pengaruh pola asuh orang tua terhadap keterbukaan diri...

13
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KETERBUKAAN DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Oleh Esti Purnamasari 132012003 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: tranxuyen

Post on 02-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KETERBUKAAN

DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA

TAHUN AJARAN 2015/2016

ARTIKEL SKRIPSI

Oleh

Esti Purnamasari

132012003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN
Page 3: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN
Page 4: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN
Page 5: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN
Page 6: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN

PENDAHULUAN

Pada kenyataannya, manusia dalam

kehidupan sehari-harinya dituntut untuk

dapat berperan sebagai makhluk individu

dan sebagai makhluk sosial. Sebagai

makhluk individu dituntut untuk dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan demi

kelangsungan hidupnya, sedangkan

sebagai makhluk sosial dituntut untuk

dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dan memberi pertolongan

pada individu lain yang membutuhkan.

Namun dalam kenyataannya, pada masa

globalisasi saat ini masyarakat di kota-kota

besar sedikit demi sedikit mengalami

perubahan sebagai akibat dari modernisasi.

Jadi, tidaklah mengherankan apabila di

kota-kota besar nilai-nilai pengabdian,

kesetiakawanan dan tolong-menolong

mengalami penurunan sehingga yang

nampak adalah perwujudan kepentingan

diri sendiri dan rasa individualis. Hal ini

akan mengganggu dalam tugas

perkembangan dan mengganggu tentang

komunikasi yang baik dengan teman

sebaya.

Pada masa sekarang jalinan

pertemanan itu tidak berjalan dengan

mulus terkadang ada banyak hal masalah

kecil yang mengganggu seperti: egois,

tidak peduli dengan perasaan temannya,

terlalu banyak memikirkan diri sendiri.

Keterbukaan Diri bermula dari diri sendiri

ketika diri sendiri tidak ingin menceritakan

diri terhadap teman-temannya sebagian

kecil bisa mengganggu kesehatan

mentalnya karena akan menjadi orang

yang introvert, menjadi orang yang tidak

percaya diri, menjadi orang yang tidak bisa

percaya dengan temannya dan masih

banyak lagi yang akan mengganggu

individu tersebut ketika Keterbukaan

Dirinya rendah.

Menurut Hurlock (2005), manusia

dibentuk juga oleh lingkungannya, maka

dalam pembentukan disiplin diri individu

dituntut untuk mengenali setiap unsur yang

ada disekelilingnya. Tanpa mengenali

lingkungan akan mengakibatkan kesulitan

dalam Keterbukaan Diri, karena seseorang

akan terbuka dengan orang lain ketika ia

dapat menangkap kondisi diri dan

lingkungannya. Unsur lingkungan paling

dekat adalah dirinya sendiri dan keluarga.

Terkait dengan lingkungan

keluarga berarti melibatkan pola asuh

orang tua. Orang tua mempunyai

kewajiban dan tanggung jawab untuk

merawat anak-anaknya, mengajarkan cara

berinteraksi dan bersosialisasi,

mengajarkan bagaimana berperilaku yang

dapat diterima sesuai norma masyarakat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pola asuh merupakan pola interaksi dalam

pengasuhan orang tua kepada anak

(Hurlock, 2005)

Di dalam keluarga, orang tua

sebagai penanggung jawab keluarga

bertugas membentuk sikap kepribadian

dan perilaku yang baik, salah satunya

melalui membentuk keterbukaan diri anak

agar dapat menjadi pribadi yang mampu

bersosialisasi dan berguna bagi sekitarnya.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengetahui signifikasi pengaruh pola asuh

orang tua terhadap keterbukaan diri

remaja.

LANDASAN TEORI

Johnson (dalam Supratiknya, 2016)

mengemukakan bahwa pembukaan diri

atau self disclosure adalah

Page 7: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN

mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita

terhadap situasi yang sedang kita hadapi

serta memberikan informasi tentang masa

lalu yang relevan atau yang berguna untuk

memahami tanggapan kita dimasa kini

tersebut.Menurut Morton (dalam

Dayaksini 2009) mengemukakan bahwa

keterbukaan diri merupakan kegiatan

membagi perasaan dan informasi yang

akrab dengan orang lain. Informasi dalam

keterbukaan diri bersifat deskriptif dan

evaluatif. Deskriptif artinya individu

melukiskan berbagai fakta mengenai diri

sendiri yang mungkin untuk diketahui oleh

orang lain, misalnya seperti pekerjaan,

alamat, dan usia. Sedangkan evaluatif

artinya individu mengemukakan perasaan

pribadinya lebih mendalam kepada orang

lain, misalnya seperti tipe orang yang

disukai, hal-hal yang disukai maupun hal-

hal yang tidak disukainya.

