pengarusutamaan isu perubahan iklim ke dalam rpjmd ... · pdf filegambar 3.7 emisi gas rumah...

54
PENGARUSUTAMAAN ISU PERUBAHAN IKLIM KE DALAM RPJMD PROVINSI SUMATERA SELATAN 2014-2018

Upload: votuong

Post on 01-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 2014-2018

© 2013

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Provinsi Sumatera SelatanJalan Kapt. A. Rivai No. 23 Palembang 30129

Japan International Cooperation Agency (JICA)

Gedung Wirausaha Kuningan, Lantai 7Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C-5, Jakarta 12920

Phone / Fax: +62-21-527-9081

www.greenclimateproject.org

Published by : PENGARUSUTAMAAN ISU PERUBAHAN IKLIM KE DALAM RPJMD

PROVINSI SUMATERA SELATAN 2014-2018

Page 2: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam

RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 2014-2018

© 2014

Tim Penyusun :

Penanggung Jawab : Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Selatan

Ketua Tim Pengarah : Kepala Bidang UPTB Penataan Ruang Bappeda

Provinsi Sumatera Selatan

Tenaga Ahli : DR. Wilmar Salim

Editor : Norma Puspita, Titi Handayani

Diterbitkan Oleh : Japan International Cooperation Agency

Project of Capacity Development of Climate

Change in Indonesia

Page 3: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan

Isu Perubahan Iklim

ke Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan

2014 - 2018

Page 4: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan
Page 5: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | i

Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

Rahmat dan Karunia-Nya, Dokumen Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke

Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 2014 - 2018 dapat diselesaikan. Pada

kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada Tim Penyusun dokumen ini. Apresiasi dan ucapan terima kasih juga

ditujukan kepada Japan International Cooperation Agency (JICA) yang telah

memberikan dukungan teknis dan pendanaaan.

Dokumen ini merupakan hasil telaah dari Dokumen Kajian Risiko dan Adaptasi

Perubahan Iklim (KRAPI) dan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)

Provinsi Sumatera Selatan yang menggarisbawahi isu perubahan iklim untuk

diintegrasikan ke dalam sistem pembangunan Provinsi Sumatera Selatan

Semoga hasil kerja yang baik ini dapat memberikan sumbangsih dan manfaat yang

lebih besar bagi semua pihak yang terkait.

Page 6: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | ii

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Tabel

Ringkasan Eksekutif

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Studi

1.3 Pendekatan

Bab II Rencana Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025

2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2009-2013

2.3. Rencana Tata Ruang Wilayah 2030

BAB 3 Kondisi Wilayah Sumatera Selatan

3.3. Kondisi Umum

3.4. Status Emisi Gas Rumak Kaca

3.5. Perkiraan Dampak Perubahan Iklim

BAB 4 Rekomendasi Untuk Pengarusutamaan Perubahan Iklim

4.1. Mengacu Pada Agenda Pembangunan RPJP Sumatera Selatan Tahun 2005-

2025

4.2. Pertimbangkan Isu Lingkungan Strategis Dalam RTRW Sumatera Selatan

Tahun 2030

4.3. Pertimbangkan Dampak Perubahan Iklim dan Target Penurunan Emisi Gas

Rumah Kaca

4.4. Kembangkan Program Pembangunan Yang Sesuai Iklim

Page 7: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | iii

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pengarusutamaan Perubahan Iklim ke Dalam Perencanaan

Pembangunan

Gambar 1.2 Kerangka Pembangunan Sesuai Iklim (Mitchell dan Maxwell, 2010,

diadopsi dari Zadek, 2009)

Gambar 3.1 Peta Administrasi Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 3.2 Persentase Tutupan Lahan Eksisting di Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 3.3 Peta Tutupan Lahan Tahun 2010 Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 3.3 Peta Sebaran Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 3.5 Peta Sebaran Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 3.6 Peta Sebaran Kawasan Pertambangan di Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU

Gambar 3.8 Target Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan hingga

tahun 2020

Gambar 3.9 Risiko Kenaikan Muka Laut Tahun 2030 di Sumatera Selatan

Gambar 3.9 Peta Risiko Banjir dan Banjir + Kenaikan Muka Laut Sumatera Selatan

Gambar 3.10 Peta Risiko Penurunan Ketersediaan Air Sumatera Selatan

Gambar 3.11 Risiko Penurunan Produktivitas Padi Sawah Th 2030 Sumatera Selatan

Gambar 3.12 Risiko Penurunan Produktivitas Padi Ladang Th 2030 Sumatera

Selatan

Gambar 3.13 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 3.14 Risiko Eksisting Demam Berdarah Dengue di Sumatera Selatan

Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan Malaria di Sumatera Selatan

Gambar 3.16 Jangkitan Diare di Sumatera Selatan Tahun 2008

Gambar 3.17 Risiko Eksisting Jangkitan Diare di Sumatera Selatan

Page 8: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | iv

Daftar Tabel

Tabel 4.1 Usulan Program Pembangunan Rendah Karbon

Tabel 4.2 Usulan Program Pembangunan Tahan Iklim

Tabel 4.3 Usulan Program Pembangunan Bermanfaat Ganda Adaptasi dan Mitigasi

Page 9: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | v

Ringkasan Eksekutif

Indonesia adalah negara kepulauan tropis yang perlu melakukan adaptasi untuk

mengurangi risiko dampak perubahan iklim dan mengupayakan tindakan mitigasi

untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dunia. Indonesia telah berkomitmen untuk

menurunkan emisi gas rumah kacanya yang dituangkan di dalam Peraturan Presiden

No 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah

Kaca (RAN-GRK). Indonesia juga telah menyusun Rencana Aksi Nasional Adaptasi

Perubahan Iklim (RAN-API) untuk mengupayakan kegiatan adaptasi terhadap

dampak perubahan iklim. Pelaksanaan kedua upaya tersebut membutuhkan peran

serta daerah-daerah, baik yang terkena dampak perubahan iklim, maupun yang

berpotensi menurunkan emisi gas rumah kacanya.

Untuk memastikan hal tersebut, upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim perlu

diarusutamakan ke dalam rencana pembangunan daerah yang memiliki kekuatan

hukum seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD). RPJMD merupakan penjabaran visi, misi dan program Kepala

Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD. RPJMD memuat arah

kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan

program Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang dapat terkena dampak

perubahan iklim dan juga dapat memitigasi perubahan iklim. RPJP Provinsi Sumatera

Selatan memiliki visi menjadikan Sumatera Selatan Unggul dan Terdepan di Tahun

2025, dengan misi sbb: menjadi penggerak utama perekonomian wilayah berbasis

pertanian dan pertambangan, didukung sektor industri dan jasa; memperkuat

pemanfaatan sumber daya alam untuk keberlanjutan energi dan ketahanan

pangan; mencapai kualitas hidup yang tinggi; dan memperkuat kapasitas

pengelolaan pemerintah. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, Provinsi

Page 10: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | vi

Sumatera Selatan perlu mempertimbangkan isu perubahan iklim dalam penjabaran

visi dan misi tersebut ke dalam rencana pembangunan daerahnya.

Provinsi Sumatera Selatan telah memiliki Kajian Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim

yang memetakan dampak perubahan iklim dan upaya adaptasinya di sektor

pertanian, pesisir, sumber daya air, dan kesehatan. Provinsi Sumatera Selatan juga

telah memiliki Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)

yang mengidentifikasi emisi GRK saat ini, aksi penurunan emisi, dan target

penurunan emisi GRK di tahun 2020 pada sektor pertanian; kehutanan dan lahan

gambut; energi; transportasi; industri; dan pengelolaan limbah. Untuk memastikan

bahwa upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim akan sinkron dengan

pembangunan daerah Sumatera Selatan, maka upaya-upaya tersebut perlu

dimasukkan ke dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 2014-2018 yang akan

disusun.

Upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Sumatera Selatan dilakukan dalam

kerangka mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan perubahan iklim (climate

compatible development), yang bersifat rendah karbon (low carbon) untuk memitigasi,

tahan perubahan iklim (climate resilient) untuk beradaptasi, dan bermanfaat ganda

untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim (co-benefits).

