pengaruh variasi perekat tetes tebu terhadap karakteristik briket bioarang dari limbah gergaji kayu...

11
Pengaruh Variasi Perekat Tetes Tebu Terhadap Karakteristik Briket Bioarang Dari Limbah Gergaji Kayu Mahoni PENGARUH VARIASI PEREKAT TETES TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH GERGAJI KAYU MAHONI Mukhamat Rizal Mubarok Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail: [email protected] I Wayan Susila Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail: [email protected] Abstrak Kebutuhan sumber energi utama di Indonesia didominasi oleh bahan bakar minyak. Tingginya permintaan berimbas pada terus menyusutnya cadangan minyak bumi, Indonesia sebagai Negara tropis dengan hasil alam melimpah, berpotensi mengembangkan biomassa sebagai bahan bakar alternatif, salah satunya adalah kayu yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Industri mebel (kayu) yang semakin berkembang perlu diimbangi dengan pemanfaatan limbah gergaji kayu, seperti pada jenis kayu mahoni yang banyak digunakan di industri mebel. Pemanfaatan limbah gergaji kayu mahoni menjadi briket (bahan bakar padat) dapat dijadikan sebagai salah satu langkah untuk mengembangkan bahan bakar alternatif bagi masyarakat. Proses pembuatan briket dimulai dengan melakukan pengarangan limbah gergaji kayu mahoni, kemudian dilakukan penumbukan dan pengayakan. Setelah itu dilakukan pencampuran serbuk arang kayu mahoni dengan perekat tetes tebu. selanjutnya dilakukan pengepresan pada cetakan dan terakhir dilakukan pengovenan briket. Jumlah sampel briket yang dibuat dalam penelitian ini adalah 5 sampel briket. dengan perbandingan bahan baku limbah gergaji kayu mahoni 30 gram untuk semua sampel dan variasi campuran perekat 33%, 38%, 41%, 44% dan 47%. Pengujian mutu briket meliputi pengujian kadar abu, kadar air, kerapatan, kuat tekan, dan nilai kalor. Parameter yang dijadikan acuan sesuai dengan mutu briket Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan campuran ideal terdapat pada sampel 3 dengan komposisi bahan 30 gram serbuk arang kayu mahoni dan 21 gram perekat tetes tebu (41%) dengan hasil pengujian kadar abu 4.96%, kadar air 3.71%, kerapatan 0,748 gr/cm 3 , kuat tekan 53.10 kgf/cm 2 , dan nilai kalor 5713.725 kal/g. Kata Kunci : limbah, kayu mahoni, tetes tebu, briket bioarang, bahan bakar alternatif. Abstract The need of major energy resources in Indonesia is dominated by the need of fuel oil. The high demand causes the decline of crude oil reservation. Indonesia as a tropical country with abundant natural resources holds a potency to develop biomass as an alternative fuel; for instance, wood which has many benefits and uses. The development of furniture (wooden) industry has to be compensated by processing sawdust of mahogany woods that are 1

Upload: alim-sumarno

Post on 15-Feb-2016

78 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : MUKHAMAT RIZAL MUBAROK

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH VARIASI PEREKAT TETES TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH GERGAJI KAYU MAHONI

Pengaruh Variasi Perekat Tetes Tebu Terhadap Karakteristik Briket Bioarang Dari Limbah Gergaji Kayu Mahoni

PENGARUH VARIASI PEREKAT TETES TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

BIOARANG DARI LIMBAH GERGAJI KAYU MAHONI

Mukhamat Rizal MubarokJurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

e-mail: [email protected]

I Wayan SusilaJurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

e-mail: [email protected]

