pengaruh penerapan metode debat terhadap...

Download PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29950/1... · against student speaking skill at Class V MI Misbahul Falah Duren Mekar

If you can't read please download the document

Upload: vuhanh

Post on 23-May-2018

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PENERAPAN METODE DEBAT TERHADAP

    KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V

    MI MISBAHUL FALAH DUREN MEKAR KOTA DEPOK

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    oleh

    Khumairoh

    1110018300042

    JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015 M

  • i

    ABSTRAK

    Khumairoh (1110018300042). Pengaruh Penerapan Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Bojongsari Kota Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen, dengan pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dari 48 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Instrument penelitian yang digunakan berupa tes lisan dengan skala penilaian rentang skor 1-4. Validitas tes dihitung dengan menggunakan validitas konstruk (construct validity). Untuk mengukur validitas konstruk menggunakan pendapat ahli (Judgement Expert). Dalam hal ini ahli yang dimintai pendapatnya adalah dosen pembimbing. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik Paired Sample T-Test diperoleh thitung sebesar 0,001 pada taraf signifikansi < 0,05, hasilnya H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa.

    Kata Kunci: Metode Debat, Keterampilan Berbicara.

  • ii

    ABSTRACT

    Khumairoh (1110018300042). The influence of debate methods application against student speaking skill at Class V MI Misbahul Falah Duren Mekar Depok City. The Thesis. Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

    This study aims to determine the influence of the application of debate methods on students' speaking skills at class V MI Misbahul Falah Bojongsari Depok. The method used in this study is a quasi-experimental, with sampling was used purposive sampling of 48 students who were divided into 2 groups: the experimental group and the control group. Design in this study are nonequivalent control group. Research instrument used in the form of an oral test with a score of 1-4 grading scale ranges. The validity of the test is calculated by using the construct validity (construct validity). To measure the construct validity using expert opinion (Judgement Expert). In this case the expertsis advisor.. After testing the hypothesis by using techniques Paired Sample T-Test obtained t of 0.001 at a significance level

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, karena dengan rahmat,

    taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh

    Penerapan Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Pada Siswa Kelas

    V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok.

    Salawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga,

    sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti jejak dan langkahnya hingga

    akhir zaman. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar

    sarjana pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Banyak hambatan yang penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, namun

    dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi

    ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

    pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moral

    maupun material. Adapun ucapan terima kasih yang disampaikan penulis kepada:

    1. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

    2. Dr. Fauzan, MA. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

    3. Rosida Erowati, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan penuh

    pengertian membantu, membimbing, dan memberikan pemahaman mengenai

    materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

    4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

    banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti proses

    perkuliahan.

    5. Kepala Sekolah MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok, guru kelas V,

    siswa siswi kelas V, dan staf yang telah membantu dan memberikan kesempatan

    kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi terselesaikannya skripsi ini.

  • iv

    6. Orang tua ku tercinta, Ibunda Hj. Muhsinah dan Ayahanda ku Alm. H. Syahril

    Jasinar, kakak-kakaku tersayang Risnawati, S.Si, Apt. Nurholisah, Rifqi, Dwi

    Mulyati, SE. serta adikku Zamzamy, yang selalu mendoakan dan mendorong

    penulis untuk tetap semangat dan telah banyak memberikan bantuan baik secara

    materil maupun moril.

    7. Sahabat-sahabat kampus tercinta Hilma, Restu, Fika, Ihda, Vina, Nufus, Azizah,

    Nc, Erin, Fitri, Ai, dan Lina. Serta teman-teman seperjuangan dalam bimbingan

    Mega, eva, dan Dini, yang selalu menjadi tempat berbagi ilmu kepada penulis

    selama penyusunan skripsi dan selalu memberikan motivasi-motivasinya. Dan

    tidak lupa seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan

    2010.

    8. Sahabat-sahabat terbaik, Muhammad Ikhsan, Azzahroh, Hazviroh, Putri, April,

    sabila, dan fikri yang telah banyak membantu dan tidak bosan-bosannya

    memberikan semangat kepada penulis.

    9. HMJ PGMI 2012/2013 dan BEM Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    2013/2014 untuk setiap pengalaman dan pembelajaran yang penulis tidak dapatkan

    di bangku perkuliahan.

    Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan,

    bimbingan, semangat, doa, dan dukungan yang diberikan pada penulis dibalas oleh

    Allah swt. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik

    dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

    sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan

    skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada penulis khususnya dan para

    pembaca pada umumnya. Amin.

    Jakarta, 30 Desember 2014

    Khumairoh

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK i

    ABSTRACT ii

    KATA PENGANTAR iii

    DAFTAR ISI v

    DAFTAR TABEL vii

    DAFTAR GRAFIK ix

    DAFTAR GAMBAR x

    DAFTAR LAMPIRAN xi

    BAB I PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang 1

    B. Identifikasi Masalah 3

    C. Pembatasan Masalah 4

    D. Rumusan Masalah 4

    E. Tujuan Penelitian 4

    F. Manfaat Penelitian 4

    BAB II KAJIAN TEORETIS

    DAN KERANGKA BERPIKIR 6

    A. Kajian Teori

    1. Hakikat Metode Debat 6

    a. Pengertian Metode Debat 6

    b. Tujuan Metode Debat 9

    c. Langkah-langkah Metode Debat 10

    d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat 13

    2. Hakikat Keterampilan Berbicara 13

    a. Pengertian Keterampilan Berbicara 13

    b. Tujuan Berbicara 15

    c. Ragam Seni Keterampilan Berbicara 16

    d. Faktor Penunjang dan Penghambat Keterampilan

  • vi

    Berbicara 17

    e. Metode Pembelajaran Berbicara 18

    B. Penelitian yang Relevan 19

    C. Kerangka Berpikir 20

    D. Pengajuan Hipotesis 21

    BAB III METODE PENELITIAN 22

    A. Tempat dan Waktu Penelitian 22

    B. Metode dan Desain Penelitian 22

    C. Populasi dan Sampel 24

    D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 25

    E. Teknik Analisis Data 30

    F. Hipotesis Statistik 32

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33

    A. Profil Sekolah ....................................................................... 33

    B. Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 36

    C. Hasil Penelitian ..................................................................... 39

    D. Deskripsi Data ....................................................................... 41

    E. Pengujian Persyaratan Analisis ............................................. 52

    F. Pengujian Hipotesis ............................................................... 55

    G. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 57

    H. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 61

    BAB V PENUTUP 62

    A. Simpulan 62

    B. Saran 63

    DAFTAR PUSTAKA 64

    LAMPIRAN-LAMPIRAN 67

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Ilistrasi Kelompok Debat .......................................................... 22

    Tabel 2 : Desain Penelitian ....................................................................... 31

    Tabel 3 : Data Siswa ................................................................................. 32

    Tabel 4 : Penilaian Keterampilan Berdebat .............................................. 34

    Tabel 5 : Instrumen Penilaian Keterampilan Berbicara ............................ 38

    Tabel 6 : Jumlah Peserta Didik MI Misbahul Falah Duren Mekar

    Kota Depok .................................................................................

    Tabel 7 : Daftar Nama Pengajar dan Staf MI Misbahul Falah Duren Mekar

    Kota Depok ................................................................................ 39

    Tabel 8 : Ilustrasi Kelompok Debat ......................................................... 41

    Tabel 9 : Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 42

    Tabel 10 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ...... 43

    Tabel 11 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ............... 44

    Tabel 12 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen 45

    Tabel 13 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok

    Eksperimen ................................................................................. 46

    Tabel 14 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol 47

    Tabel 15 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok

  • viii

    Kontrol ....................................................................................... 48

    Tabel 16 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen 49

    Tabel 17 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok

    Eksperimen ................................................................................. 46

    Tabel 18 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol 51

    Tabel 19 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok

    Kontrol ....................................................................................... 46

    Tabel 20 : Hasil Uji Normalitas Pretest ...................................................... 54

    Tabel 21 : Hasil Uji Normalitas Posttest .................................................... 54

    Tabel 22 : Hasil Uji Homogenitas Pretest .................................................. 54

    Tabel 23 : Hasil Uji Homogenitas Posttest ................................................. 55

    Tabel 24 : Hasil Uji T-Test ......................................................................... 56

  • ix

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1 : Histogram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ........................... 43

    Grafik 2 : Histogram Nilai Pretest Kelompok Kontrol .................................. 46

    Grafik 3 : Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen .......................... 49

    Grafik 4 : Histogram Nilai Posttest Kelompok Kontrol ................................ 52

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 : Kegiatan Pembelajaran Dengan Metode Debat 58

    Gambar 2 : Kegiatan Pembelajaran Dengan Metode Konvensional 59

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : RPP Kelas Eksperimen ................................................................. 67

    Lampiran 2 : Langkah Metode Debat ................................................................ 73

    Lampiran 3 : Topik Persoalan Faktual Kelas Eksperimen ................................. 74

    Lampiran 4 : Instrumen Penilaian Kelas Ekseperimen ...................................... 75

    Lampiran 5 : RPP Kelas Kontrol ....................................................................... 76