Menurut Brooks dan Emmert (dalam

Rakhmat, 2013) sebagai rujukan,

karakteristik orang yang bersikap terbuka

dikontraskan dengan karakteristik orang

bersikap tertutup (dogmatis) yaitu :

a. Menilaipesansecaraobjektifdenganm

engunakan data danlogika.

b. MampuMembedakandenganmudahd

anmelihatnuansa.

c. Berorientasipadaisi.

d. BerusahamencariInformasidariberba

gaisumber.

e. Lebihbersifatprofesionaldanbersedia

mengubahkeyakinan.

f. Mencaripengertianpesan yang

tidaksesuaidengankepercayaan.

Selanjutnya menurut Brooks dan

Emmert (dalam Rakhmat 2013) tentang

karakteristik orang yang bersikap

tertutup sebagai berikut:

a. MenilaiPesanBerdasarkan Motif-

motif pribadi

b. BerpikirSimplistis,

artinyaberpikirhitam-putih

c. Bersandar lebih banyak pada sumber

pesan daripada isi pesan.

d. MencariInformasitentangkepercayaa

n orang lain darisumbernyasendiri,

e. Secarakakumempertahankandanmem

egangteguhsistemkepercayaannya.

f. Menolak, mengabaikan, mendistorsi,

danmenolakpesan yang

tidakkonsistendengansistemkepercay

aannya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

keterbukaandiri

Menurut Devito (2011),

mengidentifikasi beberapa faktor yang

mempengaruhi keterbukaan diri. Ke tujuh

faktor tersebut adalah :

a. Besar Kelompok

Keterbukaan diri lebih banyak terjadi

dalam kelompok kecil daripada

kelompok besar. Diad (kelompok

yang terdiri atas dua orang)merupakan

lingkungan yang paling cocok untuk

pengungkapan diri. Dengan satu

pendengar, pihak yang melakukan

pengungkapan diri dapat meresapi

tanggapan dengan cepat. Sebaliknya

bila lebih dari satu orang pendengar,

pemantauan seperti ini menjadi sulit,

karena tanggapan yang muncul pasti

berbeda dari pendengar yang berbeda.

b. Perasaan Menyukai

Menurut Derlega (dalam Devito,2011)

mengatakan kita membuka diri

kepada orang-orang yang kita sukai

atau cintai, dan kita tidak akan

membuka diri kepada orang yang

tidak kita sukai. John Berg dan

Richard Archer (dalam Devito Ed.5th

)

melaporkan bahwa tidak saja kita

Page 8: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN

membuka diri kepada mereka yang

kita sukai, kita juga tampaknya

menjadi suka kepada mereka terhadap

siapa kita membuka diri.

c. Efek Diadik

Keterbukaan diri dilakukan bila orang

yang bersama kita juga melakukan

keterbukaan diri. Efek diadik ini

barangkali membuat kita merasalebih

aman dan nyatanya memperkuat

perilaku keterbukaan diri kita sendiri.

d. Kompetensi

Orang yang kompeten lebih banyak

melakukan dalam keterbukaan diri

daripada orang yang kurang

kompeten. “Sangat mungkin,” kata

James McCroskey dan Lawrence

Wheeles (dalam Devito, 2011),

“bahwa mereka yang lebih kompten

juga merasa diri mereka memang

lebih kompeten dan karenanya

mempunya rasa percaya diri yang

diperlukan untuk lebih memanfaatkan

keterbukaan diri.” Atau, lebih

mungkin lagi, orang yang kompeten

barangkali memiliki lebih banyak hal

positif tentang diri mereka sendiri

untuk diungkapkan daripada orang-

orang yang tidak kompeten.

e. Kepribadian

Orang-orang yang pandai bergaul

(sociable) dan ekstrover melakukan

pengungkapan diri lebih banyak

daripada mereka yang kurang pandai

bergaul dan lebih introver. Rasa

gelisah adakalanya meningkatkan

keterbukaan diri kita dan kali lain

menguranginya sampai batas

minimum. Orang yang kurang berani

bicara pada umumnya juga kurang

mengungkapkan diri daripada mereka

yang merasa lebih nyaman dalam

berkomunikasi.

