pengaruh sektor basis, tingkat pendidikan...
TRANSCRIPT
PENGARUH SEKTOR BASIS, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
(STUDI KASUS PROVINSI MALUKU UTARA PADA TAHUN 2011-2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Putri Irianti Andiyana
11150840000070
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Putri Irianti Andiyana
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Mei 1996
3. Alamat : Jl. Kencur 1 no. 31-32 RT08/008 KPAD
Cibubur Jakarta Timur
4. Telepon : 081908182840
5. Email : [email protected]
II. Riwayat Pendidikan
1. SDN 05 pagi Cibubur 2002-2008
2. SMPN 233 Jakarta 2008-2011
3. SMAN 105 Jakarta 2011-2014
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015-2019
III. Pengalaman Organisasi
1. Anggota departemen Eksternal HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2016
2. Koordinator departemen Internal HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017
3. Bendahara Umum HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2018
4. Kepala bidang 2 yang membawahi departemen Biro Projek dan Hubungan
Antar Lembaga DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2019
5. Ketua Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis (SEISDANCE) 2017-2018
6. Koordinator Departemen Data dan Informasi Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Komisariat Ekonomi dan Bisnis 2017
7. Anggota Departemen Data dan Informasi Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Komisariat Ekonomi dan Bisnis 2016
vii
IV. Seminar
1. Seminar Nasional “Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan
Financial Technology di Indonesia” diselenggarakan oleh HMJ Ekonomi
Pembangunan.
2. Seminar Nasional “Perpajakan Indonesia Menghadapi Revolusi Industri
4.0” diselenggarakan oleh HMJ Ekonomi Pembangunan bersama
Kementerian Keuangan.
3. Seminar “Tantangan Milenial di Era Industri Keuangan 4.0”
diselenggarakan oleh HMJ Ekonomi Pembagunan bersama Lembaga
Pinjaman Simpanan.
4. Seminar “Fungsi Pengawasan Keuangan Negara sebagai Katalisator
Tercapainya Tujuan Memajukan Kesejahteraan Umum” diselenggarakan
oleh HMJ Ekonomi Pembangunan bekerjasama dengan BPK RI.
5. Seminar “Peran Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0
dan Ekonomi Digital” diselenggarakan oleh HMJ EP.
viii
ABSTRACT
This research intend to determine and analyze the influence of the base
sector, Education, and infrastructure on Regional Original Revenue (PAD) in
North Maluku Province in 2011-2018. This study uses secondary data and uses
panel data analysis with the Random Effect Model (REM) approach with the
independent variables of the sector basis, education and infrastructure and the
dependent variable used is Local Revenue (PAD). The results of this study
indicate that the variables of the base sector and Education have a positive and
significant effect on the PAD of North Maluku. While the infrastructure variable
has a positive but not significant effect on North Maluku's Local Revenue (PAD).
And simultaneously the base sector, Education, and infrastructure significantly
influence the North Maluku Local Revenue (PAD) 2011-2018
Keywords: Base Sector, Education, Infrastructure, Local Revenue (PAD),
Random Effect Model (REM).
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
sektor basis, Pendidikan, dan infrastruktur terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2011-2018. Penelitian ini
menggunakan data sekunder dan menggunakan analisis data panel dengan
pendekatan Random Effect Model (REM) dengan variabel independen sektor
basis, pendidikan dan infrastruktur dan variabel dependen yang digunakan adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel sektor basis dan Pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Maluku Utara. Sedangkan variabel
infrastruktur berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Maluku Utara. Dan secara simultan sektor basis,
Pendidikan, dan infrastruktur berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Maluku Utara 2011-2018
Kata kunci: Sektor Basis, Pendidikan, Infrastruktur, Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Random Effect Model (REM).
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Sektor Basis, Pendidikan, dan
Infrastruktur Terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Maluku Utara
Tahun 2011-2018” dengan lancar. Shalawat dan salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, yang telah
mengantarkan umatnya dari zaman yang gelap gulita menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.
Skripsi ini disusun untuk syarat penulis meraih gelar Sarjana Ekonomi
pada Program Studi Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
dukungan selama penyusunan skripsi, antara lain:
1. Orang tua penulis, Ayah Syamsuri dan Ibu Ning Sulastri yang selalu
memberikan dukungan, semangat, dan doa dan finansial tiada hentinya
kepada penulis selama mengerjakan skripsi. Love you so much.
2. Kakak penulis, Antika diah Andiyana, Oktaviani Andiyana yang telah
memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis selama
mengerjakan skripsi.
3. Orang dekat penulis, Farith Abdillah yang selalu mengantar, menemani,
menyemangati, membantu, dan mendoakan penulis selama mengerjakan
skripsi.
4. Bapak Prof.Dr.Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta jajaran.
5. Bapak Dr. M.Hartana Iswandi Putra dan Bapak Deni Pandu, M.Sc., selaku
Kepala Prodi dan Sekretaris Prodi Ekonomi Pembangunan yang telah
xi
memberikan arahan yang sangat membantu penulis dalam perkuliahan dan
pengerjaan skripsi.
6. Bapak Arief Fitrijanto selaku dosen pembimbing yang baik hati dan sabar
telah memberikan waktu, arahan, dan ilmu yang sangat bermanfaat bagi
penulis selama proses pengerjaan skripsi hingga selesai.
7. Ibu Utami Baroroh M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis semenjak semester 1
hingga dapat menyelesaikan skripsi.
8. Teman Terdekat Penulis Selama di kampus (Eja, Desti) yang selalu
menemani dikala suka dan duka.
9. Teman-teman “Entropy” (Alwan, Azam, Farras, Hady, Harits, Hilal, Ipeh,
Ipul, Isma, Ivan, Khaidar, Satria, Sya’ban, Wahyu, Zulfikar) yang telah
menemani, membantu penulis meregres data, selalu membuat tertawa
selama mengerjakan skripsi di kampus.
10. Teman-teman “Fourever” (Claudia, Ebel, Nabila) yang selalu membantu
merefresh otak ketika sudah pusing membuat skripsi.
11. Teman-teman satu kamar penulis (ka ghea dan ka Jamila) yang selalu
menyemangati, mengurus, mengingatkan makan, membuatkan makan, dan
mendoakan penulis selama pengerjaan skripsi berlangsung.
12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2015
13. Teman-teman HMJ Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan
banyak pelajaran selama dikampus ini.
14. Teman-teman SEISDANCE yang selalu membuat penulis bahagia ketika
menari.
15. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih
kepada kalian semua yang telah memberikan dukungan kepada penulis
selama pengerjaan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, maka
penulis meminta maaf serta penulis sangat mengharapkan dan menerima dengan
terbuka jika ada kritik dan saran, terima kasih.
xii
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, Desember 2019
Putri Irianti Andiyana
xiii
DAFTAR iSI
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi
ABSTACT ...................................................................................................... viiI
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................................... 12
1. Otonomi Daerah ............................................................................ 12
a. Pengertian Otonomi Daerah .................................................... 12
b. Prinsip Otonomi Daerah .......................................................... 13
c. Tujuan Otonomi Daerah .......................................................... 14
2. Pendapatan Asli Daerah ............................................................... 16
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ...................................... 16
b. Sumber Pendapatan Asli Daerah .......................................... 17
3. Sektor Basis .................................................................................. 31
4. Pendidikan .................................................................................... 34
xiv
a. Pengertian Pendidikan .......................................................... 36
b. Jenis-jenis Pendidikan ........................................................... 37
c. Tujuan Pendidikan ................................................................ 38
5. Infrastruktur .................................................................................. 39
a. Pengertian Infrastruktur ......................................................... 40
b. Jenis-jenis Infrastruktur .......................................................... 41
c. Infrastruktur Sektor Pariwisata .............................................. 42
B. Tinjauan Literatur ............................................................................... 43
1. Sektor Basis Terhadap Pendapatan Asli Daerah ....................... 43
2. Pendidikan Terhadap Pendapatan Asli Daerah .......................... 44
3. Infrastruktur Terhadap Pendapatan Asli Daerah ....................... 47
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 56
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 58
B. Metode Pemilihan Sampel .................................................................. 58
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 59
1. Data Sekunder ......................................................................... 59
D. Metode Analisis Data .......................................................................... 60
1. Metode Location Quotient (LQ) .............................................. 60
2. Metode Regresi Data Panel ..................................................... 62
3. Estimasi Model Data Panel ..................................................... 63
4. Pemilihan Model Data Panel ................................................... 65
5. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 67
6. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 71
B. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) .................................. 72
C. Pendidikan Maluku Utara ................................................................... 74
D. Perkembangan Infrastruktur Maluku Utara ........................................ 75
E. Location Quoestion (LQ) .................................................................... 78
xv
F. Permodelan dan Pengolahan Data ....................................................... 82
1. Uji Chow ....................................................................................... 83
2. Uji Hausman .................................................................................. 84
3. Random Effect Model ................................................................... 85
G. Pengujian Hipotesis ............................................................................. 89
1. Uji Simultan atau Uji F ................................................................ 89
2. Uji Parsial dan Interpretasi Hasil Analisis ................................... 92
a. Pembahasan Analisis .............................................................. 95
1) Sektor Basis Terhadap Pendapatan Asli Daerah .............. 95
2) Pendidikan Terhadap Pendapatan Asli Daerah ................ 97
3) Infrastruktur Terhadap Pendapatan Asli Daerah .............. 98
3. Uji Koefisien Determinan (R2) .................................................... 99
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 102
B. Saran ................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107
LAMPIRAN .................................................................................................... 112
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Maluku Utara Tahun 2011-
2018 ..................................................................................................................... 4
Tabel 1.2 Produk Domestik Bruto Maluku Utara Menurut Lapangan Usaha 2011-
2018 (Milyar Rupiah) ........................................................................................ 7
Tabel 1.3 Rata-rata LAma Sekolah Provinsi Maluku Utara Tahun 2011-2018
(dalam persen) ..................................................................................................... 6
Tabel 2.1 ............................................................................................................ 49
Tabel 3.1 Variabel Penelitian .............................................................................. 60
Tabel 4.1 Destinasi Wisata Maluku Utara .......................................................... 76
Tabel 4.2 Sektor Basis Perkabupaten/kota Maluku Utara ................................ 79
Tabel 4.3 Uji Chow ............................................................................................ 83
Tabel 4.4 Uji Hausman ...................................................................................... 85
Tabel 4.5 Hasil Regresi Data Panel ................................................................... 87
Tabel 4.6 Uji F-statistik .................................................................................... 92
Tabel 4.7 Uji t ................................................................................................... 93
Tabel 4.8 Uji Koefisien Determimasi R2 ........................................................... 99
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 56
Gambar 4.1 Peta Provinsi Maluku Utara ........................................................... 71
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Pendapatan Asli Daerah Maluku Utara Tahun 2011-2018 ................ 73
Grafik 4.2 Rata-rata Lama Sekolah Maluku Utara Tahun 2011-2018 ............... 74
Grafik 4.3 Jumlah Hotel Provinsi Maluku Utara ................................................ 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Otonomi daerah mulai diterapkan di Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah setelah selama berpuluh-
puluh tahun kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat tepatnya pada masa
orde baru. Artinya negara Indonesia mempunyai sistem yang baru dalam
pemerintahannya yang mana sebelumnya menganut sistem sentralisasi menjadi
sistem desentralisasi. Otonomi daerah dilakukan karena pemerintah pusat
menganggap pemerintah daerah akan lebih mengerti apa yang dibutuhkan oleh
daerahnya sehingga akan lebih mudah untuk memajukan daerahnya dan juga akan
membantu pemerintah pusat agar bisa lebih fokus ke hal penting lain nya. Demi
terwujudnya pembangunan nasional di negara Indonesia, pembangunan pada
daerah-daerah juga merupakan hal yang penting. Alasannya, daerah-daerah di
Indonesia merupakan fondasi dari Negara yang ikut berkontribusi terutama untuk
memajukan perekonomian Indonesia. Bahkan hal ini menjadi salah satu dari 9
agenda prioritas Presiden Jokowi atau yang lebih dikenal dengan Nawacita yaitu
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
Menurut Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
Definisi Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan
2
diterapkannya otonomi daerah di Indonesia maka daerah akan diberikan
kekuasaan penuh untuk mengatur rumah tangganya sendiri demi mencapai
kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini juga akan membuat daerah lebih mandiri
dan tidak lagi bergantung kepada pemerintah pusat. Termasuk dalam
memanfaatkan potensi yang dimiliki daerahnya untuk memaksimalkan
Pendapatan Asli Daerah nya (PAD).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah segala penerimaan yang masuk ke
dalam kas daerah, yangberasal dari sumber-sumber wilayahnya sendiri, diambil
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk
keperluan daerah. Maka dari itu, setiap daerah harus berupaya sebaik mugkin agar
dapat dipungut seintensif mungkin (Fauzi dan Iskandar, 1984:44). Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah salah satu komponen penting untuk pembangunan
daerah. Karena meningkatnya jumlah pendapatan asli daerah akan memberikan
kontribusi yang cukup besar dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah yaitu
pada sisi pendapatan daerah. Oleh karena itu, sangat penting bagi suatu daerah
untuk mencari tau faktor apa saja yang dapat meningkatkan jumlah Pendapatan
Asli Daerahnya. Akan tetapi, kendala yang kerap kali ditemukan di Indonesia
adalah Provinsi-provinsi yang ada di Indonesia masih sangat sulit untuk
meningkatkan jumlah pendapatan daerahnyanya yang mengakibatkan
ketimpangan pembangunan antar daerah. Yang mana faktor utamanya adalah
disparitas atau perbedaan potensi yang ada di setiap daerahnya.
Maluku Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang sebelumnya
merupakan bagian dari provinsi Maluku yaitu kabupaten Maluku Utara dan
3
Kabupaten Halmahera Tengah. Provinsi Maluku Utara juga dikenal sebagai salah
satu provinsi dengan potensi sumber daya alam yang kaya karena lokasinya yang
berada di empat pulau bergunung yang pastinya menyimpan sumber daya alam
yang melimpah. Belum lagi posisi nya yang terletak di bibir Samudra Pasifik yang
mana jika dikembangkan dengan baik hal ini dapat menjadi peluang untuk
mengembangkan ekonomi Maluku Utara. Akan tetapi dapat dilihat dari tabel
berikut bahwa Provinsi Maluku Utara termasuk ke dalam 5 Provinsi dengan
Pendapatan Daerah yang paling kecil di Indonesia di 5 tahun terakhir. Dapat
dilihat besarnya pendapatan Asli Daerah di Provinsi Maluku Utara melalui tabel
berikut:
4
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Maluku Utara
Tahun 2011-2018 (dalam rupiah)
Sumber: Kementrian Keuangan
Hal ini menimbulkan pertanyaan, dengan sumberdaya alam yang
melimpah dan letak geografis yang sangat strategis ini mengapa provinsi Maluku
Utara termasuk ke dalam Provinsi dengan pendapatan daerah yang paling rendah.
Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah seharusnya Provinsi Maluku
Utara mempunyai Pendapatan Asli Daerah yang tinggi. Salah satu cara untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan mengembangkan potensi
pada sektor-sektor ekonomi yang ada pada daerah tersebut.
Tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2011 349.638.273.482
2012 417.414.487.345
2013 518.339.213.016
2014 513.139.531.113
2015 586.216.968.582
2016 597.416.401.866
2017 845.989.353.685
2018 486.709.146.169
5
Pertumbuhan ekonomi di provinsi Maluku utara disumbangkan oleh
beberapa sektor ekonomi yang mempunyai potensi yang besar untuk menjadi
sektor basis diantaranya adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan,
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, konstruksi, Perdagangan
Besar dan Eceran, reparasi Mobil dan Sepeda Motor, transportasi pergudangan,
juga Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Ketujuh
sektor tersebut berpotensi untuk menjadi sektor basis atau sektor unggulan di
Provinsi Maluku Utara. Jika pemerintah daerah dapat mengelola sektor-sektor
ekonomi di Provinsi Maluku Utara menjadi sektor basis, maka produksi sektor
tersebut akan meningkat dan dapat mengekspor ke daerah lain yang akan
meningkatkan pendapatan daerahnya.
Sumberdaya manusia juga merupakan salah satu faktor yang sangat
penting untuk dapat meningkatkan pendapatan daerah. Karena pada penelitian
empiris mengemukakan teori bahwa seharusnya negara-negara berkembang salah
satu nya Indonesia seharusnya dapat tumbuh lebih cepat dengan cara mengadopsi
teknologi yang telah dibuat dan di uji oleh negara-negara maju. Akan tetapi
transfer teknologi memerlukan sumberdaya yang mampu mengoprasikan alat-alat
tersebut. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten dan produktif
maka harus dibarengi dengan tingkat pendidikan yang baik. Jika pendidikan di
suatu daerah rendah yang terjadi adalah kurangnya tingkat tenaga kerja yang
kompeten untuk dipekerjakan dan akhirnya menyebabkan peningkatan
pengangguran. Kemudian, Peningkatan pengangguran akan menyebabkan
pemborosan sumber daya yang ada dan membuat beban masyarakat semakin
6
besar, sumber utama kemiskinan dan juga akan meningkatkan keresahan sosial
serta dalam jangka panjang akan menghambat pembangunan ekonomi
(Depnakertrans, 2004). Artinya tingkat pendidikan suatu daerah merupakan
indikator penting untuk meningkatkan jumlah sumber daya yang kompeten agar
dalam jangka panjang dapat menaikan jumlah pendapatan asli daerahnya. Selain
itu, Pendidikan juga sangat pentig untuk menunjang kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pendapatannya. Ketika seseorang memiliki Pendidikan yang
tinggi, maka akan lebih mudah baginya untuk mendapatkan pekerjaan
dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan rendah. Dan ketika
pendapatan seseorang meningkat maka akan meningkatkan pula kemampuan
untuk dapat membayar pajak-pajak yang diberikan oleh pemerintah khusus nya
pemerintah daerah.
