pengaruh suhu perawatan terhadap perilaku lentur balok beton geopolimer bertulang
TRANSCRIPT
7/26/2019 Pengaruh Suhu Perawatan terhadap Perilaku Lentur Balok Beton Geopolimer Bertulang
http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-suhu-perawatan-terhadap-perilaku-lentur-balok-beton-geopolimer-bertulang 1/8
1
Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh suhu perawatan terhadap prilaku
lentur balok geopolimer bertulang seperti hubungan
beban-lendutan, pola retak, kapasitas lentur, dan
daktilitas. Benda uji balok beton geopolimer bertulang
yang dibuat berukuran 15x15 cm2 dengan bentang 70
cm. Perawatan benda uji balok dilakukan pada suhu
normal (29-34 ºC) dan menggunakan mesin steam curing
pada suhu 40ºC, 60ºC, 80ºC selama 24 jam. Sebagai
pembanding, digunakan balok dari beton konvensional
(Ordinary Portland Cement) yang dirawat pada suhunormal (29-34 ºC). Pengujian lentur balok geopolimer
bertulang ini dilakukan pada umur 28 hari. Hasil
pengujian menunjukkan pola retak yang terjadi adalah
pola retak lentur. Kapasitas lentur maksimum balok
yang paling tinggi untuk balok geopolimer adalah BG-80
ºC sebesar 10.48 kNm dengan beban maksimum 116.29
kNm. Sedangkan Kapasitas maksimum paling kecil
terjadi pada balok beton OPC sebesar 8.67 dengan
beban maksimum 96.14 kN . Indeks daktilitas balok
geopolimer semakin menurun seiring meningkatnya
suhu yang diberikan. Pada balok beton geopolimer
daktilitas tertinggi terjadi pada balok BG-Normal
dengan indeks daktilitas sebesar 8.62. Sedangkandaktilitas dari balok beton OPC sebesar 4.78
.
Kata kunci : balok geopolimer , fly ash, aktivator,
sodium hidroksida, sodium silikat, steam curing
I.
PENDAHULUAN
Dalam bidang konstruksi, beton merupakan salah satu
elemen yang sangat penting dan paling banyak digunakan
untuk pembangunan berbagai infrastruktur di kalangan
masyarakat. Beton Konvensional yang sering digunakan
biasanya terdiri dari agregat kasar, agregat halus, Semen
Portland dan air. Seiring dengan meningkatnya penggunaanmaterial beton, faktor yang harus diperhatikan dalam
penggunaan beton adalah kerusakan lingkungan yang
diakibatkan dari produksi dari Semen Portland. IndustriSemen Portland menyumbang sekitar 1,35 milyar ton emisi
gas rumah kaca setiap tahunnya atau sekitar 7% dari total
emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan manusia ke atmosfir
bumi (1)
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
karakteristik dari beton geopolimer adalah dari metode perawatan yang dilakukan. Perawatan pada suhu yang
tinggi dan lamanya proses curing mempengaruhi kuat tekan
dari beton geopolimer (2); (3). Beberapa penelitian tentang
pengaruh suhu perawatan terhadap karakteristik dari betongeopolimer sudah banyak dilakukan. Pada penelitian (4)
tentang pengaruh suhu perawatan pada beton geopolimermenyimpulkan bahwa kuat tekan beton meningkat seiring
meningkatnya suhu perawatan dan lamanya proses
perawatan. Kuat tekan maksimum mencapai 60,29 MPa
pada umur 3 hari setelah dirawat selama 24 jam pada suhu
120ºC.
Pada penelitian ini akan diuji bagaimana pengaruh dari
suhu perawatan dengan menggunakan mesin steam curing
terhadap perilaku lentur balok beton geopolimer bertulang.
Untuk penelitian mengenai prilaku lentur dari balok beton
geopolimer bertulang masih tergolong terbatas. Penelitian
yang berhubungan dengan beton geopolimer sebagai elemen
struktur dilakukan oleh (5). Pada penelitian tersebut merekamenggunakan balok ukuran 20 cm x 30 cm bentang 300
cm. Larutan NaOH 14M dengan perbandingan antara massa
NaOH dan Na2SiO3 adalah 2,5. Dari hasil pengujian tersebut
disimpulkan bahwa kapasitas lentur dari balok dipengaruhi
oleh rasio regangan tulangan pokok dan kuat tekan beton.Pada percobaan balok sampel GBIII-4 dengan rasio
regangan tulangan 2,69% dan kuat tekan 76 MPa
menghasilkan beban lentur maksimum sebesar 240 kN dan
lendutan sebesar 14,88 mm. Pada penelitian tersebut semua
benda uji dirawat pada suhu 60ºC selama 24 jam.Untuk mengetahui bagaimana pengaruh suhu perawatan
terhadap prilaku balok beton geopolimer ini, benda uji akan
dirawat pada suhu 40ºC, 60ºC, 80ºC menggunakan mesinsteam curing dan akan dibandingkan dengan benda uji yang
dirawat pada suhu normal (29-32ºC). Pengujian lentur
balok yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalahkapasitas lentur, beban maksimum, lendutan, daktilitas dan
pola retak dari balok.
II.
URAIAN PENELITIAN
A. Material
Fly Ash yang digunakan dalam penelitian ini adalah fly
ash dari PT.Petrokimiadari. Dari hasil pengujian, tipe fly ashyang digunakan merupakan kelas F sesuai dengan
persyaratan (6). Ordinary Portland Cement (OPC) yang
digunakan pada penelitian ini merupakan sement tipe I.
