pengaruh pemberian ekstrak kunyit putih (curcuma...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT PUTIH
(CURCUMA ZEDOARIA) TERHADAP AKTIVITAS
SUPEROKSIDA DISMUTASE PADA TIKUS JANTAN
STRAIN SPRAGUE DAWLEY YANG DIBERIKAN
MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG)
SELAMA 14 HARI
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Kenyo Sembodro Pramesti
NIM : 11151030000026
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2018 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb.
Segala puja dan puji saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kita nikmat iman dan nikmat sehat sehingga kita masih dapat merasakan rahmat
dan hidayahnya. Salawat serta salam tidak lupa saya panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW semoga kita bisa mendapatkan syafaat di Hari Akhir nanti.
Aamiin.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang sudah
berkontribusi dalam pembuatan karya ini karena tanpa dukungan dan doa – doa
yang telah diberikan, saya merasa tidak akan bisa menyelesaikan karya ini dengan
baik. Untuk itu saya ingin berterima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. dr. Hari Hendarto, Sp.PD-KEMD, Ph.D, FINASIM selaku Dekan FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M.Epid.,Sp.OT selaku
Ketua Program Studi Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
serta seluruh dosen – dosen Program Studi Kedokteran yang selalu
memberikan bimbingan selama saya menjalani masa studi di Program
Studi Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Lucky Brilliantina, M.Biomed dan Bapak Chris Adhiyanto, S.Si,
M.Biomed, Ph.D selaku dosen pembimbing saya yang selalu sabar dalam
membimbing dan mengarahkan saya serta tidak pernah letih untuk
memberi semangat kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik.
3. dr. Nursyahidah, Sp.FK dan Ibu Silvia Fitrina Nasution, M.Biomed selaku
penguji sidang skripsi saya yang semoga diberkahi oleh Allah SWT
4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab (PJ) modul
riset, Ibu Nurlaely Mida R., S.Si, M.Biomed selaku PJ Lab. Animal House,
DR. Endah Wulandari, M.Biomed selaku PJ Lab. Biokima, dan Pak Chris
Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, Ph.D selaku PJ Lab. Kultur Sel serta staf
vi
beserta laboran yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian saya. Kepada
Ibu Ayi yang telah membantu saya dalam mempersiapkan alat – alat di
Laboratorium Biokimia.
5. Kedua orang tua saya, Drs. Boniran BN M.Pd dan Ina Herlina S.Pd yang
sampai detik ini selalu mendukung saya dalam segala sesuatunya, selalu
melimpahkan kasih sayang kepada saya, dan selalu mendoakan saya di
setiap langkah kehidupan yang saya jalani serta mendoakan saya menjadi
dokter yang amanah. Selain itu, kedua adik tersayang saya yaitu Duto
Prabu Mengku Utomo dan Derajat Taruno Jati yang selalu mendukung dan
mendoakan saya serta keluarga besar saya yang selalu mendukung saya,
menyemangati saya dan menyisipkan doa – doa untuk saya.
6. Teman – teman Amigdala FK UIN 2015 yang hingga detik ini masih
bersama saya. Masih terus berjalan bersama – sama dan beriringan untuk
menggapai cita – cita bersama yang tanpa mereka mungkin saya tidak akan
bisa bertahan di dunia kedokteran yang keras ini dalam suka maupun duka.
7. Teman seperjuangan penelitian saya yaitu Sisy Marfani Rizki dan Salma
Maulidiyah yang telah bersama – sama merasakan pahit dan manisnya
sebuah penelitian dan yang telah saling membantu dalam penyelesaian
penelitian ini.
8. Kepada sahabat saya Wafa Sofia Fitri yang sudah menemani saya hingga
detik ini yang selalu menjadi tempat bagi saya untuk mencurahkan isi hati
saya dan yang selalu mengajarkan saya arti hidup sesungguhnya.
9. Kepada sahabat saya Siti Abidah Farhani yang telah menjadi teman hidup
saya di FK mulai dari modul PBL hingga saat ini. Tempat saling bercerita,
berbagi, dan saling mendukung satu sama lain.
10. Teman – teman berkumpul saya di „Nastar‟ yaitu Fitria Tahta Alfina,
Rahayu Muhsi Amalia, Hani, dan Wafa yang selalu ada untuk saya dan
menemani saya hingga detik ini. Tempat saya mencurahkan segala cerita
baik suka maupun duka, yang selalu menghibur saya setiap saat dan
menjadi teman belajar saya di FK.
vii
11. Teman – teman saya di „Tangkis Mental‟ yaitu Khairunnisa, Fitriani,
Muamar Fiqri, Dani Ardikusumah, M. Fajri Ramadhan, Arief Adhi
Prasetyo, Rizky Desananda, Yahya Zainul Fakkar, M. Afzal, M. Azhar,
dan mas Tri Nugroho yang sampai detik ini masih bersama saya, selalu
membuat saya tersenyum dan merasa bahagia seletih apapun saya dan
sepenat apapun saya menjalani kehidupan saya di FK.
12. Kepada organisasi yang saya ikuti di rumah yaitu Karang Taruna 017 dan
Ikatan Remaja Masjid Nurul Iman (IKRAMNI) yang selalu menjadi tempat
belajar saya dan selalu mengingatkan saya bahwa hakikat hidup adalah
menolong orang lain tanpa pamrih serta selalu mendoakan saya untuk
menjadi dokter yang baik.
13. Teman – teman saya di BPH BEM FK UIN yaitu Robby Franata Sitepu
S.Ked, Wafa, Yukpit, Widda Mayyala Shofie S.Ked, Afifah Raisa Halim,
Vina Izzatul A., Qotrun Nada S.ked, Aji Dwi Syahputra, Aqiila Puterikami
S.Ked, Muhammad As‟ad S.Ked, Mega Latenriole S.Ked, Naura Nazhifah
Bakri S.Ked, dan Sarah Azizah S.Ked yang selalu mendukung dan
mendoakan serta melatih saya untuk menjadi pemimpin yang baik.
14. Teman – teman saya di Kaderisasi BEM yaitu Naura Andhini F., Sarwan
Hardi, Farah Alvi R. S.Ked, M. Ilmul Yaqin S.Ked, Wafa, Andi Asri
Ainun P., Ilham Indraprasta, Nashih Abdillah, Roidul Fatoni, Ayu Namirah
Filayeti, dan Raden M. Hidayat yang amat saya sayangi yang selalu
mendukung dan menjadi teman berbagi saya.
15. Teman – teman saya yaitu Rahayu Sri Wahyuni S.Ked, Eneng siti Nur
Azizah S.Ked, Sisy, Salma, dan Hani yang hingga saat ini masih bersama
saya dan selalu men-support saya selama ini.
16. Teman – teman dan adik – adik saya di SCOMEDIAN CIMSA UIN yang
selalu mendukung saya dan mendoakan saya.
17. Adik – adik tingkat saya angkatan 2016, 2017, dan 2018 yang selalu
mendoakan saya dan membantu saya.
18. Sepupu kecil saya yaitu Andhika Fahrul dan Ringgo yang selalu membuat
saya bahagia sehingga saya sejenak dapat melupakan rasa letih dan penat
saya saat melakukan penelitian ini.
viii
ix
ABSTRAK
Kenyo Sembodro Pramesti. Program Studi Kedokteran. Pengaruh
Pemberian Ekstrak Kunyit Putih (CURCUMA ZEDOARIA) Terhadap
Aktivitas Superoksida Dismutase pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley
yang diberikan Monosodium Glutamat (MSG) Selama 14 Hari. 2018.
Latar belakang: Superoksida dismutase (SOD) merupakan salah satu enzim
penyapu yang bertanggungjawab dalam mengkatalisis radikal bebas yang masuk
ke dalam tubuh yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Kunyit putih
(Curcuma zadoariae) dan vitamin C (asam askorbat) merupakan zat yang dapat
membantu SOD dalam mengkatalisis radikal bebas. Kunyit putih mengandung
kurkumin, flavonida, dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antioksidan. Salah
satu zat yang dapat menghasilkan radikal bebas berupa anion superoksida (O2-)
yaitu monosodium glutamat (MSG).
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kunyit putih (Curcuma
zedoaria), vitamin C, dan MSG selama 14 hari terhadap aktivitas superoksida
dismutase tikus jantan Strain Sprague Dawley.
Metode: Desain penelitian merupakan studi eksperimental. Kelompok penelitian
terdiri dari kelompok normal, kelompok yang diberikan MSG (4.800
mg/kgbb/hari), kelompok yang diberikan MSG dengan ekstrak kunyit putih (100
mg/kgbb/hari dan 200 mg/kgbb/hari), dan kelompok yang diberikan MSG dengan
vitamin C (250 mg/kgbb/hari dan 500 mg/kgbb/hari). Dosis diberikan secara oral
terhadap tikus jantan (Sprague dawley) selama 14 hari. Plasma darah yang diambil
melalui vena puncture kemudian dicampurkan dengan KIT yang khusus
menggukur akivitas SOD. Aktivitas dari SOD diukur dengan menggunakan prinsip
Inhibition Rate of SOD (%).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan Inhibition Rate of SOD (%) pada kelompok
yang diberikan zat antioksidan (kunyit putih dan vitamin C) didapatkan lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan MSG. Kunyit putih dan
vitamin C dapat meningkatkan aktivitas dari SOD terutama pada kelompok ekstrak
kunyit putih dosis 100 mg/kgbb/hari (P<0.005) sedangkan pada kelompok MSG
(4.800 mg/kgbb/hari) didapatkan penurunan aktivitas SOD secara bermakna
(P<0.005).
Kesimpulan: Ekstrak kunyit putih dan vitamin C merupakan antioksidan yang
dapat meningkatkan absorbansi dari aktivitas enzim SOD dalam menyapu radikal
bebas yang dihasilkan oleh MSG pada tikus jantan (Sprague Dawley).
Kata Kunci : MSG, Superoksida Dismutase, Curcuma zedoaria, Vitamin C,
Radikal Bebas, Antioksidan
x
ABSTRACT
Kenyo Sembodro Pramesti. Faculty of Medicine. The Effect of White
Turmeric (Curcuma zedoaria) Extract on Superoxide Dismutase Activity in
Sprague Dawley Male Rats Which Given by Monosodium Glutamate (MSG)
for 14 days. 2018
Background: Superoxide dismutate (SOD) is a scavenger enzyme that is
responsible for catalyzing free radicals that can cause tissue damage in the body.
White turmeric (Curcuma zadoariae) and vitamin C (ascorbat acid) can help SOD
to catalyze free radicals. White turmeric contains curcumin, flavonida, and
essential oil that works as antioxidants. One of the substances that can produce
superoxide anions (O2-) is monosodium glutamate (MSG).
Objective: To observe the effect of giving white turmeric extract, vitamin C and
MSG on superoxide dismutase (SOD) activity in male rats (Sprague Dawley) for
14 days.
Method: the research study was experimental. The research groups are consisted
of the normal group, the group given MSG (4.800 mg/kg body weight/day), the
group given MSG with white turmeric extract (100 mg/kg body weight/day and
200 mg/kg body weight/day), and group given MSG with vitamin C (250 mg/kg
body weight/day and 500 mg/kg body weight/day). The dosage was administered
orally to male rats (Sprague dawley) for 14 days. Blood plasma was collected by
vein puncture and mixed with SOD Activity Assay KIT and calculated by
Inhibition Rate of SOD (%) equation.
Results: The results showed that the Inhibition Rate of SOD (%) in the antioxidant
group (white turmeric and vitamin C) was found lower than the group given MSG.
White turmeric and vitamin C could increase SOD activity especially in the group
of white turmeric extract at a dosage of 100 mg / kg body weight/day (P <0.005)
while in the group given MSG (4.800 mg/kg weight body/day) could reduce SOD
activity significantly (P<0.005).
Conclusion: The extract of white turmeric and vitamin C are antioxidants can
increasing absorbance of SOD enzyme activity to scavenge free radical produced
by MSG in male rats (Sprague dawley).
Keyword : MSG, Superoxide Dismutase, Curcuma zedoaria, Vitamin C, Free
Radical, Antioxidant
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3. Hipotesis ............................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1. Landasan Teori ...................................................................................... 4
2.2. Kerangka Teori .................................................................................... 26
2.3. Kerangka Konsep ................................................................................ 27
2.4. Definisi Operasional ............................................................................ 28
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 31
1.1. Desain Penelitian ................................................................................... 31
1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 31
1.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 31
1.4. Cara Kerja Penelitian ............................................................................ 33
1.5. Alur Penelitian ...................................................................................... 39
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 40
xii
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 45
5.1. Simpulan ............................................................................................... 45
5.2. Saran ...................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46
LAMPIRAN ....................................................................................................... 51
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Efek senyawa kimia kunyit putih………………………………..……. 20
Tabel 2.2 Sumber vitamin C………………… ………………………………..… 22
Tabel 3.1 Waktu Penelitian……………………………………………………… 31
Tabel 4.2 Uji Statistik……………………………………………………………. 43
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Rerata berat badan tikus……………………………………………... 40
Grafik 4.2 Inhibition Rate of SOD ...…………………………………………… 41
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reaksi pembentukan hidroksil…………………………………….… 6
Gambar 2.2 Reaksi redoks dan pembentukan kaskade ROS…………………...… 8
Gambar 2.3 Pengkatalisan radikal bebas oleh enzim antioksidan…………….….. 9
Gambar 2.4 Patogenesis ROS………………………………………….………... 11
Gambar 2.5 Struktur MSG………………………………………………………. 13
Gambar 2.6 Struktur kandungan kunyit putih…………………………………… 17
Gambar 2.7 Struktur kurkumin……………………………………………..…… 18
Gambar 2.8 Struktur vitamin C…………………………………………..……… 21
Gambar 2.9 Struktur monodehidroaskorbat………………………………...…… 24
Gambar 2.10 Struktur dehidroaskorbat………………………………….….…… 25
Gambar 3.1 Reaksi pengkatalisan anion superoksida oleh SOD dan WST-1.….. 37
Gambar 4.1 Perbedaan gambaran mikroskopis limpa tikus …………………….. 43
Gambar 6.1 Surat keterangan tikus sehat………………………………………... 51
Gambar 6.2 Surat sertifikat MSG………………………………………...……... 52
Gambar 6.3 Surat sertifikat kunyit putih……………………………...…….…… 53
Gambar 6.4 Surat sertifikat vitamin C……………………………...…………… 54
Gambar 6.5 Sampel tikus …………………………………………………..…... 59
Gambar 6.6 Kandang di Animal House……………………..………………..… 59
Gambar 6.7 Ekstrak Kunyit putih dari Sidomuncul…………………………….. 59
Gambar 6.8 Pembiusan hewan………………………………………………..… 60
Gambar 6.9 Sacrifice hewan……………………………………………….….… 60
Gambar 6.10 Pengambilan darah…………………………………………….….. 60
Gambar 6.11 Sentrifugasi darah melalui vena puncture………………………… 60
Gambar 6.12 Kecepatan sentrifugasi 6.000 rpm selama 6 menit……….…….… 61
Gambar 6.13 Darah hasil sentrifugasi…………………………………..…….… 61
Gambar 6.14 Plasma darah sampel…………………………………..……….… 61
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Tikus Sehat……………………………………… 51
Lampiran 2 Sertifikat MSG…………………………………………………...…. 52
Lampiran 3 Sertifikat Kunyit Putih…………………………………………...…. 53
Lampiran 4 Sertifikat Vitamin C……………………………………………..…. 54
Lampiran 5 Cara Pencampuran KIT dan sampel…………………………….…. 55
Lampiran 6 Rumus Larutan MSG…………………………………………….… 56
Lampiran 7 Rumus Larutan Kunyit Putih…………………………………….… 57
Lampiran 8 Rumus Larutan Vitamin C……………………………………….… 58
Lampiran 9 Dokumentasi Proses Penelitian…………………………………..… 59
Lampiran 10 Tabel Uji Statistik……………………………………………….… 62
Lampiran 11 Riwayat Hidup Penulis……………………………………………. 65
xvii
DAFTAR SINGKATAN
GLUT : Glucose Transport
MDA : Malondialdehyde
MSG : Monosodium Glutamat
SOD : Superoksida Dismutase
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Radikal bebas merupakan zat yang mempunyai sifat sangat reaktif dan
dapat menyebabkan suatu keadaan yang dinamakan stres oksidatif. Keadaan
tersebut dalam tubuh lama kelamaan akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel
dan jaringan tubuh. 1,2
Salah satu zat yang dapat menghasilkan radikal bebas
adalah Monosodium Glutamat (MSG). MSG yang masuk kedalam tubuh dan akan
menghasilkan radikal bebas berupa Reactive Oxygen Species (ROS).3 Apabila
radikal bebas masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan merangsang pengeluaran
enzim untuk menyapu radikal bebas tersebut. Superoksida dismutase (SOD)
merupakan lini peretahanan pertama sebagai agen penyapu dari radikal bebas.
SOD akan mengkatalisis ROS menjadi bentuk yang lebih stabil yaitu berupa
oksigen dan air. 4
Penelitian Veena et al memperlihatkan bahwa terdapat
penurunan aktivitas dari SOD sebesar 7%-14% pada kelompok yang diberikan
MSG pada dosis 5 mg/kgbb dan 10 mg/kgbb. 5
Aktivitas SOD diketahui dapat dipengaruhi oleh antioksidan. Kunyit putih
memiliki manfaat antara lain sebagai antioksidan. Kandungan utama yang terdapat
pada kunyit putih yaitu senyawa kurkuminoid, flavonida, dan minyak atsiri yang
mempunyai fungsi utama sebagai antioksidan. 6, 7
Kandungan antioksidan dalam
kunyit putih dapat menguraikan radikal bebas yang dihasilkan oleh MSG menjadi
bentuk yang lebih stabil sehingga tidak reaktif dalam tubuh.8
Selain kunyit putih, vitamin C juga dapat berperan sebagai antioksidan bagi
tubuh. Asam askorbat yang terkandung dalam vitamin C akan mengkatalisis
radikal bebas menjadi lebih stabil dan tidak reaktif.4
Penelitian yang dilakukan oleh Onyema et al melaporkan bahwa MSG
dapat menginduksi terbentuknya stres oksidatif pada penelitian hewan dengan
dosis 0,6 mg/gbb.9
Menurut Himaja et al yang melakukan penelitian mengenai
aktivitas antioksidan pada kunyit putih menunjukan bahwa ekstrak dari kunyit
putih memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dan bisa menjadi sumber potensial
antioksidankalami.10
2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kunyit putih
(Curcuma zedoaria) dan vitamin C terhadap aktivitas SOD pada tikus jantan
Strain Sprague Dawley.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah pemberian ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria) dengan
dosis 100 mg/kgbb/hari dan dosis 200 mg/kgbb/hari pada tikus jantan
Strain Sprague Dawley yang telah diberikan MSG dengan dosis 4.800
mg/kgbb/hari selama 14 hari dapat berpengaruh terhadap aktivitas
SOD?
b. Apakah pemberian vitamin C dalam bentuk ampul dengan dosis 250
mg/kgbb/hari dan dosis 500 mg/kgbb/hari pada tikus jantan Strain
Sprague Dawley yang telah diberikan MSG dapat berpengaruh
terhadap aktivitas SOD?
c. Apakah pemberian MSG pada tikus jantan Strain Sprague Dawley
dapat berpengaruh terhadap aktivitas SOD?
1.3. Hipotesis Masalah
a. Pemberian ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria) dengan dosis 100
mg/kgbb/hari dan dosis 200 mg/kgbb/hari serta pemberian vitamin C
dalam bentuk ampul dengan dosis 250 mg/kgbb/hari dan dosis 500
mg/kgbb/hari dapat meningkatkan aktivitas superoksida dismutase
b. Pemberian MSG dengan dosis 4.800 mg/kgbb/hari selama 14 hari dapat
menurunkan aktivitas superoksida dismutase tikus jantan Strain
Sprague Dawley.
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria), vitamin
C, dan MSG selama 14 hari terhadap aktivitas SOD tikus jantan Strain
Sprague Dawley.
3
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui aktivitas superoksida dismutase dengan prinsip mengukur
Inhibition Rate of SOD
b. Mengetahui peran dari ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria) dan
vitamin C sebagai antioksidan
c. Mengetahui MSG dapat menghasilkan zat radikal bebas.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pentingnya
antioksidan bagi tubuh guna menangkal radikal bebas yang masuk ke
dalam tubuh.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Radikal Bebas
A. Definisi
Radikal bebas menurut Halliwel adalah suatu atom, gugus, molekul
atau senyawa yang dapat berdiri sendiri yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada orbit paling luar. Molekul tersebut
diantaranya atom hidrogen, logam – logam transmisi, dan molekul oksigen.
Kehadiran satu atau lebih elektron tak berpasangan menyebabkan molekul
ini mudah tertarik pada suatu medan magnetik dan menyebabkan molekul
sangat reaktif. Radikal bebas dapat bermuatan positif, bermuatan negatif,
atau tidak bermuatan.11
Radikal bebas terbentuk di dalam kondisi normal. Zat ini dapat
menyebabkan kerusakan pada asam nukleat, protein, dan lipid di
membrane sel dan lipoprotein plasma12
.
B. Jenis Radikal Bebas
Radikal bebas yang paling merusak tubuh adalah radikal oksigen
atau sering disebut dengan Reactive Oxygen Species (ROS) terutama
superoksida (O2-), hidroksil (OH
-), radikal peroksil (ROO
-), dan
perihidroksil (O2H-)12
. 1-3% oksigen yang masuk ke dalam tubuh diubah
menjadi ROS. Pada kondisi metabolisme yang normal, pembentukan ROS
digunakan untuk fungsi fisiologis seperti membangkitkan ATP dalam
proses katabolisme maupun anabolisme. Mitokondria mempunyai peran
penting dalam pembentukan ROS seluler yang dihasilkan dari transport
elektron yang berlokasi di membran mitokondria. Mitokondria
menggunakan enzim sitokrom 450 untuk memproduksi ROS.
ROS memiliki dua subgroup yaitu radikal bebas seperti superoksida
dismutase (SOD) dan nonradikal seperti H2O2. Radikal bebas primer
dihasilkan di sel seperti anion superoksida (O2-) dan nitrit oksida (NO).
5
superoksida terbentuk dari hasil reduksi oksigen yang tidak komplit
sedangkan NO dihasilkan dari sintesis nitrit oksida. Keduanya sama – sama
reaktif dan dapat bereaksi menjadi jenis lain dari ROS2.
C. Sifat radikal bebas
Sifat radikal bebas termasuk reaksi yang sangat reaktif yaitu sangat
mudah dalam menarik elektron. Hal ini dikarenakan radikal bebas dapat
membentuk senyawa baru apabila bereaksi dengan molekul lain seperti
enzim – enzim, DNA, maupun molekul – molekul penyusun membran sel.
Selain itu, bisa juga terbentuk dari yang bukan radikal bebas tetapi mudah
berubah menjadi radikal bebas seperti H2O2, ozon, dan senyawa lainnya.
Reaksi ini dapat berhenti apabila diredam dengan senyawa antioksidan.
Molekul - molekul yang mudah bereaksi dengan radikal bebas
biasanya yang mempunyai ikatan atom yang kurang kuat13
.
Hidroksil atau OH- merupakan senyawa radikal bebas yang paling
berbahaya karena reaktivitasnya yang sangat tinggi diantara senyawa
oksigen reaktif lainnya. OH- dapat menyebabkan kerusakan struktur sel
bahkan bisa membuat seluruh sel menjadi rusak dan mengganggu fisiologi
sel. Hidroksil bisa didapatkan dari hasil oksidasi dari hidrogen peroksida
melalui reaksi Fenton yang di transmisi oleh logam transisi seperti Fe2+
dan
Cu2+
. Selain itu, anion superoksida juga mempunyai sifat sangat reaktif.
Anion superoksida dapat terbentuk dari O2 bebas. O2- juga dapat
menghasilkan radikal hidroksi dan hiperoksida yang lebih reaktif melalui
reaksi Haber-Weiss13, 14
.
6
Gambar 2.1 Reaksi pembentukan hidroksil
Sumber: Marks, 1996.
D. Mekanisme Pembentukan radikal bebas
Bagian terkecil pada diri manusia merupakan sel. Kehidupan sel di
pertahankan oleh kebutuhan energi yang berasal dari metabolisme dan
pernapasan sel itu sendiri. Di dalam tubuh terdapat dua jenis reaksi yaitu
reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi oksidasi yaitu reaksi yang mengurangi
jumlah elektron atau reaksi pelepasan elektron sehingga terjadi
peningkatan muatan positif. Sebaliknya, reduksi yaitu reaksi penambahan
jumlah elektron. Reaksi oksidasi terjadi saat proses pernapasan dan
metabolisme dan menyebabkan terbentuknya radikal bebas13.
ROS khususnya radikal hidroksil dapat bereaksi dengan semua
makromolekul seperti lipid, protein, asam nukleat, dan karbohidrat15
.
Reaksi pada radikal bebas terbagi menjadi tiga, yaitu tahap inisiasi, tahap
propagasi, dan tahap terminasi yang dapat bersifat endogen maupun
eksogen. Proses terssebut dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Tahap Inisiasi
Pada tahap ini radikal bebas dibentuk dan menyerang makromolekul.
Reaksi awal akan terbentuk senyawa radikal kedua. Contohnya pada
lipid, radikal bebas akan menyerang lipid sehingga terbentuk radikal
lipid yang nantinya bereaksi dengan oksigen membentuk radikal lipid
7
peroksil. Senyawa ini nantinya akan menyerang molekul lipid lainnya
dan mengambil hidrogen untuk membentuk lipid hidroperoksid.
b. Tahap Propagasi
Pada tahap ini terjadi pemanjangan rantai radikal melanjutkan reaksi
oksidasi sebelumnya sehingga dapat menyebar ke molekul – molekul
lainnya.
c. Tahap terminasi
Tahap ini terjadi reaksi antara senyawa radikal. 13, 15, 16
Senyawa – senyawa yang menstimulasi pembentukan ROS dalam
sel terjadi dalam proses siklus redoks. Pada awalnya, senyawa kimia (sebut
saja Q) di reduksi pertama kali oleh satu elektron menjadi radikal bebas
dengan bentuk Q- dan dioksidasi kembali oleh dioksigen menjadi senyawa
aktif Q dengan formasi bersamaan dari O2-. Proses ini bisa terjadi secara
non enzimatik atau bisa dikatalisis oleh flavoprotein, termasuk NADPH
sitokrom P-450 reduktase dan NADPH ubiquinone oksireduktase. Dengan
asupan yang bagus dari elektron ke flavoprotein dan kondisi teroksigenasi,
sebuah senyawa yang kecil dari senyawa kimia dapat memproduksi O2-
dalam jumlah yang besar dan kemudian menjadi H2O2. Jika jumlah O2-
dan H2O2 diproduksi maka enzim pertahanan endogen akan kewalahan
sehingga akan terbentuk kaskade dari ROS. Kaskade ini menyebabkan
kerusakan total kepada sel yang dikatalisis oleh logam seperti Fe2+
dan
Cu2+
. Apabila hal ini melampaui ambang batas maka kerusakan ini akan
menyebabkan kematian sel/neoplasma2, 14,17
8
Gambar 2.2 Reaksi redoks dan pembentukan cascade ROS
Sumber: Alexandre, 1988.
E. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap radikal bebas
Lini pertama dari pertahanan terhadap kerusakan yang berat dari
reduksi molekul oksigen di sistem biologi adalah superoksida dismutase
(SOD), katalase, dan peroksidase. SOD adalah enzim yang bertanggung
jawab untuk membersihkan toksisitas potensial oksigen. SOD akan
mengkatalisis reaksi antara superoksida dan proton untuk menghasilkan
oksigen dan hidrogen peroksida. Selanjutnya, H2O2 akan di konversi
menjadi 2H2O oleh glutation peroksidase dan oleh katalase diubah menjadi
oksigen dan air. Glutation peroksidase membutuhkan GSH sebagai
substrat. Enzim – enzim tersebut guna untuk meminimalisir dari
konsentrasi O2- dan H2O2. Reaksi ini terjadi secara spontan. 4, 15, 17, 18
9
Gambar 2.3 Pengkatalisan radikal bebas oleh Enzim anti oksidan
Sumber: R&D System, 1997.
SOD sendiri adalah metalloenzymes yang mengandung atom
tembaga, seng atau besi yang dibentuk dalam sitosol dan yang mengandung
mangan yang dibentuk di dalam matrik mitokondria. Terdapat tiga jenis
dari SOD yaitu Cu,Zn SOD (Copper Zinc Superoxide dismutase) yang
terdapat di dalam sitoplasma dan organel, MnSOD (Mangan Superoxide
dismutase) terdapat di matriks mitokondria, dan EC SOD (Extracellular
Superoxide dismutase)yang terdapat di plasma darah, limfanodus, dan CSF
(cerebrospinal fluid).19
Selain itu, terdapat molekul molekul kecil yang juga ikut membantu
dalam sistem pertahanan yaitu seperti glutation, askorbat, hidrokuinon,
atau alpha-ketoferol.
Lini pertahanan yang kedua dalam menangkal kerusakan secara in
vivo adalah aktivitas antioksidan seperti vitamin E dan vitamin C yang
dapat meminimalisir konsentrasi peroksidase dan OH- di sel membran.
2,14,17
F. Dampak Radikal Bebas
Radikal bebas dapat bersumber dari mana saja. Contoh – contoh
sumber penyebaran bisa dari asap rokok, sinar UV, bahan makanan,
mikroorganisme seperti bakteri maupun virus, dan sebagainya. 13
Radikal bebas sangat bermanfaat bagi tubuh apabila dalam jumlah
normal seperti membunuh bakteri dan berperan dalam reaksi inflamasi.
10
Penggunaan oksigen yang meningkat akan digunakan untuk mengoksidasi
NADPH untuk menghasilkan radikal oksigen sebagai agen sitotoksik untuk
membunuh mikroorganisme yang sedang di fagositosis. 4 Namun, apabila
dalam jumlah berlebih akan menghasilkan reaksi berlebih berupa stres
oksidatif. Stres oksidatif adalah keadaan dimana jumlah radikal bebas
dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkan yang dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan.2 Keadaan tersebut dapat menyebabkan
kerusakan sel mulai dari sel, jaringan, hingga ke organ tubuh yang
mempercepat terjadinya proses penuaan dan penyakit. 13
ROS yang di produksi di jaringan dapat menimbulkan kerusakan
langsung terhadap makromolekul seperti lipid, asam nukleat, dan protein.
Lemak tak jenuh menjadi sasaran utama dari ROS untuk melakukan proses
oksidasi yang berpotensi menghasilkan lipid peroksidase. Lipid
peroksidase akan merangsang reaksi berantai sampai reaksi itu diputuskan.
Akhir produk dari lipid peroxidase berupa malondialdehyde (MDA), 4-
hidroksi-2-nonenol (4-HNE), dan F2-isoprostan. 2, 15
Sistem saraf pusat salah satu yang paling sensitive terhadap
kerusakan akibat radikal bebas karena hanya terdapat sedikit antioksidan
didalamnya. Sedangkan pada kelenjar pituitary, ROS dapat mengakibatkan
disfungsi endokrin dan berhubungan dengan penyakit Parkinson dan
Alzheimer. Pada sistem pertahanan tubuh, ROS akan mengeluarkan NF-kB
yang akan mengubah mediator proinflamasi sehingga terjadi inflamasi
kronik.2
11
Gambar 2.4 Patogenesis ROS
Sumber: Rahal, 2014.
ii. Antioksidan
A. Definisi
Antioksidan merupakan senyawa yang menghambat proses oksidasi
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menetralisir kadar radikal bebas dalam
tubuh untuk mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas.
Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan
elektron yang dimiliki oleh radikal bebas untuk mencegah reaksi berantai
pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif. 16
B. Jenis dan Sumber Antioksidan
Antioksidan terbagi menjadi dua jenis yaitu :
Antioksidan preventif. Antioksidan yang digunakan untuk mengurangi
laju inisiasi reaksi berantai. Contohnya seperti katalase, dan
peroksidase lainnya.
12
Antioksidan pemutus rantai. Digunakan untuk memutuskan rantai –
rantai senyawa radikal bebas yang mengganggu saat fase propagasi.
Superoksida dismutase adalah pemutus rantai yang utama yang bekerja
dalam fase cair untuk menangkap radikal bebas superoksida O2-.
Antioksidan bisa didapatkan dari bahan alami maupun zat – zat
tertentu. Antioksidan alami antara lain adalah vitamin E (tokoferol) yang
larut lipid dan lemak, vitamin C, Beta-karoten dan lain – lain. Sedangkan
Propil galat, hidroksianol terbulasi (BHA), hidroksitoluen terbulasi (BHT)
adalah antioksidan yang digunakan sebagai zat tambahan pada makanan. 12
iii. Monosodium Glutamat
A. Sejarah
Monosodium Glutamat (MSG) adalah garam natrium yang berasal
dari asam glutamat. MSG juga dikenal dengan nama Aji-no-moto, Sasa,
Vet-sin, Miwon and Weichaun. 5 MSG ditemukan pertama kali oleh dr.
Kikunae Ikeda yaitu seorang ahli kimia Jepang pada tahun 1909. Ia adalah
seorang professor di Universitas Tokyo, Jepang. Ia menemukan MSG
dengan mengisolasinya dari sejenis rumput laut yang bernama Laminaria
japonica yang biasa digunakan dalam masakan Jepang. Sebelumnya di
Jerman, Ritthausen telah berhasil mengisolasi asam glutamate menjadi
MSG pada tahun 1866, tetapi belum mengetahui bahwa dapat digunakan
menjadi penyedap rasa. 17, 21, 22
Rasa yang didapatkan dari MSG disebut dengan „umami‟ yang
berasal dari bahasa jepang „umai‟ yang berarti enak atau lezat. MSG
biasanya digunakan sebagai penyedap rasa makanan. Rasa yang dihasilkan
dari umami ini adalah rasa baru diluar dari rasa manis, asin, pahit, dan
asam yaitu rasa gurih dan lezat. Sebenarnya MSG tidak mempunyai rasa,
tetapi bila ditambahkan kedalam masakan maka akan terbentuk asam
glutamat bebas yang akan ditangkap oleh otak sebagai rasa gurih dan lezat.
Sejak saat itu, Jepang mulai memproduksi asam glutamate dari bahan
alami. Rasa ini semakin lama semakin di gemari oleh banyak kalangan
sehingga Jepang mulai memproduksi asam glutamat melalui fermentasi
13
yang hasil akhirnya berupa butiran putih seperti garam. Sejak tahun 1963
Jepang dan Korea menjadi produsen pelopor pembuat MSG. Indonesia
menjadi salah satu negara yang mengkonsumsi MSG. rata – rata terjadi
kenaikan konsumsi sekitar 24,1% per tahun. 21, 22
B. Struktur kimia
Monosodium Glutamat atau sodium glutamate adalah garam
natrium dari asam glutamate yang termasuk kedalam asam amino non-
esensial. Mempunyai rumus kimia berupa C5H8NNaO4. Komposisi
senyawa MSG terdiri dari 78% glutamat, 12% natrium, dan 10% air. 23
Dalam 1 gram MSG terdapat kandungan glutamate sebanyak 1,27 g dan
0,122 Na. 22
Gambar 2.5 Struktur MSG
Sumber: Yonata, 2016.
C. Penggunaan MSG
Bahan makanan yang dimakan sehari – hari sebenarnya sudah
mengandung glutamate didalamnya seperti susu, telur, daging, ikan, ayam,
14
dan kandungan glutamate tertinggi ada pada kecap, saus,keju, dan
penyedap rasa maupun vanili. Batasan untuk mengkonsumsi MSG berada
pada angka 30 mg/kgbb/hari. Pada orang dengan berat badan sekitar 50 –
70 kg maka batas maksimal dalam penggunaan MSG sekitar 2,5 – 3,5 g
MSG perharinya dan tidak boleh dikonsumsi dalam dosis tinggi sekaligus.
Satu sendok the MSG rata – rata berisi 4 – 6 g MSG. 21
Menurut Jurnal Nutritional Sciens melaporkan asupan MSG pada
dosis > 30 mg/kgbb/hari akan membuat kadar glutamate dalam darah
meningkat. Itu artinya sudah melebihi ambang batas kemampuan
metabolisme tubuh. Kadar dalam darah akan turun kembali dalam waktu 3
jam. Apabila dikonsumsi dalam dosis tinggi (150 mg/kgbb/hari) maka akan
terjadi peningkatan yang signifikan dan efek yang diberikan akan semakin
kuat. Efek tersebut bisa dalam jangka waktu pendek dan besar atau dalam
dosis yang tinggi (≥3 g dalam sekali makan). 24
Asupan rata – rata MSG pada manusia diperkirakan 0.3-1 g tetapi
konsumsi harian berbeda di setiap wilayahnya. Orang Amerika rata – rata
Mengkonsumsi MSG sekitar 0,5 g/hari sedangkan orang Eropa sekitar 0,3-
0,5 g/ hari. Pada daerah Asia, penggunaan MSG cenderung lebih tinggi
yaitu sekitar 1,2-1,7 g/hari terutama di Jepang dan Korea. Pada orang
Taiwan dan China bisa mencapai 3-3,8 g/hari. 25
Sedangkan orang
Indonesia rata – rata mengkonsumsi MSG sekitar 0,6 g/hari. 26
Menurut Food addictive asosiation (FAO) dikatakan rata – rata
orang dewasa mengkonsumsi glutamat sekitar 13 g/hari dari protein dalam
makanan sementara asupan tambahan MSG diperkirakan 0,55 g/hari 27
.
Menurut Peraturan kepala BPOM tentang batas maksimum penggunaan
tambahan pangan penguat rasa, MSG termasuk kedalam golongan bahan
tambahan pangan dengan toksisitas sangat rendah 28
.
D. Efek Toksik MSG
Hien VuThiThu et al 29
mengatakan walaupun telah ditemukan
reseptor untuk rasa umami, telah banyak dilaporkan kejadian yang
15
dinamakan “Chinese Restaurant Syndrome” (CRS). CRS pertama kali
ditemukan pada tahun 1968. Sebuah surat dari Kwok diberikan kepada
editor The New England Journal Of Medicine yang berisi deskripsi tentang
gejala yang muncul setelah makan masakan Cina di restaurant China.30
Pada tahun 1969 dilaporkan pada penelitian subjek yang diberikan sup
berisi msg didapatkan gejala seperti rasa terbakar pada kulit, wajah seperti
tertekan, dan nyeri dada 31
sedangkan pada penelitian Ka He et al mengenai
intake MSG dan kejadian berlebihan berat badan di China yang
menggunakan metode cross-sectional didapatkan adanya hubungan yang
signifikan antara konsumsi MSG dengan prevalesi kelebihan berat badan
pada orang dewasa China yang dianggap sehat. 32
Penelitian Egbuonu et al pada tikus yang diberikan MSG dalam
konsentrasi rendah dengan dosis 5 mg/kgbb dapat mengakibatkan
hepatotoksik tanpa kolestasis yang signifikan atau efek patologis pada
tulang 33
sedangkan pada penelitian El-Shenawy, pemberian MSG pada
tikus jantan dapat menimbulkan kerusakan oksidatif pada hepar dan ginjal
serta dapat menurunkan aktivitas SOD. 34
iv. Kunyit Putih
A. Taksonomi dan Morfologi
Kunyit putih atau Curcuma zedoaria atau temu putih sering
digunakan oleh orang Indonesia sebagai obat tradisional dan industri obat.
Kunyit putih masih satu family dengan temu gombyok (Kaempferia
rotunda) dan temu manga (Curcuma manga Val.). dibandingkan dengan
saudaranya, kunyit outih lebih sering digunakan karena mempunyai khasiat
dan efektivitas pengobatan yang lebih tinggi. Bagian yang biasanya
digunakan adalah bagian rimpangnya yang lebih sulit dipatahkan
dibandingkan rimpang lainnya. Dagingnya berasa pahit dan berwarna putih
kekuningan. Ujung akarnya terdapat bintil – bintil. 7
Kunyit putih mempunyai nama asing yaitu White Turmeric
(Inggris), Ambhalad (india), Er-Chu (China), dan Cedoaria (spanyol).
Kunyit putih mempunyai klasifikasi tanaman sebagai berikut :
16
- Divisio : Spermatophyta
- Subdivisio : Angiospermae
- Kelas : Monocotyledonae
- Bangsa : Zingiberales
- Suku : Zingiberaceae
- Marga : Curcuma
- Jenis : Curcuma zedoaria (Berg) Rosc.
Rimpang kunyit putih menyerupai jahe (abu abu keriput) dari
tampak luar dan seperti kunyit didalam (kuning oranyean). Kunyit putih
mempunyai bentuk daun menyerupai lanset berwarna merah lembayung
yang memanjang di sepanjang tulang tengahnya. Mahkota bunga berwarna
putih dengan tepi garis merah tipis atau kuning dan bunganya menjulang ke
atas membentuk bongkol Bungan yang besar dan keluar dari samping
rimpang. Bubuk kunyit putih biasanya digunakan sebagai bumbu masakan
karena baunya yang unik tetapi rasanya yang sangat pahit membuat orang –
orang biasanya menggantinya dengan jahe.
Pada awalnya ditemukan di Himalaya, India dan tersebar di Negara
– Negara Asia seperti Indonesia, China, Thailand Jepang, dan Vietnam.
Tanaman ini juga dapat tumbuh liar di Gunung Dempo Sumatra, Hutan Jati
Jawa Timur dan banyak ditemukan di ketinggian sampai 1000 mdpl.
Banyak dijumpai juga di Jawa Barat dan Jawa Tengah. 35,36
B. Kandungan Kunyit Putih
Kunyit putih terdiri dari senyawa-senyawa utama yaitu
kurkuminoid, flavonida dan minyak atsiri yang mudah menguap dengan
bermacam-macam monoterpen dan seskuiterpen, yang bersifat sebagai
antioksidan. 6, 7
17
Gambar 2.6 Struktur kandungan Kunyit putih
Sumber: Nurhidayah, 2009.
Kurkuminoid banyak terkandung dalam Curcuma sp. Kurkumin,
demetoksiksirkumin, dan bisdemetoksikurkumin merupakan senyawa –
senyawa golongan dari kurkuminoid. Kurkumin memiliki rumus molekul
yaitu C21H20O6 dan berupa serbuk kristal berwarna kekuningan. Penelitian
mengenai efek dari kurkumin sudah banyak dilakukan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kurkumin dapat berperan sebagai antioksidan,
antiinflamasi, anti kanker, antidiabetes, dan antivirus. Kurkumin
18
mengandung gugus fenolik yang dapat mengeliminasi turunan dari
superoksida. Gugus orto metoksi pada molekul fenolik akan meningkatkan
aktivitas dari kurkumin. Kurkumin dapat menghambat ekspresi dari ROS
dengan bertindak sebagai reseptor dari ROS. Secara in vivo kurkumin dapat
menurunkan produksi ROS. Secara in vitro kurkumin dapat mengaktivasi
makrofag dalam proses inflamasi sehingga menghambat pengeluaran ROS.
Kurkumin yang diberikan secara peroral akan diabsorpsi lalu
dikonjugasi oleh sulfat dan glukuronida di dalam hati, ginjal, dan mukosa
usus sehingga hasil metabolismenya sebagian besar berbentuk konjugat
sulfat dan glukuronida. Setelah itu kurkumin akan masuk ke sirkulasi darah
lalu beredar secara sistemik di dalam tubuh. 8
Gambar 2.7 Struktur Kurkumin
Sumber: Rahal, 2014.
Penelitian Saefudin et al dilakukan untuk melihat potensi
antioksidan dan aktivitas antiproliferasi ekstrak kunyit putih pada sel
human epithelial cell (Hela). Pada tipe ekstrak air maupun ekstrak etanol
kunyit putih mengandung antioksidan. Pada dosis 10% potensi
antioksidannya bersifat nyata tetapi kurang bermakna pada konsentrasi
rendah yaitu pada dosis 1% dan 5%. 7
Perbedaan konsentrasi pada ekstrak kunyit putih berhubungan
dengan kadar komponen bioaktif yang menentukan nilai peroksida dan
berpengaruh pada aktivitas antioksidan. Nilai oksida adalah jumlah
miliekuivalen peroksida per kg sampel ekstrak. Pada ekstrak berkonsentrasi
kunyit putih rendah akan bersifat reduktor. Pada ekstrak berkonsentrasi
kunyit putih yang tinggi maka akan cenderung bersifat oksidator terhadap
radikal bebas. Hal ini dikarenakan semakin banyak komponen bioaktifnya
maka perlawanan terhadap radikal bebasnya akan semakin baik. 7, 37
19
Banyaknya kandungan antioksidan pada kunyit putih dapat berubah
menjadi prooksidan pada konsentrasi tingkat tinggi atau keadaan tertentu.
Prooksidan adalah suatu keadaan dimana antioksidan tertentu akan berubah
aktivitsnya menjadi oksidan (oksidator) pada keadaan tertentu. Hal ini akan
menyebabkan aktivitas sitotoksik dari kunyit putih terutama turunan
germakrena, kurkumanoida, dan flavonoida. 38,39,40
C. Manfaat
Chiung-Huei Peng et al menemukan bahwa aktivitas anti
mutagenik kunyit putih dapat dikaitkan dengan komposisi polifenoliknya
yang tinggi dan kandungan antioksian kuat lainnya seperti beta-karoten,
asam askorbat, dan kurkuminoid. Ketika diinduksi oleh 4-NQO dan IQ,
ekstrak metanol kunyit putih pada konsentrasi 50mg secara efektif dapat
menekan efek mutagenik sebesar 70 - 90%. 41
Kunyit putih memiliki khasiat sebagai anti tumor untuk
pengobatan kanker karena komponen dari equiminol, zedoarone, dan
monoterpen dalam minyak asiri yang dimiliki kunyit putih. Curcumin,
sebuah senyawa polifenol, yang dihasilkan juga sebagai anti inflamasi dan
antioksidan yang dapat mencegah kerusakan sel. Khasiat lainnya yaitu
sebagai antiasma, antilemak, penurun kolesterol, penambah nafsu makan,
pelancar peredaran darah, tonikum, pengobat luka, penawar racun, dan anti
dibetes. 6, 7
Selain itu, manfaat dari kandungan kunyit putih dapat dilihat
dalam tabel 2.1.16
Senyawa kimia Aktivitas
Curcumenol, dihidrocurdione Analgesik dan
20
antinosiseptif
Curcumin, dihidrocurcumin,
tetrahidrodemothixcurcumin
Anti alergi
Alpha-Curcumin, beta-
Tumeron, zerumbon,
diferuloylmetan
Efek sitotoksik
Curcumin, demothixcurcumin,
bisdemothxycurcumin
Anti kanker
Furanodien, germakron,
curdion, neocurdion,
curcumenol, isocurcumenol,
aerugidiol, zedoarondiol,
curcumenon, curcumin
Proteksi Hepar
Curcuzon, dehidrocurdion Anti Inflamasi
Tabel 2.2 Efek senyawa kimia kunyit putih
Sumber: Nurhidayah, 2009.
v. Vitamin C
A. Definisi
Vitamin C merupakan vitamin larut dalam air. Vitamin C terutama
berfungsi sebagai kofaktor enzim bagi dua kelompok hidroksilase yaitu
hidroksilase yang mengandung tembaga dan hidroksilase yang
mengandung besi terkait aloha-ketoglutarat.4
Penyerapan di usus halus
terjadi secara pasif bersama air. 42
B. Struktur
Vitamin C atau asam askorbat termasuk kedalam molekul yang
kecil dengan bentuk kristal putih yang strukturnya mirip dengan glukosa.
Terbentuk dari molekul single yang bernama asam askorbat. Terdiri dari
enam atom karbon, enam atom oksigen, dan delapan atom hidrogen. 43
21
Gambar 2.8 Struktur vitamin C
Sumber: Murray, 2012.
Vitamin C mempunyai sifat asam dan tergolong kuat. Selain itu
juga mudah larut dalam air. Senyawa yang paling aktif adalah enadiol yang
berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lakton. Vitamin C yang
terbentuk di alam adalah L-asam askorbat sedangkan D-asam askorbat
jarang terbentuk di alam dan aktivitas vitamin Cnya hanya 10%. D-asam
askorbat juga jarang ditambahkan kepada bahan pangan. Asam
dehidroaskorbat (DHA) adalah bentuk asam askorbat yang teroksidasi.
Oksidasi lebih lanjut dari L-asam dehidro askorbat menghasilkan asam d-
keto L-gulonat dan oksalat yang tidak dapat tereduksi kembali. 44,45,46
C. Sumber
Vitamin C dapat ditemukan pada bahan makanan sehari – hari.
Berikut adalah daftar kandungan vitamin C pada buah – buahan dan sayur
– sayuran.
22
Sumber Ukuran mg
Mangga 1 cup 45
Kiwi Medium 75
Melon 1/8 Medium 40
Jeruk 1 medium 70
Papaya 1 cup 85
Strawberri 1 cup 95
Semangka 1 cup 15
Apel ½ cup 120
Jus cranberry ½ cup 45
Anggur ½ cup 120
Asparagus (sudah dimasak) ½ cup 10
Brokoli (sudah dimasak) ½ cup 60
Kol ½ cup 20
Cabai merah/hijau ½ cup 65
Kentang kukus 1 medium 25
Tomat ½ cup 15 Tabel 2.2 Sumber vitamin C
Sumber: Padayatty, 2003.
D. Kebutuhan Vitamin C
Kebutuhan vitamin seseorang dipengaruhi oleh faktor – faktor
seperti ukuran tubuh, kecepatan pertumbuhan, jumlah latihan, dan
kehamilan. Kekurangan vitamin dalam diet dapat menyebabkan defisit
metabolik yang penting. Pada orang normal kebutuhan vitamin C sebesar
40-80 mg/hari. Kebutuhan vitamin C termasuk yang paling besar
ketimbang vitamin lainnya. Cadangan vitamin dalam tubuh, terutama
vitamin larut air, tidak akan bertahan lama dalam tubuh. Pada orang yang
kelaparan selama satu minggu atau lebih akan mengalami gejala – gejala
defisiensi vitamin yang ringan lalu lama kelamaan akan menjadi defisiensi
vitamin yang berat, lama kelamaan akan mengakibatkan kematian. Namun,
pada kebutuhan diatas 100 mg/hari, metabolisme vitamin C dalam tubuh
akan mengalami kejenuhan sehingga nantinya akan diekskresi dalam urin.
4, 47
E. Vitamin C sebagai Antioksidan
Vitamin C memiliki banyak fungsi untuk tubuh. Vitamin C
memberikan kekuatan pada tulang, ligament, dan tendon melalui molekul
kolagen yang terkandung didalamnya. Vitamin C berperan penting dalam
23
pembentukan kolagen. Kekurangan vitamin C menyebabkan penyakit
scurvy (penyakit akibat defisiensi viamin C), memar, pengenduran gigi,
dan perdarahan di membran mukosa yang disebabkan oleh hilangnya
kolagen dan jaringan pengikat dari pembuluh darah yang membuat rapuh
dan ketidaktahanan saat tekanan darah meningkat atau keadaan stres
lainnya.
Vitamin C juga diperlukan untuk sintesis karnitin. Karnitin adalah
molekul kecil yang ikut serta dalam transport lemak ke mitokondria untuk
dibakar yang nantinya akan digunakan oleh sel sebagai bahan bakar dan
untuk menyediakan electron – electron antioksidan untuk mencegah
oksidasi yang berbahaya.
Vitamin C diketahui sebagai antioksidan, senyawa yang melawan
radikal bebas, yang dapat merusak jaringan dan mengakibatkan penyakit
sehingga sangat penting bagi kesehatan. Kekurangan vitamin C akan
mengakibatkan molekul – molekul yang penting untuk tubah dapat dirusak
oleh radikal bebas. Molekul yang terkena bisa DNA, RNA, protein, lemak,
dan karbohidrat. Radikal bebas bisa brasal dari mitokondria, toksin dari
rokok dan sinar X-Ray.
Pentingnya vitamin C dalam mencegah kerusakan akibat radikal
bebas, penuaan, dan oksidasi terkadang sering dianggap remeh. Asupan
vitamin C yang adekuat dapat juga membantu regenerasi vitamin E dan
antioksidan lainnya dalam tubuh. Asupan yang tinggi dari vitamin C sangat
penting untuk mencegah penyakit dan penuaan yang berhubungan dengan
kerusakan akibat oksidasi.
Pada tahun 1972, Irwin Stone Ph,D, seorang saintis menemukan
potensi dari vitamin C. Ia telah melakukan penelitian melalui dirinya
sendiri dengan mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi dan dinyatakan
vitamin C dapat mengurangi stres oksidatif akibat trauma kecelakaan lalu
lintas yang hampir merenggut nyawanya. 43
Asam Askorbat dalam vitamin C akan mengubah anion superoksida
menjadi hidrogen peroksida dan monodehidroaskorbat yang nantinya
24
H2O2 tersebut akan di katalisis oleh katalase dan peroksidase lainnya
menjadi bentuk yang lebih stabil dan tidak reaktif. 12
Gambar 2.9 Struktur monodehidroaskorbat
Sumber: Murray, 2012.
F. Vitamin C sebagai Prooksidan
Meskipun vitamin C dapat berperan sebagai antioksidan, ia juga
dapat berubah menjadi prooksidan melalui reaksi dengan dengan oksigen
dan hidroksil melalui reaksi dengan Cu2+. 4 Vitamin C berperan ganda
tergantung dari jumlah dosis yang diberikan. Dalam jumlah yang rendah
dapat membuat vitamin C memiliki potensial elektron yang rendah.
Peningkatan proliferasi, siklus sel terganggu, apoptosis, atau nekrosis
tergantung dari tipe dan level dari ROS, durasi paparan, dan kadar
antioksidan jaringan. 24
Penelitian Seo et al menunjukan peranan dari
antioksidan dan prooksida pada dosis rendah (30 dan 100 mg/kgbb) dan
dosis tinggi (1000 mg/kgbb) pada laporan kasus iskemia yang diinduksi
oleh stres oksidatif. 48
Kerja prooksidan membutuhkan asam askorbat dalam konsentrasi
tinggi yaitu saat konsentrasi pada plasma mencapai sekitar 30 mmol/L. Hal
ini kemungkinan tidak akan dicapai di jaringan karena nilai ambang ginjal
tercapai, dan pada asupan sekitar 100-120 mg/hari, vitamin akan di
ekskresikan dalam urin.4
25
Asam askorbat yang bereaksi dengan radikal bebas akan
memproduksi asam semidehidro- atau asam dehidroaskorbat (DHA). DHA
lalu diregenerasi oleh enzim – enzim antioksidan seperti asam
semidehidroaskorbat reduktase dan asam dehidroaskorbat reduktase
menjadi askorbat yang fungsional. Baru – baru ini toksisitas dari asam
askorbat telah dikaitkan sebagai autooksidasi. Asam askorbat dapat
dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat oleh ion logam di ekstraseluler
yang akan di transport ke sel melalui transporter gula (GLUT).
Perpindahan elektron ini akan manubah status redoks sel yang dapat
mempengaruhi ekspresi gen. 24
Gambar 2.10 Struktur dehidroaskorbat
Sumber: Murray, 2012.
Pada keadaan normal, prooksidan dalam tubuh dapat dikompensasi
oleh antioksidan dalam tubuh sehingga terjadi keseimbangan dalam tubuh.
Namun, dalam keadaan tertentu jumlah dari prooksidan lebih tinggi
dibandingkan antioksidan sehingga keseimbangan tersebut terganggu. ROS
yang dihasilkan lebih besar daripada yang dibuang dan mengakibatkan
stres oksidatif. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan biokimia pada
jaringan sampai terjadi nekrosis sel. 13
26
2.2. Kerangka Teori
Terjadi stres oksidatif
Membentuk radikal bebas
↑ faktor – faktor
perusak sel
Senyawa Glutamat ↑
ROS ↑
Merusak jaringan
Kematian sel
Terjadi mutasi dan kerusakan
kromosom
Kerusakan DNA
Tahap Inisiasi
↓Aktivitas SOD dan Katalase
Tidak semua anion superoksida akan
direduksi
Tahap propagasi
Menyerang makromolekul
Monosodium Glutamat dosis tinggi diberikan
peroral
Pemanjangan rantai radikal bebas melalui reaksi oksidasi molekul lain
Mengkatalisis anion superoksida
menjadi air dan oksigen
Pengeluaran enzim – enzim antioksidan
(SOD, Glutation, Katalase)
Enzim mempunyai kemampuan
terbatas
Anion superoksida ↑
Tahap terminasi
Penggabungan senyawa radikal bebas menjadi
lebih stabil
Awal radikal bebas terbentuk
27
2.3. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Memperbaiki
: Variabel Terikat
: Variabel Bebas
Berfungsi sebagai antioksidan
Pemberian Vitamin C
Pemberian kunyit putih Aktivitas
SOD
Kerusakan jaringan
Terjadi stres oksidatif
Menghasilkan radikal bebas
Pemberian MSG
Berat
Badan
28
2.4. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Skala
Satu
an
Pen
guk
uran
1. Aktivitas
SOD
Enzim yang
dilepaskan
untuk
menguraikan
zat radikal
bebas untuk
mencegah
kerusakan
jaringan.
Spektrofot-
ometer UV
Plasma darah
yang sudah
dicampurkan
dengan KIT
khusus SOD
dimasukkan ke
dalam
spektrofotomet
er UV untuk
dibaca panjang
gelombangnya.
Panjang
gelombang
yang didapat
kemudian
dihitung
menggunakan
rumus
Inhibition Rate
of SOD untuk
mendapat
aktivitas SOD
Numerik
%
2. Berat
badan
tikus
Ukuran dari
berat tikus
yang dihitung
pada hari
pertama
Timbangan
digital
Pengukuran
dengan
menaruh tikus
dalam toples
agar tikus tidak
Numerik mg
29
perlakuan dan
hari terakhir
perlakuan
dengan berat
minimal tikus
yaitu 150 mg
kabur.
Sebelumnya
timbangan
dengan toples
sudah di-tera-
kan terlebih.
3. Kunyit
Putih
Tanaman
yang sering
digunakan
sebagai obat
tradisional
dan
mempunyai
peran sebagai
antioksidan.
Dosis yang
digunakan
100
mg/kgbb/hari
dan 200
mg/kgbb/hari.
Timbangan
digital
Setiap 1 tablet
kunyit putih
terdapat 82,5
mg ekstrak
kunyit putih
yang setara
dengan 15 g
kunyit putih
segar.
Numerik mg
4. Vitamin
C
Vitamin yang
larut dalam air
yang
mempunyai
peran sebagai
antioksidan.
Dosis yang
digunakan
adalah 250
mg/kgbb/hari
dan 500
Tabung
ukur
Vitamin C
yang
digunakan
dalam bentuk
ampul. 1
ampul vitamin
C berisi 1000
mg/5 mL
Numerik mg
30
mg/kgbb/hari.
5. MSG MSG sering
digunakan
sebagai
penyedap rasa
pada makanan
yang dapat
menghasilkan
radikal bebas
dan
mengakibatka
n stres
oksidatif.
Dosis yang
digunakan
4.800
mg/kgbb/hari.
Timbangan
digital
Pengukuran
menggunakan
timbangan
digital
beralaskan
alumunium foil
yang sudah di-
tera-kan
terlebih
dahulu.
Numerik mg
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
1.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkungan FK UIN Jakarta di jl. Kertamukti
No.05, Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan 15419. Pemeliharaan tikus di
animal house, persiapan alat di laboratorium persiapan kimia, pengukuran
aktivitas SOD di laboratorium biologi, pencampuran reagen di
Laboratorium kultur sel, dan sentrifugasi bahan di laboratorium biokimia.
1.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2017 sampai September 2018.
No. Kegiatan
Bulan
Juli –
November
2017
Desember
2017 –
Januari
2018
Februari –
September
2018
1. Studi pustaka X X
2. Persiapan alat – alat
dan bahan penelitian
X
3. Penelitian X
4. Analisa Data X
5. Penulisan X
Tabel 3.1 Waktu penelitian
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Kelompok Penelitian
Kelompok penelitian terbagi menjadi 6 kelompok, yaitu :
32
a. Kelompok 1 : Tidak diberikan perlakuan apa apa
b. Kelompok 2 : Diberikan perlakuan berupa MSG 4800mg/kgbb/hari
dalam 4 mL akuades
c. Kelompok 3 : Diberikan perlakuan berupa MSG 4800 mg/kgbb/hari
dalam 4 mL akuades dengan ekstrak kunyit putih 100 mg/kgbb/hari
dalam 1 mL akuades
d. Kelompok 4 : Diberikan perlakuan berupa MSG 4800 mg/kgbb/hari
dalam 4 mL akuades dengan ekstrak kunyit putih 200 mg/kgbb/hari
dalam 1 mL akuades
e. Kelompok 5 : Diberikan perlakuan berupa MSG 4800 mg/kgbb/hari
dalam 4 mL akuades dengan vitamin C 250 mg/kgbb/hari dalam 0,5
mL akuades
f. Kelompok 6 : Diberikan perlakuan berupa MSG 4800 mg/kgbb/hari
dalam 4 mL akuades dengan vitamin C 500 mg/kgbb/hari dalam 0,5
mL akuades.
3.3.2. Jumlah Sampel
Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan perhitungan melalui
Rumus Federer49
yaitu :
(t-1)(n-1) > 15
(6-1)(n-1) > 15
5(n-1) > 15
n-1 > 15/5
n > 3+1
n > 4
n = 4
Ket : t = jumlah kelompok
n = jumlah sampel
(t-1)(n-1) > 15
33
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan n adalah 4 dalam setiap
kelompok, artinya dibutuhkan 24 tikus dalam penelitian ini. Setiap
kelompok ditambahkan 2 tikus sebagai cadangan sehingga total tikus yang
diteliti berjumlah 36 ekor.
3.3.3. Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
(FKH IPB).
3.3.4. Kriteria Sampel
Kriteria sampel yang diterapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Kriteria Inklusi
- Hewan coba berupa tikus putih jantan Strain Sprague Dawley
- Berat tikus rata – rata 150-200 gram
- Rentang usia 2-6 bulan
- Telah mendapatkan surat keterangan sehat dari FKH IPB.(Lampiran
1)
b. Kriteria Eksklusi
- Tikus mati
- Tikus sakit
3.4. Cara Kerja Penelitian
3.4.1. Bahan Penelitian
a. Hewan percobaan
Penelitian menggunakan hewan percobaan berupa tikus
b. Monosodium Glutamate (MSG)
MSG berupa sodium I glutamate anohydrat (C5H8NNaO4) didapat
dari MERCK Jerman dengan katalog K39104445 935. Sediaan
berbentuk Kristal putih, LD50 15.800 mg/kgbb
c. Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria Rhizoma)
Didapatkan dari Sido Muncul dengan komposisi ekstrak 82,5 mg yang
setara dengan 15 g kunyit putih segar
d. Vitamin C berupa ampul Vitamin C 200 mg/mL dari EXTRACE 1000
kemasan 5mL
34
e. Akuades Generik kemasan 500 mL dari PT IKAPHARMINDO Putra
Mas yang didapatkan dari apotek
f. Pakan dan air minum
Pakan berupa pellet ayam. Air minum yang digunakan berupa air
ledeng yang dimasukan ke dalam botol khusus untuk tikus yang bisa
didapatkan di pet shop.
g. Eter
h. Reagen dan standard kit SOD menggunakan KIT Superoksida
Dismutase Activity Assay Kit (Colometric) dari abcam dengan nomor
ab65354.
3.4.2. Alat Penelitian
a. Alat timbangan tikus SF-400
b. Gelas beker 250 cc dan 500 cc
c. Tabung reaksi 10 ml dan 5 ml
d. Alat pengaduk
e. Sonde lambung
f. Spuit 5 cc dan 3 cc 1 cc Thermo
g. Minor set bedah
h. Meja operasi
i. Kandang tikus dan peralatan makan dan minum
j. Tabung EDTA vasculab
k. Biofilm
l. Sentrifugator Hettich EBA-21
m. Sentrifugator mikrotube
n. Tabung micron 1,5 mL biologix
o. Mikrotip biologix ukuran 1.000mikroliter (biru)
p. Mikrotip biologix ukuran 20-200mikroliter (kuning)
q. Mikrotip biologix ukuran 5-10mikroliter (putih)
r. Mikropipet nichipet
s. Alumunium foil
t. Coolbox
u. Spektrofotometer UV Shimadzu
35
v. 96 well plate
w. Freezer -20
x. Freezer -80
y. Mortar dan alu
3.4.3. Pengelompokan Hewan Coba
Tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok. Dalam satu kelompok terdapat
6 ekor tikus. Di setiap kelompok terbagi menjadi 3 kandang. Satu kandang
berisi 2 ekor tikus yang sudah diberikan tanda menggunakan spidol
berwarna hitam dan biru pada ekor tikus.
3.4.4. Aklimatisasi Hewan Coba
Aklimatisasi dilakukan selama 14 hari. Bertujuan agar hewan coba bisa
beradaptasi dan dalam keadaan stabil. Pada setiap kandang berisi 2 ekor
tikus dengan 2 tempat minum khusus hewan, 1 tempat makan, dan diberi
alas dengan menggunakan serbuk gergaji. Pembersihan kandang dilakukan
setiap 3 hari sekali. Pemberian makan dan minum dilakukan setiap hari 1
kali dalam sehari. Aklimatisasi dilakukan di Animal House FK Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.4.5. Pelarutan Bahan
A. MSG
MSG dengan dosis 4800mg/kgbb/hari dilarutkan ke dalam 4 ml akuades37
B. Ekstrak Kunyit Putih
Ekstrak kunyit putih dibuat dalam dua dosis yaitu ekstrak kunyit putih
dengan dosis 100mg/kgbb dan 200mg/kgbb yang dilarutkan kedalam 1 ml
akuades.
C. Vitamin C
Vitamin C dibuat dalam dua dosis yaitu 250mg/kgbb dan 500mg/kgbb
yang dilarutkan kedalam 0,5 ml akuades.
D. KIT SOD
Superoksida Dismutase Activity Assay Kit (colometric) terdiri dari WST
solution, SOD Enzyme Solution, SOD Assay Buffer, dan SOD Dilution
Buffer. Larutan terbagi menjadi empat yaitu blanko 1 berisi ddH2O, blanko
2 berisi sampel, blanko 3 berisi ddH2O, dan sampel masing masing
36
berukuran 20 mikroL. Selanjutnya ditambahkan dengan KIT sesuai dengan
buku panduan.50
3.4.6. Pemberian Larutan
Pemberian larutan dilakukan satu kali sehari secara oral menggunakan
sonde khusus untuk tikus. Penyondean dilakukan selama 14 hari pada sore
hari.30
3.4.7. Pengambilan dan Penyimpanan Plasma Darah
Pengambilan darah dilakukan saat sacrifice. Tikus dimasukan kedalam
toples berisi eter. Tunggu 2-3 menit hinggu tikus pingsan. Setelah itu
dilakukan pembedahan di daerah thorax tanpa mengenai pembuluh darah.
Darah diambil dengan metode vena puncture yang diambil sebanyak
kurang lebih 3-4 mL lalu dimasukan ke dalam tabung EDTA. Selanjutnya,
dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 6.000 rpm dalam waktu 6 menit.
Plasma darah diambil lalu dimasukan ke dalam mikrotube. Mikrotube
disegel dengan menggunakan biofilm dan dilapisi aluminium foil sampai
menutupi keseluruhan mikrotube. Simpan mikrotube di dalam kulkas
bersuhu -80 C.50
3.4.8. Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas SOD dilakukan dengan mengukur nilai Inhibition
Rate of SOD menggunakan Superoxide Dismutase Activity Assay Kit
(Colorimetric) dari Abcam (ab65354). Kit tersebut menggunakan WST-1
yang memproduksi formazan larut air pada saat mereduksi anion
superoksida. Nilai tersebut behubungan dengan aktivitas xantin oksidase
dan penghambatan oleh SOD. Pengukuran hasil aktivitas penghambatan
dari SOD dapat dilakukan melalui metode kolorimetri.
Pengukuran rerata Inhibition Rate of SOD yaitu dengan mengukur aktivitas
WST-1 yang merupakan inhibitor kompetitif dari SOD. Saat anion
superoksida diproduksi, SOD akan mengkatalisisnya menjadi oksigen dan
air. Namun, apabila jumlah anion superoksida berlebih, maka anion
tersebut akan dikatalisis oleh WST-1 yang akan menghasilkan oksigen dan
WST-1 formazan yang berwarna ungu tua. Apabila SOD atau enzim
antioksidan yang dibutuhkan cukup untuk mengkatalisis anion superoksida
37
maka WST-1 tidak akan menangkap anion superoksida akibatnya WST-1
formazan tidak akan terbentuk sehingga warna yang akan dihasilkan akan
berwarna ungu muda. Mekanisme ini dapat menjelaskan mengapa ketika
antioksidan memasuki tubuh antioksidan tersebut akan membantu
pengkatalisan anion superoksida sehingga WST-1 formazan tidak akan
terbentuk. Warna – warna tersebut yang nantinya akan terbaca oleh
spektrofotometer UV dan didapatkan nilai rerata Inhibition Rate of SOD
pada setiap kelompok.50
Gambar 3.1 : Reaksi pengkatalisan anion superoksida oleh SOD dan WST-1
3.4.9. Pengolahan Data
Pengolahan data diawali dengan penghitungan aktivitas SOD
menggunakan rumus SOD Activity inhibition rate (%).50
( ) ( ) ( )
( )
Data yang sudah didapat lalu diolah secara statistik di Microsoft Excel dan
SPSS versi 22. Uji statistik diawali dengan melakukan uji normalitas. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran sampel tersebut
terdistribusi secara normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah metode Shapiro-
Wilk dengan syarat jumlah sampel yang ada kurang dari 50 sampel dan lebih dari
dua kelompok.
38
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji ini untuk menilai apakah hasil
data tersebut homogen atau tidak. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat
digunakan sebagai penentuan untuk uji selanjutnya yang dapat diolah secara uji
parametrik atau non parametrik. Apabila data yang didapatkan terdistribusi normal
dan homogen maka selanjutnya peneliti dapat menggunakan metode uji
parametrik. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan analisis bivariate
menggunakan Uji One-Way ANOVA. Hasil analisis One-Way ANOVA dilakukan
untuk mengetahui perbedaan yang bermakna atau tidak antara lebih dari dua
kelompok atau seluruh kelompok.
Uji statistik yang terakhir adalah menggunakan Uji Tamhane’s untuk
mengetahui perbedaan nilai rerata Inhibition Rate of SOD antar dua kelompok
yang berbeda.51
(Lampiran 10)
39
3.5. Alur Penelitian
Pencekokan dilakukan setiap
harinya selama 14 hari
Plasma disimpan
dikulkas dengan suhu - 80 C di tempat gelap
Darah disentrifugasi dengan kecepatan
6.000 rpm selama 6 menit
Darah diambil sebanyak 3 cc
dengan metode vena puncture
Hewan coba dimatikan
pada hari ke 15
Kelompok 2 (MSG)
Kelompok 1 (tidak diberi
perlakuan)
Dilakukan penimbangan
berat badan awal
Persiapan
Alat dan
bahan
penelitian Tikus dikelompokkan dalam
kelompok perlakuan dan diberi tanda
Tikus dibeli
sebanyak 36 ekor
Kelompok 3 (MSG +
Kunyit putih
100 mg)
Kelompok 2 (MSG +
Vitamin C
500 mg)
Kelompok 5 (MSG +
Vitamin C
250 mg)
Kelompok 4 (MSG +
Kunyit putih
200 mg)
Tikus diaklimatisasi
selama 2 minggu
Pengolahan dan
analisis data
Pengukuran aktivitas SOD
menggunakan KIT dengan
mengukur Inhibition Rate of SOD
40
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pembahasan
Tikus yang digunakan pada penelitian ini merupakan tikus putih jantan
Strain Sprague Dawley dengan berat tikus rata – rata 150-200 gram dan rentang
usia 2-6 bulan.
Grafik 4.1 Rerata berat badan tikus
Grafik hasil pengukuran berat badan tikus menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan berat badan pada semua kelompok antara sebelum perlakuan dan
sesudah perlakuan. Peningkatan berat badan tertinggi terdapat pada kelompok
ekstrak kunyit 200 mg yaitu sebesar 53,84 gram (H0 219,67 g; H14 165,83 g)
sedangkan peningkatan terendah terdapat pada kelompok normal yaitu sebesar 12
gram (H0 168 g; H14 181,33 g)..
168.00 183.50
173.60 165.83
158.40
176.20 181.33
224.50 210.20
219.67
194.80 199.00
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Gra
m
Berat Badan Tikus
BB rata-rata H-0
BB rata-rata H-14
41
Superoksida dismutase (SOD) merupakan salah satu enzim penyapu
adanya zat radikal bebas yang bertanggungjawab untuk membersihkan toksisitas
potensial oksigen. SOD akan mengkatalisis reaksi antara anion superoksida (O2-)
dan proton untuk menghasilkan oksigen dan hidrogen peroksida agar dapat
membentuk molekul yang bersifat lebih stabil dan tidak reaktif. Reaksi tersebut
terjadi secara spontan dan cepat. 17, 4, 15, 18
Pada grafik 4.1 memperlihatkan bahwa nilai rerata Inhibition Rate of SOD
tertinggi terdapat pada kelompok yang hanya diberikan MSG sedangkan kadar
terendah terdapat pada kelompok MSG dan kunyit 100.
Grafik 4.2 Nilai Rerata Inhibition Rate of SOD
MSG yang diberikan pada perlakuan merupakan MSG dosis tinggi yaitu
4.800 mg/kgbb/hari yang nantinya akan menghasilkan kadar anion superoksida
yang tinggi, tetapi kadar SOD yang ada di dalam tubuh terbatas sehingga tidak
seluruhya anion superoksida dapat direduksi. Hal tersebut akan menurunkan
aktivitas dari SOD. Akibatnya sisa anion superoksida yang tidak tereduksi
nantinya akan direduksi oleh WST-1 dan produksi WST-1 formazan akan
94.39±0.078
133.30±0.137
54.15±0.099
84.87±0.395
74.55±0.342 61.77±0.410
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
160.00%
N MSG MSG K100 MSG K200 MSG VC250 MSG VC500
Inh
ibit
ion
Rat
e (
%)
Inhibition Rate of SOD (%)
42
meningkat sehingga nilai Inhibition Rate of SOD kelompok MSG didapatkan
29,2% lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas pada kelompok normal. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Veena et al yang
memperlihatkan bahwa terdapat penurunan aktivitas dari SOD sebesar 7%-14%
pada kelompok yang diberikan MSG pada dosis 5 mg/kgbb dan 10 mg/kgbb. 5
Nilai Inhibition Rate of SOD yang dihasilkan kelompok dengan pemberian
MSG + antioksidan (kunyit putih dan vitamin C) lebih rendah dibandingkan yang
hanya diberikan MSG. Selain itu, pada pemberian MSG + antioksidan (kunyit
putih dan vitamin C) berada dibawah nilai normal yaitu sekitar 11,2 – 42,6%.
Nilai rerata Inhibition Rate of SOD pada kelompok kunyit putih berada
dibawah normal. Hal tersebut menunjukan aktivitas dari SOD masih cenderung
tinggi dan optimal karena dibantu juga oleh antioksidan. Pada kelompok
MSG+kunyit putih nilai rerata inhibition rate of SOD terendah ada pada dosis 100
mg/kgbb/hari. Namun, pada dosis 200 mg/kgbb/hari nilai rerata Inhibition Rate of
SOD penurunannya tidak bermakna dibandingkan dosis 100 mg/kgbb/hari. Hal
tersebut bisa saja terjadi karena kunyit putih juga dapat berperan sebagai
prooksidan. Penelitian Saefudin et al menunjukan bahwa terdapat perbedaan
aktivitas antioksidan yang nyata dibandingkan dengan kontrol negatif pada ekstrak
curcuma zedoaria pada dosis tinggi (10%). Pada dosis 1% bahan menjadi bersifat
reduktor tetapi pada dosis 10% bahan berubah menjadi sifat oksidator terhadap
radikal bebas. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya komponen bioaktif yang
terkandung dalam ekstrak.7 Kunyit putih mengandung kurkumin, flavonida,
kurkuminoida, dan fenolik yang bertindak sebagai antioksidan. Banyaknya
kandungan antioksidan tersebut dapat berpotensi dalam mengubah fungsi kunyit
putih yang awalnya antioksidan menjadi prooksidan. 7, 38,39,40
Peneliti juga menggunakan vitamin C sebagai zat pembanding dari
antioksidan. Menurut penelitian Thalia (2017) terdapat pengaruh pemberian
ekstrak kiwi terhadap gambaran mikroskopis (gambar 4.1) dari limpa tikus yang
diberikan MSG, pada kelompok yang diberikan MSG + vitamin C didapatkan
gambaran kerusakan organ yang lebih ringan derajatnya dibandingkan dengan
gambaran kerusakan organ pada kelompok yang hanya diberikan MSG saja. 52
43
a) b)
Gambar 4.1 Perbedaan gambaran mikroskopis limpa tikus yang diberi MSG (a) dan yang
diberi vitamin C (b)
Pada rerata Inhibition Rate of SOD pada kelompok MSG+vitamin C,
diperoleh hasil bahwa semakin tinggi dosis vitamin C yang diberikan maka nilai
rerata Inhibition Rate of SOD yang dihasilkan akan semakin rendah. Aktivitas
pengkatalisan anion superoksida yang dibantu oleh antioksidan akan semakin
meningkatkan aktivitas dari SOD. Oleh karena iu, aktivitas SOD tertinggi terdapat
pada dosis 500 mg/kgbb/hari pada kelompok MSG+Vitamin C.
Selanjutnya hasil uji statistik didapatkan sebagai berikut.
Uji Statistik Hasil P-value Interpretasi
Uji
Normalitas
0,905 P > 0,05
Uji
Homogenitas
0,015 P < 0,05
Uji One-Way
Anova
0,012 P < 0,05
Uji
Tamhane’s Kelompok MSG dengan
kelompok MSG+K100
Kelompok Normal dengan
kelompok MSG+K100
P < 0,05
Selain dua pasangan kelompok
diatas
P > 0,05
Tabel 4.2 Uji statistik
Tabel 4.2 menunjukan pada hasil uji statistik didapatkan bahwa data yang
diolah terdistribusi normal secara keseluruhan dan terdapat varians yang berbeda
pada seluruh kelompok. Pada Uji One Way Anova menunjukan perbedaan nilai
yang signifikan pada seluruh kelompok. Selanjutnya, pada uji post-hoc
menggunakan Uji Tamhane‟s untuk menguji perbedaan antar 2 kelompok. Pada
44
kelompok MSG dengan kelompok MSG+K100 dan kelompok normal dengan
kelompok MSG+K100 didapatkan terdapat perbedaan yang signifikan antar 2
kelompok yang dapat diartikan bahwa secara statistik kunyit dengan dosis 100
dapat meningkatkan aktivitas SOD secara signifikan sedangkan pada kelompok
MSG dengan MSG+Vitamin C (250 mg dan 500 mg), kelompok MSG dengan
kelompok MSG+K200 tidak dapat meningkatkan aktivitas SOD secara signifikan
walaupun pada grafik memperlihatkan kecenderungan peningkatan aktivitas
SOD.51
(Lampiran 10)
4.2. Keterbatasan Penelitian
a. Peneliti tidak melakukan uji dosis terlebih dahulu sebelum melakukan
perlakuan untuk mengetahui dosis optimal yang akan digunakan
sebagai dosis acuan perlakuan
b. KIT yang digunakan untuk mengukur aktivitas SOD harus didapatkan
dari luar negeri dengan harga yang mahal sehingga mempersulit
pengukuran dari aktivitas SOD
45
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
a. Pemberian ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria) dengan dosis 100
mg/kgbb/hari dan dosis 200 mg/kgbb/hari serta pemberian vitamin C
dalam bentuk ampul dengan dosis 250 mg/kgbb/hari dan dosis 500
mg/kgbb/hari dapat meningkatkan aktivitas superoksida dismutase
b. Pemberian MSG dapat menurunkan aktivitas superoksida dismutase
tikus jantan Strain Sprague Dawley.
c. Ekstrak kunyit putih dan vitamin C dapat meningkatkan absorbansi dari
aktivitas enzim SOD dalam menyapu radikal bebas yang dihasilkan
oleh MSG pada tikus jantan (Sprague Dawley).
5.2 Saran
a. Peneliti menyarankan untuk melakukan uji dosis terlebih dahulu
sebelum melakukan perlakuan untuk mengetahui dosis yang optimal
dalam perlakuan
b. Peneliti menyarankan untuk meneliti sejauh mana dosis vitamin C dan
kunyit putih dapat digunakan sebagai antioksidan sebelum berubah
menjadi prooksidan.
c. Menemukan metode pengukuran aktivitas SOD yang lebih mudah dan
tidak memperberat penelitian dibandingkan dengan metode yang telah
peneliti lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Halliwell Barry, Gutteridge John M. C. Free Radicals in Biology and Medicine
5th
Ed. United Kingdom: Oxford University Press. 2015.
2. Rahal Anu, Kumar Amit, Singh Vivek, et al. Oxidative Stress, Prooxidants,
and Antioksidants: The Interplay. Hindawi Biomed Research International.
2014. Doi: 10.1155/2014/761264.
3. Sharma Amod. Monosodium Glutamate-induced Oxidative Kidney Damage
and Possible Mechanism: a Mini-review. Journal of Biomedical
Science.2015:22(93);1-6. DOI: 10.1186/s12929-015-0192-5.
4. Murray Robert K., Bender David A., Botham Kathleen M. Biokimia Harper.
Ed. 29. Jakarta: EGC; 2012.
5. Kushwaha Veena B., Bharti Geeta. Effect of Monosodium Glutamate
Administration on Some Antioxidant Enzyme in Muscles of Adult Male Mice.
J. Appl. Biosci. 2015;41(1):54-56.
6. Mangan Yellia. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta : PT
Agromedia Pustaka. 2009.
7. Saefudin, Syarif Fauziah, Chairul. Potensi antioksidan dan aktivitas
antiproliferasi Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Rosc.) pada Sel Hela.
Pusat Penelitian Biologi Bidang Botani LIPI Widyariset. 2014;17(3):381-390.
8. Adawiyah Loeadfiasfiati. Validasi Metode Analisis Kurkumin dalam Plasma
In Vitro Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jakarta: FMIPA Universitas
Indonesia. 2011.
9. Onyema, Oscar Okwudiri, Farombi Ebenezer Olatunde, Emerole Godwin O.,
Ukoha Agwu Igwe, Onyeze Godffrey Okeke. Effect of vitamin E on
monosodium glutamate induced hepatotoxicity and oxidative stress in rats.
Indian Journal of Biochemistry & Biophysics. 2006;43: 20 – 24.
10. M. Himaja, Ranjitha Anand, M.V. Ramana, M. Anand, Asif Karigar.
Phytochemical Screening and Antioxidant Activity of Rhizome Part of
Curcuma Zedoaria. International Journal of Research in Ayurveda and
Pharmacy. 2010;1(2): 414-417.
47
11. Halliwell Barry, Gutteridge John M. C. Free Radicals in Biology and Medicine
5th
Ed. United Kingdom: Oxford University Press. 2015.
12. Murray Robert K., Bender David A., Botham Kathleen M. Biokimia Harper.
Ed. 29. Jakarta: EGC; 2012.
13. Yuslianti Euis Reni. Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan. Yogyakarta:
Deepublish. 2018.
14. Marks Dawn B., Marks Allan D., Smith Colleen M. 1996. Basis Medical
Biochemistry: a Clinical Approach. Hal 324. Biokimia kedokteran dasar
sebuah pendekatan klinis. EGC
15. R&D Systems. Reactive Oxygen Species. United State of America: Biotechne
R&D Systems. 1997.
16. Nurhidayah Siti. Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daging Pisang
Raja (Musa AAB „Pisang Raja‟) dengan Vitamin A, Vitamin C, dan Katekin
Melalui Penghitungan Bilangan Peroksida. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.
17. Quintanilha Alexandre. Reactive Oxygen Species in Chemistry, Biology, and,
Medicine. United State of America: Plenum Press New York with NATO
Scientific Affairs Division. 1988.
18. Moslen M.T, Amstrong D. Free Radicals in Diagnostic Medicine. New York:
Plenum Press New York. 1994.
19. Puspowardojo Irena Aryani. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jintan Hitam
(Nigella sativa) terhadap Kadar SOD Plasma pada Tikus Sprague Dawley yang
Terpapar Asap Rokok. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP. 2016.
20. Wakidi, R. F. Efek Protektif Vitamin C dan E Terhadap Mutu Sperma Mencit
Jantan Dewasa yang Dipajan dengan Monosodium Glutamat. Tesis. Medan :
Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara. 2012.
21. Ardyanto Tonang Dwi. MSG dan Kesehatan : Sejarah, Efek, dan
Kontroversinya. INOVASI. 2004; 1(16): 52-56.
22. Brilliantina L. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat pada Induk Tikus
Hamil Terhadap Berat Badan dan Perkembangan Otak Anaknya pada Usia 7
dan 14 Hari. Tesis. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012.
48
23. Rolls Edmund T. Functional Neuroimaging of Umami Taste: What Makes
Umami Pleasant? The American Journal of Clinical Nutrition. 2009;90:804S-
13S.
24. Walker Ronald, Lupien John R. The Safety Evaluation of Monosodium
Glutamate. Jurnal Nutritional Sciences. 2000;130.
25. Onaolapo Olakunle James, Onaolapo Adejoke Yetunde, Akanmu M.A., Gbola
Olayiwola. Evidence of Alterations in Brain Structure and Antioxidant Status
Following Low-dose Monosodium Glutamate Ingestion. Elsevier
Pathophysiology. 2016;23:147-156.
26. Yonata Ade, Iswara Indah. Efek Toksik Konsumsi Monosodium Glutamate.
Majority. 2016;5(3):100-104.
27. FDA. 2018. Question and Answers on Monosodium Glutamate (MSG). United
State: U.S. Food and Drug Administration.
28. BPOM. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. 23 tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Penguat Rasa. Indonesia: BPOM. 2013
29. VuThiThu Hien, Wakita Andrea, Shikanai Saiko, Iwamoto Tamami,
Wakikawa Noriko, Yamamoto Shigeru. Epidemiologi Studies of Monosodium
Glutamate and Health. Journal of Nutrition and Food Sciences. 2013.
doi:10.4172/2155-9600.S10-009.
30. Kikunae Ikeda, Ph.D. New Seasoning. Journal of the Chemical Society of
Tokyo. 1909;30:820-836. Diterjemahkan oleh Yoko Ogiwara dan Yuzo
Ninomiya dalam Chemical Senses. 2002;27:847-849.
31. Schaumburg HH, Byck R, Gerstl R, Mashman JH. Monosodium L-Glutamate :
Its Pharmacology and Role in theChinese Restaurant Syndrome. Science. 1969.
163 : 826-828.
32. He Ka, Zhao Liancheng, Daviglus Martha L, Dyer Alan R., Horn Linda Van,
Garside Daniel et al. Associaton of Monosodium Glutamate Intake with
Overweiht in Chinese Adults: the INTERMAP Study. National Institutes of
Health. 2008;16(8): 1875-1880. doi:10.1038/oby.2008.274.
49
33. Egbuonu A. C. C., Obidoa O., Ezekonkwo C. A. Hepatotoxic Effect of Low
Dose Oral Administration of Monosodium Glutamate in Male Albino Rats.
African Journal of Biotechnology. 2009;8(13):3031-3035.
34. El-Shenawy Nahla S. Effect of Monosodium Glutamate on Oxidative Damage
in Male Mice: Modulatory Role of Vitamin C. Journal of Microbiology,
Biotechnology, and Food Sciences. 2014:36(4);167-176.
35. Sarmoko. 2010. Temu Putih (Curcuma zedoaria). Yogyakarta : Cancer
Chemoprevention Research Center Farmasi UGM.
36. Dosoky Noura S., Setzer William N. Chemical Composition and Biological
Activitis of Essential Oils of Curcuma Species. Molecular Diversity
Preservation International and Multidisciplinary Digital Publishing (MDPI).
2018;10(1196). doi:10.3390/nu10091196
37. Kikuzaki, H., S. Hara, K. Yayoi, and N. Nakatani. Antioxidative,
phenylpropanoids from berries of Pimenta dioica. Journal of Phytochemistry.
1999;51:1307–1312.
38. Syu, W. J., C. C. Shen, J. J. Don, J. C. Ou, G. H. Lee, and C. M. Sun .
Cytotoxicity of Curcumanoids and some novel compounds from Curcuma
zedoaria. Journal of Nat. Prod. 1998;61:1531–1534.
39. Huang MT, Ma W, Yen P, Xie JG, Han J, Frenkel K,Grunberger D and
Conney AH. Inhibitory effects of topicalapplication of low doses of curcumin
on 12-O-tetradecanoylphorbol-13-acetate-induced tumor promotion and
oxidized DNA bases in mouse epidermis. Carcinogenesis. 1997;18: 83-88
40. Robak, J., and R. J. Greyglewski. Flavonoids are scavengers of superoksida
anions. Biochem Pharmacol. 1988;37: 837–84.
41. Peng Chiung-Huei, Chiu Wen-Ta, Juan Chi-Wen, Mau Jeng-Leun, Chen
Chien-Chou, Peng Chiung-Chi. Pivotal Role of Curcuminoids on the
Antimutagenic Activity of Curcums Zedoaria Extracts. Drug and Chemical
Toxicology. 2010;33(1): 64-76. DOI: 10.3109/01480540903170738.
42. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Ed. 8. Jakarta:
EGC. 2012.
50
43. Hickey Steve, Saul Andrew W. Vitamin C: The Real Story. The Remarkable
and Controversial Healing Factor. United State of America: Basic Health
Publications, Inc. 2008.
44. Bakhtiar Moh. Ali Hasan. Pengaruh Cara dan Lama Penyimpanan Dingin
terhadap Kandungan Vitamin C dan Aktivitas Antioksidan Cabai Merah
(Capsium annum L.). Skripsi. Malang: Fakultas Saintek UIN Malang. 2009.
45. Andarwulan N., Soetrisno. Kimia Vitamin. Bogor: Rajawali Press. 1992.
46. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2003.
47. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC; 2007.
48. Seo M. Y., Lee S. M. Protective Effect of Low Dose Ascorbic Acid on
Hepatobilliary Function in Hepatic Ischemia/Reperfusion in Rats. Journal of
Hepatology. 2002;36(1):72-77.
49. Dahlan M. Sopiyudin. Besar sampel dalam penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Seri 2. Ed.4. Jakarta: Epidemiologi Indonesia. 2010
50. Abcam. Superoxide Dismutase Activity Assay Kit (Colorimetric) (ab65354).
Version 3; 2016.
51. Dahlan M. Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri 1. Ed.6.
Jakarta: Epidemiologi Indonesia. 2015
52. Audina Thalia. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Kiwi (Actinida deliciosa)
Terhadap Berat dan Gambaran Mikroskopis Organ Limpa Tikus Jantan Strain
Sprague Dawley yang Telah Diberikan Monosodium Glutamat Selama 30
Hari. Jakarta: Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
53. Padayatty Sebastian J., Katz Arie, Wang Yaohui, Eck Peter, Kwon Oran, Lee
Je-Hyuk, et al. Vitamin C as an Antioxidant: Evaluation of Its Role in Disease
Prevention. Journal of the American College of Nutrition. 2003;22(1):18-35.
DOI: 10.1080/07315724.2003.10719272.
51
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Keterangan Tikus Sehat
Gambar 6.1 Surat Keterangan Tikus Sehat
52
Lampiran 2
Surat Sertifikat MSG
Gambar 6.2 Surat Sertifikat MSG
53
Lampiran 3
Surat Sertifikat Kunyit Putih
Gambar 6.3 Surat Sertifikat Kunyit Putih
54
Lampiran 4
Surat Sertifikat Vitamin C
Gambar 6.4 Surat Sertifikat Vitamin C
55
Lampiran 5
Cara Pencampuran KIT dan Sampel
Reagen terdiri dari:
a. WST Solution
b. SOD Enzyme Solution
c. SOD Assay Buffer
d. SOD Dilution Buffer
Komponen Sampel
(µL)
Blanko 1
(µL)
Blanko 2
(µL)
Blanko 3
(µL)
Sampel solution 20 0 20 20
ddH2O 0 20 0 20
WST Working
Solution
200 200 200 200
Enzyme working
solution
20 20 0 0
Dilution Buffer 0 0 20 20
Ket:
WST Working Solution : campuran antara WST solution dan SOD Assay Buffer
Enzyme working solution : campuran antara SOD Enzyme Solution dan Dilution
Buffer
56
Lampiran 6
Rumus Larutan MSG
Dosis MSG 4800 mg/kgbb/hari
BB yang digunakan adalah 150 mg = 0.15 kg
Dosis untuk 1 tikus = dosis tetap x BB
= 4800 x 0.15
= 720 mg/tikus dalam 1 hari
MSG diberikan untuk 5 kelompok yang masing – masing berisi 6 tikus. Jadi, total
tikus adalah 30 tikus.
Total dosis 5 kelompok = 720 x 30
= 21.600 mg
Untuk mempermudah penelitian, larutan MSG dibuat untuk 5 hari dalam 1 kali
pembuatan.
Total dosis sekali pembuatan = 21.600 x 5
= 108000 mg = 108 g
Untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam penelitian maka dosis dilebihkan
10% yaitu 10.8 g. Maka total dosis = 108 + 10.8
= 118.8 g
dibulatkan menjadi 119 g
Pencekokan dilakukan selama 14 hari
Total dosis 14 hari untuk 5 kelompok = 119 x 14
= 1666 g untuk 14 hari
57
Lampiran 7
Rumus Larutan Kunyit Putih
Dosis kunyit terbagi menjadi dua jenis yaitu dosis 100 mg/kgbb/hari dan dosis 200
mg/kgbb/hari dalam 1 ml akuades.
1. Dosis 100 mg/kgbb/hari
- Dosis tetap 100 mg
- BB yang digunakan adalah 150 mg = 0.15 kg
- Dosis untuk 1 tikus = dosis tetap x BB
= 100 x 0.15
= 15 mg/tikus dalam 1 hari
- Dosis dalam 1 kelompok yang terdiri dari 6 tikus
Total dosis 1 kelompok = 15 x 6
= 90 mg/hari
- Untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam penelitian maka dosis
dilebihkan 10% yaitu 9 mg. maka total dosis = 90 + 9
= 99 mg
dibulatkan menjadi 100 mg
- Pencekokan dilakukan selama 14 hari
Total dosis 14 hari untuk 1 kelompok = 100 x 14
= 1400 mg/kelompok dalam 14 hari
- Dalam 1 tablet terdapat 82.5 mg kandungan Curcuma Zedoaria
Jadi dibutuhkan 17 tablet
2. Dosis 200 mg/kgbb/hari
- Dosis tetap 200 mg
- BB yang digunakan adalah 150 mg = 0.15 kg
- Dosis untuk 1 tikus = dosis tetap x BB
= 200 x 0.15
= 30 mg/tikus dalam 1 hari
- Dosis dalam 1 kelompok yang terdiri dari 6 tikus
Total dosis 1 kelompok = 30 x 6
= 180 mg
- Untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam penelitian maka dosis
dilebihkan 10% yaitu 18 mg. maka total dosis = 180 + 18
= 198 mg
dibulatkan menjadi 200 mg
- Pencekokan dilakukan selama 14 hari
Total dosis 14 hari untuk 1 kelompok = 200 x 14
= 2800 mg/kelompok dalam
14 hari
- Dalam 1 tablet terdapat 82.5 mg kandungan Curcuma Zedoaria
Jadi, dibutuhkan 34 tablet
= 1.26 g
58
Lampiran 8
Rumus Larutan Vitamin C
Dosis vitamin C terbagi menjadi dua jenis yaitu dosis 250 mg/kgbb/hari dan dosis
250 mg/kgbb/hari dalam 0.5 ml akuades.
Vitamin C yang digunakan berupa ampul 1000 mg (200 mg/ml)
1. Dosis 250 mg/kgbb/hari
- Dosis tetap 250 mg
- BB yang digunakan adalah 150 mg = 0.15 kg
- Dosis untuk 1 tikus = dosis tetap x BB
= 250 x 0.15
= 37.5 mg/tikus dalam 1 hari
- Dosis dalam 1 kelompok yang terdiri dari 6 tikus
Total dosis 1 kelompok = 37.5 x 6
= 225 mg
- Untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam penelitian maka dosis
dilebihkan 10% yaitu 22.5 mg. maka total dosis = 225 + 22.5
= 247.5 mg
dibulatkan menjadi 250
mg
- Pencekokan dilakukan selama 14 hari
Total dosis 14 hari untuk 1 kelompok = 250 x 14
= 3500 mg/kelompok dalam
14 hari
2. Dosis 500 mg/kgbb/hari
- Dosis tetap 500 mg
- BB yang digunakan adalah 150 mg = 0.15 kg
- Dosis untuk 1 tikus = dosis tetap x BB
= 500 x 0.15
= 75 mg/tikus dalam 1 hari
- Dosis dalam 1 kelompok yang terdiri dari 6 tikus
Total dosis 1 kelompok = 75 x 6
= 450 mg
- Untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam penelitian maka dosis
dilebihkan 10% yaitu 45 mg. maka total dosis = 450 + 45
= 495 mg
dibulatkan menjadi 500 mg
- Pencekokan dilakukan selama 14 hari
Total dosis 14 hari untuk 1 kelompok = 250 x 14
= 3500 mg/kelompok dalam
14 hari
Catatan : Ampul yang sudah dibuka tidak dapat digunakan lagi keesokan harinya.
Total dosis kelompok vitamin C dalam 1 hari adalah 750 mg.
Maka dalam 1 hari dibutuhkan 1 ampul untuk kedua kelompok.
59
Lampiran 9
Dokumentasi Proses Penelitian
Gambar 6.5 Sampel tikus Gambar 6.6 Kandang di Animal
House
60
Gambar 6.7 Ekstrak kunyit dari Sidomuncul
Gambar 6.8 Pembiusan Hewan Gambar 6.9 Sacrifice hewan
Gambar 6.10 Pengambilan darah Gambar 6.11 Sentrifugasi Darah
melalui vena puncture
61
Gambar 6.12 Kecepatan sentrifugasi 6000 rpm Gambar 6.13 Darah hasil
selama 6 menit sentrifugasi
Gambar 6.14 Plasma darah sampel
62
Lampiran 10
Tabel Uji Statistik
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
MSG +K100
MSG + K200
MSG + Vit.C 250
MSG + Vit.C 500
MSG
Normal
.317
.251
.274
.277
.247
.171
4
4
4
4
4
4
.
.
.
.
.
.
.895
.921
.848
.892
.958
.982
4
4
4
4
4
4
.408
.544
.220
.391
.766
.913
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
HASIL
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3.867 5 18 .015
ANOVA Test
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 16053.125 5 3210.625 4.052 .012
Within Groups 14263.183 18 792.399
Total 30316.308 23
63
Post Hoc Test
Multiple Comparasions
Dependent Variable : Hasil Tamhane‟s
(I)
KELOMPOK
(J)
KELOMPOK
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95%
Confidence
Interval
Lower Bound
Upper
Bound
MSG + K100 MSG + K200 -30.717750 20.361046 .975 -180.75959 119.32409
MSG + VIT.C
250 -20.404000 17.791659 .997 -146.39815 105.59015
MSG + VIT.C
500 -7.623500 21.077727 1.000 -164.33020 149.08320
MSG -79.148250* 8.460509 .002 -120.86745 -37.42905
NORMAL -40.247000* 6.320242 .013 -70.65536 -9.83864
MSG + K200 MSG + K100 30.717750 20.361046 .975 -119.32409 180.75959
MSG + VIT.C
250 10.313750 26.114342 1.000 -113.13563 133.76313
MSG + VIT.C
500 23.094250 28.454987 1.000 -110.02828 156.21678
MSG -48.430500 20.904447 .743 -187.80153 90.94053
NORMAL -9.529250 20.133583 1.000 -165.35093 146.29243
MSG + VIT.C
250
MSG + K100 20.404000 17.791659 .997 -105.59015 146.39815
MSG + K200 -10.313750 26.114342 1.000 -133.76313 113.13563
MSG + VIT.C
500 12.780500 26.676904 1.000 -114.11785 139.67885
MSG -58.744250 18.411052 .404 -174.68812 57.19962
NORMAL -19.843000 17.530889 .998 -151.76203 112.07603
MSG + VIT.C
500
MSG + K100 7.623500 21.077727 1.000 -149.08320 164.33020
MSG + K200 -23.094250 28.454987 1.000 -156.21678 110.02828
MSG + VIT.C
250 -12.780500 26.676904 1.000 -139.67885 114.11785
MSG -71.524750 21.603109 .403 -217.48538 74.43588
NORMAL -32.623500 20.858081 .971 -195.04612 129.79912
MSG MSG + K100 79.148250* 8.460509 .002 37.42905 120.86745
MSG + K200 48.430500 20.904447 .743 -90.94053 187.80153
MSG + VIT.C
250 58.744250 18.411052 .404 -57.19962 174.68812
64
MSG + VIT.C
500 71.524750 21.603109 .403 -74.43588 217.48538
NORMAL 38.901250 7.897415 .072 -3.67218 81.47468
NORMAL MSG + K100 40.247000* 6.320242 .013 9.83864 70.65536
MSG + K200 9.529250 20.133583 1.000 -146.29243 165.35093
MSG + VIT.C
250 19.843000 17.530889 .998 -112.07603 151.76203
MSG + VIT.C
500 32.623500 20.858081 .971 -129.79912 195.04612
MSG -38.901250 7.897415 .072 -81.47468 3.67218
*. The mean difference is significant at the 0.05 level
65
Lampiran 11
Riwayat Hidup Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama : Kenyo Sembodro Pramesti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Cianjur, 27 Mei 1996
Agama : Islam
Alamat : Jln. Jawa Blok E2 No. 9-10 RT/RW 01/017
Komplek Benda Baru, Pamulang, Tangerang
Selatan 15418
Email : [email protected]
No. Telpon : 087785557397
Riwayat Pendidikan
2001-2002 : TK Putra Indonesia 5
2002-2007 : SDN Serua X
2007-2008 : SDN Pondok Pinang 03 Pagi
2008-2011 : SMP 87 Jakarta
2011-2014 : SMA 87 Jakarta
2015 – Sekarang : Fakultas Kedokteran Uin Syarif Hidayatullah Jakarta