pengaruh perayaan vaisakhi terhadap keberagamaan...

98
PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP KEBERAGAMAAN KAUM SIKH (Studi Kasus Gurdwara Pasar Baru Jakarta) Skripsi Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Wahid Muhammad NIM: 1113032100068 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP KEBERAGAMAAN

KAUM SIKH (Studi Kasus Gurdwara Pasar Baru Jakarta)

Skripsi

Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Wahid Muhammad

NIM: 1113032100068

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2020 M

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP KEBERAGAMAAN

KAUM SIKH (STUDI KASUS: GURDWARA PASAR BARU JAKARTA)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Wahid Muhammad

NIM: 1113032100068

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2020 M

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP

KEBERAGAMAAN KAUM SIKH (Studi Kasus Gurdwara Pasar Baru

Jakarta)”. Telah diujikan dalam sidang munaqashah Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Juli 2020.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Agama (S. Ag) Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Studi Agama-agama.

Jakarta, 29 Juli 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Syaiful Azmi, MA

NIP. 19710310 199703 1 005

Lisfa Sentosa Aisyah, MA

NIP. 1975050506 200501 2 003

Anggota,

Penguji I Penguji II

Siti Nadroh, MA

NUPN. 9920112687 Zaenal Muttaqin, MA

NUPN. 9920112756

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wahid Muhammad

Fakultas : Ushuluddin

Jurasan/Prodi : Studi Agama-agama

Judul Skripsi : Pengaruh Perayaan Vaisakhi terhdap Keberagamaan

Kaum Sikh (Studi Kasus Gurdwara Pasar Baru Jakarta)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain maka, saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Juli 2020

Wahid Muhammad

v

ABSTRAKSI

Wahid Muhammad

Pengaruh Perayaan Vaisakhi terhadap Keberagamaan Kaum Sikh.

Perayaan Vaisakhi merupakan salah satu hari besar dalam keyakinan

Agama Sikh, perayaan musim panen yang pada awalnya tidak ada sangkut

pautnya dengan agama Sikh, namun sejak tahun 1699, bertepatan dengan

perayaan tersebut, Guru Gobind Singh, mendirikan sebuah ikatan persaudaraan

abadi dalam keyakinan Sikh yang kemudian dikenal dengan nama Khalsa, karena

inisiasi ke dalam Khalsa merupakan puncak evolusi spiritual dalam agama Sikh,

hal itu membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh seputar Khalsa tersebut.

Di dalam penelitian ini penulis akan memaparkan mengenai sejarah dan makna

dari perayaan Vaisakhi terhadap keberagamaan Kaum Sikh khususnya para jemaat

di Gurdwara Pasar Baru Jakarta.

Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif dengan menggunakan

teori grounded, dimana metode yang berdasarkan fakta dan data yang ada di

lapangan. Penelitian kualitatif dengan menggunakan teori grounded bersifat

konseptual yang menghasilkan teori hasil pemikiran induktif dari data penelitian

mengenai suatu fenomena. Dengan kata lain, teori dibentuk dari data atau

informasi suatu fenomena lalu dianalisis dengan cara induktif, bukan merupakan

hasil pengembangan teori yang telah ada. Selain itu, penelitian ini juga

menggunakan pendekatan Historis dan Fenomenologis, karena dinilai paling

relevan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Perayaan Vaisakhi bukan hanya

sebatas perayaan musim panen biasa, karena perayaan ini juga sekaligus

bermakna sebagai hari lahirnya Khalsa, karena lahirnya Khalsa menandai akan

sebuah era baru bagi kaum Sikh, karena Khalsa membuat keimanan seorang

jemaat Sikh menjadi sempurna, karena Khalsa membuat agama Sikh memiliki

sebuah aturan yang khas dan membuat kaum Sikh memiliki identitas sendiri,

karena Khalsa agama Sikh memiliki sebuah visi agama baru, dan karena Khalsa

Pula yang membuat hidup para kaum Sikh menjadi lebih baik lagi.

Kata Kunci : Sikh, Vaisakhi, Kualitatif, Khalsa.

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil al-a‟lamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan nikmat Iman, Islam, dan melimpahkan rahmat serta hidayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas

akhir untuk mendapatkan gelar sarjana.

Shalawat serta salam ditujukan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad

SAW, sebagai suri tauladan yang baik serta manusia paling sempurna yang

ditunjuk oleh Allah SWT untuk memberikan jalan yang lurus kepada umatnya.

Alhamdulillah penulisan skripsi ini dapat terselesaikan denga baik,

meskipun banyak kendala dan rintangan yang dihadapi dalam proses penyelesaian

penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selama masa penyelesaian skripsi

banyak mendapat bimbingan, bantuan serta motivasi berbagai pihak baik moril

maupun materil.

Dengan demikian sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ahmad Ridho DESA., selaku dosen pembimbing penulis yang

telah memberikan arahan, saran serta perhatiannya kepada penulis dan

dengan sangat membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi

ini.

2. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Endang Sutisna dan Ibu Siti

Mulyani, atas segala kasih sayang, perhatian dan dorongannya.

3. Bapak Syaiful Azmi, MA ketua Jurusan Studi Agama-agama Fakultas

Ushuluddin dan Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA selaku sekretaris

vii

Jurusan Studi Agama-agama. Serta seluruh dosen dan staf akademik

Fakultas Ushuluddin, khususnya Jurusan Studi Agama-agama yang

telah membagikan waktu, tenaga dan ilmu pengetahuan juga

pengalaman berharga kepada penulis.

4. Bapak Ghoul Raj, selaku pengurus Gurdwara Pasar Baru Jakarta,

Bapak Ram Singh, selaku rohaniawan di Gurdwara Pasar Baru Jakarta,

dan terima kasih juga kepada Prem Singh, selaku Tokoh pemuda

agama Sikh di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Serta seluruh Keluarga

Besar Gurdwara Pasar Baru Jakarta yang telah memberikan banyak

sumber utama dalam skripsi ini serta meluangkan waktunya kepada

penulis untuk dapat berdiskusi secara langsung sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

5. Kakakku Neng Rani serta saudaraku Wulan Maulida dan Muhammad

Ariffudin Wahid.

6. Kepada semua teman-teman SAA angkatan 2013 khususnya HIMTI

(Himpunan Mahasiswa Tholol Indonesia), Imam Wahyudi, M

Najibbudin, M Abudzar, Irfan Santoso, Muhammad Firmanullah, Nur

Fitri Barliana, Qaffa Tahqiq dan Shahwin Bugi Pangestu. Sehat dan

Bahagia selalu Guys...

7. Keluarga besar PEPELING ZISKOM. Tetap semangat menebar

kebaikan

8. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses

penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa

mengurangi rasa terima kasih penulis.

viii

Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari berbagai kekurangan, baik

dalam penulisan maupun penyusunanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diperlukan demi perbaikan penulisan.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. Penulis berserah diri, mudah-

mudahan bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan

mendapat pahala yang setimpal dari-Nya. Harapan penulis semoga skripsi ini

sedikit banyak dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan,

khususnya dalam bidang Studi Agama-agama.

Jakarta, 11 Juli 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................... .......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

ABSTRAK .......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 9

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 9

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 15

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 15

D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 16

E. Metode Penelitian...................................................................................... 17

F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 23

BAB II. GURDWARA PASAR BARU JAKARTA ........................................ 25

A. Pengertian dan Fungsi Gurdwara .............................................................. 25

B. Sejarah Berdirinya Gurdwara Pasar Baru Jakarta ..................................... 34

C. Gambaran Umum Gurdwara Pasar Baru Jakarta ...................................... 36

BAB III. PERAYAAN VAISAKHI DI GURDWARA PASAR BARU

JAKARTA ........................................................................................................... 38

A. Asal-Usul Perayaan Vaisakhi ................................................................... 38

B. Waktu Pelaksanaan Perayaan Vaisakhi ................................................... 44

C. Apa itu Khalsa?.........................................................................................45

D. Sikh Amrithdari dan Sikh Sahajdari.........................................................53

BAB IV. SIGNIFIKANSI PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP

KEBERAGAMAAN KAUM SIKH .................................................................. 60

A. Definisi Keberagamaan.............................................................................60

x

B. Gambaran Umum Perayaan Vaisakhi ....................................................... 62

C. Pengaruh Khalsa terhadap keberagamaan Kaum Sikh ............................. 65

BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 70

A. Kesimpulan .............................................................................................. 70

B. Saran ......................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. ............................

LAMPIRAN.........................................................................................................

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak benua Indo-Pakistan tercatat sebagai tempat kelahiran berbagai

agama besar. Salah satu diantaranya ialah agama Sikh, yang dalam literatur Barat

disebut The Sikh Religion atau The Religion of Sikh atau Sikhism yang bisa

diterjemahkan menjadi Sikhisme. Agama-agama lainnya adalah Hinduisme,

Jainisme, Buddhisme dan sejumlah besar aliran atau sekte keagamaan yang

namanya tidak dapat disertakan satu persatu disini.

Agama Sikh sendiri berasal dari wilayah Punjab (Daerah yang dilalui oleh

lima sungai), yang menurut catatan berjumlah sekitar 16 juta jiwa atau sekitar 1%

dari penduduk India saat itu.1 Namun sejak pemisahan India pada tahun 1947,

lebih dari 2 juta orang Sikh harus meninggalkan rumah, kampung halaman,

beserta kekayaan mereka lalu menyerahkannya kepada Pemerintah Pakistan,

mayoritas orang Sikh sekarang ada di Punjab timur yang menjadi bagian dari

negara India.2 Dan berdasarkan sensus penduduk tahun 2011 jumlah pengikut

agama Sikh mencapai 20,8 juta jiwa atau 1,5% dari total penduduk India, mereka

hidup damai di negara bagian Punjab sampai hari ini.3

Agama Sikh didirikan oleh Guru Nanak Dev Ji (1469-1539). Guru Nanak

yang dilahirkan di keluarga Hindu, mendapat wahyu setelah mandi pagi di tahun

1 Romdhon dkk, “Agama Sikh” dalam Mukti Ali, Ed., Agama-Agama Di Dunia

(Yogyakarta: IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988), h.183-185. 2 Joesoef Sou‟yb, Agama-Agama Besar Di Dunia ( Jakarta: Al-Husna, 1966), h. 144.

3 Peter Smith, An introduction to the Baha'i faith (Cambridge, Cambridge University,

2005), h. 94.

2

1499. Pria yang saat itu berusia 30 tahun, lalu menyerahkan semua harta yang

dimilikinya. Kemudian ia melakukan perjalanan keliling negeri sebagai

pengkhotbah Sikhisme, untuk menyebarkan kepercayaaannya akan satu Tuhan.4

Guru Nanak mewartakan pesan tentang cinta dan persaudaraan universal,

memberikan terang kehidupan kepada umat manusia yang menderita,

menanamkan cinta dan ketaatan, menanamkan nama Tuhan agar manusia selalu

mengingatnya, dan yang terpenting adalah tidak mengakui perbedaan kasta.

Maka dengan demikian menjadinya agamanya menarik bagi anggota kasta

rendah. Dan perkataannya yang terkenal adalah “Tidak ada Hindu dan tidak ada

Islam karena semua dilahirkan sama tanpa ada perbedaan apapun, meskipun ada

perbedaan tidak perlu dan salah bila sebagai tujuan perbedaan, kebencian dan

permusuhan agama”. Inilah kemudian yang dikatakan sebagai dasar agama Sikh. 5

Guru Nanak adalah seorang yang sangat menjunjung tinggi ketauhidan. Ia

percaya kepada Tuhan Yang Esa, abadi dan tidak berbentuk, Tuhan yang

dipercayai Nanak bukanlah suatu ide abstrak, ia adalah dzat yang disayangi dan

dihormati. Nanak menolak adanya Tuhan-Tuhan lain, dan berkata bahwa Tuhan

itu Esa dan suci, sehingga harus disembah. Ia juga menolak setiap kompromi

terhadap konsepsi Keesaan Tuhan. Hal ini menyebabkan Nanak juga menolak

ajaran Trinitas dan menyatakan pembagian ketuhanan dalam tiga pribadi

bertentangan dengan kesatuan ilahi.

4 Agus Hakim, Perbandingan Agama: Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan Majusi,

Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Buddha, Sikh (Bandung: CV. Diponegoro, 1993), h. 182. 5 Hakim Choor Singh, Agama Sikh (Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara Mission, 2001), h.

22.

3

Dalam tradisi kepercayaannya, Nanak mengadakan doa dan makan

bersama untuk pria dan wanita, suatu kegiatan yang bertentangan dengan

pembatasan kasta Hindu dan kebiasaan Muslim (seperti yang sudah diketahui

bahwa agama Hindu terkenal dengan sistem kastanya, sedangkan dalam agama

Islam, keberadaan laki-laki dan perempuan selalu dipisah untuk menghindari

fitnah) ia berpegang pada prinsip bahwa semua orang setara, baik dalam arti

duniawi maupun di mata Tuhan.6

Seperti yang dipaparkan oleh Ghoul Raj, agama Sikh itu sebenarnya bisa

disebut sebagai antitesis dari keyakinan yang sudah ada pada saat itu, karena pada

saat itu di Punjab, penganut agama Islam dan agama Hindu sering bertikai dengan

mengatasnamakan agama, hal itulah yang mendorong Guru Nanak untuk

membuat sebuah ajaran baru sebagai antitesis dari kedua agama tersebut, sesuai

dengan ungkapan Sang Guru yang kemudian menjadi dasar ajaran agama Sikh

adalah “tidak ada islam maupun tidak ada hindu” karena kita semua sama

dihadapan Tuhan hanya cara penyebutan dan cara mengabdikan diri saja yang

berbeda. Apa yang dilakukan oleh Guru Nanak dengan ajaran Sikh kurang lebih

sama dengan apa yang dilakukan Martin Luther King di Eropa dengan ajaran

Protestannya.7

Lalu Setelah Guru Nanak, ada Sembilan Guru yang melanjutkan tugasnya.

Guru Nanak menanamkan suatu benih agama baru dan benih itu disirami dan

dihidupkan oleh Sembilan penggantinya dengan mengajarkan ketaatan,

pelayanan, pengorbanan diri, dan kebajikan lainnya kepada para pengikutnya.

6 Micheal Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 57-58.

7 Wawancara Pribadi dengan Ghoul Raj (Salah satu pengurus Gurdwara Pasar Baru

Jakarta), Pasar Baru, 17 Januari 2018 Pukul 11.20.

4

Ajaran itu kemudian sedikit disempurnakan oleh guru terakhir, seorang pejuang

yang gagah berani atau bagi jemaat Sikh dikenal sebagai Sosok Revolusioner

yaitu Guru Gobind Singh.8

Dia merupakan seorang prajurit, penyair, filsuf, dan juga penulis, karyanya

yang paling terkenal merupakan Dasam Granth.9 Dia meneruskan perjuangan

ayahnya yaitu Guru Tegh Bahadur10

yang pada saat itu harus gugur karena konflik

dengan kekaisaran Mughal, Guru Gobind Singh secara resmi menjadi pemimpin

orang Sikh pada umur kesembilan tahun. Ajarannya berbeda dari para Guru

pendahulunya, dia percaya bahwa tidak ada kekuatan yang dapat mengeksploitasi

agama Sikh.

Menurut Sejarah Agama Sikh, dia tercatat sebagai seorang reformer besar,

ajaran-ajarannya mampu membuka mata bagi para kaum Sikh akan pentingnya

sebuah keberanian dan pentingnya sebuah sikap berani berkorban. Beliau

menyusun suatu patokan moral yang ideal bagi kaum Sikh untuk mempraktikan

kebenaran dan saling menasehati dalam kebaikan, hidup berdasarkan hasil yang

halal, menghindari hubungan immoral dengan wanita, bertindak sesuai dengan

ajaran kitab Granth Sahib yang suci, membiasakan mengunjungi gurdwara dan

tolong menolong diantara sesama dalam kesusahan.11

8 Guru Gobind Singh merupakan Guru Kesepuluh dalam keyakinan Agama Sikh. Lihat,

Hardip Singh Syan, Sikh Militancy in the Seventeeth Century: Religious Violence in Mughal and

Early Modern India (I. B. Tauris, 2013), h. 218 9 Dasam Granth merupakan Kitab Sekunder dalam Agama Sikh. Lihat, Max Arthur

Macauliffe, Agama Sikh, Gurunya, Tulisan, dan Penulis Suci Volume I (Oxford University Press,

1909), h.131. 10

Guru Tegh Bahadur merupakan Guru Kesembilan dalam Agama Sikh. Lihat, Kartar

Singh, Kisah Hidup Nanak (New Delhi: Hamkunt Press, 1984), h.18. 11

Nyoman S Pendit, Guru Nanak dan Agama Sikh (Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara

Mission, 1988), h. 35-37.

5

Menurut Ghoul Raj, jika kita mempertimbangkan pekerjaan yang Guru

telah capai, baik dalam mereformasi agamanya dan menciptakan sebuah aturan

hukum baru untuk para pengikutnya, keberanian pribadinya dalam segala

keadaan, ketekunannya yang gigih di tengah-tengah kesulitan, yang pasti akan

membuat orang lain berkecil hati dan membuat mereka kewalahan, dengan sederet

fakta tadi maka kita tidak perlu terkejut bahwa orang-orang Sikh diseluruh dunia

akan sangat memuliakannya dan tidak diragukan lagi bahwa beliau adalah seorang

pria yang hebat.12

Otoritas para guru berakhir pada tahun 1708 ketika guru kesepuluh

meninggal dunia. Sebelum dia menghadap Tuhan, dia mendeklarasikan kitab suci

Sikh sebagai penggantinya dan bukan manusia, Sebuah Kitab suci yang disusun

selama hampir 150 tahun, yaitu Guru Granth Sahib, kitab tersebut sebagai sumber

atau pedoman dalam doa, menduduki tempat yang sentral dalam Sikhisme atau

dianggap oleh kaum Sikh sebagai perwujudan yang hidup dari ke-Sepuluh Guru.

Maka dengan demikian Guru Granth Sahib akan menjadi pemandu kaum Sikh

selamanya atau sekarang lebih dikenal sebagai Guru abadi kaum Sikh.13

Setelah mengalami masa kekacauan dan peperangan yang panjang selama

kurang lebih dua abad lamanya, kaum Sikh mulai menjalani hidup baru, teratur,

dan damai. Hingga dewasa ini, meski jumlah orang Sikh hanya sebagian kecil saja

dari penduduk India, namun mereka tetap mampu memberikan kontribusi besar

dalam kemajuan, stabilitas, dan pertahanan negara India sampai hari ini.14

12

Wawancara Pribadi dengan Ghoul Raj, (Salah satu pengurus Gurdwara Pasar Baru

Jakarta), Pasar Baru, 19 Desember 2017 Pukul 11.30. 13

Romdhon , Agama-Agama Besar di Dunia, h. 196. 14

Eleanor Nesbitt, A Guide to Sikhism (Oxford University Press, 2005), h. 8-11.

6

Menurut Prem Singh, Di Indonesia sendiri Agama Sikh masuk pada abad

ke-19 berbarengan dengan era kolonial di Indonesia, sampai hari ini pun populasi

jemaat Sikh di Indonesia sekitar 50.000 jemaat tersebar di beberapa daerah seperti

Medan, Jakarta, Tangerang, dan beberapa wilayah lainnya.15

Sama Seperti agama-agama besar lainnya agama Sikh juga memiliki

beberapa hari besar yang dirayakan setiap tahunnya seperti Vaisakhi, Diwali, dan

Hola Mohala.16

Tetapi yang menarik adalah setiap perayaan keagamaan kaum

Sikh ternyata tidak hanya diperuntukan bagi kaum Sikh sendiri, karena sesuai

dengan tujuan dari agama Sikh sendiri yang merupakan sebuah agama yang

universal, agama yang bisa di miliki oleh semua manusia yang ada dimuka bumi

ini tanpa terkecuali. Maka bukan hal yang aneh jika setiap perayaan keagamaan

yang dirayakan kaum Sikh sifatnya selalu terbuka terhadap semua orang

meskipun dia bukan penganut agama Sikh.

Namun, di antara ketiga hari besar umat Sikh, hanya hari Vaisakhi saja

yang dianggap paling spesial, karena Dalam hari Vaisakhi terdapat perayaan

Vaisakhi yang di dalamnya terdapat sebuah upacara inisiasi ke dalam sebuah

tatanan baru yang menandakan sebuah era baru bagi Kaum Sikh di seluruh dunia,

beda halnya dengan Diwali sebuah festival cahaya yang dirayakan juga oleh umat

Hindu, perayaan Diwali bagi Kaum Sikh bermakna sebagai hari dibebaskannya

Guru Hargobind dari hukuman penjara oleh Kekaisaran Mughal pada saat itu,

begitu pula dengan Hola Mohala yang merupakan sebuah perayaan yang diisi

dengan kegiatan parade militer kaum Sikh, pagelaran seni bela diri khas umat

15

Wawancara Pribadi dengan Prem Singh, Jakarta, 21 April 2018 Pukul 13.21. 16

Siti Nadroh, Agama-agama Minor (Ciputat: Uin JakartaPress: 2013), h. 186.

7

Sikh atau biasa disebut dengan Gatka, yang biasanya dirayakan secara meriah

hanya di Punjab saja. Hola Mohala biasanya dirayakan pada pertengahan bulan

Maret atau bertepatan pada hari pertama bulan Chet, yang merupakan awal tahun

baru Sikh menurut kalender tradisional agama Sikh. Oleh karenanya di setiap

tahun, hari Vaisakhi merupakan hari yang dinantikan oleh para umat Sikh di

seluruh penjuru dunia, dan karena itu pula yang membuat penulis tertarik untuk

mengangkat tema mengenai perayaan Vaisakhi.

Vaisakhi merupakan salah satu perayaan yang utama dalam kalendar Sikh,

yang pada awalnya perayaan Vaisakhi merupakan sebuah perayaan musim panen

di wilayah Punjab sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas melimpahnya

hasil panen pada waktu itu, akan tetapi perayaan musim panen itu kemudian

dimodifikasi oleh Guru Gobind Singh, karena tepat pada tanggal 14 April 1699,

Sang Guru menciptakan sebuah tatanan baru yang menandakan sebuah era baru

bagi agama Sikh, tatanan baru itu kemudian dikenal dengan istilah Khalsa.17

Di dalam perayaan Vaisakhi biasanya diisi oleh beragam acara seperti,

Upacara inisiasi ke dalam Khalsa, melantukan Kirtan, pembacaan kitab suci Guru

Granth Sahib, mendengarkan Khotbah dan pagelaran tarian tradisional khas Kaum

Sikh. Dari situ jugalah bermulanya sejarah penggunaan aturan 5K dan nama Singh

(yang berarti Singa) bagi para jemaat Sikh lelaki dan Kaur (Yang berarti Putri)

bagi para wanita jemaat Sikh, yang menandakan bahwa mereka merupakan bagian

Khalsa.18

17

Merupakan persaudaraan abadi didalam Agama Sikh. Lihat Gurdev Singh, Respective

On Sikh Tradition (New Delhi: Patiala, 1996),h. 43. 18

Kristina Myrvold, Inside The Guru’s Gate (Lund: Lund University, 2008), h.56.

8

Vaisakhi dirayakan secara meriah setiap tahunnya, Gurdwara di dekorasi

dengan indah. Selain itu, di samping sebagai perayaan keagamaan ternyata

perayaan Vaisakhi telah memperkenalkan kegiatan baru seperti camp kesehatan

(donor darah dan pengobatan gratis) dan bakti sosial dengan warga disekitar

lingkungan Gurdwara, hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap

sesama manusia dan sebagai salah satu ungkapan rasa syukur atas lahirnya

Khalsa.19

Menurut Raam Singh, sebagai salah satu perayaan keagamaan dalam

agama Sikh, perayaan Vaisakhi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang tinggi,

karena sesuai dengan tujuan dari agama Sikh, perayaan Vaisakhi saat ini telah

bertransformasi menjadi sebuah perayaan menyenangkan yang dapat dinikmati

oleh semua kalangan, tidak peduli dia pemeluk agama sikh atau pun bukan. Tidak

lupa juga bahwa perayaan Vaisakhi juga dapat memperkaya khazanah budaya

yang ada di ibu kota Jakarta khususnya di bidang pariwisata, karena dapat

mengundang wisatawan dari berbagai daerah, dan belajar mengenai keragaman

karena seperti yang diketahui bahwa kota Jakarta merupakan kota yang

multikultural yang terdiri dari berbagai macam etnis dan kepercayaan. Harapan

saya kedepannya mengenai perayaan Vaisakhi ini adalah bahwa perayaan ini tidak

hanya sebatas perayaan keagamaan saja tetapi sebagai alat perekat persaudaraan

19

Tan Sri Dato seri darshan singh gill, Sikh community in Malaysia (Malaysia:

Geraksikh, 2009), h. 141.

9

diantara sesama warga Jakarta dan akan memberikan kesan positif dalam konteks

keragaman yang ada di Indonesia.20

Perayaan Vaisakhi yang pada awalnya hanya hanya sebatas perayaan

musim panen di Punjab, namun sekarang telah bertransformasi menjadi salah satu

hari besar bagi kaum Sikh, membuat penulis tertarik untuk mengetahui lebih

banyak mengenai sejarah dan makna dari perayaan Vaisakhi. Oleh karena itu,

penulis mencoba untuk membahas pelaksanaan perayaan Vaisakhi di Gurdwara

Pasar Baru Jakarta, dengan Judul “PENGARUH PERAYAAN VAISAKHI

TERHADAP KEBERAGAMAAN KAUM SIKH (Studi Kasus Gurdwara

Pasar Baru Jakarta)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam

bentuk pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh dari perayaan Vaisakhi di Gurdwara Pasar Baru

Jakarta terhadap keberagamaan kaum Sikh?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan dari pada penulisan

ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari perayaan Vaisakhi Gurdwara

Pasar Baru Jakarta kebaragamaan kaum Sikh?

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari tiga aspek sebagai berikut:

20

Wawancara pribadi dengan Bapak Raam Singh (Salah Tokoh Agama Sikh di Gurdwara

Pasar Baru Jakarta) pada tanggal 22 Desember 2017 Pukul 12.45.

10

1. Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran mengenai apa itu

dan apa makna dari perayaan Vaisakhi yang dirayakan di Gurdwara Pasar

Baru Jakarta.

2. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan kerukunan dan

keharmonisan, dan rasa kepedulian antar sesama, melalui perayaan

keagamaan.

3. Akademik

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir

perkuliahan untuk meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) dalam Jurusan Studi

Agama-Agama Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayattullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Tujuan adanya tinjauan pustaka, yaitu untuk membuktikan originalitas

penelitian dan menguraikan penelitian sebelumnya yang memiliki objek penelitian

dan kajian yang relevan dengan penelitian ini. Dari hasil penelusuran penulis,

penulis menemukan beberapa karya ilmiah dalam bentuk Skripsi yang

mengangkat objek kajian agama Sikh. Yang pertama, skripsi dengan judul

“Ajaran Ketuhanan dalam Agama Sikh”. Skripsi ini ditulis oleh Thari Mayaratu

dari UIN Syarif Hidayatullah tahun 2011. Dalam penelitian tersebut dibahas

tentang konsep kedudukan Tuhan di dalam Agama Sikh dengan menggunakan

pendekatan teologis. Perbedaan dengan judul skripsi yang penulis terletak pada

11

judul dan studi kasusnya yang berbeda, sedangkan persamaannya adalah sama-

sama mengangkat tema Agama Sikh.

Yang kedua, Skripsi dengan judul “Perkembangan agama Sikh di Kota

Medan”. Skripsi ini ditulis oleh Yasir Maulana Rambe, seorang mahasiswa dari

Universitas Sumatera Utara tahun 2011. Dalam skripsi tersebut dibahas tentang

perkembangan kaum Sikh dari sejak sebelum kemerdekaan sampai hari ini dengan

menggunakan pendekatan historis-sosiologis. Perbedaannya dengan judul yang

penulis angkat hanya terletak pada judul dan pokok permasalahan yang diangkat,

sedangkan persamaannya adalah sama-sama mengangkat tema Agama Sikh.

Yang ketiga, Skripsi dengan judul “Kirtan Pada Ibadah Mingguan

Masyarakat Sikh Di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan: Kajian Struktur

Tekstual Dan Melodi”. Skripsi ini ditulis oleh Nehemia Herwinka Silaban,

seorang mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara tahun 2012. Dalam skripsi ini

dibahas mengenai kegiatan kirtan pada setiap ibadah yang dilakukan oleh kaum

Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan, dengan menggunakan

pendekatan historis, teologis dan fenomenologis. Perbedaan dengan judul yang

diangkat penulis terletak pada judul dan pokok permasalahannya saja, sedangkan

persamaannya dengan Skripsi tersebut adalah sama-sama membahas agama Sikh

secara garis besar, akan tetapi disini penulis lebih menonjolkan tentang bagaimana

pelaksanaan dan makna dari perayaan Vaisakhi sebagaimana judul yang penulis

angkat. Selain itu, metode pendekatan yang digunakan juga sama yaitu

menggunakan metode historis dan fenomenologis.

12

E. Metode Penelitian (Jenis Penelitian, Sumber Data, Pendekatan Penelitian,

dan Analisa Data).

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian kepustakaan dan

penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.21

Untuk memperoleh data dalam

membangun dan memperkaya tulisan ilmiah ini, penulis menggunakan studi

kepustakaan (library research), yaitu suatu penelitian untuk memperoleh data,

baik untuk data primer dan data sekunder, yang bersumber dari buku, majalah,

artikel, jurnal, dan lain-lain, berdasarkan hasil bacaan, catatan, dan bahan-bahan

lainnya yang diolah untuk dikumpulkan.22

Kemudian penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang

dilakukan secara langsung di medan terjadinya gejala atau fenomena melalui

pengamatan/observasi maupun wawancara mendalam.23

Penelitian ini

menggunakan informasi yang diperoleh dari para responden melalui wawancara,

abstraksi, atau lainnya. Penelitian ini dilakukan di Gurdwara Pasar Baru Jakarta

karena gurdwara ini merupakan tempat dilaksanakannya perayaan Vaisakhi dan

penulis melakukan pengamatan lapangan serta wawancara, apa saja yang

21

Lexy J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007),h. 4. 22

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

cetakan pertama, 2004), h. 3. 23

Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi (Jakarta: PT. Indeks, cetakan

kedua, 2012), h. 43.

13

dilakukan oleh jemaat Sikh maupun yang bukan jemaat Sikh dalam merayakan

Vaisakhi.

2. Sumber

Ada dua bentuk sumber data dalam penelitian ini yang akan penulis

jadikan sebagai pusat informasi bagi data yang dibutuhkan dalam hal penelitian.

Sumber data tersebut terbagi atas dua kelompok, yaitu sumber data primer dan

sumber data sekunder.

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah buku, artikel, jurnal, ceramah, arsip,

dokumen, majalah, dan surat kabar yang terkait langsung dengan topik

penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti memperoleh data yang diperlukan

dengan melakukan wawancara terhadap mereka yang bersangkutan, di

antaranya; Ghoul Raj (Merupakan salah satu pengurus Gurdwara Pasar

Baru Jakarta), Ranjit Singh (salah satu jemaat di Gurdwara Pasar Baru

Jakarta), Raam Singh (salah satu pemuka pemuka agama Sikh Gurdwara

Jakarta), Balwant Singh (salah satu Giani Gurdwara Pasar Baru Jakarta),

dan Prem Singh (ketua organisasi pemuda-pemudi di Gurdwara Jakarta).

Selain itu didukung oleh buku/dokumen yang ditulis langsung oleh

kalangan kaum Sikh, di antaranya sebagai berikut: Pertama, Nyoman S.

Pendit, Guru Nanak dan Agama Sikh (Jakarta: Yayasan Gurdwara

Mission, 1988) Kedua, Hakim Choor Singh, Agama Sikh, (Jakarta: Yayasan

Sikh Gurdwara Mission: 2001) Ketiga, Khustwant Singh, A History Of The

Sikh (Oxford University Press, 2004) Keempat, Gobind Singh Mansukhani,

14

Aspect of Sihkism (Punjabi Writers Cooperative Society, 1982) Kelima,

Trilochan Singh, The Sacred Writing Of The Sikhs (Ruskin House, 1960)

Keenam, Tan Sri Dato seri darshan singh gill, Sikh community in Malaysia

(Malaysia: Geraksikh, 2009) Ketujuh, Gurdev Singh, Respective On Sikh

Tradition (New Delhi: Patiala, 1996) Kedelapan, Kristina Myrvold, Inside

The Guru’s Gate (Lund: Lund University, 2008) Kesembilan, Harjeet Sardar

Singh, Faith and Philosophy of Sikhism (Kalpaz Publications, 2009).

b. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder ialah yang biasanya tersusun dalam bentuk

dokumen. Jenis data ini adalah jenis data yang dapat dijadikan sebagai

pendukung data primer atau dapat diartikan sumber ini dapat memberikan

informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data primer. Data

sekunder dapat penulis peroleh dari dokumentasi atau buku-buku yang

berhubungan dengan penelitian, misalnya seperti buku-buku yang terkait

langsung dengan Perayaan Vaisakhi maupun agama Sikh. Sumber data

sekunder: Pertama, Joesoef Sou‟yb, Asal Mula Agama Besar di Dunia (Jakarta:

Penerbit Pustaka Alhusna, 1996) Kedua, Siti Nadroh, Agama-Agama Minor

(Ciputat: UIN JAKARTAPRESS: 2013) Ketiga, Mukti Ali, Ed. Romdhon dkk,

Agama-Agama Di Dunia (Yogyakarta: IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988)

Keempat, Agus Hakim, Perbandingan Agama: Pandangan Islam Mengenai

Kepercayaan Majusi, Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Buddha, Sikh (Bandung:

CV. Diponegoro, 1993) Kelima, Kustini, Baha’i, Sikh dan Tao: Penguatan

Identitas dan Perjuangan Hak Sipil (Jakarta: Puslitbang Kehidupan

15

Keagamaan Kementrian Agama RI, 2015) Keenam, Eleanor Nesbitt, A

Guide to Sikhism (Oxford University Press, 2005).

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Kajian Kepustakaan

Studi kepustakaan (library research), yaitu suatu penelitian untuk

memperoleh data, baik untuk data primer dan data sekunder, yang bersumber dari

buku, majalah, artikel, jurnal, dan lain-lain, berdasarkan hasil bacaan, catatan, dan

bahan-bahan lainnya yang diolah untuk dikumpulkan. 24

Penulis menggunakan buku-buku pustaka yang terkait dengan

permasalahan yang dibahas. Buku-buku tersebut merupakan buku-buku yang

mayoritas ditulis langsung oleh kaum Sikh sebagai sumber primer, dan juga buku-

buku yang dapat membantu dalam penyelesaian permasalahan yang dibahas,

adapun sebagai sumber penulis mengumpulkan data baik dari perpustakaan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta ataupun dari perpustakaan lainnya.

b. Wawancara (Indepth Interview)

Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan cara

bertatap muka dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada narasumber.25

Hal ini

dilakukan untuk memperoleh data langsung dari sumber-sumber yang dianggap

kompeten dan memiliki informasi serta data-data yang dibutuhkan penulis dalam

penelitian ini. Penulis mewawancarai pengurus gurdwara, rohaniawan, tokoh

pemuda dan beberapa jemaat Sikh untuk melengkapi data yang telah ada dan

memperoleh informasi secara langsung dan komprehensif.

24

Zed, Metode Penelitian, h. 3. 25

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 52.

16

Wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara terstruktur dimana

sebelum melakukan wawancara dengan para narasumber, penulis telah menetukan

beberapa pertanyaan terlebih dahulu.

c. Observasi

Observasi adalah salah satu metode utama yang terpenting dalam

penelitian sosial keagamaan terutama pada penelitian kualitatif. Observasi

merupakan metode pengumpulan data yang paling alamiah dan paling banyak

digunakan tidak hanya dalam dunia keilmuan tetapi juga didalam berbagai

aktifitas kehidupan.26

Observasi bermakna umum yaitu pengamatan atau penglihatan sedangkan

secara khusus, dalam dunia penelitian ilmiah, observasi adalah mengamati dan

mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap

fenomena sosial keagamaan baik itu berupa kejadian-kejadian, benda maupun

simbol-simbol tertentu selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena

yang di observasi, dengan melakukan kegiatan pencatatan, perekaman pemotretan

sebagai hasil temuan data analisis.27

Pola observasi pada penelitian ini

menggunakan pola non-partisipan karena penulis berkunjung ke gurdwara Pasar

Baru sebanyak 6 kali.

d. Dokumentasi

26

U. Maman KH, metodologi Penelitian Agama : Teori dan Praktik (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2006), h. 94. 27

Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2003), h, 162.

17

Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan doumentasi yang

didapat dari dokumen, catatan, video-video, atau foto-foto yang berkaitan dengan

penulisan skripsi ini.28

4. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan historis dan

fenomenologis. Pendekatan historis adalah pendekatan yang paling tua dan

dipakai pertama kalinya untuk mempelajari, menyelidiki, dan meneliti agama-

agama baik sebelum agama menjadi disiplin yang berdiri sendiri (otonom) atau

sesudahnya.29

Penelitian ini mencoba merekonstruksi sesuatu yang pernah terjadi di

masa lalu dengan objektif dan terstruktur, dan menjelaskan mengapa peristiwa itu

dapat terjadi. Sebelum penulis menguraikan tata cara dan makna perayan

Vaisakhi, penulis menguraikan terlebih dahulu perayaan Vaisakhi dari sudut

pandang historis.

Lalu selanjutnya adalah pendekatan fenomenologis, pendekatan yang

bermula dari cara berfilsafat yang didirikan oleh Edmund Husserl kemudian hari

dipergunakan pula dalam berbagai bidang disiplin lain, termasuk Perbandungan

Agama. Joachim Wach mengatakan bahwa fenomenologi agama bertujuan untuk

memahami ide-ide, kegiatan-kegiatan, tingkah laku, dan pranata-pranata

keagamaan dengan menagkap maksudnya tanpa mendasarkan diri pada teori-teori

28

Iran Suhartono, Metodologi Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996),

h.70. 29

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h.

15.

18

yang sudah dipergunakan sebelumnya entah itu teori teologis, filosofis, metafisis,

atau psikologis.30

Dalam konteks memahami agama orang lain, pendekatan fenomenologis

adalah sebuah usaha melihat secara utuh dan menyeluruh pelbagai gejala-gejala

keagamaan yang dimanifestasikan dalam bentuk ide, pengalaman dan ritual-ritual

para pemeluknya, untuk kemudian di data, diklasifikasi dan dikelompokan dengan

teknik ilmiah tertentu, sehingga diperoleh pandangan yang menyeluruh dan utuh

dari isi dan bentuk ritual-ritual yang dilakukan, kemudian ditangkap dengan

sangat benar makna agamis (religious meaning) yang dikandungnya (tentu dalam

perspektif pemeluknya).

Dalam menyelidiki fakta keagamaan dengan pendekatan fenomenologis,

orang tidak lagi bertitik tolak dari rumusan-rumusan atau teori-teori tertentu

melainkan dari fakta, data, dan gejala-gejala. Apa yang mesti digarap adalah

onggokan perbuatan, kepercayaan, dan sistem-sistem yang secara bersama-sama

membentuk gejala keagamaan. Pendekatan fenomenologis membiarkan gejala

keagamaan “berbicara untuk dirinya sendiri” (speak for them selves) dengan

melemparkan jauh-jauh segala yang subjektif, prasangka, teori dan hal-hal yang

kebetulan, dan membatasi diri pada pengamatan gejala-gejala.

Selanjutnya, fenomenologi dalam proses kerjanya bersinergi dengan

pendekatan historis, karena keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak

dapat dipisahkan. Apa yang disebut fenomenologi agama atau metode

fenomenologis, inheren di dalamnya dengan sisi historis suatu agama. Tanpa

30

M. Dawam Raharjo, Metodologi Penelitian Agama (Sebuah Pengantar) (Yogyakarta:

Tiarawacana, 1989), h. 18-19

19

sejarah fenomenologis tidak akan bekerja sempurna dan makna agamis yang

menjadi target yang hendak dicapai tak akan tertangkap secara utuh. Oleh

karenanya, model ini sering disebut dengan fenomenologi historis agama. Kerja

sama, analogi dan hubungan timbale balik keduanya, secara gamblang ditegaskan

oleh Raffaelle Pettazzoni (1883-1939), sejarawan agama italia, dalam kutipan

tersebut:

“Fenomenologi dan sejarah saling melengkapi satu sama lain. fenomenologi

tak dapat bekerja tanpa etnologi, filologi, dan disiplin sejarah lainnya.

Fenomenologi, di lain pihak memberikan kepada ilmu sejarah, pengertian

keagamaan yang tak dapat dicapai olehnya. Bila kita mengerti demikian, maka

fenomenologi adalah pemahaman religious mengenai sejarah; adalah sejarah

dalam dimensi religiusnya. Fenomenologis dan sejarah bukanlah dua ilmu

melainkan dua aspek yang saling melengkapi dari suatu ilmu yang menyeluruh

mengenai agama, dan ilmu agama yang demikian ini mempunyai suatu ciri yang

pas yang ditentukan baginya oleh objek penelitian yang khas.”31

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan historis dan

pendekatan fenomenologis karena menurut penulis kedua metode pendekatan

inilah yang paling relevan dengan judul penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis, dari sudut pandang historis, perayaan Vaisakhi akan diteliti lebih jauh

bagaimana caranya sebuah perayaan kebudayaan di Punjab menjadi sebuah

perayaan keagamaan. Sedangkan dari sudut fenomenologis, penulis akan

31

Media, Wajah Studi, h. 23-26.

20

memaparkan fakta keagamaan yang terjadi dari perayaan Vaisakhi tanpa ada

teori-teori tertentu.

5. Analisis data

Setelah data penelitian terkumpul, maka langakah selanjutnya penulis

melakukan analisis data.32

Analisis data yang penulis gunakan adalah metode

desktiptif analitik, yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguraikan

sekaligus menganalisis data-data yang menjadi hasil pengkajian dan pendalaman

atas bahan-bahan penelitian. Metode deskriptif lebih banyak berkaitan dengan

kata-kata, di mana semua data-data hasil penelitian diterjemahkan ke dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemudian, data-data yang berbentuk

bahasa ini dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian sehingga menghasilkan

kesimpulan.33

Dengan mendeskripsikan dan menganalisa, penulis berharap dapat

memberikan gambaran secara maksimal atas objek penelitian yang dikaji dan di

dalami dalam penelitian ini. Hasil kajian dan penelitian dalam skripsi ini disajikan

dalam bentuk narasi.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi mengacu pada standar penulisan skripsi yang

didasarkan pada buku Pedoman penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi) tahun 2013 yang diterbitkan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

32

Analisis data adalah proses penyusunan data agar data tersebut dapat ditafsirkan.

Lihat H. Dadang Rahmat, Metode Penelitian Agama (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h. 102. 33

Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 337.

21

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi dari skrpsi ini, maka penulis

membagi dalam lima bab yang disusun secara sistematis sebagai berikut :

Bab Pertama, mendiskripsikan tentang pendahuluan, latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, mendiskripsikan tentang Gurdwara Pasar Baru Jakarta baik dari

Pengertian, fungsi, gambaran, dan kegiatan apa saja yang diselenggarakan di

Gurdwara tersebut.

Bab ketiga, mendiskripsikan tentang sejarah, waktu pelaksanaan perayaan

Vaisakhi, dan asal-usul khalsa.

Bab Keempat, tentang analisis mengenai perayaan Vaisakhi, mengenai

signifikansi perayaan Vaisakhi terhadap keberagamaan kaum Sikh.

Bab Kelima sebagai bab terakhir atau bab penutup yang berisikan tentang

kesimpulan dari pokok permasalahan dalam kajian skripsi ini, dan saran-saran

yang sifatnya membangun untuk penulis.

22

BAB II

GURDWARA PASAR BARU JAKARTA

A. Pengertian dan Fungsi Gurdwara

Gurdwara merupakan sebutan untuk rumah ibadah agama Sikh, gurdwara

sudah ada sejak permulaan para Guru, tempat yang menjadi pusat kegiatan ibadah

agama Sikh disebut Darbar Sahib34

. Darbar Sahib merupakan tempat bagi orang

Sikh untuk berkumpul mendengarkan Guru mengajar atau melantunkan pujian,

karena pertumbuhan populasi Sikh yang bertambah, salah satu seorang guru

agama Sikh yaitu Guru Hargobind35

memperkenalkan kata Gurdwara yang berarti

jalan masuk untuk dapat mencapai Guru, setelah itu semua tempat beribadah Sikh

dikenal sebagai Gurdwara.

Gurdwara ini merupakan balai ibadah terpenting kaum Sikh, kekuatan

bersama kaum Sikh berpusat dan berkisar di sekeliling Gurdwara. Tidak ada

tempat ibadah lain yang menandingi daya atau kepentingan Gurdwara. Hal ini

karena Gurdwara melepaskan, dan memulai dengan kekuatan dan tujuan yang

baru dalam hidup bersama dan hidup perseorangan kaum Sikh. Gurdwara

didirikan, karena keperluan nyata bahwa dalam ajaran agama Sikh setiap

penganutnya diwajibkan untuk beribadah secara bersama-sama atau berjamaah.

Tanpa Gurdwara, penganut Sikh tidak dapat menjalani kehidupan agama dengan

34

Darbar Sahib merupakan sebuah tempat diletakan nya Guru Granth Sahib. Lihat, Pruthi

RK, Sikhisme dan Peradaban India (New Delhi: Ashgate Publishing, 2004), h. 202. 35

Guru Hargobind merupakan Guru Keenam dalam keyakinan Agama Sikh. Lihat, Surjit

Singh Gandhi, History of Guru Retold: 1606-1708 (Atlantic Publishers & Distributors, 2007), h.

506.

23

sempurna dan tidak dapat mempelajari peraturan hidup sebagai seorang jemaat

Sikh.36

Kemanapun kaum Sikh pergi, perhatian utama mereka adalah

pembangunan Gurdwara. Tidak ada pengorbanan yang demikian besar bagi orang

Sikh selain kepentingan untuk Gurdwaranya. Pertemuan harian umat diadakan di

Gurdwara, dan bagian terpenting ibadah bersama di Gurdwara adalah

penyelenggaraan Kirtan (Mengagungkan nama suci Tuhan secara bersama-sama).

Dalam pertemuan itu juga berlangsung ceramah dan khotbah tentang agama,

tema-tema dan pokok-pokok pembicaraan sejarah. Adapun bacaan Gurbani

(Himne-himne Guru) dari Guru Granth Sahib merupakan keharusan pada setiap

prosesi ibadah.

Jemaah Sikh atau biasa disebut Sadh Sangat yang berarti kumpulan orang-

orang suci. Sadh Sangat ini terdiri atas kaum wanita dan pria yang memiliki

persamaan hak mengeluarkan pendapat dalam semua perkara keagamaan. Seorang

wanita boleh memimpin umat dalam doa maupun dalam hal ibadah dan dapat ikut

serta dalam upacara-upacara yang lain. Kebanyakan gurdwara memiliki seorang

Granthi37

yang digaji penuh sekaligus memimpin umat dalam berdoa, tetapi

ketatalaksanaan gurdwara biasanya ada di tangan panitia yang dipilih dari umat

Sikh.

36

Nuhrison M Nuh dkk, “Eksistensi Agama Sikh di Jabodetabek” dalam Kustini, Ed.,

Baha’i, Sikh dan Tao: Penguatan Identitas dan Perjuangan Hak-hak Sipil (Jakarta: Puslitbang

Kehidupan Keagamaan Kementrian Agama RI, 2015), h.278. 37

Granthi merupakan jemaat yang bertugas untuk menjaga, membaca, dan merawat Guru

Granth Sahib. Lihat, Puran Singh, Spirit of The Sikh, Vol 1 (Patiala, India: Punjabi University

Press, 1982), h. 12.

24

Karena gurdwara merupakan satu-satunya pusat keagamaan bagi penganut

Sikh berkumpul dan mempelajari pesan yang termaktub dalam Guru Granth

Sahib. Maka tidak heran jika Di setiap Gurdwara, Guru Granth Sahib diletakan

pada kedudukan yang tinggi serta diberi penghormatan yang paling agung oleh

para penganut Sikh. 38

Di gurdwara umat Sikh duduk bersila di lantai berlampin karpet dan untuk

menegaskan persamaan hak dalam persaudaraan antar umat manusia. Di

Gurdwara pula setiap orang adalah sederajat. Oleh karena itu, setiap orang pantas

mendapat perlakuan yang sama, bebas dari perbedaan kasta, kelas kepercayaan,

warna kulit, kebangsaan, status sosial, ekonomi, maupun pekerjaan. Bahkan para

tamu yang bukan penganut agama Sikh pun mendapat perlakuan dan

penghormatan yang sama.

Selain tempat ibadah bagi orang Sikh, gurdwara juga berfungsi sebagai

tempat dilaksanakannya kegiatan para jemaat Sikh lainnya seperti kegiatan belajar

mengajar, acara pernikahan jemaat Sikh, dan hampir semua perayaan hari

keagamaan Sikh dirayakan di gurdwara seperti perayaan Vaisakhi, Diwali, Hari

lahirnya Guru, dan Mengenang kepergian Guru. Bahkan, aneka pertemuan dan

kegiatan kemasyarakatan yang lain pun dilangsungkan di tempat ini. Gurdwara

menyediakan gedung pusat pertemuan untuk pertemuan-pertemuan sosial baik itu

yang bersifat resmi ataupun tidak resmi. Oleh karena itu, gurdwara memainkan

fungsi sosial yang amat penting bagi masyarakat tanpa memandang lagi tingkatan-

38

I Dewa Putu Sedana , Sikhisme Bukan Perpaduan Agama Hindu dan Islam, (Denpasar:

Universitas Udayana Press, 2013), h.54.

25

tingkatan perseorangan. Gurdwara terbuka untuk semua orang dari semua agama

dan biasanya terbuka dua puluh empat jam sehari. Selain itu salah satu komponen

paling penting di dalam Gurdwara adalah terdapatnya sebuah Langar, yaitu

sebuah dapur umum untuk semua pengunjung yang hadir, Siapa saja, entah orang

Sikh atau bukan, dan dari manapun asalnya dapat ikut makan dengan duduk

berderet. Baik itu orang kaya atau miskin, entah memiliki jabatan dan status sosial

berbeda tapi disini mereka duduk bersama dalam satu deret, dan tanpa alas atau

lesehan yang menandakan semangat persamaan hak, kerendahan hati dan saling

mencinta.39

Hanya saja yang perlu diperhatikan lebih lanjut, sekalipun menu yang

dihadirkan bervariasi. Tetapi dalam dapur umum ini hanya terdapat berbagai jenis

makanan seperti roti chane yang terbuat dari tepung roti dan kacang hijau dan

sayur sayuran terkecuali telur dan daging karena suku Punjabi yang menganut

ajaran Sikh tidak mengkonsumsi daging karena bagi mereka hewan itu adalah

makhluk hidup yang memiliki nyawa sama halnya seperti manusia. Jadi sama

seperti umat Buddhis bahwa para jemaat Sikh pun lebih mengutamakan menjadi

seorang vegetarian.

Seperti tempat ibadah agama lainnya, ketika memasuki Gurdwara pun

memiliki adabnya tersendiri yaitu, seperti sebelum memasuki Gurdwara Para

jemaat harus melepaskan alas kakinya dan ditempatkan pada tempat yang sudah

disediakan lalu membersihkan tangan dan kaki serta menggunakan penutup

39

Jai Singh Yadev, Mengenal Agama Sikh (Jakarta: Yayasan Gudrwara Mission: 2001),

h. 23-24.

26

kepala yang telah disediakan didepan pintu Gurdwara, setelah itu, para jemaat

Sikh menuju ke Darbar Sahib untuk melakukan sujud (metha tekhna) seperti yang

biasa dilakukan oleh umat Islam, sujud tersebut merupakan salah satu

penghormatan terhadap kebesaran dan keagungan Guru Granth Sahib. Selepas

sujud, para jemaat tidak bisa duduk bersama-sama melainkan harus dipisah

melalui sekat yang biasanya terdapat didalam masjid pada umunya, lazimnya para

jemaat perempuan Sikh duduk disebelah kiri, dan para jemaat Sikh pria duduk

disebelah kanan. Akan tetapi mereka masih dalam jarak yang sama dari sang Guru

Abadi Guru Granth Sahib, Mereka duduk dengan khidmat dan sopan menghadap

Guru Granth Sahib dan menumpukan perhatian terhadap kegiatan sembahyang

yang dipimpin oleh seorang Granthi, lalu Pada saat ardas (doa) dibacakan

diharapkan bagi semua jemaat maupun pengunjung untuk berdiri. 40

Sebenarnya di dalam Agama Sikh tidak ada batasan hari dalam

melaksanakan ibadah karena para jemaat Sikh melakukan ibadah setiap hari,

namun ada satu hari yang paling khusus dan diwajibkan untuk beribadah bersama,

karena ibadah secara bersama-sama merupakan anjuran yang diajarkan oleh para

Guru. Namun karena hari yang diwajibkan untuk beribadah bersama ini tidak

sama disemua negara. Di Indonesia, khususnya Jakarta, para jemaat Sikh memilih

hari Minggu karena hari Minggu merupakan hari libur nasional, sehinggu para

jemaat Sikh menggunakan hari ini untuk melakukan ibadah bersama.

40

Charanjit Kaur, Sikh Rehat Mardaya: Satu Kajian Mengenai Kod Tingkah Laku

Penganut Agama Sikh, (Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2002), h. 97.

27

Pada hari Minggu semua jemaat Sikh pergi ke gurdwara terdekat dan pada

hari itu juga disediakan sebuah kotak sumbangan sebanyak dua buah oleh para

pengurus gurdwara, adanya kotak sumbangan ini berguna menunjang keperluan

dan kegiatan yang berlangsung di gurdwara. Pada hari Minggu acara ibadah akan

dimulai pada pukul sembilan pagi sampai dengan pukul dua belas siang.

Sementara pada hari-hari biasa, semua penganut Sikh beribadah pada pagi hari

dimulai pukul tiga pagi sampai pukul enam sore.

Ibadah yang biasa dilakukan berupa nyanyian himne, pembacaan kitab

suci Guru Granth Sahib dan khotbah, pelayanan terakhir diakhiri dengan doa yang

dibacakan oleh Granthi, untuk berkah universal dan kesejahteraan seluruh umat

manusia. Setelah ibadah, semua diminta untuk berukumpul di langar untuk

menyantap makanan yang telah disiapkan oleh sukarelawan, makan secara

bersama sangat penting karena melambangkan pentingnya kesetaraan dan

pelayanan kepada masyarakat.41

Setiap Gurdwara memiliki ciri khas tersendiri yaitu dengan selalu

mengibarkan bendera berwarna kuning yang biasa disebut dengan Nisham Sahib

tepat didepan Gurdwara. Selain itu, di setiap dinding terdapat juga lukisan para

Guru yang amat begitu dihormati oleh para jemaat Sikh, keberadaan lukisan para

Guru diartikan sebagai media pengetahuan bagi para jemaat Sikh khususnya

41

Wawancara Pribadi dengan Bapak Ghoul Raj, Jakarta, 21 April 2018 Pukul 09.13.

28

muda-mudi dan bukan sebagai sarana pemujaan karena hal itu tidak dibenarkan

dalam ajaran Agama Sikh.42

Sebetulnya di kawasan Jakarta dan sekitarnya terdapat 4 buah Gurdwara

yang tersebar dibeberapa daerah, pertama di Tanjung Priok, kedua di Pasar Baru,

ketiga di Ciputat, dan Terakhir di wilayah Karang Mulya Kota Tangerang. Dari

keempat Gurdwara yang ada di daerah Jakarta dan sekitarnya, Namun menurut

Raam Singh hanya 2 Gurdwara saja yaitu di daerah Ciputat dan Karang Mulya

yang sering dirundung permasalahan, contohnya Gurdwara di Ciputat, sejak awal

pendirian Gurdwara itu pada tahun 2001, para jemaat sering mendapat perlakuan

yang tidak menyenangkan dari warga sekitar, hal itu karena warga mengira para

jemaat Sikh adalah pengikut aliran sesat, tetapi setelah pendiri Gurdwara

memberikan penjelasan tentang Agama Sikh dan dibantu mediasi oleh pihak

kepolisian, akhirnya kami mendapat persetujuan dari warga sekitar untuk

mendirikan Gurdwara tersebut. Lain halnya dengan yang terjadi di Gurdwara

Karang Mulya, karena sampai hari ini, izin untuk mendirikan bangunan di daerah

tersebut sering dipersoalkan bahkan pernah sampai dibawa ke pengadilan tinggi

negeri.

Gurdwara yang telah ada sejak 2004, telah menjadi sebuah tempat ibadah

bagi umat Sikh yang ada disekitar Tangerang Kota, Serang, dan bahkan Cilegon.

Karena seperti yang diketahui jika ingin pergi ke Gurdwara terdekat, maka kita

harus pergi ke daerah Ciputat atau Pasar Baru, itu terlalu jauh. Sehingga tidak bisa

42

Wawancara Pribadi dengan Balwant Singh, (salah satu Pengurus Gurdwara Pasar Baru

Jakarta), Jakarta, 11 Agustus 2018.

29

mengakomodir para jemaat Sikh yang ada dikawasan Tangerang Kota dan

sekitarnya.

Mengingat betapa pentingnya Gurdwara bagi Kaum Sikh, maka

tercetuslah ide untuk membuat Gurdwara baru di kawasan Karang Mulya. Namun

impian untuk memiliki sebuah Gurdwara baru harus pupus. Karena pada tahun

2005, puluhan masyarakat yang mengaku dari Koalisi Masyarakat Karang Mulya

mendemo gurdwara itu, mereka keberatan dengan adanya aktivitas ibadah Sikh di

lingkungan mereka, mereka meminta segala aktivitas itu dihentikan dan rumah itu

tak lagi digunakan sebagai gurdwara. Tahun itu, permohonan IMB rumah ibadah

sudah diajukan ke Pemkot Tangerang, pengurus gurdwara bahkan telah membayar

biaya retribusi yang diminta sebesar Rp 34 juta, namun hingga sekarang IMB

belum selesai. Dan sampai hari ini, gurdwara yang berada di Karang Mulya,

masih dilarang keberadaanya karena terkendala masalah perizinan. Sehingga mau

tidak mau bagi para jemaat Sikh yang berdomosili di Tangerang Kota dan

sekitarnya jika ingin beribadah ke Gurdwara mereka harus pergi ke Ciputat atau

pergi ke Pasar Baru. Jadi, sekarang Gurdwara yang masih aktif di wilayah Jakarta

dan sekitarnya hanya tinggal 3 Gurdwara saja, yaitu Gurdwara Tanjung Priok,

Gurdwara Pasar Baru, dan Gurdwara Kampung Sawah, Ciputat.43

Dari banyaknya Gurdwara yang terdapat diseluruh penjuru dunia, tentu

Gurdwara yang paling disucikan oleh Kaum Sikh adalah Kuil Emas Amritsar,

yang diprakarsai oleh Guru Ram Das, Guru keempat dalam kepercayaan agama

Sikh. Kuil yang beralamat di Golden Temple Rd, Atta Mandi, Katra Ahluwalia,

43

Wawancara Pribadi dengan Raam Singh, Jakarta, 27 April 2018 pukul 08.23.

30

Amritsar, Punjab India. Pada Maret 2005 Kuil Emas berganti nama menjadi

Harmandir Sahib (Hari Mandir, Kuil Tuhan), merupakan tujuan utama Kaum

Sikh di seluruh dunia. Selain itu, Pembangunan Harmandir Sahib dimaksudkan

untuk membangun tempat ibadah bagi pria dan wanita dari semua lapisan

masyarakat untuk datang dan menyembah Tuhan tanpa memandang kasta, kelas,

warna, kepercayaan dan yang terpenting Kuil emas merupakan simbol

persaudaraan manusia dan kesetaraan

Harmandir Sahib terbuka bagi semua agama, disimbolkan dengan pintu

yang selalu terbuka di empat sisinya. Menurut Ranjit Singh, maksud dari

keberadaan pintu yang ada di keempat sisinya adalah Pertama, bahwa tempat

ibadah ini terbuka bagi segala agama: Islam, Kristen, Hindu, Buddha

diperkenankan dan welcome untuk masuk ke tempat ini, Sekalipun mereka datang

dari kepercayaan yang berbeda. Kedua, sudah menjadi tradisi bila disetiap

Gurdwara selalu menyediakan dapur umum bagi para jemaat yang beribadah atau

para wisatawan yang berkunjung, nah disini dalam hal makan itu kita selalu

duduk bersila di satu lantai. Bahkan waktu zamannya guru kami yang ketiga yaitu

Guru Amar Das, pada saat itu beliau pernah mengundang Raja Akbar44

untuk

makan bersama dan duduk satu lantai, hal itu menunjukan bahwa tidak peduli dia

punya jabatan apa. Tapi ketika dia makan di sini, maka ia harus duduk satu lantai

hal itu menunjukan bahwa di sini sudah tidak ada tingkatan lagi. Jika dalam

agama Hindu itu kan ada kasta-kastanya, dalam Sikh ini kita tidak memandang

44

Raja Akbar merupakan Sultan Mogul Ke-3. Lihat , Nurul Hasan, Religion, State, and

Society in Medieval India (New Delhi: Oxford University Press, 2007), h.78.

31

kasta-kasta lagi, makan-makanan yang sama, tidak memandang lagi itu dia

profesinya apa.

Karena itu pula yang menyebabkan tempat ini selalu ramai setiap waktu,

selain itu, langar terbesar di dunia pun dapat ditemukan di Kuil Emas, dapur yang

biasanya menyediakan dan memberi makan sekitar 40.000 orang sehari gratis.

Beda lagi jika pada hari libur keagamaan atau akhir pekan, langar dapat

menyediakan dan memberi makan lebih dari 100.000 orang per hari. Itulah salah

satu menariknya tempat ini, karena selain sebagai tempat ibadah, Harmandir

Sahib juga berfungsi sebagai salah satu destinasi wisata bagi para pelancong dari

berbagai negara diseluruh dunia, dan disediakan pula tempat untuk menginap

untuk para pelancong maupun para jemaat atau biasa disebut dengan Niwas.45

Meskipun terbuka untuk umum, tetapi untuk memasukinya ada aturan,

aturannya pun kurang lebih sama dengan aturan masuk ke Gurdwara lainnya yang

terdapat diseluruh penjuru dunia, diantaranya: tidak boleh minum alkohol, makan

daging, dan merokok dalam kuil; meninggalkan sepatu di dekat pintu masuk dan

diharuskan mencuci kaki terlebih dahulu di kolam dangkal sebelum masuk.

Kuil Emas sering diidentikan dengan tiga kata yaitu besar, megah, dan

mewah. Kuil emas banyak dikenal orang sebagai pusat spiritualisme ajaran Sikh

di dunia, ibarat Kaum Muslim memiliki Mekkah, Kristen memiliki keagungan

Bethlehem maka Sikh memiliki Kuil Emas atau Gurdwara. Kuil yang dibangun

pada periode tahun 1574 hingga 1604, seperti menghubungkan jejak asal muasal

45

Wawancara Pribadi dengan Ranjit Singh (salah satu jemaah Agama Sikh di Jakarta),

Jakarta, 2 Mei 2018 pukul 09.08.

32

ajaran ini, yang konon merupakan perpaduan antara ajaran Hindu dengan Islam

Sufi, maka gaya arsitektur seluruhnya pun nampak menganut dua hal yang sama,

perpaduan aksen kontemporer islami dengan keunikan ukiran khas Hindu nampak

tertuang pada setiap bangunan putih yang mengelilingi kuil di tengah sungai itu,

bahkan yang menarik disini bahwa yang meletakan batu pertama kali dalam

pembangunan Kuil Emas ini adalah seorang muslim bernama Mian Mir.

Bertentangan dengan kuil-kuil khas India yang biasanya dibangun di

tempat yang lebih tinggi, Harmandir Sahib dibangun di tingkat yang lebih rendah

sehingga pengunjung harus mengambil beberapa langkah ke bawah untuk

memasukinya, ini diyakini menandakan egalitarianisme dan kerendahan hati.

Sesuai dengan namanya Kuil Emas, Maka setengah bagian atas kuil ini terbuat

dari serpihan emas murni beserta logam seberat 750 kg, yang merupakan donasi

dari para raja-raja terdahulu. Kubah Kuil Emas menggambarkan kuncup bunga

teratai adalah sebagai simbol pengikut Sikh yang diartikan sebagai hidup penuh

kesucian. 46

Kuil Emas ternyata menyimpan sebuah kisah kelam, hal tersebut terjadi

pada tanggal 1 hingga 8 Juni 1984 yang kemudian dikenal dengan nama Blue Star

Operation. Yakni serangan militer India terhadap Kuil Emas karena menjadi

tempat persembunyian Jarnail Singh Bhindranwale, aktivis dan pejuang Sikh yang

menginginkan persamaan hak dan adanya kesetaraan dari Pemerintah India Pada

saat itu. Tapi respon yang diberikan pemerintah justru menyebabkan jatuhnya

46

Siti Nadroh dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor (Tangerang selatan: UIN Jakarta

Press, 2015), h. 205-206.

33

korban jiwa, Dibawah komando Perdana menteri saat itu yaitu Ny. Indira Gandhi,

ia memerintahkan pasukan bersenjata India untuk memburu Jarnail Singh

Bhindranwale.

Tank dan artileri dikerahkan untuk menerobos masuk ke dalam Kuil Emas,

tempat ibadah itu pun mendadak berubah menjadi benteng pertahanan. Dan

Akibat operasi militer tersebut, Sebanyak 492 pejuang dan warga sipil tewas

termasuk Jarnail Singh Bhindranwale. Di sisi lain, 83 tentara India pun meninggal

dunia. Kompleks kuil emas yang megah itu mengalami kerusakan cukup parah,

Kaum Sikh menilai penyerangan tersebut merupakan bentuk pelecehan terhadap

tempat suci dan perlakuan diskriminatif negara terhadap golongan minoritas. Bagi

pemerintahan India di New Delhi, Jarnail Singh adalah seorang militan dan

ekstrimis yang mengganggu stabilitas dan keamanan negara, tapi bagi umat Sikh

dia adalah seorang pahlawan yang memperjuangkan kebebasan dan kesetaraan.

Rusaknya Kuil emas dan tewasnya Jarnail Singh, membuat kaum Sikh

bersumpah akan mengadakan aksi balasan yang setimpal terhadap pemerintah

India. Dan hanya berselang empat bulan setelah tragedi berdarah itu, yakni pada

tanggal 31 Oktober 1984, hari rabu pukul 09.40 waktu setempat, Ny. Indira

Gandhi ditembak mati oleh pasukan pengawalnya sendiri yang terdiri dari tiga

orang penganut agama Sikh, yaitu Bianth Singh, Satwant Singh, dan Jasbir

Singh.47

B. Sejarah Berdirinya Gurdwara Pasar Baru Jakarta

47

Barkshish Singh, History of Harmandir Sahib the Golden Temple, (Patiala: Punjab

University Press, 1999), h. 46-48.

34

Gurdwara Pasar Baru ini didirikan pada tahun 1955 oleh Pritam Singh dan

para kerabatnya yang merupakan para pedagang yang datang dari India, pada

awalnya mereka beribadah di gurdwara Tanjung Priok, karena memang Gurdwara

Tanjung Priok merupakan gurdwara pertama yang ada di wilayah Jakarta,

gurdwara itu didirikan pada tahun 1925. Namun, karena mayoritas kaum Sikh

yang ada di Jakarta lebih banyak yang tinggal dan beraktifitas di kawasan Pasar

baru, sehingga tidak memungkinkan untuk pulang pergi antara Tanjung Priok-

Pasar Baru, ditambah pada saat itu belum ada transportasi massal seperti sekarang

dan banyak dari para jemaat Sikh yang belum meimliki kendaraan pribadi,

sehingga mau tidak mau mereka harus berjalan kaki, setiap kali ingin beribadah di

Gurdwara Tanjung Priok. Dan hal itu pulalah yang melatar belakangi Pritam

Singh dan kerabat untuk membeli tanah yang ada di Pasar baru untuk dijadikan

sebuah Gurdwara untuk melengkapi Gurdwara yang telah ada sebelumnya di

Gurdwara Tanjung Priok.

Sebenarnya membeli tanah di Pasar Baru adalah sesuatu yang sulit karena

pada masa itu wilayah Jakarta masih dikuasai oleh para penjajah Belanda dan

mereka tidak akan memberikan izin begitu saja untuk mendirikan rumah ibadah

ditambah mereka juga pasti memasang harga yang sangat tinggi jika ada pihak

yang mau membeli tanah di kawasan tersebut, namun atas izin dari Tuhan

akhirnya mereka mengizinkan Pritam Singh beserta rekan-rekannya untuk

membeli tanah dan mendirikan sebuah rumah ibadah di kawasan Pasar baru,

dengan satu syarat tempat ini hanya diperuntukan untuk ibadah, selain itu tidak

boleh.

35

Sejak pertama kali didirikan gurdwara ini tidak pernah mengalami

perubahan lokasi dan mengalami perubahan hanya dari segi bangunan fisiknya

saja. Gurdwara ini juga sebagai media penghubung antara pihak Gurdwara dengan

kedutaan besar India yang ada di Jakarta. Gurdwara yang memiliki nama lain

yaitu Yayasan Sikh Gurdwara Mission ini beralamat di Jl. Pasar Baru No. 10

Jakarta Pusat. Didirikan oleh para Pedagang dari India yang merantau ke Jakarta,

diantaranya adalah, Avtar Singh, Shiv Singh, Ram Labhaya Seth, Karam Singh,

Pritam Singh, Harchand Singh, Girdhari Lal Vohra, Kulwant Singh, Partap Singh,

Ajit Singh, dan Tarlok Singh Kapoor.

Sejak pertama kali didirikan Gurdwara ini telah beberapa kali mengalami

pemugaran, karena semakin banyaknya jumlah jemaah yang ingin beribadah

disini, karena hal itu pula pernah terbesit ide untuk meluaskan kembali Gurdwara

ini, tetapi hal itu batal direalisasikan karena keterbatasan dana dan mahalnya

harga tanah di kawasan Pasar Baru, ditambah dengan semakin sulitnya keadaan

ekonomi hari ini. Jadi dari pada membeli tanah lagi lebih baik Gurdwara ini

ditingkatkan menjadi 2 lantai untuk menanggulangi membludaknya jemaah Sikh

yang ingin beribadah disini, karena biasanya Gurdwara ini akan sangat ramai pada

waktu akhir pekan dan jika ada perayaan tertentu. 48

Perlu diketahui pula bahwa Gurdwara tidak hanya berfungsi sebagai

rumah ibadah saja, lebih dari itu Gurdwara telah menjadi semacam garda

pengawal kebudayaan Punjabi itu sendiri. Karena Sebagian besar umat Sikh

48

Wawancara Pribadi dengan Ghoul Raj, Jakarta, 13 Mei 2018 Pukul 09.33.

36

merupakan warga keturunan India, tetapi 98% diantaranya sudah lahir di

Indonesia. Dalam agama Sikh tidak ada ajaran untuk menyiarkan agama kepada

orang selain pemeluk Sikh. Tidak ada metode untuk menarik/dakwah dalam

penyebaran agama. Selain karena keturunan, ada juga orang di luar Sikh yang

kemudian beragama Sikh melalui perkawinan.

Kepengurusan dalam mengelola gurdwara dibentuk yayasan yang

melibatkan para sesepuh atau pendiri pada masing-masing Gurdwara, dan yang

terakhir adalah gurdwara juga menyelenggarakan sekolah pada hari minggu bagi

para murid yang masih bersekolah dan mahasiswa, proses belajar mengajar

berlangsung setelah kegiatan ibadah selesai.49

C. Gambaran Umun Gurdwara Pasar Baru Jakarta

Gurdwara yang telah ada sejak tahun 1955 ini bisa menampung hingga

kurang lebih 5000 jemaat ini, secara resmi terdaftar di Kementrian Agama,

Republik Indonesia sebagai salah satu rumah ibadah yang keberadaanya diakui,

dilindungi dan memiliki payung hukum. Gurdwara ini juga telah memenuhi

kriteria yang tercantum dalam peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri No. 9 Tahun 2006 dan No. 8 Tahun 2006 tentang pedoman

pelaksanaan tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam pemeliharaan

kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan

pendirian rumah ibadah. Sehingga para jemaat Sikh bisa dengan tenang untuk

beribadah disini, gurdwara ini telah menjadi pusat dari berbagai kegiatan para

49

Sewadars, “Seputar Gurdwara Pasar baru” . Diakses pada 23 April 2018 dari www.sikhtemplejakarta.com

37

jemaat Sikh yang ada di Ibu kota selain Gurdwara yang ada di Tanjung Priok.

Selain itu gurdwara yang keberadaannya telah diakui oleh semua komunitas

beragama yang ada di Jakarta.

Seperti yang sudah dijelaskan, gurdwara ini bisa dimasuki oleh siapapun

baik dari jemaah Sikh sendiri ataupun bukan, untuk masuk kedalam pun harus

dengan beberapa catatan seperti melepas sepatu, mencuci tangan di tempat yang

disediakan, memakai penutup kepala yang telah disediakan, dan mengenakan

pakaian yang sopan.

Ketika masuk ke dalam pun, kita hanya disuguhi sebuah ruangan kosong

beralaskan tikar dengan hanya Darbar Sahib (tempat meletakan kitab suci) dan

kitab suci Guru Granth Sahib diatasnya, tidak ada patung atau dupa maupun

sebagainya, memang sepintas gurdwara memiliki banyak kesamaan dengan

Masjidnya orang islam, hanya yang membedakannya adalah di gurdwara terdapat

langar yaitu sebuah dapur umum yang diperuntukan bagi mereka yang telah

selesai beribadah, sebenarnya yang tidak ikut ibadah pun bisa saja ikut makan

bersama di langar ini. Jadi, hanya agama Sikh saja yang khusus menyiapkan

makanan bagi mereka yang telah selesai beribadah.50

Selain itu, hal yang

membuat gurdwara sama dengan Masjid adalah terdapatnya kran untuk bersuci di

teras depan dan arsitekturnya selalu dilengkapi dengan kubah-kubah sehingga

tidak sedikit pula yang mengira bahwa gurdwara adalah Masjid, padahal

kenyataannya berbeda.

50

Wawancara Pribadi dengan Ghoul Raj, Jakarta, 13 Mei 2018 Pukul 10.12.

38

Lalu di Gurdwara ini juga terdapat perpustakaan, ruang pertemuan bagi

para tamu undangan, karena tidak sedikit dari para tokoh penting di negeri ini

pernah berkunjung kesini, seperti Gubernur DKI Jakarta saat ini Bapak Anies

Baswedan dan Presiden RI ke-4 (alm) Bapak KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur).

Khusus untuk kedatangan Presiden Gus Dur pihak pengurus Gurdwara harus

menyediakan lift khusus untuk menunjang kunjungan beliau dan di lantai 2

terdapat semacam ruangan untuk kegiatan belajar mengajar bagi para siswa dan

mahasiswa yang setiap akhir pekan bersekolah disini, selain itu ditempat ini pula

dijadikan tempat berlangsungnya pernikahan bagi para jemaah Sikh.51

Tapi karena tempat ini bukan merupakan objek wisata, dan bila

pengunjung ingin mengunjungi Gurdwara sebaiknya membuat janji terlebih

dahulu dengan pengurus Gurdwara, karena supaya mendapat informasi yang lebih

komprehensif mengenai gurdwara ini maupun sejarah agama Sikh di ibukota

Jakarta ini.

51

Sewadars, “Seputar Gurdwara Pasar baru” . Diakses pada 23 April 2018 dari

www.sikhtemplejakarta.com

39

BAB III

PERAYAAN VAISAKHI DI GURDWARA PASAR BARU JAKARTA

A. Asal Usul Perayaan Vaisakhi

Vaisakhi atau juga dikenal sebagai Baisakhi, perayaan ini adalah pesta panen

musim semi di wilayah negara bagian Punjab. Secara tradisional, perayaan ini

dirayakan sebagai rasa suka cita karena melimpahnya hasil panen, ditambah

sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang baik dan

mengharapkan agar hasil panen yang lebih baik lagi di tahun-tahun yang akan

datang, perayaan ini merupakan salah satu peristiwa besar bagi masyarakat

Punjab. Sebenarnya perayaan ini pada awalnya tidak ada sangkut pautya dengan

Agama Sikh karena hanya sebatas perayaan musim panen biasa dimana pada

perayaan itu dirayakan dengan suka cita oleh masyarakat Punjab saat itu.

Namun ternyata pada tahun 1657, Menurut tradisi Agama Sikh, sejak era

Guru Amar Das52

, perayaan Vaisakhi ditambah peranannya jadi tidak sekedar

perayaan musim panen saja tapi pada hari itu juga dijadikan oleh Guru sebagai

sarana bagi para Kaum Sikh untuk berkumpul, mendengarkan khotbah, dan

mengharapkan keberkahan dari Sang Guru.53

Bisa dikatakan pada saat itu, Guru Amar memanfaatkan sebuah momen

dimana pada saat itu para petani yang mayoritasnya adalah pengikut agama Sikh

untuk berkumpul dan beribadah kepada Tuhan atas melimpahnya hasil panen.

52

Guru Amar Das adalah guru ketiga dalam keyakinan Agama Sikh, Lihat. H.S. Singha,

Sikh Studies (Hemkunt Press, 2005, h.101. 53

Owen Cole and Piara Singh Sambhi, The Sikhs: Their Religious Beliefs and practices

(New Delhi: Piatalla Press, 1978), h. 54.

40

Lalu sejak tahun 1699, peran perayaan Vaisakhi dimodifikasi lagi oleh Guru

Gobind Singh, karena bertepatan dengan perayaan musim panen tersebut, Sang

Guru menemukan sebuah kesempatan untuk menciptakan sebuah tatanan yang

menandakan lahirnya sebuah era baru yang di dedikasikan untuk membela mereka

yang selama ini tertindas dan memperjuangkan kesetaraan khususnya bagi para

pengikut ajaran Sikh yang kemudian dikenal dengan Khalsa (orang-orang

suci/persaudaraan abadi di dalam agama Sikh). Karena pada saat itu di wilayah

Punjab, kezaliman sedang merajalela dimana-mana. Ditambah pada saat itu di

dalam ajaran Agama Sikh tidak ada aturan tentang bagaimana cara menghadapi

kezaliman tersebut.54

Selain itu, proses lahirnya Khalsa yang bertepatan dengan perayaan Vaisakhi

itu menandakan akan terjadinya sebuah akulturasi budaya, dimana sebelumnya

perayaan Vaisakhi hanya sebuah kebudayaan masyarakat Punjab mengenai pesta

panen musim semi, lalu oleh Guru Gobind Singh diadopsi menjadi sebuah hari

besar keagamaan dalam agama Sikh.

Menurut Raam Singh, sebenarnya ada banyak perayaan digelar dalam

agama Sikh, baik yang sifatnya insidental maupun rutin. Yang insidental, bila ada

jemaat yang menginginkan untuk memberi sedekah (santunan) atau mengadakan

bakti sosial yang bersifat spontanitas, maka panitia Gurdwara akan menyiapkan

segala kebutuhan acaranya.

Sedangkan, untuk yang perayaan rutin biasanya digelar besar-besaran

karena sudah sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu dan tercantum di dalam

54

Harkirat S. Hansra, Liberty at Stake, Sikhs: the Most Visible (iUniverse, 2007), h. 28.

41

kalender agama Sikh. Sebut saja misalnya, hari kelahiran Guru, hari mengenang

kepergian Guru, hari Diwali, dan tentu saja hari Vaisakhi.

Akan tetapi yang disebut terakhir biasanya dirayakan secara spesial, selain

karena bertepatan dengan perayaan musim panen yang sudah pasti dirayakan

dengan meriah dan diisi dengan berbagai macam kegiatan, baik yang bersifat

ritual maupun sosial budaya. Dan yang terpenting adalah lahirnya Khalsa, karena

pada perayaan Vaisakhi tahun 1699, telah terjadi sebuah peristiwa besar dan

bersejarah, dimana Guru Gobind Singh telah menginisiasi lima orang pengikutnya

yang telah berhasil menempuh ujian berat untuk masuk ke dalam Khalsa. Lima

orang itu kemudian disebut Guru Gobind sebagai orang-orang yang teguh

kepercayaannya, kuat imannya dan siap berkorban demi kebenaran. Kelima orang

itu terdiri dari Daya Rham Khatri, Dharam Ras, Mukham Chand, Shahib Chand,

dan Himmat Rai. Mereka kemudian diberi gelar Panj Piare (lima orang suci

tercinta). Dan sejak saat itu perayaan Vaisakhi menandakan lahirnya Khalsa dan

berdirinya Panj Piare. Dan membuat perayaan musim panen ini masuk ke dalam

salah satu perayaan utama dalam kalender Agama Sikh.55

Seperti yang sudah dipaparkan diatas, bahwa perayaan ini merupakan

salah satu perayaan utama dalam kalender Sikh karena memperingati kelahiran

Khalsa. Sebuah tatanan resmi atau ikatan persaudaraan abadi yang didalamnya

terdapat komitmen dari para penganut agama Sikh untuk menjalani kehidupan

dengan semangat persatuan, kesetaraan dan penuh kasih sayang. Dan yang

terpenting dari tatanan ini adalah sebagai sarana untuk menentang penindasan atas

55

Wawancara Pribadi dengan Raam Singh, (Salah Satu Jemaat Gurdwara Pasar Baru

Jakarta), Pasar Baru 25 Mei 2018.

42

nama agama yang sering terjadi pada para jemaat Sikh waktu itu, menghilangkan

perbedaan antara masyarakat kasta atas dan bawah, karena pada saat itu perbedaan

kasta menjadi sumber permasalahan yang menyebabkan banyak masyarakat

menderita.56

Pada perayaan ini semua jemaat Sikh akan berkumpul di gurdwara untuk

melaksanakan ibadah seperti melantunkan Kirtan, mendengarkan Khotbah,

membaca Guru Granth Sahib dan yang terpenting adalah Upacara Amrit, dimana

pada upacara itu seorang jemaat Sikh akan diinisiasi ke dalam Khalsa. Selain itu,

ada pula yang bertugas di ruang makan kuil untuk menghidangkan makanan

kepada jemaat lain karena sudah menjadi tradisi dalam agama Sikh bila selesai

melakukan sembahyang maka dilanjutkan dengan makan bersama-sama. Disini

para jemaat Sikh tidak hanya disibukan dengan ibadah kepada Tuhan melainkan

juga sebagai ibadah terhadap sesama manusia, ibadah kepada manusia disini

dimaksudkan yaitu dengan menyebarkan kebaikan kepada sesama tanpa pamrih,

oleh karena itu, para relawan berlomba-lomba dalam menyediakan makanan

terbaik kepada para jemaat karena mereka percaya bahwa kebaikan yang selama

ini mereka lakukan akan menghasilkan kebaikan pula di masa yang akan datang

dan akan mendapat keberkahan dari Tuhan.57

Sebetulnya kegiatan bermula dengan pembacaan kitab suci Guru Granth

Sahib selama 48 jam nonstop oleh para Granthi, yaitu pada 12-14 April karena

sudah menjadi tradisi bahwa jika setiap tiba hari besar keagamaan, maka

56

Sushil Mittal And Gene Thursby, Religions of South Asia An Introduction (New York:

First Published, 2006), h. 68. 57

Theodore M. Ludwig, The Sacred Paths of The East (New Delhi: Prentice Hall Press,

2001), h.36.

43

sebelumnya akan diadakan pembacaan Guru Granth Sahib selama 48 jam

nonstop, hal itu bertujuan untuk selalu mengingat Gurbani,58

lalu setelahnya para

jemaat datang mengenakan pakaian tradisional sambil membawa bunga dan hadir

ke Gurdwara pada pagi hari sekitar pukul 07.00.

Menurut Prem Singh, fokus dari perayaan ini adalah unuk mendidik atau

memberi pencerahan bagi para jemaat khususnya anak-anak untuk mengingat dan

meneladani atas apa yang telah dilakukan oleh Guru Gobind Singh, karena selama

periode sekitar 1650-an, negara bagian di sekitar Punjab berada dalam kekacauan,

para penguasa hari itu banyak berbuat korup, tidak ada aturan hukum, hak-hak

orang biasa dikerdilkan bahkan dihilangkan sama sekali, keadilan menjadi barang

langka bahkan sulit untuk dapat ditemukan, yang kuat memaksakan kehendak dan

jalan mereka tanpa perundingan terlebih dahulu, yang lemah menderita secara

konstan dan diam-diam, terjadi kesengsaraan di mana-mana.

Dalam keadaan seperti inilah Guru membuat sebuah gebrakan baru dengan

membuat Khalsa. Guru sedang mencari orang-orang terpilih di dalam komunitas

Sikh yang siap akan menerima tantangan dan mengatasi kesewenang-wenangan,

menjadi kuat dan tak kenal takut, bersiap untuk menghadapi tantangan-tantangan

sebesar dan seberat apapun tanpa keberatan, siap untuk menegakkan keadilan,

bahkan rela untuk mengorbankan semua yang ia miliki termasuk nyawanya

sendiri. Oleh karena itu, signifikansi dari perayaan Vaisakhi merupakan lahirnya

Khalsa.59

58

Gurbani merupakan ayat-ayat suci yang terdapat di dalam Guru Granth Sahib. Lihat, Puran Singh, Spirit of The Sikh, Vol 1 (Patiala, India: Punjabi University Press, 1982), h. 13.

59 Wawancara Pribadi dengan Prem Singh, (tokoh pemuda Agama Sikh di Wilayah

Jakarta ), Jakarta, 11 Juli 2018.

44

Puncak dari perayaan Vaisakhi adalah Upacara Amrit atau Amrit Sanchar

yaitu merupakan upacara inisiasi atau pembaptisan dalam keyakinan Agama Sikh.

Praktek ini sebenarnya telah ada sejak era Guru Pertama yaitu Guru Nanak Dev

(1469-1539). Selama periode waktu itu, upacara ini dikenal sebagai Charan

Amrit, kata-kata Charan menandakan kaki guru. Selama periode waktu itu, Guru

akan menyentuhkan kakinya ke dalam wadah di mana sudah berisi dengan air dan

para inisiat (calon anggota bisa juga para peserta upacara) akan minum air itu.

Jadi para inisiat saat itu meminum air basuhan kaki Guru dengan tujuan

mengharapkan keberkahan dan sebagai wujud komitmen untuk mentaati semua

ajaran dari sang Guru.

Prosesi upacara ini terus berlangsung yang dimulai dari era Guru Ke-1

sampai Guru ke-9, lalu sejak era Guru ke-10 yaitu Guru Gobind Singh, Sang Guru

mengubah tata cara pelaksanaan upacara Amrit saat itu, yang pada awalnya para

inisiat harus meminum air basuhan kaki Guru, lalu diubah menjadi meminum air

yang dicipratkan oleh Guru ke kepala meliputi rambut dan mata para inisiat. Dan

jika pada era Guru ke-1 sampai dengan ke-9, upacara Amrit hanya untuk

bertujuan mengharapkan keberkahan dari sang Guru pada saat itu, maka sejak era

Guru ke-10, selain mengharapkan berkah dari sang Guru, dengan dilaksanakannya

upacara Amrit, maka para inisiat juga telah resmi menjadi bagian dari Khalsa

yang membuat mereka menjadi seorang pengikut Sikh sejati.60

Lalu setelah Upacara Amrit dilaksanakan maka dilanjutkan kegiatan

Perarakan atau parade disekitar gurdwara, dalam kegiatan perarakan atau parade

60 Wawancara Pribadi dengan Raam Singh, Jakarta, 19 Juli 2018 pukul 11.23.

45

biasanya para jemaat Sikh mengenakan pakaian tradisional yang berwarna orange

dan kuning, warna khas dari para jemaat Sikh.

Bukan hal yang aneh jika di dalam parade diisi dengan nyanyian dan

tarian, tarian yang biasa dipentaskan pada saat parade perayaan Vaisakhi adalah

Bhangra dan Gidda. Bhangra sendiri merupakan tarian tradisional dari Punjab

yang biasa dilakukan oleh para pria, sedangkan Gidda tarian tradisional yang

biasa dilakukan oleh para wanita dengan iringan musik drum bernama Dhol.

Bhangra sendiri sudah ada sejak abad ke-14, ketika itu para petani di Punjab

menari untuk merayakan hasil panen mereka, kemudian seiring berjalannya

waktu, tarian ini kemudian menjadi salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan bila

perayaan Vaisakhi berlangsung. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pagelaran

seni bela diri Sikh yaitu Gatka, perayaan yang dirayakan dengan penuh

kenikmatan dan kebahagiaan ini ditutup dengan kegiatan bakti sosial dengan

warga sekitar yang ada di lingkungan Gurdwara, hal ini dilakukan karena

merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa syukur atas kelahiran Khalsa.61

B. Waktu Pelaksanaan Perayaan Vaisakhi

Perayaan Vaisakhi biasanya dirayakan setiap tahun pada bulan April jika

menggunakan kalender Gregorian (Masehi) atau hari pertama pada bulan Vaisakh

jika disesuaikan dengan penanggalan pada kalender Nanaksakhi.62

karena jatuh

61

Jagraj Singh, A Complete Guide to Sikhism (Unistar Books, 2009), h. 311. 62

Merupakan kalender universal umat Sikh yang diambil dari nama Guru Nanak, Pendiri

Sikhisme. Umat Sikh melihat adopsi kalender baru sebagai langkah maju yang besar untuk

identitas Sikh, dan akan membantu menghilangkan kesan bahwa Sikhisme adalah cabang dari

agama lain. Lihat Kristina Myrvold, Inside The Guru’s Gate (Lund: Lund University, 2008), h. 90.

46

pada bulan Vaisakh maka perayaan ini dinamakan Vaisakhi, perayaan Vaisakhi

tahun ini dirayakan pada tanggal 14 April.63

Banyak yang menggangap bahwa perayaan Vaisakhi menandakan sebagai

tahun baru dalam kalender agama Sikh. Namun ternyata hal itu tidak tepat, seperti

yang dipaparkan oleh Balwant Singh, kepercayaan yang selama ini dipegang

secara luas itu tidak benar, karena Tahun Baru Sikh jatuh pada bulan Chet, itu

karena bulan pertama pada kalender Nanakshahi adalah Chet, sementara bulan

Vaisakh merupakan bulan kedua dalam kalender agama Sikh.

Anggapan bahwa tahun baru Sikh jatuh pada bulan Vaisakh bermula

ketika berlangsungnya musim panen bagi para petani di Punjab saat itu, karena

bagi para petani datangnya musim panen berarti tahun baru dimulai atau

menandakan akan ada segera pergantian Tahun, memang betul bahwa mayoritas

petani di Punjab saat itu merupakan para jemaat Sikh tapi biarpun begitu tradisi

para petani saat itu tidak ada sangkut pautnya dengan tahun baru dalam agama

Sikh.64

Sekarang perayaan Vaisakhi dirayakan dengan lebih banyak energi,

semangat kebersamaan dan kemeriahan karena telah menjadi hari suci untuk

menandai kelahiran Khalsa. Hubungan antara Vaisakhi dan Khalsa itu ibarat 2 sisi

mata koin yang saling terkait, karena jika tidak ada perayaan Vaisakhi mungkin

Guru Gobind Singh tidak akan pernah membuat sebuah gebrakan besar dalam

keyakinan Agama Sikh, dan jika seandainya Khalsa tidak ada, mungkin para

Kaum Sikh hanya akan berpegang teguh dengan prinsip mereka selama ini yaitu

63

Ernest Trumpp, The Ādi Granth or the Holy Scriptures of the Sikh (Munshiram

Manoharlal Publishers, 2004), h. 76-77. 64

Wawancara Pribadi dengan Balwant Singh, Jakarta 28 Juli 2018 pukul 08.39

47

menyebar kebenaran dan tidak akan pernah tahu bagaimana cara menghadapi

kezaliman saat itu, atau agama Sikh tidak akan memiliki sebuah visi agama

baru.65

C. Apa itu Khalsa?

Ada dua pendapat tentang asal usul kata Khalsa. Yang pertama

menyebutkan bahwa Khalsa berasal dari bahasa Arab yaitu Khalis yang berarti

bersih, murni, asli dan otentik, dan pendapat kedua Khalsa berasal dari bahasa

Persia karena pada saat itu Guru Gobind Singh menaruh hormat kepada bangsa

Persia ditambah asal kata Punjab, yang dimana merupakan asal dari Agama Sikh

sendiri berasal dari bahasa Persia.66

Tapi terlepas dari perdebatan kedua pendapat

diatas, Menurut Bapak Ghoul Raj, Khalsa sendiri merupakan sebuah ikatan

persaudaraan abadi dalam agama Sikh yang bersifat murni, suci dan bersih.

Terserah orang bila ada yang mengganggap bahwa khalsa berasal dari bahasa arab

atau bahasa persia, karena itu hal yang lumrah bila berbeda pendapat apalagi

dalam dunia akademis, tapi saya lebih condong dengan Khalsa berasal dari bahasa

arab, karena serangkaian makna kata yang dibawanya dan ditambah pada saat itu

Guru ke-10 juga telah bisa berbahasa arab.67

Menurut sejarah Agama Sikh, pembentukan Khalsa adalah salah satu

peristiwa penting terutama pada masa guru terakhir. Peristiwa ini muncul sebagai

65

Pashaura Singh and Louis Fenech, The Oxford handbook of Sikh studies (UK: Oxford

University Press, 2014), h. 236–237. 66

Pashaura Singh, The Oxford Handbook of Sikh Studies (Oxford: Oxford University

Press, 2014), h. 76. 67

Wawancara Pribadi dengan Ghoul Raj (Salah satu pengurus Gurdwara Pasar Baru

Jakarta) pada tanggal 14 April 2019.

48

respon atas sikap kesewenang-wenangan Kekaisaran Mughal, dibawah pimpinan

Aurangzeb68

. Ditambah pada tahun 1675 guru ke-9 dalam agama Sikh sekaligus

Ayahanda Guru Gobind yaitu Guru Teg Bahadur harus gugur karena konflik yang

terjadi diantara kelompok Sikh dan Kekaisaran Mughal pada saat itu, konflik

antara kekaisaran Mughal dan kaum Sikh disebabkan oleh pihak Mughal yang

meminta upeti kepada kaum non-muslim sebagai bentuk penyerahan diri kepada

pihak kekaisaran, namun, itu semua kemudian mendapat pertetangan dari kaum

non-muslim dan pada akhirnya konflik bersenjata pun tidak bisa dihindarkan.

Peristiwa yang terjadi pada 14 April 1699 atau tepat pada perayaan

Vaisakhi, di sebuah tempat bernama Takht Sri Keshgarh Sahib yang terletak di

kota Anandpur Sahib. Disinilah upacara pembaptisan yang dilakukan oleh Guru

Gobind Singh berlangsung. Pada upacara tersebut, para jemaat Sikh dari seluruh

India diundang untuk hadir.

Menurut tradisi Sikh, ketika ribuan orang telah berkumpul untuk

mendengar khotbah dan berharap keberberkahan dari sang Guru, Guru Gobind

Singh keluar dari tenda dengan membawa pedang yang terhunus, dia memberikan

pidato yang kuat untuk menanamkan akan pentingnya keberanian diantara

sesama. Di akhir pidatonya ia mengatakan bahwa setiap perbuatan besar didahului

dengan pengorbanan yang sama besarnya dan menutupnya dengan sebuah

68

Cath Senker, My Sikh Year ( The Rosen Publishing, 2007), h. 10.

49

permintaan yang menakutkan yaitu menuntut siapa pun yang siap untuk

menyerahkan kepalanya untuk maju.69

Sambil berteriak dia memanggil para jemaat Sikh yang berani untuk

memenuhi panggilannya, tapi tidak ada yang menjawab, lalu Dia mengulangi

panggilan itu, tapi tetap mendapat respon yang sama. Hingga pada panggilan

Ketiga, akhirnya lelaki berusia empat puluh tahun bernama Daya Ram Khatri

berdiri dan mengajukan diri. Sang guru membawa Daya Ram untuk masuk ke

dalam tenda dan tak berselang lama Guru kembali sendirian setelah beberapa

waktu, pedangnya meneteskan darah. Merasa belum puas, lalu dia mengulangi

seruannya untuk mencari sukarelawan lainnya hingga empat kali lagi, hingga pada

akhirnya ada empat jemaat lagi yang telah memenuhi kehendak Sang Guru.

Mereka adalah Dharam Das, seorang Penggembala domba dari Delhi, Mukham

Chand, seorang tukang cuci dari Dwarka, Sahib Chand seorang tukang cukur dari

Bidar, dan Himmat Rai, Seorang pengangkut air dari Jagannatha. Masing-masing

dari mereka pergi secara bergantian bersamanya ke dalam tenda dan setiap keluar

dari tenda Sang Guru keluar selalu sendirian dengan pedangnya yang berlumuran

darah.70

Para jemaat Sikh banyak yang heran dan kaget kenapa Guru mereka bisa

menjadi begitu sadis dengan membunuh pengikutnya sendiri, bahkan ada sebagian

jemaat yang mengganggap Sang Guru telah kehilangan akal sehatnya. Akan

tetapi, nyatanya Bercak Darah yang menempel dan menetes pada pedang sang

69

Arvind Pal Singh, Sikhism: A Guide for the Perplexed (Bloomsburry Acedemic, 2013),

h.53-54. 70

Puran Singh, Spirit of the Sikh, Vol. II (New Delhi: Punjabi University Press, 1982), h.

317.

50

Guru bukan merupakan darah para pengikutnya tadi, itu merupakan darah hewan

sejenis kambing, Guru Gobind Singh sebenarnya tidak membunuh pengikutnya

tetapi menggunakan mereka sebagai contoh keberanian untuk menginspirasi para

jemaat Sikh lainnya, kemudian kelima orang tadi keluar dari tenda dengan

pakaian baru berwarna kunyit yang di atasnya ditutupi sorban yang diikat rapi

dengan warna yang sama tanpa terluka sedikit pun.

Guru Gobind Singh akhirnya memperjelas niatnya, dia memberikan

semacam ujian kepada pengikutnya untuk menguji seberapa jauh kesetiaan,

loyalitas, kepatuhan, dan kerelaan mereka untuk selalu mentaatinya, hal yang

sama juga pernah dilakukan oleh Guru Nanak sewaktu dia menguji para

pengikutnya, hingga pada akhirnya hanya ada satu jemaatnya yang lulus, pria itu

bernama Lehna, yang kemudian dikenal sebagai Guru Angad, Guru kedua dalam

agama Sikh.

Selain itu, ia ingin mendirikan tatanan baru dalam agama Sikh, sebuah

tatanan yang terdiri dari pria dan wanita yang memiliki keberanian, dedikasi dan

moralitas tinggi. Para anggota tatanan baru ini tidak akan pernah gentar dalam

menjalankan tugas mereka sebagai murid dari Guru, sama seperti kelima orang

Sikh tadi yang dengan suka rela menawarkan hidup mereka kepada Sang Guru.

Lalu kemudian, lima orang tadi yang terdiri dari Daya Ram, Dharam Das,

Himmat Rai, Mukham Chand, dan Sahib Chand diberi gelar Panj Piare yang

berarti “lima orang yang dicintai”. Selain diberi gelar mereka juga mengganti

nama mereka atas wejangan dari sang Guru yaitu menjadi Bhai Daya Singh, Bhai

51

Mukham Singh, Bhai Sahib Singh, Bhai Dharam Singh, dan Bhai Himmat

Singh.71

Panj Piare merupakan sekumpulan orang suci yang berdedikasi tinggi,

berani, dan kuat untuk memimpin para jemaat Sikh di masa yang akan datang,

Panj Piare secara resmi merupakan anggota Khalsa pertama yang telah diinisiasi

oleh Guru Gobind Singh. Kemudian Guru berkata: “Di mana ada Panj Piare,

maka disana ada Aku, mereka adalah yang paling suci diantara yang suci”.

Setelah itu, Guru Gobind Singh melanjutkan dengan menyelenggarakan

sebuah upacara, upacara yang sebenarnya telah ada sejak era Guru Pertama yaitu

Upacara Amrit atau Amrit Sanchar. Upacara ini dimulai dengan Guru yang

mencurahkan air ke dalam mangkuk besi, lalu Patasas (sejenis pemanis bisa gula

ataupun Madu) ditambahkan ke dalam air melambangkan simbol cinta dari Sang

Guru, kemudian diaduk menggunakan pedang bermata dua atau biasa disebut

dengan Khanda. Ramuan ini disebut Amrit, Sambil mengaduk air dengan Khanda,

Guru membaca Gurbani yang terdiri dari Lima Banis-Japji, Jaap Sahib, Anand

Sahib, Swayas, dan Chaupai (semuanya merupakan doa-doa yang termaktub di

dalam Guru Granth Sahib).

Lalu kemudian Guru melanjutkan dengan memercikan air suci tadi ke

kepala dan mata para inisiat, setelahnya air tersebut dibagikan ke telapak tangan

para inisiat untuk diminum. Sisa air suci yang terdapat dalam mangkuk besi

kemudian diminum secara bergantian oleh para inisiat, berbagi minuman dari

wadah yang sama merupakan sebuah simbol untuk melepaskan perbedaan kasta

71

Singha H. Singh, The Encyclopedia of Sikhism (New Delhi: Hemkunt Publishers,

2005), h.91-92.

52

dan status di antara mereka. Lalu setelahnya mereka diminta untuk memakan

Karah Parshad, makanan sejenis bubur yang terbuat dari gandum dan rempah-

rempah, kemudian Sang Guru mengatakan “Waheguru Ji Ka Khalsa, Waheguru Ji

Ki Fateh (Yang berarti: Khalsa milik Tuhan dan semua kemenangan bagi Nama-

Nya)” Yang kemudian diikuti oleh para inisiat sebagai tanda bahwa mereka

sekarang telah resmi menjadi bagian dari Khalsa.72

Kemudian Sang Guru berkata, “Bahwa kamu sekalian sekarang telah

menjadi bagian dari suatu tatanan yang baru, sebab itu kamu harus menganggap

saya sebagai bapak kamu dan istri saya (Sahib Devan) sebagai ibumu”. Dan

sebagai penutup dari serangkaian ritual, Panj Piare diwajibkan menggunakan

simbol yang menandakan bahwa ia adalah bagian dari Khalsa dan sebagai Ciri

khas bagi para jemaat Sikh agar tidak disamakan lagi dengan pengikut keyakinan

lainnya. Simbol ini merupakan barang-barang yaitu dimulai dengan huruf Punjabi

K yang kemudian dikenal dengan istilah 5K.

5K ini terdiri atas: Kesh (rambut) sebagai simbol spiritualitas, yang berarti

membiarkan rambutnya tidak dipotong, hal itu karena Rambut seseorang adalah

bagian dari ciptaan Tuhan, menjaga agar rambut tidak dipotong menandakan

bahwa seseorang mau menerima karunia Tuhan sebagaimana yang Tuhan

kehendaki. Namun, rambut itu harus dibungkus dengan menggunakan turban atau

serban (jika di Indonesia mirip seperti penutup kepala Pangeran Diponegoro),

Kangha (sisir) sebagai simbol kebersihan dan pentingnya untuk merawat tubuh

yang telah diciptakan Oleh Tuhan, Kirpan (pedang) sebagai simbol martabat dan

72

Surinder Singh Johar, Handbook on Sikhism (Delhi: Vivek Publishing Co, 1977), h.

105-106.

53

perjuangan Sikh melawan ketidakadilan, yang berarti untuk pertahanan diri dan

sebagai sarana untuk memelihara dan melindungi orang miskin, lemah dan

tertindas. Jangan pernah digunakan dalam kemarahan, Kacca (celana pendek)

yang berarti sebagai pengaman dan sebagai isyarat bahwa manusia tidak boleh

mengumbar aurat, dan Kara (gelang baja) sebagai tanda untuk mengingatkan

tentang perlunya menahan diri dan sebagai pengingat bahwa seorang jemaat Sikh

tidak boleh melakukan apa pun yang tidak disetujui oleh Guru, praktik ini

merupakan persyaratan penting karena melambangkan keyakinan mereka yang

sejati terhadap Sikh.73

Lalu sebagai pelengkap, Sang Guru mewartakan kepada Panj Piare untuk

menambahkan kata „Singh‟ yang berarti singa untuk para pria dan „Kaur‟ yang

berarti putri untuk para wanita, sebagai nama keluarga mereka dan sebagai tanda

bahwa dia telah termasuk ke dalam Khalsa.74

Kata Singh berarti Singa.

Maksudnya, orang yang sudah diinisiasi dan diberi nama belakang Singh adalah

para pemimpin Sikh yang memiliki keberanian layaknya keberanian singa

ditengah hutan.

Setelah ritual Amrit berakhir, Guru Gobind Singh kemudian berlutut di

depan Panj Piare dan meminta agar dirinya juga diinisiasi ke dalam Khalsa,

seperti yang ia lakukan kepada Panj Piare, hal ini membuat Panj Piare

tercengang karena tidak mungkin mereka melakukan ritual yang sama kepada

Guru mereka sendiri, tapi kemudian Sang Guru mengatakan “Bahwa Khalsa

73

Daljeet Singh, The Sikh Identity. Fundamental Issues in Sikh Studies (Chandigarh:

Institute of Sikh Studies, 1992), h. 77. 74

D. Field, The Religion of the Sikhs ( Delhi:Ess Publications, 1976), h. 84.

54

adalah perwujudan dari semua yang terbaik dalam agama Sikh maka perkenankan

saya untuk menjadi bagian dari Khalsa”. Disini sang Guru mengizinkan Panj

Piare untuk melakukan ritual pembaptisan yang sama padanya, hal ini menarik

karena sang Guru tidak hanya memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin

tapi beliau juga memposisikan dirinya sebagai seorang murid atau biasa disebut

dengan Aapey Gurchela, dan kemudian mengganti namanya menjadi Guru

Gobind Singh karena sebelumnya nama Guru adalah Gobind Rai.75

Ritual yang sama oleh diikuti oleh para pengikut lainnya, diperkirakan

lebih dari 20.000 jemaat Sikh dibaptis pada hari yang sama. Kemudian, dalam

beberapa hari, 80.000 orang telah dibaptis dan menjadikan Khalsa sebagai

identitas mereka. Ini dicapai dalam waktu singkat karena kelima Panj Piare

berasal dari berbagai daerah di India sehingga mereka dapat melakukan ritual

dengan cepat. Selain itu ada pula yang pergi ke Keshgarh untuk dibaptis secara

langsung oleh Guru Gobind Singh sendiri.76

Bagi mereka yang telah melewati prosesi upacara Amrit dan telah resmi

menjadi bagian dari Khalsa bisa disebut sebagai Sikh Amrithdari dan yang belum

disebut Sikh Sahajdari.

D. Sikh Amrithdari dan Sikh Sahajdari

a) Sikh Amrithdari

75

Darshan Singh, Sikh Community in Malaysia (Petaling Jaya: MPH Group Publishing,

2009), h.63-64. 76

Gopal Singh, The Religion of The Sikh (India: Asia Publishing House, 1971), h. 47-48.

55

Amrithdari terdiri dari dua kata yaitu Amrit yang secara harfiah berarti

nektar; namun umumnya merujuk pada seorang Sikh yang telah diinisiasi atau

dibaptis sebagai Khalsa dengan mengambil Amrit atau air nektar. Serta Dhari

yang berarti praktisi atau diberkahi atau telah mengambil. Jadi seorang Amritdhari

adalah orang yang telah menerima sumpah pembaptisan Khalsa yang diprakarsai

oleh Guru Gobind Singh (pada 14 April 1699) dan mengikuti Panj Kakari Raht

(aturan mengenakan 5K).77

Selain itu, seorang yang telah diinisiasi ke dalam Khalsa harus mengikuti

aturan dan kode etik yang didasarkan pada pedoman yang telah ditetapkan oleh

Guru Gobind Singh. Dalam Sikhisme, anak-anak tidak diinisiasi sejak lahir karena

inisiasi sejak lahir tidak ada dalam tradisi agama Sikh, bila mereka sudah cukup

mengerti tentang Khalsa, biar mereka sendiri yang menentukan kapan mereka

akan diinisiasi ke dalam Khalsa.

Oleh karena itu, setiap jemaat Sikh yang sehat secara mental dan fisik

(pria atau wanita) dapat menjalankan upacara inisiasi, dengan ketentuan bahwa ia

sendiri telah siap mengikuti proses upacara dan terus mengenakan 5K, yaitu

simbol-simbol suci agama Sikh. Semua anggota Khalsa harus mengikuti kode

disiplin yang sangat ketat selama sisa hidup mereka tanpa ada pelanggaran

(pengecualian diizinkan hanya jika orang itu sakit keras atau tidak sehat sehingga

tidak dapat beribadah ke Gurdwara). Karena inisiasi ke dalam Khalsa merupakan

77

Mewa Singh, Who is a Sikh? Abstracts of Sikh Studies (Chandigarh: Institute of Sikh

Studies, 2005), h.73.

56

langkah serius, hanya orang yang cukup dewasa untuk memahami dan menerima

cara hidup Khalsa yang harus melakukannya.78

Adapun kode etik Khalsa yang biasa disebut Raht Maryada, Merupakan

sebuah aturan atau mandat untuk kehidupan sehari-hari bagi para jemaat Sikh

yang sesuai dengan ajaran 10 Guru Sikh. Beberapa poin utama adalah:

A. Hanya percaya pada satu Tuhan

B. Seorang Sikh harus percaya hanya pada ajaran sepuluh Guru dan

Guru Granth Sahib

C. Doa pagi dan sore harus dibacakan setiap hari

D. setiap jemaat Sikh harus menghadiri ibadah umum di gurdwara

E. Tembakau dan minuman keras dilarang

F. Perzinahan dilarang

G. Memotong atau menghilangkan rambut dari bagian tubuh mana

pun itu merupakan dilarang keras

H. Tidak boleh memakan daging yang cara penyembelihanya yang

tidak sesuai dengan ketentuan

I. Obsesi dengan kekayaan materi juga tidak dianjurkan dalam

Sikhisme, Kehidupan yang tidak berorientasi pada keluarga

(Seorang Sikh didorong untuk tidak hidup sebagai pertapa)

J. mempelajari bahasa Punjab

K. membaca dan memahami Guru Granth Sahib

78

Nikky Sarinder, The Birth of the Khalsa (Washington Avenue: State University of New

York Press, 2005), h. 64.

57

L. Perhiasan atau tanda khusus yang terkait dengan kepercayaan lain

tidak boleh dikenakan

M. Tidak akan percaya pada buku agama lain selain Guru Suci Granth

Sahib, meskipun mereka dapat mempelajari buku-buku agama lain

untuk memperoleh pengetahuan dan untuk studi banding

N. Tidak akan percaya pada kasta, sihir, pertanda, jimat, astrologi,

pemotongan rambut seremonial, puasa, topeng depan, benang suci,

dan ritual kematian tradisional

O. Seorang Sikh harus hidup dengan kerja yang jujur dan memberi

dengan murah hati kepada orang yang membutuhkan sepanjang

waktu

P. Menjalani hidup secara benar

Q. memperlakukan semua manusia secara setara

R. Pembicaraan yang tidak berharga: Menyombongkan diri, bergosip,

berbohong, memfitnah, Tidak diizinkan.79

Dan yang terpenting adalah jika telah diinisiasi ke dalam Khalsa maka diharapkan

ia menjadi suri tauladan bagi mereka yang belum menjadi bagian dari Khalsa.

Itulah sederet ketentuan yang harus dipahami dan dijalankan oleh mereka

yang telah diinisiasi ke dalam Khalsa, karena ketentuan yang begitu rumit dan

luar biasa berat tidak sedikit pula jemaat Sikh yang menunda untuk diinisiasi ke

dalam Khalsa, hal itu disebabkan kebanyakan dari mereka memang belum siap

79

Satwant Kaur Hemkunt, Sikhism, A Complete Introduction (New Delhi: Hemkunt Press,

1994), h.97-98.

58

untuk memenuhi kode disiplin secara penuh. Lagi pula, tidak ada batasan usia

minimum atau maksimum yang ditentukan bagi mereka yang sudah siap untuk

diinisiasi ke dalam Khalsa.

b) Sikh Sahajdari

Istilah Sahajdhari adalah gabungan dari dua kata yaitu Sahaj dan Dhari.

Kata Sahaj (dalam bahasa Punjab) yang berarti lambat, sedangkan kata Dhari

berarti praktisi atau diberkahi atau telah mengambil. Sahajdari adalah seorang

pemeluk agama Sikh akan tetapi belum menerima sumpah atau diinisiasi ke dalam

Khalsa atau belum menjadi Amrithdari. Mereka sebenarnya percaya semua ajaran

Sikhisme dan ajaran para Guru Sikh, akan tetapi mungkin mereka belum siap

untuk mempraktikannya. Alasannya bisa banyak, termasuk tidak cukup disiplin

untuk mempertahankan kode etik Khalsa atau belum memiliki komitmen yang

cukup untuk menjadi bagian dari Khalsa.80

Dalam ajaran agama Sikh alasan ini dianggap sah, karena bila terbukti

mengingkari atau melanggar kode etik setelah menjadi bagian dari Khalsa, itu

dianggap sebagai suatu kesalahan besar dalam ajaran agama Sikh, bahkan bisa

menerima hukuman dari Panj Piare berupa harus diinisiasi ulang, membayar

denda, berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, dan yang lebih berat

adalah dikeluarkan dari Khalsa. Jadi lebih baik tidak melakukan (dengan tidak

diinisiasi untuk menjadi bagian dari Khalsa) dari pada gagal dalam waktu dekat.

Oleh karena itu, meskipun menjadi bagian dari Khalsa merupakan kewajiban bagi

80

Opinderjit Kaur Takhar, Sikh Identity: An Exploration of Groups Among Sikhs

(Hounslow: Ashgate Publishing, 2005), h.51.

59

setiap pemeluk agama Sikh, akan tetapi bila ia merasa belum sanggup dan belum

cukup berkomitmen, maka hal itu tidak bisa dipaksakan, tergantung kepada kadar

keimanan seorang pemeluk agama Sikh.

Satu lagi hal penting, menurut Balwant Singh, ketika kita sudah diinisiasi

ke dalam Khalsa, seharusnya kita tidak usah takut lagi untuk menjaga kode etik

dan macam sebagainya, karena pada dasarnya Khalsa-lah yang akan menjaga kita

semua. Ingat pada saat kita merelakan kepala kita kepada Guru Gobind, sekarang

terserah kepada kita sebagai murid akan percaya sepenuhya kepada Guru atau

tidak, karena pada dasarnya kita sebagai manusia biasa sudah tidak punya daya

dan upaya lagi agar bisa hidup selamat di dunia ini selain percaya kepada Guru,

ditambah dalam keyakinan kami tidak ada satu pun dari perbuatan ataupun ucapan

Guru yang menyusahkan muridnya.

60

BAB IV

SIGNIFIKANSI PERAYAAN VAISAKHI TERHADAP

KEBERAGAMAAN KAUM SIKH

A. Definisi Keberagamaan

Pengertian Keberagamaan Kata keberagamaan adalah berasal dari kata

beragama, mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”. Kata beragama sendiri

memiliki arti “memeluk (menjalankan) agama”. Menurut Poerwadarminta, agama

adalah “segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa serta sebagainya) serta ajaran

kebaktian dan kewajiban kewajiban yang bertalian (berhubungan) dengan

kepercayaan itu. Pengertian ini adalah pengertian agama dalam arti umum, yaitu

untuk semua jenis agama. Selanjutnya, imbuhan “ke” dan “an” pada kata

“beragama”, menjadikan kata “keberagamaan” mempunyai arti, cara atau sikap

seseorang dalam memeluk atau menjalankan (melaksanakan) ajaran agama yang

dipeluk atau dianutnya.81

Keberagamaan atau religiusitas adalah aktivitas beragama. Dan aktivitas

beragama disini bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual

(beribadah), tapi juga aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.

Bukan hanya kegiatan yang tampak dan dapat dilihat oleh mata tetapi juga

aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang.82

Menurut Zakiah Daradjat, terdapat dua indikator dalam keberagamaan yaitu:

81

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008), h. 1414. 82

Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori, Psikologi Islami Solusi Islam atas Problem-

Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 76.

61

a) Kesadaran Agama, (Religious Counciouness) adalah bagian atau segi

agama hadir (terasa) dalam pikirandan dapat diuji melalui instrospeksi

atau dapat dikatakan bahwa ia adalah aspek mental dari aktivitas agama.

b) Pengalaman Agama, (Religious Experience) adalah unsur perasaan dalam

kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang

dihasilkan oleh tindakan (amaliah).83

Menurut Stark dan Glock yang dikutip dalam bukunya Mohammad Mustari,

menyatakan bahwa ada lima unsur atau macam yang termasuk dalam nilai

keberagamaan, yaitu:

a. Keyakinan agama, Merupakan kepercayaan atas doktrin ketuhanan,

seperti percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, akhirat, surga,

neraka, takdir, dan lain-lain. Tanpa keimanan memang tidak akan

tampak keberagamaan. Tidak akan ada ketaatan kepada Tuhan jika

tanpa keimanan kepada-Nya

b. Ibadah, adalah cara melakukan penyembahan kepada Tuhan

dengan segala rangkaiannya. Ibadat dapat menimbulkan rasa cinta

pada keluhuran, gemar mengerjakan akhlak yang mulia dan amal

perbuatan yang baik dan suci. Maka, ibadat disini bukan berarti

ibadat yang bersifat langsung penyembahan kepada Tuhan.

Berakhlak baik dalam segala hal dengan niat yang ikhlas karena

Tuhan juga termasuk ibadah.

83

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta: Bulan Bintang, 1972), h. 12.

62

c. Pengetahuan agama, Pengetahuan agama merupakan pengetahuan

tentang ajaran agama meliputi berbagai segi dalam suatu agama.

Misalnya pengetahuan tentang shalat, puasa, zakat, dan

sebagainya. Pengetahuan agama pun bisa berupa pengetahuan

tentang riwayat perjuangan nabinya, peninggalannya, dan cita-

citanya yang menjadi panutan dan teladan umatnya.

d. Pengalaman agama, adalah perasaan yang membuat pemeluk

agama menjadi semakin taat atau malah pindah ke agama lainnya.

e. Konsekuensi, Yang terakhir adalah konsekuensi dari keempat

macam tersebut merupakan aktualisasi dari doktrin agama yang

dihayati oleh seseorang yang berupa sikap, ucapan, perilaku

ataupun tindakan. Dengan demikian, hal ini bersifat agresi

(penjumlahan) dari unsur lain.84

Pengaruh agama adalah perasaan yang dialami oleh orang beragama, yaitu

seperti rasa tenang, tentram, bahagia, syukur, patuh, taat, takut, menyesal,

bertobat, dan lain sebagainya. Pengaruh keagamaan ini terkadang memiliki makna

mendalam dalam pribadi seseorang. Dengan demikian banyak yang kemudian

semakin taat dengan agamanya bisa juga beralih dari satu agama ke agama

lainnya, atau dari satu aliran ke aliran lainnya dalam satu agama.

Berdasar paparan diatas, bahwa perayaan Vaisakhi cocok dengan poin keyakinan

agama karena pada awalnya perayaan tersebut hanya sebatas budaya saja, lalu

dimodifikasi oleh Guru Gobind untuk menjadi sebuah perayaan keagamaan

84

Mohammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan (Jakarta: Rajawali

Press, 2014), hlm. 3-4

63

sehingga bisa menjadi sarana atas lahirnya Khalsa karena dengan lahirnya Khalsa

maka kehidupan beragama kaum Sikh menjadi semakin lebih terstruktur, dalam

artian jika sebelumnya keberagamaan kaum Sikh hanya berfokus pada bagaimana

menebar kebaikan dan kebenaran, maka sejak Khalsa lahir, kaum Sikh kini juga

berfokus dalam bagaimana cara menghadapi segala bentuk kezaliman.

B. Gambaran Umum Perayaan Vaisakhi

Karena perayaan Vaisakhi merupakan perayaan yang spesial bagi para

umat Sikh diseluruh penjuru dunia, maka sangat wajar bila perayaan yang

berlangsung tiap tahun ini dirayakan secara besar-besaran, hal itu ditandai dengan

gurdwara yang dihias menjadi lebih cantik dari sebelumnya, gurdwara dihias

dengan berbagai macam bentuk hiasan khusus untuk mendukung berlangsungnya

acara tersebut.

Pada perayaan Vaisakhi tahun ini, penulis berkesempatan untuk hadir

langsung untuk mengikuti jalannya perayaan Vaisakhi di Gurdwara Pasar Baru

Jakarta, seperti yang sudah dijelaskan bahwa perayaan ini berlangsung pada

tanggal 14 April 2019, dibuka dengan Rehras Shahib (pembacaan doa harian bagi

jemaat Sikh) kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan ibadah dan pembacaan

Kitab suci Guru Granth Sahib secara bersama-sama yang merupakan salah satu

simbol persatuan bagi para jemaat Sikh, kemudian dilanjutkan dengan lantunan

Nagar Kirtan, pada kesempatan ini dibagi ke dalam 3 sesi, sesi pertama diisi oleh

Veer Manpreet Singh Ji, seorang pemuka Agama Sikh yang berasal dari Inggris

yang sekarang bertugas di Malaysia. Sesi kedua diisi oleh Bhai Kuldeep Singh,

64

seorang pemuka agama Sikh dari Amritsar, India. Dan sesi terakhir diisi oleh para

siswa dan siswi dari Sekolah Khalsa.85

Setelah itu, semua jemaat diminta untuk

hadir di langar dan menyantap makanan yang telah disediakan oleh para relawan.

Pada perayaan Vaisakhi tahun ini tidak dilaksanakan upacara Amrit,

karena memang belum ada dari para jemaat yang siap untuk diinisiasi ke dalam

Khalsa, tetapi biarpun begitu tidak mengurangi esensi dari perayaan Vaisakhi,

karena perayaan Vaisakhi hanya berfokus untuk mengingat kembali tentang

sebuah transformasi besar yang diciptakan oleh Guru Gobind Singh, lagi pula

upacara Amrit tidak terbatas oleh waktu dan bisa dilangsungkan kapan saja

tergantung kesiapan dari jemaat jika memang sudah ada yang siap, jika belum

siap tentu tidak akan berdosa.

Puncak perayaan Vaisakhi tahun ini ditutup dengan mengibarkan bendera

Nishan Sahib (bendera khas umat Sikh) yang dipasang tepat di depan gurdwara

Pasar Baru Jakarta. Pada perayaan Vaisakhi tahun 2019 tidak ada perarakan

maupun parade karena menurut Ghoul Raj, itu semua merupakan bagian dari

Ceremony dan tradisi saja dalam menyambut perayaan Vaisakhi, karena hal itu

tidak dianjurkan, pada di wilayah lain seperti di Medan, Malaysia, Inggris,

Amerika, Kanada dan negara lainnya diadakan perarakan atau parade karena

jumlah jemaat Sikh disana lebih banyak. bahkan di India Perayaan Vaisakhi

menjadi hari libur nasional, tapi tidak dengan disini. Jumlah jemaat Sikh masih

menjadi minoritas dan masih banyak warga ibukota yang tidak mengetahui

85

Sekolah Khalsa merupakan sebuah program yang diadakan oleh para pengurus

Gurdwara untuk memberikan edukasi kepada para anak-anak jemaat Sikh tentang bagaimana

menjadi seorang pemeluk agama Sikh sejati. Wawancara Pribadi dengan Bapak Ghoul Raj (Salah

satu pengurus Gurdwara Pasar Baru Jakarta) pada tanggal 14 April 2019.

65

tentang keberadaan kaum Sikh. Biarpun begitu yang terpenting adalah kami masih

bisa merayakan perayaan Vaisakhi secara aman, damai dan tanpa hambatan.

Meskipun pada tahun 2019 perayaan hanya berfokus di dalam gurdwara saja, tapi

hal ini tidak menyurutkan semangat dan rasa suka cita para jemaat Sikh atas

berlangsungnya perayaan Vaisakhi.86

C. Pengaruh Khalsa terhadap keberagamaan Kaum Sikh

Menurut Raam Singh, sebenarnya pengaruh Khalsa bagi keberagamaan

kaum Sikh sangat luar biasa untuk dipahami oleh akal manusia yang serba

terbatas, berani melawan kezaliman itu hanya segelintirnya saja. Bisa disebut

Khalsa merupakan puncak evolusi spiritual seorang jemaat Sikh. Oleh karena itu,

semua jemaat Sikh diharapkan menjadi bagian dari Khalsa suatu hari nanti jika

sudah merasa siap, karena menjadi bagian dari Khalsa merupakan sebuah

keharusan akan tetapi tidak harus dipaksakan.87

Menurut Prem Singh, lahirnya Khalsa memiliki tiga arti yaitu:

Mendefinisikan kembali konsep persatuan dalam komunitas Sikh, karena saat

Khalsa belum ada Umat Sikh saat itu jika dianalogikan seperti ada di dalam

persimpangan jalan, karena pasca terlibat konflik dengan kekaisaran Mughal yang

berakhir dengan kekalahan, umat Sikh dalam keadaan bingung harus berbuat apa

untuk kedepannya, ditambah dengan gugurnya Guru kami (Guru Tegh Bahadur),

otomatis itu membuat mental dan daya juang umat Sikh menjadi semakin jatuh,

86

Wawancara Pribadi dengan Ghoul Raj (Salah satu pengurus Gurdwara Pasar Baru

Jakarta) pada tanggal 14 April 2019 87

Wawancara Pribadi dengan Raam Singh (Salah satu pengurus Gurdwara Pasar Baru

Jakarta) pada tanggal 16 April 2019

66

jadi wajar jika ketika itu umat Sikh terpecah kedalam Pro dan Kontra. Pro disini

adalah lebih baik mengikuti apa yang diminta oleh kekaisaran Mughal (pada saat

itu kekaisaran Mughal menuntut upeti kepada umat Sikh), sedangkan yang kontra

akan tetap memberikan perlawanan terhadap kekaisaran Mughal. Ditambah saat

itu Guru Gobind belum mengambil langkah konkrit untuk menjaga persatuan

umat Sikh, lalu selanjutnya adalah modifikasi upacara Amrit beserta

memperkenalkan kode etik, disini Guru Gobind mengubah tata cara upacara

Amrit dari yang semula para inisiat harus meminum air basuhan kaki guru,

sekarang diubah menjadi hanya memercikan air ke kepala dan mata para inisiat,

dan kode etik disini adalah bahwa Sang Guru menginginkan jika suatu hari nanti

umat Sikh telah mengambil Amrit maka dia harus menuruti semua kode etik dan

menggunakan aturan 5K yang menandakan bahwa ia adalah seseorang yang telah

resmi menjadi bagian dari Khalsa, dan yang paling penting adalah memberikan

umat Sikh sebuah visi agama baru, karena jika dilihat dari ajaran para guru dari

Guru pertama sampai kesembilan, ajaran Sikh hanya dititikberatkan untuk

menebar kebaikan dan kebenaran, maka sejak era Guru kesepuluh, itu semua itu

dimodifikasi, jadi tidak cukup hanya menebar kebaikan dan kebenaran saja tetapi

juga harus bersedia untuk memerangi kezaliman dan kesewenang-wenangan.88

Guru Gobind pernah menulis di Sarbloh Granth89

(Khalsa Akal Purakh ki

Fauj) yang berarti bahwa jika menjadi bagian dari Khalsa artinya dia telah

88

Wawancara Pribadi Dengan Raam Singh, tokoh pemuda gurdwara Pasar Baru Jakarta)

pada tanggal 18 April 2019. 89

Sarbloh Granth adalah salah satu dari karya Guru Gobind Singh, atau bisa juga disebut

sebagai sumber aturan ketiga dalam keyakinan Sikh, setelah Guru Granth Sahib dan Dasam

67

menjadi bagian dari pasukan tuhan yang memiliki tugas untuk melayani dan

melindungi semua orang (bukan hanya kaum Sikh) dan selalu bertindak sesuai

dengan ajaran Guru mereka. Konsep ini mencakup semuanya dan tidak dapat

digunakan dalam arti sempit. Jadi jika ada seseorang yang telah menjadi bagian

dari khalsa lalu dia hanya melayani beberapa orang terlebih hanya mementingkan

diri sendiri, maka dia telah gagal menjadi bagian dari Khalsa, sebagaimana

ditetapkan oleh Guru.

Khalsa adalah cara mengatasi semua keraguan dan kendali dalam

kejahatan; yang mengendalikan dorongan nafsu, murka, keserakahan, keterikatan

materi. Khalsa adalah: yang memiliki kepribadian murni dan tidak ternoda, tanpa

kebohongan, penipuan dan ketidakjujuran.90

Dengan demikian, penulis menemukan bahwa pembentukan Khalsa oleh

Guru Gobind Singh dapat ditinjau dalam beberapa perspektif yaitu yang pertama

adalah perspektif historis, Guru Gobind Singh adalah seorang pria yang

memposisikan dirinya bukan hanya sebagai seorang pemimpin tapi sebagai perisai

dari segala ancaman yang diterima oleh para jemaat Sikh pada saat itu, hal ini

karena tidak terlepas dari upaya beliau dengan berbagai cara untuk tetap menjaga

kehormatan dan melindungi segenap tumpah darah para jemaat Sikh, Beliau tetap

bersikeras dengan pendiriannya yaitu tetap teguh menentang segala bentuk

penindasan yang dialami oleh para jemaat Sikh pada saat itu.

Granth. Lihat, Jain Singh, A Panorama of Sikh Religion & Philosophy (Delhi: Publications

Bahubali, 1985), h. 91. 90

Piara Singh Sambi, The Sikhs: Their Religious Beliefs and Practices (Sussex Acedemic

Press:1995), h.63.

68

Memang pada saat Khalsa belum ada para jemaat Sikh cenderung bersikap

pasif dan mengikuti segala perintah dari pihak manapun yang saat itu sedang

berkuasa di India, hal ini pula yang membuat sang Guru untuk menggelorakan

kembali semangat persatuan dan persaudaraan diantara para jemaat Sikh. Lalu

selanjutnya adalah persepektif fenomenologis, fakta bahwa pada saat itu di Bumi

India khususnya Punjab, sistem kasta adalah biang permasalahan yang memecah

belah dan menimbulkan ketimpangan sosial, ini menjadi dasar bagi Khalsa untuk

masuk dan memperbaiki segala kekacauan yang terjadi akibat sistem kasta

tersebut, dan untuk menciptakan karakteristik sendiri yang berbeda dengan

keyakinan lainnya pada saat itu, dengan keberanian, persaudaraan, kesetaraan, dan

persatuan sebagai simbolnya. Dan yang terakhir yaitu Perspektif teologis, Khalsa

memberikan suatu visi agama baru bagi umat Sikh.

Pengaruh Khalsa bagi keberagamaan kaum Sikh sungguh sangat luar biasa

karena Khalsa tidak hanya menjadi sebuah ikatan persaudaraan abadi dalam

agama Sikh tapi juga telah berkembang menjadi sebuah pedoman dalam

menjalani hidup bagi kaum Sikh, itu tidak terlepas dari sejak awal pendirian

Khalsa itu sendiri, Khalsa yang terlahir bertepatan dengan sebuah perayaan

musim panen di Punjab (Vaisakhi) sejak awal merupakan sebuah sarana dari Guru

Gobind Singh untuk menyatukan kembali semangat persatuan dan persaudaraan

diantara kaum Sikh, sekarang telah menjadi syarat wajib agar membuat keimanan

seorang umat Sikh menjadi sempurna, Khalsa telah memenuhi kehendak dari para

Guru agar setiap umat Sikh menjadi seorang ksatria suci yang memiliki sifat

berani, jujur, bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Selain itu Khalsa

69

menghasilkan sebuah stabilitas spiritual, itu dikarenakan Guru telah menentukan

sebuah identitas disiplin yang menjadi ciri khas kaum Sikh dan membuatnya

semakin berbeda dengan keyakinan lain, serta prinsip-prinsip dan kode perilaku

yang membuat hidup kaum Sikh semakin baik dan terarah.

Seorang Sikh yang telah resmi menjadi bagian dari Khalsa adalah orang

yang telah membuat komitmen seumur hidup pada ajaran-ajaran para Guru Sikh,

kewajiban bagi mereka yang telah menjadi bagian dari Khalsa adalah

memperjuangkan keadilan, melawan penindasan, kepalsuan dan tirani dengan

segala tanpa memandang dia berasal dari mana, apa agamanya, dan siapa pun dia

karena Khalsa merupakan bentuk terbaik dari keyakinan Sikh.

Pengaruh keberagamaan memang pada dasarnya tidak dapat dilihat dan

hanya dirasakan oleh pemeluk agama tersebut, akan tetapi dalam kasus kaum

Sikh, semua itu dapat dilihat yaitu dimana seorang kaum Sikh menggunakan

aturan 5K karena pada dasarnya jika seorang kaum Sikh telah menggunakan

aturan 5K maka ia adalah bagian dari Khalsa. Dan itu artinya ia telah menjadi

seorang Sikh sejati yang hanya tunduk dan patuh pada ajaran Guruji.

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perayaan Vaisakhi yang pada awalnya hanya sebatas perayaan musim panen

masyarakat Punjab dan tidak ada sangkut pautnya dengan agama Sikh, namun

sejak Guru Gobind Singh mendirikan Khalsa yang bertepatan dengan perayaan

Vaisakhi, maka perayaan ini pun menjadi salah satu perayaan yang dinantikan

oleh para pemeluk agama Sikh di seluruh dunia, khususnya jemaat Sikh di Pasar

Baru, dan menandai akan sebuah era baru bagi agama Sikh.

Selain itu pengaruh dari perayaan ini adalah semakin memunculkan rasa

berbagi dengan sesama, karena sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas hasil

panen dan lahirnya Khalsa, karena dengan lahirnya Khalsa, semua permasalahan

yang membelenggu umat Sikh dapat terselesaikan, dimulai dari konflik dengan

Kerajaan Mughal, sistem kasta secara konstan menjadi biang kesengsaraan

masyarakat, dan segala bentuk kezaliman yang terus menerus membuat hidup

masyarakat khususnya kaum Sikh semakin hari semakin menderita, selain itu,

lahirnya Khalsa melahirkan sebuah ciri agama yang khas bagi agama Sikh dan

membuatnya berbeda dengan para pemeluk agama lainnya.

Jadi, Khalsa merupakan puncak evolusi spiritual dalam keyakinan agama

Sikh, ketika seseorang telah diinisiasi ke dalam Khalsa maka keimanan seorang

pemeluk Sikh bisa disebut sempurna, visi keagamaan agama Sikh juga bertambah

yaitu memerangi kezaliman dan tidak hanya sebatas menebar kebenaran saja, dan

terakhir, apabila seseorang telah diinisiasi ke dalam Khalsa maka di ibaratkan ia

71

seperti dilahirkan kembali seperti bayi dan menghapus semua

keburukan/kesalahan yang selama ini diperbuat saat belum masih menjadi bagian

dari Khalsa.

Khalsa merupakan semua bentuk terbaik dalam keyakinan agama Sikh.

Waheguru Ji Ki Khalsa,

Waheguru Ji Ki Fateh.

B. Saran

Dari penjelasan sederhana dan singkat mengenai pengaruh Perayaan Vaisakhi

terhadap keberagamaan Kaum Sikh (Studi Kasus Gurdwara Pasar Baru Jakarta),

Penulis Berharap :

1. Perayaan Vaisakhi tidak hanya sebatas perayaan musim panen,

perayaan Vaisakhi menjadi sebuah awal bagi dimulai sebuah era baru

bagi Agama Sikh, selain itu, lahirnya Khalsa dihararapkan membuat

para Umat Sikh menjadi apa yang dicita-citakan Oleh Para Guru.

2. Penulis berharap bahwasannya tulisan ini masih jauh dari kata

sempurna semoga bisa bermanfaat buat diri penulis sendiri, maupun

orang lain yang membacanya.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima dengan tangan

terbuka segala kritikan maupun saran demi kesempurnaan skripsi ini.

72

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mukti, ed. Romdhon dkk, Agama-Agama Di Dunia, Yogyakarta: IAIN

SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988.

Alwi, Hasan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional Balai Pustaka, 2005

Bahri, Media Zainul, Wajah Studi Agama-agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2015.

Cole, Owen and Piara Singh Sambhi, The Sikhs: Their Religious Beliefs and

practices, New Delhi: Piatalla Press, 1978.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008.

Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori, Psikologi Islami Solusi Islam atas

Problem-Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1972.

Darshan singh gill, Tan Sri Dato seri, Sikh community in Malaysia, Malaysia:

Geraksikh, 2009

Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Pengaruh dan Implementasinya Jakarta: Rieneka

Cipta, 2004

Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Field, D., The Religion of the Sikhs, Delhi: Ess Publications, 1976.

Gandhi, Surjit Singh, History of Sikh Guru Retold: 1606-1708, Atlantic

Publishers & Distibutors, 2007.

73

Hakim, Agus, Perbandingan Agama: Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan

Majusi, Shabiah, Yahudi, Kristen, Hindu, Buddha, Sikh, Bandung: CV.

Diponegoro, 1993.

Hemkunt, Satwant Kaur, Sikhism, A Complete Introduction, New Delhi: Hemkunt

Press, 1994.

Johar, Surinder Singh, Handbook on Sikhism, Delhi: Vivek Publishing Co, 1977.

Kaur,Charanjit, Sikh Rehat Mardaya: Satu Kajian Mengenai Kod Tingkah Laku

Penganut Agama Sikh, (Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan Malaysia,

2002.

KH, U. Maman, metodologi Penelitian Agama : Teori dan Praktik Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2006.

Keene, Micheal Agama-Agama Dunia Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Ludwig, Theodore M, The Sacred Paths of The East, New Delhi: Prentice Hall

Press, 2001.

Macauliffe, Max Arthur, Agama Sikh, Gurunya, Tulisan, dan Penulis Suci

Volume I,Oxford University Press, 1909.

Meolong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Mittal,Sushil And Gene Thursby, Religions of South Asia An Introduction, New

York: First Published, 2006.

Myrvold, Kristina, Inside The Guru’s Gate, Lund: Lund University, 2008.

Nadroh, Siti, Agama-agama Minor (Ciputat: Uin JakartaPress: 2013).

74

Nadroh Siti dan Syaiful Azmi, Agama-Agama Minor, Tangerang selatan: UIN

Jakarta Press, 2015.

Nesbitt, Eleanor, A Guide to Sikhism, Oxford University Press, 2005.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: PT Balai Pustaka,

2011

Putra, Nusa, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, Jakarta: PT. Indeks,

cetakan kedua, 2012.

Pendit, Nyoman S, Guru Nanak dan Agama Sikh, Jakarta: Yayasan Sikh

Gurdwara Mission: 1988.

Ratna, Nyoman Kutha, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora Pada Umumnya Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Raharjo, M. Dawam, Metodologi Penelitian Agama (Sebuah Pengantar),

Yogyakarta: Tiarawacana, 1989.

RK, Pruthi, Sikhisme dan Peradaban India, New Delhi: Ashgate Publishing,

2004.

Sarinder, Nikky, The Birth of the Khalsa, Washington Avenue: State University of

New York Press, 2005.

Sambi, Piara Singh, The Sikhs: Their Religious Beliefs and Practices, Sussex

Acedemic Press:1995.

Sedana, I Dewa Putu, Sikhisme Bukan Perpaduan Agama Hindu dan Islam,

Denpasar: Universitas Udayana Press, 2013.

Senker, Cath My Sikh Year, The Rosen Publishing, 2007.

75

Singh, Barkshish, History of Harmandir Sahib the Golden Temple, Patiala: Punjab

University Press, 1999.

Singh, Gurdev, Respective On Sikh Tradition, (New Delhi: Patiala, 1996).

Singha, H.S., Sikh Studies Hemkunt Press, 2005, h.101.

Singh, Hakim Choor, Agama Sikh, Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara Mission:

2001.

Singh, Khustwant, A History Of Sikh, (Oxford University Press: 2001).

Singh, Trilochan, The Sacred Writing Of The Sikhs, (Ruskin House, 1960).

Singh, Pashaura, The Oxford Handbook of Sikh Studies, Oxford: Oxford

University Press, 2014.

Singh, Daljeet, The Sikh Identity. Fundamental Issues in Sikh Studies,

Chandigarh: Institute of Sikh Studies, 1992

Singh, Puran, Spirit of the Sikh, Vol. II, New Delhi: Punjabi University Press,

1982.

Singh, Singha H. The Encyclopedia of Sikhism, New Delhi: Hemkunt Publishers,

2005.

Singh, Gopal, The Religion of The Sikh, India: Asia Publishing House, 1971.

Singh, Darshan, Sikh Community in Malaysia, Petaling Jaya: MPH Group

Publishing, 2009.

Singh, Jain, A Panorama of Sikh Religion & Philosophy, Delhi: Publications

Bahubali, 1985.

Singh, Mewa, Who is a Sikh? Abstracts of Sikh Studies, Chandigarh: Institute of

Sikh Studies, 2005.

76

Singh, Teja, A Short History of the Sikhs: Volume One, Ludiana, Lahore

Bookshop: 2008.

Singh, Puran Spirit of The Sikh, Vol 1, Patiala, India: Punjabi University Press,

1982.

Singh, Jagraj, A Complete Guide to Sikhism, Unistar Books, 2009.

Singh, Kartar, Kisah Hidup Nanak, New Delhi: Hamkunt Press, 1984.

Singh, Arvind Pal, Sikhism: A Guide for the Perplexed, Bloomsburry Acedemic,

2013.

Suhartono, Iran, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya,

1996.

Suprayogo, Imam Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2000.

Sou‟yb, Joesoef, Agama-Agama Besar Di Dunia, Jakarta: Al-Husna, 1966.

Syan, Hardip Singh, Sikh Militancy in the Seventeenth Century: Religious

Violence in Mughal and Early Modern India, I. B. Tauris 2013.

Takhar, Opinderjit Kaur, Sikh Identity: An Exploration of Groups Among Sikhs

Hounslow: Ashgate Publishing, 2005.

Trumpp, Ernest, The Ādi Granth or the Holy Scriptures of the Sikh, Munshiram

Manoharlal Publishers, 2004.

Yadev, Jai Singh, Mengenal Agama Sikh, Jakarta: Yayasan Gudrwara Mission:

2001.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

cetakan pertama, 2004.

77

Wawancara

Wawancara Pribadi Bapak Ghoul Raj, pada tanggal 14 April 2018 di Gurdwara

Pasar Baru Jakarta

Wawancara Pribadi Dengan Raam Singh, pada tanggal 14 April 2019 di

Gurdwara Pasar Baru Jakarta

Wawancara Pribadi dengan Balwant Singh, pada tanggal 14 April 2019 di

Gurdwara Pasar Baru Jakarta

Wawancara Pribadi dengan Ranjit Singh, pada tanggal 14 April 2019 di Gurdwara

Pasar Baru Jakarta

Wawancara Pribadi dengan Fran Singh, pada tanggal 14 April 2019 di Gurdwara

Pasar Baru Jakarta

Internet

Sewadars, “Seputar Gurdwara Pasar baru” . Diakses pada 23 April 2018 dari

www.sikhtemplejakarta.com

Sewadars, “Seputar Gurdwara Pasar baru” . Diakses pada 23 April 2018 dari

www.sikhtemplejakarta.com

78

LAMPIRAN

Transkrip Wawancara

P : Penanya

N : Narasumber

Wawancara dengan Prem Singh

N: Pada perayaan ini kita berfokus untuk mendidik atau memberi pencerahan bagi

para jemaat khususnya anak-anak untuk mengingat dan meneladani atas apa yang

telah dilakukan oleh Guru Gobind Singh, Karena selama periode sekitar 1650-an,

Negara bagian di sekitar Punjab berada dalam kekacauan, Para penguasa hari itu

banyak berbuat korup, Tidak ada aturan hukum, Hak-hak orang biasa dikerdilkan

bahkan dihilangkan sama sekali, Keadilan menjadi barang langka bahkan sulit

untuk dapat ditemukan, Yang kuat memaksakan kehendak dan jalan mereka tanpa

perundingan terlebih dahulu, Yang lemah menderita secara konstan dan diam-

diam, Terjadi kesengsaraan di mana-mana. Dalam keadaan seperti inilah Sang

Guru menemukan sebuah kesempatan dan memilih untuk membuat Khalsa. Guru

sedang mencari orang-orang terpilih di dalam komunitas Sikh yang siap akan

menerima tantangan dan mengatasi kesewenang-wenangan, menjadi kuat dan tak

kenal takut, Bersiap untuk menghadapi tantangan-tantangan sebesar dan seberat

apapun tanpa keberatan, Siap untuk menegakkan keadilan, bahkan rela untuk

mengorbankan semua yang ia miliki termasuk nyawanya sendiri. Oleh karena itu

signifikansi dari perayaan Vaisakhi merupakan lahirnya Khalsa.

P: Apa makna Khalsa?

N: Dan yang terpenting adalah deklarasi lahirnya Khalsa memiliki tiga arti yaitu:

Mendefinisikan kembali konsep persatuan dalam komunitas Sikh, Karena saat

Khalsa belum ada Umat Sikh saat itu jika dianalogikan seperti ada didalam

persimpangan jalan, karena pasca terlibat konflik dengan kekaisaran Mughal yang

berakhir dengan kekalahan, umat Sikh dalam keadaan bingung harus berbuat apa

untuk kedepannya, ditambah dengan gugurnya Guru kami (Guru Tegh Bahadur),

otomatis itu membuat mental dan daya juang umat Sikh menjadi semakin jatuh,

79

jadi wajar jika ketika itu umat Sikh terpecah kedalam Pro dan Kontra. Pro disini

adalah lebih baik mengikuti apa yang diminta oleh kekaisaran Mughal (pada saat

itu kekaisaran Mughal menuntut upeti kepada umat Sikh), sedangkan yang kontra

akan tetap memberikan perlawanan terhadap kekaisaran Mughal. Ditambah saat

itu Guru Gobind belum mengambil langkah konkrit untuk menjaga persatuan

umat Sikh, Lalu selanjutnya adalah memperkenalkan tata cara upacara inisiasi

baru beserta kode etik, disini Guru Gobind mengubah tata cara upacara Amrit dari

yang semula para inisiat harus meminum air basuhan kaki guru, sekarang diubah

menjadi hanya memercikan air ke kepala dan mata para inisiat, dan kode etik

disini adalah bahwa Sang Guru menginginkan jika suatu hari nanti umat Sikh

telah mengambil inisiat maka dia harus menuruti semua kode etik, yang

menandakan bahwa ia adalah seseorang yang telah resmi menjadi bagian dari

Khalsa, Dan yang paling penting adalah memberikan umat Sikh sebuah visi

agama baru, Karena jika dilihat dari ajaran para guru dari Guru pertama sampai

kesembilan, ajaran Sikh hanya dititikberatkan untuk menebar kebaikan dan

kebenaran, maka sejak era Guru kesepuluh, itu semua itu ditafsir ulang, Jadi tidak

cukup hanya menebar kebaikan dan kebenaran saja tetapi juga harus bersedia

untuk memerangi kezaliman dan kesewenag-wenangan

P: Bagaimana kedudukan Panj Piare dimasa sekarang?

N: Kedudukan Panj Piare dimasa sekarang adalah sebagai penjaga kemurnian

Khalsa.

P: Apakah upacara Amrit bisa dilaksanakan kapan saja apa harus bertepatan

dengan perayaan vaisakhi?

N: Upacara amrit bisa berlangsung kapan saja

P: Seberapa penting Gurdwara bagi para pemeluk agama Sikh?

N: Sangat luar biasa penting, karena Gurdwara merupakan pusat untuk

memperoleh ilmu, melakukan peribadatan, dan membantu mereka yang

membutuhkan

80

P: Apakah betul bahwa Dasam Granth merupakan hasil pemikiran dari Guru

Kesepuluh?

N: Iya tepat sekali

P: Jika dalam perayaan Vaisakhi lalu tidak ada jemaat Sikh yang siap untuk

diinisiasi ke dalam Khalsa, apa itu mengurangi esensi dari perayaan vaisakhi itu

sendiri?

N: Tidak, karena fokus dari perayaan vaisakhi bukan mengenai inisiasi ke dalam

Khalsa atau dalam ajaran Sikh disebut dengan upacara Amrit, fokus utama dari

perayaan vaisakhi adalah untuk mengingat kembali tentang sebuah transformasi

besar yang dilakukan oleh guru ke-10

P: Kapan agama Sikh masuk ke Indonesia dan berapa jumlah populasi agama Sikh

saat ini?

N: Di Indonesia sendiri Agama Sikh masuk pada abad ke 19 berbarengan dengan

era kolonial di Indonesia, sampai hari ini pun populasi jemaat Sikh di Indonesia

sekitar 50.000 jemaat tersebar di beberapa daerah seperti Medan, Jakarta,

Tangerang, dan beberapa wilayah lainnya

81

Wawancara dengan Raam Singh

P: Apa sebutan pemuka agama dalam agama Sikh?

N: ada banyak sebutan dalam bagi pemuka agama Sikh tergantung bidang yang

ditekuni seperti Granthi dia merupakan yang bertugas untuk menjaga, merawat

dan membaca Guru Granth Sahib, sedangkan dia yang bertugas untuk

melantunkan ayat-ayat suci disebut ragi, jika dia yang bertugas untuk berkhotbah

dan ahli filosofi disebut giani, sedangkan Bhai adalah saudara, dan jika dia yang

bertugas untuk merawat dan menjaga gurdwara adalah perbandhak comitee.

P: Apakah hari kematian Guru adalah salah satu hari besar dalam agama Sikh

N: Tidak, jika hari kelahiran Guru memang merupakan salah satu hari besar

dalam agama Sikh, yang biasa dirayakan adalah hari lahir dari Guru pertama dan

Guru kesepuluh.

P: Apa Dasam Granth itu?

N: Dasam Granth merupakan kitab sekunder dalam agama Sikh setelah Guru

Granth Sahib.

P: ada berapa Gurdwara yang terdapat diwilayah Ibukota dan Sekitarnya?

N: Sebetulnya ada 4, Tanjung Priok, Pasar Baru, Ciputat, dan Tangerang. Namun

hanya 2 Gurdwara saja yaitu di daerah Ciputat dan Karang Mulya yang sering

dirundung permasalahan, contohnya Gurdwara di Ciputat, sejak awal pendirian

Gurdwara itu pada tahun 2001, para jemaat sering mendapat perlakuan yang tidak

menyenangkan dari warga sekitar, hal itu karena warga mengira para jemaat Sikh

adalah pengikut aliran sesat, tetapi setelah pendiri Gurdwara memberikan

penjelasan tentang Agama Sikh dan dibantu mediasi oleh pihak kepolisian,

akhirnya kami mendapat persetujuan dari warga sekitar untuk mendirikan

Gurdwara tersebut. Lain halnya dengan yang terjadi di Gurdwara Karang Mulya,

karena sampai hari ini, izin untuk mendirikan bangunan di daerah tersebut sering

dipersoalkan bahkan pernah sampai dibawa ke pengadilan tinggi negeri.

Gurdwara yang telah ada sejak 2004, telah menjadi sebuah tempat ibadah bagi

82

umat Sikh yang ada disekitar Tangerang Kota, Serang, dan bahkan Cilegon.

Karena seperti yang diketahui jika ingin pergi ke Gurdwara terdekat, maka kita

harus pergi ke daerah Ciputat atau Pasar Baru, Itu terlalu jauh. Sehingga tidak bisa

mengakomodir para jemaat Sikh yang ada dikawasan Tangerang Kota dan

sekitarnya. Mengingat betapa pentingnya Gurdwara bagi Kaum Sikh, maka

tercetuslah ide untuk membuat Gurdwara baru di kawasan Karang Mulya. Namun

impian untuk memiliki sebuah Gurdwara baru harus pupus. Karena pada tahun

2005, puluhan masyarakat yang mengaku dari Koalisi Masyarakat Karang Mulya

mendemo gurdwara itu, mereka keberatan dengan adanya aktivitas ibadah Sikh di

lingkungan mereka, mereka meminta segala aktivitas itu dihentikan dan rumah itu

tak lagi digunakan sebagai gurdwara. Tahun itu, permohonan IMB rumah ibadah

sudah diajukan ke Pemkot Tangerang, Pengurus gurdwara bahkan telah

membayar biaya retribusi yang diminta sebesar Rp 34 juta, Namun hingga

sekarang IMB belum selesai. Dan sampai hari ini, Gurdwara yang berada di

Karang Mulya, masih dilarang keberadaanya karena terkendala masalah perizinan.

Sehingga mau tidak mau bagi para jemaat Sikh yang berdomosili di Tangerang

Kota dan sekitarnya jika ingin beribadah ke Gurdwara mereka harus pergi ke

Ciputat atau pergi ke Pasar Baru. Jadi, sekarang Gurdwara yang masih aktif di

wilayah Jakarta dan sekitarnya hanya tinggal 3 Gurdwara saja, yaitu Gurdwara

Tanjung Priok, Gurdwara Pasar Baru, dan Gurdwara Kampung Sawah, Ciputat.

P: Apa itu Gurbani?

N: Gurbani merupakan ayat-ayat suci yang terdapat dalam Guru Granth Sahib

P: Apa fungsi dari upacara Amrit jika pada era Guru pertama?

N: Sebagai perwujudan dari komitmen untuk mentaati Guru

P: Apakah Panj Piare memiliki masa jabatan?

N: Tidak ada, jika dia masih sanggup mengembannya maka ia akan terus menjadi

bagian dari Panj Piare, sekalipun dia sudah tua sekalipun

83

Wawancara dengan Ghoul Raj

P: Apakah agama Sikh itu merupakan agama gabungan dari Islam dan Hindu?

N: Tidak, Agama Sikh itu sebenarnya jika dianalogikan hanya untuk men-

simplekan agama-agama yang sudah ada dan bukannya menggabungkan suatu

ajaran yang telah ada, Karena pada saat itu penganut agama Islam dan agama

Hindu sering bertikai dengan mengatasnamakan agama, Hal itulah yang

mendorong Guru Nanak untuk membuat sebuah ajaran baru sebagai antitesis dari

kedua agama tersebut, Sesuai dengan ungkapan Sang Guru yang kemudian

menjadi dasar ajaran agama Sikh adalah “tidak ada islam maupun tidak ada

hindu” karena kita semua sama dihadapan Tuhan hanya cara penyebutan dan cara

mengabdikan diri saja yang berbeda. Apa yang dilakukan oleh Guru Nanak

dengan ajaran Sikh kurang lebih sama dengan apa yang dilakukan Martin Luther

King di Eropa dengan ajaran Protestannya

P: Seperti apa sosok Guru Kesepuluh itu bagi agama Sikh?

N: Jika kita mempertimbangkan pekerjaan yang Guru telah capai, baik dalam

mereformasi agamanya dan menciptakan sebuah aturan hukum baru untuk para

pengikutnya, keberanian pribadinya dalam segala keadaan, ketekunannya yang

gigih di tengah-tengah kesulitan, yang pasti akan membuat orang lain berkecil hati

dan membuat mereka kewalahan, dengan sederet fakta tadi maka kita tidak perlu

terkejut bahwa orang-orang Sikh diseluruh dunia akan sangat memuliakannya dan

tidak diragukan lagi bahwa beliau adalah seorang pria yang hebat.

P: Bagaimana mengenai sejarah dari Gurdwa Pasar Baru?

N: Gurdwara Pasar Baru ini didirikan pada tahun 1955 oleh Pritam Singh dan para

kerabatnya yang merupakan para pedagang yang datang dari India, pada awalnya

mereka beribadah di Gurdwara Tanjung Priok, karena memang Gurdwara

Tanjung Priok merupakan Gurdwara pertama yang ada di wilayah Jakarta,

Gurdwara itu didirikan pada tahun 1925. Namun, karena mayoritas kaum Sikh

yang ada di Jakarta lebih banyak yang tinggal dan beraktifitas di kawasan Pasar

baru, sehingga tidak memungkinkan untuk pulang pergi antara Tanjung Priok-

84

Pasar Baru, ditambah pada saat itu belum ada transportasi massal seperti sekarang

dan banyak dari para jemaat Sikh yang belum meimliki kendaraan pribadi,

sehingga mau tidak mau mereka harus berjalan kaki, Setiap kali ingin beribadah

di Gurdwara Tanjung Priok. Dan hal itu pula lah yang melatar belakangi Pritam

Singh dan kerabat untuk membeli tanah yang ada di Pasar baru untuk dijadikan

sebuah Gurdwara untuk melengkapi Gurdwara yang telah ada sebelumnya di

Gurdwara Tanjung Priok. Sebenarnya membeli tanah di Pasar Baru adalah sesuatu

yang sulit karena pada masa itu wilayah Jakarta masih dikuasai oleh para penjajah

Belanda dan mereka tidak akan memberikan izin begitu saja untuk mendirikan

rumah ibadah ditambah mereka juga pasti memasang harga yang sangat tinggi

jika ada pihak yang mau membeli tanah di kawasan tersebut, namun atas izin dari

Tuhan akhirnya mereka mengizinkan Pritam Singh beserta rekan-rekannya untuk

membeli tanah dan mendirikan sebuah rumah ibadah di kawasan Pasar baru,

dengan satu syarat tempat ini hanya diperuntukan untuk ibadah, selain itu tidak

boleh.

P: Bagaimana efek dari perayaan vaisakhi bagi masyarakat ibukota Jakarta?

N: Sebagai salah satu perayaan keagamaan dalam agama Sikh, Perayaan Vaisakhi

juga memiliki nilai sosial dan budaya yang tinggi, Karena sesuai dengan tujuan

dari agama Sikh, Perayaan Vaisakhi saat ini telah bertransformasi menjadi sebuah

perayaan menyenangkan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan, Tidak peduli

dia pemeluk agama sikh atau pun bukan. Tidak lupa juga bahwa perayaan

Vaisakhi juga dapat memperkaya khasanah budaya yang ada di ibu kota jakarta

khususnya dibidang pariwisata, Karena dapat mengundang wisatawan dari

berbagai daerah, Dan belajar mengenai keragaman karena seperti yang diketahui

bahwa kota Jakarta merupakan kota yang multikultural yang terdiri dari berbagai

macam etnis dan kepercayaan. Harapan saya kedepannya mengenai perayaan

Vaiskahi ini adalah bahwa perayaan ini tidak hanya sebatas perayaan keagamaan

saja tetapi sebagai alat perekat persaudaraan diantara sesama warga Jakarta dan

akan memberikan kesan positif dalam konteks keragaman yang ada di Indonesia.

85

P: Apa itu Khalsa?

N: Khalsa sendiri merupakan sebuah ikatan persaudaraan abadi dalam agama Sikh

yang bersifat murni, suci dan bersih. Terserah orang bila ada yang mengganggap

bahwa khalsa berasal dari bahasa arab atau bahasa persia, karena itu hal yang

lumrah bila berbeda pendapat apalagi dalam dunia akademis, tapi saya lebih

condong dengan Khalsa berasal dari bahasa arab, karena serangkaian makna kata

yang dibawanya dan ditambah pada saat itu Guru ke-10 juga telah bisa berbahasa

arab.

86

Wawancara dengan Ranjit Singh

P: Kuil emas memiliki pintu di keempat sisinya itu artinya apa?

N: Maksud dari keberadaan pintu yang ada di keempat sisinya adalah Pertama,

Bahwa tempat ibadah ini terbuka bagi segala agama: Islam, Kristen, Hindu,

Buddha diperkenankan dan welcome untuk masuk ke tempat ini, Sekalipun

mereka datang dari kepercayaan yang berbeda dengan kami. Kedua, Sudah

menjadi tradisi kami bila disetiap Gurdwara selalu menyediakan dapur umum bagi

para jemaat yang beribadah atau para wisatawan yang berkunjung, Nah disini

dalam hal makan itu kita selalu duduk bersila di satu lantai. Bahkan waktu zamannya

guru kami yang ketiga yaitu Guru Amar Das, Pada saat itu beliau pernah

mengundang Raja Akbar untuk makan bersama dan duduk satu lantai, hal itu

menunjukan bahwa tidak peduli dia punya jabatan apa. Tapi ketika dia makan di

sini, maka ia harus duduk satu lantai hal itu menunjukan bahwa di sini sudah tidak

ada tingkatan lagi. Jika dalam agama Hindu itu kan ada kasta-kastanya, Dalam

Sikh ini kita tidak memandang kasta-kasta lagi, Makan-makanan yang sama, tidak

memandang lagi itu dia profesinya apa. Karena itu pula yang menyebabkan

tempat ini selalu ramai setiap waktu, selain itu, Langar terbesar di dunia pun dapat

ditemukan di Kuil Emas, Dapur yang biasanya menyediakan dan memberi makan

sekitar 40.000 orang sehari gratis. Beda lagi jika pada hari libur keagamaan atau

akhir pekan, Langar dapat menyediakan dan memberi makan lebih dari 100.000

orang per hari. Itulah salah satu menariknya tempat ini, Karena selain sebagai

tempat ibadah, Harmandir Sahib juga berfungsi sebagai salah satu destinasi wisata

bagi para pelancong dari berbagai negara diseluruh dunia, Dan disediakan pula

tempat untuk menginap untuk para pelancong maupun para jemaat atau biasa

disebut dengan Niwas.

P: Apa makna dari perayaan vaisakhi?

P: apakah upacara Amrit telah berlangsung sejak era guru pertama?

N: Iya Peristiwa ini terus berlangsung dimulai dari era Guru Ke-1 sampai Guru

ke-9, akan tetapi semua diubah saat era Guru ke-10 yaitu Guru Gobind Singh,

Sang Guru mengubah tata cara pelaksanaan upacara Amrit saat itu, Yang pada

87

awalnya para inisiat harus meminum air basuhan kaki Guru, Lalu diubah menjadi

meminum air yang dicipratkan oleh Guru ke kepala para inisiat. Dan jika pada era

Guru ke-1 sampai dengan ke-9, Upacara Amrit hanya untuk bertujuan menjadi

seorang Sikh sejati dan mengharapkan keberkahan dari sang Guru pada saat itu,

maka sejak era Guru ke-10, selain menjadi seorang Sikh sejati dan mengharapkan

berkah dari sang Guru, dengan dilaksanakannya upacara Amrit, maka para inisiat

juga telah resmi menjadi bagian dari Khalsa.

P: Apa itu Gurbani?

N: Gurbani merupakan ayat-ayat suci yang terdapat dalam Guru Granth Sahib

P: Seperti apa konsep way of life dalam ajaran agama Sikh?

N: Way of Life atau jalan hidup dalam keyakinan Sikh adalah kebenaran. Bagi

kami ini adalah jalan hidup terbaik, karena kebenaran merupakan inti dari kitab

suci kami, sehingga menyerap kebenaran dalam kehidupan merupakan tujuan

kami pemeluk agama Sikh.

P: Bagaimana kedudukan Panj Piare dimasa sekarang?

N: Kedudukan Panj Piare dimasa sekarang adalah sebagai penjaga kemurnian

Khalsa.

88

Wawancara dengan Bhalwant Singh

P: Apakah benar bahwa tahun baru Sikh bertepatan dengan perayaan Vaisakhi?

N: Tidak, Kepercayaan yang selama ini dipegang secara luas itu tidak benar,

karena Tahun Baru Sikh jatuh pada bulan Chet, Itu karena bulan pertama pada

kalender Nanakshahi adalah Chet, Sementara bulan Vaisakh merupakan bulan

kedua dalam kalender agama Sikh. Anggapan bahwa tahun baru Sikh jatuh pada

bulan Vaiksakh bermula ketika berlangsungnya musim panen bagi para petani di

Punjab saat itu, karena bagi para petani datangnya musim panen berarti tahun baru

dimulai atau menandakan akan ada segera pergantian Tahun, memang betul

bahwa mayoritas petani di Punjab saat itu merupakan para jemaat Sikh tapi

biarpun begitu tradisi para petani saat itu tidak ada sangkut pautnya dengan tahun

baru dalam agama Sikh.

P: Apakah konsep way of life menurut Guru ke-10 itu berbeda dari ajaran para

guru sebelumnya?

N: Tidak, justru konsep way of life menurut Guru ke-10 merupakan sebuah

pelengkap dari apa yang telah diajarkan oleh para Guru sebelumnya.

P: Apakah betul bahwa tahun baru Sikh bertepatan pada perayaan Vaisakhi?

N: Tidak, Tahun baru dalam agama Sikh jatuh pada bulan Chet, sedangkan

Vaisakh adalah bulan kedua dalam kalender agama Sikh.

P: Apakah seseorang yang telah diinisiasi ke dalam Khalsa tidak boleh memakan

daging dan memotong rambutnya?

N: Kalau untuk urusan memakan daging masih diperbolehkan apabila cara

menyembelih hewan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku, jika

memotong rambut karena alasan kesehatan itu tidak dipermasalahkan tapi jika

untuk alasan pribadi itu merupakan salah satu dosa besar dan bisa mendapat

sanksi keras dari Panj Piare