Larutan Alkali yang digunakan berupa larutan NaOH 8M
dan dan Sodium Silikat (Na2SiO3) dengan kandungan kimia
18,5% Na2O, 36.4%Si)2 dan 45.1% H2O. Agregat kasar dan
agregat halus yang digunakan berasal PT. Surya Beton
Indonesia sesuai persyaratan (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
(14). Admixture yang digunakan berupa superpalsticizer
type D sebagai water reducer and retarde.
B. Spesimen Benda Uji
Pengaruh Suhu Perawatan Terhadap Perilaku Lentur Balok Beton
geopolimer BertulangHasriadi Hasbullah, Triwulan, dan Januarti Jaya Ekaputri
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected] , [email protected]
7/26/2019 Pengaruh Suhu Perawatan terhadap Perilaku Lentur Balok Beton Geopolimer Bertulang
http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-suhu-perawatan-terhadap-perilaku-lentur-balok-beton-geopolimer-bertulang 2/8
2
(a) (b)
Gambar 1 Perawatan Benda Uji
Tabel 1 Kebutuhan Benda Uji Balok
Jenis
MaterialPengujian
Suhu Perawatan (ºC)
Total Normal
(28-32)40 60 80
Geopolimer Lentur 2 2 2 2 8
OPC Lentur 2 2
Total Benda Uji Balok 10
Keterangan :
BG-80ºC : Balok beton geopolimer yang dirawat pada suhu 80ºC
BG-60ºC : Balokbeton geopolimer yang dirawat pada suhu 60ºC
BG-40ºC : Balok beton geopolimer yang dirawat pada suhu 40ºC
BG-Normal : Balok beton geopolimer yang dirawat pada suhu
normal berkisar antara 28 ºC - 34ºC
B-OPC : Balok beton OPC yang dirawat pada suhu normal
berkisar antara 28 ºC - 34ºC
Semua balok dalam penelitian ini memiliki ukuran yang
sama dengan lebar 15 cm, tinggi 15 cm dan panjang 70 cm..
Untuk mengukur regangan tarik pada tulangan, dipasang 2
buah strain gauge di tengah bentang tulangan tarik untuk
mengidentifikasi beban pada saat tulangan mencapai
regangan lelehnya. Sedangkan untuk permukaan beton,dipasang 2 buah strain gauge masing-masing 1 pada
permukaan serat tekan dan serat tarik di tengah bentang
balok. Pada bagian samping beton juga di pasang 2 buahstrain gauge sejajar dengan tumpuan pembebanan untuk
mengidentfikasi terjadinya first crack . Strain gauge untuk
permukaan baja tipe PFL-10-11dan strain gauge untuk
permukaaan beton tipe FLA-2-11dari Tokyo Sokki
Kenkyujo Co., Ltd Untuk menghitung kuat tekan beton (f’c)
geopolimer digunakan silinder ukuran 10 x 20 cm2.Ukuran
dan detail penulangan serta letak pemasangan strain gauge
dapat dilihat pada Gambar 2
C. Komposisi Campuran
Penentuan komposisi benda uji berdasarkan berat jenis
beton geopolimer dari hasil penelitian (15), berkisar antara
2390 – 2415 kg/m3
. Sehingga pada penelitian ini berat jenis beton diambil sebesar 2400 kg/m
3.Komposisi perbandingan
material yang digunakan untuk 1 m3 beton adalah binder :
aggregat = 25%:75%; aggregat kasar : agregat halus =
60%:40%; fly ash : larutan alkali = 65%:35%; Na2SiO3 :
NaOH = 2,5 dengan penambahan superplasticiser sebesar
2% dari massa fly ash. Sedangkan untuk menentukan
komposisi beton OPC digunakan Mix Design dengan
metode DOE. Balok beton OPC pada penelitian ini
digunakan sebagai variabel pembanding untuk balok beton
geopolimer Semua benda uji pada penelitian ini
menggunakan komposisi yang sama. Komposisi kebutuhan
bahan untuk benda uji balok dan silinder beton geopolimer
dan beton OPC disajikan pada Tabel 2.
D.
Pembuatan Benda Uji
. Pembuatan benda uji dilakukan di Lab Beton dan Bahan
Jurusan Teknik Sipil ITS. Benda uji dibuat berdasarkan
komposisi campuran yang sama. Untuk setiap perawatan
suhu yang berbeda digunakan 2 buah benda uji balok
sedangkan untuk benda uji silinder ukuran 10x20cm2
digunakan 4 sampel benda uji. Pada analisa data hasil
pengujian lentur balok, dipilih salah satu sampel balok yang
memiliki hasil yang paling baik.
Kebutuhan benda uji balok untuk masing-masing
perawatan suhu disajikan pada Tabel 1.
E.
Perawatan Benda Uji
Setelah proses pencetakan dilakukan, benda uji disimpan
dalam suhu ruangan selama tiga hari sebelum dimasukkan
ke dalam mesin steam. Dari hasil penelitian (3)
menyimpulkan bahwa penundaan masa curing beton
geopolimer dapat meningkatkan kuat tekan beton
geopolimer, dimana penundaan masa curing selama tiga harimenghasilkan kuat tekan paling optimum. Setelah tiga hari,
benda uji balok terlebih dahulu dibungkus menggunakan
plastik (wrapping) untuk menghindari penguapan yang berlebihan (3) kemudian dimasukkan kedalam mesin steam
curing selama 24 jam (Gambar 1.a), sedangkan benda uji
balok dengan suhu normal disimpan di tempat terbukadengan suhu kota Surabaya berkisar 28-32ºC.
