pengaturan dan pengawasan perbankan

27
ANALISIS PENGARUH PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK INDONESIA TERHADAP PERBANKAN DI INDONESIA Diajukan Oleh : Nama : Dewi Yani NIM : 107081003359 Fak/Jur : Ekonomi dan Bisnis/ Manajemen Perbankan JURUSAN MANAJEMEN KONSENTRASI PERBANKAN 1

Upload: dewi-yani

Post on 29-Jun-2015

1.024 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengaturan dan pengawasan perbankan

ANALISIS PENGARUH PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK INDONESIA TERHADAP PERBANKAN DI INDONESIA

Diajukan Oleh :

Nama : Dewi Yani

NIM : 107081003359

Fak/Jur : Ekonomi dan Bisnis/ Manajemen Perbankan

JURUSAN MANAJEMEN

KONSENTRASI PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

1

Page 2: pengaturan dan pengawasan perbankan

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

Perbankan merupakan perusahaan yang dalam kegiatannya berhubungan langsung

dengan masyarakat. Kegiatan perbankan begitu dipengarui oleh kepercayaan nasabah

atau masyarakat luas. Apabila dalam tubuh bank terjadi gejolak maka akan muncul

reaksi keras dari masyarakat. Bank dianggap sebagai penggerak roda perekonomian

suatu negara. Fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangat vital, misalnya dalam

penciptaan dari peredaraan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat menyimpan

uang, melakukan pembayaran atau penagihan dan masih banyak jasa keuangan lainnya.

Krisis ekonomi diawali dengan likuidasinya 16 bank pada bulan November 1997

menyebabkan bangsa Indonesia terjerumus dalam tingkat kemiskinan meningkat secara

drastis sejak terjadinya krisis yaitu mencapai 49,5 juta orang. Tahun 1999 walau tingkat

kemiskinan mengalami penurunan namun timgkat keparahannya lebih besar dibanding

tahun sebelumnya. Kemiskinan di Indonesia terlihat dari meningkatnya jumlah

pengangguran, meningkatnya anak usia sekolah yang putus sekolah dan turunnya

kualitas kesehatan masyarakat.

Sektor perbankan memuliki peran yang sangat vital, antara lain sebagai pengatur

urat nadi perekonomian nasional. Lancarnya aliran uang sangat diperlukan untuk

mendukung kegiatan ekonomi. Kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat sangat

penting menjadi sasaran akhir dalam kebijakan di sektor perbankan. Bank Indonesia

selaku bank sentral Indonesia memiliki peran penting dalam menentukan segala

kebijakan moneter sebagai upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan dalam jangka panjang.

Tujuan pokok kebijakan moneter yang juga merupakan tujuan tunggal Bank

Indonesia berdasarkan Undang-undang No 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah

2

Page 3: pengaturan dan pengawasan perbankan

dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah mencapai dan memelihara kestabilan rupiah.

Dalam undang-undang ini dilakukan formulasi ulang dan perubahan fundamental

mengenai tujuan kebijakan moneter yang lebih fokus dibandingkan dengan Undang-

undang Bank Indonesia sebelumnya (UU No. 13 Tahun 1968). Bank dalam

perekonomian memiliki tempat yang teramat penting sebagai lembaga yang dapat

mempengaruhi kegiatan perekonomian. Di samping itu, bank merupakan aktor dalam

pelaksanaan kebijakan moneter. Dalam menjalankan kebijakan moneter dengan

menggunakan berbagai instrument moneter, bank sentral umun menggunakan mediator

dalam mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan sasaran kebijakan moneter.

Kenyataan ini menyebabkan peranan bank sangat berbeda dengan lembaga-lembaga

keuangan lainnya dalam sistem keuangan.

Dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan saat ini, perbankan nasional

perlu mempersiapkan segala sesuatunya agar memiliki ketahanan yang kuat dalam

menghadapi berbagai macam perubahan serta memiliki daya saing yang sehat dan wajar

baik di pasar nasional maupun internasional. Bisnis perbankan merupakan bisnis yang

penuh resiko, disamping menjanjikan keuntungan yang besar jika dikelola secara baik

dan prudent.

Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal penting guna mewujudkan sistem

perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Krisis perbankan yang melanda Indonesia

sepanjang tahun 1997 hingga saat ini menunjukkan betapa lemahnya komitmen untuk

melaksanakan prinsip kehati-hatian dikalangan pelaku bisnis perbankan.

