pengaruh permainan boneka tangan dalam pembuluh …
TRANSCRIPT
Unggul dalam IPTEK
Kokoh dalam IMTAQ
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PENGARUH PERMAINAN BONEKA TANGAN DALAM
MENGURANGI KECEMASAN PRE OPERATIF PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT JANTUNG DAN
PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA
TAHUN 2013
Oleh:
WOWO WAHYU PERMANA
20117271188
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTASA KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2013
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
PROGRAM ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Penelitian 2013
Wowo Wahyu Permana
PENGARUH PERMAINAN BONEKA TANGAN DALAM MENGURANGI KECEMASAN PRE OPERATIF PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
Abstrak
Memperhatikan dampak kecemasan preoperatif pada anak usia prasekolah, merupakan sesuatu yang sangat penting, karena hali ini bisa menjadi pengalaman buruk bagi sebagian besar anak. Dampak negatif akan timbul pada pemulihan pasca operasi mereka dan mungkin bisa berlangsung dalam waktu yang lama . Penelitian permainan boneka tangan dilakukan untuk mengetahui hubungan permainan permainan tersebut dengan tingkat kecemasan preoperatif pada anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan desain purposive sampling dan teknik pengumpulan data kuantitatif pada keseluruhan populasi yang masuk kriteria inklusi(total sampling). Dalam penelitian ini juga ditampilkan karakteristik anak usia prasekolah, serta variabel lain yang mempengaruhi kecemasan , diantaranya : usia, temperamen . bagaimana anak dapat bekerjasama selama masa pra operasi, khususnya selama induksi anestesi. Diharapkan permainan boneka tangan ini bisa menjadi salah satu rujukan dalam menurunkan kecemasan pada anak, akhirnya kita bisa melakukan suatu inovasi terkini dalam pendekatan yang kita lakukan.
Kata kunci: Permainan boneka tangan, kecemasan pre operatif, Anak Prasekolah
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini,
sekaligus mendapat persetujuan untuk diajukan dalam sidang. Adapun judul karya
tulis adalah “PENGARUH PERMAINAN BONEKA TANGAN DALAM MENGURANGI
KECEMASAN PRE OPERATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH di Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita”. Karya tulis ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Bersama dengan ini pula perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Muhamad Hadi SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi PSIK
FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta
2. Bapak dr. Hananto Adriantoro, SpJP (K), selaku Direktur Utama Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta
3. Ibu Miciko Umeda, S.Kp., M.Biomed pembimbing I dalam pembuatan
laporan penelitian ini, yang terus memberikan support dan saran agar penulis
tidak berhenti berlari
4 Ibu Nyimas Heni P .M.Kep.,SpKep.An, untuk sara dan masukannya, sehingg
karya tulis ini lebih fokus bermakna
5 Ibu Anita Apriliawati, Skep.,Skep .An yang telah mengoreksi penulisan serta
menambahkan ide-ide agak karya tulis ini enak dibaca.
iii
6 Mereka yang setiap saat lebih bersemangat dan selalu mengingatkan serta
memberikan dorongan moril maupun materil Istriku Tri Nurani Orienti SP
dan ketiga anaku
7 Sahabatku satu kelas Program B yang senantiasa berbagi semangat dan
keceriaan
8 Sahabat keperawatan dan dokter di Instalasi Bedah dan ICU Pediatrik
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, yang telah
memberikan kemudahan selama mengikuti kegiatan perkuliahan
Dan semua pihak yang tidak tersebut namanya , ikut membantu penyelesaian karya
tulis ini. Tak ada gading yang tak retak, sungguh tak pernah ada kesempurnaan ,
penulis hanya berusaha dan terus mencoba hal baru yang Insya Allah bermanfaat .
Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kecil kita
menuju kebaikan . Amin.
Jakarta, Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN……………………………………........... 1
A. Latar Belakang…………………………………............. 1
B. Masalah Penelitian……………………………......…..... 6
C. Tujuan Penelitian…………………………….....…....... 6
D. Manfaat Penelitian………………………….....……..... 7
BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA………………………….......... 9
1. Konsep kecemasan………………………………........ . 9
2. Pengertian Kecemasan……………………….............. 11
3. Ciri-ciri Kecemasan…………...................................... 12
4. Tingkat Kecemasan……………….......…………….... 13
5. Rentang Respon Kecemasan……….......…………….. 14
6. Faktor Presipitasi………………..............…………… 16
B. KONSEP TUMBUH KEMBANG …....................….. 17
1. Pertumbuhan dan perkembangan pada usia
pra sekolah…………………………………................ 17
2. Teori –teori Perkembangan anak pra sekolah…....….. 19
C. KONSEP BERMAIN....................................……….. 21
1. Sejarah Permainan………………………………......... 21
2. Teori Bermain............................................................. 22
3. Karateristik Permainan................................................ 23
D. PENELITIAN TERKAIT…….…………...........…...... 26
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL.............................................................. . 27
A. Kerangka Konsep…….…....………………………….. 27
B. Hipotesa Penelitian….………………………………… 28
C. Variabel dan definisi Operasional…...…....................... 29
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN……………………………… 31
A. Desain Penelitian……………………………………..... 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian……………………….... 32
C. Populasi dan Sampel………………………………...... 32
F. Etika Penelitian……………………………………...... 34
G. Pengumpulan Data…………………………………..... 35
H. Pengolahan Data............................................................ 36
I. Analisa Data………………………………………...... 37
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian............................................... 39
B. Karakteristik Responden............................................... ..... 40
C. Analisa Univariat.................................................................. 41
D. Analisa Bivariat................................................................... 43
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian.................................................... 46
B. Analisa Univariat............................................................ 46
C. Analisa Bivariat............................................................... 47
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................... 50
B. Saran.................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
boleh
A. LATAR BELAKANG
“UUD 1945 Pasal 28B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. “Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial”. ( Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak)
Penduduk Indonesia menurut kelompok umur, tercatat anak dengan usia 0 – 14
tahun sebanyak 71,17 juta, sekitar 30 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia
(Sumber: Pusdatin, Kemenkes RI (Badan Pusat Statistik, hasil SP 2010) ). jumlah
anak yang dirawat inap dengan sepuluh besar penyakit di RS tahun 2010 sekitar
333.000. Jumlah ini akan meningkat/lebih tinggi jika di kalkulasi dengan data
anak yang di rawat dengan penyakit non infeksi seperti penyakit kardiovaskuler
ataupun penyakit kongenital lain yang membutuhkan tindakan pembedahan.
( Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2012)
Dirawat merupakan pengalaman yang bagi sebagian besar orang tidak
menyenangkan, karena hal ini akan membatasi aktivitas, produktivitas serta akan
menimbulkan respon emosional yang berbeda. Kondisi seperti ini membutuhkan
pendekatan tersendiri bagi semua petugas kesehatan, terutama perawat yang
memiliki kontak waktu terbesar selama masa perawatan. Seorang anak bukanlah
2
miniatur orang dewasa, karena mereka akan mengalami proses tumbuh kembang.
Anak secara emosional dan kognitif immature, dimana ini akan berpengaruh
secara komprehensif sebagai respon terhadap penyakit. Karena kemampuan
komunikasi anak tidak lancar, sehingga perawat harus mengantisipasi kebutuhan
anak dan sensitif terhadap komunikasi non verbal anak.
Setiap tahap perkembangan anak memiliki ciri-ciri yang spesifik . Bayi normal
akan memperlihatkan kontak mata yang baik, orientasi yang tepat terhadap wajah,
mencari sumber objek warna/sesuatu yang terang. Bayi sehat akan menggerakan
seluruh ektremitas secara spontan. Pada anak usia toddler yang normal akan
protes keras jika dipisahkan dengan orang tua, akan memperlihatkan kecemasan
terhadap orang asing. Toddler akan lekas marah pada saat sakit, dan merasa
nyaman hanya dengan orang tua.
