pengaruh media pembelajaran virtual...
TRANSCRIPT
PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VIRTUAL LABORATORY
BERBANTU ANDROID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
KONSEP GELOMBANG CAHAYA
(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
FARAHDILLAH NURSYIFA
1112016300051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Farahdillah Nursyifa, NIM. 1112016300051. Pengaruh Media Pembelajaran
Virtual Laboratory terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gelombang
Cahaya. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran Virtual Laboratory
terdahap hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 dan XI MIA 3 pada Konsep
Gelombang Cahaya di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen
dengan desain penelitian adalah nonequivalent control group design dan teknik
penentuan sampel berdasarkan teknik purposive sampling.
Dengan N = 72 siswa dan nilai Taraf Signifikansi (𝛼) yang sebesar 0,05. Hasil
pada uji Hipotesis menggunakan uji t terhadap posttest. nilai nilai signifikansi
hasil posttest 0,008 lebih kecil dari nilai Taraf Signifikansi (𝛼) yang sebesar 0,05.
Sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh penggunaan
media pembelajaran vitual laboratory berbantu android terhadap hasil belajar
siswa pada konsep Gelombang Cahaya. Pembelajaran dengan menggunakan
media pembelajaran Virtual Laboratory lebih unggul dalam meningkatkan jenjang
kognitif C1, C2, C3 dan C4 dengan kategori sedang, namun peningkatan tertinggi
terdapat pada jenjang C1 (meningat) dan C2 (memahami) sebesar 83% dan 79%.
selanjutnya, hasil analisis data non tes menunjukkan bahwa secara keseluruhan
penggunaan media pembelajaran Virtual Laboratory memperoleh respon positif
dari siswa yaitu dengan presentase sebesar 77% dalam kategori baik.
Kata Kunci : Media Pembelajaran, Virtual Laboratory, Hasil Belajar, Gelombang
Cahaya.
v
ABSTRACT
FARAHDILLAH NURSYIFA, NIM. 1112016300051. The Effect of Virtual
Laboratory Learning Media on Student Learning Outcomes on the Light Wave
Concept. Undergraduate Thesis of Physics Education Program, Science
Education Department. Faculty of Tarbiya and Teacher Training, State Islamic
University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
This research is to find out the effect of Virtual Laboratory Learning Media on the
learning outcomes of students in class XI MIA 1 and XI MIA 3 on the Light Wave
Concept at SMAN 6 Tangerang Selatan, the method used in this study was Quasi-
Experimenttal design with nonequivalent control group design and sampling
technique based on purposive sampling thecnique.
With N = 72 students and and a significance level (α) value of 0.05. The result of
hypothesis testin using the t test on posttest data. The value of signifance the
results of posttest 0.008 are smaller than the significance level (α) value of 0.05.
so that Ho rejected and H1 accepted. That is, there is influenceof the use of
learning androidvirtual laboratory learning mediaon student learning outcomes
on the light wave concept. Learning by using the Virtual Laboratory learning
media is more effective and make students understand in improving the cognitive
levels C1, C2, C3, and C4 with a medium category, but the higher increase in the
level of C1 (remember) and C2 (understanding) at 0.83 and 0.79. Furthermore,
the results of non-test data analysis showed that the overall use of Virtual
Laboratory learning media obtained a positive response from the students with a
percentage of 77% in the good category.
Keywords: Learning Media, Virtual Laboratory, Learning Outcomes, Light
Waves.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang
senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT. Karena atas ridho-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Media
Pembelajaran Virtual Laboratory Tehadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Gelombang Cahaya”.
Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima
kasih tersebut disampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Sururin M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktu, arahan, dan saran untuk membimbing penulis selama
penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Ai Nurlaela M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, arahan, dan saran untuk membimbing penulis dengan sabar selama
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Hasian Pohan, M. Si., selaku dosen penguji I. terima kasih atas
saran, didikan dan waktu luang yang diberikan untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Devi Solehat, M. Pd., selaku dosen penguji II. terima kasih atas saran,
didikan dan waktu luang yang diberikan untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
6. Seluruh dosen, staff, dam karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi pendidikan fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
7. Bapak Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 6
Kota Tangerang Selatan.
8. Ibu Ismaini S.Pd., selaku guru bidang studi fisika SMA Negeri 6 Kota
Tangerang Selatan yang telah memberikan izin penelitian dan membimbing
selama penelitian berlangsung.
9. Dewan guru, staff, karyawan, dan siswa-siswa SMA Negeri 6 Kota
Tangerang Selatan khususnya XI MIA I dan XI MIA 3 yang telah
memberikan bantuan selama penelitian berlangsung.
10. Keluarga tercinta Ayahanda Suchidin, dan Ibunda Nurchikmah, serta semua
keluarga yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap
semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Skripsi ini saya
persembahkan untuk kalian.
11. Teman sejawat Pendidikan Fisika angkatan 2012 yang telah memberikan
inspirasi dan motivasi untuk penulis sehingga akhirnya bisa menyelesaikan
skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
13. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih bayak
kekurangan. Sehingga, demi kesempurnaan penulisan selanjutnya, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir
kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini sehingga apa yang telah dihasilkan
dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Jakarta. 30 April 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ............................................. ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A.Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B.Identifikasi Masalah ........................................................................................ 3
C.Pembatasan Masalah ....................................................................................... 3
D.Perumusan Masalah ........................................................................................ 3
E.Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
F.Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORITIS ............................................................................ 6
A.Kajian Teoritis ................................................................................................. 6
1.Media Pembelajaran ......................................................................................... 6
2.Virtual Laboratory ........................................................................................... 8
3.Android .......................................................................................................... 13
4.Hasil Belajar ................................................................................................... 15
5.Gelombang Cahaya ........................................................................................ 20
B.Hasil Penelitian Yang Relevan ...................................................................... 40
C.Kerangka Berpikir ......................................................................................... 43
D.Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 46
A.Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 46
B.Metode Penelitian .......................................................................................... 46
C.Desain Penelitian ........................................................................................... 46
D.Variabel Penelitian ........................................................................................ 47
E.Populasi dan Sampel ...................................................................................... 48
F.Prosedur Penelitian ........................................................................................ 49
ix
G.Instrumen Penelitian ..................................................................................... 50
1.Instrumen Tes ................................................................................................. 50
2.Intrumen Nontes (Angket) ............................................................................. 51
H.Kalibrasi Instrumen ....................................................................................... 52
1.Kalibrasi Instrumen Tes ................................................................................. 52
2.Kalibrasi Instrumen Nontes ........................................................................... 57
I.Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 58
J.Teknik Analisis Data ...................................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 63
A.Hasil Penelitian ............................................................................................. 63
1.Hasil Pretest ................................................................................................... 63
2.Hasil Posttest ................................................................................................. 66
3.Rekapitulasi Hasil Belajar .............................................................................. 67
4.Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ............................................................. 70
5.Hasil Uji Hipotesis ......................................................................................... 72
6.Hasil Analisis Non Tes .................................................................................. 73
B.Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................ 75
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 77
A.Kesimpulan ................................................................................................... 77
B.Saran .............................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 78
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Hukum Pemantulan Snellius ............................................................. 20
Gambar 2. 2 Sinar Istimewa Pada Cermin Cekung ............................................... 22
Gambar 2. 3 Sinar Istimewa Pada Cermin Cembung ............................................ 22
Gambar 2. 4 Ruang Benda Pada Cermin Cekung dan Cembung.......................... 24
Gambar 2. 5 Pembiasan Cahaya ............................................................................ 25
Gambar 2. 6 Pembiasan Cahaya ............................................................................ 25
Gambar 2. 7 Pemantulan Internas Sempurna….....................................................26
Gambar 2. 8 Pembiasan Cahaya pada Bidang Lengkung ...................................... 27
Gambar 2. 9 Lensa Cekung dan Cembung ............................................................ 29
Gambar 2. 10 Sinar-sinar Istimewa Lensa Cembung ............................................ 29
Gambar 2. 11 Sinar-sinar Istimewa Lensa Cekung……………………………...30
Gambar 2. 12 Difraksi Cahaya pada Celah Tunggal ............................................. 33
Gambar 2. 13 Interferensi Dua Celah oleh Young................................................. 34
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian ........................................................................... 49
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ......................................................................................... 64
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen…………………………………….……………………66
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada
Jenjang Kognitif.………….……………………………………...…69
Gambar 4.4 Grafik Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada
Jenjang Kognitif ………………….………………...………………69
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Tabel Desain Penelitian ........................................................................ 47
Tabel 3. 2 Distribusi Sumber Populasi Penelitian ................................................. 48
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Tes ......................................................................... 50
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Non Tes ................................................................. 52
Tabel 3. 5 Interpretasi Validitas ............................................................................. 53
Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ........................................................ 54
Tabel 3. 7 Interpretasi Reliabilitas ......................................................................... 55
Tabel 3. 8 Interpretasi Taraf Kesukaran ................................................................ 56
Tabel 3. 9 Interpretasi Daya Pembeda ................................................................... 57
Tabel 3. 10 Uji Validasi Instrumen Nontes (Angket) ............................................ 57
Tabel 3. 11 Analisis Data Non Tes ........................................................................ 62
Tabel 3. 12 Kategori Angket Siswa. ...................................................................... 63
Tabel 4. 1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest ........................ 65
Tabel 4. 2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest ......................... 67
Tabel 4. 3 Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest dan Posttest ................ 68
Tabel 4. 4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eskperimen .................................................. 70
Tabel 4. 5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Kelas Kontrol dan Kelas Eskperimen .................................................. 71
Tabel 4. 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................................ 72
Tabel 4. 7 Hasil Angket Respon Siswa .................................................................. 74
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN ............................................. 81
A 1 RPP Kelas Eksperimen .............................................................. 81
A 2 RPP Kelas Kontrol ................................................................... 100
A 3 LKS (Lembar Kerja Siswa) ..................................................... 117
A 4 Tampilan Media Pembelajaran Virtual Laboratory ................. 123
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN .................................................... 128
B 1 Kisi-kisi Instrumen Test ........................................................... 129
B 2 Instrumen Tes Uji Coba Penelitian .......................................... 131
B 3 Instrumen Tes Valid ................................................................. 172
B 4 Kisi-kisi Instrumen Non Tes .................................................... 193
B 5 Instrumen Nontest .................................................................... 194
B 6 Lembar Validasi Ahli Media .................................................... 196
B 7 Lembar Validasi Ahli Materi ................................................... 199
B 8 Hasil Wawancara ..................................................................... 203
B 9 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Test ............................ 205
LAMPIRAN C ANALISIS HASIL PENELITIAN ............................................. 208
C 1 Hasil Pretest ............................................................................. 209
C 2 Hasil Posttest ............................................................................ 216
C 3 Hasil Uji Prasyarat Analisis ..................................................... 222
C 4 Perhitungan Nilai Rata-rata Jenjang Kognitif .......................... 231
LAMPIRAN D SURAT-SURAT PENELITIAN ................................................ 233
D 1 Surat Permohonan Izin Penelitian............................................ 236
D 2 Surat Keterangan Observasi ..................................................... 237
D 3 Surat Keterangan Validasi ....................................................... 238
D 4 Surat Keterangan Pernyataan Wawancara ............................... 239
D 5 Uji Referensi ............................................................................ 241
D 6 Daftar Riwayat Hidup .............................................................. 246
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu fisika merupakan satu diantara ilmu yang penting untuk
diajarkan. Sekurangnya terdapat tiga urgensi, sehingga ilmu fisika
diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi yaitu yang pertama fisika
dipandang sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang gejala-gejala alam
dan banyak sekali aplikasi fisika di kehidupan sehari-hari, yang kedua
fisika dipandang sebagai suatu disiplin kerja yang dapat menghasilkan
sejumlah kemahiran generik untuk bekal bekerja di berbagai profesi yang
lebih luas, dan yang terakhir fisika ditujukan bagi mereka yang
menyenangi kegiatan menggali infromasi baru yang dapat ditambahkan
kepada ilmu fisika yang sudah ada pada saat ini.
Berdasarkan dari pemaparan tiga urgensi di atas, pembelajaran
fisika harus menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai
supaya siswa mempunyai pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang
maksimal akan didapatkan dari proses pembelajaran yang bermakna.
Pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab seorang
guru, melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa
atau mahasiswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil
belajar yang maksimal.1
Pembelajaran fisika di sekolah memiliki beberapa permasalahan,
hal ini di dapat dari studi pendahuluan dengan mewancarai guru dan murid
di salah satu SMA Negeri di daerah Tangerang Selatan. Hasil wawancara
menyebutkan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk
pembelajaran fisika adalah 75. Nilai ini menjadi tolak ukur kemampuan
siswa dalam memahami pelajaran tersebut. Namun, pada kenyataannya
1 Fathurrohman, Pupuh & Sutikno M. Sobri, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2007), h. 10
2
hasil belajar fisika masih di bawah KKM. Rendahnya hasil belajar
diketahui berdasarkan wawancara bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam memahami konsep yang diajarkan.
Pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa. Pembelajaran
diarahkan untuk mencari tahu dan membantu siswa untuk memperoleh
pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pemberian
pengalaman langsung sangatlah efektif apabila pelaksanaan pembelajaran
dilakukan melalui kegiatan praktikum. Praktikum merupakan kegiatan
yang sangat penting dalam mata pelajaran sains, terutama pada bidang
studi fisika namun selama ini tidak dirumuskan bagaimana caranya agar
praktikum tersebut dapat membentuk peserta didik yang kreatif. 2
Laboratorium sekolah sejatinya merupakan unit penunjang
akademik yang digunakan sebagai tempat pengujian, kalibrasi, dan
produksi berdasarkan metode keilmuan tertentu dalam rangka
melaksanakan pendidikan, tetapi banyak kendala yang dialami guru dalam
memaksimalkan kegiatan praktikum siswa, di antaranya peralatan
laboratorium mahal dan keterbatasan alat-alat praktikum di laboratorium.3
Laboratorium terbagi menjadi laboratorium real dan laboratorium
virtual. Laboratorium virtual merupakan proses eksperimen yang
ditampilkan melalui simulasi. Oleh karena itu salah satu solusi untuk
mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan media pembelajaran
berupa laboratorium virtual.
Kemajuan teknologi pada saat ini sangatlah pesat, salah satunya
adalah kemajuan dalam penggunaan mobile phone berbantu android. Di
kalangan siswa SMA pun sudah banyak yang menggunakan handphone
berbantu android di jaman yang sangat modern ini.
2 hermansyah dkk, Pengaruh Penggunaan Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan Konsep
dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Getaran Gelombang, (Jurnal Pendidikan Fisika dan Tekonologi, Vol 1, 2015), h. 97
3 Arna Putri dkk, Pengembangan Virtual Laboratory pada materi kinematika dengan analisis vektor dalam pembelajaran fisika di kelas XI SMA, (Jurnal Pillar of Physics Education, Vol 1, 2013), h. 1
3
Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin menerapkan media
pembelajaran virtual laboratory berbantu android dan untuk mengetahui
pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Untuk mendapatkan jawaban ini,
maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Media
Pembelajaran Virtual Laboratory Berbantu Android Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Konsep Gelombang Cahaya”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat di identifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Hasil belajar fisika yang masih rendah.
2. Guru-guru yang masih belum memaksimalkan media
pembelajaran
3. Keterbatasan alat-alat praktikum yang ada di laboratorium, dan
alat bantu seperti media pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian dibatasi pada:
1. Penggunaan media pembelajaran Virtual Laboratory
2. Konsep yang digunakan dibatasi pada konsep Gelombang Cahaya pada
Kelas XI.
3. Hasil belajar yang diukur menurut Taksonomi Bloom adalah C1
sampai C4.
D. Perumusan Masalah
Setelah dilakukan identifikasi masalah dan perbatasan masalah,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh media pembelajaran Virtual Laboratory
berbantu android terhadap hasil belajar siswa pada materi Gelombang
Cahaya?
4
2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap media pembelajaran Virtual
Laboratory berbantu android pada materi gelombang cahaya?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Dapat mengetahui pengaruh media pembalajaran Virtual Laboratory
berbantu android terhadap hasil belajar siswa pada materi Gelombang
Cahaya.
2. Dapat mengetahui tanggapan siswa terhadap media pembelajaran
Virtual Laboratory berbantu android pada materi Gelombang Cahaya.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain, untuk:
1. Siswa, penelitian ini sangat bermanfaat karena penggunaan media
pembelajaran Virtual Laboratory berbantu android memfasilitasi siswa
dalam aktivitas belajar yang lebih menekankan pada keterampilan
proses sains itu sendiri. Media pembelajaran Virtual Laboratory
berbantu android ini akan berdampak pada proses pembelajaran
sehingga terdapat hasil belajar yang baik pada siswa.
2. Guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mencari alternatif dan inovasi
media pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa
secara lebih optimal. Media pembelajaran Virtual Laboratory berbantu
android ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai motivator, fasilitator dan
mediator. Hal ini dapat merubah gaya mengajar guru dari cara
mengajar konvensional hingga berpusat pada siswa (student centered).
3. Peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada
peneliti sebagai calon guru sains dalam mempraktekkan media
pembelajaran Virtual Laboratory berbantu android sehingga nantinya
dapat digunakan pada proses pembelajaran ketika sudah menjadi guru.
5
Penelitian ini dapat meningkatkan rasa keingintahuan, tanggung jawab
dan kejujuran peneliti sebagai calon pendidik yang profesional.
4. Stakeholder, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk sekolah-sekolah yang ingin menggunakan media
pembelajaran Virtual Laboratory, karena dengan adanya media
pembelajaran Virtual Laboratory bias membantu proses kegiatan
belajar mengajar untuk para guru dan bisa meningkatkan hasil belajar
siswa.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), media adalah alat
(sarana) komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televise, film, poster
dan spanduk. Sedangkan “pembelajaran” menurut KBBI adalah proses,
cara perbuatan orang atau makhluk hidup belajar.
Kata “media” berasal dari bahasa latin “medium” yang berarti
“perantara” atau “pengantar”. Media merupakan sarana penyalur pesan
atau informasi belajar yang hendak disampaikan oleh sumber pesan
kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.4
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dipergunakan guru
untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Media pembelajaran
dapat berupa media grafis, media audio, media proyeksi diam, dan media
permainan. Penggunaan media pembelajaran akan berpengaruh terhadap
kegiatan siswa selama proses belajar mengajar.5
b. Jenis-jenis Media
Oemar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk
(1986), mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam
beberapa jenis, yaitu:
1) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara saja, seperti tape recorder.
2) Media visual, yaitu media yang hanya megandalkan indra penglihatan
dalam wujud visual.
4 Nunu Mahnun, MEDIA PEMBELAJARAN (Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media
dan Implementasinya dalam Pembelajaran), (Jurnal Pemikiran Islam, Vol 37, 2012), h. 27 5 Aris Prasetyo Nugroho dkk, Pengembangan Media Pembalajaran Fisika Menggunakan
Permainan Ular Tangga Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Materi Gaya, (Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 1, 2013), h. 12
7
3) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis
• Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam,
seperti film sound slide.
• Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur
suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan
VCD.6
c. Peran dan Fungsi Media dalam Pembelajaran
Beberapa peranan media dalam pembelajaran, diantaranya sebagai
berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar;
2) Meningkatkan dan mangarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara
siswa dan laingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar
sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya;
3) Mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu:
a. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan di ruang
kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio,
atau model;
b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera
dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide atau
gambar;
c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film,
foto, slide disamping secara verbal;
6 Umar, Media Pendidikan: Peran dan Fungsinya dalam Pembelajaran (Jurnal Tarbawiyah, Vol
11, No 1, 2014), h. 135
8
d. Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat
ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide atau
simulasi komputer;
e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film dan video;
f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses
yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses
kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-
teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, atau simulasi
komputer.
4) Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang persitiwa-
peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya
misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau
kebun binatang.7
2. Virtual Laboratory (Laboratorium Virtual)
a. Pengertian Virtual Laboratory (Laboratorium Virtual)
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), laboratorium
adalah tempat atau kamar dan sebagainya tertentu yang dilengkapi dengan
peralatan untuk mengadakan percobaan (penyelidikan atau sebagainya).
Sedangkan “virtual” menurut KBBI adalah tampil atau hadir dengan
menggunakan perangkat lunak computer misalnya di internet.
Laboratorium virtual merupakan sistem yang dapat digunakan untuk
mendukung sistem praktikum yang berjalan secara konvensional.
Laboratorium biasanya didefinisikan sebagai: (1) tempat yang
dilengkapi untuk eksperimental studi dalam ilmu pengetahuan atau untuk
pengujian dan analisa; tempat memberikan kesempatan untuk
bereksperimen, pengamatan, atau praktek dalam bidang studi, atau (2)
periode akademis disisihkan untuk laboratorium bekerja. Sebuah
7 Umar, Media Pendidikan: Peran dan Fungsinya dalam Pembelajaran (Jurnal Tarbawiyah, Vol
11, No 1, 2014), h. 136-137
9
laboratorium didefinisikan sebagai lingkungan yang interaktif untuk
menciptakan dan melakukan eksperimen simulasi: taman bermain untuk
bereksperimen. Ini terdiri dari domain dependent program simulasi, unit
eksperimental disebut objek yang mencakup file data, alat yang beroperasi
pada benda-benda, dan buku referensi.8
Laboratorium virtual ini biasa disebut dengan Virtual Laboratory
atau V-Lab. Diharapkan dengan adanya laboratorium virtual ini dapat
memberikan kesempatan kepada siswa khususnya untuk melakukan
praktikum baik melalui atau tanpa akses internet sehingga siswa tersebut
tidak perlu hadir untuk mengikuti praktikum di ruang laboratorium. Hal ini
menjadi pembelajaran efektif karena siswa dapat belajar sendiri secara
aktif tanpa bantuan instruktur ataupun asisten seperti sistem yang berjalan.
Dengan format tampilan berbasis web cukup membantu siswa untuk dapat
mengikuti praktikum secara mandiri.9
Laboratorium Virtual adalah berupa software komputer yang
memiliki kemampuan untuk melakukan modeling peralatan komputer
secara matematis yang disajikan melalui sebuah simulasi. Laboratorium
Virtual diperlukan untuk memperkuat pemahaman konsep dalam proses
pembelajaran. Laboratorium Virtual bukanlah pengganti tetapi bagian dari
Laboratorium riil yang digunakan untuk melengkapi dan memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada.10
Dengan kata lain Laboratorium Virtual merupakan bentuk tiruan
dari sebuah laboratorium IPA riil yang digunakan dalam aktivitas
pembelajaran ataupun penelitian secara ilmiah guna menekankan sebuah
konsep atau mendalami sebuah konsep-konsep IPA. Di dalam
laboratorium virtual terdapat beberapa bagian penting, antara lain:
8 Hendra Jaya, Pengembangan Laboratorium Virtual untuk Kegiatan Praktikum dan Memfasilitasi Pendidikan Karakter di SMK, (Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, No 1, 2012), h. 82
9 Puspita Rani, Sistem Informasi Aplikasi Virtual Lab Pada Laboratorium Sistem Informasi Universitas Gunadarma, (Depok: Universitas Gunadarma, 2008), h. 10
10 Hastuti, Purwanti Windy. 2014. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/purwanti-widhy-hastuti-spd-mpd/pelatihan-digitalisai.pdf. Diakses pada tanggal 07 April 2015 pukul 20.00 WIB Hal 4
10
1. Pemodelan pemodelan adalah proses dimana kita membangun
representasi ini. Modeling digunakan untuk memperbaiki kekurangan
pada proses pembelajaran yang mengedepankan metode cermah dan
latihan soal, karena pada prinsipnya pemodelan atau modeling
digunakan dengan mengajak siswa atau peserta didik dalam mendesain
secara fisik yang diperlukan dalam proses untuk menggambarkan,
menjelaskan dan memprediksi sebuah fenomena.
2. Simulasi Merupakan program komputer yang mereproduksi fenomena
alam melalui visualisasi dari sebuah model. Simulasi dapat: a.
membantu siswa dalam mempelajari model fenomena alam dalam
dunia nyata yang memiliki perilaku sistem kompleks. b. membantu
siswa untuk memahami dunia konseptual dari ilmu pengetahuan
melalui animasi, yang dapat meningkatkan pemahaman dari konsep
ilmiah yang abstrak. Bahwa pada setiap kasus ditunjukkan dengan
simulasi adalah sesuatu yang produktif atau bahkan sangat produktif,
karena dapat mengembangkan pemahaman konseptual siswa secara riil.
Perkembangan Laboratorium Virtual di dunia sangat cepat. Saat ini
mayoritas Laboratorium Virtual terbesar sudah terpasang berbasis web
atau online, tetapi banyak juga yang masih dikembangkan secara
offline. Dengan semakin banyaknya Laboratorium Virtual yang bisa
diakses secara gratis atau bahkan bisa didownload.11
b. Laboratorium Virtual untuk Mendukung Kegiatan Belajar-mengajar
Lingkungan virtual, bernama laboratorium virtual, bervariasi dari
halaman web statis dengan video dan teks hingga ke halaman yang
dinamis dengan lingkungan canggih, kolaboratif authoring, video on
demand, pertemuan virtual, dan banyak fitur lainnya. Keragaman model
dan struktur untuk laboratorium virtual adalah sangat luas dan bervariasi
sesuai dengan sifat proyek diteliti, tujuan, dan teknologi yang terlibat.
11 Hastuti, Purwanti Windy. 2014.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/purwanti-widhy-hastuti-spd-mpd/pelatihan-digitalisai.pdf. Diakses pada tanggal 07 April 2015 pukul 20.00 WIB Hal 4
11
Motivasi untuk implementasi laboratorium virtual termasuk, tetapi tidak
terbatas pada:
a. Keterbatasan pada sumber daya dan ruang dalam laboratorium dunia
nyata. Jenis keterbatasan dapat menyebabkan keterlambatan dalam
kegiatan belajar siswa, yang mungkin menghadapi situasi di mana
mereka harus bersaing atau menunggu ketersediaan sumber daya yang
diberikan, selain fakta bahwa percobaan seseorang dapat terganggu
sebelum menyimpulkan, karena kebutuhan sumber daya terbagi.
b. Kemungkinan berbagi peralatan biasanya mahal.
c. Stimulus untuk kolaborasi penelitian atau bekerja dalam kelompok
independen jarak fisik mereka.
d. Keberadaan lingkungan belajar di luar sekolah, yang memungkinkan
siswa untuk berpartisipasi atau mengembangkan proyek mereka sendiri
bersama-sama dengan siswa lain di waktu luang mereka.
e. Kemungkinan mengembangkan berbagai percobaan di lokasi yang
berbeda.
f. Pengawasan terpencil dan intervensi dalam eksperimen berbahaya,
sehingga membantu untuk mencegah kecelakaan.12
c. Jenis-jenis Laboratorium Virtual
Laboratorium virtual dapat dibedakan menjadi dua tipe utama yaitu
laboratorium berdasarkan simulator dan laboratorium yang berbasis pada
peralatan hardware yang nyata baik 2-D maupun 3-D. Tipe pertama
didasarkan pada set model perangkat lunak yang merupakan objek atau
sistem dalam tingkat abstraksi tertentu. Satu-satunya masalah di sini
adalah dengan keakuratan perilaku simulator. Sangat sering benda nyata
berbeda dari model abstrak mereka. Hal ini karena model abstrak yang
dikembangkan menjadi sederhana dan untuk membantu siswa untuk
12 Jaya, Hendra. 2012. http://www.undana.ac.id/jsmallfib_top/JURNAL/PENDIDIKAN/PENDIDIKAN_2012/PENGEMBANGAN%20LABORATORIUM%20VIRTUAL.pdf. Diakses pada tanggal 07 April 2015 pukul 20.00 WIB Hal 84
12
memahami dasar-dasar. Kebanyakan dari mereka tidak dapat mewakili
semua fitur dari objek simulasi.
Jenis kedua laboratorium virtual yang mencakup sebagian besar
kualitas jenis pertama dan memungkinkan pendekatan ini untuk yang
klasik. Di setiap kelas terdapat rak-rak dengan peralatan yang tidak dapat
digunakan untuk pembelajaran jarak jauh dan tidak dapat diakses bagi para
siswa sepanjang waktu. Jadi menggabungkan klasik dengan belajar yang
modern memungkinkan akses remote ke peralatan nyata dapat
meningkatkan fleksibilitas proses pengajaran dan penggunaan
laboratorium nyata. Menggunakan teknologi perangkat lunak dan jaringan
menyediakan akses yang terhubung ke peralatan.13
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Melalui Media
Virtual
Peningkatan yang terjadi baik untuk aktivitas maupun hasil belajar
peserta didik melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah
dilengkapi media virtual disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Pembelajaran berbasis masalah dilengkapi media virtual memfasilitasi
pandangan dan preknowledge peserta didik menjadi sesuatu yang dapat
dilihat secara nyata melalui penyampaian teori yang berdasarkan pada
keadaan yang terjadi sebenarnya, dimana dalam hal ini adalah melalui
animasi pembelajaran.
b. Pembelajaran berbasis masalah dilengkapi media virtual menunjukkan
pentingnya pengaruh penerapan model pembelajaran secara kooperatif
atau dengan menerapkan kerjasama dalam kelompok.
c. Pembelajaran berbasis masalah dilengkapi media virtual melatih
kemampuan peserta didik untuk mampu mengeluarkan pendapatnya
dengan baik.14
13 Ibid, h. 85 14 Kustyorini, Yunita. 2014. http://kopertis11.net/jurnal/sains/VOL%207%20NO.2%20OKTOBER%202014/YUNITA-PENGARUH%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS%20MASALAH.pdf. Diakses pada tanggal 07 April 21.00 WIB Hal 5-6
13
3. Android
a. Sejarah Android
Android adalah sistem operasi untuk perangkat mobile berbasis
linux yang mencakup system operasi, middleware dan aplikasi. Android
menyediakan platform yang terbuka bagi pada pengembang untuk
menciptakan aplikasi mereka. Awalnya, Google Inc. membeli Andorid
Inc. yang merupakan pendatang baru yang membuat peranti lunak untuk
ponsel smartphone.15
Perjalanan Android dimulai sejak Oktober 2003 ketika 4 orang
pakar IT, Andi Rubin, Rich Minner, Nick Sears dan Chris White
mendirikan Android.Inc, di California US. Versi Android untuk
mewujudkan mobile device yang lebih peka dan mengerti pemiliknya,
kemudian menarik raksasa dunia maya Google. Google kemudian
mengakuisisi Android pada Agustus 2005. OS Android dibangun berbasis
platform Linux yang bersifat open source, senada dengan Linux, Android
juga bersifat Open Source. Dengan nama besar Google dan konsep open
source pada OS Android, tidak membutuhkan waktu lama bagi android
untuk bersaing dan menyisihkan Mobile OS lainnya seperti Symbian,
Windos Mobile, Blackberry dan iOS.16
b. Fitur Android
Fitur-fitur yang tersedia pada platform android adalah sebagaimana
di uraikan berikut:
• Framework Aplikasi
Fitur ini mendukung penggantian komponen dan oenggunaan
kembali komponen yang sudah dibuat (reusable). Seperti pada
umumnya, framework memiliki keuntungan dalam proses
15 Safaat Nazruddin, Pemograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC Berbasis
Andoid, (Bandung: Infromatika, 2011), h. 1 16 Hendra Nugraha Lengkong, Perancangan Petunjuk Rute Pada Kendaraan Pribadi
Menggunakan Aplikasi Mobile GIS Berbasis Android yang Terintegrasi Pada Google Maps, (E-Journal Teknik Elektro dan Komputer, 2015, ISSN: 2301-8402), h. 20
14
pengkodingan karena kita tidak perlu membuat kodingan untuk
hal-hal yang pasti dilakukan seperti kodingan menampilkan
gambar, kodingan konek database, dll.
• Mesin Virtual Dalvik
Lingkungan dimana aplikasi android akan bekerja
• Intergrated Browser
Berdasarkan open source engine WebKit.
• Grafis
Dengan adanya fitur ini, kita bias membuat aolikasi grafis 2D dan
3D karena android memiliki library OpenGL ES 1,0.
• SOlite
Tugas dari fitur ini adalah berperan dalam penyimpanan data.
Bahasanya mudah dimengerti dan merupakan sistem databasenya
android.
• Media Support
Fitur yang mendukung audio, video dan gambar.
• GSM Telephony
Tidak semua android punya fitur ini karena fitur ini tergantung dari
smartphone yang dimiliki.
• Bluetooth, EDGE, 3G, WiFi
Fitur ini tidak selalu tersedia pada android karena tergantung
Hardware atau smartphone.
• Dukungan Perangkat Tambahan
Android dapat memanfaatkan kamera, layar sentuh, accelerometer,
magnetometers, GPS, akselerasi 2D, dan akselerasi 3D.
• Multi-Touch
Kemampuan layaknya handset modern yang daoat menggunakan
dua jari atau lebih untuk berinteraksi dengan perangkat.
• Lingkungan Development
15
Memiliki fitur emulator, tools, untuk debugging, profil dan kinerja
memori dan plugin untuk IDE Eclipse.
• Market
Seperti kebanyakan handphone yang memiliki tempat penjualan
aplikasi, Market pada android merupakan katalog aplikasi yang
dapat di download dan di install pada handphone melalui
internet.17
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), belajar adalah
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.18
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan
mengajar. Dari sisi guru, mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak
proses belajar.19
Menurut Suprijono, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
Selanjutnya Supratiknya mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi
objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh
siswa setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata
pelajaran tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
17 Hendra Nugraha Lengkong, Perancangan Petunjuk Rute Pada Kendaraan Pribadi
Menggunakan Aplikasi Mobile GIS Berbasis Android yang Terintegrasi Pada Google Maps, (E-Journal Teknik Elektro dan Komputer, 2015, ISSN: 2301-8402), h. 20 18 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 44.
19 Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud, 2006), h. 3
16
pendidikan mengacu pada klarifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara
garis besar yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.20
Menurut Keller hasil belajar merupakan terjadinya perubahan dari
hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan
masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional
tidak berpengaruh terdadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa
untuk mencapai tujuan belajar.21
Hasil belajar secara umum dipandang sebagai perwujudan nilai-
nilai yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar
adalah penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar merupakan gambaran prestasi belajar siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar sehingga dapat dikatakan belum atau sudah
berhasil. Evaluasi yang menjadi tolak ukur keberhasilan adalah hasil
belajar siswa. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal yang
telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu
melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu.
Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam
dirinya telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan
yang terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan
hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka didapat hasil belajar.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Dalyono berhasil tidaknya seseorang dalam belajar
disebabkan oleh dua faktor yaitu:
a) Faktor Internal
➢ Kesehatan
➢ Intelegensi dan Bakat
20 Widodo dan Lusi Widayanti, Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan
Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas VIIA MTs Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013, (Jurnal Fisika Indonesia, Vol XVII, No 49, 2013), h. 34
21 Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press, 2004), h. 77
17
➢ Minat dan Motivasi
➢ Cara Belajar
b) Faktor Eksternal
➢ Keluarga
➢ Sekolah
➢ Masyarakat
➢ Lingkungan Sekitar22
c. Klasifikasi Hasil Belajar
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom dalam
Catharina Tri Anin secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yaitu:
a) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual seseorang.
Hasil belajar kognitif melibatkan siswa kedalam proses berpikir seperti
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa sintesis dan evaluasi.
b) Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang berkenaan dengan
sikap, nilai perasaan dan emosi. Tingkatan-tingkatannya aspek ini
dimulai dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang kompleks,
yaitu penerimaan, penanggapan penilaian, pengorganisasian, dan
karakterisasi nilai.
c) Ranah Psikomotor
Ranah Psikomotor berkaitan dengan kemampuan yang menyangkut
gerakan-gerakan otot. Tingkatan-tingkatan aspek ini, yaitu gerakan
refleks keterampilan pada gerak dasar kemampuan perseptual,
kemampuan dibidang pisik, gerakan-gerakan skil mulai dari
keterampilan sederhana sampai kepada keterampilan yang kompleks
22 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 55-60
18
dan kemampuan yang berkenaan dengan non discursive komunikasi
seperti gerakan ekspresif dan interpretative.23
d. Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu tassein
yang berarti mengklasiifikasi dan namos yang berarti aturan. Jadi
taksonomi berarti hierarki klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan.24
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, taksonomi adalah klasifikasi
bidang ilmu, kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek.
Pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill, dan Krathwohl
berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang
dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur
hierarki yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah
hingga yang tinggi. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual
(Intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.25
Ranah kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup
perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi
dan sikap. Sedangkan ranah psikomotorik berisi perilaku yang
menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik/kemampuan
fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir
yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori
kedalam perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1)
knowledge (pengetahuan), (2) comprehension (pemahaman atau persepsi),
23 Anni Catharina Tri, Psikologi Belajar, (Semarang: Universitas Negeri Semarang Press, 2006),
h. 7-12 24 Retno Utari, Taksonomi Bloom Apa dan Bagaimana Menggunakannya?,
(http://share.its.ac.id/mod/resource/view/.php?id=24995) Di akses pada tanggal 30 April 2019, h. 1
25 Ibid, h. 2
19
(3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian atau penjabaran), (5)
synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian).26
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson
Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki
taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan
tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi
Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi
tersebut meliputi:
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap
level taksonomi
2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan
level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi.
Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering
(mengingat).
• Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding
(memahami).
• Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
• Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis)
• Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi
dengan perubahan mendasar, yaitu creating (mencipta).
• Pada level 6, Evaluation turun posisinya menjadi level 5, dengan
sebutan evaluating (menilai).
Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreatwohl pada ranah kognitif
terdiri dari enam level: remembering (mengingat), understanding
(memahami), applying (menerapkan), analyzing (menganalisis,
mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi
26 Ibid, h. 2
20
Kreatwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar
yangs sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.27
5. Gelombang Cahaya
a. Pemantulan Cahaya
Berdasarkan permukaan tempat jatuhnya cahaya, pemantulan terbagi
menjadi dua jenis, yaitu pemantulan baur atau pemantulan difus (diffuse
reflection) dan pemantulan teratur (specular reflection), contohnya pada
kaca buram. Jika berkas sinar sejajar tersebut akan dipantulkan sejajar dan
searah. Pemantulan yang terjadi disebut pemantulan teratur (specular
reflection).
Pada abad ke-17, Willebrord Snell (1591 – 1626), seorang ahli
Matematika berkebangsaan Belanda, melakukan penelitian tentang
pemantulan cahaya dan berhasil menemukan suatu hukum yang dikenal
sebagi Hukum Pemantulan atau Hukum Snellius
Perhatikan Gambar 2.1. Menurut Hukum Snellius,
a. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal (N) berpotongan pada
satu titik dan terletak pada satu bidang datar
b. Sudut datang (i) besarnya sama dengan sudut pantul (r).
Gambar 2.1
1) Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar
27 Ibid, h. 7
21
Sifat-sifat bayanga benda yang terletak di depan cermin datar
adalah
a. Maya (terletak di belakang cermin)
b. Tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya
c. Sama besar dengan bendanya (pembesaran bayangan = 1)
d. Jarak bayangan terhadap cermin (s’) sama dengan jarak benda
terhadap cermin (s)
Jika tinggi seseorang = H, jarak mata ke ujung atas kepala = x,
dan jarak ujung bawah cermin dari lantai h, panjang minimum
cermin yang dibutuhkan agar seseorang dapat melihat bayangan
seluruh tubuhnya adalah
𝑳𝒎𝒊𝒏 = 𝒉 = 𝟏
𝟐 (𝑯 + 𝒙) (2.1)
Karena x relatif kecil, maka dapat dianggap
𝑳𝒎𝒊𝒏 = 𝟏
𝟐 𝑯 (2.2)
2) Pembentukan Bayangan pada Cermin Sferis
Cermin sferis adalah cermin lengkung seperti permukaan
lengkung sebuah bola dengan jari-jari kelengkungan R. cermin ini
dibedakan atas cermin cekung (konkaf) dan cermin cembung
(konveks). Setiap cermin sferis baik itu cermin cekung dan cermin
cembung memiliki fokus f yang besarnya setengah jari-jari
kelengkungan cermin tersebut, atau dapat dituliskan :
𝒇 = 𝑹
𝟐 (2.3)
Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar (konvergen).
Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut.
a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui
titik fokus (F)
22
b. Sinar datang melalui titik fokus (F) dipantulkan sejajar dengan
sumbu utama
c. Sinar datang melalui pusat kelengkungan (R) akan dipantulkan
kembali melalui titik pusat kelengkungan tersebut.
Gambar 2.2
Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar (divergen). Sinar-
sinar istimewa pada cermin cembung adalah sebagai berikut.
a. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan seolah-
olah berasal dari titik fokus (F)
b. Sinar datang melalui titik fokus (F) dipantulkan sejajar dengan
sumbu utama
c. Sinar yang menuju titik pusat kelengkungan cermin (R)
dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat kelengkungan
tersebut.
Gambar 2.3
Pada cermin lengkung selalu berlaku persamaan (pendekatan
untuk sinar-sinar parsial), yaitu :
𝟏
𝒔+
𝟏
𝒔′=
𝟏
𝒇 (2.4)
23
Bayangan benda yang dibentuk oleh cermin lengkung dapat
diperbesar atau diperkecil dari benda asalnya. Pembesaran linear
(M) didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi bayangan
(h’) dan tinggi benda (h), atau perbandingan jarak bayangan (s’)
dan jarak benda (s). secara matematis, dapat diturunkan menjadi
𝑴 = 𝒉′
𝒉= |
𝒔′
𝒔| (2.5)
Dengan :
s = jarak benda ke cermin (cm)
s’ = jarak bayangan ke cermin (cm)
f = panjang focus cemin (cm)
h’ = tinggi bayangan (cm)
h = tinggi benda (cm)
M = perbesaran bayangan
Catatan :
a. s bertanda positif (+) jika benda nyata (di depan cermin).
s bertanda negatif (-) jika benda maya (di belakang cermin).
b. s' bertanda (+) jika benda nyata (di depan cermin).
s' bertanda negatif (-) jika benda maya (di belakang cermin).
c. f dan R bertanda positif (+) untuk cermin cekung
f dan R bertanda negatif (-) untuk cermin cembung.
Untuk memudahkan penentuan letak dan sifat-sifat bayangan
pada cermin cekung dan cembung, digunakan penomoran ruang
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.4.28
28 Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, Fisika untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 20016), h. 7-12h. 237-240
24
Cermin Cekung
Cermin Cembung
Gambar 2.4
1. Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau
pembelokkan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda
kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua
macam yaitu :
a. Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya
merambat dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih
rapat. Contohnya cahaya merambat dari udara ke air.
25
Gambar 2.5
b. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya
merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang
rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1) Cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan
optiknya;
2) Cahaya dating tidak tegak lurus terhadap bidang batas (sudut
datang lebih kecil dari 90º)
Gambar 2.6
1) Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju
cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat
lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang
kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629 – 1695) :
“Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju
cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
26
Secara metematis dapat dirumuskan :
𝒏 = 𝒄
𝒗 (2.6)
Dimana :
n = indeks bias
c = laju cahaya dalam ruang hampa (3 × 108 m/s)
v = laju cahaya dalam zat
2) Hukum II Snellius
Hukum II Snellius yang menyatakan bahwa “sinar datang
dari medium yang kurang rapat menuju ke medium yang lebih
rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar yang
datang dari medium yang lebih rapat menuju ke medium yang
kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal.”
3) Pemantulan Internal sempurna
Pemantulan internal sempurna adalah pemantulan yang
terjadi pada bidan batas dua zat bening yang berbeda kerapatan
optiknya.
Gambar 2.7
Untuk sinar datang dari medium yang lebih rapat ke
medium yang kurang rapat, sebagian sinar akan dipantulkan dan
sebagian akan dibiaskan menjauhi garis normal sehingga sudut
biasnya (r) lebih besar daripada sudut datangnya (i). Jika sudut
datang sinar (i) terus-menerus diperbsar, suatu saat sudut bias (r)
akan mencapai harga maksimumnya, yaitu 90º. Pada saat itu,
sinar datang tepat akan dipantulkan sempurna (tidak mungkin
dibiaskan lagi). Sudut datang yang menyebabkan sinar tepat akan
27
dipantulkan sempurna disebut sudut kitis (ik). jika sudut datang
lebih besar daripada sudut kritis, akan terjadi pemantulan
sempurna.
Sudut kritis dapat dihitung dari persamaan berikut.
𝐬𝐢𝐧 𝒊k = 𝒏₂
𝒏₁ (2.7)
4) Pembiasan Cahaya pada Bidang Lengkung
Gambar 2.8
Gambar di atas menunjukkan pembiasan sinar-sinar datang
dari sebuah benda pada suatu permukaan lengkung (bidang
sferis). Pada pembiasan tersebut, untuk sinar sejajar berlaku
persamaan
𝒏₁
𝒔+
𝒏₂
𝒔′=
𝒏₂ − 𝒏₁
𝑹 (2.8)
Dengan :
𝑛₁ = indeks bias tempat sinar datang
𝑛₂ = indeks bias tempat yang dituju sinar (tempat sinar
dibiaskan)
𝑅 = jari-jari bidang lengkung (diukur dari titik pusat P)
𝑠 = jarak benda ke permukaan bidang lengkung O
𝑠′ = jarak bayangan ke permukaan bidang lengkung O
Pembesaran bayangan (M) diberikan oleh persamaan
28
𝑴 = 𝒉′
𝒉= |
𝒔′
𝒔 ×
𝒏₁𝒏₂
| (2.9)
Dengan : h’ = tinggi bayangan
h = tinggi benda
5) Pembentukan Bayangan pada Lensa Sederhana
Lensa adalah benda bening yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat membiaskan atau meneruskan hampir semua
cahaya yang melaluinya. Lensa dapat dibagi dalam dua jenis,
yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Lensa cembung atau lensa
konveks merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tebal
daripada tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa ini bersifat
mengumpul (konvergen) sehingga lensa cembung disebut pula
lensa konvergen. Adapun lensa cekung atau lensa konkaf
merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada
bagian tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa cekung besifat
menyebar (divergen) sehingga lensa cekung disebut pula lensa
divergen.
Pada lensa terdapat dua titik fokus (diberi lambang F1 dan
F2). Titik fokus tempat sinar sejajar dengan sumbu utama bertemu
setelah dibiaskan, disebut fokus aktif (fokus primer). Titik fokus
yang lain disebut fokus pasif (fokus sekunder).
Jarak pada titik fokus ke titik pusat optik disebut jarak
fokus, diberi lambang f. Jarak fokus aktif F₁ ke titik pusat optik
sama dengan jarak fokus pasif F₂ ke titik pusat optik, jika
medium di kiri dan kanan lensa sama.
29
Gambar 2.9 a) Lensa cembung atau lensa positif bersifat
mengumpulkan sinar, b) Lensa cekung atau lensa negatif bersifat
menyebarkan sinar
Lensa cekung bersifat menyebarkan sinar. Oleh karena itu,
fokus aktif F₂ untuk lensa cekung diperoleh dari perpotongan
perpanjangan sinar-sinar bias, yang dilukiskan dengan garis terputus-
putus sehingga fokus aktif F₂ disebut juga dengan fokus maya. Jarak
fokus lensa cekung bertanda negatif, sedangkan lensa cekung disebut
juga dengan lensa negatif.
Berikut ini tiga sinar istimewa pada lensa cembung :
1) Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama, dibiaskan melalui
titik fokus aktif F₁
2) Sinar yang datang melalui titik fokus pasif F₂ dibiaskan sejajar
dengan sumbu utama
3) Sinar yang datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa
dibiaskan
Gambar 2.10 Sinar-sinar istimewa lensa cembung
Pada lensa cekung juga terdapat tiga sinar istimewa. Berikut ini
sinar-sinar istimewa pada lensa cekung :
30
1) Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama, dibiaskan seolah-
olah beasal dari titik fokus aktif F₂
2) Sinar yang datang seolah-olah menuju ke titik fokus F₁, dibiaskan
sejajar dengan sumbu utama
3) Sinar yang datang melalui titi pusat optic O diteruskan tanpa
dibiaskan
Gambar 2.11 Sinar-sinar istimewa lenssa cekung
Pada lensa cembung dan lensa cekung berlaku persamaan
𝟏
𝒇=
𝟏
𝒔+
𝟏
𝒔′ (2.10)
Sedangkan pembesaran bayangannya dinyatakan dengan
persamaan
𝑴 = 𝒉′
𝒉= |
𝒔′
𝒔| (2.11)
6) Jarak Fokus dan Kekuatan Lensa
Sebuah lensa dengan indeks bias 𝑛𝐿 yang berjari-jari 𝑅1
dan 𝑅2dan berada di dalam medium dengan indeks bias 𝑛𝑚 akan
memiliki jarak fokus sebesar
𝟏
𝒇= (
𝒏𝑳
𝒏𝒎− 𝟏) (
𝟏
𝑹𝟏+
𝟏
𝑹𝟐) (2.12)
Kekuatan lensa atau daya lensa, diberi simbol 𝑃 (𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟),
menyatakan kemampuan suatu lensa dalam mengumpulkan sinar
(lensa cembung) atau menyebarkan sinar (lensa cekung).
Kekuatan lensa berbanding terbalik dengan jarak fokus f dan
dinyatakan secara matematis dengan persamaan
𝑷 = 𝟏
𝒇 (𝒎) 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑷 =
𝟏𝟎𝟎
𝒇 (𝒄𝒎) (2.13)
Dengan :
31
P = kekuatan lensa (dioptri)
f = jarak fokus lensa29
2. Dispersi Cahaya
Cahaya merupakan salah satu bentuk energi yang merambat
berupa gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar
380-750 nm. Spektrum cahaya adalah bagian dari spektrum
elektromagnetik. Spektrum cahaya terdiri atas spektrum cahaya
tampak dan spektrum cahaya tidak tampak. Mata normal manusia
dapat menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm.
Jika seberkas cahaya monokromatis dilewatkan pada sebuah
prisma segitiga, berkas cahaya tersebut akan mengalami deviasi atau
penyimpangan.
𝜹 = 𝜷 (𝒏𝒑
𝒏𝒎− 𝟏) (2.14)
Dengan :
𝛿 = sudut deviasi
𝛽 = sudut pembias prisma (sudut puncak)
𝑛𝑝 = indek bias prisma
𝑛𝑚 = indek bias mediun
Indeks bias medium (𝑛𝑚) untuk udara adalah 1 sehingga
persamaannya menjadi
𝜹 = 𝜷(𝒏𝒑 − 𝟏) (2.15)
Peristiwa penguraian warna cahaya menjadi komponen-
komponennya disebut dispersi cahaya, sedangkan deretan warna-
warna cahaya yang tampak disebut spektrum cahaya.
Panjang gelombang suatu warna cahaya tertentu terhadap
medium yang dilaluinya memiliki persamaan
29 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 2, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama), h
257-269
32
𝝀𝒏 = 𝝀𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂
𝒏 (2.16)
Dengan 𝜆𝑛 adalah panjang gelombang cahay ketika melalui
medium dengan indeks bias n, sedangkan 𝜆𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 adalah panjang
gelombang cahaya di udara.
Cahaya merah memiliki sudut deviasi terkecil dan cahaya ungu
memiliki sudut deviasi terbesar.
Deviasi ungu : 𝜹𝒖 = 𝜷(𝒏𝒖 − 𝟏)
Deviasi merah : 𝜹𝒎 = 𝜷(𝒏𝒎 − 𝟏)
Selisih sudut deviasi warna ungu dan sudut deviasi warna merah
disebut sudut dispersi (𝜑).
Persamaan sudut dispersi dapat dituliskan
𝝋 = 𝜹𝒖 − 𝜹𝒎 (2.17)
Dengan :
𝜑 = sudut dispersi antara cahaya ungu dan merah
𝛿𝑢 = deviasi cahaya ungu
𝛿𝑚 = deviasi cahaya merah
Jika kedua persamaan deviasi ungu dan deviasi merah di
substitusikan ke dalam persamaan (3.7) akan diperoleh
𝝋 = (𝒏𝒖 − 𝟏)𝜷 − (𝒏𝒎 − 𝟏)𝜷
𝝋 = (𝒏𝒖 − 𝒏𝒎)𝜷 (2.18)
Jika dua prisma segitiga digabungkan dengan menempatkan
sudut puncaknya berseberangan, cahaya akan keluar dari prisma tanpa
mengalami dispersi. Susunan dua prisma yang tidak mengalami
dispersi disebut prisma akromatik.
Susunan prisma akromatik didapatkan jika dispersi oleh prisma
(1) sama dengan dispersi oleh prisma (2) sehingga kedua dispersi
tersebut saling meniadakan.
𝝋𝟏 = 𝝋𝟐
(𝒏𝒖𝟏 − 𝒏𝒎𝟏)𝜷𝟏 = (𝒏𝒖𝟐 − 𝒏𝒎𝟐)𝜷𝟐
33
𝜷𝟐 = (𝒏𝒖𝟏−𝒏𝒎𝟏)𝜷𝟏
(𝒏𝒖𝟐−𝒏𝒎𝟐)𝜷𝟐 (2.19)
3. Difraksi dan Interferensi Cahaya
Jika cahaya dilewatkan pada sebuah celah yang sempit,
gelombang cahaya akan mengalami lenturan. Peristiwa lenturan ini
disebut difraksi. Pristiwa difraksi juga dapat disebabkan oleh kisi. Kisi
adalah sebuah penghalang yang terdiri atas banyak celah sempit.
Interferensi adalah paduan gelombang atau lebih menjadi satu
gelombang baru. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut.
1) Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa
kedua gelombang cahaya harus memiliki beda fase yang selalu
tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki frekuensi yang
sama.
2) Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang
hampir sama.
a. Difraksi dan Interferensi Celah Tunggal
Christian Huygens (1629-1695) menjelaskan bahwa akibat
terjadinya difrkasi maka setiap bagian celah berfungsi sebagai
sumber gelombang sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat
berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah lainnya.
Gambar 2.12 Difraksi cahaya pada celah tunggal
Perhatikan Gambar 2.13. Interferensi minimum yang
menghasilkan garis gelap pada layar akan terjadi, jika gelombang 1
dan 3 atau gelombang 2 dan 4 berbeda fase ½, atau beda
34
lintasannya sebesar setengah panjang gelombang. Jika celah
tersebut dibagi menjadi dua bagian, maka beda lintasan kedua
gelombang, yaitu (𝑑 sin 𝜃)
2 atau ∆𝑆 =
(𝑑 sin 𝜃)
2 dan ∆𝑆 =
1
2𝜆
Dengan demikian, didapatkan (𝑑 sin 𝜃)
2=
1
2𝜆 , atau 𝑑 sin 𝜃 =
𝑚𝜆.
Dari penurunan persamaan interferensi minimum tersebut,
diperoleh persamaan berikut ini.
𝒅 𝐬𝐢𝐧 𝜽 = 𝒎𝝀 (2.20)
Dengan : d = lebar celah
m = 1, 2, 3, …
Pola interferensi maksimum terjadi ketika cahaya yang
melewati celah memiliki fase yang sama dan beda lintasannya
dikurangi ½ λ dari interferensi minimum. Persamaan pola
interferensi maksimum celah tunggal dapat dituliskan menjadi
𝒅 𝐬𝐢𝐧 𝜽 = (𝒎 −𝟏
𝟐) 𝝀 (2.21)
b. Difraksi dan Interferensi Celah Ganda
Perhatikan Gambar 2.13(a). sumber cahaya yang melewati
lensa kolimator menghasilkan berkas cahaya koheren yang sejajar.
Selanjutnya berkas cahaya tersebut dilewatkan pada celah ganda
sehingga terjadi difraksi dan interferensi yang menghasilkan pola
garis terang pada layar, seperti terlihat pada Gambar 2.13(b).
Gambar 2.13(a) Gambar 2.13(b)
Interferensi dua celah oleh Young Pola hasil interferensi
35
Setelah keluar dari celah, perhatikan kedua berkas cahaya
yang digambarkan menuju titik A pada layar. Selisih jarak yang
ditempuhnya kedua cahaya disebut beda lintasan. Secara
matematis, beda lintasan ditulis sebagai berikut.
∆𝑆 = 𝑆2𝐴 − 𝑆1𝐴
Jika jarak 𝑆1𝐴 dan 𝑆2𝐴 sangat besar dibandingkan jarak S₁
ke S₂, sinar 𝑆1𝐴 dan 𝑆2𝐴 dapat dianggap sejajar dan selisih
jaraknya ∆𝑆 = 𝑆2𝐵. Perhatikan segitiga S₁S₂B.
∆𝑆 = 𝑑 sin 𝜃
Dengan d adalah jarak antar kedua celah.
Perhatikan segitiga COA.
sin 𝜃 = 𝑃
𝐶𝐴
Jika sudut 𝜃 sangat kecil akan didapatkan
sin 𝜃 ≈ tan 𝜃 ≈ 𝑃
𝑙
Sehingga selisih lintasan yang ditempuh oleh cahaya dari
sumber S₂ dan sumber S₁ adalah
∆𝑆 = 𝑑 sin 𝜃 = 𝑑 tan 𝜃 = 𝑑𝑝
𝑙
Sehingga
∆𝑺 = 𝒅𝒑
𝒍 (2.22)
Interferensi maksimum terjadi jika kedua gelombang yang
tiba di titik A memiliki fase sama. Dua gelombang memiliki fase
sama jika beda lintasannya merupakan kelipatan bilangan cacah
dari panjang gelombang.
∆𝑺 = 𝒎𝝀 (2.23)
Dengan m = 0, 1, 2, 3, …
∆𝑆 = 0, λ, 2λ, 3λ, …
Maka, persamaan interferensi maksimum menjadi
𝒅𝒑
𝒍= 𝒎𝝀 (2.24)
36
Dengan :
d = jarak antar celah
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A
l = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
𝜃 = sudut antara titik pusat dengan garis terang
Interferensi maksimum (garis terang) yang terjadi di titik O
tersebut terang pusat atau terang orde nol. Sumber sefase pada
interferensi maksimum terjadi saat berkas sinar datang sejajar dan
tegak lurus bidang celah.
Inteferensi minimum terjadi jika
∆𝑆 =1
2𝜆,
3
2𝜆,
5
2𝜆
∆𝑺 = (𝟐𝒎 − 𝟏)𝟏
𝟐𝝀 (2.25)
Dengan m = 1, 2, 3, 4, …
Dengan memasukkan persamaan (3.15) ke dalam
persamaan (3.12) akan diperoleh persamaan interferensi minimum
yang memenuhi persamaan berikut.
𝒅𝒑
𝒍= (𝟐𝒎 − 𝟏)
𝟏
𝟐𝝀 (2.26)
Persamaan dari interferensi minimum adalah
𝒅𝒑
𝒍= (𝒎 −
𝟏
𝟐) 𝝀 (2.27)
c. Difraksi dan Inteferensi pada Kisi
Jika seberkas cahaya monokromatis dilewatkan pada kisi,
maka akibat tempatnya interferensi dari cahaya yang mengalami
fraksi akan menghasilkan pola difraksi garis terang dan garis gelap
pada layar. Pola difraksi yang dihasilkan oleh kisi jauh lebih tajam
dibandingkan pola inteferensi celah ganda yang ditunjukkan oleh
Young.
37
Pada sebuah kisi, untuk setiap daerah selebar 1 cm bisa
terdapat N = 5000 celah. Artinya, kisi tersebut terdiri atas 5000
celah per sentimeter. Dengan demikian, jarak antarcelah sama
dengan tetapan kisi, yaitu
𝒅 = 𝟏
𝑵=
𝟏
𝟓𝟎𝟎𝟎 𝒄𝒎 = 𝟐 × 𝟏𝟎−𝟒 𝒄𝒎
Pola inteferensi maksimum pada layar akan tampak berupa
garis-garis terang yang dihasilkan oleh dua celah. Interferensi
maksimum terjadi ketika beda lintasan yang dilewati oleh cahaya
dari dua celah yang berdekatan bernilai 0, , λ, 2λ, 3λ, …
Oleh karena ∆𝑆 = 𝑑 sin 𝜃 dan ∆𝑆 = 0, λ, 2λ, 3λ, …, pola
difraksi maksimum pada kisi menjadi seperti berikut.
𝒅 𝐬𝐢𝐧 𝜽 = 𝒎𝝀 (2.28)
Dengan m = orde difraksi dan d = jarak antar celah atau
tetapan kisi.
Selanjutnya, persamaan untuk pola interferensi minimum
(garis gelap) dari dua celah adalah
𝒅 𝐬𝐢𝐧 𝜽 = (𝒎 +𝟏
𝟐) 𝝀 (2.29)
Cahaya merah dengan panjang gelombang terbesar
mengalami lenturan atau pembelokan paling besar. Cahaya ungu
mengalami lenturan terkecil karena panjang gelombang cahaya
ungu paling kecil. Setiap orde difraksi menunjukkan spektrum
warna.
4. Polarisasi Cahaya
Peristiwa interferensi dan difraksi dapat terjadi pada gelombang
transversal maupun gelombang longitudinal. Namun, gelombang yang
dapat mengalami polarisasi hanyalah gelombang transversal.
Fenomena polarisasi cahaya inilah yang menunjukkan cahaya adalah
gelombang transversal.
38
a. Polarisasi pada Kristal
Secara umum, intensitas yang melewati analisator
dinyatakan dengan persamaan
𝑰𝟐 =𝟏
𝟐𝑰𝟎𝒄𝒐𝒔𝟐𝜽 (2.30)
Dengan 𝐼2 adalah intensitas cahaya yang melewati
analisator, 𝐼0 adalah awal cahaya sebelum masuk polarisator dan 𝜃
adalah sudut arah polarisasi polarisator dan arah polarisasi
analisator. Jika keduanya sejajar, 𝜃 = 0. Jika keduanya tegak lurus,
𝜃 = 90º. Intensitas cahaya memiliki satuan Wm¯².
b. Polarisasi pada Pemantulan dan Pembiasan
Sinar datang yang dijatuhkan pada permukaan bidang batas
dua medium, akan mengalami pemantulan dan pembiasan. Jika
sudut sinar bias dan sudut sinar pantul membentuk sudut 90º (tegak
lurus), maka sudut sinar datangnya disebut sudut polarisasi atau
sudut Brewster. Keadaan ini terjadi karena sinar yang dipantulkan
merupakan sinar yang terpolarisasi sempurna dan sinar biasnya
terpolarisasi sebagian.
Menurut Hukum Sneliius,
𝑛1 𝑠𝑖𝑛 𝑖𝑝 = 𝑛2 𝑠𝑖𝑛 𝑟 dengan 𝑟 + 𝑖𝑝 = 90º atau 𝑟 = 90𝑜 −
𝑖𝑝
Selanjutnya, dapat dituliskan
𝑛1 sin 𝑖𝑝 = 𝑛2 sin(90𝑜 − 𝑖𝑝)
𝑛1 sin 𝑖𝑝 = 𝑛2 cos 𝑖𝑝 → sin 𝑖𝑝
cos 𝑖𝑝=
𝑛2
𝑛1
𝐭𝐚𝐧 𝒊𝒑 =𝒏𝟐
𝒏𝟏 (2.31)
Dengan :
𝑖𝑝 = sudut polarisasi 𝑛1 = indeks bias medium 1
𝑟 = sudut bias 𝑛2 = indeks bias medium 2
c. Polarisasi dengan Hamburan
39
Seberkas cahaya yang melewati gas akan mengalami
polarisasi sebagian karena partikel-partikel gas dapat menyerap
dan memancarkan kembali cahaya yang mengenainya. Penyerapan
dan pemancaran cahaya oleh partikel-partikel gas disebut
hamburan. Contohnya, langit pada siang hari tampak berwarna
biru. Hal tersebut dikarenakan partikel-partikel udara di atmosfer
dapat menyerap cahaya matahari dan memancarkan kembali
(terutama cahaya biru). Bulan tidak memiliki atmosfer, sehingga
tidak dapat menghamburkan cahaya matahari.
5. Teknologi LCD dan LED
LCD (Liquid Crystal Display) merupakan bentuk layar datar yang
menggunakan teknologi kristal air. LCD ini memiliki dua lapisan kaca
yang terpolarisasi dan saling menempel. Cairan kristal terletak di salah
satu lapisan. Kristal cair ini berfungsi melewatkan cahaya, agar
menghasilkan gambar pada layar saat arus listrik melewatinya. Cahaya
berasal dari serangkaian lampu neon di belakang layar. Dengan
bantuan lampu neon (sebagai back light), gambar yang dibuat oleh
kristal menjadi terlihat. Bentuk paling sederhana dari teknologi LCD
ini terdapat di kalkulator yang kita gunakan sehari-hari, atau petunjuk
waktu (timer) pada microwave saat memanggang kue, dan tampilan
jam digital. Bentuk paling canggih dari LCD yang dapat kita nikmati
di sekeliling kita terdapat pada TV, layar monitor computer, dan
laptop.
Sementara itu, LED (Light Emiting Diode) merupakan perangkat
semikonduktor yang menghasilkan cahaya ketika arus listrik melwati
celah antara katoda dan anoda di dalam sistem perangkat. Teknologi
LED digunakan untuk keperluan penerangan umum, seperti
penerangan di dalam atau di luar ruangan, penerangan komersial,
lampu dekorasi, lampu sorot, lampu panggung, dan lain-lain. Seiring
dengan perkembangan teknologi, TV digital telah menggunakan
40
teknologi televisi berlayar datar yang disebut LED TV. Strukturnya
juga sama dengan diode, tetapi belakangan ditemukan bahwa electron
yang menerjang sambungan p-n juga melepaskan energi berupa energi
panas dan energi cahaya. Salah satu perbedaan LCD dan LED adalah
sumber cahaya yang berada di belakang layar. TV LCD menggunakan
lampu neon, sedangkan TV LED menggunakan LED.30
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini yang
bekaitan virtual laboratory adalah sebagai berikut:
1. Naba Hamnida, dkk (2013) , “Studi komparasi penggunaan laboratorium
virtual dan laboratorium riil dalam pembelajaran student teams
achievement division (STAD) terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari
kreativitas siswa pada materi pokok system koloid kelas XI semester
genap SMA Negeri 1 Banyudono tahun pelajaran 2011/2012”. Uji
Normalitas yang digunakan adalah metode Liliefors, sedangkan untuk uji
Homogenitas menggunakan metode Barlett dengan taraf signifikansi
sebesar 0,05. Pada jurnal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
metode pembelajaran STAD menggunakan laboratorium virtual dan
STAD menggunakan laboraorium riil terhadap prestasi belajar siswa
materi sistem koloid pada aspek kognitif dan tidak terdapat pengaruh
metode pembelajaran metode STAD menggunakan laboratorium virtual
dan STAD menggunakan laboratorium riil pada prestasi afektif.
2. Ahmad Swandi, dkk (2014), “Pengembangan Media Pembelajaran
Laboratorium Virtual untuk Mengatasi Miskonsepsi Pada Materi Fisika
Inti di SMAN 1 Binamu, Jeneponto”. Subjek pada penelitian ini adalah
berjumlah 30 orang. Pada jurnal ini data yang diperoleh dari penilaian ahli,
dianalisis dengan melakukan coding, kemudian dideskripsikan secara
kualitatif dan penggambaran data secara kontinu untuk mengetahui
30 Sunardi dkk, Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika
dan Ilmu-Imu Alam, (Bandung: Yrama Widya, 2016), h. 267-273
41
kategori penilaian. Selanjutnya menghitung validitas konten CVR
(Content Validity Ratio) dan CVI (Content Validity Index). Dan pada
jurnal ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik media Lab-Vir
menghasilkan dua konsep yaitu aktivitas radioaktif dan daya tembus.
Selain itu, media Lab-Vir yang dikembangkan berbentuk program
pembelajaran dengan tiga menu utama di setiap pembahasan yaitu
kompetensi, pendahuluan, dan percobaan virtual. Karakteristik perangkat
pembelajaran berbasis media LabVir meliputi RPP, LKPD dirancang
dengan maksud memadukan sesi kelas dengan sesi percobaan
menggunakan Lab-Vir. Materi terkait dalam percobaan virtual disertakan
dalam perangkat pembelajaran yang dapat dipelajari secara mandiri oleh
peserta didik. Aktivitas peserta didik di atas 85%, menunjukkan
pembelajaran yang dilakukan mampu mengaktifkan peserta didik.
Persentase persepsi peserta didik adalah 93,5% menunjukkan sangat setuju
terhadap pembelajaran Fisika berbasis media Lab-Vir.
3. Aisyah Azis dan Irfan Arifin (2013), “Aktivitas dan persepsi peserta didik
dalam implementasi laboratorium virtual pada materi fisika modern di
SMA”. Pada jurnal ini data yang diperoleh dari penilaian pakar tersebut
dianalisis dengan melakukan coding, kemudian dideskripsikan secara
kualitatif dan data digambarkan secara kontinu untuk mengetahui kategori
penilaian. Setelah itu dihitung validitas konten CVR (Content Validity
Ratio) dan CVI (Content Validity Index). Dan pada jurnal ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan mampu
mengaktifkan peserta didik. Terhadap penerapan media Lab-Vir pada mata
pelajaran Fisika, peserta didik mempunyai persepsi sebagai media yang
efektif dan efisien dalam penggunaan maupun pengembangan media
pembelajaran, peserta didik mudah menjalankan simulasi yang terdapat
pada media Lab-Vir, tertarik dengan tampilan simulasi media
pembelajaran Lab-Vir, senang belajar dengan bantuan media Lab-Vir, dan
mudah memahami materi pelajaran dengan menggunakan media Lab-Vir.
