pengaruh pemberian pupuk rock fosfat dan berbagai jenis isolat
TRANSCRIPT
Fadhilah Rahmadhani : Pengaruh Pemberian Pupuk Rock Fosfat Dan Berbagai Jenis Isolat Mikoriza Vesikular Arbuskula Terhadap Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max. L. Merill) Pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu, 2007. USU Repository © 2009
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ROCK FOSFAT DAN BERBAGAI JENIS ISOLAT MIKORIZA VESIKULAR
ARBUSKULA TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max. L. Merill) PADA TANAH GAMBUT AJAMU,
LABUHAN BATU
SKRIPSI
FADHILAH RAHMADHANI 020303004
ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ROCK FOSFAT DAN BERBAGAI JENIS ISOLAT MIKORIZA VESIKULAR
ARBUSKULA TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max. L. Merill) PADA TANAH GAMBUT AJAMU,
LABUHAN BATU
SKRIPSI
FADHILAH RAHMADHANI
020303004 ILMU TANAH
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Asmarlaili S. Hanafiah, MS. DAA) ( Ketua Anggota
Kemala Sari Lbs, SP.MP)
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Judul Skripsi : Pengaruh Pupuk Rock Fosfat Dan Berbagai Jenis Isolat Mikoriza Vesikular Arbuskula Terhadap Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.merill) Pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu Nama : Fadhilah Rahmadhani Nim : 020303004 Departemen : Ilmu Tanah Minat Studi : Bioteknologi Tanah
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Asmarlaili S. Hanafiah, MS. DAA Ketua Anggota
Kemala Sari Lbs, SP. MP
Mengetahui,
Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Ketua Departemen
ABSTRACT
The research was conducted at green house Agriculture Faculty, USU Medan on September 2006 until August 2007. The research to study effect rock phosphate and kinds of isolate VAM on soyabean production at peat soils Ajamu, Labuhan Batu. The research was conducted by using the factorial randomized block design at 2 factors. The first factor were 3 kinds of VAM just like no VAM, VAM mixed with isolate peat soils and Glomus manihotis. The second factor were 5 levels of rock phosphate fertilizer just like rock phosphate 400 kg, 300 kg, 200 kg, 100 kg and no rock phosphate. The result show that interaction of Glomus manihotis and rock phosphate 400 kg can do it growthup soyabean production like seed at peat soils.
ABSTRAK
Penelitian rumah kaca di Fakultas Pertanian, USU Medan mulai September hingga Agustus 2007 untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk rock fosfat dan berbagai jenis isolat MVA untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai pada tanah gambut Ajamu, Labuuhan Batu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu 3 jenis isolat MVA seperti : tanpa MVA, MVA Isolat campuran tanah gambut dan Glomus manihotis. Faktor kedua yaitu dosis pupuk rock fosfat seperti : 400 kg rock fosfat, 300 kg, 200 kg, 100 kg dan tanpa rock fosfat. Hasil yang ditunjukkan yaitu bahwa interaksi antara Glomus manihotis dan 400 kg pupuk rock fosfat dapat meningkatkan produksi polong dan biji tanaman kedelai di tanah gambut.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Balai pada tanggal 10 juni 1984, dari
Ayahanda Syahjuin dan Ibunda Sriwahyuni. Penulis merupakan anak kedua dari
empat bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Panai Tengah dan pada
tahun 2002 lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMP (pemanduan minat dan
prestasi). Penulis memilih minat studi Bioteknologi Tanah Departemen Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis pernah menjadi asisten
Laboratorium untuk mata kuliah Biologi Tanah, Bioteknologi tanah, Fisika tanah
dan mengikuti kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah
(IMILTA) FP-USU Medan sejak tahun 2002 sampai dengan selesai perkuliahan.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bridgestone
Rubber Estate Dolok Merangir Pada Tahun 2006.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat
dan hidayahNyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Rock Fosfat dan Berbagai Jenis Isolat
Mikoriza Vesikular Arbuskula Terhadap Produksi Tanaman Kedelai
(Glycine max.L. Merill) pada Tanah Gambut Ajamu Labuhan Batu”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Prof. Dr. Ir. Asmarlaili Sahar Hanafiah, MS, DAA selaku ketua komisi
pembimbing dan Kemala sari Lubis, SP, MP sebagai anggota komisi pembimbing
yang memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Skipsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar
sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dimasa mendatang.
Medan, November 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT……………………………………………………………. i ABSTRAK……………………………………………………………… ii RIWAYAT HIDUP……………………………………………………. iii KATA PENGANTAR………………………………………………….. iv DAFTAR ISI…………………………………………………………… v DAFTAR TABEL……………………………………………………… vi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… vii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… viii PENDAHULUAN Latar Belakang………………………………………………… 1 Perumusan Masalah…………………………………………… 3
Tujuan Penelitian……………………………………………… 4 Hipotesis……………………………………………………… 4 Kegunaan Penelitian………………………………………….. 4 TINJAUAN PUSTAKA Sifat Dan Ciri Umum Tanah Gambut………………………… 5 Morfologi Dan Ekologi Mikoriza Vesikular Arbuskula..…….. 8 Kedelai Sebagai Habitat Mikoriza Vesikular Arbuskula……… 10 Mikoriza Vesikular Arbuskular Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman……………………………………….. 14 BAHAN DAN METODA Tempat Dan Waktu…………………………………………… 19 Bahan Dan Alat……………………………………………….. 19 Pelaksanaan Penelitian………………………………………… 20 Metode Penelitian …………………………………………….. 20 Parameter Yang Diamati……………………………………… 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil………………………………………………………….. 37 Pembahasan…………………………………………………… 57 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…………………………………………………… 62
Saran………………………………………………………….. 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Hal 1. Karakteristik Genus MVA pada Tipe Spora Glomus 37 2. Nilai FM dan FR dari Setiap Tipe Genus yang Ditemukan Pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu (%) 37 3. Tipe Spora yang Ditemukan Pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu 38 4. Hasil Derajat Infeksi Akar Tanaman Kudzu Setelah Trapping (%) 39 5. Hasil Infeksi Akar Berbagai Isolat MVA dengan Beberapa Pengenceran 40 6. Taksiran Jumlah Propagul Setelah Konversi dengan Tabel MPN 41 7. Pengaruh MVA Terhadap Berat Kering Atas Tanaman Kedelai (g) 42 8. Pengaruh MVA Terhadap Berat Kering Bawah Tanaman Kedelai (g) 43 9. Pengaruh MVA Terhadap Derajat Infeksi Tanaman Kedelai (%) 45 10.Pengaruh MVA Terhadap Serapan P Tanaman Kedelai (mg/%) 46 11.Pengaruh MVA Terhadap P-Tersedia Tanah (ppm) 47 12. Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot
Polong Berisi (g) 49 13.Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot
Polong Hampa (g) 50 14.Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot
Polong Keseluruhan (g) 51 15.Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot
Biji (g) 52 16.Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot
Tajuk (g) 53 17.Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Jumlah
Polong Berisi (Biji) 54
18.Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Jumlah Polong Kosong (Biji) 55
19.Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Derajat Infeksi (%) 56
DAFTAR LAMPIRAN No Judul Hal 1. Jumlah serta Tipe Spora Sebelum Trapping……………………… 66 2. Tabel Nilai MPN untuk Pengenceran dengan Bilangan Dasar 10…………………………………………………………… 67 3. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Atas Tanaman Kedelai….…… 68 4. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Bawah Tanaman Kedelai…… 69 5. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia………………………………… 70 6. Daftar Sidik Ragam Serapan P Tanaman Kedelai……………… 71 7. Daftar Sidik Ragam Derajat Infeksi Akar Tanaman Kedelai……. 72 8. Daftar Sidik Ragam Bobot Polong Berisi……………………… 73 9. Daftar Sidik Ragam Bobot Polong Kosong……………………... 74 10.Daftar Sidik Ragam Bobot Polong Keseluruhan…………...…. 75 11.Daftar Sidik Ragam Bobot Biji………………………………… 76 12.Daftar Sidik Ragam Bobot Tajuk……………………………… 77 13.Daftar Sidik Ragam Jumlah Polong Berisi………………………. 78 14.Daftar Sidik Ragam Jumlah Polong Kosong…………………… 79 15.Daftar Sidik Ragam Derajat Infeksi……………………………… 80 16. Data Analisa Awal Tanah Gambut Ajamu Labuhan Batu………. 81
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di
Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku
industri maupun bahan penyegar. Bahkan dalam tatanan perdagangan
internasional , kedelai merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati, pakan
ternak dan lain-lain di berbagai negara di dunia (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).
Kebutuhan kedelai di dalam negeri tiap tahun cenderung terus meningkat,
sedangkan persediaan produksi belum mampu mengimbangi permintaan.
Berdasarkan perkiraan Departemen Pertanian (1987) tentang proyeksi dan
penyediaan bahan pangan tahun 1980 - 2000, produksi kedelai Indonesia pada
tahun 2000 diproyeksikan sekitar 1.887.000 ton , sedangkan permintaan mencapai
2.108.000 ton (Adisarwanto, 2005).
Rendahnya hasil rata-rata kedelai di Indonesia disebabkan antara lain
karena penerapan teknologi oleh petani yang belum tepat, masalah cekaman
kekeringan, kebanjiran, waktu tanam yang tidak tepat dan gangguan hama dan
penyakit (Adisarwanto, 2005).
Sejalan dengan maju pembangunan di sektor pertanian serta pertumbuhan
penduduk yang semakin cepat maka diperlukan usaha yang mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan bahan baku industri yang juga meningkat.
Sehingga terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian seperti
pemukiman, lokasi industri, dan sarana umum lainnya. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya lahan pertanian untuk itu diperlukan pembukaan lahan-lahan baru
yang umumnya merupakan lahan marginal seperti tanah gambut (Noor, 2001).
Tanah gambut merupakan lahan alternatif sebagai lahan bukaan baru
walaupun dari segi pemanfaatannya baik untuk tanaman hortikultura maupun
tanaman perkebunan memiliki berbagai kendala serta dibutuhkan biaya yang
relatif mahal dibandingkan dengan tanah mineral. Namun lahan gambut
mempunyai potensi yang cukup besar mengingat arealnya yang cukup luas
tersebar di seluruh Indonesia (Syarifuddin, 1998).
Tanah gambut merupakan tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah.
Tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang tinggi tetapi sangat bertolak
belakang dengan kandungan unsur hara tanahnya. Hal ini diakibatkan belum
sempurnanya proses dekomposisi bahan organik sehingga hara-hara tersebut
terbentuk tidak tersedia bagi tanaman.
Tanah gambut memiliki kadar fosfor (P) yang rendah, biasanya para petani
mengantisipasinya dengan menggunakan pupuk rock fosfat. Namun hasil yang di
capai sering belum sesuai dengan yang di harapkan di samping biaya yang cukup
mahal. Pemanfaatan pupuk hayati merupakan salah satu alternatif yang dapat
dilakukan yaitu dengan menggunakan mikoriza vesikular arbuskula.
Pada tanah gambut unsur hara fosfor berbentuk organik yang mana
berbentuk fosfolipida. Fosfolipida tidak dapat di manfaatkan lansung oleh
tanaman, disinilah peran mikoriza vesikular arbuskula. Mikoriza vesikular
arbuskula akan menghidrolisis fosfolipida dan kemudian mengeluarkan enzim
fosfatase yang dapat merubah senyawa fosfor menjadi tersedia bagi tanaman.
Mikoriza merupakan jenis fungi yang menguntungkan pertumbuhan
tanaman terutama pada tanah-tanah yang mengalami kekahatan fosfor. Mikoriza
tidak hanya menguntungkan pertumbuhan tanaman tetapi juga menekan
kebutuhan pupuk fosfat 20% sampai 30 % (Sutanto, 2005).
Berdasarkan penelitian Pakpahan (2004) mengenai isolasi, identifikasi
mikoriza vesikular arbuskula pada tanah gambut Paya Pinang menyebutkan
bahwa di tanah gambut terdapat banyak mikoriza vesikular arbuskula yang tidak
aktif sehingga diperlukan perlakuan khusus supaya mikoriza vesikular arbuskula
dapat berperan aktif bagi tanaman dan dari penelitian tersebut didapat jenis
mikoriza vesikular arbuskula yang dominan yaitu Glomus.
Untuk mengetahui jumlah dan jenis MVA yang dominan selain glomus,
peneliti melakukan isolasi terhadap tanah gambut yang beda asalnya serta menguji
isolat MVA yang didapat pada tanaman kedelai dengan penambahan pupuk rock
fosfat untuk melihat produksi yang dapat dicapai oleh tanaman tersebut.
Perumusan Masalah
Tanah gambut merupakan tanah yang miskin akan unsur hara fosfat
sehingga perlu di manfaatkan mikoriza vesikular arbuskula sebagai pupuk hayati
dan penambahan pupuk rock fosfat untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai
(Glycine max.L. Merill).
Tujuan Penelitian
1. Untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk rock fosfat terhadap
produksi tanaman kedelai (Glycine max.L. Merill).
2. Untuk mempelajari pengaruh pemberian berbagai jenis isolat MVA
terhadap produksi tanaman kedelai (Glycine max.L. Merill).
3. Untuk mempelajari interaksi antara pupuk rock fosfat dan MVA terhadap
produksi tanaman kedelai (Glycine max. L. Merill).
Hipotesis Penelitian
1. Pemberian pupuk rock fosfat dapat meningkatkan produksi tanaman
kedelai (Glycine max.L. Merill).
2. Pemberian berbagai jenis isolat mikoriza vesikular arbuskula dapat
meningkatkan produksi tanaman kedelai (Glycine max.L. Merill).
3. Interaksi antara pupuk rock fosfat dan berbagai jenis isolat mikoriza
vesikular arbuskula dapat meningkatkan produksi tanaman kedelai
(Glycine max.L. Merill).
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
pihak-pihak yang membutuhkan dalam rangka pengembangan MVA bagi
pertanian.
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Dan Ciri Umum Tanah Gambut
Dalam klasifikasi tanah (soil taxonomy), tanah gambut dikelompokkan
kedalam ordo Histosol (histos dari bahasa Yunani = jaringan) atau sebelumnya
dinamakan Organosol yang mempunyai sifat dan ciri yang berbeda dengan jenis
tanah mineral umumnya. Gambut mempunyai banyak istilah padanan dalam
bahasa Inggris, antara lain disebut peat, bog, mood atau fen. Istilah-istilah ini
berkenaan dengan perbedaan jenis atau sifat gambut antara satu tempat dan tempat
lainnya. Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun
secara alami dalam keadaan basah berlebihan dan tidak atau sedikit mengalami
perombakan (Noor, 2001).
Histosol berkembang dimana tanah jenuh paling sedikit sebulan dalam
setiap tahun terus menerus. Ciri histosol tergantung terutama pada vegetasi alami
yang ditimbun di dalam air serta tingkat perombakannya yang relatif lambat. Pada
bagian air yang relatif lebih dalam, bekas-bekas algae dan tanaman air lainnya
mengakibatkan munculnya bahan koloidal yang tinggi serta mengerut pada bagian
pengeringan (Foth, 1994).
Bahan induk Histosol adalah sisa tanaman dan binatang yang bercampur
dengan lapisan mineral yang diendapkan oleh proses aluvial selama banjir.
Menurut Goeswono (1983) bahan organik yang masih utuh (muda) berada di
permukaan tanah. Pembentukan timbunan bahan organik bisa dipandang sebagai
proses kumpulan bahan induk, jika proses pelapukannya diabaikan. Histosol tidak
mempunyai horizon, ketebalan solum lebih dari 0,5 meter. Dalam proses
pembentukan histosol bahan organik yang masih kasar mengalami dekomposisi
menjadi lebih halus. Dekomposisi bahan organik dipengaruhi beberapa faktor
yaitu kelembaban, susunan bahan organik, kemasaman tanah, aktivitas
mikroorganisme dan waktu (Munir,1996).
Sifat dan ciri tanah gambut antara lain warna gambut berwarna coklat tua
sampai kehitaman meskipun bahan asalnya berwarna kelabu, coklat atau
kemerahan. Tetapi setelah mengalami dekomposisi muncul senyawa-senyawa
humik berwarna gelap. Sifat koloidal dari tanah gambut lebih jelas diperlihatkan
dari tanah mineral dengan luas permukaan 2-4 kali dari tanah mineral dan sejalan
itu kapasitas tukar kation (KTK) tanah gambut menjadi lebih besar. Tanah gambut
cenderung bereaksi lebih masam daripada tanah mineral. Disamping itu
dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam-asam organik yang
terakumulasi pada tubuh tanah, sehingga akan meningkatkan kemasaman tanah
gambut (Hakim, dkk,1986).
Lahan gambut mengandung lapisan bahan organik yang belum
terhumifikasi lanjut. Lapisan atasnya adalah gambut yang tebalnya bervariasi 20-
40 cm, terdiri atas partikel halus yang bukan mineral, berstruktur remah dan
berkonsistensi gembur. Lapisan kedua adalah lempung berpasir berwarna hitam
dan bercampur dengan humus; konsistensi teguh dan berstruktur gumpal serta
selalu berada dibawah permukaan air tanah dan dalam suasana reduksi total
(Risza, 1997).
Sifat-sifat tanah gambut antara lain : karena selalu dalam keadaan
tergenang air sehingga sisa tanaman yang telah mati tidak mengalami pelapukan.
Tanah tidak mengalami perubahan struktur dengan konsistensi lepas. Tanah
mempunyai kepadatan massa yang sangat rendah sekitar 0,1 gr/cm fibrist, 0,2
gr/cm saprist. Tanah bersifat seperti spon yang dapat menyerap air dan menahan
air dalam jumlah yang sangat besar. Drainase tanah gambut mengakibatkan
terjadinya penyusutan massa, sehingga terjadi penurunan permukaan tanah, yang
menimbulkan masalah tanaman tumbuh menjadi miring dan tumbang, mudah
terbakar dan bentuk permukaan tanah tidak rata karena sisa batang dan tunggul
kayu. Sifat kimia tanah gambut antara lain : tingginya kandungan bahan organik,
asam humik dan asam fulfik, pH tanah berkisar antara 3,0 - 3,5, kandungan
nitrogen tinggi dan sebagian besar dalam bentuk tersedia. Nilai C/N yang tinggi,
nilai tukar kation (CEC) tinggi dan kejenuhan basa yang rendah. Ini menunjukkan
status hara yang kurang dan tidak seimbang. Kandungan fosfat (P), kalium (K),
dan magnesium (Mg) pada umumnya rendah, demikian juga kandungan tembaga
(Cu), seng (Zn) dan boron (B), hal ini mengakibatkan gejala kekahatan
(defisiensi) Mg, Cu, Zn dan B (Mangunsoekarjo dan Semangun, 2003).
Tanah gambut di Asia Tenggara terdapat 70 % dari total gambut tropik
dunia terutama di Indonesia dan Malaysia, di Indonesia lahan gambut tersebar di
empat pulau besar yaitu Sumetera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya
(Syarifuddin, 1998).
Menurut Noor (2001) bahwa tanah gambut memiliki unsur P dan K yang
sangat rendah, oleh karena itu perlu dilakukan penambahan pupuk hayati di
antaranya pemanfaatan mikoriza, yang diharapkan mampu meningkatkan
ketersediaan P.
Morfologi Dan Ekologi Mikoriza Vesikular Arbuskula
Sebagian besar jamur membentuk hubungan secara simbiotik yaitu suatu
hubungan yang saling menguntungkan antara jamur dan tanaman yang mana
jamur akan masuk ke dalam akar tanaman sehingga membentuk suatu simbiosis
yang disebut dengan mikoriza. Sesudah spora mikoriza tumbuh maka hyfa akan
menyerbu rambut akar dan tumbuh di dalam serta diluar akar rambut. Pada
bagaian ini terdapat hyfa yang membelit atau struktur hyfa yang bercabang
terbentuk di antara sel-sel akar yang disebut arbuskul. Hyfa jamur pada bagian
luar akan membantu tanaman dalam segi perluasan penetrasi akar, absorbsi air
dan unsur hara. Pada bagian tertentu terdapat pembengkakan pada hyfa yang
mengandung minyak yang disebut vesikel. Bentuk struktur ini yang menjadi dasar
bahwa endomikoriza sebagai mikoriza vesikular arbuskula (Foth, 1994).
Pengenalan dan pengelompokan dalam spora mikoriza vesikular arbuskula
saat ini dilakukan lebih didasarkan kepada struktur subselular dengan verifikasi
teknologi molekular mikoriza vesikular arbuskula dikelompokkan ke dalam ordo
Glomales, sub ordo Glomineae dan Gigasporineae. Glomineae terdiri dari empat
family ( Glomaceae, Acaulosporaceae, Aracheosporaceae dan Paraglomaceae).
Sementara Gigasporineae terdiri dari lima family yaitu Ehtrophospora,
Aracheospora, Paraglomus, Gigaspora dan Scutellspora. Salah satu karakteristik
yang mudah diterapkan adalah karakteristik morfologi yaitu dengan penyebaran
dan reproduksi spora, reaksi melzer, keberadaan struktur subselular diantaranya
spore wall dan germinal wall, asessories, serta struktur mikoriza yang terbentuk
dalam akar (Fakuara, 1988).
Mikoriza vesikular arbuskula terdapat dalam perakaran dalam sebagian
angiospermae, pterodophyta dan bryophyta, walaupun tidak dijumpai pada
tanaman yang hanya membentuk ektomikoriza. (Pinnaceae, Betulacceae) atau
kedua macam tipe lain dari Ericales dan orchidales. Mikoriza vesikular arbuskula
membentuk struktur dan karakteristik khusus yang disebut arbuskel dan vesikel.
Arbuskel membantu dalam transfer nutrea terutama P dari tanah ke sistem
perakaran (Rao, 1994).
Tiga fase perkembangan mikoriza vesikular arbuskula pada beberapa
tanaman pangan yang tumbuh di plot dan dalam lingkungan yang dikontrol. Fase
pertama, 20-25 hari menunjukkan pertumbuhan akar semai yang cepat pada saat
ini terjadi perkecambahan spora, pertumbuhan germacub dan penembusan
endogene ke inang. Fase kedua, 30 - 35 hari selama ini ada perkembangan
mikoriza vesikular arbuskular yang cocok dengan pertumbuhan pucuk yang
sangat banyak dan perkembangan misellium endogene menuju infeksi ganda. Fase
ketiga, ketika perbandingan akar mikoriza dan non mikoriza tetap sampai
mendekati inang dan terus sampai menuju produksi (Fakuara, 1988).
Faktor lingkungan terutama intensitas cahaya matahari dan suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan mikoriza vesikular
arbuskula serta keberhasilan simbiosisnya dengan inang. Intensitas cahaya
matahari tinggi akan meningkatkan suhu tanah, selanjutnya suhu tanah akan
mempengaruhi kapasitas dan derajat infeksi mikoriza vesikular arbuskula pada
akar tanaman (Brundrett,1991).
Intensitas infeksi mikoriza vesikular arbuskula dipengaruhi oleh beberapa
faktor meliputi pemupukan nutrisi tanaman, pestisida, intensitas cahaya, musim,
kelembaban tanah, pH, kepadatan inokulum, dan tingkat kerentanan tanaman.
Tanaman yang diberi pupuk fosfat dan nitrogen sering dihubungkan dengan
menurunnya infeksi mikoriza vesikular arbuskula. Namun demikian tidak ada
penyamarataan penyebaran yang luas untuk kondisi lapangan, karena pada
beberapa lokasi hasilnya bertentangan. Mungkin sebagian besar karena kesuburan
tanah pada awalnya tidak sama sehingga kurangnya korelasi antar cendawan
mikoriza arbuskula dengan kesuburan tanah pada jenis tanah yang berbeda
(Fakuara, 1988 ).
Berdasarkan penelitian Ika Dewi Pakpahan (2004) bahwa pada tanah
gambut dengan kadar P yang tinggi diakibatkan oleh pemupukan yang akan
mengakibatkan jumlah dan jenis mikoriza vesikular arbuskula menjadi sedikit.
Secara umum kedalaman tanah gambut dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
mikoriza vesikular arbuskula, dimana semakin bertambah kedalaman maka
jumlah dan jenus spora yang ditemukan semakin sedikit hal ini dipengaruhi oleh
kandungan air, kandungan O2 dan bahan organik. Pada kedalaman 0 – 30 cm tipe
spora yang dominan yaitu glomus karena glomus sangat toleran terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim.
Kedelai Sebagai Habitat Mikoriza Vesikular Arbuskula
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah di budidayakan
oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan semakin berkembangnya
perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan
tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan
tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Menurut
laporan , kedelai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran
dan pembudidayaan kedelai yaitu di pulau Jawa, kemudian berkembang kepulau-
pulau lainnya. Masuknya kedelai di Indonesia di duga dibawa para imigran Cina
yang mengenalkan berbagai jenis masakan dari kacang kedelai
(Adisarwanto, 2005).
Kedelai mempunyai kegunaan yang luas dalam tatanan kehidupan
manusia. Penanaman kedelai dapat meningkatkan kesuburan tanah, karena akar-
akarnya dapat mengikat nitrogen bebas (N2) dari udara dengan bantuan bakteri
Rhizobium sp, sehingga unsur nitrogen bagi tanaman tersedia dalam tanah
(Rao, 1994).
Kedudukan tanaman kedelai dalam sistematik tumbuhan (taksonomi)
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminose (Papilionaceae)
Sub-famili : Papilionoidae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merill
(Rukmana dan Yuniarsih, 1996).
Perakaran tanaman kedelai mempunyai kemampuan membentuk bintil-
bintil (nodula-nodula) akar. Bintil-bintil ini akar bentuknya bulat atau tidak
beraturan yang merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri
rhizobium bersimbiosa dengan akar tanaman kedelai untuk menambat N2 dari
udara. Unsur nitrogen tersebut dimanfaatkan untuk tanaman kedelai, sedangkan
bakteri Rhizobium membutuhkan makanan yang berasal dari tanaman kedelai,
sehingga proses ini merupakan hubungan yang saling menguntungkan (simbiosa
mutualisme) (Rao, 1994).
Di sentra penanaman kedelai di Indonesia pada umumnya kondisi
iklim yang paling cocok adalah daerah-daerah yang mempunyai suhu antara 25º -
27ºC, kelembaban udara (rH) rata-rata 65%, pemyinaran matahari 12 jam/hari
atau minimal 10 jam.hari, dan curah hujan paling optimum antara 100 – 200
mm/bulan (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).
Menurut penelitian Triana (2001) bahwa dosis yang dipakai untuk rock
fosfat pada tanaman kedelai yaitu sebanyak 400 kg/Ha. Pemupukan untuk
tanaman kedelai pada tanah gambut berbeda dengan pemupukan pada tanah
mineral hal ini dikarenakan kandungan hara yang rendah pada tanah gambut.
Dosis untuk tanaman kedelai yaitu : 45 kg N/Ha; 60 kg P2O5/Ha; 60 kg K2O/Ha
(Noor, 2001).
Untuk meningkatkan ketersediaan P pada tanah masam dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu dengan penambahan pupuk P anorganik, Pemberian
bahan organik dan penggunaan mikroorganisme penambat P. Akan tetapi
pemberian pupuk fosfat yang mudah larut pada tanah masam tidak efisien karena
kebanyakan pupuk fosfat yang diberikan segera dirubah menjadi tidak tersedia
dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Namun pemberian fosfat yang
kelarutannya rendah yang bersumber dari fosfat batuan alam lebih efektif dan
ekonomis dari pada bentuk fosfat yang kelarutannya tinggi (Sanchez, 1992).
Menurut Khasawneh dan Doll (1978) pH tanah serta kadar Ca dan P yang
rendah merupakan faktor terpenting terhadap pelarutan batuan fosfat dalam tanah.
Pengaruh pH tanah dari 4,9-5,45 nyata meningkatkan tinggi tanaman, bobot
kering tanaman.
Jenis kapur yang digunakan di antaranya adalah Kalsit (CaCo3), Dolomit
[CaMg)CO3)2], kapur bakar atau quick lime (CaO), kapur hidrat [Ca(OH)2]
ataupun Zeagro. Jumlah atau dosis kapur yang diberikan tergantung pada jenis pH
tanah, kandungan bahan organik, tekstur tanah, mutu kapur, dan jenis tanaman.
Pedoman umum hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian kapur sebanyak 2
– 3 ton/Ha pada tanah yang pHnya di bawah 5,5 dapat meningkatkan produksi
kedelai. Pengapuran tanah Podzolik Merah Kuning (PMK) semula dianjurkan 4,5
ton kapur/Ha, tetapi kini hanya dianjurkan 300 kg/Ha asalkan dilengkapi dengan
penerapan paket teknologi yang tepat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1996).
Waktu pemberian kapur dilakukan 2 – 4 minggu sebelum tanam atau
bersamaan dengan kegiatan pengolahan tanah. Cara pemberian kapur adalah
dengan disebar merata di atas permukaan tanah, kemudian diolah dan dicampur
bersama tanah pada kedalaman 20 – 30 cm. Bila tidak turun hujan, tanah yang
telah diberi kapur harus segera disiram hingga cukup basah (Setyamidjaja, 1990).
Mikoriza Vesikular Arbuskula dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Tanaman
Cendawan mikoriza arbuskula mempunyai kemampuan untuk berasosiasi
dengan lebih kurang 90% jenis tanaman. Serta telah banyak dibuktikan mampu
memperbaiki nutrisi dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Cendawan
mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan
memproduksi jalinan hyfa secara intensif, sehingga tanaman bermikoriza akan
mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air
(Marchner and Bell,1994).
Fosfat adalah salah satu unsur hara esensial yang diperlukan dalam jumlah
relatif banyak oleh tanaman. Akan tetapi ketersediaanya pada tanah-tanah masam
menjadi terbatas, sehingga seringkali menjadi salah satu pembatas utama dalam
peningkatan produktivitas tanaman. Persentase kolonisasi tergantung pada spesies
MVA dan tanaman inang dan sering dihubungkan dengan pertumbuhan akar dan
kepekaan tanaman. Keberadaan mikoriza sangat bermanfaat dalam penyerapan air
dan unsur hara terutama fosfor (Smith and Read, 1997).
Masalah berkurangnya kesuburan tanah dan produktivitas lahan maupun
pemanfaatan lahan marginal berhubungan erat dengan ketersediaan hara tanah.
Salah satu contoh adalah masalah tanah asam yang erat dengan ketersediaan hara
fosfat (P). Banyaknya kandungan Fe, Al dan Mg yang mengikat fosfor dalam
bentuk hidroksil harus dipisahkan sebelum unsur ini dapat dimanfaatkan tanaman
secara langsung. Tindakan yang biasa dilakukan adalah dengan menambahkan
unsur hara melalui pemupukan dan pengapuran. Aktivitas ini sudah berlangsung
lama dan biasanya menimbulkan masalah baru yaitu kejenuhan tanah dalam
menyerap unsur hara/pupuk tersebut serta biaya yang sangat tinggi. Salah satunya
dengan memberikan pupuk hayati yang berupa pemanfaatan kerjasama antara akar
tanaman dengan mikroorganisme tanah yang menguntungkan, seperti mikoriza.
(Delvian, dkk, 2006).
Kedelai yang diinokulasikan MVA dapat membentuk kolonisasi akar
sebesar 61 % pada pH 5,6 dan meningkat menjadi 75 % pada pH 6,4. Pengapuran
dapat meningkatkan kolonisasi akar oleh mikoriza pada tanaman jagung dan
kedelai (Nurlaeny, Marschener dan George, 1996).
Kesulitan dalam pemanfaatan lahan marginal, sangat terasa dalam
penyamaian bibit dilapangan. Guna mencapai tujuan itu dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya adalah memodifikasi lingkungan tumbuh. Penggunaan
mikoriza arbuskular yang banyak memberikan dukungan bagi pertumbuhan bibit
dipersemaian dan setelah pindah ke lapangan cendawan mikoriza arbuskula dapat
memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan daya hidup kualitas dan laju
pertumbuhan bibit yang baru dipindahkan ke lapangan
(Fakuara dan Setiadi, 1990).
Mikoriza Vesikular Arbuskula merupakan jenis fungi yang berkoloni pada
beberapa jenis tanaman pertanian, terutama tanaman hortikultura dan kehutanan.
Beberapa jenis yang dapat di identifikasikan termasuk kedalam genus Glomus,
Gigaspora, Acaulospora, Scerocystis. Jenis ini hidup bersimbiosa dengan
tanaman inang dan tidak dapat ditumbuhkan di laboratorium. Di samping itu jenis
ini membantu pertumbuhan tanaman dengan memperbaiki ketersediaan hara P dan
melindungi perakaran dari serangan patogen (Smith and Read, 1997).
Pemakaian batuan fosfat pada tanah-tanah masam mempunyaimprospek
untuk meningkatkan pertumbuhan MVA dan meningkatkan hasil dan
memperbaiki kesuburan tanah. Penambahan batuan fosfat dapat meningkatkan
derajat infeksi oleh cendawan MVA dan meningkatkan bobot kering tanaman
(Asmah, 1995).
Kebanyakan peneliti percaya bahwa mikoriza vasikular arbuskula
meningkatkan hasil tanaman melalui perbaikan ketersediaan hara P. Kenyataan ini
berdasarkan atas hasil penelitian bahwa mikoriza yang menginfeksi tanaman
dibagian jaringan tanaman banyak mengandung P daripada tanaman yang tidak
mengandung mikoriza. Disamping itu, jumlah pemupukan P menghambat
pertumbuhan positif mikoriza (Delvian, dkk, 2006).
Menurut Salisbury and Ross (1995) keuntungan MVA pada tumbuhan
yang dikenal baik dengan meningkatkan penyerapan fosfat, meskipun penyerapan
hara lainnya sering meningkat pula. Peningkatan serapan P oleh akar bermikoriza
ini sebagian besar disebabkan oleh perluasan sistem penyerapan yang diberikan
oleh misellia fungi. Hifa jamur yang meluas dalam tanah menyerap ion-ion P yang
terbebas (tersedia bagi tanaman) oleh mineral dari tanah atau organisme lain dan
mentranslokasikan ke perakaran inang.
Aktifitas misellium dalam penyerapan hara terutama P juga terjadi melalui
enzim fosfatase yang dikeluarkan oleh hifa fungi, dengan adanya enzim tersebut
ion-ion P yang terikat kuat pada tanah dapat diuraikan menjadi tersedia di tanah
dan dapat diserap oleh tanaman ( Suhardi, 1997).
Tanaman kudzu merupakan tanaman yang cocok untuk tanaman trapping,
hal ini dikarenakan banyaknya perakaran tanaman kudzu dibandingkan tanaman
lain sehingga dapat mempengaruhi proses penyebaran spora. Tanaman ini juga
sangat cocok untuk tanah gambut karena tanaman ini tidak berpengaruh terhadap
penggenangan (Pakpahan, 2004).
Secara umum pengaruh MVA yang telah diinokulasikan ke tanaman inang
dapat memberikan respon yang berbeda-beda pada semua parameter yang diukur.
Karakteristik pengaruh MVA dalam pengambilan dan transport nutrisi unttuk
pertumbuhan tanaman berbeda pada semua parameter. Hal ini tergantung pada
distribusi hifa eksternal pada tanah, kemampuan MVA untuk menginfeksi diluar
sistem perkembangan akar (Powell and Bagyaraj, 1984).
Menurut Setiadi (1989) bahwa penyebaran MVA dapat terjadi melalui
aliran air dan angin. Selain itu adanya mikoriza-mikoriza natif pada tanah
mengakibatkan pada perlakuan kontrol tanpa inokulasi MVA terdapa infeksi
mikoriza. Kemampuan MVA dalam meningkatkan penyediaan kebutuhan fosfat
juga didasari oleh kemampuan hifa dalam mengabsorbsi fosfat dalam tanah.
Adanya kompetisi mikroba dalam tanah mengakibatkan adanya pengaruh
dalam penyerapan hara oleh tanaman, sehingga berpengaruh bagi metabolisme
tanaman itu sendiri (Imas dkk, 1989).
Didalam jaringan akar MVA membentuk arbuskul dan vesikel yang
berfungsi sebagai tempat transport antara MVA dan tanaman inang, Selain itu hal
ini berhubungan dengan pertumbuhan akar tanaman
(Buwalda et all, cit Jarstfer and Sylvia, 1993).
Berdasarkan penelitian Eko Fransiska (2005) bahwa tanaman pada media
tanam gambut memiliki derajat infeksi akar, serapan P dan tinggi tanaman yang
lebih baik dibandingkan tanaman yang ditanam pada media tanam tanah ultisol.
Hal ini menunjukkan bahwa mikoriza sangat sesuai untuk lingkungan yang
ekstrim.Berdasarkan penelitian Johanis (2003) meneliti tentang interaksi antara
pupuk organik dan CMA campuran.Menyebutkan bahwa pemberian inokulum
CMA campuran dapat meningkatkan produksi sorgum dibandingkan isolat
tunggal. Selain itu pemakaian pupuk organik pada CMA dapat meningkatkan
pertumbuhan hingga masa generatif. Berdasarkan penelitian Hapsoh (2005)
menyebutkan bahwa jenis MVA yang kompatibel untuk pertumbuhan tanaman
kedelai adalah Glomus etunicatum.
BAHAN DAN METODA Penelitian terdiri dari 4 tahapan yaitu :
1. Isolasi, Identifikasi Mikoriza Vesikular Arbuskula dan Trapping ke
Tanaman Kudzu
2. Analisa Jumlah Propagul MPNTr
3. Uji Potensi ke Tanaman Kedelai
4. Pengaruh Pemberian Pupuk Rock Fosfat dan Berbagai Jenis Isolat MVA Terhadap Produksi Tanaman Kedelai
1. Isolasi dan Identifikasi Mikoriza Vesikular Arbuskula
Waktu Dan Tempat Percobaan
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Pada bulan September 2006.
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu : tanah gambut hemist dari Desa Ajamu
Kabupaten Labuhan Batu yang di ambil dari kedalaman 0 – 30 cm, air sebagai
bahan pencuci, glukosa 60%, larutan Melzer (Ki 1.5 g, I 0.5 g, Clhoralhidrat 100
g, aquades 22 ml), PVLG (Pva 1.66 g, aquades 10 ml ,As.laktat 10 ml, glyserin
1ml), KOH, Hcl, Asam Laktat, Glyserol, Trypan blue serta bahan kimia lainnya
untuk keperluan analisis.
Adapun alat yang digunakan yaitu stereoskop, mikroskop, tabung
sentrifuse, sentrifuse, pinset spora, preparat, saringan 710µm- 425µm- 125 µm-
53µm untuk mengisolasi spora, dan cawan petri.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei. Hasil survei yang diperolah
dianalisis dengan statisitik deskriptif yaitu menyajikan tabel-tabel hasil
identifikasi genus-genus mikoriza vesikular arbuskula tingkat kolonisasi mikoriza
vesikular arbuskula. Berdasarkan panjang akar yang terkolonisasi, selain ini
dilakukan juga perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang
mencakup Frekuensi Mutlak yang menunjukan kehadiran suatu spesies dalam
suatu sample dan Frekuensi Relatif yang menunjukan kehadiran suatu spesies
dalam suatu populasi (jumlah spora per 100 gr tanah)
Frekuensi Mutlak (FM) = Σ sub petak ditemukannya spesies X 100% Total spesies Frekuansi Relatif (FR) = Σ Frekeunsi ditemukannya suatu spesies X 100% Total frekuensi suatu spesies % Derajat Infeksi = Jumlah akar terinfeksi x 100% Jumlah akar seluruhnya
Pelaksanaan Penelitian
a. Pengambilan dan persiapan contoh tanah
Tanah gambut diambil dari lokasi desa Ajamu Kabupaten Labuhan Batu,
tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0 – 30 cm hal ini ditujukan untuk
mendapatkan gambaran umum jumlah mikoriza vesikular arbuskula yang
mewakili di suatu areal.
b. Isolasi Spora Mikoriza Vesikular Arbuskula
Analisis Spora meliputi :
- Di campurkan contoh tanah sebanyak 50 gr didalam 500 ml air dan
diaduk sampai merata, biarkan beberapa menit sampai partikel-
partikel besar mengendap
- dituang cairan tadi kedalam saringan yang berukuran 710 µm, 425
µm,125 µm 53 µm secara berturut-turut dari atas ke bawah untuk
memisahkan partikel-partikel bahan organik yang berukuran besar
- Tanah yang tersisa pada saringan terbawah (53 µm) dipindahkan
kedalam tabung centrifuse sebanyak 20 – 25 ml
- Tanah dan air hasil proses tuang saring yang telah dimasukan ke
dalam tabung centrifuse ditambahkan gkukosa 60% sebanyak 3 – 5
ml, lalu disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 2500 rpm
- Natan yang mengapung bersama dengan air disaring kembali pada
saringan 53 µm dan dibilas
- Hasil saringan dituang ke dalam cawan petri dan diamati di bawah
stereoskop dan tahapan ini dilakukan pada sample tanah dengan
dua kali ulangan
- Spora yang didapat diamati kembali di mikroskop cahaya agar
diketahui jenis spesiesnya
c. Identifikasi Spora Mikoriza Vesikular Arbuskula
Setelah melewati masa penyaringan kemudian spora diidentifikasi dengan
meletakkan di preparat kemudian diamati jenisnya.
Tahapan pelaksanaan identifikasi mikoriza vesikular arbuskula ini
merupakan bagian lanjutan dari tahapan isolasi. Tahapan identifikasi mikoriza
vesikular arbuskula dilakukan dengan menggunakan Manual For The
Identification of Mychorhiza Fungi (Schenk, N.C and Y.Perez, 1990).
Tahapan dalam identifikasi mikorixa vesikular arbuskula sebagai berikut :
a. Berdasarkan karakteristik morfologi spora secara utuh
(warna, bentuk, dan ukuran)
Karakteristik ini sangat penting dan mudah dijadikan pedoman.
a. Bentuk spora : secara umum bentuk spora adalah globose (bulat globe),
sub globose, oval dan oblong
b. Bentuk Hyfa : ada yang silindris, kerucut (conical), bergelombang
(swollen) dan bercabang banyak
c. Ukuran Spora : ukuran terkecil dari 10 – 50 µm sampai terbesar 200 – 300
µm. Ukuran spora Glomus berkisar 20 – 200 µm sementara Gigaspora dan
Scutellospora rata-rata 120 – 300 µm. bentuk sporocarp dapat mencapai
ukuran hingga 800 µm
d. Warna spora : standar “Colourt Chart” yang digunakan berdasarkan warna
CYM (cyan, yellow, magenta) standar pewarnaan yang umum digunakan.
Warna-warna spora mikoriza berkisar hyaline, kuning, kuning kehijauan,
coklat, coklat kemerahan sampai coklat hitam.
b. Berdasarkan proses perkembangan spora
Proses perkembangan spora dapat digolongkan dalam 3 cara :
Dari hyfa, dapat dijumpai pada genus Glomus dan Svhlerocytis. Ujung hyfa
membesar sampai menncapai ukuran maksimum dengan membentuk
chiamydospore
a. Dari bentuk subsensor yang semakin lama semakin membesar hingga
mencapai ukuran maksimum yang akhirnya membentuk spora, dapat
dijumpai pada Gigaspora dan Scutellospora. Hanya saja pada
Scutellospora terdapat Germination Shield
b. Dari soporiferous saccule dapat dijumpai pada Acaulospora dan
Entraspora.
c. berdasarkan struktur sub seluler spore
Istilah dalam struktur sub seluler yang lebih sederhana menurut INVAM adalah
dua jenis wall yaitu spore wall dan germinal wall. Teknik ini lebih memudahkan
dalam mengidentifikasi karena tidak diperlukan lagi istilah-istilah rumit seperti
inner waal, membranes wall, evescent wall, amorphous wall, dan coriaceous
wall.
a. Spore Wall : Merupakan lapisan terluar dari spora, yang tumbuh dan
berkembang membentuk lapisan yang berbeda dari segi warna, kekuatan,
dan ketebalan. Pada Glomus, spore wall merupakan cirri yang mudah
dikenali karena spore wall merupakan kelanjutan dari perkembangan
substending hyfa. Spore wall terdiri dari beberapa lapis (2 – 4 lapis)
biasanya bernotasi L1,L2,L3 dan seterusnya. Lapisan ini dulunya disebut
sebagai unit wall. Pada spore wall sering dijumpai ornamen berupa spines,
papillae, pits dan reticulation
b. Germinal Wall : disebut juga inner wall karena kondisiya bervariasi dan
sebagai tempat melekatnya germination shield. Lapisan ini tidak
berpigmen sehingga sering terabaikan dan tidak terhubung dengan lapisan
yang berkembang dari substending. Pada spesies Acaulospora, Entraspora
dan Scutellospora lapisan ini dapat terlihat jelas. Germinal wall terdiri dari
2 lapis (l1,L2), kedua lapisan ini berdiri sendiri dan saling mendukung.
d. Berdasarkan Struktur Pre-Germinal
Struktur ini adalah tempat terbentuknya germ tube. Pada famili Glomales
ditemukan banyak design dan posisi sedangkan pada Scutellospora disebut
germination shield.
e. Reaksi Pewarnaan terhadap Melzers dan lapisan Kulit
Spora
Pewarnaan dengan melzer akan memperjelas adanya lapisan kulit spora. Spora
mikoriza mempunyai lapisan kulit yang berbeda ketebalannya. Reaksi pewarnaan
spora inilah yang digunakan sebagai standarisasi taxonomi lanjutan.
d. Trapping Mikoriza Vesikular Arbuskula
Trapping mikoriza vesikular arbuskular pada tanaman kudzu terdiri dari
dua tahap yaitu :
1. Penanaman Tanaman Inang
Penanaman tanaman inang mneliputi tahap berikut :
a. Pengisian sampel tanah
• Sampel tanah gambut yang diambil dari lapangan disterilkan
• Pasir yang akan digunakan terlebih dahulu disterilkan.
• Aqua cup disterilkan dahulu dengan larutan klorox
• Pasir yang telah steril dimasukkan kedalam aqua cup (250 ml) dengan
teknik pengisianya 1/3 diisi pasir, kemudian dimasukkan sample tanah 1/3
bagian dan terakhir ditutup dengan pasir dimana bagian bawah aqua cup
dilubangi
b. Penanaman Tanaman Inang
• Benih kudzu dikecambahkan dahulu yaitu benih direndam dalam air
hangat untuk memecah dormansi yang mungkin terjadi.
• Benih-benih disemaikan di kapas steril selama beberapa hari.
• Ditanam kudzu pada media yang telah disiapkan dengan kedalaman
kurang lebih 3 cm. Lalu dilakukan penyaringan spora dari gambut, spora
yang didapat ditanam ke sekitar perakaran tanaman kudzu.
c. Pemeliharaan
• Tanaman disiram dua kali sehari dengan tujuan agar tidak mengalami
kekeringan.
• Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk hyponex (25-5-20)
sebanyak 1 kali/minggu.
d. Pengeringan dan Pemanenan Inokulum
• Pada saat tanaman kudzu telah berumur 3 bulan maka penyiraman
diberhentikan dan tanaman dibiarkan sampai kering.
• Setelah tanaman kering akar dan tanah dipanen dan dilanjutkan
perhitungan derajat infeksi akar
2. Perhitungan Derajat Infeksi Akar
Perhitungan derajat infeksis akar meliputi beberapa tahap berikut :
• Akar dicuci dengan air lalu dipotong ± 1 cm sebanyak 10 akar
• Lalu direndam dengan KOH 10% selama 24 jam
• Lalu dicuci dengan aquadest 2 kali setelah itu direndam dengan HCl 2%
selama 15 menit.
• Dicuci kembali dengan air, lalu direndam dengan larutan Trypan Blue
(Glyserol 50 ml:Asam Laktat 50ml:Trypan Blue 0,5g:Aquades 25 ml)
selama 24 jam
• Larutan Trypan Blue dibuang lalu diganti dengan larutan (Glyserol 25
ml:Asam Laktat 25 ml:Aquadest 25 ml) dan dibiarkan selama 24 jam
• Lalu akar disusun pada preparat dan diamati dibawah mikroskop
• Dilakukan pengamatan persen derajat infeksi akar
• Setelah pengamatannya jelas lalu difoto dengan menggunakan kamera
yang telah tersedia pada mikroskop
2. Analisis Jumlah Propagul MPN
Waktu Dan Tempat Percobaan
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi Tanah dan rumah kaca
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada bulan Februari 2007.
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu : pasir sebagai media tanam, benih kudzu, air
sebagai bahan pencuci, KOH, Hcl, klorox, alkohol, aquades, Asam Laktat,
Glyserol, Trypan blue serta bahan-bahan kimia lainnya untuk keperluan analisis.
Adapun alat yang digunakan yaitu aqua cup, mikroskop, pinset, preparat
dan cawan petri.
Metode Penelitian
Hasil derajat infeksi akar tanaman kudzu di konversikan dengan Tabel
MPN (lampiran 2).
Pelaksanaan Penelitian
A. Persiapan media tanam dan pot
- Disiapkan aqua cup bervolume 200 ml.
- Disterilkan pot-pot tersebut dengan larutan klorox 10% selama 10 menit.
- Dibilas pot-pot tersebut dengan air steril.
- Dimasukkan tanah/pasir ke dalam pot tersebut.
B. Persiapan Biji uji
- Disiapkan benih yang akan digunakan sebagai inang (Kudzu)
- Disterilkan benih-benih tersebut dengan alcohol atau H2O2.
- Dikecambahkan pada kertas saring atau kapas steril.
C. Persiapan seri pengenceran Media Tanam
- Disiapkan seri pengenceran dengan kelipatan 10 dengan mencampur
contoh inokulum (tanah dan potongan akar) dengan tanah steril
- Untuk 10° berati tidak memerlukan pengenceran sehingga seluruh pot diisi
dengan inokulum CMA (@ 100 g).
- Untuk membuat seri pengenceran 10-1, 20 g dari pengenceran 100
dicampur dengan 180 g tanah steril, selanjutnya untuk membuat seri
pengenceran 10-2, 20 g dari pengenceran 10-1 dicampur dengan 180 g
tanah steril, dan seterusnya sampai pengenceran 10-7
- Setiap pengenceran diulang 5 kali.
D. Penanaman Kecambah
- Diambil benih yang telah berkecambah dan tanamkan ke setiap pot
sebanyak 3 kecambah.
- Dipelihara tanaman selama 3 bulan.
E. Pemanenan dan pemrosesan akar
- Dipotong bagian akar tanaman.
- Dengan hati-hati dicuci semua akar dan masukkan ke dalam botol vial
(di tandai menurut seri pengenceran yang telah dibuat).
- Dilakukan analisis derajat infeksi akar terhadap sampel akar menurut
metode Philip dan Hayman (1970) dengan menggunakan trypan blue 0.05
% dan lactofenol untuk mewarnai akar.
- Dicatat hasil analisis derajat infeksi setiap pengenceran dalam tabel
pengamatan. Bila ada infeksi beri tanda (+) dan bila tidak ada beri tanda
(-) kemudian data dikonversikan dengan tabel MPN (lampiran 2) agar
didapat jumlah propagul
3. Uji Potensi ke Tanaman Kedelai
Waktu Dan Tempat Percobaan
Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Pada bulan Mei 2007
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu : tanah gambut sebagai media tanam, benih
kedelai varietas willis, kapur dolomit, polibag, pupuk urea (45% N), rock fosfat
(32 % P2O5,MOP (52 % K2O), air sebagai bahan pencuci, klorox, alkohol,
aquades, serta bahan-bahan kimia lainnya untuk keperluan analisis.
Adapun alat yang digunakan yaitu cangkul, timbangan, ember,
handsprayer dan gembor.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non
faktorial dengan perlakuan :
M0 : tanpa mikoriza vesikular arbuskula
M1 : pemberian MVA tanah gambut jenis glomus Sp1
M2 : pemberian MVA tanah gambut jenis glomus Sp2
M3 : pemberian MVA tanah gambut jenis glomus Sp3
M4 : pemberian MVA tanah gambut jenis glomus Sp4
M5 : pemberian MVA tanah gambut jenis glomus Sp5
M6 : pemberian MVA tanah gambut jenis Acauluspora
M7 : pemberian MVA tanah gambut jenis glomus sp6
M8: pemberian MVA tanah gambut jenis glomus sp7
M9 : pemberian MVA tanah mineral jenis Glomus fasiculatum
M10 : pemberian MVA tanah mineral jenis Gigaspora rosea
M11 :pemberian MVA tanah mineral jenis scutellospora callospora
M12 : pemberian MVA tanah mineral jenis Gigaspora margarita
M13 : pemberian MVA tanah mineral jenis glomus spp
M14 : pemberian MVA tanah mineral jenis Glomus etunicatum
M15 : pemberian MVA tanah mineral jenis Glomus mosseae
M16 : pemberian MVA tanah mineral jenis Glomus manihotis
Model rancangan yang digunakan adalah :
Yij = μ + πi + Σij
Dimana :
Yij : nilai pengamatan hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan
ke-j
μ : nilai rerata (mean)
πi : pengaruh perlakuan jenis mikoriza vesikular arbuskula
Σij : Pengaruh galat
Masing-masing perlakuan dibuat 2 ulangan, sehingga diperoleh 34 satuan
percobaan.
Pelaksanaan Penelitian
a. Pengambilan dan persiapan contoh tanah
Tanah gambut diambil dari lokasi desa Ajamu Kabupaten Labuhan Batu,
tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0 – 30 cm. Dan analisa awal tanah
meliputi : % N (metode Kjeldhal), P-tersedia (Bray II), C-organik (Walkey and
Black), pH H2O dengan metode pH meter, Nisbah C/N, K-tukar dengan metode
Amonium Asetat (CH3COONH4) 1 M pH : 7
b. Persiapan Media Tanam dan Pengapuran
Media tanam yang digunakan berupa tanah gambut hemist dari kedalaman
0 – 30 cm. Tanah diisi ke dalan polibag ukuran 20 x 30 cm dan di timbang untuk
masing-masing polibag sebanyak 16 kg. Kemudian dilakukan pengapuran
sebanyak 318.27 g/polibag. Tanah diinkubasi selama 40 hari dan Polibag
diletakkan di dalam ember yang berisi air
c. Penanaman dan Inokulasi
Tanah dilubangi sedalam ±5 cm kemudian diinokulasikan MVA ke tanah
dan pada bagian atasnya diletakkan benih kedelai sebanyak 5 biji dan ditutup
dengan tanah
d. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea (45% N) sebanyak 100 kg/Ha,
MOP (52% K2O) sebanyak 116 kg/Ha dan rock fosfat (30% P2O5) sebanyak 400
kg/Ha(sebagai pupuk dasar). Pupuk dicampur pada media tanam setelah proses
penanaman benih
e. Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan diharapkan kelembaban tanah tetap terjaga. Tanaman
dipelihara sampai akhir masa vegetatif (60 hari)
f. Pemanenan
Pada bagian akar tanaman di hitung derajat infeksinya. Bagian tajuk atas
dan tajuk bawah tanaman diovenkan pada suhu 1050C dan ditimbang bobot kering
tajuk atas dan bawah, kemudian di hitung serapan P pada tanaman dan P tersedia
tanah.
4. Pengaruh Penambahan Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA
Terhadap Produksi Tanaman Kedelai
Waktu Dan Tempat Percobaan
Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Pada bulan Mei 2007
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu : tanah gambut sebagai media tanam, benih
kedelai varietas willis, kapur dolomit, polibag, pupuk urea (45% N), rock fosfat
(32 % P2O5,MOP (52 % K2O), air sebagai bahan pencuci, klorox, alkohol,
aquades, serta bahan-bahan kimia lainnya untuk keperluan analisis.
Adapun alat yang digunakan yaitu cangkul, timbangan, ember,
handsprayer dan gembor.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial,
dengan 2 ulangan dan faktor perlakuan yaitu :
1. Petak Utama : Sumber Isolat MVA (M) terdiri dari 3 taraf, yaitu :
M0 : Tanpa MVA
M1 : Pemberian MVA isolat campuran tanah gambut
M2 : Pemberian MVA tanah mineral jenis Glomus manihotis
2. Anak Petak : Perlakuan dosis pupuk rock fosfat (F) terdiri dari 5 taraf, yaitu :
Dosis pupuk yang digunakan yaitu 400 kg/Ha (Triana, 2001).
F0 : Pupuk urea + MOP + tanpa rock fosfat
F1 : Pupuk urea + MOP + 100 kg/Ha rock fosfat
F2 : Pupuk urea + MOP + 200 kg/Ha rock fosfat
F3 : Pupuk urea + MOP + 300kg/Ha rock fosfat
F4 : Pupuk urea + MOP + 400 kg/Ha rock fosfat
Jumlah perlakuan 3 x 5 = 15, sehingga diperoleh 30 satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan adalah :
Yijk = μ + βI + Fj + Mk + (FM)jk + Σijk
Dimana :
Yijk : hasil pengamatan yang disebabkan perlakuan dosis RP ke-j,
perlakuan pemberian isolat mikoriza vesikular arbuskula ke-k,
blok ke-I
μ : nilai tengah (rataan umum)
βI : pengaruh blok ke-I
Fj : pengaruh perlakuan dosis RP ke-j
Mk : pengaruh perlakuan isolat mikoriza vesikular arbuskula ke-k
(FM)jk : pengaruh interaksi perlakuan dosis RP ke-j dan perlakuan isolat
mikoriza vesikular arbuskula ke-k
Σijk : pengaruh galat dari perlakuan ke-j dan ke-k pada blok I
Pelaksanaan Penelitian
a. Pengambilan dan persiapan contoh tanah
Tanah gambut diambil dari lokasi desa Ajamu Kabupaten Labuhan Batu,
tanah diambil secara komposit pada kedalaman 0 – 30 cm. Dan analisa awal tanah
meliputi : % N (metode Kjeldhal), P-tersedia (Bray II), C-organik (Walkey and
Black), pH H2O dengan metode pH meter, Nisbah C/N, K-tukar dengan metode
Amonium Asetat (CH3COONH4) 1 M pH : 7
b. Persiapan Media Tanam dan Pengapuran
Media tanam yang digunakan berupa tanah gambut hemist dari kedalaman
0 – 30 cm. Tanah diisi ke dalan polibag ukuran 20 x 30 cm dan di timbang untuk
masing-masing polibag sebanyak 16 kg. Kemudian dilakukan pengapuran
sebanyak 318.27 g/polibag. Tanah diinkubasi selama 40 hari dan Polibag
diletakkan di dalam ember yang berisi air
c.Penanaman dan Inokulasi
Tanah dilubangi sedalam ±5 cm kemudian diinokulasikan MVA ke tanah dan
pada bagian atasnya diletakkan benih kedelai sebanyak 5 biji dan ditutup dengan
tanah.
d. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea (45% N) sebanyak 100 kg/Ha,
MOP (52% K2O) sebanyak 116 kg/Ha (sebagai pupuk dasar) dan rock fosfat (30%
P2O5) diberikan sesuai dengan dosis perlakuan. Pupuk dicampur pada media
tanam setelah proses penanaman benih
e. Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan diharapkan kelembaban tanah tetap terjaga. Tanaman
dipelihara sampai produksi (kering fisiologis)
f. Pemanenan
Seluruh tajuk tanaman dikumpulkan, baik yang berada di sekitar tanaman
maupun yang masih berada di polibag. Polong, tajuk dan biji ditimbang kemudian
dihitung derajat infeksi akar
Parameter Yang Diamati
1. Analisis Awal
Analisis awal meliputi jumlah dan jenis Mikoriza vasikular arbuskula dari
tanah gambut, % N (metode Kjeldhal), P-tersedia (Bray II), C-organik (Walky and
Black), pH H2O dengan metode pH meter, Nisbah C/N, K-tukar dengan metode
Amonium Asetat (CH3COONH4) 1 M pH : 7
2. Analisis sebelum dan setelah trapping
Analisis sebelum trapping meliputi perhitungan
- Jenis dan jumlah spora
Analisis setelah trapping meliputi perhitungan
- Derajat infeksi akar
3. Analisis setelah uji potensi MVA
Analisis setelah uji potensi meliputi :
- derajat infeksi akar tanaman kedelai (%)
- serapan P metode destruksi basa
- P tersedia tanah metode Bray II
- Bobot kering atas (g)
- Bobot Kering bawah (g)
4. Analisis setelah perlakuan berbagai dosis pupuk rock fosfat
Analisis setelah perlakuan berbagai dosis pupuk rock fosfat meliputi :
- Bobot polong berisi (g)
- Bobot polong kosong (g)
- Bobot polong keseluruhan (g)
- Bobot tajuk (g)
- Bobot biji (g)
- Jumlah polong berisi
- Jumlah polong kosong
- Derajat infeksi akar (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Isolasi dan Identifikasi MVA Dari Tanah Gambut Secara umum jenis serta keadaan tanah sangat mempengaruhi populasi
MVA. Tingginya kandungan air tanah gambut menyebabkan populasi dan jenis
yang ditemukan sedikit. Jumlah dan tipe genus MVA dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tipe Genus MVA yang Ditemukan Sebelum Trapping Pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu
Tipe Spora MVA glomus sp1 glomus sp2 glomus sp3 glomus sp4 glomus sp5
Jenis spora yang ditemukan pada Tabel 1 hanya glomus, hal ini
menunjukkan glomus merupakan tipe spora yang memiliki sebaran yang luas
dibandingkan MVA yang lain.
Dari data yang diperoleh dari tanah gambut (lampiran 1) tentang populasi
spora maka dilakukan perhitungan Frekuaensi Mutlak (FM) dan Frekuensi Relatif
(FR). Hasil perhitungan FM dan FR dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai FM dan FR dari Setiap Tipe Genus MVA yang Ditemukan Pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu (%)
Genus MVA FM (%) FR (%) glomus sp1 glomus sp2 glomus sp3 glomus sp4 glomus sp5
100 66,6 33,3 33,3 33,3
15,72 4,44 2,22 2,22 3,12
Dari hasil penghitungan yang diperoleh, diketahui bahwa nilai FM dan FR
kehadiran tertinggi adalah glomus sp1 dengan nilai 100 dan 15,72 (%) dan
terendah yaitu glomus sp3 dan glomus sp4 dengan nilai 33,3 dan 2,22 (%).
Untuk mengetahui jenis spora MVA yang ditemukan maka dilakukan
identifikasi berdrasarkan karakteristik morfologi (bentuk, ketebalan dinding), juga
reaksi terhadap larutan melzers. Lalu diberi penamaan dan penomoran, hasil dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tipe Spora MVA yang Ditemukan Pada Tanah Gambut Ajamu, Labuhan Batu No Tipe Spora Karakteristik Morfologi Reaksi Dengan
Melzers 1 glomus sp1
Spora berbentuk sub globose, berwarna coklat, terdapat ornamen berupa pits pada permukaan spora. Terrdapat subtending hifa, spora lolos saringan 125µm
Tidak bereaksi dengan pewarna melzers
2 glomus sp2
Spora berbentuk oval, berwarna coklat, permukaan spora kasar, lapisan pada spora berupa spore wall, terdapat germ tube sepanjang subtending hifa. Spora lolos saringan 125µm
Tidak bereaksi dengan pewarna melzers
3 glomus sp3
Spora berbentuk oval, berwarna coklat kemerahan, terdapat ornamen berupa lubang (pits) pada permukaan spora.lapisan spora berupa spore wall. Tidak terdapat substending hifa. Spora lolos saringan 125µm
Tidak bereaksi dengan pewarna melzers
4 glomus sp 4
Spora berbentuk sub globose, berwarna kuning, terdapat ornamen berupa lubang (pits) pada permukaan spora, pada lapisan spora berupa spore wall.tidak terdapat subtending hifa. Spora lolos saringan 125µm
Tidak bereaksi dengan pewarna melzers
5 glomus sp 5
Spora berbentuk oval, berwarna coklat kehitaman, permukaan spora kasar, lapisan pada spora berupa spore wall, terdapat germ tube sepanjang subtending hifa. Spora lolos saringan 125 µm.
Tidak bereaksi dengan pewarna melzers
Setelah dilakukan identifikasi spora pada tanah gambut yang ditemukan
adalah jenis glomus sp sebanyak 5 jenis.
Setelah dilakukan trapping selama 5 bulan pada tanaman kudzu, maka
dilakukan perhitungan perhitungan derajat infeksi akar untuk mengetahui
infektifitas MVA pada tanaman kudzu. Hasil derajat infeksi akar dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Derajat Infeksi Akar Tanaman Kudzu Setelah Trapping (%)
Tipe Spora Derajat Infeksi %) glomus sp1 glomus sp2 glomus sp3 glomus sp4 glomus sp5
70 80 80 90 90
Tabel 4 menunjukkan semua jenis glomus dapat berasosiasi dengan
tanaman kudzu dengan persentase tertinggi yaitu glomus sp4 dan glomus sp5 yaitu
sebesar 90 % dan terendah yaitu glomus sp1 sebesar 70 %.
2. Hasil Analisa MPN Untuk mengetahui jumlah propagul dari masing-masing isolat maka
dilakukan uji MPN.
Tabel 5. Hasil Infeksi Akar Berbagai Isolat MVA pada Berbagai Pengenceran
Isolat MVA 100 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7
glomus sp1 glomus sp2 glomus sp3 glomus sp4 glomus sp5 Acaulospora glomus sp6 glomus sp7 Glomus fasciculatum Gigaspora rosea Scutellospora callospora Gigaspora margarita Glomus spp Glomus etunicatum Glomus mosseae Glomus manihotis
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
2 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
0 3 3 3 4 3 0 5 3 3 3 4 3 3 3 3
0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 2 3 0 0 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Data ini menunjukkan nilai infeksi akar pada analisa MPN dengan 5
ulangan, yang mana pada masing-masing pengenceran memperoleh nilai yang
berbeda. Pada pengenceran 100 dan 10-1 menunjukkan nilai tertinggi pada setiap
isolat . sedangkan pada pengenceran selanjutnya menunjukkan nilai yang beragam
sesuai dengan potensi dari masing-masing isolat MVA. Pada pengenceran 10-6 dan
10-7 menunjukkan nilai seragam pada masing-masing isolat MVA yaitu nilai 0.
Tabel 6. Taksiran Jumlah Propagul setelah Konversi dengan Tabel MPN (lampiran 2)
Isolat MVA Nilai Tabel MPN
Pengenceran Total Propagul
glomus sp1 glomus sp2 glomus sp3 glomus sp4 glomus sp5 Acaulospora glomus sp6 glomus sp7 Glomus fasciculatum Gigaspora rosea Scutellospora callospora Gigaspora margarita Glomus spp Glomus etunicatum Glomus mosseae Glomus manihotis
0.49 1.8 1.8 2.8 3.5 1.8 0.49 1.8 0.24 0.24 0.24
0.32 1.8 1.8 0.24 0.24
102
102
102
102
102
102
102
102
103
104
103
103
102
102
103
103
49 180 180 280 350 180 49
180 240 2400 240
320 180 180 240 240
Data diatas merupakan hasil konversi dari tabel MPN. Hasil yang terlihat
dari data diatas menunjukkan adanya keseragaman dari nilai, tetapi pada masing-
masing isolat MVA memiliki potensi yang berbeda-beda dalam jumlah propagul.
Jumlah propagul tertinggi terdapat pada MVA Gigaspora rosea sebesar 2400
propagul. dan nilai terendah terdapat pada glomus sp1 dan glomus sp6 yaitu
sebesar 49 propagul.
Nilai MPN merupakan nilai yang menunjukkan jumlah propagul dari
mikoriza vesikular arbuskula. Adanya infektifitas yang berbeda pada masing-
masing isolat menunjukkan bahwa tidak semua isolat memiliki potensi yang sama
dalam meningkatkan produksi suatu tanaman.
3. Uji Potensi MVA Pada Tanaman Kedelai
a. Pengaruh MVA Terhadap Berat Kering Atas (g)
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian
isolat MVA mineral dan isolat tanah gambut memberikan pengaruh yang sangat
nyata bagi berat kering atas tanaman kedelai ( Lampiran 3).
Tabel 7. Pengaruh MVA Terhadap Berat Kering Atas Tanaman Kedelai (g)
Kode Isolat MVA
Rataan
glomus sp1 5.45 fg glomus sp2 5.95 ef glomus sp3 6 ef glomus sp4 6.3 def glomus sp5 7.8 ab acaulospora 7.1 bcd
glomus sp6 5.65 ef glomus sp7 6.5 cde
MVA jenis Glomus fasciculatum 7.3 bc MVA jenis Gigaspora rosea 8.65 a MVA jenis Scutellospora callospora 7.9 ab MVA jenis Gigaspora margarita 8.55 a MVA jenis glomus spp 7.1 bcd MVA jenis Glomus etunicatum 8 ab MVA jenis Glomus mosseae 5.8 efg MVA jenis Glomus manihotis 6.05 ef
Kontrol 5 g Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan Pada Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa inokulasi semua jenis mikoriza
sangat nyata meningkatkan berat kering atas tanaman kedelai dibandingkan tanpa
inokulasi. Hasil yang tertinggi terdapat pada inokulasi MVA jenis Gigaspora
rosea yaitu mencapai 8.65 g dan tidak berbeda nyata dengan inokulasi MVA jenis
Gigaspora margarita kemudian diikuti oleh MVA jenis Glomus
etunicatum,Scutellospora callospora dan glomus sp5. Namun sangat berbeda
nyata dengan inokulasi glomus sp1, sp2, sp3, sp6 dan MVA jenis Glomus
mosseae.
Jenis MVA dari hasil isolasi yang memiliki kompatibilitas tertinggi
terhadap berat kering atas tanaman yaitu glomus sp5 sebesar 7.8 g, yang mana
kompatibilitasnya hampir sama dengan Scutellospora callospora sebesar 7.9 g.
Kemudian diikuti oleh glomus sp4 dan sp3 sebesar 6.3 g dan 6.0 g. Jenis ini
hampir sama dengan Glomus manihotis.
b.Pengaruh MVA Terhadap Berat Kering Bawah (g)
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian
isolat MVA mineral dan isolat tanah gambut memberikan pengaruh yang sangat
nyata bagi berat kering bawah tanaman kedelai (Lampiran 4).
Tabel 8. Pengaruh MVA Terhadap Berat Kering Bawah Tanaman Kedelai (g)
Kode Isolat MVA
Rataan
glomus sp 1 0.7 ghi glomus sp2 0.95 fgh glomus sp3 1.15 ef glomus sp4 1.2 def glomus sp5 1.45 bcde acaulospora 1.3 cdef
glomus sp6 0.65 hi glomus sp7 1.2 def MVA jenis Glomus fasciculatum 1.65 abc MVA jenis Gigaspora rosea 1.9 a MVA jenis Scutellospora callospora 1.55 abcd MVA jenis Gigaspora margarita 1.8 ab MVA jenis glomus spp 1.6 abcd MVA jenis Glomus etunicatum 1.55 abcd MVA jenis Glomus mosseae 0.7 ghi MVA jenis Glomus manihotis 1.05 fg
Kontrol 0.45 i Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan
Pada Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa inokulasi semua jenis mikoriza
sangat nyata meningkatkan berat kering bawah tanaman kedelai dibandingkan
tanpa inokulasi. Hasil yang tertinggi terdapat pada inokulasi MVA jenis
Gigaspora rosea yaitu mencapai 1.9 g dan tidak berbeda nyata dengan inokulasi
MVA jenis Gigaspora margarita. kemudian diikuti oleh MVA jenis Glomus
fasciculatum, glomus spp, Glomus etunicatum. Namun sangat berbeda nyata
dengan inokulasi glomus sp1, sp2 dan Glomus mosseae.
Jenis MVA dari hasil isolasi yang memiliki kompatibilitas tertinggi
terhadap berat kering bawah tanaman yaitu glomus sp5 sebesar 1.45 g, yang mana
kompatibilitasnya hampir sama dengan Scutellospora callospora sebesar 1.45 g.
Kemudian diikuti oleh glomus sp4 dan sp3 sebesar 1.2 g dan 1.15 g. Jenis ini
hampir sama dengan Glomus manihotis.
c. Pengaruh MVA Terhadap Derajat Infeksi Akar Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian
isolat MVA mineral dan isolat tanah gambut memberikan pengaruh yang sangat
nyata bagi derajat infeksi akar tanaman kedelai (Lampiran 5).
Tabel 9. Pengaruh MVA Terhadap Derajat Infeksi Akar Tanaman Kedelai (%)
Kode Isolat MVA
Rataan
glomus sp 1 80 abc glomus sp2 85 ab glomus sp3 90 ab glomus sp4 85 ab glomus sp5 90 ab
Acaulospora 75 bc glomus sp6 65 bc glomus sp7 75 bc MVA jenis Glomus fasciculatum 90 ab MVA jenis Gigaspora rosea 90 ab MVA jenis Scutellospora callospora 90 ab MVA jenis Gigaspora margarita 95 a MVA jenis glomus spp 85 ab MVA jenis Glomus etunicatum 95 a MVA jenis Glomus mosseae 75 bc MVA jenis Glomus manihotis 80 abc
Kontrol 45 d Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan
Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa inokulasi semua jenis mikoriza
sangat nyata meningkatkan derajat infeksi akar tanaman kedelai dibandingkan
tanpa inokulasi. Hasil yang tertinggi terdapat pada inokulasi MVA jenis
Gigaspora margarita dan Glomus etunicatum yaitu mencapai 95 % dan tidak
berbeda nyata dengan inokulasi dengan MVA jenis Glomus fasciculatum,
Gigaspora rosea, Scutellospora callospora, glomus sp5 dan sp3 kemudian diikuti
oleh glomus sp2, sp4, MVA jenis glomus spp. Namun sangat berbeda nyata
dengan inokulasi MVA jenis glomus sp6.
Jenis MVA dari hasil isolasi yang memiliki kompatibilitas tertinggi
terhadap derajat infeksi akar tanaman yaitu glomus sp5 dan sp3 sebesar 90 %,
yang mana kompatibilitasnya hampir sama dengan Scutellospora callospora,
Glomus fasciculatum, Gigaspora rosea sebesar 90 %. Kemudian diikuti oleh
glomus sp4 dan sp3 sebesar 85 %. Jenis ini hampir sama dengan Glomus spp.
d. Pengaruh MVA Terhadap Serapan P Pengaruh inokulasi MVA isolat tanah gambut dan tanah mineral terhadap
serapan P dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini
Tabel 10. Pengaruh MVA Terhadap Serapan P Tanaman Kedelai (mg/%)
Kode Isolat MVA
Rataan
glomus sp1 15.54 fg glomus sp2 15.17 fg glomus sp3 15 fg glomus sp4 20.1 cde glomus sp5 28.84 a
Acaulospora 18.46 def glomus sp6 16.43 efg glomus sp7 21.45 cd MVA jenis Glomus fasciculatum 21.72 cd MVA jenis Gigaspora rosea 27.95 ab MVA jenis Scutellospora callospora 21.71 cd MVA jenis Gigaspora margarita 27.59 ab MVA jenis glomus spp 18.46 def MVA jenis Glomus etunicatum 23.6 bc MVA jenis Glomus mosseae 15.935 fg MVA jenis Glomus manihotis 16.04 efg
Kontrol 13.28 g Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan
Pada Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa inokulasi semua jenis mikoriza
sangat nyata meningkatkan serapan P tanaman kedelai dibandingkan tanpa
inokulasi. Hasil yang tertinggi terdapat pada inokulasi glomus sp5 yaitu mencapai
28.84 mg/% dan tidak berbeda nyata dengan inokulasi MVA jenis Gigaspora
rossea, Gigaspora margarita kemudian diikuti oleh MVA jenis Glomus
etunicatum . Namun sangat berbeda nyata dengan inokulasi glomus sp1, sp2, sp3
dan Glomus mosseae.
Jenis MVA dari hasil isolasi yang memiliki kompatibilitas tertinggi
terhadap serapan P tanaman yaitu glomus sp5 sebesar 28.84 mg/%, yang mana
kompatibilitasnya hampir sama dengan Gigaspora rosea sebesar 27.95 mg/%.
Kemudian diikuti oleh glomus sp4 dan sp1 sebesar 20.1 mg/% dan 15.54 mg/%.
Jenis ini hampir sama dengan Glomus fasciculatum dan Glomus manihotis.
e. Pengaruh MVA Terhadap P Tersedia Tanah
Pengaruh inokulasi MVA isolat tanah gambut dan tanah mineral terhadap
P tersedia tanah dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini
Tabel 11. Pengaruh MVA Terhadap P Tersedia Tanah (%)
Kode Isolat MVA
Rataan
glomus sp1 23.625 abcd glomus sp2 20.385 cd glomus sp3 32.13 ab glomus sp4 32.295 ab glomus sp5 31.195 ab
Acaulospora 30.78 abc glomus sp6 24.435 abcd glomus sp7 28.79 abc MVA jenis Glomus fasciculatum 24.74 abcd MVA jenis Gigaspora rosea 32.25 ab MVA jenis Scutellospora callospora 23.625 abcd MVA jenis Gigaspora margarita 33.51 a MVA jenis glomus spp 23.225 abcd MVA jenis Glomus etunicatum 30.305 abc MVA jenis Glomus mosseae 31.85 ab MVA jenis Glomus manihotis 21.71 bcd
Kontrol 14.445 d Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan
Pada Tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa inokulasi semua jenis mikoriza
sangat nyata meningkatkan P tersedia tanah dibandingkan tanpa inokulasi. Hasil
yang tertinggi terdapat pada inokulasi MVA jenis Gigaspora margarita yaitu
mencapai 33.51% dan tidak berbeda nyata dengan inokulasi dengan MVA jenis
Gigaspora roseae, Glomus mosseae, glomus sp3, sp4, sp5 kemudian diikuti oleh
Acaulospora, Glomus etunicatum dan gslomus sp7 . Namun sangat berbeda nyata
dengan inokulasi glomus sp2 dan Glomus manihotis.
Jenis MVA dari hasil isolasi yang memiliki kompatibilitas tertinggi
terhadap Ptersedia tanah yaitu glomus sp4 sebesar 32.295 %, yang mana
kompatibilitasnya hampir sama dengan Gigaspora rosea sebesar 32.25 %.
Kemudian diikuti oleh glomus sp3 dan sp5 sebesar 32.13 % dan 31.195 %. Jenis
ini hampir sama dengan Glomus etunicatum dan Glomus mosseae.
4. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Produksi Tanaman Kedelai a. Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Bobot Polong Berisi
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa factor pupuk rock
fosfat dan MVA serta interaksinya memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
parameter bobot polong berisi. Pengaruh pemberian MVA isolat tanah gambut
dan Glomus manihotis dengan berbagai dosis pupuk rock fosfat terhadap bobot
polong berisi dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini.
Tabel 12. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot Polong Berisi (g)
Jenis MVA Dosis Pupuk Rock Fosfat (kg/Ha)
400 300 200 100 Tanpa RP
Total Rataan
Isolat tanah gambut Glomus manihotis Kontrol
6.2 b 8.1 a 2.4 f
5.15 c 6.2 b 2.15 f
4.8 cd 5.4 c 1.95 fg
3.45 e 4.4 d 1.8 fg
2.3 f 3.1 e 1.4 g
21.9 27.2 9.7
4.38 5.44 1.94
Total 16.7 13.5 12.15 9.65 6.8 58.8 11.7 Rataan 5.56 4.5 4.05 3.21 2.26 19.6 3.92
Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa inokulasi semua jenis MVA dapat
meningkatkan bobot polong berisi dibandingkan tanpa inokulasi.Inokulasi yang
terbaik yaitu dengan menggunakan Glomus manihotis dibanding dengan MVA
tanah gambut hal ini jelas terlihat pada Tabel 12 diatas, begitu juga dengan dosis
pupuk yang digunakan, semakin besar dosis yang digunakan maka akan
meningkatkan bobot polong berisi dari tanaman kedelai. Jumlah bobot tertinggi
yaitu terdapat pada interaksi antara Glomus manihotis dan dosis pupuk 100%
sebesar 8.1 g, Kemudian diikuti oleh interaksi antara MVA isolat tanah gambut
dan dosis pupuk 100% serta tak berbeda nyata dengan Glomus manihotis dan
dosis pupuk 75%. Namun sangat berbeda nyata dengan Interaksi MVA isolat
tanah gambut dan dosis pupuk 0%, MVA isolat tanah gambut dan dosis pupuk
25% serta Glomus manihotis dan dosis pupuk 0%.
b.Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Bobot Polong Hampa
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa factor pupuk rock
fosfat dan MVA serta interaksinya memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter bobot polong hampa. Pengaruh pemberian MVA isolat tanah gambut
dan Glomus manihotis dengan berbagai dosis pupuk rock fosfat terhadap bobot
polong hampa dapat dilihat pada Tabel 13 dibawah ini
Tabel 13. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot Polong Hampa (g)
Jenis MVA Dosis Pupuk Rock Fosfat (kg/Ha)
400 300 200 100 Tanpa RP
Total Rataan
Isolat tanah gambut Glomus manihotis Kontrol
0 c 0 c 0.015c
0.005 c 0 c 0.03 c
0.01 c 0.03 c 0.15 b
0.015 c 0.015c 0.15 b
0.1 b 0.15 b 0.35 a
0.13 0.19 0.69
0.026 0.039 0.139
Total 0.015 0.035 0.19 0.18 0.6 1.01 0.204 Rataan 0.04 0.01 0.06 0.06 0.3 0.33 0.68
Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah dosis
pupuk rock fosfat yang diberikan maka dapat menurunkan bobot polong hampa,
begitu juga dengan inokulasi MVA dapat menurunkan bobot polong hampa
dibandingkan dengan tanpa inokulasi. Interaksi yang sangat menonjol untuk
menurunkan bobot polong hampa yaitu antara Glomus manihotis dan dosis pupuk
100% dan 75% yang mana didapat hasil tanpa adanya bobot polong hampa pada
interaksi tersebut, hal ini tidak berbeda nyata dengan interaksi antara MVA isolat
tanah gambut dan pupuk 100%.
c. Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Bobot Polong Keseluruhan
Pengaruh pemberian MVA isolat tanah gambut dan Glomus manihotis
dengan berbagai dosis pupuk rock fosfat terhadap bobot polong keseluruhan dapat
dilihat pada Tabel 14 dibawah ini.
Tabel 14. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot Polong Keseluruhan (g)
Jenis MVA Dosis Pupuk Rock Fosfat (kg/Ha)
400 300 200 100 Tanpa RP
Total Rata an
Isolat tanah gambut Glomus manihotis Kontrol
6.2 b
8.1 a
2.4 fgh
5.15 bc
6.2 b
2.15fgh
4.8 bcd
5.4 bc
2.1fgh
3.45 def
4.4 cde
1.95 gh
2.4fgh
3.25efg
1.75h
22
27.3
10.3
4.4
5.46
2.07 Total 16.7 13.5 12.3 9.8 7.4 59.6 11.9 Rataan 5.56 4.5 4.1 3.2 2.46 19.8 3.9
Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dengan inokulasi MVA dapat
meningkatkan bobot polong keseluruhan dibanding tanpa inokulasi. Pemberian
pupuk dalam dosis tinggi juga dapat meningkatkan bobot keseluruhan tanaman
kedelai. Hasil diatas menunjukkan interaksi antara Glomus manihotis dan dosis
pupuk 100 % memperoleh hasil tertinggi yaitu sebesar 8.1 g, kemudian diikuti
interaksi antara Glomus manihotis dan dosis pupuk 75% serta interaksi antara
MVA isolat tanah gambut dan dosis pupuk 100%. Namun sangat berbeda nyata
dengan interaksi antara MVA isolat tanah gambut dan dosis pupuk 25%, 0% serta
Interaksi antara Glomus manihotis dan dosis pupuk 0%.
c. Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Bobot Biji Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa factor pupuk rock
fosfat dan MVA serta interaksinya memberikan pengaruh tidak nyata terhadap
parameter bobot biji. Pengaruh pemberian MVA isolat tanah gambut dan Glomus
manihotis dengan berbagai dosis pupuk rock fosfat terhadap bobot biji dapat
dilihat pada Tabel 15 dibawah ini
Tabel 15. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot Biji (g)
Jenis MVA Dosis Pupuk Rock Fosfat (kg/Ha)
400 300 200 100 Tanpa RP
Total Rataan
Isolat tanah gambut Glomus manihotis Kontrol
6
7.55 2.1
4.85
5.9 1.85
4.5
5.1 1.65
3.2
4.2 1.5
2
2.85 1.1
20.55
25.6 8.2
4.11
5.12 1.64
Total 15.65 12.6 11.25 8.9 5.95 54.35 10.8 Rataan 5.21 4.2 3.75 2.96 1.98 18.11 3.62
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dengan inokulasi MVA dapat
meningkatkan bobot biji dibanding tanpa inokulasi. Pemberian pupuk dalam dosis
tinggi juga dapat meningkatkan bobot biji tanaman kedelai. Hasil diatas
menunjukkan interaksi antara Glomus manihotis dan dosis pupuk 100 %
memperoleh hasil tertinggi yaitu sebesar 7.55 g, kemudian diikuti interaksi antara
MVA isolat tanah gambut dan dosis pupuk 100% serta interaksi antara Glomus
manihotis dan dosis pupuk 75%. Namun berbeda dengan interaksi antara MVA
isolat tanah gambut dan dosis pupuk 25%, 0% serta Interaksi antara Glomus
manihotis dan dosis pupuk 0%.
e. Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Bobot Tajuk
Pengaruh pemberian MVA isolat tanah gambut dan isolat tanah mineral
dengan berbagai dosis pupuk rock fosfat terhadap bobot tajuk dapat dilihat pada
Tabel 16 dibawah ini
Tabel 16. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Bobot Tajuk (g)
Jenis MVA Dosis Pupuk Rock Fosfat (kg/Ha)
400 300 200 100 Tanpa RP
Total Rata an
Isolat tanah gambut Glomus manihotis Kontrol
8.75b 9.55a 7.4d
8.5b 8.9 b 7.3de
7.7cd 8.3bc 6.65 f
7.15 def 47.45 d 4.95g
6.7ef 7.1def 4.25h
38.8 41.3 30.55
7.76 8.26 6.11
Total 25.7 24.7 22.65 19.55 18.05 110.6 22.13 Rataan 8.56 8.23 7.55 65.1 6.01 36.88 7.37
Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan Dari data diatas dapat dilihat bahwa dengan inokulasi MVA dapat
meningkatkan bobot tajuk dibanding tanpa inokulasi. Pemberian pupuk dalam
dosis tinggi juga dapat meningkatkan bobot tajuk tanaman kedelai. Hasil diatas
menunjukkan interaksi antara Glomus manihotis dan dosis pupuk 100 %
memperoleh hasil tertinggi yaitu sebesar 9.55 g, kemudian diikuti interaksi antara
Glomus manihotis dan dosis pupuk 75% serta interaksi antara MVA isolat tanah
gambut dan dosis pupuk 100%. Namun sangat berbeda nyata dengan interaksi
antara MVA isolat tanah gambut dan dosis pupuk 25%, 0% serta Interaksi antara
Glomus manihotis dan dosis pupuk 0%.
f. Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Jumlah
Polong Berisi
Pengaruh pemberian MVA isolat tanah gambut dan Glomus manihotis
dengan berbagai dosis pupuk rock fosfat terhadap jumlah polong berisi dapat
dilihat pada Tabel 17 dibawah ini
Tabel 17. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Jumlah Polong Berisi (Biji)
Jenis MVA Dosis Pupuk Rock Fosfat (kg/Ha)
400 300 200 100 Tanpa RP
Total Rataan
Isolat tanah gambut Glomus manihotis Kontrol
16 abc 18.5 a 15.5 abc
16 abc 17 ab 13 bc
16.5 abc 15.5 abc 10.5 cd
16 abc 13.5 bc 8.5 d
11.5 bc 10.5cd 5 e
60 75 52.5
12 15 10.5
Total 50 46 42.5 38 27 113.5 37.5 Rataan 16.6 15.3 14.1 12.6 9 37.75 12.5
Ket : Angka yang Diikuti dengan Huruf yang Sama Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Taraf 5 % Menurut Uji Duncan
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dengan inokulasi MVA dapat
meningkatkan bobot tajuk dibanding tanpa inokulasi. Pemberian pupuk dalam
dosis tinggi juga dapat meningkatkan jumlah polong berisi tanaman kedelai. Hasil
diatas menunjukkan interaksi antara Glomus manihotis dan dosis pupuk 100 %
memperoleh hasil tertinggi yaitu sebesar 18.85, kemudian diikuti interaksi antara
Glomus manihotis dan dosis pupuk 75% serta interaksi antara MVA isolat tanah
gambut dan dosis pupuk 100%. Namun sangat berbeda nyata dengan interaksi
antara MVA isolat tanah gambut dan dosis pupuk 25%, 0% serta Interaksi antara
Glomus manihotis dan dosis pupuk 0%.
g. Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Jumlah Polong Kosong Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa factor pupuk rock
fosfat dan MVA serta interaksinya memberikan pengaruh tidak nyata terhadap
parameter jumlah polong kosong. Pengaruh pemberian MVA isolat tanah gambut
dan Glomus manihotis dengan berbagai dosis pupuk rock fosfat terhadap jumlah
polong kosong dapat dilihat pada Tabel 18 dibawah ini
Tabel 18. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Jumlah Polong Kosong (Biji)
Jenis MVA Dosis Pupuk Rock Fosfat (kg/Ha)
400 300 200 100 Tanpa RP Total Rataan Isolat tanah gambut Glomus manihotis Kontrol
0 0 1
0.5 0 1
1.5 1
1.5
1
1.5 2
2
1.5
3.5
5
4
9
1
0.8
1.8 Total 1 1.5 4 4.5 7 18 3.6 Rataan 0.3 0.5 1.3 1.5 2.3 6 1.2
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah dosis
pupuk rock fosfat yang diberikan maka dapat menurunkan jumlah polong hampa,
begitu juga dengan inokulasi MVA dapat menurunkan jumlah polong hampa
dibandingkan dengan tanpa inokulasi. Interaksi yang sangat menonjol untuk
menurunkan bobot polong hampa yaitu antara Glomus manihotis dan dosis pupuk
100% dan 75% yang mana didapat hasil tanpa adanya bobot polong hampa pada
interaksi tersebut, hal ini tidak berbeda nyata dengan interaksi antara MVA isolat
tanah gambut dan pupuk 100%.
h. Pengaruh Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Derajat Infeksi Akar Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa factor pupuk rock
fosfat dan MVA serta interaksinya memberikan pengaruh tidak nyata terhadap
parameter derajat infeksi akar. Pengaruh pemberian MVA isolat tanah gambut dan
Glomus manihotis dengan berbagai dosis pupuk rock fosfat terhadap derajat
infeksi akar dapat dilihat pada Tabel 19 dibawah ini
Tabel 19. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat dan MVA Terhadap Derajat Infeksi Akar (%)
Jenis MVA Dosis Pupuk Rock Fosfat (kg/Ha)
400 300 200 100 Tanpa RP Total Rataan Isolat tanah gambut Glomus manihotis Kontrol
85
85
55
80
80
45
75
100
50
65
90
55
55
85
45
360
440
250
72
88
50 Total 225 205 225 210 185 1050 220 Rataan 75 68.3 75 70 61.6 350 73.3
Dari data diatas derajat infeksi tertinggi terdapat pada interaksi antara
Glomus manihotis dan dosis pupuk 50%, diikuti oleh interaksi antara Glomus
manihotis dan dosis pupuk 25%. Dan sangat berbeda nyata dengan interaksi
antara MVA isolat tanah gambut dan dosis pupuk 25% dan 0%.
Pembahasan
1. Isolasi Dan Identifikasi MVA Dari tanah Gambut
Jenis serta jumlah MVA yang ditemukan pada tanah gambut Ajamu,
Labuhan Batu sangat sedikit yaitu hanya mencapai 5 genus dari glomus. Hal ini
disebabkan kondisi tanah gambut yang tergenang sehingga menyebabkan
populasi MVA sedikit. Seperti halnya yang telah diteliti oleh Pakpahan (2004)
yang menyatakan kandungan air yang tinggi pada tanah gambut menyebabkan
berkurangnya populasi MVA. Selain itu glomus merupakan jenis spora yang
paling dominan pada tanah gambut.
Dari hasil pengamatan beberapa jenis MVA, masing-masing MVA
memiliki infektifitas yang berbeda. Derajat infeksi akar tertinggi yaitu pada
glomus sp4 dan glomus sp5 yaitu 90 %. Sedangkan derajat infeksi terendah yaitu
glomus sp1 sebesar 70 %, hal ini tidak berkorelasi dengan nilai FM dan FR.
Walaupun glomus sp1 memiliki sebaran yang banyak tetapi belum tentu memiliki
tingkat infektifitas yang tinggi, sebab infeksi MVA dipengaruhi oleh factor
lingkungan, cahaya, kelembaban tanah dan pemupukan, hal in sesuai dengan
dengan pernyataan Fakuara (1988) bahwa intensitas infeksi MVA dipengaruhi
oleh faktor pemupukan, pestisida, intensitas cahaya, musim, kelembaban tanah
dan tingakat kerentanan tanaman. Brundrett (1991) juga menjelaskan bahwa
intensitas matahari dan suhu sangat berpengaruh terhadap kapasitas derajat infeksi
MVA pada akar tanaman.
2. Uji Potensi MVA Pada Tanaman Kedelai
Pada pengamatan berat kering atas tanaman kedelai, hasil sidik ragam
menunjukkan pemberian MVA jenis Gigaspora roseae sangat berpengaruh nyata
untuk meningkatkan bobot kering atas tanaman yaitu sebesar 8.65 g,
dibandingkan dengan kontrol. Hal ini sangat sesuai dengan pernyataan Smith and
Read (1997) bahwa keberadaan MVA sangat bermanfaat dalam penyerapan air
dan unsur hara terutama fosfor. Keadaan yang sama ditunjukkan pada parameter
berat kering bawah tanaman. Pengaruh MVA sangat nyata dalam bobot akar
tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Foth (1994) bahwa hifa MVA pada
bagian luar akan berperan bagi tanaman pada perluasan penetrasi akar.
Kurangnya kualitas isolat MVA dari hasil isolasi dibandingkan dengan
isolat tanah mineral dikarenakan isolat MVA dari hasil isolasi merupakan isolat
yang tidak unggul. Mikoriza yang didapat merupakan berasal dari bawaan angin
atau tanah sehingga kompatibilitas yang dihasilkan tidak berimbang dengan isolat
tanah mineral yang sudah terbukti kualitasnya.
Pada parameter derajat infeksi akar, pengaruh MVA sangat berpengaruh
nyata dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diakibatkan sebelum penanaman
kedelai tanah gambut diberi kapur dolomit dan diinkubasi selama ± 1 bulan
bertujuan untuk menetralkan pH tanah dan juga agar tanah lebih kondusif untuk
perkembangan MVA. Sesuai dengan pernyataan Nurlaeny dkk (1996) bahwa
pengapuran dapat meningkatkan derajat infeksi akar oleh MVA pada tanaman
jagung dan kedelai. Pada data derajat infeksi memiliki sebaran nilai yang
bervariasi pada masing-masing perlakuan. Jenis MVA yang diinokulasikan
berbeda maka menyebabkan derajat infeksinya juga berbeda. Pendapat ini juga
diterangkan oleh Smith and Read (1997) bahwa derajat infeksi tergantung dari
spesies MVA dan jenis tanaman inang.
Serapan P tanaman menunjukkan peningkatan yang cukup dinamis
dibandingkan dengan kontrol, yaitu sebesar 24.84 mg. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Salisbury and Ross (1995) keuntungan MVA bagi tanaman yaitu
meningkatkan penyerapan fosfat meskipun penyerapan hara lainnya meningkat
pula. Pada Tabel 10 dapat dilihat tidak semua tanaman yang diinokulasikan MVA
dapat meningkatkan serap P tanaman, ini terlihat pada perlakuan glomus sp3.
Nilai serapan P hanya mencapai 15 mg hal ini berarti kemampuan masing-masing
MVA dalam penyerapan hara berbeda.
Dari Tabel 7 tentang berat kering atas tanaman kedelai, nilai paling tinggi
terdapat pada perlakuan MVA jenis Gigaspora rosea sebesar 8.65 g, tetapi pada
Tabel 10 mengenai serapan P, nilai tertinggi terdapat pada perlakuan glomus sp5
dan tidak berbeda nyata dengan MVA jenis Gigaspora rosea. Disini terlihat
adanya perbedaan antara parameter berat kering atas dan serapan P tanaman, hal
ini menunjukkan tidak semua perlakuan menghasilkan hasil yang sama pada
setiap parameter.Sesuai dengan pernyataan Powell and Bagyaraj (1984) bahwa
secara umum MVA yang diinokulasikan ke tanaman memiliki respon yang
berbeda-beda pada setiap parameter yang diukur.
Ketersediaan P meningkat seiring dengan pemberian MVA, hal ini
menunjukkan aktifitas misellium pada MVA menghasilkan enzim fosfatase yang
diperlukan dalam menguraikan P, berjalan dengan aktif. Kisaran ketersedian P
dapat dilihat pada Tabel 11, nilai yang ditunjukkan berdasarkan kemampuan
masing-masing MVA dalam menguraikan P tak tersedia menjadi tersedia.
Berdasarkan analisa awal tanah gambut parameter P- tersedia tanah
sebesar 26 ppm, tetapi setelah proses penanaman nilai P-tersedia memiliki sebaran
yang beeragam. Ada yang menunjukkan peningkatan dan ada juga yang menurun.
Peningkatan P pada tanah setelah penanaman diakibatkan oleh peranan MVA
dalam pelepasan P dari tanah dan juga pengaruh proses degradasi bahan organik
pada tanah gambut yang mana dalam proses ini hara P secara langsung ikut
tersedia.
3.Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Rock Fosfat Dan MVA Terhadap Produksi Tanaman Kedelai
Berdasarkan hasil sidik ragam bahwa interaksi pupuk rock fosfat dan
MVA berpengaruh sangat nyata pada bobot polong berisi, hal ini tertera pada
Lampiranl . sedangkan pada bobot polong hampa (Tabel 13) pemberian pupuk
rock fosfat dan MVA dapat menurunkan bobot polong hampa tanaman kedelai
serta dapat meningkatkan bobot polong seluruhnya. Sesuai dengan pernyataan
Asmah (1995) bahwa pemakaian batuan fosfat dan MVA dapat meningkatkan
hasil tanaman dan kesuburan tanah.
Tidak nyatanya interaksi antara pupuk rock fosfat dan MVA terhadap
bobot biji dikarenakan masih kurangnya dosis pupuk rock fosfat yang digunakan.
Menurut Triana (2000) dosis 400 ton/Ha untuk rock fosfat belum mencukupi
untuk menghasilkan polong yang memuaskan.
Pada hasil sidik ragam menyebutkan interaksi pupuk rock fosfat dan MVA
berpengaruh nyata pada bobot tajuk dan jumlah polong berisi tetapi tidak nyata
pada parameter jumlah polong kosong, hal ini disebabkan berbedanya respon yang
didapat pada masing-masing parameter.
Pemberian 100 % pupuk rock fosfat pada tanaman kedelai tidak
mengganggu proses derajat infeksi akar. Ini disebabkan pupuk rock fosfat
memiliki daya kelarutan yang rendah sehingga pelepasan P terjadi sangat lambat
sehingga tidak akan mengganggu proses infeksi MVA ke akar. Seperti yang
disebutkan oleh Asmah (1995) pemberian batuan fosfat dapat meningkatkan
derajat infeksi akar oleh MVA.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberuan pupuk rock fosfat pada dosis 400 kg/Ha meningkatkan bobot biji
dan jumlah polong kedelai.
2. Inokulasi MVA jenis Glomus manihotis meningkatkan bobot polong berisi,
bobot polong keseluruhan, bobot biji dan polong berisi kedelai.
3. Interaksi antara pupul rock fosfat dengan Glomus manihotis menurunkan bobot
serta jumlah polong kosong.
Saran
Perlunya lingkungan serta keadaan yang kondusif bagi pengembangan
MVA di lahan pertanian sehingga dihasilkan produksi yang optimal
DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T, 2005. Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif Kedelai.
Penebar Swadaya, Jakarta. Asmah, A. E. 1995. Effect of Phosphorus Source and Rate of Aplication on VAM Fungal, Infection and Growth of Maize. Mycorrhyza. Brundrett, M. C, 1991. Mycorrhyzas In Natural Ecosystems. Adv Ecol Press. Delvian, N; Mardiati; D. Elvianti dan H. Hanum, 2006. Pelatihan Penggunaan
Mikoriza Untuk Pembangunan Pertanian, Pekebunan Dan Kehutanan Di Lahan Marginal. Fakultas Pertanian-USU, Medan.
Fakuara, M. Y dan Y. Setiadi, 1990. Aplikasi Mikrobia Dalam Pembangunan
Hutan Tanaman Industri. Prosiding Seminar Bioteknologi Hutan. Fakultas Kehutanan-UGM, Yogyakarta.
Fakuara, M. Y, 1988. Teori Dan Kegunaan Praktek. IPB Press, Bogor. Foth, H. D, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E. D Purbayanti; D.R
Lukiwati dan R. Trimulatsih:Edisi Ke Tujuh. UGM press, Yogyakarta. Fransiska, E, 2005. Uji Kompatibilitas Mikoriza Vesikular Arbuskula Terhadap
Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Pada Media Tanam Ultisol Dan Histosol. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hakim, N; M. Y Nyakpa; A. M Lubis; S.G Nugroho; M. R Saul; M. A Diha; G. B
Hong; H. H Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA Press, Lampung.
Hapsoh. 2000. Kompatibilitas MVA dengan Beberapa Genotip Kedelai Pada
Beberapa Tingkat Kelembaban Tanah Ultisol Ditinjau Dari Respon Morfologi, Fisiologi Dan Produksi Kedelai. Desertasi. IPB, Bogor.
Imas, T. R.S Hadioetomo, A. W Gunawan, Y. Setiadi. 1989. Mikrobiologi Tanah
II. PAU Bioteknologi IPB Bogor. Johanis. 2003. Pemanfaatan Berbagai MVA pada pertumbuhan Sorgum. Tesis.
IPB, Bogor. Khasawneh, F.E and Doll E. C. 1978. The Use of Phosphate Rock For Direct Aplication to Soils. Adv. Agron.
Mangunsoekarjo, S dan H. Semangun,2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. UGM Press, Yogyakarta.
Marschner. H and Bell. B, 1994. Nutrient Uptake In Mycorrhizal Symbiosis Plant
and Soil. Munir, M, 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi Dan
Pemanfaatannya. Pustaka Djaya, Jakarta. Noor, M, 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi Dan Kendala. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta. Nurlaeny, N. H. H. Marschener and E. George. 1996. Effect of Liming and
Micorrhizal Colonization on Soil Phosphate Deplation on Phosphate by Maize and Soybean Grown and Nutrient Uptake of Sugar Maple Seedlings. Plant and Soil.
Pakpahan, I. D, 2004. Isolasi, Identifikasi Mikoriza Vesikular Arbuskula Tanah
Gambut Serta Uji Kesesuaian Ke Beberapa Tanaman Inang. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Powel, C. L and D. J. Bagyaraj. 1984. VA- Mycorrhiza. CRC Press. Inc. Boca Raton., Florida. Rao, N. S. B, 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.
Terjemahan H. Susilo Dan Subiyanto: Edisi Kedua. UI Press, Jakarta. Risza, S, 1997. Kelapa Sawit, Upaya Meningkatkan Produktifitas. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta. Rubatzky dan Yamaguchi, 1996. Sayuran Dunia. UI Press, Jakarta. Rukmana, R dan Y. Yuniarsih, 1996. Kedelai, Budidaya Dan Pasca Panen.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Salisbury, F. B dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I Edisi IV.
ITB Bandung. Sanchez, P. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB Bandung. Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam Kehutanan. PAU
Bioteknologi IPB. Bogor. Setyamidjaja, 1990. Pupuk Dan Pemupukan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Smith S. E and Read D. S, 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Second Edition.
Academic Press, Harcourt BraleAnd Company Publisher, London.
Suhardi. 1995. Mikoriza dan Seluk Beluknya. Jurnal Ilmiah. Sutanto, R, 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Syarifuddin, K, 1998. Prosiding Gambut III Himpunan Gambut Indonesia. BPPT,
Pontianak. Triana, 2001. Pengaruh Pemberian MVA dan Rhizobium Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai Pada Tanah Gambut. Tesis. Pascasarjana Fakultas Pertanian, USU-Medan.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MVA
Lampiran 1.Jumlah Serta Tipe Spora Sebelum Trapping
Tipe Spora 1 2 3 Glomus sp1 Glomus sp2 Glomus sp3 Glomus sp4 Glomus sp5
2 1 - - 2
2 3 1 - 2
2 - 1 3 -
Lampiran 2. Tabel nilai MPN untuk pengenceran dengan bilangan dasar 10 (Schenk, N.C and Perez, 1990).
P1 P2 P3 0 1 2 3 4 5
0 0 0 0 0 0
0 1 2 3 4 5
- 0.018 0.037 0.056 0.075 0.094
0.018 0.036 0.055 0.074 0.094 0.11
0.36 0.55 0.074 0.093 0.11 0.13
0.54 0.073 0.092 0.11 0.13 0.15
0.72 0.091 0.11 0.13 0.15 0.17
0.90 0.11 0.13 0.15 0.17 0.19
1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5
0.20 0.040 0.061 0.083 0.11 0.13
0.040 0.061 0.082 0.10 0.13 0.15
0.60 0.081 0.10 0.13 0.15 0.17
0.10 0.10 0.12 0.15 0.17 0.19
0.12 0.12 0.15 0.17 0.19 0.22
- 0.14 0.17 0.19 0.22 0.24
2 2 2 2 2 2
0 1 2 3 4 5
0.045 0.068 0.093 0.12 0.15 0.17
0.068 0.092 0.092 0.14 0.17 0.20
0.091 0.12 0.20 0.17 0.20 0.23
0.12 0.14 0.14 0.20 0.23 0.26
0.14 0.17 0.17 0.22 0.25 0.29
0.16 0.19 0.19 0.23 0.28 0.32
3 3 3 3 3 3
0 1 2 3 4 5
0.078 0.11 0.14 0.17 0.21 0.25
0.11 0.14 0.17 0.21 0.24 0.29
0.13 0.17 0.20 0.24 0.28 0.32
0.16 0.20 0.24 0.28 0.32 0.37
0.20 0.23 0.27 0.31 0.36 0.41
0.23 0.27 0.31 0.35 0.40 0.45
4 4 4 4 4 4
0 1 2 3 4
5
0.13 0.17 0.22 0.27 0.34 0.41
0.17 0.21 0.26 0.33 0.40 0.48
0.21 0.26 0.32 0.39 0.47 0.56
0.25 0.31 0.28 0.45 0.54 0.64
0.30 0.36 0.44 0.52 0.62 0.72
0.36 0.42 0.50 0.59 0.69 0.81
5 5 5 5 5 5
0 1 2 3 4 5
0.23 0.33 0.49 0.79 1.3 2.4
0.31 0.46 0.70 1.1 1.7 3.5
0.43 0.64 0.95 1.4 2.2 5.4
0.58 0.84 1.2 1.8 2.8 9.2
0.76 1.1 1.5 2.1 3.5 16
0.95 1.3 1.8 2.5 4.3 -
UNIT PERCOBAAN UJI POTENSI TANAMAN KEDELAI
Lampiran 3.Daftar Sidik Ragam Berat Kering Atas Tanaman Kedelai
Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2
M0 4.8 5.2 10 5 M1 5.2 5.7 10.9 5.45 M2 5.9 6 11.9 5.95 M3 6 6 12 6 M4 6.1 6.5 12.6 6.3 M5 8 7.6 15.6 7.8 M6 7 7.2 14.2 7.1 M7 5.2 6.1 11.3 5.65 M8 6.5 6.5 13 6.5 M9 7.6 7 14.6 7.3
M10 9.1 8.2 17.3 8.65 M11 8.2 7.6 15.8 7.9 M12 9.1 8 17.1 8.55 M13 7.2 7 14.2 7.1 M14 8 8 16 8 M15 5.9 5.7 11.6 5.8 M16 6.1 6 12.1 6.05 Total 115.9 114.3 230.2 115.1
Rataan 6.82 6.72 13.54 6.77 Anova
SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01 Blok 1 0.08 0.08 0.60 4.49 8.53
Perlakuan 16 40.4 2.53 18.97** 2.33 3.37 Galat 16 2.13 0.13 Total 33 42.61 1.29
FK 1558.59
Lampiran 4.Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Bawah Tanaman Kedelai Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 M0 0.4 0.5 0.9 0.45 M1 0.6 0.8 1.4 0.7 M2 0.9 1 1.9 0.95 M3 1.1 1.2 2.3 1.15 M4 1.1 1.3 2.4 1.2 M5 1.5 1.4 2.9 1.45 M6 1.2 1.4 2.6 1.3 M7 0.6 0.7 1.3 0.65 M8 1.1 1.3 2.4 1.2 M9 1.7 1.6 3.3 1.65 M10 2 1.8 3.8 1.9 M11 1.7 1.4 3.1 1.55 M12 1.9 1.7 3.6 1.8 M13 1.5 1.7 3.2 1.6 M14 1.5 1.6 3.1 1.55 M15 0.8 0.6 1.4 0.7 M16 1.1 1 2.1 1.05 Total 20.7 21 41.7 20.85 Rataan 1.22 1.24 2.45 1.23 Anova SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01 Blok 1 0.00 0 0.00 4.49 8.53 Perlakuan 16 5.94 0.37 24.75 ** 2.33 3.37 Galat 16 0.24 0.02 Total 33 6.19 0.19 FK 51.14
Lampiran 5.Daftar Sidik Ragam P Tersedia
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2
M0 13.77 15.12 28.89 14.445 M1 21.6 25.65 47.25 23.625 M2 25.65 15.12 40.77 20.385 M3 35.91 28.35 64.26 32.13 M4 31.94 32.65 64.59 32.295 M5 31.73 30.66 62.39 31.195 M6 35.91 25.65 61.56 30.78 M7 21.6 27.27 48.87 24.435 M8 28.85 28.73 57.58 28.79 M9 21.28 28.2 49.48 24.74 M10 28.35 36.15 64.5 32.25 M11 25.65 21.6 47.25 23.625 M12 38.17 28.85 67.02 33.51 M13 21.15 25.3 46.45 23.225 M14 27.9 32.71 60.61 30.305 M15 31.86 31.84 63.7 31.85 M16 25.65 17.77 43.42 21.71 Total 466.97 451.62 918.59 459.295
Rataan 27.47 26.57 54.03 27.02 Anova
SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01
Blok 1 6.93 6.93 0.35 4.49 8.53 Perlakuan 16 943.83 58.99 3.02** 2.33 3.37
Galat 16 312.96 19.56 Total 33 1263.73 38.29
FK =24817.83
Lampiran 6.Daftar Sidik Ragam Serapan P Tanaman Kedelai
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2
M0 12 14.56 26.56 13.28 M1 14.56 16.53 31.09 15.545 M2 15.34 15 30.34 15.17 M3 15 15 30 15 M4 21.35 18.85 40.2 20.1 M5 28.8 28.88 57.68 28.84 M6 18.2 18.72 36.92 18.46 M7 14.56 18.3 32.86 16.43 M8 19.5 23.4 42.9 21.45 M9 18.24 25.2 43.44 21.72 M10 27.2 28.7 55.9 27.95 M11 22.14 21.28 43.42 21.71 M12 26.39 28.8 55.19 27.595 M13 18.72 18.2 36.92 18.46 M14 24 23.2 47.2 23.6 M15 15.34 16.53 31.87 15.935 M16 17.08 15 32.08 16.04 Total 328.42 346.15 674.57 337.285
Rataan 19.32 20.36 39.68 19.84 Anova
SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01 Blok 1 9.25 9.25 3.23 4.49 8.53 Perlakuan 16 765.16 47.82 16.69** 2.33 3.37 Galat 16 45.84 2.87 Total 33 820.25 24.86
FK = 13383.67
Lampiran 7.Daftar Sidik Ragam Derajat Infeksi Akar Tanaman Kedelai
Perlakuan Ulangan
Total
Rataan 1 2
M0 50 40 90 45 M1 80 80 160 80 M2 90 80 170 85 M3 90 90 180 90 M4 80 90 170 85 M5 90 90 180 90 M6 70 80 150 75 M7 60 70 130 65 M8 80 70 150 75 M9 90 90 180 90
M10 100 80 180 90 M11 90 90 180 90 M12 100 90 190 95 M13 80 90 170 85 M14 90 100 190 95 M15 80 70 150 75 M16 80 80 160 80 Total 1400 1380 2780 1390
Rataan 82.35 81.18 163.53 81.76 Anova
SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01
Blok 1 11.76 11.76 0.27 4.49 8.53 Perlakuan 16 4994.12 312.13 7.26** 2.33 3.37
Galat 16 688.24 43.02 Total 33 5694.12 172.55
FK = 227305.88
UNIT PERCOBAAN PENGARUH PUPUK RP DAN MVA BAGI
PRODUKSI KEDELAI
Lampiran 8.Daftar Sidik Ragam Bobot Poling Berisi
Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2
M0F0 1.5 1.3 2.8 1.4 M0F1 1.7 1.9 3.6 1.8 M0F2 1.9 2 3.9 1.95 M0F3 2.2 2.1 4.3 2.15 M0F4 2.3 2.5 4.8 2.4 M1F0 2.4 2.2 4.6 2.3 M1F1 3.3 3.6 6.9 3.45 M1F2 4.8 4.8 9.6 4.8 M1F3 5.3 5 10.3 5.15 M1F4 6.2 6.2 12.4 6.2 M2F0 3.1 3.1 6.2 3.1 M2F1 4.5 4.3 8.8 4.4 M2F2 5.5 5.3 10.8 5.4 M2F3 6.1 6.3 12.4 6.2 M2F4 7.4 8.8 16.2 8.1 Total 58.2 59.4 117.6 58.8
Rataan 3.88 3.96 7.84 3.92 Tabel Dwikasta
Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4 M0 2.8 3.6 3.9 4.3 4.8 M1 4.6 6.9 9.6 10.3 12.4 M2 6.2 8.8 10.8 12.4 16.2
Anova
SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01 Blok 1 0.048 0.048 0.578 4.6 8.86
Perlakuan 14 112.52 8.03 96.74 2.48 3.7 M 2 64.42 32.21 388.09 3.74 6.51
M-linier 1 61.25 61.25 737.95 4.6 8.86 M-kuadratik 1 3.17 3.17 38.24 4.6 8.86
F 4 37.75 9.44 113.73 3.11 5.03 F-linier 1 37.28 37.28 449.15 4.6 8.86
F-kuadratik 1 0.92 0.92 11.08 4.6 8.86 F-kubik 1 0.32 0.32 3.85 4.6 8.86
F-Kwartik 1 12.07 12.07 145.42 4.6 8.86 M X F 8 10.34 1.3 15.66** 2.7 4.14 Galat 14 1.17 0.083 Total 29 113.74
FK= 460.992
Lampiran 9.Daftar Sidik Ragam Bobot Polong Kosong
Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2
M0F0 0.4 0.3 0.7 0.35 M0F1 0.2 0.1 0.3 0.15 M0F2 0.1 0.2 0.3 0.15 M0F3 0.02 0.04 0.06 0.03 M0F4 0.01 0.02 0.03 0.015 M1F0 0.1 0.1 0.2 0.1 M1F1 0.02 0.01 0.03 0.015 M1F2 0.01 0.01 0.02 0.01 M1F3 0.01 0 0.01 0.005 M1F4 0 0 0 0 M2F0 0.1 0.2 0.3 0.15 M2F1 0.02 0.01 0.03 0.015 M2F2 0.03 0.03 0.06 0.03 M2F3 0 0 0 0 M2F4 0 0 0 0 Total 1.02 1.02 2.04 1.02
Rataan 0.068 0.068 0.136 0.068 Tabel Dwikasta
Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4 M0 0.7 0.3 0.3 0.06 0.03 M1 0.2 0.03 0.02 0.01 0 M2 0.3 0.03 0.06 0 0
Anova SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01
Blok 1 0.00072 0.00072 0.514 4.6 8.86 Perlakuan 14 0.2672 0.019 1.357 2.48 3.7 M 2 0.07718 0.3859 37.56 3.74 6.51 M-linier 1 960.63 960.63 686164.2 4.6 8.86 M-kuadratik 1 0.0264 0.0264 18.85 4.6 8.86 F 4 0.148 0.037 26.42 3.11 5.03 F-linier 1 0.1152 0.01152 82.28 4.6 8.86 F-kuadratik 1 0.015 0.015 10.71 4.6 8.86 F-kubik 1 0.0058 0.0058 4.14 4.6 8.86 F-Kwartik 1 0.0076 0.0076 5.42 4.6 8.86 M X F 8 0.04202 0.0052 3.71** 2.7 4.14 Galat 14 0.01968 0.0014 Total 29 0.2876 FK=0.138
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Bobot Polong Keseluruhan Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 M0F0 1.9 1.6 3.5 1.75 M0F1 1.9 2 3.9 1.95 M0F2 2 2.2 4.2 2.1 M0F3 2.2 2.1 4.3 2.15 M0F4 2.3 2.5 4.8 2.4 M1F0 2.5 2.3 4.8 2.4 M1F1 3.3 3.6 6.9 3.45 M1F2 4.8 4.8 9.6 4.8 M1F3 5.3 5 10.3 5.15 M1F4 6.2 6.2 12.4 6.2 M2F0 3.2 3.3 6.5 3.25 M2F1 4.5 4.3 8.8 4.4 M2F2 5.5 5.3 10.8 5.4 M2F3 6.1 6.3 12.4 6.2 M2F4 7.4 8.8 16.2 8.1 Total 59.1 60.3 119.4 59.7
Rataan 3.94 4.02 7.96 3.98 Tabel Dwikasta
Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4 M0 3.5 3.9 4.2 4.3 4.8 M1 4.8 6.9 9.6 10.3 12.4 M2 6.5 8.8 10.8 12.4 16.2
Anova SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01
Blok 1 0.048 0.048 0.15 4.6 8.86 Perlakuan 14 105.698 7.54 24.32 2.48 3.7 M 2 60.446 30.223 94.5 3.74 6.51 M-linier 1 57.8 57.8 186.46 4.6 8.86 M-kuadratik 1 26.46 2.646 8.64 4.6 8.86 F 4 33.608 8.402 27.1 3.11 5.03 F-linier 1 33.15 33.15 106.93 4.6 8.86 F-kuadratik 1 0.0042 0.042 0.01 4.6 8.86 F-kubik 1 0.24 0.24 2.77 4.6 8.86 F-Kwartik 1 0.21 0.21 0.67 4.6 8.86 M X F 8 11.642 1,46 4.7** 2.7 4.14 Galat 14 1.202 0.31 Total 29 106.948 FK= 475.212
Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Bobot Biji Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 M0F0 1.2 1 2.2 1.1 M0F1 1.4 1.6 3 1.5 M0F2 1.6 1.7 3.3 1.65 M0F3 1.9 1.8 3.7 1.85 M0F4 2 2.2 4.2 2.1 M1F0 2.1 1.9 4 2 M1F1 3.1 3.3 6.4 3.2 M1F2 4.5 4.5 9 4.5 M1F3 5 4.7 9.7 4.85 M1F4 6 6 12 6 M2F0 2.9 2.8 5.7 2.85 M2F1 4.3 4.1 8.4 4.2 M2F2 5.2 5 10.2 5.1 M2F3 5.8 6 11.8 5.9 M2F4 7.2 7.9 15.1 7.55 Total 54.2 54.5 108.7 54.35
Rataan 3.6 3.6 7.25 3.6 Tabel Dwikasta
Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4 M0 2.2 3 3.3 3.7 4.2 M1 4 6.4 9 9.7 12 M2 5.7 8.4 10.2 11.8 15.1
Anova SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01
Blok 1 0 0 0 4.6 8.86 Perlakuan 14 109.375 1537.76 20.06 2.48 3.7 M 2 64.111 128.23 0.54 3.74 6.51 M-linier 1 60.552 60.552 0.25 4.6 8.86 M-kuadratik 1 3.56 3.56 0.01 4.6 8.86 F 4 36.055 144.22 0.61 3.11 5.03 F-linier 1 35.56 35.56 0.15 4.6 8.86 F-kuadratik 1 13.44 13.44 0.05 4.6 8.86 F-kubik 1 0.36 0.36 0.0015 4.6 8.86 F-Kwartik 1 0.092 0.092 0.0003 4.6 8.86 M X F 8 9.209 73.672 0.3 tn 2.7 4.14 Galat 14 16.87 236.18 Total 29 106.948 FK= 393.85
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Bobot Tajuk Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 M0F0 4.6 3.9 8.5 4.25 M0F1 4.9 5 9.9 4.95 M0F2 6.8 6.5 13.3 6.65 M0F3 7.3 7.3 14.6 7.3 M0F4 7.5 7.3 14.8 7.4 M1F0 6.5 6.9 13.4 6.7 M1F1 7 7.3 14.3 7.15 M1F2 7.5 7.9 15.4 7.7 M1F3 8.4 8.3 16.7 8.35 M1F4 8.6 8.9 17.5 8.75 M2F0 7.1 7.1 14.2 7.1 M2F1 7.6 7.3 14.9 7.45 M2F2 8.2 8.4 16.6 8.3 M2F3 9 8.8 17.8 8.9 M2F4 9.5 9.6 19.1 9.55 Total 110.5 110.5 221 110.5
Rataan 7.4 7.4 14.73 7.4 Tabel Dwikasta
Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4 M0 8.5 9.9 13.3 14.6 14.8 M1 13.4 14.3 15.4 16.7 17.5 M2 14.2 14.9 16.6 17.8 19.1
Anova SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01
Blok 1 0.001 0.001 0.03 4.6 8.86 Perlakuan 14 55.247 3.95 82.29 2.48 3.7 M 2 25.093 12.55 261.46 3.74 6.51 M-linier 1 23.113 23.113 481.52 4.6 8.86 M-kuadratik 1 1.99 1.99 41.45 4.6 8.86 F 4 17.114 4.28 89.16 3.11 5.03 F-linier 1 27.48 27.48 572.5 4.6 8.86 F-kuadratik 1 0.18 0.18 3.75 4.6 8.86 F-kubik 1 98.05 98.05 2042.71 4.6 8.86 F-Kwartik 1 0.11 0.11 2.3 4.6 8.86 M X F 8 13.04 1.03 33.95** 2.7 4.14 Galat 14 0.695 0.048 Total 29 55.097 FK= 1628.033
Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Jumlah Polong Berisi Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 M0F0 6 4 10 5 M0F1 9 8 17 8.5 M0F2 11 10 21 10.5 M0F3 13 13 26 13 M0F4 15 16 31 15.5 M1F0 12 11 23 11.5 M1F1 15 17 32 16 M1F2 17 16 33 16.5 M1F3 16 16 32 16 M1F4 17 15 32 16 M2F0 10 11 21 10.5 M2F1 14 13 27 13.5 M2F2 16 15 31 15.5 M2F3 18 16 34 17 M2F4 17 20 37 18.5 Total 206 201 407 203.5
Rataan 13.7 13.4 27.13 13.6 Tabel Dwikasta
Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4 M0 10 17 21 26 31 M1 23 32 33 32 32 M2 21 27 31 34 37
Anova SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01
Blok 1 0.827 0.827 0.74 4.6 8.86 Perlakuan 14 384.86 27.49 24.76 2.48 3.7 M 2 141.26 70.63 63.63 3.74 6.51 M-linier 1 101.25 101.25 91.21 4.6 8.86 M-kuadratik 1 40.01 40.02 36.05 4.6 8.86 F 4 208.533 52.13 46.46 3.11 5.03 F-linier 1 194.4 194.4 175.13 4.6 8.86 F-kuadratik 1 10.71 10.71 9.64 4.6 8.86 F-kubik 1 3.26 3.26 2.93 4.6 8.86 F-Kwartik 1 0.152 0.152 0.13 4.6 8.86 M X F 8 35.06 4.38 3.94 2.7 4.14 Galat 14 15.673 1.11 Total 29 401.36 FK = 5521.633
Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Jumlah Polong Kosong Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 M0F0 4 3 7 3.5 M0F1 2 2 4 2 M0F2 1 2 3 1.5 M0F3 1 1 2 1 M0F4 1 1 2 1 M1F0 2 2 4 2 M1F1 1 1 2 1 M1F2 2 1 3 1.5 M1F3 1 0 1 0.5 M1F4 0 0 0 0 M2F0 2 1 3 1.5 M2F1 1 2 3 1.5 M2F2 1 1 2 1 M2F3 0 0 0 0 M2F4 0 0 0 0 Total 19 17 36 18
Rataan 1.3 1.1 2.40 1.2 Tabel Dwikasta
Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4 M0 7 4 3 2 2 M1 4 2 3 1 0 M2 3 3 2 0 0
Anova SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01
Blok 1 0.12 0.12 0.6 4.6 8.86 Perlakuan 14 23.8 1.7 0.5 2.48 3.7 M 2 5.6 2.8 14 3.74 6.51 M-linier 1 5 5 25 4.6 8.86 M-kuadratik 1 0.6 0.6 3 4.6 8.86 F 4 15.8 3.95 19.75 3.11 5.03 F-linier 1 15 15 75 4.6 8.86 F-kuadratik 1 0.19 0.19 0.95 4.6 8.86 F-kubik 1 0 0 0 4.6 8.86 F-Kwartik 1 0.6 0.6 3 4.6 8.86 M X F 8 2.4 0.3 1.5tn 2.7 4.14 Galat 14 2.88 0.2 Total 29 26.8 FK = 43.2
Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Derajat Infeksi Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 M0F0 40 50 90 45 M0F1 60 50 110 55 M0F2 50 50 100 50 M0F3 50 40 90 45 M0F4 50 60 110 55 M1F0 70 60 130 65 M1F1 80 70 150 75 M1F2 80 80 160 80 M1F3 80 80 160 80 M1F4 80 90 170 85 M2F0 90 80 170 85 M2F1 90 90 180 90 M2F2 100 100 200 100 M2F3 80 80 160 80 M2F4 90 80 170 85 Total 1090 1060 2150 1075
Rataan 72.7 70.7 143.33 71.7 Tabel Dwikasta
Perlakuan F0 F1 F2 F3 F4 M0 90 110 100 90 110 M1 130 150 160 160 170 M2 170 180 200 160 170
Anova SK db JK KT Fh F 0.05 F 0.01
Blok 1 30 30 1 4.6 8.86 Perlakuan 14 8766.67 626.19 20.87 2.48 3.7 M 2 76446.67 3823.33 127.44 3.74 6.51 M-linier 1 7220 7220 340.66 4.6 8.86 M-kuadratik 1 426.67 426.67 14.22 4.6 8.86 F 4 566.67 141.66 4.72 3.11 5.03 F-linier 1 135 135 4.5 4.6 8.86 F-kuadratik 1 96.42 96.42 32.24 4.6 8.86 F-kubik 1 240 240 8 4.6 8.86 F-Kwartik 1 95.23 95.23 3.17 4.6 8.86 M X F 8 553.33 69.16 2.3tn 2.7 4.14 Galat 14 420 30 Total 29 9216.67 FK = 154083.3
Lampiran 16. Data Analisa Awal Tanah Gambut Ajamu Labuhan Batu
pH C (%) N (%)
C/N P-BRAY II (ppm)
K Na Ca Mg T.E.B me/100 g
KTK me/100 g
BS (%)
4.0 26.79 0.77 34.79 26 0.12 0.22 18.91 8.96 28.21 132.89 21.23
Gambar 1. Peta Ajamu, Labuhan Batu
Gambar 2. Foto Tanaman Kedelai Unit Percobaan Uji Potensi
Gambar 3. Akar yang Terinfeksi