pengaruh suhu terhadap denyut jantung daphnia (repaired)

21
I. Tujuan a. Mengetahui cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp. b. Mengidentifikasi frekuensi denyut jantung dan pengaruh suhu terhadap denyut jantung Daphnia sp II. Dasar Teori A. Suhu Tubuh Hewan Suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan dan selanjutnya menentukan aktivitas hewan. Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan rentangan penyebaran aktivitas hidupnya. Secara umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 0 0 C-40 0 C. kebanyakan hewan hidup dalam rentangan suhu yang lebih sempit. Banyak hewan yang suhu tubuhnya disesuaikan dengan suhu lingkungan, dan kelompok hewan ini disebut hewan “berdarah dingin atau poikilotermik”. Menghadapi fluktuasi suhu, hewan ini melakukan konformitas suhu, suhu tubuhnya berfluktuasi sesuai dengan suhu lingkungan. Laju kehilangan panas pada hewan poikilotermik lebih tinggi daripada laju produksi panas, sehingga tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu lingkungan eksternalnya daripada suhu metabolisme internalnya. Dilihat dari ketergantungannya terhadap suhu lingkungan, hewan poikilotermik disebut juga sebagai hewan ektotermik (arti harfiahnya “suhu luar”).

Upload: eva-rosita-sulistia-wardani

Post on 30-Dec-2014

423 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

I. Tujuan

a. Mengetahui cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp.

b. Mengidentifikasi frekuensi denyut jantung dan pengaruh suhu terhadap denyut jantung

Daphnia sp

II. Dasar Teori

A. Suhu Tubuh Hewan

Suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan dan

selanjutnya menentukan aktivitas hewan. Rentangan suhu lingkungan di bumi jauh

lebih besar dibandingkan dengan rentangan penyebaran aktivitas hidupnya. Secara

umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 00C-400C. kebanyakan

hewan hidup dalam rentangan suhu yang lebih sempit.

Banyak hewan yang suhu tubuhnya disesuaikan dengan suhu lingkungan, dan

kelompok hewan ini disebut hewan “berdarah dingin atau poikilotermik”.

Menghadapi fluktuasi suhu, hewan ini melakukan konformitas suhu, suhu tubuhnya

berfluktuasi sesuai dengan suhu lingkungan. Laju kehilangan panas pada hewan

poikilotermik lebih tinggi daripada laju produksi panas, sehingga tubuhnya lebih

ditentukan oleh suhu lingkungan eksternalnya daripada suhu metabolisme

internalnya. Dilihat dari ketergantungannya terhadap suhu lingkungan, hewan

poikilotermik disebut juga sebagai hewan ektotermik (arti harfiahnya “suhu luar”).

Lebih sedikit hewan mempertahankan suhu tubuhnya, kelompok hewan ini

disebut hewan “berdarah panas” atau homeotermik. Menghadapi suhu lingkungan,

hewan ini melakukan regulasi suhu, suhu tubuhnya konstan walaupun suhu

lingkungan berfluktuasi. Kehilangan panas lebih sedikit dibandingkan dengan laju

produksi panas internalnya, sehingga suhu tubuhnya lebih ditentukan oleh produksi

internalnya. Dalam keadaan demikian, hewan homeotermik disebut hewan

“endotermik “ (suhu dalam). Grafik suhu tubuh dan suhu lingkungan pada hewan

poikilotermik dapat ditunjukkan dengan grafik dibawah ini:

Page 2: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

Gambar anatomi Daphnia sp. Gambar Daphnia sp.

Tabel 1. Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Suhu Tubuh

Suhu tubuh, endoterm atau eksoterm, tergantung pada jumlah panas (kalori) per

unit massa jaringan. Jaringan terdiri terutama atas, sehingga kapasitas panas jaringan

antara 00C - 400 C kira-kira 1,0 kalori per 0C per gram. Ini berarti bahwa makin luas

hewan, makin besar panas tubuh menentukan suhu hewan. Kecepatan perubahan panas

tubuh tergantung pada (1) kecepatan produksi panas melalui aktivitas metabolik, (2)

kecepatan penambahan panas atau (3) kecepatan kehilangan panas ke lingkungan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa:

Suhu Lingkungan 0C

Suhu

Tuh

uh

Page 3: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

Panas tubuh = Produksi Panas + Penambahan Panas- Kehilangan panas

= Panas yang diproduksi + Perpindahan Panas

Jadi panas tubuh, dan selanjutnya suhu tubuh seekor hewan, dapat diregulasi

dengan mengubah kecepatan produksi panas dan perpindahan panas.

