pengaruh waktu pendinginan lambat pada proses …eprints.ums.ac.id/39143/1/naskah publikasi.pdf ·...

20
1 NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENDINGINAN LAMBAT PADA PROSES MALEABLIZING KOMPOSIT BESI COR WHISKER TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN Tugas Akhir Ini Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun : Bayu Seno Praeska Mukti Nim: D200070054 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Oktober 2015

Upload: duongtuyen

Post on 17-Jun-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

NASKAH PUBLIKASI

TUGAS AKHIR

PENGARUH WAKTU PENDINGINAN LAMBAT

PADA PROSES MALEABLIZING KOMPOSIT

BESI COR WHISKER TERHADAP STRUKTUR

MIKRO DAN KEKERASAN

Tugas Akhir Ini Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun :

Bayu Seno Praeska Mukti

Nim: D200070054

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Oktober 2015

2

3

PENGARUH WAKTU PENDINGINAN LAMBAT PADA PROSES

MALEABLIZING KOMPOSIT BESI COR WHISKER TERHADAP

STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN

Bayu Seno Praeska Mukti, Ngafwan, Joko Sediyono

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani TromolPos 1 Pabelan, Kartasura

Email : [email protected]

ABSTRAKSI

Besi cor didefinisikan sebagai paduan besi yang memiliki kandungan kadar karbon lebih dari 1,7%. Umumnya kadar karbon ini berada pada kisaran antara 2,4 sampai 4 %. Selain karbon (c), besi cor juga mengandung unsur lain seperti silika (Si), mangan (Mg), fosfor (P), dan belerang (S). Setruktur yang terkandung pada besi cor adalah

austenite, ledeburite dan cementite pada temperature 910 ℃ dan

austenite ke pearlite pada temperature 760 ℃. Besi cor pada umumnya mangandung unsure silica antara 1 sampai 3 %. Dengan kandungan ini, silica mampu meningkatkan kekuatan besi cor melalui fase cair. Untuk pengecoran besi cor ini dengan merekayasa penambahan whiskers.

Pada pelaksanaan penelitian dilakukan penambahan whisker 10% pada saat proses penuangan besi cor. diCV. Reka Cipta Tehnindo Perkasa, proses pendinginan penuangan dilakukan dengan pendinginan lamban yaitu diterapkan dinding cetakan direkayasa pada lapisan bagian luar pasir cetak dilapis dengan batu bata merah dengan ketebalan 3, 6, dan 9cm. Dan waktu penahanan selama 2 jam, kemudian dibongkar dan didinginkan suhu ruang.

Hasil uji komposisi kimia sebelum ditambah whiskers, prosentase Si 1,10 %, setelah ditambah, prosentase Si 1,34 %. Hasil yang diperoleh dari uji kekerasan adalah 44,77 HRC tanpa pelapisan dinding, hasil dengan pelapisan dinding berturut-turut dengan ketebalan batu bata merah 3, 6, dan 9 cm adalah 46,964; 47,518; dan 48,284 HRC. Hasil uji pada ketebalan lapisan 3 cm ledeburite ke cementite prosentasinya lebih kecil, ketebalan lapisan cetak 6 cm ledeburite ke cementite semakin banyak dari lapisan cetak 3 cm, ketebalan lapisan cetak 9 cm ledeburite ke cementite paling banyak dibandingkan dengan lapisan cetak 3 dan 6 cm. Cementite yang terbentuk membentuk kelompok cementite yang dinamakan perlite. Perlite pada lapisan dengan ketebalan 3 cm bergerombol tidak teratur, sedangkan lapisan cetak 6 cm perlite akan tersusun rapi dari pada lapisan cetak 3 cm, dan lapisan cetak 9 cm perlite akan lebih teratur dari pada lapisan cetak 3 dan 6 cm.

Kata kunci: besi cor CV. Reka Cipta Tehnindo Perkasa, abu sekam padi (whisker), pendinginan lamban, waktu penahanan, kekerasan.