Pembangunan Rendah Karbon (Mitigasi)

Sasaran Sektor Program/Kegiatan

Pengelolaan pertanian - Penanaman padi varietas rendah emisi dan System Rice Intensification (SRI)

- Penggunaan dan pengembangan pakan ternak rendah emisi

- Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber biogas

Pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi dan perhubungan darat

- Pengembangan Park and Ride - Pembangunan Infrastruktur untuk pejalan kaki dan

pesepeda - Kebijakan Peningkatan Transportasi Multimoda - Centre of Excellence for Multimodal Transportation

Pengelolaan energi - Penyuluhan hemat energi - Pembinaan dan pengawasan pengusahaan

ketenagalistrikan lintas kabupaten/kota - Pengembangan potensi dan kecukupan bahan bakar - Soisialisasi pemanfaatan konversi energi ke gas - Inventarisasi dan evaluasi pengembangan kondisi PLTS

dan PLTMH terpasang - Pengembangan pemanfaatan energi baru dan

terbarukan

Peningkatan kapasitas - Penerapan biomassa sebagai bahan bakar alternatif

Page 11: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | vii

Sasaran Sektor Program/Kegiatan

teknologi industri industri - Bantuan peralatan produksi hemat energi dan bimbingan

teknis pengoperasian bagi IKM

Pengembangan sistem pengelolaan persampahan

- Peningkatan pengelolaan Gas Sampah - Inventori dan pengeolaan limbah industri

Pembangunan Tahan Perubahan Iklim (Adaptasi)

Sasaran Sektor Program/Kegiatan

Peningkatan ketahanan pangan pertanian/ perkebunan

- Perbaikan dan optimalisasi sistem irigasi dan pintu air - Peningkatan teknik budidaya pangan - Perlindungan dan konservasi sumberdaya alam

Pengelolaan Pengairan - Pengembangan sumber daya air - Penyediaan dan Pengelolaaan air baku/tanah - Program pengendalian banjir

Pengelolaan Wilayah Pesisir - Pengembangan perikanan tangkap - Pengelolaan kawasan pesisir terpadu

Peningkatan Kesehatan Masyarakat

- Pembangunan dan pengelolaan saluran drainase - Pengembangan dan pengelolaan air minum

Pembangunan Bermanfaat Ganda (Adaptasi dan Mitigasi)

Sasaran Sektor Program/Kegiatan Pengelolaan pertanian dan peningkatan ketahananan pangan

- Pengembangan pengaturan pola tanam sesuai dengan perubahan iklim

- Optimalisasi pemanfaatan lahan - Pembangunan Desa Mandiri Pangan

Pengelolaan lingkungan hidup

- Penghutanan kembali (reforestry) dan reboisasi kawasan hutan lindung

- Pengembangan dan pengelolaan kawasan lindung nasional

- Pengembangan Kampung Iklim dan Gerakan Menuju Indonesia Hijau

Pengelolaan kehutanan dan lahan gambut

- Peningkatan, rehabilitasi, dan Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa

- Pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan

- Pengembangan pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut terlantar dan terdegradasi dengan konversi lahan terlantar menjadi lahan sawah

- Perlindungan Hutan dan Konservasi SDH - Rehabilitasi Hutan dan Lahan Gambut

Peningkatan kesehatan masyarakat melalui pengelolaan limbah dan sampah

- Pengembangan kinerja, perencanaan dan pengelolaan sampah dan air limbah

- Peningkatan sarana-prasarana persampahan dan air limbah

- Pemberdayaan kesehatan lingkungan dan masyarakat - Minimasi sampah dengan prinsip 3R (TPST, Bank

Sampah, Komposting, dll)

Page 12: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | viii

Page 13: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 1

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan salah satu

dokumen perencanaan yang dibuat oleh pemerintah daerah dan disusun untuk

jangka waktu lima tahunan. Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional pasal (5) menyebutkan RPJM Daerah

merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang

penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM

Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan Daerah,

kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja

Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja

dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Perencanaan dan pembangunan daerah harus mempertimbangkan unsur

perlindungan dan pengelolaan lingkungan dalam pronsip pembangunan

berkelanjutan. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal (15) ayat (2) disebutkan Pemerintah dan

Pemerintah Daerah wajib melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

ke dalam penyusunan atau evaluasi RTRW beserta rinciannya, RPJP, dan RPJM

skala nasional, provinsi, dan kabupaten kota. KLHS wajib dimasukkan dalam

penyusunan atau evaluasi kebijakan/rencana dan/atau program yang berpotensi

menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup. KLHS dibuat untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar integrasi

dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Muatan kajian KLHS disebutkan dalam pasal (16) yang terdiri dari kapasitas daya

dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan; perkiraan

mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; kinerja layanan/jasa ekosistem;

efisiensi pemanfaatan sumber daya alam; tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi

terhadap perubahan iklim; dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman

Page 14: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

2 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

hayati. Hasil KLHS menjadi dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program

pembangunan dalam suatu wilayah.

Prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan daerah yang

mempertimbangkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan penting untuk masuk

dalam koridor perencanaan dan pembangunan daerah. Hal ini akan memberi koridor

perencanaan dan pembangunan di berbagai sektor yang terintegrasi terhadap

pertimbangan faktor lingkungan. Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu daerah

yang dapat terkena dampak perubahan iklim dan juga dapat memitigasi perubahan

iklim. RPJP Provinsi Sumatera Selatan memiliki visi menjadikan Sumatera Selatan

Unggul dan Terdepan di Tahun 2025, dengan misi sbb: menjadi penggerak utama

perekonomian wilayah berbasis pertanian dan pertambangan, didukung sektor

industri dan jasa; memperkuat pemanfaatan sumber daya alam untuk keberlanjutan

energi dan ketahanan pangan; mencapai kualitas hidup yang tinggi; dan

memperkuat kapasitas pengelolaan pemerintah. Untuk mewujudkan visi dan misi

tersebut, Provinsi Sumatera Selatan perlu mempertimbangkan isu perubahan iklim

dalam penjabaran visi dan misi tersebut ke dalam rencana pembangunan daerahnya.

Provinsi Sumatera Selatan telah memiliki Kajian Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim

yang memetakan dampak perubahan iklim dan upaya adaptasinya di sektor

pertanian, pesisir, sumber daya air, dan kesehatan. Provinsi Sumatera Selatan juga

telah memiliki Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)

yang mengidentifikasi emisi GRK saat ini, aksi penurunan emisi, dan target

penurunan emisi GRK di tahun 2020 pada sektor pertanian; kehutanan dan lahan

gambut; energi; transportasi; industri; dan pengelolaan limbah. Untuk memastikan

bahwa upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim akan sinkron dengan

pembangunan daerah Sumatera Selatan, maka upaya-upaya tersebut perlu

dimasukkan ke dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 2014-2018 yang akan

disusun.

1.2 Tujuan Studi

Tujuan dari studi ini adalah untuk memberikan sintesa dalam mengarusutamakan

hasil Kajian Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI) dan Rencana Aksi Daerah

Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) ke dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014-2018.

Page 15: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 3

RTRWN

RPJMN

Nasional

Sumatera

Selatan

Kab/Kot

a

RPJM

RPJM

RPJPN

RPJP

RPJP

RTRWP

RTRWK

Adaptasi Mitigasi

PerPres

61/2011

RAN-GRK

RAN-

API

PerGub

34/2012

RAD-GRK

KRAPI

UU 25/2004 UU 26/2007 UU 32/2009

Upaya Menghadapi

Perubahan Iklim

KLHS

wajib

dilaksanak

an dalam

penyusun

an RTRW,

RPJP,

RPJM,

Kebijakan/

Rencana/

Program

Pemerinta

h

1.3 Pendekatan

Kerangka pikir yang melandasi upaya pengarusutamaan tindakan adaptasi dan

mitigasi perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan dapat dilihat pada

diagram di bawah. Landasan hukum yang digunakan adalah UU 25/2004, UU

26/2007, dan UU 32/2009. Upaya pengarusutamaan perubahan iklim di tingkat

nasional telah dilakukan dengan penyusunan Rencana Aksi Nasional Adaptasi

Perubahan Iklim (RAN-API) dan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas

Rumah Kaca (RAN-GRK). Sementara itu untuk Provinsi Sumatera Selatan telah

disusun studi Kajian Resiko dan Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI) dan Rencana

Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK).

Gambar 1.1 Kerangka Pengarusutamaan Perubahan Iklim ke Dalam Perencanaan

Pembangunan

Studi ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yakni inisiasi studi, kajian terhadap

dokumen perencanaan untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran pembangunan,

kajian terhada studi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengidentifikasi isu

terkait daerah, dan diskusi mengenai prioritas bagi Provinsi Sumatera Selatan untuk

Page 16: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

4 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

direkomendasikan sebagai masukan bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Tahun 2014-2018.

Program prioritas tersebut akan mengikuti kerangka pembangunan yang sesuai

dengan iklim (climate compatible development) seperti yang digambarkan oleh

Mitchell dan Maxwell (2010) di bawah. Climate compatible development diartikan

sebagai pembangunan yang meminimalkan bahaya yang diakibatkan oleh perubahan

iklim dan memaksimalkan kesempatan pembangunan yang rendah emisi dan lebih

tangguh di masas depan. Konsep Climate compatible development menghindari

pemisahan antara strategi pembangunan yang ada dengan strategi adaptasi dan

mitigasi perubahan iklim. Konsep ini mendorong program-program yang

menguntungkan kebutuhan adaptasi perubahan iklim dan sekaligus menurunkan

emisi gas rumah kaca.