a. Produksi Panas

Mekanisme yang mempengaruhi kecepatan produksi panas tubuh dapat

diklasifikasikan menjadi: (1) mekanisme tingkah laku, seperti latihan ringan

(pemanasan); (2) mekanisme otonomik seperti mempercepat metabolisme

simpanan energi, (3) mekanisme adaptif atau aklimatisasi, yang lebih lamban

daripada dua proses yang lain yaitu memproduksi penambahan panas pada

metabolisme basal.

b. Transfer Panas

Kecepatan transfer panas (kalori per jam) ke dalam atau keluar tubuh tergantung

pada tiga faktor:

1) Luas Permukaan. Makin kecil hewan maka makin tinggi aliran panas per unit

berat tubuh.

2) Perbedaan suhu. Makin dekat seekor hewan memelihara suhu tubuhnya ke

suhu lingkungan, makin sedikit panas akan mengalir ke dalam atau keluar

tubuhnya.

3) Konduktansi panas spesifik permukaan tubuh hewan. Permukaan jaringan

poikilotermik memiliki kondutansi panas yang tinggi, sehingga hewan ini

memiliki suhu tubuh mendekati suhu lingkungan (kecuali apabila hewan

berjemur di panas matahari).

B. Pengaruh Perubahan Suhu

Perubahan suhu memiliki pengaruh besar terhadap berbagai proses fisiologis.

Dalam batas tertentu, peningkatan suhu akan mempercepat banyak proses fisiologis.

Misalnya pengaruh suhu terhadap kecepatan denyut jantung atau konsumsi oksigen.

Dalam batas-batas toleransi hewan, kecepatan denyut jantung atau konsumsi oksigen

akan meningkatkan suhu lingkungan. Suatu metode untuk menghitung pengaruh suhu

terhadap kecepatan reaksi adalah perkiraan Q10 yaitu peningkatan kecepatan proses

yang disebabkan oleh peningkatan suhu 100 C. Secara umum peningkatan suhu tubuh

hewan 100 C, menyebabkan kecepatan denyut jantung atau konsumsi oksigen antara

harga 1 dan 2, dan sebaliknya bila suhu tubuh diturunkan 100 C, maka kecepatan

denyut jantung atau konsumsi oksigen akan turun menjadi setengahnya. Bila

Page 4: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

kecepatan 2 kali, maka Q10= 2, bila kecepatannya 3 kali, maka Q10=3 dan seterusnya.

Istilah ini bukan hanya konsumsi oksigen saja, tetapi untuk semua proses yang

dipengaruhi oleh suhu.

C. Mekanisme pengaturan suhu

Kulit –> Reseptor ferifer –> hipotalamus (posterior dan anterior) –> Preoptika

hypotalamus –> Nervus eferent –> kehilangan/pembentukan panas. Dalam pengaturan

suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke

lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses,

yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. 1) Penguapan (evaporasi)

Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas. Penguapan dari tubuh merupakan

salah satu jalan melepaskan panas. Walau tidak berkeringat, melalui kulit selalu ada air berdifusi sehingga penguapan dari permukaan tubuh kita

selalu terjadi disebut inspiration perspiration (berkeringat tidak terasa) atau biasa disebut IWL (insensible water loss). Inspiration perspiration

melepaskan panas + 10 kcal/jam dari permukaan panas dari metabolism kulit. Dari jalan pernafasan + 7 kcal/jam dikeluarkan dengan cara

evaporasi 20 - 25%.

2) Radiasi

Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer

panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Bila suhu disekitar lebih panas dari

badan permukaan tubuh akan menerima panas, bila disekitar dingin akan

melepaskan panas. Proses ini terjadi dalam bentuk gelombang radiasi

elektromagnetik dengan kecepatan seperti cahaya. Sebagai contoh, radiasi sinar

matahari3) Konduksi

Perpindahan panas dari atom ke atom/ molekul ke molekul dengan jalan pemindahan berturut turut dari energi kinetik dalam keadaan ini

yaitu perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.Pertukaran panas dari jalan ini dari tubuh terjadi sedikit sekali (kecuali

menyiram dengan air).

4) Konveksi

Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada

tubuh akan menjadi kurang dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini

kurang berperan dalam pertukaran panas.

D. Pengaturan Suhu Tubuh Pada Keadaan Dingin

Ada dua mekanisme tubuh untuk keadaan dingin yaitu :

Page 5: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

a. Secara fisik (prinsif-prinsif ilmu alam) yaitu pengaturan atau reaksi yang terdiri

dari perubahan sirkulasi dan tegaknya bulu-bulu badan (piloerektion) –> erector

villi.

Pengaturan secara fisik Dilakukan dengan dua cara :

Vasokontriksi pembuluh darah (cutaneus vasokontriksi)

Pada reaksi dingin aliran darah pada jari-jari ini bias berkurang + 1% dari

pada dalam keadaan panas. Sehingga dengan mekanisme

vasokontriksi maka panas yang keluar dikurangi atau penambahan isolator

yang sama dengan memakai 1 rangkap pakaian lagi.

Limit blood flow slufts (Perubahan aliran darah)

Pada prinsifnya yaitu panas/temperature inti tubuh terutama akan lebih

dihemat (dipertahankan) bila seluruh anggota badan didinginkan

b. Pengaturan secara kimia:

Pada keadaan dingin, penambahan panas dengan metabolisme akan terjadi baik

secara sengaja dengan melakukan kegiatan otot-otot ataupun dengan cara

menggigil. Menggigil adalah kontraksi otot secara kuat dan lalu lemah bergantian,

secara synkron terjadi kontraksi pada group-group kecil motor unit alau seluruh

otot. Pada menggigil kadang terjadi kontraksi secara simultan sehingga seluruh

badan kaku dan terjadi spasme. Menggigil efektif untuk pembentukan panas,

dengan menggigil pada suhu 50 c selama 60 menit produksi panas meningkat 2

kali dari basal, dengan batas maximal 5 kali. Secara kimia yaitu terdiri dari

penambahan panas metabolisme.

E. Pengaturan Suhu Tubuh Dalam Keadaan Panas

a.Fisik

Penambahan aliran darah permukaan tubuh

Terjadi aliran darah maximum pada anggota badan

Perubahan (shift) dari venus return ke vena permukaan

Proses ini terutama efektif pada keadaan temperatur kurang/dibawah 340 C.

b. Keringat

Pada temperatur diatas 340 C, pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan

radiasi, dimana pada kondisi ini tubuh mekanisme panas yang dipakai dalam

mendapat panas dari radiasi keadaan ini dengan cara penguapan (evaporasi). 

Page 6: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

Gerakan kontraksi pada kelenjar keringat, berfungsi secara periodik memompa

tetesan cairan keringat dari lumen permukaan keringat merupakan mekanisme

pendingin yang paling efektif kulit.

F. Termoregulasi Pada Hewan Poikiloterm (Eksoterm)

Eksoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan

(menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi,

tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota

invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia.

Suhu tubuh hewan poikiloterm atau eksoterm ditentukan oleh

keseimbangan kondisi suhu lingkungan dan berubah-ubah seperti berubah-ubahnya

kondisi suhu lingkungan. Pada hewan poikiloterm air, suhu tubuhnya sangat

ditentukan oleh keseimbangan konduktif dan konfektif dengan air mediumnya dan

suhu tubuhnya mirip dengan suhu air. Hewan memproduksi panas internal secara

metabolic, dan ini mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas memiliki insulasi

sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat kecil.

Ada beberapa cara untuk mencapai keseimbangan ini . Salah satu cara

dengan lingkungan adalah memperluas permukaan tubuh sehingga dapat

meningkatkan panas yang masuk dari radiasi matahari. Ini dilakukan dengan

mengarahkan permukaan kulitnya tegak lurus dengan sinar matahari. Dengan cara

ini dapat menyerap panas jauh lebih tinggi daripada suhu udara lingkungannya. Bila

suhu tubuh yang cocok telah tercapai, biasanya hewan air ini akan berpindah

ketempat yang lebih teduh. Hal ini berarti dapat dipahami bahwa hewan poikiloterm

yang biasanya didefinisikan sebagai hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya

dengan fluktuasi suhu lingkungannya dan dianggap tidak melakukan usaha untuk

mempertahankan suhu tubuhnya ternyata kurang tepat, sebab banyak usaha yang

dilakukan oleh poikiloterm untuk mempertahankan suhu tubuhnya.

G. Termoregulasi Pada Hewan Endoterm

Hewan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil

metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada

kelompok burung (Aves), dan mamalia. Hewan berdarah panas adalah hewan yang

Page 7: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih

tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses

radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga

suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung

dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-

kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya (Guyton, 1987).

III. Prosedur Kerja

1. Kultur Daphnia disiapkan dalam suhu awal (10I C, 15I C, 20I C, dan 25I C). Daphnia

2. Diletakkan pada gelas arloji yang berada pada suhu yang telah ditentukan (dileta kan

diatas es batu atau air dengan suhu yang dikehendaki)

3. Dengan pipet, secara hati-hati seekor Daphnia dipindahkan pada gelas objek yang

cekung atau gelas arloji lain sambil dilihat di bawah mikroskop . Daphnia juga

dapat diletakkan diatas gelas objek datar.

4. Menambahkan air secukupnya agar tidak kekeringan. Dalam hal ini, disarankan

tidakmenambahkan air terlalu banyak, karena Daphnia akan mudah bergerak dan

sulit diatur dihitung denyut jantungnya. Mengatur letak Daphnia dengan posisi

tubuh miring hingga jantungnya tampak jelak dan mudah diikuti denyutnya. Apabila

menggunakan gelas arloji atau gelas objek datar perlu ditutup dengan kaca penutup.

5. Setelah tampak denyutan jantung hitunglah jumlah denyut setiap 15 detik (dengan

menggunakan jarum petunjuk detik pada arloji atau stopwatch). Membuat tiga

kali pengukuran dan hasil rata-rata. Pada setiap kali pengukuran suhu harus tetap

pada suhu yang dikehendaki. Jika perlu setiap satu kali pengukuran Daphnia

dikembalikan pada air dengan suhu yang telah telah ditentukan. Lampu mikroskop

dapat dengan cepat menaikkan suhu objek pada meja objek.

6. Selanjutnya Daphnia dipindahkan ke tempat baru (10I C lebih tinggi dari pada suhu

awal)

7. Mengukur denyut jantung Daphnia pada suhu baru. Pengukuran dilakukan seperti

cara/langkah pada urutan d.

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

Tabel 4.1. Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia sp

Page 8: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

Suhu

Awal

Denyut

Jantung

Rata-

Rata

Suhu

Akhir

Denyut

Jantung

Rata-

RataQ10

10oC

56

38,6 20 oC

35

25,6 1,3935 22

25 20

15oC

51

36 25 oC

25

20,6 0,9532 21

25 16

20oC

43

29 30 oC

18

17,3 0,8925 17

19 17

25oC

23

21 35 oC

14

12 0,8222 12

18 10

B. Analisis Data

Berdasarkan hasil data tabel 4.1, dapat diketahui bahwa pada percobaan ini

suhu berpengaruh terhadap denyut jantung Daphnia sp. Hal ini terbukti pada hasil

percobaan yaitu pada suhu awal 10oC terjadi penurunan detak jantung dengan rata-rata

denyut jantung adalah 38,6 kali dimana dilakukan 3 kali perhitungan detak jantung

setiap 15 detik. Percobaan berikutnya yaitu pada suhu 15oC, 20oC, dan 25oC juga

terjadi penurunan detak jantung dengan rata-rata denyut jantung secara berturut-turut

sebanyak 36 kali, 29 kali dan 21 kali, dimana perhitungan detak jantung juga

dilakukan sebanyak 3 kali setiap 15 detik.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, juga dapat diketahui bahwa

semakin tinggi suhu, detak jantung Daphnia sp semakin rendah berdasarkan nilai Q10

atau koefisien aktivitas yang disebabkan oleh kenaikan suhu 10oC. Hal ini terbukti

pada suhu 10oC yang dinaikan menjadi 20oC menyebabkan penurunan detak jantung

Daphnia sp dari 38,6 menjadi 25,6 dengan koefisien denyut jantung (Q10) sebesar

1,39. Suhu 15oC yang dinaikkan menjadi 25oC juga mengakibatkan Daphnia sp

mengalami penurunan detak jantung dari 36 menjadi 20,6 dengan nilai koefisien

denyut jantung (Q10) sebesar 0,95. Suhu 20oC yang dinaikkan menjadi 30oC

menyebabkan penurunan detak jantung Daphnia sp dari 29 menjadi 17,3 dengan nilai

koefisien denyut jantung (Q10) sebesar 0,89. Suhu 25oC yang dinaikkan menjadi 35oC

Page 9: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

menyebabkan penurunan detak jantung Daphnia sp dari 21 menjadi 12 dengan nilai

koefisien denyut jantung (Q10) sebesar 0,82.

C. Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa semakin

tinggi suhu, maka detak jantung Daphnia semakin rendah. Hal ini kurang sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu maka detak jantung

Daphnia sp semakin cepat.

Aktivitas metabolisme Daphnia akan naik seiring dengan naiknya suhu sampai

pada titik dimana terjadi kerusakan jaringan, kemudian diikuti aktivitas yang menurun

dan akhirnya terjadi kematian. Penyebab terjadinya penurunan detak jantung Dapnia

saat suhu dinaikkan 10oC dari suhu awal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah sistem ketahanan tubuh Daphnia. Saat suhu dinaikkan 10oC dari

suhu awal, Daphnia mengalami kejutan atau shock sehingga aktivitas metabolisme di

dalam tubuh semakin tinggi. Daphnia merupakan hewan poikiloterm dimana suhu

tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternal. Jika suhu

lingkungan berubah maka suhu tubuh pada Daphnia juga berubah seiring dengan suhu

lingkungan, hal ini digunakan Daphnia untuk menyesuaikan diri agar metabolisme

dalam tubuh tetap berjalan dan dapat bertahan hidup.

Sehubungan bahwa Daphnia merupakan hewan poikiloterm atau ektoterm,

maka pada suhu yang semakin meningkat, Daphnia juga akan melakukan adaptasi

morfologis yang serupa dengan hewan ektoterm pada umumnya, yaitu dengan

mempertinggi konduktan dan mempercepat aliran darah agar panas mudah terlepas

dari tubuh, karena afinitas hemoglobin dalam mengikat oksigen turun. Mekanisme

adaptasi fisiologi ini juga mempengaruhi peningkatan frekuensi denyut jantung pada

Daphnia. Hewan ini dapat memperoleh energi panas dari lingkungan. Energi ini yang

digunakan untuk melangsungkan metabolisme.

Dalam batas-batas toleransi hewan, kecepatan konsumsi oksigen akan

meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan. Daphnia memperebutkan oksigen

untuk bisa mempertahankan hidupnya. Kebutuhan oksigen yang semakin banyak

akibat kenaikan suhu disertai perebutan oksigen sesama Daphnia menyebabkan

Daphnia yang memiliki ketahanan tubuh yang rentan mengalami kerusakan jaringan

tubuh yang lebih cepat bila dibandingkan dengan spesies yang memiliiki ketahanan

tubuh yang tinggi. Ini terkait dengan enzim yang merupakan pengatur metabolisme

Page 10: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

dalam tubuh, yang mempunyai suhu optimum dalam kerjanya. Apabila suhu

lingkungan atau suhu tubuh meningkat drastis, maka enzim-enzim yang bekerja

mengalami denaturalisasi sehingga tidak dapat mengerjakan fungsinya. Sama halnya

dengan suhu lingkungan yang menurun drastis menyebabkan enzim-enzim tidak dapat

bekerja dengan baik. Artinya Daphnia dengan ketahanan tubuh rentan memiliki suhu

optimum yang lebih rendah bila dibandingkan suhu optimum Daphnia dengan

ketahanan tubuh yang lebih kuat. Hal ini mengakibatkan Daphnia yang memiliki

ketahanan tubuh rentan mengalami penurunan aktivitas metabolisme dalam tubuhnya,

sehingga detak jantung Dapnia menjadi lebih lambat. Pada praktikum ini, penurunan

detak jantung Daphnia saat suhu dinaikkan kemungkinan disebabkan oleh ketahanan

tubuh Daphnia yang diamati lebih rentan.

Selain itu, penurunan detak jantung Daphnia juga disebabkan oleh proses

adaptasi fisiologis Daphnia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan suhu

lingkungan yang membutuhkan waktu lebih lama. Perebutan oksigen sebagai akibat

dari perubahan suhu lingkungan yang semakin tinggi menyebabkan komposisi oksigen

di dalam air semakin menurun. Daphnia yang memerlukan adaptasi fisiologis tubuh

lebih lama dapat mengalami penurunan detak jantung akibat perubahan suhu yang

semakin tinggi tersebut, sehingga suhu air yang dinaikkan menyebabkan penurunan

detak jantung Daphnia.

Penurunan detak jantung Daphnia akibat perubahan suhu yang semakin tinggi

juga dipengaruhi oleh faktor keterbatasan praktikan dalam menghitung detak jantung

Daphnia tersebut. Detak jantung Daphnia yang sangat cepat menyebab perhitungan

detak jantung yang dilakukan oleh praktikan menjadi kurang teliti. Hal ini dapat

berpengaruh terhadap jumlah hasil perhitungan.

Pengukuran suhu air yan kurang tepat juga dapat menjadi faktor menurunnya

detak jantung Daphnia. Pengukuran suhu air yang kurang teliti dapat berpengaruh

terhadap kecepatan denyut jantung yang dihasilkan. Hal ini disebabkan Daphia

merupakan hewan poikiloterm dimana suhu tubuhnya ditentukan dan dipengaruhi oleh

suhu lingkungan eksternal. Jika suhu lingkungan berubah maka suhu tubuh pada

Daphnia juga berubah seiring dengan suhu lingkungan, hal ini digunakan Daphnia

untuk menyesuaikan diri agar metabolisme dalam tubuh tetap berjalan dan dapat

bertahan hidup.

Suatu metode untuk menghitung pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi

adalah perkiraan Q10, yaitu peningkatan kecepatan proses yang disebabkan oleh

Page 11: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

peningkatan suhu 10oC. Q10 merupakan perbandingan antara laju reaksi (A) yang

terjadi pada suhu (t+10)oC. Laju reaksi (A) pada suhu t0 oC atau dapat dituliskan

dengan rumus :

Q10 = A ( t + 10)oC

A ( t0)oC

Suhu mempengaruhi proses fisiologis organisme termasuk frekuensi denyut

jantung. Kenaikan atau penurunan tersebut dapat mencapai dua kali aktivitas normal.

Cara mengukur frekuensi denyut jantung Daphnia sp. adalah mengamati di bawah

mikroskop dengan meletakkannya posisi miring. Dengan posisi tersebut maka denyut

jantung Daphnia sp. akan terlihat jelas dan mudah diikuti dan dihitung.

V. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap denyut jantung

daphnia, maka dapat disimpulkan bahwa suhu berpengaruh pada laju denyut jantung

daphnia. Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula laju denyut jantung daphnia.

Peningkatan laju denyut jantung tersebut dapat disebabkan karena meningkatnya

proses fisiologis di dalam tubuh daphnia sebagai respon dari meningkatnya suhu

lingkungan.

2. Saran

Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan praktikum, terutama saat

menaikkan suhu awal, saat menghitung denyut jantung daphnia, dan saat menghitung

Q10 agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan representatif.

VI. Diskusi

1. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara jumlah denyut per 15 detik dengan

berbagai suhu awal yang telah ditentukan!

2. Berdasarkan grafik tersebut, bagaimana pengaruh suhu terhadap denyut jantung

daphnia?

3. Hitung Q10 pada setiap suhu yang telah anda lakukan!

Jawab:

1. Grafik pengaruh suhu terhadap denyut jantung daphnia sesuai dengan hasil

percobaan

Page 12: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

10 15 20 250.5

1

2

Grafik Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia

denyut jantung

suhu (°C)

deny

ut ja

ntun

g/ 1

5 de

tik

2. suhu yang rendah menyebabkan kecepatan denyut jantung daphnia semakin cepat

3. Q10= A (to + 10) o C

A (to)oC

Q10= 25,6(20) o C = 1,39

38,6(10)oC

Q10= 20,6(25) o C = 0,95

36(15)oC

Q10= 17,3(30) o C = 0,89

29(20)oC

Q10= 12(35) o C = 0,82

21(25)oC

VII. Daftar Pustaka

Kuswanti, Nur, Raharjo dan Nur Qomariah. Panduan Praktikum Fisiologi Hewan.

Surabaya: Biologi FMIPA UNESA.

Leonhardt,Helmut. 1990. Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia. Jakarta: EGC

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdikbud.

Page 13: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdikbud.

Campbell, Reece Mitchell. 2000. Biologi Edisi Ke-5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

PENGARUH SUHU TERHADAP DENYUT JANTUNG DAPHNIA

Page 14: Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia (Repaired)

OLEH :

BRILIAN LADYANA (103204202)

RATIH PURBANINGSIH W (103204206)

NITAMAYA NURSA’DIYAH (103204213)

KHOLIDIYAH BUDIASRI A (103204220)

EVA ROSITA SULISTIA W (103204221)

PEND.BIOLOGI B 2010

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2013