pengaruh variasi suhu pengeringan preparat …repository.unimus.ac.id/128/1/fulltext.pdf ·...

53
i PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS DAN MORFOLOGI SEL DARAH MERAH (Erythrocyte) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Kesehatan Program Studi Analis Kesehatan Diajukan Oleh : M. Ardi Afriansyah G1C012033 PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 http://lib.unimus.ac.id

Upload: haquynh

Post on 07-Mar-2019

273 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

i

PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT

APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL

MAKROSKOPIS DAN MORFOLOGI

SEL DARAH MERAH (Erythrocyte)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Pendidikan Diploma IV Kesehatan

Program Studi Analis Kesehatan

Diajukan Oleh :

M. Ardi Afriansyah

G1C012033

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016

http://lib.unimus.ac.id

Page 2: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

ii

http://lib.unimus.ac.id

Page 3: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

iii

http://lib.unimus.ac.id

Page 4: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

iv

PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN

DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS DAN

MORFOLOGI SEL DARAH MERAH (Erythrocyte)

M. Ardi Afriansyah1, Tulus Ariyadi

2, Budi Santosa

3

1. Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. 2,3.

Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang.

ABSTRAK

Sediaan apus darah tepi merupakan suatu pemeriksaan untuk menghitung jenis

dan mengidentifikasi morfologi darah. Sediaan apus darah yang baik secara

makroskopis dan mikroskopis sangat penting dalam menilai keberhasilan sediaan

apus darah. Salah satu faktor penentu adalah suhu, faktor lingkungan seperti suhu

dapat mempengaruhi makroskopis dan mikroskopis, suhu dapat mempengaruhi

aktivitas biologis darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya pengaruh variasi suhu pengeringan preparat sediaan apus darah tepi

terhadap hasil makroskopis dan morfologi sel darah merah (eritrosit). Jenis

penelitian ini adalah eksperimen yaitu sampel diberikan perlakuan terlebih dahulu

lalu kemudian diperiksa. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIV

Analis Kesehatan semester 7 Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang yang berjumlah 9 orang. Teknik sampling

yang digunakan adalah simple random sampling. Analisis data menggunakan uji

statistik Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil makroskopis

semuanya memiliki kriteria baik sementara itu hasil penelitian terhadap morfologi

sel darah merah ditemukan bahwa hasil yang baik lebih banyak terjadi pada suhu

pengeringan 25°C yaitu sejumlah 8 preparat (88,9%) dibandingkan pada suhu

pengeringan 30°C sejumlah 7 preparat (77,8%) ataupun suhu pengeringan 40°C

sejumlah 1 preparat (11,1%). Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji

Chi-square, nilai p-value 0,001 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada

pengaruh variasi suhu pengeringan preparat apusan darah tepi terhadap hasil

morfologi sel darah merah (Eritrosit).

Kata Kunci : SADT , Makroskopis, Morfologi SDM, Suhu.

http://lib.unimus.ac.id

Page 5: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

v

INFLUENCE OF DRYING TEMPERATURE VARIATION OF

PERIPHERAL BLOOD SMEAR PREPARATION TO

RESULTOF MACROSCOPIC AND RED BLOOD

CELLS MORPHOLOGY (Erythrocyte)

M. Ardi Afriansyah1, Tulus Ariyadi

2, Budi Santosa

3

1.

Medical Laboratory Study Programe of Nursing and Health Faculty

Muhammadiyah University of Semarang. 2,3.

Molecular Biology Laboratory Faculty of Nursing and Health Muhammadiyah

University of Semarang.

ABSTRACT

Peripheral blood smear is an inspection to calculate and identify varieties of blood

morphology. Blood smears were both macroscopically and microscopically is

really important in assesing succes of blood smear. One of defining factor is

temperature, environment factor like temperature can influence biology activity of

blood. This study purpose to find out is there any or no the influence of drying

temperature variation of peripheral blood smear preparation to result of

macroscopic and red blood cells morphology (erythrocyte). Kind of this study is

experiment that the sample is given treatment first and then be checked.

Population of this study are students DIV medical laboratory 7 semester

Muhammadiyah University of Semarang which amount to 9 student. Sampling

technic is applied simple random sampling. Data analysis is applied statistic test

Chi-square. Result of this study show that all of macroscopic result belong to

good criteria while study result to red blood cells morphology found that better

result which more going to drying temperature 25°C that is amounts 8 preparation

(88,9%) compared to drying temperature 30°C is amounts 7 preparation (77,8%)

or drying temperature 40°C is amount 1 preparation (11,1%). Based on the data

analysis which is applied Chi-square test, score p-value 0,001 < α (0,05), then

concluded that there is influence of drying temperature variation of peripheral

blood smear preparation to result of red blood cells morphology (Erythrocyte).

Keywords : Peripheral Blood Smear, Macroscopic, RBC Morphology,

Temperature.

http://lib.unimus.ac.id

Page 6: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

vi

http://lib.unimus.ac.id

Page 7: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis menyelesaikan penyusunan Skripsi yang diajukan

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma IV ( empat )

Kesehatan bidang Analis kesehatan.

Dalam penyusunan Skripsi, penulis telah banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –

besarnya kepada yang terhormat :

1. Tulus Ariyadi, SKM, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Dr. Budi Santosa, SKM, M.Si. Med selaku Pembimbing II yang juga telah

membantu dan memberikan petunjuk kepada penulis.

3. Dra. Sri Sinto Dewi, M.Si. Med selaku Ka. Progam D IV Analis Kesehatan

FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang.

4. Bapak, Ibu, kakak, adik yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan

doa selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Teman – teman mahasiswa seangkatan yang menempuh pendidikan D IV

Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Diharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 12 Juli 2016

Penyusun

http://lib.unimus.ac.id

Page 8: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

viii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ............................................................................................. i

Halaman Persetujuan ... ............................................................................... ii

Halaman Pengesahan ................................................................................... iii

Abstrak ........................................................................................................... iv

Surat Pernyataan Originalitas .................................................................... vi

Kata Pengantar ............................................................................................. vii

Daftar Isi ..................................................................................................... viii

Daftar Tabel ................................................................................................... x

Daftar Gambar ............................................................................................. xi

Daftar Lampiran . ......................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 3

1.5. Orisinalitas Penelitian ............................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Darah ..................................................................................................... 5

2.2. Sel Darah Merah ..................................................................................... 5

2.2.1. Kelainan Ukuran .................................................................................. 6

2.2.2. Kelainan Bentuk ................................................................................... 7

2.2.3. Kelainan Warna .................................................................................... 10

2.3. Pemeriksaan Laboratorium ..................................................................... 11

2.3.1. Sediaan Apus Darah Tepi ..................................................................... 11

2.3.2. Pewarnaan Sediaan Darah .................................................................... 14

2.3.3. Pengecatan Giemsa .............................................................................. 15

2.4. Suhu ..................................................................................................... 16

2.5. Tehnik Pembacaan Preparat Apusan Darah ............................................ 17

2.6. Kerangka Teori ........................................................................................ 18

2.7. Kerangka Konsep .................................................................................... 18

2.8. Hipotesis . ................................................................................................. 18

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................ 19

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 19

3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 19

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................................... 20