42
4. Nur Hikmah, dkk (2017), “Penerapan Laboratorium Virtual untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa”. Penelitian ini dilakukan di
SMA Negeri dengan sampel pada tiap kelompok 29 orang. Analisis data
menggunakan uji independent sample T-Test dengan taraf signifikansi
sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penerapan simulasi laboratorium virtual terhadap pemahaman konsep
siswa pada materi laju reaksi.
5. Tatli dan Ayas (2013), “effect of a Virtual Chemistry laboratory on
student’s Aschievement” menyimpulkan bahwa pengembangan dan
pemanfaatan teknologi laboratorium virtual lebih efektif dalam
meningkatkan prestasi belajar dan keterampilan laboratorium siswa
dibandingkan proses pembelajaran melalui real laboratory. Penelitian ini
memanfaatkan media VCL (Virtual Chemistry Laboratory), media ini
memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal positif yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah pemanfaatan media virtual laboratory
dapatmeningkatkan prestasi belajar dan lebih efektif dibanding pembelajar
an real laboratory. Dalam penelitian ini juga disampaikan beberapa
kelebihan menganai penggunaan virtual laboratory yang cenderung lebih
mudah dipahami dan fleksibel dalam pelaksanaannya.
6. Bajpai (2013), “Developing Concept in Physics Through Virtual Lab
Experiment: An Effectiveness Study”. Berdasarkan tes pemahaman konsep
fisika siswa, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran yang
memanfaatkan virtual lab lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman
konsep fisika siswa dibanding pembelajaran melalui real lab. Penelitian ini
juga memberikan kejelasan mengenai pentingnya memanfaatkan media
berbasis teknologi dalam pembelajaran terutama yang berkaitan dengan
virtual laboratory. Hal tersebut didasarkan pada hasil yang dicapai
pada penelitian ini. Pemanfaatan virtual laboratory memungkinkan siswa
belajar lebih aktif dan lebih antusias karena visualisasi dari media ini
ditampilkan dengan menarik.
43
7. Bakar et al (2013),
“An Effective Virtual Laboratory Approach for Chemistry” kesimpulan
dari penelitian ini ialah pemanfaatana virtual laboratory dalam sangat
dianjurkan karena ditemukan bahwa siswa yang belajarmenggunakan
virtual laboratory memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada
siswayang belajar memalui metode konvensional. Penelitian ini
memberikan gamabaran bagaimana pemanfaatan virtual laboratory secara
efektif meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini kembali berkaitan
dengan kertertarikan dan kelebihan yang
dimiliki pembelajaran yang memanfaatkan media virtual laboratory. Pada
era globalisasi sepertiini pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
bukan merupakan hal yang tabu untuk dilaksanakan, melainkan
merupakan sebuah solusi dan keharusan dalam upaya peningkatan prestasi
belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Guru sebagai fasilitator memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran. Sebagai penentu alur dalam proses pendidikan di dalam kelas,
guru bertanggung jawab langsung terhadap kualitas pembelajaran di dalam
kelas. Namun, fakta dilapangan masih terdapat proses pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered ) dimana, dalam menjalankan proses
pembelajaran dikelas guru mengajar melalui metode ceramah tanpa
memperhatikan karakteristik pebelajar itu sendiri. Guru kurang melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini berakibat siswa hanya menerima
stimulus langsung dari guru, padahal hendaknya guru memfasilitasi siswa
dalam pengembangan pengetahuannya sendiri dan bukan hanya memberikan
informasi secara langsung sepanjang pembelajaran dikelas.
Pembelajaran dapat lebih efektif, efisien, menarik dan interaktif apabila
difasilitasi dengan media pembelajaran. Media pembelajaran sendiri banyak
memanfaatkan beragam teknologi yang dikenal sebagai teknologi pendidikan.
44
Salah satu bentuk teknologi yang memiliki kesesuaian dengan teori discovery
learning adalah laboratorium virtual (virtual laboratory) berbasis android.
Virtual laboratory berbasis android memiliki beberapa kelebihan
dibanding pembelajaran real lab maupun model pembelajaran konvensional.
Virtual laboratory berbasis android cenderung lebih fleksibel dalam
penggunaannya. Terlebih lagi siswa lebih antusias dalam pembelajaran yang
melibatkan teknologi didalamnya, seperti penggunaan simulasi maupun media
pembelajaran berbasis teknologi lainnya.
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pembelajara
n
Fisika
SMA
Pembelajaran
konvensional dengan
menggunakan power
point
Praktikum dengan
menggunakan virtual
laboratorium berbasis
android
Siswa pasif,
pembelajaran
membosankan
Siswa aktif,
pembelajaran
menyenangkan
Hasil
Belajar
Rendah
Hasil
Belajar
Tinggi
45
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu “pengaruh media
pembelajaran dengan menggunakan virtual laboratory berbasis android
terhadap prestasi belajar siswa pada materi Gelombang Cahaya”. maka
hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran virtual
laboratory berbasis android lebih baik dari pada dengan menggunakan media
pembelajaran konvensional dengan menggunakan power point pada materi
Gelombang Cahaya.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 6 Kota Tangerang Selatan pada
siswa kelas XI semester genap tahun ajaran 2018/2019 pada bulan April
2018.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
eksperiment atau ekseperimen semu. Penelitian eksperimen semu bertujuan
untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh
oleh eksperimen sebenarnya. Penelitian semu ini digunakan karena pada
kenyataannya sulit untuk mendapatkan kelompok control yang digunakan
untuk penelitian.31 Hal ini karena setiap siswa memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dalam pemahamannya yang dicapai oleh siswa akan beragam di
setiap kelasnya.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
merencanakan dan melaksanakan percobaan. Rancangan yang digunakan
dalam penelitian adalah rancangan eksperimen one way pretest-
posttest nonequivalent control group design yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.
31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND, Alfabeta : Bandung, 2010, h. 77
47
Tabel 3.1. Rancangan one way pretest-
posttest nonequivalent control group design
Keterangan :
O1 : Pretest kelompok eksperimen
O2 : Posttest kelompok eksperimen
O3 : Pretest kelompok kontrol
O4 : Posttest kelompok kontrol
Xa : Kelompok eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan media
pembelajaran virtual laboratory
Xb : Kelompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional hanya
dengan menggunakan power point
D. Variabel Penelitian
Variable penelitian adalah suatu obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.32 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dan variabel terikat iu
sebagai berikut :
Variabel Bebas (X) : Media pembelajaran Virtual Laboratory berbasis
android
Variabel Terikat (Y) : Hasil belajar fisika pada konsep gelombang cahaya
32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta : Bandung, 2011, h. 38
Pretest Treatment Posttest
O1 Xa O2
O3 Xb O4
48
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA
SMAN 6 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2017/2018. Jumlah seluruh
populasi disajikan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Distribusi Sumber Populasi Penelitian
No. Sumber Populasi Jumlah Siswa
1 Kelas XI IPA 1 36
2 Kelas XI IPA 2 36
3 Kelas XI IPA 3 36
4 Kelas XI IPA 4 36
5 Kelas XI IPA 5 36
Total 180
2. Sampel
Pemilihan sampel yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan
kelas kontrol dilakukan dengan cara purposive sampling. Berdasarkan
teknik sampling tersebut, diambil dua kelas sebagai sampel yaitu kelas XI
IPA 3 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen.
Kelas eksperimen terdiri dari 36 siswa, melakukan pembelajaran fisika
dengan media pembelajaran virtual laboratory berbasis android.
Sedangkan kelas kontrol terdiri dari 36 siswa, melakukan pembelajaran
fisika dengan pembelajaran konvensional.
49
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Hasil Observasi
pretest
Penerapan media
virtual laboratory
posttest
Analisis data dan pembahasan
Analisis data hasil
uji coba instrumen
Identifikasi masalah
Menemukan
variabel
Analisis
Penyusunan
instrumenPenyusunan silabus,
LKS dan RPP
Uji coba instrumen Mempersiapkan media
pembelajaran
Kesimpulan
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
50
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat untuk mengukur informasi atau melakukan
alat ukur apa yang akan dipakai untuk mengumpulkan data. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes dan non tes.
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar fisika yang
berupa tes objektif tipe pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban. Selain
itu, instrumen non tes digunakan untuk memperoleh data penunjang
kesimpulan pada akhir penelitian berupa angket.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda
dengan 5 alternatif jawaban yang disusun berdasarkan indikator kurikulum
2013. Pelaksanaan tes dilakukan sebelum (pretest) dan setelah (posttest)
pemberian treatment. Kisi-kisi instrumen tes yang digunakan alam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrument Tes
No Indikator Aspek Kognitif
Jumlah C1 C2 C3 C4
1 Melakukan pengamatan
tentang perambatan
cahaya untuk mengetahui
sifat-sifat cahaya
2,3 1,4 4
2 Menyelidiki hukum
pemantulan cahaya 5,6,7 3
3 Mendeskripsikan sifat dan
pembentukan bayangan
pada cermin datar
8 9,10* 3
4 Mendeskripsikan sifat dan
pembentukan bayangan
pada cermin cekung
11*,
12*
14*,
16
13*,
15 6
51
5 Mendeskripsikan sifat dan
pembentukan bayangan
pada cermin cembung
17*,
18 19,20 21,22 6
6 Menyelidiki hukum
pembiasan cahaya
23,
24*,
25,
26*
27*,
28* 6
7 Mendeskripsikan sifat dan
pembentukan bayangan
pada lensa cekung dan
cembung
29*,
30*,
33*
31*,
32 5
8 Menjelaskan peristiwa
yang berkaitan dengan
sifat cahaya seperti
dispersi, interferensi,
difraksi dan polarisasi
cahaya
34*,
35*
38,
40*
36*,
37*,
39*
7
Total 5 17 11 7 40
Presentase 12,5% 42,5% 27,5% 17,5% 100%
2. Instrumen Non Tes
Instrument non tes yang digunakan berupa angket respon siswa dan
lembar observasi siswa terhadap pembelajaran fisika. Angket respon atau
skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. 33 Angket yang digunakan adalah model angket skala Linkert
yang berbentuk rating-scale. Siswa memberikan respon terhadap
pernyataan-pernyataan dengan 5 pilihan, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju),
TS (Tidak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Adapun kisi-kisi
33 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009) cet ke-13, h.80
52
instrument non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Non Tes
No Indikator Angket Pernyataan
Jumlah
Positif Negatif
1
Respon siswa pada
pembelajaran gelombang
cahaya berbantuan virtual
laboratory
1,4,8 2,3 5
2
Penggunaan virtual
laboratory dalam proses
pembelajaran
6,9,10 3
3 Penyajian konsep materi
dalam pembelajaran 5,7 2
Jumlah 8 2 10
H. Kalibrasi Instrumen
1. Kalibrasi Instrumen Tes
Sebelum diberikan kepada sampel, instrument tes terlebih dahulu diuji
cobakan pada siswa kelas XII IPA. Uji coba ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas dari setiap soal. Terdapat empat kriteria kelayakan,
yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Berikut
ini adalah pengujian berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh
instrumen tes dalam penelitian:
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana alat
ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut.
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak
53
diukur.34 Dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, maka
dapat diketahui dengan pasti butir mana yang tidak memenuhi syarat
ditinjau dari validitasnya.35
Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah koefisien
biserial dengan rumusan :36
rpbis = 𝑀𝑝−𝑀𝑡
𝑆𝑡√
𝑝
𝑞 (3.1)
Keterangan : rpbis = koefisien biserial
Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab
benar dibagi yang dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah
Tabel 3.5 Interpretasi Validitas37
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r ≤ 0,60 Cukup
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah
34 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), cet
ke-4, h. 73. 35 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 271. 36 Arikunto, op.cit., h. 93. 37 Ibid., h. 89.
54
Hasil uji validasi instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut
ini
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah soal 40
Jumlah siswa 70
Nomor yang valid 10,11,12,13,14,17,24,26,27,28,29,30,
31,33,34,35,36,37,39,40
Jumlah soal yang valid 20
Presentase soal yang valid 50%
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur
yang sama.38 Uji ini menggunakan formula Kuder – Richardson yaitu
rumus K-R 20, adalah sebagai berikut :39
𝑟¹¹ = (𝑛
𝑛−1) (
𝑆2− 𝛴𝑝𝑞
𝑆2 ) (3.2)
S (Standar Deviasi) dapat dicari dengan menggunakan rumus :
𝑆 = √ΣX²
𝑛 (3.3)
Keterangan :
r¹¹ = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi
38 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2013), h. 55. 39 Arikunto, op.cit., h. 115.
55
Klasifikasi untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas suatu tes
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7 Interpretasi Reliabilitas
Rentang Nilai Kategori
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,40 < r ≤ 0,60 Cukup
0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
c. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran butir soal digunakan untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal dalam sebuah instrument. Soal yang baik adalah soal
yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Jika soal terlalu
mudah tidak merangsang siswa untuk berpikir tinggi. Sebaliknya jika
soal terlalu sukar membuat siswa putus asa dan malas mengerjakan.
Untuk menghitung taraf kesukaran suatu butir soal yang digunakan
rumus sebagai berikut :40
𝑃 = 𝐵
𝐽𝑆 (3.4)
Keterangan :
P = Taraf kesukaran butir soal
B = Jumlah sisiwa yang menjawab benar pada butir soal yang
dianalisis
JS = Jumlah peserta tes
Kriteria yang digunakan untuk menentukan jenis kesukaran butir
soal adalah sebagai berikut :41
40 Arikunto, op.cit., h. 223. 41 Ibid., h. 225.
56
Tabel 3.8 Interpretasi Taraf Kesukaran
Rentang nilai P Kategori
p ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < p ≤ 0,70 Soal sedang
p > 0,70 Soal mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk
membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa
yang kemampuannya rendah. Rumus yang digunakan untuk
menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan
ganda yaitu :42
𝐷 = 𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵 (3.5)
Keterangan :
D = indeks diskriminasi (daya pembeda)
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan salah
PA = porporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta bawah yang menjawab dengan benar
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut :43
42 Ibid., h. 228. 43 Ibid., h. 232.
57
Table 3.9 Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Drop
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik Sekali
2. Kalibrasi Instrumen Nontes
Pengujian kelayakan instrumen nontes dilakukan dengan cara
pertimbangan para ahli. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat
terlihat pada Tabel 3.9 berikut ini:
Table 3.10 Uji Validitas Instrumen Nontes
No Aspek yang Diuji
Kriteria
Baik Cukup Kurang
1 Pengembangan indikator dari
setiap tahap pembelajaran
2 Semua tahap pembelajaran
terwakilkan oleh indikator
yang dikembangkan
3 Penskoran terhadap tiap-tiap
indikator
4 Pemilihan kata dan kalimat
dalam pengembangan
indikator
5 Kejelasan dan keefektifan
bahasa yang digunakan
Saran :
…………………………………………………………………………………
58
…………………...
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data-data empiris yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Data dalam penelitian
ini diperoleh melalui tes dan nontes. Untuk tes berupa tes objektif pilihan
ganda (pretest dan posttest pembelajaran), sedangkan non tes
menggunakan angket untuk mengetahui hasil respon siswa terhadap
penggunaan media pembelajaran virtual laboratory berbasis android
dalam pembelajaran fisika pada konsep gelombang cahaya.
J. Teknik Analisis Data
Untuk analisis data terlebih dahulu menggunakan uji prasyarat statistik
yang tediri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat ini
diperlukan untuk memenuhi uji hipotesis.
1) Uji Prasyarat Analisis Data Tes
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan
menggunakan uji statistic chi-kuadrat sebagai berikut:44
𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = ∑(𝑓𝑜−𝑓ℎ)²
𝑓ℎ (3.6)
Keterangan :
X² hitung = harga chi-kuadrat yang diperoleh dari hasil perhitungan
fo = Frekuensi observasi atau hasil pengamatan
44 Sugiyono, Metode Penlitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 172
59
fh = Frekuensi harap (ekspetasi)
Setelah itu dibandingkan antara X² hitung dengan X² table dengan
kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika harga X² hitung < X² table maka Ho diterima, Ha ditolak
Jika X² hitung > X² table maka Ho ditolak, Ha diterima
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan
antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan
dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Pengujian
homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor setiap variabel
memiliki varians yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji Fisher, dengan rumus:45
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑆₁²
𝑆₂²=
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (3.7)
Dimana
𝑆2 = 𝑛 ∑ 𝑋₁² −(𝑛 ∑ 𝑋₁)²
𝑛 (𝑛−1) (3.8)
Keterangan :
S₁ = standar deviasi data kelompok eksperimen
S₂ = standar deviasi data kelompok kontrol
Selanjutnya dibandingkan antara harga Fhitung dengan Ftable
dengan derajat kebebasan (dk) = N – 1.
Jika Fhitung < Ftable maka varian data berdistribusi homogen
Jika Fhitung > Ftable maka varian data tidak berdistribusi
homogen
45 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2011), cet 7, h. 120
60
2) Analisis Data Tes
Analisis menggunakan uji hipotesis dilakukan untuk mengatahui
adanya perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan
media pembelajaran virtual laboratory berbantuan android dengan
media pembelajaran real laboratory. Uji hipotesis yang digunakan
adalah uji t, sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Data terdistribusi normal dan homogen
Apabila data gain skor berdistribusi normal dan homogen,
maka pengolahan data dilanjutkan dengan pengujian hipotesis
digunakan statistik parametrik yaitu uji t. taraf signifikan yang
digunakan α = 0,05.
Rumus uji t untuk varians homogen dan varians tidak homogen
sesuai persamaan berikut:46
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑋₁̅̅ ̅ −𝑋₂̅̅ ̅
𝑆𝑔𝑎𝑏 √1
𝑛₁+
1
𝑛²
(3.9)
Dengan db = n₁ + n₂ - 2
𝑆𝑔𝑎𝑏 = √(𝑛₁− 1)𝑆₁² + (𝑛₂− 1)𝑆₂²
𝑛₁ +𝑛₂ −2 (3.10)
Keterangan :
𝑋₁̅̅ ̅ = rata-rata data kelompok eksperimen
𝑋₂̅̅ ̅ = rata-rata data kelompok kontrol
𝑆𝑔𝑎𝑏 = nilai standar deviasi gabungan
n₁ = banyaknya data kelompok eksperimen
46 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 239
61
n₂ = banyaknya data kelompok kontrol
𝑆₁ = varians data kelompok eksperimen
𝑆₂ = varians data kelompok control
b. Data terdistribusi normal dan tidak homogen
Untuk data yang terdistribusi normal dan tidak homogen, maka
pengujian hipotesis dengan analisis tes statistik nonparametrik. Secara
sistematis dirumuskan sebagai berikut:
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑋₁̅̅ ̅ −𝑋₂̅̅ ̅
√𝑆₁²
𝑛₁+
𝑆₂²
𝑛₂
(3.11)
Setelah nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 diperoleh, kemudian dibandingkan dengan nilai
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.
Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho diterima dan H₁ ditolak.
Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho ditolak dan H₁ diterima.
c. Untuk data tidak berdistribusi normal
Untuk data tidak berdistribusi normal, pengujian hipotesis
menggunakan uji Mann-Whitney. Mann-Whitney adalah uji non-
parametrik yang tergolong kuat sebagai pengganti uji-t dengan asunsi
normalitas dan homogenitas tidak diperlukan yang penting level
pengukurannya minimal ordinal dan variabel kedua-duanya kontinu.47
Perhitungan statistik Mann-Whitney sebagai berikut :
Pertama 𝑈 = 𝑛₁. 𝑛₂ + 𝑛₁(𝑛₁+1)
2 − 𝐾₁ (3.12)
Kedua 𝑈 = 𝑛₁. 𝑛₂ + 𝑛₂(𝑛₂+1)
2 − 𝐾₂ (3.13)
47 Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Rosemata Sampurna,
2010), h. 273.
62
Nilai U ditentukan berdasarkan nilai terkecil dari kedua rumus
tersebut. Untuk memeriksa kebenaran hasil ini, dapat dicek dengan
menggunakan rumus:
𝑈𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 = 𝑛₁. 𝑛₂ − 𝑈𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
(3.14)
Penentuan kategori uji hipotesis berdasarkan uji Mann-Whitney adalah
sebagai berikut :48
Jika U ≤ 𝑈𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠, maka 𝐻𝑜 ditolak.
Jika U > 𝑈𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠, maka 𝐻𝑜 diterima.
3) Analisis Data Non Tes
Analisis data non tes berupa angket pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis data deskriptif. Pernyataan dalam angket
terbagi menjadi dua, yaitu: pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Analisis dilakukan melalui tahap pengumpulan data melalui angket.
Dalam menganalisis data yang meningkat 1 hingga 5, peneliti
menyimpulkan makna setiap alternatif jawaban. Untuk pernyataan
positif, maka pengisian angket berdasarkan tabel 3.12 di bawah ini:49
Tabel 3.11 Analisis Data Non Tes
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Jawaban Skor Jawaban Skor
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Setuju (SS) 5
Tidak Setuju (TS) 2 Setuju (S) 4
Cukup (C) 3 Cukup (C) 3
48 Ibid. 49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), h. 284-285.
63
Setuju (S) 4 Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Selanjutnya data dari angket diolah secara kualitatif menggunakan
rumus:
𝑃 = 𝐹
𝑁 × 100%
Keterangan :
P = Angka presentase
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Jumlah individu
Data yang diperoleh kemudian diubah kedalam bentuk presentase
kemudian diklasifikasikan kedalam kategori sebagai berikut:50
Tabel 3.12 Kategori Angket Siswa
Rentang Nilai Kategori
0-20% Sangat Kurang
21-40% Kurang
41-60% Cukup
61-80% Baik
81-100% Baik Sekali
50 Piet. A. Sahertian, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 60
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data yang diuraikan merupakan gambaran umum dari data yang
diperoleh selama penelitian. Data yang didapat berupa hasil pretest dan
posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen, serta hasil angket respon dan
observasi pada kelas eksperimen.
1. Hasil Pretest
Perolehan hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen pada
penelitian ini disajikan dalam Gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pengolahan data untuk menentukan distribusi frekuensi hasil
pretest dapat dilihat pada lampiran 2 B dan 2 C. Berdasarkan Gambar
4.1 di atas, terlihat bahwa terdapat 6 siswa (16,67%) di kelas kontrol
dan 7 siswa (19,44%) di kelas eksperimen yang mendapatkan nilai
antara 20-23. Selanjutnya, 8 siswa (22,22%) di kelas kontrol dan 6
siswa (16,67%) di kelas eksperimen yang mendapatkan nilai antara 24-
27. Pada rentang nilai 28-31, terdapat 10 siswa (27,77%) di kelas
0
2
4
6
8
10
12
20-23 24-27 28-31 32-35 36-39 40-43 44-47
Jum
lah
Sis
wa
Rentang Nilai
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
65
kontrol dan kelas eksperimen. Jumlah siswa yang memperoleh nilai
pada rentang 32-35 di kelas kontrol sebanyak 7 siswa (19,44%) dan
kelas eksperimen sebanyak 4 siswa (11,11%). Sedangkan tidak ada
siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 36-39. Selanjutnya nilai
pada rentang 40-43 terdapat sebanyak 3 siswa (8,33%) pada kelas
kontrol dan sebanyak 6 siswa (16,67%) pada kelas eksperimen. Pada
rentang 44-47 terdapat sebanyak 2 siswa (5,55%) pada kelas kontrol
dan sebanyak 3 siswa (8,33%) pada kelas eksperimen.
Berdasarkan perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai
pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest yang ditunjukkan
pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Ukuruan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil
Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Pretest
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Nilai Terendah 20 20
Nilai Tertinggi 45 45
Median 29,1 29,5
Modus 30,07 30,55
Mean 29,94 33,83
Standar Deviasi 74,02 73,76
Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa nilai terendah dan nilai
tertinggi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama yaitu 20
dan 45. Median atau nilai tengah yang dihasilkan kelas kontrol sebesar
29,1 sementara kelas eksperimen sebesar 29,5. Adapun nilai yang
sering muncul atau modus kelas kontrol yaitu 30,07 sedangkan modus
pada kelas eksperimen sebesar 30,55. Nilai rata-rata atau mean pada
kelas kontrol yaitu 29,94 sedangkan nilai rata-rata pada kelas
66
0
2
4
6
8
10
12
65-67 68-70 71-73 74-76 77-79 80-82 83-85
Jum
lah
Sis
wa
Rentang Nilai
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
eksperimen yaitu 33,83. Standa deviasi pada kelas kontrol sebesar
74,02 dan standar deviasi pada kelas eksperimen sebesar 73,76.
2. Hasil Posttest
Perolehan hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
pada penelitian ini disajikan dalam Gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pengolahan data untuk menentukan distribusi frekuensi hasil
pretest dapat dilihat pada lampiran 2 B dan 2 C. Berdasarkan Gambar
4.2 di atas, terlihat bahwa terdapat 8 siswa (22,22%) di kelas kontrol
dan 4 siswa (11,11%) di kelas eksperimen yang mendapatkan nilai
antara 65-67. Selanjutnya, 11 siswa (30,55%) di kelas kontrol dan 5
siswa (13,89%) di kelas eksperimen yang mendapatkan nilai antara 68-
70. Sedangkan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada rentang
71-73 dan nilai pada rentang 77-79 .Pada rentang nilai 74-76, terdapat
8 siswa (22,22%) di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jumlah siswa
yang memperoleh nilai pada rentang 80-82 di kelas kontrol sebanyak 7
siswa (19,44%) dan kelas eksperimen sebanyak 10 siswa (27,77%).
Selanjutnya nilai pada rentang 83-85 terdapat sebanyak 2 siswa
(5,55%) pada kelas kontrol dan sebanyak 8 siswa (22,22%) pada kelas
eksperimen.
67
Berdasarkan perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai
pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest yang ditunjukkan
pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Ukuruan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil
Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Posttest
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Nilai Terendah 65 65
Nilai Tertinggi 85 85
Median 70,2 80,25
Modus 70,5 79,5
Mean 72,83 74,75
Standar Deviasi 198,1 203,9
Berdasarkan Tabel 4.2, terlihat bahwa nilai terendah dan nilai
tertinggi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama yaitu 65
dan 85. Median atau nilai tengah yang dihasilkan kelas kontrol sebesar
70,2 sementara kelas eksperimen sebesar 80,25. Adapun nilai yang
sering muncul atau modus kelas kontrol yaitu 70,5 sedangkan modus
pada kelas eksperimen sebesar 79,5. Nilai rata-rata atau mean pada
kelas kontrol yaitu 72,83 sedangkan nilai rata-rata pada kelas
eksperimen yaitu 74,75. Standa deviasi pada kelas kontrol sebesar
198,1 dan standar deviasi pada kelas eksperimen sebesar 203,9.
3. Rekapitulasi Hasil Belajar
a. Data Hasil Pretest dan Posttest
Berdasarkan hasil perhitungan data Pretest dan Posttest kelas
kontrol dan kelas eksperimen, diperoleh rekapitulasi data pada Tabel
4.3 berikut:
68
Tabel 4.3 Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest
dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Pretest Posttest
Kelas Kontrol Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen
Nilai Terendah 20 20 65 65
Nilai Tertinggi 45 45 85 85
Mean 29,1 29,5 70,2 80,25
Modus 30,07 30,55 70,5 79,5
Median 29,94 33,83 72,83 74,75
Standar Deviasi 74,02 73,76 198,1 203,9
Sebelum melakukan penelitian dilakukan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Berdasarkan hasil pretest didapatkan nilai rata-rata atau
mean pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu 29,1 dan 29,5. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut mempunyai
kemampuan awal yang sama sebelum diberikan perlakuan. Setelah
diberikan perlakuan terhadap kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional dan kelas eksperimen berupa pembelajaran
menggunakan media pembelajaran Virtual Laboratory berbasis
android, data di atas memberikan gambaran bahwa terjadi perubahan
hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Perubahan
terbesar terjadi pada rata-rata hasil belajar kelas kontrol yaitu 29,1
menjadi 70,2. Pada kelas eksperimen perubahan rata-rata hasil yaitu
29,5 menjadi 80,25. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada
kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran Virtual
69
0%
10%
20%
30%
40%
50%
C 1 C 2 C 3 C 4
Pre
sen
tase
Jenjang Kognitif
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
C 1 C 2 C 3 C 4
Pre
sen
tase
Jenjang Kognitif
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Laboatory berbasis Android memiliki peningkatan hasil belajar lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol yang hanya menggunakan
pembelajaran konvensional.
b. Kemampuan Kognitif Siswa
Hasil belajar siswa untuk setiap ranah kognitif pada konsep
Gelombang Cahaya dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen pada Jenjang Kognitif
Gambar 4.4 Grafik Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen pada Jenjang Kognitif
70
Pengolahan data nilai rata-rata jenjang kognitif pretest dan
posttest dapat dilihat pada Lampiran C 4. Berdasarkan grafik di atas,
terlihat bahwa hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
mengalami peningkatan dari hasil pretest. Pada saat pretest
kemampuan kelas kontrol dalam mengingat (C1) sebesar 20%,
memahami (C2) sebesar 30%, menerapkan (C3) sebesar 20%, dan
menganalisis (C4) sebesar 12%. Pada saat posttest kemampuan kelas
kontrol dalam mengingat (C1) sebesar 86%, memahami (C2) sebesar
81%, menerapkan (C3) sebesar 73%, dan menganalisis (C4) sebesar
61%. Sementara kemampuan kelas eksperimen pada saat pretest dalam
hal mengingat (C1) sebesar 47%, memahami (C2) sebesar 36%,
menerapkan (C3) sebesar 27%, dan menganalisis (C4) sebesar 17%.
Pada saat posttest kemampuan kelas kontrol dalam mengingat (C1)
sebesar 83%, memahami (C2) sebesar 82%, menerapkan (C3) sebesar
74%, dan menganalisis (C4) sebesar 67%.
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan terhadap data hasil pretest
dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan
menggunakan SPSS 22 uji kai kuadrat (chi square). Rekapitulasi
hasil pengolahan data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji
Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Statistik
Pretest Posttest
Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Asymp. Sig 0,794 0,100
Taraf 0,05
71
Signifikansi
(𝛼)
Keputusan Terdistribusi normal Terdistribusi normal
Pengolahan uji normalitas data pretest dan posttest dapat
dilihat pada lampiran C 3. Keputusan uji normalitas diambil
berdasarkan ketentuan pengujian uji chi square dengan
menggunakan software SPSS, yaitu Asymp. Sig. Lebih besar dari
taraf signifikansi (𝛼), maka H0 diterima (berdistribusi normal).
Taraf signifikansi (𝛼) yang digunakan sebesar 5%. Berdasarkan
pengolahan normalitas didapatkan nilai Asymp. Sig. data pretest
sebesar 0,794. Sementara itu pada data posttest di dapatkan nilai
Asymp. Sig. sebesar 0,100 Pengolahan uji normalitas menunjukkan
bahwa hasil Asymp. Sig. nilai pretest lebih besar dibandingkan
taraf signifikansi (𝛼). Dan pada Asymp. Sig. hasil posttest juga
lebih besar dibandingkan taraf signifikansi (𝛼). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data hasil pretest dan posttest terdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan pada kedua data pretest
dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan
menggunakan uji fisher. Perhitungan hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji
Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Statistik
Pretest Posttest
Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Signifikansi 0,812 0,106
72
Taraf
Signifikansi
(𝛼)
0,05
Keputusan Data Homogen Data Homogen
Pengolahan uji homogenitas data pretest dan posttest dapat
dilihat pada lampiran C 3. Pengambilan keputusan homogenitas
diambil berdasarkan ketentuan uji fisher. Dengan ketentuan jika
nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari taraf signifikansi
(𝛼), maka variansi setiap sampel sama (homogen) sedangkan jika
nilai signifikansi yang di peroleh lebih kecil maka variansi setiap
sampel tidak sama (tidak homogen). Taraf signifikansi (𝛼) yang
digunakan sebesar 5%. Tabel di atas menunjukkan hasil
homogenitas pada pretest dan posttest dilihat berdasarkan Exact
Sig. (2-sided) pada Fisher’s Exact Test. Hasil homogenitas nilai
pretest menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,812 dan hasil
homogenitas nilai posttest menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,106. Kedua hasil nilai signifikansi yang didapatkan lebih besar
dari pada nilai taraf signifikansi yaitu 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki
variansi yang sama (homogen) pada hasil pretest dan posttest.
5. Hasil Uji Hipotesis
Perhitungan uji prasyarat analisis statistik memperoleh keputusan
bahwa terdapat dua data berdistribusi normal dan kedua sampel
homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis menggunakan uji t
dengan bantuan software SPSS 22. Hasil berikut uji hipotesis dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Hipotesis
Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Statistik Pretest Posttest
73
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Asymp. Sig.
(2-tailed)
0,639 0,008
Taraf
Signifikansi
(𝛼)
0,05
Keputusan H1 ditolak H1 diterima
Perhitungan uji hipotesis secara rinci dapat dilihat pada lampiran C
3. Pengambilan keputusan uji hipotesis diambil berdasarkan ketentuan
pengujian uji t, dalam mengambil hasil keputusan dilihat dari nilai
pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed). Taraf Signifikansi (𝛼) yang
digunakan sebesar 5%. Pengambilan keputusan hipotesis diambil
berdasarkan pada kriteria pengujian, yaitu jika nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) lebih kecil dari nilai Taraf Signifikansi (𝛼), maka H0 ditolak H1
diterima. Namun, jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari nilai
Taraf Signifikansi (𝛼), maka H0 diterima H1 ditolak. Tabel di atas
menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hasil pretest (0,639)
lebih besar dari nilai Taraf Signifikansi (𝛼) yang sebesar 0,05,
sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan tidak
adanya perbedaan antara hasil pretest kelas kontrol dengan hasil
pretest kelas eksperimen. Sementara itu, nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
hasil posttest (0,008) lebih kecil dari nilai Taraf Signifikansi (𝛼) yang
sebesar 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh media pembelajaran
Virtual Laboratory berbasis Android terhadap hasil belajar siswa pada
materi Gelombang Cahaya.
6. Hasil Analisis Non Tes
Hasil data angket direkapitulasi dan dijumlahkan skor masing-
masing siswa setiap indikator. Skor yang diperoleh kemudian
74
dipresentasekan dan dikonversi menjadi data kualitatif. Hasil
perhitungan data angket respon siswa terhadap media pembelajaran
Virtual Laboratory berbasis Android dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut:
Tabel 4.7 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Media
Pembelajaran Virtual Laboratory berbasis Android
Indikator Angket Presentase Kategori
Respon siswa pada media pembelajaran
Virtual Laboratory berbasis Android
78% Baik
Penggunaan Virtual Laboratory dalam
proses pembelajaran
77% Baik
Penyajian konsep materi dalam
pembelajaran
77% Baik
Rata-rata 77% Baik
Tabel di atas menunjukkan presentase respon siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran Virtual
Laboratory berbasis Android pada materi Gelombang Cahaya secara
keseluruhan pada indikator pertama sebesar 78%. Hal ini menunjukkan
bahwa, siswa cenderung tertarik dengan media pembelajaran Virtual
Laboratory berbasis Android dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional. Menurut siswa media pembelajaran Virtual Laboratory
berbasis Android yang digunakan dalam pembelajaran sudah baik. Hal
ini terlihat pada presentase indikator kedua dan presentase penyajian
konsep materi dalam pembelajaran yang memiliki presentase yang
sama yaitu sebesar 77% dalam kategori baik. Jadi berdasarkan data
keseluruhan angket respon siswa didapatkan bahwa penerapan media
pembelajaran Virtual Laboratory berbasis Android diterima oleh
siswa.
75
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Perolehan nilai pretest menunjukkan kelas XI IPA 3 lebih unggul
dibandingkan kelas XI IPA 1. Rata-rata hasil pretest kelas XI IPA 3
sebesar 33,83 sedangkan kelas XI IPA 1 sebesar 29,94. Sehingga pada
penelitian ini menggunakan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dan kelas
XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen. Hasil analisis data nilai pretest pada
uji normalitas menunjukkan bahwa nilai pretest terdistribusi normal. Pada
uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai kedua kelas homogen. Hal ini
berarti kedua data memiliki karakteristik yang sama pada hasil belajar
fisika materi Gelombang Cahaya sebelum diberikan perlakuan.
Perlakukan yang diberikan di kelas eksperimen berupa
pembelajaran menggunakan media pembelajaran Virtual Laboratory
berbasis Android sedangkan pada kelas kontrol hanya menggunakan
pembelajaran konvensional. Perolehan data posttest menunjukkan
perbedaan nilai antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini terlihat
pada hasil rata-rata nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen sebesar
74,75 dan kelas kontrol sebesar 72,83. Hasil analisis data hasil posttest
pada uji normalitas menunjukkan nilai posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen terdistribusi normal. Pada uji homogenitas menunjukkan
bahwa nilai kedua kelas homogen.
Pengujian hipotesis pada data nilai posttest menggunakan uji t.
Berdasarkan hasil uji Hipotesis nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hasil posttest
(0,008) lebih kecil dari nilai Taraf Signifikansi (𝛼) yang sebesar 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh media pembelajaran Virtual
Laboratory berbasis Android terhadap hasil belajar siswa pada materi
Gelombang Cahaya.
Presentase kemampuan kognitif posttest menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan pada setiap jenjang kognitif pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Pada kelas kontrol mengalami peningkatan dengan C1
sebesar 86%, C2 sebesar 81%, C3 sebesar 73% dan C4 sebesar 61%. Hal
ini dikarenakan pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah dengan
76
berbantuan power point, siswa lebih terfokus pada penyampaian informasi
yang disampaikan oleh guru. Sedangkan pada peningkatan kemampuan
kognitif pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol pada jenjang kognitif C1 sebesar 83%, C2 sebesar 82%, C3
sebesar 74%, dan C4 sebesar 67%. Peningkatan tertinggi pada jenjang
kognitif C1 dan C2, hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen
menggunakan media pembelajaran Virtual Laboratory berbasis Android,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara langsung
dalam memahami konsep yang diajarkan. Pada pembelajaran ini siswa
melakukan praktikum, dipandu dengan LKS yang telah disediakan.
Hasil angket respon siswa menunjukkan bahwa siswa merespon
positif terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini terbukti
dengan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran Virtual Laboratory berbasis Android
sebesar 78% (Baik), untuk penggunaan Virtual Laboratory dalam proses
pembelajaran sebesar 77% (Baik), dan Penyajian konsep materi dalam
pembelajaran sebesar 77% (Baik). Sehingga secara keseluruhan respon
siswa terhadap pembelajaran sebesar 77% dalam kategori baik.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
makan kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:
1. Terdapat pengaruh media pembelajaran Virtual Laboratory
berbasis Android terhadap hasil belajar siswa pada konsep
Gelombang Cahaya. Hal ini di dasarkan pada pengujian hipotesis
hasil posttest menggunakan uji t. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hasil
posttest (0,008) lebih kecil dari nilai Taraf Signifikansi (𝛼) yang
sebesar 0,05. Nilai rata-rata hasil belajar posttest pada kelas
eksperimen sebesar 74,75 dan kelas kontrol sebesar 72,83.
2. Berdasarkan angket respon siswa terhadap media pembelajaran
Virtual Laboratory berbasis Android berada pada kategori baik.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , peneliti
menyarankan beberapa saran untuk perbaikan penelitian lebih lanjut,
yaitu:
1. Manajemen waktu harus selalu diperhitungkan agar tujuan
pembelajaran setiap pertemuan terpenuhi.
2. Penelitian yang sama pada konsep fisika lainnya diharapkan dapat
dilakukan oleh peneliti selanjutnya, guna melakukan perbaikan
penambahan sumber pustaka dan kajian mengenai media
pembelajaran Virtual Laboratory.
78
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Aisyah dkk. 2013. Aktivitas dan persepsi peserta didik dalam
implementasi laboratorium virtual pada materi fisika modern
di SMA, volume 5.
Bakar, Norasiken et al. 2013 An Effective Virtual Laboratory Approach for
Chemistry, volume 7.
Catharina, Tri Anni. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: Universitas
Negeri
Semarang Press.
Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta:
Depdikbud.
Hamida, Nada dkk. 2013. Studi komparasi penggunaan laboratorium
virtual
dan laboratorium riil dalam pembelajaran student teams
achievement
division (STAD) terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari
kreativitas siswa pada materi pokok system koloid kelas XI
semester
genap SMA Negeri 1 Banyudono tahun pelajaran 2011/2012,
volume
2.
Hastuti, Purwanti Windy. 2014.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/purwanti-widhy
hastuti-spd-mpd/pelatihan-digitalisai.pdf. Diakses pada tanggal 07
April 2015 pukul 20.00 WIB
Hermansyah dkk. 2015. Pengaruh penggunaan laboratorium virtual
terhadap
penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada
79
materi getaran dan gelombang, volume 1.
Jaya, Hendra. 2012.
http://www.undana.ac.id/jsmallfib_top/JURNAL/PENDIDIKAN/P
E
DIDIKAN_2012/PENGEMBANGAN%20LABORATORIUM%2
0V
RTUAL.pdf. Diakses pada tanggal 07 April 2015 pukul 20.00 WIB
Kustyorini, Yunita. 2014.
http://kopertis11.net/jurnal/sains/VOL%207%20NO.2%20OKTOB
E
%202014/YUNITAPENGARUH%20PEMBELAJARAN%20BER
BASIS%20MASALAH.pdf. Diakses pada tanggal 07 April 21.00
WIB
Manisha, Bajpai. 2013. Developing Concept in Physics Through Virtual
Lab
Experiment: An Effectiveness Study, volume 3.
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1: Untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Piet. A. Sahertian. 2008. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Puspita Rani. 2008. Sistem Informasi Aplikasi Virtual Lab Pada
Laboratorium Sistem Informasi Universitas Gunadarma.
Depok: Universitas Gunadarma.
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sadiman Arief. 2002. Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar,
Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Safaat Nazruddin. 2011. Pemograman Aplikasi Mobile Smartphone dan
Tablet PC Berbasis Andoid. Bandung: Infromatika.
80
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penlitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:
Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika: Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Swandi, Ahmad dkk. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran
Laboratorium Virtual untuk Mengatasi Miskonsepsi Pada Materi
Fisika Inti di SMAN 1 Binamu, Jeneponto, volume 18.
Tatli dan Ayas. 2013. effect of a Virtual Chemistry laboratory on student’s
Aschievement, volume 1.
Tsihouridis, Charilaos et al. 2015. The effect of teaching electric circuits
switching from real to virtual lab or vice versa – A case study with
junior high-school learners.
Widodo, Tri. 2009. Fisika: Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
81
LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. RPP Kelas Eksperimen
2. RPP Kelas Kontrol
3. Lembar Kerja Siswa
4. Tampilan Virtual Laboratory
82
LAMPIRAN A 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Kelas/Semester : XI (Sebelas)/Genap
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Alokasi Waktu : 2 × 45 menit (Pertemuan ke-1)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Fisika Selama dan setelah proses pembelajaran, melalui
pendekatan pembelajaran saintifik siswa dapat mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri
gelombang cahaya serta menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam
teknologi, serta mampu membangun keterampilan prosedural dan mengaplikasikan
konsep ke dalam pemecahan masalah matematis dengan melalui proses diskusi, tanya
jawab dan ceramah dan mengaplikasikan konsep ke dalam pemecahan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
3.1 Mendeskripsikan gejala
dan ciri-ciri gelombang
cahaya serta menerapkan
konsep dan prinsip
gelombang cahaya dalam
teknologi
3.1.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri gelombang
cahaya
3.1.2 Memformulasikan dan memahami
gelombang cahaya
3.1.3 Menganalisis sifat-sifat cahaya
3.1.4 Menjelaskan peristiwa yang berkaitan
dengan ciri dan sifat cahaya seperti
difraksi, polarisasi dan dispersi cahaya
4.1 Menyajikan permasalahan
nyata dan usulan
penyelesaiannya konsep
gelombang cahaya yang
terkait materi refleksi,
4.1.1 Menganalisis permasalahan nyata konsep
gelombang cahaya dengan cakupan materi
: refleksi, refraksi, difraksi, dispersi dan
polarisasi.
4.1.2 Menyelesaikan permasalahan yang
83
Gelombang Cahaya
Interferensi Difraksi
KisiCelah
Tunggal
Dispersi Refleksi
Cermin datar, cekung dan
cembung
Polarisasi Refraksi
Lensa cekung dan cembung
refraksi, dispersi, difraksi,
dan polarisasi.
4.2 Merencanakan dan
melaksanakan percobaan
yang memanfaatkan sifat-
sifat gelombang cahaya
untuk mempermudah suatu
pekerjaan
berkaitan dengan gelombang cahaya.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Peta Konsep
D. METODE PEMBELAJARAN
- Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik
- Model Pembelajaran : Inkuiri terbimbing
- Metode : Praktikum, dan Diskusi Kelompok
E. MEDIA PEMBELAJARAN
a. Virtual Laboratory Gelombang Cahaya
b. LKS
F. SUMBER BELAJAR
Kamajaya, Ketut dkk. 2016. FISIKA untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Bandung: Grafindo.
84
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-1
No Tahapan Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Guru Murid
1 Pendahuluan
(15 menit)
Apersepsi 1. Membuka kelas
dengan
mengucapkan
salam dan
memulai kelas.
2. Mengabsen siswa
yang hadir di
kelas.
3. Mengarahkan
siswa untuk duduk
berkelompok dan
membagikan LKS.
4. Guru menjelaskan
langkah-langkah
kegiatan yang
akan dilakukan
siswa untuk
membantu
mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Guru menanyakan
apa saja sifat-sfiat
gelombang
cahaya?
1. Menjawab salam
dan ketua kelas
memimpin
berdo’a.
2. Siswa
menyebutkan
kehadirannya.
3. Siswa
membentuk
sebuah
kelompok.
4. Menyimak
penjelasan yang
diberikan guru.
5. Siswa menjawab
pertanyaan dari
guru.
Motivasi 1. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang
hendak dicapai dan
1. Menyimak tujuan
pembelajaran dan
merasa
termotivasi untuk
mulai belajar.
85
memotivasi siswa.
2 Kegiatan Inti
(60 menit)
Merumuskan
masalah
1. Guru memberikan
permasalahan
beberapa keadaan
posisi benda di
depan cermin
cekung apabila
berada di ruang 1,
2, 3 dan 4.
Bagaimanakah
sifat bayangan
yang terjadi?
1. Siswa
memperhatikan.
Membuat
hipotesis
1. Guru membimbing
siswa untuk
membuat
hipotesis/dugaan
sementara
terhadap
permasalahan.
1. Siswa menulis
dugaan sementara
pada LKS.
Merancang
percobaan
1. Guru meminta
siswa menyiapkan
percobaan yang
akan dilakukan
yaitu dengan
menggunakan
virtual laboratory.
1. Siswa membuka
aplikasi virtual
laboratory untuk
melakukan
percobaan.
Melakukan
percobaan
1. Guru membimbing
siswa dalam
melakukan
percobaan.
1. Siswa melakukan
percobaan.
Mengumpulkan
dan analisis
data
1. Guru membimbing
siswa
menganalisis
1. Siswa
menganalisis
informasi yang
86
fakta-fakta yang
ada.
2. Guru membimbing
siswa dalam
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan pada
LKS.
didapat dan
menjawab
pertanyaan pada
LKS.
2. Siswa berdiskusi
menjawab
pertanyaan di
LKS.
3 Kegiatan
penutup
(15 menit)
Penarikan
kesimpulan
1. Guru bersama
dengan siswa
membuat
kesimpulan yang
didapat dari
pelajaran hari ini.
1. Membuat
kesimpulan hasil
pembelajaran.
Evaluasi 1. Guru memberikan
soal evaluasi
terkait pemantulan
cahaya
2. Memberikan
penghargaan
kepada kelompok
terbaik
3. Memberitahu
materi yang akan
dipelajari pada
pertemuan
selanjutnya.
4. Mengakhiri
pembelajaran
dengan mengucap
hamdalah dan
salam.
1. Siswa
mengerjakan soal
2. Memberikan
applause kepada
kelompok
tersebut
3. Mempelajari
materi tersebut.
4. Mengucap
hamdalah dan
menjawab salam.
87
H. PENILAIAN
No Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen Penialaian
1 Tes Tertulis Pilihan Ganda Soal Ulangan Harian
2 Penugasan Uraian/Pilihan ganda Soal evaluasi tiap sub-materi
3 Portofolio Laporan Eksperimen LKS
Tangerang Selatan, April 2018
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Ismaini, S.Pd Farahdillah Nursyifa
NIP. 1975050420110120001 NIM. 1112016300051
88
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI (Sebelas)/Genap
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Alokasi Waktu : 2 × 45 menit (Pertemuan ke-2)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Selama dan setelah proses pembelajaran, melalui pendekatan pembelajaran
saintifik siswa dapat mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya serta
menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi, serta mampu
membangun keterampilan prosedural dan mengaplikasikan konsep ke dalam
pemecahan masalah matematis dengan melalui proses diskusi, tanya jawab dan
ceramah dan mengaplikasikan konsep ke dalam pemecahan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
3.2 Mendeskripsikan gejala
dan ciri-ciri gelombang
cahaya serta menerapkan
konsep dan prinsip
gelombang cahaya dalam
teknologi
3.2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri gelombang
cahaya
3.2.2 Memformulasikan dan memahami
gelombang cahaya
3.2.3 Menganalisis sifat-sifat cahaya
3.2.4 Menjelaskan peristiwa yang berkaitan
dengan ciri dan sifat cahaya seperti
difraksi, polarisasi dan dispersi cahaya
4.3 Menyajikan permasalahan
nyata dan usulan
penyelesaiannya konsep
gelombang cahaya yang
terkait materi refleksi,
4.1.3 Menganalisis permasalahan nyata konsep
gelombang cahaya dengan cakupan materi
: refleksi, refraksi, difraksi, dispersi dan
polarisasi.
4.1.4 Menyelesaikan permasalahan yang
89
Gelombang Cahaya
Interferensi Difraksi
KisiCelah
Tunggal
Dispersi Refleksi
Cermin datar, cekung dan
cembung
Polarisasi Refraksi
Lensa cekung dan cembung
refraksi, dispersi, difraksi,
dan polarisasi.
4.4 Merencanakan dan
melaksanakan percobaan
yang memanfaatkan sifat-
sifat gelombang cahaya
untuk mempermudah suatu
pekerjaan
berkaitan dengan gelombang cahaya.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Peta Konsep
D. METODE PEMBELAJARAN
- Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik
- Model Pembelajaran : Inkuiri terbimbing
- Metode : Tanya Jawab, Praktikum, dan Diskusi
Kelompok
E. MEDIA PEMBELAJARAN
c. Virtual Laboratory Gelombang Cahaya
d. LKS
90
F. SUMBER BELAJAR
Kamajaya, Ketut dkk. 2016. FISIKA untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Bandung: Grafindo.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-2
No Tahapan Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Guru Murid
1 Pendahuluan
(15 menit)
Apersepsi 6. Membuka kelas
dengan
mengucapkan
salam dan
memulai kelas.
7. Mengabsen siswa
yang hadir di
kelas.
8. Guru menanyakan
materi
sebelumnya
mengenai sifat-
sifat gelombang
cahaya dan
pemantulan
cahaya
9. Menanyakan “Jika
kamu
memasukkan
sedotan ke dalam
gelas yang berisi
air, apa yang
kalian lihat dari
sisi? Mengapa
bisa demikian?
6. Menjawab salam
dan ketua kelas
memimpin
berdo’a.
7. Siswa
menyebutkan
kehadirannya.
8. Siswa menjawab
pertanyaan
dengan benar.
9. Siswa menjawab
pertanyaan dari
guru.
91
Peristiwa apa
yang terjadi pada
kejadian
tersebut?”
Motivasi 2. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang
hendak dicapai dan
memotivasi siswa.
