pengaruh penyuluhan pijat bayi terhadap …digilib.unisayogya.ac.id/2414/1/ita sri rahayu naskah...

12
PENGARUH PENYULUHAN PIJAT BAYI TERHADAP PERSEPSI IBU TENTANG PIJAT BAYI DI DESA SENDANGAGUNG, SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Ita Sri Rahayu 201510104079 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2017

Upload: phamdiep

Post on 14-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENYULUHAN PIJAT BAYI TERHADAP

PERSEPSI IBU TENTANG PIJAT BAYI DI DESA

SENDANGAGUNG, SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

Ita Sri Rahayu

201510104079

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2017

i

PENGARUH PENYULUHAN PIJAT BAYI TERHADAP

PERSEPSI IBU TENTANG PIJAT BAYI DI DESA

SENDANGAGUNG, SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan

pada Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu

Kesehatan di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

Ita Sri Rahayu

201510104079

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2017

1

1

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PIJAT BAYI

TERHADAP PERSEPSI IBU TENTANG PIJAT BAYI DIDESA

SENDANGAGUNG SLEMAN1

Ita Sri Rahayu2, Luluk Khusnul Dwihestie

3

INTISARI

SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa (AKB) di D.I. Yogyakarta

mempunyai angka yang relatif tinggi, yaitu sebesar 25/1.000 kelahiran hidup. Pijat

bayi dapat merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar perkembangan

dan pertumbuhan anak dapat optimal. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan

tentang pijat bayi terhadap persepsi ibu tentang pijat bayi di Desa Sendangagung

Minggir Sleman Yogyakarta. Desain penelitian ini menggunakan rancangan quasi

eksperiment dengan one group pretest posttest design. Tehnik pengambilan sampel

dengan total sampling dan didapatkan responden berjumlah 35 orang ibu yang

mempunyai bayi 3-12 bulan. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner

tertutup. Analisis statistik yang digunakan menggunakan Paired t-Test. Tingkat

persepsi ibu tentang pijat bayi sebelum dilakukan penyuluhan nilai rata-rata sebesar

22,57 dan tingkat persepsi ibu tentang pijat bayi sesudah dilakukan penyuluhan nilai

rata-rata sebesar 27,11. Hasil analisis didapatkan nilai (pvalue = 0,000) yang lebih

kecil dari 0,05, sehingga ada pengaruh persepsi tentang pijat bayi sebelum dan

setelah diberikan penyuluhan tentang pijat bayi.

THE INFLUENCE OF BABY MASSAGE COUNSELING ON

MOTHERS’ PERCEPTION ABOUT BABY MASSAGE AT

SENDANGAGUNG, SLEMAN1

Ita Sri Rahayu2, Luluk Khusnul Dwihestie

3

ABSTRACT

SDKI in 2012 show that the AKB (Mortality Rate) number in Yogyakarta

province is relatively high that is 25/1.000 living birth. Baby massage is able to

stimulate basic ability of children aged 0-6 years old to optimize their development

and growth. The research is to investigate the influence of baby massage counselling

on mothers‟ perception about baby massage at Sendangagung village of Minggir

Yogyakarta. the research design used quasi eksperiment with one group pretest

posttest design. Total sampling technique was used to draw 35 respondents as the

samples. The data were collected using closed questionnaire and the statistical

analysis used Paired t-Test. Mothers‟ perception level about baby massage before

counselling is 22,57 in average and mothers‟ perception level about baby massage

after counselling is 27,11. The analysis result shows the value (pvalue = 0,000)

which is less than 0,05 and means that there is an influence of baby massage

counselling on mothers‟ perception about baby massage after counselling.

Kata Kunci : Pengaruh Penyuluhan, persepsi, pijat bayi

PENDAHULUAN

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan,

dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat sensitif terhadap lingkungan

dan dikatakan keemasan karena masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak

2

dapat diulang kembali (Kementerian Kesehatan, 2009). Menurut data dari Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) target AKB 2012 sebesar 23/1.000

kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar

32/1.000 kelahiran hidup.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) menurut data dari Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) target AKB 2012 sebesar 23/1.000 kelahiran

hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 32/1.000

kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012

menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di D.I. Yogyakarta mempunyai

angka yang relatif tinggi, yaitu sebesar 25/1.000 kelahiran hidup (Kementerian

Kesehatan, 2012).

Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak

sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan

dalam meneruskan perkembangan bangsa sebagai aset terpenting di dunia baik

untuk keluarga maupun negara (Hidayat, 2008). Bayi terlahir memiliki kebutuhan

yang harus dipenuhi oleh orang tua, yaitu kebutuhan fisik-biologis yang berguna

untuk pertumbuhan otak, sistem sensorik, dan motorik. Perkembangan anak yang

optimal dapat menjadi salah satu tindakan pencegahan yang harus diusahakan.

Stimulasi pada bayi dapat berupa pijat bayi, dimana pijat bayi merupakan tradisi

lama yang digali kembali dengan sentuhan ilmu kesehatan dan tinjauan ilmiah yang

bersumber dari penelitian-penelitian para ahli neonatologi, syaraf dan psikologi anak

(Subakti & Anggraini, 2008).

Menurut Putri (2010) untuk mendapatkan manfaat yang optimal, pemijatan

bayi tidak bisa dilakukan sembarangan, ada cara yang harus diperhatikan, waktu

yang tepat untuk melakukan pemijatan dan seseorang yang terlatih untuk melakukan

pemijatan. Menurut Suparyanto (2011) faktor lain yang menyebabkan ibu lebih

memilih pijat bayi kepada dukun bayi adalah faktor adat istiadat yang masih di

pegang teguh dan persepsi ibu tentang pijat bayi yang masih salah, ibu beranggapan

pijat bayi hanya bisa dilakukan oleh dukun bayi dan dilakukan setiap bayi rewel atau

sakit. Pijat bayi adalah terapi yang dikenal manusia dan paling populer, yang juga

merupakan seni perawatan kesehatan dan pengobatan. Pijat bayi dapat merangsang

kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar perkembangan dan pertumbuhan anak

dapat optimal (Kementrian Kesehatan RI, 2009). Dampak negatif yang ditimbulkan pada bayi, bila pijat bayi dilakukan dengan

cara yang salah dan tidak sesuai dengan ketentuan medis dapat menyebabkan

pembengkakan, terdapatnya lebam, adanya rasa sakit pada bayi sehingga bayi

menjadi rewel, pergeseran urat, cidera, bahkan bisa menyebabkan kematian pada

bayi, resiko pijat bayi tersebut biasanya disebabkan oleh kelalaian praktisi pijat

dalam memijat, salah dalam melakukan pijat, dan kurangnya pengetahuan pemijat

(Andria, 2011).

Berdasarkan hasil studi Didapatkan data ibu yang memiliki bayi yang

berumur 3-12 bulan berjumlah 50 diwilayah Sendangagung pada bulan Januari -

Februari tahun 2016 dan belum memahami tentang pijat bayi. Untuk mengetahui

pengaruh penyuluhan tentang pijat bayi terhadap persepsi ibu tentang pijat bayi di

Desa Sendangagung Minggir Sleman Yogyakarta.

3

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan one

group pretest posttest design. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi

berumur 3-12 bulan di Desa Sendangagung. Tehnik pengambilan sampel dengan

total sampling dan didapatkan responden berjumlah 35 orang. Sampel penelitian

yaitu ibu yang mempunyai bayi usia 3-12 bulan yang berada di Desa Sendangagung.

Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Instrumen yang digunakan

untuk membantu mengumpulkan data variabel bebas (penyuluhan pijat bayi) yaitu

seperangkat SAP (satuan acara penyuluhan), video, power point dan leaflet.

