pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe gi

45
BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan masalah pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi masalah 1

Upload: maedha

Post on 06-Aug-2015

189 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang

adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik,

sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan masalah

pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan selalu mengalami pembaharuan

dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode

pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain peningkatan

sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta

perubahan dan perbaikan kurikulum. Konsep pendidikan tersebut terasa

semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan

dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang

dipelajari di sekolah untuk menghadapi masalah yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan idealnya harus mampu

melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain,

sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses

edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan

mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik),

1

Page 2: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang

lebih baik/ lebih maju). Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu

dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta

siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya

didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode

pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak

hanya dari guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan

siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran

ekonomi.

Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah

metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih

menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan

sesuatu bersama kelompok. Adapun metode pembelajaran kooperatif yang

dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu Group Investigation (GI).

Karakteristik metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses

kelompok (group process skills).

1.2 Identifikasi Masalah

Berpijak pada latar belakang yang diuraikan di atas, maka terkait dengan

prestasi belajar matematika siswa dapat diidentifikasi beberapa permasalahan

2

Page 3: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

yaitu bagaimana hasil belajar IPS siswa, faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi hasil belajar IPS siswa, pendekatan pembelajaran yang

bagaimana dapat membantu meningkatkan hasil belajar IPS, bagaimana

pengertian model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation),

bagaimana hakekat model pembelajaran tipe GI (Group Investigation),

bagaimana ciri-ciri model pembelajaran tipe GI (Group Investigation), apa saja

keunggulan dan kelemahan model pembelajaran tipe GI (Group Investigation),

bagaimana sintaks/langkah-langkah model pembelajaran tipe GI (Group

Investigation), bagaimana pengertian reinforcement, bagaimana pengertian hasil

belajar, hasil belajar IPS siswa sebelum menggunakan model belajar tipe GI dan

hasil belajar IPS siswa setelah menggunakan model belajar tipe GI, dan yang

terakhir yaitu bagaimana kaitan model pembelajaran tipe GI (Group

Investigation) dan pemberian reinforcement dengan hasil belajar IPS siswa.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, dapat

dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.

A. Bagaimana pengertian model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation) ?

B. Bagaimana pengertian reinforcement ?

C. Bagaimana pengertian hasil belajar ?

3

Page 4: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

D. Bagaimana kaitan model pembelajaran tipe GI (Group Investigation) dan

pemberian reinforcement dengan hasil belajar IPS siswa ?

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :

A. Untuk mengetahui dan memahami pengertian model pembelajaran

kooperatif tipe GI (Group Investigation).

B. Untuk mengetahui pengertian reinforcement.

C. Untuk mengetahui pengertian hasil belajar.

D. Untuk mengetahui kaitan model pembelajaran tipe GI (Group Investigation)

dan pemberian reinforcement dengan hasil belajar IPS siswa ?

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu :

A. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

teori pendidikan khususnya tentang strategi pembelajaran IPS.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu

pendidikan, khususnya pada pengembangan model pembelajaran

kooperatif tipe GI dan pemberian reinforcement terhadap hasil belajar

IPS.

4

Page 5: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

B. Manfaat Praktis

1) Manfaat bagi Guru

Dengan mengimplementasikan model belajar tipe GI, diharapkan dapat

menjadi alternatif pilihan bagi guru dalam menerapkan model

pembelajaran khusunya dalam mata pelajaran IPS.

2) Manfaat bagi Siswa

Penerapan model pembelajaran yang terdapat dalam penelitian ini

diharapkan dapat memberikan dorongan bagi siswa untuk berusaha

mendapatkan solusi dari permasalahan yang diberikan. Dengan

menerapkan model pembelajaran tipe GI, siswa mendapat pengalaman

belajar yang bermakna serta mendapat kesempatan untuk bekerjasama

saling bertukar pikiran dengan teman sebaya dalam memecahkan

masalah

5

Page 6: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation)

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group

Investigation)

Group Investigation merupakan  salah satu bentuk model

pembelajaran kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan

aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang

akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Tipe ini menuntut

para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun dalam keterampilan proses kelompok. Siswa dilibatkan sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi. Para siswa memilih topik yang

ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai

subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan

dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Model Group

Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari

tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Menurut Slavin (1995:5) “dalam pembelajaran kooperatif siswa

belajar bersama,  saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab

6

Page 7: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.

