pengaruh penentuan harga terhadap manajemen...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENENTUAN HARGA TERHADAP
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN AGEN PT. COCA-
COLA DI PONOROGO
Oleh:
Finny Sukma Ruth Farisa Rosa
NIM: 210715014
Pembimbing:
Ika Susilawati, S.E., M.M.
NIP. 197906142009012005
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ii
PENGARUH PENENTUAN HARGA TERHADAP
MANAJEMEN RANTAI PASOKANAGEN PT COCA-
COLA DI PONOROGO
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat guna
memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Oleh:
FINNY SUKMA RUTH FARISA ROSA
NIM 210715014
Pembimbing:
IKA SUSILAWATI, S.E., M.M.
NIP. 197906142009012005
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
iii
ABSTRAK
Rosa, Finny Sukma Ruth Farisa. 2019. “Pengaruh Penentuan
Harga, Terhadap Manajemen Rantai Pasokan Agen
PT.Coca-Cola di Ponorogo”. Skripsi. Jurusan
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo,
Pembimbing: Ika Susilawati, S.E., M.M.
Kata Kunci: Penentuan Harga, Manajemen Rantai
Pasokan.
Dalam memasarkan produk Coca-Cola perusahaan
bekerjasama dengan beberapa agen untuk mendistribusikan ke
konsumen akhir (pemakai). Agen adalah wakil dari suatu
perusahaan atau cabang dari induk perusahaan. Agen menerima
barang dari pihak distributor dan agen mendistribusikan barang
sesuai dengan harga yang diterapkan oleh distributor. Alur
pengiriman barang produk Coca-Cola adalah pabrik, distributor,
agen, dan konsumen akhir. Jika ada kenaikan harga produk dari
pabrik dan distributor, tidak ada pemberitahuan atau surat
edaran yang ditujukan oleh agen. Dari kenaikan harga produk,
agen merasa dirugikan sehingga agen menentukan harga yang
cukup tinggi yang akhirnya berdampak pada konsumen.
Metode dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. populasi dalam penelitian ini adalah agen PT. Coca-
Cola di Ponorogo yang berjumlah 80 dengan teknik sampling
purposive. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner,
observasi, dan wawancara. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi sederhana, uji asumsi klasik, dan
iv
koefisien determinasi. Untuk mengetahui pengaruh secara
simultan digunakan uji F dan pengaruh secara parsial digunakan
uji T dengan analisis data menggunakan SPSS 21.0 for Windows.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1)
penentuan harga berpengaruh signifikan dengan nilai Thitung >
Ttabel sebesar 1,182 > 1,294. 2) Begitu pula secara simultan
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen
dengan nilai Fhitung > Ftabel sebesar 12,143>2,457.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mengacu pada makin meningkatnya pemuas
kebutuhan dalam bidang minuman ringan di masyarakat
maka banyak perusahaan yang mencoba bergerak di bidang
tersebut, salah satu contoh perusahaan yang bergerak di
bidang tersebut adalah PT Coca Cola. Sebagai sebuah
perusahaan yang menyediakan pemuas kebutuhan tersebut,
PT Coca Cola mempunyai keharusan untuk menerapkan
manajemen, baik itu manajemen sumber daya manusia
maupun manajemen pemasaran dalam menjalankan
usahanya agar tujuan yang ingin dicapai dapat
terwujudkan.1 Dengan meningkatnya kebutuhan
masyarakat dalam bidang pemuas kebutuhan yang disertai
dengan perubahan pola pikir masyarakat yang beranggapan
bahwa minuman ringan adalah suatu kebutuhan yang
sangat penting dalam kehidupan mereka, hal ini telah
mendorong banyak pihak untuk memanfaatkan peluang
pasar yang ada dengan membangun berbagai perusahaan
yang bergerak di minuman ringan.
Dengan adanya banyak perusahaan yang bergerak
dalam bidang pemuas kebutuhan seperti minuman ringan
telah menyebabkan timbulnya kondisi persaingan yang
ketat diantara perusahaan tersebut. Setiap perusahaan
minuman ringan selalu berusaha untuk melakukan inovasi
dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas pelayanannya
1 Hermawan Kertajaya, Perjalanan Pemikiran Konsep Pemasaran,
(Jakarta: Erlangga, 2008), 25.
1
2
pada konsumen agar tetap mampu bertahan hidup dan
berkembang pada kondisi persaingan yang semakin ketat
seperti sekarang ini. Pengembangan usaha yang dapat
dilakukan oleh perusahaan minuman ringan adalah dengan
melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia,
pengembangan teknologi dalam perusahaan seperti
pemasaran dan keuangan hingga kualitas pelayanan dapat
terjaga dan kegiatan operasional perusahaan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien. Pada dasarnya
masyarakat sebagai konsumen selalu menginginkan alat
pemuas kebutuhan baik itu berupa barang maupun jasa
yang terbaik untuk memenuhi kebutuhannya, demikian
juga suatu perusahaan seperti PT Coca Cola selalu berusaha
untuk memberikan pelayanan yang terbaik dengan
mengutamakan kualitas kepada masyarakat sebagai
konsumennya. Untuk memenuhi harapan tersebut, maka
ada beberapa unsur utama untuk mempermudah PT Coca
Cola dalam memasarkan produknya diantaranya adalah
manajemen rantai pasokan.
Persaingan dalam industri distributor makin ketat.
Salah satu hal yang membuat perusahaan distributor adalah
penyediaan produk yang tepat bagi konsumen di waktu
yang tepat, dan biaya ekonomis.2 Ketersediaan produk dan
harga jual yang ekonomis hanya dapat terjadi jika ada
koordinasi yang baik antara perusahaan retail dengan
pihak-pihak dalam rantai suplainya. Koordinasi antara
pihak-pihak dalam rantai suplai tidak hanya melibatkan
2 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta:
Prenada Media, 2010), 57.
3
koordinasi persediaan saja, tetapi juga informasi tentang
pasar yang berguna bagi perencanaan perusahaan.
Kekurangan persediaan produk pada distributor
akan berakibat kehilangan penjualan, sedangkan kelebihan
tertentu akan berakibat menumpuknya produk dan
meningkatnya biaya pemeliharaan persediaan. Selain itu,
koordinasi dengan toko-toko cabang sebagai salah satu
mata rantai suplai adalah penting, dimana kantor pusat
dapat berbagi informasi dan mengumpulkan informasi
mengenai masing-masing supplier agar pengelolaan suplai
dan perencanaan produk dapat dilakukan dengan lebih baik.
Dengan demikian peran serta supplier, perusahaan
transportasi dan jaringan distributor adalah dibutuhkan.
Kesadaran akan adanya produk yang murah, cepat, dan
berkualitas inilah yang melahirkan konsep yaitu
Manajemen rantai pasokan atau Supply Chain Management
(SCM). Sekarang ini konsumen makin kritis, mereka
menuntut penjualan penyediaan produk secara tepat tempat
dan tepat waktu. Sehingga menyebabkan perusahaan
manufactur yang antispatif akan hal ini akan mendapatkan
pelanggan sedangkan yang tidak antisipatif akan
kehilangan pelanggan. Supply chain management menjadi
salah satu solusi terbaik untuk memperbaiki tingkat
produktivitas antara perusahaan-perusahaan yang berbeda.
Supply Chain Management adalah mekanisme yang
menghubungkan semua pihak yang bersangkutan dan
kegiatan yang terlibat dalam mengkonversikan bahan
mentah menjadi barang jadi. Pihak yang bersangkutan
ataupun kegiatan yang dimaksudkan tersebut bertaggung
4
jawab untuk memebrikan barang-barang jadi hasil produksi
kepada pelanggan pada waktu dan tempat yang tepat
dengan cara yang paling efisien. Supply Chain
Management merupakan cabang manajemen yang
melibatkan pemasok, pabrik atau manufacture, penyedia
logistik dan pelanggan.3
Salah satu yang diterapkan dalam manajemen
distribusi adalah manajemen rantai pasokan yang
merupakan siklus lengkap produksi dalam hal ini untuk
komoditas produk yaitu dari kegiatan pengelolaan pada
setiap mata rantai aktivitas hingga siap untuk digunakan
oleh pemakai akhir (end user).4 Pengertian manajemen
rantai pasokan adalah pengelolaan tahapan kegiatan dalam
rangka memperoleh bahan mentah (proses produksi),
mentraformasikan bahan mentah menjadi produk
(penanganan panen dan pasca panen) dan mengirimkan
produk (pencari, pengumpul, dan pengecer) ke konsumen
melalui sistem distribusi.5
Manajemen rantai pasokan terdiri atas semua pelaku
yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pemenuhan permintaan pelanggan, yang mencakup
produsen, pemasok input, jasa transportasi, pergudangan,
3 Adi Djoko Guritno, Manajemen Rantai Pasokan, (Tangerang:
Universitas Terbuka, 2001), 37. 4 David Sukardi Kodrat, Manajemen Distribusi Berbasis Teori dan
Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2017), 55. 5 Latifah Dwi Handayani, Manajemen Rantai Pasok dan Logistik,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), 45.
5
pengecer, bahkan pelanggan sendiri.6 Manajemen rantai
pasokan merupakan jaringan dalam perusahaan bisnis yang
dilibatkan dalam pemindahan material, informasi, dan uang
sebagai aliran bahan baku dari sumber masing-masing
kemudian melewati proses produksi hingga bahan baku
dikirimkan sebagai produk akhir atau jasa untuk konsumen
akhir.7 Dalam konsep lama, logistik hanya dilihat sebagai
persoalan internal masing-masing perusahaan dan
pemecahannya dilakukan secara internal, sedangkan dalam
konsep baru logistik memiliki makna yang lebih luas dari
bahan baku sampai barang jadi hingga dipakai konsumen
akhir, sehingga pemecahan masalah harus dilakukan baik
secara internal maupun eksternal.8
Manajemen rantai pasokan sebagai manajemen dari
jaringan bisnis mulai dari awal produksi sampai kepada
pemenuhan permintaan barang-barang dan jasa yang
diinginkan konsumen akhir. Konsep manajemen rantai
pasokan merujuk pada manajemen keseluruhan proses
produksi, distribusi, dan pemasaran dimana konsumen
dihadapkan pada produk yang sesuai dengan keinginannya
dan produsen dapat memproduksi produk dengan jumlah,
kualitas waktu, dan lokasi yang tepat.9 Kajian manajemen
rantai pasokan meliputi hal yang sangat luas mulai dari titik
6 Dewi Rahmasari, Manajemen Logistik, (Malang: UMM Press,
2017), 67. 7 Ricky Martono, Manajemen Logistik (Konsep dan Distribution
Mix), (Jakarta: Gramedia Utama, 2018), 30. 8 Sutarman, Dasar-Dasar Manajemen Logistik, (Bandung: Refika
Aditama, 2017), 76. 9 Lina Anatan, Supply Chain Management Perencanaan, Proses,
dan Kemitraan, (Bandung: Alfabeta,2014), 31.
6
awal sebelum proses produksi, proses distribusi, sampai
kepada titik akhir konsumen.10 Indikator dari manejemen
rantai pasokan dalam pemasaran adalah pengembangan
produk, kemitraan strategis dengan pemasok, perencanaan
dan pengendalian, produksi, distribusi, kualitas informasi,
customer relationship, dan pembelian.11
Manajemen rantai pasokan dapat menciptakan
sinergi karena rantai tersebut memperluas pasar tradisional
melewati batas-batas orijalnya, rantai tersebut mengurangi
biaya pengiriman produk hingga lebih rendah dibandingkan
dengan rantai pasok pesaing, dan rantai pasokan
mentargetkan segmen pasar tertentu dengan produk yang
spesifik serta melakukan diferensiasi pelayanan, kualitas
produk atau reputasi merek untuk segmen-segmen pasar
tersebut.12 Empat kelompok dasar yang berperan dalam
manajemen rantai pasokan yaitu producers, distributors,
retailers, dan customers. Anggota rantai pasokan dalam
produk minuman ringan dalam kemasan merek Coca-Cola
adalah pabrik, distributor, agen, dan konsumen akhir.13
Berikut akan dijelaskan kerangka manajemen rantai
pasokan:
10 Amin Wijaya Tunggal, Dasar-Dasar Manajemen Logistik dan
Supply Chain Management, (Jakarta: Erlangga, 2012), 41. 11 Mikael Hang Suryanto, Sistem Operasional Manajemen
Distribusi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016), 43. 12 Amin Wijaya Tunggal, Dasar-Dasar Manajemen Logistik dan
Supply Chain Management, 52. 13 Wawancara dengan Supervisor Distributor PT.Coca-Cola pada
tanggal 13 Desember 2019 pukul 13.00 WIB
7
Gambar 1.1: Kerangka Manajemen Rantai Pasokan Agen
PT. Coca-Cola di Ponorogo
Sumber: Wawancara dengan Supervisor Distributor PT. Coca-
Cola
Strategi penentuan harga dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu struktur biaya, persaingan, strategi komunikasi
dengan konsumen dan strategi pemasaran.14 Harga pada
level konsumen bisa jadi lebih tinggi karena adanya
perbedaan informasi. banyaknya jenis strategi harga
14 Philip Kotler dan Kevin Keller, Manajemen Pemasaran Edisi Ke
13 Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2011), 50.
8
membuat pola pembentukan harga menjadi kompleks.15
Harga komoditas yang terbentuk pada tingkat akhir atau
level pengguna atau konsumen akhir sangat dipengaruhi
oleh efisiensi dari kegiatan distribusi tersebut. Manajemen
rantai pasokan atau supply chain management adalah
serangkaian pendekatan yang digunakan untuk
mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan tempat
penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dapat
dihasilkan dan di distribusikan dengan kuantitas yang tepat,
di lokasi dan pada waktu yang tepat untuk memperkecil
biaya serta memuaskan kebutuhan pelanggan.16
Penentuan harga merupakan proses dimana
perusahaan memutuskan seberapa besar membebankan
biaya pada pelanggan untuk barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan.17 Penentuan harga berdampak pada
segmen pelanggan yang memilih untuk memmbeli produk
sama seperti halnya ekspetsi pelanggan, secara langsung
berdampak pada rantai pasokan pada tingkat kemampuan
merespon sama seperti halnya sifat permintaan dalam rantai
pasokan.18 Peranan penentuan harga dalam strategi
bersaing berupa penetapan target pelanggan, dan berakibat
pada pentingnya perusahaan untuk menyusun rantai
pasokan yang dapat mempertemukan dua kebutuhan yang
15 Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya
dalam Pemasaran, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2011), 31. 16 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,
(Bandung: Alfabeta, 2017), 65. 17 Philip Kotler dan Kevin Keller, Manajemen Pemasaran,55. 18 Ujang Sudarmawan, Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, 34.
9
berbeda.19 Komponen keputusan penentuan harga yang
perlu dianalis berupa ecomies of scale (skala ekonomi),
every day low pricing (harga rendah setiap hari), high low
pricing (harga rendah tinggi), fixed price (harga tetap), dan
menu pricing (harga menu).20
The Coca-Cola Company adalah sebuah perusahaan
multinasional asal Amerika Serikat dalam bidang minuman
termasuk pabrikan, pengecer, dan pemasar konsentrat
minuman non alkohol dan sirup di Atlanta, Georgia,
Amerika Serikat. Perusahaan ini terkenal dengan produk
utama Coca-Cola yang formulanya ditemukan oleh seorang
ahli farmasi John Stith Pemberton pada tahun 1886 di
Columbus, Georgia. Dialah yang pertama kali mencampur
sirup caramel yang kemudian dikenal sebagai Coca-Cola.
Formula dan merek Coca-Cola dibeli pada 1889 oleh Asa
Griggs Candler (30 Desember 1851- 12 Maret 1929) yang
mendirikan perusahaan The Coca-Cola Company pada
tahun 1892. 21Perusahaan ini menjalankan sistem waralaba
untuk distribusinya sejak tahun 1889 dimana The Coca-
Cola Company hanya memproduksi sirup konsentrat yang
dijual ke berbagai perusahaan pembotolan di seluruh dunia
yang diberikan hak pemasaran dan penjualan eksklusif.
Coca-Cola pertama kali diperkenalkan di Indonesia
pada tahun 1962 dan diproduksi secara lokal sejak tahun
1932. Setelah sempat berhenti beroperasi pada tahun 1942.
19 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, 76. 20 Winardi, Harga dan Penetapan Harga Dalam Bidang
Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2012), 58. 21 https://www.coca-cola.co.id// diakses pada tanggal 2 September
2019 pukul 08.00 WIB
10
Coca-Cola mulai diproduksi kembali oleh Indonesia Bottler
Limited (IBL), perusahaan nasional yang didirikan oleh TH
Ticoalu, Tatang Nana, dan Harry Handoyo. Pabrik tersebut
memproduksi 1.000-1500 cases Coca-Cola setiap harinya
dan memperkerjakan 25 orang yang dibantu oleh 3-7 truk
untuk pendistribusian. Sejak tahun 1960 berbagai produk
The Coca-Cola Company telah diperkenalkan ke pasar
Indonesia. Pada tahun 2000, 10 operasi pembotolan
dikonsolidasikan di bawah Coca-Cola Amatil Indonesia.
Coca-Cola Amatil Indonesia merupakan produsen dan
distributor minuman non alkohol siap minum terkemuka
yang telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1992. Coca-
Cola Amatil Indonesia memproduksi dan mendistribusikan
produk di bawah lisensi The Coca-Cola Company.
Dalam memasarkan produk Coca-Cola perusahaan
bekerjasama dengan beberapa agen untuk mendistribusikan
ke konsumen akhir (pemakai). Agen adalah wakil dari
suatu perusahaan atau cabang dari induk perusahaan.22
Agen menerima barang dari pihak distributor dan agen
mendistribusikan barang sesuai dengan harga yang
diterapkan oleh distributor. Alur pengiriman barang
produk Coca-Cola adalah pabrik, distributor, agen, dan
konsumen akhir. Jika ada kenaikan harga produk dari
pabrik dan distributor, tidak ada pemberitahuan atau surat
edaran yang ditujukan oleh agen.23 Dari kenaikan harga
22 Ananda Santoso, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya:
Alumni,2002), 14. 23 Wawancara dengan Agen PT. Coca-Cola pada tanggal 12
Desember 2019 pukul 10.00 WIB
11
produk, agen merasa dirugikan sehingga agen menentukan
harga yang cukup tinggi yang akhirnya berdampak pada
konsumen. Dalam rantai pasokan sering terjadi
ketidakpastian yang merupakan dampak dari kondisi
lingkungan bisnis dan persaingan tidak menentu. Ketidak
pastian sering berakibat pada timbulnya masalah pada
biaya seperti kemungkinan stock out atau kelebihan stock.
Pada saat tingkat ketidakpastian tinggi dan kebutuhan
kosumen cenderung fluktuatif maka perusahaan akan
memiliki kinerja yang kurang baik. Menurut pihak
distributor yang mempengaruhi kenaikan harga adalah
ketidakpastian pemasok, ketidakpastian proses atau
teknologi, dan ketidakpastian konsumen.24 Ketidakpastian
pemasok adalah tingkat perubahan kualitas dan kinerja
pengiriman yang tidak dapat dipredeksi, seperti
keterlambatan pengiriman, kerusakan material, dan waktu
tunggu yang tidak pasti. Ketidakpastian teknologi adalah
perubahan teknologi dalam perusahaan yang tidak dapat
dipredeksi seperti kerusakan mesin. Ketidakpastian
konsumen adalah perubahan tingkat permintaan yang tidak
dapat diprediksi dan dirasakan. Untuk menghindari
kerugian yang besar, harusnya ada koordinasi antara pabrik
dan distributor mengenai harga jual produk ke agen karena
agen memegang pengaruh penting dalam memasarkan
produk hingga ke konsumen.
Berdasarkan pemaran singkat dalam latar belakang
di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti keterkaitan
24 Wawancara dengan Supervisor Distributor PT. Coca-Cola pada
tanggal 30 Desember 2019 pukul 12.00 WIB.
12
antara penentuan harga dengan manajemen rantai pasokan
dalam produk minuman ringan PT. Coca-Cola di Ponorogo
dengan merumuskan judul “Pengaruh Penentuan Harga
Terhadap Manajemen Rantai Pasokan Agen PT. Coca-Cola
di Ponorogo”.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan ini lebih sistematis dan tidak
melebar dari ruang lingkup yang pembahasan, maka
penulis akan memfokuskan beberapa masalah yang akan
menjadi kerangka dalam penyusunan skripsi. Adapun yang
menjadi rumusan masalah dalam judul ini adalah:
Bagaimanakah pengaruh penentuan harga terhadap
manajemen rantai pasokan pada agen PT. Coca-Cola di
Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Pengaruh Penentuan Harga Terhadap Manajemen
Rantai Pasokan pada Agen PT. Coca-Cola di Ponorogo
dipengaruhi oleh beberapa hal, oleh karena itu berdasarkan
rumusan masalah diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan dari
penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh dari penentuan harga terhadap manajemen rantai
pasokan agen PT. Coca-Cola di Ponorogo.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian tentang “Pengaruh Penentuan Harga
Terhadap Manajemen Rantai Pasokan. Berdasarkan
penulisan diatas semoga memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis:
1. Manfaat Teoritis
13
a. Bagi para akademisi: Sebagai sumbangan pemikiran
informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan
khususnya bagi penulis sendiri dan pihak lain yang
memerlukan, serta dapat mengetahui bagaimana
pengaruh penentuan harga terhadap manajemen
rantai pasokan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi distributor PT Coca Cola: Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perusahaan dalam mengefisiensikan integrasi
pemasok, manufactur, retailer, dan customer agar
barang yang diproduksi dalam jumlah yang tepat
waktu dan memberikan kepuasan pada konsumen.
b. Bagi Agen PT Coca Cola di Kabupaten Ponorogo:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
referensi untuk lebih meningkatkan kinerja dan
pendapatan penjualan sehingga dari pihak retailer,
dan customer bisa sama-sama saling menguntungkan
satu sama lain.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan kemudahan dalam melakukan
penjelasan dan pembahasan dalam menulis hasil penelitian
ini, maka penulis menjelaskan secara garis besar dalam
sistematika pembahasan ini. Skripsi ini terdiri dari lima bab
dan setiap babnya memiliki sub bab yang memiliki
penjelasan dan saling berkaitan antara penjelasan yang satu
dengan penjelasan yang lainnya.
BAB I. PENDAHULUAN
14
Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
pembahasan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Bab kedua adalah teori, yang berisi penelitian
terdahulu, kerangka berfikir dan hipotesis, yang
berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab
ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti
dalam menjawab hipotesis.
BAB III. METODE PENELITIAN
Bab ketiga adalah metode penelitian, yang
meliputi rancangan penelitian, variabel penelitian
dan definisi operasional, populasi dan sampel,
jenis dan sumber data, metode pengumpulan
data, metode pengolahan, dan analisis data.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ke’empat adalah hasil dan pembahasan yang
berisi hasil pengujian instrument validitas dan
reabilitas, hasil pengujian deskripsi, hasil
pengujian hipotesis, dan pembahasan.
BAB V. PENUTUP
Bab kelima adalah penutup yang berisi tentang
kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan
disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang disajikan secara singkat dan jelas.
Sedangkan saran adalah himbauan kepada
15
pembaca dan instasi terkait agar saran yang
dipaparkan dapat memberi pengetahuan dan
manfaat serta dapat dikembangkan menjadi bahan
kajian penelitian berikutnya. Bab ini dimaksudkan
agar pembaca dan penulis mudah dalam melihat
inti dari hasil penelitian.
BAB II
TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA
BERFIKIR
DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain
Management)
a. Pengertian Manajemen Rantai Pasokan
Manajemen rantai pasokan adalah suatu
pendekatan yang digunakan untuk mengefisiensikan
integrasi pemasok, manufaktur, distributor dan
customer sehingga barang yang diproduksi dalam
jumlah, waktu, dan lokasi yang tepat untuk
meminimumkan biaya dan memberikan kepuasan
pada konsumen.25 Manajemen rantai pasokan
adalah koordinasi strategis terhadap fungsi-fungsi
dalam sebuah organisasi bisnis dan disepanjang
rantai pasokannya dengan tujuan untuk
mengintegrasikan manajemen pasokan dan
permintaan. Manajemen rantai pasokan berfungsi
sebagai pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan
dan pelayanan, pengubahan menjadi barang
setengan jadi dari produk akhir serta pengiriman ke
pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencangkup
aktivitas pembelian dan outsourching ditambah
fungsi lain yang pentig bagi hubungan antara
25 Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi:Manajemen
Keberlangsungan dan Rantai Pasokan edisi ke 11, (Jakarta: Salemba
Empat, 2015), 497.
16
17
pemasok dengan distributor. Tujuan dari
manajemen rantai pasokan adalah mengkoordinasi
kegiatan dalam rantai pasokan untuk
memaksimalkan keunggulan kompetitif dan
manfaat dari rantai pasokan bagi konsumen akhir.
Manajemen rantai pasokan adalah rangkaian
organisasi yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung dengan sebuah perusahaan guna
menyampaikan produk ke konsumen akhir dan
bertujuan meningkatkan kinerja perusahaan.26
Tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah untuk
meminimalkan pemborosan dari aktivitas yang
menyebabkan pertambahan biaya bertambah di
sepanjang rantai pasokan. Rantai pasokan memiliki
keterikatan hubungan yang terjadi secara terus-
menerus mengenai aliran barang, uang, dan
informasi.27 Sehingga adanya rantai pasokan
dianggap sangat penting dalam rangka menjaga
hubungan baik dengan para stakeholder.
Stakeholder adalah mereka para pemangku
kepentingan di dalam maupun di luar perusahaan.28
Komponen pelaku dalam rantai pasokan
dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu secara
horizontal dan secara vertikal.29 Secara horizontal
26 Amin Wijaya Tunggal, Dasar-Dasar Manajemen Logistik dan
Supply Chain Management, 60. 27 Mikael Hang Suryanto, Sistem Operasional Manajemen
Distribusi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016), 49. 28 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha, 65. 29 Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi:Manajemen
Keberlangsungan dan Rantai Pasokan edisi ke 11, 500.
18
komponen pelaku dalam rantai pasokan adalah
pemasok pemasok, pabrik pembuat barang,
pedagang besar, pengecer, dan pelanggan.
Sedangkan secara vertikal komponen rantai pasokan
adalah pembeli, penyangkut, penyimpan, dan
penjual. Manajemen rantai pasokan diukur dengan
indikator adalah:30
1) Hubungan startegik adalah sebuah hubungan
jangka panjang yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dengan mitra bisnisnya atau
pemasok.
2) Hubungan pelanggan adalah hubungan baik
antara perusahaan terhadap pelanggannya.
3) Level of information sharing adalah tindakan
membagikan informasi kepada mitra bisnis atau
pemasok yang dapat berupa taktik strategi,
kondisi pasar, dan informasi mengenai
pelanggan.
4) Level of information quality, dapat berupa
kepada siapa informasi itu dibagikan, informasi
apa yang dibagikan, kapan dan bagaimana
informasi tersebut dibagikan.
5) Postponement adalah praktik pembuatan,
penyediaan, dan pengiriman yang meungkinkan
perusahaan lebih fleksibel dalam
mengembangkan variasi produk untuk
memenuhi perubahan kebutuhan konsumen.
30 Roberts F Jacobs, Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan,
(Jakarta: CV.Pustaka, 2016), 48.
19
Agar manajemen rantai pasokan berhasil
maka dibutuhkan koordinasi antar rekan rantai
pasokan dalam perencanaan, koordinasi aktivitas,
dan pembagian informasi yang kemudiab
mengharuskan rekanan untuk percaya satu sama
lain dan sependapat untuk mencapai tujuan
bersama.31
b. Strategi dari Manajemen Rantai Pasokan
Terdapat lima strategi yang dapat dipilih
perusahaan untuk melakukan pembelian kepada
supplier adalah sebagai berikut:32
1) Banyak pemasok
Dengan strategi banyak pemasok, satu
pemasok merespons permintaan dan spesifikasi
dari suatu permintaan kuotasi, dimana order
biasanya diberikan kepada penawar terendah.
Ini adalah startegi yang umum ketika produkya
adalah komiditas. Strategi ini adalah satu
pemasok melawan lainnya dan menempatkan
penekanan pada pencapaian permintaan pembeli
atau pemasok. Pemasok secara agresif bersaing
satu sama lain. Pendekatan ini menyebabkan
pemasok bertanggung jawab untuk
mempertahankan tekonologi yang dibutuhkan,
keahlian dan kemampuan proyeksi serta biaya,
kualitas, dan kompetensi yang diberikan. Dalam
hal ini hubungan partner jangka panjang bukan
31 Roberts F Jacobs, Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan, 56. 32 Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi, 502.
20
menjadi tujuan utama melainkan menekankan
pada loyalitas pemasok.
2) Sedikit pemasok
Dalam strategi ini, perusahaan
mengadakan hubungan jangka panjang dengan
para pemasok yang memiliki komitmen tinggi.
Karena dengan cara ini, pemasok cenderung
lebih memahami sasaran-sasaran luas dari
perusahaan dan konsumen akhir. penggunan
hanya beberapa pemasok dapat menciptakan
nilai dengan memungkinkan pemasok
mempunyai skala ekonomi dan kurva belajar
yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya
produksi yang lebih rendah. Dengan sedikit
pemasok maka biaya mengganti partner besar,
sehingga pemasok dan pembeli menghadap
resiko akan menjadi tawanan yang lainnya.
Kinerja pemasok yang buruk merupakan salah
satu resiko yang dihadapi pembeli sehingga
pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia
dagang pemasok yang berbisnis di luar bisnis
bersama.
3) Jaringan kairetsu
Kebanyakan perusahaan manufaktur
mengambil jalan tengah antara membeli dari
sedikit pemasok dan integrasi vertikal dengan
cara mendukung secara financial pemasok
melalui kepemilikan atau pinjaman serta
menemukan strategi baru, strategi gabungan dari
kolaborasi, dan pembelian dari sedikit pemasok.
21
Pemasok menjadi bagian dari koalisi perusahaan
yang dikenal sebagai sebuah kairetsu.33
Keanggotaannya dalam hubungan jangka
panjang diharapkan dapat berfungsi sebagai
mitra, menularkan keahlian teknis dan kualitas
produksi yang stabil kepada perusahaan
manufactur. para anggota kairetsu dapat
beropeasi sebagai subkontraktor rantai dari
pemasok yang lebih kecil.
4) Perusahaan virtual (Perusahaan Maya)
Perusahaan virtual bergantung pada
hubungan pemasok yang stabil dan baik untuk
meyediakan jasa yang diminta. Pemasok dapat
menyediakan beragam jasa yang termasuk
membuat daftar gaji, merekrut karyawan,
mendesain produk, menyediakan jasa
konsultasi, memproduksi komponen, melakukan
pengujian, dan mendistribusikan produk.34
Hubungan yang ada bisa jadi berjangka waktu
pendek atau panjang dan dapat mencakup
partner utama, kolaborator, atau hanya pemasok
dan subkontraktor yang cakap. Apa pun
hubungan formalnya hasilnya dapat menjadi
sebuah kinerja ramping. Keuntungan dari
perusahaan virtual adalah manajemen ahli yang
terspesialisasi, investasi modal yang rendah,
fleksibilitas dan kecepatan yang hasilnya
33 Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi, 502.
34 Roberts F Jacobs, Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan, 62.
22
efisiensi. Contohnya dalam bisnis pakaian
menyediakan contoh tradisional dari organisasi
virtual. Perancang pakaian jarang memproduksi
desain mereka, mereka memberi lisensi pada
perusahaan manufakturnya. Pemanufaktur
kemudian dapat menyewa tempat, menyewa
mesin jahit, dan mengontrak tenaga kerja.
Hasilnya adalah sebuah organisasi yang
memiliki biaya overhead yang rendah, tetap
fleksibel dan dapat merespon pasar dengan
cepat. Dalam sebuah perusahaan virtual, rantai
pasokannya adalah perusahaan sendiri,
mengelolanya adalah sebuah proses yang
dinamis dan menantang.
5) Integrasi vertikal
Pengembangan kemampuan
memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya
dibeli atau dengan benar-benar membeli
pemasok atau distributor. Integrasi dapat
berbentuk integrasi ke depan atau ke belakang.
Integrasi ke belakang adalah penguasaan kepada
sumber daya atau menyarankan sebuah
perusahaan untuk membeli pemasoknya seperti
dalam kasus Apple yang memutuskan untuk
memproduksi semikonduktornya sendiri. Apple
juga menggunakan integrasi ke depan yang
artinya penguasaan kepada konsumennya
dengan membentuk toko ritel revolusionernya
sendiri. Integrasi vertikal dapat menawarkan
kesempatan strategis untuk manajer operasi.
23
Untuk perusahaan dengan modal, keahlian
manajerial, dan permintaan yang disyaratkan.
Integrasi vertikal dapat memberikan
kesempatan yang substansial untuk pengurangan
biaya, kualitas yang lebih tinggi, pengiriman
tepat waktu dan pengurangan persediaan.35
Integrasi vertikal terlihat sangat tepat ketika
suatu organisasi memiliki pangsa pasar yang
besar dan keahlian manajemen untuk
mengoperasikan vendor yang diakuisi dengan
sukses. Barisan tanpa henti dari spesialisasi
terus berlanjut, yang berarti bahwa sebuah
model integrasi vertikal semakin sulit. Integrasi
ke belakang bisa jadi berbahaya bagi perusahaan
yang berada dalam industri dengan perubahan
teknologi yang terus menerus jika manajemen
tidak dapat berada sejajar dengan perubahan
tersebut atau menginvestasikan sumber daya
keuangan yang penting bagi gelombang
teknologi selanjutnya. Biaya penelitian dan
pengembangan terlalu tinggi dan perubahan
teknologi terlalu cepat bagi satu perusahaan
untuk meneruskan kepemimpinan di segala
komponennya. Kebanyakan organisasi lebih
baik konsentrasi pada spesialisasinya dan
meningkatkan kontribusi pemasok.