Dan Bank Indonesia selaku bank sentral harus dapat melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap pelaksanaan dari prinsip kehati-hatian ini. Hal ini sesuai dengan

Pasal 29 Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 yang menyatakat dalam Ayat (1)

Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia dan Ayat (2) Bank

wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,

kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, da aspek lain

yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan sesuai dengan

prinsip kehati-hatian.

3

Page 4: pengaturan dan pengawasan perbankan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat latar belakang dapat dikemukakan beberapa masalah,

diantaranya:

1. Bagaimana perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan

yang terjadi saat ini ?

2. Bagaiman Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap

kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan yang terjadi saat

ini, selain itu bertujuan juga ingin mengetahui Bagaiman Bank Indonesia dapat

melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan perbankan yang sesuai

dengan prinsip kehati-hatian.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Akademisi

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan

dan pengalaman mengenai perbankan syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti

selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang perbankan juga dapat dijadikan

bahan refrensi tambahan.

2. Bagi Perbankan Nasional, Bank Indonesia dan Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana

perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan yang terjadi

saat ini dan bagaimana Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan

pengawasan terhadap kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dirancang menjadi :

4

Page 5: pengaturan dan pengawasan perbankan

Bab I Pendahuluan.

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan penelitian.

Bab II Landasan Teori.

Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori yang dapat digunakan sebagai

kerangka pemikiran teori atau landasan penelitian ini dan hasil penelitian

yang relevan.

Bab III Pembahasan Masalah

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan dari permasalahan

yang telah diuraikan sebelumnya.

Bab IV Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi intisari atau kesimpulan hasil

penelitian. Berdasarkan kesimpulan itulah penulis akan memberikan saran

kepada pihak-pihak yang terkait dalam upaya meningkatkan kinerja suatu

bank.

5

Page 6: pengaturan dan pengawasan perbankan

BAB II

Landasan Teori

A. Lahirnya Bank Indonesia

Pada tanggal 1 Juli 1953 lahirlah Bank Indonesia yang mengambil alih segala

aktivitas yang dijalankan oleh DeJavasche Bank dan yang bertindak pula sebagai Bank

Sentral, yaitu sebagai “bankers’bank” dan melaksanakan kebijakan moneter, dengan

demikian memegang peranan amat penting dalam mengatur kehidupan masyarakat di

bidang ekonomi dan moneter.

Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki perjalanan sejarah yang panjang.

Bank Indonesia berawal dari suatu bank milik Belanda dengan nama “De Javasche

Bank” yang ddirikan pada tahun 1828 dan diberi tugas sebagai bank sirkulasi oleh

pemerintah Hindia Belanda disamping berfungsi sebagai bank komersial. Pendirian De

Javasche Bank ini mengikuti pembentukan dan peranan De Javasche Ban yang

didirikan pada tahun 1814 sebagai bank sirkulasi dan kemudian menjadi bank sentral

kerajaan Belanda. Berdasarkan undang-undang De Javasche Bankwet 1922, De

Javasche Bank oleh pemerintah Hinda Belanda dan Nederland dengan mempertahankan

nilai tukar antara kedua mata uang dalam paritas satu lawan satu.

Pasca kemerdekaan, De Javasche Bank oleh pemerintah kemudian

dinasionalisasikan berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 1951. penggunaan nama

Bank Indonesia menggantikan nama De Javasche Bank dimulai sejak diundangkannya

Undang-undang No 11 Tahun 1953 tentang Undang-udang Pokok Bank Indonesia.

Undang-undang ini pula yang menjadi dasar hokum pendirian bank sentral Indonesia

dengan nama Bank Indonesia menggantikan De Javasche Bankwet 1922.

B. Misi dan Visi Bank Indonesia

6

Page 7: pengaturan dan pengawasan perbankan

Bank Indonesia selaku bank sentral Republik Indonesia berdasarkan undang-

undang, memiliki misi dan visi yang pada prinsipnya mencerminkan fungsi, tugas dan

sasaran yang diembannya sebagai berikut :

a. Misi Bank Indonesia: mencapai dan memelihara kestabilan nilai tukar rupiah

melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas system

keuangan untuk pembangunan nasional jangka penjang yang berkesinambungan.

b. Visi Bank Indonesia: menjadi lembaga bank sentral yang dipercaya secara nasional

maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta

pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.

