pengaruh pemberian minyak buah merah (pandanus conoideus) sebagai anti inflamasi pada tikus (rattus...

12
Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus Conoideus) SEBAGAI ANTI-INFLAMASI PADA TIKUS (Rattus Norvegicus) STRAIN WISTAR ABSTRAK Apsari, Adyuta. 2007. Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus) Sebagai Anti-inflamasi pada Tikus (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Tugas akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing (1) DR.Dr. Nurdiana, MKes. (2) Dr. Soemardini, MPd. Inflamasi merupakan reaksi proteksi tubuh yang paling mendasar terhadap semua bentuk jejas yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini minyak buah merah (Pandanus conoideus) banyak digunakan untuk mengobati penyakit degeneratif karena komposisinya yang banyak mengandung antioksidan. Penelitian yang dilakukan oleh Komarullah (2006), menunjukkan bahwa minyak buah merah juga memiliki efek anti-inflamasi yaitu dengan menurunkan jumlah sel radang secara signifikan pada trakea tikus yang telah diberikan paparan rokok subkronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak buah merah (Pandanus conoideus) sebagai anti-inflamasi dalam menurunkan respon nyeri pada tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar. Penelitian ini menggunakan metode Post Test Only Control Group Design. Sampel dipilih secara simple random sampling, dimana tikus dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing terdiri dari 5 tikus. Kelompok kontrol, kelompok minyak buah merah dosis 1 ((0,001ml/grBB)), dosis 2 ((0,003ml/grBB)), dan dosis 3 ((0,005ml/grBB)). Efek anti-inflamasi diamati dengan mengukur nilai ambang nyeri pada tikus, yaitu dengan melakukan pengukuran besar tekanan penjepitan (mmHg) yang menimbulkan respons nyeri pada telapak kaki tikus, dengan menggunakan analgesimeter sesuai dengan Rendall Sallito test yang dimodifikasi. Pengujian dilakukan dengan memberikan perlakuan inflamasi pada telapak kaki tikus, yaitu dengan menyuntikkan larutan yeast sehingga terjadi pembengkakan, kemudian diukur besar tekanan penjepitannya pada menit ke 0 (sebelum diberi inflamasi), ke 0’ (setelah diberi inflamasi) dan pada menit ke 15, ke 30, ke 60, ke 90, dan ke 120 setelah pemberian minyak buah merah. Analisa data dikerjakan dengan ANOVA yang dilanjutkan dengan analisis post hoc. Hasil penelitian, pada menit ke 0 dan ke 0’ menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan minyak buah merah baik dosis 1, 2, dan 3 (ANOVA p > 0,05), sedangkan pada menit ke 15, ke 30, ke 60, ke 90, dan ke 120 terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan minyak buah merah baik dosis 1, 2, dan 3 dengan ANOVA p < 0,05. Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa minyak buah merah memiliki efek anti-inflamasi yaitu dengan menurunkan respons nyeri pada tikus yang diinduksi inflamasi. Hal ini tampak pada peningkatan nilai ambang nyeri setelah tikus yang mengalami inflamasi diberi minyak buah merah. Efek ini diduga karena buah merah mengandung bahan aktif omega-3. Kata kunci: minyak buah merah, anti-inflamasi, nilai ambang nyeri

Upload: ekimegarani

Post on 28-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dfghjk

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus Conoideus) SEBAGAI ANTI-INFLAMASI PADA TIKUS (Rattus Norvegicus) STRAIN WISTAR

ABSTRAK

Apsari, Adyuta. 2007. Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus

conoideus) Sebagai Anti-inflamasi pada Tikus (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Tugas akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing (1) DR.Dr. Nurdiana, MKes. (2) Dr. Soemardini, MPd.

Inflamasi merupakan reaksi proteksi tubuh yang paling mendasar terhadap semua bentuk jejas yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini minyak buah merah (Pandanus conoideus) banyak digunakan untuk mengobati penyakit degeneratif karena komposisinya yang banyak mengandung antioksidan. Penelitian yang dilakukan oleh Komarullah (2006), menunjukkan bahwa minyak buah merah juga memiliki efek anti-inflamasi yaitu dengan menurunkan jumlah sel radang secara signifikan pada trakea tikus yang telah diberikan paparan rokok subkronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak buah merah (Pandanus conoideus) sebagai anti-inflamasi dalam menurunkan respon nyeri pada tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar. Penelitian ini menggunakan metode Post Test Only Control Group Design. Sampel dipilih secara simple random sampling, dimana tikus dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing terdiri dari 5 tikus. Kelompok kontrol, kelompok minyak buah merah dosis 1 ((0,001ml/grBB)), dosis 2 ((0,003ml/grBB)), dan dosis 3 ((0,005ml/grBB)). Efek anti-inflamasi diamati dengan mengukur nilai ambang nyeri pada tikus, yaitu dengan melakukan pengukuran besar tekanan penjepitan (mmHg) yang menimbulkan respons nyeri pada telapak kaki tikus, dengan menggunakan analgesimeter sesuai dengan Rendall Sallito test yang dimodifikasi. Pengujian dilakukan dengan memberikan perlakuan inflamasi pada telapak kaki tikus, yaitu dengan menyuntikkan larutan yeast sehingga terjadi pembengkakan, kemudian diukur besar tekanan penjepitannya pada menit ke 0 (sebelum diberi inflamasi), ke 0’ (setelah diberi inflamasi) dan pada menit ke 15, ke 30, ke 60, ke 90, dan ke 120 setelah pemberian minyak buah merah. Analisa data dikerjakan dengan ANOVA yang dilanjutkan dengan analisis post hoc. Hasil penelitian, pada menit ke 0 dan ke 0’ menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan minyak buah merah baik dosis 1, 2, dan 3 (ANOVA p > 0,05), sedangkan pada menit ke 15, ke 30, ke 60, ke 90, dan ke 120 terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan minyak buah merah baik dosis 1, 2, dan 3 dengan ANOVA p < 0,05. Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa minyak buah merah memiliki efek anti-inflamasi yaitu dengan menurunkan respons nyeri pada tikus yang diinduksi inflamasi. Hal ini tampak pada peningkatan nilai ambang nyeri setelah tikus yang mengalami inflamasi diberi minyak buah merah. Efek ini diduga karena buah merah mengandung bahan aktif omega-3. Kata kunci: minyak buah merah, anti-inflamasi, nilai ambang nyeri

Page 2: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

The Anti-inflammatory Effect of Red Fruit (Pandanus conoideus) Oil on Rats Wistar Strain (Rattus norvegicus)

ABSTRACT

Apsari, Adyuta. 2007. The Anti-inflammatory Effect of Red Fruit (Pandanus

conoideus) Oil on Rats Wistar Strain (Rattus norvegicus). Final assignment, Faculty of Medicine, Brawijaya University. Supervisors: (1) DR.Dr. Nurdiana, MKes. (2) Dr. Soemardini, MPd.

Inflammation is a basic way in which the body reacts to infection, irritation or other injury, the key feature being redness, warmth, swelling and pain. Red fruit oil is well known for it’s antioxidant composition, which are usefull for degenerative diseases. Recent study by Nur Syamsu Komarullah (2006), indicated that red fruit oil also has an anti inflammatory effect by decreasing the amount of tracheal mucose inflammatory cell, which had been exposed to subcronic cigarette smoke. The objective of this study is to find out whether red fruit oil has an anti-inflammatory effect on reducing pain response through measuring the threshold of pain response on rat foot inflamed. This study used Post Test Only Control Group Design. The samples are chosen by simple random sampling methods. Rats are divided into four groups of five, there are control group, and treatment groups, which were given red fruit oil dose 1 (0,001ml/grBB) , dose 2 (0,001ml/grBB), and dose 3 (0,001ml/grBB). Modified Rendall Salito test analgesimeter is used in measuring pain threshold respose in 0 minute (before samples were given inflammation), 0’ minute (after samples were given inflammation), 15th, 30th, 60th, 90th, and 120th minute after samples were given oil. Before pain response measurement in antiinflamatory test, the hind paws of the rat were induced by yeast to cause edema (inflammation). Data analysis worked by ANOVA, followed by post hoc analisis. The result of this study shows that there are no significant diferrence between control group and treatment groups on 0 and 0’ minute (Anova p > 0,05), but there are significant difference between control groups and treatment groups on 15th, 30th, 60th, 90th, and 120th

minute (Anova p < 0,05). The conclusion is: red fruit oil reduced inflammatory pain response through increasing threshold of pain reponse in rats after given red fruit oil. Omega-3 is assumed to take part in this anti-inflammatory process. Key words: red fruit oil, anti-inflammatory, threshold of pain response

Page 3: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

PENDAHULUAN

Sebelum September 2004, hanya sedikit orang di luar Papua yang mengenal buah merah (Pandanus conoideus) (Redaksi Trubus, 2005). Buah merah mulai dikenal setelah Drs. I Made Budi Msi (2004) melakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa aktif buah merah yang mengungkapkan bahwa buah merah mengandung betakaroten, tokoferol, asam oleat, asam linoleat (omega-9), asam linolenat (omega-3), dan dekanoat. Berdasarkan senyawa aktif yang terkandung didalamnya, yang sebagian besar merupakan senyawa antioksidan seperti betakaroten dan tokoferol, saat ini buah merah banyak dikonsumsi masyarakat sebagai suplemen untuk membantu proses penyembuhan berbagai penyakit degeneratif seperti, antara lain kanker, hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan sebagainya (Redaksi AgroMedia, 2005).

Inflamasi adalah respon imun non spesifik yang merupakan upaya proteksi lokal dari jaringan terhadap bebagai bentuk jejas, baik karena infeksi, trauma fisik, iritasi, ataupun kerusakan jaringan (Silverthorn, 2004). Apapun sebab dari jejas tersebut, inflamasi selalu disertai dengan gejala klasik yaitu calor (panas), rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), dolor (nyeri), dan functio laesa (gangguan fungsi). Mediator kimia yang banyak dilepaskan secara lokal pada proses inflamasi ini antara lain histamin, 5-hidroksitriptamin (5HT), faktor kemotaktik, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin (Ganiswarna,1995).

Nyeri atau dolor yang merupakan reaksi peradangan ditimbulkan melalui berbagai cara. Mediator-mediator kimiawi yang dilepaskan saat terjadi inflamasi, seperti prostaglandin, histamin, bradikinin dan zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang (tumor) mengakibatkan tekanan pada saraf di sekitar fokus inflamasi sehingga dapat menimbulkan nyeri (Cruse and Lewis,1991).

Obat-obatan yang sekarang ini sering digunakan sebagai analgetika dan anti-inflamasi adalah obat golongan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs). Efek terapi NSAID sebagai anti-inflamasi analgetik, berasal dari kemampuannya untuk menghambat biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator nyeri. Efek samping NSAID yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik (Goodman and Gilman, 2006).

Dari uraian diatas telah diketahui bahwa minyak buah merah juga memiliki efek sebagai anti-inflamasi yaitu dengan menurunkan jumlah sel radang baik pada trakea maupun lambung tikus yang telah dipapar asap rokok subkronis. Selain itu kenyataan bahwa inflamasi merupakan reaksi proteksi tubuh yang paling mendasar terhadap semua bentuk jejas yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, melatarbelakangi peneliti untuk melakukan peneltian lebih lanjut tentang efek anti-inflamasi pada buah merah untuk membuktikan kebenaran dan akurasi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan diatas. Penelitian ini memiliki tujuan untuk untuk mengetahui efek minyak buah merah (Pandanus conoideus) sebagai anti-inflamasi dalam menurunkan respon nyeri pada tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar yang diinduksi yeast/ inflamasi.

Page 4: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi eksperimental menggunakan Randomized Post Test Only Control Group Design untuk membuktikan apakah pemberian minyak Buah Merah (Pandanus conoideus) mempunyai efek anti-inflamasi sehingga dapat menurunkan respon nyeri pada tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar yang diinduksi yeast (inflamasi). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode simple random sampling, dimana hewan coba sebanyak 20 ekor tikus Wistar jantan, dibagi menjadi empat kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus (Solimun, 2001), yakni sebagai berikut: Kelompok 1: Terdiri dari 5 ekor tikus yang hanya diinduksi dengan yeast

(kelompok kontrol) Kelompok 2: Terdiri dari 5 ekor tikus yang diinduksi yeast, disertai dengan

pemberian minyak buah merah dengan dosis 0,001ml/gr 1 kali dalam sehari (kelompok dosis 1)

Kelompok 3: Terdiri dari 5 ekor tikus yang diinduksi yeast, disertai dengan pemberian ekstrak buah merah dengan dosis 0,003ml/gr 1 kali dalam sehari (kelompok dosis 2)

Kelompok 4: Terdiri dari 5 ekor tikus yang diinduksi yeast, disertai dengan pemberian ekstrak buah merah dengan dosis 0,005ml/gr 1 kali dalam sehari (kelompok dosis 3)

Efek antiinflamasi minyak buah merah dapat dilihat dengan menentukan nilai ambang nyeri dengan menggunakan analgesimeter yang merupakan modifikasi dari metode Rendall Sallito Test. Nilai ambang nyeri adalah nilai terendah yang menimbulkan reaksi terhadap suatu rangsang nyeri. Pada percobaan ini nilai ambang nyeri ditentukan dengan pemberian stimulus nyeri berupa tekanan pada telapak kaki belakang dengan jarum pada alat anagesimeter. Kekuatan pada penjepitan ditentukan dalam satuan mmHg. Respon nyeri tikus ditunjukkan dengan reaksi tikus berupa mencicit, menjilat-jilat kaki, berontak atau menarik kaki yang berlawanan dengan kaki yang diperiksa (kontralateral). Pengukuran respon nyeri untuk tes efek anti-inflamasi pada kelompok kontrol dilakukan dengan memberikan perlakuan inflamasi tanpa pemberian minyak buah merah, tikus dibuat inflamasi dengan menyuntikkan 0,2 ml larutan yeast (S. cerviceae) 5% secara subcutan di telapak kaki belakang tikus. Ditunggu sekitar 30 menit, setelah kaki membengkak akibat inflamasi, diukur respon nyerinya pada 0 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit sesudah penyuntikan.

Pada kelompok tikus dengan perlakuan minyak buah merah, tiap kelompok tikus diberi minyak buah merah satu kali dalam sehari sesuai dengan dosis, dimana dosis 1 adalah 0,001ml/gr, dosis 2 adalah 0,003ml/gr, dan dosis 3 adalah 0,005ml/gr. Pemberian minyak buah merah dilakukan peroral dengan metode sonde, Dimana sebelumnya tikus telah disuntik dengan larutan yeast 5% secara subcutan untuk menimbulkan edema/inflamasi. Pengukuran respon nyeri dengan perlakuan

Page 5: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

inflamasi dilakukan pada 0 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit sesudah pemberian minyak buah merah. HASIL DAN ANALISA DATA Tabel 5.1 Hasil Rata-Rata Nilai Ambang Nyeri berupa Pengukuran Tekanan Penjepitan

(mmHg) Pada Telapak Kaki Tikus dan Signifikansi Tiap Kelompok Waktu

Tekanan Penjepitan (mmHg)

Waktu

Kontrol (n=5)

Dosis1 (0,001ml/grBB)

(n=5)

Dosis 2 (0,003 ml/grBB)

(n=5)

Dosis 3

(0,005ml/grBB)

(n=5) Signifikansi

Menit ke 0 76 + 5,477 86 + 5,477 82 + 8,367 80 + 7,071 0,166

Menit ke 0' 50 + 10,000 48 + 8,367 46 + 8,944 50 + 0,000 0,830

Menit ke 15 46 + 8,944 56 + 8,944 76 + 9,618 78 + 17,889 0,001

Menit ke 30 50 + 0,000 74 + 18,507 88 + 4,472 110 + 10,000 0,000

Menit ke 60 52 + 4,472 82 + 8,367 104 + 5,477 126 + 5,477 0,000

Menit ke 90 50 + 7,071 86 + 11,402 110 + 7,071 124 + 15,166 0,000

Menit ke 120 54 + 5,477 71 + 8,944 84 + 8,944 114 + 11,402 0,000

Keterangan : menit ke 0 : Besar tekanan penjepitan sebelum tikus diberi perlakuan inflamasi dengan

induksi yeast (kontrol negatif) menit ke 0' : Besar tekanan penjepitan diukur setelah tikus diberi perlakuan inflamasi

dengan induksi yeast (kontrol positif) menit ke 15 : Besar tekanan penjepitan setelah 15 menit pemberian minyak buah merah

setelah tikus mendapat perlakuan inflamasi dengan induksi yeast menit ke 30 : Besar tekanan penjepitan diukur setelah 30 menit pemberian minyak buah

merah, setelah tikus mendapat perlakuan inflamasi dengan induksi yeast menit ke 60 : Besar tekanan penjepitan diukur setelah 60 menit pemberian minyak buah

merah,setelah tikus mendapat perlakuan inflamasi dengan induksi yeast menit ke 90 : Besar tekanan penjepitan nilai ambang nyeri diukur setelah 90 menit

pemberian minyak buah merah, setelah tikus mendapat perlakuan inflamasi dengan induksi yeast

menit ke 120 : Besar tekanan penjepitan diukur setelah 120 menit pemberian minyak buah merah, setelah tikus mendapat perlakuan inflamasi dengan induksi yeast

Page 6: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

020406080

100120140

0 0' 15 30 60 90 120

Waktu Pengukuran (menit)

Rer

ata

Tek

anan

Pen

jepi

tan

(mm

Hg)

kontroldosis1dosis 2dosis3

Gambar 5.1 Grafik Hubungan antara Rata-Rata Nilai Ambang Nyeri berupa Tekanan

Penjepitan (mmHg) pada Kelompok Kontrol, Dosis1, 2, dan 3 dengan Waktu Pengukuran dalam Menit.

Dari hasil penelitian ini didapatkan data mengenai pengaruh minyak buah

merah terhadap nilai ambang nyeri tikus yang diberi perlakuan inflamasi. Data tersebut menunjukkan besarnya tekanan penjepitan (mmHg) yang menimbulkan respon nyeri pada tikus. Data ini kemudian dianalisa dengan analisa ragam (ANOVA), dan dilanjutkan dengan melakukan analisis post hoc dengan metode Tukey HSD. Perbedaan dianggap bermakna apabila p < 0,05. Analisa data ini dilakukan menggunakan program SPSS 12 for windows.

Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata besar besar tekanan

penjepitan pada kelompok kontrol, dosis 1, 2, dan 3 pada menit ke 0 dan 0’ tidak berbeda bermakna olek karena angka signifikansinya > 0,05 ( p > 0,05 ). Sedangkan rata-rata besar tekanan penjepitan pada kelompok kontrol, dosis 1, 2, dan 3 pada menit ke 15, ke 30, ke 60, ke 90, dan menit ke 120 tidak berbeda bermakna oleh karena angka signifikansinya < 0,05 ( p < 0,05 ).

Untuk mengetahui lebih jelas kelompok mana yang memiliki perbedaan yang

bermakna tersebut dilakukan analisa post hoc dengan tukey HSD. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 5.2. Bila nilai signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara perlakuan yang diuji tersebut (Santoso, S. dan Tjiptono, F., 2002).

Page 7: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

Tabel 5.2 Nilai P antar Kelompok Kontrol dan Perlakuan Berdasarkan Hasil Post Hoc test dengan Tukey terhadap Besarnya Tekanan Penjepitan pada Telapak Kaki Tikus

kontrol Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3

kontrol - 0,126 0,509 0,783

Dosis 1 0,126 - 0,783 0,509

Dosis 2 0,509 0,783 - 0,964

Menit 0

Dosis 3 0,783 0,509 0,964 -

kontrol - 0,978 0,853 1,000

Dosis 1 0,978 - 0,978 0,978

Dosis 2 0,853 0,978 - 0,853

Menit 0’

Dosis 3 1,000 0,978 0,853 -

kontrol - 0,563 0,006 0,003

Dosis 1 0,563 - 0,075 0,046

Dosis 2 0,006 0,075 - 0,993

Menit 15

Dosis 3 0,003 0,046 0,993 -

kontrol - 0,013 0,000 0,000

Dosis 1 0,013 - 0,209 0,000

Dosis 2 0,000 0,209 - 0,024

Menit ke 30

Dosis 3 0,000 0,000 0,024 -

kontrol - 0,000 0,000 0,000

Dosis 1 0,000 - 0,000 0,000

Dosis 2 0,000 0,000 - 0,000

Menit ke 60

Dosis 3 0,000 0,000 0,000 -

kontrol - 0,000 0,000 0,000

Dosis 1 0,000 - 0,013 0,000

Dosis 2 0,000 0,013 - 0,207

Menit ke 90

Dosis 3 0,000 0,000 0,207 -

kontrol - 0,038 0,000 0,000

Dosis 1 0,038 - 0,140 0,000

Dosis 2 0,000 0,140 - 0,000

Menit ke 120

Dosis 3 0,000 0,000 0,000 -

Keterangan tabel : Nilai p < 0,05 berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara 2 kelompok

Page 8: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

Nilai p > 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara 2 kelompok Kontrol : Terdiri dari 5 ekor tikus yang hanya diinduksi dengan yeast Dosis 1 : Terdiri dari 5 ekor tikus yang diinduksi yeast, disertai dengan pemberian minyak

buah merah dengan dosis 0,001ml/gr Dosis 2 : Terdiri dari 5 ekor tikus yang diinduksi yeast, disertai dengan pemberian ekstrak

buah merah dengan dosis 0,003ml/gr Dosis 3 : Terdiri dari 5 ekor tikus yang diinduksi yeast, disertai dengan pemberian ekstrak

buah merah dengan dosis 0,005ml/gr

PEMBAHASAN Respon nyeri tikus ditunjukkan dengan reaksi tikus berupa mencicit, menjilat-

jilat kaki, berontak atau menarik kaki yang berlawanan dengan kaki yang diperiksa (kontralateral). Respon nyeri diukur besarnya dengan cara mengamati besar tekanan (stimulus) yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon nyeri. Besarnya tekanan penjepitan inilah yang kemudian menandakan nilai ambang nyeri tikus. Pengukuran respon nyeri dilakukan dengan menggunakan pemberian stimulus nyeri berupa tekanan pada telapak kaki belakang dengan jarum pada alat anagesimeter modifikasi dari Rendall Sallito Test. Stimulus tekanan penjepitan ini akan menimbulkan rasa nyeri karena adanya kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan yang menyebabkan dibebaskannya zat nyeri (mediator nyeri) dari sel-sel yang rusak, yang menyebabkan perangsangan reseptor nyeri (Guyton & Hall, 1997).

Hasil dari penelitian pada menit ke 0, saat nilai ambang nyeri diukur sebelum

tikus diberi perlakuan inflamasi dengan induksi yeast, rata-rata pengukuran tekanan penjepitan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan minyak buah merah (dosis1, 2, dan 3) terlihat tidak jauh berbeda (p > 0,05). Rata-rata nilai ambang nyeri pada menit ke 0 merupakan nilai ambang nyeri normal pada tikus.

Nilai ambang nyeri yang menurun setelah induksi yeast pada menit ke 0’

(gambar 5.1) terjadi karena adanya reaksi inflamasi yang berupa peningkatan permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan eksudasi cairan ke ekstraseluler dan terakumulasi di daerah injuri yaitu telapak kaki tikus yang disuntik yeast subcutan sehingga terbentuk suatu pembengkakan (tumor) yang menyebabkan menekan saraf di sekitar fokus inflamasi sehingga menimbulkan rasa nyeri (dolor) (Goodman and Gilman, 2006).

Pada menit ke 15, dapat dilihat pada tabel 5.1 atau gambar 5.1 bahwa rata-

rata tekanan penjepitan atau nilai ambang nyeri pada kelompok tikus yang hanya diinduksi yeast (kontrol) tetap rendah sedangkan pada kelompok tikus yang diinduksi yeast dengan pemberian minyak buah merah (dosis 1, 2, dan 3) mulai meningkat. Menurut Ganiswarna (1995), efek kerja suatu obat tercapai apabila telah tercapai kadar tertentu dalam darah dan telah mencapai konsentrasi yang dibutuhkan untuk nilai ambang kerja obat dan akan menghilang apabila kadarnya dalam darah atau tubuh menurun atau berada di bawah nilai ambang tersebut. Hal ini diduga terjadi juga pada pemberian minyak buah merah dimana pada menit ke 15 kadar minyak

Page 9: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

buah merah telah mencapai konsenterasi yang dibutuhkan untuk nilai ambang kerja yang ditandai den bahwa onset kerja minyak buah merah adalah pada menit ke 15. gan timbulnya efek anti-inflamasi (meningkatnya nilai ambang nyeri). Ini juga menandakan bahwa onset kerja minyak buah merah adalah pada menit ke 15.

Pada kelompok tikus dosis 1 dan 2, rata-rata nilai ambang nyeri meningkat

terus pada menit ke 30, 60, sampai menit ke 90 (Gambar 5.1). Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya lama waktu pemberian minyak buah merah. Rata-rata nilai ambang nyeri yang tertingi pada dosis 1 dan 2 diperoleh pada menit ke 90. Hal ini berarti pada menit ke 90, efek maksimal minyak buah merah dosis 1 dan 2 sebagai anti-inflamasi dalam menurunkan respon nyeri dapat dicapai. Efek maksimal yang terjadi pada menit ke 90 diikuti dengan penurunan rata-rata tekanan penjepitan pada menit ke 120. Penurunan tekanan penjepitan dapat terjadi karena masa kerja obat (minyak buah merah) telah habis, bisa karena proses metabolisme ataupun ekskresi oleh tubuh tikus sehingga efek untuk meningkatkan nilai ambang nyeri mulai menurun.

Pada kelompok tikus dosis 3, rata-rata nilai ambang nyeri meningkat terus

pada menit ke 30 sampai menit ke 60, rata-rata nilai ambang nyeri yang tertinggi pada dosis 3 diperoleh pada menit ke 60 (Gambar 5.1). Hal ini berarti pada menit ke 60, efek maksimal minyak buah merah dosis 3 sebagai anti-inflamasi dalam menurunkan respon nyeri dapat dicapai. Efek maksimal kelompok dosis 3 ini terjadi lebih cepat daripada dosis 2 dan 3 oleh karena dosis 3 mengandung minyak buah merah dalam dosis yang lebih besar sehingga lebih cepat menghambat kerja mediator radang. Selanjutnya nilai ambang nyeri pada dosis 3 menurun terus pada menit ke 90 sampai menit ke 120. Penurunan tekanan penjepitan ini dapat terjadi karena adanya proses metobolisme ataupun ekskresi minyak buah merah dalam tubuh tikus sehingga efek untuk meningkatkan nilai ambang nyeri mulai menurun.

Penelitian ini dapat dilihat bahwa peningkatan nilai ambang nyeri memiliki

hubungan dengan besarnya dosis minyak buah merah. Semua kelompok yang diberikan perlakuan minyak buah merah baik dosis 1, 2, maupun 3 terbukti dapat meningkatkan nilai ambang nyeri setelah inflamasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tekanan penjepitan yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon nyeri. Meskipun begitu gambar 5.1 menunjukkan bahwa semakin besar dosis minyak buah merah yang digunakan, semakin besar pula peningkatan tekanan penjepitan yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon nyeri, sehingga pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa pemberian minyak buah merah dosis 3, memiliki efek anti-inflamasi yang paling tinggi dalam menurunkan respon nyeri daripada dosis 1 dan 2.

Dari serangkaian hasil penelitian diatas tersebut terbukti bahwa minyak buah

merah memiliki potensi sebagai anti-inflamasi dalam menurunkan respon nyeri. Mekanisme suatu bahan sebagai anti-inflamasi dapat melalui berbagai cara, yaitu melalui penghambatan kerja enzim fosfolipase yang selanjutnya akan menghambat pembentukan asam arakhidonat yang merupakan prekursor beberapa mediator untuk inflamasi, ataupun dengan cara lain seperti aspirin yang kerjanya

Page 10: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

menghambat kerja enzim siklooksigenase yang akan merubah asam arakhidonat menjadi endoperoksidase sehingga pembentukan prostaglandin dihambat. Salah satu mekanisme tersebut mungkin merupakan mekanisme kerja minyak buah merah sebagai anti-inflamasi dalam menurunkan respon nyeri. Menurut Mutschler (1991), mekanisme kerja analgetik yang juga berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah berdasarkan penghambatan sintesa prostaglandin. Salah satu bahan aktif minyak buah merah yang berperan sebagai anti-inflamasi adalah omega-3 (wikipedia, 2007), tetapi mekanisme omega-3 itu sendiri dalam menurunkan respon nyeri masih belum diketahui dengan jelas, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan aktif dan mekanisme kerja dari minyak buah merah sebagai anti-inflamasi dalam menurunkan respon nyeri.

KESIMPULAN

1. Minyak buah merah (Pandanus conoideus) mempunyai efek anti-inflamasi pada tikus yang diinduksi yeast (Saccharomyces cereviceae) yang ditunjukkan dengan adanya penurunan respon nyeri / peningkatan nilai ambang nyeri.

2. Pada pemberian minyak buah merah dosis 1 dan 2 , nilai ambang nyeri terus meningkat pada menit ke 15 , 30, 60 dan mencapai maksimal pada menit ke 90. Pada menit ke 120 nilai ambang nyeri mulai menurun. Pada dosis 3 nilai ambang nyeri terus meningkat pada menit ke 15 sampai menit ke 30, dan mencapai maksimal pada menit ke 60. Pada menit ke 90 nilai ambang nyeri mulai menurun.

3. Peningkatan nilai ambang nyeri maksimal terjadi pada dosis 3, yaitu pada menit ke 60.

4. Salah satu bahan aktif yang diduga berperan sebagai anti-inflamasi adalah omega-3

5. Kemungkinan mekanisme buah merah dalam berperan sebagai anti-inflamasi ada 2 cara, yaitu melalui penghambatan kerja enzim fosfolipase yang selanjutnya akan menghambat pembentukan asam arakhidonat yang merupakan prekursor beberapa mediator untuk inflamasi, ataupun dengan cara menghambat kerja enzim siklooksigenase yang akan merubah asam arakhidonat menjadi endoperoksidase sehingga pembentukan prostaglandin dihambat.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, I made., Fendy R Paimin.2004. Buah merah. Depok: Penebar swadaya.

Burke, Anne., Emer S, Garret AF. 2006. Analgesics-Antipiretic and Antiinflammatory Agents and Drugs Employed In The Treatment of Gout. Goodman an Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics 11th Edition. USA : Mc Graw-Hill.

Page 11: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes

Cruise, Julius M., Lewis, Robert E. 1991. Atlas of Immunology. New York, CRC Press.

Ganiswarna, Sulistia G.1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakatra: Gayabaru

Guyton, Arthur C.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Editor bahasa Indonesia : Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.

Komarulloh, Noor Syamsu.2006. Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus Lam) terhadap jml sel radang mucosa trachea tikus (Rattus norvegicus) Strain wistar yang dipapar asap rokok subkronis. Tugas Akhir. Fakultas Unibraw. Malang.

Mutschler E. 1991. Dinamika Obat. M.B Widianto dan A.S. Ranti (penterjemah). Penerbit ITB, Bandung.

Redaksi Agromedia. 2005. Pro dan Kontra Buah Merah : Pendapoat Pakar dan Praktisi. Cetakan 1. Jakarta . Agromedia Pustaka. Penyunting : Mulyono dan Astuti.

Redaksi Trubus 2005. Buah merah Bukti Empiris dan Ilmiah. Jakarta :Penebar Swadaya.

Santoso S, tjiptono F. 2002. Riset pemasaran konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit PT Alex Komputindo Kelompok Gramedia. Yakarta.

Silverthorn, D. U. 2004. Human Physiology an Integrated Approach 3th Edition. San Fransisco: Pearson Inc.

Solimun.2001. Diklat Metodologi Penelitian LKIP dan PKM kelompok Agrokomplex. Universitas Brawijaya. Malang.

Wikipedia. 2006. Essential Fatty Acid. (online) http://en.wikipedia.org/wiki/Essential Fatty Acid, diakses tanggal 25 April 2007.

Page 12: Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus) Sebagai Anti Inflamasi Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar

Mengetahui Pembimbing I Dr.dr.Nurdiana MKes