pengaruh penambahan zat aditif mgo nanopartikel...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PENAMBAHAN ZAT ADITIF MgO NANOPARTIKEL
TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROKSIAPATIT BERPORI SEBAGAI
BONE FILLER
Fitri Kurniasari1*
, Djony Izak Rudyardjo1, Jan Ady
1
1Program Studi S1-Fisika Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
*Email: [email protected]
Abstrak
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan zat aditif MgO
nanopartikel terhadap karakteristik hidroksiapatit berpori sebagai bone filler. Tujuan
penelitian ini adalah mengoptimalkan penelitian sebelumnya dengan mengganti zat
aditif ZnO nanopartikel dengan MgO nanopartikel disertai dengan penggunaan metode
injeksi. Sintesis hidroksiapatit berpori dilakukan dengan mencampurkan serbuk
hidroksiapatit berukuran nano dengan MgO nanopartikel dan membuat larutan PVA.
Komposisi MgO nanopartikel divariasi pada 8 wt%, 10 wt%, 12 wt% dan 14 wt%.
Campuran hidroksiapatit-MgO dilarutkan dalam larutan PVA sehingga terbentk
hidroksiapatit slurry. Busa polyurethane disiapkan dengan dimensi 1 cm × 1 cm × 1 cm.
Hidroksiapatit slurry diinjeksikan pada busa polyurethane dan dilanjutkan dengan
proses thermal treatments. Proses thermal treatments dilakukan dalam 3 tahap, tahap
pengeringan dalam suhu 80ºC selama 2 jam, tahap penghilangan PVA dan busa
polyurethane dengan cara dipanaskan dalam suhu 650ºC selama 1 jam, dan tahap
sintering pada suhu 1200ºC selama 3 jam. Pengaruh variasi penambahan zat aditif MgO
nanopartikel pada hidroksiapatit berpori yang dihasilkan, dikarakterisasi menggunakan
uji porositas, uji kekuatan tekan, uji morfologi dan komposisi Ca/P dengan SEM-EDX,
uji gugus fungsi dengan FTIR, dan uji sitotoksisitas menggunakan MTT assay.
Berdasarkan analisis-analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa sampel
hidroksiapatit berpori dengan penambahan 14 wt% zat aditif MgO nanopartikel
menunjukkan karakter terbaik dengan persentase porositas sebesar 68,60%, nilai
kekuatan tekan sebesar 2,43 MPa, ukuran pori sebesar 100,3 – 314,3 µm, dan tidak
bersifat toksik.
Kata kunci: biokeramik, hidroksiapatit berpori, magnesium oxide, zat aditif, metode
injeksi.
Abstract
The research has been done about the effect of MgO nanoparticle addition as additive
on properties of porous hydroxyapatite as bone filler. The aim of this research was to
optimize previous research by replacing ZnO nanoparticles with MgO nanoparticles
accompanied by the use of injection method. Porous hydroxyapatite has been
2
synthesized by mixing the nanosized hydroxyapatite powder with MgO nanoparticle
and making the PVA solution (0,05 gram PVA in 1 ml aquades). The amount of MgO
nanoparticles varied into 8 wt%, 10 wt%, 12 wt% and 14 wt%. The mixture of
hydroxyapatite-MgO dissolved in a solution of PVA to form hydroxyapatite slurry.
Polyurethane foam was prepared in 1 cm × 1 cm × 1 cm dimension. Hydroxyapatite
slurry was injected into polyurethane foam and continued with thermal treatment
processes. Thermal treatment processes was carried out in 3 stages – drying stage in
temperature of 80ºC for 2 hours, PVA and polyurethane foam removal stage at 650ºC
for 1 hour, and sintering stage at 1200ºC for 3 hours. The effect of MgO nanoparticle
addition of synthesized porous hydroxyapatite has been characterized by porosity test,
compressive strength test, morphology and Ca/P composition test by Scanning Electron
Microscopy coupled with Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), functional group
analysis by FTIR, and cytotoxicity test by MTT assay. Through the analysis, it has been
determined that the porous hydroxyapatite sample with 14 wt% MgO nanoparticles as
additive show the best character with porosity percentage about 68,90%, value of
compressive strength is 2,43 MPa, pore size is about 100,3 µm to 314,3 µm, and not
toxic.
Keywords: bioceramic, porous hydroxyapatite, magnesium oxide, additive, injection
method.
PENDAHULUAN
Kanker tulang terjadi karena disfungsi sel atau pertumbuhan sel tulang yang
tidak terkendali. Kanker tulang (osteosarcoma) merupakan penyakit ganas sistemik
yang terjadi pada sel tulang, komponen hematopoietik pada tulang, tulang rawan dan
fibrous atau bahan sinoval (Nurmanta, 2013).