Benda uji yang telah dicuring selama 24 jam disimpan di
tempat terbuka seperti pada balok dengan suhu normal danditutup dengan menggunakan kain yang telah dibasahi
(Gambar 1.b). Benda uji didiamkan selama 28 hari sebelum
dilakukan pengujian.
F. Pengujian danTest-Set up Benda Uji
Pengujian benda uji dilakukan pada umur 28 hari setelah
beton dicetak. Pada benda uji silinder pengujian yang
dilakukan adalah pengujian tekan untuk mengetahui kuat
tekan (f'c) dari beton geopolimer maupun beton OPC.
Sedangkan pada benda uji balok, pengujian yang dilakukanadalah uji lentur murni dengan metode pengujian third-
point loading dengan tumpuan sendi-rol . Alat pengetesan
yang digunakan adalah Universal Test Machine dengan
kapasitas 500 kN. Benda uji berupa balok berukuran
15x15x70 cm3 yang diberikan pembebanan 2 titik dengan
bentang beban sejarak 140 mm. Pengujian dilakukan denganmengatur kecepatan penurunan beban sebesar 1 mm/menit.
Pengukuran yang dilakukan pada saat pengujian yaitu beban
maksimum, lendutan, regangan baja dan beton serta pola
Tabel 2 Komposisi Kebutuhan Bahan
BetonAgregat Kasar
(Kg/m3)
Agregat Halus
(Kg/m3)
Fly Ash
(Kg/m3)
Semen
(Kg/m3)
Na2SiO3
(Kg/m3)
NaOH
(Kg/m3)
Superplasticizer
(Kg/m3)Air (Kg/m3)
Geopolimer 1080 720 444 - 150 60 8.88 -
OPC 1014,03 621,5 - 539,47 - - 0.54 205
7/26/2019 Pengaruh Suhu Perawatan terhadap Perilaku Lentur Balok Beton Geopolimer Bertulang
http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-suhu-perawatan-terhadap-perilaku-lentur-balok-beton-geopolimer-bertulang 3/8
3
retak pada balok setelah diberi beban. Load Cell digunakan
untuk mengetahui besarnya beban yang diberikan pada saat
pengujian, sedangkan untuk mengukur lendutan yang terjadi
dipasang 2 buah Linear Variable Displacement Tranducer
(LVDT) dengan ketelitian 0,001 mm di tengah bentang balok. Regangan pada permukaan beton dan baja diukurmenggunakan strain gauge yang sudah dipasang
sebelumnya. Data Logger berfungsi sebagai alat perekam
atau pencatat hasil bacaan dari Load Cell, LVDT, dan Strain
Gauge.
III. ANALISA DAN PEMBAHASAN
A.
Pengujian Kuat Tarik Tulangan
Pengujian kuat tarik tulangan baja dilakukan dengan
menggunakan alat Tensile Tes Machine di Lab Beton dan
Bahan Bangunan ITS. Rata-rata kuat leleh (fy) dari tulangan
∅10 adalah sebesar 342.18 MPa. Kuat leleh baja tulanganyang digunakan dalam perhitungan teoritis adalah 342.18
MPa. Dari hasil pengujian kuat leleh baja, dapat diketahui
besarnya regangan yang terjadi pada saat baja leleh
menggunakan persamaan (1).
=
(1)
Keterangan :
: Regangan Leleh Baja
fy : Kuat Leleh Baja (mPa)
Es : Modulus Elastis Baja (200000 mPa)
Jadi regangan pada saat baja leleh sebesar :
= 342.18200000
= 0.0017
B. Pengujian Kuat Tekan Silinder
Gambar 3 Hubungan Kuat Tekan Terhadap Suhu
Perawatan
Gambar 3 ditunjukkan grafik hasil uji kuat tekan beton
geopolimer yang diberi perawatan pada suhu yang berbeda.
Kuat tekan paling tinggi yang dicapai sebesar 81.07 MPa
pada suhu 80ºC. Kuat tekan beton meningkat seiring
meningkatnya suhu perawatan yang diberikan, meskipun
pada suhu 40 ºC mengalami penurunan kuat tekan terhadap beton geopolimer yang dirawat pada suhu Normal (28 ºC -
32 ºC). Pada penelitian (3) menyimpulkan bahwa semakin
tinggi suhu perawatan akan meningkatkan kuat tekan beton
geopolimer. Penelitian terbaru dari (16) dengan perawatan
beton geopolimer pada suhu 80 ºC, 90 ºC, dan 100 ºC
disimpulkan bahwa kuat tekan beton geopolimer meningkat
seiring meningkatnyasuhu perawatan, dengan kuat tekan
optimum dicapai pada suhu 90ºC sebesar 50 mPa.
C.
