pengaruh teknik distraksi dengan bola bobath...
TRANSCRIPT
1
Pengaruh Teknik Distraksi dengan Bola Bobath Terhadap Skala Nyeri Pada Bayi Saat Imunisasi
Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran
Yulia Rizki Ardiana 1, Lamri
2, Nursyahid Siregar
3
*Penulis koresponden : Yulia Rizki Ardiana, Jurusan Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan, Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur, Indonesia. E-mail : [email protected]
Telpon : +6282254214726
Intisari
Latar Belakang : Statistik menunjukkan bahwa 91,12% bayi di indonesia menerima vaksinasi lengkap.
Seiring meningkatnya cakupan imunisasi maka penggunaan vaksin juga meningkat, sebagai akibatnya
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) juga meningkat. Salah satunya rasa nyeri penyuntikan imunisasi,
karena itu diperlukan upaya untuk meminimalkan nyeri salah satunya dengan teknik distraksi. Media
seperti bola bobath yang berukuran besar, elastis, dan berwarna terang mampu mengalihkan perhatian
anak saat diimunisasi.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh teknik distraksi dengan bola bobath
terhadap skala nyeri pada bayi saat imunisasi campak.
Desain Penelitian : Desain penelitian quasy experimental dengan rancangan post test only non equivalent
control group. Populasi adalah bayi berusia 9-11 bulan yang mendapatkan imunisasi campak. Responden
berjumlah 36 bayi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi 18 bayi dan kelompok kontrol
18 bayi. Teknik pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Analisa perbedaan skala nyeri
menggunakan Mann Whitney Test.
Hasil : Nyeri yang diukur menggunakan skala nyeri FLACC pada kelompok intervensi memiliki rata-rata
skor nyeri yaitu 6,17 dan pada kelompok kontrol yaitu 8,33. Hasil uji mann whitney menunjukkan bahwa
nilai p value 0,000 (p value < 0.05) yang berarti Ha diterima.
Kesimpulan : Terdapat pengaruh teknik distraksi dengan bola bobath terhadap skala nyeri pada bayi saat
imunisasi campak. Hasil penelitian diharapkan dapat direkomendasikan sebagai manajemen nyeri pada
bayi yang diberikan imunisasi.
Kata Kunci : nyeri, imunisasi, teknik distraksi, bola bobath
1. Mahasiswa Jurusan Kebidanan Samarinda, Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
2. Dosen Jurusan Analis Kesehatan Samarinda, Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
3. Dosen Jurusan Kebidanan Samarinda, Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
2
The Effect of Bobath Ball Distraction Technique on Pain Scales of Measles Vaccine for Infants at
The Working Area of Palaran Community Health Center
Yulia Rizki Ardiana1, Lamri
2, Nursyahid Siregar
3
*Corresponding author: Yulia Rizki Ardiana, Department of Midwifery
Midwifery Bachelor's Degree Program, East Kalimantan Health Polytechnic of Health Ministry,
Indonesia. E-mail: [email protected] Telephone : +6282254214726
Abstract
Background: Statistics show that 91.12 % of infants in Indonesia get full vaccination. The increase of
the number of vaccinations, concomitant with the increase of immunization scope, causes Adverse Event
Following Immunization (AEFI) is increasing for instance pain from vaccine injections. Hence it is
essential to reduce the pain such as by using distraction technique. Large, elastic, and bright colour bobath
medium enable to divert child attention during immunization.
Objective: This study aimed to identify the effect of bobath distraction technique on pain scales of
measles vaccine for infants.
Research Methodology: This study employed quasi experimental with post test only non equivalent
control group. The population was 9–11 month old babies who got measles vaccine. The total number of
respondents was 36 babies that had been divided into two groups: the intervention group consisted of 18
babies and the control group consisted of 18 babies. The sampling technique of this study was
consecutive sampling technique. Mann Whitney Test was used to analyze the difference of pain scales.
Results: Pain scale had been measured using FLACC pain scale. The measurement showed the mean
score of intervention group was 6,17 and control group was 8,33. The result of Mann Whitney Test
showed p value 0,000 (p value < 0.05) in which meant Ha was approved.
Conclusions: There was the effect of bobath distraction technique on pain scales of infants during
measles vaccination. The study recommends the technique as a pain management for infants during
immunization.
Key Words: pain, immunization, distraction technique, bobath ball
1. Student of Midwifery Department, East Kalimantan Health Polytechnic of Health Ministry
2. Lecturer of Medical Laboratory Department, East Kalimantan Health Polytechnic of Health
Ministry
3. Lecturer of Midwifery Department, East Kalimantan Health Polytechnic of Health Ministry
3
Pendahuluan
Cakupan imunisasi dasar di
Indonesia tahun 2017 adalah 90,8%. Dengan
target capaian BCG 89,1%, HB0 86, 6%,
DPT-HB-HiB(1) 90,7%, DPT-HB-HiB(2)
88,3%, Polio(4) 86,8%, Campak/MR(1)
89,8%, IPV 41,5%, dan imunisasi lanjutan
DPT-HB-HiB(4) 59,9%, Campak/MR(2)
62,2%. (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hasil cakupan imunisasi secara
nasional terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan Evaluasi Program Imunisasi
selama 2015 - 2017, cakupan imunisasi
dasar lengkap pada bayi mencapai 86,54%
pada tahun 2015, pada tahun 2016 sebesar
91,58%, dan pada tahun 2017 sebesar
91,12% (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018).
Seiring dengan meningkatnya
cakupan imunisasi maka penggunaan vaksin
juga meningkat, dan sebagai akibatnya
reaksi simpang yang juga disebut sebagai
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) juga
meningkat (Pusdiklatnakes Kemenkes,
2014).
Dalam setahun pertama bayi
mendapatkan imunisasi yang rutin dilakukan
dan sebagian besar imunisasi diberikan
dengan prosedur penyuntikan. Selama
prosedur penyuntikan tentunya akan
menimbulkan nyeri yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada bayi saat proses
penyuntikan imunisasi, namun penanganan
nyeri pada bayi masih belum menjadi
perhatian oleh petugas kesehatan
(Maryunani, 2013).
Petugas kesehatan tentunya harus
tetap meningkatkan pelayanan imunisasi
untuk meningkatkan kenyamanan bayi pada
saat diberikan imunisasi salah satunya
dengan meminimalkan nyeri penyuntikan
saat imunisasi. Apabila nyeri pada bayi tidak
segera ditangani maka dapat menimbulkan
efek merugikan seperti peningkatan irama
jantung, peningkatan tekanan darah,
respirasi cepat dan dangkal, penurunan
saturasi oksigen, kulit pucat atau panas,
diaphoresis dan berkeringat serta
peningkatan tonus otot dapat dialami oleh
bayi. Nyeri penyuntikan imunisasi tentunya
bukan hanya menimbulkan trauma pada
anak namun juga menimbulkan kecemasan
pada orang tua dan petugas kesehatan, oleh
karena itu diperlukan prinsip atraumatic
care untuk meminimalkan rasa nyeri
tersebut (Fikri & Khusnal, 2011).
Manajemen nyeri dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu intervensi
farmakologi dan intervensi non-farmakologi.
Intervensi farmakologi dapat dilakukan
dengan penggunaan analgesik topikal.
Sedangkan intervensi non-farmakologi yaitu
4
intervensi analgesik non-farmakologi seperti
breastfeeding dan sweet solution, intervensi
fisik dan teknik injeksi, serta intervensi
psikologis (Kozier et. al., 2011).