    Lampiran 6 : Soal Pertemuan Pertama Kelas Kontrol ....................................... 82

    Lampiran 7 : Soal Pertemuan Kedua kelas Kontrol ........................................... 84

    Lampiran 8 : Instrumen Penilaian Kelas Kontrol .............................................. 86

    Lampiran 9 : Instrumen Soal Pretest ................................................................. 90

    Lampiran 10 : Wacana Pretest ............................................................................. 94

    Lampiran 11 : Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen ........................................ 95

    Lampiran 12 : Transkrip Hasil Pretest Kelas Eksperimen................................... 97

    Lampiran 13 : Daftar Nilai Pretest Kelas Kontrol ............................................... 102

    Lamipran 14 : Transkrip Hasil Pretest Kelas Kontrol ......................................... 104

    Lampiran 15 : Instrumen Soal Posttest ................................................................ 108

    Lampiran 16 : Wacana Posttest ........................................................................... 112

    Lampiran 17 : Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen ....................................... 113

    Lampiran 18 : Transkrip Hasil Posttest Kelas Eksperimen ................................. 115

    Lampiran 19 : Daftar Nilai Posttest Kelas Kontrol .............................................. 121

    Lampiran 20 : Transkrip Hasil Posttest Kelas Kontrol ........................................ 123

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya selalu

    berdampingan dengan manusia lainnya. Mereka selalu hidup berkelompok dari

    kelompok kecil seperti keluarga, sampai kelompok besar seperti masyarakat.

    Dalam setiap kelompok itu mereka selalu berinteraksi, dan interaksi antar

    kelompok itu didukung oleh alat komunikasi vital yang mereka miliki bersama,

    yaitu adalah bahasa.

    Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan

    hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah swt, yang dengannya manusia

    dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya

    serta mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan

    mengembangkan budayanya.1

    Untuk berkomunikasi dengan baik manusia dituntut untuk memiliki

    keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa adalah hal yang penting

    dalam pembelajaran bahasa, dan di dalam keterampilan berbahasa terdapat empat

    aspek yaitu meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,

    keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek ini pada

    dasarnya memiliki hubungan yang erat dan saling berkaitan satu sama lain.

    Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi.

    Penggunaan bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin jelas jalan

    pikiran seseorang, semakin terampil pula seseorang dalam berbahasa.

    Keterampilan berbicara merupakan komponen terpenting dalam berkomunikasi.

    Hal itu dikarenakan keterampilan berbicara merupakan satu-satunya keterampilan

    yang memberikan komunikasi dua arah antara pembicara dan lawan bicara

    dengan alat berupa bahasa secara langsung. Dalam kehidupan sehari-hari

    seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara

    1 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 2009), h. 118

  • 2

    lain. Lebih dari separuh waktu manusia dalam 24 jam digunakan untuk berbicara

    dan mendengarkan, dan sisanya digunakan untuk menulis dan membaca.

    Dalam pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan berbicara perlu

    mendapatkan perhatian agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar.

    Hal ini dikarenakan siswa merupakan sebagai bagian dari anggota masyarakat

    dalam pendidikannya di sekolah dituntut pula untuk terampil berbahasa, karena

    itu bahasa merupakan media siswa untuk mengekspresikan dirinya.

    Tetapi, pada kenyataanya tidak sedikit siswa yang belum terampil dalam

    berbicara. Berdasarkan hasil wawancara guru bahasa Indonesia MI Misbahul

    Falah Duren Mekar Kota Depok, terdapat masalah dalam keterampilan berbicara

    siswa kelas V. Di antaranya adalah yang pertama, kepercayaan diri siswa masih

    rendah. Ketika guru menyampaikan pertanyaan, hanya segelintir siswa yang

    menjawab. Demikian juga ketika diperintahkan untuk berbicara di depan kelas

    siswa masih tidak berani untuk berbicara. Bahkan hanya diam saja ketika guru

    bertanya mengenai pelajaran atau materi yang belum dikuasai.

    Kedua adalah keterampilan berbicara siswa dari segi kebahasaan dan

    nonkebahasaan masih rendah. Contohnya adalah dari segi kebahasaan, ketika

    berbicara masih banyak siswa yang tidak memperhatikan ketepatan gaya bahasa,

    struktur kata, intonasi dan pilihan kata. Banyak siswa yang menggunakan bahasa

    ibu membuat perbendaharaan kata yang dimiliki siswa masih kurang. Sedikitnya

    kosakata yang dimiliki siswa itu membuat siswa menjadi ragu ketika

    mengucapkan kata ketika berbicara. Hal ini membuat siswa kurang lancar atau

    terbata-bata saat berbicara, bahkan banyak siswa yang mengucapkan kata secara

    berulang-ulang karena keterbatasan kosakata tersebut. Sehingga membuat

    pendengar kurang memahami apa yang disampaikan oleh pembicara. Sedangkan

    dari segi nonkebahasaan ketika berbicara masih banyak siswa yang gerak dan

    mimiknya kurang tepat, pandangan matanya masih tidak terarah, sikapnya masih

    kaku, suaranya tidak lantang cenderung seperti orang sedang berbisik, dan belum

    menguasai topik yang sedang dibicarakan.

    Masalah yang ketiga adalah guru masih mendominasi proses pembelajaran

    dengan ceramah saja. Siswa lebih terbiasa dengan pembelajaran yang bersifat

  • 3

    penjelasan selanjutnya mengerjakan tugas. Sehingga guru kurang mengaktifkan

    siswa untuk membiasakan melatih keterampilan berbicaranya. Tentunya hal ini

    menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk berbicara di depan umum. Metode-

    metode yang digunakan oleh guru dalam praktik keterampilan berbicara pun

    masih belum bervariatif, hanya sekedar tanya jawab, berdialog, dan bercerita.

    Padahal, proses pembelajaran berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik

    terlibat aktif dalam berkomunikasi.

    Untuk memecahkan suatu permasalahan pada keterampilan berbicara

    siswa, guru harus lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,

    karena peran guru dalam memilih metode pembelajaran sangat berpengaruh

    terhadap kesuksesan pencapaian tujuan dalam kegiatan proses pembelajaran.

    Guru yang kreatif akan memicu keberhasilan pencapaian tujuan proses

    pembelajaran siswa, sehingga siswa tidak akan merasa jenuh dalam pembelajaran

    dan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif. Dengan demikian salah satu

    metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan

    keterampilan berbicara siswa adalah metode debat. Karena metode ini mengajak

    siswa untuk berinteraksi dalam memecahkan suatu masalah, berpikir kritis, dan

    mampu mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini, siswa akan lebih banyak

    mengungkapkan alasan-alasannya dan berpikir secara logis. Tentunya metode ini

    juga dapat melatih keterampilan berbicara siswa di depan umum.

    Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian eksperimen

    guna mengetahui pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan

    berbicara siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok. Adapun

    judul penelitian ini yaitu Pengaruh Penerapan Metode Debat Terhadap

    Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota

    Depok.

    B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

    dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

  • 4

    1. Siswa masih belum berani berbicara atau mengemukakan pendapatnya di

    depan umum.

    2. Keterampilan berbicara siswa dari segi kebahaasaan maupun

    nonkebahasaan masih rendah.

    3. Guru mendominasi proses pembelajaran.

    4. Siswa kurang termotivasi untuk aktif dan berlatih berbicara.

    5. Metode yang digunakan oleh guru kurang bervariatif dan belum

    memfasilitasi siswa untuk aktif mengemukakan pendapatnya.

    C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari perluasan masalah dan sesuai dengan sasaran, maka

    penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut:

    1. Keterampilan berbicara siswa masih rendah.

    2. Metode yang digunakan oleh guru belum memfasilitasi siswa untuk aktif

    mengungkapkan pendapatnya.

    D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai

    berikut, bagaimana pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan

    berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok?

    E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dari

    penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode debat

    terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar

    Kota Depok.

    F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

  • 5

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu

    pengetahuan dan menambah wawasan khususnya mengenai penerapan

    metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa.

    2. Praktis

    a. Bagi Peneliti

    Penelitian ini menjadi pengalaman sebagai masukan sekaligus

    sebagai pengetahuan dalam mengetahui penerapan metode debat terhadap

    keterampilan berbicara siswa.

    b. Bagi Sekolah

    Meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang bersangkutan

    terkait dengan pengembangan keterampilan berbahasa khususnya dalam

    keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode debat.

    c. Bagi Guru

    Memberi wawasan kepada guru bahwa metode debat merupakan

    salah satu metode untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa

    sehingga nantinya dapat menjadi alternatif metode keterampilan berbicara

    yang dapat diterapkan di dalam kelas.

    d. Bagi Siswa

    Dapat menambah pengetahuan dan melatih siswa dalam

    meningkatkan keterampilan berbicara dengan penggunaan metode debat.

  • 6

    BAB II

    KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR

    A. Kajian Teori 1. Hakikat Metode Debat

    a. Pengertian Metode Debat Kegiatan belajar mengajar mengandung beberapa komponen di

    dalamnya di antaranya adalah tujuan pembelajaran, materi ajar, metode,

    alat, media, sumber serta evaluasi pembelajaran. Semua hal tersebut sangat

    mempengaruhi proses dan hasil belajar. Namun, hal terpenting yang paling

    dibutuhkan oleh guru dalam sebuah pembelajaran adalah sebuah metode

    atau cara guru dalam mengajar.

    Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu meta dan

    hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode

    adalah cara mendapatkan sesuatu.1 Metode dalam filsafat dan ilmu

    pengetahuan adalah cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut

    rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana

    penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis

    berdasarkan approach tertentu.2

    Dalam pengertian lain metode pembelajaran adalah seluruh

    perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran

    termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode

    pembelajaran juga diartikan sebagai sesuatu prosedur atau proses, jalan

    atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.3

    Sedangkan menurut Hamzah metode pembelajaran diklasifikasikan

    lebih lanjut menjadi tiga jenis yaitu:

    Strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan. Strategi pengorganisasian adalah metode untuk

    1 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Medika Pratama, 2005), h.143.

    2 Subana, dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 20.

    3Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 19.

  • 7

    mengorganisasi isi bidang studi yang dipilih untuk pembelajaran. Strategi penyampaian adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespons masukan yang berasal dari siswa. Sedangkan strategi pengelolaan adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variable metode pembelajaran lainnya.4

    Metode merupakan salah satu sub-system dalam sistem

    pembelajaran yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara

    atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar

    dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.5

    Evline Siregar dalam bukunya menjelaskan bahwa metode

    pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, sehingga

    dalam menjalankan fungsinya metode merupakan alat untuk mencapai

    tujuan pembelajaran. Kedudukan metode sebagai alat motivasi, sebagai

    strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.6

    Dalam dunia pengajaran, metode adalah upaya

    mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam

    kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.7 Pada

    dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang digunakan

    oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses

    pembelajaran berlangsung.8

    Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian metode di atas

    peneliti mencoba menyimpulkan bahwa, metode pembelajaran adalah

    serangkaian cara yang disusun oleh seorang guru secara sistematis dalam

    upaya mengimplementasikannya, dalam kegiatan pembelajaran di kelas

    secara bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

    4Hamzah B Uno, Perencanaan pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 18. 5 Trio Supriyatno, Sudiyono, dan Moh. Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di

    Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), h. 118. 6Evline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia

    Indonesia, 2011), h. 80. 7 Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-7, h.126 8 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h.107

  • 8

    Metode pembelajaran bersifat prosedural yang berisi tahapan-tahapan

    tertentu. Secara garis besar dalam interaksi belajar menempuh 4 (empat)

    fase pokok yang meliputi:

    a. Fase pendahuluan, yang dimaksudkan untuk menyusun dan mempersiapkan mental set yang menguntungkan, menyenangkan guna pembahasan materi pembelajaran.

    b. Fase pembahasan yang dimaksudkan untuk melakukan kajian, pembahasan, dan penelaahan terhadap materi pembelajaran.

    c. Fase menghasilkan, yaitu tahap dimana seluruh hasil pembahasan ditarik suatu kesimpulan bersama berdasarkan pada pengalaman dan teori yang mendukungnya.

    d. Fase penurunan, yang dimaksudkan untuk menurunkan konsentrasi siswa secara berangsur-angsur.9

    Secara garis besar dalam kegiatan pembelajaran di kelas harus

    menempuh ke empat fase di atas. Dimulai dari fase pendahuluan, kemudian

    fase pembahasan, setalah itu fase menghasilkan, dan yang terakhir adalah

    fase penurunan.

    Adapun pengertian debat adalah suatu argument untuk

    menentukan baik tidaknya usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang

    disebut pendukung atau afirmatif, dan ditolak, disangkal oleh pihak lain

    yang disebut penyangkal atau negatif.10 Proses komunikasi untuk

    menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat disebut

    debat.11 Pendapat lain mengenai debat menurut Rachmat Nurcahyo dalam

    handbook panduan debat bahasa Indonesia nya, Debat merupakan

    pertentangan argumentasi. Untuk setiap isu, pasti terdapat berbagai sudut

    pandang terhadap isu tersebut: alasan-alasan mengapa seseorang dapat

    mendukung atau tidak mendukung suatu isu.12

    Perdebatan terjadi akibat adanya perbedaan pendapat yang muncul

    akibat adanya dorongan untuk bebas berpendapat. Pada dasarnya debat

    9 Trio Supriyatno, Sudiyono, dan Moh. Padli , loc.cit. 10 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h.92 11 Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 66. 12 Rahmat Nurcahyo, Panduan Debat Bahasa Indonesia, 2014, (http://staff.uny.ac.id).

    http://staff.uny.ac.id/

  • 9

    merupakan suatu latihan atau praktik persengketaan atau kontroversi. Di

    dalam era globalisasi seperti saat ini, debat bisa menjadi sangat penting

    artinya. Debat memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan demokrasi

    tak terkecuali pendidikan. Dalam dunia pendidikan debat bisa menjadi

    metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan terutama

    jika anak didik diharapkan mampu mengemukakan pendapat yang pada

    dasarnya bertentangan dengan mereka sendiri.13 Dalam mengajar metode

    debat adalah metode dimana pembicara dari pihak yang pro dan kontra

    menyampaikan pendapat mereka, dapat diikuti dengan suatu tangkisan atau

    tidak perlu dan anggota kelompok dapat juga bertanya kepada peserta debat

    atau pembicara.14

    Dengan kata lain metode debat adalah metode pembelajaran yang

    mengarahkan anak didik untuk menyalurkan ide, gagasan, dan pendapatnya

    dengan cara adu argumentasi baik perorangan ataupun kelompok. Masing-

    masing pembicara saling memeberikan alasan-alasannya secara logis dan

    dapat diterima. Selain itu juga debat merupakan forum yang sangat tepat dan

    strategis untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan mengasah

    keterampilan berbicara.

    b. Tujuan Metode Debat Metode debat merupakan metode pengajaran yang menghadapkan

    siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk

    memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan

    memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan.15

    Pendapat lain tujuan dari pelaksanaan debat adalah untuk berbicara secara

    meyakinkan dan juga mendengarkan pendapat-pendapat yang berbeda, dan

    di akhir debat dapat menghargai perbedaan tersebut.16

    13 Melvin Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung : Nusa Media, 2011), Cet. IV, h. 141 14 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h.148 15 Wina Sanjaya, op. cit., h. 154 16 Rahmat Nurcahyo, loc. cit.

  • 10

    Secara sederhana metode debat bertujuan untuk mempengaruhi

    sikap dan pendapat orang atau pihak lain agar mereka mau percaya dan

    akhirnya melaksanakan, bertindak, mengikuti atau setidaknya mempunyai

    kecenderungan sesuai apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh pembicara

    atau penulis, melihat jenis komunikasinya lisan atau tulisan.17

    Menurut Ismail SM, bahwasanya tujuan dari metode debat adalah

    untuk melatih siswa agar mencari argumentasi yang kuat dalam

    memecahkan suatu masalah yang kontroversial serta memiliki sikap

    demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat.18

    Dengan demikian, metode debat merupakan sarana yang paling

    fungsional untuk menampilkan, meningkatkan dan mengembangkan

    komunikasi verbal dan melalui debat pembicara dapat menunjukkan sikap

    intelektualnya. Selain itu juga metode debat mengajarkan anak untuk

    berpikir kritis dan menghargai pendapat orang lain.

    c. Langkah-langkah Metode Debat Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran debat yang

    terdapat dalam buku Active Learning karya Melvin Silberman yaitu adalah

    sebagai berikut:

    1) Susunlah sebuah pernyataan yang berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran.

    2) Bagilah kelas menjadi dua team debat. Tugaskan (secara acak) posisi pro kepada satu kelompok dan posisi kontra kepada kelompok yang lain.

    3) Selanjtnya, buatlah dua hingga empat sub kelompok dalam masing-masing team debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang berisi 24 siswa anda dapat membuat dua sub kelompok pro, dan dua sub kelompok kontra yang masing-masing terdiri dari empat anggota. Perintahkan setiap sub kelompok untuk menyusun argument bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan daftar argument yang mukin akan mereka diskusikan dan pilih. Pada akhir dari diskusi mereka, perintahkanlah sub kelompok untuk memilih juru bicara.

    17 Andi Subari, Seni Negosiasi, (Jakarta: Efhar, 2002), h.22 18 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), h. 81

  • 11

    4) Tempatkan dua hingga empat kursi (tergantung jumlah dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak) baik para juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra dan netral. Posisikan siswa yang lain di belakang team debat mereka. Untuk contok sebelumnya, susunannya akan tampak seperti ini:

    X Y X Y

    X Pro Kontra Y X Pro Kontra Y X Pro Kontra Y

    X Y X Y

    Mulailah debat dengan meminta para juru bicara mengemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini sebagai argument pembuka.

    5) Setelah semua siswa mendengarkan argument pembuka, hentikan debat dan perintahkan mereka kembali ke sub kelompok awal mereka. Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka mengomentari argument pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiap sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik menggunakan orang baru.

    6) Kembali ke debat. Perintahkan para juru bicara, yang duduk berhadap-hadapan, untuk memberikan argument tandingan. Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua pihak), anjurkan siswa lain untuk memberikan catatan yang memuat argument tandingan atau bantahan kepada pendapat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk member tepuk tangan atas argument yang disampaikan oleh team perwakilan team debat mereka.

    7) Ketika dirasakan sudah cukup, akhir perdebatan tersebut. Tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkan siswa untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan siswa untuk mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan tentang debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa yang didapatkan oleh siswa dari persoalan yang diperdebatkan. Juga perintahkan siswa untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argument terbaik yang dikemukakan oleh kedua pihak.19

    Untuk penelitian penulis menyederhanakan kembali langkah-

    langkah metode debatnya menjadi sebagai berikut:

    19 Melvin Silberman, loc. cit.

  • 12

    1) Siapkan beberapa penyataan mengenai persoalan faktual yang terjadi

    dikehidupan sehari-hari.

    2) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4

    orang. Kemudian setiap kelompok dibagi lagi menjadi dua kelompok

    yaitu kelompok pro dan kelompok kontra.

    3) Setiap kelompok diberikan sebuah penyataan tentang persoalan faktual

    yang nantinya akan didebatkan dengan kelompok lawan.

    4) Sebelum memulai perdebatan dengan argument pembuka, setiap

    kelompok mendiskusikan argument-argumen mereka mengenai

    persoalan tersebut.

    5) Mulailah debat dengan meminta setiap kelompok memberikan

    argument pembuka.

    6) Setelah kelompok lawan mendengarkan argument pembuka, saatnya

    kelompok kontra mengomentari argument yang disampaikan oleh

    kelompok pro.

    7) Ketika debat berlangsung pastikan untuk menyelang-nyeling antara

    kedua belah pihak.

    8) Ketika dirasakan sudah cukup, akhir perdebatan tersebut, tanpa

    menyebutkan pemenangnya.

    9) Ulangi kegiatan berikut sampai semua kelompok menampilkan

    debatnya.

    10) Sementara menunggu giliran kelompok lain mencatat apa yang

    didebatkan oleh kelompok yang sedang berdebat.

    Tabel 1

    Ilustrasi Kelompok Debat

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

  • 13

    d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat Dalam kegiatan pembelajaran sebuah metode tentunya sangat

    berperan penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu

    sebuah metode harus memiliki kelebihan agar metode yang digunakan

    dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

    Berikut adalah kelebihan metode debat:

    1) Siswa menjadi lebih kritis dalam berpikir. 2) Suasana kelas menjadi lebih bersemangat. 3) Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya dalam forum. 4) Siswa dapat memberikan pendapatnya dengan logis dan bahasa

    yang runtun. 5) Siswa menjadi lebih besar hati ketika pendapatnya tidak sesuai

    dengan peserta yang lain. 6) Siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya.20

    Selain kelebihan, tentunya dalam pembelajaran sebuah metode

    tidak luput dari kekurangan, hal dikarenakan segala sesuatu itu tidak ada

    yang sempurna. Berikut adalah kekurangan dari metode debat:

    1) Biasanya hanya siswa yang aktif saja yang berbicara.

    2) Terkadang timbul perselisihan antar siswa setelah berdebat karena

    tidak terima pendapatnya disanggah.

    3) Biasanya akan timbul rasa ingin saling menjatuhkan antar lawan.

    4) Menyita waktu yang cukup lama.21

    20 Fitria, Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran, 2014, (http://fitria507.blogspot.com/2011/12/kelebihan-dan-kekurangan-metode.html) 21 Ibid.

    http://fitria507.blogspot.com/2011/12/kelebihan-dan-kekurangan-metode.html

  • 14

    2. Hakikat Keterampilan Berbicara a. Pengertian Keterampilan Berbicara

    Berbicara merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan

    manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berdasarkan

    bunyi-bunyi yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar untuk

    mengucapkan dan akhirnya dapat berbicara. Berbicara secara umum

    dapat diartikan suatu penyamapaian maksud (ide, pikiran, isi hati)

    seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga

    maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.22 Pengertian secara

    khusus banyak dikemukakan oleh pakar, menurut Henry Tarigan,

    berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau

    kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan

    pikiran, gagasan, dan perasaan.23

    Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan menyatakan bahwa

    berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa

    lisan.24 Pendapat lain, keterampilan berbicara merupakan keterampilan

    memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,

    kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.25 Setiap manusia

    dibekali banyak keterampilan dalam hidupnya. Salah satu keterampilan

    yang penting adalah keterampilan berbahasa. Keterampilan ini terdiri dari

    keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu

    keterampilan berbahasa yang perlu dilatih adalah keterampilan berbicara.

    Hal ini dikarenakan berbicara adalah media seseorang untuk dapat

    berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,

    keterampilan berbicara bukan hanya sekedar mengucapkan bunyi-bunyi

    atau kata-kata saja, melainkan sebuah keterampilan seseorang untuk

    22 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, h.51 23 Henry Guntur Tarigan, op. cit., h. 16 24 Isah Cahyani dan Hodijah, op. cit., h.60 25 Iskandar Wassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja, 2008), h.241

  • 15

    menyampaikan pikiran, pendapat, dan perasaanya secara lisan agar dapat

    dimengerti oleh orang lain atau lawan bicaranya. Keterampilan berbicara

    ini merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi

    untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan

    kepada orang lain. dalam hal ini, kelengkapan peralatan vokal seseorang

    (selaput suara, lidah, bibir, hidung, dan telinga) merupakan persyaratan

    alamiah yang mengizinkannya dapat memproduksinya suatu ragam yang

    lugas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara.

    Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara

    secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan melenyapkan

    problem kejiwaan seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, dan berat

    lidah.

    b. Tujuan Berbicara Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu

    mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan tujuan umum berbicara

    adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara

    efektif, maka hendaknya pembicaraan memahami makna segala sesuatu

    yang ingin disampaikan dan ia harus mengevaluasi efek komunikasinya

    terhadap para pendengarnya.26

    Sedangkan menurut Djago Tarigan tujuan berbicara dibedakan atas

    lima golongan yaitu:

    1. Menghibur, berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya.

    2. Menginformasikan, berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan, dilaksanakan bila seseorang ingin: a. menjelaskan suatu proses; b. menguraikan, manfsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal; c. memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan; d. menjelaskan kaitan.

    26 Henry Guntur Tarigan, loc.cit.

  • 16

    3. Menstimulasi, berbicara untuk menstimulusi pendengar jauh lebih kompeks dari tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya.

    4. Menggerakkan, dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan atau tokoh idola masayarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.27

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

    seseorang melakukan kegiatan bebricara selain untuk berkomunikasi juga

    bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan maksud apa yang

    dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya

    hubungan timbale balik secara aktif akan membentuk kegiatan

    berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien. Tujuan keterampilan

    berbicara dalam pembelajaran yaitu untuk melatih dan mengembangkan

    kompetensi siswa dalam menyampaikan bahasa secara lisan untuk

    mengemukakan pendapat, perasaan, menjalin komunikasi dan melakuklan

    interaksi sosial dengan anggota masyarakat yang lain.

    c. Ragam Seni Keterampilan Berbicara Secara garis besar ragam-ragam berbicara dibagi dalam dua jenis,

    yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur

    Tarigan memasukkan beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori

    tersebut:

    1. Berbicara di muka umum pada masyarakat yang mencakup empat jenis,yaitu: a. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan

    atau melaporkan; yang bersifat informatif. b. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan,

    persahabatan c. Bebricara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk,

    mengajak, mendesak, dan meyakinkan.

    27 Isah Cahyani dan Hodijah, loc.cit.

  • 17

    d. Berbicara dalam situasi-situasi yang ebrsifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati.

    2. Berbicara pada konferensi yang meliputi: a. Diskusi kelompok, yang dapat dibedakan menjadi: 1) Tidak resmi, dan masih dapat diperinci lagi atas:

    a) Kelompok studi b) Kelompok pembuat kebijaksanaan c) Komite

    2) Resmi, yang mencakup pula: a) Konferensi b) Diskusi panel c) simposium

    b. Prosedur Parlementer c. Debat28

    Berdasarkan pembagian di atas sudah jelas bahwa berbicara

    mempunyai ruang lingkup pendengar yang berbeda-beda. Berbicara pada

    masyarakat luas, yang berarti memiliki ruang lingkup yang luas.

    Sedangkan pada konfrensi ruang lingkupnya terbatas.

    d. Faktor Penunjang dan Penghambat Keterampilan Berbicara Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan

    individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain.

    Agar tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada orang lain

    dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang

    keterampilan berbicara.

    Menurut Arsyad ada dua aspek yang yang dapat menunjang keterampilan berbicara, yaitu: aspek kebahasaan mencakup: (a) lafal, (b) intonasi, tekanan, dan ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat. Aspek yang kedua yaitu aspek non-kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan suara, (b) kelancaran, (c) sikap berbicara, (d) gerak dan mimik, (e) penalaran, dan (f) santun berbicara.29

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

    faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara adalah faktor

    kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Ada kalanya proses komunikasi

    28 Henry Guntur Tarigan, h.24 29 Novi Resmini dan Dadan Juanda, op. cit., h. 53

  • 18

    mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh

    pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara.