Akan tetapi pendidikan di Provinsi Maluku Utara masih sangat
memprihatinkan. Tingkat pendidikan pada masyarakat Maluku Utara masih
sangat rendah. Faktor utamanya adalah fasilitas pendidikan di daerah ini masih
sangat kurang dibanding daerah-daerah maju lainnya seperti bangunan sekolah
yang masih menggunakan bangunan dari tahun 80-90an, tidak memadainya
fasilitas perpustakaan, dan rendahnya kualitas dari faktor pendukung lain nya
terutama guru. Masih banyak faktor lain yang membuat kualitas pendidikan di
Maluku Utara sangat rendah diantaranya adalah: kurangnya pemerataann sistem
pendidikan, mahalnya biaya pendidikan, kondisi geografis, dan rendahnya
kualitas guru. Tingkat pendidikan di Maluku Utara dapat dilihat salah satunya
7
dengan mengetahui tingkat partisipasi sekolah yang dapat dilihat melalui tabel
berikut:
Tabel 1.2
Rata-rata Lama Sekolah
Provinsi Maluku Utara Tahun 2011-2018
(dalam persen)
Tahun Rata-rata Lama
Sekolah
2011 7.98
2012 8.04
2013 8.27
2014 8.34
2015 8.37
2016 8.52
2017 8.61
2018 8.72
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama sekolah
Provinsi Maluku Utara setiap tahun nya cenderung meningkat. Akan tetapi jika
dilihat dari tabel diatas dikatan bahwa rata-rata lama sekolah paling tinggi
hanyalah 8.72 yang artinya rata-rata jenjang pendidikan yang paling tinggi di
Maluku utara hanya sampai ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
8
Padahal jika pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara dapat meningkatkan sektor
pendidikannya, kualitas sumberdaya manusianya juga akan ikut meningkat dan
dalam jangka panjang akan meningkatkan pendapatan asli daerahnya.
faktor lain yang dapat meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah infrastruktur yang ada di daerah tersebut. Infrastuktur sangat
penting karena menurut Arsyad (1999:41) Inftastruktur seperti jalan, pelabuhan,
jembatan, pariwisata dan sebagainya mempunyai peranan yang esensial pada
aktivitas ekonomi walaupun tidak memberikan kontribusinya secara langsung
pada produksi output. Selain itu belanja modal seperti pembangunan infrastruktur
akan menggerakan sektor rill, meningkatkan penyerapan tenaga kerja,
meningkatkan konsumsi pemerintah dan masyarakat, juga dapat menjadi pemicu
peningkatan kegiatan produksi (Nugraheni, 2012). Maka, Apabila suatu aktivitas
ekonomi di suatu daerah berjalan dengan baik karena didukung dengan
infrastruktur yang memadai, pada akhirnya akan memberikan efek positif pada
pendapatan daerah.
Provinsi Maluku Utara adalah salah satu Provinsi yang masuk kedalam
program prioritas nasional. Beberapa proyek infrastruktur yang dicanangkan oleh
pemerintah Provinsi Maluku Utara kepada Presiden Joko Widodo masuk kedalam
program prioritas nasional. (pariwisata) Salah satu nya adalah infrastruktur yang
dapat menunjang keberhasilan pariwisata Maluku Utara. Seperti yang kita tahu,
Maluku Utara adalah Provinsi yang memiliki banyak keindahan alam dan tempat
wisata yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun
mancanegara. Bahkan salah satu tempat wisata yang ada di Maluku Utara ini
9
dijadikan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang artinya
merupakan salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi di Indonesia yaitu
pulau Morotai. Akan tetapi, jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke daerah
ini belum sesuai dengan perkiraan. Bahkan setiap tahun nya semakin berkurang.
Hal ini terjadi karena infrastruktur yang digunakan untuk menunjang
kelangsungan pariwisata belum memadai. Salah satu infrasturuktur yang
menunjang pariwisata adalah Hotel. Hotel biasa digunakan untuk tempat
menginap ketika para wisatawan sedang berkunjung ke daerah tersebut. Jika hotel
yang teresdia di suatu daerah memiliki fasilitas yang baik, mudah ditemukan, dan
dekat dengan lokasi wisata yang banyak dikunjungi akan menarik wisatawan
untuk datang ke daerah tersebut. Maka dari itu infrastruktur pariwisata juga
merupakan hal yang sangat penting agar sektor pariwisata bisa berjalan dengan
baik dan akan meningkatkan pendapatan asli daerahnya.
Berdasarkan uraian diatas maka menarik untuk diteliti dan dikaji tentang
Pengaruh Sektor Basis, Tingkat Pendidikan, dan Infrastruktur Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Maluku Utara Pada Tahun 2011-2018.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan Pemaparan Latar Belakang di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Sektor-sektor apa saja yang dapat diidentifikasi sebagai sektor basis di
Maluku Utara?
10
2. Bagaimana pengaruh sektor basis terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Provinsi Maluku Utara pada periode tahun 2011-2018?
3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
di Provinsi Maluku Utara pada periode tahun 2011-2018?
4. Bagaimana pengaruh infrastuktur terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Provinsi Maluku Utara pada periode tahun 2011-2018?
5. Bagaimana pengaruh sektor basis, tingkat pendidikan, dan infrasturtur
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Maluku Utara pada periode
tahun 2011-2018?
B. Tujuan Penelitian
Setelah menjabarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis di Maluku
Utara.
2. Untuk mengetahui pengaruh sektor basis terhadap Pendapatan Asli Daerah
di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2011-2018.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2011-2018.
4. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Provinsi Maluk Utara pada tahun 2011-2018.
5. Untuk mengetahui pengaruh sektor basis, tingkat pendidikan, dan
11
infrastuktur terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Maluku Utara
pada periode tahun 2011-2018.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pengaruh sektor basis,
jumlah tingkat pendidikan, dan peningkatan infrasturtur terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Maluku Utara pada periode tahun
2011-2018.
2. Memberikan masukan bagi pemerintah daerah provinsi Maluku Utara
untuk pengambilan kebijakan terutama mengenai Pedapatan Asli daerah.
3. Memberikan referensi untuk Provinsi Maluku Utara agar bisa
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya.
4. Memberikan referensi pada daerah lain untuk meningkatkan jumlah
pendapatan daerahnya.
5. Sebagai tambahan referensi untuk peneliti lain yang akan meneliti dengan
tema yang sama.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Otonomi Daerah
a. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi daerah diberlakukan secara resmi di Indonesia pada 1
januari 2001 setelah sebelumnya sistem pemerintahan negara ini
adalah sentralisasi. Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos
yang berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau
aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai
kewengangan untuk dapat mengatur dan mengurus uruan rumah
tangga nya rumah tangganya sendiri. (Bayu Suryaninrat; 1985).
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 5
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban suatu daerah
untuk bisa mengatur urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakatnya sendiri dengan tetap mengikuti peraturan perundan-
undangan yang ada. Sedangkan menurut Vincent Lemius (1986)
menyatakan bahwa otonomi daerah adalah kebebasan dalam
pengambilan keputusan baik politik maupun administrasi, dengan
tetap mematuhi peraturan perundangan yang ada.
Pendapat lain dikemukakan oleh Mariun (1979) yaitu
Otonomi daerah adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh
pemerintah daerah yang diharapkan dapat membuat sebuah inisiatif
13
sendiri untuk bisa memaksimalkan sumber daya yang dimiliki daerah
nya. sehingga Otonomi daerah juga dapat disebut suatu kewenangan
atau kebebasan untuk dapat bertindak sesuai dengan suatu kebutuhan
masyarakat pada daerah setempat. Pendapat tersebut sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Philip Mahwood (1983) mengemukakan
bahwa otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang
mempunyai kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan
otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan
sumber sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang
berbeda.
Berdasarkan definisi otonomi daerah menurut para ahli
diatas, dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah adalah pelimpahan
hak dan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk
dapat lebih mandiri mengelola seluruh potensi daerahnya dengan tetap
mengikuti peraturan dan ketentuan yang sudah di tetapkan. Otonomi
daerah dilakukan sebagai upaya pemerintah yang output nya adalah
untuk kesejahteraan masyarakat.
b. Prinsip Otonomi daerah
Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
didasarkan oleh tiga prinsip yaitu:
1) otonomi yang nyata, maksudnya adalah kekuasaan daerah untuk
14
menyeenggarakan kewenangan pemerintahan dibidang tertentu
yang secara nyata ada yang diperlukan oleh daerah.
2) Otonomi yang luas, maksudnya adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahannya yang meliputi kewenangan
semua bidang kecuali bidang-bidang yang masih wewenang
pemerintah pusat seperti politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama.
3) Otonomi yang bertanggung jawab, maksudnya adalah perwujudan
pertanggung jawaban sebagai konsekuensi dari hak dan wewenang
yang diberikan kepada pemerintah daerah.
c. Tujuan Otonomi daerah
Pada dasarnya, Indonesia mempunya tiga tujuan utama
yaitu tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi dan
ketiga tujuan ini dapat diwujudkan melalui otonomi daerah. Tujuan
politik yang ingin diwujudkan melalui otonomi daerah adalah upaya
untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Tujuan administratif yang ingin
diwujudkan melalui otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan
pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan,
serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Dan
yang terakhir tujuan ekonomi yang ingin diwujudkan melalui otonomi
daerah adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia
15
sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Menurut Undang -Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Pasal 2 ayat 3 Otonomi daerah mempunyai 3
tujuan yaitu:
1) Meningkatkan pelayanan umum
Dengan dilaksanakan nya otonomi daerah pelayanan umum
diharapkan dapat meningkat secara maksimal karena lembaga
pemerintah daerah akan lebih fokus kepada pelayanan di masing-
masing daerah. Dan seluruh masyarakat dapat mendapatkan
pelayanan yang setara setiap daerahnya.
2) Meningkatkan daya saing daerah
Dengan dilaksanakan nya otonomi daerah daya saing tiap daerah
juga akan meningkat. Dengan dadakannya otonomi daerah
pengelolaan sumberdaya alam yang dimiliki setiap daerah akan
lebih efektif. Dengan memperhatikan keistimewaan daerahnya
masing-masing, diharapkan dapat meingkatkan daya saing tiap
daerah.
3) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Dengan dilaksanakan nya otonomi daerah diharapkan
kesejahteraan masyarakat juga ikut meningkat sejalan dengan
meningkatkan pelayanan umum dan penngkatan daya saing
16
daerahnya. Otonomi daerah juga memberi peluang untuk
masyarakat bisa memegang andil dalam penyelenggaraan
pemerintahan agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
2. Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah merupakan komponen penting dari
pendapatan suatu daerah. Semakin besar jumlah pendapatan asli
daerah menunjukan semakin mandirinya suatu daerah. Semakin besar
Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah maka kesejahteraan
masyarakat nya juga akan meningkat karena Pendapatan asli daerah
itu sendiri dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan
dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran
yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh
karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang
diinginkan setiap daerah (Mamesa 1995 dalam Damang 2011).
Menurut Nurcholis (2007: 182) pendapatan asli daerah adalah
pendapatan yang berasal dari penerimaan pajak daerah, retribusi
daerah, laba perusahaan daerah dan pendapatan lain-lain yang sah.
Sedangkan menurut Menurut Mardiasmo (2002: 132), Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah Penerimaan daerah yang bersumber dari
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah. Pendapat dari Nurcholis
17
dan Mardiasmo sejalan dengan pengertian Pengertian Pendapatan Asli
Daerah menurut Undang-Undang no.28 Tahun 2009 yaitu sumber
keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan
yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Dapat disimpulkan bahwa
Pendapatan Asli Daerah adalah keuangan daerah yang bersumber dari
pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lain-lain daerah yang
sah.
b. Sumber Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan seluruh penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi daerahnya sendiri.
Maka, jumlah penerimaan pendapatan asli daerah akan sesuai
dengan potensi dan kemampuan daerahnya masing-masing.
Sumber Pendapatan Asli Daerah dikelompokan menjadi 4
kelompok yaitu:
a. Pajak daerah
Pajak daerah adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah
yang tertang terhadap pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kepeluan rakyat
18
(bustamar, 2017:151)
Menurut Undang-undang nomor 28 tahun 2009 pasal 2,
pajak daerah terbagi atas dua jenis yaitu:
1. Pajak Provinsi:
a) Pajak Kendaraan Bermotor.
Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas
kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bea balik nama kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai
akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau
keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar,
hibah dll.
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak
atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.
d) Pajak Air Permukaan
Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan
dan/atau pemanfaatan air permukaan.
e) Pajak Rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang
dipungut oleh pemerintah
19
2. Pajak kabupaten/Kota:
a) Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh hotel. Pelayanan yang dimaksud adalah
segala jenis pelayanan yang tersedia dengan
pembayaran seperti seluruth fasilitas hotel dan jas yang
dilakukan untuk kenyamanan dan kemudahan
pelanggan. Tarif yang dikenakan adalah sebesar paling
tinggi 10%.
b) Pajak Restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran, rumah makan, warung, cafe
dan sebagainya yang termasuk kedalam
jasaboga/katering. Objek pajak restoran adalah
pelayanan yang diberikan kepada pembeli yang berupa
penjualan makanan/minuman. Tarif yang ditetapkan
pada setiap restoran berbeda tergantung dengan
kebijakan dari restoran masing-masing. Besaran untuk
pajak restoran sama dengan pajak hotel yaitu paling
tinggi 10%.
c) Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan
hiburan. Menurut peraturan daerah nomer 3 tahun 2015
20
objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan
yang memungut bayaran, seperti:
1) Tontonan film
2) pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana
3) kontes kecantikan
4) pameran
5) diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya
6) sirkus, akrobat dan sulap
7) permainan bilyar dan bowling
8) pacuan kuda dan pacuan kendaraan bermotor
9) permainan ketangkasan
10) panti pijat, refleksi, mandi uap/spa dan pusat
kebugaran (fitness center)
11) pertandingan olahraga
tarif pajak yang dikenakan untuk pajak restoran ini
adalah:
1) Tarif pajak untuk pertunjukan film di bioskop
ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
2) Tarif pajak untuk pagelaran kesenian, musik, tari
dan/atau busana yang berkelas lokal/ tradisional
sebesar 0% (nol persen)
21
3) Tarif pajak untuk pagelaran kesenian, musik, tari
dan/atau busana yang berkelas nasional sebesar 5%
(lima persen)
4) Tarif pajak untuk pagelaran kesenian, musik, tari
dan/atau busana yang berkelas internasional
sebesar 15% (lima belas persen)
5) Tarif pajak untuk kontes kecantikan yang berkelas
lokal/ tradisional sebesar 0% (nol persen)
6) Tarif pajak untuk kontes kecantikan yang berkelas
nasional sebesar 5% (lima persen)
7) Tarif pajak untuk kontes kecantikan yang berkelas
internasional sebesar 15% (lima belas persen)
8) Tarif pajak untuk pameran yang bersifat non
komersial sebesar 0% (nol persen)
9) Tarif pajak untuk pameran yang bersifat komersial
sebesar 10% (sepuluh persen)
10) Tarif pajak untuk diskotik, karaoke, klab malam,
pub, bar, musik hidup (live music), musik dengan
disck jockey (DJ) dan sejenisnya sebesar 25% (dua
puluh lima persen)
11) Tarif pajak untuk sirkus, akrobat, dan sulap yang
berkelas lokal/ tradisional sebesar 0% (nol persen)
22
12) Tarif pajak untuk sirkus, akrobat, dan sulap yang
berkelas nasional dan internasional sebesar 10%
(sepuluh persen)
13) Tarif pajak untuk permainan bilyar, bowling
sebesar 10%(sepuluh persen)
14) Tarif pajak untuk pacuan kuda yang berkelas lokal/
tradisional sebesar 5% (lima persen)
15) Tarif pajak untuk pacuan kuda yang berkelas
nasional dan internasional sebesar 15% (lima belas
persen)
16) Tarif pajak untuk pacuan kendaraan bermotor
sebesar 15% (lima belas persen)
17) Tarif pajak untuk permainan ketangkasan sebesar
10% (sepuluh persen)
18) Tarif pajak untuk panti pijat, mandi uap, dan spa
sebesar 35% (tiga puluh lima persen)
19) Tarif pajak untuk refleksi dan pusat
kebugaran/fitness center sebesar 10% (sepuluh
persen)
20) Tarif pajak untuk pertandingan olah raga yang
berkelas lokal/ tradisional sebesar 0% (nol persen)
21) Tarif pajak untuk pertandingan olah raga yang
berkelas nasional sebesar 5% (lima persen)
23
22) Tarif pajak untuk pertandingan olah raga yang
berkelas internasional sebesar 15% (lima belas
persen)
d) Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan
reklame. Secara umum reklame dibagi menjadi dua
jenis yaitu reklame produk dan reklame non-produk.
Reklame produk adalah reklame yang menampilkan
informasi tentang barang dan jasa yang bertujuan untuk
mempromosikan barang dan jasa tersebut. Sedangkan
reklame non-produk adalah reklame yang menampilkan
nama, logo, dan symbol perusahaan dengan tujuan agar
identitas perusahaan tersebut dikenal masyarakat.
Subjek pajak reklame adalah orang/badan yang
menggunakan reklame tersebut. Tarif yang ditetapkan
untuk pajak reklame adalah 25% dari tarif yang
dibayarkan untuk penyewaan reklame.
e) Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas
penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain. Objek pajak
penerangan jalan adalah tenaga listrik yang digunakan.
24
Tarif yang dikenakan untuk pajak penerangan jalan
adalah sebagai berikut:
1) Penggunaan tenaga listrik yang disediakan oleh
PLN atau bukan PLN yang digunakan untuk
petambangan minyak bumi, industri, dan gas alam
dikenakan tarif sebesar 3% dari tagihan listrik yang
harus dibayarkan.
2) Penggunaan tenaga listrik yang disediakan oleh
PLN atau bukan PLN yang digunakan selain untuk
petambangan minyak bumi, industri, dan gas alam
dikenakan tarif sebesar 2,4% dari tagihan listrik
yang dibayarkan.
3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri
dikenakan tarif sebesar 1,5%.
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah pajak
yang dikenakan atas kegiatan pengambilan mineral
bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
Mineral bukan logam dan batuan yang dimaksudkan
sebelumnya adalah asbes, batu tulis, batu setengah
permata, batu kapur, batu apung, batu permata,
bentonit, dolomit, eldspar, garam batu (halite), grafit,
25
granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit,
mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil,
pasir kuarsa, perlit, phospat, talk, tanah serap (fullers
earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), ras,
yarosif, zeolit, basal, trakkit dan, mineral bukan logam
dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. subjek pajak mineral bukan
logam adalah orang pribadi/badan yang mengambil
jenis mineral bukan logam seperti yang disebutkan
sebelumnya. Tarif yang dikenakan untuk pajak mineral
bukan logam adalah sebesar 25% dari nilai jual hasil
pengambilan hasil mineral bukan logam.
g) Pajak Parkir
Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan
tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor. subjek pajak parkir
adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir
kendaraan bermotor. Tarif yang dikenakan untuk pajak
parkir adalah sebesar paling tinggi 30% dari jumlah
pembayaran kepada penyelenggara parkir.
26
h) Pajak Air Tanah
Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan
dan/atau pemanfaatan air tanah. Subjek dari pajak air
tanah adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan dan atau memanfaatkan air tanah. Tarif
dasar pengenaan pajak air tanah adalah sebesar paling
tinggi 20% dari nilai perolehan air tanah yang dihitung
dalam rupiah.
i) Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung walet adalah pajak atas
kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang
burung walet. Subjek pajak sarang burung wallet
adalah orang pribadi atau badan yang yang melakukan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung
walet. Tarif pajak yang ditetapkan untuk pajak saran
burung walet adalah sebesar 10% dari nilai jual sarang
burung walet.
j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
27
pertambangan. Tarif pajak yang dikenakan untuk pajak
bumi bangunan pedesaan dan perkotaan adalah sebagi
berikut:
1) Untuk NJOP sampai dengan Rp.1.000.000.000.00
(satu miliar rupiah) ditetapkan sebesar 0,1 % (nol
koma satu persen) pertahun.
