pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja
TRANSCRIPT
PENGARUH MODAL KERJA DAN SATUAN JAM KERJA
TERHADAP PENDAPATAN PADA INDUSTRI KECIL
PENGRAJIN GENTING DI DESA KARANGASEM
KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Riningsih
3364000228
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN EKONOMI
2005
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi
pada :
Hari : Senin
Tanggal : 27 Juni 2005
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Subkhan Drs. Partono Thomas, M.S
NIP. 131 686 738 NIP. 131 125 640
Mengetahui :
Ketua Jurusan Ekonomi
Drs. Kusmuriyanto, M.Si
NIP. 131 404 309
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Drs. Widiyanto, MBA, MM
NIP. 132 208 714
Anggota I Anggota II
Drs. Subkhan Drs. Partono Thomas, M.S
NIP. 131 686 738 NIP. 131 125 640
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Sunardi, MM
NIP. 130 567 998
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 23 Juni 2005
Riningsih
NIM. 3364000228
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Memang baik jadi orang penting tapi lebih penting jadi orang baik
Sesungguhnya setiap sisi kesalahan ada sisi keuntungan karena dari kesalahan itu kita temukan kemajuan
Untuk Bapak Ibu tercinta Keluarga besar Kamin Atmodinoto Adikku Yusuf Seseorang yang kusayang Sahabat-sahabatku Almamaterku
vi
SARI
Riningsih. 2005. Pengaruh Modal Kerja dan Satuan Jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. 54 halaman. Kata Kunci : Modal Kerja, Satuan Jam Kerja, Pendapatan Pengrajin Industri kecil genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan merupakan tulang punggung perekonomian penduduk yang ada di wilayah tersebut dan sekitarnya yang mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu dalam usahanya meningkatkan pendapatan pengrajin genting maka diperlukan pengelolaan modal kerja dan satuan jam kerja yang efektif dan efisien. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dalam rangka menyusun skripsi. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) apakah modal kerja dan satuan jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan?, (2) seberapa besar pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan?. Populasi penelitian ini adalah seluruh pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan yang berjumlah 149 orang. Pengambilan sampel yang berjumlah 60 orang dilakukan dengan tehnik random sampling (acak). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu modal kerja dan satuan jam kerja dan variabel terikat yaitu pendapatan pengrajin genting. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Metode analisis data menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan 2 prediktor dengan program statistik SPSS. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program statistik SPSS diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = 2921,231 + 1,302 X1 - 0,204 X2. Modal kerja dan satuan jam kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin genting yang ditunjukkan dengan Fhitung (66,990) > Ftabel (3,16). Kontribusi yang diberikan oleh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan sebesar 70,2 % selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Secara parsial modal kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan, hal ini ditunjukkan oleh thitung (7,901) > ttabel (1,671), dengan koefisien regresi sebesar 1,302 yang berarti jika ada penambahan modal kerja sebesar Rp 1000,- maka pendapatan akan bertambah sebesar Rp 1.302,- dengan koefisien determinasi untuk modal kerja terhadap pendapatan sebesar 70 %, sedangkan secara parsial satuan jam kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan. Simpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan sebesar 70,2 %. Langkah yang sebaiknya dilakukan oleh pengrajin genting adalah : (1) sebaiknya pengrajin genting melakukan pengelolaan modal kerja secara efektif dan efisien, melakukan pemisahan harta antara harta pribadi dengan harta yang digunakan sebagai modal kerja usaha genting, melakukan penambahan modal, memprioritaskan usahanya sebagai pengrajin genting karena memiliki prospek untuk terus dikembangkan sebagai sumber pendapatan.
vii
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayahNYa, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Modal Kerja dan Satuan Jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil
Pengrajin Genting di Desa Karangasem kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan”.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
dukungan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H.A.T sugito, SH..MM, Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Drs. Sunardi, MM, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang
3. Drs. Kusmuriyanto, M.Si, Ketua jurusan ekonomi
4. Drs. Subkhan, Pembimbing I yang dengan tulus, ikhlas, dan penuh kesabaran telah
membimbing, mengarahkan, dan memotivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
5. Drs. Partono Thomas, M.S, Pembimbing II yang dengan tulus, ikhlas, dan penuh
kesabaran telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik.
6. Drs. Widiyanto, MBA. MM, Dosen penguji yang telah memberikan saran, masukan
dan kritik demi penyempurnaan skripsi ini.
7. Wawan Kartipan, SE, Kepala Desa Karangasem yang telah memberikan ijin
penelitian untuk pelaksanaan penelitian.
viii
8. Pengrajin dan karyawan pada industri kecil genting yang telah membantu peneliti
dalam penelitian ini sampai selesainya skripsi ini.
9. Bapak, Ibu, adikku Yusuf dan keluarga besar Kamin Atmodinoto yang telah
memberikan bantuan dan dukungan baik material maupun spiritual sehingga peneliti
mampu menyelesaikan studi dalam meraih gelar sarjana.
10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
terlesainya skripsi ini.
Atas segala bantuan dan jasa-jasa beliau peneliti hanya bisa berdoa semoga Allah
memberikan taufik, hidayahNYa atas jasa dan pengorbanan beliau. Akhir kata, peneliti
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, 23 Juni 2005
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………………… iii
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………………… iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………. v
HALAMAN SARI …………………………………………………………………….. vi
HALAMAN PRAKATA……………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………… xii
BAB I Pendahuluan …………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………… 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………… 6
D. Kegunaan Penelitian ……………………………………………………….. 6
E. Sistematika Skripsi …………………………………………………………. 7
BAB II Landasan Teori ………………………………………………………………… 8
A. Modal Kerja ………………………………………………………………… 8
B. Jam Kerja…………………………………………………………………… 17
C. Pendapatan …………………………………………………………………. 21
x
D. Kerangka Berpikir …………………………………………………………. 24
E. Hipotesis …………………………………………………………………… 27
BAB III Metode Penelitian ……………………………………………………………. 28
A. Populasi Penelitian…………………………………………………………. 28
B. Sampel Penelitian …………………………………………………………. 28
C. Variabel Penelitian ………………………………………………………… 29
D. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………….. 30
E. Metode Analisis Data …………………………………………………….. 31
BAB IV Hasil Penelitian dan pembahasan …………………………………………… 36
B. Hasil Penelitian……………………………………………………………. 36
C. Pembahasan ………………………………………………………………. 46
BAB V Penutup ……………………………………………………………………… 52
A. Simpulan…………………………………………………………………... 52
B. Saran………………………………………………………………………. 52
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………………… 56
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ……………………………. 37
TABEL 2 Responden Menurut Tingkat Pendidikan …………………………………. 37
TABEL 3 Responden Menurut Lama Usaha ………………………………………… 38
TABEL 4 Pemilikan Modal Kerja Pengrajin Genting ………………………………… 39
TABEL 5 Penggunaan Tenaga Kerja Pengrajin Genting ……………………………... 41
TABEL 6 Jumlah Satuan Kerja Karyawan Perbulan …………………………………. 41
TABEL 7 Pendapatan Pengrajin Genting Perbulan …………………………………… 42
TABEL 8 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Modal Kerja dan Satuan Jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan…. 43
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Daftar Hasil Penelitian ………………………………………………. 57
LAMPIRAN 2 Analisis Regresi Linear Berganda Program SPSS …………………… 58
LAMPIRAN 3 Pedoman Wawancara ………………………………………………… 61
LAMPIRAN 4 Tabel Nilai F …………………………………………………………. 63
LAMPIRAN 5 Tabel Nilai T ………………………………………………………… 65
LAMPIRAN 6 Ijin Penelitian ……………………………………………………….. 67
LAMPIRAN 7 Rekomendasi Kepala Desa Karangasem …………………………….. 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai usaha meningkatkan pendapatan individu pada umumnya dan
masyarakat daerah Wirosari pada khususnya, penduduk di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan telah berusaha menciptakan lapangan
kerja sendiri, yaitu dengan mendirikan industri kecil genting. Keberadaan industri
kecil genting tersebut merupakan salah satu potensi yang memiliki peran yang
strategis didalam memajukan roda perekonomian suatu bangsa.
Dalam kegiatan usahanya sebagian besar penduduk di Desa karangasem
Kecamatan Wirosari adalah di sektor pertanian, baik sebagai buruh maupun sebagai
petani. Karena hasil di sektor pertanian belum mencukupi kebutuhan hidup dan guna
menambah pendapatan, maka mulailah mencari pekerjaan tambahan yaitu pada
industri genting. Industri genting tersebut mampu menyerap tenaga kerja dan
meningkatkan pendapatan bagi penduduk setempat dan sekitarnya.
Industri kecil genting merupakan tulang punggung perekonomian penduduk
Desa Karangasem dan sekitarnya yang diharapkan mampu meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka. Dengan adanya lapangan kerja tersebut sudah tentu
akan memerlukan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan faktor-faktor
produksi yang bersangkutan dan pada akhirnya dapat menyerap pengangguran di
lingkungan sekitar Wirosari.
Dalam menjalankan usaha, baik perusahaan besar maupun kecil
membutuhkan manajemen modal kerja yang efektif dan efisien. Modal kerja
merupakan unsur terpenting untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan,
2
yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari yang dapat
berubah sesuai dengan keadaan perusahaan. Dengan adanya proses produksi yang
lancar dapat menghasilkan produksi yang sesuai dengan harapan para pengusaha,
sehingga dapat meningkatkan hasil penjualan dan pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan bagi perusahaan tersebut.
Menurut Kamaruddin (1997:1) modal kerja yang tepat merupakan syarat
keberhasilan suatu perusahaan apalagi bagi perusahan kecil, di samping itu modal
kerja sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan dan likuiditas adalah
persyaratan keberhasilan serta kontinuitas perusahaan.
Di samping itu, pengelolaan satuan jam kerja juga perlu mendapat perhatian.
Pengelolaan satuan jam kerja yang belum maksimal akan mengakibatkan
pemborosan (inefisiensi) dalam bekerja. Setiap pengusaha hendaknya dapat
melaksanakan ketentuan waktu kerja yang berlaku pada perusahaan tesebut. Dalam
usahanya memenuhi permintaan pasar, maka setiap pengusaha perlu mengatur waktu
kerja para karyawan secara lebih tepat dan memperhatikan kualitas tenaga kerja guna
menghasilkan produksi sesuai yang diharapkan perusahaan sehingga dapat
meningkatkan penapatan para pengusaha tersebut.
Para pengrajin genting di Desa Karangasem dalam melakukan usahanya
berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan mengutamakan
kualitas genting dan melakukan diversifikasi produk genting guna meningkatkan
pendapatan. Namun, pendapatan dengan laba maksimal bukan satu-satunya tujuan
utama didirikannya suatu usaha karena ada tujuan lain yaitu kontinuitas usaha dan
perkembangan dalam usaha. Sedangkan pendapatan itu sendiri diterima dari berbagai
factor yang mendukung diantaranya modal kerja dan tenaga kerja.
3
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, bahwa rata-rata para industri
kecil pengrajin genting di Desa Karangasem mengalami kekurangan modal kerja dan
pengelolaan satuan jam kerja belum maksimal. Sehingga diperlukan pengelolaan
yang baik atas modal kerja guna pengembangan usaha tersebut. Modal kerja dengan
kuantitas yang besar dapat memberikan peluang jumlah keuntungan yang besar pula
dibandingkan dengan keadaan jumlah modal yang relatif kecil. Dengan jumlah
investasi rata-rata sebesar Rp 1.000.000,- pengrajin genting di Desa Karangasem
mampu menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar Rp 2.000.000,- per bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa permodalan yang cukup akan memberikan kesempatan yang
lebih baik dalam memperoleh pendapatan.
Para pengrajin genting yang ada di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari
Kebupaten Grobogan selalu berpikir bagaimana cara mengelola modal kerja yang
minimal agar bisa memanfaatkannya semaksimal mungkin guna memaksimumkan
pendapatan. Mereka menggunakan modal kerja tersebut untuk pengadaan bahan
baku (tanah liat), pembelian bahan penolong (kayu bakar, kulit randu), dan
pembayaran upah tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan
pengawasan yang baik atas penggunaan modal kerja. Hal ini dimaksudkan agar
aktivitas sehari-hari dalam industri genting dapat berjalan lancar guna
mempertahankan kontinuitas perusahaan.
Selain modal kerja, pengelolaan satuan jam kerja juga perlu diperhatikan
karena pengelolaan satuan jam kerja pada industri genting belum maksimal. Hal ini
disebabkan usaha industri kecil genting tersebut merupakan pekerjaan sampingan
diluar pekerjaan sebagai petani. Sehingga pekerjaan sebagai pengrajin genting
dilakukan secara part time disela-sela mereka menganggur. Oleh karena itu jumlah
tenaga kerja, pengalaman, dan kualitas tenaga kerja juga harus diperhatikan karena
4
hal tersebut akan sangat mempengaruhi operasional dan volume pendapatan industri
genting di tengah ketatnya persaingan.
Sejumlah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa para pengusaha
kecil ternyata mampu menyerap sekitar 40 persen hingga 70 persen angkatan kerja,
serta menyumbangkan sepertiga dari total output nasional yang secara resmi
tercatat. Mereka itu meliputi para petani kecil, pengrajin, tukang, pedagang kecil,
dan asongan, yang kebanyakan beroperasi di sektor ekonomi informal,
baik di perkotaan maupun di pedesaan (Todaro 2000:271). Usaha untuk
mengembangkan industri kecil memang terus dilakukan, akan tetapi sekarang ini
banyak hambatan yang mereka hadapi di tengah perekonomian yang semakin
terpuruk.
Para pengrajin genting di Desa Karangasem dalam melakukan penerimaan
tenaga kerja tidak melalui seleksi secara khusus, seperti misalnya tidak
memperhatikan tingkat pendidikan, keahlian dalam mencetak genting. Sehingga
dengan keahlian tenaga kerja yang rendah mengakibatkan kurangnya ketrampilan
dalam melakukan kerja atau kesulitan dalam menghadapi suatu permasalahan. Hal
ini tentunya juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi genting yang
pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan industri genting tersebut.
Di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan mempunyai
jumlah penduduk 8.628 jiwa terdiri dari 4.407 laki-laki dan 4.221 perempuan.
Dengan melihat jumlah penduduk yang demikian besar maka tenaga kerja yang
terserap pda industri kecil genting ini juga cukup tinggi. Dengan jumlah 149 unit
usaha industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem mampu menyerap tenaga
kerja sebesar 1.634 orang atau 38 persen dari jumlah keseluruhan tenaga kerja yang
terserap (Monografi Desa 2004). Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil genting
5
menjadi tumpuan pendapatan bagi penduduk di Desa Karangasem Kecamatan
Wirosari Kabupaten Grobogan.
Topik penelitian ini telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu.
Beberapa diantaranya adalah Karsiyatun (2002) menyimpulkan “ada pengaruh antara
pemanfaatan kredit Bank dengan peningkatan pendapatan pada industri kecil
pengrajin genting di Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen”, Mellinza Ratna
Kartikasari (2003) menyimpulkan “ada pengaruh antara kredit Kopinkra Sutra Ayu
dengan peningkatan pendapatan pengrajin bordir di Kecamatan Kedungwuni
Kabupaten Pekalongan”, Dewi Wulandari (2004) menyimpulkan “ada pengaruh
antara penggunaan kredit BPR-BKK Plupuh terhadap pendapatan pedagang kecil di
Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen”. Berdasarkan beberapa hasil penelitian
tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan lokasi dan waktu yang
berbeda dengan harapan dapat menemukan sesuatu yang baru, yang berbeda.
Mengingat sedemikian pentingnya kedudukan modal kerja dan pengelolaan
satuan jam kerja dalam mempengaruhi pendapatan guna mempertahankan
kontinuitas perusahaan dan perkembangan usaha agar dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup industri kecil pengrajin genting maka peneliti tertarik untuk
mengangkat suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Modal Kerja dan Satuan
Jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di
Desa Karangsem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dalam suatu usaha, pengawasan dan pengelolaan modal kerja dan satuan jam
kerja perlu mendapat perhatian. Penggunaan modal kerja yang kurang efektif dan
efisien mengakibatkan aktivitas usaha tidak lancar. Selain itu pengelolaan satuan jam
kerja yang belum maksimal akan mengakibatkan pemborosan (inefisiensi) dalam
6
bekerja. Sehingga hal ini akan mempengaruhi pendapatan pengusaha tersebut. Dari
asumsi-asumsi tersebut peneliti ingin mengangkat masalah penelitian sebagi berikut :
1. Adakah pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada
industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari
Kabupaten Grobogan ?
2. Seberapa besar pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan
pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karang asem Kecamatan Wirosari
Kabupaten Grobogan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja
terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap
pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Peneliti sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang
penelitian dan penerapan teori yang peneliti dapatkan di perkuliahan, khususnya
tentang industri kecil pengrajin genting.
2. Bagi pengusaha genting sebagai masukan tentang pengaruh modal kerja dan
satuan jam kerja dalam peningkatan pendapatan usaha pada industri kecil
pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten
Grobogan.
2. Bagi karyawan atau tenaga kerja dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan bahan
bacaan yang dapat memberikan pengetahuan bahwa tenaga kerja benar-benar
7
berfungsi dalam peningkatan usaha pada industri kecil genting di Desa
Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
E. Sistematika Skripsi
Skripsi ini disusun menjadi tiga bagian, yaitu :
Bagian pertama adalah pendahuluan, kedua bagian isi, dan ketiga bagian akhir.
1. Bagian Pendahuluan
Bagian ini memuat tentang judul penelitian, halaman pengesahan, motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, dan abstrak.
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari lima bab yang meliputi :
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, serta sistematika skripsi.
BAB II Landasan teori dan hipotesis, yang memaparkan kajian teoritis yang
terkait dengan permasalahan yang merupakan landasan teoritis serta
acuan dalam perumusan hipotesis bagi penelitian.
BAB III Metode Penelitian, yang terdiri dari populasi dan sampel, variabel
penelitian, metode pengumpulan data serta analisi data.
BAB IV Hasil Penelitian dan pembahasan, berisi tentang hasil penelitian dan
pembahasannya.
BAB V Penutup, memuat tentang simpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
Berisi tentang daftar pustaka dan lampiran.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. MODAL KERJA
1. Pengertian Modal
Modal kerja adalah kekayaan atau aktiva yang diperlukan perusahaan untuk
menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar-putar dalam periode
tertentu (Indriyo 1992:34). Sedangkan menurut Wahid (1993:245) modal kerja
adalah investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yaitu kas, surat berharga
jangka pendek, piutang, persediaan. Modal kerja kotor adalah harta lancar total dari
perusahaan, dan modal kerja bersih adalah harta lancar dikurangi utang lancar.
Menurut Riyanto (1995:59) mengenai pengertian modal kerja dapat
dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :
1) Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam
unsure-unsur aktiva dimana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi
dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah
keseluruhan dari jumlah aktiva lancar dan sering disebut modal bruto.
2) Konsep Kualitatif
Pada konsep ini, modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar
atau utang yang segera harus dibiayai. Oleh karenanya maka modal kerja menurut
konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan
9
membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya yaitu yang
merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya.
3) Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan
adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Dengan demikian maka
pengertian modal kerja dalam konsep ini adalah dana yang digunakan selama periode
accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai
dengan maksud utama didirikan perusahaan tersebut.
Secara umum modal kerja dapat berarti :
a) Seluruh aktiva lancar atau modal kerja kotor (Gross Working Capital) atau konsep
kuantitatif.
b) Aktiva lancar dikurangi utang lancar (Net Working Capital) atau konsep kualitatif.
c) Keseluruhan dana yang diperlukan untuk menghasilkan laba tahun berjalan
(Functional Working Capital) atau konsep fungsional. (Kamaruddin 1997:2).
2. Macam-macam Modal Kerja
1) Modal kerja permanen (Permanen Working Capital)
Merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan, untuk dapat
menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha.
Modal kerja permanen dibedakan atas :
a) Modal kerja primer (Primary Working Capital)
10
Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjamin kontinuitas usahanya.
b) Modal kerja normal (Normal Working Capital)
Yaitu modal kerja untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2) Modal kerja variable (Variabel Working Capital)
Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan.
Modal kerja variabel dibedakan atas :
a) Modal kerja musiman (Seasional Working Capital)
Yaitu modal kerja yang mengalami perubahan karena fluktuasi musim.
b) Modal kerja siklus (Cyclical Working Capital)
Yaitu modal kerja yang mengalami perubahan karena perubahan fluktuasi
konjungtur.
c) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)
Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan situasi darurat yang
diperkirakan akan terjadi atau situasi yang tidak diketahui sebelumnya (Riyanto
1995:61).
3. Sumber-Sumber Modal Kerja
Untuk mendapatkan modal usaha, antara pengusaha yang satu dengan yang
lain mempunyai cara yang berbeda. Namun secara garis besar kebutuhan modal
suatu industri dapat dipenuhi dari sendiri dan dari luar berupa pinjaman atau kredit.
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pihak perusahaan itu sendiri
(cadangan, laba). Sedangkan modal pinjaman adalah modal yang berasal dari luar
perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan dan bagi perusahaan
11
yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang harus dibayar kembali
(Riyanto 1995:21).
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat dipenuhi dari dua sumber :
1) Sumber intern (Internal Sources) adalah modal yang berasal dari perusahaan
sendiri, yang meliputi :
a. Laba yang ditahan
b. Penjualan aktiva tetap yang dilaksanakan oleh perusahaan
c. Keuntungan penjualan surat-surat berharga
d. Cadangan penyusutan
2) Sumber eksternal (Eksternal Sources) adalah modal yang berasal dari luar
perusahaan, yang meliputi :
a. Supplier
b. Bank-bank
c. Pasar modal
Pasar modal yang dalam bentuk konkritnya adalah bursa efek berfungsi
mengalokasikan dana dari perorangan atau lembaga yang mempunyai surplus
tabungan kepada perusahaan yang kekurangan tabungan (Indriyo 2001:42).
Modal kerja yang digunakan oleh para pengrajin genting berasal dari modal
sendiri dan modal pinjaman.
4. Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja pada hakekatnya merupakan jumlah yang terus menerus harus
ada dalam menopang usaha perusahaan (Kamaruddin 1997:5). Modal kerja yang ada
harus dapat atau mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari,
12
karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan disamping
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan
perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga memberi keuntungan antara
lain :
1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai akativa
lancar.
2) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau
kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
3) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani para konsumennya.
4) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para langganannya.
5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan lebih efisien karena
tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun asa yang dibutuhkan.
(Munawir 1995:116).
Dari beberapa pendapat di atas pada dasarnya peran modal kerja adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluara atau operasi perusahaan.
5. Faktor Yang Menentukan Jumlah Modal Kerja
Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan, tapi
berapakah jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan itu ?
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan
13
bukanlah merupakan hal yang mudah, karena modal yang dibutuhkan oleh suatu
perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1) Sifat atau tipe dari perusahaan.
2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan
dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.
3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan.
4) Syarat penjualan.
5) Tingkat perputaran persediaan.
(Munawir 1995:117)
Menurut Indriyo (2001:36) bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja
dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1) Volume penjualan.
Faktor ini adalah faktor yang paling utama, karena perusahaan memerlukan
modal kerja untuk menjalankan aktifitasnya yang mana puncak dari aktifitasnya itu
adalah aktivitas penjualan.
2) Pengaruh musim.
Dengan adanya pengaruh musim terhadap permintaan barang atau jasa maka
penjualan akan berfluktuasi. Fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-
perbedaan jumlah kebutuhan modal kerja dan hal ini yang menimbulkan adanya
modal kerja variabel.
3) Kemajuan tehnologi.
14
Perkembangan tehnologi dapat mempengaruhi atau merubah proses produksi
menjadi lebih cepat dan lebih ekonomis. Dengan demikian dapat mengurangi jumlah
kebutuhan modal kerja.
4) Beberapa kebijaksanaan dapat pula merubah besarnya modal kerja seperti :
politik, penjualan kredit, politik persediaan bahan baku,atau persediaan kas.
Menurut Kamaruddin (1997:6) bahwa kebutuhan modal atau komposisi
modal kerja dipengaruhi oleh :
1) Besar kecilnya kegiatan usaha atau perusahaan, semakin besar kegiatan
perusahaan semakin besar modal kerja yang diperlukan, apabila hal lainnya
tetap.
2) Kebijaksanaan tentang penjualan.
3) Faktor lain:
a. Faktor-faktor ekonomi
b. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan uang ketat atau kredit ketat
c. Tingkat bunga yang berlaku
d. Peredaran uang
e. Tersedianya bahan-bahan di pasar.
6. Manajemen Modal kerja
Menurut Indriyo (2001:40) manajemen modal kerja pada dasarnya meliputi :
1) Perencanaan besarnya kebutuhan modal kerja.
Perubahan dari aktivitas usaha suatu perusahan akan mengakibatkan
perubahan terhadap kebutuhan modal kerja.
2) Sumber-sumber pemenuhan modal kerja.
15
3) Penggunaan modal kerja.
4) Analisa laporan sumber dan penggunaan modal kerja.
Sebagai dasar perencanaan, pengelolaan dan pengawasan modal kerja di
masa yang akan datang bagi manajemen diperlukan laporan perubahan modal kerja
yang menunjukkan secara rinci terjadinya kenaikan atau penurunan modal kerja dari
tahun ke tahun berikutnya serta penyebab terjadinya kenaikan atau penurunan itu.
7. Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal
kerja adalah sebagai berikut :
1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran
upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan
pembayaran biaya-biaya lainnya.
2) Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat
berharga, maupun kerugian yang insidental lainnya.
3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujan-tujuan
tertentu dalam jangka panjang, misalnya danapelunasan obligasi, dana pensiun
pegawai, dana ekspansi atau dana-dana lainnya.
4) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau
aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau
timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
5) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik,obligasi,
16
maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya serta penarikan atau pembelian
kembali saham perusahaan yang beredar atau adanya penurunan hutang jangka
panjang dikurangi aktiva lancar.
6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadinya atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemlik
perusahaan dalam perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran
deviden dalam perseroan terbatas (Munawir 1995:125).
Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun
penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, namun tidak selalu
penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan dan penurunan jumlah modal
kerja yang dimiliki perusahaan.
Penggunaan aktiva lancar yang menyebabkan turunnya modal kerja adalah
sebagai berikut :
1) Pembayaran kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan.
2) Pembayaran kerugian-kerugian yang diderita perusahaan karena adanya
penjualan surat-surat berharga maupun incidental lainnya.
3) Adanya pembayaran utang jangka panjang, utang hipotik, obligasi maupun utang
jangka panjang lainnya.
4) Adanya pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang lainnya yang
mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau tumbuhnya utang lancar.
5) Adanya pengambilan uang kas oleh pemilik perusahaan dan pengambilan
keuntungan atas pengambilan deviden oleh pemilik dalam perseroan terbatas.
17
6) Adanya pembentukan dana dari aktiva lancar pada tujuan tertentu dalam jangka
panjang, misalnya dana pensiun pegawai (Indriyo2001:47).
Dari beberapa pengertian modal kerja di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa modal kerja ini bersifat kuantitatif karena modal kerja tersebut digunakan
untuk membiayai operasi perusahaan seperti pembiayaan bahan baku, pembiayaan
bahan penolong, pembiayaan upah dan pembiayaan operasional lainnya yang
berlangsung terus menerus dalam kegiatan perusahaan yang dapat mengalami
perubahan.
Sedangkan yang dimaksud modal kerja dalam penelitian ini adalah modal
berupa uang yang digunakan untuk membiayai pembelian bahan baku (tanah liat),
pembelian bahan penolong (kayu bakar, kulit randu), dan pembayaran upah tenaga
kerja selama sebulan untuk kegiatan produksi pada industri kecil pengrajin genting di
Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
B. Jam Kerja
1. Pengertian Jam Kerja
Kerja diartikan sebagai proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada
suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat
pemenuhan kebutuhan yang ada.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:454) jam kerja adalah waktu
yang dijadwalkan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang
dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja bagi seseorang sangat
menentukan efisiensi dan produktivitas kerja.
18
Dari segi Undang-Undang Perburuhan, jam kerja adalah jam / waktu yang
dilakukan di bawah pengawasan pimpinan dari pihak kantor. Banyaknya jumlah jam
kerja tergantung dari pihak kantor yang mempekerjakan para karyawan tersebut.
Pada dasarnya jam kerja adalah 40 (empat puluh) jam dalam seminggu, 8 (delapan)
jam sehari (tidak termasuk jam istirahat). Tentang jam kerja berdagang, usaha
perfilman, usaha kesehatan, kebersihan, penerima tamu / receptinost, atau usaha
sampingan; adalah 44 (empat puluh empat) jam dalam seminggu.
2. Ketentuan Jam Kerja
Menurut Wetik yang dikutip oleh Nur Istiqomah (2004:23) jam kerja
meliputi :
1) Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik.
2) Hubungan antara waktu kerja dengan waktu istirahat.
3) Jam kerja sehari meliputi pagi, siang, sore dan malam.
Lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada umumnya 6
sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan untuk keluarga, masyarakat,
untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu minggu seseorang bisa bekerja dengan baik
selama 40 sampai 50 jam. Selebihnya bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak
efisien. Akhirnya produktivitas akan menurun, serta cenderung timbul kelelahan dan
keselamatan kerja masing-masing akan menunjang kemajuan dan mendorong
kelancaran usaha baik individu ataupun kelompok.
Pekerja diperbolehkan untuk istirahat sebanyak 1 sampai 1,5 jam tiap hari
kerja dalam 8 jam, pekerja memerlukan istirahat agar dapat mempertahankan tingkat
kerjanya dari hari kehari.
19
Selanjutnya menurut Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, dalam Bab X pasal 77 disebutkan:
1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
2) Waktu kerja meliputi :
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
sebagaimana dimaksua dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.
Kemudian dilanjutkan dalam pasal 78 Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan menyebutkan :
1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam
1 (satu) hari dan 14 (empatbelas) jam dalam 1 (satu) minggu.
2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.
3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
20
4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.
Sedangkan menurut Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dalam Bab VII pasal 100 disebutkan :
1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja bagi pekerja yang
dipekerjakan.
2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a. waktu kerja siang hari :
a.1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
a.2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
b. waktu kerja malam hari :
b.1. 6 (enam) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b.2. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
3) Dalam hal pengusaha mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), pengusaha wajib membayar upah waktu lembur kepada
pekerjanya.
4) Waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan
paling banyak :
21
a. 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu)
minggu;
b. 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari waktu kerja siang hari untuk melakukan
pekerjaan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi yang
ditetapkan; atau
c. 7 (tujuh) jam dalam 1 (satu) hari waktu kerja malam hari untuk melakukan
pekerjaan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi yang
ditetapkan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud satuan jam kerja bagi industri kecil
pengrajin genting adalah keseluruhan jam kerja yang digunakan oleh sejumlah
tenaga kerja dalam pengadaan bahan baku (tanah liat), pengadaan bahan penolong
(kayu bakar, kulit randu), pencetakan genting, pembakaran genting, dan
pengangkutan genting selama sebulan pada industri kecil pengrajin genting di Desa
Karangasem Kecamatan Wiroosari Kabupaten Grobogan
C. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah balas jasa dalam nilai uang yang dfiterima oleh tenaga
kerja (gaji), kreditur (bunga), pemilik modal (laba, deviden), pemilik harta (sewa)
dan lain-lain (Wasis 1992:25). Pendapatan adalah hasil pencaharian atau perolehan
berupa gaji atau upah (Poerwodarminto 1990:238). Sedangkan dalam Pedoman
Akuntansi Indonesia dikatakan bahwa pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva
atau penurunan jumlah kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari pengaruh
barang dan jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode.
22
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan
adalah hasil yang diperoleh dengan penyertaan barang dagang atau jasa, atau
aktivitas usaha lainnya yang dapat meningkat atau menurun jumlah aktiva subyek
ekonomi dalam suatu periode tertentu.
2. Macam-macam Pendapatan
Biro Pusat Statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut :
a) Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari :
1) Gaji dan upah yang diperoleh dari :
a. Kerja pokok
b. Kerja sampingan
c. Kerja lembur
d. Kerja kadang-kadang
2) Usaha sendiri yang meliputi :
a. Hasil bersih dari usaha sendiri
b. Komisi dari mana saja
c. Penjualan dari kerajinan rumah yang dihasilkan
3) Hasil investasi yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah atau
modal yang digunakan orang lain.
4) Keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial
b) Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan yang berupa :
1) Bagian pembayaran upah dari gaji yang dibentuk dalam : bonus, pengobatan,
transportasi, perumahan, rekreasi.
2) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah antara lain :
23
a. barang yang diproduksi di rumah
b. sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah yang ditempati
3) Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan yaitu penerimaan yang berupa :
pengambilan tabungan, penjualan barang-barang yang dipakai, penagihan
piutang, pinjaman utang, kiriman uang, warisan (Sumardi, Evert 1990:5).
3. Sumber Pendapatan
Menurut Sumardi, Evers (1992:94) pendapatan yang diterima seseorang berasal
dari berbagai sumber pendapatan yaitu :
a) Pendapatan sektor formal, yaitu pendapatan yang bersumber dari upah atau gaji
yang diperoleh secara tetap dan jumlah yang telah ditentukan.
b) Pandapatan sektor informal, yaitu pendapatan yang bersumber dari perolehan atau
penghasilan tambahan seperti dagang, tukang dan buruh.
c) Pendapatan sub intern, yaitu pendapatan yang bersumber dari usaha sendiri
seperti dari hasil bercocok, hasil dari beternak, hasil dari kebun dan sebagainya.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Menurut Bintari, Suprihatin (1984:35) tinggi rendahnya pendapatan yang
diterima seseorang bergantung kepada :
a) Kesempatan kerja yang tersedia
Dengan semakin tinggi atau semakin besar kesempatan kerja yang tersedia
berarti banyak penghasilan yang bias diperoleh dari hasil kerja tersebut.
b) Kecakapan dan keahlian kerja.
24
Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap
penghasilan.
c) Kekayaan yang dimiliki
Jumlah kekayaan yang dimiliki seseorang juga mempengaruhi jumlah
penghasilan yang diperoleh. Semakin banyak kekayaan yang dimiliki berarti
semakin besar peluang untuk mempengaruhi penghasilan.
d) Keuletan kerja
Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan dan keberanian untuk
menghadapi segala macam tantangan. Bila suatu saat mengalami kegagalan,
maka kegagalan tersebut dijadikan sebagai bekal untuk meniti ke arah
kesuksesan dan keberhasilan.
e) Banyak sedikitnya modal yang digunakan
Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan peluang yang besar pula
terhadap penghasilan yang akan diperoleh.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan adalah pendapatan
yang diperoleh dari hasil penjualan genting selama sebulan pada industri kecil
pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
D. Kerangka Berpikir
Seorang pengusaha dalam melakukan usahanya akan selalu berpikir
bagaimana cara mengelola input seefisien mungkin untuk memperoleh produksi
semaksimal mungkin dan memaksimumkan pendapatan. Namun, pendapatan dengan
laba maksimal bukan satu-satunya tujuan utama didirikannya suatu usaha karena ada
25
tujuan yang lainnya yaitu kontinuitas usaha dan perkembangan usaha. Pendapatan itu
sendiri diterima karena berbagai factor produksi yang mendukung di antaranya
modal kerja dan tenaga kerja.
Dalam suatu usaha diperlukan pengelolaan dan pengawasan yang baik atas
penggunaan modal kerja. Hal ini dimaksudkan agar aktivitas sehari-hari dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan keadaan perusahaan dan jumlah permintaan di
pasar sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Modal kerja yang dimaksud dalam
penelitian ini dialokasikan untuk pembelian bahan baku, bahan penolong,
pembayaran upah tenaga kerja pada industri kecil pengrajin genting di desa
Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
Dengan adanya penyediaan modal kerja yang cukup baik itu dari modal
sendiri ataupun dari pinjaman pemerintah akan membantu pengrajin genting dalam
menjalankan usahanya. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi
pengrajin genting di Desa Karangasem karena memungkinkan industri genting
tersebut untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin, mampu membayar upah
tenaga kerja, mamperlancar pengadaan bahan baku (tanah liat) dan bahan penolong
(kayu bakar, kulit randu) sehingga diharapkan industri kecil pengrajin genting akan
lebih dapat meningkatkan pendapatannya.
Disamping itu, pengelolaan satuan jam kerja juga perlu diperhatikan karena
pengelolaan satuan jam kerja pada industri kecil genting di Desa Karangasem masih
belum maksimal. Pengelolaan satuan jam kerja tersebut digunakan oleh tenaga kerja
dalam pengadaan bahan baku (tanah liat), pengadaan bahan penolong (kayu bakar,
kulit randu), pencetakan genting, pembakaran genting, dan pengangkutan genting
26
selama sebulan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
Sehubungan dengan pengelolaan satuan jam kerja, setiap pengusaha
hendaknya dapat melaksanakan ketentuan waktu kerja yang berlaku pada perusahaan
tersebut. Setiap tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan telah terikat pada disiplin
waktu yang telah menjadi ketetapan perusahaan, sehingga jadwal waktu kerja yang
ditentukan hendaknya juga dipatuhi oleh tenaga kerja. Berhubung waktu yang
diperlukan dalam memproduksi genting terkait dengan volume kerja yang harus
diselesaikan dalam memenuhi permintaan pasar, maka panjang pendeknya waktu
dapat diatur secara lebih tepat. Sehingga industri kecil pengrajin genting harus
semaksimal mungkin menggunakan jam kerja secara efektif dan efisien karena
dengan jam kerja yang efektif dan efisien tenaga kerja akan bekerja dengan baik dan
lancar sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Kerangka pikir dalam penelitian ini jika divisualkan dalam bentuk skema sederhana
adalah sebagai berikut :
Modal Kerja (X1) - Biaya bahan baku - Biaya bahan penolong - Biaya upah tenaga kerja
Pendapatan (Y) Selama sebulan
Satuan Jam Kerja (X2) - Pengadaan bahan baku - Pengadaan bahan penolong - Pencetakan genting - Pembakaran genting - Pengangkutan genting
27
E. HIPOTESIS
Dari kerangka berpikir di atas melahirkan hipotesis sebagai berikut :
Ha: Terdapat pengaruh antara modal kerja dan satuan jam kerja terhadap
pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan penelitian (Arikunto 1997:115). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pengrajin genting yang berada di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. Menurut data administrasi desa tahun
2003/2004 tercatat jumlah industri kecil genting sebanyak 149, sehingga yang
menjadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 149 pengrajin yang tersebar dalam 5
RW. Populasi ini bersifat homogen. Adapun identifikasi dari populasi ini antara lain :
1) Pengrajin genting yang sudah melakukan proses produksi selama minimal 5 tahun.
2) Tenaga kerja yang digunakan minimal 2 orang.
3) Upah tenaga kerja rata-rata antara Rp 12.000,00 sampai Rp 20.000,00
B. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto
1997:117). Untuk mengambil sampel dapat menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya diperlukan metode pengumpulan sampel yang tepat. Tehnik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik random sampling dengan cara
acak. Menurut Slovin dalam bukunya Husein (1998:78) mengatakan ukuran sampel
adalah dengan rumus :
21 enNn+
=
Dimana :
n : ukuran sampel
28
29
N : ukuran populasi
:2e persen kelonggaran ketidakpastian karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat ditolelir atau diinginkan misal 10 %.
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah :
n = 2)1.0(2231223
+
= 59,83 = 60 (dibulatkan)
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 pengrajin genting.
C.Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto 1997:99). Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang akan
diungkap, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
a) Variabel bebas (X), yaitu :
1) Modal Kerja ( 1X ).
Indikatornya adalah modal barupa uang yang digunakan untuk membiayai
pembelian bahan baku (tanah liat), pembelian bahan penolong (kayu bakar, kulit
randu), dan pembayaran upah tenaga kerja untuk kegiatan produksi genting.
2) Satuan Jam Kerja ( 2X ).
Indikatornya adalah keseluruhan jam kerja yang digunakan oleh tenaga kerja
dalam pengadaan bahan baku, pengadaan bahan penolong, pencetakan genting,
pembakaran genting, dan pengangkutan genting selama sebulan.
b) Variabel terikat (Y), yaitu pendapatan.
Indikatornya adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan
genting selama sebulan.
30
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Metode wawancara
Metode wawancara yang digunakan adalah jenis wawancara bebas terstruktur
yang ditujukan pada bagian yang berhubungan dengan penelitian. Metode ini
dilakukan dengan mengadakan dialog dengan pihak perangkat desa Karangasem dan
pengrajin genting. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
gambaran atau keadaan desa Karangasem dan informasi yang diperlukan tentang
industri kecil genting secara keseluruhan.
2) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
beupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, legger, agenda,
dan sebagainya (Arikunto, 1996:203). Metode ini digunakan untuk memperoleh
informasi tentang monografi desa dan data-data yang diperlukan berkaitan dengan
industri kecil genting secara keseluruhan.
3) Metode Studi Pustaka.
Metode studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang bersifat
teoritis mengenai permasalah-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode ini digunakan untuk menunjang kelengkapan data yang menggunakan buku-
buku literatur dan hasil penelitian dari pihak lain khususnya yang terkait dengan
topik penelitian ini.
31
E. Metode Analisis Data
1) Analisis regresi linier berganda.
Spesifikasi model yang digunakan adalah :
eXbXbXbaY +++++= ......332211 (Algifari 2000:65)
Dan dalam penelitian ini model persamaan regresi liniernya adalah sebagai
berikut :
Y = Pendapatan
a = Konstanta
1X = Modal kerja
2X = Satuan jam kerja
321 ,, bbb = Koefisien variabel independen
e = Variabel pengganggu
2) Uji Hipotesis Secara simultan (Uji F)
Untuk menguji keberartian garis regresi yang diperoleh dalam persemaan
regresi linier berganda di atas, perlu diadakan pengujian hipotesis dengan uji F.
Nilai Hitung dengan menggunakan rumus :
Freg = RKreg Rkres Dimana;
Freg : harga bilangan F untuk regresi
RK reg : rerata kuadrat regresi
RK res : rerata kuadrat residu
Untuk memudahkan perhitungan bilangan F maka dibuat tebel rangkuman
analisis regresi sebagai berikut :
32
mber variasi Db JK RK Freg
Regresi
Residu
m
N-(m+1)
R 2 ( 2Y∑ )
(1-R 2 )( 2Y∑ )
JK reg : Db reg
JK res : Db res
RK reg :RK res
Total N-1 2Y∑
Dari perhitungan nilai Fregresi, terjadi kemungkinan :
a. Nilai Fhitung < Ftabel, berarti menerima Ho dan menolak Ha yang berarti
modal kerja dan satuan jam kerja secara simultan tidak mempengaruhi
pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
b. Nilai Fhitung > Ftabel, berarti menerima Ha dan menolak Ho yang berarti
modal kerja dan satuan jam kerja secara simultan mempengaruhi pendapatan
pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan
Wirosari Kabupaten Grobogan.
3) Koefisien Determinan
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi ubahan variabel bebas terhadap
variabel terikta, maka perlu diketahui koefisien determinasi dengan rumus sebagai
berikut :
R2 = ∑
∑∑ +2
2211
yyxyx ββ
4) Uji Hipotesis secara Parsial (Uji t)
Rumus uji t adalah sebagai berikut :
a. Untuk parameter 1β ,
33
T hiung = 1β S 1βe Dimana; S =1βe 2
1e∑
N - 2
21x∑
Dari penelitian uji t parameter β , terjadi kemungkinan
1. Nilai t hitung < t tabel, berarti menerima Ho dan menolak Ha yang berarti
modal kerja tidak memperngaruhi pendapatan pada industri kecil pengrajin
genting di Desa Karangasem kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan
2. Nilai t hitung> t tabel, berarti menerima ha dan menolak Ho yang berarti
modal kerja mempengaruhi pendapatan pada industri kecfil pengrajin genting
di Desa Karangasem kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
b. Untuk parameter 2β ,
t hitung = 2β
S 2βe
Dimana; S =2βe 21e∑
N - 2
22x∑
Dari perhitungan uji t parameter 2β , terjadi kemungkinan :
1. Nilai t hitung < t tabel, berarti menerima Ho dan menolak Ha yang berarti
satuan jam kerja tidak mempengaruhi pendapatan pada industri kecil
34
pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari kabupaten
Grobogan.
2. Nilai t hitung > t tabel, berarti menerima Ha dan menolak Ho yang berarti
satuan jam kerja mempengaruhi pendaptan pada industri kecil pengrajin
genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten grobogan
5) Evaluasi Ekonometrika
Evaluasi ekonometrika dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi
linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian memenuhi
asumsi klasik atau tidak.
a) Uji Normalitas.
Dalam pengujian normalitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji
chi- square goodnees of fit dengan formulasi sebagai berikut :
X2 = i
iik
i EE 2
1
)0( −∑=
Yang menyatakan bahwa :
io = Frekuensi observasi pada kelas atau interval I
1E = Frekuensi yang diharapkan pada kelas I didasarkan pada distribusi
hipotesis, yaitu distribusi normal.
Jika ( 2X lebih kecil daripada nilai N adalah banyaknya kelas dan k adalah
banyaknya parameter yang didestimasi), maka dapat disimpulkan bahwa
kesalahan pengganggunya (disturbance 1μ ) kemungkinan berasal dari distribusi
hipotesis (distribusi normal) (Algifari 2000:32).
35
b) Uji Multikolinieritas.
Salah satu cara untuk mendeteksi kolinieritas dilakukan dengan
mengkorelasikan antar variabel dan apabila korelasinya signifikan maka antar
variabel bebas tersebut terjadi multikolinieritas.
c) Uji Heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadinya
penyimpangan model karena varians gangguan berbeda antara satu observasi lain
dengan ranking spearman dengan rumus :
rs = ⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛
−− ∑
)1(61 2
2
NN
di
Keterangan :
1d = selisih ranking standar deviasi (s) dan ranking nilai mutlak error (e)
N = banyaknya sampel
Nilai hitungt dapat ditentukan dengan formula :
t = 21
2
s
s
r
Nr
−
−
(Algifari 2000:86).
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Desa Karangasem
Secara administrasi Desa Karangasem termasuk dalam wilayah Kecamatan
Wirosari Kabupaten Grobogan, yang terletak 10 km dari pusat pemerintahan
kecamatan, 31 km dari ibukota Grobogan dan 78 km dari ibukota propinsi Jawa
Tengah. Adapun batas-batas wilayahnya adalah :
- Sebelah Utara Desa Tegalrejo
- Sebelah Selatan Desa Tambakselo
- Sebelah Barat Desa Dokoro
- Sebelah Timur Kecamatan Ngaringan
b. Kondisi Sosial Masyarakat
Jumlah penduduk Desa Karangasem menurut monografi desa tahun 2004
tercatat 8.628 jiwa terdiri dari 4.407 laki-laki dan 4.221 perempuan dengan jumlah
Kepala Keluarga (KK) 2.220 yang secara keseluruhan adalah Warga Negara
Indonesia dengan tingkat pendidikan adalah (1) SD: 5.809 orang, (2) SLTP: 140
orang, (3) SLTA: 238 orang, (4) Perguruan Tinggi: 56 orang.
Sedangkan untuk mngetahui jenis mata pencaharian penduduk Desa
Karangasem dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
37
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Prosentase (%)
1 2 3 4 5 6 7
Karyawan Sipil Wiraswasta Tani Pertukangan Buruh tani Pensiunan Jasa/lainnya
168838
2.43021231038
302
3,7319,5356,644,947,230,897,04
Jumlah 4.290 100
Sumber : Data primer diolah
Dari tabel 1 di atas tampak bahwa sebagian besar penduduk desa Karangasem
di sektor pertanian yaitu sebesar 56,64 % dan di sektor wiraswasta yaitu sebesar
19,53 %. Hal ini menggambarkan bahwa kecuali sektor pertanian sektor wiraswasta
yang didalamnya termasuk pengrajin genting juga merupakan sumber penghasilan
yang menduduki peringkat kedua setelah sektor pertanian bagi penduduk Desa
Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
2. Keadaan Responden Penelitian
a. Deskripsi Pendidikan Pengrajin Genting
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data
tingkat pendidikan responden yang dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2 Responden Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Prosentase (%)
1 2 3 4
SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi
43962
71,671510
3,33 Jumlah 60 100
Sumber : Data primer diolah
38
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pengrajin genting
mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu 43 orang (71,67 %) yang hanya lulus
SD, tetapi ada juga yang mempunyai tingkat pendidikan sampai Perguruan Tinggi.
Dengan melihat tingkat pendidikan para pengrajin genting di Desa
Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan yang masih tergolong rendah
(SD), maka pola pikir mereka dalam sistem pengelolaan (manajemen) juga masih
cukup sederhana dan belum mampu mengembangkan usahanya ke arah yang lebih
pesat lagi.
b. Deskripsi Lama Usaha
Lama usaha seorang pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan
Wirosari Kabupaten Grobogan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka
dalam berwiraswasta. Hal ini akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, pengalaman
dan keterampilan yang dimiliki. Adapun ukuran lama waktu pengrajin genting yang
dipakai dalam penelitian ini adalah minimal lima tahun. Dengan demikian semakin
lama sebagai pengrajin genting maka mereka akan dapat mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Dari hasil penelitian dapat diketahui lama usaha pengrajin genting seperti
yang terlihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 3 Responden Menurut Lama Usaha
No Lama usaha (tahun) Jumlah Prosentase (%)
1 2 3 4
5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 ke atas
824262
13,3340
43,333,33
39
Jumlah 60 100
Sumber : Data primer diolah
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat, responden pengrajin genting di Desa
Karangasem lebih banyak ditekuni oleh pengrajin usia antara 15 – 19 tahun (43,33
%). Hal ini menggambarkan bahwa pengrajin genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan telah memiliki pengalaman yang cukup
dalam usahanya sebagai pengrajin genting.
3. Variabel Modal Kerja
Pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten
Grobogan dalam hal permodalan perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah
atau lembaga perbankan lainnya terutama dalam memberikan bantuan atau pinjaman
modal untuk mengembalikan usaha mereka. Apalagi kondisi sekarang ini, biaya-
biaya yang digunakan untuk memproduksi genting seperti pembelian bahan baku dan
bahan penolong semakin mahal sedangkan harga jual genting relatif stabil sehingga
menyebabklan para pengrajin genting kesulitan dalam mengelola modal kerja.
a. Deskripsi Pemilikan Modal Kerja
Tabel 4 Pemilikan Modal Kerja Pengrajin Genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan
No Modal Kerja Perbulan Jumlah Prosentase (%)
1 2 3
< Rp 5 juta Rp 5 juta – Rp 10 juta > Rp 10 Juta
5640
93,336,67
0 Jumlah 60 100
Sumber : Data primer diolah
40
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pengrajin genting yaitu
sebanyak 56 pengrajin (93,33%) menggunakan modal kerja kurang dari 5 juta rupiah
perbulan. Hal ini disebabkan pengrajin genting lebih banyak menggunakan modal
dari kekayaan pribadi daripada hutang pada Bank atau lembaga perbankan lainnya
sehingga modal yang dimiliki menjadi terbatas.
4. Variabel Satuan Jam Kerja
a. Deskripsi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang ada pada industri kecil genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan terbagi menjadi beberapa bagian kerja
diantaranya tenaga kerja bagian pengelolaan bahan baku dan bahan penolong,
pencetakan genting, pengeringan genting, pembakaran genting, dan pengangkutan
genting. Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada pengrajin genting rata-rata 2 – 7
orang tergantung besar kesilnya usaha yang terbagi dalam berbagai bagian kerja.
Sedangkan kegiatan produksi dilakukan setiap hari kecuali hari libur dan hari-hari
besar agama, kegiatan produksi pada umumnya dimulai pukul 07.00 WIB dan
selesai pada pukul 15.00 WIB. Akan tetapi terkadang ada jam lembur bagi para
pekerja apabila pengrajin genting mendapat order tambahan dari konsumen untuk
memproduksi genting.
Sebagai gambaran mengenai jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pengrajin
genting di Desa Karangasem dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
41
Tabel 5 Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan
No Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Pengrajin Prosentase (%)
1 2
2 – 4 5 – 7
4812
8020
Jumlah 60 100Sumber : Data primer diolah Dari tabel 6 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa mayoritas (80%)
pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan
menggunakan tenaga kerja antara 2 – 4 orang, sedangkan yang menggunakan tenaga
kerja 5 – 7 orang sejumlah 12 pengrajin (20%). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tidak selalu modal besar memerlukan tenaga kerja yang banyak, sebab dari 60
pengrajin yang memiliki modal lebih dari 5 juta rupiah perbulan sebanyak 4 orang
sedangkan yang menggunakan tenaga kerja lebih dari 5 orang pengrajin 12
pengrajin, artinya bahwa terdapat 8 orang pengrajin yang memiliki modal kurang
dari 5 juta rupiah memiliki tenaga kaerja lebih dari 5 orang.
b. Deskripsi Satuan Jam Kerja
Berikut gambaran mengenai jumlah satuan jam kerja tiap satu tenaga kerja
perbulan dari pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten
Grobogan.
Tabel 6 Jumlah Satuan Jam Kerja Karyawan Perbulan Dari Pengrajin Genting Di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan
No Jumlah Jam Kerja Perbulan Jumlah Pengrajin Prosentase (%)
1 2 3 4
200 – 320 321 – 440 441 – 560 561 – 680
826166
13,3343,3326,67
10
42
5 > 680 4 6,67 Jumlah 60 100
Sumber : Data primer diolah
Dari tabel di atas diperolah gambaran bahwa jumlah jam kerja masing-
masing pengrajin genting berbeda-beda, tergantung besar kecilnya usaha dan jumlah
produksinya. Pengrajin yang jumlah jam kerja karyawan tiap bulannya 200 jam –
560 jam sebanyak 50 pengrajin (83,33 %), dan pengrajin yang jumlah jam kerja
karyawannya lebih dari 560 jam perbulan sebanyak 10 pengrajin (16,67 %).
5. Variabel Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh pengrajin genting merupakan pendapatan yang
diperoleh dari hasil penjualan genting selama sebulan sebelum dikurangi berbagai
macam beban yang dikeluarkan sebagai kegiatan operasional dan proses produksi.
Berdasarkan hasil penelitian, berikut diperoleh data tingkat pendapatan
pengrajin genting perbulan yang ditampilkan pada tabel 8.
Tabel 7 Pendapatan Pengrajin Genting Perbulan di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan
No Jumlah Pendapatan
Perbulan Jumlah
Pengrajin Prosentase (%)
1 2 3
< Rp 5 juta Rp 5 juta – Rp 10 juta > Rp 10 juta
22353
36,6758,33
5 Jumlah 60 100
Sumber : Data primer diolah
Dilihat dari tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa para pengrajin genting
mayoritas yaitu sebanyak 35 pengrajin (58,33%) memperoleh pendapatan 5 juta – 10
juta rupiah perbulan.
43
6. Analisis Statistik
Tabel 8 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Modal Kerja dan Satuan jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan
No Keterangan Koefisien
Variabel Thitung Sig r r2
1
2
3
Variabel Modal Kerja (X1)
Variabel Satuan Jam Kerja(X2)
Variabel Pendapatan (Y)
1,302
-0,204
7,901
-0,177
0
0
0,837
0,700
4
5
6
7
8
9
Konstanta
R
R2
Adjusted R Square
F hitung
F tabel
2921,231
0,838
0,702
0,691
66,990
3,16
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linear berganda dengan
menggunakan program SPSS diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut :
Y = 2921,231 + 1,302 X1 - 0,204 X2
1. Uji Simultan
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis digunakan uji F, caranya dengan
membandingkan nilai F tabel dengan F hitung. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
program SPSS diperoleh F hitung sebesar 66,990 sedangkan daftar distribusi F
dengan dk pembilang = 2 dk penyebut = 57 dan α = 0,05 didapat Ftabel = 3,16.
Sehingga dari hasil perhitungan tampak bahwa Fhitung > Ftabel (66,990 > 3,16),
kesimpulannya hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “ada pengaruh antara modal
44
kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting
di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari kabupaten Grobogan “diterima”.
2. Koefisien Determinasi
dalam uji regresi linear berganda ini dianalisis pula besarnya koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,702. Hal ini berarti bahwa prosentase pegaruh modal kerja
dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pengrajin genting sebesar 70,2 %,
sedangkan sisanya sebesar 29,8 % dipengaruhi oleh variabel lain selain modal kerja
dan satuan jam kerja yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
3. Uji Parsial
Untuk mengetahui kemaknaan koefisien parsial digunakan uji t. Pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing
koefisien regresi dengan t tabel pada taraf sifnifikan 5 %. Berdasarkan perhitungan
komputer dengan program Statistik SPSS diperoleh t hitung untuk variabel modal
kerja dengan pendapatan sebesar 7,901 dan t hitung untuk satuan jam kerja dengan
pendapatan sebesar –0,177 (lampiran 2).
Untuk variabel modal kerja didapat nilai t hitung sebesar (7,901) > t tabel
(1,671). Artinya, secara parsial faktor modal kerja berpengaruh terhadap pendapatan
pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
Untuk variabel satuan jam kerja didapat nilai t hitung sebesar (-0,177) < t
tabel (1,671). Artinya, secara parsial faktor satuan jam kerja tidak berpengaruh
terhadap pendapatan pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari
Kabupaten Grobogan.
45
Berdasarkan hasil perhitungan komputer dengan program Statistik SPSS,
koefisien determinasi (r2) parsialnya diperoleh dengan mengkuadratkan parsial,
untuk variabel modal kerja terhadap pendapatan 0,700 atau 70 %.
7. Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal. Sedangkan
pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa
model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
2) Multikolinieritas
Menurut Imam Ghozali (2001:63) uji multikolineritas digunakan untuk
menguji apakah pada model regresi yang ditemukan terdapat adanya korelasi antar
variabel bebas. Menurut Singgih Santoso (2002:206) pedoman suatu model regresi
yang bebas multiko adalah :
a) Mempunyai nilai VIF (Variance Ibflation Factor) disekitar angka 1
b) Mempunyai angka tolerance mendekati 1
Dari uji Collinierity Statistic (lampiran 2) diperoleh harga tolerance yang
mendekati 1 (0,451) dan harga VIF (2,219), maka model tersebut mengalami
multikolinieritas.
3) Heterokesdastisitas
Menurut Imam Ghozali (2001:77) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
46
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatannya tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika variance dari
residualnya berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dari grafik scatterplot (lampiran 2) diketahui bahwa titik-titik data
terletakmenyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, ini berarti model
regresi tersebut tidak mengalami heteroskedastisitas.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian didapat F hitung = 66,990 lebih besar dari F
tabel = 3,16 , maka menolak hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) yang
berbunyi “ada pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada
industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten
Grobogan ”diterima”. Artinya secara statistik, data yang digunakan membuktikan
bahwa semua variabel independen X1 dan X2 berpengaruh positif terhadap nilai
variabel dependen Y. Pengaruh yang diberikan oleh modal kerja dan satuan jam kerja
terhadap pendapatan adalah sebesar 70,2 %, sedangkan sisanya sebesar 29,8 %
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terungkap dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja yang meliputi
pengadaan bahan baku (tanah liat), bahan penolong (kayu bakar, kulti randu), dan
pembayaran upah tenaga kerja mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada
satuan jam kerja terhadap pendapatan pengrajin genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. Hal ini didukung oleh :
47
1. Modal kerja yang umumnya digunakan oleh pengrajin genting dalam satu bulan
masih terbatas yaitu Rp 1.000.000,- sampai Rp 5.000.000,- sebanyak 56
pengrajin (93,33 %). Besarnya jumlah modal kerja yang digunakan oleh
pengrajin genting akan memperlancar proses produksi, sehingga dapat
memberikan kontribusi terhadap pendapatan secara maksimal.
2. Tersedianya modal kerja yang berupa bahan baku dan bahan penolong di
lingkungan sekitar industri kecil genting akan memperlancar pengrajin untuk
mengembangkan usahanya secara optimal sehingga mampu meningkatkan hasil
produksi yang pada akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan.
3. lama usaha pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari
Kabupaten Grobogan pada umumnya 5 tahun ke atas, tetapi lebih didominasi
oleh pengrajin dengan lama usaha antara 10 tahun – 20 tahun yaitu sebesar 52
pengrajin (86,67 %). Dengan lama usaha yang lebih dari 5 tahun mereka
mendapatkan pengalaman-pengalaman yang lebih dalam bidangnya, sehingga
dapat mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin dihadapi dan mampu
mengembangkan usahanya dengan pengelolaan modal kerja dan satuan jam kerja
secara lebih baik.
Pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten
Grobogan sebenarnya juga pernah melakukan usaha penambahan jumlah modal kerja
dengan mengajukan permohonan pinjaman pada lembaga perbankan atau lembaga
keuangan lainnya, akan tetapi jika permohonan pinjaman itu turun, jumlah pinjaman
yang diberikan relatif kecil tidak sesuai dengan harapan oleh pengrajin genting. Oleh
48
karena itu, para pengrajin genting mayoritas menggunakan modal kerja yang berasal
dari kekayaan pribadi sebagai jalannya operasional perusahaan.
Modal kerja merupakan unsur terpenting untuk menjalankan kegiatan
operasional perusahaan. Modal kerja pada industri kecil pengrajin genting di Desa
Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan digunakan sebagai
pengadaan bahan baku (tanah liat), pengadaan bahan penolong (kayu bakar, kulit
randu), dan pembayaran upah tenaga kerja. Mengingat pentingnya penggunaan
modal kerja tersebut, para pengrajin genting hendaknya mampu mengelola modal
kerja yang terbatas jumlahnya secara efisien dan efektif.
Modal kerja tersebut hendaknya dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
operasional perusahaan dan juga mampu digunakan untuk pelunasan hutang secara
efisien. Karena modal kerja yang dimiliki oleh pengrajin genting di Desa
Karangasem berasal dari kekayaan pribadi, maka dalam pengelolaannya juga harus
dibedakan antara dana yang digunakan untuk kebutuhan pribadi dan dana yang
digunakan sebagai modal kerja usaha genting. Sehingga dari manajemen modal kerja
yang jelas dan terarah tersebut dapat dilihat pendapatan dari usaha genting secara
riel.
Sedangkan untuk penggunaan satuan jam kerja tidak mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa
Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan, hal ini didukung dengan :
1. Jumlah jam kerja yang digunakan untuk proses produksi oleh pengrajin genting
di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan relatif kurang,
rata-rata jam kerja yang digunakan pengrajin genting yaitu 321 jam – 440 jam
49
tiap bulannya sebanyak 26 pengrajin (43,33 %), 441 jam – 560 jam sebanyak 16
orang (26,67%), 200 jam – 320 jam sebanyak 8 orang (13,33%), dan yang lebih
dari 561 jam sebanyak 10 orang (16,67%).
2. Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada industri kecil pengrajin genting di
Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan umumnya (80%)
sebanyak 2 – 4 orang, sedangkan yang menggunakan tenaga kerja 5 – 7 orang
sebanyak 12 pengrajin (20%).
Kurangnya tenaga kerja yang digunakan pada industri kecil pengrajin genting
di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan ini disebabkan para
pemuda setempat lebih senang memilih kerja di luar kota dengan alasan cari
pengalaman baru dan pekerjaannya tidak kotor. Sehingga tenaga kerja yang ada pada
industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem umumnya direkrut dari luar
desa yang memiliki wawasan dan ketrampilan yang kurang di bidang kerajinan
genting. Padahal untuk spesialisasi kerja sangat dibutuhkan ketrampilan khususnya
pada bagian percetakan genting. Karena semakin tinggi tingkat ketrampilan yang
dimiliki oleh tenaga kerja maka hasil produksi genting juga semakin tinggi yang
pada akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan pengrajin genting.
Selain faktor tenaga kerja, para pengrajin genting di Desa Karangasem
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan juga harus lebih meluangkan waktunya
atau memprioritaskan waktunya untuk mengelola usahanya semaksimal mungkin.
Dalam arti, pekerjaan sebagai pengrajin genting dilakukan sepenuhnya tidak hanya
sebagai pekerjaan sampingan / part time di luar bertani disela-sela mereka
menganggur. Karena usaha industri kecil genting memiliki prospek yang cerah untuk
50
terus dikembangkan dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk di
lingkungan Desa Karangasem.
Berdasarkan hasil perhitungan komputer dengan program statistik SPSS
diperoleh bahwa model regresi dalam penelitian ini mengalami multikolinearitas
yang ditunjukkan dengan harga VIF sebesar 2,219. Menurut Gujarati (1978:159)
multikolinearitas pada dasarnya merupakan fenomena (regresi) sampel, karena tujuan
analisis regresi adalah peramalan. Multikolineritas terjadi karena dalam penelitian
memiliki kesalahan standar yang besar yang berarti bahwa koefisien tidak dapat
ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Dalam penelitian ini, ketika peneliti
meramalkan secara teoritis, peneliti percaya bahwa variabel bebas modal kerja dan
satuan jam kerja mempunyai pengaruh terpisah atau independent terhadap variabel
tak bebas pendapatan. Tetapi setelah diadakan penelitian terjadi bahwa variabel
bebas modal kerja dan satuan jam kerja sangat kolinear. Jadi, meskipun dalam teori
modal kerja dan satuan jam kerja adalah ramalan yang logis untuk mempengaruhi
pendapatan pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten
Grobogan, namun dalam praktik sulit untuk memecah pengaruh terpisah dari modal
kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan.
Terjadinya multikolinearitas dalam penelitian ini disebabkan bahwa variabel
modal kerja yang digunakan untuk operasional perusahaan didalamnya sudah
mencakup pembayaran upah tenaga kerja. Sehingga kemungkinan besar terjadi
korelasi antara variabel modal kerja dengan satuan jam kerja. Artinya dengan jumlah
tenaga kerja yang lebih banyak akan berpengaruh terhadap jumlah satuan jam kerja.
Dengan semakin tinggi jumlah satuan jam kerja akan meningkatkan kebutuhan
51
modal kerja yang digunakan. Modal kerja tersebut digunakan untuk pengadaan bahan
baku (tanah liat), pengadaan bahan penolong (kayu bakar, kulit randu), dan
pembayaran upah tenaga kerja.
52
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis statistik terhadap data-data yang
diperoleh dalam menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini maka, peneliti
dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Ada pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada
industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari
Kabupaten Grobogan.
2. Pengaruh yang diberikan secara bersama-sama oleh variabel modal kerja dan
satuan jam kerja terhadap pendapatan adalah sebesar 70,2 %. Sedangkan sisanya
sebesar 29,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian
ini.
B. Saran
1. Para pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten
Grobogan hendaknya melakukan pengelolaan modal kerja secara efektif dan
efisien, melakukan pemisahan harta antara harta pribadi dengan harta yang
digunakan sebagai modal kerja untuk usaha genting, melakukan penambahan
modal kerja yaitu menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga perbankan atau
lembaga keuangan lainnya guna peminjaman modal serta melakukan pencatatan
rutin tentang sumber dan penggunaan modal kerja.
53
2. Para pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten
Grobogan hendaknya menambah jumlah satuan jam kerja dan lebih
memprioritaskan usahanya sebagai pengrajin genting karena memiliki prospek
yang cerah untuk terus dikembangkan sebagai sumber pendapatan.
3. Bagi Pemda Kabupaten Grobogan hendaknya bisa bekerja sama dengan para
pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari untuk memberikan
penyuluhan dan pelatihan dibidang industri kecil khususnya kerajinan genting.
4. Bagi lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya dapat bekerja sama
dengan para pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari
Kabupaten Grobogan untuk memberikan pinjaman dengan bunga yang relatif
kecil.
5. Sebagai prediksi kemampuan usaha bagi pengrajin genting dalam memperoleh
pendapatan maka disarankan untuk peneliti yang akan datang agar menggunakan
regresi sederhana dengan menghilangkan salah satu variabel modal kerja atau
satuan jam kerja karena dalam penelitian ini terjadi multikolinearitas.
54
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamarudin. 1997. Dasar-dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta: Rineka
Cipta. Algifari. 2000. Analisis statistik Untuk Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. Asri, Marwan. 1987. Dasar-dasar Ilmu Pembelanjaan. Yogyakarta: BPFE. Bintari dan Suprihatin. 1982. Ekonomi dan Koperasi. Bandung: Ganesa Exact. Hadi, Sutrisno. 1994. Analisis regresi. Yogyakarta: Andi Ofset. Indriyo. 1984. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Karsiyatun. 2002. Pengaruh Pemanfaatan Kredit Bank Terhadap Peningkatan
Pendapatan Pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen. Semarang.
Keputusan Menperindag. 1997. Peranan Di Bidang Industri. Jakarta: Deperindag. Munawir, S. 1995. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Ratna, Mellinza Kartikasari, 2003. Pengaruh Kredit Kopinkra Sutra Ayu Terhadap
Peningkatan Pendapatan Pengrajin Bordir di Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Semarang
Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
Yayasan Penerbit Gajah Mada. Sriyadi. 1991. Pengantar Ilmu ekonomi Perusahaan Modern. Semarang: IKIP Press. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Wulandari, Dewi. 2004. Pengaruh Penggunaan Kredit BPR-BKK Plupuh Terhadap
Pendapatan Pedagang Kecil di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen Tahun 2002. Semarang.
55