pengaruh perbedaan musim terhadap fluktuasi produksi rumput alam di kabupaten kupang

10
Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191 187 PENGARUH PERBEDAAN MUSIM TERHADAP FLUKTUASI PRODUKSI RUMPUT ALAM DI KABUPATEN KUPANG Dominggus B. Osa, dkk Dosen Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UNDANA ABSTRAK Osa B. Dominggus dkk, 2005. Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang Bul. Nutrisi Vol. 14, No. 1, Hal. 187 198 Penelitian ini dilakukan di Desa Babau, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang selama 1 tahun yang bertujuan untuk mengetahui produksi hijauan pada musim hujan; musim kemarau dan besarnya perbedaan produksi antar kedua musim dalam satuan kg/ha. Pengumpulan data lapangan menggunakan metode survei dengan cara pengukuran langsung produksi hijauan menurut petunjuk halls dkk. (1964) yaitu dengan membuat kuadrat seluas 1 m2. Petak cuplikan pertama diambil pada jarak 10 langkah kekanan dari petak cuplikan pertama,dengan lusa yang sama. Cluster selanjutnya diambil pada jarak 125 m dari cluster sebelumnya. Banyak cluster tergantung keadaan lapangan. Setelah petak-petak cuplikan di tentukan semua hijauan dalam petak tersebut di potong sedekat mungkin dengan tanah dan termasuk bagian-bagian pohon yang dapat di jangkau ternak hingga 1,5 m. Petak cuplikan yang kebetulan jatuh pada tempat yang botak atau berbatu nilai dianggap nol. Dari catatan bobot segar di hitung jumlah hijauan yang tersedia bagi ternak dengan memasukan nilai puf dalam perhitungan. Besar puf ditentukan berdasarkan keadaan lapangan, misalnya kemiringan tanah jenis hijauan dan seturusnya. Data yang diperoleh diedit dan ditabulasi kemudian dihitung secara statistik. Perhitungan selisih produksi musim hujan dan musim kemarau di lakukan secara umum yaitu selisih antara rata-rata produksi musim kemarau dan rata-rata produksi musim hujan. Perhitungan standard deviasi dilakukan untuk mengetahui besar penyimpanan dari rata-rata produksi musiman. Hasil penelitian diketahui bahwa produksi hijauan makanan ternak (rumput) di Kabupaten Kupang, pada saat musim hujan sebanyak 7,3 kali produksi musim kemarau dimana produksi hijauan makanan ternak (rumput) pada musim kemarau sebesar 295064 ton bahan kering. Kata Kunci: Musim, Fluktuasi Produksi , Rumput Alam PENDAHULUAN Latar belakang.-- Peternakan di Nusa Tenggara Timur merupakan peternakan “range based ration”. atau ternak memenuhi kebutuhan makanannya dengan merumput pada padang rumput alam. Pola peternakan demikian lebih dikenal dengan istilah ”extensif traditional” atau pola peternakan dengan pemeliharaan dan pengawasan yang minim. Akan tetapi istilah terakhir mempunyai pengertian yang lebih luas karena istilah itu menyangkut semua segi pemeliharaan dan pengawasan. misalnya tentang perkandangan, perkembangbiakan, pengontrolan penyakit, dan pemberian makanan, sedangkan istilah “range based ration” hanya menyangkut cara penyediaan makanan. Konsekwensi cara penyediaan makanan demikian terhadap produksi peternakan tentu ada. Di sini disebutkan dua, yang berhubungan dengan penelitian ini. Pertama, produksi peternakan tergantung pada produksi hijauan padang rumput alam. Apabila produksi padang rumput alam tinggi maka ketersediaan hijauan bagi ternak juga tinggi. Demikian pula sebaliknya. Hal ini akan berpengaruh pada tinggi rendahnya produksi ternak yang dapat di capai. Kedua, produksi hijauan di pengaruhi oleh musim, maka secara

Upload: iccolate

Post on 12-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gyjgftyfgyfgtjhbn

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

187

PENGARUH PERBEDAAN MUSIM TERHADAP FLUKTUASI PRODUKSI RUMPUT

ALAM DI KABUPATEN KUPANG

Dominggus B. Osa, dkk

Dosen Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UNDANA

ABSTRAK

Osa B. Dominggus dkk, 2005. Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi

Rumput Alam Di Kabupaten Kupang Bul. Nutrisi Vol. 14, No. 1, Hal. 187 – 198

Penelitian ini dilakukan di Desa Babau, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang selama 1

tahun yang bertujuan untuk mengetahui produksi hijauan pada musim hujan; musim kemarau

dan besarnya perbedaan produksi antar kedua musim dalam satuan kg/ha.

Pengumpulan data lapangan menggunakan metode survei dengan cara pengukuran langsung

produksi hijauan menurut petunjuk halls dkk. (1964) yaitu dengan membuat kuadrat seluas 1 m2.

