pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/artikel ilmiah.pdf ·...

22
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2016 ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana Program Studi Akuntansi Disusun oleh : LISA JUNIYAH RACHMAN 2014310100 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2018

Upload: vucong

Post on 02-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR

DI BEI PERIODE 2012-2016

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh :

LISA JUNIYAH RACHMAN

2014310100

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2018

Page 2: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY
Page 3: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

1

THE INFLUENCE OF FINANCIAL RATIO TO CONDITION FINANCIAL DISTRESS

IN PROPERTY COMPANIES ON LISTED IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE DURING 2012-2016

Lisa Juniyah Rachman

STIE Perbanas Surabaya Email: [email protected]

JL. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT

Financial distress is financial difficulty experienced by the company prior to the bankruptcy or liquidation. The purpose of this research to examine financial ratios that affect financial distress

condition of a firm effect of some of the financial ratios of four ratios are liquidity, profitability, financial leverage, and sales growth inventory turnover in predicting financial distress

conditions in property companies listed on the Stock Securities Indonesia. Population of this study is the property companies listed in the Indonesia Stock Exchange from 2012-2016 period. Sample was determined through purposive sampling method of the criteria specified then

selected 181 companies in the sample. This research use logistic regression as analysis tecnique. The resuts of the analysis indicate that the profitability, financial leverage, and sales growth is

significant variable to determine of financial distress condition. Furthermen the liquidity ratio are not significant variables to determine of financial distress condition.

Keyword: Financial Distress, Liquidity, Profitability, Financial Leverage and Sales Growth.

PENDAHULUAN

Kondisi perekonomian pada suatu

Negara menunjukkan kondisi yang sedang stabil, tetapi tidak menutup kemungkinan

adanya kondisi keuangan yang tidak stabil di perusahaan Negara tersebut. Masalah keuangan yang dihadapi suatu perusahaan

membuat investor atau kreditur menjadi khawatir akan kondisi financial distress

yang terjadi di perusahaan di mana mereka menanamkan sahamnya dan memberikan pinjamannya. Krisis ekonomi global yang

terjadi pada tahun 2008 juga melanda di Indonesia. Negara Indonesia sangat

bergantung pada aliran dana dari investor yang mengakibatkan negara Indonesia

merasakan dampak dari adanya krisis

ekonomi global tersebut. Dampak dari krisis ekonomi global juga menyebabkan

banyaknya perusahaan di Indonesia yang mengalami kesulitan keuangan terutama beberapa perusahaan property yang terdaftar

di BEI (Bursa Efek Indonesia). Financial distress merupakan suatu

kondisi dimana perusahaan tidak bisa atau mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditur (Khaliq dkk,

2014). Informasi mengenai financial distress sangat berguna untuk investor dan kreditur

karena akan lebih membantu dalam mengambil suatu keputusan apakah mereka

Page 4: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

2

akan tetap melanjutkan untuk menanamkan sahamnya dan memberikan pinjaman di

suatu perusahaan atau menghentikannya. Selama dua tahun terakhir keadaan

kondisi perekonomian Indonesia sedang tidak stabil dan bahkan cenderung mengalami penurunan, dari hal tersebut

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada sektor property. Kondisi tersebut

seharusnya di perhatikan oleh para pelaku bisnis property, dikarenakan apabila kondisi tersebut tidak teratasi dengan baik,

diperkiraan pertumbuhan pada sektor property akan mengalami penurunan yang

semakin mendalam, diprediksikan penurunan pertumbuhan pada sektor property dari tahun 2013 hingga tahun 2014

mencapai 25%. Hal tersebut juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif

Indonesia Property Watch (IPW) Ali Traghanda mengatakan supaya para pelaku bisnis pada perusahaan property terus

berhati-hati karena diprediksi penurunan pertumbuhan property tersebut akan

mencapai titik terendah pada tahun 2015 .

Hal tersebut dibuktikan pada penurunan beberapa perusahaan property,

salah satunya dialami oleh PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), sepanjang

enam bulan pertama 2014, penjualan lahan milik perusahaan tersebut tercatat mengalami penurunan sebesar 58%

dibandingkan penjualan di periode tahun lalu. Secara nilai, angka penjualan masih

tertolong berkat naiknya harga lahan sebesar 30%. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang tertera di informasi Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014, perusahaan membukukan penjualan sebesar

Rp 243 miliar dari 16,7 hektar lahan yang terjual. Padahal, periode tahun yang lalu, penjualan lahan mencapai 61,7 hektar dan

menyumbang Rp 573 miliar untuk penjualan terkonsolidasi (www.rumah.com).

Berdasarkan penjabaran di atas tersebut maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap

Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Property yang Terdaftar Di BEI Periode

2012-2016”.

KERANGKA TEORITIS HIPOTESIS

Signalling Theory

Teori Sinyal (Signalling Theory)

berawal dari tulisan George Akerlof pada karyanya ditahun 1970 “The Market for Lemons”, yang memperkenalkan istilah

informasi asimetris. Dari penelitiannya tersebut, Akerlov (1970) menemukan bahwa

ketika pembeli tidak memiliki informasi terkait sepeksifikasi produk dan hanya memliki persepsi umum mengenai produk

tersebut, maka pembeli akan menilai semua produk pada harga yang sama, baik produk

yang berkualitas tinggi maupun yang berkualitas rendah, sehingga dapat merugikan bagi penjual produk berkualitas

tinggi. Menurut Suwardjono (2013:583)

mengungkapkan bahwa teori sinyal bermanfaat untuk menekankan informasi

penting terhadap keputusan dalam berinvestasi bagi pihak luar. Informasi

sangat penting bagi investor karena pada hakekatnya informasi selalu menyajikan

keterangan, gambaran, dan catatan baik keadaan masa lalu, saat ini maupun kegiatan masa mendatang bagi kelangsungan hidup

perusahaan. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi atau informasi lain yang

menyatakan bahwa perusahaan tersebut baik dari perusahaan lain.

Tujuan utama yang ingin dicapai

oleh semua pihak baik internal maupun eksternal yaitu untuk memperoleh laba dari

tahun ke tahun dan perusahaan dapat terus berkembang bukan mengalami kesulitan keuangan atau kondisi financial distress.

Laporan keuangan merupakan sinyal bagi investor yang dikeluarkan oleh suatu

perusahaan, karena laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk melihat

Page 5: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

3

kinerja perusahaan pada setiap periode tertentu dan untuk pengambilan suatu

keputusan. Apabila kinerja dan kondisi keuangan suatu perusahaan baik, maka

merupakan sinyal yang positif bagi para pengguna laporan keuangan dan sebaliknya apabila dalam laporan suatu perusahaan

mengalami kesulitan keuangan atau adanya indikasi terjadinya financial distress maka

hal tersebut merupakan sinyal yang negatif bagi para pengguna laporan keuangan.

