pengaruh volume penjualan, harga jual dan jumlah …
TRANSCRIPT
PENGARUH VOLUME PENJUALAN, HARGA JUAL DAN
JUMLAH JENIS BUNGA TERHADAP PENDAPATAN
PEDAGANG KIOS BUNGA POTONG
DI PASAR BUNGA RAWA BELONG, JAKARTA BARAT
NUR HURIYANDAH
NIM. 11150920000076
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1442 H
PENGARUH VOLUME PENJUALAN, HARGA JUAL, DAN
JUMLAH JENIS BUNGA TERHADAP PENDAPATAN
PEDAGANG KIOS BUNGA POTONG
DI PASAR BUNGA RAWA BELONG, JAKARTA BARAT
NUR HURIYANDAH
NIM. 11150920000076
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1442 H
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Volume Penjualan, Harga Jual dan Jumlah Jenis
Bunga terhadap Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong di Pasar Bunga Rawa
Belong, Jakarta Barat” yang ditulis oleh Nur Huriyandah NIM. 11150920000076,
telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at,
28 Agustus 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P) pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Dr. Ir. Elpawati, MP Titik Inayah, SP, M.Si
NIP. 19641204 199203 2 001 NIDN. 9920112698
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP Agustina Senjayani, SP, M.Si, M.Si
NIP. 19740709 200701 1 026 NUPN. 9920113250
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Eny.Stud Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si
NIP. 19690404 200501 2 005 NIP. 19620308 198903 2 001
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, _______________
Nur Huriyandah
NIM. 11150920000076
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Nur Huriyandah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Oktober 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Kawin
Alamat tinggal :
Jl. Cidodol Gg. H. Musonif Rt.007 Rw.06 No.12 Kec.
Kebayoran lama, Kel. Grogol Selatan, Jakarta Selatan,
12220
Email dan no HP : 085810466307 / 0895324781084
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
2003-2009 : SDI Al-Falah 1 Petang Jakarta
2009-2012 : MTs Al-Falah Jakarta
2012-2015 : MA Al-Falah Jakarta
2015-2020 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Program Studi Agribisnis
PENGALAMAN ORGANISASI
2013-2014 : Kepala Divisi Humas (Hubungan Masyarakat)
Palang Merah Remaja
2016-2017 : Anggota Divisi Dana Usaha Lembaga Semi
Otonom (LSO) Saman Agribisnis UIN Jakarta
2017-2018 : Anggota Divisi Hubungan Masyarakat Lembaga
Semi Otonom (LSO) Saman Agribisnis UIN
Jakarta
Cantumkan
FotoDiri
Terbaruukurandises
uaikan
vi
KEGIATAN
2014 : Sekretaris Acara Donor darah dan Pengobatan
Gratis
2016 : Kepala Divisi Kesehatan Acara Orientasi
Pengenalan Akademik Kemahasiswaan (OPAK)
HMJ Agribisnis, UIN Jakarta
2016 : Anggota Divisi Sponsorship Acara Lomba Ratoh
Jaroe Agribisnis UIN Jakarta
2017 : Anggota Divisi Tenant Acara Lomba Ratoh Jaroe
Agribisnis UIN Jakarta
2018 : Anggota Divisi Tenant Acara Lomba Ratoh Jaroe
Agribisnis UIN Jakarta
RINGKASAN
Nur Huriyandah, Pengaruh Volume Penjualan, Harga Jual dan Jumlah Jenis
Bunga terhadap Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong di Pasar Bunga Rawa
Belong, Jakarta Barat. Di bawah bimbingan Achmad Tjachja Nugraha dan
Agustina Senjayani
Tanaman hortikultura khususnya bunga potong merupakan komoditi yang
sangat khas, dimana para pengusaha dituntut untuk lebih memberikan perhatian
khusus dalam pengusahaannya. Sejalan dengan peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat, maka konsumsi bunga potong akan cenderung
meningkat. Tingginya permintaan bunga potong pada kondisi-kondisi tertentu
yang tidak dibarengi dengan jumlah pasokan bunga potong yang tersedia di pasar,
mengakibatkan fluktuasi volume penjualan dan harga jual bunga potong serta
berdampak terhadap pendapatan pedagang bunga dari penjualan bunga potong.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui karakteristik pedagang dan
besar volume penjualan, harga jual, jumlah jenis bunga dan pendapatan pedagang
kios bunga potong; (2) untuk menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari
volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga terhadap pendapatan
pedagang kios bunga potong; (3) dan untuk menganalisis sensitivitas jumlah jenis
bunga terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong.
Penelitian ini dilakukan di Pasar Bunga Rawa Belong dengan populasi
pedagang kios bunga potong sebanyak 59 pedagang, dan sampel yang digunakan
berjumlah 37 pedagang. Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple
Random Sampling. Metode analisis data menggunakan regresi berganda dengan
bantuan Software SPSS 20.
Dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20 diperoleh persamaan
regresi Y=-57220431.407+7105.565X1+1341.385X2-2428398.684X3 dengan thitung
pada volume penjualan = 16,164 > ttabel (2,032) sehingga tolak Ho1; thitung pada
harga jual = 5,806 > ttabel (2,032) sehingga tolak Ho2; dan thitung pada jumlah jenis
bunga = -2,868 > ttabel (-2,032) sehingga terima Ho3; sedangkan Fhitung (457,812) >
Ftabel (2,89) sehingga tolak Ho4. Koefisien korelasi bernilai 0,988 dan koefisien
determinasi bernilai 0,974 yang berarti volume penjualan, harga jual dan jumlah
jenis bunga memiliki pengaruh yang kuat terhadap pendapatan pedagang kios.
Berdasarkan nilai sensitivitas jumlah jenis bunga terhadap pendapatan pedagang
kios diperoleh nilai elastisitas sebesar -0,262 (inelastis).
Kata Kunci : Volume Penjualan, Harga Jual, Jumlah Jenis Bunga dan Pendapatan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Volume
Penjualan, Harga Jual dan Jumlah Jenis Bunga terhadap Pendapatan Pedagang
Kios Bunga Potong di Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat”.
Selama proses penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini, tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis dengan rasa hormat mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta
dukungan baik secara moril maupun materil, baik secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si, selaku Ketua Program Studi dan Ibu Rizki Adi
Puspita Sari, SP, MM, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis.
2. Bapak Dr. Achmad Tjachja N, MP, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan
Ibu Agustina Senjayani, SP, M.Si, M.Si, selaku Dosen pembimbing Skripsi II
atas do’a, tenaga, bimbingan, kritik dan saran yang diberikan selama proses
penyusunan hingga selesainya skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP selaku Dosen Penguji Skripsi I dan Ibu Titik Inayah,
SP, M,Si selaku Dosen Penguji Skripsi II yang telah memberikan saran dan
dukungan kepada penulis.
4. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis.
ix
5. Seluruh dosen pengajar Program Studi Agribisnis yang namanya tidak dapat
saya sebutkan satu persatu, terima kasih penulis sampaikan atas segala ilmu
dan pelajaran selama di bangku perkuliahan.
6. Bapak Asmat dan Ibu Syuhada selaku kedua orang tua serta kedua saudara
laki-laki penulis yaitu Abang Pikri dan Dihar yang senantiasa memberikan
dukungan motivasi, do’a, materi dan kasih sayang yang tiada henti kepada
penulis.
7. UPT Pasar Bunga Rawa Belong yang telah bersedia menjadi tempat penelitian
dan memberikan data yang diperlukan dalam penyusunan hingga selesainya
skripsi dan juga para pedagang bunga yang telah menyediakan waktunya
untuk menjadi responden dalam penelitian saya.
8. Nurul Syifa, Nailin Nadhriyah, Diaz Farahdiba, Zada Kamelia Ahmad,
Isnawati, Riska Yuniar, Hafina Rehana Jannah, Wulan Novianti, Lady Belia
Pramesti, Silvie Fauziah, Noeramala Arkana, Riri Fakhriyah, Syarifah Zulfa
Alkadrie, terima kasih atas do’a, dukungan dan bantuan yang diberikan
kepada penulis selama penyusunan skripsi.
9. Teman-teman Agribisnis 2015 yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu
persatu yang telah membantu dan menjadi tempat bertukar pikiran penulis
selama menempuh pendidikan di prodi Agribisnis.
10. Semua pihak yang telah membantu namun penulis tidak dapat sebutkan satu
persatu tanpa mengurangi rasa hormat.
x
Penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat
kesalahan dalam penulisan nama dan gelar pada pihak yang disebutkan di atas.
Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat pada hari ini, esok dan seterusnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, September 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... v
RINGKASAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunga Potong .................................................................................... 9
2.2 Pasar ................................................................................................. 19
2.3 Pedagang ........................................................................................... 24
2.4 Penjualan ........................................................................................... 26
2.5 Harga ................................................................................................ 31
2.6 Pendapatan ........................................................................................ 36
2.7 Elastisitas .......................................................................................... 39
2.8 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 40
xii
2.9 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 41
2.10 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 46
3.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 46
3.3 Metode Pengambilan Sampel ............................................................ 48
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 50
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 52
3.6 Definisi Operasional .......................................................................... 60
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
4.1 Profil UPT Pasar Bunga Rawa Belong ............................................... 61
4.2 Visi dan Misi ..................................................................................... 62
4.3 Struktur Organisasi ............................................................................ 63
4.4 Tupoksi ............................................................................................. 64
4.5 Sarana dan Prasarana ......................................................................... 66
4.6 Kegiatan di Pasar Bunga Rawa Belong .............................................. 68
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Pedagang dan Besar Volume Penjualan, Harga Jual,
Jumlah Jenis Bunga dan Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong di
Pasar Bunga Rawa Belong ................................................................. 73
5.2 Analisis Pengaruh dari Volume Penjualan, Harga Jual dan Jumlah
Jenis Bunga terhadap Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong di
Pasar Bunga Rawa Belong ................................................................. 83
5.3 Analisis Sensitivitas Jumlah Jenis Bunga terhadap Pendapatan
Pedagang Kios Bunga Potong di Pasar Bunga Rawa Belong .............. 99
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 101
6.2 Saran ................................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 103
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis dan Produksi Bunga di Indonesia Tahun 2013-2019 .......................... 3
2. Volume Penjualan Tahun 2019 di Pasar Bunga Rawa Belong .................... 4
3. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 40
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 74
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .............................................. 74
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........................ 75
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berdagang ............................. 76
8. Volume Penjualan Bunga Potong ............................................................... 78
9. Volume Penjualan, Harga Jual Rata-Rata, Jumlah Jenis Bunga dan
Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong pada Bulan Januari-Desember
2019 ........................................................................................................... 81
10. Hasil Uji One Sample Kolmogorov Smirnov ............................................... 85
11. Hasil Uji Multikolinieritas .......................................................................... 86
12. Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman ............................................ 88
13. Hasil Regresi Berganda .............................................................................. 89
14. Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi .................................. 92
15. Hasil Uji t .................................................................................................. 93
16. Hasil Uji F ................................................................................................. 94
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 44
2. Struktur Organisasi UPT Pasar Bunga Rawa Belong .................................. 63
3. Hasil Uji Normalitas dengan P-p Plot ......................................................... 84
4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 87
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pedoman Wawancara .............................................................................. 108
2. Angket Penelitian .................................................................................... 109
3. Harga Jual Rata-Rata Bunga Potong Tahun 2019 .................................... 110
4. Pendapatan Pedagang Kios Bulan Januari-Desember 2019 ...................... 111
5. Hasil Uji One Sample Kolmogorov Smirnov ........................................... 113
6. Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................................... 113
7. Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman ......................................... 114
8. Hasil Regresi Berganda ........................................................................... 114
9. Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ............................... 115
10. Hasil Uji t ............................................................................................... 115
11. Hasil Uji F .............................................................................................. 115
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hortikultura merupakan salah satu subsektor dalam sektor pertanian di
Indonesia. Di antara komoditi hortikultura yang produksinya setiap tahun
mengalami fluktuasi yaitu agribisnis florikultura. Berdasarkan BPS Tahun 2018
angka produksi tanaman hias mencapai 870 juta tangkai. Tahun 2019 berdasarkan
data Badan Pusat Statistik, ekspor tanaman hias mulai Januari hingga Mei 2019
mencapai 1.903 ton. Angka ini mengalami kenaikan 27 persen dibandingkan
Januari hingga Mei 2018 yang hanya 1.494 ton. (Republika.co.id, 2019)
Menurut Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto, permintaan bunga potong
masih tinggi di pasaran, yakni sebagai penambah estetika dengan kebutuhan per
tahun 21,8 persen atau sekitar 1,2 juta per bulan. Khusus ekspor bunga krisan
pada tahun 2018 sebesar 59,1 ton dan senilai Rp 8,2 miliar sedangkan ekspor
tanaman hias lainnya pada tahun 2018 sebesar 4.533 ton. Ekspor krisan ke Jepang
pada tahun 2019 dari bulan Januari sampai dengan Mei mencapai 11,7 Ton
dengan nilai 183.098,80 US$. Selain Jepang, tujuan ekspor krisan ke Kuwait,
Malaysia dan Singapura. Selain krisan, komoditas yang memiliki potensi ekspor
adalah dracaena rata-rata permintaannya 18 ton per bulan dengan nilai sekitar Rp.
250 juta, tujuan ekspor ke Timur Tengah, Rusia dan India. (Republika.co.id,
2019)
Menurut Rahman (2013:1), tanaman hortikultura khususnya bunga potong
merupakan komoditi yang sangat khas, dimana para pengusaha dituntut untuk
2
lebih memberikan perhatian khusus dalam pengusahaannya yang didasarkan atas
keterampilan seni, keterampilan dalam hal penguasaan teknologi budidaya dan
kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi. Pengusaha bunga potong
juga dituntut untuk dapat memperdagangkan produksinya dalam keadaan segar
dan menampilkan bentuk dan warna produksinya yang secara artistik maupun
menarik calon konsumen.
Menurut Kartini (2009:2), bisnis bunga potong berkembang seiring
dengan meningkatnya permintaan terhadap bunga dan pesanan rangkaian bunga,
bahkan bunga potong merupakan salah satu komoditi perdagangan internasional
yang memiliki potensi atau peluang pasar luar negeri yang cukup baik. Banyak
negara yang memanfaatkan bunga potong sebagai sumber penerimaan devisa
negara antara lain Belanda dan Taiwan.
Komoditas agribisnis florikultura meliputi tanaman hias daun dan bunga
potong serta bunga pot. Saat ini bunga potong merupakan bunga yang paling
banyak digunakan untuk rangkaian bunga di berbagai acara seperti acara
pernikahan, keagamaan, kelahiran, ucapan selamat sampai acara kematian. Hal
tersebut menjadikan bisnis bunga potong merupakan salah satu bisnis yang
mempunyai peluang usaha yang cukup menjanjikan. Bunga yang umum di
konsumsi oleh masyarakat antara lain krisan, mawar, sedap malam, gladiol,
anggrek, gerbera (hebras), kuping gajah (anthurium), anyelir dan pisang-pisangan
(heliconia). Jenis-jenis bunga tersebut merupakan jenis bunga potong. Berikut
merupakan data jenis dan produksi bunga di Indonesia tahun 2013-2019.
3
Tabel 1. Jenis dan produksi bunga di Indonesia tahun 2013-2019
No Jenis
Tanaman Satuan
Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Anggrek/
Orchid Tangkai 20.277.672 19.739.627 21.514.789 19.978.078 20.045.577 24.717.840 18.608.657
2
Anthuriu
m Bunga/
Flamingo
Lily
Flower
Tangkai 4.044.012 2.805.548 2.837.074 1.760.610 2.625.565 5.390.417 4.463.472
3 Anyelir/
Carnation Tangkai 3.164.326 2.934.039 2.185.392 1.814.485 1.672.956 1.732.585 1.872.739
4 Herbras/
Gerbera Tangkai 7.735.806 7.454.459 7.118.774 5.412.790 14.751.610 26.608.911 33.003.177
5 Gladiol/
Gladiol Tangkai 2.581.063 1.884.719 2.552.060 1.008.758 1.412.553 2.341.720 1.997.219
6
Pisang-
Pisangan/
Heliconia
Tangkai 2.043.579 1.122.419 1.272.012 1.088.191 1.385.870 1.583.467 1.564.737
7
Krisan/
Chrysante
mum
Tangkai 387.208.754 427.248.059 442.698.194 433.100.145 480.685.420 488.176.610 465.359.952
8 Mawar/Ro
se Tangkai 152.066.469 173.077.811 188.302.152 181.884.630 184.455.598 202.065.050 213.927.138
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jenis bunga yang paling banyak
diproduksi yaitu bunga krisan. Jenis bunga ini selain memiliki keindahan karena
keragaman bentuk dan warnanya, bunga krisan juga memiliki kesegaran yang
relatif lama dan mudah dirangkai. Bunga krisan ini juga bukan hanya dijadikan
sebagai bunga potong tetapi bisa juga digunakan untuk dekorasi dan lain-lain.
Keunggulan lainnya adalah pembungaan dan panennya dapat diatur menurut
kebutuhan pasar. Oleh karena itu, jenis bunga ini memberikan hasil yang
menggiurkan terhadap potensi pasarnya sebab produk yang dihasilkan selalu
terserap pasar dalam jumlah yang banyak.
Salah satu tempat yang digunakan untuk kegiatan usaha industri
florikultura adalah Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat. Sebagai pusat grosir
yang menyediakan berbagai jenis florikultura, Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta
Barat memiliki kegiatan pemasaran yang cukup beragam dengan berbagai jenis
4
pelaku usaha dan konsumen. Selain itu, Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta Barat
juga merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran
Hortikultura (P3H) Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, dengan
demikian, Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta Barat dapat dijadikan acuan dalam
industri florikultur jenis tanaman hias/bunga potong.
Kesejahteraan seorang pedagang dapat diukur dari penghasilannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang harus diperhatikan
supaya pendapatan pedagang stabil dan kesejahteraannya meningkat, sehingga
kegiatan jual beli di pasar tetap berjalan lancar dan jumlah pedagang yang ada
akan tetap bertahan dan semakin bertambah. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan para pedagang yaitu besarnya volume penjualan,
karena semakin banyak jumlah barang yang dijual maka pendapatannya pun akan
meningkat. Volume penjualan bunga potong tahun 2019 di Pasar Bunga Rawa
Belong dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Volume Penjualan Bunga Potong Tahun 2019 di Pasar Bunga Rawa
Belong
Volume
Penjualan (ikat)
Nama Bunga
Ros Malang Gerbera Aster Krisan
Januari 9.852 4.185 12.477 11.234
Februari 15.472 8.349 13.962 8.987
Maret 15.079 12.302 15.475 11.043
April 14.917 13.153 15.889 11.085
Mei 8.595 13.817 15.815 9.635
Juni 8.328 8.962 14.582 8.680
Juli 8.600 14.086 19.216 9.740
Agustus 12.270 10.672 18.938 12.465
September 12.055 11.175 23.234 11.269
Oktober 14.463 14.242 27.173 12.010
November 15.120 17.738 28.053 12.878
Desember 12.619 11.184 28.983 11.950
Total 147.370 140.495 233.797 130.976
Sumber : UPT P3H Pasar Bunga Rawa Belong, 2019
5
Berdasarkan Tabel 2. keempat jenis bunga tersebut merupakan bunga
yang paling laku dijual atau memiliki volume penjualan yang paling banyak di
pasar bunga Rawa Belong. Pedagang bunga potong di pasar Rawa Belong
mengalami tingkat volume penjualan yang berfluktuasi karena tingginya
permintaan bunga potong yang ada hanya pada bulan-bulan tertentu saja, misalkan
pada bulan saat perayaan hari raya idul fitri dan lain-lain. Hal tersebut
mengakibatkan jumlah pendapatan pedagang menjadi tidak stabil.
Selain faktor volume penjualan, terdapat harga jual yang bisa
mempengaruhi pendapatan pedagang. Jika pasokan bunga di pasar sedikit dan
banyak konsumen yang mencarinya maka pedagang akan menaikan harga, dan
jika pasokan bunga banyak namun konsumen yang mencari bunga sedikit maka
pedagang akan menurunkan harga jual bunga tersebut. Hal ini mengakibatkan
pendapatan pedagang menjadi tidak menentu karena harga jual yang tidak stabil
dikarenakan ada atau tidaknya pasokan bunga yang tersedia.
Jenis bunga potong yang tersedia di pasar bunga Rawa Belong sangat
bervariatif. Jumlah jenis bunga potong akan memengaruhi berapa volume
penjualan bunga dan harga jual bunga bahkan pendapatan pedagang bunga yang
nantinya akan memengaruhi kesejahteraan pedagang pasar. Jika jumlah pasokan
bunga sedikit ataupun jika salah satu bunga potong tidak tersedia maka akan
berhubungan dengan volume penjualan dan harga jual bunga tersebut, yang
mengakibatkan pendapatan pedagang pun ikut berubah.
Tingginya permintaan bunga potong pada kondisi-kondisi tertentu yang
tidak dibarengi dengan jumlah pasokan bunga potong yang tersedia di pasar,
6
mengakibatkan fluktuasi volume penjualan dan harga jual bunga potong.
Fluktuasi tersebut membuat pedagang bunga potong sulit menentukan besar dari
pendapatan hasil penjualan bunga potong. Apabila volume penjualan dan harga
jual terus mengalami fluktuasi maka pedagang juga akan sulit menentukan berapa
keuntungan yang akan didapat setiap bulannya. Maka dari itu, volume penjualan
dan harga jual harus dijaga kestabilannya agar pendapatan pedagang pun ikut
stabil dan keuntungan dapat diperkirakan dengan jelas, karena salah satu tujuan
dari berdagang yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin.
Dari permasalahan yang sesuai situasi dan kondisi di pasar bunga Rawa Belong,
perlu adanya suatu penelitian dalam rangka untuk menjaga kestabilan volume
penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga agar pendapatan yang didapatkan
stabil dan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, peneliti
ingin meneliti terkait “Pengaruh Volume Penjualan, Harga Jual dan Jumlah Jenis
Bunga terhadap Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong di Pasar Bunga Rawa
Belong, Jakarta Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik pedagang dan berapa besar volume penjualan,
harga jual, jumlah jenis bunga dan pendapatan pedagang kios bunga
potong di Pasar Bunga Rawa Belong?
7
2. Bagaimana pengaruh dari volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis
bunga terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong di Pasar Bunga
Rawa Belong?
3. Bagaimana tingkat sensitivitas jumlah jenis bunga terhadap pendapatan
pedagang kios bunga potong di Pasar Bunga Rawa Belong?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik pedagang dan besar volume penjualan, harga
jual, jumlah jenis bunga dan pendapatan pedagang kios bunga potong di
Pasar Bunga Rawa Belong.
2. Menganalisis pengaruh volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis
bunga terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong di Pasar Bunga
Rawa Belong.
3. Menganalisis sensitivitas jumlah jenis bunga terhadap pendapatan
pedagang kios bunga potong di Pasar Bunga Rawa Belong.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi pedagang dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi terkait dengan pengaruh volume penjualan, harga
jual dan jumlah jenis bunga terhadap pendapatan pedagang kios bunga
potong agar bisa menjaga kestabilan pendapatannya, dan juga sebagai
8
pertimbangan dalam mengambil keputusan dengan mengtahui kinerja di
masa lalu dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman untuk mengambil
keputusan di masa yang akan datang.
2. Bagi dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk kepentingan akademik sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya,
dan sumber informasi bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
3. Bagi penulis, penelitian ini juga memberikan kesempatan belajar dan
menambah pengalaman serta sebagai salah satu sarana penerapan ilmu-
ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti perlu
mengidentifikasi batasan terhadap masalah yang menjadi ruang lingkup dalam
penelitian ini, agar masalah yang diteliti menjadi lebih fokus. Penelitian ini
difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kios
bunga potong di Pasar Bunga Rawa Belong. Fakor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan pedagang dibatasi oleh variabel volume penjualan, harga jual dan
jumlah jenis bunga potong. Data yang diperoleh yaitu berasal dari data primer dan
sekunder. Pengolahan data menggunakan metode regresi linier berganda dan alat
bantu analisis yang digunakan yaitu software SPSS 20.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunga Potong
Menurut Kartini (2009:10), bunga potong adalah sebutan untuk tanaman
hias yang ditanam untuk diambil bunga beserta tangkainya. Bunga potong adalah
bunga yang dimanfaatkan untuk bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan
dalam daur hidup manusia, mulai dari kelahiran, perkawinan dan kematian. Oleh
sebab itu, apabila dilihat dari fungsinya maka bunga dapat dikatakan memiliki
nilai ekonomi yang tinggi.
Bunga potong selain untuk bahan rangkaian bunga, juga merupakan sarana
peralatan tradisional, agama, upacara kenegaraan, dan keperluan ritual lainnya.
Bahkan dibutuhkan pula untuk berbagai keperluan industri makanan, minuman,
obat maupun kosmetika atau minyak wangi. Kini masyarakat semakin terbiasa
dengan pengiriman rangkaian bunga sebagai ungkapan perasaan suka maupun
duka cita, dengan demikian, permintaan bunga menjadi meningkat baik jumlah
maupun jenisnya.
Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura (2008) mencatat pendapat para
petani bunga yang menyatakan bahwa jenis bunga potong yang mempunyai nilai
komersial di Indonesia antara lain: krisan, mawar, sedap malam, gladiol, anggrek,
gerbera (hebras), anthurium (kuping gajah), anyelir dan heliconia (pisang-
pisangan).
10
Di bawah ini penjelasan dari beberapa komoditi bunga potong:
1. Krisan (Chrysanthemum, sp)
Menurut Nuryanto, Hery (2007:1), Krisan atau nama latinnya
Chrysanthemum merupakan jenis bunga hias yang banyak sekali ragam
spesiesnya. Bunga krisan dapat mudah kita jumpai, tumbuh dan
diperjualbelikan di daerah-daerah dataran tinggi dan bersuhu rendah. Tanaman
krisan ini memang dapat dijadikan sebagai sarana/sumber untuk memperoleh
penghasilan yang lumayan menjanjikan bagi para petani bunga, tanaman ini
mampu sehingga dapat menghasilkan bunga yang setiap kali dapat tumbuh
lagi, meskipun sebelumnya tangkai-tangkai dari bunga tanaman ini telah
dipotong. Krisan atau seruni disebut juga sebagai bunga emas (Golden
Flower) mulai dikenal di Indonesia setelah dibawa oleh para pendatang dari
daratan Eropa. Karena bunganya yang cantik dan beragam menjadikan bunga
potong ini mulai dikembangkan dan dibudidayakan.
Bunga krisan dapat tumbuh pada suhu 20-260C, dan membutuhkan
kelembaban udara tinggi. Pada fase awal, seperti perkecambahan benih atau
pembentukan akar bibit setek, diperlukan kelembaban udara antara 90-95%.
Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban
udara antara 70-80%. Tanah yang ideal untuk bunga krisan adalah bertekstur
liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama
dan penyakit, memiliki derajat keasaman tanah sekitar 5,5-6,7 dan memiliki
ketinggian tempat antara 700-1.200 mdpl.
11
2. Mawar (Rosa, sp)
Menurut Rukmana, Rahmat (1995:15), mawar selain sebagai tanaman
hias yang cantik dan penuh pesona daya tampilnya, juga merupakan sarana
peralatan tradisional, agama dan upacara kenegaraan. Di samping itu, bunga
mawar bermanfaat sebagai bahan makanan dan minuman, obat, pewangi, dan
pengindah tata lingkungan. Mawar merupakan tanaman hias berupa herba
dengan batang berduri yang termasuk dalam famili Rosaceae. Nama
umumnya dalah Rose, Miniature Rose, atau Baby Rose. Jumlah varietas
mawar yang ada saat ini diperkirakan mencapai 5.000 macam, namun hanya
sekitar 300-400 varietas saja yang dikenal secara umum dan sering
dibudidayakan dan kemudian digolongkan menjadi Sembilan kelompok utama
yaitu Hybrid Tea, Floribunda, Grandiflora, Climbing Rose, Polyantha,
Hybrid Perpetual, Mawar Tea, Mawar Tua, dan Special Purpose. Mawar
termasuk tanaman tahunan (perennial) yang mempunyai struktur batang
berkayu keras, berduri, bercabang banyak, menghasilkan bunga, buah dan biji
terus-menerus. Selama siklus hidupnya, tanaman mawar terus tumbuh seolah-
olah tidak terbatas dan masa produksinya berulang-ulang.
Menurut Lingga, Lanny (2008:4), mawar berasal dari daerah beriklim
sedang di daerah subtropis. Habitat alaminya daerah bertemperatur dingin.
Dalam perkembangan selanjutnya, penyebaran mawar meluas di seluruh dunia
baik daerah subtropis ataupun tropis. Di daerah tropis, mawar tumbuh dengan
baik di dataran tinggi beriklim sejuk. Di dataran rendah yang panas,
pertumbuhan mawar tidak sebaik mawar yang tumbuh di dataran tinggi yang
12
sejuk. Tanaman mawar dapat tumbuh pada suhu 18-260C dan kelembaban 70-
80%. Penanaman mawar dapat dilakukan secara langsung pada tanah secara
permanen di kebun atau di dalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat
berpasir, subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik,
dengan derajat keasaman tanah 5,5-7,0. Bunga mawar dapat tumbuh dan
produktif berbunga di dataran rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-rata
1.500 mdpl.
3. Gerbera (Gerbera, sp)
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2019),
gerbera merupakan salah satu komoditas bunga potong yang semakin banyak
peminatnya. Keindahapan bunga potong gerbera yang sangat eksotik, kaya
variasi warna dan bentuk menjadikan gerbera semakin terkenal di masyarakat.
Para petani senang menanam gerbera karena dapat dipanen setiap 1 atau 2
minggu sekali, dengan harga jual yang cukup baik. Kuntum bunga lebih dari 8
cm menjadikan gerbera sebagai pengganti krisan standar pada dekorasi
rangkaian bunga, jika saat-saat tertentu kekurangan pasokan maupun terjadi
kejenuhan dari pengguna.
Gerbera juga merupakan tanaman hias bunga dunia termasuk dalam
family bunga matahari. Tanaman hias gerbera mempunyai nilai komersial
penting yang digunakan sebagai bunga potong, tanaman pot, maupun tanaman
hias pada umumnya. Secara global gerbera menempati urutan kelima setelah
mawar, anyelir, krisan dan tulip.
13
Perbanyakan gerbera dapat dilakukan dengan sangat mudah, yaitu
dengan memecah rumpun anakan. Teknik ini telah dilakukan berpuluh atau
bahkan ratusan generasi. Pemecahan rumpun anakan dengan cara ini
dikhawatirkan akan menurunkan kualitas, dimana tanaman gerbera tersebut
sebenarnya sudah tua secara fisiologis karena terus menerus diperbanyak
dengan cara dmeikian. Hal ini dapat menyebabkan produktifitas semakin
menurun. Dikhawatirkan ditahun-tahun yang akan datang produksi gerbera
semakin menurun waaupun luas pertanamannya semakin luas. Untuk itu
dilakukan peremajaan tanaman gerbera yang ada di petani melalui
perbanyakan kultur jaringan dan penggunaan varietas baru hasil perakitan
dalam negeri.
Gerbera dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim sejuk
dengan suhu udara minimum 13,7-180C dan maksimum 19,5-300C. Media
tanam tanah yang baik untuk tanaman hias gerbera yaitu tanah lempung yang
berpasir, subur dan banyak mengandung bahan organik atau humus. Derajat
keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya hebras sekitar 5,5-6,0.
Di Indonesia ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
ketinggian tempat antara 560-1.400 mdpl.
4. Carnation / Anyelir (Dianthus caryophyllus)
Menurut Isamas (2016), anyelir termasuk jenis bunga potong yang
lumayan mahal karena petaninya masih terbatas. oleh karena itu mengebunkan
bunga anyelir merupakan alternatif usaha punya peluang. Namun untuk
mendapatkan kualitas bunga yang bagus memang perlu perhatian
14
khusus.Berasal dari Mediterania, beberapa di antaranya juga berasal dari
Siberia, Arktik, Jepang dan Himalaya. Untuk pertumbuhan tanaman ini
dibutuhkan banyak cahaya dan suhu sekitar 75 F/24 C.
Bunga ini membutuhkan tempat yang mempunyai iklim sejuk, karena
tanaman ini berasal dari daerah sub tropis dengan suhu udara antara 15 –
250C. Untuk mendapatkan kondisi iklim yang hampir menyerupai daerah sub
tropis tersebut, dia menanamnya di Cibodas dengan ketinggian 1.200 m dpl
dan suhu udara antara 20 – 300C, dimana tanahnya harus gembur dengan pH
6,5-7, selain itu lapisan top soil tanahnya juga harus masih utuh. Pada masa
sekarang bunga anyelir sudah jauh berbeda dari bunga asalnya, sejak William
Sim pada tahun 1938 berhasil menyilangkan bunga ini, maka lahirlah ratusan
varietas baru dengan sifat-sifat yang unggul seperti tangkainya yang lebih
panjang, mahkota bunganya lebih besar dan ‘penuh’, gradasi warnanya
semakin halus serta mampu berbunga terus-menerrus sepanjang tahun. Jenis
bunga yang dikenal saat ini ada dua yaitu : (a). standard-carnation berbunga
tunggal dengan ukuran relatif besar, (b). spray-carnation merupakan
kumpulan bunga-bunga kecil pada satu tangkai bunga, dimana masing-masing
jenis mempunyai puluhan varietas yang setiap tahunnya selalu muncul lagi
varietas baru, seperti halnya mode pakaian.
5. Aster
Bunga Aster (Callistephus chinensis) merupakan salah satu jenis
tanaman hias yang memiliki beragam jenis dan warna yang menawan. Bunga
ini mencerminkan keriangan, kegembiraan dan kesederhanaan. Aster
15
merupakan salah satu jenis tanaman hias unggulan, hal ini dikarenakan aster
dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam acara. Kata aster berasal dari
bahasa Yunani yang berarti bunga yang menyerupai bintang, karena sebagia
besar dari bentuk bunga tersebut menyerupai bintang. Bunga aster sering
ditemui di Amerika Utara dan Eropa Selatan. Bunga Aster berbentuk
melingkar, atau seperti bintang dengan kelopak dan mahkota bunga yang
banyak. Bunga aster berasal dari Tiongkok dengan tinggi tanaman rata-rata
30-70 cm. daerah yang ideal untuk bertanam aster adalah daerah pegunungan
dengan suhu ideal 20-240C, namun tidak tertutup kemungkinan di daratan
rendah aster dapat tumbuh (Rukmana, 2003:8).
Aster menyukai tempat yang terbuka atau terkena sinar matahari
langsung. Artinya, aster yang biasanya dijadikan bunga potong dapat juga
tampil cantik sebagai penghias halaman rumah. Pemangkasan pucuk
(pinching) dapat kita lakukan pada perbanyakan aster, hal ini dimaksudkan
untuk merangsang pertumbuhan tunas tanaman. Tunas-tunas terebut akan
tumbuh dan berkembang menjadi cabang-cabang samping. Cara pemangkasan
pucuk yaitu pangkas tunas apical dan lateral pada tanaman yang tingginya
sudah mencapai lebih dari 15 cm atau berumur 3 bulan sejak tanam, dengan
kondisi memiliki minimal 3 sampai 4 pasang daun. Biarkan bekas pangkasan
beberapa saat hingga tumbuh tunas-tunas baru. Kemudian teruskan dengan
pemangkasan berikutnya hingga tunas-tunas baru telah tumbuh sekitar 15
sampai 20 cm, demikian seterusnya dan pemangkasan dihentikan bila tanaman
aster mulai membentuk bakal bunga. (Prasetijo, Budi Tjatur, 2011)
16
6. Gladiol (Gladiolus Hybridus, sp)
Menurut Gardjito, Murdijati dan Handayani, Widuri (2015:129),
gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk
herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin
“Gladius” yang berarti pedang kecil, seperti bentuk daunnya. Berasal dari
Afrika Selatan dan menyebar di Asia sejak 2000 tahun. Tahun 1730 mulai
memasuki daratan Eropa dan berkembang di Belanda. Sentra produksi bunga
gladiol di Indonesia untuk daerah Jawa Barat terdapat di Panongpong
(Bandung), Salabintan (Sukabumi), dan Cipanas (Cianjur). Di Jawa Tengah
terdapat di daerah Bandungan (Semarang), sedangkan di Jawa Timur berada di
daerah Batu (Malang).
Tanaman gladiol yang termasuk subklas Monocotyledoneae, berakar
serabut, dan tanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh pada
saat pembentukan subang baru. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah
kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5-10 hari dan dapat berbunga
sepanjang waktu.
Hasil penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas gladiol
dari Belanda kemudian diuji multi lokasi di kebun percobaan Sub Balai
Penelitian Hortikultura Cipanas. Tiga varietas di antaranya memiliki
penampilan yang paling indah, (warna dan bentuknya berbeda dengan gladiol
lama), yaitu: White godness (putih), Tradehorn (merah jingga), dan Priscilla
(putih). Ragam jenis bunga gladiol adalah:
17
a. Gladiolus gandavensis. berukuran besar, susunan bunga terlihat
bertumpang tindih, panjang 90–150 cm.
b. Gladiolus primulinus. berukuran kecil, sangat menarik. Bertangkai halus
tetapi kuat dan panjangnya mencapai 90 cm.
c. Gladiolus ramosus. Panjang tangkai bunga 100–300 cm.
d. Gladiolus nanus. Tangkai bunga melengkung, dan panjang hanya 35 cm.
Bunga telah siap panen apabila kedua kelopak terbawah telah mulai
berwarna. Pada suhu lingkungan yang lebih sejuk, bunga dapat dipanen lebih
lambat lagi. Pada suhu lingkungan yang cukup hangat, bunga akan memiliki
umur panjang, yang lebih panjang jika dipanen pada tahapan kuncupnya
cukup besar tetapi kelopaknya belum mekar. Prosedur ini terutama digunakan
pada bunga yang akan didistribusikan untuk jarak yang jauh. Suhu optimal
untuk penyimpanan jangka panjang adalah 2-50C. Untuk meningkatkan
kecepatan mekar bunga dan periode penggunaan bunga pada suhu digin di atas
7 hari dapat dilakukan pulsing menggunakan larutan sukrosa 20% yang
ditambah Likasan 200 ppm selama 16-20 jam pada suhu 200C.
7. Anthurium
Menurut Lingga, Lanny (2007:7), tanaman dari genus anthurium
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu anthurium berdaun indah (foliage
anthurium) dan anthurium berbunga indah (flowering anthurium). Sementara
dalam dunia perdagangan tanaman hias internasional, anthurium dibagi
menjadi empat kelompok besar :
18
a. Anthurium andreanum, yang memiliki bunga indah dengan berbagai
bentuk dan warna seludang bunga.
b. Kultivar andrecola, yang merupakan hasil hibrida interspesies antara
anthurium andreanum yang helai daunnya tipis serta berbentuk hati
dan anthurium andreanum berdaun tebal serta bersosok kerdil.
c. Anthurium scherzeranun, yang juga berbunga indah tapi berbeda dari
bunga anthurium andreanum dan kultivar andrecola
d. Anthurium berdaun indah (foliage anthurium) yang sangat bervariasi
karena terdiri atas ratusan spesies yang determinasinya sudah diketahui
maupun masih dalam tahap penelusuran mengingat kompleksitas
pemberian nama anthurium yang ditemukan di habitat aslinya.
Menurut Purwanto, Arie Wijayani (2007:52), antuhrium bunga akan
optimal pertumbuhannyaapabila diletakkan di tempat teduh. Tanaman masih
membutuhkan sinar matahari, meskipun tidak 100%. Artinya, kebutuhan
cahaya matahari tidak terlalu tinggi agar tumbuh subur, rajin berbunga, dan
bunga berwarna cerah. Kebutuhan akan cahaya ini rata-rata 45%. Oleh karena
itu, pada umumnya anthurium membutuhkan naungan, seperti di bawah pohon
rindang atau di bawah paranet 55-65%. Cahaya matahari yang terlalu terik
dapat membakar helaian bunga dan daunnya. Akan tetapi bila kekurangan
cahaya, tanaman akan terlihat lemas dan pucat.
Temperatur optimal untuk anthurium bunga berkisar antara 24-290C
(siang hari) dan 18-210C (malam hari), tetapi masih tahan sampai suhu 300C.
perbedaan suhu siang dan malam yang sangat besar akan merangsang
19
terbentuknya bunga-bunga anthurium. Pada suhu di atas 300C tanaman
menjadi terbakar dan akhirnya mati. Hal itu dikarenakan beberapa bagian
tanaman mengalami kekurangan suplai makanan/nutrisi karena penguapan
cairan dalam jaringan makanan cukup besar.
2.2 Pasar
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007,
pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk
menjual barang/jasa dan pembeli yang mempunyai uang untuk membeli barang
dengan harga tertentu. Sedangkan menurut Boediono (2000:28), dalam ilmu
ekonomi pengertian pasar tidak harus dikaitkan dengan suatu tempat yang
dinamakan pasar dalam pengertian sehari-hari. Suatu pasar dalam ilmu ekonomi
adalah dimana saja terjadi transaksi antara penjual dan pembeli. Barang yang
ditransaksikan bisa berupa barang apapun, mulai dari beras dan sayut-sayur,
sampai jasa angkutan, uang dan tenaga kerja. Setiap barang ekonomi mempunyai
pasarnya sendiri-sendiri.