Gambar 1.2 Kerangka Pembangunan Sesuai Iklim (Mitchell dan Maxwell,

2010, diadopsi dari Zadek, 2009)1

1 Tom Mitchell dan Simon Maxwell, “Defining climate compatible development”,

CKDN Policy Brief, November 2010.

Page 17: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 5

Bab 2

Rencana Pembangunan Daerah

Provinsi Sumatera Selatan

2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah sebagai acuan oleh seluruh perencanaan pembangunan

dalam rentang waktu 20 tahun (2005-2025) dengan visi “Sumatera Selatan Unggul

dan Terdepan Tahun 2025”. Untuk mencapai misi tersebut, terdapat 4 misi yang

telah dicanangkan dalam RPJPD, yaitu:

Misi 1 : Menjadi penggerak utama perekonomian wilayah, berbasis pertanian

dan pertambangan, didukung sektor industri dan jasa

Misi 2 : Memperkuat pemanfaatan sumber daya alam untuk keberlanjutan

energi danketahanan pangan

Misi 3 : Mencapai kualitas hidup yang tinggi

Misi 4 : Memperkuat kapasitas pengelolaan pemerintah

Dalam upaya pencapaian visi pembangunan jangka panjang maka diperlukan

penetapan tahapan dan skala prioritas selama kurun waktu 20 tahun ke depan.

Dalam tahapan tersebut program pembangunan diprioritaskan kepada:

1. Memantapkan pertumbuhan ekonomi dan menegaskan arah pembangunan

ekonomi:

- Mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan

produktivitas sektor pertanian, pertambangan, dan pariwisata.

- Pembangunan struktur ekonomi primer (pertanian, pertambangan, dan

penggalian) yang didukung oleh sektor sekunder melalui peningkatan nilai

tambah sektor primer, manufaktur, dan jasa yang memiliki keterkaitan erat.

- Perluasan sektor unggulan daerah melalui penggalian sektor-sektor baru

yang berpotensi memiliki nilai tambah.

Page 18: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

6 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

- Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan Daerah melalui peningkatan

investasi, penngkatan daya saing, peningkatan ekspor komoditi unggulan

yang mampu bersaing, dan penurunan jumlah impor yang digantikan dengan

produk lokal.

- Pengurangan angka pengangguran di perkotaan

- Pengurangan angka kemiskinan dan angka kesenjangan pendapatan

melalui pemberdayaan penduduk miskin, pemerataan, kesempatan bekerja

dan berusaha, dan peningkatan pertumbuhan sektor riil.

- Perbaikan kualitas sumber daya manusia melalui pemerataan pelayanan

pendidikan, kesehatan, dan peningkatan daya beli.

2. Meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat

- Perbaikan kualitas dan pelayanan pendidikan

- Perbaikan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pemerataan

kesempatan dan akses terhadap informasi dan teknologi, pemberdayaan

lembaga penelitian, dan penyebarluasan hasil implementasi hasil penelitian.

- Perbaikan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan pemeriksaan

dan pelayanan ibu dan bayi, peningkatan fasilitas melahirkan dan

pemerataan ketersediaan paramedik beserta sarana kesehatannya.

- Perbaikan kualitas pemukiman dan perumahan melalui pemerataan

penyediaan perumahan sehat sederhana beserta sarana air bersih dan

drainase serta air limbah, dan perbaikan kawasan kumuh.

3. Pembangunan yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya yang

berkelanjutan

- Perbaikan pemanfaatan sumberdaya energi yang berwawasan lingkungan

melalui mengidentifikasi kawasan lindung geologi dan kawasan budidaya

secara geologis, perbaikan sistem pengelolaan energi dan dan teknologi

energi, dan pemenuhan kecukupan cadangan energi.

- Perencanaan dan penerapan tata ruang yang adil dan seimbang melalui

penetapan pola lokasi kota-kota, distribusi hirarki kota seimbang dalam

setiap tingkatan, dan distribusi fungsi kota yang sesuai dengan potensinya.

- Perbaikan sistem transportasi melalui peningkatan panjang jalan,

pemerataan akses antar pusat-pusat pemukiman dan akses pada kawasan

sentra produksi.

Page 19: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 7

- Perluasan pembangunan jaringan infrastruktur udara, jalan, kereta api,

laut/sungai melalui perluasan dan pemerataan pelayanan territorial dengan

membuka keran investasi dengan pemberian insentif pajak dan non pajak

serta alokasi APBD yang menyertainya.

- Revitalisasi pertanian, perbaikan sistem agribisnis, dan perbaikan institusi

dan kelembagaan pengelolaan pertanian melalui peningkatan luas dan areal

tanam dan ternak, perbaikan sarana produksi, peningkatan produksi,

peningkatan produktivitas, perbaikan sistem produksi, pemasaran, dan

lembaga pertanian.

4. Pembangunan pemerintahan yang adil, jujur, bersih, dan bertanggung jawab.

Pada RPJP 2005-2025 ini terdapat agenda pembangunan terkait dengan pengelolaan

lingkungan pada umumnya, yaitu:

Pemanfaatan sumber daya untuk pembangunan yang berkelanjutan, dengan

tujuan-tujuan:

◦ Pengelolaan energi dan lingkungan, dengan inventarisasi data fisik dan

lingkungan dan pengembangan sumber daya energi

◦ Pembangunan spasial yang adil dan seimbang antara kawasan budidaya

dan lindung

◦ Revitalisasi pertanian, khususnya dengan ekstensifikasi lahan produksi

pertanian dan pengelolaan klaster komoditas utama

Peningkatan kemandirian dan kesejahteraan sosial, dengan tujuan:

◦ Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat

◦ Pembangunan perumahan dan permukiman

Perlindungan masyarakat dan pengelolaan bencana, dengan tujuan

peningkatan pengelolaan bencana dan institusinya

2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2009-2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera

Selatan merupakan tahapan 5 tahun kedua dalam rangka mewujudkan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005 – 2025. RPJMD harus

terintegrasi pada perencanaan pembangunan lainnya seperti Rencana Tata Ruang

Page 20: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

8 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Wilayah (RTRW), Renstra SKPD, dan RKPD. Terdapat 4 misi pembangunan yang

termuat dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 2009 – 2013, yaitu:

Misi 1 : Pembangunan kualitas sumber daya manusia yang sehat, produktif

dan inovatif

Misi 2 : Pembangunan pertanian dan perkebunan berskala besar dengan

infrastruktur yang memadai dan teknologi tepat guna

Misi 3 : Pemanfaatan pertambangan dan sumber daya energi

Misi 4 : Pengembangan kegiatan industri manufaktur dan pengolahan hasil

pertanian

Misi 5 : Pengembangan pusat-pusat inovasi berbasis universitas dan

lembaga penelitian, untuk meningkatkan nilai tambah dan

produktivitas sektor perekonomian

Berdasarkan visi dan misi Provinsi Sumatera Selatan serta strategi dan arah

kebijakan pembangunan Provinsi Sumatera Selatan, dirumuskan beberapa program

utama pembangunan yang ditetapkan pada RPJMD, yaitu:

1. Program pengembangan pendidikan

2. Program peningkatan kesehatan masyarakat

3. Program revitalisasi lembaga kepelatihan dan keterampilan

4. Program pembangunan pertanian, yang bertujuan:

- Mengoptimalkan pengembangan lahan gambut dan daerah pasang surut

untuk produksi pertanian

- Memperbaiki dan meningkatkan kapasitas infrastruktur jaringan irigasi, jalan,

dan logistik

- Memperluas dan meningkatkan akses untuk memperoleh pembiayaan

pertanian (input) dalam meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian

- Meningkatkan kapasitas dan penerapan teknologi pertanian dari pra panen

hingga distribusi hasil pertanian dengan dukungan tenaga penyuluh dan

pendamping, serta jaringan kemitraan dengan usaha besar, untuk

mendapatkan nilai tambah berbasis agroindustri serta perluasan pasar

ansional dan internasional

- Menginisiasi pembangunan pertanian yang sesuai dengan skala ekonomi,

teknis, dan lingkungan menurut kondisi daerah

Page 21: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 9

5. Program pembangunan sumberdaya energi, dengan tujuan:

- Meningkatkan kapasitas dan produksi energi listrik dari pemanfaatan

berbagai sumber energi daerah untuk melayani kebutuhan dasar, komersial,

dan pemasokan regional (luar daerah) secara berkelanjutan

- Menambah dukungan dana APBD untuk pengembangan dan memanfaatkan

sumber energi terbarukan yang dapat menjamin ketersediaan energi dalam

jangka panjang, baik regional maupun nasional

6. Program pembangunan industri pengolahan dan manufaktur, dengan tujuan:

- Mendorong pembentukan klaster industri karet, kelapa sawit dan kopi.

- Meningkatkan kapasitas dan keterpaduan produksi industri hulu dan hilir

yang menunjang pembangunan ekonomi daerah berbasis klaster industri

yang berkelanjutan.

- Memperluas pasar (nasional dan internasional) seiring dengan peningkatan

mutu produk atau komoditas unggulan daerah.

- Membangun kemitraan strategis antara koperasi, serta usaha mikro, kecil,

dan menengah (KUMKM) dengan usaha besar dalam rangka mengurangi

tingkat pengangguran.

7. Program pengembangan inovasi

- Membangun inkubator bisnis dan teknologi untuk membangkitkan kreativitas

masyarakat umum serta akademis (pendidikan tinggi) dan lembaga

penelitian dalam menemukan dan mengembangkan inovasi baru yang

berbasis temuan daerah.

- Menambah dukungan dana APBD untuk meningkatkan kapasitas pendidikan

tinggi dan pusat-pusat penelitian dalam merintis, mengembangkan dan

membina inovasi daerah menuju industri kreatif.

- Menyediakan dana ventura daerah yang bersumber dari pemerintah maupun

dunia usaha bagi pemanfaatan inovasi yang memiliki prospek komersil.

- Meningkatkan produksi dan produktivitas barang dan jasa melalui inovasi

berkesinambungan

8. Program peningkatan dan pemerataan pembangunan

- Membentuk forum bupati sebagai wahana komunikasi dan interaksi

pembangunan di tingkat Provinsi Sumatera Selatan.

Page 22: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

10 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

- Menegaskan kewenangan provinsi dan kabupaten dalam percepatan dan

pemerataan pembangunan.

- Membangun keterkaitan ekonomi perkotaan dan perdesaan serta lintas

daerah dalam satu sistem ekonomi terpadu.

- Memberikan dukungan khusus bagi unggulan daerah (kabupaten) untuk

penguatan kapasitas dan percepatan pembangunan.

- Menyediakan fasilitas internet oleh provider untuk mewujudkan infrastruktur

ICT dalam penumbuhan daerah ekonomi baru dan e-government.

9. Program kerjasama ekonomi dan kelembagaan

- Memperbaiki kebijakan pengembangan ekonomi kerakyatan melalui

regulasi, deregulasi, dan keberpihakan pada masyarakat.

- Membangun kerjasama dengan lembaga keuangan dan usaha besar untuk

pembiayaan pembangunan usaha dan ekonomi berbasis potensi daerah.

- Membangun aliansi strategis dengan daerah tetangga baik regional, nasional

maupun internasional, dalam mewujudkan klaster ekonomi unggulan.

Dalam dokumen RPJMD dirumuskan agenda pembangunan untuk kurun waktu 2009-

2013, di mana fokus pembangunan Sumatera Selatan terdiri dari: 1) Sumber Daya

Manusia, 2) Sumber Daya Alam, dan 3) Tata Pemerintahan. Agenda pembangunan

lintas sektor yang dicanangkan Sumatera Selatan terdiri dari:

Pembangunan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan Nasional

Pembangunan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi Nasional

Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api

Pembangunan Pusat-Pusat Wilayah

2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah 2030

Rencana Tata Ruang Wilayah sebagai dokumen perencanaan dalam skala provinsi

dapat dijadikan pedoman dalam mempercepat pembangunan ekonomi daerah serta

mendayagunakan sumberdaya alam secara seimbang. Penataan Ruang Provinsi

Sumatera Selatan memiliki tujuan “Mewujudkan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera

Selatan Yang Produktif, Efisien dan Berkualitas Menuju Provinsi Unggul dan

Terdepan Dengan Memanfaatkan Sumberdaya Alam Secara Berkelanjutan”

Page 23: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 11

Kebijakan dan strategi penataan ruang yang dirumuskan dalam RTRW Sumatera

Selatan terdiri dari kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola

ruang.

1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan adalah:

1) Menciptakan Keterpaduan Sistem Perkotaan

Strategi untuk Menciptakan Keterpaduan Sistem Perkotaan meliputi:

a. Memantapkan dan meningkatkan fungsi pusat-pusat kegiatan PKN dan

PKW;

b. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan lokal (PKL) dan sentra-sentra

produksi;

c. Mendorong pengembangan kawasan perkotaan di wilayah perbatasan;

d. Membina keterkaitan antar pusat kegiatan dan wilayah hinterlandnya;

e. Meningkatkan peran PKW terutama PKW yang jauh dari Kota Palembang

(seperti Lubuk Linggau, Lahat, Baturaja) sebagai penghubung pergerakan

dari PKL ke PKN terdekat sehingga kota-kota tersebut dapat berperan

lebih besar dalam pelayanan skala wilayah secara seimbang melalui

pengembangan prasarana dan permukiman yang memperhatikan tata air

secara berkelanjutan yang dapat memfasilitasi kegiatan ekonomi di

wilayah sekitarnya.

f. Meningkatkan peran PKL sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala Kabupaten/Kota atau beberapa kecamatan.

g. Menguatkan sistem kota-kota dengan meningkatkan fungsi dan hirarki

kota serta aksesibilitas kota-kota yang berada pada kawasan perbatasan

atau pinggiran tersebut.

2) Pengembangan infrastruktur utama wilayah yang dapat menjadi pengarah,

pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah

untuk terwujudnya sistem kota-kota di Provinsi Sumatera Selatan.

Page 24: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

12 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Strategi untuk mengembangkan infrastruktur utama wilayah meliputi:

a. Mengembangkan jaringan jalan secara hirarkis yang menghubungkan

antar pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat

kegiatan dengan masing-masing wilayah pelayanan;

b. Mengembangkan sistem transportasi multimoda secara terintegrasi,

pengembangan jalan bebas hambatan, jalan kereta api, dan terminal peti

kemas, transportasi laut, transportasi sungai/danau dan transportasi

udara;

c. Mengembangkan rute-rute pelayanan moda transportasi publik

menjangkau seluruh wilayah sesuai dengan intensitas aktivitas;

d. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas layanan terminal umum,

bandara, pelabuhan dan pelabuhan penyeberangan sebagai simpul

transportasi;

e. Mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana

wilayah untuk mendukung pergerakan di sepanjang koridor kawasan

perkotaan lintas Sumatera bagian timur maupun bagian tengah.

f. Mengembangkan sistem angkutan umum massal di kawasan perkotaan

Palembang dan kawasan perkotaan PKW untuk mengurangi masalah

transportasi perkotaan.

g. Mengembangkan Pelabuhan Internasional Tanjung Api-api untuk

memantapkan peran Provinsi Sumatera Selatandalamskala regional

dannasional.

h. Memantapkan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai bandara

penyeberangan sekunder.

3) Pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi pendorong

pengembangan wilayah. Strategi untuk mengembangkan infrastruktur wilayah

meliputi:

a. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta

fasilitas pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan.

Page 25: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 13

b. Mengembangkan dan meningkatkan sistem jaringan energi untuk

memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta

mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik yang dapat

memantapkan fungsi PKW dan PKL serta Sumatera Selatan sebagai

lumbung energi.

c. Peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana sumber daya air

berbasis DAS untuk menunjang kegiatan perkotaan dan pertanian serta

kebijakan lumbung pangan nasional.

d. Pengembangan sistem Tempat Pengolahan Sampah Akhir (TPA) regional

sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan

perkotaan dan ekonomi.

e. Pengembangan sistem telekomunikasi yang merata terutama untuk

menunjang kegiatan ekonomi yang dikembangkan di PKWdan PKL.

f. Peningkatan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan budaya

terutama di PKL, untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk serta

mengurangi mobilitas dan migrasi ke pusat-pusat kegiatan di PKN dan

PKW.

4) Mendorong terlaksananya peran Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dalam

mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk.

Strategi untuk mendorong terlaksananya peran Kawasan Strategis Provinsi

(KSP) dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran

penduduk meliputi :

a. Penentuan fungsi setiap KSP agar terjadi sinergitas pembangunan.

b. Penentuan arah pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di

setiap KSP.

c. Pencapaian fungsi PKW dan PKL di seluruh provinsi.

d. Peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk mendukung

mobilitas dan pemenuhan kebutuhan dasar di dalam KSP.

Page 26: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

14 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, meliputi kebijakan dan strategi

pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

1) Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, meliputi:

1. Pemantapan fungsi kawasan lindung pada kawasan yang memenuhi kriteria

kawasan lindung, dengan strategi sbb:

- Peningkatan fungsi kawasan lindung di dalam dan di luar kawasan hutan.

- Pemulihan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi.

- Pembatasan pengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung

untuk menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan yang mendorong alih

fungsi lahan kawasan lindung.

2. Menjaga dan meningkatkan kualitas kawasan lindung, dengan strategi sbb:

- Optimalisasi pendayagunaan kawasan lindung hutan dan non hutan melalui

jasa lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

- Pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan

pada kawasan lindung.

- Pencegahan kerusakan lingkungan akibat kegiatan budidaya.

- Rehabilitasi lahan kritis di kawasan lindung.

- Mempertahankan dan melestarikan kawasan hutan mangrove.

- Penyusunan arahan insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi dalam

hal alih fungsi dan/atau penerbitan izin pembangunan dan/atau kegiatan di

dalam kawasan lindung, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya, meliputi:

1. Peningkataan produktifitas lahan tidur (lahan non produktif) serta peningkatan

produktivitas pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan

guna menjaga ketahanan pangan Sumatera Selatan dan menjadikan

Sumatera Selatan sebagai lumbung pangan nasional.

Strategi:

Page 27: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 15

- Mengoptimalkan pemanfaatan lahan tidur (lahan non produktif) sebagai

kawasan budidaya pertanian yang didukung oleh penyediaan seluruh

sarana dan prasarana yang dibutuhkan, peningkatan SDM dan penguatan

kapasitas kelembagaan.

- Revitalisasi dan rehabilitasi jaringan irigasi yang tidak berfungsi optimal

untuk menjaga keberlangsungan pasokan air bagi lahan pertanian.

- Pemeliharaan jaringan irigasi teknis dan setengah teknis melalui kerjasama

antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan

masyarakat.

- Peningkatan produktivitas lahan sawah tadah hujan untuk mengganti lahan

sawah irigasi teknis yang telah beralih fungsi.

- Peningkatan produktivitas pertanian lahan sawah tadah hujan.

- Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan dengan sistem pola

tanam yang mendukung pelestarian unsur hara dan kesuburan tanah, serta

disesuaikan dengan perubahan iklim global.

- Stabilisasi pasokan dan harga sarana produksi pertanian serta harga jual

gabah untuk mempertahankan pertanian tanaman pangan.

- Menyelenggarakan prinsip produksi bersih dan kelestarian lingkungan

- Menyelenggarakan keseimbangan areal dengan produksi agribisnis.

2. Pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam guna

mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah yang belum berkembang

karena keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Strategi:

- Peningkatan aksesibilitas dan mobilitas serta pengembangan ekonomi di

kawasan budidaya wilayah tertinggal.

- Peningkatan akses kawasan budidaya ke jaringan arteri primer dan kolektor

primer.

- Peningkatan sarana dan prasarana pendukung di Pusat Kegiatan Lokal.

- Peningkatan produktivitas dan komoditas unggulan serta pengembangan

keterkaitan hulu dan hilir.

- Pengembangan potensi sektor pertambangan mineral dan migas dengan

memperhatikan daya dukung lingkungan.

Page 28: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

16 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

- Mengembangkan kegiatan sektor unggulan di wilayah sentra produksi.

- Mengembangkan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata

berbasis keunikan budaya.

Beberapa isu strategis yang dirumuskan dalam RTRW Sumatera Selatan adalah

sbb:

◦ Potensi wilayah belum dimanfaatkan secara optimal

◦ Belum optimalnya peran dan fungsi pusat-pusat pertumbuhan

◦ Sebagian wilayah pusat pelayanannya mengarah ke Provinsi Lampung

◦ Sistem transportasi yang kurang terpadu dan kapasitas moda transportasi

masih rendah

◦ Potensi dan persoalan terkait sungai-sungai

Sementara itu berbagai isu lingkungan strategis yang ditemui adalah sbb:

◦ Konflik antara fungsi kawasan lindung dan pertambangan

◦ Konflik pemanfaatan lahan untuk perkebunan dengan pertambangan

◦ Alih fungsi lahan dari hutan menjadi kebun dan lainnya

◦ Penurunan kualitas sungai-sungai akibat berkurangnya hutan lindung di

daerah hulu dan penggalian pasir batu

◦ Konflik pemanfaatan lahan kawasan pesisir antara perikanan tambak dan

hutan bakau

◦ Pengembangan kawasan industri dan pelabuhan di sekitar Taman Nasional

Sembilang

◦ Reklamasi lahan gambut menjadi perkebunan dan lainnya

Page 29: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 17

Bab 3

Kondisi Wilayah

Sumatera Selatan

3.1. Kondisi Umum

Provinsi Sumatera Selatan terletak pada 1°- 4° Lintang Selatan dan 102°-106° Bujur

Timur. Provinsi ini memiliki luas wilayah 91.806,36 km2.

dimana secara administratif

dibagi menjadi 11 kabupaten dan 4 kota, serta 217 kecamatan. Wilayah sebelah utara

berbatasan dengan Provinsi Jambi, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi

Lampung, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, dan sebelah timur

berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Gambar 3.1 Peta Administrasi Provinsi Sumatera Selatan

Page 30: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

18 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Klimatologi

Pola iklim di Sumatera Selatan ditandai dengan perbedaan musim kering dan dua

puncak curah hujan sekitar Desember dan Maret dengan curah hujan rata-rata

bulanan sekitar 250 mm (Hadi, 2011). Suhu rata-rata bulanan dengan dua puncak

kelihatan tertinggal satu bulan atau lebih dari equinoxes dengan nilai rata-rata sedikit

diatas 27°C. Perbedaan suhu diantara bulan terpanas (Mei) dan bulan terdingin

(Januari) hanya sekitar 1°C. Terjadinya kekeringan di Sumatera Selatan berkorelasi

dengan kejadian El Niño kuat serta Dipole Mode (+). Dampak ENSO/ Dipole Mode

terhadap kekeringan di Sumatera Selatan yang paling signifikan terjadi pada musim

kemarau dan pada saat peralihan dari musim kemarau memasuki musim penghujan.

Tingkat kekeringan kritis dapat juga diidentifikasi dari dry spell yaitu lamanya hari

kering tanpa hujan. Panjang rata-rata dry spell gabungan untuk September-Oktober-

November (SON) sepanjang lebih dari 8 hari yang sangat dipengaruhi oleh Dipole

Mode +.

Topografi Topografi Provinsi Sumatera Selatan berupa daerah pantai, dataran rendah, dataran

tinggi, dan pegunungan di mana wilayah pantai timur sebagian besar merupakan

daerah rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Wilayah provinsi

ini berada di ketinggian 400 - 1.700 mdpl dimana 37% areal berada di ketinggian 400

– 500 mdpl. Bukit Barisan berada pada ketinggian rata-rata antara 900 – 1200 mdpl

sementara ke arah timur lahannya berbukit dan bergelombang.

Tutupan Lahan

Pola penggunaan lahan eksisting di Provinsi Sumatera Selatan didominasi oleh

pertanian lahan kering yaitu 3.509.121,849 Ha (38,236%) yang tersebar hampir di

setiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan.

Page 31: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 19

Gambar 3.2 Persentase Tutupan Lahan Eksisting di Provinsi Sumatera Selatan

Jenis penggunaan lahan semak belukar merupakan jenis penggunaan yang cukup

luas di Provinsi Sumatera Selatan yaitu 1.696.092 Ha (18,48%). Hal ini menunjukkan

masih cukup luasnya lahan non produktif yang masih dapat ditingkatkan

produktifitasnya menjadi kegiatan budidaya produktif. Berdasarkan hasil analisis

kesesuaian lahan, lahan semak belukar ini memiliki kesesuaian untuk dikembangkan

sebagai kawasan pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan pertanian

tanaman tahunan.

0.00

4.052.511.881.18 1.04

2.040.85

16.61

1.980.36

3.51

33.47

1.001.574.81

6.47

14.41

1.150.780.32

0

5

10

15

20

25

30

35

Page 32: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

20 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Gambar 3.3 Peta Tutupan Lahan Tahun 2010 Provinsi Sumatera Selatan

Potensi Sumber Daya Alam

1) Kawasan Gambut

Persentase kawasan gambut di Sumatera Selatan adalah sekitar 15,46% (1,42 juta

ha) dari total luas wilayah. Dilihat dari ketebalannya, kawasan gambut di Provinsi

Sumatera Selatan memiliki ketebalan yang bervariasi antara 50 - 400 cm atau

termasuk kategori dangkal hingga dalam. Namun demikian 96,8 % termasuk gambut

dangkal hingga sedang, sisanya 3,2 % atau 45.009 ha merupakan gambut dalam

yang sebarannya terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin,

Kabupaten Muara Enim, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berdasarkan Keppres

Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, bahwa gambut yang termasuk

dalam kategori kawasan lindung apabila mempunyai ketebalan lebih dari 3 m.

Page 33: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 21

Gambar 3.3 Peta Sebaran Lahan Gambut di Provinsi Sumatera Selatan

2) Hutan

Provinsi Sumatera Selatan memiliki sumberdaya hutan yaitu seluas 3.829.522,43 ha

atau sekitar 41,73% dari luas Provinsi Sumatera Selatan. Namun pada saat ini

dengan potensi sumberdaya hutan yang dimiliki Provinsi Sumatera Selatan yang tidak

dibarengi dengan kontrol dari pengelolaan kawasan hutan mengakibatkan sering

terjadinya penebangan kayu liar dan perambahan hutan. Selain itu Provinsi Sumatera

Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang rentan terhadap bencana

kebakaran hutan, baik yang disebabkan oleh manusia/masyarakat maupun yang

disebabkan oleh musim kemarau. Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan di

Provinsi Sumatera Selatan tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di dalam Provinsi

Sumatera Selatan saja, tapi dirasakan oleh masyarakat yang berada di wilayah

provinsi yang berdekatan, bahkan hingga menimbulkan dampak internasional hingga

ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Page 34: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

22 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Gambar 3.5 Peta Sebaran Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Selatan

3) Mineral dan Energi

Potensi sumberdaya energi Sumatera Selatan cukup melimpah baik sumberdaya

energi fosil maupun nonfosil. Jenis sumberdaya energi fosil seperti batubara, minyak,

dan gas bumi merupakan cadangan yang patut diperhitungkan secara nasional

karena potensinya yang cukup besar. Demikian juga dengan potensi sumberdaya non

fosil yang bersifat terbarukan seperti panas bumi, biomasa, dan mini/mikro-hidro,

terdapat dalam jumlah yang signifikan.

Page 35: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 23

Gambar 3.6 Peta Sebaran Kawasan Pertambangan di Provinsi Sumatera Selatan

3.2. Status Emisi Gas Rumah Kaca

Berdasarkan perhitungan emisi gas rumah kaca dalam Rencana Aksi Daerah

Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Provinsi Sumatera Selatan, emisi

gas rumah kaca Provinsi Sumatera Selatan akan meningkat dari sekitar 2 juta ton

ekivalen CO2 pada tahun 2010 menjadi sekitar 3,5 juta to ekivalen CO2.

Secara sektoral, sumber emisi Sumatera Selatan terdiri dari 6 sumber:

a. Sumber emisi sektor pertanian

b. Sumber Emisi sektor kehutanan dan lahan gambut

c. Sumber emisi sektor energi

d. Sumber emisi sektor transportasi

e. Sumber emisi sektor industri

f. Sumber emisi sektor sampah

Seperti dapat dilihat pada diagram di bawah, sektor energi menjadi kontributor emisi

terbesar (>90%) di Provinsi Sumatera Selatan, diikuti oleh sektor kehutanan.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan perlu memperhatikan pengembangan kedua

Page 36: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

24 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

sektor tersebut karena saling berkaitan. Pembukaan areal hutan untuk kegiatan

pertambangan dapat menyebabkan menurunnya kemampuan hutan untuk menyerap

karbon di udara. Sementara itu penambangan batubara dan penggunaannya sebagai

bahan bakar pembangkit listrik akan meningkatkan emisi karbon di atmosfer.

RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan telah menargetkan penurunan emisi gas rumah

kaca sebesar 10,16% dari angka perkiraan di tahun 2020, seperti data dilihat pada

gambar di bawah. Hal ini akan dilakukan dengan menggunakan kapasitas lokal,

termasuk penganggaran kegiatan dari APBD Provinsi. Sektor yang diharapkan dapat

menurunkan emisi terbesarnya adalah sektor kehutanan. Untuk itu perhatian khusus

perlu diberikan agar target penurunan tersebut tercapai.

Gambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU

0

500,000,000

1,000,000,000

1,500,000,000

2,000,000,000

2,500,000,000

3,000,000,000

3,500,000,000

4,000,000,000

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

20

18

20

19

20

20

Emis

i to

n C

O2

/ta

hu

n

Sampah/LimbahIndustri

Transportasi

Energi

Kehutanan

Page 37: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 25

Gambar 3.8 Target Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan hingga

tahun 2020

3.3. Perkiraan Dampak Perubahan Iklim

Kajian Risiko Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI) dilakukan berdasarkan analisis dari

bahaya (hazard) yang diterima dan tingkat kerentanan (vulnerability). Pada bagian ini

akan dipaparkan dampak perubahan iklim berdasarkan hasil KRAPI terhadap sektor

pesisir, sumber daya air, pertanian, dan kesehatan.

1. Bidang Pesisir

Perubahan genangan tingkat permukaan laut yang menyebabkan bahaya banjir di

pesisir Selatan wilayah Sumatera tidak hanya disebabkan oleh fenomena kenaikan

permukaan laut global tetapi juga oleh elemen lain seperti pasang surut

(menyebabkan permukaan air tertinggi tinggi, HHWL), variabilitas ENSO (La Nina),

badai, dan gelombang angin, serta banjir dari dalam.

Dampak primer yang dialami oleh Kabupaten/Kota yang diperkirakan terkena

rendaman pada proyeksi tahun 2030 adalah:

0

500,000,000

1,000,000,000

1,500,000,000

2,000,000,000

2,500,000,000

3,000,000,000

3,500,000,000

4,000,000,000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Em

isi to

n C

O2 /

tah

un

BAU - Baseline Target Penurunan

10. 16 %

Page 38: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

26 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

a. Terjadinya peningkatan frekuensi banjir di wilayah pesisir, hal ini perlu mendapat

perhatian serius karena wilayah yang terkena dampak ini masih berada pada

sistem Sungai Musi yang dipengaruhi kenaikan muka air laut.

b. Pemanfaatan air tanah yang tidak memperhitungkan keseimbangan,

mengakibatkan turunnya permukaan air tanah yang kemudian memberikan

kemudahan terjadinya intrusi air laut ke darat. Hal ini menyebabkan perubahan

vegetasi, pertanian dan kesuburan tanah pesisir. Dengan kenaikan muka laut juga

mengakibatkan volume air laut yang mendesak ke dalam sugai semakin besar.

Masuknya air laut ke sungai akan mengubah salinitas perairan pesisir.

c. Kemunduran ke arah darat batas antara perairan tawar dan payau; dan

perubahan lokasi fisik, yaitu batas perairan darat, pengurangan luas kawasan

pantai dan semakin mengecilnya garis pantai. Hal ini berpengaruh pada luas

administratif kota-kabupaten di kawasan pesisir.

Kabupaten/Kota yang terkena rendaman di antaranya adalah OKI, Banyuasin, Musi

Banyuasin dan Kota Palembang. Berdasarkan hasil proyeksi pada tahun 2030

beberapa rencana pola ruang akan terkena dampak rendaman kenaikan muka air

laut. Pola ruang yang terkena bahaya rendaman adalah kawasan hutan lindung,

hutan produksi, pertanian lahan basah, hutan suaka alam, perkebunan, permukiman,

dan kawasan pelabuhan Tanjung Api-api. Berdasarkan kajian kerentanan, terdapat 6

Kabupaten/Kota yang terkena risiko genangan pada tingkat risiko sangat tinggi yaitu

Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), Musi Banyuasin, Muara Enim, Ogan Ilir, dan

Kota Palembang.

Page 39: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 27

Gambar 3.9 Risiko Kenaikan Muka Laut Tahun 2030 di Sumatera Selatan

2. Bidang Sumber Daya Air

Dampak perubahan iklim pada sektor sumber daya air pada dasarnya dipengaruhi

oleh curah hujan. Dampak perubahan iklim berupa banjir, longsor, dan penurunan

ketersediaan air akan memberi dampak khusus pada penyediaan air Sumatera

Selatan.

Banjir

Persentase cakupan wilayah risiko banjir Kota Prabumulih memiliki risiko potensi

banjir tertinggi. Luas total potensi risiko tertinggi di Prabumulih adalah 33,82%.

Namun, daerah resiko banjir terbesar adalah di Kabupaten Muara Enim. Dalam

peristiwa ekstrim yang dipengaruhi oleh kenaikan tingkat pasang surut dan laut, Kota

Palembang dan Kabupaten Banyuasin memiliki potensi risiko daerah genangan

tertinggi. Hal ini disebabkan oleh banjir dan naiknya permukaan laut sehingga

menenggelamkan 59.36% dari luas Kota Palembang dan 57.33% dari wilayah

Kabupaten Banyuasin. Sementara itu, berdasarkan hasil proyeksi, daerah dengan

risiko banjir tertinggi terletak di Ogan Ilir di mana 43,39% dari luas Kabupaten

terendam. Sementara itu, dalam kondisi peristiwa ekstrim, daerah potensi risiko

Page 40: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

28 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

tertinggi akan berlokasi di Kota Palembang karena 60,57% dari luas Kota Palembang

akan tergenang.

Gambar 3.9 Peta Risiko Banjir dan Banjir + Kenaikan Muka Laut Sumatera Selatan

Penurunan Ketersediaan Air

Secara umum, risiko penurunan ketersediaan air dalam kondisi baseline di Sumatera

Selatan cukup rendah. Risiko tinggi ditemukan di wilayah Muara Telang, Kabupaten

Banyuasin. Sementara itu, risiko dengan tingkat “sedang” terdapat di 22 wilayah di 7

(tujuh) kabupaten / kota yaitu: Palembang, Banyuasin, Musi Banyuasin, Musi Rawas,

Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, OKU Timur. Risiko kekurangan air meningkat

disebabkan oleh penurunan pasokan air akibat turunnya tren curah hujan dan

meningkatnya kebutuhan evapotranspirasi dan air.

Page 41: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 29

Gambar 3.10 Peta Risiko Penurunan Ketersediaan Air Sumatera Selatan

Risiko Penurunan Produktivitas Tanaman Pangan

Berdasarkan kajian dalam dokumen KRAPI (2012), diperkirakan terdapat penurunan

luas wilayah tanaman pangan pokok di Sumatera Selatan 2030 di mana Kabupaten

Banyuasin dan OKI memiliki risiko yang “sangat tinggi” dari penurunan luas sawah

padi tadah hujan, Muara Enim memiliki risiko yang “sangat tinggi” dari penurunan

lahan kering, Musi Banyuasin dan Banyuasin memiliki risiko yang “sangat tinggi” dari

penurunan luas pertanian jagung, dan OKU Timur dan Lahat memiliki risiko yang

“sangat tinggi” dari penurunan luas pertanian kedelai. Selain itu, Musi Banyuasin,

OKI, Muara Enim, Banyuasin, Lahat, dan OKU Timur memiliki risiko serius dari

penurunan luas panen padi, jagung, dan kedelai pada tahun 2030.

Risiko Penurunan Luas Area Sawah Tadah Hujan

Risiko penurunan produktivitas padi sawah bervariasi dari rendah ke tingkat tinggi,

kecuali untuk OKU Timur. Daerah ini memiliki potensi risiko yang tinggi penurunan

produktivitas padi sawah, sedangkan Lubuk Linggau dan Pagar Alam memiliki tingkat

risiko yang sangat rendah. Adapun untuk produktivitas jagung, Sumatera Selatan

Page 42: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

30 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

sangat rendah dengan tingkat resiko yang tinggi, kecuali untuk OKI yang memiliki

potensi tingkat risiko sangat tinggi. Untuk produktivitas kedelai, Sumatera Selatan

akan mengalami tingkat moderat dan resiko yang tinggi, kecuali untuk OKU Selatan,

Lubuk Linggau, Pagar Alam, dan Palembang, tanpa risiko tingkat yang sangat tinggi.

Risiko Penurunan Luas Area Sawah Irigasi

Analisis risiko dari penurunan luas panen irigasi menunjukkan Sumatera Selatan

memiliki potensi risiko penurunan luas panen padi irigasi pada tingkat rendah dan

sangat rendah. Hanya beberapa kabupaten yang mengalami risiko penurunan luas

sawah pada tingkat sedang dan tinggi, seperti OKU Timur (tingkat sedang), OKI

(tingkat sedang), dan Banyuasin (tingkat tinggi). Tahun 2030, beberapa bagian

Sumatera Selatan diperkirakan mengalami dampak perubahan iklim dengan risiko

penurunan luas sawah padi karena peningkatan evapotranspirasi dan variasi curah

hujan.

Gambar 3.11 Risiko Penurunan Produktivitas Padi Sawah Th 2030 Sumatera Selatan

Page 43: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 31

Gambar 3.12 Risiko Penurunan Produktivitas Padi Ladang Th 2030 Sumatera

Selatan

3. Bidang kesehatan

Faktor iklim berupa temperatur dan curah hujan dinilai berpengaruh pada penyebaran

penyakit DBD, malaria, dan diare di Provinsi Sumatera Selatan. Sumatera Selatan

memiliki perbedaan yang tinggi antar kabupaten, khususnya dalam hal pola geografis

dan sosial.

Curah hujan mempengaruhi habitat nyamuk dengan mengubah kelembaban dan air

yang tersedia. Gambar di bawah menunjukkan curah hujan rata-rata bulanan dari

Sumatera Selatan selama tiga tahun berikutnya. Curah hujan terendah terjadi sekitar

bulan Juli, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi sekitar November.

Tingkat curah hujan dinilai berpengaruh pada penyebaran populasi nyamuk penyebab

Demam Berdarah Dengue (DBD) yang berbeda berdasarkan tingkat kejadian, curah

hujan bulanan dan temperatur, dan populasi. Puncak kejadian DBD biasa terjadi pada

masa transisi tahunan sekitar November-Januari tahun berikutnya. Data iklim

menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi juga terjadi pada periode yang sama. Oleh

karena itu, ini menunjukkan bahwa faktor iklim seperti curah hujan sangat mungkin

berkaitan dengan kejadian epidemi DBD.

Page 44: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

32 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

0

100

200

300

400

500

600

Jan-0

8

Mar-

08

Ma

y-0

8

Jul-08

Sep-0

8

Nov-0

8

Jan-0

9

Mar-

09

Ma

y-0

9

Jul-09

Sep-0

9

Nov-0

9

Jan-1

0

Mar-

10

Ma

y-1

0

Jul-10

Sep-1

0

Nov-1

0

Rain

fall

(m

m)

Period

Monthly Average Rainfall of South Sumatera

Gambar 3.13 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Provinsi Sumatera Selatan

Terdapat 6 wilayah berisiko tinggi terjangkit DBD yang disebabkan oleh berbagai

faktor. Sebagian besar faktor jangkitan DBD disebabkan oleh tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi yang mempercepat epidemik, kurangnya fasilitas kesehatan,

dan tidak tertutupnya saluran air.

Gambar 3.14 Risiko Eksisting Demam Berdarah Dengue di Sumatera

Selatan

Page 45: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 33

Sementara itu persebaran jangkitan malaria di Provinsi Sumatera Selatan

diperlihatkan pada gambar berikut. Faktor utama penyebab tingginya risiko terhadap

malaria banyaknya penduduk yang tinggal dekat tempat berkembang biaknya

nyamuk.

Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan Malaria di Sumatera Selatan

Pengaruh pada bidang kesehatan lainnya adalah jangkitan diare. Gambar berikut

menunjukkan bahwa Palembang memiliki prevalensi tertinggi diare pada tahun 2008,

diikuti oleh Muara Enim dan Ogan Komering Ulu. Kabupaten tersebut memiliki

karakteristik yang sama, yaitu tingkat pertumbuhan tinggi dan kepadatan penduduk.

Secara umum, jumlah penduduk yang tinggi menjadi penyebab utama yang

mengakibatkan resiko yang sangat tinggi diare.

Page 46: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

34 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Gambar 3.16 Jangkitan Diare di Sumatera Selatan Tahun 2008

Gambar 3.17 Risiko Eksisting Jangkitan Diare di Sumatera Selatan

0.05.0

10.015.020.025.030.035.040.045.0

Pre

vale

nce

Rat

e

2008 2009 2010

Page 47: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 35

Bab 4

Rekomendasi Untuk

Pengarusutamaan Perubahan

Iklim

Rekomendasi untuk pengarusutamaan isu perubahan iklim ke dalam penyusunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Sumatera Selatan

Tahnu 2014-2018 dapat dibagi ke dalam 4 hal sebagai berikut.

4.1 Mengacu Pada Agenda Pembangunan RPJP Sumatera Selatan

Tahun 2005-2025

Beberapa agenda pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang

(RPJP) Sumatera Selatan Tahun 2005-2025 terkait dengan perubahan iklim. Oleh

karenanya agenda pembangunan tersebut perlu menjadi acuan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah 2014-2018 yang akan disusun. Agenda

pembangunan yang dapat terkait dengan perubahan iklim adalah sebagai berikut.

a. Pemanfaatan sumber daya untuk pembangunan yang berkelanjutan, dengan

tujuan-tujuan:

Pengelolaan energi dan lingkungan, dengan inventarisasi data fisik dan

lingkungan dan pengembangan sumber daya energi

Pembangunan spasial yang adil dan seimbang antara kawasan budidaya

dan lindung

Revitalisasi pertanian, khususnya dengan ekstensifikasi lahan produksi

pertanian dan pengelolaan klaster komoditas utama

b. Peningkatan kemandirian dan kesejahteraan sosial, dengan tujuan:

Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat

Page 48: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

36 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Pembangunan perumahan dan permukiman

c. Perlindungan masyarakat dan pengelolaan bencana, dengan tujuan peningkatan

pengelolaan bencana dan institusinya.

