pengaruh sikap terhadap produk dan gaya · pdf fileblackberry pada siswa sma al –azhar...
TRANSCRIPT
i
Pengaruh Sikap Terhadap Produk dan Gaya Hidup
Brand Minded Terhadap Keputusan Membeli Smartphone
Blackberry Pada Siswa SMA Al –Azhar Bumi Serpong
Damai
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persayaratan Gelar
Sarjana Psikologi
Oleh :
RIFKY ANUGRAH
107070002427
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2011 M
PENGARUH SIKAP TERHADAP PRODUK DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI SMARTPHONE
BLACKBERRY PADA SISWA SMA AL – AZHAR BSD
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
RIFKY ANUGRAH
NIM: 107070002427
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I
Drs. Sofiandy Zakaria, M.PsiNIDN: 0315054701
Pembimbing II
Desi Yustari Muchtar, M.PsiNIP: 19821214 200801 2 006
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH SIKAP TERHADAP PRODUK DAN
GAYA HIDUP BRAND MINDED TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI SMARTPHONE BLACKBERRY PADA SISWA SMA AL – AZHAR BSD”telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 5 Desember 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan / Ketua Pembantu Dekan / Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga,M.SiNIP: 130 885 522 NIP: 19561223 198303 2 001
Anggota:
Penguji I Penguji II / Pembimbing I
Gazi, M.Si Drs. Sofiandy Zakaria, M.PsiNIP: 19711214 200701 1 014 NIDN: 0315054701
Pembimbing II
Desi Yustari Muchtar, M.PsiNIP: 19821214 200801 2 006
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rifky Anugrah
NIM : 107070002427
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH SIKAP
TERHADAP PRODUK DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED
TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI SMARTPHONE BLACKBERRY
PADA SISWA SMA AL – AZHAR BSD” adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut.
Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya
cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau
jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 5 Desember 2011
Rifky Anugrah .NIM: 107070002427
MOTTO
“Dengan kesabaran dan kegigihan apapun akan
mungkin terjadi
Karena sesungguhnya....
keberhasilan tidak terletak di awal perjalanan.
kemudahan terletak di balik kesulitan.
keajaiban adalah hadiah bagi yang berani.
Karena sesunguhnya....
kesejahteraan adalah hak bagi yang bertahan.
kedamaian adalah anugerah bagi yang bersabar.
Dan kemuliaan adalah rahmat bagi yang ikhlas.
Maka bersabarlah,
dan tetaplah setia kepada kebaikan
yang selalu kamu yakini.
Ingatlah,
DENGAN KESABARAN DAN KEGIGIHAN, APA PUN
MUNGKIN”
Ku Persembahkan Untuk Papa dan Mama
Ini Adalah Sebuah Awal Dari Jalan Kesuksesan
Untuk Membahagiakanmu. . . .
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta(B) Desember 2011(C) Rifky Anugrah(D) xv + 128 halaman + lampiran(E) Pengaruh Sikap Terhadap Produk dan Gaya Hidup Brand Minded Terhadap
Keputusan Membeli Smartphone Blackberry Pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai.
(F) Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan mendapatkan informasi semakin meningkat sehingga manusia membutuhkan alat perantara dalam melakukan komunikasi yang dapat digunakan kapanpun dan dimanapun mereka berada. Salah satu alat komunikasi yang saat ini menjadi pembicaraan dan pilihan setiap orang adalah ponsel cerdas (smartphone). Di Indonesia sendiri produk smartphone yang banyak digandrungi remaja ialah blackberry. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi Sikap Terhadap Produk dari aspek kognitif (X1), afektif (X2), konasi (X3), Gaya Hidup Brand Minded dari aspek aktifitas (X4), minat (X5), opini (X6) serta variabel demografi seperti pendapatan orang tua per bulan (X7) dan uang saku siswa per bulan (X8) terhadap keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai.Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 350 siswa SMA Al – Azhar BSD yang terdiri dari siswa kelas 1 dan 2 yang di ambil dengan menggunakanteknik non probability sampling. Masing-masing subjek diberikan skala dengan jumlah item sebanyak 70 item yang terdiri dari 41 item sikap yang juga terdiri dari 15 item kognitif, 14 item afektif dan 11 item konasi. Lalu 29 item gaya hidup brand minded terdiri dari 12 item aktifitas, 11 item minat dan 6 item opini. Di tambah dengan variabel demografi yaitu pendapatan orang tua dan uang saku siswa per bulan.Uji validitas masing-masing item dilakukan dengan metode CFA (Confirmatory Factor Analyis) menggunakan LISREL 8.70. Kemudian untuk uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda (Multiple regression analysis) menggunakan SPSS 17.0. Pada penelitian ini peneliti menganalisis alat ukur berdasarkan dimensi atau aspek dari variabel sehingga pada ujihipotesis peneliti menganalisis satu per satu aspek dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen terhadap dependen variabel sebesar 10, 3 % dengan signifikansi (0,000) < 0,05. Sedangkan sisanya 89,7 % merupakan dari variabel lain diluar penelitian ini. Akan tetapi variabel yang paling berpengaruh signifikan adalah variabel sikap sebesar 6,9 %. Hal ini berarti sikap terhadap produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA Al – Azhar BSD.
Jika dilihat dari aspek per variabel, maka variabel sikap terhadap produk dari aspek afektif yang memiliki pengaruh sebesar 8,7 % dan signifikansi (0,000) < 0,05. Jadi semakin tinggi afektif siswa terhadap produk maka semakin besar kemungkinan siswa tersebut untuk membeli smartphone blackberry. Saran bagi penelitian ini, peneliti diharapkan menggunakan simple random sampling serta turut langsung turun ke lapangan untuk mengambil data.
(G) Daftar Bacaan: 37, 21 buku; 4 jurnal; 12 internet.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puja dan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang yang
diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan
judul “PENGARUH SIKAP TERHADAP PRODUK DAN GAYA HIDUP
BRAND MINDED TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI SMARTPHONE
BLACKBERRY PADA SISWA SMA AL – AZHAR BUMI SERPONG
DAMAI”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita
semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
dalam bentuk sumbangan pikirian, tenaga, dan waktu yang tidak terukur dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi., sebagai Dosen pembimbing I, terima
kasih atas waktu, bimbingan, sumbangan pikiran serta saran yang telah
diberikan kepada penulis.
3. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih
atas waktu, bimbingan, sumbangan pikiran dalam penulisan, serta saran demi
kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Samsul Mubin Selaku Wakil kepala Sekolah SMA Al – Azhar BSD
atas waktu dan tenaga yang disediakan, terima kasih telah memudahkan
penulis dalam mengambil data bagi penelitian ini.
5. Bapak Rahmat Mulyono M.Si., Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih
atas bimbingan dan semangatnya selama penulis menjalani perkuliahan.
6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
banyak memberikan ilmu dan pembelajaran kepada Penulis.
7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak membantu Penulis dalam menjalani perkuliahan, Pak Deden, Pak
Ayung, Pak Dodo, serta tak lupa Pak Yordan.
8. Kedua orangtua, Ismail Sapri Mansoer dan Suky Maswiyah yang merupakan
sumber inspirasi serta motivasi bagi penulis dan senantiasa memberikan doa
yang selalu menyertai penulis, kasih sayang, cinta, motivasi, bantuan moril
dan material yang tidak akan pernah bisa terganti dan terbayar oleh apapun.
9. Kedua kakak, Jumayanti Indah lastari dan Desi Indriatika Dewi yang selalu
memberikan kritik serta saran yang membangun penulis untuk menjadi
manusia yang lebih baik. Thx for all of your support to me sist..
10. Anrio Marfizal (Bang Rio), Afif Amrullah (Bang Apip), Kharisya Handayani
(Icha) terima kasih banyak atas masukan dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis. Makasih Bang Rio, buat motivasi serta canda tawanya, sukses
dan berkah buat Nine B. Bang Apip, makasih banget udah meluangkan waktu
untuk mengajarkan bahasa arab, sukses dan berkah juga untuk Dapur Mama.
Buat icha, makasih ya chaa..nanti kakak traktir deh..hehehe
11. Sahabat - sahabat, Deniel, Belga ‘Duduy’, Andre, Syifa, Tika, Dini, uyun,
Itep, Tia. Terima kasih untuk suka duka yang telah dibagi selama ini, love you
all as always. (jalan ke curug mana lagi kitaaaa…?? =D)
12. Seluruh teman-teman kelas D angkatan 2007, terima kasih untuk semua
kebersamaan kita selama 4 tahun, untuk semua cerita dan pengalaman yang
begitu luar biasa, canda tawa yang pernah kita lewati, saat-saat berdiskusi dan
mengerjakan tugas kuliah bersama-sama, itu adalah perjuangan yang manis
kawan.
13. Teman berdiskusi skripsi, Ami, Mutia, Gilang, Nuran, Ghaida Muthi, Siro,
Linda, Farah, Anya dan Laras. Tak lupa Couple of The Year Reza & Afifah
Terima kasih sudah berbagi ide serta pikirannya. Sekali lagi ini adalah
perjuangan yang paaling manis, sukses untuk kita semua, May Allah Blessed
All of You.
14. Adiyo & Pak Baydhowi. Adiyo terima kasih telah sabar mengajari penulis tata
cara penggunaan Lisrel. Mulai dari Penulis tidak bisa sama sekali sampai
akhirnya bisa. Thx berat ya yo’. Pak Baydhowi terima kasih untuk diskusi,
masukan serta kritiknya kepada penulis.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk
segala doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna
agar pada penulisan selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing I
Lembar Pengesahan Panitia Ujian Ii
Lembar Orisinalitas Iii
Motto dan Persembahan Iv
Abstrak Vi
Kata Pengantar ix
Daftar Isi xii
Daftar Tabel xvi
Daftar Gambar xix
Daftar Lampiran xx
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan & Pembatasan Masalah 14
1.2.1 Perumusan Masalah 14
1.2.2 Pembatasan Masalah 15
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 16
1.3.1 Tujuan Penelitian 16
1.3.2 Manfaat penelitian 16
1.4 Sistematika Penulisan 17
BAB II Kajian Teori
2.1 Keputusan Membeli 19
2.1.1 Pengertian Keputusan Membeli 19
2.1.2 Jenis – jenis Keputusan Membeli 20
2.1.3 Tahap – tahap Pengambilan Keputusan Membeli 24
2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan membeli 27
2.1.5 Peran Individu Dalam Keputusan Membeli 39
2.2 Gaya Hidup 40
2.2.1 Gaya Hidup Brand Minded 41
2.2.2 Pengukuran gaya Hidup 42
2.3 Sikap 48
2.3.1 Pengertian Sikap 48
2.3.2 Komponen Sikap 51
2.3.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Sikap 53
2.3.4 Karakteristik Sikap 55
2.3.5 Fungsi Sikap 57
2.4 Kerangka berpikir 58
2.5 Hipotesis 64
BAB III Metode Penelitian
3.1 Populasi dan Sampel 66
3.2 Variabel penelitian 66
3.3 Definisi Operasional Variabel 67
3.4 Instrumen pengumpulan Data 69
3.5 Metode Analisa Data 73
3.5.1 Uji validitas dan Reliabilitas 73
3.5.2 Metode Analisa Data Pengujian Hipotesis Mayor 75
3.5.3 Metode Analisa Data Pengujian hipotesis Minor 77
3.6 Uji validitas Konstruk 78
3.6.1 Sikap Terhadap Produk 78
3.6.1.1 Validitas Konstruk Kognitif 78
3.6.1.2 Validitas konstruk Afektif 81
3.6.1.3 Validitas Konstruk Konasi 85
3.6.2 Gaya Hidup Brand Minded 87
3.6.2.1 Validitas konstruk Aktifitas 87
3.6.2.2 Validitas Konsrtuk Minat 91
3.6.2.3 Validitas Konstruk Opini 94
3.7 Prosedur Pengumpulan Data 97
BAB IV Hasil Penelitian
4.1 Analisis Deskriptif 99
4.1.1 Kategorisasi Skor Variabel 102
4.1.2 Analisis Uji Beda Variabel Demografi 104
4.2 Uji Hipotesis 105
4.2.1 Pengujian Hipotesis Mayor dan Minor 105
4.2.2 Pengujian proporsi Varians 112
BAB V Kesimpulan, Diskusi dan Saran
5.1 Kesimpulan 116
5.2 Diskusi 118
5.3 Saran 126
5.3.1 Saran Metodologis 126
5.3.2 Saran Praktis 127
Daftar Pustaka 129
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jensis – jenis Keputusan Membeli 20
Tabel 2.2 Dimensi Gaya Hidup 45
Tabel 2.3 Kelebihan dan kekurangan Pengukuran Gaya Hidup 46
Tabel 3.1 Blueprint Sikap 71
Tabel 3.2 Blueprint Gaya Hidup 72
Tabel 3.3 Blueprint Keputusan Membeli 73
Tabel 3.4 Muatan faktor Item pada aspek kognitif 79
Tabel 3.5 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Butir-butir item Kognitif
80
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item pada Aspek Afektif 83
Tabel 3.7 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Butir-butir item Afektif
84
Tabel 3.8 Muatan faktor item pada Aspek Konasi 86
Tabel 3.9 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Butir-butir item Konasi
87
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item pada Aktifitas 89
Tabel 3.11 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Butir-butir item Aktifitas
90
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item pada Minat 92
Tabel 3.13 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Butir-butir item Minat
93
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item pada Opini 95
Tabel 3.15 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Butir-butir item Opini
96
Tabel 4.1 Distribusi populasi penelitian berdasarkan jenis kelamin 100
Tabel 4.2 Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin 100
Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan pendapatan orang tua per
bulan
101
Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan uang saku per bulan 102
Tabel 4.5 Kategori subjek berdasarkan kategori sikap 103
Tabel 4.6 Kategori subjek berdasarkan gaya hidup brand minded 103
Tabel 4.7 Kategori subjek berdasarkan keputusan membeli 104
Tabel 4.8 Uji Beda 105
Tabel 4.9 Tabel R Square 106
Tabel 4.10 Tabel anova 107
Tabel 4.11 Koefesien regresi 108
Tabel 4.12 Proporsi varians masing-masing variabel 112
Tabel 5.1 Analisis Regresi pada Variabel Besar 117
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap – tahap Keputusan Membeli 24
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir 63
Gambar 3.1 Analisis faktor Konfirmatorik Untuk Konstruk Kognitif 78
Gambar 3.2 Analisis faktor Konfirmatorik Untuk Konstruk Afektif 82
Gambar 3.3 Analisis faktor Konfirmatorik Untuk Konstruk Konasi 85
Gambar 3.4 Analisis faktor Konfirmatorik Untuk Konstruk Aktifitas 88
Gambar 3.5 Analisis faktor Konfirmatorik Untuk Konstruk Minat 91
Gambar 3.6 Analisis faktor Konfirmatorik Untuk konstruk Opini 94
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran B : Item
Syntax dan Output CFA
Output Regresi
Atribut Produk
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan
dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi informasi dari dan atau kepada
orang lain. Kebutuhan untuk mendapatkan informasi semakin meningkat sehingga
manusia membutuhkan alat perantara dalam melakukan komunikasi yang dapat
digunakan kapanpun dan dimanapun mereka berada. Salah satu alat komunikasi
yang saat ini menjadi pembicaraan dan pilihan setiap orang adalah ponsel cerdas
(smartphone).
Menurut penelitian Lawalata (2010) yang berjudul Perilaku Pembelian
Ponsel Cerdas (Smartphone) antara Gaya Hidup dan Kebutuhan menyatakan
bahwa, sejak tiga tahun terakhir ini tidak jarang produsen komunikasi
mengeluarkan dua sampai tiga seri ponsel cerdas (smartphone) dalam beberapa
pilihan kelebihan yang tentu saja disesuaikan dengan harga yang harus dibayar.
Begitu halnya dengan konsumen, dari kalangan pelajar khususnya sampai
profesional sepertinya tidak percaya diri ketika mereka tidak memiliki salah satu
dari ponsel cerdas tersebut.
Meskipun berada pada zaman perekonomian yang sulit, hal ini tidak
mempengaruhi konsumen untuk membeli ponsel cerdas (smartphone). Terkadang
harga sudah tidak lagi menjadi pertimbangan ketika mereka dihadapkan pada
fitur-fitur canggih yang memudahkan mereka berkomunikasi seperti akses
internet, kirim-terima email, dan lain-lain. Mendengarkan musik dan mengambil
gambar juga dapat dengan mudah dilakukan. Beragam inovasi yang ditawarkan
membuat konsumen tertarik akan kecanggihan ponsel cerdas tersebut. Di tambah
dengan booming jejaring sosial di dunia maya seperti facebook, twitter,
foursquare, skype, dan lain sebagainya. Kecanggihan fitur yang ditawarkan
membuat siapapun penggunanya tampak seperti tidak bisa lepas dari
ketergantungan terhadap ponsel cerdas tersebut.
Lawalata (2010) juga menambahkan bahwa, blackberry merupakan salah
satu produk smartphone (ponsel cerdas) yang saat ini menguasai pasar Indonesia,
setelah Nokia dan Symbian Operating System nya. Blackberry diciptakan oleh
RIM (Research in Motion) - sebuah perusahaan dari Kanada- , mencatat bahwa
hanya 30% dari pengguna blackberry di Indonesia yang menggunakan sebagai
keperluan bisnis, sedangkan 70% menggunakan untuk blackberry Messenger
(BBM) dan keperluan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, MySpace
(articlesnatch.com). Ponsel cerdas (smartphone) begitu cepat perkembangannya
hingga menjadi sebuah symbol identitas.
Menurut pernyataan Arum Verma yang merupakan platform evangelist
dari RIM dalam media briefing di Hotel Four Seasons, Jakarta pada tanggal 23
Maret 2011 menyatakan bahwa, pengguna BBM (Blackberry Messenger) telah
mencapai pertumbuhan 500 % di tahun 2010. Sementara itu, pengguna blackberry
di Indonesia sendiri diperkirakan telah mencapai 3 juta pelanggan.
Pengguna blackberry di negara lain biasanya lebih memusatkan perhatian
untuk memenuhi kebutuhan kerja, tetapi di Indonesia terjadi pergeseran dari
fungsi kerja ke gaya hidup (Lifestyle). Hal ini dikemukakan oleh Dirut perusahaan
pengembang aplikasi blackberry di Indonesia Better-B, Kemal Arsjad. Ia
menyatakan, bahwa pengguna blackberry di Indonesia hanya untuk mengakses
facebook dan twitter saja.
Sesuai dengan pendapat PR Manajer Hucthison CP Telecom, Arum K
Prasopjo menyatakan bahwa hanya pengguna blackberry di Indonesia digunakan
oleh non-user corporate, sedangkan di negara lain blackberry digunakan oleh user
corporate. Tak hanya itu, Personal Identiy Number (PIN) yang biasa digunakan
untuk BBM (Blackberry Messanger) yang dijaga kerahasiaannya, justru di
Indonesia dengan mudah nya di ‘obral’.
Produk RIM tersebut telah mengambil hati semua remaja khususnya di ibu
kota. Di mall atau di tempat umum lainnya, kita banyak melihat remaja berjalan
dengan kepala tertunduk dengan kedua tangan menggenggam smartphone
blackberry sambil BBM-an.
Smartphone seperti halnya blackberry kini menjadi suatu kebutuhan bagi
banyak orang. Tidak hanya terbatas untuk kalangan orang dewasa tetapi anak
muda sudah banyak yang menggunakannya, mulai dari orang tua bahkan sebagian
anak SD.
Layanan ini sudah bisa sampai kalangan remaja di Indonesia karena
layanan ini mempunyai sasaran segmen pasar yang sangat tepat di market
Indonesia, yaitu messaging. Alasan utama para remaja sudah mulai menggunakan
blackberry adalah kemudahan penggunaan layanan instant messaging yang
terintegrasi pada fitur blackberry seperti halnya blackberry messenger (BBM)
untuk keperluan komunikasi dengan teman-teman dan keluarga lewat biaya
bulanan, sehingga kita bisa melihat market di Indonesia yang masih senang
dengan SMS sebagai alat komunikasi murah.
Faktanya, penggunaan dan penjualan blackberry meningkat di segmen
pasar anak muda. Penelitian ini menitikberatkan pada remaja SMA sebagai
subjek, sebab remaja pada fase tersebut dianggap memiliki terpaan hiburan
tertinggi, sehingga menjadi pasar yang potensial bagi perusahaan selular.
Padahal jika lebih di teliti lebih dalam, kebutuhan anak remaja khususnya
remaja SMA tidak terlalu membutuhkan fitur blackberry pada kehidupannya.
Kenyataannya, banyak pengguna blackberry di Indonesia terutama anak muda dan
kaum remaja yang tidak mengerti dengan kecanggihan dan kehebatan smartphone
yang mereka miliki, sehingga mereka hanya menggunakan smartphone blackberry
hanya sebatas untuk menunjukkan eksistensi mereka di dunia maya melalui situs-
situs jejaring sosial seperti, Facebook dan Twitter serta penggunaan fitur BBM
(Blackberry Messenger) yang tersedia. Hal ini tentu saja menjadi miris, karena
paling tidak setiap bulannya mereka harus mengeluarkan uang lebih untuk untuk
mengaktifkan layanan BIS (Blackberry Internet Service), sedangkan yang mereka
gunakan hanya sebatas chatting dan bersosialisasi di dunia maya. Belum lagi
mereka tetap harus membeli pulsa regular untuk keperluan telekomunikasi seperti
telepon dan sms, dan juga mereka masih bergantung pada penghasilan orang tua.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan “penggunaan tanpa
pemanfaatan” (using without utilization) oleh banyak remaja pengguna blackberry
di Indonesia.
Fenomena diatas menunjukkan bahwa, smartphone blackberry hanya
menjadi trendsetter di kalangan remaja. Mereka membeli blackberry dan
membayar ratusan ribu setiap bulan hanya untuk mengaktifkan fasilitas internet
guna menunjukkan gengsi mereka sebagai kaum socialite.
Aktivitas membuat keputusan kadang disadari atau tidak disadari oleh
konsumen, sebab dalam kehidupan sehari-hari subjek banyak menemukan situasi
yang tidak pasti. Aktifitas membeli yang dilakukan oleh konsumen memang
merupakan hal yang kompleks, karena melibatkan kegiatan mental dan fisik.
Apalagi jika produk yang dibeli merupakan produk yang beresiko, jarang dibeli,
dan memiliki nilai ekspresi yang tinggi.
Bagi subjek yang orientasi dirinya bertumpu pada prinsip, dalam
mengambil keputusan membeli berdasarkan keyakinannya. Sehingga
keputusannya untuk membeli bukan hanya karena ikut-ikutan atau sekedar untuk
mengejar gengsi. Dapat dikatakan tipe ini lebih rasional. Sedangkan yang
bertumpu pada emosional, keputusannya dalam mengkonsumsi di dominasi oleh
subjek lain. Produk-produk branded (bermerek) cenderung menjadi pilihannya
dan tidak berpikir lebih lanjut akan manfaatnya.
Menurut penelitian yang dilakukan Marhaini (2008) yang berjudul
Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Komputer Merek Acer menyatakan
bahwa, dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat, para pemasar perlu
mengetahui tujuan perusahaan, dan selanjutnya akan menentukan beberapa
segmentasi pasar. Segmentasi pasar ini dapat dilakukan menurut pasar konsumen,
dimana pasar konsumen ini dapat diuraikan menjadi tiga yaitu segmentasi pasar
menurut geografi, segmentasi pasar menurut demografi, dan segmentasi pasar
berdasarkan perilaku membeli.
Dari ketiga dasar segmentasi pasar di atas akan diteliti segmentasi pasar
berdasarkan perilaku atau keputusan membeli pada konsumen dan segmentasi
pasar berdasarkan demografi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
membeli yaitu ada pengaruh internal dan pengaruh eksternal. Pengaruh internal
terdiri dari persepsi, learning, memori, motif, kepribadian, gaya hidup, konsep
diri, emosi serta sikap. Pengaruh eksternal terdiri dari budaya, sub-budaya,
demografi, status sosial, kelompok referensi, keluarga, dan aktivitas marketing
(Hawkins, Best & Coney, 2004). Demografi diantaranya ialah usia, ukuran
keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan,
pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan dan kelas sosial (Kotler &
Keller, 2007).
Adapun pengertian keputusan membeli adalah ketika individu berada pada
pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek
Y, atau memilih membelanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut
dapat dikatakan dalam keadaan proses mengambil keputusan. Sementara itu
consumer behavior is defined as the behavior that consumers display in searching
for, purchasing, using, evaluating and disposing of products and services that will
expect will satisfy they need. Artinya bahwa perilaku konsumen merupakan
perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat
memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan
mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Dengan demikian konsumen
akan mengembangkan sejumlah alternatif untuk sampai kepada keputusan
membeli atau tidak membeli suatu produk atau jasa. (Schiffman dan Kanuk,
2007).
Dengan demikian konsumen dalam memilih suatu produk akan memilih
berdasarkan pada apa yang paling dibutuhkan dan apa yang paling sesuai dengan
dirinya yang salah satunya adalah gaya hidup.
Gaya hidup memiliki dua aspek bagi konsumen. Pertama berfungsi
sebagai pendorong, motivator (keinginan untuk mempertahankan atau menunjang
gaya hidup sekarang) untuk berbagai kegiatan membeli. Artinya kebutuhan untuk
membuat keputusan membeli timbul dari siapa kita, apa kita, dan masalah-
masalah serta peluang apa saja yang kita hadapi dalam kehidupan.
Aspek kedua adalah bahwa gaya hidup dapat berubah sebagai hasil dari
proses pengambilan keputusan konsumen. Hasil-hasil dari keputusan yang dibuat
konsumen tentang produk barang (barang dan atau jasa) memberi informasi
tentang motivasi dan sikap yang dapat mengubah atau memperkuat gaya hidup
(A.S Munandar, 2001).
Gaya hidup menurut Hawkins (dalam Munandar, 2001) adalah “it is the
product you buy, how tou use them, and what you think about them.” Artinya
gaya hidup merupakan produk apa yang kita beli, bagaimana menggunakannya
dan apa yang kita pikirkan tentang produk tersebut.
Sedangkan menurut Lawalata (2010) gaya hidup merupakan pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas (pekerjaan, hobi, belanja,
olahraga dan kerja sosial), minat (makanan, mode, keluarga, dan rekreasi) dan
opini (pendapat tentang diri mereka sendiri, isu-isu sosial, bisnis dan produk).
Kemudian menurut Kasali (1999) pada prinsipnya gaya hidup adalah
bagaimana subjek menghabiskan waktu dan uangnya. Gaya hidup mempengaruhi
seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Gaya hidup ini tergantung dari berbagai faktor diantaranya demografi,
yaitu tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan, dan jenis kelamin. Oleh karena
itu, keputusan remaja dalam membeli sesuatu merupakan penguatan dari proses
gaya hidup mereka. Hal ini sangat berhubungan dengan pengambilan keputusan
dalam pembelian yang dilakukan oleh remaja.
Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan
teknologi. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau
negatif bagi yang menjalankannya.
Seperti halnya remaja masa kini, mereka selalu mengikuti perkembangan
zaman yang secara sadar maupun tidak, mempengaruhi gaya hidup mereka.
Seperti halnya penampilan, gaya hidup remaja membuat mereka menaruh
perhatian lebih pada penampilan.
Hal tersebut dapat dilihat dari cara mereka menghabiskan sebagian isi
kantong atau dompetnya untuk menjelajahi tempat makan baru dan bergengsi,
fashion dengan mode yang tidak bisa ditebak arahnya, berganti handphone model
terbaru seperti halnya blackberry, android bahkan iphone, dan selalu up-to-date
dengan segala perkembangan musik, film dan gadget terbaru.
Setiap manusia pasti ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungan
sosialnya, banyak cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan pengakuan
tersebut, salah satunya adalah dengan memiliki barang-barang yang dianggap
berkelas dan mahal.
Mungkin kita sering mendengar kata brand minded pada percakapan
sehari-hari. Sebenarnya kata ini digunakan untuk menafsirkan loyalitas seorang
konsumen terhadap suatu merek produk, tanpa mempermasalahkan image dari
merek tersebut. Tetapi masyarakat kebanyakan mengasumsikan istilah ini lebih
kepada merek produk tertentu yang memiliki nilai ekslusifitas lebih dibanding
produk lainnya dan tentunya produk tersebut lebih mahal ketimbang produk
sejenisnya.
Gaya hidup yang mengutamakan merek seperti itu disebut sebagai gaya
hidup brand minded. Brand Minded merupakan pola pikir seseorang terhadap
objek-objek komersil yang cenderung berorientasi pada merek eksklusif dan
terkenal (McNeal, 2007). Dari hal tersebut di atas bahwa gaya hidup dan
penampilan sangat penting dalam kehidupan remaja agar dapat diterima di
kalangan kelompok sosialnya.
Dalam studi mengenai perilaku konsumen, sikap merupakan konsep yang
penting karena sikap dapat meramalkan perilaku konsumen. Sikap adalah
kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek tertentu (Schiffman dan
Kanuk, 2004).
Dalam sebuah teori hirarki pengambilan keputusan yang diungkapkan oleh
Mowen dan Minor (2002), menyatakan bahwa dalam mengambil sebuah
keputusan membeli pertama-tama konsumen membentuk kepercayaan tentang
sebuah obyek, kemudian mengembangkan afeksi terhadap obyek tersebut, dan
akhirnya melakukan beberapa perilaku relatif terhadap objek tersebut (misalnya,
pembelian sebuah produk). Hal ini sesuai dengan fenomena sebagian besar remaja
di Indonesia, mereka percaya bahwa blackberry merupakan produk smartphone
yang sesuai dengan gaya hidup mereka. Pola ini disebut juga hierarki
pembelajaran standar (standard learning hierarchy) atau disebut juga hierarki
dengan keterlibatan tinggi (high-involvement hierarchy).
Keterlibatan merupakan situasi motivasi yang berasal dari tingkat
kepentingan pembelian yang melekat pada konsumen. Semakin tinggi keterlibatan
dalam keputusan membeli, maka konsumen cenderung terlibat dalam pencarian
informasi yang ekstensif, hingga membentuk kepercayaan yang besar terhadap
semua alternatif produk. Selain itu konsumen juga melakukan evaluasi dan
membandingkan alternatif tersebut. Melalui aktivitas ini maka terbentuklah
sebuah sikap tertentu pada konsumen, hingga menghasilkan perilaku pembelian
produk atau jasa (Mowen & Minor, 2002)
Formasi sikap konsumen dengan keterlibatan tinggi ini dapat diuraikan
dengan model multiatribut. Model-model ini mengidentifikasikan bagaimana
konsumen mengkombinasikan kepercayaan mereka tentang atribut produk untuk
membentuk sikap terhadap berbagai alternatif merek, korporasi atau obyek
lainnya.
Model multiatribut mengasumsikan bahwa konsumen menggunakan
pendekatan hirarki keterlibatan tinggi dimana kepercayaan mengarah pada
formasi sikap, yang selanjutnya mengarah pada perilaku pembelian.
Schifmann & Kanuk (2004) juga mengemukakan komponen-komponen
sikap yang disebut tricomponent attitude model. Model ini mengidentifikasikan
tiga faktor utama yang memprediksi sikap.
1. Kognitif. Pengolahan informasi pengetahuan dan persepsi tentang obyek
sikap. Pengetahuan dan informasi tentang objek sikap membentuk suatu
kepercayaan yang mengarahkan kepada suatu perilaku.
2. Afektif. Komponen afeksi merupakan emosi atau perasaan terhadap obyek
sikap. Yaitu perasaan suka atau tidak suka, baik atau buruk, senang atau tidak
senang terhadap obyek sikapnya.
3. Konasi. kecenderungan untuk bertingkah laku. Dalam pemasaran dan
penelitian tentang konsumen, komponen tentang konasi sering disamakan
dengan ekspresi untuk membeli.
Demikian pula halnya perilaku konsumen dalam membeli Smartphone
blackberry dipengaruhi pula oleh sikap konsumen mengenai produk itu sendiri,
baik dari segi harga, mutu atau kualitas, maupun garansi yang diberikan oleh
produsen.
Sikap merupakan faktor yang tepat untuk meramalkan / memprediksikan
perilaku konsumen di masa yang akan datang. Jadi dengan mempelajari sikap
konsumen terhadap produk smartphone tertentu (blackberry) diharapkan dapat
menentukan apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang terhadap produk
tersebut, berarti konsumen mau menerima atau merasa senang terhadap produk
smartphone. Sehingga bila produk tersebut ditawarkan kemungkinan besar akan
dibeli oleh konsumen.
Jadi sikap yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan
keputusan membeli produk smartphone blackberry, dapat dilihat dari keterlibatan
konsumen dalam melakukan pembelian, semakin terlibat konsumen tersebut maka
semakin besar kepercayaan konsumen pada produk sehingga semakin besar pula
peluang sikap untuk menjadi perilaku pembelian.
Sejati (2008) telah melakukan penelitian tentang hubungan antara sikap
terhadap produk elektronik Cina dengan keputusan membeli. Hasil yang
didapatkan bahwa sikap tidak berperan signifikan dalam menentukan variabel
keputusan membeli produk elektronik Cina.
Lalu penelitian lain juga dilakukan oleh Triyani (2009) tentang Pengaruh
Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia (Survei Pada
Pengunjung Nokia Care Bimasakti Malang). Dari penelitian tersebut dinyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan sikap terhadap keputusan membeli
handphone Nokia.
Kemudian penelitian lain juga dilakukan oleh Lusprentry (2009) tentang
hubungan gaya hidup dengan keputusan membeli laptop pada mahasiswa UIN
Jakarta. Hasil yang didapatkan bahwa gaya hidup berperan secara signifikan
terhadap keputusan membeli laptop pada mahasiswa.
Berdasarkan literatur tersebut, hampir semua sekolah SMA di Jakarta
Selatan bahkan di daerah Tangerang Selatan, mengizinkan siswa-siswi nya
membawa blackberry ke sekolah. Hal tersebut memang sudah lazim dilakukan
khususnya di sekolah swasta, oleh karena itu peneliti mengambil sampel
penelitian di sekolah SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai (BSD). Kemudian
untuk melengkapi informasi mengenai sampel penelitian, peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa siswa-siswi SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai
pada tanggal 3 Oktober 2011. Adapun hasil wawancaranya sebagai berikut :
1. Menurut Reza alasan mengapa membeli blackberry adalah dapat lebih mudah
berkomunikasi dengan orang lain khususnya orang tua melalui fitur BBM
(Blackberry Meseenger) dan mengikuti perkembangan zaman.
2. Menurut Devika alasan membeli blackberry adalah selain mengikuti
perkembangan zaman yaitu bisa BBM-man, update status melalui social
networking atau sejenisnya dimana dan kapan saja.
3. Menurut Edo alasan membeli blackberry adalah untuk mempermudah
mendapatkan informasi dengan browsing dan mengikuti trend.
4. Sedangkan menurut Devita alasan tidak membeli blackberry adalah selain
karena fiturnya yang kurang bagus, menurutnya BB biasa digunakan untuk
pebisnis dan tidak tertarik untuk menggunakannya.
5. Kemudian menurut Thiara BB itu batereinya cepat habis dan banyak
smartphone lain yang lebih bagus dari BB.
Berdasarkan latar belakang serta studi pendahuluan yang telah dijelaskan
di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh Sikap Terhadap
Produk, Konsep Diri dan Gaya Hidup Brand Minded, Terhadap Keputusan
Membeli Smartphone Blackberry Pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong
Damai”. Namun pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitan hanya pada
smartphone blackberry saja karena hampir semua remaja khususnya tingkat SMA
menggunakannya sebagai alat untuk berkomunikasi.
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan sikap dari aspek kognitif, afektif,
konasi, gaya hidup brand minded dari aspek aktifitas, minat, opini dan
demografi dari pendapatan orang tua dan uang saku per bulan terhadap
keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA Al – Azhar
Bumi Serpong Damai?
2. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap keputusan membeli
smartphone blackberry pada siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai?
1.2.2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya masalah yang ada. Maka peneliti hanya membatasi masalahh
yang menjadi objek penelitian yaitu “Pengaruh Sikap Terhadap produk dan
Gaya Hidup Brand Minded Terhadap Keputusan Membeli Smartphone
Blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai”. Dalam
pembatasan masalah peneliti membatasi pernyataan variabel-variabel sebagai
berikut :
1. Keputusan membeli dapat diartikan ketika individu berada pada pilihan
antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek
Y, atau memilih membelanjakan barang A atau barang B, maka individu
tersebut dapat dikatakan dalam keadaan proses mengambil keputusan
(Schiffman dan Kanuk, 2007).
2. Gaya Hidup Brand Minded adalah gaya hidup yang dimiliki individu
dimana individu tersebut dalam menghabiskan uang dan waktunya yang
cenderung berorientasi pada penggunaan produk yang memiliki merek
terkenal dan eksklusif, dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti produk
Smartphone Blackberry (McNeal, 2007).
3. Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan
cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek
tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2004).
4. Karena ada bermacam-macam tipe Smartphone, oleh karena itu peneliti
membatasi objek hanya pada smartphone blackberry karena menurut
peneliti produk tersebut yang paling banyak dipakai semua kalangan
termasuk pelajar SMA.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kontribusi sikap dari aspek kognitif, afektif, konasi, gaya hidup
brand minded dari aspek aktifitas, minat, opini dan demografi dari pendapatan
orang tua dan uang saku per bulan terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat terhadap disiplin ilmu
pengetahuan khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) pada
bidang perilaku konsumen (Consumer behaviour) dengan memberikan bukti-bukti
empiris pada penelitian ini.
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi teoritis dan empiris atau masukan bagi
peneliti-peneliti lain yang ingin mengukur tentang perilaku konsumen.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini, maka dapat membantu pengguna smartphone
blackberry khususnya para remaja untuk lebih memahami serta mengidentifikasi
kebutuhannya dalam mengambil keputusan membeli smartphone.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang penelitian yang di dalamnya tercantum alasan
pentingnya pentingnya penelitian dilakukan, kemudian dilanjutkan dalam sub bab
pertanyaan penelitian, serta dijelaskan tujuan, manfaat, serta sistematika
penulisan dari hasil penelitian ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini, dilakukan penguraian tentang landasan teori yang digunakan
sebagai dasar dalam melihat hubungan antara variable-variabel yang ingin diteliti.
Yaitu meliputi definisi-definisi, jenis-jenis, temuan para ahli, dan bagaimana
perkembangan penelitian terakhir yang berkaitan dengan tema penelitian .
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini memuat jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, alat ukur
yang digunakan, uji validitas konstruk, prosedur penelitian dan teknik analisis
data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Merupakan presentasi dan analisis data yang berisi tentang analisa deskripftif dan
uji hipotesis.
BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Keputusan Membeli
2.1.1 Pengertian Keputusan Membeli
Pembuatan keputusan atau decision making ialah proses memilih atau menentukan
berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti. Pembuatan
keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta subjek harus membuat
prediksi dan memilih salah satu diantara dua pilihan (Suharnan, 2005).
Pengambilan keputusan juga dapat diartikan sebagai proses
pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua
atau lebih perilaku alternative dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari
proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara
kognitif sebagai keinginan berperilaku (Setiadi, 2008).
Sedangkan menurut Schiffman dan kanuk (2007) menyatakan bahwa
keputusan membeli adalah ketika individu berada pada pilihan antara membeli
atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek Y, atau memilih
membelanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut dapat dikatakan
dalam keadaan proses mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli
merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam
pemilihan alternatif perilaku yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan
dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih
dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan.
2.1.2 Jenis-jenis Keputusan Membeli
Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin banyak
pertimbangannya untuk membeli. Asseal dalam Kotler yang dikutip dalam
Simamora (2008) membedakan empat jenis perilaku konsumen berdasarkan
derajat keterlibatan pembeli dan derajat perbedaan antara berbagai merek.
Keempat perilaku tersebut diperlihatkan dalam tabel.
Tabel 2.1
Jenis-jenis Keputusan Membeli
Perbedaan merek yang
signifikan
Keterlibatan tinggi Keterlibatan Rendah
Perilaku membeli
kompleks
Perilaku membeli
mencari variasi
Sedikit perbedaan
merek
Perilaku membeli
mengurangi
disonasi/ketidakcocokan
Perilaku membeli
menurut kebiasaan
a. Perilaku Membeli Kompleks
Merupakan model perilaku membeli yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
terdapat keterlibatan mendalam oleh konsumen dalam memilih produk yang
akan dibeli dan adanya perbedaan pandangan yang signifikan terhadap merek
yang satu dengan merek yang lain. Konsumen menerapkan perilaku “membeli
yang kompleks” ketika mereka benar-benar terlibat dalam membeli dan
mempunyai pandangan yang berbeda antara merek yang satu dengan yang lain.
Keterlibatan konsumen mencerminkan bahwa produk yang akan dibelinya
merupakan produk yang mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat
menonjolkan ekspresi diri konsumen yang bersangkutan. Misalnya, seseorang
yang akan membeli sebuah komputer pribadi mungkin tidak mengetahui
atribut-atribut apa yang harus dicari. Oleh karena itu, mereka sangat terlibat
dalam proses membeli.
b. Perilaku Membeli Mengurangi Ketidakcocokan
Tingkah laku membeli konsumen dalam si situasi yang bercirikan keterlibatan
konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek.
Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika
konsumen amat terlibat dalam membeli barang yang mahal, jarang dibeli dan
beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan di antara merek. Contohnya membeli
karpet merupakan keutusan dengan keterlibatan yang tinggi karena harganya
yang mahal dan merupakan suatu barang yang memberikan ekspresi diri.
Namun pembeli mungkin menganggap kebanyakan merek karpet dalam suatu
tingkat harga tertentu memiliki kualitas yang sama.
c. Perilaku Membeli Mencari Variasi
Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi di bawah kondisi
keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang dirasakan
besar. Konsumen nampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah dengan
kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Dalam hal
ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan keyakinan – sikap –
tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensive
mengenai merek mana yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif
menerima informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah.
Pengulangan iklan menciptakan pengenalan akan merek bukan keyakinan pada
merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek.
Mereka memilih merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan mereka
dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan
bahkan setelah membeli. Jadi proses membeli melibatkan keyakinan merek
yang terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan tingkah laku membeli,
yang mungkin diikuti atau tidak dengan evaluasi. Karena pembeli tidak
memberikan komitmen yang kuat pada suatu merek, pemasar produk yang
kurang terlibat pada beberapa perbedaan merek seringkali menggunakan harga
dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba
produk.
d. Perilaku membeli menurut kebiasaan
Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari variasi dalam situasi
yang ditandai oleh keterlibatan konsumen rendah, tetapi perbedaan merk
dianggap tidak berarti. Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran
mungkin berbeda untuk merek yang menjadi pemimpin pasar dan untuk merek
yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong pencarian variasi dengan
menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan
yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.
Sementara itu Engel dkk (1995) menjelaskan tipe pengambilan keputusan lebih
terperinci dengan menggolongkan pengambilan keputusan menjadi 3 golongan
yaitu:
1. Pengambilan Keputusan Diperluas (Extended Problem Solving)
Pada pengambilan keputusan diperluas, konsumen terbuka pada informasi dari
berbagai sumber dan termotivasi untuk membuat pilihan yang tepat. Keenam
tahapan proses pengambilan keputusan diikuti meskipun tidak berurutan dan
akan banyak alternatif yang dievaluasi. maka keputusan ditunjukkan dalam
bentuk rekomendasi pada orang lain dan keinginan untuk membeli kembali.
Pada pengambilan keputusan ini, konsumen akan sangat peduli pada kualitas
produk.
2. Pengambilan Keputusan Menengah (Midrange Problem Solving).
Pengambilan keputusan ini berada di antara kedua titik ekstrim yaitu
pengambilan keputusan diperluas dan pengambilan keputusan terbatas. Tahap
pencarian informasi dan evaluasi alternatif dilakukan juga oleh konsumen
tetapi intensitasnya terbatas.
3. Pengambilan Keputusan Terbatas (Limited Problem Solving)
Pada tahap ini konsumen menyederhanakan proses dan mengurangi jumlah dan
variasi dari sumber informasi alternatif dan criteria yang digunakan unruk
evaluasi. Pilihan biasanya dibuat dengan mengikuti aturan yang sederhana
seperti membeli merek yang dikenal atau membeli yang termurah atau
keinginan untuk mencoba yang baru sehingga mengarah pada ganti-ganti
merek. Hanya sedikit pencarian informasi dan evaluasi sebelum pembelian atau
dengan kata lain pengenalan kebutuhan mengarah pada tindakan pembelian.
Pencarian yang ekstensif dan evaluasi alternatif dihindari karena proses
pembelian diasumsikan sebagai hal tidak penting bagi konsumen.
2.1.3 Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Membeli
Gambar 2.1 Tahap-tahap keputusan membeli (Simamora, 2008)
Dalam melaksanakan suatu proses pengambilan keputusan membeli, biasanya
konsumen akan melalui beberapa tahapan, yaitu : tahap pengenalan, kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli dan perilaku setelah
membeli.
Proses pengambilan keputusan menurut Engel, Blackwell dan Miniard
(1995) dalam Ginting dan Sianturi (2005) pada jurnal yang berjudul pengambilan
keputusan membeli ditinjau dari gaya hidup value minded meliputi 6 tahapan,
yaitu :
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Membeli
Perilaku Paska membeli
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pengambilan keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang
didefinisikan sebagai perbedaan atau ketidaksesuaian antara keadaan yang
diinginkan dengan keadaan sebenarnya, yang akan membangkitkan dan
mengaktifkan proses keputusan.
2. Pencarian Informasi
Setelah kebutuhan dikenali, selanjutnya adalah pencarian internal ke memori
untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika pemecahannya tidak
diperoleh melalui pencarian internal, maka proses pencarian difokuskan pada
stimuli eksternal yang relevan dalam menyelesaikan masalah (pencarian
eksternal). Informasi tersebut dapat berupa :
• Sumber pribadi seperti opini dan
• sikap dari teman, kenalan dan
• keluarga,
• Sumber bebas seperti kelompok
• konsumen dan badan pemerintah,
• Sumber pemasaran seperti karyawan
• penjualan dan iklan,
• Sumber pengalaman langsung seperti
• mencoba langsung produk.
3. Evaluasi alternatif
Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatif
terhadap suatu kebutuhan yang dikenali, maka konsumen mengevaluasi pilihan
serta menyempitkan pilihan pada alternatif yang diinginkan.
4. Pembelian
Konsumen melakukan pembelian berdasarkan alternatif yang telah dipilih
5. Konsumsi
Pada tahap ini, konsumen menggunakan alternatif dalam pembelian. Biasanya
tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau menggunakan
produk.
6. Evaluasi alternatif setelah pembelian
Proses pengambilan keputusan tidak berhenti pada pengkonsumsian, melainkan
berlanjut ke evaluasi produk yang dikonsumsi, yang mengarah pada respon
puas atau tidak puas. Setelah melakukan pembelian, konsumen mengevaluasi
apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera
sesudah digunakan. Beberapa konsumen akan mengalami keraguan atau
kecemasan tentang keputusan pembeliannya, yang dikenal sebagai
pertentangan pasca pembelian atau post purchase dissonance (Munandar,
2001). Untuk mengurangi pertentangan tersebut, individu menggunakan
strategi (Schiffman & Kanuk, 1983) :
a. Merasionalisasikan keputusannya sebagai keputusan terbaik,
b. Mencari informasi yang mendukung pilihannya dan menghindari produk
yang berbeda.
c. Berusaha mempengaruhi teman, orang lain untuk membeli produk yang
sama, atau
d. Merasa puas pada produk untuk menentramkan diri.
Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum
pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Di dalam setiap pembelian yang
dilakukan, setiap konsumen akan melewati keenam tahapan pengambilan
keputusan, sebagai tahapan proses di dalam melakukan tindakan pembelian.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Membeli
Menurut jurnal yang berjudul Pengambilan Keputusan Membeli Ditinjau dari
Gaya Hidup Value Minded (Ginting dan Sianturi, 2005) menyatakan pengambilan
keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang
bersifat individual (internal) maupun yang berasal dari lingkungan (eksternal).
Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan seperti budaya, kelas sosial,
pengaruh kelompok, dan keluarga dapat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan seseorang. Adapun beberapa hal yang bersifat individual yang dapat
mempengaruhi yaitu sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan,
pengetahuan, sikap dan kepribadian dan gaya hidup serta demografi (Engel dkk,
1995).
Ketika konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu barang, terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen (Kotler & Keller, 2007)
adalah :
1. Faktor-faktor kebudayaan :
a. Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
Seseorang menciptakan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku
dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya.
b. Sub budaya
Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil
yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku
anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok kebangsaan,
kelompok keagamaan, kelompok ras, dan wilayah geografis. Banyak sub
budaya yang membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering
merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan mereka.
c. Kelas Sosial
Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata social. Stratifikasi tersebut
kadang-kadang terbentuk system kasta dimana anggota kasta yang berbeda
dibesarkan dalam peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan
kasta mereka. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam kelas sosial. Kelas
sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok
cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.
2. Faktor-faktor sosial :
Merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen yang permanen yang
tersusun secara hirarkis yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan
perilaku yang serupa. Faktor sosial ini terdiri dari :
a. kelompok referensi
Seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung
(tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.
Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan
kelompok keanggotaan seperti keluarga, teman, tetangga, rekan kerja,
kelompok, keagamaan, professional, dan asosiasi perdagangan.
b. Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang sangat penting
dalam masyarakat dan ia telah menjadi objek penelitian yang luas. Anggota
keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Keluarga dibedakan menjadi dua Keluarga orientasi dan Keluarga Proreaksi.
Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seorang. Dan
dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik,
ekonomi, serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Sedangkan pengaruh
yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari disebut dengan
keluarga proreaksi yang terdiri dari pasangan dan anak-anak seseorang.
c. Peranan dan Status
Seseorang berpartisipasi kedalam banyak kelompok sepanjang hidup
keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang-orang itu di masing-masing
kelompok dapat dibentuk berdasarkan status dan peran. Peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan pleh seseorang dan masing-
masing peran menghasilkan status.
3. Faktor-faktor pribadi :
a. Usia dan Tahap Daur Hidup
Setiap orang membeli barang-barang berbeda pada tingkat usia tertentu dan
tingkat masnusia terhadpa pakaian, perabot, rekreasi juga berhubungan
dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga, konsumsi
seseorang pada saat muda dan bujangan akan berbeda dengan konsumsi
seseorang yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak.
b. Pekerjaan dan keadaan ekonomi
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Seorang
direktur perusahaan akan mempunyai pola konsumsi yang berbeda dengan
seorang dokter dan lain sebagainnya. Dan pilihan produk juga sangat
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Pemasar barang-barang yang
peka terhadap harga terus menerus memperhatikan kecenderungan
penghasilan pribadi, tabungan, dan tingkat suku bunga.
c. Gaya hidup
Merupakan pola hidup seseorang disunia yang diekspresikan dlam aktivitas,
minat, dan opini. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang”
yang berinteraksi dengan lingkungannya.
d. Kepribadian dan Konsep diri
Kepribadian diartikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang
berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relative
konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Yang juga berkaitan
dengan kepribadian adalah konsep diri / citra pribadi seseorang. Pemasar
selalu berusaha mengembangkan citra merek yang sesuai dengan pribadi
pasar yang ingin dituju.
4. Faktor-faktor Psikologis :
a. Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarahkan subjek agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu.
b. Persepsi
Subjek yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan. Bagaimana
subjek yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh
persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.
c. Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku subjek individu yang
bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh
dengan mempelajarinya.
d. Kepercayaan dan sikap
Keyakinan merupakan gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang
suatu hal. Keyakinan dapat berdasarkan pengetahuan, pendapat atau
kepercayaan. Keyakinan seseorang terhadap produk tertentu akan berakibat
dorongan yang positif atau negative terhadap proses keputusan pembelian
terhadap suatu produk. Sedangkan sikap, merupakan evaluasi perasaan
emosional, dan kecenderungan tindakan yang tidak menguntungkan atau
menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau
gagasan.
Sedangkan, Menurut Hawkins, Best, Coney (2004) faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan membeli adalah factor internal dan eksternal :
1. Faktor Internal :
a. Persepsi
Pemasar tidak ingin target pasarnya hanya melihat produk atau modelnya
saja. Mereka ingin mengkomunikasikan atau menyampaikan sesuatu tentang
produk mereka sebaik mungkin. Pemasar sering menggunakan model yang
atraktif, humor, atau factor-faktor lain untuk membuat konsumen berminat.
Persepsi terdiri dari kegiatan-kegiatan yang mana individu memperoleh dan
memberikan makna terhadap rangsangan. Persepsi di mulai dengan
exposure – Attention – Interpretation – Memory – Purchase and
consumption decisions.
b. Belajar
Konsumen harus mempelajari hampir semua yang berhubungan dengan
produk, penampilan, ketersediaan, nilai, acuan, dan lain-lain. Pengaturan
pemasaran, sangat menarik pada pembelajaran konsumen. High-involvement
learning terjadi ketika individu termotivasi untuk mendapatkan informasi
suatu produk yang diinginkan. Sedangkan low-involvement learning terjadi
ketika individu hanya memberikan perhatian terbatas atau tidak langsung
untuk sebuah iklan atau pesan lain dan cenderung terbatas karena
kekurangan aktivitas elaborasi.
c. Memory
Ada dua bentuk memory, yaitu memory eksplisit dan memory implicit.
Memory eksplisit ialah mengingat fakta atau peristiwa spesifik sedangkan
memory implicit ialah mengetahui sesuatu tanpa kesadaran dari sumbernya.
Kedua bentuk memory tersebut penting untuk pemasar tetapi memory
implicit merupakan yang paling penting untuk pemahaman bagaimana tipe-
tipe konsumen dan menggunakan brand images.
Memory merupakan hasil dari belajar. Pada umumnya informasi berjalan
langsung pada short term memory untuk memecahkan suatu masalah antara
dua aktivitas dasar, aktivitas elaboratif (menggunakan pengalaman, nilai,
sikap untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dalam memory) dan
maintenance rehearsal (pengulangan terus-menerus dari sedikit informasi
untuk terus menetap dalam memori).
Long term memory merupakan informasi dari proses informasi sebelumnya
yang telah tersimpan untuk masa depan. Hal itu mengalami restrukturisasi
sebagai informasi baru yang diperoleh. Informasi dipanggil kembali dari
ingatan untuk pemecahan masalah, dan suksesnya proses pemanggilan
tergantung pada bagaimana meteri yang dipelajari dengan baik dan
kecocokan antara pencarian dan lingkungan belajar.
d. Motif
Motivasi konsumen memberikan pengaruh yang menyebabkan perilaku
aktif dan memberikan tujuan dan arahan untuk perilaku tersebut. Ada
beberpapa teori motivasi diantaranya hirarki kebutuhan Maslow yang
menyatakan bahwa kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan di
atasnya dipenuhi. Ia mnegajukan lima tingkatan motivasi : psychological,
safety, belongingness, esteem, and self actualization.
McGuire dalam Hawkins (2004) mengembangkan lebih rinci tentang motif,
kebutuhan untuk konsistensi, atribusi, kategorisasi, objektifikasi, autonomy,
stimulasi, desired outcomes (teleological), kegunaan (utility), tension
reduction, ekspresif, pertahanan ego, reinforcment, assertion, affiliation,
identifikasi, dan modeling.
Karena besarnya jumlah motif dan banyak perbedaan situasi pada
konsumen, konflik motivasi bisa terjadi. Dalam approach-approach conflict,
konsumen memilih di antara dua alternatif. Dalam approach-avoidance
conflict, konsumen berpikir dampak positif dan negatif dalam keputusan
membeli produk tertentu. Dan terakhir, dalam avoidance-avoidance conflict
konsumen menghadapi dua alternatif yang tidak diinginkan.
e. Kepribadian
Kepribadian konsumen membimbing dan mengarahkan perilaku yang
dipilih untuk merealisasikan tujuan pada situasi yang berbeda. Ada banyak
teori kepribadian, tetapi semua mempunyai dua asumsi : individu
mempunyai karakteristik internal (traits) dan ada perbedaan konsisten antara
individu dalam karakternya atau traits yang bisa di ukur.
Single-trait theories fokus pada satu aspek kepribadian dalam usahanya
mencoba untuk memahami bagian yang terbatas dari perilaku konsumen.
Kebutuhan untuk kognisi merupakan yang paling luas digunakan dalam
penelitian konsumen. Multitrait theories mencoba untuk menangkap bagian
yang signifikan dari kepribadian konsumen menggunakan perangkat atribut
kepribadian. Model kepribadian Five-Factor paling sering digunakan dalam
pendekatan multitrait.
f. Emosi
Emosi merupakan perasaan yang tidak dapat di kontrol yang mempengaruhi
perilaku. Emosi terjadi ketika kejadian atau peristiwa di lingkungan atau
proses mental kita memicu perubahan fisiologis, termasuk meningkatnya
perspirasi, pembesaran pupil, meningkatnya detak janting dan nafas, dan
gula darah yang tinggi. Hal tersebut mempengaruhi pikiran dan perilaku
konsumen. Design pemasar dan posisi produk bisa meningkatkan dan
mengurangi emosi. Iklan termasuk materi pembangkit emosi untuk
meningkatkan perhatian, proses, mengingat, dan preferensi merek melalui
classical conditioning dan evaluasi secara langsung.
g. Sikap
Sikap bisa di definisikan sebagai cara orang berpikir, merasa, dan
bertingkah laku menuju beberapa aspek dalam lingkungannya. Sikap
mempunyai tiga bagian komponen : kognitif, afektif, dan behavioral.
Komponen kognitif terdiri dari keyakinan individu atau pengetahuan
terhadap suatu objek. Sedangkan perasaan atau emosi pada suatu objek
merupakan komponen afektif. Komponen behavioral mencerminkan
tindakan dan pernyataan intensi behavioral kepada atribut yang spesifik
pada sebagian atau seluruh objek. Pada umumnya, ketiga komponen ini
cenderung konsisten satu sama lain.
h. Konsep diri
Konsep diri diartikan sebagai totalitas pikiran individu dan perasaannya
terhadap suatu objek. Ada empat tipe konsep diri : diri actual, diri sosial,
private self concept, dan diri ideal. Konsep diri penting untuk pemasar
karena konsumen membeli dan menggunakan produk untuk
mengungkapkan, memelihara, dan meningkatkan konsep diri mereka.
Pemasar, khsusunya dalam pemasaran internasional, telah menemukan
bahwa konsep diri bermanfaat untuk mengkarakterisasikan individu dan
budayanya, apakah mereka pada dasarnya mempunyai independent self-
concept atau interdependent self concept. independent self-concept
menekankan tujuan personal, karakteristik, penghargaan, dan hasrat.
Individu dengan independent self concept cenderung lebih individualistic,
egosentris, autonomus, mandiri. Mereka mengartikan diri mereka sebagai
apa yang telah mereka lakukan, apa yang mereka punya, dan karakter
pribadi mereka. interdependent self concept menekankan keluarga, budaya,
professional dan hubungan social. Individu yang mempunyai konsep diri
tersebut cenderung patuh, sosiosentris, holistic, berhubungan, dan relation
oriented. Mereka mengartikan diri mereka sebagai peran social, hubungan
keluarga, kesamaan dengan anggota lain dalam kelompok mereka.
i. Gaya hidup
Lifestyle dapat diartikan sebagai bagaimana cara seseorang hidup. Hal itu
merupakan fungsi dari karakteristik yang melekat seseorang individu yang
telah dibentuk melalui interaksi sosial sebagai orang yang hidup melalui
siklus hidupnya dan bagaimana individu mengekspresikan konsep dirinya.
2. Faktor Eksternal :
a. Budaya
Budaya meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat
istiadat, dan hal-hal lainnya yang diperoleh seseorang sebagai anggota dari
sebuah komunitas. Budaya memunculkan batasan atau norma terhadap
perilaku seseorang dan mempengaruhi fungsi institusi yang ada di dalam
masyarakat, diantaranya keluarga dan media massa
b. Sub budaya
Subkultur adalah bagian dari budaya yang lebih besar di mana anggotanya
berbagi pola perilaku yang berbeda-beda.
c. Demografi
Demografi dideskripsikan sebagai suatu populasi yang didasarkan pada
jumlah masyarakat yang ada di suatu masyarakat; stuktur masyarakat
(meliputi usia, penghasilan, pendidikan, dan pekerjaan); dan distribusi, yaitu
lokasi fisik secara geografis.
d. Status sosial
Status sosial seseorang ditentukan oleh kelas sosial orang tersebut. Status
sosial diklasifikasikan berdasarkan pekerjaan, pendidikan, kepemilikan,
penghasilan dan warisan.
e. Kelompok acuan
Kelompok referensi adalah kelompok yang nilai atau perspektifnya
dijadikan panutan atau acuan oleh anggotanya dalam perilaku keseharian
mereka. Jenis kelompok referensi bermacam-macam, contohnya keluarga
dan lingkungan kantor.
f. Keluarga
Keluarga merupakan institusi terkecil di dalam masyarakat. Setiap keluarga
menganut nilai dan norma yang berbeda serta mempunyai pola yang unik
dalam membelanjakan uang.
g. Aktivitas marketing
Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam
memperkenalkan produknya juga turut mempengaruhi gaya hidup
seseorang, misalnya melalui iklan atau promosi langsung. Pesan yang
disampaikan melalui aktivitas pemasaran membentuk suatu citra tertentu.
Citra yang ditampilkan menggambarkan konsep diri pangsa pasar yang
dituju.
2.1.5 Peran Individu Dalam Keputusan Membeli
Kegiatan membeli yang nyata hanyalah merupakan salah satu tahap keseluruhan
proses mental dan kegiatan fisik lainnya yang terjadi dalam proses membeli pada
suatu periode tertentu dan pemenuhan kebutuhan tertentu. Dalam keputusan
membeli barang konsumen seringkali ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam
proses pertukaran atau membeli. Umumnya ada lima macam peranan yang dapat
dilakukan oleh subjek. Menurut Simamora (2008), ada kalanya kelima peran ini
dipegang oleh satu subjek tetapi seringkali oleh beberapa subjek. Kelima peran
dalam proses keputusan membeli meliputi :
1. Pencetus
Subjek yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau
jasa.
2. Pemberi Pengaruh
Subjek yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan.
3. Pengambil keputusan
Subjek yang mengambil kepuusan untuk setiap komponen keputusan membeli.
4. Pembeli
Subjek yang melakukan membeli yang sesungguhnya
5. Pemakai
Subjek yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang
bersangkutan.
2.2 Gaya Hidup
Menurut Kotler dan Keller (2007) menyatakan bahwa gaya hidup adalah pola
hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktifitas, minat dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya.
Sependapat dengan Setiadi (2008) gaya hidup secara luas diidentifikasikan
sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan
waktu mereka (aktifitas) apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya
(ketertarikan / minat) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri
dan juga dunia di sekitarnya (pendapat).
Sementara itu menurut Rhenald Kasali (1999) gaya hidup pada prinsipnya
adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Gaya hidup
mempengaruhi seseorang dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi
seseorang.
Gaya hidup menurut Hawkins (dalam Munandar, 2001) adalah “it is the
product you buy, how tou use them, and what you think about them. It is the
manifestations of your self image or self concept, a total image you have of
yourself as a result of the culture you live in and the individual situations and
experiences that comprise your daily existence. It is the sum of your past decisions
and future plans.”
Gaya hidup subjek adalah fungsi dari ciri-ciri dari dalam diri individu yang
telah dibentuk melalui interaksi sosial sewaktu subjek bergerak melalui daur
hidupnya. Jadi gaya hidup dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri
individu dan faktor-faktor luar individu seperti budaya, status sosial, kelompok
acuan, dan keluarga. Perubahan gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda
dengan masyarakat lainnya. Bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu
dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah
pola tingkah laku individu dalam membeli suatu produk, bagaimana
menggunakannya, dan apa yang dipkirkan konsumen tentang produk yang
dimiliki dan berhubungan dengan bagaimana subjek menghabiskan waktu
(kegiatan), lingkungan mana yang mereka anggap penting (minat), dan bagaimana
mereka melihat diri dan sekelilingnya (pendapat).
2.2.1 Gaya Hidup Brand Minded
Kotler dan Keller (2007) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola hidup seseorang
di dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat, opini.
Selanjutnya Nas & Sande dalam jurnal yang berjudul pengambilan
keputusan membeli ditinjau dari Gaya hidup value minded (Ginting dan Sianturi,
2005) mendefinisikan gaya hidup sebagai sebuah konstruk kesadaran dari frame
of reference yang diciptakan relatif bebas oleh individu untuk menguatkan
identitasnya dalam pergaulan dan membantunya dalam komunikasi.
(Hawkins, Best, Coney, 2004) menyatakan gaya hidup mencakup produk
apa yang kita beli, bagaimana kita menggunakannya dan apa yang kita pikirkan
tentang produk tersebut. Kemudian pengertian dari “brand minded” menurut
McNeal (2007) adalah pola pikir seseorang terhadap objek-objek komersil yang
cenderung berorientasi pada merek eksklusif atau terkenal. Jadi, dapat
disimpulkan gaya hidup brand minded merupakan gaya hidup individu yang
berorientasi pada penggunaan produk-produk yang memiliki merek eksklusif atau
terkenal.
2.2.2 Pengukuran Gaya Hidup
Terdapat tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengukur gaya hidup, yaitu
yang dikemukakan oleh Nas dan v.d Sande; Activities, Interest, Opinion (AIO);
value and lifestyle (VALS). Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan dibawah ini :
1. Nas dan v.d Sande
Hasil penelitian yang dilakukan Nas dan v.d Sande merujuk pada kerangka acuan
yang dipakai subjek dalam bertingkah laku. Nas dan v.d Sande (1985) dalam
Susianto (1993) yang dikutip dalam Lusprenty (2009) membagi gaya hidup ke
dalam lima dimensi, yaitu :
a. Dimensi Morfologis
Dimensi ini merujuk pada aspek lingkungan dan demografis. Dari dimensi ini
ingin diketahui sejauh mana individu menggunakan kota dan fasilitasnya
dalam aktivitas-aktivitas mereka.
b. Dimensi Hubungan Sosial
Dimensi ini menggali pola hubungan sosial individu. Seberapa luaskan
hubungan sosial individu.
c. Dimensi Domain
Melalui dimensi domain ini diperoleh informasi mengenai pola aktivitas
individu.
d. Dimensi Makna
Dimensi ini berkaitan erat dengan dimensi hubungan sosial. Dimensi ini
menggali bagaimana individu memberi makna pada kegiatan-kegiatan. Setiap
individu memiliki kegiatan yang sama, tetapi dapat memberikan makna yang
berbeda pada kegiatan tersebut.
e. Dimensi Gaya
Dimensi ini merujuk pada aspek lahiriah dari gaya hidup tanpa simbol-simbol
yang digunakan dan nilai simboliknya yang diberikan oleh individu. Dimensi
ini juga ingin melihat pentingnya gaya bagi individu.
2. AIO (Activity, Interest, Opinion)
Psikografik merupakan istilah yang sering digunakan bergantian dengan
pengukuran AIO, atau pernyataan untuk menggambarkan aktifitas, minat, dan
opini konsumen. Beberapa peneliti menggunakan A sebagai Attitude (sikap),
tetapi aktifitas merupakan pengukuran gaya hidup yang lebih baik karena
mengukur apa yang orang lakukan.
Reynolds dan Darden dalam Engel, Blackwell & Miniard (1995)
memberikan gambaran tentang komponen AIO sebagai berikut :
Activities (kegiatan) adalah tindakan yang nyata seperti menonton suatu medium,
berbelanja di toko, atau menceritakan kepada tetangga mengenai pelayanan yang
baru. Walaupun tindakan ini biasanya dapat diamati, alasan untuk tindakan
tersebut jarang dapat diukur secara langsung. Interest (minat) akan semacam
objek peristiwa, atau topik dalam tingkat kegairahan yang menyertai perhatian
khusus maupun terus-menerus kepadanya. Opinion (Opini) adalah “jawaban”
lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respons terhadap situasi stimulus
dimana semacam “pertanyaan” diajukan. Opini juga digunakan untuk
mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi serta kepercayaan mengenal
maksud orang lain, antisipasi, sehubungan dengan peristiwa masa datang, dan
penimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau menghukum dari
jalannya tindakan alternatif” (Engel, 1995).
Aktivitas merupakan wujud dari aksi atau tindakan yang dilakukan
seseorang (dapat diobservasi) seperti berbelanja ke toko, memberi tahu kepada
teman suatu produk baru, dan tindakan lainnya.
Minat (Interest), merupakan derajat kesenangan yang menyertai perhatian
khusus dan berkelanjutan pada objek, kejadian, atau topik.
Opini merupakan “jawaban” lisan atau tulisan yang diberikan oleh
seseorang sebagai respon terhadap stimulus berupa pertanyaan. Opini ini
digunakan untuk menjelaskan interpretasi, harapan, dan evaluasi seperti beliefs
atau keyakinan mengenai intensi orang lain, dan antisipasi terhadap kejadian yang
akan datang.
Berdasarkan pengertian dari Reynolds & Darden dalam Engel, Blackwell
& Miniard (1995) di atas maka pernyatan-pernyataan dalam AIO statement terdiri
dari :
• Activity Question yang menanyakan pada konsumen tentang apa yang
dilakukan, apa yang dibeli, dan bagaimana mereka mengisi waktu.
• Interest Questions yang fokusnya pada pilihan-pilihan dan prioritas konsumen.
• Opinion Questions yang menggali tentang pandangan konsumen dan
perasaannya mengenai berbagai hal.
Tabel 2.2
Dimensi Gaya Hidup AIO
AKTIVITAS MINAT OPINI
Bekerja Keluarga Diri Sendiri
Hobi Rumah Isu-isu Sosial
Kegiatan Sosial Pekerjaan Politik
Liburan Kemasyarakatan Bisnis
Hiburan Rekreasi Ekonomi
Keanggotaan klub Mode Pendidikan
Komunitas Makanan Produk
Belanja Media Masa Depan
Olahraga Prestasi Budaya
Sumber : Joseph T. Plummer dalam Engel, Blackwell, Miniard (1995), Consumer
Behavior. 8th. The Dryden Press, USA.
Pernyataan-pernyataan dalam AIO ini dapat berupa pernyataan-pernyataan umum
dan pernyataan-pernyataan spesifik (lebih berhubungan dengan produk-produk
tertentu atau merek produk tertentu).
c. Value dan Lifestyle (VALS)
Aplikasi yang paling populer dari penelitian psikografik oleh manajer pemasaran
adalah program VALS SRI Consulting Business Intelligence's (SRIC-BI). Di
kenalkan pada tahun 1978 dan di revisi pada tahun 1989. VALS menyediakan
klasifikasi yang sistematik pada orang Amerika dewasa ke delapan segmen yang
berbeda. VALS yang diperbarui mempunyai dasar-dasar psikologis yaitu aktivitas
dan minat (Hawkins, Best, Coney, 2004).
Luspentry (2009) menyatakan ada beberapa cara melihat gaya hidup,
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Tabel 2.3
Kelebihan dan Kekurangan Pengukuran Gaya Hidup
Teknik Kelebihan Kekurangan
Nas dan v.d.
Sande
Dapat menghasilkan
deskripsi gaya hidup
yang sangat terperinci
mengenai kelompok
subjek.
• Tidak memberikan aturan ketat
mengenai bagaimana bermacam-
macam dimensi dapt dirangkum
• Penggunaan metode kualitatif
melalui biografi, sangat menyita
waktu dan tenaga
VALS 1 dan
VALS 2
Teknik ini paling
banyak digunakan
karena segmentasi
yang dihasilkan
dipercaya bersifat
universal dan dapat
ditetapkan pada
populasi untuk produk
apa saja.
• Walaupun VALS sangat popular,
tetapi system ini sedikit sekali
dievaluasi oleh kalangan akademisi
kaena formula untuk mendapatkan
tipologi ini merupakan rahasia dagang
• Sulit digunakan untuk meramalkan
perilaku konsumen
• VALS dapat digunakan untuk
peramalan tetapi tidak dapat
digunakan untuk pemahaman
AIO AIO memiliki
kemampuan untuk
mendefinisikan
kegiatan dan minat
yang sangat tepat dan
juga opini mengenai
target pasar.
• Hanya dapat ditentukan dengan
statistik dan tidak dapat menerangkan
bagaimana tipe-tipe saling berkaitan
• Dikembangkan untuk mencari
pemahaman dan peramalan konsumen
yang kaitannya tentang produk
tertentu, tetapi tidak dapat dipakai
untuk memberikan insight diluar
konteks tersebut.
2.3 Sikap
Sebelum membahas tentang sikap terhadap produk smartphone blackberry, maka
akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai teori sikap dan teori produk.
2.3.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan konsep yang paling penting dalam studi perilaku konsumen.
Karena sikap dapat meramalkan perilaku konsumen. Sikap merupakan organisasi
kognitif yang dinamis, yang banyak dimuati unsur-unsur emosional (afektif) dan
kesiagaan untuk bereaksi (Kartono, 1991).
Sedangkan menurut Schiffman dan kanuk (2007) sikap adalah
kecenderungan belajar untuk berperilaku dengan cara yang konsisten atau tidak,
sehubungan dengan objek tertentu.
Sementara menurut Bogardus (dalam Kartono, 1991) sikap adalah
kecenderungan untuk bereaksi tertentu terhadap faktor-faktor lingkungan dan bisa
bersifat positif atau negatif.
Menururt Marhaeni (2008) yang mengutip dari Fishbein dan Ajzen (Engel,
et al., 1992; 339) dalam jurnal yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen Dalam
Pembelian Computer Merek Acer (Studi Kasus: Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara) menyatakan sikap adalah organisasi yang relatif
menetap dari perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku terhadap orang
lain, kelompok, ide, ataupun objek tertentu. Dari pengertian ini ada tiga hal
penting terkandung dalam sikap yang selanjutnya disebut komponen sikap yakni:
aspek afeksi (perasaan), aspek kognitif (keyakinan), dan aspek konatif atau
kecenderungan berperilaku (dalam bentuk nyata atau kecenderungan).
Aspek afeksi dari sikap menyangkut masalah emosional subyektif
seseorang terhadap obyek sikap. Secara umum perasaan ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek. Contohnya adalah evaluasi terhadap
merek. Evaluasi terhadap merek tertentu menunjukkan atribut-atribut merek yang
dapat dirasakan komponen, dapat diukur dari penelitian yang diberikan terhadap
merek tersebut mulai dari yang paling jelek atau paling disukai sampai yang
paling tidak disukai.
Aspek kognitif, yakni komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
opini-opini dan persepsi individu terhadap obyek. Keinginan ini diperoleh melalui
pemrosesan informasi yang diterima atau melalui interaksi langsung dengan objek
tersebut. Komponen kognitif dari sikap adalah keyakinan. Keyakinan komponen
tentang merek adalah karakteristik (atribut) yang dianggap berasal atau memiliki
merek tersebut.
Aspek konatif adalah komponen yang menunjukkan kecenderunagn
seseorang untuk berperilaku terhadap suatu sikap. Asumsi dasarnya adalah bahwa
kepercayaan dan perasaan dipengaruhi perilaku. Artinya komponen ini
menyatakan bahwa di dalam diri seseorang untuk melakukan perilaku.
Kecenderungan konsumen untuk bertindak terhadap suatu obyek biasanya diukur
dalam bentuk minatnya untuk melakukan pembelian. Komponen konatif dari
sikap adalah kecenderungan bertindak.
Istilah sikap berasal dari kata latin yang berarti “Posture” atau “posisi
fisik”. Pengertian umum bahwa sikap adalah posisi phisik dapat menunjukkan
berbagai jenis tindakan, di mana seorang akan melaksanakannya. Tapi untuk saat
ini, konsep sikap telah diperluas yaitu sikap mencerminkan posisi mental
seseorang. Definisi klasik yang menyatakan bahwa sikap adalah kecenderungan
yang dipelajari untuk menaggapi suatu objek atau kelas obyek secara konsisten
dengan cara menyukai atau tidak menyukai (Engel et al., 1994).
Sikap mempunyai tiga ciri yang terutama yaitu: sikap dipelajari, sikap
adalah konsisten, sikap adalah kecenderungan untuk menanggapi suatu obyek.
Ciri sikap yang utama yaitu sikap dapat dipelajari, artinya seorang konsumen
dalam menanggapi suatu obyek apakah dia menyukai atau tidak menyukai akan
dipengaruhi oleh informasi dan pengalaman-pengalaman di masa lalu. Ciri yang
kedua yaitu sikap adalah konsisten berarti seseorang konsumen akan berperilaku
secara tetap dan bertahan lama terhadap suatu obyek yang sama. Berdasarkan
alasan ini, maka sikap amat sukar berubah. Ciri kekonsistenan inilah yang
membedakan konsep sikap dengan konsep lainnya seperti: sifat, motif dan
kebiasaan (Ajzen dan Fishbein, dalam Engel et al., 1994). Selanjutnya ciri yang
ketiga dari sikap adalah kecenderungan untuk menanggapi suatu obyek, berarti
sikap mempunyai hubungan dengan perilaku seseorang (konsumen) yang
sesungguhnya. Ini berarti apabila diketahui sikap konsumen terhadap suatu merek
tertentu akan membantu para pemasar untuk mengetahui bagaimana konsumen
akan bertindak pada merek itu di masa yang akan datang (Wilkie, 1990).
Dari uraian di atas, maka sikap tidak sama dengan perilaku, tetapi
menunjukkan evaluasi penilaian baik atau buruk terhadap obyek sikap, dan
sebagai suatu predisposisi atau kecenderungan sikap mempunyai ciri motivasi,
sehingga dapat mendorong konsumen terhadap perilaku tertentu. Jadi komponen
yang terpenting dari sikap adalah komponen affects (perasaan menyukai atau tidak
menyukai; baik atau buruk dll). Oleh karena itu sikap tidak dapat diobservasi
langsung, tetapi hanya dapat disimpulkan melalui kegiatan penelitian.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
pandangan atau perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu objek yang didasari
oleh pengalaman serta informasi yang sudah dievaluasi, sehingga memunculkan
kecenderungan untuk memutuskan perilaku apa yang akan dilakukan sesuai
dengan sikap terhadap obyek tersebut.
2.3.2 Komponen-komponen Sikap
Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen
atau yang disebut tricomponent attitude model. Komponen-komponen tersebut
adalah sebagai berikut :
• Komponen Kognisi
Komponen kognisi merupakan pengolahan informasi pengetahuan dan
persepsi tentang obyek sikap. Pengetahuan dan informasi tentang objek
sikap membentuk suatu kepercayaan yang mengarahkan kepada suatu
perilaku.
• Komponen Afeksi
Komponen afeksi merupakan emosi atau perasaan terhadap obyek sikap.
Yaitu perasaan suka atau tidak suka, baik atau buruk, senang atau tidak
senang terhadap obyek sikapnya.
• Komponen Konasi (Psikomotor)
Komponen ini merupakan kecenderungan untuk bertingkah laku. Dalam
pemasaran dan penelitian tentang konsumen, komponen tentang konasi
sering disamakan dengan ekspresi untuk membeli.
Sikap menuntun orang untuk berperilaku secara relatif konsisten terhadap
objek yang sama. Sementara itu sikap menurut Simamora (2008) menyatakan tiga
komponen sikap sebagai berikut :
• Cognitive Component
Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang
objek. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya dievaluasi
secara alami. Semakin positif kepercayaan terhadap suatu merek dan
semakin positif setiap kepercayaan, maka keseluruhan komponen kognitif
akan terdukung, yang pada akhirnya akan mendukung keseluruhan dari
sikap itu.
• Affective Component
Perasaan dan reaksi emosional kepada suatu objek menunjukkan
komponen afektif dari sikap. Evaluasi ini terbentuk tanpa adanya
informasi kognitif atau kepercayaan terhadap suatu produk. Atau
merupakan hasil evaluasi dari penampilan produk pada setiap atributnya.
• Behavioral Component
Komponen ini adalah respon dari seseorang terhadap objek atas aktivitas.
Seperti keputusan untuk membeli atau tidaknya suatu produk akan
memperlihatkan komponen behavioral.
2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Pembentukan sikap pada seseorang tidak terjadi begitu saja, melainkan terbentuk
melalui proses, yaitu bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya
maupun dengan individu lainnya. Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah (Simamora, 2008) :
• Pengalaman Pribadi
Pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh pengalaman konsumen
terhadap produk. Persoalan yang dihadapi oleh banyak produk adalah
bagaimana agar konsum,en mau mencobanya. Sebagus apapun produk,
kalau tidak pernah dicoba, konsumen sulit untuk membentuk sikap
terhadap produk tersebut. Karena itulah banyak perusahaan yang
membagi-bagikan sampel atau kesempatan menjalankan produk.
• Pengaruh Keluarga dan Kawan
Keluarga, kawan, atau orang yang dihormati, mempengaruhi sikap kita
terhadap suatu produk, melalui perkataan, perbuatan, atau teladan. Sikap
positif atau negatif bisa dibentuk berdasarkan informasi, anjuran, atau
larangan yang disampaikan melalui kata-kata.
Sikap konsumen memang bisa dibentuk atau diubah melalui kontak
dengan orang yang diteladani konsumen. Di dalam kelompok yang
memiliki ikatan sosial yang tinggi, pengaruh pemimpin pendapat (opinion
leader), sangat kuat membentuk atau mengubah sikap anggotanya.
• Media massa
Media massa merupakan sumber informasi utama pada saat ini. Setiap hari
media massa memaparkan ide, produk, opini dan iklan. Banyak orang
membentuk sikap hanya berdasarkan informasi yang diperoleh melalui
media massa saat ini.
• Direct Marketing
Pemasaran langsung adalah metode promosi yang mengkombinasikan
semua metode promosi dan diarahkan langsung kepada pelanggannya.
Para pelanggannya adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan khas dan
jumlahnya sedikit (niche market). Para pemasar menyesuaikan produk
dengan kebutuhan pelanggan secara spesifik. Karena kedekatan spesifikasi
produk dengan kebutuhan pelanggan yang unik, maka pelanggan
membentuk sikap favourable terhadap produk.
• Karakteristik Individu
Karakter seseorang mempengaruhi pembentukan sikap karena memiliki
cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi. Informasi
apa yang diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut dan
informasi apa yang masih diingat tergantung dari karakteristik individu,
sperti tingkat pendidikan, umur dan jenis kelamin, kepribadian, dan lain-
lain.
2.3.4 Karakteristik Sikap
Menurut Loudon, Della, Bitta (1993) mengatakan bahwa sikap mempunyai
beberapa karakteristik penting yaitu sikap memiliki objek, sikap mempunyai arah
dan derajat, sikap mempunyai struktur dan sikap dapat dipelajari.
• Sikap memiliki objek
Menurut definisi, sikap harus memiliki objek. Artinya, mereka harus memiliki
titik fokus apakah itu konsep abstrak, seperti "perilaku etis", atau item yang
nyata, seperti sepeda motor. Objek bisa berupa hal fisik seperti produk, atau
berupa tindakan. Seperti membeli sebuah smartphone blackberry. Selain itu,
objek tersebut dapat berupa item, seperti orang, tetapi juga dapat berupa hal
khusus atau umum.
• Sikap memiliki arah dan derajat
Sebuah sikap mengungkapkan bagaimana perasaan seseorang terhadap objek.
Ia mengungkapkan dimensi: orang itu baik menguntungkan atau tidak
menguntungkan terhadap, atau untuk atau melawan objek. Derajat, berapa
banyak orang suka atau tidak menyukai objek. Dan intensitas: tingkat
kepastian atau keyakinan ekspresi tentang objek, atau seberapa kuat seseorang
merasa tentang keyakinan-nya. Meskipun derajat dan intensitas mungkin
kelihatannya sama dan sebenarnya terkait, mereka tidak sama.
Arah, derajat, dan intensitas sikap seseorang terhadap suatu produk telah
dikatakan untuk memberikan pemasar dengan perkiraan kesiapan nya untuk
bertindak terhadap atau membeli, produk. Namun, pemasar juga harus
mengerti betapa pentingnya sikap konsumen lainnya, dan kendala situasional,
seperti kemampuan untuk membayar, yang mungkin menghambat konsumen
dari membuat keputusan pembelian.
• Sikap memiliki struktur
Seperti yang dijelaskan di bawah ini, sikap menampilkan organisasi, yang
berarti bahwa mereka memiliki konsistensi internal dan memiliki sentralitas
sikap. Mereka juga cenderung stabil, memiliki derajat “sailence” yang
bervariasi, dan menjadi umum. Sikap dekat dengan sistem pusat ini dikatakan
memiliki sentralitas tingkat tinggi. Sikap lain yang terletak lebih jauh dalam
struktur memiliki sentralitas rendah. Karena sikap ke dalam struktur, mereka
cenderung untuk menunjukkan kestabilan dari waktu ke waktu. Lamanya
waktu mungkin tidak terbatas, tetapi jauh dari sementara. Juga, karena sikap
dipelajari, mereka cenderung menjadi lebih kuat, atau setidaknya lebih tahan
terhadap perubahan, semakin lama mereka ditahan. Dengan demikian, sikap
yang baru terbentuk lebih mudah untuk berubah dan kurang stabil daripada
yang lebih tua sama kuat. Sikap cenderung digeneralisasikan. Artinya, sikap
seseorang terhadap objek tertentu cenderung digeneralisasikan terhadap kelas
objek.
• Sikap dapat dipelajari
Seperti ayunan golf, tenis, dipelajari, begitu juga sikap. Mereka berkembang
dari pengalaman pribadi kita dengan realitas, serta dari informasi dari teman-
teman, penjual, dan media berita. Mereka juga berasal dari kedua pengalaman
langsung dan tidak langsung dalam kehidupan. demikian, penting untuk
mengakui bahwa belajar mendahului pembentukan sikap dan perubahan.
2.3.5 Fungsi Sikap
Loudon Della Bitta (1993) juga menambahkan sikap mempunyai beberapa fungsi
bagi individu, yaitu :
• Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengarahkan seseorang menuju kesenangan atau objek
yang berharga, dan menjauhi ketidaksenangan, yang tidak diinginkan. Seperti
konsep utilitarian yang memaksimalkan ganjaran atau penghargaan dan
meminimalisasikan hukuman. Dengan demikian, sikap konsumen tergantung
pada besarnya derajat pada persepsinya terhadap kebutuhan yang dipuaskkan
dan hukuman. Karena konsumen mempersepsikan produk, pelayanan, dan
toko sebagai penyedia kepuasan kebutuhan atau pengalaman yang tidak
memuaskan, kita seharusnya berharap sikap mereka terhadap objek untuk
bervariasi dalam hubungannya dengan pengalaman yang terjadi.
• Fungsi Pertahanan Ego
Sikap terbentuk untuk melindungi efo atau citra diri dari ancaman yang
membantu memenuhi fungsi pertahanan ego. Sebenarnya, banyak ekspresi
sikap yang mencerminkan kebalikan dari apa yang orang persepsikan tentang
dirinya. Sebagai contoh konsumen yang membuat keputusan membeli yang
salah atau investasi yang salah akan tetap bertahan dengan keputusan tersebut
sebagai akibat dari pendapat yang salah dari orang lain. Seperti pertahanan
ego, sikap membantu kita untuk melindungi citra diri dan seringkali kita tidak
menyadarinya.
• Fungsi Nilai-eksperesif
Pemasar seharusnya mengembangkan sebuah pemahaman tentang nilai-nilai
apa yang konsumen ekspresikan tentang dirinya, dan pemasar harus membuat
suatu produk dan promosi untuk mengikuti ekspresi diri konsumen.
• Fungsi Pengetahuan
Menunjukkan adanya dorongan dalam diri individu untuk ingin tahu, mencari
penalaran dan mengorganisasikan pengalamannya.
2.4 Kerangka Berpikir
Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pada zaman sekarang
keinginan manusia untuk berkomunikasi meningkat karena manusia ingin
menyampaikan dan menerima informasi dimana dan kapan saja. Oleh karena itu
manusia membutuhkan sebuah alat perantara, yang sekarang lebih akrab dengan
sebutan ponsel cerdas (smartphone). Banyak produsen yang menawarkan jenis
smartphone yang beragam sesuai dengan kelebihan seperti mengambil gambar,
mendengarkan musik, konektifitas dengan internet (browsing) serta harga yang
harus di bayar. Oleh karena itu konsumen di Indonesia sepertinya tidak mau lepas
dari kelebihan-kelebihan yang ditawarkan produsen smartphone. Apalagi diiringi
dengan booming nya situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan lain
sebagainya.
Smartphone yang sedang menguasai pasar di Indonesia pada saat ini ialah
blackberry. Banyak pengguna produk smartphone tersebut dari pelajar pada
khususnya sampai professional yang menggunakannya. Ponsel cerdas
(smartphone) begitu cepat perkembangannya hingga menjadi sebuah symbol
identitas.
Produk smartphone ini begitu fenomenal karena tidak hanya para pebisnis,
eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan pelajar juga turut menggunakan
blackberry. Pada saat konsumen khususnya remaja atau pelajar mengambil
keputusan membeli smartphone blackberry, tentu saja mereka akan memerlukan
pemikiran yang panjang dan kompleks. Apalagi blackberry merupakan produk
dengan harga yang tidak murah. Ditambah lagi anak remaja sebagian besar masih
bergantung kepada penghasilan dari orang tua.
Seringkali dalam kehidupan sehari-hari dalam mengambil sebuah
keputusan yang dilakukan oleh konsumen khususnya remaja dipengaruhi oleh
faktor pribadi seperti gaya hidupnya. Misalnya banyak siswa atau pelajar yang
membeli blackberry karena aktifitas dan pergaulannya. Ketertarikan konsumen
yang ingin menunjukkan eksistensi mereka di dunia maya melalui situs-situs
sosial media seperti Facebook dan Twitter serta menggunakan fitur BBM
(Blackberry Messenger) untuk berkomunikasi dengan teman atau keluarga. Hal
ini membuat siswa atau pelajar untuk mengambil keputusan membeli blackberry,
sehingga dapat menunjang gaya hidupnya dan mengakibatkan keputusan membeli
yang tinggi.
Besar kecilnya perubahan yang terjadi pada gaya hidup manusia
tergantung dari seberapa kuat tuntutan zaman mempengaruhinya. Setiap individdu
memiliki latar belakang dan karakteristik yang berbeda-beda. Hal itu lah yang
membuat individu mengembangkan gaya hidup yang berbeda-beda, seperti
misalnya gaya hidup brand minded dimana sikap individu atau pola pikir yang
cenderung berorientasi pada merek eksklusif atau terkenal. Keseluruhan gaya
hidup dapat dilihat dari aktivitas, minat, dan pendapatnya yang tercermin dari pola
perilaku mereka sehari-hari yang berbeda antara satu individu dengan individu
lainnya.
Konsumen khususnya remaja dalam pertimbangannya untuk memutuskan
membeli smartphone blackberry selain berdasarkan pada fungsi dan bentuknya,
juga tak lepas dari kebutuhan, keinginan, serta harapan konsumen dalam membeli
produk blackberry.
Dari hal tersebut bahwa gaya hidup dan penampilan sangat penting dalam
kehidupan remaja agar dapat diterima dikalangan kelompok sosialnya. Untuk
memenuhi penampilan dan penerimaan di kelompoknya dan didukung oleh
tuntutan zaman, modernitas, kemampuan ekonomi, kemapanan orang tua serta
uang saku yang banyak, sehingga apapun yang dibutuhkan dan diinginkan akan
mudah dan cepat terpenuhi. Hal tersebut dapat menimbulkan gaya hidup individu
yang berorientasi pada produk-produk yang bermerek dan eksklusif atau biasa
disebut brand minded di kalangan remaja.
Sikap termasuk faktor yang paling penting dalam menentukan sebuah
pengambilan keputusan membeli. Sikap sendiri terdiri dari tiga komponen-
komponen.
Kognisi berperan sebagai pengolahan informasi, kemudian informasi itu
akan dievaluasi. Apabila informasi itu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya
maka subyek akan melakukan perilaku membeli.
Komponen afeksi berperan dalam emosi dan perasaan, yaitu perasaan suka
atau tidak suka, senang atau tidak senang. Perasaan senang akan menimbulkan
sikap yang positif. Kemudian sikap yang positif tersebut mendorong terjadinya
perilaku pembelian. Sebaliknya perasaan tidak suka akan menimbulkan sikap
yang negatif. Sikap negatif akan menghambat terjadinya perilaku membeli.
Komponen konasi sering disebut sebagai niat untuk melakukan. Subyek
yang berniat untuk membeli produk handphone blackberry, akan cenderung
bersikap positif terhadap produk tersebut.
Sebagai contoh, ketika seseorang menerima informasi tentang produk
smartphone blackberry, bahwa produk tersebut memiliki fitur yang sama
dengan tipe blackberry lainnya namun berharga lebih murah. Maka informasi
itu akan dievaluasi terlebih dahulu dan dipadukan dengan pengetahuan yang
dimiliki. Pengetahuan tentang produk tersebut ia dapatkan ketika ia datang ke
toko elektronik tempat dijualnya produk RIM tersebut. Apabila informasi itu
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya maka ia akan melakukan
keputusan membeli.
Pengetahuan yang ia punya juga dapat bertambah ketika ia diperbolehkan
untuk mencoba produk tersebut. Keberagaman fitur pada produk tersebut
membuat ia merasa senang terhadap produk itu. Perasaan senang terhadap produk
handphone blackberry itu menimbulkan sikap yang positif terhadap produk
tersebut. Sikap yang positif itu kemudian membuat ia berniat untuk membeli
produk tersebut. Perilaku membeli itu diarahkan oleh sikap positif tersebut.
Sikap merupakan faktor yang tepat untuk meramalkan / memprediksikan
perilaku konsumen di masa yang akan datang. Jadi dengan mempelajari sikap
konsumen terhadap produk smartphone tertentu (blackberry) diharapkan dapat
menentukan apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang terhadap produk
tersebut, berarti konsumen mau menerima atau merasa senang terhadap produk
smartphone. Sehingga bila produk tersebut ditawarkan kemungkinan besar akan
dibeli oleh konsumen. Berdasarkan uraian tentang kerangka berpikir, maka
penelitian ini dapat dibuat bagan sebagai berikut :
Gambar 2.2
BAGAN KERANGKA BERPIKIR
SIKAP
KOGNITIF
AFEKTIF
KONASI
GAYA HIDUP
AKTIFITAS
MINAT
OPINI
DEMOGRAFI
PENDAPATAN
ORANG TUA
UANG SAKU
KEPUTUSAN MEMBELI
1. MEMBELI
2. TIDAK MEMBELI
2.5 Hipotesis
2.5.1 Hipotesis Mayor
H1 = Ada Pengaruh Sikap Terhadap Produk dan Gaya Hidup Brand Minded
terhadap Keputusan Membeli Smartphone Blackberry pada Siswa SMA Al
– Azhar Bumi Serpong Damai
2.5.2 Hipotesis Minor
H2 = Ada pengaruh kognitif konsumen terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai
H3 =Ada pengaruh afektif konsumen terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai
H4 = Ada pengaruh konasi konsumen terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai
H5 = Ada pengaruh aktivitas konsumen terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai
H6 = Ada pengaruh minat konsumen terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai
H7 = Ada pengaruh opini konsumen terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai
H8 = Ada pengaruh pendapatan orang tua terhadap keputusan membeli
smartphone blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong
Damai
H9 = Ada pengaruh uang saku siswa terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Islam Al-Azhar
Bumi Serpong Damai yang berjumlah 567 orang. Peneliti mengambil sampel
sebanyak 350 orang siswa-siswi dengan cara non probability sampling.
3.2 Variabel Penelitian
Sebelum membahas definisi operasional penelitian, di bawah ini terdapat
beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana yang telah
disebutkan pada bab sebelumnya. Adapun dalam penelitian ini yang dijadikan
dependent variable (DV) adalah keputusan membeli. Sedangkan yang dijadikan
independent variabel (IV) adalah beberapa variabel lainnya, berikut variabel yang
dimaksud :
IV1 = Kognitif
IV2 = Afektif
IV3 = Konasi
IV4 = Aktifitas
IV5 = Minat
IV6 = Opini
IV7 = Pendapatan orang tua
IV8 = Uang Saku
3.3 Definisi Operasional Variabel
Setelah menentukan variable mana yang menjadi fokus penelitian (DV) dan
variable mana yang menjadi IV, peneliti menentukan definisi operasional yang
akan digunakan dalam penelitian ini dimana penentuannya didasarkan pada
definisi konseptual yang telah dijelaskan pada bab dua. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
1. Keputusan Membeli
Keputusan membeli adalah ketika individu berada pada pilihan antara
membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek Y, atau
memilih membekanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut
dapat dikatakan dalam keadaan proses mengambil keputusan (Schiffman dan
Kanuk, 2007).
2. Sikap
Kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek tertentu (Schiffman
dan Kanuk, 2004), yang terdiri dari tiga komponen, yaitu :
a. Kognitif
Komponen kognisi merupakan pengolahan informasi pengetahuan dan
persepsi tentang obyek sikap. Pengetahuan dan informasi tentang objek
sikap membentuk suatu kepercayaan yang mengarahkan kepada suatu
perilaku.
b. Afektif
Komponen afeksi merupakan emosi atau perasaan terhadap obyek sikap.
Yaitu perasaan suka atau tidak suka, baik atau buruk, senang atau tidak
senang terhadap obyek sikapnya.
c. Konasi
Komponen ini merupakan kecenderungan untuk bertingkah laku. Dalam
pemasaran dan penelitian tentang konsumen, komponen tentang konasi
sering disamakan dengan ekspresi untuk membeli.
3. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah skor yang didapat dari pola dimana orang hidup dan
menghabiskan waktu serta uang yang dikur dengan menggunakan skala AIO
(Aktivity, Interest, Opinion) (Engel, Blackwell & Miniard, 1995).
a. Aktivitas
Activity Question yang menanyakan pada konsumen tentang apa yang
dilakukan, apa yang dibeli, dan bagaimana mereka mengisi waktu.
b. Interest (minat)
Minat (Interest), merupakan derajat kesenangan yang menyertai perhatian
khusus dan berkelanjutan pada objek, kejadian, atau topic yang fokusnya
pada pilihan-pilihan dan prioritas konsumen.
c. Opini
Opini merupakan “jawaban” lisan atau tulisan yang diberikan oleh
seseorang sebagai respon terhadap stimulus berupa pertanyaan. Opini ini
digunakan untuk menjelaskan interpretasi, harapan, dan evaluasi seperti
beliefs atau keyakinan mengenai intensi orang lain, dan antisipasi terhadap
kejadian yang akan datang.
3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
alat ukur yang langsung diberikan ke subjek yang akan memberikan jawabannya
dengan memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Alat ukur yang
digunakan terdiri dari empat macam, yaitu alat ukur sikap terhadap produk, alat
ukur gaya hidup, alat ukur konsep diri, dan alat ukur keputusan membeli.
Baik pada keempat skala tersebut disusun berdasarkan model Likert.
Sevilla (1993) mengatakan penilaian pada skala model Likert ada lima, yaitu
ditambahkan dengan pilihan “ragu-ragu”. Namun ternyata ada kecenderungan
responden untuk “mengamankan” jawaban mereka di tempat netral. Sehingga
beberapa peneliti sama sekali menghilangkan angka netral dan mengurangi skala
menjadi empat pilihan jawaban. Dan dalam penelitian ini alternative jawaban
ragu-ragu juga tidak diikutsertakan.
Dalam skala ini subjek diminta menyatakan kesesuaian dan
ketidaksesuaian terhadap isi pernyataan dalam empat kategori jawaban, yaitu
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Cara pemberian nilai yang digunakan antara kelompok pernyataan yang
mendukung (Favorabel) dengan kelompok pernyataan yang tidak mendukung
(unfavorable) tertera pada table berikut:
Bobot Skor Penilaian Skala Sikap Terhadap Produk, Gaya Hidup Brand
Minded, Konsep diri, dan Keputusan Membeli Smartphone Blackberry
Alternatif Jawaban Favorabel Unfavorabel
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Sikap
Alat ukur sikap merupakan sebuah skala yang digunakan untuk mengukur
sikap siswa SMA terhadap produk smartphone blackberry. Alat ukur di buat
sendiri oleh peneliti dengan dimensi atau aspek-aspek yang ada. Sikap ini di
ukur dari kognitif, afektif, serta konasi siswa tersebut berdasarkan teori
Schiffman dan Kanuk (2004) yang disebut tricomponent attitude model. Sikap
terhadap produk smartphone blackberry mencakup bagaimana sikap siswa
terhadap produk tersebut dari kognitif, afektif, serta konasi nya. Alat ukur sikap
terdiri dari 41 item pernyataan yang memiliki rentangan dari sangat tidak
sesuai (4) sampai dengan sangat sesuai (1).
Tabel 3.1
Blueprint Sikap
NoKomponen
SikapObjek Sikap
PernyataanJumlah
F UF
1. Kognitif
• Kualitas 17,20,24 3
• Fitur Produk 18,25,28 21 4
• Desain Produk 15,22,29 26 4
• Harga 19,23 16,27 4
2. Afektif
• Kualitas 4 2,7,11 4
• Fitur Produk 5,9,13 10 4
• Desain Produk 1,6,12 8 4
• Harga 3,14 2
3. Konasi
• Kualitas 35 31,33 3
• Fitur Produk 36,38,39 3
• Desain Produk 34,37,40,41 4
• Harga 32 30 2
Jumlah 41
2. Gaya Hidup (AIO – Activity, Interest, Opinion)
Alat ukur gaya hidup merupakan alat ukur yang terdiri dari 29 pernyataan
yang menguji bagaimana siswa menjalani hidup dengan waktu dan uangnya
yang tercermin melalui aktifitas, minat, dan opini seseorang yang menyukai
barang bermerek, selalu mengikuti tren, fashion, serta sering pergi ke mall-
mall di tengah kota, dan yang lainnya. Alat ukur di buat sendiri oleh peneliti
dengan dimensi atau aspek-aspek yang ada. Hal ini didasarkan pada teori
Engel, Blackwell dan Miniard (1995) mengenai gaya hidup yaitu pola
bagaimana orang hidup menghabiskan waktu serta uang mereka
Tabel 3.2
Blueprint Gaya Hidup
No Aspek IndikatorPernyataan
JumlahF UF
1. Activities
• Komunitas 1,16 2
• Hiburan 24 14,22 3
• Belanja 8,10,28 3
• Olah Raga 2,23 2
• Hobi 4,26 2
2. Interest
• Mode6,12,18,
620,25,27
• Rekreasi 9,13,17 3
• Keluarga 3,11 2
3. Opinion• Diri Sendiri 5,15 2
• Ekonomi 7 19,21,29 4
Jumlah 29
3. Keputusan Membeli (Schiffman dan Kanuk, 2007)
Alat ukur keputusan membeli menggunakan angket yang berupa pertanyaan
yang memiliki dua pilihan alternatif jawaban yaitu membeli dan tidak
membeli. Untuk pilihan jawaban keputusan membeli maka akan diberikan skor
1, sedangkan untuk pilihan jawaban tidak membeli diberikan skor 0 yang
didasarkan pada teori Schiffman dan Kanuk (2007) ketika individu berada
pada pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau
merek Y, atau memilih membekanjakan barang A atau barang B.
Tabel 3.3
Alternatif jawaban Skor
Membeli 1
Tidak Membeli 0
Blueprint skala keputusan membeli
NO Keputusan Membeli Objek Keputusan Membeli
1. MembeliSmartphone Blackberry
2. Tidak membeli
3.5 Metode Analisa Data
3.5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software
Lisrel 8.70. adapun langkah-langkah untuk mendapatkan kriteria item yang baik
pada CFA, yaitu sebagai berikut:
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang
dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (P>0.05) berarti semua item
hanya mengukur satu faktor saja. Namun jika nilai Chi-Square signifikan
(P<0.05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang
diuji sesuai dengan langkah kedua berikut ini.
2. Jika nilai Chi-Square signifikan (P<0.05), maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin
diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengkur lebih dari satu
konstruk/multidimensional). Setelah beberapa kesalahan pengkuran dibebaskan
untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit, maka model
terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai
koefisien positif.
4. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk
mendapatkan faktor skornya. Selanjutnya, melakukan pengolahan data
menggunakan SPSS 17.0 dengan ketentuan tidak mengikutsertakan skor
mentah dari item yang dieliminasi.
Terdapat kriteria item yang baik pada CFA, yaitu (Umar, 2010):
1. Menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur,
dengan menggunakan t-test. Melihat signifikan tidaknya item tersebut
mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item.
Perbandingannya adalah jika t > 1.96 maka item tersebut tidak akan didrop dan
sebaliknya.
2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah diskoring
dengan favorable (pada skala model likert 1-4), maka nilai koefisien muatan
faktor harus bermuatan positif, dan sebaliknya. Apabila item favorable, namun
muatan faktor item bernilai negative, maka item tersebut akan didrop dan
sebaliknya.
3. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka
item tersebut akan didrop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa
yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain (multidimensi).
Setelah diuji validitasnya, kemudian diuji pula reliabilitas dari item-item
yang dimiliki peneliti. Reliabilitas adalah seberapa besar proporsi varian dari true
skor. Nilai reliabilitas nantinya didapatkan sekaligus ketika melakukan uji
validitas dengan bantuan LISREL.
3.5.2 Metode Analisa Data Pengujian Hipotesis Mayor
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh
sikap terhadap produk smartphone blackberry dan gaya hidup brand minded
terhdap pengambilan keputusan membeli smartphone blackberry pada remaja,
penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang
merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan
hipotesis yang akan diukur peneliti menggunakan teknik analisis multiple
regression atau analisis regresi berganda. Ada pun persamaan umum analisis
regresi berganda ini adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana :
Y = Keputusan membeli
a = Konstan
b = Koefisien regresi yang distandardisasikan untuk masing-masing X
X1 = Sikap
X2 = Gaya Hidup
E = Residu
Dari analisis regresi berganda dapat diperoleh nilai R, yaitu korelasi koefesian
regresi berganda antara dependen variabel dengan semua independen variabel
yang disebutkan. Besarnya nilai dependen variabel keputusan membeli
disebabkan oleh independen variabel yang disebutkan ditunjukkan oleh koefesien
determinasi berganda atau R square (R²). Uji R² yang dilakukan mengindikasikan
apakah regresi Y pada variabel independen secara bersama-sama signifikan secara
statistik.
Kemudian untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan, maka
digunakan uji F. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah
variabel-variabel independent yang diujikan memiliki pengaruh terhadap
dependen variabel. Rumus uji F adalah sebagai berikut (Pedhazur, 1982) :
F = R²/k
(1-R²) / (N-k-1)
Keterangan :
k = Jumlah independent variabel
N = Jumlah Sampel
3.5.3 Metode Analisa Data Pengujian Hipotesis Minor
Sedangkan cara dalam menganalisa hipotesis minor adalah melalui penjelasan
bahwa dalam menguji apakah pengaruh yang diberikan IV signifikan terhadap DV
dalam hal ini hipotesis minor. Uji t akan dilakukan sebanyak 14 kali sesuai
dengan variabel yang di analisis. Uji t yang dilakukan menggunakan rumus
sebagai berikut :
t = b
sb
Keterangan :
b = Koefesien regresi
sb = standar eror dari b
3.6 Uji Validitas Konstruk
3.6.1 Sikap Terhadap Produk
3.6.1.1 Validitas Konstruk Kognitif
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah 15 item yang ada bersifat
unidimensional dalam mengukur kognitif. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan, didapatkan model satu faktor adalah tidak fit, dengan Chi Square=
607,93, df=90, P-Value= 0,00000 RMSEA= 0,128. Namun setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit seperti gambar di bawah ini :
Gambar 3.1 Analisis faktor konfirmatorik dari variabel kognitif
Terlihat dari gambar 3.1, bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat
diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
kognitif. Hanya saja, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran
pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disipulkan bahwa
beberapa item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing.
Kemudian, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut. Tujuannya adalah untuk menghasilkan informasi perihal apa yang
hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefesien
muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefesien muatan factor, seperti pada table berikut ini:
Tabel 3.4
Muatan faktor item untuk kognitif
NO. KoefesienStandar
ErorNilai T Signifikan
15 0,02 0,05 0,28 X
16 -0,20 0,05 -3,95 X
17 0,32 0,06 5,43 V
18 0,60 0,05 11,79 V
19 -0,03 0,06 -0,49 X
20 0,32 0,06 5,11 V
21 0,50 0,06 8,00 V
22 0,40 0,05 7,83 V
23 0,78 0,06 12,75 V
24 -0,08 0,07 -1,26 X
25 0,53 0,05 9,88 V
26 -0,34 0,06 -5,42 X
27 -0,48 0,14 -3,51 X
28 0,47 0,05 9,13 V
29 0,25 0,05 5,44 V
Keterangan : Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak signifikan
Dilihat dari model faktor di atas, dari 15 item yang mengukur kognitif,
terdapat tiga item yang t-value nya lebih kecil dari 1,96 (absolute). Sehingga
keenam item tersebut yaitu nomor 1,2,5,10,12 dan 13 harus dieliminasi dan tidak
diikutsertakan dalam mengestimasi skor faktor variabel kognitif. Sedangkan 9
item lainnya dapat digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk variabel
kognitif. Adapun butir soal yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi
disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.5
Matriks Korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item faktor
kognitif
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
15 1
16 1
17 V V 1
18 1
19 V 1
20 V 1
21 V 1
22 1
23 1
24 V V V 1
25 V V V V V 1
26 V V V V 1
27 V V V V V 1
28 V V V V V V 1
29 V V V V V V V V V V 1
Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran antar item
Dari tabel di atas, dapat terlihat item yang paling banyak korelasinya dan
multidimensional adalah 15,17,19,20,21,24,25,26,27,28,29. Item-item tersebut
bersifat multidimensional dikarenakan hampir setiap indikator yang digunakan
sebagai konstruk pembuatan item untuk kognitif memiliki kesamaan makna
sehingga responden cenderung mempersepsikan setiap item sama. Sedangkan
item yang paling ideal meskipun memiliki satu kali kesalahan pengukuran dan
berkorelasi adalah item nomor 16,18,22,23.
3.6.1.2 Validitas Konstruk Afektif
Dalam hal ini peneliti menguji apakah 14 item yang ada bersifat unidimensional
dalam mengukur konstruk afektif. Dari hasil yang diperoleh, lisrel tidak dapat
menghitung item-item yang kurang bagus yang disebabkan muatan koefesiennya
tinggi, yaitu dalam hal ini item nomor 1 dan 2. Oleh karena itu item nomor 1 dan
2 tidak diikutsertakan sehingga yang di olah hanya 12 item.
Dengan demikian, akhirnya dari hasil yang diperoleh dari uji validitas
konstruk afektif, model satu faktor (unidimensional) adalah tidak fit, dengan Chi-
Square= 339,91 df=54 P-value=0,00000 RMSEA= 0,123. Namun setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit seperti gambar di bawah ini :
Gambar 3.2 Analisis faktor konfirmatorik dari afektif
Terlihat dari gambar diatas, bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(Tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat
diterima yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
afektif. Hanya saja pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa
item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item
tersebut sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing.
Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur melalui
koefesien muatan faktor dengan cara melihat nilai t bagi setiap koefesien muatan
faktor, seperti gambar berikut ini.
Tabel 3.6
Muatan faktor item untuk afektif
NO. KOEFESIENSTANDAR
ERRORNILAI T SIGNIFIKAN
3 0,30 0,06 4,83 V
4 0,67 0,05 12,29 V
5 0,70 0,05 12,88 V
6 0,17 0,06 2,74 V
7 -0,11 0,06 -1,82 X
8 0,12 0,06 1,89 X
9 0,46 0,06 7,75 V
10 0,05 0,06 0,84 X
11 0,12 0,06 1,96 X
12 0,49 0,06 8,36 V
13 0,68 0,05 12,42 V
14 0,54 0,06 9,58 V
Keterangan : Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak signifikan
Dilihat dari model faktornya, dari 12 item yang dalam hal ini mengukur
afektif, terdapat 4 item yang tidak signifikan (tidak bagus) dan harus di eliminasi
(tidak diikutsertakan) dalam mendapatkan nilai skor estimasi, karena koefesien
muatan faktor yang paling rendah dan nilai t lebih kecil dari 1,96 (absolute) yaitu
item nomor 7,8,10,11. Sedangkan item yang signifikan dalam arti item yang
paling valid dengan koefesien muatan faktor yang paling tinggi dan nilai t lebih
besar dari 1,96 adalah item nomor 3,4,5,6,9,12,13,14. Yang berarti item-item
tersebut dapat digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk untuk afektif.
Adapun butir-butir yang kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan
pada tabel.
Tabel 3.7
Matriks Korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item afektif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1
2 1
3 V 1
4 1
5 V 1
6 1
7 1
8 V V 1
9 V V V 1
10 V V V V 1
11 V V V V V 1
12 V 1
Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran antar item
Dari tabel di atas, terlihat bahwa kesalahan pengukuran item nomor 1
berkorelasi dengan kesalahan pengukuran nomor 3 dan 11. Kesalahan pengukuran
item nomor 4 berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item pada nomor 5, 11,
dan 12. Kesalahan pengukuran item nomor 5 dan 6 berkorelasi dengan kesalahan
pengukuran item pada nomor 8,9, dan 10. Kesalahan pengukuran item nomor 7
berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item pada nomor 11. Kesalahan
pengukuran item nomor 8 berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item pada
nomor 9 dan 10. Kesalahan pengukuran item nomor 9 berkorelasi dengan
kesalahan pengukuran item pada nomor 10 dan 11. Kesalahan pengukuran item
nomor 10 berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item pada nomor 11.
3.6.1.3 Validitas Konstruk Konasi
Cara yang digunakan dalam menguji validitas konstruk dari konasi sama dengan
cara yang digunakan pada kedua variabel di atas. Dalam hal ini, model satu faktor
adalah tidak fit dengan Chi-Square= 563,59 df= 44 RMSEA= 0,184. Berdasarkan
hal tersebut, dapat dikatakan bahwa modelnya tidak fit dengan data (signifikan)
karena P-value menunjukkan hasil lebih kecil dari 0,05. Selanjutkan dilakukan
modifikasi terhadap model, sehingga menghasilkan model satu faktor yang fit.
Gambar 3.3 Analisis faktor konfirmatorik dari konasi
Terlihat dari gambar diatas, bahwa nilai Chi-Square menghasilkan P>0,05
(Tidak signifikan). Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat
diterima yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu
afektif. Hanya saja pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa
item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item
tersebut sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing.
Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur melalui
koefesien muatan faktor dengan cara melihat nilai t bagi setiap koefesien muatan
faktor, seperti gambar berikut ini:
Tabel 3.8
Muatan faktor item untuk konasi
No. KOEFESIEN STANDAR ERROR
NILAI T SIGNIFIKAN
31 0,28 0,06 4,83 V
32 0,63 0,05 11,61 V
33 0,80 0,05 15,91 V
34 0,63 0,05 12,20 V
35 0,73 0,05 14,70 V
36 0,82 0,05 16,63 V
37 0,44 0,05 8.2 V
38 0,63 0,05 12,37 V
39 0,67 0,05 13,39 V
40 0,50 0,05 9,44 V
41 0,30 0,06 4,75 V
Keterangan : Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak signifikan
Dilihat dari muatan faktornya, dari enam faktornya, dari sebelas item yang
dalam hal ini mengukur konasi, semuanya signifikan karena t value bermuatan
positif dimana (t<1,96) yang berarti item-item tersebut dapat digunakan dalam
mengestimasi skor faktor. Adapun butir-butir yang kesalahan pengukurannya
saling berkorelasi, terdapat dalam tabel berikut.
Tabel 3.9
Matriks Korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item konasi
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
31 1
32 V 1
33 V 1
34 V 1
35 V V V 1
36 V V 1
37 V 1
38 1
39 V V V 1
40 V V 1
41 V V V V V V 1Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran antar item
Setiap item hampir keseluruhannya melakukan kesalahan dalam
pengukuran. Item-item tersebut bersifat multidimensional dikarenakan hampir
setiap indikator dari butir-butir item tersebut memiliki kecenderungan untuk
membuat responded mempersepsikan setiap item sama maknanya.
3.6.2 Validitas Konstruk Gaya Hidup Brand Minded
3.6.2.1 Validitas Konstruk Aktifitas
Dalam hal ini peneliti menguji apakah 12 item untuk mengukur variabel aktifitas
bersifat unidimensional. Karena hanya 2 koefesien yang positif dari 12 item
tersebut, peneliti berasumsi bahwa terdapat kesalahan skoring pada data sehingga
peneliti merubah skoring data dengan menggunakan SPSS versi 17.00 lalu
dilakukan penghitungan ulang dengan menggunakan LISREL 8.70. Sehingga
memperoleh hasil dari variabel aktifitas, model satu faktor (unidimensional)
adalah tidak fit, dengan Chi-Square= 550,77 df= 54 RMSEA= 0,162. Namun
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.4 Analisis konfirmatorik dari aktifitas
Terlihat dari gambar di atas, bahwa Chi-Square menghsilkan P<0,05 (tidak
signifikan). Dengan demikian model dengan hanya satu faktor dapat diterima,
yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja. Namun, terdapat
kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional
pada dirinya masing-masing.
Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,
yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada
tabel berikut ini:
Tabel 3.10
Muatan faktor item aktifitas
NO. KOEFESIENSTANDAR
ERRORNILAI T SIGNIFIKAN
1 0,25 0,06 4,35 V
2 0,29 0,06 4,98 V
4 0,40 0,06 6,91 V
8 0,47 0,06 8,47 V
10 0,37 0,05 7,02 V
14 0,43 0,07 6,59 V
16 0,79 0,07 10,78 V
22 0,23 0,05 4,35 V
23 -0,39 0,09 -4,58 X
24 0,64 0,08 8,52 V
26 0,46 0,06 7,86 V
28 0,30 0,06 5,26 V
Keterangan : Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak signifikan
Dilihat dari muatan faktor nya, dari 12 item terdapat 1 item tidak
signifikan dan harus di eliminasi dalam mendapatkan nilai skor estimasi, karena
koefesien muatan faktor yang paling rendah dan nilai t yang lebih kecil dari 1,96
(absolute) yaitu nomor item 23. Sedangkan item yang signifikan dalam arti item
yang valid dengan koefesien muatan faktor tinggi dan nilai t yang lebih besar dari
1,96 adalah item nomor 1,2,4,8,10,14,16,22,24,26, dan 28. Adapun butir-butir
kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.11
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir-buitr item aktifitas
1 2 4 8 10 14 16 22 23 24 26 28
1 1
2 1
4 1
8 V 1
10 V 1
14 V V 1
16 V 1
22 V V 1
23 V V V V 1
24 V V V V 1
26 V V V 1
28 V V V V V V 1
Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran antar item
Dari tabel di atas, dapat terlihat item yang paling banyak korelasinya dan
multidimensional adalah 1,8,10,14,16,22,23,24,26, dan 28. Item-item tersebut
bersifat multidimensional karena hampir setiap indikator yang digunakan sebagai
konstruk pembuatan item aktifitas memiliki kesamaan makna sehingga responden
cenderung mempersepsikan setiap item sama.
3.6.2.2 Validitas Konstruk Minat (Interest)
Cara yang digunakan untuk menguji validitas konstruk dari minat sama dengan
cara yang digunakan beberapa variabel di atas. Dalam hal ini model satu faktor
adalah tidak fit, dengan Chi-Square= 394,50 df= 44 RMSEA= 0,151. Namun
setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.5 Analisis konfirmatorik minat (interest)
Terlihat dari gambar di atas, bahwa nilai Chi-Square menghasilkan p>0,05
(tidak signifikan). Dengan demikian moel dengan hanya satu faktor dapat
diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja yaitu
minat. Hanya saja, pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa
item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item
tersebut
Selanjutnya, kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini,
yang diuji adalah hipotesis nihil tentang muatan faktor. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t=1,96 (nilai absolute) bagi setiap koefisien muatan faktor,
seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 3.12
Muatan faktor untuk item minat (interest)
NO KOEFESIENSTANDAR
ERRORNILAI T SIGNIFIKAN
3 0,02 0,06 0,41 X
6 0,48 0,06 8,61 V
9 0,44 0,06 7,77 V
11 0,15 0,06 2,54 V
12 0,80 0,05 15,69 V
13 0,02 0,06 0,29 X
17 0,23 0,06 3,83 V
18 0,36 0,06 6,27 V
20 0,63 0,05 11,55 V
25 0,73 0,05 13,96 V
27 0,51 0,06 9,15 V
Keterangan : Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak signifikan
Dilihat dari muatan faktornya, dari 11 item terdapat 2 item tidak signifikan
dan harus di eliminasi dalam mendapatkan nilai skor estimasi, karena koefesien
muatan faktor yang paling rendah dan nilai t yang lebih kecil dari 1,96 (absolute)
yaitu nomor item 3 dan 13. Sedangkan item yang signifikan dalam arti item yang
valid dengan koefesien muatan faktor tinggi dan nilai t yang lebih besar dari 1,96
adalah item nomor 6,9,11,12,17,18,20,25 dan 27. Ada pun butir-butir kesalahan
pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.13
Matriks korelasi antar kesalahan pengukuran pada butir item minat
3 6 9 11 12 13 17 18 20 25 27
3 1
6 1
9 V 1
11 V V V 1
12 1
13 V 1
17 V V 1
18 V 1
20 V V 1
25 V 1
27 V V V V 1
Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran antar item
Dari tabel di atas dapat terlihat item yang paling banyak berkorelasi dan
multidimensional adalah 3,6,11,13,17,18,20,25,27. Item-item tersebut bersifat
multidimensional karena hampir setiap indikator yang digunakan sebagai konstruk
pembuatan item memiliki makna yang sama sehingga responden cenderung
mempersepsikan setiap item sama. Sedangkan item yang paling ideal walaupun
memiliki satu kali kesalahan pengukuran dan berkorelasi adalah item nomor 6,12,
dan 18.
3.6.2.3 Validitas Konstruk Opini
Dari hasil yang diperoleh, model ini tidak fit dengan Chi-Square= 163,5 P-value=
0,00000 RMSEA= 0,222. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti gambar dibawah
ini:
Gambar 3.6 Analisis konfirmatorik opini
Dari gambar di atas terlihat dari 6 item terdapat 3 item yang saling
berkorelasi yaitu item nomor 1,2, dan 3. Sedangkan item yang tidak berkorelasi
sama sekali adalah item nomor 4,5, dan 6. Sehingga diperoleh model fit bahwa
nilai Chi-Square menghasilkan p>0,05 (tidak signifikan). Dengan demikian model
satu faktor dapat diterima. Namun pada model ini kesalahan pengukuran pada
beberapa utem saling berkorelasi sehingga disimpulkan bahwa beberapa item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing.
Selanjutnya kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item
tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur melalui
koefesien muatan faktor dengan cara melihat nilai t bagi setiap koefesien muatan
faktor, seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.14
Muatan faktor untuk butir item opini
NO. KOEFESIENSTANDAR
ERRORNILAI T SIGNIFIKAN
5 0,14 0,07 2,21 V
7 0,40 0,06 6,35 V
15 0,21 0,06 3,27 V
19 0,67 0,07 9,64 V
21 0,72 0,07 10,12 V
29 0,27 0,06 4,21 V
Keterangan : Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak signifikan
Dilihat dari muatan faktor nya dari 6 item yang dalam hal ini mengukur
opini, semuanya signifikan karena t value bermuatan positif dimana (t>1,96) yang
berarti item-item tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi skor faktor.
Adapun butir-butir kesalahan pengukurannya saling berkorelasi disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 3.15
Matriks korelsi antar kesalahan pengukuran pada butir-butir item opini
5 7 15 19 21 29
5 1
7 V 1
15 V V 1
19 1
21 1
29 1Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran antar item
Dilihat dari tabel di atas, terlihat bahwa kesalahan pengukuran item nomor
7 berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item pada nomor 5. Sedangkan
kesalahan pengukuran item nomor 15 berkorelasi dengan kesalahan pengukuran
item pada nomor 5 dan 7.
3.7 Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a. Survey Pendahuluan
b. Perumusan Masalah
c. Menentukan Variabel Penelitian
d. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teoritis yang tepat
e. Menentukan, menuyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian ini, yaitu skala sikap, gaya hidup, konsep diri, dan skala
keputusan membeli.
f. Menentukan lokasi penelitian
2. Tahap Pengambilan Data
a. Menentukan sampel penelitian
b. Melaksanakan pengambilan data dengan memberikan angket yang telah
disiapkan kepada subjek penelitian
3. Tahap Pengolahan Data
a. Melakukan scoring terhadap hasil angket yang telah diisi oleh responden
b. Menghitung dan mencatat tabulasi data yang diperoleh, kemudian
membuat table data
c. Melaksanakan pengambilan data dengan memberikan angket yang telah
disiapkan kepada subjek penelitian
4. Tahap Pembahasan
a. Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan
teori
b. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh dan dibahas
berdasarkan data dan teori yang ada
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab empat ini akan di bahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu : analisis deskriptif dan
pengujian hipotesis penelitian. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
4.1 Analisis Deskriptif
Subjek dalam penelitian ini adalah 350 siswa-siswi SMA Al – Azhar Bumi
Serpong Damai (BSD) dari kelas X sampai dengan kelas XII. Tetapi pihak
sekolah hanya mengizinkan siswa kelas X dan XI saja yang bisa di jadikan subjek
penelitian.
Selanjutnya akan dijelaskan gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin,
pendapatan orang tua, uang saku, skor sikap, gaya hidup brand minded, konsep
diri dan keputusan membeli,. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah sampel yang
digunakan oleh peneliti cukup mewakili populasi. Maka didapatkanlah hasil
sebagai berikut.
Tabel 4.1
Distribusi Populasi Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N Persentase
Laki-laki 276 48,68%
Perempuan 291 51,32%
Jumlah 567 100%
Populasi siswa-siswi SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai berjumlah
567 orang yang terdiri dari 276 (48,68 %) siswa laki-laki dan 291 (51,32%) siswa
perempuan. Dari data tersebut terlihat bahwa populsi penelitian ini lebih banyak
yang berjenis kelamin perempuan daripada laki-laki. Distribusi populasi tersebut
kemudian dibandingkan dengan distribusi sampel penelitian yang diperoleh
sebagai berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin F Persentase
Laki-laki 180 51,4 %
Perempuan 170 48,6 %
Jumlah 350 100%
Responden dalam penelitian ini sebanyak 350 orang yang terdiri dari laki-
laki sebanyak 180 (51,4 %) orang dan perempuan 170 (48,6 %) orang. Jika
dibandingkan dengan dengan distribusi populasi sebelumnya, maka dapat
dikatakan sampel yang digunakan cukup mewakili populasi siswa-siswi SMA Al
– Azhar Bumi Serpong Damai. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya perbedaan
yang mencolok antara distribusi populasi dengan distribusi sampel. Selanjutnya
dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian berdasarkan pendapatan orang
tua dan uang saku per bulan, sebagai berikut :
Tabel 4.3
Distribusi sampel berdasarkan pendapatan orang tua per bulan
Pendapatan Orang Tua Per Bulan F Persentase
< Rp 1000.000,- 24 6,9%
Rp 1.000.000,- s/d Rp 3000.000,- 72 20,6 %
Rp 3.000.000,- s/d Rp 6000.000,- 108 30,9 %
> Rp 6000.000,- 146 41,7 %
Jumlah 350 100%
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 146 (41,7 %) orang tua responden
memiliki penghasilan per bulan di atas Rp 6000.000,-. Sedangkan 108 (30,9 %)
orang tua responden memiliki rentang penghasilan per bulan antara Rp 3000.000
s/d Rp 6000.000,-. Sisanya adalah 72 (20,6 %) orang tua responden yang memiliki
rentang penghasilan per bulan antara Rp 1000.000,- s/d Rp 3000.000,- dan 24
(6,9 %) orang tua responden yang memiliki penghasilan per bulan di bawah Rp
1000.000,-. Artinya sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki orang
tua dengan rentang penghasilan lebih dari Rp 6000.000,-.
Selanjutnya akan dipaparkan mengenai distribusi sampel penelitian
berdasarkan uang saku per bulan responden yang akan di jelaskan sebagai berikut
:
Tabel 4.4
Distribusi sampel berdasarkan uang saku per bulan
Uang Saku per bulan F Persentase< Rp 300.000,- 92 26,3 %
Rp 300.000,- s/d Rp 600.000,- 135 38,6 %Rp 600.000,- s/d Rp 900.000,- 119 34,0 %
> Rp 1000.000,- 4 1,1 %
Jumlah 350 100%
Berdasarkan tabel di atas sebanyak 135 (38,6 %) responden memiliki
rentang uang saku per bulan sebanyak Rp 300.000,- s/d Rp 600.000,- .Sedangkan
sebanyak 119 (34 %) responden memiliki rentang uang saku perbulan kurang dari
Rp 600.000,- s/d Rp 900.000,-. Sisanya sebanyak 92 (26,3 %) responden memiliki
rentang uang saku perbulan sebanyak kurang dari Rp 300.000,- dan 4 (1,1 %)
responden memiliki rentang uang saku per bulan di atas Rp 1.000.000,-. Artinya
sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki rentang uang saku antara
Rp 300.000,- s/d Rp 600.000,-.
4.1.1 Kategorisasi skor variabel
Kemudian peneliti mengkategorisasikan gambaran umum sampel berdasarkan
skor skala sikap dimana skor ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu sikap positif,
sikap netral dan subjek yang memiliki sikap negatif. Adapun hasilnya dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.5
Kategori subjek berdasarkan kategorisasi sikap
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negatif 58 16.6 16.6 16.6
Netral 244 69.7 69.7 86.3
Positif 48 13.7 13.7 100.0
Total 350 100.0 100.0
Dapat dilihat pada tabel di atas, bahwa responden yang memiliki sikap
negatif tentang produk smartphone blackberry sebanyak 58 (16,6 %) orang.
Responden yang memiliki sikap netral sebanyak 244 (69,7 %). Dan responden
yang memiliki sikap positif tentang produk smartphone blackberry sebesar 48
(13,7 %) orang. Kemudian peneliti mengaktegorisasikan gambaran umum subjek
berdasarkan gaya hidup brand minded. Adapun tabelnya dapat dilihat dibawah ini
:
Tabel 4.6
Gambaran subjek penelitian berdasarkan kategorisasi gaya hidup brand
minded
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 39 11.1 11.1 11.1
sedang 248 70.9 70.9 82.0
tinggi 63 18.0 18.0 100.0
Total 350 100.0 100.0
Dapat dilihat pada tabel di atas, paling banyak siswa SMA Al – Azhar
BSD masuk ke dalam gaya hidup brand minded kategori sedang yaitu sebanyak
248 (70,9 %) responden, kemudian kategori tinggi sebanyak 63 (18 %) responden
dan kategori rendah sebanyak 39 (11,1 %) responden.
Terakhir peneliti juga mengkategorisasikan gambaran umum subjek
penelitian berdasarkan keputusan membeli smartphone blackberry. Adapun
tabelnya dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 4.7
Gambaran subjek penelitian berdasarkan kategorisasi keputusan membeli
Keputusan Membeli Frekuensi Persentase
Membeli 316 90,3 %
Tidak membeli 34 9,7 %
TOTAL 350 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 316 (90,3 %) orang
responden yang membeli produk smartphone blackberry, sedangkan subjek yang
tidak membeli sebanyak 34 (9,7 %) orang responden.
4.1.2 Analisis Uji Beda Variabel Demografi
Untuk mengetahui uji beda komitmen organisasi terhadap variabel demografi
penelitian, maka peneliti menggunakan uji anova (One-way Anova) yang
perhitungannya menggunakan SPSS 17.0, berikut ini merupakan hasil
ringkasannya.
Tabel 4.8
Tabel Analisis Uji Beda Variabel Demografik
Klasifikasi uji beda keputusan membeli smartphone blackberry Mean
Std. Deviasi F Sig.
Penghasilan orang tua per bulan
< 1 juta 0,9583 0,20412
1,594 0,1911 juta s/d 3 juta 0,9306 0,255993 juta s/d 6 juta 0,9259 0,26311> 6 juta 0,9029 0,34502
Uang Saku per bulan
< 300.000 0,9130 0,28332
1,605 0,188300.000 s/d 600.000 0,9333 0,25037600.000 s/d 900.000 0,8571 0,35141> 1 juta 1,0000 0,00000
Jenis kelaminLaki-laki 0,8833 0,32192 0,206
Perempuan 0,9235 0,26653 0,203
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa variabel demografi
penghasilan orang tua, uang saku per bulan dan jenis kelamin tidak memiliki
perbedaan yang signifikan untuk keputusan membeli smartphone blackberry pada
siswa SMA Al – Azhar BSD.
4.2 Uji Hipotesis
4.2.1 Pengujian Hipotesis Mayor dan Minor
Seperti pada hipotesis mayor di atas bahwa ada pengaruh signifikan Sikap
Terhadap Produk dan Gaya Hidup Brand Minded terhadap Keputusan Membeli
Smartphone Blackberry pada Siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai.
Untuk mendapatkan hasil tersebut peneliti menggunakan metode analisis regresi
berganda. Dengan dependent variable nya adalah keputusan membeli, dan
independent variable nya adalah kognitif, afektif, konasi, aktifitas, minat, opini,
pendapatan orang tua danuang saku maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rumus persamaan regresi
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8
Penjelasannya adalah sebagi berikut :
Y’ = Keputusan membeli
a = Konstan intersepsi
b = Koefesien regresi
X1 = Kognitif
X2 = Afektif
X3 = Konasi
X4 = Aktifitas
X5 = Minat
X6 = Opini
X7 = Pendapatan orang tua
X8 = Uang Saku
Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R
square, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9
TABEL R SQUARE
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .320a .103 .082 .28422 .103 4.876 8 341 .000
a. Predictors: (Constant), Uang saku, Afektif, Opini, Aktiftias, Pendapatan orang tua, Kognitif,
Konasi, Minat
Dengan menggunakan seluruh IV, diperoleh nilai R square (R2) = 0,103.
Hal ini berarti 10,3 % dari bervariasinya keputusan membeli siswa ditentukan
oleh bervariasinya 14 variabel yang diteliti, yaitu kognitif, afektif, konasi,
aktifitas, minat, opini, pendapatan orang tua dan uang saku. Sedangkan 89,7 %
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent
variabel terhadap keputusan membeli. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.10
TABEL ANOVA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.151 8 .394 4.876 .000a
Residual 27.546 341 .081
Total 30.697 349
a. Predictors: (Constant), Uang saku, Afektif, Opini, Aktiftias, Pendapatan orang tua, Kognitif,
Konasi, Minat
b. Dependent Variable: KeputusanMembeli
Jika melihat kolom ke enam dari kiri diketahui bahwa (p < 0.05), maka
hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh
independen variabel terhadap dependent variabel ditolak. Artinya, ada pengaruh
yang signifikan dari kognitif, afeksi, konasi, aktifitas, minat, opini, pendapatan
orang tua dan uang saku terhadap keputusan membeli smartphone blackberry
pada siswa Al – Azhar BSD.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independen
variabel. Jika nilai t > 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap keputusan membeli
smartphone blackberry pada siswa Al – Azhar BSD. Adapun penyajiannya
ditampilkan pada table berikut :
Tabel 4.11
Koefesien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) .903 .015 59.429 .000
Kognitif -.022 .022 -.062 -.984 .326
Afektif .086 .023 .254 3.672 .000
Konasi .016 .020 .052 .778 .437
Aktiftias .003 .025 -.008 -.112 .911
Minat .023 .025 .068 .904 .366
Opini .014 .018 .043 .779 .436
Pendapatan orang tua .032 .017 -.107 -1.852 .065
Uang saku -.006 .017 -.020 -.350 .726
a. Dependent Variable: KeputusanMembeli
Dari fungsi persamaan di atas, untuk melihat signifikan atau tidaknya
koefesien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat sig. pada kolom yang paling
kanan (kolom ke-6), jika sig <0,05, maka koefesien regresi yang dihasilkan
signifikan pengaruhnya terhadap keputusan membeli dan sebaliknya. Dari hasil di
atas hanya koefesien regresi afektif yang signifikan, sedangkan yang lainnya tidak
signifikan. Dengan demikian dapat disusun persamaan regresi pada keputusan
membeli smartphone blackberry, yaitu :
Persamaan 4.1
Persamaan Regresi
Keputusan Membeli’ = 0,903 - 0,022*Kognitif + 0,086*Afektif +
0,016*Konasi + 0,003*Aktifitas + 0,023*Minat +
0,014*Opini – 0,032*Parents Income -
0,006*Uang Saku
Dari tabel, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, kita cukup melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan (kolom ke-
6), jika P < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan, signifikan pengaruhnya
terhadap keputusan membeli dan sebaliknya. Dari hasil diatas hanya koefisien
regresi afektif yang signifikan, sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini berarti
bahwa dari 8 hipotesis minor hanya terdapat satu yang signifikan. Penjelasan dari
nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai
berikut :
1. Variabel Sikap (kognitif)
Diperoleh koefesien regresi sebesar -0,022 (P < 0 ,05) dengan signifikansi
0,326 yang berarti bahwa variabel sikap terhadap produk dari aspek kognitif
secara negatif berpengaruh terhadap keputusan membeli tetapi tidak
signifikan. Jadi, semakin tinggi sikap terhadap produk dari aspek kognitif
individu maka semakin kecil kemungkinan individu untuk membeli
smartphone blackberry.
2. Variabel Sikap (afektif)
Diperoleh koefesien regresi sebesar 0,086 (P < 0 ,05) dengan signifikansi
0,000 yang berarti bahwa variabel sikap terhadap produk aspek afektif secara
positif berpengaruh terhadap keputusan membeli dan signifikan. Jadi, semakin
tinggi sikap terhadap produk individu dari aspek afektif maka semakin besar
pula kemungkinan individu untuk membeli smartphone blackberry.
3. Variabel Sikap (konasi)
Diperoleh koefesien regresi sebesar 0,016 (P < 0 ,05) dengan signifikansi
0,437 yang berarti bahwa variabel konasi secara positif berpengaruh terhadap
keputusan membeli tetapi tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi sikap individu
terhadap produk dari aspek konasi maka semakin besar pula kemungkinan
individu untuk membeli smartphone blackberry.
4. Variabel Gaya Hidup (Aktifitas)
Diperoleh koefesien regresi sebesar 0,003 (P < 0,05) dengan signifikansi
0,911 yang berarti bahwa variabel aktifitas positif berpengaruh terhadap
keputusan membeli tetapi tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi gaya hidup
brand minded individu dari aspek aktifitas maka semakin besar pula
kemungkinan individu untuk membeli smartphone blackberry.
5. Variabel Gaya Hidup (minat)
Diperoleh koefesien regresi sebesar 0,023 (P < 0,05) dengan signifikansi
0,366 yang berarti bahwa variabel minat secara positif berpengaruh terhadap
keputusan membeli tetapi tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi gaya hidup
brand minded individu dari aspek minat maka semakin besar pula
kemungkinan individu untuk membeli smartphone blackberry.
6. Variabel Gaya Hidup (opini)
Diperoleh koefesien regresi sebesar 0,014 (P < 0,05) dengan signifikansi
0,436 yang berarti bahwa variabel opini secara positif berpengaruh terhadap
keputusan membeli tetapi tidak signifikan. Jadi, semakin tinggi gaya hidup
brand minded individu dari aspek opini maka semakin besar pula
kemungkinan individu untuk membeli smartphone blackberry.
7. Parents Income (Pendapatan Orangtua)
Diperoleh koefesien regresi sebesar 0,032 (P<0,05) dengan signifikansi
sebesar 0,065 yang berarti bahwa pendapatan orangtua berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap keputusan membeli. Jadi semakin tinggi
pendapatan orang tua maka semakin besar kemungkinan untuk membeli
smartphone blackberry.
8. Uang Saku
Diperoleh koefesien regresi sebesar -0,006 (P < 0,05) dengan signifikansi
sebesar 0,726 yang berarti bahwa uang saku berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap keputusan membeli. Jadi semakin tinggi uang saku maka
semakin kecil kemungkinan untuk membeli smartphone blackberry.
4.2.2 Pengujian proporsi varians masing–masing independent variabel
Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians
dari masing-masing independent variable terhadap keputusan membeli. Pada tabel
di bawah kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per satu, kolom
kedua merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per
satu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang
dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV
yang bersangkutan, kolom DF adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan
pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom
mengenai nilai IV pada tabel F dengan DF yang telah ditentukan sebelumnya,
nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila
nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka dinyatakan signifikan.
Peneliti selanjutnya juga melihat besarnya proporsi varian DV yang
merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan
dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru dimasukkan
dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.12 Proporsi varians untuk masing-masing Independent Variable
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .112a .012 .010 .29515 .012 4.390 1 348 .037
2 .284b .081 .076 .28515 .068 25.830 1 347 .000
3 .288c .083 .075 .28520 .002 .877 1 346 .350
4 .291d .085 .074 .28539 .001 .526 1 345 .469
5 .296e .088 .075 .28530 .003 1.223 1 344 .270
6 .298f .089 .073 .28555 .001 .408 1 343 .524
7 .320g .102 .084 .28385 .013 5.110 1 342 .024
8 .320h .103 .082 .28422 .000 .123 1 341 .726
a. Predictors: (Constant), Kognitif
b. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif
c. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi
d. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias
e. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias, Minat
f. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias, Minat, Opini
g. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias, Minat, Opini, Pendapatan orang tua
h. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias, Minat, Opini, Pendapatan orang tua,
Uang saku
Keterangan :
IV1 = Kognitif
IV2 = Afektif
IV3 = Konasi
IV4 = Aktifitas
IV5 = Minat
IV6 = Opini
IV7 = Pendapatan Orang Tua (Parents Income)
IV8 = Uang Saku
Dari tabel diatas dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
1. Dari tabel terlihat bahwa R2 change dari kognitif terhadap keputusan membeli
adalah 0.012, ini berarti 1.2 % varians dari keputusan membeli dipengaruhi
oleh kognitif. Angka signifikansinya adalah 4.390, ini berarti sumbangan
sikap terhadap produk aspek kognitif terhadap keputusan membeli signifikan
karena F hitung (4,390) > F tabel (3,86).
2. Dari tabel terlihat bahwa R2 change dari afektif terhadap keputusan membeli
adalah 0.068, ini berarti 6.8 % varians dari keputusan membeli dipengaruhi
oleh afektif. Angka signifikansinya adalah 25,830, ini berarti sumbangan sikap
terhadap produk afektif terhadap keputusan membeli signifikan karena F
hitung (25,830) > F tabel (3,86).
3. Dari tabel terlihat bahwa R2 change dari konasi terhadap keputusan membeli
adalah 0.002, ini berarti 0,2 % varians dari keputusan membeli dipengaruhi
oleh konasi. Akan tetapi angka signifikansinya adalah 0,877, ini berarti
sumbangan sikap terhadap produk aspek konasi terhadap keputusan membeli
tidak signifikan karena F hitung (0,877) < F tabel (3,86).
4. Dari tabel terlihat bahwa R2 change dari aktifitas terhadap keputusan membeli
adalah 0.001, ini berarti 0,1 % varians dari keputusan membeli dipengaruhi
oleh aktifitas. Akan tetapi angka signifikansinya adalah 0,526, ini berarti
sumbangan gaya hidup dari aspek aktifitas terhadap keputusan membeli tidak
signifikan karena F hitung (0,526) < F tabel (3,86).
5. Dari tabel terlihat bahwa R2 change dari minat terhadap keputusan membeli
adalah 0.003, ini berarti 0,3 % varians dari keputusan membeli dipengaruhi
oleh minat. Akan tetapi angka signifikansinya adalah 1.223, ini berarti
sumbangan gaya hidup dari aspek minat terhadap keputusan membeli tidak
signifikan karena F hitung (1,223) < F tabel (3,86).
6. Dari tabel terlihat bahwa R2 change dari opini terhadap keputusan membeli
adalah 0.001, ini berarti 0,1 % varians dari keputusan membeli dipengaruhi
oleh opini. Akan tetapi angka signifikansinya adalah 0.408, ini berarti
sumbangan gaya hidup dari aspek opini terhadap keputusan membeli tidak
signifikan karena F hitung (0,408) < F tabel (3,86).
7. Dari tabel terlihat bahwa R2 change dari pendapatan orangtua (parents
income) terhadap keputusan membeli adalah 0.014, ini berarti 1,4 % varians
dari keputusan membeli dipengaruhi oleh pendapatan orangtua. Angka
signifikansinya adalah 5.177, ini berarti sumbangan pendapatan orang tua
terhadap keputusan membeli signifikan karena F hitung (5.177) > F tabel
(3,86).
8. Dari tabel terlihat bahwa R2 change dari uang saku terhadap keputusan
membeli adalah 0.000, uang saku tidak memberikan sumbangan yang
signifikan. Selain itu angka F change nya adalah 0,004. Hal ini berarti tidak
signifikan karena F hitung (0,004) < F tabel (3,86).
BAB V
KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan didapatkan hasil-hasil yang kemudian di
analisis oleh peneliti, didapatkan kesimpulan yang juga merupakan jawaban dari
permasalahan penelitian. Peneliti akan memaparkannya pada penjelasan berikut
ini :
Berdasarkan analisis data penelitian maka kesimpulan yang didapatkan
dari penelitian ini adalah : “Ada pengaruh yang signifikan sikap terhadap produk
dan gaya hidup brand minded terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai.” Pada proporsi
varians seluruhnya adalah sebesar 10,3 % yang artinya seluruh variabel
independen yang di teliti berpengaruh sebesar 10,3 % terhadap variabel dependen.
Sedangkan sisanya sebesar 89,7 % dipengaruhi oleh variabel lain.
Selanjutnya pada penelitian ini hanya terdapat satu variabel independen
yang memberikan pengaruh signifikan terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry, yaitu variabel sikap dari aspek afektif. Dengan demikian hanya ada
satu hipotesis minor yang diterima yaitu ada pengaruh yang signifikan dari sikap
terhadap produk dari aspek afektif terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry pada siswa SMA Al – Azhar Bumi Serpong Damai.
Kemudian jika dilihat berdasarkan sumbangan dari masing-masing
variabel, ternyata terdapat tiga variabel yang signifikan sumbangannya. Variabel-
variabel tersebut antara lain sikap dari aspek kognitif dengan sumbangan 1,2 %,
sikap dari aspek afektif dengan sumbangan 6,8 %, dan pendapatan orang tua
(parents income) dengan sumbangan 1,3 %.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis regresi pada variabel besar atau
inti dari variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu sikap dan gaya hidup
yang berguna sebagai data tambahan. Berdasarkan analisis regresi pada variabel
besar atau inti tersebut, di dapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1
Hasil Analisis Regresi pada Variabel Besar
Variabel Pengaruh Arah Pengaruh Tingkat Pengaruh Sumbangan
Sikap Signifikan + 1 6,9 %
Gaya
Hidup
Tidak
Signifikan+ 2 0,6 %
Berdasarkan tabel diatas yang memberikan sumbangan positif dan
signifikan terhadap variabel dependen adalah variabel sikap, yaitu sebesar 6,9 %.
Hal ini berarti semakin tinggi sikap terhadap produk smartphone blackberry pada
siswa maka kemungkinan akan semakin besar pula siswa untuk membeli produk
tersebut. Sedangkan variabel gaya hidup tidak signifikan tetapi mempunyai arah
pengaruh yang positif. Hal ini berarti semakin tinggi gaya hidup brand minded
pada individu maka semakin besar pula kemungkinan individu untuk membeli
produk tersebut namun tidak signifikan.
5.2 Diskusi
Hasil pengujian hipotesis pengaruh sikap terhadap produk dan gaya hidup brand
minded terhadap keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA Al
– Azhar BSD yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan dari seluruh independent variable terhadap keputusan membeli. Hal ini
sesuai dengan teori dimana keputusan membeli dipengaruhi oleh faktor internal di
antaranya oleh sikap dan gaya hidup (Hawkins, Best, Coney, 2004). Sesuai
dengan analisis regresi yang peneliti lakukan dimana seluruh variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu sebesar 10,3 %.
Kemudian berdasarkan analisa yang dilakukan, peneliti menganalisa tiga
dimensi sikap yaitu kognitif, afektif, dan konasi. Ternyata diperoleh hasil yaitu
hanya variabel sikap terhadap produk dari aspek afektif yang memberikan
pengaruh signifikan sebesar 8,7 % dan memberikan sumbangan sebesar 6,8 %.
Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan sikap terhadap produk dari aspek
afektif terhadap keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA Al –
Azhar BSD dan di dapatkan pengaruh yang positif di antara keduanya. Hal ini
mungkin disebabkan produk blackberry menghasilkan reaksi emosional yang
menyebabkan individu bisa menilai suka atau tidak suka, baik atau buruk, senang
atau tidak senang terhadap suatu produk (Schiffman & Kanuk, 2004). Pada
penelitian ini siswa yang suka atau menilai bahwa produk blackberry adalah
produk yang menggambarkan ekspresi diri berpengaruh terhadap keputusan
mereka dalam membeli produk tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa individu
pada penelitian ini lebih dominan afektifnya dalam membeli smartphone
blackberry. Atau dengan kata lain responden dalam penelitian ini yaitu siswa
SMA Al-Azhar BSD lebih berperan emosi daripada rasionalnya dalam mengambil
keputusan membeli smartphone blackberry. Hal ini sesuai dengan penelitian
Parma (2007) yang menyatakan remaja yang menggunakan emosinya dalam
membeli suatu produk, hanya memperhitungkan masalah gengsi serta prestise
saja. Akan tetapi remaja yang menggunakan rasionalnya dalam memutuskan
untuk membeli suatu produk akan berpikir manfaat serta harga dari produk
tersebut.
Kemudian pada variabel sikap terhadap produk aspek kognitif tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan membeli, walaupun aspek
kognitif memberikan sumbangan yang signifikan yaitu sebesar 1,2 % akan tetapi
memiliki pengaruh negatif yaitu -2,2 %. Hal ini mungkin disebabkan oleh siswa
yang mengetahui informasi tentang smartphone blackberry dan berinteraksi
langsung dengan produk tersebut sudah mengetahui apa saja yang menjadi
kekurangan seperti baterei yang cepat habis, biaya per bulan yang mahal dan
beranggapan masih ada smartphone yang lebih baik dari blackberry seperti halnya
iphone, android dan smartphone lainnya, lalu kelebihannya seperti BBM
(Blackberry Messenger), GPS, kamera, dan packet data. Jadi pada penelitian ini
semakin banyak pengetahuan atau informasi yang mereka terima tentang produk
blackberry, semakin kecil keputusan mereka untuk membeli produk tersebut.
Begitu pula dengan variabel sikap dari aspek konasi atau psikomotor atau
behavioral, walaupun pada aspek konasi memiliki pengaruh positif sebesar 1,6 %
dan memberikan sumbangan hanya 0,2 % tetapi aspek konasi tidak signifikan
memberikan pengaruh terhadap keputusan membeli. Hal ini bisa saja terjadi
karena siswa tidak bertindak sendiri untuk membeli blackberry melainkan
dibelikan orang tua. Padahal jika dilihat dari teori, konasi adalah komponen yang
menunjukkan kecenderungan seseorang untuk berperilaku terhadap suatu sikap.
Asumsi dasarnya adalah kepercayaan dan perasaan dipengaruhi oleh perilaku
individu (Marhaeni, 2008). Jadi dalam penelitian ini belum tentu siswa yang
menggunakan smartphone blackberry merupakan atas keinginan atau kemauannya
sendiri akan tetapi dibelikan orang tua atau bisa saja mereka lebih menyukai dan
mempercayai produk smartphone selain blackberry seperti iphone dan android.
Namun ketika variabel dijadikan satu menjadi variabel besar atau inti yaitu
sikap secara umum didapatkan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
membeli smartphone blackberry pada siswa SMA Al-Azhar BSD. Hal ini sesuai
dengan analisis regresi yang dilakukan oleh peneliti pada variabel besar (sikap dan
gaya hidup brand minded) yang kemudian didapatkan bahwa sikap terhadap
produk memberikan pengaruh yang signifikan dengan sumbangan 6,9 % terhadap
keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa SMA Al – Azhar BSD..
Hal ini sesuai dengan penelitian Triyani (2009) yang menyatakan ada
pengaruh yang signifikan sikap terhadap keputusan pembelian keputusan
pembelian handphone Nokia. Pada penelitian tersebut menggunakan variabel
persepsi, perasaan, dan kepercayaan yang ternyata berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian handphone Nokia. Pemilihan variabel-variabel
tersebut didasarkan akan pentingnya tiga variabel dalam membentuk suatu sikap.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Schiffman dan Kanuk (Ferrinadewi, 2004:
113) bahwa strategi untuk mengubah sikap konsumen itu meliputi mengubah
keyakinan, menambah atribut, dan mengubah persepsi. Menurut Ambler et. al
(Ferrinadewi, 2004: 2) bahwa aktivitas pemasaran harus bisa mempengaruhi alam
pikir manusia yang meliputi perasaan, pengalaman, citra, persepsi, keyakinan,
sikap. Sedangkan Engel (1994: 339) mengemukakan bahwa sifat yang penting
dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut.
Kemudian selanjutnya yaitu variabel gaya hidup brand minded terdapat
tiga dimensi yaitu aktifitas, minat dan opini. Setelah dilakukan analisa data
diperoleh bahwa dari ketiga dimensi tersebut memiliki pengaruh yang positif
namun tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Variabel gaya
hidup dari aspek aktifitas hanya memberikan pengaruh sebesar 0,3 % dan juga
memberikan sumbangan sebesar 0,1 % terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa SMA Al – Azhar BSD
mempunyai sedikit aktifitas diluar jam sekolah dikarenakan jadwal pelajaran
sangat padat kecuali hari minggu. Kemudian variabel gaya hidup dari aspek minat
memberikan pengaruh sebesar 1,9 % dan memberikan sumbangan sebesar 0,3 %
terhadap keputusan membeli smartphone blackberry. Hal ini mungkin disebabkan
karena banyak pilihan jenis smartphone sehingga membuat konsumen bingung
saat memilih produk apa yang cocok untuk prioritas mereka. Terakhir variabel
gaya hidup dari aspek opini memberikan pengaruh sebesar 1,7 % dan memberikan
sumbangan sebesar 0,1 % terhadap keputusan membeli smartphone blackberry.
Hal ini menunjukkan bahwa opini siswa terhadap smartphone blackberry tidak
besar, mungkin disebabkan blackberry sudah banyak orang yang memakainya
sehingga konsumen merasa bahwa blackberry adalah produk yang sangat biasa
digunakan orang sehingga menimbulkan kejenuhan. Atau bahkan mereka
beranggapan bahwa ada smartphone yang lebih baik dibandingkan blackberry
seperti misalnya android, symbian, windows phone, dan lain sebagainya.
Begitu juga pada analisis regresi yang peneliti lakukan pada variabel
besar, gaya hidup memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan dari
gaya hidup brand minded terhadap keputusan membeli smartphone
blackberry.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Lusprentry (2009) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan gaya hidup dengan keputusan
membeli laptop. Sampel penelitian dimana pada penelitian tersebut menggunakan
mahasiswa sebagai responden penelitian, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan remaja SMA sebagai responden. Perbedaan sampel bisa
mempengaruhi hasil penelitian walaupun saling mengukur variabel yang sama.
Tahap serta fungsi perkembangan anak SMA dengan mahasiswa jelas berbeda.
Remaja pada umumnya berumur antara 15-18 tahun yaitu menurut Konopka
dalam Agustiani (2006) menyatakan bahwa umur tersebut berada pada masa
remaja pertengahan. Masa ini ditandai dengan individu baru mulai bisa membuat
keputusan yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kemampuan
berpikir yang baru. Hal ini jelas berbeda dengan umur mahasiswa yang termasuk
pada masa tahap perkembangan remaja akhir dimana pada masa ini individu
sudah lebih matang dalam membuat keputusan dan sudah bisa mengembangkan
sense of personal identity. Hal ini juga berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
Kemudian variabel demografi yaitu pendapatan orang tua (parents
income) dan uang saku per bulan, berdasarkan analisis regresi yang dilakukan
bahwa penghasilan orang tua berpengaruh positif dan memberikan sumbangan
yang signifikan terhadap keputusan membeli smartphone blackberry pada siswa
SMA Al – Azhar BSD. Hal ini bisa terjadi karena para remaja dengan orang tua
yang memiliki penghasilan tinggi bisa jadi memiliki taraf hidup yang tinggi juga
sehingga mungkin saja mereka memiliki standar nilai untuk barang-barang pribadi
termasuk handphone. Ada kemungkinan, remaja dengan orang tua yang
penghasilannya tinggi menganggap blackberry sebagai barang mewah sehingga
keputusan untuk membeli produk tersebut tinggi.
Sedangkan uang saku sangat sedikit memberikan pengaruh terhadap
keputusan membeli siswa. Hal ini disebabkan oleh blackberry yang mereka
gunakan dibelikan oleh orang tua.
Dari hasil penelitian ini sebenarnya tidak serta-merta ditarik kesimpulan
yang menggugurkan teori yang ada. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
terhadap sumber error yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara hasil
penelitian dengan teori. Di antara sekian banyak faktor yang berpotensi
menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian tersebut di antaranya adalah kesalahan
dalam pengukuran (measurement error), kesalahan spesifikasi variabel dan
kesalahan dalam sampling (sampling error). Sebaiknya, agar penelitian terhindar
dari error dalam penyimpulan, sumber-sumber error ini sebaiknya dapat dikontrol
oleh peneliti.
Sebenarnya persoalan kesalahan dalam pengukuran (measurement error)
telah dikontrol dengan baik. Bahkan, analisis terhadap instrumen yang digunakan
termasuk salah satu aspek yang difokuskan dalam penelitian ini.
Analisis instrumen dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap.
Pertama, ketiga instrumen dianalisis dengan pendekatan Confirmatory Factor
Analysis (CFA) yang dimaksudkan untuk menguji apakah item yang disusun
mampu mengukur konstruk yang ingin diukur. Semua item dalam skala sikap
terhadap produk, gaya hidup brand minded dan konsep diri memiliki t-value yang
memenuhi persyaratan untuk menentukan validitas item, yaitu 1.96. Hal ini berarti
setiap item dalam skala sikap terhadap produk, gaya hidup brand minded dan
skala konsep diri mampu menghasilkan informasi tentang konstruk yang
ditetapkan secara teoritis.
Kedua, setelah dilakukan uji validitas menggunakan CFA, peneliti
memasukkan item yang valid dari setiap variabel ke dalam SPSS untuk dilakukan
multiple regression analysis. Akan tetapi sebelumnya seluruh item valid dari
masing-masing variabel tersebut distandarisasi terlebih dulu menjadi Z-score lalu
di konversi menjadi T-Score. T-score dari masing-masing variabel inilah yang
digunakan untuk melakukan multiple regression analysis.
Ketiga, alat ukur atau instrument yang digunakan sudah terlalu lama dan
pernyataan pada item tidak atau kurang spesifik sehingga responden tidak
memahami angket atau kuisoner yang diberikan yang disebabkan faktor bahasa
yang tidak dipahami oleh anak SMA.
Sumber kesalahan lain yang mempengaruhi hasil adalah spesifikasi
variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, keputusan membeli dipengaruhi oleh
faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis (Kotler & Keller, 2007), faktor
internal & eksternal (Hawkins, Best, Coney 2004). Dimana sikap berada pada
faktor psikologis, gaya hidup dan konsep diri ada pada faktor pribadi. Sedangkan
menurut Hawkins, Best & Coney (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan membeli ada faktor eksternal dan ada faktor internal. Dimana sikap,
gaya hidup dan konsep diri berada dalam faktor internal. Dilihat dari persoalan
spesifikasi variabel ini, penelitian ini sudah menggunakan tiga variabel sebagai
prediktor. Dilihat dari spesifikasi variabel, tidak ditemukan kesalahan dalam
menentukan variabel penelitian.
Sampling error juga merupakan salah satu sumber yang dapat
menimbulkan bias dalam penarikan kesimpulan dalam penelitian. Hal ini bisa
disebabkan atau karena peneliti tidak turun langsung untuk membagikan angket
dikarenakan pihak sekolah yang tidak mengizinkan peneliti untuk turun langsung
ke lapangan. Sehingga angket atau kuisoner diserahkan kepada guru untuk
disebarkan. Hal tersebut bisa membuat responden tidak sesuai dalam mengisi
angket yang menyebabkan sebaran data atau jawaban tidak merata, sehingga
mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu seharusnya peneliti menggunakan
simple random sampling.
Tak jarang terjadi penarikan sampel dengan non probability sampling,
namun dalam kesimpulannya digeneralisasikan secara umum. Padahal, penelitian
yang sampelnya diambil dengan metode non probability sampling tidak bisa
mengestimasi populasi. Jadi kesimpulannya hanya berlaku pada sampel penelitian
tersebut.
Penelitian ini hanya melibatkan siswa kelas X dan XI pada SMA Al –
Azhar Bumi Serpong Damai. Karenanya, kesimpulan yang ditarik tentu hanya
berlaku bagi siswa SMA kelas X dan XI. Hasil yang ditemukan dalam penelitian
ini hanya berlaku bagi siswa kelas X dan XI SMA Al –Azhar BSD. Kesimpulan
ini tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh siswa SMA Al – Azhar BSD,
apalagi digeneralisasi secara umum.
5.3 Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu
peneliti membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan
meneliti dependent variabele yang sama.
5.3.1 Saran Metodologis
1. Untuk penelitian selanjutnya masih banyak variabel yang belum diteliti
seperti motivasi, kepribadian, persepsi, dan lain sebagainya. Variabel
tersebut sangat penting jika ingin melakukan penelitian tentang perilaku
konsumen.
2. Bisa dilakukan multivariate regression analysis untuk penelitian selanjutnya
agar hasil penelitian bisa lebih komprehensif yaitu dengan memecah
dependent variable (keputusan membeli) dengan menggunakan alat ukur
dari jenis – jenis keputusan membeli.
3. Menggunakan alat ukur atau instrumen yang lebih baik dan up to date
4. Penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya mengukur sikap terhadap
produk blackberry saja, tetapi semua tipe smartphone seperti android,
windows mobile, symbian, dll.
5. Peneliti selanjutnya juga diharapkan bisa langsung turun lapangan untuk
menghindari bias atau ketidaksesuaian responden dalam mengisi angket atau
kuisoner sehingga jawaban responden merata.
6. Menggunakan simple random sampling dimana peneliti harus mempunyai
data populasi responden yang akan diteliti.
5.3.2 Saran Praktis
1. Siswa diharapkan dapat memilah-milah antara keinginan dan kebutuhan.
2. Para remaja juga diharapkan mengkonsumsi barang-barang yang menjadi
kebutuhan dan tidak hanya mempertimbangkan aspek emosional semata
seperti ikut-ikutan, mengikuti tren, dan kesenangan indera semata.
3. Orang tua siswa diharapkan dapat mengontrol anak-anaknya dalam
penggunaan elektronik karena kebanyakan semakin maju teknologi
berbanding terbalik dengan perilaku penggunanya.
4. Blackberry pada awalnya memiliki satu pasar yaitu pebisnis atau corporate,
tetapi kini bertambah yaitu remaja. Pasar itu sendiri untuk dua demografis
yang sangat berbeda, produsen blackberry dalam hal ini RIM harus
membuat cara agar konsumen khususnya remaja tidak hanya menggunakan
afektif atau emosinya saja, tetapi juga memaparkan fungsi serta manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.
Bandung : PT. Refika Aditama.
Callhoun & Accocella. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan (terj : Prof. Dr. R.S. Satmoko) edisi ketiga. McGraw-Hill.
Semarang: IKIP Semarang.
Engel, Blackwell, Miniard (1995). Consumer Behavior. 8th. The Dryden Press,
USA
Ginting, Eka Danta Jaya, Betaria Octavina Sianturi. (2005). Pengambilan
Keputusan Membeli Di tinjau dari Gaya Hidup Value Minded. Jurnal
Psikologika Volume 1.
Gumbiner, Jann. (2003). Adolescent Assesment. New Jersey : Wiley.
Hasibuan, Elfina Nanda. (2010). Hubungan Gaya Hidup Brand Minded
Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja Putri. Universitas Sumatera
Utara.
Hawkins, Best & Coney (2004), Consmuer Behavior: Implication for
Marketing Strategies. Boston: Richard Darwin,Inc.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Bandung : Erlangga.
Kartono, K. (1991). Psikologi sosial untuk manajemen, perusahaan, dan
industri. Jakarta: Rajawali Pers.
Kasali, R. (1999). Membidik Pasar Indonesia Segmentasi, Targeting, dan
Positioning. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, P. & Keller K.L., (2007) Manajemen Pemasaran, edisi 12. Alih
Bahasa : Benyamin Molan. PT. INDEX.
Kotler, P. & Amstrong, G. (2004). Prinsip-prinsip pemasaran edisi
keduabelas. Alih Bahasa : Bob Sabran. Jakarta: Erlangga.
Lawalata (2010). Perilaku Pembelian Ponsel Cerdas (Smartphone) Antara
Gaya Hidup dan Kebutuhan. Jurnal New Media Vol 1.
Lusprentry, Dwinita. (2009). Hubungan Gaya Hidup Terhadap Keputusan
Membeli Laptop Pada Mahasiswa. UIN Jakarta.
Loudon, David L and Albert.J.Della Bitta (1993), Consumer Behavior, New
York: Mc Grow-Hill Book Company.
Marhaini. (2008). Analisis Perilaku Konsumen Dalam pembelian Komputer
Merek ACER (Studi Kasus: Mahasiswa fakultas Ekonomi USU). Jurnal
Manajemen Bisnis Volume 1.
McNeal, J.C., (2007). On Becoming a Consumer : the development of
consumer behavior patterns in childhood. Butterworth – Heinemann.
Mowen, J.C & Minor, M. Alih Bahasa: Lina Salim (2002). Perilaku
Konsumen. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Munandar, A.S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press.
Pedhazur, J. Elazar. ( 1982). Multiple Regression In Behavioral Research :
explanation and prediction 2th editon. New York: CBS college
publishing.
Rakhmat, Jalaludin. (2000). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Prof. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Schifman L.G. & Kanuk L.L. (2004). Consumer Behavior 8th Edition. New
Jersey : Prentice Hall International.
Schifman L.G. & Kanuk L.L. (2007). Consumer Behavior 7th Edition. New
Jersey : Prentice Hall International.
Sejati, Deny Cahyo. (2008). Hubungan antara sikap terhadap produk
elektronik Cina dengan keputusan membeli. UIN Jakarta.
Setiadi, N. (2008). Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi Untuk Strategi
dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sevilla. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : UI Press
Simamora, Bilson. (2008). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Siswati, Sukmawati Dra., Achmaad mujab Masykur S.Psi . (2008). Konsep
Diri Dengan Konformitas Tehadap kelompok Teman Sebaya Pada
Aktivitas Clubbing. Fakultas Psikologi Undip
Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
Triyani. (2009). Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Handphone Nokia (Survei Pada Pengunjung Nokia Care Bimasakti
Malang). Universitas Islam Negeri Malang.
INTERNET
(http://www.penulislepas.com/teknologi-informasi/528-blackberry-kebutuhan-
atau-status-sosial.html).
Di ambil pada tanggal 20 Maret 2011 pukul 15.39 WIB
(http://teknologi.kompasiana.com/group/internet/2010/04/11/popularitas-
blackberry-di-kalangan-anak-remaja/).
Di ambil pada tanggal 20 Maret 2011 pukul 16.00 WIB
(http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2010/07/21/brk,20100721-
265249,id.html).
Di ambil pada tanggal 3 Desember 2010 pukul 13.40 WIB
http://www.blackberryindonesia.com/forum/archive/index.php?t-1163.html
Di ambil pada tanggal 4 April 2011 pukul 20.00 WIB
http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2010/12/20/booming-pengguna-
blackberry-di-indonesia-gengsi-atau-fungsi/
Di ambil pada tanggal 22 Januari 2011 pukul 15.53 WIB
http://www.tasikisme.com/index.php?option=com_content&view=article&id=
3985:apakah-smartphone-itu&catid=43:mobile-tips&Itemid=70
Di ambil pada tanggal 10 April 2011 pukul 14.54 WIB
DATE: 11/25/2011TIME: 6:54
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively byScientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file D:\skripsi\olah data baru\sikap\kognitif\KOGNITIF.LS8:
UJI VALIDITAS SKALA KOGNITIFDA NI=15 NO=350 MA=KMLAX1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15KM SY,FI=KOGNITIF.CORMO NX=15 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY,FILKKOGNITIFFR LX 1 - LX 15FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5FR TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10FR TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14FR TD 15 15FR TD 13 9 TD 8 2 TD 12 8 TD 15 7 TD 9 3FR TD 12 1 TD 9 6 TD 10 6 TD 12 7 TD 14 4FR TD 14 12 TD 7 2 TD 13 11 TD 10 3 TD 8 5FR TD 9 7 TD 15 14 TD 15 2 TD 11 6 TD 2 1FR TD 5 1 TD 13 4 TD 12 5 TD 9 2 TD 10 7FR TD 12 11 TD 15 6 TD 12 9 TD 13 7 TD 13 3FR TD 5 2 TD 6 5 TD 13 10 TD 10 9 TD 13 6FR TD 13 8 TD 14 13 TD 13 5 TD 13 1PDOU AD=OFF TV SS MI
UJI VALIDITAS SKALA KOGNITIF
Number of Input Variables 15
Number of Y - Variables 0Number of X - Variables 15Number of ETA - Variables 0Number of KSI - Variables 1Number of Observations 350
UJI VALIDITAS SKALA KOGNITIF
Correlation Matrix
X1 X2 X3 X4 X5 X6
-------- -------- -------- -------- ----------------
X1 1.00X2 0.20 1.00X3 -0.12 -0.07 1.00X4 0.04 -0.14 0.15 1.00X5 0.19 -0.11 -0.12 -0.03 1.00X6 -0.01 0.04 0.09 0.19 0.04
1.00X7 0.07 0.17 0.16 0.34 -0.11
0.16X8 0.03 0.29 0.12 0.18 0.06
0.19X9 0.06 -0.01 0.01 0.48 0.03
-0.03X10 -0.04 0.03 0.17 -0.05 -0.11
0.22X11 -0.05 -0.11 0.20 0.34 0.04
-0.02X12 0.24 0.13 -0.09 -0.16 0.11
-0.15X13 0.14 0.14 0.11 0.16 0.15
0.11X14 0.04 -0.14 0.19 0.55 -0.09
0.08X15 -0.08 -0.19 0.15 0.11 0.04
-0.07
Correlation Matrix
X7 X8 X9 X10 X11 X12
-------- -------- -------- -------- ----------------
X7 1.00X8 0.14 1.00X9 0.26 0.29 1.00X10 0.10 -0.07 0.07 1.00X11 0.26 0.22 0.41 -0.03 1.00X12 0.20 -0.31 -0.06 0.02 -0.02
1.00X13 0.23 0.05 0.43 0.18 0.25
0.18
X14 0.21 0.13 0.39 -0.01 0.27 0.06
X15 -0.17 0.18 0.13 -0.09 0.14 -0.19
Correlation Matrix
X13 X14 X15 -------- -------- --------
X13 1.00X14 0.03 1.00X15 -0.18 0.26 1.00
UJI VALIDITAS SKALA KOGNITIF
Parameter Specifications
LAMBDA-X
KOGNITIF--------
X1 1X2 2X3 3X4 4X5 5X6 6X7 7X8 8X9 9X10 10X11 11X12 12X13 13X14 14X15 15
THETA-DELTA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
-------- -------- -------- -------- ----------------
X1 16X2 17 18X3 0 0 19X4 0 0 0 20X5 21 22 0 0 23X6 0 0 0 0 24
25X7 0 26 0 0 0
0X8 0 28 0 0 29
0
X9 0 31 32 0 0 33
X10 0 0 36 0 0 37
X11 0 0 0 0 0 41
X12 43 0 0 0 44 0
X13 50 0 51 52 53 54
X14 0 0 0 61 0 0
X15 0 65 0 0 0 66
THETA-DELTA
X7 X8 X9 X10 X11 X12
-------- -------- -------- -------- ----------------
X7 27X8 0 30X9 34 0 35X10 38 0 39 40X11 0 0 0 0 42X12 45 46 47 0 48
49X13 55 56 57 58 59
0X14 0 0 0 0 0
62X15 67 0 0 0 0
0
THETA-DELTA
X13 X14 X15-------- -------- --------
X13 60X14 63 64X15 0 68 69
UJI VALIDITAS SKALA KOGNITIF
Number of Iterations = 88
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
KOGNITIF --------
X1 0.02(0.05)0.28
X2 -0.20(0.05)-3.95
X3 0.32(0.06)5.43
X4 0.60(0.05)11.79
X5 -0.03(0.06)-0.49
X6 0.32(0.06)5.11
X7 0.50(0.06)8.00
X8 0.40(0.05)7.83
X9 0.78(0.06)12.75
X10 -0.08(0.07)-1.26
X11 0.53(0.05)9.88
X12 -0.34(0.06)-5.42
X13 -0.48(0.14)-3.51
X14 0.47(0.05)9.13
X15 0.25
(0.05)5.44
PHI
KOGNITIF --------
1.00
THETA-DELTA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
-------- -------- -------- -------- ----------------
X1 1.00(0.08)13.22
X2 0.15 0.95(0.05) (0.07)3.14 13.34
X3 - - - - 0.90(0.07)12.81
X4 - - - - - - 0.63(0.05)12.16
X5 0.19 -0.13 - - - - 1.01(0.05) (0.05) (0.08)3.50 -2.50 13.24
X6 - - - - - - - - 0.13 0.92
(0.05) (0.07)
2.57 12.63
X7 - - 0.24 - - - - - -- -
(0.05)5.28
X8 - - 0.39 - - - - 0.05 - -
(0.05) (0.05)7.84 1.03
X9 - - 0.16 -0.24 - - - --0.30
(0.05) (0.05) (0.05)
3.34 -4.94 -5.55
X10 - - - - 0.19 - - - -0.25
(0.05) (0.05)
3.68 4.67
X11 - - - - - - - - - --0.20
(0.05)
-4.16
X12 0.22 - - - - - - 0.14 - -
(0.05) (0.05)4.51 2.79
X13 0.14 - - 0.29 0.43 0.15 0.26
(0.06) (0.07) (0.10) (0.06) (0.08)
2.13 4.06 4.45 2.35 3.41
X14 - - - - - - 0.26 - -- -
(0.04)6.07
X15 - - -0.11 - - - - - --0.14
(0.04) (0.05)
-2.38 -2.81
THETA-DELTA
X7 X8 X9 X10 X11 X12
-------- -------- -------- -------- ----------------
X7 0.73(0.07)10.89
X8 - - 0.85(0.06)13.13
X9 -0.13 - - 0.41(0.05) (0.07)-2.58 5.73
X10 0.13 - - 0.14 0.99(0.05) (0.05) (0.08)2.65 2.76 13.18
X11 - - - - - - - - 0.72(0.06)12.12
X12 0.34 -0.18 0.18 - - 0.17 0.88
(0.05) (0.05) (0.06) (0.05) (0.07)
6.85 -3.74 3.12 3.58 12.59
X13 0.45 0.24 0.79 0.14 0.50 - -
(0.11) (0.07) (0.12) (0.06) (0.10)4.23 3.24 6.32 2.29 5.20
X14 - - - - - - - - - -0.22
(0.04)
5.47
X15 -0.25 - - - - - - - -- -
(0.05)-5.31
THETA-DELTA
X13 X14 X15 -------- -------- --------
X13 0.74(0.13)5.53
X14 0.25 0.78(0.09) (0.06)2.84 12.95
X15 - - 0.15 0.92(0.04) (0.07)3.71 13.45
Squared Multiple Correlations for X - Variables
X1 X2 X3 X4 X5 X6
-------- -------- -------- -------- ----------------
0.00 0.04 0.10 0.37 0.00 0.10
Squared Multiple Correlations for X - Variables
X7 X8 X9 X10 X11 X12
-------- -------- -------- -------- ----------------
0.25 0.16 0.60 0.01 0.28 0.11
Squared Multiple Correlations for X - Variables
X13 X14 X15 -------- -------- --------
0.24 0.22 0.06
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 51Minimum Fit Function Chi-Square = 66.10 (P = 0.076)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 66.03 (P = 0.077)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 15.0390 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ;
40.12)
Minimum Fit Function Value = 0.19Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.04390 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ;
0.11)Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) =
0.02990 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ;
0.047)P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.97
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.5890 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.54 ;
0.66)ECVI for Saturated Model = 0.69ECVI for Independence Model = 3.42
Chi-Square for Independence Model with 105 Degrees of Freedom = 1163.10
Independence AIC = 1193.10Model AIC = 204.03
Saturated AIC = 240.00Independence CAIC = 1265.97
Model CAIC = 539.23Saturated CAIC = 822.95
Normed Fit Index (NFI) = 0.94Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.97
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.46Comparative Fit Index (CFI) = 0.99Incremental Fit Index (IFI) = 0.99Relative Fit Index (RFI) = 0.88
Critical N (CN) = 409.58Root Mean Square Residual (RMR) = 0.041
Standardized RMR = 0.041Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.94Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.41
UJI VALIDITAS SKALA KOGNITIF
Modification Indices and Expected Change
No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X
No Non-Zero Modification Indices for PHI
Modification Indices for THETA-DELTA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
-------- -------- -------- -------- ----------------
X1 - -X2 - - - -X3 3.90 0.05 - -X4 0.06 0.00 1.77 - -X5 - - - - 1.48 0.06 - -X6 0.50 3.81 0.13 0.51 - -
- -X7 1.73 - - 0.01 1.68 3.27
0.00X8 0.17 - - 0.06 0.66 - -
1.72X9 0.48 - - - - 0.05 0.86
- -X10 0.00 0.09 - - 0.31 2.15
- -X11 3.59 0.87 0.25 0.47 2.80
- -X12 - - 1.07 0.70 0.30 - -
0.02
X13 - - 0.10 - - - - - -- -
X14 1.60 1.48 0.78 - - 2.90 2.28
X15 1.88 - - 1.27 0.64 1.13 - -
Modification Indices for THETA-DELTA
X7 X8 X9 X10 X11 X12
-------- -------- -------- -------- ----------------
X7 - -X8 0.43 - -X9 - - 0.19 - -X10 - - 1.30 - - - -X11 0.32 0.04 0.10 0.36 - -X12 - - - - - - 0.30 - -
- -X13 - - - - - - - - - -
0.04X14 0.62 0.61 1.18 1.47 0.02
- -X15 - - 2.24 3.04 2.26 0.19
2.48
Modification Indices for THETA-DELTA
X13 X14 X15 -------- -------- --------
X13 - -X14 - - - -X15 0.01 - - - -
Expected Change for THETA-DELTA
X1 X2 X3 X4 X5 X6
-------- -------- -------- -------- ----------------
X1 - -X2 - - - -X3 -0.10 0.01 - -X4 0.01 0.00 -0.05 - -X5 - - - - -0.06 0.01 - -X6 -0.04 0.10 0.02 0.03 - -
- -X7 0.06 - - 0.00 0.05 -0.09
0.00X8 0.02 - - 0.01 -0.03 - -
0.06X9 0.03 - - - - -0.01 0.05
- -X10 0.00 -0.01 - - -0.02 -0.07
- -
X11 -0.09 0.05 0.02 0.03 0.08 - -
X12 - - 0.05 0.04 0.03 - --0.01
X13 - - 0.02 - - - - - -- -
X14 0.05 -0.05 0.04 - - -0.07 -0.07
X15 -0.07 - - 0.05 -0.03 0.05 - -
Expected Change for THETA-DELTA
X7 X8 X9 X10 X11 X12
-------- -------- -------- -------- ----------------
X7 - -X8 -0.03 - -X9 - - 0.02 - -X10 - - -0.05 - - - -X11 -0.03 0.01 -0.02 0.03 - -X12 - - - - - - -0.02 - -
- -X13 - - - - - - - - - -
-0.02X14 -0.03 -0.03 0.05 0.05 -0.01
- -X15 - - 0.07 -0.09 -0.07 0.02
-0.08
Expected Change for THETA-DELTA
X13 X14 X15 -------- -------- --------
X13 - -X14 - - - -X15 0.01 - - - -
Maximum Modification Index is 3.90 for Element ( 3, 1) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS SKALA KOGNITIF
Standardized Solution
LAMBDA-X
KOGNITIF --------
X1 0.02X2 -0.20X3 0.32X4 0.60X5 -0.03X6 0.32
X7 0.50X8 0.40X9 0.78X10 -0.08X11 0.53X12 -0.34X13 -0.48X14 0.47X15 0.25
PHI
KOGNITIF --------
1.00
Time used: 0.203 Seconds
ANALISIS REGRESI BERGANDA
TABEL R SQUARE
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .320a .103 .082 .28422 .103 4.876 8 341 .000
a. Predictors: (Constant), Uang saku, Afektif, Opini, Aktiftias, Pendapatan orang tua, Kognitif,
Konasi, Minat
TABEL ANOVA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.151 8 .394 4.876 .000a
Residual 27.546 341 .081
Total 30.697 349
a. Predictors: (Constant), Uang saku, Afektif, Opini, Aktiftias, Pendapatan orang tua, Kognitif,
Konasi, Minat
b. Dependent Variable: KeputusanMembeli
KOEFESIEN REGRESI
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) .903 .015 59.429 .000
Kognitif .022 .022 -.062 -.984 .326
Afektif .086 .023 .254 3.672 .000
Konasi .016 .020 .052 .778 .437
Aktiftias -.003 .025 -.008 -.112 .911
Minat .023 .025 .068 .904 .366
Opini .014 .018 .043 .779 .436
Pendapatan orang tua .032 .017 -.107 -1.852 .065
Uang saku -.006 .017 -.020 -.350 .726
a. Dependent Variable: KeputusanMembeli
PROPORSI VARIANS
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .112a .012 .010 .29515 .012 4.390 1 348 .037
2 .284b .081 .076 .28515 .068 25.830 1 347 .000
3 .288c .083 .075 .28520 .002 .877 1 346 .350
4 .291d .085 .074 .28539 .001 .526 1 345 .469
5 .296e .088 .075 .28530 .003 1.223 1 344 .270
6 .298f .089 .073 .28555 .001 .408 1 343 .524
7 .320g .102 .084 .28385 .013 5.110 1 342 .024
8 .320h .103 .082 .28422 .000 .123 1 341 .726
a. Predictors: (Constant), Kognitif
b. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif
c. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi
d. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias
e. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias, Minat
f. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias, Minat, Opini
g. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias, Minat, Opini, Pendapatan orang tua
h. Predictors: (Constant), Kognitif, Afektif, Konasi, Aktiftias, Minat, Opini, Pendapatan orang tua,
Uang saku
Atribut Produk
Kotler dan Amstrong (2004) mengungkapkan bahwa pengembangan produk dan
jasa memerlukan pendefinisian manfaat-manfaat yang ditawarkan. Manfaat-
manfaat tersebut kemudian dikomunikasikan dan disampaikan melalui atribut-
atribut seperti kualitas, fitur, serta gaya dan desain.
1. Kualitas Produk. Kualitas adalah salah satu alat pemasaran yang penting.
Kualitas produk dapat diartikan sebagai kemampuan suatu produk untuk
melakukan fungsi-fungsinya. Kemampuan itu meliputi daya tahan,
kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, dan kemudian dioperasikan dan
diperbaiki.
2. Fitur produk. Fitur adalah kemampuan tambahan yang diberikan dalam
suatu produk, selain fungsi utamanya. Fitur merupakan alat persaingan
untuk meng-diferensiasi-kan produk perusahaan tehadap produk sejenis
yang menjadi pesaingnya.
3. Gaya dan desain produk. Konsep desain lebih luas dibandingkan dengan
gaya. Gaya semata-mata menjelaskan penampilan produk tertentu. Gaya
mengedepankan tampilan luar dan membuat orang bosan. Gaya yang
sensasional mungkin akan mendapat perhatian dan mempunyai nilai seni,
tetapi tidak selalu membuat produk tertentu bekerja dengan baik.
4. Sedangkan desain bukan hanya sekedar penampilan luar, namun desain
masuk ke dalam inti produk. Desain yang baik dapat memberikan
kontribusi dalam hal kegunaan produk dan juga penampilannya.
5. Menurut Mowen & Minor (2002), harga merupakan salah satu atribut
paling penting yang dievaluasi oleh konsumen. Dalam situasi tertentu,
sebagian konsumen menginginkan harga yang rendah dari produk yang
ingin dibelinya, namun dalam kasus lainnya harga yang tinggi dapat
dipergunakan sebagai indikator pengganti kualitas dari produk. Hal ini
karena harga yang lebih tinggi dipandang positif oleh segmen pasar
tertentu.