pengaruh metode pembelajaran improve terhadap hasil

20
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN IMPROVE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS XI TEKNIK MESIN OTOMOTIF SMK NEGERI 2 SALATIGA JURNAL Diajukan Guna Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Oleh ARY KURNIA ASTUTI 202012032 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN IMPROVE TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS XI TEKNIK MESIN OTOMOTIF

SMK NEGERI 2 SALATIGA

JURNAL

Diajukan Guna Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

Oleh

ARY KURNIA ASTUTI

202012032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil
Page 3: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil
Page 4: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil
Page 5: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil
Page 6: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil
Page 7: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

1

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN IMPROVE TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS XI TEKNIK MESIN OTOMOTIF

SMK NEGERI 2 SALATIGA

Ary Kurnia Astuti 1, Kriswandani 2, Novisita Ratu 3

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, Jawa Tengah 50711 1 Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, Email: [email protected]

2 Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, Email: [email protected] 3 Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Metode

Pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas XI Teknik Mesin

Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga. Metode pembelajaran IMPROVE merupakan akronim dari

Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing

difficulties, Obtaining mastery, Verification, dan Enrichment. Populasi penelitian ini adalah

semua siswa kelas XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2015/2016

yang berjumlah 103 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Sampel dalam penelitian ini diambil

dengan Teknik Cluster Random Sampling dan terpilih 2 kelas sampel yaitu kelas XI TMO B

sebanyak 29 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas XI TMO C sebanyak 30 siswa sebagai kelas

eksperimen. Desain penelitian ini adalah The Randomized Control Group Design Pretest-

Posttest. Nilai rerata hasil belajar pada kondisi akhir kelas kontrol sebesar 76,28 dimana nilai ini

lebih rendah daripada nilai rerata kelas eksperimen sebesar 82,67. Analisis hasil uji Independent

Sample t-test menghasilkan nilai signifikan 0,008 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh Metode Pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas

XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga.

Kata kunci: metode pembelajaran IMPROVE, hasil belajar matematika

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dipelajari dan diajarkan pada jenjang

pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan matematika

merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai setiap siswa untuk dibekali dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama

(Depdiknas, 2006: 153). Matematika memiliki fungsi yaitu mengembangkan kemampuan

menghitung, mengukur, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Verowita,

2012). Matematika mempunyai peran penting dalam segala aspek kehidupan sehingga

Page 8: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

2

matematika harus diberikan sejak dini pada siswa dan proses ini disebut pembelajaran

matematika.

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa

melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang

bahan matematika yang dipelajari (Muhsetyo, 2011). Pembelajaran matematika merupakan

proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika (Suherman dalam

Fitri, 2014). Hal ini bermakna bahwa pembelajaran matematika akan lebih baik jika siswa

mampu mengkonstruksi melalui pengalaman dimana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran matematika. Secara umum, tujuan pembelajaran matematika adalah

mengembangkan sikap kritis, kreatif dan rasional yang dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran

matematika di SMK menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata

Pelajaran Matematika adalah agar para siswa SMK dapat memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan pemecahan masalah.

Tujuan pembelajaran matematika di SMK dapat terwujud jika guru dapat menciptakan

pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa baik secara fisik maupun mental serta

dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah melalui eksplorasi pemecahan masalah

kehidupan sehari-hari. Kenyataannya, belum semua proses pembelajaran matematika berjalan

sesuai dengan standar proses pada satuan pendidikan. Hal itu dapat dilihat dalam beberapa proses

pembelajaran dimana guru justru lebih mengarahkan pada kemampuan siswa dalam menghafal

informasi, siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Sependapat dengan hal itu, Armanto dalam Nawi (2012) menyatakan bahwa guru sangat

bergantung pada metode ceramah dimana siswa mencatat rumus dan contoh dari papan tulis

sehingga keterlibatan siswa pasif dalam pembelajaran, sedikit diadakannya tanya jawab, siswa

diminta untuk menghafal dan guru mendominasi kelas dan menjadi sumber utama pengetahuan,

kurang memperhatikan aktivitas siswa, dan guru enggan merubah metode mengajar yang

terlanjur dianggap benar dan efektif.