Financial Distress

Menurut Mamduh (2016:260)

Kesehatan suatu perusahaan bisa digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrem sampai ke titik tidak sehat yang

paling ekstrem yaitu kesulitan keuangan (likuiditas) jangka pendek sampai tidak

solvabel (utang lebih besar dibanding aset). Kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah ini

apabila tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan tidak solvabel. Apabila

tidak solvabel, perusahaan bisa dilikuidasi atau direorganisasi. Analisis kesulitan keuangan dilakukan untuk memperoleh

peringatan awal mengenai kebangkrutan.

Rasio Keuangan

Menurut Kasmir (2015:104) rasio keuangan merupakan kegiatan

membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara

membagi satu dengan yang lainnya. Rasio-rasio yang akan digunakan untuk memprediksi financial distress dalam

penelitian ini yaitu: 1. Rasio Likuiditas

Menurut Harahap (2015:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan harus

mempunyai alat-alat untuk membayarkan kewajibannya yang berupa aset lancar

yang jumlahnya harus lebih besar dari pada kewajibannya.

2. Rasio Profitabilitas

Harahap (2015:304), rasio profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumbernya yang ada

seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan

sebagainya. 3. Rasio Financial Leverage

Menurut Harahap (2015:306) Rasio

financial leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan

terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat memilihara seberapa jauh perusahaan dapat dibiayai oleh utang atau

pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan (equity).

4. Rasio Pertumbuhan

Menurut Kasmir (2015:107) Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan suatu perusahaan mempertahankan posisi

ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian, dan sektor usahanya.

Pengaruh rasio likuiditas dengan kondisi

financial distress

Rasio likuiditas menunjukkan sejauh mana aset lancar tersebut dapat memenuhi semua hutang jangka pendek pada suatu

perusahaan. Apabila perbandingan menunjukkan aset lancar lebih tinggi

daripada hutang lancarnya maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Semakin rendah rasio lancar maka suatu perusahaan akan mengalami kondisi

financial distress. Penelitian Atika, dkk (2013) menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh terhadap kondis financial

distress.

Page 6: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

4

Pengaruh rasio profitabilitas dengan

kondisi financial distress

Rasio profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan

keputusan, dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti memiliki laba yang besar. Ini

berarti perusahaan tersebut semakin kecil kemungkinan untuk mengalami financial distress. Penelitian Hapsari (2012)

menyatakan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi financial

distress.

Pengaruh rasio financial leverage dengan

kondisi financial distress

Financial leverage menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan

yang memiliki leverage keuangan yang tinggi berarti memiliki banyak utang pada

pihak luar. Ini berarti perusahaan tersebut

memiliki risiko keuangan yang tinggi karena mengalami financial distress. Penelitian

Widati (2015) menyatakan bahwa rasio financial leverage berpengaruh terhadap

kondisi financial distress.

Pengaruh rasio pertumbuhan penjualan

dengan kondisi financial distress

Rasio pertumbuhan penjualan

merupakan presentasi penjualan tahun ini dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya. Suatu perusahaan yang

memiliki nilai sales growth yang tinggi maka akan semakin baik dikarenakan

penjualan yang meningkat menunjukkan bahwa aktivitas operasional suatu perusahaan berjalan dengan baik dan

perusahaan cenderung dapat menghindari terjadinya kondisi financial distress.

Widhiari & Merkusiwati (2015) menyatakan bahwa rasio pertumbuhan berpengaruh terhadap kondisi financial distress.

Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Rasio Likuiditas (X1)

Rasio Profitabilitas (X2)

Rasio Financial leverage

(X3)

Rasio Pertumbuhan (X4)

Financial Distress (Y)

Page 7: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

5

Hipotesis Penelitian

H1: Rasio likuiditas berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada perusahaan

property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016? H2: Rasio profitabilitas berpengaruh

terhadap kondisi financial distress pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2012-2016? H3: Rasio financial leverage berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada

perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?

H4: Rasio pertumbuhan berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2012-2016?

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini merupakan

metode penelitian kuantitatif. Metode Penelitian kuantitatif merupakan metode

penelitian yang berdasarkan filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunkan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015:35).

Penelitian ini menggunakan data sekunder, dimana data sekunder tidak didapatkan langsung, karena sumber data

peneliti diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Data dapat diperoleh dengan menggunakan studi literatur dari banyak sumber buku, atau bisa

juga didapatkan dari catatan mengenai penelitian yang diteliti, dan data juga bisa

didapatkan melalui data yang dipublikasi di internet. Penelitian ini mengambil data dari perusahaan property yang terdaftar di BEI

(Bursa Efek Indonesia) dengan menggunakan data laporan keuangan pada

periode 2012-2016. positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunkan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau

statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,

2015:35).

Identifikasi Variabel Variabel penelitian yang digunakan

terdiri atas variabel dependen dan independen dengan rincian sebagai berikut :

1. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini yaitu kondisi financial distress.

2. Variabel independen (X) yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan perusahaan, yaitu:

X1 : Rasio Likuiditas X2 : Rasio Profitabilitas X3 : Rasio Financial Leverage

X4 : Rasio Pertumbuhan Penjualan

Definisi Operasional dan Pengukuran

Variabel

Financial Distress

Suatu perusahaan yang tidak mampu menghasilkan aliran kas yang cukup untuk

melakukan suatu pembayaran yang telah jatuh tempo, seperti pembayaran bunga, maka perusahaan tersebut dikatakan

mengalami financial distress. Prediksi dalam menentukan

perusahaan yang mengalami kondisi financial distress menggunakan variabel dummy dimana 0 untuk perusahaan yang

sehat atau tidak mengalami financial distress dan 1 untuk perusahaan yang tidak

sehat atau mengalami financial distress. Financial distress sendiri diukur dengan

Page 8: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

6

menggunakan interest coverage ratio (rasio antara biaya bunga terhadap laba usaha).

Perusahaan yang memiliki interest coverage ratio kurang dari satu dianggap sebagai

perusahaan yang mengalami financial distress, sedangkan perusahaan yang memiliki interest coverage ratio lebih dari

satu dianggap sebagai perusahaan yang sehat atau tidak mengalami financial

distress. Pengukuran interest coverage ratio menurut Mayangsari (2015) yaitu : ICR = Laba Usaha × 100%

Beban Bunga Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek

pada saat jatuh tempo dengan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Harahap (2015:301),

likuiditas diukur dengan menggunakan rasio lancar (Current Ratio) dapat dihitung dengan rumus:

CR = Aset Lancar Kewajiban Lancar

Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Menurut Harahap (2015:305), profitabilitas

diukur dengan menggunakan ROE (Return on Equity) dapat dihitung dengan rumus :

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak

Modal (Equity)

Financial Leverage

Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Harahap

(2015:307), financial leverage dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : DER = Total Hutang × 100%

Total Modal Pertumbuhan Penjualan

Rasio pertumbuhan

penjualanmerupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu

perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian, dan sektor usahanya.

