pengaruh model pembelajaran process oriented...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROCESS
ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
KONSEP SUHU DAN KALOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
TRI WAHYUNI
NIM : 1112016300010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
iii
iv
ABSTRAK
TRI WAHYUNI 1112016300010. Pengaruh Model Pembelajaran Process
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Konsep Suhu dan Kalor. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Process
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Konsep Suhu dan Kalor. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 32 Jakarta
pada bulan Februari sampai Maret 2019. Dalam penelitian ini yang menjadi kelas
eksperimen adalah kelas XI MIPA 4, sedangkan yang menjadi kelas kontrol
adalah kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 32 Jakarta. Penentuan sampel dalam
penelitian ini berdasarkan teknik purpossive sampling. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group
design. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dan nontes
berupa lembar observasi aktivitas siswa. Data hasil instrumen tes dianalisis secara
kuantitatif, sedangkan hasil instrumen nontes dianalisis secara kuantitatif,
menghasilkan data berupa presentase yang kemudian di konversi menjadi data
kualitatif. Kesimpulan penelitian : Uji hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Process Oriented
Guided Inquiry Learning (POGIL) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Suhu dan Kalor. Nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai taraf
signifikansi (0,05). Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen (71,69) lebih
tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol (63,61).
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) unggul pada jenjang mengingat (C1) (81%),
memahami (C2) (77%), menerapkan (C3) (69%), dan menganalisis (C4) (66%).
Hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran sebesar 83,62% dalam
kategori baik sekali.
Kata Kunci: Model POGIL, Hasil Belajar, Lembar Observasi, Suhu dan Kalor.
v
ABSTRACT
TRI WAHYUNI 1112016300010. The Influence of Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) on Learning Outcomes of Senior Hight School on
The temperature and heat. Undergraduate Thesis of Physics Education
Program Faculty of Tarbiyah, Science Education Departement, Faculty of
Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta, 2019.
This research aims to determine the effect of Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) on Learning Outcomes of Senior Hight School on The
temperature and heat. This research did at state senior high school 32 of Jakarta.
In February -March. The experiment class in this reseach is X MIPA4, while the
control class is X MIPA 3. The sample in this reseach based on purposive
sampling technique. Method for this research is quasi-experiment method with
nonequivalent control group design. The instruments used are objectives test in
multiple choice form and the questionaire non-test instrument. The result of the
test instruments data were analyzed in quantitative, while the result of non-test
instruments data were analyzed in quantitative, produce data in the percentage
form, and then converted into qualitative data. Analysis of hypothesis using
Mann-Whitney test, it is concluded that there is the influence Process Oriented
Guided Inquiry Learning (POGIL) on Learning Outcomes of Senior High School
on The temperature and heat. This research did. The value of sig.(2-tailed) is
0,002 less than significance level of a (0,005). Student average result of
experiment class (71.69) higher than student average result of control class
(63,61). Learning using Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
superiorin improving cognitive level of remember (C1) (81%), understand (C2)
(77%), apply (C3) (69%), analyze (C4) (66%). Observation result of student’s
activity are 83,62% (very good category).
Keywords: POGIL model, Student Result, Observation Sheet, temperature and
heat.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah menciptakan
semesta dengan segala kesempurnaan. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurah untuk Baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada dalam lindungan Allah
SWT. Atas ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Suhu dan
Kalor”.
Apresiasi dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih yang terdalam penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Djanuardi dan Ibu
Yullenniwita yang telah memberikan doa, kasih sayang, motivasi serta dukungan
luar biasa kepada penulis. Selain itu, secara khusus apresiasi dan terima kasih
penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dwi Nanto, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Tadris Fisika, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, saran, motivasi serta arahan dalam proses penyusunan skripsi.
5. Ibu Ai Nurlaela, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama proses
perkuliahan.
vii
6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
7. Ibu Sugiyanti, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 32 Jakarta yang
telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
8. Bapak Sujoko, S.Pd dan Ibu Yunida Ismawati, S.Pd, selaku guru mata
pelajaran fisika yang telah memberikan banyak bantuan serta saran selama
penelitian berlangsung.
9. Dewan guru, staff, karyawan dan siswa-siswi SMA Negeri 32 Jakarta yang
telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.
10. Kakak-kakak tersayang, Yuana Sari, S.Pd, Nurul Fajria, S.Pd, serta adik- adik
tersayang Zamzami Nurhadi dan M. Syahruddin yang telah memberikan doa,
dukungan, dan semangat yang tiada henti kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat KPK 81, Indri, Siti, Iik, Winda, Linda, Novi, Yuli, Wiwik,
Ira, dan Fitri yang telah menemani perjalanan penulis selama perkuliahan dan
penulisan skripsi. Sahabat-sahabat sebagai tempat berbagi suka dan duka,
motivasi serta memberikan bantuan, dan dukungan kepada penulis.
12. Sahabat-sahabat Tadris Fisika 2012, yang telah memberikan dukungan,
motivasi, dan bantuan tiada henti kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang terlah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini
sangat dinantikan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi
pembaca dan umumnya bagi penyelenggara khazanah keilmuan di lingkungan
pendidikan.
Jakarta, April 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iii
ABSTRAK........ .................................................................................................... iv
ABSTRACT.... ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 3
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 3
C. Batasan Masalah ............................................................................. 3
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian............................................................................ 4
F. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS ................................................................................. 6
A. Kajian Teoritis ................................................................................ 6
1. Model Pembelajaran................................................................ 6
2. Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) . 7
a. Pengertian Model POGIL ................................................... 7
b. Langkah-langkah Model POGIL ........................................ 8
c. Peran Guru dan Siswa dalam Model POGIL .................... 10
d. Manfaat Model POGIL ..................................................... 12
3. Hakikat Hasil Belajar ............................................................ 12
a. Pengertian Hasil Belajar .................................................... 12
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............. 14
ix
4. Kajian Materi Subjek Suhu dan Kalor .................................. 15
a. Kompetensi Dasar ............................................................. 15
b. Peta Konsep Suhu dan Kalor ............................................ 16
c. Uraian Materi .................................................................... 17
B. Hasil Penelitian yang Relavan...................................................... 25
C. Kerangka Bepikir ......................................................................... 27
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 30
B. Metode dan Desain Penelitian ..................................................... 30
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 31
D. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 31
1. Populasi Penelitian ................................................................ 31
2. Sampel Penelitian .................................................................. 32
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 32
F. Instrumen Tes ............................................................................... 32
1. Instrumen Tes ........................................................................... 33
2. Instrumen Nontes ..................................................................... 34
G. Kalibrasi Instrumen Tes ............................................................... 36
H. Teknik Analisis Data .................................................................... 41
1. Analisis Data Tes .................................................................. 41
2. Analisis Data Non Tes .......................................................... 46
I. Hipotesis Statistik ......................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 48
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 48
1. Hasil Pretest .......................................................................... 48
2. Hasil Posttest ......................................................................... 50
3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar ............................................ 51
4. Hasil Analisi Data Tes .......................................................... 55
a.Uji Prasyarat Analisis Statistik ........................................... 55
b.Uji Hipotesis ...................................................................... 57
x
5. Hasil Analisis Data Nontes ................................................... 58
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 59
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 63
A. Kesimpulan................................................................................... 63
B. Saran ............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Konsep Suhu dan Kalor ....................................................... 16
Gambar 2.2 Titik Didih dan Titik Beku Berbagai Skala ................................. 17
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................... 28
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ................................................................. 48
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen........................................................................ 50
Gambar 4.3 Diagram Persentase Jenjang Kognitif Hasil Pretest dan Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ......................................... 53
Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan Jenjang Kognitif .. 54
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian............................................................................... 30
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ..................................................................... 33
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa .................................... 35
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Biserial ............................................ 37
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ..................................................... 37
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen....................................... 38
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ................................................. 38
Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran ......................................................... 39
Tabel 3.9 Hasil Taraf Kesukaran Instrumen Tes .............................................. 39
Tabel 3.10 Interpretasi Indeks Diskriminasi Butir Soal ...................................... 40
Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ........................................... 40
Tabel 3.12 Kriteria Penilian Lembar Observasi .................................................. 47
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................. 49
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................. 51
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ..................................................................... 52
Tabel 4.4 Nilai Rata-rata N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .......... 54
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ..................................................................... 56
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ..................................................................... 56
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ........................................................ 57
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ....................................................... 58
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran ...........................................................68
1. Lembar Wawancara ...............................................................69
2. RPP Kelas Eksperimen ...........................................................71
3. RPP Kelas Kontrol ..................................................................95
4. LKS Kelas Eksperimen ...........................................................116
5. LKS Kelas Kontrol .................................................................150
Lampiran B Instrumen Penelitian ..................................................................166
1. Instrumen Tes .........................................................................166
a. Kisi-kisi Instrumen Tes ......................................................167
b. Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ....................................168
2. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ..................................207
a. Soal Uji Coba Instrumen Tes .............................................207
b. Analisis Instrumen Tes.......................................................214
c. Soal Instrumen Tes Penelitian............................................225
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa .........................................231
Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian ....................................................233
1. Hasil Pretest ............................................................................234
2. Hasil Posttest ..........................................................................241
3. Uji Normalitas Hasil Pretest ...................................................248
4. Uji Normalitas Hasil Posttest .................................................250
5. Uji Homogenitas Hasil Pretest ...............................................252
6. Uji Homogenitas Hasil Posttest ..............................................252
7. Uji Hipotesis Hasil Pretest .....................................................253
8. Uji Hipotesis Hasil Posttest ....................................................254
9. Data Presentase Ranah Kognitif .............................................255
10. Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa .......................256
xiv
Lampiran D Surat-Surat Penelitian ................................................................ 269
1. Surat Keterangan Pernyataan Wawancara .............................. 270
2. Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................... 271
3. Surat Keterangan Penelitian ................................................... 272
4. Lembar Uji Referensi ............................................................. 273
5. Daftar Riwayat Hidup ............................................................. 282
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan internal maupun
eksternal. Salah satu pentingnya kurikulum 2013 adalah bahwa generasi muda
Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.1 Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan
tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa, melainkan siswa adalah
subjek yang memiliki kemampuan aktif, mencari mengolah, mengkonstruksi dan
menggunakan pengetahuan.2
Berdasarkan prinsip kurikulum 2013 tersebut, pembelajaran fisika
seharusnya tidak hanya ditekankan pada kemampuan matematis saja akan tetapi
harus diorientasikan pada pemahaman terhadap gejala fisis sehingga pembelajaran
akan lebih bermakna3. Oleh karena itu fisika merupakan konsep yang
membutuhkan pembuktian melalui ekperimen baik itu demonstrasi maupun
pengaplikasian langsung.4 Salah satu konsep fisika yang membutuhkan
pembuktian melalui eksperimen adalah konsep suhu dan kalor. Konsep suhu dan
kalor akan lebih efektif jika diajarkan dengan meyajikan masalah secara langsung
dan didukung dengan penyelidikan oleh siswa.5
1 Rudy Kustijono dan Elok Wiwin HM, “ Pandangan Guru Terhadap Pelaksanaan
Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Fisika SMK di Kota Surabaya”, Jurnal Pendidikan Fisika
dan Aplikasinya (JPFA), Vol. 4, No. 2, Juni 2014, h. 2. 2 Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran Sesuai kurikulum
2013, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), Cet. ke-1, h. 8. 3Novilia Hermawati dan Suliyanah, “ Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Pada Materi Kalor di Kelas
X SMAN 1 Wringinanom.”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), Vol 5, No. 2, Mei 2016, h.
95. 4 Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h.
50. 5Ellyna Hafizah, Arif Hidayat, dan Muhardjito, “Pengaruh Model Pembelajaran Anchored
Instruction terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa
Kelas X”. Jurnal Fisika Indonesia, Vol. 18. No. 52, April 2014, h. 9.
2
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru fisika kelas XI SMA
Negeri 32 Jakarta,konsep suhu dan kalor hanya disampaikan dengan memberikan
teori-teori dan persamaan-persamaan yang terkait dengan konsep suhu dan kalor,
karena guru hanya memiliki sedikit referensi untuk membuat pembelajaran yang
inovatif. Hal ini menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan siswa pasif
dalam proses pembelajaran fisika sehingga berdampak pada perolehan hasil
belajar siswa. Hal ini didukung dari perolehan nilai rata-rata ulangan harian
konsep suhu dan kalor tahun ajaran 2017/2018 terbukti masih rendah yaitu hanya
40% siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum).
Fakta dari pernyataan di atas juga dapat dijadikan gambaran bahwa masih
kurangnya ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dalam
kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif menurut para ahli adalah
model pembelajaran yang menekankan proses mendapatkan pengetahuan
(pembelajaran yang berdasarkan konstruktivisme) dan mengaitkan pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari.6
Salah satu model pembelajaran yang berdasarkan pada konstruktivisme
adalah model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL).7
POGIL merupakan model pembelajaran yang menggabungkan Guided Inquiry
dan pendekatan kooperatif8. Sehingga POGIL dapat memberikan kesempatan
pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pemahaman mereka dalam kelompok
diskusi. Siswa yang semulanya kesulitan dalam belajar, dapat mengkonstruksi
pengetahuan yang ada dengan pengetahuan sebelumnya bersama dengan anggota
kelompoknya.9
6 David M. Hanson, Intructor’s Guide to Process-Oriented Guided Inquiry Learning,
(Lisle: Pacific Crest, 2006), h.5. 7 Adelia Alfama Zasmita, dan Ida Kaniawati, “Pengaruh Model Pembelajaran Process
Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Kognitif
Siswa pada Mata Pelajaran Fisika”, Edusains,Vol. 7, No. 2, 2015, h. 192. 8 Senol Sen, Ayhan Yilmaz, dan Omer Geban, “ The Effect of Process Oriented Guided
Inquiry Learning ( POGIL) on 11 th Graders’ Conceptual Understanding of Electrochemistry, Asia
Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Vol. 17, Desember 2016. 9 Maulidiawati dan Soeprodjo, “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif dengan Process
Oriented Guided Inquiry Learning pada Hasil Belajar”, Chemistry in Education, Vol. 3, No. 2,
Oktober 2014, h.164.
3
Penggunaan model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap hasil
belajar siswa pada konsep suhu dan kalor. Berdasarkan uraian di atas maka
penulis memiliki gagasan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat
diidentifikasi beberapa masalah terkait dengan judul penelitian, yaitu:
1. Konsep suhu kalor merupakan konsep yang membutuhkan pembuktian
melalui eksperimen, namun berdasarkan fakta di lapangan konsep suhu dan
kalor hanya disampaikan dengan memberikan teori-teori dan persamaan-
persamaan yang terkait dengan konsep suhu dan kalor.
2. Kurangnya ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan kegiatan pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih
memfokuskan pembahasannya, maka diperlukan pembatasan masalah yang akan
diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu pengukuran hasil
belajar hanya berorientasi pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang
sudah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Ranah kognitif yang akan diukur
dalam penelitian ini adalah mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),
dan menganalisis (C4).
4
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh model Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh pengaruh model Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL).
F. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi segenap
pihak yang terlibat didalamnya. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini antara lain:
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mempelajari fisika, sehingga
hasil belajar siswa meningkat.
b. Memudahkan siswa dalam memahami konsep suhu dan kalor dan dapat
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Memberikan informasi tentang model Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) dapat diterapkan pada konsep suhu dan kalor.
b. Menambah wawasan baru dalam memilih model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menyampaikan konsep pembelajaran dengan baik.
5
3. Peneliti
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai model pembelajaran,
khususnya model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran fisika.
b. Memberikan motivasi untuk lebih berinovasi dalam pemilihan model
pembelajaran.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Model Pembelajaran
Model merupakan kerangka koseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat juga dipahami sebagai gambaran
tentang keadaan sesungguhnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, model
pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses
pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif.1
Joyce &Weil mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk rencana pembelajaran
jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain.2 Senada dengan Joyce &Weil, Ngalimun
juga mendefinisikan model pembelajaran sebagai perencanaan atau pola yang
dapat digunakan untuk mendesain pola-pola pengajaran secara tatap muka di
dalam kelas dan untuk menentukan perangkat pembelajaran yang di dalamnya
terdapat buku-buku, media, dan lainnya.3
Menurut Rusman, suatu model pembelajaran memiliki ciri- ciri khusus
sebagai berikut:4
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
1 Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran, (Bandung:
Pustaka Setia, 2017), Cet.ke-1, h. 188. 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran Edisi Kedua (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013), Cet. ke-6, h. 133. 3 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), h.
24-25. 4 Rusman, op. cit., h. 136.
7
d. memiliki langkah-langkah pembelajaran (syntax), prinsip-prinsip reaksi,
sistem sosial, dan sistem pendukung.
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman.
Model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar yang berbeda dan memberikan peran yang berbeda kepada peserta didik
dalam hal ruang belajar dan sistem sosial kelas.5 Oleh karena itu guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya.6Memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain:
a. Tujuan yang hendak dicapai.
b. Bahan atau materi pembelajaran.
c. Karakteristik siswa.
d. Hal lain yang bersifat nonteknis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa model pembelajaran
merupakan gambaran dari suatu proses pembelajaran yang berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran
di dalam kelas sehingga tercapai tujuannya dari proses pembelajaran tersebut.
2. Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
a. Pengertian Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) adalah
pedagogi sains dan filosofi student centered yang berbasis riset dimna siswa
beraktifitas di dalam kelompok kecil dan terlibat dalam inkuiri terbimbing
menggunakan materi yang sudah dirancang secara langsung membimbing siswa
untuk membangun ulang pengetahuan mereka.7 Model Process Oriented Guided
5 Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013),
Cet. ke-1, h. 112. 6 Rusman, op. cit., h. 133-134.
7 Rustam, Agus Ramdani, dan Prapti Setijani, “ Pengaruh Model Pembelajaran Process
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Terhadap Pemahaman Konsep IPA, Keterampilan
Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 3 Pringgabaya Lombok Timur”
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Vol. 3, No. 2, Juli 2017, h. 34.
8
Inquiry Learning (POGIL) merupakan pembelajaran penemuan yang berorientasi
proses dan berpusat pada siswa dalam suatu pembelajaran aktif yang
menggunakan kelompok belajar.8 Model POGIL menekankan pada pembelajaran
kooperatif dimana siswa bekerja dalam tim, mendesain kegiatan untuk
membangun kemampuan kognitif dan mengembangkan keterampilan proses sains,
keterampilan berpikir dan pemecahan masalah.9 Model POGIL dirancang
berpusat pada siswa dan menggunakan pendekatan konstruktivisme yang dapat
mengajak siswa aktif mengkontruksi pengetahuannya.10
POGIL merupakan model pembelajaran yang menggabungkan Guided
Inquiry dan pendekatan kooperatif.11
Hal ini dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif mengkonstruksi pemahaman mereka dalam kelompok
diskusi. Siswa yang semulanya kesulitan dalam belajar, dapat mengkonstruksi
pengetahuan yang ada dengan pengetahuan sebelumnya bersama dengan anggota
kelompok.12
b. Langkah-Langkah Model Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL)
Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) terdiri dari
langkah-langkah berikut: orientasi (orientation), eksplorasi (exploration),
penemuan konsep (concept invention), aplikasi (application) dan penutup
(closure).13
8 David M. Hanson, Intructor’s Guide to Process-Oriented Guided Inquiry Learning,
(Lisle: Pacific Crest, 2006), h.3. 9Ibid., h.5.
10 Courtney Stanford, Alena Monn, Marey Towns, dan Renee Cole, “Analysis of
Instructor Facilitation Strategies and Their Influence on Student Argumentation: A Case Study of
a Process Oriented Guided Inquiry Learning Physical Chemistry Classroom. Journal of Chemical
Education, 2016, h.2. 11
Mohamad Tofan Hanib, Suhadi, dan Sri Endah Indriwati, “ Penerapan Pembelajaran
Process Oriented Guided Inquiry Learning untuk meninkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Karakter Siswa Kelas X”, Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Vol. 2, No.
1, Januari 2017, h. 23. 12
Maulidiawati dan Soeprodjo, “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif dengan Process
Oriented Guided Inquiry Learning pada Hasil Belajar”, Chemistry in Education, Vol. 3, No. 2,
Oktober 2014, h.164 13
David M. Hanson, Designing Process-Oriented Guided Inquiry Activites, (Stony Brook
University: Pacific Crest, 2005), 2nd
, h.1.
9
1) Orientasi (Orientation)
Tahap ini mempersiapkan siswa untuk belajar dengan memberikan motivasi,
menciptakan minat, dan rasa ingin tahu, serta membuat koneksi berdasarkan
pengetahuan sebelumnya. Adanya identifikasi tujuan pembelajaran dan
kriteria keberhasilan bertujuan untuk lebih memfokuskan siswa, membuat
topik yang akan dibahas menjadi penting untuk siswa pelajari, siswa yang
memiliki pemahaman tentang apa yang akan dipelajari, dan membangun
pemahaman siswa dari pengetahuan sebelumnya.14
2) Eksplorasi (Exploration)
Tahap ini siswa diberikan serangkaian tugas untuk diikuti agar mewujudkan
sesuatu yang seharusnya dipelajari dan mengarah pada pencapaian tujuan
pembelajaran. Serangkaian pertanyaan akan membimbing mereka untuk
pengembangan dan pemahaman konsep yang lebih dalam. Siswa memiliki
kesempatan untuk melakukan percobaan, mengumpulkan, memeriksa
informasi data, mempertanyakan, dan menguji hipotesis.15
3) Penemuan Konsep (Concept Invention)
Sebagai hasil dari tahap eksplorasi, diharapkan siswa dapat menemukan,
memperkenalkan atau membentuk konsep. Bimbingan yang efektif pada
tahap eksplorasi akan menuntun siswa pasa suatu prediksi atau kesimpulan
berdasarkan pemahaman mereka. Guru dapat memberikan informasi
tambahan atau pengenalan istilah konsep yang sedang dipelajari namun
pemaham konsep tersebut harus ditemukan oleh siswa. Tahap eksplorasi dan
penemuan konsep dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman
mereka pada konsep yang dipelajari.16
4) Aplikasi (Application)
Pada tahap ini, setelah konsep diidentifikasi dan dipahami, konsep tersebut
diperkuat dalam tahap aplikasi. Aplikasi melibatkan pengetahuan baru dalam
14
Ibid. 15
David M. Hanson, Intructor’s.., op. cit., h. 5. 16
Ibid., h.6.
10
latihan dan menyelesaikan masalah. Siswa mengaplikasikan pengetahuan
dalam situasi yang baru dan berbeda.17
5) Penutup (Closure)
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan siswa memvalidasi hasil yang telah
mereka capai, merefleksikan apa yang telah dipelajari, dan penilaian kerja
siswa dalam belajar. Validasi dilakukan dengan melaporkan hasil yang
mereka peroleh kepada teman dan guru untuk mendapatkan umpan balik
mengenai isi dan kuallitas.18
c. Peran Guru dan Siswa dalam Model Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL)
Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam kelas. Guru
menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan
yang telah disampaikan.19
Pada kelas POGIL, seorang guru bukan ahli yang
semata-mata memberikan pengetahuan, melainkan sebagai panduan bagi siswa
dalam pembelajaran, keterampilan mengembangkan, dan pemahaman mereka
sendiri.20
Guru juga berperan membimbing siswa dalam meluruskan konsep yang
masih dianggap sulit oleh siswa sehingga siswa dapat memahami penyelesaian
dari kesulitan yang dihadapi masing-masing kelompok.21
Dalam kegiatan
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL), guru atau
instruktur memiliki peran sebagai berikut:22
1) Pemimpin (Leader)
Guru menciptakan lingkungan belajar, mengembangkan dan menjelaskan
skenario pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, dengan
mendefinisikan perilaku yang diharapkan muncul setelah siswa mengikuti
pembelajaran, menentukan kriteria keberhasilan, dan mengorganisasi kelas.
17
Ibid. 18
David M. Hanson, Designing.., op. cit., h. 2. 19
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), Cet. ke-
15, h. 124. 20
David M. Hanson, Intructor’s.., op. cit., h. 27. 21
Maulidiawati dan Soeprodjo, loc. cit., 22
David M. Hanson, Intructor’s.., loc. cit.,
11
2) Pemantau (Assessor)
Guru mengatur pembelajaran di kelas, menilai tiap individu dan kelompok
untuk mengetahui kemajuan siswa, memperoleh informasi tentang capaian
pemahaman siswa, kesalahpahaman, dan kesulitan yang dialami siswa selama
proses pembelajaran.
3) Fasilitator (Facilitator)
Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada suatu kelompok untuk
membantu kelompok tersebut memahami kesulitan yang mereka hadapi dan
apa yang mereka butuhkan selama pembelajaran.
4) Evaluator
Peran ini dilakukan guru pada akhir kegiatan pembelajaran. Guru menutup
pembelajaran dengan meminta anggota tiap kelompok untuk mengumpulkan
jawaban, hasil diskusi dan kesimpulan. Kemudian mengevaluasi tiap
individu dan kelompok berdasarkan kinerja mereka.
Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) merupakan
pembelajaran aktif yang mengunakan belajar kelompok dalam penemuan
terbimbing.23
Menurut David M. Hanson, setiap anggota kelompok dalam kelas
POGIL mempunyai perannya masing-masing, yaitu:24
1) Manajer (Manager)
Berpartisipasi aktif, menjaga kelompok tetap fokus selama proses
pembelajaran, memberikan pembagian tugas dan tanggung jawab,
menyelesaikan jika terdapat perselisihan, dan memastikan setiap anggota
kelompok berkontribusi dan mengerti.
2) Juru Bicara (Presenter)
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi dan menyampaikan hasil dari
diskusi kelompok yang diperoleh.
23
M. Syaikhul Umam, Indrawati, dan Subiki, “Pengaruh Model Process Oriented Guided
Iinquiry Learning (POGIL) Terhadap Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Fisika SMA/MA di Kabupaten Jember”, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5, No. 3,
Desember 2016, h. 2. 24
David M. Hanson, Intructor’s.., op. cit., h. 25.
12
3) Perekam (Recorder)
Berpartisipasi aktif, mempersiapkan laporan akhir dari kegiatan diskusi yang
telah dilaksanakan, dokumentasi dan berkonsultasi dengan anggota kelompok
lainnya.
4) Reflector
Berpartisipasi aktif, mengidentifikasi metode yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah, menentukan hal-hal yang dimasukkan ke dalam
laporan, dan mengevaluasi hasil pekerjaan setiap kelompok.
d. Manfaat Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
Menurut David M. Hanson, pembelajaran secara berkelompok dalam
POGIL memberikan manfaat sebagai berikut:25
1) Dapat mengembangkan pemahaman, penyelesaian masalah, melaporkan hasil
pengamatan, metakognisi dan tanggung jawab individu.
2) Siswa lebih aktif terlibat dan berpikir di kelas maupun di laboratorium.
3) Mampu menarik kesimpulan dari suatu analisis data.
4) Mampu bekerja sama dengan siswa lain untuk memahami konsep dan
menyelesaikan masalah.
5) Siswa mampu merefleksikan apa yang telah dipelajari dan meningkatkannya.
6) Dapat berinteraksi dengan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran secara
intensif.
3. Hakikat Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk pada
suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas, sedangkan belajar dilakukan
untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.
25
Ibid., h. 3.
13
Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.26
Hal
tersebut senada dengan pendapat Slameto yang menyatakan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.27
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya disebut hasil belajar.28
Hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cendrung
menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang
dilakukan dalam waktu tertentu.29
Hasil belajar merupakan perolehan dari proses
belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.30
Bloom mengelompokkan tujuan-
tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor yang kemudian disebut sebagai taksonomi Bloom.31
Ranah kognitif
berkenaan dengan kemampuan pengembangan keterampilan intelektual
(knowledge) dengan kategori-kategori sebagai berikut:32
1) Mengingat (C1), mengambil pengetahuan yang dibutuhkan oleh memori
jangka panjang. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan akan digali pada
saat dibutuhkan dengan cara mengenali atau mengingat kembali.
2) Memahami (C2), mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk
apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Proses memahami
meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
26
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), Cet.ke-2, h.
44-45. 27
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), Cet. ke-5, h. 2. 28
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. ke-15, h. 22. 29
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo,
2012), Cet. ke-1, h. 14. 30
Purwanto, loc. cit., 31
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran-Edisi 2, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012), Cet. ke-1, h. 130. 32
Lorin W. Anderson and David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen: A Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. dariA Taxonomyfor
Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy Edicational Objectives oleh
Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), cet I, h. 99-102.
14
3) Mengaplikasikan (C3), menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu. Kategori menerapkan terdiri dari dua proses kognitif, yakni
mengeksekusi dan mengimplementasikan.
4) Menganalisis (C4), memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya
dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antar
bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Proses
menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
5) Mengevaluasi (C5), mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau
standar tertentu, meliputi proses memeriksa dan mengkritik.
6) Mencipta (C6), memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang
baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal. Proses
mencipta meliputi merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau
lingkungannya.33 Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:34
1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi
jasmani dan rohani.
2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya
kondisi lingkungan tempat tinggal siswa.
3) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara belajar siswa yang digunakan selama
proses belajar untuk mempelajari materi-materi pelajaran.
Menurut Slameto, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa diuraikan dalam dua bagian, yaitu:35
1) Faktor Intern
33
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. ke-5, h. 162. 34
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. ke-16, h. 129. 35
Slameto, op. cit., h. 54-71.
15
a) Faktor fisiologis, yakni faktor yang berhubungan dengan kondisi
jasmaniah, seperti kesehatan, cacat tubuh, dan sebagainya.
b) Faktor psikologis, setiap anak pada dasarnya memiliki kondisi psikologis
yang berbeda-beda, seperti intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif
dan motivasi, kognitif, dan daya nalar.
c) Faktor kelelahan, kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk
dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
2) Faktor Ekstern
a) Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolah, yang mempengaruhi belajar di sekolah mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, dan sebagainya.
c) Faktor masyarakat, pengaruh di masyarakat terjadi karena keberadaan
siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat seperti
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
4. Kajian Materi Subjek Suhu dan Kalor
a. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar untuk konsep suhu dan kalor pada kelas XI SMA
kurikulum 2013 revisi sebagai berikut:
KD 3.5 : Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi
karakteristik termal suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas kalor
pada kehidupan sehari-hari.
KD 4.5 : Merancang dan melakukan percobaan tentang karakteristik termal suatu
bahan, terutama terkait dengan kapasitas dan konduktivitas kalor,
beserta presentasi hasil percobaan dan pemanfaatannya.
16
b. Peta Konsep Suhu dan Kalor
Konsep suhu dan kalor yang dipelajari di kelas XI SMA pada kurikulum 2013 revisi akan dijabarkan pada peta konsep
berikut:
Gambar 2.1 Peta Konsep Suhu dan Kalor
terdiri
atas
Konveksi
mengikuti
mengalami Zat dan Kalor Perpindahan
Kalor
Kalor Jenis
Konduksi Kapasitas
kalor
Asas Black
Qlepas = Qterima
menyebabkan Radiasi
terdiri
atas Perubahan
Wujud
Perubahan
Suhu Pemuaian
Panjang
P
Pemuaian
diukur dengan memiliki
Pemuaian
Volume
Pemuaian
Luas
Kalor Lebur Kalor Uap
Skala Termometer
Celsius
Fahrenheit
Reamur
Kelvin
Termometer
17
c. Uraian Materi
1) Suhu
Temperatur atau suhu adalah ukuran seberapa panas atau dingin suatu
benda. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer.45
Untuk
mengukur suhu, termometer memanfaatkan sifat termometrik zat.46
Sifat
termometrik zat adalah sifat fisis zat yang berubah jika dipanaskan.47
Pada dasarnya, termometer selalu menggunakan dua titik tetap sebagai
acuan suhu, yaitu titik tetap tetap bawah (titik beku ) dan titik tetap atas (titik
didih ) Titik beku suatu zat didefinisikan sebagai temperatur dimana fase padat
dan cair berada dalam keadaan setimbang yaitu, tanpa ada cairan apapun yang
berubah menjadi padat atau sebaliknya. Secara eksperimen, titik beku terjadi
hanya pada temperatur tertentu dan pada tekanan tertentu. Demikian pula, titik
didih didefinisikan sebagai temperatur dimana zat cair dan gas berada dalam
kesetimbangan, karena titik ini bervariasi sesuai tekanan maka tekanan harus
ditentukan biasanya pada 1 atm.48
Titik beku dan titik didih dari berbagai skala
dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2Titik Didih dan Titik Beku Berbagai Skala
45
Douglas C. Giancoli, Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 2014), h. 449-450. 46
David Halliday dan Robert Resnick, Fisika Edisi Ketiga Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
1985), h. 697. 47
Marthen Kanginan, Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013,(Jakarta:
Erlangga, 2013), h. 306. 48
Douglas C. Giancoli, loc. cit.,
18
Skala yang umum digunakan adalah skala Celsius sedangkan di Amerika
Serikat skala yang umum digunakan adalah skala Fahrenheit. Untuk mengubah
suhu dari Celsius ke Fahrenheit dapat menggunakan persamaan berikut ini:49
............(2.1)
Untuk mengubah Fahrenheit ke Celsius, turunkan persamaan tersebut untuk
memperoleh :50
............(2.2)
2) Pemuaian Zat
Zat tersusun atas atom. Kumpulan atom-atom membentuk molekul-
molekul. Molekul-molekul pembentuk zat senantiasa bergerak dan menimbulkan
gaya tarik-menarik. Jika zat dipanaskan, gerakan molekul-molekulnya semakin
cepat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya dorongan antara satu molekul dan
molekul yang lain sehingga jarak antarmolekulnya menjadi lebih besar. Molekul-
molekul akan menempati ruang yang lebih besar. Peristiwa tersebut dinamakan
pemuaian.51
a) Pemuaian Panjang
Jika suatu benda padat dipanaskan, benda tersebut akan memuai ke segala
arah. Dengan kata lain, ukuran panjang, luas dan volume benda bertambah.52
Eksperimen mengindikasikan bahwa pemuaian panjang dari hampir semua
benda padat berbanding lurus dengan perubahan suhu . Perubahan panjang
sebanding dengan panjang awal benda . Koefisien muai panjang dinyatakan
dalam α. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:53
............(2.3)
49
Hug D. Young dan Roger A. Freedman. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1
(Jakarta: Erlangga, 2001), h. 459. 50
Ibid. 51
Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Pemintan
Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2016), h. 106. 52
Marthen Kanginan, op. cit., h. 313. 53
Douglas C. Giancoli, op. cit., h. 452-453.
19
Sebuah benda suhu memiliki panjang. Logam tersebut dipanaskan
hingga mencapai suhu dan pertambahan panjangnya dapat ditentukan:
............(2.4)
Dapat diukur pula bahwa (dengan panjang benda
setelah pemuaian), sehingga:
............(2.5) atau
............(2.6)
Keterangan:
= koefisien muai panjang (oC
-1)
= pertambahan panjang (m)
= panjang awal benda (m)
= panjang akhir benda (m)
= perubahan suhu (oC)
b) Pemuaian Luas
Jika benda padat berbentuk persegi dipanaskan, terjadi pemuaian dalam
arah memanjang dan arah melebar. Dengan kata lain, benda padat mengalami
pemuaian luas. Pemuaian luas bergantung pada koefisien muai luas. Koefisien
muai luas ( suatu bahan adalah fraksi pertambahan luas benda ( terhadap
luas awal benda ( persatuan kenaikan suhu ( . Secara matematis, koefisien
muai luas dinyatakan sebagai berikut:54
............(2.7)
Dapat diukur pula bahwa (dengan luas benda setelah
pemuaian), sehingga:
............(2.8) atau
............(2.9)
54
Marthen Kanginan, op. cit., h. 314-315.
20
Dengan
Keterangan:
= koefisien muai luas (oC
-1)
= pertambahan luas (m)
= luas awal benda (m2)
= luas akhir benda (m2)
= perubahan suhu (oC)
c) Pemuaian Volume
Jika benda padat berbentuk balok dipanaskan, maka akan terjadi pemuaian
dalam arah memanjang , melebar dan meninggi. Dengan kata lain, benda padat
mengalami pemuaian volume. Pemuaian volume bergantung pada koefisien muai
volume. Koefisien muai volume ( suatu bahan adalah fraksi pertambahan
volume terhadap volume awal benda ( persatuan kenaikan suhu ( . Secara
matematis, koefisien muai luas dinyatakan sebagai berikut:55
............(2.10)
Dapat diukur pula bahwa (dengan volume benda
setelah pemuaian), sehingga:
............(2.11)
atau
............(2.12)
Dengan
Keterangan:
= koefisien muai luas (oC
-1)
= pertambahan volume (m3)
= volume awal benda (m3)
= volume akhir benda (m3)
= perubahan suhu (oC)
55
Ibid., h. 316.
21
3) Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Kalor adalah energi yang
dipindahkan dari satu objek ke objek lain karena perbedaan suhu. Dalam satuan
SI, satuan kalor sama dengan satuan energi, yaitu joule.56
a) Kalor Jenis
Besarnya kalor untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat bergantung
pada jenis zat. Oleh karena itu, kalor jenis adalah banyaknya kalor yang
diperlukan suatu zat untuk menaikkan suhu 1kg zat tersebut sebesar 1oC.
Berdasarkan defenisi tersebut maka hubungan antara banyaknya kalor yang
diserap oleh suatu benda dan kalor jenis benda seta kenaikan suhu benda
dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:57
............(2.13)
Keterangan:
= massa benda (kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= kalor jenis benda (kal/goC atau J/kg
oC)
= perubahan suhu (oC)
b) Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor dapat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang
diperlukan suatu zat untuk menaikkan suhu sebesar 1oC. Hubungan antara
banyaknya kaloryang diserap oleh suatu benda dan kapasitas kalor serta kenaikan
suhu benda dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:58
............(2.14)
Keterangan:
= massa benda (kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= kalor jenis benda (kal/goC atau J/kg
oC)
= kapasitas kalor (kal/oC atau J/
oC)
56
Douglas C. Giancoli, op. cit., h. 485. 57
Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, op. cit., h. 97-98. 58
Ibid.
22
= perubahan suhu (oC)
c) Kalor Laten
Kalor yang diserap oleh suatu zat tidak selalu menyebabkan suhunya
naik.Kadang kala kalor yang diserap suatu zat dapat mengubah wujud zat
tersebut.59
Kalor terlibat dalam perubahan wujud, seperti pencaiaran es atau
pendidihan air.60
Kalor yang dibutuhkan untuk mengubah 1 kg zat dari padatan
menjadi cairan disebut kalor lebur, sedangkan kalor yang dibutuhkan untuk
mengubah zat dari kondisi cair ke uap disebut kalo penguapan. Kalor penguapan
dan kalor lebur juga berhubungan dengan jumlah kalor yang dilepaskan oleh zat
ketika berubah dari gas menjadi cair atau cair menjadi padat.61
Kalor yang terlibat dalam perubahan wujud tidak hanya bergantung pada
kalor laten tetapi juga massa total dari zat, yaitu:62
............(2.15)
Keterangan:
= kalor lebur (J/kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= massa (kg)
4) Asas Black
Hukum kekekalan energi dalam bentuk kalor sering disebut dengan asas
Black.Asas Black menyatakan “Pada percampuran dua zat, banyaknya kalor yang
dilepas zat bersuhu lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat
bersuhu lebih rendah.” dengan menggunakan asas Black, kalor jenis suatu zat
dapat ditentukan dengan menggunakan kalorimeter.63
Kalorimeter terdiri atas sebuah wadah air yang dilengkapi dengan isolator
supaya tidak terjadi pertukaran energi antara kalorimeter dan lingkungannya.
