pengaruh resistance training terhadap otot rangka
DESCRIPTION
resistance trainingTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem musculoskeletal manusia merupakan hubungan berbagai jaringan,
baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, khusus,
dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan
alat untuk bergerak. Perlunya latihan ketahanan untuk membantu pergerakan otot
rangka sehingga kemampuan otot rangka tetap terjaga dengan baik (Tortora, 2012)
Menurut Tan Zhang et al. Resistance Training merupakan terapi yang secara
konstan meningkatkan massa otot dan kualitas otot, terutama tenaga yang
dihasilkan. Terdapat desain Resistance Training yang tepat untuk peningkatan daya
tahan otot terhadap orang tua.
Pendapat lain disampaikan oleh Simon K. H. et al. dimana pelatihan
Resistance Training meningkatkan kebugaran, kesehatan dan performa olahraga
serta tonus otot remaja secara positif. Perubahan massa dan kekuatan otot akan
beragam tergantung seberapa sering frekuensi Resistence Training, hal itu
dijelaskan oleh Darren G. B. dan Darren G. C.
Rosmaini Hasibuan menjelaskan kemajuan dan perkembangan didunia
teknologi masa sekarang, membantu semua kegiatan sehingga menyebabkan kita
kurang bergerak (low body movement) atau sdisebut dengan istilah hypokinetic,
yang dapat menyebabkan osteoporosis dan overweight. Resistance Training
membantu mencegah osteoporosis dan overweight.
Secara Fisiologis, Gerard J. Tortora dan Bryan Derrickson menjelaskan
bahwa Resistance Training menguatkan sistem musculoskleletal. Tidak hanya
menjadikan otot lebih kuat, tetapi juga membantu meningkatkan kekuatan tulang
dengan meningkatkan deposisi mineral tulang pada orang dewasa, juga membantu
mencegah cidera saat beraktifitas olahragapun aktifitas fisik lainnya.
Dengan meningkatkan massa otot, Resistance Training juga meningkat
tingkat metabolisme istirahat, sehingga sejumlah energi yang dikeluarkan setelah
latihan dapat digantikan dengan memakan makanan banyak tanpa menambah berat
badan.
Perlunya kita memahami pengaruh Resistance Training terhadap otot
rangka terutama otot lengan atas melalui referat ini.
BAB II
ISI
2.1. Resistance Training
2.1.1. Definisi
Resistance Training adalah latihan ketahanan, dijelaskan oleh Richard
Weil bahwa Resistance Training adalah latihan yang menyebabkan otot-otot
rangka berkontraksi dengan harapan akan meningkatkan kekuatan, massa
dan daya tahan otot tersebut.
2.1.2. Jenis-jenis Resistance Training
Menurut Richard Weil, ada beberapa gaya Resistance Training.
Olimpic Lifting, Power Lifting dan Weight Lifting. Ketika kita melakukan
angkat beban untuk menguatkan, membesarkan, dan mengencangkan otot
kita, maka itu disebut Resistance Training.
Gambar 1. (A. Olympic Lifting), (B. Weight Lifting), dan (C. Power Lifting)
A B
C
2.2. Otot Rangka
2.2.1. Struktur otot rangka
Gerard J. Tortora dan Bryan Derrickson menjelaskan bahwa otot
memiliki 3 lapisan yaitu epimysium, perimysium,dan endomysium.
Epimysium adalah merupakan lapisan terluar yang padat, memiliki jaringan
ikat yang tidak teratur, dan melingkari seluruh otot. Perimysium adalah
lapisan padat yang memiliki jaringan ikat irregular, dimana lapisan tersebut
mengelilingi 10-100 atau lebih serat-serat otot dan memisahkannya dalam 1
bundel yang disebut fascicles. Endomysium adalah lapisan yang menembus
bagian dalam setiap fascicles dan memisahkan serat otot satu sama lain,
kebanyakan Endomysium merupakan sel retikuler.
