pengaruh variasi jumlah minyak jinten hitam (nigella...
TRANSCRIPT
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH VARIASI JUMLAH MINYAK JINTEN
HITAM (Nigella sativa L.) DALAM MIKROKAPSUL
TERHADAP UJI PELEPASAN IN VITRO
SKRIPSI
ANIS KHILYATUL AULIYA
1112102000097
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
SEPTEMBER 2016
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH VARIASI JUMLAH MINYAK JINTEN
HITAM (Nigella sativa L.) DALAM MIKROKAPSUL
TERHADAPUJI PELEPASAN IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ANIS KHILYATUL AULIYA
1112102000097
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
SEPTEMBER2016
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi adalah benar hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Anis Khilyatul Auliya
NIM : 1112102000097
Tanda tangan :
Tanggal : 26 September 2016
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : Anis Khilyatul Auliya
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Pengaruh Variasi Jumlah Minyak Jinten Hitam (Nigella
sativa L.) pada Mikrokapsul Terhadap Uji PelepasanIn
Vitro
Jinten hitam (Nigella sativa L.) merupakan tanaman herbal berbunga tahunan
yang banyak ditanam di negara India, Mesir dan Timur Tengah. Tanaman ini
memiliki berbagai aktivitas farmakologi, seperti antioksidan, antikanker,
antibiotik, dll, namun minyak jinten hitam bersifat tidak stabil dan mudah
teroksidasi. Dipilih metode yang dapat mempertahankan stabilitas dari minyak
jinten hitam akibat oksidasi. Salah satu metode yang dipilih yaitu
mikroenkapsulasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh
variasi jumlah minyak jinten hitam (Nigella sativa L.)dalam mikrokapsul terhadap
uji pelepasan in vitro. Mikrokapsul dibuat dengan metode gelasi ionik
menggunakan polimer natrium alginat dengan agen cross-link yaitu CaCl2dan
dilakukan evaluasi karakteristik meliputi rendemen sampel, diameter partikel, dan
organoleptis mikrokapsul minyak jinten hitam. Kemudian ditentukan kadar
minyak jinten hitam didalam mikrokapsul serta uji pelepasan in vitro minyak
jinten hitam dalam mikrokapsul. Hasil karakterisasi mikrokapsul F1 (minyak
jinten hitam 20%), F2 (minyak jinten hitam 25%), dan F3 (minyak jinten hitam
30%) secara berturut-turut yaitu nilai rendemen sampel 64.72%, 68.55%, 62.75%,
rata-rata diameter ukuran mikrokapsul 1.628 µm, 1.784 µm, dan 2.127 µm, berat
zat aktif terjerap 1710.792 mg, 1937.457 mg, 1991.858 mg, nilai kandungan zat
aktif minyak jinten hitam dalam mikrokapsul adalah 26.42%, 28.26% dan
31.74%, hasil kadar pelepasan yaitu 108.466 ± 2.746 mg, 124.694 ± 0,615 mg,
dan 127.602 ± 2.649 mg, nilai persentase pelepasan adalah 81.99 ± 4.1%, 88.19 ±
0.37%, dan 80.31 ± 1.62%. Hal ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi
minyak jinten hitam mempengaruhi pelepasan in vitro minyak jinten hitam dari
mikrokapsul dan mempengaruhi ukuran diameter mikrokapsul.
Kata kunci: Minyak jinten hitam, mikrokapsul, gelasi ionik, uji pelepasan in vitro
vii
ABSTRACT
Name : Anis Khilyatul Auliya
Major : Pharmacy
Title : Effect of Variation Sum of Black Cumin oil (Nigella
sativa L.) in microcapsules of In Vitro Release Testing
Black cumin (Nigella sativa L.) is an annual flowering herb that is widely grown
in India, Egypt and the Middle East. This plant has a variety of pharmacological
activities, such as antioxidant, anticancer, antibiotics, etc., but it is unstable and
easily oxidized. Selected methods to maintain the stability of black cumin oil from
oxidation. One method that is chosen is microencapsulated.The purpose of this
study is to see the effect of varying the amount of black cumin oil (Nigella sativa
L.) in the black cumin oil microcapsules on in vitro release assays. The
microcapsules prepared by ionic gelation method uses sodium alginate polymer
with a cross-link agent is CaCl2 and evaluated characteristics include sample
extraction, particle diameter, and organoleptic microcapsules black cumin
oil.Then determined grade black cumin oil in the of microcapsules and release
assays in vitro black cumin oil in microcapsules. The characterization results of
microcapsules F1(black cumin oil 20%), F2 (black cumin oil 25%) and F3 (black
cumin oil 30%)respectively value is the yield sample 64.72%, 68.55%, 62.75%,
the average a diameter size of the microcapsules 1.628 μm, 1.784 μm, and 2.127
μm, the weight of the active substance entrapped 1710.792 mg, 1937.457 mg,
1991.858 mg, the value of the active substance oil content of black cumin in
microcapsules was 26.42%, 28.26% and 31.74%, the results of grade release are
108.466 ± 2.746 mg, 124.694 ± 0.615 mg, and 127.602 ± 2.649 mg, percentage
release was 81.99 ± 4.1%, 88.19 ± 12:37%, and 80.31 ± 1.62%. It showed that the
variation of concentration black cumin oil affect the in vitro release of black
cumin oil from microcapsules and affect the size of diameter microcapsules.
Keyword: Black cumin oil, microcapsules, ionic gelation, in vitro release test
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunanskripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Jumlah Minyak Jinten
Hitam (Nigella sativa L.) pada Mikrokapsul Terhadap Uji Pelepasan In
Vitro”. Skripsi inidisusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
pendidikantingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi. Penulis menyadari
bahwadalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud dan
berjalanjalan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalamkesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M.KM. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi
FakultasKedokterandan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt. selaku pembimbing akademik mahasiswa 2012
D.
4. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt. dan Ibu Herdini, M.Si.,Apt. selaku
pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, sertabimbingan
kepada penulis selama penelitian.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
sehinggapenulis dapat menyelesaikan studi di program studi Farmasi FKIK
UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
6. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Walid, Kak
Rachmadi, Kak Eris, Kak Lisna, Kak Zaenab,dan Mbak Rani yang telah
memberikan bantuan selamapenelitian.
7. Bapak Subandrio dan Ibu Emi Hidayati selaku orang tua yang selalu
memberikan do’a, kasih sayang, bantuan material maupun non material,
dukungan serta motivasi kepada penulis.
8. Bahtiar Alamsyah dan Ridho selaku kakak dan adik yang selalu memberikan
do’a dan dukungan kepada penulis.
9. Ibu Yustiti Mufidah dan Bapak M. Amin selaku Tante dan Om yang selalu
memberikan do’a, bantuan dan dukungan kepada penulis.
10. Tim penelitian Ayunop, Chalila, Adina, Boy dan Alam yang telah
memberikansemangat, bantuan, serta kebersamaan selama penelitian.
11. Sahabat-sahabat tercinta, Siti Zaenab Budianti, Maulina Dian Endarty,
Khoiriyatus Sholihah dan Nur Khasanahyang telah memberikan do’a,
semangat dan motivasi kepadapenulis.
12. Sahabat-sahabat CSS MoRA UIN Jakarta, khususnyaprodiFarmasiyang telah
memberikan do’a, semangat dan motivasi kepadapenulis.
13. Ghilman Dharmawan yang telah memberikan do’a, bantuan, semangat dan
motivasi kepadapenulis.
14. Teman-teman Farmasi 2012 atas kebersamaan dan memotivasi penulis baik
selama pengerjaan skripsi maupun selama perkuliahan.
ix
15. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian
skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal
ibadah dan dibalas oleh Allah SWT dengan berlipat ganda. Semoga penelitian ini
dapat bermanfaaat bagi penulis serta pembaca pada umumnya. Aaamiin Yaa
Robbal’aalamiin.
Ciputat, 26 September 2016
Penulis
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1. Jintan Hitam (Nigella sativa L.) ....................................................... 4
2.1.1. Klasifikaasi ............................................................................. 4
2.1.2. Budidaya ................................................................................. 5
2.1.3. Morfologi ................................................................................ 5
2.1.4. Ekologi dan penyebaran ......................................................... 5
2.1.5. Bagian tanaman yang digunakan ........................................... 5
2.1.6. Kandungan Kimia ................................................................... 5
2.1.7. Khasiat dan kegunaan ............................................................. 8
2.2. Natrium Alginat................................................................................ 11
2.2.1. Aspek kimia ............................................................................ 12
2.2.2. Aspek Fisika ........................................................................... 12
2.3. Tragakan ........................................................................................... 12
2.3.1. Aspek kimia ............................................................................ 13
2.3.2. Aspek fisika ............................................................................ 13
2.4. Kalsium Klorida (CaCl2) .................................................................. 13
2.4.1. Aspek kimia ............................................................................ 13
2.4.2. Aspek fisika ............................................................................ 14
2.5. Mikroenkapsulasi ............................................................................. 14
2.5.1. Tujuan mikroenkapsulasi ........................................................ 15
2.5.2. Morfologi mikrokapsul .......................................................... 15
2.5.3. Sifat zat aktif untuk sediaan mikrokapsul .............................. 16
2.5.4. Mekanisme pelepasan ............................................................ 16
2.5.5. Evaluasi mikrokapsul ............................................................. 16
2.6. Metode mikroenkapsulasi Gelasi Ionik ............................................ 17
2.7. Uji pelepasan in vitro ....................................................................... 19
2.8. Spektrofotometri UV-Vis ................................................................ 20
2.8.1. Teori spektroskopi .................................................................. 20
xii
2.8.2. Komponen Spektrofotometri UV-Vis ..................................... 21
2.8.3. Hukum Lambert-Beer ............................................................ 21
2.8.4. Analisis Kuantitatif ............................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 24
3.1. Lokasidan waktu penelitian .............................................................. 24
3.2. Bahan penelitian ............................................................................... 24
3.3. Alat-alat ............................................................................................ 24
3.4. Prosedur penelitian ........................................................................... 24
3.4.1. Validasi metode ................................................................... 24
3.4.1.1. Kondisi Spektrofotometri UV-Vis ........................ 24
3.4.1.2. Preparasi standar .................................................... 25
3.4.1.3. Spesifisitas ............................................................. 25
3.4.1.4. Linearitas dan kurva kalibrasi ............................... 25
3.4.1.5. Presisi .................................................................... 26
3.4.1.6. Limit of Detection (LOD) and Limit of
Quantification (LOQ) ............................................ 26
3.4.2. Pembuatan mikrokapsul minyak jinten hitam ...................... 27
3.4.2.1. Formula mikrokapsul minyak jinten hitam ............ 27
3.4.2.2. Pembuatan emulsi minyak jinten hitam ................. 27
3.4.2.3. Pembuatan mikrokapsul minyak jinten hitam ....... 27
3.4.3. Evaluasi Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam ........................ 28
3.4.3.1. Rendemen sampel ................................................. 28
3.4.3.2. Pengamatan organoleptis mikrokapsul minyak
jinten hitam ............................................................. 28
3.4.3.3. Pengukuran diameter mikrokapsul minyak
jinten hitam ............................................................. 28
3.4.4. Pengukuran kadar minyak jinten hitam dalam
mikrokapsul .......................................................................... 28
3.4.5. Uji pelepasan in vitro mikrokapsul minyak jinten hitam .... 29
3.4.5.1. Uji pelepasan in vitro mikrokapsul minyak jinten .. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 30
4.1. Validasi metode Spektrofotometri UV-Vis ..................................... 30
4.1.1. Spesifisitas ........................................................................... 30
4.1.2. Linearitas dan kurva kalibrasi ............................................. 32
4.1.3. Presisi .................................................................................. 33
4.1.4. Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantification
(LOQ) ................................................................................... 33
4.2. Pembuatan emulsi minyak jinten hitam ........................................... 34
4.3. Evaluasi mikrokapsul minyak jinten hitam ..................................... 35
4.3.1. Rendemen sampel minyak jinten hitam .............................. 35
4.3.2. Pengamatan organoleptis mikrokapsul minyak jinten
hitam ................................................................................. 36
4.3.3. Pengukuran diameter mikrokapsul minyak jinten hitam ..... 37
4.4. Pengukuran kadar minyak jinten hitam dalam mikrokapsul ........... 38
4.5. Uji pelepasan in vitro mikrokapsul minyak jinten hitam ................ 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 43
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 43
5.2. Saran ................................................................................................ 43
xiii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 44
LAMPIRAN ....................................................................................................... 48
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1. Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ............................................. 4
Gambar 2.2.Struktur timokuinon yang terkandung
dalamminyakjintenhitam(Nigella sativa) ..................................... 8
Gambar 2.3.Struktur Kimia Natrium Alginat .................................................... 12
Gambar 2.4.Lapisan Mikroenkapsulasi ............................................................. 14
Gambar 2.5.Mikrosfer dan Mikrokapsul ........................................................... 15
Gambar 2.6.Proses terjadinya tautan silang antara polimer natrium alginat
dan ion kalsium ............................................................................. 18
Gambar 2.7.Proses pembuatan dan pengikatan mikrokapsul ............................ 19
Gambar 4.1.Panjang gelombang minyak jinten hitam 1000 ppm (λ=252 nm) 30
Gambar 4.2.Panjang gelombang mikrokapsul minyak jinten hitam 1000 ppm
(λ=252 nm) ................................................................................... 31
Gambar 4.3.Panjaang gelombang campuran antara minyak jinten hitam
danmikrokapsul minyak jinten hitam pada konsentrasi 1000
ppm (λ=252 nm) ......................................................................... 31
Gambar 4.4.Grafik Kurva Kalibrasi Minyak Jinten Hitam .............................. 32
Gambar 4.5.Hasil sentrifugasi emulsi minyak jinten hitam selama 3 menit .... 35
Gambar 4.6.Proses pembuatan mikrokapsul dengan polimer natrium alginat . 37
Gambar 4.7.Profil pelepasan minyak jinten hitam dalam mikrokapsul ........... 40
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.Komposisi biji jintan hitam ................................................................ 7
Tabel 2.2.Komposisi mineral biji jintan hitam .................................................. 7
Tabel 3.1.Formulasi Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam dengan 3 variasi
konsentrasi ........................................................................................ 27
Tabel 4.1.Hasil absorbansi standar minyak jinten hitam (λ=252 nm) ............... 32
Tabel 4.2.Hasil uji presisi metode pada Spektrofotometri UV ......................... 33
Tabel 4.3.LOD dan LOQ untuk persamaan linear minyak jinten hitam ............ 34
Tabel 4.4.Hasil pengamatan pemisahan emulsi minyak jinten hitam ................ 34
Tabel 4.5.Data rendemen sampel minyak jinten hitam ..................................... 35
Tabel 4.6.Hasil pengamatan organoleptis mikrokapsul minyak jinten hitam .... 36
Tabel 4.7.Hasil pengukuran diameter mikrokapsul minyak jinten hitam .......... 38
Tabel 4.8.Data kandungan minyak jinten hitam dalam mikrokapsul ................. 39
Tabel 4.9.Data bobot MMJH yang terlepas dan persen pelepasan MMJH ....... 41
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Penelitian ....................................................................... 48
Lampiran 2. Perhitungan Bahan Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam ............... 49
Lampiran 3.Pembuatan phosfat buffer saline (PBS) ......................................... 49
Lampiran 4.Perhitungan Larutan CaCl2 0,5 M (50 mL) ................................... 50
Lampiran5.Perhitungan Hasil Rendemen Proses .............................................. 50
Lampiran 6.DokumentasiMinyakJintenHitam .................................................. 51
Lampiran 7.