Menurut Harahap (2015:309), rasio pertumbuhan dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut: Sales Growth = Penjualan Tahun Ini – Penjualan Tahun Lalu

Penjualan Tahun Lalu

Populasi, Sampel dan Teknik

Pengambilan Sampel

Populasi adalah kumpulan semua anggota dari obyek yang diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property yang laporan keuangannya terdaftar di Bursa Efek

Indonesia sesuai publikasi IDX.com. Sampel adalah bagian dari populasi

yang akan diteliti. Sampel ini dianggap menggambarkan populasinya. Sampel merupakan perwakilan yang dipilih untuk

dijadikan sumber data dan dianggap mampu mencerminkan populasi penelitinya. Dalam

penelitian ini, sampel yang digunakan adalah perusahaan property yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 dengan memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah metode

purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Adapun

kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu:

a. Perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tercatat sebagai emiten yang masih listing secara

berturut-turut pada periode 2012-2016 dan telah diaudit.

b. Perusahaan yang memberikan informasi mengenai data laporan keuangan yang

Page 9: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

7

lengkap sesuai dengan variabel yang digunakan.

c. Perusahaan property yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk mata

uang rupiah.

Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diambil dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diperoleh dari website

http://www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2012-2016

dan berbagai sumber media lainnya. Sedangkan pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan melalui metode

dokumentasi. Data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber data yang relevan

dengan penelitian, yaitu melalui buku, jurnal, skripsi, dan data-data dari internet.

Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini data yang telah

siap diolah akan diuji dengan menggunakan beberapa alat uji statistik : Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tentang gambaran variabel-

variabel yang ada didalam penelitian. Dengan menggunakan analisis deskriptif maka dapat diperoleh informasi yaitu mean

atau rata-rata, standar deviasi, maximum atau nilai tertinggi pada data, dan minimum

atau nilai terendah pada data, varian, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghazali, 2016:19.

Metode Analisis Regresi Logistik Dalam pengujian hipotesis yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi

logistik dimana memiliki tujuan yaitu memprediksi besar variabel terikat terhadap masing-masing variabel bebas yang sudah

diketahui nilainya. Menurut Ghazali (2016:333) regresi logistik sebetulnya mirip

dengan analisis diskriminan yaitu untuk menguji apakah probabilitas terjadinya

variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Kemudian model

persamaan analisis regresi logistik untuk mengukur bagaimana current ratio, return on equity, debt to equity ratio, dan sales

growth terhadap kondisi financial distress adalah sebagai berikut :

(

)

terangan : = Konstanta

= Koefisien Likuiditas (Current Ratio)

= Koefisien Profitabilitas (Return On

Equity) = Koefisien Financial Leverage ( Debt to

Equity Ratio) = Koefisien Pertumbuhan Perusahaan

(Sales Growth) Ada beberapa langkah-langkah dalam

melakukan analisis regresi logistik yaitu: a) Uji Kelayakan Model Regresi

1. Uji Log Likelohood Value (nilai -2 Log Likelihood Value) Membandingkan antara nilai -2 Log

Likelihood Value pada awal (block number = 0), di mana model hanya

memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood Value pada saat block number = 1, di mana model

memasukkan konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai -2 Log Likelohood

Value block number = 0 lebih besar dari nilai -2 Log Likehood Value block number = 1, maka menunjukkan model

regresi yang baik. Sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model

regresi semakin baik. 2. Cox and Snell R Square dan

Nagelkerke R Square

Di sini ada dua ukuran R Square yaitu Cox & Snell R Square dan Nagekerek

R Square. Cox & Snell R Square menggunakan nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit untuk

Page 10: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

8

diinterprestasikan. Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari Cox

& Snell R Square dengan nilai yang bervariasi dari 0 sampai dengan 1.

3. Uji Hosmer and Lemeshow’s goodness of Test Goodness Pengujian ini dilakukan untuk menilai

model yang dihipotesiskan agar dapat empiris cocok atau sesuai dengan

model. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka

hipotesis nol ditolak, sedangkan jika nilainya lebih besar dari 0,05 maka

hipotesis nol tidak dapat ditolak, artinya model mampu memprediksi nilai observasinya atau cocok dengan

data. Ho : Model yang dihipotesiskan Fit

dengan data. Ha : Model yang dihipotesiskan tidak Fit dengan data.

b) Tabel Kalsifikasi Tabel klasifikasi ini digunakan untuk

menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Serta

digunakan untuk memeriksa menegenai ketepatan klasifikasi dari analisis regresi

logistik. Pada kolom terdapat dua nilai prediksi dari variabel dependen yaitu

mempengaruhi dalam memprediksi kondisi financial distress (1) dan tidak dapat mempengaruhi dalam kondisi financial

distress (0). Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada

diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100%. Jika model logistik memiliki homoskedastisitas, maka

prosentase yang benar (correct) akan sama untuk kedua baris.

Kriteria penerimaan dan penolakan

hipotesis

H0 dapat diterima jika signifikasi ≥ 0,05, artinya variabel independen tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress. H1 dapat diterima jika signifikasi < 0,05,

artinya variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap kondisi

financial distress.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Tabel 4.4

Hasil Analisis Deskriptif Financial Distress

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Financial

Distress 20 -18,233984 0,518855 -2,0779 4,82660

Non

Financial

Distress

161 1,080698 664,926327 29,5041 80,47811

Total 181

Sumber: Lampiran 5 data hasil spss, diolah

Berdasarkan tabel 4.4 diatas

menunjukkan hasil statistik deskriptif financial distress dari sampel penelitian selama tahun 2012 hingga 2016. Penelitian

ini mengkategorikan perusahaan yang

mengalami financial distress jika memiliki

interest coverage ratio (ICR) kurang dari satu, sedangkan jika memiliki interest coverage ratio (ICR) lebih dari satu maka

dikategorikan non financial distress. Nilai

Page 11: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

9

ICR terendah dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk. (GWSA) pada tahun 2013,

hal ini menunjukkan bahwa GWSA jauh dari kata sehat pada tahun tersebut karena

nilai interest coverage ratio perusahaan jauh dibawah angka satu yaitu sebesar -18,233984. Kerugian yang dialami GWSA

pada tahun 2013 sangat besar sehingga perusahaan tidak mampu membayar beban

bunganya. Berbeda halnya dengan PT. Gading Development Tbk. (GAMA) pada tahun 2014, nilai interest coverage ratio

yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 664,926327 jauh di atas angka satu, hal ini

menunjukkan bahwa laba usaha perusahaan mampu menutupi seluruh beban bunga yang ada pada perusahaan tersebut. Pada

penelitian ini, financial distress memiliki simpangan baku dari total sampel yang

digunakan sebesar 4,82660 untuk perusahaan yang mengalami financial

distress dan 80,47811 untuk perusahaan yang tidak mengalami financial ditress

sedangkan nilai rata-rata (mean) yaitu sebesar -2,0779 untuk perusahaan yang mengalami financial distress dan 29,5041

untuk perusahaan yang tidak mengalami financial distresss. Jika dibandingkan

dengan nilai rata-rata (mean), dapat dilihat bahwa simpangan baku lebih besar daripada nilai rata-rata (mean). Hal ini menunjukkan

bahwa simpangan baku yang dimiliki financial distress termasuk dalam kategori

besar atau tinggi, artinya adalah sebagian besar data tidak terkumpul pada nilai tengahnya sehingga data financial distress

dalam penelitian ini bersifat heterogen.

Tabel 4.5

Hasil Analisis Deskriptif Perusahaan Non Financial Distress

Tahun 2012-2016

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

LIKUIDITAS 161 0,131 10,396 2,17335 1,600140

PROFITABILITAS 161 -0,120 0,574 0,12236 0,105734

LEVERAGE 161 0,073 4,424 0,80174 0,547997

SALES GROWTH 161 -0,999 8,432 0,319917 0,862875

Sumber: Lampiran 5 data hasil spss, diolah

Tabel 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Perusahaan Financial Distress

Tahun 2012-2016

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

LIKUIDITAS 20 0,207 19,067 3,22116 4,430022

PROFITABILITAS 20 -178,721 0,201 -13,93427 44,770305

LEVERAGE 20 0,081 2,015 0,47876 0,454019

SALES GROWTH 20 -0,871 1,058 -0,06008 0,423743

Page 12: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

10

Sumber: Lampiran 5 data hasil spss, diolah

Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 juga dapat diketahui bahwa nilai mean likuiditas

(Current Ratio) dari perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress sebesar 2,17335 dan nilai mean likuiditas (Current

Ratio) dari perusahaan yang mengalami kondisi financial distress sebesar 3,22116.

Pada tabel 4.5 nilai standar deviasi likuiditas (Current Ratio) untuk perusahaan yang tidak mengalami financial distress sebesar

1,600140 dimana standar deviasi tersebut lebih kecil dari nilai rata-rata yang artinya

bahwa variasi data untuk variabel likuiditas (Current Ratio) perusahaan yang tidak mengalami financial distress lebih homogen

atau tidak bervariasi, sedangkan pada tabel 4.6 nilai standar deviasi likuiditas (Current

Ratio) untuk perusahaan yang mengalami financial distress sebesar 4,430022 dimana standar deviasi tersebut lebih besar dari nilai

rata-rata yang artinya bahwa variasi data untuk variabel likuiditas (Current Ratio)

perusahaan yang mengalami financial distress lebih heterogen atau lebih bervariasi.

Hasil analisis deskriptif berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 nilai terendah likuiditas

(Current Ratio) dari perusahaan yang tidak mengalami financial distress adalah perusahaan Bhuwanatala Indah Permai Tbk.

(BIPP) pada tahun 2016 sebesar 0,131 yang berarti perusahaan tersebut di tahun 2016

mampu membayar hutang yang harus dilunasi dengan total sebesar 0,131. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pada tahun 2016

aset lancar sebesar Rp 9.898.185.198 dengan total kewajiban lancar sebesar Rp

75.330.661.077. Nilai tertinggi likuiditas (Current Ratio) dari perusahaan yang tidak mengalami financial distress adalah

perusahaan Metro Realty Tbk. (MTSM) pada tahun 2013 sebesar 10,396 yang berarti

perusahaan tersebut mampu membayar hutang yang harus dilunasi dengan total

sebesar 10,396. Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai kewajiban lancar dapat

dibayarkan dengan cukup baik, kondisi ini dapat terlihat dari nilai aset lancar tahun 2013 sebesar Rp 82.345.736.198 dengan

total kewajiban lancar sebesar Rp 7.920.693.475.

Nilai terendah likuiditas (Current Ratio) dari perusahaan yang mengalami financial distress adalah sebesar 0,207 yang

dimiliki oleh perusahaan Bukit Darmo Property Tbk. (BKDP) pada tahun 2016.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap kewajiban lancar dapat dibayarkan sebesar 0,207 dari aset lancar yang dimiliki oleh

perusahaan. Nilai tersebut hanya sedikit yang dapat dibayarkan oleh perusahaan yang

mengalami financial distress. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut pada tahun 2016

memiliki aset lancar sebesar Rp 49.322.341.025 sedangkan kewajiaban

lancaranya sebesar Rp 237.437.805.967. Nilai tertinggi likuiditas (Current Ratio) dari perusahaan yang mengalami financial

distress adalah perusahaan Metro Realty Tbk. (MTSM) pada tahun 2016 sebesar

19,067. Hal ini dapat dibuktikan dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 61.971.183.173 sedangkan kewajiban

lancarnya sebesar Rp 3.250.110881. Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 juga

dapat diketahui bahwa nilai mean profitabilitas (Return On Equity) perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial

distress sebesar 0,12236 dan nilai mean profitabilitas (Return On Equity) dari

perusahaan yang mengalami kondisi financial distress sebesar -13,93427. Pada tabel 4.5 nilai standar deviasi profitabilitas

(Return On Equity) untuk perusahaan yang tidak mengalami financial distress sebesar

0,105734 dimana standar deviasi tersebut lebih kecil dari nilai rata-rata yang artinya

Page 13: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

11

bahwa variasi data untuk variabel profitabilitas (Return On Equity) perusahaan

yang tidak mengalami financial distress lebih homogen atau tidak bervariasi,

sedangkan pada tabel 4.6 nilai standar deviasi profitabilitas (Return On Equity) untuk perusahaan yang mengalami financial

distress sebesar 44,770305 dimana standar deviasi tersebut lebih besar dari nilai rata-

rata yang artinya bahwa variasi data untuk variabel profitabilitas (Return On Equity) perusahaan yang mengalami financial

distress lebih heterogen atau lebih bervariasi.

Hasil analisis deskriptif berdasarkan 4.5 dan 4.6 nilai terendah profitabilitas (Return On Equity) dari perusahaan yang

tidak mengalami financial distress adalah perusahaan Bakrieland Development Tbk.

(ELTY) pada tahun 2012 sebesar -0,120. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa laba bersih setelah

pajak sebesar (Rp 1.102.086.243.270) dan modal sebesar Rp 9.164.214.273.030,

sedangkan nilai tertinggi profitabilitas (Return On Equity) dari perusahaan yang tidak mengalami financial distress adalah

perusahaan Ciputra Development Tbk. (CTRA) pada tahun 2012 sebesar 0,574. Hal

ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa laba bersih setelah pajak sebesar Rp 849.382.875.816 dan

modal sebesar Rp 1.478.858.784.945. Nilai terendah profitabilitas (Return

On Equity) dari perusahaan yang mengalami financial distress adalah perusahaan Bhuwanatala Indah Permai Tbk. (BIPP)

pada tahun 2012 sebesar -178,721. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang

menunjukkan bahwa laba bersih setelah pajak sebesar (Rp 15.132.023.671) dan modal sebesar Rp 84.668.057.600,

sedangkan nilai tertinggi profitabilitas (Return On Equity) dari perusahaan yang

mengalami financial distress adalah Greenwood Sejahtera Tbk. (GWSA) pada

tahun 2015 sebesar 0,201. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan

laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1. 263.864.476.009 dan modal sebesar Rp

6.268.945.784.180. Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 juga

dapat diketahui bahwa nilai mean financial

leverage (Debt to Equity Ratio) perusahaan yang tidak mengalami financial distress

sebesar 0,80174 atau sebesar 80 persen dan nilai mean financial leverage (Debt to Equity Ratio) dari perusahaan yang

mengalami financial distress sebesar 0,47876 atau sebesar 48 persen. Pada tabel

4.5 dan 4.6 secara berturut-turut nilai standar deviasi mean financial leverage (Debt to Equity Ratio) untuk perusahaan yang tidak

mengalami financial distress dan perusahaan yang mengalami financial distress sebesar

0,547997 dan 0,454019 kedua nilai standar deviasi tersebut lebih kecil dari nilai rata-rata yang artinya bahwa variasi data untuk

variabel financial leverage (Debt to Equity Ratio) perusahaan yang tidak mengalami

financial distress dan perusahaan yang mengalami financial distress lebih homogen atau tidak bervariasi.

Hasil analisis deskriptif berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 nilai terendah financial

leverage (Debt to Equity Ratio) dari perusahaan yang tidak mengalami financial distress adalah perusahaan Greenwood

Sejahtera Tbk. (GWSA) pada tahun 2016 sebesar 0,073. Hal ini dapat dibuktikan

dengan data yang menunjukkan bahwa total kewajiban sebesar Rp 478.485.384.788 dan total modal sebesar Rp 6.484.787.677.416,

sedangkan nilai tertinggi financial leverage (Debt to Equity Ratio) dari perusahaan yang

tidak mengalami financial distress adalah perusahaan Ciputra Development Tbk. (CTRA) pada tahun 2012 sebesar 4,424. Hal

ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa total kewajiban sebesar

Rp 6.542.646.764.992 dan total modal sebesar Rp 1.478.858.784.945.

Page 14: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

12

Nilai terendah financial leverage (Debt to Equity Ratio) dari perusahaan yang

mengalami financial distress adalah perusahaan Indonesia Prima Property Tbk.

(OMRE) pada tahun 2015 sebesar 0,081. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa total kewajiban sebesar

Rp 281.686.111.207 dan total modal sebesar Rp 3.436.990.191.615, sedangkan nilai

tertinggi financial leverage (Debt to Equity Ratio) dari perusahaan yang mengalami financial distress adalah perusahaan Cowell

Development Tbk. (COWL) pada tahun 2015 sebesar 2,015. Hal ini dapat dibuktikan

dengan data yang menunjukkan bahwa total kewajiban sebesar Rp 2.366.446.562.423 dan total modal sebesar Rp

1.174.139.186.794. Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 juga

dapat diketahui bahwa nilai mean pertumbuhan penjualan (Sales Growth) untuk perusahaan yang tidak mengalami

financial distress sebesar 0,319917 dan nilai mean pertumbuhan penjualan (Sales

Growth) dari perusahaan yang mengalami financial distress sebesar -0,06008. Pada tabel 4.5 dan 4.6 secara berturut-turut nilai

standar deviasi mean pertumbuhan perusahaan (Sales Growth) untuk

perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan perusahaan yang mengalami financial distress sebesar 0,862875 dan

0,423743 kedua nilai standar deviasi tersebut lebih besar dari nilai rata-rata yang

artinya bahwa variasi data untuk variabel pertumbuhan perusahaan (Sales Growth) perusahaan yang tidak mengalami financial

distress dan perusahaan yang mengalami financial distress lebih heterogen atau lebih

bervariasi. Hasil analisis deskriptif berdasarkan

tabel 4.5 dan 4.6 nilai terendah pertumbuhan

penjualan (Sales Growth) dari perusahaan yang tidak mengalami financial distress

adalah perusahaan Ciputra Development Tbk. (CTRA) pada tahun 2015 sebesar -

0,998. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan total

penjualan dari tahun 2014 ke tahun 2015 yaitu sebesar Rp 6.344.235.902.316 menjadi

Rp 7.514.286.000, sedangkan nilai tertinggi pertumbuhan penjualan (Sales Growth) dari perusahaan yang tidak mengalami financial

distress adalah perusahaan Bukit Darmo Property Tbk. (BKDP) pada tahun 2014

sebesar 8,432. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mangalami peningkatan

jumlah penjualan dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar Rp 11.385.096.413 menjadi Rp

107.391.372.309. Nilai terendah pertumbuhan

penjualan (Sales Growth) dari perusahaan

yang mengalami financial distress adalah perusahaan Greenwood Sejahtera Tbk.

(GWSA) pada tahun 2013 sebesar -0,871. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

mengalami penurunan total penjualan dari tahun 2012 ke tahun 2013 yaitu sebesar Rp

713.853.560.743 menjadi Rp 91.916.072.166, sedangkan nilai tertinggi pertumbuhan penjualan (Sales Growth) dari

perusahaan yang mengalami financial distress adalah perusahaan Nirvana

Development Tbk. (NIRO) pada tahun 2015 sebesar 1,058. Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut mangalami peningkatan jumlah penjualan dari tahun 2014 ke tahun

2015 sebesar Rp 245.385.905.043 menjadi Rp 505.050.683.830.

Page 15: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

13

Pengujian Hipotesis

1. Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Tabel 4.7

Nilai -2 Log Likelihood

-2 Log Likelihood Nilai

Block 0 125,814

Block 1 79,416

Sumber : Lampiran 5 data hasil spsss, diolah

Nilai -2 Log Likelihood pada tabel 4.7 Block 0 adalah sebesar 125,814 sedangkan Nilai -2

Log Likelihood pada Block 1 adalah sebesar 79,416. Dengan demikian, dari hipotesis dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yaitu

model yang dihipotesiskan fit dengan data dimana rasio keuangan dapat digunakan

untuk memprediksi kondisi financial distress, karena nilai -2 Log Likelihood pada Block 0 mengalami penurunan pada Block 1.

2. Uji Kelayakan Model Regresi

Tabel 4.8

Nilai Cox And Snell dan Nagelkerke’s R square

Cox And Snell R2 Nagelkerke’s R2

0,226 0,451

Sumber : Lampiran 5 data hasil spss, diolah

Tabel 4.8 merupakan hasil nilai

Cox and Snell R2 dan Nagelkerke’s R2 yang digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel indpenden mampu

menjelaskan variabel dependennya. Hasil yang diperoleh adalah nilai Cox and Snell R2

lebih kecil daripada Nagelkerke’s R2 yaitu

22,6 persen dan 45,1 persen. Hal ini berarti

variabel independen dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependennya sebesar 45,1 persen dan sisanya yaitu 54,9

persen faktor lain yang menjelaskan variabel dependen dalam penelitian ini.

Tabel 4.9

Nilai Hosmer and Lemeshow Test

Sumber : Lampiran 5 data hasil spss, diolah

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa

besarnya nilai Hosmer and Lemeshow

Goodness of fit sebesar 5,731 dengan signifikansi 0,677 yang nilainya jauh diatas

0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa model dapat diterima, serta dapat disimpulkan bahwa H0 diterima karena

tingkat signifikansi > 0,05 yang artinya rasio keungan dapat digunakan dalam

memprediksi kondisi financial distress.

Chi-Square Signifikansi

5,731 0,677

Page 16: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

14

3. Uji Analisis Regresi Logistik Tabel 4.10

Hasil Analisis Regresi Logistik

Variabel Koefisien (B) Wald Sig. Exp (B)

CR 0,060 0,359 0,549 1,062

ROE -19,661 18,887 0,000 0,000

DER -1,812 4,468 0,035 0,163

Sales Growth -1,440 4,244 0,039 0,237

Constant -0,145 0,048 0,827 0,865

Sumber : Lampiran 5 data hasil spss, diolah

Berdasarkan tabel 4.10, variabel bebas yang masuk dalam model adalah sebagai berikut :

1. Variabel current ratio (CR), variabel ini memiliki nilai signifikan 0,549 > 0,05.

2. Variabel return on equity (ROE), variabel ini memiliki nilai signifikan 0,000 < 0,05.

3. Variabel debt to equity ratio (DER), variabel ini memiliki nilai signifikan

0,035 < 0,05. 4. Variabel sales growth (SG), variabel ini

memiliki nilai signifikan 0,039 < 0,05. Dengan demikian model penelitian yang dapat disimpulkan kedalam persamaan

berikut :

4. Matriks Kualifikasi

Tabel 4.11

Classification Tablea

Observasi Jumlah

Data

Perusahaan

Prediksi Presentase

(%) Non

Financial

Distress

Financial

Distress

Non Financial

Distress

161 158 3 98,1

Financial Distress

20 11 9 45,0

Total Data

Perusahaan

181 169 12

Presentase Keseluruhan 92,3

Sumber : Lampiran 5 data hasil spss, diolah

Berdasarkan tabel 4.11 dapat

diketahui bahwa perusahaan yang non financial distress terdiri dari 161 data,

sedangkan dari hasil observasi dapat

diketahui hanya 158 data yang merupakan non financial distress. Jadi ketepatan

𝐿𝑛𝑝

( 𝑝) (0,145) + (0,060) Likuiditas + (-19,661) Profitabilitas + (-1,812)

Financial Leverage + (-1,440) Sales Growth

Page 17: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

15

klasifikasi sebesar 98,1% dimana hasil tersebut berasal dari 158/161. Kemudian,

jumlah perusahaan yang mengalami kondisi financial distress terdiri dari 20 data,

sedangkan hasil dari observasi hanya terdapat 9 data. Jadi ketepatan klasifikasi sebesar 45%, dimana hasil tersebut berasal

dari 9/20. Secara keseluruhan model ini memiliki ketepatan klasifikasi 92,3%. Hal

ini berarti 181 observasi, hanya ada 167 observasi yang tepat pengklasifikasiannya

dengan menggunakan model regresi logistik. Pengklasifikasian mengenai data perusahan

yang mengalami kondisi financial distress hanya sebanyak 9 data perusahaan saja dari keseluruhan data yang mengalami kondisi

financial distress sebanyak 20 data perusahaan.

Uji Hipotesis

a. H1 : Likuiditas (Current Ratio) tidak

berpengaruh terhadap kondisi

financial distress

Likuiditas (Current Ratio) memiliki

pengaruh yang tidak signifikan dalam

memprediksi kondisi financial distress. Hal ini berdasarkan pada hasil uji analisis regresi logistik dimana nilai signifikan likuiditas

(current ratio) lebih besar, yaitu sebesar 0,549 > 0,05 sedangkan koefisien B yang

dimiliki adalah 0,060 dan memiliki tanda positif (searah). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak sedangkan

Ho dapat diterima maka likuiditas (current ratio) tidak dapat mempengaruhi kondisi financial distress.

b. H2 : Profitabilitas (Return On Equity)

berpengaruh terhadap kondisi

financial distress

Profitabilitas (Return On Equity)

memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi financial distress. Hal

ini berdasarkan pada hasil uji analisis regresi logistik dimana nilai signifikan profitabilitas (return on equity) lebih kecil, yaitu sebesar

0,000 < 0,05 sedangkan koefisien B yang dimiliki adalah -19,661 dan memiliki tanda

negatif. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ha dapat diterima sedangkan Ho ditolak maka Profitabilitas

(return on equity) dapat mempengaruhi kondisi financial distress.

c. H3 : Financial Leverage (Debt to

Equity Ratio) berpengaruh terhadap

kondisi financial distress

Financial Leverage (Debt to Equity

Ratio) memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi financial distress. Hal ini berdasarkan pada hasil uji

analisis regresi logistik dimana nilai signifikan financial leverage (debt to equity

ratio) lebih kecil, yaitu sebesar 0,035 < 0,05 sedangkan koefisien B yang dimiliki adalah -1,812 dan memiliki tanda negatif.

Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ha dapat diterima sedangkan Ho

ditolak maka financial leverage (debt to equity ratio) dapat mempengaruhi kondisi financial distress.

d. H4 : Pertumbuhan Penjualan (Sales

Growth) berpengaruh terhadap kondisi

financial distress

Pertumbuhan Perusahaan (Sales

Growth) memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi financial

distress. Hal ini berdasarkan pada hasil uji analisis regresi logistik dimana nilai signifikan pertumbuhan perusahaan (sales

growth) lebih kecil, yaitu sebesar 0,039 < 0,05 sedangkan koefisien B yang dimiliki

adalah -1,440 dan memiliki tanda negatif. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ha dapat diterima sedangkan Ho

ditolak maka pertumbuhan perusahaan

(sales growth) dapat mempengaruhi kondisi

financial distress.

Page 18: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

16

Pembahasan

Pengaruh Likuiditas Terhadap Kondisi

Financial Distress

Likuiditas menunjukkan kemampuan

suatu perusahaan dalam mendanai kegiatan operasionalnya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Pada penelitian ini rasio

lancar (current ratio) digunakan untuk menghitung likuiditas perusahaan. Rasio

lancar menunjukkan sejauh mana aset lancar dapat menutupi kewajiban lancarnya. Semakin besar perbandingan aset lancar

dengan kewajiban lancar, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam

melunasi kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan teori sinyal, hal ini merupakan “good news” bagi investor karena suatu

perusahaan akan terhindar dari adanya kondisi financial distress apabila aset lancar

jauh lebih besar dari kewajiban lancarnya. Hasil dari analisis regresi logistik

menunjukkan bahwa likuiditas tidak

memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi financial distress yang

artinya H1 tidak dapat diterima atau ditolak. Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara likuiditas terhadap kondisi financial

distress ini dikarenakan perusahaan yang mempunyai kewajiban jangka pendek yang

tinggi dan kemudian perusahaan tersebut tidak dapat membayarkan kewajiban jangka pendeknya sampai dengan jatuh tempo

sehingga yang awalnya kewajiban tersebut dikategorikan sebagai kewajiban jangka

pendek menjadi kewajiban jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan keuangan pada suatu perusahaan tidak dapat

diukur oleh tinggi atau rendahnya nilai current ratio yang dimiliki perusahaan.

Suatu perusahaan memiliki nilai current ratio yang tinggi belum tentu akan terhindar dari kesulitan keuangan dan sebaliknya

suatu perusahaan yang memiliki nilai current ratio yang rendah juga tidak selalu

mengalami kesulitan keuangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widati

(2015), Hapsari (2012), Kusumawardana dan Aisjah (2012), Mas’ud dan Srengga

(2012), serta Widarjo dan Setiawan (2009) dimana likuiditas tidak mampu mempengaruhi kondisi financial distress.

Berbeda dengan penelitian Widhiari dan Merkusiwati (2015) serta Atika, dkk (2013)

yang menunjukkan bahwa likuiditas mampu mempengaruhi kondisi financial distress.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap

Kondisi Financial Distress

Profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) berdasarkan

modal pemilik perusahaan. Pada penelitian ini return on equity (ROE) digunakan untuk

menghitung profitabilitas perusahaan. Semakin besar perbandingan laba bersih dengan modal yang dimiliki perusahaan,

maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

Berdasarkan teori sinyal, dimana perusahaan dapat menhasilkan laba positif dan akan memberikan berita yang baik “good news”

mengenai kondisi perusahaan sehingga berita baik tersebut dapat dijadikan patokan

perusahaan untuk kelangsungan usahanya dimasa yang akan datang. Selain itu dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan

agar dapat menarik investor baru yang berminat agar menanamkan modal ke

perusahaan dan perusahaan akan terhindar dari adanya kondisi financial distress.

Hasil dari analisis regresi logistik

menunjukkan bahwa rasio profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan dalam

memprediksi kondisi financial distress yang artinya H2 diterima. Adanya pengaruh antara profitabilitas terhadap kondisi financial

distress dikarenakan rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu perusahaan

dalam mengeluarkan biayanya sangat efisien yang berhubungan dengan kegiatan

Page 19: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

17

operasional perusahaan dan menunjukkan bahwa kinerja suatu perusahaan tersebut

produktif, sebaliknya jika rasio rendah atau bahkan negatif maka perusahaan tersebut

tidak mampu mengelola biaya yang dikeluarkan sehingga perusahaan tersebut tidak produktif. Berdasarkan hasil penelitian

ini, suatu perusahaan pasti pernah mengalami penurunan seperti halanya pada

modal yang dimiliki perusahaan. Turunnya sedikit ataupun banyak akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba, sehingga besar ataupun kecilnya return on equity akan dapat

mempengaruhi kondisi financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa rasio profitabilitas mampu menentukan kondisi

perusahaan tersebut mengalami financial distress atau tidak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widati (2015), Mayangsari (2015), Mas’ud dan

Srengga (2012), serta Widarjo dan Setiawan (2009) dimana profitabilitas mampu

mempengaruhi kondisi financial distress. Berbeda dengan penelitian Kusumawardana dan Aisjah (2012) yang menunjukkan

bahwa profitabilitas tidak mampu mempengaruhi kondisi financial distress.

Pengaruh Financial Leverage Terhadap

Kondisi Financial Distress

Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal

maupun aset. Pada penelitian ini leverage dihitung dengan menggunakan Debt Equity Ratio (DER). Berdasarkan teori sinyal,

perusahaan dengan nilai rasio leverage yang tinggi merupakan “bad news” bagi investor,

karena semakin tinggi nilai rasio leverage, maka kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress akan semakin

tinggi pula. Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar

dari utang.

Hasil dari analisis regresi logistik menunjukkan bahwa rasio financial leverage

memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi financial distress yang

artinya H3 dapat diterima. Adanya pengaruh antara financial leverage terhadap kondisi financial distress dikarenakan bahwa tingkat

hutang yang semakin tinggi tentunya akan berakibat kepada kewajiban perusahaan

untuk melunasi pokok pinjaman beserta bunganya. Sehingga dalam jangka panjang akan mempersulit kondisi keuangan

perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio leverage mampu menentukan kondisi

perusahaan tersebut mengalami financial distress atau tidak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widati (2015), Hapsari (2012), serta

Kusumawardana dan Aisjah (2012) dimana financial leverage mampu mempengaruhi kondisi financial distress. Berbeda dengan

penelitian Widhiari & Merkusiwati (2015), Mayangsari (2015), Mas’ud dan Srengga

(2012) serta Widarjo dan Setiawan (2009) yang menunjukkan bahwa financial leverage tidak mampu mempengaruhi kondisi

financial distress.

Pengaruh Pertumbuhan Penjualan

Terhadap Kondisi Financial Distress Pertumbuhan penjualan (Sales

growth) menunjukkan presentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun

lalu. Berdasarkan teori sinyal, penjualan yang tinggi merupakan “good news” bagi investor yang akan berdampak pada

meningkatnya laba perusahaan, sehingga perusahaan dapat terhindar dari kondisi

financial distress. Semakin tinggi tingkat penjualan di suatu perusahaan maka akan semakin rendah kemungkinan perusahaan

mengalami kondisi financial distress. Sebaliknya jika tingkat penjualan rendah

atau terus mengalami penurunan maka akan semakin tinggi kemungkinan perusahaan

Page 20: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

18

mengalami kondisi financial distress atau dengan kata lain semakin tinggi

pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka artinya perusahaan berhasil dalam

menjalankan strateginya dengan menjual dan memasrkan produk dengan cukup baik karena produk tersebut dapat diterima oleh

masyarakat, tentunya hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya laba yang

dihasilkan dari penjualan oleh suatu perusahaan.