Lentur Balok Beton Geopolimer
Hubungan Beban Lendutan1.Hubungan beban-lendutan dapat menggambarkan
fleksibilitas dan defleksi yang terjadi pada setiap
penambahan beban dari setiap benda uji. Lendutan diukur di
tengah bentang benda uji balok dengan menggunakan 2
buah LVDT dimana tengah bentang merupakan daerah
momen maksimum dan lendutan maksimum dapat ditahanoleh balok tersebut. LVDT 1 dan LVDT 2 digunakan untuk
kontrol lendutan pada sisi kanan dan kiri beton di luar
daerah pembebanan, hal ini dimaksudkan untuk mengecek
apakah terdapat kesamaan besarnya lendutan yang terjadi
pada daerah LVDT 1 dan LVDT 2 akibat beban yang
diberikan. Gambar 4 ditunjukkan grafik hubungan bebanlendutan pada setiap benda uji balok. Secara mekanik
besarnya lendutan bergantung pada besarnya beban yang
diberikan pada balok. Semakin besar beban yang diberikan,
maka semakin besar lendutan yang terjadi.
Dari hasil pengujian pada balok beton geopolimer,
lendutan pada saat beban mencapai maksimum yang paling besar terjadi pada balok BG-80ºC sebesar 11.45 mm dengan
45.62
61.38
72.4674.28
81.07
20
30
40
50
60
70
80
90
B-OPC BG-Normal BG-40ºC BG-60ºC BG-80ºC
K u a t T e k a a n ( m P a )
Suhu Perawatan ºC
Gambar 2 Test Set-Up Benda Uji Balok
7/26/2019 Pengaruh Suhu Perawatan terhadap Perilaku Lentur Balok Beton Geopolimer Bertulang
http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-suhu-perawatan-terhadap-perilaku-lentur-balok-beton-geopolimer-bertulang 4/8
4
Gambar 5 Pola Retak Benda Uji Balok
beban maksimum sebesar 116.9 kN. Sedangkan lendutan
yang paling kecil terjadi pada balok beton OPC (B-OPC),
lendutan pada saat beban maksimum hanya sebesar 5.64 mm
lebih kecil dibanding lendutan pada semua benda uji balok
beton geopolimer.
Pola Retak2. Tipe keruntuhan balok sangat tergantung pada
kelangsingan balok. Kelangsingan balok dinyatakan dengana/d untuk beban terpusat, dimana a adalah panjang geser
(shear span) dan d adalah tinggi efektif balok (Gambar 5).
Keruntuhan lentur yang menurut (17) yaitu keruntuhan yang
terjadi pada balok dengan rasio a/d >5,5. Dimana arah retak
vertikalnya sepanjang kira-kira 1/3 bentang.
Semua balok pada penelitian ini memiliki nilai rasioa/d=1.57 maka balok termasuk kriteria balok pendek
dengan rasio a/d antara 1,0 –2,5 (17). Sehingga untuk
menghindari terjadinya retak geser tekan maka pada
penulangan geser dipasang tulangan ∅10 − 50 dan
memperkecil bentang pembebanan sebesar 140 mm maka
dari perencanaan awal diperoleh kapasitas geser balok
sebesar 1102,32 kN dan mengalami kegagalan geser pada
beban 211,90 kN. Dari hasil pengamatan, retak yang terjadi
pada semua benda uji balok geopolimer maupun balok OPC
mempunyai kesamaan pola retak yaitu pola retak lentur.
Retak awal pada balok terlentur umumnya terjadi pada
daerah tengah bentang tepat dibawah beban. Pada penelitian
ini, retak awal terjadi di wilayah momen maksimum balok
pada daerah transisi geser dan lentur tepat dibawah beban.Seiring dengan penambahan beban, retak halus merambat
vertikal yang memanjang dari sisi tarik dan mengarah ke
titik pembebanan pada sisi tekan beton. Kegagalan lentur
yang terjadi juga dibuktikan dengan besarnya beban
maksimum yang menyebabkan keruntuhan pada semua
benda uji balok masih lebih kecil daripada kapasitas geser balok.
Pola retak dan keruntuhan dari beberapa sampel balok
dapat dilihat pada Gambar 5.
D. Kapasitas Lentur Balok
Retak Awal 1.Retak awal terjadi ( first crack) disebabkan karena
besarnya tegangan tarik pada beton sudah melebihi batas
nilai tegangan tarik ( Modulus of Rupture).Besarnya nilai
tegangan tarik pada beton konvensional pada umumnya
hanya 10% dari kuat tekannya. Kekuatan dari suatu balok
beto polos yang dinamakan sebagai Momen Crack (Mcr) dicapai bila serat tarik maksimum dari beton mencapai
Modulus Runtuh. Dari hasil pengujian, beban yang
menyebabkan terjadinya retak diketahui dengan pengamatan
langsung dan analisa menggunakan strain gauge yang
dipasang pada salah satu sisi balok. Dari hasil analisa
pembacaan stain gauge (Gambar 6) , regangan yang terjadi
BG-80ºC BG-60ºC
B-OPC
BG-40ºC
Gambar 4 Hubungan Beban Lendutan
BG-Normal
7/26/2019 Pengaruh Suhu Perawatan terhadap Perilaku Lentur Balok Beton Geopolimer Bertulang
http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-suhu-perawatan-terhadap-perilaku-lentur-balok-beton-geopolimer-bertulang 5/8
5
Gambar 8 Hubungan Momen Crack, Momen Yield dan Momen
Maksimum
cenderung mengalami perubahan yang signifikan setelah
diberi beban.Hal ini menunjukkan bahwa serat tarik dari
balok sudah mencapai tegangan tarik maksimum yang
ditandai dengan munculnya retak.
Gambar 7 ditunjukkan hubungan kuat tekan terhadap
Momen Crack dari benda uji balok. Pada Balok geopolimer,
semakin tinggi kuat tekan akan menghasilkan Momen Crackyang tinggi pula. Pada benda uji geopolimer BG-80ºC yang
memiliki kuat tekan yang paling tinggi sebesar 81.07 mPa
menghasilkan Momen crack yang paling tinggi sebesar 5.47
kNm. Peningkatan momen crack sangat dipengaruhi oleh
besarnya kuat tekan beton karena semakin meningkatnya
kuat tekan juga akan meningkatkan kuat tarik lentur dari
beton geopolimer (18). Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan (5) yang mengatakan bahwa Momen Crack
balok beton geopolimer meningkat seiring meningkatnya
kuat tekan.
Gambar 8 ditunjukkan grafik pengaruh perawatan suhu
terhadap Momen Crack yang terjadi. Momen Crack
meningkat seiring meningkatnya perawatan suhu yangdiberikan pada beton geopolimer. Keretakan awal untuk
balok beton geopolimer paling kecil terjadi pada BG-
Normal (pada beban 45.13 kN) menghasilkan Momen crack
sebesar 4.08 kNm. Sedangkan keretakan yang paling
lambat terjadi pada BG-80 ºC (pada beban 60.63 kN )
menghasilkan Momen Crack sebesar 5.47 kNm. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu
perawatan akan meningkatkan kapasitas beban pada saat
retak awal dan meningkatkan Momen Crack dari balok
beton geopolimer bertulang. Sedangkan besarnya Momen
Crack pada balok beton OPC (B-OPC) yang dirawat pada
suhu normal hanya mencapai 2.93 kNm, lebih kecil
dibanding semua benda uji balok geopolimer. Hal tersebutdipengaruhi karena kuat tekan dari balok B-OPC juga sangat
kecil dibandingkan kuat tekan dari beton geopolimer.
Leleh Pada Tulangan Baja 2.
Leleh pada baja tulangan tarik balok terjadi setelah beton pada serat tarik balok sudah tidak mampu lagi menahan
tegangan tarik yang bekerja seiring bertambahnya beban
yang diberikan, sehingga tegangan yang terjadi diambil alih
oleh baja tulangan. Besarnya Momen pada saat baja mulai
leleh diperoleh dari pembacaan regangan pada strain gauge
yang dipasang pada baja tulangan tarik Error! Reference
source not found.. Dari hasil pengujian kuat tarik baja
diperoleh tegangan leleh baja sebesar 342.18 mPa denganregangan leleh baja sebesar 0.0017. Sehingga diasumsikan
tulangan tarik pada balok akan mengalami leleh pada saat
mencapai regangan sebesar 0.0017.
Gambar 8 ditunjukkan grafik pengaruh perawatan suhu
terhadap Momen Leleh yang terjadi. Momen leleh
meningkat seiring meningkatnya perawatan suhu yangdiberikan. Momen leleh yang paling besar terjadi pada BG-
80 ºC (pada beban 81.96 kN ) menghasilkan Momen leleh
sebesar 7.39 kNm. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa
peningkatan suhu perawatan akan meningkatkan kapasitas beban pada saat leleh balok beton geopolimer bertulang.
Sedangkan besarnya Momen Leleh pada balok beton OPC(B-OPC) yang dirawat pada suhu normal mencapai 5.60
kNm pada beban 62.05 kN lebih kecil dari balok
geopolimer. Momen leleh baja dari balok dipengaruhi oleh
first crack yang terjadi pada benda uji balok. Dari hasil
pengujian diketahui bahwa Momen leleh baja meningkat
seiring meningkatnya Momen Crack beton.
Keruntuhan Balok3.
Keruntuhan Balok tercapai pada saat balok mencapai
kapasitas maksimumnya. Pada penelitian ini, keruntuhan
balok didesain berpenampang under reinforced, sehinggakeruntuhan balok akan ditandai dengan lelehnya bajaterlebih dahulu sebelum serat tekan beton mencapai
regangan maksimumnya (17).
Momen Maksimum balok meningkat seiring
bertambahnya beban yang bekerja. Momen Maksimum
balok diperoleh dari besarnya beban maksimum yang
menyebabkan keruntuhan pada benda uji balok
Gambar 8 ditunjukkan besarnya Momen Maksimum
yang terjadi berdasarkan hasil pengujian dengan variasi suhu
yang berbeda. Momen Maksimum yang paling tinggi
dicapai pada balok beton geopolimer yaitu BG-80 ºC
sebesar 10.48 kNm dengan beban sebesar 116.29 kN.
Gambar 6 Sampel Grafik Pembacaan Regangan Beton
Samping BG-80 ºC
Gambar 7 Hubungan Kuat Tekan Terhadap Momen Crack
7/26/2019 Pengaruh Suhu Perawatan terhadap Perilaku Lentur Balok Beton Geopolimer Bertulang
http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-suhu-perawatan-terhadap-perilaku-lentur-balok-beton-geopolimer-bertulang 6/8
6
Sedangkan pada balok beton OPC yaitu B-OPC dengan
suhu normal menghasilkan Momen Maksimum paling kecil
dibandingkan dengan balok beton geopolimer sebesar 8.67
kN dengan beban maksimum sebesar 96.14 kN. Pada
penelitian yang dilakukan (19) menyimpulkan bahwa
kapasitas beban maksimum dari balok beton geopolimer16.7% lebih besar dibandingkan balok beton konvensional.
Dari hasil penelitian (20) juga disebutkan bahwa retak
pertama dan beban maksimum dari balok geopolimermemang lebih tinggi dibandingkan dengan balok beton OPC
yang dirawat pada kondisi yang sama.
E. Daktilitas Balok
Daktilitas pada balok merupakan perbandingan antara
deformasi batas dan deformasi leleh. Pada penelitian ini
indeks daktilitas dihitung berdasarkan perbandingan
perpindahan struktur pada saat beban maksimum (Δu)
terhadap perpindahan struktur pada saat leleh (Δy) (14).Besarnya perpindahan saat leleh didapat berdasarkan beban
pada saat baja mengalami leleh pertama (εy = 0.0017)
sedangkan perpindahan maksimum terjadi pada saat balok
mengalami keruntuhan.
Gambar 9 menunjukkan bagaimana pengaruh suhu
perawatan yang berbeda terhadap daktilitas dari balok
geopolimer. Balok geopolimer dengan perawatan suhu 80 ºC
(BG-80ºC) menghasilkan daktilitas perpindahan yang palingkecil sebesar 4.09 . Daktilitas paling tinggi dicapai pada
beton geopolimer yang dirawat pada suhu normal sebesar
8.62. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
peningkatan suhu terhadap perawatan beton geopolimer
akan memberikan efek signifikan terhadap daktilitas balok
beton geopolimer dimana semakin tinggi suhu perawatan
yang diberikan akan menurunkan daktilitas balok tersebut.
Hal ini disebabkan karena pada suhu perawatan yang tinggi
membuat beton geopolimer menjadi lebih getas. Pada penelitian (22) menyimpulkan bahwa beton geopolimer
yang dirawat pada suhu 60°C memiliki sifat yang lebih getas
dibanding beton geopolimer yang dirawat pada suhu normal
.Pada penelitian (20) yang membandingkan indeks daktilitas
curvature balok geopolimer dan beton konvensional juga
menyimpulkan bahwa semua benda uji balok beton
geopolimer memiliki daktilitas yang lebih baik
dibandingkan balok beton konvensional.
F. ANALISA PENDEKATAN TEORITIS
1. Momen Crack Teoritis
Perhitungan Momen crack teoritis berdasarkan SNI 2847
2013 tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung pasal 9.9 dan 9.10.
= .
(2)
= 0,62� ′ (3)
Keterangan:
M cr = Momen Crack (kNm)
f r = Modulus Rupture (hancur) beton (mPa)
I g = Momen Inersia Penampang beton bruto (mm4)
yt = Jarak dari sumbu netral penampang bruto ke muka
tarik (mm)
λ = faktor modifikasi, untuk beton normal = 1
Dari Gambar 11 menunjukkan perbandingan besarnya
Momen Crack hasil pengujian dan pendekatan secara
teoritis. Dari hasil analisa data dapat diketahui bahwa
besarnya Momen Crack hasil eksperimen lebih kecil
dibanding hasil pendekatan teoritis dengan rata-rata rasio perbandingan eksperimen dan teoritis sebesar 1.53 dengan
standar deviasi sebesar 0.19. Pada penelitan (6) besarnya
Momen Crack teoritis dihitung berdasarkan Australian
Standard for Concrete Strucuture, As 3600 menghasilkan
rata-rata rasio Momen crack eksperimen dan teoritis sebesar1.35.
2. Momen Kapasitas Maksimum Eksperimen dan Teoritis
• Momen Kapasitas Eksperimen
Gambar 10 Tegangan-Regangan Eksperimen
Gambar 10 ditunjukkan gaya-gaya yang bekerja pada
sisi tekan balok, garis netral dapat diketahui sebesar c=
22.69 mm. Dari hasil analisis data diperoleh luas blok stress
kurva A = 1260.11 N/mm dengan titik berat sumbu x = 8.95
mm. Untuk perhitungan Mn benda uji balok BG-80
digunakan persamaan ( ) ( )'c s Mn C d x C d d = − − −
(4)
( ) ( )'c s Mn C d x C d d = − − −
(4)
Keterangan:
M n = Momen Nominal Crack (kNm)
C c= Gaya Tekan Beton (kN)
d = tinggi efektif balok (mm)
x= Titik berat sumbu x (mm)
4.78
8.62
4.934.40
4.09
3
4
5
6
7
8
9
B-OPC BG-Normal BG-40ºC BG-60ºC BG-80ºC
D a k t i l i t a s
Suhu Perawatan ºC
Gambar 9 Indeks daktilitas Balok
7/26/2019 Pengaruh Suhu Perawatan terhadap Perilaku Lentur Balok Beton Geopolimer Bertulang
http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-suhu-perawatan-terhadap-perilaku-lentur-balok-beton-geopolimer-bertulang 7/8
7
• Momen Kapasitas Teoritis
Gambar 13 Tegangan-Regangan Teoritis
s cT C C + = (5)
( ) ( )1. '. . 0.85 ' .
s s As fy As E f c b xε β + = × × (6)
Dari Persamaan 5 diperoleh garis netral penampang untuk
menghitung regangan tulangan tekan ( ')sε
Cek tulangan tekan leleh ( ' )s yε ε ≥
Jika tulangan tekan leleh dipakai fs fy= Jika tulangan tekan belum leleh :
s s fs E ε = ×
(7)
Perhitungan Kapasitas Penampang teoritis (Mn)
( )'2
c s
a Mn C d C d d
= − − −
Gambar 12 ditunjukkan perbandingan Momen Kapasitas
penampang hasil eksperimen dan pendekatan teoritis beton
konvensional. Dari hasil analisa data diperoleh rata-rata
rasio perbandingan sebesar 0.8 dengan standar deviasi
sebesar 0.17. Dapat dilihat bahwa kapasitas penampang dari
hasil exsperimen lebih kecil dari kapasitas penampang hasil pendekatan teoritis. Hal ini disebabkan karena garis netral
(c) pada blok stress hasil experimen juga lebih kecil
dibandingkan hasil pendekatan teoritis. Sehingga perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan garis netral
berdasarkan hasil pengujian.
IV.
KESIMPULAN
Dari hasil hasil pengujian dan analisa data yang telah
dilakukan dari balok beton geopolimer bertulang, makadapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
perawatan yang diberikan pada beton geopolimer. Kuat1.
tekan paling tinggi yang dicapai sebesar 81.96 MPa pada suhu 80ºC
Suhu perawatan mempengaruhi besarnya lendutan2.
yang terjadi balok geopolimer. Untuk beton
geopolimer lendutan yang paling besar dicapai pada
balok yang dirawat pada suhu 80ºC sebesar 11.45 mm
Dari hasil pengamatan pola retak yang terjadi pada3.
semua benda uji balok beton geopolimer maupun balok
beton OPC memiliki pola retak lentur.
Pada benda uji geopolimer BG-80ºC yang memiliki4.
kuat tekan yang paling tinggi sebesar 81.96 mPa
menghasilkan Momen crack yang paling tinggi sebesar
5.47 kNm
Momen Crack meningkat seiring meningkatnya5.
perawatan suhu yang diberikan. Keretakan awal paling
kecil terjadi pada balok geopolimer BG-40ºC (pada
beban 45.13 kN) dengan perawatan suhu normal
berkisar 28-32 ºC menghasilkan Momen Crack sebesar
4.08 kNm. Sedangkan keretakan yang paling besar
terjadi pada BG-80 ºC (pada beban 60.63 kN ).
Kapasitas lentur balok yang paling tinggi untuk balok6.
geopolimer adalah BG-80 ºC sebesar 10.48 kNm
dengan beban maksimum 116.29 kNm.
Kapasitas maksimum dari balok beton OPC ( B-OPC)7.
adalah sebesar 8.67 kNm dengan beban maksimum
sebesar 96.14 kN. Hal ini disebabkan karena kuat tekan
B-OPC hanya sebesar 45.62 mPa lebih kecil dari kuat
tekan beton geopolimer.
Daktilitas terendah terjadi pada balok BG-80 ºC8.
sebesar 4.09 sedangkan daktilitas yang paling tinggi
dicapai pada BG-Normal yang dirawat pada suhu
normal sebesar 8.62.Analisa Momen Crack teoritis balok beton geopolimer9.
dan beton OPC mengacu pada (SNI 2847 2013). Rata-
Rata perbandingan Momen Crack eksperimen dan
teoritis sebesar 1.53 dengan standar deviasi 0.19.
Kapasitas penampang dari hasil exsperimen lebih kecil10.
dari kapasitas penampang hasil pendekatan teoritis. Hal
ini disebabkan karena garis netral (c) pada blok stress
hasil experimen juga lebih kecil dibandingkan hasil
pendekatan teoritis.
Direkomendasikan beton geopolimer yang dirawat11.
pada suhu normal digunakan sebagai beton struktural
untuk bangunan gedung karena memiliki perilaku yang
lebih daktail dibanding beton geopolimer yang dirawat
pada suhu tinggi.
Gambar 11 Grafik Perbandingan Momen Crack Eksperimen dan Teoritis Gambar 12 Grafik Perbandingan Momen Maksimum Eksperimen danTeoritis
7/26/2019 Pengaruh Suhu Perawatan terhadap Perilaku Lentur Balok Beton Geopolimer Bertulang
http://slidepdf.com/reader/full/pengaruh-suhu-perawatan-terhadap-perilaku-lentur-balok-beton-geopolimer-bertulang 8/8
8
V.
DAFTAR PUSTAKA
1. Factors Influencing The Compressive Strength of Fly Ash
Based Geopolimer Concrete. Hardjito, Djwantoro, et
al., et al. September 2004, Civil Engineering Dimension,
Vol. 6, pp. 88–93. 2.
2. Alkali-Activated FLy Ashes : A Cement for Future.
Palomo, A., Grutzeck, M.W. and Blanco, M.T. 1999,
Cement and Concrete Research, pp. 1323-1329.
3. Development and Properties of Low-CAlcium Fly Ash-
Based Geopolymer Concrete. Hardjito, D. and Rangan,
B. 2005, Research Report GC, p. 94.
4. Effect of Duration and Temperature of Curing on
Compressive Strength of Geopolymer Concrete. Manesh
B, Satpute, Madhukar R, Wakchaure and Subhash
V, Patankar. 5, 2012, International Journal of
Engineering and Innovative Technology (IJEIT), Vol. 1,
pp. 152-155.
5. Low-Calcium Fly Ash-Based Geopolymer Concrete:
Reinforced Beams and Columns. Sumajow, M.D.J. and
Rangan, B. V. 2006, Curtin University and Technologi.
6. Standard Specification for Coal Fly Ash and Raw or
Calcined Natural Pozzolan for Use in Concrete. ASTM
C 618. - 03.
7. Standard Test Method for Materials Finer than 75- μm
(No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing.
ASTM C 117. - 03.
8. Standard Test Method for Density, Relative Density
(Specific Gravity), and Absorption of Coarse Aggregate.
ASTM C 127. - 01.
9. Standard Test Method for Density, Relative Density
(Specific Gravity), and Absorption of Fine Aggregate.
ASTM C 128. - 01.
10. ASTM C-131. Standard Test Method for Resistance to
Degradation of Small-Size Coarse Aggregate by
Abrasion and Impact in the Los Angeles Machine.
United State : ASTM International, 2003.
11. Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and
Coarse Aggregates. ASTM C 136. - 01.
12. Standard Specification for Concrete Aggregates. ASTM
C 33. - 03.
13. Standard Test Method for Organic Impurities in Fine
Aggregates for Concrete. ASTM C 40. - 04.14. ASTM C 566. Standard Test Method for Total
Evaporable Moisture Content of Aggregate by Drying.
United State : ASTM International, 1997.
15. Wigestika, Prasma. Pengaruh Penambahan
Superplasticizer Pada Kinerja Beton Geopolimer. 2013.16. Effect Of Curing Temperature And Curing Hours On
The Geo-Polymer Concrete. Nagral, Mohammed
Rabbani. 9, India : s.n., 2014, International Journal of
Computational Engineering Research (IJCER), Vol. 04.
17. Nawy, Edward G. Beton Bertulang. [trans.] Bambang
Suryoatmono. s.l. : PT Refika Aditama, 1998.18. Kuat Tarik Lentur Beton Geopolymer Berbasis Abu
Terbang (FLy Ash). Paat, Filia Eunike Sofia, Wallah,
Steenie E. and Windah, Reky S. 2014, pp. 337-343.
19. Flexural Behaviour of Low Calciumm Flyash Based
Geopolymer Concrete Beam. Kumaravel, S.,
Thirugnanasambandam, S. and Jeyasehar, C.
Antony. 2013.20. Strength and Behaviour of Geopolymer Concrete Beams.
Abraham, Ruby. 2013, International Journal of
Innovative Research in Science, Engineering and
Technology, pp. 159-166.
21. Park, R. and Paulay, T. Reinforced Concrete Beam.
New Zealand : John Wiley and Sons, 1974.
22. Fracture behaviour of heat cured fly ash based
geopolymer concrete. Sarker, Prabir K., Haque,
Rashedul and Ramgolam, Karamchand V. 2013,
Materials and Design, pp. 560-586.
23. SNI 2847. Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung. s.l. : Badan Standarisasi Nasional,
2013.24. High Alkali Cements for 21 Century Concretes.
Davidovits, Joseph. 1994, Geopolymere Institute.25. Geopolymer Chemistry and Aplications. Davidovits,
Joseph. 2011, Saint-Quentin : Institute Geopolymere.
26. Analisa Sifat Mekanik Beton Geopolimer Dengan Bahan
Utama Fly Ash dan NaoH 8M dan 10M. Damayanti,
Oktaviana. Surabaya, Jurusan Teknik Sipil ITS : s.n.,
2008.27. Efek Perawatan Terhadap Karakteristik Beton
Geopolimer. Achmad, Djedjen and A.G, Hidjan. 2012,
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Jakarta.
28. High Alkali Cements for 21 Century Concretes.
Davidovits, Joseph. France : s.n., 1994, GeopolymerInstitute.
29. Soft Mineralurgy and Geopolymers. Davidovits,
Joseph. France : s.n., 1988, Geopolymer Institute.
30. Permana, Wira Ekha. Analisa Sifat Mekanik Beton
Geopolimer Dengan Bahan Dasar Fly Ash DAn Larutan
NaOH dengan Molaritas 12M dan 14M Sebagai
Aktifator. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil, ITS, 2008.31. Perkembangan Beton Geopolimer. Ekaputri, Januarti
Jaya and Triwulan. 2013, Simposium Nasional
Geopolimer Indonesia.
32. Wang, Chu-Kia and Salmon, Charles G. Desain
Beton Bertulang. [trans.] Binsar Hariandja. Ke-4. s.l. :
ERLANGGA, 1990.33. McCormac, Jack C. Desain Beton Bertulang. s.l. :
ERLANGGA, 2003.
34. Geopolymeric materials prepared using Class F fly ash
and elevated temperature curing. Bakharev, T. 2004,
Cement and Concrete Research 35 (2005) 1224–1232.
35. Kuat Tarik Lentur Beton Geopolimer Berbasis Abu
terbang (Fly Ash). Wallah, Steenie E., Windah, Reky
S. and Paat, Filia Eunike Sofia. 2014.
36. PERBANDINGAN ENERGI PADA PERCOBAAN
BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK
DAN MONOTONIK. Marpaung, Raja, suhadi and
Tilik, Lina Flaviana. 2013.