Perkembangan teknologi dalam industri medis mendorong perkembangan
biomaterial. Biomaterial bertujuan untuk memperbaiki, memulihkan, dan menggantikan
jaringan yang rusak atau sebagai penghubung dengan lingkungan fisiologis tubuh.
Biomaterial sebagai aplikasi implan tulang memberikan solusi yang yang lebih baik
dalam penanganan kasus kerusakan jaringan tulang dengan proses regenerasi jaringan
sebagai upaya perbaikan dan pemulihan jaringan yang rusak. Teknik yang digunakan
merupakan teknik jaringan yang mengacu pada penumbuhan jaringan baru
menggunakan sel hidup yang dikendalikan oleh struktur substrat dari material sintetis
(Park et al., 2007).
Bone filler merupakan salah satu biomaterial sebagai aplikasi dalam proses
perbaikan, pemulihan, dan rekonstruksi tulang akibat kecelakaan, tumor tulang, kanker
tulang, dan penyakit degradasi tulang lainnya. Bone filler digunakan untuk mengisi
rongga tulang yang rusak sehingga memicu pertumbuhan jaringan tulang.
Hidroksiapatit merupakan bahan utama penyusun bone filler. Sebagai salah satu jenis
natural ceramic, hidroksiapatit murni memiliki karakteristik mekanik yang rendah.
Penambahan zat aditif pada hidroksiapatit dibutuhkan untuk membuat bone filler
dengan karakteristik mekanik yang sesuai dan dapat diaplikasikan untuk tulang. Sintesis
hidroksiapatit berpori menggunakan penambahan zat aditif ZnO dan metode
perendaman busa polimer dilanjutkan dengan proses sintering pada 1200°C selama 3
3
jam telah dilakukan oleh Yunita (2014) menghasilkan hidroksiapatit berpori dengan
ukuran pori, porositas, dan tingkat sitotoksisitas yang memenuhi standar aplikasi medis
sebagai bone filler dengan kekuatan tekan sebesar 0,319 MPa yang belum memenuhi
standar aplikasi medis untuk tulang spongious sebesar 7,5 – 41 MPa.
Magnesium oxide atau MgO merupakan salah satu kandidat zat aditif karena
magnesium merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam tulang dan karakteristik
mekanik yang baik. MgO telah diperkenalkan sebagai zat aditif sintering untuk
meningkatkan sifat mekanik hidroksiapatit. Penambahan zat aditif MgO akan
meningkatkan nilai kuat tekan atau compressive strength hidroksiapatit sampai 70%
(Demirkol et al., 2012). Diperkirakan penambahan zat aditif MgO pada hidroksiapatit
yang dilanjutkan dengan proses sintering akan menghasilkan produk bone filler yang
memiliki sifat dan karakteristik yang baik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap preparasi dan tahap
pengujian sampel hidroksiapatit berpori. Tahap preparasi dan pembuatan sampel
meliputi pembuatan hidroksiapatit slurry, proses injeksi busa polyurethane,
pengeringan, dan proses sintering. Serbuk hidroksiapatit dicampurkan dengan serbuk
MgO nanopartikel dengan variasi jumlah penambahan adalah 8 wt%, 10 wt%, 12 wt%,
dan 14 wt%. Campuran serbuk hidroksiapatit dan MgO nanopartikel ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam aquades dan larutan PVA hingga didapatkan
hidroksiapatit slurry. Busa polyurethane yang telah dipotong kemudian diinjeksi dengan
hidroksiapatit slurry. Selanjutnya, sampel dikeringkan dalam furnace pada temperatur
80°C selama 2 jam. Temperatur dalam furnace ditingkatkan menjadi 650°C selama 1
jam bertujuan untuk menghilangkan busa polyurethane dan PVA. Proses sintering pada
sampel dilakukan dengan suhu 1200°C selama 3 jam. Tahap pengujian sampel
hidroksiapatit berpori meliputi uji FTIR, uji SEM-EDX, uji porositas, uji kekuatan
tekan (compressive strength test), dan uji MTT assay.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Sintesis
Proses pembuatan hidroksiapatit berpori berbasis hidroksiapatit murni dengan
penambahan zat aditif MgO nanopartikel menghasilkan hidroksiapatit berpori berbentuk
kubikal dengan dimensi 1 cm × 1 cm × 1 cm. Hidroksiapatit slurry yang diinjeksikan
pada busa polyurethane sebagai frame pori mengalami penguatan antarpartikel
hidroksiapatit dan MgO nanopartikel dalam proses sintering sehingga dihasilkan
padatan hidroksiapatit berpori yang ditunjukkan pada Gambar 1.