AbstrakKebutuhan sumber energi utama di Indonesia didominasi oleh bahan bakar minyak. Tingginya permintaan berimbas pada terus menyusutnya cadangan minyak bumi, Indonesia sebagai Negara tropis dengan hasil alam melimpah, berpotensi mengembangkan biomassa sebagai bahan bakar alternatif, salah satunya adalah kayu yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Industri mebel (kayu) yang semakin berkembang perlu diimbangi dengan pemanfaatan limbah gergaji kayu, seperti pada jenis kayu mahoni yang banyak digunakan di industri mebel. Pemanfaatan limbah gergaji kayu mahoni menjadi briket (bahan bakar padat) dapat dijadikan sebagai salah satu langkah untuk mengembangkan bahan bakar alternatif bagi masyarakat. Proses pembuatan briket dimulai dengan melakukan pengarangan limbah gergaji kayu mahoni, kemudian dilakukan penumbukan dan pengayakan. Setelah itu dilakukan pencampuran serbuk arang kayu mahoni dengan perekat tetes tebu. selanjutnya dilakukan pengepresan pada cetakan dan terakhir dilakukan pengovenan briket. Jumlah sampel briket yang dibuat dalam penelitian ini adalah 5 sampel briket. dengan perbandingan bahan baku limbah gergaji kayu mahoni 30 gram untuk semua sampel dan variasi campuran perekat 33%, 38%, 41%, 44% dan 47%. Pengujian mutu briket meliputi pengujian kadar abu, kadar air, kerapatan, kuat tekan, dan nilai kalor. Parameter yang dijadikan acuan sesuai dengan mutu briket Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan campuran ideal terdapat pada sampel 3 dengan komposisi bahan 30 gram serbuk arang kayu mahoni dan 21 gram perekat tetes tebu (41%) dengan hasil pengujian kadar abu 4.96%, kadar air 3.71%, kerapatan 0,748 gr/cm3, kuat tekan 53.10 kgf/cm2, dan nilai kalor 5713.725 kal/g.Kata Kunci : limbah, kayu mahoni, tetes tebu, briket bioarang, bahan bakar alternatif.

AbstractThe need of major energy resources in Indonesia is dominated by the need of fuel oil. The high demand causes the decline of crude oil reservation. Indonesia as a tropical country with abundant natural resources holds a potency to develop biomass as an alternative fuel; for instance, wood which has many benefits and uses. The development of furniture (wooden) industry has to be compensated by processing sawdust of mahogany woods that are frequently used in furniture industries. Processing mahogany sawdust as briquette (solid fuel) can turn to be an attempt of developing alternative fuel for the society. The process of briquette making begins by charcoaling mahogany sawdust, then grinding and sieving them. Next, powdered mahogany charcoal is mixed up with molase binder. This blend is compressed within the molds and the briquette is heated. There are five samples of briquettes made during the research. The ratio of the raw materials of mahogany sawdust is 30 gram for all samples and the variations of molase by 33%, 38%, 41%, 44%, and 47%. The quality tests of the briquettes cover the test of ash content, water content, density, compressive strength, and calorific value. The parameters used as the standards are in line with the National Standards of Indonesia for the quality of briquettes. The results of this research show that the sample number 3 bear the ideal composition with 30 gram of powdered mahogany charcoal and 21 gram of molase binder (41%) by the results of ash content reaching 4.96%, water content reaching 3.71%, density reaching .748 gr/cm3, compressive strength reaching 53.10 kgf/cm2, and calorific value reaching 571.725 kal/g.Keywords: waste, mahogany woods, molasses, bio-charcoal briquette, alternative fuel.

1

Page 2: PENGARUH VARIASI PEREKAT TETES TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH GERGAJI KAYU MAHONI

JTM. Volume 4 Nomor 1 Tahun 2015, 1-7

PENDAHULUAN

Energi merupakan suatu bagian penting dalam menunjang berbagai kegiatan hidup manusia. Seiring meningkatnya pertambahan penduduk yang pesat, turut diikuti dengan kebutuhan energi yang semakin tahun semakin meningkat. Konsumsi energi yang terus menerus ini sangat menghawatirkan ketersediaan cadangan minyak. Utamanya pada sumber energi minyak bumi, kebutuhan tinggi pada minyak bumi sebagai bahan baku Bahan Bakar Minyak (BBM), membuat kebutuhan pasokan tidak pernah menurun bahkan yang terjadi terus mengalami peningkatan. Konsumen dari skala rumah tangga sampai industri, sangat mengandalkan penggunaan bahan bakar minyak dalam aktifitas sehari hari dan produksinya, hingga dapat berdampak jangka panjang pada ketersediaan sumber energi bahan bakar minyak di masa depan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang menyatakan bahwa pemerintah mengajak kepada seluruh pihak maupun kalangan masyarakat Indonesia untuk mensukseskan pengembangan sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak. Sebagai Negara dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, kebijakan pemerintah ini akan menjadi langkah positif dalam mengembangkan energi terbarukan sebagai energi alternatif,

Biomassa termasuk jenis sumber energi terbarukan yang diperoleh dari materi alami (organik) seperti limbah pertanian atau tumbuhan yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar padat, biomassa meliputi limbah kayu, pertanian, perkebunan, atau hutan. Pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat akan menjadi nilai tambah ekonomi dan nilai guna dari limbah tersebut, di sisi lain juga akan menjadi solusi penyelamatan lingkungan dari limbah yang mengganggu lingkungan. Salah satu bahan bakar dari biomassa yaitu briket bioarang atau bahan bakar padat yang dibuat dari aneka macam hayati atau biomassa. Briket termasuk bahan bakar alternatif yang paling ekonomis (terjangkau), dapat diproduksi secara massal dan proses pembuatannya yang cukup sederhana.

Briket bioarang dari limbah industri mebel kayu merupakan salah satu energi biomassa alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengatasi krisis energi khususnya ditujukan untuk sektor rumah tangga. (Haygreen Bowyer, Rustini 2004) mengemukakan bahwa sekarang ini dengan semakin berkurangnya ketersediaan bahan bakar cair dan gas, kayu dan arang kayu merupakan sumber energi yang secara ekonomis menarik untuk dijadikan energi alternatif. Penggunaan limbah mebel tersebut menjadi briket bioarang yang dalam proses pembuatannya tidak memerlukan teknologi tinggi dan diperkirakan pemasarannya akan mudah baik untuk domestik dan ekspor.

Penelitian ini membahas tentang pembuatan dan pengaruh variasi perekat tetes tebu terhadap karakteristik briket bioarang dengan bahan baku limbah kayu mahoni.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi perekat tetes tebu terhadap karakteristik

briket bioarang dari limbah gergaji kayu mahoni. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui variasi campuran bahan baku briket yang menghasilkan karakteristik terbaik atau mendekati mutu briket Standar Nasional Indonesia (SNI).

Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang pemanfaatan limbah gergaji kayu mahoni sebagai hasil sisa produksi industri mebel dan memahami tahapan proses pembuatan serta mengetahui campuran variasi perekat tetes tebu yang ideal dengan bahan baku limbah kayu mahoni dalam pembuatan briket bioarang, serta karakteristik dan kualitas briket tersebut.

METODE

Rancangan Penelitian

Gambar 1. Rancangan Penelitian

Mulai

Menetukan Masalah:“Bahan Bakar Alternatif”

Menetukan Topik:“Limbah Mebel Gergaji Kayu Mahoni ”

Menentukan Judul:“Pengaruh Variasi Perekat Tetes Tebu Terhadap

Karekteristik Briket Bioarang Dari Limbah Gergaji Kayu Mahoni”

Didukung:Literatur

Penelitian Sebelumnya

Pengambilan Data

Seminar Proposal Skripsi

Tidak Diterima Diterima

Selesai

Analisis Data dan Pembahasan

Simpulan

Pengujian Data

Sampel A = 30 gram Kayu Mahoni + 15 gram (33%) Perekat Tetes TebuSampel B = 30 gram Kayu Mahoni + 18 gram (38%) Perekat Tetes TebuSampel C = 30 gram Kayu Mahoni + 21 gram (41%) Perekat Tetes TebuSampel D = 30 gram Kayu Mahoni + 24 gram (44%) Perekat Tetes TebuSampel E = 30 gram Kayu Mahoni + 27 gram (47%) Perekat Tetes Tebu

Page 3: PENGARUH VARIASI PEREKAT TETES TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH GERGAJI KAYU MAHONI

Pengaruh Variasi Perekat Tetes Tebu Terhadap Karakteristik Briket Bioarang Dari Limbah Gergaji Kayu Mahoni

Variabel PenelitianVariabel bebas (Independent Variable): Bahan baku limbah kayu mahoni dan zat perekat tetes tebu.

Variabel terikat (Dependent Variable): kerapatan (density), kuat tekan (compressive strength) nilai kalor (heating value), kadar abu (ash content), dan kadar air (water content) briket.

Variabel kontrol (Control Variable): tekanan pengepresan sebesar 200 bar (203,97 kg/cm2), briket dicampur dengan bahan perekat berupa tetes tebu, pengovenan 150 0C selama 2 jam, dan ayakan ukuran 10 mesh.

Instrumen dan Alat PenelitianInstrumen penelitian merupakan peralatan uji yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Timbangan digital - Merk : ACIS- Tingkat Ketelitian: 0,001 gram

Mesin press- Merk : ENERPAC RO106- Spesifikasi Alat :Tekanan maksimal 10.000 psi

atau 700 bar Oven listrik: digunakan untuk proses pengeringan

briket. Oxygen Bomb Calorimeter: digunakan untuk

mengukur nilai kalor bahan bakar padat maupun cair. Dessicator: digunakan untuk menetralkan atau

mendinginkan suhu sampel uji. Furnice: digunakan untuk memanaskan sampel uji

kadar abu dengan suhu tinggi. Burnice: digunakan untuk membakar sampel uji pada

pengujian kadar abu.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Drum: digunakan sebagai wadah untuk proses

pengarangan bahan baku kayu mahoni. Tabung dan kompor LPG: digunakan untuk proses

pengarangan Penumbuk: digunakan untuk menghaluskan arang

dari kayu mahoni agar menjadi serbuk arang. Ayakan 10 mesh: digunakan untuk mengayak serbuk

arang kasar agar menjadi arang halus, sehingga partikelnya menjadi homogen (seragam).

Wadah pencampur: digunakan untuk proses pencampuran semua bahan yang akan digunakan untuk membuat briket.

Skema Tahapan Penelitian

Gambar 2. Skema Tahapan Penelitian

Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik eksperimen, yaitu teknik mengukur atau menguji objek yang diteliti dan mencatat data-data yang diperlukan. Data-data yang diperlukan adalah nilai kalor (heating value), kadar abu (ash

1

Pengeringan (Penjemuran) limbah gergaji kayu mahoni

dibawah sinar matahari

Pengarangan (Drum)

Penghalusan arang(ditumbuk)

Pengayakan

PencampuranSampel Briket

Bioarang

Sampel A 30g arang mahoni + 15g (33%) tetes tebu

Sampel B 30 g arang mahoni + 18 g (38%) tetes tebu

Sampel C 30 g arang mahoni + 21 g (41%) tetes tebu

Sampel D 30 g arang mahoni + 24 g (44%) tetes tebu

Sampel E 30 g arang mahoni + 27 g (47%) tetes tebu

Keterangan : Prosentase perekat didapat dari perhitungan jumlah berat total keseluruhan.

(Pencetakan) Mesin pressdengan pengepresan 200 bar

(cetakan ukuran Ø 5 cm,t = 10 cm)

Dioven selama 2 jam dengan suhu

150 oC

Uji Kadar Abu

Uji Kadar Air Uji Nilai

KerapatanUji Kuat Tekan

Uji Nilai Kalor

3

Page 4: PENGARUH VARIASI PEREKAT TETES TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH GERGAJI KAYU MAHONI

JTM. Volume 4 Nomor 1 Tahun 2015, 1-7

content), kadar air (water content), kerapatan (density), dan kuat tekan (compressive strength) briket bioarang.

Teknik Analisis DataTeknik analsis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah statistika deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data ini dilakukan dengan cara menelaah data yang diperoleh dari setiap perubahan yang terjadi melalui eksperimen secara langsung, dimana hasilnya berupa data kuantitatif. Tahapan berikutnya adalah mendeskripsikan atau menggambarkan data tersebut dalam bentuk tabel maupun grafik dan dalam kalimat yang mudah dibaca, dipahami, dan dipresentasikan sehingga pada intinya adalah sebagai upaya memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti (Sugiyono, 2010:29). Data yang dianalisis adalah hasil pengujian nilai kalor, kerapatan, kadar air, kadar abu, dan juga kuat tekan, lalu kemudian hasil pengujian yang diperoleh dibandingkan dengan standar mutu briket Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Standar Mutu Briket SNINo Karakteristik Standar Briket

SNI1 Kerapatan (g/cm3) 0,5-0,62 Kuat Tekan (Kg/cm2) Min 503 Nilai Kalor (Kal/g) Min 56004 Kadar Air (%) Maks 85 Kadar Abu (%) Maks 10

Sumber : Triono (2006)

HASIL DAN PEMBAHASANHasil penelitian ini merupakan sebuah hasil dari pengujian yang meliputi meliputi kadar abu, kadar air, kerapatan, kuat tekan, dan nilai kalor.

KerapatanBerikut ini merupakan hasil nilai pengujian kerapatan, seperti tampak pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Hasil Pengujian Kerapatan No Prosentase Serbuk Arang

Kayu Mahoni dan Perekat Tetes Tebu

Kerapatan(g/cm3)

1 30g BB + 15g P (33%) 0.6082 30g BB + 18g P (38%) 0.6723 30g BB + 21g P (41%) 0.7484 30g BB + 24g P (44%) 0.7935 30g BB + 27g P (47%) 0.839

Keterangan :BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni)P = Perekat (Tetes Tebu)

Hasil pengujian kerapatan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Hasil Pengujian Kerapatan

Keterangan: BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni) P = Perekat (Tetes Tebu)

Nilai kerapatan dalam standar briket SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah 0,5 – 0,6 g/cm3. Dari seluruh sampel briket yang telah dilakukan pengujian kerapatan diperoleh hasil terendah 0.608 g/cm3 pada sampel 1 dan hasil tertinggi pada sampel 5 yaitu 0.839 g/cm3, sehingga secara keseluruhan sampel briket tidak memenuhi standart SNI (Standar Nasional Indonesia).

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa kenaikan nilai kerapatan pada tiap sampel berbanding lurus dengan peningkatan jumlah prosentase perekat tetes tebu. Semakin banyak perekat yang digunakan akan menghasilkan nilai kerapatan yang tinggi atau semakin rapat. Sebaliknya semakin sedikit perekat yang digunakan maka akan menghasilkan nilai kerapatan yang rendah atau semakin rapuh. Artinya dalam penelitian yang telah dilakukan ini sejalan dengan dasar teori yang menyatakan bahwa peningkatan prosentase perekat tetes tebu pada briket akan berdampak pada semakin meningkatnya daya rekat antar partikel sehingga nilai kerapatan akan mengalami peningkatan seiring penambahan prosentase perekat tetes tebu.

Kuat TekanBerikut ini merupakan hasil nilai pengujian kuat tekan, seperti tampak pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Hasil Pengujian Kuat TekanNo Prosentase Serbuk Arang

Kayu Mahoni dan Perekat Tetes Tebu

Kuat Tekan

(kgf/cm2)1 30g BB + 15g P (33%) 28.212 30g BB + 18g P (38%) 44.653 30g BB + 21g P (41%) 53.104 30g BB + 24g P (44%) 63.355 30g BB + 27g P (47%) 70.08

Keterangan: BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni)

Page 5: PENGARUH VARIASI PEREKAT TETES TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH GERGAJI KAYU MAHONI

Pengaruh Variasi Perekat Tetes Tebu Terhadap Karakteristik Briket Bioarang Dari Limbah Gergaji Kayu Mahoni

P = Perekat (Tetes Tebu)

Hasil pengujian kuat tekan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Hasil Pengujian Kuat Tekan

Keterangan: BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni) P = Perekat (Tetes Tebu)

Pada grafik terlihat peningkatan nilai kuat tekan berbanding lurus dengan penambahan prosentase perekat tetes tebu pada setiap sampel. Nilai kuat tekan dalam standar briket SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah minimal 50 kgf/cm2. Pada penelitian ini ada beberapa variasi yang tidak memenuhi standar kuat tekan briket SNI yaitu sampel 1 dengan hasil nilai kuat tekan 28,21 kgf/cm2 dan sampel 2 dengan hasil 44,65 kgf/cm2, dari kedua sampel tersebut tampak bahwa nilai yang diperoleh berada dibawah standart briket SNI. Namun masih ada beberapa variasi yang memenuhi standar kuat tekan briket SNI yaitu sampel 3, sampel 4 dan sampel 5 dengan hasil 53,10 kgf/cm2, 63,35 kgf/cm2, dan 70,08 kgf/cm2, yang menunujukan perolehan hasil pengujian sesuai standar briket SNI.

Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan, dapat dianalisa bahwa penambahan kadar perekat tetes tebu menyebabkan semakin kuatnya ikatan antar partikel pada briket bioarang, sehingga ketahanan pada briket tersebut menjadi tidak mudah rapuh dan pecah, yang berdampak baik pada saat dilakukan distribusi yang rentan mengalami benturan pada briket.

Nilai KalorBerikut ini merupakan hasil nilai pengujian nilai kalor (heating value), seperti tampak pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Hasil Pengujian Nilai Kalor (Heating Value)No Prosentase Serbuk Arang

Kayu Mahoni dan Perekat Tetes Tebu

Nilai kalor(kalori/gram)

1 30g BB + 15g P (33%) 5907.4362 30g BB + 18g P (38%) 5834.3883 30g BB + 21g P (41%) 5713.725

4 30g BB + 24g P (44%) 5592.9625 30g BB + 27g P (47%) 5472.048

Keterangan: BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni) P = Perekat (Tetes Tebu)

Gambar 5. Hasil Pengujian Nilai Kalor

Keterangan: BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni) P = Perekat (Tetes Tebu)

Pada grafik diatas terlihat peningkatan nilai kalor berbanding terbalik dengan peningkatan prosentase perekat tetes tebu pada setiap sampel briket.

Nilai kalor ideal dalam standar briket SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah minimal 5600 kal/g. Pada penelitian ini sampel yang memenuhi standar kuat tekan briket SNI yaitu sampel 1, sampel 2 dan sampel 3 dengan hasil nilai kuat tekan 5907.436 kal/g, 5834.388 kal/g dan 5713.725 kal/g, dari hasil tiga sampel tersebut tampak bahwa nilai yang diperoleh memenuhi standart nilai kalor briket sesuai SNI. Namun ada beberapa variasi yang tidak memenuhi standar nilai kalor briket sesuai SNI yaitu sampel 4 dan sampel 5 dengan hasil 5592.962 kal/g dan 5472.048 kal/g.

Berdasarkan pengujian nilai kalor pada penelitian ini dapat dianalisa bahwa penambahan perekat tetes tebu pada briket perlu dikontrol, mengingat tetes tebu berasal dari bahan nabati (organik) yang peka terhadap kelembaban, sehingga pemakaian yang terlalu berlebihan dapat menaikkan kadar air dan kadar abu yang berpengaruh buruk pada nilai kalor briket, hal ini tampak pada hasil pengujian sampel perekat paling tinggi yaitu sampel 4 dan 5 yang memperoleh hasil nilai kalor dibawah standar SNI.

Kadar AirBerikut ini merupakan hasil pengujian kadar air (water content), seperti tampak pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Hasil Pengujian Kadar Air (Water Content)No Prosentase Serbuk Arang

Kayu Mahoni dan Perekat Tetes Tebu

Kadar Air(%)

1 30g BB + 15g P (33%) 3.082 30g BB + 18g P (38%) 3.63

1

Page 6: PENGARUH VARIASI PEREKAT TETES TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH GERGAJI KAYU MAHONI

JTM. Volume 4 Nomor 1 Tahun 2015, 1-7

3 30g BB + 21g P (41%) 3.714 30g BB + 24g P (44%) 3.815 30g BB + 27g P (47%) 4.19

Keterangan: BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni) P = Perekat (Tetes Tebu)

.

Gambar 6. Hasil Pengujian Kadar Air

Keterangan: BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni) P = Perekat (Tetes Tebu)

Pada grafik diatas terlihat kenaikan kadar air berbanding lurus dengan peningkatan prosentase perekat tetes tebu pada setiap sampel briket.

Standar nilai kadar air dalam standar briket SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah maksimal 8% w/w. Pada penelitian ini keseluruhan sampel briket memperoleh hasil sesuai standart SNI, dengan hasil pengujian yang berkisar mulai dari yang terkecil yaitu sampel 1 dengan kadar air 3.08% w/w dan kadar air tertinggi pada sampel 5 dengan kadar air 4.19% w/w, hal ini menunujukan bahwa perolehan hasil pengujian kadar air pada pada penelitian ini memenuhi standar briket SNI.

Berdasarkan hasil pengujian kadar air pada penelitian ini dapat dianalisa bahwa semakin banyak perekat yang digunakan, maka semakin tinggi pula kadar air yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan sifat perekat tetes tebu yang berbentuk cair dan karakteristik perekat organik yang peka terhadap kelembaban sehingga berakibat pada meningkatnya nilai kadar air seiring bertambahnya prosentase perekat.

Kadar abuBerikut ini merupakan hasil nilai pengujian kadar

abu (ash content), seperti tampak pada tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Hasil Pengujian Kadar Abu (Ash Content)No Prosentase Serbuk Arang

Kayu Mahoni dan Perekat Tetes Tebu

Kadar Abu (%)

1 30g BB + 15g P (33%) 4.712 30g BB + 18g P (38%) 4.94

3 30g BB + 21g P (41%) 4.964 30g BB + 24g P (44%) 5.015 30g BB + 27g P (47%) 5.15

Keterangan :BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni)P = Perekat (Tetes Tebu)

Gambar 7. Hasil Pengujian Kadar Abu

Keterangan: BB = Bahan Baku (Kayu Mahoni) P = Perekat (Tetes Tebu)

Pada grafik diatas tampak bahwa kenaikan kadar abu berbanding lurus dengan peningkatan prosentase perekat tetes tebu pada setiap sampel briket.

Standar nilai kadar abu dalam standar briket SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah maksimal 10% w/w. Pada penelitian ini keseluruhan sampel briket memperoleh hasil sesuai standart SNI, dengan hasil pengujian yang berkisar mulai dari yang terkecil yaitu sampel pertama dengan kadar abu 4.71% w/w dan kadar abu tertinggi pada sampel kelima dengan kadar abu 5.15% w/w, hal ini menunjukan bahwa perolehan hasil pengujian kadar abu pada semua sampel penelitian ini memenuhi standar briket SNI (Standar Nasional Indonesia). Kesimpulan pada pengujian kadar abu dalam penelitian ini adalah meningkatnya kadar abu dipengaruhi oleh banyaknya prosentase perekat tetes tebu pada briket.

Perbandingan Hasil Pengujian Karakteristik Briket Bioarang dengan Standar Mutu Briket SNI (Standar Nasional Indonesia

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, perbandingan hasil penelitian briket bioarang dengan standar mutu briket SNI (Standar Nasional Indonesia) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. :

Tabel 7. Perbandingan Hasil Uji dengan Standar SNI

5

Page 7: PENGARUH VARIASI PEREKAT TETES TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH GERGAJI KAYU MAHONI

Pengaruh Variasi Perekat Tetes Tebu Terhadap Karakteristik Briket Bioarang Dari Limbah Gergaji Kayu Mahoni

Keterangan:: Memenuhi Standar Mutu Briket

: Belum Memenuhi Standar Mutu BriketDari data hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa

sampel 3 dengan campuran 30 gram arang kayu mahoni dan 21 gram perekat tetes tebu (41%) adalah campuran variasi perekat terbaik. Meski nilai kerapatan tidak masuk dalam standar SNI, namun memenuhi standar mutu briket SNI pada karakteristik yang lain, yakni kadar air, kadar abu, kuat tekan, dan nilai kalor.

Mengenai hasil pengujian semua sampel yang tidak memenuhi standart SNI pada karakteristik kerapatan, dapat dianalisa sebagai berikut: Tetes tebu yang digunakan belum melalui proses

penyaringan, sehingga material padatan ikut tercampur pada briket.

Tekanan pengepresan terlalu tinggi, perlu dilakukan pengurangan beban tekanan agar kerapatan briket berkurang.

PENUTUP

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, pengujian, analisa, dan pembahasan yang telah dilakukan tentang pengaruh variasi perekat tetes tebu terhadap karakteristik briket bioarang dari limbah gergaji kayu mahoni, maka dapat disimpulkanan bahwa: Penambahan jumlah perekat berpengaruh signifikan

terhadap karakteristik briket yaitu kerapatan, kuat tekan, kadar abu dan kadar air. Semakin banyak perekat yang digunakan maka akan menghasilkan nilai kerapatan, kuat tekan, kadar abu dan kadar air semakin tinggi kecuali nilai kalor berbanding terbalik.

Perbandingan ideal pada penelitian ini terdapat pada sampel 3 dengan komposisi bahan 30 gram serbuk arang kayu mahoni dan 21 gram (41%) perekat tetes tebu dengan hasil pengujian kadar abu sebesar 4.96%, kadar air sebesar 3.71%, kuat tekan sebesar 53.10 kgf/cm2, dan nilai kalor sebesar 5713.725 kal/g.

SaranBerdasarkan hasil penelitian, pengujian, analisa, dan

pembahasan yang telah dilakukan tentang pengaruh variasi perekat tetes tebu terhadap karakteristik briket bioarang dari limbah gergaji kayu mahoni, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

Pastikan pada bahan baku dilakukan penjemuran terlebih dahulu sampai betul-betul kering, sehingga proses selanjutnya pada tahap pengarangan menjadi maksimal dan tidak banyak asap.

Serbuk arang yang digunakan sebagai bahan baku sebaiknya tidak terlalu halus, karena akan menyulitkan pemadatan ketika dicetak.

Lakukan penyaringan tetes tebu sebelum digunakan, agar material padatan pada tetes tebu terpisah, sehingga zat perekat menjadi homogen.

Untuk menjaga kualitas briket bioarang sebaiknya penyimpanan briket ditempatkan diwadah yang tertutup atau dikemas rapat sehingga tidak terkena kelembaban dari udara luar.

DAFTAR PUSTAKA

Hendra, D. 1999. Bahan Baku Pembuatan Arang dan Briket Arang. Litbang Hutan. Gunung Batu. Bogor

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Kanisius

Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl) dan Sengon (Paraserienthes falcatia) dengan Penambahan Tempurung Kelapa. Bogor : ITB.

Wijayanti Tri. 2008. Pembuatan Biobriket Dari Campuran Limbah Kacang Tanah Dan Limbah Kacang Mete Menggunakan Perekat Tetes Tebu. Surabaya: JTM FT Unesa

1

7

7