mentaati segala

peraturan dalam dunia perbankan secara disiplin, khususnya peraturan yang

bertujuan untuk melindungi nasabah penyimpan sehingga dijamin penegakan

hukumnya dengan baik. Peraturan perbankan yang sudah ada, sudah seyogyanya

ditegakkan tanpa memandang subyek hukum, namun secara obyektif tanpa

melihat pihak-pihak yang berwenang atau berkuasa, sehingga akan dapat

menciptakan keamanan perbankan yang kondusif.

c) Memperketat proses perizinan bank

Cara lain dalam mengupayakan perlindungan kerahasiaan bank untuk

tetap menjaga kepercayaan nasabah adalah dengan lebih memperketat proses

pendirian bank baru. Hal ini dilakukan agar bank tersebut lebih mampu dan

mumpuni dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat nantinya agar tidak

merugikan keuangan suatu Negara serta masyarakat yang telah menggunakan

jasanya. Cara ini dipandang efektif karena merupakan salah satu cara agar kuat

101

Tan Kamello, 2006, Karakter Hukum Perdata dalam Fungsi Perbankan

melalui Hubungan antara Bank dengan Nasabah, Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Medan, hal.3.

Page 143: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

127

dan qualified sehingga tujuan dari perbankan itu sendiri tercapai. Berikut ini akan

diuraikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak yang ingin

mengajukan pendirian bank. permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip

diajukan sekurang-kurangnya oleh salah seorang calon pemilik, dengan

melampirkan :

1) Rancangan anggaran dasar (AD);

2) Daftar calon pemegang saham berikut penyertaanya masing-masing,

atau daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok, dan

simpanan wajib serta daftar pihak yang akan melakukan penyertaan

berikut jumlah penyertaanya bagi bank umum yang berbentuk hukum

koperasi;

3) Calon direksi, susunan direksi, dan dewan komisaris, susunan

organisasi;

4) Rencana kerja tahun pertama;

5) Bukti setoran modal sekurang-kurangnya sebesar 30% dari modal

disetor.102

d) Penegakan fungsi pembinaan dan pengawasan perbankan secara optimal

Cara lain yang di upayakan untuk tetap menjaga eksistensi dari

perbankan itu sendiri yaitu melakukan pengawasan yang optimal agar bank

tersebut tetap selalu dalam kondisi sehat sesuai dengan yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan. selain itu kerahasiaan bank yang merupakan hal

yang krusial tetap dijaga, agar sistem perbankan tidak mengalami kelemahan.103

Saat ini fungsi pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan diambil

alih oleh suatu lembaga yang independen yang diatur di dalam Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan. OJK merupakan suatu

102

Muhamad djumhana, op.cit, hal.123.

103

Sjahrir, 1994, Spektrum Ekonomi Politik Indonesia, Jakarta, FEUI,

hal.106.

Page 144: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

128

lembaga independen yang menyelenggarkan sistem pengaturan dan pengawasan

yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan,

salah satunya pengaturan dan pengawasan terhadap dunia perbankan.

b. Upaya bank dalam menjaga keamanan rahasia bank ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini sesuai dengan yang

ditegaskan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Dari penegasan

Pasal tersebut dapat diketahui bahwa undang-undang mewajibkan Negara dan

semua warga Negara, tanpa melihat kedudukannya, tunduk pada hukum yang

berlaku. Sehingga dalam hal ini hukum diperlukan dalam kehidupan bernegara

demi ketertiban dan keadilan di suatu Negara. Tentunya hukum ini nantinya akan

mengatur segala segi kehidupan masyarakat di suatu Negara. Salah satunya bisa

dilihat dari segi perekonomian, keuangan, dan sebagainya. Hal ini terlihat jelas

dalam hal hubungan antar bank dan nasabah, yang seperti diketahui bahwa bank

adalah lembaga keuangan dalam hal ini pelaku usaha dan nasabah merupakan

konsumen. Dalam hal ini diperlukan hukum yang mengatur hubungan antara bank

dan nasabah.104

ini sangat penting demi mencapai tujuan hukum secara efektif

dan optimal.