35 Roberts F Jacobs, Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan, 64.
24
c. Kebijakan dalam Manajemen Rantai Pasokan
Bagi barang dan jasa yang dibeli
perusahaan, pemasok, juga dikenal sebagai vendor,
harus dipilih dan dikelola dengan aktif. Pemilihan
pemasok mempertimbangkan berbagai faktor
seperti kecocokan strategis, kompetensi pemasok,
pengiriman, dan performa kualitas. Alasan dari
mempertimbangkan pemilihan pemasok karena
perusahaan dapat memiliki beberapa kompetensi
dalam semua area dan dapat memiliki kompetensi
yang luar biasa dalam sedikit bidang saja, pemilihan
dapat menjadi proses yang menantang. Kebijakan
pembelian juga perlu dibangun, kebijakan tersebut
dapat menangani isu-isu seperti presentase bisnis
yang dilakukan dengan salah satu pemasok atau
dengan bisnis minoritas. Ada beberapa kebijakan
dalam pemilihan pemasokakan dijelaskan sebagai
berikut:36
1) Evaluasi Pemasok
Tahap pertama dari kebijakan dalam
pemilihan pemasok, mencakup pencarian
pemasok potensial dan menentukan
kecenderungan mereka untuk menjadi pemasok
yang baik. Jika pemasok baik tidak dipilih,
semua upaya rantai pasokan lainnya akan gagal.
Ketika perusahaan memutuskan menggunakan
pemasok jangka panjang, isu-isu mengenai
kekuatan finansial, kualitas, manajemen,
36 Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi, 510-511.
25
penelitian, kemampuan teknis, dan potensi
hubungan dekat dalam jangka panjang
memainkan peranan yang semakin penting.
Kriteria evaluasi yang sangat penting bagi
perusahaan mencakup kategori-kategori ini serta
kemampuan proses produksi, lokasi, dan sistem
informasi. Sertifikasi kualitas internasional
seperti ISO 9000 dan ISO 14000 didesain untuk
memberikan verifikasi eksternal bahwa sebuah
perusahaan mengikuti manajemen kualitas dan
standar manajemen lingkungan yang baik.
Perusahaan pembeli dapat menggunakan
sertifikasi-sertifikasi tersebut untuk melakukan
prakualifikasi pemasok potensial. Tersedianya
standar ISO, perusahaan sering membuat
program sertifikasi pemasok mereka sendiri.
Pembeli mengaudit pemasok potensial dan
memberikan penghargaan status tersertifikasi
bagi mereka yang memenuhi kualifikasi
tertentu. Proses sertifikasi sering kali melibatkan
tiga tahap yaitu kualifikasi, edukasi, dan proses
sertifikasi kerja. Setelah tersertifikasi pemasok
dapat diberikan perlakuan dan prioritas khusus,
memungkinkan perusahaan pembeli untuk
mengurangi atau mengeliminasi inspeksi bahan
baku yang dikirimkan. Pengaturan tertentu dapat
memfasilitasi produksi JIT (Just In Time) bagi
perusahaan pembeli dan kebanyakan perusahaan
26
besar menggunakan program sertifikasi
pemasok.37
2) Pengembangan Pemasok
Tahap kedua dari pemilihan kebijakan
pemasok adalah pengembangan pemasok.
Dengan mengasumsikan bahwa perusahaan
ingin bekerja sama dengan pemasok tertentu.
Agar perusahaan mengintegrasikan pemasok ke
dalam sistemnya. Pembeli memastikan bahwa
pemasok memiliki apresiasi persyaratan
kualitas, spesifikasi produk, jadwal dan
pengiriman serta kebijakan pembelian.
Pengembangan pemasok dapat mencakup segala
hal dari pelatihan, bantuan teknis, dan produksi
hingga prosedur untuk transfer informasi.
3) Negosiasi
Tahap ketiga dari pemilihan kebijakan
pasokan adalah negosiasi. Negosiasi adalah
proses tawar menawar dengan cara perundingan
untuk memberi atau menerima agar
mendapatkan kesepakatan bersama mengenai
harga.38 Meskipun harga yang dibayar
konsumen sering kali tidak fleksibel (tertera di
label harga, dan tertulis di katalog), harga final
dalam jumlah yang signifikan yang dibayarkan
dalam transaksi bisnis dapat dinegosiasikan.
Selain harga beberapa aspek lain dari “paket”
37 Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi, 514. 38 Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi, 514.
27
produk penuh harus ditentukan. Hal ini dapat
mencakup masa kredit dan pengiriman, standar
kualitas, dan kesepakatan iklan bersama.
Seharusnya negosiasi mewakilkan elemen yang
signifikan dalam tugas manajer pembelian, dan
keahlian negosiasi yang terarah dengan baik dan
sangat bermanfaat.
4) Membuat Kontrak
Tahap terakhir dari kebijakan pemilihan
pasokan adalah membuat kontrak. Partner rantai
pasokan sering kali membangun kontrak untuk
menjabarkan persyaratan kerjasama. Kontrak
didesain untuk berbagai risiko, berbagai
manfaat, dan menciptakan struktur insentif
untuk mendorong anggota rantai pasokan untuk
menggunakan kebijakan yang optimal bagi
keseluruhan rantai. Idenya adalah untuk
membuat pai total (laba rantai pasokan) yang
lebih besar dan kemudian membagi pai total
(laba rantai pasokan) yang lebih besar kepada
seluruh partisipan, tujuannya adalah untuk
kolaborasi. Beberapa fitur umum pada kontrak
termasuk kuantitas diskon (harga yang lebih
rendah untuk pesanan yang lebih besar),
membeli kembali (biasa dilakukan dalam bisnis
penjualan buku dimana buku dikembalikan bagi
unit yang tidak terjual), dan berbagi pendapatan
(dimana kedua partner berbagi risiko
ketidakpastian dengan berbagai pendapatan).
28
d. Struktur dari Manajemen Rantai Pasokan
Manajemen Rantai Pasokan adalah
serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk
mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan
tempat penyimpanan lainnya secara efisien.39
Produk dihasilkan dapat didistribusikan dengan
kuantitas, tempat, dan waktu yang tepat untuk
memperkecil biaya serta memuaskan pelanggan.
Manajemen rantai pasokan bertujuan untuk
membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif,
meminimalisir biaya dari transportasi dan distribusi
sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses
serta barang jadi. Ada beberapa pemain utama yang
memiliki kepentingan dalam manajemen rantai
pasokan adalah pemasok (supplier), pengolah
(manucfacturer), pendistribusi (distributor),
pengecer (retailer) dan pelanggan. Menurut Indrajit
dan Djokopranoto, hubungan organisasi dalam
manajemen rantai pasokan adalah sebagai berikut:40
1) Rantai 1 adalah supplier.
Jaringan bermula di sini, supplier adalah
sumber penyedia bahan pertama, mata rantai
penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama
ini bisa berbentuk bahan baku, bahan mentah,
bahan penolong, bahan dagangan, dan suku
cadang. Jumlah supplier bisa banyak ataupun
sedikit. Supplier rantai pasok agen PT. Coca-
39 Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi, 516. 40 Roberts F Jacobs, Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan, 66.
29
Cola terdiri dari pabrik dan distributor. Pabrik
bisa menjadi supplier distributor dan agen atau
langsung supplier untuk manufacturer.
2) Rantai 1-2 adalah supplier manufactur
Pada rantai pasok agen PT. Coca-Cola,
manufactur adalah pengolah produk Coca-Cola
yang memberikan nilai tambah. Di dalam
perusahaan PT. Coca-Cola yang menjadi
manufactur adalah distributor. Karena
distributor menyalurkan barang ke agen.
3) Rantai 1-2-3 adalah supplier manufactur
distributor
Barang yang sudah jadi dari manufactur
disalurkan kepada pelanggan. Cara yang umum
dilakukan adalah melalui distributor dan
biasanya ditempuh dengan rantai pasokan.
Barang yang berasal dari gudang pabrik
disalurkan ke gudang distributor atau pedagan
besar dalam jumlah besar kemudian barang
tersebut disalurkan kepada pengecer dalam
jumlah yang lebih kecil.
4) Rantai 1-2-3-4 adalah supplier manufactur
distributor retailer
Pedagang besar biasanya mempunyai
fasilitas gudang sendiri atau dapat menyewa dari
pihak lain. Gudang ini digunakan untuk
menimbun barang tersebut disalurkan lagi ke
pihak pengecer. Dalam rantai pasok agen PT.
Coca-Cola, pedagang besar sebagai distributor
30
memasok produk Coca-Cola kepada pengecer di
pasar tradisional maupun di pasar swalayan.41
5) Rantai 1-2-3-4-5 adalah supplier manufactur
distributor retailer pelanggan.
Pengecer menawarkan barangnya
kepada pelanngan atau pembeli. Manajamen
rantai pasokan akan berhenti ketika barang
tersebut tiba pada pemakai langsung
(konsumen).
e. Area Cakupan Manajemen Rantai Pasokan
Kegiatan-kegiatan utama yang tercakup
dalam klasifikasi manajemen rantai pasokan adalah
bagian pengembangan produk, bagian pengadaan,
bagian perencanaan dan pengendalianm bagian
produksi, dan bagian distribusi. Berikut akan
dijelaskan tabel bagian dan cakupan kegiatan dalam
manajemen rantai pasokan:42
Bagian Cakupan Kegiatan
Pengembangan
Produk
Melakukan riset pasar,
merancang produk baru,
melibatkan pemasok dalam
perancang produk baru.
41 Roberts F Jacobs, Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan, 68. 42 Roberts F Jacobs, Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan, 70.
31
Pengadaan Memilih pemasok, mengevaluasi
kinerja pemasok, melakukan
pembelian bahan baku dan
komponen, memonitor resiko
pasokan, membina dan
memelihara hubungan dengan
pemasok.
Perencanaan
dan
pengendalian
Perencaan kebutuhan, peramalan
permintaan, perencanaan
kapasitas, perencanaan produksi
dan persediaan.
Produksi Eksekusi produksi dan
pengendalian kualitas.
Pengiriman
atau distribusi
Perencanaan jaringan distribusi,
penjadwalan pengiriman,
mencari dan memilihara
hubungan dengan perusahaan
jasa pengiriman, memonitor
tingkat pelayanan di tiap pusat
distribusi.
Sumber: Robets F Jacobs, Manajemen
Operasi dan Rantai Pasokan
32
f. Komponen Utama Manajemen Rantai Pasokan
Di dalam manajemen rantai pasokan ada 3
komponen utama yang akan dijelaskan sebagai
berikut:43
1) Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) rantai pasokan
meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufaktur dengan para penyalurnya dengan
koneksi mereka kepada penyalur. Hubungan
para penyalur dapat diperluas pada beberapa
strata, semua jalan dari asal material. Di dalam
upstream supply chain aktivitas yang utama
adalah pengadaan.
2) Rantai Pasok Internal
Bagian dari rantai pasok internal
meliputi semua proses pemasukan barang ke
gudang yang digunakan dalam mentranformasi
masukan dari para penyalur ke dalam keluran
perusahaan. Di dalam rantai pasok internal,
perhatian yang utama adalah manajemen
produksi, pabrikasi dan pengendalian
persediaan.
3) Downstream Supply Chain
Downstream (hilir) supply chain
meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepasa pelanggan akhir. Di
dalam downstream supply chain, perhatian
43 Roberts F Jacobs, Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan, 72.
33
diarahkan pada distribusi, pergudangan
transportasi dan layanan setelah penjualan.
g. Aktivitas dan Fungsi Manajemen Rantai Pasok
Manajemen rantai pasok memiliki beberapa
aktivitas yang menentukan adalah transportasi ke
vendor, pemindahan uang secara kredit atau tunai,
para pemasok, bank dan distributor, utang dan
piutang usaha, pergudangan dan tingkat persediaan,
pemenuhan pemasanan, berbagi informasi
pelanggan, dan produksi. Aktivitas-aktivitas
tersebut tidak lepas dari fungsi manajemen rantai
pasokan. Berikut ada 4 fungsi manajemen rantai
pasokan yang ada:44
1) Perencanaan adalah proses yang
menyeimbangkan permintaan dan penawaran
untuk membangun jalan terbaik dari tindakan
memenuhi bisnis yang ditetapkan.
2) Sumber adalah proses yang melakukan
pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan yang direncanakan.
3) Membuat adalah proses yang mengubah barang
ke tahap penyelesaian untuk memenuhi
kebutuan yang direncanakan.
4) Pengiriman adalah proses menyediakan barang
dan jasa termasuk manajemen pemesanan,
manajemen transportasi, dan manajemen
gudang untuk kebutuhan yang direncanakan.
44 Roberts F Jacobs, Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan, 74.
34
h. Proses Bisnis Dalam Manajemen Rantai
Pasokan
Pengelolaan rantai pasokan yang sukses
membutuhkan sistem yang terintegrasi. Masing-
masing unit dalam rantai pasok menjadi satu
kesatuan, tidak berdiri sendiri-sendiri sebagaimana
halnya dengan rantai pasok tradisional.45 Kegiatan
operasi pada rantai pasok membutuhkan aliran
informasi yang berkesinambungan untuk
menghasilkan produk yang baik pada saat yang
tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dalam
hal ini konsumen menjadi fokus dalam setiap
operasi yang dilakukan. Rantai pasokan yang
terintegrasi terdapat proses-proses berikut ini:46
1) Customer Relationship Management
Merupakan pengelolaan hubungan baik
dengan konsumen, dimulai dengan
mengidentifkasi siapa konsumen kita, apa
kebutuhannya, seperti apa spesifikasi yang
dikehendaki oleh konsumen. dengan demikian,
secara periodik dapat dilakukan evaluasi sejauh
mana tingkat kepuasan konsumen telah
terpenuhi.
2) Customer Services Management
Berfungsi sebagai pusat informasi bagi
konsumen, menyediakan informasi yang
45 Lutfi Nurcholis, Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2015), 75. 46 Lutfi Nurcholis, Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan,
77.
35
dibutuhkan secara real time mengenai jadwal
pengiriman, ketersediaan produk, keberadaan
produk, harga dan lain sebagainya. Termasuk
pula di dalamnya pelayanna purna jual yang
dapat melayani konsumen secara efisien untuk
penggunaan produk dan aplikasi lainnya.
3) Demand Management
Demand management (manajemen
permintaan) berfungsi untuk menyeimbangkan
kebutuhan konsumen dengan kapasitas
perusahaan yang menyediakan produk atau jasa
yang dibutuhkan.47 Di dalamnya termasuk
menentukan apa yang menjadi kebutuhan
konsumen dan kapan dibutuhkannya. Sistem
manajemen permintaan yang baik menggunakan
point of sale dan data konsumen untuk
mengurangi ketidakpastian serta meningkatkan
efisiensi aliran barang dalam manajemen rantai
pasokan. Kebutuhan pemasaran dan rencana
produksi harus dikoordinasikan, kebutuhan
konsumen dan kapasitas produksi harus
diselaraskan agar persediaan secara global dapat
dikelola dengan baik.
4) Customer Order Fulfillment
Proses pemenuhan permintaan
konsumen tepat waktu, bahkan lebih cepat dari
yang disepakati dengan biaya pemenuhan yang
47 Lutfi Nurcholis, Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan,
80.
36
semaksimal mungkin, memerlukan koordinasi
yang baik dari setiap anggota rantai pasokan.
Tujuan utamanya adalah menciptakan satu
proses pemenuhan permintaan dengan lancar
mulai dari pemasok bahan baku sampai
konsumen akhir.
5) Manufacturing Flow Management
Proses produksi diupayakan sedemikian
rupa agar secepat mungkin dapat menyediakan
produk yang diperlukan dengan tingkat
persediaan yang minimal. Untuk itu
diperlakukan persiapan yang memadai dan
kesesuian permintaan dengan kapasitas
produksi. Termasuk persiapan proses produksi
adalah ketersediaan bahan baku yang terjamin
sehingga kelancaran proses produksi dapat
dipertahanka. Untuk itu perlu dijalin hubungan
yang baik dengan pemasok-pemasok terkait.
6) Product Development and Commercialization
Dimulai dengan evaluasi kebutuhan
konsumen dan keluhan-keluhan dari produk
yang telah ada. Pengembangan produk baru
memerlukan kerjasama yang baik dengan para
pemasok untuk menjamin ketersediaan bahan
baku yang diperlukan. Selian itu, perlu
dipersiapkan pula teknologi dalam bidang
37
produksi yang dapat menunjang pengembangan
produk.48
7) Returns
Pengelolaan produk kembalian
merupakan proses yang penting dan dapat
dijadikan sebagai salah satu keunggulan daya
saing perusahaan. Kinerja penglolaan produk
kembalian bisa diukur dengan parameter return
to avaible yaitu waktu yang diperlukan untuk
mengganti produk kembalian menjadi produk
yang dapat digunakan kembali.