    Adapun faktor yang dapat menghambat keterampilan berbicara

    menurut Rusmiati adalah sebagai berikut:

    1) Hambatan internal a) Ketidaksempurnaan alat ucap, kesalahan yang diakibatkan

    kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.

    b) Penguasaan komponen kebahasaan, komponen kebahasan meliputi lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, dan gaya bahasa.

    c) Penggunaan komponen isi, komponen isi meliputi hubungan isi dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi.

    d) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental. 2) Hambatan eksternal Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan

    yang datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini: a) Suara atau bunyi b) Kondisi ruangan c) Media d) Pengetahuan pendengar30

    Tidak semua orang memiliki keterampilan dalam berbicara di

    muka umum. Namun, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang

    melalui proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan

    sistematis. Terkadang dalam proses belajar mengajar pun belum bisa

    mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal

    yang merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Hambatan-hambatan

    tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri

    (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).

    e. Metode Pembelajaran Berbicara Metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar

    yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan pengajaran 30 Isah Cahyani dan Hodijah, Op.Cit, h.61

  • 19

    pokok bahasan tertentu. Begitupun halnya dengan pengajaran berbicara.

    Seorang guru haruslah menciptakan berbagai pengalaman berbicara agar

    siswa dapat berlatih berbicara. Karena tanpa latihan tidak mungkin

    keterampilan berbicara dapat dikuasai.

    Metode pengajaran berbicara yang baik selalu memenuhi berbagai

    kriteria. Kriteria yang harus dipenuhi oleh pengajaran berbicara, antara

    lain:

    1. Relevan dengan tujuan pengajaran 2. Memudahkan siswa untuk memahami materi pengajaran 3. Mengembangkan butir-butir keterampilan proses 4. Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang 5. Merangsang siswa untuk belajar 6. Mengembangkan siswa untuk belajar 7. Mengembangkan kreativitas siswa 8. Tidak menuntut peralatan yang rumit 9. Mudah dilaksakan 10. Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.31

    Berdasarkarn pemaparan kriteria di atas sebuah metode pengajaran

    berbicara berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan

    proses, dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar sendiri diwujudkan

    melalui penggunaan metode. Berikut ini merupakan beberapa metode

    pengajaran berbicara yang dapat dipergunakan, di antaranya adalah:

    1. Berdialog

    2. Menyampaikan pengumuman

    3. Debat

    4. Bercerita

    5. Bermusyawarah

    6. Diskusi

    7. Pidato32

    B. Hasil Penelitian yang Relevan

    31 Budinuryanta Y , Kusuriyanta, dan Imam Koermen, Pengajaran Keterampilan Berbahasa. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. 2, h. 10.24 32 Isah Cahyani dan Hodijah, op. cit, h. 65

  • 20

    Ada beberapa penelitian relevan terdahulu yang telah meneliti mengenai

    penerapan metode debat di antaranya:

    1. Nurfadilah melakukan penelitian pada tahun ajaran 2011/2012, dengan

    judul Meningkatkan Keterampilan Bebicara Siswa Dengan

    Menggunakan Metode Debat Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas

    V SD Negeri 050657 Stabat Kabupaten Langkat T.A 2011/2012.

    Perbedaan penelitian oleh Nurfadilah dengan skripsi ini adalah

    penelitiannya menggunakan teknik penelitian PTK sementara penulis

    menggunakan teknik penelitian quasi eksperimen. Adapun yang menjadi

    persamaanya adalah keduanya menggunakan materi ajar mengomentari

    persoalan faktual.

    2. Laporan penelitian ini disusun oleh Mahmudah, Wildan dengan judul

    Pengaruh Model Pembelajaran Active Debate Terhadap Keterampilan

    Berbicara Oleh Siswa Kelas VIII SMP Dharma Patra Pangkalan Susu

    Tahun Pembelajaran 2011/2012. Perbedaan dengan penelitian penulis

    yaitu objek penelitian penulis adalah siswa SD kelas V. Selain itu

    perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis

    adalah dari teknik pengambilan sampelnya. Penelitian ini menggunakan

    teknik probability sampling atau random sampling, sedangkan

    pengambilan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara

    purposive sampling.

    C. Kerangka Berpikir Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam

    kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-

    bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan

    dan akhirnya mampu untuk berbicara. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa

    secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata. Di samping

    itu, diperlukan juga penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan,

    serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara.

  • 21

    Namun keterampilan berbicara pada siswa saat ini masih belum

    memuaskan. Padahal di era globalisasi seperti ini manusia dituntut untuk selalu

    berpikir kritis dan mampu mengemukakan pendapatnya. Hal ini terjadi karena

    keterampilan berbicara siswa masih rendah sebagian siswa masih belum berani

    untuk berbicara di depan umum, serta perbendaharaan kata yang mereka miliki

    masih sangat sedikit. Kurangnya motivasi untuk melatih keterampilan berbicara

    juga mempengaruhi keterampilan berbicara seseorang. Selain itu juga didukung

    oleh pembelajaran yang monoton sehingga membuat siswa kurang aktif

    mengemukakan pendapat atau tampil di depan umum.

    Agar siswa dapat berlatih mengembangkan keterampilan berbicaranya,

    maka perlu diberikan suatu upaya kreatif yang dilakukan guru terhadap siswa.

    Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran aktif dalam proses

    pembelajarannya, salah satunya adalah dengan menerapkan metode debat. Karena

    metode debat adalah metode pembelajaran yang dapat melatih siswa berpikir

    kritis dan mampu mengemukakan pendapatnya secara logis, runtun, dan dipahami

    oleh pendengar, dan tentunya dapat mengembangkan keterampilan berbicara

    siswa.

    Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat disimpulkan bahwa, jika

    metode debat diterapkan dalam pembejaran bahasa Indonesia maka dapat

    mempengaruhi keterampilan berbicara siswa.

    D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan maka dapat

    dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

    Ho : Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode debat terhadap keterampilan

    berbicara siswa.

    Ha : Terdapat pengaruh penggunaan metode debat terhadap keterampilan

    berbicara siswa.

  • 22

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di MI Misbahul Falah Duren Mekar. Beralamat di

    Jalan Perumahan Sawangan Elok Kampung Kandang RT 001 RW 002 Kelurahan

    Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok Provinsi Jawa Barat.

    2. Waktu Penelitian Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan dan

    persiapan instrumen, uji coba instrumen penelitian yang dilanjutkan dengan

    pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Rentang waktu yang

    digunakan pada semester genap (dua) tahun ajaran 2013/2014. Tepatnya dari

    Januari - Mei 2014, adapun tahapan-tahapan penelitiannya adalah sebagai berikut:

    a. Tahapan perencanaan

    Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengajuan judul penelitan dan

    pembuatan proposal penelitian yang berlangsung pada bulan Januari 2014.

    b. Tahapan persiapan

    Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan instrumen penelitian dan

    permohonan izin ke sekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian.

    Berlangsung dari bulan Maret April 2014.

    c. Tahapan pelaksanaan

    Pada tahap ini yang dilakukan adalah uji coba instrumen dan pengambilan

    data di lapangan yang berlangsung pada bulan mei.

    B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dlama penelitian ini adalah metode

    kuantitatif jenis kuasi eksperimen atau bisa dikatakan metode eksperimen semu,

  • 23

    yaitu perlakuan kelas kontrol disesuaikan dengan kondisi yang ada.1. Tujuan dari

    penelitian ini adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab-akibat

    berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-

    perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan

    kelompok kontrol untuk perbandingannya.2 Maka dari itu metode ini di lakukan

    dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok. Kelompok

    pertama adalah kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan metode

    debat. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tanpa diberikan

    pelakuan metode debat.

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    nonequivalent control group design (desain pretest-posttest kelompok kontrol

    tanpa acak).3 Dalam desain ini subjek kelompok tidak dilakukan secara acak,

    misalnya kelas eksperimen di suatu kelas tertentu dengan siswa yang telah ada

    atau sebagaimana adanya.4 Dimana dalam desain ini dilakukan tes sebanyak dua

    kali yaitu sebelum eksperimen/tes awal (Y1) disebut pretest, dan sesudah

    eksperimen/tes akhir (Y2) disebut posttest. Perbedaan antara Y1 dan Y2

    diasumsikan merupakan dari treatment (eksperimen). Desain penelitian dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini:5

    Tabel 2

    Desain Penelitian

    Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

    Eksperimen (R) Y1 X Y2

    Kontrol (R) Y1 - Y2

    1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.77. 2 Ihat hatimah dan Rudi Susilana, Penelitian Pendidikan, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet.I, h. 101 3 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), h.116 4 Nana Sudjana dan Ibrahim, loc. cit. 5 Ibid., h.44

  • 24

    Keterangan :

    R : kelas eksperimen dan kelas kontrol

    Y1 : sebelum dilakukan treatment (eksperimen)/pretest

    Y2 : sesudah dilakukan treatment (eksperimen)/posttest

    X : tindakan untuk kelas eksperimen yaitu metode debat

    C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda,

    kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi, Sedangkan sampel adalah sebagian

    dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah

    populasi dalam bentuk mini.6 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh

    siswa MI Misbahul Falah tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan yang menjadi

    sampel pada penelitian ini adalah kelas V sebanyak 2 kelas, yaitu 1 kelas

    eksperimen dan 1 kelas kontrol.

    Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah purposive

    sampling. Purposive Sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah

    teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-

    pertembangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel

    untuk tujuan tertentu.7 Sampel dari penelitian ini adalah kelas VB MI Misbahul

    Falah sebagai kelompok eksperimen dan VA MI Misbahul Falah sebagai

    kelompok kontrol.

    Penentuan kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dilihat

    berdasarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing kelas sampel.

    Menurut pengamatan dan wawancara guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas

    V, hasil berbicara siswa kelas VA lebih baik dari pada siswa kelas VB. Maka dari

    itu peneliti memutuskan untuk menjadikan kelas VB sebagai kelompok

    6 Ibid, h. 215 7 Riduwan, Belajar Mudah Peneitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Bandung: ALFABETA, 2009), h.63

  • 25

    eksperimen yang nantinya akan diberikan perlakuan berupa metode debat. Hal ini

    bertujuan untuk membandingkan apakah ada pengaruh antara kelas eksperimen

    dan kelas kontrol.

    Tabel 3

    Data Siswa

    Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V

    MI Misbahul Falah Kelas VA: 24 siswa

    Kelas VB: 24 siswa

    D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data. Dapat juga

    dikatakan dengan metode pengumpulan data. Cara yang digunakan dalam

    pengumpulan data penelitian ini adalah dengan cara test dalam bentuk tes lisan

    yang terdiri dari pretest dan posttest.

    Pretest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan awal sebelum program pembelajaran dilakukan. Posttest adalah test yang dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar setelah subjek dikenakan variabel eksperimental. Posttest juga dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi anatara test yang dilakukan setelah suatu program pembelajaran dilakukan.8

    Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data

    tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Variabel penelitian

    Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah:

    a. Variabel bebas : metode debat

    b. Variabel terikat : keterampilan berbicara siswa

    2. Sumber data

    Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel

    penelitian. Kelas 5B yang menjadi kelompok eksperimen, yaitu kelas yang

    8 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 102

  • 26

    diberikan perlakuan berupa metode debat. sedangkan kelas 5A yang

    menjadi kelompok kontrol kelas yang tanpa diberikan perlakuan metode

    debat.

    3. Instrumen penilaian

    Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang nantinya akan

    diproses lebih lanjut maka digunakan instrumen penelitian yang bersifat test

    dalam bentuk tes lisan. Instrumen pengumpulan data ini dilakukan melalui

    pretest dan posttest.

    Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    a. Instrumen perlakuan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP).

    b. Instrumen pengumpulan data bersifat test dalam bentuk tes lisan, yakni

    untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Peniilaian ini

    dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat pretest untuk mengetahui

    kemampuan awal siswa, dan kedua yaitu posttest untuk mengetahui

    hasil akhir setelah diberi perlakuan.

    Berikut ini adalah kisi-kisi instrument penilaian yang akan dijadikan

    pedoman penilaian keterampilan berbicara. Pedoman ini berdasarkan kriteria

    faktor penunjang keefektifan berbicara yang dikemukakan oleh Arsjad dan

    Mukti. Menurut mereka ada beberapa faktor yang dapat menunjang

    keefektifan dalam berbicara yaitu dari faktor kebahasaan dan faktor

    nonkebahasaan. Berikut adalah kriterianya:

    1. Faktor kebahasaan, meliputi: ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran kebahasaan.

    2. Faktor nonkebahasaan, meliputi: sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan ke lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.9

    9 Isah Cahyani dan Hodijah, op. cit., h.62

  • 27

    Kemudian kriteria penilaian selanjutnya berdasarkan penilaian

    keterampilan berdebat menurut Burhan Nurgiyantoro, berikut adalah

    kriterianya:

    Tabel 4

    Penilaian Keterampilan Berdebat10

    No. Aspek aspek yang

    dinilai

    Tingkatan Skala

    1. Ketepatan struktur 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    2. Ketepatan kosa kata 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    3. Kelancaran 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    4. Kualitas gagasan yang

    dikemukakan

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    5. Banyaknya gagasan yang

    dikemukakan

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    6. Kemampuan/kekritisan

    menanggapi gagasan

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    7. Kemampuan

    mempertahankan

    pendapat

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Jumlah Skor

    Namun, dalam penelitian ini kedua rujukan tersebut dimodifikasi

    karena alasan menyesuaikan dengan karakteristik anak sekolah dasar.

    Begitupun dengan penskoran dimodifikasi menjadi 1-4 dengan tujuan untuk

    10 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2001), Cet. Pertama, h. 291

  • 28

    memudahkan penskoran, karena kriteria-kriteria untuk aspek yang dinilai

    lebih singkat dan jelas. Berikut adalah instrument penilaian keterampilan

    berbicara yang telah dimodifikasi:

    Tabel 5

    Instrumen Penilaian Keterampilan Berbicara

    No. Kriteria Skala skor Jumlah 4 3 2 1 1. Kelancaran Skor 4 : siswa yang lancar berbicara (tanpa tersendat-

    sendat) dari awal sampai akhir. Skor 3 : siswa yang lancar berbicara (sesekali masih tersendat-sendat/terputus-putus). Skor 2 : siswa yang cukup lancar berbicara (terkadang tersendat-sendat/terputus-putus) Skor 1 : siswa yang kurang lancar berbicara (sering tersendat-sendat/terputus-putus)

    2. Pengucapan skor 4 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya

    jelas skor 3 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya cukup jelas skor 2 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya kurang jelas skor 1 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya tidak jelas

    3. Pilihan Kata Skor 4 : siswa yang memperhatikan pilihan kata

    Skor 3 : siswa yang cukup memperhatikan pilihan kata Skor 2 : siswa yang kurang memperhatikan pilihan kata Skor 1 : siswa yang tidak memperhatikan pilihan kata.

    4. Gestur Skor 4 : siswa dengan gerakan badan yang tepat dan

    luwes. Skor 3 : siswa dengan gerakan badan yang tepat dan cukup luwes. Skor 2 : siswa dengan gerakan badan yang kurang tepat dan kurang luwes Skor 1 : siswa dengan gerakan badan yang tidak tepat dan kaku.

    5. Keberanian Berbicara

  • 29

    Skor 4 : siswa yang berbicara tanpa malu, tanpa gugup, dan tidak takut salah Skor 3 : siswa yang sudah berani berbicara tanpa malu, tanpa gugup tetapi masih takut salah Skor 2 : siswa yang sudah berani berbicara tanpa malu, tetapi masih gugup dan takut salah Skor 1 : siswa yang berani berbicara dengan malu, gugup dan takut salah

    6. Pandangan Mata Skor 4 : siswa yang memandang peserta tertuju ke

    lawan bicara dan peserta yang lain. Skor 3 : siswa yang pandangan matanya cukup terarah, tetapi kadang-kadang tidak terarah. Skor 2 : siswa yang pandangan matanya kurang terarah (pandang masih hanya satu arah). Skor 1 : siswa yang tidak mengarahkan mata ke lawan Bicara.

    7. Kemampuan memberikan pendapat Skor 4 : pendapat rasional dan tepat disertai alasan.

    Skor3 : pendapat rasional namun tidak disertai alasan Skor 2 : pendapat kurang rasional tidak disertai alasan Skor 1 : tidak memberikan pendapat yang rasional

    8. Kemampuan menanggapi pendapat Skor 4 : siswa yang menanggapi pendapat orang lain

    dengan disertai alasan yang logis dan disertai bukti pendukung yang tepat. Skor 3 : siswa yang menanggapi pendapat orang lain dengan disertai alasan yang logis tanpa disertai bukti pendukung. Skor 2 : siswa yang menanggapi pendapat orang lain tanpa memberikan alasan. Skor 1 : siswa yang tidak menanggapi pendapat orang lain.

    9. Kemampuan mempertahankan pendapat Skor 4 : siswa yang mampu mempertahankan

    pendapatnya dengan memberikan alasan yang rasional dan mampu meyakinkan orang lain Skor 3 : siswa yang mampu mempertahankan pendapatnya dengan memberikan alasan yang rasional Skor 2 : siswa yang mampu mempertahankan pendapatnya, tetapi alasan yang dipakai kurang rasional Skor 1 : siswa yang kurang mampu mempertahankan pendapatnya

  • 30

    10. Penguasaan topik Skor 4 : siswa yang sangat menguasai topik (tanpa

    membaca ketika berbicara) Skor 3 : siswa yang menguasai topik (terkadang masih membaca ketika berbicara) Skor 2 : siswa yang cukup menguasai topik (sering membaca ketika berbicara) Skor 1 : siswa yang kurang menguasai topik (selalu membaca ketika berbicara)

    Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut.

    Nilai akhir = (Perolehan nilai : Skor maksimum) x 100

    Instrumen penilaian ini digunakan ketika pengambilan pretest dan posttest

    dengan menggunakan alat bantu voice recorder untuk memudahkan proses

    penilaian.

    4. Uji Validitas

    Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen non tes diuji coba terlebih

    dahulu untuk mengetahui validitasnya. Validitas adalah suatu derajat ketetapan

    instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul

    tepat mengukur apa yang akan diukur.11 Dalam penelitian ini instrumen yang

    digunakan adalah non tes keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan hal itu maka

    validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity). Untuk

    mengukur validitas konstruksi dapat menggunakan pendapat dari ahli (Judgement

    Expert). Dalam hal ini ahli yang dimintai pendapatnya adalah dosen pembimbing.

    E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data meliputi uji analisis deskriptif dan uji analisis

    inferensial yang didalamnya terdapat uji normalitas, uji homogenitas, serta

    pengujian hipotesis statistik.

    1. Uji Analisis Deskriptif

    11 Zainal Arifin, op. cit, h.245

  • 31

    Analisis deskriptif statistik digunakan untuk mendeskripsikan data yang

    diperoleh dari hasil pretest dan posttest kedua variabel, yaitu mean/nilai rata-rata,

    median/nilai tengah, modus, range/rentang dan standard deviation/simpangan

    baku. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0

    for Windows Version.

    2. Uji Prasyarat Analisis Inferensial

    Analisis inferensial dilakukan untuk menguji hipotesis dengan

    menggunakan uji-t. Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji

    normalitas dan uji homogenitas.

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis

    berdistribusi normal atau tidak. Analisis data ini menggunakan SPSS 16.0 for

    Windows Version dengan menggunakan teknik Komogorov-Sminorva. Syarat

    suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal adalah jika signifikasi atau nilai

    probabilitas > 0,05.

    b. Uji Homogenitas

    Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut

    memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini menggunakan

    program SPSS 16.0 for Windows Version yaitu One Way Anova. Jika hasil uji

    homogenitas ditunjukkan bahwa tingkat signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05

    maka dapat dikatakan bahwa varian yang dimiliki oleh sampel-sampel yang

    bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut homogen.

    c. Pengujian Hipotesis

    Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan

    normalitas dan homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal dan data

    populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini digunakan untuk

    mengetahui adanya pengaruh teknik membaca cepat terhadap penemuan kalimat

    utama dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran

    konvensional.

  • 32

    Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for

    Windows Version yaitu dengan teknik analisis Paired Samples T-Test. Taraf

    signifikan uji sampel bebas Paired-Samples T Test adalah 0,05 sedangkan

    convidence interval 95%. Uji hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata

    dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan

    antara hasil posttest dua sampel penelitian. Nilai rata-rata kedua kelompok

    signifikansi (2-tailed) di bawah 0,05 maka hasilnya signifikan atau hipotesis

    diterima, sebaliknya bila signifikansi (2-tailed) lebih besar dari probabilitas di atas

    0,05 maka hasilnya tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak.

    F. Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:

    Ho : 1 = 2 Ha : 1 2 Keterangan:

    Ho : Tidak dapat pengaruh metode debat aktif terhadap keterampilan berbicara

    siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok.

    Ha : Terdapat pengaruh metode debat aktif terhadap keterampilan berbicara

    siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok.

    1 : Rata-rata keterampilan berbicara siswa pada kelas eksperimen

    2 : Rata-rata keterampilan berbicara siswa pada kelas kontrol

  • 33

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Profil Sekolah 1. Identitas Sekolah

    a. Nama Madrasah : MI Misbahul Falah Duren Mekar

    b. No. Statistik Madrasah : 111232760051

    c. No. NPSN : 60710027

    d. Akreditasi Madrasah : Terakreditasi B

    e. Alamat Lengkap Madrasah : Jl. Perum. Sawangan Elok Kp. Kandang Kelurahan Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok Provinsi Jawa Barat, Telp. (0251) 8615715.

    f. NPWP Madrasah : 20.023.339.3-412.000

    g. Nama Kepala Madrasah : Nasir Nasrullah, S.Pd.I

    h. Nama Yayasan : Darul Himah

    i. Alamat yayasan : Parung Poncol RT. 001/002

    Kelurahan Duren Mekar Kecamatan

    Bojongsari Kota Depok.

    j. No. Akte Pendirian Yayasan : 77

    k. Kepemilikan Tanah : Wakaf

    Status Tanah : Wakaf

    Luas Tanah : 1.195 M2

    l. Status Bangunan : Sertifikat Hak Milik

    m. Luas Bangunan : 314 M2

    2. Visi dan Misi a. Visi

    Menjadikan MI berkualitas sehingga dapat menciptakan generasi

    muslim beriman, amanah, dan mempunyai kepekaan yang tinggi

  • 34

    terhadap bangsa, serta diakui keberadaanya oleh semua lapisan

    masyarakat.

    b. Misi

    1) Memberikan dasar-dasar keimanan, ketakwaan, dan akhlakul

    karimah sehingga siswa mampu mengamalkan dalam kehidupan

    sehari-hari.

    2) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dam

    menyenangkan sehingga siswa mampu mencapai prestasi

    akademik dan non akademik secara optimal.

    3) Memberikan kemampuan dan keterampilan membaca, menulis,

    menghafal al-Quran dengan baik dan benar.

    4) Meningkatkan pengalaman ajaran agama islam bagi peserta didik

    terutama dalam praktik ibadah sehari-hari.

    5) Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih

    tinggi

    3. Siswa dan Guru Tabel 6

    Jumlah Peserta Didik MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok

    KELAS I II III IV V VI Jumlah

    ROMBEL 2 2 2 1 2 2 12

    Jumlah

    L/P

    L P L P L P L P L P L P L P

    25 23 30 21 30 29 23 11 29 19 18 31 155 134

    Jumlah

    semua 48 51 59 34 48 49 289

  • 35

    Berdasarkan tabel di atas diketahui jumlah peserta didik MI Misbahul

    Falah terdapat 289 siswa yang terdiri dari 155 laki-laki, dan 134 perempuan.

    Setiap kelas memiliki dua rombel kecuali kelas IV yang hanya memiliki satu

    rombel saja. Penelitian ini dilakukan pada kelas V, yaitu VA dan VB yang

    berjumlah 48 siswa dengan masing-masing kelas berjumlah 24 siswa.

    Tabel 7

    Daftar Nama Pengajar dan Staf

    MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok

    No Nama Guru Jabatan/Mata Pelajaran

    1. Nasir Nasrullah, S.Pd.I Kepala Sekolah, Guru Kelas, SKI, Bahasa Arab

    2. Dedi Diaudin, S.Pd.I Wakil Bidang Kurikulum, Guru Kelas, Al-

    Quran Hadist, Aqidah Akhlak

    3. Drs. Aceng Maksum Guru Kelas, IPA

    4. Marsanih, S.Pd.I Guru Kelas, Aqidah Akhlak

    5. Sukesih, S.Pd.I Guru Kelas, Bahasa Indonesia

    6. Sumiyati Sadeli, SE. Guru Kelas, Aqidah Akhlak

    6. Risnawati, S.Si,Apt. Guru Kelas, Matematika, IPS, IPA, SBK

    7. Samin Supriyadi, S.Pd.I Guru Kelas, Penjaskes, Bahasa Sunda

    8. Muanih Suryanih,

    S.Pd.I Guru Kelas, SBK, Bahasa Arab

    9. Aan Fazriah, S.Pd. Guru Kelas, Bahasa Inggris, IPS, PKN

    10. Rumsiyah, S.Pd.I Guru Kelas, SBK

  • 36

    B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2014 di MI Misbahul Falah

    Duren Mekar Kota Depok. Penelitian ini dilakukan di kelas V semester genap

    dengan sebanyak 48 siswa yang terbagi menjadi dua rombel kelas yaitu kelas VA

    24 siswa, dan kelas VB 24 siswa. Kelas VA dijadikan peneliti sebagai kelompok

    kontrol sedangkan kelas VB sebagai kelompok eksperimen. Sebelum melakukan

    proses pembelajaran, peneliti memberikan pretest kepada kedua kelas tersebut

    untuk diuji kesamaan varian dan keduanya menunjukkan bahwa data yang

    diperoleh berdistribusi dengan normal dan homogen. Hal ini menunjukan jika

    sebelum diberi perlakuan kedua kelas ini memiliki kemampuan awal yang sama,

    terbukti dengan varian yang tidak jauh berbeda diantara kedua kelas tersebut.

    Kemudian pertemuan pertama di kelas eksperimen, peneliti memberikan

    penjelasan tentang materi persoalan faktual. Setelah siswa memahami apa itu

    persoalan faktual, kemudian peneliti membentuk siswa menjadi 6 kelompok untuk

    melakukan metode debat. Setiap kelompok besar dibagi lagi menjadi kelompok

    kecil yaitu kelompok pro dan kelompok kontra, berikut adalah ilustrasi pembagian

    kelompoknya:

    Tabel 8

    Ilustrasi Kelompok Debat

    11. Galih Sucipto TU

    Keterangan:

    Pro

    Kontra

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

    X X

  • 37

    Guru menjelaskan bagaimana langkah-langkah metode debat. Setiap

    kelompok diberikan sebuah topik persoalan faktual yang nantinya akan menjadi

    bahan perdebatan mereka. Sebelum memulai perdebatan siswa diperintahkan

    untuk mendiskusikan apa saja yang akan disampaikan pada saat berdebat dengan

    kelompok kecilnya. Dalam kegiatan ini siswa mengomentari dan saling beradu

    pendapat mengenai persoalan faktual yang telah diberikan oleh peneliti, yang

    bertujuan untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Sementara menunggu

    giliran, siswa lainnya mencatat apa saja yang dikemukakan oleh kelompok lain

    yang sedang tampil di depan kelas. Setelah kegiatan debat berakhir, peneliti

    melakukan tanya jawab kepada siswa tentang apa saja yang telah didapat dari

    proses pembelajaran hari ini. Kemudian peneliti memberikan pekerjaan rumah

    berdasarkan kelompok debat untuk menuliskan komentar disertai alasan yang

    logis tentang topik persoalan faktual yang peneliti berikan, dan akan menjadi

    topik perdebatan dipertemuan selanjutnya.

    Berlanjut di pertemuan kedua, siswa berkumpul kembali sesuai kelompok

    debat yang telah dibentuk dipertemuan sebelumnya. Sama seperti sebelumnya,

    siswa saling memperdebatkan topik persoalan yang telah diberikan peneliti.

    Karena metode debat ini bertujuan untuk melatih kemampuan berbicara siswa, di

    setiap pergantian kelompok peneliti selalu mengingatkan bagaimana cara

    berbicara yang baik dan benar.

    Pembelajaran di kelompok kontrol menggunakan metode konvensional

    yaitu penugasan dan tanya jawab. Sama seperti halnya di kelompok eksperimen,

    dipermulaan di kelas kontrol peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang materi

    persoalan faktual. Kemudian peneliti memberikan sebuah wacana yang berisikan

    persoalan faktual. Siswa diminta untuk membaca dan memberikan komentarnya

    yang disertai dengan alasan yang logis. Setelah itu satu persatu siswa diminta

    untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil komentarnya, dan

  • 38

    tentunya peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa guna mengetahui sejauh

    mana penguasaan topiknya dan dan sekuat apa siswa mempertahankan

    pendapatnya. Diakhir pelajaran peneliti memberikan penjelasan kepada siswa

    tentang materi yang belum dipahami oleh siswa.

    Setelah proses pembelajaran dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan baik

    untuk kelas VA yang diberi perlakuan dengan metode konvensional dan kelas VB

    yang diberi perlakuan dengan metode debat, kemudian dilanjutkan dengan tahap

    akhir yaitu memberikan posttest kepada kedua kelompok tersebut untuk

    mengetahui perbandingan yang terdapat pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

    Berikut adalah tabel pelaksanaan penelitiannya:

    Tabel 9

    Pelaksanaan Penelitian

    Tanggal Kegiatan

    09 Mei Uji validias instrumen penelitian oleh ahli

    13 Mei 2014 Pretest

    20 Mei 2014

    Pertemuan ke-1:

    1. Menjelaskan persoalan faktual

    2. Menyebutkan contoh-contoh persoalan faktual

    3. Menuliskan pokok-pokok persoalan faktual

    28 Mei 2014

    Pertemuan ke-2:

    1. Memberikan pendapat terhadap persoalan faktual

    2. Mengomentari pendapat tentang persoalan faktual yang

    dikemukakan teman

    3. Memberikan jalan keluar untuk mengatasi persoalan

    yang terjadi

    30 Mei 2014 Posttest

    Berdasarkan tabel di atas penelitian dimulai dari uji validitas oleh ahli

    yaitu dosen pembimbing pada tanggal 09 Mei 2014. Kemudian dilanjutkan ke

    tahapan selanjutnya dengan memberikan ujian pretest kepada siswa pada tanggal

  • 39

    13 Mei 2014. Selanjutnya pada tanggal 20 Mei dan 28 Mei 2014 dilaksanakan

    perlakuan terhadap kelompok eksperimen dan kontrol, dan hingga akhirnya pada

    tanggal 30 Mei 2014 dilaksanakan pemberian posttest kepada siswa untuk

    mengetahui hasil akhir penelitian.

    C. Hasil Penelitian Tabel 10

    Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen

    Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukan bahwa hasil pretest dan posttest

    kelompok eksperimen mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan

    No. Nama Siswa Pretest Posttest 1 AA 55 70 2 AB 60 82.5 3 AC 42.5 55 4 AD 55 92.5 5 AE 50 75 6 AF 42.5 60 7 AG 60 67.5 8 AH 77.5 97.5 9 AI 42.5 65 10 AJ 45 72.5 11 AK 40 57.5 12 AL 52.5 65 13 AM 70 82.5 14 AN 35 65 15 AO 65 77.5 16 AP 72.5 90 17 AQ 42.5 70 18 AR 60 65 19 AS 50 52.5 20 AT 42.5 70 21 AU 47.5 55 22 AV 82.5 90 23 AW 40 52.5 24 AX 67.5 67.5

    Jumlah 1297.50 1697.50 Rata-Rata 54.0625 70.7292

  • 40

    menggunakan metode debat dalam keterampilan berbicara siswa. Nilai terendah

    pada saat pretest yaitu 35, sedangkan nilai tertingginya yaitu 82,5. Setelah diberi

    perlakuan hasil posttest siswa memperoleh peningkatan dengan nilai terendah

    yaitu 52,5 dan nilai tertinggi yaitu 97,5.

    Tabel 11

    Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol

    Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa hasil pretest dan posttest

    kelompok kontrol mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan melalui

    metode konvensional. Nilai terendah pada saat pretest yaitu 42.5, sedangkan nilai

    No. Nama Siswa Pretest Posttest 1 AA 52.5 57.5 2 AB 70 57.5 3 AC 62.5 60.0 4 AD 72.5 77.5 5 AE 50 47.5 6 AF 47.5 57.5 7 AG 55 62.5 8 AH 47.5 80.0 9 AI 45 67.5 10 AJ 45 70.0 11 AK 47.5 47.5 12 AL 57.5 65.0 13 AM 55 67.5 14 AN 45 47.5 15 AO 70 67.5 16 AP 60 62.5 17 AQ 42.5 55.0 18 AR 55 62.5 19 AS 72.5 62.5 20 AT 42.5 55.0 21 AU 50 52.5 22 AV 52.5 57.5 23 AW 47.5 67.5 24 AX 52.5 50.0

    Jumlah 1297.50 1457.50 Rata-Rata 54.0625 60.7292

  • 41

    tertingginya yaitu 72.5. Setelah diberikan perlakuan hasil posttest pada kelompok

    kontrol siswa mengalami peningkatan dengan nilai terendah yaitu 47,5 dan nilai

    tertingginya yaitu 80.

    D. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelompok eksperimen adalah kelas yang dalam proses pembelajarannya

    menggunakan metode debat, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode

    pembelajaran konvensional. Pemberian pretest dilakukan sebelum masing-masing

    kelompok diberikan perlakuan yang berbeda. Hasil analisis deskripsi data pretest

    kelompok eksperimen dapat dilihat dari tabel berikut ini:

    Tabel 12

    Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen

    Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa hasil pretest kelompok

    eksperimen diperoleh data sebanyak 24 dengan jumlah data 1297.50. Nilai rata-

    N Valid 24

    Missing 0 Mean 54.0625 Median 51.2500 Mode 42.50 Std. Deviation 1.310101 Variance 171.637 Range 47.50 Minimum 35.00 Maximum 82.50 Sum 1297.50

  • 42

    rata pretest kelompok eksperimen yaitu 54.0625 dengan varian 171.637 dan

    standar deviasi/simpangan baku sebesar 1.310101. Nilai maksimumnya adalah

    82.50 sedangkan nilai minimumnya adalah 35.00, maka rentangan nilai pada data

    pretest kelompok eksperimen ini adalah 47.50. Median pada data ini adalah

    51.2500, sedangkan modus pada data ini adalah 42.50. untuk lebih jelasnya data

    pretest kelompok eksperimen ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

    sebagai berikut:

    Tabel 13

    Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen

    Nilai Frekuensi Frekuensi

    (%)

    35 1 4.2

    40 2 8.3

    42.5 5 20.8

    45 1 4.2

    47.5 1 4.2

    50 2 8.3

    52.5 1 4.2

    55 2 8.3

    60 3 12.5

    65 1 4.2

    67.5 1 4.2

    70 1 4.2

    72.5 1 4.2

    77.5 1 4.2

    82.5 1 4.2

    Total 24 100.0

  • 43

    Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan distribusi frekuensi perolehan

    nilai pretest kelompok eksperimen. Perolehan nilai terendah yang diperoleh siswa

    yaitu 35 dengan frekuensi 1 orang, dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu

    82,5 dengan frekuensi 1 orang. Selain disajikan dalam bentuk tabel, data pretest

    kelompok eksperimen juga digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram

    sebagai beri