pengaruh pengelasan gas tungsten arc welding …eprints.ums.ac.id/20100/13/naskah_publikasi.pdf ·...
TRANSCRIPT
-
1
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGSTEN ARC WELDING (GTAW) DENGAN VARIASI ARUS 50 A,100 A, 250 A
PADA STAINLESS STEEL 201 TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, UJI STRUKTUR MIKRO,
UJI KEKERASAN DAN UJI IMPACT
Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Tugas Akhir
pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh :
ANDRI EKO MARTANTO N I M : D 200 030 027
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
-
2
-
3
PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGSTEN ARC WELDING (GTAW)
DENGAN VARIASI ARUS 50 A,100 A, 250 A PADA STAINLESS STEEL 201
TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, UJI STRUKTUR MIKRO, UJI KEKERASAN
DAN UJI IMPACT
Andri Eko Martanto, Pramuko Ilmu Purboputro, Wijianto Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura
ABSTRAKSI
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengatahui hasil uji komposisi kimia, struktur mikro, kekerasan dan impact pada baja tahan karat terhadap pengelasan gas tungsten arc welding (GTAW) dengan variasi arus 50 ampere, 100 ampere, 250 ampere.
Bahan uji adalah baja tahan karat stainless steel 201 dengan metode pengujian yang dilakukan adalah : metode uji kompoisi kimia,metode uji struktur mikro, metode uji kekerasan dan metode uji impact.
Pada hasil uji komposisi kimia baja stainless steel 201 didapatkan hasil pengujian sebagai berikut : besi (Fe) = 71,1 %, mangan (Mn) = 16,0 %, Chrom (Cr) = 11,3 %, Nikel (Ni) = 0,527 %, unsur lainnya seperti Silisium(Si), Niobdenum (Nb) , Titanium (Ti), Alumunium (Al) , Wolfram (W) , Plumbum (Pb), Phospor (P), Sulfur (S), Molibdenum (Mo) didapat prosentase dibawah 0,05%. Dari hasil pengamatan struktur mikro, dapat disimpulkan bahwa masukan arus yang kecil (50 A) dibandingkan masukan arus yang lebih besar ( 250 A) dengan pendinginan yang sama menunjukkan bahwa jumlah struktur karbida khrom dengan masukan arus besar (250 A) lebih sedikit dibanding dengan masukan arus yang lebih kecil (50 A) hal ini dikarenakan karbida khrom akan larut dalam panas. Untuk pengujian kekerasan menunjukkan bahwa daerah logam induk adalah daerah paling keras kemudian daerah haz terakhir daerah las untuk semua spesimen,harga kekerasan tertinggi diperoleh pada masukan arus 50 A dengan pendinginan air.pada uji impact harga impact tertinggi yaitu 1,515 J/mm2.
Kata-kata kunci : Stainless Steel 201, Variasi Arus, Uji Komposisi Kimia,Uji
Struktur Mikro, Uji Kekerasan, Uji Impact
-
4
PENDAHULUAN
Baja tahan karat jenis austenitik sering digunakan karena sifat keuletan,
tahan karat dan kemudahan untuk di bentuk. Pembentukan komponen
pemesinan yang menggunakan baja tahan karat pada sering kali menggunakan
proses penyambungan dengan las, pengertian dari las itu sendiri yaitu ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadaan cair. Dalam teknik pengelasan yang baik diperlukan beberapa
pengetahuan mengenai teknik pengelasan yaitu : jenis sambungan yang
sesuai, jenis pengelasan dan jenis elektroda yang digunakan. Pada
pengelasan baja austenik tahan karat karena baja jenis ini memiliki penetrasi
panas yang kurang baik maka laju pengelasan dan besarnya arus masukan
perlu diperhatikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Delfi Sukandar (2005) dalam penelitiannyan mengenai pengaruh unsur
khrom pada proses pengelasan dengan variasi temperatur mennyebutkan
bahwa unsur Cr yang besar (26,08%) menyebabkan terbentuknya fasa
austenite dan karbida khrom. Fasa karbida khrom berperan dalam
meningkatkan harga kekerasan. Jaelani (2002) melalui penelitian pengaruh
variasi suhu pada proses quenching baja tahan karat dengan kadar karbon
rendah (0,067% C) menunjukkan bahwa baja tahan kar at jenis austenite akan
mengalami peningkatan nilai kekerasan dan tarik setelah heat treatment.
Sedangkan Tri Murtopo (2002) melalui penelitian tentang perlakuan panas pada
baja tahan karat diperoleh hasil bahwa pendinginan material didalam oven
dengan cerobong tertutup akan memiliki kekuatan tarik lebih kecil dibanding
dengan pendinginan diudara bebas. Sedangkan uji kompsisi kimia diperoleh
unsur sebagai berikut 0,072 % C, 19,367% Cr dan 8,786 % Ni.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui prosentase komposisi kimia baja tahan karat AISI 201.
2. Mengetahui struktur mikro hasil las baja tahan karat AISI 201 terhadap
variasi pendinginan udara dan air.
-
5
3. Mengetahui harga kekerasan hasil las baja tahan karat AISI 201 terhadap
variasi pendinginan udara dan air.
4. Mengetahui harga impact hasil las baja tahan karat AISI 201 terhadap
variasi pendinginan udara dan air.
BATASAN MASALAH
1. Material yang diteliti adalah baja tahan karat AISI 201.
2. Benda uji menggunakan arus las 50 A, 100 A, 250 A pengelasan GTAW
dengan variasi pendinginan yaitu air dan udara.
3. Karena sangat banyaknya sifat khas yang dimiliki bahan logam maka untuk
sifat-sifat bahan yang diambil adalah sifat fisis dan sifat mekanis, melalui
pengujian yaitu :
- Pengujian komposisi kimia
- Pengujian kekerasan
- Pengujian struktur mikro
- Pengujian impact
DASAR TEORI
Baja Tahan Karat AISI 201
Baja tahan karat merupakan baja yang memiliki sifat yaitu tahan terhadap
korosi dan oksidasi. Sifat ini didapat dari unsur paduan utama yaitu chromium.
Sifat yang menguntungkan tersebut dimanfaatkan untuk komponen-komponen
yang berhubungan dengan industri kimia dan pembangkit listrik dimana reaksi
oksidasi lebih banyak terjadi.
Berdasarkan AISI (American Institute of Steel and Iron) baja tahan karat
dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1)Baja tahan karat martensit yaitu baja tahan karat yang memiliki kandungan
khrom 11% - 13%, baja jenis ini memiliki sifat mampu dikeraskan, sedangkan
sifat tahan korosinya dan lasnya kurang begitu baik.
2)Baja tahan karat ferit yaitu baja tahan karat yang memiliki kandungan khrom
16% - 27%, baja jenis ini tidak dapat dikeraskan, sedangkan sifat tahan
korosinya dan lasnya kurang begitu baik..
-
6
3)Baja tahan karat austenite yaitu baja tahan karat dengan kandungan khrom
17% -18%, baja jenis ini tidak dapat dikeraskan namun sifat tahan korosi dan
mampu lasnya sangat baik sekali.
Stainles steel jenis austenite AISI 201 termasuk jenis baja khrom-nickel-
mangan (seri 2 xx), dengan jumlah kadar khrom kurang dari 23% dan memiliki
sifat tidak dapat dikeraskan akan mudah mengalami pengerjaan panas.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Diagram alir penelitian
Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian, maka penulis
membuat suatu diagram alir penelitian.
Gambar 1. Diagram alir penelitian
Uji Komposisi
Kimia
Mulai
Baja Tahan Karat AISI 201
Pengelasan
GTAW
Arus 50 A Arus 100 A Arus 250 A
Pendinginan
Air dan Udara
Uji Kekerasan Uji
Struktur Mikro Uji Impact
Hasil
Analisa Hasil
Kesimpulan
Selesai
Las HAZ Logam
Induk Las HAZ Logam
Induk
-
7
B. Penyiapan Spesimen Uji
Spesimen yang digunakan adalah baja tahan karat stainless steel AISI
201, baja tahan karat jenis ini termasuk baja tahan karat jenis austenite karena
jumlah kadar khrom dan nikel kurang dari 23%.
C. Pembuatan Spesimen Uji
1. Pemotongan
Material baja tahan karat dipotong dengan menggunakan gergaji mesin
yang dialiri air agar tidak timbul panas yang akan berdampak dengan struktur
spesimen uji. Untuk itu digunakan mesin Metacut yaitu mesin gergaji khusus
dan dilakukan di laboratorium metalurgi teknik mesin UGM.
2. Penghalusan
Penghalusan dilakukan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan
halus. Langkah awal sebelum dilakukan penghalusan dengan amplas, terlebih
dahulu permukaan diratakan dengan kikir, kemudian baru dilakukan dengan
amplas diawali darkecil nomor kecil 600,800 dan terakhir 1000.
3. Pemolesan
Pemolesan pada benda uji bertujuan agar permukaan benda uji mengkilap,
sehingga pemantulan cahaya pada saat uji komposisi kimia akan semakin baik
dan terlihat. Media yang digunakan untuk proses pemolesan adalah
autosolyang bersifat abrasive.
4. Pengetsaan
Pengetsaan adalah pemberian bahan etsa yakni 2,5 % nitrid acid (HNO3)
dalam alcohol 90% selama 1 menit. Tujuan dari pengetsaan untuk
menghilangkan lapisan yang terdapat pada permukaan benda uji sehingga
permukaan benda uji dapat dilihat dengan jelas dibawah mikroskop.
E. Pengujian
1. Pengujian Komposisi Kimia
Pengujian komposisi kimia dilakukan untuk mengetahui unsur penyusun
spesimen benda uji. Sebelum dilakukan pengujian komposisi kimia terlebih
dahulu dilakukan penghalusan. Penelitian ini dilakukan di Politeknik Manufaktur
Ceper (POLMAN). Alat yang digunakan untuk menguji komposisi kimia baja
(logam ferro) adalah spektrum komposisi kimia Optical Emission Spectrometer.
-
8
2. Pengamatan Struktur Mikro
Pengamatan struktur mikro adalah pengamatan yang dilakukan di bawah
mikroskop Olympus metallurgical microscope dengan perbesaran 200x untuk
mengetahui struktur mikro sedangkan untuk pendokumentasian digunakan alat
potret olympus photomicrographic system. Sebelum dilakukan pengamatan
struktur mikro terlebih dahulu permukan benda uji diratakan dan dihaluskan dan
dilakukan pengetsaan.
3. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan digunakan untuk mengetahui harga kekerasan dari
benda uji sehingga dapat diketahui distribusi kekerasan serta kekerasan rata-
rata dari benda uji. Alat uji pada benda uji menggunakan Macro Vickers
Hardness Tester.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Komposisi Kimia
Tabel 1. Hasil pengujian komposisi kimia baja tahan karat SS 201
(Lab. Politeknik Manufaktur, Klaten)
Hasil Pembahasan Komposisi Kimia
Unsur Prosentase
(%)
Un
su
r P
oko
k Fe 71,2
Mn 6,71
Cr 17,0
Ni 4,61
Si 0,288
V 0,103
C 0,030
Un
su
r T
am
bah
an
P 0,025
S 0,020
Cu 0,341
Mo 0,0050
Ti 0,0265
Nb 0,356
Si 0,288
-
9
a. Komposisi kimia spesimen baja tahan karat SS 201
Dari hasil pengujian spesimen besi didapatkan penyusun utama adalah
besi (Fe) = 71,2 %, mangan (Mn) = 6,71 %, kromium (Cr) = 17 % ditambahkan
dengan tujuan tahan korosi, tahan panas dan memperbaiki kekuatan tarik baja
tahan karat. Mangan (Mn) = 6,71 % berguna dalam meningkatkan sifat tahan
aus dan kekuatan tariknya tinggi. Selain itu mangan memiliki sifat keras serta
berwarna abu-abu keputih-putihan. Sedang unsur-unsur lain yang didapatkan
dalam kategori prosentase kecil dan relatif sedikit pengaruhnya pada sifat
mekanis bahan, yaitu : nikel (Ni) = 4,61 %, phosphor (P) = < 0,025 %, sulphur
(S) < 0,020 %, tembaga (Cu) = 0,341 %, Molibdenum (Mo) = 0,005 %, Titanium
(Ti) = 0,0265 %, Niobium (Nb) = 0,0356 % Vanadium (V) = 0,103 %, Karbon
(C) = 0,030 % dan Silisium (Si) = 0,288 %.