Hasil dari analisis regresi logistik

menunjukkan bahwa rasio pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh yang

signifikan dalam memprediksi kondisi financial distress yang artinya H4 dapat diterima. Adanya pengaruh antara

pertumbuhan penjualan terhadap kondisi financial distress dikarenakan penjualan

yang semakin tahun semakin meningkat merupakan “good news” bagi perusahaan karena akan berdampak pada meningkatnya

laba perusahaan. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang baik setiap

tahunnya dapat meyakinkan para pihak manajemen bahwa beberapa tahun kedepan perusahaan mampu untuk bertahan dan

informasi yang baik tersebut juga dapat meyakinkan para investor agar tetap

menanamkan modal kepada perusahaan. Pertumbuhan penjualan tersebut merupakan suatu keuntungan bagi perusahaan yang

sudah dipercaya oleh banyak investor dan para calon investor yang baru. Hal ini

menunjukkan bahwa rasio sales growth mampu menentukan kondisi perusahaan tersebut mengalami financial distress atau

tidak. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widhiari & Merkusiwati (2015) dimana pertumbuhan penjulan mampu mempengaruhi kondisi

financial distress. Berbeda dengan penelitian Atika, dkk (2013),

Kusumawardana dan Aisjah (2012), serta Widarjo dan Setiawan (2009) yang

menunjukkan bahwa pertumbuhan penjulan tidak mampu mempengaruhi kondisi

financial distress.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN

SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang

terdiri dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio financial leverage, dan rasio pertumbuhan penjualan yang dapat

digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan property

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016. Setelah melakukan penyaringan sampel berdasarkan kriteria

yang telah ditentukan maka diperoleh 181 data sampel, dimana 20 data sampel yang

mengalami kondisi financial distress dan 161 data sampel yang tidak mengalami kondisi financial distress. Berdasarkan dari

hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut : a. Likuiditas (Current Ratio) tidak

berpengaruh dalam memprediksi kondisi

financial distress. Adanya kecenderungan nilai current ratio (CR)

yang tinggi mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan perusahaan tidak mengalami kondisi financial distress dan

sebaliknya nilai current ratio (CR) yang rendah mengindikasikan bahwa

perusahaan mengalami kondisi financial distress. Namun, hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai current ratio

semakin tinggi pula perusahaan mengalami kondisi financial distress.

Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan keuangan pada suatu perusahaan tidak dapat diukur oleh tinggi atau rendahnya

nilai current ratio (CR) yang dimiliki perusahaan.

b. Profitabilitas (Return On Equity) berpengaruh dalam memeprediksi

Page 21: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

19

kondisi financial distress. Semakin rendah return on equity (ROE) berarti

bahwa perusahaan tidak mampu dalam memperoleh pendapatan bersih dari

setiap modal yang dimiliki. Return on equity (ROE) yang rendah mengindikasikan semakin tinggi

perusahaan mengalami kondisi financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa

rasio return on equity (ROE) mampu menentukan kondisi perusahaan mengalami financial distress atau tidak.

c. Financial Leverage (Debt Equity Ratio) berpengaruh dalam memeprediksi

kondisi financial distress. Semakin tinggi debt equity ratio (DER) maka akan berdampak pada timbulnya risiko

kerugian yang lebih besar karena nilai hutang lebih besar dari modal yang

dimiliki perusahaan dan mengindikasikan semakin tingginya presentase perusahaan mengalami

kondisi financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa rasio debt equity

ratio (DER) mampu menentukan kondisi perusahaan mengalami financial distress atau tidak.

d. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) berpengaruh dalam memeprediksi

kondisi financial distress. Semakin meningkat nilai sales growth setiap tahunnya merupakan kabar baik bagi

perusahaan karena akan berdampak pada meningkatnya laba perusahaan tersebut.

Sales growth yang tinggi mengindikasikan semakin rendahnya perusahaan mengalami kondisi financial

distress. Hal ini menunjukkan bahwa rasio sales growth mampu menentukan

kondisi perusahaan mengalami financial distress atau tidak.

Keterbatasan Terdapat keterbatasan dalam

penelitian ini yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian, untuk itu bagi peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan

keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. Adapun keterbatasan tersebut yaitu: Terdapat beberapa perusahaan property yang tidak memenuhi kriteria, sehingga

mengakibatkan eliminasi data yang cukup banyak.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan

keterbatasan penelitian yang ada, maka saran yang diberikan untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan memproksikan financial distress

menggunakan alat ukur yang lain agar hasil penelitian lebih maksimal dan didapat tingkat prediksi yang lebih

akurat seperti Zmijewski model dan Springate model.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel lain selain variabel yang sudah digunakan dalam penelitian

ini seperti rasio arus kas, rasio aktivitas, dan rasio-rasio keuangan yang lain agar

dapat menambah informasi mengenai rasio keuangan dapat berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial

distress suatu perusahaan.

DAFTAR RUJUKAN

Atika, D., & Handayani, S. R. 2013. “Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan terhadap Prediksi

Kondisi Financial Distress”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.

1, No. 2, Pp 1-11. Ghazali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis

Multivariete dengan Program IBM SPSS 21. Semarang : Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Hapsari, Evanny Indri. 2012. “Kekuatan Rasio Keuangan dalam

Page 22: PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI …eprints.perbanas.ac.id/3497/1/ARTIKEL ILMIAH.pdf · PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

20

Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur

di BEI”. Jurnal Dinamika Manajemen. Vol. 3, No. 2, Pp

101-109. Harahap, Sofyan Syafri. 2015. Analisis

Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Kasmir. 2015. Analisis laporan keuangan.

Jakarta : PT Rajagrafindo

Persada.

Khaliq, Ahmad, dkk. 2014. ”Identifying Financial distress Firms: A Case Study of Malaysia’s

Government Linked Companies (GLC).”Internasional Journal of

E conomics, Finance, and Management, Vol. 3, No.3. Pp 141-150

Kusumawardana, R. F., & Aisjah, S. 2012.

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress (Studi Pada Indeks LQ45 Yang

Terdaftar di BEI Periode 2009-2011). Jurnal Ilmiah Mahasiswa

FEB, Vol. 1, No. 2. Pp 1-20 Mamduh M.H dan Abdul H. 2016. Analisis

Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Mas’ud, I., & Srengga, R. M. 2012.

“Analisis Rasio Keuangan untuk

Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi Universitas Jember. Vol. 10,

No. 2. Pp 1-16.

Mayangsari, L. P. 2016. Pengaruh Good Corporate Governance Dan

Kinerja Keuangan Terhadap Financial Distress. Jurnal Ilmu

dan Riset Akuntansi, Vol. 4, No. 4. Pp 1-18.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta:

Bandung. Suwardjono. 2013. Teori Akuntansi

Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta. Widarjo, W., & Setiawan, D. 2009.

“Pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial

distress perusahaan otomotif”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11, No. 2. Pp 107-119.

Widati, L. W. 2015. “Pengaruh Current

Ratio, Debt To Equity Ratio, dan Return On Equity, untuk Memprediksi Kondisi Financial

Distress. Prosding.” Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu &

Call For Papers UNISBANK (SENDI_U) ISBN : 978-979-3649-81-8.

Widhiari, N. L. M. A., & Aryani

Merkusiwati, N. K. L. 2015. Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Operating Capacity,

dan Sales Growth terhadap Financial Distress. E-Jurnal

Akuntansi, Vol. 11, No. 2. Pp 456-469.

www.idx.co.id

www.rumah.com