Gambar 2. Struktur otot rangka
Gerard J. Tortora dan Bryan Derrickson juga menjelaskan bahwa
dalam fascicles terdapat serabut otot dimana setiap serabut otot memiliki
myofibril. Di Dalamnya terdapat struktur protein kecil yang disebut filament
atau myofilament. Sarcomere adalah komponen dasar penyusun
myofilament, setiap satu sarcomere di batasi oleh lempeng Z dan tersusun
oleh filamen tebal (myosin) dan filamen tipis (aktin), berperan dalam
kontraksi otot rangka.
Gambar 3. Myofilament dan sarcomer.
2.2.2. Mekanisme kontraksi otot
Kontraksi otot rangka terjadi apabila datang impuls motorik dari saraf
menuju otot. Gerard J. Tortora dan Bryan Derrickson dibukunya
menjelaskan, ketika terjadi potensial aksi yang merambat menuju akson
terminal yang melekat di otot, terbukalah kanal tegangan yang
mengakibatkan masuknya molekul Ca2+ ke dalam sel saraf, membuat
neurotransmitter achetylcholine keluar dari vesicle dalam akson terminal
menuju lapisan luar fascicles otot (sarcolemma).
Achetylcholine menempel pada membrane kanal-kanal yang terdapat
pada sarcolemma otot sehingga membuat ion Na+ masuk ke otot dan memicu
potensial aksi di otot. Acetylcholinesterase pada celah sinaps
menghancurkan Acetylcholine sehingga potensial aksi otot lain tidak muncul
kecuali acetylcholine secara lebih dilepaskan dari motor neuron. Potensial
otot berjalan sepanjang tubulus transversal dan membuka kanal Ca2+ yang
memungkinkan ion kalsium membanjiri sarcoplasm tersebut.
Ion kalsium menuju sarcomere dan berikatan dengan filamen tipis
(aktin) dan memperlihatkan lokasi ikatan myosin. Ketika kontraksi, ATP
berikatan dengan kepala myosin mengakibatkan kepala myosin menempel
pada aktin dan memicu penarikan sarcomere menuju pusat sarcomere.
Kanal ion kalsium tertutup dan pompa aktif kalsium memasukkan ion
kalsium kembali ke reticulum sarcoplasm. Filamen tipis dan tebal kembali
seperti semula dan otot masuk dalam fase istirahat.
Gambar 4. Mekanisme kontraksi otot.
2.2.3. otot lengan atas
Lengan atas merupakan bagian dari ekstremitas atas. Terdiri atas 2
otot utama yaitu otot biceps brachi dan triceps brachi. Biceps brachi
merupakan otot fleksor dan triceps brachi merupakan otot ekstensor. Pada
saat gerakan fleksi, otot biceps brachi akan mengalami kontraksi dan
sebaliknya, apabila gerakan ekstensi, otot triceps brachi akan mengalami
kontraksi.
Gambar 5. Gerakan fleksi ekstensi.
2.3. Hubungan resistance training terhadap otot lengan atas
Menurut Tan Zhang et al. Manusia akan kehilangan massa otot dan
kekuatannya ketika mereka semakin menua. Dengan penurunan kekuatan tersebut
maka akan mempengaruhi aktifitas sehari hari. Dengan resistance training kita
dapat membangun kembali dan memperbaiki kekuatan otot terutama otot lengan
atas. Murat Karabulut et al. menyimpulkan bahwa dengan resistance training
terjadi perbaikan massa dan kekuatan otot pada orang dewasa yang lebih tua.
Dengan latihan angkat beban massa otot biceps akan bertambah dan semakin
kuat. Darren G. B. dan Darren G. C. menyimpulkan, pada resistance training
pertama kali perkembangan massa otot dan kekuatan otot hampir sama antara
latihan 2 kali per minggu dengan 3 kali per minggu. Maren S. F. et al. menjelaskan
bahwa indeks kualitas otot berubah signifikan terhadap respon latihan resistance
training jangka pendek. Perbaikan kualitas otot melebihi daripada orang yang tidak
melakukan resistance training.