Berbagai cara pun dilakukan untuk menciptakan hubungan hukum yang

harmonis antara lembaga keuangan dengan konsumennya. Salah satunya yaitu

melalui Pasal 7 huruf (a) yang menegaskan bahwa, kewajiban pelaku usaha adalah

beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Dengan itikad baik yang

104

Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Perjanjanjian Kredit Bank, Alumni,

Bandung, hal.48.

Page 145: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

129

dimunculkan oleh pelaku usaha dalam hal ini bank maka diharapkan nasabah

merasa aman nyaman dan terlindungi terutama berkaitan dengan kerahasiaan

bank. ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah melalui peraturan

perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen untuk meminimalisir

perbuatan perbuatan atau itikad tidak baik dari pihak bank selaku pelaku usaha.

karena nasabah disini merupakan konsumen yang harus dilindungi pula haknya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang perlindungan

konsumen diharapkan menjadi payung hukum bagi konsumen untuk berusaha

memperjuangkan apa yang memang menjadi hak-haknya dari berbagai upaya-

upaya hukum. Hal ini sejalan dengan isi dari Pasal 4 UUPK bahwa konsumen

berhak mendapatkan kenyamanan, keamanan, keselamatan dan perlindungan

dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Setelah lahirnya undang-undang ini

diharapkan konsumen senantiasa terlindungi hak-haknya, serta terwujudnya

kepastian hukum di bidang konsumen.

Page 146: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

130

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap topik penulisan tesis ini maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengaturan Rahasia bank dengan berlakunya Undang-Undang Pers, adalah

bahwa ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan dan peraturan

pelaksananya tidak memberikan peluang untuk dilakukan publikasi

terhadap rahasia nasabah penyimpan. meskipun dalam ketentuan Undang-

Undang Pers mengatur menentukan pers dapat mencari, memperoleh serta

mempublikasikan informasi. sepanjang informasi tersebut diperoleh dari

pihak-pihak yang dikecualikan dalam ketentuan rahasia bank. Sehingga

apabila pers mempublikasikan informasi berkaitan dengan rahasia bank

dapat dikategorikan telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

Undang-Undang Perbankan.

2. Perlindungan hukum terhadap nasabah bank yang dirugikan akibat adanya

kebebasan pers dapat diperoleh nasabah melalui ketentuan dalam Undang-

Undang Perbankan dan Ketentuan Pelaksananya, berupa penyelesaian

sengketa dan mediasi perbankan. selain itu berdasarkan ketentuan dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, pihak nasabah berhak untuk

menuntut kompensasi/ganti rugi kepada pihak bank. Serta pihak nasabah

130

Page 147: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

131

dapat memperoleh ganti kerugian akibat perbuatan melawan hukum

berdasarkan ketentuan perdata.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan di atas

sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah hendaknya melakukan revisi terhadap Undang-Undang

Pers tepatnya pada Pasal 4 ayat (3), diperjelas mengenai kebebasan pers

yang sifatnya mutlak atau terbatas. Pers dalam penyelenggaraan kebebasan

pers tetap merujuk pada ketentuan dalam Undang-Undang perbankan, hal

ini dimaksudkan untuk tetap menjaga kedudukan bank sebagai lembaga

kepercayaan.

2. Agar perlindungan hukum dapat diperoleh nasabah, maka penegak hukum

harus menindak pihak-pihak yang melanggar ketentuan Undang-Undang

perbankan tidak terkecuali bagi pihak pers.

Page 148: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

132

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

Adrian, Sutedi , 2006, Hukum Perbankan, PT. Sinar Grafika Offset, Jakarta.

Alias, Jimly, 2004, Peranan Manajemen Risiko Strategik dalam Mendukung Good

corporate governance, Bisnis Express, Jakarta.

Arrasjid, Chainur 2000, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Amir, Hamzah, 1987, Delik-delik Pers di Indonesia, PT. Media Sarana Press,

Jakarta.

Anwar, Mochamad,1986, Tindak Pidana di Bidang Perbankan, Alumni, Bandung.

Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung.

Baridwan,Anis, 2004, Ketentuan Pasar Modal dalam Penegakan Good Corporate

Governance, PPH, Jakarta.

Bryan A, Garner, 1990, Black Law Dictionary,West Publishing Co, St Paul minn.

Black Henry, Campbell 1991, Black’s Law Dictionary, sixth edition, West

Publishing co, St.Paul Minn.

Capitani, Werner de ,1988, Banking Secrecy Today, , Business Law Press,

Pensylvania.

Chatamarrasjid, 2000, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate

Veil), PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.

Crump, Spencer 1974, Fundamentals of Journalism, Mcgraw Hill Book Company,

Toronto,New York.

Dorojatun, 2004, Pentingnya Good Governance Pada Government Governance,

PPH, Jakarta.

Djumhana, Muhamad, 2003, Hukum Perbankan di Indonesia, PT.Citra Aditya

Bakti, Bandung.

______, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia, Cetakan.V, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.

132

Page 149: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

133

______,2008, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Fuady, Munir, 2002, Doktrin-Doktrin Modern dalam Cooperate Law dan

Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.

Grayson, David, 2008, A New Mindset for corporate Sustainability, British

Telecomunication and Cisco, United Kingdom.

Hans, Kelsen, 2007, Teori Umum dan Negara dan Dasar-Dasar Ilmu Hukum

Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskritif Empirik, terjemahan Soemardi,

BEE Media Indonesia, Jakarta.

______, 2006, Teori Hukum Murni, terjemahan Raisul Mutaqien, Nuansa dan

Nusa Media, Bandung.

Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana prenada

Media Group, Jakarta.

Huala, Adolf, 2004, Hukum Perdagangan Internasional, PT.Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Husein, Yunus ,2003, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum , Pasca

Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.

______, 2010, Rahasia Bank dan Penegakan Hukum, Pustaka Juanda Tigalima,

Jakarta.

Ibrahim, Johni, 2007, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif,

Cet,III.Bayumedia Publishing, Malang.

J.C.T Simorangkir, 1990, Hukum dan Kebebasan Pers, Binacipta, Jakarta.

Kamello, Tan, 2006, Karakter Hukum Perdata dalam Fungsi Perbankan melalui

Hubungan antara Bank dengan Nasabah, Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Marpaung, Leden, 1993, Kejahatan Perbankan, Erlangga, Jakarta.

Masduki, 2003, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, UII Press, Jakarta.

Miru, Ahmadi, 2008, Hukum perikatan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Page 150: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

134

Muhammad, Abdul Kadir, 2002, Hukum Perusahaan Indonesia, PT.Citra Aditya

Bakti,Bandung.

Munir, Fuady , 1998, Hukum Perbankan Modern, Cet,I, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Onong Uchajana, Effendy, 2003, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, 2007, Good corporate governance serta

perkembangan pemikiran dan implementasinya di Indonesia dalam

perspektif hukum, Kreasi Total Media, Yogyakarta.

Rimsky K, Judisseno, 2002, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Santosa, Lukman Az, 2011, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Cetakan

I, Pustaka Yustisia, Jakarta Selatan.

Sentosa, Sembiring, 2008, Hukum Perbankan, CV.Mandar Maju, Bandung.

Sidharta, B. Arief ,1996, Refleksi tentang hukum, PT.Citra Aditya Bakti,

bandung.

Siebert, Fred S, 1973, Four Theories of The Press, University of lllnois Press,

Urbana.

Sjahrir, 1994, Spektrum ekonomi politik Indonesia, FEUI, Jakarta.

Sihombing, Jonker, 2009, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet

Nasabah, PT.Alumni, Bandung.

Sitompul,Zulkaranain, 2005, Problematika Perbankan, Books Terrace and

Library, Bandung.

______, 2007, Lembaga Penjamin Simpanan Substansi dan Permasalahan cetakan

I, Bookrerrace & Library, Bandung.

Soekanto,Soerjono 1986, Pengantar Penelitian Hukum Cetakan ketiga, Jakarta,

UI.Press.

______, dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan

Singkat, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Page 151: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

135

Sugiarto, Agus, 2003, Arsitektur Perbankan Indonesia, Kompas express, Jakarta.

Sumitro Rony, Harnitijo, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Shultz, wilian J, dan Reinhardt, Hedwig, 1964, Credit and Collection

Management, Prentice hall, New York.

Smerdon, Richard, 1998, A Practical Guide To Corporate Governance, Sweet

And Maxwell, London.

Smith, Roberts Ellis, 1979, Privacy How to Protect What Left of It, Anchor Press,

New York.

The Liang Gie, 1982, Teori-Teori Keadilan, SuperSukses, Yogyakarta.

Prajogo, Soesilo, 2007, Kamus Hukum Internasional dan Indonesia, Wacana

intelektual, Jakarta.

Usman, Rachmadi, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan di indonesia, Gramedia

Pustaka Utama , Jakarta.

Widiyono, Try, 2006, Aspek Hukum Operasional Transaksi produk perbankan di

Indonesia, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Y Sri Susilo, Sigit Triandarudan, A Totok Budi Santoso, 2000, Bank dan

Lembaga Keuangan Lainnya, Salemba Empat, Jakarta.

b. Artikel

Amirudin, 2005, Kriminalisasi atas Kebebasan Pers dalam Persfektif Pers, pada

seminar :kriminalisasi atas kerahasiaan dan kebebasan pers dalam RUU

KUHP, Semarang, tanggal 19 Desember 2005.

Lilik Dwi Mardjianto, 2009,” Labirin Kasus Bank Century”, Serial Online

November, (cited 2010 jan.22), available from:URL:

http://www.antaranews.com/berita/162865/labirin-kasus-bank-century.

Shanti Rahmadsyah, 2010, Rahasia Bank Kasus Bank century,( cited 2013

Desember. 12) available from : URL : http://Hukumonline.com/rahasia-

Bank-Century.

Page 152: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

136

c. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Burgerlijk Wetbook. Stb. 1847:23 (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

diterjemahkan oleh R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, 2004, Cetakan 32,

Pradnya Paramita, Jakarta).

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3790).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821).

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3887).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2004 tentang perubahan atas

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang bank

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111,

Tambahan Lembaran Negra Republik Indonesia Nomor 5253).

Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata

Cara Perintah Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 152, Tambahan lembaran negara

Republik Indonesia Nomor 3998).

Peraturan Bank Indonesia Nomor : 5/21/PBI/2003 Tentang perubahan atas

peraturan bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 Tentang Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah (Know your customer principles) (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 111, Tambahan lembaran

negara republik indonesia Nomor 4325).

Page 153: pengaturan kewajiban bank menjaga kerahasiaan data nasabah

137

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi

Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 16, Tambahan lembaran negara

Republik Indonesia Nomor 4475).

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/12/PBI/2006 tentang perubahan atas Peraturan

Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan good corporate

governance (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 6,

Tambahan lembaran negara Republik indonesia Nomor 4600).

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 10, Tambahan

lembaran negara Republik indonesia Nomor 4808).

Peraturan Bank Indonesia 10/10/PBI/2008 tentang perubahan atas peraturan bank

Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang penyelesaian pengaduan nasabah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 38, Tambahan

lembaran negara Republik indonesia Nomor 4824).