f. Topik

Lebih cenderung membuka topik

tertentu daripada topik lain. Dalam

Jourard (1968,1971a) mengemukakan

kita lebih cenderung mengungkapkan

informasi diri tentang pekerjaan atau

hobi daripada tentang kehidupan seks

atau situasi keuangan. Lebih cepat

mengungkapkan informasi yang

bagus lebih cepat daripada informasi

yang kurang baik. Umumnya, makin

pribadi dan makin negatif suatu topik,

makin kecil kemungkinan kita

mengungkapkannya.

g. Jenis Kelamin

Faktor terpenting dalam keterbukaan

diri adalah jenis kelamin. Umumnya,

pria kurang terbuka daripada wanita.

h. MitradalamHubungan

Denganmeningkatkantingkatkeakraba

nsebagaipenentutingkatkedalamankete

rbukaandirimakalawankomunikasiata

umitradalamhubunganakanmenentuka

nketerbukaandiriitu. Kita

melakukanketerbukaandirikepadamer

eka yang kitaanggapsebagai orang

yang dekatmisalnyasuami/istri,

anggotakeluargadantemandekat. Di

sampingitukitajugaakanmemandangba

gaimanaresponmereka.

Apabilakitapandangitu orang yang

hangatdanpenuhperhatianmakakitakita

akanmelakukanketerbukaandiri,

apabilasebaliknya yang

terjadimakakitaakanmemilihuntukmen

utupdiri.

Menurut Brooks (2008), pola

asuhorang tua adalah sebuah proses yang

melibatkan aksi dan interaksi antara orang

tua dan anak, dan dalam proses ini kedua

belah pihak berubah satu sama lain, dan

hal ini berlangsung hingga anak-anak

berkembang menjadi dewasa. Proses

interaksi yang dimaksud yaitu melibatkan

Page 9: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN

proses melahirkan, melindungi,

memelihara, dan mengarahkan anak.

Seluruh proses tersebut pada akhirnya

bertujuan untuk menjamin kelangsungan

hidup dan perkembangan seorang anak

dari kecil hingga dewasa (Brooks,

2008).Menurut Sumardjono (2013)

mengemukakan pola asuh anak adalah

cara, bentuk, strategi pendidikan keluarga

yang dilakukan orang tua kepada anak.

Pembentukan pribadi anak yang positif

tidak terlepas dari pola asuh anak yang

diterapkan orang tua di dalam keluarga.

Orang tua sebagai kepala keluarga

mempunyai peran penuh untuk mengatur

dan mendidik anaknya. Diana Baumirnd

(dalam Sumardjono, 2013) mendefinisikan

pola asuh adalah perlakuan orang tua

dalam memenuhi kebutuhan, memberi

perlindungan dan mendidik anak dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam rumah

tangga diperlukan aturan yang dibedakan

sebagai aturan yang tegas dan fleksibel.

Aturan yang tegas tidak dapat diuabh

meski remaja sependapat atau

bersebrangan, sedangkan aturan fleksibel

bersifat terbuka untuk dinegoisasikan,

dapat dilonggarkan atau diubah jika ada

alasan yang mantap.

Model Pola Asuh Orang Tua

Hurlock (2015) menyatakan ada

tiga macam cara yang digunakan oleh

orang tua dalam mendidik putra-putrinya

yaitu,

1. Pola asuh otoriter

Adanya kontrol yang ketat dari orang

tua, aturan dan batasan dari orang tua

harus ditaati oleh anak, anak harus

bertingkah laku sesuai aturan yang

ditetapkan orang tua, orang tua tidak

mempertimbangkan pandangan atau

pendapat anak dan orang tua

memusatkan perhatian pada

pengendalian secara otoriter yaitu

berupa hukuman fisik. Tipe pola asuh

otoriter anak mempunyai sifat

submitif, anak tidak mempunyai

inisiatif karena takut berbuat

kesalahan, anak menjadi penurut, tidak

mempunyai kepercayaan diri, dan tidak

mempunyai tanggung jawab. Pada tipe

ini kontrol orang tua ketat. Namun

dipihak lain orang tua menuntut agar

anak lebih bertanggung jawab sesuai

dengan perkembangannya, tetapi anak

merasa terkekang dalam mencari

kemandirian.

2. Pola asuh demokratis

Aturan yang dibuat bersama oleh

seluruh anggota keluarga, orang tua

memperhatikan keinginan dan

pendapat anak, selalu mengadakan

diskusi atau mengambil suatu

keputusan, anak mendapat kesempatan

untuk mengemukakan pendapatnya

dan diberi kepercayaan serta ada

bimbingan dan kontrol dari orang tua.

Anak tidak takut akan membuat

kesalahan, dengan demikian rasa

percaya diri pada anak akan

berkembang dengan baik dan anak

mempunyai tanggung jawab.

3. Pola asuh permisif

Tidak adanya bimbingan dan aturan

dari orang tua, tidak ada tuntutan

kepada anak, tidak ada pengendalian

atau pengotrolan dari orang tua. Anak

yang diasuh dan dididik dengan pola

asuh ini biasanya anak kurang

mempunyai tanggung jawab dan

biasanya anak sulit dikendalikan serta

berbuat hal-hal yang sebenarnya tidak

dibenarkan. Perilaku sering melanggar

norma-norma masyarakat karena itu

akan terbentuk sikap penolakan dari

lingkungan dan akibatnya kepercayaan

Page 10: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN

diri goyah serta penghargaan diri

sendiri kurang baik.

Penelitian Relevan

Pada penelitian yang dilakukan J.

Elizabeth Norrell (1984) berdasarkan hasil

penelitian tentang “Self-Discolsure :

Implications for the study of parent-

adolescent interaction” Keterbukaan diri

remaja kepada orangtua dapat berubah

sebagai akibat dari perkembangan kognitif,

fisik dan konsep diri pada remaja tersebut.

Implikasi dari perubahan keterbukaan diri

ada kaitannya dengan interaksi antara

orang tua dan remaja.

Pada penelitian yang dilakukan

Sweta Pethak (2012) berdasarkan hasil

penelitian tentang “Parental Monitoring

and Self-Disclosure of Adolescents”

menunjukan bahwa remaja yang dimonitor

dengan baik oleh orang tua lebih sedikit

melakukan kenakalan remaja dan perilaku

melanggar norma. Kemajuan dalam

teknologi, media masa, dan internet telah

meningkatkan tantangan pemantauan

orangtua yang efektif. Dampak dari

keterbukaan diri dapat meningkatkan

bermacam-macam hal. Kerelaan untuk diri

anak memungkinkan orang tua untuk tahu

lebih banyak tentang anak tersebut dan

membantu membangun atmosfir

kepercayaan dan kejujuran satu sama lain.

METODE PENELITIAN

Penelitianinimenggunakanpendekat

anKuantitatif, mengatakan penelitian

dengan pendekatan kuantitatif

menekankan analisisnya pada data-data

numerikal (angka) yang diolah dengan

metode statistikaAzwar (2010).Analisis

regresi digunakan untuk memprediksikan

seberapa jauh perubahan nilai variabel

dependen, bila nilai variabel independen

dimanipulasi / dirubah-rubah atau dinaik

turunkan. Analisis yang digunakan pada

penelitian ini adalah regresi linier

sederhana didasarkan pada hubungan

fungsional ataupun kausal satu variabel

independen dengan satu variabel

dependenSugiyono (2014). Pada penelitian

ini, analisi regresi digunakan untuk

mengetahui apakah ada pengaruh yang

signifikan antara pola asuh orang tua

terhadap keterbukaan diri remaja.

Padapenelitianinimenggunakantek

nikprobability

sampling.DenganmenggunakantabelNomo

gramHerry King, bilajumlahpopulasi 615

siswa, kesalahan 5% makajumlah sampel

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri

02 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016

yang berjumlah 221siswa.

Teknikpengumpulan data

menggunakanskalapolaasuh orang

tuadanketerbukaandiri, skalapolaasuh

orang tuaberdasarkanteori Hurlock (2015)

sedanganskalaketerbukaandiriberdasarkant

eoriDevito (2011).

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini dianalisis ini

berdasarkan fakta polaasuh orang

tuadanketerbukaandirikelas X SMK

Negeri 02, adapun hasilnya adalah sebagai

berikut :

KeterbukaanDiri

Kategori Interval F (%)

SangatT 200 – 226 27 12.2

Page 11: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN

inggi

Tinggi 173 – 199 78 35.3

Sedang 146 – 172 10

0 45.2

Rendah 119 – 145 13 5.9

SangatR

endah 92 – 118 3 1.4

Total 22

1 100

Minimun 92.00

Maksimum 229.00

Mean 173.6

Std. Deviation 22.49

PolaAsuh Orang Tua

JenisPolaAsuh

Orang Tua Siswa

Otoriter 14

Demokratis 195

Permisif 12

TOTAL 221

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

1 .326a .107 .102 21.30906

a. Predictors: (Constant), PolaAsuhOrangtua

Tabel diatas menjelaskan besarnya

nilai korelasi (R) yaitu sebesar 0,326 dan

dijelaskan besarnya prosentase pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat

yang disebut koefesien determinasi yang

merupakan hasil dari penguadratan R. Dari

output tersebut diperoleh koefesien

determinasi (R2) sebesar 0,107 yang

mengandung pengertian bahwa pengaruh

variabel bebas (Pola Asuh Orangtua)

terhadap variabel terikat (Keterbukaan

Diri) adalah sebesar 10,7% (dibulatkan

menjadi 11%), sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh variabel yang lain.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan

besarnya pengaruh pola asuh orang tua

terhadap keterbukaan diri remaja. Besar

koefesien determinasi R(Square) adalah

0,11 yang artinya pola asuh orang tua

memiliki kontribusi sebesar 11% terhadap

keterbukaan diri remaja sedangkan 89%

dipengaruhi factor lain. Menurut teori

Devito (2011) factor lain yang

mempengaruhi keterbukaan diri selain pola

asuh orang tua ialah faktor besar kelompok

jadi keterbukaan diri lebih banyak terjadi

dalam kelompok kecil daripada kelompok

besar, dengan satu pendengar, pihak yang

melakukan pengungkapan diri dapat

meresapi tanggapan dengan cepat. Faktor

perasaan menyukai menurut Derlega

(dalam Devito, 2011) mengatakan kita

membuka diri kepada orang-orang yang

kita sukai atau cintai, dan kita tidak akan

membuka diri kepada orang yang tidak

kita sukai. Faktor efek diadik, keterbukaan

diri dilakukan bila orang yang bersama

kita juga melakukan keterbukaan diri.

Faktor kompetensi yang dimaksud ketika

orang yang kompeten lebih banyak

melakukan dalam keterbukaan diri

daripada orang yang kurang kompeten.

Atau lebih mungkin lagi, orang yang

kompeten barangkali memiliki lebih

banyak hal positif tentang diri mereka

sendiri untuk diungkapkan daripada orang-

orang yang tidak kompeten. Faktor

kepribadian, orang-orang yang pandai

bergaul (sociable) dan ekstrovert

melakukan pengungkapan diri lebih

banyak daripada mereka yang kurang

Page 12: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN

pandai bergaul dan lebih introvert. Orang

yang kurang berani bicara pada umumnya

juga kurang mengungkapkan diri daripada

mereka yang merasa lebih nyaman dalam

berkomunikasi. Faktor topik ini lebih

cenderung membuka topik tertentu

daripada topik lain. Lebih cepat

mengungkapkan informasi yang bagus

lebih cepat daripada informasi yang

kurang baik. Umumnya, makin pribadi dan

makin negatif suatu topik, makin kecil

kemungkinan kita mengungkapkannya.

Selanjutnya faktor jenis kelamin,

umumnya, pria kurang terbuka daripada

wanita. Tabel tersebut juga menunjukan

nilai Sig = 0,00 ˂ 0,05 yang berarti data

tersebut mempunyai pengaruh yang

signifikan dan uji linearitasnya diterima.

Dalam penelitian ini

Berdasarkan data skala sikap

keterbukaan diri remaja dan pola asuh

orang tua. Dari hasil skor keterbukaan diri

diperoleh hasil sebesar diperoleh hasil

sebesar 12,2% dengan jumlah 27 siswa

pada kategori sangat tinggi. Sebesar 35,3%

dengan jumlah 78 siswa pada kategori

tinggi. Sebesar 45,2% dengan jumlah 100

siswa pada kategori sedang. Sebesar 5,9%

dengan jumlah 13 siswa pada kategori

rendah dan sebesar 1,4% dengan jumlah 3

siswa berada pada kategori sangat rendah.

Pada hasil pola asuh orang tua diperoleh

hasil sebesar 14 siswa menunjukan jenis

pola asuh orang tua otoriter, sebanyak 195

siswa menunjukan pola asuh demokratis

dan sebesar 12 siswa menunjukan pola

asuh permisif.

Penulis mengakui terdapat

kelemahan dalam penelitian ini yang

terlihat pada besar pengaruh pola asuh

orang tua dengan keterbukaan diri yang

sangat kecil, memiliki kontribusi sebesar

11%. Hal ini terjadi disebabkan oleh

kesalahan penulis dalam penyusunan

angket, penentuan indicator, dan analisa

data yang kurang baik.

KESIMPULAN

Ada pengaruh yang signifikan antara

Pola Asuh Orangtua terhadap keterbukaan

diri remaja siswa kelas X SMK Negeri 02

Salatiga tahun ajaran 2015/2016.Besar

koefesien determinasi R (Square) adalah

0,11 yang artinya pola asuh orang tua

memiliki kontribusi sebesar 11% terhadap

keterbukaan diri remaja sehingga masih

terdapat 89% dipengaruhi oleh factor lain

yang dapat mempengaruhi keterbukaan

diri diluar variable pola asuh orang tua

yaitu besar kelompok, perasaan menyukai,

efek diadik, kompetensi, kepribadian,

topik dan jenis kelamin.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad. 1984. Penelitian

Kependidikan: Prosedur dan

Strategi. Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Bina Aksara

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode

Penelitian. Yogyakarta :Pustaka

Pelajar

Brooks, J. (2011). The process of

parenting (7th

ed). New York : McGraw-

Hill.

Dayaksini, Tri. 2006. Psikologi Sosial.

Malang. UMM Press.

Devito, J.A. 2011. Komunikasi

Antarmanusia. Translated by

Maulana, Agus. Tangerang :

Karisma Publishing Group

Page 13: Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Keterbukaan Diri ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9574/2/T1_132012003_Full... · DIRI REMAJA SISWA KELAS X SMK NEGERI 02 SALATIGA TAHUN

Hunter, Sally.B. Barber, Brian.K. Olsen.

Joseph, A. McNeely. Clea.A, Bose.

Krishna. (ttt). Adolescents Self-

Disclosure to Parents Across

Culture : Who Discloses an Why

Hurlock E. B (2015). Perkembangan Anak.

Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Krisbiantara, W. 2005. Perbedaan

Kemandirian Ditinjau dari Pola Asuh

dan Jenis Kelamin Siswa Kelas XI

SMA Negeri 1 Pabelan Kabupaten

Semarang. Skripsi (tidak

diterbitkan). Salatiga: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Progdi Bimbingan dan Konseling:

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga.

Nasir, Mohammad. 2003. Metodologi

Penelitian. Cetakan Keempat, Penerbit

Ghalia

Indonesia. Jakarta.

Norrel, J.Elizabeth. 1984. Self-Discolsure :

Implications for the study of parent-

adolescent interaction.

Padmomartono,Sumardjono. 2013.

Konseling Remaja. Salatiga: UKSW

Papini, Dennis R. Farmern, Frank F. Clark,

Steven M. Micka, Jill C. Barnett,

Jawanda K. 1990. Early Adolescent

Age and Gender Differences In

Patterns of Emotional Sel-

Disclosure to Parents and Friends

Pethak, Sweta. 2012. Parental Monitoring

and Self-Disclosure of Adolescents

Pratiwi, Purwandini.Sakti. 2016.

Pendidikan Seks Cegah Remaja

Pacaran Kebablasan. Kompas.

Diperoleh 02 April 2016, dari

Kompas.com

Rachma,Elieen. Savitri,Sylvina. 2012.

Menjadi Transparan dengan Elegan.

Kompas. Diperoleh 02 April 2016,

dari Kompas.com

Rakhmat,Jalaluddin.2013.Psikologi

Komunikasi.Bandung:Remaja Rosdakarya

Shochib,Moh. 2010. Pola Asuh Orang Tua

Dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri.

Jakarta : Rineka Cipta

Soenens,Bart. Vansteenkiste,Maarten.

Luyckx,Koen.2006. Parenting and

Adolescent Problem Behavior: An

Integrated Model With Adolescent

Self-Disclosure and Perceived

Parental Knowledge as Intervening

Variables. Development Psychology,

Vol. 42, No. 2, 305-218

Sugiyo. 2005. KomunikasiAntarpribadi.

Semarang: UNNES PRESS

Sugiyono. 2014. Statistika untuk

Penilitian. Bandung : Alfabeta

Sugiono. 2006. Metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif dan R n D.

Bandung:Alfabeta

Slameto. (2003). Metodologi Pendidikan.

Program Studi Bimbingan dan

Konseling, FIP – UKSW Salatiga

Supratiknya, A.2016. Komunikasi

Antarpribadi Tinjauan Psikologi.

Yogyakarta: Kanisius