pengaruh penambahan sari lidah buaya

58
EFEKTIVITAS PENURUNAN KANDUNGAN FORMALIN PADA MIE KUNING DENGAN PERENDAMAN MENGGUNAKAN LARUTAN LIDAH BUAYA (ALOE VERA) DAN LARUTAN LIDAH MERTUA (SANSIVERA) Oleh : Ratna Dewi Lailatul Almufida ( P27833113002 ) KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Upload: ratnadewilailatulalmufida

Post on 31-Jan-2016

83 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

penyehatan makanan dan minuman

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

EFEKTIVITAS PENURUNAN KANDUNGAN FORMALIN PADA MIE

KUNING DENGAN PERENDAMAN MENGGUNAKAN LARUTAN

LIDAH BUAYA (ALOE VERA) DAN LARUTAN LIDAH MERTUA

(SANSIVERA)

Oleh :

Ratna Dewi Lailatul Almufida ( P27833113002 )

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI DIII KAMPUS SURABAYA

TAHUN 2015

Page 2: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Tidak hanya rasanya enak,bentuknya menarik, dan harus memenuhi

gizi,makanan yang kita konsumsi juga harus aman dalam arti tidak

mengandung mikroorganisme dan bahan – bahan kimia yang dapat

membahayakan kesehatan manusia. Menurut Departemen Kesehatan RI,

makanan dan minuman adalah semua bahan,baik dalam bentuk alamiah

maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan obat-

obatan (Anwar,dkk,1989).

Makanan harus disimpan dengan baik dan benar agar tidak rusak,sehingga

dapat dipergunakan di kemudian hari. Agar makanan yang disimpan bertahan

dalam jangka waktu panjang,maka perlu dilakukan suatu proses pengawetan

makanan. Pengawetan Makanan adalah salah satu cara pengolahan pangan

yang sering dilakukan untuk mencegah kerusakan bahan pangan dan menjaga

kualitasnya. Cara pengawetan bahan makanan harus disesuaikan dengan

keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari

pengawetan. Secara garis besar cara pengawetan ada 3 macam antara lain :

1. Pengawetan secara fisik dengan cara pemanasan,pendinginan,

pengasapan,pengalengan,pengentalan,pengeringan,dan iradiasi.

2. Pengawetan secara biologis dengan cara fermentasi dan penambahan

enzim.

3. Pengawetan secara kimia menggunakan bahan-bahan kimia yang

ditambahkan kedalam makanan untuk menghambat

berkembangbiaknya mikroorganisme seperti jamur atau kapang,

bakteri, dan ragi.

Dewasa ini,pengawetan secara kimia lebih banyak diminati oleh para

produsen makanan baik skala kecil maupun besar. Hal tersebut dikarenakan

pengawetan secara kimia membutuhkan biaya yang relatif murah dan praktis.

1 | P a g e

Page 3: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Namun,akhir-akhir ini banyak ditemukan penyalahgunaan bahan pengawet

berupa formalin pada makanan yang dijual di pasaran.

Salah satu makanan yang tidak luput dari formalin yakni mie basah/mie

kuning. Menurut hasil penelitian Etty dwi riswanti (2010) menyebutkan

bahwa sebanyak 77,5% sampel mie kuning yang diambil dari Pasar Bantul

positif mengandung formalin.

Kabid Humas Pimpinan Pemprop Sumatera Utara Eddy Syofian (2005)

juga menyatakan bahwa dari 29 mie basah yang diuji oleh Balai POM Medan,

10 positif mengandung formalin dan 3 positif mengandung boraks (Waspada

On Line, 30/12/2005). Balai Besar POM Yogyakarta selama tahun 2005 telah

melakukan pengujian terhadap 40 sampel mie basah dan sebanyak 38 sampel

mengandung formalin (Republika On Line, 29/12/2005). Selain itu,Kepala

BPOM Sampurno (2006)juga menyatakan bahwa berdasarkan hasil uji

laboratorium terhadap 213 sampel mie basah menunjukkan 137 sampel

mengandung formalin (www.kedaulatan-rakyat.com).

Formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk

produk makanan (Nuryasin,2006). Formalin adalah nama dagang larutan

formaldehyd dalam air dengan kandungan 30-40%. Di pasaran,formalin dapat

diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kandungan

formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 %,serta dalam bentuk tablet yang beratnya

masing-masing sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai

bahan baku industri lem, playwood dan resin, pembersih lantai, kapal,

gudang, pembasmi lalat dan serangga lainnya. Larutan dari formalin sering

dipakai membalsem atau mematikan bakteri serta mengawetkan mayat

(Charolina,2005).

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan menyebutkan

bahwa formalin dilarang untuk dijadikan bahan tambahan makanan dan

kandungannya harus 0 ppm dalam makanan. Hal tersebut dikarenakan

2 | P a g e

Page 4: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

asupan formalin dalam tubuh yang berlangsung menahun dapat

mengakibatkan gangguan pada sistem pernapasan, gangguan pada ginjal dan

hati, sistem reproduksi dan kanker (formalin tergolong zat karsinogen).

Sedangkan bentuk gangguan yang ringan adalah rasa terbakar pada

tenggorokan dan sakit kepala (Tan Hoan Tjay, 2007). Sedangkan dalam

kandungan tinggi formalin dapat menyebabkan gangguan jantung,kerusakan

hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan

kematian.

Seiring perkembangan zaman,bermunculan penelitian-penelitian tentang

formalin. Annisa fadhilah,dkk (2013) menyebutkan dalam penelitiannya

bahwa penambahan Lidah buaya dapat menurunkan kandungan formalin

lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan Lidah buaya. Sedangkan dalam

penelitian abdurrahman aziz,dkk (2008) menyebutkan bahwa penambahan

larutan lidah mertua jenis trifasciata laurentii pada bahan makanan yang

mengandung formalin dapat menetralkan kandungan formalin hingga 100

persen.

Oleh karena itu,peneliti ingin meneliti efektivitas penurunan kandungan

formalin dalam mie kuning dengan perendaman menggunakan larutan lidah

buaya (Aloe vera) dan larutan lidah mertua (Sansivera).

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Mudahnya cara mendapatkan pengawet berbahaya di pasaran

dimanfaatkan sebagian pedagang nakal untuk mendapatkan keuntungan

lebih. Kini,banyak makanan yang mengandung formalin beredar di

pasaran. Formalin yang terakumulasi dalam tubuh (yang berlangsung

menahun) dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pernapasan,

gangguan pada ginjal dan hati, sistem reproduksi dan kanker (formalin

tergolong zat karsinogen). Sedangkan bentuk gangguan yang ringan adalah

rasa terbakar pada tenggorokan dan sakit kepala (Tan Hoan Tjay, 2007).

Sedangkan dalam kandungan tinggi formalin dapat menyebabkan

3 | P a g e

Page 5: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

gangguan jantung,kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru,

hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian. Pembuatan perundang-

undangan dan uji petik sewaktu-waktu sebagai upaya pemberantasan

makanan berformalin di pasaran dirasa belum memadai sehingga salah

satu upaya yang bisa dilakukan saat ini yakni penggunaan alternatif /

bahan alami untuk menghilangkan kandungan formalin dalam makanan

dan tidak merusak organoleptik makanan sehingga makanan aman untuk

dikonsumsi.

2. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas,maka penelitian ini dibatasi hanya

pada :

a. Makanan berupa mie kuning sebagai makanan percobaan.

b. Bahan yang digunakan sebagai penurun kandungan formalin dalam

makanan pada penelitian ini yaitu : lidah buaya (Aloe vera) dan lidah

mertua (Sansievera)

C. Rumusan Masalah

Apakah perendaman menggunakan larutan lidah buaya (Aloe vera) dan

larutan lidah mertua (Sansievera) efektif untuk menurunkan kandungan

formalin pada mie kuning?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum :

1. Mengetahui efektivitas penurunan kandungan formalin pada mie

kuning yang direndam menggunakan larutan lidah buaya dan larutan

lidah mertua.

Tujuan khusus :

1. Mengetahui kandungan formalin pada makanan sebelum dan

sesudah direndam menggunakan larutan lidah buaya dan larutan

lidah mertua dengan dosis 150 gr/L ; 200 gr/L ; dan 250 gr/L

4 | P a g e

Page 6: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

2. Menganalisis kandungan formalin pada makanan sebelum dan

sesudah direndam dengan larutan lidah buaya dan larutan lidah

mertua sesuai dengan standar ( 0/gram contoh makanan)

3. Menganalisis perbedaan rata-rata kandungan formalin pada sampel

sebelum dan sesudah direndam menggunakan larutan lidah buaya

dan lidah mertua

4. Menganalisis efektivitas penurunan kandungan formalin

menggunakan larutan lidah buaya dan larutan lidah mertua

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi

dalam upaya mendapatkan makanan yang sehat melalui penghilangan

formalin dalam makanan yang terindikasi mengandung formalin

menggunakan larutan lidah buaya maupun lidah mertua yang mudah

didapatkan di sekitar kita.

2. Bagi penelitian lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi

untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

5 | P a g e

Page 7: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Formalin

Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan

kandungan 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk

sudah diencerkan, yaitu dengan kandungan formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10

persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5

gram. Formalin mempunyai banyak nama atau sinonim, seperti formol,

morbicid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, methyl

aldehyde, oxomethane, formoform, formalith, oxomethane, karsan, methylene

glycol, paraforin, poly-oxymethylene glycols, superlysoform,

tetraoxymethylene dan trioxane.

Sifat Formalin

Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi

dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu,

formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu

hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah

terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal .

Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang

menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan berformalin

lainnya menjadi lebih awet.

Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam

bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan

membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja

membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi

lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila

desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara

membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka

6 | P a g e

Page 8: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi

tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya.

Kegunaan Formalin

Anjuran penggunaan formalin yang benar adalah:

sebagai pembunuh kuman, sehingga banyak dipakai dalam pembersih

lantai, pakaian, kapal dan gudang,

pembasmi lalat dan serangga lainnya,

salah satu bahan dalam pembuatan sutera buatan, zat pewarna cermin

kaca dan bahan peledak,

pengeras lapisan gelatin dan kertas foto,

bahan pembuatan pupuk urea, parfum, pengeras kuku dan pengawet

produk kosmetik,

pencegah korosi pada sumur minyak,

bahan untuk insulasi busa, dan,

bahan perekat kayu lapis.

dalam konsentrasi kurang dari 1%, formalin digunakan sebagai

pengawet dalam pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,

pelembut, sampo mobil, lilin, dan karpet.

Bahaya Formalin bagi Kesehatan

Kasus pemakaian formalin pada tahu, ikan segar, ikan asin, dan produk

makanan lainnya menunjukkan kurangnya pengetahuan produsen serta

minimnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan bahaya bahan

aditif. Formalin tidak diperkenankan ada dalam makanan maupun minuman,

karena dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan sel-sel kanker.

Formalin sangat berbahaya jika terhirup, tertelan atau mengenai kulit karena

dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan, reaksi alergi serta luka

bakar.

Bahaya Jangka Pendek (Akut)

7 | P a g e

Page 9: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

1. Bila terhirup dapat menimbulkan iritasi, kerusakan jaringan dan luka

pada saluran pernafasan, hidung, dan tenggorokan. Tanda-tanda lainnya

adalah bersin, batuk-batuk, radang tekak, radang tenggorokan, sakit

dada, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada

konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.

2. Bila terkena kulit akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit

menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan terbakar.

3. Bila terkena mata dapat menimbulkan iritasi sehingga mata memerah,

sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Pada

konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat

sehingga lensa mata rusak.

4. Bila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit,

mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut

yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, atau

tidak sadar hingga koma. Selain itu juga terjadi kerusakan pada hati,

jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat, dan ginjal.

Bahaya Jangka Panjang (Kronis)

1. Bila terhirup dalam jangka lama akan menimbulkan sakit kepala,

gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual,

mengantuk, luka pada ginjal, dan sensitasi pada paru. Efek

neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan

terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang, gangguan

haid dan kemandulan pada perempuan, serta kanker pada hidung,

rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.

2. Bila terkena kulit akan terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta

memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan

pada kulit, dan radang kulit yang menimbulkan gelembung.

3. Bila terkena mata dapat menyebabkan radang selaput mata.

8 | P a g e

Page 10: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

4. Bila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan,

muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan,

penurunan suhu badan, dan rasa gatal di dada.

Dampak Buruk Formalin bagi Tubuh Manusia

Kulit : Iritatif, kulit kemerahan, kulit seperti terbakar, alergi kulit.

Mata : Iritatif, mata merah dan berair, kebutaan.

Hidung : Mimisan.

Saluran Pernapasan : Sesak napas, suara serak, batuk kronis, sakit

tenggorokan.

Saluran Pencernaan : Iritasi lambung, mual muntah, mules.

Hati : Kerusakan hati.

Paru-paru : Radang paru-paru karena zat kimia (pneumonitis).

Saraf : Sakit kepala, lemas, susah tidur, sensitif, sukar konsentrasi, mudah

lupa.

Ginjal : Kerusakan ginjal.

Organ Reproduksi : Kerusakan testis, ovarium, gangguan menstruasi,

infertilitas sekunder.

B. Tanaman Lidah buaya (Aloe vera)

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari lidah buaya adalah sebagai

berikut: Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Liliflorae

Family : Liliceae

Genus : Aloe

Species : Aloe vera

Lidah buaya termasuk suku Liliaceae. Liliaceae diperkirakan meliputi

4000 jenis tumbuhan, terbagi dalam 240 marga, dan dikelompokan lagi

9 | P a g e

Page 11: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

menjadi lebih kurang 12 anak suku. Daerah distribusinya meliputi keseluruh

dunia. Lidah buaya sendiri mempunyai lebih dari 350 jenis tanaman.

Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang

bersifat sukulen dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman

pendek, mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset). Daun lidah

buaya merupakan daun tunggal berbentuk tombak dengan helaian memanjang

berupa pelepah dengan panjang mencapai kisaran 40–60 cm dan lebar

pelepah bagian bawah 8–13 cm dan tebal antara 2–3 cm, bunga berbentuk

lonceng. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-

abuan dan mempunyai lapisan lilin di permukaan serta bersifat sukulen, yakni

mengandung air, getah dan lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun

rata dan bagian bawahnya membulat (cembung). Daun lidah buaya muda

memiliki bercak berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang

saat daun lidah buaya dewasa. Namun tidak demikian halnya dengan tanaman

lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor

genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan

tidak berwarna.

Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di daerah kering, seperti Afrika,

Amerika dan Asia. Hal ini di karenakan lidah buaya dapat menutup

stomatamya sampai rapat pada musim kemarau untuk melindungi kehilangan

air dari daunya. Lidah buaya juga dapat tumbuh di daerah yang beriklim

dingin. Karena tanaman lidah buaya juga termasuk tanaman yang efesien

dalam penggunaan air, karena dari segi fisiologis tumbuhan tanaman ini

termasuk jenis tanaman CAM (crassulance acid metabolism) dengan sifat

tahan kekeringan. Dalam kondisi gelap, terutama malam hari,stomata atau

mulut daun membuka, sehingga uap air dapat masuk. Disebabkan pada

malam hari udaranya dingin, uap air tersebut berbentuk embun. Stomata yang

membuka pada malam hari memberi keuntungan, yakni tidak akan terjadi

penguapan air dari tubuh tanaman, sehingga air yang berada di dalam tubuh

daunya dapat dipertahankan. Karenanya dia mampu bertahan hidup dalam

kondisi bagaimanapun keringnya.

10 | P a g e

Page 12: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Ada lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk dalam suku

Liliaceae dan tidak sedikit yang merupakan hasil persilangan. Ada tiga jenis

lidah buaya yang dibudidayakan secara komersial di dunia yaitu Aloe vera

atau Aloe barbadensis Miller, Cape aloe atau Aloe ferox Miller dan Socotrine

aloe atau Aloe perry Baker. Dari tiga jenis di atas yang banyak dimanfaatkan

adalah spesies Aloe barbadensis Miller karena jenis ini mempunyai banyak

keunggulan yaitu: tahan hama, ukurannya dapat mencapai 121 cm, berat per

batangnya bisa mencapai 4 kg, mengandung 75 nutrisi serta aman

dikonsumsi.

Tabel II.1.

Komponen kimia lidah buaya berdasarkan manfaatnya

Lignin Memiliki kemampuan penyerapan

yang tinggi yang memudahkan

peresapan gel ke kulit sehingga

mampu melindungi kulit dari dehidrasi

dan menjaga kelembapan kulit.

Saponin Memiliki kemampuan

membersihkan (aspetik)

Sebagai bahan pencuci yang sangat

baik

Komplek antharaquinon aloin,

barbaloin, iso-barbaloin, anthranol, aloe

emodin, anthracene, aloetic acid, asam

sinamat, asam krisophanat, eteral oil,

dan resistanol

Bahan laksatif

Penghilang rasa sakit

Mengurangi racun

Senyawa antibakteri

Mempunyai kandungan antibiotik

Kalium dan natrium Memelihara kekencangan muka

dan otot tubuh

Regulasi dan metabolisme tubuh

dan penting dalam pengaturan

impuls saraf

11 | P a g e

Page 13: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Kalsium Membantu pembentukan dan

regenerasi tulang

Seng (Zn) Bermanfaat bagi kesehatan saluran air

kencing.

Asam Folat Bermanfaat bagi kesehatan kulit dan

rambut

Vitamin A Berfungsi untuk oksigenasi jaringan

tubuh, terutama kulit dan kuku

Vitamin B1, B2, B6, B12, C,E,

Niacinamida, dan Kolin

Berfungsi untuk menjalankan fungsi

tubuh secara normal dan sehat.

Enzim oksidase, amylase, katalase,

lipase, dan protease

Mengatur berbagai proses kimia

dalam tubuh.

Menyembuhkan luka dalam dan

luar

Enzim protease bekerja sama dengan

glukomannan

Penghilang rasa nyeri saat luka

Asam krisofan Mendorong penyembuhan kulit yang

mengalami kerusakan

Mono dan polisakarida (Selulosa,

glukosa, mannose, dan aldopentosa)

-Memenuhi kebutuhan metabolism

tubuh.

- Berfungsi untuk memproduksi

mukopolisakarida

12 | P a g e

Page 14: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Salisilat Mukopolysakarida,Tennin,

Aloctin A

- Anti inflamasi dan menghilangkan

rasa sakit

- Memberi efek imonomodulasi

- Sebagai anti inflamasi

Indometasin Mengurangi edema

Asam amino - Untuk pertumbuhan dan perbaikan

sertasebagai sumber energi. Aloe vera

menyediakan 20 dari 22 asam amino

yang dibutuhkan tubuh.

Mineral Memberikan ketahanan tubuh terhadap

penyakit dan berinteraksi dengan

vitamin untuk fungsi tubuh

(Jatnika dan Saptoningsih, 2009)

C. Tanaman Lidah mertua (Sansivera)

Menurut Sharma (2009), tanaman Sansevieria diklasifikasikan kedalam

family Agavaceae yang umumnya mempunyai daun yang berdaging tebal dan

banyak mengandung air. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:

Divisio: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Subkelas: Lilidae

Ordo: Liliales

Famili: Agavaceae

Genus: Sansevieria

Spesies: Sansevieria

Sansevieria memiliki akar serabut berwarna putih kekuningan sampai

kemerahan. Pada tanaman yang sehat, akarnya banyak dan berserabut. Akar

tumbuh dari rimpang (rhizome) yang dapat menghasilkan tunas anakan.

Namun pada beberapa jenis seperti S. tom grumbly dan S.ballyii tunas anakan

keluar dari ketiak daun melalui stolon. Pada dasarnya batang tidak tampak

pada tanaman ini sehingga banyak orang mengenal sansevieria sebagai

tanaman tak berbatang (stemless). Pendapat itu tidak sepenuhnya benar.

Sansevieria juga memiliki batang, baik batang sejati maupun batang semu.

13 | P a g e

Page 15: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Batang sejati terletak di dalam tanah yang dikenal sebagai sebutan rimpang

dan batang semu yang terletak dipermukaan tanah. Biasanya batang semu

disebut stolon (Tahir dan Sitanggang, 2008).

Bila dilihat sepintas bentuk daun sansevieria hanya 2 macam, yaitu pipih

panjang dan bulat panjang. Namun bila diteliti lebih lanjut, ada sekitar 12 tipe

yang dijumpai. Diantaranya berbentuk pipih seperti lidah, sendok, gada,

pedang, pisau, bulat seperti pinsil golok atau pemukul bola baseball. Sebagian

sansevieria berpenampang bulat seperti rotan, penampang daun yang pipih

seperti pisau, permukaan daun bagian atas dan bawah bertekstur halus, ada

pula yang halus hanya dipermukaan atas serta permukaan atas dan bawah

yang kasar. Sebagian daun tumbuh tegak, sebagian lainnya melengkung ke

belakang, juga ditemukan beberapa daun yang tumbuh sejajar sehingga mirip

kipas, yang lain mempunyai daun yang tumbuh menyebar seperti air mancur.

Jumlah daun pun berbeda-beda antar jenis (Trubus, 2008). Daun dari tanaman

ini mengandung serat yang mempunyai sifat kenyal dan kuat. Serat tersebut

disebut sebagai bowstringhemp dan banyak digunakan sebagai bahan

membuat kain (Heyne, 1987).

Bunga kecil sampai sangat besar dan amat menarik, aktinomorf atau

sedikit zigomorf. Hiasan bunga berupa tenda bunga yang menyerupai

mahkota dengan atau tanpa pelekatan berupa buluh, terdiri atas 6 daun tenda

bunga, jarang hanya 4 atau lebih dari 6, kebanyakan jelas tersusun dalam 2

lingkaran. Benang sari 6, jarang sampai 12 atau hanya 3, berhadapan dengan

daun-daun tenda bunga. Tangkai sari bebas atau berlekatan dengan berbagai

cara. Kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur, jarang

dengan suatu liang pada ujungnya (Tjitrosoepomo, 2002 ).

Buah sansevieria adalah jenis buah beri, yaitu buah yang memiliki celah

berisi biji. Warna kulit buah saat masih muda hijau, setelah tua ada yang

merah, oranye, hitam, dan hijau kusam. Jumlah biji dalam satu celah antar

spesies yang satu dengan yang lain berbeda, yaitu 1-4 biji. Saat masih muda

kulit buah halus setelah tua kasar (Lingga, 2008).

Tanaman ini berasal dari Afrika tropis dibagian Nigeria timur dan

menyebar hingga ke Indonesia, terutama di pulau Jawa. Tanaman ini dapat

14 | P a g e

Page 16: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

ditemui dari dataran rendah hingga ketinggian 1-1.000 meter di atas

permukaan laut.

D. Senyawa saponin

Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan.

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa,

yaitu gula dan bukan gula. Saponin memiliki karakteristik berupa buih.

Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk

buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak tarut

dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin

serta iritasi pada selaput lendir. Saponin merupakan racun yang dapat

menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah. Saponin bersifat racun

bagi hewan berdarah dingin dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun

ikan. Saponin yang bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai sapotoksin

(Prihatman, 2001).

Saponin diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: saponin steroid dan saponin

triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul

karbohidrat. Saponin steroid dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang

dikenai sebagai saraponin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur

(Prihatman, 2001). Pada binatang menunjukkan penghambatan aktifitas otot

polos. Saponin steroid diekskresikan setelah konjugasi dengan asam

glukoronida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintesis dari

obat kortikosteroid (Hartono, 2009). Contoh senyawa saponin steroid

diantaranya adalah: Asparagosides (Asparagus officinalis), Avenocosides

(Avena sativa), Diosgenin (Dioscorea floribunda dan Trigonella foenum

graceum) (Hartono, 2009). Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid

dengan molekul karbohidrat yang dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon

yang disebut sapogenin (Hartono, 2009). Saponin merupakan suatu senyawa

yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe

saponin ini adalah turunan β-amyirine. Contoh senyawa triterpen steroid

adalah: Asiaticoside (Centella asiatica), Bacoside (Bacopa monneira),

Cyclamin (Cyclamen persicum) (Hartono, 2009).

15 | P a g e

Page 17: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Senyawa saponin yang berpotensi sebagai pereduksi formalin dan

antibakteri alami adalah Lidah buaya (Aloe vera). Tumbuhan jenis lidah

buaya ini dinilai tidak berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia. Menurut

Gusviputri (2013), cara kerja saponin pada gel lidah buaya dapat menurunkan

kandungan formalin yang dikenal sebagai reaksi saponifikasi (proses

pembentukan sabun) dimana sabun termasuk golongan zat surfaktan. Zat

surfaktan memiliki daya pembersih yang lebih baik dibandingkan air saja.

Senyawa saponin yang dapat mengikat partikel formalin dan larut

bersama air. Hal ini dapat dikaitkan dengan cara kerja seperti surfaktan.

Keberadaan kedua gugus pada surfaktan (polar dan non polar) dalam senyawa

saponin memiliki kualifikasi untuk dapat membentuk emulsi air dan formalin.

Setelah formalin terikat oleh senyawa saponin, maka saponin akan larut dan

membentuk misel /micelles (Annisa fadhilah,dkk.2013).

16 | P a g e

Page 18: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

E. Kerangka Konsep

Keterangan :

- - - - - - - : Diteliti

: Tidak Diteliti

Pengetahuan pedagang, sikap pedagang, kemudahan mendapatkan

formalin di pasaran serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai

manfaat dan bahaya formalin mengakibatkan banyaknya makanan

berformalin beredar di pasaran. Formalin dapat menimbulkan dampak

negatif pada kesehatan yang berupa bahaya jangka pendek dan bahaya

jangka panjang. Makanan yang banyak ditemukan mengandung formalin

antara lain mie kuning, tahu, ikan, ayam potong, bakso, lontong, dll.

17 | P a g e

Makanan berformalin beredar di pasaran

- Tahu

- Ikan

- Ayam potong

- Bakso

- Lontong

- Dll.

- Mie kuning

- Pengetahuan pedagang

- Sikap pedagang

- Kemudahan mendapatkan formalin di pasaran

- Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan bahaya formalin

Dosis larutan lidah buaya dan

lidah mertua

Dampak negatif

formalin pada kesehatan :

1. Bahaya jangka pendek

2. Bahaya jangka panjang

- Lama perendaman

- suhu

Kandungan formalin dalam makanan menurun setelah melalui perendaman

Page 19: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Perendaman makanan menggunakan larutan lidah buaya dan lidah

mertua dengan dosis tertentu dapat menurunkan kandungan formalin dalam

makanan. Selain dipengaruhi oleh dosis,penurunan kandungan formalin

dengan perendaman juga dipengaruhi oleh lama perendaman dan suhu

perendaman.

18 | P a g e

Page 20: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian analitik yang berupa

eksperimen murni yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas penurunan

kandungan formalin dalam mie kuning dengan perendaman menggunakan

larutan lidah buaya dan larutan lidah mertua. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah rancangan post test only control group design yaitu suatu

desain penelitian yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Kelompok perlakuan : variasi dosis larutan lidah buaya dan lidah mertua

yaitu masing-masing : 150 gram/liter,200 gram/liter,dan 250 gram/liter.

Post Test : Mengukur kandungan formalin pada makanan yang sudah

direndam.

Kelompok kontrol : Makanan berformalin tidak diberi perlakuan sama

sekali/sama dengan dosis 0 gram/liter

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyehatan Makanan dan

Minuman Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya. Penelitian ini dilakukan

pada bulan Februari – Juni 2016.

Tabel III. 1. Rencana penelitian penurunan kandungan formalin menggunakan

larutan lidah buaya dan larutan lidah mertua Tahun 2016

No Jenis KegiatanMinggu Ke-

1 2 3 4 5 6

1 Pembuatan larutan lidah

buaya dan larutan lidah

mertua

X

19 | P a g e

Page 21: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

No Jenis KegiatanMinggu Ke-

1 2 3 4 5 6

2 Pengumpulan sampel mie

kuningX

3 Perendaman mie kuning

dengan menggunakan

larutan lidah buaya (L1)

dan perendaman

menggunakan larutan

lidah mertua (L2)

X

4 Pengujian kandungan

formalin pada mie kuning

yang sudah direndam

menggunakan larutan

lidah buaya (L1) dan mie

kuning yang sudah

direndam menggunakan

larutan lidah mertua (L2)

X

5 Pengolahan data dan

analisis dataX

6 Pengumpulan Karya

Tulis IlmiahX

C. Sampel dan Besar Sampel penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sampel mie kuning

yang diambil secara acak di beberapa pasar di Surabaya. Dengan pengulangan

menggunakan rumus pengulangan atau replikasi adalah sebagai berikut :

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan :

t : jumlah perlakuan (t = 6 perlakuan)

r : jumlah replikasi

20 | P a g e

Page 22: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Berdasarkan rumus tersebut diatas, diperoleh replikasi sebanyak 4

replikasi untuk setiap variasi dosis termasuk kelompok kontrol sehingga besar

sampel penelitian sebanyak 30 dengan rincian sebagai berikut :

1. Kelompok kontrol : 6 sampel

2. Kelompok perlakuan : 6 × 4 = 24 sampel

D. Variabel dan definisi operasional

1. Variabel

a. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi :

Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

variasi dosis larutan lidah buaya dan larutan lidah mertua yakni

masing-masing 150 gram/liter,200 gram/liter,dan 250

gram/liter.

Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kandungan

formalin dalam mie kuning yang dipengaruhi oleh perendaman

mie kuning menggunakan larutan lidah buaya dan menggunakan

larutan lidah mertua.

b. Hubungan antar variabel penelitian

Adapun bentuk hubungan antar variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

Variabel bebas

Variasi dosis larutan lidah

buaya dan lidah mertua

Gambar III. Hubungan antar Variabel

21 | P a g e

Variabel terikat

Kandungan formalin dalam

mie kuning yang sudah

direndam

Page 23: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

2. Definisi operasional

No Variabel DefinisiCara

PengukuranSkala

1 Kandungan

formalin

dalam mie

kuning

Banyaknya formalin

yang terkandung

didalam mie kuning

sebelum dan sesudah

mie kuning tersebut

direndam

menggunakan larutan

lidah buaya dan lidah

mertua dan

dinyatakan dalam

satuan ppm (part per

million).

Kandungan

formalin

dalam mie

kuning diukur

menggunakan

metode

spektrofotom

etri.

Interval

2 Variasi dosis

larutan lidah

buaya dan

lidah mertua

Banyaknya lidah

buaya dan lidah

mertua yang digunkan

sebagai larutan

pereduksi formalin

dan dinyatakan dalam

gram/liter (gr/L).

Dalam penelitian ini,

variasi dosis yang

digunakan adalah

150 gr/L ; 200 gr/L ;

dan 250 gr/L

Diukur

menggunakan

timbangan

lalu diblender

dalam 1 liter

aquadest

Rasio

22 | P a g e

Page 24: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

E. Sumber Data

Sumber data dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Data primer

Yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan

langsung di lokasi penelitian tanpa melibatkan lembaga atau

instansi lain dalam penelitian. Data primer yang diambil dalam

penelitian adalah kandungan formalin dalam mie kuning yang

sudah direndam menggunakan larutan lidah buaya dan lidah

mertua.

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari penelitian terdahulu,informasi

lembaga atau instansi lain dimana data penelitian tidak dilakukan

secara langsung.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Alat yang digunakan antara lain :

1) Kotak plastik bertutup untuk merendam

2) Gelas ukur

3) Timbangan

4) Blender

5) Corong

6) Wadah

7) Spatula

8) Stopwatch

9) Saringan

10) Pisau

11) Botol kaca

12) Kamera

13) ATK

14) Etiket

23 | P a g e

Page 25: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

15) Alat pengukur formalin

b. Bahan yang digunakan antara lain :

1) Aquadest sebanyak 1 Liter per kotak

2) Bahan pereduksi formalin adalah larutan lidah buaya dan larutan

lidah mertua dengan variasi dosis 150 gr/L; 200 gr/L;dan 250

gr/L.

3) Jadi untuk 4 replikasi diperlukan masing-masing 4 buah lidah

buaya dan 4 buah lidah mertua dengan berat 150 gr; 200 gr; dan

250 gr per yang dilarutkan dalam 1 L air per kotak. Dengan

kelompok kontrol adalah kotak berisi mie kuning tanpa

direndam menggunakan larutan sebagai pembanding.

4) Mie kuning sebagai sampel sebanyak 500 gram per kotak

sehingga total keseluruhannya sebanyak 15000 gram (15 kg)

mie kuning dengan besar sampel penelitian sebanyak 30.

c. Prosedur Kerja

1) Persiapkan mie kuning lalu rendam dengan formalin 2%

2) Ukur kandungan formalin pada mie kuning yang sudah

direndam dengan formalin

3) Catat hasilnya sebagai L0

4) Persiapkan lidah buaya dan lidah mertua yang telah dicuci

bersih dengan aquadest.

5) Potong kecil-kecil lidah buaya dan lidah mertua dan timbang

masing-masing seberat 150gram; 200 gram; dan 250 gram.

Lakukan replikasi sebanyak 4 kali untuk setiap dosis larutan

lidah buaya dan lidah mertua.

6) Ukur aquadest sebanyak 1 L dengan gelas ukur.

7) Haluskan lidah buaya dan lidah mertua secara terpisah

menggunakan blender (tambahkan sedikit aquadest).

8) Masukkan kedalam wadah dan homogenkan menggunakan

spatula

9) Saring larutan tersebut dan masukkan kedalam botol kaca secara

terpisah dan beri etiket untuk setiap botol.

24 | P a g e

Page 26: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

10) Timbang mie kuning sebanyak 500 gram (timbang untuk 30

kotak)

11) Masukkan mie kuning yang sudah ditimbang kedalam kotak

12) Beri etiket pada kotak : Lb (lidah buaya) 150 sebanyak 4 kotak;

Lb 200 sebanyak 4 kotak; Lb 250 sebanyak 4 kotak; Lm (lidah

mertua)150 sebanyak 4 kotak; Lm 200 sebanyak 4 kotak; Lm

250 sebanyak 4 kotak; kontrol sebanyak 6 kotak.

13) Tambahkan larutan lidah mertua dan larutan lidah buaya

kedalam kotak sesuai dengan etiketnya.

14) Tutup kotak dan tunggu hingga 1 jam / 60 menit.

15) Ukur kandungan formalin dalam mie kuning yang sudah

direndam menggunakan larutan lidah buaya dan lidah mertua.

16) Catat hasilnya.

2. Tahap percobaan

a. Masukkan mie kuning yang sudah direndam formalin dan sudah

diukur kandungan formalinnya kedalam tiap kotak

b. Masukkan larutan lidah buaya dan lidah mertua pada masing-masing

kotak yang sudah diberi etiket

c. Tutup dan tunggu selama 60 menit

d. Lakukan observasi kandungan formalin pada mie kuning setelah

perendaman pada masing-masing pengulangan dengan melakukan

uji analisis zat menggunakan metode spektrofotometri

e. Masukkan hasil observasi kedalam tabel sebagai berikut :

25 | P a g e

Page 27: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Tabel III.2.1Hasil observasi kandungan formalin pada makanan sebelum

perendaman

Kode Dosis/1 LKandungan formalin kotak ke-

1 2 3 4 5 6

K -

Lb 150 150 gram

Lb 200 200 gram

Lb 250 250 gram

Lm 150 150 gram

Lm 200 200 gram

Lm 250 250 gram

Tabel III.2.2.Hasil Observasi kandungan formalin pada makanan sesudah

perendaman

Kode Dosis/ 1 LKandungan formalin kotak ke-

1 2 3 4 5 6

K -

Lb 150 150 gram - -

Lb 200 200 gram - -

Lb 250 250 gram - -

Lm 150 150 gram - -

Lm 200 200 gram - -

Lm 250 250 gram - -

G. Metode analisis data

26 | P a g e

Page 28: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Data hasil observasi kandungan formalin dalam mie kuning pada masing-

masing pengulangan di setiap kotak merupakan data kuantitatif yang diolah

dalam bentuk tabulasi. Dengan analisis data sebagai berikut :

1. Mengetahui kandungan formalin pada makanan sebelum dan sesudah

direndam dengan larutan lidah buaya dan larutan lidah mertua

menggunakan metode deskriptif statistik.

2. Menganalisis kandungan formalin pada makanan sebelum dan

sesudah direndam dengan larutan lidah buaya dan larutan lidah

mertua sesuai dengan standar ( 0/gram contoh makanan)

menggunakan uji One sample T test. Dengan kriteria uji sebagai

berikut :

Ho ditolak jika nilai P2

> α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

rata-rata kandungan formalin pada makanan yang sebelum dan

sesudah direndam menggunakan larutan lidah buaya dan larutan

lidah mertua kurang dari standar (µ< 0).

3. Menganalisis perbedaan rata-rata kandungan formalin pada sampel

sebelum dan sesudah direndam menggunakan larutan lidah buaya

maupun lidah mertua menggunakan uji Paired sample T test. Dengan

kriteria uji sebagai berikut :

Daerah tolak Ho jika nilai P2

> α (0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata kandungan formalin pada makanan sebelum lebih

kecil dari sesudah perendaman menggunakan larutan lidah buaya

maupun lidah mertua (A < B).

4. Menganalisis efektivitas penurunan kandungan formalin

menggunakan larutan lidah buaya dan larutan lidah mertua

menggunakan uji Independent Sample T test. Dengan kriteria uji

sebagai berikut :

27 | P a g e

Page 29: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Ho ditolak jika P2

> α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa larutan

lidah mertua lebih efektif untuk menurunkan kandungan formalin

dibandingkan larutan lidah buaya (µLidah Buaya < µLidah Mertua).

.

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Uji Normalitas Distribusi Sampel

Hipotesis :

H0 : Tidak ada perbedaan distribusi sampel dengan distribusi normal

H1 : Ada perbedaan distribusi sampel dengan distribusi normal

H0 ditolak jika nilai P < α (0,05)

Tabel IV. 1.Uji Normalitas Distribusi Sampel Sebelum

Perendaman menggunakan Larutan Lidah Buaya dan Lidah Mertua

No Kelompok Sampel Nilai P

1 Kontrol 0,862

2Sampel untuk perendaman menggunakan larutan lidah buaya 0,713

3Sampel untuk perendaman menggunakan larutan lidah mertua 0,972

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi kelompok kontrol

sebelum perendaman menggunakan larutan lidah buaya dan lidah

mertua berdistribusi normal. Distribusi kelompok sampel sebelum

perendaman menggunakan larutan lidah buaya berdistribusi normal.

28 | P a g e

Page 30: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Dan distribusi kelompok sampel sebelum perendaman menggunakan

larutan lidah mertua berdistribusi normal.

Tabel IV. 2.Uji Normalitas Distribusi Sampel Sesudah

Perendaman menggunakan Larutan Lidah Buaya dan Lidah Mertua

No Kelompok Sampel Nilai P

1 Kontrol 0,862

2Sampel dengan perendaman menggunakan larutan lidah buaya 0,805

3Sampel dengan perendaman menggunakan larutan lidah mertua 0,379

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi kelompok kontrol

sesudah perendaman menggunakan larutan lidah buaya dan lidah

mertua berdistribusi normal. Distribusi kelompok sampel sesudah

perendaman menggunakan larutan lidah buaya berdistribusi normal.

Dan distribusi kelompok sampel sesudah perendaman menggunakan

larutan lidah mertua berdistribusi normal.

B. Deskripsi sampel

Tabel IV. 3. Deskripsi Sampel Sebelum Perendaman menggunakan

Larutan Lidah Buaya dan Lidah Mertua

No.Kelompok

SampelRata-rata

StandarDeviasi

NilaiMinimum

Nilai Maksimum

29 | P a g e

Page 31: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

1 Kontrol 6,00 2,51 2,00 8,50

30 | P a g e

Page 32: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

No.Kelompok

SampelRata-rata

StandarDeviasi

NilaiMinimum

Nilai Maksimum

2

Sampel untuk perendaman mengguna-kan larutan lidah buaya

3,75 2,83 1,00 10,00

3

Sampel untuk perendaman mengguna-kan larutan lidah mertua

3,79 2,04 1,00 8,50

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata kandungan formalin

pada kelompok kontrol sebelum perendaman yaitu 6,00 ; standar

deviasi sebesar 2,51 dengan nilai minimum 2,00 dan nilai maksimum

8,50. Rata-rata kandungan formalin pada sampel sebelum perendaman

menggunakan larutan lidah buaya yaitu 3,75 ; standar deviasi sebesar

2,83 dengan nilai minimum 1,00 dan nilai maksimum 10,00. Dan rata-

rata kandungan formalin pada sampel sebelum perendaman

menggunakan larutan lidah mertua yaitu 3,79 ; standar deviasi sebesar

2,04 dengan nilai minimum 1,00 dan nilai maksimum 8,50.

31 | P a g e

Page 33: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Tabel IV. 4. Deskripsi Sampel Sesudah Perendaman menggunakan

Larutan Lidah Buaya dan Lidah Mertua

No.Kelompok

SampelRata-rata

StandarDeviasi

NilaiMinimum

Nilai Maksimum

1 Kontrol 6,00 2,51 2,00 8,50

2

Sampel dengan perendaman mengguna-kan larutan lidah buaya

0,025 0,024 0,00 0,07

3

Sampel dengan perendaman mengguna-kan larutan lidah mertua

0,0083 0,0094 0,00 0,03

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata kandungan formalin

pada kelompok kontrol sesudah perendaman yaitu 6,00 ; standar deviasi

sebesar 2,51 dengan nilai minimum 2,00 dan nilai maksimum 8,50.

Rata-rata kandungan formalin pada sampel sesudah perendaman

menggunakan larutan lidah buaya yaitu 0,025 ; standar deviasi sebesar

0,024 dengan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,07. Sedangkan

rata-rata kandungan formalin pada sampel sesudah perendaman

menggunakan larutan lidah mertua yaitu 0,0083 ; standar deviasi

sebesar 0,0094 dengan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,03.

32 | P a g e

Page 34: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

C. Analisis perbedaan rata-rata kandungan formalin pada sampel dengan

standar yakni 0 / gram contoh makanan ( Uji One Sample T test ).

Hipotesis :

H0 : Rata- rata kandungan formalin pada sampel lebih dari sama dengan 0

(µ ≥ 0)

H1 : Rata – rata kandungan formalin pada sampel kurang dari 0 ( µ < 0 )

Ho ditolak jika nilai P2

> α (0,05).

Tabel IV.5.Uji Beda Rata-rata Kandungan Formalin pada Makanan

Sebelum Perendaman dengan standar ( 0/gram contoh makanan)

No Kelompok Sampel Nilai P

1 Kontrol 0,002

2Sampel untuk perendaman menggunakan larutan lidah buaya

0,001

3Sampel untuk perendaman menggunakan larutan lidah mertua

0,000

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kandungan formalin

pada kelompok kontrol sebelum perendaman lebih dari sama dengan

standar (µ ≥ 0). Rata-rata kandungan formalin pada kelompok sampel

sebelum direndam dengan larutan lidah buaya lebih dari sama dengan

standar (µ ≥ 0). Dan rata-rata kandungan formalin pada kelompok sampel

sebelum direndam dengan larutan lidah mertua lebih dari sama dengan

standar (µ ≥ 0).

33 | P a g e

Page 35: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Tabel IV.6.Uji Beda Rata-rata Kandungan Formalin pada Makanan

Sesudah Perendaman dengan standar ( 0/gram contoh makanan)

No Kelompok Sampel Nilai P

4 Kontrol 0,002

5Sampel dengan perendaman menggunakan larutan lidah buaya

0,004

6Sampel dengan perendaman menggunakan larutan lidah mertua

0,010

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kandungan formalin

pada kelompok kontrol sesudah perendaman lebih dari sama dengan

standar (µ ≥ 0). Rata-rata kandungan formalin pada kelompok sampel

sesudah direndam dengan larutan lidah buaya lebih dari sama dengan

standar (µ ≥ 0). Dan rata-rata kandungan formalin pada kelompok sampel

sesudah direndam dengan larutan lidah mertua lebih dari sama dengan

standar (µ ≥ 0).

D. Analisis perbedaan rata-rata kandungan formalin pada sampel sebelum

dan sesudah direndam menggunakan larutan lidah buaya dan lidah

mertua ( Uji Paired Sample T test ).

Hipotesis :

H0 : Rata- rata kandungan formalin sampel sebelum perendaman lebih

besar dari sesudah perendaman ( A ≥ B )

H1 : Rata – rata kandungan formalin sampel sebelum perendaman lebih

kecil dari sesudah perendaman ( A < B )

34 | P a g e

Page 36: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Daerah Tolak H0 jika nilai P2

> α (0,05).

Tabel IV.7.Uji Beda Rata-rata Kandungan Formalin pada Sampel

Sebelum dan Sesudah direndam MenggunakanLarutan Lidah Buaya dan Lidah Mertua

No Kelompok Sampel Nilai P

1.Sampel sebelum dan sesudah direndam menggunakan larutan lidah buaya 0,001

2.Sampel sebelum dan sesudah direndam menggunakan larutan lidah mertua 0,000

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata kandungan formalin

pada sampel makanan sebelum direndam menggunakan larutan lidah

buaya lebih besar dari sesudah perendaman ( A ≥ B ). Dan rata-rata

kandungan formalin pada sampel makanan sebelum direndam

menggunakan larutan lidah mertua lebih besar dari sesudah perendaman

(A ≥ B).

E. Uji efektivitas penurunan kandungan formalin menggunakan larutan

lidah buaya dan larutan lidah mertua menggunakan uji Independent

Sample T test

Hipotesis :

Uji Homogenitas :

H0 : tidak ada perbedaan varians sampel yang direndam menggunakan

larutan lidah buaya dengan yang direndam menggunakan larutan

lidah mertua (data homogen)

H1 : ada perbedaan varians sampel yang direndam menggunakan larutan

lidah buaya dengan yang direndam menggunakan larutan lidah

mertua (data heterogen)

Ho ditolak jika nilai P < α (0,05).

35 | P a g e

Page 37: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

Uji beda rata-rata (uji efektivitas) :

H0 : Rata- rata kandungan formalin pada sampel yang direndam

menggunakan larutan lidah buaya lebih besar daripada rata – rata

kandungan formalin yang direndam menggunakan larutan lidah

mertua (µLidah Buaya ≥ µLidah Mertua)

H1 : Rata- rata kandungan formalin pada sampel yang direndam

menggunakan larutan lidah buaya lebih kecil daripada rata – rata

kandungan formalin yang direndam menggunakan larutan lidah

mertua (µLidah Buaya < µLidah Mertua)

Ho ditolak jika nilai P2

> α (0,05).

Tabel IV. 8.Uji Beda Rata-rata Kandungan Formalin

pada Makanan yang Sudah direndam Menggunakan Larutan Lidah Buaya dan Larutan Lidah

No VariabelNilai P

untuk Uji Homogenitas

Nilai PUntuk UjiEfektivitas

1Kandungan Formalin pada sampel makanan sesudah perendaman

0,002 0,041

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa data heterogen dan larutan

lidah buaya lebih efektif untuk menurunkan kandungan formalin pada

makanan dibandingkan dengan larutan lidah mertua (A ≥ B).

36 | P a g e

Page 38: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Rata- rata kandungan formalin pada kelompok kontrol sebelum dan

sesudah perendaman yaitu 6,00 ; standar deviasi sebesar 2,51 dengan nilai

minimum 2,00 dan nilai maksimum 8,50. Rata-rata kandungan formalin

pada sampel sebelum perendaman menggunakan larutan lidah buaya yaitu

3,75 ; standar deviasi sebesar 2,83 dengan nilai minimum 1,00 dan nilai

maksimum 10,00. Sedangkan rata-rata kandungan formalin pada sampel

sesudah perendaman menggunakan larutan lidah buaya yaitu 0,025 ;

standar deviasi sebesar 0,024 dengan nilai minimum 0,00 dan nilai

maksimum 0,07. Dan rata-rata kandungan formalin pada sampel sebelum

perendaman menggunakan larutan lidah mertua yaitu 3,79 ; standar deviasi

sebesar 2,04 dengan nilai minimum 1,00 dan nilai maksimum 8,50.

Sedangkan rata-rata kandungan formalin pada sampel sesudah perendaman

menggunakan larutan lidah mertua yaitu 0,0083 ; standar deviasi sebesar

0,0094 dengan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,03.

2. Rata - rata kandungan formalin pada semua kontrol serta sampel baik

sebelum dan sesudah direndam menggunakan larutan lidah buaya maupun

lidah mertua tidak sesuai dengan standar yakni lebih dari 0.

3. Rata - rata kandungan formalin pada semua sampel baik sebelum

direndam menggunakan larutan lidah buaya dan lidah mertua lebih besar

dari sesudah direndam menggunakan larutan lidah buaya dan lidah mertua

(A ≤ B). Dalam kata lain, larutan lidah buaya dan larutan lidah mertua

dapat menurunkan kandungan formalin pada makanan.

4. Larutan lidah buaya lebih efektif untuk menurunkan kandungan formalin

pada makanan dibandingkan dengan larutan lidah mertua (A ≥ B).

37 | P a g e

Page 39: Pengaruh Penambahan Sari Lidah Buaya

B. SARAN

1. Sebaiknya dilakukan sosialisasi pada ibu – ibu rumah tangga temtang

penggunaan lidah buaya untuk menurunkan kandungan formalin pada

makanan.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian penurunan kadar formalin menggunakan

bahan alami lainnya yang juga mengandung senyawa saponin.

3. Sebaiknya pada saat dilakukan penelitian yang sejenis,diperhitungkan juga

faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses reduksi formalin

38 | P a g e