3.5. Variabel Penelitian .................................................................................. 20

3.6. Rancangan Penelitian ............................................................................... 21

3.7. Definisi Operational ................................................................................. 21

3.8. Alur Penelitian ........................................................................................ 22

3.9. Alat dan Bahan ......................................................................................... 22

3.9.1. Alat ..................................................................................................... 22

http://lib.unimus.ac.id

Page 9: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

ix

3.9.2. Bahan .................................................................................................... 23

3.10. Prosedur Penelitian................................................................................. 23

3.10.1. Pengambilan Darah Vena ................................................................... 23

3.10.2. Pembuatan Sediaan Apus Darah Tepi ................................................ 23

3.10.3. Prosedur Pewarnaan ........................................................................... 24

3.11. Analisis Data ......................................................................................... 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Sampel .. ..................................................................... 25

4.2. Hasil Penelitian . ..................................................................................... . 25

4.2.1. Gambar Hasil Pengamatan Makroskopis .......... .......................... ......... 25

4.2.2. Hasil Pengamatan Makroskopis . ......................................................... . 25

4.2.3. Gambar Hasil Pengamatan Morfologi Eritrosit . ................................. . 26

4.2.4. Hasil Pengamatan Morfologi Sel Darah Merah . ................................. . 27

4.3. Pembahasan . ........................................................................................... . 30

4.3.1. Makroskopis . ....................................................................................... . 30

4.3.2. Morfologi Sel Darah Merah .. .............................................................. . 30

4.3.3. Pengaruh Suhu Terhadap Kwalitas Sediaan Apus Darah . .................. . 31

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan . ........................................................................................... . 33

5.2. Saran . . .................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 36

LAMPIRAN

http://lib.unimus.ac.id

Page 10: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Orisinalitas Penelitian ........................................................................ 4

Tabel 2. Sebab akibat sediaan apus tidak layak diperiksa ............................... 13

Tabel 3. Definisi Operational .......................................................................... 21

Tabel 4. Gambar hasil pengamatan makroskopis . .......................................... 25

Tabel 5. Hasil Pengamatan makroskopis . ....................................................... 26

Tabel 6. Gambar hasil pengamatan morfologi eritrosit . ................................. 27

Tabel 7. Hasil pengamatan morfologi eritrosit . .............................................. 28

Tabel 8. Hasil uji Chi Square pengaruh variasi suhu pengeringan

terhadap Morfologi Eritrosit . ............................................................ 30

http://lib.unimus.ac.id

Page 11: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Microcyte ........................................................................................ 6

Gambar 2. Macrocyte ....................................................................................... 6

Gambar 3. Sferosit ............................................................................................ 7

Gambar 4. Achantocyte .................................................................................... 7

Gambar 5. Burrcell........................................................................................... 8

Gambar 6. Sel Krenasi .................................................................................... 8

Gambar 7. Eliptosit .......................................................................................... 9

Gambar 8. Stomatosit ....................................................................................... 9

Gambar 9. Leptosit ........................................................................................... 9

Gambar 10. Sickle Cell .................................................................................... 10

Gambar 11. Hipokrom ...................................................................................... 11

Gambar 12. Anulosit......................................................................................... 11

Gambar 13. Kerangka Teori ............................................................................. 18

Gambar 14. Kerangka Konsep ........................................................................ 18

Gambar 15. Alur Penelitian ............................................................................. 22

Gambar 16. Hasil morfologi sel darah merah berdasarkan suhu

pengeringan ................................................................................. 29

http://lib.unimus.ac.id

Page 12: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil pengamatan makroskopis ................................................... 37

Lampiran 2. Hasil pengamatan morfologi sel darah merah ............................. 37

Lampiran 3. Hasil uji statistik Chi-square........................................................ 38

http://lib.unimus.ac.id

Page 13: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeriksaan darah rutin seperti hitung jenis sel darah dapat dimanfaatkan

untuk menentukan karakteristik morfologi darah. Hitung jenis ini dilakukan

dengan prosedur tertentu yaitu mengoleskan setetes darah vena atau kapiler

setelah itu dengan hati-hati ditipiskan diatas object glass (kaca obyek) kemudian

dilakukan pengecatan dengan giemsa/wright. Pemeriksaan ini disebut sediaan

apus darah tepi (D’Hiru 2013).

Sediaan apus darah tepi merupakan suatu pemeriksaan untuk menghitung

jenis dan mengidentifikasi morfologi darah. Sediaan apus darah tepi adalah slide

yang salah satu sisinya dilapisi dengan lapisan tipis darah dan diwarnai dengan

pewarnaan giemsa atau wright, kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Preparat

terlebih dahulu difiksasi menggunakan methanol kemudian dilakukan pengecatan

giemsa (Houwen, Berend 2000).

Sediaan apus darah tepi yang baik secara makroskopis dan mikroskopis

sangat penting dalam menilai keberhasilan dalam pembuatan sediaan apus darah

tepi. Secara makroskopis, bentuk dan tampilan preparat merupakan hal yang

penting untuk diperhatikan, sediaan kering yang tipis dan telah dipulas

memungkinkan untuk mempelajari keadaan sel darah. Salah satu faktor penentu

dalam hal ini yaitu teknik pembuatan sediaan apus darah serta faktor-faktor

lainnya seperti suhu.

1 http://lib.unimus.ac.id

Page 14: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

2

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Koko Putro Pamungkas, (2014).

lamanya waktu fiksasi memberi pengaruh terhadap bentuk sel darah merah.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Maryo Vegas Carascollo, (2012). kualitas

pewarnaan sediaan apus darah tepi tidak memberi pengaruh terhadap morfologi

sel darah merah.

Faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi

suatu pemeriksaan yang berhubungan dengan cairan tubuh salah satunya sediaan

apus darah tepi (Kiswari R, 2014). Sediaan apus darah hendaknya cepat

mengering pada kaca obyek, sediaan yang lambat mengering akan menyebabkan

perubahan pada morfologi eritrosit. Pengeringan yang normal yaitu preparat

apusan darah dibiarkan kering diudara kemudian dilakukan pengecatan

(Gandasoebrata R, 2007). Pengeringan menggunakan suhu tinggi dapat

menyebabkan sel darah merah menjadi rusak, yaitu pecahnya membran sel

eritrosit yang disebabkan oleh pemanasan, apabila membran sel eritrosit pecah

maka cairan yang terdapat didalam eritrosit akan keluar sel sehingga sel

mengalami krenasi yang menyebabkan sel berkeriput karena kekurangan air

(Masters, 2002). Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

aktivitas sel darah terutama mengatur aktivitas biologis sel darah (Ramadhani,

2011).

Faktor suhu sering dianggap tidak penting oleh beberapa tenaga

laboratorium misalnya dirumah sakit atau laboratorium dengan banyaknya

permintaan dan sampel pemeriksaan untuk pembuatan sediaan apus darah yang

mengharuskan untuk mengeluarkan hasil pemeriksaan secepatnya sehingga

http://lib.unimus.ac.id

Page 15: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

3

memungkinkan untuk mengeringkan preparat tanpa memperhatikan mengenai

suhu. Faktor inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh variasi suhu pengeringan preparat apusan darah tepi terhadap

hasil makroskopis dan morfologi sel darah merah (Erythrocyte).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan

yaitu bagaimanakah “Pengaruh variasi suhu pengeringan preparat apusan darah

tepi terhadap hasil makroskopis dan morfologi sel darah merah (Erythrocyte).

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh variasi suhu pengeringan preparat apusan darah tepi

terhadap hasil makroskopis dan morfologi sel darah merah (Erythrocyte).

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi secara makroskopis sediaan apus darah tepi dengan suhu

pengeringan 25°C, 30°C dan 40°C.

b. Mengidentifikasi gambaran morfologi sel darah merah pada sediaan apus darah

tepi dengan suhu pengeringan 25°C, 30°C dan suhu 40°C.

c. Menganalisis pengaruh suhu ruang (25°C), 30°C dan 40°C terhadap kwalitas

makroskopis dan morfologi sel darah merah (Erythrocyte) sediaan apus darah

tepi.

http://lib.unimus.ac.id

Page 16: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

4

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penambah wawasan bagi penulis dan tenaga laboratorium tentang pengaruh

variasi suhu pengeringan preparat apus darah terhadap hasil makroskopis dan

morfologi sel darah merah (Erythrocyte).

2. Penambah referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

khususnya dibidang hematologi yaitu perbedaan hasil makroskopis dan

morfologi sel darah merah (Erythrocyte) sediaan apus darah terhadap variasi

suhu pengeringan preparat.

1.5. Orisinalitas Penelitian

Tabel 1. Orisinalitas Penelitian

No Peneliti, Penerbit,

Tahun terbit

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1

2

Koko Putro

Pamungkas, 2014

Maryo Vegas

Carascollo, 2012

Gambaran Morfologi

Eritrosit Dengan

Perbandingan Lama

Fiksasi.

Perbedaan Hasil

Pewarnaan Giemsa dan

Wright Terhadap

Morfologi Eritrosit dan

Kualitas Cat Pada

Preparat Darah Apus.

Perbandingan lama fiksasi

memberi pengaruh pada kelainan

bentuk eritrosit tetapi tidak pada

warna dan ukuran.

Cat giemsa memiliki kualitas

pewarnaan lebih baik

dibandingkan cat wright, dan

tidak mempengaruhi morfologi

eritrosit.

Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada penelitian

ini memperhatikan mengenai gambaran makroskopis dan morfologi sel darah

merah pada sediaan apus darah tepi dengan menggunakan variasi suhu

pengeringan preparat yaitu suhu ruang (25°C ), 30°C dengan suhu 40°C.

http://lib.unimus.ac.id

Page 17: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Darah

Darah merupakan gabungan cairan, sel-sel dan partikel yang menyerupai

sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena yang mengirirm oksigen dan zat-

zat gizi ke jaringan dan membawa karbondioksida dan hasil limbah lainnya.

Sebagian besar darah merupakan cairan (plasma), yang mengandung garam-garam

terlarut dan protein. Protein utama dalam plasma adalah albumin. Protein lainnya

adalah antibodi (imunoglobulin) dan protein pembekuan. Selain itu plasma juga

mengandung hormon-hormon, elektrolit, lemak, gula, mineral dan vitamin.

Komponen sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit (Kusumawardani

E, 2010).

2.2. Sel Darah Merah

Morfologi sel darah merah terdiri dari bentuk, warna, ukuran dapat diamati

pada sediaan apus dengan pewarnaan Giemsa / Wright / lainnya. Bentuk normal

bikonkaf dengan diameter 6–8 μm dan berwarna kemerah-merahan. Eritrosit

normal berukuran sama dengan inti limfosit kecil pada sediaan apus. Kelainan

morfologi eritrosit berupa kelainan ukuran (size), kelainan bentuk (shape),

kelainan warna (staining characteristics), dan benda-benda inklusi.

5 http://lib.unimus.ac.id

Page 18: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

6

Berikut merupakan penyimpangan morfologi pada sel darah merah :

2.2.1. Kelainan Ukuran

Istilah umum yang digunakan dalam hematologi untuk menunjukkan suatu

variasi dalam hal ukuran sel disebut anisositosis. Anisositosis tanpak jelas pada

anemia berat. Anisositosis terdiri makrositosis, mikrositosis.

Contoh kelainan ukuran :

1. Microcyte : Eritrosit lebih kecil daripada ertirosit normal, dengan ukuran

<6μm.

Gambar 1. Microcyte

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

2. Macrocyte : Eritrosit lebih besar daripada eritrosit normal, dengan ukuran >

8μm.

Gambar 2. Macrocyte

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

3. Sferosit : Eritrosit lebih kecil, lebih bulat, dan lebih padat warnanya dari pada

ertrosit normal serta tidak didapat bagian yang pucat ditengah sel.

http://lib.unimus.ac.id

Page 19: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

7

Gambar 3. Sferosit

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

2.2.2. Kelainan Bentuk

Istilah umum dari hematologi yang digunakan untuk menunjukan suatu

variasi bentuk disebut poikilositosis. Poikilositosis dapat bervariasi dalam

beberapa bentuk, seringkali menyerupai benda-benda seperti telur, pensil dan air

mata, nama spesifik untuk jenis ini meliputi akantosit sel lepuh, sel duri,

erytrhocyte crenation, echinocyte, eliptocyte, ceratocyte, ovalocyte, pikmocyte,

schistocyte, sel sabit, eritrosit berspikula, sverocyte, stomatocyte, sel target, dan

sel air mata.

Contoh kelainan bentuk :

1. Achantocyte : ditandai dengan adanya proyeksi halus dipermukaan eritrosit,

menyerupai duri (kata yunani : achanta : duri). Kelainan bawaan yang jarang :

acanthtocytosis, bisa mencapai lebih dari 50%.

Gambar 4. Achantocyte

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

http://lib.unimus.ac.id

Page 20: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

8

2. Burr cell : menunjukkan proyeksi-proyeksi atau tonjolan-tonjolan pendek

misalnya pada uremia dan carsinomatosis. Bedakan dengan achantosit dan sel

krenasi (artefak).

Gambar 5. Burr cell

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

3. Sel Krenasi : merupakan kelainan bentuk dari eritrosit (poikilositosis) yang

berbentuk seperti artefak. Suhu yang panas dapat menyebabkan membran sel

eritrosit pecah sehingga sel mengalami pengerutan yang disebut krenasi akibat

cairan yang berada di dalam sel keluar melalui membran (Masters, 2002).

Morfologi krenasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya terjadinya

kesalahan pada prosedur pemeriksaan pra-analitik (Nugraha G, 2015).

Gambar 6. Sel krenasi

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

4. Eliptosit: bentuk seperti elip atau oval, juga disebut ovalosit. Bila ada dalam

jumlah yang besar mungkin disebabkan karena anomali bawaan, ovalositosis.

http://lib.unimus.ac.id

Page 21: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

9

Gambar 7. Eliptosit

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

5. Stomatosit : bentuk seperti topi meksiko. Pusatnya tidak hipokrom tetapi

berwarna merah.

Gambar 8. Stomatosit

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

6. Leptosit : disebut juga sel target karena dibagian tengah eritrosit yang pucat

terdapat lingkaran berwarna merah dipusat eritrosit.

Gambar 9. Leptosit

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

7. Poikilositosit: bentuk tidak rata. Tergolong disini : sel burr, sel buah jambu,

dan sebagainya.

http://lib.unimus.ac.id

Page 22: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

10

8. Sickle cell : bentuk sabit. Berwarna lebih padat daripada eritrosit biasa. Didapat

pada anemia hemolitik sabit.

Gambar 10. Sickle cell

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

9. Schitosit : hasil fragmentasi eritrosit, bisa berbentuk segitiga, elips dengan

indentasi atau sebagai sel dengan permukaan tidak rata. Biasanya didapat pada

anemia hemolitik.

2.2.3. Kelainan Warna

Eritrosit normal memiliki penampilan berwarna merah dengan bagian

pusat berwarna lebih terang (pucat) ketika diwarnai dengan pewarnaan

konvensional. Warna merah merupakan refleksi banyaknya hemoglobin dalam sel

(Kiswari R, 2014). Kelainan warna juga bisa terjadi pada waktu pemeriksaan

sediaan apus darah yang bisa dipengaruhi oleh cat giemsa karena cat geimsa yang

diencerkan harus langsung digunakan jika disimpan dengan tidak baik maka akan

mempengruhi hasil pengamatan. Penurunan sintesa hemoglobin bisa

menyebabkan hipokrom serta peningkatan sintesa hemoglobin bisa menyebabkan

hiperkrom. Hemoglobin sangat berpengaruh terhadap warna karena yang memberi

warna pada sel darah merah adalah hemoglobin dengan bantuan zat besi didalam

tubuh.

http://lib.unimus.ac.id

Page 23: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

11

Contoh kelainan warna :

1. Hipokrom : warna pucat pada bagian tengah, eritrosit lebih besar dari biasanya.

Gambar 11. Hipokrom

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

2. Polikromasia : mengikat zat warna asam sehingga disamping warna merah ada

kebiru-biruan. Pematangan sitoplasma lebih lambat dibadingkan pematangan

inti.

3. Anulosit : diameter cekungan ditengah eritrosit yang berwarna lebih pucat dari

darah tepi, berukuran besar (sel hipokrom ekstrim).

Gambar 12. Anulosit

(Sumber : Koko Putro Pamungkas, 2014)

2.3. Pemeriksaan Laboratorium

2.3.1. Sediaan Apus Darah

Pemeriksaan sediaan apus darah merupakan suatu pemeriksaan untuk

menilai berbagai macam unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan

trombosit, selain itu juga mancari adanya parasit seperti malaria, plasmodium.

http://lib.unimus.ac.id

Page 24: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

12

Dasar dari pemeriksaan Romanowsky adalah penggunaan dua zat warna

yang berbeda yaitu Azur B (Trimetiltionin) yang bersifat basa dan eosin y

(tetrabromoflurescein) yang bersifat asam. Azur B akan mewarnai komponen sel

yang bersifat asam seperti kromatin, DNA dan RNA sedangkan eosin yang akan

mewarnai komponen sel yang bersifat basa seperti granula eosinofil dan

hemoglobin. Ikatan eosin pada Azur B yang beragregasi dapat menimbulkan

warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek Romanowsky giemsa. Efek ini

terjadi sangat nyata pada DNA tetapi tidak pada RNA sehingga menimbulkan

kontras antara inti yang berwarna ungu dengan sitoplasma yang berwarna biru

(Kiswari R, 2014).

Apusan darah tepi sangat penting dalam bidang hematologi, karena dari

apusan darah tepi inilah kita akan mendapatkan banyak informasi, bukan saja

berkaitan dengan morfologi sel darah, tetapi juga dapat memberi petunjuk

keadaan hemalogik yang semula tidak diduga. Prerapat AD yang layak untuk

diperiksa, harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan (Kiswari

R, 2014).

Menurut Kiswari R, (2014). Apusan darah yang baik secara visual, ada

beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat apusan darah tepi yang

baik secara visual, diantaranya yaitu:

1. Ketebalanya gradual, paling tebal di daerah kepala, makin menipis kearah ekor

(pada saat proses pengeringan dimulai dari bagian ekor menuju ke kepala).

2. Apusan tidak melampaui atau menyentuh pinggir kaca obyek.

3. Tidak bergelombang atau tidak terputus-putus.

http://lib.unimus.ac.id

Page 25: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

13

4. Tidak berlubang-lubang

5. Bagian ekornya tidak membentuk “bendera robek”

6. Panjang apusan kira-kira 2/3 panjang kaca obyek.

Menurut Kiswari R, (2014). Untuk mendapatkan apusan darah yang baik

atau memenuhi syarat diperlukan latihan terus-menerus. Pertanyaan mengenai

berapa besar tetesan, bagaimana membuat sudut apusan, berapa geseran,

kecepatan geseran, dan sebagainya, akan terjawab dengan sendirinya bila kita

telah benar-benar terampil membuat apuasan darah. Beberapa sebab dan akibat

yangtimbul sehingga apusan darah menjadi tidak layak untuk diperiksa.

Tabel 2. Sebab akibat sediaan apus tidak layak diperiksa

Sediaan kering yang tipis dan telah dipulas memungkinkan untuk

mempelajari morfologi parasit dan keadaan sel darah. Sediaan ini memberikan

suatu kemungkinan untuk membedakan morfologi sel darah dan lebih dapat

No Sebab Akibat

1

2

3

4

5

6

7

8

Pemeriksaan ditunda setelah sempel

berhasil diambil

Lambat melakukan apusan setelah

darah diteteskan pada kaca objek

Kaca objek kotor

Tetesan terlalu banyak atau terlalu

sedikit.

Sudut geseran terlalu besar atau

terlalu kecil

Geseran telalu lambat

Tekanan spreader pada kaca obyek

tidak akurat

Kelembaban ruang

Distorsi atau kerusakan sel-sel darah.

Terjadi disproporsi sel-sel yang berukuran besar

seperti monosit dan neutrofil pada “feather

edge”.

Bintik-bintik pada apusan.

Apusan terlalu tebal dan panjang atau tipis dan

pendek.

Bila sudut terlalu besar, maka apusan terlalu

tebal; dan bila sudut terlalu kecil, maka apusan

akan terlalu panjang.

Penyebaran sel tidak baik.

Tekanan yang terlalu kuat akan menyebabkan

apusa terlalu tipis

Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan

apusan lama menjadi kering. Pengeringan yang

lama mengakibatkan eritrosit rusak.

http://lib.unimus.ac.id

Page 26: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

14

dipercaya daripada sediaan yang tebal. Teknik pembuatan sediaan baik pada kaca

tutup, sama seperti penelitian parasitologi.

2.3.2. Pewarnaan Sediaan Darah

Macam-macam pewarnaan menurut Romanowsky ada 4 yaitu Pewarnaan

Wright, Pewarnaan Liesman, Pewarnaan May Grunwald, dan Pewarnaan Giemsa.

Prinsip pengecatan preparat darah yaitu sediaan apus darah difiksasi dengan

methanol selama 5 menit dan digenangi dengan zat warna giemsa yang sudah

diencerkan dibiarkan 20 menit setelah itu dibilas dengan air keran dan dibiarkan

sampai mengering (Gandasoebrata R,2007).

Menurut J. Samidja Onggowaluyo (2001). Kriteria pembuatan dan

pewarnaan sediaan darah yang baik, yaitu :

a. Inti leukosit berwarna ungu (tanda umum)

b. Trombosit berwarna ungu muda dan merah muda

c. Sisa-sisa eritrosit muda berwarna biru atau biru muda

d. Sitoplasma limfosit kelihatan biru pucat

e. Sitoplasma monosit berwarna biru

f. Granula eosinofil berwarna orange

g. Latar belakang sediaan bersih dan kelihatan biru pucat.

Faktor yang menentukan mutu pewarnaan giemsa antara lain :

a. Kualitas giemsa baik tidak tercemar air, pengenceran giemsa dengan

perbandingan tepat

b. Waktu pewarnaan dan fiksasi

c. Ketebalan pewarnaan, kebersihan sediaan

http://lib.unimus.ac.id

Page 27: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

15

2.3.3. Pengecatan Giemsa

Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metilen biru. Eosin

memberi warna merah muda pada sitoplasma dan metilen biru memberi warna

biru pada inti. Zat warna ini dilarutkan dengan metil alkohol dan gliserin

kemudian dikemas dalam botol coklat (100 – 500 – 1000 cc) dan dikenal sebagai

giemsa stock. Giemsa stok harus diencerkan lebih dulu sebelum dipakai untuk

mewarnai sel darah. Elemen-elemen zat warna giemsa meralut selama 40 – 90

menit dengan aquadest atau buffer. Setelah itu semua elemen zat warna akan

mengendap dan sebagian lagi balik kepermukaan membentuk lapisan tipis seperti

minyak, oleh karena itu stok giemsa tidak boleh tercemar air (Kiswari R, 2014).

Pedoman Pemakaian Giemsa

1. Giemsa stok baru boleh diencerkan dengan aquades, buffer, atau air sesaat

akan digunakan agar diperoleh efek pewarnaan yang optimal.

2. Mengencerkan giemsa sebanyak yang dibutuhkan, sebab bila berlebihan

terpaksa harus dibuang.

3. Mengambil stok giemsa dari botol, gunakan pipet khusus agar stok giemsa

tidak tercemar.

4. Metanol dapat menarik air dari udara, sebab itu stok giemsa harus ditutup rapat

dan tidak boleh sering dibuka. Pisahkan giemsa dibotol tetes atau botol dari

stok.

5. Tolak ukur sebagai dasar perhitungan :

a. 1cc = 20 tetes

b. Seluruh permukaan kaca sediaan dapat ditutupi cairan sebanyak 1cc.

http://lib.unimus.ac.id

Page 28: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

16

c. Berdasarkan tolak ukur ini dapat dihitung banyaknya giemsa enceryang

harus dibuat sesuai dengan kebutuhan terutama bila melakukan pewarnaan.

6. Takaran pewarnaan

Pewarnaan individu dilakukan pada stock giemsa 1tetes tambah

pengenceran sepuluh tetes dengan lama pewarnaan15 – 20 menit(giemsa 10%)

atau stok giemsa 1 tetes ditambah pengencer 1 cc denganlama pewarnaan 45 –

60 menit.

7. Gunakan air/ buffer pengencer dengan pH 7

2.4. Suhu

Faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi

suatu pemeriksaan yang berhubungan dengan cairan tubuh salah satunya sediaan

apus darah tepi (Kiswari R, 2014). Faktor suhu dan kelembaban dapat

menyebabkan lambatnya proses pengeringan pada sediaan apus darah yang dapat

menyebabkan perubahan morfologi pada eritrosit (Gandasoebrata R, 2007).

Pengeringan preparat befungsi agar darah pada kaca obyek kering. Pengeringan

yang optimal akan meyebabkan darah melekat kuat sehingga yakin bahwa sel-sel

didalamnya strukturnya tetap normal (Koko Putro Pamungkas, 2014).

Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas sel

darah terutama dalam mengatur aktivitas biologis sel darah (Ramadhani, 2011).

Pengeringan menggunakan suhu tinggi seperti suhu 30°C dan 40°C dapat

menyebabkan perubahan pada morfologi sel didalamnya. Suhu 30°C dan 40°C

merupakan suhu yang cenderung panas, kondisi lingkungan yang panas dapat

menyebabkan darah menjadi hemolisis. Hemolisis yaitu pecahnya membran sel

http://lib.unimus.ac.id

Page 29: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

17

eritrosit yang disebabkan oleh pemanasan sehingga menyebabkan kelainan

morfologi. Pengeringan menggunakan suhu tinggi dapat menyebabkan sel darah

merah menjadi rusak, yaitu pecahnya membran sel eritrosit yang disebabkan oleh

pemanasan, apabila membran sel eritrosit pecah maka cairan yang terdapat

didalam eritrosit akan keluar sel sehingga sel mengalami krenasi yang

menyebabkan sel berkeriput karena kekurangan air (Masters, 2002). Suhu yang

terlalu rendah dapat menyebabkan perubahan yang jelas terhadap morfologi

eritrosit seperti kehadiran echinocytes dan spheronocytes. Kondisi penyimpanan

darah yang berbeda dapat mempengaruhi secara mikroskopis sel darah seperti

kehadiran sel krenasi (T. Wagner et. al., 2014).

2.5. Teknik Pembacaan Preparat Apusan Darah

Faktor penilaian sediaan apus yang benar diperlukan preparat sediaan apus

yang memenuhi kriteria yang baik antara lain lebar, panjang tidak memenuhi

seluruh kaca obyek, ketebalannya gradual, tidak berlubang, tidak terputus-putus

dan memiliki pengecatan yang baik. Preparat darah apus yang baik memiliki tiga

bagian yaitu kepala, badan dan ekor. Bagian badan terdiri dari enam zona sampai

ekor. Pembacaan preparat apusan darah dapat dilakukan pada bagian atas dan

bawah pada zona IV sampai VI yang dekat dengan bagian ekor. Teknik

pembacaan merupakan salah satu faktor penentu dalam menilai keberhasilan

penilaian sediaan apus darah ( Santosa B, 2010).

http://lib.unimus.ac.id

Page 30: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

18

2.5. Kerangka Teori

Gambar 13. Kerangka Teori Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Preparat Apusan

Darah Terhadap Hasil Makroskopis dan Morfologi Sel Darah Merah

(Erythrocyte).

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 14. Kerangka Konsep Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Preparat Apusan

Darah Terhadap Hasil Makroskopis dan Morfologi Sel Darah

Merah (Erythrocyte).

2.7. Hipotesis

Ada pengaruh variasi suhu pengeringan preparat apusan darah tepi

terhadap hasil makroskopis dan morfologi sel darah merah (Erythrocyte).

SADT

Suhu Morfologi sel

darah merah Visual SADT

Suhu pengeringan

preparat apus darah

menggunakan suhu ruang

(25°C), 30°C dan 40°C.

Hasil Makroskopis

(gambaran visual sediaan

apus darah) dan morfologi

sel darah merah (eritrosit).

Darah Sel Darah Merah

Pemeriksaan Laboratorium

http://lib.unimus.ac.id

Page 31: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen, yaitu sampel diberikan perlakuan

kemudian baru dilakukan pemeriksaan sampel.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret-mei 2016.

3.2.2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Molekuler Universitas

Muhammadiyah Semarang.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa D IV Analis

Kesehatan semester tujuh FIKKES UNIMUS.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa D IV Analis Kesehatan

semester tujuh FIKKES UNIMUS yang berjumlah sembilan orang yang dipilih

secara acak dengan teknik sampling menggunakan Simple Random Sampling.

Banyaknya sampel diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus

( t - 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 dimana t adalah perlakuan dan r adalah besar sampel. Berikut

adalah rumusan yang digunakan :

19 http://lib.unimus.ac.id

Page 32: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

20

( t - 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15

( 3 - 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15

( 2 ) ( r – 1 ) ≥ 15

2r ≥ 17

r ≥ 9

Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

sembilan sampel. Sedangkan jumlah pengulangan yang akan diteliti adalah:

Total pengulangan = jumlah sampel × perlakuan

= 9 × 3

= 27 kali pengulangan

Jadi jumlah pengulangan yang akan diteliti adalah sebanyak 27 kali pengulangan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dari data primer, data tersebut diambil dari hasil pemeriksaan

sediaan apus darah tepi yang dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler

Universitas Muhammadiyah Semarang.

3.5. Variabel Penelitian

3.5.1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi suhu pengeringan

preparat apusan darah tepi dengan menggunakan suhu ruang (25°C), 30°C dan

40°C.

3.5.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan

makroskopis dan morfologi sel darah merah sediaan apus darah tepi.

http://lib.unimus.ac.id

Page 33: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

21

3.6. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Penelitian Definisi Operasional Skala

Data

1

2

3

Variasi suhu

pengeringan preparat

apus darah tepi

Makroskopis sediaan

apus darah tepi

Morfologi Eritrosit

Variasi suhu pengeringan preparat dengan

menggunakan suhu ruang (25°C), 30°C dan

40°C. Setelah sediaan apus darah dibuat lalu di

keringkan menggunakan suhu ruang (25°C)

yang dikeringkan langsung pada ruangan yang

telah diatur suhunya menjadi 25°C, kemudian

30°C dan 40°C, suhu ini dikendalikan dengan

menggunakan alat inkubator.

Makroskopis sediaan apus darah tepi yaitu

gambaran visual terhadap bentuk dan tampilan

SADT. Makroskopis dalam hal ini antara lain

darah pada kaca

Obyek kering merata, tidak pecah-pecah, tidak

terkelupas. Penilaian dilakukan sebelum

preparat diwarnai.

Kriteria penilaian :

Baik = Darah pada kaca obyek tidak terkelupas,

tidak pecah-pecah, kering merata.

Buruk = Darah pada kaca obyek terkelupas,

pecah-pecah.

Gambaran terhadap morfologi eritrosit yang

dilihat menggunakan mikroskop perbesaran

100x. Penilaian sebelum preparat diwarnai.

Kriteria Penilaian :

Baik : tidak ditemukan kelainan morfologi

krenasi.

Buruk : ditemukan kelainan mofologi krenasi.

Nominal

Nominal

Nominal

http://lib.unimus.ac.id

Page 34: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

22

3.7. Alur Penelitian

Gambar 15. Alur Penelitian

Sampling darah vena

+ antikoagulan EDTA

Pembuatan apusan

darah pada kaca obyek

Pengeringan preparat

apusan darah

menggunakan suhu 30°C

Pengeringan preparat

apusan darah

menggunakan suhu 40°C

Pengamatan makroskopis

dan morfologi sel darah

merah (Erythrocyte)

Hasil dan Analisis Data

Pengeringan preparat

apusan darah pada

suhu 25°C

http://lib.unimus.ac.id

Page 35: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

23

3.8. Alat dan Bahan

3.8.1. Alat

Spuit 3 ml, tourniquet, hepafiks, kapas alkohol, tabung reaksi, rak tabung

reaksi, object glass, deck glass, micropipet 10 μ, yellow tip, spreader / kaca

penggeser, mangkok, mikroskop.

3.8.2. Bahan

Darah vena dengan antikoagulan EDTA, Alkohol 70%.

3.9. Prosedur Penelitian

3.9.1. Pengambilan Darah Vena

1. Mengatur posisi pasien, pasang torniquet, dan minta pasien untuk mengepalkan

tangannya.

2. Memilih vena, buka tahanan torniquet, minta pasien untuk membuka kepalan

tangannya

3. Melepaskan torniquet. Disinfektan daerah situs

4. Mengulangi pemasangan torniquet, siapkan jarum suntik.

5. Menusuk daerah yang ditentukan dengan mendorong barrel jarum suntik.

6. Menghisap darah dengan menarik pluger. Pasang kasa steril di atas tusukan,

tarik jarum dari tusukan.

7. Menekan kasa steril, terapkan plester di atas kasa.

8. Membuang jarum ke dalam kontainer benda tajam.

http://lib.unimus.ac.id

Page 36: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

24

3.9.2. Pembuatan Sediaan Apus Darah Tepi

1. Mengatur suhu inkubator terlebih dahulu pada suhu 30°C dan 40°C.

2. Darah EDTA diteteskan sebanyak 10µl pada kaca obyek disalah satu sisi 1 cm

dari tepi.

3. Meletakkan kaca penggeser didepan tetesan darah dengan membentuk sudut

45°

4. Mempertahankan posisi penggeser pada 45°, kemudian menarik mundur

menyentuh darah, darah melebar sepanjang tepi lalu mendorong ke depan

dengan cepat penggeser pada posisi 45° dan setelah mencapai kepanjangan 2,5

cm gerakan mendorong selesai dengan jalan mengangkat penggeser sehingga

terlepas dari persentuhan dengan kaca obyek, kemudian

5. Mengeringkan preparat pada inkubator menggunakan suhu 30°C dan 40°C dan

pada suhu ruang, tunggu sampai preparat mengering,

6. Mengeluarkan preparat dari inkubator

3.9.3. Prosedur Pengamatan

1. Melakukan pengamatan makroskopis dengan melihat bentuk dan tampilan

sediaan apus darah tepi.

2. Melakukan pengamatan morfologi sel darah merah menggunakan mikroskop

perbesaran obyektif 100 X pada zona IV sampai IV.

3.10. Analisis Data

Data yang diambil adalah data primer dari hasil pemeriksaan. Data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa secara statistik

menggunakan uji Chi Square.

http://lib.unimus.ac.id

Page 37: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Sampel

Sampel diambil dari mahasiswa DIV Analis Kesehatan semester tujuh

Universitas Muhammadiyah Semarang yang berjumlah sembilan orang. Darah

diambil sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan kedalam tabung yang berisi

antikoagulan EDTA lalu diberi label, sampel tersebut digunakan untuk membuat

sediaan apus darah kemudian dikeringkan pada suhu ruang (25°C), 30°C dan

40°C kemudian diperiksa. Penilaian preparat apusan darah dalam penelitian ini

adalah dengan melihat makroskopis yaitu tampilan sediaan apusan darah dan

mikroskopis yaitu morfologi sel darah merah (eritrosit).

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Gambar Hasil Pengamatan Makroskopis

Tabel 4. Gambar Hasil Pengamatan Makroskopis

Suhu 25°C Keterangan

Kriteria Baik :

Darah pada kaca obyek kering

merata, tidak pecah-pecah, tidak

terkelupas.

25 http://lib.unimus.ac.id

Page 38: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

26

Suhu 30°C Keterangan

Kriteria Baik :

Darah pada kaca obyek kering

merata, tidak pecah-pecah, tidak

terkelupas.

Suhu 40°C Keterangan

Kriteria Baik :

Darah pada kaca obyek kering

merata, tidak pecah-pecah, tidak

terkelupas.

4.2.2. Hasil Pengamatan Makroskopis

Tabel 5. Hasil Pengamatan Makroskopis berdasarkan suhu 25°C, 30°C, 40°C

Suhu Makroskopis

Baik Buruk

25°C

30°C

40°C

9

9

9

0

0

0

Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis terhadap sembilan sampel

(tabel 5) ditemukan bahwa preparat apusan darah dengan pengeringan

menggunakan suhu ruang 25°C, 30°C dan 40°C menunjukkan hasil yang sama,

yaitu semua sampel memiliki kriteria baik antara lain darah pada kaca byek kering

merata, tidak pecah-pecah dan tidak terkelupas untuk semua variasi suhu

pengeringan baik pada suhu 25°C, 30°C maupun suhu 40°C.

http://lib.unimus.ac.id

Page 39: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

27

4.2.3. Gambar Hasil Pengamatan Morfologi Eritrosit

Tabel 6. Gambar Hasil Pengamatan Makroskopis

Suhu 25°C Keterangan

Kriteria Baik :

Tidak ditemukan kelainan morfologi krenasi.

Suhu 30°C Keterangan

Kriteria Baik :

Tidak ditemukan kelainan morfologi krenasi.

Suhu 40°C Keterangan

Kriteria Buruk :

Ditemukan Kelainan Morfologi Krenasi.

http://lib.unimus.ac.id

Page 40: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

28

4.2.4. Hasil Pengamatan Morfologi Sel Darah Merah

Tabel 7. Hasil Pengamatan Morfologi Eritrosit berdasarkan suhu 25°C, 30°C, 40°C

Suhu Morfologi Sel Darah Merah

Baik Buruk

25°C

30°C

40°C

8

7

1

1

2

8

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi sel darah merah terhadap

sembilan sampel yang dibuat sediaan apus darah kemudian dikeringkan pada suhu

ruang 25°C, 30° dan 40°C diperoleh hasil bahwa preparat apusan darah dengan

pengeringan menggunakan suhu ruang (25°C) ditemukan bahwa 8 sampel

(88,9%) memiliki morfologi yang baik sedangkan 1 sampel (11,1%) memiliki

morfologi buruk. Pengamatan preparat apusan darah dengan pengeringan

menggunakan suhu 30°C terhadap sembilan preparat ditemukan 2 preparat

(22,2%) memiliki morfologi buruk dan 7 preparat (77,8%) memiliki morfologi

baik, sedangkan pengamatan preparat apusan darah dengan pengeringan

menggunakan suhu 40°C terhadap sembilan preparat diperoleh 8 preparat (88,9%)

memiliki morfologi buruk dan hanya 1 preparat (11,1%) yang memiliki morfologi

baik.

http://lib.unimus.ac.id

Page 41: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

29

Pengaruh variasi suhu pengeringan preparat apusan darah tepi terhadap

hasil morfologi sel darah merah bisa dilihat dari hasil grafik berikut ini.

Gambar 16. Hasil Morfologi Sel Darah Merah Berdasarkan Suhu Pengeringan

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa hasil morfologi sel darah

merah yang baik lebih banyak terjadi pada suhu pengeringan 25oC dibandingkan

pada suhu 30oC dan 40

oC.

Suhu 25 Suhu 30 Suhu 40 Suhu

0

2

4

6

8

Count

1

8 8

7

1

Morfologi

Buruk Baik

Bar Chart

8

2

http://lib.unimus.ac.id

Page 42: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

30

Pengaruh variasi suhu pengeringan terhadap hasil morfologi sel darah

merah juga dapat dilihat pada hasil uji Chi Square berikut ini.

Tabel 8. Hasil Uji Chi Square pengaruh variasi suhu pengeringan terhadap Morfologi

Eritrosit

Suhu

Morfologi Eritrosit

2 p-value Buruk Baik Total

f % f % f %

Suhu 25oC

Suhu 30oC

Suhu 40oC

1

2

8

11,1

22,2

88,9

8

7

1

88,9

77,8

11,1

9

9

9

100

100

100

13,193 0,001

Total 11 40,7 16 59,3 27 100

Hasil pada tabel 8 menunjukkan bahwa hasil morfologi sel darah merah

yang baik lebih banyak terjadi pada suhu pengeringan 25oC yaitu sejumlah 8

preparat dibandingkan pada suhu pengeringan 30oC sejumlah 7 preparat ataupun

suhu 40oC sejumlah 1 preparat. Hasil uji Chi Square diperoleh p-value 0,001 < α

(0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara bermakna variasi

suhu pengeringan preparat apus darah tepi terhadap hasil morfologi sel darah

merah.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Makroskopis

Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis terhadap sembilan sampel

(tabel 5) ditemukan bahwa preparat apusan darah dengan pengeringan

menggunakan suhu ruang 25°C, 30°C dan 40°C menunjukkan hasil yang sama,

yaitu semua sampel memiliki bentuk dan tampilan yang baik untuk semua variasi

suhu pengeringan baik pada suhu 25°C, 30°C ataupun 40°C, hal ini menunjukkan

http://lib.unimus.ac.id

Page 43: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

31

bahwa variasi suhu pengeringan tidak mempengaruhi bentuk dan tampilan sediaan

apus darah.

Pengeringan menggunakan suhu yang cenderung tinggi seperti 25°C, 30°C

dan 40°C menyebabkan sediaan apus darah cepat mengering secara optimal.

Pengeringan yang cepat dan optimal menyebabkan darah kering merata dan

melekat kuat pada kaca obyek. Darah yang melekat kuat pada kaca obyek akan

menyebabkan struktur dan lapisan darah tetap normal (Koko Putro Pamungkas,

2014).

Faktor suhu dan kelembaban dapat memberikan pengaruh terhadap

makroskopis sediaan apus darah. Suhu yang lembab dapat menyebabkan proses

pengeringan menjadi lambat sehingga pengeringan menjadi tidak optimal.

Sediaan apus yang lambat mengering dapat menyebabkan perubahan morfologi

sel didalamnya (Gandasoebrata R, 2007).

4.3.2. Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit)

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa suhu 25°C tidak memberikan

pengaruh terhadap morfologi sel darah merah, sedangkan suhu 30°C dan 40°C

memberikan pengaruh terhadap morfologi sel darah merah.Sediaan apusan darah

dilakukan dengan meneteskan darah diatas kaca obyek lalu disebar dengan

menggunakan kaca penggeser sehingga sel-sel darah seperti eritrosit akan terpisah

satu sama lain. Pengeringan sediaan apus darah pada suhu yang cenderung panas

seperti suhu 30°C dan 40°C akan menyebabkan eritrosit yang ada pada sediaan

apusan darah tersebut terpapar langsung oleh suhu yang panas sehingga

http://lib.unimus.ac.id

Page 44: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

32

menyebabkan terjadinya rusak dan mengalami kelainan morfologi (Masters,

2002).

Kondisi penyimpanan yang berbeda dapat mempengaruhi secara

mikroskopis sel darah (T. Wagner et. al., 2014). Lingkungan yang panas dapat

menyebabkan sel darah merah menjadi rusak, yaitu pecahnya membran sel

eritrosit, apabila membran sel eritrosit pecah maka cairan yang terdapat didalam

eritrosit akan keluar sel sehingga sel mengalami krenasi yang menyebabkan sel

berkeriput karena kekurangan air (Masters, 2002). Suhu merupakan salah satu

faktor penting dalam mengatur aktivitas biologis sel darah (Ramadhani, 2011).

4.3.3. Pengaruh Suhu Terhadap Kwalitas Sediaan Apus Darah

Sediaan apus darah merupakan salah satu pemeriksaan darah rutin yang

dimanfaatkan untuk menentukan karakteristik morfologi darah. Pemeriksaan ini

disebut sediaan apus darah tepi (D’Hiru, 2013). Sediaan apus darah yang

berkwalitas dapat dinilai dari aspek makroskopis dan mikroskopis. Aspek

makroskopis dan mikroskopis yang baik sangat penting dalam menilai

keberhasilan pemeriksaan sediaan apus darah tepi.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pengeringan preparat sediaan

apus darah tepi yang paling baik adalah menggunakan suhu ruang (25°C).

Pengeringan preparat sediaan apus darah menggunakan suhu 30°C dan 40°C

memberikan hasil yang buruk terhadap kwalitas mikroskopis sediaan apus darah,

hal ini menunjukkan bahwa suhu ruang (25°C) merupakan suhu optimal yang bisa

digunakan untuk mengeringkan preparat sediaan apus darah karena pada suhu

http://lib.unimus.ac.id

Page 45: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

33

tersebut memberi pengaruh baik terhadap makroskopis dan mikroskopis

morfologi sel darah merah.

Suhu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kwalitas darah. Darah

apabila disimpan pada suhu yang tinggi dapat menyebabkan sel darah merah

menjadi rusak, yaitu pecahnya membran sel eritrosit yang disebabkan oleh

pemanasan sehingga menyebabkan perubahan padamorfologi eritrosit (Masters,

2002). Kondisi penyimpanan darah yang berbeda dapat mempengaruhi secara

mikroskopis sel darah (T. Wagner et. al., 2014).