Petak cuplikan pertama diambil pada jarak 10 langkah kekanan dari petak cuplikan

pertama,dengan lusa yang sama. Cluster selanjutnya diambil pada jarak 125 m dari cluster

sebelumnya. Banyak cluster tergantung keadaan lapangan. Setelah petak-petak cuplikan di

tentukan semua hijauan dalam petak tersebut di potong sedekat mungkin dengan tanah dan

termasuk bagian-bagian pohon yang dapat di jangkau ternak hingga 1,5 m. Petak cuplikan yang

kebetulan jatuh pada tempat yang botak atau berbatu nilai dianggap nol. Dari catatan bobot segar

di hitung jumlah hijauan yang tersedia bagi ternak dengan memasukan nilai puf dalam

perhitungan. Besar puf ditentukan berdasarkan keadaan lapangan, misalnya kemiringan tanah jenis

hijauan dan seturusnya.

Data yang diperoleh diedit dan ditabulasi kemudian dihitung secara statistik. Perhitungan selisih

produksi musim hujan dan musim kemarau di lakukan secara umum yaitu selisih antara rata-rata

produksi musim kemarau dan rata-rata produksi musim hujan. Perhitungan standard deviasi

dilakukan untuk mengetahui besar penyimpanan dari rata-rata produksi musiman.

Hasil penelitian diketahui bahwa produksi hijauan makanan ternak (rumput) di Kabupaten

Kupang, pada saat musim hujan sebanyak 7,3 kali produksi musim kemarau dimana produksi

hijauan makanan ternak (rumput) pada musim kemarau sebesar 295064 ton bahan kering.

Kata Kunci: Musim, Fluktuasi Produksi , Rumput Alam

PENDAHULUAN

Latar belakang.-- Peternakan di Nusa

Tenggara Timur merupakan peternakan

“range based ration”. atau ternak memenuhi

kebutuhan makanannya dengan merumput

pada padang rumput alam. Pola peternakan

demikian lebih dikenal dengan istilah

”extensif traditional” atau pola peternakan

dengan pemeliharaan dan pengawasan yang

minim. Akan tetapi istilah terakhir

mempunyai pengertian yang lebih luas

karena istilah itu menyangkut semua segi

pemeliharaan dan pengawasan. misalnya

tentang perkandangan, perkembangbiakan,

pengontrolan penyakit, dan pemberian

makanan, sedangkan istilah “range based

ration” hanya menyangkut cara

penyediaan makanan. Konsekwensi cara

penyediaan makanan demikian terhadap

produksi peternakan tentu ada. Di sini

disebutkan dua, yang berhubungan

dengan penelitian ini. Pertama, produksi

peternakan tergantung pada produksi

hijauan padang rumput alam. Apabila

produksi padang rumput alam tinggi

maka ketersediaan hijauan bagi ternak

juga tinggi. Demikian pula sebaliknya.

Hal ini akan berpengaruh pada tinggi

rendahnya produksi ternak yang dapat

di capai. Kedua, produksi hijauan di

pengaruhi oleh musim, maka secara

Page 2: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

188

tidak langsung produksi ternak juga di

pengaruhi oleh musim. Lingkup pengaruh

ini banyak terjadi pada produksi per unit

ternak, tetapi banyak pula para ahli yang

berpendapat bahwa produksi ternak pada

skala populasi yang banyak di pengaruhi

oleh musim. Pada musim hujan ternak

banyak makanan dengan kualitas yang baik,

sehingga memiliki kondisi tubuh yang baik.

Sebaliknya pada musim kemarau ternak

mendapat kurang makanan dan kualitasnya

rendah sehingga kondisi ternak jelek.

Fluktuasi kondisi ternak demikian

mempunyai pengaruh terhadap daya

reproduksi ternak. ketergantumgan pada

rumput alam di daerah ini erat hubungannya

dengan faktor phisik lainnya, seperti telah

di ketahuia umumnya bahwa faktor iklim

terutama jumlah dan penyebaran curah

hujan sepanjang tahun serta faktor kondisi

tanah, terutama sifat fisik tanah sangat

kurang mengutungkan untuk

pengembangan area pertaniaan tanaman

pangan. Sehingga keadaan demikian

mendorong sebagian besar daerah ini

berkembangan secara alamia menjadi

padang rumput klimaks asli yang

membentang luas di persada nusa tenggara

timur ini luas areal padang rumput di nusa

tenggara timur adalah 2.962.541 ha atau

59.40% dari luas wilayah Nusa Tenggara

Timur seluruhnya. Dengan demikian

dapatlah di bayangakan, bahwa

sesungguhnya komoditi ternak khususnya

ternak herbivora di NTT, adalah

produksinya dari padang rumput alam di

daerah ini. hal ini berarti bahwa sumbangan

sub sektor peternakan dalam rangka

menunjang pembangunan sektor ekonomi

dan sosial yang cukup besar, sesungguhnya

merupakan sumbangan padang rumput alam

melaluai konversi ternak/ daging/ tenaga.

Tetapi beberapa tahun terakhir ini disinyalir

adanya indikasi penurunan populasi ternak

serta mutu ternak yang dihasilkan. hal ini di

dasarkan pada presentase peningkatan

populasi ternak semakin kecil (<2,5%) dan

menurunnya harga ternak asal NTT

dipasaran luar negeri. Rendahnya produksi

ternak yang dihasilkan, termasuk rendahnya

mutu ternak di daerah ini, salah satu

faktor utamanya disebabkan oleh

rendahnya produksi padang rumput

alam yang tersedia, baik dalam segi

kuantitas maupun kualitasnya.

Rendahnhya produksi padang rumput

alam di Nusa Tenggara Timur diduga

selaian di sebabkan oleh faktor

penggunaan padang rumput tersebut

oleh para pemakai jasa padang rumput

sama sekali tidak berlandaskan prinsip

prinsip “range management”

berdasarkan dugaan dugaan tersebut di

atas maka dilakukanlah penelitan ini.

Hal ini penting dilakukan, mengingat

bahwa untuk menetapkan arah

kebijaksanaan yang perlu di tempu

dalam rangka usaha perbaikan padang

rumput alam harus ada informasi data

mengenai berbagai aspek (sifat-sifat)

padang rumput yang bersangkutan serta

faktor yang berhubungan

dengannya.tujuan dan kegunaan

penelitian .

Tujuan,-- Tujuan utama penelitian

untuk mengetahui pengaruh musim

terhadap produksi padang rumput alam.

Berapa besar pengaruh musim dan

bagaimana musim berpengaruh pada

produksi padang rumput alam di

Kabupaten Kupang, merupakan dua

aspek penting dalam bahasan. Tujuan

tersebut lebih jelas terlihat pada sasaran

yang ingin dicapai yaitu untuk

mengetahui: 1) produksi hijauan pada

musim hujan: satuan kg/ha.2) produksi

hijauan pada musim kemarau: satuan

kg/ha. 3). besar perbedaan produksi

antara kedua musim(1 dan 2) dalam

satuan kg/ha

Kegunaan.-- Diharapkan merupakan

bahan informasi yang bermanfaat bagi

pemerintah dan para pengelola

peternakan yang dapat dipertanggung

jawapkan dari segi ilmiah serta bagi

peneliti sendiri dapat menambah

pengalaman dalam bidang penelitian.

Page 3: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

189

METODE PENELITIAN

Lokasi dan waktu penelitian.-- Penelitian

ini dilakukan di Desa Babau, Kecamatan

Kupang Timur, Kabupaten Kupang

Pemilihan daerah sampel ini berdasarkan

pertimbangan;

1). Kepadatan atau populasi ternak yang

dimiliki

2). Luas areal padang rumput

Penelitian berlangsung selama 6 bulan yaitu

dari bulan Mei s/d bulan Oktober 1984.

Pengumpulan data.-- Dalam pengumpulan

data digunakan metode survei pengukuran

langsung produksi hijauan dilakukan

menurut petunjuk halls dkk. (1964) yaitu

dengan membuat kuatdrat seluas 1 m2.

Petak cuplikan pertama diambil pada jarak

10 langkah kekanan dari petak cuplikan

pertama,dengan lusa yang sama. Cluster

selanjutnya diambil pada jarak 125 m dari

cluster sebelumnya. Banyak cluster

tergantung keadaan lapangan. Setelah

petak-petak cuplikan di tentukan semua

hijauan dalam petak tersebut di potong

sedekat mungkin dengan tanah dan

termasuk bagian-bagian pohon yang dapat

di jangkau ternak hingga 1,5 m. Petak

cuplikan yang kebetulan jatuh pada tempat

yang botak atau berbatu nilai dianggap nol.

Hijauan plastik lalu ditimbang. Dari catatan

bobot segar di hitung jumlah hijauan yang

tersedia bagi ternak dengan memasukan

nilai puf dalam perhitungan. Besar puf

ditentukan berdasarkan keadaan lapangan,

misalnya kemiringan tanah jenis hijauan

dan seturusnya.

Parameter yang di ukur dalam penelitian ini

adalah.

1). Produksi rumput musim hujan

2). Produksi rumput musim kemarau

3). Kepadatan tanah

Analisa data.-- Data yang diperoleh

selanjutnya di edit dan di tabulasi. Lalu di

hitung secara statistik untuk keperluan

penganalisaan. Perhitungan selisih

produksi musim hujan dan musim

kemarau di lakukan secara umum yaitu

selisih antara rata-rata produksi musim

kemarau dan rata-rata produksi musim

hujan. Perhitungan standard deviasi

dilakukan untuk mengetahui besar

penyimpanan dari rata-rata produksi

musiman.

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten

Kupang

1. Keadaan alam

a. Luas

Luas Kabupaten Kupang adalah 7338,6

km2

yang terdiri dari 17 kecamatan

dengan 275 buah desa. Dari luas

tersebut yang merupakan areal

penggembalaan/ padang rumput bagi

pengembangan peternakan adalah seluas

159,4080 km2.

Di samping areal pengembalaan.

daerah-daerah perkebunan dan

kehutanan dapat juga merupakan

sumber hijauan bagi ternak, karena

daerah perkebunaan dan kehutanan

belum seluruhnya digunakan. Keadaan

tersebut sepintas dapat menggambarkan

bahwa daerah ini dalam hal penyediaan

rumput alam bagi pengembangan usaha

peternakan dapat di katakan cukup.

b. Letak

Secara geografis wilayah daerah tingkat

II kabupaten kupang terletak diantara

110 – 9

0’12’ ls dan diantara 181

0 – 124

0

BT, dengan ketinggian rata –rata 176 m

(20-900 m) dari permukaan laut

c. Batas –batas

Kabupaten kupang mempunyai batas –

batas sebagai berikut:

-Sebelah utara dengan laut sewu

-Sebelah selatan dengan laut timor dan

samudra indonesia

-Sebelah barat dengan laut sumba

-Sebelah timur dengan daerah

kabupaten timor tengah selatan dan

daerah kabupaten ambenu provinsi

timor timur

Page 4: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

190

d. Iklim

Kabupaten Kupang termasuk salah satu

wilayah yang kurang subur di propinsi Nusa

Tenggara Timur. Musim hujan hanya

berlangsung 4 bulan dan musim kemarau

berlangsung 8 bulan dengan rata-rata curah

hujan 1069 mm/tahun (anonymous, 1981).

Bila dilihat jumlah curah hujannya, daerah

ini rata-rata curah hujannya cukup banyak,

namun singkatnya musim hujan

menyebabkan produksi tanaman makanan

ternak menjadi rendah. Keadaan ini

menggambarkan bahwa kontinuitas hijauan

makanan ternak khususnya rumput alam

tidak akan terjamin ketersediannya

sepanjang tahun.

e. Topografi

Kabupaten Kupang dengan luas seluruhnya

sebesar 4161,013 km2 merupakan dataran

luas dan berbukit-bukit berlereng-lereng

serta dataran rendah. Di daerah berbukit-

bukit dan berlereng-lereng terdiri dari tanah

yang berbatu-batu, sehingga tidak di

gunakan sebagai daerah pertanian. Pada

dataran rendah tumbung pohon gawang

(coripha gebanga) yang di selingi oleh

berbagai jenis pohon terutama kabesak.

Kabupaten Kupang termasuk daerah savana

di mana sebagian besar daerah terdiri dari

padang rumput yang diselingi dengan hutan

belukar seperti pohon kayu putih

(eucaliptus platyphila), pohon kabesak

(acasia leucopholoa) serta berjenis pohon

lainnya yang berfungsi sebagai pelindung

bagi ternak juga digunakan sebagai

makanan ternak pada musim kemarau di

mana terjadi kekurangan makanan.

f. Vegetasi

Hampir seluruh wilayah Kabupaten Kupang

ditutupi padang rumput dimana yang

mendominasi adalah andropogon Sp.

Dengan diselingi oleh pohon cemara

(casuarina junghunnuana), lamtoro

(leucaena leucosephala), lontar (borassus

flabelifer), gewang (corypha utan),cendana

(santalum album. linn), lantana (lantana

cumara), dan sebagainya. Dari berbagai

jenis tanaman ini terdapat lamtoro dan

lantana yang dapat digunakan sebagai

makanan ternak. tetapi data mengenai

areal dan produksinya belum diketahui

secara pasti. Untuk itu perlu di adakan

penelitian tersendiri mengenai luas areal

dan produksi dari tanaman lamtoro dan

lantana.

2. Keadaan Sosial

a. Jumlah Penduduk

Menurut data dalam buku “Nusa

Tenggara Timur Dalam Angka“ tahun

1982, kantor statistik provinsi nusa

tenggara timur ternyata jumlah

penduduk daerah kabupaten kupang

pada akhir tahun 1982 adalah sebesar

428,025 jiwa. Rata-rata pertumbuhan

penduduk pertahun adalah, 2,76%. Dari

data tersebut jelas makin lama

penduduk daerah kabupaten kupang

semakin bertambah, dan ini akan

memakan tempat untuk pemukiman hal

ini akan mengakibatkan areal

pengembalaan ternak semakin

berkurang dengan kata lain kapasitas

tampung menjadi rendah.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan kabupaten kupang

pada umumnya sudah mulai maju,

walaupun kebanyakan dari

penduduknya masih memiliki tingkat

pendidikan dasar. Lembaga-lembaga

pendidikan yang ada di daerah ini

adalah sebagai berikut:

-Sekolah dasar sebanyak 407 sekolah

dengan jumlah murid sebanyak 70.308

orang.

-Sekolah lanjutan tingkat pertama

sebanyak 55 sekolah dengan jumlah

murid sebanyak 15.882 orang.

-Sekolah lanjut tingkat atas sebanyak 24

sekolah dengan jumlah murid sebanyak

9.035 orang.

-Perguruan tinggi sebanyak 6 sekolah

dengan jumlah mahasiswa sebanyak

7.350 orang. (anonymous, 1984).dengan

tingkat pendidikan yang lebih maju,

diharapkan dengan tingkat pengetahuan

Page 5: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

191

mayasrakat dapat ditingkatkan khususnya

tentang hal-hal yang menyangkut bidang

peternakan seperti:

Budidaya tanaman makanan ternak akan

lebih di perhatikan

Mempertimbangkan cara pemberian

makanan ternak yang efesien.

Selain itu dengan semakin meningkatnya

tingkat pendidikan, baik formal maupun nol

formal yaitu yang berupa kursus-kursus,

latihan–latihan ataupun penyuluhan-

penyuluhan akan memudakan masuknya

inovasi baru terutama yang berhubungan

dengan pengembangan usaha peternakan.

c. Mata pencaharian

Secara umum dapat digambarkan bahwa

mayasrakat yang bertempat tinggal di daeah

ibukota kabupaten dan daerah-daeah

sekitarnya, mempunyai pekerjaan sebagai

pegawi negeri atau swasta, pedagang dan

buruh. Bagi masyarakat yang hidup di

daerah pedesaan kebanyakan mempunyai

pekerjaan sebagai petani peternak. Oleh

karena ada sebagian masyarakat yang

pekerjaannya bertani dan beternak maka

masalah budidya tanaman makanan ternak

khususnya jenis unggul adalah sangat

memungkinkan. Pembudidayaan tanaman

makanan ternak yang mana akan menjamin

kontinuitas hijauan makanan ternak akan

berhasil bila diawali dengan kegiatan-

kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang

terarah kepada petani peternak.

3. Keadaan Peternakaan

Pada tabel 1 dapat dilihat jenis dan jumlah

serta perkembangan ternak di kabupaten

kupang.

Dari tabel 1, khusus untuk ternak besar dan

ternak kecil serta babi pada umumnya

populasinya bertambah. Dengan melihat

jumlah ternak herbivora yang cukup besar

maka jelaslah bahwa kebutuhan hijauan

makanan ternak cukup besar pula.

Kebutuhan ini kemungkinan hanya dapat

terpenuhi pada musim hujan sedang pada

musim kemarau selalu kekurangan.

Tabel 1. Perkembangan populasi ternak

di daerah tingkat II kabupaten kupang

Jenis Ternak Tahun

1981 1982

Sapi 118.912 128.969

Kerbau 25.308 28.668

Kuda 24.935 27.418

Kambing 68.552 83.054

Domba 52.304 57.840

Babi 97.623 154.130

Ayam ras 33.000 57.000

Ayam kampung 350.989 457.629

Itik 3.162 742

Sumber: Binas Peternakan Nusa

Tenggara Timur

3. Pola Penggunaan Tanah

Luas dan pola penggunaan tanah

Kabupaten Kupang dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Luas dan pola penggunaan

tanah di daerah tinggkat II kabupaten

kupang.

Pola penggunaan tanah Luas (km2)

Sawah 155.3325

Ladang 216.6090

Kebun 6.6900

Kebun campuran 346.1200

Peternakan 159.4080

Perkebunan 1.736.3235

Kehutanan 1.429.9500

Pekarangan 110.5800

Jumlah 4.161.0130

Sumber: kantor pemda Kabupaten

Kupang, 1981

Dari tabel 2 tersebut diatas dapat dilihat

bahwa luas daerah yang dapat

digunakan sebagai daerah pengebangan

peternakan yaitu sekitar 159.4080 km2,

tetepi sebagian dari daerah perkebunan

Page 6: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

192

dan kehutanan ditumbuhi rumput belum

dimanfaatkan sebagai sumber hijauan bagi

pengebangan peternakan. Hal ini berarti

bahwa sumbangan hijauan dari daerah

pekerbunan dan kehutanan maka

sumbangan tersebut tidak ada artinya

dengan kata lain kontinuitsnya tidak

terjamin.

B. Gambaran umum desa sample (Babau)

Desa sample yang dipilih adalah desa babau

yang dianggap cukup representatif karena

daerah padang penggebalaannya cukup luas

dan jumlah ternaknya cukup banyak,

dengan diskripsi umum adalah sebagai

berikut:

1. Fisik wilayah

Daerah penelitian secara teritorial termasuk

dalam wilayah desa babau yang luasnya

5000 ha atau 5 km2. Desa ini termasuk

wilayah kecamatan kupang timur yang

terletak pada ketinggian rata-rata 350 m

diatas permukaan laut dengan batas-batas

yaitu: sebelah timur berbatasan dengan

kabupaten timor tengah selatan, sebelah

barat dengan kecamatan kupang tengah,

sebelah selatan dengan kecamatan amarasi

dan sebelah utara dengan kecamatan

fatuleu. Sebagian dari wilayah terdapat

padang rumput, dan lainnya digunakan

untuk perkampungan sawah, tengalan

perkebunan, pekarangan dan hutan.

Wilayah padang rumput alam, tempat

dimana ternak – ternak dipelihara secara

ekstensif tradisional luasnya 3600 ha atau

3,6 km2 wilayah ini merupakan daerah

daftar dimana hanya sebagian kecil saja

dijumpai topografi berbukit-bukit dan

bergunung – gunung dengan kemiringan

15% - 40%. Didaerah padang rumput

tersebut juga di temukan juga sumber air

berupa cek dan yang dimanfaatkan oleh

ternak sebagai sumber air minum.

a. Suhu dan curah hujan

Kecamatan Kupang Timur mempunyai

iklim tropic dengan tipe e dimana sifat

iklimnya semi arida sampai arida dengan

suhu rata-rata 20,90c – 30,5

0c angka

curah hujan di kecamatan kupang timur

dari bulan kebulan bervariasai. Rata –

rata curah hujan di kecamatan kupang

timur yang diperoleh dari dinas

pertanian kecamatan kupang timur

adalah 1425,5 mm. Hujan terjadi antara

bulan november sampai april dengan

jumlah hari hujan adalah 72,5 hari

dalam setahun.

Dari data curah hujan tersebut di atas

jumlah curah hujan di babau yang

termasuk kecamatan kupang timur ini

cukup banyak, tapi dilihat dari jumlah

hari hujan pertahun yang relatif kecil,

maka produksi hijauan makanan

ternakmenjadi rendah. Hal ini tidak

menjamin kotinutas ketersediaan

hijauan makanan ternak ,khususnya

rumput alal sepanjang tahun.

b. Vegetasi

Vegetasi yang dominan untuk kawasan

ini adalah jenis rerumputan (andropogan

sp) dan di antaranya tumbuh pohon

gewang (corypha gebanga) yang cukup

banyak.

2. Jumlah penduduk dan tingkat

pendidikan

Jumlah penduduk desa babau sampai

dengan tahun 1982 adalah 3035 jiwa.

Data ini diperoleh dari kecamatan

kupang timur. Tingkat pendidikan di

desa babau pada umumnya masih

rendah,disamping itu masih banyak

penduduk yang tidak mendapat

pendidikan atau putus sekolah. Hal ini

yang merupakanpenghambat usaha

pengembangan tewrnak dari tahun ke

tahun tetap saja, tidak ada perubahan.

3. Jumlah ternak dan sistem

pemeliharaan ternak

Jumlah ternak didesa babau ini adalah

sebagai berikut: ternak sapi 1000 ekor,

kuda 15 ekor, kambing 49 ekor, dan

tenak babi 104 ekor. Dari data tersebut

di atas terlihat ternak yang paling

banyak di pelihara adalah ternak sapi

Page 7: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

193

dan rata rata setiap kepala memelihara sapi

2 ekor. Tujuan mereka memeliharaa ternak

ini adalah sebagai tabungan sistim

pemeliharaan ternak yang di gunakan oleh

mayasrakat setempat adalah secara turun

temurun dan sapi yang mereka pelihara

digembalakan di padang rumput yang

seluas 3600 ha atau 3,6 km2.

4. Produksi rumput alam di kabupaten

kupang

Produsi rumput alampada musim hujan

bedasarkan hasil pengukuran dilapangan

rata-rata sebesar1543,72 gram/m2 atau

15437,2 kg/ha rumput.dari tabel 2 diketahui

bahwa dari luas padang rumput sebesar

159.408 ha akan manpu menghasilkan

2460813,178 ton rumput dengan kadar air

rata-rata 78% atau 541378,899 ton bahan

kering dalam waktu 4 bulan musim hujan.

Pada musim kemarau bedasarkan pada hasil

pengukuran dilapangan terlihat produksinya

menurun menjadi rata-rata 308,5 gram

permeter bujur sangkar atau 3085 kg/ha

rumput. Dari luas padang rumput sebesar

159,408 ha, maka pada musim kemarau

hanya manpu menghasilkan rumput

sebanyak 491773, 68 ton rumput dengan

kadar air rata-rata 40% atau 295064,21 ton

bahan kering. Dengan kata lain perbedaan

produksi musiman adalah sebesar 183,5%.

Perhitungan poduksi rumput alam seperti

tersebut diatas dengan asumsi bahwa

pemotongan atau perenggutan di lakukan

hanya satu kali permusim. Tetapi

kenyataannya tidak demikian. Selama

musim hujan (4 bulan) bisa dilakukan

perenggutan beberapakali tapi dalam musim

kemarau memeng benar Cuma satu kali

pemotongan, sebab rumput-rumput pada

musim kemarau setelah di potong atau

direnggut tidak sempat tumbuh lagi karena

kekeringan. Oleh sebab itu perhitungan

diatas perlu disempurnakan sesuia dengan

konsep voisin (1959). Menurut konsep

voisni (1959) terdapat periode rets periode

stay dianggap satu hari untuk setiap petak

pengebalaan. Periode rets akan di pakai

angka 30 hari, 40 hari, 50 hari dan 60 hari.

Jumlah bulan hujan tepat 4 bulan (120 hari)

dan ini di gunakan untuk musim hujan

da musim kemarau periode rets 8 bulan

(240 hari). Produksi hijauan hanya satu

kali. Dengan ketentuan seperti pada

konsep voisni (1959) tersebut maka

pada musim hujan produksi hijauan atau

produksi rumput alam dapat

disempurnakan dengan periode istirahat

30 hari, 40 hari, 50 hari, 60 hari,

berturut-turut adalah 2165515ton atau

1624136,70 ton atau 1299309,40 ton

atau 1082757,80 ton bahan kering.

Produksi hijauan pada musim kemarau

dianggap hanya satu kali oleh sebab itu

nilainya tetap 295064,21 ton bahan

kering dari hasil perhitungan di atas

diperoleh fluktuasi produksi musiman

menjadi 1870451,39 ton atau 787663,59

ton bahan kering jika dipersentasekan

fluktuasi produksi musiman tersebut

dengan dasar perhitungan produksi

musim kemarau, maka perbedaan itu

adalah 733,9% atau 550,4% atau 440%

atau 336,9%. Setelah di sempurnakan

ternyata perbedaan produksi rumput

akibat musim ini jauh jauh lebih tinggi

yang mana produksi musim hujan

diasumsikan hanya satu kali renggutan

sebesar 183,5% dari musim kemarau.

Secara keseluruhan dapat dikatakan

bahwa produksi hijauan pada musim

hujan serendah – rendahnya 1,8 kali dan

setinngi – tingginya 7,3 kali prduksi

hijauan pada musim kemarau.hasil

analisa diatas dapat dilihat pada diagram

berikut ini :

Page 8: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

194

Diagram Produksi hijuan pada musim hujan

secara relatif produksi hijauan pada musim

kemarau.

Dari diagram tersebut diatas terlihat

perbedaan produksi hijauan (rumput alam)

pada musim hujan terhadap musim kemarau

besar sekali yaitu maksimal 7,3 kali

minimal 1,8 kali.

Dengan kata lain terjadi penurunsn produksi

yang cukup drastis pada musim kemarau.

Produksi yang tinggi adalah pada musim

hujan, berarti air memegang peranan yang

penting dalam produksi rumput alam. Hal

ini juga terlihat pada keadaan vegetasi,

yaitu kepadatan vegetasi pada musim hujan

dan musim kemarau jauh berbeda, dimana

kepadatan vegetasi pada musim hujan

berkisar 70 – 80% dalam setiap meter bujur

sangkar dan tinggi tanaman pendek-pendek.

Selain pengaruh musim pengelolaan pada

rumput alam sangat penting. Diharapkan

para pemakai jasa padang rumput dapat

memperhatikan “kaidah-kaidah” dalam

pengelolaan padang rumput yang benar,

misalnya diperlukan perhatian terhadap

jenis tanaman makanan ternak yang ada.,

tingkat kesuburan tanah iklim musim,

jumlah ternak yang digembalakan dan

sistim pemeliharaan ternak.

Kesimpulan hasil penelitian membenarkan

pendapat Bounemaison (1961) yang

mengarahkan penyelesaian problematik

hijauan makanan ternak di Indonesia

dengan tekanan kearah perbaikan

managemen padang rumput alam. Hal

ini sesuai yang dikemukakan oleh

Jainuddin dan Omar (1982) bahwa

produksi ternak yang rendah didaerah

tropika mempunyai hubungan dengan

produksi hijauan musiman dan

rendahnya mutu hijauan karena tidak

cukup hujan, tanah tidak subur tanaman

cepat dewasa, bersamaan dengan

rendahnya intake hijauan dan daya

cerna serta rendahnya managerial dari

pengelola.

Tingkat pengembangan peternakan di

Kabupaten Kupang dapat terhambat

karena kemampuan suply makanan

ternak terbatas akibat pengaruh musim

kemarau yang panjang dan musim hujan

yang pendek (4–5 bulan). Produksi

ternak rendah karena pertambahan berat

badan ternak mempunyai hubungan

dengan produksi hijauan musiman. Hal

ini terutama disebabkan oleh karena air

sangat terbatas sehingga menghambat

pertumbuhan rumput. Akibatnya

penyediaan makanan ternak baik

kuantitas dan kualitas sangat rendah

sepanjang tahun. Jalan keluar yang

dapat ditempuh adalah penerapan sistim

managemen penggembalaan dengan

tekanan kearah intensifikasi panenan

pada musim hujan dan pengawetan pada

musim kemarau.

KESIMPULAN

a. Produksi hijauan makanan ternak

(rumput) di Kabupaten Kupang,

pada saat musim hujan adalah

sebanyak 7,3 kali produksi musim

kemarau.

b. Produksi hijauan makanan ternak

(rumput) pada musim kemarau di

Kabupaten Kupang adalah

sebanyak 295064 ton bahan kering

012345678

Column1

Column2

Column3

Page 9: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

195

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R., S. Susetyo, B. Soewardi, A.

Sofyan, L. and A. Parakkasi, 1974.

Seminar on research and animal

production development in Indonesia,

Bogor.

Anonym. 1980. The New Book of

Knowledge. C3. Groiler Incarparated

Dunbury, Coun. USA. Hal 345 – 347.

--------. 1984. Nusa Tenggara Timur Dalam

Angka 1982 Kantor Statistik Provinsi

Nusa Tenggara Timur.

Bonnemaison. 1961. Report to the

Governmentof Indonesia on Grassland

and Fodder Development. ETAP

Report no. 1448. FAO.

Brown, D. 1954. Methods of Surveing and

Mensuring Vegetation. Bulletin

No.43. Comn. Bureau of Pasture and

Field Crops. Hurley. Berksh., England.

Church, D.C, PhD. 1980. Digestive

Physiology and Nutrition of

Ruminants. Vol. 3. 2 nd ed. 0 dan B

Books, Inc. Oregon. USA.

Dowling, P. M., R. J. Clements and J. R.

Mc Williams. 1971. Establishment and

Survival of Posture Species From

Seeds Sown on the Soil Surface. Aust.

J. Agric. Res., 22, 61 – 74.

Gurnadi, E. 1975. Usaha Meningkatkan

Sapi Potong. Fakultas Peternakan IPB.

Paper Lokakarya Ternak Potong di

UNHAS, Ujung Pandang.

Halls, L. K., R.K. HUGHES, R, S. Rummel

and B. L. Southwell. 1964. Forage and

Cattle Management in Long Leaf Slash

Pine Forest. Farmers Bull. No. 2199.

USDA, Washington.

Harlan, J. R. 1956. Theory and Dynamies of

Grsalands Agriculture. D. Van

Nostrand Co., Inc., New York.

Humpreys, L. R., 1980. A. Guide to

Better Pasture for Tropic and Sub

Tropic. Reviced. 4th Ed. Published

By Wright. Stephenson Co. Pty.

LD.

Jainudeen, M. R & A. R. Omar., 1982.

Animal Production And Health in

the Tropies Universiti Pertanian

Malaysia, Serdang, Selangar.

Leopald, C. A & Paul E. Kriedeman,

1981. Plant Growth and

Development, Tata Hc Grawhill

Publishing Company LTD. New

Delhi.

Ludlow, M. M. 1980. Stress Physiology

of Tropical Pasture Plants .

Tropical Grasslands Vol. 14. No. 3.

November 1980.

Mcllroy, R. J. 1962. An Introduction To

Tropical Grassland Agriculture Ox

Ford Unid. Press.

------------- 1997. Pengantar Budidaya

Padang Rumput Tropika.

Terjemahan Penerbit Pradnya

Paramita. Jakarta.

Munaf, N. 1997. Perdagangan Ternak

Dalam Negeri dan Expor dari NTT.

Permasalahan dan Pengembangannya.

KANWIL DEPDAG Propinsi

NTT. Paper Lokakarya Pemasaran

Ternak Kasus NTT di Kupang.

Sastradipradja, D. 1972. Animal

Production Problems in Indonesia.

Ruminant. FAO/SEAE Panel on

Tracer Techniqques in Tropical

Animal Productio Studies. Jakarta,

Indonesia.

Schoorl, P. 1954. Relation Between

Crude-Fiber Contents of Food and

Milk Production. Hemerazoa, 61 :

64.

Page 10: Pengaruh Perbedaan Musim Terhadap Fluktuasi Produksi Rumput Alam Di Kabupaten Kupang

Nutrisi, Maret 2010. Vol. 14. No. 1 ISSN No. 1410 - 6191

196

Soewardi, B. 1975. Masalah Makanan

Ternak dan Pemecahannya di

Indonesia. Fakultas Peternakan IPB.

Paper Lokakaryaa Ternak Potong di

UNHAS, Ujung Pandang.

Susetyo. S., Kismono dan Bedjo Soewardi.

1969. Hijauan Makanan Ternak.

Direktorat Jenderal Peternakan,

Departemen Pertanian, Jakarta.

Voisin, A. 1959. Grass Productivity.

Philosiphical Library, Inc., New York.

Whyte, R. Q., T. G. R. Moir and J. P.

Cooper. 1959. Grasses in Agriculture.

FAO Agriculture Studies No. 42.

FAO, Rome.

Williamson, G. and W. J. A. Payne.

1959. An Introduction to Animal

Husbandry in the Tropics. English

Language Books Society and

Longmens, Green and Co., LTD.,

London.

Susetyo, 1978. Potensi Rumput dan

Kacang-Kacangan Untuk Produksi

Ternak Daging. Proyek Pengadaan

Bahan Penyuluhan Dan Latihan

Petugas Peternakan. Direktorat

Jenderal Peternakan. B. P. L. P. P.,

Departemen Pertanian.

LAMPIRAN 1.

RERATA PRODUKSI HIJAUAN RUMPUT (Ka = 78%) PADA MUSIM HUJAN DAN

MUSIM KEMARAU.

No. Desa

Produksi (Kg/Ha)

Musim Hujan Musim Kemarau

1. Babau 15437.2 3085.0

2. Nulle 8129.2 1956.0