Media seperti bola bobath yang
berukuran besar, elastis, dan berwarna
terang mampu mengalihkan perhatian anak
saat diimunisasi. Teknik ini dilakukan
dengan memposisikan bayi diatas bola
bobath pada posisi sitting up dengan
dipegang ibunya, setelah petugas kesehatan
selesai memberikan suntikan imunisasi, ibu
mengajak bermain bayinya diatas bola
bobath, elastisitas bola bobath dapat
memberikan rasa nyaman dan diharapkan
dapat mengalihkan perhatian anak setelah
dilakukan imunisasi. Dari adanya fenomena
diatas peneliti ingin mengetahui apakah bola
bobath memiliki pengaruh terhadap skala
nyeri pada bayi saat dilakukan imunisasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian yaitu
quasy experimental dengan rancangan post
test only non equivalent control group.
Kelompok pertama diberikan perlakuan
bermain dengan bola bobath selama 2 menit
sebelum penyuntikan dan setelah prosedur
penyuntikan dan kelompok kedua berlaku
sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok
dilakukan penilaian nyeri dengan
menggunakan penilaian nyeri FLACC (Face
Leg Activity CC) dan hasil kelompok
intervensi yang diberikan ASI dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang tidak
diberikan intervensi. FLACC terdiri dari 5
variabel pengukuran yaitu wajah (0-2), Kaki
(0-2), aktivitas (0-2), tangisan (0-2), dan
konsabilitas (0-2). nilai 0 (tidak nyeri), 1-3
(nyeri ringan), 4-6 (nyeri sedang), 7-10
(nyeri berat).
Populasi target pada penelitian ini
adalah seluruh bayi berusia 9-11 bulan yang
mendapatkan imunisasi campak di Wilayah
Kerja Puskesmas Palaran Samarinda.
Variabel bebas (independen) dalam
penelitian ini adalah teknik distraksi dengan
Bola Bobath. Variabel terikat (dependen)
dalam penelitian ini adalah skala nyeri pada
bayi.
Pada penelitian ini pemilihan sampel
dilakukan secara non probability sampling
atau pemilihan sampel dilakukan secara
tidak acak. Metode yang dipilih adalah
consecutive sampling. Peneliti menetapkan
besar sampel adalah sebanyak 18 responden
sebagai kelompok intervensi dan 18
responden sebagai kelompok kontrol,
sehingga total seluruh sampel adalah 36
responden.
5
Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah bayi yang berusia 9-11 bulan, bayi
mendapatkan imunisasi campak, bayi dalam
keadaan sehat dan tidak ada kontraindikasi
imunisasi, serta ibu dan bayi kooperatif.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
ibu tidak menyetujui bayinya untuk ikut
dalam penelitian dan bayi dalam keadaan
sakit atau terkena infeksi.
Sebelum dilakukan analisis bivariat
terlebih dulu dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan uji Saphiro Wilk
karena sampel berjumlah kurang dari 50.
Setelah dilakukan uji normalitas, apabila
data berdistribusi normal maka dapat
dilakukan uji parametrik dengan
Independent T-test, apabila data tidak
berdistribusi normal setelah dilakukan uji
normalitas maka uji statistik yang digunakan
yaitu mann whitney test.
Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan jumlah responden sebanyak
36 bayi yaitu terbagi menjadi 18 bayi
pada kelompok kontrol dan 18 bayi
pada kelompok intervensi.
.
Tabel 4.1.
Distribusi Responden Menurut Karakteristik Bayi di
Puskesmas Palaran Samarinda Tahun 2019
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 4.1
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
responden menurut jenis kelamin pada
kelompok kontrol dan kelompok
intervensi sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 bayi
Kategori
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase
(%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
12
6
66.7
33.3
10
8
55.6
44.4
Usia
9 bulan
10 bulan 11 bulan
9
7 2
50
38.9 11.1
15
2 1
83.3
11.1 5.6
Kelengkapan
Imunisasi
Sebelumnya Lengkap
Tidak Lengkap
18 0
100 0
18 0
100 0
6
(66,7%) dan 10 bayi (55,6%). Dan
sebagian kecil berjenis perempuan
sebanyak 6 bayi (33,3%) dan 8 bayi
(44,4%).
Berdasarkan tabel 4.1.
menunjukkan distribusi frekuensi
responden menurut umur pada
kelompok kontrol dan intervensi
sebagian besar adalah bayi dengan usia
9 bulan sebanyak 9 bayi (50%) dan 15
bayi (83,3%). Dan sebagian kecil adalah
bayi dengan usia 11 bulan sebanyak 2
bayi (11.1%) dan 1 bayi (5,6%).
Berdasarkan tabel 4.1.
menunjukkan distribusi frekuensi
responden menurut kelengkapan
imunisasi sebelumnya adalah lengkap
baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok intervensi sebanyak 18 bayi
(100%) tiap masing-masing kelompok
b. Skala Nyeri Bayi yang Diberikan
Penyuntikan Imunisasi Campak
Berdasarkan tabel 4.2. dapat
disimpulkan bahwa nilai mean, median,
modus, dan standar deviasi dari skor nyeri
pada kelompok intervensi lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok kontrol
yaitu nilai mean kelompok intervensi adalah
6,17, sedangkan kelompok kontrol adalah
8,33. Median kelompok intervensi adalah 6,
sedangkan kelompok kontrol adalah 8.
Modus kelompok intervensi adalah 6,
sedangkan kelompok kontrol adalah 8.
Standar deviasi kelompok kontrol adalah
0,686, sedangkan kelompok intervensi
adalah 0,857.
Tabel 4.2.
Rerata Skala Nyeri Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Teknik Distraksi
dengan Bola Bobath pada Bayi saat Imunisasi Campak di Puskesmas Palaran Samarinda
Tahun 2019
Kelompok N Mean Median Modus SD
Kontrol 18 8.33 8 8 0.686 Intervensi 18 6.17 6 6 0.857
Sumber : Data Primer, 2019
2. Analisa Pengaruh Teknik Distraksi
dengan Bola Bobath terhadap Skala
Nyeri Pada Bayi Saat Imunisasi
Campak
Sebelum dilakukan uji bivariat
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui sebaran data numerik
yang merupakan syarat mutlak uji
parametrik. Uji normalitas dilakukan untuk
variabel numerik dalam hal ini adalah skor
nyeri pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi.
7
Tabel 4.3.
Hasil Uji Normalitas Skala Nyeri pada Bayi Saat Imunisasi Campak
di Puskesmas Palaran Tahun 2019
Kelompok Shapiro-Wilk
Kontrol 0.001
Intervensi 0.023
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat
bahwa hasil uji normalitas data
menggunakan uji shapiro wilk pada
kelompok kontrol tanpa diberikan teknik
distraksi dengan bola bobath adalah 0,001
dan kelompok intervensi diberikan teknik
distraksi dengan bola bobath adalah 0,023.
Karena nilai p < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak
normal.
Setelah dilakukan uji normalitas data
dan didapatkan hasil data tidak berdistribusi
normal maka uji bivariat tidak dapat
menggunakan parametrik uji Independent T-
Test, namun menggunakan uji alternatif
yaitu uji Mann Whitney. Untuk melihat
perbedaan skala nyeri pada kelompok
control dan kelompok intervensi teknik
distraksi dengan bola bobath maka
dilakukan uji Mann Whitney.
Tabel 4.4.
Analisa Perbedaan Skala Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intevensi
Teknik Distraksi dengan Bola Bobath pada Bayi Saat Imunisasi
Campak di Puskesmas Palaran Tahun 2019
Kelompok N Mean Rank p value
Kontrol 18 26,89 0.000
Intervensi 18 10,11
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 4.4. dapat
disimpulkan bahwa p value < 0,05 (0.000 <
0.05) maka dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima sehingga terdapat pengaruh teknik
distraksi dengan bola bobath terhadap skala
nyeri pada bayi saat imunisasi campak di
Puskesmas Palaran.
Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan karakteristik bayi
menurut jenis kelamin pada tabel 4.1. dapat
dilihat bahwa pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 bayi
8
(66,7%) dan 10 bayi (55,6%).
Karakteristik bayi menurut jenis kelamin
pada penelitian ini tidak berhubungan
dengan respon nyeri bayi yang diberikan
imunisasi campak.
Secara statistik tidak ada data yang
mendukung apakah jenis kelamin
mempengaruhi respon nyeri. Potter & Perry
(2010) mengungkapkan bahwa secara umum
tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam berespon terhadap nyeri,
hal ini dapat disebabkan oleh karakter dari
setiap individu yang unik dan berbeda dalam
berespon terhadap nyeri karena nyeri
bersifat subjektif, dalam mengiterpretasikan
dan merasakan nyeri setiap individu
dipengaruhi oleh karakter fisiologis, sosial,
spiritual, psikologis dan kebudayaan.
Berdasarkan karakteristik bayi
menurut umur pada tabel 4.1. menunjukkan
bahwa pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi sebagian besar dengan
usia 9 bulan sebanyak 9 bayi (50%) dan 15
bayi (83,3%). Sebagian kecil pada kelompok
kontrol dan intervensi dengan usia 11 bulan
sebanyak 2 bayi (11.1%) dan 1 bayi (5,6%).
Pety (2010) menjelaskan analisis faktor Usia
terhadap persepsi nyeri pada bayi bahwa
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri,
sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi.
Berdasarkan karakteristik bayi
menurut kelengkapan imunisasi sebelumnya
pada tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada
kelompok kontrol maupun kelompok
intervensi seluruhnya telah mendapatkan
imunisasi lengkap sebelum imunisasi
campak, sehingga karakteristik bayi menurut
kelengkapan imunisasi sebelumnya adalah
setara.
Penelitian yang dilakukan oleh
Ismanto (2011) didapatkan hasil analisis
bahwa tidak ada hubungan antara
pengalaman imunisasi sebelumnya dengan
respon nyeri bayi saat penyuntikan
imunisasi. Potter & Perry (2010)
menjelaskan bahwa adanya pengalaman
nyeri sebelumnya tidak selalu bahwa
individu tersebut akan menerima nyeri
dengan lebih mudah pada masa yang akan
datang. Setiap individu belajar nyeri dari
pengalaman sebelumya, apabila individu
mengalami nyeri dengan jenis yang sama
dan berulang-ulang dan nyeri tersebut
berhasil dihilangkan akan membuat individu
lebih mudah menginterpretasikan sensasi
nyeri.
9
2. Perbedaan Skala Nyeri pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok
Intervensi Teknik Distraksi dengan
Bola Bobath pada Bayi Saat
Imunisasi Campak
International Association for Study
of Pain (1979) yaitu Asosiasi Internasional
untuk penelitian nyeri mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori subyektif dan
pengalaman emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial yang dapat menimbulkan perasaan
tidak menyenangkan dan dapat
menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan aktual dan potensial (Potter &
Perry, 2010).
Melzack dan Wall (1965)
mengemukakan teori gate control bahwa
impuls nyeri dapat diatur bahkan dihambat
oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat. Clancy dan McVicar
(1992) menjelaskan bahwa mekanisme
pertahanan dapat ditemukan di sel-sel
gelatinosa substansia di dalam kornu
dorsalis pada medulla spinalis, thalamus,
dan sistem limbik. Teori tersebut
mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan
saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat pertahanan tertutup, hal inilah
yang merupakan dasar terapi dalam
pengontrolan nyeri (Wade & Tavris, 2008).
Pada penelitian ini didapatkan hasil
analisis bahwa skor nyeri pada kelompok
intervensi yang diberi teknik distraksi
dengan bola bobath selama 2 menit sebelum
penyuntikan dan dilanjutkan selama proses
penyuntikan berlangsung memiliki rata-rata
nilai skor nyeri lebih rendah yaitu 6,17
dibandingkan dengan kelompok kontrol
yaitu memiliki rata-rata nilai skor nyeri 8,33.
Berdasarkan tabel 4.3. dapat disimpulkan
bahwa p value < 0,05 (0.000 < 0.05) maka
dapat disimpulkan bahwa Ha diterima
sehingga terdapat pengaruh teknik distraksi
dengan bola bobath terhadap skala nyeri
pada bayi saat imunisasi campak di
Puskesmas Palaran.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nur Aziza
(2015) bahwa skor nyeri bayi yang
mendapatkan intervensi dengan bola bobath
memiliki skor nyeri lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok kontrol
yang tidak mendapatkan.
Potter & Perry (2010) menjelaskan
bahwa salah satu teknik manajemen nyeri
pada bayi adalah teknik distraksi. Teknik
distraksi merupakan cara mengurangi nyeri
dengan cara mengalihkan perhatian klien
salah satunya distraksi dengan menggunakan
bola bobath.
10
Bola bobath banyak berperan dalam
bidang terapi NDT (Neuro Developmental
Treatment). Bola berbentuk bundar
sempurna dengan beberapa ulir di
permukaannya membantu memperbesar
gesekan agar bola tidak licin saat digunakan.
Warna bola yang cerah dapat menarik
perhatian anak-anak dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Penelitian ini menunjukkan rerata
skala nyeri pada bayi saat imunisasi yang
dilakukan teknik distraksi dengan bola
bobath lebih rendah dibandingkan dengan
skala nyeri pada saat bayi imunisasi tanpa
teknik distraksi. Bayi yang akan di imunisasi
pun tertarik ketika melihat bola bobath yang
berwarna cerah, bulat, dan besar. Sehingga
teknik distraksi sangatlah penting dalam
manajemen nyeri agar bayi tidak sampai
memiliki rasa trauma di kemudian hari.
Orang tua dapat bekerjasama dalam
membantu petugas melakukan manajemen
nyeri saat imunisasi dengan mengajak
bayinya berbicara, bermain mainan
kesayangannya, atau pun bermain dengan
bola bobath seperti pada penelitian ini.
Daftar Pustaka
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian:Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Astuti, H. (2012). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Ibu I. Yogyakarta: Rohana
Press.
Ati, L.L. (2016). Pengaruh Kompres Es
terhadap Tingkat Nyeri Saat Imunisasi
Campak pada Bayi Usia 9 Bulan di
Desa Sanggung Sukoharjo. Diakses
dari digilib stikes kusuma husada
tanggal 14 November 2018.
Aziza, N. (2016). Pengaruh Bola Bobath
Terhadap Skor Nyeri Pada Bayi Usia
9-12 Bulan Saat Imunisasi Di
Puskesmas Ciputat Timur Tanggerang
Selatan. Diakses dari repository
universitas negeri Jakarta tanggal 14
November 2018.
Betz,C.L & Sowden,L.A. (2009). Buku Saku
Keperawatan Pediatrik (Edisi 5).
Jakarta:EGC
Dharma, K. K. (2011). Metodologi
Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Trans Info Media.
Fikri, R., & Khusnal, E. (2011). Pengaruh
Kompres Dingin Terhadap Intensitas
Nyeri pada Bayi Saat Imunisasi di
Puskesmas Piyungan Bantul. Diakses
dari digilib unisa yogya tanggal 14
Desember 2018.
Gendam, D.S. (2013). Effect of Distraction
Technique During Immunization to
Reduce Behavior Response Score
(FLACC) to Pain in Toddlers. Diakses
dari NCBI tanggal 12 Juni 2019.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011).
Pedoman Imunisasi di Indonesia. (ed.
4). Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Ismanto, A. Y. (2011). Studi Komparatif
Pemberian ASI dan Topikal Anastesi
Terhadap Respon Nyeri Imunisasi
11
Pada Bayi di Puskesmas Bahu
Manado. Universitas Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2018). Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan:Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder,
S. J. (2011). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, &
Praktik. In E. Wahyuningsih, D.
Yulianti, Y. Yuningsih, & A. Lusyana
(Eds.), Buku Ajar (7th ed.). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kurniawan, A. D. (2013). Pengaruh
BreastFeeding Terhadap Penurunan
Nyeri Pada Bayi yang dilakukan
Imuniasi di Puskesmas Kasihan 2
Yogyakarta. Yogyakarta.
Lewis,S.L.et.al.(2011). Medical Surgical
Nursing Volume I. USA: Elsevier
Mosby.
Maria, Y. (2015). Pengaruh kompres hangat
pada tempat penyuntikan terhadap
respon nyeri pada bayi saat imunisasi
di puskesmas tanawangko kabupaten
minahasa. diakses dari ejournal unsrat
pada tanggal 14 November 2018.
Marisya, S. (2011). Perbandingan
Efektifitas Pemberian ASI Dan Non
Nutrive Sucking Untuk Mengurangi
Rasa Nyeri Saat Prosedur Invasif
Minor Pada Bayi Baru Lahir.
Universitas Sumatera Utara.
Maryunani, A. (2013). Ilmu Kesehatan Anak
dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.
Menteri Kesehatan RI (2015). Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 12 tahun
2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi.
Nina Siti Mulyani, Mega Rinawati. (2013).
Imunisasi Untuk Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Notoatmodjo,S.(2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ozdemir, F.K. (2012). The Effect of Using
Musical mobiles on Reducing Pain in
Infants During Vaccination. Diakses
dari NCBI tanggal 12 Juni 2019.
Petty, P. (2010). Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku
Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. In M.
Ester, D. Yulianti, & Intan Parulian
(Eds.), Buku Ajar (4th ed., pp. 1154–
1970). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Proverawati, A., & Andhini, C. S. D. (2010).
Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta:
Nuha Offset.
Pusdiklatnakes Kementerian Kesehatan RI.
(2014). Buku Ajar Imunisasi (2nd ed.).
(M. S.-C. dr Erna Mulati, M. K. Reza
Isfan, SKM, M. K. Dra. Oos Fatimah
Royati, & M. Yuyun Widyaningsih,
S.Kp., Eds.), Buku Ajar. Jakarta:
Pudiklatnakes Kementerian Kesehatan
RI.
Rahayuningsih, S.I. (2012). Efek Pemberian
ASI terhadap Tingkat Nyeri Bayi saat
Penyuntikan Imunisasi di Kota Depok.
Diakses dari jurnal unsyiah tanggal 14
Desember 2018.
Runiari, N., & Surinati, I.D.A. (2012).
Pengaruh Pemberian Kompres Panas
12
Terhadap Intensitas Nyeri
Pembengkakan Payudara pada Ibu
Post Partum di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Dauh Puri.
Diakses dari ojs unud tanggal 30
September 2014.
Rospond, RM (2008). Penilaian Nyeri.
Penerjemah D.Lyrawati (2009).
Sarimin, D. S. (2012). Efektivitas Paket
Dukungan Keluarga (PDK) Terhadap
Respon Perilaku Nyeri Bayi yang
dilakukan Prosedur Imunisasi di RSUP
Prof.DR.R.D.Kandou Manado.
Universitas Indonesia.
Sastroasmoro, S. (2012). Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
CV. Sagung Seto.
Sitinjak, M. (2010). Efektifitas Metode
Kanguru Mengurangi Rasa Nyeri Pada
Penyuntikan Intra Muskuler Pada Bayi
Baru Lahir RS St. Elisabeth Medan.
Universitas Sumatera Utara.
Taddio, A., Appleton, M., Bortolussi, R.,
Chambers, C., Dubey, V., Halperin, S.,
… Scott, J. (2010). Reducing the pain
of childhood vaccination: an evidence-
based clinical practice guideline.
CMAJ, 182(18), E843–E855.
https://doi.org/10.1503/cmaj.101720.
Tamsuri, A. (2012). Konsep dan
penatalaksanaan nyeri. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wong, D.I. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wade, C. & Tavris, C.(2008).
Psikologi Edisi Kesembilan Jilid I.
Jakarta:Erlangga