Hasil Pengujian Struktur Mikro
a. Hasil foto struktur baja tahan karat 201 arus 50 A pendinginan udara.
Gambar 2. Foto struktur mikro daerah las pendinginan udara perbesaran 200
Gambar 3. Foto struktur mikro daerah HAZ pendinginan udara perbesaran 200
50
m
Chrom
Nikel
Austenit
Karbida
Chrom
50
m
Karbida
Chrom
Austenit
Nikel
-
10
Gambar 4. Foto struktur mikro daerah logam induk pendinginan udara
perbesaran 200
Pembahasan Struktur Mikro Arus 50 A pendinginan udara
-Daerah Las
Pada daerah ini struktur austenite dan nikel sangat dominan dibanding dengan
chrom dan karbida chrom, hal ini disebabkan karbida chrom terlarut dalam
panas.
-Daerah HAZ
Struktur daerah Haz menunjukkan bahwa chrom dan karbida chrom mulai
terlihat meskipun struktur austenite masih lebih dominan.
-Daerah Logam Induk
Struktur karbida chrom dan chrom terlihat merata disemua tempat, meskipun
austenite dan nikel terlihat tetap lebih dominan.
b. Hasil foto struktur mikro baja tahan karat 201 arus 50 A pendinginan air.
Gambar 5. Foto struktur mikro daerah las pendinginan air perbesaran 200
Karbida
Chrom
Austenit
Chrom
Nikel
50
m
Nikel
Karbida
Chrom
50
m
Austenit
-
11
Gambar 6. Foto struktur mikro daerah HAZ pendinginan air perbesaran 200
Gambar 7. Foto struktur mikro daerah logam induk pendinginan air perbesaran 200
Pembahasan Struktur Mikro Arus 50 A Pendinginan Air
-Daerah Las
Pada daerah ini struktur austenite dan nikel lebih dominan meskipun karbida
chrom juga terlihat, hal ini diakibatkan panas yang terjadi dapat terserap oleh
air.
-Daerah HAZ
Struktur austenite dan nikel terlihat disemua bagian dan tampak lebih dominan
sedangkan karbida chrom dan chrom juga nampak meskipun tidak terlalu
dominan.
-Daerah Logam Induk
Pada daerah logam induk struktur karbida chrom dan chrom mulai terlihat
merata disemua daerah walaupun austenit serta nikel tampak lebih merata.
Besar struktur butiran juga relatif lebih kecil dan halus hal ini menandakan
pada daerah ini harga kekerasan lebih tinggi dari daerah haz dan las.
Austenit
Nikel
Chrom
Karbida Chrom
50
m
Karbida Chrom
Chrom
Austenit
Nikel
50
m
-
12
c. Hasil foto struktur mikro baja tahan karat 201 arus 100 A pendinginan
udara.
Gambar 8. Foto struktur mikro daerah las pendinginan udara perbesaran 200
Gambar 9. Foto struktur mikro daerah HAZ pendinginan udara perbesaran 200
Gambar 10. Foto struktur mikro daerah logam induk pendinginan udara perbesaran 200
Pembahasan Struktur Mikro Arus 100 A Pendinginan Udara
-Daerah Las
Struktur nikel dan austenit tampak lebih dominan dimana nikel memiliki ukuran
panjang lebih pendek dari, struktur chrom dan karbida chrom hampir tidak
terlihat.
Nikel
Austenit
Karbida Chrom
50
m
Karbida Chrom
Austenit
Chrom
Nikel
50
m
Karbida Chrom
Austenit
Chrom
Nikel
50
m
-
13
-Daerah HAZ
Chrom dan karbida khrom mulai terlihat disemua bagian dengan ukuran butir
lebih besar. Sedangkan austenite dan nikel juga terlihat namun tidak
sedominan pada daerah las
-Daerah Logam Induk
Karbida chrom, chrom dan nikel serta austenite nampak disemua bagian
dengan ukuran butir lebih kecil dan halus.
d. Hasil foto struktur mikro baja tahan karat 201 arus 100 A pendinginan
air.
Gambar 11. Foto struktur mikro daerah las pendinginan air perbesaran 200
Gambar 12. Foto struktur mikro daerah HAZ pendinginan air perbesaran 200
Gambar 13. Foto struktur mikro daerah logam induk pendinginan air perbesaran 200
KarbidaChrom
Austenit
Nikel
50
m
Karbida Chrom
Nikel
Chrom
Austenit
50
m
Karbida Chrom
Chrom
Nikel
Austenit
50
m
-
14
Pembahasan Struktur Mikro Arus 100 A Pendinginan Air
-Daerah Las
Pada daerah ini struktur austenite dan nikel sangat dominan sedangkan chrom
dan karbida chrom hampir tidak terlihat.
-Daerah HAZ
Karbida khrom dan chrom mulai nampak dengan ukuran butir lebih besar
sedangkan nikel memiliki ukuran lebih panjang dari daerah las.
-Daerah Logam Induk
Karbida khrom, nikel dan chrom nampak disemua daerah dengan ukuran butir
kecil dan lebih halus dibandang daerah haz.
e. Hasil foto struktur mikro baja tahan karat 201 arus 250 A pendinginan
udara
Gambar 14. Foto struktur mikro daerah las pendinginan udara perbesaran 200
Gambar 15. Foto struktur mikro daerah HAZ pendinginan udara perbesaran 200
50
m
Karbida Chrom
Austenit
Chrom
Nikel
Chrom
Nikel
Austenit
Karbida Chrom
50
m
Karbida Chrom
Nikel
Austenit
50
m
Chrom
Gambar 16. Foto struktur mikro daerah logam induk pendinginan udara perbesaran 200
-
15
Pembahasan Struktur Mikro Arus 250 A Pendinginan Udara
-Daerah Las
Struktur nikel dan austenite lebih dominan dari struktur lainnya, meskipun
karbida krom juga nampak akan tetapi pada jumlah yang sedikit.
-Daerah HAZ
Pada daerah ini chrom kelihatan dalam jumlah banyak akan tetapi besar
butirannya terlalu besar sehingga akan berpengaruh pada kekuatan dan
kekerasannya.Selain itu
-Daerah Logam Induk
Struktur khrom, karbida khrom, austenit serta nikel nampak disemua daerah
dalam ukuran yang besar. Chrom ada bada jumlah yang relative banyak
dibanding dengan daerah haz dan las.
f. Hasil foto struktur mikro baja tahan karat 201 arus 250 A pendinginan
air.
Gambar 17. Foto struktur mikro daerah las pendinginan air perbesaran 200
Gambar 18. Foto struktur mikro daerah HAZ pendinginan air perbesaran 200
Karbida Chrom
Nikel
Austenit 50
m
Austenit
Karbida Chrom
Nikel
Chrom
50
m
-
16
Grafik Uji Kekerasan
222,8
241,9 237,1
201,4
266,3 257,7
190,2
225,2
175,3
257,5
249,3
177,9
231
193,8
186,7
165,6
0
50
100
150
200
250
300
0 1 2 3 4
Daerah Uji
Ha
rga
Ke
ke
ras
an
(V
HN
)
Gambar 19. Foto struktur mikro daerah logam induk pendinginan air perbesaran 200
Pembahasan Struktur Mikro Arus 250 A Pendinginan Air
-Daerah Las
Sruktur nikel tampak merata disemua daerah serta austenite. Nikel tampak
lebih panjang dan saling bersambungan satu dengan lainnya. Karbida chrom
nampak akan tetapi dalam jumlah kecil.
-Daerah HAZ
Struktur austenite tampak lebih dominan. Chrom nampak akan tetapi dalam
jumlah yang kecil diikuti karbida chrom, pada daerah ini ukuran struktur butiran
lebih besar dibanding daerah las dan logam induk.
-Daerah Logam Induk
Austenit dan nikel tampak lebih dominan diikuti karbida chrom dan chrom
dengan ukuran lebih kecil dan halus.
Hasil Pengujian Kekerasan
KarbidaChrom
Austenit
Chrom
Nikel
50
m
Gambar 20. Grafik Harga Nilai Kekerasan Pada Daerah Logam Induk HAZ dan Las
-
17
Grafik Uji Impact
1,4281,491
1,5051,515
1,334
1,26
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
50 A +
Udara
50 A + Air 100 A +
Udara
100 A + Air 250 A +
Udara
250 A + Air
Har
ga Im
pact
(J/m
m2 )
50 A + Udara 50 A + Air100 A + Udara 100 A + Air250 A + Udara 250 A + Air
Pembahasan Pengujian Kekerasan
Perbedaan panas dan perlakuan pendinginan pada pengelasan mengakibatkan
perbedaan harga kekerasan antara logam induk, HAZ dan daerah las. Dari
grafik diatas menunjukkan bahwa harga kekerasan semakin tinggi jika semakin
jauh dari logam lasan. Pada perlakuan arus yang rendah dengan (50 A)
kekerasan spesimen yang didapat akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kekerasan dengan perlakuan arus tinggi (100 A dan 250 A). Ini disebabkan
karena arus yang tinggi akan menyebabkan panas yang tinggi pada daerah
lasan sehingga karbidakhrom akan melarut, sedangkan karbidakhrom memiliki
sifat keras . Pada perlakuan pendinginan baja tahan karat austenitik berfasa
tunggal yaitu austenit (γ) dengan paduan nikel (kadar nikel 0,527 % pada uji
komposisi kimia) nikel akan akan berperan sebagai penyetabil fasa austenit dari
fasa temperatur tinggi ke temperatur rendah. Sehingga kekerasan akibat
perlakuan pendinginan pada baja tahan karat tidak begitu terpengaruh (lihat
grafik diatas untuk perbedaan nilai kekerasan pada perlakuan pendinginan
dengan arus yang sama, nilai kekerasan tidak berbeda terlalu jauh) .
Hasil Pengujian Impak
Gambar 21. Grafik Uji Impact
-
18
a.Harga Impak Terbesar
Harga impak terbesar yaitu dengan nilai impak 1.515 J/mm2. Dari hasil foto
patahan akibat uji impak didapatkan bahwa luas patahan berujung rata lebih
kecil jika dibandang dengan ujung patahan yang membentuk permukaan
berserat. Kontur patahan tersebut menunjukkan bahwa spesimen tersebut
lebih tahan impak karena lebih sulit patah.
b.Harga Impak Terkecil
Harga impak terkecil yaitu 1.260 J/mm2. Foto uji impak memperlihatkan
bahwa ujung patahan dengan luas ujung patahan rata lebih luas dari ujung
patahan berserat. Ini menunjukkan bahwa spesimen tersebut lebih cepat
patah
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pengujian komposisi kimia menunjukkan bahwa prosentase kandungan
chrom adalah 17% . Prosentase tersebut menunjukkan bahwa baja tahan
karat AISI 201 termasuk dalam klasifikasi baja tahan karat austenitik.
