pengaruh pelaksanaan etika profesi, independensi, profesionalisme dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PELAKSANAAN ETIKA PROFESI,
INDEPENDENSI, PROFESIONALISME DAN KECERDASAN
EMOSIONAL TERHADAP PENGAMBILAN
KEPUTUSAN BAGI AUDITOR
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surakarta dan Yogyakarta)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
SARI SEKAR SUCI
B 200 150 223
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
PENGARUH PELAKSANAAN ETIKA PROFESI, INDEPENDENSI,
PROFESIONALISME DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAGI AUDITOR
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta dan Yogyakarta)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh etika profesi, independensi,
profesionalisme dan kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan bagi
auditor pada KAP wilayah Surakarta dan Yogyakarta. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua auditor yang bekerja di KAP wilayah Surakarta dan Yogyakarta
menggunakan metode purposive sampling. Ada 54 auditor di KAP sebagai
sampel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
bersumber langsung dari responden dengan instrument penelitian kuesioner.
Metode analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: etika profesi, independensi, dan
profesionalisme berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bagi auditor.
Sedangkan kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan bagi auditor.
Kata kunci: etika profesi, independensi, profesionalisme, kecerdasan emosional,
pengambilan keputusan bagi auditor.
Abstract
This research aimed to determine the effect of professional ethics, independence,
professionalism and emotional intelligence on decision making for auditors in
KAP in the Surakarta and Yogyakarta regions. The population in this study were
all auditors working in KAP in Surakarta and Yogyakarta using the purposive
sampling method. There were 54 auditors in the KAP as a sample. The data used
in this study are primary data sourced directly from respondents with
questionnaire research instruments. The statistical analysis method used is
multiple linear regression analysis. The results showed that: professional ethics,
independence, and professionalism influence the decision making for auditors.
While emotional intelligence does not affect the decision making for auditors.
Keywords: professional ethics, independence, professionalism, emotional
intelligence, decision making for auditors.
1. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini, semakin berkembangnya dunia bisnis yang sudah tidak
lagi mempertimbangkan etika. Padahal pertimbangan etika sangatlah penting bagi
status profesional dalam menjalankan aktivitasnya. Pengembangan dan kesadaran
etika/moral memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi (Louwers
2
et al. dalam Husein, 2004). Salah satu profesi yang ada di dalam lingkungan bisnis
yang eksistensinya dari waktu ke waktu semakin diakui oleh masyarakat bisnis
itu sendiri adalah profesi auditor.
Sekarang ini menjadi seorang auditor sering dianggap sebuah profesi yang
cukup berat, karena mengemban tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap
pelaporan keuangan sebuah perusahaan. Auditor harus memiliki kualifikasi yang
cukup untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk
mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai
kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut (Arens, Edisi 12, 2008:5).
Salah satu manfaat dari jasa KAP adalah memberikan informasi yang akurat dan
dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.
Auditor memperoleh kepercayaan dari pihak ketiga atau klien untuk
membuktikan apakah laporan keuangan yang disajikan klien sudah wajar. Pihak
ketiga yang dimaksud diantaranya manajemen, pemegang saham, pemerintah
kreditur atau bank serta masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut (Putra, 2017). Oleh karena itu, auditor harus bisa menjaga
kepercayaan yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya. Jika dilanggar, maka
publik secara perlahan akan melupakan, meninggalkan dan pada akhirnya
mengabaikan eksistensi profesi ini.
Seorang auditor dalam mengambil keputusan perlu menggunakan beberapa
pertimbangan rasional, yang didasarkan atas pelaksanaan etika yang berlaku dan
membuat suatu keputusan yang adil. Pengambilan keputusan merupakan sebuah
kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah
satu kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan (Morgan dan
Cerullo yang dikutip oleh Nuryanto (2001).
Auditor mengkomunikasikan hasil pekerjaan auditnya kepada pihak-pihak
berkepentingan melalui laporan audit. Laporan audit tersebut digabungkan dengan
laporan keuangan dalam laporan tahunan kepada pemegang saham yang
menjelaskan temuan-temuan audit. Setelah itu, temuan tersebut disampaikan
dalam bentuk pendapat (opinion) mengenai kewajaran laporan keuangan yang
3
telah disusun untuk menentukan apakah telah disajikan secara wajar (Henda dan
H. Warsito, 2011).
Peranan auditor sangatlah dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha, maka para
auditor perlu memahami pelaksanaan etika yang berlaku dalam menjalankan
profesinya. Menurut Henda dan H. Warsito (2011) ada beberapa elemen penting
yang harus dimiliki oleh auditor, yaitu: (1) keahlian dan pemahaman tentang
standar akuntansi atau standar penyusunan laporan keuangan; (2) standar
pemeriksaan/auditing; (3) etika profesi; (4) pemahaman terhadap lingkungan
bisnis yang diaudit. Berdasarkan keempat elemen tersebut sangatlah jelas bahwa
syarat utama yang dimiliki oleh seorang auditor adalah wajib memegang teguh
aturan etika profesi yang berlaku. Menurut Rahayu dan Suhayati (2013:49)
mendefinisikan etika profesi merupakan pedoman yang harus diterapkan auditor
dalam menjalankan kegiatannya. Perlunya pemahaman etika bagi profesi auditor
adalah sama seperti keberadaan jantung bagi tubuh manusia.
Menurut Muhammad Alifzuda (2016), Kode Etik Akuntan Publik
menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang
akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan
tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Akan
tetapi independen dalam hal ini tidak berarti mengharuskan ia bersikap sebagai
penuntut, melainkan ia justru harus bersikap mengadili secara tidak memihak
dengan tetap menyadari kewajibannya untuk selalu bertindak jujur, tidak hanya
kepada manajemen dan pemilik perusahaan tetapi juga kepada pihak lain yang
berkepentingan dengan laporan keuangan (SPAP, 2011:220.1). Independen dalam
pengambilan keputusan berarti bahwa di dalam setiap pengambilan keputusan
sudah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan agar KAP
memperoleh keyakinan yang layak, dimana seorang auditor tidak dipengaruhi
pihak manapun. Keputusan yang diambil tidak berdasarkan kepentingan klien,
pribadi, maupun pihak lainnya, melainkan berdasarkan fakta dan bukti yang
berhasil dikumpulkan selama penugasan.
Profesionalisme merupakan salah satu syarat utama bagi seorang auditor
dalam mengambil keputusan, sebab dengan profesionalisme yang tinggi
4
kebebasan auditor akan semakin terjamin. Persyaratan profesionalisme yaitu
orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor.
Menurut Islahuzzaman (2012:369) profesionalisme adalah kemampuan yang
berupa tanggung jawab terhadap profesi yang dilaksanakan dan bukan hanya
bersikap tanggung jawab namun harus menaati peraturan hukum yang berlaku.
Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin luas,
auditor harus memiliki wawasan yang luas tentang komplektisitas organisasi
modern.
Seorang auditor dalam mengambil keputusan juga harus memahami
kecerdasan emosional, karena dengan mempunyai kecerdasan tersebut seorang
auditor diharapkan dapat berbuat tegas dalam mengambil keputusan yang tepat
mengenai laporan keuangan kliennya walaupun dalam keadaan tertekan. Goleman
(2000) melalui penelitiannya mengatakan bahwa kecerdasan emosional
menyumbang 80% dari faktor penentu kesuksesan, sedangkan 20% yang lain
ditentukan oleh kecerdasan intelektual/Intellectual Quotient (IQ). Menurut
Goleman (2002:512) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengenali diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang
lain. Goleman (2002:513-514) membagi kecerdasan emosional menjadi lima
bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri,
pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi sosial
(empati dan keterampilan sosial).
Penelitian tentang pengambilan keputusan auditor telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya, yaitu penelitian dari Mardiah, Rizal Effendi, dan Oloan
Siagian (2017) meneliti tentang pengaruh pelaksanaan etika profesi, independensi,
profesionalisme, dan kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan bagi
auditor. Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan etika profesi dan
independensi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor, sedangkan
profesionalisme dan kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan auditor.
5
Hery dan Merrina Agustiny (2007) meneliti tentang pengaruh pelaksanaan
etika profesi terhadap pengambilan keputusan akuntan publik (auditor) di KAP
Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah independensi, integritas dan
objektivitas tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor, Standar
Umum dan Prinsip Akuntansi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
auditor, tanggung jawab kepada klien auditor berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan auditor, tanggung jawab dan praktik lain berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan auditor, dan tanggung jawab kepada rekan seprofesi
cenderung berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor.
Henda dan H. Warsito (2011) meneliti tentang pengaruh pelaksanaan etika
profesi dan kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan bagi auditor
pada KAP dan BPK di Semarang. Hasil penelitian menunjukkan independensi,
integritas dan objektivitas berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor,
Standar Umum dan Prinsip Akuntansi berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan auditor, tanggung jawab kepada klien berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan auditor, tanggung jawab kepada rekan seprofesi tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor, tanggung jawab dan
praktik lain tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor,
pengenalan diri tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor,
empati tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor, pengendalian
diri berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor, motivasi berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan auditor dan keterampilan sosial berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan auditor.
Rinaldy (2016) meneliti tentang hubungan antara etika audit dan motivasi
dalam pengambilan keputusan internal audit pada PT Mega Hijau Bersama. Hasil
penelitian menunjukkan etika audit dan motivasi berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan internal audit.
Dhewi dan Dharma (2013) meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi auditor dalam pengambilan keputusan untuk memberikan opini
audit pada KAP di Bali. Hasil penelitian menunjukkan etika profesi, komitmen
profesional, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
6
untuk memberikan opini audit. Sedangkan independensi tidak berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan untuk memberikan opini audit.
Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hasil atau kesimpulan yang
berbeda. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil
judul: “Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi, Independensi, Profesionalisme dan
Kecerdasan Emosional Terhadap Pengambilan Keputusan Bagi Auditor (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surakarta dan Yogykarta)”.
2. METODE
2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
berupa hasil dari kuesioner-kuesioner yang disebarkan ke KAP wilayah Surakarta
dan Yogyakarta.
2.2 Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik wilayah Surakarta dan Yogyakarta yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan wilayah Jawa Tengah dan DIY. Dalam peneltian menggunakan
purposive sampling, maka responden diambil berdasarkan kriteria-kriteria yang
telah ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel
pada penelitian ini yaitu: (1) Auditor pada KAP (patner, senior, atau junior
auditor) yang tidak dibatasi oleh jabatan, sehingga semua auditor yang bekerja di
KAP dapat diikutsertakan sebagai responden. (2) Auditor yang bekerja di KAP
Surakarta dan Yogyakarta. (3) Yang bersedia mengisi Kuesioner.
2.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
2.3.1 Variabel Dependen
2.3.1.1 Pengambilan Keputusan
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel independen atau variabel bebas
(Sugiyono, 2010:4). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengambilan
keputusan bagi auditor. Pengambilan keputusan auditor adalah sebuah kesimpulan
yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu
7
kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan (Morgan dan Cerullo
yang dikutip oleh Nuryanto, 2001).
Variabel pengambilan keputusan terdiri dari indikator: 1)
penerimaan/penolakan penugasan dari klien baru, 2) review ulang partner, 3)
pengungkapan catatan atas laporan keuangan, 4) pengungkapan temuan, 5)
evaluasi kecukupan audit, 6) pemberian opini audit, dan 7) penentuan audit
prosedur (Hery dan Merrina, 2007).
2.3.2 Variabel Independen
2.3.2.1 Etika Profesi
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki
kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral yang mengatur
tentang perilaku profesional (Dian, 2011). Tanpa etika, profesi akuntan tidak
akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses
pengambilan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.
Variabel etika terdiri dari indikator: 1) kepribadian, 2) kecakapan
profesional, 3) tangggung jawab, dan 4) memperhatikan prinsip-prinsip pada kode
etik profesi (Baigi, 2016).
2.3.2.2 Independensi
Independensi menurut Standar Umum Kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001)
artinya tidak mudah dipengaruhi, melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum, tidak memihak kepada kepentingan siapapun, mempertahankan kebebasan
pendapatnya dan jujur kepada semua pihak lain yang meletakan kepercayaan.
Variabel independensi terdiri dari indikator: 1) tidak mudah dipengaruhi,
2) melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum, 3) tidak memihak kepada
siapapun, 4) mempertahankan kebebasan pendapatnya, dan 5) jujur kepada
siapapun (Putra, 2017).
2.3.2.3 Profesionalisme
Menurut Islahuzzaman (2012:369) profesionalisme adalah kemampuan yang
berupa tanggung jawab terhadap profesi yang dilaksanakan dan bukan hanya
bersikap tanggungjawab namun harus menaati peraturan hukum yang berlaku.
8
Variabel profesionalisme terdiri dari indikator: 1) pengabdian pada profesi,
2) kewajiban sosial, 3) sikap perilaku, 4) menjunjung kode etik profesi, dan 5)
hubungan dengan sesama profesi (Putra, 2017).
2.3.2.4 Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2002:512) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengenali diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri
sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan
dengan orang lain.
Variabel kecerdasan emosional terdiri dari indikator: 1) pengenalan diri, 2)
pengendalian diri, 3) motivasi, 4) empati, dan 5) keterampilan sosial (Aprilian,
2015).
2.4 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Menurut
Sudjana (2005), analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya variabel
independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel lain konstan,
dimana rumusnya:
PK = a + b1 EP + b2 IA + b3 PA + b4 KE + e
Dimana:
PK : Pengambilan Keputusan
a : Konstanta
b1, b2, b3, b4 : Koefisien EP, IA, PA, KE
EP : Etika Profesi
IA : Independensi
PA : Profesionalisme
KE : Kecerdasan Emosional
e : Tingkat Eror atau Tingkat Kesalahan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan uji statistik non-parametik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Kriteria pengujian yang digunakan adalah melalui
9
nilai Asymp. Sig. (2-tailed), apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > level of
significant, yaitu 0,05 maka dinyatakan data terdistribusi normal. Hasil
perhitungan Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,536 dengan nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,937. Nilai tersebut berada di atas 0,05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi
normalitas atau dapat dikatakan data penelitian berdistribusi normal.
Hasil uji multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Jika
nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
bebas dari multikolinearitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat diketahui bahwa
masing-masing variabel mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Maka,
dapat disimpulkan bahwa setiap variabel tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas, sehingga memenuhi persyaratan dalam analisis regresi.
3.2 Uji Hipotesis
3.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Sudjana (2005), analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya
variabel independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel lain
konstan, dimana rumusnya:
PK = a + b1EP + b2 IA + b3PA + b4KE + e
PK = 1,361 + 0,265EP + 0,103IA + 0,234PA + 0,046KE + e
Berdasarkan persamaan regresi linear tersebut secara statistik dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Nilai koefisien regresi untuk variabel etika profesi (EP) bernilai positif sebesar
0,265 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel etika profesi
akan menaikkan pengambilan keputusan auditor dengan asumsi variabel lain
tetap.
b. Nilai koefisien regresi untuk variabel independensi (IA) bernilai positif
sebesar 0,103 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
independensi akan menaikkan pengambilan keputusan auditor dengan asumsi
variabel lain tetap.
c. Nilai koefisien regresi untuk variabel profesionalisme (PA) bernilai positif
sebesar 0,234 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
10
profesionalisme akan menaikkan pengambilan auditor dengan asumsi variabel
lain tetap.
d. Nilai koefisien regresi untuk variabel kecerdasan emosional (KE) bernilai
positif sebesar 0,046 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan
variabel kecerdasan emosional akan menaikkan pengambilan keputusan
auditor dengan asumsi variabel lain tetap.
3.2.2 Uji t
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Dari hasil uji t dapat diketahui
bahwa:
a. Variabel etika profesi (EP) mempunyai nilai thitung > ttabel yaitu sebesar 4,084 >
2,010 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Artinya H1 diterima dan
variabel etika profesi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor.
b. Variabel independensi (IA) mempunyai nilai thitung > ttabel yaitu sebesar 2,366 >
2,010 dan nilai signifikan sebesar 0,022 < 0,05. Artinya H2 diterima dan
variabel independensi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor.
c. Variabel profesionalisme (PA) mempunyai nilai thitung > ttabel yaitu sebesar
2,593 > 2,010 dan nilai signifikan sebesar 0,013 < 0,05. Artinya H3 diterima
dan variabel profesionalisme berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
auditor.
d. Variabel kecerdasan emosional (KE) mempunyai nilai thitung < ttabel yaitu
sebesar 0,984 < 2,010 dan nilai signifikan sebesar 0,330 > 0,05. Artinya H4
ditolak dan variabel kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan auditor.
3.2.3 Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
Berdasarkan hasil uji F terlihat bahwa nilai Fhitung > Ftabel yaitu 28,882 > 2,57 dan
nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan variabel-variabel independen meliputi etika profesi, independensi,
profesionalisme, dan kecerdasan emosional mempengaruhi pengambilan
11
keputusan auditor secara simultan atau model regresi yang terbentuk fit untuk
digunakan dalam analisis.
3.2.4 Uji koefieisien determinasi (R2)
Uji koefieisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan hasil uji
koefieisien determinasi (R2) besar nilai Adjusted R Square sebesar 0,702 yang
berarti variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen
sebesar 67,8%. Hal ini berarti variabel-variabel independen meliputi etika profesi,
independensi, profesionalisme, dan kecerdasan emosional mempengaruhi
pengambilan keputusan auditor sebesar 67,8% sedangkan sisanya sebesar 32,2%
dipengaruhi oleh variabel lain tidak diteliti dalam penelitian ini.
3.3 Pembahasan
3.3.1 Pengaruh Etika Profesi terhadap Pengambilan Keputusan Bagi Auditor
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan hasil untuk variabel etika
profesi dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Artinya H1 diterima,
sehingga variabel etika profesi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
auditor.
Dalam pengambilan keputusan auditor senantiasa menjunjung etika
profesinya dalam melaksanakan proses audit bertanggung jawab penuh atas hasil
laporan audit dan melaporkan hasil temuan audit sesuai dengan fakta yang
ditemukan sehingga dapat memberikan keputusan sesuai dengan laporan
keuangan yang disajikan oleh klien.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Henda dan H. Warsito
(2011) bahwa tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntansi
adalah penyedia informasi untuk proses pengambilan keputusan oleh para auditor.
Dengan menjunjung etika profesi diharapkan tidak terjadi kecurangan diantara
para auditor, sehingga dapat memberikan keputusan yang benar-benar sesuai
dengan laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Hasil penelitian ini
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiah, Rizal, dan Siagian
(2017).
12
3.3.2 Pengaruh Independensi terhadap Pengambilan Keputusan Bagi Auditor
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan hasil untuk variabel
independensi dengan nilai signifikan sebesar 0,022 < 0,05. Artinya H2 diterima
dan variabel independensi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan auditor.
Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Mardiah, Rizal, dan Siagian
(2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa independensi merupakan salah
satu sikap yang harus dimiliki oleh auditor agar menghasilkan audit yang
berkualitas. Hasil audit yang berkualitas dapat memudahkan pemakai laporan
keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Semakin tinggi independensi
yang dimiliki oleh auditor, maka kualitas audit semakin baik untuk pengambilan
keputusan. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mardiah, Rizal, dan Siagian (2017).
3.3.3 Pengaruh Profesionalisme terhadap Pengambilan Keputusan Bagi Auditor
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan hasil untuk variabel
profesionalisme dengan nilai signifikan sebesar 0,013 < 0,05. Artinya H3 diterima
dan variabel profesionalisme berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
auditor.
Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa dengan bertambahnya
profesionalisme auditor dapat mempengaruhi hasil keputusan auditor, sebab
dengan profesional yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin. Auditor
yang memiliki sikap profesional akan memberikan keputusan sesuai dengan
tingkat kewajaran laporan keuangan yang diperiksa dan sesuai dengan fakta
kondisi di lapangan. Jika hal tersebut dilakukan dengan baik oleh auditor, maka
hasil pekerjaannya terkait dengan kecurangan dalam bekerja dapat berkurang.
Kepercayaan klien terhadap KAP semakin meningkat. Hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiah, Rizal, dan Siagian
(2017).
3.3.4 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Pengambilan Keputusan Bagi
Auditor
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan hasil untuk variabel
kecerdasan emosional dengan nilai signifikan sebesar 0,330 > 0,05. Artinya H4
13
ditolak dan variabel kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan auditor.
Kurangnya kesadaran diri dalam mengelola emosi menyebabkan kurang
mampu dalam memahami diri sendiri maupun memahami orang lain dan menjadi
dampak dalam melakukan pengambilan keputusan. Di dalam melakukan
pemeriksaan audit tanpa kecerdasan emosional, auditor tidak dapat menggunakan
potensi kemampuan kognitif mereka dengan sebaik-baiknya, sehingga kecerdasan
emosional juga dibutuhkan oleh auditor, semakin tinggi kecerdasan emosional
auditor akan semakin mempengaruhi pengambilan keputusan itu sendiri. Auditor
juga harus mampu mengelola emosinya ketika menghadapi tekanan atau stres
sehingga dapat tetap fokus dan dapat mengetahui mana yang benar terkait dengan
laporan keuangan klien yang nantinya akan mempengaruhi pengambilan
keputusan (Henda dan H. Warsito, 2011).
Ketidak berpengaruhan kecerdasan emosional terhadap pengambilan
keputusan tersebut dapat terjadi karena sudah ada prosedur yang mempengaruhi
pengambilan keputusan sesuai dengan independensi, etika, dan menjalankan kode
etiknya. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mardiah, Rizal, dan Siagian (2007).
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Etika profesi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bagi auditor, hasil
ini dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel yaitu sebesar 4,084 > 2,010 dan nilai
signifikan sebesar 0,000 < 0,05, sehingga H1 diterima.
2. Independensi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bagi auditor,
hasil ini dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel yaitu sebesar 2,366 > 2,010 dan
nilai signifikan sebesar 0,022 < 0,05, sehingga H2 diterima.
14
3. Profesionalisme berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bagi auditor,
hasil ini dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel yaitu sebesar 2,593 > 2,010 dan
nilai signifikan sebesar 0,013 < 0,05, sehingga H3 diterima.
4. Kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
bagi auditor, hasil ini dibuktikan dengan nilai thitung < ttabel yaitu sebesar 0,984
< 2,010 dan nilai signifikan sebesar 0,330 > 0,05, sehingga H4 ditolak.
4.2 Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian yang dilaksanakan ini memiliki keterbatasan.
Keterbatasan ini perlu diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang
maupun pembaca. Keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1. Dalam pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner, tidak melalui
wawancara atau survey lainnya, ini dapat memberikan pengaruh terhadap
jawaban yang diberikan responden, yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi hasil penelitian.
2. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui kuesioner yang ditinggal
pada saat pengisian, sehingga penulis tidak mengawasi secara langsung atas
pengisian jawaban tersebut. Sehingga ada kemungkinan terjadi bias dan
jawaban dari responden tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya
dikarenakan kondisi-kondisi tertentu masing-masing responden.
3. Lingkup penelitian terbatas hanya pada KAP wilayah Surakarta dan
Yogyakarta dan waktu yang digunakan dalam penelitian terbatas, sehingga
hasil penelitian belum bisa tergeneralisasi dan kurang maksimal.
4. Penelitian ini hanya mengukur mengenai pendapat atau persepsi dari seorang
auditor, sehingga data dalam penelitian ini tidak pasti.
4.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini mempunyai saran sebagai berikut:
1. Peneliti berikutnya dapat menggunakan metode tambahan yaitu wawancara
secara langsung kepada responden agar responden memberikan jawaban
dengan kesungguhan dan keseriusan, serta peneliti lebih terlibat dalam proses
penelitian tersebut.
15
2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk berkenan menunggu dalam proses
pengisian koesioner agar tidak terjadi bias.
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambah objek penelitian, sehingga hasil
penelitian bisa tergeneralisasi.
4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain yang
dianggap dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bagi auditor.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta:
Salemba Empat.
Aprilian Orgawan Ranoel. 2015. Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Opini
Auditor. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa
Assurance Edisi 12-Jilid 5. Erlangga. Jakarta.
Baigi Rabbani Adha. 2016. Pengaruh Independensi Auditor, Profesionalisme
Auditor, Etika Profesi Auditor, Akuntabilitas Auditor Terhadap Kualitas
Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universsitas Airlangga Surabaya.
Dhewi Rharasati dan Dharma Suputra. 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Auditor dalam Pengambilan Keputusan Untuk Memberikan Opini Audit.
E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 3, No. 3, Tahun 2013: 147-
162.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: BP UNDIP.
Goleman, Daniel. 2000. Working With Emotional Intelligence (terjemahan).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional
(mengapa EQ lebih penting daripada IQ). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Henda dan H. Warsito. 2011. Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi dan
Kecerdasan Emosional Terhadap Pengambilan Keputusan Bagi Auditor.
Skripsi tidak dipublikasikan. Unviersitas Diponegoro Semarang.
16
Herawati dan Susanto. 2009. “Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan
Mendeteksi Kekeliruan dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas Akuntan Publik”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.11,
No.1.
Hery. 2007. Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi Terhadap Pengambilan
Keputusan Akuntan Publik (Auditor). Media Riset Akuntansi, Auditing
dan Informasi Vol. 18, No. 3, Desember 2007.
IAPI. 2011. Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Edisi April 2009. Penerbit IAPI,
Jakarta.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesi Akuntansi Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Islahuzzaman. 2012. Istilah-istilah Akuntansi dan Auditing. Edisi Kesatu. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mardiah, Rizal Effendi, Oloan Siagian. 2017. Pengaruh Pelaksanaan Etika
Profesi, Independensi, Profesionalisme dan Kecerdasan Emosional
Terhadap Pengambilan Keputusan Bagi Auditor. Jurusan Akuntansi STIE
Multi Data Palembang (tidak dipublikasikan).
Muhammad Alifzuda Burhanudin. 2016. “Pengaruh Akuntabilitas dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit”.
Mulyadi. 2002. Auditing I. Penerbit Salemba Empat Jakarta.
Ni Luh Gede Sukmawati, Nyoman Trisna Herawati, Ni Kadek Sinarwati. 2014.
Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional,
dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Opini Auditor. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 2, No. 1, Tahun 2014.
Putra Anggara Wijayanto. 2017. Pengaruh Kompetensi, Independensi,
Profesionalisme Auditor Internal Pemerintah Terhadap Kualitas Audit.
Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta (tidak
dipublikasikan).
Rinaldy Arifin Siregar. 2016. Hubungan Antara Etika Audit dan Motivasi Dalam
Pengambilan Keputusan Internal Audit. Skripsi tidak dipublikasikan.
Universitas Pamulang.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
17
Sukrisno, Agoes. 2004. “Auditing (Pemeriksaan Akuntansi)”, Edisi Ketiga,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa, 1995, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ed. 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Balai Pustaka.
Winanti. S, Respati, Wildan P. Arifin, Ernawati. 2007. Gambaran Kecerdasan
Emosional Siswa Berbakat di Kelas Akselerasi SMA di Jakarta. Jurnal
Psikologi Vol.5, No. 1. Juni 2007:31.