2. Penentuan Harga
a. Pengertian Penentuan Harga
Penentuan harga merupakan salah satu
keputusan terpenting dalam pemasaran. Harga
merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran
yang mendatangkan pemasukan atau pendapatan
bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya
seperti produk, distribusi dan promosi menyebabkan
timbulnya biaya atau pengeluaran.49 Disamping itu,
harga merupakan unsur bauran pemasaran yang
bersifat fleksibel artinya dapat diubah dengan cepat.
Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau
komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua hal
48 Lutfi Nurcholis, Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan,
82.
49 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi 4, (Yogyakarta: Andi
Offset, 2017), 289.
38
terakhir tidak dapat diubah atau disesuaikan dengan
mudah dan cepat karena biasana menyangkut
keputusan jangka panjang.
Harga dapat dinyatakan dalam berbagai
istilah misalnya iuran, tarif sewa, bunga upah dan
gaji. Dari sudut pandang pemasaran, harga
merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya
yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan
atau penggunaan suatu barang dan jasa. Harga juga
didefinisikan sebagai pengorbanan keseluruhan
yang bersedia dilakukan konsumen dalam rangka
mendapatkan produk dan jasa. Pengorbanan
tersebut mencakup uang yang harus dibayarkan
kepada pemasar agar bisa mendapatkan produk,
serta pengorbanan lainnya baik dalam bentuk non
moneter (seperti nilai waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan produk dan jasa) maunpun moneter
(seperti biaya transportasi, pajak, dan biaya
pengiriman).
Harga merupakan komponen yang
berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan.
Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi
kuantitas yang terjual. Selain itu secara tidak
langsung, harga juga mempengaruhi biaya karena
kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang
ditimbulkan dalam kaitannya dengan efisiensi
produksi. Oleh karena penetapan harga
mempengaruhi pendapatan total dan biaya total
maka keputusan dan strategi penetapan harga
memegang peranan penting dalam setiap
39
perusahaan. Sementara dari sudut pandang
konsumen, harga seringkali digunakan sebagai
indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan
dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang
dan jasa. Nilai (value) dapat didefiniskan sebagai
rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga.
Dengan demikian, bahwa pada tingkat harga
tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen
meningkat, maka nilainya akan meningkat pula.
Demikian pula sebaiknya, pada tingkat harga
tertentu, nilai suatu barang dan jasa akan meningkat
seiring dengan meningkatnya manfaat yang
dirasakan konsumen. Konsumen sering kali
membandingkan kemampuan barang dan jasa dalam
penentuan nilai sebuah barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan
barang atau jasa substitusi.
b. Tujuan Penetapan Harga
Pada dasarnya ada beraneka ragam tujuan
penetapan harga. Berikut ini adalah beberapa
diantaranya:50
1) Berorientasi pada laba
Asumsi teori ekonomi klasik
menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu
memilih harga yang dapat menghasilkan laba
terbesar. Tujuan ini dikenal dengan istilah
maksimalisasi laba. Dalam era persaingan
global yang kondisinya sangat kompleks dan
50 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, 291.
40
banyak variabel berpengaruh terhadap daya
saing setiap perusahaan, maksimalisasi laba
sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk
memperkirakan secara akurat jumlah penjualan
yang dapat dicapai pada tingkat harga tertentu.
Dengan demikian tidak mungkin sebuah
perusahaan dapat mengetahui secara pasti
tingkat harga yang dapat menghasilkan laba
maksimum.
Oleh sebab itu ada perusahaan yang
menggunakan pendekatan target laba yaitu
tingkat laba yang sesuai atau yang diharapkan
sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba
yang biasa digunakan adalah target margin dan
target ROI (Return On Investement). Target
margin adalah target laba sebuah produk yang
dinyatakan sebagai presentase yang
mencerminkan rasio laba terhadap penjualan.
Sedangkan target ROI merupakan target laba
suatu produk yang dinyatakan sebagai rasio laba
terhadap investasi total yang dilakukan terhadap
perushaan dalam fasilitas produksi dan aset
yang mendukung produk tersebut.
2) Berorientasi pada volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada
pula perusahaan yang menetapkan harganya
berdasarkan tujuan yang berorientasi pada
volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan
istilah volume pricing objectives. Harga
ditetapkan sedemikian agar dapat mencapai
41
target volume penjualan dalam ton, kg, unit, dan
m³, nilai penjualan dalam bentuk rupiah dan
pangsa pasar dalam bentuk absolut maupun
relatif. Tjuan ini banyak diterapkan oleh
maskapai penerbangan, institusi pendidikan,
perusahaan tour and travel, pengusaha bioskop
dan pemilik bisnis pertunjukan lainnya serta
panitia penyelenggara seminar-seminar. Bagi
sebuah maskapai penerbangan, biaya
penerbangan untuk satu pesawat yang terisi
penuh maupun yang hanya terisi separuh tidak
banyak berbeda. Oleh karena itu sejumlah
maskapai penerbangan berupaya memberikan
insnetif berupa harga special agar dapat
meminimalisasi jumlah kursi yang tidak terisi.
3) Berorientasi pada citra
Citra (image) sebuah perusahaan dapat
dibentuk mellaui strategi penetapan harga.
Perusahaan dapat menetapkan harga mahal
untuk membentuk atau mempertahankan citra
prestisius. Sementara itu harga murah dapat
digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu
(image of value), misalnya dengan memberikan
jaminan bahwa harganya merupakan harga yang
terendah di suatu wilayah tertentu. Pada
hakikatnya baik penetapan harga mahal maupun
murah bertujuan untuk meningkatkan persepsi
konsumen terhadap keseluruhan bauran produk
yang ditawarkan perusahaan.
42
4) Stabilitas harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat
sensitif terhadap harga, bila sebuah perusahaan
menurunkan harganya maka para pesaingnya
harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi
seperti yang mendasari terbentuknya stabilisasi
harga dalam industri-industri tertentu yang
produknya sangat terstandarisasi. Tujuan dari
stabilisasi harga dilakukan dengan jalan
menetapkan harga untuk mempertahankan
hubungan yang stabil antara harga sebuah
perusahaan dan harga pemimpin pasar (industry
leader).
c. Faktor-faktor Pertimbangan dalam Penetapan
Harga
Secara umum faktor-faktor pertimbangan
dalam penetapan harga terdiri dari 7 faktor sebagai
berikut:
1) Tujuan Pemasaran Perusahaan
Faktor utama yang menentukan dalam
penetapan harga adalah tujuan pemasaran
perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa
mempertahankan kelangsungan hidup (survival)
perusahaan; maksimalisasi laba; aliran kas;
menjadi pemimpin pangsa pasar; menciptakan
kepemimpinan dalam hal kualitas produk;
mengatasi persaingan; melaksanakan tanggung
jawab sosial; membantu produk lainnya; dan
mempertahankan loyalitas.
43
2) Strategi Bauran Pemasaran
Harga hanyalah salah satu komponen
dari bauran pemasaran. Oleh karena itu harga
wajib terintegrasi, konsisten, dan saling
mendukung dengan bauran pemasaran lainnya,
yaitu produk, distribusi, dan promosi. Untuk
speciality products misalnya harga premium
akan diberlakukan untuk menciptakan citra
prestisius.
3) Biaya
Biaya merupakan faktor yang
menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Oleh karena itu, setiap perusahaan
pasti menaruh perhatian besar pada aspek
struktur biaya tetap dan biaya variabel. Untuk
menganalisis pengaruh biaya terhadap strategi
penetapan harga, ada tiga macam hubungan
yang perlu dipertimbangkan.
Pertama, rasio biaya tetap terhadap biaya
variabel. Bila proporsi biaya tetap terhadap
biaya total lebih besar daripada proporsi biaya
variabelnya, maka penambahan volume
penjualan akan sangat membantu dalam
meningkatkan penghasilan atau laba. Situasi
laba seperti ini dikenal dengan istilah volume
sensitive. Salah satu contohnya adalah maskapai
penerbangan, biasanya biaya tetapnya
mencakup sekita 60 hingga 70 persen dari biaya
totalnya. Apabila biaya tetap telah tertutupi,
44
maka setiap tambahan tiket yang terjual akan
memberikan tambahan laba yang besar. Akan
tetapi, ada pula industri yang mengalami situasi
sebaliknya, salah satu contoh industri kertas,
dimana biaya variabelnya memiliki proporsi
yang lebih besar, situasi ini disebut price
sensitive, karena kenaikan harga sedikit saja
dapat meningkatkan laba cukup besar.
Kedua, skala ekonomis yang tersedia
bagi perusahaan tertentu. Bila skala ekonomis
yang diperoleh dari operasi perusahaan cukup
besar, maka perusahaan bersangkutan perlu
merencanakan peningkatan pangsa pasar dan
harus memperhitungkan harapan atas penurunan
biaya dalam menentukan harga jangka
panjangnya. Alternatif lain adalah bila
pengalaman perusahaan diharapkan bisa
menghasilkan penurunan biaya, maka harga
diturunkan dalam jangka panjang guna meraih
pangsa pasar yang lebih besar.
Ketiga, struktur biaya perusahaan
dibandingkan pesaingnya. Bila sebuah
perusahaan memiliki struktur biaya yang lebih
rendah daripada pesaingnya, maka ia akan
memperoleh laba tambahan dengn
mempertahankan harga pada tingkat kompetitif.
Laba tambahan tersebut dapat dipakai untuk
mempromosikan produknya secara agresif.
Sebaliknya, bila biaya sebuah perusahaan lebih
tinggi dibandingkan para pesaingnya, maka
45
jangan sampai ia berinisiatif untuk menurunkan
harga, karena itu hanya akan mengarah pada
perang harga dan pasti rugi.
4) Pertimbangan Organisasi
Manajemen perlu memutuskan siapa di
dalam organisasi yang harus menetapkan harga.
Setiap perusahaan menangani masalah
penetapan harga menurut caranya masing-
masing. Pada perusahaan kecil, umumnya harga
ditetapkan oleh manajemen puncak. Pada
perusahaan besar, seringkali masalah penetapan
harga ditangani oleh divisi atau manajer suatu
lini produk. Dalam pasar industri, para
wiraniaga diperkenankan untuk bernegosiasi
dengan pelanggan guna menetapkan rentang
harga tertentu. Di dalam industri biasanya setiap
perusahaan memiliki departemen penetapan
harga tersendiri yang bertanggung jawab kepada
departemen pemasaran atau manajemen puncak.
Sementara itu, pihak-pihak lain yang memiliki
pengaruh terhadap penetapan harga adalah
manajer penjualan, manajer produksi, manajer
keunangan, dan akuntan.
5) Karakteristik Pasar dan Permintaan
Setiap perusahaan perlu memahami
karateristik pasar dan permintaan yang
dihadapinya, termasuk ke dalam pasar
persaingan sempurna, persaingan monopolistik,
atau monopoli. Faktor lain yang tidak kalah
pentingnya adalah elastisitas permintaan yang
46
mencerminkan sensivitas permintaan terhadap
perubahan harga. Pada umumnya, konsumen
tidak akan terlalu sensitive terhadap harga
apabila produk yang dibelinya tergolong unik,
eksklusif, prestisius, atau berkualitas tinggi;
tidak terdapat produk subsitusi atau jika
konsumen tidak dapat membandingkan kualitas
produk-produk yang saling bersubsitusi;
pengeluaran total untuk produk bersangkutan
relatif rendah dibandingkan penghasilan total;
dan biaya pembelian ditanggug bersama dengan
pihak lain.
6) Persaingan
Persaingan adalah bersaingnya para
penjual yang sama-sama berusaha mendapatkan
keuntungan, pangsa pasar, dan jumlah
penjualan. Para penjual biasanya berusaha
menggungguli persaingan dengan membedakan
harga, produk, distribusi, dan promosi.
Persaingan akan emndorong alokasi faktor
produksi kea rah penggunaan yang paling
bernilai tinggi dan efisien. Dalam teori
mikroekonomi, persaingan dalam suatu pasar
dibedakan menjadi persaingan sempurna dan
persaingan tidak sempurna. Pasar yang tidak
memiliki persaingam disebut monopoli. Adanya
persaingan menyebabkan perusahaan-
perusahaan komersial untuk mengembangkan
produk, teknologi, dan jasa sehingga
menyebabkan lebih banyaknya pilihan,
47
menghasilkan produk yang lebih baik, dan harga
yang lebih murah.
7) Unsur-unsur Lingkungan Eksternal Lainnya
Selain faktor-faktor diatas, perusahaan
juga perlu mempertimbangkan faktor kondisi
ekonomi seperti inflasi dan kenaikan tingkat
suku bunga, kebijakan pemerintah, dan reaksi
dari pihak distributor terhadap harga. Salah satu
faktor pertimbangan lain yang tidak kalah
pentingnya yaitu internet. Semakin banyaknya
konsumen yang mencari informasi dan
berbelanja secara online berdampak pada
semakin sensitifnya konsumen terhadap harga.
B. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Penentuan Harga Terhadap Manajemen
Rantai Pasokan
Hubungan penentuan harga terhadap
manajemen rantai pasokan diukur dari seberapa banyak
perusahaan akan mengeluarkan harga untuk barang dan
jasa yang terdapat pada rantai pasokan. Penentuan
harga berdampak pada perilaku pembeli atas barang
dan jasa, dengan demikian dapat berdampak pada
kinerja rantai pasokan. Penentuan harga dalam
manajemen rantai pasokan akan menentukan tingkat
kemampuan merespon dan efisiensi perusahaan.
Sebagai hasilnya penentuan harga menentukan proses
keluar masuknya uang terhadap rantai pasokan. Proses
manajemen rantai pasokan sangat bergantung dengan
penentuan harga. Karena harga sebagai komponen
utama dalam menentukan seberapa banyak perusahaan
48
mengalami keuntungan atau kerugian. Jika penentuan
harga stabil maka perusahaan akan mendapatkan
keuntungan. Tetapi jika surplus harga mengalami
kenaikan perusahaan akan mengalami kerugian.
Penentuan harga juga berpengaruh terhadap pembelian
produk akhir (konsumen) sebagai akhir dari arus
manajemen rantai pasokan.
C. Kajian Penelitian Terdahulu
1. Sri Padmantyo, yang berjudul Pengaruh
Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Efisensi
Harga
Di dalam skripsi dari Sri Padmantyo tertulis
bahwa, kompetesi yang semakin sengit dalam pasar
global, inovasi produk yang memiliki siklus hidup yang
semakin singkat, serta ekspetasi pelanggan yang
semakin tinggi memaksa seluruh perusahaan untuk
berinvestasi dan fokus pada supply chain management
mereka. Persaingan menjadi suatu kondisi yang perlu
diperhatikan oleh setiap perusahaan yang dapat
dijadikan sebagai senjata dalam memenangkan
persaingan yang ada. Supply chain management sebagai
suatu pendekatan terpadu yang meliputi seluruh proses
manajemen material, memberikan orientasi kepada
proses untuk menyediakan, memproduksi, dan
mendistribusikan produk kepada konsumen. konteks
material tentunya tidak hanya meliputi bahan baku dan
barang jadi saja tetapi juga termasuk bahan pembantu,
komponen, suku cadang, barang setengah jadi maupun
berbagai jenis perlegkapan yang digunakan untuk
mendukung aktivitas operasional perusahaan secara
49
menyeluruh. Agar perusahaan mencapai tingkat
kepuasan maksimal membutuhkan proses kinerja yang
bagus dari perencanaan bahan baku sampai barang siap
dipasarkan. Sebelum mencapai hasil yang diharapkan
proses yang harus dilalui yaitu memastikan rantai
pasokan barang sudah terpenuhi. Salah satu perusahaan
dalam mencapai targetnya diharuskan mampu
memenuhi kepuasan pelanggan, mengembangkan
produk tapat waktu, mengeluarkan baya rendah dalam
bidang persediaan dan penyerahan produk serta
mengelola industri secara cermat.
Harga yang optimal akan menjadi kunci dari
keberhasilan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya,
oleh karena itu perusahaan harus merancang sebaik
mungkin tentang efisensi harga di dalam kegiatan
mendistribusikan barang dalam setiap kegiatan
distribusi saat ini bukanlah suatu hal yang biasa ketika
menghadapi berbagai masalah yang muncul akibat
berbagai macam faktor diantaranya menurunnya
permintaan konsumen dan menumpuknya barang di
gudang. Apalagi dengan munculnya para pesaing baru,
merupakan tantangan bagi perusahaan untuk bisa
membuat suatu strategi baru hingga bisa
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
2. Mohammad Agus Salim Monoarfa, yang berjudul
Pengaruh Strategi Penetapan Harga dalam Rantai
Pasokan.
Di dalam skripsi Mohammad Agus Salim
Monoarfa tertulis bahwa, keputusan penentuan harga
juga sering dilakukan dengan mengasumsikan kondisi
50
pasar atau keadaan itu pasti atau sebaliknya berada
dalam sebuah ketidakpastian. Berbagai macam metode
dan fungsi yang digunakan untuk menentukan harga
untuk dua kondisi atau keadaan tersebut. Adapun
metode-metode penentuan harga lebih banyak hanya
berdasarkan informasi saja. Salah satu tanggung jawab
manajemen pemasaran adalah menentukan harga
produk atau lini produk dalam lingkungan startegi
harga yang dinamis. Bentuk fleksibilitas semacam itu
dimaksudkan agar startegi yang diterapkan mampu
digunakan untuk mengantisipasi desakan faktor
lingkungan eksernal seperti permintaan konsumen,
persaingan, kondisi perekonomian serta berbagai
bentuk hukum dan peraturan perundangan yang
berlaku. Pada umumnya penentuan harga sangat
bergantung pada keadaan suatu pasar. Strategi harga
dengan sendirinya akan mengikut struktur pasar dari
hulu ke hilir yang diterapkan dalam proses rantai
pasokan.
3. Talita Failasufa, yang berjudul Pengaruh
Manajemen Rantai Pasokan pada Keunggulan
Bersaing.
Di dalam skripsi Talita Failasufa tertulis bahwa,
salah satu pilar dalam keputusan manajemen operasi
adalah manajemen rantai pasokan. Manajemen rantai
pasokan penting untuk mengoordinasi kegiatan dalam
rantai pasokan untuk memaksimalkan keunggulan
kompetitif. Ketika perusahaan meningkatkan daya
saingnya melalui kostumisasi produk, kualitas yang
tinggi, pengurangan biaya dan kecepatan pemasaran,
51
penekanan yang lebih diberikan pada rantai pasokan.
Melalui hubungan staretegi yang berkelanjutan,
pemasok menjadi parter ketika mereka berkontribusi
bagi keunggulan kompetitif. Di sisi operasional
perusahaan, manajemen rantai pasokan akan membantu
perusahaan agar barang diproduksi dan disitribusikan
dalam jumlah, lokasi, dan waktu yang tepat. Dengan
ketetapan tersebut tentu akan berdampak pada
peningkatan penjualan dan laba. Ketersediaan produk
dan harga jual yang ekonomis hanya dapat terjadi jika
ada koordinasi yang baik antara perusahaan dengan
pihak-pihak dalam rantai suplainya.
Koordinasi antara pihak-pihak dalam rantai
pasokan tidak hanya melibatkan koordinasi persediaan
saja, tetapi juga informasi tentang pasar yang berguna
bagi perencanaan perusahaan. Kekurangan persediaan
produk pada distribusitor akan berakibat kehilangan
penjualan sedangkan kelebihan tertentu akan berakibat
menumpuknya produk dan meningkatnya biaya
pemeliharaan persediaan. Tindakan yang diambil oleh
perusahaan pada sebuah manajemen rantai pasokan
dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai
daya saing strategisnya dan menhasilkan laba di atas
rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah
perusahaan berhasil memformulasikan dan menerapkan
strategi penciptaan nilai. Ketika perusahaan
mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat
ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu mahal untuk
menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan
bersaing. Setelah perusahaan mendapatkan daya saing
52
strategis dan suskes mengekspoitasi keunggulan
persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai
tujuan utamanya yaitu mencapai tingkat penjualan
tinggi dan mendapatkan laba.
4. Risna Yusuf, yang berjudul Pengaruh Manajemen
Rantai Pasokan Lobster
Di dalam skripsi Risna Yusuf tertulis bahwa,
Kabupaten Simeulue sebagai daerah kepulauan
memiliki potensi perikanan yang besar namun
pemanfaatannya masih tergolong rendah. Kontribusi
sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Simeulue
hanya mencapai 2,20% selama tujuh taun terakhir
meskipun dari sisi nilai laju pertumbuhan naik secara
signifikan 19,12%. Penelitian ini nertujuan untuk
memetakan rantai pasokan lobster di Kabupaten
Simeulue yang meliputi interaksi sosial ekonomi dan
kontribusi antar pelaku usaha yang terlibat.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
terhadap pelaku usaha yang terlibat serta Badan
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan
Hasil Perikanan Wilayah Kerja Simeulue. Data hasil
wawancara dilengkapi dengan hasil observasi dan
dokumentasi, selanjutnya diolah dan disajikan secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai
pasokan lobster terdiri dari nelayan/pembubidaya
100%, supplier 100%, eksportir 100%, konsumen lokal
100%, konsumen luar negeri 100%. Permasalahan yang
terjadi adalah makin menurunnya volume lobsters yang
di pasok, adanya monopoli harga oleh eksportir,
aksebilitas pasar yang terbatas pada produsen,
53
penerapan teknologi termasuk dalam penyimpanan dan
pengiriman hanya pada eksportir dan belum adanya
kelembagaan keuangan formal yang menjamin harga
lobster lebih tinggi, manajemen rantai pasokan lobster
dapat menjadi bahan untuk pemerintah daerah
Kabupaten Simeulue dalam peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan nelayan maupun pembudidaya
lobster.
5. Sri Wahyuni Latifah, yang berjudul Pengaruh
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rantai
Pasokan UMKM Berbasis Apel Di Malang
Di dalam skripsi Sri Wahyuni Latifah terlulis
bahwa, faktor lingkungan sangat mempengaruhi sebuah
perusahaan. Faktor yang paling sering mempengaruhi
adalah pemasok dan pelanggan. Oleh karena itu
perusahaan harus mengelola arus informasi tersebut
supaya dapat mencapai tujuan. Sebagaimana diketahui
bahwa UMKM pangan berbasis Apel di Malang masih
mengalami beberapa kendala seperti ketersediaan
bahan, kualitas bahan, permainan harga dari pemasok
besar juga merupakan faktor penghambat proses
produksi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi rantai pasokan
UMKM berbasis Apel di Malang. Responden penelitian
adalah pengusaha, petani apel, dan konsumen.
D. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan sintesis tentang
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori
yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang
telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara
54
kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesis tentang
hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesis tentang
variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis. Pada penelitian ini kerangka
berfikirnya adalah sebagai berikut:51
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
1. Penentuan Harga
Penentuan Harga menurut Fandy Tjiptono
adalah elemen bauran pemasaran yang dapat
menghasilkan pendapatan melalui penjualan.52 Oleh
karena itu perusahaan harus menetapkan harga
produknya dengan baik dan tepat sehingga konsumen
tertarik dan mau membeli produk yang ditawarkan agar
perusahaan mendapatkan keuntungan. Adapun
indikator-indikator penentuan harga yaitu:
a. Keterjangkauan harga
b. Daya saing harga
c. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
d. Kesesuian harga dengan manfaat produk
2. Manajemen Rantai Pasokan
Manajemen rantai pasokan menurut Heizer dan
Render adalah kegiatan pengelolaan barang mentah
51 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2013), 118. 52 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi 4, 280..
Penentuan
Harga (X)
Manajemen Rantai
Pasokan (Y)
55
menjadi barang setengah jadi dan barang jadi,
kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen
melalui sistem distribusi.53 Adapun indikator-indikator
manajemen rantai pasokan dalam pemasaran yaitu:
a. Pengembangan produk.
b. Kemitraan strategis dengan pemasok.
c. Perencanaan dan pengendalian produksi.
d. Distribusi.
e. Kualitas informasi.
f. Customer relationship.
g. Pembelian.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik.54
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran dan hasil
kajian empiris diatas, maka peneliti mengajukan beberapa
hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut:
53 Lutfi Nurcholis, Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan,
20. 54 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta,2017), 30
56
1. Penentuan Harga terhadap Manajemen Rantai
Pasokan
Penentuan harga merupakan proses yang
dilakukan oleh manajemen dalam menentukan besarnya
biaya yang harus dibayar oleh pengguna dalam
membeli produk atau menggunakan jasa. Penentuan
harga akan berdampak pada segmentasi pasar yang
akan membeli produk. Dampak langsung penentuan
harga terhadap manajemen rantai pasokan adalah terkait
dengan responsifitas rantai pasokan. Selain itu
penentuan harga juga dipengaruhi oleh fleksibilitas
rantai pasokan itu sendiri. Misalnya penentuan diskon
harga dapat digunakan ketika terjadi surplus pada rantai
pasokan. Tujuan penentuan harga adalah untuk
memaksimalkan keuntungan perusahaan, sehingga
dalam penentuan harga manajemen harus memahami
seluruh struktur biaya yang ada pada jaringan rantai
pasokan perusahaan.55 Hal yang harus diperhatikan
dalam melihat penentuan harga terhadap manajemen
rantai pasokan adalah skala penentuan harga dan nilai
ekonomi, penentuan harga murah sepanjang waktu atau
mahal, harga tetap atau berubah. Ukuran manajemen
rantai pasokan terkait penentuan harga adalah margin
keuntungan, hari penjualan diselesaikan, perubahan
biaya tetap per pemesanan, perubahan biaya variabel
per unit, rata-rata penjualan, rata-rata pesanan, rentang
55 Jay Heizer dan Barry Render, Majemen Operasi……, 505.
57
harga jual, dan rentang periode penjualan.56Maka
hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah:
H0: Penentuan harga tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Manajemen Rantai
Pasokan.
Ha: Penentuan harga berpengaruh secara signifikan
terhadap Manajemen Rantai Pasokan.
56 Lutfi Nurcholis, Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan,
84.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data, bersifat statistik dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.57
Berdasarkan rumusan masalah yang telah
ditetapkan, maka pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan penelilitian kuantitatif deskriptif. Penelitian
kuantitatif deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena
berdasarkan data yang terkumpul. Kerangka analisis ini ada
hubungan dengan masalah yang dirumuskan (hal yang
dipertanyakan), tujuan penelitian (hal yang dicari), dan dari
pernyataan hipotesis (hal yang diduga).
Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga variabel,
dimana variabel adalah atribut seseorang atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lain
atau satu objek dengan objek yang lain. Di dalam penelitian
ini mengambil satu variabel independen yaitu variabel
penentuan harga Sedangkan variabel dependennya adalah
57 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Refika
Aditama, 2012), 334.
58
59
manajemen rantai pasokan. Penelitian ini dilakukan pada
agen PT.Coca Cola di Ponorogo.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel bebas (Independen)
Variabel bebas (independen) adalah variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab
berubahnya variabel dependen. Dalam penelitian ini
variabel bebas (independen) adalah:
a. Penentuan Harga (X) adalah proses penentuan apa
yang akan diterima suatu perusahaan dalam
penjualan produknya.58
2. Variabel terikat (Dependen)
Variabel terikat (dependen) adalah variabel
yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya
variabel bebas (independen). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah manajemen rantai pasokan (Y),
yang dimaksud dengan manajemen rantai pasokan
adalah mekanisme yang menghubungkan semua pihak
yang bersangkutan dan kegiatan yang terlibat dalam
mengkonversikan bahan mentah menjadi barang jadi.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Banyaknya objek penelitian yang diteliti
disebut dengan ukuran populasi, dimana ukuran
58 Lina Anatan, Supply Chain Management..., 42.
60
tersebut bervariasi tergantung pada jenis populasi yang
diteliti.59
Populasi tidak hanya orang tetapi juga objek
dan benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki oleh subjek atau objek itu sendiri.60
Penelitian ini dilaksanakan pada agen PT. Coca
Cola di Ponorogo yang sudah berlangganan antara 1-5
tahun dengan pembayaran setiap minggunya
berdasarkan pemesanan per krat. Peneliti menemukan
masalah yang dihadapi oleh agen PT. Coca Cola yang
ada di Ponorogo seperti pengiriman barang yang
terlambat, penentuan harga yang ditetapkan oleh
distributor kurang menguntungkan dan pemberian
insentif terhadap agen yang sudah berlangganan sekitar
2 tahun seharusnya ada perhatian khusus dari pihak
distributor. Jumlah agen PT. Coca Cola di Ponorogo
berjumlah 80 agen yang terletak di wilayah tiap
kecamatan. Jumah daftar agen PT. Coca Cola adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.1
Daftar Agen PT. Coca-Cola berdasarkan Wilayah
No Bentuk
usaha
Jumlah Wilayah
(Kecamatan)
1 Toko 50 Babadan, Badegan,
59 Setyo Tri Wahyudi, Statistika Ekonomi, (Malang: UB Press,
2017), 14. 60 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan Sosial,
(Bandung: Alfabeta, 2014), 48.
61
Balong, Kauman,
Mlarak, Ponorogo,
Jenangan, Ngebel,
Jetis.
2 Warung 22 Sukorejo,
Sampung, Siman,
Slahung, Bungkal.
3 Kios 8 Sambit, Pulung,
Pudak, Ngrayun,
Sawoo, Sooko.
Sumber: Wawancara dengan Supervisor Distributor PT.
Coca Cola
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.61Jenis populasi dalam penelitian ini adalah
populasi finit atau jumlahnya sudah diketahui sehingga
untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus
Slovin sebagai berikut:62
n = 𝑁
1+𝑁𝑒2
Keterangan:
n : jumlah sampel
N : populasi
e : perkiraan tingkat kesalahan
Dari rumus Slovin di atas, sesuai dengan jumlah
populasi yang telah diketahui sebelumnya dengan
61 Sugiyono, Metode Penelitian……, 116. 62 Supramono dan Haryanto, Desain Proposal Penelitian Studi
Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2005), 62.
62
perkiraan tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel
dari penelitian ini adalah:
n = 𝑁
1+𝑁𝑒2
= 80
1+80 (0,05)²
= 80
1,2 = 66,6 = 67 agen
Jadi, berdasarkan hasil dari perhitungan rumus
di atas, maka diketahui, bahwa jumlah responden yang
akan dijadikan sampel dari penelitian ini adalah 66,6 =
67 sampel.
3. Teknik sampling
Teknik sampling adalah teknik yang digunakan
dalam pengambilan sampel. Teknik pengambilan
sampel dengan cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representative.63 Ada beberapa
langkah yang harus diperhatikan dalam menentukan
sampel. Pertama, menentukan populasi; Kedua, mencari
data akurat unit populasi; Ketiga, memilih sampel yang
representative; Ke’empat, menentukan jumlah sampel
yang memadai.
Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nonprobability sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang /kesempatan sama bagi setiap unsur atau
63 Supramono dan Haryanto, Desain Proposal.., (Yogyakarta:
Andi, 2005), 67.
63
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
nonprobability sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik sampling purposive. Teknik
sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.64
Teknik sampling di dalam penelitian ini
sebanyak 67 agen PT.Coca Cola di Ponorogo yang
semula populasinya terdiri dari 80 agen. Pemilihan
sampel dipilih di wilayah (kecamatan) Ponorogo,
Jenangan, Babadan, Badegan, Kauman, Ngebel, Jetis,
Siman, Sukorejo, Sampung, dan Sumoroto karena dari
segi pemesanan dalam jangka waktu tiap bulan selalu
bertambah, tingkat penjualan yang menghasilkan laba
dapat dilihat dari pembayaran tiap bulan, dan daya beli
konsumen yang tinggi. Pengambilan sampel di wilayah
(kecamatan) tersebut karena bentuk usaha berbentuk
toko, dan warung. Alasannya adalah toko dan warung
sering dikunjungi oleh konsumen dan memiliki tempat
strategis dekat dengan jalan perbatasan antar
kecamatan.
D. Jenis dan Sumber Data
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah
sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik
kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta atau
juga dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat
64 Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian Bisnis dan Ekonomi,
(Yogyakarta: Pustaka Baru, 2015), 88.
64
digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.65
Berikut adalah jenis dan sumber data:
1. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data kuantitatif, data kuantitaif adalah data
yang berbentuk angka atau bilangan dan jenis data
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data berkala (time series). Data berkala (time series)
adalah data yang diambil pada waktu yang berbeda dan
dikumpulkan secara berkala pada interval tertentu,
misalnya harian, mingguan, dan bulanan.
2. Sumber data
Sumber data adalah salah satu yang paling
penting dalam penelitian. Ada dua jenis sumber data
yang biasanya digunakan dalam penelitian sosial, yaitu:
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari
sumber pertama atau tempat objek penelitian
dilakukan. Sumber data ini diperoleh dengan cara
menyebarkan kuesioner.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data
kedua sesudah data primer. Data yang dihasilkan
dari sumber data ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diterbitkan atau
digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya.
65 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitaif…, (Jakarta:
Kencana, 2013), 16.
65
Data sekunder dalam penelitian ini seperti data
jumlah agen PT. Coca Cola yang ada di Ponorogo
diperoleh dari hasil wawancara dengan supervisor
distributor PT. Coca Cola.
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses
pengumpulan data primer dan data sekunder dalam suatu
penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang
sangat penting, karena data yang dikumpulkan akan
digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti
atau untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.66
Metode pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan dua metode yaitu:
1. Kuesioner
Kuesioner berasal dari bahasa Latin:
Questionnaire, yang berarti suatu rangkaian pertanyaan
yang berhubungan dengan topik tertentu diberikan
kepada sekelompok individu dengan maksud untuk
memperoleh data. Kuesioner lebih populer dalam
penelitian dibandingkan dari jenis instrumen yang lain,
karena dengan menggunakan cara ini dapat
dikumpulkan informasi yang lebih banyak dalam waktu
yang relatif pendek, dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan dengan apabila peneliti menggunakan
wawancara atau teknik lain.
Kuesioner ini akan diberikan kepada responden
yaitu agen PT. Coca Cola di Ponorogo berdasarkan
66 Syofian Siregar, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif
Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 39.
66
wilayah (kecamatan) dengan bentuk usaha seperti
toko,warung, dan kios. Semua pertanyaan yang ada di
kuesioner pada penelitian bersifat tertutup yaitu
responden menjawab semua pertanyaan yang ada
dengan alternatif pilihan jawaban yang disediakan.
Variabel dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan Skala Likert. Skala Likert yaitu skala
yang digunakan untuk mengukur tanggapan dari
responden mengenai obyek penelitian dengan bobot
nilai satu sampai lima.67 Alternatif/ketentuan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2
Skor Pertanyaan Kuesioner
No Kategori Positif (Skor)
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Netral 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Berikut kisi-kisi dari instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
Tabel 1.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel
Penelitian
Indikator Sumber No
Pernyataan
Manajeme
n Rantai
1. Strategic
Supplier
Rendy
Haizer
1,2
3,4
67 Ulber Silalahi, Metode Penelitian.., 337.
67
Pasokan Partnership
2. Hubungan
Pelanggan
3. Level of
Information
Sharing
4. Quality of
Information
Sharing
5.
Postponement
dan
Barry
Rezer
5,6
7,8
9,10
Penentuan
Harga
1.
Keterjangkaua
n harga
2. Kesesuaian
harga dengan
kualitas produk
3. Daya saing
harga
4. Kesesuaian
harga dengan
manfaat
Philip
Kotler
dan Gary
Amstron
g
11,12
13,14
15,16
17,18,20
Sumber: Data diolah oleh peneliti,2020.
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara
68
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.68
Dalam hal ini wawancara dilakukan sebelum
penyebaran angket yang digunakan untuk menggali
data-data yang diperlukan peneliti.
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Berikut adalah teknik pengolahan dan analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Uji Coba Instrumen
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan
keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang
valid atau shahih mempunyai validitas yang tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat.69
Pada penelitian ini uji validitas akan
dilakukan dengan program SPSS (Statistical
Package for Social Science ). Untuk menentukan
nomor-nomor item yang valid dan yang gugur,
perlu dikonsultasikan dengan tabel r product
moment. Kriteria pengujian validitas adalah:
1) Apabila r hitung > r tabel, maka item kuesioner
terdapat valid.
2) Apabila r hitung < r tabel, maka dapat dikatakan
item kuesioner tidak valid.
68 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, 197. 69 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), 211.
69
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi atau
kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap
individu yang sama dan diberikan dalam waktu
yang berbeda. Suatu isntrumen dikatakan reliabel
apabila instrumen ini dicobakan kepada subjek yang
sama secara berulang-ulang namun hasilnya tetap
sama atau relatif sama.70
Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah
reliabel akan dilakukan pengujian reliabilitas
kuesioner dengan bantuan komputer program SPSS.
Kriteria penilaian uji reliabilitas adalah:
1) Apabila hasil koesfisien Alpha lebih besar dari
taraf signifikasi 60% atau 0,6 maka kuesioner
tersebut reliabel.
2) Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari
taraf signifikasi 60% atau o,6 maka kuesioner
tersebut tidak reliabel.71
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menguji apakah dalam
model regresi, sisaan/error mempunyai distribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan
dengan uji Kolmogorov Smirnov satu arah.72 Rumus
70 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2014), 242. 71 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…., 239. 72 Wiratna Sujarweni, Metode Penelitian Bisnis…, 225.
70
yang digunakan dalam uji kolmogorov smirnov
adalah sebagai berikut:73
D = 𝑚𝑎𝑥1≤𝑖≤𝑁 |F(Yi) – i/N|
Dalam uji Kolmogorov-Smirnov, suatu
residual berdistribusi normal jiga Sig > 0,05 (H0
diterima) dan berdistribusi tidak normal jika sig <
0,05 (H0 ditolak).74
b. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antar
anggota observasi yang disusun menurut waktu dan
tempat. Model regresi yang baik harusnya tidak ada
autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji
Durbin-Watson (DW test).75
Pengambilan keputusan pada uji Durbin
Watson sebagai berikut:
1) DU < DW < 4─DU maka H0 diterima, artinya
tidak terjadi autokorelasi.
2) DW < DL atau DW > 4─DL, maka H0 ditolak,
artinya terjadi autokorelasi.
3) DL < DW < DU atau 4─DU < DW < 4─DL,
artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan
yang pasti.
73 Agus Widarjono, Analisis Multivariat Terapan dengan Program
SPSS, AMOS dan SMARTPLS, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015), 90. 74 Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data
dengan Program SPS/Lisrel dalam Penelitian (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), 156.
75 Kadir, Statistika Terapan…., 158.
71
c. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas artinya antar variabel
independen yang terdapat dalam model regresi
memiliki hubungan linier yang sempurna atau
mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi sempurna atau mendekati sempurna
diantara variabel bebasnya. Cara untuk mengetahui
ada dan tidaknya gejala multikolinieritas antara lain
dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) dan
Tolerance, apabila nilai VIF < 10 dan Tolerance >
0,1 maka dinyatakan tidak terjadi
multikolinieritas.76
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians residual dari satu
pengamatan lain. Jika varians dari residual atau dari
satu pengamatan dengan pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas.77 Metode yang
digunakan adalah Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan
dengan cara meregresikan antara variabel
76 Rochmat Aldy Purnomo, Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis
dengan SPSS (Ponorogo: CV Wade Group, 2017), 175. 77 Rochmat Aldy Purnomo, Analisis Statistik Ekonomi….., 179.
72
independen dengan absolut residual > 0,05 maka
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.78
3. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana merupakan
suatu metode yang digunakan untuk mengukur
besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat dan memprediksi variabel terikat dengan
menggunakan variabel bebas.79Analisis regresi linier
sederhana untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pengaruh antara variabel bebas (independent) dengan
variabel terikat (dependent). Metode ini juga bisa
digunakan sebagai ramalan, sehingga dapat
diperkirakan antara baik atau buruknya suatu variabel X
terhadap naik turunnya suatu tingkat variabel Y, begitu
pun sebaliknya.
4. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini analisis hipotesis yang
digunakan adalah:
a. Uji t
Uji t digunakan untuk melihat pengaruh
tiap-tiap variabel independen secara sendiri-sendiri
terhadap variabel dependennya. Dalam regresi linier
berganda, hal ini perlu dilakukan karena tiap-tiap
variabel independen memberi pengaruh yang
berbeda dalam model.
78 Didi Pianida, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja,
Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jawa Barat: CV Jejak, 2018), 146. 79 Agus Tri Basuki, Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi
dan Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2016), 27.
73
Untuk menguji apakah masing-masing
variabel bebas berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel terikat, maka digunakan rumus α
= 0,05 dan untuk penerimaan atau penolakan
hipotesis digunakan rumus sebagai berikut:
1) Merumuskan hipotesis
Jika Thitung > Ttabel maka H0 ditolak,
artinya variabel independen secara parsial
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Jika Thitung < Ttabel, maka H0 diterima,
artinya variabel independen tidak berpengaruh
secara parsial terhadap variabel dependen.
2) Merumuskan simpulan
Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima.
Jika sig > 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak.80
b. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen atau
terikat. Bila hasil uji simultannya adalah signifikan,
maka dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjadi
berlaku untuk populasi.81
80 Retno Widyaningrum, Statistik Edisi Revisi (Ponorogo: STAIN
PO Press, 2009), 174. 81 Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan
SPSS, (Yogyakarta: Andi, 2019), 39.
74
Uji ini dilakukan untuk membandingkan
pada tingkat nilai sig dengan nilai
α = 5%, maka:82
1) Merumuskan hipotesis
H0 : b1, b2= 0, maka variabel bebas tidak
terdapat pengaruh signifikan secara
simultan terhadap variabel terikat.
H0 : b1, b2≠0, maka variabel bebas terdapat
pengaruh signifikan secara simultan
terhadap variabel terikat.
2) Merumuskan kesimpulan
Jika sig > 0,05 atau Fhitung < Ftabel, maka
hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak, artinya
variabel bebas secara simultan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat.
Jika sig < 0,05 atau Fhitung > Ftabel maka
hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima, artinya
variabel bebas secara simultan berpengaruh
secara simultan terhadap variabel terikat.
c. Koefisien Determinasi (𝐑𝟐)
Koefisien determinasi (R2) dipmaksudkan
untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik
dalam analisis regresi yang ditunjukkan oleh
besarnya koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol)
dan 1 (satu). Apabila koefisien determinasi (R2)
mendekati nol variabel independen sama sekali
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
82 Retno Widyaningrum, Statistik..., 176.
75
Sebaliknya, apabila koefisien determinasi semakin
mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa
variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen. Koefisien determinasi juga dapat
digunakan untuk presentasi perubahan variabel
terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas
(X).83
83 Ulber Silalahi, Metode Penelitian…, 376.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya Coca-Cola Company
The Coca-Cola Company adalah sebuah
perusahaan multinasional asal Amerika Serikat dalam
bidang minuman termasuk pabrikan, pengecer, dan
pemasar konsentrat minuman non alkohol dan sirup di
Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Perusahaan ini
terkenal dengan produk utama Coca-Cola yang
formulanya ditemukan oleh seorang ahli farmasi John
Stith Pemberton pada tahun 1886 di Columbus,
Georgia. Dialah yang pertama kali mencampur sirup
caramel yang kemudian dikenal sebagai Coca-Cola.
Formula dan merek Coca-Cola dibeli pada 1889 oleh
Asa Griggs Candler (30 Desember 1851- 12 Maret
1929) yang mendirikan perusahaan The Coca-Cola
Company pada tahun 1892.84
Perusahaan ini menjalankan sistem waralaba
untuk distribusinya sejak tahun 1889 dimana The Coca-
Cola Company hanya memproduksi sirup konsentrat
yang dijual ke berbagai perusahaan pembotolan di
seluruh dunia yang diberikan hak pemasaran dan
penjualan eksklusif. Perusahaan ini telah terdaftar di
bursa saham NYSE dan menjadi bagian dari indeks
DJIA;S&P 500; Russell 100 Index; dan Russel 1000
Growth Stock Index. Sejak tahun 2015 perusahaan ini
84 https://www.coca-cola.co.id// diakses pada tanggal 5 Juni 2019
pukul 19.00 WIB.
76
77
dipimpin oleh Muhtar Kent sebagai Chairman dan
CEO.
2. Sejarah Berdirinya Coca-Cola Amatil Indonesia
Coca-Cola pertama kali diperkenalkan di
Indonesia pada tahun 1962 dan diproduksi secara lokal
sejak tahun 1932. Setelah sempat berhenti beroperasi
pada tahun 1942. Coca-Cola mulai diproduksi kembali
oleh Indonesia Bottler Limited (IBL), perusahaan
nasional yang didirikan oleh TH Ticoalu, Tatang Nana,
dan Harry Handoyo. Pabrik tersebut memproduksi
1.000-1500 cases Coca-Cola setiap harinya dan
memperkerjakan 25 orang yang dibantu oleh 3-7 truk
untuk pendistribusian.
Sejak tahun 1960 berbagai produk The Coca-
Cola Company telah diperkenalkan ke pasar Indonesia.
Pada tahun 2000, 10 operasi pembotolan
dikonsolidasikan di bawah Coca-Cola Amatil
Indonesia. Coca-Cola Amatil Indonesia merupakan
produsen dan distributor minuman non alkohol siap
minum terkemuka yang telah beroperasi di Indonesia
sejak tahun 1992. Coca-Cola Amatil Indonesia
memproduksi dan mendistribusikan produk di bawah
lisensi The Coca-Cola Company.
Coca- Cola Amatil adalah satu perusahaan
pembotolan terbesar minuman non alkohol siap minum
di wilayah Asia Pasifik dan salah satu dari 5 perusahaan
pembotolan Coca-Cola terbesar di dunia. Kantor pusat
coca-Cola Amatil terletak di Sydney, Australia dan
telah terdaftar di Bursa Efek Australia. Dengan
78
kapitalisasi pasar lebih dari US $ 10,2 miliar, induk
perusahaan Coca-Coca Amatil Indonesia adalah salah
satu dari 20 perusahaan unggulan di Australia.
Pada tahun 1971, dengan pertambahan mitra
dan modal didirikannya pabrik pembotolan modern
pertama di Indonesia dengan nama baru PT. The Jaya
Beverages Bottling Company. Tercatat sampai saat ini
11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di berbagai
provinsi di Indonesia berdasarkan tahun pendiriannya
adalah Jakarta (1971), Medan (1973), Surabaya (1976),
Semarang (1976), Ujung Pandang (1981), Bandung
(1983), Padang (1985), Bali (1985), Manado (1985),
Banjarmasin (1981) dan Lampung (1995).85
Sejak tahun 1992 Coca-Cola Amatil yang
berpusat di Australia mengakuisisi semua perusahaan
bottler Coca-Cola di Indonesia kecuali Bangun Wenang
Beverage Company (BWBC) yang berlokasi di
Sulawesi. Hasil akuisisi ini membuat botler-botler
tersebut menjadi satu perusahaan dengan nama Coca-
Cola Amatil Indonesia. Secara resmi Coca-Cola Amatil
Indonesia terbagi menjadi 2 entitas legal yaitu PT.
Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) dan PT. Coca-
Cola Distribution Indonesia (CCDI).
3. Macam-macam Produk dari Coca-Cola
a. Coca-Cola
Coca-Cola diciptakan pertama kalinya di
Atlanta, Georgia oleh Dr. John S Pemberton.
85https://www.coca-cola.co.id// diakses pada tanggal 5 Juni 2019
pukul 19.00 WIB
79
Pertama kali terdaftar sebagai merek dagang di
tahun 1887 di tahun 1895 Coca-Cola telah terjual di
seluruh wilayah Amerika Serikat. Kini Coca Cola
telah tersedia di seluruh dunia dan menjadi merek
minuman ringan terpopuler dan paling laris.86
Kemasan yang tersedia:
PET: 250 ml, 390 ml, 1000 ml, 1500 ml.
Can: 250 ml, 330 ml.
RGB: 200 ml, 295 ml.
b. Sprite
Sprite adalah minuman ringan dengan aroma
rasa lemon. Pertama kali diperkenalkan di tahun
1960. Sprite dijual di 190 negara di duia dengan
daya pikat yang sangat besar di kalangan generasi
muda. Sprite disukai karema rasanya yang dingin
menyejukkan dan benar-benar dapat melepaskan
dahaga. Produk ini mendorong kalian untuk
menjadi diri sendiri dan memuaskan rasa haus.
Kemasan yang tersedia:
PET: 250 ml, 390 ml, 100 ml, 1500 ml.
Can: 250 ml, 330 ml.
RGB: 200 ml, 295 ml.
c. Fanta
Fanta pertama kali ditemukan di Jerman dan
sejak tahun 1960 telah dipasarkan di seluruh dunia
dengan konsumen terbesar remaja berusia 12-19
86 https://www.coca-cola.co.id// diakses pada tanggal 5 Juni 2019
pukul 19.00 WIB
80
tahun. Fanta kini hadir dengan lebih dari 70 jenis
rasa dengan rasa jeruk sebagai volume terbesar. Di
Indonesia, fanta identik dengan rasa strawberry dan
mulai dipasarkan sejak tahun 1973. Konsumen
Indonesia menyukai merek Fanta yang identik
dengan keceriaan bersama teman dan keluarga
karena ciri khasnya yang selalu membawa keceriaan
dengan warna cerah dan rasa buah yang enak
dengan karbonasi yang menyegarkan.87
Varian rasa: Strawberry, Soda Water, dan New
fanta Orange.
Kemasan yang tersedia:
PET: 250 ml, 390 ml, 100 ml, 1500 ml.
Can: 250 ml, 330 ml.
RGB: 200 ml, 295 ml.
d. Frestea
Frestea diproduksi di bawah otoritas Pacific
Refreshments Pte. Ltd dengan menggunakan
standar kualitas tinggi The Coca-Cola Company
menggunakan teknologi tinggi dan didukung oleh
proses produksi higienis demi memastikan bahwa
setiap botol Frestea memiliki kualitas yang sama.
Varian rasa: Jasmine, Green, Greean Honey,
Apple, Markisa.
Kemasan yang tersedia:
PET: 350 ml, 500 ml, 900 ml.
RGB: 220 ml
87 ttps//www.Coca-colaamatil.co.id/products/index// diakses pada
tanggal 7 september 2019 pukul 19.00 WIB
81
CUP: 300 ml
e. Minute Maid
Minute Maid dibeli oleh The Coca-Cola
Company pada tahun 1960. Sejak saat itu Minute
Maid dipasarkan sebagai minuman sari buah jeruk
dari buah asli dengan vitamin C dan butir jeruk asli
(pulp). Seiring dengan berkembangnya waktu, The
Coca-Cola Company melakukan inovasi dan
meluncurkan berbagai rasa dan varian untuk merek
Minute Maid.88
f. Aquarius
Aquarius adalah produk The Coca-Cola
Company, diperkenalkan di Jepang pada tahun 1980.
Kini aquarius hadir di Indonesia untuk menemani
beraktifitas berat. Kandungan mineral Aquarius
membantu menggantikan cairan tubuh yang hilang
saat berkeringat.
Kemasan yang tersedia:
PET: 500 ml.
CUP: 296 ml.
g. Ades
Peluncuran Ades baru dari The Coca-Cola
Company ini menampilkan Ades sebagai air minum
dalam kemasan yang murni, aman dan terpecaya
yang dijamin oleh The coca-Cola Company. Botol
Ades 600 ml memakai bahan plastik yang lebih
sedikit sehingga mudah diremukkan. Dengan
88 ttps//www.Coca-colaamatil.co.id/products/index// diakses pada
tanggal 7 September 2019 pukul 19.00 WIB
82
volume botol kosong yang lebih kecil setelah
diremukkan, maka akan menghemat ruang di
tempat sampah dan selanjutnya juga menghasilkan
jejak emisi karbon yang lebih kecil saat sampah
tersebut diangkut. Dengan tampilan baru ini, Ades
memiliki misi mulia untuk menjadikan Indonesia
lebih baik melalui tindakan sederhana untuk
lingkungan. Ades ingin menyasar para generasi
muda yang memiliki kekuatan untuk melakukan
perubahan terbuka terhadap peluang baru dan siap
mewujudkan dalam tindakan nyata. Harapannya
mereka juga lebih kritis dalam membeli produk
yang akan dikonsumsi.
Kemasan yang tersedia:
PET: 350 ml, 600 ml, 1500 ml.
h. Schweppes
Jacob Schweppe mempatenkan proses
khusus pembuatan air berkarbonasi pada tahun
1783. Schweppes melanjutkan perkembangannya di
antara dua perang dunia. Pada awal perang dunia II,
Schweppes Ltd. Tumbuh sebagai manufactur
minuman ringan di Inggris. Pada akhir tahun 2000
Schweppes telah menjadi bagian dari produk Coca-
cola di Indonesia. Schweppes telah menjadi bagian
dari produk Coca-Cola di Indonesia. Schweppes
dapat diminum secara langsung maupun campuran
83
dengan minuman lain sehingga menjadi lebih unik
dan berbeda.89
Varian rasa: Tonic Water, Ginger Ale, Soda.
Kemasan yang tersedia:
Can: 330 ml
i. A&W
Pada tanggal 20 juni 1919 Roy Allen
membuka stand Root Beer pertama lagi di Lodi,
California, yang menjual minuman miliknya terbuat
dari resep rahasia, terdiri dari 14 tumbuhan herbal,
rempah-rempah, kulit kayu dan beberapa jenis buah
beri. Pada tahun 1922 Allen bekerjasama dengan
salah satu pekerjanya, Frank Wright dan mendirikan
tiga outlet baru di Hoston. Mereka member nama
minuman Root Beer-nya dengan menggabungkan
inisial mereka, “A” untuk Allen dan “W” untuk
Wright sebagai nama resmi minuman “A&W Root
Beer”. Sejak saat itulah pertama kali nama “A&W”
diperkenalkan sebagai merek minuman root beer.
Satu hal yang tidak pernah berubah dalam
perkembangannya selama 80 tahun ini adalah
masyarakat di seluruh dunia menyukai A&W Root
Beer yang kaya akan rasa lembut, dan lapisan atas
busanya yang tebal.90
Varian rasa: Sarsaparila
89 ttps//www.Coca-colaamatil.co.id/products/index// diakses pada
tanggal 7 september 2019 pukul 19.00 WIB 90https://www.coca-cola.co.id// diakses pada tanggal 10 Juli 2019 pukul
09.00 WIB
84
Kemasan yang tersedia:
Can: 330 ml
4. Visi dan Misi91
Visi: Menjadi perusahaan produsen minuman terbaik
di Dunia.
Misi:
a. Menyegarkan dunia.
b. Menginspirasi momen penuh optimisme dan
kebahagiaan.
c. Menciptakan nilai dan membuat perbedaan.
B. Hasil Pengujian Instrumen (Validitas dan Reliabilitas)
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui
tingkat kevalidan indikator yang digunakan sebagai alat
ukur variabel. Pengujian validitas menggunakan regresi
linier yang dilakukan dengan menghitung regresi antara
skor masing-masing butir pernyataan dengan total skor
variabel. Sebelum dilakukan penelitian yang
sesungguhnya, penulis terlebih dahulu melakukan uji
coba kepada 30 responden oleh Agen PT. Coca-Cola di
Ponorogo. Untuk menguji validitas instrumen dengan
melihat nilai correlation coefficient.92
91 ttps//www.Coca-colaamatil.co.id/products/index// diakses pada
tanggal 7 september 2019 pukul 19.00 WIB 92 Budi Susetyo. Statistika untuk Analisis Data Penelitian dilengkapi
cara perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel (Bandung: Refika
Aditama, 2010), 281.
85
Kriteria uji validitas adalah:
a. Apabila r hitung > r tabel, maka kuesioner tersebut
valid.
b. Apabila r hitung < r tabel maka kuesioner tersebut
tidak valid.
Untuk mengetahui hasil validitas variabel
penentuan harga (X2) dapat dilihat sebagaimana
berikut:
Tabel 2.1
Hasil Uji Validitas Variabel Penentuan Harga
Sumber: Hasil olahan data SPSS versi 21.0
Berdasarkan uji validitas variabel penentuan
harga dengan memberikan 4 butir pernyataan dengan
hasil sebagaimana berikut. Item pertama memiliki hasil
rhitung sebesar 0,777, item kedua rhitung sebesar 0,880,
item ketiga rhitung sebesar 0,787, item ke’empat rhitung
sebesar 0,674. Jadi berdasarkan data tabel 4.2 diperoleh
rhitung > rtabel sehingga dapat diambil kesimpulan semua
item dinyatakan valid dan semua item pernyataan
dalam variabel penentuan harga (X1) bisa dijadikan
86
kuesioner pada Agen PT.Coca-Cola di Ponorogo.
Adapun untuk mengetahui skor jawaban angket uji
validitas variabel penentuan harga dapat dilihat pada
lampiran.
Adapun untuk mengetahui hasil validitas
variabel Manajemen Rantai Pasokan (Y) dapat dilihat
sebagaimana berikut:
Tabel 2.2
Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Agen
No Variabel Item Rhitung Rtabel Ket.
1 Manajemen
Rantai
Pasokan (Y)
1 0,835 0,361 Valid
2 2 0,914 0,361 Valid
3 3 0,759 0,361 Valid
4 4 0,779 0,361 Valid
5 5 0,805 0,361 Valid
Sumber: Hasil olahan data SPSS versi 21.0
Berdasarkan uji validitas kepuasan agen dengan
memberikan 5 butir pernyataan dengan hasil sebagai
berikut. Item pertama memiliki hasil rhitung sebesar
0,835, item kedua rhitung sebesar 0,914, item ketiga
rhitung sebesar 0,759, item ke’empat rhitung sebesar 0,779,
item kelima rhitung sebesar 0,805. Jadi berdasarkan tabel
4.4 diperoleh rhitung > rtabel sehingga dapat diambil
kesimpulan semua item pernyataan dikatakan valid dan
semua item pernyataan dalam variabel kepuasan agen
(Y) bisa dijadikan untuk kuesioner pada Agen Coca-
87
Cola di Ponorogo. Adapun untuk mengetahui skor
jawaban angket uji validitas variabel kepuasan agen
dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Reliabilitas
Langkah selanjutnya setelah dilakukan uji
validitas yaitu menghitung variabel nilai koefisien
Alpha Croncbach.Reliabilitas juga sering juga diartikan
dengan konsistensi atau keajegan, ketapatan, kestabilan,
dan keandalan. Sebuah instrument penelitian memiliki
tingkat atau nilai reliabilitas tinggi jika hasil tes dari
instrument tersebut memiliki hasil yang konsisten atau
memiliki keajegan terhadap suatu yang hendak diukur.
Untuk menguji reliabilitas item diuji dengan melihat
koefisien alpha dengan melakukan reability analysis
dengan program SPSS versi 21.0 akan dilihat nilai
cronbach-alpha untuk reliabilitas keseluruhan item
dalam suatu variabel. Apabila nilai cronbach-alpha
suatu variabel > 0.60 maka indikator yang digunakan
oleh variabel tersebut reliabel.93
Cara untuk menentukan keputusan dari suatu
penelitian maka harus melihat tabel berikut:94
Tabel 2.3
Tabel Interval Koefisien
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
93 Danang Sunyoto, Praktik SPSS untuk Kasus Dilengkapi Contoh
Penelitian Bidang Ekonomi (Yogyakarta: Nuha Medika, 2011), 110. 94 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…., 109.
88
0,40-0,599 Sedang
0,40-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
a. Uji reliabilitas penentuan harga (X2)
Setelah dilakukan pengujian variabel
pertama selanjutnya dilakukan pengujian variabel
penentuan harga (X2) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.4
Tabel Reliabilitas Variabel Penentuan Harga
Sumber:Hasil olahan data SPSS versi 21.0
Berdasarkan tabel 4.7 hasil perhitungan
variabel penentuan harga dapat diketahui nilai
cronbach’s alpha sebesar 0,777. Kemudian
perbandingan dengan rtabel pada taraf signifikan
0,05% dan pada n=67 sebesar 0,236. Karena rhitung
> rtabel yaitu 0,777> 0,236 maka instrumen tersebut
dikatakan reliabel.
b. Uji reliabilitas Manajemen Rantai Pasokan (Y).
Setelah dilakukan pengujian variabel ketiga
selanjutnya dilakukan pengujian variabel kepuasan
agen (Y) dengan hasil sebagai berikut:
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.777 4
89
Tabel 2.5
Tabel Reliabilitas Variabel Manajemen Rantai
Pasokan
Sumber: Hasil olahan data SPSS versi 21.0
Berdasarkan tabel 4.9 hasil perhitungan
reliabilitas variabel kepuasan agen dapat diketahui
nilai cronbach’s alpha sebesar 0,876. Kemudian
perbandingan dengan rtabel pada taraf signifikan
0,05% dan pada n=67 sebesar 0,236. Karena rhitung >
rtabel yaitu 0,876>0,236 maka instrumen tersebut
dikatakan reliabel.
Cara untuk menentukan keputusan
reliabilitas dari suatu penelitian maka harus melihat
tabel berikut:
Tabel 2.6
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Alpha
Cronbach’s
Keputusan
Penentuan harga
(X2)
0,777 Reliabel
Manajemen
Rantai Pasokan
(Y)
0,876 Reliabel
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.876 5
90
Teknik pengujian reliabilitas menggunakan
metode Aplha Cronbach’s. Berdasarkan hasil
pengujian reliabilitas diatas dapat diketahui nilai
koefisien alpha untuk variabel penentuan harga (X2)
sebesar 0,777, dan manajemen rantai pasokan (Y)
sebesar 0,876. Dari hasil uji tersebut, dapat
dikatakan bahwa ke’empat variabel penelitian dapat
disimpulkan reliabel yang artinya ke’empat variabel
tersebut memiliki konsistensi atau ketepatan
terhadap item pernyataan dalam penelitian.
C. Hasil Pengujian Deskripsi
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Nama atau
Bentuk Usaha
Dari hasil penyebaran kuesioner, maka jumlah
responden berdasarkan nama atau bentuk usaha sebagai
berikut:
Tabel 2.7
Nama atau Bentuk Usaha Responden pada Agen
PT.Coca-Cola di Ponorogo
No Nama atau
Bentuk Usaha
Jumlah Presentase
1 Kedai 2 3%
2 Swalayan 28 42%
3 Toko 37 55%
Jumlah 67 100%
Berdasarkan tabel 4.11 nama atau bentuk usaha
responden pada agen PT. Coca-Cola adalah kedai,
91
swalayan, dan toko. Pertama jumlah kedai ada 2 dengan
presentase 3%, kedua jumlah swalayan ada 28 dengan
presentase 42%, ketiga jumlah toko ada 37 dengan
presentase 55%. Jumlah total dari nama atau bentuk
usaha responden pada agen PT.Coca-Cola di Ponorogo
adalah 67 dengan presentase 100%. Jadi mayoritas
nama atau bentuk usaha agen PT.Coca-Cola di
Ponorogo adalah toko.
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah
Penjualan/Bulan
Jumlah Penjualan/Bulan dari responden dapat
diketahui dari hasil penyebaran kuesioner sebagai
berikut:
Tabel 2.8
Jumlah Penjualan/Bulan pada Agen PT. Coca-Cola
di Ponorogo
No Jumlah
Penjualan/Bulan
Jumlah Presentase
1 4 krat 11 16%
2 5 krat 13 21%
3 6 krat 15 23%
4 8 krat 11 16%
5 10 krat 11 16%
6 12 krat 6 8%
Jumlah 67 100%
Berdasarkan tabel 4.12 jumlah penjualan per
bulan pada agen PT. Coca-Cola sebagaimana berikut.
Pertama untuk jumlah penjualan per bulan 4 krat
92
berjumlah 11 dengan presentase 16%, kedua jumlah
penjualan per bulan 5 krat berjumlah 13 dengan
presentase 21%, ketiga jumlah penjualan per bulan 6
krat berjumlah 15 dengan presentase 23%, ke’empat
jumlah penjualan per bulan 8 krat berjumlah 11 dengan
presntase 16%, kelima jumlah penjualan per bulan 10
krat berjumlah 11 dengan prsentase 16%, ke’enam
jumlah penjualan per bulan 12 krat berjumlah 6 dengan
presentase 8 %. Jumlah total dari penjualan per bulan
pada agen PT. Coca-Cola di Ponorogo sebanyak 67
dengan presentase 100%. Jadi penjualan paling banyak
per bulan pada agen PT.Coca-Cola di Ponorogo adalah
6 krat.
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Cara
Pembayaran/bulan
Tabel 2.9
Cara Pembayaran/Bulan pada Agen PT.Coca-Cola
di Ponorogo
No Cara
Pembayaran/Bulan
Jumlah Presentase
1 1 Minggu 10 15%
2 2 Minggu 19 28%
3 3 Minggu 18 27%
4 4 Minggu 20 30%
Jumlah 67 100%
Berdasarkan tabel 4.13 cara pembayaran per
bulan pada agen PT.Coca-Cola di Ponorogo akan
dijelaskan sebagaimana berikut. Pertama cara
93
pembayaran per bulan selama 1 minggu berjumlah 10
dengan presentase 15%, kedua cara pembayaran per
bulan selama 2 minggu berjumlah 19 dengan presentase
28%, ketiga cara pembayaran per bulan selama 3
minggu berjumlah 18 dengan prsentase 27%, ke’empat
cara pembayaran selama 4 minggu berjumlah 20
dengan presentase 30%. Jumlah total dari cara
pembayaran per bulan pada agen PT. Coca-Cola di
Ponorogo adalah 67 dengan presentase 100%. Jadi
mayoritas cara pembayaran per bulan pada agen
PT.Coca-Cola di Ponorogo adalah 4 minggu.
4. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menjadi
Agen
Tabel 2.10
Lama Menjadi Agen PT. Coca-Cola di Ponorogo
No Lama Menjadi
Agen
Jumlah Presentase
1 3 tahun 12 18%
2 4 tahun 25 37%
3 5 tahun 11 16%
4 7 tahun 5 8%
5 8 tahun 5 8%
6 10 tahun 7 10%
7 12 tahun 2 3%
Jumlah 67 100%
Berdasarkan tabel 4.14 lama menjadi agen
PT.Coca-Cola di Ponorogo akan dijelaskan
sebagaimana berikut. Pertama lama menjadi agen
94
selama 3 tahun berjumlah 12 dengan prsentase 18%,
kedua lama menjadi agen selama 4 tahun berjumlah 25
dengan presentase 37%, ketiga lama menjadi agen
selama 5 tahun berjumlah 11 dengan presentase 16%,
ke’empat lama menjadi agen selama 7 tahun berjumlah
5 dengan presentase 8%, kelima lama menjadi agen
selama 8 tahun berjumlah 5 dengan presentase 8%,
ke’enam lama menjadi agen selama 10 tahun berjumlah
7 dengan presentase 10%, ketujuh lama menjadi agen
selama 12 tahun berjumlah 2 dengan prsentase 3%.
Jumlah total dari lama menjadi agen PT. Coca-Cola di
Ponorogo adalah 67 dengan presentase 100%. Jadi
mayoritas lama menjadi agen pada PT. Coca-Cola di
Ponorogo adalah 4 tahun.
D. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk
mengetahui bentuk distribusi (sampel) yang
digunakan dalam penelitian. Data yang digunakan
harus berbentuk distribusi normal khususnya untuk
statistika parametrik. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan uji normalitas kolmogorov-smirnov.
1) Jika nilai probability sig 2 tailed > 0,05 maka
distribusi data normal.
2) Jika nilai probability sig 2 tailed < 0,05 maka
distribusi data tidak normal.
95
Adapun hasil pengujian uji normalitas
dengan menggunakan metode kolmogorov-smirnov
sebagaimana berikut:
Tabel 2.11
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 67
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
2.22730182
Most Extreme
Differences
Absolute .149
Positive .064
Negative -.149
Kolmogorov-Smirnov Z 1.223
Asymp. Sig. (2-tailed) .100
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas maka
dapat diketahui bahwa nilai kolmogorov-smirnov
dari ke’empat variabel sebesar 1,1223 dengan nilai
asymp. Sig.(2-tailed) sebesar 0,100. Berdasarkan
hasil uji tersebut nilai asymp. Sig (2-tailed) > 0,05.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
residual di atas berdistribusi normal atau memenuhi
asumsi normalitas. Yaitu nilai kolmogorov-smirnov
ke’empat variabel lebih dari taraf signifikansi yaitu
96
0,05. Sehingga data bisa digunakan untuk
pengolahan data selanjutnya yaitu dilanjutkan
dalam pengukuran pengaruh atau hubungan dan
pengujian hipotesis.
b. Uji Heteroskedastisitas
Suatu model dikatakan memiliki problem
heteroskedastisitas itu berarti ada atau terdapat
varian variabel dalam model yang tidak sama.
Gejala ini dapat pula diartikan bahwa dalam model
terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada
pengamatan model regresi tersebut. Uji
hetesoskedastisitas diperlukan untuk menguji ada
tidaknya gejala ini dalam penelitian ini
menggunakan metode uji park gleyzer yaitu dengan
melihat tabel signifikansi. Dalam uji
heteroskedadtisitas dengan metode gleyzer yaitu
dengan cara mengorelasikan nilai absolute
residualnya dengan tiap-tiap variabel independen.
Apabila hasil nilai probabilitasnya memiliki nilai
signifikansi lebih dari 0,05, maka tidak mengalami
hetesoskedastisitas. Berikut hasil uji
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji park
gleyser:
97
Tabel 2.12
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan tabel 4.16 taraf signifikansi
atau probabilitas untuk tiap-tiap variabel yaitu
penentuan harga (X) sebesar 0,757 > 0,05. Dari
hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
tersebut memiliki nilai probability atau signifikan
lebih besar dari 0,05. Sehingga model ini dapat
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang
signifikan antar variabel bebas. Jika terdapat
hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti
ada aspek yang sama diukur pada variabel bebas.
Hal ini tidak layak digunakan untuk menentukan
kontribusi secara bersama-sama variabel bebas
terhadap variabel terikat.
98
Uji multikolinieritas dengan SPSS dilakukan
dengan uji regresi, dengan patokan nilai VIF
(variance inflation factor) dan koefisien korelasi
antar variabel bebas. Kriteria yang digunakan
adalah:
1) Jika nilai VIF (variance inflation factor) < 10
atau memiliki tolerance > 0,1, maka dikatakan
tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam
model regresi.
2) Jika koefisien korelasi antar variabel bebas
kurang dari 0,5 maka tidak terdapat masalah
multikolinieritas.
Hasil perhitungan uji multikolinieritas pada
penelitian ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 2.13
Hasil Uji Multikolinieritas
99
Berdasarkan tabel 4.17 nilai coefficients di
atas menginformasikan bahwa model datas yaitu
variabel independen yaitu penentuan harga (X)
dan insentif (X3) serta variabel dependen yaitu
kepuasan agen (Y) tidak terjadi multikolinieritas.
Dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF)
adalah variabel penentuan harga (X) sebesar 2,104
> 0,10 dan nilai tolerance dari variabel penentuan
harga (X) sebesar 0,475 > 0,10. Sehingga daoat
disimpulan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
2. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikansi
antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y),
hasil output analisis regresi linier sederhana adalah
sebagai berikut:
a. Analisis Regresi Linier Sederhana (X) terhadap Y
Tabel 2.14
Tabel Model Summary
D
a
r
i
D
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 .357a .127 .114 2.63397
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
100
Dari hasil output di atas menunjukkan bahwa
koefisien korelasi menunjukkan nilai sebesar 0,357
yang mengartikan bahwa penentuan memiliki
hubungan yang positif dengan manajemen rantai
pasokan. Koefisien regresi (R Square) sebesar 0,127
menunjukkan bahwa kelancaran pasokan
berpengaruh sebesar 12,7% terhadap kepuasan agen
dan 87,3 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji T)
Penelitian ini menggunakan uji parsial T untuk
mengetahui variabel bebas (independent) terhadap
variabel terikat (dependent). Hasil perhitungan uji
parsial t dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.15
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) -.146 4.291 -.034 .973
Penentuan_harga .249 .211 .172 1.182 .242
a. Dependent Variable: manajemen rantai pasokan
101
Berdasarkan hasil output yang ditampilkan
pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa:
1) Pengaruh penentuan harga (X) terhadap
manajemen rantai pasokan (Y)
H0: penentuan harga tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan agen.
Ha: penentuan harga berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan agen.
Dari perhitungan tabel 4.22 di atas
bahwa penentuan harga (X2) terhadap
manajemen rantai pasokan (Y) mempunyai nilai
t hitung > t tabel (1,182> 1,294). Maka dapat
disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Yang
artinya penentuan harga (X2) berpengaruh
secara signifikan terhadap kepuasan agen
(Y).
b. Uji Kesesuaian Model (Uji F)
Penelitian ini menggunakan uji kesesuaian
model F atau bersama-sama untuk mengetahui
pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel
terikat. Dengan menggunakan hipotesis:
H0 = kelancaran pasokan, penentuan harga, dan
insentif tidak berpengaruh secara signifikan
Ha = penentuan harga berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen rantai
pasokan.
Hasil perhitungan uji kesesuian model (Uji
F), bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
102
Tabel 2.16
Hasil Uji F
Berdasarkan tabel 4.23 diatas diketahui bahwa
Nilai F hitung > F tabel (12.143 > 2.457). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H4 diterima.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penentuan harga
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen
rantai pasokan.
E. Pembahasan
1. Pengaruh Penentuan Harga (X) terhadap
Manajemen Rantai Pasokan (Y)
Hasil analisis dengan bantuan program
komputer SPSS 21 for windows menunjukkan koefisien
korelasi sebesar 0,357 dan koefisien determinasi R2
sebesar 0,127 yang berarti bahwa terdapat pengaruh
yang positif kelancaran pasokan dengan kepuasan agen
pada Agen PT. Coca-Cola di Ponorogo sebesar 12,7%
dan 87,3% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.
Uji T yang dilakukan menunjukkan bahwa
Thitung sebesar 1,609 dengan signifikansi 0,000 dan nilai
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 189.329 3 63.110 12.143 .000b
Residual 327.418 63 5.197
Total 516.746 66
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2
103
Ttabel sebesar 1,294 maka Thitung > Ttabel atau 1,609 >
1,294 artinya kelancaran pasokan berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan agen.
Dapat disimpulkan bahwa penentuan harga
berpengaruh terhadap manajemen rantai pasokan agen
PT.Coca-Cola di Ponorogo. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Sri Padmantyo tertulis bahwa,
kompetesi yang semakin sengit dalam pasar global,
inovasi produk yang memiliki siklus hidup yang
semakin singkat, serta ekspetasi pelanggan yang
semakin tinggi memaksa seluruh perusahaan untuk
berinvestasi dan fokus pada supply chain management
mereka. Persaingan menjadi suatu kondisi yang perlu
diperhatikan oleh setiap perusahaan yang dapat
dijadikan sebagai senjata dalam memenangkan
persaingan yang ada. Supply chain management sebagai
suatu pendekatan terpadu yang meliputi seluruh proses
manajemen material, memberikan orientasi kepada
proses untuk menyediakan, memproduksi, dan
mendistribusikan produk kepada konsumen. konteks
material tentunya tidak hanya meliputi bahan baku dan
barang jadi saja tetapi juga termasuk bahan pembantu,
komponen, suku cadang, barang setengah jadi maupun
berbagai jenis perlegkapan yang digunakan untuk
mendukung aktivitas operasional perusahaan secara
menyeluruh. Agar perusahaan mencapai tingkat
kepuasan maksimal membutuhkan proses kinerja yang
bagus dari perencanaan bahan baku sampai barang siap
dipasarkan. Sebelum mencapai hasil yang diharapkan
104
proses yang harus dilalui yaitu memastikan rantai
pasokan barang sudah terpenuhi. Salah satu perusahaan
dalam mencapai targetnya diharuskan mampu
memenuhi kepuasan pelanggan, mengembangkan
produk tapat waktu, mengeluarkan baya rendah dalam
bidang persediaan dan penyerahan produk serta
mengelola industri secara cermat.
Harga yang optimal akan menjadi kunci dari
keberhasilan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya,
oleh karena itu perusahaan harus merancang sebaik
mungkin tentang efisensi harga di dalam kegiatan
mendistribusikan barang dalam setiap kegiatan
distribusi saat ini bukanlah suatu hal yang biasa ketika
menghadapi berbagai masalah yang muncul akibat
berbagai macam faktor diantaranya menurunnya
permintaan konsumen dan menumpuknya barang di
gudang. Apalagi dengan munculnya para pesaing baru,
merupakan tantangan bagi perusahaan untuk bisa
membuat suatu strategi baru hingga bisa
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh
Kelancaran Pasokan, Penentuan Harga, dan Insentif
terhadap Kepuasan Agen PT. Coca-Cola di Ponorogo”.
Setelah dilakukan pengumpulan data dan analisis secara
lebih teliti, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel penentuan harga (X) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen rantai pasokan agen PT.
Coca-Cola di Ponorogo dengan nilai Thitung sebesar
1,182 > Ttabel sebesar 1,294 dan signifikansi 0,000 <
0,05 atau dapat diartikan H0 ditolak dan Ha diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel penentuan harga
memiliki pengaruh terhadap manajemen rantai pasokan
agen PT. Coca-Cola di Ponorogo. Nilai koefisien
105
106
sebesar 0,507 yang menunjukkan bahwa korelasi antara
penentuan harga dengan manajemen rantai pasokan
berada pada tingkatan sedang. Nilai R square
menjelaskan kemampuan variabel X dalam
mempengaruhi variabel Y sebesar 25,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa penentuan harga dipengaruhi
secara signifikan oleh manajemen rantai pasokan.
2. Variabel penentuan harga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen rantai pasokan agen PT.
Coca-Cola di Ponorogo dengan nilai Fhitung sebesar
12,143 > Ftabel sebesar 2,457 dan signifikansi 0,000 <
0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Yang berarti penentuan harga
secara bersama-sama dipengaruhi secara signifikan
terhadap manajemen rantai pasokan. Nilai koefisensi
menunjukkan bahwa korelasi antara penentuan harga
berada pada tingkatan tinggi. Nilai R square
99
107
menjelaskan kemampuan variabel X dalam
mempengaruhi variabel Y yaitu sebesar 36,6%.
Berdasarkan hasil ini manajemen rantai pasokan
dipengaruhi oleh penentuan harga.
B. Saran
1. Bagi pabrik dan distributor perlu ditingkatkan dalam
informasi terkait harga jual dari hulu ke hilir agar agen
tidak merasa dirugikan, karena agen langsung menjual
produk ke konsumen.
2. Bagi Agen PT. Coca-Cola di Ponorogo untuk lebih
menarik perhatian konsumen dalam memilih produk
coca-cola sebagai minuman yang berkualitas.
3. Bagi mahasiswa yang melakukan penelitian mengenai
penentuan harga dalam manajemen rantai pasokan, bisa
menambahkan variabel penelitian dari segi aspek
pemasaran secara ekonomi makro, mikro atau dalam
segi ekonomi syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.
Bandung: Alfabeta, 2017.
Anatan, Lina. Supply Chain Management Perencanaan,
Proses, dan Kemitraan. Bandung: Alfabeta,2014.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013.
Basuki, Agus Tri. Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi
dan Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016.
Darmadi, Hamid. Metode Penelitian Pendidikan Sosial.
Bandung: Alfabeta, 2014.
Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2013.
Guritno, Adi Djoko. Manajemen Rantai Pasokan. Tangerang:
Universitas Terbuka, 2001.
Handayani, Latifah Dwi. Manajemen Rantai Pasok dan
Logistik. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008.
Heizer, Jay dan Barry Render. Manajemen Operasi :
Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan
edisi ke 11. Jakarta: Salemba Empat, 2015.
Jacobs, Roberts F. Manajemen Operasi dan Rantai Pasokan.
Jakarta: CV.Pustaka, 2016.
Kadir. Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data
dengan Program SPS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2015.
Kertajaya, Hermawan. Perjalanan Pemikiran Konsep
Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 2008.
Kodrat, David Sukardi. Manajemen Distribusi Berbasis Teori
dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2017.
Kotler, Philip dan Kevin Keller. Manajemen Pemasaran Edisi
Ke 13 Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2011.
Martono, Ricky. Manajemen Logistik (Konsep dan Distribution
Mix). Jakarta: Gramedia Utama, 2018.
Nugroho, Susanti Adi. Hukum Persaingan Usaha. Jakarta:
Prenada Media, 2010.
Nurcholis, Lutfi. Strategi Peningkatan Kinerja Rantai
Pasokan. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2015.
Pianida, Didi. Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi
Kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jawa Barat: CV
Jejak, 2018.
Purnomo, Rochmat Aldy. Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis
dengan SPSS. Ponorogo: CV Wade Group, 2017.
Rahmasari, Dewi. Manajemen Logistik. Malang: UMM Press,
2017.
Santoso, Ananda. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya: Alumni, 2002.
Sarwono, Jonathan. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan
SPSS. Yogyakarta: Andi, 2019.
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika
Aditama, 2012.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2017.
Sujarweni, Wiratna. Metode Penelitian Bisnis dan Ekonomi.
Yogyakarta: Pustaka Baru, 2015.
Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen: Teori dan
Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: PT. Ghalia
Indonesia, 2011.
Sunyoto, Danang. Praktik SPSS untuk Kasus Dilengkapi
Contoh Penelitian Bidang Ekonomi. Yogyakarta: Nuha
Medika, 2011.
Supramono dan Haryanto. Desain Proposal Penelitian Studi
Pemasaran. Yogyakarta: Andi, 2005.
Suryanto, Mikael Hang. Sistem Operasional Manajemen
Distribusi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016.
Susetyo, Budi. Statistika untuk Analisis Data Penelitian
dilengkapi cara perhitungan dengan SPSS dan MS
Office Excel. Bandung: Refika Aditama, 2010.
Sutarman. Dasar-Dasar Manajemen Logistik. Bandung: Refika
Aditama, 2017.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran Edisi 4. Yogyakarta:
Andi Offset, 2017.
Tunggal, Amin Wijaya. Dasar-Dasar Manajemen Logistik dan
Supply Chain Management. Jakarta: Erlangga, 2012.
Wahyudi, Setyo Tri. Statistika Ekonomi. Malang: UB Press,
2017.
Widarjono, Agus. Analisis Multivariat Terapan dengan
Program SPSS, AMOS dan SMARTPLS. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2015.
Widyaningrum, Retno. Statistik Edisi Revisi. Ponorogo: STAIN
PO Press, 2009.
Winardi. Harga dan Penetapan Harga Dalam Bidang
Pemasaran. Jakarta: Kencana, 2012.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana, 2014.
Wawancara dengan Supervisor Distributor PT.Coca-Cola pada
tanggal 13 Desember 2019 pukul 13.00 WIB
Wawancara dengan Agen PT. Coca-Cola pada tanggal 12
Desember 2019 pukul 10.00 WIB
https://www.coca-cola.co.id// diakses pada tanggal 2
September 2019 pukul 08.00 WIB.
https://www.coca-cola.co.id// diakses pada tanggal 5 Juni 2019
pukul 19.00 WIB
https//www.Coca-colaamatil.co.id/products/index// diakses
pada tanggal 7 september 2019 pukul 19.00 WIB.