C. Tujuan dan tugas Bank Indonesia

Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia mempunyai satu

tujuan, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah

dan nilai tukar yang wajar merupakan sebagian prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan

ekonomi yang berkesinambungan yang pada gilirannya akan meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Reorientasi sasaran Bank Indonesia tersebut merupakan bagian

dari kebijakan pemulihan dan reformasi perekonomian untuk keluar dari krisisekonomi

yang tengah melanda Indnesia. Tujuan dan tugas Bank Indonesia tertuang dalam

Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Pasal 7

dan 8, yang menyatakan :

Pasal 7

Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah

Pasal 8

Untuk mencpai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia

mempunyai tugas sebagi berikut:

a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

c. mengatur dan mengawasi bank

Tetapi di tahun 2004 Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

(BI) telah diamandemen dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 pada Pasal 7

7

Page 8: pengaturan dan pengawasan perbankan

menyatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan tujuan tunggal

yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah terhadap

barang dan jasa dapat tercermin pada perkembangan laju inflasi dan stabilitas nilai

rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah.

Kebijakan moneter dengan tujuan stabilisasi nilai rupiah mulai diterapkan sejak tahun

2000. Tujuan tunggal kebijakan moneter BI tersebut terangkum dalam kerangka

strategis penargetan inflasi ( inflation targeting). Penargetan inflasi adalah sebuah

kerangka kerja untuk kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada

masyarakat tentang angka target inflasi dalam satu periode tertentu (Warjiyo dkk, 2003:

113). Penargetan inflasi secara eksplisit menyatakan bahwa tujuan akhir kebijakan

moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil.

D. Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank

Pengaturan dan pengawasan bank merupakan salah satu tugas Bank Indonesia

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 yang

telah diubah UU Nomor 3 Tahun 2004. dalam rangka melaksanakan tugas mengatur

dan mengawasi bank, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan

mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan

pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank. Untuk maksud tersebut Bank

Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuanperbankan yang memuat prinsip

kehati-hatian. Ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian

tersebut bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan

usaha pebankan, guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat.

Prinsip-prinsip pengawasan bank yang efektif yang disusun oleh Komite Basle (The

Basle Committee) tahun 1997 yang lalu terdiri dari 25 butir prinsip. Dari jumlah

tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 7 prinsip inti (core principles) pengawasan

bank sebagai berikut :

1. Prinsip Prekondisi bagi Pengawasan Bank yang Efektif

2. Prinsip Perizinan dan Struktur

3. Prinsip Ketentuan Kehati-hatian dan Persyaratan

8

Page 9: pengaturan dan pengawasan perbankan

4. Prinsip Metode Pengawasan Perbankan yang Sedang Berjalan

5. Prinsip Persyaratan Informasi

6. Prinsip Kewenangan Pengawas

7. Prinsip Lintas Batas Perbankan

E. Bank

Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi

nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut

dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil

untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian penarikan lainnya dapat

berupa cendra mata, hadiah, undian, atau balas jasa lainnya, semakin beragam dan

menguntungkan balas jasa yang diberikan, maka akam menambah minat masyarakat

untuk menyimpan uangnya.

Menurut pasal 1 Undang - Undang No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan, Bank

adalah Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan pasal 1 Undang

– Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang – Undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

F. Jenis Bank

Berdasarkan pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank

berdasarkan undang-undang, yaitu :

1. Bank umum adalah : Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima

simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama dalam

memberikan kredit jangka pendek.

9

Page 10: pengaturan dan pengawasan perbankan

2. Bank Perkreditan Rakyat adalah : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

G. Fungsi Pokok Bank

Bank sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa - jasa keuangan baik

kepada pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memiliki dana bank - bank

melakukan beberapa fungsi dasar sementara tetap menjalankan kegiatan rutinnya di

bidang keuangan. Fungsi dasar dan bank dapat dilihat dan keterangan berikut. Bank

memiliki fungsi pokok sebagai berikut ( Dahlan Siamat 2001 : 88)

1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan

ekonomi.

2. Menciptakan uang

3. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat.

4. Menawarkan jasa - jasa keuangan lain.

5. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan intemasional.