4.2 Pertimbangkan Isu Lingkungan Strategis Dalam RTRW Sumatera

Selatan Tahun 2030

Beberapa isu lingkungan strategis telah diidentifikasi dalam dokumen Rencana Tata

Ruang Wilayah Sumatera Selatan Tahun 2030, oleh karenanya isu-isu terkait dengan

perubahan iklim perlu dijadikan pertimbangan di dalam penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Isu-isu lingkungan strategis tersebut

antara lain:

a) Konflik antara fungsi kawasan lindung dan pertambangan

b) Konflik pemanfaatan lahan untuk perkebunan dengan pertambangan

c) Alih fungsi lahan dari hutan menjadi kebun dan lainnya

d) Penurunan kualitas sungai-sungai akibat berkurangnya hutan lindung di

daerah hulu dan penggalian pasir batu

e) Konflik pemanfaatan lahan kawasan pesisir antara perikanan tambak dan

hutan bakau

f) Pengembangan kawasan industri dan pelabuhan di sekitar Taman Nasional

Sembilang

g) Reklamasi lahan gambut menjadi perkebunan dan lainnya

4.3 Pertimbangkan Dampak Perubahan Iklim dan Target Penurunan

Emisi Gas Rumah Kaca

Seperti telah dijelaskan di atas risiko dampak perubahan iklim pada beberapa sektor

di Sumatera Selatan telah diidentifikasi pada studi KRAPI. Dampak tersebut di

antaranya adalah: banjir dan kenaikan muka laut; penurunan ketersediaan air dan

kekeringan; kekeringan pada sawah ladang; banjir pada sawah di daerah pesisir; dan

penurunan produktivitas sawah. Antisipasi terhadap risiko-risiko tersebut pada

Page 49: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 37

wilayah-wilayah yang berisiko tinggi harus menjadi proritas dalam perencanaan

pembangunan di Sumatera Selatan.

Sementara itu, emisi gas rumah kaca dan target penurunan sebesar 10,16% pada

semua sektor di tahun 2020 telah digariskan di dalam Rencana Aksi Daerah

Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Sumatera Selatan, berikut

rekomendasi tindakan mitigasinya. Rencana Aksi tersebut telah menjadi Peraturan

Gubernur No. 34/2012 dan harus menjadi dasar bagi program-program sektoral yang

telah diberi tugas untuk menurunkan emisi gas rumah kaca pada sektor masing-

masing.

4.4 Kembangkan Program Pembangunan Yang Sesuai Iklim

Untuk menerapkan program pembagunan yang sesuai iklim di Sumatera Selatan, tiga

buah strategi telah diidentifikasi berdasarkan tindakan adaptasi dan mitigasi yang

direkomendasikan dalam dokumen KRAPI dan RAD-GRK, yakni sebagai berikut:

a. Program pembangunan rendah karbon berdasarkan RAD-GRK

Ada empat buah sektor yang termasuk di dalam program pembangunan rendah

karbon ini, yakni: pertanian, transportasi, energi, dan sampah. Program ataupun

kegiatan masing-masing sektor menurut sasarannya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.1 Usulan Program Pembangunan Rendah Karbon

Sasaran Sektor Program/Kegiatan Pengelolaan pertanian - Penanaman padi varietas rendah emisi dan System Rice

Intensification (SRI) - Penggunaan dan pengembangan pakan ternak rendah

emisi - Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber biogas

Pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi dan perhubungan darat

- Pengembangan Park and Ride - Pembangunan Infrastruktur untuk pejalan kaki dan

pesepeda - Kebijakan Peningkatan Transportasi Multimoda - Centre of Excellence for Multimodal Transportation

Pengelolaan energi - Penyuluhan hemat energi - Pembinaan dan pengawasan pengusahaan

ketenagalistrikan lintas kabupaten/kota - Pengembangan potensi dan kecukupan bahan bakar - Soisialisasi pemanfaatan konversi energi ke gas - Inventarisasi dan evaluasi pengembangan kondisi PLTS

dan PLTMH terpasang

Page 50: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

38 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Sasaran Sektor Program/Kegiatan - Pengembangan pemanfaatan energi baru dan

terbarukan

Peningkatan kapasitas teknologi industri

- Penerapan biomassa sebagai bahan bakar alternatif industri

- Bantuan peralatan produksi hemat energi dan bimbingan teknis pengoperasian bagi IKM

Pengembangan sistem pengelolaan persampahan

- Peningkatan pengelolaan Gas Sampah - Inventori dan pengeolaan limbah industri

b. Program pembangunan tahan iklim berdasarkan rekomendasi KRAPI

Terdapat empat buah sektor yang termasuk di dalam program pembangunan yang

tahan iklim, yakni: pertanian, sumber daya air, daerah pesisir, dan kesehatan.

Program ataupun kegiatan masing-masing sektor menurut sasarannya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Usulan Program Pembangunan Tahan Iklim

Sasaran Sektor Program/Kegiatan

Peningkatan ketahanan pangan pertanian/ perkebunan

- Perbaikan dan optimalisasi sistem irigasi dan pintu air - Peningkatan teknik budidaya pangan - Perlindungan dan konservasi sumberdaya alam

Pengelolaan Pengairan - Pengembangan sumber daya air - Penyediaan dan Pengelolaaan air baku/tanah - Program pengendalian banjir

Pengelolaan Wilayah Pesisir - Pengembangan perikanan tangkap - Pengelolaan kawasan pesisir terpadu

Peningkatan Kesehatan Masyarakat

- Pembangunan dan pengelolaan saluran drainase - Pengembangan dan pengelolaan air minum

c. Program pembangunan bermanfaat ganda (Adaptasi dan Mitigasi)

Juga terdapat empat buah sektor yang termasuk di dalam program pembangunan

yang dapat bermanfaat ganda ini, yakni pertanian, lingkungan hidup, kehutanan, dan

kesehatan. Program ataupun kegiatan masing-masing sektor menurut sasarannya

dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 51: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim | 39

Tabel 4.3 Usulan Program Pembangunan Bermanfaat Ganda Adaptasi dan Mitigasi

Sasaran Sektor Program/Kegiatan

Pengelolaan pertanian dan peningkatan ketahananan pangan

- Pengembangan pengaturan pola tanam sesuai dengan perubahan iklim

- Optimalisasi pemanfaatan lahan - Pembangunan Desa Mandiri Pangan

Pengelolaan lingkungan hidup

- Penghutanan kembali (reforestry) dan reboisasi kawasan hutan lindung

- Pengembangan dan pengelolaan kawasan lindung nasional - Pengembangan Kampung Iklim dan Gerakan Menuju

Indonesia Hijau

Pengelolaan kehutanan dan lahan gambut

- Peningkatan, rehabilitasi, dan Pemeliharaan jaringan reklamasi rawa

- Pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan - Pengembangan pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut

terlantar dan terdegradasi dengan konversi lahan terlantar menjadi lahan sawah

- Perlindungan Hutan dan Konservasi SDH - Rehabilitasi Hutan dan Lahan Gambut

Peningkatan kesehatan masyarakat melalui pengelolaan limbah dan sampah

- Pengembangan kinerja, perencanaan dan pengelolaan sampah dan air limbah

- Peningkatan sarana-prasarana persampahan dan air limbah - Pemberdayaan kesehatan lingkungan dan masyarakat - Minimasi sampah dengan prinsip 3R seperti TPST, Bank

Sampah, Komposting, dll

Page 52: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

40 | Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Page 53: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan
Page 54: Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam RPJMD ... · PDF fileGambar 3.7 Emisi Gas Rumah Kaca Sumatera Selatan menggunakan Skenario BAU . ... Gambar 3.15 Risiko Eksisting Jangkitan

52 Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Provinsi Sumatera SelatanJalan Kapt. A. Rivai No. 23 Palembang 30129

Japan International Cooperation Agency (JICA)

Gedung Wirausaha Kuningan, Lantai 7Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C-5, Jakarta 12920

Phone / Fax: +62-21-527-9081

www.greenclimateproject.org

Published by : PENGARUSUTAMAAN ISU PERUBAHAN IKLIM KE DALAM RPJMD

PROVINSI SUMATERA SELATAN 2014-2018