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Suhu ruang tidak dilakukan pengontrolan secara berkala

2. Pengeringan pada suhu 25°C tidak menggunakan inkubator

3. Proses pembuatan sediaan apusan darah tidak sampai pada fiksasi dan

pengecatan

4. Proses pengeringan preparat apusan darah tidak dilakukan perhitungan waktu.

http://lib.unimus.ac.id

Page 46: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pengamatan makroskopis terhadap sembilan sampel ditemukan bahwa preparat

apusan darah tepi dengan pengeringan baik pada suhu 25°C, 30°C dan 40°C

menunjukkan hasil yang sama, yaitu semua sampel memiliki bentuk dan

tampilan yang baik untuk semua variasi suhu tersebut.

2. Pengamatan morfologi sel darah merah (eritrosit) terhadap sembilan sampel

yang dibuat sediaan apus kemudian dikeringkan pada suhu 25°C ditemukan

delapan sampel (88,9%) dengan morfologi baik dan satu sampel (11,1%)

dengan morfologi buruk. Pada suhu 30°C ditemukan dua preparat (22,2%)

dengan morfologi buruk dan tujuh preparat (77,8%) dengan morfologi baik.

Pada suhu 40°C ditemukan delapan preparat (88,9%) dengan morfologi buruk

dan satu preparat (11,1%) dengan morfologi baik.

3. Ada pengaruh variasi suhu pengeringan preparat apusan darah tepi terhadap

hasil morfologi sel darah merah (eritrosit).

5.2. Saran

1. Bagi Tenaga Laboratorium

Bagi tenaga laboratorium diharapkan untuk lebih memperhatikan

mengenai faktor suhu terhadap proses pengeringan preparat apus darah tepi

agar tidak terjadi kesalahan dalam pemeriksaan.

34 http://lib.unimus.ac.id

Page 47: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

35

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar meneliti lebih dalam lagi

pada morfologi sel darah, seperti melakukan pengamatan tidak hanya eritrosit

saja tetapi leukosit dan trombosit.

http://lib.unimus.ac.id

Page 48: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

36

DAFTAR PUSTAKA

Abeshi, J. et al., 2014. Effects of Strorage at Room and Refrigerator Temperatures

on Dogs Blood Parameters. Research Article. 13(3):21-27.

Agus R, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika,

Yogyakarta.

Blasi, B et al., 2012. Red Blood Cell Strorage and Cell Morphology. Journal of

the British Blood Transfusion Society. 22: 90-96.

D’Hiru. 2013. Live Blood Analysis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Gandasoebrata R, 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat, Jakarta.

Houwen, Berend. 2000. Blood Film Preparation and Staining Procedures. Loma

Linda University School of medicine, California.

Kiswari R, 2014. Hematologi dan Tranfusi. Erlangga, Jakarta.

Koko Putro Pamungkas, 2014. Gambaran Morfologi Eritrosit Dengan

Perbandingan Lama Fiksasi. Universitas Muhammadiyah Semarang,

Semarang.

Kusumawardani E, 2010. Waspada Penyakit Darah Mengintai Anda. Hanggar

Kreator, Yogyakarta.

Masters, S. B. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik katzing: alkohol. Salemba

Medika. Jakarta.

Maurer-spurej, Elisabeth. 2001. Room Temperature Activates Human Blood

Platelets. Laboratory Investigation. 81(4):581-593.

Nugraha G, 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Trans

Info Media. Jakarta.

Onggowaluyo, Samidja. 2001. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

Sederhana. FKUI, Jakarta.

Peare, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia,

Jakarta.

Vegas, Maryo. 2012. Perbedaan Hasil Pewarnaan Giemsa dan Wright Terhadap

Morfologi Eritrosit dan Kualitas Kerataan Cat Pada Preparat Darah

Apus. Unimus, Semarang.

Wagner, T et al., 2014. Impact of Constant Strorage Temperatures and Multiple

Warming Cycles on the Quality of Stored Red Blood Cells. International

Journal of Transfusion Medicine. 106: 45-54.

http://lib.unimus.ac.id

Page 49: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

37

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian Makroskopis

Sampel

Makroskopis

Suhu 25⁰C Suhu 30⁰C Suhu 40⁰C

1 Baik Baik Baik

2 Baik Baik Baik

3 Baik Baik Baik

4 Baik Baik Baik

5 Baik Baik Baik

6 Baik Baik Baik

7 Baik Baik Baik

8 Baik Baik Baik

9 Baik Baik Baik

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian Morfologi Sel Darah Merah

Sampel

Morfologi Eritrosit

Suhu 25⁰C Suhu 30⁰C Suhu 40⁰C

1 Baik Baik Buruk 2 Baik Baik Buruk 3 Baik Baik Baik 4 Baik Buruk Buruk 5 Baik Baik Buruk 6 Baik Baik Buruk 7 Baik Buruk Buruk 8 Buruk Baik Buruk 9 Baik Baik Buruk

http://lib.unimus.ac.id

Page 50: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

38

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik Chi-Square

Crosstabs

Case Processing Summary

27 100,0% 0 ,0% 27 100,0%Suhu * Morfologi

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Suhu * Morfologi Crosstabulation

1 8 9

3,7 5,3 9,0

11,1% 88,9% 100,0%

2 7 9

3,7 5,3 9,0

22,2% 77,8% 100,0%

8 1 9

3,7 5,3 9,0

88,9% 11,1% 100,0%

11 16 27

11,0 16,0 27,0

40,7% 59,3% 100,0%

Count

Expected Count

% within Suhu

Count

Expected Count

% within Suhu

Count

Expected Count

% within Suhu

Count

Expected Count

% within Suhu

Suhu 25

Suhu 30

Suhu 40

Suhu

Total

Buruk Baik

Morfologi

Total

Chi-Square Tests

13,193a 2 ,001

14,406 2 ,001

10,858 1 ,001

27

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 3,67.

a.

http://lib.unimus.ac.id

Page 51: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

39

Frequencies

Frequency Table

Statistics

9 9 9

0 0 0

Valid

Missing

N

Morfologi

Suhu 25

Morfologi

Suhu 30

Morfologi

Suhu 40

Morfologi Suhu 25

1 11,1 11,1 11,1

8 88,9 88,9 100,0

9 100,0 100,0

Buruk

Baik

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

Morfologi Suhu 30

2 22,2 22,2 22,2

7 77,8 77,8 100,0

9 100,0 100,0

Buruk

Baik

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

Morfologi Suhu 40

8 88,9 88,9 88,9

1 11,1 11,1 100,0

9 100,0 100,0

Buruk

Baik

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

http://lib.unimus.ac.id

Page 52: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

40

Bar Chart

Buruk Baik

Morfologi Suhu 25

0

2

4

6

8

Fre

qu

en

cy

1

8

Morfologi Suhu 25

Buruk Baik

Morfologi Suhu 30

0

1

2

3

4

5

6

7

Fre

qu

en

cy

2

7

Morfologi Suhu 30

http://lib.unimus.ac.id

Page 53: PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT …repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf · PENGARUH VARIASI SUHU PENGERINGAN PREPARAT APUSAN DARAH TEPI TERHADAP HASIL MAKROSKOPIS

41

Buruk Baik

Morfologi Suhu 40

0

2

4

6

8F

req

ue

nc

y

8

1

Morfologi Suhu 40

http://lib.unimus.ac.id