pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja

67
PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA TERHADAP PENDAPATAN PADA INDUSTRI KECIL PENGRAJIN GENTING DI DESA KARANGASEM KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Riningsih 3364000228 FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN EKONOMI 2005

Upload: docong

Post on 21-Jan-2017

229 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

TERHADAP PENDAPATAN PADA INDUSTRI KECIL

PENGRAJIN GENTING DI DESA KARANGASEM

KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Riningsih

3364000228

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN EKONOMI

2005

Page 2: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi

pada :

Hari : Senin

Tanggal : 27 Juni 2005

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Subkhan Drs. Partono Thomas, M.S

NIP. 131 686 738 NIP. 131 125 640

Mengetahui :

Ketua Jurusan Ekonomi

Drs. Kusmuriyanto, M.Si

NIP. 131 404 309

Page 3: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Widiyanto, MBA, MM

NIP. 132 208 714

Anggota I Anggota II

Drs. Subkhan Drs. Partono Thomas, M.S

NIP. 131 686 738 NIP. 131 125 640

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Sunardi, MM

NIP. 130 567 998

Page 4: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 23 Juni 2005

Riningsih

NIM. 3364000228

Page 5: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Memang baik jadi orang penting tapi lebih penting jadi orang baik

Sesungguhnya setiap sisi kesalahan ada sisi keuntungan karena dari kesalahan itu kita temukan kemajuan

Untuk Bapak Ibu tercinta Keluarga besar Kamin Atmodinoto Adikku Yusuf Seseorang yang kusayang Sahabat-sahabatku Almamaterku

Page 6: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

vi

SARI

Riningsih. 2005. Pengaruh Modal Kerja dan Satuan Jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. 54 halaman. Kata Kunci : Modal Kerja, Satuan Jam Kerja, Pendapatan Pengrajin Industri kecil genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan merupakan tulang punggung perekonomian penduduk yang ada di wilayah tersebut dan sekitarnya yang mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu dalam usahanya meningkatkan pendapatan pengrajin genting maka diperlukan pengelolaan modal kerja dan satuan jam kerja yang efektif dan efisien. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dalam rangka menyusun skripsi. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) apakah modal kerja dan satuan jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan?, (2) seberapa besar pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan?. Populasi penelitian ini adalah seluruh pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan yang berjumlah 149 orang. Pengambilan sampel yang berjumlah 60 orang dilakukan dengan tehnik random sampling (acak). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu modal kerja dan satuan jam kerja dan variabel terikat yaitu pendapatan pengrajin genting. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Metode analisis data menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan 2 prediktor dengan program statistik SPSS. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program statistik SPSS diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = 2921,231 + 1,302 X1 - 0,204 X2. Modal kerja dan satuan jam kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin genting yang ditunjukkan dengan Fhitung (66,990) > Ftabel (3,16). Kontribusi yang diberikan oleh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan sebesar 70,2 % selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Secara parsial modal kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan, hal ini ditunjukkan oleh thitung (7,901) > ttabel (1,671), dengan koefisien regresi sebesar 1,302 yang berarti jika ada penambahan modal kerja sebesar Rp 1000,- maka pendapatan akan bertambah sebesar Rp 1.302,- dengan koefisien determinasi untuk modal kerja terhadap pendapatan sebesar 70 %, sedangkan secara parsial satuan jam kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan. Simpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan sebesar 70,2 %. Langkah yang sebaiknya dilakukan oleh pengrajin genting adalah : (1) sebaiknya pengrajin genting melakukan pengelolaan modal kerja secara efektif dan efisien, melakukan pemisahan harta antara harta pribadi dengan harta yang digunakan sebagai modal kerja usaha genting, melakukan penambahan modal, memprioritaskan usahanya sebagai pengrajin genting karena memiliki prospek untuk terus dikembangkan sebagai sumber pendapatan.

Page 7: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

vii

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayahNYa, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Pengaruh Modal Kerja dan Satuan Jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil

Pengrajin Genting di Desa Karangasem kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan”.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

dukungan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. H.A.T sugito, SH..MM, Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Drs. Sunardi, MM, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

3. Drs. Kusmuriyanto, M.Si, Ketua jurusan ekonomi

4. Drs. Subkhan, Pembimbing I yang dengan tulus, ikhlas, dan penuh kesabaran telah

membimbing, mengarahkan, dan memotivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan baik.

5. Drs. Partono Thomas, M.S, Pembimbing II yang dengan tulus, ikhlas, dan penuh

kesabaran telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Drs. Widiyanto, MBA. MM, Dosen penguji yang telah memberikan saran, masukan

dan kritik demi penyempurnaan skripsi ini.

7. Wawan Kartipan, SE, Kepala Desa Karangasem yang telah memberikan ijin

penelitian untuk pelaksanaan penelitian.

Page 8: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

viii

8. Pengrajin dan karyawan pada industri kecil genting yang telah membantu peneliti

dalam penelitian ini sampai selesainya skripsi ini.

9. Bapak, Ibu, adikku Yusuf dan keluarga besar Kamin Atmodinoto yang telah

memberikan bantuan dan dukungan baik material maupun spiritual sehingga peneliti

mampu menyelesaikan studi dalam meraih gelar sarjana.

10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu

terlesainya skripsi ini.

Atas segala bantuan dan jasa-jasa beliau peneliti hanya bisa berdoa semoga Allah

memberikan taufik, hidayahNYa atas jasa dan pengorbanan beliau. Akhir kata, peneliti

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 23 Juni 2005

Penyusun

Page 9: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………………… iii

HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………………… iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………. v

HALAMAN SARI …………………………………………………………………….. vi

HALAMAN PRAKATA……………………………………………………………… vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………… xii

BAB I Pendahuluan …………………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………… 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ………………………………………… 5

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………… 6

D. Kegunaan Penelitian ……………………………………………………….. 6

E. Sistematika Skripsi …………………………………………………………. 7

BAB II Landasan Teori ………………………………………………………………… 8

A. Modal Kerja ………………………………………………………………… 8

B. Jam Kerja…………………………………………………………………… 17

C. Pendapatan …………………………………………………………………. 21

Page 10: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

x

D. Kerangka Berpikir …………………………………………………………. 24

E. Hipotesis …………………………………………………………………… 27

BAB III Metode Penelitian ……………………………………………………………. 28

A. Populasi Penelitian…………………………………………………………. 28

B. Sampel Penelitian …………………………………………………………. 28

C. Variabel Penelitian ………………………………………………………… 29

D. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………….. 30

E. Metode Analisis Data …………………………………………………….. 31

BAB IV Hasil Penelitian dan pembahasan …………………………………………… 36

B. Hasil Penelitian……………………………………………………………. 36

C. Pembahasan ………………………………………………………………. 46

BAB V Penutup ……………………………………………………………………… 52

A. Simpulan…………………………………………………………………... 52

B. Saran………………………………………………………………………. 52

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 54

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………………… 56

Page 11: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ……………………………. 37

TABEL 2 Responden Menurut Tingkat Pendidikan …………………………………. 37

TABEL 3 Responden Menurut Lama Usaha ………………………………………… 38

TABEL 4 Pemilikan Modal Kerja Pengrajin Genting ………………………………… 39

TABEL 5 Penggunaan Tenaga Kerja Pengrajin Genting ……………………………... 41

TABEL 6 Jumlah Satuan Kerja Karyawan Perbulan …………………………………. 41

TABEL 7 Pendapatan Pengrajin Genting Perbulan …………………………………… 42

TABEL 8 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Modal Kerja dan Satuan Jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan…. 43

Page 12: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Hasil Penelitian ………………………………………………. 57

LAMPIRAN 2 Analisis Regresi Linear Berganda Program SPSS …………………… 58

LAMPIRAN 3 Pedoman Wawancara ………………………………………………… 61

LAMPIRAN 4 Tabel Nilai F …………………………………………………………. 63

LAMPIRAN 5 Tabel Nilai T ………………………………………………………… 65

LAMPIRAN 6 Ijin Penelitian ……………………………………………………….. 67

LAMPIRAN 7 Rekomendasi Kepala Desa Karangasem …………………………….. 68

Page 13: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai usaha meningkatkan pendapatan individu pada umumnya dan

masyarakat daerah Wirosari pada khususnya, penduduk di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan telah berusaha menciptakan lapangan

kerja sendiri, yaitu dengan mendirikan industri kecil genting. Keberadaan industri

kecil genting tersebut merupakan salah satu potensi yang memiliki peran yang

strategis didalam memajukan roda perekonomian suatu bangsa.

Dalam kegiatan usahanya sebagian besar penduduk di Desa karangasem

Kecamatan Wirosari adalah di sektor pertanian, baik sebagai buruh maupun sebagai

petani. Karena hasil di sektor pertanian belum mencukupi kebutuhan hidup dan guna

menambah pendapatan, maka mulailah mencari pekerjaan tambahan yaitu pada

industri genting. Industri genting tersebut mampu menyerap tenaga kerja dan

meningkatkan pendapatan bagi penduduk setempat dan sekitarnya.

Industri kecil genting merupakan tulang punggung perekonomian penduduk

Desa Karangasem dan sekitarnya yang diharapkan mampu meningkatkan

kesejahteraan hidup mereka. Dengan adanya lapangan kerja tersebut sudah tentu

akan memerlukan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan faktor-faktor

produksi yang bersangkutan dan pada akhirnya dapat menyerap pengangguran di

lingkungan sekitar Wirosari.

Dalam menjalankan usaha, baik perusahaan besar maupun kecil

membutuhkan manajemen modal kerja yang efektif dan efisien. Modal kerja

merupakan unsur terpenting untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan,

Page 14: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

2

yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari yang dapat

berubah sesuai dengan keadaan perusahaan. Dengan adanya proses produksi yang

lancar dapat menghasilkan produksi yang sesuai dengan harapan para pengusaha,

sehingga dapat meningkatkan hasil penjualan dan pada akhirnya akan dapat

meningkatkan pendapatan bagi perusahaan tersebut.

Menurut Kamaruddin (1997:1) modal kerja yang tepat merupakan syarat

keberhasilan suatu perusahaan apalagi bagi perusahan kecil, di samping itu modal

kerja sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan dan likuiditas adalah

persyaratan keberhasilan serta kontinuitas perusahaan.

Di samping itu, pengelolaan satuan jam kerja juga perlu mendapat perhatian.

Pengelolaan satuan jam kerja yang belum maksimal akan mengakibatkan

pemborosan (inefisiensi) dalam bekerja. Setiap pengusaha hendaknya dapat

melaksanakan ketentuan waktu kerja yang berlaku pada perusahaan tesebut. Dalam

usahanya memenuhi permintaan pasar, maka setiap pengusaha perlu mengatur waktu

kerja para karyawan secara lebih tepat dan memperhatikan kualitas tenaga kerja guna

menghasilkan produksi sesuai yang diharapkan perusahaan sehingga dapat

meningkatkan penapatan para pengusaha tersebut.

Para pengrajin genting di Desa Karangasem dalam melakukan usahanya

berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan mengutamakan

kualitas genting dan melakukan diversifikasi produk genting guna meningkatkan

pendapatan. Namun, pendapatan dengan laba maksimal bukan satu-satunya tujuan

utama didirikannya suatu usaha karena ada tujuan lain yaitu kontinuitas usaha dan

perkembangan dalam usaha. Sedangkan pendapatan itu sendiri diterima dari berbagai

factor yang mendukung diantaranya modal kerja dan tenaga kerja.

Page 15: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

3

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, bahwa rata-rata para industri

kecil pengrajin genting di Desa Karangasem mengalami kekurangan modal kerja dan

pengelolaan satuan jam kerja belum maksimal. Sehingga diperlukan pengelolaan

yang baik atas modal kerja guna pengembangan usaha tersebut. Modal kerja dengan

kuantitas yang besar dapat memberikan peluang jumlah keuntungan yang besar pula

dibandingkan dengan keadaan jumlah modal yang relatif kecil. Dengan jumlah

investasi rata-rata sebesar Rp 1.000.000,- pengrajin genting di Desa Karangasem

mampu menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar Rp 2.000.000,- per bulan. Hal ini

menunjukkan bahwa permodalan yang cukup akan memberikan kesempatan yang

lebih baik dalam memperoleh pendapatan.

Para pengrajin genting yang ada di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari

Kebupaten Grobogan selalu berpikir bagaimana cara mengelola modal kerja yang

minimal agar bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin guna memaksimumkan

pendapatan. Mereka menggunakan modal kerja tersebut untuk pengadaan bahan

baku (tanah liat), pembelian bahan penolong (kayu bakar, kulit randu), dan

pembayaran upah tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan

pengawasan yang baik atas penggunaan modal kerja. Hal ini dimaksudkan agar

aktivitas sehari-hari dalam industri genting dapat berjalan lancar guna

mempertahankan kontinuitas perusahaan.

Selain modal kerja, pengelolaan satuan jam kerja juga perlu diperhatikan

karena pengelolaan satuan jam kerja pada industri genting belum maksimal. Hal ini

disebabkan usaha industri kecil genting tersebut merupakan pekerjaan sampingan

diluar pekerjaan sebagai petani. Sehingga pekerjaan sebagai pengrajin genting

dilakukan secara part time disela-sela mereka menganggur. Oleh karena itu jumlah

tenaga kerja, pengalaman, dan kualitas tenaga kerja juga harus diperhatikan karena

Page 16: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

4

hal tersebut akan sangat mempengaruhi operasional dan volume pendapatan industri

genting di tengah ketatnya persaingan.

Sejumlah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa para pengusaha

kecil ternyata mampu menyerap sekitar 40 persen hingga 70 persen angkatan kerja,

serta menyumbangkan sepertiga dari total output nasional yang secara resmi

tercatat. Mereka itu meliputi para petani kecil, pengrajin, tukang, pedagang kecil,

dan asongan, yang kebanyakan beroperasi di sektor ekonomi informal,

baik di perkotaan maupun di pedesaan (Todaro 2000:271). Usaha untuk

mengembangkan industri kecil memang terus dilakukan, akan tetapi sekarang ini

banyak hambatan yang mereka hadapi di tengah perekonomian yang semakin

terpuruk.

Para pengrajin genting di Desa Karangasem dalam melakukan penerimaan

tenaga kerja tidak melalui seleksi secara khusus, seperti misalnya tidak

memperhatikan tingkat pendidikan, keahlian dalam mencetak genting. Sehingga

dengan keahlian tenaga kerja yang rendah mengakibatkan kurangnya ketrampilan

dalam melakukan kerja atau kesulitan dalam menghadapi suatu permasalahan. Hal

ini tentunya juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi genting yang

pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan industri genting tersebut.

Di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan mempunyai

jumlah penduduk 8.628 jiwa terdiri dari 4.407 laki-laki dan 4.221 perempuan.

Dengan melihat jumlah penduduk yang demikian besar maka tenaga kerja yang

terserap pda industri kecil genting ini juga cukup tinggi. Dengan jumlah 149 unit

usaha industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem mampu menyerap tenaga

kerja sebesar 1.634 orang atau 38 persen dari jumlah keseluruhan tenaga kerja yang

terserap (Monografi Desa 2004). Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil genting

Page 17: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

5

menjadi tumpuan pendapatan bagi penduduk di Desa Karangasem Kecamatan

Wirosari Kabupaten Grobogan.

Topik penelitian ini telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu.

Beberapa diantaranya adalah Karsiyatun (2002) menyimpulkan “ada pengaruh antara

pemanfaatan kredit Bank dengan peningkatan pendapatan pada industri kecil

pengrajin genting di Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen”, Mellinza Ratna

Kartikasari (2003) menyimpulkan “ada pengaruh antara kredit Kopinkra Sutra Ayu

dengan peningkatan pendapatan pengrajin bordir di Kecamatan Kedungwuni

Kabupaten Pekalongan”, Dewi Wulandari (2004) menyimpulkan “ada pengaruh

antara penggunaan kredit BPR-BKK Plupuh terhadap pendapatan pedagang kecil di

Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen”. Berdasarkan beberapa hasil penelitian

tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan lokasi dan waktu yang

berbeda dengan harapan dapat menemukan sesuatu yang baru, yang berbeda.

Mengingat sedemikian pentingnya kedudukan modal kerja dan pengelolaan

satuan jam kerja dalam mempengaruhi pendapatan guna mempertahankan

kontinuitas perusahaan dan perkembangan usaha agar dapat meningkatkan

kesejahteraan hidup industri kecil pengrajin genting maka peneliti tertarik untuk

mengangkat suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Modal Kerja dan Satuan

Jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di

Desa Karangsem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dalam suatu usaha, pengawasan dan pengelolaan modal kerja dan satuan jam

kerja perlu mendapat perhatian. Penggunaan modal kerja yang kurang efektif dan

efisien mengakibatkan aktivitas usaha tidak lancar. Selain itu pengelolaan satuan jam

kerja yang belum maksimal akan mengakibatkan pemborosan (inefisiensi) dalam

Page 18: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

6

bekerja. Sehingga hal ini akan mempengaruhi pendapatan pengusaha tersebut. Dari

asumsi-asumsi tersebut peneliti ingin mengangkat masalah penelitian sebagi berikut :

1. Adakah pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada

industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari

Kabupaten Grobogan ?

2. Seberapa besar pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan

pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karang asem Kecamatan Wirosari

Kabupaten Grobogan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja

terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap

pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang

penelitian dan penerapan teori yang peneliti dapatkan di perkuliahan, khususnya

tentang industri kecil pengrajin genting.

2. Bagi pengusaha genting sebagai masukan tentang pengaruh modal kerja dan

satuan jam kerja dalam peningkatan pendapatan usaha pada industri kecil

pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten

Grobogan.

2. Bagi karyawan atau tenaga kerja dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan bahan

bacaan yang dapat memberikan pengetahuan bahwa tenaga kerja benar-benar

Page 19: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

7

berfungsi dalam peningkatan usaha pada industri kecil genting di Desa

Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

E. Sistematika Skripsi

Skripsi ini disusun menjadi tiga bagian, yaitu :

Bagian pertama adalah pendahuluan, kedua bagian isi, dan ketiga bagian akhir.

1. Bagian Pendahuluan

Bagian ini memuat tentang judul penelitian, halaman pengesahan, motto dan

persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, dan abstrak.

2. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab yang meliputi :

BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, serta sistematika skripsi.

BAB II Landasan teori dan hipotesis, yang memaparkan kajian teoritis yang

terkait dengan permasalahan yang merupakan landasan teoritis serta

acuan dalam perumusan hipotesis bagi penelitian.

BAB III Metode Penelitian, yang terdiri dari populasi dan sampel, variabel

penelitian, metode pengumpulan data serta analisi data.

BAB IV Hasil Penelitian dan pembahasan, berisi tentang hasil penelitian dan

pembahasannya.

BAB V Penutup, memuat tentang simpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

Berisi tentang daftar pustaka dan lampiran.

Page 20: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MODAL KERJA

1. Pengertian Modal

Modal kerja adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan perusahaan untuk

menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar-putar dalam periode

tertentu (Indriyo 1992:34). Sedangkan menurut Wahid (1993:245) modal kerja

adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat berharga

jangka pendek, piutang, persediaan. Modal kerja kotor adalah harta lancar total dari

perusahaan, dan modal kerja bersih adalah harta lancar dikurangi utang lancar.

Menurut Riyanto (1995:59) mengenai pengertian modal kerja dapat

dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

1) Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam

unsure-unsur aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi

dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah

keseluruhan dari jumlah aktiva lancar dan sering disebut modal bruto.

2) Konsep Kualitatif

Pada konsep ini, modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar

atau utang yang segera harus dibiayai. Oleh karenanya maka modal kerja menurut

konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan

Page 21: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

9

membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya yaitu yang

merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya.

3) Konsep Fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan

pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan

adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Dengan demikian maka

pengertian modal kerja dalam konsep ini adalah dana yang digunakan selama periode

accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai

dengan maksud utama didirikan perusahaan tersebut.

Secara umum modal kerja dapat berarti :

a) Seluruh aktiva lancar atau modal kerja kotor (Gross Working Capital) atau konsep

kuantitatif.

b) Aktiva lancar dikurangi utang lancar (Net Working Capital) atau konsep kualitatif.

c) Keseluruhan dana yang diperlukan untuk menghasilkan laba tahun berjalan

(Functional Working Capital) atau konsep fungsional. (Kamaruddin 1997:2).

2. Macam-macam Modal Kerja

1) Modal kerja permanen (Permanen Working Capital)

Merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan, untuk dapat

menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus

diperlukan untuk kelancaran usaha.

Modal kerja permanen dibedakan atas :

a) Modal kerja primer (Primary Working Capital)

Page 22: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

10

Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk

menjamin kontinuitas usahanya.

b) Modal kerja normal (Normal Working Capital)

Yaitu modal kerja untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2) Modal kerja variable (Variabel Working Capital)

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

perubahan keadaan.

Modal kerja variabel dibedakan atas :

a) Modal kerja musiman (Seasional Working Capital)

Yaitu modal kerja yang mengalami perubahan karena fluktuasi musim.

b) Modal kerja siklus (Cyclical Working Capital)

Yaitu modal kerja yang mengalami perubahan karena perubahan fluktuasi

konjungtur.

c) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)

Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan situasi darurat yang

diperkirakan akan terjadi atau situasi yang tidak diketahui sebelumnya (Riyanto

1995:61).

3. Sumber-Sumber Modal Kerja

Untuk mendapatkan modal usaha, antara pengusaha yang satu dengan yang

lain mempunyai cara yang berbeda. Namun secara garis besar kebutuhan modal

suatu industri dapat dipenuhi dari sendiri dan dari luar berupa pinjaman atau kredit.

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pihak perusahaan itu sendiri

(cadangan, laba). Sedangkan modal pinjaman adalah modal yang berasal dari luar

perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan dan bagi perusahaan

Page 23: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

11

yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang harus dibayar kembali

(Riyanto 1995:21).

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat dipenuhi dari dua sumber :

1) Sumber intern (Internal Sources) adalah modal yang berasal dari perusahaan

sendiri, yang meliputi :

a. Laba yang ditahan

b. Penjualan aktiva tetap yang dilaksanakan oleh perusahaan

c. Keuntungan penjualan surat-surat berharga

d. Cadangan penyusutan

2) Sumber eksternal (Eksternal Sources) adalah modal yang berasal dari luar

perusahaan, yang meliputi :

a. Supplier

b. Bank-bank

c. Pasar modal

Pasar modal yang dalam bentuk konkritnya adalah bursa efek berfungsi

mengalokasikan dana dari perorangan atau lembaga yang mempunyai surplus

tabungan kepada perusahaan yang kekurangan tabungan (Indriyo 2001:42).

Modal kerja yang digunakan oleh para pengrajin genting berasal dari modal

sendiri dan modal pinjaman.

4. Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja pada hakekatnya merupakan jumlah yang terus menerus harus

ada dalam menopang usaha perusahaan (Kamaruddin 1997:5). Modal kerja yang ada

harus dapat atau mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari,

Page 24: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

12

karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan disamping

memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan

perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga memberi keuntungan antara

lain :

1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai akativa

lancar.

2) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan

memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau

kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

3) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk

melayani para konsumennya.

4) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih

menguntungkan kepada para langganannya.

5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan lebih efisien karena

tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun asa yang dibutuhkan.

(Munawir 1995:116).

Dari beberapa pendapat di atas pada dasarnya peran modal kerja adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluara atau operasi perusahaan.

5. Faktor Yang Menentukan Jumlah Modal Kerja

Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan, tapi

berapakah jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan itu ?

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan

Page 25: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

13

bukanlah merupakan hal yang mudah, karena modal yang dibutuhkan oleh suatu

perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1) Sifat atau tipe dari perusahaan.

2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan

dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.

3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan.

4) Syarat penjualan.

5) Tingkat perputaran persediaan.

(Munawir 1995:117)

Menurut Indriyo (2001:36) bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja

dapat disebabkan oleh beberapa hal :

1) Volume penjualan.

Faktor ini adalah faktor yang paling utama, karena perusahaan memerlukan

modal kerja untuk menjalankan aktifitasnya yang mana puncak dari aktifitasnya itu

adalah aktivitas penjualan.

2) Pengaruh musim.

Dengan adanya pengaruh musim terhadap permintaan barang atau jasa maka

penjualan akan berfluktuasi. Fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-

perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan hal ini yang menimbulkan adanya

modal kerja variabel.

3) Kemajuan tehnologi.

Page 26: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

14

Perkembangan tehnologi dapat mempengaruhi atau merubah proses produksi

menjadi lebih cepat dan lebih ekonomis. Dengan demikian dapat mengurangi jumlah

kebutuhan modal kerja.

4) Beberapa kebijaksanaan dapat pula merubah besarnya modal kerja seperti :

politik, penjualan kredit, politik persediaan bahan baku,atau persediaan kas.

Menurut Kamaruddin (1997:6) bahwa kebutuhan modal atau komposisi

modal kerja dipengaruhi oleh :

1) Besar kecilnya kegiatan usaha atau perusahaan, semakin besar kegiatan

perusahaan semakin besar modal kerja yang diperlukan, apabila hal lainnya

tetap.

2) Kebijaksanaan tentang penjualan.

3) Faktor lain:

a. Faktor-faktor ekonomi

b. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan uang ketat atau kredit ketat

c. Tingkat bunga yang berlaku

d. Peredaran uang

e. Tersedianya bahan-bahan di pasar.

6. Manajemen Modal kerja

Menurut Indriyo (2001:40) manajemen modal kerja pada dasarnya meliputi :

1) Perencanaan besarnya kebutuhan modal kerja.

Perubahan dari aktivitas usaha suatu perusahan akan mengakibatkan

perubahan terhadap kebutuhan modal kerja.

2) Sumber-sumber pemenuhan modal kerja.

Page 27: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

15

3) Penggunaan modal kerja.

4) Analisa laporan sumber dan penggunaan modal kerja.

Sebagai dasar perencanaan, pengelolaan dan pengawasan modal kerja di

masa yang akan datang bagi manajemen diperlukan laporan perubahan modal kerja

yang menunjukkan secara rinci terjadinya kenaikan atau penurunan modal kerja dari

tahun ke tahun berikutnya serta penyebab terjadinya kenaikan atau penurunan itu.

7. Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal

kerja adalah sebagai berikut :

1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran

upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan

pembayaran biaya-biaya lainnya.

2) Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat

berharga, maupun kerugian yang insidental lainnya.

3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujan-tujuan

tertentu dalam jangka panjang, misalnya danapelunasan obligasi, dana pensiun

pegawai, dana ekspansi atau dana-dana lainnya.

4) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau

aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau

timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

5) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik,obligasi,

Page 28: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

16

maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya serta penarikan atau pembelian

kembali saham perusahaan yang beredar atau adanya penurunan hutang jangka

panjang dikurangi aktiva lancar.

6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk

kepentingan pribadinya atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemlik

perusahaan dalam perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran

deviden dalam perseroan terbatas (Munawir 1995:125).

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun

penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, namun tidak selalu

penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan dan penurunan jumlah modal

kerja yang dimiliki perusahaan.

Penggunaan aktiva lancar yang menyebabkan turunnya modal kerja adalah

sebagai berikut :

1) Pembayaran kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan.

2) Pembayaran kerugian-kerugian yang diderita perusahaan karena adanya

penjualan surat-surat berharga maupun incidental lainnya.

3) Adanya pembayaran utang jangka panjang, utang hipotik, obligasi maupun utang

jangka panjang lainnya.

4) Adanya pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang lainnya yang

mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau tumbuhnya utang lancar.

5) Adanya pengambilan uang kas oleh pemilik perusahaan dan pengambilan

keuntungan atas pengambilan deviden oleh pemilik dalam perseroan terbatas.

Page 29: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

17

6) Adanya pembentukan dana dari aktiva lancar pada tujuan tertentu dalam jangka

panjang, misalnya dana pensiun pegawai (Indriyo2001:47).

Dari beberapa pengertian modal kerja di atas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa modal kerja ini bersifat kuantitatif karena modal kerja tersebut digunakan

untuk membiayai operasi perusahaan seperti pembiayaan bahan baku, pembiayaan

bahan penolong, pembiayaan upah dan pembiayaan operasional lainnya yang

berlangsung terus menerus dalam kegiatan perusahaan yang dapat mengalami

perubahan.

Sedangkan yang dimaksud modal kerja dalam penelitian ini adalah modal

berupa uang yang digunakan untuk membiayai pembelian bahan baku (tanah liat),

pembelian bahan penolong (kayu bakar, kulit randu), dan pembayaran upah tenaga

kerja selama sebulan untuk kegiatan produksi pada industri kecil pengrajin genting di

Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

B. Jam Kerja

1. Pengertian Jam Kerja

Kerja diartikan sebagai proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada

suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat

pemenuhan kebutuhan yang ada.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:454) jam kerja adalah waktu

yang dijadwalkan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang

dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja bagi seseorang sangat

menentukan efisiensi dan produktivitas kerja.

Page 30: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

18

Dari segi Undang-Undang Perburuhan, jam kerja adalah jam / waktu yang

dilakukan di bawah pengawasan pimpinan dari pihak kantor. Banyaknya jumlah jam

kerja tergantung dari pihak kantor yang mempekerjakan para karyawan tersebut.

Pada dasarnya jam kerja adalah 40 (empat puluh) jam dalam seminggu, 8 (delapan)

jam sehari (tidak termasuk jam istirahat). Tentang jam kerja berdagang, usaha

perfilman, usaha kesehatan, kebersihan, penerima tamu / receptinost, atau usaha

sampingan; adalah 44 (empat puluh empat) jam dalam seminggu.

2. Ketentuan Jam Kerja

Menurut Wetik yang dikutip oleh Nur Istiqomah (2004:23) jam kerja

meliputi :

1) Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik.

2) Hubungan antara waktu kerja dengan waktu istirahat.

3) Jam kerja sehari meliputi pagi, siang, sore dan malam.

Lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada umumnya 6

sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan untuk keluarga, masyarakat,

untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu minggu seseorang bisa bekerja dengan baik

selama 40 sampai 50 jam. Selebihnya bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak

efisien. Akhirnya produktivitas akan menurun, serta cenderung timbul kelelahan dan

keselamatan kerja masing-masing akan menunjang kemajuan dan mendorong

kelancaran usaha baik individu ataupun kelompok.

Pekerja diperbolehkan untuk istirahat sebanyak 1 sampai 1,5 jam tiap hari

kerja dalam 8 jam, pekerja memerlukan istirahat agar dapat mempertahankan tingkat

kerjanya dari hari kehari.

Page 31: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

19

Selanjutnya menurut Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, dalam Bab X pasal 77 disebutkan:

1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.

2) Waktu kerja meliputi :

a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6

(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

b. 8 (delapan) jam 1 (satu hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk

5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi

sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu

sebagaimana dimaksua dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.

Kemudian dilanjutkan dalam pasal 78 Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menyebutkan :

1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:

a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan

b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam

1 (satu) hari dan 14 (empatbelas) jam dalam 1 (satu) minggu.

2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.

3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b

tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

Page 32: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

20

4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.

Sedangkan menurut Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan dalam Bab VII pasal 100 disebutkan :

1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja bagi pekerja yang

dipekerjakan.

2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :

a. waktu kerja siang hari :

a.1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu minggu

untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

a.2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

b. waktu kerja malam hari :

b.1. 6 (enam) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu

untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

b.2. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu

untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

3) Dalam hal pengusaha mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), pengusaha wajib membayar upah waktu lembur kepada

pekerjanya.

4) Waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan

paling banyak :

Page 33: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

21

a. 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu)

minggu;

b. 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari waktu kerja siang hari untuk melakukan

pekerjaan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi yang

ditetapkan; atau

c. 7 (tujuh) jam dalam 1 (satu) hari waktu kerja malam hari untuk melakukan

pekerjaan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi yang

ditetapkan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud satuan jam kerja bagi industri kecil

pengrajin genting adalah keseluruhan jam kerja yang digunakan oleh sejumlah

tenaga kerja dalam pengadaan bahan baku (tanah liat), pengadaan bahan penolong

(kayu bakar, kulit randu), pencetakan genting, pembakaran genting, dan

pengangkutan genting selama sebulan pada industri kecil pengrajin genting di Desa

Karangasem Kecamatan Wiroosari Kabupaten Grobogan

C. Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah balas jasa dalam nilai uang yang dfiterima oleh tenaga

kerja (gaji), kreditur (bunga), pemilik modal (laba, deviden), pemilik harta (sewa)

dan lain-lain (Wasis 1992:25). Pendapatan adalah hasil pencaharian atau perolehan

berupa gaji atau upah (Poerwodarminto 1990:238). Sedangkan dalam Pedoman

Akuntansi Indonesia dikatakan bahwa pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva

atau penurunan jumlah kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari pengaruh

barang dan jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode.

Page 34: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

22

Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan

adalah hasil yang diperoleh dengan penyertaan barang dagang atau jasa, atau

aktivitas usaha lainnya yang dapat meningkat atau menurun jumlah aktiva subyek

ekonomi dalam suatu periode tertentu.

2. Macam-macam Pendapatan

Biro Pusat Statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut :

a) Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari :

1) Gaji dan upah yang diperoleh dari :

a. Kerja pokok

b. Kerja sampingan

c. Kerja lembur

d. Kerja kadang-kadang

2) Usaha sendiri yang meliputi :

a. Hasil bersih dari usaha sendiri

b. Komisi dari mana saja

c. Penjualan dari kerajinan rumah yang dihasilkan

3) Hasil investasi yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah atau

modal yang digunakan orang lain.

4) Keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial

b) Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan yang berupa :

1) Bagian pembayaran upah dari gaji yang dibentuk dalam : bonus, pengobatan,

transportasi, perumahan, rekreasi.

2) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah antara lain :

Page 35: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

23

a. barang yang diproduksi di rumah

b. sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah yang ditempati

3) Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan yaitu penerimaan yang berupa :

pengambilan tabungan, penjualan barang-barang yang dipakai, penagihan

piutang, pinjaman utang, kiriman uang, warisan (Sumardi, Evert 1990:5).

3. Sumber Pendapatan

Menurut Sumardi, Evers (1992:94) pendapatan yang diterima seseorang berasal

dari berbagai sumber pendapatan yaitu :

a) Pendapatan sektor formal, yaitu pendapatan yang bersumber dari upah atau gaji

yang diperoleh secara tetap dan jumlah yang telah ditentukan.

b) Pandapatan sektor informal, yaitu pendapatan yang bersumber dari perolehan atau

penghasilan tambahan seperti dagang, tukang dan buruh.

c) Pendapatan sub intern, yaitu pendapatan yang bersumber dari usaha sendiri

seperti dari hasil bercocok, hasil dari beternak, hasil dari kebun dan sebagainya.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Menurut Bintari, Suprihatin (1984:35) tinggi rendahnya pendapatan yang

diterima seseorang bergantung kepada :

a) Kesempatan kerja yang tersedia

Dengan semakin tinggi atau semakin besar kesempatan kerja yang tersedia

berarti banyak penghasilan yang bias diperoleh dari hasil kerja tersebut.

b) Kecakapan dan keahlian kerja.

Page 36: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

24

Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan

efisiensi dan efektifitas yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap

penghasilan.

c) Kekayaan yang dimiliki

Jumlah kekayaan yang dimiliki seseorang juga mempengaruhi jumlah

penghasilan yang diperoleh. Semakin banyak kekayaan yang dimiliki berarti

semakin besar peluang untuk mempengaruhi penghasilan.

d) Keuletan kerja

Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan dan keberanian untuk

menghadapi segala macam tantangan. Bila suatu saat mengalami kegagalan,

maka kegagalan tersebut dijadikan sebagai bekal untuk meniti ke arah

kesuksesan dan keberhasilan.

e) Banyak sedikitnya modal yang digunakan

Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan peluang yang besar pula

terhadap penghasilan yang akan diperoleh.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan adalah pendapatan

yang diperoleh dari hasil penjualan genting selama sebulan pada industri kecil

pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

D. Kerangka Berpikir

Seorang pengusaha dalam melakukan usahanya akan selalu berpikir

bagaimana cara mengelola input seefisien mungkin untuk memperoleh produksi

semaksimal mungkin dan memaksimumkan pendapatan. Namun, pendapatan dengan

laba maksimal bukan satu-satunya tujuan utama didirikannya suatu usaha karena ada

Page 37: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

25

tujuan yang lainnya yaitu kontinuitas usaha dan perkembangan usaha. Pendapatan itu

sendiri diterima karena berbagai factor produksi yang mendukung di antaranya

modal kerja dan tenaga kerja.

Dalam suatu usaha diperlukan pengelolaan dan pengawasan yang baik atas

penggunaan modal kerja. Hal ini dimaksudkan agar aktivitas sehari-hari dapat

berjalan dengan lancar sesuai dengan keadaan perusahaan dan jumlah permintaan di

pasar sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Modal kerja yang dimaksud dalam

penelitian ini dialokasikan untuk pembelian bahan baku, bahan penolong,

pembayaran upah tenaga kerja pada industri kecil pengrajin genting di desa

Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

Dengan adanya penyediaan modal kerja yang cukup baik itu dari modal

sendiri ataupun dari pinjaman pemerintah akan membantu pengrajin genting dalam

menjalankan usahanya. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi

pengrajin genting di Desa Karangasem karena memungkinkan industri genting

tersebut untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin, mampu membayar upah

tenaga kerja, mamperlancar pengadaan bahan baku (tanah liat) dan bahan penolong

(kayu bakar, kulit randu) sehingga diharapkan industri kecil pengrajin genting akan

lebih dapat meningkatkan pendapatannya.

Disamping itu, pengelolaan satuan jam kerja juga perlu diperhatikan karena

pengelolaan satuan jam kerja pada industri kecil genting di Desa Karangasem masih

belum maksimal. Pengelolaan satuan jam kerja tersebut digunakan oleh tenaga kerja

dalam pengadaan bahan baku (tanah liat), pengadaan bahan penolong (kayu bakar,

kulit randu), pencetakan genting, pembakaran genting, dan pengangkutan genting

Page 38: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

26

selama sebulan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

Sehubungan dengan pengelolaan satuan jam kerja, setiap pengusaha

hendaknya dapat melaksanakan ketentuan waktu kerja yang berlaku pada perusahaan

tersebut. Setiap tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan telah terikat pada disiplin

waktu yang telah menjadi ketetapan perusahaan, sehingga jadwal waktu kerja yang

ditentukan hendaknya juga dipatuhi oleh tenaga kerja. Berhubung waktu yang

diperlukan dalam memproduksi genting terkait dengan volume kerja yang harus

diselesaikan dalam memenuhi permintaan pasar, maka panjang pendeknya waktu

dapat diatur secara lebih tepat. Sehingga industri kecil pengrajin genting harus

semaksimal mungkin menggunakan jam kerja secara efektif dan efisien karena

dengan jam kerja yang efektif dan efisien tenaga kerja akan bekerja dengan baik dan

lancar sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Kerangka pikir dalam penelitian ini jika divisualkan dalam bentuk skema sederhana

adalah sebagai berikut :

Modal Kerja (X1) - Biaya bahan baku - Biaya bahan penolong - Biaya upah tenaga kerja

Pendapatan (Y) Selama sebulan

Satuan Jam Kerja (X2) - Pengadaan bahan baku - Pengadaan bahan penolong - Pencetakan genting - Pembakaran genting - Pengangkutan genting

Page 39: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

27

E. HIPOTESIS

Dari kerangka berpikir di atas melahirkan hipotesis sebagai berikut :

Ha: Terdapat pengaruh antara modal kerja dan satuan jam kerja terhadap

pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

Page 40: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan penelitian (Arikunto 1997:115). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pengrajin genting yang berada di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. Menurut data administrasi desa tahun

2003/2004 tercatat jumlah industri kecil genting sebanyak 149, sehingga yang

menjadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 149 pengrajin yang tersebar dalam 5

RW. Populasi ini bersifat homogen. Adapun identifikasi dari populasi ini antara lain :

1) Pengrajin genting yang sudah melakukan proses produksi selama minimal 5 tahun.

2) Tenaga kerja yang digunakan minimal 2 orang.

3) Upah tenaga kerja rata-rata antara Rp 12.000,00 sampai Rp 20.000,00

B. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto

1997:117). Untuk mengambil sampel dapat menggambarkan keadaan populasi yang

sebenarnya diperlukan metode pengumpulan sampel yang tepat. Tehnik sampling

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik random sampling dengan cara

acak. Menurut Slovin dalam bukunya Husein (1998:78) mengatakan ukuran sampel

adalah dengan rumus :

21 enNn+

=

Dimana :

n : ukuran sampel

28

Page 41: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

29

N : ukuran populasi

:2e persen kelonggaran ketidakpastian karena kesalahan pengambilan sampel yang

masih dapat ditolelir atau diinginkan misal 10 %.

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah :

n = 2)1.0(2231223

+

= 59,83 = 60 (dibulatkan)

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 pengrajin genting.

C.Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto 1997:99). Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang akan

diungkap, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

a) Variabel bebas (X), yaitu :

1) Modal Kerja ( 1X ).

Indikatornya adalah modal barupa uang yang digunakan untuk membiayai

pembelian bahan baku (tanah liat), pembelian bahan penolong (kayu bakar, kulit

randu), dan pembayaran upah tenaga kerja untuk kegiatan produksi genting.

2) Satuan Jam Kerja ( 2X ).

Indikatornya adalah keseluruhan jam kerja yang digunakan oleh tenaga kerja

dalam pengadaan bahan baku, pengadaan bahan penolong, pencetakan genting,

pembakaran genting, dan pengangkutan genting selama sebulan.

b) Variabel terikat (Y), yaitu pendapatan.

Indikatornya adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan

genting selama sebulan.

Page 42: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

30

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Metode wawancara

Metode wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara bebas terstruktur

yang ditujukan pada bagian yang berhubungan dengan penelitian. Metode ini

dilakukan dengan mengadakan dialog dengan pihak perangkat desa Karangasem dan

pengrajin genting. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang

gambaran atau keadaan desa Karangasem dan informasi yang diperlukan tentang

industri kecil genting secara keseluruhan.

2) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

beupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, legger, agenda,

dan sebagainya (Arikunto, 1996:203). Metode ini digunakan untuk memperoleh

informasi tentang monografi desa dan data-data yang diperlukan berkaitan dengan

industri kecil genting secara keseluruhan.

3) Metode Studi Pustaka.

Metode studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang bersifat

teoritis mengenai permasalah-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode ini digunakan untuk menunjang kelengkapan data yang menggunakan buku-

buku literatur dan hasil penelitian dari pihak lain khususnya yang terkait dengan

topik penelitian ini.

Page 43: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

31

E. Metode Analisis Data

1) Analisis regresi linier berganda.

Spesifikasi model yang digunakan adalah :

eXbXbXbaY +++++= ......332211 (Algifari 2000:65)

Dan dalam penelitian ini model persamaan regresi liniernya adalah sebagai

berikut :

Y = Pendapatan

a = Konstanta

1X = Modal kerja

2X = Satuan jam kerja

321 ,, bbb = Koefisien variabel independen

e = Variabel pengganggu

2) Uji Hipotesis Secara simultan (Uji F)

Untuk menguji keberartian garis regresi yang diperoleh dalam persemaan

regresi linier berganda di atas, perlu diadakan pengujian hipotesis dengan uji F.

Nilai Hitung dengan menggunakan rumus :

Freg = RKreg Rkres Dimana;

Freg : harga bilangan F untuk regresi

RK reg : rerata kuadrat regresi

RK res : rerata kuadrat residu

Untuk memudahkan perhitungan bilangan F maka dibuat tebel rangkuman

analisis regresi sebagai berikut :

Page 44: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

32

mber variasi Db JK RK Freg

Regresi

Residu

m

N-(m+1)

R 2 ( 2Y∑ )

(1-R 2 )( 2Y∑ )

JK reg : Db reg

JK res : Db res

RK reg :RK res

Total N-1 2Y∑

Dari perhitungan nilai Fregresi, terjadi kemungkinan :

a. Nilai Fhitung < Ftabel, berarti menerima Ho dan menolak Ha yang berarti

modal kerja dan satuan jam kerja secara simultan tidak mempengaruhi

pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

b. Nilai Fhitung > Ftabel, berarti menerima Ha dan menolak Ho yang berarti

modal kerja dan satuan jam kerja secara simultan mempengaruhi pendapatan

pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan

Wirosari Kabupaten Grobogan.

3) Koefisien Determinan

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi ubahan variabel bebas terhadap

variabel terikta, maka perlu diketahui koefisien determinasi dengan rumus sebagai

berikut :

R2 = ∑

∑∑ +2

2211

yyxyx ββ

4) Uji Hipotesis secara Parsial (Uji t)

Rumus uji t adalah sebagai berikut :

a. Untuk parameter 1β ,

Page 45: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

33

T hiung = 1β S 1βe Dimana; S =1βe 2

1e∑

N - 2

21x∑

Dari penelitian uji t parameter β , terjadi kemungkinan

1. Nilai t hitung < t tabel, berarti menerima Ho dan menolak Ha yang berarti

modal kerja tidak memperngaruhi pendapatan pada industri kecil pengrajin

genting di Desa Karangasem kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan

2. Nilai t hitung> t tabel, berarti menerima ha dan menolak Ho yang berarti

modal kerja mempengaruhi pendapatan pada industri kecfil pengrajin genting

di Desa Karangasem kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

b. Untuk parameter 2β ,

t hitung = 2β

S 2βe

Dimana; S =2βe 21e∑

N - 2

22x∑

Dari perhitungan uji t parameter 2β , terjadi kemungkinan :

1. Nilai t hitung < t tabel, berarti menerima Ho dan menolak Ha yang berarti

satuan jam kerja tidak mempengaruhi pendapatan pada industri kecil

Page 46: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

34

pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari kabupaten

Grobogan.

2. Nilai t hitung > t tabel, berarti menerima Ha dan menolak Ho yang berarti

satuan jam kerja mempengaruhi pendaptan pada industri kecil pengrajin

genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten grobogan

5) Evaluasi Ekonometrika

Evaluasi ekonometrika dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi

linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian memenuhi

asumsi klasik atau tidak.

a) Uji Normalitas.

Dalam pengujian normalitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji

chi- square goodnees of fit dengan formulasi sebagai berikut :

X2 = i

iik

i EE 2

1

)0( −∑=

Yang menyatakan bahwa :

io = Frekuensi observasi pada kelas atau interval I

1E = Frekuensi yang diharapkan pada kelas I didasarkan pada distribusi

hipotesis, yaitu distribusi normal.

Jika ( 2X lebih kecil daripada nilai N adalah banyaknya kelas dan k adalah

banyaknya parameter yang didestimasi), maka dapat disimpulkan bahwa

kesalahan pengganggunya (disturbance 1μ ) kemungkinan berasal dari distribusi

hipotesis (distribusi normal) (Algifari 2000:32).

Page 47: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

35

b) Uji Multikolinieritas.

Salah satu cara untuk mendeteksi kolinieritas dilakukan dengan

mengkorelasikan antar variabel dan apabila korelasinya signifikan maka antar

variabel bebas tersebut terjadi multikolinieritas.

c) Uji Heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadinya

penyimpangan model karena varians gangguan berbeda antara satu observasi lain

dengan ranking spearman dengan rumus :

rs = ⎟⎟

⎜⎜

−− ∑

)1(61 2

2

NN

di

Keterangan :

1d = selisih ranking standar deviasi (s) dan ranking nilai mutlak error (e)

N = banyaknya sampel

Nilai hitungt dapat ditentukan dengan formula :

t = 21

2

s

s

r

Nr

(Algifari 2000:86).

Page 48: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Desa Karangasem

Secara administrasi Desa Karangasem termasuk dalam wilayah Kecamatan

Wirosari Kabupaten Grobogan, yang terletak 10 km dari pusat pemerintahan

kecamatan, 31 km dari ibukota Grobogan dan 78 km dari ibukota propinsi Jawa

Tengah. Adapun batas-batas wilayahnya adalah :

- Sebelah Utara Desa Tegalrejo

- Sebelah Selatan Desa Tambakselo

- Sebelah Barat Desa Dokoro

- Sebelah Timur Kecamatan Ngaringan

b. Kondisi Sosial Masyarakat

Jumlah penduduk Desa Karangasem menurut monografi desa tahun 2004

tercatat 8.628 jiwa terdiri dari 4.407 laki-laki dan 4.221 perempuan dengan jumlah

Kepala Keluarga (KK) 2.220 yang secara keseluruhan adalah Warga Negara

Indonesia dengan tingkat pendidikan adalah (1) SD: 5.809 orang, (2) SLTP: 140

orang, (3) SLTA: 238 orang, (4) Perguruan Tinggi: 56 orang.

Sedangkan untuk mngetahui jenis mata pencaharian penduduk Desa

Karangasem dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Page 49: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

37

Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Prosentase (%)

1 2 3 4 5 6 7

Karyawan Sipil Wiraswasta Tani Pertukangan Buruh tani Pensiunan Jasa/lainnya

168838

2.43021231038

302

3,7319,5356,644,947,230,897,04

Jumlah 4.290 100

Sumber : Data primer diolah

Dari tabel 1 di atas tampak bahwa sebagian besar penduduk desa Karangasem

di sektor pertanian yaitu sebesar 56,64 % dan di sektor wiraswasta yaitu sebesar

19,53 %. Hal ini menggambarkan bahwa kecuali sektor pertanian sektor wiraswasta

yang didalamnya termasuk pengrajin genting juga merupakan sumber penghasilan

yang menduduki peringkat kedua setelah sektor pertanian bagi penduduk Desa

Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

2. Keadaan Responden Penelitian

a. Deskripsi Pendidikan Pengrajin Genting

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data

tingkat pendidikan responden yang dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2 Responden Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Prosentase (%)

1 2 3 4

SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi

43962

71,671510

3,33 Jumlah 60 100

Sumber : Data primer diolah

Page 50: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

38

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pengrajin genting

mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu 43 orang (71,67 %) yang hanya lulus

SD, tetapi ada juga yang mempunyai tingkat pendidikan sampai Perguruan Tinggi.

Dengan melihat tingkat pendidikan para pengrajin genting di Desa

Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan yang masih tergolong rendah

(SD), maka pola pikir mereka dalam sistem pengelolaan (manajemen) juga masih

cukup sederhana dan belum mampu mengembangkan usahanya ke arah yang lebih

pesat lagi.

b. Deskripsi Lama Usaha

Lama usaha seorang pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan

Wirosari Kabupaten Grobogan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka

dalam berwiraswasta. Hal ini akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, pengalaman

dan keterampilan yang dimiliki. Adapun ukuran lama waktu pengrajin genting yang

dipakai dalam penelitian ini adalah minimal lima tahun. Dengan demikian semakin

lama sebagai pengrajin genting maka mereka akan dapat mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Dari hasil penelitian dapat diketahui lama usaha pengrajin genting seperti

yang terlihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 3 Responden Menurut Lama Usaha

No Lama usaha (tahun) Jumlah Prosentase (%)

1 2 3 4

5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 ke atas

824262

13,3340

43,333,33

Page 51: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

39

Jumlah 60 100

Sumber : Data primer diolah

Dari tabel 4 di atas dapat dilihat, responden pengrajin genting di Desa

Karangasem lebih banyak ditekuni oleh pengrajin usia antara 15 – 19 tahun (43,33

%). Hal ini menggambarkan bahwa pengrajin genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan telah memiliki pengalaman yang cukup

dalam usahanya sebagai pengrajin genting.

3. Variabel Modal Kerja

Pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten

Grobogan dalam hal permodalan perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah

atau lembaga perbankan lainnya terutama dalam memberikan bantuan atau pinjaman

modal untuk mengembalikan usaha mereka. Apalagi kondisi sekarang ini, biaya-

biaya yang digunakan untuk memproduksi genting seperti pembelian bahan baku dan

bahan penolong semakin mahal sedangkan harga jual genting relatif stabil sehingga

menyebabklan para pengrajin genting kesulitan dalam mengelola modal kerja.

a. Deskripsi Pemilikan Modal Kerja

Tabel 4 Pemilikan Modal Kerja Pengrajin Genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan

No Modal Kerja Perbulan Jumlah Prosentase (%)

1 2 3

< Rp 5 juta Rp 5 juta – Rp 10 juta > Rp 10 Juta

5640

93,336,67

0 Jumlah 60 100

Sumber : Data primer diolah

Page 52: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

40

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pengrajin genting yaitu

sebanyak 56 pengrajin (93,33%) menggunakan modal kerja kurang dari 5 juta rupiah

perbulan. Hal ini disebabkan pengrajin genting lebih banyak menggunakan modal

dari kekayaan pribadi daripada hutang pada Bank atau lembaga perbankan lainnya

sehingga modal yang dimiliki menjadi terbatas.

4. Variabel Satuan Jam Kerja

a. Deskripsi Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang ada pada industri kecil genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan terbagi menjadi beberapa bagian kerja

diantaranya tenaga kerja bagian pengelolaan bahan baku dan bahan penolong,

pencetakan genting, pengeringan genting, pembakaran genting, dan pengangkutan

genting. Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada pengrajin genting rata-rata 2 – 7

orang tergantung besar kesilnya usaha yang terbagi dalam berbagai bagian kerja.

Sedangkan kegiatan produksi dilakukan setiap hari kecuali hari libur dan hari-hari

besar agama, kegiatan produksi pada umumnya dimulai pukul 07.00 WIB dan

selesai pada pukul 15.00 WIB. Akan tetapi terkadang ada jam lembur bagi para

pekerja apabila pengrajin genting mendapat order tambahan dari konsumen untuk

memproduksi genting.

Sebagai gambaran mengenai jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pengrajin

genting di Desa Karangasem dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Page 53: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

41

Tabel 5 Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan

No Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Pengrajin Prosentase (%)

1 2

2 – 4 5 – 7

4812

8020

Jumlah 60 100Sumber : Data primer diolah Dari tabel 6 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa mayoritas (80%)

pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan

menggunakan tenaga kerja antara 2 – 4 orang, sedangkan yang menggunakan tenaga

kerja 5 – 7 orang sejumlah 12 pengrajin (20%). Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa tidak selalu modal besar memerlukan tenaga kerja yang banyak, sebab dari 60

pengrajin yang memiliki modal lebih dari 5 juta rupiah perbulan sebanyak 4 orang

sedangkan yang menggunakan tenaga kerja lebih dari 5 orang pengrajin 12

pengrajin, artinya bahwa terdapat 8 orang pengrajin yang memiliki modal kurang

dari 5 juta rupiah memiliki tenaga kaerja lebih dari 5 orang.

b. Deskripsi Satuan Jam Kerja

Berikut gambaran mengenai jumlah satuan jam kerja tiap satu tenaga kerja

perbulan dari pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten

Grobogan.

Tabel 6 Jumlah Satuan Jam Kerja Karyawan Perbulan Dari Pengrajin Genting Di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan

No Jumlah Jam Kerja Perbulan Jumlah Pengrajin Prosentase (%)

1 2 3 4

200 – 320 321 – 440 441 – 560 561 – 680

826166

13,3343,3326,67

10

Page 54: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

42

5 > 680 4 6,67 Jumlah 60 100

Sumber : Data primer diolah

Dari tabel di atas diperolah gambaran bahwa jumlah jam kerja masing-

masing pengrajin genting berbeda-beda, tergantung besar kecilnya usaha dan jumlah

produksinya. Pengrajin yang jumlah jam kerja karyawan tiap bulannya 200 jam –

560 jam sebanyak 50 pengrajin (83,33 %), dan pengrajin yang jumlah jam kerja

karyawannya lebih dari 560 jam perbulan sebanyak 10 pengrajin (16,67 %).

5. Variabel Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh pengrajin genting merupakan pendapatan yang

diperoleh dari hasil penjualan genting selama sebulan sebelum dikurangi berbagai

macam beban yang dikeluarkan sebagai kegiatan operasional dan proses produksi.

Berdasarkan hasil penelitian, berikut diperoleh data tingkat pendapatan

pengrajin genting perbulan yang ditampilkan pada tabel 8.

Tabel 7 Pendapatan Pengrajin Genting Perbulan di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan

No Jumlah Pendapatan

Perbulan Jumlah

Pengrajin Prosentase (%)

1 2 3

< Rp 5 juta Rp 5 juta – Rp 10 juta > Rp 10 juta

22353

36,6758,33

5 Jumlah 60 100

Sumber : Data primer diolah

Dilihat dari tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa para pengrajin genting

mayoritas yaitu sebanyak 35 pengrajin (58,33%) memperoleh pendapatan 5 juta – 10

juta rupiah perbulan.

Page 55: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

43

6. Analisis Statistik

Tabel 8 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Modal Kerja dan Satuan jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan

No Keterangan Koefisien

Variabel Thitung Sig r r2

1

2

3

Variabel Modal Kerja (X1)

Variabel Satuan Jam Kerja(X2)

Variabel Pendapatan (Y)

1,302

-0,204

7,901

-0,177

0

0

0,837

0,700

4

5

6

7

8

9

Konstanta

R

R2

Adjusted R Square

F hitung

F tabel

2921,231

0,838

0,702

0,691

66,990

3,16

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear berganda dengan

menggunakan program SPSS diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai

berikut :

Y = 2921,231 + 1,302 X1 - 0,204 X2

1. Uji Simultan

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis digunakan uji F, caranya dengan

membandingkan nilai F tabel dengan F hitung. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

program SPSS diperoleh F hitung sebesar 66,990 sedangkan daftar distribusi F

dengan dk pembilang = 2 dk penyebut = 57 dan α = 0,05 didapat Ftabel = 3,16.

Sehingga dari hasil perhitungan tampak bahwa Fhitung > Ftabel (66,990 > 3,16),

kesimpulannya hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “ada pengaruh antara modal

Page 56: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

44

kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting

di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari kabupaten Grobogan “diterima”.

2. Koefisien Determinasi

dalam uji regresi linear berganda ini dianalisis pula besarnya koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,702. Hal ini berarti bahwa prosentase pegaruh modal kerja

dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pengrajin genting sebesar 70,2 %,

sedangkan sisanya sebesar 29,8 % dipengaruhi oleh variabel lain selain modal kerja

dan satuan jam kerja yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

3. Uji Parsial

Untuk mengetahui kemaknaan koefisien parsial digunakan uji t. Pengambilan

keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing

koefisien regresi dengan t tabel pada taraf sifnifikan 5 %. Berdasarkan perhitungan

komputer dengan program Statistik SPSS diperoleh t hitung untuk variabel modal

kerja dengan pendapatan sebesar 7,901 dan t hitung untuk satuan jam kerja dengan

pendapatan sebesar –0,177 (lampiran 2).

Untuk variabel modal kerja didapat nilai t hitung sebesar (7,901) > t tabel

(1,671). Artinya, secara parsial faktor modal kerja berpengaruh terhadap pendapatan

pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

Untuk variabel satuan jam kerja didapat nilai t hitung sebesar (-0,177) < t

tabel (1,671). Artinya, secara parsial faktor satuan jam kerja tidak berpengaruh

terhadap pendapatan pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari

Kabupaten Grobogan.

Page 57: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

45

Berdasarkan hasil perhitungan komputer dengan program Statistik SPSS,

koefisien determinasi (r2) parsialnya diperoleh dengan mengkuadratkan parsial,

untuk variabel modal kerja terhadap pendapatan 0,700 atau 70 %.

7. Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot dapat

disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal. Sedangkan

pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa

model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.

2) Multikolinieritas

Menurut Imam Ghozali (2001:63) uji multikolineritas digunakan untuk

menguji apakah pada model regresi yang ditemukan terdapat adanya korelasi antar

variabel bebas. Menurut Singgih Santoso (2002:206) pedoman suatu model regresi

yang bebas multiko adalah :

a) Mempunyai nilai VIF (Variance Ibflation Factor) disekitar angka 1

b) Mempunyai angka tolerance mendekati 1

Dari uji Collinierity Statistic (lampiran 2) diperoleh harga tolerance yang

mendekati 1 (0,451) dan harga VIF (2,219), maka model tersebut mengalami

multikolinieritas.

3) Heterokesdastisitas

Menurut Imam Ghozali (2001:77) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

Page 58: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

46

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatannya tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika variance dari

residualnya berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dari grafik scatterplot (lampiran 2) diketahui bahwa titik-titik data

terletakmenyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta

tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, ini berarti model

regresi tersebut tidak mengalami heteroskedastisitas.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian didapat F hitung = 66,990 lebih besar dari F

tabel = 3,16 , maka menolak hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) yang

berbunyi “ada pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada

industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten

Grobogan ”diterima”. Artinya secara statistik, data yang digunakan membuktikan

bahwa semua variabel independen X1 dan X2 berpengaruh positif terhadap nilai

variabel dependen Y. Pengaruh yang diberikan oleh modal kerja dan satuan jam kerja

terhadap pendapatan adalah sebesar 70,2 %, sedangkan sisanya sebesar 29,8 %

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terungkap dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja yang meliputi

pengadaan bahan baku (tanah liat), bahan penolong (kayu bakar, kulti randu), dan

pembayaran upah tenaga kerja mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada

satuan jam kerja terhadap pendapatan pengrajin genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. Hal ini didukung oleh :

Page 59: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

47

1. Modal kerja yang umumnya digunakan oleh pengrajin genting dalam satu bulan

masih terbatas yaitu Rp 1.000.000,- sampai Rp 5.000.000,- sebanyak 56

pengrajin (93,33 %). Besarnya jumlah modal kerja yang digunakan oleh

pengrajin genting akan memperlancar proses produksi, sehingga dapat

memberikan kontribusi terhadap pendapatan secara maksimal.

2. Tersedianya modal kerja yang berupa bahan baku dan bahan penolong di

lingkungan sekitar industri kecil genting akan memperlancar pengrajin untuk

mengembangkan usahanya secara optimal sehingga mampu meningkatkan hasil

produksi yang pada akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan.

3. lama usaha pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari

Kabupaten Grobogan pada umumnya 5 tahun ke atas, tetapi lebih didominasi

oleh pengrajin dengan lama usaha antara 10 tahun – 20 tahun yaitu sebesar 52

pengrajin (86,67 %). Dengan lama usaha yang lebih dari 5 tahun mereka

mendapatkan pengalaman-pengalaman yang lebih dalam bidangnya, sehingga

dapat mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin dihadapi dan mampu

mengembangkan usahanya dengan pengelolaan modal kerja dan satuan jam kerja

secara lebih baik.

Pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten

Grobogan sebenarnya juga pernah melakukan usaha penambahan jumlah modal kerja

dengan mengajukan permohonan pinjaman pada lembaga perbankan atau lembaga

keuangan lainnya, akan tetapi jika permohonan pinjaman itu turun, jumlah pinjaman

yang diberikan relatif kecil tidak sesuai dengan harapan oleh pengrajin genting. Oleh

Page 60: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

48

karena itu, para pengrajin genting mayoritas menggunakan modal kerja yang berasal

dari kekayaan pribadi sebagai jalannya operasional perusahaan.

Modal kerja merupakan unsur terpenting untuk menjalankan kegiatan

operasional perusahaan. Modal kerja pada industri kecil pengrajin genting di Desa

Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan digunakan sebagai

pengadaan bahan baku (tanah liat), pengadaan bahan penolong (kayu bakar, kulit

randu), dan pembayaran upah tenaga kerja. Mengingat pentingnya penggunaan

modal kerja tersebut, para pengrajin genting hendaknya mampu mengelola modal

kerja yang terbatas jumlahnya secara efisien dan efektif.

Modal kerja tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan

operasional perusahaan dan juga mampu digunakan untuk pelunasan hutang secara

efisien. Karena modal kerja yang dimiliki oleh pengrajin genting di Desa

Karangasem berasal dari kekayaan pribadi, maka dalam pengelolaannya juga harus

dibedakan antara dana yang digunakan untuk kebutuhan pribadi dan dana yang

digunakan sebagai modal kerja usaha genting. Sehingga dari manajemen modal kerja

yang jelas dan terarah tersebut dapat dilihat pendapatan dari usaha genting secara

riel.

Sedangkan untuk penggunaan satuan jam kerja tidak mempunyai pengaruh

secara signifikan terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa

Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan, hal ini didukung dengan :

1. Jumlah jam kerja yang digunakan untuk proses produksi oleh pengrajin genting

di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan relatif kurang,

rata-rata jam kerja yang digunakan pengrajin genting yaitu 321 jam – 440 jam

Page 61: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

49

tiap bulannya sebanyak 26 pengrajin (43,33 %), 441 jam – 560 jam sebanyak 16

orang (26,67%), 200 jam – 320 jam sebanyak 8 orang (13,33%), dan yang lebih

dari 561 jam sebanyak 10 orang (16,67%).

2. Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada industri kecil pengrajin genting di

Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan umumnya (80%)

sebanyak 2 – 4 orang, sedangkan yang menggunakan tenaga kerja 5 – 7 orang

sebanyak 12 pengrajin (20%).

Kurangnya tenaga kerja yang digunakan pada industri kecil pengrajin genting

di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan ini disebabkan para

pemuda setempat lebih senang memilih kerja di luar kota dengan alasan cari

pengalaman baru dan pekerjaannya tidak kotor. Sehingga tenaga kerja yang ada pada

industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem umumnya direkrut dari luar

desa yang memiliki wawasan dan ketrampilan yang kurang di bidang kerajinan

genting. Padahal untuk spesialisasi kerja sangat dibutuhkan ketrampilan khususnya

pada bagian percetakan genting. Karena semakin tinggi tingkat ketrampilan yang

dimiliki oleh tenaga kerja maka hasil produksi genting juga semakin tinggi yang

pada akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan pengrajin genting.

Selain faktor tenaga kerja, para pengrajin genting di Desa Karangasem

Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan juga harus lebih meluangkan waktunya

atau memprioritaskan waktunya untuk mengelola usahanya semaksimal mungkin.

Dalam arti, pekerjaan sebagai pengrajin genting dilakukan sepenuhnya tidak hanya

sebagai pekerjaan sampingan / part time di luar bertani disela-sela mereka

menganggur. Karena usaha industri kecil genting memiliki prospek yang cerah untuk

Page 62: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

50

terus dikembangkan dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk di

lingkungan Desa Karangasem.

Berdasarkan hasil perhitungan komputer dengan program statistik SPSS

diperoleh bahwa model regresi dalam penelitian ini mengalami multikolinearitas

yang ditunjukkan dengan harga VIF sebesar 2,219. Menurut Gujarati (1978:159)

multikolinearitas pada dasarnya merupakan fenomena (regresi) sampel, karena tujuan

analisis regresi adalah peramalan. Multikolineritas terjadi karena dalam penelitian

memiliki kesalahan standar yang besar yang berarti bahwa koefisien tidak dapat

ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Dalam penelitian ini, ketika peneliti

meramalkan secara teoritis, peneliti percaya bahwa variabel bebas modal kerja dan

satuan jam kerja mempunyai pengaruh terpisah atau independent terhadap variabel

tak bebas pendapatan. Tetapi setelah diadakan penelitian terjadi bahwa variabel

bebas modal kerja dan satuan jam kerja sangat kolinear. Jadi, meskipun dalam teori

modal kerja dan satuan jam kerja adalah ramalan yang logis untuk mempengaruhi

pendapatan pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten

Grobogan, namun dalam praktik sulit untuk memecah pengaruh terpisah dari modal

kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan.

Terjadinya multikolinearitas dalam penelitian ini disebabkan bahwa variabel

modal kerja yang digunakan untuk operasional perusahaan didalamnya sudah

mencakup pembayaran upah tenaga kerja. Sehingga kemungkinan besar terjadi

korelasi antara variabel modal kerja dengan satuan jam kerja. Artinya dengan jumlah

tenaga kerja yang lebih banyak akan berpengaruh terhadap jumlah satuan jam kerja.

Dengan semakin tinggi jumlah satuan jam kerja akan meningkatkan kebutuhan

Page 63: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

51

modal kerja yang digunakan. Modal kerja tersebut digunakan untuk pengadaan bahan

baku (tanah liat), pengadaan bahan penolong (kayu bakar, kulit randu), dan

pembayaran upah tenaga kerja.

Page 64: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

52

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan analisis statistik terhadap data-data yang

diperoleh dalam menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini maka, peneliti

dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Ada pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada

industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari

Kabupaten Grobogan.

2. Pengaruh yang diberikan secara bersama-sama oleh variabel modal kerja dan

satuan jam kerja terhadap pendapatan adalah sebesar 70,2 %. Sedangkan sisanya

sebesar 29,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian

ini.

B. Saran

1. Para pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten

Grobogan hendaknya melakukan pengelolaan modal kerja secara efektif dan

efisien, melakukan pemisahan harta antara harta pribadi dengan harta yang

digunakan sebagai modal kerja untuk usaha genting, melakukan penambahan

modal kerja yaitu menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga perbankan atau

lembaga keuangan lainnya guna peminjaman modal serta melakukan pencatatan

rutin tentang sumber dan penggunaan modal kerja.

Page 65: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

53

2. Para pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten

Grobogan hendaknya menambah jumlah satuan jam kerja dan lebih

memprioritaskan usahanya sebagai pengrajin genting karena memiliki prospek

yang cerah untuk terus dikembangkan sebagai sumber pendapatan.

3. Bagi Pemda Kabupaten Grobogan hendaknya bisa bekerja sama dengan para

pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari untuk memberikan

penyuluhan dan pelatihan dibidang industri kecil khususnya kerajinan genting.

4. Bagi lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya dapat bekerja sama

dengan para pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari

Kabupaten Grobogan untuk memberikan pinjaman dengan bunga yang relatif

kecil.

5. Sebagai prediksi kemampuan usaha bagi pengrajin genting dalam memperoleh

pendapatan maka disarankan untuk peneliti yang akan datang agar menggunakan

regresi sederhana dengan menghilangkan salah satu variabel modal kerja atau

satuan jam kerja karena dalam penelitian ini terjadi multikolinearitas.

Page 66: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

54

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamarudin. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta: Rineka

Cipta. Algifari. 2000. Analisis statistik Untuk Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. Asri, Marwan. 1987. Dasar-dasar Ilmu Pembelanjaan. Yogyakarta: BPFE. Bintari dan Suprihatin. 1982. Ekonomi dan Koperasi. Bandung: Ganesa Exact. Hadi, Sutrisno. 1994. Analisis regresi. Yogyakarta: Andi Ofset. Indriyo. 1984. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Karsiyatun. 2002. Pengaruh Pemanfaatan Kredit Bank Terhadap Peningkatan

Pendapatan Pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen. Semarang.

Keputusan Menperindag. 1997. Peranan Di Bidang Industri. Jakarta: Deperindag. Munawir, S. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Ratna, Mellinza Kartikasari, 2003. Pengaruh Kredit Kopinkra Sutra Ayu Terhadap

Peningkatan Pendapatan Pengrajin Bordir di Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Semarang

Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

Yayasan Penerbit Gajah Mada. Sriyadi. 1991. Pengantar Ilmu ekonomi Perusahaan Modern. Semarang: IKIP Press. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Wulandari, Dewi. 2004. Pengaruh Penggunaan Kredit BPR-BKK Plupuh Terhadap

Pendapatan Pedagang Kecil di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen Tahun 2002. Semarang.

Page 67: PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA

55