4
Gambar 1. Sampel Hidroksiapatit Berpori dengan Penambahan Zat Aditif MgO
Nanopertikel
Hasil Karakterisasi
Hasil Pengujian Fourier Transform Infra-Red (FTIR)
Pengujian FTIR dilakukan sebagai analisis kualitatif identifikasi gugus fungsi
sampel berdasarkan absorbansinya terhadap sinar inframerah. Tujuan utama pengujian
FTIR adalah mengidentifikasi ada atau tidaknya gugus fungsi PVA dan busa
polyurethane. PVA dan busa polyurethane diharapkan menghilang karena proses
perlakuan panas. Hasil pengjian FTIR pada keempa sampel hidroksiapatit ditunjukkan
pada Gambar 2.
(a) (b)
(b) (d)
Gambar 2. Hasil Pengujian FTIR Sampel Hidroksiapatit Berpori dengan Penambahan
Zat Aditif MgO Nanopartikel Sebanyak (a) 8 wt%, (b) 10 wt%, (c) 12 wt%,
dan (d) 14 wt%
5
Hasil analisis serapan inframerah sampel hidroksiapatit berpori menunjukkan
adanya gugus hidroksil (OH-) pada bilangan gelombang 3570 cm
-1 dan 633 cm
-1.
Gugus fungsi hidroksil ditandai dengan adanya vibrasi gugus fungsi H – O – H
(Pramatarove dalam Sedyono dan Tontowi, 2008; Rachmania, 2012). Ditemukan gugus
karbonat (CO32-
) pada serapan inframerah bilangan gelombang 1423 cm-1
. Puncak yang
lebar pada 1400 – 1550 cm-1
menunjukkan adanya kuantitas yang besar dari ion
karbonat (Pang dan Bao dalam Rachmania 2003). Adanya puncak pada 1455 – 1410
cm-1
menunjukkan adanya CaCO3 pada permukaan (Joscheck et al dalam Rachmania,
2012). Gugus fosfat (PO43-
) ditemukan pada serapan inframerah bilangan gelombang
1090 cm-1
, 1050 cm-1
, 961 cm
-1, 602 cm
-1, 571 cm
-1, dan 473 cm
-1. Gugus fosfat pada
serapan inframerah rentang yang mendekati 470 cm-1
, 960 cm-1
, dan 1090 cm-1
ditandai
dengan adanya ikatan senyawa O – P – O yang simetris (Rachmania, 2012). Serapan
inframerah pada kisaran 1050 cm-1
dan 570 cm-1
menunjukkan adanya asymmetric
stretching mode dan symmetric bending mode gugus fungsi PO43-
(Chandrasekar et al.,
2013). Serapan inframerah pada kisaran 603 cm-1
menunjukkan adanya vibrasi bending
dan stretching dari P – O pada gugus fungsi PO43-
(Sasikumar dalam Sedyono dan
Tontowi, 2008).
Keempat sampel hidroksiapatit berpori dengan variasi penambahan zat aditif
MgO nanopartikel menunjukkan hasil serapan inframerah yang tidak jauh berbeda. Hal
ini menunjukkan keidentikan senyawa yang dihasilkan dan menunjukkan tidak adanya
pembentukan gugus fungsi baru. Terdapat tiga gugus fungsi utama hidroksiapatit
berpori, yaitu gugus hidroksil, gugus karbonat, dan gugus fosfat. Gugus fungsi
magnesium (Mg) tidak nampak pada hasil uji serapan inframerah sampel hidroksiapatit
berpori. Penggunaan sejumlah kecil magnesium sebagai zat aditif dalam sampel
hidroksiapatit berpori menyebabkan serapan gugus fungsi magnesium tidak terlihat jelas
atau tidak nampak. Tidak ditemukan serapan inframerah dari gugus-gugus fungsi PVA
dan busa polyurethane pada sampel hidroksiapatit berpori. Hal ini menunjukkan bahwa
PVA dan busa polyurethane telah melebur dan menguap dengan sempurna karena
proses thermal treatments sehingga tidak menyebabkan impuritas pada sampel
hidroksiapatit berpori.
Hasil Pengujian Scanning Electron Microscopy (SEM) – Energy Dispersive X-Ray
Spectroscopy (EDX)
Hasil pengujian SEM-EDX berupa gambar atau image struktur permukaan yang
memperlihatkan bentuk dan diameter pori serta persentase komposisi unsur pada sampel
hidroksiapatit berpori dengan variasi penambahan MgO nanopartikel. Hasil pengujian
SEM disajikan pada Gambar 3.
6
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3. Morfologi Sampel Hidroksiapatit Berpori dengan Variasi Penambahan Zat
Aditif MgO Nanopartikel (a) 8 wt%, (b) 10 wt%, (c) 12 wt%, dan (d) 14
wt% Menggunakan SEM
Analisis dari hasil pengujian morfologi sampel hidroksiapatit berpori difokuskan
pada pengamatan bentuk dan ukuran pori. Hasil pengamatan dan analisis ukuran pori
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Ukuran Pori Sampel Hidroksiapatit Berpori dengan Variasi
Komposisi Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
Parameter Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
8 wt% 10 wt% 12 wt% 14 wt%
Ukuran Pori
(µm) 157,1 – 364,3 145,8 – 357,1 171,4 – 342,9 100,3 – 314,3
Penambahan komposisi zat aditif MgO nanopartikel memberikan pengaruh
terhadap ukuran pori sampel hidroksiapatit berpori. Ukuran pori sampel hidroksiapatit
menurun seiring dengan penambahan komposisi zat aditif MgO nanopartikel. Hal ini
7
disebabkan oleh pemberian zat aditif MgO yang berukuran nano akan mengisi ruang-
ruang kosong antarpartikel hidroksiapatit sehingga dapat memperkecil ukuran pori.
Ukuran pori merupakan parameter penting pada bone filler. Bone filler
diharapkan mampu mendukung proses osteointegrasi antara sel-sel dalam jaringan
tulang dengan bone filler. Karakteristik ukuran pori yang sesuai untuk memicu
pertumbuhan sel tulang adalah 100 – 400 µm dan tidak ada jaringan yang tumbuh pada
pori dibawah ukuran 5 µm (Swain, 2009; Li dalam Nurmanta, 2013). Hasil analisis
ukuran pori sampel hidroksiapatit berpori dengan variasi komposisi penambahan zat
aditif MgO nanopartikel menunjukkan bahwa ukuran pori keempat sampel
hidroksiapatit berpori memenuhi karakteristik ukuran pori sebagai aplikasi bone filler.
Analisis komposisi elemen atau unsur yang terkandung dalam sampel
hidroksiapatit berpori dengan variasi komposisi penambahan zat aditif MgO
nanopartikel dengan EDX disajikan dalam Gambar 4.
(a)
(b)
(c)
8
(d)
Gambar 4. Hasil Pengujian Komposisi Sampel Hidroksiapatit Berpori dengan
Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel Sebanyak (a) 8 wt%, (b) 10
wt%, (c) 12 wt%, dan (d) 14 wt% dengan EDX
Hasil pengujian EDX pada sampel hidroksiapatit berpori digunakan untuk
menganalisis rasio Ca/P yang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rasio Ca/P Sampel Hidroksiapatit Berpori dengan Variasi Komposisi
Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
Parameter Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
8 wt% 10 wt% 12 wt% 14 wt%
Rasio Ca/P 1,24 1,13 1,11 1,31
Rasio Ca/P ntuk keempat sampel hidroksiapatit berpori dengan variasi
komposisi penambahan zat aditif MgO nanopartikel memiliki nilai kurang dari rasio
Ca/P hidroksiapatit murni sebesar 1,67. Hal ini disebabkan oleh kation Mg2+
dalam
MgO mensubstitusi sebagian kation Ca2+
dalam hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2)
sehingga fraksi volume Ca mengalami defisiensi (Kulandaivelu et al., 2015). Kation
Mg2+
mensubstitusi kalsium (Ca) dalam struktur kisi hidroksiapatit (Landi et al dalam
Stipniece et al, 2013). Menurut Stipniece (2013), penambahan magnesium pada
hidroksiapatit murni menyebabkan terjadinya ikatan yang dituliskan dalam Persamaan
1.
𝐶𝑎10(𝑃𝑂4)6(𝑂𝐻)2 + 𝑥 𝑀𝑔𝑂 → 𝐶𝑎10−𝑥𝑀𝑔𝑥(𝑃𝑂4)6(𝑂𝐻)2 + 𝑦 𝐻2𝑂 (1)
Menurut Persamaan 1, hidroksiapatit murni yang ditambahkan dengan magnesium
oxide akan menghasilkan Mg-HA dan H2O. H2O hilang akibat proses sintering pada
proses sintesis hidroksiapatit berpori. Defisiensi kalsium akibat substitusi dari
magnesium mengakibatkan nilai rasio Ca/P kurang dari 1,67.
Penambahan magnesium pada hidroksiapatit murni meningkatkan proses
densifikasi dari biokeramik hidroksiapatit. Peningkatan komposisi magnesium yang
ditambahkan dalam hidroksiapatit murni yang menyebabkan rasio Ca/P kurang dari
1,67 akan menstimulasi pemuluran butir (grain elongation) dan mengurangi porositas,
sehingga meningkatkan nilai kekuatan tekan (Stipniece et al., 2013). Rasio Ca/P Mg-
HA bervariasi dari 0,59 sampai 1,59 (Kulandaivelu et al., 2015). Rasio Ca/P pada
sampel hidroksiapatit berpori dengan penambahan 8 wt%, 10 wt%, dan 12 wt%
9
memliki kecenderungan menurun seiring dengan peningkatan komposisi penambahan
zat aditif MgO nanopartikel. Semakin banyak magnesium yang ditambahkan, semakin
berkurang pula rasio Ca/P sampel Mg-HA. Akan tetapi, terjadi singularitas pada sampel
hidroksiapatit berpori dengan penambahan 14 wt% zat aditif MgO nanopartikel.
Singularitas yang terjadi disebabkan oleh kation Ca2+
tidak lagi tersubstitusi secara
efektif oleh kation Mg2+
. Oleh karena itu, sebagian kation Ca2+
tetap pada tempatnya.
Namun, rasio Ca/P untuk sampel dengan penambahan 14 wt% zat aditif MgO
nanopartikel masih sesuai dengan literatur, yaitu 0,59 – 1,59.
Hasil Pengujian Porositas
Pengujian porositas dilakukan untuk mengetahui persentase porositas sampel
hidroksiapatit berpori. Hasil pengujian porositas untuk sampel hidroksiapatit berpori
dengan variasi penambahan zat aditif MgO nanopartikel disajikan pada Tabel 3 dan
Gambar 5.
Tabel 3. Hasil Pengujian Porositas Sampel Hidroksiapatit Berpori dengan Variasi
Komposisi Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
Parameter Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
8 wt% 10 wt% 12 wt% 14 wt%
Porositas (%) 70,19 70,07 68,89 68,60
Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Variasi Komposisi Penambahan Zat Aditif MgO
Nanopartikel terhadap Porositas Sampel Hidroksiapatit Berpori
Persentase porositas menurun seiring dengan penambahan komposisi zat aditif
MgO nanopartikel pada sampel hidroksiapatit berpori. Hal ini disebabkan oleh
penambahan zat aditif berukuran nano pada hidroksiapatit meningkatkan densifikasi
antarpartikel yang lebih baik (Swain, 2009). Proses densifikasi atau pemadatan akan
mengurangi jumlah porositas dalam sampel hidroksiapatit berpori (Yunita, 2014).
Eksistensi pori pada hidroksiapatit berpori dikontrol oleh busa polyurethane sebagai
kerangka atau frame pori. Deposisi busa polyurethane saat perlakuan panas akan
meninggalkan rongga-rongga pada sampel hidroksiapatit berpori yang dilanjutkan
dengan proses sintering untuk membantu proses difusi dan densifikasi antarpartikel zat
aditif MgO nanopartikel dan hidroksiapatit.
67.5
68
68.5
69
69.5
70
70.5
8 10 12 14
Po
rosi
tas
(%)
Komposisi Penambahan Zat Aditif MgO (wt%)
10
Hidroksiapatit berpori sebagai aplikasi bone filler untuk tulang trabekular pada
femur memiliki karakteristik porositas sebesar ±70% (Keaveny et al., 2004). Dari hasil
pengujian porositas, diketahui keempat sampel hidroksiapatit berpori memenuhi standar
aplikasi medis sebagai bone filler karena memiliki rentang nilai porositas yang sesuai
dengan literatur karakteristik porositas bone filler sebesar ±70% .
Hasil Pengujian Kekuatan Tekan (Compressive Strength Test)
Pengujian kekuan tekan (compressive strength test) dilakukan untuk mengetahui
ketahanan sampel pada pemberian sejumlah gaya atau beban. Hasil pengujian kekuatan
tekan sampel hidroksiapatit berpori untuk masing-masing variasi penambahan zat aditif
MgO nanopartikel disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 6.
Tabel 4. Hasil Pengujian Kekuatan Tekan Sampel Hidroksiapatit Berpori dengan
Variasi Komposisi Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
Parameter Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
8 wt% 10 wt% 12 wt% 14 wt%
Kekuatan Tekan (MPa) 2,30 2,39 2,40 2,43
Gambar 6. Grafik Hubungan antara Variasi Komposisi Penambahan Zat Aditif MgO
Nanopartikel terhadap Kekuatan Tekan Sampel Hidroksiapatit Berpori
Kekuatan tekan sampel hidroksiapatit berpori meningkat seiring dengan
peningkatan komposisi zat aditif MgO nanopartikel. Peningkatan kekuatan tekan ini
terjadi karena sifat MgO nanopartikel sebagai zat aditif dapat memperbaiki sifat
mekanik biokeramik hidroksiapatit murni yang getas karena zat aditif MgO
nanopartikel yang dapat meningkatkan proses densifikasi sepanjang batas butir.
Magnesium oxide yang berukuran nano mengisi ruang kosong antarpartikel
hidroksiapatit sehingga meningkatkan densitas hidroksiapatit berpori. Penggunaan zat
aditif berukuran nano berkontribusi memberikan densifikasi antarpartikel yang lebih
baik (Swain, 2009). Selain itu, proses thermal treatment yang dilakukan dalam suhu
1200ºC selama 3 jam membantu proses penggabungan dan pemadatan partikel-partikel
secara optimal sehingga terjadi penguatan ikatan antar butir. Perbaikan proses
densifikasi berpengaruh pada meningkatnya sifat mekanik (mechanical properties)
sampel hidroksiapatit berpori. Peningkatan konsentrasi zat aditif MgO nanopartikel
2.2
2.25
2.3
2.35
2.4
2.45
8 10 12 14
Ke
kuat
an T
eka
n (
MP
a)
Komposisi Penambahan Zat Aditif MgO (wt%)
11
pada hidroksiapatit memperbaiki sifat mekanik dan meningkatkan nilai kekuatan tekan
sampel hidroksiapatit berpori.
Kekuatan tekan merupakan parameter penting pada bone filler. Kekuatan bone
filler yang dibutuhkan pada aplikasi implan tulang untuk spongious bone sebesar 7,5 –
41 MPa (Ylinen, 2006). Sampel dengan komposisi penambahan zat aditif MgO
nanopartikel sebanyak 14 wt% memiliki nilai kekuatan tekan terbaik sebesar 2,43 MPa.
Keempat sampel hidroksiapatit berpori menunjukkan nilai kekuatan tekan yang lebih
baik dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Nurmanta
(2013) dan Yunita (2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmanta (2013),
sintesis hidroksiapatit murni tanpa penambahan zat aditif dilakukan dengan metode
perendaman busa polyurethane menghasilkan nilai kekuatan terbaik sebesar 0,5591
MPa. Penggunaan MgO nanopartikel sebagai zat aditif pada hidroksiapatit
menunjukkan hasil kekuatan tekan yang lebih baik daripada hidroksiapatit murni karena
zat aditif mampu menguatkan densitas dan mengurangi porositas pada kisi
hidroksiapatit sehingga meningkatkan sifat makroskopis seperti kekerasan dan kekuatan
tekan (Kannan et al dalam Ghosal, 2013) Pada penelitian sebelumnya oleh Yunita
(2014), sintesis hidroksiapatit berpori dilakukan dengan penambahan zat aditif ZnO
nanopartikel dengan metode perendaman menghasilkan nilai kekuatan tekan terbaik
sebesar 0,319 MPa. MgO nanopartikel sebagai zat aditif mampu meningkatkan
kekuatan tekan hidroksiapatit berpori dibandingkan dengan ZnO nanopartikel. Hal ini
disebabkan oleh kandungan mineral magnesium dalam tulang yang lebih banyak
dibandingkan dengan zinc dalam tulang. Magnesium sebagai mineral tulang berfungsi
sebagai penguat jaringan tulang yang terletak di permukaan kristal hidroksiapatit tulang
(Alfrey dalam Castiglioni et al., 2013). Sebanyak 60% mineral magnesium dari total
mineral tulang selain kalsium dan fosfor sebagai pembentuk utama hidroksiapatit,
tersimpan dalam tulang dan 40% mineral tulang residual seperti Zn, Mn, Cu, dan lain
lain (Kalfas dalam Dewi, 2007; Castiglioni et al., 2013). Magnesium juga merupakan
salah satu pengganti utama (predominant substitute) untuk kalsium pada apatit biologis
pada jaringan keras (enamel, dentin, dan tulang masing-masing mengandung 0,44 wt%,
1,23 wt%, dan 0,73 wt%) (Stipniece et al., 2013). Oleh karena itu, penambahan zat
aditif MgO nanopartikel dalam hidroksiapatit dinilai lebih optimal meningkatkan sifat
mekanik sampel hidroksiapatit berpori daripada zat aditif ZnO.
Penggantian metode perendaman dengan metode injeksi diharapkan dapat
meningkatkan nilai kekuatan tekan sampel hidroksiapatit berpori. Teknik injeksi
menggunakan suntikan atau syringe memberikan gaya eksternal sehingga hidroksiapatit
slurry dapat masuk ke dalam busa polyurethane secara optimal. Dari hasil analisis
kekuatan tekan sampel hidroksiapatit berpori dengan penambahan zat aditif MgO
nanopartikel diketahui nilai kekuatan tekan terbaik sebesar 2,43 MPa. Nilai kekuatan
tekan terbaik pada sampel hidroksiapatit berpori hasil penelitian ini masih belum
memenuhi standar aplikasi bone filler, namun melihat dari trend atau kecenderungan
peningkatan nilai kekuatan tekan seiring dengan penambahan komposisi zat aditif MgO
12
nanopartikel, nilai kekuatan tekan dapat ditingkatkan lagi dengan penambahan
komposisi MgO nanopartikel yang lebih banyak.
Keberadaan pori yang menjadi faktor yang memperlemah kekuatan mekanik
hidroksiapatit berpori. Keberadaan pori dalam biomaterial aplikasi medis diharapkan
dapat membantu proses osteointegrasi dengan jaringan tulang. Akan tetapi, adanya pori
menyebabkan terbentuknya ruang-ruang kosong yang menyebabkan penurunan sifat
mekanik hidroksiapatit. Eksistensi pori dalam bone filler menyebabkan penurunan
kekuatan tekan dibandingkan dengan bentuk bulk (Yunita, 2014). Kekuatan tekan
material berbanding terbalik dengan tingkat porositasnya. Nilai kekuatan tekan akan
meningkat seiring dengan penurunan tingkat porositas biomaterial. Hubungan antara
kekuatan tekan dan porositas sampel hidroksiapatit berpori dari penelitian ini disajikan
pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Hubungan antara Persentase Porositas terhadap Nilai Kekuatan Tekan
Sampel Hidroksiapatit Berpori
Hasil Pengujian MTT Assay
Pengujian MTT assay merupakan uji kuantitatif untuk mengetahui tingkat
sitotoksisitas secara in vitro dan menunjukkan adanya ketidaktoksikan sampel
hidroksiapatit berpori. Pengujian sitotoksisitas menggunakan pereaksi MTT yang dapat
tereduksi secara seluler yang didasarkan pada pemecahan garam tetrazolium MTT
berwarna kuning menjadi kristal formazan berwarna keunguan. Metode perubahan
warna digunakan untuk mendeteksi adanya proliferasi sel. Mitokondria sel yang
mengalami proliferasi akan menyerap MTT yang menyebabkan terbentuknya kristal
formazan berwarna keunguan (Depamede dalam Winarno, 2011). Oleh karena itu,
intensitas warna ungu yang terbentuk proporsional dengan jumlah sel hidup sehingga
intensitas warna ungu yang semakin pekat akan menandakan jumlah sel hidup yang
semakin banyak. Analisis hasil pengujian tingkat sitotoksisitas menggunakan MTT
assay pada sampel hidroksiapatit berpori dengan variasi komposisi penambahan zat
70.19, 2.3
70.07, 2.39 68.89, 2.4
68.6, 2.43
2.28
2.3
2.32
2.34
2.36
2.38
2.4
2.42
2.44
68.4 68.6 68.8 69 69.2 69.4 69.6 69.8 70 70.2 70.4
Ke
kuat
an T
eka
n (
MP
a)
Porositas (%)
13
aditif MgO nanopartikel sebesar 8 wt%, 10 wt%, 12 wt%, dan 14 wt% disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengujian Tingkat Sitotoksisitas Sampel Hidroksiapatit Berpori
dengan Variasi Komposisi Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
Berdasarkan Persentase Sel Hidup
Parameter Penambahan Zat Aditif MgO Nanopartikel
8 wt% 10 wt% 12 wt% 14 wt%
Sel Hidup (%) 87,09 91,29 94,87 98,60
Dari Tabel 5 diketahui bahwa persentase sel hidup pada uji MTT assay untuk
keempat sampel hidroksiapatit berpori lebih dari 60%. Hal ini menandakan bahwa
keempat sampel hidroksiapatit berpori tidak bersifat toksik terhadap sel hidup.
Ketidaktoksikan sampel hidroksiapatit berpori disebabkan oleh tidak adanya busa
polyurethane dan PVA dalam proses thermal treatments berupa proses penghilangan
busa polyurethane dan PVA yang dilanjutkan dengan proses sintering. Hasil pengujian
MTT assay memperkuat hasil pengujian FTIR yang menunjukkan tidak adanya gugus-
gugus pembentuk busa polyurethane dan PVA. Dari analisis hasil pengujian
sititoksisitas menggunakan MTT assay diketahui bahwa sampel hidroksiapatit berpori
dengan penambahan 14 wt% zat aditif MgO nanopartikel adalah sampel yang
menunjukkan persentase sel hidup terbaik sebesar 98,60%.
SIMPULAN
1. Variasi komposisi penambahan zat aditif MgO nanopartikel pada pembuatan
hidroksiapatit berpori pada penelitian ini berpengaruh pada porositas, kekuatan
tekan, dan ukuran pori sampel hidroksiapatit berpori. Persentase porositas dan
ukuran pori menurun seiring dengan peningkatan komposisi penambahan zat aditif
MgO nanopartikel. Nilai kekuatan tekan sampel hidroksiapatit berpori meningkat
seiring dengan peningkatan komposisi penambahan zat aditif MgO nanopartikel.
sampel hidroksiapatit berpori hasil penelitian ini juga bersifat tidak toksik.
2. Penambahan zat aditif MgO nanopartikel sebanyak 14 wt% pada sampel
hidroksiapatit berpori memiliki karakter terbaik dengan ukuran pori sebesar 100,3 –
314,3 µm, persentase porositas sebesar 68,60%, nilai kekuatan tekan sebesar 2,43
MPa, dan bersifat tidak toksik dengan persentase sel hidup sebesar 98,60%. Sampel
hidroksiapatit berpori dengan penambahan 14 wt% zat aditif MgO nanopartikel
berpotensi untuk diaplikasikan sebagai bone filler karena memenuhi standar aplikasi
medis parameter ukuran pori sebesar 100 – 400 µm dan porositas sebesar ±70%.
DAFTAR PUSTAKA
Castiglioni, Sara., Cazzaniga, Alessandra., Albisetti, Alter., Maier, Jeanette A.M. 2013.
Magnesium and Osteoporosis: Current State of Knowledge and Future Research
Direction. Nutrients, Open Access Journal Vol. 5 pp. 3022 – 3033.
14
Chandrasekar, Arunseshan., Sagadevan, Suresh., Dakshnamoorthy, Arivuoli. 2013.
Synthesis and Characterization of Nano-Hydroxyapatite (n-HAP) Using Wet
Chemical Technique. Academic Journal Vol 8 (32), pp. 1639 – 1645.
International Journal of Physical Sciences. Chennai: Anna University, India.
Demirkol, Nermin., Meydanoglu, Onur., Gokce, Hwan et al. 2012. Comparison of
Mechanical Properties of Sheep Hydroxyapatite (SHA) and Commercial
Synthetic Hydroxyapatit (CHSA)-MgO Composite. Switzerland: Trans-Tech
Publication.
Dewi, Setyautami. 2007. Analisis Kuantitatif, Kekerasan, dan Pengaruh Termal Pada
Mineral Tulang Manusia. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Keaveny, Tony M., Morgan, Elise F., Teh, Oscar C. 2004. Mechanic of Human Body:
Chapter 8 Bone Mechanic. New York City: McGraw Hill Companies.
Kulandaivelu, Ravichandran., R, Abinaya., B. Subha., A. Adhilakshmi., 2014.
Comparative Study on The Mg Doped Hydroxyapatite through Sol-Gel and
Hydrothermal Techniques. International Journal of Innovative Research in
Science and Engineering. Department of Analytical Chemistry, University of
Madras, Chennai, India.
Nurmanta, Dica Aprilia. 2013. Optimasi Parameter Waktu Sintering pada Pembuatan
Hidroksiapatit Berpori untuk Aplikasi Bone Filler Pada Kasus Kanker Tulang
(Osteosarcoma). Skripsi Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga, Surabaya.
Park, Joon B., Bronzino, Joseph D. 2007. Biomaterials: Principle and Applications.
Washington DC: CRC Press.
Rachmania, Aida. 2012. Preparasi Hidroksiapatit dari Tulang Sapi dengan Metode
Kombinasi Ultrasonik dan Spray Drying. Tesis Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
Sedyono, Joko., Tontowi, Alva Edi. 2008. Proses Sintesis dan KarakterisasiFTIR
Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Kulon Progo. Media Mesin Vol. 9, No. 1.
Jurnal Ilmiah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Stipniece, Liga., Salma-Ancene, Kristine., Jacovlevs, Dmitrijs., et al. 2013. The Study of
Magnesium Substitutian Effect on Physicochemical Properties of
Hydroxyapatite. Material Science and Applied Chemistry Journal Riga
Technical University, Russia.
Swain, Sanjaya Kumar. 2009. Processing of Porous Hydroxyapatite Scaffold. Thesis
Department of Ceramic Engineering, National Institute of Technology Rourkela.
Winarno, Eko. 2011. Uji Sitotoksik Ekstrak Kapang Aspergilus sp. Terhadap Sel
Kanker Payudara T47D. Skripsi Program Studi Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Ylinen, Pekka. 2006. Applications of Corraline with Bioabsorbable Containment and
Reinforcement as Bone Graft Substitute. Academic Dissertation of Department
of Orthopaedics and Traumatology, Medical Faculty of The University of
Helsinki, Helsinki.
Yunita, Erma. 2014. Pengaruh Penambahan ZnO Nanopartikel Terhadap Karakteristik
Bone Filler Hidroksiapatit Berpori. Skripsi Departemen Fisika Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya.