repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/annisa... ·...

97
PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI RESIDEN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) “GALIH PAKUAN” BOGOR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh AnnisaTrisnawati NIM :1110052000005 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H./2017 M.

Upload: others

Post on 16-Feb-2020

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM

PEMBINAAN MENTAL BAGI RESIDEN KORBAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA DI PANTI SOSIAL PAMARDI

PUTRA (PSPP) “GALIH PAKUAN” BOGOR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

AnnisaTrisnawati

NIM :1110052000005

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438H./2017 M.

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

i

ABSTRAK

AnnisaTrisnawati, 1110052000005, Pengaruh Pembimbingan Agama dalam

Pembinaan Mental bagi Residen Korban Penyalahgunaan Napza di Panti

Sosial Parmadi Putra (PSPP) “GalihPakuan” Bogor, Pembimbing : Drs.

Sugiharto, MA.

Pembimbingan agama hakikatnya sama dengan kegiatan orang yang

berdakwah, karena seorang pembimbing agama dapat mengajak dan selalu

menganjurkan agar selalu berjalan dalam kebaikan, dengan fungsinya sebagai

teladan, pembimbing, penolong, pengabdi dan memiliki sifat-sifat kepemimpinan

yang baik.Menyadari banyaknya masalah yang ditimbulkan akibat

penyalahgunaan Napza maka diperlukan perhatian khusus untuk menanggulangi

masalah tersebut, seperti diadakannya rehabilitasi untuk penggunaan Napza.

Dalam rehabilitasi terdapat treatment yang dapat membantu dalam proses

penyembuhan penyalahgunaan Napza.

Teori yang di gunakan adalah teori pembimbingan agama yaitu upaya

untukmengatasi dan memecahkan problem kehidupan klien dengan kemampuan

yang ada pada dirinya sendiri. Dan teoripembinaan mental, yaitupaya untuk

memperbaiki dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang

melalui bimbingan mental atau jiwanya sehingga memiliki kepribadian yang

sehat, akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupannya.

Penilitianinidilakukan di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih

Pakuan” Bogor ini berlokasi di jalan H. Miing No. 71 Desa Putat Nutug

Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lembaga rehabilitasi yang

memberikan bimbingan, pelayanan, dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif,

rehabilitatif, promotif, dalam membentuk bimbingan pengetahuan

dasar,pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta

bimbingan lanjut bagi eks korban Napza dan pengguna Psikotropika Sindroma

ketergantungan agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan

bermasyarakat, serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian

survey dan desain deskriptif.Instrumen penelitian yang diberikan kuesioner atau

angket yang berisikan 30 butir pernyataan mengenai pengaruh pembimbingan

agama dalam pembinaan mental bagi residen korban penyalahgunaan napza.

Berdasarkan dengan uji analisis chi kuadrat (chi square) diperoleh hasil sebesar

60.000. Sementara nilai kae kuadrat tabel untuk derajat kebebasan (degree of

freedom = df) = 1 dan tingkat keyakinan atau signifikasi 0,05 dari daftar nilai kae

kuadrat sebesar 3,841. Pengaruh pembimbingan agama dalam pembinaan mental

bagi residen korban penyalahgunaan Napza berada di kategori tinggi minat,

karena residen berada dalam usia produktif dan berdampak positif bagi

perkambangan residen karena dapat membangun kepercayaan diri dan skill untuk

bekal hidupnya di dalam masyarakat. Ini di tunjukkan dengan perolehan

presentase 63,3% dari total 119 responden.

Kata Kunci : Pengaruh Pembimbingan Agama, Pembinaan Mental,

Penyalahgunaan Napza

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Segala puji kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam atas segala limpahan

taufik dan hidayahnya.Shalawat serta salam bagi baginda Nabi Muhammad SAW,

sebagai suri tauladan umat manusia.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil penelitian dengan judul

“PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN

MENTAL BAGI RESIDEN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI

PANTI SOSIAL PARMADI PUTRA (PSPP) “GALIH PAKUAN” BOGOR.

Banyak hambatan selama melakukan penyusunan skripsi ini, namun dengan

dorongan dan motivasi akhirnya bisa terselesaikan.

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

saya dalam menyelesaikan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya

kepada :

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku dekanFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Suparto, S M.Ed, Ph.D

selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Roudhonah, M.A selaku

Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Suhaimi, M.si selaku Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si dan Noor Bekti Negoro, SE, M. Si selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

iii

3. Drs. Sugiharto, MA selaku dosen pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan

arahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Helmi Rustandi selaku dosen pembimbing akademik terima kasih atas

bimbingannya selama ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan

ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur

sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.

7. KepadaKepalaPantiSosialParmadi Putra (PSPP) “GalihPakuan” Bogor

BapakBeni Sujanto AKS., M.Si, Bapak. IwanNurcandraS. ,S.Sosselaku

Sub Bagian Tata Usaha yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan

penelitian, serta Bapak. Ahmadin, S.Pd.I., M.Si.selaku Kepala Seksi

Program dan Advokasi Sosial yang telah membimbing penulis selama

penelitian, Ustadz Asep serta segenap Pengawai Panti Sosial dan seluruh

residen primary dan re-entry.

8. Teristimewa, kedua orang tua yang penulis cintai Bapak Sutrisno dan Ibu

Murjiati serta Kakaku Rafli Januar Ardian Kusuma beserta Istri Arina

Fazrah dan jagoan kecilnya Al Kanzu Mifzal Ardian yang selalu

memberikan kasih sayang, support, dan doa tiada henti.

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

iv

9. Yang tersayang Faris Putra Suhartanto yang selalu memotivasi dan

memberikan semangat.

10. Sahabatku Farianty Permatasari, Fransisca Fiona, Lenti Suprestika dan

Vina Anggraini yang selalu memberikan inspirasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11. Para sahabat Yeni Nurasiah, Sefty Nur’ainy, Arfiana Amalia Fichri, Amini

Rachman, dan Titi Hardiyanti yang selalu memberikan support dan

motivasi. Serta teman berjuang yang selalu menemani dan saling support

dalam menyelesaikan skripsi, SitiRif’ah.

12. Semua teman-teman BPI, khususnya BPI 2010 terima kasih atas

kebersamaanya serta support dan motivasinya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua

pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu. Semoga Allah memberkahi

mereka semua.Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, April 2017

AnnisaTrisnawati

NIM. 1110052000005

.

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. .Rumusan dan Batasan Masalah ............................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan ............................................................. 7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Pengaruh Pembimbing Agama

1. Pengertian Pengaruh......................................................... 9

2. Pengertian Pembimbing Agama ....................................... 9

3. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama .......................... 10

4. Ruang Lingkup Pembimbing Agama ............................... 12

B. Pengertian Pembinaan Mental

1. Pengertian Pembinaan ...................................................... 15

2. Manfaat dan Tujuan Pembinaan ...................................... 16

3. Pengertian Mental ............................................................ 17

4. Karakteristik Mental yang Sehat ...................................... 20

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

vi

C. Pegertian Klien Korban Penyalahgunaan Napza

1. Pengertian Residen ........................................................... 28

2. Pengertian Napza ............................................................. 31

3. Jenis – Jenis Napza........................................................... 32

4. Penyalahgunaan Napza .................................................... 34

5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza ........................ 35

6. Dampak Penyalahgunaan Napza ...................................... 39

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ......................................... 41

1. Subyek dan Obyek Penelitian .......................................... 41

2. Waktu danTempat Penelitian ........................................... 42

B. Populasi dan Sampel .............................................................. 42

C. Variabel Penelitian ................................................................. 43

D. Definisi Operasional .............................................................. 44

E. Hipotesis Penelitian ............................................................... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 46

G. Instrumen Penelitian .............................................................. 47

1. Uji Validitas ..................................................................... 47

2. Uji Realibilitas ................................................................. 48

H. Teknik Analisis Data .............................................................. 50

I. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 51

J. Uji Khi Kuadrat (Chi Square) ................................................ 51

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

vii

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS TEMUAN

A. Gambaran Umum PAnti Sosial Parmadi Putra (PSPP)

“Galih Pakuan” Bogor.

1. Latar Belakang ................................................................. 53

2. Visi dan Misi ................................................................... 54

3. Struktur Organisasi ......................................................... 54

4. Tugas Pokok .................................................................... 55

5. SDM (SumberDayaManusia) Pelaksana .......................... 55

6. Fasilitas Pelayanan ........................................................... 55

7. Prosedur Penerimaan ........................................................ 57

8. Metode Pelayanan dan Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial ..

a. Metode Pelayanan ...................................................... 58

b. Waktu Pelaksanaan Kegiatan ..................................... 61

B. Hasil dan Pembahasan Uji Analisis Chi Square .................... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 67

B. Saran ....................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tingkat ReliabilitasInstrumen ..................................................... 48

Tabel 3.2 Kontingensiantaravariabel X dan Y ............................................ 49

Tabel 4.1 HasilUjiValiditasPengaruhPembimbing Agama ........................ 61

Tabel 4.2 HasilUjiValiditasPembinaan Mental .......................................... 62

Tabel 4.3 HasilUjiReliabilitasmasing-masingvariabel ............................... 63

Tabel 4.4 TabelKontingensi ........................................................................ 64

Tabel 4.5 HasilAnalisa Chi Square ............................................................. 64

Tabel 4.6 Symmetric Measures ................................................................... 65

Tabel 4.7 PresentasePengaruhPembimbing Agama ................................... 66

Tabel 4.8 PresentasePembinaan Mental ..................................................... 66

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

ix

DAFTAR GRAFIK

Tabel Grafik PengaruhPembimbing Agama dalamPembinaan Mental ......... 67

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Problematika manusia semakin komplek, himpitan kehidupan telah

menghujam setiap anak manusia di dunia ini, bukan hanya orang tua, tapi

remaja bahkan anak-anak baik laki-laki maupun perempuan, kesemuanya

mengalami sebuah problem yang komunal. Berbagai respon pun muncul dan

kini sudah menjadi kebiasaan pada life style di masyarakat, ketika menghadapi

suatu masalah dan mengalami stress, mereka cenderung untuk lari pada

penggunaan obat-obatan.

Masalah penyalahgunaan Napza khususnya pada remaja merupakan

ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya, dan suatu

bangsa pada umumnya. Pengaruh Napza sangatlah buruk, baik dari segi

kesehatan mentalnya, pribadinya maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.

Menyadari banyaknya masalah yang ditimbulkan akibat

penyalahgunaan Napza maka diperlukan perhatian khusus untuk

menanggulangi masalah tersebut, seperti diadakannya rehabilitasi untuk

penggunaan Napza. Dalam rehabilitasi terdapat treatment yang dapat

membantu dalam proses penyembuhan penyalahgunaan Napza.

Residen merupakan korban atas penyalahgunaan Napza yang

dilakukannya sendiri, seseorang yang menggunakan atau menyalahgunakan

Napza dan dalam keadaan ketergantungan. Sehingga diperlukan sebuah panti

rehabilitasi untuk membebaskan pecandu dari kecanduan Napza.

Secara umum, rehabilitasi adalah kombinasi dan koordinasi pelayanan

medik, sosial, pendidikan, dan latihan keterampilan untuk melatih kembali

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

2

seseorang mencapai kemampuan atau kesanggupan setinggi mungkin,

bertumpu pada sisa kemampuan yang ada.1

Rehabilitasi korban Napza adalah upaya kesehatan yang dilakukan

secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial, dan

religi agar penggunaan Napza yang menderita sindroma ketergantungan dapat

mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan

dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana

rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan

kebutuhan.2

Program rehabilitasi dimaksudkan serangkaian upaya yang

mengkoordinasi dan terpadu, terdiri atas upaya-upaya medis, bimbingan

mental, psikososial, keagamaan, pendidikan, dan latihan vokasional untuk

meningkatkan kemampuan penyesuain diri, kemandirian dan menolong diri

sendiri serta mencapai kemampuan fungsional sesuai dengan potensi yang

dimiliki, baik fisik, mental, sosial dan ekonomi. Pada akhirnya mereka

diharapkan dapat mengatasi masalah penyalahgunaan Napza dan kembali

berinteraksi dengan masyarakat secara wajar.3

Kementrian Sosial RI sebagai instansi yang melaksanakan

pembangunan dibidang Kesejahteraan Sosial mempunyai Unit Pelaksanaan

Sosial (UPT) salah satunya adalah PSPP “Galih Pakuan” Bogor yaitu

memberikan pelayanan dan pertolongan kepada korban penyalahgunaan

Napza. Agar mereka mampu menjauhkan diri dari penyalahgunaan Napza dan

1 Huhoni Mustafa, Dkk, Rehabilitas anak yang cacat tubuh, kalbe. Co.id.

2 Endra, Askep Napza, corentanpenaendra.blogspot.com, Depkes, 2002.

3 Direktorat Jendral Pelayanan Rehabilitasi Sosial Depertemen Sosial RI ,

Metode Therapeutic Community. (jakarta: Yayasan Titihan Respati, 2003) h. 2

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

3

dapat menjalankan fungsi sosialnya didalam lingkungan keluarga, sekolah,

pekerjaan, dan kehidupan bermasyarakat supaya dapat menjalankan hidupnya

secara wajar dan produktif.

Rehabilitasi yang dilaksanakan oleh PSPP “Galih Pakuan” Bogor

merupakan upaya dalam pemberian pelayanan yang menjadi hak setiap warga

Negara agar mereka dapat hidup layak dan manusiawi. Kegiatan yang

dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan tersebut antara lain : Bimbingan

Fisik, Mental, dan Sosial serta dibekali dengan Keterampilan. Upaya ini

dipandang sebagai wujud dari Keadilan Sosial dan pemberian kesempatan

kepada setiap orang untuk tumbuh dan mengembangkan potensi diri mereka

sebagai bekal untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam kehidupan sehari-

hari.

Napza kini menjadi salah satu masalah yang dianggap serius.

Fenomena yang terjadi dewasa ini adalah yang tampak sehat jasmani, namun

sebenarnya sakit secara rohani. Kehidupan modern yang serba canggih dan

matrealistis seringkali membuat manusia lupa akan penciptanya. Pelaksanaan

terhadap ajaran agama menjadi terabaikan dan manusia semakin jauh dari

pengalaman spiritual yang dapat mendatangkan keharmonisan diantara fungsi

jiwa.

Oleh karena itu, dibutuhkan pembenahan atau yang lebih dikenal

dengan pembinaan mental untuk memiliki sifat dan karakter yang baik dan

Islami, dan tentunya juga agar bisa kembali berinteraksi dengan baik di

lingkungan. Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk

akhlak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

4

luhur dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar dari sifat tercela

sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya kenakalan remaja.

Pembinaan mental merupakan tumpuan perhatian pertama dalam misi

Islam. Untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam telah

mengajarkan bahwa pembinaan mental harus lebih diutamakan daripada

pembinaan fisik atau pembinaan dari aspek-aspek lain, karena dari mental

yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang akan

menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia

lahir dan batin.

Dengan demikian, pembinaan mental adalah usaha untuk memperbaiki

dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui

bimbingan mental sehingga memiliki kepribadian yang sehat, akhlak yang

terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan.

Oleh sebab itulah diperlukan penanaman pengetahuan agama yang

dapat dilakukan melalui kegiatan keagamaan non formal diantaranya melalui

keteladanan sikap yang diberikan para da’i, belajar baca tulis Al-Qur’an serta

kegiatan-kegiatan non formal lainnya yang didampingi oleh seorang

pembimbing agama.

Pembimbingan agama hakikatnya sama dengan kegiatan orang yang

berdakwah, karena seorang pembimbing agama dapat mengajak dan selalu

menganjurkan agar selalu berjalan dalam kebaikan, dengan fungsinya sebagai

teladan, pembimbing, penolong, pengabdi dan memiliki sifat-sifat

kepemimpinan yang baik karena dia rela mengorbankan kepentingannya

sendiri demi kepentingan orang lain.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

5

Seperti dikatakan oleh M. Arifin dalam bukunya pedoman pelaksanaan

bimbingan dan penyuluhan agama, bahwa kegiatan bimbingan agama melalui

pendekatan sosiologis dapat mengarahkan seseorang (terbimbing) untuk hidup

diatas solidaritas sosial dan tanggung jawab sosial serta rasa ikut bertanggung

jawab terhadap baik buruk maupun maju mundurnya hidup bermasyarakat.

Kesemuanya dapat menjadi faktor motifatif terhadap kegiatan bimbingan dan

penyuluhan agama tersebut dengan dilandasi nilai-nilai keimanan dan taqwa.4

Selanjutnya menurut M. Luthfi tujuan dari kegiatan yang dilakukan

oleh pembimbing agama adalah menyelenggarakan dan membantu seseorang,

keluarga atau kelompok masyarakat agar dapat mengenal, mengarahkan, dan

mewujudkan dirinya sendiri sebagai manusia seutuhnya sehingga terbuka

jalannya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.5

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pembimbingan Agama dalam

Pembinaan Mental bagi Residen Korban Penyalahgunaan Napza Di Panti

Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini, penulis memfokuskan

permasalahan yang hanya dibatasi pada Pengaruh Pembimbingan Agama

dalam Pembinaan Mental bagi Residen Korban Penyalahgunaan Napza di

Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

4 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:Golden

Terayon Press, 1982), cet-1, hal.36 5 M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan/Konseling Islam,

(Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008).h.99

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

6

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

dalam pembahasan selanjutnya agar lebih mengarah dan mencapai hasil

yang maksimal, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai

berikut: Seberapa besar pengaruh pembimbingan agama dalam pembinaan

mental bagi residen korban penyalahgunaan napza?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh pembimbingan agama dalam

pembinaan mental bagi residen korban penyalahgunaan Napza.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan bagi

pengembangan keilmuan dakwah diantaranya ilmu patologi sosial,

bimbingan dan penyuluhan Islam, psikologi keluarga, psikologi

agama, dan psikologi dakwah.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai pengalaman dan

menambah pengetahuan.

2) Bagi lembaga atau panti rehabilitasi dapat dijadikan pedoman

dalam pembinaan mental bagi klien korban penyalahgunaan

Napza.

c. Manfaat Akademis

Secara akademis, hasil penelitian ini dapat menambah proses

pembelajaran dan pengetahuan, serta dapat menambah wawasan

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

7

kepada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Serta dapat

menjadi bahan masukan bagi Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP)

“Galih Pakuan” Bogor dalam pembinaan mental bagi residen

korban penyalahgunaan Napza.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap

beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian

antara lain :

1. Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah

Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta oleh Sri Hesti Hardiyati

(109052000005). Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

2. Pengaruh Pembinaan Rohani Mental Islam Terhadap Pemahaman dan

Kesadaran Keagamaan Anggota Di Markas Korps Brimob Kelapa Dua

Depok oleh Irhamna Romadlon (108052000001). Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB IPENDAHULUAN terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan dan

Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

Pustaka, serta Sistematika Penulisan.

BAB IITINJAUAN TEORI terdiri dari : Pengertian Pembimbing Agama,

Peranan Pembimbing Agama, Tujuan dan Fungsi Pembimbing

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

8

Agama, Ruang Lingkup Pembimbing Agama, Pengertian

Pembinaan Mental, Pengertian Klien Korban Penyalahgunaan

Napza,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN pada bab ini memuat tentang

pendekatan dan desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian,

populasi dan sampel, variabel penelitian, hipotesis penelitian,

definisi operasional dan indikator penelitian, teknik pengumpulan

data, uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas, teknik

analisis data meliputi uji analisis khi kuadrat (chi square).

BAB IVGAMBARAN UMUM DAN TEMUAN ANALISIS DATA Panti

Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor yang terdiri

dari : Sejarah berdirinya Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP), Visi

dan Misi, Stuktur Organisasi, Program Panti Sosial Parmadi Putra

(PSPP), Data Pekerja Sosial dan Residen Panti Sosial Parmadi

Putra (PSPP), Program dan Kegiatan Panti Sosial Parmadi Putra

(PSPP), Instrumen penelitian yang meliputi uji validitas dan

reabilitas dan teknik analisis data , pengujian hipotesis.

BAB V PENUTUP terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengaruh Pembimbingan Agama

1. Pengertian Pengaruh

Pengaruh menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah daya yang ada

atau timbul dari sesuatu atau benda yang membentuk watak, kepercayaan,

atau perbuatan seseorang.6

Pengaruh dapat dirasakan oleh setiap orang ketika mengalami

sesuatu peristiwa yang dialaminya secara berulang-ulang, jika orang

tersebut sangat menyukai terhadap apa yang dialaminya bukan tidak

mungkin akan menimbulkan pengaruh positif pada dirinya baik perbuatan

maupun perkataan.

2. Pengertian Pembimbingan Agama

A. Pengertian Bimbingan dan Agama

Menurut kamus bahasa Indonesia pembimbing adalah orang yang

membimbing atau menuntun.7 Bimbingan merupakan terjemahan dari kata

bahasa inggris “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang

berarti “menunjukan”.

A.M Romly berpendapat bimbingan adalah “bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu atau kelompok dalam

mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya agar supaya individu

6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, kamus besar Bahasa

Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 849. 7 Depdiknas, op. cit., h. 152

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

10

itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.8

Sedangkan Agama menurut Quraish Shihab, merupakan hubungan

makhluk dan khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya

serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap

kesehariannya.9

Agama merupakan bentuk kenyakinan yang berhubungan dengan

dengan kehidupan batin manusia dan sulit untuk dapat diukur secara tepat

dan rinci. 10

Sehingga berdasarkan pengertian pembimbing dan agama diatas

maka dapat dijelaskan bahwa pembimbing agama adalah seseorang yang

memberikan bimbingan berupa agama Islam kepada klien dengan bantuan

secara mental spiritual yang dilakukan secara berkesinambungan, sehingga

klien dapat memahami dirinya sendiri dan mampu mengatasi segala

permasalahan yang dihadapinya dengan tetap berserah diri kepada Allah,

sehingga dapat membantu klien mencapai perkembangan diri secara

optimal sebagai makhluk sosial.

B. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama

Pembimbing agama seperti yang dikemukakan diatas adalah

seseorang yang memberikan bimbingan berupa Agama Islam. Adapun

tujuan bimbingan agama Islam sendiri menurut Aunur Rahim Faqih bahwa

8 A. M. Romly, Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan Baru, (Jakarta:

PT.Bina Rena Pariwara), cet. Ke-1, h. 11 9 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. Ke-2, h.210 10

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta

Press), Cet. Ke-1. h. 3

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

11

dengan membagi secara umum dan khusus yang dirumuskan sebagai

berikut:

1. Tujuan Umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan Khusus

a. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

b. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap lebih baik,

sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan

orang lain.11

Sedangkan fungsi dari bimbingan agama islam menurut Ahmad

Mubarok, dapat dibagi menjadi empat tingkatan :

a. Fungsi pencegahan atau preventif, yaitu membantu individu menjaga

atau mencegah timbulnya masalah bagi klien, fungsi ini ditunjukan

kepada orang-orang yang selalu disibukkan oleh duniawi dan materi

atau orang yang menghadapi keruwetan hidup.

b. Fungsi Kuratif atau Korektif yaitu memberi bantuan pada klien dalam

memecahkan masalah yang sedang dihadapinya atau dialaminya.

c. Fungsi Pemeliharaan atau Preservatif, yaitu membantu klien yang

sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami problem yang pernah

dihadapi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membentuk semacam

klub yang anggotanya para klien atau eks-klien dengan menawarkan

11

Aunur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta UI Press,

2001), Cet. Ke-2, h. 31

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

12

program-program yang terjadwal misalnya ceramah keagamaan atau

keilmuan, dll.

d. Fungsi Pengembangan atau Developmental, yaitu pembimbing atau

konselor dalam fungsi ini adalah membantu klien yang sudah sembuh

agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya pada kegiatan

yang lebih baik.12

Sedangkan menurut M. Arifin, agar tugas sebagai pembimbing

agama dapat dilaksanakan dengan baik, maka bimbingan dan penyuluhan

harus dilakukan fungsi sebagai berikut :

a. Mengusahakan agar anak bimbing dapat terhidar dari segala gangguan

dan hambatan yang mengancam kelancaran proses perkembangan dan

pertumbuhan yaitu gangguan berupa mental/spiritual, dan hambatan

yang berupa jasmaniah (fisik)

b. Membantu memecahkan kesulitan yang dialami oleh tiap anak

bimbing.

c. Melakukan pengarahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak

bimbing sesuai dengan kenyataan bakat, minat, dan kemampuan yang

dimiliki sampai kepada titik optimal yang mungkin dicapai.

3. Ruang Lingkup Pembimbing Agama

a. Pembimbing Agama

Pembimbing agama sebagai juru penerang agama juga

dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71, yang

di dalamnya terdapat perintah untuk menyeru sesama ke jalan Allah

12

Ahmad Mubarok, op. cit., h. 91-93

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

13

merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim. Sebagaimana Allah

berfirman:

Pembimbing atau juru penerang agama dapat dikatakan sebagai

orang yang kompeten dalam meyakini akan kebenaran agama yang

dianutnya, menghayati dan mengamalkan agama karena seseorang

pembimbing agama mampu menjadi pembawa norma agama yang

konsekuen baik lahir dan batin bagi masyarakat.13

Dapat disimpulkan bahwa pembimbing Agama merupakan juru

penerang, pengabdi, pembawa norma dan penolong secara individu

maupun kelompok masyarakat dalam memecahkan masalahnya baik

secara lahiriah maupun batiniah menyangkut kehidupan masa kini dan

masa mendatang untuk ditarik keluar dari kegelapan ke cahaya

kehidupan yang lebih baik dengan berpedoman ajaran-ajaran agama

Islam melalui dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Allah

SWT.

b. Sasaran

Sasaran adalah seseorang atau kelompok masyarakat yang

diberikan pencerahan, penjelasan dan pertolongan dalam memahami

masalahnya dan cara menghadapi masalah tersebut dengan bimbingan

agama yang dilakukan secara terus-menerus.

c. Materi

Materi yang digunakan pembimbing agama pada dasarnya adalah

ajaran agama Islam yang bersumber pokok dari Al-Qur’an dan Hadist

13

Aida Vitayala S. Hubies, dkk, Penyuluhan Pembangunan di Indonesia,

(Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992), h. 19.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

14

meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Pembimbing agama wajib

mengetahui bahwa al-Qur’an adalah sebagai wahyu Allah SWT,

pedoman hidup dan kehidupan manusia untuk kehidupan di dunia

maupun di akhirat.

d. Metode

Adapun metode yang digunakan sebagai berikut :

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian pesan yang

digunakan oleh pembimbing agama dan teknik ini sudah lazim

digunakan, biasanya ceramah diartikan karena mereka

menyampaikan pesan secara lisan dan para pendengar atau

terbimbing mendengarkan, memperhatikan dan mencatat jika

diperlukan, pembimbing agama menyajikan sesuai dengan

kemampuan dan pengetahuan dengan bahasa yang mudah

dimengerti.14

2) Metode Diskusi

Menurut Samsul Munir, metode diskusi ini hampir sama

dengan metode group guidance artinya ada kontak langsung antara

pembimbing dengan sekelompok terbimbing yang agak besar

setelah mereka mendengar ceramah kemudian ikut aktif berdiskusi

serta menggunakan kesempatan untuk tanya jawab.15

Dan metode

ini lanjutan dari metode diatas dan hal ini dapat mendorong

terbimbing dalam berpikir dan mengeluarkan pendapatnya pada

14

Basyiruddin Usman, Metedologi Pembelajaran Agama Islam,

(Tangerang: PT. Ciputat Press, 2005), h. 34-45. 15

Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, h. 71.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

15

materi yang telah disampaikan agar dapat lebih memahami materi

yang diberikan kepadanya.

3) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyampaian pesan dengan

sengaja pembimbing agama memperlihatkan suatu contoh dapat

berupa benda, keteladanan dapat dikatakan dakwah bil hal, melalui

peristiwa, dan sebagainya dalam rangka pembimbing agama

mementaskan sesuatu terhadap sasaran dengan maksud dan tujuan

tertentu.16

4) Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah cara penyampaian pesan dengan

cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban kepada

terbimbing yang merasa bahwa penjelasan pembimbing agama

yang dirasa belum dimengerti.

B. Pengertian Pembinaan Mental

1. Pengertian Pembinaan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan

mengandung arti 1) Proses, cara, perbuatan, membina 2) Pembaharuan,

penyempurnaan 3) Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.17

Pembinaan menurut istilah adalah suatu kegiatan untuk

mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu yang telah ada

16

Basyiruddin Usman, Metedologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34-35. 17

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 152

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

16

sebelumnya.18

Arti kata pembinaan dari segi terminologis yaitu suatu upaya,

usaha kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan,

mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan

agar sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi maupun

kehidupan sosial masyarakat.19

Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat yaitu :

Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal

yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan

bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,

mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh selaras.

Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta

prakasa sendiri, menambah, meningkatkan, dan mengembangkan kearah

tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan

pribadi yang mandiri.20

Berdasarkan referensi diatas, dapat disimpulkan bahwa pembinaan

adalah suatu upaya pengelolaan atau penanganan berupa melatih

membiasakan, memelihara, menjaga, mengarahkan serta mengembangkan

kemampuan seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik secara

efektif dan efisien.

2. Manfaat dan Tujuan Pembinaan

Manfaat dan tujuan dari pembinaan ini adalah untuk mengarahkan

serta mengembangkan kemampuan klien untuk mencapai pemecahan

masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan kemampuan

18

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-ikhlas,

1983), h. 17 19

Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam

Pada Darmawanita, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984), h.8. 20

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,1976), Cet. Ke-

15, h. 36.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

17

kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif (sikap)

akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian yang

dicita-citakan, akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan

kecakapan keterampilan yang memadai, kemudian diperkuat oleh perilaku

sadar akan kebutuhan tersebut.

3. Pengertian Mental

Mental dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu hal

yang berhubungan dengan batin dan watak manusia yang bukan bersifat

badan atau tenaga.21

J.P Chapin mendefinisikan mental dalam bukunya “Kamus

Lengkap Psikologi” yang diterjemahkan Kartini Kartono sebagai berikut:

a. Menyimpang masalah pikiran, akal ingatan atau proses-proses yang

berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan.

b. Menyinggung isi kesadaran (Strukuralisme).

c. Menyinggung perbuatan atau proses (Fungsionalisme).

d. Menyinggung ketidak sadaran, pra-kesadaran, dan kesadaran

(Psikoanalisis).

e. Menyinggung proses-proses khusus misalnya kesiagaan, sikap, implus,

dan proses intelektual.

f. Menyinggung proses tersembunyi, yang dipertentangkan dengan

proses terbuka.

g. Menyinggung segala sesuatu yang bersumber pada sebagian dari hasil

21

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, Edisi Tiga, h. 733.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

18

sebab musabab mental seperti gangguan mental.22

Mental itu adalah cara berfikir dan berperasaan berdasarkan nurani

petunjuk yang berasal dari Agama, petunjuk atau pedoman hidup.

Dalam istilah lain H.M. Arifin menyatakan bahwa arti mental

adalah sesuatu kekuatan yang abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat

dilihat oleh pancaindra tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak

adalah hanya gejalanya saja dan gejala inilah yang mungkin dapat

dijadikan sasaran penyelidikan ilmu jiwa atau lainnya.23

Zakiah Daradjat, mengemukakan bahwa mental sering digunakan

sebagai Personality (Kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah

semua unsure-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan

perasaan dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak

tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan

mengecewakan, menggembirakan, dan sebaginya.24

Menurut Sigmud Freud, seorang bapak psikolog dari aliran

Psikoanalisa, kejiwaan seseorang terstruktur atas tiga sistem pokok, yaitu :

a. Id (das es) adalah sistem kepribadian biologis yang asli, berisiskan

sesuatu yang telah ada sejak lahir. Ia merupakan reservoir energy

psikis yang menyediakan seluruh daya untuk sistem ego dan super

ego. Freud menyebut id dengan the true psychic reality (kenyataan

psikis yang sebenarnya), karena id mempresentasikam dunia batin

22

JP. Chapin, (penerjemah: Kartini Kartono), Kamus Lengkap Psikologi,

(Jakarta: PT. Raja Grafino, 2004), Cet. Ke-9, h. 297. 23

HM. Arifin Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1997), Cet. Ke-2, h.17. 24

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1990), Cet. Ke-4, h. 38-39.

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

19

pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Prinsip

kerjanya adalah serba mengejar kenikmatan (pleasure principle) yang

cenderung bersifat rasional, primitif, implusif, dan agresif. Untuk

menghindari ketidaknikmatan maka id mempunyai dua cara: Pertama,

refleks, yaitu reaksi-reaksi otomatis dalam tubuh, misalnya bersin,

berkedip, dan sebagainya; kedua, proses primer, yaitu reaksi psikologis

yang menghentikan tegangan melalui hayalan, seperti orang lapar

membayangkan makan.

b. Ego (das ich) adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan

organisme memerlukan transaksi dengan kenyataan objektif. Ego

mengikuti prinsip kemyataan (reality principle) yang bersifat rasional

logis dan reaksinya menurut proses skunder. Tujuan prinsip ini adalah

mencegah terjadinya ketegangan sampai ditemukam suatu objek yang

cocok untuk pemuasan kebutuhan. Ego disebut eksekutif kepribadian,

karena ia mengontrol tindakan, memilih lingkungan untuk member

respon, memuaskan isting yang dikhendaki dan berperan sebagai

arbitrator atau pengendali konflik antara id dan super ego.

c. Super Ego (das ueber ich) adalah aspek-aspek sosiologis kepribadian

yang mengitegritaskan nilai-nilai moral dan cita-cita luhur. Ia

mencerminkan yang ideal bukan riil, mengejar kesempurnaan bukan

kenikmatan. Perhatian utamanya adalah membedakan yang benar dan

yang salah dan memilih yang benar. Timbulnya super ego ini

bersumber dari suara hati (conscience) sehingga fungsinya : merintangi

implus-implus seksual dan agresif yang aktualisasinya sangat ditentang

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

20

masyarakat, mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang

moralitas daripada realistic, mengejar kesempurnaan. Jadi super ego

menentang ukuran baik-buruk id maupun ego, dan membuat dunia

menurut gambarannya sendiri yang tidak rasional bahkan menunda dan

merintangi pemuasan insting.25

Jadi mental merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat, diraba secara

lahiriah dan tidak mudah untuk diukur karena merupakan sesuatu yang

abstrak. Namun pada prinsipnya mental itu satu kekuatan yang utuh dan

terbentuk dalam suatu wujud kegiatan yang merupakan gambaran yang

jelas antara suasana yang sedang dilakukan, sehingga hal ini dapat terlihat

dalam wujud tingkah laku seseorang dalam bentuk wajar atau tidak.

Dengan demikian, pembinaan mental adalah usaha untuk memperbaiki

dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui

bimbingan mental atau jiwanya sehingga memiliki kepribadian yang sehat,

akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani

kehidupannya.

4. Karakteristik Mental yang Sehat

Syamsu Arif menggambarkan karakteristik mental yang sehat,

yakni kondisi mental yang terhindar dari gejala-gejala jiwa dan penyakit

jiwa, dapat menyesuaikan diri, mampu memanfaatkan potensi semaksimal

25

Hall, Calvin S. and Gardner Lindzey, Teori-teori Holostik Organismik

Fenomenologi, (Terjemahan: Yustinus, judul asli, “Theories of Personality”,

Yogyakarta: Kanisius, 1993).

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

21

mungkin, sehingga tercapailah kebahagiaan pribadi dan orang lain.26

Dadang Hawari mengemukakan pendapat WHO mengenai

karakteristik mental yang sehat diantaranya sebagai berikut:

a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun

kenyataan itu buruk baginya.

b. Memperoleh kepuasan diri dari hasil jerih payah usahanya.

c. Merasa lebih puas member daripada menerima.

d. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas, dan depresi.

e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling

memuaskan.

f. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian

hari.

g. Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan

konstruktif.

h. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.27

Menurut Zakiah Daradjat, karakteristik mental yang sehat adalah

terhindar dari gejala-gejala gangguan kejiwaan dan penyakit jiwa.28

Karena Zakiah Darajat membedakan antara gangguan kejiwaan (neurosis)

dengan penyakit jiwa (psikosis). Neurosis merupakan suatu kondisi

dimana perasaannya terganggu, masih mengetahui dan merasakan

kesukaran yang dialaminya, kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan

masihb hidup di alam kenyataan. Sedangkan psikosis tidak merasakan

kesukaran yang dialaminya, kepribadiannya sangat terganggu termasuk

26

Yusuf, Mental Hygiene: Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian

Psikologi dan Agama, h. 20. 27

Dadang Hawari, Al-Qur‟an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 34. 28

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, h. 4.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

22

didalamnya syaraf otak, tidak ada integritas dan hidup jauh dari alam

kenyataan.

Menurut Kartini Kartono, karakteristik mental yang sehat ditandai

dengan kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan-tujuan

hidup yang jelas, punya konsep diri yang sehat, ada koordinasi antara

segenap potensi dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi diri dan

integrasi kepribadian dan batinya selalu tenang.29

M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky mengatakan bahwa, apabila

hamba Allah telah berhasil melakukan pendidikan dan pelatihan

penyehatan, pengembangan dan pemberdayaan jiwa (mental), maka akan

dapat mencapai tingkat kejiwaan atau mental yang sempurna, yaitu akan

tesingkap;

a. Kesempurnaan Jiwa, yaitu integritasnya jiwa muthmainnah (yang

tentram), jiwa radhiyah (jiwa yang meridhai), dan jiwa yang

mardhiyah (yang diridhai) sehingga memiliki stabilitas emosional yang

tinggi dan tidak mudah mengalami stress, depresi dan frustasi. Jiwa ini

selalu akan mengajak pada fitrah Ilahiyah Tuhannya. Indikasi hadirnya

jiwa ini akan terlihat pada perilaku, sikap, dan gerak-geriknya yang

tenang, tidak tergesa-gesa, penuh pertimbangan dan perhitungan yang

matang, tepat dan benar, tidak terburu-buru untuk bersikap apriori dan

berprasangka negative. Jiwa radhiyah akan mendorong diri bersikap

lapang dada, tawakkal, tulus ikhlas dan sabar dalam mengaplikasikan

perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya dan menerima

dengan lapang dada segala ujian dan cobaan yang datang dalam hidup

29

Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung: Mandar Maju, 2000), Cet. Ke- 7, h. 5-6.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

23

dan kehidupannya, dalam artian hampir-hampir tidak pernah

mengeluh, merasa susah, sedih dan takut menjalani kehidupan ini.30

Allah berfirman :

Artinya: Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada

kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi

mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam

kehidupan} di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-

janji) Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.

(Q.S Yunus : 62-64)

Sedangkan jiwa mardhiyah adalah jiwa yang telah memperoleh tittle

dan gelar kehormatan dari Allah. Sehingga keimanan, keislaman, dan

keihsanannya tidak akan pernah mengalami erosi, dekadensi dan

distorsi. Dalam hal ini diberikan otoritas penuh kepada jiwa untuk

berbuat, berkarya dan beribadah di dalam ruang dan waktu Tuhannya

yang terlepas dari jangkauan makhluk.31

30

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan

Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2. 31

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan

Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

24

Allah berfirman:

Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan

hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah

hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. Al-Fajr : 27-

30).

b. Kesempurnaan Uluhiyah, yaitu kemampuan fitrah seseorang hamba

yang shalih untuk melakukan interaksi vertical dengan Tuhannya;

kemampuan menaati segala apa yang telah diperintahkan dan menjauhi

diri dari apa yang dilarang dan dimurkai-Nya serta tabah terhadap

ujian dan cobaan-Nya. Sehingga dengan kecerdasan ini akan terhindar

dari sikap menyekutukan Allah (syirik), sikap menganggap remeh

hukum-hukum-Nya atau sikap menunda-nunda diri untuk melakukan

kebaikan dan kebenaran (fasiq), sikap suka melanggar hukum Allah

(zhalim), sikap mendua di hadapan-Nya (nifaq), dan sikap suka

mengingkari atau mendustakan ayat-ayat-Nya (kufur). Kedekatan

Allah akan membuat hamba-Nya menyaksikan kebesaran dan

kesucian-Nya (ihsan) dengan interaksi vertical yang bersifat

transcendental, empiric dan hidup, bukan spekulasi dan ilusi.32

32

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan

Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2.

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

25

Allah berfirman :

Artinya : Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan

mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat

kepadanya daripada urat lehernya, (Q.S Qaf :16)

Jadi, kecerdasan uluhiyah adalah kesempurnaan fitrah yang

dimiliki oleh seorang hamba yang shalih, sehingga dapat merasakan

kehadiran Allah dalam setiap aktifitasnya, merasakan bekasan-bekasan

pengingkaran, kedurhakaan dan dosa, dan mampu mengalami

mukasyafah akal pikiran, qalb dan inderawi.

c. Kecerdasan Rububiyah, yaitu kemampuan fitrah seorang hamba yang

shalih dalam hal: memelihara dan menjaga diri dari hal-hal yang dapat

menghancurkan kehidupannya, mendidik diri agar menjadi hamba

yang pandai menemukan hakekat citra diri dengan kekuatan ilmu,

membimbing diri secara totalitas patuh dan tunduk kepada Allah serta

dapat memberikan kerahmatan pada diri dan lingkungannya (“Wahai

orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka…”).33

Menyembuhkan dan menyucikan diri dari penyakit

dan gangguan yang dapat melemahkan bahkan menghancurkan potensi

jiwa, akal fikiran, qalbu dan inderawi di dalam menangkap dan

memahami kebenaran-kebenaran hakiki dengan melakukan

33

Departemen Agama R.I, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat At-Tahrim: 6,

(Semarang: CV. As-Syifa, 1999). H. 951

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

26

pertaubatan dan perbaikan diri seutuhnya.34

Allah berfirman:

Artinya : Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak

bersembunyi dari Allah, Padahal Allah beserta mereka, ketika pada

suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak

redlai. dan adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang

mereka kerjakan. (Q.S An-Nisa : 108)

Dengan demikian indikasi seseorang yang telah memperoleh

kecerdasan rububiyah biasanya ia memiliki kekuatan, kewibawaan,

dan otoritas yang sangat kuat dalam hal menanamkan nilai-nilai

kebaikan dan kebenaran, mempengaruhi dan mengajak untuk

melakukan perbaikan dan perubahan yang positif pada perilaku sikap

dan penampilan yang tulus dan lapang dada tanpa adanya paksaan dan

tekanan baik kepada dirinya atau orang lain dan lingkungannya;

memberikan penyembuhan terhadap penyakit, baik penyakit yang

bersifat psikologis, spiritual, moral maupun fisik; dan memberikan

perawatan terhadap kualitas keimanan, keislaman, keihsanan, baik

terhadap diri maupun lingkungan sekitarnya.

d. Kecerdasan Ubudiyah, yaitu kemampuan fitrah seseorang yang shalih

dalam mengaplikasikan ibadah dengan tulus tanpa merasa terpaksa dan

dipaksa, akan tetapi menjadikan ibadah sebagai kebutuhan yang sangat

primer dan merupakan makanan bagi ruhani dan jiwanya.

34

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan

Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

27

Allah berfirman :

Artinya : Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-

pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah

Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan

sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka

selalu menyembah, (QS. Al-Anbiya-73)

Jadi kecerdasan ubudiyah suatu anugerah dari Allah SWT

berupa kemampuan dan skill mengaplikasikan sikap penghambatan

sangat tulus dan otomatis, baik dalam keadaan sendiri maupun jamaah,

baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, baik secara

vertical atau horizontal, baik dalam kondisi bagaimanapun, dimanapun

dan kapanpun.

e. Kecerdasan Khuluqiyah, yaitu kemampuan fitrah seseorang yang

shalih dalam berperilaku, bersikap dan berpenampilan terpuji. Dalam

hal ini terintegrasi dalam akhlak yang baik. Suatu perbuatan atau

perilaku dapat dikatakan sebagai akhlak apabila memenuhi dua syarat,

yaitu; perbuatan dilakukan dengan berulang-ulang. Apabila perbuatan

hanya dilakukan sesekali saja, maka perbuatan itu tidak dapat

dikatakan sebagai akhlak, perbuatan timbul dengan mudah tanpa

dipikirkan atau diteliti lebih dalam sehingga ia benar-benar

meruapakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa

atau setelah dipikirkan atau dipertimbangkan secara matang, tidaklah

disebut akhlak. Karena akhlak Islamiyah mempunyai cirri yaitu

kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyah al-muthlaqah), kebaikannya

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

28

bersifat menyeluruh (as-salahiyyah al-„ammah), tetap, langgeng dan

mantap, kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzam al-mustajab), dan

pengawasan menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah).35

Allah berfirman:

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung.(QS. Al-Kalam : 4)

Dengan demikian dapat dideskripsikan bahwa orang yang memiliki

mental yang sehat adalah orang yang mampu beradaptasi dengan baik dan

mudah, selaras dengan dirinya sendiri dan orang lain, serta harmonis

dengan lingkungan. Dan karakteristik kesehatan mental adalah kondisi

mental atau jiwa yang stabil, sehingga dapat berfungsi sesuai dengan

fungsinya, serta dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Potensi

yang dimiliki oleh setiap individu diantaranya adalah fisik, psikis, sosial,

dan religious.

C. Pengertian Residen Korban Penyalahgunaan Napza

1. Pengertian Residen

Residen dalam pembahasan ini merupakan korban dalam

penyalahgunaan Napza. Pembahasan mengenai residen ini penting

diberikan untuk membantu menentukan secara jelas batas-batas yang

dimaksud oleh pengertian tersebut sehingga diperoleh kesamaan

35

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan

Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

29

pandangan. Beberapa pendapat para ahli mengenai residen atau korban :36

a. Menurut Arief Gosita, korban adalah : “Mereka yang menderita

jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang

mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang

bertentangan dengan kepentingan diri sendiri atau kepentingan hak

asasi pihak yang dirugikan”.

b. Muladi menyatakan bahwa korban adalah : Orang-orang yang baik

secara individual maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk

kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi atau gangguan

substansial terhadap hak-haknya yang fundamental, melalui suatu

perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana di masing-

masing negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan.

c. Definisi korban menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor. 13 Tahun

2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban adalah : “Seseorang yang

mengalami penderitaan fisik, mental dan / atau kerugian ekonomi yang

diakibatkan oleh suatu tindak pidana”.

d. Korban Napza dalam Perspektif Viktimologi. Dalam perspektif

viktimologi terutama mengenai tipologi korban, terdapat beberapa

pendapat ahli hukum mengenai korban penyalahgunaan Napza.

Ditinjau dari perspektif tingkat keterlibatan korban dalam terjadinya

kejahatan, maka korban penyalahgunaan Napza menurut Ezzat Abdul

Fateh, dalam tipilogi ; “false victims yaitu mereka yang menjadi

36

A. Kadarmanta, Mencegah Narkoba Di Sekolah, (Jakarta: PT. FORUM

MEDIA UTAMA, 2012), h. 35-38

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

30

korban karena dirinya sendiri”. Dari perspektif tanggung jawab

korban, menurut Stephen Schafer, Self-victimizing victims adalah

mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang dilakukannya

sendiri. Beberapa literatur menyatakan ini sebagai kejahatan tanpa

korban. Akan tetapi, pandangan ini menjadi dasar pemikiran bahwa

tidak ada kejahatan tanpa korban. Semua atau setiap kejahatan

melibatkan dua hal, yaitu penjahat dan korban. Sebagai contoh dari

Self-victimizing victims adalah pecandu obat bius (koersif),

alkoholisme, homoseks, dan judi. Hal ini berarti pertanggungjawaban

terletak penuh pada si pelaku, yang juga sekaligus merupakan korban.

Menurut Sellin dan Wolfgang, korban penyalahgunaan Napza adalah

merupakan “mutual victimization yaitu yang menjadi korban adalah si

pelaku sendiri, seperti halnya kasus pelacuran, perzinahan, dan

penyalahgunaan Napza.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli hukum

mengenai tipilogi korban dalam perspektif viktimologi dapat dinyatakan,

bahwa pecandu Napza adalah merupakan self-victimizing victims, yaitu

seseorang yang menadi korban karena perbuatannya sendiri. Namun, ada

juga yang mengelompokkannya dalam victimless crime atau kejahatan

tanpa korban karena kejahatan ini biasanya tidak ada sasaran korban dan

semua pihak terlibat. Hal ini senada dengan rumusan teoritis Savitz bahwa

suatu perbuatan dinyatakan jahat haruslah menimbulkan korban dan

korban itu adalah orang lain. Di sini timbul pertanyaan bagaimana bila

korban tersebut adalah diri sendiri? Dalam kriteria Savitz, apabila hanya

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

31

diri sendiri yang menjadi korban bukan sebagai kejahatan. Apabila

seseorang penyalahgunaan Napza mengkonsumsi barang haram itu, hanya

untuk dirinya sendiri, dalam konteks kriteria Savitz, penyalahgunaan

tersebut bukan pelaku tindak pidana.

2. Pengertian Napza

Napza adalah singakatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan

Zat Adiktif lainnya. Zat kimiawi yang dimasukkan kedalam tubuh

manusia, baik secara oral maupun dihirup. Kata lain yang sering dipakai

adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika, dan bahan berbahaya lainnya).

Narkotika, yaitu zat alamiah maupun sintetik dari bahan candu atau

turunannya dan padanannya yang mempunyai efek psikoaktif

(menurunkan kesadaran). Alkohol, contoh bahan berbahaya merupakan zat

aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang berfungsi

menekan syaraf pusat. Psikotropika, ialah zat atau obat alamiah maupun

sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif ( perubahan khas pada

mental dan perilaku). Zat adiktif, yaitu zat-zat yang mengakibatkan

ketergantungan dan berbahaya karena bisa mematikan sel otak.37

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengistilahkan narkoba atau

narkotika adalah obat yang dapat menenangkan syaraf, menghilangkan

rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang. Menurut istilah

kedokteran, narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit

dan nyeri yang berasal dari daerah viresal atau alat-alat rongga dada dan

rongga perut, juga dapat menimbulkan efek stupor atau bengong yang

37

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Departemen Kesehatan RI,

(Jakarta: 2006)

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

32

lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau

kecanduan.

3. Jenis – Jenis Napza

a. Narkotika

Menurut UU RI No. 22 / 1997, Narkotika adalah zat atau obat

yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun

semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri , dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari

tiga golongan : 38

1) Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam

terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan.

Contoh : Heroin, Kokain, dan Ganja.

2) Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /

atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh : Morfin, Petidin.

3) Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

38

Drs. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana,

(Bandung: Mandar Maju, 2003), cet. Ke-1, h. 167-168

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

33

ketergantungan.

Contoh : Codein.

b. Alkohol

Alkohol adalah etanol atau etilalkohol yang dapat diminum

secara terbatas tanpa akibat yang merusak. Alkohol merupakan cairan

bening, mudah menguap dan mudah bergerak, tidak berwarna, berbau

khas, rasa panas, mudah terbakar dan nyala berwarna biru tidak

berasap.39

Alkohol merupakan popular recreational drug yang dalam

pengetahuan penyalahgunaan obat-obatan disebut dalam golongan

depressant. Karena menggunakan zat yang bersifat rekreasi dan

popular, kebiasaan meminum alkohol telah ada sejak zaman dahulu

disemua negara.

c. Psikotropika

Menurut UU No. 5/ 1997, Psikotropika adalah zat atau obat,

baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang bersifat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari 4 golongan, yaitu :40

1) Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

39

. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, h. 105.

40. Drs. Sunarno, Narkoba bahaya dan upaya pencegahanya. ( Semarang ;PT.

Bengawan Ilmu)H. 27

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

34

ketergantungan.

Contoh : Ekstasi.

2) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan,

serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan.

Contoh : Amphetamine.

3) Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sindroma ketergantungan.

Contoh : Phenobarbital.

4) Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat

luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

sindroma ketergantungan.

4. Penyalahgunaan Napza

Penyalahgunaan Napza terjadi oleh interaksi antara faktor-faktor

predisposisi (kepribadian, kecemasan, depresi), faktor kontribusi (kondisi,

keluarga), dan faktor pencetus (pengaruh teman kelompok sebaya/peer

group dan zatnya itu sendiri). Selanjutnya dikemukakan bahwa

penyalahgunaan Napza adalah suatu proses gangguan mental adiktif. Pada

dasarnya seorang penyalahgunaan Napza adalah seorang yang mengalami

gangguan jiwa (yaitu gangguan kepribadian, kecemasan, dan atau depresi),

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

35

sedangkan penyalahgunaan Napza merupakan perkembangan lebih lanjut

dari gangguan jiwa tersebut; demikian pula dengan dampak sosial yang

ditimbulkannya.41

5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza

Terjadinya perilaku menyimpang menjadi penyalahgunaan Napza.

Sebagaimana yang biasa terjadi bahwa penyimpangan seseorang menjadi

penyalahgunaan Napza dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal

maupun eksternal. Memahami faktor-faktor baik internal maupun

eksternal tersebut akan bermanfaat dalam melakukan langkah antisipatif

guna pencegahannya.42

a. Faktor Internal

Dalam faktor-faktor internal ini berbagai hal terjadi dari dalam

diri seseorang dengan kondisinya masing-masing yang menyebabkan

adanya :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya (behavior intention).

2) Keterbatasan informasi tentang kesehatan.

3) Tingkah laku anti sosial misalnya berkepribadian ingin melanggar,

sifat memberontak, tidak sabar, menolak nilai-nilai tradisional dan

yang berbau otoritas.

4) Kecemasan dan depresi karena tidak mampu menyelesaikan

kesulitan hidup.

5) Aspek pengetahuan, sikap dan kepercayaan.

41

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, h. 11. 42

. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, h. 51-56.

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

36

6) Keterampilan berkomunikasi yang kurang efektif untuk menolak

ajakan teman.

7) Kondisi keluarga atau orang tua.

8) Kepercayaan yang sering diperoleh dari orang tua, kakek atau

nenek. Seseorang menerima sesuatu berdasarkan keyakinan yang

salah dan tanpa adanya pembuktianterlebih dahulu.

9) Perilaku, norma, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-

sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup (way of life).

10) Dorongan untuk merasakan kesenangan, efeknya rasa bahagia

rohani dan jasmani bagi si pemakai.

11) Keinginan untuk merasakan kondisi yang lebih baik, banyak orang

yang menderita kegelisahan dan stress yang berdampak depresi.

12) Informasi yang salah tentang dampak narkoba.

13) Rasa ingin tahu atau terbawa lingkungan pergaulan.

14) Kecerdasan emosi yang rendah.

15) Pengaruh faktor emosional. Kadang-kadang suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

b. Faktor Eksternal

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

37

Dalam faktor-faktor eksternal ini berbagai hal terjadi dari dalam

diri seseorang dengan kondisinya masing-masing yang menyebabkan

adanya :

1) Kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya.

2) Kemudahan sumber-sumber daya yang mencakup fasilitas-fasilitas,

uang, waktu, tenaga, dan sebagainya.

3) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak menyimpang.

4) Waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif oleh

masyarakat cenderung mempengaruhi kelompok-kelompok

timbulnya perilaku tidak produktif.

5) Pengaruh buruk dalam sosialisasi dengan teman bermainnya atau

faktor lingkungan sosial sehingga seseorang tidak mampu

mengendalikan dirinya.

6) Kondisi kultur masyarakat yang banyak melakukan penyimpangan

norma.

7) Kebiasaan merokok di masyarakat hingga anak-anak remaja.

8) Keberadaan lingkungan keluarga yang kurang kondusif.

9) Pencegahan masih belum melibatkan komponen masyarakat secara

luas dan belum bersifat pencegahan yang mendidik.

10) Adanya kegiatan pencegahan masih cenderung bersifat

propaganda, secara instan langsung dapat dirasakan hasilnya

sehingga kurang mendarahdaging.

11) Adanya pengaruh teman kelompok sebaya.

12) Faktor sekolah yang sebagian belum ada kebijakan yang jelas dan

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

38

tegas tentang pencegahan Napza.

13) Pengaruh iklan promosi minuman keras dan rokok terhadap

keinginan untuk mencobanya.

14) Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam lingkungan

sekitarnya.

15) Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakat karena kebudayaan pulalah yang member corak

pengalaman individu-individu yang menjadi anggota

masyarakatnya.

16) Adanya tingkat kemudahan untuk mendapatkan jenis-jenis Napza.

17) Adanya kekurangefektivan kinerja lembaga pendidikan dan

keagamaan sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam

pembentukan sikap dan perilaku karena keduanya meletakkan

dasar nilai-nilai moral pada setiap individu.

18) Faktor individu. Salah satu penyebab terjadinya penyalahgunaan

Napza adalah faktor individu yakni melingkupi ; Coba-coba /

iseng/ penasaran; Senang-senang (just for fun); mengikuti trend;

Agar diterima dalam suatu grup; Pelarian dari suatu masalah;

Pengertian yang salah bahwa sekali-kali tidak masalah; Tidak

berani/tidak dapat berkata “tidak” terhadap ajakan/iming-iming.

19) Faktor lingkungan : Kesempatan/situasi seperti diskotik, tempat

hiburan, rekreasi, pesta dan lain-lain; Solidaritas kelompok sebaya;

Ajakan, rayuan, atau iming-iming; Lingkungan yang membiarkan

maraknya penggunaan, penjualan bebas obat-obatan/narkoba;

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

39

Lemahnya penegakan hukum; bisnis narkoba yang yang

terorganisir dan sebagian cenderung dittutupi oleh masyarakat

sendiri.

6. Dampak Penyalahgunaan Napza

Efek Napza bagi tubuh tergantung pada jumlah atau dosis,

frekuensi pemakaian, cara menggunakan, faktor psikologis, dan faktor

biologis. Secara fisik organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah

sistem syaraf pusat yaitu, otak dan sumsum tulang belakang, organ-organ

otonom (jantung, paru, hati, ginjal). Pada dasarnya penyalahgunaan Napza

akan mengakibatkan komplikasi pada seluruh organ tubuh sehingga

adanya gangguan bahkan kematian, seperti :

a. Gangguan pada sistem syaraf seperti kejang, halusinasi, gangguan

kesadaran, kerusakan syaraf tepi.

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti infeksi akutotot

jantung dan gangguan peredaran darah.

c. Gangguan pada kulit seperti adanya nanah.

d. Gangguan pada paru seperti kesukaran bernapas, pengerasan jaringan

paru.

e. Gangguan pada darah, pembentukan sel darah terganggu.

f. Gangguan pencernaan, diare, radang lambung.

g. Gangguan sistem reproduksi, seperti gangguan fungsi seksual sampai

kemandulan.

h. Gangguan pada otot dan tulang seperti penurunan fungsi otot.

i. Terinfeksi virus Hepatitis B dan C serta HIV akibat pemakaian jarum

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

40

suntik bersama dengan salah satu penderita.

j. Kematian sudah terlalu banyak terjadi karena overdosis atau

pemakaian berlebih.43

BAB III

43

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Komunikasi Penyuluhan

Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Juni; 2004.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

41

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa

angka, kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi

ilmiah dibalik angka-angka tersebut.44

Sedangkan jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survei, yaitu

penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok.45

Adapun desain penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan

menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai

variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu

berdasarkan apa yang terjadi.

B. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subyek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Residen Korban Penyalahgunaan Napza di

Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor. Kemudian

obyek yang diteliti adalah Peranan Pembimbing Agama Dalam Pembinaan

Mental bagi Klien Korban Penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi

Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

2. Waktu dan Tempat

44

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. Ke-2, h. 20. 45

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet.

Ke-2, h.3.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

42

Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai

dengan selesai, dan adapun lokasi penelitian akan dilaksanakan di Panti

Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah serumpun atau sekelompok obyek yang menjadi

sasaran penelitian.46

Sesuai dengan judul penelitian, maka populasinya

adalah Klien Korban Penyalahgunaan Napza yang terdiri 119 responden.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek

penelitian. Berdasarkan kriteria, maka penentuan sampel penelitian ini

menggunakan teknik pengambilan sampel Klaster, yaitu sebagai setiap

perencanaan pengambilan sampel yang mengunakan suatu rangka yang

terdiri dari klaster-klaster unit pencacahan. Biasanya populasi dibagi

menjadi beberapa klaster yang saling pisah dan tuntas. Berbeda dengan

strata, klaster harus sehomogin mungkin.

Contoh kasus :

Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui Pengaruh

pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi klien korban

penyalahgunaan Napza. Jika sampel yang dibutuhkan sebesar 60 residen

sedangkan seluruh populasi kelas primary dan re-entry 1, 2, dan 3 sebesar

119 residen. Bagaimana mengambil 60 residen dari 119 residen di

46

Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 99.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

43

populasi kelas primary dan re-entry residen 1, 2, dan 3?

Langkah penyelesaian :

a. Menentukan residen yang merupakan penyalahgunaan Napza yang

berupa kelas primary dan re-entry 1, 2, dan 3 di PSPP “Galih Pakuan”

Bogor.

b. Melakukan pemilihan klien yang merupakan penyalahgunaan Napza 1,

2, dan 3 di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. Pemilihan dapat dilakukan

dengan acak sederhana atau sistematik.

Jika jumlah populasi diatas dihitung dengan rumus tersebut, maka

jumlah sampel yang diteliti sebanyak 60 klien yang menjadi responden.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mencari Peranan Pembimbing Agama

dalam Pembinaan Mental bagi Klien Korban Penyalahgunaan Napza di Panti

Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor, dengan variabel sebagai

berikut :

1. Variabel Independen (Variable X) : Pengaruh Pembimbing Agama bagi

Residen Korban Penyalahgunaan Napza.

2. Variabel Dependen (Variabel Y): Pembinaan Mental bagi Residen Korban

Penyalahgunaan Napza.

E. Definisi Operasional

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

44

Variabel Dimensi

Operasional

Dimensi Indikator

Pengaruh

Pembimbing

Agama

(Variabel X)

Upaya mengatasi

dan

memecahkan

problem

kehidupan klien

dengan

kemampuan

yang ada pada

dirinya sendiri

1. Mengusahakan

agar klien dapat

terhindar dari

segala gangguan

dan hambatan

yang mengancam

kelancaran proses

perkembangan

dan pertumbuhan

yaitu gangguan

berupa

mental/spiritual,

dan hambatan

yang berupa

jasmaniah (fisik)

2. Membantu

memecahkan

kesulitan yang

dialami oleh tiap

klien

3. Melakukan

pengarahan

terhadap

pertumbuhan dan

perkembangan

klien sesuai

dengan kenyataan

bakat, minat, dan

kemampuan yang

dimiliki sampai

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

45

kepada titik

optimal yang

mungkin dicapai.

Pembinaan

Mental bagi

residen

korban

penyalahgun

aan Napza

(Variabel Y)

Upaya untuk

memperbaiki

dan

memperbaharui

suatu tindakan

atau tingkah laku

seseorang

melalui

bimbingan

mental atau

jiwanya

sehingga

memiliki

kepribadian yang

sehat, akhlak

yang terpuji dan

bertanggung

jawab dalam

menjalani

kehidupannya.

Pembinaan

Ibadah shalat.

Pembinaan

Ibadah puasa

Pembinaan

Ibadah

membaca Al-

Qur’an

Pembinaan

akhlak sesuai

dengan ajaran

agama Islam

1. Shalat di awal

waktu

2. Shalat berjamaah

3. Tidak

meninggalkan

shalat

4. Mengetahui

manfaat shalat

1. Mengetahui

manfaat puasa

2. Menjalankan

ibadah puasa

1. Merasakan

manfaat belajar

membaca al-

Qur’an

2. Membaca Al-

Qur’an dengan

baik dan benar.

1. Tidak suudzon

2. Tidak putus asa

3. Tawakal

4. Bersyukur

F. Hipotesis Penelitian

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

46

Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu

diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (H0) dan harus disertai pula

dengan hipotesis alternative (Ha).47

Hipotesis ini dapat dirumuskan pertanyaan

sebagai berikut:

H0 : β0 = 0 Tidak terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan

mental bagi klien korban penyalahgunaan Napza.

Ha : β0 = 0Terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental

bagi klien korban penyalahgunaan Napza.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, angket dan dokumentasi.

1. Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan

tetapi tidak mengajukan pertanyaan.48

Peneliti mengobservasi langsung

kegiatan pembinaan mental di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih

Pakuan” Bogor.

2. Angket adalah pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan, dengan cara

menyerahkan atau mengirim daftar pertanyaan untuk di isi sendiri oleh

responden.49

Angket ini diajukan dengan pertanyaan mengenai peranan

pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi klien korban

penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih

Pakuan” Bogor.

47

Singgih Santosa, SPSS: Mengola Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PPM, 2002), cet.

Ke-2, h. 22-23. 48

Irawan Soehartono, Metode PEnelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan

Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-8, h. 69. 49

Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. Ke-4, h. 133.

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

47

3. Dokumentasi adalah dengan mengumpulkan data-data mengenai hal-hal

yang akan diteliti dan juga berhubungan dengan obyek penelitian. Hal ini

dilakukan dengan data melalui buku-buku, jurnal, internal, dan lain

sebagainya.

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model skala Likert yaitu suatu

skala sikap yang umum digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala yang

paling banyak digunakan dalam riset berupa survei.

1. Sangat Setuju (SS)= 5

2. Setuju (S)= 4

3. Tidak Ada Pendapat (N)= 3

4. Tidak Setuju (TS)= 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS)= 1

I. Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrument yang valid

atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah.50

Berdasarkan konsep statistika, maka penguji terhadap validitas

item baik instrumen yang berbentuk tes obyektif, essay dan angket skala

50

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2010), Edisi Revisi, h. 211.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

48

sikap dengan jumlah item butir soal minimal 30 item, dapat dilakukan

melalui koefisien korelasi antara skor subjek pada item (butir soal)

bersangkutan dengan skor total dan menggunakan formula Pearson‟s

Product Moment sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dimana :

Xi= Skor-skor item ke-i

Y= Skor total item

0 = < = < 1 dengan kriteria pengujian dalam pengolahan data

Melalui hasil operasi perhitungan, selanjutnya bandingkan nilai dengan

r table untuk taraf atau derajat keyakinan α (uji dua arah/ two tailed) dan

ukuran sampel n. bila nilai lebih kecil dari r table maka bukti pernyataan

ke I tidak valid, jika lebih besar atau sama dengan r table maka butir

pernyataan ke- i valid.

2. Uji Realibilitas

Pada umumnya secara teori yang valid seluruh item (butir soalnya)

pasti reliable (sugiono: 2002). Akan tetapi dalam praktek perlu dilakukan

pengujian, dimana untuk instrument penelitian yang berbentuk angket

skala sikap dengan formula Alfa Crombach, yang dirumuskan :

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

49

{

}

Keterangan :

K= mean kuadrat antara subjek

∑Si 2= mean kuadrat kesalahan

St 2= varians total

Rumus untuk varian total dan varians item :

Keterangan :

JKi= jumlah kuadrat seluruh skor item

JKs= jumlah kuadrat subjek

Untuk menginterprestasikan tingkat reabilitas instrument dapat

ditentukan berdasarkan kriteria besarnya korelasi yang disajikan dalam

tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1

Tingkat Reliabilitas Instrumen

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

50

Nilai Koefisien Korelasi Tingkat korelasi

Kurang dari 0,02 Sangat rendah

0,200 – 0,399 Rendah/ lemah

0,400 – 0,599 Sedang

0,600 – 0,799 Tinggi / kuat

0,800 – 0,999 Sangat tinggi/ kuat

1,000 Sempurna

(Sugiono,2007:16)

J. Teknik Analisis Data

Sebagai dasar perhitungan statistik uji yang digunakan dalam proses

pengujian hipotesis perlu dirumuskan ukuran statistik deskriptif yang

melandasinya yakni :

1. Rata-rata hitung (mean) dengan rumus = ∑

2. Nilai terkecil (=Xmin)

3. Nilai terbesar (=Xmax)

4. Jangkauan/range = Xmax – Xmin

Data disajikan kedalam tabel kontingensi berukuran 2x2 :

Tabel 3.2

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

51

Kontingensi antara variabel X dan Y

Pengaruh Tingkat Pembinaan Mental Jumlah

sampel Berpengaruh Tdk berpengaruh

Positif (+) A B a + b

Negatif (-) C D c + d

Jumlah a + c b + d N

K. Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data sangat diperlukan untuk memperoleh data-data

yang akurat. Dalam penulisan ini, kuesioner diperlukan sebagai alat

pengumpul data. Kuesioner merupakan suatu daftar yang berisikan suatu

rangkaian pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu hal atau dalam bidang

tertentu. Oleh karena itu, maka kuesioner dimaksudkan sebagai suatu daftar

pertanyaan untuk memperolah data berupa jawaban dari para responden.

L. Uji Khi Kuadrat (Chi Square)

Untuk membuktikan rumusan hipotesis :

H0 = Tidak terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental

bagi residen korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi

Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

H1 = Terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi

residen korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi Putra

(PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

Melalui proses pengujian hipotesis di gunakan statistik uji kh kuadrat

(chi square) dengan rumusan:

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

52

∑∑

2 = statistik uji chi square

Oij = nilai observasi baris i dan kolom j

Eij = nilai frekuensi harapan baris i dan kolom j yang di rumuskan

Eij = (

)

Berdasarkan rumus khi kuadrat diatas dilakukan proses pengujian

hipotesis untuk membuktikan rumusan hipotesis :

H0 = Tidak terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental

bagi klien korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi

Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

H1 = Terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi

klien korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi Putra

(PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

Dengan memilih taraf nyata (α) 5% dan dari derajat kebebasan (dk) = (baris -

1) x (kolom - 1), selanjutnya bandingkan nilai Chi kuadrat itu dengan Khi

kuadrat tabel. Bila ternyata nilai Khi kuadrat hitung, “lebih kecil = Khi

kuadrat tabel maka Ho diterima, Ha ditolak. Lebih besar Chi kuadrat tabel

maka Ho ditolak Ha diterima.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL PARMADI PUTRA

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

53

“GALIH PAKUAN” BOGOR

A. Gambaran Umum

1. Latar Belakang Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan”

Bogor

Panti Sosial Parnadi Putra “Galih Pakuan” Bogor ini berlokasi di jalan H.

Miing No. 71 Desa Putat Nutug Kecamataan Ciseeng Kabupaten Bogor,

Jawa Barat PO Box 16/PRU 16330. Panti ini diatas tanah 71,540 m2

dengan luas bangunan 19,251 m2 berdiri sejak tahun 1982 dan mulai

beroperasi pada tahun 1983 dengan SK Dirjen Binrehsos Depsos RI

Nomor : 007/RSP-4/1983 dengan nama Panti Rehabilitasi Sosial Korban

Narkotika “Putat Nutug”.

Pada Tanggal 26 April 1994 berubah nama menjadi Panti Sosial Parmadi

Putra “Galih Pakuan” Bogor sesuai dengan SK Dirjen Bin-RehSos Nomor

: 06/KEP/BRS/IV/1994 yang kemudian landasan operasionalnya dengan

KEPMENSOS Nomor : 22/HUK/1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Panti Sosial di Lingkungan Depsos RI

Tahun 2001 PSPP “Galih Pakuan” menjadi Unit Pelaksanaan Teknis

(UPT) Depsos RI di bawah Dirjen Yanrehsos sesuai dengan Kepmensos

No. 06/HUK/2001 tentang Tata Kerja Departemen Sosial, dan sampai saat

ini berdasarkan Keputusan Menteri Sosial No. 59/HUK/2003 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial

RI.

2. Visi dan Misi PSPP “Galih Pakuan” Bogor

Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor sebagai

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

54

suatu lembaga rehabilitasi melaksanakan kegiatan pelayanan dan

rehabilitasi sosial bagi klien penyalahgunaan Napza, mempunyai visi dan

misi sebagai berikut :

Visinya yaitu dapat menjadi Panti sebagai pusat pelayanan,

perlindungan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Napza

berstandar Nasional, Profesional, berkualitas, tahun 2014.

Untuk mendukung visi berjalan dengan baik maka diperlukan

adanya misi untuk suatu panti rehabilitasi, yaitu :

a. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan

NAPZA dalam sistem panti menggunakan pendektan multi displiner,

teknik pelayanan yang unggul dan menjujung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan.

b. Menyelenggarkan pengkajian model pelayanan dan rehabilitasi sosial

penyalahgunaan Napza.

c. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan SDM dalam rangka

meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan

Napza yang berkualitas.51

3. Struktur Organisasi PSPP “Galih Pakuan” Bogor

a. Kepala Panti : Beni Sujanto AKS., M.Si.

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha :Iwan Nurcandra S. ,S.Sos

M.Si.

c. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial : Ahmadin, S.Pd.I., M.Si.

d. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial : Drs. Alam Fajar A., M.Si.

51

Profil Panti Sosial Parmadi Putra “Galih Pakuan” Bogor.

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

55

e. Kordinator Pekerja Sosial : Sutrisno, S.Pd. I

4. Tugas Pokok PSPP “Galih Pakuan” Bogor

Memberikan bimbingan, pelayanan, dan rehabilitasi sosial yang

bersifat kuratif, rehabiltatif, promotif dalam membentuk bimbingan

pengetahuan dasar, pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan

keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi eks korban Napza

dan pengguna Psikotropika Sindroma ketergantungan agar mampu mandiri

dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta pengkajian dan

penyiapan standar pelayanan dan rujukan.

5. SDM (Sumber Daya Manusia) Pelaksana

a. Penjabat Struktural: 4 orang

b. Fungsional Pekerja Sosial: 15 orang

c. Fungsional Arsiparis: 2 orang

d. Instruktur: 3 orang

e. Pelaksanaan Sub.Bag.TU :11orang

f. Pelaksana Rensos: 4 orang

g. Pelaksana PAS: 4 orang

6. Fasilitas Pelayanan & Panti “ Galih Pakuan” Bogor

a. Fasilitas Pelayanan

Selama berada di PSPP “Galih Pakuan” Bogor, klien mendapatkan

fasilitas : Akomondasi dan konsumsi, ATK, Baju Seragam Formal,

Baju Seragam Olahraga, Wearpack, Pemeliharaan Kesehatan, antara

lain : test urine, obat-obatan, pemeriksaan dokter, psikiater, psikolog

dan perawat, General check-up, pengobatan infeksi, pengobatan ARV,

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

56

dan pengobatan lainnya. Mendapatkan bimbingan mental, fisik, dan

keterampilan yang disesuaikan dengan minat dan bakat klien, Outbond,

widyawisata, praktek nelajar kerja, pemberian toolkits serta

mendapatkan transportasi pemulangan.

b. Fasilitas Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan”

Bogor

1) Pos jaga

2) Kantor

3) Aula Utama

4) Poloklinik

5) Ruang Data dan Informasi

6) Wisma Diklat

7) Lap. Bulutangkis

8) Ruang Konfrensi

9) Asrama Primary

10) Asrama Re-Entry

11) Kolam Terapi

12) Dapur + Ruang Makan

13) Gedung Rekreasi

14) Mushola

15) R. Keterampilan

16) R. Pustakaan

17) Lap. Volly

18) Lap. Bola

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

57

19) Pendopo

20) Rumah Dinas

21) Meja Billiard

22) Alat Kesehatan

7. Prosedur Penerimaan

a. Calon klien diantar langsung oleh orang tua / wali.

b. Rujukan dari Instansi Sosial Propinsi, Kabupaten / Kota.

c. Rujukan dari Organisasi Sosial / LSM / Instansi terkait lainnya.

d. Rujukan dari putusan Pengadilan yang menyatakan untuk mengikuti

program Rehabilitasi Sosial.

e. Rujukan dari IPWL yang menyatakan hasil Assesment garus di

rehabilitasi.

Persyaratan Residen

a. Korban penyalahgunaan Napza.

b. Remaja Laki-laki.

c. Usia 14 tahun ke atas dan diutamakan belum menikah.

d. Menyerahkan pas photo berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar dan

3x4 sebanyak 2 lembar.

e. Potocopy ijazah / STTB terakhir.

f. Mengisi formulir pendaftaran, surat permohonan, dan surat pernyataan.

g. Surat Keterangan dokter yang menyatakan informasi tentang kesehatan

klien.

h. Surat pernyataan orang tua/wali klien atas kesediaannya menitipkan

anaknya untuk dibina di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

58

i. Untuk calon klien dari rujukan putusan Pengadilan dan Institusi

penerima wajib lapor mengisi formulir persyaratan yang sudah

disediakan oleh PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

j. Calon klien dari rujukan pengadilan harus dibuktikan dengan petikan

putusan pengadilan tetap untuk mendapatkan Rehabilitasi Sosial di

PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

8. Metode Pelayanan dan Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial di PSPP

“Galih Pakuan” Bogor

a. Metode Pelayanan

1. Tahap Penerimaan

Tahap penerimaan yang meliputi suatu bentuk prosedur

penerimaan dan seleksi klien yang dianggap cocok untuk diberi

pelayanan sesuai standar yang diterapkan oleh organisasi. Pada

tahap ini dilakukan pemeriksaan awal untuk pemeriksaan fisik

atau gejala-gejala klinis. Pra rehabilitasi tahap ini merupakan

persiapan bagi klien untuk memasuki program rehabilitasi,

persiapan meliputi:

1. Persiapan kesehatan

2. Persiapan kestabilan mental dan emosinal

3. Membangkitkan motivasi untuk mengikut program

4. Pengenalan program

5. Pengenalan program pencegahan kekambuhan

(relapse prevention program).

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

59

2. Tahap klasifikasi

Tahap ini dimaksudkan untuk menentukan sifat dari

perubahan klien yang menjadi tujuan panti dalam membantu

proses perubahan diri klien kearah yang lebih baik. Kegiatan

yang dilakukan adalah: wawancara, observasi. Review data

personal, penggalihan dan pemahaman masalah, penggalian

potensi dan sumber-sumber internal dan eksternal klien, tes

psikologis dan konsultasi kasus, kegiatan ini diakhiri dengan

perumusan rencana intervensi yang dilakukan oleh pekerja

sosial fungsional bersama-sama klien.

3. Tahap Pembinaan dan Bimbingan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan proses

pertolongan sesuai rencana intervensi yang telah dirumuskan

sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Bimbingan fisik (olahraga dan musik, probe,

perawatan kesehatan)

2. Bimbingan Mental (konseling individual,

kelompok, budi pekerti dan keagamaan)

3. Bimbingan Sosial ( sesi/terapi kelompok dll)

4. Bimbingan Keterampilan (monir mobil dan

motor, elektrik, serta komputer).

Dalam tahap ini dilakukan konseling keluarga,

kunjungan rumah dan dukungan keluarga (FSG),

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

60

resosialisasi/ reintegrasi sosial dan bimbingan lanjut. Untuk

melakukan upaya perubahan yang telah, sedang dan akan

dicapai hasil akhirnya adalah kepulihan klien yang

didukung oleh lingkungan sosial yang kondusif sehingga

klien dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan

perubahan perilaku yang telah dicapai. Resosialisasi

(Reintegrasi), tahap ini dilakukan untuk menyiapkan klien,

keluarga dan lingkungan sosial dimana klien tinggal, hal ini

dilakukan untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan

untuk menerima klien dan diharapkan klien dapat

berintegrasi di tengah kehidupan keluarga dan lingkungan

masyarkat setelah melaksanakan pemulihan dan rehabilitasi

sosial dan mencegah kekambuan (relapse).

Terminasi, tahap dilakukan setelah selesai proses

pemulihan dengan mempertimbangkan hal-hal yang

berkaitan dengan kemajuan yang telah dicapai.

4. Pembinaan Lanjutan

Pembinaan Lanjutan merupakan tahapan pembinaan

lanjut setelah selesai mengikuti rehabilitasi sosial, untuk

memelihara dan memantapkan kondisi kepulihan klien dari

ketergantungan terhadap Napza.

5. Monitoring dan Evaluasi

Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

61

dan kondisi klien setelah selesai melaksankan program

rehabilitasi sosial, serta untuk mengetahui sejauhmana klien

tersebut dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam

masyarakat.

b. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial di

PSPP “Galih Pakuan” Bogor disusun untuk waktu 12-24 bulan,

tetapi dalam proses pelaksanaan pelayanannya bergantung pada

perkembangan dan perfoma klien.

B. Hasil Dan Pembahasan

1. Uji Analisis Chi Square (X2)

Untuk mengukur adanya pengaruh atau tidak pada kedua variabel,

yaitu variabel pengaruh pembimbing agama yang merupakan variabel

bebas dengan pembinaan mental yang merupakan variabel terikat dengan

menggunakan rumus Chi Square dari jawaban kuesioner. Jawaban ini

dihitung dimana terdiri dari 10 pertanyaan yang behubungan dengan

pengaruh pembimbing agama dan 10 pertanyaan yang berhubungan

dengan pembinaan mental.

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

62

Diketahui :

83,9 84 84

Tabel 4.1 Tabel Kontingensi 2 x 2

Pengaruh

Minat Jumlah

sampel Tinggi Rendah

+ 22 15 37

- 16 7 23

Jumlah 38 22 60

Perumusan hipotensis dalam penelitian ini adalah:

H0 = Tidak terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan

mental bagi klien korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial

Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

H1 = Terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi

klien korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi

Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

63

Tabel 4.2 Hasil Analisa Chi Square

Untuk membuktikan hipotesis diatas digunakan statistik uji KHI Kuadrat

(CHISQUARE) melalui perhitungan dengan bantuan program SPSS 15.0

sebagai berikut :

Dari tabel 4.2 diatas ternyata didapat nilai khi kuadrat hitung (Chi

Square) sebesar 60.000. Sementara nilai kae kuadrat tabel untuk derajat

kebebasan (degree of fredom = df) =1 dan tingkat keyakinan atau

signifikansi 0,05 dari daftar nilai khi kuadrat sebesar 3,841. Setelah

dibandingkan dari kedua nilai khi kuadrat diatas dapat dilihat bahwa nilai

khi kuadrat hitung lebih besar dari khi kuadrat tabel hal ini berarti H0

ditolak dan H1 diterima.

Chi-Square Tests

60.000b 1 .000

55.771 1 .000

78.859 1 .000

.000 .000

59.000 1 .000

60

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 8.

07.

b.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

64

Tabel 4.3

Symmetric Measures

Dari tabel 4.3 kita dapat melihat Phi Cramer’s nya dengan nilai

1000, Pembimbing agama dalam pembinaan mental ini sangat diminati

oleh klien korban penyalahgunaan Napza di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

Tabel 4. 4 Persentase Pengaruh Pembimbing Agama dalam Pembinaan Mental

Dari tabel 4.4 terdapat pengaruh pembimbing agama, dengan

presentasi positif senilai 63,3% dan negative 36,7%. Dengan begitu dapat

diketahui bahwa pembimbing agama sangat berpengangaruh dan

penyampaiannya positif bagi residen korban penyalahgunaan Napza pada

masa rehabilitasinya.

Symmetric Measures

1.000 .000

1.000 .000

1.000 .000 1E+009 .000c

1.000 .000c

60

Phi

Cramer's V

Nominal by

Nominal

Pearson's RInterv al by Interval

Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal

N of Valid Cases

Value

Asy mp.

Std. Errora

Approx. Tb

Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Based on normal approximation.c.

PENGARUH PEMBIMBING AGAMA

38 63.3 63.3 63.3

22 36.7 36.7 100.0

60 100.0 100.0

POSITIF (+)

NEGATIF (-)

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

65

Tabel 4. 5

Presentase Pembinaan Mental

Dari tabel 4.5 terdapat pembinaan mental bagi residen korban

penyalahgunaan Napza dengan presentasi positif 63,3% dan negative

36,7%. Dengan begitu dapat diketahui bahwa pembinaan mental bagi

residen korban penyalahgunaan Napza ini dapat memberikan dampak

positif bagi perkembangan residen pada masa rehabilitasinya.

Tabel Grafik Pengaruh Pembimbing Agama dalam Pembinaan

Mental.

Tabel grafik ini menunjukan tingginya minat residen korban

penyalahgunaan Napza dalam mengikuti program pembinaan mental yang

diberikan oleh pembimbing agama. Berdasarkan karakteristik usia, rata-

rata residen berada di kisaran usia 15-20 tahun yaitu pada fase remaja,

yang mana pada usia ini dapat dikatakan sebagai usia produktif.

Dan mayoritas pendidikan residen pun adalah pendidikan SMP dan

PEMBINAAN MENTAL

38 63.3 63.3 63.3

22 36.7 36.7 100.0

60 100.0 100.0

TINGGI

RENDAH

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

PENGARUH PEMBIMBING AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL

TINGGI 63,3 % RENDAH 36,7%

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

66

SMA sederajat. Ini menunjukan adanya pengaruh pembimbingan agama

dalam pembinaan mental, karena residen memiliki keinginan untuk

menjadikan masa depannya lebih baik lagi dalam masa rehabilitasi

melalui program pembinaan mental ini.. Hal ini sesuai dengan harapan

dari Ustadz Asep selaku pembimbing agama di panti sosial ini, untuk

membangun kecerdasan spiritual manusia dengan membangun jiwa

melalui nilai-nilai keimanan. Dan agar hidup untuk memberikan banyak

manfaat kepada diri sendiri maupun orang lain. Selain tingginya minat

juga dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan residen pada

masa rehabilitasinya. Karena untuk membangun kepercayaan diri yang

tinggi dalam setiap aktifitasnya. Pembinaan mental ini untuk membentuk

pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan

Rasul-Nya, hormat kepada orang lain, serta menyayangi makhluk Allah

lainnya. Oleh sebab itu, pengaruh pembimbingan agama sangat penting

selain untuk pembinaan mental residen, dan juga agar memiliki

kepercayaan diri dan skill untuk bekal hidupnya di dalam masyarakat

setelah tidak lagi berada di panti sosial parmadi putra (pspp) “galih

pakuan” bogor.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

67

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil temuan dan analisis

penelitian yang dilihat pada bab sebelumnya. Dalam bab ini juga disertai saran-

saran dari peneliti bagi pihak akademisi maupun praktisi yang merupakan obyek

manfaat dari penelitian ini.

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan dengan uji chi kuadrat (chi square) diperoleh hasil sebesar 60.

000. Sementara nilai kae kuadrat tabel untuk derajat kebebasan (degree of

fredom = df) =1 dan tingkat keyakinan atau signifikansi 0,05 dari daftar

nilai kae kuadrat sebesar 3,841.

2. Setelah dibandingkan dari kedua nilai chi-kuadrat diatas dapat dilihat

bahwa nilai khi kuadrat hitung lebih besar dari khi kuadrat tabel hal ini

berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, terdapat pengaruh

pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi residen korban

penyalahgunaan Napza di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.

3. Pengaruh pembimbingan agama dalam pembinaan mental bagi residen

korban penyalahgunaan Napza berada di kategori tinggi minat, karena

residen berada dalam usia produktif dan berdampak positif bagi

perkambangan residen karena dapat membangun kepercayaan diri dan

skill untuk bekal hidupnya di dalam masyarakat. Ini di tunjukkan dengan

perolehan presentase 63,3% dari total 119 responden.

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

68

B. Saran

Selesainya pembahasan skripsi ini, penulis memberikan saran untuk

pihak-pihak yang terkait didalamnya :

1. Kepada pihak PSPP “Galih Pakuan” agar terus berupaya meningkatkan

kualitas dalam menerapkan program rehabilitasi, membuat variasi dalam

metode rehabilitasi sehingga kegiatan rehabilitasi dapat disesuaikan

dengan keadaan serta latar belakang klien. Dan visi dan misi PSPP “Galih

Pakuan” Bogor dapat tercapai dengan baik.

2. Kepada Para Pemimpin Panti diharapkan lebih mau terjun langsung

menghadapi para residen untuk membantu pembimbing agama agar

pembinaan mental ini berjalan dengan baik sesuai dengan yang

diharapkan. Serta menjadikan residen sosok yang memiliki keimanan dan

ketakwaan terhadap Allah SWT sehingga tidak mengulangi kesalahan

sebelumnya.

3. Kepada Orang Tua diharapkan untuk memberikan nilai-nilai kegamaan

bagi anak-anak agar tidak mudah terjebak dalam penyalahgunaan Napza,

agar keimanan mereka kuat.

4. Kepada generasi muda agar lebih berhati-hati dalam memilih teman dan

pergaulan yang baik untuk mewaspadai penyalahgunaan Napza.

5. Kepada masyarakat umum agar bisa berkerjasama dengan pihak berwajib

dan panti rehabilitasi untuk pencegahaan peredaran Napza empat tinggal

sekitar.

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

69

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:

Golden Terayon Press, 1982. cet-1.

Direktorat Jendral Pelayanan Rehabilitasi Sosial Depertemen Sosial RI , Metode

Therapeutic Community. Jakarta: Yayasan Titihan Respati, 2003.

Drajat, Zakiah. Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 1982.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 1993).

Departemen Sosial Republik Indonesia Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan”, Pelayanan dan rehabilitasi social bagi korban penyalahgunaan

NAPZA;(ciseeng Bogor:2010).

Drs. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, cet. Ke-

1, Bandung: Mandar Maju, 2003.

Endra, Askep Napza, corentanpenaendra.blogspot.com. Depkes, 2002.

Faqih, Ainur, Rahim. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press,

2001. Cet. Ke-2.

Fauzan Almanshur. M. Djunaidi Ghony. Metode Penelitian Kualitatif,

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.

Hawari. Dadang, Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza Jakarta; FKUI,

2000.

Hurlock, Elizabeth, B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980. Edisi

ke- 5.

Kartini Kartono, Hygiene Mental, cet. Ke-7, Bandung: Mandar Maju, 2000.

Luthfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan/Konseling Islam. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press),

Cet. Ke-1.

Makaro , Moh. Taufik, Dkk, Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia, 2005.

Moleong. Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada

Karya, 2010.

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

70

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2009.

Sunarno, Narkoba bahaya dan upaya pencegahanya. Semarang ; PT. Bengawan

Ilmu.

Shihab, M Quraish. Membumikan Al-Qur’an Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1997.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta: Balai

Pustaka, 1995.

Umam, Khairul dan Achyar Aminudin. Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: CV.

Pustaka Setia, 1998.

Visi media, Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. Tangerang: Argomedia Pustaka

Walgito, Bimo. Bimbingan & Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta: CV. Andi

Offset, 2010.

http://galihpakuan.kemsos.go.id/

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

LAMPIRAN

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN
Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN
Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

KUESIONER

Pengaruh Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Mental bagi Klien Korban

Penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Permadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor

No. Responden :

Nama :

Usia :

Petunjuk Pengisian

1. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

R = Ragu

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

2. Jawablah sesuai dengan hati nurani anda.

3. Jawablah dengan jujur dan tidak asal-asalan.

4. Jawaban anda dirahasiakan oleh peneliti.

No. Pernyataan SS S R TS STS

1. Saya ingin menghilangkan kecanduan Napza

dengan mengikuti rehabilitasi ini.

2. Saya tidak bisa sepenuhnya menghilangkan

kecanduan Napza dengan tidak mengikuti

rehabilitasi ini.

3. Saya belajar tabah dalam menerima ujian hidup.

4. Saya tidak bisa tabah menerima ujian hidup

seperti ini.

5. Bersyukur mengingatkan kita kepada kebesaran

Allah SWT.

6. Saya tidak pernah mensyukuri kenyataan hidup

seperti ini.

7. Saya belajar sabar dan tawakal dalam menghadapi

kenyataan hidup saat ini, karena saya yakin akan

ada kemudahan dibalik kesulitan.

8. Saya tidak pernah bisa sabar dan tawakal dalam

kenyatan hidup saat ini, karena saya tidak yakin

akan ada kemudahan dibalik kesulitan.

9. Pembinaan mental yang diberikan oleh

pembimbing agama dapat menghasilkan suatu

perubahan dan perbaikan tingkah laku yang dapat

memberikan manfaat bagi saya dan lingkungan

sekitar.

10. Pembinaan mental yang diberikan pembimbing

agama hanya dapat menghasilkan suatu perubahan

dan perbaikan yang tidak dapat memberikan

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

manfaat bagi saya dan lingkungan sekitar.

11. Kegiatan pembinaan mental ini menjadikan saya

lebih baik sehingga saya menjalankan perintah

Allah dan menjauhi larangan-Nya.

12. Kegiataan pembinaan mental ini tidak menjadikan

saya lebih baik.

13. Pembinaan mental ini meningkatkan ketakwaan

saya kepada Allah SWT.

14. Pembinaan mental ini tidak bisa meningkatkan

ketakwaan saya.

15. Saya menjadi lebih semangat dan optimis.

16. Saya menjadi tidak semangat dan pesimis.

17. Saya merasa senang dengan pembinaan mental ini,

karena banyak pelajaran atau hal-hal baru yang

saya dapatkan.

18. Saya tidak senang dengan pembinaan mental ini.

19. Saya menyukai isi dari pesan-pesan yang

diberikan oleh pembimbing agama.

20. Saya tidak menyukai apa yang disampaikan oleh

pembimbing, karena terlalu sulit untuk dipahami.

21. Saya mengerjakan shalat 5 (lima) waktu dalam

sehari.

22. Saya tidak mengerjakan shalat 5 (lima) waktu

dalam sehari.

23. Saya lebih senang shalat berjamaah daripada

sendiri.

24. Saya tidak pernah shalat berjamaah, karena

menghabiskan waktu.

25. Saya senang menjalankan puasa untuk melatih

kesabaran.

26. Saya menjalankan puasa hanya terpaksa.

27. Saya senang menjalankan puasa, karena baik

untuk kesehatan pencernaan dan mendapatkan

pahala.

28. Saya tidak mau menjalankan puasa, karena

menahan lapar dan haus itu menyiksa saya.

29. Bagi saya, puasa juga bisa menenangkan emosi

dan menenangkan jiwa yang tertekan.

30. Puasa hanya membuat saya lemas dan tidak

bersemangat.

31. Saya senang belajar membaca Al-Qur’an.

32. Saya tidak senang belajar membaca Al-Qur’an

karena rumit.

33. Saya senang belajar membaca Al-Qur’an karena

saya merasakan ketenangan.

34. Saya tidak suka membaca Al-Qur’an karena bagi

saya membaca Al-Qur’an tidak menangkan hati

saya.

35. Saya husnudzon kepada Allah, ketika sedang

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

mengadapi cobaan karena itu merupakan bentuk

kasih sayang kepada hamba-Nya.

36. Saya suudzon kepada Allah, ketika sedang

menghadapi cobaan.

37. Saya diajarkan untuk tidak suudzon dan

mencurigai orang lain karena itu tidak baik

38. Saya belajar untuk tidak putus asa karena itu

dibenci Allah SWT.

39. Putus asa hanya membuat saya menyesali apa

yang saya perbuat.

40. Putus asa membuat saya semakin terpuruk.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN
Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara skor tiap butir

pernyataan ( ri ) 30 dengan skor totalnya, untuk sampel n = 30 responden,

melalui pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 15.0

(Statistical Product and Service Solution) maka hasil nilai-nilai korelasi

tersebut dibandingkan dengan patokan yang ditetapkan untuk menyatakan

valid atau tidaknya butir, yaitu bila p < 0,05, berarti butir valid sedangkan

p > 0,05 berarti butir invalid.

Tabel 4.1 adalah hasil uji validitas untuk masing-masing item

pernyataan pada variabel Pengaruh Pembimbing Agama.

Table 4.1 Hasil Uji Validitas Pengaruh Pembimbing Agama

Item

Pernyataan

Nilai r

(hitung)

(ri)

Nilai r

(tabel)

Keterangan

X1 0,00 0,05 Valid

X2 0,00 0,05 Valid

X3 0,05 0,05 Valid

X4 0,01 0,05 Valid

X5 0,03 0,05 Valid

X6 0,00 0,05 Valid

X7 0,02 0,05 Valid

X8 0,00 0,05 Valid

X9 0,00 0,05 Valid

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

X10 0,02 0,05 Valid

X11 0,00 0,05 Valid

X12 0,00 0,05 Valid

X13 0,00 0,05 Valid

X14 0,13 0,05 Tidak Valid

X15 0,00 0,05 Valid

X16 0,01 0,05 Valid

X17 0,00 0,05 Valid

X18 0,00 0,05 Valid

X19 0,05 0,05 Valid

X20 0,00 0,05 Valid

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai koefisien

korelasi (ri) pada item ke-14 lebih besar > 0,05, sehingga dinyatakan tidak

valid dan tidak dapat digunakan dalam proses analisis selanjutnya.

Tabel 4.2 adalah hasil pengujian validitas untuk masing-masing

item pernyataan pada variabel pembinaan mental.

Table 4.2 Hasil Uji Validitas Pembinan mental

Item

Pernyataan

Nilai r

(hitung)

(ri)

Nilai r

(tabel)

Keterangan

Y1 0,00 0,05 Valid

Y2 0,00 0,05 Valid

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

Y3 0,05 0,05 Valid

Y4 0,01 0,05 Valid

Y5 0,03 0,05 Valid

Y6 0,00 0,05 Valid

Y7 0,02 0,05 Valid

Y8 0,00 0,05 Valid

Y9 0,00 0,05 Valid

Y10 0,02 0,05 Valid

Y11 0,00 0,05 Valid

Y12 0,00 0,05 Valid

Y13 0,00 0,05 Valid

Y14 0,00 0,05 Valid

Y15 0,00 0,05 Valid

Y16 0,01 0,05 Valid

Y17 0,00 0.,05 Valid

Y18 0,00 0,05 Valid

Y19 0,05 0,05 Valid

Y20 0,00 0,05 Valid

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa koefisien korelasi (ri)

pada semua item pernyataan lebih kecil < 0,05, sehingga semua item

tersebut dapat dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam proses analisis

selanjutnya.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

Sedangkan pengujian reliabilitas dilakukan juga dengan bantuan

program SPSS 15.0. Untuk lebih jelas disajikan dalam tabel sebagai

berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas masing-masing variabel

Variabel

Penelitian

Cronbach Alpha

( α )

Keterangan

Pengaruh Pembimbing

Agama

0,753 Reliabel

Pembinaan Mental 0,762 Reliabel

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai

Alpha Cronbach dari masing-masing variabel Pengaruh Pembimbing

Agama maupun variabel Pembinaan mental sebesar 0,753 dan 0,762

sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien reliabilitas dari kedua

variabel tesebut termasuk dalam kategori tinggi dan dapat digunakan

dalam penelitian.

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

DAFTAR : KELAYAN PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA "GALIH PAKUAN" BOGOR

BULAN DESEMBER TAHUN ANGGARAN 2014

NAMA

KELAYAN

TEMPAT /

TANGGAL

LAHIR

ASAL

DAERAH

JENIS

NAPZAAGAMA PDDK

TANGGAL

MASUK

JENIS

KETERAMPI

LAN

ASRAMA KET.

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

TRI WAHYU NUGROHOJAKARTA, 29-11-1980JAKARTA GANJA ISLAM SMA 08-02-2010NON KETERAMPILANPRIMARY 1

CHANDRA BERUTURAMBAH SERIT, 15-05-1982SUMUT CAMPURAN ISLAM PT 17-09-2011NON KETERAMPILANPRIMARY 1

SOPYAN RUSYIDIKANDANGAN, 20-4-1997KALSEL GANJA ISLAM SMP 03-1-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 1

MOH. ERIP HANAFIDEPOK, 03-03-1981 DEPOK CAMPURAN ISLAM SMP 12-04-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 1

SURYA HIDAYAT (DAVID)JAKARTA, 07-02-1968JAKARTA PUTAW KRISTEN SMA 16-07-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 2

MUHAMAD ABDUL H.JAKARTA, 06-09-1979BANDUNG PUTAW ISLAM SMA 20-07-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 1

TAUFIK ALITASIKMALAYA, 28-07-1979CIAMIS PUTAW ISLAM SMA 30-07-2012 KOMPUTER PRIMARY 2

ABDUL ROZAKJAKARTA, 10-10-1982JAKARTA GANJA ISLAM SMA 13-08-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 1

SUHENDRADEPOK, 20-05-1978 DEPOK PUTAW ISLAM SMA 19-11-2012 MONTIR MOBIL PRIMARY 1

SAID ZULFADHLIBATAM, 11/09/1993 BATAM MIRAS ISLAM SLTA 30/05/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1

H. SRI RAHMA PATMOKOPALEMBANG, 07/08/1978SUMATERA SELATANMIRAS ISLAM SMU 11/06/2013 KOMPUTER PRIMARY 2

RIZKY ALFIANIKANDANGAN, 08 OKTOBER 1996KALIMANTAN SELATANCAMPURAN ISLAM SMP 19/07/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1

HARI WIJAYAJAKARTA, 20 JUNI 1978JAKARTA UTARASHABU, GANJA KRISTEN SMA 29/07/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 2

ARIEF MAULUDINJAKARTA, 17 NOVEMBER 1987JAKARTA UTARA SHABU ISLAM SMA 15/08/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 2

RAMLI RAHMAN PARDENASJAKARTA, 28 APRIL 1983JAKARTA UTARAGANJA, OBAT ISLAM SMA 23/08/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1

SEPRIWANDIJAMBI, 28 SEPTEMEBR 1977JAMBI GANJA ISLAM SARJANA 02/10/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1

RIO WINALDIJAKARTA, 24 OKTOBER 1996JAKTIMMIRAS, OBAT2AN, GANJAISLAM SMP 11/10/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1

M SAIDI REZEKI ILMIKANDANGAN , 29 JUNI 1994KALIMANTAN SHABU, INEX, ALKOHOLISLAM SMP 06/01/2014 NON KETERAMPILANPRIMARY 1

ANDRI AUZAL NIZARTANJUNG KARANG , 29 MEI 1978LAMPUNG GANJA, MIRAS ISLAM SMA 06/01/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

ANJAS MAULANA BOGOR, 04 OKTOBER 1997BOGOR MIRAS ISLAM SMP 07/01/2014MONTIR MOTORRE- ENTRY 2

TEDDY YUSUFCILACAP, 23 NOVEMBER 1992 BEKASI MIRAS ISLAM SMP 07/01/2014MONTIR MOTORRE_ENTRY 2

AHMAD NGIZZUDIN TANGGULANGIN ,13 NOVEMBER 1996 BANTEN MIRAS ISLAM SMP 13/01/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 1

SULAIMAN AFRILIANSYAHPALEMBANG, 11 APRIL 1987BANTEN MIRAS ISLAM SD 13/01/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 3

RIZAL KURNIAWAN JAKARTA, 15 DESEMBER 1989BANTEN MIRAS ISLAM SMK 13-01-14 KOMPUTER RE-ENTRY 3

BAGUS ADIK SETIAWANKLATEN, 22 JUNI 1991BANTEN MIRAS ISLAM SMA 13/01/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 4

DEDY SETIAWAN BATAM,19-12-1988 BATAM SHABU-SHABU,GANJA ,ALKOHOL ISLAM SD 25-01-2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2

ARI ARSIDI SERANG 19-07-1995SERANG MIRAS, CIMENG ISLAM SMA 27/01/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 2

JOSEPH EL QUDUSJAKARTA, 11-02-1997SERANG MIRAS ISLAM SD 27/01/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 3

M.SANTOSASERANG, 14-02-1984SERANG MIRAS ISLAM SD 27/01/2014MONTIR MOTORRE_ENTRY 4

BENNY JOHANESPALEMBANG,10-12-1998SUMATRA SELATANSHABU,GANJA,INEX,ECSTASyKATHOLIK SMA 06/02/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

GERARDUS SAREWERU,30-01-1993 NTT MIRAS KATHOLIK SD 07/02/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 2

YOHANES KEDA WODAPLR.BUTONG,30-06-1995NTT MIRAS KATHOLIK SMP 07/02/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 2

FAHMI DWI PUTRASERANG, 19 OKTOBER 1993SERANG MIRAS ISLAM SMA 14/02/2014MONTIR MOTORRE-ENTRY 4

LEKO PRASOJOINDRAMAYU, 11 JUNI 1995INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMA 17/02/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 1

IMAM SAFI'IINDRAMAYU, 15 JUNI 1994INDRAMAYU MIRAS ISLAM MTS 17/02/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 2

KAMTONIINDRAMAYU, 20 JUNI 1992INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMK 17/02/2014MONTIR MOTORRE-ENTRY 3

SUWARNOINDRAMAYU, 09 OKTOBER 1993INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMK 17/02/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 4

SUTOYOINDRAMAYU, 02 FEBRUARI 1995INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMK 17/02/2014MONTIR MOTORRE-ENTRY 4

YEREMIA TONJAUJAYAPURA, 30 MEI 1997PAPUA GANJA, MIRAS KRISTEN SMP 17/02/2014MONTIR MOTORRE-ENTRY 1

BAMBANG IRAWANPEKAN BARU, 12 AGUSTUS 1988RIAU GANJA, LEM ISLAM SMK 18/02/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

SEPRIYANTOSARANG BURUNG, 29 SEPTEMBER 1997JAMBILEM,MINUM,GANJA,SABUISLAM SMP 20/02/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2

ARDIANSUNGAILIAT, 27 MEI 1995BANGKA BELITUNG LEM ISLAM SD 06/03/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2

RENDI BUDIMANBOGOR, 16 NOVEMBER 1994BOGOR MIRAS, GANJA ISLAM STM 24/03/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

IQBAL MAULANIPRABUMULIH, 02 JUNI 1992SUMATERA SELATANSHABU, GANJA ISLAM SMK 26/03/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 1

M. NIZAM ARDEGA GYMNASTIARJAKARTA, 14 APRIL 1996JAKARTA PUSATGANJA ISLAM SLTA 04/04/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3

YOGA ANGGADAJAKARTA, 28 SEPTEMBER 1998BOGORGANJA, PIL, MIRAS ISLAM STM 11/04/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3

ARIFINCIREBON, 27 JULI 1992CIREBON MIRAS ISLAM SMA 12/04/2014 MOTOR RE-ENTRY 2

NANTOCIREBON, 13 JUNI 1996CIREBONMIRAS, OPLOSAN ISLAM SD 12/04/2014 MOTOR RE-ENTRY 2

MUHAIMINCIREBON, 14 NOVEMBER 1995CIREBONMIRAS, OPLOSAN ISLAM SMP 12/04/2014 MOTOR RE-ENTRY 2

MUKANACIREBON, 05 DESEMBER 1995CIREBONMIRAS, OPLOSAN ISLAM SD 12/04/2014 MOTOR RE-ENTRY 2

MUHAMAD FAJAR RIFA'ICIREBON, 30 AGUSTUS 1997CIREBON MIRAS ISLAM SMP 12/04/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3

RISMA RIYANIPANJANG,28 FEBRUARY 1995LAMPUNG GANJA ISLAM SMP 05/05/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 2

PUTRA ANANDA BINJAI 22 JULI 1995SUMATERA UTARASABU-SABU ISLAM SMA 05/005/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

ANDI IRAWANAIR BARA, 14 MEI 1987BANGKA BELITUNGGANJA, OBAT2AN ISLAM SLTP 06/05/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

SURANACIREBON, 29 SEPTEMBER 1989CIREBON MIRAS ISLAM SMA 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 1

TITO MUHAMMAD ROSYIDCIREBON, 23 PEBRUARI 1995CIREBON MIRAS ISLAM SMP 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 1

ADNANCIREBON, 26 PEBRUARI 1987CIREBON MIRAS, OBAT ISLAM SMA 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 2

MUADICIREBON, 11 NOPEMBER 1994CIREBON MIRAS ISLAM PAKET C 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 2

EGI SURFARENICIREBON, 27 DESEMBER 1994CIREBON MIRAS ISLAM SMA 16/05/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 2

ANDORICIREBON, 20 OKTOBER 1992CIREBON MIRAS ISLAM PAKET C 16/05/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 2

NURROHMANCIREBON, 31 MEI 1995CIREBON MIRAS ISLAM SMA 16/05/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3

WANDICIREBON, 18 APRIL 1995CIREBON MIRAS ISLAM PAKET C 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 3

MARITO BETA KUMIA LESTIOJAKARTA, 29 MARET 1979BEKASI PUTAW ISLAM SMA 16/05/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

NOVAN AGUNG PARTAMAJAKARTA, 05 NOPEMBER 1982JAKARTA UTARA PUTAW ISLAM SMK 02/06/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

MUHAMAD HARUN HERIYANTOJAKARTA, 02 DESEMBER 1998JAKARTA PUSAT PUTAW ISLAM SD 25/07/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

RAHMAT SAPUTRAJAKARTA, 23 FEBRUARI 1993BOGOR MIRAS ISLAM SLTP 04/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

IMAM SUBAKTIINDRAMAYU, 12 MARET 1996INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMP 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 1

FAJAR FIRMANSYAHINDRAMAYU, 05 DESEMBER 1997INDRAMAYU PIL, MIRAS ISLAM SD 14/08/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 1

SIMUHASANINDRAMAYU, 24 JULI 1996INDRAMAYUGANJA, MIRAS, PIL ISLAM SD 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 2

KURNIAWANINDRAMAYU, 03 SEPTEMBER 1997INDRAMAYUMIRAS, GANJA, PIL ISLAM SMP 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 2

BAGAS FAJAR P.INDRAMAYU, 17 MARET 1999INDRAMAYU OBAT ISLAM SD 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 2

IRVAN MAULANAINDRAMAYU, 21 OKTOBER 1996INDRAMAYU MIRAS ISLAM SD 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 3

WAHYU KARUNIASUKABUMI, 20 MEI 1997INDRAMAYU MIRAS ISLAM SD 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 3

SUWANTOINDRAMAYU, 04 JANUARI 1996INDRAMAYUMIRAS, PIL TRAMADOLISLAM SMP 14/08/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3

IDA BAGUS INDRADENPASAR, 22 SEPTEMBER 1978BALI SABU, ALKOHOL HINDU SMA 14/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2

JEMMY AL ALAMTANJUNG TIGA, 29 NOVEMBER 1987SUMATERA SELATANAMFETAMIN, GANJA, SABUISLAM SMA 21/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

AMRULLAH SAPUTRAKUNANGAN, 30 MEI 1992SUMATRA BARATSABU, INEX ISLAM SMA 21/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

RIZKI AL-FAJRISINGKUT, 11 JANUARI 1990JAMBI SABU, GANJA ISLAM SMA 27/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

RICCI RINALDIPONTIANAK, 16 OKTOBER 1990KALIMANTAN BARAT SABU ISLAM SMA 27/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

ROMIE DINIHARDIPONTIANAK, 26 FEBRUARI 1980KALIMANTAN BARATSABU, INEX ISLAM S1 27/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2

TEGUH IMAM PERDANAPONTIANAK, 28 MEI 1988KALIMANTAN BARATGANJA, SABU, INEX ISLAM D3 27/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2

KRISTOP K.HBOGOR, 22 NOVEMBER 1980BOGOR PUTAW KRISTEN 01/09/2014 SABLON - IPWL

HARYANTO BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

ADJI MUSA IBRAHIN BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

M. ANWAR BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

ALEX MOESAMEDAN, 06 JULI 1983BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

ADITYA DSJAKARTA, 19 SEPTEMBER 1981BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

NANA JAKARTA, 09 JULI 1978BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

HERDYBOGOR, 13 JUNI 1980BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

IRFAN BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

TONY 38 TH BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

FAREZJAKARTA, 05 JULI 1983BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

LUCKYGARUT, 07 MARET 1992BOGOR SABU ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

JERRY BOGOR, 20 MEI 1992BOGOR SABU ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48726/1/ANNISA... · PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL BAGI . RESIDEN KORBAN . PENYALAHGUNAAN

DIDI KUSUMAJAKARTA, 16 AGUSTUS 1993JAKARTA PUSAT SABU ISLAM SMA 01/09/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

I MADE KARTIKADENPASAR, 21 APRIL 1986BALI SABU, MIRAS HINDU SMA 04/09/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

I GEDE SENTANAMATARAM, 30 DESEMBER 1984NTB SABU, GANJA HINDU SMK 19/09/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

LUKMAN LIWIJAYACILEGON, 24 APRIL 1976ACEH CAMPURAN KRISTEN SMA 15/10/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2

ADITYA PRADANABOGOR, 27 SEPTEMBER 1995DEPOK GANJA ISLAM SMA 15/10/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

NIERWANSYAHJAKARTA, 14 MARET 1984JAKARTA UTARA PUTAW ISLAM D3 17/10/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

BUDI DAMATANGERANG, 05 MEI 1984BANTEN GANJA BUDHA SD 24/10/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

IQB 27/5/1979 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

FSL 18/12/1981 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

ADE 24/3/1971 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

UMR 26/9/1988 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

JKS 13/12/1978 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

DNA 14/6/1983 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SD 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

DNS 21/7/1986 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

ADH 17/10/1980 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

ADR 22/01/1989 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

VRJ 05-05-79 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

HMS 11-07-85 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

LAH 30/10/1978 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

ELD 11-11-76 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

ARC 09-07-83 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

RRY 22/6/1981 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

GNT 24/8/1978 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

CTR 17/5/1979 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

OSC 21/04/1979 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

DHY 25/8/1975 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

DVY 12-05-80 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM D3 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

FRB 11-04-79 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

ABN 28/12/1982 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

SNY 30/6/1981 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMK 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

RDH 04-01-81 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

SGH 09-10-90 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

UBH 08-06-82 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

ANT 18/1/1986 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

LRA 10-02-90 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL

AZWAR ANAMAMPENAN, 30 JUNI 1990NTB SABU, GANJA ISLAM SMA 15/11/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

M. ADAM BISMANTARA PUTRALOMBOK, 23 MARET 1996NTB SABU, INEX, GANJA ISLAM SMA 15/11/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3

EDO CAHYATANGERANG, 11 AGUSTUS 1991TANGERANGSABU, EXTACY KRISTEN SMK 24/11/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1

MUHAMMAD RANDIPALEMBANG, 06 SEPTEMBER 1989BEKASI SABU ISLAM SMA 27/11/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2

Kepala Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

PSPP "Galih Pakuan" Bogor PSPP "Galih Pakuan" Bogor

Beni Sujanto, A.KS, M.Si Drs. Alam Fajar Ahmadi, M. Si

NIP. 19710104 199201 1 002 NIP. 19651106 199303 1 002