Gambarhasilpengamatanorganoleptismikrokapsulminyakjinten
hitam ............................................................................................. 51
Lampiran8.Scanning Panjang Gelombang Maksimum Minyak Jinten Hitam
100 ppm (λ = 252) ........................................................................ 52
Lampiran 9.Scanning Panjang Gelombang MaksimumMikrokapsul Minyak
Jinten Hitam 1000 ppm (λ = 252) ................................................. 53
Lampiran 10.Scanning Panjang Gelombang Maksimum Selektivitas Minyak
Jinten Hitam dan Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam 1000 ppm
(λ = 252) ....................................................................................... 54
Lampiran 11.Data Absorbansi Kurva Minyak Jinten Hitam ............................. 54
Lampiran 12.Perhitungan Kadar Minyak Jinten Hitam dari Mikrokapsul ........ 55
Lampiran 13. Data Uji Pelepasan In Vitro Mikrokapsul Minyak Jinten
Hitam ............................................................................................ 59
Lampiran 14. Kurva Profil Pelepasan Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam ...... 60
Lampiran 15. Sertifikat Analisa Natrium Alginat ............................................. 62
Lampiran 16. Sertifikat Analisa Tragakan ........................................................ 63
Lampiran 17. Sertifikat Analisa Minyak Jinten Hitam ..................................... 64
Lampiran 19. Sertifikat Analisa Kalsium Klorida ............................................ 65
1 UIN Syarif hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jinten hitam merupakan tanaman herbal berbunga tahunan yang
banyak ditanam di negara Mediterania, Timur Tengah, Eropa Timur, dan
Asia Barat. Di Timur Tengah, Afrika Utara, dan India biji jinten hitam
telah lama digunakan secara tradisional untuk pengobatan berbagai macam
penyakit (Burits and Bucar, 2000; Padmaa, 2010), bumbu masakan
terutama oleh masyarakat di Timur Tengah dan Asia Barat (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009; Paarakh, 2010).
Harzallah et al. (2011) mendeteksi kandungan minyak atsiri atau
essensial oil jintan hitam menggunakan Gas Chromatography Mass
Spectra (GC-MS) mengandung: p-cymene (49.48%), a-thujene (18.93%),
a-pinene (5.44%), ß-pinene (4.31%), y-terpinene (3.69%), dan timokuinon
(0.79%). Pada minyak atsiri jintan hitam diketahui mengandung
dithymoquinone, thymohydroquinone, nigellone, carvacrol, d-limonene, d-
citronellol, 2-(2-methoxypropyl)-5-methyl-1,4-benzenediol dan thymol
yang memiliki aktivitas farmakologi, diantaranya sebagai penghilang sakit
(analgesik), antipembengkakan (antiinflamasi), antialergi (antihistamin),
mampu menghambat proliferasi (produksi) sel kanker, antiangiogenesis
(menghentikan pembentukan pembuluh darah bagi sel kanker),
antioksidan dan antimikroba (Junaedi et al., 2011).
Berbagai kondisi lingkungan dapat mempengaruhi stabilitas dari
minyak jinten hitam, seperti adanya cahaya, suhu, kelembapan, dan siklus
freeze/thaw yang secara signifikan dapat mempengaruhi stabilitas kimia
dari minyak jinten hitam (Lopez, et al., 2012). Beberapa upaya telah
dilakukan untuk meningkatkan stabilitas minyak biji jinten hitam.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indayanti, 2014,
telah dibuat emulsi minyak biji jinten hitam tetapi emulsi tersebut tidak
stabil secara kimia. Sediaan yang mengandung minyak rentan terhadap
2
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
oksidasi. Oleh karena ini, dipilih metode yang dapat meningkatkan
stabilitas dari minyak jinten hitam akibat oksidasi. Salah satu metode yang
dipilih yaitu mikroenkapsulasi (Sugindro, et al., 2008).
Mikroenkapsulasi merupakan teknik untuk melindungi bahan inti
(core) yang semula berbentuk cair menjadi bentuk padatan sehingga
mudah dalam penanganannya serta dapat melindungi inti dari kehilangan
komponen-komponen zat aktifnya (Soottitantawat et al. 2003;
Gharsallaoui et al. 2007; Marcuzzo et al. 2010; dan Medovic et al. 2011)
dengan ukuran partikel berkisar antara 1-5000 mikrometer (Benita, 2006).
Telah dilakukan mikroenkapsulasi dari ekstrak biji jintan hitam pahit
melalui proses kimia, yaitu dengan metode semprot kering (spray drying)
menggunakan penyalut gom arab dan maltodekstrin. Tetapi, pada
penyimpanan mikrokapsul selama 28 hari didapatkan penurunan kadar
timokuinon dalam mikrokapsul hingga sebesar 90%. Hal ini dikarenakan
pada metode semprot kering (spray drying) adanya proses automisasi yang
menyebabkan lapisan kulit (shell) yang terbentuk tidak begitu kuat dan
mengakibatkan semua materi kurang terlindungi, sehingga banyak
komponen-komponen yang mudah menguap hilang (Sugindro, et al.,
2008).
Teknik lainnya yang biasa dilakukan untuk mengenkapsulasi
minyak jinten hitam adalah melalui metode gelasi ionik. Telah dilakukan
mikroenkapsulasi dengan metode gelasi ionik menggunakan penyalut
crosslink Ca dan alginat terhadap minyak cengkeh (Eugenis
caryophyllata), minyak kayu manis (Cinnamomum zeylanicum), dan
minyak thyme (Thymus vulgaris) dengan hasil efisiensi enkapsulasi pada
kisaran 90%-94 berdasarkan tipe dari tiap minyak, serta sediaan
mikrokapsul tersebut dapat menurunkan kecepatan penguapan dari minyak
(Soliman, et al., 2013).
Parameter lain yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji
pelepasan in vitro mikrokapsulasi minyak jinten hitam. Uji pelepasan in
vitro penting dilakukan untuk mengevaluasi pelepasan obat dari bentuk
sediaan padat dan setengah padat. Pengujian ini dikembangkan untuk
3
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
kuantifikasi terhadap jumlah dan tingkat pelepasan obat dari bentuk
sediaan. Karena perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam formulasi dapat
mengubah pelepasan obatnya (Ramteke; Dighe; Kharat & Patil, 2014).
Pada penelitian ini digunakan alat uji disolusi tipe keranjang (apparatus
tipe 1). Alat uji tipe keranjang digunakan karena dapat menahan cuplikan
mikrokapsul didalamnya, sehingga dapat terjadi pelepasan zat aktif yang
optimal dengan kecepatan putaran yang konstan pada suhu 37°C ± 0,5.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh variasi jumlah minyak jinten hitam (Nigella
sativa L.) pada mikrokapsul minyak jinten hitam terhadap pelepasan in
vitro?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh variasi
jumlah minyak jinten hitam (Nigella sativa L.) pada mikrokapsul minyak
jinten hitam terhadap pelepasan in vitro.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
tentang pengaruh variasi jumlah minyak jinten hitam pada mikrokapsul
terhadap profil pelepasan in vitro.
4 UIN Syarif hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jintan Hitam (Nigella sativa L.)
2.1.1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Mangliophyta
Kelas : Mangliopsida
Sub Kelas : Mangliidae
Ordo : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Spesies : Nigella sativa Linn.
Nama lain Nigella sativa L. diantaranya adalah: Kalonji (bahasa Hindi),
Kezah (Hebrew), Chamusha (Rusia), Habbatus Sauda’ (Araba), Siyah
daneh (Persian), Fennel Flower / Black Carraway / Nutmeg Flower /
Roman Coriander / Black Onian Seed (English), atau Jinten Hitam
(Indonesia).
Gambar 2.1. Gambar Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Sumber: husdiana.wordpress.com; www.bantarangin.net; www.arrahmah.com
5
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
2.1.2. Budidaya
Jinten hitam (Nigella sativa Linn.) tumbuh 2500 meter di atas
permukaan laut. Jinten hitam dikenal sebagai tumbuhan liar dan
dibudidayakan di India, Mesir dan Timur Tengah. Selain di negara-negara
tersebut jinten hitam juga dibudidayakan di Sri Lanka, Bangladesh, Nepal,
Mesir, Irak dan Pakistan. Namun di negara-negara ini pembudidayaannya
masih dalam skala kecil. India termasuk negara produsen jintan hitam
terbesar (Malhotra, 2004).
2.1.3. Morfologi
Tanaman jintan hitam merupakan jenis tanaman berbunga, tumbuh
setinggi 30-35 cm, berbatang tegak, berkayu dan berbentuk bulat
menusuk. Daunnya runcing, bercabang, bergaris, kadang-kadang tunggal
atau bisa majemuk dengan posisi tersebar berhadapan. Bentuk daun bulat
telur berujung lancip, permukaan daun berbulu halus. Tanaman ini
memiliki bunga yang berbentuk beraturan, berwarna biru pucat atau putih
dengan 5-10 mahkota bunga, dan akan menjadi buah berbentuk bumbung
atau kurung berbentuk bulat panjang. Buahnya keras seperti buah buni,
berisi 3-7 folikel, masing-masing berisi banyak biji atau benih yang sering
digunakan sebagai bahan rempah. Rasa pahit yang tajam dengan bau khas
(Savitri, 2008).
2.1.4. Ekologi dan penyebaran
Tumbuh dari daerah Levant ke arah timur Samudera Indonesia
sebagai gulma semusim.
2.1.5. Bagian tanaman yang digunakan
Biji
2.1.6. Kandungan kimia
Biji jintan hitam mengandung asam amino yaitu berupa leucine,
valine, lysine, threonine, phenylalanine, isoleucine, histidine, methionine,
glutamic acid, arginine, aspartic acid, glysin, proline, serine, alanine,
tyrosine, cystine (Al-Jassir, 1992). Minyak atsiri (0,5 – 1,6%). Minyak
6
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
atsiri yang terkandung di dalam biji jintan ini meliputi nigellone,
thymoquinone, thymohydroquinone, dithymoquinone, thymol, carvacrol, α
dan β-pinene, d-limonene, d-citronellote, dan p-cymene (Ali-Ali,
Alkhawajah, Rhandhawa dan Shaikh, 2008). Kandungan lain dari biji
jintan hitam adalah dithymoquinone, thymoquinone, oxy-coumarin, 6-
methoxy coumarin 7-hidroxy-coumarin, steryl-glucoside (Randhawa,
2008).
Asam lemak (35,6 – 41,6%) yang terkandung didalam biji jintan
hitam seperti asam arakidonat, asam linoleat, asam oleat, asam palmitat,
asam stearat, dan asam miristat. Selain itu jintan hitam juga mengandung
protein (22,7%), asam amino meliputi albumin, globulin, lisin, leusin,
isoleusin, valin, glisin, alanin, fenilalanin, arginin, asparagin, sistein, asam
glutamat, asam aspartat, prolin, serin, treonin, triptopan dan tirosin. Dalam
jintan hitam terdapat juga senyawa alkaloid meliputi nigellicine,
nigellidine-N-oxide. Mineral (1,79 – 3,74%), meliputi Fe, Na, Cu, Zn, P
dan Ca. Vitamin seperti asam askorbat, tiamin, niasin, piridoksin, dan
asam folat. Karbohidrat (33,9%), serat (5,5%), dan air (6%). Selain itu,
terkandung juga senyawa flavanoid, saponin, terpenoid, alpipatic alcohol,
unsaturated α-β-hidroxy ketone, sterol, ester serta asam organik. Bijinya
juga mengandung lipase, fitosterol dan β-sitosterol (Gilani, Jabeen dan
Khan, 2004).