2. Pada pengamatan struktur mikro untuk semua masukan panas (50 Ampere,
100 Ampere dan 250 Ampere) terlihat bahwa untuk semua daerah logam
induk akan memiliki struktur mikro yang lebih halus dan merata disemua
bagian yaitu struktur karbida chrom, chrom, nikel serta austenite. Jika
dibandingkan dari masing-masing masukan panas yang berbeda terlihat
bahwa pada daerah lasan untuk masukan panas 250 Ampere struktur
austenite lebih dominan dibanding dengan daerah lasan untuk masukan
panas 100 Ampere dan 50 Ampere, pada bagian Haz untuk masukan panas
250 Ampere struktur chrom dan karbida chrom lebih sedikit dibanding
dengan struktur yang sama (karbida chrom dan chrom) untuk masukan panas
100 Ampere dan 50 Amper, ini membuktikan bahwa masukan panas yang
lebih tinggi akan melarutkan karbida chrom, sedangkan pada daerah logam
induk untuk semua masukan panas tidak begitu memperlihatkan perbedaan
yang berarti.
-
19
3. Pada pengujian kekerasan dengan arus 50 ampere nilai kekerasan spesimen
lebih tinggi jika dibandingkan dengan arus 100 ampere dan arus 250 ampere.
Ini disebabkan karena arus yang tinggi akan menyebabkan panas yang tinggi
pada daerah lasan dan akan melarutkan karbida chrom sedangkan karbida
chrom memiliki sifat keras.
4. Pada pengujian impak, nilai impak terbesar adalah 1,515 J/mm2 sedangkan
nilai terkecil yaitu 1,260 J/mm2, nilai impak yang besar terdapat pada ujung
luas patahan yang berujung lebih kecil dari permukaan yang membentuk
serat. Untuk nilai impak terkecil yaitu 1,260 J/mm2 dan memperlihatkan ujung
patahan dengan ujung patahan rata lebih luas dari ujung patahan berserat.
SARAN
Setelah menganalisa penelitian spesimen pin piston, maka penulis
berkesempatan memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Uji komposisi bahan sangat diperlukan untuk mengetahui kandungan bahan
sesungguhnya, karena kandungan yang tertera pada label dari pembuat
produk bahan tersebut belum tentu sama dengan kandungan sesungguhnya.
2. Pada saat pengambilan foto struktur mikro harus diperhatikan kesejajaran
dari masing-masing benda uji agar didapat pantulan cahaya yang sama
ketika benda uji
-
20
DAFTAR PUSTAKA
Avner, S.H., 1974, Introduction to Physical Metalurgy, Mc Graw Hill Book
Company, Singapore Jaelani, 2002 Tugas Akhir : Pengaruh Variasi Suhu Pemanasan Proses
Quenching Bahan Baja Tahan Karat Produksi Pengecoran Logam, Ceper, Klaten Terhadap Pengujian Mekanis, UMS, Surakarta
Sonawan, 2003, Las Listrik SMAW dan Pemeriksaan Hasil Pengelasan,
ALFABETA, Bandung Sukandar Delfi, 2005 Tugas Akhir : Pengaruh Unsur Khrom (Cr) dan Variasi
Temperatur Udara pada Proses Pengelasan terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Baja Tahan Karat AISI 304, UMS, Surakarta
Wiryosumarto; Harsono; Okumura,T., 1995, Teknologi Pengelasan Logam,
P.T. Pradnya Paramita, Jakarta ___________, 1958, ASM Hand Book Comitte Metallography and
Microstructures, American Society for Metal Vol. 7