pengaruh suhu titrasi pada karakteristik … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras...

57
PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK STRUKTUR KRISTAL DAN MAGNETIK KOBALT FERIT BISMUTH HASIL SINTESIS KOPRESIPITASI Disusun Oleh: Santi Pratiwi M0214063 SKRIPSI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET JANUARI 2019

Upload: vuonganh

Post on 03-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

PENGARUH SUHU TITRASI

PADA KARAKTERISTIK STRUKTUR KRISTAL DAN MAGNETIK

KOBALT FERIT BISMUTH HASIL SINTESIS KOPRESIPITASI

Disusun Oleh:

Santi Pratiwi

M0214063

SKRIPSI

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

JANUARI 2019

Page 2: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

ii

PENGARUH SUHU TITRASI

PADA KARAKTERISTIK STRUKTUR KRISTAL DAN MAGNETIK

KOBALT FERIT BISMUTH HASIL SINTESIS KOPRESIPITASI

Disusun Oleh:

Santi Pratiwi

M0214063

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Sains

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

JANUARI 2019

Page 3: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

iii

Page 4: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

iv

Page 5: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi intelektual skripsi saya yang

berjudul “PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK

STRUKTUR KRISTAL DAN MAGNETIK KOBALT FERIT BISMUTH HASIL

SINTESIS KOPRESIPITASI” adalah hasil kerja saya dan sepengetahuan saya

hingga saat ini isi skripsi tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis

oleh orang lain atau materi yang telah diajukan untuk mendapatkan gelar

kesarjanaan di Universitas Sebelas Maret atau di Perguruan Tinggi lainnya kecuali

telah dituliskan di daftar pustaka skripsi ini dan segala bentuk bantuan dari semua

pihak telah ditulis di bagian ucapan terimakasih. Isi skripsi ini boleh dirujuk atau

diphotocopy secara bebas tanpa harus memberi tahu penulis.

Surakarta, 6 Desember 2018

Santi Pratiwi

Page 6: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

vi

MOTTO

“To get something, you must lose something”

(dr. Istar)

Page 7: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu dan kakak saya yang senantiasa memotivasi, mendoakan dan

mengusahakan yang terbaik untuk saya.

2. Pembimbing, Bapak Budi Purnama dan Ibu Utari yang dengan sabar

membimbing dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

3. Keluarga besar grup Material dan Sensor Magnetik serta Fisika 2014.

4. Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Sebelas Maret.

Page 8: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

viii

Pengaruh Suhu Titrasi Pada Karakteristik Struktur Kristal dan Magnetik

Kobalt Ferit Bismuth Hasil Sintesis Kopresipitasi

Santi Pratiwi

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Sintesis CoBi0,15Fe1,85O4 hasil kobalt ferit didoping bismuth menggunakan

metode kopresipitasi telah berhasil dilakukan dengan variasi suhu titrasi. Pada

penelitian ini digunakan suhu titrasi pada 65°C, 75°C, 85°C, dan 95°C.

Selanjutnya dilakukan annealing pada suhu 800°C selama 5 jam. Hasil dari

sintesis kemudian dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD),

Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Vibrating Sample Magnetometer

(VSM). Hasil karakterisasi menunjukkan struktur kristal semakin baik dan

mendekati data ICDD 221086 dengan kenaikan suhu titrasi. Sedangkan hasil

FTIR mengindikasikan bahwa ion Bi3+ mensubstitusi Fe3+ pada site oktahedral.

Akhirnya magnetisasi saturasi dan koersivitas meningkat dengan kenaikan suhu

titrasi karena peningkatan anisotropi kristalin magnetik.

Page 9: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

ix

Effect of Temperature Titration on the Characteristics of Crystal Structures

and Magnetic of Cobalt Ferrite Bismuth Results of Coprecipitation Synthesis

Santi Pratiwi

Physics Study Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences

Sebelas Maret University

ABSTRACT

The synthesis of CoBi0.15Fe1,85O4 following cobalt ferrite was doped by

bismuth using the coprecipitation method which was successfully carried out with

variations in the temperature of the titration. In this study the titration temperature

was used at 65 ° C, 75 ° C, 85 ° C, and 95 ° C. Then annealing was carried out at

800 ° C for 5 hours. The results of the synthesis were then characterized using X-

Ray Diffractometer (XRD), Fourier Transform Infra Red (FTIR) and Vibrating

Sample Magnetometer (VSM). The characterization results show that the

crystalline structure is getting better and approaches to ICDD 221086 data with

the increase in titration temperature. Whereas FTIR results indicate that Bi3+ ions

substitute Fe3+ at the octahedral site. Finally saturation and coercivity

magnetization increases with the increase of the titration temperature due to the

increase in magnetic crystalline anisotropy.

Page 10: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Sholawat

dan salam senantiasa penulis haturkan kepada Rasulullah SAW sebagai

pembimbing seluruh umat manusia.

Skripsi yang penulis susun sebagai bagian dari syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Sains ini penulis beri judul “Pengaruh Suhu Titrasi Pada

Karakteristik Struktur Kristal dan Magnetik Kobalt Ferit Bismuth Hasil Sintesis

Kopresipitasi”. Terselesaikannya skripsi ini adalah suatu kebahagiaan bagi saya.

Setelah satu semester penulis harus berjuang untuk bisa menyelesaikan skripsi ini

tepat waktu. Dengan segala suka dan dukanya, pada akhirnya skripsi ini

terselesaikan juga. Kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini penulis ucapkan terima kasih. Atas bantuannya yang

sangat besar selama proses pengerjaan skripsi ini, ucapan terima kasih secara

khusus penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Eng. Budi Purnama, S.Si., M.Si. selaku pembimbing I yang

senantiasa sabar memotivasi dan membimbing penulis.

2. Ibu Dr. Utari, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan selama proses skripsi.

3. Bapak Khairuddin, P.hD selaku pembimbing akademik atas bimbingan

dari awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan.

4. Seluruh dosen dan staff Prodi Fisika FMIPA UNS yang telah membantu

dan memberikan ilmu serta membimbing selama perkuliahan.

5. Ibu dan kakak yang selalu mendoakan, memotivasi dan membimbing

dengan penuh kesabaran agar segera menyelesaikan studi sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Teman-teman grup riset Material dan Sensor Magnetik dan Fisika 2014

yang sudah bersedia membantu dan atas kebersamaannya baik suka

maupun duka.

Page 11: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

xi

7. Teman-teman Kesayangan yang sudah senantiasa menyemangati dan

sebagai tempat berkeluh kesah dalam segala hal: Octavia Retno

Setyaningsih, Maria Celia Vanda Claretta, Susi Fatmawati, Putri Septi

Maharani, Puput Martabet, Anuri Dwi Puspitasari, Risky Fauzi Widodo,

Dinna Riyani, Nur Ayu Dwi Prapyanti, Triyono, Endro Yatmoko, dan

Mareta Tri Susanti.

Semoga Allah SWT membalas segala jerih payah dan pengorbanan yang

telah diberikan dengan balasan yang lebih baik. Penulis menyadari akan

banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun demikian, penulis

berharap semoga karya kecil ini bermanfaat.

Surakarta, 8 Desember 2018

Santi Pratiwi

Page 12: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

xii

PUBLIKASI

Sebagian skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Suhu Titrasi Pada

Karakteristik Struktur Kristal dan Magnetik Kobalt Ferit Bismuth Hasil Sintesis

Kopresipitasi” akan dipublikasikan pada Journal of King Saud University-

Science.

Page 13: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ v

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... viii

HALAMAN ABSTRACT .................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

HALAMAN PUBLIKASI ................................................................................... xii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah ................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

2.1 Momen Magnet ..................................................................................... 4

2.2 Hubungan Medan Magnet, Induksi Magnet dan Magnetisasi............... 6

2.3 Kobalt ferrite ......................................................................................... 7

2.4 Sifat sifat magnetik ............................................................................... 7

2.4.1 Domain Magnetik ..................................................................... 7

2.4.2 Ferromagnetik ........................................................................... 8

2.4.3 Kurva histerisis. ........................................................................ 8

2.4.4 Induksi Remanen ...................................................................... 9

Page 14: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

xiv

2.4.5 Magnetisasi Saturasi................................................................ 9

2.4.6 Koersifitas ............................................................................. 10

2.5. Klasifikasi Ferit .................................................................................... 11

2.5.1 Soft Ferrite ................................................................................. 11

2.5.2 Hard Ferrite .............................................................................. 11

2.6. Metode kopresipitasi............................................................................. 12

2.7. Bismuth kobalt ferit .............................................................................. 12

2.8.Karakterisasi Bahan ............................................................................... 13

2.8.1 X-Ray Diffractometer (XRD) .................................................... 13

2.8.2 Fourier Transforms Infrared (FTIR) ........................................ 13

2.8.3 Vibrating Sampel Magnetometer (VSM) ................................... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 16

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 16

3.3 Prosedur Penelitian .............................................................................. 17

3.3.1 Pembuatan Larutan NaOH ......................................................... 17

3.3.2 Pembuatan Larutan Kobalt Ferit Bismuth .................................. 17

3.3.3 Proses Kopresipitasi ................................................................... 19

3.3.4 Proses Pencucian ........................................................................ 19

3.3.5 Proses Hidrolisis ......................................................................... 19

3.3.6 Proses Annealing ........................................................................ 19

3.3.7 Karakterisasi Sampel .................................................................. 19

3.4 Analisa Data ........................................................................................ 20

3.4.1 X-Ray Diffractometer (XRD) ..................................................... 20

3.4.2 Fourier Transform Infra Red (FTIR) ......................................... 20

3.4.3 Vibrating Sample Magnetometer (VSM) ................................... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 22

4.1. Analisa Struktur Kristal .................................................................... 22

4.2. Analisa Gugus Oksida ...................................................................... 26

4.3. Analisa Sifat Kemagnetan ................................................................ 28

Page 15: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

xv

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 30

5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 30

5.2. Saran ................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31

LAMPIRAN .......................................................................................................... 34

Page 16: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Magnetisasi saturasi pada beberapa feromagnetik ................................. 10

Tabel 3.1. Alat Penelitian………………………………………………………. .. 16

Tabel 3.2. Bahan Penelitian……………………………………...…………….. .. 17

Tabel 4.1. Pergeseran puncak (311) pada CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi...23

Tabel 4.2. Ukuran kristal, parameter kisi, lattice strain, dislocation density, dan

densitas dari CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi………………………………24

Tabel 4.3. Angka gelombang, konstanta gaya di tetrahedral (𝑘𝑡) dan octahedral

(𝑘𝑜) pada CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi………………………………….27

Tabel 4.3. Magnetisasi saturasi dan medan koersif pada CoBiFeO dengan variasi

suhu titrasi………………………………………………………………………..29

Page 17: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. (a) Rotasi spin dan (b) gerak orbital…………………………………4

Gambar 2.2. Kurva Histerisis Bahan Ferromagnetik……………………..……. .... 9

Gambar 2.3. Kurva Histerisis (a) soft ferrite (b) hard ferrite…………..……… .. 11

Gambar 2.4. Difraksi Sinar X pada Kristal……………………………..……… .. 13

Gambar 2.5. Proses Terjadinya Fluks oleh Pergerakan Sampel Magnet….…… .. 14

Gambar 3.1. Diagram Alur Langkah Kerja……………………………………. ... 18

Gambar 4.1. Pola XRD CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi…………………...22

Gambar 4.2. Pergeseran puncak tertinggi orientasi hkl (311) pada CoBiFeO

dengan variasi suhu titrasi………………………………………………………..24

Gambar 4.2. Spektrum FTIR CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi……………..26

Gambar 4.2. Kurva Histerisis CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi…………….28

Page 18: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini kobalt ferit merupakan bahan yang menarik untuk

dikembangkan. Hal ini dikarenakan kobalt ferit merupakan bahan ferromagnetik

bersifat hard magnetic dengan tingkat squareness (kekotakan) yang besar pada

bentuk kurva histerisisnya. Selain itu, kobalt ferit juga memiliki magnetisasi

saturasi sedang (80 emu/gr) (Maaz et al., 2007), kekuatan mekanik, kestabilan

kimia, dan koersifitas tinggi (5400 Oe) (Dorsey et al., 1996). Selebihnya,

karakteristik magnetik cobalt ferit dapat dimodifikasi dengan suhu sintesis,

perlakuan annealing maupun substitusi ion logam lain dalam struktur cobalt ferit

(Hutamaningtyas dkk, 2016). Berdasarkan karakteristik kobalt ferit yang telah

termodifikasi tersebut sehingga dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti

pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai

agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain.

Pada penelitian kali ini kobalt ferit substitusi ion bismuth disintesis dengan

metode kopresipitasi. Modifikasi suhu sintesis diupayakan untuk mendapatkan

substitusi ion bismuth dalam struktur kobalt ferit. Pada metode kopresipitasi,

proses sintesis magnetik didasarkan pada pengendapan lebih dari satu

substansi/elemen secara bersamaan ketika melewati titik jenuhnya. Metode

kopresipitasi efektif bekerja pada suhu kurang dari 200 C (Bhame et al., 2007)

dan ukuran kristal dapat dikontrol dengan parameter sintesis (Fernandez, 2011).

Beberapa penelitian yang mengkaji substitusi ion bismuth pada kobalt ferit

disajikan sebagai berikut. Substitusi ion Bi3+ pada partikel kobalt ferit dengan

metode kopresipitasi menunjukkan terjadi peningkatan parameter kisi karena

ukuran jari-jari ionik Bi3+ (1.03 Å) lebih besar daripada jari-jari ionik Fe3+ (0,64

Å). Selebihnya, magnetisasi saturasi mengalami penurunan dengan kenaikan

konsentrasi ion bismuth (Kiran & Sumathi, 2016; Routray et al., 2017).

Page 19: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

2

Berdasarkan analisa XRD, Sumathi dan Lakshmipriya pada penelitiannya

tentang substitusi bismuth dan tembaga pada kobalt ferit juga menyatakan terjadi

peningkatan parameter kisi dan penurunan magnetisasi saturasi pada saat bismuth

disubstitusi (x = 0,05). Selebihnya, semakin bertambah ion bismuth, puncak

tertinggi hasil XRD semakin bergeser ke kanan (Sumathi & Lakshmipriya, 2016).

Hal serupa juga disampaikan oleh Sathishkumar pada penelitiannya tentang kobalt

ferit substitusi seng dan bismuth (Sathishkumar et al., 2011). Selain karakteristik

hard magnetic menjadi lebih kuat, substitusi bismuth dalam kobalt ferit

meningkatkan laju reaksi degradasi (Kapoor et al., 2018), sehingga bahan baru ini

berpotensi diaplikasikan mereduksi bahan berbahaya pada lingkungan (Sumathi &

Lakshmipriya, 2016; Kapoor et al., 2018).

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka akan dilakukan sintesis kobalt

ferit substitusi bismuth menggunakan metode kopresipitasi dengan variasi suhu

titrasi. Variasi suhu titrasi ini diharapkan diperoleh suhu optimal cobalt ferit

bismuth. Hasil produk dari sintesis kemudian akan dikarakterisasi struktur

kristalnya dengan menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD), sedangkan Fourier

Transform Infra-Red (FTIR) digunakan untuk mengevaluasi gugus oksidanya.

Kemudian untuk mendapatkan sifat kemagnetan sampel dianalisa melalui kurva

histerisis dengan menggunakan Vibrating Sample Magnetometer (VSM).

1.2 Batasan Masalah

Sintesis kobalt ferit akan dilakukan menggunakan metode kopresipitasi

dengan bismuth sebagai bahan doping. Pada sintesis ini digunakan larutan NaOH

4,8 M dan variasi suhu titrasi sebesar 65, 75, 85, dan 95 C. Kemudian

digunakan suhu annealing sebesar 800 C selama 5 jam.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh variasi suhu titrasi terhadap karakteristik struktur kristal

pada kobalt ferit bismuth dengan metode kopresipitasi?

Page 20: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

3

b. Bagaimana pengaruh variasi suhu titrasi terhadap gugus oksida pada kobalt

ferit bismuth berdasarkan hasil analisa FTIR?

c. Bagaimana pengaruh variasi suhu titrasi terhadap karakteristik magnetik pada

kobalt ferit bismuth berdasarkan analisa kurva histerisisnya?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mendapatkan pengaruh variasi suhu titrasi terhadap karakteristik struktur

kristal pada kobalt ferit bismuth dengan metode kopresipitasi.

b. Mendapatkan pengaruh variasi suhu titrasi terhadap gugus oksida pada kobalt

ferit bismuth berdasarkan hasil analisa FTIR.

c. Mendapatkan pengaruh variasi suhu titrasi terhadap karakteristik magnetik

pada kobalt ferit bismuth berdasarkan analisa kurva histerisis.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dengan didapatkan informasi tentang

pengaruh variasi suhu titrasi terhadap karakteristik strukur kristal, terhadap gugus

oksida dan karakteristik magnetik sehingga hasil sintesis dapat diaplikasikan ke

berbagai bidang seperti agen antibakteri, agen kontras pada MRI, pembawa obat

(carrier drug delivery), maupun sebagai magnet permanen. Hasil dari penelitian

ini juga diharapkan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya untuk

mendapatkan bahan magnetik dengan karakteristik yang lebih baik.

Page 21: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Momen Magnet

Momen magnetik merupakan sifat material magnetik yang berkaitan dengan

elektron-elektron individual dan bagian paling dasar dalam menjelaskan fenomena

magnetisme pada material magnetik. Setiap elektron dalam sebuah atom

mempunyai momen magnetik yang berasal dari dua sumber yaitu rotasi spin dan

gerakan orbital, ditunjukkan pada Gambar 2.1. Inti atom (proton dan neutron) juga

menghasilkan momen magnet tetapi momen magnet yang dihasilkan ribuan kali

lebih kecil dari pada momen magnet yang dihasilkan oleh elektron karena massa

inti jauh lebih besar (≈ 1,67 10-27 kg) dibandingkan elektron (9,109 10-31 kg),

sehingga pengaruh momen magnet dari inti dapat diabaikan (Coey, 2009).

Gambar 2.1. (a) Rotasi spin dan (b) gerak orbital (Cullity & Graham,

2009)

Rotasi spin merupakan gerakan berputar pada sumbunya. Gerak orbital

merupakan gerakan elektron yang mengelilingi inti dengan mengikuti orbitnya.

Sehingga gerak orbital dapat dianalogikan dengan arus listrik yang mengalir

melalui sebuah kawat berbentuk lingkaran. Arus ini menimbulkan momen

magnetik orbital dengan persamaan sebagai berikut:

Page 22: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

5

𝜇 = 𝑖𝐴 (2.1)

Dengan i merupakan arus listrik dan A adalah luasan kawat penghantar.

Untuk mengetahui nilai μ maka harus mengetahui ukuran dan bentuk orbit, dan

kecepatan elektron. Dalam teori atom Bohr (1913), elektron bergerak dengan

kecepatan v pada sebuah orbit lingkaran dengan jari-jari r, e sebagai muatan

elektron dan c sebagai kecepatan cahaya. Arus atau muatan yang mengalir pada

lintasan orbit elektron per satuan waktu yaitu (e/c)/(v/2πr), sehingga momen

magnetik orbital dapat ditulis sebagai berikut:

𝜇(𝑜𝑟𝑏𝑖𝑡) = 𝜋𝑟2 (𝑒𝑣𝑟

2𝜋𝑟𝑐) =

𝑒𝑣𝑟

2𝑐 (2.2)

Momentum sudut elektron harus merupakan kelipatan ћ/2π, dengan ћ adalah

konstanta Planck, maka diperoleh:

𝑚𝑣𝑟 = 𝑛ℎ

2𝜋 (2.3)

Dengan m adalah massa elektron. Persamaan (2.3) disubtitusikan ke

persamaan (2.2) sehingga diperoleh:

𝜇(𝑜𝑟𝑏𝑖𝑡) =𝑒ℎ

4𝜋𝑚𝑐 (2.4)

untuk momen magnetik elektron pada orbit pertama Bohr (n=1).

Momen magnetik karena spin elektron dituliskan dengan persamaan sebagai

berikut:

𝜇(𝑠𝑝𝑖𝑛) =𝑒ℎ

4𝜋𝑚𝑐= 0,927 × 10−20 erg/Oe = 9,27 × 10−24Am2 (2.5)

Dengan demikian nilai momen magnetik karena gerak orbital dan spin pada

orbit pertama Bohr sangat persis. Oleh karena itu, momen magnetik diberi simbol

khusus μB dan nama khusus magneton Bohr (Cullity & Graham, 2009).

𝜇𝐵 =𝑒ℎ

4𝜋𝑚𝑐= 0,927 × 10−20erg/Oe = 9,27 × 10−24Am2 (2.6)

Momen magnetik berpasangan akan saling menghilangkan sedangkan

momen magnetik yang tidak berpasangan akan menyebabkan munculnya resultan

momen magnetik. Momen magnetik total terjadi ketika terdapat momen magnetik

spin dan orbital (Jiles, 1991).

Page 23: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

6

Momen magnetik juga dapat terjadi dari sebuah dipol arus loop dan

menunjukkan bahwa torka pada dipol dengan adanya medan magnet di ruang

hampa dapat ditulis dengan persamaan (Jiles, 1991):

𝜏̅ = �̅� × �̅� (2.7)

dengan τ adalah torka, �̅� adalah momen magnetik, dan �̅� adalah medan

magnet.

Besar momen magnet tiap satuan volume yang terjadi akibat induksi

magnetik pada bahan merupakan magnetisasi.

�̅� =�̅�

𝑣 (2.8)

Magnetisasi menunjukkan seberapa besar suatu bahan dapat dipengaruhi

oleh medan magnet dari luar. Magnetiasasi �̅� setiap bahan berbeda-beda

tergantung suseptibilitasnya. Hubungan magnetisasi �̅� dan suseptibilitas adalah:

�̅� = �̅��̅� (2.9)

dengan �̅� merupakan suseptibilitas benda, �̅� merupakan medan magnet dan

�̅� merupakan magnetisasi (Kotnala & Shah, 2015). Persamaan (2.9)

menunjukkan bahwa besar suseptibilitas akan mempengaruhi besar magnetisasi

oleh medan magnet eksternal (Jiles, 1991).

2.2. Hubungan Medan Magnet, Induksi Magnet dan Magnetisasi

Fenomena magnetik dapat dijelaskan menggunakan interaksi dari dua kutub

magnet (Chikazumi, 1997). Interaksi dari kutub magnet dengan bahan magnet lain

dapat berupa gejala tarik-menarik dan tolak menolak (Dent, 2012). Gejala tersebut

sebagai akibat adanya perubahan energi pada medan magnet H. Pada magnet

permanen, medan magnet ada sebagai akibat dari pergerakan elektron. Selain

bergerak pada sumbunya (gerak spin), elektron juga berotasi pada inti melalui

orbitnya (gerak orbital). Hal ini yang menyebabkan elektron bergerak secara

kontinu (Jiles, 1991).

Pergerakan muatan listrik juga menyebabkan adanya medan magnet yang

disebut medan magnet Ampere. Adanya medan magnet ini sangat bergantung

pada bentuk lintasan gerak dan muatan yang dibawa. Berdasarkan hukum Biot-

Page 24: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

7

Savart dan teorema Ampere, konduktor yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari

r yang dialiri arus listrik i, maka medan magnet pada konduktor tersebut dapat

ditentukan sebagai berikut (Jiles, 1991).

𝐻 =𝑖

2𝜋𝑟 (2.10)

Induksi magnetik terjadi sebagai akibat dari medan magnet yang mengenai

suatu bahan. Besarnya induksi magnet ini dipengaruhi oleh permeabilitas bahan.

Medan magnet yang mengenai suatu bahan secara tegak lurus disebut sebagai

fluks. Besarnya induksi magnetik dapat ditentukan dengan 𝜇0 adalah

permeabilitas pada ruang hampa dan B adalah induksi medan magnetik dengan

satuan Tesla atau Oersted (Griffith, 1999).

𝐵 = 𝜇0𝐻 (2.11)

Magnetisasi yang menunjukkan besar respon bahan terhadap medan magnet

luar sangat dipengaruhi dengan suseptibilitas (Kotnala & Shah, 2015).

Suseptibilitas merupakan kecenderungan bahan untuk menyamakan orientasi pada

saat dikenai medan magnet. Suseptibilitas dapat ditentukan sebagai berikut.

𝜒 = 𝑀

𝐻 (2.12)

(Griffith, 1999)

Dengan 𝜒 adalah suseptibilitas dan M adalah magnetisasi.

2.3. Kobalt Ferit

Kobalt ferit merupakan salah satu contoh dari magnet ferit. Aplikasi dari

bahan ini salah satunya yaitu hard disk (Maaz et al., 2009). Hal yang menjadi

dasar pada aplikasi bahan ini yaitu kestabilan kimia, kekuatan mekanik,

koersivitas dan anisotropi magnetiknya yang tinggi (Lee et al., 1998).

2.4. Sifat-Sifat Magnetik

2.4.1. Domain Magnetik

Dalam suatu material, terdapat momen magnet dengan arah yang berbeda-

beda. Momen magnet dengan arah yang sama akan mengelompok membentuk

Page 25: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

8

domain magnet. Pada bahan magnet, domain magnetiknya merupakan perwakilan

dari arah tertentu. Domain magnet satu dengan yang lainnya terdapat batas-batas

yang dinamakan dinding domain. Dinding domain merupakan daerah transisi

domain magnet (Jiles, 1991). Energi dinding domain bergantung pada

peningkatan atau penyusutan lebar dinding domain yang dikarenakan

pertumbuhan atau penyusutan domain (Cullity & Graham, 2009).

2.4.2. Ferromagnetik

Ferromagnetik merupakan sifat bahan magnet dengan magnetisasi yang

spontan dikarenakan momen magnetik dalam bahan magnet tersebut tidak saling

menghilangkan. Bahan ini memiliki nilai suseptibilitas positif yang besar sehingga

sangat sensitif terhadap medan magnet (Jiles, 1991). Bahan ferromagnetik

memiliki interaksi dipolar yang paralel dengan vektor dipol magnetiknya. Energi

total bahan ferromagnetik merupakan jumlah interaksi pertukaran, magnetostatik,

anisotropi dan energi Zeeman. Sifat kemagnetan pada bahan ferromagnetik dapat

hilang pada suhu Curie (Kotnala & Shah, 2015).

2.4.3. Kurva Histerisis

Kurva histerisis merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat

magnetik pada bahan ferromagnetik dengan menginduksikan magnetik B dan

variasi medan magnet H. Magnetisasi M yang dihasilkan terhadap medan magnet

H kemudian diplot menjadi kurva histerisis. Pada kurva histerisis tersebut, dapat

dilihat bahwa bahan ferromagnetik keadaan awalnya tidak termagnetisasi. Medan

magnet H yang diaplikasikan menyebabkan induksi magnetik, apabila H

diperbesar terus menerus maka akan tercapai titik jenuh atau saturasi (M₀).

Saturasi merupakan kondisi dimana semua dipol magnet dalam bahan telah sejajar

dengan arah medan magnet H. Magnetisasi saturasi dipengaruhi oleh besarnya

momen magnetik atom m dan jumlah atom per satuan volume n.

M₀ = nm (2.13)

Page 26: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

9

Gambar 2.2. Kurva histerisis bahan ferromagnetik (Jiles, 1991).

Ketika medan magnet H diturunkan menjadi nol, terdapat magnetisasi yang

masih tersisa disebut magnetisasi remanen Mr. Keadaan magnetisasi remanen

tersebut menggambarkan terdapat magnetisasi yang tersisa pada bahan setelah

magnetisasi mencapai saturasi dan medan magnet dihilangkan. Magnetisasi

saturasi dapat diturunkan menjadi nol dengan mengaplikasikan medan magnet

balik Hc disebut sebagai koersivitas. Koersivitas merupakan medan magnet yang

digunakan untuk menurunkan magnetisasi menjadi nol setelah tercapai saturasi

(Jiles, 1991).

2.4.4. Induksi Remanen

Induksi remanen merupakan induksi magnetik sisa yang terjadi ketika

medan H dihilangkan atau saat berharga nol dan medan magnet B menunjukkan

nilai tertentu. Induksi magnetik sisa disebut Induksi remanen disebut Br dan

magnetisasi sisa disebut magnetisasi remanen Mr.

𝐵𝑟 = 𝜇0𝑀𝑟 (2.14)

Induksi remanen digunakan untuk menggambarkan nilai sisa induksi atau

magnetisasi saat medan dilepaskan setelah bahan magnet mengalami keadaan

saturasi.

2.4.5. Magnetisasi Saturasi

Magnetisasi saturasi merupakan batas magnentisasi material. Medan H

menyebabkan induksi magnetisasi meningkat. Apabila nilai medan magnet H

Ms

Mr

-Hc

Page 27: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

10

meningkat secara tak terbatas maka induksi magnetisasi pada akhirnya akan

mencapai kejenuhan pada nilai yang akan ditetapkan. Kondisi ini disebut sebagai

Magnetisasi saturasi. Hal ini mewakili kondisi dengan semua domain

magnetiknya diselaraskan dalam arah medan magnet H.

Magnetisasi saturasi tergantung pada besarnya momen magnetik atom dan

jumlah atom per volume n.

𝑀𝑠 = 𝑛 ∙ 𝑚 (2.15)

Beberapa tipe nilai dari magnetisasi saturasi untuk material yang berbeda dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Magnetisasi saturasi pada beberapa feromagnetik (Jiles, 1991)

Material MS (102 emu/g)

Besi 3,42

Kobalt 2,84

Nickel 0,96

78 Permalloy (78% Ni, 22% Fe) 1,72

Supermalloy (80% Ni, 15% Fe, 5% Mo) 1,26

Metglas 2605 (Fe80B20) 2,54

Metglas 2615 (Fe80P16C3B1) 2,72

Permendur (50% Co, 50% Fe) 3,82

Kobalt Ferit (CoFe2O4) 0,96*

*Maaz et al, 2007.

2.4.6. Koersifitas

Koersifitas atau medan koersif merupakan medan yang terjadi pada saat

induksi remanen atau magnetisasi remanen Mr bernilai nol. Medan koersif juga

dapat diartikan sebagai medan yang dibutuhkan untuk menghilangkan induksi

remanen. Kekuatan suatu material magnet dapat diketahui dari nilai

koersifitasnya. Semakin besar nilai koersifitasnya maka material tersebut semakin

tergolong magnet kuat.

Page 28: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

11

Nilai koersifitas dapat menentukan kestabilan pada keadaan remanen dan

sebagai klasifikasi magnet menjadi hard magnet, semi-hard magnet dan soft

magnet. Nilai koersifitas magnetik bergantung pada ukuran butirnya, dimana saat

ukuran butir menurun, koersifitas akan meningkat menjadi maksimum dan

kemudian menurun. Perubahan koersifitas disebabkan karena perubahan keadaan

multidomain ke keadaan domain tunggal superparamagnetik (Kotnala & Shah,

2015).

2.5.Klasifikasi Ferit

Berdasarkan pada besar nilai koersifitasnya, ferit dapat diklasifikasikan

sebagai berikut.

2.5.1. Soft Ferrite

Soft ferrite memiliki nilai koersivitas yang rendah dan magnetisasi yang

tinggi. Contoh dari bahan soft ferrite adalah Mangan ferrite, Zinc ferrite, Nickel

ferrite, dan Lithium ferrite (Kotnala & Shah, 2015).

Gambar 2.3. Kurva Histerisis (a) soft ferrite (b) hard ferrite (Kotnala &

Shah, 2015).

2.5.2. Hard Feritte

Pada hard ferrite dicirikan dengan nilai koersivitas yang tinggi. Bahan ini

biasanya diaplikasikan dalam loudspeaker dan sistem otomotif (Yang et al.,

2009). Contoh dari bahan ini adalah barium ferit dan kobalt ferit (Kotnala & Shah,

2015).

Page 29: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

12

2.6. Metode Kopresipitasi

Metode kopresipitasi merupakan salah satu metode sintesis senyawa

anorganik yang didasarkan pada pengendapan lebih dari satu substansi secara

bersama-sama ketika telah melewati titik jenuhnya. Metode kopresipitasi terdiri

dari nukleasi, penumbuhan, pengerasan dan aglomerasi. Tahap nukleasi dan

penumbuhan berperan dalam mengatur ukuran kristal dan morfologi pada saat

pengendapan. Kristal mulai terbentuk pada saat pengendapan, namun cenderung

berkumpul dan membentuk ukuran yang lebih besar dan lebih stabil yang disebut

dengan fenomena “pengerasan” (Kotnala & Shah, 2015). Faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan seperti laju reaksi, perpindahan dan tingkat

transportasi reaktan (Lagally, 1993). Proses kopresipitasi dipengaruhi oleh laju

reaksi, konsentrasi, suhu, pH dan urutan saat pencampuran bahan. Ukuran kristal

dan morfologi dipengaruhi oleh kecepatan nukleasi dan penumbuhan, stabilitas

koloidal dan rekristalisasi. Pada supersaturasi yang tinggi, ukuran kristal menjadi

lebih kecil tetapi lebih padat dan teraglomerasi. Hal ini menunjukkan

supersaturasi berperan penting dalam morfologi. Menurut Bhame SD dkk (2007),

metode kopresipitasi bekerja pada suhu kurang dari 200°C sehingga waktu yang

diperlukan relatif lebih singkat.

2.7. Bismuth Kobalt Ferit

Bismuth kobalt ferit merupakan salah satu bahan yang menunjukkan sifat

ferroelektrik dan anti-ferromagnetik. Sifat ferroelektrik muncul sebagai akibat dari

perpindahan Fe3+ dan Bi3+ di dalam sel unit. Kobalt ferit dengan doping bismuth

menghasilkan struktur kristal spinel kubik dan perovskit pada ukuran nanopartikel

(Gore et al., 2017). Menurut Gore, sintesis kobalt ferit doping bismuth dengan

metode sol-gel menghasilkan koersivitas dan magnetisasi remanen yang

meningkat seiring meningkatnya doping Bi3+. Terjadi peningkatan magnetisasi

saturasi akibat substitusi Bi3+ pada x = 0,15 dan menurun pada x = 0,2.

Page 30: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

13

2.8.Karakterisasi Bahan

2.8.1. X-Ray Difractometer (XRD)

Analisa XRD digunakan untuk mendapatkan struktur dan ukuran kristal

pada material. Pada XRD ini digunakan sinar X yang ditembakkan pada suatu

material, kemudian sinar tersebut mengenai atom-atom kristal dan terdifraksi ke

segala arah dengan memenuhi Hukum Bragg. Sinar yang terdifraksi tersebut

dideteksi oleh detektor dengan kecepatan sudut yang konstan (Beiser, 1995).

Setiap sinar yang terdifraksi memiliki bidang-bidang kisi dengan beberapa sudut

orientasi tertentu. Difraksi sinar X menurut Hukum Bragg sebagai berikut.

n λ = 2 d sin θ (2.16)

dengan:

n = orde difraksi (1, 2, 3,…)

λ = panjang gelombang sinar-X

d = jarak kisi

θ = sudut difraksi

Gambar 2.4. Difraksi sinar X pada kristal (Callister & Rethwisch, 2007)

2.8.2. Fourier Transform Infra Red (FTIR)

FTIR digunakan untuk menganalisa senyawa kimia dan struktur oksida

dalam sampel. Pengukuran menggunakan FTIR didasarkan pada vibrasi dari

ikatan-ikatan molekul. Setiap ikatan pada molekul mempunyai frekuensi regangan

dan rapatan yang dapat menyerap sinar pada saat suhu normal dan keadaan vibrasi

Page 31: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

14

konstan. Pada FTIR, perubahan energi terjadi apabila ikatan pada molekul

bergetar. Energi vibrasi ini akan berubah dari energi kinetik menjadi energi

potensial ataupun sebaliknya secara periodik, dimana jumlah energi total

sebanding dengan frekuensi vibrasi dan tetapan gaya (k) dari pegas dan massa (m1

dan m2) dari kedua atom yang terikat. Dianalogikan energi sinar infra merah

hanya cukup kuat untuk melakukan perubahan vibrasi, frekuensi vibrasi dari

ikatan dapat ditentukan seperti menghitung frekuensi pada pegas menggunakan

hukum Hooke.

𝑣 =1

2𝜋𝑐(

𝑘(𝑚1+𝑚2)

𝑚1.𝑚2)

12⁄

(2.17)

Dengan v merupakan frekuensi, c adalah kecepatan cahaya sebesar 3 108

m/s, k adalah ketetapan kekuatan pegas (ikatan), 𝑚1 dan 𝑚2 adalah massa atom.

Energi yang ditimbulkan sebanding dengan frekuensi sebagai berikut.

𝐸 = ℎ. 𝑣 = ℎ𝑐

𝜆= ℎ

𝑐

∪ (2.18)

Dengan E sebagai energi yang diserap, h adalah tetapan Planck yang

besarnya 6,626 10-34 J/s, v sebagai frekuensi, c adalah kecepatan cahaya, λ

sebagai panjang gelombang dan U adalah bilangan gelombang (Waldron, 1955).

2.8.3. Vibrating Sample Magnetometer (VSM)

VSM digunakan untuk mengetahui sifat magnetik suatu material melalui

kurva histerisis. Prinsip kerja dari VSM adalah dengan memberikan medan

magnet pada sampel sehingga terbentuk fluks magnetik.

Gambar 2.5. Proses terjadinya fluks oleh pergerakan sampel magnet (Foner,

1985).

Page 32: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

15

Sampel yang merupakan material ferromagnetik, arah momen magnetiknya

akan terpengaruh oleh medan magnet dan bervibrasi (bergetar) ke arah sumbu Z.

Vibrasi ini menyebabkan fluks yang dihasilkan sampel mengalami perubahan

menjadi 1-15 kali lebih kecil dibandingkan dengan fluks yang dihasilkan oleh

magnet. Kemudian fluks tersebut dideteksi oleh coil dan diteruskan menjadi data

digital. Pengukuran menggunakan VSM dilakukan ditempat yang tenang karena

sinyal pada coil sangat kecil (nano volt) dan sangat sensitif terhadap noise dari

lingkungan (Foner, 1959).

Page 33: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

16

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan. Penelitian dilaksanakan di

Laboratorium Material Fisika dan Laboratorium MIPA Terpadu, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3.2. Alat dan Bahan

Pada penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan. Alat dan bahan akan

dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 3.1. Alat penelitian.

Nama Alat Jumlah

Gelas Ukur 1 buah

Gelas Beker 3 buah

Neraca Digital 1 buah

Pipet 1 buah

Hot Plate 1 buah

Magnetic Stirrer 1 buah

Buret 1 buah

Pengaduk kaca 1 buah

Oven 1 buah

Termometer 1 buah

Statif 1 buah

Corong 1 buah

Cruicible 4 buah

Furnace 1 buah

Alu dan Mortar 1 buah

Ultrasonic Cleaner 1 buah

Page 34: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

17

Tabel 3.2. Bahan penelitian.

Nama Bahan Jumlah

Fe(NO3)3 . 9H2O 30 gram

Co(NO3)3 . 6H2O 15 gram

Bi(NO3)3 . 5H2O 5 gram

NaOH 4,8 M 100 ml

Aquabides 5 liter

Ethanol 5 liter

Alkohol 5 liter

Alumunium Foil 1 gulung

Kertas Timbang 20 buah

3.3. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode kopresipitasi. Prosedur yang

digunakan akan dijelaskan sebagai berikut.

3.3.1. Pembuatan Larutan NaOH

Larutan NaOH 4,8 M pada eksperimen ini dibuat dari pengenceran NaOH 6

M. Larutan NaOH 4,8 M sebanyak 100 ml dibuat dengan menimbang 19,2 gram

NaOH padatan kemudian dilarutkan dengan 100 ml aquabides.

3.3.2. Pembuatan Larutan Kobalt Ferit Bismuth

Larutan ini dibuat dengan mencampurkan 2,91 gram Co(NO3)2 . 6H2O

ditambah 0,73 gram Bi(NO3)3 . 5H2O dan 7,47 gram Fe(NO3)3 . 9H2O kemudian

dilarutkan dengan 200 ml aquabides. Larutan tersebut diaduk menggunakan

magnetik stirrer selama 20 menit dengan kecepatan 300 rpm. Setelah itu, larutan

dipanaskan hingga suhu larutan 95, 85, 75, dan 65 C sambil terus diaduk

dengan magnetik stirrer.

Page 35: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

18

Mulai

Endapan

Karakterisasi XRD, FTIR dan VSM

Analisa data

Selesai

Tidak

Ya

Gambar 3.1. Diagram Alur Langkah Kerja

Data

Tidak sesuai

Sesuai

Co(NO3)2 . 6H2O + Bi(NO3)3 . 5H2O + Fe(NO3)3 . 9H2O + akuabides

NaOH 4,8 M

300 rpm, pada suhu 95°, 85°, 75°, dan 65° C

Pencucian

Hidrolisis 100°C selama 2 jam dan annealing 800°C 5 jam

Dihaluskan

Titrasi

Page 36: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

19

3.3.3. Proses Kopresipitasi

Larutan kobalt ferit bismuth yang telah mencapai suhu yang ditentukan

kemudian ditetesi sedikit demi sedikit larutan NaOH sambil diaduk menggunakan

magnetik stirrer dengan kecepatan 300 rpm hingga larutan NaOH habis. Pada

proses kopresipitasi ini suhu larutan dijaga agar tetap stabil. Pada proses ini mulai

terbentuk endapan.

3.3.4. Proses Pencucian

Setelah proses kopresipitasi selesai, larutan didiamkan hingga mencapai

suhu ruang. Endapan yang terbentuk pada larutan kemudian dicuci menggunakan

ethanol dan aquades masing-masing sebanyak 3 kali. Cara pencucian dengan

ethanol yaitu ethanol dicampurkan ke dalam larutan kemudian didiamkan hingga

ethanol dan endapan terpisah. Setelah itu dicuci dengan aquades dengan cara yang

sama. Endapan yang telah dicuci akan disiapkan untuk proses selanjutnya.

3.3.5. Proses Hidrolisis

Endapan yang telah dicuci ditempatkan pada cruicible untuk dihidrolisis

menggunakan oven. Endapan dihidrolisis untuk mengurangi kadar air di

dalamnya. Suhu yang digunakan untuk hidrolisis sebesar 100º C selama 12 jam.

3.3.6. Proses Annealing

Endapan yang telah dihidrolisis selanjutnya dipanaskan menggunakan

furnace dengan suhu 800º C selama 5 jam. Setelah itu dihaluskan menggunakan

alu dan mortar.

3.3.7. Karakterisasi Sampel

Sampel yang diperoleh kemudian dikarakterisasi untuk analisa gugus oksida

menggunakan FTIR, analisa struktur kristal menggunakan XRD dan analisa sifat

kemagnetan menggunakan VSM.

Page 37: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

20

3.4. Analisa Data

3.4.1. X-Ray Diffractometer (XRD)

Data hasil karakterisasi XRD kemudian diplotkan menggunakan software

sma4 untuk mendapatkan grafik hubungan antara sudut difraksi 2θ dengan

intensitas. Perhitungan ukuran kristalit menggunakan persamaan Scherrer dengan

mengambil puncak tertinggi (311):

𝐷 =𝑘𝜆

𝛽𝑐𝑜𝑠𝜃 (3.1)

Dengan λ adalah panjang gelombang dari sumber λ-Cu Kα, β adalah FWHM atau

lebar setengah puncak dari puncak tertinggi (311).

Parameter kisi dihitung dengan menggunakan persamaan :

𝑎 = 𝑑√ℎ2 + 𝑘2 + 𝑙2 (3.2)

Dengan d adalah jarak antar bidang yang dihitung dengan persamaan Bragg

(d=λ/2sinθ), hkl adalah indeks Miller, λ adalah panjang gelombang dari sumber λ-

Cu Kα sebesar 0,154 nm.

Dislocation density dihitung menggunakan persamaan:

𝛿 =1

𝐷2 (3.3)

Dengan D merupakan ukuran dari kristalit. Untuk lattice strain dihitung

menggunakan persamaan:

휀 =𝛽

4 tan 𝜃 (3.4)

Densitas dihitung dengan persamaan:

𝑑𝑥 =8𝑀

𝑁𝑎3 (3.5)

Dengan M adalah berat molekul, N adalah bilangan Avogadro.

3.4.2. Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Pada karakterisasi FTIR diperoleh data berupa angka gelombang dan transmitansi

yang kemudian diplotkan menggunakan software sma4. Konstanta gaya dihitung

menggunakan persamaan (Amiri & Shokrollahi, 2013) :

Page 38: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

21

𝑘𝑡 = 7,62 × 𝑀1 × 𝑘12 × 10−7 N

m (3.6)

𝑘𝑜 = 10,62 × 𝑀2

2 × 𝑘2

2 × 10−7 N

m (3.7)

dimana 𝑘𝑡 adalah konstanta gaya tetrahedral dan 𝑘𝑜 adalah konstanta gaya

oktahedral. M1 dan M2 adalah massa molekul kation. k1 dan k2 adalah angka

gelombang.

3.4.3. Vibrating Sample Magnetometer (VSM)

Pada karakterisasi VSM dapat diperoleh nilai medan koersif, magnetisasi

saturasi dan magnetisasi remanen. Hal tersebut berdasarkan plot data dengan

menggunakan software sma4.

Page 39: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian kali ini, dilakukan sintesis menggunakan metode

kopresipitasi dengan variasi suhu titrasi sebesar 65, 75, 85, dan 95C. Pada

sintesis tersebut diperoleh sampel berupa CoBi0,15Fe1,85O4 atau dapat disebut

dengan CoBiFeO. Sampel kemudian dikarakterisasi menggunakan XRD untuk

mengetahui struktur kristal, FTIR untuk mengetahui susunan gugus oksida dan

VSM untuk mengetahui sifat kemagnetan dari sampel.

4.1. Analisa Struktur Kristal

Gambar 4.1. menunjukkan pola XRD sampel CoBiFeO hasil kopresipitasi

dengan variasi suhu titrasi, yaitu suhu 65C, 75C, 85C dan 95C. Teramati

dengan jelas bahwa keseluruhan puncak difraksi bersesuaian dengan ICDD

221086. Berdasarkan pola XRD, puncak tertinggi (orientasi 311) teramati pada

sudut sekitar 35 dan meningkat dengan kenaikan suhu sintesis. Hal ini

mengindikasikan bahwa struktur kristal menjadi lebih baik dengan suhu sintesis

lebih tinggi. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya untuk sampel

kobalt ferit (Hutamaningtyas dkk, 2016).

Gambar 4.1. Pola XRD CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi

20 40 60

65oC

75oC

85oC

95oC

(220)

(311)

(400) (511)(440)

Angle 2θ ( o )

Inte

nsi

ty (

a.u

.)

(422)

ICDD 221086

(222) (533)

*

*

*

20 40 600

20

40

60

80

100

-15 -10 -5 0 5 10 15-60

-40

-20

0

20

40

60

Medan Magnet H (kOe)

Mag

net

isas

i M (

emu

/g)

Tsin=65oC

Tsin=75oC

Tsin=85oC

Tsin=95oC

Page 40: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

23

Dilihat dari tinggi puncak (311), intensitas puncak paling tinggi terdapat

pada variasi suhu titrasi 95ºC. Hal ini menunjukkan sampel pada suhu titrasi 95ºC

memiliki derajat kristalinitas yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Tingginya derajat kristalinitas ini dipengaruhi oleh adanya penambahan suhu

titrasi.

Pada Gambar 4.1. disekitar orientasi bidang Miller (220) terdapat puncak

lain (pada variasi suhu titrasi 65º, 75º, dan 85ºC) dan menghilang pada suhu titrasi

95ºC. Puncak-puncak hadir bersesuaian dengan ICDD 762477, yang

mengindikasikan oksida bismuth (Bi2O2,3). Munculnya puncak milik Bi2O2,3 hasil

kopresipitasi suhu rendah (Bian dkk, 2018) tersebut disinyalir proses

pembentukan oksida bismuth lebih cepat daripada proses substitusi ion Bi3+

dengan ion Fe3+ pada kobalt ferit. Dimana keseluruhan ion Bi3+ membutuhkan

suhu titrasi yang tepat untuk dapat menggantikan Fe3+. Pada suhu titrasi 95°C

tidak lagi terdapat puncak Bi2O2,3, sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu titrasi

95°C adalah suhu optimum untuk menghasilkan kobalt ferit substitusi bismuth.

Variasi suhu titrasi pada sampel juga berpengaruh terhadap pergeseran

puncak (311). Semakin tinggi suhu titrasi yang digunakan maka puncak (311)

menjadi semakin bergeser ke kiri. Pergeseran sudut puncak tersebut mendekati

sudut puncak (311) data ICDD 221086. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin

tinggi suhu titrasi, substitusi ion Fe dengan ion Bi semakin sempurna, dengan

indikasi struktur kristal yang diperoleh mendekati struktur kristal original kobalt

ferit. Pergeseran dari puncak (311) dapat dilihat dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Pergeseran puncak (311) pada CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi

Suhu titrasi 2θ

65ºC 35,75º

75°C 35,61º

85°C 35,57º

95°C 35,49º

ICDD 221086 35,44º

Page 41: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

24

Gambar 4.2. Pergeseran puncak tertinggi orientasi hkl (311) pada CoBiFeO

dengan variasi suhu titrasi

Berdasarkan data hasil karakterisasi XRD yang diperoleh dapat diketahui

nilai dari ukuran kristal, parameter kisi, lattice strain, dislocation density, dan

densitas. Masing-masing dari nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Ukuran kristal, parameter kisi, lattice strain, dislocation density, dan

densitas dari CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi

Suhu Titrasi (°C) D (nm) a (Å) ɛ (10-3) δ (nm2)(10 x -4) dx (gr/cm3)

65 43,9 ± 0,2 8,320 ± 0,001 2,57 ± 0,46 5,19 ± 1,11 5,415 ± 0,003

75 44,6 ± 0,2 8,351 ± 0,001 2,54 ± 0,31 5,03 ± 0,96 5,353 ± 0,002

85 45,1 ± 0,2 8,360 ± 0,001 2,52 ± 0,48 4,92 ± 3,56 5,336 ± 0,002

95 48,2 ± 0,2 8,379 ± 0,002 2,36 ± 0,41 4,31 ± 0,58 5,301 ± 0,003

Berdasarkan data pada Tabel 4.2. menunjukkan bahwa ukuran kristal pada

CoBiFeO semakin besar seiring dengan bertambahnya suhu titrasi yang

digunakan. Hal ini membuktikan bahwa suhu titrasi berperan penting dalam

menentukan laju reaksi pembentukan kristalit. Pada Tabel 4.2. dapat dilihat nilai

parameter kisi semakin meningkat. Akan tetapi perubahan nilai parameter kisi

tidak signifikan. Sehingga bisa dikatakan bahwa semakin tinggi suhu titrasi,

semakin banyak ion bismuth yang menyisip ke kobalt ferit namun tidak

menyebabkan perubahan signifikan struktur pada kobalt ferit. Nilai parameter kisi

kobal ferit dapat dibandingkan dengan paper yang telah terbit yaitu sekitar a =

35.2 35.6 36Angle 2θ ( o )

Inte

nsi

ty (

a.u.)

75o

85o

95o

-15 -10 -5 0 5 10 15-60

-40

-20

0

20

40

60

Medan Magnet H (kOe)

Mag

net

isas

i M

(em

u/g

)

Tsin=65oC

Tsin=75oC

Tsin=85oC

Tsin=95oC

65o

35.2 35.6 36Angle 2θ ( o )

Inte

nsi

ty (

a.u.)

75o

85o

95o

-15 -10 -5 0 5 10 15-60

-40

-20

0

20

40

60

Medan Magnet H (kOe)

Mag

net

isas

i M

(em

u/g

)

Tsin=65oC

Tsin=75oC

Tsin=85oC

Tsin=95oC

65o

35.2 35.6 36Angle 2θ (

o )

Inte

nsi

ty (

a.u.)

75o

85o

95o

-15 -10 -5 0 5 10 15-60

-40

-20

0

20

40

60

Medan Magnet H (kOe)

Mag

net

isas

i M

(em

u/g

)

Tsin=65oC

Tsin=75oC

Tsin=85oC

Tsin=95oC

65o

Page 42: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

25

8,39 Å (Houshiar et al., 2014). Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suhu titrasi

yang digunakan nilai parameter kisi semakin mendekati literatur.

Lattice strain merupakan regangan kisi pada kristal. Seiring meningkatnya

suhu titrasi yang digunakan menyebabkan lattice strain semakin kecil.

Peningkatan suhu titrasi menyebabkan semakin banyak terjadi

substitusi/pergantian ion Fe3+ oleh ion Bi3+. Pergantian ion ini yang menyebabkan

ikatan antar sel menjadi kurang fleksibel sehingga harus mempertahankan ikatan

antar sel agar tidak terputus (strain). Hal ini dikarenakan ukuran jari-jari ion Bi3+

lebih besar daripada jari-jari ion Fe3+. Lattice strain yang terjadi akibat dari

pergantian ion Fe3+ oleh ion Bi3+ ini juga menghambat pertumbuhan kristal. Strain

ini juga yang menyebabkan pergeseran pada puncak (311) menjadi semakin ke

kiri akibat adanya perubahan struktur pada kristal. Hasil ini kontras berbeda

dengan pergeseran puncak tertinggi XRD untuk sampel kobalt ferit (tanpa ion

bismuth) dengan variasi suhu titrasi (Hutamaningtyas dkk, 2016).

Dislokasi merupakan ketidakteraturan dalam struktur kristal. Dislokasi

adalah suatu pergeseran atau pergerakan atom-atom di dalam sistem kristal akibat

tegangan mekanik yang dapat menciptakan deformasi plastis (perubahan dimensi

secara permanen). Dislokasi bisa mudah bergerak dan bisa juga sulit bergerak.

Misalnya pada proses pengerjaan dingin (cold work) terjadi peningkatan dislokasi

di dalam kristal sehingga kekuatan meningkat namun keuletan menurun.

Berdasarkan Tabel 4.2. menunjukkan nilai dislocation density semakin

kecil. Hal ini sesuai dengan semakin besar nilai diameter kristal yang diperoleh.

Sedangkan untuk densitas menjadi semakin kecil seiring dengan semakin besar

suhu titrasi. Densitas merupakan kerapatan antar kristal. Semakin kecil nilai

densitas ini sesuai dengan semakin besar nilai parameter kisi yang diperoleh.

Sesuai dengan persamaan untuk densitas yaitu 𝑑𝑥 = 8 𝑀 𝑁𝑎3⁄ . Diketahui N

merupakan bilangan Avogadro, a merupakan parameter kisi, dan M merupakan

berat atom (Gul & Maqsood., 2008).

Page 43: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

26

4.2. Analisa Gugus Oksida

Gambar 4.2. menunjukkan spektrum hasil pengujian FTIR dengan variasi

suhu titrasi pada CoBiFeO. Teramati dengan jelas dari gambar bahwa variasi suhu

titrasi yang digunakan dapat menghasilkan pola spektrum yang berbeda. Gambar

4.2. menunjukkan transmitansi pada CoBiFeO mengalami peningkatan dengan

adanya variasi suhu titrasi. Namun pada suhu 85ºC terjadi penurunan dimana

transmitansi menjadi paling rendah dibawah transmitansi pada sampel dengan

suhu titrasi 65ºC.

Gambar 4.2. Spektrum FTIR CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi

Hasil pita serapan yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Waldron (Waldron, 1955). Pada pola

spektrum FTIR dapat dilihat karakteristik dari kurva serapan pada angka

gelombang antara 600 hingga 400 cm-1. Kurva serapan ini menunjukkan

karakteristik umum dari kobalt ferit. Pita serapan dengan frekuensi tertinggi di

sekitar 600 cm-1 dianggap sebagai vibrasi stretching kompleks logam tetrahedral.

Pada frekuensi ini terdiri dari ikatan antara ion oksigen dan ion logam pada site

tetrahedral.

1000200030004000

30

40

50

60

70

80

90

Tra

nsm

itan

si (

%)

Angka Gelombang k (cm-1)

400500600

Tsin=65oC

Tsin=75oC

Tsin=85oC

Tsin=95oC

1000200030004000

30

40

50

60

70

80

90

Tra

nsm

itan

si (

%)

Angka Gelombang k (cm-1)

400500600

Tsin=65oC

Tsin=75oC

Tsin=85oC

Tsin=95oC

1 0 0 02 0 0 03 0 0 04 0 0 0

3 0

4 0

5 0

6 0

7 0

8 0

9 0

Tra

nsm

itan

si (%

)

A n g k a G e l o m b a n g k ( c m- 1 )

4 0 05 0 06 0 0

T s i n = 6 5o

CT s i n = 7 5

oC

T s i n = 8 5o

CT s i n = 9 5

oC

1000200030004000

30

40

50

60

70

80

90

Tran

smit

an

si (

%)

Angka Gelombang k (cm-1)

400500600

Tsin=65oC

Tsin=75oC

Tsin=85oC

Tsin=95oC

Page 44: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

27

Sedangkan pada pita serapan dengan frekuensi terendah terletak pada

kisaran angka gelombang 400 cm-1. Pada pita serapan ini dianggap sebagai vibrasi

bending kompleks logam oktahedral yang terdiri dari ikatan antara ion oksigen

dan ion logam di site oktahedral. Pada variasi suhu titrasi 65ºC, 75ºC, 85ºC

muncul pita serapan lain pada angka gelombang disekitar 1500/cm yang

mengindikasikan pita serapan Bi2O2,3 . Sedangkan pada suhu titrasi 95ºC sudah

tidak ada lagi pita serapan ini yang semakin menegaskan suhu optimum titrasi

CoBiFeO dalam eksperimen ini.

Berdasarkan Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pada 𝑘1dan 𝑘2 terjadi penurunan

seiring dengan penambahan suhu titrasi yang digunakan. Begitu pula pada

konstanta gaya di site tetrahedral terjadi penurunan sekitar 0,497 N/m seiring

peningkatan suhu titrasi dari 65ºC ke 75ºC. Kemudian menurun lagi sekitar 0,099

N/m pada peningkatan suhu titrasi 75ºC ke 85ºC. Konstanta gaya juga menurun

lagi pada suhu titrasi 95ºC dimana penurunan yang terjadi sebesar 0,439 N/m.

Tabel 4.3. Angka gelombang, konstanta gaya di tetrahedral (𝑘𝑡) dan oktahedral

(𝑘𝑜) pada CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi

Suhu Titrasi (°C) 𝒌𝟏 (cm-1) 𝒌𝟐 (cm-1) 𝒌𝒕 (N/m) 𝒌𝒐 (N/m)

65 611,46 407,96 15,91 10,14

75 601,82 410,86 15,41 10,29

85 599,89 411,82 15,31 10,34

95 591,21 397,35 14,87 9,62

Sedangkan konstanta gaya di site oktahedral meningkat sebesar 0,145 N/m

pada peningkatan suhu dari 65ºC ke 75ºC. Meningkat lagi pada suhu titrasi 75ºC

ke 85ºC sebesar 0,048 N/m. Kemudian mengalami penurunan pada suhu titrasi

95ºC sebesar 0,714 N/m. Berdasarkan perubahan nilai 𝑘𝑡 dan 𝑘𝑜 seperti pada

Tabel 4.3. perubahan yang signifikan terjadi pada konstanta gaya oktahedral. Hal

ini dapat dikatakan bahwa kehadiran ion bismuth pada sampel CoBiFeO lebih

menekan atom kobalt ke site oktahedral. Sehingga dengan adanya peningkatan

suhu titrasi yang diberikan menyebabkan perubahan pada site oktahedral lebih

banyak terjadi dibandingkan pada site tetrahedral. Dari hal ini juga dapat

Page 45: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

28

dikatakan bahwa perubahan lattice strain lebih banyak terjadi pada site oktahedral

dibandingkan tetrahedral. Penurunan nilai 𝑘1, 𝑘2, 𝑘𝑡, dan 𝑘𝑜 ini diduga akibat

reduksi kehadiran oksida bismuth dengan kenaikan suhu titrasi. Hasil ini

konsisten dengan penelitian kobalt ferit doping stronsium yang telah dilakukan

sebelumnya (Arilasita dkk, 2019).

4.3.Analisa Sifat Kemagnetan

Gambar 4.3. menunjukkan kurva histerisis pada CoBiFeO dengan variasi

suhu titrasi.

Gambar 4.2. Kurva Histerisis CoBiFeO dengan variasi suhu titrasi

Teramati dengan jelas, kenaikan suhu titrasi menaikan magnetisasi saturasi

yang terungkap dari ketinggian kurva. Namun demikian, medan koersif tidak

signifikan berubah. Dimana tinggi kurva histerisis merupakan nilai magnetisasi

saturasi (Ms) sedangkan lebar kurva histerisis merupakan nilai medan koersif

(Hc). Perubahan karakteristik ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. Saat suhu titrasi

65C, magnetisasi saturasi MS diperoleh 22,89 emu/gram. Kemudian magnetisasi

saturasi MS meningkat berturut-turut 38,94 emu/gram, 47,87 emu/gram dan 58,88

emu/gram dengan kenaikan suhu titrasi 75C, 85C, dan 95C.

-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20-60

-40

-20

0

20

40

60

Magnetic Field, H (kOe)

Mag

net

izat

ion,

M (

emu/g

)

1000 rpm2000 rpm3000 rpm4000 rpm

CoBiFe NP's

300 400 500 6000

100

200

300

400

500

Ta (oC)

HC (

Oe)

(b)300 400 500 600

36

38

40

42

Ta (oC)

MS (

em

u/g

) (a)

-20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20-40

-20

0

20

40

Magnetic Field, H (kOe)

Mag

net

izat

ion,

M (

emu/g

)

Ta=300oC

Ta=400oC

Ta=500oC

Ta=600oC

-20000-10000 0 10000 20000

-5

0

5

-20 -10 0 10 20-60

-40

-20

0

20

40

60

Medan Magnet H (kOe)

Mag

net

isas

i M

(em

u/g

)

Tsin=65oC

Tsin=75oC

Tsin=85oC

Tsin=95oC

Page 46: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

29

Tabel 4.3. Magnetisasi saturasi dan medan koersif pada CoBiFeO dengan

variasi suhu titrasi

Suhu Titrasi (°C) Ms (emu/g) Hc (kOe)

65 22,89 0,685

75 38,94 0,692

85 47,84 0,857

95 58,88 0,929

Sementara itu yang CoBiFeO berubah meningkat seiring dengan semakin

tinggi suhu titrasi yang digunakan. Medan koersif HC = 0,685 kOe diperoleh saat

suhu titrasi 65°C. kemudian medan koersif HC berturut-turut meningkat menjadi

0,692 kOe, 0,857 kOe, dan 0,929 kOe untuk suhu titrasi masing-masing adalah

75°C, 85°C, dan 95°C. dari analisis data XRD dan VSM mengindikasikan bahwa

anisotropi magnetik kristalin berkontribusi terhadap kenaikan kedua besaran

magnetik ini.

Page 47: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

30

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini,

maka dapat diambil butir-butir kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil analisa XRD menunjukkan semakin tinggi suhu titrasi yang digunakan

menyebabkan intensitas semakin tinggi dan posisi puncak (311) semakin

mendekati ICDD. Ukuran kristal semakin besar yang menyebabkan

dislocation density menjadi semakin kecil. Parameter kisi yang semakin

besar sebagai konsekuensi dari densitas yang semakin kecil. Sedangkan

lattice strain semakin kecil sebagai akibat dari semakin banyak ion Fe3+

yang digantikan oleh ion Bi3+. Suhu titrasi optimum diperoleh pada suhu

95°C dengan indikator fase tunggal kobalt ferit bismuth.

2. Berdasarkan hasil analisa FTIR, ion Bi3+ mensubstitusi ion Fe3+ pada site

oktahedral. Sehingga lebih banyak terjadi perubahan pada site oktahedral.

3. Pada hasil analisa VSM dengan meningkatnya suhu titrasi yang digunakan

menyebabkan medan koersif dan magnetisasi saturasi meningkat. Hal ini

mengindikasikan bahwa anisotropi magnetik kristalin mendominasi dalam

mekanisme peningkatan kedua besaran magnetik tersebut.

5.2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan dengan menambahkan doping yang

berbeda agar dapat dibandingkan dengan penambahan doping bismuth. Selain itu

juga dapat digunakan bahan alami yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar.

Page 48: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

31

DAFTAR PUSTAKA

Arilasita, R. Utari. Budi Purnama. 2019. The effect of low temperature annealing

on the structural and the magnetic Characteristics of Co-Precipited

Strontium cobalt ferrite. Department of physiscs, Faculty of Mathematics

and Natural Sciens.

Amiri, S., & Shokrollahi, H. (2013). Magnetic and structural properties of RE

doped Co-ferrite (RE=Nd, Eu, and Gd) nano-particles synthesized by

coprecipitation. Journal of Magnetism and Magnetic Materials. 345, 18-23.

Beiser, A. (1995). Konsep Fisika Modern (The Houw Liong, Penerjemah).

Jakarta: Erlangga.

Bian, Y., Ma, Y., Shang, Y., Tan, P., & Pan, J. (2018). Self-integrated β-Bi 2 O 3

/Bi 2 O 2.33 @Bi 2 O 2 CO 3 ternary composites: Formation mechanism

and visible light photocatalytic activity. Applied Surface Science, 430, 613–

624. doi:10.1016/j.apsusc.2017.06.063.

Callister, W. D., & Rethwisch, D. G. (2007). Materials science and engineering:

an introduction (Vol. 7, pp. 665-715). New York: Wiley.

Chikazumi, S. Physics of Ferromagnetism, 2nd ed.; Oxford, 1997.

Coey, J.M.D. (2009). Magnetism and Magnetic Materials. New York: Cambridge

University Press.

Cullity B. D. dan Graham, C. D. (2009). Introduction to Magnetic Materials,

Willey: USA.

Dent, P. C. (2012). Rare Earth element and permanen magnets. Journal of Applied

Physics 11(1).

Dorsey, P. C., Lubitz, P., Chrisey, D. B., & Horwitz, J. S. (1996). CoFe2O4 thin

films grown on (100) MgO substrates using pulsed laser deposition. Journal

of Applied Physics, 79(8), 6338. doi:10.1063/1.361991

Fernandez B.R., 2011, Sintesis Nanopartikel, Makalah, Universitas Andalas,

Padang.

Foner, S., 1959, Versatile and Sensitive Vibrating-Sample Magnetometer. Rev.

Sci. Instrum, vol. 30, no. 7. doi:10.1063/1.1716679

Foner, S., 1985, Versatile and Sensitive Vibrating-Sample Magnetometer. Rev.

Sci. Instrum. 30:548-57

Gore, S. K., Jadhav, S. S., Jadhav, V. V., Patange, S. M., Naushad, M., Mane, R.

S., & Kim, K. H. (2017). The structural and magnetic properties of dual

Page 49: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

32

phase cobalt ferrite. Scientific Reports, 7(1). doi:10.1038/s41598-017-

02784-z.

Griffith D. J (1999). Introduction to Electrodynamics Third Edition. Practice Hall:

New Jersey.

Gul, I. H., Maqsood, A., (2008). Structural, magnetic and electrical properties of

cobalt ferrites prepared by the sol-gel route. Journal of Alloys and

Compounds, 465, 227-231

Hutamaningtyas, E., Utari, Suharyana, Purnama, B., & Wijayanta, A. T. (2016).

Effects of the synthesis temperature on the crystalline structure and the

magnetic properties of cobalt ferrite nanoparticles prepared via

coprecipitation. Journal of the Korean Physical Society, 69(4), 584–588.

doi:10.3938/jkps.69.584

Houshiar, M., Zebhi, F., Razi, Z. J., Alidoust, A., & Askari, Z. (2014). Synthesis

of cobalt ferrite (CoFe2O4) nanoparticles using combustion, coprecipitation,

and precipitation methods: a comparison study of size, 48 structural, and

magnetic properties. Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 371,

43-48.

Jiles, D. (1991). Introduction to Magnetism and Magnetic Material. Chapman dan

Hall/CRC : Amerika.

Joy, PA., Bhame, SD., 2007, Enhanced magnetostrictive properties of CoFe2O4

synthesized by an autocombustion method. Sensors and Actuators A 137

(2007) 256–261.

Kapoor, S., Goyal, A., Bansal, S., & Singhal, S. (2018). Emergence of bismuth

substituted cobalt ferrite nanostructures as versatile candidates for the

enhanced oxidative degradation of hazardous organic dyes. New Journal of

Chemistry, 42(18), 14965–14977. doi:10.1039/c8nj00977e

Kiran, V. S., & Sumathi, S. (2016). Comparison of catalytic activity of bismuth

substituted cobalt ferrite nanoparticles synthesized by combustion and co-

precipitation method. Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 421,

113–119. doi:10.1016/j.jmmm.2016.07.068.

Kotnala, R. K., & Shah, J. (2015). Ferrite Materials. Handbook of Magnetic

Materials, 291–379. doi:10.1016/b978-0-444-63528-0.00004-8.

Lagally, M. G. (1993). An Atomic-Level View of Kinetic and Thermodynamic

Influences in the Growth of Thin Films. Japanese Journal of Applied

Physics, 32(Part 1, No. 3B), 1493–1501. doi:10.1143/jjap.32.1493structure

and magnetic properties of nanocrystalline kobalt ferit.Material Letters.145,

56-58

Page 50: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

33

Lee. J., Park. J.Y., Oh. Y.. & Kim. C.S.., (1998)., Magnetic Properties of

CoFe2O4 Tin Films Prepared by a sol-gel Method, J. Appl. Phys. 84(5),

2801-2804.

Maaz, K., Mumtaz, A., Hasanain, S. K., & Ceylan, A. (2007). Synthesis and

magnetic properties of cobalt ferrite (CoFe2O4) nanoparticles prepared by

wet chemical route. Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 308(2),

289–295. doi:10.1016/j.jmmm.2006.06.003

Maaz, K., Karim, S., Mumtaz, Hasanain S. K., Liu, J. dan Duan, J. L. (2009).

Syntesis and magnetic characterization of nickel ferrite nanoparticles

prepared by co-precipitation route. Journal of Magnetism and Magnetic

Materials 321 (1838-1842).

Routray, K. L., Sanyal, D., & Behera, D. (2017). Dielectric, magnetic,

ferroelectric, and Mossbauer properties of bismuth substituted nanosized

cobalt ferrites through glycine nitrate synthesis method. Journal of Applied

Physics, 122(22), 224104. doi:10.1063/1.5005169

Samavati, A., Mustafa, M. K., Ismail, A. F., Othman, M. H. D., & Rahman, M. A.

(2016). Copper-substituted cobalt ferrite nanoparticles: Structural, optical

and antibacterial properties. Materials Express, 6(6), 473–482.

Sathishkumar, G., Venkataraju, C., Murugaraj, R., & Sivakumar, K. (2011).

Bismuth effect in the structural, magnetic and dielectric properties of CoZn

ferrite. Journal of Materials Science: Materials in Electronics, 23(1), 243–

250. doi:10.1007/s10854-011-0395-9.

Sumathi, S., & Lakshmipriya, V. (2016). Structural, magnetic, electrical and

catalytic activity of copper and bismuth co-substituted cobalt ferrite

nanoparticles. Journal of Materials Science: Materials in Electronics, 28(3),

2795–2802. doi:10.1007/s10854-016-5860-z

Waldron, R. D. (1955). Infrared Spectra of Ferrites. Physical Review, 99(6),

1727–1735. doi:10.1103/physrev.99.1727

Yang, Q.; Zhang, H.; Liu, Y.; Wen, Q. Mater. Lett. 2009, 63, 406.

Page 51: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

34

LAMPIRAN

I. PERHITUNGAN MASSA BAHAN

1. Perhitungan massa cobalt nitrate, ferrite nitrate, dan bismuth nitrate untuk

membentuk CoBixFe2-xO4 dengan x = 0,15. Diketahui massa molekul relatif

(Mr) dari masing-masing bahan yaitu:

𝑀𝑟𝐶𝑜(𝑁𝑂)3.6𝐻2𝑂 = 291,03 gram/mol

𝑀𝑟𝐵𝑖(𝑁𝑂3)3.5𝐻2𝑂 = 485,07 gram/mol

𝑀𝑟𝐹𝑒(𝑁𝑂)3.9𝐻2𝑂 = 403,99 gram/mol

Perbandingan mol dari sampel CoBixFe2-xO4 dengan x = 0,15 yaitu:

𝐶𝑜 ∶ 𝐵𝑖 ∶ 𝐹𝑒 = 1 ∶ 𝑥 ∶ 2 − 𝑥

= 1 ∶ 0,15 ∶ 1,85

= (0,01 ∶ 0,0015 ∶ 0.0185) mol

Maka massa masing-masing bahan yang digunakan adalah berikut:

𝑚 = 𝑛 × 𝑀𝑟

Di mana m merupakan massa bahan, n merupakan mol bahan, dan Mr

merupakan massa relatif bahan.

▪ Massa 𝐶𝑜(𝑁𝑂)3. 6𝐻2𝑂

𝑚𝐶𝑜(𝑁𝑂)3.6𝐻2𝑂 = 0,01 × 291,03

𝑚𝐶𝑜(𝑁𝑂)3.6𝐻2𝑂 = 2,9103 gram

▪ Massa 𝐵𝑖(𝑁𝑂3)3. 5𝐻2𝑂

𝑚𝐵𝑖(𝑁𝑂3)3.5𝐻2𝑂 = 0.0015 × 485,07

𝑚𝐵𝑖(𝑁𝑂3)3.5𝐻2𝑂 = 0,7276 gram

▪ Massa 𝐹𝑒(𝑁𝑂)3. 9𝐻2𝑂

𝑚𝐹𝑒(𝑁𝑂)3.9𝐻2𝑂 = 0,0185 × 403,99

𝑚𝐹𝑒(𝑁𝑂)3.9𝐻2𝑂 = 7,4738 gram

Page 52: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

35

Untuk membuat 1 resep sampel CoBixFe2-xO4 di mana x = 0,15, dibutuhkan

bahan 𝐶𝑜(𝑁𝑂)3. 6𝐻2𝑂 sebanyak 2,9103 gram, 𝐵𝑖(𝑁𝑂3)3. 5𝐻2𝑂 sebanyak 0,7276

gram, dan 𝐹𝑒(𝑁𝑂)3. 9𝐻2𝑂 sebanyak 7,4738 gram. Bahan-bahan tersebut

dicampurkan meggunakan akuabides sebanyak 200 mL yang dilarutkan

menggunakan magnetic stirrer dan hotplate.

2. Perhitungan massa padatan NaOH untuk membuat larutan NaOH dengan

molaritas 4,8 M

𝑛1 = 𝑛2

𝑀1𝑉1 = 𝑀2𝑉2

6𝑀. 𝑉1 = 4,8 𝑀. 100 ml

𝑉1 =4,8 𝑀.100 ml

6 𝑀

𝑉1 = 80 ml = 0,08 L

Sehingga massa padatan NaOH 6 M yang diperlukan untuk membuat 80 ml

larutan NaOH adalah:

𝑛 = 𝑀1𝑉1

𝑚𝑁𝑎𝑂𝐻

𝑀𝑟𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑀1𝑉1

𝑚𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑀1𝑉1𝑀𝑟𝑁𝑎𝑂𝐻

𝑚𝑁𝑎𝑂𝐻 = 6 𝑀 ∙ 0,08 L ∙ 40 gr/mol

𝑚𝑁𝑎𝑂𝐻 = 19,2 gr

Untuk membuat 100 ml larutan NaOH 4,8 M dibutuhkan 19,2 gr padatan NaOH 6

M yang dilarutkan dalam 80 ml akuabides. Selanjutnya, 80 ml larutan NaOH 6 M

diencerkan dengan menambahkan 20 ml akuabides.

Page 53: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

36

II. PERHITUNGAN INDEKS MILLER hkl

Perhitungan sampel CoBixFe2-xO4 yang disintesis dengan variasi suhu titrasi

65, 75, 85, dan 95C. Kemudian di annealing pada suhu 800C.

Tabel II.1. Perhitungan indeks miller hkl sampel CoBixFe2-xO4 dengan x =

0,15 dengan variasi suhu titrasi

Suhu titrasi (C) 2𝜃 (o) sin2 𝜃 sin2 𝜃

sin2 𝜃𝑚𝑖𝑛

sin2 𝜃

sin2 𝜃𝑚𝑖𝑛× 8 (ℎ2 + 𝑘2 + 𝑙2) ℎ𝑘𝑙

65 35.753 0.0942 1.375 11.000 11 311

75 35.612 0.0935 1.375 10.998 11 311

85 35.572 0.0933 1.375 10.999 11 311

95 35.492 0.0929 1.374 10.989 11 311

Page 54: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

37

III. PERHITUNGAN UKURAN KRISTALIT, PARAMETER KISI,

LATTICE STRAIN, DISLOCATON DENSITY, DAN DENSITAS

Ukuran kristalit (D) dihitung dengan menggunakan persamaan Scherrer

berikut:

𝐷 =0,9

𝛽 cos 𝜃 3.1

Dengan merupakan panjang gelombang dari sumber CuK, 𝛽 merupakan lebar

dari setengah puncak tertinggi (311) atau yang disebut dengan FWHM.

Ketidakpastian dari nilai D dihitung dengan menggunakan persamaan:

∆𝐷 = √(𝜕𝐷

𝜕𝜆∆𝜆)

2

+ (𝜕𝐷

𝜕𝜃∆𝜃)

2

+ (𝜕𝐷

𝜕𝛽∆𝛽)

2

∆𝐷 = √(0,9

𝛽 cos 𝜃0,0005)

2

+ (0,9 ∙ 0,154 tan 𝜃 sec 𝜃

𝛽0,01)

2

+ (0,9 ∙ 𝜆

cos 𝜃0,1)

2

Tabel. III.1. Hasil perhitungan ukuran kristalit (D) sampel CoBixFe2-xO4 dengan x

= 0,15 dengan variasi suhu titrasi

Suhu titrasi (C) D (nm) D (nm)

65 43,9 0,2

75 44,6 0,2

85 45,1 0,2

95 48,2 0,2

Parameter kisi (a) dihitung dengan menggunakan persamaan:

𝑑ℎ𝑘𝑙 =𝑎

√ℎ2+𝑘2+𝑙2 3.2

𝑎 = 𝑑√ℎ2 + 𝑘2 + 𝑙2

Dengan nilai d menunjukkan jarak antar bidang yang dihitung menggunakan

persamaan Bragg, sedangkan hkl menujukkan indeks miller. Nilai d didapatkan

dari:

𝑑 =

2 sin 𝜃

Page 55: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

38

Nilai merupakan panjang gelombang dari sumber CuKα. Simpangan baku (∆𝑎)

dari parameter kisi didapatkan dengan:

∆𝑎 = √∑(𝑎𝑖 − �̅�)2

𝑛

Tabel III.2. Perhitungan parameter kisi (a) sampel CoBixFe2-xO4 dengan x = 0,15

dengan variasi suhu titrasi

Suhu titrasi (C) a (Å) a

65 8,320 0,001

75 8,351 0,001

85 8,360 0,001

95 8,379 0,002

Dislocation density dihitung dengan persamaan:

𝛿 =1

𝐷2 3.3

Ketidakpastian dari dislocation density dapat dihitung menggunakan persamaan:

∆𝛿 = √∑(𝛿𝑖 − 𝛿̅)2

𝑛

Tabel III.3. Perhitungan dislocation density (δ) sampel CoBixFe2-xO4 dengan x =

0,15 dengan variasi suhu titrasi

Suhu titrasi (C) δ (nm2) (x 10-4) a (x 10-4)

65 5,19 1,11

75 5,03 0,96

85 4,92 3,56

95 4,31 0,58

Strain () dihitung dengan menggunakan persamaan Hall-Wiliamsons berikut:

휀 =𝛽ℎ𝑘𝑙

4 tan 𝜃 3.4

Page 56: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

39

Ketidakpastian dari strain dihitung dengan persamaan:

∆휀 = √∑(휀𝑖 − 휀)̅2

𝑛

Tabel. III.4. Hasil perhitungan strain () sampel CoBixFe2-xO4 dengan x = 0,15

dengan variasi suhu titrasi

Suhu titrasi (C) (x 10-3) (x 10-3)

65 2,57 0,46

75 2,54 0,31

85 2,52 0,48

95 2,36 0,41

Densitas dihitung dengan menggunakan persamaan:

𝑑 =8𝑀

𝑁𝑎2 3.5

Nilai M menunjukkan berat molekul, dan nilai N menunjukkan bilangan

Avogadro. Simpangan baku dari densitas dihitung dengan:

∆𝑑 = √∑(𝑑𝑖 − �̅�)2

𝑛

Tabel III.5. Perhitungan densitas (d) sampel CoBixFe2-xO4 dengan x = 0,15 dengan

variasi suhu titrasi

Suhu titrasi (C) d (gram/cm3) d

65 5,415 0,003

75 5,353 0,002

85 5,336 0,002

95 5,301 0,003

Page 57: PENGARUH SUHU TITRASI PADA KARAKTERISTIK … · pembawa obat (carrier drug delivery), agen kontras pada MRI, maupun sebagai agen anti bakteri (Samavati et al., 2016), dan lain-lain

40

IV. PERHITUNGAN KONSTANTA GAYA

Tabel IV.1. Angka gelombang pada situs tetrahedral k1 dan oktahedral k2 sampel

CoBixFe2-xO4 dengan x = 0,15 dengan variasi suhu titrasi

Suhu titrasi (C) 𝒌𝟏 (cm-1) 𝒌𝟐 (cm-1)

65 611.46 407.96

75 601.82 410.86

85 599.89 411.82

95 591.21 397.35

Konstanta gaya di situs tetrahedral (kt) dan situs oktahedral (ko) dihitung

dengan persamaan:

𝑘𝑡 = 7,62 × 𝑀1 × 𝑘12 × 10−7 𝑁

𝑚 3.6

𝑘𝑜 = 10,62 ×𝑀2

2× 𝑘22 × 10−7 𝑁

𝑚 3.7

Nilai M1 dan M2 menunjukkan berat molekul kation , sementara k1 dan k2

menunjukkan angka gelombang masing-masing dalam situs tetrahedral dan

oktahedral. Dengan menggunakan persamaan diatas maka diperoleh konstanta

gaya pada situs tetrahedral dan situs octahedral seperti pada Tabel IV.2.

Tabel IV.2. Kontanta gaya pada situs tetrahedral kt dan oktahedral ko sampel

CoBixFe2-xO4 dengan x = 0,15 dengan variasi suhu titrasi

Suhu titrasi (C) 𝒌𝒕 (N/m) 𝒌𝒐 (N/m)

65 15.91 10.14

75 15.41 10.29

85 15.31 10.34

95 14.87 9.62