pengaruh psychological capital dan...

150
PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi Disusun oleh Raina Fatia Karima 1110070000006 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015

Upload: lamhanh

Post on 06-May-2018

274 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN KEPUASAN KERJA

TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PETUGAS

PEMADAM KEBAKARAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Psikologi

Disusun oleh

Raina Fatia Karima

1110070000006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015

Page 2: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori
Page 3: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori
Page 4: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori
Page 5: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

v

MOTTO :

Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If

you love what you are doing, you will be successful.

― B ob Dylan

Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang

boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.

― Ibu Kartini

Happiness always looks small while you hold it in your hands, but let it go,

and you learn at once how big and precious it is.

― Maxim Gorky

Page 6: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

vi

Persembahan:

Kupersembahkan karya ini untuk kedua orang tuaku, mamah, bapak,

kakakku dan sahabatku, yang selalu mencurahkan doa serta

dukungannya kepadaku. Terimakasih untuk semuanya.

Page 7: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

vii

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Desember 2014

C) Raina Fatia Karima

D) Pengaruh Psychological Capital dan Kepuasan Kerja terhadap Psychological

Well-Being pada Petugas Pemadam Kebakaran

E) xvi + 130 Halaman

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari setiap variabel yang

dianalisis (independent variable) terhadap psychological well-being

(dependent variable) pada petugas pemadam kebakaran. Independent

variabel yang diteliti dalam penelitian ini antara lain psychological capital

(self-efficacy, hope, resiliency, optimism) dan kepuasan kerja (pay,

promotion, supervision, fringe benefit, contingen reward, operating

condition, coworker, communication) serta variabel mana yang paling

mempengruhi psychological well-being.

Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

analisis regresi berganda, serta pengujian validitas konstruk menggunakan

teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). Sampel berjumlah 200 petugas

pemadam kebakaran. Sampel penelitian di tentukan dengan menggunakan

teknik non probability sampling. Instrument pengumpulan data menggunakan

Ryff Scale of Psychological Well-being (RSPWB), Psychological Capital

Questionnaire (PCQ-24) yang dikembangkan oleh Luthans, Avolio, et al.,

2007dan Satisfaction Scales (JSS).

G) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

dari psychological capital dan kepuasan kerja terhadap psychological well-

being pada petugas pemadam kebakaran. Hasil uji hipotesis minor yang

menguji self-efficacy, hope, resiliency, optimism, pay, promotion,

supervision, fringe benefit, contingen reward, operating condition, coworker

dan communication, hanya optimisme saja yang memiliki pengaruh terhadap

psychological well-being, sedangkan sisanya tidak berpengaruh terhadap

psychological well-being.

H) Bahan bacaan: 36; buku: 2 + jurnal: 26 + tesis: 2 + artikel: 6

Page 8: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

viii

ABSTRACT

I) Faculty of Psychology

J) Desember 2014

K) Raina Fatia Karima

L) The influence of psychological capital and job satisfaction on Psychological

well-being in fire fighter

M) xvi + 130 Pages

N) This study was done to see the extent of the influence of each variable were

analyzed (independeny variable) on psychological well-being (dependent

variable) in fire fighter. Independent variables examined in this study include

psychological capital (self-efficacy, hope, resiliency, optimism) and job

satisfaction (pay, promotion, supervision, fringe benefit, contingen reward,

operating condition, coworker, communication), which variable most affect

psychological well-being.

The approach used in this study is a quantitative method, analysis with

multiple regression (SPSS 17.0), and testing construct validity using

Confirmatory Factor Analysis (CFA). Sample are 200 fire fighte. The

technique sampling is determined by using the non-probability sampling

technique. Data collection instrument using a Likert scale, Ryff Scale of

Psychological Well-being (RSPWB), Satisfaction Scales (JSS), and

Psychological Capital Questionnaire (PCQ-24), scale was developed by

Luthans, Avolio, et al., 2007.

Based on the results, that there are significant effect of job satisfaction and

psychological capital on psychological well-being of fire fighter. The results

of the minor hypothesis test that self-efficacy, hope, resiliency, optimism,

pay, promotion, supervision, fringe benefit, contingen reward, operating

condition, coworker and communication, only optimism which has an

influence on psychological well-being, while the rest had no effect on

psychological well-being.

O) The literature: 36; book: 2 + journal: 26 + thesis: 2 + article: 6

Page 9: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Syukur Allhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Psychological Capital dan

Kepuasan Kerja terhadap Psychological Well-Being pada Petugas Pemadam

Kebakaran”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

Muhammad SAW, pemimpin dan tauladan kaum yang beriman, kepada keluarga,

sahabat, dan seluruh umat yang senantiasa mencintainya. Penulisan skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Selama pengerjaan skripsi ini peneliti dihadapkan dengan beragam cobaan,

kesulitan, rintangan dan penuh perjuangan serta kesabaran yang telah memberikan

pelajaran hidup yang berarti bagi peneliti.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh wakil dekanat dan jajaran dekanat

lainnya yang telah memfasilitasi pendidikan mahasiswa dalam rangka

menciptakan lulusan berkualitas.

Page 10: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

x

2. Ibu Neneng Tati Sumiyati, M.Si, Psi pembimbing akademik yang telah

memberikan dukungan penuh dan do’a kepada seluruh mahasiswa.

3. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi

dengan penuh kesabaran dan kesungguhan telah memberikan banyak saran

dan kritik kepada peneliti selama masa penyusunan skripsi ini. Terima

kasih atas waktu yang berharga dan tenaganya untuk membimbing dan

memberikan masukan kepada peneliti.

4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan limpahan ilmu yang tidak ternilai dan

banyak membantu peneliti.

5. Kepada kedua orang tua dan saudara-saudaraku, saya mengucapkan

banyak terima kasih atas doa pada setiap sujudnya, mamah dan bapak

yang tak pernah putus memberikan semangat, selalu penuh rasa cinta,

kasih dan sayang, dan dukungan baik moril maupun materil. Teteh yang

selalu siap membantuku saat kesulitan serta bersedia mendengarkan keluh

kesah peneliti saat proses penyusunan skripsi ini

6. Sahabat-sahabat saya emmeku Dina, Okta, Ditta, Hanna, Ira, dan Rias

khusunya Ira dan Rias yang selalu mendukung peneliti, selalu siap

mendengarkan keluh kesah peneliti, tselalu dapat membuat peneliti

memiliki energi yang lebih untuk dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Terima kasih kepada petugas pemadam kebakaran yang telah mau

menajadi responden dalam penelitian ini dan terimakasih pada Dinas

Page 11: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

xi

Peamadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana yang sudah

mengijinkan saya untuk melakukan penelitian.

8. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu per satu,

terima kasih untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan

untuk membantu Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga amal baik serta jasa mereka senantiasa di terima

Allah SWT. Selain itu mengingat kekeurangan dan keterbatasan Peneliti, maka

segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan Peneliti

sebagai bahan penyempurnaan. Serta semoga pembaca dapat memanfaatkan karya

sederhana ini. Amin.

Jakarta, Desember 2014

Raina Fatia Karima

Page 12: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Persetujuan ........................................................................................ ii

Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii

Halaman Pernyataan ......................................................................................... iv

Motto ................................................................................................................... v

Persembahan ...................................................................................................... vi

Abstrak ................................................................................................................ vii

Kata Pengantar .................................................................................................. ix

Daftar Isi ............................................................................................................. xii

Daftar Tabel ........................................................................................................ xv

Daftar Gambar ................................................................................................... xvi

Daftar Lampiran ................................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8

1.2.1 Pembatasan Masalah .......................................................... 8

1.2.2 Rumusan Masalah .............................................................. 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................ 11

1.3.2 Manfaat Teoritis ............................................................. 11

1.3.2 Manfaat Praktis .............................................................. 11

1.4 Sistematika Penulisan ................................................................ 12

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Psychological Well-Being .......................................................... 14

2.1.1 Definisi Psychological Well-Being ................................. 14

2.1.2 Dimensi Psychological Well-Being ................................. 15

2.1.3 Faktor-faktor Psychological Well-Being ...................... .. 20

2.1.3.1 Faktor Demografis ..................................................... 20

2.1.3.2 Kepuasan Kerja .......................................................... 22

2.1.3.3 Dukungan Sosial .......................................................... 23

Page 13: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

xiii

2.1.4 Pengukuran Psychological Well-Being ...................... ... 24

2.2 Psychological Capital ................................................................. 24

2.2.1 Definisi Psychological Capital........................................ 24

2.2.2 Dimensi Psychological Capital....................................... 28

2.2.3 Pengukuran Psychological Capital....... .......................... 32

2.3 Kepuasan Kerja .......................................................................... 33

2.3.1 Definisi Kepuasan Kerja ................................................ 33

2.3.2 Aspek Kepuasan Kerja .................................................... 35

2.3.3 Teori Kepuasan Kerja ...................................................... 36

2.3.3.1 Teori Proses Bertentangan ........................................... 36

2.3.3.2 Teori Ketidaksesuaian .................................................. 37

2.3.3.3 Model dari Kepuasan Bidang ....................................... 38

2.3.3.4 Teori Dua Faktor dari Herzberg ................................... 40

2.3.4 Pengukuran Kepuasan Kerja ........................................... 40

2.4 Kerangka Berpikir ...................................................................... 42

2.5 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 50

2.5.1 Hipotesis Mayor ....... ...................................................... 50

2.7.2 Hipotesis Minor .............................................................. 50

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................. 52

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ............................................. 52

3.2. 1 Variabel Penelitian ............................................................... 52

3.2. 2 Definisi Operasional Variabel ............................................. 53

3.2.2.1 Psychological Well-Being............................................... 53

3.2.2.2 Psychological Capital..................................................... 54

3.2.2.3 Kepuasan Kerja............................................................... 54

3.3 Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 55

3.3.1 Alat Ukur Psychological Well-Being .............................. 56

3.3.2 Alat Ukur Psychological Capital ................................... 57

3.3.3 Alat Ukur Kepuasan Kerja ............................................. 58

3.4 Pengujian Validitas Konstruk .................................................... 60

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Psychological Well-Being ......... 62

3.4.1.1 Uji Validitas Dimensi Otonomi .............................. 62

3.4.1.2 Uji Validitas Dimensi environmental mastery ........ 63

3.4.1.3 Uji Validitas Dimensi personal growth .................. 63

3.4.1.4 Uji Validitas Dimensi positive relations ................. 64

3.4.1.5 Uji Validitas Dimensi purpose in life...................... 65

3.4.1.6 Uji Validitas Dimensi self-acceptance .................... 66

Page 14: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

xiv

3.4.2 Uji Validitas PWB dengan Model Second Order .......... 66

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Psychological Capital ............. 67

3.4.4 Uji Validitas Konstruk Kepuasan Kerja ......................... 72

3.5 Moetode Analisis Data ............................................................... 82

3.6 Prosedur Penelitian ..................................................................... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................... 86

4.1.1 Ketegorisasi Skor Variabel Penelitian ............................ 88

4.2 Uji Hipotesis Penelitian ............................................................. 90

4.2.1 Pengujian Hipotesis Mayor ............................................ 90

4.2.2 Pengujian Hipotesis Minor ............................................. 92

4.2.3 Pengujian Proporsi Varians ............................................. 95

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 99

5.2 Diskusi ....................................................................................... 99

5.3 Saran ........................................................................................... 105

5.3.1 Saran Metodologis .......................................................... 106

5.3.2 Saran Praktis ................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107

LAMPIRAN ........................................................................................................ 111

Page 15: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Format Skoring Skala Likert ............................................................ 55

Tabel 3.2 Blueprint Skala Psychological Well-Being ...................................... 57

Tabel 3.3 Blueprint Skala Psychological Capital ........................................... 58

Tabel 3.4 Blueprint Skala Kepuasan Kerja ....................................................... 59

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ............................................ 87

Tabel 4.2 Norma Skor Variabel ....................................................................... 88

Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian …………………................. 89

Tabel 4.4 Model Summary …………………….............................................. 91

Tabel 4.5 Anova ………………..................................................................... 92

Tabel 4.6 Koefisien Regresi ……………………........................................... 92

Tabel 4.7 Proporsi Varians Independent Variabel .......................................... 96

Page 16: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 49

Page 17: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Analisis Konfirmatorik PWB (otonomi)

Lampiran 3 Analisis Konfirmatorik PWB (environmentl mastery)

Lampiran 4 Analisis Konfirmatorik PWB (personal growth)

Lampiran 5 Analisis Konfirmatorik PWB (positive relations with others)

Lampiran 6 Analisis Konfirmatorik PWB (purpose in life)

Lampiran 7 Analisis Kon firmatorik Psychological Well-Being (self-acceptance)

Lampiran 8 Analisis Konfirmatori Psychological Well-Being (second order)

Lampiran 9 Analisis Konfirmatorik Psychological Capital (self-efficacy)

Lampiran 10 Analisis Konfirmatorik Psychological Capital (Hope)

Lampiran 11 Analisis Konfirmatorik Psychological Capital (Resiliency)

Lampiran 12 Analisis Konfirmatorik Psychological Capital (Optimisme)

Lampiran 13 Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Pay)

Lampiran 14 Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Promotion)

Lampiran 15 Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Supervision)

Lampiran 16 Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Fringe Benefit)

Lampiran 17 Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Contingen Reward)

Lampiran 18 Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Operating Condition)

Lampiran 19 Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Coworker)

Lampiran 20 Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Nature of Work)

Lampiran 21 Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Cmmunication)

Lampiran 22 Proporsi Varians Masing-Masing IV

Page 18: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemadam kebakaran merupakan petugas atau karyawan yang dilatih dan bertugas

untuk memadamkan kebakaran dan penyelamatan. Petugas pemadam kebakaran

selain terlatih untuk menyelamatkan korban dari kebakaran, juga dilatih untuk

menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas, gedung runtuh, dan lain-lain

(Gadis, 2013). Pemadam kebakaran sangat penting peranannya di Indonesia

karena kondisi wilayah Indonesia yang sering mengalami bencana alam dan

kebakaran, baik di pemukiman, perkantoran maupun tempat lainnya. Kebakaran

di wilayah DKI Jakarta sepanjang tahun 2011 tercatat sekitar 963 kasus, tahun

2012 tercatat 1.008 kasus, tahun 2013 tercatat 486 kasus, dan sepanjang tahun

2014 (Januari sampai dengan April 2014) tercatat 280 kasus (Lenny, 2014).

Kebakaran yang terjadi di wilayah DKI Jakarta setiap tahun semakin

meningkat, sehingga dibutuhkan lebih banyak personel pemadam kebakaran.

Berdasarkan analisis jabatan oleh Dinas Kebakaran di DKI Jakarta pada akhir

tahun 2013, kebutuhan personel pemadam kebakaran untuk DKI mencapai 4.001

personel, dan saat ini terdapat 2.606 personel. Sedangkan jumlah personel

pemadam kebakaran di Jakarta masih sangat sedikit, sehingga beban kerja petugas

pemadam kebakaran lebih berat. Beban berlebih menyebabkan petugas pemadam

kebakaran sering mengalami kecelakaan di saat bertugas. Kepala Pemadam

Kebakaran Sektor VI, Makasar, Jakarta Timur, Bambang Mujianto

mengungkapkan, beban berat yang harus ditanggung petugas pemadam kebakaran

Page 19: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

2

bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya kecelakaan kerja di kalangan pemadam

kebakaran. Peristiwa kecelakaaan petugas pemadam kebakaran saat melakukan

operasi pemadaman seringkali terjadi, seperti luka-luka bahkan meninggal dunia.

Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta (Januari 2012 sampai

dengan Desember 2012) terdapat 23 personel pemadam kebakaran yang

mengalami kecelakaan. Jumlah kecelakaan kerja yang paling banyak terjadi pada

September 2012, terdapat 7 petugas pemadam yang terluka saat bertugas oleh

karena itu pemadam kebakaran membutuhkan asuransi jiwa untuk menunjang

kesehatannya (Kompas, 2014).

Pemberian asuransi jiwa kepada petugas pemadam kebakaran menjadi hal

yang mendasar dan menjadi perhatian utama. Bambang Mujianto mengatakan

"Kalau sudah menyangkut korban manusia tidak boleh ditempatkan lebih rendah

dari prioritas lain. Jika kebakaran menunjukkan kenaikan yang cukup tinggi, ada

korban jiwa dan kerugian material maka itu harus menjadi prioritas (Fauzan,

2009). Petugas pemadam kebakaran memanfaatkan askes (Asuransi Kesehatan)

untuk membayar perawatan, tetapi askes tidak dapat digunakan untuk menangani

luka bakar. Sehingga untuk membayar biaya perawatan, para personel kebakaran

menyisihkan uangnya untuk membantu personel lain yang terkena luka bakar.

Petugas pemadam kebakaran tidak jarang mendapatkan cemoohan dan

cacian warga apabila mobil pemadam kebakaran terlambat datang saat peristiwa

kebakaran terjadi. Petugas kebakaran mempertaruhkan nyawanya untuk

menerobos api, asap, dengan resiko terperangkap dan berbagai bahaya lainnya

dalam menyelesaikan pekerjaannya. Salah seorang petugas pemadam kebakaran

Page 20: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

3

yang ditemui indosiar di kantor Pusat Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta

Selatan, Jalan Baru Pasar Jumat, adalah Suroto (50 tahun) yang merupakan satu

dari 100 pasukan pemadam kebakaran yang telah bekerja lebih dari 27 tahun.

“Menurut Suroto, menjadi petugas pemadam kebakaran harus siap fisik dan

mental” (Suprihatin, 2014).

Berdasarkan hasil survey di Amerika oleh Dow Jones (1997) mengenai

jenis pekerjaan yang banyak menimbulkan stress. Pekerjaan sebagai petugas

pemadam kebakaran menduduki peringkat kedua sebagai pekerjaan yang

stressfull, karena tuntutan yang beresiko dan penuh dengan tantangan dalam

menjalankan tugasnya, pemadam kebakaran rentan terhadap stress yang cukup

tinggi. Pemadam kebakaran harus memadamkan api dengan cepat agar dapat

menolong korban, tempat atau barang yang terbakar. Selain itu pemadam

kebakaran harus memikirkan keselamatannya sendiri.

Menjadi seorang pemadam kebakaran harus siap fisik dan mental,

pekerjaan menjadi petugas pemadam kebakaran dan penyelamatan merupakan

pekerjaan yang sangat menantang dan beresiko tinggi. Menurut Leigh (dalam

Malek, 2010) pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang dapat membuat

individu stressful dan berbahaya, dan menempati peringkat lima sebagai pekerjaan

yang memiliki tingkat kematian tinggi di Amerika Serikat. Bukti menunjukkan

bahwa secara langsung atau tidak langsung sifat pekerjaannya dapat menyebabkan

stress. Selain itu, Moran (dalam Malek, 2010) menemukan bahwa bekerja sebagai

pelayanan darurat seperti pemadam kebakaran, ambulan dll tidak hanya

mengalami stress sehari-hari tetapi pemadam kebakaran mengalami stress pada

Page 21: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

4

saat terjadi kejadian darurat dan dapat menyebabkan trauma. Beaton dan Murphy

(dalam Malek, 2010) mengemukakan bahwa stress kerja sebagai pemadam

kebakaran rumit dan beragam.

Profesi sebagai petugas pemadam kebakaran memiliki jam kerja tidak

teratur dan harus tetap siaga 24 jam. Akibatnya, petugas cenderung tidak

bersemangat, tidak benergi, sulit berkonsentrasi, sakit kepala dan mengalami

insomnia. Sehingga petugas kebakaran melakukan kesalahan dalam pekerjaannya,

rentan kecelakaan (karena mengantuk), perubahan mood dan sering ijin karena

sakit (Tryana, 2012). Dari fenomena di atas bahwa seorang petugas kebakaran

memiliki tingkat stress yang cukup tinggi dan mungkin akan mempengaruhi

psychologycal well-being para petugas pemadam kebakaran.

Psychological well-being merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan

apa yang dirasakan individu mengenai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, serta

mengarah pada pengungkapan perasaan pribadi atas apa yang dirasakan oleh

individu sebagai hasil dari pengalaman hidupnya (Ryff, 1989). Petugas pemadam

kebakaran harus memiliki psychological well-being yang baik, karena dalam

menjalankan tugasnya dibutuhkan fisik dan juga psikis yang sehat sehingga dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik.

Psychological well-being dapat dipengaruhi oleh psychological capital.

Penelitian yang berfokus pada PsyCap yaitu penelitian Avey, Luthans, Smiths,

dan Palmer (2010) serta penelitian Peterson, Balthazard, Waldman, dan Thatcher

(2008) yang menyatakan bahwa psychological capital dapat meningkatkan well-

Page 22: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

5

being pada karyawan. PsyCap memiliki empat dimensi yaitu Self-Efficacy, Hope,

Optimism, dan Resiliency.

Penelitian yang dilakukan oleh Sandeep Singh dan Mansi (2009) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara well-being dan self-efficacy.

Individu yang memiliki self- efficacy tinggi akan memiliki psychological well

being yang tinggi, akan lebih percaya diri, tegas, memiliki aspirasi yang tinggi

dan komitmen yang kuat terhadap apa yang ingin di capai. Individu yang

memiliki self-efficacy yang tinggi dapat mengelola dan mengatasi pengalaman

buruk yang pernah dialami. Seorang petugas pemadam kebakaran harus memiliki

self-efficacy yang tinggi, dimana petugas harus yakin terhadap kemampuannya

dalam mengatasi kebakaran.

Individu yang memiliki harapan yang tinggi terhadap kehidupannya dan

memiliki keinginan untuk mencapai suatu tujuan maka akan memiliki

psychological well-being yang tinggi pula. Seorang petugas harus memiliki

harapan terhadap pekerjaan yang dilakukan sehingga akan mendapatkan hasil

yang maksimal. Peneliti melakukan wawancara bahwa harapan seorang petugas

pemadam kebakaran pada saat proses pemadaman masih sangat rendah, dimana

terkadang petugas merasa putus asa pada saat proses pemadaman karena api yang

tidak kunjung padam sehingga akan mempengaruhi psychological well-being

petugas karena tidak berhasil memadamkan api.

Penelitian yang dilakukan oleh Sandeep Singh dan Mansi (2009)

menunjukkan bahwa optimisme dapat meningkatkan psychological well-being

dan dapat memiliki penyesuaian yang lebih baik terhadap peristiwa kehidupan

Page 23: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

6

yang penuh stres. Seseorang yang memiliki nilai yang tinggi terhadap optimisme

maka memiliki tingkat kepuasan yang tinggi, rendahnya tingkat stress, anxiety dan

gejala depresi. Power (dalam Sandeep Singh dan Mansi 2009) menyatakan bahwa

optimisme lebih berorientasi terhadap pencapaian pada setiap tugas dalam hidup,

pengambilan keputusan dengan cepat, dan memilih solusi yang terbaik dalam

menangani masalah. Individu yang optimis memiliki kualitas hidup yang tinggi

dan memiliki resiko yang lebih rendah dari semua penyebab kematian. Pekerjaan

sebagai petugas pemadam kebakaran dapat menyebabkan stress, cemas dan gejala

depresi sehingga dengan memiliki optimisme terhadap pekeraannya maka seorang

petugas akan memiliki tingkat stress yang rendah dan akan mempengaruhi

psychological well-beingnya.

Kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sebagai petugas pemadam

kebakaran sering kali terjadi dan kecelakaan dapat menyebabkan individu trauma

dan sulit untuk bangkit kembali dan menyesuaikan dengan lingkungan. Sehingga

seorang petugas pemadam kebakaran harus memiliki resiliensi, dimana resiliensi

yaitu dapat bangkit kembali dari pengalaman yang buruk dan juga dapat

menyesuaikan dengan lingkungannya. Seorang petugas harus memiliki resiliensi

yang tinggi, sehingga akan cepat bangkit kembali dari pengalaman buruknya dan

juga akan mempengaruhi psychological well-beingnya.

Psychological capital yang dimiliki karyawan dapat meningkatkan nilai-

nilai potensial karyawan dalam berbagai hal, seperti dalam mengambil sudut

pandang yang berbeda, mengambil kesempatan, mampu beradaptasi atau

menyesuaikan diri dan mampu meningkatkan well-being (Avey, Luthans, Smiths,

Page 24: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

7

& Palmer, 2010). Individu dengan psychological capital yang tinggi akan lebih

fleksibel dan mudah beradaptasi untuk melakukan beberapa hal dalam memenuhi

tuntutan pekerjaan. Dimana di saat yang bersamaan psychological capital yang

dimiliki akan membantu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta

well-being yang dimiliki (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007).

Psychological well-being juga dapat di pengaruhi oleh kepuasan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh C Bravo-Yanez, dan A Jimenez-Figueroa (2011)

terdapat hubungan antara kepuasan kerja dan psychological well-being. Individu

yang merasa puas dengan pekerjaannya cenderung merasa baik secara psikologis.

Perilaku ini dapat dengan jelas terlihat dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh

C Bravo-Yanez, dan A Jimenez-Figueroa (2011), bahwa apabila terdapat

perbedaan yang ditemukan dalam sampel tentang kepuasan kerja juga ditemukan

perbedaan dalam psychological well-being. Terdapat penelitian lain juga yang

menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan terhadap psychological

well-being. Individu yang merasa senang akan pekerjaannya maka akan puas

secara pekerjaan dan juga psychological well-beingnya (Luthans dkk, 2010).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 15 petugas pemadam

kebakaran, sebagian petugas pemadam mengatakan bahwa mereka puas terhadap

pekerjaannya saat ini, sebagiannya lagi mengatakan bahwa mereka merasa tidak

puas terhadap pekerjaanya. Hasil wawancara yang dilakukan yaitu petugas

memiliki keluhan mengenai tunjangan yang diberikan. Petugas merasa kurang

terhadap tunjangan yang diberikan, karena tidak sesuai dengan pekerjaan yang

dilakukannya. Selain itu, kurangnya penghargaan terhadap pekerjaan yang

Page 25: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

8

dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran oleh pemerintah. Ketka terjadi

kecelakaan kereta di bintaro, yang pertama kali datang ke TKP yaitu petugas

pemadam kebakaran tetapi yang diberikan penghargaan hanya polisi dan tentara

dan yang di sorot oleh media hanya tentara dan polisi. Sehingga petugas pemadam

kebakaran merasa kurang dihargai dan diperhatikan. Selain itu, sebagai petugas

pemadam kebakaran harus memiliki komunikasi dan rekan kerja yang baik

sehingga dapat meningkatkan kepuasan terhadap pekerjaannya, tetapi petugas

merasa kurang puas terhadap komunikasi antar petugas maupun rekan kerjanya.

Sehingga pekerjaan yang petugas pemadam kebakaran lakukan kurang maksimal,

dan akan merasa tidak puas terhadap pekerjaannya sehingga akan mempengaruhi

psychological well-being ptugas.

Berdasarkan penelitian dan fenomena diatas peneliti tertarik untuk

melakukan riset mengenai “Pengaruh Psychological Capital dan Kepuasan

Kerja Terhadap Psychological Well-Being Petugas Pemadam Kebakaran”.

1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Untuk terarahnya pembahasan, maka peneliti membatasi masalah yang akan

diteliti sebagai berikut:

1. Psychological well-being yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

sebagai sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap

diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur

tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang

Page 26: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

9

kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup

mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan

dirinya.

2. Psychological capital yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kondisi

perkembangan psychological state positif dari seseorang dengan karakteristik

(1) memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengambil dan

mengerahkan usaha yang cukup agar berhasil dalam melakukan tugas-tugas

yang menantang (self-efficacy); (2) membuat atribusi yang positif tentang

kesuksesan di masa kini dan masa depan (optimisme); (3) memiliki harapan

dalam mencapai tujuan dan bila perlu mengalihkan jalan atau mencari jalan

lain untuk mencapai tujuan (hope); dan (4) ketika dihadaptkan pada masalah

dan halangan dapat bertahan dan bangkit kembali, bahkan melebihi untuk

mencapai kesuksesan (resiliency).

3. Job satisfaction (kepuasan kerja) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

individu yang merasakan puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya

1.2.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan self-efficacy terhadap

psychological well-being?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan hope terhadap psychological well-

being?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan optimism terhadap psychological

well-being?

Page 27: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

10

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan resiliency terhadap psychological

well-being?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan gaji terhadap

psychological well-being?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan promosi terhadap

psychological well-being?

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan kepemimpinan terhadap

psychological well-being?

8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan tunjangan terhadap

psychological well-being?

9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan penghargaan terhadap

psychological well-being?

10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan prosedur kerja terhadap

psychological well-being?

11. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan rekan kerja terhadap

psychological well-being?

12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan sifat pekerjaan terhadap

psychological well-being?

13. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan komunikasi terhadap

psychological well-being?

Page 28: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Psychological

capital dan kepuasan kerja terhadap psychological well-being pada petugas

pemadam kebakaran.

1.3.2. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoriris dari penelitian ini yaitu:

Mengembangkan penerapan ilmu psikologi khususnya psikologi industri dan

organisasi, sehingga dapat menjadi referensi bagi akademisi, praktisi, dan

masyarakat yang berminat untuk melakukan penelitian tentang psychological

well-being, psychological capital dan kepuasan kerja di bidang psikologi industri

dan organisasi.

1.3.3. Manfaat Praktis

1. Psychological well-being bisa meningkatkan kepuasan kerja setiap petugas.

Petugas yang puas terhadap pekerjaannya akan memiliki Psychological well-

being yang baik.

2. Memberikan masukan terhadap instansi agar lebih memperhatikan

psychological well-being para petugasnya.

3. Menjadi acuan dalam melihat psychological well-being dan psychological

capital dari petugas, sehingga dapat diaplikasikan sebagai evaluasi bagi

instansi untuk mencapai tujuan.

Page 29: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

12

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan mengenai psychological well-being,

psychological capial dan kepuasan kerja.

Bab II Landasan Teori

Landasan teori berisi uraian mengenai teori-teori yang terkait dalam menjawab

masalah penelitian yang telah diajukan, dalam hal ini adalah teori psychological

well-being, psychological capial dan kepuasan kerja.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan metode penelitian, yang meliputi permasalahan

penelitian, hipotesis penelitian variabel penelitian, tipe dan desain penelitian,

partisipasi penelitian, metode pengambilan data, instrumen penelitian, prosedur

penelitian, dan teknik statistika yang digunakan dalam penelitian mengenai

psychological well-being, psychological capial dan kepuasan kerja.

Bab IV Hasil dan Interpretasi Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan interpretasi hasil

penelitian, meliputi gambaran umum penelitian, analisis utama penelitian, serta

Page 30: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

13

analisis tambahan penelitian mengenai psychological well-being, psychological

capial dan kepuasan kerja.

Bab V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Pada bagian kesimpulan berisi jawaban terhadap permasalahan penelitian.

Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis dan interpretasi data yang telah

dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada bagian diskusi, akan dibahas hasil

penelitian. Selain itu, juga akan diberikan pembahasan mengapa suatu hipotesis

penelitian ditolak atau diterima, serta keterbatasan-keterbatasan penelitian.

Bagaimana saran berisi saran-saran metodelogis untuk keperluann penelitian

selanjutnya serta saran-saran praktis sesuai dengan permasalahan dan hasil

penelitian.

Page 31: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

14

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Psychological Well-Being

2.1.1 Definisi Psychological Well-Being

Istilah psychological well-being dipopulerkan oleh Ryff dengan konsep

yang berawal dari adanya keyakinan bahwa kesehatan yang positif tidak sekedar

tidak adanya penyakit fisik saja, tetapi juga berkaitan dengan kebutuhan untuk

merasa baik secara psikologis (psychologically well-being). Menurut Ryff (1989)

manusia dapat dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis yang baik bukan

sekedar bebas dari indikator kesehatan mental negatif, seperti terbebas dari

kecemasan, tercapainya kebahagiaan dan lain-lain. Ryff (1989) merumuskan

konsep psychological well-being yang merupakan integrasi dari beberapa teori

perkembangan manusia, teori psikologi klinis, dan konsepsi mengenai kesehatan

mental (Ryff, 1989). Berdasarkan teori tersebut, Ryff (1989) mendefinisikan

psychological well-being sebagai sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap

yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri

dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur

lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan

membuat hidup lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan

mengembangkan dirinya.

Ryff (1989) menambahkan bahwa kesejahteraan psikologis merupakan

suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan individu mengenai

aktivitas dalam kehidupan sehari-hari serta mengarah pada pengungkapan

Page 32: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

15

perasaan pribadi atas apa yang dirasakan oleh individu sebagai hasil dari

pengalaman hidupnya. Menurut Ryff (1989) gambaran tentang karakteristik orang

yang memiliki kesejahteraan psikologis merujuk pada pandangan Rogers tentang

(fully-functioning person), pandangan Maslow tentang aktualisasi diri (self-

actualization), pandangan Jung tentang individuasi, konsep Allport tentang

kematangan, juga sesuai dengan konsep Erikson dalam menggambarkan individu

yang mencapai integrasi. Kesejahteraan psikologis dapat ditandai dengan

diperolehnya kebahagiaan, kepuasan hidup dan tidak adanya tanda depresi (Ryff,

1995). Bradburn menyatakan bahwa happiness (kebahagiaan) merupakan hasil

dari kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai

oleh setiap individu (Ryff dan Singer, 1998). Berdasarkan uraian diatas, pada

penelitian ini, peneliti menggunakan definisi psychological well being menurut

Ryff (1998). Hal ini menjelaskan bahwa psychological well-being merupakan

sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya

sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan

kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih

bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya

2.1.2 Dimensi Psychological Well-Being

Ryff (1989) mendefinisikan konsep kesejahteraan psikologis dalam enam

dimensi, yakni dimensi penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain,

otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.

Page 33: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

16

1. Penerimaan diri (self-acceptance) merupakan bagian utama dari kesehatan

mental. Ryff (1989) menyimpulkan bahwa penerimaan diri mengandung arti

sebagai sikap yang positif terhadap diri sendiri. Sikap positif ini adalah

mengenali dan menerima berbagai aspek dalam dirinya, baik yang positif

maupun negatif, serta memiliki perasaan positif terhadap kehidupan masa

lalunya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki tingkat penerimaan diri yang

kurang baik dan memunculkan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri,

merasa kecewa dengan pengalaman masa lalu, dan memiliki pengharapan

untuk menjadi pribadi yang bukan dirinya. Dengan kata lain tidak menjadi

dirinya sendiri.

2. Hubungan yang positif dengan orang lain (positive relationship with others)

merupakan dimensi yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk menjalin

hubungan hangat, saling mempercayai, dan saling peduli akan kebutuhan serta

kesejahteraan pihak lain. Kemampuan untuk mencintai dipandang sebagai

komponen utama dari kondisi mental yang sehat. Selain itu, teori self-

actualization mengemukakan konsep hubungan positif dengan orang lain

sebagai perasaan empati dan afeksi serta kemampuan untuk membina

hubungan yang mendalam. Membina hubungan yang hangat dengan orang lain

merupakan salah satu dari criterion of maturity. Teori perkembangan manusia

juga menekankan intimacy dan generativity sebagai tugas utama yang harus

dicapai manusia dalam tahap perkembangan tertentu.

Dimensi ini juga menekankan adanya kemampuan yang merupakan salah

satu komponen kesehatan mental yaitu kemampuan untuk mencintai orang lain.

Page 34: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

17

Dalam dimensi ini, individu yang dikatakan tinggi atau baik ditandai dengan

adanya hubungan yang hangat, memuaskan dan saling percaya dengan orang

lain, dan juga memiliki rasa afeksi dan empati yang kuat terhadap orang lain.

Sementara itu, individu yang dikatakan rendah atau kurang baik dalam dimensi

ini ditandai dengan memiliki sedikit hubungan dengan orang lain, sulit

bersikap hangat dan enggan memiliki ikatan dengan orang lain (Ryff & Keyes,

1995).

3. Otonomi (autonomy) adalah pribadi mandiri, dapat menentukan yang terbaik

untuk dirinya sendiri. Individu memiliki internal locus of evaluation, yakni

tidak mencari persetujuan orang lain melainkan mengevaluasi dirinya dengan

standar yang telah ditetapkan sendiri. Oleh karena itu, individu tidak

memikirkan harapan dan penilaian orang lain terhadap dirinya. Individu yang

otonom juga tidak menggantungkan diri pada penilaian orang lain untuk

membuat keputusan. Individu tidak menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial

untuk berpikir dan bertindak dalam bentuk tertentu.

Pada dimensi ini menjelaskan tentang kemandirian, kemampuan untuk

menentukan diri sendiri, dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku.

Individu yang mampu menolak tekanan sosial untuk berfikir dan bertingkah

laku dengan cara tertentu, serta dapat mengevaluasi diri sendiri dengan standar

personal. Hal ini menandakan bahwa baik dalam dimensi ini. Sementara

individu yang kurang baik dalam dimensi ini akan memperhatikan harapan dan

evaluasi dari orang lain, individu akan membuat keputusan berdasarkan

penilaian orang lain dan cenderung bersikap konformis. Dengan kata lain

Page 35: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

18

individu yang tidak terpengaruh dengan persepsi orang lain dan tidak

bergantung dengan orang lain adalah individu yang memiliki autonomy yang

baik, sedangkan individu yang mudah terpengaruh serta bergantung pada orang

lain adalah individu yang memiliki autonomy yang rendah (Ryff & Keyes

1995).

4. Penguasaan lingkungan (environmental mastery) menggambarkan adanya

suatu perasaan kompeten dan penguasaan dalam mengatur lingkungan,

memiliki minat yang kuat terhadap hal-hal di luar dirinya, dan berpartisipasi

dalam berbagai aktivitas serta mampu mengendalikannya. Menurut Ryff

(1989), individu yang memiliki penguasaan lingkungan adalah orang yang

memiliki kemampuan dan kompetensi untuk mengatur lingkungannya.

Individu seperti mampu mengendalikan kegiatannya yang kompleks sekalipun,

juga dapat menggunakan kesempatan yang ada secara efektif, dan mampu

memilih, atau bahkan menciptakan lingkungan yang selaras dengan kondisi

jiwanya.

Individu yang mampu memanipulasi keadaan sehingga sesuai dengan

kebutuhan dan nilai-nilai pribadi yang dianutnya dan mampu untuk

mengembangkan diri secara kreatif melalui aktifitas fisik maupun mental.

Individu dengan kesejahteraan psikologis yang baik memiliki kemampuan

untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi

fisiknya. Dengan kata lain, individu memiliki kemampuan dalam menghadapi

kejadian di luar dirinya (lingkungan eksternal). Sementara itu, Individu yang

kurang baik dalam dimensi ini akan menunjukkan ketidakmampuan untuk

Page 36: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

19

mengatur kehidupan sehari-hari, dan kurang memiliki kontrol terhadap

lingkungan luar (Ryff & Keyes 1995).

5. Tujuan hidup (purpose in life) adalah kondisi mental sehat sehingga

memungkinkan individu untuk menyadari bahwa seseorang memiliki tujuan

tertentu dalam hidup yang dijalaninya, serta mampu memberikan makna pada

hidup yang pernah dilakukan. Teori perkembangan juga menekankan pada

berbagai perubahan tujuan hidup sesuai dengan tugas perkembangan dalam

tahap perkembangan tertentu. Definisi kematangan juga menekankan

pemahaman yang jelas tentang tujuan hidup dan rasa. teori life span

development mengacu pada berbagai perubahan tujuan atau tujuan dalam

hidup, seperti menjadi produktif dan kreatif. Dengan demikian, orang yang

berfungsi secara positif memiliki tujuan, niat, dan rasa keterarahan, yang

semuanya berkontribusi terhadap perasaan bahwa hidup itu bermakna.

6. Pertumbuhan pribadi (personal growth) merupakan optimal psychological

functioning tidak hanya bermakna pada pencapaian terhadap karakteristik

tertentu, tetapi pada bagaimana individu terus mengembangkan potensi yang

ada dalam dirinya, bertumbuh, dan meningkatkan kualitas pada dirinya (Ryff,

1989). Kebutuhan akan aktualisasi diri dan menyadari potensi diri merupakan

perspektif utama dari dimensi pertumbuhan diri. Keterbukaan akan

pengalaman baru merupakan salah satu karakteristik dari fully functioning

person (Ryff, 1989). Teori perkembangan juga menekankan pada pentingnya

manusia untuk bertumbuh dan menghadapi tantangan baru dalam setiap

periode pada tahap perkembangannya.

Page 37: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

20

Individu yang memiliki pertumbuhan pribadi yang baik ditandai dengan

adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam

dirinya, memandang diri sendiri sebagai individu yang selalu tumbuh dan

berkembang, terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki kemampuan dalam

menyadari potensi diri yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang

terjadi pada diri dan tingkah lakunya setiap waktu, serta dapat berubah menjadi

pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan luas (Ryff, 1995).

Sebaliknya, individu yang memiliki pertumbuhan pribadi yang kurang baik

akan merasa dirinya mengalami stagnasi, tidak melihat peningkatan dan

pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap

kehidupannya, serta merasa tidak mampu mengembangkan sikap dan tingkah

laku yang lebih baik (Ryff, 1995).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being

Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being seseorang adalah

faktor demografi, dukungan sosial, dan religiusitas antara lain:

2.1.3.1 Faktor Demografis

Beberapa faktor demografis yang mempengaruhi psychological well-being antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Usia. Ryff dan Keyes (1995) mengemukakan bahwa perbedaan usia

mempengaruhi perbedaan dalam dimensi psychological well-being. Dalam

penelitiannya, Ryff dan Keyes (1995) menemukan bahwa dimensi penguasaan

lingkungan dan dimensi otonomi mengalami peningkatan seiring

bertambahnya usia, terutama dari dewasa muda hingga dewasa madya.

Page 38: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

21

Dimensi hubungan positif dengan orang lain juga mengalami peningkatan

seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan

pribadi memperlihatkan penurunan siring bertambahnya usia, penurunan ini

terutama terjadi pada dewasa madya hingga dewasa akhir. Dari penelitian

tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam dimensi

penerimaan diri selama usia dewasa muda hingga dewasa akhir.

2. Jenis Kelamin. Penelitian Ryff (dalam Ryff & Keyes, 1995) menemukan

bahwa dibandingkan pria, wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi

hubungan yang positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi.

Psychological well-being memiliki empat aspek, keempat aspeknya konsisten

tida memiliki pengaruh yang signifikan antara laki-laki maupun wanita.

3. Status Sosial Ekonomi. Menurut Ryff dan Singer (2008) mengatakan bahwa

perbedaan kelas sosial ekonomi memiliki hubungan dengan kesejahteraan

psikologis individu. Ryff (Ryan & Deci, 2001) juga menjelaskan bahwa status

sosial ekonomi berhubungan dengan dimensi penerimaan diri, tujuan hidup,

penguasaan lingkungan dan pertumbuhan pribadi. Banyak dampak negatif dari

rendahnya status ekonomi, tampak dari proses hasil perbandingan sosial,

dimana individu yang lebih rendah membandingkan dirinya kurang beruntung

dari pada orang lain dan tidak mampu mendapatkan sumber daya yang dapat

menyesuaikan kesenjangan yang dirasakan. Ditemukan kesejahteraan

psikologis yang tinggi pada individu yang memiliki status pekerjaan yang

tinggi.

Page 39: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

22

4. Budaya. Penelitian mengenai psychological well-being yang dilakukan di

Amerika dan Korea Selatan menunjukkan bahwa responden di Korea Selatan

memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang

lain dan skor yang rendah pada dimensi penerimaan diri. Hal ini dapat

disebabkan oleh orientasi budaya yang lebih bersifat kolektif saling

ketergantungan. Sebaliknya, responden Amerika memiliki skor yang tinggi

dalam dimensi pertumbuhan pribadi (untuk responden wanita) dan dimensi

tujun hidup (untuk responden pria), serta memiliki skor yang rendah dalam

dimensi otonomi, baik pria maupun wanita.

2.1.3.2 Kepuasan Kerja

Psychological well-being secara konsisten memiliki hubungan yang positif

terhadap kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh C Bravo-Yanez dan

Jimenez-Figueroa (2011) yang berjudul ”Psychological well-being, perceived

organizational support and job satisfaction amongs Chilean prison employees”

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan kerja dan psychological

well-being, yang artinya bahwa individu yang merasa puas terhadap pekerjaannya

cenderung akan merasa baik secara psikologisnya. Perilaku dapat dengan jelas

terlihat dalam penelitian yang dilakukan oleh C Bravo-Yanez dan Jimenez-

Figueroa (2011) adalah ketika terdapat perubahaan pada kepuasan kerja, maka

ditemukan juga perubahan pada psychological well-beingnya.

Selain penelitian yang dilakukan oleh C Bravo-Yanez dan Jimenez-

Figueroa (2011), juga terdapat penelitian yang dilakukan oleh Luthans dkk (2010)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja

Page 40: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

23

dan psychological well-being. Individu yang merasa senang terhadap

pekerjaannya maka akanpuas terhadap pekerjaannya dan juga psychological well-

beingnya.

2.1.3.3 Dukungan Sosial

Menurut Davis (Pratiwi, 2000; Rahayu, 2008), individu-individu yang

mendapatkan dukungan sosial memiliki tingkat psychological well-being yang

lebih tinggi. Dukungan sosial sendiri diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian,

penghargaan, atau pertolongan yang dipersepsikan oleh individu yang didapat

dari orang lain atau kelompok (Cobb, 1976; Gentry & Kobasa, 1984; Wallston,

Alagna, DeVellis, & De Vellis, 1983; Wills, 1974; Sarafino, 1990; Rahayu 2008).

Dukungan dapat datang dari siapa saja, termasuk keluarga, teman, rekan kerja

ataupun lingkungan sekitar. Dari penelitian yang dilakukan oleh Cobb (1976),

Cohen & McKay (1984), House (1984), Schaefer, Coyne, & Lazarus (1981), dan

Wills (1984), ada empat jenis dukungan sosial (dalam Sarafino, 1990), yaitu:

1. Dukungan Emosional (Emotional Support) melibatkan empati, kepedulian,

dan perhatian terhadap seseorang. Dukungan ini memberikan rasa nyaman,

aman, dimiliki, dan dicintai pada individu penerima, terutama pada saat-

saat stress.

2. Dukungan Penghargaan (esteem support) muncul melalui pengungkapan

penghargaan yang positif, dorongan atau persetujuan terhadap pemikiran

atau perasaan, dan juga perbandingan yang positif antara individu dengan

orang lain. Dukungan ini membangun harga diri, kompetensi, dan

perasaan dihargai.

Page 41: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

24

3. Dukungan Instrumental (tangible or instrumental support) melibatkan

tindakan konkrit atau memberikan pertolongan secara langsung.

4. Dukungan Informasional (informational support) meliputi nasehat,

petunjuk, saran, atau umpan balik terhadap tingkah laku seseorang.

2.1.4 Pegukuran Psychological Well-Being

Pengukuran psychological well-being yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Ryff Scales of Psychological Well-being yang merupakan skala untuk mengukur

psychological well-being yang disusun oleh Carol D. Ryff yang sudah teruji

validitas dan reliabilitasnya. Skala ini disusun berdasarkan enam dimensi dari

psychological well-being, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang

lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan perkembangan pribadi.

Dalam Ryff Scale of Psychological Well-being (RSPWB) terdapat 42 item, secara

teoritis instrumen fokus terhadap pengukuran enam dimensi psychological well-

being dan setiap dimensi memuat 7 item namun pada penelitian ini diadaptasi

menjadi 26 item. Pada skala asli terdapat enam pilihan jawaban, yaitu sangat

setuju, setuju, agak setuju, agak tidak setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju,

namun sesuai dengan kebutuhan peneliti, skala dibuat menjadi empat pilihan

jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

2.2 Psychological Capital (PsyCap)

2.2.1 Definisi Psychological Capital (PsyCap)

Luthans, Youssef dan Avolio (2007, p:3) mendefinisikan Psychological Capital

atau PsyCap, sebagai:

Page 42: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

25

is an individual’s psychological state of development and is characterized

by: (1) having confidence to take on and put in the necessary effort to succed at

challenging tasks (self-efficacy); (2) making a positive attribution about

succeeding now and in the future (optimisme); (3) persevering toward goals and

when necessarry, redirecting paths to goals in order to succeed (hope); and (4)

when beset by problems and adversity, sustaining and bouncing back and even

beyond to attain success (resiliency).

Dengan kata lain, Luthans, Youssef dan Avolio (2007), mendefinisikan

psychological capital sebagai sebuah kondisi perkembangan psychological state

positif dari seseorang dengan karakteristik (1) memiliki keyakinan terhadap

kemampuan diri dalam mengambil dan mengerahkan usaha yang cukup agar

berhasil dalam melakukan tugas-tugas yang menantang (self-efficacy); (2)

membuat atribusi yang positif tentang kesuksesan di masa kini dan masa depan

(optimisme); (3) memiliki harapan dalam mencapai tujuan dan bila perlu

mengalihkan jalan atau mencari jalan lain untuk mencapai tujuan (hope); dan (4)

ketika dihadaptkan pada masalah dan halangan dapat bertahan dan bangkit

kembali, bahkan melebihi untuk mencapai kesuksesan (resiliency).

PsyCap mengacu pada keadaan psikologis positif individu yang terdiri dari

empat komponen yaitu: self-efficacy, hope, optimisme, dan resiliensi (. Luthans et

al, 2007a). PsyCap berasal dari positive organizational behaviour (POB). POB

didefinisikan sebagai studi dan penggunaan "positive human strengths and

psychological capacities", dapat dikembangkan dan diatur untuk meningkatkan

kinerja karyawan di tempat kerja (Luthans et al ., 2007a, hlm. 59). Untuk

Page 43: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

26

mempertimbangkan yang menjadi bagian konstruk POB, Luthans (2002)

berpendapat bahwa individu harus melibatkan karakteristik state-like yang

bertentangan dengan karakteristik trait. Karakteristik state-like adalah emosi

manusia dan suasana hati yang fleksibel dan rentan terhadap perubahan

berdasarkan konteks atau situasi, seperti kebahagiaan dan kesenangan, sedangkan

trait lebih statis dan sulit untuk berubah, seperti kecerdasan dan bakat (Luthans,

2002; Luthans et al., 2007a).

Dalam hal ini penting untuk mengetahui bahwa Psychological capital

merupakan psychological states positif dari individu dan bukanlah psychological

traits (Envick, 2005). Allport dan Odbert (Feist & Feist dalam Mahardini, 2009)

menjelaskan bahwa trait merupakan karakteristik yang secara relatif menetap

pada diri individu, sedangkan state melibatkan tingkah laku, pikiran dan tindakan

yang bisa dipelajari dan dikembangkan oleh setiap orang (Envick, 2005). Luthans,

Youssef dan Avolio (2007) juga menjelaskan bahwa psychological capital

merupakan psychological state sehingga psychological capital dapat berubah

sepanjang waktu, baik meningkat maupun menurun. Tidak seperti traditional

human dan social capital, psychological capital dapat berkembang secara terus

menerus sepanjang waktu (Luthans, Youssef & Avolio, 2007). Froman (2009)

juga menjelaskan bahwa Psychological capital dilihat sebagai aset yang dapat

dikembangkan, sehingga dapat membantu perusahaan dalam mencapai performa

kerja yang efektif dan hasil perusahaan yang diinginkan (Froman, 2009).

Menurut Luthans, Youssef & Avolio (2007), terlihat bahwa terdapat

hubungan yang positif antara Psychological capital terhadap performa kerja,

Page 44: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

27

psychological capital dapat digunakan untuk meningkatkan kompetisi dalam

mencapai keuntungan dan kesuksesan perusahaan dengan melihat potensi secara

keseluruhan dari sumber daya manusia yang dimiliki (Avolio dalam Luthan,

Youssef & Avolio, 2007). Selain itu Avey, Luthans, Smiths, dan Palmer (2010)

juga menjelaskan bahwa karyawan dengan Psychological capital tinggi, maka

kesejahteraan individu di lingkungan kerja akan tinggi. Dengan adanya

Psychological capital diharapkan dapat meningkatkan potensi sumber daya

manusia dalam organisasi (Mahardini, 2009), individu yang mengembangkan

konsep yang lebih sehat atau positif pada diri sendiri, akan mempertinggi

produktivitas individu dan kesuksesan dari organisasi (Schultz, dalam Mahardini,

2009). Maka dapat disimpulkan bahwa psychological capital sebagai sebuah

kondisi perkembangan psychological state positif dari seseorang dengan

karakteristik-karakteristik self-efficacy, optimisme, hope, dan resiliency. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan definisi Luthans, Youssef dan Avolio (2007),

yang mendefinisikan psychological capital sebagai sebuah kondisi perkembangan

psychological state positif dari seseorang dengan karakteristik (1) memiliki

keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengambil dan mengerahkan usaha

yang cukup agar berhasil dalam melakukan tugas-tugas yang menantang (self-

efficacy); (2) membuat atribusi yang positif tentang kesuksesan di masa kini dan

masa depan (optimisme); (3) memiliki harapan dalam mencapai tujuan dan bila

perlu mengalihkan jalan atau mencari jalan lain untuk mencapai tujuan (hope);

dan (4) ketika dihadaptkan pada masalah dan halangan dapat bertahan dan bangkit

kembali, bahkan melebihi untuk mencapai kesuksesan (resiliency).

Page 45: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

28

2.2.2 Dimesi dari Psychological Capital (PsyCap)

Terdapat empat dimensi yang menyusun Psychological capital (Luthans, Youssef

& Avolio, 2007), yaitu:

1. Efikasi Diri (Self-Efficacy)

Albert Bandura (1997), mengemukakan self-efficacy didefinisikan sebagai

"kepercayaan akan kemampuan dirinya mengarahkan motivasi, sumber daya

kognitif, dan tindakan yang diperlukan agar berhasil dalam melaksanakan tugas

tertentu "(Stajkovic & Luthans, 1998b, p. 66).

Bandura (1997) telah mengidentifikasi empat sumber yang diakui secara

luas pengembangan efficacy. Pertama, ketika individu berhasil menyelesaikan

tugas yang menantang, individu pada umumnya lebih percaya diri terhadap

kemampuannya untuk menyelesaikan tugas. Kedua, personal efficacy dipengaruhi

ketika individu merasakan sendiri belajar dengan cara mengamati (yaitu,

modeling) dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Jika berhasil pada tugas

yang diberikan, maka personal efficacy meningkat. Dampak dari modeling

tergantung pada seberapa mirip individu melihat dirinya sendiri dengan melihat

peran yang dilakuakn berhasil menyelesaikan tugas. Jika proses meniru individu

snagat mirip, maka proses pengembangan efficacy menjadi lebih efektif (Bandura,

1997).

Stajkovic dan Luthans (dalam Avey, Luthans, Smiths, & Palmer, 2010)

mendefinisikan efikasi diri atau self-efficacy sebagai keyakinan diri individu

terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam mengarahkan segala usaha agar

berhasil dan sukses dalam melaksanakan tugas yang dihadapinya. Individu dengan

Page 46: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

29

self-efficacy yang tinggi akan berani untuk menetapkan tujuan dan dapat

mengendalikan diri sendiri dalam keadaan sulit, berani menerima tantangan,

memiliki motivasi yang kuat, mampu mengerahkan segala usaha dalam mencapai

tujuan dan tetap gigih walaupun menghadapi rintangan (Luthans, Youssef &

Avolio, 2007). Singh dan Manshi (2009) menyatakan bahwa individu dengan

tingkat self-efficacy tinggi memiliki psychological well-being yang tinggi pula,

individu akan merasa lebih percaya diri, memiliki aspirasi yang tinggi dan

komitmen yang kuat terhadap apa yang ingin di capai.

2. Harapan (Hope)

Konstruk hope dalam psikologi positif memiliki perkembangan teoritis yang

cukup pesat dan secara umum dianggap sebagai "empowering way of thinking"

(Snyder, 1994, p. 2). Dalam merumuskan teori hope, Snyder dengan asumsinya,

bahwa individu pada umumnya berorientasi pada tujuan yaitu individu

berperilaku seperti, mencoba untuk mencapai sesuatu. Harapan atau hope

didefinisikan oleh Envick (2005) sebagai hasrat atau keinginan yang disertai

dengan pengharapan akan pemenuhan dari hasrat atau keinginan tersebut.

Snyder (dalam Avey, Luthans, Smiths, & Palmer, 2010) mendefinisikan

harapan sebagai positive emotional state dengan dua komponen penting yaitu (1)

agency (energi untuk mencapai tujuan) dan (2) pathways (perencanaan untuk

mencapai tujuan). Agency atau kekuatan keinginan merupakan kondisi kognitif

dimana individu mampu menetapkan tujuan, memiliki kekuatan (energy), dan

locus of control internal, sedangkan kondisi dimana individu mampu menemukan

Page 47: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

30

cara lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan ketika cara pertama mengalami

kendala disebut pathway.

3. Optimisme (Optimisme)

Dalam PsyCap, optimisme adalah individu yang mengharapkan peristiwa positif

dan diinginkan di masa yang akan datang (Luthans, Youssef, et al., 2007).

Individu yang optimis dan kehilangan pekerjaannya akan menghubungkan

penyebab kehilangan pekerjaannya ke dalam keadaaan situasi sementara. Carver

dan Scheier (2002) ketika individu memiliki harapan positif, individu akan terus

berusaha meskipun menghadapi kesulitan. Sebaliknya, individu yang pesimis

adalah individu yang secara konstan memiliki pikiran yang negatif dan meyakini

peristiwa yang tidak diinginkan akan terjadi. Dapat disimpulkan bahwa individu

yang optimis akan melakuakan sesuatu dengan lebih baik dibandingkan dengan

pesimis.

Menurut Seligman (dalam Luthans F, Luthans W, LuthansC, 2004),

optimisme adalah cara menginterpretasi kejadian positif oleh individu yang

digunakan dalam menjelaskan kejadian yang baik maupun yang buruk, penjelasan

dari optimisme memiliki dua dimensi penting yaitu waktu (permanence) dan

tempat (pervasiveness). Permanence berhubungan dengan waktu, saat terjadi

kejadian buruk individu yang optimis melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang

sementara, sebaliknya individu pesimis akan melihat hal tersebut sebagai sesuatu

yang permanen. Pervasiveness berhubungan dengan tempat yang memiliki

penjelasan secara spesifik mengenai suatu kejadian yang buruk adalah individu

Page 48: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

31

yang optimis, sedangkan individu yang menjelaskan secara universal adalah

individu yang pesimis.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa optimisme memiliki hubungan

positif dengan well-being. Misalnya dalam konteks kewirausahaan ditemukan

bahwa optimisme bertentangan dengan pesimis, optimis sering mengalami

berbagai jenis pengalaman yang sulit (Scheier, Carver, & Bridges, 2001).

Sedangkan pesimis cenderung mudah putus asa terhadap kesulitan yang

dihadapinya, optimis dapat bertahan, siap terhadap tantangan yang diberikan, dan

dapat mencapai tujuannya (Carver, & Scheier, 2003). Individu optimis cenderung

mensyukuri setiap perubahan yang terjadi, mampu melihat kesempatan yang

tersedia dan fokus dalam mendapatkan kesempatan tersebut (Luthans, Youssef, &

Avolio, 2007). Singh dan Manshi (2009) melengkapi definisi dari optimismee

diatas sebagai harapan atau dugaan terhadap hal yang positif, keyakinan bahwa

segala sesuatau adalah baik dan akan mendapat hasil yang terbaik pula.

4. Resilienci (Resiliency)

Resiliensi adalah kondisi dimana individu dapat bertahan dan bangkit kembali

dari pengalaman yang negatif dan dapat beradaptasi kembali dengan adanya

perubahan stress yang dihadapi (Tugade & Fredrickaon dalam Hmieleski & Carr,

2007). Luthans (dalam Avey, Luthans, Smiths, & Palmer, 2010) menjelaskan

resiliensi sebagai kemampuan seseorang untuk bangkit kembali saat mengalami

kejadian yang tidak menyenangkan dan dapat beradaptasi kembali dari kegagalan

tersebut.

Page 49: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

32

Menurut Masten dan Reed (2002), resiliensi merupakan positif coping dan

dapat beradaptasi kembali dari kesulitan yang dihadapi. Ketika resiliensi

diterapkan di tempat kerja, dapat digambarkan sebagai positif psikologi untuk

dapat bangkit kembali dari keterpurukan, ketidakpastian, konflik, kegagalan, atau

bahakan perubahan positif dan meningkatnya tanggung jawab (Luthans, 2002a, p.

702). Selain itu menurut Block dan Kremen (1996), Coutu (2002), serta Masten

(2001), individu yang memiliki resiliensi tinggi cenderung lebih efekti dalam

berbagai pengalaman, termasuk penyesuaian. Richardson (2002) menemukan

bahwa resiliensi dapat meningkat bahkan tumbuh setelah individu mengalami

peristiwa buruk. Artinya bahwa individu dapat lebih resilien terhadap situasi yang

merugikan dan dapat bangkit kembali dari peristiwa sebelumnya.

2.2.3 Pengukuran Psychological Capital

Pengukuran psychological capital dalam penelitian ini menggunakan PCQ-24

(analisis validitas ditemukan oleh Luthan, Avolio, et al., 2007, dan Luthans,

Youssef, & Avolio, 2007). PsyCap memiliki 4 aspek, setiap aspek terdiri atas 6

item dan total setiap item yaitu 24 item. Aspek Psycap yaitu hope, self-efficacy,

resilience dan optimisme. Semua item menggunakan 6 poin skala likert dengan

respon pilihan dari 1 = strongly disagree to 6 = strongly agree. Setiap item

menggambarkan penetapan skala sebelum di terbitkan dan diuji. Item hope

diadaptasi dari Snyder dan rekannya (1996). Contoh item dari subscale hope

yaitu: “ There are lots ways around any problem,” dan “Right now I see my self as

being pretty successful at work”. item self- efficacy diadaptasi dari Parker’s

(1998) mengukur self-efficacy dalam situasi kerja. Contoh item self efficacy: “I

Page 50: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

33

feel confident analyzing a long-term problem to find a solution,” and “I feel

confident presenting information to a group of colleagues”.

Item resiliensi diadaptasi dari Wagnild dan Young’s (1993), contoh item

resiliency: “I usually manage difficulties one way or another at work,” and “I feel

I can handle many things at a time at this job.” Item optimismee diadaptasi dari

Scheier dan Carver’s (1985), contoh item optimismee “I’m optimistic about what

will happen to me in the future as it pertains to work” and “I approach this job as

if ’every cloud has a silver lining.” Psychological capital dalam penelitian ini

menggunakan skala Likert dan menggunakan alat ukur Psychological Capital

Questionnaire (PCQ-24) yang dikembangkan oleh Luthans, Avolio, et al., 2007).

Konsisten dengan 4 subscale, setiap subscale terdiri atas 6 item dengan total

jumlah item yaitu 24. Setiap subscale terdiri atas self-efficacy, hope, optimisme,

and resilience.

2.3 Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)

2.3.1 Definisi Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)

Ada pernyataan yang mengatakan bahwa kepuasan adalah suatu perasaan yang

menyenangkan merupakan hasil dari persepsi individu dalam rangka

menyelesaikan tugas atau memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh nilai-nilai

kerja yang pneting bagi dirinya. Penjelasan kepuasan kerja tersebut dipertegas

oleh Wagner III & Hollenbeck (1995, hlm. 206-207) yang mengutip ungkapan

Locke, bahwa kepuasan kerja adalah: “a pleasurable feeling that results from the

perpection that one’s job fulfills or allows for the fulfillment of one’s important

job value.” Sementara itu, Locke juga mencatat bahwa perasaan yang berhubungn

Page 51: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

34

dengan kepuasan atau ketidakpuasan kerja cenderung lebih mencerminkan

penaksiran dari karyawan yang berhubungan dengan pengalaman kerja pada

waktu sekarang dan masa lalu daripada harapan untuk masa yang akan dating.

Kemudian Locke (1976) mendefinisikan bahwa kepuasan kerja sebagai suatu

tingkat emosi positif dan menyenangkan individu. Dengan kata lain, kepuasan

kerja adalah hasil pemikiram individu terhafap pekerjaan atau pengalaman positif

dan menyenangkan dirinya

Howell dan Dipboye 1986 (dalam munandar, 2001) memandang kepuasan

kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga

kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya, dengan kata lain kepuasan kerja

memcerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya. Menurut Fleisman dan

Bass (1977) kepuasan kerja merupakan suatu tindakan efektif karyawan terhadap

pekerjaannya. Kepuasan kerja tersebut dianggap sebagai hasil pengalaman

karyawan dalam kaitannya dengan penilaian terhadap diri sendiri seperti apa yang

dikehendaki atau diharapkan dari pekerjaannya.

Kepuasan kerja juga dapat diartikan sebagai perasaan individu tentang

pekerjaannya dan sikap individu terhadap berbagai aspek dalam pekerjannya,

sikap yang baik dan persepsi bahwa secara konsisten dapat mempengaruhi

tingkatan antara individu dan organisasi (Ivancevich & Matteson 2002; Spector

1997). Individu dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi secara umum akan

menunjukkan sikap positif, sedangkan individu yang tidak puas akan

menunjukkan sikap negatif terhadap pekerjann mereka. Selain itu kepuasan kerja

juga dapat di artikan sebagai bagian dari pekerjaan yang merasakan puas atau

Page 52: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

35

tidak puas terhadap pekerjaanya (Spector 1997). Berdasarkan uraian diatas, pada

skripsi ini peneliti menggunakan teori spector (1997).

2.3.2 Aspek Kepuasan Kerja

Menurut Spector (1997) terdapat sembilan aspek yang sangat berpengaruh

terhadap kepuasan kerja seseorang. Diantaranya aspek tersebut adalah

1. Gaji (pay) : kepuasan imbalan jasa berupa uang yang diterima karyawan sesuai

dengan beban yang telah ditanggugnya.

2. Promosi (promotioni): kepuasan akan mendapatkan kesempatan bagi karyawan

untuk tumbuh dan berkembang dalam pekerjaan atau jabatan.

3. Kepemimpinan (supervision): kepuasan terhadap perilaku atasan. Termasuk

dalam pengarahan, masukan dan pengawasan atasan.

4. Tunjangan (fringe benefits): kepuasan akan keuntungan atau tunjangan yang

didapatkan.

5. Penghargaan (contingent rewards): kepuasan terhadap penghargaan yang

diberikan terhadap performa yang baik.

6. Prosedur kerja (operating conditions): kepuasan akan peraturan dan prosedur

yang ada diperusahaan. Termasuk didalmnya adalah prosedur perusahaan yang

berupa administrasi, peraturan yang ditetapkan serta kebijakan perusahaan.

7. Rekan kerja (coworkers): kepuasan terhadap rekan kerja. Seberapa jauh

kesesuaian yang dirasakan ketika berinteraksi dengan rekan kerja.

8. Sifat pekerjaan (nature of work): kepuasan terhadap jenis pekerjaan yang

dilakukan, karakteristik dari pekerjaan itu sendiri yang akan dilaksanakan oleh

seorang karyawan memang sesuai dan menyenangkan.

Page 53: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

36

9. Komunikasi (communication): yaitu kepuasan komunikasi yang terjalin dalam

perusahaan.

2.3.3 Teori kepuasan kerja

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual karena

setiap orang memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda. Semakin positif

penilaian seseorang terhadap suatu pekerjaan, semakin tinggi pula kepuasan

kerjanya. Begitu pun sebaliknya, semakin negatif penilaian seseorang terhadap

suatu pekerjaan semakin rendah kepuasan kerjanya. Adapun teori mengenai

kepuasan kerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut:

2.3.3.1 Teori Proses-Bertentangan (Opponent-Process Theory)

Teori proses-bertentangan dari Landy (dalam Munandar, 2001) memadang

kepuasan kerja dari perspektif yang berbeda secara mendasar daripada pendekatan

yang lain. Teori ini menekankan bahwa orang ingin mempertahankan suatu

keseimbangan emosional (emotional equilibrium). Teori proses-bertentangan

mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrim tidak memberikan

kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja (dengan emosi yang

berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam system pusat saraf yang

membuat aktif emosi yang bertentangan atau berlawanan. Di hipotesiskan bahwa

emosi yang berlawanan, meskipun lebih lemah dari emosi yang asli, akan terus

ada dalam jangka waktu yang lebih lama.

Teori ini menyatakan bahwa jika individu memperoleh ganjaran pada

pekerjaan mereka, maka mereka akan senang, sekaligus ada rasa tidak senang

(yang lebih lemah). Setelah beberapa saat rasa senang menurun dan dapat

Page 54: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

37

menurun sedemikian rupa sehingga orang merasa agak sedih sebelum kembali ke

normal. Ini dikarenakan emosi tidak senang (emosi yang berlawanan) berlangsung

lebih lama. Berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja bervariasi secara mendasar

dari waktu ke waktu, akibatnya bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu

dilakukan secara periodik dengan interval waktu yang sesuai.

2.3.3.2 Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)

Teori ini pertama kali dipopulerkan oleh Proter. Ia berpendapat bahwa mengukur

kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang

seharisnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai. Locke (dalam wijono,

2010) mengembangkan bahwa kepuasan kerja pegawai bergantung pada

perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh pegawai.

Apabila yang didapat pegawai ternyata lebih besar daripada apa yang diharapkan

maka pegawai tersebut menjadi puas. Sebaliknya, apabila yang didapat pegawai

lebih rendah daripada yang diharapkan, akan menyebabkan pegawai tidak puas.

Menurut Locke teori ketidaksesuaian mengungkapkan bahwa kepuasan

atau ketidakpuasan dari beberapa aspek pekerjaan menggunakan dasar

pertimbangan dua nilai (values), yaitu (1) ketidaksesuaian yang dipersepsikan

antara apa yang diinginkan individu dengan apa yang dia terima dalam

kenyataannya dan (2) apa pentingnya pekerjaan yang diinginkan oleh individu

tersebut. Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi individu adalah jumlah dari

kepuasan kerja dari setiap aspek pekerjaan dikalikan dengan derajat pentingnya

aspek pekerjaan individu. Contohnya, seorang supervisor mempunyai keinginan

lebih mengutamakan aspek kenaikan jabatan daripada kenaikan gaji, maka

Page 55: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

38

supervisor tersebut akan memberi ranking yang lebih tinggi pada aspek kenaikan

jabatan dibanding dengan kenaikan gaji.

Sementara itu, Locke juga mengatakan bahwa perasaan puas atau tidak

puas yang dimiliki oleh individu sangat bersifat pribadi. Mengapa demikian?

Karena perasaan tersebut muncul tergantung dari cara individu mempersepsikan

ketidaksesuaian atau pertentangan antara keinginan dan hasil yang telah

dicapainya. Pemindahan individu dari tempat kerja dengan ruangan yang sempit

ke tempat kerja yang mempunyai ruangan luas, akan menunjang kepuasan

individu lain yang merasa perubahan tempat kerja yang ruangannya lebih luas

yang tidak memberi perasaan nyaman bagi dirinya. Contohnya, individu yang

mengalami “fobia” pada tempat kerja yang ruangannya luas akan menjadi

“nervous” dan tidak senang bila ditempatkan pada ruangan kerja yang lebih luas.

2.3.3.3 Model dari Kepuasan Bidang/Bagian (Facet Satisfaction)

Kapuasan bidang menurut model (Lawler dalam Wijono, 2010) mempunyai

kaitan erat dengan teori keadilan J. Adams. Model Lawler mengatakan bahwa

individu akan merasa puas terhadap bidang tertentu dari pekerjaan mereka

(misalnya, hubungan antara rekan kerja, atasan dan bawahan, dan / atau gaji).

Individu dapat menerima dan melaksanakan pekerjaannya dengan senang hati

dalam bidang yang dia persepsikan, maka hasilnya akan sama dengan jumlah

yang dia persepsikandari yang secara aktual mereka terima.

Berikutnya ada dua ilustrasi yang dapat dikemukakan untuk memperjelas

pernyataan di atas yaitu pertama, individu yang mempersepsikan hubungan

interaksi dengan atasannya yang seharusnya berjalan baik, lancar, dan

Page 56: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

39

memuaskan. Jika hal tersebut terwujud, maka dapat menunjang produktivitas

kerjanya karena hubungan interaksi antara dirinya dengan atasannya tersebut

secara nyata terjadi dibandingkan dengan rekan kerjanya. Tetapi, jika individu

mempersepsikan tentang hubungan interaksinya dengan atasan jauh melebihi dari

rekan kerjanya yang lain, maka dia akan merasa bersalah dan tidak adil.

Sebaliknya, jika dia mempersepsikan bahwa hubungan interaksinya yang dialami

kurang baik dan lancar dari yang sesungguhnya terjadi, maka dia merasa tidak

puas.

Kedua, adanya persepsi individu terhadap jumlah “income” yang

seharusnya dia terima atas dasar hasil penelitian prestasi kerjanya dengan

persepsinay tentang income yang secara nyata dia terima. Seandainya individu

mempersepsikan income yang dia terima lebih besar dari yang sesungguhnya dia

terima, maka dia akan merasa bersalah dan tidak adil. Sebaliknya, jika dia

mempersepsikan bahwa income yang dia terima kurang dari yang sepatutnya dia

terima, maka dia merasa tidak puas.

Sementara itu, Lawler juga mengatakan bahwa jumlah dari bidang yang

dipersepsikan individu akan menjadi sesuai tergantung dari bagaimana individu

mempersepsikan nilai dari pekerjaan dan karakteristik pekerjaannya. Selain itu,

persoalan yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana individu mempersepsikan

“input and ouptut” dari orang lain yang digunakan sebagai pembanding bagi

dirinya sendiri. Akhirnya, jumlah dari bidang yang dipersepsikan orang terhadap

apa yang individu terima secara nyata tergantung dari hasil output yang secara

Page 57: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

40

nyata individu terima dan hasil output yang dipersepsikan dari orang dengan siapa

individu akan membandingkan dirinya sendiri.

2.3.3.4 Teori Dua Faktor dari Herzberg

Mneurut Herzberg, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan, yaitu:

(Herzberg’s dalam Dessler, 2000 : 334). Pertama, kebutuhan akan kesehatan atau

kebutuhan akan pemeliharaan. Hal ini berhubungan dengan hakikat manusia yang

ingin memperoleh ketentraman lahiriyah. Faktor pemeliharaan meliputi balas jasa,

kondisi kerja fisik, dan bermacam-macam tunjangan lainnya. Hilangnya faktor

pemeliharaan ini dapat menyebabkan timbulkan ketidakpuasan (Dissatisfier =

faktor hygienis) dan tingkat absensi karyawan serta turnover akan meningkat.

Faktor-faktor pemeliharaaan ini perlu mendapat perhatian yang wajar dari

pimpinan agar kepuasan dan kegairahan kerja karyawan dapat ditingkatkan.

Kedua, faktor pemeliharaan ini menyangkut kebutuhan psikologis

seseorang. Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan

pekerjaan (job content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan

menggerakkan tingkat motivasi yang kuat yang dapat menghasilakan prestasi

kerja yang baik. Jika kondisi ini tidak ada maka konidisi ini ternyata tidak

menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkaian faktor ini

dinamakan Satisfier atau motivator yang meliputi: prestasi, pengakuan, pekerjaan

itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan, dan pengembangan potensi individu.

2.3.4 Pengukuran Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja memiliki beberapa pengeukuran diantaranya, yaitu Job

Descriptive Index (JDI), Minesota Satisfaction Qestionnaire (MSQ), Job

Page 58: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

41

Satisfaction Survey (JSS). Pengukuran kepuasan kerja yang sering digunakan

adalah Job Descriptive Index (JDI) yang dikembangkan di Negara maju (Smith,

Kendall & Hulin, dalam Schlutz, & Schlutz, 2006). JDI mengukur lima dimensi

kepuasan kerja, yaitu kepuasan terhadap gaji, peluang promosi, pengawasan dan

rekan kerja. JDI dapat diselesaikan dalam waktu 15 menit dan sudah diterbitkan

dalam berbagai bahasa. MSQ (Weiss, Dawis, Lofquist, & England, 1966), skala

ini memiliki dua bentuk yaitu item yang versi panjang dan vesi pendek sebanyak

20 item.

Selain JDI, kepuasan kerja dapat diukur dengan menggunakan gabungan

Sembilan sub-skala dari Job Satisfaction Survey (JSS). Alat ukur ini

dikembangkan oleh Spector (1985). Sub-skala ini adalah pay, promotion,

supervision, fringe benefist, contingen rewards, operating procedures, coworkers,

nature of work, dan communication. Pada skala JSS, setiap sub-skala memiliki

empat pertanyaan denga total pertanyaan sebanyak 36 item. Skala ini

menggunakan 6 skala likert, mulai dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju

untuk menunjukkan tingkat kepuasan kerja peserta. Vaiditas dari JSS sendiri telah

dibandingkan dengan skala JDI, yang merupakan skala yang sebagian besar

mengukur kepuasan kerja.

Dalam penelitian ini, akan menggunakan The Job Satisfaction Survey

(JSS) yang dibuat oleh Spector (1997). JSS menilai 9 aspek dari kepuasan kerja

(gaji, promosi, tunjangan, penghargaan, prosedur operasional, rekan kerja, sifat

kerja, dan komunikasi) yang terdiri dari 36 item. Hal ini dikarenakan skala JSS

Page 59: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

42

adalah skala yang terperinci dalam mengukur kepuasan kerja dan sesuai dengan

teori yang peneliti gunakan pada penelitian ini.

2.4 Kerangka Berpikir

Kesejahteraan pekerja (employee wellbeing) merupakan salah satu faktor yang

tidak bisa lepas dari isu penting dalam suatu perusahaan, karena kesejahteraan

pekerja memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengefektifkan biaya yang

berhubungan dengan penyakit dan kesehatan pekerja (Danna & Griffin, 1999),

ketidakhadiran (absenteeism), pergantian pekerja (turnover), (Spector, 1997),

performa kerja (job performance), dan kepuasan kerja (job satisfaction) (Russel,

2008).

Berdasarkan Page dan Vella-Brodrick (2009) terdapat 3 komponen dari

employee wellbeing, yaitu subjective well-being (kepuasan kehidupan dan

dispositional affect), workplace wellbeing (kepuasan kerja dan hal-hal terkait

pekerjaan) dan yang terakhir adalah psychological wellbeing (penerimaan diri,

hubungan interpersonal positif, penguasaan lingkungan, otonomi, tujuan hidup,

dan perkembangan diri). Ryff (1989) mendefinisikan psychological well-being

sebagai sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri

sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah

lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel

dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih

bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Kesehatan dan kesejahteraan penting dalam dunia kerja karena memiliki

efek tertentu pada setiap karyawan (Boyd, dalam Danna & Griffin, 1999). Para

Page 60: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

43

peneliti telah menyadari bahwa kesehatan dan well-being yang rendah dapat

memberikan efek negatif terhadap karyawan dan organisasi. Kesehatan pekerja

dan kesejahteraan psikis harus menjadi perhatian yang lebih penting karena

kesadaran bahwa unsur lain di tempat kerja menimbulkan risiko bagi pekerja.

Maka dari itu penting bahwa setiap karyawan memiliki psychological well-being

karena dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Psychological well-being juga

dapat dipengaruhi oleh psychological Capital seperti Self-Efficacy, Hope,

Optimisme, Resiliency juga berpengaruh terhadap psychological well-being.

Sandeep Singh dan Mansi (2009), menyatakan bahwa psychological

capital (self-efficacy) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psychological

well-being. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tinggi individu

memiliki self-efficacy maka semakin tinggi pula psychological well-beingnya.

Self-efficacy sebagai keyakinan diri individu terhadap kemampuan yang

dimilikinya dalam mengarahkan segala usaha agar berhasil dan sukses dalam

melaksanakan tugas yang dihadapinya, sehingga karyawan yang memiliki self-

efficacy tinggi akan memiliki psychological well-being yang tinggi.

Petugas yang memiliki hope (harapan) yang tinggi terhadap tujuan yang

dimilikinya dan memiliki keinginan untuk mewujudkannya maka memiliki

psychological well-being yang baik. Petugas yang selalu memiliki harapan

terhadap pekerjaannya bahwa petugas bisa melaksanakan pekerjaannya dengan

baik dan memiliki harapan yang tinggi pada saat proses pemadaman berlangsung

maka akan memiliki psychological well-being yang baik pula.

Page 61: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

44

Penelitian yang dilakukan oleh Sandeep Singh dan Mansi (2009)

menunjukkan bahwa optimisme dapat meningkatkan psychological well-being

dan dapat memiliki penyesuaian yang lebih baik terhadap peristiwa kehidupan

yang penuh stress. Petugas yang memiliki optimsime yang tinggi maka akan

memiliki tingkat stress yang rendah, karena ketika petugas memadamkan

kebakaran harus memiliki optimisme yaitu cara petugas dalam mencapai

tujuannya agar berhasil serta pengambilan keputusan yang cepat sangat

dibutuhkan pada saat proses pemadaman. Individu yang memiliki optimisme

tinggi maka memiliki psychological well-being yang tinggi pula, karena dengan

adanya optimisme individu akan selalu berfikir positif dalam setiap kejadian yang

dialaminya ssehingga dapat melaksanakan pekerjaan dengan maksimal dan dapat

meningkatkan psychological well-beingnya.

Individu yang memiliki resiliency yang tinggi dapat bertahan dan bangkit

kembali dari pengalaman negatif dan dapat beradaptasi kembali dengan adanya

perubahan dari stress yang dihadapinya. Individu yang pernah mengalami suatu

pengalaman negatif dan bisa bangkit lagi dari pengalaman negatifnya akan

memiliki psychological well-being yang tinggi karena individu tersebut pernah

mengalami pengalaman negatif dan tidak ingin mengalaminya kembali. Sehingga

resiliency dapat mempengaruhi psychological well-being.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi psychological well-being adalah

kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan individu yang merasakan puas atau

tidak puas terhadap pekerjaannya. Penelitian sebelumnya mengenai kepuasan

kerja, bahwa kepuasan kerja signifikan memprediksi psychological well-being.

Page 62: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

45

Penelitian yang dilakukan oleh C Bravo-Yanez, dan A Jimenez-Figueroa (2011)

terdapat hubungan antara kepuasan kerja dan psychological well-being. Individu

yang merasa puas dengan pekerjaannya cenderung merasa baik secara psikologis.

Perilaku ini dapat dengan jelas terlihat dalam hasil penelitiannya, bahwa apabila

terdapat perbedaan yang ditemukan dalam sampel tentang kepuasan kerja juga

ditemukan perbedaan dalam psychological well-being.

Kepuasan kerja memiliki Sembilan aspek yaitu gaji, promosi, supervisi,

tunjangan, penghargaan, prosedur kerja, rekan kerja, sifat pekerjaan dan

komunikasi. Kepuasan terhadap gaji yaitu kepuasan terhadap uang yang diterima

oleh karyawan sebagai hasil dari pekerjaan yang dikerjakannya. Gaji merupakan

faktor utama dalam kepuasan kerja, apabila gaji yang dirasakan sesuai dengan

harapan, maka individu akan merasa puas. ketika individu sudah memiliki

kepuasan yang tinggi maka individu akan merasa aman dan nyaman ketika

bekerja sehingga semakin puasnya individu terhadap gaji maka semakin tinggi

pula psychological well-beingnya.

Kepuasan promosi merupakan kepuasan mendapatkan kesempatan bagi

karyawan untuk tumbuh dan berkembang dalam pekerjaannya atau jabatannya.

Promosi memberikan perkembangan individu, lebih bertanggung jawab dan

meningkatkan status sosial. Kepuasan kerja diperoleh dari pengalaman kerja

individu yang merasa mendapatkan peluang promosi yang adil, sehingga tidak

berpikir untuk mencari profesi dan perusahaan lain. Jadi semakin puasnya

individu terhadap proses promosi yang ada pada perusahaan maka akan semakin

tinggi pula psychological well-beingnya karena dengan adanya promosi maka

Page 63: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

46

akan meningkatkan status sosial individu dan dapat meningkatkan kesejahteraan

dalam kehidupannya maupun psikisnya.

Kepuasan terhadap atasan merupakan kepuasan terhadap perilaku atasan.

Menurut Locke (dalam munandar, 2001), tingkat kepuasan kerja yang paling

besar dengan seorang atasan ialah jika kedua jenis hubungan adalah positif.

Dukungan dan perhatian dari atasan kepada karyawan membuat individu merasa

lebih bersemangat dalam bekerja dan merasa nyaman berada dilingkungan

pekerjaan. Apabila atasan memiliki sikap yang baik terhadap bawahannya dan

memiliki hubungan yang baik maka individu memiliki kepuasan atasan yang

tinggi sehingga dapat mempengaruhi psychological well-beingnya dan juga

karyawan suka terhadap pekerjaannya.

Kepuasan terhadap tunjangan merupakan kepuasan terhadap tunjangan

yang didapatkan. Tunjangan sangat penting untuk karyawan seperti tunjangan

kesehatan, asuransi dll. Tunjangan yang diberikan juga harus disesuaikan dengan

pekerjaan yang dilakukannya karena dapat mempengaruhi puas atau tidak puasnya

karyawan terhadap perusahaan, sehingga apabila karyawan merasa puas terhadap

tunjangan yang didapat maka karyawan merasa nyaman dan aman di

pekerjaannya tetapi apabila karyawan tidak puasa terhadap tunjangannya maka

karyawan merasa tidak nyaman dan aman pada pekerjaannya. Jadi semakin

puasnya individu terhadap tunjangan yang diberikan maka semakin tinggi pula

psychological well-beingnya karena individu merasa aman dan nyaman dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Page 64: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

47

Kepuasan terhadap penghargaan merupakan kepuasan terhadap

peghargaan yang diberikan terhadap performa yang baik. Menurut spector, 1997

(dalam munandar, 2001), contoh dari penghargaan adalah apresiasi, pengakuan

dan imbalan untuk kerja yang baik. Ketidakpuasan kerja karyawan bisa terjadi

jika karyawan merasa upaya mereka tidak dihargai atau tidak mendapatkan

penghargaan yang wajar. Jadi apabila karyawan diberikan penghargaan atas

usahanya terhadap pekerjaannya maka karyawan merasa puas terhadap

pekerjaannya begitu pula dapat meningkatkan psychological well-beingnynya,

karena individu merasa kebutuhannya atas penghargaan telah dipenuhi.

Kepuasan terhadap prosedur kerja yaitu puas terhadap peraturan dan

prosedur yang ditetapkan. Apabila prosedur yang telah ditetapkan sesuai dan

kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan tidak mempersulit pekerjaannya maka

karyawa puas terhadap perosedur kerja yang ditetapkan sehingga akan

mempengaruhi psychological well-being individu. Kepuasan rekan kerja

merupakan kepuasan terhadap rekan kerja satu timnya. Robbins, 1993 (dalam

munandar, 2001) mengatakan memiliki teman yang ramah dan rekan kerja yang

suportif dapat meningkatkan kepuasan kerja. Karyawan yang puas terhadap rekan

kerjanya dan memiliki rekan kerja yang kompeten dalam mekakukan

pekerjaannya, maka akan memiliki kepuasan kerja yang tinggi pula dan dapat

mempengaruhi psychological well-beingnya.

Kepuasan nature of work/ sifat pekerjaan merupakan kepuasan terhadap

jenis pekerjaan yang dilakukan, dan karakteristik dari pekerjaan itu sendiri yang

dilaksanakan oleh seorang karyawan memang sesuai dan menyenangkan. Individu

Page 65: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

48

yang cocok dan sesuai terhadap pekerjaannya maka individu akan malakukan

pekerjaannya dengan baik dan setiap pekerjaan akan selalu menyenangkan.

Petugas pemadam kebakaran secara langsung dan tidak langsung memiliki sifat

pekerjaan yang berbahaya, dimana petugas dapat membahayakan dirinya sendiri

pada saat proses pemadaman. Jadi apabila individu puas terhadap sifat

pekerjaannya yaitu sesuai dengan dirinya, puas terhadap jenis pekerjaannya maka

memiliki kepuasan sifat pekerjaan yang tinggi pula dan dapat mempengaruhi

psychological well-beingnya.

Kepuasan komunikasi merupakan kepuasan komunikasi yang terjalin

dalam perusahaan. Menurut Suehr, 1982 (dalam Wijono, 2011) mengatakan

bahwa komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam keseluruhan proses

moral. Komunikasi dapat dilihat dari ketidakhadiran kerja yang cenderung

menjadi sumber utama dari ketidakpuasan dengan syarat individu diletakkan pada

posisi penting dalam suatu jalinan komunikasi yang erat. Jadi jika jalinan

komunikasi yang erat antar setiap petugas pemadam kebakaran diciptakan, maka

akan terjadi kepuasan kerja yang tinggi bagi setiap petugas pemadam kebakaran

dan akan mempengaruhi psychological well-being petugas.

Page 66: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

49

Gambar 2.1

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Psychological Capital terhadap Psychological

Well-being Petugas Pemadam Kebakaran

Psychological

Well-Being

Psychological Capital

Self-Efficacy

Hope

Optimisme

Resiliency

Kepuasan Kerja

Kepuasan Gaji

Kepuasan Promosi

Kepuasan Kepemimpinan

Kepuasan Tunjangan

Kepuasan Penghargaan

Kepuasan Prosedur Kerja

Kepuasan Rekan Kerja

Kepuasan Sifat Pekerjaan

Kepuasan Komunikasi

Page 67: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

50

2.5 Hipotesis Penelitian

Penelitian ini diuji menggunakan analisis statistik, dengan hipotesis yang akan

diuji adalah hipotesis nihil, yaitu “ Tidak terdapat pengaruh yang signifikan

kepuasan kerja dan psychological capital terhadap psychological well-being”.

Sedangkan hipotesis mayor dan hipotesis minor dalam penelitian ini yaitu:

2.5.1 Hipotesis mayor

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan kerja dan psychological

capital terhadap psychological well-being

Hipotesis minor

H2: Terdapat pengaruh yang signifikan self-eficacy terhadap psychological

well-being.

H3: Terdapat pengaruh yang signifikan hope terhadap psychological well-

being.

H4: Terdapat pengaruh yang signifikan optimisme terhadap psychological well-

being.

H5: Terdapat pengaruh yang signifikan resiliency terhadap psychological well-

being.

H6: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan gaji terhadap psychological

well-being.

H7: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan promosi terhadap

psychological well-being.

H8: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan kepemimpinan terhadap

psychological well-being.

Page 68: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

51

H9: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan tunjangan terhadap

psychological well-being.

H10: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan penghargaan dari perusahaan

terhadap psychological well-being.

H11: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan prosedur kerja terhadap

psychological well-being.

H12: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan rekan kerja terhadap

psychological well-being.

H13: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan sifat pekerjaan terhadap

psychological well-being.

H14: Terdapat pengaruh yang signifikan kepuasan komunikasi terhadap

psychological well-being.

Page 69: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

52

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab tiga ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel, variabel

penelitian, definisi operasional dan variabel, instrumen pengumpulan data,

pengujian validitas konstruk, prosedur pengumpulan data, dan metode analisis

data

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pemadam kebakaran dan

penanggulangan bencana Jakarta Selatan berjumlah 480. Sedangkan sampel pada

penelitian ini sebanyak 200 orang. Petugas pemadam kebakaran dibagi menjadi

tiga tim yaitu tim a, tim b, dan tim c, setiap tim sudah memiliki jadwal tugasnya

masing-masing. Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu

non-probability sampling. Non probability sampling yaitu suatu metode

pengambilan sampel dimana tidak setiap partisipan dalam suatu populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Kriteria populasi dalam

penelitian ini yaitu merupakan petugas pemadam kebakaran dan bukan officer dan

petugas tetap.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Psychological Well-being

2. Efikasi Diri (Self-Efficacy)

3. Harapan (Hope)

4. Optimisme (Optimism)

5. Resiliensi (Resiliency)

6. Gaji (pay)

Page 70: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

53

7. Promosi (promotion)

8. Kepemimpinan (supervisioni)

9. Tunjangan (fringe benefit)

10. Penghargaan (contingent reward)

11. Prosedur kerja (operating conditions)

12. Rekan kerja (co-worker)

13. Sifat pekerjaan ( nature of work)

14. Komunikasi (communication)

Variabel terikat atau dependent variabel (outcome variabel) dalam penelitian ini

adalah psychological well-being, sedangkan variabel lainnya variabel bebas atau

independent variabel (predictor variabel) yaitu psychological capital dan

kepuasan kerja.

3.2.2 Definisi Operasional

Setelah menentukan variabel mana yang menjadi variabel dependen dan variabel

independen, selanjutnya menentukan definisi operasional dari variabel penelitian

yang akan digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasioan variabel penelitian

dijelaskan di bawah ini.

3.2.2.1 Psychological well-being

Psychological well being merupakan sebuah kondisi dimana petugas pemadam

kebakaran memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat

membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat

menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya,

memiliki tujuan hidup dan membuat hidup lebih bermakna, serta berusaha

mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Dapat diukur dengan menggunakan

alat ukur ryff scale of psychological well-being (RSPWB) yang terdiri dari enam

aspek yaitu: otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental

mastery), pertumbuhan pribadi ( personal growth), hubungan positif dengan orang

Page 71: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

54

lain (positive relations with others), tujuan hidup (purpose in life), penerimaan

diri (self-acceptance).

3.2.2.2 Psychological Capital

Psychological capital yang dimaksud dalam penelitian ini, sebagai sebuah kondisi

perkembangan psychological state positif dari seseorang dengan karakteristik (1)

memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengambil dan

mengerahkan usaha yang cukup agar berhasil dalam melakukan tugas-tugas yang

menantang (self-efficacy); (2) membuat atribusi yang positif tentang kesuksesan di

masa kini dan masa depan (optimisme); (3) memiliki harapan dalam mencapai

tujuan dan bila perlu mengalihkan jalan atau mencari jalan lain untuk mencapai

tujuan (hope); dan (4) ketika dihadapkan pada masalah dan halangan dapat

bertahan dan bangkit kembali, bahkan melebihi untuk mencapai kesuksesan

(resiliency). Dapat diukur dengan menggunakan psychological capital

questionnaire 24 (PCQ-24) yang terdiri dari empat aspek yaitu: self-efficacy,

optimism, hope, resiliency.

3.2.2.3 Kepuasan Kerja

Job satisfaction (kepuasan kerja) yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

individu yang dapat merasa puas atau tidak puas petugas pemadam kebakaran

terhadap pekerjaanya. Dapat diukur dengan menggunakan job satisfaction scale

(JSS) terdiri dari Sembilan aspek yaitu: gaji (pay), promosi (promotion),

kepemimpinan (supervisioni), tunjangan (fringe benefit), penghargaan (contingent

reward), prosedur kerja (operating conditions), rekan kerja (co-worker), sifat

pekerjaan ( nature of work), komunikasi (communication).

Page 72: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

55

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Kuesioner adalah

suatu daftar pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu hal atau dalam suatu

bidang yang bertujuan untuk memperoleh data berupa jawaban dari para

responden. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada

penelitian yaitu kuisioner dalam bentuk skala Likert.

Skala yang digunakan yaitu skala psychological well being, kepuasan kerja

dan psychological capital berisi pernyataan yang sesuai dengan indikator variabel

yang digunakan dalam penelitian ini. Skala psychological well being, kepuasan

kerja dan psychological capital disusun dengan menggunakan empat pilihan

jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak

setuju (STS) dengan tidak menggunakan pilihan jawaban tengah (netral/ragu-

ragu). Peneliti membagi dua kategori pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable

serta menentukan bobot nilai. Untuk item favorable, skor subjek bergerak dari

nilai 4, 3, 2, 1. Sementara untuk item unfavorable, skor subjek bergerak dari nilai

1, 2, 3, 4. Nilai untuk keempat pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Format Skoring Skala Likert

Alternatif Pilihan Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat tidak setuju (STS) 1 4

Tidak setuju (TS) 2 3

Setuju (S) 3 2

Sangat setuju (SS) 4 1

Page 73: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

56

Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah berjumlah 4 bagian.

Pertama, bagian yang mengungkap data diri responden. Kedua, bagian yang

mengungkap psychological well-being. Ketiga, bagian yang membahas kepuasan

kerja, dan bagian keempat mengungkap tentang psychological capital. Adapun

instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

3.3.1 Psychological well-being

Skala psychological well-being yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ryff

Scales of Psychological Well-being yang merupakan skala untuk mengukur

psychological well-being yang disusun oleh Carol D. Ryff yang sudah teruji

validitas dan reliabilitasnya. Skala ini disusun berdasarkan enam dimensi dari

psychological well-being, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang

lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan perkembangan pribadi.

Dalam Ryff Scale of Psychological Well-being (RSPWB) terdapat 42 item dan

setiap dimensi terdiri atas 7 item, tetapi dalam penelitian ini peneliti mengadaptasi

menjadi 26 item yang sudah disesuaikan dengan sampel penelitian. Pada skala asli

terdapat enam pilihan jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, agak setuju, agak tidak

setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, namun sesuai dengan kebutuhan peneliti,

skala dibuat menjadi empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun blue print dari skala psychological well-

being dapat dilihat dari tabel 3.2 berikut:

Page 74: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

57

Tabel 3.2

Blue Print Psychological Well-being

No Dimensi Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

1 Otonomi

(autonomy) Perilaku yang tidak menggantungkan

diri pada penilaian orang lain untuk

membuat keputusan

Memiliki kepribadian yang mandiri

1,7,13,18 23 5

2 Penguasaan

lingkungan

(environmental

mastery)

Perilaku individu yang dapat

mengatur keadaan lingkungannya

sehingga sesuai dengan kebutuhan

dan nilai-nilai pribadi yang

dianutnya

2,8,14,19 - 4

3 Pertumbuhan

pribadi (

personal growth

Keinginan dalam diri untuk terus

tumbuh, terbuka akan pengalaman

baru

Tidak tertarik akan hal yang baru

merasa nyaman terhadap

kehidupannya

3,9,15 25 4

4 Hubungan

positif dengan

orang lain

(positive

relations with

others)

Memiliki kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain

Saling menyayangi

Saling mempercayai

4,10,16,20 24 5

5 Tujuan hidup

(purpose in life) Memiliki tujuan untuk masa depan

Membuat rencana masa depan

menjadi kenyataan

5,11,26 21 4

6 Penerimaan diri

(self-

acceptance)

Mampu menerima berbagai aspek

positif maupun negatif

Memiliki perasaan positif terhadap

masa lalu

Merasa tidak puas terhadap diri

sendiri

6,12,17,22 - 4

Total item 22 4 26

3.3.2 Psychological Capital

Psychological capital dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dan

menggunakan alat ukur Psychological Capital Questionnaire (PCQ-24) yang

dikembangkan oleh Luthans, Avolio, et al., 2007). Konsisten dengan 4 dimensi

yang dimiliki PsyCap, setiap dimensi terdiri atas 6 item dengan total 24 item.

Dimensi PsyCap terdiri atas self-efficacy, hope, optimism, dan resilience. Pada

skala asli terdapat enam pilihan jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, agak setuju,

agak tidak setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, namun sesuai dengan

Page 75: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

58

kebutuhan peneliti, skala dibuat menjadi empat pilihan jawaban yaitu sangat

setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun blue print dari skala

PsyCap dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3

Blue Print Psychological Capital

No Dimensi Indikator Nomor Butir Jumlah

Fav Unfav

1 Self-Efficacy Keyakinan individu terhadap

kemampuan yang dimilikinya

dalam mengarahkan vsegala

usaha agar berhasil

Sukses dalam melaksanakan

tugas yang dihadapinya

1,5,9,13,17,2

1

- 6

2 Hope hasrat atau keinginan yang

disertai dengan pengharapan

akan pemenuhan dari hasrat

atau keinginan tersebut

2,6,10,14,18,

22

- 6

3 Resiliency Individu dapat bertahan dan

bangkit kembali dari

pengalaman yang negatif

Dapat beradaptasi kembali

dengan adanya perubahan

stress yang dihadapi

7,11,15,19,2

3

3 6

4 Optimism Individu mensyukuri setiap

perubahan yang terjadi,

mampu berpikir positif

terhadap suatu yang akan

terjadi dimasa depan

Memiliki motivasi tinggi

Mampu melihat kesempatan

yang tersedia dan fokus untuk

mendapatkannya

4,8,12,16,24 20 6

Total item 22 2 24

3.3.3 Kepuasan Kerja (job satisfaction)

Untuk mengukur kepuasan kerja, peneliti mengadaptasi dari alat ukur Job

Satisfaction Scales (JSS) yang terdiri dari 36 item. Skala ini pertama kali dibuat

oleh Spector pada tahun 1997. Pada umumnya digunakan oleh perusahaan untuk

membantu mengelola, melatih, dan mempertahankan karyawan yang berharga

(Liu et al, 2004 dalam Watson dkk, 2004). Job Satiafaction Scale (JSS) ini terdiri

Page 76: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

59

dari sembilan aspek, yaitu: pay, promotion, supervision, fringe benefit, contingent

rewards, operating condiitions, co workers, nature of work, communication

(Spector, dalam Watson, 2004). Sembilan aspek ini dirancang untuk menilai sikap

karyawan tentang aspek pekerjaan.

Tabel 3.4

Blueprint Skala Kepuasan Kerja

No Aspek Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

1 Pay Kepuasan terhadap

kesesuaian gaji

Kenaikan gaji yang diterima.

1,28 10,19 4

2 Promotion Kepuasan akan adanya

kesempatan promosi

Proses promosi sama dengan

proses promosi perusahaan

pada umumnya.

11,20,33 2 4

3 Supervision Kepuasan berinteraksi

dengan atasan

Kepuasan terhadap perilaku

atasan

3,30 12,21 4

4 Fringe Benefit Kepuasan terhadap

tunjangan yang diberikan

perusahaan

13,22 4,29 4

5 Contingent

Reward Kepuasan terhadap

pengehargaan yang

diberikan perusahaan

5,23 14,32 4

6 Operating

Conditions Kepuasan terhadap prosedur

dan peraturan yang

ditetapkan oleh perusahaan

15,24,31 6 4

7 Coworkers Kepuasan terhadap rekan

kerja

Kompetensi yang dimiliki

rekan kerja

7,25 16,34 4

8 Nature of

Work Kepuasan terhadap

kesesuaian jenis pekerjaan

yang dilakukan

17,27,35 8 4

9 Communicatio

n Kepuasan komunikasi yang

terjalin dalam perusahaan

Kurangnya komunikasi yang

jelas antar perusahaan dan

karyawan

9 18,26,36 4

Total item 20 16 36

Page 77: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

60

3.4 Pengujian Validitas Konstruk

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis statistik yang

disebut Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan lisrel 8.7. Adapun

logika dasar CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012):

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pernyataan untuk mengukurnya.

Kemampuan ini disebut faktor. Sedangkan pengukuran terhadap faktor ini

dilakukan melaluli analisis terhadap respon (jawaban) atas item-itemnya.

2. Bahwa pada suatu faktor diteorikan setiap item hanya mengukur atau memberi

informasi tentang faktor tersebut saja.

3. Berdasarkan teori yang dipaparkan diatas, dapat disusun sehimpunan

persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi

(dengan menggunakan data yang tersedia) matriks korelasi antar item yang

seharusnya diperolah jika teori tersebut (unidimensional) benar. Matriks

korelasi ini dinamakan sigma (∑). Kemudian matriks ini akan dibandingkan

dengan matriks korelasi yang diperoleh secara empiris dari data (disebut

matriks S). Jika teori tersebut benar (unidimensional), maka seharusnya tidak

ada perbedaan yang signifikan antar elemen matriks ∑ dengan elemen matriks.

Secara matematis dapat dituliskan: ∑- S = 0

4. Pernyataan matematik inilah yang dijadikan hipotesis nihil (Ho) yang akan

dianalisis menggunakan CFA. Dalam hal ini, dilakukan uji signifikansi dengan

menggunakan Chi Square. Jika Chi Square yang dihasilkan tidak signifikan

(nilai p>0,05), maka dapat disimpulkan, bawa hipotesis nihil yang menyatakan:

Page 78: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

61

“tidak ada perbedaan antara matriks S dan ∑” tidak ditolak. Artinya teori

unidimensional dapat diterima, bahwa item atau subtes yang di ukur hanya

mengukur satu faktor saja.

5. Jika teori diterima (model fit), langkah selanjutnya, adalah menguji hipotesis

tentang signifikan tidaknya masing-masing item dalam mengukur apa yang

hendak diukur. Uji hipotesis ini dilakukan dengan t-test. Jika nilai t signifikan

( > 1,96), berarti item yang bersangkutan signifikan dalam mengukur apa yang

hendak diukur. Dengan cara seperti ini, dapat dinilai butir item mana yang

valid dan yang tidak valid dalam konteks validitas kontruk. Dengan kata lain,

analisis faktor konfirmatori dalam hal ini adalah pengujian terhadap hipotesis

nihil (H0): S - ∑ = 0. Artinya tidak ada perbedaan antar matriks korelasi yang

diharapkan oleh teori dengan matriks korelasi yang diperoleh dari hasil

observasi.

6. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif. Perlu dicatat

bahwa untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal: mengenali

emosi diri) jika ada pernyataan negatif, perlu dilakukan penyesuaian arah

skoringnya yang dirubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku

perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di drop.

Apabila kesalahan pengukurannya berkorelasi terlalu banyak dengan kesalahan

pengukuran pada item lain, maka item seperti ini pun dapat di drop karena bersifat

sangat multidimensional.

Page 79: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

62

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Psychological Well-being

Pada uji validitas konstruk variabel PWB, penulis melakukan uji validitas dengan

model CFA, yaitu model first order dan model second order. Dimana pada

awalnya penulis mengelompokkan item berdasarkan item dari PWB dan

kemudian setelah dikelompokkan dihitung melalui perhitungan CFA dengan

model first order. Berikut first order dari setiap dimensi PWB:

3.4.1.1 Uji Validitas berdasarkan dimensi otonomi. Dalam perhitungan data

CFA model satu faktor dari dimensi otonomi diperoleh skor awal perhitungan

Chi-Square = 15,87, df = 5, P-value = 0,00722, RMSEA = 0,105. . Oleh sebab itu,

peneliti melakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 3,73, df = 4, P-value =

0.44403, RMSEA = 0.000. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan

dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif dari data tabel muatan

faktor pada lampiran 2.

Dari data tabel muatan faktor diperoleh gambaran hasil perhitungan

koefisien dari lima item dimensi otonomi, dapat dilihat bahwa kelima item

Page 80: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

63

memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan positif yang artinya, tidak ada

item yang di-drop pada dimensi otonomi ini.

3.4.1.2 Uji Validitas berdasarkan dimensi environmental mastery. Dalam

perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi environmental mastery

diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 7,47, df = 2, P-value = 0,02382,

RMSEA = 0,117. . Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi sebanyak satu

kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square = 1,31, df = 1, P-value = 0.25230, RMSEA = 0.040. P-value >0.05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa

seluruh item mengukur satu faktor saja.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan

dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif dari data tabel muatan

faktor pada lampiran 3.

Dari data tabel muatan faktor diperoleh gambaran hasil perhitungan

koefisien dari empat item dimensi environmental mastery, dapat dilihat bahwa

keempat item memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan positif yang

artinya, tidak ada item yang di-drop pada dimensi environmental mastery ini.

3.4.1.3 Uji Validitas berdasarkan dimensi personal growth. Dalam perhitungan

data CFA model satu faktor dimensi personal growth diperoleh skor awal

Page 81: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

64

perhitungan Chi-Square = 5,13, df = 2, P-value = 0,07682, RMSEA = 0,089.

Perolehan P-value = 0,07682 (P > 0,05, tidak signifikan) maka artinya, model ini

sudah fit. Hal ini menunjukkan bahwa model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima satu faktor saja, yaitu personal growth. Selanjutnya, peneliti

melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur,

sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, maka

dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Dalam

menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan

muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 4.

Dari data tabel muatan faktor diperoleh gambaran hasil perhitungan

koefisien dari empat item dimensi personal growth, dapat dilihat bahwa keempat

item memiliki T-value > 1,96 dan koefisien bermuatan positif yang artinya, tidak

ada item yang di-drop pada dimensi personal growth ini.

3.4.1.4 Uji Validitas berdasarkan dimensi positive relations with others. Dalam

perhitungan data CFA model satu faktor dari dimensi positive relations with

others diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 19,54, df = 5, P-value =

0,00152, RMSEA = 0,121. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi

sebanyak dua kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan

Chi-Square = 4,17, df = 3, P-value = 0.24348, RMSEA = 0.044. P-value >0.05

(tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unindimensional)

bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja.

Page 82: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

65

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan

dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif dari data tabel muatan

faktor pada lampiran 5.

Dari data tabel muatan faktor diperoleh gambaran hasil perhitungan

koefisien dari lima item dimensi positive relations with others, dapat dilihat

bahwa terdapat dua item yang harus di-drop karena T-value < 1,96.

3.4.1.5 Uji Validitas berdasarkan dimensi purpose in life. Dalam perhitungan

data CFA model satu faktor dari dimensi purpose in life diperoleh skor awal

perhitungan Chi-Square = 26,52, df = 2, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,248.

Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 3,11, df = 1, P-

value = 0,07791, RMSEA = 0.103. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya

model dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu

faktor saja.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan

dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif dari data tabel muatan

Page 83: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

66

faktor pada lampiran 6. Dari data tabel muatan faktor diperoleh gambaran hasil

perhitungan koefisien dari lima item dimensi purpose in life, dapat dilihat bahwa

terdapat satu item yang harus di-drop karena T-value < 1,96.

3.4.1.6 Uji Validitas berdasarkan dimensi self-acceptance. Dalam perhitungan

data CFA model satu faktor dimensi self-acceptance diperoleh skor awal

perhitungan Chi-Square = 0,24, df = 2, P-value = 0,88596, RMSEA = 0,000.

Perolehan P-value = 0,88596 (P > 0,05, tidak signifikan) maka artinya, model ini

sudah fit. Hal ini menunjukkan bahwa model dengan satu faktor (unidimensional)

dapat diterima satu faktor saja, yaitu self-acceptance. Selanjutnya, peneliti melihat

apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Dalam

menentukan nilai koefisien muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan

muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor pada lampiran 7.

Dari data tabel muatan faktor diperoleh gambaran hasil perhitungan

koefisien dari lima item dimensi self-acceptance, dapat dilihat bahwa terdapat

satu item yang harus di-drop karena T-value < 1,96.

3.4.2 Uji validitas PWB dengan model second order

Setelah dilakukan perhitungan data CFA dengan model first order, maka

didapatkan 22-item valid yang kemudian penulis ujikan kembali menggunakan

model second order. Dalam perhitungan data CFA dengan model second order

variabel PWB ini diperoleh skor awal perhitungan Chi-Square = 698,67, df = 204,

P-value = 0,00000, RMSEA = 0,110. Terlihat bahwa perolehan P-value = 0,00000

Page 84: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

67

(P < 0,05, signifikan) maka artinya, model ini belum fit. Maka penulis melakukan

modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk

berkorelasi.

Peneliti melakukan modifikasi sebanyak 59 kali, setelah melalui 59 kali

modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 174,75 df = 146, P-value = 0,05247,

RMSEA = 0,031, dengan P-value > 0,05 yang artinya, model ini sudah fit. Dimana

item yang ada pada variabel PWB ini berarti hanya mengukur satu faktor saja,

yaitu PWB. Selanjutnya, penulis melihat muatan faktor dari variabel PWB dengan

melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien

muatan item ini dilakukan dengan melihat T-value dan muatan positif atau negatif

dari data tabel muatan faktor lampiran 8. Berdasarkan data yang diperoleh dari 22-

item yang telah diuijikan, dapat dilihat bahwa terdapat 5 item yang memiliki T-

value < 1,96 sehingga item tersebut harus di-drop.

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Psychological Capital

1. Psychological Capital (Self-efficacy)

Peneliti menguji apakah keenam item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur psychological capital self-efficacy . Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit. Dari hasil

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan

Chi-Square = 62.57, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA= 0.173. Oleh sebab itu,

peneliti melakukan modifikasi sebanyak tiga kaliterhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 8.70, df = 6, P-value =

Page 85: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

68

019143, RMSEA = 0.048. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu strategi psychological capital (self-efficacy).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 9. Berdasarkan lampiran 9, nilai t

bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya

melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Dapat dilihat

korelasi antar kesalahan pengukuran pada item. Seperti pada penjelasan

sebelumnya, bahwa item yang baik adalah item yang kesalahan pengukurannya

tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini item-item tidak memiliki korelasi

kesalahan pengukuran dengan item lainnya, maka item tersebut hanya mengukur

apa yang hendak diukur. Dengan demikian secara keseluruhan tidak ada item

yang akan di drop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam perhitungan

skor faktor.

2. Psychological Capital (Hope)

Peneliti menguji apakah keenam item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur psychological capital hope. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =

Page 86: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

69

39.93, df = 9, P-value = 0.00001, RMSEA= 0.131. Oleh sebab itu, peneliti

melakukan modifikasi sebanyak tiga kali terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square = 8.56, df = 6, P-value = 019991,

RMSEA = 0.046. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan

satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

strategi psychological capital (hope).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 10. Berdasarkan lampiran 10, nilai

t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya

melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Dapat dilihat

korelasi antar kesalahan pengukuran pada item. Seperti pada penjelasan

sebelumnya, bahwa item yang baik adalah item yang kesalahan pengukurannya

tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini item-item tidak memiliki korelasi

kesalahan pengukuran dengan item lainnya, maka item tersebut hanya mengukur

apa yang hendak diukur. Dengan demikian secara keseluruhan tidak ada item

yang akan di drop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam perhitungan

skor faktor.

Page 87: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

70

3. Psychological Capital (Resiliency)

Peneliti menguji apakah keenam item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur psychological capital resiliency. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square = 18.19, df = 9, P-value = 0.03300, RMSEA= 0.072. Oleh sebab itu,

peneliti melakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 11.30, df = 8, P-value =

018501, RMSEA = 0.046. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu strategi psychological capital (resiliency).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 11.

Berdasarkan lampiran 11, nilai t bagi koefisien muatan faktor item nomor

13 tidak signifikan karena t <1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item,

apakah ada yang negatif, maka diketahui terdapat 1 item yang muatan faktornya

negatif yaitu item 13. Diketahui terdapat item yang saling berkorelasi dengan item

yang lain, sehingga dapat disimpulkan bahwa item tersebut bersifat dimensional

pada dirinya masing-masing. Item nomor 13 didrop karena memiliki korelasi

Page 88: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

71

terhadap item lain. Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 13 akan

didrop, artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan dianalisis dalam

perhitungan faktor skor.

4. Psychological Capital (Optimisme)

Peneliti menguji apakah keenam item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur psychological capital optimisme. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square = 61.76, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA= 0.172. Oleh sebab itu,

peneliti melakukan modifikasi sebanyak tiga kali terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 10.35, df = 6, P-value =

011080, RMSEA = 0.060. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu strategi psychological capital (optimisme).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 12. Berdasarkan lampiran 12, nilai

t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya

melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Dapat dilihat

Page 89: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

72

korelasi antar kesalahan pengukuran pada item. Seperti pada penjelasan

sebelumnya, bahwa item yang baik adalah item yang kesalahan pengukurannya

tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini item-item tidak memiliki korelasi

kesalahan pengukuran dengan item lainnya, maka item tersebut hanya mengukur

apa yang hendak diukur. Dengan demikian secara keseluruhan tidak ada item

yang akan di drop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam perhitungan

skor faktor.

3.4.4 Uji Validitas Konstruk Kepuasan Kerja

1. Kepuasan Kerja (Pay)

Peneliti menguji apakah keempat item ada yang bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kepuasan kerja pay. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-Square = 2.90, df =

2, P-value = 0.2349, RMSEA= 0.047. Oleh sebab itu, peneliti tidak perlu

melakukan modifikasi terhadap model. P-Value >0.05 (tidak signifikan) yang

artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu kepuasan kerja (pay).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 13. Berdasarkan lampiran 13, nilai

t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya

Page 90: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

73

melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Dapat dilihat korelasi antar kesalahan pengukuran pada item. Seperti pada

penjelasan sebelumnya, bahwa item yang baik adalah item yang kesalahan

pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini item tidak

memiliki korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya, maka item tersebut

hanya mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian secara keseluruhan

tidak ada item yang akan di drop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam

perhitungan skor faktor.

2. Kepuasan Kerja (Promotion)

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kepuasan kerja (promotion). Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =

12.97, df = 2, P-value = 0.00152, RMSEA= 0.166. Oleh sebab itu, peneliti

melakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.08, df = 1, P-value = 0.77160,

RMSEA = 0.000. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan

satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

kepuasan kerja (promotion)

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

Page 91: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

74

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 14. Berdasarkan lampiran 14, nilai

t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya

melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Dapat dilihat korelasi antar kesalahan pengukuran pada item. Seperti pada

penjelasan sebelumnya, bahwa item yang baik adalah item yang kesalahan

pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini item tidak

memiliki korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya, maka item tersebut

hanya mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian secara keseluruhan

tidak ada item yang akan di drop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam

perhitungan skor faktor.

3. Kepuasan Kerja (Supervision)

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kepuasan kerja (supervision). Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =

45.14, df = 2, P-value = 0.00000, RMSEA= 0.329. Oleh sebab itu, peneliti

melakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.84, df = 1, P-value = 0.35939,

RMSEA = 0.000. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan

Page 92: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

75

satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

kepuasan kerja (supervision)

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 15. Berdasarkan lampiran 15, nilai

t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya

melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Dapat dilihat korelasi antar kesalahan pengukuran pada item. Seperti pada

penjelasan sebelumnya, bahwa item yang baik adalah item yang kesalahan

pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini item-item tidak

memiliki korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya, maka item tersebut

hanya mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian secara keseluruhan

tidak ada item yang akan di drop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam

perhitungan skor faktor.

4. Kepuasan Kerja (Fringe Benefit)

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kepuasan kerja (fringe benefit). Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square = 9.71, df = 2, P-value = 0.00779, RMSEA= 0.139. Oleh sebab itu,

Page 93: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

76

peneliti melakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.01, df = 1, P-value =

0.92452, RMSEA = 0.000. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu kepuasan kerja (fringe benefit)

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 16 Berdasarkan lampiran 16, nilai t

bagi koefisien muatan faktor item nomor 14 tidak signifikan karena t <1.96.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang negatif, maka

diketahui terdapat 1 item yang muatan faktornya negatif yaitu item 14. Diketahui

terdapat item yang saling berkorelasi dengan item yang lain, sehingga dapat

disimpulkan bahwa item tersebut bersifat dimensional pada dirinya masing-

masing. Item nomor 14 didrop karena memiliki korelasi terhadap item lain.

Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 14 akan didrop, artinya bobot

nilai pada item tersebut tidak akan dianalisis dalam perhitungan faktor skor.

5. Kepuasan Kerja (Contingen Reward)

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kepuasan kerja (contingen reward). Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit. Dari hasil

Page 94: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

77

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan

Chi-Square = 19.44, df = 2, P-value = 0.00006, RMSEA= 0.209. Oleh sebab itu,

peneliti melakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.07, df = 1, P-value =

0.79055, RMSEA = 0.000. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu kepuasan kerja (contingen reward). Selanjutnya, peneliti melihat

apakah signifikansi item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus

menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, maka dilakukan

pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada

lampiran 17. Berdasarkan lampiran 17, nilai t bagi koefisien muatan faktor item

nomor 17 tidak signifikan karena t <1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari

item, apakah ada yang negatif, maka diketahui terdapat 1 item yang muatan

faktornya negatif yaitu item 17. Diketahui terdapat item yang saling berkorelasi

dengan item yang lain, sehingga dapat disimpulkan bahwa item tersebut bersifat

dimensional pada dirinya masing-masing. Item nomor 17 didrop karena memiliki

korelasi terhadap item lain. Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 17

akan didrop, artinya bobot nilai pada item tersebut tidak akan dianalisis dalam

perhitungan faktor skor.

Page 95: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

78

6. Kepuasan Kerja (Operating Condition)

Peneliti menguji apakah keempat item ada yang bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kepuasan kerja operating condition. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-Square =

3.31, df = 2, P-value = 0.19143, RMSEA= 0.057. Oleh sebab itu, peneliti tidak

perlu melakukan modifikasi terhadap model. P-Value >0.05 (tidak signifikan)

yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa

seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kepuasan kerja (operating

condition).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 18. Berdasarkan lampiran 18, nilai

t bagi koefisien muatan faktor item nomor 21 tidak signifikan karena t <1.96.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang negatif, maka

diketahui terdapat 1 item yang muatan faktornya negatif yaitu item 21. Diketahui

terdapat item yang saling berkorelasi dengan item yang lain, sehingga dapat

disimpulkan bahwa item tersebut bersifat dimensional pada dirinya masing-

masing. Item nomor 21 didrop karena memiliki korelasi terhadap item lain.

Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 21 akan didrop, artinya bobot

nilai pada item tersebut tidak akan dianalisis dalam perhitungan faktor skor.

Page 96: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

79

7. Kepuasan Kerja (Coworker)

Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kepuasan kerja (coworker). Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =

27.04, df = 2, P-value = 0.00000, RMSEA= 0.251. Oleh sebab itu, peneliti

melakukan modifikasi sebanyak satu kali terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.29, df = 1, P-value = 0.58943,

RMSEA = 0.000. P-value >0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan

satu faktor (unindimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu

kepuasan kerja (coworker).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 19. Berdasarkan lampiran 19, nilai

t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya

melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Dapat dilihat korelasi antar kesalahan pengukuran pada item. Seperti pada

penjelasan sebelumnya, bahwa item yang baik adalah item yang kesalahan

pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini item-item tidak

Page 97: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

80

memiliki korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya, maka item tersebut

hanya mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian secara keseluruhan

tidak ada item yang akan di drop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam

perhitungan skor faktor.

8. Kepuasan Kerja (Nature of Work)

Peneliti menguji apakah keempat item ada yang bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kepuasan kerja nature of work. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-Square = 0.92,

df = 2, P-value = 0.63037, RMSEA= 0.000. Oleh sebab itu, peneliti tidak perlu

melakukan modifikasi terhadap model. P-Value >0.05 (tidak signifikan) yang

artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu kepuasan kerja (nature of work).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampian 20. Berdasarkan lampiran 20, nilai t

bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya

melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif, maka

diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Dapat dilihat korelasi antar kesalahan pengukuran pada item. Seperti pada

penjelasan sebelumnya, bahwa item yang baik adalah item yang kesalahan

pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini item-item tidak

Page 98: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

81

memiliki korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya, maka item tersebut

hanya mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian secara keseluruhan

tidak ada item yang akan di drop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam

perhitungan skor faktor.

9. Kepuasan Kerja (Communication)

Peneliti menguji apakah keempat item ada yang bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kepuasan kerja communication. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-Square = 2.08,

df = 2, P-value = 0.35417, RMSEA= 0.014. Oleh sebab itu, peneliti tidak perlu

melakukan modifikasi terhadap model. P-Value >0.05 (tidak signifikan) yang

artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh

item mengukur satu faktor saja yaitu kepuasan kerja (communication).

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di

drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien

muatan faktor item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada lampiran 21. Berdasarkan lampiran, nilai t

bagi koefisien muatan faktor item nomor 33 tidak signifikan karena t <1.96.

Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang negatif, maka

diketahui terdapat 1 item yang muatan faktornya negatif yaitu item 33. Diketahui

terdapat item yang saling berkorelasi dengan item yang lain, sehingga dapat

disimpulkan bahwa item tersebut bersifat dimensional pada dirinya masing-

masing. Item nomor 33 didrop karena memiliki korelasi terhadap item lain.

Page 99: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

82

Dengan demikian secara keseluruhan item nomor 33 akan didrop, artinya bobot

nilai pada item tersebut tidak akan dianalisis dalam perhitungan faktor skor.

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh kepuasan kerja dan

psychological capital terhadap psychological well-being pada petugas pemadam

kebakaran, maka peneliti mengolah data yang didapat dengan menggunakan

Multiple Regression Analysis (analisis regresi berganda). Teknik analisis regresi

berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk

mengetahui besarnya pengaruh dari variabel bebas (IV), yaitu kepuasan kerja dan

psychological capital dengan psychological well-being (DV).

Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk

membentuk model hubungan antara variabel terikat (Dependent; respon; Y)

dengan lebih dari satu variabel bebas (Independent; predictor; X)

Persamaan regresi penelitian adalah :

Keterangan:

Y : Nilai prediksi Y (Psychological well-being)

a : Konstan (intercept)

b : Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X

X1 : Gaji

X2 : Promosi

X3 : Kepemimpinan

X4 : Tunjangan

X5 : Penghargaan

X6 : Prosedur kerja

X7 : Rekan kerja

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +

b10X10 + b11X11 + b12X12+b13X13+e

Page 100: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

83

X8 : Sifat pekerjaan

X9 : Komunikasi

X10 : Self-efficacy

X11 : Hope

X12 : Resiliency

X13 : Optimism

e : Residu

Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi

berganda antara kepuasan kerja dan psychological capital. Besarnya

psychological well-being yang disebabkan faktor yang telah disebutkan tadi

ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R². R² menunjukkan variasi

atau perubahan variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan

untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat

(Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians dari intense yang dijelaskan oleh

kepuasan kerja dan psychological capital. Untuk mendapatkan nili R², digunakan

rumusan sebagai berikut :

Untuk membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka

dapat diuji dengan menggunakan uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan

menggunakan rumus :

Dimana k adalah jumlah independen variabel dan N adalah jumlah sampel.

Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel independen

yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependen variabel.

R2 =

Page 101: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

84

Kemudian dilanjutkan dengan uji t yang digunakan untuk melihat apakah

pengaruh yang diberikan variabel bebas (X) signifikan terhadap variabel terikat

(Y) secara sendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji apakah sebuah

variabel bebas (X) benar-benar memberikan kontribusi terhadap variabel terikat

(Y), oleh karenanya sebelum didapat t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai

standart eror estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar

mean square dibagi SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu

hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri.

Uji t akan dilakukan sebanyak 13 kali sesuai dengan hipotesis nihil yang

hendak diujikan. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

bS

bt

Dimana b adalah koefisien regresi dan sb adalah standart error dari b. Hasil

uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti.

Seluruh perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS

17.0.

3.6 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, perlu melalui beberapa tahapan, yaitu: Prosedur Penelitian

melalui data terbaru yang diminta langsung oleh peneliti kepada responden yang

menjadi responden adalah Petugas Pemadam Kebakaran dengan jumlah 200

orang. Sebelum diadakan penelitian di lapangan ada beberapa tahapan yang harus

disiapkan, yaitu:

Page 102: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

85

1. Dimulai dengan perumusan masalah

2. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan

teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian.

3. Menentukan metode apa yang digunakan dalam penelitian, sehingga dapat

membantu dalam proses penghitungan data

4. Mengadaptasi dan memodifikasi item-item yang baku agar sesuai dengan

kebutuhan yang diinginkan oleh peneliti .

5. Menyiapkan “Blue Print” yang terdiri dari item yang bersifat “Favorable &

Unfavorable”.

6. Melakukan pengujian dilapangan.

Page 103: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

86

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab empat peneliti akan mebahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif dan

pengujian hipotesis penelitian.

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Sebelum diuraikan secara lebih terperinci tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu

dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor murni (t-

score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini ditujukan

agar mudah dalam membandingkan antar skor hasil pengukuran variabel-variabel

yang diteliti. Dengan demikian semua raw score pada setiap variabel harus diletakkan

pada skala yang sama. Secara teknis komputasinya yang ditempuh adalah dengan

melakukan transformasi dari raw score menjadi z-score. Untuk menghilangkan

bilangan negatif dari z-score, semua skor ditransformasi keskala T yang semuanya

positif dengan menetapkan mean = 50 dan standar deviasi = 10.

Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik deskriptif

dari variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adalah mean, median,

standar deviasi (SD), nilai maksimal dan minimal dari masing-masing variabel. Nilai

tersebut disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.

Page 104: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

87

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PWB 200 26.43 79.24 50.0003 8.28397

Efficacy 200 26.34 73.20 50.0000 8.67745

Hope 200 15.59 71.37 50.0000 8.72052

Resiliensi 200 22.44 71.61 50.0000 8.71924

Optimisme 200 19.71 65.86 50.0000 8.80654

Pay 200 27.14 73.00 50.0000 8.10827

Promosi 200 35.19 72.49 50.0000 6.99743

Supervisi 200 26.62 71.27 50.0000 8.70604

Fb 200 30.65 72.11 50.0000 8.45098

Reward 200 29.31 74.12 50.0000 8.58190

Operating 200 15.57 71.21 50.0000 8.72559

Coworker 200 26.95 65.18 50.0000 9.20763

Now 200 2.94 59.02 50.0000 8.67231

Komunikasi 200 27.73 70.17 50.0000 9.90600

Mengingat semua skor telah diletakkan pada skala yang sama, maka semua

mean pada setiap skala adalah 50 dan standar deviasi adalah 10. Dari tabel 4.8 juga

dapat diketahui skor terendah DV (psychological well-being) adalah 26.43 dan skor

tertinggi adalah 79.24. Psychological Capital (Self-Efficacy) skor terendah 26.34 dan

skor tertinggi 73.20. Psychological Capital (Hope) skor terendah 15.59 dan skor

tertinggi 71.37. Psychological Capital (Resiliency) skor terendah 22.44 dan skor

tertinggi 71.61. Psychological Capital (Optimisme) skor terendah 19.71 dan skor

tertinggi 65.86. Skor terendah dari Kepuasan Kerja (Pay) 27,14 dan skor tertinggi

73,00 Kepuasan Kerja (Promotion) skor terendah 35.19 dan skor tertinggi 72.49.

Kepuasan Kerja (Supervision) skor terendah 26.62 dan skor tertinggi 71.27.

Page 105: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

88

Kepuasan Kerja (Fringe Benefit)) skor terendah 30.65 dan skor tertinggi 72.11.

Kepuasan Kerja (Contingen Reward) skor terendah 29.31 dan skor tertinggi 74.12.

Kepuasan Kerja (Operating Condition) skor terendah 15.57 dan skor tertinggi 71.21.

Kepuasan Kerja (Coworker) skor terendah 26.95 dan skor tertinggi 65.18. Kepuasan

Kerja (Nature of Work) skor terendah 2.94 dan skor tertinggi 59.02. Kepuasan Kerja

(Communication) skor terendah 27.73 dan skor tertinggi 70.17.

4.1.1 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari skala T ini, maka dapat

ditetapkan kategori skor seperti yang tertera pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Norma Skor Variabel

Norma Interpretasi

X < Mean Rendah

X > Mean Tinggi

Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase

kategori untuk psychological well-being, self-efficacay, hope, resiliency, optimism

pay, promotion, supervision, fringe benefit, contingen reward, operating condition,

coworker, dan communication, , sebagaimana yang akan dijabarkan di tabel 4.3

Page 106: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

89

Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

No Variable Kategori dan Persentasi Skor Total

Rendah % Tinggi %

1 Psychological Well-

Being

112 56 % 88 44 % 200

2 Self-Efficacy 126 63 % 74 37 % 200

3 Hope 126 63 74 37% 200

4 Resiliency 67 33.5% 133 66.5% 200

5 Optimisme 130 65% 70 45% 200

6 Pay 104 52 % 96 48 % 200

7 Promotion 92 46 % 108 54 % 200

8 Supervision 88 44 % 112 56 % 200

9 Fringe Benefit 99 49.5 % 101 50.5 % 200

10 Contingen Reward 95 47.5 % 105 52.5 % 200

11 Operating Condition 48 24 % 152 76 % 200

12 Coworker 142 71 % 58 29 % 200

13 Nature of Work 85 42.5 % 115 57.5 % 200

14 Communication 92 46 % 108 54% 200

Berdasarkan tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa pada variabel psychological

well-being sebagian responden memiliki psychological well-being pada tingkat yang

rendah yaitu sebanyak 112 orang atau 56 %. Responden memiliki tingkat kepuasan

self-efficacy yang rendah, yaitu sebanyak 126 orang atau 63 %. Responden memiliki

tingkat kepuasan hope yang rendah, yaitu sebanyak 126 orang atau 63 %. Responden

memiliki tingkat kepuasan resiliency yang tinggi, yaitu sebanyak 133 orang atau 66,5

%. Responden memiliki tingkat kepuasan optimisme yang tinggi, yaitu sebanyak 130

orang atau 65 %. Responden Kepuasan pay pada tingkat yang rendah yaitu sebanyak

104 orang atau 52 %. Responden memiliki tingkat kepuasan promotion yang tinggi,

yaitu sebanyak 108 orang atau 54 %. Responden memiliki tingkat kepuasan

supervisin yang tinggi, yaitu sebanyak 112 orang atau 56 %. Responden memiliki

Page 107: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

90

tingkat kepuasan fringe benefit yang tinggi, yaitu sebanyak 101 orang atau 50.5 %.

Responden memiliki tingkat kepuasan contingen reward yang tinggi, yaitu sebanyak

105 orang atau 52.5 %. Responden memiliki tingkat kepuasan operating condition

yang tinggi, yaitu sebanyak 152 orang atau 76 %. Responden memiliki tingkat

kepuasan coworker yang rendah, yaitu sebanyak 142 orang atau 71 %. Responden

memiliki tingkat kepuasan promotion yang tinggi, yaitu sebanyak 108 orang atau 54

%. Responden memiliki tingkat kepuasan nature of work yang tinggi, yaitu sebanyak

115 orang atau 57,5 %. Responden memiliki tingkat kepuasan communication yang

tinggi, yaitu sebanyak 108 orang atau 54 %.

4.2 Uji Hipotesi Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda

dengan menggunakan software SPSS 17 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3,

dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat R square untuk mengetahui

berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV berpengaruh secara signifikan

terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien dari

masing-masing IV.

4.2.1 Hipotesis Mayor

Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen

(%) varians dari dependent variable, yaitu psychological well-being yang

diprediksikan oleh keseluruhan independent variable.

Page 108: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

91

Selanjutnya dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar 0.353. Hal ini

berarti 32,9% dari bervariasinya psychological well-being ditentukan oleh

bervariasinya independent variable yang diteliti. Sedangkan 67,1% sisanya

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Adapun R square dapat dilihat pada

tabel 4.4

Tabel 4.4

Tabel Model Summary

R R Square Adjusted R Square Std. Error of The

estimate

1 .574a .329 .282 7.01713

a. Predictors: (Constant), OPTIMISME, PAY, KOMUNIKASI, OPERATING,

PROMOSI, SUPERVISI, COWORKER, NATURE, REWARD, RESILIENSI,

FRINGE, EFFICACY, HOPE

b. Dependent Variable: PWB

Adapun langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh

independent variable terhadap psychological well-being. Adapun uji F dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut ini. Dimana dari tabel dibawah, dapat dilihat bahwa nilai Sig.

pada kolom paling kanan dapat diketahui bahwa (p < 0.05), maka hipotesis nihil yang

menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh independent

variable terhadap psychological well-being ditolak. Artinya, terdapat pengaruh yang

signifikan dari kepuasan kerja (pay, promotion, supervision, fringe benefit, contingen

reward, operating condition, coworker, nature of work, communication) dan

psychological capital (self-efficacay, hope, resiliency, optimism) terhadap

psychological well-being.

Page 109: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

92

Tabel 4.5

ANOVAb

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig

1 Regression 4497.524 13 345.963 7.026 .000a

Residual 9158.671 186 49.240

Total 13656.195 199

a. Predictors: (Constant), OPTIMISME, PAY, KOMUNIKASI, OPERATING,

PROMOSI, SUPERVISI, COWORKER, NATURE, REWARD, RESILIENSI,

FRINGE, EFFICACY, HOPE

b. Dependent Variable: PWB

4.2.2 Hipotesis Minor

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable. Jika

nilai absolut dari t > 1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti

bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap psychological well-

being. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std.

Error

Beta

(Constant) 14.935 5.752 2.596 .010

EFFICACY -.096 .108 -.100 -.887 .376

HOPE .203 .115 .214 1.761 .080

RESILIENSI .126 .081 .132 1.546 .124

OPTIMISME .220 .093 .234 2.377 .018

PAY .021 .080 .020 .257 .797

PROMOSI .044 .084 .037 .521 .603

SUPERVISI .115 .068 .121 1.691 .092

FRINGE -.104 .078 -.106 -1.339 .182

REWARD .017 .073 .018 .238 .812

OPERATING .101 .068 .107 1.499 .136

COWORKER .099 .066 .110 1.513 .132

NATURE -.023 .070 -.024 -.325 .746

KOMUNIKASI -.023 .054 -.028 -.426 .671

Page 110: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

93

a. Dependent Variable : PWB

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6 dapat disampaikan persamaan regresi

sebagai berikut :

Psychological Well-bieng = 14.935 - 0.096 (effikasi diri) + 0.203 (hope) + 0,126

(resiliensi) + 0,220 (optimisme)* + 0,021 (pay) + 0,044

(promosi) + 0,115 (supervisi) – 0,104 (fringe) + 0,017

(reward) + 0,101 (operating) + 0,099 (coworker) –

0,023 (nature) – 0,023 (komunikasi)

Keterangan: Signifikan (*)

Dari tabel di atas, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi

yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai Sig pada kolom yang paling kanan (kolom

ke-6), jika P < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya

terhadap psychological well-being dan sebaliknya. Dari hasil diatas, hanya koefisien

kepuasan kerja (operating condition) dan psychological capital (resiliensi) yang

signifikan, sedangkan lainnya tidak. Hal ini berarti bahwa dari 13 hipotesis minor

terdapat 2 yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh

setiap IV adalah sebagai berikut :

1. Variabel self-efficacy dari psychological capital diperoleh koefisien regresi

sebesar -0,096 dengan signifikasi 0,376 (p>0.05). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa self-efficacy tidak mempengaruhi psychological well-being secara

signifikan.

Page 111: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

94

2. Variabel hope dari psychological capital diperoleh koefisien regresi sebesar

0,203 dengan signifikasi 0,080 (p>0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

hope tidak mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.

3. Variabel resiliency dari psychological capital diperoleh koefisien regresi sebesar

0,126 dengan signifikasi 0,124 (p>0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

resiliency tidak mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.

4. Variabel optimisme dari psychological capital diperoleh koefisien regresi

sebesar 0,220 dengan signifikasi 0,018 (p<0.05) yang berarti bahwa variabel

optimisme secara positif dan signifikan mempengaruhi psychological well-being

artinya semakin tinggi optimisme maka semakin tinggi pula psychological well-

being.

5. Variabel pay diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,021 dengan signifikansi

0,797 (p>0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pay tidak mempengaruhi

psychological well-being secara signifikan.

6. Variabel promosi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,044 dengan signifikasi

0,603 (p > 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa promosi tidak mempengaruhi

psychological well-being secara signifikan.

7. Variabel supervisi diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,115 dengan

signifikasi 0,092 (p>0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa supervisi tidak

mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.

Page 112: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

95

8. Variabel fringe benefit diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,104 dengan

signifikasi 0,182 (p>0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa fringe benefit tidak

mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.

9. Variabel contingen reward diperoleh nilai koefisien regresi 0,017 dengan

signifikasi 0,812 (p > 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa contingen reward

tidak mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.

10. Variabel operating condition diperoleh koefisien regresi sebesar 0,101 dengan

signifikasi 0,136 (p > 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa operating

condition tidak mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.

11. Variabel coworker diperoleh koefisien regresi sebesar 0,099 dengan signifikasi

0,132 (p > 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa coworker tidak

mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.

12. Variabel nature of work diperoleh koefisien regresi sebesar -0,023 dengan

signifikasi 0,746 (p > 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa nature of work

tidak mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.

13. Variabel communication diperoleh koefisien regresi sebesar -0.023 dengan

signifikasi 0,671 (p>0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa coworker tidak

mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.

4.2.3 Pengujian Proporsi Varians

Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians setiap

independent variabel terhadap psychological well-being. Pada tabel 4.7 kolom

Page 113: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

96

pertama adalah IV yang dianalis satu per satu, kolom kedua merupakan penambahan

varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu persatu tersebut, kolom ketiga

merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu,

kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV yang bersangkutan. Kolom DF adalah

derajat bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan

dunemerator yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan

dibandingkan dengan nilai F hitung. Apabila F hitung lebih besar daripada F tabel,

maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang dituliskan signifikan dan

sebaliknya.

Tabel 4.7

Proporsi varians untuk masing-masing Independent Variabel

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of The

estimate

R Square

Change

1 .410a .168 .164 7.57336 .168

2 .494b .244 .237 7.23723 .076

3 .508c .258 .247 7.19028 .014

4 .526d .277 .262 7.11643 .019

5 .526e .277 .258 7.13435 .000

6 .533f .284 .262 7.11733 .007

7 .548g .301 .275 7.05263 .017

8 .556h .309 .280 7.03033 .008

9 .556i .309 .276 7.04738 .000

10 .566j .321 .285 7.00619 .012

11 .573k .328 .289 6.98525 .007

12 .573l .329 .286 7.00175 .001

13 .574m .329 .282 7.01713 .000

Keterangan:

1. Efficacy : Self-efficacy 8. Fringe : Fringe Benefit

2. Hope : Hope 9. Reward : Contingent Reward

3. Resiliensi : Resiliency 10. Operating : Operating Conditions

4. Optimisme : Optimisme 11. Coworker : Coworker

Page 114: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

97

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel psychological capital (self-efficacy) memberikan sumbangan sebesar

16,8 % dalam varians psychological well-being.

2. Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel psychological capital (hope) memberikan sumbangan sebesar 7,6 %

dalam varians psychological well-being.

3. Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel psychological capital (resiliency) memberikan sumbangan sebesar 1,4 %

dalam varians psychological well-being.

4. Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel psychological capital (optimisme) memberikan sumbangan sebesar 1,9

% dalam varians psychological well-being.

5. Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel kepuasan kerja (pay) memberikan sumbangan sebesar 0 % dalam varians

psychological well-being.

6. Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel kepuasan kerja (promotion) memberikan sumbangan sebesar 0,7 % dalam

varians psychological well-being.

5. Pay : Pay 12. Nature : Nature Of Work

6. Promosi : Promotion 13. Komunikasi: Communication

7. Supervision : Supervision 14. PWB : Psychological Well-Being

Page 115: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

98

7. Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel kepuasan kerja (supervision) memberikan sumbangan sebesar 1,7 %

dalam varians psychological well-being.

8. Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel kepuasan kerja (fringe benefit) memberikan sumbangan sebesar 0,8 %

dalam varians psychological well-being.

9. Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel kepuasan kerja (reward) memberikan sumbangan sebesar 0 % dalam

varians psychological well-being.

10.Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel kepuasan kerja (operating condition) memberikan sumbangan sebesar

1,2 % dalam varians psychological well-being.

11.Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel kepuasan kerja (coworker) memberikan sumbangan sebesar 0,7 % dalam

varians psychological well-being.

12.Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel kepuasan kerja (nature of work) memberikan sumbangan sebesar 0,1 %

dalam varians psychological well-being.

13.Dari 32,9% sumbangan independent variable terhadap dependent variable,

variabel kepuasan kerja (communication) memberikan sumbangan sebesar 0%

dalam varians psychological well-being.

Page 116: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

99

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian dan mendapatkan hasil serta menganalisis hasil

yang didapat, maka pada bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil dari penelitian.

Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Peneliti akan

memaparkan pada penjelasan berikut ini.

Berdasarkan hasil uji hipotesis peneliti, maka kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian ini adalah “terdapat pengaruh yang signifikan dari kepuasan kerja dan

psychological capital terhadap psychological well-being pada petugas pemadam

kebakaran”. Kemudian hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi setiap

koefisien regresi terhadap dependent variabel, diperoleh bahwa hanya variabel

psychological capital (optimisme) yang memberikan pengaruh signifikan terhadap

psychological well-being. Dengan demikian hanya satu hipotesis minor yang

diterima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dari optimisme terhadap

psychological well-being pada petugas pemadam kebakaran.

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil uji t, didapatkan kesimpulan bahwa psychological capital memiliki

pengaruh terhadap psychological well-being pada petugas pemadam kebakaran. Hasil

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandeep dan Mansi (2009) yang

Page 117: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

100

menyatakan bahwa psychological capital memiliki pengaruh terhadap psychological

well-being. Hal ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Luthans,

Avey, Smith, dan Palmer (2010) bahwa psychological capital siginifikan

mempengaruhi psychological well-being. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa

psychological capital secara positif dapat meningkatkan psychological well-being

karyawan, selain itu terdapat hubungan yang positif dari waktu ke waktu antara

psychological capital dan psychological well-being. Hal ini sejalan pula dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kenneth Cole (2006) menyatakan bahwa

psychological capital signifikan mempengaruhi well-being. Semakin tingginya

psychological capital individu maka semakin tinggi pula well-being. Psychological

capital memiliki empat aspek, dari empat aspek tersebut hanya satu aspek yang

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psychological well-being. Variabel yang

memiliki pengaruh signifikan terhadap psychological well-being pada petugas

pemadam kebakaran, yaitu optimisme (psychological capital).

Dimensi optimisme (psychological capital) dalam penelitian ini memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap psychological well-being. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sandeep Singh dan Mansi (2009) yang menyatakan

bahwa optimisme memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psychological well-

being. Semakin tinggi optimisme individu maka semakin tinggi pula psychological

well-being. Selain itu penelitian Deepali Mital dan Madhu Mathur (2011) juga

Page 118: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

101

menyatakan bahwa, optimisme positif memiliki hubungan dan signifikan

mempengaruhi psychological well-being.

Petugas yang memiliki optimisme tinggi, maka akan memiliki psychological

well-being yang tinggi. Petugas akan selalu memandang kejadian atau situasi yang

sulit sebagai keadaan sementara sehingga petugas akan terus berusaha menghadapi

kesulitan. Seperti dalam proses pemadaman seorang petugas harus memiliki

optimisme yang tinggi sehingga petugas dapat memadamkan api dengan maksimal,

karena memiliki keyakinan dan harapan bahwa mereka dapat memadamkan api

dengan maksimal dan tanpa adanya kecelakaan.

Optimisme dapat membantu individu mengatasai stress dan dapat mengurangi

resiko sakit. Menurut Seligman (1991) optimisme memberikan pengaruh yang besar

terhadap well-being, dan dapat mempengaruhi pertumbuhan pribadi, hubungan

dengan orang lain, dan tingkatan kesenangan terhadap pekerjaan. Jadi jika petugas

memiliki optimisme yang tinggi dengan selalu berfikir positif pada segala situasi

khususnya pada proses pemadaman dan selalu memiliki harapan yang tinggi pada

saat situasi sulit, maka dapat memunculkan psychological well-being yang tinggi.

Dimensi self-efficacy (psychological capital) dalam penelitian ini tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psychological wel-being. Penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandeep Singh dan Mansi (2009)

yang menyatakan bahwa psychological capital (self-efficacy) memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap psychological well-being. Dalam penelitiannya menyatakan

Page 119: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

102

bahwa semakin tinggi individu memiliki self-efficacy maka semakin tinggi pula

psychological well-beingnya, tetapi dalam penelitian ini self-efficacy tidak

mempengaruhi psychological well-being. Dalam penelitian ini self-efficacy yang

dimiliki oleh petugas pemadam kebakaran masih sangat rendah. Keyakinan diri

individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam mengarahkan segala usaha

agar berhasil dan sukses dalam melaksanakan tugas yang dihadapinya masih sangat

rendah.

Dimensi hope (psychological capital) dalam penelitian ini tidak signifikan

mempengaruhi psychological well-being hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Luthans dkk, 2010) yang menyatakan bahwa psychological capital

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psychological well-being, tetapi dalam

hope yang merupakan dimensi psychological capital tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap psychological well-being. Mungkin hope (harapan) yang dimiliki

oleh petugas masih sangat rendah, sehingga petugas kurang berusaha lebih keras

dalam mencapai tujuan yang dimilikinya.

Dimensi resiliency (psychological capital) dalam penelitian ini tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap psychological well-being. Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wolin dan Wolin (dalam Luthans dkk, 2007)

menyatakan bahwa resiliensi memiliki kontribusi dalam meningkatkan well-being.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Srivastava dan Sinha (2005)

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara resiliency dengan well-

Page 120: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

103

being. Menurut Luthans (dalam Avey dkk, 2010) menjelaskan resiliensi sebagai

kemampuan seseorang untuk bangkit kembali saat mengalami kejadian yang tidak

menyenangkan dan dapat beradaptasi kembali dari kegagalan tersebut. Mungkin pada

saat terjadi trauma atau kecelakaan, petugas memiliki kesulitan untuk bangkit

kembali dan sulit untuk beradaptasi dari kejadian yang dialaminya.

Selain psychological capital, variabel lain yang turut diuji dalam penelitian ini

adalah kepuasan kerja. Berdasarkan hasil uji t, didapatkan kesimpulan bahwa dimensi

kepuasan kerja tidak signifikan pengaruhnya terhadap psychological wel-being pada

petugas pemadam kebakaran. Hasil ini tidak sejalan dengan berbagai penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh C Bravo-Yanez, dan A Jimenez-Figueroa (2011)

terdapat hubungan antara kepuasan kerja dan psychological well-being. Individu yang

merasa puas dengan pekerjaannya cenderung merasa baik secara psikologis. Semakin

tinggi individu puas terhadap pekerjaannya maka semakin tinggi pula psychological

well-being individu.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Luthans dkk, 2010 menyatakan

bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan terhadap psychological well-being.

Individu yang merasa senang terhadap pekerjaannya maka puas secara pekerjaan dan

juga psychological well-beingnya. Kepuasan kerja memiliki sembilan aspek, dari

sembilan aspek tidak ada yang signifikan mempengaruhi psychological well-being.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa aspek kepuasan kerja yaitu kepuasan gaji,

promosi, supervisi, tunjangan, penghargaan, prosedur kerja, rekan kerja, sifat

Page 121: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

104

pekerjaan dan komunikasi tidak dapat menentukkan psychological well-being

individu. Dimana petugas pemadam kebakaran tidak puas akan gaji yang diberikan,

promosi yang tidak sesuai, merasa tidak puas terhadap sikap atasan, tunjangan yang

diberikan cenderung tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, petugas

pemadam kebakaran tidak mendapatkan penghargaan atas pekerjaannya, prosedur

kerja yang ditetapkan tidak sesuai, rekan kerja yang kurang kompeten, sifat pekerjaan

yang tidak cocok, serta kurangnya komunikasi akan menyebabkan individu tidak

puas terhadap pekerjaannya sehingga akan mempengaruhi psychological well-being

individu.

Terdapat 13 variabel yang diteliti, tetapi hanya satu independent variabel

yang berpengaruh signifikan terhadap psychological well-being, dan independent

variabel lainnya yang tidak berpengaruh signifikan adalah self-efficacy, hope,

resiliency, gaji, promosi, supervisi, tunjangan, penghargaan, prosedur kerja, rekan

kerja, sifat pekerjaan dan komunikasi. Bagaimanapun, ketidaksesuaian atau

perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu mungkin disebabkan oleh

beberapa faktor penting seperti sampling error, perbedaan penggunaan instrument

penelitian, background sample, serta hal lain yang tidak ikut diteliti dalam penelitian

ini. Selain itu, latar belakang kultur yang berbeda antara penelitian terdahulu dan

penelitian ini juga menyebabkan perbedaan hasil serta partisipan yang kurang serius

saat mengisi skala sehingga respon menjadi tidak terpola, atau kondisi serta situasi

pada saat partisipan mengisi skala yang tidak kondusif menyebabkan partisipan

Page 122: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

105

menjadi tidak konsentrasi dalam memberikan responnya, atau bisa juga dikarenakan

oleh banyaknya item dan tidak semua item mencakup konsep yang bisa dimengerti

secara jelas oleh partisipan. Meskipun begitu, terdapat pula yang hasilnya sesuai

dengan penelitian sebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti juga melakukan kategorisasi

terhadap nilai yang didapatkan dari responden penelitian variabel penelitian, hasil

kategorisasi yang pertama, responden penelitian memiliki psychological well-being

yang rendah, mungkin dikarenakan sifat pekerjaan sebagai pemadam kebakaran yang

dapat menimbulkan stress dan trauma sehingga petugas memiliki PWB yang rendah.

Kedua, psychological capital petugas pemadam kebakaran secara general masih

rendah. Baik dalam self-efficacy, hope, optimisme, masih tergolong kategori rendah.

Aspek resiliensi termasuk kategori tinggi, dimana petugas pemadam kebakaran lebih

cepat bangkit kembali dari pengalaman yang pernah dialaminya. Ketiga yaitu

kepuasan kerja dalam penelitian ini bervariasi. Gaji dan rekan kerja masih dalam

tegolong rendah, serta promosi supervisi, tunjangan, penghargaan, prosedur kerja dan

sifat pekerjaan tergolong dalam kategori tinggi. Hal ini dimungkinkan petugas sudah

merasa puas terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan

didalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran untuk bahan

Page 123: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

106

pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait dengan

penelitian serupa, yaitu saran metodologis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Metodologis

1.Varians dari tiga belas independent variable (IV) yang diteliti menyumbang 32,9

%. Sisanya kemungkinan disumbangkan oleh variabel lainnya. Oleh karena itu,

disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain yang dapat

mempengaruhi psychological well-being. Selain IV pada penlitian ini, independent

variable yang cocok di petugas pemadam kebakaran yaitu dukungan sosial.

2.Instrument dalam penelitian ini menggunakan alat ukur baku dari bahasa asing yang

memiliki istilah yang jarang digunakan. Responden dalam penelitian ini

mempertanyakan istilah yang digunakan. Sehingga disarankan agar penelitian

selanjutnya lebih memahami karakteristik sampel yang digunakan dan dikaitkan

dalam pembuatan instrument penelitian agar mudah dipahami responden.

5.3.2 Saran Praktis

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang signifikan berpengaruh

secara positif terhadap psychological well-being pada petugas pemadam kebakaran

adalah psychological capital (optimisme). Hal ini menunjukkan bahwa petugas

pemadam kebakaran telah memiliki optimisme yang baik dalam melaksanakan

pekerjaannya, tetapi optimisme yang dimiliki petugas pemadam kebakaran masih

perlu dikembangkan lagi sehingga dapat melaksanakan pekerjaannya dengan

memuaskan yaitu dengan cara selalu berpikir positif pada setiap kejadian,

Page 124: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

107

diberikan dorongan langsung oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan

sehingga akan meningkatkan optimisme petugas, dan memiliki keyakinan terhadap

kemampuannya pada tugas yang dijalankan dan juga dapat diadakannya seminar

tentang optimisme terhadap pekerjaan.

2. Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh petugas pemadam kebakaran, karena

dengan adanya dukungan sosial petugas dapat melaksanakan tugas dengan sangat

baik. Dukungan yang sangat diperlukan pada saat proses pemadaman dilakukan

yaitu dukungan masyarakat, dengan adanya dukungan masyarakat seperti

masyarakat memberikan jalan pada saat mobil pemadam datang dan pada saat

proses pemadaman, masyarakat tidak saling berebut selang karena dapat

mengganggu proses pemdaman sehingga kinerja petugas pemadam tidak

maksimal. Masyarakat harus mendukung petugas dalam melaksanakan tugasnya,

masyarakat juga harus tenang pada saat kebakaran sehingga petugas dapat

melakukan pekerjaannya dengan baik, selain itu masyarakat juga tidak usah takut

untuk menghubungi petugas pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana

karena tidak dipungut biaya.

3. Kepuasan terhadap rekan kerja dalam penelitian ini masih sangat rendah, dimana

petugas pemadam kebakaran tidak puas dengan rekan kerjanya dan merasa tidak

sesuai dengan rekan kerjanya saat ini. Dalam petugas pemadam kebakaran sudah

memiliki program untuk mengenal satu sama lain yaitu untuk meningkatkan tali

kekeluargaan seperti terdapat pengajian dan setelah pengajian terdapat pertukaran

Page 125: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

108

pendapat dengan petugas lain, selain itu terdapat program seperti melakukan

olahraga dengan tujuan untuk lebih saling mengenal. Berdasarkan hasil ini,

diharapkan petugas pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana dapat terus

meningkatkan dan memperbarui program yang sudah ada karena dilapangan

terkadang petugas tidak ikut serta dalam program yang sudah ditetapkan.

Page 126: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, S. A (2010). Cross validation of ryff scales of psychological wellbeing:

Translation into urdu language. College of Business Management, Karachi,

244-259.

Avey, J. B., Luthans, F., Smith, R. M & Palmer, N. F (2010). Impact of positive

psychological capital on employee well-being over time. Journal of

Occupational Health Psychology, 17-28.

Avey, J. B., Reichard, R. J., Luthans, F & Mhatre, K. H. Meta- Analysis of the impact

of positive psychological capital on employee, attitudes, behaviors, and

performance. Human Resource Development Quarterly, 22, 127-152.

Brough, P (2005). A comparative investigation of the predictors of work-related

psychological well-being within police, fire and ambulance workers. New

Zealand Journal of Psychology, 34, 127-134.

Chien, J. D & Lim, K. G (2012). Strength in adversity: The influence of

psychological capital on job search. Journal of Organizational Behavior,

811–839.

Dodge, R., Daly, P. A., Huyton, J & Sanders D. L (2012). The challenge of defining

well-being. International Journal of Wellbeing, 222-235.

Herbert, M (2011). An exploration of the relationships between psychological capital

(hope, optimism, self-efficacy, resilience), occupational stress, burnout and

employee engagement. Thesis. Industry Psychology University of

Stellenbosch.

Hilal, F. 2003. Asuransi untuk petugas damkar terlambat. Diamil dari

http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=762s. 10 April 2014 (12.50)

Hmieleski, K. M & Carr, J. C (2007). The relationship between entrepreneur

psychological capital and well-being. Frontiers of Entrepreneurship Research,

1-12.

Novianita, G (2013). Kesejahteraan psikologis pemadam kebakaran. Bandung:

Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.

Page 127: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Kompas. (2013). Personel pemadam kebakaran terbatas. Diambil dari,

http://lipsus.kompas.com/gebrakan-jokowi/2013/03/02. 10 April 2014 (13.45).

Lenny, 2014. Hingga April 2014, 280 Kasus Kebakaran Terjadi di Jakarta. (2014).

Diambil dari http://www.beritasatu.com/aktualitas/181535-hingga-april-2014-

280-kasus-kebakaran-terjadi-di-jakarta /2014/05/02. 10 April 2014 (09.00).

Lumley, J. E., Coetzee, M., Tladinyane, R & Ferreira, N (2011). Exploring the job

satisfaction and organisational commitment of employees in the information

technology environment. Southern African Business Review. 15, (15). 100-118.

Luthans, F., Avey, J. B., Avolio, B. J & Peterson, S. J (2010). The Development and

resulting performance impact of positive psychological capital. Human

Resource Development Quarterly, 21, 41-67.

Luthans, F., Luthans, K. W & Luthans, B. C (2004). Positive psychological capital:

Beyond human and social capital. Business Horizons, 45-50.

Malek A. Mohd Dahlan (2010). Stress and psychological well-being in uk and

malaysian fire fighters. Cross Culture Management: an International Journal,

17, 50-61.

Mittal, D & Mathur, M (2011). Positive forces of life and psychological well-being

among corporate professionals. Journal of Management & Public Policy, 3(1),

36-48.

Munandar, A. S (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. UI-Press.

Novianita, G. (2013). Kesejahteraan psikologis petugas pemadam kebakaran.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Pegertian pemadam kebakaran. (2013). Diambil dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemadam_kebakaran/2013/11/11. 10 April 2014

(08.45).

Rothner, E & Com, H. B (2005). Psychological well-being and job satisfaction of

employees in a financial institution. Thesis. North West University

Ryff, C. D & Keyes, C. L (1995). The structure of psychological well-being revisited.

Journal of Personality and Social Psychology. 69, (4). 719-727.

Page 128: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Ryff, C. D & Singer, B (1996). Psychological well-being: meaning, measurement,

and implications for psychotherapy research. Psychotherapy and

Psychosomatics, 14-23

Ryff, C. D (1989). Happiness is everything, or is it? explorations on the meaning of

psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology. 57,

(6). 1069-1081.

Sarafino, Edward P. 1990. Health psychology. Singapore: John Wiley & Sons.

Suprihatin, 2014. Siap mental dicerca dan dicemooh. Diambil dari,

http://www.indosiar.com/ragam/siap-mental-dicerca-dan-dicemooh_21286. 11

April 2014 (11:30).

Singh, S & Mansi (2009). Psychological capital as predictor of psychological well-

being. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology. 35, (2). 233-238.

Spector, P. E (1985). Measurement of human service staff satisfaction: development

of the job satisfaction survey. American Journal of Community Psychology. 13,

(6). 693-713.

Spector, P. E (2000). Psychology industry and organizational. United States of

America.

Stam, M. P (2012). Linking psychological capital, structural empowerment and

percieved staffing adequacy to new graduate nurses’ job satisfaction. Thesis.

The University Of Western Ontario.

Tenggara, H., Zamralita, & Tommy, P (2008). Kepuasan kerja dan kesejahteraan

karyawan. Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi dan Industri. 10, 96-115.

Wijono ,S. (2010). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Kencana.

Page 129: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Yanez, C. B & Figueroa (2011). Psychological well-being, perceived organizational

support and job satisfaction amongst chilean prison employees. Psychology

Department, Talca University, 13, 91-99.

Zhao, Z & Hou, J (2009). The study on psychological capital development of

intrapreneurial team. International Journal of Psychological Studies. 1, (2). 35-

40

Page 130: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 2

Analisis Konfirmatorik Psychological Well-Being (otonomi)

Muatan Faktor Item PWB (Otonomi)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.88 0.25 3.50 V

2 0.25 0.09 2.65 V

3 0.32 0.11 2.98 V

4 0.77 0.23 3.29 V

5 0.24 0.09 2.60 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 131: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 3

Analisis Konfirmatorik Psychological Well-Being (environmentl mastery)

Muatan Faktor Item PWB (environmental mastery)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.58 0.08 7.01 V

2 0.76 0.09 8.60 V

3 0.59 0.08 7.23 V

4 0.35 0.09 4.13 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 132: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 4

Analisis Konfirmatorik Psychological Well-Being (personal growth)

Muatan Faktor Item PWB (Personal Growth)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.46 0.10 4.70 V

2 0.81 0.13 6.02 V

3 0.31 0.09 3.49 V

4 0.33 0.09 3.74 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 133: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 5

Analisis Konfirmatorik Psychological Well-Being (positive relations with others)

Muatan Faktor Item PWB (positive relations with others)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.71 0.15 4.76 V

2 0.14 0.10 1.41 X

3 0.45 0.11 4.11 V

0.40 0.10 3.93 V

4 0.08 0.10 0.89 X

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 134: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 6

Analisis Konfirmatorik Psychological Well-Being (purpose in life)

Muatan Faktor Item PWB (purpose in life)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.61 0.11 5.64 V

2 0.78 0.13 6.16 V

3 -0.01 0.09 -0.07 X

4 3.90 0.09 3.90 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 135: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 7

Analisis Konfirmatorik Psychological Well-Being (self-acceptance)

Muatan Faktor Item PWB (Self-acceptance)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.49 0.12 4.24 V

2 -0.06 0.09 -0.65 X

3 0.34 0.10 3.60 V

4 0.79 0.16 4.84 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 136: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 8

Analisis Konfirmatori Psychological Well-Being (second order)

Page 137: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Muatan Faktor Item Psychological Well-being

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.49 0.11 4.27 V

2 0.36 0.10 3.46 V

3 0.30 0.09 3.23 V

4 0.37 0.10 3.83 V

5 0.67 0.10 6.77 V

6 0.67 0.09 7.24 V

7 0.44 0.09 4.75 V

8 0.77 0.18 4.32 V

9 0.41 0.10 4.11 V

10 0.63 0.13 4.75 V

11 0.36 0.10 3.80 V

12 0.58 0.09 6.44 V

13 0.30 0.08 3.99 V

14 0.41 0.10 4.06 V

15 0.58 0.14 4.09 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Lampiran 9

Analisis Konfirmatorik Psychological Capital (self-efficacy)

Page 138: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Muatan Faktor Dimensi Psychological Capital (Self-Efficacy)

No

item

Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.53 0.07 8.01 V

2 0.51 0.07 7.60 V

3 0.78 0.07 11.67 V

4 0.82 0.07 12.36 V

5 0.64 0.07 9.74 V

6 0.91 0.08 11.49 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Lampiran 10

Analisis Konfirmatorik Psychological Capital (Hope)

Muatan Faktor Dimensi Psychological Capital (Hope)

No

item

Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

7 0.63 0.07 9.16 V

8 0.66 0.07 9.75 V

9 0.54 0.07 7.17 V

10 0.77 0.06 11.85 V

11 0.59 0.07 8.22 V

12 0.77 0.07 11.68 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 139: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 11

Analisis Konfirmatorik Psychological Capital (Resiliency)

Muatan Faktor Dimensi Psychological Capital (Resiliency)

No

item

Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

13 0.11 0.08 1.49 X

14 0.86 0.06 13.61 V

15 0.72 0.07 10.75 V

16 0.37 0.08 4.87 V

17 0.62 0.07 8.98 V

18 0.73 0.07 11.04 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 140: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 12

Analisis Konfirmatorik Psychological Capital (Optimisme)

Muatan Faktor Dimensi Psychological Capital (Optimisme)

No

item

Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

19 0.21 0.08 2.62 V

20 0.14 0.06 2.41 V

21 1.22 0.35 3.52 V

22 1.74 0.47 3.74 V

23 0.14 0.06 2.34 V

24 0.37 0.12 3.08 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 141: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 13

Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Pay)

Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja (Pay)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.51 0.08 6.33 V

2 0.56 0.08 7.01 V

3 0.73 0.08 8.92 V

4 0.57 0.08 7.13 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 142: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 14

Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Promotion)

Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja (Promotion)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

5 0.76 0.18 4.22 V

6 0.26 0.10 2.61 V

7 0.42 0.12 3.64 V

8 0.33 0.10 3.17 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 143: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 15

Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Supervision)

Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja (Supervision)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

9 0.56 0.09 6.47 V

10 0.38 0.08 4.91 V

11 0.40 0.08 5.11 V

12 1.07 0.12 9.07 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 144: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 16

Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Fringe Benefit)

Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja (Fringe Benefit)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

13 0.84 0.09 9.10 V

14 -0.15 0.08 -1.81 X

15 0.64 0.09 7.52 V

16 0.48 0.08 6.11 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 145: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 17

Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Contingen Reward)

Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja (Contingen Reward)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

17 0.04 0.07 0.56 X

18 0.55 0.09 5.85 V

19 0.39 0.08 4.67 V

20 0.97 0.13 7.40 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 146: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 18

Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Operating Condition)

Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja (Operating Condition)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

21 0.04 0.08 0.53 X

22 0.31 0.08 3.76 V

23 0.93 0.14 6.58 V

24 0.64 0.11 5.80 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 147: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 19

Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Coworker)

Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja (Coworker)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

25 0.46 0.13 3.62 V

26 0.22 0.08 2.66 V

27 1.30 0.31 4.26 V

28 0.22 0.008 2.68 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 148: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 20

Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Nature of Work)

Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja (Nature of Work)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

29 0.38 0.07 5.19 V

30 0.48 0.07 6.76 V

31 0.91 0.07 13.31 V

32 0.82 0.07 11.89 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 149: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 21

Analisis Konfirmatorik Kepuasan Kerja (Cmmunication)

Muatan Faktor Item Kepuasan Kerja (Communication)

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

33 0.05 0.08 0.60 X

34 0.28 0.13 2.17 V

35 0.30 0.13 2.21 V

36 0.90 0.35 2.55 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan

Page 150: PENGARUH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27372/1/RAINA...teknik Analisa Faktor Konfirmatori (CFA). ... Lampiran 8 Analisis Konfirmatori

Lampiran 22

Proporsi varians masing-masing Independent Variabel

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

d

i

m

e

n

s

i

o

n

0

1 .410a .168 .164 7.57336 .168 40.096 1 198 .000

2 .494b .244 .237 7.23723 .076 19.819 1 197 .000

3 .508c .258 .247 7.19028 .014 3.581 1 196 .060

4 .526d .277 .262 7.11643 .019 5.089 1 195 .025

5 .526e .277 .258 7.13435 .000 .022 1 194 .884

6 .533f .284 .262 7.11733 .007 1.929 1 193 .166

7 .548g .301 .275 7.05263 .017 4.557 1 192 .034

8 .556h .309 .280 7.03033 .008 2.220 1 191 .138

9 .556i .309 .276 7.04738 .000 .077 1 190 .782

10 .566j .321 .285 7.00619 .012 8.921 1 189 .000

11 .573k .328 .289 6.98525 .007 2.135 1 188 .146

12 .573l .329 .286 7.00175 .001 .115 1 187 .735

13 .574m .329 .282 7.01713 .000 .181 1 186 .671

a. Predictors: (Constant), EFFICACY

b. Predictors: (Constant), EFFICACY, HOPE

c. Predictors: (Constant), EFFICACY, HOPE, RESILIENSI

d. Predictors: (Constant), EFFICACY, HOPE, RESILIENSI, OPTIMISME

e. Predictors: (Constant), EFFICACY, HOPE, RESILIENSI, OPTIMISME, PAY

f. Predictors: (Constant), EFFICACY, HOPE, RESILIENSI, OPTIMISME, PAY, PROMOSI

g. Predictors: (Constant), EFFICACY, HOPE, RESILIENSI, OPTIMISME, PAY, PROMOSI, SUPERVISI

h. Predictors: (Constant), EFFICACY, HOPE, RESILIENSI, OPTIMISME, PAY, PROMOSI, SUPERVISI, FB

i. Predictors: (Constant), EFFICACY, HOPE, RESILIENSI, OPTIMISME, PAY, PROMOSI, SUPERVISI, FB, REWARD

j. Predictors: (Constant), OPERATING, FB, OPTIMISME, PROMOSI, SUPERVISI, REWARD, RESILIENSI, PAY, EFFICACY, HOPE

k. Predictors: (Constant), OPERATING, FB, OPTIMISME, PROMOSI, SUPERVISI, REWARD, RESILIENSI, PAY, EFFICACY, HOPE,

COWORKER

l. Predictors: (Constant), OPERATING, FB, OPTIMISME, PROMOSI, SUPERVISI, REWARD, RESILIENSI, PAY, EFFICACY, HOPE,

COWORKER, NOW

m. Predictors: (Constant), OPERATING, FB, OPTIMISME, PROMOSI, SUPERVISI, REWARD, RESILIENSI, PAY, EFFICACY, HOPE,

COWORKER, NOW, KOMUNIKASI