H. Prinsip Kehati-hatian

Bank Indonesia wajib menetapkan ketentuan kehati-hatian dan persyaratan

kecukupan modal minimum bagi seluruh bank. Persyaratan kecukupan modal tersebut

harus mencerminkan resiko yang ditanggung oleh bank serta harus mendefinisikan

komponen permodalannya. Bagi bank yang telah beroperasi secara internasional,

ketentuan tersebut minimal harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam Basle Capital

Accord dan amandemennya.

Bagian penting dalam sistem pengawasan adalah evaluasi terhadap kebijakan ,

praktik, dan prosedur perbankan yang terkait dengan pemberian kredit dan investasi

serta manajemen portofolio kredit dan investasi. Dalam rangka mengantisipasi

penyalahgunaan pemberian kredit kepada pihak terkait, Bank Indonesia harus memiliki

persyaratan. Persyaratan tersebut mengatur bank untuk memberikan kredit kepada pihak

terkait dalam rentang pengendalian bank tersebut sehingga memungkinkan penerusan

10

Page 11: pengaturan dan pengawasan perbankan

kredit tersebut untuk dimonitor serta di ambil tindakan dalam menghadapi resiko

tersebut.

Bank Indonesia juga wajib menetapkan bahwa bank memiliki kecukupan

pengendalian internal yang sesuai dengan bidang dan skala bisnisnya. Hal ini meliputi

pengaturan yang jelas terhadap pendelegasian wewenang dan tanggung jawab,

pemisahan fungsi-fungsi, seperti penilaian aset dan kewajiban, proses rekonsialisasi,

pengamanan aset serta audit internal dan eksternal yang independen dan fungsi

kepatuhan untuk emnguji kemampuan kontrol terhadap hukum dan ketentuan yang

berlaku.

Saat ini Bank Indonesia tengah melakukan penyempurnaan sistem pengawasan

bank, dari sistem compliance (kepatuhan pada deregulasi) menjadi pengawasan risiko

(risk based supervision). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan bank

sejak dini. Selama ini BI melakukan pengawasan reaktif, yakni berdasarkan peraturan

saja (compliance), sehingga jika ada permasalahan di sebuah bank, baru akan deketahui

kemudian. Penyempurnaan pelaksanaan fungsi pengawasan ini merupakan salah satu

agenda pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi melalui kebijakan

(pemberdayaan) perbankan.

11

Page 12: pengaturan dan pengawasan perbankan

BAB III

Pembahasan Masalah

A. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)

Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997 yang lalu telah memberikan

pelajaran akan pentingnya menciptakan industri perbankan nasional yang memiliki

ketahanan dan kemampuan yang memadai untuk menghadapi berbagai macam gejolak

eksternal. Sementara itu, perkembangan produk dan jasa perbankan mengalami

perubahan yang lebih kompleks disertai dengan risiko yang lebih besar sebagai akibat

dari tuntutan nasabah yang menginginkan produk dan jasa bank yang lebih bervariasi.

Dengan munculnya produk-produk baru yang semakin inovatif tersebut, perbankan

nasional harus siap menghadapi berbagai risiko yang kemungkinan berpotensi untuk

muncul di kemudian hari. Disamping itu, perkembangan informasi menyebabkan

distribusi produk dan jasa yang ditawarkan oleh lembaga keuangan termasuk perbankan

semakin meluas dan cepat sehingga sifatnya menjadi global dan universal.

Dalam kondisi seperti ini, industri perbankan nasional memerlukan adanya suatu

kerangka acuan bagaimana perbankan nasional mampu mengatasi segala perubahan dan

tantangan tersebut serta arah yang hendak dicapai dimasa yang akan datang. Kerangka

acuan tersebut diwujudkan dalam bentuk cetak biru (blue print) arsitektur perbankan

nasional yang bersifat menyeluruh dan dapat dipakai sebagai acuan bagi semua pihak

yang terlibat di dalam industri perbankan.

1. Visi API

Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan kerangka dasar sistem

perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan

tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke

depan. Arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang dilandasi

oleh visi yaitu: Mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna

menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional.

12

Page 13: pengaturan dan pengawasan perbankan

API menjadi kebutuhan yang mendesak bagi perbankan Indonesia dalam rangka

memperkuat fundamental industri perbankan. Krisis ekonomi tahun 1997

menunjukkan bahwa industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan

perbankan yang kokoh yang didukung dengan infrastruktur untuk dapat mengatasi

gejolak internal maupun eksternal. Belum kokohnya fundamental perbankan

nasional merupakan tantangan, bukan hanya bagi industri perbankan secara umum,

tetapi juga bagi Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasannya.

Betitik tolak dari kebutuhan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih

kuat dan sebagai upaya lanjutan dalam program penyehatan perbankan yang saat ini

sedang berjalan, Bank Indonesia telah menyelesaikan penyusunan API. Pada

dasarnya, API merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan maupun

white paper penyehatan perbankan nasional pasca IMF, Bank Indonesia mulai

menhumplementasikan API pada tahun 2004. melihat lingkup kebijakan dan

pembahasan yang harus dilakukan dan perlunya persiapan yang baik oleh bank-

bank dan Bank Indonesia dalam mengantidipasi perubahan dimaksud, maka

implementasi perubahan-perubahan tersebut akan dilakukan secara bertahap.

2. Sasaran API

Guna mempermudah pencapaian visi API, maka dijabarkan 6 (enam) sasaran

yang ingin dicappai. Keenam sasaran ini merupakan pilar untuk menunjang

pencapaian visi API yaitu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisian guna

menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional. Keenam pilar terebut adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang

berkesinambungan.

b. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan

mengacu pada standar intenasional.

c. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi

serta memiliki ketahanan dalam menhadapi resiko

13

Page 14: pengaturan dan pengawasan perbankan

d. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi

internal perbankan nasional.

e. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri

perbankan yang sehat.

f. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.

B. Peningkatan Kesehatan Sistem Perbankan

Kebijakan penjaminan dan penyehatan yang telah dilakukan pemerintah secara

berangsur-angsur berhasil menyakinkan masyarakat akan keamanan dananya yang

disimpan dalam bank, walaupun perbankan masih menghadapi masalah yang cukup

berat. Kondisi perbankan dihadapkan pada masalah tingkat kesehatan yang sangat

buruk, banyak di antaranya mengalami kekurangan modal sehingga tidak dapat lagi

memenuhi ketentuan penyediaan modal minimum, bahkan banyak bank memiliki CAR

yang negatif. Dalam keadaan seperti ini, perbankan tidak dapat melaksanakan fungsinya

sebagai sumber pembiayaan bagi perekonomian terutama menggerakkan sektor riil.

Tanpa pembenahan perbankan, kegiatan ekonomi akan tetap terhambat dan pada

gilirannya akan memperparah kondisi perbankan sendiri karena kegiatan ekonomi yang

macet akan semakin memperbesar jumlah non-performing loan (NPL).

Oleh karena itu, pemerintah dalam rangka menerobos dan memulihkan kembali

kemacetan ekonomi ini harus segera melakukan langkah-langkah pemulihan antara lain

dengan melaksanakan progam penyehatan perbankan (rekapitalisasi). Dalam rangka

pelaksanaan program rekapitalisasi, pemerintah harus menyediakan dana yang relatif

besar untuk kebutuhan tersebut. Diharapkan dengan pelaksaan program rekapitulasi ini

perbankan dapat disehatkan kembali sehingga dapat segera melayani kebutuhan jasa

perbankan bagi kegiatan ekonomi, terutama oelh sektor riil.

Tahapan-tahapan dalam rangka pelaksanaan program rekapitalisasi meliputi hal-hal

sebagai berikut:

a. pemeriksaan kondisi keuangan bank (due diligence)

b. pengelompokkan bank atas dasar kondisi permodalannya

c. penilaian terhadap rencana kerja (bisiness plan) bank

14

Page 15: pengaturan dan pengawasan perbankan

d. penilaian fit and proper test pemegang saham pengendali dan pengurus bank

e. penyetoran modal dan pengikatan perjanjian bagi bank-bank yang memenuhi

persyartan.