Proses pembelajaran seperti itu juga terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas XI

jurusan Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti, fenomena yang terjadi adalah guru masih menggunakan metode ceramah

dimana siswa menerima apa yang diajarkan, siswa tidak memberikan timbal balik apapun

Page 9: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

3

sehingga siswa cenderung pasif, pembelajaran yang terjadi bersifat satu arah dimana guru

menyampaikan materi sedangkan siswa menerima apa yang diajarkan guru dan jumlah siswa

terlalu banyak sehingga guru kurang dapat memberikan perhatian kepada seluruh siswa.

Fenomena ini membawa dampak pada kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran

matematika serta rendahnya hasil belajar siswa. Kondisi tersebut tampak pada hasil belajar

matematika siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga menunjukkan hasil yang belum optimal.

Rata-rata hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) hanya mencapai 48,34. Rata-rata tersebut jauh

dari nilai KKM yang diharapkan yaitu 75. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perbaikan dalam

proses pembelajaran. Salah satu upaya untuk memperbaiki hasil belajar dan keaktifan belajar

siswa adalah dengan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat (Roestiyah,

2008).

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan

digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran baik secara individu maupun

kelompok. Salah satu jenis metode pembelajaran adalah Metode Pembelajaran IMPROVE.

Berdasarkan hasil penelitian Purnamadewi (2013), metode pembelajaran IMPROVE memberikan

pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar matematika siswa. Senada dengan hasil tersebut,

penelitian Retnaning dan Susanah (2014) juga menyatakan bahwa metode pembelajaran

IMPROVE memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

Metode pembelajaran IMPROVE merupakan akronim dari Introducing the new concepts,

Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaining mastery,

Verification, and Enrichment (Mevarech dan Kramarski, 1997). Langkah-langkah metode

pembelajaran IMPROVE antara lain (1) Menghantarkan konsep-konsep baru (Introducing the

new concepts), guru membimbing siswa menemukan suatu konsep dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penemuan suatu konsep sehingga pemahaman siswa

terhadap suatu konsep dapat bertahan lebih lama karena siswa turut aktif menemukan dan

memahami konsep baru; (2) Mengajukan pertanyaan metakognitif (Metacognitive questioning),

metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya sendiri dan kemampuan

seseorang dalam mengontrol aktivitas kognitifnya dalam belajar (Setyadi, 2014). Pertanyaan-

pertanyaan metakognitif meliputi pertanyaan pemahaman, strategi, koneksi, dan refleksi; (3)

Berlatih (Practicing), guru memberikan latihan kepada siswa secara kelompok dalam bentuk

soal-soal yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan metakognitif.; (4) Mengulas dan mereduksi

Page 10: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

4

kesulitan (Reviewing and reducing difficulties), pada tahap ini guru melakukan pengulasan atau

pembahasan terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sewaktu memahami materi atau

menjawab soal-soal, guru dapat melakukan hal ini dengan diskusi kelas, selanjutnya guru

memberikan solusi guna menjawab kesulitan-kesulitan yang dialami siswa; (5) Penguasaan

materi (Obtaining mastery), pada tahap ini guru akan mengetahui tingkat penguasaan materi

siswa secara individu atau keseluruhan, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tes kepada

siswa sesuai dengan materi yang telah dipelajari; (6) Melakukan verifikasi (Verification), guru

mengidentifikasi siswa yang telah memahami atau menguasai materi dan siswa yang belum

menguasai materi dengan melihat hasil tes yang telah diberikan pada tahap sebelumnya; dan (7)

Pengayaan (Enrichment), guru memberikan respon terhadap hasil verifikasi, siswa yang telah

menguasai materi dapat diberikan soal-soal pengayaan dan yang belum menguasai diberikan

pengulangan (Huda, 2013). Kelemahan metode pembelajaran IMPROVE adalah guru harus

mempunyai strategi khusus agar semua peserta didik dapat mengikuti langkah-langkah yang ada

dalam metode pembelajaran ini membutuhkan waktu yang relatif lama (Amelia, 2014).

Kelebihannya adalah siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, mengoptimalkan

kemampuan berpikir siswa, suasana pembelajaran tidak membosankan, dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengeksploitasi ide-idenya melalui latihan-latihan yang

diberikan (Herdian dalam Fariski, 2012).

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Metode Pembelajaran IMPROVE

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2

Salatiga.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen

semu (Quasy experimental research). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 103 siswa dan terbagi dalam

3 kelas. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Cluster Random Sampling dan

diperoleh kelas XI Teknik Mesin Otomotif (TMO) B untuk kelas kontrol dan XI TMO C untuk

kelas eksperimen. Penelitian ini menggunakan desain penelitian The Randomized Control Group

Page 11: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

5

Design Pretest-Posttest dengan menggunakan dua kelas yang dipilih secara acak atau random

(Budiyono, 2003 : 93).

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes yang meliputi pretest mengetahui

kemampuan awal siswa dalam belajar matematika dan posttest untuk mengetahui kemampuan

akhir hasil belajar matematika siswa. Nilai pretest diperoleh dari hasil Ulangan Akhir Semester

(UAS) kelas XI Teknik Mesin Otomotif semester I tahun ajaran 2015/2016. Sedangkan posttest

siswa diberi soal tes berbentuk uraian dengan jumlah butir soal adalah 5 soal. Kisi-kisi instrumen

posttest dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Posttest

Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Nomor

Soal

3.17 Menerapkan

berbagai konsepdan

prinsip permutasi

dankombinasi dalam

pemecahan masalah

nyata

Aturan

Pencacahan

(permutasi dan

kombinasi)

Menentukan banyak cara yang dapat diisi dari keempat

posisi (ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara)

dalam ekstrakurikuler basket.

1

Menentukan banyak cara agar para ilmuwan dapat duduk

melingkar dengan urutan yang berbeda

3

Menentukan banyak cara kata yang dapat dibuat 5

Menentukan banyaknya jumlah jabat tangan yang dalam

suatu pertemuan

2

Menentukan banyaknya banyaknya cara penyusunan

pasangan pemain dari jumlah pemain yang mengikuti

lomba

4

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk

memberi gambaran (deskripsi) mengenai subjek yang diteliti dan analisis hasil tes yang meliputi

(1) uji normalitas (Shapiro-Wilk) karena jumlah sampel kelas kontrol dan kelas eksperimen

masing-masing kurang dari sama dengan 50 (Sembiring, 2003); (2) uji homogenitas (Levene’s

Test for Equality of Variances); dan (3) uji beda rerata (Independent Sample t-test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Hipotesis Kondisi Awal Hasil Belajar

Kemampuan awal hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan data hasil murni

Ulangan Akhir Semester I SMK Negeri 2 Salatiga sebelum diberi perlakuan. Kondisi awal

hasil belajar siswa digunakan untuk mendeskripsikan data hasil belajar awal siswa kelas XI

TMO B sebagai kelas kontrol dan kelas XI TMO C sebagai kelas eksperimen sehingga

memperoleh kemampuan awal kedua kelas.

Page 12: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

6

Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Kondisi Awal Hasil Belajar

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil analisis deskriptif kelas kontrol menghasilkan nilai

terendah 35, nilai tertinggi 70, nilai rerata 56,69 dengan standar deviasi 9,461 dimana

keempat nilai di kelas kontrol tersebut lebih rendah dibandingkan keempat nilai kelas

eksperimen yakni nilai terendah 38, nilai tertinggi 73, nilai rerata 56,80 dan standar deviasi

10,056. Tampak bahwa nilai rerata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol terdapat

sedikit perbedaan dan dapat dikategorikan hampir sama.

Hasil belajar dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Pengkategorian kondisi awal hasil belajar kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat dilihat

pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Pengkategorian Kondisi Awal Hasil Belajar

Interval Kategori Kelas

Kontrol Persentase Eksperimen Persentase

61 ≤ 𝑥 ≤ 74 Tinggi 10 17% 11 19%

48 ≤ 𝑥 < 61 Sedang 13 22% 13 22%

34 ≤ 𝑥 < 48 Rendah 6 10% 6 10%

Berdasarkan Tabel 3, kondisi awal hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen pada

kategori tinggi adalah 17% (10 siswa) dan 19% (11 siswa). Hasil belajar siswa kategori

tinggi pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol dengan selisih 1 siswa

(2%). Tampak adanya kesamaan jumlah siswa di setiap kategori pada kategori sedang (13

siswa atau 22%) dan rendah (6 siswa atau 10%) di kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Setelah dilakukan analisis deskriptif maka dilakukan uji normalitas untuk mengukur

kondisi awal hasil belajar siswa. Hasil perhitungan uji normalitas kondisi awal hasil belajar

siswa dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kelas Kontrol 29 35 70 56.69 9.461

Kelas Eksperimen 30 38 73 56.80 10.056

Valid N (listwise) 29

Page 13: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

7

Tabel 4. Uji Normalitas Kondisi Awal Hasil Belajar

Berdasarkan Tabel 4, nilai signifikan kelas kontrol adalah 0,232 sedangkan nilai signifikansi

kelas eksperimen adalah 0,257. Kedua nilai signifikan dari kelas kontrol dan kelas

eksperimen lebih dari 0,05 yang berarti kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi

normal. Setelah dilakukan uji normalitas, maka dapat dilakukan uji homogenitas. Uji

homogenitas dapat dilakukan bersama-sama dengan uji beda rerata. Berikut ini hasil uji

homogenitas dan uji beda rerata kondisi awal hasil belajar siswa pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Beda Rerata Kondisi Awal Hasil Belajar

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Equal variances

assumed .078 .781 -.043 57 .966 -.110 2.544 -5.204 4.984

Equal variances

not assumed

-.043 56.960 .966 -.110 2.541 -5.199 4.978

Berdasarkan Tabel 5 pada kolom Levene’s Test for Equality of Variances sebagai uji

homogenitas bahwa nilai signifikansi sebesar 0,781 > 0,05 yang berarti kedua kelas berasal

dari populasi variansi yang sama atau homogen. Oleh karena telah memenuhi uji normalitas

dan uji homogenitas maka kedua kelas tersebut seimbang atau mempunyai kemampuan awal

yang sama. Untuk mendukung hasil ini maka berdasarkan hasil uji Independent Samples T-

test dihasilkan nilai signifikansi sebesar 0,966 > 0,05 yang berarti kedua kelas tidak

memiliki perbedaan rata-rata atau memiliki rata-rata hasil belajar yang sama. Oleh karena

itu, kedua kelas tersebut dapat diberi perlakuan yang berbeda dimana kelas XI Teknik Mesin

Otomotif (TMO) B sebagai kelas kontrol diberi perlakuan berupa metode pembelajaran

Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig.

Kelas Kontrol .954 29 .232

Kelas Eksperimen .957 30 .257

Page 14: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

8

instruksional dan XI TMO C sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan berupa metode

pembelajaran IMPROVE.

B. Hasil Uji Hipotesis Kondisi Akhir Hasil Belajar

Hasil analisis kondisi akhir hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Kondisi Akhir Hasil Belajar

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Kelas Kontrol 29 56 96 76.28 10.457

Kelas Eksperimen 30 68 100 82.67 7.092

Valid N (listwise) 29

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat pada kelas kontrol memperoleh hasil nilai terendah 56,

nilai tertinggi 96, dan nilai rerata 76,28 dimana ketiga nilai di kelas kontrol lebih rendah

dibandingkan ketiga nilai kelas eksperimen dengan nilai terendah 68, nilai tertinggi 100, dan

nilai rerata 82,67. Sedangkan untuk standar deviasi kelas kontrol 10,457 lebih tinggi

dibandingkan standar deviasi kelas eksperimen 7,092. Pengkategorian kondisi akhir hasil

belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Pengkategorian Kondisi Akhir Hasil Belajar

Berdasarkan Tabel 7 tampak adanya kesamaan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

dalam kategori tinggi sebanyak 8 siswa (14%). Hasil belajar siswa kelas kontrol pada

kategori rendah sebanyak 5 siswa atau 8% lebih banyak dibandingkan kelas esperimen

sebanyak 1 siswa atau 2%. Sedangkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dalam

kategori sedang sebanyak 21 siswa atau 36% lebih banyak dibandingkan kelas kontrol

sebanyak 16 siswa atau 27%. Oleh karena itu, hasil belajar siswa kelas eksperimen pada

kondisi akhir lebih unggul dibandingkan kelas kontrol.

Setelah dilakukan analisis deskriptif maka dilakukan uji normalitas untuk mengukur

kondisi akhir hasil belajar siswa. Hasil perhitungan uji normalitas kondisi akhir hasil belajar

siswa dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Interval Kategori Kelas

Kontrol Persentase Eksperimen Persentase

85 ≤ 𝑥 ≤ 100 Tinggi 8 14% 8 14%

70 ≤ 𝑥 < 85 Sedang 16 27% 21 36%

54 ≤ 𝑥 < 70 Rendah 5 8% 1 2%

Page 15: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

9

Tabel 8. Uji Normalitas Kondisi Akhir Hasil Belajar

Berdasarkan Tabel 8 pada kolom Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa nilai signifikansi kelas

eksperimen 0,571 dan nilai signifikansi kelas kontrol 0,296. Kedua nilai signifikansi lebih

dari 0,05 berarti masing-masing kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh

karena itu maka dapat dilakukan uji homogenitas yang dapat dilakukan bersama-sama

dengan uji beda rerata. Berikut hasil uji homogenitas dan uji beda rerata kondisi awal hasil

belajar siswa pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji Beda Rerata Kondisi Akhir Hasil Belajar

Levene's Test

for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Equal variances

assumed 3.000 .089 -2.756 57 .008 -6.391 2.319 -11.035 -1.747

Equal variances

not assumed

-2.738 49.069 .009 -6.391 2.334 -11.081 -1.701

Berdasarkan Tabel 9 pada kolom Levene’s Test for Equality of Variances sebagai uji

homogenitas bahwa nilai signifikansi sebesar 0,089 > 0,05 yang berarti kedua kelas berasal

dari populasi variansi yang sama atau homogen. Hasil uji Independent Samples T-test

menghasilkan nilai signifikansi pada kolom Sig. (2-tailed) sebesar 0,008 < 0,05 yang berarti

ada pengaruh metode pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa

kelas XI Teknik Mesin Otomotif SMK Negeri 2 Salatiga.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode

pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas XI teknik mesin

otomotif (TMO) SMK Negeri 2 Salatiga. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang terdiri

Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig.

Kelas Kontrol .958 29 .296

Kelas Eksperimen .971 30 .571

Page 16: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

10

dari kelas kontrol (XI TMO B) dan kelas eksperimen (XI TMO C). Pembelajaran

matematika pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan metode yang sering digunakan oleh

guru yaitu metode instruksional. Yamin (2007) menyatakan bahwa metode instruksional

adalah cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi

latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Metode instruksional yang

digunakan pada kelas kontrol adalah metode ceramah dan drill (latihan) sedangkan kelas

eksperimen diberi perlakuan dengan metode pembelajaran IMPROVE.

Hasil perhitungan skor hasil belajar pada kondisi awal menggunakan uji Independent

Samples t-test menghasilkan nilai signifikansi 0,966 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kondisi awal kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen sama atau

seimbang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh nilai rerata hasil belajar

matematika pada kondisi akhir kelas kontrol adalah 76,28 sedangkan kelas eksperimen

adalah 82,67. Hasil perhitungan skor hasil belajar pada kondisi akhir menggunakan uji

Independent Samples T-test menghasilkan nilai signifikansi 0,008 < 0,05. Hal tersebut

menunjukkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar

matematika siswa. seperti halnya penelitian Purnamadewi (2013) yang menyatakan bahwa

metode pembelajaran IMPROVE memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar

matematika siswa. Senada dengan hasil penelitian tersebut, Retnaning dan Susanah (2014)

juga menyatakan bahwa metode pembelajaran IMPROVE memberi pengaruh terhadap hasil

belajar matematika siswa.

Metode pembelajaran IMPROVE merupakan metode pembelajaran berkelompok

yang dipilih secara heterogen. Tahap Introducing the new concept, siswa diberikan masalah

nyata dalam kehidupan sehari-hari kemudian didiskusikan bersama kelompok. Tahap

Metacognitive questioning, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang

bertujuan untuk mendorong siswa agar memiliki kemampuan yang tinggi dalam pemecahan

masalah. Pertanyaan-pertanyaan metakognitif membantu siswa dalam menyelesaikan

permasalahan yang diberikan namun ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dengan

pertanyaan itu. Tahap Practicing, guru memberikan latihan secara kelompok dalam bentuk

soal-soal yang terdiri dari pertanyaan metakognitif yang diberikan dalam lembar kerja

kelompok.

Page 17: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

11

Proses pembelajaran matematika yang dilakukan secara berkelompok berbeda

dengan proses pembelajaran matematika yang biasa dilakukan guru di kelas. Hal ini

dikarenakan belajar secara kelompok terdiri dari dua orang atau lebih yang akan

menciptakan pola interaksi yang optimal, mengembangkan semangat kebersamaan,

timbulnya motivasi serta menumbuhkan komunikasi yang efektif (Verowita, 2012).

Dampaknya adalah memberikan suasana baru yang menyenangkan dalam pembelajaran

matematika yang selama ini siswa menganggap bahwa pembelajaran matematika

membosankan dan siswa menjadi lebih antusias dan aktif dengan adanya diskusi kelompok

dimana siswa memberikan ide-idenya masing-masing dalam menyelesaikan permasalahan.

Selain itu, siswa juga menjadi lebih kritis dan teliti dalam membaca permasalahan yang

diberikan sehingga dapat menemukan penyelesaian yang tepat. Hal ini dikarenakan dalam

metode pembelajaran IMPROVE terdapat aktivitas-aktivitas yang mendorong adanya

interaksi antar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Megasari (2016) yang menyatakan

bahwa melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil

belajar. Namun pada saat diskusi kelompok beberapa siswa membuat gaduh sehingga

suasana kelas menjadi kurang kondusif. Guru mengatasi situasi tersebut dengan menyuruh

salah satu kelompok untuk maju menuliskan jawaban hasil diskusi di depan kelas dan

memberikan reward. Siswa menjadi antusias dan kelas dapat dikondisikan menjadi kondusif

untuk belajar. Waktu yang digunakan selama pembelajaran relatif lama karena banyak

tahapan dari metode pembelajaran IMPROVE yang harus dilakukan.

Tahap Reviewing and reducing difficulties, guru memberikan pengulasan atau

penjelasan kembali ketika siswa mengalami kesulitan sehingga siswa dapat memahami

materi yang sedang dijelaskan. Kemudian tahap Obtaning mastery, guru memberikan kuis

untuk mengukur pemahaman siswa terkait materi yang telah dipelajari. Pemberian

pengulasan dan kuis memberikan dampak positif terhadap pemahaman siswa yang lebih

baik sehingga akan berdampak juga terhadap hasil belajar matematika siswa. Tahap

Verification, guru melakukan verifikasi yang dilakukan dengan koreksi bersama-sama siswa

untuk mengetahui hasil kuis yang telah dikerjakan. Siswa yang belum mencapai KKM atau

belum tuntas akan diberikan soal remidial sedangkan siswa yang sudah mencapai KKM atau

tuntas akan diberikan soal pengayaan dan tahap ini yang disebut dengan tahap Enrichment.

Page 18: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

12

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika dengan menggunakan metode

pembelajaran IMPROVE memiliki pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal

tersebut terlihat dari perbedaan hasil belajar antara siswa dengan kelas yang diberikan

perlakuan metode pembelajaran IMPROVE dengan siswa dengan kelas yang diberi metode

pembelajaran instruksional. Hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol. Oleh karena itu, penggunaan metode pembelajaran

IMPROVE berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI teknik mesin

otomotif SMK Negeri 2 Salatiga.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

pengaruh metode pembelajaran IMPROVE terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas XI

teknik mesin otomotif SMK Negeri 2 Salatiga. Hal ini juga ditunjukkan dari hasil olah data uji

beda rerata yang diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,008 < 0,05. Rata-rata hasil belajar siswa

yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran IMPROVE sebesar 82,67

sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang tidak diberikan perlakuan atau menggunakan

metode pembelajaran instruksional sebesar 76,28. Dampak yang ditimbulkan adalah siswa lebih

antusias dalam pembelajaran matematika karena suasana pembelajaran lebih

menyenangkan/tidak membosankan, siswa lebih kritis dan kreatif dalam menentukan ide-ide

penyelesaian masalah, siswa menjadi lebih aktif dan berani bertanya jika mengalami kesulitan.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Risma. 2014. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMP Swasta di

Kota Cimahi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran IMPROVE. Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Volume 2 tahun 2014. Diakses

melalui: http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/12/Prosiding-SemnasSTKIP

2014.pdf pada tanggal 11 Agustus 2015 pukul 06.22 WIB

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press

Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Proses Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Diakses melalui:

http://asefts63.files.wordpress.com/2011/01/permendiknas-n0-22-tahun-2006-standar

isi.pdfpada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 14.56 WIB

Fariski, Mukhammad. 2012. Efektifitas metode pembelajaran IMPROVE dengan bantuan alat

Page 19: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

13

Peraga miniatur tandon air terhadap hasil belajar peserta didik pada materi logika

matematika semester genap kelas X SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang tahun

pelajaran 2011/2012. Diakses melalui: http://eprints.walisongo.ac.id/397/ pada tanggal 20

Januari 2016 pukul 05.30 WIB

Fitri, Rahma. 2014. Penerapan Strategi The Firing Line pada Pembelajaran Matematika Siswa

Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batipuh. FMIPA jurusan matematika UNP. Jurnal

Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 (2014). Diakses

melalui:http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/view/12148 pada

tanggal 4 Januari 2016 pukul 19.12 WIB

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan

Paradigmatis. Malang: Pustaka Pelajar

Megasari, Yunita. 2016. Pengaruh Metode Pembelajaran IMPROVE dengan Penggunaan Kepala

Bernomor terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI APK 1 SMK Pemuda Papar Tahun

Ajaran 2015/2016 pada Pokok Bahasan Matriks. FKIP Matematika Universitas Nusantara

PGRI Kediri. Disakses melalui: http://simki.unpkediri.ac.id/ pada tanggal 11 Maret 2016

pukul 7.41 WIB

Muhsetyo, Gatot dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nawi, M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap

Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Swasta) Al Ulum Medan.

Medan: Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Volume 9 No. 1. Diakses melalui:

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23927-M%20Nawi.pdf pada tanggal

20 November 2015 pukul 18.09 WIB

Purnamadewi, Jesyich Anjras. 2013. Keefektifan pembelajaran metode IMPROVE dengan

pendekatan PMRI terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII materi

segiempat. Skripsi. Semarang:FMIPA jurusan Mmatematika UNNES. Diakses melalui:

http://lib.unnes.ac.id/17443/1/4101409012.pdf pada tanggal 3 Januari 2016 pukul 17.09

WIB

Retnaning dan Susanah. 2014. Penerapan Pembelajaran dengan Metode IMPROVE pada Materi

Pertidaksamaan di Kelas X-B SMAN 1 Kauman Tulungagung. Jurnal Ilmiah Pendidikan

Matematika Volume 3 No. 2 Tahun 2014. Diakses melalui: http://ejournal.unesa.ac.id/

index.php/mathedunesa/article/view/8719 pada tanggal 1 Februari 2016 pukul 06.59 WIB

Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sembiring. R. K. 2003. Analisis Regresi. Bandung: ITB

Setyadi, Danang. 2014. Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan. Repository UKSW. Diakses

melalui: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/4960 pada tanggal 21 April 2016

pukul 16.01 WIB

Verowita, Winda. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair

Share Terhadap Pemahaman Konsep DalamPembelajaran Matematika. Vol. 1 No. 1

Page 20: Pengaruh Metode Pembelajaran Improve terhadap Hasil

14

(2012). Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 48-51. Diakses Melalui:

http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/download/1177/869pada tanggal

21 Oktober 2015 Pukul 08.14 WIB

Yamin, Martinis. 2007. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada

Zemira R. Mevarech and Bracha Kramarski.1997. IMPROVE: A Multidimensional Method For

Teaching Mathematics inHeterogeneous Classrooms. American Educational Research

Journal. Diakses melalui http://aer.sagepub.com/content/34/2/365 pada tanggal 14

Agustus 2015 pukul 19.35 WIB