pengaruh perilaku kepemimpinan pelatih dan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PELATIH
DAN HUBUNGAN PELATIH-ATLET TERHADAP
KETANGGUHAN MENTAL ATLET SEPAKBOLA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
SYAHRIDA SYAHRUL
NIM: 109070000143
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PELATIHDAN HUBUNGAN PELATIH.ATLET TERHADAPKETANGGUHAN MENTAL ATLET SEPAKBOLA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
SYAHRIDA SYAHRULNIM: 109070000143
Pembimbing lI
NIP. 19640814 200112 1 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1435Ht2014 M
Pembimbing I
Dr. Abdul Rahiluf Shaleh. NI.SiNrP.19720823 199903 1 002
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul *PENGARUH PERILAKU I(EPEMIMPINAN PELATIH
DAN HUBUNGAN PELATIH-ATLET TERHADAP KETANGGUHAN
MENTAL ATLET SEPAKBOLA" telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2l
Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta,2l Mei 20t4
Sidang Munaqasyah
Prof. Dr. Abdul Muiib, M.SiNrP. 1968061.4 199704 1 001
Anggota
wDrs. Akhmad Baidun M.SiGazi, M.Si
NrP. 19711214 200701 r 014 NIP. 19640814200112 1 001
iii
Dekan/Ketua Wakil Dekan/ S tarislAnggota
Dr. Abdul RahmaNrP. 19720823 I
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu
(Sl) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sernua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karyaini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dat'. karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
IV
NIM. 109070000143
Email: [email protected]
v
MOTTO
TO LIVE
TO LOVE
TO LEARN
TO LEAVE A LEGACY
- Sthepen R. Covey
vi
Persembahan
Sebuah karya kupersembahkan untuk kedua orang tuaku
Sebagai bakti atas jiwa dan raga yang telah dikorbankan
Sehingga raga berdiri kokoh terbebas dari belenggu rasa takut
Untuk melangkah sebagai cahaya dalam gelapnya sebuah
ketidaktahuan
vii
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Mei 2014
C) Syahrida Syahrul
D) Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Pelatih dan Hubungan Pelatih-Atlet
Terhadap Ketangguhan Mental Atlet Sepakbola
E) Xv + 101 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku kepemimpinan
pelatih dan hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet
sepakbola. Sampel penelitian ini yaitu atlet sepakbola di 5 klub anggota
pengurus cabang PSSI Jakarta Timur sebanyak 200 orang. Teknik sampling
yang digunakan yaitu nonprobability sampling. Analisis data yang digunakan
yaitu Multiple Regression Analysis pada taraf signifikansi 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola. Proporsi varians dari ketangguhan
mental yang dijelaskan oleh seluruh variabel bebas yaitu sebesar 53.6%,
sedangkan 46,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa dimensi komitmen dan perilaku
komplementer memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan
mental. Sedangkan dimensi training & instruction, perilaku demokratis,
perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif, dan kedekatan
emosional tidak berpengaruh terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan hasil
penelitian, seorang pelatih disarankan memiliki ketegasan dalam memilih
pendekatan yang akan digunakan sebagai gaya melatih. Pelatih turut
disarankan untuk membangun sebuah hubungan interpersonal yang
berorientasi jangka panjang dengan atlet.
Kata kunci : perilaku kepemimpinan pelatih, hubungan pelatih-atlet,
ketangguhan mental, atlet, sepakbola
G) Bahan Bacaan: 57; Buku: 13, Jurnal: 31, Artikel: 2, Tesis: 4, Internet: 6, dan
Komunikasi personal: 1. (1977-2014)
viii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta
B) May 2014
C) Syahrida Syahrul
D) The Affects of Coach Leadership Behavior and Coach–Athlete Relationship
on Mental Toughness of an Football Athlete
E) xv+ 101 pages + appendix
F) This research examines the affects of coach leadership behavior and coach–
athlete relationship on mental toughness of an football athlete. A Sample of
200 athletes (M age: 20 years) participated and ranged from five different
football club member of East Jakarta PSSI. This research using the
nonprobability sampling technique. Multiple Regression Analysis was
employed to analyze data observed at 0.05 level of significance.
Coach leadership behavior and coach–athlete relationship was predicted to
be significantly related to mental toughness. Consistent with theoretical
predictions, coach leadership behavior and coach–athlete relationship was
found to be significantly related with mental toughness. The results revealed
that mental toughness predicted by all independent variable (R2= .536).
Results of linear regression analysis revealed commitment and
complementarity were significant predictors of mental toughness. Total
mental toughness was not found to be significantly related to training &
instruction, democratic behavior, autocratic behavior, social support,
positive feedback, and closeness. This suggests that coaches should use a
clear approach when coaching athletes either using a democratic or an
autocratic behavior as a coaching style. Coaches also suggested to have a
long term interpersonal relationship with athletes. Limitations and future
research direction are discussed.
Keywords: coach leadership behavior, coach–athlete relationship, mental
toughness, athlete, football
G) Reading Material: 57; Books: 3, Journals: 31, Article: 2, Thesis: 4, websites:
6, and personal communication: 1. (1977-2014)
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia, hidayah, dan pencerahan-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyususnan skripsi ini, penulis telah melibatkan banyak pihak
yang telah memberikan kontribusi bagi penulis. Setiap pelajaran dan hikmah yang
diperoleh selama penulis menghabiskan masa perkuliahan di Fakultas Psikologi
merupakan sebuah anugerah bagi kehidupan penulis. Dengan penuh kerendahan
hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2014-2019, beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si dosen pembimbing pertama yang
telah memberikan banyak saran dan kritik kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini. Secara khusus, penulis menucapkan terima kasih dan tidak akan
pernah melupakan pelajaran “khusus” tentang integritas yang pernah
diberikan.
3. Bapak Akhmad Baidun, M.Si dosen pembimbing kedua yang secara berkala
memberikan banyak masukan dan kritikan kepada penulis dalam menyusun
skripsi ini.
4. Ibu Solicha, M.Si dosen Pembimbing Akademik kelas D tahun angkatan
2009, terima kasih atas bimbingan, motivasi, teguran, nasehat dan waktu
yang disediakan untuk mendengar setiap keluh kesah penulis selama
menjalani masa perkuliahan.
5. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Bapak Jahja Umar, Ph.D, selaku mantan dekan Fakultas Psikologi
periode 2009-2013 yang selama ini memberikan ilmu dan wawasan bagi
penulis. Para staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan kemudahan bagi penulis dalam proses adminisrasi.
x
6. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia memberikan informasi dan
mengisi angket penelitian. Khususnya, kepada Bapak Sawid di Pengcab PSSI
Jakarta Timur yang telah memberikan saran dan gambaran tentang atlet
sepakbola.
7. Kedua orang tua penulis, Papa Syahrul Mahruzar dan Mama Salwa yang
senantiasa memberikan dukungan dan do’a selama penulis menjalani
perkuliahan dan menyelesaikan skripsi. Kepada seluruh kakak, abang dan
adik penulis, terima kasih atas setiap bantuan dan nasehatnya.
8. Terima Kasih buat Arif Hilman, Adhie Mansur, Amin To dan Eko, atas
bantuannya ketika mengumpulkan dan mengolah data. Keluarga besar D-One
Heart 2009, terima kasih atas setiap suka dan duka yang pernah dijalani
bersama. Kalian semua luar biasa!.
9. Terakhir, terimakasih untuk kawan-kawan seperjuangan yang telah banyak
mendukung dan memberikan masukan baik selama penyusunan skripsi ini,
Deden Dwi, Kunarto Yoga, Rio “jawa” dan Nur Fauziah,
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut
berkontribusi terhadap penelitian ini
Penulis sangat bersyukur atas setiap bantuan yang diberikan, semoga Allah
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka yang telah membantu
penulis.
Jakarta, 21 Mei 2014
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii
LEMBAR ORISINALITAS ....................................................................................... iv
MOTTO......................................................................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xv
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah .............................................................. 10
1.2.1. Rumusan masalah.......................................................................... 10
1.2.2. Batasan masalah ............................................................................ 11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 11
1.3.1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 11
1.3.2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 12
1.4. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13
BAB 2. KAJIAN TEORI ............................................................................................ 15
2.1. Ketangguhan Mental ............................................................................... 15
2.1.1 Definisi ketangguhan mental ......................................................... 15
2.1.2 Dimensi ketangguhan mental ........................................................ 16
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi ketangguhan mental......................... 19
2.1.4 Pengukuran ketangguhan mental ................................................... 21
2.2 Perilaku Kepemimpinan Pelatih ............................................................. 22
2.2.1 Definisi perilaku kepemimpinan pelatih ....................................... 22
2.2.3 Dimensi perilaku kepemimpinan pelatih ...................................... 24
2.2.3 Pengukuran perilaku kepemimpinan pelatih................................. 26
2.2.4 Perilaku kepemimpinan pelatih dan ketangguhan mental ........... 27
2.3 Hubungan Pelatih-Atlet ........................................................................... 28
2.3.1 Definisi hubungan pelatih-atlet ..................................................... 28
2.3.2 Dimensi hubungan pelatih-atlet ..................................................... 30
2.3.3 Pengukuran hubungan pelatih-atlet ............................................... 31
2.3.4 Hubungan pelatih-atlet dan ketangguhan mental ......................... 32
2.4 Kerangka Berpikir.................................................................................... 33
2.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 38
xii
BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................................. 39
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................ 39
3.1.1 Populasi dan sampel penelitian...................................................... 39
3.1.2 Teknik pengambilan sampel .......................................................... 39
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................... 40
3.3 Definisi Operasional Variabel ................................................................. 40
3.3.1 Ketangguhan Mental ...................................................................... 40
3.3.2 Perilaku Kepemimpinan Pelatih .................................................... 40
3.3.3 Hubungan Pelatih-Atlet .................................................................. 41
3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................ 41
3.4.1 Alat ukur Ketangguhan Mental ..................................................... 41
3.4.2 Alat ukur Perilaku Kepemimpinan Pelatih ................................... 42
3.4.3 Alat ukur Hubungan Pelatih-Atlet ................................................. 43
3.5 Pengujian Validitas Konstruk ................................................................. 44
3.6 Uji validitas konstruk Ketangguhan Mental .......................................... 46
3.7 Analisa Faktor Eksploratori Skala Ketangguhan Mental ...................... 54
3.8 Uji validitas konstruk Perilaku Kepemimpinan Pelatih ........................ 56
3.9 Uji validitas konstruk Hubungan Pelatih-Atlet ...................................... 65
3.10 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 70
3.11 Metode Analisa Data ............................................................................. 71
BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................................... 74
4.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian ..................................................... 74
4.2 Deskripsi Statistik Hasil Penelitian ........................................................ 76
4.3 Kategorisasi Skor Variabel...................................................................... 78
4.4 Uji Hipotesis Penelitian ........................................................................... 85
4.5 Pengujian proporsi varian independent variable ................................... 89
BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ................................................. 93
5.1 Kesimpulan............................................................................................... 93
5.2 Diskusi ...................................................................................................... 93
5.3 Saran ......................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blueprint Skala Ketangguhan Mental
Tabel 3.2 Blueprint Skala Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Tabel 3.3 Blueprint Skala Hubungan Pelatih-Atlet
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Thrive Through Challenge
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Sport Awareness
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Tough Attitude
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Desire Success
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Ketangguhan Mental
Tabel 3.9 Blueprint Hasil EFA Skala Ketangguhan Mental
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Training and Instruction
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Perilaku Demokratis
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Perilaku Autokratis
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Dukungan Sosial
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Umpan Balik Positif
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Kedekatan Emosional
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Komitmen
Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Perilaku Komplementer
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia dan Waktu Latihan
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Intensitas Latihan
Tabel 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Profesi, Status Pemain dan
Prestasi Tertinggi
Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Tabel 4.5 Norma Skor Variabel
Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Ketangguhan Mental
Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Training & Instruction
Tabel 4.8 Kategorisasi Skor Perilaku Demokratis
Tabel 4.9 Kategorisasi Skor Perilaku Autokratis
Tabel 4.10 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial
Tabel 4.11 Kategorisasi Skor Umpan Balik Positif
Tabel 4.12 Kategorisasi Skor Kedekatan Emosional
Tabel 4.13 Kategorisasi Skor Komitmen
Tabel 4.14 Kategorisasi Skor Perilaku Komplementer
Tabel 4.15 Model Summary R
Tabel 4.16 Model Summary R Independent Variable I & Independent
Variable II
Tabel 4.17 Anova Pengaruh Seluruh IV Terhadap DV
Tabel 4.18 Koefisien Regresi
Tabel 4.19 Proporsi Varians Untuk Masing-Masing independent variable
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Diagram CFA
Lampiran 4 Tabel EFA Skala Ketangguhan Mental
Lampiran 5 Contoh Syntax Analisis Faktor Konfimatorik
Lampiran 6 Indonesian Clubs in Asian Football
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
perumusan dan pembatasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang Masalah
Klub sepakbola Indonesia telah mengalami penurunan prestasi sejak tahun 1991
(Wikipedia.com, 2014). Prestasi terbaik klub sepakbola asal Indonesia dalam
kompetisi tingkat Asia hanya peringkat ketika pada turnamen AFC Champions
League pada musim 1990-1991. Setelah periode tersebut, prestasi sepakbola klub
nasional terus mengalami penurunan. Beragam faktor teknis dan non-teknis
menjadi penyebab keterpurukan sepakbola nasional. Salah satu yang menjadi
penyebab keterpurukan sepakbola nasional adalah mentalitas atlet yang lemah.
Menurut Lombardi (2010), sebuah tim dengan mentalitas yang lemah akan
cenderung bermain buruk ketika bertanding. Hal ini diakui oleh pelatih timnas U-
21, Widodo C. Putro (dalam Afroni, 2012) yang menjelaskan timnas mengalami
kekalahan karena lemah dalam mental bertanding.
Atlet dengan mentalitas yang kuat memiliki beberapa karakteristik umum
seperti memiliki self-belief yang tinggi, memiliki motivasi yang tinggi, mampu
menjaga fokus dan konsentrasi, menunjukkan determinasi yang tinggi serta
memiliki komitmen (Gucciardi, Gordon & Dimmock, 2008). Atlet sepakbola
Indonesia baik pada tingkat timnas dan klub cenderung menunjukkan pola
mentalitas yang sama ketika bertanding. Secara umum, atlet cenderung bermain
2
taktis dengan determinasi tinggi dan konsentrasi terbatas pada lima belas menit
pertama pada setiap babak. Pertengahan hingga akhir pertandingan atlet
cenderung mengalami penurunan kualitas mentalitas. Beberapa indikator
penurunan mentalitas yang dapat diamati antara lain: kesalahan dalam melakukan
passing karena konsentrasi dan fokus yang menurun, pengambilan keputusan
yang tergesa-gesa, pressing yang lemah dan cenderung bermain secara individu.
Dengan demikian, maka mentalitas atlet sepakbola nasional perlu mengalami
pembenahan dan peningkatan kualitas.
Berbagai penelitian tentang mentalitas atlet menggunakan istilah
ketangguhan mental untuk menjelaskan kumpulan atribut psikologis atlet unggul
(Jones, 2002; Bull, Shambrook, James & Brooks, 2005; Weinberg, Butt & Culp,
2011; Jones, Hanton & Connaughton, 2007; Gucciardi et.al., 2008). Istilah
ketangguhan mental merupakan istilah yang digunakan atlet, pelatih dan media
untuk mengambarkan karakteristik psikologis atlet unggul yang secara konsisten
ditampilkan saat latihan atau kompetisi. Dalam berbagai literatur penelitian,
ketangguhan mental kerap dikaitkan dengan top-level performance.
Ketangguhan mental atlet penting untuk diteliti karena dapat memberikan
pengaruh terhadap kinerja atlet (Newland, 2009; Thewell, Weston & Greenlees,
2005). Penelitian yang dilakukan Golby dan Sheard (2003) menemukan semakin
tinggi ketangguhan mental atlet akan berpengaruh terhadap tingkat performa atlet.
Begitu juga dengan semakin tinggi tingkat pertandingan yang dijalani atlet akan
berdampak pada meningkatnya ketangguhan mental atlet.
3
Seorang atlet dengan mental yang tangguh akan memperlihatkan kegigihan
yang luar biasa meski secara objektif tidak ada harapan untuk memenangkan
pertandingan (Gunarsa, 2004). Pertandingan Bayern Munich menghadapi
Manchester United pada tahun 1998 dan AC Milan menghadapi Liverpool pada
tahun 2005 merupakan contoh atlet dengan ketangguhan mental yang mumpuni
hingga pertandingan berakhir. Manchester United dan Liverpool berhasil
mengubah ketertinggalan menjadi kemenangan (BBC Sport, 2005).
Ketangguhan mental merupakan komponen penting bagi perkembangan
atlet. Talenta fisik dan teknik yang dimiliki atlet tidak dapat berkembang dengan
optimal tanpa di dukung ketangguhan mental (misalnya kasus Florent Sinama
Ponggolle dan Anthony Le Tallec pada tahun 2001 yang bersinar di usia muda
namun gagal pada tingkat premier league). Gucciardi et.al. (2008) menjelaskan
bahwa ketangguhan mental merupakan aspek krusial terhadap pencapaian prestasi
atlet meski atlet tersebut memiliki kemampuan fisik yang mumpuni. Atlet harus
memiliki keseimbangan dalam kemampuan fisik dan ketangguhan mental agar
dapat tampil optimal (Suwendi dalam Dewabrata, 2012).
Ketangguhan mental merupakan kumpulan atribut positif yang
memungkinkan atlet mampu mengatasi beragam tuntutan (misalnya, kompetisi,
latihan dan gaya hidup) lebih baik dari lawan bertanding (Jones, 2002). Loehr
menjelaskan atlet dengan ketangguhan mental yang tinggi memiliki kapasitas
untuk meningkatkan energi positif dalam situasi kritis (Loehr dalam Nizam,
Fauzee & Samah, 2009).
4
Gucciardi et.al. (2008) menjelaskan ketangguhan mental merupakan
kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang membuat atlet mampu bertahan
dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau tekanan yang dialami. Atlet turut
mampu untuk tetap mempertahankan konsentrasi dan motivasi saat situasi normal.
Perbedaan mendasar antara ketangguhan mental dengan resiliensi dan hardiness
yaitu ketangguhan mental memiliki konsep ”positive pressure”. Positive pressure
merupakan beragam situasi positif (seperti berada dalam keadaan unggul, menjadi
bintang lapangan, atau mendapat label sebagai wonderkid) yang memberikan
tekanan kepada atlet. Sementara resiliensi dan hardiness merupakan konsep
bangkit dari tantangan yang bersifat distress (Kobasa, 1979; Kobasa, Maddi &
Kahn, 1982; dan Maddi, 1989).
Penelitian yang dilakukan oleh Gould menemukan 82% pelatih menilai
ketangguhan mental sebagai atribut psikologis yang menentukan kesuksesan atlet
(Gould dalam Weinberg et.al., 2011). Pelatih terkemuka seperti Sir Alex Ferguson
dan Sven-Goran Eriksson turut menilai ketangguhan mental merupakan salah satu
faktor yang memberikan kontribusi penting bagi kesuksesan tim (Bull &
Shambrook dalam Fauzee, Saputra, Samad, Gheimi, Asmuni, & Johar, 2012).
Sebagai salah satu aspek yang krusial dalam menunjang performa atlet, sejatinya
ketangguhan mental dikembangkan melalui persiapan yang terstruktur bukan
melalui banyaknya frekuensi kompetisi (Bull et.al., 2005).
Kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh atlet dapat diketahui dan
dikembangkan melalui persiapan matang sehingga dapat disusun program latihan
yang proporsional agar atlet dapat tampil maksimal. Persiapan yang berkualitas
5
meliputi persiapan fisik, teknis, taktis dan ketangguhan mental atlet sehingga atlet
berada dalam kondisi siap bertanding (Gucciardi et.al., 2009). Dalam
mengembangkan ketangguhan mental atlet, pelatih memiliki peran yang cukup
sentral (Weinberg et.al., 2011).
Pelatih berkewajiban untuk membimbing dan membantu pengembangan
ketangguhan mental atlet di dalam dan di luar lapangan. Pelatih dapat mengetahui
perkembangan ketangguhan mental atlet melalui observasi sikap dan perilaku
yang ditampilkan oleh atlet. Sebagai sosok sentral dalam pengembangan
ketangguhan mental, pelatih memberikan bimbingan, latihan dan aktivitas yang
disesuaikan dengan kondisi atlet (Weinberg et.al., 2011). Setiap program yang
disusun oleh pelatih diharapkan memberikan perubahan positif terhadap karakter,
sikap dan pemikiran atlet (Bull et.al., 2005). Berhasil atau tidaknya sebuah
program pengembangan turut dipengaruhi faktor kepemimpinan pelatih
(Weinberg et.al., 2011; Amorose & Horn, 2000; Burke, Stagl, Klein, Goodwin,
Salas & Halpin, 2006).
Seorang pelatih perlu menyadari aspek kepemimpinan untuk dapat
mengarahkan atlet mencapai tujuan (Satiadarma, 2000). Kepemimpinan seorang
pelatih merupakan sebuah proses perilaku yang mempengaruhi atlet agar memiliki
kinerja yang optimal (Barrow, 1977). Seorang pelatih bertanggung jawab untuk
melatih dan memberikan instruksi kepada atlet dalam usahanya membantu atlet
mencapai potensi fisik maksimum (Chelladurai & Saleh, 1980).
Perilaku pelatih turut mempengaruhi atribut psikologis atlet. Penelitian yang
dilakukan oleh Black dan Weiss (dalam Amorose & Horn, 2000) menemukan
6
umpan balik yang diberikan oleh pelatih berpengaruh terhadap persepsi
kemampuan dan motivasi intrinsik atlet. Begitu juga penelitian Pelletier dan
Vallerand (dalam Amorose & Horn, 2000) menemukan kecenderungan pelatih
untuk berperilaku secara bebas dan mandiri atau penuh dengan kontrol turut
mempengaruhi motivasi intrinsik atlet.
Perilaku kepemimpinan pelatih merupakan bentuk perilaku kepemimpinan
yang ditampilkan pelatih yang secara konsisten muncul di dalam dan di luar
lapangan. Chelladurai (2012) menjelaskan tiga komponen kepemimpinan
multidimensi seorang pelatih. Pertama, required behavior merupakan perilaku
pelatih yang secara umum dipengaruhi karakteristik situasional. Kedua, preferred
behavior merupakan perilaku pelatih yang dinilai sesuai oleh atlet sebagai fungsi
karakteristik individual. Terakhir, actual behavior merupakan perilaku pelatih
yang dipengaruhi karakteristik pemimpin, required behavior dan preferred
behavior. Menurut Chelladurai (2012), ketiga komponen tersebut akan
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kepuasan atlet dan performa tim
apabila ketiganya kongruen.
Cox (2012) menjelaskan agar memperoleh perilaku kepemimpinan yang
ideal, maka ketiga komponen tersebut harus kongruen. Jika actual behavior belum
kongruen dengan required dan preferred behavior, maka harapan yang muncul
adalah pelatih akan diganti. Jika preferred behavior belum kongruen dengan
required behavior dan actual behavior, performa tim mungkin akan baik namun
menimbulkan ketidakpuasan atlet karena perilaku pelatih tidak sesuai harapan.
Terakhir, apabila required behavior belum kongruen dengan preferred behavior
7
dan actual behavior maka performa tim akan mengalami penurunan meski atlet
merasa puas dengan perilaku yang ditampilkan pelatih.
Chelladurai & Saleh (1980) menjelaskan terdapat lima dimensi dalam
perilaku kepemimpinan pelatih yaitu: (1) Training and instruction, merupakan
fungsi utama seorang pelatih. Pelatih bertanggung jawab untuk melatih dan
memberikan instruksi kepada atlet dalam usahanya membantu atlet mencapai
potensi fisik maksimum. (2) Perilaku demokratis, merefleksikan kebebasan
pelatih untuk melibatkan atlet dalam proses pengambilan keputusan. (3) Perilaku
autokratis, merefleksikan sejauh mana seorang pelatih harus terpisah dari atlet dan
menekankan kekuasaannya sebagai seorang pelatih, hal ini diharapkan akan
menimbulkan kepatuhan atas setiap keputusan yang diambil pelatih. (4)
Dukungan sosial, merefleksikan sejauh mana keterlibatan pelatih dalam
pemenuhan kebutuhan interpersonal atlet. (5) Umpan balik positif, merefleksikan
umpan balik berupa pujian dan penghargaan pelatih atas kontribusi dan performa
atlet.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan ketangguhan mental
atlet adalah hubungan antara atlet dan pelatih. Hal ini berdasarkan gagasan
seorang pelatih dalam melaksanakan tugas diharuskan membangun komunikasi
yang positif dengan atlet. Hubungan pelatih-atlet dalam proses latihan
berkontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan potensi atlet,
sebaliknya bila diabaikan akan menghambat kesuksesan pengembangan potensi
atlet (Lyle dalam Jowett & Cockerill, 2002).
8
Hubungan pelatih-atlet merupakan komunikasi yang intensif antara atlet
dan pelatih. Menurut Jowett dan Cockerill (2002), efektifitas seorang pelatih
dalam melakukan persiapan teknis, taktis dan strategis, serta mengorganisir,
mengevaluasi dan mengarahkan atlet, akan bergantung pada hubungan yang
dibangun antara pelatih-atlet. McGready (dalam Jowett & Cockerill, 2002)
menjelaskan bahwa untuk membentuk hubungan yang nyaman dan penuh
kepercayaan antara pelatih dan atlet adalah tugas yang berat. Hal ini disebabkan
oleh sikap, perasaan dan motivasi yang terlibat sulit untuk dikendalikan, misalnya
pada sepakbola wanita terdapat ketertarikan pada pelatih yang berjenis kelamin
berbeda.
Jowett (2009) menjelaskan hubungan pelatih-atlet merupakan sebuah
situasi dimana pelatih dan atlet membangun perasaan, pikiran, dan perilaku yang
saling terkait. Terdapat tiga dimensi hubungan pelatih-atlet yaitu, kedekatan
emosional, komitmen, dan perilaku komplementer. Dimensi pertama adalah
kedekatan emosional, mengambarkan keterikatan afektif antara atlet dan pelatih
seperti saling menghormati, saling mempercayai, dan menghargai satu sama lain.
Kedua komitmen, menggambarkan keterikatan kognitif dan berorientasi jangka
panjang satu sama lain. Terakhir perilaku komplementer, menggambarkan
transaksi perilaku antara pelatih-atlet seperti perilaku saling kerjasama dan
kontributif.
Variabel demografis seperti usia, jenis kelamin, dan pengalaman turut
berpengaruh terhadap ketangguhan mental (Nicholls, Polman, Levy dan
Backhouse, 2009). Berdasarkan penelitian tersebut, atlet akan mengalami
9
peningkatan ketangguhan mental seiring pertambahan usia dan pengalaman
bertanding. Atlet yang bertanding pada tingkat elit (misalnya Olimpiade,
pertandingan Internasional, dan divisi teratas sebuah liga) cenderung memiliki
ketangguhan mental yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan atlet yang
bertanding pada tingkat yang lebih rendah (Nizam, Fauzee & Samah 2009).
Dari berbagai pemaparan di atas, pembinaan ketangguhan mental atlet
sepakbola perlu mendapat perhatian khusus. Sebab, penguasaan teknik bermain
sepakbola akan bergantung pada ketangguhan mental atlet. Proses pembinaan
ketangguhan mental atlet cenderung bergantung pada proses latihan yang
dipimpin oleh pelatih. Seorang pelatih merupakan seorang role model bagi atlet.
Pelatih pula yang paling mengetahui potensi dan kemampuan yang dimiliki atlet.
Dalam membina dan mengembangkan potensi atlet, seorang pelatih akan
menampilkan perilaku kepemimpinan. Perilaku kepemimpinan pelatih di dalam
dan di luar lapangan akan berpengaruh pada proses pembinaan ketangguhan
mental atlet. Selain itu, interaksi antara pelatih dengan atlet akan membentuk
atmosfir latihan yang nyaman dan berdampak pada pengembangan ketangguhan
mental atlet. Dengan fakta bahwa belum ada peningkatan prestasi secara
signifikan dalam proses yang telah berlangsung selama ini, maka hal ini
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Perilaku Kepemimpinan Pelatih dan Hubungan Pelatih-Atlet Terhadap
Ketangguhan Mental Atlet Sepakbola “.
10
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Untuk memfokuskan dan memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat sesuai
dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini merumuskan masalah pada hal-hal
yang terkait dengan hubungan antara ketangguhan mental, perilaku kepemimpinan
pelatih, dan hubungan pelatih-atlet sebagai berikut:
1. Apakah perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet
berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap ketangguhan mental atlet
sepakbola?
2. Apakah training and instruction berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?
3. Apakah perilaku demokratis berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?
4. Apakah perilaku autokratis berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola?
5. Apakah dukungan sosial berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola?
6. Apakah umpan balik positif berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?
7. Apakah kedekatan emosional berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?
8. Apakah komitmen berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola?
11
9. Apakah perilaku komplementer berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola?
1.2.2 Batasan Masalah
Untuk memfokuskan dan memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat sesuai
dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang terkait
dengan hubungan antara ketangguhan mental, perilaku kepemimpinan pelatih, dan
hubungan pelatih-atlet yang didefinisikan sebagai berikut:
1. Ketangguhan mental adalah kumpulan nilai, sikap, perilaku, dan emosi yang
memungkinkan untuk bertahan dan menanggulangi segala rintangan,
kesusahan, atau tekanan yang dialami, namun tetap dapat mempertahankan
konsentrasi dan motivasi saat keadaan baik untuk mencapai suatu tujuan
(Gucciardi, Gordon & Dimmock, 2008).
2. Perilaku kepemimpinan pelatih adalah perilaku kepemimpinan pelatih yang
mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara tertentu.
3. Hubungan pelatih-atlet adalah situasi emosi, pikiran dan perilaku antara
pelatih dan atlet saling berhubungan (Jowett & Cockerill, 2002).
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi
ketangguhan mental atlet sepakbola. Secara rinci tujuan penelitian ini yaitu ingin:
1. Mengetahui pengaruh perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-
atlet terhadap ketangguhan mental.
12
2. Mengetahui perilaku kepemimpinan yang paling efektif dalam membentuk
ketangguhan mental atlet.
3. Mengetahui pengaruh hubungan pelatih-atlet terhadap perkembangan
ketangguhan mental atlet.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis yaitu:
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan teori psikologi, khususnya yang berhubungan dengan psikologi
olahraga. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi embrio bagi pengembangan
konseptual ketangguhan mental di Indonesia.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat, yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi para atlet dan pelatih
tentang faktor psikologis atlet sehingga dapat menunjang performa atlet di
masa yang akan datang.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau bacaan acuan bagi para
atlet dan pelatih untuk menambah pengetahuan tentang ketangguhan mental
serta mampu mengembangkannya secara praktis.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan
penelitian tentang ketangguhan mental.
13
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan hasil penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB 1: Pendahuluan
Bab 1 ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB 2: Kajian Teori
Bab 2 ini berisi kajian teori yang digunakan dalam penelitian yaitu, ketangguhan
mental, perilaku kepemimpinan pelatih, dan hubungan pelatih-atlet.
a. Penjabaran dan definisi tentang ketangguhan mental, dimensi ketangguhan
mental, faktor yang mempengaruhi ketangguhan mental, pengukuran
ketangguhan mental
b. Penjabaran dan definisi tentang perilaku kepemimpinan pelatih, dimensi
perilaku kepemimpinan pelatih, dan pengukuran perilaku kepemimpinan
pelatih.
c. Penjabaran dan definisi tentang hubungan pelatih-atlet, dimensi hubungan
pelatih-atlet, dan pengukuran hubungan pelatih-atlet.
d. Kerangka berpikir, dan
e. Hipotesis
BAB 3: Metode Penelitian
Bab 3 ini berisi penguraian mengenai populasi dan sampel penelitian, variabel
penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, pengujian validitas
14
konstruk, prosedur pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini.
BAB 4: Analisa Hasil Penelitian
Bab 4 ini menguraikan hasil pengolahan data yang terkumpul dari penelitian ini
dan melakukan analisis secara deskriptif berdasarkan hasil yang diperoleh dari
subjek penelitian.
BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Bab 5 ini terdiri atas rangkuman hasil penelitian yang telah dilakukan yang dibagi
kedalam tiga sub bab yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.
15
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bab kajian teori ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan
dengan penelitian. Teori Ketangguhan Mental, Perilaku Kepemimpinan Pelatih,
dan Hubungan Pelatih-Atlet, serta kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
2.1. Ketangguhan Mental
2.1.1. Definisi Ketangguhan Mental
Ketangguhan mental merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan
karakteristik mental superior seorang atlet. Gucciardi et. al. (2008) menjelaskan
ketika kemampuan fisik, teknik, dan taktis yang dimiliki atlet cenderung sama,
ketangguhan mental merupakan pembeda antara atlet “baik” dengan atlet “hebat”.
Gucciardi et.al. (2008) mendefinisikan ketangguhan mental dengan:
Mental toughness is a collection of values, attitude, behaviours, and
emotions that enables you to preserve and overcome any obstacle,
adversity, or pressure experienced, but also to maintain concentration and
motivation when things are going well to consistently achieve your goals.
(Gucciardi et.al., 2008, p.278)
Gucciardi et.al. (2008) melakukan penelitian ketangguhan mental dalam
konteks olahraga beregu yaitu football (Gucciardi menggunakan Autralian-rules
football). Dalam penelitiannya, Gucciardi et.al. (2008) melakukan wawancara
dengan sebelas pelatih berpengalaman pada tingkat elit. Data verbatim yang
diperoleh kemudian dianalisis dan menghasilkan tiga kategori utama dalam
memahami ketangguhan mental. Kategori pertama adalah characteristic, kategori
ini terdiri atas sebelas karakteristik yang dianggap sebagai kunci ketangguhan
mental (self-belief, etos kerja, nilai personal, self-motivated, tough attitude,
16
konsentrasi, resiliensi, handling pressure, kecerdasan emosional, sport
intelligence, dan ketangguhan fisik). Dua kategori lain yaitu situasi dan perilaku.
Ketiga kategori tersebut mampu memberikan pemahaman hubungan antara
karakteristik utama dengan proses (situasi dan perilaku).
Situasi merupakan situasi yang memberikan tuntutan tinggi akan
ketangguhan mental seperti ketika dalam keadaan cedera, sedang menjalani masa
rehabilitasi cedera, persiapan untuk latihan dan kompetisi, tantangan di dalam dan
di luar lapangan, tekanan sosial, serta tekanan internal (misalnya kelelahan dan
kurang percaya diri) dan tekanan eksternal (misalnya lingkungan dan situasi
ketika bertanding, variabel pertandingan (suporter), dan resiko fisik). Situasi ini
merupakan faktor yang mempengaruhi atau keadaan yang membutuhkan
ketangguhan mental.
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
ketangguhan mental merupakan kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang
membuat atlet mampu bertahan dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau
tekanan yang dialami. Atlet mampu untuk tetap mempertahankan konsentrasi dan
motivasi saat situasi normal dan menguntungkan.
2.1.2. Dimensi Ketangguhan Mental
Gucciardi et.al. (2008) mengatakan bahwa penelitian tentang ketangguhan mental
relatif baru dan sedang berkembang. Hal ini dapat dilihat pada variasi hasil
penelitian yang dipublikasi (misalnya Clough & Earle, 2000; Bull et.al., 2005;
Middleton, Marsh, Martin, Richards, & Perry, 2004; Gucciardi et.al., 2008).
Namun, dalam penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa dimensi yang
17
sama seperti self-belief, fokus dan konsentrasi, motivasi, thriving on competition,
resiliensi, handling pressure, sikap positif, persiapan yang berkualitas, goal-
setting, determination and perseverance, dan komitmen (Gucciardi et.al., 2008).
Penelitian ini menggunakan dimensi ketangguhan mental yang dirumuskan
oleh Gucciardi et.al. (2009). Keempat dimensi tersebut yaitu:
1. Thrive through challange, yaitu perilaku dan sikap untuk mampu menghadapi
suatu tantangan yang berasal dari tekanan internal dan eksternal. Dimensi ini
terdiri atas delapan atribut, yaitu (a) belief in physical and mental ability, atlet
memiliki self-belief atas kemampuan fisik dan mental untuk mampu bangkit
ketika berada dalam tekanan; (b) skill execution under pressure, atlet mampu
menunjukkan skill dalam keadaan tertekan; (c) pressure as challenge, atlet
menerima setiap tekanan yang diterima sebagai tantangan terhadap
kemampuan diri; (d) competitiveness, atlet memiliki hasrat kompetitif untuk
menjadi yang terbaik; (e) bounce back, atlet memiliki kemampuan untuk
bangkit dari kesulitan dengan etos kerja dan tekad; (f) concentration, atlet
mampu fokus dan konsentrasi pada tujuan yang ingin dicapai; dan (g)
persistence, atlet tekun dan memiliki tekad yang kuat untuk sukses.
2. Sport awareness, yaitu perilaku, sikap dan nilai yang relevan dengan
performa individual atau tim. Dimensi ini terdiri atas enam atribut, yaitu (a)
aware of individual roles, atlet memiliki kesadaran dan menerima tanggung
jawab individual dalam tim; (b) understand pressure, atlet memahami setiap
tekanan yang diterima di dalam dan di luar pertandingan; (c) acceptance of
team role, atlet menerima dan memahami tanggung jawab sebagai bagian
18
sebuah tim dan mendahului kepentingan tim di atas kepentingan pribadi; (d)
personal value, atlet memiliki dan berpedoman pada nilai kehidupan yang
dimiliki untuk menjadi atlet dan pribadi unggul; (e) make sacrifice, atlet
menyadari pengorbanan merupakan usaha untuk meraih kesuksesan tim dan
personal; dan (f) accountability, atlet bertanggung jawab atas setiap perilaku
dan tidak mencari alasan ketika gagal.
3. Tough attitude, yaitu perilaku dan sikap yang mendasar untuk menghadapi
tekanan dan tantangan yang bersifat positif maupun negatif. Dimensi ini
terdiri atas lima atribut, yaitu (a) distractible, atlet mudah teralihkan yang
ditandai oleh perilaku yang tidak menentu, sporadis dan tidak terkendali; (b)
disicpline, atlet memiliki disiplin dalam perilaku; (c) give in to challenges,
atlet mudah menyerah dalam menghadapi beragam tantangan; (d) physical
fatigue and performance, atlet mampu menampilkan yang terbaik pada sesi
latihan dan pertandingan meski mengalami kelelahan; dan (e) niggly injuries
and performance, atlet mampu menampilkan yang terbaik dalam latihan dan
pertandingan meski mengalami cedera.
4. Desire succsess, yaitu perilaku, sikap, dan nilai yang dihubungkan dengan
pencapaian atau keberhasilan. Dimensi ini terdiri lima atribut, yaitu (a)
understanding the game, atlet mengetahui dan memahami aturan permainan
secara utuh; (b) sacrifices as part of success, atlet memahami pengorbanan
adalah bagian dari kesuksesan; (c) desire team success, atlet memiliki
keinginan untuk menjadi bagian dari kesuksesan tim; (d) vision of success,
atlet memiliki visi yang jelas untuk kesuksesan dan mampu menerapkannya
19
dalam tindakan; dan (e) enjoy 50/50 situasions, atlet menikmati situasi yang
memiliki peluang sama kuat.
Beberapa penelitian tentang ketangguhan mental belum mampu
menghasilkan dimensi yang sama dengan penelitian lain (lihat Bull et al., 2005;
Middleton et al., 2004; Gucciardi et al., 2008; Jones, 2002; Loehr dalam Newland,
2009). Hal ini disebabkan karena ketangguhan mental merupakan variabel baru
dalam kajian psikologi olahraga (Gucciardi et.al., 2008). Dalam usaha mencapai
kesamaan persepsi maka dalam penelitian ini menggunakan keempat dimensi
tersebut.
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi Ketangguhan Mental
Penelitian tentang ketangguhan mental terlalu berfokus pada gagasan tentang
adversity dan bagaimana setiap karakteristik dapat digunakan sebagai modal
untuk menghadapi dan mengatasi adversity tersebut (Gucciardi et.al., 2008).
Nicholls et.al. (2009) menemukan bahwa achievement level, jenis kelamin, usia,
pengalaman, dan jenis olahraga turut mempengaruhi ketangguhan mental.
Gucciardi et.al. (2008) menemukan terdapat dua faktor utama yang
mempengaruhi atau situasi yang membutuhkan ketangguhan mental, yakni situasi
umum dan situasi kompetitif. Situasi umum terdiri atas lima faktor, yakni
1. Cedera dan rehabilitasi
Faktor ini berkaitan dengan cedera yang dialami dan proses rehabilitasi. Cedera
yang dialami menyebabkan perubahan rutinitas dan memaksa seorang atlet harus
mengkaji ulang dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan.
20
2. Persiapan
Faktor ini berkaitan dengan semua persiapan terhadap latihan dan kompetisi (mis,
diet dan etos kerja) yang bertujuan untuk dapat melakukan kegiatan lebih baik dan
di atas rata-rata orang lain sehingga mampu bermain dengan kemampuan terbaik.
3. Bentuk tantangan
Faktor ini berkaitan dengan performa, baik secara individu maupun tim, saat
keadaan baik (mis, unggul atas lawan) atau buruk (mis, tertinggal dan tampil di
bawah performa).
4. Tekanan sosial
Faktor ini berkaitan dengan tekanan teman dan lingkungan sosial (mis, ajakan
untuk menggunakan narkoba atau mabuk) yang memungkinkan atlet kehilangan
kontrol atas diri dan olahraga yang ditekuni.
5. Komitmen yang seimbang
Faktor ini berkaitan dengan komitmen atlet yang seimbang antara olahraga yang
ditekuni dengan kehidupan di luar olahraga (mis, berhubungan dengan lawan
jenis, dan media) terutama berhubungan dengan manajemen waktu dan displin.
Gucciardi, Gordon & Dimmock (2008) menyebutkan faktor lain adalah
situasi kompetitif. Faktor ini terdiri atas tekanan eksternal dan internal. Tekanan
internal adalah tekanan yang berasal dari atlet seperti kelelahan dan ketika self-
belief atlet berkurang. Tekanan eksternal adalah tekanan yang berasal dari luar
atlet, terdiri atas: (1) kondisi lingkungan ketika bermain, faktor ini berkaitan
dengan keadaan lingkungan dan kondisi saat suatu pertandingan berlangsung
(mis, bermain sebagai tim tamu, penonton, cuaca, dan keputusan wasit); (2)
21
variabel pertandingan, faktor ini merupakan beberapa variabel pertandingan
seperti, (a) mendapat tantangan secara individual oleh lawan; (b) resiko fisik
seperti cedera; dan (c) ketika sedang unggul dan bermain baik.
2.1.4. Pengukuran Ketangguhan Mental
Semakin berkembang suatu teori maka akan semakin banyak pengukuran tentang
teori tersebut, demikian pula ketangguhan mental. Pengukuran ketangguhan
mental yang dilakukan oleh Loehr dengan PPI (Psychological Performance
Inventory) terdiri atas 42-item yang mengukur motivasi, kepercayaan diri, energi
negatif, attention control, visualisasi dan imagery control, energi positif, dan
attitude control. PPI menggunakan skala model likert dengan lima pilihan
jawaban dimulai “hampir tidak pernah” hingga “hampir selalu”. Gucciardi,
Gordon & Dimmock (2009) mengatakan, meski banyak digunakan PPI belum
mampu membuktikan validitas konstruk dengan pendekatan psikometrik.
Middleton et.al. (2004a) melakukan uji validitas konstruk atas PPI dengan jumlah
sampel 263 atlet-pelajar (163 pria, 100 wanita) berusia 12-17 tahun dari sekolah
menengah olahraga terkemuka di Sydney, Australia.
Pada tahap awal dilakukan uji validitas konstuk menggunakan confirmatory
factor analysis, namun tidak mendukung model a priori dan poor fit. Kemudian
dilakukan exploratory factor analysis dengan hasil model lima faktor. Model lima
faktor ini dikenal dengan PPI-A. Versi alternatif PPI memiliki model fit yang
lebih baik dibandingkan versi asli, namun versi alternatif menunjukkan hubungan
yang lebih lemah dengan beberapa hipotesis kunci yang dihubungkan dengan
ketangguhan mental seperti physical self-description (r = 0,02-0,45), perception of
22
success (r = -0,03-0,33), elite athlete self-description (r = 0,01-0,66), dan flow (r =
0,02-0,70). Middleton et al. (2004a) menyimpulkan baik PPI versi asli atau versi
alternatif lima-faktor belum cukup memenuhi kaidah pengukuran psikometrik
tentang ketangguhan mental dan menganjurkan penelitian lanjutan.
Penelitian ini menggunakan pengukuran yang diadaptasi dari penelitian
Gucciardi, Gordon dan Dimmock (2009). Skala ini bernama AfMTI (Australian
football Mental Toughness Inventory). Skala ini terdiri atas 24 item yang
mengukur empat faktor ketangguhan mental: thrive through challange, sport
awareness, tough attitude, dan desire success. Respon item tersedia dalam tujuh
skala model likert dimulai dari 1= salah hingga 7=benar. Reabilitas internal dari
alat ukur AfMTI termasuk dalam kategori dapat diterima dengan koefisien alpha
cronbach 0,70-0,81, dengan nilai minimun reliabilitas alpha cronbach adalah
0,70. Penggunaan AfMTI dalam penelitian ini mengalami penyesuaian jumlah
pilihan jawaban menjadi empat agar diperoleh efektifitas dan efisiensi waktu.
2.2. Perilaku Kepemimpinan Pelatih
2.2.1. Definisi Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Relevansi teori kepemimpinan dengan olahraga menjadi semakin jelas ketika
olahraga beregu dipandang sebagai sebuah organisasi formal (Chelladurai &
Saleh, 1980). Ball (dalam Chelladurai & Saleh, 1980) menjelaskan bahwa
olahraga beregu sesuai dengan deskripsi organisasi formal. Lebih jauh, dijelaskan
bahwa olahraga beregu memiliki ciri: (a) terdapat identitas yang jelas; (b)
memiliki daftar anggota, termasuk daftar jabatan dan status; (c) memiliki aktivitas
yang terprogram dan divisi tenaga kerja sebagai usaha mencapai tujuan khusus;
23
dan (d) memiliki tata cara pergantian anggota dan perpindahan anggota dari satu
posisi ke posisi lain. Dengan menganalogikan olahraga beregu sebagai sebuah
organisasi formal, maka posisi pelatih dapat disamakan dengan manajemen (Sage
dalam Chelladurai & Saleh, 1980). Fungsi manajemen seorang pelatih dapat
bervariasi meliputi perencanaan secara umum, perencanaan keuangan, mengatur
jadwal latihan, hubungan masyarakat, kepemimpinan dan sebagainya.
Barrow (1977) mendefiniskan kepemimpinan sebagai sebuah proses
perilaku mempengaruhi individu dan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Bridgewater (2010) menjelaskan terdapat lima gaya kepemimpinan
seorang pelatih, yaitu (a) Builder, pelatih mengembangkan sesuatu dari nihil pada
tahap awal pengembangan klub; (b) Revitalizer, pelatih mengembalikan energi
yang hilang ketika klub kehilangan momentum; (c) Accelerator, pelatih
melanjutkan dan menambah momentum pada proses perubahan yang dimulai oleh
orang lain; (d) Turn-arounder, pelatih terlibat dalam sebuah perubahan besar pada
beberapa bagian klub yang mengalami kemunduran; dan (e) Inheritor, pelatih
mewarisi kesuksesan pada suatu klub dan mencoba melanjutkan kesuksesan
tersebut dengan gayanya sendiri.
Perilaku kepemimpinan pelatih adalah perilaku kepemimpinan yang
ditampilkan seorang pelatih ketika latihan atau kompetisi. Chelladurai (dalam
Tenenbaum, Eklund & Kamata, 2012) menjelaskan perilaku pelatih terdiri atas
tiga komponen: (1) required behaviors, merupakan perilaku pelatih yang
dipengaruhi oleh karakteristik situasi tertentu.; (2) preferred behaviors,
merupakan perilaku pelatih yang diharapkan atlet sebagai hasil karakteristik
24
individu atlet.; (3) actual behavior, merupakan perilaku pelatih yang tampil
karena dipengaruhi karakteristik pelatih. Menurut Chelladurai, kesesuaian antara
tiga bentuk perilaku pelatih tersebut akan berdampak pada meningkatnya
kepuasan atlet dan perfoma tim. Seorang pelatih dapat juga mengadaptasi bentuk
kepemimpinan transformasional sebagai usaha untuk (a) mengganti karakteristik
situasi yang menekan tim dalam beraktivitas; dan (b) merubah karakteristik atlet
yakni self-esteem dan aspirasi atlet.
Cox (2012) menjelaskan agar memperoleh leadership behavior yang ideal
maka ketiga komponen tersebut harus kongruen. Jika actual behavior belum
kongruen dengan required dan preferred behavior, maka harapan yang muncul
adalah bahwa pelatih akan diganti. Jika preferred behavior belum kongruen
dengan required behavior dan actual behavior, performa tim mungkin akan baik
namun menimbulkan ketidakpuasan atlet. Terakhir, apabila required behavior
belum kongruen dengan preferred behavior dan actual behavior maka performa
tim akan mengalami penurunan meski atlet merasa puas dengan perilaku yang
ditampilkan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku
kepemimpinan pelatih merupakan perilaku pelatih yang secara konsisten
ditampilkan di dalam dan di luar lapangan sebagai usaha mempengaruhi anggota
untuk meraih tujuan bersama.
2.2.2. Dimensi Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Chelladurai & Saleh (1980) menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi perilaku
yang ditampilkan oleh pelatih yaitu:
25
1. Training and Instruction
Merefleksikan fungsi utama seorang pelatih-yakni meningkatkan level performa
atlet. Pelatih bertanggung jawab untuk melatih dan memberikan instruksi kepada
atlet dalam usaha membantu atlet mencapai potensi fisik maksimum. Pelatih juga
diharapkan untuk menginstruksikan atlet bagaimana menguasai skill tertentu dan
mengajarkan atlet teknik dan taktik dalam sepakbola. Dalam konteks olahraga
beregu, pelatih juga mengkordinasikan setiap aktivitas atlet dalam tim.
2. Perilaku Demokratis (Democratic Behavior)
Merefleksikan kebebasan pelatih untuk melibatkan altlet dalam proses
pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini terkait penentuan
target tim dan bagaimana cara meraih target tersebut. Dengan kebebasan tersebut
diharapkan atlet mampu bermain secara total karena merasa dilibatkan secara
utuh.
3. Perilaku Autokratis (Autocratic Behavior)
Merefleksikan sejauh mana seorang pelatih harus menjauhkan diri dari atlet dan
menekankan kekuasaannya sebagai seorang pelatih. Dalam situasi tersebut,
diharapkan akan timbul kepatuhan atas keputusan yang telah ditetapkan. Perilaku
yang ditampilkan pelatih cenderung dirasakan sebagai salah satu bentuk tekanan
terhadap atlet.
4. Dukungan Sosial (Social Support)
Merefleksikan sejauh mana keterlibatan pelatih dalam pemenuhan kebutuhan
interpersonal atlet. Perilaku yang ditampilkan oleh pelatih dapat secara langsung
memenuhi kebutuhan tersebut. Pelatih juga dapat membangun iklim sosial yang
26
saling memenuhi kebutuhan interpersonal atlet. Penting untuk dicatat, bahwa
dukungan sosial yang diberikan tidak berkaitan dengan baik atau buruknya
performa yang ditampilkan oleh atlet.
5. Umpan Balik Positif (Positive Feedback)
Merefleksikan umpan balik berupa pujian dan penghargaan pelatih atas kontribusi
dan performa atlet. Dalam setiap kompetisi, hanya terdapat satu pemenang dari
sejumlah partisipan. Seorang atlet atau sebuah tim mungkin tampil dengan potensi
maksimum namun tetap kalah dalam kompetisi tersebut. Lebih jauh, dalam
olahraga beregu, kontribusi yang diberikan oleh atlet dengan posisi tertentu
mungkin belum disadari dan belum diketahui. Dalam situasi tersebut, penting bagi
pelatih untuk mengekspresikan apresiasi dan memberikan pujian pada atlet
tersebut atas performa dan kontribusi yang diberikan. Positive feedback dari
seorang pelatih menjadi sangat krusial dalam menjaga tingkat motivasi atlet.
2.2.3. Pengukuran Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Pengukuran perilaku kepemimpinan pelatih dalam penelitian ini menggunakan
Leadership Scale for Sports (LSS) oleh Chelladurai & Saleh, (1980). LSS
mengukur model konstruk kepemimpinan multidimensional. Skala tersebut terdiri
atas 40 item yang mengukur lima dimensi perilaku pelatih: training and
instruction (13 item), perilaku demokratis (9 item), perilaku autokratis (5 item),
dukungan sosial (8 item), dan umpan balik positif (5 item). Dalam LSS, terdapat
lima pilihan jawaban yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak
pernah. Terdapat tiga versi LSS yang mengukur, (a) perilaku seharusnya seorang
pelatih menurut atlet; (b) persepsi atlet terhadap perilaku pelatih; dan (c) persepsi
27
pelatih atas perilakunya. Chelladurai dalam Tenenbaum, Eklund & Kamata (2012)
menjelaskan konsistensi internal untuk empat faktor dalam LSS adalah adekuat,
kecuali dimensi perilaku autokratis yang rendah yakni (< 0,70).
2.2.4. Perilaku Kepemimpinan Pelatih dan Ketangguhan Mental
Cardinal (1998) menjelaskan ciri perilaku seorang pelatih terdiri atas: 1) aktif
dalam proses pengambilan keputusan, 2) memberikan umpan balik (baik positif
atau negatif) sebagai tanggapan atas performa atlet., 3) menggunakan teknik
motivasi tertentu dan 4) memiliki hubungan dengan atlet. Menurut Fletcher
(2006), perilaku kepemimpinan yang ditampilkan seorang pelatih akan memiliki
dampak yang signifikan terhadap performa atlet dan/atau kualitas psikologis atlet.
Seorang pelatih memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan mentalitas
atlet agar tangguh dalam menghadapi kompetisi, secara khusus hal ini dilakukan
sebelum kompetisi berlangsung (Fletcher, 2006). Menurut Orlick and Partington
(dalam Fletcher, 2006), persiapan mentalitas atlet merupakan kunci kesuksesan
dalam mencapai performa yang luar biasa.
Chelladurai dan Carron (dalam Fletcher, 2006) menjelaskan perilaku
training and instruction pelatih menjadi kurang efektif dalam membentuk
ketangguhan mental atlet pada atlet yang sarat pengalaman. Sebaliknya pada atlet
yang kurang pengalaman bertanding, perilaku training and instruction akan
memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini didukung oleh penelitian Crust dan
Azadi (2008) yang menemukan perilaku training and instruction pelatih memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental atlet. Hal ini dapat
28
merefleksikan bahwa perilaku training and instruction erat kaitannya dengan
usaha peningkatan performa atlet.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Salminen dan Liukkonen (dalam
Fletcher, 2006) menemukan bahwa pelatih yang menerapkan perilaku demokratis
turut berpengaruh. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Crust dan Azadi
(2008) yang menemukan bahwa perilaku demokratis pelatih tidak signifikan
dalam mempengaruhi ketangguhan mental atlet. Lebih jauh, Crust dan Azadi
(2008) juga menjelaskan bahwa dukungan sosial, umpan balik positif, dan
perilaku autokratis tidak mempengaruhi ketangguhan mental secara signifikan.
Selain itu, kebutuhan akan dukungan sosial pelatih semakin meningkat seiring
meningkatnya tingkat kompetisi yang dijalani atlet (Chelladurai & Carron dalam
Fletcher, 2006).
Menurut Connaughton, Wadey, Hanton, dan Jones (2008) dukungan sosial
cukup penting dalam perkembangan ketangguhan mental. Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas atlet mempersepsikan pelatih sebagai pemberi pengaruh positif
dalam perkembangan atlet. Atlet mempersepsikan pelatih sebagai orang yang
membantu memiliki kontribusi dalam mencapai performa optimal. Meski
demikian, atlet tidak selalu setuju dengan keputusan dan gaya kepemimpinan
pelatih dalam melatih (Crust & Azadi, 2008).
2.3. Hubungan Pelatih-Atlet
2.3.1. Definisi Hubungan Pelatih-Atlet
Seorang pelatih akan senantiasa berinteraksi dengan atletnya dalam latihan atau
kompetisi. Interaksi yang berlangsung merupakan bagian dari usaha pelatih dalam
29
melaksanakan tugas. Jowett dan Cockerill (2002) menjelaskan tugas pelatih yang
meliputi persiapan teknis, taktis dan strategis, serta tugas mengorganisir,
mengevaluasi dan mengarahkan atlet akan sangat bergantung pada hubungan
antara pelatih-atlet. Jowett dan Cockerill (2002) mendefinisikan hubungan
pelatih-atlet sebagai situasi emosi, pikiran dan perilaku antara pelatih dan atlet
yang saling berhubungan. Coe dalam Jowett dan Cockerill (2002) menjelaskan
bahwa ketika pelatih dan atlet berada dalam satu harmoni, maka akan berdampak
pada pencapaian yang luar biasa bagi tim.
McGready (dalam Jowett & Cockerill, 2002) menjelaskan bahwa untuk
membentuk hubungan yang nyaman dan penuh kepercayaan antara pelatih-atlet
merupakan tugas yang berat karena sikap, perasaan dan motivasi yang terlibat
sulit dikendalikan. McGready menjelaskan bahwa kesulitan disebabkan oleh
pelatih yang cenderung menghabiskan waktu pada hal yang bersifat teknis dan
administratif. Kesulitan dalam membangun hubungan antara pelatih-atlet tidak
berarti mengabaikan aspek tersebut, sebab pelatih yang mengabaikan hubungan
antara pelatih-atlet dalam proses pelatihan dinilai membahayakan kesuksesan
pengembangan potensi atlet (Lyle dalam Jowett & Cockerill, 2002).
Hubungan pelatih-atlet yang dibangun tidak selalu berhasil dan efektif.
Pendekatan negatif yang dilakukan saat melatih turut mempengaruhi
perkembangan hubungan pelatih dengan atlet. Pendekatan negatif berupa latihan
yang keras, penuh aturan dan militeristik merupakan usaha pelatih dalam
mencapai ambisi pribadi melalui atlet yang dilatih tanpa memperhatikan kondisi
cedera, kelelahan atau depresi yang mungkin dialami atlet. Menurut Jowett dan
30
Cockerill (2002), pendekatan negatif yang dilakukan pelatih merupakan perilaku
negative coaching. Perilaku negative coaching merupakan bentuk pengabaian dan
pengkhianatan atas kepercayaan yang merupakan bagian dari hubungan antara
pelatih-atlet (Ryan dalam Jowett & Cockerill, 2002). Menurut Jowett dan
Cockerill (2003), pengabaian hubungan antara pelatih-atlet dapat berpengaruh
pada keadaan di luar olahraga.
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hubungan
pelatih-atlet merupakan hubungan yang saling terkait antara pelatih dan atlet
secara emosi, pikiran dan perilaku positif sebagai usaha untuk mencapai tujuan
bersama.
2.3.2. Dimensi Hubungan Pelatih-Atlet
Jowett (2009) menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi hubungan pelatih-atlet
yaitu:
1. Kedekatan Emosional (Closeness)
Merupakan dimensi yang berfokus pada kesesuaian emosional dalan hubungan
pelatih-atlet dan merefleksikan kelekatan diantara pelatih-atlet. Dimensi ini
mengambarkan keterikatan afektif seperti saling menghormati, saling
mempercayai, dan menghargai satu sama lain yang ditunjukkan sebagai sebuah
keadaan interpersonal yang positif dan stabil. Jowett (2003) menjelaskan bahwa
merasa dekat satu sama lain merupakan usaha untuk memahami jiwa dan perasaan
atlet. Kedekatan yang dibangun memiliki batasan tertentu sebagai upaya agar
pelatih tetap memiliki penilaian yang objektif atas atlet.
31
2. Komitmen (Commitment)
Dimensi ini menggambarkan keterikatan kognitif dan berorientasi jangka panjang
satu sama lain. Komitmen menjelaskan bahwa antara pelatih-atlet memiliki
landasan yang serupa seperti belief, nilai, dan tujuan. Dengan komitmen, pelatih
dan atlet saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang bertujuan saling
memahami diantara keduanya. Pengetahuan pelatih tentang kepribadian, perilaku,
kelemahan, dan keunggulan atletnya akan memudahkan pelatih dalam
meningkatkan performa atlet secara efektif (Jowett, 2003).
3. Perilaku komplementer (Complementarity)
Dimensi ini menggambarkan transaksi perilaku antara pelatih-atlet seperti
perilaku saling kerjasama. Dimensi ini memiliki prinsip “give and take”, yang
berarti pelatih dan atlet saling membutuhkan satu sama lain dalam kegiatan yang
sama. Baik pelatih maupun atlet harus saling menerima dan menanggapi atas
setiap tindakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kontribusi dalam mencapai
tujuan dan kesuksesan. Misal, seorang atlet memiliki pengalaman bertanding lebih
banyak dari pelatihnya maka pengalaman tersebut dapat digunakan pelatih
sebagai sebuah keunggulan bagi tim (Jowett, 2003).
2.3.3. Pengukuran Hubungan Pelatih-Atlet
Pengukuran hubungan pelatih-atlet dalam penelitian ini menggunakan The Coach
– Athlete Relationship Questionnaire (CART-Q) oleh Jowett & Ntoumanis,
(2002). CART-Q mengukur model konstruk hubungan pelatih-atlet. Skala tersebut
terdiri atas 11 item yang mengukur tiga dimensi hubungan pelatih-atlet: kedekatan
emosional (4 item), komitmen (3 item), dan perilaku komplementer (4 item).
32
Dalam CART-Q, terdapat lima pilihan jawaban yaitu: selalu, sering, kadang-
kadang, jarang, dan tidak pernah. Terdapat dua versi CART-Q yang mengukur, (a)
persepsi atlet terhadap hubungan dengan pelatih; dan (b) persepsi pelatih terhadap
hubungan dengan atlet. CART-Q memiliki nilai reabilitas 0,82 untuk dimensi
komitmen, 0,89 untuk dimensi kedekatan emosional, dan 0,89 untuk dimensi
perilaku komplementer.
2.3.4. Dinamika Hubungan Pelatih-Atlet dan Ketangguhan Mental
Literatur yang membahas dinamika pengaruh hubungan pelatih-atlet terhadap
ketangguhan mental atlet masih sangat terbatas, namun terdapat beberapa
penelitian yang menjelaskan bahwa hubungan pelatih-atlet memiliki pengaruh
terhadap atribut psikologis yang merupakan bagian dari ketangguhan mental. Sir
Alex Ferguson (dalam Jowett & Carter, 2006), menjelaskan bahwa komitmen
merupakan salah satu elemen kunci dalam melatih. Adie dan Jowett (2010)
menjelaskan bahwa hubungan pelatih-atlet mempengaruhi performa dan motivasi
atlet. Secara khusus, hubungan pelatih-atlet merupakan determinan yang sangat
penting dalam mempersiapkan ketangguhan mental atlet (Gould et.al. dalam Adie
& Jowett, 2010). Hal ini didukung oleh Gucciardi et.al. dalam Asamoah (2013)
yang menjelaskan hubungan pelatih-atlet (komunikasi yang terbuka dengan atlet)
mempengaruhi ketangguhan mental. Lebih jauh, Fletcher (2006) menjelaskan
bahwa pelatih dapat menggunakan pendekatan individual terhadap atlet dalam
mempersiapkan mentalitas atlet. Meski minim penelitian terdahulu, namun
dengan gagasan bahwa pelatih memiliki hubungan yang intens dan personal yang
33
memiliki tujuan yang sama (Jowett & Carter, 2006), maka peneliti berasumsi bahwa
hubungan pelatih-atlet memiliki pengaruh terhadap ketangguhan mental atlet.
2.4. Kerangka Berfikir
Klub sepakbola Indonesia cenderung mengalami penurunan prestasi sejak tahun
1991 (Wikipedia, 2014). Prestasi terbaik klub Indonesia adalah peringkat ketiga
AFC Champions League pada tahun 1991 yang diwakili oleh Pelita Jaya.
Beragam faktor menjadi penyebab penurunan prestasi klub sepakbola seperti
kompetisi yang belum terorganisir dengan baik, manajemen klub yang belum
profesional, kualitas teknik atlet yang di bawah rata–rata atlet Asia, dan lainnya.
Berfokus pada atlet sebagai salah satu kontributor penurunan prestasi klub
sepakbola nasional, maka terdapat empat faktor utama yang saling kongruen yaitu
aspek teknik, aspek fisik, aspek taktik, dan aspek mentalitas (Arsene Wenger,
2011). Menurut Wenger (dalam UEFA Grassroot Day, 2011) mentalitas seorang
atlet sepakbola merupakan kunci untuk menjadi atlet kelas dunia. Lebih jauh,
Wenger menjelaskan bahwa usaha mengembangkan aspek teknik, fisik, dan taktik
akan menjadi sia–sia bila aspek mentalitas tidak dikembangkan. Kelemahan
dalam hal mentalitas merupakan salah satu permasalahan yang dimiliki atlet
sepakbola Indonesia. Beberapa klub peserta kompetisi Indonesia Super League
2014 seperti PSM Makassar, Persiba Balikpapan, Persebaya Surabaya, Gresik
United, Mitra Kukar dan Persija Jakarta sudah memberikan perhatian khusus pada
pembenahan mental bertanding atlet sebagai salah satu usaha memperbaiki
prestasi klub (Goal.com, 2014). Akan tetapi, pembenahan yang dilakukan tanpa
34
pemahaman kongkrit tentang aspek mentalitas menyebabkan program belum
berjalan dengan efektif.
Mentalitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketangguhan mental.
Ketangguhan mental merupakan kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang
membuat atlet mampu bertahan dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau
tekanan yang dialami. Begitu juga atlet mampu untuk tetap mempertahankan
konsentrasi dan motivasi saat situasi normal (Gucciardi et.al., 2008). Seorang atlet
sepakbola akan menghadapi beragam situasi yang menekan secara psikologis
seperti bermain sebagai tim tamu, menghadapi tekanan supporter ketika bermain
home atau away, keputusan wasit, dan lainnya.
Gucciardi et.al. (2008) menjelaskan beragam situasi tersebut membutuhkan
ketangguhan mental dalam derajat yang berbeda. Artinya, bila seorang atlet
sepakbola memiliki ketangguhan mental yang lemah maka situasi yang bersifat
menekan akan cenderung menimbulkan reaksi yang negatif seperti gugup ketika
bertanding, kehilangan konsentrasi, memukul wasit, dan perilaku yang di luar
kendali internal atlet tersebut. Sebaliknya, apabila ketangguhan mental dari atlet
tersebut kuat maka reaksi yang muncul atas beragam situasi yang penuh tekanan
cenderung bersifat positif seperti memiliki motivasi lebih karena tensi
pertandingan yang meningkat, tetap mampu fokus meski tertinggal jumlah gol,
tetap menghormati keputusan wasit seraya tetap berusaha mengeluarkan
kemampuan terbaik.
Membentuk seorang atlet untuk memiliki ketangguhan mental yang kuat
merupakan sebuah proses yang kompleks dan panjang. Proses pembinaan
35
ketangguhan mental atlet bergantung pada sosok seorang pelatih. Sebagai sosok
sentral dalam pengembangan ketangguhan mental, pelatih harus memberikan
bimbingan, latihan dan aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi atlet (Weinberg
et.al., 2011). Hal ini bertujuan memaksimalkan dampak positif yang akan
diperoleh atlet.
Seorang pelatih akan menampilkan perilaku kepemimpinan yang secara
konsisten muncul di dalam dan di luar lapangan. Menurut Chelladurai dan Shaleh
(1980), seorang pelatih yang menggunakan pendekatan perilaku demokratis atau
otoriter dalam melatih atlet akan memiliki dampak yang berbeda terhadap atlet.
Seorang pelatih yang memberikan dukungan secara personal atau kerap
memberikan penghargaan seperti bonus uang turut mempengaruhi perkembangan
ketangguhan mental atlet ketika menjalani sebuah kompetisi atau sesi latihan yang
menguras kemampuan fisik dan psikis atlet.
Dalam mengembangkan ketangguhan mental atlet, pelatih harus memikirkan
strategi yang tepat agar diperoleh hasil yang maksimal. Menurut Weinberg, Butt
& Culp (2011) merekayasa lingkungan latihan menjadi lebih kompetitif,
menuntut, dan menantang secara fisik merupakan salah satu jalan yang cukup
efektif dalam mengembangkan ketangguhan mental atlet. Selain itu, menurut
banyak atlet di dunia yang berprestasi, ketangguhan mental ternyata juga
dipengaruhi oleh kemauan yang keras, sikap gigih, dan pantang menyerah, yang
terpupuk dari pengalaman pribadi atau melalui penanganan khusus baik oleh
pelatih maupun psikolog olahraga (Gunarsa, 2004).
36
Seorang pelatih cenderung untuk memiliki sebuah hubungan dan
komunikasi yang intensif dengan atletnya. Pola komunikasi yang terbangun akan
turut mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah program latihan yang dijalani.
Menurut Jowett & Cockerill (2002), efektivitas tugas seorang pelatih yang
meliputi persiapan teknis, taktis dan strategis. Tugas mengorganisir, mengevaluasi
dan mengarahkan atlet akan bergantung pada hubungan antara pelatih-atlet.
Seorang pelatih yang mampu memposisikan dirinya sebagai seorang teman atau
ayah bagi atlet akan cenderung memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pelatih yang memperlakukan pemain sebagai bawahan.
Memperlakukan pemain sebagai bawahan akan cenderung menghasilkan lebih
banyak konflik personal yang dapat berujung pada pemecatan pemain atau pemain
dijual ke klub lain misalnya kasus Roberto Mancini dengan Mario Balotelli dan
Carlos Tevez di klub Manchester City. Pemecatan atau dijual ke klub lain sedikit
banyak akan memiliki dampak psikologis bagi atlet yang mengalaminya.
Jowett (2009) menjelaskan hubungan pelatih-atlet merupakan sebuah
situasi dimana pelatih dan atlet membangun perasaan, pikiran, dan perilaku
komplementer yang saling terkait. Hubungan yang dibangun meliputi kedekatan
emosional yang berorientasi jangka panjang dan ditandai dengan adanya perilaku
saling membutuhkan satu sama lain. Semakin berkualitas hubungan yang
dibangun, maka turut mempengaruhi kualitas perkembangan ketangguhan mental
atlet. Hal ini berdasarkan pemahaman pelatih tentang latar belakang pemain
sehingga mampu menerapkan metoda yang tepat.
37
Perilaku Kepemimpinan
Pelatih
Hubungan Pelatih-Atlet
Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan kerangka berfikir dalam
bagan 2.1. berikut.
Bagan 2.1. Kerangka berfikir
Ketangguhan
Mental
Training and Instruction
Perilaku Demokratis
Kedekatan Emosional
Komitmen
Perilaku Komplementer
Umpan Balik Positif
Perilaku Autokratis
Dukungan Sosial
38
2.5. Hipotesis
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku kepemimpinan
pelatih dan hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif training and instruction
terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku demokratis terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku autokratis terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha5: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif dukungan sosial terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha6: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif umpan balik positif terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha7: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif kedekatan emosional terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha8: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif komitmen terhadap
ketangguhan mental atlet sepakbola.
Ha9: Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif perilaku komplementer
terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab tiga ini peneliti akan memaparkan tentang populasi, sampel, teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, uji
validitas instrumen, analisa faktor eksploratori, teknik analisis data, serta prosedur
penelitian yang digunakan dalam penelitian.
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu atlet sepakbola di 24 klub anggota Pengcab PSSI
Jakarta Timur. Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi kriteria: (a)
Merupakan pemain aktif klub anggota Pengcab PSSI Jakarta Timur, (b) Telah
berlatih sepakbola minimal selama 1 tahun, (c) Berusia minimal 15 tahun, dan (d)
Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 200 atlet sepakbola yang terdiri dari 50 atlet sepakbola di klub
sepakbola Bina Taruna, 40 atlet sepakbola di P.S. ABC Wirayudha, 50 atlet
sepakbola di URAKAN FC., dan 60 atlet sepakbola di klub sepakbola Universitas
Negeri Jakarta.
3.1.2. Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik non-probability sampling.
Teknik ini digunakan ketika jumlah populasi penelitian tidak dapat diidentifikasi
secara individu atau tidak diketahui. Dalam situasi tersebut, maka penentuan
sampel bergantung pada pertimbangan penggunaan karakteristik tertentu yang
sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga dalam populasi yang telah ditetapkan
40
tidak seluuh anggota populasi memiliki kesempatan untuk terpilih menjadi sampel
penelitan jika tidak memenuhi kriteria atau karakteristik sampel yang telah
ditetapkan sebelumnya (Kumar, 1999).
3.2. Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari: ketangguhan mental
yang merupakan dependent variable. Sementara variabel perilaku kepemimpinan
pelatih merupakan independent variable I yang meliputi dimensi training and
instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, dan umpan
balik positif. Sementara variabel hubungan pelatih-atlet merupakan independent
variable II yang meliputi dimensi kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku
komplementer.
3.3. Definisi Operasional Variabel
3.3.1. Ketangguhan Mental
Ketangguhan mental merupakan kumpulan nilai, sikap, perilaku dan emosi yang
membuat atlet mampu bertahan dan melalui beragam hambatan, kesusahan, atau
tekanan yang dialami yang dihasilkan dari skor thrive through challenge, sport
awereness, tough attitude, dan desire success dengan menggunakan alat ukur
Australian football Mental Toughness Inventory (AfMTI).
3.3.2. Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Perilaku kepemimpinan pelatih merupakan perilaku kepemimpinan seorang
pelatih yang secara konsisten ditampilkan di dalam dan di luar lapangan sebagai
usaha mempengaruhi anggota untuk meraih tujuan bersama yang dihasilkan dari
skor training and instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan
41
sosial, dan umpan balik positif dengan menggunakan alat ukur Leadership Scale
for Sport (LSS).
3.3.3. Hubungan Pelatih-Atlet
Hubungan pelatih-atlet merupakan hubungan yang saling terkait antara pelatih dan
atlet secara emosi, pikiran dan perilaku positif sebagai usaha untuk mencapai
tujuan bersama yang dihasilkan dari skor kedekatan emosional, komitmen, dan
perilaku komplementer dengan menggunakan alat ukur Coach-Athlete
Relationship Questionnaire (CART-Q).
3.4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner dengan menggunakan skala model Likert yang telah dimodifikasi
menjadi empat alternatif pilihan jawaban. Skor untuk alternatif pilihan jawaban
dalam pernyataan favourable dimulai dari 4 (sangat setuju) hingga 1 (sangat tidak
setuju). Sementara skor untuk alternatif pilihan jawaban dalam pernyataan
unfavourable dimulai dari 1 (sangat setuju) hingga 4 (sangat tidak setuju).
3.4.1. Alat Ukur Ketangguhan Mental
Alat ukur ketangguhan mental merupakan sebuah skala yang digunakan untuk
mengukur variabel ketangguhan mental. Alat ukur ketangguhan mental yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari alat ukur yang
dikembangkan oleh Gucciardi, Gordon & Dimmock (2009) yaitu Australian
football Mental Toughness Inventory (AfMTI). Skala ini terdiri atas 24 item yang
mengukur empat faktor ketangguhan mental: thrive through challange, sport
awareness, tough attitude, dan desire success. Peneliti melakukan adaptasi dengan
42
melakukan penambahan jumlah item pada alat ukur ketangguhan mental menjadi
dua kali jumlah item awal dengan pertimbangan apabila terdapat suatu item yang
gugur setelah uji validitas, maka peneliti masih memiliki item lain yang mengukur
variabel yang sama. Peneliti mengadaptasi instrumen ini dengan menggunakan
skala model Likert dengan rentangan sebanyak 4 pilihan jawaban dari “sangat
setuju” hingga “sangat tidak setuju”.
Tabel 3.1
Blueprint Skala Ketangguhan Mental
No. Dimensi No.Item
Jumlah Favourable Unfavourable
1 Thrive through
challenge
1, 5, 13, 17, 21, 25, 27, 29,
31, 33, 35, 39, 43, 45, 47 9 16
2 Sport
awereness
2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 32,
34, 36, 40, 44 - 12
3 Tough attitude 3, 7, 11, 15, 19, 23, 28, 37,
41, 46 - 10
4 Desire success 4, 8, 12, 16, 24, 30, 38, 42,
48 20 10
Jumlah 46 2 48
3.4.2. Alat Ukur Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Alat ukur perilaku kepemimpinan pelatih merupakan sebuah skala yang
digunakan untuk mengukur variabel perilaku kepemimpinan pelatih. Alat ukur
perilaku kepemimpinan pelatih yang digunakan peneliti mengacu dari alat ukur
Leadership Scale for Sports (LSS) dari Chelladurai & Saleh, (1980), yang terdiri
dari 40 item. Pilihan jawaban yang digunakan yaitu skala model Likert dengan
rentangan sebanyak 4 pilihan jawaban dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak
setuju”.
43
Tabel 3.2
Blueprint Skala Perilaku Kepemimpinan Pelatih
No. Dimensi No.Item
Jumlah Favourable Unfavourable
1 Training and
Instruction
1, 6, 11, 16, 21, 26, 29,
31, 33, 35, 37, 39, 40 - 13
2 Perilaku Demokratis 2, 7, 12, 17, 22, 27, 30,
34, 38 - 9
3 Perilaku Autokratis 3, 8, 13, 18, 23 - 5
4 Dukungan Sosial 4, 9, 14, 19, 24, 28, 32,
36 - 8
5 Umpan Balik Positif 5, 10, 15, 20, 25 - 5
Jumlah 40 40
3.4.3. Alat Ukur Hubungan Pelatih-Atlet
Alat ukur hubungan pelatih-atlet merupakan sebuah skala yang digunakan untuk
mengukur variabel hubungan pelatih-atlet. Alat ukur hubungan pelatih-atlet yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini mengadaptasi kepada alat ukur yang
dikembangkan oleh Jowett dan Ntoumanis (2002) yaitu Coach–Athlete
Relationship Questionnaire (CART-Q) yang terdiri dari 11 item. Peneliti
melakukan adaptasi dengan melakukan penambahan jumlah item pada alat ukur
hubungan pelatih-atlet menjadi dua kali jumlah item awal dengan pertimbangan
apabila terdapat suatu item yang gugur setelah uji validitas, maka peneliti masih
memiliki item lain yang mengukur variabel yang sama. Dua puluh dua item dalam
skala ini terdiri atas 8 item mengukur dimensi kedekatan emosional. Delapan item
mengukur dimensi komitmen dan 8 item mengukur dimensi perilaku
komplementer. Instrumen ini menggunakan skala model Likert dengan rentangan
sebanyak 4 pilihan jawaban dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”.
44
Tabel 3.3
Blueprint Skala Hubungan Pelatih-Atlet
No. Dimensi No.Item
Jumlah Favourable Unfavourable
1 Kedekatan Emosional 1, 4, 7, 8, 13, 15, 18, 20 - 8
2 Komitmen 2, 9, 10, 12, 16, 21 - 6
3 Perilaku Komplementer 3, 5, 6, 11, 14, 17, 19, 22 - 8
Jumlah 22 22
3.5. Pengujian Validitas Konstruk
Dalam sebuah penelitian, penting untuk melakukan uji validitas kostruk.
Pengujian validitas konstruk menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)
yang bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item pada variabel valid dalam
mengukur apa yang hendak diukur. CFA digunakan dalam proses pengembangan
skala untuk memeriksa struktur laten dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA
digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrumen (faktor) dan
pola hubungan item dengan faktor (factor loading).
Dalam Confirmatory Factor Analysis (CFA), peneliti harus memiliki
gambaran yang spesifik mengenai (a) jumlah faktor, (b) variabel yang
mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor yang saling berkorelasi. Tahapan dalam
CFA diawali dengan merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran
variabel laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik
menggunakan data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena (a)
langsung menguji teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai
cara. Adapun logika dasar dari CFA menurut Harrington (2009) :
1. Bahwa terdapat sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang
didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun suatu pertanyaan atau
45
pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan
pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon
(jawaban atas item).
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor atau dengan kata lain
bersifat unidimensional.
3. Berdasarkan model unidimensional. Pada butir di atas, dapat disusun untuk
himpunan persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk
memprediksi (dengan menggunakan data yang tersedia) matriks korelasi antar
item (yang seharusnya diperoleh), jika korelasi antar item tersebut
(unidimensional) benar. Matriks korelasi ini dinamakan sigma (∑).
Kemudian, matriks ini akan dibandingkan dengan matriks korelasi yang
diperoleh secara empiris dari data (disebut matriks S). Jika teori tersebut
benar (unidimensional), maka seharusnya tidak ada perbedaan yang
signifikan antara elemen matriks ∑ dengan elemen matriks S. secara
matematis dapat dituliskan: S-∑ = 0.
4. Pernyataan matematis yang dijadikan hipotesis nihil yang akan dianalisis
menggunakan CFA. Dalam hal ini, dilakukan uji signifikansi dengan Chi-
square. Jika Chi-square yang dihasilkan tidak signifikan (nilai p>0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis nilai yang menyatakan: “tidak ada
perbedaan antara matriks S dan ∑” yaitu tidak ditolak (diterima). Artinya,
teori yang menyatakan bahwa seluruh item mengukur hal yang sama, dapat
diterima kebenarannya (didukung oleh data). Sebaliknya, jika nilai Chi-
square yang diperoleh signifikan, maka hipotesis nihil S-∑ = 0 ditolak.
46
Artinya, teori tersebut tidak didukung oleh data (ditolak). Dengan kata lain,
analisis faktor konfirmatori merupakan pengujian terhadap hipotesis nihil
(H0) : S-∑ = 0. Artinya, tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang
diperoleh dari hasil observasi.
5. Jika teori diterima (model fit), langkah selanjutnya menguji hipotesis tentang
signifikan tidaknya masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak
diukur. Uji hipotesis ini dilakukan dengan t-test. Jika nilai t signifikan, berarti
item yang bersangkutan signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur.
Dengan cara seperti ini, dapat dinilai butir item mana yang valid dan yang
tidak valid didalam konteks validitas konstruk.
3.6. Uji Validitas Konstruk Skala Ketangguhan Mental
Peneliti melakukan pengujian validitas terhadap 48 item yang terdapat pada alat
ukur ketangguhan mental untuk mengetahui apakah seluruh item bersifat
unidimensional, yang berarti hanya mengukur ketangguhan mental. Peneliti
melakukan pengujian CFA pertama terhadap masing-masing dimensi
ketangguhan mental yaitu dimesi thrive through challenge, sport awareness,
tough attitude, dan desire succsess. Hasil uji validitas CFA pertama diuraikan
sebagai berikut:
1. Thrive Through Challenge
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 16 item dengan model satu
faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=605.34, df=104, P-
value=0.00000, RMSEA=0.156. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
47
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 41 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=79.47, df=63, P-value=0.07868,
RMSEA=0.036. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu ketangguhan mental pada dimensi
thrive through challenge.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.4. Pada tabel 3.4 dapat dilihat bahwa item yang tidak signifikan adalah
nomor item 9. Tidak terdapat muatan faktor item yang bernilai negatif.
Tabel 3.4
Muatan Faktor Item Thrive Through Challenge
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
1 0.60 0.07 9.00 √
5 0.63 0.07 9.48 √
9 0.00 0.08 0.05 X
13 0.72 0.06 11.41 √
17 0.59 0.07 8.76 √
21 0.55 0.07 8.11 √
25 0.74 0.06 11.90 √
27 0.73 0.06 11.71 √
29 0.73 0.06 11.68 √
31 0.81 0.06 13.42 √
33 0.70 0.06 11.05 √
35 0.62 0.07 9.21 √
39 0.64 0.07 9.80 √
43 0.68 0.06 10.62 √
45 0.54 0.07 8.12 √
47 0.42 007 5.99 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
Model fit yang diperoleh merupakan hasil modifikasi dengan membebaskan
antar item saling berkorelasi. Semakin banyak korelasi yang terjadi maka
48
menunjukkan item tersebut dapat diragukan validitasnya. Peneliti melakukan
pengkajian kembali dengan melihat koefisien muatan faktor (factor loading).
Menurut Harrington (2009), semakin tinggi nilai koefisien factor loading suatu
item maka semakin baik. Koefisien muatan faktor di atas 0.71 dikategorikan
sangat baik, 0.63 sangat baik, dan 0.55 merupakan kategori baik.
Penelitian ini menetapkan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar
0.63. Artinya jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63
maka item tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap
digunakan dalam pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada
tabel 3.4 terdapat 7 item pengukuran dimensi thrive through challenge yang
memiliki nilai koefisien <0.63 yaitu item nomor 1, 9, 17, 21, 35, 45, dan 47,
sementara sisanya memiliki nilai koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka 7 item
tersebut diabaikan, sementara 9 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.
2. Sport Awareness
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 12 item dengan model satu
faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=327.24, df=54, P-
value=0.00000, RMSEA=0.159. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 14 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=52.86, df=40, P-value=0.08371,
RMSEA=0.040. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu ketangguhan mental pada dimensi
sport awareness.
49
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.5. Pada tabel 3.5 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan tidak
terdapat muatan faktor item yang bernilai negatif.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.5 terdapat
3 item pengukuran dimensi sport awareness yang memiliki nilai koefisien <0.63,
yaitu item nomor 26, 32, dan 44, sementara sisanya memiliki nilai koefisien
>0.63. Dengan hasil ini, maka 3 item tersebut diabaikan, sementara 9 item sisanya
akan dilakukan uji CFA kembali.
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Sport Awareness
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
2 0.68 0.06 10.68 √
6 0.64 0.07 9.78 √
10 0.73 0.06 11.79 √
14 0.73 0.06 11.96 √
18 0.78 0.06 12.90 √
22 0.86 0.06 14.97 √
26 0.56 0.07 8.53 √
32 0.33 0.07 4.73 √
34 0.76 0.06 12.68 √
36 0.76 0.06 11.24 √
40 0.70 0.06 12.41 √
44 0.50 0.07 7.50 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
50
3. Tough Attitude
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 12 item dengan model satu
faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=508.36, df=35, P-
value=0.00000, RMSEA=0.261. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 14 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=31.69, df=21, P-value=0.06297,
RMSEA=0.051. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu ketangguhan mental pada dimensi
tough attitude.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.6. Pada tabel 3.6 dapat dilihat bahwa terdapat 1 item yg tidak signifikan
yakni item nomor 19 dan terdapat 3 item dengan muatan faktor yang bernilai
negatif yaitu item nomor 7, 15 dan 28.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.6 terdapat
8 item pengukuran dimensi tough attitude yang memiliki nilai koefisien <0.63,
yaitu item nomor 3, 7, 15, 19, 28, 37, 41 dan 46, sementara sisanya memiliki nilai
51
koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka 8 item tersebut diabaikan, sementara 2
item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Tough Attitude
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
3 0.34 0.07 4.80 √
7 -0.20 0.07 -2.77 X
11 0.72 0.08 9.16 √
15 -0.02 0.07 -0.23 X
19 0.13 0.07 1.85 X
23 0.67 0.07 9.70 √
28 -0.19 0.07 -2.75 X
37 0.96 0.07 14.10 √
41 0.40 0.07 5.73 √
46 0.34 0.07 4.84 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
4. Desire Succsess
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 12 item dengan model satu
faktor menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=133.27, df=35, P-
value=0.00000, RMSEA=0.119. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 10 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=32.35, df=25, P-value=0.14808,
RMSEA=0.038. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu ketangguhan mental pada dimensi
desire success.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
52
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.7. Pada tabel 3.7 dapat dilihat bahwa terdapat 1 item yang tidak signifikan
dan muatan faktor bernilai negatif yaitu item 20.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.7 terdapat
4 item pengukuran dimensi desire success yang memiliki nilai koefisien <0.63,
yaitu item nomor 4, 20, 24, dan 48, sementara sisanya memiliki nilai koefisien
>0.63. Dengan hasil ini, maka 4 item tersebut diabaikan, sementara 6 item sisanya
akan dilakukan uji CFA kembali.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Desire Success
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
4 0.36 0.07 5.17 √
8 0.68 0.06 10.93 √
12 0.74 0.06 12.12 √
16 0.86 0.06 14.17 √
20 -0.15 0.07 -2.01 X
24 0.58 0.07 8.61 √
30 0.85 0.06 13.82 √
38 0.69 0.07 10.03 √
42 0.64 0.06 9.95 √
48 0.47 0.07 7.00 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari dependent variable,
selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan
dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang
53
dilakukan terhadap 26 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak
fit dengan nilai Chi-Square=1792.03, df=299, P-value=0.00000, RMSEA=0.158.
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Ketangguhan Mental
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
2 0.66 0.06 10.30 √
5 0.54 0.07 8.25 √
6 0.54 0.07 8.18 √
8 0.69 0.06 11.20 √
10 0.74 0.06 11.90 √
11 -0.11 0.07 -1.54 X
12 0.75 0.06 12.21 √
13 0.75 0.06 12.87 √
14 0.69 0.06 11.33 √
16 0.72 0.06 11.59 √
18 0.77 0.06 12.98 √
22 0.85 0.06 14.73 √
23 0.06 0.07 0.87 X
25 0.63 0.06 10.01 √
27 0.74 0.06 12.23 √
29 0.75 0.06 12.32 √
30 0.76 0.06 12.37 √
31 0.66 0.06 10.52 √
33 0.58 0.07 8.71 √
34 0.75 0.06 12.33 √
36 0.75 0.06 12.30 √
38 0.60 0.06 9.38 √
39 0.68 0.06 10.92 √
40 0.70 0.06 11.15 √
42 0.72 0.06 11.76 √
43 0.68 0.06 10.81 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi
dilakukan sebanyak 120 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-
Square=208.17, df=179, P-value=0.06682, RMSEA=0.029. Hasil modifikasi
54
model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu ketangguhan mental. Berdasarkan hasil uji CFA kedua pada tabel 3.8
terdapat 6 item pengukuran ketangguhan mental yang memiliki nilai koefisien
<0.63, yaitu item nomor 2, 5, 10, 22, 31 dan 36, sementara sisanya memiliki nilai
koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka 6 item tersebut diabaikan, sementara 20
item sisanya akan digunakan dalam analisis regresi.
3.7. Analisa Faktor Eksploratori Skala Ketangguhan Mental
Peneliti memiliki asumsi bahwa terdapat masalah pengukuran pada skala
ketangguhan mental. Asumsi peneliti berdasarkan hasil uji validitas konstruk dan
expert judgement yang menjelaskan terdapat beberapa indikator masalah
pengukuran diantaranya:
1. Hanya terdapat 20 dari 48 item yang dinyatakan valid. Hal ini berarti bahwa
item yang memenuhi kriteria validitas (t-value >1.96 dan koefisien muatan
faktor >0.63) kurang dari 50%.
2. Model mengalami modifikasi sebanyak 120 kali.
3. Mayoritas antar item berkorelasi lebih dari 3 kali. Menurut Lestari
(komunikasi personal, 2014), jika sebuah item memiliki korelasi sekurang-
kurangnya dengan 3 item lain pada konstruk yang sama maka item tersebut
terdapat kecenderungan multidimensional. Berdasarkan hal tersebut, maka
item sebaiknya tidak digunakan karena dinilai kurang mewakili konstruk.
Berdasarkan indikator masalah pengukuran yang ditemukan, maka peneliti
mengambil gagasan awal bahwa jumlah faktor yang diukur dalam skala
ketangguhan mental cenderung tidak sesuai dengan jumlah sebenarnya. Menurut
55
Henson dan Roberts (dalam Gucciardi et.al., 2009) dalam sebuah pengembangan
alat ukur akan terdapat kemungkinan kesalahan ketika menteorikan jumlah faktor
suatu variabel. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan Exploratory Factor
Analysis (EFA) untuk mencari jumlah faktor yang diukur oleh skala ketangguhan
mental. Peneliti menggunakan metode ekstraksi: Maximum Likelihood dan
metode rotasi: Varimax dengan Kaiser Normalization. Jumlah faktor ditentukan
berdasarkan besaran eigenvalue lebih besar dari 1.0 (Guttman dalam Thompson,
2004).
Dari hasil analisis EFA (lihat lampiran 4) yang dilakukan terhadap 48 item
skala ketangguhan mental. Diteorikan bahwa skala tersebut mengukur 10 faktor
(eigenvalue >1.0). Faktor 5, 7, 8, dan 9 masing-masing hanya diukur oleh satu
item. Faktor 5 diukur oleh item 43, faktor 7 diukur oleh item 39, faktor 8 diukur
oleh item 2, dan faktor 9 diukur oleh item 1.
Menurut Lestari (komunikasi personal, 2014), faktor yang hanya diukur oleh
satu item sebaiknya tidak digunakan. Hal ini mempertimbangkan bahwa jika item
tersebut gugur maka tidak ada item lain yang mengukur faktor tersebut,
kemudian terdapat kecenderungan bahwa item yang mengukur faktor tersebut
multidimensional dengan faktor lain. Pertimbangan berikutnya adalah item
tersebut cenderung tidak memenuhi syarat validitas item yang salah satunya
adalah bersifat unidimensional.
Pada faktor 10 tidak ada item yang secara utuh mengukur faktor 10. Hal ini
dapat terjadi karena nilai eigenvalue faktor 10 yang kemungkinan masih lebih
dari 1.0 sehingga dianggap memenuhi syarat. Item 10 dan item 30 yang
56
diteorikan mengukur faktor 10 ternyata multidimensional dengan faktor 1.
Koefisien muatan faktor 1 pada item 10 dan item 30 lebih besar jika
dibandingkan dengan faktor 10 (lihat lampiran 4), sehingga item 10 dan item 30
diteorikan mengukur faktor 1.
Berdasarkan hasil EFA bahwa gagasan awal peneliti yang menyatakan
bahwa “skala ketangguhan mental tidak mengukur jumlah faktor yang tidak
sesuai dengan seharusnya” menjadi diterima. Sebab terdapat lima faktor yang
diukur oleh sekurang-kurangnya dua item yaitu faktor 1, faktor 2, faktor 3, faktor
4 dan faktor 6. Dengan demikian, bahwa hasil EFA penelitian ini berbeda dengan
hasil dari penelitian Gucciardi et.al. (2009) yang menghasilkan 4 faktor. Selain
itu, perbedaan hasil EFA dalam penelitian ini terdapat pada komposisi item yang
mengukur masing-masing faktor.
Tabel 3.9
Blueprint Hasil EFA Skala Ketangguhan Mental
No.
No.Item Jumlah
1 Faktor 1
2, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
20, 21, 22, 26, 27, 28, 30, 34, 35,
36, 38, 39, 40, 42, 43, 44
26
2 Faktor 2 1, 24, 25, 29, 31, 32, 33, 45, 46,
47, 48 11
3 Faktor 3 3, 11, 23, 37, 41 5
4 Faktor 4 4, 5, 6, 9 4
5 Faktor 6 18 & 19 2
Jumlah 48 48
3.8. Uji Validitas Konstruk Skala Perilaku Kepemimpinan Pelatih
Skala ini memiliki lima dimensi, yaitu training and instruction, perilaku
demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, dan umpan balik positif.
57
1. Training and Instruction
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 13 item dengan model satu
faktor, menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=244.51, df=65, P-
value=0.00000, RMSEA=0.118. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 12 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=70.39, df=53, P-value=0.05522,
RMSEA=0.041. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih
pada dimensi training and instruction.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.10. Pada tabel 3.10 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan
bermuatan positif.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.10
terdapat 2 item pengukuran dimensi training and instruction yang memiliki nilai
koefisien <0.63, yaitu item nomor 1 dan 33, sementara sisanya memiliki nilai
58
koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka kedua item tersebut diabaikan, sementara
11 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Training and Instruction
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
1 0.60 0.07 9.03 √
6 0.69 0.06 11.05 √
11 0.71 0.06 11.30 √
16 0.72 0.06 11.54 √
21 0.65 0.06 10.07 √
26 0.69 0.06 10.99 √
29 0.75 0.06 12.15 √
31 0.77 0.06 12.54 √
33 0.56 0.07 8.44 √
35 0.70 0.06 11.15 √
37 0.77 0.06 12.56 √
39 0.68 0.06 10.57 √
40 0.81 0.06 13.61 √
Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable,
selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan
dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang
dilakukan terhadap 11 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak
fit dengan nilai Chi-Square=154.66, df=44, P-value=0.00000, RMSEA=0.112.
Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi
kedua dilakukan sebanyak 8 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-
Square=43.30, df=36, P-value=0.18783, RMSEA=0.032. Hasil modifikasi model
fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi training and instruction.
59
2. Perilaku Demokratis
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 9 item dengan model satu faktor,
menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=157.23, df=27, P-
value=0.00000, RMSEA=0.156. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 12 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=22.11, df=15, P-value=0.10503,
RMSEA=0.049. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih
pada dimensi perilaku demokratis.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.11. Pada tabel 3.11 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan
bermuatan positif.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.11
terdapat 6 item pengukuran dimensi perilaku demokratis yang memiliki nilai
koefisien <0.63, yaitu item nomor 7, 17, 22, 27, 34, dan 38, sementara sisanya
60
memiliki nilai koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka keenam item tersebut
diabaikan, sementara 3 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Perilaku Demokratis
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
2 0.63 0.07 9.03 √
7 0.48 0.08 6.03 √
12 0.74 0.07 10.00 √
17 0.55 0.07 7.85 √
22 0.49 0.07 6.86 √
27 0.45 0.08 5.87 √
30 0.78 0.07 11.00 √
34 0.58 0.07 7.18 √
38 0.51 0.07 7.18 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable,
selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan
dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang
dilakukan terhadap 3 item dengan model satu faktor menunjukkan model fit
dengan nilai Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000. Hasil
model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi perilaku demokratis.
3. Perilaku Autokratis
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor,
menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=12.97, df=5, P-
value=0.02364, RMSEA=0.090. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 2 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=2.63, df=3, P-value=0.45171,
61
RMSEA=0.000. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih
pada dimensi perilaku autokratis.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.12. Pada tabel 3.12 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan
bermuatan positif.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.12
terdapat 3 item pengukuran dimensi perilaku autokratis yang memiliki nilai
koefisien <0.63, yaitu item nomor 3, 8 dan 13, sementara sisanya memiliki nilai
koefisien >0.63. Pengecualian diberikan pada item nomor 13 karena memiliki
koefisien muatan faktor paling tinggi diantara dua lainnya. Pengecualian diberikan
agar data dapat diolah dan diwakili oleh sekurang-kurangnya 3 item. Dengan hasil
ini, maka hanya dua item yang diabaikan, sementara 3 item sisanya akan langsung
digunakan dalam analisis regresi.
Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent
variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang
signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63.
62
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Perilaku Autokratis
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
3 0.33 0.08 4.24 √
8 0.52 0.08 6.86 √
13 0.55 0.07 7.39 √
18 0.84 0.07 11.61 √
23 0.73 0.07 10.10 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
Dari hasil analisis CFA kedua yang dilakukan terhadap 3 item dengan model satu
faktor menunjukkan model fit dengan nilai Chi-Square=0.00, df=0, P-
value=1.00000, RMSEA=0.000. Hasil model fit yang diperoleh menjelaskan
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan
pelatih pada dimensi perilaku autokratis.
4. Dukungan Sosial
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 8 item dengan model satu faktor,
menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=79.43, df=20, P-
value=0.00000, RMSEA=0.122. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 5 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=20.99, df=15, P-value=0.13719,
RMSEA=0.045. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih
pada dimensi dukungan sosial.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
63
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.13. Pada tabel 3.13 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan
bermuatan positif.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.13
terdapat 3 item pengukuran dimensi dukungan sosial yang memiliki nilai
koefisien <0.63, yaitu item nomor 4, 9 dan 36, sementara sisanya memiliki nilai
koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka ketiga item tersebut diabaikan, sementara
5 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Dukungan Sosial
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
4 0.45 0.07 6.00 √
9 0.50 0.07 6.77 √
14 0.70 0.07 10.23 √
19 0.68 0.07 9.75 √
24 0.64 0.07 9.15 √
28 0.65 0.07 9.43 √
32 0.74 0.07 10.83 √
36 0.26 0.08 3.23 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable,
selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan
dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang
dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor menunjukkan model fit
dengan nilai Chi-Square=6.64, df=5, P-value=0.24853, RMSEA=0.041. Hasil
64
model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi dukungan sosial.
5. Umpan Balik Positif
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor,
menunjukkan model fit dengan nilai Chi-Square=9.41, df=5, P-value=0.09376,
RMSEA=0.067. Hasil model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item
hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku kepemimpinan pelatih pada dimensi
umpan balik positif.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.14. Pada tabel 3.14 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan
bermuatan positif.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.14
terdapat 1 item pengukuran dimensi umpan balik positif yang memiliki nilai
koefisien <0.63, yaitu item nomor 5, sementara sisanya memiliki nilai koefisien
>0.63. Dengan hasil ini, maka kedua item tersebut diabaikan, sementara 4 item
sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.
65
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Umpan Balik Positif
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
5 0.47 0.07 6.41 √
10 0.78 0.07 11.98 √
15 0.72 0.07 10.48 √
20 0.76 0.07 11.68 √
25 0.67 0.07 9.77 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent variable,
selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang signifikan
dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA kedua yang
dilakukan terhadap 4 item dengan model satu faktor menunjukkan model tidak fit
dengan nilai Chi-Square=6.89, df=2, P-value=0.03184, RMSEA=0.111. Peneliti
kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan
sebanyak 1 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=1.84, df=1,
P-value=0.17554, RMSEA=0.065. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh
menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu perilaku
kepemimpinan pelatih pada dimensi umpan balik positif.
3.9.Uji Validitas Konstruk Skala Hubungan Pelatih-Atlet
Skala ini memiliki tiga dimensi, yaitu kedekatan emosional, komitmen, dan
perilaku komplementer.
1. Kedekatan Emosional
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor,
menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=193.05, df=20, P-
value=0.00000, RMSEA=0.209. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
66
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 10 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=22.11, df=15, P-value=0.10503,
RMSEA=0.049..Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada
dimensi kedekatan emosional.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.15. Pada tabel 3.15 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan
bermuatan positif.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.15
terdapat 2 item pengukuran dimensi kedekatan emosional yang memiliki nilai
koefisien <0.63, yaitu item nomor 13 dan 15, sementara sisanya memiliki nilai
koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka kedua item tersebut diabaikan, sementara
6 item sisanya akan dilakukan uji CFA kembali.
Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent
variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang
signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA
67
kedua yang dilakukan terhadap 6 item dengan model satu faktor menunjukkan
model tidak fit dengan nilai Chi-Square=96.18, df=9, P-value=0.00000,
RMSEA=0.221. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.
Modifikasi kedua dilakukan sebanyak 5 kali sehingga diperoleh model fit dengan
nilai Chi-Square=5.02, df=4, P-value=0.28480, RMSEA=0.036. Hasil modifikasi
model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada dimensi kedekatan emosional.
Tabel 3.15
Muatan Faktor Item Kedekatan Emosional
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
1 0.75 0.06 11.85 √
4 0.75 0.06 12.23 √
7 0.63 0.07 9.58 √
8 0.78 0.06 12.63 √
13 0.59 0.07 8.78 √
15 0.57 0.07 8.11 √
18 0.91 0.06 16.03 √
20 0.77 0.06 12.34 √
Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
2. Komitmen
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor,
menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=42.48, df=9, P-
value=0.00000, RMSEA=0.137. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 2 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=10.77, df=7, P-value=0.14904,
RMSEA=0.052. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
68
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada
dimensi komitmen.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.16. Pada tabel 3.16 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan
bermuatan positif.
Tabel 3.16
Muatan Faktor Item Komitmen
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
2 0.74 0.06 11.49 √
9 0.61 0.07 8.84 √
10 0.84 0.06 13.60 √
12 0.79 0.06 12.53 √
16 0.63 0.07 9.28 √
21 0.68 0.07 9.85 √ Keterangan:tanda √ = signifikan (t>1.96) dan tanda X= tidak signifikan (t<1.96)
Menggunakan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya
jika nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item
tersebut akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.16
terdapat 1 item pengukuran dimensi komitmen yang memiliki nilai koefisien
<0.63, yaitu item nomor 9, sementara sisanya memiliki nilai koefisien >0.63.
Dengan hasil ini, maka item tersebut diabaikan, sementara 5 item sisanya akan
dilakukan uji CFA kembali.
69
Setelah melakukan CFA pertama terhadap dimensi dari independent
variable, selanjutnya peneliti melakukan CFA kedua dengan seluruh item yang
signifikan dan memiliki koefisien muatan faktor >0.63. Dari hasil analisis CFA
kedua yang dilakukan terhadap 5 item dengan model satu faktor menunjukkan
model tidak fit dengan nilai Chi-Square=13.63, df=5, P-value=0.01817,
RMSEA=0.093. Peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain.
Modifikasi dilakukan sebanyak 1 kali sehingga diperoleh model fit dengan nilai
Chi-Square=4.48, df=4, P-value=0.34544, RMSEA=0.024. Hasil modifikasi
model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada dimensi komitmen.
3. Perilaku Komplementer
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan terhadap 8 item dengan model satu faktor,
menunjukkan model tidak fit dengan nilai Chi-Square=141.70, df=20, P-
value=0.00000, RMSEA=0.175. Peneliti kemudian melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Modifikasi dilakukan sebanyak 7 kali sehingga
diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=15.80, df=13, P-value=0.26031,
RMSEA=0.033. Hasil modifikasi model fit yang diperoleh menjelaskan bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu hubungan pelatih-atlet pada
dimensi perilaku komplementer.
Langkah berikutnya adalah menguji validitas masing-masing item sehingga
dapat diketahui apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang
70
diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor item. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai t untuk setiap koefisien muatan faktor seperti pada
tabel 3.17. Pada tabel 3.17 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan
bermuatan positif.
Dengan ambang batas koefisien muatan faktor sebesar 0.63. Artinya jika
nilai koefisien muatan faktor pada hasil CFA pertama <0.63 maka item tersebut
akan diabaikan, sementara item yang tersisa akan tetap digunakan dalam
pengujian CFA kedua. Berdasarkan hasil uji CFA pertama pada tabel 3.17, bahwa
seluruh item memiliki nilai koefisien >0.63. Dengan hasil ini, maka seluruh item
akan tetap digunakan dan tidak dilakukan uji CFA kembali.
Tabel 3.17
Muatan Faktor Item Perilaku komplementer
No item Loading factor Standard error t -value Keterangan
3 0.82 0.06 13.23 √
5 0.71 0.06 11.14 √
6 0.70 0.06 11.19 √
11 0.77 0.06 12.42 √
14 0.78 0.06 12.94 √
17 0.70 0.06 10.85 √
19 0.66 0.06 10.18 √
22 0.81 0.06 13.46 √
3.9. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini berjalan dengan tiga tahapan prosedur penelitian, yaitu tahapan
persiapan, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.
1) Persiapan
Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti,
melakukan kajian teori untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan yang
71
tepat tentang variabel penelitian. Kemudian menentukan, menyusun dan
menyiapkan alat ukur yang akan digunakan.
2) Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2013 di klub sepakbola
Universitas Negeri Jakarta, dengan sampel sebanyak 60 atlet sepakbola.
Penelitian selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2013 di klub
sepakbola Bina Taruna dengan sampel sebanyak 50 atlet sepakbola. Penelitian
selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 2 April 2013 di URAKAN FC, dengan
sampel sebanyak 50 atlet sepakbola.. Penelitian selanjutnya dilaksanakan pada
tanggal 2 April 2013 di PS ABC Wirayudha, dengan sampel sebanyak 40 atlet
sepakbola.
3) Pengolahan data
Untuk setiap variabel penelitian peneliti menghitung true skor (faktor skor)
dengan menggunakan CFA. Dalam hal ini hanya item yang tidak didrop yang
akan dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.10. Metode Analisa Data
Untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent variable,
peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Paling tidak ada empat tahap
yang akan dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen (Pedhazur, 1997). Pertama, peneliti menghitung konstanta (a,
b1, b2,...,bk) dari persamaan regresi Y’ = a + b1X1 + b2X2 +...+ bkXk. Dengan
begitu peneliti dapat menggunakan variabel penelitian untuk memprediksi Y
partisipan. Kedua, peneliti akan menghitung proporsi varian dari ketangguhan
72
mental yang dapat dijelaskan oleh independent variable yang diteliti, yaitu R2.
Ketiga, peneliti akan menguji signifikansi dari hasil yang didapat. Jadi peneliti
dapat mengetahui apakah regresi dari ketangguhan mental atas delapan variabel
signifikan secara statistik. Peneliti juga dapat mengetahui apakah koefisien regresi
(b) dari persamaan regresi secara statistik berbeda dari nol. Terakhir, peneliti
dapat menentukan relativitas pentingnya setiap variabel independen dalam
menjelaskan ketangguhan mental. Berikut penjelasan secara singkat dari empat
langkah tersebut.
Pertama membuat persamaan regresi dari ketangguhan mental. Berikut
persamaan regresi tersebut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7+ b8 X8 + e
Dengan dependent variabel ketangguhan mental, dan independent variable
training and instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan
sosial, umpan balik positif, kedekatan emosional, komitmen, dan perilaku
komplementer maka penjelasan persamaan regresi di atas sebagai berikut:
Y’= ketangguhan mental
a = konstanta/intersep
b = koefisien regresi masing-masing independent variable
X1 = training and instruction
X2 = perilaku demokratis
X3 = perilaku autokratis
X4 = dukungan sosial
X5 = umpan balik positif
X6 = kedekatan emosional
X7 = komitmen
X8 = perilaku komplementer
e= error
Langkah kedua yaitu peneliti menghitung proporsi varian yang dapat
dijelaskan oleh delapan variabel independen (R2). R
2 atau squared multiple
correlation coefficient bernilai antara 0 hingga 1. Ketika R2 dikali dengan 100,
73
peneliti mendapatkan presentase varian dari ketangguhan mental yang dapat
dijelaskan oleh delapan variabel independen. Rumus dari R2 ialah sebagai berikut:
R2 =
SS reg
SS y
Ketiga, peneliti melakukan uji signifikan. Paling tidak ada tiga uji
signifikan yang akan dilakukan pada penelitian ini. Yang pertama ialah uji
signifikan dari R2. R
2 diuji signifikannya dengan uji F. Berikutnya ialah uji
signifikan dari koefisien regresi atas setiap variabel independen. Koefisien regresi
diuji dengan uji t. Yang terakhir ialah uji dari kenaikan proporsi varian yang dapat
dijelaskan atau R2 change.
Keempat, peneliti ingin mengetahui variabel independen yang memiliki
pengaruh paling signifikan terhadap variabel dependen diantara variabel lain yang
diteliti. Ada dua cara yang peneliti lakukan untuk dapat mengetahui hal tersebut,
yaitu dengan melihat standardized coefficient regression (atau beda), dan
pertambahan (increments) proporsi varian yang dapat dijelaskan atau R2 change.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab empat ini peneliti akan memaparkan tentang gambaran umum subjek
penelitian, deskripsi statistik hasil penelitian, kategorisasi variabel penelitian,
serta pengujian hipotesis penelitian.
4.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah atlet sepakbola yang berlatih di klub sepakbola
Bina Taruna sebanyak 50 atlet, klub sepakbola P.S. ABC Wirayudha sebanyak 40
atlet, klub sepakbola URAKAN FC sebanyak 50 atlet dan klub sepakbola
Universitas Negeri Jakarta sebanyak 60 atlet sehingga total keseluruhan subjek
dalam penelitian ini berjumlah 200 atlet. Perbedaan jumlah subjek karena
terdapat perbedaan jumlah pemain yang berlatih pada masing-masing klub.
Data yang disajikan berdasarkan subjek penelitian dan tidak berdasarkan
klub sepakbola yang berpartisipasi. Hal ini dikarenakan penelitian ini tidak
bertujuan untuk melakukan perbandingan antar klub sepakbola yang
berpartisipasi dalam penelitian. Di bawah ini akan dijelaskan gambaran subjek
penelitian berdasarkan usia dan waktu latihan di klub sepakbola yang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Berdasarkan Usia dan Waktu Latihan
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa usia terendah atlet dalam penelitian ini
adalah 15 tahun dan usia tertinggi adalah 17 tahun dengan rata-rata usia 19.93
N Minimum Maximum Mean
Usia 200 15 25 19.93
Waktu Latihan 200 1 17 6.49
75
tahun (dibulatkan menjadi 20 tahun). Waktu latihan merupakan rentang waktu
atlet berlatih sepakbola. Berdasarkan tabel 4.1, atlet dengan waktu latihan paling
cepat selama 1 tahun dan atlet dengan waktu latihan terlama selama 17 tahun
dengan rata-rata waktu latihan 6.49 tahun. Artinya rata-rata atlet telah berlatih
sepakbola selama 6.49 tahun. Pada tabel 4.2 berikut akan dijelaskan gambaran
subjek penelitian berdasarkan intensitas latihan.
Tabel 4.2
Gambaran Subjek Berdasarkan Intensitas Latihan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa atlet dengan intensitas latihan “4x
seminggu” sebanyak 126 atlet atau 63% dari total subjek. Atlet dengan intensitas
latihan “>4x seminggu” sebanyak 20 atlet atau 10% dari total subjek. Sementara
54 atlet atau 27% dari total subjek memiliki intensitas latihan yang bervariasi
diluar kedua pilihan tersebut. Pada tabel 4.3 berikut akan dijelaskan gambaran
subjek penelitian berdasarkan profesi, status pemain dan prestasi tertinggi.
Tabel 4.3
Gambaran Subjek Berdasarkan Profesi, Status Pemain dan Prestasi
Tertinggi
Frekuensi Persentase
Profesi
Pelajar/Mahasiswa 192 96.0
Karyawan 3 1.5
Lainnya 5 2.5
Status Pemain
Pemula 67 33.5
Amatir 102 51.0
Semi-Profesional 27 13.5
Profesional 4 2.0
Prestasi Tertinggi
Universitas 55 27.5
Lokal 84 42.0 Regional 34 17.0
Nasional 27 13.5
Frekuensi Persentase
4x Seminggu 126 63.0
>4x Seminggu 20 10.0
Lainnya 54 27.0
76
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa 192 atlet atau 96% dari total subjek
berprofesi sebagai “Pelajar/Mahasiswa”. Atlet yang berprofesi sebagai
“Karyawan” sebanyak 3 atlet atau 1.5% dari total subjek. Sementara 2.5% dari
total subjek atau sebanyak 5 atlet berprofesi diluar profesi yang disebutkan.
Status pemain merupakan identitas kualifikasi atlet dalam sebuah cabang
olahraga. Dalam penelitian ini terdapat 67 atlet atau 33.5% dari total subjek
merupakan atlet yang berstatus “Pemula”. Atlet dengan status “Amatir” sebanyak
102 atlet atau 51% dari total subjek. Sementara 13.5% dari total subjek atau 27
atlet berstatus “Semi-Profesional”dan2% dari total subjek atau sebanyak 4 atlet
berstatus “Profesional”.
Prestasi tertinggi merupakan tingkat kompetisi tertinggi yang pernah diikuti
oleh atlet dalam suatu cabang olahraga. Dalam penelitian ini terdapat 55 atlet atau
27.5% dari total subjek berpartisipasi dalam kompetisi tingkat “Universitas”.
Atlet yang berpartisipasi dalam kompetisi tingkat “Lokal” sebanyak 84 atlet atau
42% dari total subjek. Sementara 17% dari total subjek atau 34 atlet berpartisipasi
dalam kompetisi tingkat “Regional” dan 13.5% dari total subjek atau sebanyak 27
atlet berpartisipasi dalam kompetisi tingkat “Nasional”.
4.2 Deskripsi Statistik Hasil Penelitian
Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini merupakan skor
murni (t-score) yang merupakan hasil dari konversi raw score. Konversi ini
dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan perbandingan antar skor
hasil penelitian setiap variabel yang diteliti, dengan demikian seluruh raw score
setiap variabel harus diletakkan pada platform yang sama. Untuk memperoleh
77
Tscore= (10 × skor faktor) + 50
deskripsi statistik, peneliti menghitung setiap item yang valid dan bermuatan
positif sehingga diperoleh skor faktor. Skor faktor tersebut dihitung untuk
menghindari bias dari kesalahan perngukuran. Jadi, penghitungan skor faktor
bukan merupakan penjumlahan tiap item variabel seperti pada umumnya, namun
dengan menghitung true score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis
merupakan skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan.
Setelah memperoleh skor faktor yang telah diubah menjadi Tscore,
nilai baku ini kemudian akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi.
Hal yang sama berlaku untuk seluruh variabel pada penelitian ini. Skor tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Ketangguhan Mental 200 -0.66 65.72 50.0000 9.67290
Training & Instruction 200 11.89 65.68 50.0000 9.46207
Perilaku Demokratis 200 28.31 66.47 50.0000 8.44991
Perilaku Autokratis 200 37.98 70.89 50.0000 8.55127
Dukungan Sosial 200 19.72 65.29 50.0000 8.85650
Umpan Balik Positif 200 20.72 65.29 50.0000 8.81234
Kedekatan Emosional 200 14.98 63.68 50.0000 9.27110
Komitmen 200 16.22 66.62 50.0000 9.12850
Perilaku Komplementer 200 11.84 64.14 50.0000 9.31075
Valid N (listwise) 200
Pada tabel 4.4 dapat diketahui skor dari training & instruction terendah 11.89 dan
skor tertinggi 65.68 dengan standar deviasi 9.46207. Skor perilaku demokratis
terendah 28.31 dan skor tertinggi 66.47 dengan standar deviasi 8.44991. Skor
perilaku autokratis terendah 37.98 dan skor tertinggi 70.89 dengan standar deviasi
8.55127. Skor dukungan sosial terendah 19.72 dan skor tertinggi 65.29 dengan
78
standar deviasi 8.85650. Skor umpan balik positif terendah 20.72 dan skor
tertinggi 65.29 dengan standar deviasi 8.81234. Skor terendah kedekatan
emosional 14.98 dan skor tertinggi 63.68 dengan standar deviasi 9.27110. Skor
terendah komitmen 16.22 dan skor tertinggi 66.62 dengan standar deviasi
9.12850. Skor terendah compelementarity 11.84 dan skor tertinggi 64.14 dengan
standar deviasi 9.31075. Terakhir, skor terendah ketangguhan mental -0.66 dan
skor tertinggi 65.72 dengan standar deviasi 9.67290 dengan nilai rata-rata dari
seluruh variabel sebesar 50.
Data skor ketangguhan mental, training & instruction, perilaku
demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif, kedekatan
emosional, komitmen dan perilaku komplementer diperoleh melalui angket yang
didistribusikan oleh peneliti kepada responden. Dengan data skor yang dimiliki,
peneliti kemudian membuat kategorisasi responden untuk menentukan jumlah
responden pada tiap variabel yang terbagi dalam tiga kategori yaitu tinggi,
sedang, dan rendah.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel
Kategorisasi responden bertujuan untuk menempatkan individu kedalam
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Kontinum berjenjang yang akan peneliti gunakan dalam
kategorisasi variabel penelitian terdiri dari kategori tinggi hingga kategori rendah.
Sebelum melakukan pengelompokan setiap variabel berdasarkan kategori tinggi,
sedang, dan rendah. Peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan
79
menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.4 dan berlaku pada
seluruh variabel. Norma skor tersebut digambarkan dalam tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Norma Skor Variabel Kategori Rumus
Tinggi X>M+1SD
Sedang M-1SD ≤ X ≤ M+1SD
Rendah X≤M-1SD
Setelah norma kategorisasi tersebut diperoleh, selanjutnya akan dijelaskan
perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel ketangguhan mental,
training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial,
umpan balik positif, kedekatan emosional, komitmen dan perilaku komplementer.
4.3.1 Kategorisasi Skor Ketangguhan Mental
Berdasarkan data hasil kategorisasi ketangguhan mental, dapat dilihat bahwa atlet
yang memiliki ketangguhan mental dalam kategori tinggi sebanyak 16.5% atau
33 atlet, atlet yang memiliki ketangguhan mental kategori sedang sebanyak
72.5% atau 145 atlet, sementara atlet yang memiliki ketangguhan mental kategori
rendah sebesar 11% atau 22 atlet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
atlet yang memiliki ketangguhan mental dalam kategori sedang merupakan yang
terbesar dengan 145 atlet atau 72.5% dari total subjek. Kategorisasi skor
ketangguhan mental dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Kategorisasi Skor Ketangguhan Mental Kategorisasi N Persentase
Tinggi 33 16.5%
Sedang 145 72.5%
Rendah 22 11%
80
4.3.2 Kategorisasi Skor Training & Instruction
Berdasarkan data hasil kategorisasi training & instruction, dapat dilihat bahwa
atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku training & instruction pelatih
dalam kategori tinggi sebanyak 14% atau 28 atlet, atlet dengan persepsi aktual
terhadap perilaku training & instruction pelatih kategori sedang sebanyak 72.5%
atau 145 atlet, sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku training
& instruction pelatih kategori rendah sebesar 13.5% atau 27 atlet. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku
training & instruction pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar
dengan 145 atlet atau 72.5% dari total subjek. Kategorisasi skor training &
instruction dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Kategorisasi Skor Training & Instruction Kategorisasi N Persentase
Tinggi 28 14% Sedang 145 72.5% Rendah 27 13.5%
4.3.3 Kategorisasi Skor Perilaku Demokratis
Berdasarkan data hasil kategorisasi perilaku demokratis, dapat dilihat bahwa atlet
dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku demokratis pelatih dalam
kategori tinggi sebanyak 10.5% atau 21 atlet, atlet dengan persepsi aktual
terhadap perilaku perilaku demokratis pelatih kategori sedang sebanyak 80% atau
160 atlet, sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku
demokratis pelatih kategori rendah sebesar 9.5% atau 19 atlet. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku
demokratis pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 160
81
atlet atau 80% dari total subjek. Kategorisasi skor perilaku demokratis dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8
Kategorisasi Skor Perilaku Demokratis Kategorisasi N Persentase
Tinggi 21 10.5% Sedang 160 80% Rendah 19 9.5%
4.3.4 Kategorisasi Skor Perilaku Autokratis
Berdasarkan data hasil kategorisasi perilaku autokratis, dapat dilihat bahwa atlet
dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku autokratis pelatih dalam
kategori tinggi sebanyak 7.5% atau 15 atlet, atlet dengan persepsi aktual terhadap
perilaku perilaku autokratis pelatih kategori sedang sebanyak 85% atau 170 atlet,
sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku autokratis
pelatih kategori rendah sebesar 7.5% atau 15 atlet. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku perilaku
autokratis pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 170
atlet atau 85% dari total subjek. Kategorisasi skor perilaku autokratis dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Kategorisasi Skor Perilaku Autokratis Kategorisasi N Persentase
Tinggi 15 7.5% Sedang 170 85% Rendah 15 7.5%
4.3.5 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial
Berdasarkan data hasil kategorisasi dukungan sosial, dapat dilihat bahwa atlet
dengan persepsi aktual terhadap perilaku dukungan sosial pelatih dalam kategori
tinggi sebanyak 15.5% atau 31 atlet, atlet dengan persepsi aktual terhadap
82
perilaku dukungan sosial pelatih kategori sedang sebanyak 69.5% atau 139 atlet,
sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku dukungan sosial pelatih
kategori rendah sebesar 15% atau 30 atlet. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku dukungan sosial pelatih
dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 139 atlet atau 69.5% dari
total subjek. Kategorisasi skor dukungan sosial dapat dilihat pada tabel 4.10
berikut:
Tabel 4.10
Kategorisasi Skor Dukungan Sosial
Kategorisasi N Persentase
Tinggi 31 15.5%
Sedang 139 69.5%
Rendah 30 15%
4.3.6 Kategorisasi Skor Umpan Balik Positif
Berdasarkan data hasil kategorisasi umpan balik positif, dapat dilihat bahwa atlet
dengan persepsi aktual terhadap perilaku umpan balik positif pelatih dalam
kategori tinggi sebanyak 13% atau 26 atlet, atlet dengan persepsi aktual terhadap
perilaku umpan balik positif pelatih kategori sedang sebanyak 74% atau 148 atlet,
sementara atlet dengan persepsi aktual terhadap perilaku umpan balik positif
pelatih kategori rendah sebesar 13% atau 26 atlet. Kategorisasi skor umpan balik
positif dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11
Kategorisasi Skor Umpan Balik Positif Kategorisasi N Persentase
Tinggi 26 13% Sedang 148 74% Rendah 26 13%
83
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atlet dengan persepsi aktual terhadap
perilaku umpan balik positif pelatih dalam kategori sedang merupakan yang
terbesar dengan 148 atlet atau 74% dari total subjek.
4.3.7 Kategorisasi Skor Kedekatan Emosional
Berdasarkan data hasil kategorisasi kedekatan emosional, dapat dilihat bahwa
atlet yang memiliki hubungan kedekatan emosional dengan pelatih dalam
kategori tinggi sebanyak 19.5% atau 39 atlet, atlet yang memiliki hubungan
kedekatan emosional dengan pelatih kategori sedang sebanyak 70.5% atau 141
atlet, sementara atlet yang memiliki hubungan kedekatan emosional dengan
pelatih kategori rendah sebesar 10% atau 20 atlet. Dapat disimpulkan bahwa atlet
yang memiliki hubungan kedekatan emosional dengan pelatih dalam kategori
sedang merupakan yang terbesar dengan 141 atlet atau 70.5% dari total subjek.
Kategorisasi skor kedekatan emosional dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12
Kategorisasi Skor Kedekatan Emosional
Kategorisasi N Persentase
Tinggi 39 19.5% Sedang 141 70.5% Rendah 20 10%
4.3.8 Kategori Skor Komitmen
Berdasarkan data hasil kategorisasi komitmen, dapat dilihat bahwa atlet yang
memiliki hubungan komitmen dengan pelatih dalam kategori tinggi sebanyak
15.5% atau 31 atlet, atlet yang memiliki hubungan komitmen dengan pelatih
kategori sedang sebanyak 69.5% atau 139 atlet, sementara atlet yang memiliki
hubungan komitmen dengan pelatih kategori rendah sebesar 15% atau 30 atlet.
Dapat disimpulkan bahwa atlet yang memiliki hubungan komitmen dengan
84
pelatih dalam kategori sedang merupakan yang terbesar dengan 139 atlet atau
69.5% dari total subjek. Kategorisasi skor komitmen dapat dilihat pada tabel 4.13
berikut:
Tabel 4.13
Kategorisasi Skor Komitmen
Kategorisasi N Persentase
Tinggi 31 15.5% Sedang 139 69.5% Rendah 30 15%
4.3.9 Kategori Skor Perilaku komplementer
Berdasarkan data hasil kategorisasi perilaku komplementer, dapat dilihat bahwa
atlet yang memiliki hubungan perilaku komplementer dengan pelatih dalam
kategori tinggi sebanyak 16.5% atau 33 atlet, atlet yang memiliki hubungan
perilaku komplementer dengan pelatih kategori sedang sebanyak 73.5% atau 147
atlet, sementara atlet yang memiliki hubungan perilaku komplementer dengan
pelatih kategori rendah sebesar 10% atau 20 atlet. Dapat disimpulkan bahwa atlet
yang memiliki hubungan perilaku komplementer dengan pelatih dalam kategori
sedang merupakan yang terbesar dengan 147 atlet atau 73.5% dari total subjek.
Kategorisasi skor perilaku komplementer akan dijelaskan pada tabel 4.14 sebagai
berikut:
Tabel 4.14
Kategorisasi Skor Perilaku Komplementer
Kategorisasi N Persentase
Tinggi 33 16.5%
Sedang 147 73.5% Rendah 20 10%
85
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Pengujian Hipotesis
Pada tahap ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda.
Dalam regresi ada 3 hal yang harus diperhatikan. Hal pertama adalah besaran R
square untuk mengetahui berapa persentase (%) varians DV yang dijelaskan oleh
IV. Kedua, apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap
DV. Terakhir dengan melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari
masing-masing IV.
Tabel 4.15
Model Summary R
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .732a .536 .516 6.72627
a. Predictors: (Constant), Perilaku Komplementer, Perilaku Autokratis, Perilaku Demokratis,
Umpan Balik Positif, Dukungan Sosial, Komitmen, Training & Instruction, Kedekatan
Emosional
Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Dari tabel 4.15 dapat dilihat
bahwa perolehan R square sebesar 0.536 atau 53,.6%. Artinya proporsi varians
dari ketangguhan mental yang dijelaskan oleh semua independent variable
sebesar 53.6%, sementara 46,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini.
Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa perolehan R square independent
variable I yakni, Perilaku Kepemimpinan Pelatih (CLB) sebesar 0.275 atau
27,5%. Artinya proporsi varians dari ketangguhan mental yang dijelaskan oleh IV
I yakni CLB sebesar 27,5% sementara sisanya sebesar 26,1% merupakan
pengaruh variabel IV II yaitu Hubungan Pelatih-Atlet.
86
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent
variable terhadap ketangguhan mental. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel
4.17. Jika melihat kolom ke 6 dari kiri diketahui bahwa (p<0.05), maka hipotesis
nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh
independent variable terhadap ketangguhan mental di tolak. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan dari training & instruction, perilaku demokratis,
perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif, kedekatan emosional,
komitmen dan perilaku komplementer terhadap ketangguhan mental.
Tabel 4.17
Anova Pengaruh Seluruh IV Terhadap DV
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9978.084 8 1247.260 27.568 .000a
Residual 8641.366 191 45.243
Total 18619.450 199
Peneliti melakukan uji hipotesis (minor) untuk melihat koefisien regresi
setiap independent variable. Jika nilai t >1.96 maka koefisien regresi tersebut
signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan
terhadap ketangguhan mental. Adapun koefisien regresi masing-masing IV dapat
dilihat pada tabel 4.18.
Tabel 4.16
Model Summary R Independent Variable I & Independent Variable II
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .524a .275 .256 8.34246
2 .732b .536 .516 6.72627
a. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Autokratis, Perilaku Demokratis,
Umpan Balik Positif, Dukungan Sosial.
b. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Autokratis, Perilaku Demokratis,
Umpan Balik Positif, Dukungan Sosial, Kedekatan Emosional, Komitmen, Perilaku
Komplementer.
87
Untuk melihat signifikan atau tidaknya suatu koefisien yang dihasilkan,
maka cukup dengan melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan, jika p<0.05,
maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap
ketangguhan mental dan sebaliknya. Dari hasil tabel 4.18 dapat dilihat bahwa
hanya koefisien regresi komitmen dan perilaku komplementer yang berpengaruh
atau signifikan terhadap ketangguhan mental, sedangkan variabel lain tidak
signifikan.
Tabel 4.18
Koefisien Regresia
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.292 4.436 2.546 .012
Training & Instruction .096 .099 .094 .963 .337
Perilaku Demokratis -.004 .070 -.004 -.060 .952
Perilaku Autokratis -.085 .059 -.075 -1.422 .157
Dukungan Sosial -.032 .105 -.029 -.306 .760
Umpan Balik Positif .052 .077 .047 .677 .499
Kedekatan Emosional .170 .117 .163 1.456 .147
Komitmen .255 .086 .241 2.974 .003*
Perilaku Komplementer .322 .118 .310 2.730 .007* a. Dependent Variable: Ketangguhan Mental
Berdasarkan koefisien regresi di atas dapat dijelaskan persamaan regresi sebagai
berikut: (*signifikan)
Ketangguhan mental= 11.292 + (0.094) training and instruction + (-0.004)
perilaku demokratis + (-0.075) perilaku autokratis + (-0.029) dukungan
sosial + (0.047) umpan balik positif + (0.163) kedekatan emosional + (0.241)*
komitmen + (0.310)* perilaku komplementer + e
88
Berdasarkan tabel 4.18 maka dapat diartikan dari 8 hipotesis minor terdapat
2 variabel yang signifikan. Nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing
IV akan dijelaskan di bawah ini.
1. Variabel Training & Instruction
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.096 dengan signifikansi 0.377
(p>0,05), artinya variabel training & instruction tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ketangguhan mental.
2. Variabel Perilaku Demokratis
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.004 dengan signifikansi 0.952
(p>0,05), artinya variabel perilaku demokratis tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ketangguhan mental.
3. Variabel Perilaku Autokratis
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.085 dengan signifikansi 0.059
(p>0,05), artinya variabel perilaku autokratis tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap ketangguhan mental.
4. Variabel Dukungan Sosial
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.032 dengan signifikansi 0.760
(p>0,05), artinya variabel dukungan sosial tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap ketangguhan mental.
5. Variabel Umpan Balik Positif
Diperoleh nilai koesfisien regresi sebesar 0.052 dengan signifikansi 0.499
(p>0,05), artinya variabel umpan balik positif tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap ketangguhan mental.
89
6. Variabel Kedekatan Emosional
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.170 dengan signifikansi 0.147
(p>0,05), artinya variabel kedekatan emosional tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ketangguhan mental.
7. Variabel Komitmen
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.255 dengan signifikansi 0.003
(p<0,05), variabel komitmen berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan
mental. Artinya semakin tinggi komitmen yang dimiliki seorang atlet terhadap
pelatih, maka semakin tinggi pula ketangguhan mental atlet tersebut.
8. Variabel Perilaku Komplementer
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.322 dengan signifikansi 0.007
(p<0,05), variabel perilaku komplementer berpengaruh secara signifikan terhadap
ketangguhan mental. Artinya, semakin tinggi perilaku komplementer yang
terjalin antara atlet dan pelatih, maka semakin tinggi pula ketangguhan mental
atlet tersebut.
4.5 Pengujian Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable
Pada tahap ini peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians
dari masing-masing independet variable terhadap ketangguhan mental. Pada tabel
4.19 kolom pertama merupakan IV yang dianalisis secara satu per satu. Kolom
kedua merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per
satu. Kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang
dimasukkan secara satu per satu. Kolom keempat merupakan nilai F hitung bagi
IV yang bersangkutan, kolom df merupakan derajat bebas bagi IV yang terdiri
90
dari numerator dan denumerator. Kolom F tabel merupakan kolom mengenai nilai
IV pada tabel F dengan df yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah
yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung
lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya merupakan kolom
signifikansi yang akan dituliskan signifikan atau tidak signifikan. Besarnya
proporsi varians pada ketangguhan mental dapat dilihat pada tabel 4.19.
Tabel 4.19
Proporsi Varians Untuk Masing-Masing Independent Variable
Model
R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1
2
3
4
5
6
7
8
.476a .227 .223 8.52636 .227 58.118 1 198 .000
.479b .230 .222 8.53310 .003 .687 1 197 .408
.491c .241 .229 8.49347 .011 2.843 1 196 .093
.522d .273 .258 8.33271 .032 8.636 1 195 .004
.524e .275 .256 8.34246 .002 .545 1 194 .461
.691f .477 .461 7.10332 .202 74.588 1 193 .000
.720g .518 .500 6.83840 .041 16.244 1 192 .000
.732h .536 .516 6.72627 .018 7.454 1 191 .007
a. Predictors: (Constant), Training & Instruction
b. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis
c. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis
d. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis,
Dukungan Sosial
e. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis, Dukungan Sosial, Umpan Balik Positif
f. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis,
Dukungan Sosial, Umpan Balik Positif, Kedekatan Emosional
g. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis,
Dukungan Sosial, Umpan Balik Positif, Kedekatan Emosional, Komitmen
h. Predictors: (Constant), Training & Instruction, Perilaku Demokratis, Perilaku Autokratis,
Dukungan Sosial, Umpan Balik Positif, Kedekatan Emosional, Komitmen, Perilaku
Komplementer
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.19 dapat dijelaskan bahwa:
1. Variabel training & instruction memberikan sumbangan sebesar 22.7%
dalam varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F= 58.118 dan df= 1.198.
91
2. Variabel perilaku demokratis memberikan sumbangan sebesar 0.3%
dalam varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan F= 0.687 dan df= 1.197
3. Variabel perilaku autokratis memberikan sumbangan sebesar 1.1% dalam
varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan
F= 2.843 dan df= 1.196.
4. Variabel dukungan sosial memberikan sumbangan sebesar 3.2% dalam
varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan dengan F=
8.636 dan df= 1.195.
5. Variabel umpan balik positif memberikan sumbangan sebesar 0.2% dalam
varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan
F= 0.545 dan df= 1.194
6. Variabel kedekatan emosional memberikan sumbangan sebesar 20.2%
dalam varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F= 70.588 dan df= 1.193.
7. Variabel komitmen memberikan sumbangan sebesar 4.1 % dalam varians
ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan dengan F= 16.244
dan df= 1.192.
8. Variabel perilaku komplementer memberikan sumbangan sebesar 1.8%
dalam varians ketangguhan mental. Sumbangan tersebut signifikan
dengan F= 7.454 dan df= 1.191.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari delapan IV yaitu
training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial,
92
umpan balik positif, kedekatan emosional, komitmen dan perilaku komplementer,
hanya tiga IV yang tidak signifikan sumbangannya terhadap ketangguhan mental
yaitu variabel perilaku demokratis, perilaku autokratis, dan umpan balik positif.
Sementara lima variabel sisanya memiliki sumbangan signifikan. Dengan melihat
besaran pertambahan R2 yang dihasilkan setiap penambahan IV (sumbangan
proporsi varians yang diberikan), dari delapan IV tersebut, maka dapat diukur
variabel mana memberikan sumbangan paling besar terhadap DV. Hal tersebut
dapat diketahui dengan melihat nilai R2 change. Semakin besar nilai R2 change
maka semakin besar nilai sumbangan yang diberikan terhadap DV.
Berdasarkan tabel 4.19 maka dapat disusun urutan IV yang secara
signifikan memberikan sumbangan dalam varian DV dari yang terkecil hingga
terbesar . Variabel dengan sumbangan terkecil adalah variabel perilaku
komplementer dengan R2 change sebesar 1.8%, kemudian variabel dukungan
sosial dengan R2 change sebesar 3.2%, disusul oleh variabel komitmen dengan R2
change 4.1 %, lalu variabel kedekatan emosional dengan R2 change sebesar
20.2% dan terbesar adalah variabel training & instruction dengan R2 change
sebesar 22.7%. Variabel Perilaku Kepemimpinan Pelatih memiliki kontribusi
pengaruh terhadap Ketangguhan Mental sebesar 27.5% sementara variabel
Hubungan Pelatih-Atlet memiliki kontribusi sebesar 26.1%.
93
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab lima ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi
tentang hasil penelitian serta saran praktis dan saran teoritis untuk penelitian
selanjutnya.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dan positif perilaku kepemimpinan pelatih dan
hubungan pelatih-atlet terhadap ketangguhan mental atlet sepakbola. Hal tersebut
ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh independent variable terhadap
dependent variable.
Setelah melakukan uji hipotesis dari masing-masing koefisien regresi
terhadap dependent variabel, maka hanya diperoleh dua koefisien regresi yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap ketangguhan mental, yaitu variabel
komitmen dan perilaku komplementer.
Dengan melihat proporsi varians masing-masing variabel bebas terhadap
ketangguhan mental maka terdapat lima variabel yang memiliki sumbangan yang
signifikan dan positif, yaitu variabel training and instruction, variabel dukungan
sosial, variabel kedekatan emosional, variabel komitmen dan variabel perilaku
komplementer.
5.2. Diskusi
Ketangguhan mental merupakan konstruk psikologi yang integral dengan
performance excellence seorang atlet (Gould, Hodge, Peterson, & Petlichkoff
94
dalam Gucciardi et.al., 2009a). Performance excellence yang diraih atlet dalam
berbagai tingkat khususnya kategori elit, merupakan hasil dari proses
pengembangan ketangguhan mental atlet yang panjang melibatkan berbagai
faktor, salah satu diantaranya yaitu faktor pelatih (Connaughton,Wadey, Hanton,
& Jones, 2008). Connaughton et.al. (2008) mejelaskan efektifitas kepemimpinan
seorang pelatih berpengaruh pada tahap awal pengembangan ketangguhan mental
atlet.
Penelitian yang dilakukan oleh Bull et.al. (2005) dan Thewell et.al. (2005)
menjelaskan perilaku pelatih yang muncul merupakan pendekatan secara tidak
langsung dalam proses pengembangan ketangguhan mental atlet. Pendekatan ini
dilakukan dengan menciptakan lingkungan latihan yang penuh dengan peluang
untuk berkembang bagi atlet dari sisi karakter, sikap dan pemikiran. Meski
terdapat perbedaan pendekatan, hasil penelitian ini mengkonfirmasi bahwa
perilaku kepemimpinan pelatih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ketangguhan mental atlet.
Perbedaan penelitian terletak pada pendekatan perilaku pelatih. Dalam
penelitian ini perilaku pelatih yang dikaji merupakan perilaku seorang pelatih
yang secara konsisten muncul dalam latihan atau pertandingan (Cox, 2012).
Sementara penelitian Bull et.al (2005) dan Thewell et.al (2005) merupakan
perilaku pelatih yang bersifat situasional yang disesuaikan dengan program.
Dimana berhasil atau tidaknya sebuah program pengembangan turut dipengaruhi
faktor kepemimpinan pelatih (Weinberg et.al., 2011; Amorose & Horn, 2000;
95
Burke, Stagl, Klein, Goodwin, Salas & Halpin, 2006). Selain itu, hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Crust dan Azadi (2008).
Kajian pustaka penelitian terdahulu yang dilakukan, secara umum tidak
dijelaskan secara mendalam bagaimana hubungan pelatih-atlet berpengaruh dalam
mengembangkan ketangguhan mental atlet. Secara umum, penelitian umum
berfokus pada pengembangan teoritis hubungan pelatih-atlet (Jowett &
Ntoumanis, 2002; Jowett & Wylleman, 2005; Jowett, 2009; Jowett, 2009a;
Mageau & Vallerand, 2003; Yang & Jowett, 2011). Sementara penelitian lain
mengkaji hubungan pelatih-atlet sebagai faktor penyebab dari kohesivitas sebuah
tim (Jowett & Chaundy, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Lyle dalam Jowett & Cockerill (2002)
menjelaskan bahwa hubungan pelatih-atlet dalam proses latihan memiliki
kontribusi positif terhadap keberhasilan pengembangan potensi psikologis dan
fisik atlet. Namun, tidak dijelaskan secara mendetail potensi psikologis yang
dimaksud. Dengan memaknai potensi psikologis tersebut sebagai ketangguhan
mental, maka dalam penelitian ini hubungan pelatih-atlet memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ketangguhan mental.
Berdasarkan pengujian hipotesis (minor) yang dilakukan, hanya terdapat
dua variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan
mental. Variabel tersebut adalah komitmen dan perilaku komplementer yang
merupakan dimensi variabel hubungan pelatih-atlet. Variabel lain diluar kedua
variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan
mental.
96
Hasil penelitian dari variabel hubungan pelatih-atlet, menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan pada dimensi komitmen terhadap ketangguhan
mental. Berdasarkan tabel 4.17, koefisien regresi komitmen memiliki besaran
yang bernilai positif. Artinya, semakin tinggi hubungan komitmen atlet dengan
pelatih maka semakin tinggi ketangguhan mental yang dimiliki. Dengan hubungan
komitmen, pelatih dan atlet saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang
bertujuan saling memahami diantara keduanya dengan landasan belief, values dan
tujuan yang serupa (Jowett, 2003; Jowett & Cockerill, 2003). Dengan demikian
pelatih memiliki kemampuan untuk memahami dan mengembangkan kondisi
psikologis secara efektif dan sesuai. Peneliti dapat mengatakan bahwa atlet yang
memiliki nilai komitmen yang tergolong rendah akan sulit untuk memiliki
ketangguhan mental yang tinggi karena terdapat perbedaan landasan belief, values
dan tujuan. Misalnya atlet menolak mengikuti suatu sesi latihan karena merasa hal
tersebut tidak relevan dengan nilai atau tujuan yang dimilikinya.
Hasil penelitian lain dari variabel hubungan pelatih-atlet, menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada dimensi perilaku komplementer
terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan tabel 4.16, koefisien regresi perilaku
komplementer memiliki besaran yang bernilai positif. Artinya, semakin tinggi
hubungan perilaku komplementer atlet dengan pelatih maka semakin tinggi
ketangguhan mental yang dimiliki. Semakin tinggi kebutuhan atlet terhadap
pelatih atau sebaliknya dalam sebuah kegiatan yang sama (misalnya latihan) maka
semakin tinggi ketangguhan mental atlet yang ditandai dengan prinsip “give and
take” (Jowett, 2003).
97
Berdasarkan pengujian hipotesis (minor) yang dilakukan, terdapat enam
variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketangguhan mental.
Variabel tersebut diantaranya kedekatan emosional yang merupakan dimensi
variabel hubungan pelatih-atlet. Sementara training & instruction, perilaku
demokratis, perilaku autokratis, dukungan sosial, umpan balik positif merupakan
dimensi variabel perilaku kepemimpinan atlet.
Koefisien regresi yang tidak signifikan dalam penelitian ini dikarenakan
beberapa hal yang merupakan asumsi peneliti antara lain: (1) karakteristik sampel
yang berbeda. Secara umum, penelitian ketangguhan mental yang dilakukan
menggunakan sampel atlet elit (misalnya Thewell et.al, 2005; Jones, 2002;
Gucciardi et.al, 2008). (2) Meski belum di uji secara statistik, terdapat
kecenderungan sampel untuk menjawab secara normatif sehingga data yang
diperoleh cenderung kurang representatif. (3) Dengan jumlah item didrop cukup
banyak ketika uji validitas konstruk, maka secara tidak langsung turut
mempengaruhi hasil penelitian. (4) Minimnya penelitian terdahulu yang
menghubungkan antara variabel hubungan pelatih-atlet dan variabel perilaku
kepemimpinan pelatih dengan ketangguhan mental menyebabkan penelitian ini
terbatas secara kajian literatur. (5) Adanya individual difference setiap atlet
sehingga memiliki penilaian yang berbeda terhadap hubungan pelatih-atlet dan
perilaku kepemimpinan pelatih. Variabel penelitian yang tidak signifikan antara
lain variabel training & instruction, perilaku demokratis, perilaku autokratis,
dukungan sosial, dan umpan balik positif yang merupakan dimensi dari variabel
98
perilaku kepemimpinan pelatih. Sementara kedekatan emosional merupakan
dimensi dari variabel hubungan pelatih-atlet.
Dalam penelitian ini, dimensi training & instruction tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ketangguhan mental. Berdasarkan tabel 4.16,
dimensi ini memiliki nilai koefisien regresi yang bernilai positif. Hal ini berarti
training & instruction mempengaruhi ketangguhan mental secara positif namun
tidak signifikan. Dengan demikian, semakin tinggi persepsi aktual atlet terhadap
perilaku training & instruction pelatih maka semakin tinggi pula ketangguhan
mental atlet tersebut. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian Crust dan Azadi
(2008) yang menemukan training & instruction memiliki pengaruh yang
signifikan dan positif.
Variabel perilaku demokratis, perilaku autokratis, dan dukungan sosial
memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan bernilai negatif. Hal ini sesuai
dengan penelitian penelitian Crust dan Azadi (2008) dengan hasil yang sama.
Sementara variabel umpan balik positif memiliki nilai positif meski tidak
memiliki pengaruh terhadap ketangguhan mental. Variabel kedekatan emosional
dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang tidak signifikan dengan nilai yang
positif. Keterbatasan jumlah penelitian terdahulu membuat perbandingan dengan
penelitian ini untuk dilakukan.
Berdasarkan kategorisasi hasil penelitian ini, mayoritas atlet memiliki
tingkat ketangguhan mental pada level rendah, yang artinya sebagian besar atlet
memiliki ketangguhan mental atau mental bertanding yang lemah ketika
menjalani aktivitas di klub sepakbola. Jumlah atlet yang memiliki ketangguhan
99
mental tinggi hampir mendekati jumlah mayoritas sampel. Sedangkan, sebagian
kecil dari atlet memiliki ketangguhan mental pada tingkat sangat tinggi dan sangat
rendah. Hal ini dapat berarti bahwa atlet sepakbola dengan ketangguhan mental
yang lemah berdampak pada penurunan prestasi klub sepakbola, dimana faktor
perilaku kepemimpinan pelatih yang berupa perilaku pelatih yang konsisten dan
hubungan pelatih-atlet yang terjalin belum mampu untuk meningkatkan
ketangguhan mental atlet sepakbola.
5.3. Saran
5.3.1. Saran Teoritis
1. Berdasarkan hasil analisis regresi, sumbangan efektif dari hasil penelitian
pada variabel coach leadership behavior dan hubungan pelatih-atlet terhadap
ketangguhan mental menunjukkan pengaruh secara keseluruhan sebesar
53.6% dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain. Untuk penelitian
selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian untuk menguji faktor lain
yang mempengaruhi ketangguhan mental seperti optimisme (Nicholls et al,
2009), goal profile (Kuan & Roy, 2007) atau youth experience (Jones &
Parker, 2013). Dengan mempertimbangkan variabel tersebut, diharapkan
penelitian selanjutnya akan lebih menyempurnakan hasil dalam penelitian ini.
2. Sampel dalam penelitian ini mayoritas berstatus amatir dengan jumlah 102
atlet atau 51% dari total sampel. Selain itu, sampel penelitian ini mayoritas
masih remaja. Disarankan agar penelitian selanjutnya merubah karakteristik
sampel yang digunakan, misalnya sampel yang digunakan yaitu atlet elit
Indonesia yang telah bermain pada tingkat internasional atau divisi tertinggi
100
sebuah liga dan telah memasuki usia dewasa. Penyesuaian karakteristik
sampel diharapkan akan memberikan data yang lebih representatif.
3. Berdasarkan hasil uji validitas konstruk ketangguhan mental, ditemukan
bahwa 28 dari 48 item yang digunakan dalam penelitian ini tidak valid (t <
1,96 dan factor loading <0,63). Peneliti berasumsi, hal disebabkan
penerjemahan item yang kurang baik sehingga menyebabkan kesalahan
dalam memperoleh data. Peneliti menyarankan dalam penelitian selanjutnya
untuk melakukan pilot study pada responden yang akan diteliti dan
menganalisa dengan bertanya langsung apakah kalimat yang digunakan
dalam alat ukur tersebut mudah dipahami atau tidak.
4. Hasil temuan yang menyatakan ketangguhan mental dipengaruhi oleh
perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet cukup
menjelaskan bahwa kedua IV merupakan variabel causal. Sehingga, peneliti
menyarankan agar variabel ketangguhan mental dalam penelitian selanjutnya
digunakan sebagai independent variable. Hal ini bertujuan agar dapat melihat
besaran pengaruh yang mampu diberikan ketangguhan mental sebagai IV.
Peneliti menyarankan sport performance (Newland, 2009) sebagai dependent
variable yang dipengaruhi ketangguhan mental.
5.3.2. Saran Praktis
1. Mempertimbangkan kesimpulan penelitian ini yang menunjukkan bahwa
perilaku kepemimpinan pelatih dan hubungan pelatih-atlet berpengaruh
secara signifikan (p<0.05) terhadap ketangguhan mental atlet. Seorang
pelatih disarankan untuk mengembangkan kepemimpinan sebagai pelatih dan
101
mengembangkan kemampuan interpersonal dalam membangun hubungan
dengan atlet.
2. Hasil penelitian menunjukkan variabel perilaku demokratis dan perilaku
autokratis tidak berpengaruh secara signifikan (p>0.05) terhadap
ketangguhan mental atlet. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa pelatih harus
memiliki ketegasan dalam memilih pendekatan yang akan digunakan sebagai
gaya melatih.
3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 145 atlet atau 72.5% dari total
populasi atlet memiliki ketangguhan mental pada kategorisasi sedang. Untuk
itu, peneliti menyarankan pihak klub sepakbola agar lebih memperhatikan
faktor yang dapat meningkatkan ketangguhan mental pada atlet sepakbola.
Peneliti menyarankan klub untuk memberikan program pelatihan mental
training bagi atlet sepakbola yang berlatih di klub tersebut. Melalui program
ini diharapkan para atlet sepakbola memiliki mental bertanding yang tangguh
dan memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi segala tekanan dan
tantangan yang akan dihadapi.
4. Mempertimbangkan hasil uji regresi yang menunjukkan bahwa komitmen
dan perilaku komplementer berpengaruh secara signifikan (p<0.05) terhadap
ketangguhan mental atlet. Pelatih disarankan untuk membangun sebuah
hubungan interpersonal yang berorientasi jangka panjang dengan pemain.
DAFTAR PUSTAKA
Amorose, J.A., & Horn, S.T. (2000). Intrinsic motivation: relationships with
collegiate athletes’ gender, scholarship status, and perceptions of their
coaches behavior. Journal Of Sport & Exercise Psychology, 22, 63–84.
Asamoah, Benjamin. (2013). The role of mental toughness, psychological skills
and team cohesion in soccer performance. Thesis. Department of Sport
Science, Faculty of Education at Stellenbosch University.
Barrow, C. Jeffrey, (1977). The variables of leadership: a review and conceptual
framework. The Academy Of Management Review, 2, 231–251.
Bull, S., Shambrook, C., James, W., & Brooks, J. (2005). Towards an
understanding of mental toughness in elite english cricketers. Journal Of
Applied Sport Psychology, 1, 209–227
Bridgewater, S. (2010). Football management. New York: Palgrave Macmillan.
Burke, C.S., Stagl, K.C., Klein, C., Goodwin, G.F., Salas, E. & Halpin, S.M.
(2006). What type of leadership behaviors are functional in teams? A
meta-analysis. The Leadership Quarterly, 17, 288–307.
Cardinal, J.S. (1998). Effects of coach interactions on college soccer players'
behavior and perception. Thesis. San Jose State University.
Chelladurai, P., & Saleh, S.D. (1980). Dimension of leader behavior in sports:
development of a leadership scale. Journal Of Sport Psychology, 2, 34–
45.
Chelladurai, P. (2012). Leadership in sports. dalam Tenenbaum, G., & Eklund,
C.R. (Eds), Handbook Of Sport Psychology (H. 113 – 135). New Jersey :
John Wiley & Sons, Inc.
Chelladurai, P. (2012). Models and measurement of leadership in sport. dalam
Tenenbaum, G., Eklund, C.R., Kamata, A. (Eds), Measurement In Sport
And Exercise Psychology. Human Kinetics.
Clough, P. J., & Earle, K., (2000). Mental toughness questionnaire (MT48) –
Technical Manual.
Connaughton, D., & Hanton, S. (2009). Mental toughness in sport. Dalam
Mellalieu, S.D., & Hanton, S. (Eds), advances in applied sport
psychology: a review (p. 317–346). New York: Routledge.
Connaughton, D., Wadey, R., Hanton, S., & Jones, G. (2008). The development
and maintenance of mental toughness: Perceptions of elite performers.
Journal of Sport Sciences, 26, 83–95.
Cox, H.R. (2012). Sport psychology: concepts and applications. New York:
Mcgraw-Hill.
Crust, L., & Azadi, K. (2008). Leadership preferences of mentally tough athletes.
Personality and Individual Differences, 47, 326–330
Fauzee, M.S.O., Saputra, Y.H., Samad, N., Gheimi, Z., Asmuni, M.N., & Johar,
M. (2012). Mental toughness among footballers: A case study.
International Journal of Academic Research in Business and Social
Sciences, 2, 639-658.
Fletcher, Scott. (2006). The final hour: coach-athlete interactions immediately
prior to performance in basketball. Thesis. Victoria University.
Golby, J., Sheard, M. (2003). Mental toughness and hardiness at different levels
of rugby league. Personality And Individual Differences, 37, 933–942.
Gucciardi, D., Gordon, S., Dimmock, J.A. (2008). Towards an understanding of
mental toughness in australian football. Journal Of Applied Sport
Psychology, 20, 261 – 281.
Gucciardi, D., Gordon, S, Dimmock, J A. (2009). Development and preliminary
validation of a mental toughness inventory for australian football.
Psychology Of Sport And Exercise, 10, 201 – 209.
Gucciardi, D., Gordon, S, Dimmock, J A. (2009a). Evaluation of a mental
toughness training program for youth-aged australian footballers: i. A
quantitative analysis. Journal of applied sport psychology, 21, 307–323
Gunarsa, S.D. (2004). Psikologi olahraga prestasi. Jakarta. Gunung Mulia.
Harrington, D. (2009). Confirmatory factor analysis. Oxford: Wadsworth.
Jones, G. (2002). What is this thing called mental toughness? An investigation of
elite sport performers. Journal Of Applied Sport Psychology, 14, 205-218.
Jones, G., Hanton, S. & Connaughton, D. (2007). A framework of mental
toughness in the world’s best performers. The Sport Psychologist, 2007,
21, 243-264.
Jowett, S. & Cockerill, I. (2002). dalam Cockerill, I. (2002), solution in sport
psychology. London : Thompson Learning.
Jowett, S. & Ntounamis, N. (2002). The coach – athlete relationship
questionnaire (CART–Q): development and initial validation.
Scandinavian Journal Of Medicine & Science In Sports.
Jowett, S. (2003). When the “honeymoon” is over: a case study of a coach-athlete
dyad in crisis. The Sport Psychologist, 17, 444 – 460.
Jowett, S. & Carter, D.C. (2006). Perception of empathic accuracy and assumed
similarity in the coach-athlete relationship. British Journal of Social
Psychology, 45, 617-637.
Jowett, S. & Cockerill, I. (2003). Olympic medallists’ perspective of the althlete–
coach relationship. Psychology Of Sport And Exercise, 4, 313 – 331.
Jowett, S. & Chaundy, V. (2004). An investigation into the impact of coach
leadership and coach–athlete relationship on group cohesion. Group
Dynamics: Theory, Research, and Practice, 8, 302–311.
Jowett, S., & Wylleman P. (2005). Interpersonal relationships in sport and
exercise settings: crossing the chasm. Psychology of Sport and Exercise,
7, 119–123.
Jowett, S. (2009). Validating coach-athlete relationship measures with the
nomological network. Measurement In Physical Education And Exercise
Science, 13, 34 – 51.
Jowett, Sophia (2009a). Factor structure and criterion-related validity of the
metaperspective version of the coach–athlete relationship questionnaire
(CART-Q). Group Dynamics: Theory, Research, and Practice, 13, 163–
177.
Kobasa, S.C. (1979). Stressful life events, personality, and health: an inquiry into
hardiness. Journal of Personality and Social Psychology, 37, 1-11.
Kobasa, S.C., Maddi, S.R., Kahn, S. (1982). Hardiness and health: a prospective
study. Journal of Personality and Social Psychology, 42, 168-177.
Kumar, R. (1999). Research methodology. London: Sage Publication.
Lestari, Nia. (2014). Komunikasi personal.
Maddi, S.R. (1999). The personality construct of hardiness: Effects on
experiencing, coping, and strain. Consulting Psychology Journal:
Practice and Research, 51, 83-94.
Mageau, G. A., & Vallerand, R. J. (2003). The coach–athlete relationship: a
motivational model. Journal of Sport Sciences, 21, 883-904.
Middleton, S., Marsh, H., Martin, A. Richards, G. & Perry, C. (2004).
Discovering mental toughness: a qualitative study of mental toughness in
elite athletes [R]. Paper Presented At The 3rd International Biennial Self
Research Conference, Berlin, Germany.
Middleton, S. C., Marsh, H. W., Martin, A. J., Richards, G. E., Savis, J., Perry,
C., Et Al. (2004a). The psychological performance inventory: is the
mental toughness test enough?. Paper Presented At Nzare Aare,
Auckland, New Zealand.
Newland, Aubrey. (2009). The relationship between mental toughness and
performance in collegiate basketball players. Thesis. Departement Of
Kinesiology At Western Illinois University.
Nicholls, A., Polman, R., Levy, A., & Backhouse, S. (2009). Mental toughness in
sport: achievement level, gender, age, experience, and sport type
differences. Personality And Individual Differences, 47, 73 – 75.
Nizam, A.M., Fauzee, M.S.O., Samah, B.A. (2009). The affect of higher score of
mental toughness in the early stage of the league towards winning among
malaysian football players. Research Journal Of Internatıonal Studıes,
12, 67 – 78.
Pedhazur, E.J. (1997). Multiple regression in behavioral research: explanation
and prediction. USA: Wadsworth-Thomson Learning.
Satiadarma, M. (2000). Dasar – dasar psikologi olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Thewell, R. , Weston, N., & Greenlees, I. (2005). Defining and understanding
mental toughness within soccer. Journal Of Applied Psychology, 17, 326-
332.
Thompson, Bruce. (2004). Exploratory and confirmatory factor analysis:
understanding concepts and applications. Washington DC: American
Psychological Association.
Weinberg, R., Butt, R., & Culp, B. (2011). Coaches views of mental toughness
and how it is built. International Journal Of Sport And Exercise
Pssychology, 9, 156 – 172.
Yang, S. X., & Jowett, S., (2011) Psychometric properties of the Coach-Athlete
Relationship Questionnaire (CART-Q) in seven countries. Psychology of
Sport and Exercise, 13, 36-43
Sumber Internet
Afroni, Donny (2012). Widodo C Putro: Mental Bertanding Timnas U-21 Masih
Kurang. Diakses Tanggal 7 Desember 2013 dari
Http://Www.Goal.Com/Id-Id
BBC Sport, Benitez stunned by epic comeback. Diakses Tanggal 4 November
2012 dari http://news.bbc.co.uk
Dewabrata, A. Wisnu (2012). Olahraga Tak Cuma Melatih Fisik, Tapi Juga
Mental. Diakses Tanggal 4 November 2012 dari
Http://Bola.Kompas.Com
Wenger, A. (2011). Uefa Grassroot Day Wenger’s Key Player Traits. Diunduh
Tanggal 21 Januari 2014 Dari Http://Uefa.Com
Vince Lombardi Quotes (2010). Diakses Pada 4 November 2012 dari
Http://Www.Vincelombardi.Com
Indonesian Clubs In Asian Football. Diakses Pada 7 Desember 2013 dari
Http://En.Wikipedia.Org
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
No. Reg: S…
KUESIONER
PENELITIAN
1
INFORM CONSENT
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera
Dengan hormat,
Saya Syahrida Syahrul, merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini sedang melakukan penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi. Adapun penelitian ini mengambil topik psikologi olahraga.
Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian saya dengan
menjadi responden. Saudara diharapkan memberikan informasi yang dibutuhkan dengan
mengisi kuesioner yang terlampir. Tidak ada jawaban salah atau benar. Adapun informasi
atau data yang saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian dan dijaga
kerahasiaannya. Setelah mengisi pastikan semua pernyataan telah dijawab dan tidak ada
yang terlewati.
Atas bantuan dan kerjasama saudara dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Hormat saya,
Syahrida Syahrul
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI
Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini : (WAJIB DIISI)
Nama (Inisial) :
Usia :
Profesi saat ini : Pelajar/Mahasiswa Karyawan
: (Lainnya) tuliskan ……………………
Berlatih sepakbola sejak tahun: ….
Status pemain : Pemula Amatir Semi-profesional
Profesional
Prestasi tertinggi tingkat :
Universitas Lokal Regional Nasional
Internasional
Jumlah waktu latihan :
2X Seminggu 4X Seminggu >4X Seminggu Lainnya : …
TTD Partisipan,
( )
3
Bagian I
Baca dan pahami dengan seksama setiap pernyataan yang diberikan. Saudara diminta untuk
mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri saudara, dengan cara
memberikan Checklist ( √ ) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia.
Adapun kolom pilihan jawaban yang tersedia sebagai berikut :
SS = Bila saudara Sangat Sesuai dengan pernyataan tersebut.
S = Bila saudara Sesuai dengan pernyataan tersebut.
TS = Bila saudara Tidak Sesuai dengan pernyataan tersebut.
STS = Bila saudara Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan tersebut.
Contoh :
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya senang bermain sepakbola √
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya senang dengan pelatih saat ini.
2. Saya memiliki komitmen terhadap program latihan dari
pelatih.
3. Saya merasa nyaman dengan pelatih saat ini.
4. Saya mempercayai pelatih.
5. Saya mendukung setiap usaha pelatih dalam meningkatkan
kemampuan pemain.
6. Saya bersikap ramah kepada pelatih.
7. Saya menghormati pelatih.
8. Saya menghargai pengorbanan yang dilakukan pelatih untuk
meningkatkan performance tim.
9. Saya akrab dengan pelatih.
10. Saya berfikir bahwa karir saya sebagai pemain cukup
menjanjikan dengan pelatih saat ini.
11. Saya siap melakukan yang terbaik.
4
Saya merasa …
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Pelatih memiliki komitmen terhadap pengembangan
kemampuan saya.
2. Pelatih menghormati saya.
3. Pelatih siap melakukan yang terbaik.
4. Pelatih senang karena saya berada di dalam tim.
5. Pelatih akrab dengan saya.
6. Pelatih bersikap ramah kepada saya.
7. Pelatih menghargai pengorbanan yang saya lakukan dalam
meningkatkan performance.
8. Pelatih merupakan orang yang menyenangkan.
9. Pelatih mempercayai saya.
10. Pelatih percaya bahwa karirnya sebagai pelatih cukup
menjanjikan bersama saya.
11. Pelatih mendukung setiap usaha saya untuk menjadi lebih
baik.
Bagian II
Baca dan pahami dengan seksama setiap pernyataan yang diberikan. Saudara diminta untuk
mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri saudara, dengan cara
memberikan Checklist ( √ ) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia.
No. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya percaya pada kemampuan fisik yang saya miliki.
2. Saya menyadari peranan saya dalam tim.
3. Saat bertanding, saya mudah kehilangan fokus.
4. Saya memahami peraturan pertandingan secara utuh.
5. Saya dapat bertahan dalam situasi apapun.
6. Saya mampu memahami tekanan media.
7. Disiplin merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan.
8. Pengorbanan merupakan sesuatu yang harus dilakukan untuk
mencapai kesuksesan.
5
No. PERNYATAAN SS S TS STS
9. Semakin tertekan, saya semakin tidak mampu
menampilkan kemampuan terbaik saya.
10. Saya memahami tanggung jawab saya dalam tim.
11. Saat menghadapi suatu tantangan kadang saya mudah
menyerah.
12. Saya ingin berkontribusi untuk kesuksesan tim.
13. Bagi saya, tekanan dan hambatan merupakan tantangan yang
harus dihadapi.
14. Sebagai pemain, penting bagi saya untuk berpegang teguh
pada prinsip.
15. Meski kelelahan, saya tetap berusaha menampilkan yang
terbaik dalam berlatih dan bertanding.
16. Sebagai seorang atlet, penting bagi saya untuk memiliki visi
yang jelas.
17. Menurut saya, setiap atlet penting untuk memiliki daya saing.
18. Saya mengorbankan banyak hal untuk kesuksesan pribadi dan
tim.
19. Saya tetap berusaha memberikan yang terbaik meskipun
dalam keadaan cedera.
20. Skor pertandingan yang sama kuat membuat saya
frustasi.
21. Menyerah bukan pilihan bagi saya.
22. Saya bertanggung jawab atas setiap perbuatan saya.
23. Keputusan wasit membuat saya bereaksi negatif.
24. Memahami aturan pertandingan membuat saya lebih berhati-
hati ketika bertanding.
25. Saya mampu mempertahankan konsentrasi dalam sebuah
pertandingan.
26. Bila saya mengabaikan tanggung jawab dalam pertandingan,
maka akan berpengaruh terhadap tim.
27. Saya berlatih dengan jadwal yang teratur demi kesuksesan
karir saya.
28. Penting bagi saya untuk memiliki disiplin dalam keseharian.
6
No. PERNYATAAN SS S TS STS
29. Kemampuan fisik saya membuat saya percaya diri.
30. Saya rela berkorban apapun demi mencapai kesuksesan.
31. Saya yakin dapat tetap kuat dalam situasi tertekan.
32. Berhadapan dengan fans merupakan tekanan yang harus saya
hadapi sehari-hari.
33. Saya tetap mampu menampilkan skill yang saya miliki dalam
situasi sulit.
34. Meraih gelar juara bersama tim lebih utama dari sekedar
mengejar ambisi pribadi seperti menjadi top scorer.
35. Setiap tekanan yang saya alami merupakan ujian atas
kemampuan saya.
36. Saya memiliki prinsip hidup yang positif.
37. Saya memilih pasrah ketika mengalami kegagalan.
38. Saya bangga menjadi bagian dari kesuksesan tim.
39. Saya bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik.
40. Pengorbanan saya sepadan dengan hasil yang akan saya capai.
41. Kelelahan mengganggu performa saya di atas lapangan.
42. Saya mampu menerapkan visi saya ke dalam tindakan nyata.
43. Kesulitan seperti apapun tidak membuat saya patah semangat.
44. Ketika gagal, saya mengakui kesalahan dan tidak mencari
alasan.
45. Saya menjadi pilihan utama pelatih karena kemampuan
konsentrasi saya diatas rata-rata.
46. Meskipun cedera saya tetap berusaha melanjutkan
latihan/pertandingan.
47. Dengan skill yang saya miliki, berlatih sendiri sudah cukup
untuk menjadi pemain inti.
48. Saat pertandingan berlangsung seimbang, saya berusaha
untuk tetap enjoy.
7
Bagian III
Baca dan pahami dengan seksama setiap pernyataan yang diberikan. Saudara diminta untuk
mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri saudara, dengan cara
memberikan Checklist ( √ ) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia.
Adapun kolom pilihan jawaban yang tersedia sebagai berikut :
Tidak Pernah = Bila pernyataan tersebut Tidak Pernah saudara alami.
Jarang = Bila pernyataan tersebut Jarang saudara alami.
Sering = Bila pernyataan tersebut Sering saudara alami.
Selalu = Bila pernyataan tersebut Selalu saudara alami.
Contoh :
No. PERNYATAAN
Tidak
Pernah Jarang Sering Selalu
1. Pelatih memuji performa saya ketika berlatih. √
No. PERNYATAAN Tidak
Pernah Jarang Sering Selalu
1. Pelatih mengamati setiap pemain berusaha sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Pelatih meminta pendapat pemain tentang strategi
permainan dalam kompetisi.
3. Setiap rencana latihan sebisa mungkin disusun pelatih
tanpa melibatkan pemain.
4. Pelatih turut membantu menyelesaikan masalah
pribadi pemain.
5. Dihadapan pemain lain, pelatih memuji salah seorang
pemain ketika bermain baik.
6. Pelatih menjelaskan teknik dan taktik dalam sepak
bola kepada setiap pemain.
7. Untuk hal yang penting, pelatih selalu meminta
persetujuan pemain.
8. Pelatih tidak menjelaskan tujuan dari setiap
tindakannya.
9. Pelatih membantu penyelesaian konflik antar-pemain.
8
No. PERNYATAAN Tidak
Pernah Jarang Sering Selalu
10. Pelatih memberitahu pemain ketika ia bermain baik.
11. Pelatih memberikan perhatian khusus dalam
memperbaiki kesalahan pemain.
12. Dalam mengambil keputusan, pemain diberi
kesempatan untuk memberikan pendapat.
13. Pada situasi tertentu, pelatih menolak untuk
berkompromi.
14. Pelatih memperhatikan kesejahteraan pemain.
15. Penghargaan diberikan kepada pemain yang
menampilkan permainan bagus.
16. Pelatih memastikan fungsi seorang pelatih dipahami
oleh semua pemain.
17. Pemain didorong untuk memberikan saran bagaimana
kegiatan latihan dilaksanakan.
18. Pelatih menjaga jarak dari pemain.
19. Secara pribadi, pelatih memberikan dukungan kepada
pemain.
20. Pelatih menunjukkan apresiasi ketika pemain tampil
baik.
21. Satu per satu pemain diberikan instruksi peguasaan
skill bermain bola.
22. Setiap pemain dibebaskan untuk menentukan tujuan
pribadi.
23. Perkataan pelatih mengecilkan hati pemain.
24. Pelatih menunjukkan empati kepada pemain.
25. Pelatih memberikan pujian kepada pemain ketika
layak diberikan.
26. Pelatih mencari tahu apa yang harus dilakukan dalam
berbagai situasi.
27. Meski telah melakukan kesalahan, setiap pemain tetap
dibebaskan untuk berlatih dengan caranya sendiri.
9
No. PERNYATAAN Tidak
Pernah Jarang Sering Selalu
28. Pemain didorong untuk mempercayakan berbagai hal
pada pelatih.
29. Pelatih menjelaskan apa yang harus dan tidak boleh
dilakukan oleh pemain.
30. Ketika memberikan arahan yang penting, pelatih
meminta pendapat pemain.
31. Pelatih mengharapkan pemain berlatih dengan
memperhatikan step by step.
32. Pelatih mendorong hubungan yang akrab dengan
pemain.
33. Pelatih menunjukkan kelebihan dan kekurangan
masing-masing pemain.
34. Pelatih membiarkan pemain berlatih sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
35. Setiap pemain diberikan instruksi khusus dalam
menghadapi berbagai situasi dalam pertandingan.
36. Pemain diundang ke rumah pelatih untuk
bersilaturahmi.
37. Pelatih memastikan setiap usaha pemain terkoordinasi
dengan baik.
38. Pemain bebas menentukan taktik permainan yang
akan digunakan dalam pertandingan.
39. Pelatih menjelaskan secara mendetail apa yang
diharapkan dari setiap pemain.
40. Pelatih menjelaskan kontribusi setiap pemain agar
sesuai dengan skema permainan.
TERIMA KASIH
&
sukses selalu untuk anda
Lampiran 3
Diagram CFA
GAMBAR 1
DIAGRAM CFA PERTAMA MENTAL TOUGHNESS DIMENSI THRIVE
THROUGH CHALLENGE
GAMBAR 2
DIAGRAM CFA PERTAMA MENTAL TOUGHNESS DIMENSI SPORT
AWARENESS
GAMBAR 3
DIAGRAM CFA PERTAMA MENTAL TOUGHNESS DIMENSI TOUGH
ATTITUDE
GAMBAR 4
DIAGRAM CFA PERTAMA MENTAL TOUGHNESS DIMENSI DESIRE
SUCCESS
GAMBAR 5
DIAGRAM CFA KEDUA MENTAL TOUGHNESS
GAMBAR 6
DIAGRAM CFA PERTAMA TRAINING & INSTRUCTION
GAMBAR 7
DIAGRAM CFA KEDUA TRAINING & INSTRUCTION
GAMBAR 8
DIAGRAM CFA PERTAMA DEMOCRATIC BEHAVIOR
GAMBAR 9
DIAGRAM CFA KEDUA DEMOCRATIC BEHAVIOR
GAMBAR 10
DIAGRAM CFA PERTAMA AUTOCRATIC BEHAVIOR
GAMBAR 11
DIAGRAM CFA KEDUA AUTOCRATIC BEHAVIOR
GAMBAR 12
DIAGRAM CFA PERTAMA SOCIAL SUPPORT
GAMBAR 13
DIAGRAM CFA KEDUA SOCIAL SUPPORT
GAMBAR 14
DIAGRAM CFA PERTAMA POSITIVE FEEDBACK
GAMBAR 15
DIAGRAM CFA KEDUA POSITIVE FEEDBACK
GAMBAR 16
DIAGRAM CFA PERTAMA CLOSENESS
GAMBAR 17
DIAGRAM CFA KEDUA CLOSENESS
GAMBAR 18
DIAGRAM CFA PERTAMA COMMITMENT
GAMBAR 19
DIAGRAM CFA KEDUA COMMITMENT
GAMBAR 20
DIAGRAM CFA COMPLEMENTARITY
Lampiran 4
Tabel EFA Skala Ketangguhan Mental
Faktor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Item1 .249 .314 .014 .172 .095 .066 .171 .239 .400 -.037
Item2 .319 .277 .023 .141 .051 .118 .074 .874 .098 .062
Item3 .051 -.096 .363 .237 .125 .146 .110 .023 .121 -.047
Item4 .228 .202 .044 .521 -.085 .046 .186 .036 -.005 -.054
Item5 .147 .414 -.031 .587 .176 .024 .028 .041 .239 .078
Item6 .235 .303 -.050 .583 .216 .124 -.147 .156 -.012 .115
Item7 .657 .047 -.026 .261 -.129 -.040 .134 -.064 .217 .027
Item8 .638 -.010 -.001 .144 -.068 .232 .134 .164 .119 .101
Item9 .031 -.071 -.602 .163 .144 -.002 -.151 -.034 -.038 .005
Item10 .483 .291 .035 .299 -.024 -.022 .010 .168 .090 .346
Item11 -.086 .049 .647 .003 -.022 -.044 -.014 -.025 -.081 -.023
Item12 .517 .181 .050 .130 .105 .181 .086 .121 .210 .252
Item13 .709 .225 -.196 .065 .022 .068 .063 .118 .063 -.114
Item14 .752 .119 -.100 .072 .040 .127 -.096 .103 .088 -.077
Item15 .503 .277 .032 .053 -.007 .371 .071 .207 .258 -.111
Item16 .632 .188 -.015 .111 .083 .136 -.073 .036 .141 .191
Item17 .610 .017 .147 .013 .172 .358 .049 .040 .064 -.201
Item18 .536 .233 .038 .150 .021 .575 .105 .143 -.178 .173
Item19 .253 .365 .087 .114 .099 .395 .010 .033 .122 .038
Item20 .129 -.278 -.456 .093 .010 -.029 -.069 -.031 -.061 -.146
Item21 .440 .024 -.060 .081 .063 .006 .070 .022 .391 .117
Item22 .668 .227 -.100 .132 .192 .118 .077 .000 .018 .057
Item23 -.183 .304 .599 -.005 .211 .012 -.105 .009 .172 .103
Item24 .234 .455 .097 .122 .103 .111 .298 .065 -.008 .066
Item25 .267 .574 .040 .089 .188 .088 .186 .188 .008 -.155
Item26 .327 .234 .140 .110 .227 .202 .044 .188 -.061 .136
Item27 .380 .373 .081 .107 .206 .201 .180 .113 .079 .200
Item28 .634 .168 -.085 .249 .172 .083 .148 -.020 -.048 .130
Item29 .337 .505 -.046 .086 .090 .292 .177 .141 .261 -.114
Item30 .434 .379 .012 .037 .159 .183 .228 .067 .068 .390
Item31 .259 .425 .077 .277 .382 .166 .164 .022 .112 .121
Item32 .101 .305 .264 .251 .299 .143 -.134 .196 .020 -.069
Item33 .219 .446 .089 .266 .177 .079 .187 .083 .041 -.054
Item34 .711 .075 -.034 .054 .095 .045 .252 .136 -.085 -.105
Item35 .577 .121 -.030 .246 .282 -.031 .205 .165 -.220 .018
Item36 .637 .336 -.019 -.048 .093 -.175 -.011 .101 -.127 .191
Item37 -.199 .311 .659 .138 .016 .034 -.187 .010 -.009 -.078
Item38 .511 .133 .001 .078 .060 -.037 .482 .082 .083 .009
Item39 .428 .256 .083 .102 .036 .141 .531 .036 .167 .099
Item40 .450 .251 .049 .193 .279 .098 .172 .083 .113 .003
Item41 .191 .051 .464 .069 .050 .027 .017 -.014 -.126 -.009
Item42 .407 .405 .049 .009 .392 .121 .012 .022 .061 .098
Item43 .477 .221 -.073 .139 .475 -.078 .052 .051 .141 .012
Item44 .454 .044 .048 -.026 .286 .088 .219 -.149 -.109 -.053
Item45 .074 .623 .173 .138 .065 -.066 -.041 .124 .125 .064
Item46 .131 .592 .193 .111 .013 .150 .018 -.027 -.011 .060
Item47 .038 .657 .282 .067 -.042 -.003 -.030 .052 -.057 .054
Item48 .290 .376 .079 .224 .020 -.048 .065 -.043 -.040 .153
Lampiran 5
Syntax Lisrel
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR ThriveThroughChallenge
DA NI=16 NO=200 MA=PM
LA
Item1 Item5 Item9 Item13 Item17 Item21 Item25 Item27 Item29 Item31 Item33
Item35 Item39 Item43 Item45 Item47
PM SY FI=ThriveThroughChallenge.cor
MO NX=16 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
ThriveThroughChallenge
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10
10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16
FR TD 16 15 TD 14 12 TD 5 4 TD 16 7 TD 10 4 TD 9 1 TD 5 2 TD 14 6 TD 4 3
TD 16 3 TD 7 6 TD 11 6 TD 16 6
FR TD 13 12 TD 12 4 TD 12 5 TD 3 2 TD 15 6 TD 8 1 TD 10 2 TD 5 3 TD 14
11 TD 4 2 TD 7 3 TD 13 3 TD 13 5
FR TD 15 11 TD 2 1 TD 13 1 TD 13 9 TD 9 5 TD 6 1 TD 12 6 TD 9 7 TD 16 9
TD 9 6 TD 15 5 TD 15 4 TD 15 12
FR TD 15 2 TD 16 4
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR SportAwareness
DA NI=12 NO=200 MA=PM
LA
Item2 Item6 Item10 Item14 Item18 Item22 Item26 Item32 Item34 Item36 Item40
Item44
PM SY FI=SportAwareness.cor
MO NX=12 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
SportAwareness
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10
10 TD 11 11 TD 12 12
FR TD 12 9 TD 12 1 TD 9 2 TD 6 1 TD 12 3 TD 8 7 TD 9 3 TD 8 2 TD 8 1 TD
10 5 TD 10 2 TD 11 8 TD 6 2 TD 10 3
PD
OU SS MI TV
ANALISA FAKTOR ToughAttitude
DA NI=10 NO=200 MA=PM
LA
Item3 Item7 Item11 Item15 Item19 Item23 Item28 Item37 Item41 Item46
PM SY FI=ToughAttitude.cor
MO NX=10 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
ToughAttitude
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10
10
FR TD 7 2 TD 5 4 TD 10 5 TD 10 4 TD 9 4 TD 10 7 TD 8 3 TD 4 2 TD 7 4 TD 7
5 TD 5 2 TD 9 7 TD 9 2 TD 6 5
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR DesireSuccess
DA NI=10 NO=200 MA=PM
LA
Item4 Item8 Item12 Item16 Item20 Item24 Item30 Item38 Item42 Item48
PM SY FI=DesireSuccess.cor
MO NX=10 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
DesireSuccess
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10
10
FR TD 10 6 TD 5 2 TD 7 4 TD 2 1 TD 8 4 TD 8 7 TD 6 4 TD 6 1 TD 10 1 TD 5
4
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR MT
DA NI=26 NO=200 MA=PM
LA
Item2 Item5 Item6 Item8 Item10 Item11 Item12 Item13 Item14 Item16 Item18
Item22 Item23 Item25 Item27 Item29 Item30 Item31 Item33 Item34 Item36
Item38 Item39 Item40 Item42 Item43
PM SY FI=MT.cor
MO NX=26 NK=1 TD=SY,FI LX=FR PH=ST
LK
MentalToughness
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10
10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16 FR TD 17 17 TD
18 18 TD 19 19 TD 20 20 TD 21 21 TD 22 22 TD 23 23 TD 24 24 TD 25 25 TD
26 26
FR TD 9 8 TD 3 2 TD 10 9 TD 13 6 TD 23 22 TD 26 25 TD 19 18 TD 13 8 TD
26 12 TD 20 4 TD 11 9 TD 26 11 TD 22 20 TD 12 1 TD 18 2 TD 21 16 TD 16
14 TD 15 12 TD 20 5 TD 26 20 TD 20 17 TD 23 17 TD 23 21 TD 24 17 TD 21 5
TD 21 9 TD 9 7 TD 21 17 TD 17 7 TD 10 7 TD 15 7 TD 17 16 TD 20 3 TD 26 7
TD 15 14 TD 26 22 TD 13 4 TD 12 7 TD 24 10 TD 20 16 TD 14 1 TD 13 10 TD
18 14 TD 14 2 TD 18 17 TD 19 7 TD 19 4 TD 24 19 TD 22 18 TD 24 23 TD 19
2 TD 24 22 TD 25 12 TD 19 14 TD 17 13 TD 23 12 TD 21 11 TD 21 2 TD 14 7
TD 14 5 TD 4 1 TD 16 5 TD 16 4 TD 15 9 TD 20 8 TD 12 8 TD 16 3 TD 19 3
TD 18 3 TD 15 4 TD 21 15 TD 15 6 TD 22 7 TD 26 9 TD 24 15 TD 25 5 TD 15
3 TD 9 2 TD 11 2 TD 18 13 TD 14 13 TD 22 13 TD 23 3 TD 12 2 TD 19 16 TD
20 13 TD 13 12 TD 13 11 TD 20 10 TD 10 1 TD 11 4 TD 9 4 TD 8 4 TD 22 8
TD 26 8 TD 10 5 TD 26 24 TD 25 23 TD 25 1 TD 10 4 TD 21 19 TD 3 1 TD 26
3 TD 7 3 TD 5 3 TD 21 7 TD 17 11 TD 24 3 TD 24 2 TD 5 2 TD 11 3 TD 20 2
TD 13 1 TD 5 1 TD 6 3 TD 17 8 TD 6 4 TD 11 10 TD 26 4 TD 25 4
PD
OU SS MI TV AD=OFF
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR TrainingInstruction
DA NI=13 NO=200 MA=PM
LA
Item1 Item6 Item11 Item16 Item21 Item26 Item29 Item31 Item33 Item35 Item37
Item39 Item40
PM SY FI=TrainingInstruction.cor
MO NX=13 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
TrainingInstruction
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10
10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13
FR TD 2 1 TD 3 12 TD 11 8 TD 8 13 TD 6 4 TD 2 6 TD 8 7 TD 10 1 TD 10 9
TD 9 8 TD 12 4 TD 12 5
PD
OU SS MI TV
ANALISA FAKTOR TrainingInstruction
DA NI=11 NO=200 MA=PM
LA
Item6 Item11 Item16 Item21 Item26 Item29 Item31 Item35 Item37 Item39
Item40
PM SY FI=TrainingInstruction.cor
MO NX=11 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
TrainingInstruction
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10
10 TD 11 11
FR TD 7 6 TD 10 2 TD 9 7 TD 11 7 TD 1 5 TD 11 1 TD 5 3 TD 10 3
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR DemocraticBehavior
DA NI=9 NO=200 MA=PM
LA
Item2 Item7 Item12 Item17 Item22 Item27 Item30 Item34 Item38
PM SY FI=DemocraticBehavior.cor
MO NX=9 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
DemocraticBehavior
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9
FR TD 6 5 TD 2 1 TD 6 2 TD 7 3 TD 8 3 TD 9 6 TD 7 6 TD 9 5 TD 7 2
FR TD 5 4 TD 8 2 TD 8 6
PD
OU SS MI TV
ANALISA FAKTOR AutocraticBehavior
DA NI=3 NO=200 MA=PM
LA
Item13 Item18 Item23
PM SY FI=AutocraticBehavior.cor
MO NX=3 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
AutocraticBehavior
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR AutocraticBehavior
DA NI=5 NO=200 MA=PM
LA
Item3 Item8 Item13 Item18 Item23
PM SY FI=AutocraticBehavior.cor
MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
AutocraticBehavior
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5
FR TD 3 2 TD 2 1
PD
OU SS MI TV
ANALISA FAKTOR AutocraticBehavior
DA NI=3 NO=200 MA=PM
LA
Item13 Item18 Item23
PM SY FI=AutocraticBehavior.cor
MO NX=3 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
AutocraticBehavior
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR SocialSupport
DA NI=8 NO=200 MA=PM
LA
Item4 Item9 Item14 Item19 Item24 Item28 Item32 Item36
PM SY FI=SocialSupport.cor
MO NX=8 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
SocialSupport
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8
FR TD 8 4 TD 5 8 TD 3 8 TD 4 7 TD 2 1
PD
OU SS MI TV
ANALISA FAKTOR SocialSupport
DA NI=5 NO=200 MA=PM
LA
Item14 Item19 Item24 Item28 Item32
PM SY FI=SocialSupport.cor
MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
SocialSupport
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR PositiveFeedback
DA NI=5 NO=200 MA=PM
LA
Item5 Item10 Item15 Item20 Item25
PM SY FI=PositiveFeedback.cor
MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
PositiveFeedback
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5
PD
OU SS MI TV
ANALISA FAKTOR PositiveFeedback
DA NI=4 NO=200 MA=PM
LA
Item10 Item15 Item20 Item25
PM SY FI=PositiveFeedback.cor
MO NX=4 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
PositiveFeedback
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 3 2
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR Closeness
DA NI=8 NO=200 MA=PM
LA
Item1 Item4 Item7 Item8 Item13 Item15 Item18 Item20
PM SY FI=Closeness.cor
MO NX=8 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
Closeness
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8
FR TD 4 3 TD 8 6 TD 1 2 TD 8 4 TD 8 1 TD 2 3 TD 6 7 TD 6 3 TD 6 5 TD 4 5
PD
OU SS MI TV
ANALISA FAKTOR Closeness
DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
Item1 Item4 Item7 Item8 Item18 Item20
PM SY FI=Closeness.cor
MO NX=6 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
Closeness
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 4 3 TD 2 6 TD 5 4 TD 5 2
TD 4 1
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR Commitment
DA NI=6 NO=200 MA=PM
LA
Item2 Item9 Item10 Item12 Item16 Item21
PM SY FI=Commitment.cor
MO NX=6 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
Commitment
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6
FR TD 2 5 TD 3 6
PD
OU SS MI TV
ANALISA FAKTOR Commitment
DA NI=5 NO=200 MA=PM
LA
Item2 Item10 Item12 Item16 Item21
PM SY FI=Commitment.cor
MO NX=5 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
Commitment
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 5 2
PD
OU SS MI TV
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc.
7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.
Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004
Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
ANALISA FAKTOR Complementary
DA NI=8 NO=200 MA=PM
LA
Item3 Item5 Item6 Item11 Item14 Item17 Item19 Item22
PM SY FI=Complementary.cor
MO NX=8 NK=1 TD=SY,FI LX=FR
LK
Complementary
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8
FR TD 8 1 TD 7 1 TD 6 7 TD 2 3 TD 4 1 TD 1 2 TD 6 8
PD
OU SS MI TV
Lampiran 6
Indonesian Clubs in AFC Champions League/Club Championship From Wikipedia, the free encyclopedia
Year Team Progress Score Last Opponents Notes
1967- 69 None Entered
1970 PSMS Medan Fourth Place 1-0 Homenetmen
1971 None Entered
1985-86 Krama Yudha Tiga
Berlian
Third Place 1-0 Al-Ittihad
1986-87 Krama Yudha Tiga
Berlian
2nd in Group Stage N/A Liaoning FC, South China
1987-88 Krama Yudha Tiga
Berlian
2nd in Group Stage N/A Federal Territory, Tiong Bahru CSC, Kota Rangers FC
1988-89 Niac Mitra 3rd in Group Stage N/A Royal Thai Air Force, Pahang FA, Geylang International, Bandaran
1989-90 Pelita Jaya 4th in Group Semi's N/A Liaoning FC, Al Rasheed, Shahin Ahvaz
1990-91 Pelita Jaya Third Place 2–2
(7-6p) April 25
1991-92 Pelita Jaya First Round 3-4 Geylang International
1-2 in First Match
2-2 in Second Match
1992-93 Arseto Solo 4th in Group Stage N/A Yomiuri FC, Al-Shabab, Al-Muharraq
1993-94 Arema Malang First Round 3-6 Thai Farmers Bank
2-2 in First Match
1-4 in Second Match
1994-95 Pelita Jaya Second Round 1-5 Ilhwa Chunma
1-1 in First Match
0-4 in Second Match
Indonesian Clubs in AFC Champions League/Club Championship (Cont...)
1995-96 Persib Bandung
4th in Group
Quarter’s N/A Ilhwa Chunma, Thai Farmers Bank, Verdy Kawasaki
1996-97 PSM Makassar First Round 1-4 Pohang Steelers
1-0 in First Match
0-4 in Second Match
1997-98 Persebaya Surabaya First Round 2-6 Ulsan Hyundai Horang-i
1-2 in First Match
1-4 in Second Match
1998-99 None Entered
1999-00 PSIS Semarang First Round 4-9 Suwon Samsung Bluewings
2-3 in First Match
2-6 in Second Match
2000-01 PSM Makassar
4th in Group
Quarter’s N/A Júbilo Iwata, Suwon Samsung Bluewings, Shandong Luneng
2001-02 Persija Jakarta First Round 1-4 Kashima Antlers
1-4 in First Match
Second match cancelled
2002-03 None Entered
2004 PSM Makassar 4th in Group Stage N/A Dalian Shide, Hoang Anh, Krung Thai
Persik Kediri 3rd in Group Stage N/A Seongnam Ilhwa Chunma, Yokohama F. Marinos, Binh Dinh
2005 PSM Makassar 3rd in Group Stage N/A Shandong Luneng, Yokohama F. Marinos, BEC Tero Sasana
Persebaya Surabaya 3rd in Group Stage N/A Busan I'Park, Krung Thai, Binh Dinh
2006 Disqualified
2007 Persik Kediri 3rd in Group Stage N/A Urawa Red Diamonds, Sydney FC, Shanghai Shenhua
Arema Malang 3rd in Group Stage N/A Kawasaki Frontale, Chunnam Dragons, Bangkok University
2008 None Entered
2009 PSMS Medan Qualifiers 1-2 Singapore Armed Forces
Sriwijaya 4th in Group Stage N/A Gamba Osaka, FC Seoul, Shandong Luneng
Indonesian Clubs in AFC Champions League/Club Championship (Cont...)
2010 Sriwijaya Qualifiers 0-3 Singapore Armed Forces
Persipura Jayapura 4th in Group Stage N/A Kashima Antlers, Jeonbuk Hyundai Motors, Changchun Yatai
2011 Sriwijaya Qualifiers 0-4 Al-Ain
Arema 4th in Group Stage N/A Jeonbuk Hyundai Motors, Cerezo Osaka, Shandong Luneng
2012 Persipura Jayapura Qualifiers 0-3 Adelaide United
2013 None Entered
2014 None Entered
Indonesian Clubs in AFC Cup
Year Team Progress Score Last Opponents Notes
2004 - 08 None Entered
2009 PSMS Medan Round of 16 0-4 Chonburi
2010
Persiwa Wamena 4th in Group Stage N/A South China, Muangthong United, VB Sports Club
Sriwijaya Round of 16 1-4 Thai Port
2011
Persipura Jayapura Quarterfinal 1-3 Arbil
1-2 in First Match
0-1 in Second Match
Sriwijaya Round of 16 0-3 Chonburi
2012 Arema Quarterfinal 0-4 Al-Ettifaq
0-2 in First Match
0-2 in Second Match
2013
Semen Padang Quarterfinal 1-2 East Bengal 0-1 in First Match, 1-1 in Second Match
Persibo Bojonegoro 4th in Group Stage N/A Sunray Cave JC Sun Hei, New Radiant, Yangon United
2014
Persipura Jayapura
Arema