Selain itu, kalorimeter juga dilengkapi dengan sebuah termometer untuk
59
Ibid., h. 99. 60
Hug D. Young dan Roger A. Freedman, op. cit., h. 470. 61
Douglas C. Giancoli, op. cit., h. 491-492.. 62
Ibid. 63
Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, op. cit., h. 103.
23
mengukur suhu dan sebuah pengaduk supaya suhu airdi dalam air merata. Setelah
terjadi kesetimbangan termal antara air dan zat yang akan diukur kalor jenisnya,
misalkan kalor jenis sebuah logam, akan berlaku persamaan:64
kalor yang dilepas = kalor yang diterima
............(2.16)
5) Perpindahan Kalor
Kalor yang dipindahkan dari satu objek ke tempat objek lain terjadi dalam
tiga cara yang berbeda, yaitu: konduksi, konveksi, dan radiasi.65
Tiga cara
perindahan kalor tersebut diuraikan sebagai berikut:66
a) Konduksi
Konduksi terjadi pada suatu benda atau dua benda yang disentuhkan.
Perpindahan panas hanya terjadi diantara daerah yang berbeda suhunya dan arah
aliran kalor selalu terjadi dari suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah.
Percobaan menunjukkan bahwa laju aliran kalor yang dilambangkan
dengan H berbanding lurus dengan luas penampang A dan perbedaan suhu dan
berbanding terbalik dengan panjang batang . Dengan mendefinisikan konstanta
proporsionalitas yang disebut konduktivitas termal bahan, maka diperoleh
persamaan sebagai berikut:
............(2.17)
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien konduksi termal benda (W/mK)
= luas penampang benda (m2)
= panjang benda (m)
= perubahan suhu (oC)
64
Ibid., h. 104. 65
Douglas C. Giancoli, op. cit., h. 495. 66
Hug D. Young dan Roger A. Freedman, op. cit., h. 480.
24
b) Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas oleh gerakan massa pada fluida dari
satu ruanng ke daerah lainnya. Contoh umum meliputi sistem pemanas udara,
sistem pendingin pada mesin mobil, dan aliran darah dalam tubuh. Perpindahan
panas konveksi adalah proses yang sangan kompleks. Berdasarkan hasil
percobaan laju aliran panas karena konveksi berbanding lurus dengan luas
permukaan dan perbedaan suhunya. Persamaan laju aliran kalor konveksi sebagai
berikut:
............(2.18)
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien konveksi termal (J/sm2K)
= luas penampang benda (m2)
= perubahan suhu (oC)
c) Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas oleh gelombang elektromagnetik seperti
cahaya tampak, infra merah, dan radiasi ultra ungu. Laju radiasi energi berbanding
lurus dengan luas penampang A. Laju meningkat sangat cepat seiring kenaikan
suhu, tergantung pada pangkat empat dari suhu mutlak (Kelvin). Laju juga
tergantung pada sifat alami permukaan, ketergantungan ini dideskripsikan dengan
kuantitas e yang disebut emisivitas. Emisivitas juga bergantung pada suhu.
Persamaan Laju aliran kalor radiasi sebagai berikut:
............(2.19)
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien emisivitas
= tetapan Stefan- Boltzmann ( 5,67 10-8
W/m2 K
4)
= suhu mutlak permukaan benda (K)
25
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian diantaranya:
1. Adelia Alfama Zasmita, dan Ida Kaniawati (2015) dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry
Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Kognitif
Siswa pada Mata Pelajaran Fisika” menunjukkan bahwa Model Pembelajaran
Process Oriented Guided Inquiry Learning berpengaruh positif terhadap
keterampilan proses sains (KPS) dan kemampuan kognitif siswa.67
2. Maulidiawati dan Soeprodjo (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
“Keefektifan Pembelajaran Kooperatif dengan Process Oriented Guided
Inquiry Learning pada Hasil Belajar”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif dengan POGIL efektif pada hasil belajar
kognitif mencapai tingkat ketuntasan klasikal yaitu sebesar 90%.68
3. Senol Sen, Ayhan Yilmaz, dan Omer Geban (2016) dalam penelitiannya yang
berjudul “ The Effect of Process Oriented Guided Inquiry Learning ( POGIL)
on 11 th Graders’ Conceptual Understanding of Electrochemistry”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model POGIL baik untuk digunakan dalam
memperolah konsep sains dan berpengaruh terhadap pemahaman konsep
siswa .69
4. Cholifatur Rosidah, Sudarti dan Maryani (2018) dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Model Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) dengan Media Kartu Masalah Terhadap Pemahaman Konsep dan
Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Momentum dan Impuls di SMA”. Hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh secara signifikan terhadap
pemahaman konsep siswa di SMA dan berpengaruh secara signifikasi
terhadap aktivitas belajar siswa.70
67
Adelia Alfama Zasmita, dan Ida Kaniawati, “Pengaruh Model Pembelajaran Process
Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Kognitif
Siswa pada Mata Pelajaran Fisika”, Edusains,Vol. 7, No. 2, 2015, h. 200. 68
Maulidawati dan Soeprodjo, op.cit., h. 169. 69
Senol Sen, Ayhan Yilmaz, dan Omer Geban, op.cit.,h..18. 70
Cholifatur Rosidah, Sudarti dan Maryani, “Pengaruh Model Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) dengan Media Kartu Masalah Terhadap Pemahaman Konsep dan
26
5. Rustam, Agus Ramdani, dan Prapti Setijani (2017) dalam penelitiannya yang
berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) Terhadap Pemahaman Konsep IPA, Keterampilan Proses
Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 3 Pringgabaya
Lombok Timur” penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa model
pembelajaran POGIL terbukti berpengaruh terhadap pemahaman konsep,
keterampilan proses sains, dan kemampuan berpikir kritis pada siswa dalam
pembelajaran IPA.71
6. Lindsey Walker dan Abdi-Rizak M. Warfa (2107) dalam penelitiannya yang
berjudul “Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) marginally
effects student achievement measures but substantially increases the odds of
passing a course”. Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa
POGIL dapat meningkatkan keterampilan proses siswa dan hasil belajar
siswa.72
7. Sri Haryati (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “the Effectiveness of
the Oriented GuidedInquiry Learning (POGIL) Model in Educational
Psychology Learning” . Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa model
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) secara
efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.73
8. Sri Yani Widyaningsih, Haryono, Sulistyo Saputro (2012) dalam
penelitiannya yang berjudul “ Model MFI dan POGIL Ditinjau dari Aktivitas
Belajar dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar”. Penelitian ini
Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Momentum dan Impuls di SMA”, Vol. 7. No. 1, Maret 2018,
h. 36. 71
Rustam, Agus Ramdani, dan Prapti Setijani, op.cit., h. 38. 72
Lindsey Walker dan Abdi-Rizak M. Warfa, “Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) marginally effects student achievement measures but substantially increases the odds of
passing a course”, Public Library of Science (PloS), 12, Oktober, 2017, h. 12. 73
Sri Haryati, “the Effectiveness of the Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
Model in Educational Psychology Learning”. International Journal of Pedagogy and
TeacherEducation (IJPTE), Vol. 2, No. 2, Oktober 2018, h. 385.
27
memberikan kesimpulan terdapat pengaruh model POGIL terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif.74
C. Kerangka Berpikir
Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa, melainkan siswa adalah subjek
yang memiliki kemampuan aktif, mencari mengolah, mengkonstruksi dan
menggunakan pengetahuan. Berdasarkan prinsip kurikulum 2013 tersebut,
pembelajaran fisika seharusnya tidak hanya ditekankan pada kemampuan
matematis saja akan tetapi harus diorientasikan pada pemahaman terhadap gejala
fisis sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Oleh karena itu fisika
merupakan konsep yang membutuhkan pembuktian melalui eksperimen baik itu
demonstrasi maupun pengaplikasian langsung.
Salah satu konsep fisika yang membutuhkan pembuktian melalui
eksperimen adalah konsep suhu dan kalor. Namun berdasarkan fakta di lapangan
konsep suhu kalor hanya disampaikan dengan memberikan teori-teori dan
persamaan-persamaan yang terkait dengan konsep suhu dan kalor. Hal ini
disebabkan guru hanya memiliki sedikit referensi untuk membuat pembelajaran
yang inovatif. Jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan berdampak pada
rendahnya hasil belajar siswa terutama pada konsep suhu dan kalor. Oleh karena
itu diperlukan model pembelajaran inovatif dan efektif yangdapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pemahaman mereka sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) menjadi solusi yang dapat memberikan kesempatan pada
siswa aktif mengkonstruksi pemahaman mereka dalam kelompok diskusi dan dan
dapat memberikakn solusi pada konsep suhu dan kalor yang memerlukan
pembuktian melalui kegiatan eksperimen yang terdapat dalam tahapan model
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL). Berdasarkan
74
Sri Yani Widyaningsih, Haryono, Sulistyo Saputro, “ Model MFI dan POGIL Ditinjau
dari Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar”, Jurnal Inkuiri, Vol 1, No.
3, 2012, h. 274.
28
uraian kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Kurikulum 2013
Menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa, melainkan siswa adalah
subjek yang memiliki kemampuan aktif, mencari mengolah,
mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan
Proses pembelajaran fisika
belum melibatkan siswa
Guru hanya memiliki sedikit referensi
untuk membuat pembelajaran yang
inovatif
Siswa pasif dalam proses pembelajaran. Sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
Pembelajaran menggunakan model Process Oriented
Guided Inquiry Learning (POGIL)
Siswa berperan aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuannya
Hasil belajar siswa meningkat
29
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka
hipotesis pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh model pembelajaran Process
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada
konsep suhu dan kalor.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 32 Jakarta. Waktu pelaksanaan
penelitian ini pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 dari tanggal 28
Februari sampai dengan 22 Maret 2019.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment. Metode
quasi eksperiment adalah salah satu jenis metode penelitian yang mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1
Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group
design. Pada desain ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random.2 Desain penelitian ini
dinyatakan pada Tabel 3.1 berikut ini:3
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 XE O2
Kontrol O1 XK O2
Keterangan:
O1 = Tes awal (pretest) yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
O2 = Tes akhir (posttest) yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. ke-11, h. 114. 2 Ibid., h. 116.
3 Ibid.
31
XE = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL).
XK = Perlakuan terhadap kelompok kontrol tanpa menggunakan model
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL).
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4 Penelitian ini terdiri dari
dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Varibel Bebas (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya atau
timbulnya variabel terikat.5 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL).
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.6 Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar siswa.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan yang menjadi target dalam
menggeneralisasikan hasil penelitian.7 Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa di SMA Negeri 32 Jakarta pada semester genap tahun ajaran
2018/2019 dengan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas XI di
sekolah tersebut yang berjumlah 144 siswa.
4 Ibid., h. 61.
5 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta, Gelora Aksara Pratama,
2009), h. 79. 6 Sugiyono, loc. cit.
7 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana,
2013), Cet.ke-1, h. 228.
32
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.8 Sampel yang
diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.9 Sampel
pada penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 3 berjumlah 36 siswa sebagai
kelas kontrol dan XI MIPA 4 berjumlah 36 siswa sebagai kelas eksperimen.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes
dan nontes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest,
dimana kedua tes ini berupa tes pilihan ganda yang memiliki tujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Nontes yang
digunakan adalah wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dalam studi
pendahuluan yang bertujuan untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti,
sedangkan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran.10
Hasil
atau data penelitian sangat tergantung pada jenis alat (instrumen) pengumpul
datanya.11
Dengan demikian instrumen penelitian dapat menentukan kualitas
penelitian itu sendiri.12
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
dan non tes.
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), Cet. ke-14, h. 174. 9 Sugiyono, op. cit., h. 124.
10 Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitiani, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2016), Cet. ke-5, h.51. 11
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta:
Kencana, 2013), Cet. ke-3, h. 207. 12
Wina Sanjaya, op. cit., h. 247.
33
1. Instrumen Tes
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar yang terdiri
dari 25 butir soal objektif jenis pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban.Tes
hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa selama kurun waktu tertentu.13
Tes hasil belajar yang digunakan
mencakup ranah kognitif, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan
(C3) dan menganalisis (C4). Tes ini disusun berdasarkan indikator yang hendak
dicapai dan telah memenuhi persyaratan tes yang baik, yaitu uji validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran.
Kisi-kisi instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes
Sub Konsep Indikator
Pembelajaran
Aspek Kognitif Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Suhu dan
Pemuaian
Mendeskripsikan
konsep suhu dan
pemuaian
1*,2 3*,4*,
5* 5
Menerapkan
pengukuran suhu
dengan berbagai
skala
6*,7*,8,
9* 4
Menentukan besaran-
besaran yang
mempengaruhi
pemuaian pada suatu
zat
10, 11*
13* 12* 4
Kalor dan
Azas Black
Mendeskripsikan
konsep kalor
terhadap suatu zat
14*
15*,
16,
17*
4
13
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), Cet. ke-2, h. 223.
34
Menentukan
besarnya kalor yang
terlibat pada proses
kenaikan suhu dan
perubahan wujud
suatu zat
18*, 19,
20, 21*,
22*, 23*,
25
24* 8
Mendeskripsikan
konsep asas Black
dalam kehidupan
sehari-hari
26 27*,
28 3
Menerapkan asas
Black dalam
memecahkan
masalah
29*, 30,
31*, 33,
32*,
34 6
Perpindahan
Kalor
Mengidentifikasi
peristiwa
perpindahan kalor
dalam kehidupan
sehari-hari
35*,
36 37 3
Menerapkan konsep
perpindahan kalor
secara konduksi,
konveksi, dan radiasi
38*, 39, 40* 3
Jumlah Soal 6 9 20 5 40
Persentase Soal (%) 15% 22,5% 50% 12,5% 100%
Keterangan: (*) = 25 butir soal yang valid
2. Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
observasi aktivitas siswa. Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada
objek penelitian. Unsur-unsur yang nampak itu disebut dengan data atau informasi
35
yang harus diamati dan dicatat secara benar dan lengkap.14
Oleh karena itu,
peneliti menggunakan lembar observasi yang bertujuan untuk mengetahui
aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model Process
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) pada konsep suhu dan kalor. Adapun
kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Indikator Aktivitas Siswa Skor Maksimal
A. Orientasi
1. Melakukan pengamatan untuk menemukan
fakta-fakta yang relevan 5
2. Merumuskan pertanyaan yang berhubungan
dengan hasil pengamatan 5
B. Eksplorasi
1. Mengajukan hipotesis 5
2. Menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan
untuk melakukan percobaan 5
3. Melaksanakan percobaan sesuai dengan
prosedur percobaan 5
4. Mengumpulkan data percobaan 5
C. Penemuan Konsep
1. Menganalisis data percobaan 5
2. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang
diperoleh dari pada tahap eksplorasi 5
D. Aplikasi
1. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh
kedalam konteks baru atau mengerjakan tes 5
E. Penutup
1. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang
telah dilakukan 5
2. Menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan 5
14
Ibid., h. 46.
36
F. Kalibrasi Instrumen Tes
Kualitas data tergantung pada kualitas dari instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data.15
Oleh karena itu, instrumen tes yang digunakan
dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria kelayakan sehingga instrumen tes
harus dikalibarasi terlebih dahulu. Adapun kalibrasi yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu uji validitas, uji reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya
pembeda.
1. Uji Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur.16
Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan dengan
alat ukur.17
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi
koefisien biserial ( ). Rumus lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut.18
√
............(3.1)
Keterangan :
= koefisienkorelasibiserial
MP = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya.
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
p
q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1- p)
Nilai yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan
validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.4 di bawah ini.19
15
Ibid., h. 18. 16
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan-Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), Cet. ke-2, h. 73. 17
Eko Putro Widoyoko, op. cit., h. 141. 18
SuharsimiArikunto, op. cit., h. 93. 19
Ibid., h. 89.
37
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Biserial
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < 0,80 Tinggi
0,40 < 0,60 Cukup
0,20 < 0,40 Rendah
0,00 < 0,20 Sangat Rendah
Data rekapitulasi validitas butir soal hasil uji coba instrumen
menggunakan software ANATES Ver. 4.0.9 dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut
ini:
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 40
Jumlah Siswa 36
Nomor Soal Valid 1,3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13,
14, 15, 17, 18, 21, 22, 23, 24,
27, 29, 31,32, 35, 38, 40
Jumlah Soal Valid 25
Persentase Soal Valid 62,5 %
1. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila
diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.20
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
rumus K-R.20 dengan rumusan sebagai berikut:21
(
) (
∑
) ............(3.2)
Keterangan:
= reliabilitas tes secara keseluruhan
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
20
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), Cet. ke-5, h.258. 21
SuharsimiArikunto, op. cit., h. 115.
38
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( =1 )
∑ = jumlah hasil perkalian antara dan
= banyaknya item
= standar deviasi dari tes
Kriteria interpretasi reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.6
berikut ini:
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,90 1,00 Sangat Tinggi
0,70 0,90 Tinggi
0,40 0,70 Sedang
0,20 0,40 Rendah
0,20 Sangat Rendah
Perolehan hasil uji reliabilitas instrumen tes dengan menggunakan
software ANATES Ver. 4.0.9 dapat dilihat pada Tabel 3.7 beikut ini:
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Statistik Kriteria Reliabilitas
0,86
Kesimpulan Reliabilitas tinggi
Tabel 3.8 menunjukkan bahwa perolehan hasil uji reliabilitas instrumen tes
sebesar 0,86 dan termasuk kriteria reliabilitas tinggi, sehingga dapat disimpulkan
bahwa intrumen tes tersebut dapat dipercaya (reliable) dan layak digunakan.
2. Taraf Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar
derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran
seimbang, maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.22
Taraf kesukaran tiap
butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus.23
∑
............(3.3)
22
Zainal Arifin, op. cit., h. 266. 23
Ibid.,h. 272.
39
Keterangan:
P = indeks kesukaran
∑ = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
N = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria interpretasi taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel 3.8
sebagai berikut:24
Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
P < 0,30 Sukar
0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang
P > 0,70 Mudah
Hasil perhitungan taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada Tabel
3.9 berikut:
Tabel 3.9 Hasil Taraf Kesukaran Instrumen Tes
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Mudah 3 7,5%
Sedang 35 87,5%
Sukar 2 5%
Jumlah 40 100%
3. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir
soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi
dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan
kriteria tertentu.25
Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut
indeks diskriminasi (D) yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00.26
Rumus yang
digunakan untuk menentukan daya pembeda soal sebagai berikut:27
24
Ibid. 25
Ibid., h. 273. 26
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 226. 27
Ibid.,h. 228.
40
............(3.4)
Keterangan:
D = daya beda soal
JA = bayaknya peserta kelompok atas
JB = jumlah seluruh siswa peserta tes
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Kriteria interpretasi daya pembeda butir soal dapat dilihat pada tabel 3.10
berikut ini:28
Tabel 3.10 Interpretasi Indeks Diskriminasi Butir Soal
Rentang Nila D Interpretasi Indeks Diskriminasi
Bernilai negatif Drop
0,00 ≤ D < 0,20 Buruk
0,20 ≤ D < 0,40 Cukup
0,40 ≤ D < 0,70 Baik
0,70 ≤ D < 1,00 BaikSekali
Perolehan hasil uji daya pembeda instrumen tes dengan menggunakan
software ANATES Ver. 4.0.9 dapat dilihat pada Tabel 3.11 beikut ini:
Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes
KriteriaSoal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Drop 2 5%
Buruk 6 15%
Cukup 10 25%
Baik 16 40%
Baik Sekali 6 15%
Jumlah 40 100%
28
Ibid.,h. 232.
41
2. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data-data yang
diperoleh dari instrumen penelitian terkumpul. Kegiatan dalam analisis data
adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.29
Teknik analisis data tes mulai dari uji prasyarat analisis stastistik sampai
uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 22.
Perhitungan analisis data tes menggunakan cara sebagai berikut:
1. Teknik Analisis Data Tes
a. Uji Prasyarat Analisis Statistik
Uji prasyarat analisis statistik dilakukan sebelum pengujian hipotesis,
yang bertujuan untuk menentukan rumus statistik yang digunakan dalam uji
hipotesis. Uji prasyarat analisis statistik terdiri dari uji normalitas dan uji
homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.30
Uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu shapiro-wilk melalui software SPSS 22
dengan langkah-langkah sebagai berikut:31
a) Menyusun Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
b) Tingkat signifikan ( ) = 5%.
c) Buka lembar kerja atau file pilih menu Analyze sub menu Descriptive
Statistics klik Eksplor.
d) Masukkan variabel terkait pada Dependent List pilih Plots.
29
Sugiyono, op. cit., h. 207. 30
Kadir, Statistika Terapan, (Jakarta:Rajawali Pers, 2015) ), Cet. ke-1, h.143. 31
Ibid.,h. 156-157.
42
e) Pada Boxplots klik None klik pilihan Normality plots with
test Continue OK.
f) Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika hasil sig atau p-value (0,05), H0 diterima, maka sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal.
Jika hasil sig atau p-value (0,05), H0 ditolak, maka sampel berasal dari
populasi berdistribusi tidak normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data dari dua
varian atau lebih berasal dari populasi yang homogen atau tidak, yaitu dengan
membandingkan dua atau lebih variansnya.32
Perhitungan uji homogenitas melalui
software SPSS 22 dengan langkah-langkah sebagai berikut:33
a) Menyusun Hipotesis
H0 : varians kedua kelompok homogen.
H1 : varians kedua kelompok tidak homogen.
b) Tingkat signifikan ( ) = 5%.
c) Buka lembar kerja atau file pilih menu Analyze sub menu Compare
Means klik One-Way ANOVA.
d) Masukkan variabel terkait pada Dependent List klik Options.
e) Pilih Homogeneity of variance test klik Continue lalu OK.
f) Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika hasil signifikansi (p-value) (0,05), H0 diterima, maka varians kedua
kelompok homogen.
Jika hasil signifikansi (p-value) (0,05), H0 ditolak maka varians kedua
kelompok tidak homogen.
32
Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik & Nonparametrik: untuk Penelitian Ilmu-ilmu
Sosial dan Pendidikan, (Tangerang: PT Pustaka Mandiri, 2015), Cet. ke-2, h. 101. 33
Kadir, op. cit., h. 169-170.
43
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) pada konsep suhu dan kalor.
Uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan asumsi distribusi dan
kehomogenan varians. Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan
varians dari data hasil penelitian serta uji hipotesis yang seharusnya digunakan.
1) Data Terdistribusi Normal dan Homogen
Apabila data populasi berdistribusi normal dan homogen, pengujian
hipotesis statistik yang akan dilakukan menggunakan rumus uji t:34
√
............(3.5)
dengan nilai Sgab sebagai berikut:
√
............(3.6)
Keterangan:
t = harga t hitung
= nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen
= nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol
= varians data kelompok eksperimen
= varians data kelompok kontrol
Sgab = simpangan baku kedua kelompok
n1 = jumlah siswa pada kelompok eksperimen
n2 = jumlah siswa pada kelompok kontrol
Kriteria pengujian uji t sebagai berikut:
a) Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
b) Jika thitung> ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Perhitungan uji t melalui software SPSS 22 dengan langkah-langkah
sebagai berikut:35
a) Menyusun Hipotesis
34
Sudjana, Metode Statistika-Edisi Keenam, (Bandung: Tarsito, 2005), Cet. ke-3, h. 238-
239. 35
Kadir, op. cit., h. 300-301.
44
H0 = tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Process Oriented
Guided Inquiry Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa
pada konsep suhu dan kalor
Ha = terdapat pengaruh model pembelajaran Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada
konsep suhu dan kalor
b) Tingkat signifikan ( ) = 5%
c) Buka lembar kerja SPSS → klik Variable View → pada bagian Name pertama
tuliskan nilai dan bagian Name kedua tuliskan kelompok → pada bagian
Decimals ke-2 ganti dengan 0 → klik Value hingga muncul Value Label →
pada kotak Value ketik 1 dan kotak Label ketik Kelompok A → klik Add →
kemuadian pada kotak Value ketik 2 dan kotak Label isikan kelompok B →
klik Add → Ok.
d) Klik Variable View → pada kolom nilai isikan dengan nilai yang diperoleh
siswa → pada kolom kelompok ketik 1 untuk nilai kelompok A dan 2 untuk
nilai kelompok B.
e) Klik Analyze → Compare Means → Independent Sample T Test → masukkan
variabel nilai ke kotak Test Variable (s) dan variabel kelompok ke kotak
Groping Variable.
f) Klik Define Grouping → pada kolom Group 1 ketik 1 dan kolom Group 2
ketik 2 → Continue lalu klik Ok.
g) Kriteria pengujian uji t sebagai berikut:
-Jika Sig. (2-tailed) 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak
-Jika Sig. (2-tailed) 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima
2) Data Berdistribusi Normal dan Tidak Homogen
Apabila data populasi data berdistribusi normal tetapi tidak homogen,
maka untuk menguji hipotesisnya digunakan statistikt’ sebagai berikut:36
√
............(3.7)
36
Sudjana, op. cit., h. 241.
45
Keterangan:
= rata-rata skor kelompok eksperimen
= rata-rata skor kelompok kontrol
= standar deviasi kelompok eksperimen
= standar deviasi kelompok kontrol
= jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
= jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:
a) Jika thitung ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
b) Jika thitung ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
3) Data Tidak Berdistribusi Normal
Data yang dianalisis berdistribusi normal maka peneliti menggunakan
teknik statistik parametrik, sedangkan data yang diolah tidak merupakan sebaran
normal maka peneliti harus menggunakan statistik nonparametrik.37
Uji
nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti uji-t jika asumsi distribusi-t
tidak dipenuhi yaitu uji Mann-Whitney.38
Adapun rumusannya sebagai berikut:39
............(3.8)
............(3.9)
Keterangan:
U1 = jumlah peringkat 1
U2 = jumlah peringkat 2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
K1 = jumlah ranking pada sampel 1
K2 = jumlah ranking pada sampel 2
37
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. ke-9,
h. 300. 38
Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Andira,
1998), Cet. ke-1, h. 398. 39
Kadir, op. cit., h. 491.
46
Kriteria pengujian uji U adalah sebagai berikut:
a) Jika U < Utabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b) Jika U > Utabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Perhitungan uji Mann-Whitney melalui software SPSS 22 dengan langkah-
langkah sebagai berikut:40
a) Menyusun Hipotesis
H0 = tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Process Oriented
Guided Inquiry Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa
pada konsep suhu dan kalor.
Ha = terdapat pengaruh model pembelajaran Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada
konsep suhu dan kalor.
b) Tingkat signifikan ( ) = 5%
c) Masukkan data pada menu Data View
d) Pilih menu Analyze → klik Nonparametric Test → klik Legacy Dialogs →
klik 2 Independent Samples
e) Masukkan masukkan variabel terkait pada Test Variable List dan Grouping
Variable → klik Define Group → klik Continue → kembali ke menu
Independent Samples Test → klik Test Type → klik Mann-Whitney U → Ok.
f) Kriteria pengujian uji U adalah sebagai berikut:
-Jika Sig. (2-tailed) 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak
-Jika Sig. (2-tailed) 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima
2. Teknik Analisis Data Nontes
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan
nontes. Instrumen nontes dalam penelitian ini berupa lembar observasi aktivitas
siswa. Lembar observasi dibuat untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan model Process Oriented Guided Inquiry
Learning. Observer menilai pada suatu lembar observasi dengan metode check-list
sesuai dengan rubrik penilaian yang telah ditentukan. Selanjutnya data hasil
40
Ibid., h. 492-493.
47
perolehan lembar observasi aktivitas siswa diolah secara kuantitatif menggunakan
rumus berikut:
............(3.10)
Keterangan:
P = Angka persentase
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Jumlah skor ideal
Data yang diperoleh diubah dalam bentuk persentase, kemudian
diklasifikasikan ke dalam kategori pada Tabel 3.14 berikut:41
Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Lembar Observasi
Rentang Nilai Kategori
0 – 20% Sangat Kurang
21 – 40% Kurang
41 – 60% Cukup
61 – 80% Baik
81 – 100% Baik Sekali
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang akan diuji pada penelitian ini yaitu:
H0: µ1 = µ2
Ha: µ1 ≠ µ2
Keterangan:
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep
suhu dan kalor.
Ha = Terdapat pengaruh model pembelajaran Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep
suhu dan kalor.
µ1 = Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran
Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
µ2 = Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pendekatan saintifik.
41
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, (Bandung: Alfabeta,
2013), Cet. ke-5, h.18.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh berupa data hasil pretest dan posttest dari
kelas kontrol dan kelas eksperimen yang masing-masing terdiri atas 36 siswa
serta observasi aktivitas siswa kelas eksperimen. Data hasil penelitian disajikan
melalui pemaparan berikut ini.
1. Hasil Pretest
Data hasil pretest diperoleh dari kelas kontrol dan kelas eksperimen
sebelum diberikan perlakuan. Berdasarkan hasil perhitungan pretest kelas kontrol
dan kelas eksperimen, maka data yang diperoleh sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil pretest pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen pada beberapa interval nilai. Pada kelas
kontrol jumlah siswa terbanyak berada pada interval 29-35, yaitu 9 siswa,
sedangkan pada kelas eksperimen jumlah siswa terbanyak berada pada interval
22-28, yaitu 14 siswa. Pada interval 8-14 dan 36-42, baik kelas kontrol dan kelas
0
2
4
6
8
10
12
14
8-14 15-21 22-28 29-35 36-42 43-49 50-56
2 3
8 9
7
5
2 2
5
14
5
7
3
0
Jum
lah
Sis
wa
Interval Nilai
Kontrol
Eksperimen
49
eksperimen memiliki jumlah siswa yang sama, yaitu masing-masing berjumlah 2
dan 7 siswa. Perbedaan yang signifikan terlihat pada interval 22-28 dan 29-35.
Pada interval 22-28, siswa dari kelas eksperimen lebih banyak dibanding siswa
dari kelas kontrol, sedangkan pada interval 29-35 siswa dari kelas kontrol lebih
banyak dibanding siswa dari kelas eksperimen. Pada interval nilai yang tinggi,
yaitu interval 50-56, terdapat 2 siswa dari kelas kontrol dan 0 siswa dari kelas
eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa pada interval tinggi kelas kontrol lebih
unggul dibandingkan kelas eksperimen.
Berdasarkan perhitungan statistik, maka diperoleh nilai pemusatan dan
penyebaran data dari nilai pretest yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Pretest
Kontrol Eksperimen
Nilai Tertinggi 52 48
Nilai Terendah 8 8
Rata-rata 32,58 28,69
Median 32,4 27
Modus 30,83 25
Standar Deviasi 10,76 9,39
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai pretest tertinggi yang diperoleh kelas
kontrol adalah 52, sedangkan kelas eksperimen adalah 48. Nilai pretest terendah
yang diperoleh kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen yaitu 8. Nilai rata-
rata hasil pretest kelas kontrol adalah 32,58, sedangkan kelas eksperimen adalah
28,69. Nilai tengah atau median yang dihasilkan kelas kontrol adalah 32,4,
sedangkan kelas eksperimen adalah 27. Nilai yang sering muncul atau modus
pada kelas kontrol adalah 30,83, sedangkan pada kelas eksperimen adalah 25.
Standar deviasi yang diperoleh pada kelas kontrol sebesar 10,76, sedangkan pada
kelas eksperimen sebesar 9,39. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh dari
hasil pretest kelas kontrol dan eksperimen, maka dapat disimpulkan perolehan
nilai rata-rata kelas kontrol lebih tinggi dari perolehan nilai rata-rata kelas
50
eksperimen, dengan demikian kelas eksperimen ditetapkan pada kelas XI MIPA 4
dan kelas kontrol ditetapkan pada kelas XI MIPA 3.
2. Hasil Posttest
Data hasil posttest diperoleh dari kelas kontrol dan kelas eksperimen
setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan posttest
kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka data yang diperoleh sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil posttest pada
beberapa interval nilai tertentu antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada
kelas kontrol jumlah siswa terbanyak berada pada interval 64-71, yaitu 11 siswa,
sedangkan pada kelas eksperimen jumlah siswa terbanyak berada pada interval
72-79, yaitu 13 siswa. Perbedaan yang signifikan terlihat pada interval nilai
tertinggi, yaitu interval 80-87. Siswa di kelas kontrol yang memperoleh nilai pada
interval tersebut sebanyak 2 siswa, sedangkan siswa di kelas eksperimen sebanyak
10 siswa. Hal ini menujukkan bahwa pada interval tinggi, kelas eksperimen lebih
unggul dibandingkan kelas kontrol.
0
2
4
6
8
10
12
14
40-47 48-55 56-63 64-71 72-79 80-87
3 4
6
11 10
2 1 1
4
7
13
10
Jum
lah
Sis
wa
Interval Nilai
Kontrol
Eksperimen
51
Berdasarkan perhitungan statistik, maka diperoleh nilai pemusatan dan
penyebaran data dari nilai posttest yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Posttest
Kontrol Eksperimen
Nilai Tertinggi 80 84
Nilai Terendah 40 44
Rata-rata 63,61 71,69
Median 64,4 74,19
Modus 64,7 76,75
Standar Deviasi 10,83 9,83
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai posttest tertinggi yang diperoleh kelas
kontrol adalah 80, sedangkan kelas eksperimen adalah 84. Nilai posttest terendah
yang diperoleh kelas kontrol adalah 40, sedangkan kelas eksperimen adalah 44.
Nilai rata-rata hasil posttest kelas kontrol adalah 63,61, sedangkan kelas
eksperimen adalah 71,69. Nilai tengah atau median yang dihasilkan kelas kontrol
adalah 64,4, sedangkan kelas eksperimen adalah 74,19. Nilai yang sering muncul
atau modus pada kelas kontrol adalah 64,7, sedangkan pada kelas eksperimen
adalah 76,75. Standar deviasi yang diperoleh pada kelas kontrol sebesar 10,83,
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 9,83. Berdasarkan nilai rata-rata yang
diperoleh dari hasil posttest kelas kontrol dan eksperimen, maka dapat
disimpulkan perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari perolehan
nilai rata-rata kelas kontrol.
3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar
a. Hasil Pretest dan Posttest
Berdasarkan hasil perhitungan data pretest dan posttest kelas kontrol dan
kelas eksperimen yang yang terdiri dari 36 siswa, rekapitulasi data yang diperoleh
ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut ini:
52
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai Tertinggi 52 80 48 84
Nilai Terendah 8 40 8 44
Rata-rata 32,58 63,61 28,69 71,69
Modus 32,4 64,4 27 74,19
Median 30,83 64,7 25 76,75
Standar Deviasi 10,76 10,83 9,39 9,83
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa banyak data masing-masing kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada saat pretest maupun posttest adalah sama
yaitu 36 siswa. Nilai tertinggi pada kelas kontrol pada saat pretest adalah 52 dan
pada saat posttest adalah 80. Pada kelas eksperimen nilai tertinggi pada saat
pretest adalah 48 dan pada saat posttest adalah 84. Selanjutnya nilai terendah pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen pada saat pretest memiliki nilai yang sama
yaitu 8, sedangkan pada saat posttest nilai terendah pada kelas kontrol sebesar 40
dan kelas eksperimen sebesar ke 44.
Perolehan nilai rata-rata kelas kontrol pada saat pretest sebesar 32,58 dan
pada saat posttest sebesar 63,61, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh kelas
eksperimen pada saat pretest sebesar 28,69 dan pada saat posttest sebesar 71,69.
Hal ini menunjukkan bahwa pada saat pretest nilai rata-rata kelas kontrol lebih
tinggi dibandingkan kelas eksperimen, sedangkan pada saat posttest nilai rata-rata
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pada tabel di atas dapat
dilihat juga bahwa, kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama mengalami
peningkatan. Peningkatan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi (43)
dibandingkan peningkatan yang terjadi pada kelas kontrol (31,03). Hasil ini
menunjukkan bahwa perlakuan berupa pembelajaran menggunakan model
Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) lebih unggul dalam
meningkatkan hasil belajar.
53
b. Kemampuan Kognitif Siswa
Kemampuan kognitif siswa pada konsep suhu dan kalor untuk setiap
jenjangnya dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Diagram Persentase Jenjang Kognitif Hasil Pretest dan Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas kontrol dan
kelas eksperimen pada setiap jenjang kognitif mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil pretest, persentase nilai benar pada jenjang kognitif mengingat
(C1) di kelas kontrol sebesar 44%, jenjang kognitif memahami (C2) sebesar 43%,
jenjang kognitif menerapkan (C3) sebesar 26%, dan jenjang kognitif menganalis
(C4) sebesar 29%. Pada saat posttest persentase nilai benar pada jenjang kognitif
mengingat (C1) di kelas kontrol sebesar 80%, jenjang kognitif memahami (C2)
sebesar 74%, jenjang kognitif menerapkan (C3) sebesar 57%, dan jenjang kognitif
menganalisis (C4) sebesar 55%.
Data hasil pretest di kelas eksperimen menunjukkan bahwa persentase
nilai benar pada jenjang kognitif mengingat (C1) sebesar 43%, jenjang kognitif
memahami (C2) sebesar 40%, jenjang kognitif menerapkan (C3) sebesar 23%,
dan jenjang kognitif menganalis (C4) sebesar 19%. Pada saat posttest persentase
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
C1 C2 C3 C4
44% 43%
26% 29%
43% 40%
23% 19%
80% 74%
57% 55%
81% 77%
67% 68%
Pe
rse
nta
se (
%)
Jenjang Ranah Kognitif
Pretest Kontrol Pretest Eksperimen Posttest Kontrol Posttest Eksperimen
54
nilai benar pada jenjang kognitif mengingat (C1) di kelas eksperimen sebesar
81%, jenjang kognitif memahami (C2) sebesar 77%, jenjang kognitif menerapkan
(C3) sebesar 67%, dan jenjang kognitif menganalisis (C4) sebesar 68%.
Peningkatan hasil belajar siswa pada setiap jenjang kognitif di kelas
kontrol dan eksperimen dihitung menggunakan N-gain. Nilai rata-rata N-gain dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Nilai Rata-rata N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
N-gain Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 0,46 0,59
Kategori Sedang Sedang
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata N-gain kelas kontrol
sebesar 0,46 dengan kategori sedang sedangkan nilai rata-rata N-gain kelas
eksperimen sebesar 0,59 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai rata-rata N-gain siswa yang menggunakan model pembelajaran Process
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) lebih tinggi dari pada nilai rata-rata
N-gain siswa yang menggunakan pembelajaran saintifik.
Berikut ini analisis N-gain pada setiap jenjang kognitif pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol:
Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan Jenjang Kognitif
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
C1 C2 C3 C4
0,63
0,54
0,42 0,36
0,68 0,61
0,57 0,60
N-gain Kelas Kontrol N-gain Kelas Eksperimen
55
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pada jenjang kognitif mengingat (C1)
pada kelas kontrol terjadi peningkatan sebesar 0,63 dalam kategori sedang,
sedangkan pada kelas eksperimen terjadi peningkatan sebesar 0,68 dalam kategori
sedang. Pada jenjang kognitif memahami (C2) pada kelas kontrol terjadi
peningkatan sebesar 0,54 dalam kategori sedang sedangkan pada kelas
eksperimen terjadi peningkatan sebesar 0,61 dalam kategori sedang. Pada jenjang
kognitif menerapkan (C3) pada kelas kontrol terjadi peningkatan sebesar 0,42
dalam kategori sedang, sedangkan pada kelas eksperimen terjadi peningkatan
sebesar 0,57 dalam kategori sedang. Pada jenjang kognitif menganalisis (C4) pada
kelas kontrol terjadi peningkatan sebesar 0,36 dalam kategori sedang, sedangkan
pada kelas eksperimen terjadi peningkatan sebesar 0,60 dalam kategori sedang.
Berdasarkan data tersebut dapat dipahami bahwa peningkatan hasil belajar
siswa di kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan menggunakan model
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) lebih unggul
dibandingkan kelas kontrol pada semua jenjang kognitif.
4. Hasil Analisis Data Tes
a. Uji Prasyarat Analisis Statistik
Uji prasyarat analisis statistik dilakukan sebelum pengujian hipotesis.
Prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas. Adapun hasil uji prasyarat analisis yang dilakukan sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil pretest dan
posttest kelas kontrol maupun kelas eksperimen terdistribusi normal atau tidak.
Untuk menguji normalitas kedua data digunakan rumus shapiro-wilk melalui
software SPSS dengan taraf signifikansi ( ) = 0,05. Kesimpulan diambil
berdasarkan kriteria pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika taraf signifikansi
( ) nilai signifikansi SPSS, maka distribusi data normal dan jika taraf
signifikansi ( ) nilai signifikansi SPSS, maka distribusi data tidak normal.
Hasil pengujian normalitas data pretest dan posttest kelas kontrol maupun kelas
eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
56
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Shapiro-Wilk
Kesimpulan Statistik df Sig.
Pretest Kontrol 0,971 36 0,453 Normal
Eksperimen 0,974 36 0,541 Normal
Posttest Kontrol 0,950 36 0,101 Normal
Eksperimen 0,911 36 0,007 Tidak Normal
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai signifikansi data pretest kelas kontrol
sebesar 0,453 dan kelas eksperimen sebesar 0,541. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai signifikansi kelas kontrol dan kelas eksperimen pada saat pretest lebih besar
dari taraf signifikansi, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest kelas
kontrol dan eksperimen berdistribusi normal. Sementara, nilai signifikansi data
posttest kelas kontrol sebesar 0,101 dan kelas eksperimen sebesar 0,007. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai signifikansi kelas kontrol pada saat posttest lebih besar
dari taraf signifikansi, sehingga data tersebut berdistribusi normal, sedangkan
perolehan nilai signifikansi kelas eksprimen pada saat posttest lebih kecil dari
taraf signifikansi, sehingga data tersebut berdistribusi tidak normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil pretest dan
posttest kelas kontrol maupun kelas eksperimen memiliki varians yang homogen
atau tidak. Untuk menguji homogenitas kedua data digunakan uji Levene melalui
software SPSS. Hasil pengujian homogenitas data pretest dan posttest kelas
kontrol maupun kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Statistik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pretest Posttest
Lavene Statistic 0,213 0,537
df1 1 1
57
df2 70 70
Sig. 0,646 0,466
Taraf signifikansi ( ) 0,05
Kesimpulan Homogen Homogen
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai signifikansi data pretest sebesar 0,646
dan nilai signifikansi posttest sebesar 0,466. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
signifikansi kedua data tersebut lebih besar dari taraf signifikansi ( 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki
varians yang homogen.
b. Uji Hipotesis
Hasil uji prasyarat analisis statistik menunjukkan bahwa data pretest kelas
kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal, sedangkan untuk data posttest,
kelas kontrol berdistribusi normal dan kelas eksperimen berdistribusi tidak
normal. Kemudian kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki varians yang
homogen pada saat pretest maupun posttest. Oleh karena itu, pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan analisis statistik non parametrik, yaitu uji Mann –
Whitney melalui software SPSS 22. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada
Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis
Statistik Pretest Posttest
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
N 36 36 36 36
Mean rank 40,42 32,58 28,78 44,22
Sum of Ranks 1455,00 1173,00 1036,00 1592,00
Mann- Whitney U 507,000 370,000
Asymp. Sig. (2-
tailed) 0,109 0,002
0,05 0,05
Kesimpulan Tidak terdapat pengaruh Terdapat pengaruh
Kesimpulan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis, yaitu
jika nilai signifikansi (2-tailed) lebih besar dari taraf signifikansi ( = 0,05),
58
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jika nilai signifikansi (2-tailed) lebih kecil dari
taraf signifikansi ( = 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi (2-tailed) data pretest
(0,109) lebih besar dari taraf signifikansi ( = 0,05), sehingga hipotesis nol (H0)
diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen
sebelum diberikan perlakuan. Sementara, nilai signifikansi (2-tailed) data posttest
(0,002) lebih kecil dari taraf signifikansi ( = 0,05), sehingga hipotesis nol (H0)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor.
5. Hasil Analisis Data Nontes
Analisis data nontes dilakukan pada lembar observasi aktivitas siswa untuk
mengetahui aktivitas siswa di kelas eksperimen (XI MIPA 4) selama
pembelajaran berlangsung. Hasil data observasi aktivitas siswa yang telah
diperoleh dari kelas eksperimen (XI MIPA 4) selanjutnya diolah secara kuantitatif
berdasarkan tiap-tiap aspek yang diamati menghasilkan data berupa persentase
keaktifan siswa selama pembelajaran.
Hasil perhitungan data observasi aktivitas siswa menggunakan model
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) dapat dilihat
pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Aktivitas
Siswa
Pertemuan
ke-1
Pertemuan
ke-2
Pertemuan
ke-3
Rata-
rata Kesimpulan
Orientasi 81,67% 85% 88,33% 85% Baik sekali
Eksplorasi 80,83% 84,17% 85,83% 83,61% Baik sekali
Penemuan
Konsep 85% 86,83% 86,67% 86,17% Baik sekali
Aplikasi 76,67% 80% 83,33% 80% Baik
Penutup 81,67% 83,33% 85% 83,33% Baik sekali
Rata-rata 81,17%% 83,87% 85,83% 83,62% Baik sekali
59
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan persentase aktivitas yang dilakukan
siswa kelas eksperimen selama pembelajaran. Kelima aspek yang diamati
memiliki rata-rata 83,62% dengan kategori baik sekali. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik menggunakan
model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL).
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
terhadap hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann –
Whitney. Hasil uji Mann – Whitney pada saat posttest nilai signifikansi (2-
tailed) taraf signifikansi ( = 0,05), sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor.
Nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen pada saat posttest juga
mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa nilai
rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran saintifik. Dapat
dilihat juga bahwa 47% siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai mencapai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Artinya, hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran saintifik. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidiawati dan Soeprodjo yang
menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.1 Selain itu
Lindsey Walker dan Abdi-Rizak M. Warfa juga mengatakan bahwa model
1 Maulidiawati dan Soeprodjo, “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif dengan Process
Oriented Guided Inquiry Learning pada Hasil Belajar”, Jurnal Chemistry in Education, Vol. 3,
No. 2, Oktober 2014, h. 166.
60
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.2
Peningkatan kemampuan hasil belajar siswa dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan N-gain. Rata-rata nilai N-gain untuk kelas eksperimen
sebesar 0,59 dengan kategori sedang dan kelas kontrol sebesar 0,46 dengan
kategori sedang. Peningkatan kemampuan hasil belajar siswa juga dapat dilihat
dari setiap jenjang kognitif. Hasil menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih
unnggul dibandingkan kelas kontrol. Adapun peningkatan hasil belajar siswa yang
terjadi di kelas eksperimen pada jenjang kognitif mengingat (C1) meningkat
sebesar 0,68 dalam kategori sedang. Pada jenjang kognitif memahami (C2)
meningkat sebesar 0,61 dalam kategori sedang. Pada jenjang kognitif menerapkan
(C3) meningkat sebesar 0,57 dalam kategori sedang dan pada jenjang kognitif
menganalisis (C4) meningkat sebesar 0,60 dalam kategori sedang. Hal ini sesuai
dengan penelitian Sri Haryati yang meyatakan bahwa model pembelajaran
Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) secara efektif dapat
meningkatkan hasil belajar.3 Selain itu, Adelia Alfama Zasmita dan Ida Kaniawati
juga meyatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Process Oriented
Guided Inquiry Learning (POGIL) berpengaruh positif terhadap kemampuan
kognitif siswa.4
Peningkatan hasil belajar pada jenjang kognitif mengingat (C1) antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, yaitu 0,63 pada kelas
kontrol dan 0,68 pada kelas eksperimen. Hal ini terjadi karena pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol keduanya sama-sama diberikan pengamatan dan
visualisasi langsung melalui kegiatan eksperimen dan diberikan penjelasan
mengenai definisi pada konsep suhu dan kalor secara langsung sehingga kedua
2 Lindsey Walker dan Abdi-Rizak M. Warfa, “Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) marginally effects student achievement measures but substantially increases the odds of
passing a course”, Public Library of Science (PloS), 12, Oktober, 2017, h. 12. 3 Sri Haryati, “the Effectiveness of the Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
Model in Educational Psychology Learning”. International Journal of Pedagogy and
TeacherEducation (IJPTE), Vol. 2, No. 2, Oktober 2018, h. 385. 4 Adelia Alfama Zasmita, dan Ida Kaniawati, “Pengaruh Model Pembelajaran Process
Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Kognitif
Siswa pada Mata Pelajaran Fisika”, Edusains, Vol. 7, No. 2, 2015, h. 10.
61
kelas memiliki peningkatan yang hampir sama pada jenjang kognitif mengingat
(C1).
Perbedaan peningkatan hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen juga
dapat dilihat pada jenjang kognitif memahami (C2). Pada kelas eksperimen
meningkat sebesar 0,61 sedangkan pada kelas kontrol terjadi peningkatan sebesar
0,54. Hasil ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen memperoleh peningkatan
lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol. Peningkatan ini terjadi karena
penggunaaan model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif mendapatkan
pemahaman konsep yang lebih jelas dan bermakna melalui kegiatan eksperimen
yang dilakukan pada tahap eksplorasi. Hal ini sejalan dengan Bruner yang
mengatakan bahwa dalam pembelajaran siswa akan menjadi lebih memahami
konsep apabila selama proses pembelajaran mengalami secara langsung dan
berpartisipasi aktif sehingga memperoleh pengalaman melalui eksperimen yang
dapat memberikan suatu kebebasan bagi siswa untuk menemukan sendiri konsep
dan prinsip suatu materi.5
Selain meningkatkan hasil belajar pada jenjang kognitif memahami (C2),
pembelajaran menggunakan model Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) juga dapat meningkatkan hasil belajar pada jenjang kognitif menerapkan
(C3) dan menganalisis (C4). Hasil menunjukkan bahwa, kelas eksperimen
memperoleh peningkatan lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol.
Perbedaan ini dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan model Process
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) memiliki langkah pengaplikasian
konsep, dimana hal ini menyebabkan pemaham siswa yang mendalam,
Pemahaman yang mendalam ini akan menyebabkan daya ingat siswa lebih tahan
lama.6
5 Sri Yani Widyaningsih, Haryono, dan Sulistyo Saputro, “ Model MFI dan POGIL
Ditintau dari Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar”, Jurnal Inkuiri,
Vol 1, No. 3, 2012, h. 268.
6 M. Syaikhul Umam, Indrawati, dan Subiki, “Pengaruh Model Process Oriented Guided
Iinquiry Learning (POGIL) Terhadap Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Fisika SMA/MA di Kabupaten Jember”, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5, No. 3,
Desember 2016, h. 205.
62
Penggunanaan model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) memiliki pengaruh positif terhadap pembelajaran fisika pada
konsep suhu dan kalor. Hal tersebut didukung dengan hasil observasi aktivitas
siswa selama proses pembelajaran di kelas eksperimen memperoleh persentase
sebesar 83,62% dalam kategori sangat baik. Hal ini sejalan dengan penelitian
Cholifatur Rosidah, Sudarti dan Maryani yang menyatakan bahwa nilai rata-rata
aktivitas siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol,
hal ini dikarenakan proses pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan
model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL).7 Hasil observasi
aktivitas siswa ini memberikan pemahaman bahwa pembelajaran menggunakan
model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) membuat siswa aktif
selama proses pembelajaran berlangsung.
7 Cholifatur Rosidah, Sudarti dan Maryani, “Pengaruh Model Process Guided Inquiry
Learning (POGIL) dengan Media Kartu Masalah Terhadap Pemahaman Konsep dan Aktivitas
Belajar Siswa pada Materi Momentum dan Impuls di SMA”, Vol. 7. No. 1, Maret 2018, h. 35.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan yaitu:
1. Terdapat pengaruh model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor.
Hal ini ditunjukkan dari hasil uji hipotesis yaitu nilai Sig (2-tailed) sebesar
0,002 lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi (α) 0,05, sehingga
hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
2. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata N-
gain kelas kontrol sebesar 0,46 dengan kategori sedang sedangkan nilai rata-
rata N-gain kelas eksperimen sebesar 0,59 dengan kategori sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai rata-rata N-gain siswa yang menggunakan model
pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) lebih
tinggi dari pada nilai rata-rata N-gain siswa yang menggunakan pembelajaran
saintifik.
B. Saran
Penggunaan model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) secara keseluruhan mampu memberikan pengaruh positif pada
konsep suhu dan kalor, tetapi masih terdapat beberapa keterbatasan. Oleh karena
itu, saran yang dapat diajukan untuk penelitian lanjutan, antara lain:
1. Model pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
terdiri dari beberapa tahapan, sehingga diharapkan seorang guru harus
memiliki pengelolaan waktu yang baik agar proses dapat berjalan dengan
efektif.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk penelitian
selanjutnya dengan pokok bahasan yang berbeda.
64
DAFTAR PUSTAKA
Alfama Zasmita, Adelia dan Ida Kaniawati. Pengaruh Model Pembelajaran
Process Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Keterampilan Proses
Sains dan Kemampuan Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Fisika”,
Edusains, Vol. 7, No. 2, 2015.
Anderson , Lorin W and David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: A Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom, Terj. dari A Taxonomyfor Learning, Teaching, and Assessing: A
Revision of Bloom’s Taxonomy Edicational Objectives oleh Agung
Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 2010.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya, Cet. 5, 2013.
Arikunto, Suharsimi . Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, Cet. 14, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2007, Cet. 9,
2007.
Asep, Jihad dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo, Cet. 1, 2012.
C. Giancoli, Douglas. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2014.
Courtney Stanford, Alena Monn, Marey Towns, dan Renee Cole. Analysis of
Instructor Facilitation Strategies and Their Influence on Student
Argumentation: A Case Study of a Process Oriented Guided Inquiry
Learning Physical Chemistry Classroom.. Journal of Chemical Education,
2016.
D. Young, Hug dan Roger A. Freedman. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid
1. Jakarta: Erlangga, 2001.
Hafizah, Ellyna, Arif Hidayat, dan Muhardjito. Pengaruh Model Pembelajaran
Anchored Instruction terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Siswa Kelas X. Jurnal Fisika Indonesia, Vol.
18. No. 52, 2014.
Halliday, David dan Robert Resnick. Fisika Edisi Ketiga Jilid 1, Jakarta:
Erlangga, 1985.
65
Haryati, Sri . the Effectiveness of the Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
Model in Educational Psychology Learning”. International Journal of
Pedagogy and TeacherEducation (IJPTE), Vol. 2, No. 2, 2018.
Hermawati, Novilia dan Suliyanah. Penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memecahkan
Masalah Pada Materi Kalor di Kelas X SMAN 1 Wringinanom. Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), Vol 5, No. 2, 2016.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta, Gelora Aksara
Pratama, 2009.
Jufri, Wahab. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2013
Juni Priansa, Donni. Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran.
Bandung: Pustaka Setia, 2017.
Kadir. Statistika Terapan. Jakarta:Rajawali Pers, Cet. 1, 2015.
Kamajaya, Ketut dan Wawan Purnama, Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI
Pemintan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Bandung: Grafindo Media
Pratama, 2016.
Kanginan, Marthen. Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013, Jakarta:
Erlangga, 2013.
Kustijono, Rudy dan Elok Wiwin HM. Pandangan Guru Terhadap Pelaksanaan
Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Fisika SMK di Kota Surabaya.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Aplikasinya (JPFA), Vol. 4, No. 2, 2014.
M. Hanson, David. Designing Process-Oriented Guided Inquiry Activites. Stony
Brook University: Pacific Crest, 2005.
M. Hanson, David. Intructor’s Guide to Process-Oriented Guided Inquiry
Learning. Lisle: Pacific Crest, 2006.
Maulidiawati dan Soeprodjo. Keefektifan Pembelajaran Kooperatif dengan
Process Oriented Guided Inquiry Learning pada Hasil Belajar. Chemistry
in Education, Vol. 3, No. 2, 2014.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya, Cet.16, 2010.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. 2, 2006.
66
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2016.
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni. Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013. Sidoarjo: Nizamia Learning Center, Cet. 1, 2016.
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. 15,
2013.
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010, Cet. 2, ,
2010.
Putro Widoyoko. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitiani. Yogyakarta: Pustaka
Belajar, Cet.5, 2016.
Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, (Bandung:
Alfabeta, Cet. 5, 2013.
Rosidah, Cholifatur, Sudarti dan Maryani. Pengaruh Model Process Oriented
Guided Inquiry Learning (POGIL) dengan Media Kartu Masalah Terhadap
Pemahaman Konsep dan Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Momentum
dan Impuls di SMA, Vol. 7. No. 1, 2018.
Ruseffendi. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Andira,,
Cet. 1, 1998.
Rusman. Model-Model Pembelajaran Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, Cet. 6, 2013.
Rustam, Agus Ramdani, dan Prapti Setijani. Pengaruh Model Pembelajaran
Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Terhadap
Pemahaman Konsep IPA, Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 3 Pringgabaya Lombok Timur. Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), Vol. 3, No. 2, 2017.
Sanjaya, Wina . Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
Kencana, Cet. 1, 2013.
Senol Sen, Ayhan Yilmaz, dan Omer Geban. The Effect of Process Oriented
Guided Inquiry Learning ( POGIL) on 11 th Graders’ Conceptual
Understanding of Electrochemistry, Asia Pacific Forum on Science
Learning and Teaching, Vol. 17, 2016.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. 5, 2010.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet.15, 2010.
67
Sudjana. Metode Statistika-Edisi Keenam. Bandung: Tarsito, Cet. 3, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta, 2011.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran-Edisi 2. Jakarta: Bumi
Aksara, Cet.1, 2012.
Syaodih Sukmadinata, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Cet. 5, 2009.
Tofan Hanib, Mohamad, Suhadi, dan Sri Endah Indriwati. Penerapan
Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning untuk
meninkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Karakter Siswa Kelas X.
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, Vol. 2, No. 1,
2017.
Umam, M. Syaikhul, Indrawati, dan Subiki. Pengaruh Model Process Oriented
Guided Iinquiry Learning (POGIL) Terhadap Hasil Belajar dan Retensi
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika SMA/MA di Kabupaten
Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5, No. 3, 2016.
Walker, Lindsey dan Abdi-Rizak M. Warfa. Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) marginally effects student achievement measures but
substantially increases the odds of passing a course”, Public Library of
Science (PloS), 12, 2017.
Widyaningsih, Sri Yani, Haryono, dan Sulistyo Saputro. Model MFI dan POGIL
Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi
Belajar. Jurnal Inkuiri, Vol 1, No. 3, 2012.
68
LAMPIRAN A
Perangkat Pembelajaran
1. Lembar Wawancara
2. RPP Kelas Eksperimen
3. RPP Kelas Kontrol
4. LKS Kelas Eksperimen
5. LKS Kelas Kontrol
69
Lampiran A.1
Pedoman Wawancara Guru
Nama Guru :Yunida Ismawati, S.Pd
Sekolah : SMA Negeri 32 Jakarta
No Pertanyaan Jawaban
A. Kurikulum
1 Apakah kurikulum yang
digunakan di sekolah?
Kurikulum 2013 Revisi
2 Berapa jam pelajaran fisika untuk
kelas XI dalam seminggu?
4 JP Seminggu
3 Berapajumlah siswa di dalam
kelas (khususnya kelas XI
MIPA)?
36 Ssiwa
B. Pembelajaran Fisika
4 Berdasarkan pengalaman
mengajar, permasalahan apa yang
sering ditemukan Bapak/Ibu pada
saat pembelajaran fisika
berlangsung?
Kebanyakan siswa kurang minat dalam
pembelajaran fisika siswa kurang aktif
dalam pembelajaran fisika . dikarenakan
cakupan materi nya luas dan padat.
Kemampuan konsep dasar siswa juga
kurang.
5 Bagaimana solusi dalam
menyelesaikan permasalahan
tersebut?
Solusi dari permasalahan tersebut guru
harus menciptakan suasana pembelajaran
yang aktif. Terkadang jika waktu
memungkinkan melakukan diskusi
kelompok
7 Apakah siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran fisika, seperti
berdiskusi kelompok,
bereksperimen atau memecahkan
masalah sehingga siswa dapat
membangun pengetahuannya
Siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi,
hanya sebagian siswa yang fokus dalam
kegiatan diskusi dan tidak secara
meyeluruh. Kegiatan eksperimen
dilakukan sesuai dengan konsep yang
70
sendiri? dipelajari tetapi termasuk jarang
C. Materi Fisika
8 Menurut Bapak/Ibu apakah
konsep suhu dan kalor tergolong
sulit/sedang/ mudah dipahami?
Konsep suhu dan kalor tergolong konsep
yang sedang
9 Apakah Bapak/Ibu pernah
melakukan praktikum pada
konsep suhu dan kalor?
Pernah
10 Model pembelajaran apakah yang
digunakan dalam mempelajari
konsep suhu dan kalor ?
Ceramah, memberikan dengan
memberikan teori-teori dan persamaan-
persamaan yang terkait dengan konsep
suhu dan kalor
D. Hasil Belajar Fisika
10 Berapakah KKM untuk mata
pelajaran fisika?
KKM MAPEL fisika 75
12 Berapakah perolehan rata-rata
nilai ulangan harian fisika pada
konsep suhu dan kalor?
Hanya 40% siswa yang memperoleh nilai
mencapai KKM dan 1-6 siswa yang
memperoleh nilai diatas KKM (78)
E. Model Pembelajaran
12 Apa model pembelajaran yang
biasa Bapak/Ibu gunakan dalam
pembelajaran fisika di kelas?
Ceramah, dan diskusi kelompok
13 Apakah Bapak/Ibu mengetahui
model Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) dan
pernah menerapkannya dalam
pembelajaran fisika?
Belum pernah
14 Menurut Bapak/Ibu, jika model
Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) diterapkan
dalam pembelajaran fisika,
apakah model tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
Jika tahapan pembelajarannya dapat
mengkoordinir siswa dan membuat siswa
aktif dan semangat dalam belajar fisika,
kemungkinan besar dapat meningkatkan
hasil belajar siswa
71
Lampiran A.2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMAN 32 Jakarta
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/ Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Suhu dan Kalor
Pertemuan ke- : 1 (Satu)
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
perosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi karakteristik
termal suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.5 Merancang dan melakukan percobaan tentang karakteristik termal suatu bahan,
terutama terkait dengan kapasitas dan konduktivitas kalor, beserta presentasi hasil
percobaan dan pemanfaatannya.
C. Indikator
1. Mendeskripsikan konsep suhu dan pemuaian.
2. Menerapkan pengukuran suhu dengan berbagai macam skala.
3. Menentukan besaran-besaran yang mempengaruhi pemuaian pada suatu zat.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Mendeskripsikan konsep suhu dan pemuaian.
72
2. Menerapkan pengukuran suhu dengan berbagai macam skala.
3. Menentukan besaran-besaran yang mempengaruhi pemuaian pada suatu zat.
E. Materi Ajar
1. Suhu
Suhu merupakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat untuk
mengukur suhu adalah termometer. Untuk mengukur suhu, termometer memanfaatkan sifat
termometrik zat. Sifat termometrik zat adalah sifat fisis zat yang berubah jika dipanaskan.
Termometer yang paling umum digunakan untuk mengukur suhu dalam keseharian adalah
termometer yang terbuat dari kaca dan diisi dengan zat cair.
Pada dasarnya, termometer selalu menggunakan dua titik tetap sebagai acuan suhu,
yaitu titik tetap atas (titik didih ) dan titik tetap bawah (titik beku ). Titik beku suatu zat
didefinisikan sebagai temperatur dimana fase padat dan cair berada dalam keadaan
setimbang yaitu, tanpa ada cairan apapun yang berubah menjadi padat atau sebaliknya.
Secara eksperimen, titik beku terjadi hanya pada temperatur tertentu dan pada tekanan
tertentu. Demikian pula, titik didih didefinisikan sebagai temperatur dimana zat cair dan gas
berada dalam kesetimbangan, karena titik ini bervariasi sesuai tekanan maka tekanan harus
ditentukan biasanya pada 1 atm.
Skala termometer paling umum dalam fisika adalah skala Celcius, Fahrenheit,
Reamur, dan Kelvin. Perbandingan antara skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin
dapat dilihat pada tabel berikut:
Termometer Skala
Celcius Reamur Fahrenheit Kelvin
Titik lebur es 0o
0o
32o
273o
Titik didih air 100o
80o
212o
373o
Skala 100o
80o
180o
100o
Perbandingan 5 4 9 5
Hubungan antara skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin adalah:
2. Pemuaian Zat
Zat tersusun atas atom. Kumpulan atom-atom membentuk molekul-molekul.
Molekul-molekul pembentuk zat senantiasa bergerak dan menimbulkan gaya tarik-menarik.
Jika zat dipanaskan, gerakan molekul-molekulnya semakin cepat. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya dorongan antara satu molekul dan molekul yang lain sehingga jarak
antarmolekulnya menjadi lebih besar. Molekul-molekul akan menempati ruang yang lebih
besar. Peristiwa tersebut dinamakan pemuaian.
Besar pemuaian suatu benda bergantung pada jenis zat penyusun benda, ukuran awal
benda, serta besarnya kenaikan suhu benda tersebut. Pemuaian zat padat lebih kecil
dibandingkan zat cair dan gas. Pemuaian gas lebih besar daripada pemuaian zat padat dan
zat cair.
73
a. Pemuaian Zat Padat
1) Pemuaian Panjang
Jika suatu benda padat dipanaskan, benda tersebut akan memuai ke segala arah.
Dengan kata lain, ukuran panjang, luas dan volume benda bertambah. Pemuaian panjang ini
biasanya dibatasi pada benda-benda yang ukuran panjangnya jauh lebih besar dari tebal atau
lebarnya seperti pada rel kereta api atau sebuah pipa panjang.
Untuk membedakan sifat muai berbagai macam zat, digunakan konsep koefisien
muai dan untuk pemuaian panjang disebut koefisien muai panjang. Koefisien muai panjang
didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang batang dari panjangnya
semula untuk setiap kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu. Koefisien muai panjang
dinyatakan dalam . Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sebuah batang logam pada suhu memiliki panjang. Logam tersebut
dipanaskan hingga mencapai suhu dan pertambahan panjangnya dapat ditentukan:
Keterangan:
= koefisien muai panjang (oC
-1)
= pertambahan panjang (m)
= panjang awal batang (m)
= perubahan suhu (oC)
2) Pemuaian Luas
Jika benda padat berbentuk persegi dipanaskan, terjadi pemuaian dalam arah
memanjang dan arah melebar. Dengan kata lain, benda padat mengalami pemuaian luas.
Pemuaian luas bergantung pada koefisien muai luas. Koefisien muai luas ( suatu bahan
adalah fraksi pertambahan luas benda ( terhadap luas awal benda ( persatuan
kenaikan suhu ( . Secara matematis, koefisien muai luas dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan:
= koefisien muai luas (oC
-1)
= pertambahan luas (m2)
= luas awal benda (m2)
= perubahan suhu (oC)
3) Pemuaian Volume
Jika benda padat berbentuk balok dipanaskan, maka akan terjadi pemuaian dalam
arah memanjang , melebar dan meninggi. Dengan kata lain, benda padat mengalami
pemuaian volume. Pemuaian volume bergantung pada koefisien muai volume. Koefisien
muai volume ( suatu bahan adalah fraksi pertambahan volume terhadap volume awal
benda ( persatuan kenaikan suhu ( . Secara matematis, koefisien muai luas dinyatakan
sebagai berikut:
74
Keterangan:
= koefisien muai volume (oC
-1)
= pertambahan volume (m3)
= volume awal benda (m3)
= perubahan suhu (oC)
b. Pemuaian Zat Cair
Sifat zat cair adalah selalu mengikuti bentuk wadahnya. Jika air dituangkan ke
dalam botol, bentuk air mengikuti bentuk botol. Jadi wadah berarti volume. Oleh karena itu,
zat cair hanya memiliki muai volume, sehingga zat cair hannya memiliki koefisien muai
volume saja. Hal ini disebabkan zat cair tidak dapat diukur dalam satu dimensi dan dua
dimensi.
Zat cair hanya dapat diukur dalm tiga dimensi, yaitu volumenya. Jika volume zat
cair pada saat suhunya adalah , kemudian zat cair itu dipanaskan sehingga suhunya ,
akan terjadi pemuaian. Jika volumenya bertambah besar V, pertambahan volume dapat
dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
= koefisien muai volume (oC
-1)
= pertambahan volume (m3)
= volume awal benda (m3)
= perubahan suhu (oC)
c. Pemuaian Gas
1) Pengaruh suhu terhadap volume gas
Pada tekanan (P) tetap, kenaikan suhu gas akan meningkatkan volume gas. Jika
ingin menentukan muai volume suatu gas yang disebabkan oleh kenaikan suhu maka
tekanan gas harus dijaga agar tetap. Berdasarkan hasil percobaan, muai volumenya pada
tekanan tetap memenuhi persamaan:
Dengan adalah koefisien muai volume gas pada tekanan tetap. Berdasarkan hasil
percobaan, diperoleh bahwa koefisien muai volume untuk semuagas berlaku sehingga
persamaannya menjadi:
2) Pengaruh suhu terhadap tekanan
Jika ingin menyelidiki hubungan antara kenaikan suhu dan tekanan gas, volume gas
harus dibuat tetap. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa hubungan antara kenaikan suhu
dan tekanan gas untuk volume tetap memenuhi persamaan:
75
dengan
oC
-1 sehingga persamaanya dapat dituliskan menjadi:
(
)
Keterangan:
= tekanan gas awal (Nm-2
)
= tekanan gas setelah suhu dinaikkan (Nm-2
)
3) Pengaruh tekanan terhadap volume gas
Pemuaian gas juga dapat berlangsung tanpa adanya kenaikan suhu gas, yaitu dengan
cara menurunkan tekanan gas. Jika tekanan gas dalam sebuah tabung diturunkan dengan
dengan cara menggeser penghisap yang berfungsi sebagai penutup gas ke atas, dengan
sendirinya volume gas akan meningkat atau terjadi pemuaian gas.
Dalam termodinamika, yang kan dibahas kemudian, untuk suhu tetap akan berlaku
persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
= tekanan gas awal (Nm-2
)
= volume gas awal (m3)
= tekanan gas setelah terjadi perubahan pada suhu tetap (Nm-2
)
= volume gas setelah terjadi perubahan pada suhu tetap (m3)
F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
Metode : Diskusi kelompok, eksperimen, dan tanya Jawab
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : Buku, alat tulis, spidol, papan tulis, dan LKS
Sumber Belajar :
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Kamajaya, Ketut dan Purnama, Wawan. 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar
Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
76
H. Langkah-langkah pembelajaran
Tahapan Pembelajaran KEGIATAN PEMBELAJARAN Alokasi
Waktu SAINTIFIK POGIL Guru Siswa
Keg
iata
n A
wal
Mengamati
Orientasi Guru mengucapkan salam dan berdoa
untuk memulai pelajaran
Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap
untuk mengikuti pelajaran
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru memberikan motivasi dan
menumbuhkan minat para siswa dengan
menghubungkan konsep suhu dan
pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
Guru menjelaskan mekanisme
pembelajaran sesuai dengan tahapan model
pembelajaran POGIL yang digunakan
dengan tujuan agar siswa memahami apa
yang harus mereka lakukan selama proses
pembelajaran berlangsung
Siswa menjawab salam guru dan
berdo’a untuk memulai pelajaran
Siswa mengikuti arahan guru dan
mempersiapkan diri untuk mengikuti
pelajaran
Siswa menkonfirmasi kehadirannya
Siswa mendengarkan penjelasan guru
Siswa mendengarkan dan menyimak
penjelasan guru
Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai tahapan pembelajaran yang
akan digunakan
10 menit
Keg
iata
n I
nti
Menanya
dan
Mengumpulkan
Informasi
Eksplorasi Guru membentuk kelompok dengan jumlah
anggota 5-6 siswa. Kelompok yang telah
terbentuk dibagi menjadi beberapa peran
sebagai manager, precenter, recorder, dan
reflector
Guru memberikan LKS sebagai bahan
Siswa berkumpul dengan anggota
kelompok dan telah mengetahui
perannya masing-masing
Siswa menerima LKS yang diberikan
60 menit
77
diskusi masing-masing kelompok
Guru meminta siswa berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
permasalahan yang ada di LKS
Guru mengamati kegiatan diskusi yang
dilakukan siswa
Guru menginstruksikan kepada siswa untuk
melakukan percobaan untuk menjawab
hipotesis yang telah didapatkan
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
dalam melakukan percobaan berdasarkan
LKS yang diberikan
oleh guru
Siswa berdiskusi bersama anggota
kelompok untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada di LKS dan
mengajukan hipotesis
Siswa melakukan percobaan sesuai
petunjuk yang ada di LKS
Siswa dengan serius melakukan
percobaan dengan bimbingan dari guru
Mengasosiasi Penemuan
Konsep
Guru membimbing siswa dalam
menganalisis data yang telah diperoleh dari
percobaan
Guru meginstruksikan siswa berdiskusi
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang disajikan di LKS yang dapat
menuntun siswa membuat suatu
kesimpulan
Siswa berdiskusi bersama anggota
kelompok, menganalisis data hasil
percobaan dengan teliti, menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada di
LKS, dan membuat kesimpulan untuk
membuktikan hipotesis
Aplikasi Guru mengontrol aktivitas siswa dalam
pengerjakan soal latihan yang diberikan
pada tahap aplikasi
Siswa bersama kelompoknya
mengerjakan soal latihan yang ada pada
LKS
78
Keg
iata
n A
kh
ir
Mengkomunika
sikan
Penutup Guru mengintruksikan kepada Juru bicara
dari kelompok terpilih untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
kepada teman-teman dikelasnya
Guru mengkonfirmasi dan menyamakan
persepsi mengenai pembahasan konsep
yang dipresentasikan oleh kelompok
terpilih
Guru memberikan kesempatan untuk
menanyakan beberapa hal yang belum
dipahami
Guru memberikan soal evaluasi terkait
materi suhu dan pemuaian
Guru menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya
Memimpin doa dan menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam
Juru bicara yang terpilih
mempresentasikan hasil diskusi kepada
teman-temannya
Siswa dan guru menyamakan persepsi
mengenai pembahasan konsep yang
dipresentasikan oleh kelompok terpilih
dan membuat kesimpulan
Siswa bertanya kepada guru mengenai
hal-hal yang belum dipahami
Siswa mengerjakan soal evaluasi yang
diberikan guru
Siswa mencatat dan mempelajari materi
tersebut
Berdoa dan menjawab salam
20 menit
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda (terlampir)
Jakarta, 4 Maret 2019
79
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Pertemuan 1
Jawablah pertanyaan bawah ini!
No. Soal Jawaban Skor
1 Suhu suatu benda dinyatakan dalam Celsius
adalah 25o. Jika dinnyaakan dalam skala
Fahrenheit adalah...
A. 47o F
B. 57 o F
C. 67 o F
D. 77 o F
E. 87 o F
Jawaban: D
2 Bertambah panjang dan lebar ukuran suatu
benda akibat kenaikan suhu disebut...
A. Pemuaian
B. Pemuaiann luas
C. Pemuian panjang
D. Pemuaian volume
E. Pemuaian ruang
Jawaban : C
3 Sepotong logam dipanaskan hingga
suhunya80 o C panjangnya menjadi 115 cm.
Jika koefisien muai panjang logam 3 x 10-
3/oC dan mula-mula suhhunya 30
o, maka
panjang logam mula-mula adalah...
A. 100 cm
B. 101,5 cm
C. 102 cm
D. 102,5 cm
E. 103 cm
Jawaban : A
Penilaian:
80
Lampiran A.2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMAN 32 Jakarta
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/ Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Suhu dan Kalor
Pertemuan ke- : 2 (Dua)
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
perosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi karakteristik
termal suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.5 Merancang dan melakukan percobaan tentang karakteristik termal suatu bahan,
terutama terkait dengan kapasitas dan konduktivitas kalor, beserta presentasi hasil
percobaan dan pemanfaatannya.
C. Indikator
1. Mendeskripsikan konsep kalor terhadap suatu zat.
2. Menentukan besarnya kalor yang terlibat pada proses kenaikan suhu dan perubahan
wujud suatu zat.
3. Mendeskripsikan konsep asas Black dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menerapkan asas Black dalam memecahkan masalah.
81
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Mendeskripsikan konsep kalor terhadap suatu zat.
2. Menentukan besarnya kalor yang terlibat pada proses kenaikan suhu dan perubahan
wujud suatu zat.
3. Mendeskripsikan konsep asas Black dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menerapkan asas Black dalam memecahkan masalah.
E. Materi Ajar
1. Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Sebelumnya kalor dianggap sebagai
suatu zat yang dapat mengalir dari satu benda ke benda lainnya. Jika kalor dianggap sebagai
suatu zat, kalor harus memiliki massa karena setiap zat memiliki massa. Ternyata kalor tidak
memiliki massa. Jadi dapat disimpulkan kalor bukanlah suatu zat.
Kalor adalah energi yang dipindahkan oleh benda ke benda lain karena perbedaan
suhu. Oleh karena kalor merupakan salah satu bentuk energi, satuan kalor sama dengan
satuan energi, yaitu Joule (J).
a. Pengaruh Kalor terhadap Kenaikan Suhu Zat
Pemberian kalor pada suatu zat, yaitu dengan cara memanaskannya. Jika sebuah
benda dipanaskan, suhu benda akan naik. Sebaliknya, untuk dapat mengurangi kalor suatu
benda dengan cara mendinginkannya. Dengan demikian, salah satu akibat pemberian atau
pengambilan kalor adalah perubahan suhu.
1) Kalor Jenis
Besarnya kalor untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat bergantung pada jenis
zat. Oleh karena itu, kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu zat untuk
menaikkan suhu 1kg zat tersebut sebesar 1oC. Berdasarkan defenisi tersebut maka hubungan
antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda dan kalor jenis benda seta kenaikan
suhu benda dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:
Keterangan:
= massa benda (kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= kalor jenis benda (kal/goC atau J/kg
oC)
= perubahan suhu (oC)
2) Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor dapat diartikan sebagai kemampuan menerima atau melepaskan
kalor dari suatu benda untuk perubahan suhu sebesar 1oC.Banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu suatu benda sebanding dengan kapasitas kalor benda tersebut, dan
sebanding pula dengan perubahan suhunya.
Kapasitas kalor dapat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan suatu
zat untuk menaikkan suhu sebesar 1oC. Hubungan antara banyaknya kaloryang diserap oleh
suatu benda dan kapasitas kalor serta kenaikan suhu benda dituliskan dalam bentuk
persamaan berikut:
82
Keterangan:
= massa benda (kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= kalor jenis benda (kal/goC atau J/kg
oC)
= kapasitas kalor (kal/oC atau J/
oC)
= perubahan suhu (oC)
b. Pengaruh kalor terhadap Perubahan Wujud Zat
Kalor yang diserap oleh suatu zat tidak selalu menyebabkan suhunya naik. Kadang
kala kalor yang diserap suatu zat dapat mengubah wujud zat tersebut. Zat dapat berada
dalam tiga wujud, yaitu wujud padat, cair dan gas. Akibat pengaruh suhu yang dimiliki oleh
zat, sehingga zat tersebut dapat berada dalam ketiga wujud tersebut. Pada saat terjadi
perubahan wujud selalu disertai dengan pelepasan atau penyerapan kalor. Akan tetapi,
perubahan wujud tidak disertai dengan perubahan suhu, sehingga pada saat perubahan wujud
suhu zat tersebut tetap.
1) Proses melebur dan membeku
Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair disebut mencair atau melebur,
sebaliknya perubahan wujud zat dari cair menjadi padat disebut membeku. Titik lebur adalah
suhu pada saat zat melebur. Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat padat
menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur atau kalor lebur. Kalor yaang dilepaskan pada
saat zat membeku dinamakan kalor laten beku atau kalor beku.
Jika suatu zat massanya m kg, untuk melebur seluruhnya dibutuhkan kalor sebesar Q
Joule. Berdasarkan definisi ini, kalor lebur (L) zattersebut dapat ditulis menjadi:
Keterangan:
= kalor lebur (J/kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= massa (kg)
2) Proses Menguap dan Mengembun
Menguap merupakan proses perubahan wujud dari cair menjadi uap. Setiap zat
membutuhkan kalor yang berbeda untuk menguap. Besar kalor yang digunakan untuk
menguapkan zat disebut kalor laten penguapan atau kalor uap. Kalor uap suatu zat
didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan oleh suatu satuan massa zat untuk menguap
pada titik uapnya.
Mengembun merupakan proses perubahan wujud dari uap menjadi cair. Pada proses
pengembunan terjadi pembebasan kalor. Artinya, pada proses pengembunan zat tersebut
membebaskan atau melepaskan kalor. Besarnya kalor yang dibebaskan oleh suatu zat ketika
terjadi pengembunan disebut kalor laten pengembunan atau kalor embun. Setiap zat berbeda
akan memiliki kalor kalor embun yang berbeda pula. Kalor embun suatu zat didefinisikan
83
sebagai kalor yang dilepaskan oleh suatu satuan massa zat untuk mengembun pada titik
embunnya.
Jika suatu zat massanya m kg, untuk melebur seluruhnya dibutuhkan kalor sebesar Q
Joule. Berdasarkan definisi ini, kalor lebur (L) zattersebut dapat ditulis menjadi:
Keterangan:
= kalor lebur (J/kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= massa (kg)
2. Asas Black
Hukum kekekalan energi dalam bentuk kalor sering disebut dengan asas Black. Asas
Black menyatakan “Pada percampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat bersuhu
lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat bersuhu lebih rendah.” Dengan
menggunakan asas Black, kalor jenis suatu zat dapat ditentukan dengan menggunakan
kalorimeter.
Kalorimeter terdiri atas sebuah wadah air yang dilengkapi dengan isolator supaya
tidak terjadi pertukaran energi antara kalorimeter dan lingkungannya. Selain itu, kalorimeter
juga dilengkapi dengan sebuah termometer untuk mengukur suhu dan sebuah pengaduk
supaya suhu air di dalam air merata. Setelah terjadi kesetimbangan termal antara air dan zat
yang akan diukur kalor jenisnya, misalkan kalor jenis sebuah logam, akan berlaku
persamaan:
kalor yang dilepas = kalor yang diterima
F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
Metode : Diskusi kelompok, eksperimen, dan tanya Jawab
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : Buku, alat tulis, spidol, papan tulis, dan LKS
Sumber Belajar :
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Kamajaya, Ketut dan Purnama, Wawan. 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar
Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
84
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Pembelajaran KEGIATAN PEMBELAJARAN Alokasi
Waktu SAINTIFIK POGIL Guru Siswa
Keg
iata
n A
wal
Mengamati
Orientasi Guru mengucapkan salam dan berdoa
untuk memulai pelajaran
Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap
untuk mengikuti pelajaran
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru memberikan motivasi dan
menumbuhkan minat para siswa dengan
menghubungkan konsep kalor dan asas
Black dalam kehidupan sehari-hari
Guru menjelaskan mekanisme
pembelajaran sesuai dengan tahapan model
pembelajaran POGIL yang digunakan
dengan tujuan agar siswa memahami apa
yang harus mereka lakukan selama proses
pembelajaran berlangsung
Siswa menjawab salam guru dan
berdo’a untuk memulai pelajaran
Siswa mengikuti arahan guru dan
mempersiapkan diri untuk mengikuti
pelajaran
Siswa menkonfirmasi kehadirannya
Siswa mendengarkan penjelasan guru
Siswa mendengarkan dan menyimak
penjelasan guru
Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai tahapan pembelajaran yang
akan digunakan
10 menit
Keg
iata
n I
nti
Menanya
dan
Mengumpulkan
Informasi
Eksplorasi Guru membentuk kelompok dengan jumlah
anggota 5-6 siswa. Kelompok yang telah
terbentuk dibagi menjadi beberapa peran
sebagai manager, precenter, recorder, dan
reflector
Guru memberikan LKS sebagai bahan
diskusi masing-masing kelompok
Guru meminta siswa berdiskusi untuk
Siswa berkumpul dengan anggota
kelompok dan telah mengetahui
perannya masing-masing
Siswa menerima LKS yang diberikan
oleh guru
Siswa berdiskusi bersama anggota
60 menit
85
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
permasalahan yang ada di LKS
Guru mengamati kegiatan diskusi yang
dilakukan siswa
Guru menginstruksikan kepada siswa untuk
melakukan percobaan untuk menjawab
hipotesis yang telah didapatkan
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
dalam melakukan percobaan berdasarkan
LKS yang diberikan
kelompok untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada di LKS dan
mengajukan hipotesis
Siswa melakukan percobaan sesuai
petunjuk yang ada di LKS
Siswa dengan serius melakukan
percobaan dengan bimbingan dari guru
Mengasosiasi Penemuan
Konsep
Guru membimbing siswa dalam
menganalisis data yang telah diperoleh dari
percobaan
Guru meginstruksikan siswa berdiskusi
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang disajikan di LKS yang dapat
menuntun siswa membuat suatu
kesimpulan
Siswa berdiskusi bersama anggota
kelompok, menganalisis data hasil
percobaan dengan teliti, menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada di
LKS, dan membuat kesimpulan untuk
membuktikan hipotesis
Aplikasi Guru mengontrol aktivitas siswa dalam
pengerjakan soal latihan yang diberikan
pada tahap aplikasi
Siswa bersama kelompoknya
mengerjakan soal latihan yang ada pada
LKS
86
Keg
iata
n A
kh
ir
Mengkomunika
sikan
Penutup Guru mengintruksikan kepada Juru bicara
dari kelompok terpilih untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
kepada teman-teman dikelasnya
Guru mengkonfirmasi dan menyamakan
persepsi mengenai pembahasan konsep
yang dipresentasikan oleh kelompok
terpilih
Guru memberikan kesempatan untuk
menanyakan beberapa hal yang belum
dipahami
Guru memberikan soal evaluasi terkait
materi suhu dan pemuaian
Guru menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya
Memimpin doa dan menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam
Juru bicara yang terpilih
mempresentasikan hasil diskusi kepada
teman-temannya
Siswa dan guru menyamakan persepsi
mengenai pembahasan konsep yang
dipresentasikan oleh kelompok terpilih
dan membuat kesimpulan
Siswa bertanya kepada guru mengenai
hal-hal yang belum dipahami
Siswa mengerjakan soal evaluasi yang
diberikan guru
Siswa mencatat dan mempelajari materi
tersebut
Berdoa dan menjawab salam
20 menit
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda (terlampir)
Jakarta, 5 Maret 2019
87
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Pertemuan 2
Jawablah pertanyaan bawah ini!
No. Soal Jawaban Skor
1 Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
benda bergantung pada...
A. Massa benda dan suhu awal benda
B. Massa benda dan jenis benda
C. Jenis benda dan kenaikkan suhu benda
D. Massa benda, jenis benda, dan kenaikan
suhu
E. Kenaikan suhu dan lama pemanasan
Jawaban: D
2 Jika kalor jenis air = 1 k kal/kgoC, kalor jenis
es = 0,5 k kal/ kgoC, kalor lebur es= 80 k
kal/kg maka untuk menaikkan suhu 5 kg es -
20oC menjadi air 80
oC diperlukan kalor sebesar
A. 800 kkal
B. 850 kkal
C. 900 kkal
D. 1000 kkal
E. 1200 kkal
Jawaban : B
3 Logam yang massanya 100 gram dipanaskan
sampai 75oC. Kemudian dimasukkan kedalam
500 gram air pada suhu 25oC. Setelah
keduanya setimbang suhu campuran menjadi
50oC. Apabila kalor jenis air 4200 J/kg
oC,
maka kalor jenis logam adalah...
A. 4,2 104 J/kg
oC
B. 3,2 104 J/kg
oC
C. 2,1 104 J/kg
oC
D. 1,0 104 J/kg
oC
E. 0,5 104 J/kg
oC
Jawaban : C
Penilaian:
88
Lampiran A.2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMAN 32 Jakarta
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/ Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Suhu dan Kalor
Pertemuan ke- : 3 (Tiga)
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
perosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi karakteristik termal
suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.5 Merancang dan melakukan percobaan tentang karakteristik termal suatu bahan,
terutama terkait dengan kapasitas dan konduktivitas kalor, beserta presentasi hasil
percobaan dan pemanfaatannya.
C. Indikator
1. Mengidentifikasi peristiwa perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menerapkan konsep perpindahan kalor secara, konduksi, konveksi, dan radiasi.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Mengidentifikasi peristiwa perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menerapkan konsep perpindahan kalor secara, konduksi, konveksi, dan radiasi.
89
E. Materi Ajar
Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
Perpindahan kalor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dan selama terjadi
perpindahan kalor tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat perantaranya. Syarat
terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya perbedaan suhu antara dua tempat pada
benda tersebut. Konduksi biasanya terjadi pada zat padat.
Berdasarkan kemampuan suatu menghantarkan kalor secara konduksi, zat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang mudah
menhantarkan kalor, sedangkan isolator adalah zat yang sangat sukar menghantarkan kalor.
Kalor yang merambat tiap satu satuan waktu pada konduksi berbanding lurus dengan
perbedaan suhu dan luas penampang mediumnya dan berbanding terbalik dengan panjang
mediumnya, dan tergantung pada jenis zat perantaranya. Secara matematis, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien konduksi termal benda (J/msoC)
= luas penampang benda (m2)
= panjang benda (m)
= perubahan suhu (oC)
2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor disertai gerakan massa atau gerakan partikel-
partikel zat perantaranya. Perpindahan tersebut terjadi karaena adanya perbedaan massa jenis.
Proses konveksi banyak terjadi pada medium gas dan cair.
Kalor yang merambat tiap satu satuan waktu pada konveksi berbanding lurus dengan
perbedaan suhu dan luas penampang serta tergantung pada jenis zat perantaranya. Secara
matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien konveksi termal (J/sm2K)
= luas penampang benda (m2)
= perubahan suhu (oC)
3. Perpindahan kalor Secara Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik tanpa
melalui suatu zat perantara. Radiasi kalor telah dipelajari oleh Stefan dan Boltzman yang
kemudian dirumuskan sebagai hukum Stefan- Boltzmann, yang berbunyi: “energi yang
90
dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu (Q/t)
sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak
permukaan itu (T4). Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien emisivitas
= tetapan Stefan- Boltzmann ( 5,67 10-8
W/m2 K
4)
= suhu mutlak permukaan benda (K)
F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)
Metode : Tanya jawab, diskusi, dan eksperimen
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : Buku, alat tulis, spidol, papan tulis, dan LKS
Sumber Belajar :
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Kamajaya, Ketut dan Purnama, Wawan. 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar
Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
91
H. Langkah-langkah pembelajaran
Tahapan Pembelajaran KEGIATAN PEMBELAJARAN Alokasi
Waktu SAINTIFIK POGIL Guru Siswa
Keg
iata
n A
wal
Mengamati
Orientasi Guru mengucapkan salam dan berdoa
untuk memulai pelajaran
Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap
untuk mengikuti pelajaran
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru memberikan motivasi dan
menumbuhkan minat para siswa dengan
menghubungkan konsep perpindahan kalor
dalam kehidupan sehari-hari
Guru menjelaskan mekanisme
pembelajaran sesuai dengan tahapan model
pembelajaran POGIL yang digunakan
dengan tujuan agar siswa memahami apa
yang harus mereka lakukan selama proses
pembelajaran berlangsung
Siswa menjawab salam guru dan
berdo’a untuk memulai pelajaran
Siswa mengikuti arahan guru dan
mempersiapkan diri untuk mengikuti
pelajaran
Siswa menkonfirmasi kehadirannya
Siswa mendengarkan penjelasan guru
Siswa mendengarkan dan menyimak
penjelasan guru
Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai tahapan pembelajaran yang
akan digunakan
10 menit
Keg
iata
n
Inti
Menanya
dan
Mengumpulkan
Eksplorasi Guru membentuk kelompok dengan jumlah
anggota 5-6 siswa. Kelompok yang telah
terbentuk dibagi menjadi beberapa peran
sebagai manager, precenter, recorder, dan
reflector
Siswa berkumpul dengan anggota
kelompok dan telah mengetahui
perannya masing-masing
60 menit
92
Informasi Guru memberikan LKS sebagai bahan
diskusi masing-masing kelompok
Guru meminta siswa berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
permasalahan yang ada di LKS
Guru mengamati kegiatan diskusi yang
dilakukan siswa
Guru menginstruksikan kepada siswa untuk
melakukan percobaan untuk menjawab
hipotesis yang telah didapatkan
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
dalam melakukan percobaan berdasarkan
LKS yang diberikan
Siswa menerima LKS yang diberikan
oleh guru
Siswa berdiskusi bersama anggota
kelompok untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada di LKS dan
mengajukan hipotesis
Siswa melakukan percobaan sesuai
petunjuk yang ada di LKS
Siswa dengan serius melakukan
percobaan dengan bimbingan dari guru
Mengasosiasi Penemuan
Konsep
Guru membimbing siswa dalam
menganalisis data yang telah diperoleh dari
percobaan
Guru meginstruksikan siswa berdiskusi
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang disajikan di LKS yang dapat
menuntun siswa membuat suatu
kesimpulan
Siswa berdiskusi bersama anggota
kelompok, menganalisis data hasil
percobaan dengan teliti, menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada di
LKS, dan membuat kesimpulan untuk
membuktikan hipotesis
Aplikasi Guru mengontrol aktivitas siswa dalam
pengerjakan soal latihan yang diberikan
pada tahap aplikasi
Siswa bersama kelompoknya
mengerjakan soal latihan yang ada pada
LKS
93
Keg
iata
n A
kh
ir
Mengkomunika
sikan
Penutup Guru mengintruksikan kepada Juru bicara
dari kelompok terpilih untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
kepada teman-teman dikelasnya
Guru mengkonfirmasi dan menyamakan
persepsi mengenai pembahasan konsep
yang dipresentasikan oleh kelompok
terpilih
Guru memberikan kesempatan untuk
menanyakan beberapa hal yang belum
dipahami
Guru memberikan soal evaluasi terkait
materi suhu dan pemuaian
Guru menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya
Memimpin doa dan menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam
Juru bicara yang terpilih
mempresentasikan hasil diskusi kepada
teman-temannya
Siswa dan guru menyamakan persepsi
mengenai pembahasan konsep yang
dipresentasikan oleh kelompok terpilih
dan membuat kesimpulan
Siswa bertanya kepada guru mengenai
hal-hal yang belum dipahami
Siswa mengerjakan soal evaluasi yang
diberikan guru
Siswa mencatat dan mempelajari materi
tersebut
Berdoa dan menjawab salam
20 menit
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda (terlampir)
Jakarta, 11 Maret 2019
94
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Pertemuan 3
Jawablah pertanyaan bawah ini!
No. Soal Jawaban Skor
1 Di bawah ini yang merupkan contoh
peristiwa dari perpindahan kalor secara
konduksi adalah...
A. Menyetrika pakaian
B. Aliran asap pada cerobong pabrik
C. Terjadinya angin darat dan angin laut
D. Pengering rambut
E. Sinar matahari sampai ke bumi
Jawaban: A
2 Yang menyebabkan kalor konduksi semakin
cepat adalah...
A. Semakin besar suhu diantara kedua benda
B. Semakin kecil luas permukaan benda
C. Semakin tebal dinding benda
D. Semakin besar luas permukaan benda
E. Suhu yang tetap diantara kedua benda
Jawaban : D
3 Batang logam A dan B dengan ukuran
panjang dan luas penampang yang sama
disambungkan seperti pada gambar. Jika
koefisien konduksi kalor logam B adalah 4
kali koefisien konduksi kalor A, maka suhu
akhir pada sambungan logam...
A B
A. 90oC
B. 95oC
C. 100oC
D. 105oC
E. 11090oC
Jawaban : B
Penilaian:
300OC 40
OC
95
Lampiran A.3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMAN 32 Jakarta
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/ Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Suhu dan Kalor
Pertemuan ke- : 1 (Satu)
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
perosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi karakteristik
termal suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.5 Merancang dan melakukan percobaan tentang karakteristik termal suatu bahan,
terutama terkait dengan kapasitas dan konduktivitas kalor, beserta presentasi hasil
percobaan dan pemanfaatannya.
C. Indikator
1. Mendeskripsikan konsep suhu dan pemuaian.
2. Menerapkan pengukuran suhu dengan berbagai macam skala.
3. Menentukan besaran-besaran yang mempengaruhi pemuaian pada suatu zat.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Mendeskripsikan suhu dan pemuaian.
96
2. Menerapkan pengukuran suhu dengan berbagai macam skala.
3. Menentukan besaran-besaran yang mempengaruhi pemuaian pada suatu zat.
E. Materi Ajar
1. Suhu
Suhu merupakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat untuk
mengukur suhu adalah termometer. Untuk mengukur suhu, termometer memanfaatkan sifat
termometrik zat. Sifat termometrik zat adalah sifat fisis zat yang berubah jika dipanaskan.
Termometer yang paling umum digunakan untuk mengukur suhu dalam keseharian adalah
termometer yang terbuat dari kaca dan diisi dengan zat cair.
Pada dasarnya, termometer selalu menggunakan dua titik tetap sebagai acuan suhu,
yaitu titik tetap atas (titik didih ) dan titik tetap bawah (titik beku ). Titik beku suatu zat
didefinisikan sebagai temperatur dimana fase padat dan cair berada dalam keadaan
setimbang yaitu, tanpa ada cairan apapun yang berubah menjadi padat atau sebaliknya.
Secara eksperimen, titik beku terjadi hanya pada temperatur tertentu dan pada tekanan
tertentu. Demikian pula, titik didih didefinisikan sebagai temperatur dimana zat cair dan gas
berada dalam kesetimbangan, karena titik ini bervariasi sesuai tekanan maka tekanan harus
ditentukan biasanya pada 1 atm.
Skala termometer paling umum dalam fisika adalah skala Celcius, Fahrenheit,
Reamur, dan Kelvin. Perbandingan antara skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin
dapat dilihat pada tabel berikut:
Termometer Skala
Celcius Reamur Fahrenheit Kelvin
Titik lebur es 0o
0o
32o
273o
Titik didih air 100o
80o
212o
373o
Skala 100o
80o
180o
100o
Perbandingan 5 4 9 5
Hubungan antara skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin adalah:
2. Pemuaian Zat
Zat tersusun atas atom. Kumpulan atom-atom membentuk molekul-molekul.
Molekul-molekul pembentuk zat senantiasa bergerak dan menimbulkan gaya tarik-menarik.
Jika zat dipanaskan, gerakan molekul-molekulnya semakin cepat. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya dorongan antara satu molekul dan molekul yang lain sehingga jarak
antarmolekulnya menjadi lebih besar. Molekul-molekul akan menempati ruang yang lebih
besar. Peristiwa tersebut dinamakan pemuaian.
Besar pemuaian suatu benda bergantung pada jenis zat penyusun benda, ukuran awal
benda, serta besarnya kenaikan suhu benda tersebut. Pemuaian zat padat lebih kecil
dibandingkan zat cair dan gas. Pemuaian gas lebih besar daripada pemuaian zat padat dan
zat cair.
97
a. Pemuaian Zat Padat
1) Pemuaian Panjang
Jika suatu benda padat dipanaskan, benda tersebut akan memuai ke segala arah.
Dengan kata lain, ukuran panjang, luas dan volume benda bertambah. Pemuaian panjang ini
biasanya dibatasi pada benda-benda yang ukuran panjangnya jauh lebih besar dari tebal atau
lebarnya seperti pada rel kereta api atau sebuah pipa panjang.
Untuk membedakan sifat muai berbagai macam zat, digunakan konsep koefisien
muai dan untuk pemuaian panjang disebut koefisien muai panjang. Koefisien muai panjang
didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang batang dari panjangnya
semula untuk setiap kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu. Koefisien muai panjang
dinyatakan dalam . Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sebuah batang logam pada suhu memiliki panjang. Logam tersebut
dipanaskan hingga mencapai suhu dan pertambahan panjangnya dapat ditentukan:
Keterangan:
= koefisien muai panjang (oC
-1)
= pertambahan panjang (m)
= panjang awal batang (m)
= perubahan suhu (oC)
2) Pemuaian Luas
Jika benda padat berbentuk persegi dipanaskan, terjadi pemuaian dalam arah
memanjang dan arah melebar. Dengan kata lain, benda padat mengalami pemuaian luas.
Pemuaian luas bergantung pada koefisien muai luas. Koefisien muai luas ( suatu bahan
adalah fraksi pertambahan luas benda ( terhadap luas awal benda ( persatuan
kenaikan suhu ( . Secara matematis, koefisien muai luas dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan:
= koefisien muai luas (oC
-1)
= pertambahan luas (m2)
= luas awal benda (m2)
= perubahan suhu (oC)
3) Pemuaian Volume
Jika benda padat berbentuk balok dipanaskan, maka akan terjadi pemuaian dalam
arah memanjang , melebar dan meninggi. Dengan kata lain, benda padat mengalami
pemuaian volume. Pemuaian volume bergantung pada koefisien muai volume. Koefisien
muai volume ( suatu bahan adalah fraksi pertambahan volume terhadap volume awal
benda ( persatuan kenaikan suhu ( . Secara matematis, koefisien muai luas dinyatakan
sebagai berikut:
98
Keterangan:
= koefisien muai volume (oC
-1)
= pertambahan volume (m3)
= volume awal benda (m3)
= perubahan suhu (oC)
b. Pemuaian Zat Cair
Sifat zat cair adalah selalu mengikuti bentuk wadahnya. Jika air dituangkan ke
dalam botol, bentuk air mengikuti bentuk botol. Jadi wadah berarti volume. Oleh karena itu,
zat cair hanya memiliki muai volume, sehingga zat cair hannya memiliki koefisien muai
volume saja. Hal ini disebabkan zat cair tidak dapat diukur dalam satu dimensi dan dua
dimensi.
Zat cair hanya dapat diukur dalm tiga dimensi, yaitu volumenya. Jika volume zat
cair pada saat suhunya adalah , kemudian zat cair itu dipanaskan sehingga suhunya ,
akan terjadi pemuaian. Jika volumenya bertambah besar V, pertambahan volume dapat
dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
= koefisien muai volume (oC
-1)
= pertambahan volume (m3)
= volume awal benda (m3)
= perubahan suhu (oC)
c. Pemuaian Gas
1) Pengaruh suhu terhadap volume gas
Pada tekanan (P) tetap, kenaikan suhu gas akan meningkatkan volume gas. Jika
ingin menentukan muai volume suatu gas yang disebabkan oleh kenaikan suhu maka
tekanan gas harus dijaga agar tetap. Berdasarkan hasil percobaan, muai volumenya pada
tekanan tetap memenuhi persamaan:
Dengan adalah koefisien muai volume gas pada tekanan tetap. Berdasarkan hasil percobaan,
diperoleh bahwa koefisien muai volume untuk semuagas berlaku sehingga persamaannya
menjadi:
2) Pengaruh suhu terhadap tekanan
Jika ingin menyelidiki hubungan antara kenaikan suhu dan tekanan gas, volume gas
harus dibuat tetap. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa hubungan antara kenaikan suhu
dan tekanan gas untuk volume tetap memenuhi persamaan:
99
dengan
oC
-1 sehingga persamaanya dapat dituliskan menjadi:
(
)
Keterangan:
= tekanan gas awal (Nm-2
)
= tekanan gas setelah suhu dinaikkan (Nm-2
)
3) Pengaruh tekanan terhadap volume gas
Pemuaian gas juga dapat berlangsung tanpa adanya kenaikan suhu gas, yaitu dengan
cara menurunkan tekanan gas. Jika tekanan gas dalam sebuah tabung diturunkan dengan
dengan cara menggeser penghisap yang berfungsi sebagai penutup gas ke atas, dengan
sendirinya volume gas akan meningkat atau terjadi pemuaian gas.
Dalam termodinamika, yang kan dibahas kemudian, untuk suhu tetap akan berlaku
persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
= tekanan gas awal (Nm-2
)
= volume gas awal (m3)
= tekanan gas setelah terjadi perubahan pada suhu tetap (Nm-2
)
= volume gas setelah terjadi perubahan pada suhu tetap (m3)
F. Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah, demonstrasi, diskusi kelompok, dan tanya jawab
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : Buku, alat tulis, spidol, papan tulis, dan LKS
Sumber Belajar :
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Kamajaya, Ketut dan Purnama, Wawan. 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar
Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
100
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Tujuan Meminta ketua kelas untuk meyiapkan dan berdoa
Mengecek kehadiran siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa memperhatikan guru 10 menit
Apersepsi dan
Motivasi Menggali pengetahuan awal siswa dengan
memberikan pertanyaan “Apa yang kamu rasakan
ketika kamu memegang sebuah balok es?” dan “
mengapa kabel listrik dipasang kendur?”
Memuji siswa yang menjawab pertanyaan dan
meluruskan jawaban
Membentuk kelompok dan membagikan LKS
Menjawab pertanyan yang
diajukan oleh guru
Memperhatikan guru
Mengikuti arahan guru
Inti Mengamati Guru memberikan LKS kepada masing-masing
kelompok siswa
Guru membimbing siswa menggali pengetahuan
dasar tentang suhu dan pemuaian
Guru mendemonstrasikan percobaan terkait dengan
konsep suhu dan pemuaian
Siswa mengamati dan
melakukan percobaan
demonstrasi kemudian
berdiskusi dengan kelompok
Siswa mencatat hal-hal
penting
60 menit
Menanya Guru membimbing siswa untuk menanyakan apa
yang mereka pahami dari materi yang telah
dijelaskan
Siswa diharapkan bertanya
terkait konsep yang dijelaskan
Mengumpulkan
informasi Guru menginstruksikan kepada setiap kelompok
untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS
Siswa berdiskusi dan
mengerjakan LKS
Mengasosiasi Guru membimbing siswa untuk mengolah informasi Siswa mengolah informasi
101
Guru meminta siswa untuk membandingkan hasil
data secara percobaan dengan secara sistematis
Siswa menelaah dan
mendiskusikan hasil
percobaan dari demonstrasi
Mengkomunikasikan Guru meminta perwakilan siswa untuk
mempersentasikan hasil diskusi kelompok
Guru merefleksikan hasil kerja siswa dan
memberikan informasi lebih lanjut tentang
permasalahan yang dibahas
Perwakilan siswa
mempersentasikan hasil
diskusinya
Siswa mendengarkan
informasi lebih lanjut terkasit
permasalahan yang dibahas
Akhir Evaluasi Guru memberikan soal evaluasi terkait konsep suhu
dan pemuaian
Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini
Memberitahu materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya
Mengakhiri pembelajaran dengan mengucap
hamdalah dan salam
Siswa mengerjakan soal
Siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini
Mempelajari materi tersebut.
Mengucap hamdalah dan
menjawab salam
20 menit
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda (terlampir)
Jakarta, 5 Maret 2019
102
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Pertemuan 1
Jawablah pertanyaan bawah ini!
No. Soal Jawaban Skor
1 Suhu suatu benda dinyatakan dalam Celsius
adalah 25o. Jika dinnyaakan dalam skala
Fahrenheit adalah...
A. 47o F
B. 57 o F
C. 67 o F
D. 77 o F
E. 87 o F
Jawaban: D
2 Bertambah panjang dan lebar ukuran suatu
benda akibat kenaikan suhu disebut...
A. Pemuaian
B. Pemuaiann luas
C. Pemuian panjang
D. Pemuaian volume
E. Pemuaian ruang
Jawaban : C
3 Sepotong logam dipanaskan hingga
suhunya80 o C panjangnya menjadi 115 cm.
Jika koefisien muai panjang logam 3 x 10-
3/oC dan mula-mula suhhunya 30
o, maka
panjang logam mula-mula adalah...
A. 100 cm
B. 101,5 cm
C. 102 cm
D. 102,5 cm
E. 103 cm
Jawaban : A
Penilaian:
103
Lampiran A.3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMAN 32 Jakarta
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/ Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Suhu dan Kalor
Pertemuan ke- : 2 (Dua)
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
perosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi karakteristik
termal suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.5 Merancang dan melakukan percobaan tentang karakteristik termal suatu bahan,
terutama terkait dengan kapasitas dan konduktivitas kalor, beserta presentasi hasil
percobaan dan pemanfaatannya.
C. Indikator
1. Mendeskripsikan konsep kalor terhadap suatu zat.
2. Menentukan besarnya kalor yang terlibat pada proses kenaikan suhu dan perubahann
wujud suatu zat.
3. Mendeskripsikan konsep asas Black dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menerapkan asas Black dalam memecahkan masalah.
104
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Mendeskripsikan konsep kalor terhadap suatu zat.
2. Menentukan besarnya kalor yang terlibat pada proses kenaikan suhu dan perubahann
wujud suatu zat.
3. Mendeskripsikan konsep asas Black dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menerapkan asas Black dalam memecahkan masalah.
E. Materi Ajar
3. Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Sebelumnya kalor dianggap sebagai
suatu zat yang dapat mengalir dari satu benda ke benda lainnya. Jika kalor dianggap sebagai
suatu zat, kalor harus memiliki massa karena setiap zat memiliki massa. Ternyata kalor tidak
memiliki massa. Jadi dapat disimpulkan kalor bukanlah suatu zat.
Kalor adalah energi yang dipindahkan oleh benda ke benda lain karena perbedaan
suhu. Oleh karena kalor merupakan salah satu bentuk energi, satuan kalor sama dengan
satuan energi, yaitu Joule (J).
a. Pengaruh Kalor terhadap Kenaikan Suhu Zat
Pemberian kalor pada suatu zat, yaitu dengan cara memanaskannya. Jika sebuah
benda dipanaskan, suhu benda akan naik. Sebaliknya, untuk dapat mengurangi kalor suatu
benda dengan cara mendinginkannya. Dengan demikian, salah satu akibat pemberian atau
pengambilan kalor adalah perubahan suhu.
1) Kalor Jenis
Besarnya kalor untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat bergantung pada jenis
zat. Oleh karena itu, kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu zat untuk
menaikkan suhu 1kg zat tersebut sebesar 1oC. Berdasarkan defenisi tersebut maka hubungan
antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda dan kalor jenis benda seta kenaikan
suhu benda dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:
Keterangan:
= massa benda (kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= kalor jenis benda (kal/goC atau J/kg
oC)
= perubahan suhu (oC)
2) Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor dapat diartikan sebagai kemampuan menerima atau melepaskan
kalor dari suatu benda untuk perubahan suhu sebesar 1oC.Banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu suatu benda sebanding dengan kapasitas kalor benda tersebut, dan
sebanding pula dengan perubahan suhunya.
Kapasitas kalor dapat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan suatu
zat untuk menaikkan suhu sebesar 1oC. Hubungan antara banyaknya kaloryang diserap oleh
suatu benda dan kapasitas kalor serta kenaikan suhu benda dituliskan dalam bentuk
persamaan berikut:
105
Keterangan:
= massa benda (kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= kalor jenis benda (kal/goC atau J/kg
oC)
= kapasitas kalor (kal/oC atau J/
oC)
= perubahan suhu (oC)
b. Pengaruh kalor terhadap Perubahan Wujud Zat
Kalor yang diserap oleh suatu zat tidak selalu menyebabkan suhunya naik. Kadang
kala kalor yang diserap suatu zat dapat mengubah wujud zat tersebut. Zat dapat berada
dalam tiga wujud, yaitu wujud padat, cair dan gas. Akibat pengaruh suhu yang dimiliki oleh
zat, sehingga zat tersebut dapat berada dalam ketiga wujud tersebut. Pada saat terjadi
perubahan wujud selalu disertai dengan pelepasan atau penyerapan kalor. Akan tetapi,
perubahan wujud tidak disertai dengan perubahan suhu, sehingga pada saat perubahan wujud
suhu zat tersebut tetap.
1) Proses melebur dan membeku
Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair disebut mencair atau melebur,
sebaliknya perubahan wujud zat dari cair menjadi padat disebut membeku. Titik lebur adalah
suhu pada saat zat melebur. Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat padat
menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur atau kalor lebur. Kalor yaang dilepaskan pada
saat zat membeku dinamakan kalor laten beku atau kalor beku.
Jika suatu zat massanya m kg, untuk melebur seluruhnya dibutuhkan kalor sebesar Q
Joule. Berdasarkan definisi ini, kalor lebur (L) zattersebut dapat ditulis menjadi:
Keterangan:
= kalor lebur (J/kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= massa (kg)
2) Proses Menguap dan Mengembun
Menguap merupakan proses perubahan wujud dari cair menjadi uap. Setiap zat
membutuhkan kalor yang berbeda untuk menguap. Besar kalor yang digunakan untuk
menguapkan zat disebut kalor laten penguapan atau kalor uap. Kalor uap suatu zat
didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan oleh suatu satuan massa zat untuk menguap
pada titik uapnya.
Mengembun merupakan proses perubahan wujud dari uap menjadi cair. Pada proses
pengembunan terjadi pembebasan kalor. Artinya, pada proses pengembunan zat tersebut
membebaskan atau melepaskan kalor. Besarnya kalor yang dibebaskan oleh suatu zat ketika
terjadi pengembunan disebut kalor laten pengembunan atau kalor embun. Setiap zat berbeda
akan memiliki kalor kalor embun yang berbeda pula. Kalor embun suatu zat didefinisikan
106
sebagai kalor yang dilepaskan oleh suatu satuan massa zat untuk mengembun pada titik
embunnya.
Jika suatu zat massanya m kg, untuk melebur seluruhnya dibutuhkan kalor sebesar Q
Joule. Berdasarkan definisi ini, kalor lebur (L) zattersebut dapat ditulis menjadi:
Keterangan:
= kalor lebur (J/kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= massa (kg)
4. Asas Black
Hukum kekekalan energi dalam bentuk kalor sering disebut dengan asas Black. Asas
Black menyatakan “Pada percampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat bersuhu
lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat bersuhu lebih rendah.” Dengan
menggunakan asas Black, kalor jenis suatu zat dapat ditentukan dengan menggunakan
kalorimeter.
Kalorimeter terdiri atas sebuah wadah air yang dilengkapi dengan isolator supaya
tidak terjadi pertukaran energi antara kalorimeter dan lingkungannya. Selain itu, kalorimeter
juga dilengkapi dengan sebuah termometer untuk mengukur suhu dan sebuah pengaduk
supaya suhu air di dalam air merata. Setelah terjadi kesetimbangan termal antara air dan zat
yang akan diukur kalor jenisnya, misalkan kalor jenis sebuah logam, akan berlaku
persamaan:
kalor yang dilepas = kalor yang diterima
F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah, demonstrasi, diskusi kelompok, dan tanya jawab
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : Gambar/Video suhu dan pemuaian
Sumber Belajar :
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Kamajaya, Ketut dan Purnama, Wawan. 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar
Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
107
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Tujuan Meminta ketua kelas untuk meyiapkan dan berdoa
Mengecek kehadiran siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa memperhatikan guru 10 menit
Apersepsi dan
Motivasi Menggali pengetahuan awal siswa dengan
memberikan pertanyaan “Apakah yang akan terjadi
jika air dimasak terus-menerus di atas kompor?”
Mengapa hal tersebut dapat terjadi?”
Memuji siswa yang menjawab pertanyaan dan
meluruskan jawaban
Membentuk kelompok dan membagikan LKS
Menjawab pertanyan yang
diajukan oleh guru
Memperhatikan guru
Mengikuti arahan guru
Inti Mengamati Guru memberikan LKS kepada masing-masing
kelompok siswa
Guru membimbing siswa menggali pengetahuan
dasar tentang kalor dan asas Black
Guru mendemonstrasikan percobaan terkait dengan
konsep kalor dan asas Black
Siswa mengamati dan
melakukan percobaan
demonstrasi kemudian
berdiskusi dengan kelompok
Siswa mencatat hal-hal
penting
60 menit
Menanya Guru membimbing siswa untuk menanyakan apa
yang mereka pahami dari materi yang telah
dijelaskan
Siswa diharapkan bertanya
terkait konsep yang dijelaskan
Mengumpulkan
informasi Guru menginstruksikan kepada setiap kelompok
untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS
Siswa berdiskusi dan
mengerjakan LKS
Mengasosiasi Guru membimbing siswa untuk mengolah informasi
Guru meminta siswa untuk membandingkan hasil
Siswa mengolah informasi
Siswa menelaah dan
108
data secara percobaan dengan secara sistematis mendiskusikan hasil
percobaan dari demonstrasi
Mengkomunikasikan Guru meminta perwakilan siswa untuk
mempersentasikan hasil diskusi kelompok
Guru merefleksikan hasil kerja siswa dan
memberikan informasi lebih lanjut tentang
permasalahan yang dibahas
Perwakilan siswa
mempersentasikan hasil
diskusinya
Siswa mendengarkan
informasi lebih lanjut terkasit
permasalahan yang dibahas
Akhir Evaluasi Guru memberikan soal evaluasi terkait konsep kalor
dan asas Black
Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini
Memberitahu materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya
Mengakhiri pembelajaran dengan mengucap
hamdalah dan salam
Siswa mengerjakan soal
Siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini
Mempelajari materi tersebut.
Mengucap hamdalah dan
menjawab salam
20 menit
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda (terlampir)
Jakarta, 6 Maret 2019
109
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Pertemuan 2
Jawablah pertanyaan bawah ini!
No. Soal Jawaban Skor
1 Kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu benda bergantung pada...
A. Massa benda dan suhu awal benda
B. Massa benda dan jenis benda
C. Jenis benda dan kenaikkan suhu benda
D. Massa benda, jenis benda, dan kenaikan
suhu
E. Kenaikan suhu dan lama pemanasan
Jawaban: D
2 Jika kalor jenis air = 1 k kal/kgoC, kalor jenis
es = 0,5 k kal/ kgoC, kalor lebur es= 80 k
kal/kg maka untuk menaikkan suhu 5 kg es -
20oC menjadi air 80
oC diperlukan kalor
sebesar
A. 800 kkal
B. 850 kkal
C. 900 kkal
D. 1000 kkal
E. 1200 kkal
Jawaban : B
3 Logam yang massanya 100 gram dipanaskan
sampai 75oC. Kemudian dimasukkan
kedalam 500 gram air pada suhu 25oC.
Setelah keduanya setimbang suhu campuran
menjadi 50oC. Apabila kalor jenis air 4200
J/kgoC, maka kalor jenis logam adalah...
A. 4,2 104 J/kg
oC
B. 3,2 104 J/kg
oC
C. 2,1 104 J/kg
oC
D. 1,0 104 J/kg
oC
E. 0,5 104 J/kg
oC
Jawaban : C
Penilaian:
110
Lampiran A.3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMAN 32 Jakarta
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/ Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Suhu dan Kalor
Pertemuan ke- : 3 (Tiga)
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
perosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi karakteristik
termal suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas kalor pada kehidupan sehari-hari.
4.5 Merancang dan melakukan percobaan tentang karakteristik termal suatu bahan,
terutama terkait dengan kapasitas dan konduktivitas kalor, beserta presentasi hasil
percobaan dan pemanfaatannya.
C. Indikator
1. Mengidentifikasi peristiwa perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menerapkan konsep perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Mengidentifikasi peristiwa perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menerapkan konsep perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi.
111
E. Materi Ajar
Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
Perpindahan kalor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dan selama terjadi
perpindahan kalor tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat perantaranya.
Syarat terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya perbedaan suhu antara dua
tempat pada benda tersebut. Konduksi biasanya terjadi pada zat padat.
Berdasarkan kemampuan suatu menghantarkan kalor secara konduksi, zat dibagi
menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang mudah
menhantarkan kalor, sedangkan isolator adalah zat yang sangat sukar menghantarkan kalor.
Kalor yang merambat tiap satu satuan waktu pada konduksi berbanding lurus dengan
perbedaan suhu dan luas penampang mediumnya dan berbanding terbalik dengan panjang
mediumnya, dan tergantung pada jenis zat perantaranya. Secara matematis, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien konduksi termal benda (J/msoC)
= luas penampang benda (m2)
= panjang benda (m)
= perubahan suhu (oC)
2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor disertai gerakan massa atau gerakan
partikel-partikel zat perantaranya. Perpindahan tersebut terjadi karaena adanya perbedaan
massa jenis. Proses konveksi banyak terjadi pada medium gas dan cair.
Kalor yang merambat tiap satu satuan waktu pada konveksi berbanding lurus dengan
perbedaan suhu dan luas penampang serta tergantung pada jenis zat perantaranya. Secara
matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien konveksi termal (J/sm2K)
= luas penampang benda (m2)
= perubahan suhu (oC)
3. Perpindahan kalor Secara Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik tanpa
melalui suatu zat perantara. Radiasi kalor telah dipelajari oleh Stefan dan Boltzman yang
112
kemudian dirumuskan sebagai hukum Stefan- Boltzmann, yang berbunyi: “energi yang
dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu (Q/t)
sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak
permukaan itu (T4). Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien emisivitas
= tetapan Stefan- Boltzmann ( 5,67 10-8
W/m2 K
4)
= suhu mutlak permukaan benda (K)
F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah, demonstrasi, diskusi kelompok, dan tanya jawab
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : Gambar/Video suhu dan pemuaian
Sumber Belajar :
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Kamajaya, Ketut dan Purnama, Wawan. 2016. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar
Fisika 2 untuk SMA/MA Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
113
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Guru Siswa
Pendahuluan Tujuan Meminta ketua kelas untuk meyiapkan dan berdoa
Mengecek kehadiran siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Siswa memperhatikan guru 10 menit
Apersepsi dan
Motivasi Menggali pengetahuan awal siswa dengan
memberikan pertanyaan “Mengapa ketika kita
memakai pakaian berwarna hitam di siang hari lebih
terasa gerah, ketimbang memakai pakaian berwarna
putih?” Mengapa saat tangan menyentuh panci yang
sedang memasak air, terasa panas?
Memuji siswa yang menjawab pertanyaan dan
meluruskan jawaban
Membentuk kelompok dan membagikan LKS
Menjawab pertanyan yang
diajukan oleh guru
Memperhatikan guru
Mengikuti arahan guru
Inti Mengamati Guru memberikan LKS kepada masing-masing
kelompok siswa
Guru membimbing siswa menggali pengetahuan
dasar tentang perpindahan kalor
Guru mendemonstrasikan percobaan terkait dengan
konsep perpindahan kalor
Siswa mengamati dan
melakukan percobaan
demonstrasi kemudian
berdiskusi dengan kelompok
Siswa mencatat hal-hal
penting
60 menit
Menanya Guru membimbing siswa untuk menanyakan apa
yang mereka pahami dari materi yang telah
dijelaskan
Siswa diharapkan bertanya
terkait konsep yang dijelaskan
Mengumpulkan
informasi Guru menginstruksikan kepada setiap kelompok
untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS
Siswa berdiskusi dan
mengerjakan LKS
114
Mengasosiasi Guru membimbing siswa untuk mengolah informasi
Guru meminta siswa untuk membandingkan hasil
data secara percobaan dengan secara sistematis
Siswa mengolah informasi
Siswa menelaah dan
mendiskusikan hasil
percobaan dari demonstrasi
Mengkomunikasikan Guru meminta perwakilan siswa untuk
mempersentasikan hasil diskusi kelompok
Guru merefleksikan hasil kerja siswa dan
memberikan informasi lebih lanjut tentang
permasalahan yang dibahas
Perwakilan siswa
mempersentasikan hasil
diskusinya
Siswa mendengarkan
informasi lebih lanjut terkasit
permasalahan yang dibahas
Akhir Evaluasi Guru memberikan soal evaluasi terkait konsep
perpindahan kalor
Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini
Memberitahu materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya
Mengakhiri pembelajaran dengan mengucap
hamdalah dan salam
Siswa mengerjakan soal
Siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini
Mempelajari materi tersebut.
Mengucap hamdalah dan
menjawab salam
20 menit
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda (terlampir)
Jakarta, 12 Maret 2019
115
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
Pertemuan 3
Jawablah pertanyaan bawah ini!
No. Soal Jawaban Skor
1 Dibawah ini yang merupkan contoh peristiwa
dari perpindahan kalor secara konduksi
adalah...
A. Menyetrika pakaian
B. Aliran asap pada cerobong pabrik
C. Terjadinya angin darat dan angin laut
D. Pengering rambut
E. Sinar matahari sampai ke bumi
Jawaban: A
2 Yang menyebabkan kalor konduksi semakin
cepat adalah...
A. Semakin besar suhu diantara kedua benda
B. Semakin kecil luas permukaan benda
C. Semakin tebal dinding benda
D. Semakin besar luas permukaan benda
E. Suhu yang tetap diantara kedua benda
Jawaban : D
3 Batang logam A dan B dengan ukuran panjang
dan luas penampang yang sama
disambungkan seperti pada gambar. Jika
koefisien konduksi kalor logam B adalah 4
kali koefisien konduksi kalor A, maka suhu
akhir pada sambungan logam...
A B
A. 90oC
B. 95oC
C. 100oC
D. 105oC
E. 11090oC
Jawaban : B
Penilaian:
300OC 40
OC
116
Lampiran A.4
Kelas :
Kelompok :
Anggota Kelompok :
Manager.............................. Recorder..............................
Presenter.............................. Reflector..............................
1. Siswa dapat mendeskripsikan pengukuran suhu dengan termometer
2. Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pemuaian
1. Suhu
Besaran yang menyatakan panas atau dinginnya suatu benda dinamakan suhu.
Besaran tersebut diukur dengan alat yang dinamakan termometer. Termometer dapat
digunakan untuk mengukur suhu dengan tepat apabila dilengkapi dengan skala. Skala
termometer paling umum dalam fisika adalah skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin.
Semua skala termometer dirancang berdasarkan sifat pemuaian benda sehingga dari
berbagai termometer akan memiliki perbandingan skala yang sama. Pada dasarnya,
termometer selalu menggunakan dua titik tetap sebagai acuan suhu, yaitu titik tetap atas
(titik didih air ) dan titik tetap bawah (titik beku air)
Gambar 1.Titik Didih dan Titik Beku Berbagai Skala
B. Dasar Teori
Pertemuan Ke-1 Suhu dan Pemuaian
A. Tujuan Percobaan
117
Perbandingan antara skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin dapat dilihat
pada tabel berikut:
Termometer Skala
Celcius Reamur Fahrenheit Kelvin
Titik lebur es 0 0 32 273
Titik didih air 100 80 212 373
Skala 100 80 180 100
Perbandingan 5 4 9 5
Hubungan antara skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin adalah:
2. Pemuaian
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran sutu benda karena mengalami kenaikan
suhu. Pemuaian dapat terjadi pada zat padat, cair dan gas. Pemuaian zat terdiri atas
pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.
a. Pemuaian Panjang
Jika suatu benda padat dipanaskan, benda tersebut akan memuai ke segala arah.
Dengan kata lain, ukuran panjang, luas dan volume benda bertambah. Pemuaian
panjang ini biasanya dibatasi pada benda-benda yang ukuran panjangnya jauh lebih
besar dari tebal atau lebarnya. Untuk membedakan sifat muai berbagai macam zat,
digunakan konsep koefisien muai dan untuk pemuaian panjang disebut koefisien muai
panjang.
Koefisien muai panjang dinyatakan dalam Secara sistematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Sebuah benda suhu memiliki panjang. Logam tersebut dipanaskan
hinggamencapai suhu dan pertambahan panjangnya dapat ditentukan:
Dapat diukur pula bahwa (dengan panjang benda setelah
pemuaian) sehingga
atau
Keterangan:
= koefisien muai panjang (oC-1)
= pertambahan panjang (m)
118
= panjang awal benda (m) = panjang akhir benda (m) = perubahan suhu (oC)
b. Pemuaian Luas
Jika benda padat berbentuk persegi dipanaskan, terjadi pemuaian dalam arah
memanjang dan arah melebar. Dengan kata lain, benda padat mengalami pemuaian
luas. Pemuaian luas bergantung pada koefisien muai luas. Koefisien muai luas ( suatu
bahan adalah fraksi pertambahan luas benda( terhadap luas awal benda
( persatuan kenaikan suhu ( . Secara matematis, koefisien muai luas dinyatakan
sebagai berikut:
Dapat diukur pula bahwa (dengan luas benda setelah
pemuaian) sehingga
Atau
Dengan
Keterangan:
= koefisien muai luas (oC-1)
= pertambahan luas (m)
= luas awal benda (m2)
= luas akhir benda (m2)
= perubahan suhu (oC) c. Pemuaian Volume
Jika benda padat berbentuk balok dipanaskan, maka akan terjadi pemuaian
dalam arah memanjang , melebar dan meninggi. Dengan kata lain, benda padat
mengalami pemuaian volume. Pemuaian volume bergantung pada koefisien muai
volume. Koefisien muai volume ( suatu bahan adalah fraksi pertambahan volume
terhadap volume awal benda ( persatuan kenaikan suhu ( . Secara matematis,
koefisien muai luas dinyatakan sebagai berikut:
Dapat diukur pula bahwa (dengan volume benda setelah
pemuaian) sehingga
Atau
119
Dengan
Keterangan:
= koefisien muai luas (oC-1) = pertambahan volume (m3) = volume awal benda (m3)
= volume akhir benda (m3) = perubahan suhu (oC)
Dapatkah kamu menemukan persamaan dari dari
perbedaan kedua jenis minuman di samping! Mengapa
minuman A disebut sebagai minuman dingin dan
minuman B disebut sebagai minuman panas?
Bagaimana suhu pada minuman B dibandingkan dengan
minuman A? Bagaimanakah mengetahui perbedaan
panas antara munuman A dan B? Apakah manusia bisa
merasakan perbedaan suhu?
Kabel listrik atau telepon antar tiang-
tiangnya di pasang kendur. Mengapa
demikian?
Rel kereta api yang dipasang dengan
memberikan celah disetiap
sambungannya. Apakah maksud dari
pemberian celah pada rel kereta
tersebut?
C. Kegiatan
ORIENTASI
120
Percobaan 1(Suhu)
1. Termometer
2. Gelas ukur
3. Air hangat
4. Air kran
5. Air dingin
Percobaan 1(Suhu)
1. Isi gelas ukur pertama dengan air dingin, gelas ukur kedua dengan air hangat, dan
gelas ukur ketiga dengan air kran
2. Letakkan tangan kanan ke dalam gelas ukur pertama yang berisi air dingin dan
tangan kiri ke dalam gelas ukur kedua yang berisi air hangat. Diamkan beberapa saat
dan rasakan keduanya
3. Pindahkan secara cepat kedua tangan ke dalam gelas ukurketiga yang berisi air kran
Percobaan 1(Suhu)
Alat Ukur Suhu (oC)
Air Dingin Air Kran Air Hangat Termometer 1
Termometer 2
EKSPLORASI
Alat dan Bahan
Langkah –langkah Percobaan
Data Percobaan
121
1. Ketika kedua tangan diletakkan ke dalam gelas ukur yang berisi air kran. Apa yang
dirasakan tangan kanan yang semula berada di air dingin?
..............................................................................................................................................................................
.
........................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................
2. Ketika kedua tangan diletakkan ke dalam gelas ukur yang berisi air kran. Apa yang
dirasakan tangan kiri yang semula berada di air hangat?
..............................................................................................................................................................................
.
........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
3. Apakah tangan dapat menentukan besarnya suhu ketiga air tersebut?
..............................................................................................................................................................................
.
........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
4. Apa yang kamu amati jika ketiga air tersebut di ukur dengan menggunakan
termometer?
..............................................................................................................................................................................
.
.......................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
5. Apakah kamu dapat menentukan suhu suatu zat tanpa menggunakan alat ukur
suhu? Mengapa demikian?
..............................................................................................................................................................................
.
........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
6. Ketika mengukur suhu dengan menggunakan termometer, apakah kamu sudah
menggunakan hasil pengukuran yang pasti?Mengapa demikian?
..............................................................................................................................................................................
.
PENEMUAN KONSEP
122
........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
Kinza melakukan pengukuran suhu pada beberapa zat cair menggunakan
termometer celcius. Dari pengukuran suhu yang telah dilakukan diperoleh data
pada tabel berikut:
Zat Cair Skala Celcius
(oC)
Skala Fahrenheit
(oF)
Skala Kelvin
(K)
A 20
B 30
Berapa nilai suhu kedua zat cair yang telah diperoleh jika diukur dengan
menggunakan skala fahrenheit dan kelvin?
Tulis jawaban mu pada kotak di bawah ini!
APLIKASI
123
Percobaan 2 (Pemuaian)
1. Musschen Broek
2. Mistar
3. Stopwatch
4. Batang statif
5. Spirtus
6. Termometer
7. Batang besi dan aluminium
Percobaan 2 (Pemuaian)
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengukur panjang batang besi dan aluminium
3. Mengkalibrasi Musschen Broek dan memastikan skala pada Musschen Broek
menunjukkan tepat angka nol
4. Menguku suhu dengan termometer sebagai suhu awal (T0)
5. Letakkan batang besi pada alat Musschen Broek dan gantungkan termometer
dengan syarat termometer harus menempel pada setiap batang
6. Lakukan pembakaran pada batang besi yang telah diletakkan pada Musschen
Broek dengan menggunakan spirtus
7. Amati pergerakan skala pada alat Musschen Broek dan pergerakan suhu pada
termometer
8. Mengambil batang besi dari alat Musschen Broek dan kemudian rendam batang
besi pada gelas yang berisi air setelah pembakaran agar suhunya turun seperti
semula
9. Lakukan langkah-langkah seperti di atas pada batang aluminium masing-masing
sebanyak tiga kali
EKSPLORASI
Alat dan Bahan
Langkah –langkah Percobaan
124
1. Pengukuran koefisien muai panjang batang besi
Percobaan ke-
lO
(mm)
(mm) T0
(0C) T
(0C)
(0C)
(/0C) 1 2 3
2. Pengukuran koefisien muai panjang batang aluminium
Percobaan ke-
lO
(mm)
(mm) T0
(0C) T
(0C)
(0C)
(/0C) 1 2 3
1. Setelah batang besi dan batang aluminium dipanaskan, apakah jarum-jarum penunjuk
bergerak? Mengapa?
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
2. Apakah skala yang ditunjukkan oleh masing-masing jarum penunjuk sama?
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
3. Batang manakah yang menunjukkan pemuaian paling besar?
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
4. Bagaimana kecepatan jarum penunjuk dari masing-masing batang terhadap panas
yang diberikan?
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................................
Data Percobaan
PENEMUAN KONSEP
125
5. Apakah suhu berpengaruh terhadap proses pemuaian?
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................................
Siska melakukan percobaan pemuaian terhadap tiga batang logam yang hasilnya
di sajikan pada tabel berikut.
Jenis Logam Panjang mula-
mula Koefisien Muai
Panjang Kenaikan Suhu
A 80 cm 2,4 /oC 100 oC
B 120 cm 1,2 /oC 140 oC
C 150 cm 1,8 /oC 80 oC
Berdasarkan tabel tersebut, urutkan besar pemuaian dari besar ke kecil yang
dialami ketiga logam tersebut!
APLIKASI
126
Berikanlah kesimpulan dari proses pembelajaran hari ini.
1. Percobaan 1 (Suhu)
2. Percobaan 2 (Pemuaian)
PENUTUP
127
Lampiran A.4
Kelas :
Kelompok :
Anggota Kelompok :
Manager.............................. Recorder..............................
Presenter.............................. Reflector..............................
1. Siswa dapat menentukan hubungan antara kenaikan suhu dan massa air 2. Siswa dapat menentukan hubungan antara kenaikan suhu dan kalor 3. Siswa dapat mengetahui pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat 4. Siswa dapat mengetahui prinsip asas Black
1. Kalor Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Sebelumnya kalor dianggap sebagai
suatu zat yang dapat mengalir dari satu benda ke benda lainnya. Jika kalor dianggap
sebagai suatu zat, kalor harus memiliki massa karena setiap zat memiliki massa.
Ternyata kalor tidak memiliki massa. Jadi dapat disimpulkan kalor bukanlah suatu zat.
Kalor adalah energi yang dipindahkan oleh benda ke benda lain karena
perbedaan suhu. Oleh karena kalor merupakan salah satu bentuk energi, satuan kalor
sama dengan satuan energi, yaitu Joule (J).
a. Pengaruh Kalor terhadap Kenaikan Suhu Zat
Pemberian kalor pada suatu zat, yaitu dengan cara memanaskannya. Jika sebuah
benda dipanaskan, suhu benda akan naik. Sebaliknya, untuk dapat mengurangi kalor
suatu benda dengan cara mendinginkannya. Dengan demikian, salah satu akibat
pemberian atau pengambilan kalor adalah perubahan suhu.
1) Kalor Jenis
Pertemuan Ke-2 Kalor dan Asas Black
A. Tujuan Percobaan
B. Dasar Teori
128
Besarnya kalor untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat bergantung pada
jenis zat. Oleh karena itu, kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu zat
untuk menaikkan suhu 1kg zat tersebut sebesar 1oC. Berdasarkan defenisi tersebut
maka hubungan antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda dan kalor jenis
benda seta kenaikan suhu benda dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:
Keterangan: = massa benda (kg) = kalor (kalori atau Joule) = kalor jenis benda (kal/goC atau J/kgoC) = perubahan suhu (oC) 2) Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor dapat diartikan sebagai kemampuan menerima atau melepaskan
kalor dari suatu benda untuk perubahan suhu sebesar 1oC.Banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda sebanding dengan kapasitas kalor
benda tersebut, dan sebanding pula dengan perubahan suhunya.
Kapasitas kalor dapat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan
suatu zat untuk menaikkan suhu sebesar 1oC. Hubungan antara banyaknya kaloryang
diserap oleh suatu benda dan kapasitas kalor serta kenaikan suhu benda dituliskan
dalam bentuk persamaan berikut:
Keterangan: = massa benda (kg) = kalor (kalori atau Joule) = kalor jenis benda (kal/goC atau J/kgoC) = kapasitas kalor (kal/oC atau J/oC) = perubahan suhu (oC)
b. Pengaruh kalor terhadap Perubahan Wujud Zat
Kalor yang diserap oleh suatu zat tidak selalu menyebabkan suhunya naik.
Kadang kala kalor yang diserap suatu zat dapat mengubah wujud zat tersebut. Zat
dapat berada dalam tiga wujud, yaitu wujud padat, cair dan gas. Akibat pengaruh suhu
yang dimiliki oleh zat, sehingga zat tersebut dapat berada dalam ketiga wujud tersebut.
Pada saat terjadi perubahan wujud selalu disertai dengan pelepasan atau penyerapan
kalor. Akan tetapi, perubahan wujud tidak disertai dengan perubahan suhu, sehingga
pada saat perubahan wujud suhu zat tersebut tetap.
1) Proses melebur dan membeku
Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair disebut mencair atau melebur,
sebaliknya perubahan wujud zat dari cair menjadi padat disebut membeku. Titik lebur
adalah suhu pada saat zat melebur. Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg
zat padat menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur atau kalor lebur. Kalor yaang
dilepaskan pada saat zat membeku dinamakan kalor laten beku atau kalor beku.
129
Jika suatu zat massanya m kg, untuk melebur seluruhnya dibutuhkan kalor
sebesar Q Joule. Berdasarkan definisi ini, kalor lebur (L) zattersebut dapat ditulis
menjadi:
Keterangan:
= kalor lebur (J/kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= massa (kg)
2) Proses Menguap dan Mengembun
Menguap merupakan proses perubahan wujud dari cair menjadi uap. Setiap zat
membutuhkan kalor yang berbeda untuk menguap. Besar kalor yang digunakan untuk
menguapkan zat disebut kalor laten penguapan atau kalor uap. Kalor uap suatu zat
didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan oleh suatu satuan massa zat untuk
menguap pada titik uapnya.
Mengembun merupakan proses perubahan wujud dari uap menjadi cair. Pada
proses pengembunan terjadi pembebasan kalor. Artinya, pada proses pengembunan
zat tersebut membebaskan atau melepaskan kalor. Besarnya kalor yang dibebaskan
oleh suatu zat ketika terjadi pengembunan disebut kalor laten pengembunan atau
kalor embun. Setiap zat berbeda akan memiliki kalor kalor embun yang berbeda pula.
Kalor embun suatu zat didefinisikan sebagai kalor yang dilepaskan oleh suatu satuan
massa zat untuk mengembun pada titik embunnya.
Jika suatu zat massanya m kg, untuk melebur seluruhnya dibutuhkan kalor
sebesar Q Joule. Berdasarkan definisi ini, kalor lebur (L) zattersebut dapat ditulis
menjadi:
Keterangan:
= kalor lebur (J/kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= massa (kg)
2. Asas Black
Hukum kekekalan energi dalam bentuk kalor sering disebut dengan asas Black.
Asas Black menyatakan “Pada percampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat
bersuhu lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat bersuhu lebih
rendah.” Dengan menggunakan asas Black, kalor jenis suatu zat dapat ditentukan
dengan menggunakan kalorimeter.
Kalorimeter terdiri atas sebuah wadah air yang dilengkapi dengan isolator
supaya tidak terjadi pertukaran energi antara kalorimeter dan lingkungannya. Selain
itu, kalorimeter juga dilengkapi dengan sebuah termometer untuk mengukur suhu dan
sebuah pengaduk supaya suhu air di dalam air merata. Setelah terjadi kesetimbangan
termal antara air dan zat yang akan diukur kalor jenisnya, misalkan kalor jenis sebuah
logam, akan berlaku persamaan:
130
kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Ibu merebus air minum menggunakan sebuah teko, pada saat
yang sama Ibu merebus air menggunakan panci kecil untuk
merebus mi instan. Berdasarkan dua kegiatan tersebut, mengapa
ibu hanya menggunakan panci kecil untuk merebus mi instan?
air pada wadah manakah yang akan lebih dulu mendidih?
Wadah manakah yang memerlukan lebih banyak kalor untuk
mendidihkan air?
Dina dan Dini pergi ke supermarket untuk membeli es krim. Ketika sampai di
rumah, Ibu menyuruh mereka ke pasar untuk membeli buah dan
sayuran. Sebelum pergi ke pasar Dina dan Dini menyimpan es
krim mereka. Dina menyimpannya di dalam freezer, sedangkan
Dini menyimpannya di atas meja. Setelah pulang dari pasar,
keduanya mengambil es mereka. Apa yang terjadi pada es krim
Dina dan Dini?
Dalam perjalanan pulang sekolah Izan kehujanan, sesampainya
di rumah Izan ingin meminum air hangat tetapi yang Izan
temukan air panas. Untuk mendapatkan air hangat yang
diharapkan, maka Izan menuangkan air dingin ke air panas
sampai pada akhirnya air panas itu menjadi air hangt. Lalu, apa
yang sebenarnya terjadi? Bagaimanakah dengan keadaan suhu
akhir ketika air panas dan air dingin dicampurkan?
C. Kegiatan
ORIENTASI
131
Percobaan 1
1. Gelas ukur 6. Stopwatch 2. Termometer 7. Pembakar spirtus 3. Air 8. Kaki tiga 4. Kasa 9. Neraca Ohauss 5. Korek Api
Percobaan 1 A. Percobaan dengan Q tetap 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Timbang gelas ukurdengan neraca ohauss dan catat hasilnya. 3. Masukkan air ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml 4. Gelas ukuryang berisi air ditimbang dengan neraca ohauss dan catat hasilnya
(massa air = massa gelas ukuryang berisi air - massa gelas ukur) 5. Ukur suhu awal air dengan menggunakan termometer 6. Panaskan air dengan pembakar spirtus selama 2 menit dan ukur suhunya. 7. Ulangi percobaan tersebut dengan variasi massa air 8. Dari eksprimen tersebut catat pertambahan massa air dan kenaikan suhu ketika
ditambah massa airnya. Kemudian Catat pada tabel pengamatan
B. Percobaan dengan m tetap 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Timbang gelas ukurdengan neraca ohauss dan catat hasilnya 3. Masukkan air ke dalam gelas ukursebanyak 50 ml 4. Gelas ukur yang berisi air ditimbang dengan neraca ohauss dan catat hasilnya
(massa air = massa gelas ukur yang berisi air - massa gelas ukur) 5. Ukur suhu awal air dengan menggunakan termometer 6. Panaskan air dengan pembakar spirtus dan diukur suhunya setiap1 menit 7. Ulangi percobaan tersebut dengan kenaikan waktu 1 menit 8. Dari eksprimen tersebut catat pertambahan massa air dan kenaikan suhu ketika
massa airnya tetap. Kemudian Catat pada tabel pengamatan
Alat dan Bahan
EKSPLORASI
Langkah –langkah Percobaan
132
Percobaan 1
A. Percobaan dengan Q tetap
No Massa Air
(m) (kg)
Suhu Awal (T0) (OC)
Suhu Akhir(T0)
(OC)
Perubahan Suhu ( T) (OC)
1/m (/kg)
1 2 3
B. Percobaan dengan m tetap
No Waktu
Pemanasan (t) (sekon)
Suhu Awal (T0) (OC)
Suhu Akhir(T0)
(OC)
Perubahan Suhu ( T) (OC)
1 1 menit 2 2 menit 3 3 menit
1. Bagaimana hubungan antara massa air dengan kenaikan suhunya? Jelaskan!
...............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
2. Bagaimana hubungan kenaikan suhu terhadap kalor? Jelaskan!
...............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
3. Bagaimana hubungan kalor dengan massa air? Jelaskan!
...............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
Data Percobaan
PENEMUAN KONSEP
133
Kalor sebesar 13.200 kal dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat sebanyak
20 gram dari suhu 20oC sampai 80oC. Berapakah besar kalor jenis zat cair
tersebut?
Percobaan 2
1. Gelas ukur 5. Stopwatch 2. Termometer 6. Pembakar spirtus 3. Es batu 7. Kaki tiga 4. Kasa 8. Korek Api
Percobaan 2
1. Masukkan es batu ke dalam gelas ukur dan ukurlah suhu awal es
2. Panaskan es batu di atas pembakar spirtus sampai es mencair dan mendidih
3. Catat suhunya setiap menit
4. Catat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan
APLIKASI
Alat dan Bahan
Langkah –langkah Percobaan
EKSPLORASI
134
Percobaan 2
Menit ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suhu
1. Apa yang terjadi pada es batu saat dipanaskan?
...............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
2. Apa yang menyebabkan air mencair atau menguap?
...............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
3. Lengkapi tabel di bawah ini berdasarkan percobaan yang telah dilakukan!
No Wujud Zat Suhu (oC) Lama Pemanasan
(menit)
Keterangan
1 Es Keadaan awal
2 Es dalam air Es mulai mencair
3 Air Es tellah mencair
Mendidih
Air menjadi uao
4. Jelaskan grafik di bawah ini berdasarkan Tabel No.4!
Data Percobaan
PENEMUAN KONSEP
135
Sebongkah es yang bermassa 1 kg dipanaskan sehingga diperoleh perubahan
wujud seperti pada gambar berikut.
Apabila jenis kalor lebur es 80 kal/g, kalor jenis es 0,5 kal/goC , kalor jenis air 1
kal/ goC. Berapa Kalor yang dibutuhkan pada perubahan tersebut?
APLIKASI
136
Percobaan 3
1. Gelas ukur 6. Pembakar spirtus 2. Termometer 7. Kaki tiga 3. Air kran 8. Kasa 4. Air panas 5. Kalorimeter
Percobaan 3 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Timbang gelas ukur pertama dengan neraca ohauss dan catat hasilnya 3. Masukkan air sebanyak 50 ml ke dalam gelas ukur pertama 4. Gelas ukur pertama yang berisi air ditimbang dengan neraca ohauss dan catat
hasilnya (massa air = massa gelas ukur yang berisi air - massa gelas ukur) 5. Ukur suhu awal air di dalam gelas pertama sebagai suhu awal. Kemudian catat
dalam tabel pengamatan 6. Ulangi langkah percobaan 2-4 pada gelas ukur kedua 7. Panaskan air pada gelas ukur kedua dengan pembakar spirtus hingga mendidih 8. Ukur suhu air di dalam gelas ukur setelah mendidih sebagai suhu awal.
Kemudian catat dalam tabel pengamatan 9. Masukkan air gelas ukurpertama dan kedua ke dalam kalorimeter 10. Ukur suhu air campuran sebagai suhu campuran, Kemudian catat dalam tabel
pengamatan
Percobaan Jenis zat Massa Air (m)
(kg)
Suhu (T)
(OC)
Perubahan Suhu
( T)
(OC) Awal Campuran
Asas
Black
Air kran
Air panas
Alat dan Bahan
Langkah –langkah Percobaan
Data Percobaan
EKSPLORASI
137
1. Berdasarkan percobaan yang telah kalian lakukan, suhu air panas lebih
..............karena kalor..............(keluar/masuk)
2. Berdasarkan percobaan yang telah kalian lakukan, suhu air mineral lebih ..............
karena kalor..............(keluar/masuk)
3. Kalor yang keluar dari .............. masuk ke ..................... sehingga menyebabkan suhu
air panas (naik/turun) dan suhu air mineral (naik/turun)
4. Jika data yang saya dapat kan diterapkan dalam prinsip Asas Black, maka
5. Jika hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa prinsip asas
Black adalah.....................
6. Jika hasil yang didapatkan analisis faktor kesalahan yang
mungkin terjadi selama melakukan percobaan!
Teh panas bermassa 200 gram pada suhu T, ditunagkan kedalam cangkir bermassa
150 gram dan bersuhu 25oC. Jika keseimbangan termal terjadi pada suhu 65oC dan
kalor jenis air teh 5 kali kalor jenis cangkir, berapakah suhu air teh mula-mula?
PENEMUAN KONSEP
APLIKASI
138
Berikanlah kesimpulan dari proses pembelajaran hari ini.
1. Percobaan 1
2. Percobaan 2
3. Percobaan 3
PENUTUP
139
Lampiran A.4
Kelas :
Kelompok :
Anggota Kelompok :
Manager.............................. Recorder.............................. Presenter.............................. Reflector..............................
1. Siswa dapat membedakan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi
2. Siswa dapat menghitung laju konduksi, konveksi, dan radiasi kalor
Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
Perpindahan kalor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dan selama terjadi
perpindahan kalor tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat
perantaranya. Syarat terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya perbedaan
suhu antara dua tempat pada benda tersebut. Konduksi biasanya terjadi pada zat
padat.
Berdasarkan kemampuan suatu menghantarkan kalor secara konduksi, zat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang
mudah menhantarkan kalor, sedangkan isolator adalah zat yang sangat sukar
menghantarkan kalor.
Kalor yang merambat tiap satu satuan waktu pada konduksi berbanding lurus
dengan perbedaan suhu dan luas penampang mediumnya dan berbanding terbalik
dengan panjang mediumnya, dan tergantung pada jenis zat perantaranya. Secara
matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
B. Dasar Teori
Pertemuan Ke-3
Perpindahan Kalor
A. Tujuan Percobaan
140
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien konduksi termal benda (W/mK)
= luas penampang benda (m2)
= panjang benda (m)
= perubahan suhu (oC)
2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor disertai gerakan massa atau gerakan
partikel-partikel zat perantaranya. Perpindahan tersebut terjadi karaena adanya
perbedaan massa jenis. Proses konveksi banyak terjadi pada medium gas dan cair.
Kalor yang merambat tiap satu satuan waktu pada konveksi berbanding lurus
dengan perbedaan suhu dan luas penampang serta tergantung pada jenis zat
perantaranya. Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien konveksi termal (J/sm2K)
= luas penampang benda (m2)
= perubahan suhu (oC)
3. Perpindahan kalor Secara Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik
tanpa melalui suatu zat perantara. Radiasi kalor telah dipelajari oleh Stefan dan
Boltzman yang kemudian dirumuskan sebagai hukum Stefan- Boltzmann, yang
berbunyi: “energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk radiasi
kalor tiap satuan waktu (Q/t) sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding
dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan itu (T4). Secara matematis, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien emisivitas
= tetapan Stefan- Boltzmann ( 5,67 10-8 W/m2 K4)
= suhu mutlak permukaan benda (K)
141
1.
Ketika kita memasak, misalnya saat akan menggoreng telur.
Apakah kamu merasakan panas ketika memegang bagian
ujung sodet? Padahal ujung sodet yang kamu pegang tidak
bersentuhan langsung dengan minyak yang mendidih.
Mengapa hal ini dapat ter jadi?
Yuyun menemani Ibu memasak di dapur, ibu kan merebus
telur. Ibu mengisi panci kaca dengan air hingga dua per tiga
tinggi panci. Ibu memasukkan beberapa butir telur ke dalam
panci, kemudian meletakkannya di atas kompor gas , dan
menyalakan kompor. Setelah beberapa lama terlihat muncul
gelembung dari dasar panci yang bergerak ke permukaan air ,
gelembung air yang muncul semakin banyak, permukaan air
telihat meletup-letup, telur yang direbus pun terlihat bergerak
naik dan turun. Kemudian Yuyun bertanya kepada Ibunya.
Mengapa air dalam panci mendidih? Dari manakah air dalam
panci mendapatkan panas? Mengapa telur yang direbus juga
menjadi panas?
Ketika kalian berkemah dan membuat api unggun,
bagaimana caranya panas api unggun itu sampai ke tubuh
kalian sehingga terasa hangat? Semakin dekat kita dengan
api unggun maka kita akan merasa lebih panas , begitu pula
jika kita berada semakin jauh maka pancaran panas dari api
unggun semakin kurang kita rasakan. Mengapa hal demikian
dapat terjadi?
C. Kegiatan
ORIENTASI
142
Percobaan 1 (Perpindahan Kalor Secara Konduksi) 1. Kawat besi besar 5. Pembakar spirtus 2. Kawat besi kecil 6. Stopwatch 3. Plastisin 7. Korek api 4. Kain perca
Percobaan 1
1. Nyalakan pembakar spirtus 2. Ambil kawat besi kecil 3. Tempelkan plastisin pada kawat besi kecil 4. Letakkan plastisin pertama berjarak 4 cm dari ujung kawat, plastisin kedua
berjarak 3 cm dari pelastisin pertama, dan plastisin ketiga berjarak 3 cm dari plastisin kedua
5. Setelah plastisin menempel pada kawat besi kecil, pegang ujung kawat besi dengan menggunakan kain
6. Bakar bagian ujung kawat besi kesil yang dekat dengan plastisin pertama di atas pembakar spirtus, dengan waktu yang bersamaan hidupkan stopwatch
7. Hitunglah waktu plastisin jatuh. Kemudian catat pada tabel pengamatan 8. Ulangi langkah percobaan 3-7 pada kawat besi besar
Percobaan 1
Kegiatan Pengamatan
Plastisin Waktu Jatuh
Kawat besi kecil
Pertama
Kedua
Ketiga
Kawat besi besar
Pertama
Kedua
Ketiga
EKSPLORASI
C. Alat dan Bahan
Langkah –langkah Percobaan
Data Percobaan
143
1. Apa yang terjadi pada plastisin setelah beberapa saat ujung kawat besi dipanaskan?
Mengapa hal tersebut terjadi?
...............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
2. Bagaimana perbedaan waktu jatuh plastisin antara kawat besi kecil dan kawat besi
besar? kawat besi manakah yang membutuhkan waktu lebih cepat untuk menjatuhkan
plastisin? Jelaskan!
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
3. Apakah jenis perpindahan kalor pada percobaan ini? Apakah perpindahan kalor pada
kawat besi tersebut diikuti oleh perpindahan partikel-partikel kawat besi?
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor pada percobaan ini?
Jelaskan!
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
PENEMUAN KONSEP
144
Dua batang logam A dan B memiliki ukuran sama tetapi jenisnya berbeda. Ujung
kiri A bersuhu 90oC dan ujung kiri B bersuhu 0oC. Jika koefisien konduksi termal
A adalah dua kali konduksi termal B, maka hitunglah suhu bidang batas A dan B!
Percobaan 2 (Perpindahan Kalor Secara Konveksi)
1. Gelas ukur 6. Kaki tiga 2. Air 7. Kasa 3. Biji kacang hijau 4. Pembakar spirtus 5. Korek api
Percobaan 2 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Masukkan air ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml
3. Tuangkan biji kacang hijau kedalam gelas ukur yang berisi air
4. Panaskan air tersebut dengan pembakar spirtus
5. Amati pemanasan air sampai mendidih
6. Amati pergerakan biji kacang hijau pada saat pemanasan hingga mendidih
APLIKASI
Alat dan Bahan
EKSPLORASI
Langkah –langkah Percobaan
145
1. Apa yang terjadi pada suhu air yang dipanaskan?
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
2. Mengapa semakin lama air yang awalnya dingin seluruhnya berubah menjadi
panas?
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
3. Apakah jenis perpindahan kalor pada percobaan ini? Apakah perpindahan kalor
pada air yang dipanaskan tersebut diikuti oleh perpindahan partikel-partikelnya?
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor padsa percobaan ini?
Jelaskan!
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
5. Bagaimanakah aliran gerak biji kacang hijau saat air dipanaskan? Mengapa hal
tersebut terjadi? Jelaskan!
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
6. Dari gambar dibawah ini manakah yang menggambarkan aliran biji kacang hijau
yang kamu amati?
PENEMUAN KONSEP
146
Sebuah panci yang digunakan untuk merebus air, ujung bawahnya dipanaskan dengan suhu
1000C. Bila koefisien konveksi 4,1 kal/oCm2 dan luas penampang panci 120 cm2, maka
tentukan:
a. Perpindahan kalor tiap satuan waktu
b. Kalor yang dipindahkan selama 10 menit
Percobaan 3 (Perpindahan Kalor Secara Radiasi) 1. Karton hitam 2. Karton Putih 3. Air 4. Pembakar spirtus 5. Korek api
APLIKASI
Alat dan Bahan
EKSPLORASI
147
Percobaan 3
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Basahi karton hitam dan karton putih dengan sedikit air 3. Panaskan kedua karton di atas spirtus 4. Perhatikan dan catat hasilnya
Percobaan 3 1. Apakah pada karton hitam atau karton putih air lebih cepat mengering? Jelaskan!
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................... 2. Warna apakah yang yang lebih cepat menghantarkan panas?
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
3. Apakah jenis perpindahan kalor pada percobaan ini?
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
4. Setelah melakukan percobaan di atas kamu dapat menjelaskan, mengapa pakaian
ihram yang dikenakan jama’ah haji dianjurkan berwarna putih?
......................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................
Langkah –langkah Percobaan
PENEMUAN KONSEP
148
Sebuah benda mempunyai permukaan hitam sempurna bersuhu 1270C. Luas
permukaannya 300 cm2 memancarkan energi ke lingkungan yang bersuhu 270C.
Tentukan energi per satuan waktu yang dipancarkan benda tersebut!
APLIKASI
149
Berikanlah kesimpulan dari proses pembelajaran hari ini.
1. Percobaan 1
2. Percobaan 2
3. Percobaan 3
PENUTUP
150
Lampiran A.5
LEMBAR KERJA SISWA 1
(Kelas Kontrol)
Suhu dan Pemuaian
Kelas :
Kelompok :
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Tujuan Percobaan
1. Siswa dapat mendeskripsikan pengukuran suhu dengan termometer
2. Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pemuaian
B. Dasar Teori
1. Suhu
Besaran yang menyatakan panas atau dinginnya suatu benda dinamakan suhu.
Besaran tersebut diukur dengan alat yang dinamakan termometer. Termometer
dapat digunakan untuk mengukur suhu dengan tepat apabila dilengkapi dengan
skala. Skala termometer paling umum dalam fisika adalah skala Celcius, Fahrenheit,
Reamur, dan Kelvin. Semua skala termometer dirancang berdasarkan sifat
pemuaian benda sehingga dari berbagai termometer akan memiliki perbandingan
skala yang sama. Pada dasarnya, termometer selalu menggunakan dua titik tetap
sebagai acuan suhu, yaitu titik tetap atas (titik didih air ) dan titik tetap bawah (titik
beku air).
Gambar 1. Titik Didih dan Titik Beku Berbagai Skala
151
Perbandingan antara skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin dapat
dilihat pada tabel berikut:
Termometer Skala
Celcius Reamur Fahrenheit Kelvin
Titik lebur es 0 0 32 273
Titik didih air 100 80 212 373
Skala 100 80 180 100
Perbandingan 5 4 9 5
Hubungan antara skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin adalah:
2. Pemuaian
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran sutu benda karena mengalami
kenaikan suhu. Pemuaian dapat terjadi pada zat padat, cair dan gas. Pemuaian zat
terdiri atas pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.
a. Pemuaian Panjang
Jika suatu benda padat dipanaskan, benda tersebut akan memuai ke segala
arah. Dengan kata lain, ukuran panjang, luas dan volume benda bertambah.
Pemuaian panjang ini biasanya dibatasi pada benda-benda yang ukuran panjangnya
jauh lebih besar dari tebal atau lebarnya. Untuk membedakan sifat muai berbagai
macam zat, digunakan konsep koefisien muai dan untuk pemuaian panjang disebut
koefisien muai panjang.
Koefisien muai panjang dinyatakan dalam Secara sistematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Sebuah benda suhu memiliki panjang. Logam tersebut dipanaskan hingga mencapai suhu dan pertambahan panjangnya dapat ditentukan:
Dapat diukur pula bahwa (dengan panjang benda setelah
pemuaian) sehingga
atau
152
Keterangan:
= koefisien muai panjang (oC-1)
= pertambahan panjang (m) = panjang awal benda (m) = panjang akhir benda (m) = perubahan suhu (oC)
b. Pemuaian Luas
Jika benda padat berbentuk persegi dipanaskan, terjadi pemuaian dalam arah
memanjang dan arah melebar. Dengan kata lain, benda padat mengalami pemuaian
luas. Pemuaian luas bergantung pada koefisien muai luas. Koefisien muai luas (
suatu bahan adalah fraksi pertambahan luas benda ( terhadap luas awal benda
( persatuan kenaikan suhu ( . Secara matematis, koefisien muai luas
dinyatakan sebagai berikut:
Dapat diukur pula bahwa (dengan luas benda setelah
pemuaian) sehingga
Atau
Dengan
Keterangan:
= koefisien muai luas (oC-1)
= pertambahan luas (m)
= luas awal benda (m2)
= luas akhir benda (m2)
= perubahan suhu (oC) c. Pemuaian Volume
Jika benda padat berbentuk balok dipanaskan, maka akan terjadi pemuaian
dalam arah memanjang , melebar dan meninggi. Dengan kata lain, benda padat
mengalami pemuaian volume. Pemuaian volume bergantung pada koefisien muai
volume. Koefisien muai volume ( suatu bahan adalah fraksi pertambahan volume
terhadap volume awal benda ( persatuan kenaikan suhu ( . Secara matematis,
koefisien muai luas dinyatakan sebagai berikut:
153
Dapat diukur pula bahwa (dengan volume benda setelah
pemuaian) sehingga
Atau
Dengan Keterangan: = koefisien muai luas (oC-1) = pertambahan volume (m3) = volume awal benda (m3)
= volume akhir benda (m3) = perubahan suhu (oC)
C. Alat dan Bahan
Percobaan 1 (Suhu)
1. Termometer
2. Gelas ukur
3. Air hangat
4. Air kran
5. Air dingin
Percobaan 2 (Pemuaian)
1. Musschen Broek
2. Mistar
3. Stopwatch
4. Batang statif
5. Spirtus
6. Termometer
7. Batang besi dan aluminium
D. Langkah-langkah Percobaan
Percobaan 1 (Suhu)
1. Isi gelas ukur pertama dengan air dingin, gelas ukur kedua dengan air hangat,
dan gelas ukur ketiga dengan air kran
2. Letakkan tangan kanan ke dalam gelas ukur pertama yang berisi air dingin
dan tangan kiri ke dalam gelas ukur kedua yang berisi air hangat. Diamkan
beberapa saat dan rasakan keduanya
3. Pindahkan secara cepat kedua tangan ke dalam gelas ukurketiga yang berisi
air kran
Percobaan 2 (Pemuaian)
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengukur panjang batang besi dan aluminium
154
3. Mengkalibrasi Musschen Broek dan memastikan skala pada Musschen Broek
menunjukkan tepat angka nol
4. Menguku suhu dengan termometer sebagai suhu awal (T0)
5. Letakkan batang besi pada alat Musschen Broek dan gantungkan termometer
dengan syarat termometer harus menempel pada setiap batang
6. Lakukan pembakaran pada batang besi yang telah diletakkan pada Musschen
Broek dengan menggunakan spirtus
7. Amati pergerakan skala pada alat Musschen Broek dan pergerakan suhu pada
termometer
8. Mengambil batang besi dari alat Musschen Broek dan kemudian rendam
batang besi pada gelas yang berisi air setelah pembakaran agar suhunya turun
seperti semula
9. Lakukan langkah-langkah seperti di atas pada batang aluminium masing-
masing sebanyak tiga kali
E. Data Percobaaan
Percobaan 1(Suhu)
Alat Ukur Suhu (oC)
Air Dingin Air Kran Air Hangat
Termometer 1
Termometer 2
Percobaan 2 (Pemuaian)
1. Pengukuran koefisien muai panjang batang besi
Percobaan
ke-
lO
(mm)
(mm)
T0
(0C)
T
(0C)
(0C)
(/0C)
1
2
3
2. Pengukuran koefisien muai panjang batang aluminium
Percobaan
ke-
lO
(mm)
(mm)
T0
(0C)
T
(0C)
(0C)
(/0C)
1
2
3
155
F. Kesimpulan Percobaan 1
Percobaan 2
156
Lampiran A.5
LEMBAR KERJA SISWA 2
(Kelas Kontrol)
Kalor dan Asas Black
Kelas :
Kelompok :
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Tujuan Percobaan
1. Siswa dapat menentukan hubungan antara kenaikan suhu dan massa air
2. Siswa dapat menentukan hubungan antara kenaikan suhu dan kalor
3. Siswa dapat mengetahui pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
4. Siswa dapat mengetahui prinsip asas Black
B. Dasar Teori
1. Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Sebelumnya kalor dianggap
sebagai suatu zat yang dapat mengalir dari satu benda ke benda lainnya. Jika kalor
dianggap sebagai suatu zat, kalor harus memiliki massa karena setiap zat memiliki
massa. Ternyata kalor tidak memiliki massa. Jadi dapat disimpulkan kalor bukanlah
suatu zat.
Kalor adalah energi yang dipindahkan oleh benda ke benda lain karena
perbedaan suhu. Oleh karena kalor merupakan salah satu bentuk energi, satuan
kalor sama dengan satuan energi, yaitu Joule (J).
a. Pengaruh Kalor terhadap Kenaikan Suhu Zat
Pemberian kalor pada suatu zat, yaitu dengan cara memanaskannya. Jika
sebuah benda dipanaskan, suhu benda akan naik. Sebaliknya, untuk dapat
mengurangi kalor suatu benda dengan cara mendinginkannya. Dengan demikian,
salah satu akibat pemberian atau pengambilan kalor adalah perubahan suhu.
1) Kalor Jenis
Besarnya kalor untuk menaikkan suhu satu satuan massa zat bergantung pada
jenis zat. Oleh karena itu, kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan suatu
zat untuk menaikkan suhu 1kg zat tersebut sebesar 1oC. Berdasarkan defenisi
tersebut maka hubungan antara banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda dan
kalor jenis benda seta kenaikan suhu benda dituliskan dalam bentuk persamaan
berikut:
157
Keterangan:
= massa benda (kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= kalor jenis benda (kal/goC atau J/kgoC)
= perubahan suhu (oC)
2) Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor dapat diartikan sebagai kemampuan menerima atau
melepaskan kalor dari suatu benda untuk perubahan suhu sebesar 1oC.Banyaknya
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda sebanding dengan
kapasitas kalor benda tersebut, dan sebanding pula dengan perubahan suhunya.
Kapasitas kalor dapat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan
suatu zat untuk menaikkan suhu sebesar 1oC. Hubungan antara banyaknya
kaloryang diserap oleh suatu benda dan kapasitas kalor serta kenaikan suhu benda
dituliskan dalam bentuk persamaan berikut:
Keterangan:
= massa benda (kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= kalor jenis benda (kal/goC atau J/kgoC)
= kapasitas kalor (kal/oC atau J/oC)
= perubahan suhu (oC)
b. Pengaruh kalor terhadap Perubahan Wujud Zat
Kalor yang diserap oleh suatu zat tidak selalu menyebabkan suhunya naik.
Kadang kala kalor yang diserap suatu zat dapat mengubah wujud zat tersebut. Zat
dapat berada dalam tiga wujud, yaitu wujud padat, cair dan gas. Akibat pengaruh
suhu yang dimiliki oleh zat, sehingga zat tersebut dapat berada dalam ketiga wujud
tersebut. Pada saat terjadi perubahan wujud selalu disertai dengan pelepasan atau
penyerapan kalor. Akan tetapi, perubahan wujud tidak disertai dengan perubahan
suhu, sehingga pada saat perubahan wujud suhu zat tersebut tetap.
3) Proses melebur dan membeku
Perubahan wujud zat dari padat menjadi cair disebut mencair atau melebur,
sebaliknya perubahan wujud zat dari cair menjadi padat disebut membeku. Titik
lebur adalah suhu pada saat zat melebur. Kalor yang diperlukan untuk mengubah
wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur atau kalor lebur.
Kalor yaang dilepaskan pada saat zat membeku dinamakan kalor laten beku atau
kalor beku.
Jika suatu zat massanya m kg, untuk melebur seluruhnya dibutuhkan kalor
sebesar Q Joule. Berdasarkan definisi ini, kalor lebur (L) zattersebut dapat ditulis
menjadi:
158
Keterangan:
= kalor lebur (J/kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= massa (kg)
4) Proses Menguap dan Mengembun
Menguap merupakan proses perubahan wujud dari cair menjadi uap. Setiap
zat membutuhkan kalor yang berbeda untuk menguap. Besar kalor yang digunakan
untuk menguapkan zat disebut kalor laten penguapan atau kalor uap. Kalor uap
suatu zat didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan oleh suatu satuan massa zat
untuk menguap pada titik uapnya.
Mengembun merupakan proses perubahan wujud dari uap menjadi cair. Pada
proses pengembunan terjadi pembebasan kalor. Artinya, pada proses pengembunan
zat tersebut membebaskan atau melepaskan kalor. Besarnya kalor yang dibebaskan
oleh suatu zat ketika terjadi pengembunan disebut kalor laten pengembunan atau
kalor embun. Setiap zat berbeda akan memiliki kalor kalor embun yang berbeda
pula. Kalor embun suatu zat didefinisikan sebagai kalor yang dilepaskan oleh suatu
satuan massa zat untuk mengembun pada titik embunnya.
Jika suatu zat massanya m kg, untuk melebur seluruhnya dibutuhkan kalor
sebesar Q Joule. Berdasarkan definisi ini, kalor lebur (L) zattersebut dapat ditulis
menjadi:
Keterangan:
= kalor lebur (J/kg)
= kalor (kalori atau Joule)
= massa (kg)
2. Asas Black
Hukum kekekalan energi dalam bentuk kalor sering disebut dengan asas
Black. Asas Black menyatakan “Pada percampuran dua zat, banyaknya kalor yang
dilepas zat bersuhu lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat
bersuhu lebih rendah.” Dengan menggunakan asas Black, kalor jenis suatu zat dapat
ditentukan dengan menggunakan kalorimeter.
Kalorimeter terdiri atas sebuah wadah air yang dilengkapi dengan isolator
supaya tidak terjadi pertukaran energi antara kalorimeter dan lingkungannya.
Selain itu, kalorimeter juga dilengkapi dengan sebuah termometer untuk mengukur
suhu dan sebuah pengaduk supaya suhu air di dalam air merata. Setelah terjadi
kesetimbangan termal antara air dan zat yang akan diukur kalor jenisnya, misalkan
kalor jenis sebuah logam, akan berlaku persamaan:
159
kalor yang dilepas = kalor yang diterima
C. Alat dan Bahan
1. Gelas ukur 7. Stopwatch
2. Termometer 8. Pembakar spirtus
3. Air 9. Kaki tiga
4. Kasa 10. Neraca Ohauss
5. Korek Api 11. Kalorimeter
6. Es batu
D. Langkah-langkah Percobaan
Percobaan 1 (Percobaan dengan Q tetap)
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Timbang gelas ukur dengan neraca ohauss dan catat hasilnya.
3. Masukkan air ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml.
4. Gelas ukur yang berisi air ditimbang dengan neraca ohauss dan catat
hasilnya (massa air = massa gelas ukur yang berisi air - massa gelas ukur).
5. Ukur suhu awal air dengan menggunakan termometer
6. Panaskan air dengan pembakar spirtus selama 2 menit dan ukur suhunya.
7. Ulangi percobaan tersebut dengan variasi massa air.
8. Dari eksprimen tersebut catat pertambahan massa air dan kenaikan suhu
ketika ditambah massa airnya. Kemudian Catat pada tabel pengamatan.
Percobaan dengan m tetap
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Timbang gelas ukur dengan neraca ohauss dan catat hasilnya.
3. Masukkan air ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml.
4. Gelas ukur yang berisi air ditimbang dengan neraca ohauss dan catat
hasilnya (massa air = massa gelas ukur yang berisi air - massa gelas ukur).
5. Ukur suhu awal air dengan menggunakan termometer.
6. Panaskan air dengan pembakar spirtus dan diukur suhunya setiap1 menit.
7. Ulangi percobaan tersebut dengan kenaikan waktu 1 menit.
8. Dari eksprimen tersebut catat pertambahan massa air dan kenaikan suhu
ketika massa airnya tetap. Kemudian Catat pada tabel pengamatan.
Percobaan 2
1. Masukkan es batu ke dalam gelas ukur dan ukurlah suhu awal es.
2. Panaskan es batu di atas pembakar spirtus sampai es mencair dan mendidih.
3. Catat suhunya setiap menit.
4. Catat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan.
Percobaan 3
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Timbang gelas ukur pertama dengan neraca ohauss dan catat hasilnya
160
3. Masukkan air sebanyak 50 ml ke dalam gelas ukur pertama
4. Gelas ukur pertama yang berisi air ditimbang dengan neraca ohauss dan
catat hasilnya (massa air = massa gelas ukur yang berisi air - massa gelas
ukur)
5. Ukur suhu awal air di dalam gelas pertama sebagai suhu awal. Kemudian
catat dalam tabel pengamatan.
6. Ulangi langkah percobaan 2-4 pada gelas ukur kedua
7. Panaskan air pada gelas ukur kedua dengan pembakar spirtus hingga
mendidih
8. Ukur suhu air di dalam gelas ukur setelah mendidih sebagai suhu awal.
Kemudian catat dalam tabel pengamatan
9. Masukkan air gelas ukur pertama dan kedua ke dalam kalorimeter
10. Ukur suhu air campuran sebagai suhu campuran, Kemudian catat dalam
tabel pengamatan.
E. Data Percobaaan
Percobaan 1
A. Percobaan dengan Q tetap
No
Massa Air
(m)
(kg)
Suhu Awal
(T0)
(OC)
Suhu
Akhir(T0)
(OC)
Perubahan Suhu
( T)
(OC)
1/m
(/kg)
1
2
3
B. Percobaan dengan m tetap
No
Waktu
Pemanasan (t)
(sekon)
Suhu Awal
(T0)
(OC)
Suhu
Akhir(T0)
(OC)
Perubahan Suhu ( T)
(OC)
1 1 menit
2 2 menit
3 3 menit
Percobaan 2
Menit ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suhu
161
Percobaan 3
Percobaan Jenis zat
Massa Air
(m)
(kg)
Suhu (T)
(OC)
Perubahan Suhu
( T)
(OC) Awal Campuran
Asas
Black
Air kran
Air panas
F. Kesimpulan
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
162
Lampiran A. 5
LEMBAR KERJA SISWA 3
(Kelas Kontrol)
Perpindahan Kalor
Kelas :
Kelompok :
Anggota Kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Tujuan Percobaan
1. Siswa dapat membedakan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan
radiasi
2. Siswa dapat menghitung laju konduksi, konveksi, dan radiasi kalor
B. Dasar Teori
Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah. Perpindahan kalor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dan selama terjadi
perpindahan kalor tidak disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat
perantaranya. Syarat terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya
perbedaan suhu antara dua tempat pada benda tersebut. Konduksi biasanya terjadi
pada zat padat.
Berdasarkan kemampuan suatu menghantarkan kalor secara konduksi, zat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat
yang mudah menhantarkan kalor, sedangkan isolator adalah zat yang sangat sukar
menghantarkan kalor.
Kalor yang merambat tiap satu satuan waktu pada konduksi berbanding lurus
dengan perbedaan suhu dan luas penampang mediumnya dan berbanding terbalik
dengan panjang mediumnya, dan tergantung pada jenis zat perantaranya. Secara
matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
163
= koefisien konduksi termal benda (W/mK)
= luas penampang benda (m2)
= panjang benda (m)
= perubahan suhu (oC)
2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor disertai gerakan massa atau
gerakan partikel-partikel zat perantaranya. Perpindahan tersebut terjadi karaena
adanya perbedaan massa jenis. Proses konveksi banyak terjadi pada medium gas
dan cair.
Kalor yang merambat tiap satu satuan waktu pada konveksi berbanding lurus
dengan perbedaan suhu dan luas penampang serta tergantung pada jenis zat
perantaranya. Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien konveksi termal (J/sm2K)
= luas penampang benda (m2)
= perubahan suhu (oC)
3. Perpindahan kalor Secara Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik
tanpa melalui suatu zat perantara. Radiasi kalor telah dipelajari oleh Stefan dan
Boltzman yang kemudian dirumuskan sebagai hukum Stefan- Boltzmann, yang
berbunyi: “energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam dalam bentuk
radiasi kalor tiap satuan waktu (Q/t) sebanding dengan luas permukaan (A) dan
sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan itu (T4). Secara
matematis, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
= kalor ( J )
= waktu (s)
= koefisien emisivitas
= tetapan Stefan- Boltzmann ( 5,67 10-8 W/m2 K4)
= suhu mutlak permukaan benda (K)
C. Alat dan Bahan
1. Kawat besi besar 8. Pembakar spirtus
2. Kawat besi kecil 9. Stopwatch
3. Plastisin 10. Kain perca
4. Paku kecil 11. Kasa
5. Gelas Beaker 12. Karton hitam
164
6. Biji kacang hijau 13. Karton putih
7. Korek api
D. Langkah-langkah Percobaan
Percobaan 1
1. Nyalakan pembakar spirtus
2. Ambil kawat besi kecil
3. Tempelkan plastisin pada kawat besi kecil
4. Letakkan plastisin pertama berjarak 4 cm dari ujung kawat, plastisin kedua
berjarak 3 cm dari pelastisin pertama, dan plastisin ketiga berjarak 3 cm dari
plastisin kedua
5. Setelah plastisin menempel pada kawat besi kecil, pegang ujung kawat besi
dengan menggunakan kain
6. Bakar bagian ujung kawat besi kesil yang dekat dengan plastisin pertama di
atas pembakar spirtus, dengan waktu yang bersamaan hidupkan stopwatch
7. Hitunglah waktu plastisin jatuh. Kemudian catat pada tabel pengamatan
8. Ulangi langkah percobaan 3-7 pada kawat besi besar
Percobaan 2
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Masukkan air ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml
3. Tuangkan biji kacang hijau kedalam gelas ukur yang berisi air
4. Panaskan air tersebut dengan pembakar spirtus
5. Amati pemanasan air sampai mendidih
6. Amati pergerakan biji kacang hijau pada saat pemanasan hingga mendidih
Percobaan 3
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Basahi karton hitam dan karton putih dengan sedikit air
3. Panaskan kedua karton di atas spirtus
4. Perhatikan dan catat hasilnya
E. Data Percobaaan
Percobaan 1
Kegiatan Pengamatan
Plastisin Waktu Jatuh
Kawat besi kecil
Pertama
Kedua
Ketiga
Kawat besi besar
Pertama
Kedua
Ketiga
165
F. Kesimpulan
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
166
LAMPIRAN B
Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes
a. Kisi-kisi Instrumen Tes
b. Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
2. Analisis Hasil Uji Instrumen
a. Soal Uji Coba Instrumen Tes
b. Analisis Instrumen Tes
c. Soal Instrumen Tes Penelitian
3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
167
Lampiran B.1.a
Kisi-Kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
Satuan Pendidikan : SMAN 32 Jakarta
Materi Pokok : Suhu dan Kalor
Kelas : XI
Jumlah Soal : 40 Soal
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Kompetensi Dasar :3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi karakteristik termal suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas
kalor pada kehidupan sehari-hari
Sub Konsep Indikator Aspek Kognitif yang Diukur Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Suhu dan Pemuaian
Mendeskripsikan konsep suhu dan pemuaian 1*,2 3*,4*,5* 5
Menerapkan pengukuran suhu dengan berbagai skala 6*,7*,8,9* 4
Menentukan besaran-besaran yang mempengaruhi pemuaian
pada suatu zat 10,11*,13* 12* 4
Kalor dan Azas Black
Mendeskripsikan konsep kalor terhadap suatu zat 14* 15*,16,17* 4
Menentukan besarnya kalor yang terlibat pada proses
kenaikan suhu dan perubahan wujud suatu zat
18*,19, 20,
21*,22*,23*,
25
24* 8
Mendeskripsikan konsep asas Black dalam kehidupan sehari-
hari 26 27*, 28 3
Menerapkan asas Black dalam memecahkan masalah 29*, 30,31*,
33 32*,34 6
Perpindahan Kalor
Mengidentifikasi peristiwa perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari 35*,36 37
3
Menerapkan konsep perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi
38*, 39 40* 3
Jumlah Soal 6 9 20 5 40
Presentasi Soal 15% 22,5% 50% 12,5% 100%
168
Lampiran B.1.b
Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
Indikator
Pembelajaran Indikator Soal Soal Jawaban
Aspek
Kognitif
Mendeskripsikan
konsep suhu dan
pemuaian
Mendefinisikan
pengertian suhu
1. Pernyataan yang tepat mengenai suhu adalah...
A. Besaran yang menyatakan sifat dari suatu
benda yang memiliki kalor tertentu
B. Besaran yang menyatakan banyaknya
kalor yang keluar dari suatu benda
C. Besaran yang menyebabkan suatu benda
memuai
D. Besaran yang menyatakan derajat panas
atau dinginnya suatu benda
E. Besaran yang mempunyai kalor dan
mengallir dari benda panas ke benda
dingin
Jawaban: B
Suhu merupakan besaran yang menyatakan
derajat panas atau dinginnya suatu benda
C1
Menyebutkan
pengertian
pemuaian luas
2. Peristiwa bertambah panjang dan lebar ukuran
suatu benda akibat kenaikan suhu disebut...
A. Pemuaian
B. Anomali air
C. Pemuaian panjang
D. Pemuaian volume
E. Pemuaian luas
Jawaban : E
Pemuaian luas adalah perkalian antara
muai panjang dan muai lebar. Oleh karena
muai lebar juga merupakan muai panjang
maka koefisien muai luas dapat diartikan
sebagai koefisien muai panjang ditambah
koefisien muai panjang
C1
Menjelaskan
konsep pemuaian
pada zat padat
3. Amati pernyataan berikut dengan benar!
1) Pertambahan panjang ( ) batang
berbanding lurus dengan panjang awal
Jawaban : D
Pertambahan panjang suatu batang yang
C2
169
batang ( )
2) Pertambahan panjang ( ) batang
berbanding lurus dengan kenaikan
suhu ( )
3) Pertambahan panjang ( ) batang
berbanding terbalik dengan kenaikan
suhu ( )
4) Pertambahan panjang ( ) batang
bergantung pada jenis batang ( )
Pernyataan berikut yang sesuai dengan konsep
pemuaian panjang suatu batang adalah...
A. 1) dan 3)
B. 1) dan 2)
C. 1), 2) dan 3)
D. 1), 2) dan 4)
E. 1), (3) dan 4)
dipanaskan dirumuskan sebagai berikut:
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pertambahan panjang ( ) batang
berbanding lurus dengan panjang awal
batang ( ) dan kenaikan suhu ( ) serta
bergantung pada jenis batang (α)
Membedakan
pemuaian yang
terjadi pada zat
padat dan zat cair
4. Perhatikan pernyataan berikut.
1) Zat cair apabila dipanaskan mengalami
pemuaian
2) Pemuaian zat cair untuk semua jenis zat
cair sama
3) Pemuaian zat cair bergantung pada jenis
zat cair tersebut
4) Zat cair dapat mengalami pemuaian luas
dan volume
5) Pemuaian zat cair lebih besar daripada
pemuaian zat padat
Jawaban : B
- Pemuaian terjadi ketika zat (padat, cair
dan gas) dipanaskan
- Pemuaian zat cair mengikuti bentuk
wadahnya sehingga zat cair hanya
mengalami pemuaian volume. Muai
volume zat cair bergantung pada jenis
zat cair, yang dinyatakan oleh besaran
koefisien muai volumenya
- Pemuaian volume zat cair lebih besar
daripada pemuaian volume zat padat
C2
170
Pernyataan yang benar pada peristiwa
pemuaian zat cair adalah...
A. 1), 2), dan 3)
B. 1), 3), dan 5)
C. 1), 4), dan 5)
D. 2), 3), dan 5)
E. 3), 4), dan 5)
untuk kenaikan suhu yang sama
Menerapkan
pengukuran suhu
dengan berbagai
skala
Menunjukkan
perubahan suhu
yang terjadi pada
termometer
5. Izan memanaskan air 50 ml dalam waktu 3
menit dan kenaikan suhunya diukur dengan
menggunakan termometer. Suhu awal dan
suhu akhir yang terlihat pada termometer
ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:
Berdasarkan keadaan diatas, maka perubahan
suhu yang terjadi adalah...
A. 13oC
B. 20oC
C. 33oC
D. 46oC
E. 50oC
Jawaban : B
Perubahan suhu adalah selisih antara suhu
akhir dan suhu awal
C2
13o
C
33oC
171
Mengonversi nilai
suhu dari satu skala
termometer ke
skala termometer
lain
6. Suhu suatu zat bila duikur dengan termometer
Celcius menunjukkan skala 30o C. Jika suhu
zat tersebut diukur dengan termometer
Reamur menunjukkan skala...
A. 16oR
B. 24oR
C. 26oR
D. 28oR
E. 30oR
Jawaban : B
(
)
(
)
C3
Mengonversi nilai
suhu dari satu skala
termometer ke
skala termometer
lain
7. Azel melakukan pengukuran suhu tiga buah
zat cair masing-masing menggunakan
termometer yang skalanya berbeda-beda
seperti gambar berikut.
Urutan suhu zat cair mulai dari yang terbesar
adalah...
A. (1), (2), dan (3)
B. (2), (1), dan (3)
C. (2), (3), dan (1)
D. (3), (1), dan (2)
E. (3), (2), dan (1)
Jawaban : B
Gambar(2) (
)
(
)
Gambar (1)
Gambar (3)
C3
172
Menghitung
konversi skala
Celcius ke skala
termometer X
8. Sebuaah termometer X menunjukkan angka
25o ketika dicelupkan ke dalam es yang
sedang melebur pada tekanan 1 atm dan
menunjukkan angka 85o ketika dicelupkan ke
dalam air yang mendidih pada tekanan 1 atm.
Ketika digunakan bersama-sama, jika
termometer Celcius menunjukkan angka 55oC,
maka termometer X tersebut menunjukkan
angka...
A. 48o
B. 58o
C. 66o
D. 76o
E. 80o
Jawaban : B
Diketahui:
Xa = 85o
Xb = 25o
Tc = 55oC
Ditanya:
TX = ....?
Jawab:
58o
C3
173
Menerapkan
termometer dengan
skala sembarang
9. Perhatikan gambar di bawah ini!
Termometer X menunjukkan angka -20
o pada
titik beku air dan 130 o
pada titik didih air.
Suhu X dan Celcius akan menunjukkan angka
yang sama pada...
A. 60o
B. 45o
C. 40o
D. 30o
E. 20o
Jawaban : C
Diketahui:
Ca = 100o
Cb = 0o
Xa = 130o
Xb = -20o
Ditanya:
TX, C= ....?
Jawab:
40o
C3
Menentukan
besaran-besaran
yang
Menghitung muai
panjang
10. Batang aluminium bersuhu 20oC yang panjang
awalnya adalah 1 m dipanaskan hingga
suhunya mencapai 100oC. Jika koefisien muai
Jawaban : B
Diketahui:
C3
174
mempengaruhi
pemuaian pada
suatu zat
panjang aluminium sebesar 2,5 10-5
/ o
C,
maka pertambahan panjang yang dialami
batang aluminium tersebut sebesar...
A. 0,0020 m
B. 0,0025 m
C. 0,0030 m
D. 0,0035 m
E. 0,0040 m
1 m
20oC
80oC
2,5 10-5
/oC
Ditanya:
....?
Jawab:
(1) (2,5 10-5
)(120 20)
(1) (2,5 10-5
)(100)
250 10-5
m
0,0025 m
Menghitung muai
luas
11. Selembar baja pada suhu 20oC memiliki
ukuran seperti gambar berikut.
Jika diketahui koefisien muai panjang baja
12 /oC, maka pertambahan luas pada
suhu 60oC adalah...
A. 0,46 cm2
B. 0,53 cm2
C. 0,68 cm2
D. 0,77 cm2
E. 0,82 cm2
Jawaban : D
Diketahui:
40 cm
20 cm
40 20
800 cm2
20oC
60oC
60 20 40oC
12 oC
-1
2 (12 /oC)
C3
40 cm
20 cm
175
24 /oC
Ditanya:
....?
Jawab:
800 24.10-6 40
768000 10-6
cm2
0,77 cm2
Menganalisis
pemuaian panjang
pada dua logam
yang berbeda
12. Logam A pada suhu 20oC memiliki panjang
75 cm mengalami pertambahan panjang
sebesar 0,6 cm ketika suhunya dinaikkan
menjadi 120oC. Logam B pada suhu 30
oC
memiliki panjang 50 cm. Jika logam A dan B
memiliki jenis bahan yang sama, panjang
logam B pada suhu 210oC adalah...
A. 50,62 cm
B. 50,72 cm
C. 50,82 cm
D. 60,02 cm
E. 60,12 cm
Jawaban : B
Diketahui:
Logam A
75 cm
120 – 20 100 oC
0,6 cm
Logam B
50 cm
210 – 30 180 oC
Ditanya:
....?
C4
176
Jawab:
Logam A dan logam B memiliki jenis
bahan yang sama sehingga, untuk mencari
menggunakan rumus:
cm
Maka, batang logam B adalah:
cm
50,72 cm
177
Menghitung muai
volume
13. Sebuah bejana kaca pada suhu 0oC terisi
penuh dengan 150 cm3raksa. Bejana
dipanaskan sehingga suhunya menjadi 40oC.
Jika koefisien muai panjang kaca=9 /oC
dan koefisien muai volume raksa = 1,8
/oC, maka volume raksa yang tumpah
dari bejana itu adalah....
A. 0,6 cm3
B. 0,7 cm3
C. 0,8 cm3
D. 0,9 cm3
E. 1,0 cm3
Jawaban : D
Diketahui:
150 cm3
0oC
40oC
–
40 0
40oC
9 10-6
/oC
1,8 10-4
/oC
Ditanya:
Volume raksa yang tumpah...?
Jawab:
Volume awal raksa sama nilainya dengan
volume bejana kaca, maka perubahan
volume raksa setelah dipanaskan adalah
150 (1,8 10-4
) (40)
150 (1,8 10-4
) (40)
10800 10-4
cm3
1,08 cm3
C3
178
Pada saat raksa dipanaskan, bejana kaca
juga mengalami pemuaian volume, dimana
koefisien muai volume 3
150 (3) (9 10-6
) (40)
150 (27 10-6
) (40)
162000 10-6
cm3
10800 10-6
cm3
0,162 cm3
Maka raksa yang tumpah:
1,08 0,162
0,918 0,9 cm3
Mendeskripsikan
konsep kalor
terhadap suatu zat
Menyebutkan
pengertian kalor
14. Salah satu bentuk energi yang dapat berpindah
karena perbedaan suhu disebut...
A. Kalor
B. Kalor jenis
C. Kapasitas kalor
D. Usaha
E. Asas Black
Jawaban : A
Kalor adalah bentuk energi yang dapat
berpindah karena perbedaan suhu
C1
179
Mendeskripsikan
konsep kalor jenis
15. Perhatikan tabel di bawah ini!
Zat Kalor jenis (J/kgoC)
Aluminium 900
Tembaga 390
Perak 230
Besi 450
Jika keempat zat tersebut memiliki massa yang
sama dan diberikan kalor yang sama besar,
maka urutan zat mengalami kenaikan suhu
dari yang terbesar hingga terkecil adalah...
A. Aluminium, tembaga ,perak, dan besi
B. Besi, perak, tembaga, dan aluminium
C. Tembaga, aluminium, besi, dan Perak
D. Perak, tembaga, besi, dan aluminium
E. Aluminium, besi, tembaga, dan perak
Jawaban : D
Berdasarkan persamaan :
Dari persamaan di atas , dapat diketahui
bahwa kalor jenis ( ) berbanding terbalik
dengan perubahan suhunya ( ) sehingga,
dapat ditentukan untuk kenaikan suhu yang
paling besar akan terjadi pada zat yang
memiliki kalor jenis ( ) yang paling kecil
C2
Menyimpulkan
hubungan massa
terhadap kalor jenis
berdasarkan grafik
16. Dalam menyelidiki pengaruh massa (m)
terhadap kalor jenis (c) suatu bahan .
Diperoleh pola grafik dibawah ini.
Jawaban : D
Berdasarkan grafik disamping kalor jenis
tidak bergantung pada massa benda. Hal
ini dikarenakan kalor jenis tidak bergantung
pada massa benda tetapi bergantung pada
jenis bahan
C2
c (kal/goC)
m (g)
180
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa:
A. Kalor jenis berbanding lurus dengan
massa benda
B. Kalor jenis berbanding terbalik dengan
massa benda
C. Kalor jenis sebanding dengan massa
benda
D. Kalor jenis tidak bergantung pada massa
benda
E. Hasil kali massa dan kalor jenis suatu
benda selalu tetap
Menjelaskankan
konsep kapasitas
kalor
17. Benda A memiliki kapasitas kalor sebesar 500
J/oC, dan benda B memiliki kapasitas kalor
sebesar 7500 J/oC, jika kalor sebesar Q
digunakan untuk memanaskan kedua benda
maka....
A. Suhu benda A suhu benda B
B. Suhu benda A suhu benda B
C. Suhu benda A suhu benda B
D. Suhu benda B suhu benda A
E. Suhu benda B suhu benda A
Jawaban : B
Berdasarkan persamaan :
Kapasitas kalor merupakan hasil bagi antara
kalor yang diserap dengan kenaikan suhu
yang disebabkan oleh kalor itu sehingga
dapat diketahui kapasitas kalor sebanding
dengan kenaikan suhu. Benda A memiliki
kapasitas kalor lebih kecil daripada benda
B sehingga, sehingga suhu benda A suhu
benda B
C2
181
Menentukan
besarnya kalor
yang terlibat pada
proses kenaikan
suhu dan perubahan
wujud suat zat
Menghitung besar
kalor yang
diperlukan untuk
menaikkan suhu
18. Berapa besar kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu sebatang besi yang massanya
2 kg dari 20oC menjadi 100
oC. Bila diketahui
kalor jenis besi 450 J/kgoC...
A. 40 kJ
B. 56 kJ
C. 64 kJ
D. 72 kJ
E. 80 kJ
Jawaban : D
Diketahui:
2 kg
20oC
100oC
100oC 20
oC = 80
oC
Ditanya:
...?
Jawab
2 450 80
72000 J
72 kJ
C3
Menerapkan
persamaan
kapasitas kalor
untuk memecahkan
masalah
19. Air yang massa 500 gram dipanaskan dari
suhu 20oC hingga 50
oC. Jika kalor yang
diserap besi sebesar 63 kJ, maka kapasitas
kalor air tersebut adalah...
A. 2100J/oC
B. 2200 J/oC
C. 2400 J/oC
D. 2600 J/oC
E. 2800 J/oC
Jawaban : A
Diketahui:
500 gram 0,5 kg
20oC
50oC
50oC 20
oC = 30
oC
63 kJ 63000 J
Ditanya:
C3
182
...?
Jawab
2100 J/oC
Menghitung jumlah
kalor yang
dibutuhkan
20. Dua liter minyak dengan massa jenis = 0,8
kg/m3 dipanaskan hingga suhunya naik dari
0oC sampai 80
oC. Bila kalor jenis minyak
4600 J/kgoC, Kalor yang dibutuhkan adalah...
A. 420000 J
B. 480600 J
C. 588800 J
D. 589200 J
E. 620800 J
Jawaban : C
Diketahui:
2 L 2 10-3
m3
0,8 kg/m3
0oC
80oC
4600 J/kgoC
Ditanya:
...?
Jawab:
Untuk mencari kalor yang dibutuhkan,
terlebih dahulu mencari besarnya massa
dengan menggunakan rumus:
(0,8) (2 10-3
)
C3
183
1,6 10-3
kg
Kalor yang dibutuhkan sebesar:
(1,6 10-3
) (4600) (
588800 J
Menerapkan
persamaan kalor
dalam
menyelesaikan
masalah
21. Suatu pemanas air memiliki daya 700 Watt
bekerja selama 18 menit untuk memanaskan 3
liter air. Jika suhu awal air adalah 10oC dan
kalor jenis air 4200 J/kg o
C, maka suhu akhir
air tersebut adalah...
A. 30oC
B. 40oC
C. 50oC
D. 60oC
E. 70oC
Jawaban : E
Diketahui:
700 W
18 menit 18 60 1080 s
3 L 3 10-3
m3
1000 kg/ m3
Ditanya:
...?
Jawab:
Menghitung massa terlebih dahulu dengan
menggunakan rumus
(103)(3 10
-3)
3 kg
C3
184
Menghitung suhu akhir air dengan
menggunakan rumus
70oC
Menerapkan
persamaan kalor
dalam
menyelesaikan
masalah
22. Sebuah pemanas listrik yang hambatannya 5
menggunakan sumber tegangan 50 V.
Pemanas digunakan untuk memanaskan 1 liter
air dari 0oC hingga 50
oC. Jika 70 kalor yang
dihasilkan pemanas diambil air, maka waktu
yang diperlukan adalah...
A. 5 menit
B. 10 menit
C. 15 menit
D. 20 menit
E. 25 menit
Jawaban : B
Diketahui:
1000 kg/m3
1 L = 10-3
m3
4200 J/kgoC
0oC
50oC
50oC
5
Ditanya:
....?
Jawab
C3
185
50 –0 50oC
Daya yang dimiliki pemanas dapat dicari
dengan
W
Daya yang dihasilkan pemanas ini
selanjutnya akan digunakan untuk
memanaskan air, namun hanya sebesar 70%
sehingga, daya dapat digunakan untuk
memanaskan air, yaitu:
Adapun hubungan dengan kalor yang
diberikan oleh pernyataan:
186
600 s = 10 menit
Menentukan
hubungan antara
kalor lebur, massa
benda dan kalor
yang dibutuhkan
untuk perubahan
wujud
23. Perhatikan grafik di bawah ini!
Kalo jenis es 0,5 kal/goC, dan kalor lebur es 80
kal/g. Nilai Q2 sebesar ...kkal
A. 17
B. 21
C. 34
D. 44
E. 52
Jawaban : C
Diketahui:
0,5 kal/goC
80 kal/g
2000 kal
(0 – (-10)) 10 oC
Ditanya:
....?
Jawab:
2000 m (0,5) (10)
2000 5 m
400 kg
C3
187
400 80
32000 kal
2000 32000
34000 kal 34 kkal
Jadi nilai sebesar 34 kkal
Menganalisis
jumlah kalor yang
dibutuhkan hingga
berubah wujud
24. Sebuah balok es memiliki panjang 20 cm,
lebar 10 cm, dan tinggi 2 cm. Balok es
tersebut dipanaskan dari suhu -25oC hingga
berubah menjadi air bersuhu 25oC. Jika
diketahui massa jenis es 0,92 g/cm3, kalor
jenis es 2,1 J/goC, kalor jenis air 4,2 J/g
oC dan
kalor lebur es 336 J/g, maka jumlah kalor yang
diperlukan adalah...
A. 460 J
B. 24150 J
C. 48300 J
D. 153640 J
E. 227010 J
Jawaban : E
Diketahui:
20 cm
10 cm
2,5 cm
0,92 g/cm3
- 25oC
25oC
4,2 J/goC
2,1 J/goC
336 J/g
Ditanya:
...?
C4
188
Jawab
Gambarkan terlebih dahulu grafik suhu
terhadap waktu proses perubahan balok es
menjadi air bersuhu 25oC
Menghitung massa ( m)
(0,92) (2 10 2,5)
460 g
Proses dimana es dinaikkan
suhunya dari -25oC menjadi 0
oC
(460) (2,1) (0 –(– 25))
24150 J
Proses dimana es bersuhu 0oC
berubah wujud menjadi air besuhu 0oC
𝑄 𝑚𝐿𝑒𝑠
𝑄 𝑚𝑐𝑒𝑠 𝑇
𝑄 𝑚𝑐𝑎𝑖𝑟 𝑇
25
0
-25
T (oC)
t (s)
189
460 336
154560 J
Proses dimana airbersuhu 0oC
menjadi 25oC
(460) (4,2) (25 –0)
48300 J
Sehingga, kalor yang diperlukan adalah:
24150 154560 48300
227010 J
Menghitung jumlah
kalor yang
dibutuhkan hingga
berubah wujud
25. Perhatikan gambar grafik berikut ini.
Jika 2 kg air dipanaskan dari suhu 60
oC, dan
kalor uap air = 2,27 106 J/kg, kalor jenis air
Jawaban : C
Jumlah kalor total yang digunakan untuk
proses AC dapat dinyatakan dengan,
Pada proses AB, air mengalami perubahan
suhu sehingga, kalor yang diperlukan untuk
proses AB memenuhi,
C3
190
= 4200 J/kgoC dan tekanan udara 1 atmosfer,
maka jumlah kalor yang diperlukan untuk
proses dari A ke C adalah...
A. 3360000 J
B. 4540000 J
C. 4876000 J
D. 5212000 J
E. 6735000 J
J
Pada proses BC, air tidak lagi mengalami
perubahan suhu, melainkan menguap,
sehingga kalor yang diperlukan untuk
proses BC ini memenuhi,
J
Maka kalor yang dibutuhkan untuk proses
AC adalah,
J
Mendeskripsikan
konsep asas Black
dalam kehidupan
sehari-hari
Mengingat hukum
kekeakalan energi
dalam bentuk kalor
(asas Black) yang
dikemukakan oleh
Joseph Black
26. Prinsip Asas Black menyatakan bahwa...
A. Kalor yang dilepas benda panas sama
dengan kalor yang diterima benda dingin
B. Kalor yang dilepas benda panas lebih
besar daripada kalor yang diterima benda
dingin
C. Kalor yang dilepas benda panas lebih
kecil dari pada kalor yang diterima benda
dingin
Jawaban: A
Joseph Black mengungkapkan bahwa
apabila benda panas dan benda dingin
digabungkan (dicampur), maka jumlah
kalor yang dilepaskan pada benda panas
sama dengan jumlah kalor yang diterima
benda dingin
C1
191
D. Kalor yang dilepas benda panas tidak
sama dengan kalor yang diterima benda
dingin
E. Kalor yang dilepas tidak dibutuhkan untuk
perubahan wujud suatu benda
Menjelaskan
prinsip asas Black
27. Vino mencampurkan satu gelas teh panas dan
setengah gelas es batu. Setelah selang waktu
30 menit, suhu campuran tersebut adalah...
A. Suhu campuran tersebut sama dengan
suhu awal es
B. Suhu campuran tersebut berada diantara
suhu teh panas dan suhu awal es
C. Suhu campuran tersebut sama denga suhu
awal teh
D. Suhu campuran tersebut semakin
meningkat
E. Suhu campuran tersebut semakin menurun
Jawaban: B
Berdasarkan asas Black, suhu campuran
akan berada di antara suhu teh panas dan
suhu awal es karena kalor yang dilepas oleh
teh panas akan sama dengan kalor yang
diterima es batu
C2
Mendeskripsikan
asas Black
28. Suhu awal sepotong besi dan segelas air sama,
yaitu 10oC. Perhatikan pernyataan berikut
1) Kalor yang tersimpan di kedua benda
sama besar
2) Jika kedua benda diberi kalor yang sama,
kenaikan suhu besi lebih tinggi
3) Jika suhu keduanya dinaikkan sama besar,
kalor yang diserap air lebih besar
Jawaban: C
Kalor yang tersimpan pada benda
tergantung pada kalor jenis benda. Besi
memiliki kalor jenis yang lebih rendah
dibandingkan dengan air (cair = 1 kal/goC
dan cbesi = 0,11 kal/goC). Sehingga,
pernyataan yang benar adalah pernyataan 2
dan 3
C2
192
4) Jika suhu keduanya dinaikkan sama besar,
kalor yang diserap besi lebih besar
Pernyataan yang tepat berdasarkan prinsip
asas Black adalah...
A. 1 dan 2
B. 1dan 3
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
Menerapkan asas
Black dalam
memecahkan
masalah
Menghitung suhu
akhir campuran
berdasarkan prinsip
asas Black
29. Air sebanyak 60 gram bersuhu 90oC (kalor
jenis air = 1 kal/goC) dicampur 40 gram air
sejenis bersuhu 25oC. Jika tidak ada faktor lain
yang memengaruhi proses ini, maka suhu
akhir campuran adalah...
A. 15oC
B. 23oC
C. 46oC
D. 64oC
E. 77oC
Jawaban : D
Diketahui:
60 g
90oC
40 g
25oC
1 kal/goC
Ditanya:
...?
Jawab:
C3
193
oC
Menghitung massa
air berdasarkan
prinsip asas Black
30. Bejana gelas berisi 60 gram air yang suhunya
50oC dicampur dengan air yang suhunya 0
oC
sehingga suhu akhir campuran 20oC.
Banyaknya air dengan suhu 0oC adalah...
(kalor jenis air 1 kal/goC)
A. 90 gram
B. 80 gram
C. 70 gram
D. 50 gram
E. 40 gram
Jawaban : A
Diketahui:
60 gram
50oC
0oC
80oC
1 kal/goC
Ditanya:
...?
Jawab:
gram
C3
Menghitung suhu
campuran
berdasarkan asas
Black
31. Sebanyak 300 gram es bersuhu 0oC
dimasukkan kedalam 500 gram air bersuhu
80oC. Diketahui kalor jenis es 2100 J/kg
oC,
kalor lebur es 336000 J/kg, dan kalor jenis air
4200 J/kgoC. Suhu kesetimbangan es dan air
Jawaban : A
Diketahui:
300 g 0,3 kg
2100 J/kgoC
C3
194
adalah...
A. 20oC
B. 25oC
C. 30oC
D. 35oC
E. 40oC
0oC
500 g 0,5 kg
4200 J/kgoC
80oC
336000 J/kg
Ditanya:
...?
Jawab:
oC
Menganalisis
prinsip asas Black
dalam memecahkan
masalah terkait
kalorimeter
32. Suatu kalorimeter berisi es (kalor jenis es 0,5
kal/g K dan kalor lebur es 80 kal/g) sebanyak
36 g pada suhu -6oC. Kapasitas kalor
kalorimeter ialah 27 kal/K. Kemudian di
dalam kalorimeter itu dituangkan alkohol
(kalor jenis 0,58 kal/gK) pada suhu 50oC
menyebabkan suhu akhir menjadi 8oC. Maka
massa alkohol yang dituangkan adalah...
A. 108 gram
Jawaban : B
Diketahui:
0,5 kal/gK
36 g
80 kal/g
-6oC
0,58 kal/g K
1 kal/g K
50oC
C4
195
B. 150 gram
C. 200 gram
D. 288 gram
E. 300 gram
8oC
Ditanya:
...?
Jawab:
Proses dapat digambarkan pada grafik di
bawah
Pada persoalan di atas, objek yang melepas
kalor dari sistem di atas adalah alkohol,
sedangkan yang menerima kalor ada es, air,
dan kalorimeter.
Kalor yang diterima:
Menaikkan suhu es dari -6oC hingga
0oC
(36 g) (0,5 kal/gK) (0 (-6)) K
(18 kal) (6)
196
108 kal
Untuk es mencair
36 g 80 kal/g
2880 kal
Menaikkan suhu es (jadi air) dari 0oC
sampai 8oC
(36 g) (1 kal/gK) (8 – 0) K
(36 kal) (8)
288 kal
Menaikkan suhu kalorimeter
(8 (-6))
(27 kal/K) (14 K)
378 kal
Kalor yang dilepaskan:
(0,58 kal/gK) (50 – 8) K
(0,58 kal/gK) (42) K
24,36 m
24,36 108 2880 288 378
24,36 3654
197
150 g
Menentukan
kondisi akhir pada
saat terjadi
kesetimbangan
termal
33. Dalam suatu wadah terdapat terdapat es
sebanyak 50 gram bersuhu -3 o
C. Kemudian
Wina memasukkan air bersuhu 25 oC sebanyak
150 gram ke wadah tersebut. Diasumsikan
kalor air tidak diserap wadah. Jika kalor jenis
es 2100 J/kgoC, kalor lebur es 336000 J/kg,
dan kalor jenis air 2400 J/kgoC. Kondisi akhir
pada saat terjadi kesetimbangan termal
adalah...
A. Es mencair seluruhnya dan sistem bersuhu
0 oC
B. Es mencair seluruhnya dan sistem bersuhu
1 oC
C. Suhu sistem kurang dari 0 oC
D. Suhu sistem lebih dari 0 oC
E. Es tidak mencair seluruhnya
Jawaban : E
Diketahui:
50 g 0,05 kg
150 g 0,15 kg
-3oC
25oC
2400 J/kgoC
2100 J/kgoC
336000 J/kg
Ditanya:
...?
Jawab:
Jika dianggap kalor melebur semua pada
suhu 0 o
C, kalor serap dihitung sebagai
berikut.
(0,05)(336000) (0,05)(2100)
(0 (-3))
16800 315
17115 J
Kalor yang dilepas air pada suhu
C3
198
kesetimbangan 0 o
C dapat dihitung sebagai
berikut:
(0,15) (4200) (25 0)
15750 J
Kondisi akhir pada saat terjadi
kesetimbangan termal adalah es tidak
mencair seluruhnya karena
,
Menganalisis
prinsip asas Black
dalam pemecahan
masalah
percampuran zat-
zat dengan suhu
berbeda
34. Suhu dari tiga macam cairan yang bermassa
sama A, B, dan C adalah 12oC, 19
oC, dan 28
o-
C. Suhu akhir ketika A dan B dicampur adalah
16oC, sedangkan ketika B dan C dicampur
adalah 23oC.
Besar nilai suhu ketika A dan C dicampur
adalah...
A. 20,26 oC
Jawaban : A
Diketahui:
Cairan A = 12oC
Cairan B = 19oC
Cairan C = 28oC
TA TB = 16oC
= TB TC = 23oC
Ditanya:
A dan C =...?
Jawab:
Anggap masing-masing cairan m dan kalor
jenisnya masing-masing , , . Jadi
ketika Adan B dicampur, maka diperoleh:
C4
199
B. 22,26 oC
C. 24,36 oC
D. 26,46 oC
E. 28,56 oC
Ketika B dan C dicampur maka diperoleh:
Dari persamaan (1) dan (2) maka di
peroleh:
Ketika A dan C dicampur dan jika suhu
akhirnya T, maka diperoleh
200
oC
Mengidentifikasi
peristiwa
perpindahan kalor
dalam kehidupan
sehari-hari
Mengidentifikasi
peristiwa yang
termasuk
perpindahan kalor
secara konduksi
35. Di bawah ini adalah contoh perpindahan kalor
secara konduksi...
A.
B.
C.
Jawaban : B
Contoh perpindahan kalor secara konduksi
ditunjukkan pada gambar B.
Gambar A dan E merupakan contoh
perpindahan kalor secara konveks
Gambar C dan D merupakan contoh
perpindahan secara radiasi
C1
201
D.
E.
Mencontohkan
peristiwa
perpindahakan
kalor secara radiasi
36. Perhatikan gambar di bawah ini!
Tangan terasa panas saat berada di dekat
lampu yang menyala. Pernyataan yang tepat
berdasarkan fakta di atas adalah...
A. Lampu memiliki emisivitas radiasi 1
B. Kalor dapat berpindah secara radiasi
C. Lampu menjalarkan panas melalui
medium udara
D. Kalor dapat merambat ke tangan secara
konduksi
Jawaban : B
Tangan terasa panas saat berada di dekat
lampu yang menyala dikarenakan kalor
dapat berpindah secara radiasi
C1
202
E. Kalor berpindah dari lampu ke tangan
secara konveksi
Menjelaskan
konsep perpindahan
kalor
37. Pernyataan mengenai laju perpindahan kalor
berikut yang paling tepat adalah...
A. Laju perpindahan kalor pada suatu benda
berbanding terbalik dengan perubahan
suhu
B. Semakin tinggi suhu benda, laju
perpindahan kalor radiasi akan semakin
cepat
C. Laju perpindahan kalor pada peristiwa
konduksi berbanding lurus dengan
panjang benda
D. Laju perpindahan kalor akan lambat pada
benda yang memiliki konduktivitas bahan
besar
E. Benda dengan luas permukaan lebih kecil
akan memiliki laju perpindahan kalor
lebih cepat
Jawaban : B
Berdasarkan persamaan perpindahan kalor
di bawah ini
Perpindahann kalor secara konduksi
Perpindahann kalor secara konveksi
Perpindahann kalor secara konveksi
Dari persamaan di atas, maka laju
perpindahan kalor berbanding lurus dengan
suhu, luas penampang benda, jenis bahan
dan berbanding terbalik dengan panjang
benda
C2
Menerapkan
konsep perpindahan
kalor secara
konduksi, konveksi
dan radiasi
Menghitung laju
radiasi kalor
38. Sebuah bola berjari-jari r 2 cm dan bersuhu
300 K. Tentukan berapa besar energi yang
dipancarkan oleh bola ini tiap detik! ( Wm
2K
-4)
A. 2,31 J/s
B. 2,42 J/s
Jawaban : A
Diketahui:
C3
203
C. 3,23 J/s
D. 3,46 J/s
E. 4,02 J/s
Wm2K
-4
Ditanya:
P...?
Jawab:
Untuk mencari besar energi yang
dipancarkan bola. Hitunglah terlebih dahulu
luas permukaan bola
m2
Maka besarnya energi yang dipancarkan
tiap detik adalah:
(300)4
J/s
Menentukan suhu
sambungan dua
buah konduktor
dengan
menggunakan
konsep laju
konduksi kalor
39. Batang logam A memiliki luas penampang
yang sama dengan luas penampang logam B.
Panjang logam A = 2 kali panjang logam B.
Kedua logam disambung seperti gambar
berikut!
A B
Jawaban : A
Gunakan asas Black pada laju kalor secara
konduktor
(
)
C3
90oC 20
oC
204
Jika konduktivitas termal logam A = 1/3
konduktivitas termal logam B, maka suhu
sambungan kedua logam adalah...
A. 30oC
B. 40oC
C. 45oC
D. 50oC
E. 60oC
(
) (
)
oC
oC
Menganalisis suhu
sambungan dua
buah konduktor
dengan
menggunakan
konsep laju
konduksi kalor
40. Tiga batang konduktor P, Q, R dari jenis
berbeda memiliki panjang dan luas
penampang sama disambung seperti pada
gambar
P Q R
Jika diketahui suhu T1 20oC dan T4
90oC, koefisien konduksi 2
, maka suhu T2 dan T3 adalah... A. T2 40
oC, T3 75
oC
B. T2 40oC, T3 60
oC
C. T2 35oC, T3 65
oC
D. T2 30oC, T3 50
oC
E. T2 30oC, T3 40
oC
Jawaban : D
Diketahui:
P Q R
2
Ditanya:
T2 dan T3 ...?
Jawab:
Banyaknya kalor persatuan waktu melalui
batang P sama dengan kalor yang melalui
batang Q, sehingga:
C4
T1 T2 T3 T4
T1 20oC T2 T3 T1 90oC
205
2 (T1 – T2) (T2 T3)
2 (20 – T2) (T2 T3)
40 – 2 T2 T2 T3
40 3T2 T3
120 –3T3 9T2 ....... (1)
Banyaknya kalor persatuan waktu melalui
batang Q sama dengan kalor yang melalui
batang R, sehingga:
2 (T2 – T3) (T3 – T4)
2 (T2 – T3) T3 90
2 T2 2 T3 T3 90
90 3T3 – 2T2 ....... (2)
Eliminasi T3 pada persamaan 1 dan 2:
120 –3T3 9T2
90 3T3 – 2T2
210 7T2
T2 30 oC
206
Substitusikan T2 ke persamaan 2:
90 3T3 – 2T2
90 3T3 – 2(30)
90 3T3 – 60
150 3T3 T3 50 oC
207
Lampiran B.2.a
Soal Uji Coba Instrumen Tes
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang kamu anggap benar!
1. Pernyataan yang tepat mengenai suhu
adalah...
A. Besaran yang menyatakan sifat
dari suatu benda yang memiliki
kalor tertentu
B. Besaran yang menyatakan
banyaknya kalor yang keluar
dari suatu benda
C. Besaran yang menyebabkan
suatu benda memuai
D. Besaran yang menyatakan
derajat panas atau dinginnya
suatu benda
E. Besaran yang mempunyai kalor
dan mengalir dari benda panas
ke benda dingin
2. Peristiwa bertambah panjang dan
lebar ukuran suatu benda akibat
kenaikan suhu disebut...
A. Pemuaian
B. Anomali air
C. Pemuaian panjang
D. Pemuaian volume
E. Pemuaian luas
3. Amati pernyataan berikut dengan
benar!
1) Pertambahan panjang ( )
batang berbanding lurus dengan
panjang awal batang ( )
2) Pertambahan panjang ( )
batang berbanding lurus dengan
kenaikan suhu ( )
3) Pertambahan panjang ( )
batang berbanding terbalik
dengan kenaikan suhu ( )
4) Pertambahan panjang ( )
batang bergantung pada jenis
batang ( )
Pernyataan berikut yang sesuai
dengan konsep pemuaian panjang
suatu batang adalah...
A. 1) dan 3)
B. 1) dan 2)
C. 1), 2) dan 3)
D. 1), 2) dan 4)
E. 1), (3) dan 4)
4. Perhatikan pernyataan berikut.
1) Zat cair apabila dipanaskan
mengalami pemuaian
2) Pemuaian zat cair untuk semua
jenis zat cair sama
3) Pemuaian zat cair bergantung
pada jenis zat cair tersebut
4) Zat cair dapat mengalami
pemuaian luas dan volume
5) Pemuaian zat cair lebih besar
daripada pemuaian zat padat
Pernyataan yang benar pada
peristiwa pemuaian zat cair adalah...
A. 1), 2), dan 3)
B. 1), 3), dan 5)
C. 1), 4), dan 5)
D. 2), 3), dan 5)
E. 3), 4), dan 5)
5. Izan memanaskan air 50 ml dalam
waktu 3 menit dan kenaikan suhunya
diukur dengan menggunakan
termometer. Suhu awal dan suhu
akhir yang terlihat pada termometer
ditunjukkan oleh gambar di bawah
ini.
13oC
33oC
208
Berdasarkan keadaan diatas, maka
perubahan suhu yang terjadi adalah...
A. 13oC
B. 20oC
C. 33oC
D. 46oC
E. 50oC
6. Suhu suatu zat bila diukur dengan
termometer Celcius menunjukkan
skala 30o C. Jika suhu zat tersebut
diukur dengan termometer Reamur
menunjukkan skala...
A. 16oR
B. 24oR
C. 26oR
D. 28oR
E. 30oR
7. Perhatikan gambar di bawah ini !
Azel melakukan pengukuran suhu
tiga buah zat cair masing-masing
menggunakan termometer yang
skalanya berbeda-beda seperti
gambar di atas.
Urutan suhu zat cair mulai dari yang
terbesar adalah...
A. (1), (2), dan (3)
B. (2), (1), dan (3)
C. (2), (3), dan (1)
D. (3), (1), dan (2)
E. (3), (2), dan (1)
8. Sebuah termometer X menunjukkan
angka 25o ketika dicelupkan ke
dalam es yang sedang melebur pada
tekanan 1 atm dan menunjukkan
angka 85o ketika dicelupkan ke
dalam air yang mendidih pada
tekanan 1 atm. Ketika digunakan
bersama-sama, jika termometer
Celcius menunjukkan angka 55oC,
maka termometer X tersebut
menunjukkan angka...
A. 48o
B. 58o
C. 66o
D. 76o
E. 80o
9. Perhatikan gambar di bawah ini!
Termometer X menunjukkan angka -
20o pada titik beku air dan 130
o pada
titik didih air. Suhu X dan Celcius
akan menunjukkan angka yang sama
pada...
A. 60o
B. 45o
C. 40o
D. 30o
E. 20o
10. Batang aluminium bersuhu 20oC
yang panjang awalnya adalah 1 m
dipanaskan hingga suhunya mencapai
100oC. Jika koefisien muai panjang
aluminium sebesar 2,5 10-5
/ o
C,
maka pertambahan panjang yang
dialami batang aluminium tersebut
sebesar...
A. 0,0020 m
B. 0,0025 m
C. 0,0030 m
D. 0,0035 m
E. 0,0040 m
11. Selembar baja pada suhu 20oC
memiliki ukuran seperti gambar
berikut.
Jika diketahui koefisien muai
panjang baja 12 /oC, maka
pertambahan luas pada suhu 60oC
adalah...
40 cm
20 cm
209
c (kal/goC)
m
(g)
A. 0,46 cm2
B. 0,53 cm2
C. 0,68 cm2
D. 0,77 cm2
E. 0,82 cm2
12. Logam A pada suhu 20oC memiliki
panjang 75 cm mengalami
pertambahan panjang sebesar 0,6 cm
ketika suhunya dinaikkan menjadi
120oC. Logam B pada suhu 30
oC
memiliki panjang 50 cm. Jika logam
A dan B memiliki jenis bahan yang
sama, panjang logam B pada suhu
210oC adalah...
A. 50,62 cm
B. 50,72 cm
C. 50,82 cm
D. 60,02 cm
E. 60,12 cm
13. Sebuah bejana kaca pada suhu 0oC
terisi penuh dengan 150 cm3 raksa.
Bejana dipanaskan sehingga suhunya
menjadi 40oC. Jika koefisien muai
panjang kaca=9 /oC dan
koefisien muai volume raksa =
1,8 /oC, maka volume raksa
yang tumpah dari bejana itu adalah....
A. 0,6 cm3
B. 0,7 cm3
C. 0,8 cm3
D. 0,9 cm3
E. 1,0 cm3
14. Salah satu bentuk energi yang dapat
berpindah karena perbedaan suhu
disebut...
A. Kalor
B. Kalor jenis
C. Kapasitas kalor
D. Usaha
E. Asas Black
15. Perhatikan tabel di bawah ini!
Zat Kalor jenis (J/kgoC)
Aluminium 900
Tembaga 390
Perak 230
Besi 450
Jika keempat zat tersebut memiliki
massa yang sama dan diberikan kalor
yang sama besar, maka urutan zat
mengalami kenaikan suhu dari yang
terbesar hingga terkecil adalah...
A. Aluminium, tembaga ,perak, dan
besi
B. Besi, perak, tembaga, dan
aluminium
C. Tembaga, aluminium, besi, dan
Perak
D. Perak, tembaga, besi, dan
aluminium
E. Aluminium, besi, tembaga, dan
perak
16. Dalam menyelidiki pengaruh massa
(m) terhadap kalor jenis (c) suatu
bahan . Diperoleh pola grafik
dibawah ini.
Dari grafik tersebut dapat
disimpulkan bahwa:
A. Kalor jenis berbanding lurus
dengan massa benda
B. Kalor jenis berbanding terbalik
dengan massa benda
C. Kalor jenis sebanding dengan
massa benda
D. Kalor jenis tidak bergantung
pada massa benda
E. Hasil kali massa dan kalor jenis
suatu benda selalu tetap
17. Benda A memiliki kapasitas kalor
sebesar 500 J/oC, dan benda B
memiliki kapasitas kalor sebesar
7500 J/oC, jika kalor sebesar Q
digunakan untuk memanaskan kedua
benda maka....
A. Suhu benda A suhu benda B
B. Suhu benda A suhu benda B
C. Suhu benda A suhu benda B
210
D. Suhu benda B suhu benda A
E. Suhu benda B suhu benda A
18. Berapa besar kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu sebatang besi
yang massanya 2 kg dari 20oC
menjadi 100oC. Bila diketahui kalor
jenis besi 450 J/kgoC...
A. 40 kJ
B. 56 kJ
C. 64 kJ
D. 72 kJ
E. 80 kJ
19. Air yang massa 500 gram dipanaskan
dari suhu 20oC hingga 50
oC. Jika
kalor yang diserap besi sebesar 63 kJ,
maka kapasitas kalor air tersebut
adalah...
A. 2100 J/oC
B. 2200 J/oC
C. 2400 J/oC
D. 2600 J/oC
E. 2800 J/oC
20. Dua liter minyak dengan massa jenis
= 0,8 kg/m3 dipanaskan hingga
suhunya naik dari 0oC sampai 80
oC.
Bila kalor jenis minyak 4600 J/kgoC,
Kalor yang dibutuhkan adalah...
A. 420000 J
B. 480600 J
C. 588800 J
D. 589200 J
E. 620800 J
21. Suatu pemanas air memiliki daya 700
Watt bekerja selama 18 menit untuk
memanaskan 3 liter air. Jika suhu
awal air adalah 10oC dan kalor jenis
air 4200 J/kg o
C, maka suhu akhir air
tersebut adalah...
A. 30oC
B. 40oC
C. 50oC
D. 60oC
E. 70oC
22. Sebuah pemanas listrik yang
hambatannya 5 menggunakan
sumber tegangan 50 V. Pemanas
digunakan untuk memanaskan 1 liter
air dari 0oC hingga 50
oC. Jika 70
kalor yang dihasilkan pemanas
diambil air, maka waktu yang
diperlukan adalah...
A. 5 menit
B. 10 menit
C. 15 menit
D. 20 menit
E. 25 menit
23. Perhatikan grafik di bawah ini!
Kalo jenis es 0,5 kal/goC,
dan kalor lebur es 80 kal/g. Nilai Q2
sebesar ...kkal
A. 17
B. 21
C. 34
D. 44
E. 52
24. Sebuah balok es memiliki panjang 20
cm, lebar 10 cm, dan tinggi 2 cm.
Balok es tersebut dipanaskan dari
suhu -25oC hingga berubah menjadi
air bersuhu 25oC. Jika diketahui
massa jenis es 0,92 g/cm3, kalor jenis
es 2,1 J/goC, kalor jenis air 4,2 J/g
oC
dan kalor lebur es 336 J/g, maka
jumlah kalor yang diperlukan
adalah...
A. 460 J
B. 24150 J
C. 48300 J
D. 153640 J
E. 227010 J
25. Perhatikan gambar grafik berikut ini.
211
Jika 2 kg air dipanaskan dari suhu
60oC, dan kalor uap air = 2,27 10
6
J/kg, kalor jenis air = 4200 J/kgoC
dan tekanan udara 1 atmosfer, maka
jumlah kalor yang diperlukan untuk
proses dari A ke C adalah...
A. 3360000 J
B. 4540000 J
C. 4876000 J
D. 5212000 J
E. 6735000 J
26. Prinsip Asas Black menyatakan
bahwa...
A. Kalor yang dilepas benda panas
sama dengan kalor yang
diterima benda dingin
B. Kalor yang dilepas benda panas
lebih besar daripada kalor yang
diterima benda dingin
C. Kalor yang dilepas benda panas
lebih kecil dari pada kalor yang
diterima benda dingin
D. Kalor yang dilepas benda panas
tidak sama dengan kalor yang
diterima benda dingin
E. Kalor yang dilepas tidak
dibutuhkan untuk perubahan
wujud suatu benda
27. Vino mencampurkan satu gelas teh
panas dan setengah gelas es batu.
Setelah selang waktu 30 menit, suhu
campuran tersebut adalah...
A. Suhu campuran tersebut sama
dengan suhu awal es
B. Suhu campuran tersebut berada
diantara suhu teh panas dan
suhu awal es
C. Suhu campuran tersebut sama
denga suhu awal teh
D. Suhu campuran tersebut
semakin meningkat
E. Suhu campuran tersebut
semakin menurun
28. Suhu awal sepotong besi (cbesi = 0,11
kal/goC) dan segelas air (cair = 1
kal/goC ) sama, yaitu 10
oC.
Perhatikan pernyataan berikut
1) Kalor yang tersimpan di kedua
benda sama besar
2) Jika kedua benda diberi kalor
yang sama, kenaikan suhu besi
lebih tinggi
3) Jika suhu keduanya dinaikkan
sama besar, kalor yang diserap
air lebih besar
4) Jika suhu keduanya dinaikkan
sama besar, kalor yang diserap
besi lebih besar
Pernyataan yang tepat berdasarkan
prinsip asas Black adalah...
A. 1 dan 2
B. 1dan 3
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
29. Air sebanyak 60 gram bersuhu 90oC
(kalor jenis air = 1 kal/goC) dicampur
40 gram air sejenis bersuhu 25oC.
Jika tidak ada faktor lain yang
memengaruhi proses ini, maka suhu
akhir campuran adalah...
A. 15oC
B. 23oC
C. 46oC
D. 64oC
E. 77oC
30. Bejana gelas berisi 60 gram air yang
suhunya 50oC dicampur dengan air
yang suhunya 0oC sehingga suhu
akhir campuran 20oC. Banyaknya air
dengan suhu 0oC adalah... (kalor
jenis air 1 kal/goC)
A. 90 gram
B. 80 gram
C. 70 gram
D. 50 gram
E. 40 gram
31. Sebanyak 300 gram es bersuhu 0oC
dimasukkan kedalam 500 gram air
bersuhu 80oC. Diketahui kalor jenis
es 2100 J/kgoC, kalor lebur es
336000 J/kg, dan kalor jenis air 4200
J/kgoC. Suhu kesetimbangan es dan
air adalah...
212
A. 20oC
B. 25oC
C. 30oC
D. 35oC
E. 40oC
32. Suatu kalorimeter berisi es (kalor
jenis es 0,5 kal/g K dan kalor lebur es
80 kal/g) sebanyak 36 g pada suhu -
6oC. Kapasitas kalor kalorimeter
ialah 27 kal/K. Kemudian di dalam
kalorimeter itu dituangkan alkohol
(kalor jenis 0,58 kal/g K) pada suhu
50oC menyebabkan suhu akhir
menjadi 8oC. Maka massa alkohol
yang dituangkan adalah...
A. 108 gram
B. 150 gram
C. 200 gram
D. 288 gram
E. 300 gram
33. Dalam suatu wadah terdapat terdapat
es sebanyak 50 gram bersuhu -3 o
C.
Kemudian Wina memasukkan air
bersuhu 25 o
C sebanyak 150 gram ke
wadah tersebut. Diasumsikan kalor
air tidak diserap wadah. Jika kalor
jenis es 2100 J/kgoC, kalor lebur es
336000 J/kg, dan kalor jenis air 2400
J/kgoC. Kondisi akhir pada saat
terjadi kesetimbangan termal
adalah...
A. Es mencair seluruhnya dan
sistem bersuhu 0 oC
B. Es mencair seluruhnya dan
sistem bersuhu 1 oC
C. Suhu sistem kurang dari 0 oC
D. Suhu sistem lebih dari 0 oC
E. Es tidak mencair seluruhnya
34. Suhu dari tiga macam cairan yang
bermassa sama A, B, dan C adalah
12oC, 19
oC, dan 28
oC. Suhu akhir
ketika A dan B dicampur adalah 16o-
C, sedangkan ketika B dan C
dicampur adalah 23oC.
Besar nilai suhu ketika A dan C
dicampur adalah...
A. 20,26 oC
B. 22,26 oC
C. 24,36 oC
D. 26,46 oC
E. 28,56 oC
35. Di bawah ini adalah contoh
perpindahan kalor secara konduksi...
A.
B.
C.
D.
E.
36. Perhatikan gambar di bawah ini.
Tangan terasa panas saat berada di
dekat lampu yang menyala.
Pernyataan yang tepat berdasarkan
fakta di atas adalah...
A. Lampu memiliki emisivitas
radiasi 1
B. Kalor dapat berpindah secara
radiasi
C. Lampu menjalarkan panas
melalui medium udara
D. Kalor dapat merambat ke tangan
secara konduksi
E. Kalor berpindah dari lampu ke
tangan secara konveksi
37. Pernyataan mengenai laju
perpindahan kalor berikut yang
paling tepat adalah...
A. Laju perpindahan kalor pada
suatu benda berbanding terbalik
dengan perubahan suhu
213
B. Semakin tinggi suhu benda, laju
perpindahan kalor radiasi akan
semakin cepat
C. Laju perpindahan kalor pada
peristiwa konduksi berbanding
lurus dengan panjang benda
D. Laju perpindahan kalor akan
lambat pada benda yang
memiliki konduktivitas bahan
besar
E. Benda dengan luas permukaan
lebih kecil akan memiliki laju
perpindahan kalor lebih cepat
38. Sebuah bola berjari-jari r 2 cm dan
bersuhu 300 K. Tentukan berapa
besar energi yang dipancarkan oleh
bola ini tiap detik! (
Wm2K
-4)
A. 2,31 J/s
B. 2,42 J/s
C. 3,23 J/s
D. 3,46 J/s
E. 4,02 J/s
39. Batang logam A memiliki luas
penampang yang sama dengan luas
penampang logam B. Panjang logam
A = 2 kali panjang logam B. Kedua
logam disambung seperti gambar
berikut.
A B
Jika konduktivitas termal logam A =
1/3 konduktivitas termal logam B,
maka suhu sambungan kedua logam
adalah...
A. 30oC
B. 40oC
C. 45oC
D. 50oC
E. 60oC
40. Tiga batang konduktor P, Q, R dari
jenis berbeda memiliki panjang dan
luas penampang sama disambung
seperti pada gambar
P Q R
Jika diketahui suhu T1 20oC dan
T4 90oC, koefisien konduksi
2 , maka suhu T2
dan T3 adalah...
A. T2 40oC, T3 75
oC
B. T2 40oC, T3 60
oC
C. T2 35oC, T3 65
oC
D. T2 30oC, T3 50
oC
E. T2 30oC, T3 40
oC
90oC 20
oC
T1 T2 T3 T4
214
Lampiran B.2.b
ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN TES
215
216
217
218
219
220
221
222
223
Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen Tes
Reliabilitas : 0.86
No. Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda
Keputusan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
1 0.34 Rendah 0.50 Sedang 0.33 Cukup Digunakan
2 0.06 Sangat rendah 0.94 Mudah 0.00 Buruk Tidak digunakan
3 0.38 Rendah 0.39 Sedang 0.30 Cukup Digunakan
4 0.56 Cukup 0.44 Sedang 0.50 Baik Digunakan
5 0. 53 Cukup 0. 47 Sedang 0.40 Baik Digunakan
6 0.31 Rendah 0.61 Sedang 0.40 Baik Digunakan
7 0.55 Cukup 0.52 Sedang 0.50 Cukup Digunakan
8 0.20 Sangat rendah 0.72 Mudah 0.30 Cukup Tidak digunakan
9 0.63 Tinggi 0.69 Sedang 0.70 Baik Digunakan
10 -0.09 - 0.67 Sedang -0.10 Drop Tidak digunakan
11 0.35 Rendah 0.47 Sedang 0.50 Baik Digunakan
12 0.32 Rendah 0.53 Sedang 0.40 Baik Digunakan
13 0.32 Rendah 0.50 Sedang 0.40 Baik Digunakan
14 0.43 Cukup 0.53 Sedang 0.50 Baik Digunakan
15 0.32 Cukup 0.50 Sedang 0.40 Baik Digunakan
16 -0.07 - 0.50 Sedang -0.20 Drop Tidak digunakan
17 0.55 Cukup 0.55 Sedang 0.80 Baik sekali Digunakan
18 0.38 Rendah 0.39 Sedang 0.30 Cukup Digunakan
19 0.03 Sangat rendah 0.61 Sedang 0.10 Buruk Tidak digunakan
20 0.12 Sangat rendah 0.64 Sedang 0.00 Buruk Tidak digunakan
21 0.56 Cukup 0.36 Sedang 0.80 Baik sekali Digunakan
22 0.58 Cukup 0.58 Sedang 0.80 Baik sekali Digunakan
23 0.31 Rendah 0.50 Sedang 0.30 Cukup Digunakan
24 0.53 Cukup 0.36 Sedang 0.80 Baik sekali Digunakan
25 0.19 Sangat rendah 0.22 Sukar 0.20 Cukup Tidak digunakan
26 0.05 Sangat rendah 0.64 Sedang 0.20 Cukup Tidak digunakan
27 0.61 Cukup 0.36 Sedang 0.70 Baik sekali Digunakan
28 0.26 Rendah 0.55 Sedang 0.20 Cukup Tidak digunakan
29 0.41 Cukup 0.53 Sedang 0.50 Baik Digunakan
30 0.14 Sangat rendah 0.58 Sedang 0.00 Buruk Tidak digunakan
31 0.43 Cukup 0.53 Sedang 0.50 Baik Digunakan
32 0.61 Cukup 0.36 Sedang 0.70 Baik sekali Digunakan
33 0.11 Sangat rendah 0.53 Sedang 0.20 Cukup Tidak digunakan
34 0.23 Rendah 0.58 Sedang 0.40 Baik Tidak digunakan
224
35 0.34 Rendah 0.72 Mudah 0.40 Baik Digunakan
36 0.17 Sangat rendah 0.69 Sedang 0.40 Baik Tidak digunakan
37 0.21 Rendah 0.36 Sedang 0.10 Buruk Tidak digunakan
38 0.49 Cukup 0.61 Sedang 0.60 Baik Digunakan
39 0.06 Sangat rendah 0.47 Sedang 0.00 Buruk Tidak digunakan
40 0.40 Rendah 0.27 Sukar 0.60 Baik Digunakan
225
Soal Instrumen Tes Penelitian
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Pernyataan yang tepat mengenai suhu adalah...
A. Besaran yang menyatakan sifat dari suatu benda yang memiliki kalor
tertentu
B. Besaran yang menyatakan banyaknya kalor yang keluar dari suatu benda
C. Besaran yang menyebabkan suatu benda memuai
D. Besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda
E. Besaran yang mempunyai kalor dan mengalir dari benda panas ke benda
dingin
2. Amati pernyataan berikut dengan benar!
1) Pertambahan panjang ( ) batang berbanding lurus dengan panjang awal
batang ( )
2) Pertambahan panjang ( ) batang berbanding lurus dengan kenaikan suhu
( )
3) Pertambahan panjang ( ) batang berbanding terbalik dengan kenaikan suhu
( )
4) Pertambahan panjang ( ) batang bergantung pada jenis batang ( )
Pernyataan berikut yang sesuai dengan konsep pemuaian panjang suatu batang
adalah...
A. 1) dan 3)
B. 1) dan 2)
C. 1), 2) dan 3)
D. 1), 2) dan 4)
E. 1), (3) dan 4)
3. Perhatikan pernyataan berikut.
1) Zat cair apabila dipanaskan mengalami pemuaian
2) Pemuaian zat cair untuk semua jenis zat cair sama
3) Pemuaian zat cair bergantung pada jenis zat cair tersebut
4) Zat cair dapat mengalami pemuaian luas dan volume
5) Pemuaian zat cair lebih besar daripada pemuaian zat padat
Pernyataan yang benar pada peristiwa pemuaian zat cair adalah...
A. 1), 2), dan 3)
B. 1), 3), dan 5)
C. 1), 4), dan 5)
D. 2), 3), dan 5)
E. 3), 4), dan 5)
4. Izan memanaskan air 50 ml dalam waktu 3 menit dan kenaikan suhunya diukur
dengan menggunakan termometer. Suhu awal dan suhu akhir yang terlihat pada
termometer ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
13oC
33oC
226
Berdasarkan keadaan diatas, maka perubahan suhu yang terjadi adalah...
A. 13oC
B. 20oC
C. 33oC
D. 46oC
E. 50oC
5. Suhu suatu zat bila diukur dengan termometer Celcius menunjukkan skala 30o C.
Jika suhu zat tersebut diukur dengan termometer Reamur menunjukkan skala...
A. 16oR
B. 24oR
C. 26oR
D. 28oR
E. 30oR
6. Perhatikan gambar di bawah ini!
Azel melakukan pengukuran suhu tiga buah zat cair masing-masing menggunakan
termometer yang skalanya berbeda-beda seperti gambar disamping.
Urutan suhu zat cair mulai dari yang terbesar adalah...
A. (1), (2), dan (3)
B. (2), (1), dan (3)
C. (2), (3), dan (1)
D. (3), (1), dan (2)
E. (3), (2), dan (1)
7. Perhatikan gambar di bawah ini!
Termometer X menunjukkan angka -20o pada titik beku air dan 130
o pada titik
didih air. Suhu X dan Celcius akan menunjukkan angka yang sama pada...
A. 60o
B. 45o
C. 40o
D. 30o
E. 20o
227
8. Selembar baja pada suhu 20oC memiliki ukuran seperti gambar berikut.
Jika diketahui koefisien muai panjang baja 12 /oC, maka pertambahan
luas pada suhu 60oC adalah...
A. 0,46 cm2
B. 0,53 cm2
C. 0,68 cm2
D. 0,77 cm2
E. 0,82 cm2
9. Logam A pada suhu 20oC memiliki panjang 75 cm mengalami pertambahan
panjang sebesar 0,6 cm ketika suhunya dinaikkan menjadi 120oC. Logam B pada
suhu 30oC memiliki panjang 50 cm. Jika logam A dan B memiliki jenis bahan
yang sama, panjang logam B pada suhu 210oC adalah...
A. 50,62 cm
B. 50,72 cm
C. 50,82 cm
D. 60,02 cm
E. 60,12 cm
10. Sebuah bejana kaca pada suhu 0oC terisi penuh dengan 150 cm
3 raksa. Bejana
dipanaskan sehingga suhunya menjadi 40oC. Jika koefisien muai panjang
kaca=9 /oC dan koefisien muai volume raksa = 1,8 /
oC, maka
volume raksa yang tumpah dari bejana itu adalah....
A. 0,6 cm3
B. 0,7 cm3
C. 0,8 cm3
D. 0,9 cm3
E. 1,0 cm3
11. Salah satu bentuk energi yang dapat berpindah karena perbedaan suhu disebut...
A. Kalor
B. Kalor jenis
C. Kapasitas kalor
D. Usaha
E. Asas Black
12. Perhatikan tabel di bawah ini!
Zat Kalor jenis
(J/kgoC)
Aluminium 900
Tembaga 390
Perak 230
Besi 450
Jika keempat zat tersebut memiliki massa yang sama dan diberikan kalor yang
sama besar, maka urutan zat mengalami kenaikan suhu dari yang terbesar hingga
terkecil adalah...
40 cm
20 cm
228
A. Aluminium, tembaga ,perak, dan besi
B. Besi, perak, tembaga, dan aluminium
C. Tembaga, aluminium, besi, dan Perak
D. Perak, tembaga, besi, dan aluminium
E. Aluminium, besi, tembaga, dan perak
13. Benda A memiliki kapasitas kalor sebesar 500 J/oC, dan benda B memiliki
kapasitas kalor sebesar 7500 J/oC, jika kalor sebesar Q digunakan untuk
memanaskan kedua benda maka....
A. Suhu benda A suhu benda B
B. Suhu benda A suhu benda B
C. Suhu benda A suhu benda B
D. Suhu benda B suhu benda A
E. Suhu benda B suhu benda A
14. Berapa besar kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebatang besi yang
massanya 2 kg dari 20oC menjadi 100
oC. Bila diketahui kalor jenis besi 450
J/kgoC...
A. 40 kJ
B. 56 kJ
C. 64 kJ
D. 72 kJ
E. 80 kJ
15. Suatu pemanas air memiliki daya 700 Watt bekerja selama 18 menit untuk
memanaskan 3 liter air. Jika suhu awal air adalah 10oC dan kalor jenis air 4200
J/kg oC, maka suhu akhir air tersebut adalah...
A. 30oC
B. 40oC
C. 50oC
D. 60oC
E. 70oC
16. Sebuah pemanas listrik yang hambatannya 5 menggunakan sumber tegangan
50 V. Pemanas digunakan untuk memanaskan 1 liter air dari 0oC hingga 50
oC.
Jika 70 kalor yang dihasilkan pemanas diambil air, maka waktu yang
diperlukan adalah...
A. 5 menit
B. 10 menit
C. 15 menit
D. 20 menit
E. 25 menit
17. Perhatikan grafik di bawah ini!
Kalo jenis es 0,5 kal/goC, dan kalor lebur es 80 kal/g. Nilai Q2 sebesar ...kkal
A. 17
B. 21
229
C. 34
D. 44
E. 52
18. Sebuah balok es memiliki panjang 20 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 2 cm. Balok es
tersebut dipanaskan dari suhu -25oC hingga berubah menjadi air bersuhu 25
oC.
Jika diketahui massa jenis es 0,92 g/cm3, kalor jenis es 2,1 J/g
oC, kalor jenis air
4,2 J/goC dan kalor lebur es 336 J/g, maka jumlah kalor yang diperlukan
adalah...
A. 460 J
B. 24150 J
C. 48300 J
D. 153640 J
E. 227010 J
19. Vino mencampurkan satu gelas teh panas dan setengah gelas es batu. Setelah
selang waktu 30 menit, suhu campuran tersebut adalah...
A. Suhu campuran tersebut sama dengan suhu awal es
B. Suhu campuran tersebut berada diantara suhu teh panas dan suhu awal es
C. Suhu campuran tersebut sama denga suhu awal teh
D. Suhu campuran tersebut semakin meningkat
E. Suhu campuran tersebut semakin menurun
20. Air sebanyak 60 gram bersuhu 90oC (kalor jenis air = 1 kal/g
oC) dicampur 40
gram air sejenis bersuhu 25oC. Jika tidak ada faktor lain yang memengaruhi
proses ini, maka suhu akhir campuran adalah...
A. 15oC
B. 23oC
C. 46oC
D. 64oC
E. 77oC
21. Sebanyak 300 gram es bersuhu 0oC dimasukkan kedalam 500 gram air bersuhu
80oC. Diketahui kalor jenis es 2100 J/kg
oC, kalor lebur es 336000 J/kg, dan
kalor jenis air 4200 J/kgoC. Suhu kesetimbangan es dan air adalah...
A. 20oC
B. 25oC
C. 30oC
D. 35oC
E. 40oC
22. Suatu kalorimeter berisi es (kalor jenis es 0,5 kal/g K dan kalor lebur es 80
kal/g) sebanyak 36 g pada suhu -6oC. Kapasitas kalor kalorimeter ialah 27 kal/K.
Kemudian di dalam kalorimeter itu dituangkan alkohol (kalor jenis 0,58 kal/g K)
pada suhu 50oC menyebabkan suhu akhir menjadi 8
oC. Maka massa alkohol
yang dituangkan adalah...
A. 108 gram
B. 150 gram
C. 200 gram
D. 288 gram
E. 300 gram
230
23. Di bawah ini adalah contoh perpindahan kalor secara konduksi...
A.
B.
C.
D.
E.
24. Sebuah bola berjari-jari r 2 cm dan bersuhu 300 K. Tentukan berapa besar
energi yang dipancarkan oleh bola ini tiap detik! ( Wm2K
-4)
A. 2,31 J/s
B. 2,42 J/s
C. 3,23 J/s
D. 3,46 J/s
E. 4,02 J/s
25. Tiga batang konduktor P, Q, R dari jenis berbeda memiliki panjang dan luas
penampang sama disambung seperti pada gambar
P Q R
Jika diketahui suhu T1 20oC dan T4 90
oC, koefisien konduksi 2
, maka suhu T2 dan T3 adalah...
A. T2 40oC, T3 75
oC
B. T2 40oC, T3 60
oC
C. T2 35oC, T3 65
oC
D. T2 30oC, T3 50
oC
E. T2 30oC, T3 40
oC
T1 T2 T3 T4
231
Lampiran B. 3
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
(Kelas Eksperimen)
MateriPelajaran : Fisika – Suhu dan Kalor
Nama Guru : Tri Wahyuni
Hari/tanggal :
Kelas :
Petunjuk:
Berikan penilaian dengan menggunakan tanda chek (√) pada kolom yang tersedia.
Indikator Aktivitas Siswa Penilaian
Dilaksanakan Rating
A. Orientasi Ya Tidak 5 4 3 2 1
1. Melakukan pengamatan untuk
menemukan fakta-fakta yang
relevan
2. Merumuskan pertanyaan yang
berhubungan dengan hasil
pengamatan
5
B. Eksplorasi
1. Mengajukan hipotesis
2. Menentukan alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk melakukan
percobaan
3. Melaksanakan percobaan sesuai
dengan prosedur percobaan
4. Mengumpulkan data percobaan
C. Penemuan Konsep
1. Menganalisis data percobaan
2. Membuat kesimpulan berdasarkan
hasil yang diperoleh dari pada
tahap eksplorasi
D. Aplikasi
232
1. Mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh ke dalam konteks
baru atau mengerjakan tes
E. Penutup
1. Mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh ke dalam konteks
baru atau mengerjakan tes
2. Menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah dilakukan
Keterangan skor penilaian:
5= sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = tidak baik
1 = sangat tidak baik
Observer
(……………………)
233
LAMPIRAN C
Analisis Data Hasil Penelitian
1. Hasil Pretest
2. Hasil Posttest
3. Uji Normalitas Hasil Pretest
4. Uji Normalitas Hasil Posttest
5. Uji Homogenitas Hasil Pretest
6. Uji Homogenitas Hasil Posttest
7. Uji Hipotesis Hasil Pretest
8. Uji Hipotesis Hasil Posttest
9. Data Persentase Ranah Kognitif
10. Data Hasil lembar Observasi
Aktivitas Siswa
234
Lampiran C.1
Data Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Siswa Nilai Pretest
Kontrol Eksperimen
1 52 40
2 48 28
3 40 24
4 32 20
5 36 40
6 20 24
7 12 32
8 8 24
9 52 36
10 32 40
11 28 24
12 48 44
13 28 8
14 40 24
15 40 28
16 32 32
17 36 28
18 32 12
19 32 28
20 20 40
21 24 16
22 36 28
23 32 24
24 28 48
25 48 32
26 32 40
27 32 28
28 28 16
29 40 16
30 24 36
31 44 32
32 32 32
33 24 44
34 20 28
35 24 20
36 44 28
Nilai Terendah 8 8
Nilai Tertinggi 52 48
235
Hasil Pretest Kelas Kontrol
Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang didapat
dari kelas kontrol adalah sebagai berikut:
8 12 20 20 20 24 24 24 24 28
28 28 28 32 32 32 32 32 32 32
32 32 36 36 36 40 40 40 40 44
44 48 48 48 52 52
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
a. Banyak data (N) = 36
b. Nilai maksimal (Xmax) = 52
c. Nilai minimal (Xmin) = 8
d. Jangkauan (J) = Xmax - Xmin
= 52 – 8 = 44
e. Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 5,13
= 6,13 ≈ 6
f. Panjang Kelas (P) =
=
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol
Interval Frekuensi
Batas
Kelas
Titik Tengah
8 - 14 2 7.5 11 121 22 242
15 - 21 3 14.5 18 324 54 972
22 - 28 8 21.5 25 625 200 5000
29 - 35 9 28.5 32 1024 288 9216
36 - 42 7 35.5 39 1521 273 10647
43 - 49 5 42.5 46 2116 230 10580
50 - 56 2 49.5 53 2809 106 5618
Jumlah 36 8540 1173 42275
236
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa nilai,
yaitu:
a. Rata-rata
∑
∑
b. Median
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
(
)
dimana: = tepi bawah kelas median = 28,5
= banyaknya data = 36
= frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 13
= frekuensi kelas median = 9
= panjang kelas = 7
sehingga:
(
)
(
)
(
)
c. Modus
Nilai modus ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
(
)
dimana: = tepi bawah kelas modus = 28,5
= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 1
237
= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya = 2
= panjang kelas = 7
sehingga:
(
)
(
)
d. Standar Deviasi
Nilai standar deviasi dapat ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
√ ∑
∑
√
√
√
√
238
Hasil Pretest Kelas Eksperimen
Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang didapat
dari kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
8 12 16 16 16 20 20 24 24 24
24 24 24 28 28 28 28 28 28 28
28 32 32 32 32 32 36 36 40 40
40 40 40 44 44 48
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
a. Banyak data (N) = 36
b. Nilai maksimal (Xmax) = 48
c. Nilai minimal (Xmin) = 8
d. Jangkauan (J) = Xmax - Xmin = 48 – 8 = 40
e. Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 5,13
= 6,13 ≈ 6
f. Panjang Kelas (P) =
=
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen
Interval Frekuensi
Batas
Kelas
Titik Tengah
8 - 14 2 7.5 11 121 22 242
15 -21 5 14.5 18 324 90 1620
22 - 28 14 21.5 25 625 350 8750
29 - 35 5 28.5 32 1024 160 5120
36 - 42 7 35.5 39 1521 273 10647
43 - 49 3 42.5 46 2116 138 6348
Jumlah 36 5731 1033 32727
239
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa nilai,
yaitu:
a. Rata-rata
∑
∑
b. Median
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
(
)
dimana: = tepi bawah kelas median = 21,5
= banyaknya data = 36
= frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 7
= frekuensi kelas median = 14
= panjang kelas = 7
sehingga:
(
)
(
)
(
)
c. Modus
Nilai modus ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
(
)
dimana: = tepi bawah kelas modus = 21,5
= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 9
240
= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya = 9
= panjang kelas = 7
sehingga:
(
)
(
)
d. Standar Deviasi
Nilai standar deviasi dapat ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
√ ∑
∑
√
√
√
√
241
Lampiran C.2
Data Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Siswa Nilai Posttest
Kontrol Eksperimen
1 56 52
2 48 72
3 80 76
4 64 80
5 56 72
6 72 64
7 64 84
8 76 72
9 56 68
10 72 80
11 64 68
12 76 76
13 60 76
14 64 80
15 48 64
16 52 80
17 72 56
18 64 56
19 60 76
20 76 80
21 68 60
22 44 84
23 64 44
24 52 80
25 76 76
26 72 68
27 64 76
28 44 72
29 56 64
30 64 80
31 80 76
32 76 68
33 68 72
34 64 72
35 72 80
36 40 60
Nilai Terendah 40 44
Nilai Tertinggi 80 84
242
Hasil Posttest Kelas Kontrol
Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelas kontrol adalah sebagai berikut:
40 44 44 48 48 52 52 56 56 56
56 60 60 64 64 64 64 64 64 64
64 64 68 68 72 72 72 72 72 76
76 76 76 76 80 80
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
a. Banyak data (N) = 36
b. Nilai maksimal (Xmax) = 80
c. Nilai minimal (Xmin) = 40
d. Jangkauan (J) = Xmax - Xmin = 80 – 40= 40
e. Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 5,13
= 6,13 ≈ 6
f. Panjang Kelas (P) =
=
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol
Interval Frekuensi
Batas
Kelas
Titik
Tengah
40 - 46 3 39.5 43 1849 129 5547
47 - 53 4 46.5 50 2500 200 10000
54 - 60 6 53.5 57 3249 342 19494
61 - 67 9 60.5 64 4096 576 36864
68 - 74 7 67.5 71 5041 497 35287
75 - 81 7 74.5 78 6084 546 42588
Jumlah 36 22819 2290 149780
243
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa nilai,
yaitu:
a. Rata-rata
∑
∑
b. Median
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
(
)
dimana: = tepi bawah kelas median = 60,5
= banyaknya data = 36
= frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 13
= frekuensi kelas median = 9
= panjang kelas = 7
sehingga:
(
)
(
)
(
)
c. Modus
Nilai modus ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
(
)
dimana: = tepi bawah kelas modus = 60,5
= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 3
244
= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya = 2
= panjang kelas = 7
sehingga:
(
)
(
)
d. Standar Deviasi
Nilai standar deviasi dapat ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
√ ∑
∑
√
√
√
√
245
Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
44 52 56 56 60 60 64 64 64 68
68 68 68 72 72 72 72 72 72 76
76 76 76 76 76 76 80 80 80 80
80 80 80 80 84 84
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
a. Banyak data (N) = 36
b. Nilai maksimal (Xmax) = 84
c. Nilai minimal (Xmin) = 44
d. Jangkauan (J) = Xmax - Xmin = 84 – 44 =40
e. Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 5,13
= 6,13 ≈ 6
f. Panjang Kelas (P) =
=
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Interval Frekuensi
Batas
Kelas
Titik
Tengah
44 - 50 1 43.5 47 2209 47 2209
51 - 57 3 50.5 54 2916 162 8748
58 - 64 5 57.5 61 3721 305 18605
65 - 71 4 64.5 68 4624 272 18496
72 - 78 13 71.5 75 5625 975 73125
79 - 85 10 78.5 82 6724 820 67240
Jumlah 36 25819 2581 188423
246
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa nilai,
yaitu:
a. Rata-rata
∑
∑
b. Median
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
(
)
dimana: = tepi bawah kelas median = 71,5
= banyaknya data = 36
= frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 13
= frekuensi kelas median = 13
= panjang kelas = 7
sehingga:
(
)
(
)
(
)
,69
c. Modus
Nilai modus ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
(
)
dimana: = tepi bawah kelas modus = 71,5
= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 9
247
= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya = 3
= panjang kelas = 7
sehingga:
(
)
(
)
d. Standar Deviasi
Nilai standar deviasi dapat ditentukan dengan rumus statistik berikut ini:
√ ∑
∑
√
√
√
√
248
Lampiran C.3
Uji Normalitas Hasil Pretest Kelas Kontrol
Descriptives
Hasil Belajar Kelas Statistic Std. Error
Nilai Pretest Kelas Kontrol
Mean 32,7778 1,75169
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 29,2217
Upper Bound 36,3339
5% Trimmed Mean 32,9877
Median 32,0000
Variance 110,463
Std. Deviation 10,51016
Minimum 8,00
Maximum 52,00
Range 44,00
Interquartile Range 15,00
Skewness -,114 ,393
Kurtosis -,089 ,768
Tests of Normality
Hasil Belajar Kelas Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Pretest Kelas Kontrol ,141 36 ,070* ,971 36 ,453
249
Uji Normalitas Hasil Pretest Kelas Eksperimen
Descriptives
Hasil Belajar Kelas Statistic Std. Error
Nilai Pretest Kelas
Eksperimen
Mean 29,0000 1,57258
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 25,8075
Upper Bound 32,1925
5% Trimmed Mean 29,1111
Median 28,0000
Variance 89,029
Std. Deviation 9,43550
Minimum 8,00
Maximum 48,00
Range 40,00
Interquartile Range 12,00
Skewness -,068 ,393
Kurtosis -,320 ,768
Tests of Normality
Hasil Belajar Kelas Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Pretest Kelas Eksperimen ,126 36 ,164* ,974 36 ,541
250
Lampiran C.4
Uji Normalitas Hasil Posttest Kelas Kontrol
Descriptives
Hasil Belajar Kelas Statistic Std. Error
Nilai Posttest Kelas Kontrol
Mean 63,4444 1,78994
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 59,8107
Upper Bound 67,0782
5% Trimmed Mean 63,7284
Median 64,0000
Variance 115,340
Std. Deviation 10,73963
Minimum 40,00
Maximum 80,00
Range 40,00
Interquartile Range 16,00
Skewness -,425 ,393
Kurtosis -,596 ,768
Tests of Normality
Hasil Belajar Kelas Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Posttest Kelas Kontrol ,160 36 ,021 ,950 36 ,101
251
Uji Normalitas Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Descriptives
Hasil Belajar Kelas Statistic Std. Error
Nilai Posttest Kelas
Eksperimen
Mean 71,2222 1,57617
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 68,0224
Upper Bound 74,4220
5% Trimmed Mean 71,8272
Median 72,0000
Variance 89,435
Std. Deviation 9,45700
Minimum 44,00
Maximum 84,00
Range 40,00
Interquartile Range 15,00
Skewness -1,004 ,393
Kurtosis ,702 ,768
Tests of Normality
Hasil Belajar Kelas Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Posttest Kelas Eksperimen ,172 36 ,009 ,911 36 .007
252
Lampiran C.5
Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
Nilai Pretest ,213 1 70 ,646
ANOVA
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Nilai Pretest
Between Groups 256,889 1 256,889 ,2575 ,113
Within Groups 6982,222 70 99,746
Total 7239,111 71
Lampiran C.6
Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
Nilai Postest ,537 1 70 ,466
ANOVA
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Nilai Pretest
Between Groups 1088,889 1 1088,889 10,635 ,002
Within Groups 7167,111 70 102,387
Total 8256,000 71
253
Lampiran C.7
Uji Hipotesis Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ranks
Hasil Belajar Kelas N Mean Rank Sum of
Ranks
Nilai Pretest
Kelas Eksperimen 36 32,58 1173,00
Kelas Kontrol 36 40,42 1455,00
Total 72
Test Statisticsa
Skor Pretest
Mann-Whitney U 507,000
Wilcoxon W 1173,000
Z -1,602
Asymp. Sig. (2-tailed) ,109
a. Grouping Variable: Kelas
254
Lampiran C.8
Uji Hipotesis Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Ranks
Hasil Belajar Kelas N Mean Rank Sum of
Ranks
Skor Posttest
Kelas Eksperimen 36 44,22 1592,00
Kelas Kontrol 36 28,78 1036,00
Total 72
Test Statisticsa
Skor Pretest
Mann-Whitney U 370,000
Wilcoxon W 1036,000
Z -3,158
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002
a. Grouping Variable: Kelas
255
Lampiran C.9
Data Persentase Ranah Kognitif Hasil Pretest Kelas Kontrol
Siswa
Jenjang Kognitif
∑ C1 C2 C3 C4
1 11 23 2 3 4 12 13 19 5 6 7 8 10 14 15 16 17 20 21 24 9 18 22 25
1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 13
2 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 12
3 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 10
4 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 8
5 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 9
6 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5
7 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
9 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 13
10 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 8
11 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 7
12 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 12
13 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 7
14 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 10
15 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 10
16 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 8
17 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 9
18 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 8
19 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 8
20 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 5
256
21 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 6
22 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 9
23 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8
24 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 7
25 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 12
26 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8
27 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 8
28 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 7
29 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 10
30 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 6
31 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 11
32 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 8
33 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6
34 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 5
35 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6
36 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 11
∑ 26 7 15 8 26 27 7 11 13 11 7 13 7 5 12 4 8 9 8 14 15 16 4 14 8
Jumlah 48 92 113 42
Persentase
% 44% 43% 26% 29%
257
Data Persentase Ranah Kognitif Hasil Pretest Kelas Eksperimen
Siswa
Jenjang Kognitif
∑ C1 C2 C3 C4
1 11 23 2 3 4 12 13 19 5 6 7 8 10 14 15 16 17 20 21 24 9 18 22 25
1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 10
2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7
3 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6
4 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5
5 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 10
6 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6
7 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 8
8 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6
9 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 9
10 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 10
11 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6
12 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 11
13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
14 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 6
15 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7
16 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 8
17 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 7
18 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
19 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7
20 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 10
21 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4
22 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 7
258
23 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6
24 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 12
25 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8
26 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 10
27 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7
28 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4
29 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
30 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 9
31 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 8
32 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 8
33 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 11
34 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7
35 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
36 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 7
∑ 21 17 8 7 12 27 12 13 16 18 13 6 4 9 10 4 5 11 5 8 7 7 4 7 10
Jumlah 46 87 100 28
Persentase
% 43% 40% 23% 19%
259
Data Persentase Ranah Kognitif Hasil Posttest Kelas Kontrol
Siswa
Jenjang Kognitif
∑ C1 C2 C3 C4
1 11 23 2 3 4 12 13 19 5 6 7 8 10 14 15 16 17 20 21 24 9 18 22 25
1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 14
2 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 12
3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 20
4 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 16
5 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 14
6 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 18
7 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 16
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 19
9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 14
10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 18
11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 16
12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 19
13 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 15
14 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 16
15 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 12
16 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 13
17 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 18
18 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 16
19 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 15
20 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 19
21 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 17
22 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 11
260
23 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 16
24 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 13
25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 19
26 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 18
27 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 16
28 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 11
29 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 14
30 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 16
31 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 20
32 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 19
33 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 17
34 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 16
35 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 18
36 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10
∑ 32 31 23 30 29 28 21 22 29 28 20 18 18 20 27 15 22 23 24 17 15 22 19 19 19
Jumlah 86 159 247 79
Persentase
% 80% 74% 57% 55%
261
Data Persentase Ranah Kognitif Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Siswa
Jenjang Kognitif
∑ C1 C2 C3 C4
1 11 23 2 3 4 12 13 19 5 6 7 8 10 14 15 16 17 20 21 24 9 18 22 25
1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 13
2 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 18
3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 19
4 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 18
6 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 16
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 21
8 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18
9 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 17
10 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 20
11 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 17
12 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 19
13 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 19
14 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 20
15 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16
16 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 20
17 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 14
18 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 14
19 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 19
20 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 20
21 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 15
22 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 21
262
23 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 11
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 20
25 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19
26 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 17
27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 19
28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 18
29 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 16
30 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 20
31 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 19
32 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 17
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 18
34 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 18
35 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 20
36 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 15
∑ 35 29 24 27 33 31 23 26 26 31 26 19 26 19 22 24 26 24 26 22 24 24 24 24 26
Jumlah 88 166 289 98
Persentase
% 81% 77% 67% 68%
263
Lampiran C.10
Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Pertmuan 1
No Tahapan
Proses Aktivitas Siswa
Penilaian Kelompok
Jumlah Persentase Rata-rata 1 2 3 4 5 6
1 Orientasi Melakukan pengamatan untuk
menemukan fakta-fakta yang
relevan
5 4 4 3 5 4 25 83,33%
81,67% Merumuskan pertanyaan yang
berhubungan dengan hasil
pengamatan
5 4 4 4 4 3 24 80%
2 Eksplorasi
Mengajukan hipotesis
4 4 4 3 4 4 23 76,67%
80,83%
Menentukan alat dan bahan
yang dibutuhkan untuk
melakukan percobaan
5 4 4 4 4 4 25 83,33%
Melaksanakan percobaan
sesuai dengan prosedur
percobaan
5 4 5 4 3 4 25 83,33%
Mengumpulkan data percobaan
4 4 5 3 4 4 24 80%
3 Penemuan
Konsep
Menganalisis data percobaan
4 5 4 4 5 4
26 87%
85%
Mebuat kesimpulan 5 4 4 3 5 4 25 83,33%
264
berdasarkan hasil yang
diperoleh dari pada tahap
eksplorasi
4 Aplikasi Mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh ke dalam
konteks baru atau mengerjakan
tes
5 4 4 3 4 3 23 76,67% 76,67%
5 Penutup Mempresentasikan hasil
diskusi yang telah dilakukan
4 4 5 4 3 3 23 76,67%
81,67% Menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah
dilakukan
5 4 5 4 4 4 26 86,67%
265
Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Pertemuan 2
No Tahapan
Proses Aktivitas Siswa
Penilaian Kelompok
Jumlah Persentase Rata-rata 1 2 3 4 5 6
1 Orientasi Melakukan pengamatan untuk
menemukan fakta-fakta yang
relevan
5 4 4 4 5 4 26 86,67%
85% Merumuskan pertanyaan yang
berhubungan dengan hasil
pengamatan
5 5 4 4 3 3 25 83,33%
2 Eksplorasi
Mengajukan hipotesis
4 5 5 4 3 4 25 83,33%
84,17%
Menentukan alat dan bahan
yang dibutuhkan untuk
melakukan percobaan
5 4 4 5 4 4 26 86,67%
Melaksanakan percobaan
sesuai dengan prosedur
percobaan
4 4 4 4 4 5 25 83,33%
Mengumpulkan data percobaan
4 4 5 4 4 4 25 83,33%
3 Penemuan
Konsep
Menganalisis data percobaan
4 5 4 4 5 4
26
87% 86,83%
Mebuat kesimpulan 4 4 5 4 5 4 26 86,67%
266
berdasarkan hasil yang
diperoleh dari pada tahap
eksplorasi
4 Aplikasi Mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh ke dalam
konteks baru atau mengerjakan
tes
5 4 4 4 4 3 24 80% 80%
5 Penutup Mempresentasikan hasil
diskusi yang telah dilakukan
4 5 4 3 4 4 24 80%
83,33% Menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah
dilakukan
5 4 4 4 5 4 26 86,67%
267
Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Pertemuan 3
No Tahapan
Proses Aktivitas Siswa
Penilaian Kelompok
Jumlah Persentase Rata-rata 1 2 3 4 5 6
1 Orientasi Melakukan pengamatan untuk
menemukan fakta-fakta yang
relevan
4 5 4 4 5 4 26 86,67%
88,33% Merumuskan pertanyaan yang
berhubungan dengan hasil
pengamatan
5 5 4 5 4 4 27 90%
2 Eksplorasi
Mengajukan hipotesis
4 4 5 4 4 4 25 83,33%
85,83%
Menentukan alat dan bahan
yang dibutuhkan untuk
melakukan percobaan
5 4 4 5 5 4 27 90%
Melaksanakan percobaan
sesuai dengan prosedur
percobaan
4 5 4 4 4 5 26 86,67%
Mengumpulkan data percobaan
4 4 5 4 4 4 25 83,33%
3 Penemuan
Konsep
Menganalisis data percobaan
4 5 5 5 4 4
27
90% 86,67%
Mebuat kesimpulan 4 4 4 4 5 4 25 83,33%
268
berdasarkan hasil yang
diperoleh dari pada tahap
eksplorasi
4 Aplikasi Mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh ke dalam
konteks baru atau mengerjakan
tes
4 5 4 4 4 4 25 83,33% 83,33%
5 Penutup Mempresentasikan hasil
diskusi yang telah dilakukan
4 5 4 4 4 4 25 83,33%
85% Menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah
dilakukan
5 4 5 4 4 4 26 86,67%
269
LAMPIRAN D
Surat-surat Penelitian
1. Surat Keterangan Wawancara
2. Surat Permohonan Izin Penelitian
3. Surat Keterangan Penelitian
4. Lembar Uji Referensi
5. Daftar Riwayat Hidup
270
Lampiran D.1
271
Lampiran D.2
Lampiran E.3
272
Lampiran D.3
273
Lampiran D.4
UJI REFERENSI
274
275
276
277
278
279
280
281
282
Lampiran D.5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
TRI WAHYUNI. Anak ketiga dari lima bersaudara pasangan
Bapak Djanuardi dan Ibu Yullenniwita. Lahir di Medan pada
tanggal 24 April 1994 dan bertempat tinggal di Jambak Koto Buruk,
Kelurahan Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten
Padang Pariaman, Provinsi Sumatra Barat.
Riwayat Pendidikan. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis diantaranya
SD Negeri 010028 Simpang Empat lulus pada tahun 2006, MTS Pondok Pesantren
Modern Daaral’uluum Asahan lulus pada tahun 2009. Selanjutnya penulis
melanjutkan sekolah di MA Pondok Pesantren Modern Daaral’uluum Asahan lulus
pada tahun 2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Fisika pada tahun 2012
melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK).