pengaruh model pembelajaran timbal balik

12
1 1): Mahasiswa Geografi FIS Universitas Negeri Malang. E-mail: [email protected] 2): Dosen Geografi FIS Universitas Negeri Malang 3): Dosen Geografi FIS Universitas Negeri Malang PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK (RECIPROCAL TEACHING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA Puri Dyah Megasari 1) Hadi Soekamto 2) Sudarno Herlambang 3) ABSTRAK: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk menguji model pembelajaran Timbal Balik. Penelitian dilakukan dengan peneliti berperan sebagai guru di dalam kelas baik kelas eksperimen ataupun kelas kontrol. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri.. Penelitian ini mengambil dua kelas yaitu kelas X-5 sebagi kelas eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari soal subjektif atau esai yang berjumlah lima soal. Hasil penelitian ini adalah (1) Pengujian model pembelajaran Timbal Balik pada siswa kelas X SMA Negeri 7 terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa (2) Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Timbal Balik mengalami peningkatan. Saran dalam penelitian ini adalah (1) Bagi sekolah, untuk menyarankan penggunaan model pembelajaran Timbal Balik pada guru terutama guru mata pelajaran sastra (2) Bagi guru, pada indikator yang membahas tentang peristiwa El Nino dan La Nina serta dampaknya bagi keidupan sebaiknya lebih ditekankan (3) Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk menekankan model pembelajaran Timbal Balik pada komponen memprediksi dan membuat pertanyaan agar siswanya lebih fokus. Kata Kunci: model pembelajaran Timbal Balik, hasil belajar Pemilihan model pembelajaran Timbal Balik berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, model pembelajaran Timbal Balik banyak digunakan oleh peneliti pendidikan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam hal membaca. Siswa yang mengalami kesulitan membaca berkaitan dengan menentukan ide pokok bacaan. Penelitian tentang model pembelajaran Timbal Balik ini sering dilakukan oleh peneliti dari luar negeri dan dalam negeri. Alasan kedua, memilih model pembelajaran Timbal Balik karena keunggulannya. Model pembelajaran Timbal Balik merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan membaca siswa. Model pembelajaran Timbal Balik dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan aktivitas siswa. Model pembelajaran Timbal Balik juga meningkatkan aktivitas siswa. Siswa akan saling berinteraksi dengan teman sebanya untuk mencari informasi tentang bacaan. Interaksi yang terjadi akan meningkatkan hubungan sosial antar siswa. Model pembelajaran Timbal Balik juga memiliki banyak keunggulan yang lain. Model pembelajaran

Upload: vonguyet

Post on 17-Jan-2017

236 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

1 1): Mahasiswa Geografi FIS Universitas Negeri Malang. E-mail: [email protected]

2): Dosen Geografi FIS Universitas Negeri Malang

3): Dosen Geografi FIS Universitas Negeri Malang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

(RECIPROCAL TEACHING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA

Puri Dyah Megasari 1)

Hadi Soekamto 2)

Sudarno Herlambang 3)

ABSTRAK: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk menguji model

pembelajaran Timbal Balik. Penelitian dilakukan dengan peneliti berperan sebagai guru di dalam kelas baik

kelas eksperimen ataupun kelas kontrol. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri..

Penelitian ini mengambil dua kelas yaitu kelas X-5 sebagi kelas eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas

kontrol. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari soal subjektif atau esai yang berjumlah lima soal. Hasil

penelitian ini adalah (1) Pengujian model pembelajaran Timbal Balik pada siswa kelas X SMA Negeri 7

terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa (2) Hasil belajar siswa dengan menggunakan

model pembelajaran Timbal Balik mengalami peningkatan. Saran dalam penelitian ini adalah (1) Bagi

sekolah, untuk menyarankan penggunaan model pembelajaran Timbal Balik pada guru terutama guru mata

pelajaran sastra (2) Bagi guru, pada indikator yang membahas tentang peristiwa El Nino dan La Nina serta

dampaknya bagi keidupan sebaiknya lebih ditekankan (3) Bagi peneliti lanjutan disarankan untuk

menekankan model pembelajaran Timbal Balik pada komponen memprediksi dan membuat pertanyaan agar

siswanya lebih fokus.

Kata Kunci: model pembelajaran Timbal Balik, hasil belajar

Pemilihan model pembelajaran Timbal Balik berdasarkan beberapa pertimbangan.

Pertama, model pembelajaran Timbal Balik banyak digunakan oleh peneliti pendidikan untuk

mengatasi kesulitan siswa dalam hal membaca. Siswa yang mengalami kesulitan membaca

berkaitan dengan menentukan ide pokok bacaan. Penelitian tentang model pembelajaran Timbal

Balik ini sering dilakukan oleh peneliti dari luar negeri dan dalam negeri.

Alasan kedua, memilih model pembelajaran Timbal Balik karena keunggulannya. Model

pembelajaran Timbal Balik merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan pada

kemampuan membaca siswa. Model pembelajaran Timbal Balik dapat meningkatkan

kemampuan kognitif dan aktivitas siswa. Model pembelajaran Timbal Balik juga meningkatkan

aktivitas siswa. Siswa akan saling berinteraksi dengan teman sebanya untuk mencari informasi

tentang bacaan. Interaksi yang terjadi akan meningkatkan hubungan sosial antar siswa. Model

pembelajaran Timbal Balik juga memiliki banyak keunggulan yang lain. Model pembelajaran

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

2

Timbal Balik dapat memunculkan kemampuan yang tersembunyi dalam diri siswa. Kemampuan

yang tersembunyi ini berkaitan dengan bakat kepemimpinan siswa.

Pada proses pembelajaran, siswa akan memperoleh hasil belajar berupa kemampuan-

kemampuan sesuai dengan yang mereka lakukan selama kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai

dengan yang dijelaskan Sudjana (2001) bahwa ”hasil belajar merupakan kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya” (dalam Nurdin,

2009: 117-118). Kemudian, Sanjaya (2008: 27) juga menyatakan bahwa ”hasil belajar

merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman

belajar dalam satu kompetensi dasar”. Pengertian dari Sanjaya membatasi bahwa hasil belajar

hanya dalam lingkup kompetensi dasar tertentu yang ingin dicapai dan juga diperoleh dari

pengalaman belajar siswa.

Hasil belajar juga dijadikan guru untuk indikator nilai dari metode pembelajaran yang

dilakukan dengan kondisi siswa yang berbeda-beda. Pendapat ini diungkapkan oleh Reigeluth

(1983) bahwa ”hasil belajar merupakan semua efek yang bisa dijadikan indikator nilai dari

penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda ” (dalam Rusmono, 2012: 7).

Hasil belajar merupakan bentuk kemampuan siswa yang diperoleh dari setelah menerima

pengalaman belajar dan dijadikan sebagai indikator nilai penggunaan metode pembelajaran.

Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pendapat itu seperti yang disampaikan

oleh Slameto (2003: 64) bahwa ”faktor internal terdiri dari dua faktor, yaitu: a) faktor biologis

(jasmaniah), b) faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari tiga faktor, yaitu: a)

faktor lingkungan keluarga, b) faktor lingkungan sekolah, c) faktor lingkungan masyarakat”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa secara garis besar faktor yang

mempengaruhi hasil belajar ada dua hal yaitu tentang faktor internal (faktor yang mengenai

dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor yang berada di luar diri siswa). Faktor internal

adalah faktor yang secara alami yang dianugerahi oleh Tuhan kepada setiap manusia termasuk

siswa. Di dalam diri siswa terdapat faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis

merupakan kondisi fisik atau jasmani seseorang yang perlu diperhatikan.

Perlunya diadakan tes atau ujian untuk memeriksa hasil belajar dan biasanya untuk

mengetahui tingkat kemampuan siswa. Tes hasil belajar memilki jenis seperti yang diungkapkan

oleh Buchori (tt: 124-126) bahwa ”jenis-jenis tes hasil belajar ini bermacam-macam baik tes

verbal secara lisan atau tulisan dan kita juga dapat mengadakan tes tindakan”. Pada umumnya tes

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

3

lisan masih memiliki banyak kekurangan. Jika kita dapat mempelajari kekurangan yang terdapat

pada tes lisan maka kita akan dapat menyelenggarakan tes lisan dengan baik. Tes lisan juga dapat

digunakan untuk analisis kualitatif yang cukup baik tentang pengetahuan anak dan cara

berfikirnya.

Hasil belajar juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Timbal Balik. Model

pembelajaran Timbal Balik adalah suatu model yang dapat mengasah kemampuan membaca

siswa dan mengasah kemampuan siswa untuk menggali isi materi yang disampaikan guru seperti

yang dikatakan oleh Pressly (1998) bahwa ”model pembelajaran Timbal Balik mendorong siswa

untuk menjadi lebih aktif dalam perannya di kelompok, membantu siswa untuk lebih memahami

arti bacaan/materi yang diberikan guru, dan dengan model ini dapat meningkatakan kognitif

siswa”.

Model pembelajaran yang diterapkan dalam kelas tentu memiliki komponen atau unsur-

unsur yang mendukung model tersebut. Komponen atau unsur-unsur dari model pembelajaran

akan mempermudah guru dalam mengaplikasikan model pembelajaran dalam kelas. Model

pembelajaran Timbal Balik memilki empat komponen utama menurut Palincsar (1984), yaitu: ”

1) memprediksi, 2) mengklarifikasi, 3) membuat pertanyaan, 4) meringkas/merangkum”.

Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik juga dapat melatih siswa untuk berpikir

secara rasional dan menulis konsep yang baik tentang gagasan pada bacaan. Pendapat ini

dinyatakan oleh Roseshine dan Meister (1994: 8) bahwa ”… apapun sumbernya, konsep

pembelajaran Timbal Balik yang dikembangkan oleh Palincsar dan Brown, dapat memberikan

dua keuntungan yaitu teori rasional dan penulisan konsep gagasan dengan baik pada saat

pembelajaran dilakukan”. Model pembelajaran Timbal Balik dapat mendorong siswa untuk

bekerjasama, menanggapi masalah dan kepemimpinan, dapat memunculkan motivasi siswa,

membangun hubungan sosial dengan siswa yang lain, dan dapat menurunkan kegaduhan siswa di

kelas. Keunggulan ini diungkapkan oleh Marzano (2001) bahwa ” … penambahan model

pembelajaran Timbal Balik akan mendorong kerjasama, respon dan kepemimpinan,

menumbuhkan motivasi, membangun hubungan sosial, dan menurunkan tingkah laku yang

kurang baik di kelas”. (dalam Omari dan Weshah, 2010: 5).

Model pembelajaran model pembelajaran Timbal Balik juga memiliki kelemahan.

Kelemahan model ini menurut Palincsar (dalam Roseshine & Meister, 1994: 487) adalah “ kritik

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

4

pada model pembelajaran Timbal Balik terletak pada kualitas dialognya”. Kelemahan ini tertuju

pada guru dan siswa yang menjadi pelaksana. Pelaksanaan model pembelajaran Timbal Balik

dalam pembelajaran memang tidak ada sistem penilaian pada tata cara pelaksanaannya dan

penilaian pada kualitas dialog yang dilakukan antara guru dan siswa. Perlunya diadakan

penilaian pada instruksi guru agar instruksi sesuai dengan komponen model pembelajaran

Timbal Balik.

Model pembelajaran Timbal Balik memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan ini akan

berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor yang terpengaruh

oleh keunggulan model pembelajaran Timbal Balik adalah faktor internal (biologis dan

psikologis), faktor eksternal (lingkungan sekolah), faktor instrumental (fasilitas dan guru).

Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik mempengaruhi sebagian besar pada faktor hasil

belajar. Walaupun tidak mempengaruhi keseluruhan faktor hasil belajar tetapi model

pembelajaran Timbal Balik dapat membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang termasuk

penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian yang dikembangkan adalah Pretest-Postest Control

Group Designe dimana subjek penelitan terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Subjek

penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri. Subjek penelitian dipilih dua kelas yang

kemampuan akademisnya homogen berdasarkan nilai rata-rata UAS Geografi yang relatif sama

yaitu kelas X-5 dan X-6. Penentuan kelas ekperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan tujuan

tertentu (purposive sampling). Kelas X-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas

kontrol.

Perlakuan dalam penelitian ini meliputi kegiatan sebagai berikut: pertama melakukan pre-

test terhadap subjek penelitian baik kelas eksperimen dan maupun kontrol untuk mengetahui

kemampuan awal siswa. Kedua, melakukan eksperimen dengan cara memberikan perlakuan

yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen mendapat

perlakukan berupa model pembelajaran Timbal Balik sedangkan kelas kontrol berupa model

pembelajaran seperti yang biasa dilakukan oleh guru yaitu ceramah dan tanya jawab. Ketiga

melakukan post-test pada masing-masing kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

5

Skor post-tes dikurangi dengan skor pre-test akan menghasilkan gain score sebagai skor hasil

belajar.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes subjektif yang berjumlah 5 butir soal.

Kedua tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada pre-test dan post-test. Jenis soal antara pre-test dan

post-test sama dan instrumen penelitian ini diuji cobakan pada kelas uji coba dimana yang bukan

menjadi kelas dalam penelitian. Kelas uji coba yang dipilih adalah klas XI IPS 2. Uji instrumen

dalam penelitian ini meliputi analisis validitas butir soal dan reliabilitas tes. Langkah selanjutnya

adalah melakukan pengolahan data dan uji prasyarat. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan

homogenitas serta uji hipotesis yang didasarkan pada nilai gain score.

HASIL

Data hasil penelitian ini meliputi data kemampuan awal siswa yang diperoleh dari skor

pre-test kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakuan sedangkan data hasil belajar

siswa yang diperoleh dari skor post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi

perlakuan. Paparan data dari kemampuan awal, dan hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen

disajikan dalam tabel frekuensi sebagai berikut.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perbandingan Hasil Belajar Awal Kelas Kontrol dan

Eksperimen

Nilai Kualifikasi Kelas Kontrol Kelas Ekesperimen

91 – 100 Amat Baik 0 0

75 – 90 Baik 0 0

60 – 74 Cukup 0 0

40 – 59 Kurang 24 8

< 40 Kurang Sekali 9 23

Jumlah 33 31

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapatkan nilai

kurang cukup banyak dari kelas kontrol yaitu sebanyak dua puluh empat siswa sedangkan pada

kelas eksperimen sebanyak delapan orang. Siswa yang mendapatkan nilai kurang sekali pada

kelas control sebnayk Sembilan siswa sedangkan pada kelas eksperimen lebih dari separuh yaitu

sebanyak dua puluh tiga siswa. Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak ada siswa yang

mendapatkan nilai cukup sampai nilai amat baik.

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

6

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perbandingan Hasil Belajar Akhir Kelas Kontrol dan

Eksperimen

Nilai Kualifikasi Kelas Kontrol Kelas Ekesperimen

91 – 100 Amat Baik 0 0

75 – 90 Baik 1 7

60 – 74 Cukup 20 21

40 – 59 Kurang 12 3

< 40 Kurang Sekali 0 0

Jumlah 33 31

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai baik pada kelas

kontrol hanya seorang siswa sedangkan pada kelas eksperimen lebih banyak yaitu mencapai

tujuh siswa. Siswa yang mendapatkan nilai cukup untuk kelas kontrol sebanyak dua puluh siswa

sedangkan kelas eksperimen lebih banyak yaitu dua puluh satu siswa. Siswa yang mendapat nilai

kurang untuk kelas kontrol lebih banyak dibandingkan dengan kelas eksperimen. Kelas kontrol

sebanyak dua belas siswa sedangkan kelas eksperimen sebanyak tiga orang. Kelas control dan

kelas eksperimen untuk nilai kurang sekali dan amat baik tidak ada siswa yang mendapatkannya.

Sebelum dilakukan uji t-test, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk pengujian

hipotesis. Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas dan homogenitas. Berdasarkan data hasil

uji normalitas yang telah dilakukan, diketahui bahwa P-value untuk kelas kontrol adalah 0,200 >

0,05 maka data gainscore kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal,

sedangkan P-value untuk kelas eksperimen adalah 0,126 > 0,05 maka data gainscore kelas

eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa

gainscore kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi no

Berdasarkan data hasil uji homogenitas yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa P-

value adalah 0,090 > 0,05, maka data gainscore kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai

varians yang sama (homogen).

Analisis data yang digunakan untuk penghitungan nilai rata-rata atau mean dari kelas

ekperimen dan kelas kontrol menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Hasil yang

diperoleh dari penghitungan dengan menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows bahwa

kelas kontrol sebesar 16,83 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa (gainscore) kelas

eksperimen sebesar 41,27. Hasilnya mendeskripsikan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelaas

eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih

tinggi daripada kelas kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Timbal

Balik berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri.

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

7

Uji hipotesis yang kedua yaitu analisis data yang menggunakan uji t independen

(Independent Sampel T-test) dengan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Hasil penghitungan uji t

tidak berpasangan data hasil belajar siswa siswa (gainscore) yang menggunakan bantuan SPSS

16.00 for Windows diperoleh nilai P-value sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai P-

value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Timbal Balik berpengaruh

terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri.

PEMBAHASAN

Temuan penelitian telah menunjukkan bahwa model pembelajaran Timbal Balik

berpengaruh terhadap hasil belajar geografi siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri pada

kompetensi dasar menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal

ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar (gainscore) kelas eksperimen yang mendapat

perlakuan model pembelajaran Timbal Balik lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar

(gainscore) kelas kontrol tanpa perlakukuan model pembelajaran Timbal Balik.

Pelaksanaan pembelajaran Timbal Balik dilakukan dengan membentuk siswa dalam

kelompok-kelompok heterogen. Jumlah kelompok adalah 8 kelompok dengan masing-masing

beranggotakan 4-5 siswa. Kelompok heterogen ini terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan

prestasi akademik tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah. Kelompok

heterogen dapat menciptakan kondisi kerjasama antar siswa yang berbeda kemampuan sehingga

siswa yang memiliki kemampuan rendah dapat lebih memahami materi. Siswa berkemampuan

rendah dapat belajar materi dengan bimbingan dari siswa yang berkemampuan tinggi. Hal ini

sesuai dengan pendapat Santrock (2008: 401) yang menyatakan bahwa “salah satu alasan utama

untuk menggunakan pengelompokan kemampuan heterogen adalah kelompok ini bisa membantu

murid yang berkemampuan rendah, yang dapat belajar dari murid berkemampuan tinggi”.

Pengaruh teman sebaya dalam diskusi kelompok sangat besar. Hal ini disampaikan oleh

Wade & Tavris (2007: 216) “sangat sulit untuk memisahkan pengaruh teman sebaya pada diri

seorang siswa”. Pengaruh teman sebaya sangat besar pada diri seorang siswa. Apabila seorang

siswa berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki prestasi tinggi maka siswa tersebut

berusaha untuk meningkatkan prestasinya sesuai dengan teman sebayanya. Begitu pula

sebaliknya apabila seorang siswa berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki prestasi rendah

maka siswa tersebut juga akan memiliki prestasi rendah. Pembentukan kelompok heterogen pada

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

8

pelaksanaan pembelajaran model Timbal Balik memacu siswa yang berkemampuan akademik

rendah sehingga hasil belajarnya meningkat.

Penggunaan model pembelajaran Timbal Balik memberikan pengaruh terhadap hasil

belajar karena komponen utama yang ada dalam model pembelajaran Timbal Balik mampu

memberikan manfaat yang besar pada siswa selama proses belajar berlangsung. Komponen

utama model pembelajaran Timbal Balik terdiri dari memprediksi, mengklarifikasi, membuat

pertanyaan, dan meringkas. Komponen utama model pembelajaran Timbal Balik dapat

membangun kemampuan membaca siswa sehingga siswa nantinya mendapatkan hasil belajar

yang baik. Hal ini disampaikan oleh Cooper T dan Greive C (2009: 45) yang berpendapat bahwa

” model pembelajaran Timbal Balik merupakan proses keterlibatan empat aktivitas yang berbeda

(bertanya, mengklarifikasi, meringkas, dan memprediksi) yang menggunakan pendekatan

kelompok untuk membangun kemampuan membaca diantara anggota kelompok”.

Keunggulan Timbal Balik dapat melatih siswa untuk mengkritisi bacaan dan berpikir

secara rasional untuk menentukan gagasan pada bacaan. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Roseshine dan Meister (1994: 8) bahwa, ”model pembelajaran Timbal Balik

yang dikembangkan oleh Palincsar dan Brown dapat memberikan dua keuntungan yaitu teori

rasional dan penulisan konsep gagasan dengan baik pada saat pembelajaran dilakukan.” Hal ini

dapat dilihat pada komponen memprediksi, mengklarifikasi, membuat pertanyaan, dan

merangkum. Dari komponen ini sudah terlihat bahwa siswa mulai berusaha menemukan

pengetahuan tentang materi yang diberikan melalui suatu bacaan yang diberikan. Siswa akan

mencari ide-ide atau cara untuk menggali lebih dalam isi dari bacaan.

Pembelajaran pada kelas kontrol dengan metode ceramah dan tanya jawab, siswa hanya

mendengarkan dan memperhatikan dengan cermat, mencatat penjelasan guru, serta tanya jawab

tentang materi yang diajarkan. Hal ini siswa tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk

melatih cara berpikirnya, sehingga kemampuan siswa dalam menggali pengetahuan masih

kurang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Thobroni (2011: 86) bahwa ”murid yang

menjelaskan dengan tertib penjelasan guru dan menghafal apa yang didengarkan dan dipandang

sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang

muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan”.

Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik lainnya yaitu meningkatkan sosialisasi

antar siswa. Sesuai yang dikemukakan oleh Marzano (2001) bahwa ” … penambahan model

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

9

pembelajaran Timbal Balik akan mendorong kerjasama, respon dan kepemimpinan,

menumbuhkan motivasi, membangun hubungan sosial, dan menurunkan tingkah laku yang

kurang baik di kelas” (dalam Omari dan Weshah, 2010: 5). Hal ini terlihat pada tahap komponen

memprediksi, mengklarifikasi,dan membuat pertanyaan. Siswa diminta untuk meramalkan

makna bacaan, mengartikan kata atau kalimat sulit yang telah ditemukan, dan menjawab

pertanyaan yang telah disusun. Siswa dalam satu kelompok akan saling membantu untuk

menyelesaikan tugasnya. Siswa akan saling bertukar informasi untuk menyelesaikan tugasnya

sehingga terjadilah proses sosialisasi antara siswa satu dengan yang lainnya.

Model pembelajaran Timbal Balik dapat memunculkan bakat tersembunyi pada siswa.

Bakat tersembunyi ini dapat berupa jiwa kepemimpinan sehingga berani dalam mengungkapkan

pendapat. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Cooper T dan Greive C (2009: 47) ”model

pembelajaran Timbal Balik dapat memunculkan kemampuan tersembunyi dari diri siswa”. Pada

saat presentasi hasil diskusi dapat meningkatkan keberanian dan tanggung jawab siswa dalam

berpendapat. Pada saat presentasi kelompok yang maju membacakan hasil diskusi sedangkan

kelompok yang lain memberi tanggapan, sanggahan, ataupun pertanyaan. Anggota kelompok

yang terdiri atas empat orang masing-masing memiliki kesempatan untuk mengutarakan

pendapatnya di depan kelas.

Pembelajaran pada kelas kontrol tidak ada diskusi. Pembelajaran pada kelas kontrol hanya

terjadi satu arah antara guru dan siswa. Dengan demikian tidak terjadi aktivitas saling tukar

pendapat atau informasi dengan teman. Hal tersebut membuat siswa kurang berpartisipasi dalam

pembelajaran sehingga kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Tidak adanya saling tukar

pendapat dan berbagi ke teman sebayanya maka keberanian siswa dalam berpendapat juga masih

kurang sehingga berpengaruh terhadap tanggung jawab siswa dalam menjawab pertanyaan.

Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik yang lain yaitu siswa dapat membangun

pengetahuan yang telah diterima dengan yang belum diterima .Pendapat ini sesuai yang

diungkapkan oleh Cooper T dan Greive C (2009: 47) bahwa ”guru dan siswa harus mempunyai

usaha untuk membangun pengetahuan siswa.” Siswa dapat membangun pengetahuannya dengan

dibantu oleh guru. Pengetahuan yang sebelumnya telah diperoleh siswa dipadukan dengan

pengetahuan yang baru didapatkannya sehingga dasar pengetahuan siswa akan lebih kokoh. Hal

ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Santrock (2007: 484) mengemukakan bahwa

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

10

“pengetahuan akan bertambah luas dan makin mendalam jika murid terus membangun hubungan

antara informasi baru dengan pengalaman dalam pengetahuan mereka yang sudah ada”.

Hasil penelitian Yunita (2010) juga menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa

yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Timbal Balik lebih baik

daripada siswa yang proses pembelajarannya tidak menggunakan model pembelajaran Timbal

Balik tetapi menggunakan model ceramah. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh

Kurniawati (2008) juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Timbal Balik dapat

meningkatkan hasil belajar Geografi dan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Peningkatan

tersebut telihat pada peningkatan nilai Geografi pada tiap siklusnya.

Berdasarkan teori dan temuan penelitian sebelumnya, dikaitkan dengan penelitian ini

hasilnya sangat relevan. Pada penelitian ini penerapan Timbal Balik terbukti berpengaruh

terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas X SMA Negeri 7 Kediri pada kompetensi dasar

menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi yang ditunjukkan

dengan hasil belajar Geografi pada kelas eksperimen lebih baik dibanding dengan kelas kontrol.

SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini

adalah model pembelajaran Timbal Balik berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa

kelas X SMA Negeri 7 Kediri.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diajukan

adalah:

1. Bagi sekolah untuk menyarankan pada guru agar menggunakan model pembelajaran Timbal

Balik terutama pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris karena model

pembelajaran ini lebih menekankan pada kemampuan membaca siswa.

2. Bagi guru mata pelajaran Geografi disarankan pada kompetensi dasar menganalisis atmosfer

dan dampaknya bagi kehidupan di muka bumi terutama pada indikator yang berkaitan

dengan proses terjadinya EL Nino dan La Nina serta dampaknya bagi kehidupan sebaiknya

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

11

lebih ditekankan dan dijelasan dengan gambar bergerak agar sebagian besar siswa mudah

memahami proses terjadinya El Nino dan La Nina serta dampaknya bagi kehidupan.

3. Bagi peneliti lanjut yang berminat melakukan penelitian tentang pengaruh model

pembelajaran Timbal Balik terhadap hasil belajar Geografi siswa, disarankan untuk

menekankan model pembelajaran Timbal Balik pada komponen memprediksi dan membuat

pertanyaan agar siswanya lebih fokus.

RUJUKAN

Buchori, M. Tanpa tahun. Teknik-Teknik Evaluasi dalam Pendidikan. Jakarta: Jemmars

Cooper T dan Greive C. 2009. The effectiveness of the methods of reciprocal teaching. Education Papers

and Journal Articles.(Online), halaman 1-9, (http://research.avondale.edu.au/edu_papers/7),

diakses pada tanggal 3 Desember 2012.

Kurniawati, Ida. 2008. Penerapan Strategi Pembelajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching)

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Perolehan Belajar Geografi Siswa

Kelas X SMAN Ambulu Jember. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:FMIPA Universitas

Negeri Malang.

Nurdin. 2009. Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam

Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Administrasi Pendidikan, (Online), 9 (1): 117-119, (file.upi.edu/Direktori/...PENDIDIKAN/.../KARYA_ILMIAH_7.pdf) , diakses 7 Desember 2012

Omari, Hamzah A dan Weshah, Hani A. Using the Reciprocal Teaching Method by Teachers at

Jordanian Schools. European Journal of Social Sciences. (Online), 15 (1): 30,

(http://rer.sagepub.com/content/64/4/479), diakses 7 Desember 2012.

Palinscar et al. 1984. Strategy for Reading Comprehension Reciprocal Teaching. (Online),

(http://www.readingquest.org/strat/rt.html)., diakses pada tanggal 7 Desember 2012.

Pressley, M. 1998. Literacy for all: Issues in teaching and learning, language arts & disciplines.

NewYork: Guilford.

Roseshine B & Meister C. 1994. Reciprocal Teaching: A Review of the Research . (Online),

(http://rer.sagepub.com/content/64/4/479). Diakses tanggal 26 Januari 2012.

Rusmono, 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu. Bogor :

Ghalia Indonesia

Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasikurikulum Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Kencana.

Santrock, John. W. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Premada Media

Group.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Thobroni, M & Mustofa, A. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIMBAL BALIK

12

Wade, Carole dan Carol Tavris. 2007. Psikologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Yunita, Fitra. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Timbal Balik terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas XI MAN 3 Malang yang Mempunyai Kemampuan Awal Rendah dan Kemampuan

Awal Tinggi pada Pokok Bhasan Sistem Koloid. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas

negeri Malang.