Sementara itu menurut Artz dan Newman (1990:448), belajar kooperatif

adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok dari siswa yang

bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah,

menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama

Model pembelajaran Group Investigation (Penyelidikan Kelompok)

ini berasal dari tulisan-tulisan filsafat, etika, dan psikologi sejak tahun-

tahun pertama abad ini. Orang pertama yang merintis menggunakan

metode ini adalah John Dewey. Dewey memandang bahwa kerjasama

dalam kelas sebagai prasyarat untuk mengatasi berbagai persoalan

kehidupan yang kompleks dalam demokrasi. Kelas merupakan bentuk

kerjasama dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran

dengan perencanaan yang baik. Pembelajaran adalah partisipan aktif

dalam segala aspek kehidupan sekolah, dengan membuat keputusan-

keputusan yang menentukan tujuan kemana mereka belajar. Perencanaan

kelompok merupakan salah satu modal untuk menjamin keterlibatan

siswa secara maksimal.

Model investigasi kelompok berasal dari premis bahwa dalam

bidang social maupun intelektual, proses pembelajaran disekolah

menggabungkan nilai-nilai yang didapatnya. Interaksi kooperatif dan

komunikasi diantara teman-teman kelas dapat dicapai paling efektif

7

Page 8: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

dalam kelompok kecil, dimana pergaulan antara teman-teman sebaya

dapat dipertahankan.

Keberhasilan pelaksanaan investigasi kelompok sangat tergantung

dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan social

lain yang dilakukan sebelumnya. Tahap ini merupakan peletakan dasar

(laying the groundwork) bagi pembentukan kelompok (team building).

Guru dan siswa melakukan berbagai macam kegiatan yang bersifat

akademik dan non akademik yang menunjang terbentuknya norma-

norma perilaku kooperatif yang sesuai dan dapat dibawa ke dalam kelas.

Investigasi kelompok ini sangat cocok untuk kajian-kajian yang

bersifat terpadu yang berkaitan dengan pemerolehan, analisis, dan

sintesis informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah multidimensi.

Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari dan menemukan

informasi dari berbagai macam sumber di dalam maupun di luar kelas.

Kemudian para siswa mengevaluasi dan mensintesiskan semua

informasi yang disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok dan

akhirnya dapat menghasilkan produk berupa laporan kelompok.

Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama,

yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan

dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S.

Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa

memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah

tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa

8

Page 9: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika

kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok

saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta

saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.

Dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam

belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada

aktivitas belajar anggota kelompok-kelompoknya, sehingga seluruh

anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.

2.1.2 Sintaks/Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tipe GI (Group

Investigation)

Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation), ada beberapa sintaks atau langkah yang harus

dilaksanakan oleh guru. Sintaks atau langkah-langkah penerapan metode

pembelajaran tipe GI (Group Investigation), (Kiranawati (2007), dapat

dikemukakan sebagai berikut:

2.11. Seleksi topik

a. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah

umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa

selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang

berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2

9

Page 10: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis

kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2.2

2.32. Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar

khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai

topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.

3. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada

langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai

aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong

para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat

di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus

mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika

diperlukan.

2.4

4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang

diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan

dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

10

Page 11: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari

berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas

saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai

topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

6. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.

Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,

atau keduanya.

2.2 Pengertian Reinforcement

Secara etimologi kata reinforcement berasal dari bahasa Inggris,yaitu

penguatan. Reinforcement merupakan peristiwa khusus dari perilaku, yang

diikuti dengan konsekuensi, di mana konsekuensi tersebut akan memperkuat

perilaku. Seseorang yang mendapatkan reinforcement akan cenderung

mengulang perilaku yang sama di masa mendatang. Operant behavior yang

terjadi dalam sebuah lingkungan akan menghsilkan sebuah konsekuensi.