Menurut Johan (2011:40), pasar merupakan tempat berkumpul para
penjual yang menawarkan barang ataupun jasa kepada para pembeli yang
mempunyai keinginan dan kemampuan untuk membeli barang dan jasa tersebut
hingga terjadinya kesepakatan transaksi atau transfer atas kepemilikan barang atau
kenikmatan jasa.
Menurut beberapa definisi pasar di atas, dapat disimpulkan bahawa pasar
adalah wadah bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual
20
beli dengan kesepakatan jumlah dan harga pada tingkat tertentu. Berdasarkan
definisi ini, ada empat poin penting yang menonjol yang menandai terbentuknya
pasar; pertama, ada penjual dan pembeli; kedua, mereka bertemu disebut tempat
tertentu; ketiga, terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli sehingga terjadi
jual beli atau tukar-menukar; dan keempat, antara penjual dan pembeli
kedudukannya sederajat.
A. Fungsi pasar
Fungsi pasar menurut Fuad, dkk (2000:10) memiliki tiga fungsi yaitu
sebagai berikut :
1. Pembentukan nilai harga
Pasar berfungsi untuk pembentukan harga (nilai) karena pasar merupakan
tempat bertemunya penjual dan pembeli yang kemudian saling menawar
dan akhirnya membuat kesepakatan suatu harga. Harga atau nilai ini
merupakan suatu hasil dari proses jual beli yang dilakukan di pasar.
2. Pendistribusian
Pasar mempermudah produsen untuk mendistribusikan barang dengan
para konsumen secara langsung. Pendistribusian barang dari produsen ke
konsumen akan berjalan lancar apabila pasar berfungsi dengan baik.
3. Promosi
Pasar merupakan tempat yang paling cocok bagi produsen untuk
memperkenalkan (mempromosikan) produk-produknya kepada konsumen.
Pasar akan selalu dikunjungi oleh banyak orang, meskipun tidak diundang.
21
B. Bentuk pasar
Menurut Johan (2011:42), pasar dibagi ke dalam 2 kategori yakni kategori
pasar produsen dan pasar konsumen.
Pasar produsen dikategorikan sebagai berikut ini :
a. Pasar Persaingan Sempurna
Dalam konteks pasar ini, jumlah produsen tidak terbatas dan adanya
kebebasan dalam menentukan penjualan produk. Keluar masuknya
produsen sangat bebas dan informasi penyebaran mengenai produk sangat
efisien, dan jenis produk memiliki perbedaan yang sangat tipis atau hampir
tidak kentara.
b. Pasar Monopoli
Dalam pasar ini, produsen hanyalah satu pihak, dan produsen ini bisa
menjadi satu-satunya karena kemampuan akan menguasai sebuah
teknologi produksi tertentu yang telah dipatenkan, adanya proteksi
peraturan pemerintah karena penguasaan akan hajat hidup rakyat banyak
seperti perusahaan air minum dan perusahaan listrik negara, penguasaan
akan sumber daya alam tertentu yang diperbolehkan oleh peraturan
pemerintah.
c. Pasar Oligopoli
Peluasan dari pasar monopoli yakni pasar oligopoli, dimana jumlah
produsen lebih dari satu akan tetapi terbatas. Dalam pasar ini, para
produsen membentuk kartel dalam penentuan harga penjualan, sehingga
konsumen memiliki pilihan yang terbatas.
22
d. Pasar Persaingan Monopolistik
Produsen dalam pasar ini bebas untuk keluar masuk dan tidak memiliki
produk yang homogen, akan tetapi produknya dikuasai oleh beberapa
perusahaan besar.
Berdasarkan segi konsumen, maka pasar bisa digolongkan ke dalam
beberapa pasar konsumen sebagai berikut :
a. Pasar Konsumen
Pasar ini merupakan pasar pemakai atau penikmat akhir dari sebuah
produk atau jasa langsung. Pembeli tidak perlu melakukan proses lagi,
untuk menikmati produk atau jasa yang dibeli.
b. Pasar Industri
Dalam pasar ini, produk atau jasa yang dibeli akan diolah kembali untuk
dijadikan bahan dasar, hasil kelolaan baru akan dijual lagi ke pasar
konsumen maupun pasar penjual kembali.
c. Pasar Penjual Kembali
Dalam pasar ini, para pembeli atau konsumen, melakukan penjualan
kembali terhadap produk yang dibeli. Nilai tambah yang diberikan disini,
adalah nilai tambah yang berasal dari pemindahan barang transportasi.
d. Pasar Pemerintah
Pemerintah merupakan salah satu pasar tunggal terbesar, sehingga pasar
ini juga memiliki karakteristik tersendiri. Pengeluaran pemerintah
ditetapkan secara jelas dan dicantumkan dalam APBN. Setiap pembelian
23
pemerintah dilaksanakan, melalui proses tender untuk menentukan
pemenangnya.
Menurut Fuad, M. H, Christine, Nurlela, Sugiarto, dan Y.E.F, Paulus
(2000:11) jenis-jenis pasar diantaranya dibagi 2, yaitu menurut cara transaksi
dan luas jangkauan.
Menurut cara transaksi pasar dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pasar tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan
biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-
kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun
suatu pengelola pasar.
b. Pasar modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar
jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung
melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang
(barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.
Menurut luas jangkauannya pasar dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
a. Pasar Daerah
Pasar daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu
dihasilkan. Maksud lain, pasar daerah melayani permintaan dan penawaran
dalam satu daerah.
24
b. Pasar Lokal
Pasar lokal adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu
kota tempat produk itu dihasilkan. Dikatakan juga pasar lokal melayani
permintaan dan penawaran dalam satu kota.
c. Pasar Nasional
Pasar nasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu
negara tempat produk itu dihasilkan. Dikatakan juga pasar nasional
melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.
d. Pasar Internasional
Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari
beberapa negara. Dikatakan juga luas jangkauannya di seluruh dunia.
2.3 Pedagang
Menurut Sujatmiko (2014:231), Pedagang secara etimologi adalah orang
yang berdagang atau bisa disebut juga saudagar. Pedagang ialah orang yang
melakukan perdagangan, memperjual belikan produk atau barang yang tidak
diproduksi sendiri untuk memperoleh keuntungan.
Menurut Kensil (2008:15) Pedagang adalah mereka yang melakukan
perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya sehari-hari. Perbuatan perniagaan
pada umumnya merupakan perbuatan pembelian barang untuk dijual lagi.
Secara garis besar, pedagang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
25
1. Pedagang Besar/Grosir (wholesale)
Pedagang besar adalah meliputi segala aktivitas marketing yang
menggerakkan barang-barang dari produsen ke pedagang eceran.
Pedagang ini biasnya menyediakan barang yang hanya bisa dibeli dalam
tertentu dan masih dalam bungkus.
2. Pedagang Eceran
Pedagang eceran adalah satuan kegiatan menjual barang dan jasa kepada
konsumen akhir. Pedagang eceran merupakan mata rantai terakhir dalam
penyaluran barang dari produsen kepada konsumen.
Menurut pendangan sosiologi ekonomi menurut Drs. Damsar, MA
membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan
yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga.
Berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari hasil
perdagangan, pedagang dapat dikelompokan menjadi :
a. Pedagang Profesional yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas
perdagangan merupakan pendapatan/sumber utasa dana satu-satunya begi
ekonomi keluarga.
b. Pedagang Semi-Profesional yaitu pedagang yang mengakui aktivitas
perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil
perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.
c. Pedagang Subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau barang dari
hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi keluarga. Pada
26
daerah pertanian, pedagang ini adalah seorang petani yang menjual produk
pertanian ke pasar desa atau kecamatan.
d. Pedagang Semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan
karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi
waktu luang. Pedagang jenis ini tidak di harapkan kegiatan perdagangan
sebagi sarana untuk memperoleh pendapatan, malahan mungkin saja
sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang.
Menurut Hentiani (2011) dalam pasar tradisional pedagang dibedakan
menjadi dua, yaitu pedagang kios dan pedagang non kios.
a. Pedagang Kios adalah pedagang yang menempati bangunan kios di pasar.
b. Pedagang Non Kios adalah pedagang yang menempati tempat selain kios,
yaitu dalam los, luar los, dasaran dan palyon.
2.4 Penjualan
Penjualan adalah sebuah usaha atau langkah konkrit yang dilakukan untuk
memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang atau jasa, dari produsen
kepada konsumen sebagai sasarannya. Tujuan utama penjualan yaitu
mendatangkan keuntungan atau laba dari produk atau barang yang dihasilkan
produsennya dengan pengelolaan yang baik. Dalam pelaksanaannya, penjualan
sendiri tak akan dapat dilakukan tanpa adanya pelaku yang bekerja didalamnya
seperti agen, pedangang, dan tenaga pemasaran.
Menurut Kotler (2000:8), penjualan adalah proses sosial manajerial
dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
27
inginkan, menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain. Kusnadi (2000:19), menjelaskan bahwa penjualan (sales)
adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli atas barang atau jasa yang
dijual. Selanjutnya Moekijat (2000:488), menjelaskan juga bahwa penjualan
adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, mempengaruhi dan
memberikan petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan
produk yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penjualan adalah kegiatan yang
terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan kepada
usaha pemuasan kebutuhan serta keinginan pembeli/konsumen, guna untuk
mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba atau keuntungan. Penjualan juga
dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan transaksi yang dilakukan oleh 2 belah
pihak/lebih dengan menggunakan alat pembayaran yang sah.
A. Jenis-Jenis Penjualan
Menurut Swastha (2009:11), jenis-jenis penjualan yaitu:
1. Trade Selling
Trade selling dapat terjadi bilamana produsen dan pedagang besar
mempersilahkan pengecer untuk berusaha memperbaiki distributor
produk-produk mereka. hal ini melibatkan para penyalur dengan kegiatan
promosi, peragaan, persediaan dan produk baru.
28
2. Missionary Selling
Merupakan penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli
untuk membeli barang-barang dari penyalur perusahaan.
3. Technical Selling
Merupakan usaha untuk meningkatkan penjualan dengan pemberian saran
dan nasehat kepada pembeli akhir dari barang dan jasanya.
4. New Businiss Selling
Merupakan usaha membuka transaksi baru dengan merubah calon pembeli
menjadi pembeli.
5. Responsive Selling
Merupakan setiap tenaga penjualan diharapkan dapat memberikan reaksi
terhadap permintaan pembeli.
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penjualan
1. Kondisi dan kemampuan penjual
Dalam hal ini penjual harus mampu meyakinkan para pembeli terhadap
produk yang dijualnya di pasar. Untuk maksud tersebut penjual harus
memahami beberapa masalah yaitu :
a. Jenis dan karakteristik dari barang yang ditawarkan
b. Harga dari pokok
c. Syarat penjualan seperti pembayaran, pelayanan (service) dan
sebagainya. Juga manajer perusahaan harus memperhatikan hal lain
yang mungkin akan menimbulkan kekecewaan pembeli dari
pelayanan-pelayanan ditawarkan.
29
2. Kondisi pasar
Untuk menjual sejumlah produk, faktor -faktor yang harus diperhatikan
adalah :
a. Jenis pasar, apakah dari pada barang-barangyang akan ditawarkan
tergolong pasar konsumen, pasar pemerintah atau pasar internasional.
b. Daya beli langganan
c. Kelompok pembeli
d. Frekuensi pembeli
3. Modal
Penjual harus memperkenalkan barang atau produk yang akan dijual pada
konsumen untuk memperkenalkan produk-produknya tersebut penjual
sangat memerlukan adanya usaha seperti :
a. Usaha promosi
b. Tempat pendemonstrasian produk
c. Alat transportasi
C. Volume Penjualan
Volume penjualan menurut Daryono (2011:187), merupakan ukuran yang
menunjukan banyaknya atau besarnya jumlah barang atau jasa yang terjual.
Volume penjualan memiliki arti penting yaitu besarnya kegiatan-kegiatan
yang dilakukan secara efektif oleh penjualan untuk mendorong agar konsumen
melakukan pembelian. Tujuan dari volume penjualan ini adalah untuk
memperkirakan besarnya keuntungan yang diterima dengan menjual produk
30
kepada konsumen serta biaya yang sudah dikeluarkan. Besarnya volume
penjualan dapat dilihat dari banyaknya jumlah produk yang terjual.
a. Indikator Volume Penjualan
Menurut Aliminsyah dan Padji (2003:126) mengemukakan
pengukuran volume penjualan sebagai berikut :
Volume Penjualan = Kuantitas atau Total Penjualan
Jadi volume penjualan sama dengan total penjualan barang atau jasa
yang dihitung selama satu periode.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Penjualan
1. Kulitas Barang
Turunnya mutu barang dapat mempengaruhi volume penjualan, jika
barang yang diperdagangkan mutunya menurun dapat menyebabkan
pembelinya yang sudah menjadi pelanggan dapat merasakan kecewa
sehingga mereka bisa berpaling kepada barang lain yang mutunya
lebih baik.
2. Selera Konsumen
Selera konsumen tidaklah tetap dan dia dapat berubah setiap saat,
bilamana selera konsumen terhadap barang-barang yang kita
perjualkan berubah maka volume penjualan akan menurun.
3. Servis terhadap Pelanggan
Servis terhadap pelanggan merupakan faktor penting dalam usaha
memperlancar penjualan terhadap usaha dimana tingkat persaingan
semakin tajam.
31
4. Persaingan Menurunkan Harga Jual
Potongan harga dapat diberikan dengan tujuan agar penjualan dan
keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dari sebelumnya. Potongan
harga tersebut dapat diberikan kepada pihak tertentu dengan syarat-
syarat tertentu pula.
2.5 Harga
Menurut Swastha (2002:147), harga adalah sejumlah uang (ditambah
beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan jumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
Menurut Tjiptono (2015:289) harga memainkan peran strategic dalam
pemasaran. Bila harga terlalu mahal, maka produk bersangkutan bakal tidak
terjangkau oleh pasar sasaran tertentu atau bahkan customer value menjadi
rendah. Sebaliknya, jika harga terlampau murah, perusahaan sulit mendapatkan
laba atau sebagian konsumen mempersepsikan kualitasnya buruk. Penetapan
harga merupakan salah satu keputusan terpenting dalam pemasaran. Harga
merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan
atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk,
distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran).
Menurut Kasmir (2004:151), penentuan harga merupakan salah satu aspek
penting dalam kegiatan pemasaran. Harga menjadi sangat penting untuk
diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya suatu produk dan
32
jasa perbankan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap
produk yang ditawarkan nantinya.
A. Harga jual
Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa.
Perusahaan selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk
tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan
Mowen (2001:633) mendefinisikan harga jual adalah jumlah moneter yang
dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang
atau jasa yang dijual atau diserahkan. Menurut Mulyadi (2001:78) pada
prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba
yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.
Penentuan harga jual adalah salah satu permasalahan yang penting dalam
manajemen perusahaan. Kesalahan dalam menentukan harga jual akan
berdampak negatif dalam perusahaan. Apabila perusahaan menentukan harga
jual rendah kemungkinan perusahaan akan mengalami rugi. Sebaliknya
apabila perusahaan menjual barangnya terlalu tinggi, maka akan sulit
perusahaan itu menjual barangnya, hal ini dikarenakan konsumen akan
membeli barang kepada perusahaan pesamg yang menentukan harga jualnya
lebih rendah. Agar perusahaan tetap dapat bersaing dipasar dan perusahaan
tidak mengalami kerugian maka perusahaan harus dapat menentukan harga
jual produknya secara tepat.
33
Harga suatu barang atau jasa merupakan suatu variabel pemasaran yang
perlu diperhatikan oleh manajemen, karena dalam hal ini secara langsung akan
mempengaruhi besarnya volume penjualan dan laba yang akan dicapai. Dalam
kebijakan harga, manajemen harus menentukan harga dasar dari produknya,
kemudian menentukan kebijaksanaan menyangkut potongan harga, pembagian
ongkos kirim, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan harga.
Hubungan antara permintaan dan harga jual biasanya berbanding terbalik
yaitu makin tinggi harga, makin kecil jumlah permintaan demikian pula
sebaliknya. Oleh karena itu, bila produsen menginginkan agar keputusan
pembelian yang dilakukan oleh pembeli dapat meningkat maka produsen perlu
memahami kepekaan konsumen terhadap harga, sebab setiap konsumen
memiliki kepekaan yang berbeda– beda terhadap harga. Setiap melakukan
pembelian konsumen akan mengharapkan bahwa harga yang ditetapkan
produsen dapat terjangkau dan sesuai keinginannya, yaitu harga yang murah.
Oleh sebab itu keinginan konsumen dalam membeli produk sangat
dipengaruhi oleh harga, sehingga harga mempunyai dua peran utama dalam
proses pengambilan keputusan para pembeli yaitu peranan alokasi dari harga
serta peranan informasi dari harga (Tjiptono, 2008:465).
B. Menetapkan Harga
Penentuan harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan
pemasaran. Harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat
harga sangat menentukan laku tidaknya suatu produk dan jasa perbankan.
34
Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang
ditawarkan nantinya (Kasmir, 2004:151).
a. Langkah 1 : Memilih Tujuan Penetapan Harga
Mula-mula perusahaan memutuskan di mana perusahaan ingin
memposisikan penawaran pasarnya. Semakin jelas tujuan perusahaan,
semakin mudah perusahaan menetapkan harga.
b. Langkah 2 : Menentukan Permintaan
Setiap harga akan mengarah ke tingkat permintaan yang berbeda dan
karena itu akan memiliki berbagai dampak pada tujuan pemasaran
perusahaan.
c. Langkah 3 : Memperkirakan Biaya
Permintaan menetapkan batas atas harga yang dapat dikenakan perusahaan
untuk produknya. Biaya menetapkan batas bawah. Perusahaan ingin
mengenakan harga yang dapat menutupi biaya memproduksi,
mendistribusikan, dan menjual produk, termasuk tingkat pengembalian
yang wajar untuk usaha dan risikonya. Tetapi, ketika perusahaan
menetapkan harga produk yang dapat menutupi biaya penuh mereka,
profitabilitas tidak selalu menjadi hasil akhirnya.
d. Langkah 4 : Menganalisis Biaya, Harga, dan Penawaran Pesaing
Dalam kisaran kemungkinan harga yang ditentukan oleh permintaan pasar
dan biaya perusahaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya, harga,
dan kemungkinan reaksi harga pesaing. Mula-mula perusahaan harus
mempertimbangkan harga pesaing terdekat. Jika penawaran perusahaan
35
mengandung fitur-fitur yang tidak ditawarkan oleh pesaing terdekat,
perusahaan harus mengevaluasi nilai mereka bagi pelanggan dan
menambahkan nilai itu ke harga pesaing. Jika penawaran pesaing
mengandung beberapa fitur yang tidak ditawarkan oleh perusahaan,
perusahaan harus mengurangkan nilai mereka dari harga perusahaan.
Sekarang perusahaan dapat memutuskan apakah perusahaan dapat
mengenakan lebih banyak, sama atau kurang dari pesaing.
e. Langkah 5 : Memilih Metode Penetapan Harga
C. Metode penetapan harga
Metode penetapan harga menurut Kasmir (2004:161) ada 6 yaitu :
a. Cost plus pricing yaitu penentuan harga yang didasarkan kepada harga
pokok, biaya tetap, biaya variabel.
b. Cost plus pricing dengan markup sama seperti halnya dengan cost plus
pricing, harga dalam hal ini ditambahkan laba yang diinginkan.
c. Marginal pricing yaitu penentuan harga dengan menghitung marginal cost
ditambah dengan laba yang diinginkan.
d. Break even pricing atau target pricing yaitu harga yang ditentukan
berdasarkan titik impas.
e. Perceived value pricing yaitu harga ditentukan oleh kesan pembeli
(persepsi) terhadap produk yang ditawarkan.
36
2.6 Pendapatan
Pendapatan juga dapat diartikan sebagai jumlah penghasilan yang diterima
oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,
mingguan, bulanan maupun tahunan (Sukirno,2006:47). Menurut Samuelson dan
Nordhaus (2003:264), pendapatan menunjukkan jumlah uang yang diterima oleh
rumah tangga selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan
terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti
sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari
pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran.
Pendapatan merupakan uang yang diterima oleh seseorang atau perusahaan
dalam bentuk gaji (salaries), upah (wages), sewa (rent), bunga (interest), laba
(profit), dan sebagainya, bersama-sama dengan tunjangan pengangguran, uang
pensiun, dan lain sebagainya. Dalam analisis mikro ekonomi, istilah pendapatan
khususnya dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu periode
waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam,
tenaga kerja, dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah dan bunga,
maupun laba, secara berurutan (Jaya, 2011:5).
A. Jenis-Jenis Pendapatan
Menurut Suparmoko dalam Artaman (2015:11), Secara garis besar sumber
pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
37
1. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut
melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu
hari, satu minggu atau satu bulan.
2. Pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total dari hasil produksi
yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan
usaha milik sendiri atau keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri
dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.
3. Pendapatan dari usaha lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa
mencurahkan tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan sampingan,
antara lain pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki, bunga
dari uang, sumbangan dari pihak lain, pendapatan pensiun, dan lain-lain.
Macam-macam pendapatan menurut perolehannya dapat dibagi menjadi dua:
1. Pendapatan kotor adalah hasil penjualan barang dagangan atau jumlah
omzet penjualan yang diperoleh sebelum dikurangi pengeluaran dan biaya
lain.
2. Pendapatan bersih adalah penerimaan hasil penjualan dikurangi pembelian
bahan, biaya transportasi, retribusi, dan biaya makan atau pendapatan total
dimana total dari penerimaan (revenue) dikurangi total biaya (cost).
B. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Menurut Swastha (2008: 201), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan dari kegiatan penjualan antara lain:
38
a. Kondisi dan kemampuan pedagang
Kemampuan pedagang dalam transaksi jual beli yaitu mampu meyakinkan
para pembeli untuk membeli dagangannya dan sekaligus memperoleh
pendapatan yang diinginkan.
b. Kondisi pasar
Kondisi pasar berkaitan dengan keadaan pasar tersebut, jenis pasar,
kelompok pembeli yang ada dalam pasar tersebut, lokasi berdagang,
frekuensi pembeli dan selera pembeli dalam pasar tersebut.
c. Modal
Setiap usaha membutuhkan untuk operasional usaha yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan maksimal. Dalam kegiatan penjualan semakin
banyak produk yang dijual berakibat pada kenaikan keuntungan. Untuk
meningkatkan produk yang dijual suatu usaha harus membeli jumlah
barang dagangan dalam jumlah besar. Untuk itu dibutuhkan tambahan
modal untuk membeli barang dagangan atau membayar biaya operasional
agar tujuan meningkatkan keuntungan sehingga pendapatan dapat
meningkat.
d. Kondisi organisasi usaha
Semakin besar suatu usaha akan memiliki frekuensi penjualan yang
semakin tinggi sehingga keuntungan akan semakin besar dibandingakan
dengan usaha yang lebih kecil.
39
e. Faktor lain
Faktor lain yang mempengaruhi usaha berkaitan dengan periklanan dan
kemasan produk. Dalam pasar jenis dagangan juga dapat mempengaruhi
pendapatan.
2.7 Elastisitas
Menurut Gasperz (2008:108), konsep elastisitas mengukur presentase
perubahan nilai variabel tak bebas (dependent variable), sebagai akibat perubahan
satu persen dalam nilai dari variabel bebas tertentu (ceteris paribus) dengan
asumsi nilai dari variabel-variabel bebas yang lain dianggap konstan. Ukuran yang
dipakai untuk mengukur derajat kepekaan digunakan rasio/perbandingan
presentase perubahan kuantitas barang yang diminta atau barang yang ditawarkan
dengan presentase perubahan faktor-faktor yang menyebabkan kuantitas barang
itu berubah. Penyebab kuantitas suatu barang yang diminta atau ditawarkan bisa
berubah dapat dikelompokan dalam tiga hal, yaitu:
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang lain
c. Pendapatan/income
Jika dikaitkan dengan penyebab kuantitas suatu barang bisa berubah, maka
terdapat tiga macam elastisitas, yaitu:
a. Elastisitas harga, membahas perbandingan/rasio presentase perubahan
kuantitas suatu barang yang diminta atau ditawarkan dengan presentase
perubahan harga barang itu sendiri.
40
b. Elastisitas silang, membahas perbandingan/ratio presentase perubahan
kuantitas suatu barang (barang X) yang diminta atau ditawarkan dengan
presentase perubahan harga barang lain (barang Y).
c. Elastisitas pendapatan/income, membahas perbandingan/ratio presentase
perubahan kuantotas suatu barang yang diminta atau yang ditawarkan
dengan presentase perubahan pendapatan.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu penting sebagai dasar pijakan dalam rangka
penyusunan penelitian dan berguna untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahulu. Penelitian terdahulu memuat berbagai penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti lain baik dalam bentuk jurnal maupun skripsi.
Penelitian yang telah ada mendasari pemikiran penulis dalam menyusun skripsi.
Adapun penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 3. Berikut ini.
Tabel 3. Penelitian Terdahulu
No Nama dan
Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
1. Jessy
Ekawati,
2012
Pengaruh Harga Jual
dan Modal Kerja
terhadap Pendapatan
Perajin Tahu : Studi Kasus pada Sentra
Industri Tahu
Cibuntu Kota
Bandung
Variabel bebas
berupa harga
jual dan
variabel terikat berupa
pendapatan.
Analisis data
menggunakan
regresi linier
berganda.
Terdapat
variabel bebas
modal kerja.
Harga jual dan
modal kerja
berpengaruh
positif terhadap
pendapatan
perajin tahu.
41
Tabel 3. Lanjutan Penelitian Terdahulu
No Nama dan
Tahun Judul Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
2. Rasyid,
Kasim,
Kurniawan
2012
Pengaruh Harga Jual
dan Volume
Penjualan terhadap
Pendapatan
Pedagang Pengumpul Ayam
Potong
Variabel bebas
berupa harga
jual, volume
penjualan dan
variabel terikat berupa
pendapatan.
Analisis data
menggunakan
regresi linier
berganda.
Hanya
terdapat dua
variabel bebas
Harga jual dan
volume
penjualan
berpengaruh
positif terhadap
pendapatan
pedagang
pengumpul
ayam potong.
3. Muhammad
Ichsan
Rahman,
2013
Pengaruh Volume
Penjualan Bunga dan
Harga Jual Bunga
terhadap Pendapatan
Pedagang Bunga di
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat
Promosi dan
Pemasaran
Hortikultura (P3H)
Pasar Bunga Rawa
Belong Jakarta Barat
Variabel bebas
berupa harga
jual, volume
penjualan dan
variabel terikat
berupa pendapatan.
Analsisi data
menggunakan
regresi linier
berganda.
Hanya
terdapat dua
variabel bebas
Volume
penjualan dan
harga jual
berpengaruh
positif
terhadap pendapatan
pedagang
bunga potong.
4. Putu
Crisdandi,
2015
Pengaruh Biaya
Pemeliharaan dan
Harga Jual terhadap
Pendapatan Petani
Cengkeh di Desa
Tirta Sari pada
Tahun 2014
Variabel bebas
berupa harga
jual dan
variabel terikat
berupa
pendapatan.
Analisis data menggunakan
regresi linier
berganda.
Terdapat
variabel bebas
biaya
pemeliharaan
Biaya
pemeliharaan
dan harga jual
berpengaruh
positif
terhadap
pendapatan petani
cengkeh.
5. Nur Isni
Atun, 2016
Pengaruh Modal,
Lokasi dan Jenis
Dagangan terhadap
Pendapatan
Pedagang Pasar
Prambanan Kab.
Sleman
Variabel
terikat berupa
pendapatan.
Analisis data
menggunakan
analisis regresi
linier
berganda.
Terdapat 3
variabel bebas
berupa modal,
lokasi dan
jenis
dagangan.
Modal, lokasi
dan jenis
dagangan
berpengaruh
positif
terhadap
pendapatan
pedagang.
2.9 Kerangka Pemikiran
Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta Barat merupakan salah satu sentra
penjualan bunga terbesar di pulau Jawa. Pasar bunga ini dijadikan sebagai acuan
42
dalam menentukan harga bunga dan tanaman hias. Salah satu jenis bunga yang
dijual disana yaitu bunga potong.
Pasar Bunga Rawa Belong merupakan tempat bertemunya pedagang dan
pembeli bunga dan melakukan transaksi jual beli, yang menjadi perhatian bahwa
sering terjadi fluktuasi harga jual yang berdampak pada volume penjualan bunga,
sehingga pedagang bunga mengalami kesulitan untuk mengukur besar pendapatan
yang diterima. Selain volume penjualan, faktor yang bisa memengaruhi
pendapatan yaitu harga jual. Jumlah jenis bunga akan berpengaruh terhadap
pendapatan para pedagang, karena setiap jenis bunga memiliki pangsa pasar
konsumen yang berbeda-beda, selain itu jumlah jenis bunga juga mempengaruhi
keuntungan para pedagang yang terlihat dari pendapatan para pedagang yang
berbeda-beda sesuai dengan jumlah jenis bunga yang dijualnya. Oleh karena itu
dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang dianggap memiliki pengaruh dan
berdampak langsung terhadap pendapatan pedagang bunga yaitu volume
penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk melihat
pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti, dengan menggunakan alat bantu
Software SPSS 20, sehingga dapat diketahui variabel mana yang memiliki
sumbangsih terbesar terhadap pendapatan pedagang bunga. Dalam melakukan
analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik
supaya kesimpulan yang didapat tidak menyimpang dari kebenaran yang
seharusnya dan pengujian tersebut terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas
dan uji heteroskedastisitas. Pengujian regresi linier berganda dilakukan untuk
43
mengetahui apakah adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Setelah itu untuk mengetahui besaran pengaruh variabel maka dilakukan
pengujian signifikansi untuk melihat variabel yang berpengaruh secara simultan
(Uji f) maupun secara parsial (Uji t) sehingga didapat variabel yang memiliki
pengaruh terbesar. Lalu dilakukan analisis koefisien determinasi untuk megetahui
presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap
variabel dependen. Dapat disimpulkan hasil dari pengujian tersebut apakah
adanya pengaruh dari volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga
terhadap pendapatan pedagang bunga potong.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat seberapa sensitif harga jual
dan jumlah jenis bunga terhadap pendapatan pedagang. Untuk mengetahui sensitif
variabel tersebut digunakan rumus elastisitas yang digunakan untuk mengetahui
seberapa elastis harga jual dan jumlah jenis bunga terhadap pendapatan, dan
diperolehlah kesimpulan dari hasil tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat digambarkan kerangka pemikiran
sebagai berikut.
44
Pasar Bunga Rawa
Belong, Jakarta Barat
Tingginya permintaan bunga potong tidak dibarengi dengan jumlah pasokan
bunga yang tersedia mengakibatkan fluktuasi volume penjualan dan harga jual
Pendapatan
Pedagang (Y)
Uji Regresi Linier Berganda
Uji
Normalitas
Uji
Multikolinieritas
Uji
Heteroskedastisitas
Pengujian Hipotesis
Uji t
Uji f
Koefisien Korelasi (R) dan
Determinasi (R2)
Pengaruh Volume Penjualan, Harga Jual dan
Jumlah Jenis Bunga terhadap Pendapatan
Pedagang kios Bunga Potong
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Volume
Penjualan (X1)
Harga
Jual (X2)
Jumlah Jenis
Bunga (X3)
Analisis
Sensitivitas
Uji Asumsi Klasik
Elastisitas
Sensitivitas harga
jual dan jumlah jenis
bunga terhadap
pendapatan
45
2.10 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:39), hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut,
maka dapat diajukan hipotesis pengaruh volume penjualan, harga jual dan jumlah
varietas terhadap pendapatan pedagang bunga potong, sebagai berikut:
1. H01 : tidak terdapat pengaruh antara variabel volume penjualan terhadap
pendapatan pedagang kios bunga potong
Ha1 : terdapat pengaruh antara variabel volume penjualan terhadap
pendapatan pedagang kios bunga potong
2. H02 : tidak terdapat pengaruh antara variabel harga jual terhadap
pendapatan pedagang kios bunga potong
Ha2 : terdapat pengaruh antara variabel harga jual terhadap pendapatan
pedagang kios bunga potong
3. H03 : tidak terdapat pengaruh antara variabel jenis bunga terhadap
pendapatan pedagang kios bunga potong
Ha3 : terdapat pengaruh antara variabel jenis bunga terhadap pendapatan
pedagang kios bunga potong
4. H04 : tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel volume
penjualan, harga jual dan jenis bunga terhadap pendapatan pedagang kios
bunga potong
Ha4 : terdapat pengaruh secara simultan antara variabel volume penjualan,
harga jual dan jenis bunga terhadap pendapatan pedagang kios bunga
potong
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive), hal ini dikarenakan Pasar
Bunga Rawa Belong merupakan salah satu sentra pemasaran bunga terbesar di
pulau jawa yang membuat pasar bunga ini dijadikan sebagai acuan dalam
menetukan harga bunga dan tanaman hias. Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan Januari - Februari 2020.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Menurut Suryani dan Hendryadi (2015:170), data dikelompokkan
menjadi dua, yaitu :
1. Data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal
bukan dalam bentuk angka. Termasuk ke dalam data kualitatif
dalam penelitian ini yaitu wawancara.
2. Data kuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung
secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang
dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka. Termasuk ke
dalam data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu seperti volume
penjualan, harga jual, jumlah jenis bunga dan pendapatan
pedagang.
47
3.2.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian merupakan subyek dari mana data
diperoleh. Menurut Suryani dan Hendryadi (2015:171), sumber data
dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
suatu organisasi atau perorangan langsung dari obyeknya.
Pengumpulan data tersebut dilakukan secara khusus untuk
mengatasi masalah riset yang sedang diteliti.
Data primer penelitian ini diperoleh melalui hasil angket dan
wawancara dengan pedagang bunga di rawa belong yang dipilih
secara acak sebagai responden, serta pihak-pihak dari Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Rawa Belong.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain,
biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data semacam ini sudah
dikumpulkan pihak lain untuk tujuan tertentu yang bukan demi
keperluan riset yang sedang dilakukan peneliti saat ini secara
spesifik.
Data sekunder penelitian ini diperoleh dari referensi buku, kantor
pusat Bunga Rawa Belong Jakarta Barat, penelitian kepustakaan
dan internet.
48
3.3 Metode Pengumpulan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:80), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek yang
berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan
dengan masalah dalam penelitian, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pedagang bunga potong di Pasar Bunga Rawa
Belong Jakarta Barat sebanyak 59 pedagang kios bunga potong.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2010:81), sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representative (mewakili).
Adapun pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Probability Sampling. Menurut Sudaryono (2017:169), Probability
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik Probability Sampling yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut
49
Suryani dan Hendryadi (2015:197), Simple Random Sampling adalah suatu
prosedur penarikan sampel yang setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih.
Penentuan sampel dihitung dengan rumus Slovin yaitu sebagai
berikut :
Rumus Sampel :
Dimana :
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
e : kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang dapat ditolerir
Dalam penelitian ini diketahui populasi (N) sebesar 59, dan batas toleransi
error (e) sebesar 10%. Berikut merupakan perhitungan sampel dengan
menggunakan rumus slovin :
n = 59
1+59(0,1)2
n= 59
1+59(0,01)
n= 59
1+0,59
n= 59
1,59
n=37,10 dibulatkan menjadi = 37
n = 𝑁
1+𝑁𝑒²
50
Dari perhitungan sampel di atas, maka dapat diketahui jumlah
sample yang harus digunakan dalam penelitian ini sebanyak 37 pedagang
kios.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi dalam Sudaryono (2017:206), instrumen pengumpulan
data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Berikut merupakan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini :
1. Metode Observasi
Menurut Suryani dan Hendryadi (2015:181), obeservasi merupakan salah
satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari
responden (wawancara dan angket), namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Observasi
dilakukan melalui pengamatan langsung dalam kegiatan-kegiatan transaksi
jual beli dan perlakuan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan tempat
penelitian yang berhubungan dengan kegiatan jual beli bunga di pasar
bunga rawa belong.
2. Metode Angket
Menurut Suryani dan Hendryadi (2015:181), angket adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
51
pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden
untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini angket akan dibagikan ke
pedagang kios bunga potong di rawa belong untuk mengungkapkan data
tentang volume penjualan, harga jual, jumlah jenis bunga dan pendapatan
pedagang kios dari para pedagang yang termasuk dalam sampel penelitian.
3. Metode Wawancara
Menurut Suryani dan Hendryadi (2015:183), wawancara merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan Tanya
jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara
sumber atau sumber data. Metode wawancara dalam penelitian ini
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai identitas diri para
pedagang dan informasi-informasi tentang kegiatan jual beli bunga di
Pasar Bunga Rawa Belong.
4. Metode Dokumentasi
Menurut Sudaryono (2017:219), dokumentasi ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku
yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film
dokumenter data yang relevan. Dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai informasi-informasi lain yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
52
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode ini
disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik (Sugiyono, 2010:13).
Analisis data adalah suatu teknik dalam penelitian yang diarahkan dalam
menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam
penelitian. Pada penelitian ini proses analisis data yang digunakan adalah:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeksripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang bermaksud untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010:208).
2. Uji Asumsi Klasik
Dalam melakukan analisis regresi berganda, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik supaya kesimpulan yang didapat tidak
menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. Untuk mengetahui
persyaratan tersebut diperlukan uji normalitas, uji multikolinearitas, dan
uji heterokedastisitas dengan bantuan SPSS Versi 20 For Windows.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang
bersangkutan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov. Data
dikatakan berdistribusi normal jika nilai Asymp Sig (2-tailed) ≥ 0,05,
53
jika nilai Asymp Sig (2-tailed) ≤ 0,05 maka distribusi data tidak normal
(Muhson, Ali, 2012:21).
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali, Imam (2005:105), uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi yang ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi
maka variabel ini tidak ortgonal. Variabel ortogonal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi antar variabel bebas sama dengan nol.
Multikolinearitas dapat dilihat dari Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor).
Pedoman keputusan berdasarkan nilai Tolerance :
1. Jika nilai Tolerance >0,10 maka artinya tidak terjadi
multikolinieritas dalam model regresi.
2. Jika nilai Tolerance <0,10 maka artinya terjadi multikolinieritas
dalam model regresi.
Pedoman keputusan berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation
Factor):
1. Jika nilai VIF <10 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas
dalam model regresi.
2. Jika nilai VIF >10 maka artinya terjadi multikolinieritas dalam
model regresi.
54
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Bahri (2018:13), uji heteroskedastisitas adalah varian residual
yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain.
Pada penelitian ini menggunakan metode grafik, yaitu dengan melihat
pola titik-titik pada scatterplot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan
pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y,
maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Penelitian ini juga
menggunakan uji Spearman’s rho, jika nilai signifikansi < 0,05 maka
terjadi heteroskedastisitas, jika sebaliknya nilai signifikansi ≥ 0,05
maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ali Muhson, 2012: 26).
3. Uji Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis
regresi linier berganda adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Persamaan regresi linier berganda :
Y’= a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Keterangan :
Y’ = Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong di Pasar Bunga
Rawa Belong
X1 = Volume Penjualan Bunga Potong di Pasar Bunga Rawa
55
Belong (VP)
X2 = Harga Jual Bunga Potong di Pasar Bunga Rawa Belong (HJ)
X3 = Jumlah Jenis Bunga Potong di Pasar Bunga Rawa Belong
(JJB)
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1,X2......Xn =0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
4. Uji Hipotesis
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara individu dan bersama-sama mempengaruhi signifikansi
terhadap variabel dependen. Uji statistik meliputi Uji t, dan Uji F.
a. Uji t (uji koefisien regresi secara parsial)
Uji parsial (uji t) dilakukan untuk menguji pengaruh semua
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t
pada penelitian ini merupakan uji dua arah sehingga nilai kepercayaan
5% dibagi dua menjadi 0.025.
Kriteria dalam uji parsial (Uji t) menurut Pratisto (2009:116):
1. Jika -thitung < -ttabel atau jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang berarti variabel independen secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika -thitung > -ttabel atau jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak, yang berarti variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria dalam uji parsial (Uji t) juga dapat dilihat sebagai berikut:
56
1. Jika nilai signifikansi < 0,05, Ho ditolak, maka ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi > 0,05, Ho diterima, maka tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
b. Uji F (uji koefisien regresi secara simultan)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(X1,X2,...Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap varible dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau
tidak. Kriteria pengujiannya yaitu apabila Fhitung > Ftabel maka Ha
diterima dan Ho ditolak yang berarti variabel independen secara
simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen, begitu sebaliknya. Jika probabilitas > 5% berarti Ho
diterima dan Ha ditolak, begitu juga sebaliknya.
5. Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2)
Koefisien korelasi adalah pengukuran statistik kovarian atau
asosiasi antara dua variabel dan menunjukan keeratan hubungan linier dan
arah hubungan dau variabel acak. Besarnya nilai koefisien korelasi (R)
berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti
hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0
berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Jika nilai koefisien
korelasi positif, maka kedua variabel menunjukan hubungan searah
57
(artinya variabel x naik maka variabel y naik), dan nilai negative
menunjukan hubungan terbalik (variabel x naik maka variabel y turun).
Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Untuk
memudahkan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua
variabel, Sugiono (2013:184) memberikan criteria sebagai berikut :
0,00-0,199 : korelasi sangat lemah
0,20 – 0,399 : korelasi lemah
0,40 – 0,599 : korelasi cukup
0,60 – 0,799 : korelasi kuat
0,80 – 1,000 : korelasi sangat kuat
Koefisien kolerasi mempunyai nilai -1≤ r ≤ +1 dimana:
a. Apabila r = +1 ,maka korelasi antara kedua variabel dikatakan sangat
kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik
sebesar 1 atau sebaliknya.
b. Apabila r = 0 , maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar atau
tidak ada hubungan sama sekali.
c. Apabila r = -1 , maka korelasi atara kedua variabel sangat kuatdan
berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun
sebesar 1 atau sebaliknya.
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan
untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen
(X1,X2,....Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien
ini menunjukan seberapa besar presentase variasi-variabel dependen.
58
R2=0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi
variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan
sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2=1, maka presentase
sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang
digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen.
Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini
selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki harga negatif.
Nachrowi (2006:21) menjelaskan bahwa mengguakan uji adjusted
R2 akan lebih tepat ketimbang menggunakan R2 untuk membandingkan
regresi dengan variabel terikat yang sama, terutama jika variabel bebas
yang digunakan lebih dari dua. Apabila adjusted R2 mendekati satu, maka
variabel tidak bebas mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas.
6. Elastisitas
Elastisitas adalah tingkat kepekaan (perubahan) suatu gejala
ekonomi terhadap suatu gejalan ekonomi yang lainnya. Elastisitas
pendapatan adalah perubahan dalam permintaan sebagai akibat dari
perubahan dalam pendapatan. Nilai elastisitas didapatkan dari perhitungan
dengan memakai fungsi linier sederhana atau berganda dengan cara
mengalikan koefisien “b” dengan nilai rata-rata x dan nilai rata-rata y
(Sumarjono, 2004:23).
59
Elastisitas jumlah jenis bunga terhadap pendapatan adalah
perubahan dalam jumlah jenis bunga sebagai akibat dari perubahan dalam
pendapatan. Rumus jumlah jenis bunga terhadap pendapatan dapat dilihat
sebagai berikut :
EJJB = bx3 . 𝑋3
𝑌
Keterangan :
EJJ = elastisitas jumlah jenis bunga
bx3 = koefisien regresi
X3 = rata-rata X3 (variabel jumlah jenis bunga)
Y = rata-rata Y (variabel pendapatan)
Kriteria elastisitas pendapatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Ep = 1, ini dinamakan uniter elastis, artinya bila harga dan jumlah jenis
bunga naik/turun sebanyak 1% maka pendapatan akan turun/naik
sebanyak 1% pula.
2. Ep > 1, dinamakan elastis, artinya perubahan harga dan jumlah jenis
bunga pengaruhnya lebih besar terhadap perubahan pendapatan.
3. Ep < 1, dinamakan inelastis, artinya perubahan harga dan jumlah jenis
bunga kurang begitu berpengaruh terhadap perubahan pendapatan.
4. Ep = 0, dinamakan inelastis sempurna, yaitu bila tidak ada perubahan
harga dan jumlah jenis bunga mesikpun ada perubahan pendapatan.
5. Ep = ~ (tak hingga), ini dinamakan elastis sempurna, yaitu bila ada
perubahan harga dan jumlah jenis bunga meskipun tidak ada
perubahan pendapatan.
60
3.6 Definisi Operasional
1. Volume Penjualan adalah total jumlah seluruh jenis bunga potong dari
masing-masing pedagang yang terjual pada tahun 2019 dan dinyatakan
dalam bentuk ikat.
2. Harga jual adalah rata-rata harga bunga potong dari seluruh bunga yang
terjual kepada konsumen pada masing-masing pedagang pada tahun 2019.
3. Pendapatan adalah penerimaan dari hasil penjualan bunga potong yang
mampu dijual kepada pembeli dengan harga yang telah disepakati antara
penjual dan pembeli di pasar. Pendapatan pada penelitian ini merupakan
pendapatan bersih, karena pendapatan hasil dari penjualan bunga sudah
dikurangi dengan total biaya (cost).
4. Sensitivitas adalah tanggapan terhadap perubahan relatif pendapatan
pedagang kios bunga potong sebagai akibat dari adanya perubahan harga
jual dan jumlah jenis bunga potong.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil UPT Pasar Bunga Rawa Belong
Pasar Bunga Rawa Belong merupakan salah satu pasar yang dijadikan
Pusat Promosi dan Pemasaran hortikultura. Pada awalnya, para pedagang di Pusat
Promosi dan Pemasaran Hortikultura merupakan pedagang kaki lima bunga dan
tanaman hias yang berusaha di sepanjang jalan Rawa Belong dan jalan Palmerah
Selatan. Saat itu, sungguh sangat memprihatinkan sebab selain mengganggu
aktifitas jalan raya, juga kepastian berusaha tidak ada.
Pada awal tahun 1988 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas
Pertanian Provinsi DKI Jakarta, berupaya menyediakan sarana dan prasarana
pasar yang lebih memadai seluas 1.4 ha di jalan Sulaiman No. 50 Sukabumi
Utara, Kebon Jeruk selanjutnya melokalisir para pedagang tersebut. Pada mulanya
para pedagang itu sangat enggan untuk berusaha berdagang di lokasi yang telah
disediakan, namun berkat usaha keras dan sosialisasi secara terus-menerus seluruh
jajaran Dinas Pertanian Provinsi DKI Jakarta pada akhirnya para pedagang
menyadari keuntungan berdagang di lokasi yang baru.
Keberadaan Pasar Bunga Rawa Belong di jalan Sulaiman ini, semakin
eksis setelah diresmikan berdirinya oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada
tanggal 25 Juli 1989 dengan nama “Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga dan
Tanaman Hias Rawa Belong” yang merupakan salah satu instalasi teknis Dinas
Pertanian Provinsi DKI Jakarta.
62
Seiring dengan perkembangannya, instansi Pusat Promosi dan Pemasaran
Bunga dan Tanaman Hias Rawa Belong ditetapkan menjadi salah satu UPT (Unit
Pelaksana Teknis) Dinas Provinsi DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 113 tahun 2002 dengan nama “Pusat Promosi dan
Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan”.
4.2 Visi dan Misi
A. Visi Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kelautan dan
Pertanian Provinsi DKI Jakarta maka Pusat Promosi dan Pemasaran
Hortikultura (P3H) mempunyai visi yaitu : “Mempertahankan dan
meningkatkan eksistensinya sebagai Pusat Promosi dan Pemasaran
Hortikultura yang unggul dan prima dalam memberikan pelayanan
agribisnis”.
B. Misi Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura
Dalam upaya mewujudkan dan mendukung visi dan misi Dinas
Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta maka UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran hortikultura (P3H) mempunyai misi sebagai berikut :
a. Meningkatkan penampilan secara menyeluruh agar layak sebagai
daerah tujuan wisata agro yang dapat diandalkan (Better Performance).
b. Memberikan pelayanan dalam hal sarana dan prasarana serta informasi
kepada para pelaku agribisnis baik produsen, konsumen maupun
masyarakat umum dalam menjalankan usahanya (Better Service).
63
c. Menciptakan kondisi usaha bisnis dalam bidang hortikultura yang
lebih baik serta dalam suasana yang kondusif dengan mengembangkan
dan meningkatkan pola kemitraan, permodalan, pemasaran serta
promosi (Better Bussines).
d. Meningkatkan kesejahteraan petani dan pedagang hortikultura dengan
jalan memotivasi dalam berusaha serta berupaya menjembatani pola
kemitraan sehingga mampu mengembangkan usahanya yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan kesejahteraan taraf hidupnya
(Better Living).
4.3 Struktur Organisasi
Gambar 2. Stuktur organisasi UPT P3H Pasar Bunga Rawa Belong
a. Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura merupakan Unit Pelaksana
Teknis Dinas Pertanian dan Kehutanan di bidang Promosi dan
Pemasaraan Hasil Pertanian dan Hasil Hutan.
Kepala Dinas Pertanian dan
kehutanan DKI Jakarta
Kepala UPT Pusat Promosi
dan Pemasaran Hortikultura
KASI Sarana dan
Prasarana
KASI Pelayanan
Umum
KABAG Tata
Usaha
64
b. Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura dipimpin oleh seorang
kepala pusat yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
c. Kepala Seksi (KASI) Sarana dan Prasarana merupakan staf di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT yang bertugas
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna
memfasilitasi kebutuhan pedagang di UPT Pasar Bunga Rawa Belong.
d. Kepala Seksi (KASI) Pelayanan Umum merupakan staf di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala UPT yang bertugas menyediakan
pelayan informasi pasar kepada pedagang dan pembeli yang
melakukan jual beli di UPT Pasar Bunga Rawa Belong.
e. Kepala Bagian (KABAG) Tata Usaha adalah staf di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala UPT yang mempunyai tugas untuk
mengurus administrasi baik kaitannya dengan kantor maupun
pedagang yang berdagang di UPT Pasar Bunga Rawa Belong.
4.4 Tugas Pokok dan Fungsi UPT P3H
UPT P3H Pasar Bunga Rawa Belong dalam melaksanakan kegiatannya
memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
1. Tugas Pokok dan Fungsi UPT P3H
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 159 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta,
65
maka UPT Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura (P3H) mempunyai
tugas pokok “Melaksanakan usaha promosi dan pemasaran hortikultura,
menyediakan dan memberikan fasilitas layanan serta mengelola prasarana
dan sarana promosi dan pemasaran”.
2. Fungsi UPT P3H
Dalam rangka untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
pokok, maka Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura mempunyai
fungsi sebagai berikut :
1. Penyusun program dan rencana kegiatan operasional
2. Pengembangan usaha agribisnis hortikultura
3. Bimbingan teknis dan pengembangan usaha instalasi Pusat Promosi
dan Pemsaran Horrtikultura
4. Pelayanan dan pengelolaan sarana dan prasarana promosi, informasi,
distribusi dan pemasaran hortikultura
5. Pelayanan dan pengelolaan fasilitas sarana sortasi, grading, kemasan
dan penyimpanan hasil pertanian
6. Pengembangan dan pelayanan usaha jasa promosi dan informasi di
bidang agribisnis
7. Pelaksanaan obyek pengembangan wisata agro
8. Penerapan teknologi sistem informasi, promosi dan pemasaran
hortikultura
66
9. Penyediaan sarana dan pelayanan bimbingan, latihan dan penelitian
bagi masyarakat, mahasiswa dan petani pedagang yang bergerak di
bidang agribisnis
10. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan
4.5 Sarana dan Prasarana
Untuk melakukan kegiatan pemasaran tersebut, UPT P3H didukung
oleh para pedagang yang terdapat di Pasar Bunga Rawa Belong. Para
pedagang tersebut menempati kios-kios yang telah disediakan UPT P3H.
Sampai saat ini jumlah pedagang yang terdapat di Pasar Bunga Rawa Belong
tersebut terdapat 228 pedagang. Tidak semua pedagang menjual jenis
komoditas, terdapat beberapa pedagang yang menjual jasa yang terkait dengan
hortikultura.
Pasar Bunga Rawa Belong memiliki berbagai macam fasilitas layanan
umum yang mendukung semua aktivitas di Rawa Belong. Pada awal
berdirinya, fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia di Pusat Promosi dan
Pemasaran Bunga dan Tanaman Hias Rawa Belong hanya diperuntukkan
untuk bunga potong. Kemudian dalam perkembangannya, mulai tahun 2005
hingga 2008 telah dibangun sarana dan prasarana usaha dan perlengkapan
pendukung. Sarana dan prasarana usaha serta perlengkapan pendukung itu
sendiri terbagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah selatan dan wilayah utara.
Di wilayah selatan, luas lahan yang ada seluas 6.447 m2 yang terdiri atas
bangunan kios dan los, bangunan kantor dan laboratorium kultur jaringan,
67
bangunan workshop, dan bangunan jembatan penghubung kios-kios dengan
laboratorium kultur jaringan. Sedangkan di wilayah utara, luas lahan yang
dimiliki sebesar 5.970 m2 yang digunakan untuk bangunan kios dan los bunga,
bangunan parkir, dan bangunan gardu listrik PLN.
Kios atau tempat usaha yang tersedia di Pasar Bunga Rawa Belong
merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Namun, kios-
kios tersebut memiliki status kepemakaian. Kios dengan status sewa adalah
tempat usaha yang disewakan dengan biaya retribusi yang harus dibayarkan
setiap bulannya. Biaya retribusi merupakan biaya yang dikeluarkan pedagang
kepada pengelola pasar dalam hal ini UPT Pusat Promosi dan Pemasaran
Hortikultura sebagai ganti dari fasilitas yang diberikan. Besaran biaya retribusi
dipengaruhi oleh luas sewa lahan yaitu berkisar Rp. 350.000,- s.d. Rp.
425.000,- perbulannya. Walaupun demikian, kios-kios tersebut harus
mengikuti persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah dengan
memperpanjang izin dalam penggunaan lahan dan bangunan tempat usaha di
UPT Rawa Belong setiap dua tahun sekali pada Dinas Pertanian DKI Jakarta.
Biaya listrik yang dikeluarkan setiap pedagang berbeda, berkisar dari Rp.
500.000,- s.d. Rp. 800.000,-. Biaya listrik yang besar dikibatkan karena di
beberapa kios ada yang menggunakan AC dan adanya kulkas untuk
penyimpanan bunga. Gaji pekerja merupakan hak yang diperoleh pekerja
sebagai ganti tenaga kerja yang dikeluarkannya. Gaji pekerja setiap toko sama
yaitu sebesar Rp. 1.000.000,- per bulannya untuk 1 pegawai.
68
4.6 Kegiatan di Pasar Bunga Rawa Belong
Kegiatan jual-beli di Pasar Bunga Rawa Belong berlangsung setiap
hari selama 24 jam, mulai Senin hingga Minggu. Kegiatan jual-beli secara
grosir terjadi pada pukul 02.00 hingga pukul 06.00 pagi. Setiap pagi sejumlah
pemasok bunga dan tanaman hias datang ke Pasar Bunga Rawa Belong untuk
memasok bunganya ke beberapa pedagang. Walaupun pemasok datang setiap
hari, namun para pedagang tidak setiap hari membeli bunga dari para pemasok
tersebut. Para pedagang memiliki hari-hari tertentu untuk memasok. Biasanya,
para pedagang mengambil pasokan bunga setiap seminggu tiga kali, namun
ada pula yang seminggu dua kali. Jumlah pasokan yang dipasok ke para
pedagang memiliki jumlah yang tetap setiap saat sesuai dengan perjanjian
dengan para pemasok masing-masing. Semua pasokan bunga dan tanaman
hias yang diperoleh pedagang berasal dari berbagai macam daerah. Daerah
yang banyak memasok ke Pasar Bunga Rawa Belong adalah Cipanas, Cisarua,
Sukabumi, Garut, Lembang (Jawa Barat), Magelang, Tegal (Jawa Tengah),
Pasuruan dan Malang (Jawa Timur).
Setiap hari pihak UPT Rawa Belong melakukan pencatatan data
tentang harga dan volume pemasaran berbagai jenis bunga potong. Selain
melakukan pencatatan, UPT Rawa Belong juga melakukan penarikan biaya
retribusi yang ditetapkan untuk sewa lahan atau kios yang digunakan para
pedagang, dan biaya tersebut ditarik setiap bulan.
Jenis-jenis komoditas yang tersedia untuk diperdagangkan di Pasar
Bunga Rawa Belong yaitu Bunga Potong, Bunga Rampai/ Tabur, Daun
69
Potong, Bunga Kering, dan Tanaman Hias. Bunga potong yang ditawarkan
terdiri dari dua jenis, Anggrek dan aneka Bunga Gunung seperti mawar,
melati, krisan, gladiol, dan lain-lain. Sedangkan jenis tanaman hias yang
ditawarkan pun beraneka ragam dimana tanaman hias tersebut terklasifikasi
menjadi dua jenis, yaitu Tanaman Hias Berbunga dan Tanaman Hias Berdaun
Indah. Selain menyediakan beraneka ragam bunga dan tanaman hias, di Pasar
Bunga Rawa Belong juga menyediakan beraneka ragam jasa terkait. Beberapa
jasa yang dapat ditemukan seperti aneka rangkaian bunga, aneka sarana
penunjang rangkaian, jasa pembuatan bunga papan dan karangan duka cita.
Jenis pedagang di Pasar Bunga Rawa Belong terdiri dari dua jenis.
Pedagang jenis pertama adalah pedagang kios yang memiliki toko bunga
(florist). Pedagang kios rata-rata memiliki jalinan kerjasama dengan beberapa
perusahaan yang telah melakukan kesepakatan bersama. Bunga potong yang
dijual mempunyai banyak jenis. Kegiatan jual-beli para pedagang kios tidak
hanya sekedar menjual bunga potong, para pedagang kios juga menjual jasa
yaitu jasa bunga rangkai untuk dalam dan luar kota Jakarta, bahkan wilayah
pelayanan mencakup seluruh wilayah Indonesia.
Pedagang jenis kedua adalah pedagang los. Para pedagang los ini
setiap pedagangnya hanya menjual satu jenis bunga potong saja. Pedagang los
tidak memiliki hubungan kerjasama kontrak dengan konsumen. Sehingga,
permintaan dan persediaan bunga potong disesuaikan dengan kondisi sehari-
hari. Bunga potong yang ditawarkan dijual secara grosiran maupun per-ikat.
Para pedagang los juga tidak menyediakan jasa bunga rangkai, sehingga
70
aktivitas mereka hanya jual-beli bunga potong. Lokasi para pedagang los tidak
seperti pedagang florist yang tertata rapi dan memiliki kios sendiri.
Pada Pasar Bunga Rawa Belong, konsumen juga dapat
diklasifikasikan. Pengklasifikasian konsumen terdiri dari tiga macam
konsumen. Konsumen pertama adalah florist lain yang membeli bunga potong
segar. Konsumen pertama ini rata-rata berlokasi di Jakarta, tetapi di luar Pasar
Bunga Rawa Belong. Konsumen kedua merupakan konsumen yang berasal
dari perusahaan, kantor atau katering. Konsumen kedua biasanya membeli
bunga dalam bentuk bunga segar maupun memesan dalam bentuk bunga
rangkai. Konsumen ketiga adalah konsumen individu, baik dari kalangan-
kalangan menengah ke atas atau kalangan menengah ke bawah. Jangka waktu
pembelian yang dilakukan berbeda-beda. Konsumen pertama membeli bunga
dengan jangka waktu mingguan, konsumen kedua seperti perusahaan dan
kantor jangka waktunya mingguan dan bulanan. Konsumen ketiga (individu)
membeli dengan jangka waktu yang tidak teratur. Namun, konsumen individu
merupakan konsumen yang membeli dalam jumlah paling banyak dari segi
volume pembelian.
Kegiatan jual beli di Pasar Bunga Rawa Belong memiliki hari-hari
tertentu yang ramai ataupun yang tidak. Hari-hari dimana permintaan ramai
oleh permintaan konsumen merupakan hari-hari pasaran yang berlangsung
pada waktu-waktu tertentu. Hari-hari pasaran tersebut terdiri dari :
71
1. Hari-hari pasaran mingguan
Hari pasaran mingguan dimana merupakan hari terjadinya peningkatan
transaksi, dalam satu minggu jatuh pada hari kamis, jumat, sabtu dan
minggu. Waktu transaksi selama 24 jam, dengan puncak kegiatan
transaksi terjadi dari pukul 02.00 s.d 07.00 yang melibatkan rata-rata
sebanyak 800 orang perhari. Sementara itu, hari-hari sepi dalam satu
minggu jatuh pada hari senin, selasa dan rabu yang hanya melibatkan
rat-rata sebanyak 200 orang per hari.
2. Hari-hari pasaran keagamaan
Hari-hari pasaran keagamaan merupakan hari besar keagamaan yang
secara langsung berpengaruh terhadap meningkatnya transaksi volume
bunga dan jenis bunga yang diperdagangkan. Hari besar keagamaan
tersebut adalah :
a. Hari Raya Idul Fitri hampir seluruh warna dan jenis-jenis bunga
mengalami peningkatan permintaan, khususnya bunga sedap
malam mencapai 3-4 juta tangkai mulai H-4.
b. Hari Raya Natal, ada kecenderungan Dendrobium warna putih
mengalami peningkatan permintaan.
c. Hari Raya Imlek, jenis bunga-bunga yang mengalami kenaikan
permintaan adalah sedap malam dan bunga dengan corak ungu dan
warna merah dan jenis bunga lain yang berwarna kuning.
72
3. Hari-hari pasaran lainnya
a. Tahun baru, hampir semua jenis dan warna bunga mengalami
peningkatan permintaan.
b. Valentine day (hari kasih sayang), jenis bunga yang mengalami
peningkatan permintaan berupa bunga mawar merah dan merah
muda.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Pedagang dan besar volume penjualan, harga jual, jumlah
jenis bunga dan pendapatan pedagang kios Bunga Potong di Pasar Bunga
Rawa Belong
Karakteristik pedagang menjelaskan bagaimana gambaran umum
mengenai pedagang kios bunga potong, sedangkan besar volume penjualan, harga
jual, jumlah jenis bunga dan pendapatan pedagang kios menjelaskan bagaimana
deskripsi dari data penelitian.
5.1.1. Karakteristik Pedagang
Karakteristik pedagang digunakan untuk mengetahui keragaman dari
pedagang kios bunga potong di rawa belong. Hal tersebut diharapkan dapat
memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi dan juga kinerja dari
pedagang kios bunga potong. Berdasarkan data dari 37 pedagang kios bunga
potong di Pasar Bunga Rawa Belong melalui wawancara dan angket diperoleh
kondisi responden tentang jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, dan lama
berdagang. Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.
A. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat ditunjukan pada
Tabel 4.
74
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase (%)
1. Laki-Laki 20 54,1%
2. Perempuan 17 45,9%
Total 37 100%
Sumber : data primer diolah
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden pada Tabel 4. dapat dilihat
bahwa pedagang laki-laki memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah pedagang perempuan yaitu sebanyak 20 pedagang dengan presentase
54,1%, sedangkan pedagang perempuan sebanyak 17 pedagang dengan
presentase 45,9%. Hal ini menunjukan bahwa pedagang laki-laki lebih
mendominasi dalam aktivitas perdagangan di Pasar Bunga Rawa Belong
disebabkan kegiatan jual beli di pasar bunga tersebut berlangsung setiap hari
selama 24 jam, oleh karena itu lebih cocok tenaga laki-laki dibandingkan
perempuan.
B. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat ditunjukan pada Tabel 5.
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Responden Presentase
1. 25-29 6 16,2%
2. 30-34 10 27,1%
3. 35-39 11 29,7%
4. 40-44 6 16,2%
5. 45-49 4 10,8%
Total 37 100%
Sumber : data primer diolah
75
Berdasarkan karakteristik umur responden pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa
pedagang kios bunga potong yang memiliki umur 35-39 berjumlah paling
banyak yaitu 11 pedagang dengan presentase 29,7%, untuk pedagang kios
bunga potong yang memiliki umur 30-34 berjumlah 10 pedagang dengan
presentase 27,1%, umur 25-29 dan 40-44 masing-masing berjumlah 6
pedagang dengan presentase 16,2%, dan umur 45-49 berjumlah 4 pedagang
dengan presentase 10,8%. Hasil penelitian ini diketahui pedagang kios bunga
potong di Pasar Bunga Rawa Belong paling banyak adalah umur 35-39
dimana termasuk usia produktif dan sudah berpengalaman dalam berdagang.
C. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat ditunjukan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Presntase
1. SMP 5 13,5%
2. SMA 31 83,8%
3. D1 1 2,7%
Total 37 100%
Sumber : data primer diolah
Berdasarkan karakteristik pendidikan terakhir responden pada Tabel 6. dapat
dilihat bahwa tamat SMA memiliki jumlah paling banyak yaitu 31 pedagang
dengan presentase 83,8%, untuk tamat SMP sebanyak 5 pedagang dengan
presentase 13,5%, dan D1 sebanyak 1 pedagang dengan presentase 2,7%.
Hasil ini menunjukan bahwa pendidikan terakhir dari pedagang kios bunga
potong di pasar Bunga Rawa Belong didominasi tamatan SMA dan para
pedagang sebagian besar telah berpendidikan sehingga dapat menguasai baca,
76
tulis dan hitung untuk dapat mengelola pemasukan dan pengeluaran pada
kiosnya tersebut.
D. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berdagang
Karakteristik responden berdasarkan lama berdagang dapat ditunjukan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berdagang
No Lama Berdagang
(tahun) Jumlah Responden Presentase
1. 5-9 8 21,6%
2. 10-14 8 21,6%
3. 15-19 12 32,4%
4. 20-24 6 16,2%
5. 25-29 2 5,4%
6. 30-34 1 2,7%
Total 37 100%
Sumber : data primer diolah
Berdasarkan karakteristik lama berdagang responden pada Tabel 7. dapat
dilihat bahwa pedagang yang sudah berdagang selama 15-19 tahun sebanyak
12 pedagang dengan presentase 32,4%, pedagang yang sudah berdagang
selama 5-9 tahun dan 10-14 tahun masing-masing sebanyak 8 pedagang
dengan presentase 21,6%, sedangkan untuk 25-29 tahun sebanyak 2 pedagang
dengan presentase 5,4%, dan yang paling kecil selama 30-34 tahun yang
memiliki 1 responden dengan presentase 2,7%. Hasil ini menunjukan bahwa
lama berdagang didominasi dari 15-19 tahun, yang berarti pedagang di pasar
ini sudah mempunyai pengalaman yang cukup banyak dalam berdagang di
Pasar Bunga Rawa Belong.
77
5.1.2. Besar Volume Penjualan, Harga Jual dan Jumlah Jenis Bunga
Pedagang Kios Bunga Potong
Data ini untuk mendeskripsikan variabel bebas dan terikat, maka dalam
bagian ini akan disajikan deskripsi data masing-masing variabel berdasarkan data
yang diperoleh dari lokasi penelitian.
A. Volume Penjualan Bunga
Besar volume penjualan merupakan total banyaknya penjualan bunga
potong yang terjual pada bulan Januari – Desember 2019 dalam satuan ikat.
Tujuan dari volume penjualan ini adalah untuk memperkirakan besarnya
keuntungan yang diterima dengan menjual bunga potong kepada konsumen
serta biaya yang sudah dikeluarkan. Pasar bunga ini merupakan jenis pasar
persaingan sempurna karena jumlah produsen tidak terbatas dan jenis produk
hampir tidak kentara. Adanya persaingan sempurna tersebut maka volume
penjualan tidak dapat diprediksi secara pasti, karena setiap bulannya
mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak pasti. Dikarenakan volume
penjualan berfluktuasi maka pendapatan menjadi tidak stabil yang
mengakibatkan keuntungan pun tidak stabil juga. Volume penjualan bunga
potong di Pasar Bunga Rawa Belong dapat dilihat pada Tabel 8.
78
Tabel 8. Volume Penjualan Bunga Potong Tahun 2019
Volume Penjualan (Ikat)
No Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Total
1 400 620 550 540 360 410 350 450 460 610 600 470 5820
2 2300 2700 3000 2900 2800 2300 2800 2900 3000 3500 3800 3200 35200
3 2400 2800 3200 3000 2900 2400 2900 3000 3100 3500 3800 3300 36300
4 1500 1800 1900 2000 1900 1600 1900 1800 2000 2300 2400 2200 23300
5 1300 1600 1850 1800 1700 1350 1650 1700 1600 1900 2100 1550 20100
6 1800 2100 2300 2250 2000 1750 2100 2000 2200 2550 2750 2400 26200
7 1350 1550 1700 1600 1400 1200 1400 1500 1400 1600 1800 1500 18000
8 1450 1900 2000 2000 1800 1550 1800 1700 1650 2050 2200 1700 21800
9 900 1300 1350 1400 1200 1000 1200 1100 1200 1400 1700 1200 14950
10 2100 2700 3000 3300 2700 2300 2750 2700 2900 3400 3600 3100 34550
11 1650 2000 2050 2100 1850 1600 1900 2000 1950 2350 2500 2200 24150
12 1760 2130 2260 2280 1980 1740 2100 2150 2180 2520 2740 2380 26220
13 1300 1700 1850 1800 1700 1350 1650 1700 1700 1900 2200 1600 20450
14 1280 1680 1820 1850 1700 1400 1690 1660 1650 2000 2200 1650 20580
15 950 1150 1160 1200 1100 960 1140 1040 1200 1300 1350 1300 13850
16 2350 2760 3150 3200 3000 2240 2800 3000 3100 3500 3700 3200 36000
17 450 690 460 650 450 460 430 500 550 630 650 500 6420
18 970 1200 1180 1200 1150 1000 1200 1100 1200 1300 1350 1300 14150
19 1400 1750 1900 1910 1800 1350 1700 1750 1650 2000 2050 1700 20960
20 1800 2120 2280 2230 2000 1730 2100 2150 2200 2500 2750 2450 26310
21 1850 2150 2270 2280 2040 1740 2050 2240 2230 2550 2540 2400 26340
22 2050 2450 2750 2700 2460 2170 2560 2550 2670 3000 3150 2850 31360
23 1800 2300 2480 2450 2300 1900 2300 2200 2200 2500 2700 2120 27250
24 1080 1350 1290 1310 1150 1020 1070 1200 1150 1320 1300 1090 14330
25 2320 2780 3220 3250 2980 2460 3000 3050 3130 3640 3860 3320 37010
26 1440 1960 2000 1980 1820 1500 1770 1740 1780 2040 2300 1800 22130
27 1100 1330 1380 1390 1220 1020 1140 1240 1140 1340 1240 1130 14670
28 2320 2880 3200 3210 2960 2440 3000 3050 3100 3600 3850 3350 36960
29 1740 2060 2250 2180 1980 1740 1930 2180 2020 2230 2380 2060 24750
30 540 650 700 690 570 480 540 720 650 760 730 580 7610
31 2370 2600 3130 3150 2840 2340 2770 3000 3100 3300 3600 3000 35200
32 2380 2740 3100 3040 2880 2340 2900 2950 3040 3480 3580 3250 35680
33 2340 2650 2980 3000 2750 2200 2770 2800 2900 3340 3430 3090 34250
34 2300 2680 2990 3060 2800 2320 2850 2880 3000 3460 3700 3200 35240
35 2440 2870 3170 3200 2960 2380 2980 2990 3090 3540 3830 3300 36750
36 1540 1900 2000 1920 1730 1500 1670 1780 1640 1990 1880 1680 21230
37 800 990 960 1000 920 780 990 900 1050 1230 1220 1200 12040
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 8. volume penjualan dari data 37 pedagang kios di
pasar Rawa Belong menunjukan bahwa volume penjualan terkecil yaitu
sebesar 5.820 ikat per 12 bulan, sedangkan volume penjualan terbesar yaitu
37.010 ikat per 12 bulan. Besar volume penjualan tidak bisa diprediksi secara
pasti, karena setiap bulannya mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak
pasti. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi volume penjualan yaitu kualitas
bunga seperti segar atau tidaknya bunga, persaingan dalam menurunkan harga
79
jual dan juga kondisi-kondisi tertentu seperti hari-hari besar (hari raya idul
fitri, imlek, valentine, dan lain-lain) yang bisa mengalami peningkatan
penjualan bunga hingga 50% dibandingkan dengan hari-hari biasa.
B. Harga Jual Bunga
Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibebankan kepada
konsumen untuk mendapatkan bunga. Harga jual bunga pada pedagang
berbeda tergantung jenis bunga yang dijual. Harga jual dalam penelitian ini
merupakan rata-rata harga bunga potong dari seluruh bunga yang terjual
kepada konsumen dalam waktu 1 tahun, (harga jual rata-rata dapat dilihat pada
Lampiran). Harga jual ini dirata-ratakan untuk saling menutupi antara harga
tertinggi ataupun terendah, sehingga rata-rata itu representasi bahwa pedagang
tidak rugi. Besar harga jual tergantung pada kondisi-kondisi tertentu seperti
adanya hari-hari besar (hari raya idul fitri, imlek, valentine, dan lain-lain) dan
pasokan dari bunga yang tersedia di pasar serta permintaan bunga potong,
yang menyebabkan harga tersebut dapat turun ataupun naik. Peningkatan
harga jual bunga potong pada kondisi-kondisi tertentu atau hari-hari besar
dapat mencapai 50% - 100% dari harga jual pada hari-hari biasa.
Harga suatu barang merupakan suatu variabel yang perlu diperhatikan
karena dalam hal ini secara langsung akan mempengaruhi besarnya volume
penjualan dan laba yang akan dicapai. Faktor-faktor yang mempengaruhi
harga jual diantaranya yaitu permintaan, persaingan terhadap penjual bunga
lain, biaya yang merupakan dasar dalam penentuan harga.
80
C. Jumlah Jenis Bunga
Jenis bunga potong yang dijual di pasar bunga rawa belong bermacam-
macam. Pedagang bunga potong juga menjual lebih dari satu jenis bunga
potong, dan jumlah jenis bunga yang dijual oleh pedagang berbeda-beda, ada
yang hanya 3 jenis dan ada yang lebih dari 20 jenis bunga potong. Jenis bunga
potong yang dijual yaitu gladiol, ros semi holand cipanas, ros malang, gerbera
(cipanas dan PT), lely, pikok, bunga balon, aster (cipanas dan PT), krisan
(cipanas dan PT), bunga matahari, casablanca, solidago, carnation, asiatik,
ratus, lysiantus, snap dragon, kala lily, celesia, agapantus, statis, baby breath,
kaspea dan ros cipanas.
D. Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong
Pedagang berjualan di pasar dengan harapan memperoleh pendapatan.
Pendapatan adalah hasil dari penjualan barang atau jasa yang dimiliki para
pedagang pasar. Pendapatan pedagang ditentukan dari berapa banyak jumlah
bunga yang mampu dijual kepada pembeli dengan harga yang telah disepakati
antara penjual dan pembeli di pasar. Pendapatan pada penelitian ini
merupakan pendapatan bersih, karena dari pendapatan hasil dari penjualan
bunga sudah dikurangi dengan total biaya (cost). Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pendapatan dari kegiatan penjualan yaitu kondisi dan
kemampuan berdagang, modal yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
maksimal, kondisi organisasi usaha dan faktor lain yang berkaitan dengan
adanya promosi dan lain-lain. Jumlah pendapatan pedagang kios selama 12
bulan dapat dilihat pada Lampiran.
81
E. Volume Penjualan Bunga, Harga Jual Bunga, Jumlah Jenis Bunga dan
Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong
Pada Tabel 9. Dapat dilihat data penelitian yaitu besar volume
penjualan, harga jual rata-rata, jumlah jenis bunga, dan pendapatan pedagang
kios bunga potong di Pasar Bunga rawa Belong selama 12 bulan.
Tabel 9. Volume Penjualan, Harga Bunga Jual Rata-Rata, Jumlah Jenis
Bunga dan Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong Bulan Januari
– Desember 2019
No
Total Volume
Penjualan
(Ikat)
Harga Jual
Bunga Rata-
Rata (Rp)
Jumlah Jenis
Bunga
Pendapatan
Pedagang (Rp)
1 5.820 27.544 4 13.225.000
2 35.200 23.923 16 177.000.000
3 36.300 29.637 18 204.180.000
4 23.300 21.361 12 96.900.000
5 20.100 39.037 11 115.700.000
6 26.200 22.228 14 128.500.000
7 18.000 45.041 13 93.900.000
8 21.800 31.259 15 109.500.000
9 14.950 23.219 6 64.600.000
10 34.550 32.177 22 174.700.000
11 24.150 33.691 13 115.100.000
12 26.220 26.509 14 140.400.000
13 20.450 28.481 11 109.300.000
14 20.580 30.423 11 111.000.000
15 13.850 17.185 10 29.900.000
16 36.000 29.637 18 204.100.000
17 6.420 28.593 4 14.925.000
18 14.150 18.858 10 50.800.000
19 20.960 28.130 11 104.400.000
20 26.310 20.416 14 107.800.000
21 26.340 24.696 13 133.300.000
22 31.360 19.723 15 147.800.000
23 27.250 32.416 17 152.700.000
24 14.330 28.502 6 75.000.000
25 37.010 38.419 22 205.750.000
26 22.130 32.666 15 102.200.000
27 14.670 26.982 6 77.200.000
28 36.960 37.662 22 186.100.000
82
Tabel 9. Lanjutan Volume Penjualan, Harga Bunga Jual Rata-Rata, Jumlah
Jenis Bunga dan Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong Bulan
Januari – Desember 2019
No
Total Volume
Penjualan
(Ikat)
Harga Jual
Bunga Rata-
Rata (Rp)
Jumlah Jenis
Bunga
Pendapatan
Pedagang (Rp)
29 24.750 39.468 15 131.400.000
30 7.610 46.858 3 43.176.000
31 35.200 27.738 18 204.100.000
32 35.680 29.057 16 187.600.000
33 34.250 22.589 16 167.000.000
34 35.240 30.336 18 203.500.000
35 36.750 29.637 18 196.900.000
36 21.230 33.025 13 105.320.000
37 12.040 21.852 10 13.225.000
Sumber: Data Primer (Diolah)
Berdasarkan data Tabel 10. menunjukan bahwa volume penjualan
terkecil yaitu 5.820 ikat bunga per tahun, sedangkan volume penjualan
terbesar yaitu 37.010. Besar harga jual rata-rata terendah yaitu Rp. 17.185,-
sedangkan harga jual rata-rata terbesar yaitu Rp. 46.858,-. Besar jumlah jenis
bunga yang dijual pedagang paling sedikit yaitu 3 jenis dan pedagang yang
menjual jenis bunga tebanyak yaitu sebanyak 22 jenis. Besar pendapatan yang
tertinggi yaitu sebesar Rp. 205.750.000,- dengan volume penjualan sebesar
37.010 ikat dan harga jual rata-rata Rp. 38.419,-, sedangkan untuk pendapatan
terkecil yaitu Rp. 13.225.000,- dengan volume penjualan sebesar 5.820 ikat
dan harga jual rata-rata Rp. 27.543,-.
83
5.2 Analisis Pengaruh Volume Penjualan, Harga Jual dan Jumlah Jenis
Bunga terhadap Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong di Pasar
Bunga Rawa Belong
Pengaruh volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga
terhadap pendapatan pedagang di analisis dengan menggunakan uji asumsi
klasik, regresi linier berganda, uji hipotesis, koefisien korelasi dan koefisien
determinasi yang dijabarkan sebagai berikut.
5.2.1. Uji Asumsi Klasik
Dalam melakukan analisis regresi berganda, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik yang bertujuan untuk memberikan
kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan
dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Pengujian asumsi klasik ini
terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang
bersangkutan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan :
A. Metode grafik Normality probability Plot, ketentuan yang
digunakan yaitu, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas dan jika data menyebar jauh dari diagonal atau
tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas. Berikut merupakan hasil uji
84
noramalitas dengan grafik Normality probability Plot dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3. Hasil uji normalitas dengan P-p Plot
Sumber : Hasil diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan Gambar 3. dapat dikatakan bahwa titik menyebar
sekitar garis dan mengikuti garis diagonal, maka model regresi
tersebut terdistribusi secara normal.
B. Metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov, ketentuan yang
digunakan yaitu jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi data
tidak normal dan jika nilai signifikan > 0,05 maka distribusi data
normal. Hipotesis yang digunakan yaitu Ho, data residual
berdistribusi normal dan Ha, data residual tidak berdistribusi
normal. Berikut merupakan hasil uji normalitas dengan One-
Sample Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 10.
85
Tabel 10. Hasil Uji One Sample Kolmogorov Smirnov
Unstandardized Residual
N 37
Asymp. Sig. (2-tailed) .842
Sumber: Hasil diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (2-
tailed) sebesar 0,842 karena lebih besar dari 0,05 maka data
terdistribusi dengan normal.
2) Uji Multikolinieritas
Menurut Sumanto (2014:165), uji multikolinieritas dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar
variabel bebas. Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan),
berarti ada aspek yang sama diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak
layak digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sam
variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji multikolinieritas perlu
dilakukan jika jumlah variabel bebas lebih dari satu. Multikolinearitas
dapat dilihat dari Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).
Pedoman keputusan berdasarkan nilai Tolerance :
1. Jika nilai Tolerance >0,10 maka artinya tidak terjadi
multikolinieritas dalam model regresi.
2. Jika nilai Tolerance <0,10 maka artinya terjadi multikolinieritas
dalam model regresi.
86
Pedoman keputusan berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation
Factor):
1. Jika nilai VIF <10 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas
dalam model regresi.
2. Jika nilai VIF >10 maka artinya terjadi multikolinieritas dalam
model regresi.
Tabel 11. Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel independen Collinierity Statistics
Tolerance VIF
Volume Penjualan .137 7.307
Harga Jual .926 1.080
Jumlah Jenis Bunga .135 7.409
Sumber: Hasil diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa :
1. Variabel volume penjualan memiliki nilai Tolerance 0,137 >
0,1 dan nilai VIF 7,307 < 10, maka dapat disimpulkan model
regresi tidak terjadi masalah multikolinieritas.
2. Variabel harga jual memiliki nilai Tolerance 0,926 > 0,1 dan
nilai VIF 1,080 < 10, maka dapat disimpulkan model regresi
tidak terjadi masalah multikolinieritas.
3. Variabel jumlah jenis bunga memiliki nilai Tolerance 0,135 >
0,1 dan nilai VIF 7,409 < 10, maka dapat disimpulkan model
regresi tidak terjadi masalah multikolinieritas.
87
Dapat disimpulkan bahwa antar variabel volume penjualan, harga
jual dan jumlah jenis bunga tidak saling memengaruhi atau tidak
terjadi multikolinieritas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Priyanto (2013:62), heteroskedastisitas merupakan keadaan
dimana terjadi keridaksamaan variabel dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan menggunakan :
A. Metode grafik, yaitu dengan melihat pola titik-titik pada scatterplot
regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di
atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas. Pola penyebaran titik-titik seperti
yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil diolah SPSS 20
88
Berdasarkan Gambar 4. dengan menggunakan Uji Scatterplot
diketahui data menyebar dan tidak berbentuk suatu pola tertentu.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
B. Metode Rank Spearman, dengan ketentuan jika nilai signifikansi <
0,05 maka terjadi heteroskedastisitas, jika sebaliknya nilai
signifikansi ≥ 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 12. Hasil uji heteroskedastisitas dengan rank Spearman
Variabel independen Sig. (2-tailed)
Volume Penjualan .989
Harga Jual .793
Jumlah Jenis Bunga .807
Sumber: hasil diolah dengan SPSS 20
Dari Tabel 12. menunjukan bahwa nilai signifikansi atau Sig. (2-
tailed) variabel volume penjualan sebesar 0,989, variabel harga jual
sebesar 0,793 dan variabel jumlah jenis bunga sebesar 0,807. Nilai
ketiga variabel bebas tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
5.2.2. Regresi Linier Berganda
Menurut Sugiyono (2016:192), analisis regresi berganda
merupakan regresi yang memiliki satu variabel dependen dan dua atau
lebih variabel independen. Digunakan oleh peneliti apabila peneliti
bermaksud meramalkan bagaimana keadaan naik turunnya variabel
89
dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai predictor
dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan Software SPSS 20 dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 13. Hasil regresi berganda
Variabel Koefisien Regresi
Konstanta -57220431.407
Volume Penjualan (X1) 7105.565
Harga Jual (X2) 1341.385
Jumlah Jenis Bunga (X3) -2428398.684
Sumber: Hasil diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan Tabel 13. dapat dibentuk persamaan regresi berganda sebagai
berikut :
Y = -57220431.407+7105.565X1+1341.385X2-2428398.684X3
Keterangan :
Y : Pendapatan Pedagang Bunga Potong (Rp/ikat)
X1 : Volume Penjualan Bunga Potong (ikat)
X2 : Harga Jual Rata-Rata Bunga Potong (Rp)
X3 : Jumlah Jenis Bunga yang Dijual Pedagang Bunga Potong (jenis)
Hasil persamaan matematis di atas menunjukan bahwa nilai koefisien
dari masing-masing variabel bebas dalam model memiliki tanda yang
sesuai dengan hipotesis. Hasil di atas diperoleh nilai konstanta sebesar -
57220431,407 artinya pendapatan pedagang akan mengalami kerugian
sebesar Rp. 57.220.431,- apabila faktor volume penjualan, harga jual dan
jumlah jenis bunga sama dengan nol. Melihat tanda dan besarnya nilai
90
koefisien regresi maka variabel independen yang berpengaruh terhadap
pendapatan adalah sebagai berikut :
1. Variabel volume penjualan memiliki koefisien regresi yang bernilai
+7.105,565 berarti jika volume penjualan bertambah 1 ikat selama 12
bulan maka akan bertambah pendapatan sebesar Rp. 7.105/ikat. Tanda
positif ini menunjukan pengaruh yang searah antara volume penjualan
dengan pendapatan pedagang kios bunga potong. Volume penjualan
berpengaruh terhadap pendapatan karena semakin banyaknya volume
penjualan bunga maka pendapatan juga meningkat. Banyak atau
sedikitnya volume penjualan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh
hari-hari besar seperti hari keagamaan, kesegaran bunga, adanya
pelanggan tetap dan promosi melalui media sosial.
2. Variabel harga jual memiliki koefisien regresi yang bernilai
+1.341,385 yang berarti jika harga jual bertambah satu rupiah selama
12 bulan maka akan bertambah pendapatan sebesar Rp. 1.341/ikat.
Tanda positif ini menunjukan pengaruh yang searah antara harga jual
dengan pendapatan pedagang kios bunga potong. Harga jual bunga
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang bunga. Harga jual dalam
penelitian ini dipengaruhi oleh kondisi pada hari-hari besar dan juga
ada tidaknya stok bunga di dalam toko.
3. Variabel jumlah jenis bunga memiliki koefisien regresi yang bernilai -
2.428.398,684 yang berarti jika jumlah jenis bunga bertambah 1 jenis
selama 12 bulan maka akan berkurang pendapatan sebesar Rp.
91
2.428.398/ikat. Tanda negatif ini menunjukan bahwa adanya hubungan
yang terbalik antara jumlah jenis bunga dengan pendapatan pedagang
kios bunga potong. Jumlah jenis bunga tidak memiliki pengaruh
terhadap pendapatan pedagang, karena walaupun jika pendagang
menjual sedikit bunga tetapi volume penjualannya melebihi pedagang
lainnya yang menjual lebih banyak bunga, pendapatan pedagang
tersebut lebih banyak daripada pendapatan pedagang yang menjual
lebih banyak bunga dan hal itu tidak memberikan pengaruh terhadap
pendapatan.
5.2.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen secara individu dan bersama-sama mempengaruhi
signifikansi terhadap variabel dependen.
1. Uji t (parsial)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang diteliti
secara individual terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong.
Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan pedagang
adalah volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga, maka
digunakan uji t dengan membandingkan ttabel dengan thitung dengan asumsi :
a. Ho ditolak dan Ha diterima apabila -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel
b. Ho diterima dan Ha ditolak apabila -thitung > -ttabel atau thitung < ttabel
92
Besarnya pengaruh secara individual variabel volume penjualan (X1),
harga jual (X2) dan jumlah jenis bunga (X3) terhadap pendapatan (Y)
ditunjukan oleh Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Uji t
Variabel thitung Signifikansi
Volume Penjualan
(X1) 16.164 .000
Harga Jual (X2) 5.806 .000
Jumlah Jenis Bunga
(X3) -2.868 .007
Sumber : Hasil diolah dengan SPSS 20
Taraf signifikansi(a) = 0,05, jumlah sampel (n) =37, jumlah variabel (k)=3,
df = n-k = 37-3 = 34. Dari ketentuan tersebut diperoleh angka ttabel sebesar
2,032.
Membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tabel 7, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Variabel volume penjualan (X1), nilai thitung (16,164) > ttabel (2,032) dan
nilai sig. 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan Ho1 ditolak dan Ha1
diterima, artinya volume penjualan (X1) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong (Y).
2. Variabel harga jual (X2), nilai thitung (5,806) > ttabel (2,032) dan nilai sig.
0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan Ho2 ditolak dan Ha2 diterima,
artinya harga jual (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan pedagang kios bunga potong (Y).
3. Variabel jumlah jenis bunga (X3), nilai -thitung (-2,868) > -ttabel (-2,032)
dan nilai sig 0,007 < 0,05. Maka dapat disimpulkan Ho3 diterima dan
93
Ha3 ditolak, artinya jumlah jenis bunga (X3) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong (Y).
2. Uji F (simultan)
Uji signifikansi simultan (F) dalam penelitian ini digunakan untuk
menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap pendapatan pedagang
kios bunga potong. Kriteria pengujiannya yaitu apabila Fhitung > Ftabel maka
Ha diterima dan Ho ditolak, begitu sebaliknya. Jika nilai sig. > 0,05 berarti
Ho diterima dan Ha ditolak, begitu juga sebaliknya. Dengan perumusan
hipotesis :
Ho : tidak ada pengaruh volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis
bunga secara bersama-sama terhadap pendapatan pedagang kios bunga
potong
Ha : ada pengaruh volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga
secara bersama-sama terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong.
Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Uji F
Fhitung Sig.
Regresi 457.812 .000
Sumber: Hasil diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan Tabel 15. hasil perhitungan uji signifikansi simultan (uji F)
dapat dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 457,812 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. f tabel dengan jumlah sampel (n) = 37, jumlah variabel (k)
= 4, taraf signifikan = 0,05 dengan tingkat kepercayaan (95%), df1 = k-1 =
94
4-1 = 3 dan df2 = n-k = 37-4 = 33 diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,89,
sehingga Fhitung (457,812) > Ftabel (2,89) dan secara sistematik diperoleh
nilai signifikan 0,000. Nilai signifikan (0,000) < taraf signifikan 0,05 maka
dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, artinya volume penjualan
(X1), harga jual (X2) dan jumlah jenis bunga (X3) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong
(Y).
5.2.4 Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan
pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen.
Hasil analisis koefisien korelasi dan koefisien determinasi dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)
Keterangan Nilai
R .988
Adjusted R Square .974
Sumber: Hasil diolah dengan SPSS 20
Berdasarkan data Tabel 16. besarnya korelasi (R) adalah sebesar 0,988 dan
angka tersebut positif (mendekati 1) yang berarti terdapat korelasi atau
hubungan yang sangat kuat antara variabel bebas yang terdiri dari volume
penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga secara bersama-sama dengan
95
variabel terikat yaitu pendapatan pedagang. Besarnya Adjusted R Square
(R2) sebesar 0,974 atau 97,4% yang berarti variabel bebas yang terdiri dari
volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga memberikan
kontribusi pengaruh sebesar 97,4% kepada pendapatan pedagang,
sedangkan sisanya 2,6% dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya di
luar penelitian ini.
5.2.5 Interpretasi
Hasil pengujian untuk membuktikan pengaruh volume penjualan,
harga jual dan jumlah jenis bunga dan penelitian ini memberikan bukti
bahwa volume penjualan dan harga jual dapat mempengaruhi pendapatan
pedagang dan jumlah jenis bunga tidak memberikan pengaruh terhadap
pendapatan pedagang. Pengaruh dari 97,4% pendapatan adalah ketiga
variabel tersebut yaitu volume penjualan, harga jual dan jumlah jenis
bunga, dan diperoleh hasil persamaan hasil regresi sebagai berikut.
a. Pengaruh volume penjualan terhadap pendapatan pedagang kios
Hasil analisis regresi berganda nilai koefisien regresi variabel
volume penjualan sebesar 7.105,565 atau bermakna mempunyai
pengaruh positif apabila volume penjualan meningkat maka
pendapatan pedagang kios juga akan meningkat. Hasil penelitian uji t
menunjukan bahwa variabel volume penjualan menunjukan nilai thitung
(16,164) > ttabel (2,032) dan nilai sig. 0,000 < 0,05 yang berarti secara
parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara volume penjualan
terhadap pendapatan pedagang kios.
96
Faktor volume penjualan adalah faktor yang mempengaruhi
pendapatan pedagang karena semakin banyak volume penjualan bunga
maka akan semakin besar juga pendapatannya. Banyak atau sedikitnya
volume penjualan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh hari-hari besar
misalnya hari keagamaan, kesegaran bunga, adanya pelanggan tetap
dan promosi melalui media sosial. Volume penjualan meningkat
karena permintaan terhadap bunga naik pada hari-hari tertentu yaitu
misalnya pada hari valentine, hari-hari keagamaan seperti hari raya
idul fitri, hari natal, hari raya imlek, dan pada hari-hari peringatan
seperti hari guru, pahlawan, hari ibu dan lain-lain. Volume bunga yang
dijual juga bisa dipengaruhi oleh promosi yang dilakukan seperti
adanya media sosial, dan juga adanya pelanggan tetap dari toko
tersebut karena dengan adanya pelanggan tetap maka akan selalu ada
bunga yang terjual. Kesegaran bunga juga bisa mempengaruhi
penjualan bunga potong, karena jika bunga yang dijual terlihat tidak
segar maka pembeli kurang berminat untuk membelinya dan akan
mencari di toko lain dengan bunga yang lebih segar, dan apabila bunga
sudah layu dan tidak layak untuk dijual maka bunga tersebut langsung
dibuang ke tempat pembuangan sampah, hal itu bisa mengurangi
volume penjualan pedagang bunga tersebut.
Temuan ini sejalan dengan Daryono (2011:187), bahwa volume
penjualan merupakan ukuran yang menunjukan banyaknya atau
besarnya jumlah barang atau jasa yang terjual. Volume penjualan
97
merupakan salah satu hal penting yang harus dievaluasi untuk
kemungkinan pedagang agar tidak mengalami kerugian. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumantri (2017), hasil
dari penelitian ini yaitu adanya pengaruh signifikan volume penjualan
terhadap pedapatan.
b. Pengaruh harga jual terhadap pendapatan pedagang kios
Hasil analisis regresi berganda memiliki nilai koefisien harga jual
sebesar 1.341,385 atau bermakna mempunyai pengaruh positif apabila
harga jual rata-rata meningkat maka pendapatan pedagang kios juga
akan meningkat. Hasil penlitian uji t memiliki nilai thitung (5,806) > ttabel
(2,032) dan nilai sig. 0,000 < 0,05 yang berarti secara parsial terdapat
pengaruh yang signifikan antara harga jual terhadap pendapatan
pedagang kios.
Faktor harga jual adalah faktor yang mempengaruhi pendapatan
pedagang karena semakin tinggi harga jual maka permintaan bunga
akan menurun dan akan berpengaruh terhadap pendapatannya, tetapi
pada kondisi tertentu pendapatan akan semakin besar karena konsumen
akan tetap membeli bunga walaupun harga bunga sedang tinggi. Harga
jual dalam penelitian ini dipengaruhi oleh kondisi pada hari-hari besar
dan juga ada tidaknya stok bunga di dalam toko. Harga jual mengalami
naik atau turun bergantung pada kondisi-kondisi tertentu misalnya
pada hari valentine, permintaan terhadap bunga ros sangat banyak dan
karena kondisi tersebut harga bunga ros tersebut bisa naik bahkan
98
hingga 100 persen dari harga normal, walaupun harga bunga tersebut
naik orang-orang akan tetap membelinya. Lalu, ketersediaan stok
bunga di toko tersebut, apabila permintaan terhadap bunga tinggi tetapi
ketersediaan bunga sedikit maka akan menyebabkan harga jual bunga
naik, dan juga apabila permintaan terhadap bunga sedikit tetapi
ketersediaan bunga banyak maka akan menyebabkan harga jual bunga
turun. Apabila ketersediaan stok bunga tidak ada namun ada
permintaan terhadap bunga tersebut, maka penjual akan membeli di
toko lain dan hal itu bisa membuat harga yang dijual naik karena
bunga yang dibeli oleh penjual bukan dari pemasok, tetapi dari toko
lain yang menjual bunga dengan harga jual toko tersebut.
Temuan ini sejalan dengan Tjiptono (2005:151), bahwa harga jual
merupakan satuan moneter atau satuan lainnya (termasuk barang dan
jasa lainnya) yang ditukar agar memperoleh hak kepemilikan atau
penggunaan suatu barang atau jasa yang akan berpengaruh terhadap
pendapatan pedagang. Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan
bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga jual paling tinggi.
Harga jual sangat berhubungan dengan pendapatan, karena harga jual
yang ditetapkan perusahaan terhadap produk yang dijual akan
memberikan pendapatan atau keuntungan kepada perusahaan, maka
harga jual mempunyai peran yang penting di dalam peusahaan dan
menentukan tinggi atau rendahnya pendapatan suatu perusahaan
(Rivandi dan Jannah, 2018). Penelitian ini sejalan dengan Crisdandi
99
(2015), hasil dari penelitian ini yaitu adanya pengaruh positif yang
signifikan harga jual terhadap pendapatan.
c. Pengaruh jumlah jenis bunga terhadap pendapatan pedagang kios
Hasil analisis regresi berganda memiliki nilai koefisien jumlah
jenis bunga sebesar -2.428.398,684 atau bermakna mempunyai
pengaruh negatif. Hasil penelitian uji t memiliki nilai -thitung (-2,868) >
-ttabel (-2,032) dan nilai sig 0,007 < 0,05 yang berarti secara parsial
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah jenis bunga
terhadap pendapatan pedagang kios.
Faktor jumlah jenis bunga tidak memiliki pengaruh terhadap
pendapatan pedagang kios karena sedikit atau banyaknya jumlah jenis
bunga yang dijual tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap
pendapatan pedagang jika dibandingkan dengan volume penjualan dan
harga jual. Dapat dilihat dari data penelitian ada penjual yang hanya
menjual 11 jenis bunga dan ada yang menjual 13 jenis bunga tetapi
untuk pendapatan lebih besar pedagang yang menjual 11 jenis bunga.
5.3 Analisis Sensitivitas Jumlah Jenis Bunga terhadap Pendapatan Pedagang
Kios Bunga Potong di Pasar Bunga Rawa Belong.
Sensitivitas jumlah jenis bunga terhadap pendapatan pedagang
mengukur perubahan relatif pendapatan pedagang kios bunga potong sebagai
akibat dari adanya perubahan jumlah jenis bunga potong. Analisis ini
menggunakan analisis elastisitas untuk mengetahui tingkat sensitivitas jumlah
100
jenis bunga terhadap pendapatan pedagang. Nilai koefisien regresi jumlah
jenis bunga (bx3), rata-rata variabel jumlah jenis bunga (X3) dan rata-rata
variabel pendapatan pedagang (Y), ketiganya diformulasikan untuk
mendapatkan hasil nilai elastisitas jumlah jenis bunga terhadap pendapatan
pedagang. Adapun nilai elastisitas harga jual terhadap pendapatan pedagang
dapat dilihat pada perhitungan berikut.
Dik :
Koefisien regresi jumlah jenis bunga (bx3) : -2428398.684
Rata-rata variabel jumlah jenis bunga (X3) : 13,243
Rata-rata variabel pendapatan pedagang (Y) : 122211486,8
EJJB = bx3 . X3/Y
= -2428398,684 (13,243/122211486,8)
= -2428398,684 (0,000000108)
= -0,262 < 1 (inelastis)
Hasil analisis elastisitas jumlah jenis bunga sebesar 0,226. Diketahui
nilai elastisitasnya lebih kecil dari 1 maka elastisitas jumlah jenis bunga
bersifat inelastis yang artinya jumlah jenis bunga tidak memberikan respon
terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong. Apabila terjadi
penambahan jumlah jenis bunga maka perubahan jumlah pendapatan yang
diterima lebih kecil dibandingkan presentase perubahan penambahan jumlah
jenis bunga. Maksud lain dari hal ini, adanya penambahan atau pengurangan
jumlah jenis bunga belum tentu akan menyebabkan perubahan jumlah
pendapatan pedagang kios bunga potong yang diterima.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Penelitian mengenai pengaruh volume penjualan, harga jual dan jumlah
jenis bunga terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong di pasar bunga
Rawa Belong, Jakarta Barat ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik pedagang di pasar bunga Rawa Belong berdasarkan jenis
kelamin didominasi oleh laki-laki, berdasarkan umur didominasi oleh usia
35-39 tahun, berdasarkan pendidikan terakhir didominasi oleh SMA, dan
berdasarkan lama berdagang didominasi oleh pedagang yang sudah
berdagang selama 15-19 tahun. Besaran volume penjualan bunga di pasar
bunga Rawa Belong berkisar dari 5.820 - 37.010 ikat per tahun, harga jual
rata-rata bunga potong berkisar Rp. 17.185 – Rp. 46.858 per ikat, jumlah
jenis bunga potong yang dijual berkisar 3 – 22 jenis bunga potong, dan
pendapatan pedagang bunga berkisar Rp. 13.225.000 – Rp. 205.750.000
per tahun.
2. Volume penjualan dan harga jual secara parsial berpengaruh nyata
terhadap pendapatan pedagang kios bunga potong, dan jumlah jenis bunga
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang kios
bunga potong di Pasar Bunga Rawa Belong. Secara simultan, volume
penjualan, harga jual dan jumlah jenis bunga berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan bunga potong di Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta
Barat.
102
3. Jumlah jenis bunga memiliki sifat inelastis terhadap pendapatan pedagang
kios bunga potong yang artinya pendapatan pedagang tidak respon
terhadap jumlah jenis bunga potong.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan
saran yang berkaitan dengan penelitian, antara lain:
1. Pedagang dapat meningkatkan promosi yang lebih lagi seperti adanya
media sosial agar konsumen tidak hanya berasal dari orang yang
datang langsung ke pasar tetapi juga konsumen yang bisa memesan
lewat online untuk dapat meningkatkan volume penjualan.
2. Pedagang diharapkan dapat menjaga kesegaran bunga karena
kesegaran bunga dapat bertahan seminggu. Menjaga kesegaran bunga
dapat dilakukan dengan memotong batang bunga sedikit-sedikit dan
mengganti air rendaman batang bunga setiap harinya agar bunga bisa
bertahan segar dan bisa menarik konsumen yang datang langsung ke
pasar untuk membeli, karena konsumen hanya akan beli ke pedagang
yang bunganya masih terlihat segar, hal ini juga dapat meningkatkan
volume penjualan dan menjaga kestabilan harga jual bunga karena jika
bunga sudah agak tidak segar lagi maka harga jual bisa menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Aliminsyah dan Padji. 2003. Kamus istilah akuntansi. CV Yrama Widya.
Bandung
Artaman, Dewa Made Aris. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Pasar Seni Sukawati di kabupaten Gianyar. Tesis.
Program Magister Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana.
Universitas Udayana Denpasar
Atun, Nur Isni. 2016. Pengaruh Modal, Lokasi dan Jenis Dagangan terhadap
Pendapatan Pedagang Pasar Prambanan Kab. Sleman. [Skripsi].
Universitas Negeri Yogyakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2019. Gerbera Bunga
Berdiameter Lebih dari 8 Cm. http://www.litbang.pertanian.go.id/info-
teknologi/3170/ diakses pada tanggal 8 September 2020 pukul 15.38 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Jenis dan produksi bunga di Indonesia tahun
2013-2017
Bahri, S. dan Zamzam, F. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM-
Amos. Deepublish. Yogyakarta
Boediono. 2000. Ekonomi Internasional. BFFE. Yogyakarta
Crisdandi, Putu. 2015. Pengaruh Biaya Pemeliharaan dan harga Jual terhadap
Pendapatan Petani Cengkeh di Desa Tirta Sari pada Tahun 2014. Jurnal
Jurusan Pendidikan Ekonomi Volume 5 No.1.
Daryono. 2011. Manajemen Pemasaran. CV Yrama Widya. Bandung
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Produksi Tanaman Hias di Indonesia
2003-2007. Direktoral Jenderal Tanaman Hias. Jakarta.
Ekawati, Jessy. 2012. Pengaruh Harga Jual dan Modal Kerja terhadap
Pendapatan Perajin Tahu : Studi Kasus pada Sentra Industri Tahu
Cibuntu Kota Bandung. [Skripsi]. Universitas Pendidikan Indonesia
Fuad, M. H, Christine, Nurlela, Sugiarto, dan Y.E.F, Paulus. 2000. Pengantar
Bisnis. PT. Gramedia. Jakarta
Gardjito, Murdijati dan Handayani, Widuri. 2015. Penanganan Segar
Hortikultura untuk Penyimpanan dan Pemasaran. Kencana. Jakarta
104
Gasperz, Vincent. 2008. Tota Quality Manajemen. PT Gramedia pustaka utama.
Jakarta
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Badan
Penerbit UNDIP. Semarang
Hansen dan Mowen. 2001. Akuntansi Manajemen Biaya Jilid 2. Salemba empat.
Jakarta
Hentiani, T. L. 2011. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan
pedagang informal di pasar sentral medan. Tesis. Universitas sumatera
utara
Isamas. 2016. Macam-Macam Bunga Potong.
http://isamas54.blogspot.com/2015/11/macam-macam-bunga-potong.html
diakses pada tanggal 8 September 2020 pukul 15.49 WIB
Jaya, A. H.M. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
Kaki Lima di Sekitar Pantai Losari Kota Makasar. [Skripsi]. Jurusan Ilmu
Ekonomi FEB Unhas. Makassar
Johan, Suwinto. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Graham ilmu.
Yogyakarta
Kartini, Fresti Dwi. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Bunga Potong Mawar,
Krisan dan Gerbera Kelompok Tani Rahayu di Kecamatan Cidahu,
Sukabumi. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor
Kasmir. 2004. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Kensil, CST dan CST Kansil. 2008. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang
Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta
Kotler, Philip. 2000. Prinsip-Prinsip Pemasaran Manajemen. Prenhalindo.
Jakarta
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2012. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 13
Jilid 1. Erlangga. Jakarta
Kusnadi.2000. Akuntansi Keuangan Menengah. Universitas Brawijaya. Malang
Lingga, Lanny. 2007. Anthurium. Gramedia pustaka utama. Jakarta
Lingga, Lanny. 2008. Mawar. Gramedia pustaka utama. Jakarta
105
Moekijat. 2000. Kamus Manajemen. CV Mandar Maju. Bandung
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. STIE YKPN. Yogyakarta
Muhson, ali. 2012. Modul Pelatihan SPSS. Diktat UNY
Nachrowi. 2006. Pendekatan Populer Dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis
Ekonomi Dan Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta
Nuryanto, Hery. 2007. Budidaya Tanaman Krisan. Ganeca exact. Jakarta
Prasetijo, Budi Tjatur. 2011. Bunga Aster. http://smart-
pustaka.blogspot.com/2011/02/bunga-aster.html?m=1 Diunduh pada 8
September 2020 pukul 15.00 WIB
Pratisto, Arif. 2009. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta
Priyanto, D. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Mediakom.
Yogyakarta
Purwanto, Arie Wijayani. 2007. Anthurium Bunga Pesona Tak Pernah Pudar.
Kanisius. Yogyakarta
Rahman, Muhammad Ihsan. 2013. Pengaruh Volume Penjualan Bunga dan
Harga Jual Bunga terhadap Pendapatan Pedagang Bunga di Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura
(P3H) Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta Barat. [Skripsi]. Fakultas Sains
dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Rasyid, Kasim dan Kurniawan. 2012. Pengaruh Harga Jual dan Volume
Penjualan terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong.
[Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanudin
Republika. 2019. Tanaman Hias Indonesia Merambah Mancanegara.
https://republika.co.id/berita/pvlkdn453/tanaman-hias-indonesia-
merambah-mancanegara diunduh pada tanggal 29 Oktober 2019 pukul
19.00 WIB
Rivandi dan Jannah. 2018. Pengaruh Biaya Pemeliharaan dan Harga Jual
terhadap Pendapatan (Studi Kasus pada PT. Perindustrian dan
Perdagangan Lembah Karet). Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi KBP
1-10
Rukmana, Rahmat. 1995. Mawar. Kanisius. Yogyakarta
106
Rukmana, Rahmat. 2003. Aster. Kanisius. Yogyakarta
Samuelson dan Nordhaus. 2003. Ilmu Makroekonomi. McGraw-hill. Media
Global Edukasi
Soeratno. 2003. Ekonomi Mikro Pengantar. Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Sudaryono. 2016. Manajemen Pemasaran: Teori Dan Implementasi. Penerbit
andi. Banten
Sudaryono. 2017. Metodologi Penelitian. Rajaawali Pers. Depok
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung
Sujatmiko, Eko. 2014. Kamus IPS. Aksara Sinergi Media. Surakarta
Sukirno, Sadorno. 2006. Ekonomi Pembangunan. Kencana. Jakarta
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. CAPS. Yogyakarta
Sumantri. 2017. Pengaruh Volume Penjualan terhadap Pendapatan Ayam Potong
(Studi Kasus Peternakan Ayam Supadi). Volume 2
Sumarjono, Djoko. 2004. Diktat Kuliah Ilmu Ekonomi Produksi. Universitas
Dipenogoro. Semarang
Suryani dan Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif Teori Dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam. Prenadamedia Group.
Jakarta
Swastha, Basu. 2002. Azaz-Azaz Marketing Edisi 13. Liberty. Yogyakarta
Swastha, Basu. 2008. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty. Yogyakarta
Swastha, Basu. 2009. Manajemen Penjualan. BPFE. Yogyakarta
Swastha, Basu. 2012. Manajemen Penjualan Edisi 3. BPFE. Yogyakarta
107
Tjiptono, Fandy. 2005. Strategi Pemasaran. ANDI. Yogyakarta
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran Edisi 3. ANDI. Yogyakarta
Tjiptono, Fandy. 2015. Strategi Pemasaran. Bayu media publishing. Malang
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
1. Sudah berapa lama berdagang bunga di pasar bunga rawa belong?
2. Berjualan pada hari apa saja?
3. Pada jam berapa buka tutup toko?
4. Biasanya penjualan bunga potong ramai pada hari apa saja?
5. Berapa pekerja yang bekerja di toko ini? Berapa gaji pekerja tiap bulan?
6. Jenis bunga apa yang paling laku terjual?
7. Bagaimana pemasokan bunga dilakukan? Dari mana saja bunga berasal?
8. Apakah mempunyai pelanggan tetap?
9. Apabila ada permintaan bunga tetapi stok jenis bunga tersebut sedang kosong,
bagaimana cara menanganinya?
10. Harga jual bunga mengalami naik turun atau tidak? Alasannya karena apa?
11. Berapa lama bunga akan bertahan tetap segar?
12. Bagaimana cara perawatan bunga potong agar tetap segar?
13. Apabila ada bunga yang sudah layu atau sudah tidak layak untuk dijual, apa
yang akan dilakukan?
14. Berapa uang retribusi yang dibayar?
15. Apakah ada promosi yang dilakukan?
109
Lampiran 2. Angket Penelitian
Angket Penelitian
1. Nama Pedagang :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Berapa jumlah bunga potong yang terjual pada bulan Januari – Desember
2019?
7. Berapa jumlah jenis bunga potong yang dijual? Dan apa saja nama bunga
potong yang dijual?
8. Berapa range harga jual setiap bunga potong yag dijual?
9. Berapa jumlah pendapatan dalam menjual bunga potong pada bulan Januari –
Desember 2019?
110
Lampiran 3. Harga Jual Rata-Rata Bunga Potong Tahun 2019
No Nama Bunga Harga Jual Rata-Rata
1. Gladiol Rp. 21.660
2. Ros Semi Holand Cipanas Rp. 69.340
3. Ros Malang Rp. 28.460
4. Gerbera Rp. 35.307
5. Lely Rp. 42.810
6. Pikok Rp. 12.838
7. Bunga Balon Rp. 8.585
8. Aster (Cipanas) Rp. 12.850
9. Krisan (Cipanas) Rp. 16.986
10. Bunga Matahari Rp. 42.762
11. Aster (PT) Rp. 12.886
12. Krisan (PT) Rp. 16.943
13. Gerbera (PT) Rp. 17.110
14. Casablanca Rp. 120.926
15. Solidago Rp. 17.538
16. Carnation Rp. 26.171
17. Asiatik Rp. 102.586
18. Ratus Rp. 17.443
19. Lysiantus Rp. 128.048
20. Snap Dragon Rp. 21.714
21. Kala Lily Rp. 42.774
22. Celesia Rp. 21.476
23. Agapantus Rp. 42.655
24. Statis Rp. 21.417
25. Baby Breath Rp. 17.145
26. Kaspea Rp. 21.405
27. Ros Cipanas Rp. 17.280
Sumber : Data primer diolah
113
Lampiran 4. Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong Bulan Januari-Desember 2019
No Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
1 500.000 1.800.000 1.275.000 1.200.000 500.000 525.000 525.000 725.000 1.000.000 1.725.000 1.650.000 1.800.000 13.225.000
2 10.450.000 12.950.000 14.825.000 14.200.000 13.500.000 10.450.000 13.500.000 14.200.000 14.825.000 17.950.000 19.825.000 20.331.000 177.006.000
3 12.440.000 15.200.000 17.900.000 16.600.000 15.000.000 12.440.000 15.000.000 16.600.000 17.000.000 20.000.000 22.000.000 24.000.000 204.180.000
4 5.150.000 7.025.000 7.650.000 8.275.000 7.650.000 5.775.000 7.650.000 7.025.000 8.275.000 10.150.000 10.775.000 11.500.000 96.900.000
5 6.400.000 8.800.000 10.900.000 10.500.000 9.600.000 6.800.000 9.200.000 9.600.000 8.800.000 11.300.000 12.000.000 11.800.000 115.700.000
6 8000.000 10.000.000 11.300.000 11.000.000 9.300.000 7.600.000 10.000.000 9.300.000 10.700.000 13.000.000 14.400.000 13.900.000 128.500.000
7 6.000.000 8.200.000 9.500.000 8.600.000 7.000.000 5.400.000 7.000.000 7.800.000 7.000.000 8.600.000 10.000.000 8.800.000 9.390.0000
8 6.000.000 9.000.000 10.000.000 10.000.000 8.900.000 7.000.000 8.900.000 8.200.000 7.400.000 10.800.000 11.900.000 11.400.000 109.500.000
9 3.000.000 5.500.000 5.800.000 6.000.000 4.800.000 3.500.000 4.800.000 4.200.000 4.800.000 6.000.000 8.000.000 8.200.000 64.600.000
10 8.800.000 13.000.000 15.300.000 17.000.000 13.000.000 10.000.000 13.500.000 13.000.000 14.600.000 18.000.000 19.000.000 19.500.000 174.700.000
11 7.000.000 9.300.000 9.600.000 9.900.000 8.200.000 6.600.000 8.600.000 9.300.000 8.900.000 11.600.000 12.600.000 13.500.000 115.100.000
12 8.700.000 11.200.000 12.000.000 12.200.000 10.200.000 8.500.000 11.000.000 11.300.000 11.500.000 13.800.000 15.300.000 14.700.000 140.400.000
13 5.800.000 8.900.000 10.000.000 9.600.000 8.900.000 6.200.000 8.500.000 8.900.000 8.900.000 10.400.000 12.000.000 11.200.000 109.300.000
14 5.600.000 8.700.000 9.800.000 10.000.000 8.900.000 6.500.000 8.800.000 8.600.000 8.500.000 11.200.000 12.700.000 11.700.000 111.000.000
15 1.200.000 2.400.000 2.500.000 2.700.000 2.100.000 1.300.000 2.300.000 1.800.000 2.700.000 3.300.000 3.600.000 4.000.000 29.900.000
16 12.000.000 14.900.000 17.600.000 17.900.000 16.600.000 11.300.000 15.200.000 16.600.000 17.300.000 20.000.000 21.400.000 23.300.000 204.100.000
17 525.000 2.300.000 600.000 2.000.000 525.000 600.000 375.000 900.000 1.200.000 1.800.000 2.000.000 2.100.000 14.925.000
18 2.800.000 4.300.000 4.200.000 4.300.000 4.000.000 3.000.000 4.300.000 3.700.000 4.300.000 5.000.000 5.200.000 5.700.000 50.800.000
19 6.000.000 8.500.000 9.500.000 9.600.000 8.800.000 5.500.000 8.000.000 8.500.000 7.700.000 10.300.000 10.600.000 11.400.000 104.400.000
20 6.300.000 8.400.000 9.400.000 9.100.000 7.600.000 5.800.000 8.200.000 8.500.000 8.900.000 10.800.000 12.400.000 12.400.000 107.800.000
21 8.500.000 10.600.000 11.400.000 11.500.000 9.800.000 7.800.000 9.900.000 11.200.000 11.200.000 13.400.000 13.300.000 14.700.000 133.300.000
22 8.400.000 10.900.000 12.800.000 12.500.000 11.000.000 9.200.000 11.600.000 11.500.000 12.300.000 14.300.000 15.300.000 18.000.000 147.800.000
23 9.000.000 12.600.000 14.000.000 13.700.000 12.600.000 9.700.000 12.600.000 11.900.000 11.900.000 14.100.000 15.600.000 15.000.000 152.700.000
111
114
Lampiran 4. Lanjutan Pendapatan Pedagang Kios Bunga Potong Bulan Januari-Desember 2019
No Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
24 5.300.000 7.000.000 6.700.000 6.800.000 5.800.000 4.900.000 5.200.000 6.100.000 5.800.000 6.900.000 6.800.000 7.700.000 75.000.000
25 11.000.000 14.600.000 17.900.000 18.000.000 16.000.000 12.200.000 16.200.000 16.600.000 17.250.000 21.000.000 22.700.000 22.300.000 205.750.000
26 5.300.000 9.000.000 9.400.000 9.200.000 8.000.000 5.700.000 7.700.000 7.500.000 7.800.000 9.700.000 11.600.000 11.300.000 102.200.000
27 5.400.000 7.125.000 7.500.000 7.575.000 6.300.000 4.800.000 5.700.000 6.450.000 5.700.000 7.200.000 6.450.000 7.000.000 77.200.000
28 9.600.000 13.700.000 16.000.000 16.100.000 14.300.000 10.500.000 14.500.000 14.900.000 15.300.000 18.900.000 20.700.000 21.600.000 186.100.000
29 8.500.000 10.800.000 12.200.000 11.700.000 10.200.000 8.500.000 9.900.000 11.700.000 10.500.000 12.000.000 13.200.000 12.200.000 131.400.000
30 2.550.000 3.650.000 4.150.000 4.050.000 2.850.000 1.950.000 2.550.000 4.350.000 3.650.000 4.750.000 4.450.000 4.226.000 43.176.000
31 13.000.000 16.300.000 17.900.000 16.200.000 18.300.000 16.000.000 17.200.000 12.600.000 17.900.000 19.500.000 19.600.000 19.600.000 204.100.000
32 11.300.000 13.700.000 16.000.000 15.700.000 14.600.000 11.000.000 14.800.000 15.000.000 15.700.000 18.600.000 19.200.000 22.000.000 187.600.000
33 10.400.000 12.300.000 14.400.000 14.525.000 12.900.000 9.525.000 13.000.000 13.200.000 13.900.000 16.650.000 17.200.000 19.000.000 167.000.000
34 12.000.000 14.800.000 17.000.000 17.500.000 15.600.000 12.200.000 16.000.000 16.200.000 17.100.000 20.300.000 22.000.000 22.800.000 203.500.000
35 11.700.000 14.700.000 16.700.000 16.500.000 15.300.000 11.300.000 15.400.000 15.500.000 16.200.000 19.300.000 21.300.000 23.000.000 19.690.0000
36 7.020.000 9.600.000 10.300.000 9.800.000 8.400.000 6.700.000 7.900.000 8.700.000 7.700.000 10.300.000 9.500.000 9.400.000 105.320.000
37 1.215.000 2.500.000 2.300.000 2.575.000 2.000.000 1.079.000 2.500.000 1.895.000 2.915.000 4.100.000 4.071.000 4.700.000 31.850.000
Sumber : Data primer diolah
112
113
Lampiran 5. Hasil Uji One Sample Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 37
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 8839817.7554583
0
Most Extreme Differences
Absolute .101
Positive .084
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z .616
Asymp. Sig. (2-tailed) .842
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Lampiran 6. Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -57220431.407 7704849.618
VolumePenjualan 7105.565 439.591 1.165 .137 7.307
HargaJual 1341.385 231.036 .161 .926 1.080
JumlahJenisBunga -2428398.684 846813.185 -.208 .135 7.409
a. Dependent Variable: PendapatanPedagang
114
Lampiran 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman
Correlations
Volume
Penjualan
Harga
Jual
Jumlah
Jenis
Bunga
Unstandardi
zed Residual
Spearman's
rho
VolumePenjualan
Correlation
Coefficient 1.000 .152 .945** .002
Sig. (2-tailed) . .370 .000 .989
N 37 37 37 37
HargaJual
Correlation
Coefficient .152 1.000 .262 .045
Sig. (2-tailed) .370 . .117 .793
N 37 37 37 37
JumlahJenisBunga
Correlation
Coefficient .945** .262 1.000 .042
Sig. (2-tailed) .000 .117 . .807
N 37 37 37 37
Unstandardized
Residual
Correlation
Coefficient .002 .045 .042 1.000
Sig. (2-tailed) .989 .793 .807 .
N 37 37 37 37
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 8. Hasil Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1
(Constant) -57220431.407 7704849.618
VolumePenjualan 7105.565 439.591 1.165
HargaJual 1341.385 231.036 .161
JumlahJenisBunga -2428398.684 846813.185 -.208
a. Dependent Variable: PendapatanPedagang
115
Lampiran 9. Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .988a .977 .974 9232888.524 2.690
a. Predictors: (Constant), JumlahJenisBunga, HargaJual, VolumePenjualan
b. Dependent Variable: PendapatanPedagang
Lampiran 10. Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -57220431.407 7704849.618 -7.427 .000
Volume Penjualan 7105.565 439.591 1.165 16.164 .000
Harga Jual 1341.385 231.036 .161 5.806 .000
Jumlah Jenis
Bunga -2428398.684 846813.185 -.208 -2.868 .007
a. Dependent Variable: PendapatanPedagang
Lampiran 11. Hasil Uji f
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 11708014800019
6704.000 3
39026716000065
568.000 457.812 .000b
Residual 28131256061897
40.500 33
85246230490598.
200
Total 11989327360638
6448.000 36
a. Dependent Variable: PendapatanPedagang b. Predictors: (Constant), JumlahJenisBunga, HargaJual, VolumePenjualan