4

A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Besi cor adalah paduan unsur besi yang mengandung

carbon (C) lebih dari 1,7%. Umumnya kadar karbon ini berada

pada kisaran antara 2,4 sampai 4 %. Besi cor yang paling

dominan adalah unsur karbon dan Si, unsur silika antara lain 1

sampai 3 %. Dengan kandungan ini, silika mampu meningkatkan

kekuatan besi cor melalui fase cair, untuk memparbaiki kekuatan

maka dilalukan inokulasi penambahan Si yang diperoleh dari

whisker.

Struktur mikro dari besi cor terdiri dari ferit atau perlit dan

karbon bebas. Disamping itu, ketebalan dan laju pendinginan

mempengaruhi struktur mikro dan sifat kekerasannya. Walaupun

kekuatan tarik dari besi cor kira-kira 10-30 kgf/mm2, namun besi

cor ini agak getas, titik cairnya kira-kira 1200℃ dan mempunyai

mampu cor yang sangat baik serta murah, sehingga besi ini

dipergunakan paling banyak untuk benda-benda coran. (Surdia

Tata, 1986).

Besi cor dipengaruhi dari laju pendinginan yang

diterapkan pada proses penuangan pada saat besi cor cair

dituang pada cetakan. Dengan merekayasa merubah komposisi

kimia atau unsur paduan dan menerapkan laju pendinginan

lamban pada cetak pasir bagian luar dilapis batu bata merah dan

paduan unsurnya dengan menambahkan whisker.

Bahan komposit matrik logam (KML) ialah kombinasi

terekayasa dua atu lebih bahan (salah satunya logam), dengan

pewujudtan aneka sifat yang dikehendaki dilakukan secara

kombinasi sistematik kandungan-kandunganya yang berbeda.

(Anton J. Hartomo 1992).

Abu sekam padi (whisker) merupakan bahan

berlignoselulosa seperti biomasa lainya namun memiliki

kandungan silika yang cukup tinggi, analisa menunjukkan

kandungan SiO2 93%, pH= 8, kadar air 2,70%, luas permukaan

buntiran 68 m2/gr pada ukuran butir 325 mesh. (Nasution,. dkk

2006). Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan

baku untuk menghasilkan abu yang dikenal di dunia sebagai RHA

(rice husk ask). Abu sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran

5

sekam pada suhu 400-500℃ akan menjadi silika amorphous dan

pada suhu lebih besar dari 1000℃ akan menjadi silika kristalin

(katsuki et al.,2005)

2. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perubahan struktur mikro dan kekerasan pada

perlakuan pendinginan lamban pada besi cor akibat

penambahan whisker.

2. Mengetahui peningkatan prosentasi Si akibat penambahan

whisker 10% volume dari ledel.

3. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, inokulasi whisker

pada besi cor dengan pendinginan lamban:

1. Untuk memperlambat pendinginan dilakuakan dengan

menggunakan pelapisan cetakan menggunakan batu bata

merah dengan variasi ketebalan 3, 6 dan 9 cm, panahanan

waktu selama 2 jam.

4. BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka

penelitian ini berkonsentrasi pada:

1. Ukuran whisker yang diinokulasikan pada besi cor cair 200

mesh.

2. Pengaruh dari cetakan pasir yang dilapisi batu bata merah

untuk menghambat laju percepatan panas.

B. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1. TINJAUAN PUSTAKA

Besi cor adalah paduan unsur besi yang mengandung

carbon (C), silicon (Si), mangan (Mg), fosfor (P), dan belerang (S).

Struktur mikro dari besi cor terdiri dari ferit atau perlit dan karbon

bebas. Disamping itu, ketebalan cetak dan laju pendinginan

mempengaruhi struktur mikro dan sifat mekanisnya. (Surdia Tata,

1986).

6

Pada penelitian ini besi cor putih dengan kadar karbon

2,6% C, diameter 30 mm panjang 30 mm di maleablizing dengan

temperature pemanasan 850℃, waktu penahanan 2, 4, 6, 8, 10,

12, 14, 16, 18, 20, 22, dan 24 jam kemudian diikuti pendinginan

udara. Dari eksperimen terlihat grafit selama proses maleablizing

naik secara eksponensial sedang kekerasannya turun secara

eksponensial. Besi cor maleabel perlitik diperoleh pada waktu

penahanan 2 jam sedang besi cor maleabel feritik diperoleh

dengan waktu penahanan 22 jam. Sedang diantara waktu tersebut

matriknya ferit-perlit. Dari penelitian ini dapat diketahui waktu

penahanan yang tepat agar didapat besi cor dengan struktur mikro

dan sifat mekanik tertentu. (Sedino, 2002).

Pengaruh variasi abu sekam padi dan bentonit pada

cetakan pasir terhadap kekerasan dan struktur mikro hasil coran

alumunium 1100. Dari hasil variasi percobaan dapat diperoleh

data bahwa perhitungan minimum kekerasan pada komposisi

campuran 6% 14% bentonit dan abu sekam padi diperoleh

perhitungan kekerasan 17,7636 HBW dan perhitungan maksimum

kekerasan diperoleh pada komposisi campuran 10% 8% abu

sekam padi dan bentonit diperoleh hasil perhitungan kekerasan

22,8100 HBW. Hasil pengujian struktur mikro menunjukkan bahwa

porositas pada alumunium dalam jumlah besar ketika

perbandingan antara bentonit dan zat pengikat kulit abu sekam

padi di tingkat yang berbeda, menyebabjan hasil pengecoran

memiliki banyak jumlah porositas yang menyebabkan rendahnya

tingkat kekerasan. Sedangkan perbandingan untuk bentonit dan

abu sekam padi mendekati tingkat yang sama ditambahkan dalam

komposisi pasir cetak, hasil uji struktur mikro akan menunjukkan

hasil pengecoran logam memiliki sedikit porositas dan

menyebabkan hasil coran alumunium memiliki tingkat kekerasan

yang tinggi. (Tarkono, Harnowo S. dan Doni Sewandono 2013).

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan dan

menganalisis sifat Alumunium Alloy-Abu sekam padi komposit.

Abu sekam padi (RHA) dengan kandungan silika tinggi 97,095%

digunakan untuk RHA bervariasi dari 0vol% - 30vol% pada interval

5vol% dalam paduan alumunium sebagai penguat. Kepadatan dan

sifat mekanik dari komposit termasuk kekuatan tarik, kekuatan

impak, kekerasan dan kekuatan kelelahan diselidiki. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepadatan menurun dan

7

meningkatnya presentase penguatan dari 2840.242 kgm-3 untuk

sampel control untuk 2402.899 kgm-3 untuk 30vol% RHA. The

Ultimate Tensile Strength (UTS) bervariasi dari 164.374 MNm-2

pada 0% RHA ke 176.837 MNm-2 dengan nilai maksimum sebesar

10% RHA, nilai-nilai kekuatan impack bervariasi dari 84.020 kJm-2

pada 0% RHA ke 155.244 kJm-2 dengan nilai maksimum pada

10% RHA, nilai kekerasan bervariasi 70.467 RHV pada 0% RHA

ke 109.367 RHV dengan nilai maksimum sebesar 25% RHA dan

kekuatan lelah bervariasi dari 0.224x106 siklus ke 2.582x106 siklus

dengan siklus maksimum sebesar 20% RHA. Hasil analisa variasi

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sarana

setiap property dari komposit pada berbagai tingkat penggantian

penambahan abu (P<0.05). Disimpulkan bahwa komposit yang

dihasilkan dapat digunakan untuk membuat komponen rekayasa

seperti rangka mobil, piston, blok mesin dan lain-lain. (Abdullahi

Mohammed USMAN, Abdulkabir RAJI, Nuhu Hassan WAZIRI dan

Mudathir Abdulsalam HASSAN 2014).

2. LANDASAN TEORI

Klasifikasi besi cor menurut padua unsur kadar karbon

dam silika yang dikandungnya.

Klasifikasi besi cor

1. Besi cor kelabu ialah Besi cor dengan kadar silicon yang tinggi

(~ 2% 𝑆𝑖) membentuk grafit dengan mudah sehingga Fe3C

tidak terbentuk. Serpih grafik terbentuk dalam logam sewaktu

membeku.

2. Besi cor putih ialah hasil laju pendinginan pada pembekuan

tinggi, Fe3C austenit dari eutectoid mengristal yang

menunjukan warna putih.

3. Besi cor mampu tempa ialah perlakuan panas dengan proses

anneling yang diterapkan pada besi cor putih akan

menghasilkan bentuk besi cor fasa feritik, perlitik atau

martensittemper.

Pengaruh kandungan kimia besi cor. Diagram 1. maurer

menunjukan hubungan antara C dan Si dalam presentase dan

struktur besi cor pada laju pendinginan yang tetap sedangkan

gambar 1. Menujukan hubungan antara C dan Si dalam

presentase dan berbagai ketebalan besi cor.

8

Gambar 1. Diagram Maurer besi cor (Tata Surdia 2005)

Gambar 2. Diagram Greiner-Klingenstuin besi cor (Tata Surdia 2005)

Gambar 3. Diagram Fe3C

Diagram fasa berfungsi untuk mendapatkan informasi

penting lainya antara lain:

1. Fasa yang terbentuk pada komposisi dan temperatur yang

berbeda dengan pendinginan lambat.

2. Temperatur dan daerah pembekuan paduan Fe-C dilakukan

dengan pendinginan lambat.

9

3. Batas kelarutan kesetimbangan dari unsur karbon fasa

tertentu.

4. Reaksi metalurgi yang terbentuk.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4. Diagram alir penelitian

Dalam proses penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan

data awal dari berbagai sumber yang bersangkutan dengan penelitian

sebagai study literature, dimana bertujuan untuk mengenal masalah

yang akan dihadapi dan menyusun rencana penelitian yang akan

dilakukan. Dilakukan langkah-langkah survey lapangan pada studi

awal terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelititian yang

akan dilakukan dan mengambil data penelitian terdahulu yang sudah

ada untuk dijadika sebagai referensi dan pembanding terhada

penelitian, pengujian yang akan dilakukan.

Alat dan Bahan

1. Kamera

2. Stop watch

3. Penggaris

4. Gergaji

10

5. Gerinda

6. Sekop

7. Pasir

8. Besi daur ulah

9. Batu bata merah

Gambar 5. Batu bata merah

10. Whisker

Gambar 6. Whisker

11. Cairan zat kimia Nital, HNO3 dicampur dengan alkohol.

Gambar 7. Cairan zat kimia

12. Cill test

Gambar 8. Chill Test

11

13. Ledel

Gambar 9. Ledel

14. Alat uji metalografi

Gambar 10. Alat uji Metalografi (Laboraturium Logam Polman Ceper)

15. Alat uji kekerasan (Rockwell)

Gambar 11. Alat uji kekerasan (Rockwell) (Laboraturium Logam Polman Ceper)

16. Alat uji komposisi

Gambar 12. Alat uji komposisi Spektrometer (Laboraturium Logam Polman Ceper)

12

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian

1. Pembuatan pola

Gambar 13. Proses pembuatan pola.

2. Pembuatan pola cetakan pasir

Gambar 14. Membuat pola cetakan pasir cetak.

3. Peleburan besi cor

Gambar 15. Proses peleburan besi dalam dapur kupola dan penuangan besi cair pada ledel

4. Penuangan besi cor

Gambar 16. Penuangan besi cor cair dalam cetakan pasir

13

5. Hasil pengecoran

Gambar 17. Sampel hasil pengecoran.

PENGUJIAN

1. Pengujian komposisi

Gambar 18. Hasil Uji Komposisi Kimia

Gambar 19. Sampel Uji Komposisi

14

Pembahasan Uji Komposisi

Pengujian komposisi dilakukan untuk mengetahui unsur-

unsur yang terkandung pada benda uji. Kandungan unsur karbon

(C) dan silika (Si) sangat berpengaruh besar pada bahan besi

tuang, sedangkan unsur-unsur lain cenderung konstan sehingga

tidak memberikan pengaruh yang berarti.

Sebelum dilakukan inokulasi penambahkan unsur

whiskers pada besi tuang, dimana nilai awal besi tuang sebesar C

3,39% dan Si 1,10%. Setelah dilakukan inokulasi penambahan

unsur whiskers 10% yang di lakukan, maka nilai yang didapat C

3,33% dan Si 1,34%. Perubahan yang terjadi pada unsur C dan Si

sangat berpengaruh pada struktur mikro dan sifat mekanik besi

cor tersebut. Kelas dari besi cor ditentukan berdasarkan

kandungan C maupun Si.

2. Pengujina Kekerasan

Dalam pengujian kekerasan yang diterapkan dengan uji

kekerasan Rockwell sebagai berikut:

Kekerasan : HRC

Beban : 1472,5 N

Penetrator : Diamond 120°

Tabel 1. Besi cor murni tanpa lapisan dan whisker

Sampel

Kekerasan HRC

Rata-rata

HRC

Konversi

HB

Standrat

Deviasi

450 44,28 44,59 45,81 44,18 45,01 44,77 418,77 0,66

Tabel 2. Besi cor whisker ketebalan lapisan cetak 3cm

Sampel

Kekerasan HRC

Rata-rata

HRC

Konversi

HB

Standrat

Deviasi

451 47,07 46,85 47,25 46,69 46,94 46,964 445,254 0,38

15

Tabel 2. Besi cor whisker ketebalan lapisan cetak 6cm

Sampel

Kekerasan HRC

Rata-rata

HRC

Konversi

HB

Standrat

Deviasi

452 47,56 47,44 47,25 47,41 47,42 47,518 450,238 0,26

Tabel 3. Besi cor whisker ketebalan lapisan cetak 9cm

Sampel

Kekerasan HRC

Rata-rata

HRC

Konversi

HB

Standrat

Deviasi

453 48,08 48,4 47,25 46,69 46,94 48,384 459,686 0,39

Gambar 20. Sampel uji kekerasan

Pengujian kekerasan dilakukan untuk mengetahui tingkat

kekerasan dari paduan unsur yang terkandung pada benda uji.

Pendinginan lambat diterapkan setiap kode 1, 2, dan 3 selama 2

jam. Disimpulkan bahwa pendinginan lamban atau dengan

menahan laju panas semakin lama dalam penuangan pada

cetakkan, akan meningkatkan kekerasan pada besi cor.

16

3. Pengujian Mikrografi

1. Besi cor murni tanpa whisker dan lapisan cetak

Pembesaran 5x

Pembesaran 500x

Gambar 21. Besi cor murni

2. Besi cor whisker ketebalan lapis cetak 3 cm

Pembesaran 5 x

Pembesaran 500x

Gambar 17. Kode 1 ketebalan lapis cetak 3 cm

3. Besi cor whisker ketebalan lapis cetak 6 cm

Pemberkasan 5x

Pembesaran 500x

Gambar 18. Kode 2 ketebalan lapis cetak 6 cm

ledebburit

ledebburit

cementite

cementite

ledebburit

cementite

17

4. Besi cor whisker ketebalan lapis cetak 9 cm

Pembesaran 5x

Pembesaran 500x

Gambar 19. kode 3 dengan tebal lapisan cetak 9 cm

Gambar 20. Sampel uji Mikrografi

Pembahasan hasil uji mikrografi

Pengujian mikrografi bertujuan untuk mengetahui struktur

mikro, diantanya sebagai berikut:

1. Kode 1 ketebalan 3 cm

Terlihat pada gambar foto bahwa susunan dari austenite ,

ledeburit dan cementite yang masih tidak tersusun.

2. Kode 2 ketebalan 6 cm

Terlihat pada gambar foto mikro bahwa susunan dari

austenite, ledeburite dan cementite yang mulai tersusun dari

kode satu.

3. Kode 3 ketebalan 9 cm

Terlihat pada gambar foto mikro bahwa susunan dari

austenite, lideburite dan cementite yang lebih tersusun lagi

dari kode dua.

ledeburit

cementite

18

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan.

Dari hasil penelitian, analisa pengujian dan pembahasan data

yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Paduan unsur komposisi kimia dalam besi cor yang diterapkan,

dimana besi cor sebelum diinokulasi whisker nilai komposisi kimia

adalah 3,39% C dan 1,10% Si, kemudian besi cor setelah

diinokulasi dengan whisker menunjukkan nilai komposisi kimia

3,33% C dan 1,34% Si.

2. Pendinginan lambat yang diterapkan saat pengecoran berlangsung

menunjukkan pendinginan pada lapisan cetak 9 cm nilai kekerasan

yang tertinggi sebesar 459,686 HB, karena saat laju panas

dihambat menimbulkan terjadinya karbon (C) dapat berdifusi lebih

lama sehingga membentuk atom besi dan karbon yang mempunyai

perbandingan 3 : 1.

SARAN

Dari hasil pengecoran ada beberapa hal yang harus

diperhatikan yaitu sebagai berikut:

1. Pada proses pengecoran diusahakan pola cetakan pada pasir yang

baik supaya mengurangi cacat pada besi cor.

2. Dalam proses pengecoran harus menggunakan prosedur

keselamatan yang sesuai peraturan, karena udara hasil peleburan

besi sangat berbahaya buat pernafasan khususnya.

3. Pastikan dalam proses pembuatan specimen dan pengujian

sepesimen harus sesuai pada prosedurnya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Anton J. Hartomo (1992). Komposit Metal. Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Andi Offset.

Anwar, K. Umardani, Y. Pengujian Sifat Mekanis Dan Struktur Mikro Pisau

Hammer Mill Pada Mesin Penggilingan Jagung PT. Charoen

Pokphand Indonesia Cabang Semarang. [Online]. http://e-

journal.polmanceper.ac.id/index.php/FOU/article/download/5/pdf.

[10 Juli 2015].

Bakri. (2008). Komponen Kimia Dan Fisik Abu Sekam Padi Sebagai SCM

Untuk Pembuatan Komposit Semen. [Online]. Tersedia:

http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial/article/download/60/

45. [26 September 2014).

Composit Material Handbook.1999. Metal Matrix Composites. Volume 4.

Department Of Defense Handbook.

Djamil,S. Eddy,S. Siradj. Andhika. (2011). Sifat Balistik Metal Matrix

Composite Dengan Woven Metode Satin Twilled Weave. [online].

http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST

_FT/article/view/216/207. [26 Agustus 2015].

Nurun Nayiroh. Teknologi Material Komposit. [Online].

http://nurun.lecturer.uin-malang.ac.id/wp-

content/uploads/sites/7/2013/03/Material-Komposit.pdf. [17

Desember 2014].

Sadino. (2012). Pengaruh Waktu Penahanan Pada Proses Maleablizing

Terhadap Struktur Mikro Dan Sifat Mekanik Besi Cor Maleabel.

[Oline], vol 2 (2), 4 halaman. Tersedia:

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Article-4987.pdf. [27 September

2014].

Surdia, T. dan Saito, S. (1995). Pengetahuan Bahan Teknik. Cet. 3.

Jakarta. Pradnya Paramita.

Surdia,T. Chijiiwa,K. (2000) Teknik pengecoran logam. Cet. 8. Jakarta.

Pradnya Paramita.

Terkono. Harwono, S. dan Doni, S. (2013). Pengaruh Variasi Abu Sekam

dan Bentonit pada Cetakan Pasir Terhadap Kekerasan dan

20

Struktur Mikro Hasil Coran Alumunium AA1000. [Online].

Tersedia:

http://journal.eng.unila.ac.id/index.php/fema/article/download/58/5

2. [18 April 2015].

Usman,A.M. Raji,A. Waziri,N,H. and Hassan,M,A. (2014). Aluminium alloy

– rice husk ash composites production and analysis. [Online].

Tersedia: http://lejpt.academicdirect.org/A25/084_098.pdf. [10 Juni

2015].

Vlack V. L. H. Sriati. (1992), Ilmu Dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam Dan

Bukan Logam). Cet. 5. Jakarta. Erlangga.