2) Untuk NJOP diatas Rp.1.000.000.000.00 (satu
miliar rupiah) ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma
dua persen) pertahun.
Dalam hal pemanfataan bumi dan/atau bangunan dapat
menimbukan gangguan terhadap lingkungan,maka
dikenakan tambahan tarif sebesar 50 % (lima puluh
persen) dari tarif pajak bumi dan bangunan Perdesaan
dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sehingga menjadi sebagai berikut:
1) Untuk NJOP sampai dengan Rp.1.000.000.000.00
(satu miliar rupiah) ditetapkan sebesar 0,15 % (nol
koma lima belas persen) per tahun.
2) Untuk NJOP diatas Rp.1.000.000.000.00 (satu
miliar rupiah) ditetapkan sebesar 0,3 % (nol koma
tiga persen) per tahun.
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
28
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah
pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Tarif untuk pengenaan bea perolehan ha katas tanah
dan bangunan adalah sebesar 5% dari nilai perolehan
objek pajak.
b. Retribusi daerah
Retribusi daerah memiliki pengertian pugutan daerah atas
pembayaran jasa atau izin tertentu yang disediakan dan/atau
diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau
badan (Mardiasmo, 2011).
Retribusi daerah dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
1) Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah pungutan atas
pelayanan yang diberikan pemerintah untuk kepentingan
umum yang dapat dinikmati peribadaiatau badan seperti:
pelayanan kesehatan, kebersihan, penggantian/cetak ktp
dan akte catatan sipil lainnya, pemakaman, parker tepi
jalan, pelayanan pasar pasar, pengujian kendaraaan
bermotor, pemeriksaan alat pemadam kebakaran,
penggantian biaya cetak peta, penyedotan kakus,
pengolahan limba cair, pelayanan pendidikan, dan
pengendalian menara komunikasi.
29
2) Retribusi Jasa Usaha
Retribusi jasa usaha adalah pungutan atas pelayanan
yang yang diberikan pemerintah dengan menganut prinsip
komersial yang pada dasarnya disediakan oleh sektor
swasta. retribusi jasa usaha terbagi jadi beberapa jenis
yaitu: Retribusi pemakaian kekayaan daerah, Retribusi
pasar grosir dan/atau pertokoan, Retribusi tempat
pelelangan. Retribusi terminal, Retribusi tempat kursus
parkir, Retribusi tempat penginapan/villa, Retribusi
penyedotan kakus, Retribusi rumah potong hewan,
Retribusi pelayanan pelabuhan kapal, Retribusi tempat
rekreasi dan olahraga, Retribusi penyeberangan di atas air,
Retribusi pengolahan limbah cair, Retribusi penjualan
produksi daerah.
3) Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan atas
kegiatan tertentu pemerintah daerah kepada pribadi atau
daban dalam rangka pemberian izin yang dimaksudkan
untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan. Retribusi Perizinan Tertentu
30
terdiri dari retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi
izin tempat
penjualan minuman beralkhohol, retribusi izin gangguan, r
etribusi izin trayek.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Menurut novi (2017) Hasil pengelolaan kekayaan yang
dipishkan merupakan hasil yang diperoleh dari pengelolaan
kekayaan yang terpisah dari pengelolaan APBD. Jika
pengelolaan tersebut memperoleh laba, maka laba tersebut
dapat dimasukkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli
daerah. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
ini didapatkan dari bagian laba lembaga keuangan, bagian laba
perusahaan daerah, bagian laba atas penyertaan modal kepada
badan usaha lainnya.
d. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah
pendapatan yang di dapatkan selain dari pajak daerah,
restribusi daerah, dan pendapatan dinas-dinas. Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah ini di beberapa daerah,
misalnya didapatkan dari sumber berikut: hasil penjualan
barang milik daerah, jasa giro, sumbangan pihak ketiga,
31
penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, setoran kelebihan
pembayaran kepada pihak ketiga, denda keterlambatan
pelaksanaan kerja daerah, pendapatan denda pajak, pendapatan
denda retribusi, fasilitas social dan umum, pendapatan dari
angsuran/cicilan penjulan, pendapatan hasil eksekusi atas
jaminan.
3. Sektor Basis
Teori sektor basis pertama kali dikemukakan pada tahun 1973 oleh
Harry. W Richardson. Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung
dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad,
1999:116). Sejatinya pengertian sektor basis sangat berkaitan dengan
perbandingan antara suatu daerah dengan cakupan yang lebih besar
seperti nasional dengan internasional atau daerah dengan nasional. Jadi,
inti dari teori basis ekonomi menurut Arsyad adalah faktor penentu
utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung
dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan
industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tingkat
pendidikan dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan
daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) (Sadau 2002).
Pada dasarnya, teori basis ekonomi ini mengemukakan bahwa laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah di tentukan dari seberapa besarnya
32
daerah tersebut dapat mengekspor. Agar dapat melakukan ekspor suatu
daerah harus mempunyai sektor unggulan yang tidak dimiliki oleh daerah
lain. Menurut Glasson (1990:63-64), konsep dasar basis ekonomi
membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:
1) Sektor basis
Sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-
barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat
yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang
bersangkutan.
2) Sektor non-basis
Sektor non-basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-
barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam
batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak
mengekspor barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar
terutama adalah bersifat lokal. Secara implisit pembagian
perekonomian regional yang dibagi menjadi dua sektor tersebut
terdapat hubungan sebab-akibat dimana keduanya kemudian menjadi
pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi.
Sektor basis dan non-basis sangat berhubungan. Karena jika
kegiatan sektor basis suatu daerah meningkat maka pendapatan daerah
tersebut akan ikut meningkat dan akan berimbas pada pertambahan
permintaan barang dan jasa yang akan ikut meningkatkan kegiatan
33
sektor non-basis.
Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor
basis atau non-basis adalah analisis Location Quotient (LQ). Analisis
LQ adalah perbandingan antara nilai output pada sektor tertentu pada
lingkup yang kecil dengan nilai output pada sektor yang sama pada
lingkup yang lebih besar. Arsyad (1999:315) menjelaskan bahwa
teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu
daerah menjadi dua golongan yaitu:
a. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu
sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi
seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (basis)
b. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut
dinamakan sektor tidak potensial (non-basis) atau local industry.
Menurut Puji (2017) membangun sektor-sektor yang menjadi
unggulan suatu daerah merupakan salah satu cara yang dapat
membantu peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurutnya,
jika pemerintah dapat mengelola potensi tersebut dengan baik maka
Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan meningkat seiring dengan
meningkatnya produksi dari sektor-sektor yang menjadi unggulan
tersebut.
34
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang.
Bahkan sudah tertulis dalam Al-quran pada surah Al-Mujadalah ayat 11
yang berbunyi:
Artinya: “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan“.
Pada undang-undang dasar 1945 pasal 31 pasal a juga menegaskan “Tiap-
tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran” dan pada pasal b
menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”. Dengan
kata lain pendidikan merupakan hal yang penting sampai-sampai setiap
warga negara Indonesia diberikan hak mendapatkan pendidikan dan
negara wajib untuk menyelenggarakan nya.
Pendidikan merupakan modal utama suatu daerah yang dapat
mempengaruhi output yang akan di dapatkan. Jumlah penduduk yang
besar harus dibarengi dengan tingkat pendidikan yang tinggi juga. Karena
jumlah penduduk yang tinggi terutama penduduk dengan usia produktif
akan meningkatkan jumlah angkatan kerja yang ada. Jika jumlah tenaga
kerja yang besar disuatu daerah dibarengi dengan tingkat pendidikan yang
baik, maka akan memicu peningkatan pendapatan rill nya karena
pendidikan yang tinggi akan meningkatkan skill seseorang yang akan
35
meningkatkan pendapatannya. Seperti yang dikatakan oleh Sagir
(1989:60) bahwa Sumber daya manusia mampu meningkatkan kualitas
hidupnya melalui suatu proses pendidikan, latihan, dan pengembangan
yang akan menjamin produktivitas kerja yang semakin meningkat.
Sehingga akhirnya menjamin pula pendapatan yang cukup dan
kesejahteraan hidupnya yang semakin meningkat. Dan dalam jangka
panjang akan memicu peningkatan Pendapatan Asli suatu daerah.
Abid (2016) mengatakan bahwa seharusnya negara-negara yang
sedang berkembang bisa lebih cepat dalam mengubah negaranya menjadi
negara maju karena negara berkembang dapat mengadopsi teknologi yang
sudah di temukan oleh negara maju. Hal ini juga dapat memicu
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) apabila daerah dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang rendah bisa mengikuti jejak daerah
dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi dengan cara
meminjam teknologi dan strategi nya. Maka dari itu, seharusnya daerah
dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kecil bisa dengan cepat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya. Akan tetapi hal ini
tidak akan terjadi apabila tidak dibarengi dengan sumberdaya manusia
yang mumpuni yang dapat mengoperasikan teknologi tersebut. Maka dari
itu, pendidikan menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
36
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Sedangkan menurut UU No. 20
Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spirirtual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, dan negara. Artinya, pendidikan merupakan satu hal
penting yang harus dimiliki setiap orang.
Definisi lain di kemukakan oleh Carter V. Good dalam
Djumransjah (2004:24) pendidikan adalah proses perkembangan
kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku
dalam masyarakatnya proses sosial di mana seseorang dipengaruhi
oleh suatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia
dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
Sejalan dengan pemikiran John Dewy (1916) yang beranggapan
Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman. Karena kehidupan
merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu
pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses
37
pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan
menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui
pendidikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan hal
yang dapat membantu seseorang untuk mengembangkan potensi yang
ada di dirinya.
b. Jenis-jenis Pendidikan
Menurut tarigan (2006) pendidikan dapat di bagi menjadi dua jenis
yaitu:
1) Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang ditempuh
seseorang yang bertingkat atau berjenjang dari mulai sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. Melalui jalur pendidikan formal
seseorang dapat menempuh pendidikan dasar yaitu SD dan SMP,
pendidikan menengah yaitu SMA dan tinggi yaitu perguruan tinggi
Machfoeds dan Suryani (2007: 52).
2) Tidak formal
Philip H.Coombs dalam Soelaman (1992) berpendapat
bahwa pendidikan non formal adalah setiap kegiatan pendidikan
yang terorganisir yang diselenggarakan diluar system formal, baik
tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas,
yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran
didik tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Pendidikan
38
tidak formal memiliki tujuan yang terfokus pada pemenuhan
kebutuhan belajar tingkat dasar (basic education) semacam
pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan
vokasional, pengetahuan gizi dan kesehatan, sikap sosial
berkeluarga dan hidup bermasyarakat, pengetahuan umum dan
kewarganegaraan, serta citra diri dan nilai hidup (Rohman, 2014).
c. Tujuan Pendidikan
Menurut Djumramsjah (2004) tujuan pendidikan itu menciptakan
integritas atau kesempurnaan pribadi. Integritas itu menyangkut
jasmaniah, intelektual, emosional, dan etis. Sedangkan pada undang-
undang dasar No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dikatakan bahwa Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Intinya, tujuan dari pendidikan adalah untuk
mengembangkan sikap dan perilaku juga potensi yang dimiliki seseorang
agar menjadi pribadi yang lebih bermanfaat sebagai warga negara.
39
5. Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur sendiri
merupakan sarana penghubung antara satu dan yang lainnya. Infrastruktur
juga merupakan pemicu sektor-sektor lain untuk berkembang. Karena
tersedianya infrastruktur sangat menunjang tingkat efektifitas dan efisiensi
kegiatan ekonomi suatu daerah. Seperti yang disampaikan oleh Hirschman
yang dikutip oleh pamuncak (2009) mendefinisikan infrastruktur sebagai
sesuatu yang sangat dibutuhkan. Tanpa infrastruktur, kegiatan produksi
pada berbagai sektor kegiatan ekonomi (industri) tidak dapat berfungsi.
infratruktur yang memadai juga akan memicu peningkatan pendapatan asli
daerah lewat pajak dan retribusi daerah yang akan diterima.
Akan tetapi pengadaan infrastruktur yang memadai masih menjadi
masalah yang kerap kali ditemukan di Indonesia terutama di daerah-daerah
tertinggal. Seperti yang dikatakan oleh abby (2018) bahwa pembangunan
infrastruktur adalah bagian dari roda penggerak ekonomi nasional dan
diyakini bisa menjadi pemicu pembangunan suatu kawasan atau daerah.
Pembangunan infrastruktur daerah membutuhkan perencanaan yang
matang agar dapat memberikan dampak yang baik dan signifikan untuk
daerah tersebut. Salah satu pembangunan yang banyak dilakukan oleh
pemerintah adalah membangun infrastuktur darat yang paling utama
adalah pembangunan jalan. Dengan adanya infrastruktur jalan yang
memadai masyarakat akan lebih mudah untuk melakukan aktifitas
40
ekonomi yang akan membawa dampak pada peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
a. Pengertian Infrastruktur
Menurut Kodatie (2005) Infrastruktur adalah sistem yang menunjang
sistem sosial dan ekonomi yang secara sekaligus menjadi penghubung
sistem lingkungan, dimana sistem ini bisa digunakan sebagai dasar
dalam mengambil kebijakan. Sedangkan menurut menurut Grigg
(Nurmadimah, 2012:19) infrastruktur adalah sistem fisik yang
menyediakan sarana drainase, pengairan, transportasi, bangunan
gedung dan fasilitas publik lainnya dimana sarana tersebut dibutuhkan
untuk dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan dasar manusia baik
itu kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi. Dan menurut Stone
(1974) mengatakan bahwa Infrastruktur adalah berbagai macam
fasilitas fisik yang diperlukan dan dikembangkan oleh beberapa agen
publik yang memiliki tujuan untuk bisa memenuhi tujuan ekonomi dan
sosial serta fungsi pemerintahan dalam hal tenaga listrik, penyediaan
air, transportasi, pembuangan limbah dan pelayanan-pelayanan lainnya
yang sama.
41
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa infrastruktur adalah
fasilitas fisik maupun nonfisik yang dibangun untuk menunjang
kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat. Infrastruktur dibangun oleh
pemerintah yang biaya nya bersumber dari pajak. Infrastruktur
merupakan satu hal penting untuk melaksanakan kegiatan ekonomi
maupun sosial.
b. Jenis-jenis Infrastruktur
Infrastuktur dalam jenis nya terbagi menjadi tiga jenis
yaitu:
1) Infrastruktur keras (Physical Hard Infrastructure)
Infrastruktur keras adalah infrastruktur yang memiliki
bentuk atau memiliki fisik. Infrastruktur keras ini merupakan
infrastruktur yang paling banyak berkaitan langsung dengan
kepentingan masyarakat. Contohnya adalah jalan, pelabuhan,
bandara, jembatan dan yang lain nya.
2) Infrastruktur lunak (Soft Infrastructure)
42
Infrastruktur lunak adalah infrastruktur yang tidak memiliki
bentuk fisik seperti kelembagaan. Infrastruktur lunak harus
dibuat dengan memperhatikan norma-norma seperti norma
agama, norma hukum, norma sosial dan norma-norma lainya.
Contoh dari infrastruktur lunak seperti pelayanan polisi,
pelayanan kantor kecamatan, pelayanan kantor pos dan masih
banyak pelayanan lain nya.
3) Infrastruktur keras non-fisik (Non–Physical Hard Infratructure)
Infrastruktur keras non-fisik adalah infrastruktur keras yang
tidak berwujud yang biasanya bisa dirasakan jika dibarengi
dengan penggunaan infrastruktur keras atau lunak. Contohnya
adalah jaringan internet atau system telekomunikasi lainnya,
penyaluran air bersih dan masih banyak lagi yang
Selain itu, menurut Zakiah (2019), terdapat beberapa sektor dalam
infrastruktur yaitu:
1) Sektor Kesehatan
2) Sektor Pertanian
3) Sektor jalan
4) Sektor pariwisata
43
c. Infrastruktur Sektor Pariwisata
Infrastruktur sektor pariwisata adalah salah satu jenis
infrastruktur yang mempunyai tujuan membantu keberlangsungan
sektor pariwisata. Pembangunan infrastruktur kepariwisataan
merupakan salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi nasional atau
daerah terutama dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Rozy dan
Koswara (2017) dalam penelitian nya menjelaskan bahwa terdapat
beberapa jenis Infrastruktur pariwisata, diantaranya adalah:
1) Akomodasi Wisata : Fasilitas Penginapan dan hotel.
2) Tempat makan : Restaurant dan tempat makan lain nya.
3) Fasilitas Pelayanan : tempat Parkir, Kantor pusat pelayanan
informasi dan pelayanan, pos keamanan, usat oleh-oleh-khas.
4) Utilitas : Penyediaan air bersih, jaringan listrik,
tempat sampah.
5) Aksebilitas : Kondisi jalan, rambu-rambu petunjuk jalan
arah, moda transportasi
B. Tinjauan Literatur
1. Sektor Basis Terhadap Pendapatan Asli Daerh
Peningkatan sektor basis merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan ekonomi suatu daerah salah satu nya
dengan meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Menurut Lestari
(2017) sektor basis mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
44
pendapatan asli daerah. Sektor basis adalah suatu sektor yang
menghasilkan produk barang atau jasa yang dapat memenuhi
kebutuhan pasar domestik maupun luar daerah. Ini artinya, sektor
basis merupakan sektor dengan tingkat produksi yang lebih banyak
dibandingkan sektor lain. Semakin banyak barang atau jasa yang
diproduksi akan semakin banyak juga pendapatan daerah yang di
dapatkan. Sebagai contoh, ketika suatu perusahaan meningkatkan
produksi nya maka akan lebih banyak pajak dan retribusi yang
dibayarkan seperti pajak penerangan jalan, pajak bahan bakar
kendaraan, dan retribusi jasa usaha yang akan berpengaruh pada
meningkatkan pendapatan asli daerah. Selain itu, menurut syarifudin
dan dewi (2014) sektor basis juga berpengaruh kepada peningkatan
tenaga kerja. Semakin banyak produksi yang dilakukan maka akan
semakin banyak tenaga yang diperlukan. Peningkatan jumlah tenaga
kerja akan mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang yang mana,
ketika pendapatan seseorang meningkat maka akan berpengaruh
pada kemampuan seseorang untuk dapat membayar pajak dan
retribusi yang diberikan oleh pemerintah.
2. Pendidikan Terhadap Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Sumberdaya manusia yang berkualitas, efektif, dan efisien adalah
sumberdaya manusia yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan
perekonomian daerah. Cara yang paling ampuh untuk bisa
45
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia adalah melalui
peningkatan Pendidikan. Semakin tinggi tingkatan Pendidikan yang
diikuti seseorang, akan semakin tinggi juga kualitas yang dimilikinya.