Jangka waktu latihan sangat mempengaruhi perkembangan dan
pemeliharaan massa otot dan kekuatan otot. Eva Kennis MS. Et al menemukan
bahwa 1 tahun latihan resistance training dengan frekuensi konstan menghasilkan
perkembangan otot selama 7 tahun pada orang dewasa, dengan kata lain resistance
training mencegah penuaan otot.
Brad J. S. dalam jurnalnya mengatakan bahwa kekuatan otot maksimum
dapat dicapai dengan latihan resistance training yang meningkat dan menghasilkan
stress metabolic rerata. Dalam kompetisi ketahanan, individu yang sering
melakukan resistance training lebih mudah beradaptasi ketimbang mereka tidak
melakukan resistance training.
BAB III
KESIMPULAN
Otot merupakan alat gerak aktif yang membantu pergerakan tubuh manusia dalam
beraktifitas sehari-hari (Tortora, 2012). Semakin bertambah tua manusia, maka semakin
menua ototnya, terjadi penurunan massa otot dan kekuatan otot. Dengan resistance
training, kita dapat memelihara massa otot dan kekuatan otot serta kita juga bisa
menambah massa otot dan kekuatan otot.
DAFTAR PUSTAKA
Ahtiainen, Juha P., Arto Pakarinen, Markku Alen, William J. Kraemer, Keijo Hakkinen.
Short vs. Long Rest Period Between the Sets in Hypertrhopic Resistance Training.
Journal of Strength and Conditioning Research. 2005; 19(3) : 572-82
Candow, Darren G, Darren G. Burke. Effect of Short-Term-Equal-Volume Resistance
Training with Different Workout Frequency on Muscle mass and Strength in
Untrained Man and Woman. Journal of Strength and Conditioning Research. 2007;
21(1) : 204-07
Erickson, Travis M. The Benefits of Strength Training for Endurance Athletes. NSCA’s
Performance Training Journal. 4(2) : 13-18
Fragala , Maren S., David H. Fukuda, Jeffrey R. Stout, Jeremy R. Townsend, Nadia S.
Emerson, Carleigh H. Boone, Kyle S. Beyer, Leonardo P. Oliveira, Jay R.
Hoffman. Muscle Quality Index Improves with Resistance Exercise Training in
Older Adults. Experimental Gerontology. 2014; 53 : 1-6
Hasibuan, Rosmaini. Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif. Jurnal Ilmu
Keolahragaan. 2010; 8 (2) : 78-94
Karabulut, Murat, Takashi Abe, Yoshiaki Sato, Michael G. Bemben. The Effects of Low-
Intensity Resistance Training with Vascular Restriction on Leg muscle Strength in
Older Men. European Journal Application Physiology. 2010; 108 : 147-155
Kennis , Eva, Sabine M. Verschueren, Steven Boonen, An Bogaerts, Christophe
Delecluse, Evelien Van Roie. Long-Term Impact of Strength Training on Muscle
Strength Characteristics in Older Adults. Archives of Physical Medicine and
Rehabilitation 2013; 94:2054-60
Schoenfeld, BJ. The Mechanisms of Muscle Hypertrophy and Their Application to Resistance
Training. J Strength Cond Res. 2010; 24(10): 2857–72
Tortora, Gerard J., Bryan Derrickson. 2012. Principles of Anatomy and Physiology. USA. Jhon
Whiley & Sons, Inc.
Zhang,Tan, Alexander Birbrair, Zhong-Min Wang, María L. Messi, Anthony P. Marsh,
Barbara J. Nicklas, Osvaldo Delbono, Iris Leng. Improved Knee Extensor Strength
With Resistance Training Associates with Muscle Specific miRNAs in Older
Adults. Experimental Gerontology. 2015 ; 62 : 7–13
PENUGASAN BLOK SISTEM SARAF DAN MUSCULOSKELETAL (1.2)
REFERAT
DAMPAK RESISTANCE TRAINING TERHADAP OTOT RANGKA
LENGAN ATAS
Disusun oleh :
AFIEF MULYAWIJAYA (15711066)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
NOVEMBER
2015/2016