pengaruh penerapan good corporate...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE OLEH
DEWAN KOMISARIS, DEWAN DIREKSI, KOMITE-KOMITE, DAN
DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP KINERJA PERBANKAN
PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
IKA KARTIKA
NIM: 1110046100008
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H / 2014 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang belaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 30 September 2014
Ika Kartika
iii
ABSTRAKSI
Ika Kartika, 1110046100008, “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
Oleh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas
Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Tahun 2010-2013”, Program Strata I, Program Studi Muamalat, Konsentrasi
Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
1436 H/2014 M.
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan Good Corporate
Governance terhadap kinerja perbankan dimana yang menjadi indikator adalah
dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite dan dewan pengawas syariah. Pada
penelitian ini penulis memilih objek penelitian di 4 (empat) Bank Umum Syariah
yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah dan Bank
Syariah Mandiri.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari web yang berkaitan dengan penelitian, serta analisis
kuantitatif Regresi Linier Berganda menggunakan Software SPSS versi 17,0 for
Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, dewan komisaris merupakan
variabel yang tidak berpengaruh secara nyata terhadap kinerja perbankan. Faktanya,
berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel dewan komisaris (X1)
diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,241 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel dewan komisaris terhadap
kinerja perbankan. Kedua, dewan direksi merupakan variabel yang berpengaruh
secara nyata terhadap kinerja perbankan. Faktanya, berdasarkan pengujian secara
parsial (uji t) terhadap variabel dewan direksi (X2) diperoleh nilai alpha (α) sebesar
0,043 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara variabel dewan direksi terhadap kinerja perbankan. Ketiga, komite-komite
merupakan variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap kinerja perbankan.
Faktanya, berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel dewan direksi
(X3) diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel komite-komite terhadap kinerja
perbankan. Keempat, dewan pengawas syariah merupakan variabel yang tidak
berpengaruh secara nyata terhadap kinerja perbankan. Faktanya, berdasarkan
pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel dewan pengawas syariah (X4)
diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,162 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel dewan komisaris terhadap
kinerja perbankan
Kata Kunci: Good Corporate Governance, Kinerja Perbankan, Net Profit Margin,
Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya tanpa
batas kepada penulis. Sesungguhnya, hanya karena kemurahan hati-Nya lah sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan Rasulullah SAW beserta seluruh keluarga, sahabat,
dan ummatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa terdapat
banyak kendala dan hambatan yang menghadang langkah penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat doa, bimbingan, arahan, dan motivasi dari
berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Phil. J.M. Muslimin, MA., sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., sebagai Ketua Prodi Muamalat
(Ekonomi Islam) dan Abdurrauf, MA., sebagai Sekretaris Prodi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. M. Zainul Arifin Yusuf sebagai Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
4. A. Chairul Hadi, MA sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang telah
memberi arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang
v
tak ternilai, hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap staff akademik dan staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
dan Perpustakaan Utama yang telah memberikan fasilitas peminjaman
literatur.
7. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua tercinta, ayahanda H.
Rukman dan ibunda Hj. Ade Yanti, Terimakasih atas segala dukungan baik
moril maupun materiil, serta kasih sayang dan doa yang tiada henti kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Kakak-kakak dan adik tersayang, Ria Indriyani, Ardiansyah, Muhammad
Rifki, Aris Rinaldi serta kakak ipar tersayang, Nyuwarto dan Enah
terimakasih atas dukungan, kasih sayang dan doa yang telah diberikan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Kedua keponakan, Dzakiyyah Naila
Artanti dan Fayza Aqilah Hardianti yang senantiasa memberikan keceriaan
dan kesenangan yang selalu menimbulkan kerinduan kepada penulis.
9. Teman terbaikku, Devita Octaviani, Mahrun Nisa Ali, Nur Kurota Ayun, dan
Ana Fiandani Sofyana, yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi ini,
yang selalu membagi kesedihan dan kesenangan di setiap detik dan menitnya,
terimakasih atas persahabatan yang berharga ini, semoga Allah SWT meridhoi
persahabatan kita sampai kapanpun.
10. Sahabat terbaik penulis, teman seperjuangan dari masa ke masa Denara Nurul
Titiankasih dan Shilvia Nurfauziah yang selalu menemani penulis,
terimakasih atas semua motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis.
11. PARI (Penikmat Alam Mandiri), Theo, Ihwan, Tomi terimakasih telah
vi
mengenalkan penulis dengan alam Indonesia yang begitu indah, yang
membuat penulis semangat menggapai cita-cita layaknya semangat
menggapai puncak gunung tertinggi di Indonesia.
12. Teman-teman terbaik PS A 2010, terimakasih atas persahabatan dan
kekeluargaan yang takkan pernah bisa dilupakan sampai kapanpun. Titin
Nurasiah, dan Rizky Amalia terimakasih atas dukungan dan pengetahuan
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
13. Teman-teman di Fakultas Syariah dan Hukum yang penulis tidak bisa
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya
dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Dan akhirnya, semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian
skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga
segala kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT
serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.
Kiranya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun kritik dan saran dari
para pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Besar harapan penulis
agar skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi bagi penulis dan
masyarakat seluruhnya.
Jakarta, 30 September 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ ii
ABSTRAKSI ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 7
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah.............................................. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 10
E. Review Study Terdahulu .............................................................. 11
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 13
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Perbankan Syariah ......................................................................... 15
1. Pengertian Perbankan Syariah ................................................ 15
2. Fungsi Bank Syariah ............................................................... 18
3. Mekanisme Pengawasan Bank Syariah .................................. 21
4. Dewan Komisaris .................................................................... 23
5. Dewan Direksi ......................................................................... 26
6. Komite-Komite ....................................................................... 27
7. Dewan Pengawas Syariah (DPS)............................................. 30
B. Good Corporate Governance Perbankan Syariah ......................... 31
1. Definisi Good Corporate Governance..................................... 31
2. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance ................. 34
viii
3. Prinsip Dasar Good Corporate Governance ............................ 37
4. Good Corporate Governance Dalam Perspektif Islam ............ 41
5. Implementasi Good Corporate Governance pada Bank Syariah 43
6. Penilaian Self Assesment Good Corporate Governance Bank
Umum Syariah di Indonesia .................................................. 46
C. Kinerja Keuangan Syariah ............................................................ 47
1. Pengertian dan Tujuan ............................................................ 47
2. Profitabilitas Keuangan Perbankan Syariah ............................ 49
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 53
B. Populasi dan Sampel ..................................................................... 53
C. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 56
D. Teknik Analisis Data ..................................................................... 56
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 57
F. Metode Analisis ............................................................................ 59
G. Hipotesis ....................................................................................... 64
H. Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................... 66
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia ........................ 69
B. Gambaran Umum PT. BNI Syariah .............................................. 70
C. Gambaran Umum PT. BRI Syariah .............................................. 72
D. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri ............................... 74
E. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 77
F. Uji Regresi Linier Berganda ......................................................... 82
G. Pembahasan ................................................................................... 88
ix
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 92
B. Saran .............................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah 17
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 78
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................ 79
Tabel 4.3 Hasil Uji Heterokedastositas ......................................................... 80
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi................................................................... 82
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ............................................... 82
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................... 84
Tabel 4.7 Hasil Uji t-hitung .......................................................................... 85
Tabel 4.8 Hasil Uji F-hitung ......................................................................... 86
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan syariah memiliki peran strategis dalam meningkatkan
kesejahteraan umat melalui proses intermediasi kegiatan penghimpunan,
penyaluran dana maupun penyediaan jasa keuangan lainnya yang berlandaskan
kepada prinsip-prinsip syariah. Ketika sistem perbankan konvensional
sempoyongan karena krisis moneter dan memerlukan biaya yang begitu besar
untuk mempertahankan eksistensinya, perbankan syariah justru mampu
menyelamatkan sebagian ekonomi umat.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian dan laporan dari Bank Dunia dan
ADB krisis perbankan yang terjadi di Indonesia dan keruntuhan perusahaan-
perusahaan besar dunia disebabkan oleh karena buruknya pelaksanaan praktik-
praktik Good Corporate Governance (GCG).1 Perkembangan yang begitu pesat
akhir-akhir ini dari aktivitas perbankan syariah menuntut segera
diimplementasikannya praktik-praktik GCG dalam pengelolaan perbankan agar
dapat memberikan perlindungan yang maksimum kepada semua pihak yang
berkepentingan dalam stakeholder, terutama nasabah atau deposan.
1 Riau Pos.co., “Tata Kelola Bank Dalam Islam”, Artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli 2014
dari http://m.riaupos.co/1836-opini-tata-kelolaInternational-bank-dalam-islam.html
2
GCG (Good Corporate Governance) pertama kali dikenalkan di Indonesia
oleh IMF (International Monetary Funds) dalam rangka pemulihan ekonomi
pasca krisis.2 Krisis yang melanda Asia Timur pada waktu itu juga berdampak
besar pada Indonesia, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya good corporate
governance di dalam pengelolaan perusahaan, dalam kajian yang dilakukan oleh
Booz-Allen & Hamilton pada tahun 1998, index good corporate governance
Indonesia adalah yang paling rendah dibandingkan dengan negara lain di kawasan
tersebut. Kajian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh McKinsey
tahun 1999 yang meneliti tentang praktek good corporate governance pada
perusahaan-perusahaan di Indonesia.3
Dalam dunia perbankan yang semakin kompetitif membutuhkan suatu
informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan. Untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan perusahaan tersebut, diperlukan suatu
penilaian atau pengukuran kinerja yang telah dilakukan perusahaan dalam
melaksanakan strategi yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja perbankan saat
ini menuntut suatu pengukuran kinerja dari aspek keuangan dan aspek non-
keuangan. Selain itu, maju tidaknya kegiatan operasional suatu bank sangat
tergantung dengan kemampuan dari manajemen dalam mengelola banknya
masing-masing. Di samping itu, peran dari pemilik bank itu sendiri juga cukup
besar dalam berkontribusi untuk memilih manajemen yang bagus.
2 Muh. Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 7. 3 Adrian Sutedi, Good Corporate Governance, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 68.
3
Kebutuhan good corporate governance yang tadinya timbul berkaitan
dengan principal- agency theory, yaitu untuk menghindari konflik antara
principal dan agennya. Konflik muncul karena perbedaan kepentingan tersebut
haruslah dikelola sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para pihak. Oleh
sebab itu, dibutuhkan pemahaman yang memadai tentang corporate governance.
Corporate governance dapat dipahami melalui agency theory, agency
theory hadir setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan
pengelolaan perusahaan. Pengelola perusahaan bertindak sebagai agen dari
pemilik perusahaan itu sendiri. Para pemilik perusahaan (prinsipal) akan mencari
informasi, memberikan insentif untuk memastikan tanggung jawab para agen
terhadap pemilik perusahaan.
Agency theory menjawab dengan memberikan gambaran hal-hal apa saja
yang berpeluang akan terjadi antara agen dengan prinsipal. Dalam hubungan
agensi antara prinsipal dengan agen. Agency theory merujuk pada tiga unsur yang
dapat mengekang perilaku menyimpang dari agen, yakni bekerjanya pasar
tenaga kerja manajerial, bekerjanya pasar modal dan bekerjanya pasar bagi
keinginan menguasai dan memiliki atau mendominasi kepemilikan perusahaan.4
Namun, sering kali penerapan Good Corporate Governance dinilai masih
lemah yaitu ditandai dengan adanya perilaku manajemen yang mulai
mementingkan kepentingan sendiri, dan ternyata hal itu merugikan perusahaan.
Dalam hal ini maka terdapat perbedaan kepentingan antara manajemen dan
4 Ibid., h.17
4
pemegang saham. Permasalahan ini dianggap sebagai agency problem, dan
corporate governance inilah yang dianggap dapat membantu mengendalikan
perilaku manajemen dalam mengelola perbankan, yaitu memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham.
Dalam agency problem terdapat pengawasan bank. Pengawasan bank
merupakan sarana untuk mencegah dan memberantas kejahatan perbankan.
Pengawasan ini terdiri dari tiga unsur, yaitu pengawasan eksternal oleh regulator,
pengawasan internal oleh komisaris, direksi, manajemen, dan pengawasan oleh
masyarakat (market discipline). Pengawasan eksternal yang menjadi tugas Bank
Indonesia sebagai bank sentral, dilaksanakan melalui regulasi, perijinan dan
pengawasan internal dilakukan melalui penerapan good corporate governance,
kepatuhan dan prinsip know your customer, sedangkan pengawasan oleh
masyarakat melalui keterbukaan.
Dalam dunia perbankan, penerapan Good Corporate Governance telah
diatur dalam Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia yang
dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance pada Januari
2004, Surat Edaran Bank Indonesia perihal Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 yang
menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari
2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang
5
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, serta Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tanggal 7 Desember 2009 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum syariah dan unit
usaha syariah.
Konsep corporate governance diajukan guna peningkatan kinerja
perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen serta menjamin
akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada
kerangka peraturan.5 Sistem corporate governance memberikan perlindungan
efektif bagi stockholder dan stakeholder sehingga mereka akan yakin memperoleh
imbal hasil atas investasinya dengan benar 6
Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku
kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan.
Pelaksanaan Good Corporate Governance pada industri perbankan syariah harus
berlandaskan kepada lima prinsip dasar yaitu transparansi (transparancy),
akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional
(proffesional), kewajaran (fairness). Selain itu, khusus dalam perbankan syariah
dikenal juga adanya prinsip-prinsip syariah yang mendukung bagi terlaksananya
prinsip GCG yang dimaksud, yakni keharusan bagi subjek hukum termasuk bank
untuk menerapkan prinsip kejujuran (shiddiq), edukasi kepada masyarakat
5 M. Nasution dan D. Setiawan, Pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba
di industri perbankan indonesia (Makassar: Simposium Nasional Akuntansi X, 2007): h. 2. 6David Tjondro dan R. Wilopo, “Journal of Business & Banking: Pengaruh Good Corporate
Governance (GCG) Terhadap Profitabilitas Dan Kinerja Saham Perusahaan Perbankan Yang Tercatat
Di Bursa Efek Indonesia”, Volume I, no.1 (May 2011): h. 1-14.
6
(tabligh), kepercayaan (amanah), dan pengelolaan secara professional
(fathanah).7
Perbedaan GCG syariah dan konvensional terletak pada shariah
compliance yaitu kepatuhan pada syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi,
kejujuran, kehati-hatian, dan kedisiplinan merupakan prinsip universal yang juga
terdapat dalam aturan GCG konvensional.
Mekanisme good corporate governance memiliki beberapa indikator yang
berupa komite audit, ukuran dewan komisaris, dewan direksi, proporsi komisaris
independen, dan latar belakang pendidikan komisaris. Khusus untuk perbankan
syariah, maka indikator tersebut ditambah oleh adanya Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang bertugas untuk mengawasi kegiatan perbankan yang harus sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah (shariah compliance). Indikator-indikator tersebut
dikenal juga dengan istilah Regulatory Framework, di mana indikator tersebut
yang berpengaruh terhadap Good Corporate Governance dan Good Corporate
Governance yang berpengaruh terhadap profitabilitas suatu bank.
Dalam mengelola perusahaan menurut kaedah-kaedah umum GCG, peran
Komisaris Independen, sangat diperlukan. Komisaris Independen dapat berfungsi
untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan memastikan bahwa perusahaan
tersebut telah melakukan praktek-praktek transparansi, kemandirian, akuntabilitas
dan praktek keadilan menurut ketentuan yang berlaku di suatu sitem
perekonomian (negara).
7
Artikel ini diakses pada Kamis 05 Juni 2014 dari http://tulisanwinahmengenaibep-
winah.blogspot.com/2010/12/penerapan-good-corporate-governance-di.html?m=1.
7
Implementasi Good Corporate Governance pada lembaga perbankan
khususnya perbankan syariah menjadi sebuah keharusan karena aset fisik dari
bank adalah nasabahnya, sehingga bank harus menjaga kepercayaan nasabahnya
bahwa dana yang tersimpan akan dikelola dengan baik dan aman. Kepercayaan
tersebut bisa tetap terjaga apabila bank dalam kondisi yang sehat. Kondisi
perbankan yang sehat dapat tercapai apabila bank memiliki sistem yang baik,
sehingga bank dapat melayani nasabah semaksimal mungkin dalam kondisi yang
sehat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin menganalisa lebih
jauh mengenai pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap kinerja
keuangan perbankan dalam judul: “Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance Oleh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite, dan
Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013”.
B. Identifikasi Masalah
Salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997 adalah
lemahnya corporate governance. Satu-satunya Bank Umum Syariah di Indonesia
pada saat itu, yaitu Bank Muamalat Indonesia, dapat melalui krisis tersebut
dengan baik. Seiring berjalannya waktu, perbankan syariah di Indonesia pun
mulai berkembang dan keinginan masyarakat agar perbankan syariah
8
menunjukkan tanggung jawabnya kepada publik pun tinggi. Penerapan good
corporate governance merupakan salah satu bentuk tanggung jawab kepada
masyarakat, dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan.
Namun, seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, masih terlihat
lemahnya penerapan corporate governance yang ditandai dengan perilaku
manajemen yang dimulai mementingkan kepentingan sendiri, yang lebih parah
ternyata merugikan perusahaan. Dalam hal ini maka terdapat perbedaan
kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Permasalahan inilah
sebagai agency problem, corporate governance dianggap dapat membantu
mengendalikan perilaku manajemen dalam mengelola perbankan, yaitu
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Karena itu, pada penelitian ini
permasalahan yang akan diangkat adalah “Bagaimana Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance Oleh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite,
dan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013?”.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, agar penelitian dalam
skripsi ini terfokus pada permasalahan yang ingin dibahas, maka penulis
membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut:
9
a. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah Bank Umum Syariah yang ada di
Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI Syariah, Bank BRI
Syariah dan Bank Syariah Mandiri.
b. Berdasarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, maka indikator yang digunakan
adalah Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite, dan Dewan
Pengawas Syariah (DPS).
c. Alat ukur kinerja keuangan perbankan dalam penelitian ini adalah
menggunakan profitabilitas Net Profit Margin (NPM) yang diambil dari
laporan keuangan Bank Umum Syariah tahun 2010-2013.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah yang telah
dipaparkan dimuka, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pengaruh dewan komisaris dalam penerapan Good Corporate
Governance (GCG) terhadap kinerja perbankan syariah?
b. Bagaimana pengaruh dewan direksi dalam penerapan Good Corporate
Governance (GCG) terhadap kinerja perbankan syariah?
c. Bagaimana pengaruh komite-komite dalam penerapan Good Corporate
Governance (GCG) terhadap kinerja perbankan syariah?
d. Bagaimana pengaruh DPS dalam penerapan Good Corporate Governance
(GCG) terhadap kinerja perbankan syariah?
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penerapan Good
Corporate Governance oleh dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite,
dan dewan pengawas syariah terhadap kinerja perbankan syariah yang diukur
dengan profitabilitas Net Profit Margin (NPM) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia pada tahun 2010-2013.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini adalah:
a. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman atau referensi untuk
bahan perkuliahan dan sebagai aset pustaka yang diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik dosen maupun
mahasiswa, dalam upaya memberikan pengetahuan, informasi mengenai
pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap kinerja
perbankan syariah.
b. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini dijadikan untuk memahami kajian Good Corporate
Governance. Sehubungan dengan masih sedikit kajian terkait good
corporate governance, maka penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dalam bidang pengelolaan perbankan syariah yang baik.
Serta dapat memberikan masukan kepada para pemakai laporan keuangan
11
dan perusahaan dalam memahami mekanisme corporate governance,
sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi yang
menarik mengenai penerapan Good Corporate Governance dalam
perbankan khususnya perbankan syariah.
E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)
Untuk mendukung materi, maka penulis membandingkan dengan
beberapa penelitian terdahulu. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang
membahas mengenai good corporate governance:
No Peneliti, Judul,
Tahun
Metode, Hasil Perbedaan
1 Nur Hasanah
Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
UIN Jakarta.
Analisis Pengaruh
Mekanisme Good
Corporate
Governance
Metode analisis menggunakan
regresi berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan
bahwa mekanisme GCG
(Dewan Direksi, Dewan
Komisaris, Komisaris
Independen, dan Kepemilikan
Manajerial) secara simultan
Dalam skripsi ini
penulis
menggunakan
variabel dependen
Dewan Komisaris,
Dewan Direksi,
Komite-Komite
dan Dewan
12
Terhadap Kinerja
Perbankan. 2013.
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perbankan
yang diukur dengan
profitabilitas (Return of Asset).
Pengawas Syariah
(DPS). Dan
menggunakan
variabel
independen kinerja
perbankan yang
diukur dengan
profitabilitas (Net
Profit Margin).
2 David Tjondro dan
R. Wilopo
mahasiswa
Pascasarjana STIE
Perbanas Surabaya.
2011.
Teknik yang digunakan adalah
teknik regresi. Good Corporate
Governance berpengaruh
signifikan terhadap ROA,
ROE, NIM dan PER namun
tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap dividen
saham.
Dalam skripsi ini
penulis lebih
condong kepada
pengaruh Dewan
Komisaris, Dewan
Direksi, Komite-
Komite dan Dewan
Pengawas Syariah
(DPS) terhadap
profitabilitas
(NPM).
3 Dhaniel Syam dan Teknik yang digunakan adalah Dalam skripsi ini
13
Taufik Najda.
Program Studi
Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis, Universitas
Muhammadiyah
Malang. 2012.
teknik dokumentasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan
bahwa kualitas penerapan
GCG tidak berpengaruh
terhadap tingkat pengembalian
risiko pada Bank Umum
Syariah dan bahwa kualitas
penerapan GCG berpengaruh
negatif terhadap risiko
pembiayaan Bank Umum
Syariah di Indonesia.
penulis lebih fokus
terhadap
mekanisme GCG
terhadap kinerja
perbankan pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi
terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan disampaikan teori terkait perbankan syariah, Good
Corporate Governance serta profitabilitas bank syariah.
14
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai ruang lingkup penelitian,
metode pengumpulan data, metode analisis serta kerangka pemikiran
penelitian.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini memuat pembahasan hasil analisis dan interpretasi
terhadap temuan penelitian dengan cara mengolah data dari alat uji yang
disesuaikan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
15
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Perbankan Syariah
1. Pengertian Perbankan Syariah
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
peranan penting dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara
keuangan. Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas
utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan
kredit pada waktu yang ditentukan. Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun
1992 tentang perbankan yang kemudian diubah dengan UU No. 10 Tahun
1998 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak.
Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank konvensional dapat
didefinisikan seperti pada bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan
prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
16
pembayaran. Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang
dibedakan berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha, yaitu bank
yang melakukan usaha secara konvensional dan bank yang melakukan usaha
secara syariah.
Sedangkan bank syariah menurut UU No 21 Tahun 2008 adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.1 Muhammad Syafi‟I Antonio mendefinisikan Bank Syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan-
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam.2
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariat
Islam.
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain
sebagainya. Perbedaan mendasar antara bank konvensional dan bank syariah
1Artikel ini diakses pada 22 Agustus 2014 dari
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah.pdf. 2 Muhammad Syafii Antonio, Manajemen Bank Syariah, 2005, h. 13.
17
yaitu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan
lingkungan kerja.
Tabel 2.1
Perbedaaan Sistem Antara Bank Konvensional Dan Bank Syariah
Bank Konvensional Bank Syariah
Investasi halal dan haram Investasi yang halal saja
Status bank “intermediary” Status bank “intermediary dan investor”
Sistem bunga dan fee Sistem bagi hasil, margin, dan fee
Bunga atas dasar pokok Nisbah bagi hasil dari proyeksi penjualan
Pembayaran bunga tidak
mempertibangkan usaha
Pembayaran bagi hasil tergantung realisasi
hasil usaha
Bank tidak menanggung resiko Bank ikut menanggung resiko
Kehalalan bunga diragukan Halal bagi hasil
Tidak ada dewan pengawas syariah Ada dewan pengawas syariah
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
kreditur-debitur
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
kemitraan
Berkontribusi dalam terjadinya
kesenjangan antara sektor riil dengan
sektor moneter
Menciptakan keserasian di antara
keduanya
Memberikan peluang yang sangat besar
untuk sight streaming (penyalahgunaan
dana pinjaman)
Tidak memberikan dana secara tunai tetapi
memberikan barang yang dibutuhkan
(finance the goods and service)
18
Sumber: Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani Press), 2001.
2. Fungsi Bank Syariah
Bank memiliki fungsi pokok adalah sebagai berikut:
a. Penghimpun Dana Masyarakat
Fungsi bank syariah yang pertama yaitu menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan (tabungan, deposito berjangka atau
giro).
Masyarakat memercayai bank syariah sebagai tempat yang aman
untuk melakukan investasi, dan menyimpan dana (uang). Masyarakat yang
kelebihan dana membutuhkan keberadaan bank syariah untuk menitipkan
dananya atau menginvestasikan dananya dengan aman.3
b. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat
Fungsi bank yang selanjutnya adalah menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan (user of fund). Masyarakat dapat
memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi
semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana
merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah.
Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat, di samping merupakan
aktivitas yang dapat menghasilkan keuntungan berupa pendapatan margin
3 Ismail, Perbankan Syariah, Edisi 1, cet. I, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 40
19
keuntungan dan bagi hasil, juga untuk memanfaatkan dana yang idle (idle
fund).4 Bank menyalurkan dana ke masyarakat yang membutuhkan dalam
bentuk pembiayaan ataupun kredit.
c. Pelayanan Jasa Bank
Bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana
kepada masyarakat, juga memberikan pelayanan jasa perbankan.
Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat dlam menjalani aktivitasnya. Pelayanan jasa
kepada nasabah merupakan fungsi bank syariah yang ketiga. Berbagai
jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara
lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat
berharga, kliring, letter of credit, dan jasa pelayanan jasa bank lainnya.5
d. Jasa Pembayaran (Payroll)
Pembayaran yang dimaksud dalam fungsi bank ini adalah penggajian
(payroll). Penggajian (payroll) bisa diartikan sebagai jumlah total yang
dibayarkan kepada karyawan atas jasa-jasa yang mereka berikan selama
periode tertentu.
Menurut Soermarso S.R, penggajian adalah ibalan kepada pegawai
yang diberi tugas-tugas administratif dan pimpinan yang jumlahnya,
biasanya tetap secara bulanan atau tahunan.
4 Ibid., h. 41
5 Ibid., h. 42
20
Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan gaji adalah pembayaran
balas jasa atau penghargaan seseorang seseorang atas hasil kerja
seseorang, jasa manajemen, administratif, dan jasa-jasa lainnya yang telah
dilakukan oleh karyawan dalam suatu periode tertentu dan dibayarkan
secara konstan dalam periode yang telah ditentukan.6
e. Wealth Management
Beberapa definisi wealth management bisa kita temukan dalam
berbagai literatur dan referensi. Misalnya, satu yang paling generik
adalah:
“wealth management is about serving banking needs of up scale
customer”
Dengan kata lain apa pun layanan ataupun jenis produk perbankan
baik dari segi penyimpanan maupun pembiayaan yang ditawarkan kepada
nasabah asalkan memenuhi kriteria peruntukkan tingkat aset tertentu
maka dia memenuhi syarat untuk disebut wealth management.
Wealth management dapat didefinisikan berdasarkan perkembangan
evolutif layanannya sebagai penjaga aset dari nasabah yang
bertransformasi dari waktu ke waktu seiring bertambahnya usia nasabah.7
Jadi, dari beberapa point diatas maka fungsi bank syariah adalah
sebagai media intermediasi yang mempunyai tugas menghimpun dana,
6 www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3akuntansi/207102011/nan2.pdf
7Ubaidillah Nugraha, Wealth Management, cet. II, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008),
h. 11-13
21
menyalurkan dana, memberikan jasa kepada masyarkat, payroll dan wealth
management.
3. Mekanisme Pengawasan Bank Syariah
Pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian, pengamatan, dan
pengukuran terhdap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar
yang diminta, melakukan tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan
antara hasil (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan.8
Dari pengertian diatas maka menurut prosesnya, pengawasan meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Menentukkan standar sebagai ukuran pengawasan.
b. Pengukuran dan pengamatan terhadap jalannya operasi
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
c. Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar
yang diminta.
d. Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.
e. Perbandingan hasil akhir (output) dengan masukan (input) yang
digunakan.
8 Zainul Arifin. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Ed. Rev. Cet. 7. (Jakarta: Azkia
Publisher, 2009). h. 135.
22
Peran pengawasan bank adalah memastikan apakah bank memliki
kebijakan, prosedur, dan pedoman penilaian kredit, serta menguji konsistensi
pelaksanaannya.
Pengawasan bank syariah pada dasarnya memiliki dua sistem, yaitu
sistem pengawasan internal, yang memiliki unsur-unsur: RUPS, Dewan
Komisaris, Dewan Audit, Dewan Pengawas Syariah (DPS), Direktur
Kepatuhan, SKAI-Internal Syariah Reviewer dan sistem pengawasan
eksternal terdiri dari unsur Bank Indonesia (BI), Akuntan Publik, Dewan
Syariah Nasional (DSN) dan Stakeholders/masyarakat pengguna jasa. Secara
umum peran dan tanggung jawab BI lebih kepada pengawasan aspek
keuangan, sedangkan jaminan pemenuhan prinsip syariah adalah tanggung
jawab dan kewenangan DSN dengan DPS.9
Mekanisme pengawasan DPS terhadap bank syariah yaitu dengan
mengadakan analisis operasional bank syariah dan mengadakan penilaian
kegiatan maupun produk dari bank tersebut yang pada akhirnya dewan
pengawas syariah dapat memastikan bahwa kegiatan operasional bank syariah
telah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN, memberikan opini dari
aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank dan produk yang
dikeluarkan, mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwanya, dan
9 Harisman, “Pelaksanaan Pengawasan Perbankan Syariah Di Indonesia”, artikel ini diakses
pada tanggal 4 November 2014 dari www.pemikirangado-gado.blogspot.com/2010/10/pelaksanaan-
pengawasan-perbankan.html
23
akhirnya menyampaikan laporan hasil pengawasan syaraih sekurang-
kurangnya 6 (enam) bulan sekali kepada direksi, komisaris, DSN dan BI.10
Dengan demikian mekanisme pengawasan bank syariah memiliki dua
unsur yaitu pengawasan internal yang terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris,
Dewan Audit, Dewan Pengawas Syariah (DPS), Direktur Kepatuhan, SKAI-
Internal Syariah Reviewer dan pengawasan eksternal yang terdiri dari unsur
Bank Indonesia (BI), Akuntan Publik, Dewan Syariah Nasional (DSN) dan
Stakeholders/masyarakat pengguna jasa. Kedua unsur ini bertujuan
memastikan apakah bank memliki kebijakan, prosedur, dan pedoman
penilaian kredit, serta menguji konsistensi pelaksanaannya.
4. Dewan Komisaris
Pengertian dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan
anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi
good corporate governance, karena dewan komisaris merupakan inti dari
corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dalam prakteknya, di Indonesia
sering terjadi anggota dewan komisaris sama sekali tidak menjalankan peran
10
Sri Dewi Anggadini. “Jurnal Majalah Ilmiah Unicom: Mekanisme Pengawasan Dewan
Pengawas Syariah dan Bank Indonesia Terhadap Bank Syariah”, Volume X11, no. 1 (2014).
24
pengawasannya yang sangat dasar terhadap dewan direksi. Dewan komisaris
seringkali tidak dianggap tidak memiliki manfaat, hal ini dapat dilihat dalam
fakta bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan
tidak menunjukkan indepedensinya.
Secara hukum dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasehat kepada direksi. Dewan komisaris dalam melaksanakan
tugasnya harus mampu menguasai dipenuhinya kepentingan semua
stakeholders berdasarkan atas kesetaraan. Bagi bank sebagai lembaga
intermediasi dan lembaga kepercayaan yang “highly regulated”. Jadi, tugas
dan fungsi dewan komisaris yaitu:
a. Dewan komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan prinsip GCG.
b. Dewan komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya
pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh
tingkatan atau jenjang organisasi.
c. Dewan komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab direksi, serta memberikan nasihat kepada
direksi.
d. Dewan komisaris bertanggung jawab terhadap terlaksananya tugas secara
efektif dan efisien serta terpeliharanya efektifitas komunikasi antara dewan
komisaris dengan direksi, auditor eksternal dan Otoritas Pengawasan Bank
25
e. Dewan komisaris berkewajiban melakukan tindak lanjut dari hasil
pengawasan dan rekomendasi yang diberikan terutama dalam hal terjadi
penyimpangan dari ketentuan perundang-undangan, anggaran dasar, dan
prudential banking practices
f. Dewan komisaris wajib memiliki Tata Tertib Kerja yang mengikat dan
ditaati oleh semua anggotanya.
g. Anggota dewan komisaris bank dilarang memanfaatkan bank untuk
kepentingan pribadi, keluarga, perusahaan atau kelompok usahanya
dengan semangat dan cara yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan dan kewajaran di bidang perbankan.
h. Dewan komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan
operasional BUS, kecuali pengambilan keputusan untuk pemberian
pembiayaan kepada direksi sepanjang kewenangan dewan komisaris
tersebut ditetapkan dalam anggaran dasar BUSatau dalam Rapat Umum
Pemegang Saham.
i. Anggota dewan komisaris secara hukum bertanggung jawab kepada bank,
dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas atau Undang-
Undang yang berlaku bagi pendirian bank bersangkutan, Undang-Undang
Perbankan dan Anggaran Dasar Bank.
j. Anggota dewan komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.
26
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris adalah organ
perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta
memastikan sebuah bank melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan dan
jenjang organisasi.
5. Dewan Direksi
Pengertian dewan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar.
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab
secara kolegal dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi
dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan
pembagian tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan
tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing anggota direksi
termasuk direktur utama adalah setara. Dengan demikian, tugas dan fungsi
dewan direksi adalah sebagai berikut:
a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS
berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah.
27
b. Direksi wajib mengelola BUS sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran dasar BUS dan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari
hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, DPS dan/atau audit
ekstern.
d. Direksi berhak dan berkewajiban untuk: (a) Melakasanakan ketentuan
yang tercantum dalam anggaran dasar bank; (b) Mengimplementasikan
visi, misi, strategi, sasaran usaha serta rencana jangka panjang dan jangka
pendek; (c) Menjalankan prinsip perbankan yang sehat, termasuk namun
tidak terbatas pada manajemen risiko dan sistem pengendalian internal
(internal control system).
e. Direksi harus memiliki Tata Tertib Kerja yang mengikat dan ditaati oleh
semua anggotanya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dewan direksi adalah organ perseroan
yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.
6. Komite-Komite
Sebagai bagian dari implementasi prinsip-prinsip Good Corporate
Governance, dewan komisaris telah membentuk komite audit, komite
28
pemantau risiko serta komite remunerasi dan nominasi dalam rangka
mendukung efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan
komisaris. komite audit dan komite pemantau risiko diketuai oleh seorang
komisaris independensi dan 2 (dua) orang anggota komite yang berasal dari
pihak independensi. Keberadaan komisaris independensi dan pihak
independen agar tercipta check and balance.
a. Komite Audit
1) Komite Audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan
bahwa: (a) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, (b) struktur pengendalian
internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (c) pelaksanaan audit
internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit
yang berlaku, dan (d) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh
manajemen;
2) Komite audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan
jasanya untuk disampaikan kepada dewan komisaris;
3) Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas
perusahaan dengan tetap memperhatikkan efektifitas dalam
pengambilan keputusan.
29
b. Komite Nominasi dan Remunerasi
Komite nominasi dan remunerasi bertugas membantu dewan
komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota dewan
komisaris dan direksi serta sistem remunerasinya.
Komite nominasi dan remunerasi bertugas membantu dewan
komisaris mempersiapkan calon anggota dewan komisaris dan direksi dan
mengusulkan besaran remunerasinya. dewan komisaris mengajukan calon
tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh keputusan rups dengan cara
sesuai ketentuan Anggaran Dasar.
c. Komite Kebijakan Resiko
Komite kebijakan resiko bertugas membantu dewan komisaris
dalam mengkaji sistem manajemen resiko yang disusun oleh direksi serta
menilai toleransi resiko yang dapat diambil oleh perusahaan.
Anggota komite kebijakan resiko terdiri dari anggota dewan
komisaris, dan memiliki tugas dan fungsi melakukan evaluasi tentang
kebijakan manajemen risiko, melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara
kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut, serta
melakukan evaluasi pelaksanaan tugas komite manajemen risiko dan satuan
kerja manajemen risiko.
Dengan demikian komite audit, komite pemantau risiko serta komite
remunerasi dan nominasi dibentuk dalam rangka mendukung efektifitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris.
30
7. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Khusus bagi bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS), yaitu badan
independen yang bertugas melakukan pengarahan (directing), pemberian
konsultasi (consulting), melakukan evaluasi (evaluating), dan pengawasan
(supervising) kegiatan bank syariah dalam rangka memastikan bahwa
kegiatan usaha bank syariah tersebut mematuhi (compliance) terhadap prinsip
syariah sebagaimana telah ditentukan oleh fatwa dan syariah Islam. Bagi DPS
berlaku tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. DPS wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
prinsip-prinsip GCG.
b. Memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan
bank agar sesuai dengan prinsip syariah.
c. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan bank.
d. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan
fatwan DSN-MUI.
e. DPS wajib menyampaikan laporan hasil pengawasan DPS secara
semesteran.
f. Laporan DPS harus ditandatangani oleh seluruh anggota DPS, diterbitkan
secara tahunan, serta harus dipublikasikan bersamaan dengan penerbitan
Laporan Tahunan bank syariah.
31
Jadi, dapat disimpulkan bahwa DPS sebagai perwakilan DSN-MUI pada
lembaga keuangan syariah yang bersifat independen, dalam rangka memastikan
bahwa kegiatan usaha bank syariah tersebut mematuhi (compliance) terhadap
prinsip syariah sebagaimana telah ditentukan oleh fatwa dan syariah Islam
B. Good Corporate Governance Perbankan Syariah
1. Definisi Good Corporate Governance
Kata Governance berasal dari bahasa Perancis “Gubernance” yang
berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks
kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain. Dalam bahasa Indonesia,
kata Governance sering diterjemahkan secara harfiah sebagai tata kelola atau
tata pemerintahan perusahaan.
Sedangkan Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
mendefinisikannya sebagai “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, pengurus/pengelola perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta pemegang saham, kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain yaitu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)”.
Menurut Cadbury, corporate governance didefinisikan sebagai:
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
32
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawannya
serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan.11
Tujuan corporate governance
adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Sedangkan Wahjudi prakarsa, mendefinisikan Corporate Governance
sebagai: mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara
manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan kelompok-
kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini
dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan permainan dan sistem insentif
sebagai framework yang diperlukan untuk menentukan tujuan-tujuan
perusahaan dan cara-cara pencapaian tujuan-tujuan serta pemantauan kinerja
yang dihasilkan.12
Secara definisi, Corporate Governance merupakan proses dan struktur
yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan
perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas
perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang
11
Report Cadbury. Report Of The Commite On The Financial Aspects Of Corporate
Governance, 1992. 12
Wahjudi Prakarsa, “Jurnal Reformasi Ekonomi: Corporate Governance: Suatu
Keniscayaan”, Volume I, no 2 (Oktober-Desember 2000): h. 20.
33
lain. Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)
merupakan struktur yang oleh stakeholder, pemegang saham, komisaris, dan
manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan
tersebut dan mengawasi kinerja. 13
GCG pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, proses, output)
dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak
yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit yaitu
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan. GCG dimaksudkan untuk mengatur
hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan
signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.14
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik
Negara No.Kep 117 / M-MBU / 2002 tanggal 1 Agustus 2002, Corporate
Governance adalah : “Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ
BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
13
Organization for economic coperation and development (OECD). The OECD principles of
corporate governance, 2004, diakses pada tanggal 28 Agustus 2014 melalui http://www.oecd.org 14
Jurnal Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (Gcg) Pada Dunia
Perbankan. Artikel ini diakses pada tanggal 14 Juli 2014 dari
http://lismaaja.blogspot.com/2011/12/jurnal-penerapan-prinsip-prinsip-good.html
34
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan Peraturan
Perundangan dan nilai-nilai etika.”15
Terciptanya Good Corporate Governance (GCG) dalam organisasi
merupakan salah satu penjabaran dari terlaksananya mekanisme pengelolaan
resiko organisasi melalui sistem yang dirancang dalam rangka
mengidentifikasi dan menganalisa resiko yang mungkin terjadi, baik yang
timbul karena faktor eksternal maupun faktor internal yang berpotensi
menghambat pencapaian tujuan.
Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengertian good corporate governance (GCG) pada dasarnya merupakan
suatu system (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama
dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan
dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. GCG dimasukkan untuk
mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-
kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
2. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance
Menurut Mr. Wolfensohn, Presiden Bank Dunia, telah menyimpulkan
bahwa tujuan GCG adalah untuk mewujudkan keadilan, transparansi, dan
15
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.Kep 117 / M-MBU / 2002
35
akuntabilitas.16
Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan GCG adalah mewujudkan
keadilan bagi seluruh stakeholders melalui penciptaan transparansi dan
akuntabilitas yang benar. Keadilan bagi stakeholders juga bisa diindikasikan
dengan peningkatan nilai yang wajar atas penyertaan mereka.
Implementasi GCG juga banyak memberikan manfaat baik bagi bank
syariah maupun bagi pihak lain yang mempunyai hubungan langsung dan tak
langsung dengan bank syariah. Bagi bank syariah, keuntungan yang diperoleh
dari penerapan GCG diantaranya adalah:
a. Meminimalkan kerugian akibat penyalahgunaan wewenang oleh Direksi
(agency coat) dan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan.
b. Meningkatkan kepercayaan investor dan pada akhirnya meningkatkan pula
nilai saham perusahaan.
c. Dengan adanya peningkatan kinerja perusahaan akan meningkatkan pula
shareholders value dan dividen.
d. Praktek good corporate governance menempatkan karyawan sebagai salah
satu stakeholders yang harus dikelola dengan baik. Pengelolaan yang baik
akan meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Hal ini penting
untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
e. Meningkatkan citra positif perusahaan sekaligus coat akibat tuntutan
stakeholder kepada perusahaan.
16
Financial Times, 21 Juni 1999, diambil dari The Encyclopedia of Corporate Governance
dalam artikel yang berjudul „What Corporate Governance” (www.encycogov.com), 11 Juli 2001, hal. 1
dikutip dari M. Umer Chapra & Habib Ahmed, h.18.
36
Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) berpendapat
bahwa penerapan prinsip-prinsip dasar GCG dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:17
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak
rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan
corporate value
c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan
modalnya di Indonesia
d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan stakeholders value dan dividen, khusus bagi
BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama bagi
APBN terutama dari hasil privatisasi
Dengan demikian, tujuan Good Corporate Governance (GCG) adalah
untuk mewujudkan keadilan, transparansi, dan akuntabilitas perusahaan dan
Good Corporate Governance (GCG) bermanfaat untuk meningkatkan kinerja
perusahaan demi menjaga loyalitas investor dan nasabah.
17
Forum For Corporate Governance in Indonesia, dikutip dari Johanes Ibrahim, h. 74-75.
37
3. Prinsip Dasar Good Corporate Governance
Good Corporate Governance diperlukan untuk mendorong terciptanya
pasar yang efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan perundang-
undangan. Penerapan Good Corporate Governance perlu didukung oleh tiga
pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai
regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai
pengguna produk dan jasa dunia usaha.18
Prinsip dasar yang harus
dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:
a. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan
yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan,
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum
secara konsisten (consistent law enforcement).
b. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman
dasar pelaksanaan usaha.
c. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak
yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan
kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara objektif
dan bertanggung jawab.
Dalam dunia perbankan, bank sebagai lembaga intermediasi dan
lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus
menganut prinsip keterbukaan (transparancy), memiliki ukuran kinerja dari
18
Moh. Wahyudin Zarkasyi, Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur,
Perbankan, dan Jasa Keuangan lainnya, cet.I, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 36.
38
semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan
corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan
akuntabilitas bank (accountability), berpegang pada prudential banking
practices dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai
wujud tanggung jawab bank (responsibility), objektif dan bebas dari tekanan
pihak manapun dalam pengambilan keputusan (independency), serta
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas
kesetaraan dan kewajaran (fairness).19
Dalam hubungan dengan prinsip tersebut bank perlu memperhatikan 5
prinsip GCG diatas sebagai berikut:
a. Keterbukaan (Transparancy)
1) Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh
stakeholders sesuai dengan haknya.
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi dan tidak terbatas pada
hal-hal yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, cross shareholding, pejabat eksklusif,
pengelola risiko (risk management), sistem pengawas dan
pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan pelaksanaan GCG
serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi bank.
19
Ibid., h. 113.
39
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-
hak pribadi.
4) Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak memperoleh informasi
tentang kebijakan tersebut.
Transparancy berhubungan dengan kualitas informasi yang
disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung
dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat
waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama.
Penyampaian informasi kepada publik secara terbuka, benar, kredibel, dan
tepat waktu akan memudahkan untuk menilai kinerja dan risiko yang
dihadapi perusahaan serta mencegah terjadinya fraud.20
b. Akuntabilitas (Accountability)
1) Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-
masing organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha
dan strategi perusahaan
20
Bismar Nasution, “ Jurnal Hukum Bisnis: Prinsip Keterbukaan dalam Good Corporate
Governance”, Volume XXII, no 6 ( 2003) : h. 5.
40
2) Bank harus menyakini bahwa semua organ organisasi bank
mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan
memahami perannya dalam pelaksanaan GCG.
3) Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam
pengelolaan bank.
4) Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank
berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai
perusahaan (corporate values), sasaran usaha dan strategi bank serta
memiliki rewards dan punishment system.
Akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang
mengendalikan hubungan antara organ-organ yang ada di perusahaan.
Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency
problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta
pengendaliannya oleh komisaris.
c. Tanggung Jawab (Responbility)
1) Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada
prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin
dilaksanakannya ketentuan yang berlaku
2) Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang
baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan
tanggung jawab sosial.
41
d. Independensi (independency)
1) Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak
serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest).
2) Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari
segala tekanan dan pihak manapun.
e. Kewajaran (fairness)
1) Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal
treatment).
2) Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders
untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi
kepentingan bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai
dengan prinsip keterbukaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan ada 5 (lima) prinsip Good
Corporate Governance yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), tanggung jawab (responbility), independensi (independency),
dan kewajaran (fairness).
4. Good Corporate Governance Dalam Perspektif Islam
Islam mempunyai konsep yang jauh lebih lengkap dan lebih
komprehensif serta akhlaqul karimah dan ketaqwaan pada Allah SWT yang
menjadi tembok kokoh untuk tidak terperosok pada praktek ilegal dan tidak
42
jujur dalam menerima amanah. Tata kelola perusahaan yang baik, yang dalam
terminologi modern disebut Good Corporate Governance. Corporate
Governance berbicara mengenai bagaimana perusahaan melaksanakan
tanggung jawabnya kepada pemegang saham (shareholders) dan pemegang
amanah (stakeholders) lainnya. Corporate Governance pada dasarnya
merupakan mekanisme bagaimana sumber daya perusahaan dialokasikan
menurut suatu aturan „hak‟ dan „kuasa‟ tertentu.
Sebutan Good Corporate Governance merupakan sebutan baru baik
bagi ilmu maupun agama manapun termasuk ajaran Islam yang telah muncul
sebelum kehidupan modern. Namun nilai, isi, dan tujuan Good Corporate
Governance telah dibicarakan dalam bentuk Alqur‟an dan Hadist.
Pembicaraan sumber-sumber Islam itu tentu saja tidak terhimpun menjadi
satu, akan tetapi terpencar-pencar seperti dalam Alqur‟an. Meskipun begitu,
ajaran moral Alqur‟an yang terpencar-pencar itu tidak saling bertentangan
satu sama lain melainkan saling menjelaskan dan mendukung.
Jadi, keunggulan utama corporate governance dalam perspektif Islam
yaitu orientasi utama pertanggungjawaban manajemen perusahaan adalah
Allah sebagai pemilik alam beserta isinya. Penerapan etika Islam dalam
berbisnis yang menjamin perlakuan jujur, adil terhadap semua pihak yang
menjadi acuan utama pengelolaan perusahaan yang baik. Hal tersebut
dijelaskan di dalam QS. Ar-Rahman (55): 7-9:
43
Artinya :
“Dan Allah Telah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan).
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan Tegakkanlah
timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS.
Ar-Rahman (55): 7-9)
Jadi, dengan demikian Good corporate governance dijalankan tidak
hanya sebagai pertanggungjawaban manajemen terhadap pemilik modal,
tetapi lebih pada kebutuhan dasar keyakinan kepada Allah maka good
corporate governance akan memotivasi transaksi bisnis yang jujur, adil dan
akuntabel.
5. Implementasi Good Corporate Governance pada Bank Syariah
Dalam bank syariah, pelaksanaan good corporate governance (GCG)
yang pada dasarnya bertumpukan kepada lima pilar utama yaitu transparency,
responbility, accountability, fairness, dan independency merupakan hal yang
seharusnya dilakukan sehingga merupakan budaya kerja yang islami,
sebagaimana dikemukakan oleh Umar Chapra bahwa stakeholders utama
keuangan Islam adalah Islam itu sendiri.21
Dengan demikian, bank syariah dituntut untuk melakukan kinerja yang
baik sebagai cerminan dari kegiatan yang islami. Dalam Islam, terdapat
21
Dhani Gunawan Idat, “Perbankan Syariah Menghadapi 2005-2008”, artikel ini diakses pada
1 Agustus 2014 dari www.e-syariah.com,
44
beberapa konsep yang relevan dengan GCG yaitu idarah (pengelolaan),
khilafah (kepemimpinan), aqidah (keimanan), akhlaq (moral), ijabiyah
(berfikir positif), hurriyah (independensi dan kebebasan yang
bertanggungjawab), „adalah (keadilan), tawazun (keseimbangan), mas‟uliyah
(akuntabilitas), raqabah (pengawasan), qira‟ah dan ishlah (organisasi yang
terus belajar), amanah (pemenuhan kepercayaan), shiddiq (jujur), fathanah
(pengembangan diri untuk cerdas), tabligh (keterbukaan), ihsan (profesional),
dan wasatha (kewajaran).22
Konsep Good Corporate Governance adalah konsep yang universal
namun untuk penerapannya sangat tergantung pada budaya atau sistem nilai
yang ada di suatu perusahaan yang menjadi bagian dari transformasi
korporasi.23
Governance pada institusi bank syariah memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan dengan governance pada perusahaan non-bank syariah. Hal ini
terutama disebabkan oleh kehadiran deposan sebagai suatu kelompok
stakehoholders yang kepentingannya harus diakomodir dan dijaga. Namun,
keberadaan kelompok deposan pada perbankan konvensional tidaklah terlalu
banyak mempengaruhi struktur governance bank. Alasannya adalah: pertama,
secara akad bank telah menetapkan jaminan untuk membayar penuh simpanan
nasabah; kedua, penerapan skema penjaminan baik oleh lembaga penjamin
22
Ibid 23
Djokosantoso Moeljono, “Good Corporate Culture Sebagai Inti Dari Good Corporate
Governance” (Jakarta: Penerbit PT. Elox Media Komputindo, 2005), h. 20.
45
simpanan maupun pemerintah; dan ketiga penerapan secara ketat sejumlah
rambu-rambu dalam bentuk ketentuan kehati-hatian perbankan oleh otoritas
pengawasan perbankan. Faktor-faktor inilah yang melindungi kepentingan
nasabah deposan terhadap kepentingan stakeholder lainnya dalam bank,
sehingga mengurangi desakan perlunya struktur governance yang khusus
untuk melindungi para deposan bank. Sementara bagi bank syariah, baik
pemegang saham maupun pemilik rekening (investment account holders)
merupakan pihak yang sama-sama dijamin keberadaannya dan perlu
diakomodasi keberadaannya. Sistem governance pada bank syariah
menjembatani kepentingan keduanya melalui keberadaan Komite Governance.
Jadi, implementasi good corporate governance pada bank syariah
bertumpu pada lima pilar utama yaitu transparency, responbility,
accountability, fairness, dan independency. Lima pilar tersebut merupakan
budaya kerja yang islami untuk menghasilkan kinerja yang baik. Governance
pada institusi bank syariah berbeda dengan governance pada perusahaan non-
bank syariah. Pada bank syariah, kehadiran deposan adalah sebagai suatu
kelompok stakehoholders yang kepentingannya harus diakomodir dan dijaga.
Namun, keberadaan kelompok deposan pada perbankan konvensional tidak
terlalu banyak mempengaruhi struktur governance bank.
46
6. Penilaian Self Assesment Good Corporate Governance Bank Umum
Syariah di Indonesia
Self assesment GCG merupakan penilaian terhadap pelaksanaan
prinsip-prinsip GCG, yang berisikan sebelas Faktor Penilaian Pelaksanaan
GCG. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 dan
Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 12/13/DPbS perihal Pelaksanaan
Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, dan dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan GCG di
seluruh tingkatan dan jenjang organisasi perusahaan, Bank Umum Syariah
setiap tahun melakukan self assesment secara komprehensif terhadap
kecukupan pelaksanaan GCG dalam faktor-faktor sebagai berikut:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi
c. Kelengkapan dan pelaksanaan Tugas Komite
d. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah
e. Pelaksanan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa
f. Penanganan benturan kepentingan
g. Penerapan fungsi kepatuhan bank
h. Penerapan fungsi audit intern
i. Penerapan fungsi audit ekstern
j. Batas maksimum penyaluran dana
k. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank
47
Dengan demikian, berdasarkan peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
11/33/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 12/13/DPbS
perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah, self assesment dinilai secara komprehensif
terhadap kecukupan pelaksanaan GCG berdasarkan sebelas faktor yang
tersebut di atas.
C. Kinerja Keuangan Bank Syariah
1. Pengertian dan Tujuan
Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran dari prestasi
yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan,
pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber
daya manusia. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan
pada suatu period tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan
modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.24
Analisis keuangan bank
mengandung beberapa tujuan25
:
a. Mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi
likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun
berjalan maupun tahun sebelumnya;
24
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 239. 25
Ibid., h.239.
48
b. Mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aset yang
dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.
Kinerja keuangan perbankan merupakan elemen penting dalam
mengukur tingkat keberhasilan good corporate governance. Melalui penilaian
kinerja keuangan, manajer dapat menentukan struktur keuangan perusahaan
lebih baik. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan informasi
keuangan khususnya sebagai penilaian kinerja keuangan, alat pengukur kinerja
keuangan dalam penelitian ini menggunakan profitabilitas yang terdiri dari Net
Profit Margin.
Kinerja bank merupakan hal penting yang harus di capai oleh setiap
perusahaan dimanapun, karena kinerja perusahaan merupakan cerminan dari
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
dayanya.selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan
hasil yang harus diharapkan standar perilaku dapat berupa kebijakan
manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
Dengan demikian, kinerja keuangan bank syariah merupakan gambaran
kondisi keuangan pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan merupakan
elemen penting dalam mengukur tingkat keberhasilan good corporate
governance untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank
terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai.
49
2. Profitabilitas Keuangan Perbankan Syariah
Penilaian aspek profitabilitas guna mengetahui kemampuan
menciptakan profit, yang sudah barang tentu penting bagi para pemilik.
Dengan kinerja bank yang baik pada akhirnya akan berdampak baik pada
intern maupun bagi pihak ekstern bank.26
Tujuan dari analisis rasio
profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan tingkat
profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Pembahasan
rasio profitabilitas ini merupakan perhitungan yang pada intinya menilai
tingkat kemampuan aktiva dalam mengahsilkan laba. Rasio ini sering disebut
juga sebagai rasio rentabilitas.
Toto Pribadi mendifinisikan rasio profitabilitas sebagai penilaian atas
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dalam perhitungannya
dikaitkan dengan penjualan, aset atau modal.27
Sedangkan Kasmir
memaparkan bahwa rasio profit mampu memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan dengan menilai tingkat laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Jadi, rasio profitabilitas ini dapat
menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan.28
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan. Sedangkan rasio profitabilitas itu sendiri ialah sekelompok rasio
yang menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan
26
Ibid., h. 239. 27
Toto Pribadi, Praktis Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS & PSAK (Jakarta: PPM
Manajemen, 2012), h. 164. 28
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 196.
50
pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi.29
Rasio profitabilitas ini terdiri
atas rasio marjin laba atau penjualan atau disebut juga sebagai net profit
margin.30
Pada intinya, rasio profitabilitas ini menunjukkan nilai yang
menggambarkan pengukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba, baik dengan menggunakan nilai dari seluruh aktiva yang dimilikinya
maupun dengan menggunakan modal sendiri tentunya dalam satu periode
akuntansi tertentu.31
Rasio profitabilitas memiliki fungsi khusus baik bagi perusahaan secara
internal maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:
a. Untuk mengukur dan menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri
f. Untuk mnegukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan.
29
J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, ed. IX, Jilid
I, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 304. 30
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 36. 31
Moeljadi, Manajemen Keuangan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Jilid I, (Malang:
Bayumedia Publishing, 2006), h. 52.
51
Rasio profitabilitas di antaranya adalah:
a. Net Profit Margin (NPM)
Rasio laba bersih terhadap penjualan sangat penting artinya bagi
pemilik. Bagi pemilik, pada akhirnya sangat penting untuk mengetahui
berapakah laba yang menjadi haknya. Rasio ini mengukur hasil akhir dari
seluruh kegiatan perusahaan. Selisih laba bersih dengan laba usaha dapat
mencerminkan berapa beban yang ditanggung perusahaan untuk beban-
beban non operasional. Net profit margin ini berfungsi untuk menilai
sejauh mana kemampuan setiap rupiah dari penjualan dalam menghasilkan
laba bersih (earnings after tax, EAT).32
Kasmir mendifinisikan rasio profit sebagai marjin laba bersih yang
merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba bersih
setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini
menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.33
Dewi Astuti mendefinisikan rasio marjin atas penjualan sebagai
rasio yang mampu mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan penjualan.34
Sofyan Syafri mengungkapkan bahwa angka yang diperoleh dari
perhitungan rasio Net Profit Margin dengan menghitung pendapatan
bersih dibandingkan dengan penjualan ini menunjukkan seberapa besar
32
Moeljadi, Manajemen Keuangan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, h. 52. 33
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h. 200. 34
Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan, h. 36.
52
persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini artinya semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.35
NPM = 36
Jadi, profitabilitas merupakan hasil bersih dari serangkaian
kegiatan fungsi bank. Sedangkan rasio profitabilitas adalah pengukuran
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada periode tertentu.
Rasio profitabilitas ini terdiri atas rasio marjin laba atau penjualan atau
disebut juga sebagai net profit margin.
Demikian pembahasan mengenai teori-teori terkait perbankan
syariah, good corporate governance, dan kinerja keuangan perbankan
syariah, yang menjadi rujukan dalam penulisan skripsi ini dan menjadi
landasan untuk memahami pembahasan selanjutnya.
35
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, h. 304. 36
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
h. 135.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data berupa laporan tahunan
Bank Umum Syariah Indonesia pada tahun 2010-2013. Penelitian ini merupakan
penelitian kausal karena tujuannya adalah untuk meneliti hubungan sebab akibat
antara dua variabel, artinya keadaan satu variabel disebabkan atau ditentukan oleh
satu atau lebih variabel lain.1 Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
bukti empiris mengenai pengaruh penerapan Good Corporate Governance oleh
dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite dan dewan pengawas syariah
terhadap kinerja perbankan pada bank umum syariah di Indonesia tahun 2010-
2013.
B. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah Bank Umum Syariah
yang terdapat di Indonesia pada tahun 2010-2013. Digunakannya Bank Umum
Syariah sebagai sampel karena Bank Umum Syariah berdiri sendiri bukan
merupakan unit kerja dari Bank Konvensional seperti Unit Usaha Syariah. Selain
1 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: Media Grafika, 2009), h. 42
54
itu, Bank Umum Syariah telah dianggap sebagai bank yang murni menggunakan
transaksi berprinsip syariah oleh Bank Indonesia. Pengambilan data periode tahun
2010-2013 dikarenakan Peraturan Bank Indonesia mengenai Good Corporate
Governance bagi Bank Umum Syariah dikeluarkan pada tahun 2009.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling atau judgement sampling, salah satu teknik pengambilan
sample non probabilistic yang dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan
kriteria berikut:
1. Bank Umum Syariah yang telah berdiri sendiri (bukan Unit Usaha Syariah)
sejak tahun 2010 atau sebelumnya.
2. Bank tersebut telah mengeluarkan laporan keuangan tahun 2010-2013
3. Bank tersebut menerapkan sistem Good Corporate Governance dan
mempublikasikan laporan GCG dalam Annual Report-nya.
Berdasarkan kriteria diatas, penulis menemukan 7 BUS yang sesuai
dengan kriteria tersebut, yakni bank yang memiliki data laporan keuangan yang
lengkap dari tahun 2010-2013, 7 bank tersebut adalah Bank Muamalat Indonesia,
Bank BRI Syariah, Bank BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri, Bank BCA
Syariah, Bank Mega Syariah dan Bank Panin Syariah.
Kemudian dari ketujuh bank tersebut, hanya ada 4 BUS yang memiliki
asset tertinggi mulai dari 200 Milyar sampai dengan 1 Trilyun berdasarkan
55
laporan keuangan di tahun 2013, keempat bank tersebut yaitu Bank Muamalat
Indonesia, BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri. Selain dilihat
dari kriteria jumlah asset yang dimiliki BUS tersebut, penilaian 4 BUS yang
dipilih juga dinilai berdasarkan banyaknya jumlah Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu (KCP) dan Kantor Kas (KK). Berikut jumlah Kantor Cabang, Kantor
Cabang Pembantu (KCP) dan Kantor Kas (KK) dari 7 BUS:
1. Bank Muamalat Indonesia memiliki 454 jaringan KC, KCP dan KK
2. BRI Syariah memiliki 51 KC, 196 KCP, dan 8 KK
3. BNI Syariah memiliki 65 KC, 161 KCP, dan 17 KK
4. Bank Mandiri Syariah memiliki 136 KC, 477 KCP, dan 57 KK
5. Bank BCA Syariah memiliki 7 KC, dan 3 KCP
6. Bank Mega Syariah, memiliki 8 KC, dan 13 KCP
7. Bank Panin Syariah 5 KC dan 5 KCP
Berdasarkan kriteria tersebut, hanya ada 4 BUS yang memiliki jumlah
Kantor Cabang terbanyak, yaitu: Bank Muamalat Indonesia, BRI Syariah, BNI
Syariah dan Bank Syariah Mandiri dan peringkat tersebut diatas bank BCA
Syariah, Bank Mega Syariah dan Bank Panin Syariah. Sehingga objek dalam
penelitian ini hanya ada 4 BUS yang termasuk dalam kriteria pengambilan sampel
penelitian, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank BRI Syariah, Bank BNI Syariah
dan Bank Syariah Mandiri.
56
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat time series. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lembaga
atau institusi tertentu, seperti Biro Pusat Statistik, Departemen Pertanian, dan
lain-lain.2
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
statistik dari Bank Indonesia, data laporan keuangan serta laporan GCG bank-
bank syariah yang menjadi sampel penelitian yang diperoleh dari website resmi
bank-bank tersebut, serta sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
D. Teknik Analisis data
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linear berganda. Teknik analisis tersebut sesuai untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan keterkaitan antara beberapa variabel. Untuk membantu
penelitian, peneliti akan menggunakan software pengolah data statistik, SPSS for
Windows version 17.0.
Analisis regresi adalah salah satu teknik statistik yang dapat digunakan
untuk menggambarkan hubungan dua peubah atau lebih untuk peubah
2 Bagong suyanto dan sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 55.
57
kuantitatif.3 Tujuan regresi berganda adalah memprediksi besar variabel
tergantung (dependent variable) menggunakan data dari dua atau lebih variabel
bebas (independent variable) yang sudah diketahui besarnya.4
Variabel terikat (dependen) yang dikaji dalam penelitian ini adalah
profitabilitas yang diukur dengan net profit margin (NPM). Sedangkan variabel
bebas (independen) yang dikaji dalam penelitian ini adalah Corporate
Governance yang diukur dengan indikator Dewan Komisaris, Dewan Direksi,
Komite-Komite dan Dewan Pengawas Syariah (DPS).
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang menjadi objek penelitian ini adalah:
1. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah yang merupakan hasil dari pengamatan dan
pengolahan bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja
perusahaan yang diukur dengan profitabilitas (Net Profit Margin) perusahaan
perbankan.
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang dipilih dan diolah oleh peneliti
untuk dicari keterkaitan atau pengaruhnya dengan variabel terikat. Dalam
suatu persamaan regesi, variabel bebas bisa lebih dari satu (multiple
3 Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Penerbit
Mitra Wacana Media, 2007), h. 135. 4Singgih Santoso, Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2012), h. 221.
58
regression). Jika variabel bebas bisa lebih dari satu, mungkin selain yang
kuantitatif ada pula yang kualitatif.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya berupa:
a. Dewan Komisaris
Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melakukan GCG.
Menggambarkan jumlah anggota dewan, termasuk komisaris independen,
diukur dengan mengetahui berapa jumlah anggota dewan komisaris dalam
suatu bank.
b. Direksi
Dewan direksi merupakan pihak yang bertugs mengelola dan menjalankan
manajemen perusahaan. Menggambarkan jumlah anggota direksi, diukur untuk
mengetahui berapa banyak jumlah anggota direksi dalam suatu bank.
Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, direksi
bertanggung jawab penuh atas kepengurusan perusahaan serta mewakili
perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
c. Komite-Komite
Untuk membantu pelaksanaan tugasnya dan sesuai dengan ketentuan GCG.
Dewan komisaris telah membentuk komite-komite yaitu Komite Audit, Komite
59
Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominal (KRN), diukur dengan
mengetahui berapa jumlah anggota Komite-komite dalam suatu bank.
d. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Khusus bagi bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS), yaitu badan independen yang
bertugas melakukan pengarahan (directing), pemberian konsultasi (consulting),
melakukan evaluasi (evaluating), dan pengawasan (supervising) kegiatan bank
syariah dalam rangka memastikan bahwa kegiatan usaha bank syariah tersebut
mematuhi (compliance) terhadap prinsip syariah sebagaimana telah ditentukan
oleh fatwa dan syariah Islam, diukur dengan mengetahui berapa jumlah
anggota dewan komisaris dalam suatu bank.
F. Metode Analisis
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, data yang diperoleh dalam
penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar, dan
pengujian yang dilakukan antara lain:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
60
sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apaka residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.5
Rasio skewness dan rasio kurtosis dapat dijadikan petunjuk apakah
suatu data berdistribusi normal atau tidak. Rasio skewness adalah nilai
skewness dibagi dengan standard error skewness, sedang rasio kurtosis
adalah nilai kurtosis dibagi dengan standard error kurtosis. Sebagai
pedoman, bila rasio skewness dan kurtosis berada diantara -2 hingga+2,
maka distribusi data adalah normal.6
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independent. Jika variabel independent saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
independent sama dengan nol.7
Uji multikolinerietas pada suatu model dapat dilihat dari nilai VIF
(Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak
kurang dari 0,1. Semakin tinggi VIF maka tolerance semakin rendah.
Sehingga model dapat dikatakan terbebas dari multikolinerietas.
5 Imam Ghozali, Aplikasi Anlaisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Badan
Penerbit universitas Diponegoro, 2006), h. 110 6 R. Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer Denga Program IBM SPSS
Statistic 19. (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), h. 116. 7 Ibid., h. 91.
61
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual atau pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Kebanyakan data
crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan
besar).8
Salah satu uji heteroskedastisitas yang mudah yang dapat
diaplikasikan di SPSS, yaitu Uji Glejser.
Uji Glejser secara umum dinotasikan sebagai berikut:
│e│= b1 + b2X2 + v
Dimana:
│e│= Nilai Absolut dari residual yang dihasilkan dari regresi model
X2 = Variabel penjelas
Bila variabel penjelas secara statistik signifikan mempengaruhi
residual maka dapat dipastikan model ini memiliki masalah
heteroskedastisitas. Tetapi jika nilai t-statistik dari variabel penjelas tidak
8 Ibid., h. 105.
62
ada yang signifikan secara statistic, maka dapat disimpulkan bahwa model
ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan keadaan dimana terjadinya korelasi
dari residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang
disusun menurut runtun waktu. Model regresi yang baik mensyaratkan
tidak adanya masalah autokorelasi.9
Dalam penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan statistik Durbin Watson. Dasar pengambilan keputusannya
adalah sebagai berikut10
:
1) Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka DW di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3) Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Statistik F (Analisis Pengaruh Secara Simultan)
Uji F atau Uji global dilakukan untuk melihat apakah terjadi
pengaruh nyata antara variabel bebas (independen) terhadap variabel
terikat (dependen) secara keseluruhan.
Uji simultan dengan uji F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila
9 Duwi Priyatno, Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate Dengan SPSS, (Jakarta, Gava
Media, 2013), h. 74. 10
Singgih Santoso, Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik, h. 243.
63
Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel
independen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadapa variabel dependen.
Uji F dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari
variabel independen (X1, X2, …, Xn) dapat atau mampu menjelaskan
tingkah laku atau keragaman variabel dependen (Y).
b. Uji t (Analisis Pengaruh Secara Parsial
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen.11
Uji t untuk menguji signifikasi konstanta dan
variabel independen.
Hipotesis:
Ho = Koefisien regresi tidak signifikan
Ha = Koefisien regresi signifikan
Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen. Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
11
Imam Ghozali, Aplikasi Anlaisis Multivariate dengan Program, h. 84.
64
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang dibangun atau
diformulasikan berdasarkan pada kajian konsep teori-teori, hasil temuan
penelitian terdahulu dan atau pengamatan peneliti pada fenomena lapang yang
hendak diteliti.12
Untuk melakukan pengujian hipotesis, maka ada beberapa ketentuan yang
perlu diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai dengan
hipotesis alternatif (Ha), seperti yang tercantum di bawah ini:
Keterangan:
Y = Kinerja Perbankan
X1 = Dewan Komisaris
X2 = Dewan Direksi
X3 = Komite-Komite
X4 = Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Dewan Komisaris
Ho tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1 terhadap
variabel Y
Ha terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1 terhadap variabel
Y
12
Bambang Soepeno, Statistik Terapan (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002), h. 36.
65
b. Dewan Direksi
Ho tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X2 terhadap
variabel Y
Ha terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X2 terhadap variabel
Y
c. Komite-Komite
Ho tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X3 terhadap
variabel Y
Ha terdapat pengaruh yang signifikan antara setiap variabel X3 terhadap
variabel Y
d. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Ho tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara setiap variabel X4
terhadap variabel Y
Ha terdapat pengaruh yang signifikan antara setiap variabel X4 terhadap
variabel Y
e. Secara Bersama-sama
Ho tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara setiap variabel X1, X2,
X3, X4 terhadap variabel Y
Ha terdapat pengaruh yang signifikan antara setiap variabel X1, X2, X3, X4
terhadap variabel Y
66
H. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
A.
Good Corporate
Governance Bank
Umum Syariah
Dewan
Komisaris (X1)
Dewan
Direksi (X2)
Komite-
Komite (X3)
Kinerja Perbankan
yaitu Net Profit
Margin (Y)
Analisis regresi linear
berganda di antaranya uji
asumsi klasik, persamaaan
regresi linier berganda, Uji
F dan Uji t.
Hipotesis:
Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara setiap variabel X1, X2, X3 dan X4
terhadap variabel Y.
Ha: terdapat pengaruh yang signifikan
antara setiap variabel X1, X2, X3 dan X4
terhadap variabel Y.
Ha: terdapat pengaruh yang signifikan
antara setiap variabel X1, X2, X3 terhadap
variabel Y
DPS (X4)
67
Keterangan gambar:
1. Di dalam Bank Umum Syariah terdapat mekanisme Good Corporate Governance
(GCG). GCG diajukan guna peningkatan kinerja perusahaan melalui
supervisi atau monitoring kinerja manajemen serta menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka
peraturan.
2. Dalam penerapan GCG terdapat indikator yang terdiri dari 4 (empat)
variabel yaitu dewan komisaris (X1), dewan direksi (X2), komite-komite
(X3), dan DPS (X4).
3. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda diantaranya uji asumsi klasik, persamaan regresi liner berganda,
uji F dan uji t.
4. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu Ho : tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara setiap variabel dewan komisaris (X1), dewan direksi
(X2), komite-komite (X3), dan DPS (X4) terhadap variabel kinerja
perbankan (Y), dan Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara setiap
variabel dewan komisaris (X1), dewan direksi (X2), komite-komite (X3),
dan DPS (X4) terhadap variabel kinerja perbankan (Y)
5. Variabel terikat yang diteliti dalam penelitian ini adalah kinerja perbankan yang
diukur dengan profitabilitas Net Profit Margin (NPM).
68
Demikianlah penjelasan pada bab ini mengenai metedologi penelitian.
Dengan penjelasan tersebut diharapkan dapat memahami lebih dalam
mengenai metode analisis data yang akan digunakan. Pada bab berikutnya
akan dijelaskan tentang hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan mengenai penerapan good corporate governance oleh dewan
komisaris, dewan direksi, komite-komite, dan DPS terhadap kinerja
perbankan pada bank umum syariah di Indonesia tahun 2010-2013.
69
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia
1. Sejarah dan Perkembangan PT. Bank Muamalat Indonesia.
PT bank Muamalat Indonesia didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal
1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim,
pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 Miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturrahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal
senilai Rp 106 Miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk
yang terus dikembangkan.
70
Pada tahun 2013, aset Bank Muamalat Indonesia telah mencapai Rp.
54,9 Triliun dengan jumlah kantor sebanyak 454 jaringan.1
2. Visi dan Misi PT. Bank Muamalat Indonesia
Visi: menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dan dikagumi di pasar rasional.
Misi: Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi role model lembaga
keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan,
keunggulan manajemen, dan orientasi yang inovatif untuk memaksimalkan
nilai kepada seluruh pemangku kepentingan.
B. Gambaran Umum PT. BNI Syariah
1. Sejarah dan Perkembangan PT. BNI Syariah.
BNI Syariah mulai beroperasi pada tanggal 29 April 2000 sebagai Unit
Usaha Syariah (UUS) BNI. Pada awalnya berdirinya, UUS BNI terdiri atas 5
kantor cabang yakni di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara, dan
Banjarmasin.2
Berdasarkan keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha
kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun
2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin
1 www.muamalatbank.com
2 www.bnisyariah.co.id
71
off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi
waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa
aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No. 19 tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No. 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah
terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran
terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.
Pada Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor
Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan
Gerak dan 20 Payment Point.3
2. Visi dan Misi PT. BNI Syariah
Visi: menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan
dan kinerja.
Misi:
a. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada
kelestarian lingkungan.
b. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan
syariah.
c. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
3 Ibid
72
d. Menciptakan wahana terbaik sebagai kebanggaan untuk berkarya dan
berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.
e. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
C. Gambaran Umum PT. BRI Syariah
1. Sejarah dan Perkembangan PT. BRI Syariah.
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada tanggal 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2008 melalui
surat No: 10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008
PT. Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI
Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan
sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence)
dan menawarkan produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah.
Aktivitas PT. BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember
2008 ditandatangani Akta Pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank Rakyat
Indonesia (persero) Tbk., untuk melebur ke dalam PT Bank BRI Syariah
73
(proses spin off) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009.
Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku
Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah.
Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi
aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus
pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI Syariah menargetkan menjadi
bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan
perbankan. Bank BRI Syariah memliki jaringan 51 Kantor Cabang, 196
Kantor Cabang Pembantu, dan 8 Kantor Kas.4
2. Visi dan Misi PT. BRI Syariah
Visi: Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan
finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk
kehidupan lebih bermakna.
Misi:
1. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan
finansial nasabah.
2. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
4 www.brisyariah.co.id/?q=sejarah
74
3. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan
dimana pun.
4. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menghadirkan ketentraman pikiran.
D. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri
1. Sejarah dan Perkembangan PT. Bank Syariah Mandiri.
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan
krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh
sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi
tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank
konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil
tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di
Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang
Negara dan PT. Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha
keluar dari situasi tersebut dengan melakukan merger dengan beberapa bank
lain serta mengundang investor asing.
75
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan
dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, sebagai pemilik mayoritas
baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan memontum yang tepat untuk
melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera
mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan BSB berubah
dari bank konvensional, menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip
syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum
dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH. 23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB mnejadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
76
1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Menyusul
pengkukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT. Bank Syariah Mandiri secara
resmi mulai beroperasi sejak senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tinggal 1
November 1999.
PT. Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan opersionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-
nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri
dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Hingga saat ini
Bank Syariah Mandiri telah menunjukkan keberhasilannya menjadi bagian
dari Bank Mandiri. Pada tahun 2014, Bank Syariah Mandiri memiliki 65
Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, dan 17 Kantor Kas.
Total aset BSM meningkat dari Rp. 58,48 triliun di bulan Juni 2013
menjadi Rp. 62,78 triliun di bulan Juni 2014. Jumlah tersebut menunjukkan
total aset BSM tumbuh 7,35 year on year di semester I 2014.5
5 Bank Syariah Mandiri, “Profil Perusahaan”, informasi diakses pada 6 September 2014 dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/
77
2. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri
Visi: Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia.
Misi:
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang
berkesinambungan.
b. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan
pada segmen UMKM.
c. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.
d. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
e. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
E. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Rasio skewness dan rasio kurtosis dapat dijadikan petunjuk apakah
suatu data berdistribusi normal atau tidak. Rasio skewness adalah nilai
skewness dibagi dengan standard error skewness, sedang rasio kurtosis adalah
nilai kurtosis dibagi dengan standard error kurtosis. Sebagai pedoman, bila
rasio skewness dan kurtosis berada diantara -2 hingga +2, maka distribusi data
adalah normal. Dari olahan SPSS, diperoleh hasil berikut:
78
Tabel 4. 1
Hasil Uji Normalitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardiz
ed Residual
16 -3248.48738 3268.88063 .0000000 1.94130734E3 .232 .564 -.752 1.091
Valid N
(listwise)
16
Dari tabel hasil uji Normalitas di atas terlihat bahwa rasio skewwness
= 0,232 : 0,564 = 0,4113 ; sedangkan rasio kurtosis = -0,752 : 1,091 = -0,689.
Karena rasio skewwness dan kurtosis berada di antara -2 hingga +2 maka
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel bebas yang memiliki kemiripan dengan variabel bebas yang lain
dalam satu model. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, penelitian ini
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Syarat suatu data tidak terjadi
multikolinearitas adalah jika nilai VIF < dari 10. Bila nilai VIF > dari 10
maka diindikasikan model tersebut memiliki gejala multikolinearitas. Hasil
perhitungan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
79
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8946.369 2414.746 3.705 .003
DewanKomisaris 187.827 151.635 .425 1.239 .241 .357 2.805
DewanDireksi -290.283 133.528 -.772 -2.174 .043 .332 3.009
LnKomite-Komite -1678.391 525.367 -.804 -3.195 .009 .661 1.513
LnDPS 40.371 26.915 .415 1.500 .162 .548 1.824
a. Dependent Variable: NPM
Berdasarkan pada output hasil analisis menggunakan Variance
Inflation Factor (VIF) menunjukkan bahwa nilai koefisien VIF untuk semua
variabel independen < 10. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara variabel-variabel independen sehingga dapat
dikatakan model ini tidak terjadi multikolinearitas.
3. Uji Heterokedastisistas
Uji heterokedastisistas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
80
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Salah satu cara menghitung uji heteroskedastisitas yang mudah dan
dapat diaplikasikan di SPSS adalah Uji Glejser. Uji Glejser secara umum
dinotasikan sebagai berikut:
| e | = b1 + b2X2+v
Di mana:
| e | = Nilai Absolut dari residual yang dihasilkan dari regresi model
X2 = Variabel Penjelas
Tabel 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2111.066 927.756 2.275 .044
DewanKomisaris 82.653 72.557 .481 1.139 .279
DewanDireksi -75.547 75.908 -.517 -.995 .341
LnKomite-Komite -486.086 216.582 -.599 -2.244 .046
LnDPS 501.683 325.856 .541 1.540 .152
a. Dependent Variable: Ares
Apabila t hitung < t tabel maka tidak terjadi heteroskedastisitas diantara
data pengamatan dengan nilai residual absolutnya. Berdasarkan pada hasil
81
output analisis menunjukkan t hitung (hubungan antara variabel bebas dengan
residual absolutnya) jauh lebih kecil dari koefisien t tabel (1,139; -0,995; -
2,244; 1,540 < 1,795). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data yang
diperoleh tidak terdapat adanya heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi yang terjadi antar observasi dalam
satu variabel. Autokorelasi dapat terjadi jika observasi yang berturut-turut
sepanjang waktu memiliki korelasi antara satu dengan yang lain. Model
regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. Dalam
penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan statistik Durbin
Watson. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut6:
a) Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
b) Angka DW di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
c) Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi dibawah ini diketahui bahwa
nilai Durbin Waston adalah sebesar 0,786 (berada diantara -2 sampai +2),
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regrersi dalam penelitian ini
terbebas dari adanya autokorelasi.
6 Singgih Sasonto, Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2012), h. 243.
82
Tabel 4.4
Hail Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .734a .539 .372 2,266.95857 .786
a. Predictors: (Constant), LnKomite-Komite, DewanDireksi, LnDPS, DewanKomisaris
b. Dependent Variable: NPM
F. Uji Regresi Linear Berganda
1. Persamaan Regresi Linear Berganda
Tabel 4.5
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8946.369 2414.746 3.705 .003
DewanKomisaris 187.827 151.635 .425 1.239 .241 .357 2.805
DewanDireksi 290.283 133.528 -.772 -2.174 .043 .332 3.009
LnKomite-Komite 1678.391 525.367 -.804 -3.195 .009 .661 1.513
LnDPS 40.371 26.915 .415 1.500 .162 .548 1.824
a. Dependent Variable: NPM
83
Dari output data hasil olahan SPSS dalam kolom coefficients B
diperoleh model regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = 8946,369 + 187,827X1 + 290,283X2 + 1678,391X3 + 40,371X4
Untuk dapat membaca koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel
bebas dapat menggunakan kolom t dengan membandingkan nilai nyata t
hitung lebih besar dari alpha yang ditetapkan yaitu 0,05. Jika diperoleh nilai
nyata t hitung < 𝛼 (0,05), maka Ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh X
terhadap Y. Dari hasil perbandingan nyata tersebut, diperoleh model regresi
linier baru yang memperlihatkan variabel X mempengaruhi variabel Y
berikut:
Y = 8946,369 + 290,283X2 + 1678,391X3
Dari hasil olahan data yang diperoleh, maka model regresi linier
berganda di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Nilai koefisien konstanta adalah 8946,369. Hal ini dapat diartikan, apabila
nilai variabel bebas (X2) dan (X3) konstan, maka besar nilai variabel terikat
(Y) menjadi 8946,369.
b. Variabel X2 dewan direksi memiliki tingkat nyata t hitung 0,043 < dengan
taraf alpha 0,05. Jika nilai t hitung < 0,05, maka variabel dewan direksi ini
memiliki pengaruh nyata terhadap variabel NPM. Nilai koefisien beta
positif 290,283, diartikan bahwa variabel X2 memiliki pengaruh positif
terhadap variabel Y, yaitu jika terjadi peningkatan faktor dewan direksi,
84
maka akan meningkat pula kinerja perbankan sebesar 290,283.
c. Variabel X3 komite-komite memiliki tingkat nyata t hitung 0,009 dengan
taraf alpha 0,05. Jika nilai t hitung < 0,05, maka variabel komite-komite ini
memiliki pengaruh nyata terhadap variabel NPM. Nilai koefisien beta
positif 1678,391, diartikan bahwa variabel X3 memiliki pengaruh positif
terhadap variabel Y, yaitu jika terjadi peningkatan faktor komite-komite,
maka akan meningkatan pula kinerja perbankan sebesar 1678,391.
2. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat akan dihitung dengan menggunakan software SPSS 17 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .734a .539 .372 2,266.95857 .786
a. Predictors: (Constant), LnKomite-Komite, DewanDireksi, LnDPS, DewanKomisaris
b. Dependent Variable: NPM
Dari tabel tersebut, diketahui nilai Adjusted R Square = 0,372 yang
berarti 37,2%. Hal ini menunjukan bahwa variabel dewan komisaris (X1),
dewan direksi (X2), komite-komite (X3), dan DPS (X4) memiliki kontribusi
sebesar 37,2% terhadap kinerja perbankan (Y), sedangkan sisanya 62,8%
(100% - 37,2%) dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel bebas yang
85
digunakan atau dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun nilai R = 0,734
menunjukkan bahwa antara variabel dewan komisaris (X1), dewan direksi
(X2), komite-komite (X3), dan DPS (X4) memiliki hubungan yang sangat kuat
terhadap kinerja perbankan (Y).
3. Uji Parsial (Uji t)
Pengolahan uji t dilakukan pengujian secara parsial (individual) masing-
masing variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Pengaruh
secara parsial dapat dilihat dari perbandingan nilai nyata t hitung terhadap
taraf alpha yang telah ditetapkan yaitu (0,05). Berdasarkan hasil olahan SPSS
pada tabel coefficients terdapat 2 (dua) variabel bebas yang mempengaruhi
variabel terikat.
Tabel 4.7
Uji t-Hitung
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8946.369 2414.746 3.705 .003
DewanKomisaris 187.827 151.635 .425 1.239 .241 .357 2.805
DewanDireksi 290.283 133.528 -.772 -2.174 .043 .332 3.009
LnKomite-Komite 1678.391 525.367 -.804 -3.195 .009 .661 1.513
LnDPS 40.371 26.915 .415 1.500 .162 .548 1.824
a. Dependent Variable: NPM
86
Berdasarkan data pada tabel di atas terlihat hanya 2 (dua) variabel
bebas (X) yaitu (X2) dan (X3) yang berpengaruh secara parsial terhadap
variabel (Y) dengan nilai nyata t adalah 0,043; dan 0,009 terbukti lebih kecil
dari taraf alpha (0,05), variabel X tersebut memiliki pengaruh parsial terhadap
variabel Y. Dari penelitian ini, ditemui 2 (dua) variabel yang berpengaruh
secara parsial terhadap kinerja perbankan, yaitu dewan direksi dan komite-
komite.
4. Uji Simultan (Uji F)
Hasil uji F diketahui dari output hasil olahan data dengan SPSS yang
ditampilkan pada tabel ANNOVA.
Tabel 4.8
Uji F-Hitung
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.616E7 4 1.654E7 3.418 .036a
Residual 5.653E7 11 5139101.165
Total 1.227E8 15
a. Predictors: (Constant), LnKomite-Komite, DewanDireksi, LnDPS, DewanKomisaris
b. Dependent Variable: NPM
Dari tabel di atas, menunjukkan nilai nyata F hitung < alpha, yaitu 0,036 <
0,05, sehingga Ho ditolak dan membuktikkan bahwa paling sedikit ada satu
atau bahkan keseluruhan variabel X yang mempengaruhi variabel Y. Dapat
87
diartikan bahwa secara keseluruhan (simultan) variabel bebas berupa dewan
komisaris, dewan direksi, komite-komite, dan DPS memiliki pengaruh
terhadap variabel terikat kinerja perbankan (Y).
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara simultan dan parsial. Penelitian ini
mengusulkan hipotesis, yaitu Ho = variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
kinerja perbankan dan Ha = variabel bebas berpengaruh terhadap kinerja
perbankan.
a. Uji secara simultan
1. Hasil olahan data menunjukkan nilai nyata uji F (0,036) lebih kecil dari
alpha yang ditetapkan (0,05), maka diperoleh kesimpulan Ho diterima
dan Ha ditolak. Jadi, secara simultan variabel bebas dewan komisaris,
dewan direksi, komite-komite, dan DPS berpengaruh terhadap kinerja
perbankan.
b. Uji secara parsial
1) Nilai nyata t pada X1 (0,241) lebih besar dari alpha (0,05), maka Ho
diterima dan Ha ditolak.
2) Nilai nyata t pada X2 (0,043) lebih kecil dari alpha (0,05), maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
3) Nilai nyata t pada X3 (0,009) lebih kecil dari alpha (0,05), maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
88
4) Nilai nyata t pada X4 (0,162) lebih besar dari alpha (0,05), maka Ho
diterima dan Ha ditolak.
G. Pembahasan
1. Dewan Komisaris
Koefisien regresi dari variabel dewan komisaris terhadap kinerja
perbankan adalah sebesar 187,827 dengan nilai t hitung sebesar 1,239 < t tabel
1,795 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,241 > dari 0,05. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel dewan komisaris tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan. Tanda positif koefisien
regresinya menunjukkan bahwa apabila dewan komisaris meningkat maka
kinerja perbankan juga akan meningkat.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Hasanah
(2013) yang menghasilkan bahwa variabel dewan komisaris mempunyai
pengaruh terhadap kinerja perbankan. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh penulis menghasilkan variabel dewan komisaris tidak memiliki pengaruh
terhadap kinerja perbankan.
2. Dewan Direksi
Koefisien regresi dari variabel dewan direksi terhadap NPM adalah
sebesar 290,283 dengan nilai t hitung sebesar -2,174 < t tabel 1,795 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,043 < dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel dewan direksi memiliki pengaruh
89
signifikan terhadap kinerja perbankan. Tanda positif koefisien regresinya
menunjukkan bahwa apabila dewan direksi meningkat maka kinerja
perbankan juga akan meningkat.
Adanya komposisi atau ukuran dewan direksi dalam suatu perusahaan
dapat mempengaruhi efektif atau tidaknya aktivitas monitoring manajemen
dalam suatu perusahaan karena dewan direksi dalam suatu perusahaan akan
menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut
secara jangka pendek maupun jangka panjang. Jika perusahaan memiliki
kebutuhan akan dewan direksi dalam jumlah yang besar maka semakin besar
kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif karena di dalam
perusahaan terdapat badan mengawasi dan melindungi hak pihak-pihak diluar
manajemen akan berkurang.
3. Komite-Komite
Koefisien regresi dari variabel komite-komite terhadap kinerja
perbankan adalah sebesar 1678,391 dengan nilai t hitung sebesar -3,195 < t
tabel 1,795 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,009 < dari 0,05. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel komite-komite memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan. Tanda positif koefisien
regresinya menunjukkan bahwa apabila komite-komite meningkat maka
kinerja perbankan juga akan meningkat.
Komite-komite yang terdiri dari komite audit, komite pemantau risiko
serta komite remunerasi dan nominasi dalam rangka mendukung efektifitas
90
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris, komite dapat
mempengaruhi efektif atau tidaknya aktivitas monitoring manajemen dalam
suatu perusahaan.
4. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Koefisien regresi dari variabel DPS terhadap kinerja perbankan adalah
sebesar 40,371 dengan nilai t hitung sebesar 1,500 < t tabel 1,79588 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,162 > dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel DPS tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap kinerja perbankan.
Organ lainnya yang ada didalam GCG adalah DPS. DPS yang
dibentuk untuk memenuhi amanah PBI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan GCG Bagi BUS dan UUS. DPS merupakan perwakilan DSN-
MUI di lembaga keuangan syariah dan memiliki independensi yang bertugas
dan bertanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG untuk memberikan
nasihat dan saran kepada organ lainnya agar sesuai dengan prinsip syariah.
Pada kenyataannya DPS tidak berpengaruh terhadap kinerja perbankan hal ini
karena DPS yang ada di dalam sebuah bank mempunyai rangkap jabatan
sebagai DPS juga di bank lain yang mengakibatkan kurang baiknya/ kurang
fokusnya kinerja seorang DPS tersebut dalam mengawasi sebuah bank.
Sehingga kinerja DPS dianggap kurang baik dan tidak mempengaruhi kinerja
perbankan.
91
Demikianlah hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan Good
Corporate Governance oleh dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite
dan DPS terhadap kinerja perbankan pada bank umum syariah di Indonesia
tahun 2010-2013.
92
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab IV, maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel dewan
komisaris (X1) diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,241 lebih besar dari 0,05
hal ini menunjukan Ha yang menyatakan bahwa “secara parsial ada pengaruh
yang signifikan antara dewan komisaris terhadap kinerja perbankan” ditolak.
Berarti tidak ada pengaruh yang nyata antara dewan komisaris (X1) terhadap
kinerja perbankan (Y).
2. Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel dewan
komisaris (X2) diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,043 lebih kecil dari 0,05 hal
ini menunjukan Ha yang menyatakan bahwa “secara parsial ada pengaruh
yang signifikan antara dewan direksi terhadap kinerja perbankan” diterima.
Berarti ada pengaruh yang nyata antara dewan direksi (X2) terhadap kinerja
perbankan (Y).
3. Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel komite-komite
(X3) diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05 hal ini
menunjukan Ha yang menyatakan bahwa “secara parsial ada pengaruh yang
93
signifikan antara dewan direksi terhadap kinerja perbankan” diterima. Berarti
ada pengaruh yang nyata antara komite-komite (X3) terhadap kinerja
perbankan (Y).
4. Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel DPS (X4)
diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,162 lebih besar dari 0,05 hal ini
menunjukan Ha yang menyatakan bahwa “secara parsial ada pengaruh yang
signifikan antara dewan komisaris terhadap kinerja perbankan” ditolak.
Berarti tidak ada pengaruh yang nyata antara DPS (X4) terhadap kinerja
perbankan (Y).
B. SARAN
1. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input bagi
Bank Umum Syariah dalam mengambil keputusan tentang kebijakan Good
Corporate Governance .
2. Penulis berharap ada penelitian selanjutnya mengenai mekanisme Good
Corporate Governance terhadap kinerja perbankan yang menggunakan
variabel dan data lain yang lebih banyak dan sebaiknya menggunakan lebih
dari 4 objek bank syariah dan dikaji lebih mendalam.
3. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meneliti lebih jauh
dan lebih dalam tentang masalah yang berkaitan dengan Good Corporate
Governance.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an.
Abdullah, Mal An. Corporate Governance Perbankan Syariah di Indonesia.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Anggadini, Sri Dewi. “Jurnal Majalah Ilmiah Unicom; Mekanisme Pengawasan
Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia Terhadap Bank Syariah”,
Volume X11, NO. 1 (2014).
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Ed. Rev. Cet. 7. Jakarta:
Azkia Publisher, 2009.
Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.
Daniri, Mas Achmad. Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapan dalam
Konteks Indonesia. Jakarta: Triexs Triamarindo, 2005.
Effendi, Muh. Arif. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Firdaus, Muhammad. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi
Aksara, 2004.
Ghozali, Imam. Aplikasi Anlaisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit universitas Diponegoro, 2006.
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Media Grafika,
2009.
Ismail. Perbankan Syariah. Edisi 1, cet. I. Jakarta: Kencana, 2011.
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan . Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Kasmir. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.Kep 117 / M-MBU / 2002
Moeljadi. Manajemen Keuangan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Jilid I.
Malang: Bayumedia Publishing, 2006.
Moeljono, Djokosantoso. Good Corporate Culture Sebagai Inti Dari Good
Corporate Governance. Jakarta: Penerbit PT. Elox Media Komputindo, 2005.
Nasution, Bismar. “ Jurnal Hukum Bisnis: Prinsip Keterbukaan dalam Good
Corporate Governance.” Volume XXII. No 6 ( 2003) : h. 5.
Nasution, M. dan D. Setiawan. Pengaruh corporate governance terhadap manajemen
laba di industri perbankan indonesia, Makassar: Simposium Nasional
Akuntansi X, 2007.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tanggal 7 Desember 2009 Tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah
Prakarsa, Wahjudi. “Jurnal Reformasi Ekonomi: Corporate Governance: Suatu
Keniscayaan.” Volume I. No. 2 (Oktober-Desember 2000): h. 20.
Prasetyantoko. Corporate Governance; Pendekatan Institusional. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
Pribadi, Toto. Praktis Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS & PSAK . Jakarta:
PPM Manajemen, 2012.
Priyatno, Duwi. Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate Dengan SPSS. Jakarta,
Gava Media, 2013.
Report Cadbury. Report Of The Commite On The Financial Aspects Of Corporate
Governance, 1992.
Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media, 2007.
Santoso, Singgih. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2012.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
2004.
Sjahrijal, Dermawan dan Djahotman Purba. Analisa Laporan Keuangan Cara Mudah
dan Praktis Memahami Laporan Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media,
2011.
Soepeno, Bambang. Statistik Terapan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002.
Sudarmanto, R. Gunawan. Statistik Terapan Berbasis Komputer Denga Program
IBM SPSS Statistic 19. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013.
Sutedi, Adrian. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Suyanto, Bagong dan sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, Jakarta: Kencana, 2011.
Tim Penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta: Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu
Fakultas Syariah dan Hukum, 2012.
Tjondro, David dan R. Wilopo, “Journal of Business & Banking: Pengaruh Good
Corporate Governance (GCG) Terhadap Profitabilitas Dan Kinerja Saham
Perusahaan Perbankan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia”, Volume I,
no.1, May 2011
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, ed. IX,
Jilid I. Jakarta: Erlangga, 1990.
Zarkasyi, Moh. Wahyudin. Good Corporate Governance Pada Badan Usaha
Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan lainnya, cet.I. Bandung:
Alfabeta, 2008.
Internet
Artikel ini diakses pada 22 Agustus 2014 dari
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah.pdf
Artikel ini diakses pada 9 Oktober 2014 dari www.muamalatbank.com
Artikel ini diakses pada 9 Oktober 2014 www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah
Artikel ini diakses pada 9 Oktober 2014 www.brisyariah.co.id/?q=sejarah
Artikel ini diakses pada Kamis 05 Juni 2014 dari
http://tulisanwinahmengenaibepwinah.blogspot.com/2010/12/penerapan-
good-corporate-governance-di.html?m=1.
Bank Syariah Mandiri, “Profil Perusahaan”. Artikel ini diakses pada 6 September
2014 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/
Harisman, “Pelaksanaan Pengawasan Perbankan Syariah Di Indonesia”, artikel ini
diakses pada tanggal 4 November 2014 dari www.pemikirangado-
gado.blogspot.com/2010/10/pelaksanaan-pengawasan-perbankan.html
Idat, Dhani Gunawan. “Perbankan Syariah Menghadapi 2005-2008”. Artikel ini
diakses pada 1 Agustus 2014 dari www.e-syariah.com
Organization for economic coperation and development (OECD). The OECD
principles of corporate governance, 2004, diakses pada tanggal 28 Agustus
2014 melalui http://www.oecd.org
Riau Pos.co., “Tata Kelola Bank Dalam Islam”, Artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli
2014 dari http://m.riaupos.co/1836-opini-tata-kelolaInternational-bank-dalam-
islam.html
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penelitian
Nama dan Tahun
Bank NPM
Dewan
Komisaris
Dewan
Direksi
Komite-
Komite DPS
BMI-2010 0,7174 0,2 0,2 0,5 0,1
BMI-2011 0,2508 0,21 0,17 0,52 0,1
BMI-2012 0,3313 0,21 0,18 0,5 0,11
BMI-2013 0,3331 0,21 0,18 0,5 0,11
BNI-2010 0,0815 0,12 0,12 0,56 0,11
BNI-2011 0,0717 0,12 0,12 0,56 0,11
BNI-2012 0,1478 0,14 0,14 0,62 0,11
BNI-2013 0,1759 0,25 0,25 0,375 0,125
BRI-2010 -0,0327 0,17 0,17 0,52 0,13
BRI-2011 -0,0108 0,18 0,18 0,55 0,09
BRI-2012 0,0594 0,2 0,2 0,52 0,08
BRI-2013 0,1168 0,21 0,21 0,5 0,08
BSM-2010 0,0126 0,18 0,25 0,46 0,11
BSM-2011 0,7243 0,18 0,21 0,5 0,11
BSM-2012 0,7203 0,18 0,21 0,5 0,11
BSM-2013 0,7249 0,17 0,2 0,53 0,1
Lampiran 2. Uji Normalitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardiz
ed Residual
16 -3248.48738 3268.88063 .0000000 1.94130734E3 .232 .564 -.752 1.091
Valid N
(listwise)
16
Lampiran 3. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8946.369 2414.746 3.705 .003
DewanKomisaris 187.827 151.635 .425 1.239 .241 .357 2.805
DewanDireksi -290.283 133.528 -.772 -2.174 .052 .332 3.009
LnKomite-Komite -1678.391 525.367 -.804 -3.195 .009 .661 1.513
LnDPS 40.371 26.915 .415 1.500 .162 .548 1.824
a. Dependent Variable: NPM
Lampiran 4. Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2111.066 927.756 2.275 .044
DewanKomisaris 82.653 72.557 .481 1.139 .279
DewanDireksi -75.547 75.908 -.517 -.995 .341
LnKomite-Komite -486.086 216.582 -.599 -2.244 .046
LnDPS 501.683 325.856 .541 1.540 .152
a. Dependent Variable: Ares
Lampiran 5. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .734a .539 .372 2,266.95857 .786
a. Predictors: (Constant), LnKomite-Komite, DewanDireksi, LnDPS, DewanKomisaris
b. Dependent Variable: NPM
Lampiran 6. Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8946.369 2414.746 3.705 .003
DewanKomisaris 187.827 151.635 .425 1.239 .241 .357 2.805
DewanDireksi 290.283 133.528 -.772 -2.174 .043 .332 3.009
LnKomite-Komite 1678.391 525.367 -.804 -3.195 .009 .661 1.513
LnDPS 40.371 26.915 .415 1.500 .162 .548 1.824
a. Dependent Variable: NPM
Lampiran 7. Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .734a .539 .372 2,266.95857 .786
a. Predictors: (Constant), LnKomite-Komite, DewanDireksi, LnDPS, DewanKomisaris
b. Dependent Variable: NPM
Lampiran 8. Uji t-Hitung
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8946.369 2414.746 3.705 .003
DewanKomisaris 187.827 151.635 .425 1.239 .241 .357 2.805
DewanDireksi 290.283 133.528 -.772 -2.174 .043 .332 3.009
LnKomite-Komite 1678.391 525.367 -.804 -3.195 .009 .661 1.513
LnDPS 40.371 26.915 .415 1.500 .162 .548 1.824
a. Dependent Variable: NPM
Lampiran 9. Uji F-Hitung
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.616E7 4 1.654E7 3.418 .036a
Residual 5.653E7 11 5139101.165
Total 1.227E8 15
a. Predictors: (Constant), LnKomite-Komite, DewanDireksi, LnDPS, DewanKomisaris
b. Dependent Variable: NPM