Dari pengamatan sebagian besar bank, bentuk-bentuk penyimpangan atas sikap

noncomplience (penyimpangan) terhadap ketentuan kehati-hatian terjadi dalam

berbagai bentuk, antara lain:

a. Pelanggaran ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK)

b. Proses pemberian kredit yang menyimpang dari ketentuan Bank

c. Indonesia mengenai asas pemberian kredit yang sehat sebagaimana tentang dalam

Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank (PPKPB)

d. Pelanggaran atas ketentuan Bank Indonesia mengenai larangan pemberian kredit

untuk kegiatan tertentu (seperti larangan pemberian kredit untuk pembelian saham,

pembelian tanah dan properti)

e. Pemberian jaminan/endorsement surat-surat berharga yang juga dilarang

berdasarkan ketentuan Bank Indonesia

f. Tidak melaksanakan fungsi audit intern dengan ketentuan

Bank Indonesia dalam upaya restrukturisasi dan penyehatan perbankan benar-benar

mencapai sasaran dan agar berkesinambungan setiap bank terus terpelihara

kesehatannya, maka dalam pelaksanaan restruturisasi perbankan disertai juga langkah-

langkah represif dan preventif untuk menegakkan ketaatan terhadap ketentuan

perbankan. Langkah-langkah represif dan preventif mencakup: pertama, melakukan

tindakan terhadap pemilik/pengurus bank yang terbukti telah melakukan pelanggaran

atas ketentuan kehati-hatian. Kedua, melakukan upaya pencegahan untuk memastikan

kepatuhan dan ketaatan pemilik/pengurus bank terhadap ketentuan perbankan.

15

Page 16: pengaturan dan pengawasan perbankan

BAB IV

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

1. Bagaimana perbankan nasional dapat mengatasi segala perubahan dan tantangan

yang terjadi saat ini ?

Perbankan nasional dapt mengatasi segala perubahan dan tantangan yang

terjadi saat ini penerapan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). API menjadi

kebutuhan yang mendesak bagi perbankan Indonesia dalam rangka memperkuat

fundamental industri perbankan. Krisis ekonomi tahun 1997 menunjukkan bahwa

industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh

yang didukung dengan infrastruktur untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun

eksternal. Belum kokohnya fundamental perbankan nasional merupakan tantangan,

bukan hanya bagi industri perbankan secara umum, tetapi juga bagi Bank Indonesia

sebagai otoritas pengawasannya.

3. Bagaiman Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap

kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian ?

Bank Indonesia dapat melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap

kegiatan perbankan yang sesuai dengan prinsip-prinsip kehati-hatian yaitu dengan

cara melakukan tahapan-tahapan rekapitalisasi perbankan dengan serius.

Pelaksanaan program rekapitalisasi perbankan Indonesia akan memerlukan dana

penyertaan modal pemerintah yang sangat besar, maka proses rekapitalisasi tersebut

perlu dilakuakn secara transparan dan objektif dengan kriteria yang jelas.

Selanjutnya, untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian dan mendorong market

discipline di sektor perbankan, Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan mengenai

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Transparansi Kondisi Keuangan Bank.

Dengan demikian, penerapan prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan

dapat membantu upaya peningkatan kesehatan sistem perbankan jika Bank

16

Page 17: pengaturan dan pengawasan perbankan

Indonesia dapat melakukan penyempurnaan menajemen pengawasan dan

pengaturan perbankan.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Masyarakat harus dapat melihat kekurangan dan kelebihan bank-bank yang ada

di Indonesia agar nantinya tidak mengahadapi masalah jika bank-bank yang telah

dipercaya tersebut mengalami kesulitan likuiditas dan kekurangan modal sehingga

tidak dapat memenuhi ketentuan penyediaan modal minimum serta harus meminta

pertolongan Lembaga Penjamin Simpanan untuk mengembalikan dana masyarakat.

2. Bagi Bank Indonesia dan Pemerintah

Bank Indonesia dan Pemerintah seharusnya dari waktu-ke waktu senantiasa

melakukan penyesuaian terhadap peraturan dan pengawasan perbankan di Indonesia

agar dapat menerapkan prinsip-prinsip perbankan yang sehat sesuai dengan praktik-

praktik internasional yang lazim (international best practice)

17

Page 18: pengaturan dan pengawasan perbankan

Daftar Pustaka

Siamat, Dahlan, Manajemn Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan (Edisi

Kelima). Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2005.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Mulhadi. 2005. Prinsip Kehati-hatian (PrudentBanking Principle) Dalam Kerangka UU di

Indonesia. Universitas Sumatera Utara.

http://bi.go.id

18