Instrumen yang digunakan untuk membantu data variabel terikat (persepsi ibu) yaitu

kuesioner. Kuesioner ini terdiri atas kuesioner tertutup untuk mengetahui persepsi

tentang pijat bayi. Analisis statistik yang digunakan menggunakan Paired t-Test.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik responden

Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 1.Frekuensi Umur Responden di Desa Sendangagung

No Umur

(Tahun)

Frekuensi Persentase (%)

1. < 25 13 orang 37,14

2. 26-35 15 orang 42,86

3. > 35 7 orang 20

Total 35 orang 100

Berdasarkan tabel 1. memperlihatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian

ini berusia 26-35 tahun yaitu sebanyak 15 responden.

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 2. Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Sendangagung

Berdasarkan tabel 2. memperlihatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian

ini berpendidikan SMA yaitu sebanyak 22 responden.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Persepsi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Mean N Std.Deviation Std.Eror Mean

Pair 1 Sebelum 22,57 35 4,286 .724

Sesudah 27,11 35 2,011 .340

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. SMP 12 orang 34,28

2. SMA 22 orang 62,86

3. PT 1 orang 2,86

Total 35 orang 100

4

Berdasarkan tabel 3. tingkat persepsi ibu tentang pijat bayi sebelum dilakukan

penyuluhan dengan nilai rata-rata sebesar 22,57 dan tingkat persepsi ibu tentang pijat

bayi sesudah dilakukan penyuluhan dengan nilai rata-rata sebesar 27,11.

Tabel 4. Pengaruh Penyuluhan Tingkat Persepsi Dan Distribusi Selisih Nilai Rata-

rata Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Berdasarkan tabel 4. mengenai hasil uji statistik, didapatkan nilai sig. (2-tailed)

sebesar 0,000 untuk menentukan hipotesis dapat diterima atau ditolak dengan taraf

signifikan 5% (0,05). Hipotesis dapat diterima jika sig < 0,05. Hasil statistik

menggunakan paired sampel t-test ini menunjukan bahwa nilai sig < 0,05 dengan

0,000 < 0,05 artinya H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh penyuluhan

tentang pijat bayi terhadap persepsi ibu tentang pijat bayi di Desa Sendangagung,

Minggir, Sleman, Yogyakarta.

PEMBAHASAN

Karateristik Responden

Umur

Berdasarkan form pengisian biodata pada ibu bayi yang mengikuti penyuluhan

tentang pijat bayi di Desa Sendangagung Minggir Sleman terdiri atas tiga kelompok

umur yaitu umur kurang dari 25 tahun, 25-35 tahun, dan umur lebih dari 35 tahun.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pada ibu yang datang ke penyuluhan yang

paling banyak adalah ibu yang berumur 26-35 tahun sebanyak 15 responden (42,86

%).

Hasil penelitian ini didukung dengan teori yang menyatakan bahwa usia

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah

usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Erfandi, 2009). Pada usia muda

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih

banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia

tua, selain itu orang usia muda akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal

dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Meliono, 2007). Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan usia ibu yang sebagian

besar berada pada kategori dewasa awal (25-35 tahun) dengan persepsi yang baik

tentang pijat bayi.

Pendidikan

Pendidikan dibedakan menjadi SMP, SMA, dan PT. Berdasarkan hasil

penelitian didapatkan hasil bahwa ibu yang paling banyak adalah yang berpendidikan

SMA sebanyak 22 orang (62,86 %). Dari penelitian yang dilakukan pendidikan ibu

mempengaruhi tingkat motivasi dan minat untuk mengikuti penyuluhan pijat bayi,

karena ibu lebih antusias dan kritis ketika diselenggarakannya dengan ceramah serta

Paired Differences

Mean Std.Deviati

on

Std.Eror

Mean

T Df Sig.

(2-tailed)

Pair 1

Sebelum

Sesudah

4.543

4.798

.811

-5.602

34

.000

5

demonstrasi oleh peneliti, responden yang dikendalikan adalah yang memiliki

pendidikan terakhir SMP.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan

berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal

agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi. Sebaliknya

jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Arikunto, 2006).

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan persepsi seseorang yang akan

diikuti oleh pola perilaku dan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.

Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap

makin positif terhadap obyek tersebut (Meliono, 2007).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahayu (2010)

tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang pijat bayi di

Polindes Harapan Bunda Sukoharjo” menunjukkan bahwa ada korelasi antara

pendidikan dengan pijat bayi p-value = 0.003 (p < 0.01). Berdasarkan hasil penelitian

bahwa semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin baik pengetahuan dan di ikuti

oleh perubahan persepsi yang lebih baik tentang pijat bayi. Pendidikan sangat

mendukung karena pendidikan dikendalikan oleh peneliti yaitu minimal SMP,

sehingga pada saat penelitian sebagian besar ibu-ibu sangat antusias dalam mengikuti

pelatihan pijat bayi ini. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan ibu sangat

mempengaruhi pola pikir dan informasi yang diterima oleh ibu khususunya tentang

pijat bayi. yang rendah.

Persepsi Ibu Tentang Pijat Bayi Sebelum Penyuluhan Di Desa Sendangagung

Penelitian ini mengukur persepsi tentang pijat bayi. Hasil penelitian pada

tabel 3. hasil pretest penelitian memperlihatkan bahwa persepsi ibu tentang pijat bayi

di Desa Sendangagung dengan nilai rata-rata sebesar 22,57. Terdapat soal pretest

yang mempunyai skor terendah yaitu pada pertanyaan pada nomor 4 dengan

jawaban setuju sebanyak 6 responden dari 35 jumlah responden. Pertanyaan pada

soal nomor 4 berbunyi “menurut saya pijat bayi merupakan teknik sentuhan pada

bayi untuk mengurangi rewel pada bayi”. Selain itu terdapat soal pretest yang

mempunyai skor rendah yaitu pada pertanyaan nomor 10 dengan jawaban setuju

sebanyak 19 responden dan pertanyaan pada nomor 13 dengan jawaban setuju

sebanyak 17 responden dari 35 jumlah responden. Pertanyaan pada nomor 10

berbunyi ”menurut saya pertumbuhan dan perkembangan pada bayi tidak ada

kaitanya dengan pijat bayi” dan pertanyaan pada nomor 13 berbunyi “menurut saya

pijat bayi yang dilakukan segera setelah bayi lahir, bayi akan mendapatkan

keuntungan yang lebih besar”. Masih banyak dari ibu-ibu yang belum mengetahui

manfaat yang didapatkan dari melakukan pijat bayi yang salah satunya adalah

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.

Selain itu terdapat skor pretest yang mempunyai skor rendah juga terdapat

soal pertanyaan nomor 17 dengan jawaban setuju sebanyak 17 responden, pertanyaan

nomor 18 dengan jawaban setuju sebanyak 19 responden, dan pertanyaan nomor 19

dengan jawaban setuju sebanyak 18 dari 35 responden. Pertanyaan pada nomor 17

“menurut saya saat bayi sedang sakit sebaiknya melakukan pemijatan pada bayi”,

6

pertanyaan pada nomor 18 berbunyi “menurut saya melakukan pijat bayi dapat

dilakukan saat bayi mengantuk dan lapar” dan pertanyaan pada nomor 19 berbunyi

“menurut saya saat bayi dalam keadaan lapar boleh melakukan pijat bayi. Masih

banyak dari ibu-ibu yang belum mengetahui waktu yang tepat untuk memijatkan

bayinya.Kurangnya informasi dan tidak diperolehnya pengalaman secara langsung

oleh responden tentang manfaat pijat bayi dan waktu melakukan pijat bayi, dapat

mempengaruhi persepsi yang kurang baik dan mengakibatkan perilaku yang kurang

baik pula. Menurut Walgito (2010) pengetahuan atau wawasan sangat erat kaitannya

dengan informasi yang diperoleh seseorang, artinya apabila seseorang sebelumnya

memperoleh informasi yang lebih banyak dan lebih baik dari berbagai media

misalnya televisi, radio atau surat kabar, maka dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang sekaligus membentuk persepsi seseorang menjadi lebih baik. Menurut

Notoatmodjo (2010) pengalaman akan mempengaruhi kecermatan dalam persepsi,

pengalaman akan bertambah melalui serangkaian peristiwa yang dihadapi. Semakin

tinggi pengalaman seseorang maka akan semakin tinggi kecermatan seseorang

terhadap obyek persepsi.

Persepsi Tentang Pijat Bayi Sesudah Penyuluhan Di Desa Sendangagung

Hasil penelitian pada tabel 3. dari hasil posttest penelitian memperlihatkan

bahwa persepsi ibu tentang pijat bayi di Desa Sendangagung dengan nilai rata-rata

sebesar 27,11. Hasil posttest dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa adanya

intervensi berupa penyuluhan tentang pijat bayi dapat memberikan perubahan

persepsi mengenai pijat bayi. Dari intervensi yang diberikan tersebut, para ibu

menjadi lebih mengetahui tentang pengertian pijat bayi, manfaat pijat bayi, waktu

pelaksanaan pijat bayi, persiapan sebelum memijat bayi, prinsip penekanan memijat

dan teknik memijat bayi dengan benar. Hasil penelitian didapatkan hasil posttest jauh

lebih baik dibandingkan dengan hasil pretest dengan nilai selisih sebesar 4,54 hal ini

disebabkan karena adanya suatu perlakuan dengan dilakukannya penyuluhan.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Machfoedz (2008)

bahwa penyuluhan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk mengubah

individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif karena secara

terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup pengetahuan, yang

akan menjadikan persepsi menjadi lebih baik dan mempengaruhi sikap yang lebih

baik dari sebelumnya. Didapatkan skor pretest yang menggalami kenaikan secara

signifikan pada skor posttest yaitu pada responden nomor 7 dengan kenaikan skor

sebesar 10. Selain itu pada responden nomor 20 juga mengalami kenaikan sebesar 13

skor, pada responden nomor 23 juga mengalami kenaikan sebesar 10 skor dan pada

responden nomor 31 mengalami kenaikan sebesar 10 skor.

Dalam penelitian ini mayoritas responden mempunyai persepsi tentang pijat

bayi yang lebih baik, hal ini dapat dilihat dengan hasil jawaban posttest. Mayoritas

jawaban responden menggalami kenaikan yang cukup baik antara sebelum

diberikannya penyuluhan dan sesudah diberikan penyuluhan pijat bayi. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Efendy (2010) kegiatan pendidikan berupa

penyuluhan dapat mempengaruhi cara pandang, artinya semakin baik kegiatan

penyuluhan yang diadakan, maka cenderung semakin baik pula persepsi seseorang.

Kurangnya informasi tentang manfaat dari pijat bayi dan pengalaman yang

tidak diperoleh secara langsung oleh responden dapat mempengaruhi persepsi yang

kurang baik, dan mengakibatkan perilaku yang kurang baik pula. Penyuluhan

tentang pijat bayi merupakan aspek penting dalam merubah persepsi masyarakat

tentang pijat bayi, karena dengan melakukan pijat bayi secara mandiri dan secar rutin

7

dapat memberikan manfaat yang cukup besar terutama untuk mengoptimalkan

pertumbuhan dan perkembangannya anak sehingga menjadi generasi penerus yang

berkualitas.

Pengaruh Penyuluhan Pijat Bayi Terhadap Persepsi Ibu Tentang Pijat Bayi

Penyuluhan sebagai salah satu intervensi yang diberikan kepada individu atau

kelompok masyarakat agar dapat mempengaruhi perubahan persepsi. Berdasarkan

hasil uji statistik menggunakan Paired t-Test didapatkan nilai sig. (2-tailed) sebesar

0,000 untuk menentukan hipotesis dapat diterima atau ditolak, maka tarif signifikan

dibandingkan dengan tarif kesalahan 5% (0,05). Hipotesis dapat diterima jika sig <

0,05. Hasil statistik menggunakan paired sampel t-test ini menunjukan bahwa nilai

sig < 0,05 dengan 0,000 < 0,05 artinya H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada

pengaruh penyuluhan tentang pijat bayi terhadap persepsi ibu tetang pijat bayi di

Desa Sendangagung, Minggir, Sleman. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan

Paired t-Test diperoleh nilai signifikasi (ρ) 0,000 untuk variabel tingkat persepsi,

yang artinya ada pengaruh yang signifikan pada variabel tingkat persepsi pada ibu-

ibu di Desa Sendangagung. Perbedaan tingkat persepsi sebelum dilakukan dan

sesudah dilakukan penyuluhan dengan nilai rata-rata selisih 4,54 dimana nilai rata-

rata posttest (27,11) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata pretest (22,57).

Sebelum dilakukan penyuluhan pada soal pretest terdapat soal yang

mempunyai skor terendah yaitu pada pertanyaan pada nomor 4 dengan jumlah

jawaban setuju sebanyak 6 responden dari 35 jumlah responden. Pertanyaan pada

soal nomor 4 berbunyi “menurut saya pijat bayi merupakan teknik sentuhan pada

bayi untuk mengurangi rewel pada bayi”. Selain itu terdapat soal pretest yang

mempunyai skor rendah yaitu pada pertanyaan nomor 10 dengan jawaban setuju

sebanyak 19 responden dan pertanyaan pada nomor 13 dengan jawaban setuju

sebanyak 17 responden dari 35 jumlah responden. Pertanyaan pada nomor 10

berbunyi ”menurut saya pertumbuhan dan perkembangan pada bayi tidak ada

kaitanya dengan pijat bayi” dan pertanyaan pada nomor 13 berbunyi “menurut saya

pijat bayi yang dilakukan segera setelah bayi lahir, bayi akan mendapatkan

keuntungan yang lebih besar”.

Masih banyak dari ibu-ibu yang belum mengetahui manfaat yang didapatkan

dari melakukan pijat bayi yang salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan.Setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan pijat bayi dapat

memberikan perubahan persepsi tentang manfaat pijat bayi. Hal ini dapat dilihat dari

hasil skor posttest pada nomor 10 yang menunjukan peningkatan menjadi 29

jawaban setuju dan skor posttest pada nomor 13 menggalami peningakatan menjadi

28 jawaban setuju. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukaan oleh Machfoedz

(2008) bahwa penyuluhan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk

mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif karena

secara terencana melalui proses belajar. Meningkatnya tingkat persepsi yang dilihat

dari jawaban pretest dan posttest disebabkan karena adanya penyuluhan tentang pijat

bayi yang telah diberikan sehingga ibu-ibu memiliki tambahan pengetahuan atau

informasi tentang pijat bayi.

Menurut Notoatmodjo (2007) keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor penyuluh, sasaran dan proses

penyuluhan. Dalam penelitian ini pemberi materi dalam kegiatan penyuluhan adalah

salah satu mahasiswi tingkat akhir dari prodi D IV Bidan Pendidik Universitas

„Aisyiyah Yogyakarta yang dianggap sudah mampu dan memahami materi tentang

pijat bayi. Sebelum dilaksanakannya penyuluhan ada beberapa hal yang dipersiapkan

8

oleh pemberi materi diantaranya adalah: menguasai materi yang akan dijelaskan,

mempersiapkan penampilan dengan baik dan bahasa yang digunakan dapat

dimengerti oleh responden.

Responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yang berumur 22-39

tahun karena pada usia tersebut merupakan usia yang dapat menangkap pengetahuan

atau informasi yang didapatkan dengan baik dan sudah mempunyai pola pemikiran

yang baik (Notoadmojo, 2007). Responden yang digunakan dalam penelitian ini

minimal berpendidikan SMP. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin

tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik dan membuat persepsi seseorang

menjadi lebih baik (Notoatmodjo, 2007).

Dalam proses penyuluhan selain menggunakan metoda ceramah juga

menggunakan metode video sehingga tidak membosankan dan menggunakan bahasa

yang mudah dimengerti oleh sasaran. Selain itu tempat yang digunakan untuk

melakukan penyuluhan tidak dekat dengan keramaian sehingga tidak menggangu

proses penyuluhan yang sedang berlangsung. Selain itu jumlah responden yang

datang pada saat penyuluhan tidak terlalu banyak sehingga membuat suasana pada

saat penyuluhan menjadi tenang dan nyaman.

Selain itu pada saat proses penyuluhan terdapat keantusiasan responden, ini

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yang membuat persepsi

menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Proses dalam kegiatan penyuluhan ini

dapat berjalan dengan lancar karena responden yang hadir antusias dalam kegiatan

penyuluhan ini dan mereka juga aktif bertanya kepada pemateri yang memberikan

penyuluhan. Keantusiasan responden ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

tingkat pengetahuan dan perubahan persepsi menjadi lebih baik dari yang

sebelumnya.

SIMPULAN

Persepsi ibu tentang pijat bayi di Desa Sendangagung sebelum diberikan

penyuluhan dengan nilai rata-rata sebesar 22, 57 dan persepsi ibu tentang pijat bayi

di Desa Sendangagung sesudah diberikan penyuluhan dengan nilai rata-rata sebesar

27,11. Ada pengaruh penyuluhan pijat bayi terhadap persepsi ibu tentang pijat bayi

di Desa Sendangagung, dengan nilai sig. (2 tailed) 0,000 < 0,05.

SARAN

Bagi ibu- ibu di Desa Sendangagung, Minggir, Sleman. Setelah diberikan

penyuluhan tentang pijat bayi diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

informasi untuk merubah persepsi dan membentuk konsep diri yang baik diikuti

perubahan perilaku. Bagi Peneliti Selanjutnya.Diharapkan dapat melakukan

penelitian tentang pijat bayi dengan menambahkan variabel lain seperti sikap dalam

melakukan pijat bayi.

Bagi Tenaga Kesehatan di Wilayah Desa Sendangagung.Diharapkan para

tenaga kesehatan untuk menindaklanjuti dengan mengadakan penyuluhan ataupun

pelatihan pijat bayi di Desa Sendangagung dan memantau secara berkala. Tenaga

kesehatan diharapkan untuk memberikan penjelasan secara mendalam mengenai

manfaat dari pijat bayi dan waktu melakukan pijat bayi. Karena masih banyak ibu

9

yang belum memahami manfaat pijat bayi dan waktu yang tepat untuk melakukan

pijat bayi walaupun sudah diberikan penyuluhan oleh peneliti

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2009. Pedoman Pelaksanaaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Diri

Tumbuh Kembang Anak ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:

Depkes.

Dinkes Provinsi D.I Yogyakarta. 2012. Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta

Tahun 2011.

Efendy. 2010. Promosi Kesehatan Dalam Lingkup Kesehatan Masyarakat.

Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press.

Hidayat. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Analisa Data. Jakarta: Salemba

Medika.

Machfoedz. 2008. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Jakarta:

Fitrayama.

Notoatmodjo.2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Depok: Renekacita.

Putri, A. 2010. Pijat dan Senam Untuk Bayi dan Balita Panduan Praktis Memijat

Bayi dan Balita. Yogyakarta: Brilliant Offset.

Subakti & Anggraini. 2008. Keajaiban Pijat Bayi dan Balita. Jakarta: Wahyu

Medika.