Di usia Preschool yang normal, anak akan curiga atau takut terhadap staff rumah
sakit, tetapi memiliki rasa ingin tahu tentang peralatan dan tugas-tugas yang
dilakukan oleh perawat atau dokter. Setelah mencapai School age anak mampu
untuk bekerjasama saat prosedur dan menjawab pertanyaan tentang kesehatan,
gejala-gejala, dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Adolesence secara normal akan
sadar selama pameriksaan fisik. Pada umumnya anak yang normal di beberapa
usia memiliki respon terhadap stimulus nyeri dan sebagian besar anak akan
berusaha menarik diri dari stimulus. Prosedur bedah ataupun pemisahan dengan
orang tua merupakan salah satu stimulus yang bisa menimbulkan respon
kecemasan pada anak.
3
Kecemasan itu sendiri merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh
dengan tekanan. Tekanan akibat mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman
untuk perilaku buruk yang pernah ia lakukan, Hal ini terjadi karena anak masih
mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka. Anak mempunyai
kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit sehingga mereka tidak bisa
bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat
mereka harus pergi ke rumah sakit menjalani prosedur pengobatan. Untuk itu
peran perawat sangat dibutuhkan dalam menjelaskan dan memberi informasi pada
keluarga dan anak (Supartini, 2004).
Menurut Long (1996), kecemasan (ansietas) adalah respon psikologik terhadap
stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiologis
terhadap kecemasan merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf
otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan
darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin
dan lembab. Manifestasi yang khas pada pasien pre operatif tergantung pada
setiap individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh
dan menangis. Hal ini ditegaskan oleh Carpenito (1999), yang meneliti bahwa
90% pasien pre operatif berpotensi mengalami kecemasan.
Berdasar data di Unit Bedah Pediatrik RS Jantung Harapan Kita tahun 2012 anak
yang dilakukan operasi jantung dari Januari sampai awal Desember 2012
berjumlah 927 anak. Jumlah ini semakin meningkat dalam 3 tahun terakhir .
Berdasarkan kelompok usia, kelompok usia infant (>1 bulan - < 1 tahun)
merupakan kelompok usia terbesar yang menjalani operasi, dengan jumlah 271
4
(29 %) . Kelompok usia prasekolah berada pada urutan ke-tiga terbesar yaitu 144
anak, sekitar 16% dari jumlah pembedahan anak secara keseluruhan.
Melihat jumlah Anak pra sekolah yang ada, jelaslah ini merupakan tantangan
dalam melakukan asuhan keperawatan, karena pada usia ini, anak memiliki
proses pemikiran yang pra-konseptual, pra-logis, dan ditandai dengan banyak
fantasi. Anak membutuhkan informasi lengkap tentang operasi yang akan
dilakukan (1) apa yang akan terjadi, (2) apa yang diharapkan dari tindakan
tersebut, (3) bahwa ia tidak akan dipersalahkan atas sakit atau cedera, dan (4) di
mana bagian yang akan dihilangkan atau diperbaiki dan bahwa tidak ada bagian
tubuh lain yang akan terpengaruh dengan tindakan tersebut
Bermain adalah salah satu aktifitas ya diharapkan bisa membantu anak dalam
menghadapi hari-hari yang paling menakutkan , karena kesenangan bermain
selalu ada pada setiap orang. Fertobhades (2006 tanpa memandang usia baik tua
maupun muda. Siapapun bisa bermain dengan fasilitas dan alat sederhana ataupun
dengan alat yang komplit dan lengkap.) mengemukakan, bermain merupakan
upaya manusia untuk mengeluarkan ekspresi dalam dirinya dengan cara membuat
dirinya senang, nyaman tanpa terbebani oleh masalah.
Bermain diyakini mampu menghilangkan berbagai batasan, hambatan dalam diri,
stress, frustasi, bahkan dapat dipakai untuk terapi dalam bentuk terapi bermain.
Terapi bermain digunakan bagi anak yang mempunyai masalah emosi dengan
tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
diharapkan Namun bagaimanapun harus ada batasan dan aturan. Nurjaman
(2006,4). Pelaksanaan aktifitas bermain di rumah sakit, perlu memperhatikan
5
prinsip-prinsip bermain dan permainan yang sesuai dengan usia atau tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga tujuan bermain yaitu untuk
mempertahankan proses tumbuh kembang, dapat dicapai secara optimal.
Disamping itu keterlibatan orang tua dalam aktifitas bermain sangat penting
karena anak akan merasa aman, sehingga mampu mengekspresikan perasaannya
secara bebas dan terbuka. (Wong&Whally, 2004).
Bermain boneka tangan bisa dijadikan metode yang efektif untuk memberikan
informasi nyata tentang pengalaman bedah dan sekaligus mengurangi bayangan
anak dan ketakutan tentang operasi. Permainan ini merupakan salah satu jembatan
kegiatan yang penting dalam mempersiapkan kesehatan mental, emosional dan
sosial menjelang operasi. Apapun alasannya, pada dasarnya setiap aktivitas
bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan, sesuai
fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali kondisi
fisik dan mental yang berada pada ambang ketegangan (Andang, 2009).
Dari uraian diatas inilah salah satu alasan mengapa penulis mengambil judul
penelitian tersebut, karena dalam praktik masih ada hak-hak anak yang
terabaikan khususnya ketika diputuskan bahwa anak harus melalui tahapan
operasi. Hal ini bisa menimbulkan pengalaman buruk, karena kata operasi pun
merupakan momok bagi anak maupun keluarganya., kondisi ini ditunjang karena
pada phase inilah anak membutuhkan kedekatan fisik dengan orang tua
(Coles,2003) mulai tumbuh pola pikir negativism, anak protes bila ada hal-hal
yang tidak sesuai dengan keinginannya dan mereka belajar mengenal benar salah .
karena proses psikologi itulah pengalaman yang dialami saat ini, bukan tidak
6
mungkin akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa
mendatang.
B. MASALAH PENELITIAN.
Serah terima anak usia pra sekolah diruang persiapan operasi seringkali
mengalami kesulitan. Hal ini terjadi karena sebagian besar anak-anak prasekolah
menolak ketika anak dipisahkan dari orangtuanya. Penatalaksanaan yang
dilakukan selama ini adalah pemberian premedikasi dengan menggunakan
inhalasi melalui face mask. Penatalaksanaan ini akan menimbulkan ketidak
nyamanan bagi anak itu sendiri. Anak akan meronta, menangis walaupun pada
akhirnya anak bisa diam. Bila hal ini terus dipaksakan, tidak mustahil akan
membuat anak cemas, yang pada akhirnya dapat menciptakan suatu pengalaman
buruk. Dengan melihat kondisi tersebut, peneliti menilai harus ada pendekatan
lain yang lebih baik dan manusiawi untuk menghindari (seolah-olah) terjadi
pemaksaan pada anak.
Penatalaksanaan kecemasan non farmakologis pada beberapa kasus dan
penelitian pernah dilakukan, namun masih banyak hal yang belum tersentuh dan
ini sangat memungkinkan untuk diteliti. Hal inilah yang mendorong penulis
untuk mengembangkan program inovasi ini, sehingga dampak negatif pre
operatif bisa dihindari dan tidak muncul setelah tindakan dilaksanakan. Selain
itu keluarga merasa tenang saat menyerahkan anaknya untuk tindakan operasi.
7
C. TUJUAN PENELITIAN
Peneliti ingin mengetahui efektifitas penatalaksanaan non farmakologis
(menggunakan metode permainan boneka tangan) dalam menurunkan tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah yang akan dilakukan tindakan
operasi.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Peneliti:
a. Peneliti dapat memperoleh gambaran tentang manfaat permainan boneka
tangan dalam menurunkan kecemasan pre operatif pada anak usia
prasekolah.
b. Peneliti memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
dalam penatalaksanaan klien anak dengan kecemasan
2. Tenaga Perawatan
a. Penelitian ini dapat memberikan masukan khususnya bagi staf
keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan untuk menurunkan
kecemasan pada anak terutama anak usia pra sekolah
b. Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai salah satu acuan dalam
berkomunikasi dengan klien anak.
c. Penelitian ini juga semoga mampu memacu inovasi dan kreasi dalam
melakukan asuhan keperawatan khususnya di ruang perawatan anak.
8
3. Klien
a. Klien dapat lebih nyaman dan tenang selama perawatan dan menjelang
tindakan/operasi.
b. Klien lebih kooperatif ketika masuk ruang operasi
c. Klien mampu melewati fase ini dengan baik.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KECEMASAN
1. Teori Kecemasan
Teori kecemasan oleh Freud pertama kali diungkapkan tahun 1890, berawal dari
sebuah pemikiran bahwa kecemasan merupakan libido yang mengendap.
Selanjutnya Freud setuju dengan koleganya Otto Rank bahwa asal mula
kecemasan berawal dari trauma masa lahir. Berbeda dengan rasa takut yang jelas
objeknya. Kecemasan berhubungan dengan sesuatu yang dirasa mengancam,
kecemasan terkadang tidak jelas objek mengapa seseorang menjadi cemas.
Bahkan jika seseorang sering cemas terhadap sesuatu, bisa mengembangkan
kepribadian cemas.
Menurut Nevid (2005), Kecemasan dapat menjadi reaksi emosional yang normal
dibeberapa situasi, tetapi tidak disituasi lain. Sumadinata (2004) mengatakan
bahwa seseorang yang merasa khawatir karena menghadapi situasi yang tidak bisa
memberikan jawaban yang jelas, tidak bisa mengharapkan sesuatu pertolongan,
dan tidak ada harapan yang jelas akan mendapatkan hasil. Kecemasan dan
kekhawatiran yang ringan dan menjadi sebuah motivasi. Sedangkan kecemasan
dan kekhawatiran yang kuat dan negatif dapat menimbulkan gangguan fisik
maupun psikis.
Kecemasan merupakan sebuah fenomena kognitif, dimana seseorang merasa
sesuatu akan terjadi diluar kehendak dan tidak bisa diprediksi.
10
Kecemasan akan diperparah jika seseorang merasa tidak sanggup menghadapinya,
karena meragukan kemampuan diri sendiri
Kerangka teori
Potter&Perry,2006:Nursalam dkk,2005:Hawari,2001;dan Hidayat 2005
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada anak:
Kepribadian anak
Posisi anak dalam keluarga
Kelas rumah sakit
Pendampingan orang tua
Karakteristik Anak Prasekolah
Egosentris
Perkembangan verbal meningkat secara progresif
Fase inisiatif versus rasa bersalah
Fase falik
Hospitalisasi
Respon anak cemas karena:
Perpisahan
Kehilangan kontrol
Luka pada tubuh dan luka nyeri
i
Diukur dengan modifikasi dari
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)
Kecemasan anak
Ringan
Sedang
Berat
panik
11
2. Pengertian Kecemasan
Banyak ahli psikologi yang berbicara mengenai kecemasan:
a. Kecemasan sebagai keadaan yang emosional yang mempunyai ciri
keterangsangan fisiologis, perasaan yang tegang yang tidak menyenangkan
dan perasaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa
sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid dkk, 2003).
b. Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi individu untuk
berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya ancaman
bahaya, yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-
tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak
bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung,
maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis yakni tingkah laku
yang berorientasi pada pertahanan ego/defend mechanism (Freud dalam
Corey, 2005).
c. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan yang
disertai dengan meningkatnya ketegangan fisiologis. Dalam teori
pembelajaran dianggap sebaga suatu dorongan yang menjadi perantara antara
suatu situasi yag mengancam dan perilaku menghindar. Kecemasan dapat
diukur denga self report, dengan mengukur ketegangan fisiologis, dengan
mengamati perilaku yang tampak (Davison dkk, 2006).
12
3. Ciri-ciri Kecemasan
Ciri-ciri kecemasan (Nevid, 2003) adalah berupa:
a. Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan dan anggota tubuh yang
bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan terasa
kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung berdetak kencang dan berdebar,
pusing ,merasa lemas atau mati rasa, sering buang air kecil, merasa sensitif,
atau mudah marah.
b. Cara behavioral meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan
dependen, perilaku terguncang.
c. Secara kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu
ketakutan atau aphensi terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan
bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa penjelasan yang
jelas, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan
untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa semuanya tidak bisa lagi
dikendalikan, merasa sulit memfokuskan pikiran dan berkonsentrasi.
Ciri kecemasan/ manifestasi klinik yang lain menurut Carpenito (2001), dalam
www.mitrariset.com ada beberapa tanda dan gejala cemas antara lain :
a. Fisiologis
Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
nafas, diaforesis, suara bergetar/perubahan tinggi nada, gemetar, palpitasi,
mual/muntah, sering berkemih, diare, ketakutan insomnia, kelelahan dan
kelemahan, kemarahan/pucat pada wajah, mulut kering, sakit badan dan nyeri,
Gelisah, pingsan/pusing, rasa panas dan dingin.
13
b. Emosional
Individu merasakan : Ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan percaya
diri, kehilangan kontrol, tegang, tidak dapat rileks, antisipasi ketegangan
individu memperlihatkan: Peka rangsang/tidak sabar, marah meledak,
menangis, cenderung, menyalahkan orang lain, reaksi terkejut, mengkritik diri
sendiri/orang lain, menarik diri, dan kurang inisiatif mengutuk diri sendiri.
c. Kognitif
Tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi lingkungan, pelupa,
termenung, orientasi pada masa lalu dari pada saat ini dan akan datang,
memblok pikiran, dan perhatian yang berlebihan.
4. Tingkat Kecemasan
Peplau (1963) dikutip oleh Stuart (2001), mengidentifikasi kecemasan dalam
empat tingkatan dan menggambarkan efek dari tiap tingkatan.
a. Cemas Ringan
Cemas ringan merupakan cemas yang normal yang berhubungan dengan
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang
menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya, seperti melihat,
mendengar dan gerakan menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat ini
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Cemas Sedang
Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan hal yang lain, sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
14
Kecemasan ini mempersempit lapang presepsi individu, seperti penglihatan,
pendengaran, dan gerakan menggenggam berkurang.
c. Cemas Berat
Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
d. Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, anak yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung dalam waktu yang lama
dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. \
5. Rentang Respon Kecemasan
Menurut Stuart (2001), rentang respon induvidu terhadap cemas berfluktuasi
antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah
antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang
mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana
15
individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi
sehingga mengalami ganguan fisik dan psikososial.
Rentang Respon Kecemasan 2.2
Stuart dan Laraia. 2010
6. Faktor Presipitasi
Stuart (2001) mengatakan bahwa faktor presipitasi/ stressor pencetus
dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik
Ancaman terhadap integritas fisik seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari. Kejadian ini menyebabkan kecemasan, dimana timbul akibat
kekhawatiran terhadap tindakan pemasangan infus yang mempengaruhi
integritas tubuh secara keseluruhan. Pada anak yang dirawat di rumah sakit
timbul kecemasan karena ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya
kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti bermain, belajar bagi
anak usia sekolah, dan lain sebagainya.
16
b. Ancaman terhadap rasa aman
Ancaman ini terkait terhadap rasa aman yang dapat menyebabkan terjadinya
kecemasan, seperti ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial seseorang. Ancaman ini
dapat terjadi pada anak yang akan yang akan dilakukan tindakan pemasangan
infus dan bisa juga terjadi pada orang tua. Ancaman yang terjadi pada orang
tua dapat disebabkan karena orang tua merasa bahwa anak mereka akan
menerima pengobatan yang membuat anak bertambah sakit atau nyeri. Orang
tua cemas dan takut jika prosedur invasif pemasangan infus yang dilakukan
akan memberikan efek yang membuat anak merasa semakin sakit atau nyeri
(Sulistiyani, 2009). Sedangkan pada anak, tindakan pemasangan infus
mengakibatkan nyeri yang dirasakan anak tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktek klinik beberapa anak meningkat
kecemasannya jika didekati oleh perawat. sering menolak makan, banyak
bertanya, menangis , tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, anak merasa
cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidak cukup
terlindungi dan merasa tidak aman. Bila hal ini tidak cepat diatasi akan menjadi
masalah yang akan memperburuk kondisi anak tersebut.
B. KONSEP TUMBUH KEMBANG
Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan anak usia dini, pasal 28
ayat 1 berbunyi ”Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak
lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti
17
pendidikan dasar”. Anak pra sekolah adalah anak usia 3-6 tahun yang belum
menempuh sekolah dasar (Depkes RI, 2007).
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Usia Pra Sekolah
Dalam tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan, anak dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok besar yakni kelompok usia 0-6 tahun yang
terbagi dalam tahap pranatal yang terdiri dari masa embrio (mulai konsepsi-8
minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai lahir), tahap post natal yang terdiri dari
masa neonatus (0-28 hari) dan masa bayi (29 hari-1 tahun), tahap pra sekolah (3-6
tahun). Dan kelompok usia 6 tahun keatas yang terbagi dalam masa pra remaja (6-
10 tahun) dan masa remaja (10-18/20 tahun) (Hidayat, Aziz Alimul, 2005).
a. Fase pertumbuhan anak usia pra sekolah
Pada pertumbuhan masa pra sekolah pada anak pertumbuhan fisik khususnya
berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan
kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, di mana sistem tubuh sudah
mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada
pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata
6,75-7,5 centimeter setiap tahunnya (Hidayat, Aziz Alimul, 2005).
b. Fase perkembangan anak usia pra sekolah
Menurut Hidayat, Aziz Alimul (2005), fase perkembangan anak dibagi
menjadi ;
1) Perkembangan motorik kasar, diawali dengan kemampuan untuk berdiri
dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
18
dengan tumit kejari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan
berjalan dengan bantuan
2) Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian,
memilih garis yang lebih panjang
3) Pada perkembangan bahasa diawali mampu menyebutkan hingga empat
gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan
benda, menghitung, mengartikan dua kata, memahami arti larangan,
berespon terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga terdekat
4) Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan sederhana,
menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya
tubuh, mengenali anggota keluarga
2. Teori-teori Perkembangan Anak Pra Sekolah
Teori-teori perkembangan anak pra sekolah dapat dibagi menjadi :
a. Perkembangan kognitif (Piaget)
1) Tahap pra oprasional (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan kemampuan
sebagai berikut anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang
dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak
masih bersifat egosentrik, seperti dalam penelitian Piaget anak selalu
menunjukkan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran
yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif
menganggap semuanya sama, seperti seorang pria dikeluarga adalah ayah
maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah
19
pikiran animisme selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti
apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah
benda tersebut (Hidayat, Aziz Alimul, 2005).
2) Tahun ketiga berada pada fase pereptual, anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami
perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari
perspektif yang berbeda.
3) Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih
baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan
persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka
patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena
memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anak sudah
mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi
belum memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia (Zae,
2000).
b. Perkembangan psikoseksual anak (Freud)
Tahap oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun dengan perkembangan
sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic
yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya,
suka pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dari pada
ayahnya demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya (Hidayat,
Aziz Alimul, 2005).
20
Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak mulai mengenal perbedaan
jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur
atau perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru
tingkah laku orang dewasa di sekitarnya (Nursalam dkk, 2005).
c. Perkembangan psikososial anak (erikson)
1) Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun (prasekolah)
dengan perkembangan sebagai berikut anak akan memulai inisiatif
dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan
aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka
akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak (Hidayat, Aziz Alimul,
2005).
2) Menurut Erikson pada usia (3-5 tahun) anak berada pada fase inisiatif vs
rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa ingin tahu (courius)
dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala
sesuatu disekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua
mematikan inisiatif anak, maka hal tersebut akan membuat anak merasa
bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang abstrak
dengan konkret, sehingga orang tua sering menganggap bahwa anak
berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian (Nursalam dkk, 2005)
C. KONSEP BERMAIN
Bermain pada awalnya belum mendapatkan perhatian khusus dari para ahli jiwa.
Hal ini dimungkinkan karena keterbatasan tentang psikologi perkembangan anak.
21
Adalah Plato salah satu tokoh yang dianggap berjasa yang meletakan dasar
bermain dan berpendapat tentang pentingnya nilai praktis dari permainan. Pada
awalnya bermain hanyalah sekedar permainan untuk melewatkan waktu kosong
dan mengatasi kejenuhan akibat kondisi dan rutinitas. Beberapa teori klasik
muncul yang pada akhirnya disempurnakan dengan munculnya teori-teori modern
.
Teori- Teori Klasik Yang Populer 2.3
Teori Penggagas Tujuan bermain
Surplus energi
Rekresasi
Rekapitulasi
Praktis
Schiller/Spencer
Lazarus
Hall
Groos
Mengeluarkan energi berlebih
Memulihkan tenaga/stamina
Memunculkan instink nenek moyang
Menyempurnakan instink
Sumber: Johnson et al (1999) hal 6.
Teori- teori modern tentang potensi dan manfaat bermain bagi perkembangan anak. 2.4
Teori Peran bermain pada perkembangan anak
Psikoanalitik
Kognitif- Piaget
Kognitif-Vigotsky
Sutton/ Smith
Singer
Mengatasi pengalaman traumatik, coping terhadap
frustasi
Mempraktekan dan melakukan konsolidasi konsep-
konsep yang pernah dipelajari sebelumnya.
Memajukan berpikir abstrak; pengaturan diri
Imajinasi dan narasi
Mengatur kecepatan stimulasi dari dalam dan dari luar
Sumber: Johnson et al, (1999) halaman 9.
22
Permainan menjadi salah satu usaha yang bisa mengangkat motivasi anak agar
nyaman saat berada dilingkungan baru luar rumah. Kondisi sepeti ini akan anak
rasakan ketika harus dirawat di rumah sakit. Untuk mendapat kualitas
kenyamanan yang optimal bagi anak perlu dirancang suatu kondisi yang
menyenangkan tanpa harus melanggar aturan. Bermain yang baik hendaknya
setiap permainan, mengacu pada prinsip bermain diantaranya:
a. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang
dijalankan pada anak.
b. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
c. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak/infeksi silang
d. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.
e. Melibatkan orang tua
Karakteristik Permainan ( Whaley & Wong 2003)
a. Associative Play : dalam permainan ini, anak berinteraksi dengan teman yang
lain tetapi tidak terorganisasi karena tidak ada yang memimpin permainan dan
tujuan permainan tidak jelas.
b. Sense of Pleasure Play : Permainan yang dilakukan untuk mencapai suatu
kesenangan
c. Dramatic Play : anak bermain peran sebagai proses identifikasi terhadap peran
tertentu.
d. Skill Play : permainan yang meningkatkan ketrampilan motorik kasar dan
halus. Semakin sering berlatih, anak akan semakin terampil.
23
Whaley & Wong pun menambahkan. Dalam bermain anak belajar memberi dan
menerima, belajar hal-hal benar dari kesalahan yang dilakukan, standar tanggung
jawab sosial terhadap tindakan mereka.
Dari beberapa permainan yang mungkin dilakukan , berceritera merupakan salah
satu kegiatan yang sangat sesuai dengan perkembangan emosi anak-anak usia
prasekolah. Secara umum anak mereka lebih menyukai cerita tentang sesuatu
yang dikenalnya. Mereka menyukai karakter ini karena kualitas pribadi atau
humornya. Karena mereka mampu mengidentifikasi diri dengan hewan, mereka
memperoleh kegembiraan yang besar dari mendengar hal-hal yang dilakukan
karakter itu (Hurlock, 2005) dan salah satu media yang bisa mendukung untuk
menghidupkan ceritera itu adalah permainan boneka tangan .
Perrmainan boneka tangan merupakan salah satu permainan yang sudah tua
usianya. Adapun boneka tertua yang ditemukan adalah sisa dari kebudayaan
Aurignacian. Fungsi boneka pada saat itu lebih bersifat religius/dinamisme ,
dalam kebudayaan prasejarah Mesir dan Cina, boneka digunakan sebagai
pengganti kurban. Boneka lambang kesuburan juga ditemukan, kebanyakan
boneka yang ditemukan adalah perempuan dengan dada dan panggul yang sangat
montok, yang diperkirakan sebagai lambang kesuburan tersebut.
Dengan pemakaian bahasa pengenalan bentuk, warna serta berbagai kosa kata
yang dekat dengan anak, sistem pengulangan yang diberikan tidak membuat
anak bosan sekalipun mereka sudah mengetahuinya. Penggunaan imajinasi akan
24
membantu anak menguasai dan mengembangkan kreativitasnya. Kini alat
permainan boneka tangan ini dapat dipergunakan untuk mengungkap berbagai
perasaan anak. Perasaan yang biasa dirasakan anak dalam kehidupan sehari-hari
serperti kecemasan, ketakutan, perasaan senang, harapan, perasaan mencekam,
kesedihan dan lain-lain teruangkap dengan penuh spontanitas sesuai dengan jiwa
anak
Permainan ini bisa melibatkan anak atau kelompok pada range usia yang sama
dan keluarga. Sedangkan karateristik permaianan yang menjadi acuan adalah.
Sense of Pleasure Play dan Dramatic Play ( Whaley & Wong 2003). Beberapa
manfaat yang bisa diperoleh anak dalam masa perawatan dengan bermain boneka
tangan diantara :
a. Mengkondisikan dengan situasi yang baru
b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
c. Membantu untuk mengurangi stres terhadap lingkungan dan perpisahan
d. Memperkenalkan dan mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
e. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan dan prosedur medis
f. Memberi peralihan dan relaksasi
g. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
h. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan.
i. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang
positif terhadap orang lain
25
j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
k. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
D. PENELITIAN TERKAIT
Penelitian pada masalah-masalah anak usia prasekolah masih jarang dilakukan,
tetapi penelitian yang terkait dengan kondisi kecemasan secara umum telah
banyak dilakukan.
M Fatkhul Mubin, Dessy Maria Hanum (2007) . meneliti dengan mengunakan
metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini
dilakukan pada anak usia prasekolah yaitu 3 - 6 tahun di Bangsal Melati RSUD
Tugurejo Semarang, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara
total sampling sebanyak 39 anak. Hasil: kecemasan anak prasekolah sebagian
besar mengalami kecemasan sebesar 74,4%. Sedangkan hasil analisis bivariat
dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara posisi anak dalam keluarga dengan kecemasan anak dengan nilai
p-value 0,037 . Kesimpulan: Ada hubungan yang bermakna antara posisi anak
dalam keluarga dengan kecemasan anak dengan nilai p-value 0,037
Penni Imelda (2010) meneliti di BP RSUD Kraton Pekalongan. Penelitian ini
menggunakan desain Quasy Experiment dengan rancangan Time Series Design.
Pengambilan sampel penelitian ini dengan cara quota sampling yang berjumlah 30
responden. Hasil analisa didapatkan tingkat kecemasan sebelum diberi terapi
bermain dengan bercerita 80,0% mengalami cemas sedang dan 20,0% mengalami
cemas ringan. Sesudah diberi terapi bermain dengan bercerita, kecemasan menjadi
26
76,6% mengalami cemas ringan dan tidak cemas sebanyak 23,3%. Hasil
perhitungan dengan uji Spearman Rank menunjukkan adanya penurunan tingkat
kecemasan pada anak usia 4-6 tahun sesudah diberi terapi bermain dengan
bercerita dengan ρ value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ρ < 0,05 yang
berarti ada pengaruh terapi bermain dengan bercerita terhadap penurunan
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia 4-6 tahun .
26
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep pada penelitian ini akan membantu peneliti menghubungkan
hasil penemuan dengan teori yang dikembangkan dan dibahas sebelumnya,
sehingga mempermudah pemahaman dan sebagai landasan bagi peneliti dalam
melakukan penelitian ini. Kerangka ini adalah struktur abstrak dan logis tentang
pengertian yang menuntun pengembangan studi dan memungkinkan peneliti
untuk menghubungkan penemunan dengan ilmu pengetahuan keperawatan (Burns
& Grove,1996 dalam Hamid 2008)
Variabel 3.1
Variable Independen Variabel Dependen
Kecemasan Perubahan Kecemasan
Intervensi
Kelompok
kontrol
kontrol
1.Usia
2.Jenis kelamin
Permainan
boneka
tangan
27
Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa permainan bisa dijadikan salah satu
alternatif dalam penatalaksanaan kecemasan pada anak usia prasekolah. Penelitian
ini memfokuskan pada pengaruh permainan boneka tangan dalam menurunkan
kecemasan.
B. Hipotesa Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
masalah (Nursalam, 2008). Sedangkan menurut La Biondo-Wood dan Haber
(1994) dalam Nursalam (2008), hipotesis adalah suatu pernyataan tentang
hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan dalam penelitian. Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan
dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian: Apakah ada pengaruh permainan boneka tangan dalam menurunkan
kecemasan pre operatif anak masa prasekolah. Adapun hipotesis dalam penelitian
ini adalah :
1. H0 : Tidak ada hubungan antara permainan boneka tangan dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi
2. Ha : Ada hubungan antara permainan boneka tangan dengan tingkat
kecemasan pasien pre operasi
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Menurut Burn dan grove (1995) variabel merupakan konsep berbagai tingkat
abstrak yang diukur, dimanipulasi, dan dikontrol dalam suatu penelitian. Variabel
28
yang ada dalam penelitian ini terdiri dari : variabel bebas/independent yaitu
permainan boneka tangan, variabel terikat/dependent yaitu tingkat kecemasan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari variabel terikat yaitu faktor internal
dan eksternal.
Variabel-variabel yang ada pada penelitian ini akan dilakukan operasionalisasi
variabel yaitu menetapkan cara pengukuran variabel agar dapat memperoleh
nilai yang tepat. Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel
yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional dalam penelitian ini diuraikan pada
tabel berikut :
Definisi Operasional 3.2
No
Variabel Definisi operasional
Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
1
Variabel independen:Kecemasan pre operatif pada anak usia prasekolah
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan yang disertai dengan meningkatnya ketegangan fisiologis.
Lembar observasi yang berisikan gejala fisik dan emosional kecemasan dari beberapa sumber
Skor yang didapatkan dari hasil penjumlahan parameter kecemasan yang terdapat pada lembar observasi dengan rentang nilai 0-14
Ratio
29
2. Permainan boneka tangan
Suatu permainan yang menggunakan boneka tangan ber bentuk tiruan manusia atau binatang dengan karakteristik tertentu sebagai media penyampai.
1. Ya
2. Tidak
Ordinal
30
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berbentuk data
kuantitatif sehingga pendekatan yang akan digunakan adalah kuantitatif.
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menekankan
analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode
statistika. Pendekatan yang digunakan yaitu point time approach dimana setiap
subjek hanya diobervasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat pengumpulan data (Nursalam, 2008).
Desain studi penelitian ini adalah purposive sampling. Di dalam desain ini
peneliti mengambil sample tidak secara acak tetapi berdasarkan pertimbangan dan
tujuan tertentu, menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Penelitian ini memiliki
tujuan untuk menerangkan atau menggambarkan tentang pengaruh penggunaan
permainan boneka tangan dalam menurunkan kecemasan pada anak prasekolah
menjelang tindakan operasi.
Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok dalam kategori yang sama yaitu usia
pra sekolah. Satu kelompok merupakan kelompok kontrol. dan kelompok
berikutnya merupakan kelompok intervensi
31
B. Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi:
Penelitian dilakukan diruang rawat anak Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
Darah (RSJPD) Harapan Kita Jakarta
2. Waktu :
Waktu penelitian : Bulan Desember sampai Februari 2013
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan
di teliti (Hidayat, 2007). Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang
terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling
(Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah pasien anak yang dirawat
di ruang Rawat Anak Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD)
Harapan Kita Jakarta. Sampel yang dipilih adalah anak usia pra sekolah yang
dirawat di ruang Rawat Anak RSJPD Harapan Kita Jakarta akan dilakukan
operasi yang dibagi menjadi 2 (dua) kelompok. Kelompok 1 (kelompok kontrol)
kelompok dengan pendekatan tanpa permainan boneka tangan dan kelompok 2
(kelompok intervensi) dengan pendekatan permainan boneka tangan. Dimana
pengambilan sampel pada kelompok intervensi dilakukan berkelanjutan (setelah
selesai pengambilan kelompok kontrol).
Menentukan jumlah sampel yang diambil jika <1000 adalah sebagai berikut :
(Nursalam 2008),
32
N.z2.p.q
n =
n (N-1)+z2.p.q
20x(1,96) 2 X 0,5 X 0,5
n =
0,05(20-1)2 + (1,96)2 X 0,5 X 0,5
n= 10,115 n= 10 X 2 kelompok = 20
Keterangan :
n : perkirakan jumlah sampel
N : jumlah populasi
n : nilai standar normal untuk α = 0.05 (1,96)
p : perkiraan proposi, jika tidak diketahui dianggap 50 % q : 1- p (100% - p)
d : Presisi yang ditetapkan 5% (0,05)
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang dengan
pembagian kelompok kontrol sebanyak 10 orang dan kelompok intervensi sebanyak
10 orang..
Sedangkan untuk kriteria dari penelitian ini, penulis membagi menjadi dua kriteria yaitu:
1. Kriteiria Inklusi.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam dan Pariani, 2001)
33
dalam Setiadi (2007) adapun kriteria inklusi yang penulis ambil sebagai
sampel yaitu :
a. Anak usia pra sekolah
b. Anak yang akan menjalani operasi
c. Tidak mengalami gangguan pendengaran.
d. Mampu berkomunikasi secara verbal dan visual
2. Kriteria eklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dan studi karena pelbagai sebab (Nursalam dan
Pariani, 2001) dalam Setiadi (2007). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah :
a. Anak usia pra sekolah yang menggunakan alat bantu nafas
b. Anak usia pra sekolah yang mengalami gangguan perkembangan
D. Etika Penelitian
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, peneliti harus memegang teguh sikap
ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian.
Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang
dapat merugikan atau membahayakan subyek penelitian, namun peneliti perlu
mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan (Jacob,2004 dalam Bondan,2006).
Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip
utama yang perlu dipahami yaitu: menghormati harkat dan martabat manusia ,
menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian, keadilan dan inklusivitas
34
dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Milton, 1999;
Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2004)
Peneliti harus menghargai hak untuk ikut dan tidaknya responden dalam
penelitian melalui lembar persetujuan responden, menghargai dan memperlakukan
subyek secara manusiawi . Peneliti harus memberikan informasi dan bertanggung
jawab jika terjadi sesuatu terhadap subyek. Penelitian harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan subjek, bebas dari
eksploitasi dan mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat
kepada subjek pada setiap tindakan. Dalam Informed consent, subjek/ orang tua
harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang
diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
E. Alat Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan check
list yaitu suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa gejala/identitas
lainnya dari sasaran pengamatan (Notoatmodjo, 2002). Alat ukur dalam penelitian
ini berupa lembar observasi tingkat cemas akibat hospitalisasi yang diadaptasi dari
teori HRA-S (Hamilton Rating for Anxiety Scale) dalam Nursalam, (2003) dan di
modifikasi dengan beberapa sumber lain.
Menurut HRA-S alat ukur kecemasan terdiri dari 14 kelompok gejala yang
terdiri dari gejala perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur,
35
gangguan kecerdasan, perasaan depresi (murung), gejala somatik/fisik (otot),
gejala somatik/fisik (sensorik), gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh
darah), gejala respiratori (pernafasan), gejala gastrointestinal (pencernaan), gejala
urogenital (perkemihan dan kelamin), gejala autonom, dan tingkah laku (sikap)
Pada pasien anak ada beberapa parameter dalam skala HRS-A yang sulit untuk
diterapkan, sehingga peneliti melakukan modifikasi pada lembar observasi.
Adapun pengamatan yang dilakukan hanya pada beberapa parameter yang dapat
diamati pada anak. Pengamatan kecemasan yang peneliti lakukan terdiri dari
gejala fisik dengan 7 parameter dan gejala emosional dengan 7 parameter. Hasil
pengamatan Ya : jika gejala tersebut ada dan Tidak jika skala tersebut tidak
ditemukan pada anak. Pada pengamatan dengan jawaban ya akan mendapat nilai
1, sedangkan nilai 0 pada jawaban tidak.
F. Pengolahan data
Langkah-langkah pengolahan data diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau lembar
observasi yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam
36
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
3. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau
bisa dengan membuat tabel kontingensi.
4. Processing data
Langkah selanjutnya setelah semua lembar observasi tersisi dengan
benar, data sudah dikoding, adalah memproses data agar dianalisis. Proses
pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari lembar
observasi ke paket program komputer pengolahan data statistic. (SPSS)
5. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah
dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi
pada saat memasukkan data ke komputer
G. Analisa data
1. Analisis univariat
Analisis dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya
analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel
(Notoatmojo, 2005). Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan peneliti
pada data demografi usia, jenis kelamin dan diagnosa klinis dari responden.
37
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat yang dilakukan pada penelitian ini menganalisa tingkat
kecemasan pada anak pra sekolah yang akan dilakukan operasi dengan intervensi
permainan boneka tangan. Hasil analisa ini dapat menjelaskan apakah
permainan boneka tangan bisa berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak pra
sekolah. Untuk analisa ini penulis menggunakan uji T karena dilakukan pada
variabel kategorik (permainan boneka tangan) dan tingkat kecemasan dalam
bentuk data numerik (score/ hasil penjumlahan dari parameter kecemasan yang
diamati.). Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok yang berbeda yaitu
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagai pembanding, sehingga uji T
yang digunakan yaitu independent t test dengan rumus sbb :
X1 – X2
T = (S12 /n1) + (S2
2 / n2)
[(S12/n1)+(S2/n2)]
2
df =
[(S12/n1)/(n1-1)+(s2
2/n2)/(n2-1)]
38
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan disampaikan gambaran umum tempat dimana penelitian
dilakukan, serta karakteristik responden penelitian, berdasarkan hasil penelitian
yang telah peneliti lakukan selama 8 minggu di Bulan Desember – Februari
2013.
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian:
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah / Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.
Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik. (World Health Organisation).
“Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”.( Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.340/MENKES/PER/III/2010).
Atas Ridho Allah Yang Maha Kuasa, Ibu Tien Soeharto selaku ketua yayasan
Harapan Kita sekaligus ibu negara mempunyai gagasan untuk membangun
sebuah rumah sakit khusus di Indonesia. Usulan itupun segera direspon oleh para
ahli dibidang kardiovaskuler waktu itu. Maka tepat pada tanggal 9 November
39
1985 impian itu terwujud Rumah Sakit Jantung Harapan Kita berdiri dan
diresmikan langsung oleh Presiden RI Bapak Soeharto. Adapun tiga tugas
utama yang diemban oleh rumah sakit ini adalah sebagai:
1. Pusat Rujukan Nasional Pelayanan Kardiovaskular
2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kardiovaskular
3. Pusat Penelitian Kardiovaskular.
Seiring berjalannya waktu Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, telah beberapa kali
berubah status, diawali dengan status kepemilikan Depkes namun dalam
pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Harapan Kita. Kemudian pada tahun
2000 berubah status sebagai Rumah Sakit Perjan atau Perusahaan Jawatan dan
tahun 2005 berubah status kembali menjadi Badan Layanan Umum atau lebih
dikenal dengan istilah BLU. Walaupun kini berstatus BLU namun Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita tetap berkomitmen untuk selalu
mengedepankan kepentingan pasien dalam setiap layanan yang diberikan. Oleh
karenanya value “Patient First” selalu ditanamkan agar meresap dibenak setiap
karyawan.(Anwar Santoso )
B. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang akan dilakukan
operasi bedah jantung kongenital. Sedangkan sampel diambil dengan teknik
accidental sampling . Penelitian ini dilakukan pada Bulan Desember hingga
40
Februari 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 20 sampel. Dari hasil
pengumpulan data diperoleh gambaran umum sebagai berikut
C. Analisa Univariat
Analisa univariat menjelaskan secara deskriptif mengenai karakteristik data
demografi responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia dan diagnosa klinis
responden.
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di RSJPD
Harapan Kita pada bulan Jan-Feb 2013
Jenis Kelamin Frekwensi Persentase
Laki-laki 9 45%
Perempuan 11 55%
Jumlah 20 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 9 orang (45%) dan responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 11 orang (55%). Hal ini juga menunjukkan bahwa pada bulan Jan –
Feb th 2013 anak usia prasekolah perempuan yang dilakukan tindakan
operasi lebih banyak dari anak laki-laki.
41
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pembagian usia di RSJPD
Harapan Kita pada bulan Jan-Feb 2013
USIA FREKWENSI PERSENTASE
3 5 25%
4 6 30%
5 6 30%
6 3 15%
TOTAL 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan
tahapan usia sebanyak 5 orang ( 25%) berusia 3 tahun, pada usia 4 tahun
sebanyak 6 orang (30%), usia 5 tahun sebanyak 6 orang (30%), dan usia 6
tahun sebanyak 3 orang (15 %). Jumlah terbanyak anak usia pra sekolah yang
akan dilakukan tindakan operasi jantung bawaan pada bulan Jan-Feb 2013
yaitu pada usia 4 dan 5 tahun.
42
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan diagnosa klinis di RSJPD
Harapan Kita pada bulan Jan-Feb 2013
DIAGNOSA KLINIS FREKWENSI PERSENTASE
SIMPLE 8 40 %
KOMPLEKS 12 60 %
TOTAL 20 100 %
Berdasarkan tingkat kompleksitas Penyakit Jantung Bawaan (PJB), responden
dengan diagnosa klinis/PJB kompleks lebih besar yaitu 60 %. Adapun yang
dimaksud dengan diagnosa klinis kompleks yaitu pada PJB dengan Tetralogy
of Fallot (ToF), Doblle Outlet Right Ventricle (DORV), dan Transposition
Grat Arteries (TGA). Pada diagnosa klinis simple yaitu pada PJB dengan
Atrial Septal Deffek (ASD), Ventricle Septal Deffek (VSD), dan Patent
Ductus Arteriosus (PDA)
D. Analisa Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini untuk melihat pengaruh permainan
boneka tangan terhadap tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah yang
akan dilakukan tindakan operasi kelainan jantung bawaan. Variabel
independent (permainan boneka tangan) bersifat kategorik sedangkan variabel
dependent yaitu tingkat kecemasan bersifat numerik yang merupakan score
dari penjumlahan beberapa parameter. Responden pada penelitian ini terdiri
43
dari 2 kelompok yg berbeda yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi
sehingga uji statistik yang digunakan uji t independent
Tabel 5.4
Distribusi rata-rata kecemasan responden dengan permainan boneka
tangan di RSJPD Harapan Kita bulan Jan-Feb 2013
Permainan boneka tangan
Mean
SD
SE
P value
N
Kelompok kontrol 9.2000 1. 0380 0.32660 0.000 10
Kelompok intervensi 1.9000 1.10050 0.34801 10
Rata-rata kecemasan muncul pada kelompok kontrol sebanyak 9.2000, dengan
standar deviasi 1.0380. sedangkan rata-rata kecemasan yang timbul pada
kelompok intervensi adalah 1.9000, dengan standar deviasi 1.10050. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5 % (0,05) terlihat ada
hubungan signifikan antara permainan boneka tangan dengan kecemasan pada
anak usia pra sekolah yang akan dilakukan tindakan operasi
44
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan mencari rumusan jawaban terkait hasil penelitian yang
telah dilakukan yaitu “Pengaruh Permainan Boneka Tangan Dalam Mengurangi
Kecemasan Pre Operatif Pada Anak Usia Prasekolah”. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian eksperimental secara kuantitatif dengan
pendekatan croos sectional dimana variabel dibagi dua menjadi variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen)
A. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari, dalam penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan
dalam penyajian, dan interpretasi hasil penelitian. Diantaranya:
1. Peneliti mendapatkan kendala ketika mengumpulkan data pasien dengan
sesuai kriteria inklusi pada saat penelitian dilakukan
2. Penyesuaian waktu bermain masih terkadang berbenturan dengan jadwal
kesepakatan yang disetujui. Sebagian terjadi karena kondisi psikis (mood)
anak itu sendiri
3. Instrumen penelitian yang digunakan merupakan modifikasi yang dibuat
peneliti dengan bersumber pada skala HARS dan berbagai gejala-gejala yang
terdapat pada berbagai sumber yang mudah diamati oleh peneliti.
B. Analisa Univariat
45
Tabel (5.1) menunjukkan bahwa 45% responden berjenis kelamin laki-laki
atau sebanyak 9 orang, sedangkan jumlah responden penelitian perempuan
sebanyak 11 orang atau sekitar 55%. Jenis kelamin merupakan identitas
responden yang digunakan untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan
(utama Meyrs). Hasil ini didukung sebuah temuan yang menunjukkan, dari 200
wanita yang melahirkan 216 bayi, 75 persen diantaranya melahirkan bayi
perempuan. Pada beberapa kelainan jantung bawaan seperti ASD menunjukan
perbandingan jenis kelamin pria dan wanita 1:2 bahkan 1 : 3 (Benstein, 2004 ;
Park, 2002).
Sedangkan pada distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pada tabel 5.2
dapat dilihat karakteristik usia pra sekolah berdasarkan tahapan usia sebanyak 5
orang ( 25%) berusia 3 tahun, pada usia 4 tahun sebanyak 6 orang (30%), usia 5
tahun sebanyak 6 orang (30%), dan usia 6 tahun sebanyak 3 orang (15%). Data
ini diambil untuk melihat lebih spesifik bahwa anak usia pra sekolah yang akan
dilakukan operasi kelainan jantung bawaan yang terbesar diusia sekitar 4-5 tahun.
Data ini sesuai dengan beberapa penelitian yang mengatakan bahwa usia terbaik
untuk dilakukan tindakan operasi pada kelainan jantung bawaan adalah 1-5 tahun
dengan usia terbesar sekitar 1-3 tahun (Cardiothoracic Hospital Shanghai, 2012).
Tetapi hal ini tidak mutlak karena ada beberapa kelainan jantung yang harus
dilakukan segera setelah bayi lahir dan tergantung dari urgensinya setiap kasus.
Keterlambatan diagnostik dan tindakan pada anak dengan kelainan jantung
bawaan dapat disebabkan beberapa hal : ketakutan, ketidak tahuan, faktor
46
ekonomi dan masih jauh dan jumlah yang belum memadai pusat rujukan untuk
kasus PJB.
Didalam mengolah data univariat peneliti tidak membedakan antara kelompok
kontrol dan intervensi, sehingga data yang dihasilkan merupakan gambaran umum
dari keseluruhan responden yaitu anak usia prasekolah yang akan dilakukan
tindakan operasi
C. Analisa Bivariat
Didalam analisa ini, peneliti akan menghubungkan sejauh mana variabel yang
satu mempengaruhi variabel yang lain. Berdasar pada penelitian yang telah
dilakukan dengan mengidentifikasi dampak permainan boneka tangan dengan
tingkat kecemasan pada 20 anak usia pra sekolah yang akan dilakukan tindakan
operasi. Dari analisa tersebut didapatkan jumlah dan persentase dari 10
responden tanpa intervensi (kelompok kontrol) mengalami cemas dan 10
responden dengan intervensi (kelompok intervensi) tidak mengalami kecemasan
secara signifikan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Penni Imelda
(2010) dengan menggunakan desain Quasy Experiment dengan rancangan Time
Series Design. Penelitian ini dilakukan pada 30 responden. Hasil analisa
didapatkan tingkat kecemasan sebelum diberi terapi bermain dengan bercerita
80,0% mengalami cemas sedang dan 20,0% mengalami cemas ringan. Sesudah
diberi terapi bermain dengan bercerita, kecemasan menjadi 76,6% mengalami
47
cemas ringan dan tidak cemas sebanyak 23,3%. Hasil perhitungan dengan uji
Spearman Rank menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan pada anak
usia 4-6 tahun sesudah diberi terapi bermain dengan bercerita dengan ρ value
0,000. yang berarti ada pengaruh terapi bermain dengan bercerita terhadap
penurunan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia 4-6 tahun.
Hospitalisasi pada anak, prosedur-prosedur ataupun tindakan yang dilakukan
selama anak dirawat akan menimbulkan pengalaman traumatik yang pada
sebagian anak menganggap sebagai suatu hukuman dan seringkali menimbulkan
kecemasan . Teori modern Psikoanalitik Kognitif dari Piaget mengungkapkan
potensi dan manfaat bermain bagi perkembangan anak yaitu dapat mengatasi
pengalaman traumatik, coping terhadap frustasi. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa bermain pada anak usia pra sekolah memiliki dampak yang
besar untuk mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan yang ditandai
dengan tanda-tanda kecemasan .
Menurut Hidayat, Aziz Alimul (2005), fase perkembangan adaptasi sosial pada
usia pra sekolah yaitu dapat bermain dengan permainan sederhana, menangis jika
dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, mengenali anggota
keluarga. Berceritera merupakan salah satu kegiatan yang sangat sesuai dengan
perkembangan emosi anak-anak usia prasekolah. (Hurlock, 2005) dan salah satu
media yang bisa mendukung untuk menghidupkan ceritera itu adalah
permainan boneka tangan. Permainan ini dapat dipergunakan untuk mengungkap
berbagai perasaan anak seperti kecemasan, ketakutan, sedih dan juga senang.
Permainan ini bertujuan membantu untuk mengurangi stres terhadap lingkungan
48
dan perpisahan serta, memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang
penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur medis, serta membantu anak
untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing seperti lingkungan rumah sakit.
Pada penelitian ini ada beberapa parameter yang peneliti amati yaitu kedekatan
anak dengan orang tua dimana anak ingin selalu dekat dengan orang tua. Dari
seluruh sampel (n= 10) pada kelompok kontrol anak selalu ingin dekat dengan
orang tua 10 responden (100%). Sedangkan di kelompok intervensi 7
responden (70 %) ingin selalu dekat dengan orang tua. Menurut Wills cit
Friedman(1998) Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat
membantu anak dalam mengkoping stressor, karena dukungan keluarga dapat
menimbulkan efek penyangga dengan menahan efek-efek negatif dari stress
terhadap kesehatan. Menurut Garmenzy dan Rutter, 2003 dukungan keluarga
yang positif berhubungan dengan kurangnya kecemasan
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Alhamdulillah. Segala puji UntukMu Ya Robb, yang telah memberikan kekuatan hingga
penulis sampai dikesimpulan dan saran pembuatan karya tulis ilmiah ini. Setelah
memmbaca,menulis, melakukan dan membaca kembali tiap bab, beberapa kesimpulan
dapat penulis sampaikan diantaranya
1 Kecemasan berhubungan dengan sesuatu yang dirasa mengancam, kecemasan
terkadang tidak jelas objek mengapa seseorang menjadi cemas. Kondisi ini akan
diperparah jika seseorang merasa tidak sanggup menghadapinya, karena
meragukan kemampuan diri sendiri .
2 Tiap tahapan kecemasan mempunyai karakter serta teknik penanganan yang berbeda,
dalam kondisi tertentu bisa saja diperlukan orang lain/mediator lain untuk mengurai
kecemasan agar tiap masalah bisa di ambil solusinya.
3 Kecemasan bisa berdampak positif pada seseorang dalam kondisi kecemasan ringan,
kondisi ini akan menjadi suatu kekuatan bila orang tersebut mempunyai kopinng yang
baik serta dukungan motivasi .
4 Setiap manusia dewasa pasti pernah melalui fase pertumbuhan dan perkembangan . fase itu
harus dilalui sebagai suatu perjalanan kehidupan seorang manusia (anak). karena tiap fase
mempunyai ke khususan dalam perkembangan fisik dan psikis
5 Seorang anak bukanlah miniatur orang dewasa, untuk itu diperlukan perlakuan khusus agar
bisa tumbuh berkembang sesuai umurnya.
6 Bermain adalah sesuatu yang universal yang tidak dibatasi oleh umur ,. Setiap permainan
adalah suatu proses belajar , dimana anak bisa melakukan sesuatu kegiatan tanpa harus
berpikir mengenai kesulitannya. Anak menikmati pembelajaran secara alami, sesuai dengan
petumbuhan dan kebutuhan jiwanya. Namun dalam kondisi tertentu bermain harus ada
batasannya tanpa mengurangi esensi dari permainan itu sendiri
8 Dari observasi dan eksperimen yang peneliti lakukan, bermain boneka tangan
bisa menjadi alternatif yang inovatif dalam mengurangi kecemasan pre operatif
khususnya pada anak usia pekolah .
B. Saran
Peneliti menyadari, dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan
keterbatasan dalam pembuatan karya tulis ini. Untuk perlunya untuk menyampaikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk peneliti
a. Ilmu pengetahuan tak pernah berhenti berkembang, selalu saja ada yang
baru.Untuk meningkatkan kualitas penelitian perlu didukung dengan data yang
lebih lengkap dan terkini. semoga penelitian kecil ini tidak berhenti sampai
disini,namun bisa diteruskan menjadi sesuatu penelitian yang lebih besar
cakupan dan manfaatnya.
b. Anak adalah pribadi yang unik, peneliti hendaknya meningkatkan kemampuan
untuk memahami karakter dalam tingkatan perkembangan anak. senantiasa
bersabar dalam menghadapi kasus-kasus anak. Perlu modifikasi lembar
kwesioner yang sesuai untuk kasus pada anak.
2 Untuk Institusi Rumah Sakit
a. Penelitian adalah salah satu satu unggulan dalam suatu rumah sakit
pendidikan, untuk itu sarana, kesempatan, perlakuan dan pelatihan-pelatihan
perlu senantiasa ditingkatkan.
b. Dalam menentukan waktu bermain masih terkadang berbenturan dengan
jadwal kesepakatan yang disetujui. hendaknya dibuat jadwal untuk mengisi
waktu bermain , sehingga interaksi antara pemberi layanan dan klien menjadi
lebih akrab.
3 Untuk Insitusi Pendidikan
a. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa hendaknya penelitian yang
dibuat tidak merupakan pengulangan dari penelitian sebelumnya.
b. Setiap penelitian merupakan aset dari suatu pendidikan, hendaknya dari
penelitian yang telah ada bisa diseleksi ulang untuk ajang lomba.
1
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.
Jakarta:salemba medika.
Corey, Geral. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
PT Refika Aditama
Davison, G.C, Neale,J.M & Kring, A.M. 2006. Psikologi Abnoral. Jakarta: Rajawal
Press
Haber, A. & Runyon, R.P. 1984. Psychology of Adjustment. New York: The
Dorsey Press
Nevid, J.S, Rathus, S.A & Green, B. 2003. Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
http://bondanriset.blogspot.com/2006/10/ Prinsip-prinsip-etika-penelitian
Perry,A,G.&Potter,P.A.1999.Fundamental keperawatan,bukukedokteran
.Jakarta:EGC
Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta:EGC.
Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, Jakarta,EGC.
2
Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.
Jakarta:Idai
Sumadinata, N. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosda karya
Supranto J, 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen.
Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Wong,D.L (1995), Nursing Care of Instants and Children, St. Louis Mosby.
Notoatmodjo S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT Rineka Cipta.