Konsekuensi yang memperkuat operant behavior disebut reinforcer. Contohnya

ketika guru membelajarkan siswanya, guru tersebut memberikan pertanyaan,

kemudian ada seorang anak yang mencoba menjawab, dan jawaban tersebut

11

Page 12: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

hampir mendekati benar, sang guru memberikan senyuman dan menyampaikan

kata “bagus” kepada anak yang menjawab, hal tersebut merupakan

reinforcement yang mana diharapkan akan meningkatkan perilaku sehingga

anak tersebut akan mencoba menjawab lagi. Sedangkan stimulus yang timbul

dan menjadi konsekuen terhadap munculnya serta berulangnya perilaku yang

dikehendaki disebut reinforce. Dalam contoh diatas, yang menjadi konsekuen

(reinforcer) adalah senyuman dan kata “bagus”. Terdapat beberapa pengertian

lain tentang reinforcement, salah satunya adalah reinforcement merupakan

penguatan yang memberikan respon positif terhadap suatu tingkah laku tertentu

dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali (Alma,

2008: 30). Tujuan adanya reinforcement adalah dapat meningkatkan perhatian

siswa, memudahkan proses belajar, membangkitkan dan mempertahankan

motivasi, mengubah sikap suka mengganggu dan menimbulkan tingkah laku

belajar yang produktif, mengembangkan dan mengatur diri sendir dalam belajar,

mengarahkan kepada cara berpikir yang baik.

Ada dua jenis reinforcement, yaitu reinforcement negatif dan reinforcement

positif. Reinforcement positif adalah segala hal yang menyertai perilaku dan

berfungsi meningkatkankemnungkinan untuk mengulangi perilaku.Contohnya,

saat mengajar guru mengajar ada seorang anak yang mencoba mengatakan

argumennya, dan setelah anak tersebut selesai berargumen guru tersebut

mengatakan “bagus sekali”. Dalam hal ini kata “bagus sekali termasuk

reinforcement positif. Reinforcement negatif adalah proses peningkatan tingkah

12

Page 13: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

laku dengan cara mengurangi hal-hal atau stimulus yang tidak menyenangkan.

Reinforcement negative berbeda dengan hukuman (punishment).

Reinforcement negatif, pada dasarnya, akan memperkuat terbentuknya

perilaku. Hanya pada reinforcement negatif, akan memperlemah terbentuknya

perilaku. ‘negatif’ bukan berarti buruk, namun lebih berarti ‘penghilangan’

stimulus setelah perilaku. Dalam reinforcement negatif terdapat 2 jenis perilaku

yang terbentuk, yaitu Escape behavior dan Avoidence behavior. Dalam escape

behavior, seseorang menghindari stimulus yang tidak menyenangkan (aversive

stimulus) dengan cara menjalankan perilaku tertentu untuk mencari jalan keluar.

Dalam avidence behavior, seseorang menghindari aversive stimulus dengan

cara menjalankan perilaku khusus untuk mencegah, dan perilaku tersebut

diperkuat.

Dalam suatu kegiatan pemberian reinforcement tentu ada faktor – faktor

yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas reinforcement antara lain:

a) Immediacy

Stimulus akan menjadi lebih efektif sebagai reinforcer ketika segera diberi

setelah perilaku seseorang terbantuk.

13

Page 14: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

b) Contingency

Stimulus akan menjadi lebih efektif sebagai reinforcer ketika menjadi satu

kesatuan dengan perilaku yang terbentuk. Ada konsistensi dalam pemberian

konsekuensi.

c) Establising operations

Pengurangan atau kejadian lain, terkadang dapat menjadikan sebuah stimulus

sebagai reinforcer pada waktu-?waktu tertentu. Contoh : pemberian makan

terhadap orang kenyang dan orang lapar. Kejenuhan (station) dapat

menyebabkan sebuah stimulus kehilangan perannya sebagai reinforcer.

d) Individual diffecences

Reinforcers berbeda dan bervariasi pada setiap orang.

e) Magnitude

Semakin kuat stimulus, semakin efektif perannya sebagai reinforcers

(penguat perilaku). Contoh : keluar dari gedung pada saat hawa panas &

terjadi kebakaran.

Terdapat beberapa jens dari reinforcement, yaitu:

1) Verbal reinforcement

Verbal reinforcement berupa komentar ungkapan, pujian yang berbentuk

kata-kata ataupun kalimat. Contohnya, kata dalam Verbal reinforcement:

baik, bagus, hebat sekali, benar sekali, sangat teliti dan sebagainya,

sedangkan dalam bentuk kalimat: Itu suatu pikiran yang baik, cara berpikir

kritis sekali, terima kasih kamu sangat pandai.

14

Page 15: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

2) Gestural reinforcement

Gestural reinforcement berupa penguatan yang ditunjukkan melalui wajah

ataupun anggota badan lain. Contohnya pada wajah: senyum, mengangkat

alis, tertawa, siulan, kerlingan mata. Pada anggota badan : tepuk tangan,

menunjuk, tanda OK naikkan tangan, anggukan, gelengkan kepala

(keheranan), jempol.

3) Proximity reinforcement

Proximity reinforcement adalah penguatan dengan mendekai siswa. Seperti

berjalan mendekati, berdiri di dekat, duduk dekat kelompok, berdiri di antara

siswa.

4) Contact reinforcement

Adalah penguatan dengan melakukan sentuhan pada siswa. Seperti menepuk

bahu, punggung, tangan pada kepala, jabat tangan, memegang rambut,

menaikkan tangan siswa. Dalam hal ini harus diperhatikan kebiasaan daerah

setempat. Ada tabu memegang pipi, memegang kepala dan sebagainya.

5) Activity reinforcement

Activity reinforcement adalah aktivitas gerak yang kemudian guru

memberikan penguatan. Seperti: berjalan mendahului, membagi bahan secara

langsung, memimpin permainan dengan mengambil salah satu contoh regu

yang dianggap bagus.

15

Page 16: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

6) Token reinforcement

Token reinforcement adalah penguatan dengan pemberian hadiah berupa

materi. Contohnya siswa yang berhasil menjawab soal dengan benar

diberikan hadiah berupa pensil, atau permen. Dalam hal ini perlu

diperhatikan bahwa Token reinforcement jangan terlalu sering dilakukan.

Reinforcement memiliki beberapa prinsip yang perlu diperhatikan.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan saat memberikan penguatan tersebut,

antara lain:

a) Penuh kehangatan, antusias dan jujur.

b) Hindari reinforcement negatif: kritikan dan hukuman.

c) Bervariasi.

d) Penuh arti bagi siswa.

e) Bersifat pribadi.

f) Langsung atau segera.

Dalam pemberian reinforcement kepada siswa, ada beberapa cara

penggunaan yang perlu diperhatikan. Modus penggunaan reinforcement

meliputi:

a) Whole group reinforcement

Komponen reinforcement dapat diterapkan oleh guru pada seluruh kelas dari

waktu ke waktu. Komponen yang digunakan biasanya berupa verbal, token,

gestural dan aktivitas.

16

Page 17: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

b) Delayed reinforcement

Komponen reinforcement langsung dapat diberikan guru segera diberikan,

biasanya penundaan ini dihubungkan dengan pemberian keterangan atau

isyarat lain untuk menekankan bahwa reinforcement diberikan namun

ditunda atau diberikan kemudian.

c) Partial reinforcement

Digunakan untuk menghindari reinforcement yang negatif. Sebagian

menerima respons siswa, misalnya jawaban siswa setengah-setengah betul,

guru tidak menyalahkan atau mengkritik jawaban tersebut, tetapi meminta

siswa lain menjawab atau memberi tanggapan. Seandainya jawaban siswa

yang kedua benar, maka dikembalikan kepada siswa yang pertama untuk

mengulangi, jawaban yang benar kemudian diberi reinforcement.

d) Personalized reinforcement

Sebaiknya diberikan langsung atau segera pada siswa secara perorangan,

karena kemampuannya. Ini lebih selektif dari pada apabila bersifat anonim

dan tidak spesifik kepada seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa reinforcement adalah

penguatan yang memberikan respon positif terhadap suatu tingkah laku tertentu

dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.

17

Page 18: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

2.3 Hasil Belajar Siswa

2.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Secara sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai

proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah

dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi

belajar memuat beberapa unsur, yaitu: penciptaan hubungan, sesuatu hal

(pengetahuan) yang sudah dipahami, dan sesuatu (pengetahuan) yang

baru. Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu

yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan

dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Setiap

proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil

belajar.

Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik

memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu

meningkatkan keberhasilan peserta didik. Kualitas hasi belajar siswa sangat

dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran dan faktor intrinsik atau

ekstrinsik dari siswa itu sendiri. Dalam mengikuti proses pembelajaran di

sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapat hasil belajar

yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam

mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dapat dicapai melalui

proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal maka hal

tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar siswa.

18

Page 19: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

Hasil belajar menurut Anni (2004:4) “merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar”.

Menurut Sudjana (1990:22) hasil belajar adalah “kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajaranya”. Sedangkan,

menurut Hamalik (2001:159) “bahwa hasil belajar menunjukkan kepada

prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator yang

menunjukkan derajat perubahan tingkah laku siswa”. Hasil belajar dapat

dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai kognitif),

sikap (afektif), maupun keterampilan (psikomotor). Untuk melihat

pencapaian hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan

evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang

akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan

keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dicapai melalui

tiga kategori ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Ranah Kognitif

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir

yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu

pengetahuan, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang

menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan

beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk

memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif

19

Page 20: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental

yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang

paling tinggi yaitu evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang dimiliki

oleh siswa. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu

menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,

koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Ranah

psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,

misalnya; menulis, berbicara, memukul, dan lain sebagainya.

Dalam proses pembelajaran, tipe hasil belajar kognitif memang

lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol,

namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian

dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan paparan di atas maka dalam makalah dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah hasil/kemampuan/perubahan perilaku yang diperoleh siswa

setelah mengalami interaksi melalui latihan dan pengalaman dalam proses

pembelajaran. Sedangkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu

hasil belajar yang dicapai dan diperoleh oleh siswa setelah mengalami proses

interaksi dalam pembelajaran mata pelajaran IPS.

20

Page 21: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Tabrani (1993: 32), “hasil belajar yang dicapai siswa

banyak ditentukan oleh faktor psikologis seperti kecerdasan, motivasi,

perhatian, cita-cita peserta didik, kebugaran fisik dan mental serta

lingkungan belajar yang menunjang”. Menurut Indra (2009) faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi

2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-

faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

a. Faktor Biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik

yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan

sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus

meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua,

kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar

sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga

kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara

lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini

meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental

21

Page 22: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan

belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor

psikologis ini meliputi hal-hal sebagai berikut diantaranya

intelegensi, kemauan, motivasi dan bakat. Intelegensi atau

tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar

terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kemauan/motivasi

dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar

seseorang. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya

seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak

menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam

suatu bidang.

2) Faktor Eksternal, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri

siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

a. Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan

lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang

cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap

perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya

maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b. Faktor lingkungan sekolah

22

Page 23: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan

keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi

keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin

yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c. Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat

yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat

merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat.

Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar

diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal,

seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari

dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa.

2.4 Kaitan Model Pembelajaran Tipe GI (Group Investigation) dan Pemberian

Reinforcement Dengan Hasil Belajar IPS Siswa

2.4.1 Kaitan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group

Investigation) Dengan Hasil Belajar IPS

23

Page 24: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

Berdasarkan beberapa paparan dan pendapat mengenai para ahli di

atas, dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe GI (Group

Investigation) merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran

kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk

mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

melalui bahan-bahan yang tersedia.

Pembelajaran kooperatif tipe GI yang diterapkan dalam mata

pelajaran IPS memberikan kesempatan yang sangat luas kepada siswa

untuk aktif membentuk pemahamannya sendiri tentang materi yang

dibahas. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan

topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Para siswa

memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam

terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan

dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

Hal ini akan melatih siswa untuk berani mengeluarkan pendapat dan

berfikir kritis. Ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah

Dasar berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 (Tim Penyusun, 2006:60) yaitu peserta didik mampu yang

memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.

Maka dari itu, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe GI ini, diharapkan terjadi suatu proses pembelajaran di mana siswa

24

Page 25: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri serta berperan aktif dalam

proses pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh terhadap

peningkatan hasil belajar IPS siswa, sehingga rendahnya hasil belajar

IPS siswa dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe GI (Group Investigation) dalam proses pembelajaran.

2.4.2 Kaitan Antara Pemberian Reinforcement Dengan Hasil Belajar IPS

Berdasarkan uaraian dan pendapat para ahli di atas, dinyatakan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

reinforcement. reinforcement dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

reinforcement positif dan negatif. Reinforcement positif adalah segala

hal yang menyertai perilaku dan berfungsi meningkatkan kemungkinan

untuk mengulangi perilaku. Contohnya, saat guru mengajar ada seorang

anak yang mencoba mengatakan argumennya, dan setelah anak tersebut

selesai berargumen guru tersebut mengatakan “bagus sekali”. Tujuannya

adalah untuk meningkatkan minat belajar yang akan membawa siswa

tersebut memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Pemberian reinforcement yang berasal dari guru dalam setiap

pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPS akan sangat

mendorong siswa untuk belajar. Karena untuk mendapatkan kondisi

lingkungan belajar yang lebih kondusif dan memungkinkan terjadinya

proses belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga hasil belajar

siswa menjadi rendah, maka seorang guru dituntut untuk selalu

25

Page 26: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

membuat siswanya mempunyai keinginan atau dorongan untuk belajar.

Reinforcement positif yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat

berupa verbal reinforcement, gestural reinforcement, proximity

reinforcement, contact reinforcement, activity reinforcement, token

reinforcement pada saat siswa melakukan sesuatu yang positif sehingga

siswa termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik, dan guru dapat

memberikan Reinforcement negatif jika siswa melakukan kesalahan

sehingga siswa sadar dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Maka dari itu, dengan pemberian reinforcement oleh guru kepada

siswa, dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat

membangkitkan minat dan mendorong siswa untuk lebih aktif dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran IPS. Sehingga proses pembelajaran

pun dapat berjalan dengan lancar yang dapat memberikan pengaruh

terhadap peningkatan hasil belajar IPS siswa.

Dengan demikian, berdasarkan teori di atas maka diharapakan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation)

dan pemberian reinforcement akan memberikan pengaruh terhadap

peningkatan hasil belajar IPS siswa.

26

Page 27: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari pembahasan di atas, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu

sebagai berikut :

1. Group Investigation merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran

kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk

mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui

bahan-bahan yang tersedia.

2. Reinforcement adalah penguatan yang memberikan respon positif terhadap

suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku

tersebut timbul kembali.

3. hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal

yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar

diri siswa.

4. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI ini, diharapkan

terjadi suatu proses pembelajaran di mana siswa dapat mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri serta berperan aktif dalam proses pembelajaran

yang dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar IPS

27

Page 28: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

siswa, sehingga rendahnya hasil belajar IPS siswa dapat diatasi dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation)

dalam proses pembelajaran.

3.2 Saran

Dari paparan di atas, adapun saran yang dapat penulis berikan, yaitu

sebagai berikut :

1) Sebagai mahasiswa calon pendidik hendaknya kita dapat mengetahui dan

memahami berbagai tipe model pembelajaran kooperatif, yang salah satunya

tipe pembelajaran GI agar nantinya dapat menerapkan model pembelajaran

yang bervariasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

2) Sebagai calon pendidik juga hendaknya kita dapat mengetahui dan

memahami tentang reinforcement agar nantinya kita dapat menerapkan dan

merealisasikan pengetahuan tersebut di Sekolah Dasar yang dapat

membangkitkan motivasi siswa.

3) Sebagai calon pendidik sangat penting bagi kita untuk mengetahui dan

memahami tentang hasil belajar siswa sebagai bekal pengetahuan dan

wawasan kita nanti untuk menjadi seorang guru professional yang

bertanggung jawab terhadap hasil belajar siswa.

4) Sebagai seorang calon guru juga penting bagi kita untuk mengetahui dan

memahami mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif

28

Page 29: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

tipe GI dan pemberian reinforcement terhadap hasil belajar siswa sehingga

nantinya dapat dijadikan alternatif dalam membelajarkan siswa di SD.

29