Pada bagian luar (kulit) biji terdapat sulfat (garam asam belerang),
fosfor, fosfat, karotin, besi, dan salinium. Pada bagian dalam (isi), terdapat
kandungan minyak, enzim, hormon, dan baham-bahan karbohidrat dan
protein. Pada bagian yang memisahkan kulit dan isi, yang berwarna
cokelat mengandung tocopherol, bahan-bahan yang bersifat sulfat, dan
tembaga, juga mengandung antibiotik serta hormon-hormon dan
sebagainya (Hasan M.M, 2007).
7
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1. Komposisi biji jintan hitam
Komposisi Nilai Mean ± SD (%)
Air 6.46 ± 0.17
Protein 22.80 ± 0.60
Lemak 31.16 ± 0.82
Serat 6.03 ± 0.16
Abu 4.20 ± 0.11
Total Polifenol (mg asam galat/kg minyak) 310.26 ± 6.82
Sumber : Sultan et al. 2009.
Biji jintan hitam mengandung sejumlah mineral yang penting bagi
tubuh. Kandungan fosfor dan kalsium pada biji jintan hitam lebih besar
dari elemen mineral yang lain. Beberapa penelitian telah menentukan
komposisi mineral pada biji jintan hitam, diantaranya yang dilakukan oleh
Sultan et al. 2009 (Tabel 2.2.).
Tabel 2.2. Komposisi mineral biji jintan hitam
Mineral (mg/100g) Jumlah
Kalsium (Ca) 570 ± 21.5
Fosfor (P) 543 ± 10.04
Magnesium (Mg) 265 ± 4.87
Sodium (Na) 17.6 ± 2.21
Iron (Fe) 9.70 ± 0.65
Mangan (Mn) 8.53 ± 0.11
Zinc (Zn) 6.23 ± 0.21
Tembaga (C) 2.60 ± 0.03
Sumber : Sultan et al. 2009.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Harzallah et al. (2011),
minyak atsiri atau essensial oil jintan hitam yang dideteksi menggunakan
Gas Chromatography Mass Spectra (GC-MS) mengandung: p-cymene
(49.48%), a-thujene (18.93%), a-pinene (5.44%), ß-pinene (4.31%), y-
terpinene (3.69%), dan thymoquinone (0.79%). Jintan hitam juga
mengandung alkaloid seperti koumarin; nigellicine, nigellidine, dan
8
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
nigellimine-N-oxide. Minyak atsiri jintan hitam mengandung
dithymoquinone, thymohydroquinone, nigellone, carvacrol, d-limonene, d-
citronellol, 2-(2-methoxypropyl)-5-methyl-1,4-benzenediol dan thymol
yang memiliki aktivitas farmakologi, diantaranya sebagai penghilang sakit
(analgesik), antipembengkakan (antiinflamasi), antialergi (antihistamin),
mampu menghambat proliferasi (produksi) sel kanker, antiangiogenesis
(menghentikan pembentukan pembuluh darah bagi sel kanker), antioksidan
dan antimikroba (Junaedi et al. 2011). Kandungan thymoquinone dalam
biji jintan hitam diduga merupakan bahan bioaktif utama dari minyak atsiri
jintan hitam (Fararh et al. 2010) dan thymoquinone termasuk dalam
senyawa fenolik kuinonik (Kumar, 2011). Thymoquinone memiliki sifat
antioksidan yang kuat, dapat melindungi jaringan yang bukan tumor dari
kerusakan yang disebabkan oleh kemoterapi dan sebagai pelindung dari
kerusakan hati (Fararh et al. 2005). Selain itu adanya senyawa ß-pinene
menunjukkan aktivitas antiproliferatif melawan sel tumor A549 (Bourgou
et al. 2010); senyawa longifolene sebagai antioksidan dan antibakteri, dan
senyawa thymol sebagai antimikroba (Martos et al. 2011).
Gambar 2.2. Struktur timokuinon yang terkandung dalam minyak jinten
hitam (Nigella sativa) (Iqbal, 2013).
2.1.7. Khasiat dan kegunaan
a. Antibakteri
Minyak biji jinten hitam sangat banyak manfaatnya, diantaranya
aktivitas sebagai antibakteri yang telah berhasil dilakukan penelitiannya
oleh Arici, Muhammet, et al., (2005). Mereka menyimpulkan dari lima
minyak jinten hitam yang berbeda yang biasanya digunakan pada
9
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
makanan terutama untuk tambahan citarasa, pengawetan dan terapi
alami, bisa digunakan sebagai antibakteri pada konsentrasi 0,5%, 1,0%
dan 2% menggunakan metode agar difusi yang menyerang 24 bakteri
patogenik dan bakteri asam laktat. Dan semua minyak yang diuji
menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 2% yang lebih
efektif dibandingkan konsentrasi lainnya.
b. Antidiabetik
Banyak penelitian yang membuktikan berbagai macam khasiat dari
minyak jinten hitam, di antaranya adalah kemampuannya
memperpanjang waktu protombin dari tikus untuk aktivitas
antikoagulan. Pada pemberian minyak biji jinten hitam jangka panjang
yang dicampurkan pada makanan sehari-hari tikus diabetes yang
terinduksi streptozotocin (STZ) memperlihatkan bahwa terjadi proses
penyembuhan yang cukup signifikan dari hari ke hari (El-Din, El-Tahir
dan Bakeet, 2006). Begitupun dengan penelitian Al-Logmani (2011)
yang menyebutkan hal yang sama, bahwa dengan diberikannya minyak
biji jinten hitam pada tikus yang terinduksi streptozotocin (STZ) dapat
menurunkan glukosa darah, trigliserida, kolesterol, LDL, asam urat,
urea, kadar kreatinin, ALT, AST dan total protein secara signifikan jika
dibandingkan dengan tikus normal.
c. Antioksidan
Untuk aktivitas sebagai antioksidan, minyak biji jinten hitam ini
telah dibuktikan dapat mencegah senyawa kimia carbon tetrachloride
(CCl) yang menyebabkan kerusakan hati. Pemberian 10 ml/kg/hari
minyak biji jinten hitam selama tujuh hari dapat menurunkan level
serum enzim hati yang tinggi secara signifikan dan memperbaiki
oxidative stress (Aorahman, 2009).
d. Antikanker
Kemudian Salomi, et al., (1991) meneliti bahwa kandungan fatty
acids dalam minyak biji jinten hitam dapat menghambat dengan
sempurna tumor Ehrlich ascites carcinoma yang merupakan jenis sel
kanker yang umum ditemukan pada mencit dengan dosis 2 mg per hari
10
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
selama 10 hari pemberian. Serta pada dosis 100 mg/kg minyak biji
jinten hitam ini menunda onset atau awal mula pembentukan papilloma
dan mengurangi angka papilloma pada tikus.
e. Antiinflamasi
Secara tradisional pun menurut penelitian Houghton (1995),
minyak biji jinten hitam dan thymoquinone dapat menghambat generasi
eicosanoid dan membran lipid peroksidasi, dengan melewati jalur
penghambatan cyclooxigenase dan 5-lipoxygenase dari metabolisme
arakidonat yang bertanggung jawab sebagai aktivitas antiinflamasinya.
f. Antihipertensi
Sedangkan untuk aktivitas hipertensinya, minyak biji jinten hitam
dalam beberapa penelitian dapat menurunkan tekanan darah secara
spontan pada tikus hipertensi yang hampir sama efeknya dengan
nifedipin. Kemudian penelitian menyebutkan bahwa secara tradisional
penurunan tingkat kolesterol dengan mengontrol keseimbangan darah
dan berat badan yang merupakan efek dari pemberian minyak biji jinten
hitam (Gillani, et al., 2004).
g. Sistem Imunitas Tubuh
Biji jinten hitam pada umumnya digunakan pada pengobatan
tradisional, seperti diuretik, antihipertensi, memperbaiki proses
pencernaan, antidiare, stimulan, analgesik, antibakteri dan digunakan
untuk penyakit kulit. Sudah dilakukna studi studi terhadap pemanfaatan
jinten hitam, dari hasil studi tersebut didapat hasil bahwa jinten hitam
memiliki aktivitas sebagai antidiabetes, antikanker, imunomodulator,
antimikroba, antiinflamasi, spasmolitik, bronkodilator, hepatoprotektif,
pelindung ginjal dan antioksidan (Gilani, Jabeen & Khan, 2004).
Kawther, Ahmed dan Sakina (2008) telah melakukan penelitian
mengenai observasi efek jintan hitam. Dari hasil penelitian tersebut
dinyatakan bahwa jintan hitam memiliki potensi sebagai antiviral,
antikanker, anti angiogenic, dan antioksidan. Sedangkan Musa, Nihat,
Hacite, Gulruh, dan Muharrem (2004) menyatakan bahwa ekstrak
etanol jintan hitam berpotensi sebagai antitumor. Jintan hitam juga
11
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
dapat digunakan sebagai antimalaria menurut penelitian Abdulelah &
Zainal, (2007). Penelitian Ali, Gamze & Tugba (2007) melaporkan
bahwa jintan hitam memiliki potensi sebagai antimikotik dan
antimikroba.
Biji jintan hitam telah diketahui memiliki sifat farmakologi seperti
obat penenang, antiinflamasi dan ekspektoran. Dari zaman kuno, jintan
hitam telah digunakan sebagai pelindung pakaian dari gangguan
serangga. Adanya fraksi karboksil nigellone dan non-karboksil
dilaporkan dapat digunakan sebagai antihistamin. Fraksi fenoliik
menunjukkan adanya aktivitas sebagai antimikroba terhadap
Micrococcus pyogenes var. aureus dan E.coli. pada penelitian lain
menunjukkan bahwa jintan hitam mempunyai imunomodulator yang
kuat dan memiliki aktivitas seperti interferon, dengan demikian jinten
hitam mampu menghambat perkembangan kanker dan sel endotel dan
dapat mengurangi produksi faktor pertumbuhan protein angiogenik
fibroblastik yang dibuat oleh sel tumor (Malhotra, 2004).
2.2. Natrium Alginat (Rowe, R.C., et al., 2009)
Natrium alginat terdiri dari garam natrium dan asam alginat (Rowe,
Sheskey, & Owen, 2006). Alginat diperoleh dari ganggang cokelat
Phaeophyceae dalam bentuk polimer linear dari 1,4-β-D-asam mannuronat
dan residu 1,4-α-L-asam guluronat (Lisboa, Valenzuela, Grazioli, Diaz, &
Sogaray, 2007).
Rumus molekul natrium alginat adalah (C6H7O6Na)n. Garam
natrium dari asam alginat berwarna putih sampai dengan kekuningan,
berbentuk tepung atau serat, hampir tidak berbau dan berasa, larut dalam
air dan mengental (larutan koloid), tidak larut dalam larutan hidroalkohol
dengan kandungan alkohol lebih dari 30%, dan tidak larut dalam
kloroform, eter, dan asam dengan pH kurang dari 3 (Yunizal, 2004).
Natrium alginat digunakan pada berbagai formulasi sediaan oral
dan topikal. Selain sebagai pengisi, pengikat, dan penghancur, natrium
alginat juga memiliki sifat sebagai pengental, pensuspensi, dan pembentuk
gel (Rowe, Sheskey, & Owen, 2006). Alginat dapat membentuk gel tidak
12
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
larut air dengan adanya ion divalen seperti Mg2+, Ca2+, Sr2+, Ba2+ (Lisboa,
2007). Pemilihan natrium alginat sebagai polimer yang digunakan dalam
penelitian ini dikarenakan sifatnya yang tidak toksik dan biokompatibel
dengan berbagai macam komponen kimia. Selain itu natrium alginat juga
digunakan untuk mikroenkapsulasi obat tanpa menggunakan pelarut
organik sehingga meminimalisasi efek toksik akibat penggunaan pelarut
organik dalam pembuatan mikrokapsul (Rowe, Sheskey, & Owen, 2006).
2.2.1. Aspek Kimia
Nama Kimia : Sodium alginat
Rumus Molekul : (C6H7O6Na)n
Gambar 2.3. Struktur Kimia Natrium Alginat
evanputra.wordpress.com
2.2.2. Aspek Fisika
a. Pemerian : tidak berbau, tidak berasa, putih pucat, serbuk berwana
coklat kekuningan.
b. Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%), eter, kloroform,
dan campuran etanol/air dengan etanol lebih besar dari 30%. Praktis
tidak larut dalam pelarut organik dan larutan asam dengan pH kurang
dari 3. Sedikit larut dalam air membentuk koloid.
c. Fungsi : Sebagai penyalut mikroenkapsulasi
2.3. Tragakan (Rowe, R.C., et al., 2009)
Tragakan adalah getah kering alami yang diperoleh dari Astragalus
gummifer Labillardie`re dan dari spesies lainnya dari tumbuhan
Astragalus yang tumbuh di Asia Barat. Getah Astragalus ini terdiri dari
13
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
campuran air-tak terlarut dan watersoluble polisakarida. Bassorin,
merupakan 60-70% dari getah, adalah bagian utama yang tidak larut air,
sementara sisa getah yang lain terdiri dari bahan tragacan larut dalam air.
Pada proses hidrolisis, tragakan menghasilkan L-arabinose, L-fucose, D-
xylose, D-galaktosa, dan asam D-galacturonic. Gom tragakan juga
mengandung sejumlah kecil selulosa, pati, protein, dan abu. Gom tragakan
memiliki berat molekul perkiraan 840 000.
Pada peningkatan suhu dan konsentrasi, viskositas dari tragakan
akan meningkat. Sebaliknya, bila konsentrasi dan suhu turun maka
viskositas dari tragakan akan turun dan pH tragakan akan tinggi. Dispersi
dari tragakan stabil pada pH 4-8. Maksimum pH pada tragakan adalah 8
dan pH paling stabil adalah 5.
2.3.1. Aspek Kimia
a. Nama Kimia : Tragacanth gum
b. Bobot Molekul : 840.000
2.3.2. Aspek Fisika
a. Pemerian : Gum tragakan berbentuk pipih, lamellated, fragmen sering
melengkung, atau sebagai lurus atau spiral, ketebalan 0.5-2.5 mm; juga
berupa serbuk, warna putih kekuningan, tidak berbau, dengan rasa
hambar.
b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol (95%), dan pelarut
organik. Meskipun tidak larut dalam air, tragakan dapat mengembang
jika dicampurkan air panas atau dingin dengan 10 kali beratnya untuk
menghasilkan koloid kental atau semigel.
c. Fungsi : Sebagai agen emulsifier
2.4. Kalsium Klorida (CaCl2) (Rowe, R.C., et al., 2009)
2.4.1. Aspek Kimia
a. Nama Kimia : Calcium chloride anhydrous
b. Bobot Molekul : 110.98
14
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
2.4.2. Aspek Fisika
a. Pemerian : Kalsium klorida berwarna putih, atau bubuk kristal tidak
berwarna, granul, atau massa kristal, dan higroskopis.
b. Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol (95%), tidak lrut dalam
dietil eter.
c. Fungsi : Sebagai agen crosslinking
2.5. Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi merupakan proses penggunaan penyalut yang
relatif tipis pada partikel-partikel kecil zat padat atau tetesan cairan dan
dispersi zat cair dengan ukuran partikel berkisar antara 1-5000
mikrometer. Teknik mikroenkapsulasi biasa digunakan untuk
meningkatkan stabilitas, mengurangi efek samping dan efek toksik obat,
dan memperpanjang pelepasan obat (Benita, 2006). Mikroenkapsulasi
adalah proses menutupi padatan, cairan ataupun gas dalam bentuk partikel
mikroskopis dengan dinding pelapis yang tipis disekeliling zat
(Venkatesan et al., 2009) dan telah digunakan secara meluas di banyak
industri, mencakup bidang farmasi, grafik, makanan dan pertanian (Benita,
2006).
Mikroenkapsulasi meliputi bioenkapsulasi yang memerangkap zat
aktif dengan polimer dan umumnya untuk meningkatkan kinerja dari
sediaan atau meningkatkan masa simpan sediaannya (Banker, 2002).
Gambar 2.4. Lapisan Mikroenkapsulasi (Nitika Agnihotri; Ravinesh
Mishra; Chirag Goda; Manu Arora, 2012)
15
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Mikroenkapsulasi dapat digunakan untuk mengkonversi cairan ke
padatan, dari mengubah koloid dan sifat permukaan, memberikan
perlindungan pada sediaan terhadap lingkungan dan mengendalikan
karakteristik pelepasan atau ketersediaan dari polimer. Namun,
keunikannya adalah hasil dari proses mikroenkapsulasi selanjutnya dapat
digunakan untuk membuat sedian lainnya (Nitika Agnihotri; Ravinesh
Mishra; Chirag Goda; Manu Arora, 2012).
2.5.1. Tujuan Mikroenkapsulasi
Dalam bidang farmasi, mikrokapsul dapat digunakan sebagai
penutup rasa pahit, pelindung obat dari kondisi lingkungan (kelembaban,
cahaya, panas, dan/atau oksidasi), solusi pada inkompatibilitas dengan
komponen lain, mengembangkan sifat alir dari serbuk, mendapatkan
sediaan lepas lambat, dan mencegah iritas lambung (Agus et al., 2010).
2.5.2. Morfologi Mikrokapsul (Ghosh, 2006)
Morfologi mikrokapsul yang dihasilkan terutama tergantung pada
bahan inti dan proses pembentukan dinding mikrokapsul. Berdasarkan
morfologinya, mikrokapsul dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu
mononuklear, polinuklear, dan matriks. Tipe mononuklear terdiri dari satu
inti yang dikelilingi bahan penyalut (dinding mikrokapsul), sedangkan tipe
polinuklear terdiri dari banyak inti dalam satu mikrokapsul. Pada tipe
matriks, bahan inti terdistribusi secara homogen pada bahan penyalut.
Gambar 2.5. Mikrosfer dan Mikrokapsul
Sumber: Indo Global Journal of Pharmaceutical Sciences, 2012; 2(1): 1-20
16
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
2.5.3. Sifat Zat Aktif untuk Sediaan Mikrokapsul (Banker, 1990;
Liebeerman dkk, 1990)
Zat aktif yang dapat dibuat dalam sistem mikrokapsul dapat berupa
zat padat, cair maupun gas dengan ukuran partikel yang kecil. Sifat-sifat
zat aktif untuk sistem mikrokapsul tergantung dari tujuan
mikroenkapsulasi tersebut. Dalam penelitian ini, mikroenkapsulasi yang
dilakukan ditujukan untuk menjaga stabilitas zat aktif yaitu jintan hitam
yang mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya.
2.5.4. Mekanisme Pelepasan
Mekanisme pelepasan obat dari mikrosfer atau polimer (Tiwari, et al.,
2012):
1. Degradasi sistem monolit terkendali
Zat aktif dilarutkan dalam matriks dan terdistribusi secara merata
di seluruh matriks. Zat aktif sangat melekat pada matriks dan
dilepaskan melalui degradasi matriks.
2. Difusi sistem monolit terkendali
Zat aktif dilepaskan secara difusi sebelum atau bersamaan dengan
degradasi matriks polimer. Laju pelepasan juga tergantung pada
degradasi polimer dengan mekanisme homogen atau heterogen. Proses
pelepasan difusi lebih lambat dibandingkan dengan degradasi matriks.
3. Difusi reservoir terkontrol
Zat aktif dienkapsulasi oleh membran terkontrol. Proses pelepasan
bergantung pada difusi zat aktif melalui membran polimer. Dalam hal
ini, pelepasan obat tidak dipengaruhi oleh degradasi matriks.
4. Erosi
Terjadi erosi pada polimer yang digunakan sebagai bahan penyalut
karena hidrolisis enzimatik oleh adanya pH, sehingga menyebabkan
pelepasan obat.
2.5.5. Evaluasi Mikrokapsul (Sutriyo, et al., 2004)
Setiap produk yang dibuat, termasuk mikrokapsul, tidak lepas dari
proses evaluasi untuk mengontrol kualitas produk dan mengetahui layak
17
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
atau tidaknya produk yang dibuat untuk digunakan dan dipasarkan.
Evaluasi yang dilakukan pada mikrokapsul meliputi pemeriksaan bentuk
dan morfologi mikrokapsul, ukuran dan distribusi ukuran mikrokapsul,
faktor perolehan kembali, penentuan kandungan zat inti, efisiensi
penjerapan, serta uji pelepasan in vitro.
2.6. Metode Mikroenkapsulasi Gelasi Ionik
Ada banyak metode enkapsulasi yang dapat digunakan untuk
membuat mikrokapsul. Metode pembuatan mikrokapsul yang paling sering
diterapkan dalam bidang farmasi antara lain suspensi udara, pemisahan
fase koaservasi, semprot kering dan pembekuan, penyalutan dalam panci,
proses multi lubang sentrifugal, gelasi ionik serta metode penguapan
pelarut (Lachman, Herbert, & Joseph, 1994; Swarbick & Boylan, 1994).
Pada penelitian ini akan digunakan metode gelasi ionik dengan
penyalut natrium alginat. Prinsip metode gelasi ion adalah proses taut
silang antara polimer dengan kation multivalen. Selain alginat, polimer
yang dapat digunakan dalam metode gelasi ion antara lain kitosan dan
karaginan (Liouni, Drichoutis, &Nerantzis, 2008). Kemampuan natrium
alginat membentuk gel tidak larut air dengan adanya kation divalen
menjadi dasar penggunaan natrium alginat pada proses penyalutan obat
(Manz, Hillgartner, Zimmermann, Zimmermann, Volke, & Zimmermann,
2003).
Teknik gelasi ion terdiri dari dua macam, yaitu gelasi eksternal dan
gelasi internal. Perbedaan gelasi internal dan gelasi eksternal ini terdapat
pada sumber kation divalennya. Dinamakan teknik gelasi internal, jika
sumber kation divalen didispersikan bersama dengan natrium alginat.
Teknik gelasi internal dilakukan dengan cara mencampur garam kalsium
yang tidak larut (misalnya CaCO3) dengan larutan natrium alginat. Hasil
campuran tersebut kemudian diemulsifikasikan ke dalam fase minyak
yang mengandung surfaktan, gelasi ion dimulai dengan menambahkan
asam asetat. CaCO3 tersebut akan telarut dan melepaskan Ca2+
kemudian
terjadi gelasi ion menbentuk Ca-alginat. Sedangkan pada teknik gelasi
eksternal sumber kation divalennya tidak didispersikan bersama dengan
18
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
natrium alginat (Liu, et al, 2004). Tautan silang pada teknik gelasi
eksternal dapat dicapai dengan meneteskan droplet-droplet natrium alginat
ke medium yang mengandung ion divalen (misalnya Ca2+
), Ca2+
kemudian
akan langsung bereaksi dengan gugus karboksilat dari residu asam
guluronat pada permukaan tetesan droplet, selanjutnya Ca2+
tersebut akan
berdifusi ke dalam droplet dan bereaksi membentuk Ca-alginat (Liu, et al,
2002). Ketika natrium alginat dimasukkan ke dalam larutan yang
mengandung ion kalsium, ion kalsium akan menggantikan ion natrium
pada polimer. Setiap ion kalsium dapat berikatan dengan dua rantai
polimer. Proses tersebut disebut tautan silang dan dapat digambarkan
seperti Gambar 2.6. Gelasi alginat terjadi saat kation divalen berinteraksi
dengan gugusan residu asam guluronat pada natrium alginat sehingga
terbentuk jaringan gel tiga dimensi dan biasa digambarkan sebagai model
“egg-box” (Liouni, Drichoutis, & Nerantzis, 2008). Untuk proses
pembuatan dan pengikatan mikrokapsul dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.6. Proses terjadinya tautan silang antara polimer natrium alginat
dan ion kalsium (Royal Society of Chemistry, 2011).
19
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Gambar 2.7. Proses pembuatan dan pengikatan mikrokapsul
Sumber: journal.frontiersin.org
2.7. Uji Pelepasan In Vitro
Pelepasan obat dari mikrokapsul dapat melalui berbagi cara yaitu
melalui proses difusi melewati lapisan polimer, erosi dari lapisan polimer
atau kombinasi dari erosi dan difusi (Deasy, 1984).
Pelepasan yang pertama yaitu pelepasan melalui permukaan
partikel mikrokapsul, difusi melalui matriks polimer mikrokapsul yang
mengembang, dan pelepasan melalui erosi polimer. Pelepasan dari
mikrokapsul dapat dengan cara lebih dari satu mekanisme. Pada
mekanisme obat yang pelepasannya melalui permukaan, saat obat telah
kontak dengan medium maka obat akan lepas melalui permukaan
pasrtikel, obat yang terperangkap di lapisan permukaan partikel juga
mengikuti mekanisme ini. Pada mekanisme erosi, sediaan terkikis
sehingga obat terkikis sehingga obat terlepas ketika bersentuhan dengan
medium. Pada pelepasan obat melalui difusi matriks, pertama air akan
berpenetrasi ke dalam beads mikrokapsul, menyebabkan matriks
mengembang, terjadi konversi polimer ke dalam matriks, kemudian terjadi
difusi obat dari matriks mikrokapsul yang mengembang (Agnihotri,
Malikarjuna dan Aminabhavi, 2004).
Pada penelitian ini, zat aktif dalam bentuk mikroenkapsulasi
disalut dengan penyalut natrium alginat. Jumlah zat aktif yang terlarut
dalam media cair yang diketahui volumenya diukur pada suatu waktu
20
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
tertentu, pada suhu tertentu, dan menggunakan alat tertentu pula yang
didesain untuk munguji parameter pelepasan yang ingin diketahui. Dari
data yang diperoleh dikaji studi kinetiknya, yaitu dibuat grafik yang
merupakan hubungan antara konsentrasi dan waktu pelepasan, sehingga
orde reaksi pelepasan zat aktifnya dapat ditentukan (Herdini, 2008).
Untuk uji pelepasan in vitro ada 2 macam alat yang pertama yaitu
jenis alat uji disolusi dengan pengaduk bentuk keranjang dan yang kedua
pengaduk yang berbentuk dayung. Pada penelitian ini digunakan alat uji
tipe keranjang. Pengaduk berbentuk keranjang terdiri dari sebuah wadah
tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan yang transparan. Suatu batang
logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder,
wadah tercelup sebagian didalam tangas air yang berukuran sesuai dan
bisa mempertahankan suhu dalam wadah 37°C ± 0,5 selama pengujian
berlangsung dan menjaga air dalam tangas halus dan tetap (FI IV, 1995).
2.8. Spektrofotometri UV-Vis
2.8.1. Teori Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang
dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup
untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang
lebih tinggi.
Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit
informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi
spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).
Sinar Ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400
nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm
(Dachriyanus, 2004).
21
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
2.8.2. Komponen Spektrofotometri UV-Vis
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap
komponen dari instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik.
Komponen-komponen Spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar,
monokromator, dan sistem optik.
a. Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen untuk
pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel.
b. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam
komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan
dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa
sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai
scan instrumen melewati spektrum.
c. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga
sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagai mana dalam
spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko
dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi
pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan
sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yang
digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi (Rohman, 2007).
2.8.3. Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer (Beer’s law) adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan analit (Dachriyanus, 2004).
Menurut hukum Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan ketebalan
lapisan (b) yang disinari
A= k. b
Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah.
Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis
dan larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah
proporsional
A= k. c
22
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas
sinar akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua
persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer, maka diperoleh
bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan lapisan
A= k . c. b
Umumnya digunakan dua satuan c (konsenterasi zat yang
menyerap) yang berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai
tetapan (K) dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada sistem
konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram perliter, tetapan
tersebut disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol per liter
tetapan tersebut adalah absorbtivitas molar (∈). Jadi dalam sistem yang
direkombinasikan, Hukum Lambert-Beer dapat mempunyai dua bentuk,
yaitu:
A= a. b. c g/liter atau A= ∈. b. c mol/liter
Penandaan lain untuk a adalah ekstingsi spesifik, koefisien
ekstingsi, dan absorbsi spesifik, sedangkan ∈ adalah koefisien ekstingsi
molar (Day and Underwood, 1999).
2.8.4. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif spektrofotometri dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu:
1. Metode Regresi
Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan
persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan dan
larutan standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit
menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat
memberikan serapan linier, kemudian di plot menghasilkan suatu
kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel
dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.
2. Metode Pendekatan Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan
dengan membandingkan serapan standar yang konsentrasinya
diketahui dengan serapan sampel. Konsentrasi sampel dapat dihitung
melalui rumus perbandingan
23
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
C = As. Cb/ Ab
Keterangan: As = Serapan sampel
Ab = Serapan standar
Cb = Konsentrasi standar
C = Konsentrasi sampel (Holme, 1983).
24 UIN Syarif hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Sediaan Padat
dan Laboratorium Bioavailabilits dan Bioequivalensi (PBB) Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 – September 2016.
3.2. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak
jinten hitam (PT. Lantabura International), etanol pro analisis (Merck,
Jerman), tragakan (Brataco Chemical), alginat, kalsium klorida (Brataco
Chemical).
3.3. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji
disolusi tipe keranjang (Erweka, Jerman), Spektrofotometri UV (Hitachi
U-2910, Jepang), timbangan analitik, batang pengaduk, spatula, beker
gelas, labu ukur, cawan penguap, tabung reaksi, alumunium foil,
mikropipet, spuit dan jarum suntik.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Validasi Metode Spektrofotometri UV
3.4.1.1.Kondisi Spektrofotometri UV
Kondisi Spektrofotometri UV adalah sebagai berikut:
a. Spektrofotometri UV : Hitachi U-2910
b. Detektor : photomultiplier tube
c. Panjang gelombang : 200-500 nm
d. Sumber radiasi : lampu deuterium (D2)
e. System optik : Spektrofotometer UV radiasi
(double beam)
25
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
3.4.1.2.Preparasi Standar
Larutan induk minyak jinten hitam disiapkan dengan menimbang
minyak jinten hitam sebanyak 50 mg dan dilarutkan dengan etanol pro
analisis dalam labu ukur 50 mL sehingga konsentrasinya menjadi 1000
ppm.
3.4.1.3.Spesifisitas
Spesifisitas dilakukan dengan mengukur konsentrasi minyak jinten
hitam dan mikrokapsul minyak jinten hitam pada konsentrasi 1000 ppm.
Masing-masing diukur panjang gelombangnya menggunakan
Spektrofotometri UV pada rentang panjang gelombang 200–500 nm. Hal
ini dilakukan untuk menentukan deteksi panjang gelombang minyak jinten
hitam dan mikrokapsul minyak jinten hitam. Kemudian dibuat campuran
minyak jinten hitam dan mikrokapsul minyak jinten hitam dengan
konsentrasi yang sama dan diukur panjang gelombangnya menggunakan
Spektrofotometri UV (Ismail et al., 2015).
3.4.1.4.Penetapan Operating Time
Dari larutan induk 1000 ppm diencerkan menjadi konsentrasi 300
ppm dengan cara diambil 3 mL dari larutan 1000 ppm, tambahkan etanol
sampai volume 10 mL, kemudian dibaca absorbansinya sampai hasil
absorbansi yang diperoleh relatif konstan dengan rentang waktu 1 menit
(Noviny, et al., 2015).
3.4.1.5.Linearitas dan Kurva Standar
Dibuat deret konsentrasi minyak jinten hitam, yaitu 100 ppm; 150
ppm; 200 ppm; 250 ppm; dan 300 ppm dari larutan induk 1000 ppm.
Masing-masing konsentrasi diinjek ke dalam Spektrofotometri UV,
diperoleh nilai absorbansi kemudian diolah dengan menggunakan
perangkat komputer (microsoft excel) yaitu dengan memplotkan nilai
konsentrasi pada sumbu-X dan absorbansi pada sumbu-Y, dibuat kurva
kalibrasi dengan persamaan garis regresi linier. Dihitung koefisien korelasi
(r) dari kurva tersebut (Ismail et al., 2015).
26
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
3.4.1.6.Presisi
Presisi ditentukan dengan mengukur deviasi dari nilai absorbansi
yang diperoleh untuk masing-masing konsentrasi. Pengukuran dilakukan
secara berulang sebanyak 5 kali, kemudian dapat dicari rata rata
absorbansi dari konsentrasi tersebut dan barulah dapat dicari standar
deviasinya dengan rumus (Noviny, et al., 2015 “modifikasi”):
SD = √∑( )
Dimana x merupakan luas dari masing-masing konsentrasi, xi
merupakan konsentrasi rata-rata, dan n merupakan jumlah injeksi. Setelah
mendapat nilai SD kemudian dihitung nilai RSD dengan rumus:
% RSD =
x 100%
Syarat dari nilai RSD adalah < 2% (Badan POM, 2003).
3.4.1.7.Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantification (LOQ)
Dibuat larutan standar minyak jinten hitam yang mengacu pada
kurva kalibrasi, didapatkan kurva kalibrasi kemudian pengukuran
dilakukan dari konsentrasi tertinggi sampai dengan konsentrasi yang
terendah sampai didapatkan batas dimana alat Spektrofotometri UV tidak
memberikan respon lagi kepada standar (Ismail et al., 2015; Iqbal et al.,
2013).
SD = √∑( )
LOD=
LOQ=
27
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
3.4.2. Pembuatan Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
3.4.2.1.Formula mikrokapsul minyak jinten hitam
Formula mikrokapsul yang dipilih berdasarkan hasil optimasi
konsentrasi natrium alginat antara 0.45%, 0.5%, dan 0.55%. Dan
konsentrasi tragakan yang dipilih adalah 0.3%. Tabel formula mikrokapsul
minyak jinten hitam dapat dilihat pada tabel 3.1.
3.4.2.2.Pembuatan emulsi minyak jinten hitam
Pembuatan emulsi untuk setiap formula dilakukan dengan cara
mengembangkan tragakan dan natrium alginat pada aquades menggunakan
homogenizer dengan kecepatan 1000 rpm selama 4 menit, kemudian
minyak jinten hitam dimasukkan kedalamnya dan diaduk menggunakan
homogenizer dengan kecepatan 1000 rpm selama 3 menit (Chan L. W. et
al., 2000 “modifikasi”). Hasil emulsi dari minyak jinten hitam kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 3 menit untuk melihat
kestabilan dari emulsi (Suraweera, 2014).
Tabel 3.1. Formulasi Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam dengan 3 variasi
konsentrasi
Komposisi
mikrokapsul Formula 1 Formula 2 Formula 3
Natrium alginat 0,5% 0,5% 0,5%
Minyak jinten hitam 20% 25% 30%
Tragakan 0,3% 0,3% 0,3%
Aquadest hingga 100% hingga 100% hingga 100%
3.4.2.3.Pembuatan mikrokapsul minyak jinten hitam
Setiap formula dimasukkan ke dalam syring dengan jarum
berukuran 30 G untuk membentuk sediaan menjadi mikrokapsul. Sediaan
kemudian diteteskan di atas larutan CaCl2 0,5 M sebagai agen crosslinking
pembentuk mikrokapsul. Hasil dari mikrokapsul kemudian diidiamkan
selama 20 menit, kemudian disaring menggunakan saringan (Soliman, et
al, 2013).
28
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
3.4.3. Evaluasi Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
3.4.3.1.Rendemen sampel
Faktor perolehan kembali ditentukan dengan membandingkan
bobot total mikrokapsul yang diperoleh terhadap bobot bahan pembentuk
mikrokapsul. Ditimbang secara seksama natrium alginat, CaCl2, minyak
biji jinten hitam, tragakan sebagai bobot bahan pembentuk mikrokapsul.
Selanjutnya hasil mikrokapsul ditimbang sebagai bobot total
mikrokapsul yang diperoleh. Kemudian, dimasukkan ke dalam persamaan
(Kumar et al., 2011). Faktor perolehan kembali dapat digunakan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
Wp : faktor perolehan kembali proses
Wm : bobot mikrokapsul yang diperoleh
Wt : bobot bahan pembentuk mikrokapsul
3.4.3.2.Pengamatan Organoleptis Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
Pengamatan dilihat secara langsung bentuk, warna dan bau dari
mikrokapsul (Ansel, 1989 “modifikasi”).
3.4.3.3.Pengukuran Diameter Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
Dilakukan pengukuran terhadap 20 mikrokapsul dan diukur
diameternya menggunakan mikrometer sekrup (Nugrahani, 2005
“modifikasi”).
3.4.4. Pengukuran kadar minyak jinten hitam dalam mikrokapsul
Seluruh hasil perolehan kembali mikokapsul minyak jinten hitam
digerus dan dilarutkan dalam etanol pro analsis kemudian dimasukkan
dalam labu ukur 50 mL, volume dicukupkan hingga garis batas pada labu
ukur. Dari larutan induk yang dibuat kemudian dibuat konsentrasi 300
ppm dan diukur serapannya menggunakan Spektrofotometri UV. Kadar
minyak jinten hitam dihitung dengan membandingkan terhadap kurva
29
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
kalibrasi sehingga jumlah kadar minyak jinten hitam dalam mikrokapsul
dapat dihitung (Moffat, 1986).
3.4.5. Uji pelepasan in vitro mikrokapsul minyak jinten hitam
3.4.5.1.Uji pelepasan in vitro mikrokapsul minyak jinten hitam
Uji pelepasan in vitro pada penelitian ini menggunakan alat uji tipe
keranjang dalam medium PBS (phosfat buffer salin) pH 7,4 dan etanol pro
analisis dengan perbandingan 1:1 dalam 400 mL (Anjali et al., 2013).
Kecepatan putaran 100 rpm, dengan kecepatan alir 1.6 mL/menit dan pada
suhu 37oC ± 0,5 (Susan, 2014). Setelah suhu stabil, sebanyal 500 mg
mikrokapsul dimasukkan, dan alat uji pelepasan dijalankan. Pencuplikan
dilakukan pada menit ke 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90 120, 150, 180 dan 240
dengan mengambil 10 mL larutan media pelepasan (Anjali et al., 2013
“telah diolah kembali”). Untuk setiap selesai pencuplikan dilakukan
penambahan larutan media pelepasan dengan volume yang sama dengan
volume cuplikan yang diambil. Sampel yang telah diambil, kemudian
ditentukan konsentrasi minyak jinten hitam yang terlepas menggunakan
Spektrofotometri UV pada panjang gelombang maksimum yang telah
dioptimasi. Kemudian jumlah minyak jinten hitam dalam cairan dan
presentase minyak jinten hitam yang terlepas dihitung serta dibuat profil
pelepasan dengan memplot persentase minyak yang dilepaskan terhadap
waktu.
30 UIN Syarif hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Validasi Metode Spektrofotometri UV
4.1.1. Spesifisitas
Uji spesifisitas dari minyak jinten hitam bertujuan untuk
mengetahui perubahan bentuk kurva maupun pergeseran panjang
gelombang minyak jinten hitam tersebut terhadap akibat penambahan
mikrokapsul minyak jinten hitam yang sudah diekstraksi dan juga
sekaligus dapat mengetahui panjang gelombang dari minyak jinten hitam
maupun mikrokapsul minyak jinten hitam itu sendiri. Karena diharapkan
hasil panjang gelombang mikrokapsul minyak jinten hitam sama dengan
panjang gelombang minyak jinten hitam dan juga ketika dilakukan
pengukuran panjang gelombang campuran antara minyak jinten hitam
dengan mikrokapsul minyak jinten hitam hasilnya tidak berbeda.
Gambar 4.1. Panjang gelombang minyak jinten hitam 1000 ppm
(λ=252 nm)
31
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2. Panjang gelombang minyak jinten hitam dalam mikrokapsul
1000 ppm (λ=252 nm)
Gambar 4.3. Panjaang gelombang campuran antara minyak jinten hitam
dan mikrokapsul minyak jinten hitam pada konsentrasi 1000 ppm
(λ=252 nm)
Dari analisis kurva minyak jinten hitam, diketahui bahwa panjang
gelombang minyak jinten hitam dengan konsentrasi 1000 ppm yaitu 252
nm, untuk panjang gelombang mikrokapsul minyak jintem hitam dengan
konsentrasi yang sama yaitu 1000 ppm adalah 252 nm. Dari hasil
32
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
pengukuran panjang gelombang campuran antara minyak jinten hitam
1000 ppm dan mikrokapsul minyak jinten hitam 1000 ppm menghasilkan
panjang gelombang yang sama yaitu 252 nm. Hal tersebut menandakan
bahwa mikrokapsul minyak jinten hitam yang sudah diekstraksi tidak
memberikan pengaruh bentuk apapun terhadap panjang gelombang
minyak jinten hitam.
4.1.2. Penetapan Operating Time
Setelah menentukan panjang gelombang maksimum perlu
dilakukan Operating Time untuk mengetahui waktu kestabilan optimal
pada saat proses pembacaan absorbansi. Penentuan Operating Time
ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang yang
sudah diketahui yaitu 252 nm dengan konsentrasi 300 ppm dari standar
minyak jinten hitam 1000 ppm. Dengan rentang waktu 0 – 10 menit
menunjukkan absorbansi yang stabil sejak menit ke 2 hingga menit ke 10
dengan hasil absorbansi yaitu 0.703. Hal ini menunjukkan bahwa
berdasarkan kestabilannya waktu optimal untuk pembacaan absorbansi
adalah pada dari menit ke 2. Data Operating Time dapat dilihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1. Data Operating Time dalam 10 menit (λ=252 nm)
Waktu (menit) Absorbansi
1 0.704
2 0.703
3 0.703
4 0.703
5 0.703
6 0.703
7 0.703
8 0.703
9 0.703
10 0.703
4.1.3. Linearitas dan Kurva Kalibrasi
Linearitas dari minyak jinten hitam diperoleh dengan membuat 5
seri konsentrasi, yaitu 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm dan 300
33
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
ppm. Kemudian diolah menggunakan Ms. Excel untuk memperoleh kurva
kalibrasi dari persamaan garis linear. Data hasil absorbansi minyak jinten
hitam dapat dilihat pada tabel 4.2. dan kurva kalibrasi minyak jinten hitam
dapat dilihat pada gambar 4.4.
Tabel 4.2. Hasil absorbansi standar minyak jinten hitam (λ=252 nm)
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 0.000
100 0.2557
150 0.387
200 0.52
250 0.626
300 0.774
Gambar 4.4. Grafik Kurva Kalibrasi Minyak Jinten Hitam
Pembuatan daerah liniear ini bertujuan untuk mengetahui daerah
rentang kerja yang baik dari kelinieran standar minyak jinten hitam. Hal
ini sangat perlu dilakukan karena pada daerah ini akan didapatkan metode
validasi yang tepat dari analisis suatu analit.
Dari hasil diatas menghasilkan persamaan linear y=0.0026x-
0.00005 dengan koefisien korelasi (R2= 0.9998). Menurut Badan POM
(2003), nilai koefisien korelasi diharapkan mendekati 1 atau diatas 0.9950
untuk suatu metode analisis yang baik. Oleh karena itu, metode analisa
dari minyak jinten hitam ini sudah dianggap baik dan memenuhi syarat.
y = 0,0026x - 5E-05 R² = 0,9998
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 50 100 150 200 250 300 350
abso
rban
si
konsentrasi
kurva kalibrasi minyak jinten hitam
34
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
4.1.4. Presisi
Uji presisi dilakukan dengan mengukur konsentrasi minyak jinten
hitam 100 ppm dari larutan induk 1000 ppm, kemudian diukur sebanyak 5
kali untuk mengetahui ketelitian dari instrumen. Hasil presisi dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Dari hasil uji presisi dapat diketahui bahwa persentase simpangan
deviasi relativenya kurang dari standar yang telah ditetapkan yaitu kurang
dari 2%, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode tersebut memberikan
presisi yang baik.
Tabel 4.3. Hasil uji presisi metode pada Spektrofotometri UV
Konsentrasi Absorbansi SD %RSD
100 ppm
0.264
0.003 1.265% 0.271
0.267
0.266
0.272
4.1.5. Limit of Detection (LOD) and Limit of Quantification (LOQ)
Dari hasil persamaan linier minyak jinten hitam yaitu y= 0.0026x-
0.00005, dapat dicari batas deteksi maupun batas kuantisasinya. Dimana
batas deteksi merupakan konsentrasi analit terendah yang mampu
menghasilkan signal cukup besar sehingga mampu terdeteksi dan dapat
dibedakan dengan signal blanko dengan tingkat kepercayaan 99%. Batas
kuantisasi merupakan konsentrasi analit yang menghasilkan signal lebih
besar dari blanko atau jumlah terkecil analit dalam sampel yang masih
memenuhi kriteria cermat dan seksama dan dapat dikuantifikasi dengan
akurasi dan presisi yang baik.
Dari hasil perhitungan secara statistik menggunakan persamaan
kurva kalibrasi yang diperoleh dari tabel 4.4. dengan rentang konsentrasi
larutan standar minyak jinten hitam dari 0.000 ppm s/d 300 ppm (v/v),
maka diperoleh nilai LOD 10.13959 ppm dan nilai LOQ adalah 30.72603
ppm.
35
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Tabel 4.4. LOD dan LOQ untuk persamaan linear minyak jinten hitam
n X y ȳ (y-ȳ)2 LOD LOQ
1 0 0.000 -5x10-5
2.5x10-9
2 100 0.255 0.25995 1.8346 9x10-5
3 150 0.387 0.38995 1.07803x10-5
4 200 0.520 0.551995 2.5x10-9
5 250 0.636 0.64995 1.94603x10-4
6 300 0.774 0.77995 2.55282x10-4
Jumlah 10.13959 30.72603
4.2. Hasil Pembuatan Emulsi Minyak Jinten Hitam
Pengamatan pemisahan emulsi minyak jinten hitam dilakukan
dengan alat sentrifugasi. Sebanyak 5 gram sampel emulsi minyak jinten
hitam dimasukkan dalam alat uji sentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm
selama 3 menit. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil pengamatan pemisahan emulsi minyak jinten hitam
Menit Hasil pengamatan pemisahan emulsi MJH
MJH 20% MJH 25% MJH 30%
0 Homogen dan tidak
ada pemisahan
antara 2 fase (fase
minyak dan fase air)
Homogen dan tidak
ada pemisahan
antara 2 fase (fase
minyak dan fase air)
Homogen dan tidak
ada pemisahan
antara 2 fase (fase
minyak dan fase air)
3 Homogen dan tidak
ada pemisahan
antara 2 fase (fase
minyak dan fase air)
Homogen dan tidak
ada pemisahan
antara 2 fase (fase
minyak dan fase air)
Homogen dan tidak
ada pemisahan
antara 2 fase (fase
minyak dan fase air)
MJH 20% MJH 25% MJH 30%
Gambar 4.5. Hasil sentrifugasi emulsi minyak jinten hitam selama 3 menit
36
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Uji sentrifugasi ini pada prinsipnya merupakan penggunaan gaya
sentrifugal yang dipercepat untuk memisahkan dua atau lebih substansi
yang memiliki perbedaan densitas seperti antar cairan atau antara cairan
dengan solid, yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi shelf-
life emulsi dengan mengamati pemisahan fase terdispersi (El-Sayed and
Mohammad, 2014).
Pada hasil sentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 3500 rpm,
tidak terjadi pemisahan pada masing-masing formula sediaan emulsi
minyak jinten hitam. Hal ini dikarenakan bahan pendukung yang
digunakan untuk membentuk emulsi masih dapat menjerap minyak jinten
hitam, sehingga tidak terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air.
4.3. Evaluasi Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
4.3.1. Rendemen Sampel Minyak Jinten Hitam
Uji perolehan kembali mikrokapsul minyak jinten hitam pada
formula 1, 2 dan 3 yang dibuat sebanyak 10 gram menghasilkan persen
perolehan kembali berturut-turut adalah 64.72%, 68.55% dan 62.75%
(Nopita, 2016). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Data rendemen sampel minyak jinten hitam
Formula
Berat
polimer dan
air (gram)
Berat zat
aktif (gram)
Berat
mikrokapsul
yang diperoleh
(gram)
Persen
perolehan
kembali
Formula 1 7.8 2 6472 64.72%
Formula 2 7.5 2.5 6855 68.55%
Formula 3 7 3 6275 62.75%
Uji perolehan kembali merupakan faktor yang penting untuk
mengetahui apakah metode yang digunakan sudah baik atau tidak
(Rosidah, 2010).
Hasil yang kecil pada persen perolehan kembali masing-masing
formula kemungkinan disebabkan oleh emulsi minyak jinten hitam yang
tersisa didalam wadah tidak bisa terambil oleh needle, menyebabkan
beberapa massa emulsi minyak jinten hitam terbuang (Nopita, 2016).
37
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
4.3.2. Hasil Pengamatan Organoleptis Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis, dapat dilihat bahwa
hasil mikrokapsul minyak jinten hitam memiliki bau khas minyak jinten
hitam, warna krem, bentuknya bulat (Nopita, 2016). Hasil pengamatan
organoleptis dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil pengamatan organoleptis mikrokapsul minyak jinten
hitam
Formula Hasil pengamatan organoleptis mikrokapsul MJH
Bentuk Bau Warna
Formula 1 Beads mikrokapsul
Khas minyak
jinten hitam
Kuning
kecoklatan
Formula 2 Beads mikrokapsul
Khas minyak
jinten hitam
Kuning
Kecoklatan
Formula 3 Beads mikrokapsul
Khas minyak
jinten hitam
Kuning
kecoklatan
Gambar 4.6. Proses pembuatan mikrokapsul dengan polimer alginat
Sumber: journal.frontiersin.org
Berdasarkan pada gambar 4.6. diketahui bahwa mikrokapsul
minyak jinten hitam yang dibuat dengan metode gelasi ionik
menggunakan polimer natrium alginat secara teori akan membentuk beads
38
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
yang bulat. Gambar mikrokapsul minyak jinten hitam dapat dilihat pada
lampiran 7.
4.3.3. Hasil Pengukuran Diameter Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
Pengukuran diameter dilakukan dengan menggunakan mikrometer
sekrup. Sebanyak 20 sampel mikrokapsul minyak jinten hitam dari
maisng-masing formula diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasil
dapat dilihat pada tabel 4.8.
Pengukuran diameter mikrokapsul ini dilakukan untuk melihat
keseragaman ukuran pada satu formula, keseragaman ukuran mikrokapsul
akan berpengaruh pada kadar minyak jinten hitam yang terjerap dalam
mikrokapsul dan lamanya waktu pelepasan minyak jinten hitam dari
mikrokapsu. Pengukuran diameter ini juga untuk mengetahui diameter
masing-masing formula masuk ke dalam rentang diameter mikrokapsul
yang dipersyaratkan. Hasil dari pengukuran diameter pada masing-masing
formula, diketahui bahwa diameter rata-rata pada formula 1, 2 dan 3
masing-masing yaitu 1.628 ± 0.068 µm, 1.784 ± 0.0605 µm, dan 2.127 ±
0.175 µm (Nopita, 2016).
Adanya perbedaan rata-rata diameter mikrokapsul dari masing-
masing formula dipengaruhi oleh zat aktif yang digunakan, dalam hal ini
ukuran partikel akan meningkat dengan meningkatnya jumlah zat aktif
(Sari et al., 2012). Akan tetapi, pada syarat rentang diameter mikrokapsul
yang ditetapkan, formula 1, 2 dan 3 sudah memenuhi persyaratan ukuran
diameter yaitu berkisar antara 1-5000 mikrometer (Benita, 2006).
39
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Tabel 4.8. Hasil pengukuran diameter mikrokapsul minyak jinten hitam
Diameter
Formula 1 Formula 2 Formula 3
1.70 1.71 2.30
1.66 1.88 1.90
1.55 1.83 2.34
1.51 1.78 2.32
1.66 1.82 2.40
1.75 1.69 1.99
1.64 1.70 1.98
1.60 1.79 1.92
1.64 1.70 2.15
1.60 1.85 2.20
1.57 1.74 1.90
1.62 1.88 1.98
1.55 1.75 2.34
1.58 1.79 2.17
1.54 1.75 2.10
1.62 1.80 2.10
1.75 1.85 2.22
1.65 1.77 2.35
1.72 1.85 1.97
1.65 1.75 1.90
Rata-rata 1.628 1.784 2.127
SD 0.068 0.0604 0.175
%RSD 4.178 3.385 8.245
Rata-rata ± SD 1.628 ± 0.068 1.784 ± 0.0604 2.127 ± 0.175
4.4. Hasil Pengukuran Kadar Minyak Jinten Hitam dalam Mikrokapsul
Kandungan minyak jinten hitam dalam mikrokapsul pada F1, F2
dan F3 masing-masing adalah 26.18%, 28.25% dan 31.73% (Nopita,
2016). data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9.
Hasil dari pengukuran kandungan minyak jinten hitam semakin
tinggi dari formula 1, 2 dan 3. Hal ini karena formula 3 memiliki
konsentrasi minyak jinten hitam yang lebih tinggi yaitu 30%, sehingga
bobot zat aktif yang terjerap juga semakin banyak dan persentase
kandungan zat aktif yang terjerap juga semakin tinggi (Nopita, 2016).
Tabel 4.9. Data kandungan minyak jinten hitam dalam mikrokapsul
40
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Formula Kadar zat aktif terjerap (mg) Kadar zat aktif (%)
Formula 1 1710.792 26.42%
Formula 2 1937.457 28.26%
Formula 3 1991.858 31.74%
4.5. Hasil Uji Pelepasan In Vitro Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
Uji pelepasan In Vitro ditujukan untuk melihat profil pelepasan
minyak jinten hitam dari mikrokapsul yang menggunakan natrium alginat
sebagai matriks polimernya. Uji ini dilakukan dengan metode disolusi tipe
keranjang, perbandingan larutan etanol dan PBS dengan pH 7.4 (1:1)
sebanyak 400 mL digunakan sebagai medium dengan waktu pengujian
selama empat jam atau 240 menit. Suhu medium dijaga 37 ± 0.5oC dengan
kecepatan pengadukan kontinyu 100 rpm. Uji Pelepasan In Vitro
dilakukan sebanyak 3 kali (triplo) pada masing-masing formula.
Berdasarkan hasil uji pelepasan minyak jinten hitam dari
mikrokapsul, terjadi pelepasan di menit ke 5 mencapai 35.94% pada
formula 1, naik hingga mencapai 81.99% di menit ke 240. Pada formula 2,
minyak jinten hitam yang terlepas mencapai 39.94% di menit ke 5, naik
hingga mencapai 88.19% di menit ke 240. Pada formula 3 minyak jinten
hitam yang terlepas mencapai 35.73% di menit ke 5, naik hingga mencapai
80.31% di menit ke 240.
Bobot pelepasan minyak jinten hitam pada formula 1 di menit ke 5
mencapai 47.546 ± 0.87 mg, terjadi kenaikan bobot mencapai 108.466 ±
2.746 mg pada menit ke 240. Pada formula 2 menghasilkan bobot
pelepasan minyak jinten hitam dimenit ke 5 mencapai 56.469 ± 5.874 mg,
naik hingga mencapai 124.694 ± 0.615 mg pada menit ke 240. Pada
formula 3 menghasilkan bobot pelepasan minyak jinten hitam dimenit ke 5
mencapai 56.777 ± 1.958 mg, naik hingga mencapai 127.602 ± 2.649 mg
pada menit ke 240.
41
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Gambar 4.7. Profil pelepasan minyak jinten hitam dalam mikrokapsul
0
20
40
60
80
100
120
140
0 50 100 150 200 250 300
bo
bo
t te
rle
pas
(m
g)
waktu (menit)
kurva pelepasan
formula 1
formula 2
formula 3
42
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Tabel 4.10. Data bobot MMJH yang terlepas dan persen pelepasan MMJH
Menit
ke-
Bobot MMJH Terlepas ± SD (mg) % Pelepasan MMJH ± SD
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 1 Formula 2 Formula 3
0 0.000 0.000 0.000 0.00 0.00 0.00
5 47.546 ± 0.87 56.469 ± 5.874 56.777 ± 1.958 35.94 ± 1.3 39.94 ± 4.18 35.73 ± 1.25
10 56.12 ± 0.087 68.650 ± 7.762 64.812 ± 2.344 42.42 ± 0.16 48.55 ± 5.52 40.79 ± 1.45
15 65.877 ± 1.161 79.245 ± 3.166 71.473 ± 0.446 49.80 ± 1.73 56.05 ± 2.28 44.98 ± 0.26
30 74.768 ± 2.114 93.466 ± 3.019 82.08 ± 0.457 56.52 ± 3.16 66.1 ± 2.18 51.68 ± 0.26
45 85.303 ± 0.336 104.447 ± 2.649 102.351 ± 2.426 64.48 ± 0.54 73.87 ± 1.93 64.42 ± 1.49
60 93.749 ± 0.326 112.263 ± 2.703 108.743 ± 7.055 70.87 ± 2.04 79.4 ± 1.97 68.44 ± 4.4
90 98.972 ± 0.165 117.52 ± 1.779 114.082 ± 4.509 74.82 ± 0.29 83.11 ± 1.32 71.8 ± 2.8
120 103.965 ± 0.374 119.846 ± 1.02 121.184 ± 1.586 78.59 ± 0.52 84.76 ± 0.66 76.27 ± 1.04
150 107.103 ± 2.83 122.548 ± 2.04 124.477 ± 0.541 80.96 ± 4.23 86.67 ± 1.38 78.34 ± 0.3
180 108.03 ± 2.68 123.944 ± 0.8 126.015 ± 1.743 81.67 ± 4.01 87.66 ± 0.5 79.31 ± 1.05
240 108.466 ± 2.746 124.694 ± 0.615 127.602 ± 2.649 81.99 ± 4.1 88.19 ± 0.37 80.31 ± 1.62
43
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Berdasarkan data hasil uji pelepasan minyak jinten hitam dari
mikrokapsul yang diuji selama 240 menit, pada formula 1 terlepas hingga
81.99 ± 4.1% dengan bobot pelepasan menapai 104.58 ± 4.193 mg, dan
50% minyak jinten hitam pada formula 1 sudah terlepas pada menit ke 30.
Untuk formula 2 terlepas hingga 88.22 ± 0.42% dengan bobot terlepas
118.404 ± 8.281 mg, dan 50% minyak jinten hitam sudah terlepas pada
menit ke 15. Untuk formula 3 terlepas 80.31 ± 1.62% dengan kadar
terlepas 127.602 ± 2.649 mg, dan 50% minyak jinten hitam sudah terlepas
pada menit ke 30.
Hasil perolehan bobot mikrokapsul minyak jinten hitam semakin
besar dari formula 1, 2 dan 3. Hal ini dikarenakan konsentrasi pada
formula 3 lebih besar dibandingkan formula 2, dan konsentrasi formula 2
lebih besar dari formula 1. Pada hasil persen pelepasan terjadi penurunan
pada formula 3, hal ini dikarena perbedaan ukuran diameter mikrokapsul
yang diperoleh. Formula 3 memiliki ukuran diameter lebih besar dari
formula 1 dan 2, karena semakin besar ukuran partikel akan mennurunkan
pelepasan obat karena luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan
partikel berukuran kecil, begitu pula sebaliknya (Glyn Taylor and lan
Kellaway, 2001).
Formula 1, 2 dan 3 mengalami pelepasan yang cepat pada menit ke
5, hal ini dapat dikatakan bahwa mikrokapsul minyak jinten hitam dengan
polimer natrium alginat tidak terlalu kuat untuk mengikat minyak jinten
hitam didalamnya, sehingga pelepasan yang terjadi sangat cepat.
44 UIN Syarif hidayatullah Jakarta
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pada penelitian ini diketahui bahwa adanya pengaruh variasi jumlah
minyak jinten hitam terhadap pelepasan in vitro mikrokapsul minyak
jinten hitam menghasilkan bobot pelepasan pada F1, F2 dan F3
masing-masing adalah 104.58 ± 4.193 mg, 124.694 ± 0.615 mg dan
127.602 ± 2.649 mg. Persentase pelepasan minyak jinten hitam pada
F1, F2 dan F3 masing-masing yaitu 81.99 ± 4.1%; 88.19 ± 0.42% dan
80.31 ± 1.62%.
2. Variasi jumlah minyak jinten hitam juga berpengaruh pada ukuran
diameter mikrokapsul, yaitu pada formula 1, 2 dan 3 rata-rata diameter
mikrokapsul masing-masing adalah 1.628 ± 0.068 µm; 1.784 ± 0.0605
µm dan 2.127 ± 0.175 µm.
5.2. Saran
Adapun saran dari penulis di antaranya:
1. Perlu dilakukan karakterisasi lebih lanjut terkait pengeringan
mikrokapsul, bentuk mikrokapsul dan distribusi ukuran partikel
mikrokapsul.
2. Perlu dilakukan optimasi untuk matriks polimer yang lain atau
kombinasi pada pemembuatan mikrokapsul minyak jinten hitam.
45
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Daftar Pustaka
Agnihotri, S.A., Malikarjuna, N.N., Aminabhavi, T.M. (2004). Recent advances on
chitosan-based micro- and nanoparticles in drug delivery. Journal of Controlled
Release, 100, 5-28.
Agnihotri, Nitika., Ravinesh, M., Chirag G., Manu A. 2012. Microencapsulation – A
Novel Approach in Drug Delivery: A Review. India. Indo Global Journal of
Pharmaceutical Sciences. 2(1): 1-20.
Annan, N.T., Borza, A.D., Hansen, L.T. (2007). Encapsulation in alginate coated
gelatin microspheres improves survival of the probiotic Bifidobacterium
adolescentis 15703T during exposure to simulated gastro-intestinal conditions.
Food Research International 41 (2008) 184–193.
Badan Penelitian dan Perkembangan Penelitian. 2009. Peluang Budidaya dan Manfaat
Jinten Hitam (Nigella sativa L.). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri. Hal: 23-25
Banker G S, Rhodes C T. Modern pharmaceutics. In Parma Publication, 2002, 121:
501-527.
Benita, S. (2006). Microencapsulation: methods and industrial application. (Edisi 2).
Boca Raton: CRC Press.
Burits, M., & Bucar, F. (2000). Antioxidant Activity of Nigella sativa Essential Oil.
Phytotherapy Research [4, 323-328].
Chan, L. W., Lim, L. T., Heng, P. W. S., 2000. Microencapsulation of oils using
sodium alginate. Department of Pharmacy, National University of Singapore, 10
Kent Ridge Crescent, Singapore 119260. VOL. 17, NO. 6, 757± 766.
Chan, Eng-Seng. 2011. Preparation of Ca-alginate beads containing high oil content:
Influence of process variables on encapsulation efficiency and bead properties.
Malaysia. www.elsevier.com/locate/carbpol.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta
Diba R. F., 2014. Kajian In Vitro Produk Enkapsulasi Nanoemulsi Eksrak Jinten
Hitam (Nigella sativa L.). Tesis pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor; tidak diterbitkan
46
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Dima, C., Gitin. L., Alexe. P., Dima. S. (2013). Encapsulation of coriander essential
oil in alginate and alginate/chitosan microspheres by emulsification external
gelation method. Leuven, Belgium. InsideFood Symposium.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Erwina Afirianti, Ayun. 2012. Skripsi Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan
Nanoemulsi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn. seed oil) Sebagai
Sediaan Nutrasetika. Jakarta: FMIPA Universitas Indonesia.
Fararh KM, Shimizu Y, Shiina T, Nikami H, Ghanem MM, Takewaki T. 2005.
Thymoquinone reduces hepatic glucose production in diabetic hamsters.
Veterinary Science. 79: 219–223. doi:10.1016/j.rvsc.2005.01.001.
Gilani, Anwar-ul Hasan, dkk. 2004. A review of medicinal uses and pharmacological
activities of Nigella sativa. Department of Biological and Biochemical Sciences
The Aga Khan University Medical College, Karachi, Pakistan. Pakistan Journal
of Biological sciences 7 (4). Hal: 441-451.
Ghosh, S. K. (2006). Fuctional Coatings and Microencapsulation: A General
Perspective. In Functional Coating by Polymer Microencapsulation. Weinheim:
WILEY-VCH VerlagGmbH & Co. KGaA.
Hadad et al. 2012. High-Performance Liquid Chromatography Quantification of
Principal Antioxidants in Black seed (Nigella sativa L.) Phytopharmaceuticals.
Egypt. Journal of AOAC InternatIonal Vol. 95, no. 4.
Harzallah HJ, Kouidhi B, Flamini G, Bakhrouf A, Mahjou T. 2011. Chemical
composition, antimicrobial potential against cariogenic bacteria and cytotoxic
activity of Tunisian Nigella sativa essential oil and thymoquinone. Food
Chemistry. 129: 1469–1474. doi:10.1016/j.foodchem.2011.05.117
Iqbal M, Alam P, Anwer MT (2013) High Performance Liquid Chromatographic
Method with Fluorescence Detection for the Estimation of Thymoquinone in
Nigella Sativa Extracts and Marketed Formulations. 2: 655
doi:10.4172/scientificreports.655.
Ismail. A.F.H., Doolaanea. A.A., Mohamed. F., Mansor. N.I., Affendi. M., Shafitri.
M., et al. 2015. Method Development and Validation using UV
Spectrophotometry for Nigella sativa Oil Microparticles Quantification. Journal
of Applied Pharmaceutical Science Vol. 5 (09), pp. 082-088.
Junaedi E, Yulianti S, Suty S, Kuncari ES. 2011. Kedahsyatan Habbatussauda.
Jakarta: Agro Media Pustaka.
47
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
K.H., Ramteke, et al., 2014. Mathematical Models of Drug Dissolution: A Review.
India. Scholars Academic and Scientific Publisher: 3(5): 388-396
Kumalasari, Hilda. (2012). Validasi Metoda Pengukuran Kadar Air Bubuk Perisa
Menggunakan Moisture Analyzer Halogen HB43-S, Sebagai Alternatif Metoda
Oven dan Karl Fischer. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor: tidak diterbitkan
Kumar TVS. 2011. Studies on the extracts of black cumin (Nigella Sativa L.) obtained
by supercritical fluid carbon dioxide. India: Food Engineering Department,
University of Mysore.
Liu, X., Xue, W., Liu, Q., Yu, W., Fu, Y., Xin, X., et al. (2004). Swelling Behaviour
of Alginate-chitosan Microcapsules Prepared by External Gelation or Internal
Gelation Technology. Carbohydrate Polymer , 56,459-464.
Moffat, A. C. (1986). Clarke's Isolation and Identification of Drugs (2nd ed.).
London: The Pharmaceutical Press. 936-937.
Nabiela, Wardah. (2013). Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa L.). Skripsi pada sekolah Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta: tidak diterbitkan.
Nopita, Ayu. 2016. Pengaruh Variasi Konsentrasi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella
sativa L.) Terhadap Efisiensi Penjerapan Mikrokapsul Minyak Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa L.). Skripsi pada sekolah Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta: tidak diterbitkan.
Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association, London, page 89, 622, 744.
Soliman, A. Emad, El-Moghazy, Y. Ahmed, Mohy El-Din, S. Mohammed, Massoud,
A. Magdy. 2013. Microencapsulation of Essential Oils within Alginate:
Formulation and in Vitro Evaluation of Antifungal Activity. Journal of
Encapsulation and Adsorption Sciences, 2013, 3, 48-55.
Sugindro, et al., 2008 . Pembuatan dan Mikroenkapsulasi Ekstrak KSTRAK Etanol
Biji Jinten Hitem Pahit (Nigella sativa L.). Lembaga Biomedis Direktorat
Kesehatan TNI-AD, Jakarta; Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Farmasi
dan Medika BPPT; Departemen Farmasi FMIPA-UI, Kampus UI, Depok.
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No. 2. Hal: 56-66.
48
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Sultan MT, Butt MS, Anjum FM, Jamil A, Akhtar S, Nasir M. 2009. Nutritional
profile of indigenous cultivar of black cumin seeds and antioxidant potential of
its fixed and essent ial oil. Pak. J. Bot. 41(3): 1321-1330.
Tiwari, Shashank, Prerana, Verma, 2012, Microencapsulation Technique by Solvent
Evaporation Method (Study of Effect of Process Variables) International
Journal of Pharmacy and Life Sciences. ISSN: 0976-7126
Venkatesan, P., Manavalan, R., & Valliappan, K. (2009). Microencapsulation: a vital
technique in novel drugdelivery system. J. Pharm. Sci. & Res., 1, 26-35.
Wardani. L.A., 2012. Validasi Metode Analisis dan Penentuan Kadar Vitamin C pada
Minuman Buah Kemasan dengan Spektrofotometri UV-Visibel. Skripsi pada
sekolah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Kimia
Universitas Indonesia Depok: tidak diterbitkan.
49
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Lampiran
Lampiran 1. Prosedur Penelitian
Penyiapan alat dan
bahan
Mikrokapsul minyak jinten
hitam
Emulsi minyak jinten hitam
Validasi metode
analisis
Evaluasi
mikrokapsul
minyak jinten
hitam
Penentuan kandungan
dan uji pelepasan in
vitro mikrokapsul
minyak jinten hitam
- Uji perolehan kembali
MJH
- Pengamatan
organoleptis MJH
- Pengukuran diameter
mikrokapsul MJH
- Spesifisitas
- Operating time
- Linearitas dan kurva kalibrasi
- LOD dan LOQ
- Presisi
50
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Perhitungan Bahan Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
1. Formula 1 (konsentrasi minyak 20%)
Sodium alginat 0,5% =
x 10 = 0,05 gram
Tragakan 0,3% =
x 10 = 0,03 gram
Minyak jinten hitam 20% =
x 10 = 2 gram
Aquades = 10 – (0,02 + 0,03 + 2)
= 7,92 gram
2. Formula 2 (konsentrasi minyak 25%)
Sodium alginat 0,5% =
x 10 = 0,05 gram
Tragakan 0,3% =
x 10 = 0,03 gram
Minyak jinten hitam 25% =
x 10 = 2,5 gram
Aquades = 10 – (0,05 + 0,03 + 2,5)
= 7,42 gram
3. Formula 3 (konsentrasi minyak 30%)
Sodium alginat 0,5% =
x 10 = 0,05 gram
Tragakan 0,3% =
x 10 = 0,03 gram
Minyak jinten hitam 30% =
x 10 = 3 gram
Aquades = 10 – (0,05 + 0,03 + 3)
= 6,92 gram
Lampiran 3. Pembuatan phosfat buffer saline (PBS)
Aquades bebas CO2 sebanyak 800 ml dimasukkan dalam gelas piala 1000 ml,
kemudian ditambahkan 8 gram NaCl, 2,86 gram Na2HPO4, 0,2 gram KH2PO4, dan
0,19 gram KCl, diaduk dengan pengaduk magnetik hingga larut sempurna. Derajat
keasaman larutan diukur dengan pH meter, dan pH larutan dibuat 7,4 dengan
penambahan NaOH 0,1 M atau HCl 0,1 M tetes demi tetes. Larutan dipindahkan
dalam labu takar 1 liter, kemudian ditambahkan aquades bebas CO2 sampai tanda
(Annas dkk, 2013).
51
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Perhitungan Larutan CaCl2 0,5 M (50 mL)
Molaritas (M) = ( )
x
( )
= 0,5 M = ( )
x
= 2,775 gram CaCl2
Lampiran 5. Perhitungan Hasil Rendemen Sampel
Formula 1
Diketahui:
Wm = 6,472 gram
Wt = 10 gram
Wp =
=
= 64.72%
Formula 2
Diketahui:
Wm = 6,855 gram
Wt = 10 gram
Wp =
=
= 68,55%
Formula 3
Diketahui:
Wm = 6,275 gram
Wt = 10 gram
Wp =
=
= 6,275%
52
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Dokumentasi Minyak Jinten Hitam
Lampiran 7. Gambar hasil pengamatan organoleptis mikrokapsul minyak jinten hitam
Formula 1 mikrokapsul minyak Formula 2 mikrokapsul minyak jinten
jinten hitam hitam
Formula 3 mikrokapsul minyak jinten hitam
53
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Minyak Jinten Hitam 1000
ppm (λ = 252)
54
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Mikrokapsul Minyak Jinten
Hitam 1000 ppm (λ = 252)
55
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Scanning Panjang Gelombang Selektivitas Minyak Jinten Hitam dan
Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam 1000 ppm (λ = 252)
Lampiran 11. Data Absorbansi Kurva Minyak Jinten Hitam
Konsentrasi (ppm) Absorbansi (252 nm)
0 0.000
100 0.2557
150 0.387
200 0.52
250 0.626
300 0.774
56
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Perhitungan Kadar Minyak Jinten Hitam dari Mikrokapsul
Contoh perhitungan kadar
Persamaan regresi linear: y= 0.0026x - 0.00005
Seluruh hasil perolehan mikrokapsul ditimbang, untuk formula 1 batch 1 yaitu 6.5
gram dan untuk batch 2 yaitu 6.45 gram digerus dan dilarutkan dengan etanol hingga
50 mL. Kemudian dari larutan 50 mL dilarutkan dengan etanol hingga 10 mL.
Formula 1
Pengenceran Batch 1
6,5 gram dilarutkan dengan etanol hingga 50 ml
=
= 130000 ppm
130000 ppm diencerkan menjadi 300 ppm
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 130000 = 300 × 10
Volume = 0,023 ml = 23 l
23 l ditambahkan dengan etanol hingga 10 ml
Pengenceran Batch 2
6,45 gram dilarutkan dengan etanol hingga 50 ml
=
= 129000 ppm
129000 ppm diencerkan menjadi 300 ppm
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 129000 = 300 × 10
Volume = 0,02325 ml = 23,25 l
23,25 l ditambahkan dengan etanol hingga 10 ml
Batch 1
- Absorbansi 1 = 0.201
Konsentrasi: y= 0.0026x - 0.00005
0.201= 0.0026x - 0.00005
x= 77.327 ppm
57
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Rumus Kadar = x × fp × M
Keterangan
x = Konsentrasi
fp = Faktor Pengenceran
M = Volume larutan Induk
Rumus Efisiensi Penjerapan
Efisiensi Penjerapan (%) =
× 100%
kadar dalam 50 mL
kadar =
kadar = 1681021,7 g = 1681,022 mg
bobot mikrokapsul yang diperoleh adalah 6500 mg
% kadar =
x 100%
= 25.86%
% Efisiensi Penjerapan =
x 100%
= 84,051%
- Absorbansi 2 = 0.209
Konsentrasi: y= 0.0026x - 0.00005
0.209= 0.0026x - 0.00005
x= 80.404 ppm
kadar dalam 50 mL
kadar =
kadar = 1747913 g = 1747.913 mg
bobot mikrokapsul yang diperoleh adalah 6500 mg
% kadar =
x 100%
= 26.89%
% Efisiensi Penjerapan =
x 100%
= 87,395%
58
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
- Absorbansi 3 = 0.207
Konsentrasi: y= 0.0026x - 0.00005
0.207= 0.0026x - 0.00005
x= 79.635 ppm
kadar dalam 50 mL
kadar =
kadar = 1731187 g = 1731.187 mg
bobot mikrokapsul yang diperoleh adalah 6500 mg
% kadar =
x 100%
= 26.63%
% Efisiensi Penjerapan =
x 100%
= 86,559%
Batch 2
- Absorbansi 1= 0.207
Konsentrasi: y= 0.0026x - 0.00005
0.207= 0.0026x - 0.00005
x= 79.635 ppm
kadar dalam 50 mL
kadar =
kadar = 1712572 g = 1712.572 mg
bobot mikrokapsul yang diperoleh adalah 6450 mg
% kadar =
x 100%
= 26.55%
% Efisiensi Penjerapan =
x 100%
= 85,629%
59
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
- Absorbansi 2 = 0.208
Konsentrasi: y= 0.0026x - 0.00005
0.208= 0.0026x - 0.00005
x= 80.019 ppm
kadar dalam 50 mL
kadar =
kadar = 1720844 g = 1720.844 mg
bobot mikrokapsul yang diperoleh adalah 6450 mg
% kadar =
x 100%
= 26.68%
% Efisiensi Penjerapan =
x 100%
= 86,042%
- Absorbansi 3 = 0.202
Konsentrasi: y= 0.0026x - 0.00005
0.202= 0.0026x - 0.00005
x= 77.711 ppm
kadar dalam 50 mL
kadar =
kadar = 1671216 g = 1671.216 mg
bobot mikrokapsul yang diperoleh adalah 6450 mg
% kadar =
x 100%
= 25.91%
% Efisiensi Penjerapan =
x 100%
= 83,561%
Rata-rata efisiensi penjerapan = 85,540%
60
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Data Uji Pelepasan In Vitro Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
Waktu
Formula 1 Formula 2 Formula 3
Absorbansi
1
%
Pelepasan 1
Absorbansi
2
%
Pelepasan 2
Absorbansi
1
%
Pelepasan 1
Absorbansi
2
%
Pelepasan 2
Absorbansi
1
%
Pelepasan 1
Absorbnsi
2
% Pelepasan
2
0 0.000 0.000 0.000 0.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
5 0.317 36.86 0.301 35.03 0.340 36.98 0.394 42.9 0.378 36.62 0.360 34.85
10 0.356 42.31 0.358 42.53 0.402 44.65 0.472 52.46 0.401 39.76 0.423 41.82
15 0.422 51.02 0.401 48.58 0.482 54.44 0.508 57.66 0.443 44.8 0.447 45.16
30 0.478 58.76 0.440 54.28 0.563 64.56 0.587 67.64 0.501 51.49 0.505 51.86
45 0.512 64.1 0.520 64.87 0.622 72.51 0.642 75.23 0.611 63.36 0.633 65.47
60 0..545 69.42 0.571 72.32 0.657 78 0.677 80.79 0.616 65.33 0.680 71.55
90 0.576 74.61 0.580 75.02 0.679 82.18 0.690 84.04 0.647 69.82 0.686 73.78
120 0.599 78.96 0.593 78.22 0.690 85.22 0.675 84.29 0.705 77.01 0.687 75.53
150 0.627 83.96 0.576 77.97 0.695 87.64 0.671 85.69 0.699 78.13 0.701 78.55
180 0.616 84.5 0.569 78.83 0.681 88.01 0.669 87.3 0.686 78.57 0.699 80.05
240 0.604 84.89 0.557 79.09 0.668 88.45 0.658 87.92 0.675 79.16 0.696 81.45
61
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 14. Kurva Profil Pelepasan Mikrokapsul Minyak Jinten Hitam
Contoh perhitungan persentase pelepasan minyak jinten hitam
Sampel 1
Diketahui: y= 0.0026x - 0.00005
y5= 0.317
y10= 0.356
y15= 0.422
Kadar zat aktif untuk tiap 6475 mg = 1879.970 mg
Bobot mikrokapsul yang ditimbang untuk F1 = 500.9 mg
Ditanya:
b. C5 = ?
c. C10 = ?
d. C15 = ?
e. Bobot zat aktif di 500.9 mg = ?
f. % disolusi zat aktif pada t5 = ?
g. % disolusi zat aktif pada t10 = ?
h. % disolusi zat aktif pada t15 = ?
Penyelesaian:
a. Mencari nilai x pada menit ke 5
y = 0.0026x - 0.00005
0.317 = 0.0026x - 0.00005
C5 = 121.942 ppm
0
20
40
60
80
100
120
140
0 50 100 150 200 250 300
bo
bo
t te
rle
pas
(m
g)
waktu (menit)
kurva pelepasan
formula 1
formula 2
formula 3
62
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
b. Mencari nilai x pada menit ke 10
y = 0.0026x - 0.00005
0.356 = 0.0026x - 0.00005
C10 = 136.942 ppm
c. Mencari nilai x pada menit ke 15
y = 0.0026x - 0.00005
0.422 = 0.0026x - 0.00005
C15 = 162.327 ppm
d. Bobot zat aktif di 500.9 mg
x 500.9 = 132.338 mg
f. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke 5
Bobot terdisolusi = C5 x Volume (L)x faktor pengenceran
= 121.942 x 0.4 L x 1
= 48.777
% disolusi =
x 100% = 36.86%
g. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke 10
Faktor koreksi t5 = C5 x Volume (L)x faktor pengenceran
= 121.942 x 0.01 x 1
= 1.219
Bobot terdisolusi = (C10 x Volume (L) x FP) + FK1
= (136.942 X 0.4 L X 1) + 1.219
= 55.996 mg
% disolusi =
x 100% = 42.31%
h. Jumlah zat aktif terdisolusi pada menit ke 15
Faktor koreksi t10 = C10 x Volume (L) x FP
= 136.942 x 0.01 x 1
= 1.369
Bobot terdisolusi = (C15 x Volume (L) x FP) + FK1 + FK2
= (162.327 x 0.4 L x 1) + 1.219 + 1.369
= 67.520 mg
63
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
% disolusi =
x 100% = 51.02%
Lampiran 15. Sertifikat Analisa Natrium Alginat
64
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 16. Sertifikat Analisa Tragakan
65
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 17. Sertifikat Analisa Minyak Jinten Hitam
66
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 18. Sertifikat Analisa Kalsium Klorida