Semakin tinggi kualitas suatu individu akan semakin mudah untuknya
mendapatkan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan suatu individu
(Elfrindi, 2014). Dan Menurut Priyono (2013) peningkatan
pendapatan pada suatu individu akan meningkatkan kemampuan
individu tersebut membayar pajak dan retribusi yang diberikan oleh
pemerintah. Elly (2013) juga mengatakan bahwa ketika pendapatan
seseorang meningkat terdapat beberapa jenis pajak yang akan
dibayarkan yaitu:
a. pajak pembangunan satu atau pajak yang dikeluarkan untuk
makanan dan minuman cepat saji dirumah makan. Ketika
pendapatan seseorang meningkat maka kemampuan untuk dapat
membeli makanan dan minuman yang lebih mahal akan
meningkat. Dan semakin banyak makanan dan minuman pada
restauran yang dapat dibeli akan semakin banyak pendapatan asli
daerah yang diterima.
b. Pajak minuman beralkohol adalah pajak yang dikeluarkan ketika
membeli minuman beralkohol. Ketika pendapatan seseorang
meningkat maka kemampuan untuk membeli minuman
beralkohol juga meningkat dan akan meningkatkan pendapatan
asli daerahnya.
46
c. Pajak kendaraan bermotor adalah pajak yang harus dibayarkan
untuk kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Saat
pendapatan suatu individu meningkat maka kemampuan untuk
membeli kendaraan juga akan meningkat dan semakin banyak
pembelian atas kendaraan bermotor semakin banyak pajak yang
dibayarkan dan secara otomatis semakin banyak pendapatan asli
daerah yang diterima.
d. Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dibayarkan untuk
penggunaan listrik baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh
dari sumber lain. Semakin banyak penggunaan listrik suatu
individu akan semakin tinggi pajak yang dibayarkan dan semakin
tinggi pula pendapatan asli daerahnya.
Dan Menurut Abid Muhtarom (2016) dalam penelitian nya
mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan akan tetapi
negatif antara pendidikan dan pendapatan asli daerah. Ia menyatakan,
alasan nya adalah karena pendidikan yang ada di Kabupaten
Lamongan masih termasuk rendah yang akhirnya terdapat hanya
sedikit tenaga kerja yang berkualitas. Maka dari pendidikan yang
tinggi sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan pendapatan asli
daerahnya.
47
3. Infrastruktur Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Pembangunan Infrastruktur merupakan salah satu hal penting
untuk dapat membangun perekonomian suatu daerah. Seperti yang
diketahui, infrastruktur adalah roda penggerak ekonomi. Bahkan
menurut Haris (2009) Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain
dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga
kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran
nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan
fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar
tenaga kerja.
Infrastruktur Pariwisata merupakan salah satu aspek yang
penting untuk menggerakan perekonomian suatu daerah. Infrastruktur
pariwisata adalah infrastruktur penunjang pariwisata salah satunya
adalah tersedia nya akomodasi atau hotel. Hotel merupakan hal
penting dalam pengembangan pariwisata. Ketersediaan fasilitas
penginapan yang nyaman akan menarik wisatawan untuk berkunjung
ke daerah tersebut. Semakin banyak wisatawan yang datang untuk
berkunjung dan menginap, maka akan semakin banyak pajak daerah
yang diperoleh melalui pajak hotel yang juga akan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerahnya. Menurut Solot (2018) jumlah hotel
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.
Pada penelitian nya Solot mengatakan bahwa semakin banyak jumlah
48
hotel yang ada di suatu daerah maka akan semakin banyak pajak hotel
yang dibayarkan. Hal serupa juga dikatakan oleh Andre dan Khairan
(2016). Mereka menjelaskan jumlah hotel berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap pendapatan Asli Daerah Kota Palembang.
Alasan nya, jumlah hotel yang ada di Kota Palembang setiap Tahun
nya mengalami peningkatan yang artinya permintaan akan penginapan
di Kota Paelmbang cukup banyak dan semakin banyak hotel yang
dibangun semakin banyak wisatawan yang dapat menggunakan jasa
hotel tersebut sehingga meningkatkan pendapatan asli daerahnya.
Pengaruh infrastruktur jumlah hotel tidak hanya
berpengaruh kepada pajak daerah yang diterima, tetapi juga
berpengaruh terhadap retribusi daerahnya. Sebagaimana yang
diketahui menurut undang-undang no. 28 tahun 2009 salah satu
retribusi yang ada adalah retribusi perizinan. dan salah satu bagian
dari retribusi perizinan adalah Retribusi izin mendirikan bangunan.
Ketika jumlah hotel yang ada disuatu daerah meningkat rertibusi dari
izin mendirikan bangunan juga meningkat yang secara otomatis
meningkatkan pendapatan asli daerahnya.
49
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti Judul Metode Hasil
2017 Andi Ayu
Puji Lestari
Peranan Sektor
Basis Terhadap
Peningkatan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
Kabupaten
Sorolagun”.
Location
Quotient (LQ)
dan analisis
regresi.
Didapat 3
(tiga) sektor
basis yaitu
sektor
pertanian,
sektor
pertambangan
dan sektor
perdagangan
dengan nilai
LQ > 1.
Dengan
menggunakan
model regresi
sederhana
diperoleh
bawa sektor
basis
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadapan
PAD
Kabupaten
Sarolangun.
2017 Beatrik Pengaruh analisis linier Sektor
50
Okta Dwita Sektor
Pertanian Dan
Sektor Industri
Pengolahan
Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Kabupaten
Pringsewu
Periode 2009-
2016 Dalam
Prespektif
Ekonomi Islam
berganda pertanian tidak
berpengaruh
secara positif
dan signifikan
terhadap
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
kabupaten
Pringsewu
periode 2009-
2016.
Sedangkan
sektor industry
pengolahan
berpengaruh
secara positif
dan signifikan
terhadap
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
kabupaten
Pringsewu
periode 2009-
2016.
2010 Yogi Agung
Indarto
Analisis
Pengaruh
Sektor Ekonomi
Potensial
Ordinary Least
Squares (OLS)
Variable pdrb
mempunyai
pengaruh
positif dan
51
Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Kawasan
Gerbangkertasu
sila Tahun
1998-2007
signifikan
terhadap
endapatan asli
daerah
kabupaten/kot
a
Gerbangkertas
usila pada
tahun 1998-
2007
2016 Abid
Muhtarom
Analisis
Pendidikan
Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Di Kabupaten
Lamongan Pada
Periode 2010-
2014
terdapat
korelasi yang
sangat kuat
antara
pendidikan
dan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD) akan
tetapi
hubungan nya
negatif.
Artinya
hubungan
antara
Pendidikan
dengan
Pendapatan
Asli Daerah
Kabupaten
Lamongan
52
tidak searah
atau
berlawanan.
hal ini
disebabkan
karena
banyaknya
pendidikan
yang rendah
yang ada di
Kabupaten
Lamongan
sebagian besar
tergolong
sebagai
unskilled labor
atau tenaga
kerja tidak
terdidik.
2018 Moh Abby
Bhakti
Utama
Analisis
Pembangunan
Infrastruktur
Daerah
Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah Di
Kabupaten
Tasikmalaya
ECM pada jangka
panjang
pembangunan
infrastruktur
jalan,
infrastruktur
pariwisata,
infrastruktur
pertanian lebih
berkontribusi
pada
penerimaan
53
pendapatan
asli daerah
sedangkan
infrastruktur
kesehatan
tidak
berkontribusi
pada
penerimaan
pendapatan
asli daerah.
Sedangkan
Pada jangka
pendek
pembangunan
infrastruktur
pariwisata dan
infrastruktur
pertanian lebih
berkontribusi
pada
penerimaan
pendapatan
asli daerah
sedangkan
pembangunan
infrastruktur
jalan dan
infrastruktur
kesehatan
tidak
54
berkontribusi
pada
penerimaan
pendapatan
asli daerah.
2017 Atikah
Firyal Nur
Ikbar
Pengaruh
Produk
Domestik
Regional Bruto
(Pdrb), Jumlah
Penduduk,
Investasi Swasta
Terhadap
Realisasi
Pendapatan Asli
Daerah (Pad)
(Studi Empiris
Pada
Kabupaten/Kot
a Di Propinsi
Jawa Tengah
Tahun 2011-
2014)
Regresi Linear
Berganda
PDRB
berpengaruh
tetapi negatif
terhadap
pendapatan
asli daerah
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD),
kemudian
variabel
jumlah
penduduk
berpengaruh
akan tetapi
tidak signifkan
terhadap
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD), dan
variabel
investasi
swasta
berpengaruh
secara
55
signifikan
terhadap
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
2010 Muchtholifa
h
Pengaruh produk
domestik
regional bruto
(PDRB), inflasi,
investasi industri
dan jumlah
tenaga kerja
terhadap
pendapatan asli
daerah di Kota
Mojokerto.
Regresi Linear
Berganda
secara
simultan
PDRB, inflasi,
investasi
industri dan
jumlah tenaga
kerja
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pendapatan 12
asli daerah dan
variabel yang
paling
dominan
mempengaruhi
pendapatan
asli daerah
ialah variabel
PDRB karena
memiliki
koefisien
determinasi
paling besar
dari variabel
56
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Diduga terdapat sektor yang menjadi sektor basis di Maluku Utara
pada tahun 2011-2018.
lainnya.
Sektor Basis (X1)
Pendapatan Asli Daerah (Y)
Infrastruktur (X3)
Pendidikan (X2)
57
2. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara sektor basis terhadap
pendapatan asli daerah Maluku Utara pada tahun 2011-2018.
3. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendidikan terhadap
pendapatan asli daerah Maluku Utara pada tahun 2011-2018.
4. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara infrastruktur
Pendidikan terhadap pendapatan asli daerah Maluku Utara pada tahun
2011-2018.
5. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara sektor basis,
pendidikan dan infrastuktur terhadap Pendapatan asli daerah Maluku
Utara pada tahun 2011-2018.
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan masalah antara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan
menggunakan metode regresi data panel yaitu metode yang menggabungkan
data time series yaitu data dari tahun 2011 hingga 2016 dan cross-section
yaitu data 9 kabupaten yang ada di Maluku Utara. Penelitian ini
menggunakan satu variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan tiga variabel independen yaitu sektor basis, tingkat pendidikan, dan
pembangunan infrastruktur daerah. Penelitian ini bersifat deskriptif
kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian
dianalisis sesuai dengan metode statistik dan kemudian diinterpretasikan
(Sugiyono, 2003:14). Data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari BPS Maluku Utara dan DPJK kemenkeu.
B. Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan masalah antara
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan menggunakan metode
regresi data panel yaitu metode yang menggabungkan data time series yaitu
data dari tahun 2011 hingga 2016 dan cross-section yaitu data 9 kabupaten
59
yang ada di Maluku Utara. Penelitian ini menggunakan satu variabel
dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tiga variabel independen
yaitu sektor basis, tingkat pendidikan, dan pembangunan infrastruktur daerah.
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari
sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik dan
kemudian diinterpretasikan (Sugiyono, 2003:14). Data yang digunakan
adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Maluku Utara dan DPJK
kemenkeu.
C. Metode Pemilihan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode pemilihan sampel non-acak (non-probabillity
sampling) atau purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:218-219). Tipe sampel
ini mempunyai tujuan dalam pengambilan sampel nya dimana sampel yang
diambil disesuaikan dengan tujuan penelitian (Devi, 2017). Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah provinsi maluku utara karena maluku
utara adalah daerah dengan potensi sumberdaya alam yang melimpah,
terletak di lokasi yang strategis, bahkan termasuk kedalam master plan
pembangunan infrastruktur nasional yang dirancang oleh Presiden Jokowi
akan tetapi daerah ini dalam hampir 10 tahun terakhir selalu masuk kedalam
bottom ten daerah dengan pendapatan asli daerah terendah di Indonesia.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk menggunakan daerah Maluku Utara
sebagai sampel.
60
D. MetodePengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini menggunakan
sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
atau sudah ada dari penelitian terdahulu misalnya diambil dari me Data yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Variabel Penelitian
Jenis Data Sumber
Realisasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Provinsi Maluku Utara pada
tahun 2011-2018.
DPJK Kementrian Keuangan
Rata-rata lama sekolah
kabupaten/kota di Maluku Uara
tahun 2011-2018
Badan Pusat Statistik
PDRB atas dasar harga konstan
menurut lapangan usaha
kabupaten/kota di Maluku Utara
tahun 2011-2018
BPS Maluku Utara
Jumlah infrastruktur hotel yang ada
di provinsi Maluku Utara pada
tahun 2011-2018.
BPS Maluku Utara
61
E. Metode Analisis Data
1. Metode Location Quotient (LQ)
Metode Location Quotient ini digunakan untuk mengetahui sektor
basis atau sektor unggulan yang ada di suatu daerah. Metode ini
menggambarkan perbandingan antara kemampuan sektor disuatu daerah
dengan kemampuan sektor yang sama di cakupan daerah yang lebih luas.
Rumus Location Quotient (LQ) menurut Tarigan yang dikutip oleh
Ramadhani (2017) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Xr = PDRB sektor i di Kabupaten/Kota
Rr = PDRB total di Kabupaten/Kota
Xn = PDRB sektor i di Maluku Utara
Rn = PDRB total di Maluku Utara
Dari perhitungan LQ, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a) Jika LQ>1, maka sektor tersebut adalah sektor basis atau sector
unggulan. Artinya produk yang dihasilkan oleh Provinsi Maluku
Utara tidak hanya bias untuk memenuhi kebutuhan daerah nya tetapi
juga dapat memenuhi kebutuhan daerah lainnya. Dan sector tersebut
sangat potensial untuk dikembangkan dan dapat menjadi penggerak
perekonomian Maluku Utara.
62
b) Jika LQ=1, maka sektor tersebut hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan daerahnya saja.
c) Jika LQ<1, maka sektor tersebut merupakan sektor non-basis yang
kurang produktif untuk memenuhi kebutuhan daerahnya dan perlu
dilakukan impor dari luar daerah.
2. Metode Regresi Data Panel
Model regresi data panel adalah regresi yang menggabungkan
antara data time series dan cross section. Menurut Suliyanto (2011),
terdapat beberapa alasan data panel lebih baik digunakan dalam model-
model regresi dibandingkan data time series maupun cross section yaitu
sebagai berikut:
a) Data panel memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi karena
melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu. Maka dari itu,
dapat diestimasi karakteristik pada masing-masing individu
berdasarkan heterogenitasnya.
b) Data panel memberikan data yang lebih informatif, bervariasi, serta
memiliki tingkat kolinieritas yang rendah karena menggabungkan data
time series dan cross section.
c) Data panel cocok untuk studi perubahan dinamis karena merupakan
data cross section yang diulang-ulang (series).
63
d) Data panel mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak
dapat diobservasi dengan data time series murni atau cross section
murni.
e) Data panel mampu memelajari model perilaku yang lebih kompleks.
Penelitian ini menggunakan Model regresi panel sebagai berikut:
𝒀 = α +𝒃1 𝑿𝟏𝒊𝒕 + 𝒃2 𝑿𝟐𝒊𝒕 + 𝒃3𝑿 3𝒊𝒕 + 𝒆
Keterangan:
Y = Variabel dependen
α = Konstanta
1 = Variabel independen 1
2 = Variabel independen 2
3 = Variabel independen 3
(1,2,3) = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
𝑒 = error term
𝑡 = Waktu
𝑖 = Individu
3. Estimasi Model Data Panel
Basuki (2016:276-27) menjelaskan bahwa terdapat tiga pendekatan
yang dapat dilakukan dalam metode estimasi model data panel yaitu:
64
a. Common Effect Model
Pendeketan model ini merupakan yang paling sederhana
karena hanya mengombinasikan data cross section dan time series.
Pada model ini terdapat asumsi bahwa perilaku data individu sama
dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakn
pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadarat terkecil
untuk 50 mengestimasi model data panel. Dengan model yang sebagai
berikut :
Yit = α + Xn it βit + εit
Y : Variabel Dependen
α : Konstanta
Xn : Variabel Independen ke n
β : Koefisien Regresi
ε : Error Terms
t : Periode Waktu / Tahun
i : Cross Section (Individu)
b. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu
dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi
data panel model Fixed Effect menggunakan teknik variabel dummy
65
untuk menangkap perbedaan intersep antar perusahaan. Walaupun
setiap individu mempunyai intersep yang berbeda akan tetapi slope
nya sama. Estimasi model ini juga sering disebut Teknik Least Square
Dummy Variabel (LSDV). Model dari Fixed Effect Model adalah
sebagai berikut:
Yit = α + i α1 + X1 it βit + εit
c. Random Effect Model
Dalam model ini mengestimasikan bahwa terdapat
kemungkinan variabel gangguan saling berhubungan antar individu
dan antar waktu. Pada model random effect perbedaan intersep
diakomodasi oleh error terms masing-masing perusahaan. Keuntungan
dari model Random Effect Model adalah dapat menghilangkan
heterokedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Component
Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS). Model
dari Random Effect Model adalah sebagai berikut:
𝑌𝑖𝑡 =∝ + 𝑖𝑡 𝛽 + 𝑊𝑖𝑡
𝑌𝑖𝑡 =∝ + 𝑖𝑡 𝛽 + 𝜀𝑖𝑡
i : individu 1, individu, 2, individu 3, …, individu n
66
t : tahun 1, tahun 2, tahun 3, …, tahun n
4. Pemilihan Model Data Panel
Untuk memilih model data panel mana yang paling tepat untuk
penelitian ini, maka perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu. Menurut
Basuki (2016: 277) terdapat tiga pengujian yang dapat dilakukan yaitu:
a. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk mengetahui model mana yang
paling tepat antara Common Effect Model atau Fixed Effect Model.
Hipotesis dari uji Chow adalah:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Apabila hasil dari uji spesifikasi menunjukan probabilitas Redudant
Fixed Effect > 0.05, maka yang dipilih adalah Common Effect Model
atau H0 diterima. Dan sebaliknya, jika hasil dari uji spesifikasi
menunjukan probabilitas Redudant Fixed Effect < 0.05, maka yang
dipilih adalah Fixed Effect Model atau H0 ditolak.
b. Uji Hausman
67
Uji Hausman digunakan untuk mengetahui model mana yang
paling tepat antara Random Effect Model atau Fixed Effect Model.
Hipotesis dari uji Chow adalah:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Apabila Probabilitas dari Correlated Random Effect < 0,05 maka
model yang paling tepat adalah Fixed Effect Model atau H0 ditolak.
Sebaliknya jika Probabilitas dari Correlated Random Effect > 0,05
maka model yang paling tepat adalah Random Effect Model atau H0
diterima.
c. Uji Lagrange Multiplier
Uji Lagrange Multiplier digunakan untuk mengetahui model
mana yang paling tepat antara Common Effect Model atau Random
Effect Model. Hipotesis dari uji Lagrange Multiplier adalah:
H0 : Common Effect Model
H1 : Random Effect Model
Apabila Probabilitas dari Breusch-Pagan < 0,05 maka model yang
paling tepat adalah Random Effect Model atau H0 ditolak.
Sebaliknya jika Probabilitas dari Breusch-Pagan > 0,05 maka model
yang paling tepat adalah Common Effect Model atau H0 diterima.
5. Uji Asumsi Klasik
68
Uji asumsi klasik ini digunakan untuk membuktikan bahwa data
yang kita gunakan dapat masuk kedalam analisis regresi. Menurut
winarno (2011), ada empat pengujian dalam asumsi klasik yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
apakah data pada variabel yang digunakan sudah terdistribusi
dengan baik atau tidak. Dan uji ini sebaiknya dilakukan sebelum
mengolah data berdasarkan model-model penelitian. Cara yang
digunakan untuk mengetahui normalitas residual adalah dengan
cara melihat grafik histogram. Grafik histogram adalah grafik yang
membandingkan data observasi dengan distribusi.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
apakah antar variabel bebas memiliki hubungan linier atau tidak.
Multikolinieritas ini tidak akan terjadi pada regresi liner sederhana
karena pada regresi linier sederhana hanya menggunakan satu
variabel bebas. Jika pada model regresi terjadi multikolinieritas
maka bahwa kesalahan standar estimasiakan cenderung meningkat
dengan bertambahnya variabel bebas, tingkat signifikansi yang
digunakan untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar, dan
probabilitas akan menerima hipotesis yang salah juga akan semakin
69
besar (Imam Gozali, 2007). Oleh karena itu uji multikolinearitas
sangat penting dilakukan sebelum melalukan regresi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi
linear yang akan diteliti terdapat adanya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Devi, 2017). Biasanya
autokorelasi akan lebih mudah timbul pada data yang bersifat
runtutan waktu (time series) karena pada dasarnya data yang ada
pada masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa sebelumnya.
Untuk melihat ada atau tidak nya auto korelasi pada data yang kita
gunakan adalah dengan cara menggunakan uji Durbin-Watson.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteros kedastisitas adalah uji yang digunakan untuk melihat
apakah dalam model regresi yang kita gunakan terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan keperiode
pengamatan yang lain. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
masalah heteroskedasitas digunakan metode uji white.
6. Uji Statistik
a) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
70
Ghazali (2013:97) mengatakan bahwa koefisien determinasi
(R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang di butuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini
pengukuran menggunakan Adjusted R2 karena lebih akurat untuk
mengevaluasi model regresi tersebut.
b) Uji Simultan atau Uji f
Uji Simultan atau Uji f merupakanuji yang dilakukan untuk
model regresi yang akan diestimasi layak atau tidak. Uji F dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh varibel bebas secara
bersama-samaterhadap variabel terikat. Apabila nilai prob F lebih
kecil dari taraf signifikan 5% maka dapat dikatakan bahwa variabel
bebas secar abersama-sama mempengaruhi variabel terikat.
c) Uji parsial atau uji t
Uji t atau uji Parsial digunakan untuk menunjukan seberapa
berpengaruh nya suatu variabel independen secara parsial dalam
menerangkan variabel depeden. Uji ini dilakukan dengan melihat t-
hitung. Jika pro blebih kecil dari taraf signifikan 5% maka H0
71
ditolak yang artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambar 4.1
Peta Provinsi Maluku Utara
72
Sumber: Indonesia.go.id
Maluku Utara adalah Provinsi yang merupakan pengembangan dari
Kaabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera. Maluku Utara resmi
memisahkan diri dari Provinsi Maluku pada tanggal 12 Oktober 1999. Secara
geografis, Provinsi Maluku Utara terletak pada 3° Lintang Utara hingga 3°
Lintang Selatan dan 124° hingga 129° Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi
Maluku Utara adalah 145.819,1 km2. Yang sebagian besar merupakan
wilayah laut, yaitu seluas 100.731,44 km2 (69,08%). Dan sisanya seluas
45.087,66 km2 (30,92 %), adalah daratan. Artinya, kekayaan laut yang ada di
daerah ini sangatlah melimpah. Ditambah lagi terdapat 12 gunung yang
membuat iklim pada Provinsi ini sangat cocok untuk mengembangkan sektor
73
pertanian dan perhutanannya. Selain memiliki Sumberdaya yang melimpah,
Maluku Utara juga memiliki keindahan alam yang sangat menawan karena
dikelilingi oleh pantai dan gunung yang indah. Bahkan Maluku Utara
diproyeksikan dapat menjadi destinasi wisata mancanegara seperti Bali.
Keunggulan lain dari Provinsi ini adalah pada sektor pertambangannya.
Sektor pertambangan di Maluku Utara merupakan salah satu kontributor
PDRB terbesar bagi Indonesia. Maka dari itu, Maluku Utara merupakan salah
satu Provinsi dengan potensi ekonomi yang melimpah.
B. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Maluku utara adalah Provinsi dengan Pendapatan Asli Daerah yang
termasuk rendah. Bahkan seringkali Maluku Utara masuk ke dalam bottom 5
Provinsi dengan pendapatan asli daerah yang paling rendah. Akan tetapi,
pemerintah Maluku Utara terus berusaha untuk meningkatkan pendapatan asli
daerahnya. Dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Grafik 4.1
Pendapatan Asli daerah Maluku Utara Tahun 2011-2018
74
Sumber: DPJK Kemenkeu
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap tahun nya secara garis
besar pendapatan asli daerah Maluku Utara meningkat. Akan tetapi, pada
tahun 2014 pendapatan asli daerah nya mengalami penurunan. Penurunan
pendapatan asli daerah ini terjadi karena pada tahun 2014 sedang
dilaksanakan pemilihan umum presiden. Dan kembali menurun drastis pada
tahun 2018.
Pajak daerah dan lain-lain PAD yang sah merupakan penyumbang
terbesar pendapatan asli daerah Maluku Utara. Sedangkan retribusi daerah
tidak memberikan kontribusi yang cukup besar, karena pelayanan publik di
Maluku Utara masih rendah. Termasuk dengan hasil kekayaan daerah yang
dipisahkan yang merupakan penyumbang terkecil untuk pendapatan asli
daerah Maluku Utara karena jumlah perusahaan yang tidak terlalu banyak
dan banyak perusahaan yang tidak berkembang dengan baik.
349638.27 417414.49
518339.21
513139.53
586216.97
597416.40
845989.35
358,325
0.00
100000.00
200000.00
300000.00
400000.00
500000.00
600000.00
700000.00
800000.00
900000.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
PAD Maluku Utara (dalam jutaan)
Maluku Utara
75
C. Pendidikan Maluku Utara
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia. Maka dari itu, pemerintah harus terus
mengupayakan peningkatan mutu Pendidikan. Salah satunya adalah dengan
memberikan kesempatan untuk mengenyam Pendidikan setinggi-tingginya
kepada seluruh masyarakat. Menurut kementrian Pendidikan dan kebudayaan
untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang mendapatkan pendidikan
dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Salah satu
indikator untuk mengetahui partisipasi sekolah disuatu wilayah dapat dilihat
dari angka partisipasi murni sekolah atau APM.
Grafik 4.2
Rata-rata Lama Sekolah Maluku Utara tahun 2011-2018
Sumber: BPS
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa setiap tahun nya jumlah
rata-rata lama sekolah memang meningkat. Akan tetapi, jika dilihat pada
grafik diatas rata-rata lama sekolah paling tinggi hanyalah 8.72 yang artinya
7.6
7.8
8
8.2
8.4
8.6
8.8
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rata-rata Lama Sekolah
Maluku Utara
76
secara rata-rata penduduk di Provinsi Maluku Utara hanya mengenyam
pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama. Hal ini terjadi karena
di Maluku Utara sendiri masih banyak orangtua yang belum menganggap
pendidikan itu penting dan lebih menginginkan anaknya untuk membantu
keuangan orang tuanya dengan bekerja. Selain itu infrastuktur yang kurang
memadai seperti jumlah sekolah yang sedikit juga menjadi salah satu alasan
menurun nya jumlah anak yang mengenyam Pendidikan tinggi. Dan alasan
lain nya adalah jumlah guru yang tidak sebanding dengan murid yang diajar
menjadi masalah yang belum bisa diselesaikan. Padahal pendidikan adalah
hal yang penting untuk kesejahteraan masyarakat karena dapat meningkatkan
pendapatan perkapita. Semakin tinggi Pendidikan suatu individu maka akan
semakin mudah individu itu untuk mendapat pekerjaan dan meningkatkan
pendapatan. Maka dari itu mengenyam Pendidikan yang tinggi merupakan
hal yang sangat penting.
D. Perkembangan Infrastruktur Maluku Utara
Pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama Maluku Utara
untuk membantu pembangunan ekonomi dan membantu pemerataan
ekonomi. Salah satu infrastruktur yang menjadi prioritas untuk dibangun
adalah infrastruktur pariwisata. Infrastruktur pariwisata adalah infrastruktur
yang dapat menunjang keberlangsungan pariwisata contohnya adalah hotel.
Hotel merupakan salah satu infrastruktur yang memegang peranan penting
sebagai penunjang pariwisata. Terlebih lagi di Maluku Utara sektor
77
pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjanjikan untuk membantu
meningkatkan perekonomian daerahnya. Karena Maluku Utara merupakan
daerah yang memiliki banyak keindahan alam. Pantai membentang, gunung
tinggi menjulang, danau yang tenang hingga kekayaan budaya dan
peninggalan sejarah tentu memiliki potensi pariwisata yang sangat
menjanjikan. Bahkan salah satu tempat wisata yang ada di Maluku Utara
yaitu pulau morotai dijadikan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) karena keindahan alam dan nilai sejarahnya yang sangat menarik
untuk di telusuri.
Tabel 4.1
Destinasi Wisata Maluku Utara
Kabupaten/Kota Tempat Wisata
Halmahera Utara Tanjung bongo, Pantai Luari, Telaga Biru.
Halmahera Barat Teluk Jailolo, Pulau Babua, Air Terjun
Kahatola, pantai Tuada.
Halmahera Timur Air Terjun Cibcebi, Air Terjun Lembah
Ayu.
Halmahera Tengah Pulau Gebe, Pulau Sayafi, Tepeleo Batu
Dua, Gua Buki Maruru.
Halmahera Selatan Pulau Tawale, Pulau Bacan.
Pulau Morotai Pulau Dodola, Museum Perang Dunia II,
Landasan Pitu, Pulau Tabailenge.
Pulau Taliabu Pulau Samada Besar, Pulau Empat, Tanjung
78
Kodipo, Air Terjun Kalimat.
Ternate Gunung Gamalama, Pantai Sulamadaha,
Pulau Maitara, Benteng Tolukko.
Kepulauan Tidore Pulau Maitara, Gunung Kie Matubu, Pulau
Failonga, Tanjung Konde Rum, Tugulufa.
Kepulauan Sula Tanjung Waka, Pulau Sambiki, Pulau
Lifumatola, Pulau Nofanini.
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota Maluku Utara
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa sebenarnya di Maluku Utara
terdapat banyak sekali tempat wisata yang dapat dikunjungi. Maka dari itu
infrastuktur penunjang pariwisata ini sangat dibutuhkan agar dapat
meningkatkan jumlah wisatawan dan pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan asli daerahnya.
Hotel adalah salah satu infrastruktur yang sangat dibutuhkan sebagai
sarana untuk tempat menginap para tamu atau wisatawan yang datang
kesuatu tempat. Semakin banyak tempat yang dapat dikunjungi di suatu
daerah semakin banyak pula wisatawan yang akan berkunjung dan
membutuhkan akomodasi penginapan. Di Provinsi Maluku Utara sendiri
setiap tahun nya terdapat peningkatan atas jumlah hotel yang tersedia.
Artinya, permintaan atas jasa akomodasi di Provinsi Maluku Utara cenderung
meningkat. Berikut merupakan jumlah hotel yang ada di Maluku Utara:
Grafik 4.3
79
Jumlah Hotel Provinsi Maluku Utara
Sumber: BPS Maluku Utara
Keindahan objek wisata yang ada di Provinsi Maluku Utara
menyebabkan banyak wisatawan yang ingin berlibur ke daerah ini. Dan
menyebabkan peningkatan permintaan atas jasa penginapan seperti hotel.
Yang akhirnya meningkatkan jumlah hotel yang ada di Maluku Utara.
E. Location Question (LQ)
Perhitungan LQ digunakan untuk mengetahui sektor apa yang menjadi
sektor basis di Provinsi Maluku Utara. Dengan menggunakan rumus:
𝑖
0
50
100
150
200
250
300
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah Hotel
jumlah hotel
80
Keterangan:
Xi = PDRB sektor i di Kabupaten/Kota
X = PDRB total di Kabupaten/Kota
Ri = PDRB sektor i di Maluku Utara
R = PDRB total di Maluku Utara
Hasil yang di dapatkan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Tabel Sektor Basis Perkabupaten/kota Maluku Utara
Kabupaten/
Kota
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Halmahera
Barat
1, 3,
5, 14,
16
1, 3,
5, 14,
16
1, 3,
5, 14,
16
1, 3,
5, 14,
16
1, 3,
5, 14,
16
1, 3,
5, 14,
16
1, 3,
5, 14,
16
1, 3,
5, 14,
16
Halmahera
Tengah
2, 6,
14
2, 6,
14
2, 6,
14
1, 2,
6, 14
1, 2,
6, 14
1, 2,
3, 6,
14
1, 2,
3, 6,
14
1, 2,
3, 6,
14
Halmahera
Selatan
1, 3,
5
1, 3,
5, 16
1, 3,
5, 7,
16
1, 3,
5, 7,
16
1, 3,
5, 7,
16
1, 3,
5, 7,
16
1, 3, 5 1, 2,
3, 5
81
Halmahera
Utara
2 2 2 2 2 2 2, 3, 4 1, 2, 5
Halmahera
Timur
2, 6 2, 6 2, 6 2, 6 2, 6 2, 6 2, 6 2, 6
Pulau Morotai 1, 3,
6, 7,
12,
15,
1, 3,
6, 7,
12,
15,
1, 3,
6, 7,
12, 15
1, 3,
6, 7,
12, 15
1, 3,
6, 7,
12
1, 6,
7, 12,
15
1, 6,
7, 12
1, 6,
7, 12
Kota Ternate 4, 6,
7, 9,
10,
11,
12,
13,
14,
15,
16
4, 6,
7, 9,
10,
11,
12,
13,
14,
15, 16
4, 6,
7, 9,
10,
11,
12,
13,
14,
15, 16
4, 6,
7, 9,
10,
11,
12,
13,
15, 16
4, 6,
7, 9,
10,
11,
12,
13,
15, 16
4, 6,
7, 9,
10,
11,
12,
13,
14,
15, 16
4, 6,
7, 9,
10,
11,
12,
13,
14,
15, 16
4, 6,
7, 9,
10,
11,
12,
13,
14,
15, 16
Kepulauan
Tidore
1, 4,
5, 6,
13,
14,
15
1, 4,
5, 6,
13,
14, 15
1, 4,
5, 6,
13,
14, 15
1, 4,
5, 6,
13,
14, 15
1, 4,
5, 6,
13,
14, 15
1, 4,
5, 6,
13,
14, 15
1, 4,
5, 6,
13,
14, 15
1, 4,
5, 6,
13,
14, 15
82
Kepulauan
Sula
1, 3,
6
1, 3, 6 1, 3,
6, 14,
15
1, 3,
6, 14,
15
1, 3,
6, 14,
15
1, 3,
6, 14,
15
1, 3,
6, 14,
15
1, 3,
6, 14,
15
Sumber: Pengolahan data menggunakan excel
Keterangan:
1 : Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
2 : Pertambangan dan Penggalian
3 : Industri Pengolahan
4 : Pengadaan Listrik dan Gas
5 : Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6 : Konstruksi
7 : Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8 : transportasi dan Pergudangan
9 : Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
10 : Informasi dan Komunikasi
11 : Jasa Keuangan
12 : Real Estate
13 : Jasa Perusahaan
14 : Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
15 : Jasa Pendidikan
16 : Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
17 : Jasa Lainnya
83
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah sektor basis yang
ada di hampir semua Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara setiap tahun
nya meningkat menjadi semakin banyak yang secara otomatis juga
meningkatkan PDRB sektor basis nya. Sektor yang paling banyak menjadi
sektor basis adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Hal ini terjadi
karena Maluku Utara merupakan daerah yang dikelilingi dengan gunung dan
laut yang secara otomatis memiliki iklim yang sangat cocok untuk Bertani
dan berkebun, dikelilingi oleh gunung yang menyebabkan terdapat banyak
hutan, dan memiliki hasil laut yang melimpah ruah karena 69,08% dari
wilayah ini merupakan lautan yaitu laut Halmahera, Laut Maluku, Laut
Samudera Pasifik dan Laut Seram.
F. Permodelan dan Pengolahan data
Menentukan model estimasi yang cocok untuk penelitian ini, dilakukan
beberapa pengujian yaitu uji chow, uji hausman dan uji lagrange multiplier.
Uji Chow digunakan untuk menentukan manakah yang lebih baik antara
Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect Model (FEM). Selanjutnya
dilakukan uji hausman yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
model manakah yang lebih baik apakah Fixed Effect Model (FEM) atau
Random Effect Model (REM). Langkah terakhir adalah melakukan uji
lagrange multiplier untuk mengetahui model manakah yang lebih baik antara
Random Effect Model (REM) atau Common Effect Model (CEM).
84
1. Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk menentukan model manakah yang
paling baik antara Common Effect Model (CEM) atau Fixed Effect Model
(FEM) dengan cara melihat nilai probabilitas F-statistic pengujian F-
Restricted. Jika nilai Probabilitas F-Stastistic yang diperoleh lebih kecil
dari taraf signifikansi α = 5%, maka model yang paling tepat untuk
digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya jika
Probabilitas F-Stastistic yang diperoleh lebih besar dari taraf signifikansi
α = 5%, maka model yang paling tepat untuk digunakan adalah Common
Effect Model (CEM). Perumusan hipotesis penelitian adalah sebagai
berikut:
H0 : Model PLS atau Common Effect
H1 : Model Fixed Effect
Berikut merupakan hasil uji chow dengan menggunakan redundant Fixed
Effects – Likelihood Ratio:
Tabel 4.3
Uji Chow (Redundant Fixed Effects Tests)
Effect Test Statistic d.f Prob.
Cross-Section F 33.618358 (8,42) 0.0000
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
85
Hasil dari uji chow menunjukan nilai probabilitas lebih
kecil dari taraf signifikansi α = 5% yaitu 0.0000 yang artinya H0 ditolak
atau model yang paling baik digunakan adalah Fixed Effect Model
(FEM).
2. Uji Hausman
Karna pada uji sebelum nya didapatkan model yang paling
baik adalah Fixed Effect Model (FEM), maka langkah selanjutnya
adalah melakukan uji hausman. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui model mana yang lebih baik antara Fixed Effect Model
(FEM) atau Random Effect Model (REM). Jika nilai probabilitas yang
diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi α = 5%, maka model yang
paling tepat digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya,
Jika nilai probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi α
= 5%, maka model yang paling tepat digunakan adalah Random Effect
Model (REM). Perumusan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Berikut merupakan tampilan hasil uji Hausman dengan
menggunakan Correlated Random Effects – Hausman Test:
86
Tabel 4.4
Uji Hausman (Correlated Random Effects – Hausman Test)
Test Summary Chi-Sq
Statistic
Chi-Sq d.f Prob.
Cross-Section
Random
7.670154 3 0.0533
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Dari hasil uji Hausman diatas menunjukan nilai probabilitas
lebih besar dari taraf signifikansi α = 5% yaitu sebesar 0.0533 yang
artinya H0 ditolak atau model yang paling baik digunakan untuk
penelitian ini adalah Random Effect Model (REM).
3. Random Effect Model
Berdasarkan hasil pengujian untuk pemilihan model yang telah
dilakukan, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Random Effect Model (REM). Persamaan regresi dari hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut:
LN_PADit = 16.87829 + 0.272769 (LN_SEKTORBASISit) +
0.219639 (PENDIDIKANit) + 0.407630 (LN_INFRASTRUKTURit)
+ eit
87
Di mana:
LN_PADit : Pendapatan Asli Daerah di provinsi i pada
periode t
LN_SEKTORBASISit : sektor basis di provinsi i pada periode t
PENDIDIKANit : Rata-rata lama sekolah provinsi i pada
periode t
LN_INFRASTRUKTURit : Jumlah hotel provinsi i pada periode t
eit : Error term
Berdasarkan Uji Haussman dan Uji chow di atas didapat
persamaan regresi Random Effect Model (REM) sebagai berikut:
88
Tabel 4.5
Hasil Regresi Data Panel
(Random Effect Model)
Variable Coefficient Ind. Effect Prob
C 17.90156 0.0009
SEKTORBASIS 0.055255 0.7701
PENDIDIKAN 0.440744 0.0030
INFRASTRUKTUR 0.370306 0.0224
Random Effects
(Cross)
Halbar_C -0.329600 17.57196
Halsel_C 0.348897 18.250457
Halteng_C -0.078253 17.823307
Haltim_C 0.824338 18.725898
Halut_C 1.145809 19.047369
Morotai_C -0.528499 17.582196
Sula_C -0.319364 16.782651
Ternate_C -0.912287 16.989273
Tidore_C -0.161039 17.740521
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Dari pengolahan data menggunakan random effect model (REM),
dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Halmahera Utara dengan
89
koofisien sebesar 19.047369 adalah daerah dengan pengaruh tertinggi.
Hal ini terjadi karena walaupun sektor basis yang ada di Halmahera
Utara hanyalah sektor pertambangan, akan tetapi sektor pertambangan
yang ada di Maluku Utara menyumbangkan lebih dari 50% hasil
petambangan di Indonesia. Yang artinya produksi untuk hasil
pertambangannya sangatlah banyak. Yang mana kan menyumbangkan
pajak dan retribusi daerah yang besar. Dan daerah dengan pengaruh
terkecil adalah Kota Ternate dengan koofisien sebesar 16.989273
alasannya adalah, walaupun ternate memiliki jumlah hotel paling
banyak di Maluku Utara, daerah dengan tingkat pendidikan rata-rata
lama sekolah paling tinggi, dan memiliki Sektor basis yang paling
banyak dibanding kabupaten/kota di Maluku Utara akan tetapi jika
dilihat dari tabel sektor basis diatas, sektor yang menjadi basis tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah
kecuali penyediaan akomodasi dan makan/minum. Juga walaupun
pendidikan daerahnya paling tinggi akan tetapi tetap hanya mencapai
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Diperoleh persamaan
model masing-masing kabupaten/kota sebagai berikut:
a. Halmahera Barat
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa jika terjadi
perubahan sebesar 1% pada sektor basis, 1% pada Pendidikan, dan
1% pada infrastruktur akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
Halmahera Barat sebesar 17.57%.
90
b. Halmahera Selatan
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa jika terjadi
perubahan sebesar 1 % pada sektor basis, 1% pada Pendidikan, dan
1% pada infrastruktur akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
Halmahera Barat sebesar 18.25%.
c. Halmahera Tengah
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa jika terjadi
perubahan sebesar 1% pada sektor basis, 1% pada Pendidikan, dan
1% pada infrastruktur akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
Halmahera Barat sebesar 17.82%.
d. Halmahera Timur
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa jika terjadi
perubahan sebesar 1% pada sektor basis, 1% pada Pendidikan, dan
1% pada infrastruktur akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
Halmahera Barat sebesar 18.72%.
e. Halmahera Utara
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa jika terjadi
perubahan sebesar 1% pada sektor basis, 1% pada Pendidikan, dan
1% pada infrastruktur akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
Halmahera Barat sebesar 19.04%.
f. Morotai
91
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa jika terjadi
perubahan sebesar 1% pada sektor basis, 1% pada Pendidikan, dan
1% pada infrastruktur akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
Halmahera Barat sebesar 17.58%.
g. Kepulauan Sula
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa jika terjadi
perubahan sebesar 1% pada sektor basis, 1% pada Pendidikan, dan
1% pada infrastruktur akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
Halmahera Barat sebesar 16.78%.
h. Ternate
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa jika terjadi
perubahan sebesar 1% pada sektor basis, 1% pada Pendidikan, dan
1% pada infrastruktur akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
Halmahera Barat sebesar 16.98%.
i. Tidore
Dari tabel 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa jika terjadi
perubahan sebesar 1% pada sektor basis, 1% pada Pendidikan, dan
1% pada infrastruktur akan mempengaruhi pendapatan asli daerah
Halmahera Barat sebesar 17.74 %.
G. Pengujian Hipotesis
92
1. Uji Simultan atau Uji F-statistik
Uji F atau uji simultan dilakukan untuk mengetahui apakah
variable independen (sektor basis, Pendidikan, infrastruktur) secara
bersama sama mempengaruhi variable dependen (pendapatan asli
daerah). Uji F dilakukan dengan melihat nilai probabilitas dari F-
statisitik yaitu F-statistik > 0.05 maka dapat diartikan bahwa semua
variabel independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
dependen, sedangkan apabila F-statistik < 0.05 artinya semua variabel
independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
H0 : Tidak ada pengaruh Penyerapan Sektor Basis, Pendidikan,
dan Infrastruktur secara simultan terhadap PAD
Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara 2011-2018.
H1 : Ada pengaruh Penyerapan Sektor Basis, Pendidikan, dan
Infrastruktur secara simultan terhadap PAD Kabupaten/Kota
Provinsi Maluku Utara 2011-2018.
93
Tabel 4.6
Uji F-statistik
Variabel Coefficient Prob.
F-Stat 13.14433 0.000003
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel 4.7, diketahui nilai probabilitas F-
statistic lebih kecil dari taraf signifikansi α = 5% yaitu sebesar 0.00003
(0.05 > 0.00003). Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. yang
artinya seluruh variable independent yaitu sektor basis, pendidikan, dan
infrastruktur secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen
yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Maluku Utara tahun
2011-2018.
2. Uji Parsial dan Interpretasi Hasil Analisis
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (sektor
basis, Pendidikan, infrastruktur) terhadap variable dependen (Pendapatan
Asli Daerah) secara parsial. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas t-statistik dengan taraf signifikansi yaitu α = 5%. Maka dari
itu, dalam pengujian ini terdapat hipotesis yaitu:t
1. H0: Tidak ada pengaruh sektor basis secara parsial terhadap PAD di
Provinsi Maluku Utara tahun 2011-2017.
H1: Terdapat pengaruh sektor basis secara parsial terhadap PAD di
Provinsi Maluku Utara tahun 2011-2017.
94
2. H0: Tidak ada pengaruh Pendidikan secara parsial terhadap PAD
Provinsi Maluku Utara tahun 2011-2018.
H1: Terdapat pengaruh pendidikan secara parsial terhadap PAD
Provinsi Maluku Utara tahun 2011-2018.
3. H0: Tidak ada pengaruh infrastruktur secara parsial terhadap PAD
Provinsi Maluku Utara tahun 2011-2018.
H1: Terdapat pengaruh pendidikan secara parsial terhadap PAD
Provinsi Maluku Utara tahun 2011-2018.
Berdasarkan hasil regresi data panel, diperoleh hasil uji parsial
atau uji t-statistik berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji t-Statistik
Variabel Coefficient Prob.
C 17.90156 0.0009
SEKTORBASIS 0.055255 0.7701
PENDIDIKAN 0.440744 0.0030
INFRASTRUKTUR 0.370306 0.0224
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Berdasarkan hasil uji t-statistic diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa:
95
a. Nilai probabilitas t-statstik pada variable Sektor Basis lebih kecil
dari taraf signifikansi sebesar 0.0000 α = 5% yaitu sebesar 0.7701
yang artinya H0 ditolak atau sektor basis tidak mempengaruhi
Pendapatan Asli daerah secara signifikan.
b. Nilai probabilitas t-statstik pada variable Sektor Basis a yaitu
sebesar 0.00030 yang artinya H0 ditolak atau pendidikan
mempengaruhi Pendapatan Asli daerah secara positif dan
signifikan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Pendidikan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah pada seluruh kabupaten/kota di Provinsi Maluku
Utara. Hal ini dapat dilihat dari koefisien variabel Pendidikan
sebesar 0.440744 yang berarti setiap kenaikan Pendidikan sebesar
1% akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebesar 0.44%.
Dengan menganggap variabel lain konstan.
c. Nilai probabilitas t-statstik pada variable Infrastruktur lebih kecil
dari taraf signifikansi sebesar 0.0000 α = 5% yaitu sebesar 0.0205
yang artinya H0 Ditolak atau infrastruktur mempengaruhi
Pendapatan Asli daerah secara positif dan signifikan. Jika dilihat
dari bersaran koefisien variabel Pendidikan sebesar 0.370306 dapat
disimpulkan bahwa setiap penambahan jumlah hotel sebesar 1%
akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebesar 0.37%.
Dengan menganggap variabel lain konstan.
a. Pembahasan Analisis
96
1) Sektor Basis Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Sektor basis
tidak berhubungan secara signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah pada seluruh kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara.
Hal ini dapat dilihat dari koefisien variabel sektor basis sebesar
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Lestari (2017) di Kabupaten Sorolangun yang
mengatakan bahwa sektor basis berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PAD. Alasan nya, walaupun pada Provinsi
Maluku Utara terdapat lebih banyak sektor basis dibandingkan
Kabupaten Sorolangun, akan tetapi sektor yang menjadi sektor
basis di Provinsi Maluku Utara tidak terdapat sektor yang
berkaitan langsung dengan peningkatan pendapatan asli daerah
salah satunya adalah sektor akomodasi dan makan minum.
Maka dari itu jumlah PDRB sektor basis yang ada di Provinsi
Maluku Utara tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan asli daerahnya.
Dan alasan lain nya menurut Medelu (2018) pada
penelitian nya mengatakan walaupun usaha pemerintah sudah
cukup baik untuk mendungkung sektor basis yang ada di
Maluku Utara akan tetapi hasilnya belum maksimal untuk
mengelola dan mengembangkan potensi daerah yang dimiliki
nya. Karena sarana dan prasarana yang belum memadai yang di
97
sebabkan oleh kendala pada pendanaan dan geografis. Kendala
lain nya adalah menurut Syarifudin dan Dewi (2014) dalam
penelitian nya mengatakan bahwa sektor basis mempengaruhi
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Mojokerto. Ketika suatu
sektor menjadi sektor basis, maka sektor tersebut akan bisa
mengekspor barang dan jasa yang dihasilkan ke daerah-daerah
lain. Yang artinya semakin banyak jumlah produksi barang dan
jasanya maka akan semakin banyak tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memproduksi barang tersebut. Akan tetapi,
yang dibutuhkan pastinya tenaga kerja yang mempunyai
keterampilan atau skill sedangkan pendidikan di Provinsi
Maluku Utara sendiri masih sangat rendah yang mengakibatkan
langka nya tenaga kerja yang berketerampilan. Dan sedikitnya
penyerapan tenaga kerja. Seperti yang dikatakan oleh Priyono
(2013), semakin tinggi pendapatan yang didapatkan oleh
seseorang maka kemampuan untuk membayar pajak dan
retribusi yang diberikan oleh pemerintah daerah akan
meningkat. Akan tetapi, karena sedikitnya penyerapan tenaga
kerja yang terjadi maka sedikit pula efek yang dihasilkan kepada
pendapatan asli daerahnya. Akibatnya sektor basis tidak bisa
berkembang secara maksimal dan tidak berkontribusi secara
besar terhadap pendapatan asli daerah Maluku Utara.
98
2) Pendidikan Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Pendidikan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah pada seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Maluku Utara. Hal ini dapat dilihat dari koefisien
variabel Pendidikan sebesar 0.440744 yang berarti setiap
kenaikan rata-rata lama sekolah sebesar 1% akan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah sebesar 0.44%. Dengan menganggap
variabel lain konstan.
Secara teori pendidikan merupakan kunci untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan juga dapat memberikan multiplier effect untuk
pembangunan dibidang ekonomi salah satunya adalah
meningkatkan pendapatan asli daerah. Karena Pendidikan yang
tinggi akan mempengaruhi pendapatan perkapita seseorang.
Menurut Elfrindi (2014) Pendidikan akan meningkatkan kualitas
seseorang baik fisik maupun non fisik yang akan membantu
individu untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Dan
menurut Saragih dalam Priyono (2013) semakin tinggi
pendapatan seseorang maka akan semakin mampu orang
tersebut untuk membayar pungutan-pungutan (pajak daerah,
retribusi daerah dan lain-lain) yang diberikan oleh pemerintah
daerah.
99
Elly (2013) juga mengatakan terdapat beberapa jenis
penerimaan pendapatan asli daerah yang akan selalu dibayarkan
oleh wajib pajak dengan pendapatan yang tinggi yaitu pajak
pembangunan satu, pajak minuman beralkohol, pajak kendaraan
tidak bermotor, dan pajak penerangan jalan. Maka, semakin
bagus kualitas pendidikan suatu daerah akan meningkatkan
kualitas sumberdaya manusianya yang akan membantu
peningkatan pendapatan asli daerahnya.
3) Infrastruktur Terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Infrastruktur
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah pada seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Maluku Utara. Hal ini dapat dilihat dari koefisien
variabel Infrastruktur sebesar 0.370306 yang berarti setiap
penambahan jumlah hotel sebesar 1% akan meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah sebesar 0.37%. Dengan menganggap
variabel lain konstan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rheza Prima Putra (2018) yang mengatakan
bahwa jumlah hotel berpengaruh secarapositif dan signifikan
terhadap PAD di Provinsi Bali. Hal ini terjadi karena menurut
Solot (2018), pajak hotel merupakan salah satu pajak daerah
100
yang akan berkembang pesat ketika sektor jasa dan pariwisata
mulai menjadi perhatian utama pemerintah. Di Provinsi Maluku
Utara sendiri sektor pariwisata tengah difokuskan untuk menjadi
sektor unggulan yang bisa meningkatkan perekonomian
daerahnya. Karena Kabupaten Kepulauan Morotai telah
dijadikan Kawasan Pariwisata Strategis Nasional (KPSN) oleh
pemerintah. Yang artinya daerah ini menjadi tempat yang wajib
dikunjungi oleh wisawatan asing maupun lokal yang berada di
Indonesia. Imbasnya adalah meningkatnya jumlah wisatawan
yang mengunjungi daerah ini dan semakin banyak orang yang
menginap dan menggunakan jasa hotel. Dan pada akhirnya akan
meningkatkan jumlah pendapatan daerahnya melalui pajak
hotel.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Andre dan Khairan (2016) yang mengatakan bahwa jumlah
hotel berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli
daerah Kota Palembang. Andre dan Khairan pada penelitian nya
mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah hotel yang berada di
Kota Palembang semakin meningkat setiap tahun nya. Yang
artinya permintaan atas tempat untuk menginap di Kota
Palembang cukup besar yang membuat keinginan untuk
membangun hotel semakin banyak sehingga penerimaan atas
pajak hotel meningkat. Di Provinsi Maluku Utara jumlah hotel
101
yang ada di setiap Kabupaten/Kota hampir seluruh nya
mengalami peningkatan. Yang artinya permintaan atas jasa
penginapan di beberapa Kabupaten/Kota di Maluku Utara juga
cukup banyak.
Selain dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah nya
melalui pajak daerah, jumlah hotel juga meningkatkan
Pendapatan Asli Daerahnya melalui retribusi daerah nya
(Sutrisno, 2013). Ketika jumlah hotel meningkat artinya terdapat
aktivitas pembangunan yang dilakukan. Dan otomatis retribusi
daerah akan meningkat melalui retribusi izin mendirikan
bangunan. Dan semakin banyak retribusi yang diterima semakin
besar juga pendapatan asli daerahnya.
Akan tetapi, peneltian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Zakiyah (2019) yang mengatakan bahwa
infrastruktur jumlah hotel berpengaruh positif tetapi tidak
signfikan terhadap pendapatan asli daerah di Provinsi Lampung.
Alasan nya, Provinsi Lampung juga bukan merupakan Provinsi
yang menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor utamanya
yang menyebabkan sedikitnya wisatawan yang menginap di
hotel dan rendahnya pajak yang diterima.
102
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.8
Uji Koefiseien Determinasi (R2)
R2 0.336402
Adjusted R2 0.307125
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9.0
Uji koefisien determinasi adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independent dapat
menjelaskan variabel dependen. Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai
koefisien determinasi sebesar 0.336402 yang artinya variabel
independent mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 33%
sedangkan 67% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Hal
ini terjadi karena pada pendapatan asli daerah Provinsi Maluku Utara
komponen yang berperan cukup besar adalah pajak bahan bakar
bermotor dan pajak kendaraan bermotor. Sedangkan pajak bahan bakar
bermotor dan pajak kendaraan bermotor tidak terlalu banyak berperan
pada variabel yangdigunakan oleh peneliti.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini membahas tentang pengaruh sektor basis, Pendidikan, dan
infrastruktur terhadap pendapatan sli daerah di Provinsi Maluku Utara
dalam kurun waktu 6 tahun yaitu tahun 2011-2018. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat
diperoleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Sektor yang merupakan sektor basis di Provinsi Maluku Utara pada
setiap kabupaten/kota nya adalah sebagai berikut:
a. Halmahera Barat: pertanian, kehutanan, dan perikanan, industri
pengolahan, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib, dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
b. Halmahera Tengah: pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik
dan gas, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib.
c. Halmahera Selatan: pertanian, kehutanan, dan perikanan, industri
pengolahan, dan Pengadaan Air, dan Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang.
d. Halmahera Utara: pertambangan dan penggalian
e. Halmahera Timur: pertambangan dan penggalian dan konstruksi
104
f. Pulau Morotai: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Industri
Pengolahan dan Konstruksi. Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Real Estate dan jasa pendidikan.
g. Ternate: Pengadaan Listrik dan Gas, Konstruksi, Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa
Keuangan, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa
Pendidikan, dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
h. Tidore: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan dan
Penggalian, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Konstruksi, Jasa Perusahaan,
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib,
dan Jasa Pendidikan.
i. Kepulauan Sula: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Industri
Pengolahan dan Konstruksi.
2. Variabel sektor basis yang diwakilkan oleh PDRB sektor dengan LQ
terbesar tiap Kabupaten/Kota tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan asli daerah di Provinsi Maluku Utara. Yang artinya
Pertambahan jumlah produksi yang dilakukan oleh sektor basis
membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Akan tetapi, rendahnya
pendidikan di Maluku Utara menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang
105
tidak maksimal. Yang menyebabkan pengaruh yang tidak signifikan
terhadapp pendapatan asli daerahnya.
3. Variabel Pendidikan yang diwakilkan oleh rata-rata lama sekolah
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli
daerah Provinsi Maluku Utara. Yang artinya setiap terjadi peningkatan
rata-rata lama sekolah di Provinsi Maluku Utara akan meningkatkan
pendapatan asli daerah Provinsi Maluku Utara. Semakin tinggi seseorang
mengenyam bangku Pendidikan, maka pendapatannya juga akan
meningkat. Pendapatan yang tinggi akan membuat seseorang membayar
pajak lebih besar seperti pajak pembangunan satu, pajak minuman
beralkohol, pajak kendaraan tidak bermotor, dan pajak penerangan jalan
yang akan meningkatkan pendapatan asli daerah.
4. Variabel infrastruktur yang diwakili oleh jumlah hotel mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah
Provinsi Maluku Utara. Yang artinya semakin banyak jumlah hotel di
Maluku Utara akan meningkatkan pendapatan asli daerah Provinsi
Maluku Utara. Semakin banyak nya jumlah hotel menunjukan semakin
banyak nya permintaan atas akomodasi penginapan di Maluku Utara.
Dan semakin banyak jumlah hotel semakin banyak jumlah pajak yang
akan diterima oleh pemerintah daerah.
5. Variabel sektor basis, Pendidikan dan infrastruktur secara bersama-sama
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan asli
daerah Provinsi Maluku Utara pada.
106
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
a. Rendahnya jumlah pendapatan asli daerah di Provinsi Maluku Utara
masih menjadi masalah yang belum bisa di selesaikan oleh pemerintah
daerah. Rendahnya jumlah pendapatan asli daerah juga berdampak
pada tingkat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat. Oleh
karena itu, pemerintah daerah harus lebih mengupayakan peningkatan
pendapatan asli daerah di Provinsi Maluku Utara agar bisa menjadi
daerah yang lebih mandiri.
b. Sektor basis merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
jumlah pendapatan asli daerah. Sektor basis yang didukung oleh
pemerintah akan lebih berjalan dengan baik dan akan meningkatkan
pendapatan asli daerah. Alangkah lebih baik jika pemerintah daerah
Provinsi Maluku Utara mendukung sektor basis yang ada di Provinsi
Maluku Utara agar dapat meningkatkan jumlah pendapatan asli
daerahnya.
c. Pendidikan merupakan hal penting untuk dapat meningkatkan kualitas
sumberdaya Manusia. Sayangnya, pendidikan di Maluku Utara masih
sangat memprihatinkan yang disebabkan oleh infrastruktur yang
kurang memadai, jumlah pengajar yang tidak sebanding dengan murid
yang diajarkan, dan rendahnya keinginan untuk belajar yang
107
mengakibatkan rendahnya sumberdaya manusia yang berkualitas.
Maka dari itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan
tingkat Pendidikan seperti meningkatkan memperbanyak jumlah
sekolah dan menyadarkan pentingnya Pendidikan bagi masyarakat
Maluku Utara.
d. Infrastruktur merupakan hal yang penting bagi peningkatan ekonomi
salah satunya adalah infrastruktur pendukung pariwisata yaitu hotel.
Banyaknya jumlah pengunjung hotel akan meningkatkan pajak yang
dibayarkan kepada pemerintah daerah. Akan tetapi, jumlah wisatawan
yang rendah dan kondisi hotel yang kurang memadai, membuat
keinginan untuk menginap di hotel menjadi rendah. Oleh karena itu,
pemerintah harus bisa memperkenalkan pariwisata yang ada di
Provinsi Maluku Utara dengan baik kepada masyarakat diluar Maluku
Utara agar banyak wisatawan yang datang dan menginap dihotel.
2. Bagi Civitas Akademika
Untuk peneliti yang ingin meneliti tentang pendapatan asli daerah
dapat menambahkan faktor-faktor selain yang digunakan oleh peneliti
yang dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan asli daerah. Selain
itu, iharapkan juga menggunakan metode analisi yang berbeda untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah. Dan juga
diharapkan melihat daerah lain yang memiliki pendapatan asli daerah
yang rendah untuk diteliti.
108
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. (2008). Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori.
Jakarta: Graha Ilmu
Ahmad, Yani. (2004). Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm. 64-67
Andi, Abdul Halim. (2007). Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan
Daerah. Jakarta: Salemba Empat, hlm.67.
Andre & Khairani Siti. (2017). Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel, Dan
Tingkat Hunian Hotel Terhadap Penerimaan Pajak Hotel Di Kota
Palembang. Jurnal ekonomi STIE MDP Palembang.
Anggoro, Damas Dwi. (2017). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta:
Universitas Brawijaya Press
Arsyad, L. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Yogyakarta: BPFE
Ayza, Bustamar. (2017). Hukum Pajak Indonesia. Jakarta: Kencana
Badan Pusat Statistika (BPS) Indonesia. 20011-2016. Angka partisipasi murni
sekolah
Basuki, Agus Tri & Prawoto, Nano (2016). Analisis Regresi Dalam Penelitian
Ekonomi & Bisnis: Dilengkapi Aplikasi SPSS & EVIEWS. Depok: PT
Rajagrafindo Persada.
109
Dewey, John. (1916/1944). Democracy and Education. New York: The Free
Press. hlm. 64-67
Elly, Lidia (2013). Pengaruh Pendapatan Perkapita Dan Pendapatan Asli
Daerah (Pad) Tahun Sebelumnya Terhadap Realisasi Pendapatan Asli
Daerah (Pad) Kabupaten Kutai Barat. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol
11 No. 02.
Eric A. Hanushek (2005). Economic outcomes and school quality. International
Institute for Educational Planning. ISBN 978-92-803-1279-9. Diakses
tanggal 8 december 2018
Ghozali, Imam (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program (SPSS).
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Glasson, John (1990). Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan oleh Paul
Sitohang. Jakarta: LPFEUI
Ircham, Machfoedz. Suryani Eko (2007). Pendidikan Kesehatan Bagian dari
Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya
Jumatiah (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah (Pad) Di Kota Makassar Periode Tahun 2003-2011. Makassar:
program Sarjana fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.
Kodoatie, Robert J (2005). Pengantar manajemen infrastruktur. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Kuncoro, Mudrajat (2014), Otonomi dan Pembangunan Daerah Jakarta:
Erlangga, hlm. 110
Mardiasmo (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
110
ANDI
Mardiasmo (2011). Perpajakan. Yogyakarta: CV Andi Offset. Hlm. 15
Moh Abby Bhakti Utama (2018). Analisis Pembangunan Infrastruktur Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Tasikmalaya. (Jurnal
Universitas Islam Indonesia Fakultas Ekonomi, Yogyakarta, 2018) h..7.
Nachrowi, D. N. & H. Usman (2006). Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga
Penerbit FE UI.
Nurcholis, Hanif (2007). Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta: Grasindo.
Pamuncak, Bagus Teguh (2009). Pengaruh Infrastruktur Ekonomi, Sosial Dan
Administrasi/Instusi Terhadap Pertumbuhan Propinsi-Propinsi Di
Indonesia. Depok: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Priyono, Nuwun (2013). Analisis Faktor- Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Di Kota Magelang
Periode Tahun 2001-2010). Jurnal Ekonomi Pembangunan (18 oktober).
Rohmah, Elisa Zakiyatur (2014). Manajemen Peserta Didik Anak Jalanan Di
Sanggar Alang - Alang Surabaya. Surabaya: Program Sarjana Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Sunan Ampel
111
Rozy, Edwin Fahrur & Koswara, Arwi Yudhi (2018). Karakteristik Infrastruktur
Pendukung Wisata Pantai Sanggar Kabupaten Tulungagung Departemen
Perencanaan Wilayah dan Kota. Surabaya: Program Sarjana Teknik Sipil
dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Sadau, A (2002). Identifikasi Sektor Ekonomi dan Prospek Pembangunan daerah
dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah Kabupaten Kapuas Hulu
1995- 1999. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
Sagir, H.S (1989). Membangun Manusia Karya – Masalah Ketenagakerjaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar harapan
Shella, Zelvian & Muhammad, Said & Nasir, Muhammad. (2014). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Kota Banda
Aceh. Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
Soelaman, Joesoef (1992). Konsep Dasar Pendidikan non formal. Jakarta: Bumi
Aksara. hlm 50
Solot, Flora Trivonia. (2018). Pengaruh Jumlah Hotel Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (Pad) Melalui Pajak Hotel Sebagai Intervening (Studi Kasus Di
Kota Yogyakarta Tahun 2013 - 2016). Jurnal Ekobis Dewantara Vol. 1
No.2.
Sutrisno, Denny Cessario (2013). Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Hotel,
Dan PDRB Terhadap Retribusi Pariwisata Kabupaten / Kota Di Jawa
Tengah. EDAJ 2.
Syarifuddin, Hadi & Dewi, Retno Mustika. (2014). Analisis Sektor Basis dan
Non-Basis Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Mojokerto
112
Tahun 2003-2012. Jurnal Pendidikan Ekonomi Universitas egeri Surabaya
Vol. 2 No. 3.
Widarjono, Agus (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia.
Widiyanti, Naning. (2017). Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Pdrb,
Jumlah Hotel, Jumlah Restoran Dan Rumah Makan, Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2010-2015. Yogyakarta: Program Sarjana Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2017.
Widya, Satya (2014). Hakekat Pendidikan Dalam Perspektif John Dewey
Tinjauan Teoritis Wasitohadi. Jurnal Ekonomi Vol.30 No.1.
Universitas Kristen Satya Wacana.
Yunimiartiningsih, Evi (2017). Pengaruh Jumlah Hotel, Jumlah Wisatawan,
Pendapatan Perkapita Dan Produk Domestik Bruto Terhadap Penerimaan
Pajak Daerah Di Jawa Timur Tahun 2012-2016. Yogyakarta: Program
Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Zakiah, Fiqih Umi (2019). Pengaruh Sektor Pariwisata Terhapdap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Dalam Membangun Infrastruktur Kota Bandar
Lampung Ditinjau Berdasarkan Prespektif Ekonomi Islam Periode 2010-
2017. Lampung: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Inslam Negeri Raden Intan.
113
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Variabel Penelitian
Wilayah Tahun pad (rupiah) sektor basis
(rupiah) Pendidikan
(persen) Infrastruktur
(unit)
halmahera barat 2011 5020380000 138909470000 7.2
9
halmahera barat 2012 5120411608 146338178000 7.36
12
halmahera barat 2013 10215308552 154014588000 7.55
11
halmahera barat 2014 15407600000 160535776000 7.71
12
halmahera barat 2015 18570394087 168117680000 7.77
11
halmahera barat 2016 25353045666 175408640000 7.86
15
halmahera barat 2017 22412168082 216173730000 7.87 16
halmahera barat 2018 21955951449 139631750000 7.88 20
halmahera tengah 2011 8014365403 172660036667 7.2
2
halmahera tengah 2012 12605593753 180222046667 7.28
7
halmahera tengah 2013 28877836483 187570853333 7.69
9
halmahera tengah 2014 17275993754 196435592500 7.74
9
halmahera tengah 2015 22020032328 201963230000 7.85
9
halmahera tengah 2016 13737492714 191226598000 8.14
9
halmahera tengah 2017 17016743681 202792328000 8.37 11
halmahera tengah 2018 15313942994 216132290000 8.65 15
halmahera selatan 2011 32296618479 383681626667 6.87
19
114
halmahera selatan
2012 43970615903 316616637500 6.91 31
halmahera selatan 2013 31101036391 354979654000 6.95
27
halmahera selatan 2014 28651193407 379182082000 6.99
30
halmahera selatan 2015 25412634405 355851818000 7.03
27
halmahera selatan 2016 25137301794 415028580000 7.15
31
halmahera selatan 2017 28876501745 595172840000 7.43
33
halmahera selatan 2018 31501588899 638908075000 7.62
41
halmahera utara 2011 106242475596 869949100000 7.82
19
halmahera utara 2012 113121899618 886944500000 7.92
23
halmahera utara 2013 103330459759 890469400000 7.97
35
halmahera utara 2014 115814255743 950727200000 7.98
38
halmahera utara 2015 135004298289 507506750000 8.06
35
halmahera utara 2016 80809624568 494764300000 8.35
36
halmahera utara 2017 172543542978 364529933333 8.36
39
halmahera utara 2018 128410489169 630182500000 8.37
44
halmahera timur 2011 64844414104 414969090000 6.92
4
halmahera timur 2012 62213705014 430418025000 7.02
18
halmahera timur 2013 94994929975 444199200000 7.33
19
halmahera timur 2014 28579935680 317877035000 7.34
19
halmahera timur 2015 22133826819 338202690000 7.57
19
halmahera timur 2016 25176739490 355503910000 7.77
17
115
halmahera timur 2017 53541053119 393376880000 7.89
19
halmahera timur 2018 66676603420 446458255000 7.97
21
Pulau Morotai 2011 1927474522 544392400000 6.91 3
Pulau Morotai 2012 4128162199 579350100000 6.95 4
Pulau Morotai 2013 7979650822 613782600000 6.99 8
Pulau Morotai 2014 5425533355 650076400000 7.03 9
Pulau Morotai 2015 9899844580 685787000000 7.15 8
Pulau Morotai 2016 7538512481 728443500000 7.42 12
Pulau Morotai 2017 20944950376 181589375000 7.89 13
Pulau Morotai 2018 31710476288 194478985000 7.96 15
ternate 2011 31318111818 272145546154 10.53 50
ternate 2012 32907344834 298068438462 10.58 53
ternate 2013 40572363457 321858776923 11.06 55
ternate 2014 57765211342 351062607692 11.11 54
ternate 2015 60927816606 337846191667 11.12 55
ternate 2016 69390176544 411764338462 11.13 56
ternate 2017 93755330224 444422510769 11.25 57
ternate 2018 96425003777 482600176923 11.26 69
tidore 2011 9227496644 133054250000 8.27 9
tidore 2012 11948948637 141403562857 8.44 10
tidore 2013 16351196254 149791628571 8.61 7
tidore 2014 27672173877 158269164286 8.72 13
tidore 2015 33695174505 167168262857 8.91 7
tidore 2016 38730904763 174835620000 9.11 14
tidore 2017 51241639551 184113147143 9.39 15
tidore 2018 57904788671 174835620000 9.63 23
pulau sula 2011 5935349114 260144768000 7.01 12
pulau sula 2012 15492482797 275874644000 7.42 14
pulau sula 2013 19029523491 184558768000 7.86 19
pulau sula 2014 12126425758 193924316000 7.91 14
pulau sula 2015 12275937722 203654284000 7.95 19
pulau sula 2016 20979430591 212698468000 7.96 9
pulau sula 2017 21795189166 220674160000 8.33 9
pulau sula 2018 24226118720 231153600000 8.57 18
116
Lampiran 2
Data Variabel Penelitian Setelah Ditranformasi ke Logaritma Natural
halmahera barat 2011 22.34 25.66 7.2 2.20
halmahera barat 2012 22.36 25.71 7.36 2.48
halmahera barat 2013 23.05 25.76 7.55 2.40
halmahera barat 2014 23.46 25.80 7.71 2.48
halmahera barat 2015 23.64 25.85 7.77 2.40
halmahera barat 2016 23.96 25.89 7.86 2.71
halmahera barat 2017 23.83 26.10 7.87 2.77
halmahera barat 2018 23.81 25.66 7.88 3.00
halmahera tengah 2011 22.80 25.87 7.2 0.69
halmahera tengah 2012 23.26 25.92 7.28 1.95
halmahera tengah 2013 24.09 25.96 7.69 2.20
halmahera tengah 2014 23.57 26.00 7.74 2.20
halmahera tengah 2015 23.82 26.03 7.85 2.20
halmahera tengah 2016 23.34 25.98 8.14 2.20
halmahera tengah 2017 23.56 26.04 8.37 2.40
halmahera tengah 2018 23.45 26.10 8.65 2.71
halmahera selatan 2011 24.20 26.67 6.87 2.94
halmahera selatan 2012 24.51 26.48 6.91 3.43
halmahera selatan
2013
24.16
26.60
6.95
3.30
halmahera selatan 2014 24.08 26.66 6.99 3.40
halmahera selatan 2015 23.96 26.60 7.03 3.30
halmahera selatan 2016 23.95 26.75 7.15 3.43
halmahera selatan 2017 24.09 27.11 7.43 3.50
halmahera selatan 2018 24.17 27.18 7.62 3.71
halmahera utara 2011 25.39 27.49 7.82 2.94
halmahera utara 2012 25.45 27.51 7.92 3.14
halmahera utara 2013 25.36 27.52 7.97 3.56
halmahera utara 2014 25.48 27.58 7.98 3.64
halmahera utara 2015 25.63 26.95 8.06 3.56
halmahera utara 2016 25.12 26.93 8.35 3.58
halmahera utara 2017 25.87 26.62 8.36 3.66
halmahera utara 2018 25.58 27.17 8.37 3.78
halmahera timur 2011 24.90 26.75 6.92 1.39
117
halmahera timur 2012 24.85 26.79 7.02 2.89
halmahera timur 2013 25.28 26.82 7.33 2.94
halmahera timur 2014 24.08 26.48 7.34 2.94
halmahera timur 2015 23.82 26.55 7.57 2.94
halmahera timur 2016 23.95 26.60 7.77 2.83
halmahera timur 2017 24.70 26.70 7.89 2.94
halmahera timur 2018 24.92 26.82 7.97 3.04
Pulau Morotai 2011 21.38 27.02 6.91 1.10
Pulau Morotai 2012 22.14 27.09 6.95 1.39
Pulau Morotai 2013 22.80 27.14 6.99 2.08
Pulau Morotai 2014 22.41 27.20 7.03 2.20
Pulau Morotai 2015 23.02 27.25 7.15 2.08
Pulau Morotai 2016 22.74 27.31 7.42 2.48
Pulau Morotai 2017 23.77 25.93 7.89 2.56
Pulau Morotai 2018 24.18 25.99 7.96 2.71
ternate 2011 24.17 26.33 10.53 3.91
ternate 2012 24.22 26.42 10.58 3.97
ternate 2013 24.43 26.50 11.06 4.01
ternate 2014 24.78 26.58 11.11 3.99
ternate 2015 24.83 26.55 11.12 4.01
ternate 2016 24.96 26.74 11.13 4.03
ternate 2017 25.26 26.82 11.25 4.04
ternate 2018 25.29 26.90 11.26 4.23
tidore 2011 22.95 25.61 8.27 2.20
tidore 2012 23.20 25.67 8.44 2.30
tidore 2013 23.52 25.73 8.61 1.95
tidore 2014 24.04 25.79 8.72 2.56
tidore 2015 24.24 25.84 8.91 1.95
tidore 2016 24.38 25.89 9.11 2.64
tidore 2017 24.66 25.94 9.39 2.71
tidore 2018 24.78 25.89 9.63 3.14
pulau sula 2011 22.50 26.28 7.01 2.48
pulau sula 2012 23.46 26.34 7.42 2.64
pulau sula 2013 23.67 25.94 7.86 2.94
pulau sula 2014 23.22 25.99 7.91 2.64
pulau sula 2015 23.23 26.04 7.95 2.94
pulau sula 2016 23.77 26.08 7.96 2.20
pulau sula 2017 23.80 26.12 8.33 2.20
118
pulau sula 2018 23.91 26.17 8.57 2.89
119
Lampiran 3
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: POOL
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 12.984360 (8,60) 0.0000
Cross-section Chi-square 72.342622 8 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PAD?
Method: Panel Least Squares
Date: 01/08/20 Time: 20:20
Sample: 1 8
Included observations: 8
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 72
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13.00619 4.539986 2.864807 0.0055
SEKBAS? 0.311380 0.168507 1.847878 0.0690
PENDIDIKAN? 0.092033 0.087966 1.046244 0.2992
INFRASTRUKTUR? 0.712824 0.150810 4.726629 0.0000
R-squared 0.504837 Mean dependent var 23.99360
Adjusted R-squared 0.482992 S.D. dependent var 0.939778
S.E. of regression 0.675731 Akaike info criterion 2.107910
Sum squared resid 31.04965 Schwarz criterion 2.234391
Log likelihood -71.88474 Hannan-Quinn criter. 2.158262
F-statistic 23.10951 Durbin-Watson stat 0.483252
Prob(F-statistic) 0.000000
120
Lampiran 4
Uji Haussman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: POOL
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 7.670154 3 0.0533
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
SEKBAS? -0.082281 0.055255 0.008052 0.1254
PENDIDIKAN? 0.731547 0.440744 0.014094 0.0143
INFRASTRUKTUR? 0.161635 0.370306 0.006446 0.0093
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: PAD?
Method: Panel Least Squares
Date: 01/08/20 Time: 20:22
Sample: 1 8
Included observations: 8
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 72
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 19.75708 5.740706 3.441578 0.0011
SEKBAS? -0.082281 0.208597 -0.394450 0.6946
PENDIDIKAN? 0.731547 0.186182 3.929199 0.0002
INFRASTRUKTUR? 0.161635 0.177599 0.910111 0.3664
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.818705 Mean dependent var 23.99360
Adjusted R-squared 0.785467 S.D. dependent var 0.939778
S.E. of regression 0.435283 Akaike info criterion 1.325373
Sum squared resid 11.36830 Schwarz criterion 1.704817
Log likelihood -35.71343 Hannan-Quinn criter. 1.476431
F-statistic 24.63195 Durbin-Watson stat 0.886351
Prob(F-statistic) 0.000000
121
Lampiran 5
CEM
Dependent Variable: PAD
Method: Panel Least Squares
Date: 01/08/20 Time: 17:27
Sample: 2011 2018
Periods included: 8
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 72
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13.00619 4.539986 2.864807 0.0055
SEKBAS 0.311380 0.168507 1.847878 0.0690
PENDIDIKAN 0.092033 0.087966 1.046244 0.2992
INFRASTRUKTUR 0.712824 0.150810 4.726629 0.0000
R-squared 0.504837 Mean dependent var 23.99360
Adjusted R-squared 0.482992 S.D. dependent var 0.939778
S.E. of regression 0.675731 Akaike info criterion 2.107910
Sum squared resid 31.04965 Schwarz criterion 2.234391
Log likelihood -71.88474 Hannan-Quinn criter. 2.158262
F-statistic 23.10951 Durbin-Watson stat 0.483252
Prob(F-statistic) 0.000000
122
Lampiran 6
FEM
Dependent Variable: PAD?
Method: Pooled Least Squares
Date: 01/08/20 Time: 20:02
Sample: 1 8
Included observations: 8
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 72
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 19.75708 5.740706 3.441578 0.0011
SEKBAS? -0.082281 0.208597 -0.394450 0.6946
PENDIDIKAN? 0.731547 0.186182 3.929199 0.0002
INFRASTRUKTUR? 0.161635 0.177599 0.910111 0.3664
Fixed Effects (Cross)
HALBAR--C -0.337643
HALSEL--C 0.829692
HALTENG--C -0.220402
HALTIM--C 1.088867
HALUT--C 1.475741
MOROTAI--C -0.408025
SULA--C -0.346532
TERNATE--C -1.526178
TIDORE--C -0.555519
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.818705 Mean dependent var 23.99360
Adjusted R-squared 0.785467 S.D. dependent var 0.939778
S.E. of regression 0.435283 Akaike info criterion 1.325373
Sum squared resid 11.36830 Schwarz criterion 1.704817
Log likelihood -35.71343 Hannan-Quinn criter. 1.476431
F-statistic 24.63195 Durbin-Watson stat 0.886351
Prob(F-statistic) 0.000000
123
Lampiran 7
REM
Dependent Variable: PAD?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 01/08/20 Time: 20:22
Sample: 1 8
Included observations: 8
Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 72
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 17.90156 5.169867 3.462674 0.0009
SEKBAS? 0.055255 0.188310 0.293427 0.7701
PENDIDIKAN? 0.440744 0.143422 3.073051 0.0030
INFRASTRUKTUR? 0.370306 0.158414 2.337583 0.0224
Random Effects (Cross)
HALBAR--C -0.319600
HALSEL--C 0.348897
HALTENG--C -0.078253
HALTIM--C 0.824338
HALUT--C 1.145809
MOROTAI--C -0.528499
SULA--C -0.319364
TERNATE--C -0.912287
TIDORE--C -0.161039
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.616222 0.6671
Idiosyncratic random 0.435283 0.3329
Weighted Statistics
R-squared 0.336402 Mean dependent var 5.813630
Adjusted R-squared 0.307125 S.D. dependent var 0.540591
S.E. of regression 0.449983 Sum squared resid 13.76894
F-statistic 11.49055 Durbin-Watson stat 0.804237
Prob(F-statistic) 0.000003
Unweighted Statistics
R-squared 0.311204 Mean dependent var 23.99360
Sum squared resid 43.19162 Durbin-Watson stat 0.256381
124
Lampiran 8
Sektor Basis Kabupaten Halmahera Barat 2011-2018
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 1.51 1.52 1.55 1.55 1.59 1.60
Pertambangan dan Penggalian 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Industri Pengolahan 1.28 1.29 1.28 1.23 1.25 1.12
Pengadaan Listrik dan Gas 9.78 0.95 0.82 0.73 0.86 0.98 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang 2.21 2.24 2.22 2.10 2.12 2.17
Konstruksi 0.79 0.76 0.78 0.78 0.77 0.76 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 0.88 0.87 0.85 0.84 0.84 0.85
Transportasi dan Pergudangan 0.39 0.39 0.38 0.38 0.38 0.37 Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0.54 0.55 0.55 0.52 0.54 0.51
informasi dan komunikasi 0.93 0.89 0.85 0.80 0.78 0.76
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.95 0.97 0.96 0.94 0.91 0.86
Real Estate 0.69 0.68 0.68 0.66 0.66 0.64
Jasa Perusahaan 0.55 0.54 0.54 0.54 0.53 0.52 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 1.35 1.37 1.35 1.29 1.29 1.32
Jasa Pendidikan 0.93 0.93 0.94 0.93 0.93 0.94 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 1.20 1.18 1.14 1.12 1.13 1.14
Jasa Lainnya 0.50 0.49 0.50 0.49 0.49 0.48
125
Sektor Basis Kabupaten Halmahera Tengah tahun 2011-2018
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 0.96 0.97 0.98 1.06 1.08 1.01
Pertambangan dan Penggalian 2.05 2.07 2.08 1.83 1.68 1.65
Industri Pengolahan 0.49 0.50 0.50 0.53 0.55 1.72
Pengadaan Listrik dan Gas 0.40 0.35 0.37 0.36 0.35 0.34 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.34 0.34 0.33 0.33 0.32 0.29
Konstruksi 1.20 1.21 1.23 1.33 1.32 1.20 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 0.77 0.77 0.78 0.82 0.85 0.78
Transportasi dan Pergudangan 0.25 0.26 0.26 0.28 0.29 0.26 Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0.48 0.48 0.48 0.48 0.49 0.42
informasi dan komunikasi 0.39 0.39 0.39 0.42 0.42 0.39
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.82 0.77 0.78 0.85 0.83 0.74
Real Estate 0.36 0.37 0.37 0.39 0.40 0.36
Jasa Perusahaan 0.22 0.22 0.22 0.23 0.68 0.22 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 1.13 1.14 1.15 1.22 1.25 1.18
Jasa Pendidikan 0.67 0.68 0.68 0.72 0.15 0.68 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 0.68 0.69 0.68 0.72 0.75 0.70
Jasa Lainnya 0.24 0.24 0.23 0.25 0.25 0.23
126
Sektor Basis Kabupaten Halmahera Selatan 2011-2018
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 1.51 1.52 1.55 1.55 1.59 1.60
Pertambangan dan Penggalian 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Industri Pengolahan 1.28 1.29 1.28 1.23 1.25 1.12
Pengadaan Listrik dan Gas 9.78 0.95 0.82 0.73 0.86 0.98 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2.21 2.24 2.22 2.10 2.12 2.17
Konstruksi 0.79 0.76 0.78 0.78 0.77 0.76 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0.88 0.87 0.85 0.84 0.84 0.85
Transportasi dan Pergudangan 0.39 0.39 0.38 0.38 0.38 0.37 Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 0.54 0.55 0.55 0.52 0.54 0.51
informasi dan komunikasi 0.93 0.89 0.85 0.80 0.78 0.76
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.95 0.97 0.96 0.94 0.91 0.86
Real Estate 0.69 0.68 0.68 0.66 0.66 0.64
Jasa Perusahaan 0.55 0.54 0.54 0.54 0.53 0.52 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 1.35 1.37 1.35 1.29 1.29 1.32
Jasa Pendidikan 0.93 0.93 0.94 0.93 0.93 0.94
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.20 1.18 1.14 1.12 1.13 1.14
Jasa Lainnya 0.50 0.49 0.50 0.49 0.49 0.48
127
Sektor Basis Kabupaten Halmahera Utara 2011-2018
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 0.94 0.94 0.97 0.96 0.96 0.99
Pertambangan dan Penggalian 2.62 2.61 2.58 3.12 3.12 3.15
Industri Pengolahan 0.80 0.81 0.81 0.79 0.79 0.73
Pengadaan Listrik dan Gas 0.70 0.74 0.82 0.79 0.77 0.78 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.91 0.92 0.97 0.97 0.97 1.05
Konstruksi 0.74 0.77 0.82 0.82 0.81 0.88 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 0.67 0.68 0.69 0.68 0.69 0.71
Transportasi dan Pergudangan 0.35 0.36 0.35 0.35 0.36 0.37 Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0.53 0.57 0.59 0.57 0.57 0.58
informasi dan komunikasi 0.73 0.73 0.72 0.68 0.68 0.69
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.51 0.47 0.48 0.47 0.47 0.47
Real Estate 0.54 0.54 0.54 0.53 0.53 0.55
Jasa Perusahaan 0.34 0.34 0.34 0.33 0.33 0.34 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 0.74 0.78 0.78 0.75 0.75 0.79
Jasa Pendidikan 0.79 0.80 0.84 0.83 0.82 0.83 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 0.74 0.78 0.79 0.76 0.76 0.78
Jasa Lainnya 0.50 0.50 0.51 0.49 0.49 0.50
128
Sektor Basis Kabupaten Halmahera Timur 2011-2018
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 0.73 0.75 0.76 0.88 0.88 0.88
Pertambangan dan Penggalian 3.35 3.37 3.38 3.01 2.96 3.09
Industri Pengolahan 0.97 0.98 1.00 1.17 1.16 1.03
Pengadaan Listrik dan Gas 0.24 0.28 0.34 0.39 0.36 0.39 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.04 0.04 0.04 0.05 0.05 0.05
Konstruksi 1.02 1.02 1.05 1.20 1.22 1.31 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0.56 0.59 0.60 0.70 0.70 0.71
Transportasi dan Pergudangan 0.27 0.27 0.28 0.31 0.32 0.32 Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0.40 0.42 0.43 0.46 0.46 0.45
informasi dan komunikasi 0.57 0.57 0.56 0.61 0.61 0.62
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.27 0.28 0.31 0.38 0.38 0.38
Real Estate 0.50 0.51 0.53 0.61 0.61 0.62
Jasa Perusahaan 0.71 0.73 0.73 0.92 0.95 0.95 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 0.64 0.66 0.68 0.80 0.82 0.83
Jasa Pendidikan 0.49 0.50 0.51 0.60 0.61 0.62 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 0.34 0.35 0.36 0.42 0.42 0.43
Jasa Lainnya 0.32 0.32 0.33 0.39 0.39 0.38
129
Sektor Basis Pulau Morotai 2011-2018
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 1.94 1.95 1.98 1.98 2.01 2.02
Pertambangan dan Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01
Industri Pengolahan 1.08 1.09 1.06 1.01 1.01 0.91
Pengadaan Listrik dan Gas 0.51 0.64 0.76 0.72 0.80 0.91 Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.17 0.17 0.17 0.16 0.16 0.16
Konstruksi 1.22 1.16 1.18 1.19 1.19 1.21 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 1.13 1.11 1.10 1.08 1.11 1.10
Transportasi dan Pergudangan 0.37 0.38 0.37 0.36 0.36 0.40
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0.29 0.31 0.31 0.30 0.31 0.29
informasi dan komunikasi 0.33 0.33 0.32 0.31 0.30 0.30
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.42 0.42 0.43 0.45 0.48 0.48
Real Estate 1.08 1.08 1.07 1.02 0.98 0.96
Jasa Perusahaan 0.36 0.35 0.35 0.34 0.34 0.34 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 0.57 0.57 0.57 0.55 0.56 0.55
Jasa Pendidikan 1.15 1.14 1.13 1.10 1.08 1.06 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 0.77 0.73 0.72 0.70 0.70 0.71
Jasa Lainnya 0.72 0.71 0.70 0.69 0.67 0.65
130
Sektor Basis Kota Ternate 2011-2018
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 0.19 0.18 0.18 0.17 0.17 0.16
Pertambangan dan
Penggalian 0.00 0.00
0.00 0.01 0.01 0.01
Industri Pengolahan 0.72 0.71 0.69 0.67 0.68 0.63 Pengadaan Listrik dan
Gas 2.01 1.90 1.87 1.81 1.65 1.56 Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.98 0.96 0.96 0.91 0.90 0.91
Konstruksi 1.16 1.14 1.13 1.09 1.05 1.01 Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 1.61 1.59 1.53 1.46 1.43 1.42
Transportasi dan
Pergudangan 2.92 2.84 2.80 2.70 2.66 2.62
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 2.68 2.62 2.62 2.51 2.51 2.46
informasi dan komunikasi 2.18 2.14 2.15 2.13 1.91 2.11
Jasa Keuangan dan
Asuransi 2.35 2.36 2.29 2.21 1.92 2.22
Real Estate 2.12 2.08 2.06 1.99 1.78 2.00
Jasa Perusahaan 2.55 2.50 2.45 2.39 2.14 2.33
Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 1.08 51.38 1.08 3.08 0.96 1.00
Jasa Pendidikan 1.48 1.46 1.45 0.30 1.29 1.38 Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 1.67 1.64 1.61 1.57 1.42 1.50
Jasa Lainnya 2.65 2.59 2.56 2.49 2.18 2.44
131
Sektor Basis Kepaluan Tidore 2011-2018
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 1.05 1.05 1.09 0.97 0.97 1.07
Pertambangan dan
Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01
Industri Pengolahan 0.84 0.84 0.82 0.82 0.82 0.70 Pengadaan Listrik dan
Gas 1.33 1.46 1.32 1.32 1.32 1.93
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 1.69 1.69 1.69 1.69 1.69 1.48
Konstruksi 1.10 1.09 1.09 1.09 1.09 1.03 Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 0.63 0.62 0.60 0.60 0.60 0.60
Transportasi dan
Pergudangan 0.64 0.64 0.65 0.65 0.65 0.63
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 0.38 0.39 0.39 0.39 0.39 0.37
informasi dan komunikasi 0.93 0.91 0.89 0.89 0.89 0.82
Jasa Keuangan dan
Asuransi 0.82 0.80 0.80 0.80 0.80 0.71
Real Estate 0.76 0.03 0.77 0.77 0.77 0.72
Jasa Perusahaan 1.31 1.21 1.23 1.23 1.23 1.18
Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 2.27 2.15 2.25 2.25 2.25 2.27
Jasa Pendidikan 1.26 1.17 1.23 1.23 1.23 1.15
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 0.99 0.93 0.95 0.95 0.95 0.95
Jasa Lainnya 0.75 0.69 0.72 0.72 0.72 0.67
132
Sektor Basis Kepaluan Sula 2011-2018
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 1.96 1.96 1.60 1.61 1.63 1.64
Pertambangan dan
Penggalian 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Industri Pengolahan 1.28 1.29 1.66 1.58 1.56 1.40 Pengadaan Listrik dan
Gas 0.72 0.69 0.76 0.75 0.73 0.76
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0.61 0.59 0.86 0.80 0.77 0.75
Konstruksi 1.11 1.08 1.48 1.50 1.49 1.50 Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor 0.91 0.89 0.86 0.85 0.85 0.85
Transportasi dan
Pergudangan 0.33 0.33 0.40 0.39 0.41 0.40
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 0.32 0.33 0.41 0.38 0.39 0.37
informasi dan komunikasi 0.32 0.32 0.40 0.40 0.41 0.42
Jasa Keuangan dan
Asuransi 0.45 0.42 0.55 0.54 0.53 0.52
Real Estate 0.64 0.64 0.73 0.72 0.74 0.71
Jasa Perusahaan 0.36 0.36 0.49 0.48 0.50 0.49
Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 0.85 0.86 1.07 1.02 1.03 1.05
Jasa Pendidikan 0.82 0.85 1.07 1.08 1.07 1.08
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 0.56 0.55 0.62 0.60 0.61 0.60
Jasa Lainnya 0.47 0.47 0.54 0.53 0.52 0.51