2. Menyimak tujuan
pembelajaran dan
merasa
termotivasi untuk
mulai belajar.
2 Kegiatan Inti
(60 menit)
Penyajian
masalah
2. Guru memberikan
permasalahan
beberapa keadaan
posisi benda di
depan lensa
cekung dan
cembung apabila
berada di ruang 1,
2, dan 3.
Bagaimanakah
sifat bayangan
yang terjadi?
2. Siswa
memperhatikan.
Membuat
hipotesis
1. Guru membimbing
siswa untuk
membuat
hipotesis/dugaan
sementara terhadap
permasalahan.
2. Siswa menulis
dugaan
sementara pada
LKS.
Merancang
percobaan
2. Guru meminta
siswa menyiapkan
percobaan yang
akan dilakukan
yaitu dengan
2. Siswa membuka
aplikasi virtual
laboratory untuk
melakukan
percobaan.
92
menggunakan
virtual laboratory.
Melakukan
percobaan
1. Guru membimbing
siswa dalam
melakukan
percobaan.
1. Siswa melakukan
percobaan.
Mengumpulkan
dan analisis
data
3. Guru
membimbing
siswa
menganalisis
fakta-fakta yang
ada.
4. Guru
membimbing
siswa dalam
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan pada
LKS.
1. Siswa
menganalisis
informasi yang
didapat dan
menjawab
pertanyaan pada
LKS.
2. Siswa berdiskusi
menjawab
pertanyaan di
LKS.
3 Kegiatan
penutup
(15 menit)
Penarikan
kesimpulan
2. Guru bersama
dengan siswa
membuat
kesimpulan yang
didapat dari
pelajaran hari ini.
2. Membuat
kesimpulan hasil
pembelajaran.
Evaluasi 5. Guru memberikan
soal evaluasi
terkait pembiasan
cahaya
6. Memberikan
penghargaan
kepada kelompok
terbaik
5. Siswa
mengerjakan soal
6. Memberikan
applause kepada
kelompok
tersebut
7. Mempelajari
materi tersebut.
93
7. Memberitahu
materi yang akan
dipelajari pada
pertemuan
selanjutnya.
8. Mengakhiri
pembelajaran
dengan mengucap
hamdalah dan
salam.
8. Mengucap
hamdalah dan
menjawab salam.
H. PENILAIAN
No Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen Penialaian
1 Tes Tertulis Pilihan Ganda Soal Ulangan Harian
2 Penugasan Uraian/Pilihan ganda Soal evaluasi tiap sub-materi
3 portofolio Laporan Eksperimen LKS
Tangerang Selatan, April 2018
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Ismaini, S.Pd Farahdillah Nursyifa
NIP. 1975050420110120001 NIM. 1112016300051
94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI (Sebelas)/Genap
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Alokasi Waktu : 2 × 45 menit (Pertemuan ke-3)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Selama dan setelah proses pembelajaran, melalui pendekatan pembelajaran
saintifik siswa dapat mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya serta
menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi, serta mampu
membangun keterampilan prosedural dan mengaplikasikan konsep ke dalam
pemecahan masalah matematis dengan melalui proses diskusi, tanya jawab dan
ceramah dan mengaplikasikan konsep ke dalam pemecahan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
3.3 Mendeskripsikan gejala
dan ciri-ciri gelombang
cahaya serta menerapkan
konsep dan prinsip
gelombang cahaya dalam
teknologi
3.3.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri gelombang
cahaya
3.3.2 Memformulasikan dan memahami
gelombang cahaya
3.3.3 Menganalisis sifat-sifat cahaya
3.3.4 Menjelaskan peristiwa yang berkaitan
dengan ciri dan sifat cahaya seperti
difraksi, polarisasi dan dispersi cahaya
4.5 Menyajikan permasalahan
nyata dan usulan
penyelesaiannya konsep
gelombang cahaya yang
terkait materi refleksi,
4.1.5 Menganalisis permasalahan nyata konsep
gelombang cahaya dengan cakupan materi
: refleksi, refraksi, difraksi, dispersi dan
polarisasi.
4.1.6 Menyelesaikan permasalahan yang
95
Gelombang Cahaya
Interferensi Difraksi
KisiCelah
Tunggal
Dispersi Refleksi
Cermin datar, cekung dan
cembung
Polarisasi Refraksi
Lensa cekung dan cembung
refraksi, dispersi, difraksi,
dan polarisasi.
4.6 Merencanakan dan
melaksanakan percobaan
yang memanfaatkan sifat-
sifat gelombang cahaya
untuk mempermudah suatu
pekerjaan
berkaitan dengan gelombang cahaya.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Peta Konsep
D. METODE PEMBELAJARAN
- Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik
- Model Pembelajaran : Inkuiri terbimbing
- Metode : Tanya Jawab, Praktikum, dan Diskusi Kelompo
E. MEDIA PEMBELAJARAN
a. Virtual Laboratory Gelombang Cahaya
b. LKS
96
F. SUMBER BELAJAR
Kamajaya, Ketut dkk. 2016. FISIKA untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Bandung: Grafindo.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-3
No Tahapan Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Guru Murid
1 Pendahuluan
(15 menit)
Apersepsi 10. Membuka kelas
dengan
mengucapkan
salam dan
memulai kelas.
11. Mengabsen siswa
yang hadir di
kelas.
12. Guru menanyakan
materi
sebelumnya
mengenai
pembiasan
cahaya.
13. Guru menanyakan
“Bagaimana
cahaya sinar
matahari bisa
masuk ke ruang
kelas?”
10. Menjawab salam
dan ketua kelas
memimpin
berdo’a.
11. Siswa
menyebutkan
kehadirannya.
12. Siswa menjawab
pertanyaan
dengan benar.
13. Siswa menjawab
pertanyaan dari
guru.
Motivasi 3. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang
hendak dicapai dan
3. Menyimak tujuan
pembelajaran dan
merasa
termotivasi untuk
mulai belajar.
97
memotivasi siswa.
2 Kegiatan Inti
(60 menit)
Merumuskan
masalah
3. Guru memberikan
permasalahan yang
berkaitan dengan
interferensi,
“bagaimana pola
interferensi yang
terbentuk pada
celah ganda, kisi
dan cincin
newton?
Bagaimana pola
difraksi pada celah
tunggal dan celah
ganda?
Bagaimana
aplikasi
interferensi dan
difraksi dalam
kehidupan sehari-
hari?”
3. Siswa
memperhatikan.
Membuat
hipotesis
3. Guru
membimbing
siswa untuk
membuat
hipotesis/dugaan
sementara
terhadap
permasalahan.
2. Siswa menulis
dugaan sementara
pada LKS.
Merancang
percobaan
3. Guru meminta
siswa menyiapkan
percobaan yang
akan dilakukan
3. Siswa membuka
aplikasi virtual
laboratory untuk
melakukan
98
yaitu dengan
menggunakan
virtual laboratory.
percobaan.
Melakukan
percobaan
2. Guru
membimbing
siswa dalam
melakukan
percobaan.
2. Siswa melakukan
percobaan.
Mengumpulkan
dan analisis
data
5. Guru
membimbing
siswa
menganalisis
fakta-fakta yang
ada.
6. Guru
membimbing
siswa dalam
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan pada
LKS.
3. Siswa
menganalisis
informasi yang
didapat dan
menjawab
pertanyaan pada
LKS.
4. Siswa berdiskusi
menjawab
pertanyaan di
LKS.
3 Kegiatan
penutup
(15 menit)
Penarikan
kesimpulan
3. Guru bersama
dengan siswa
membuat
kesimpulan yang
didapat dari
pelajaran hari ini.
3. Membuat
kesimpulan hasil
pembelajaran.
Evaluasi 9. Guru memberikan
soal evaluasi
terkait disperse,
difraksi, inteferensi
dan polarisasi
cahaya
9. Siswa
mengerjakan soal
10. Memberikan
applause kepada
kelompok
tersebut
99
10. Memberikan
penghargaan
kepada kelompok
terbaik
11. Memberitahu pada
pertemuan
selanjutnya akan di
adakan ulangan
harian tentang
materi gelombang
cahaya.
12. Mengakhiri
pembelajaran
dengan mengucap
hamdalah dan
salam.
11. Mempelajari
materi tersebut.
12. Mengucap
hamdalah dan
menjawab salam.
H. PENILAIAN
No Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen Penialaian
1 Tes tertulis Pilihan Ganda Soal Ulangan Harian
3 Penugasan Uraian/Pilihan ganda Soal evaluasi tiap sub-materi
4 Portofolio Laporan Eksperimen LKS
Tangerang Selatan, April 2018
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Ismaini, S.Pd Farahdillah Nursyifa
NIP. 1975050420110120001 NIM. 1112016300051
100
LAMPIRAN A 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI (Sebelas)/Genap
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Alokasi Waktu : 2 × 45 menit (Pertemuan ke-1)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Selama dan setelah proses pembelajaran, melalui pendekatan pembelajaran
saintifik siswa dapat mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya serta
menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi, serta mampu
membangun keterampilan prosedural dan mengaplikasikan konsep ke dalam
pemecahan masalah matematis dengan melalui proses diskusi, tanya jawab dan
ceramah dan mengaplikasikan konsep ke dalam pemecahan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
3.4 Mendeskripsikan gejala
dan ciri-ciri gelombang
cahaya serta menerapkan
konsep dan prinsip
gelombang cahaya dalam
teknologi
3.4.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri gelombang
cahaya
3.4.2 Memformulasikan dan memahami
gelombang cahaya
3.4.3 Menganalisis sifat-sifat cahaya
3.4.4 Menjelaskan peristiwa yang berkaitan
dengan ciri dan sifat cahaya seperti
difraksi, polarisasi dan dispersi cahaya
4.7 Menyajikan permasalahan
nyata dan usulan
penyelesaiannya konsep
4.1.7 Menganalisis permasalahan nyata konsep
gelombang cahaya dengan cakupan materi
: refleksi, refraksi, difraksi, dispersi dan
101
Gelombang Cahaya
Interferensi Difraksi
KisiCelah
Tunggal
Dispersi Refleksi
Cermin datar, cekung dan
cembung
Polarisasi Refraksi
Lensa cekung dan cembung
gelombang cahaya yang
terkait materi refleksi,
refraksi, dispersi, difraksi,
dan polarisasi.
4.8 Merencanakan dan
melaksanakan percobaan
yang memanfaatkan sifat-
sifat gelombang cahaya
untuk mempermudah suatu
pekerjaan
polarisasi.
4.1.8 Menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan gelombang cahaya.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Peta Konsep
D. METODE PEMBELAJARAN
- Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik
- Model Pembelajaran : Konvensional
- Metode : Ceramah, dan Diskusi Kelompok
E. MEDIA PEMBELAJARAN
a. Proyektor
a. LKS
b. Power Point Materi Gelombang Cahaya
102
F. SUMBER BELAJAR
Kamajaya, Ketut dkk. 2016. FISIKA untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Bandung: Grafindo.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-1
No Tahapan Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Guru Murid
1 Pendahuluan
(15 menit)
Apersepsi 14. Membuka kelas
dengan
mengucapkan
salam dan memulai
kelas.
15. Mengabsen siswa
yang hadir di
kelas.
16. Mengarahkan
siswa untuk duduk
berkelompok dan
membagikan LKS.
17. Menanyakan apa
saja sifat-sfiat
gelombang
cahaya?
14. Menjawab salam
dan ketua kelas
memimpin
berdo’a.
15. Siswa
menyebutkan
kehadirannya.
16. Siswa membentuk
sebuah kelompok.
17. Siswa menjawab
pertanyaan dari
guru.
Motivasi 4. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang
hendak dicapai dan
memotivasi siswa.
4. Menyimak tujuan
pembelajaran dan
merasa
termotivasi untuk
mulai belajar.
2 Kegiatan Inti
(60 menit)
Eksplorasi 4. Guru memberikan
permasalahan
4. Siswa
mendiskusikan
103
beberapa keadaan
posisi benda di
depan cermin
cekung apabila
berada di ruang 1,
2, 3 dan 4.
Bagaimanakah sifat
bayangan yang
terjadi?
permasalahan
dengan teman dan
menjawabnya.
Elaborasi 2. Melalui ceramah
menjelaskan
tentang sifat-sifat
gelombang cahaya.
3. Melalui ceramah
menjelaskan
tentang pemantulan
cahaya pada cermin
datar, cekung dan
cembung.
4. Melalui ceramah
menjelaskan
tentang sinar-sinar
istimewa dan sifat-
sifat bayangan yang
terjadi pada cermin
cekung dan
cembung.
5. Melalui ceramah
menjelaskan
tentang rumus
jarak, tinggi dan
perbesaran
bayangan.
4. Memahami
penjelasan
tentang sifat-sifat
gelombang
cahaya.
5. Memahami
penjelasan
tentang
pemantulan
cahaya pada
cermin datar,
cekung dan
cembung.
6. Memahami
penjelasan
tentang sinar-
sinar istimewa
dan sifat-sifat
bayangan yang
terjadi pada
cermin cekung
dan cembung.
7. Memahami
penjelasan
104
6. Mengajak siswa
untuk mengerjakan
soal di lembar
diskusi.
tentang rumus
jarak, tinggi dan
perbesaran
bayangan.
8. Mengerjakan
soal-soal yang
diberikan.
Konfirmasi 4. Memberi
penjelasan dan
membimbing siswa
dalam
menyelesaikan soal.
4. Mencatat hal-hal
penting yang
disampaikan guru.
3 Kegiatan
penutup
(15 menit)
Penarikan
kesimpulan
4. Guru bersama
dengan siswa
membuat
kesimpulan yang
didapat dari
pelajaran hari ini.
4. Membuat
kesimpulan hasil
pembelajaran.
Evaluasi 13. Memberitahu
materi yang akan
dipelajari pada
pertemuan
selanjutnya dan
menutup pelajaran.
13. Mempelajari
materi tersebut.
Serta mengingat
materi yang telah
dipelajari.
H. PENILAIAN
No Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrument Penialaian
1 Tes tertulis Pilihan Ganda Soal Ulangan Harian
3 Penugasan Uraian/Pilihan ganda Soal evaluasi tiap sub-materi
4 Portofolio Lembar Hasil Diskusi LKS
105
Tangerang Selatan, April 2018
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Ismaini, S.Pd Farahdillah Nursyifa
NIP. 1975050420110120001 NIM. 1112016300051
106
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI (Sebelas)/Genap
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Alokasi Waktu : 2 × 45 menit (Pertemuan ke-2)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Selama dan setelah proses pembelajaran, melalui pendekatan pembelajaran
saintifik siswa dapat mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya serta
menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi, serta mampu
membangun keterampilan prosedural dan mengaplikasikan konsep ke dalam
pemecahan masalah matematis dengan melalui proses diskusi, tanya jawab dan
ceramah dan mengaplikasikan konsep ke dalam pemecahan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
3.5 Mendeskripsikan gejala
dan ciri-ciri gelombang
cahaya serta menerapkan
konsep dan prinsip
gelombang cahaya dalam
teknologi
3.5.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri gelombang
cahaya
3.5.2 Memformulasikan dan memahami
gelombang cahaya
3.5.3 Menganalisis sifat-sifat cahaya
3.5.4 Menjelaskan peristiwa yang berkaitan
dengan ciri dan sifat cahaya seperti
difraksi, polarisasi dan dispersi cahaya
4.9 Menyajikan permasalahan
nyata dan usulan
penyelesaiannya konsep
gelombang cahaya yang
terkait materi refleksi,
4.1.9 Menganalisis permasalahan nyata konsep
gelombang cahaya dengan cakupan materi
: refleksi, refraksi, difraksi, dispersi dan
polarisasi.
4.1.10 Menyelesaikan permasalahan yang
107
Gelombang Cahaya
Interferensi Difraksi
KisiCelah
Tunggal
Dispersi Refleksi
Cermin datar, cekung dan
cembung
Polarisasi Refraksi
Lensa cekung dan cembung
refraksi, dispersi, difraksi,
dan polarisasi.
4.10 Merencanakan dan
melaksanakan percobaan
yang memanfaatkan sifat-
sifat gelombang cahaya
untuk mempermudah suatu
pekerjaan
berkaitan dengan gelombang cahaya.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Peta Konsep
D. METODE PEMBELAJARAN
- Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik
- Model Pembelajaran : Konvensional
- Metode : Ceramah, dan Diskusi Kelompok
E. MEDIA PEMBELAJARAN
a. Proyektor
b. LKS
c. Power Point Materi Gelombang Cahaya
108
F. SUMBER BELAJAR
Kamajaya, Ketut dkk. 2016. FISIKA untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Bandung: Grafindo.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-2
No Tahapan Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Guru Murid
1 Pendahuluan
(15 menit)
Apersepsi 18. Membuka kelas
dengan
mengucapkan
salam dan
memulai kelas.
19. Mengabsen siswa
yang hadir di
kelas.
20. Guru mengulang
pelajaran minggu
lalu.
21. Menanyakan “Jika
kamu
memasukkan
sedotan ke dalam
gelas yang berisi
air, apa yang
kalian lihat dari
sisi? Mengapa bisa
demikian?
Peristiwa apa yang
terjadi pada
kejadian tersebut?”
18. Menjawab salam
dan ketua kelas
memimpin
berdo’a.
19. Siswa
menyebutkan
kehadirannya.
20. Siswa mengingat-
ingat pelajaran
sifat-sifat
gelombang
cahaya dan
tentang
pemantulan
cahaya.
21. Siswa menjawab
pertanyaan dari
guru.
Motivasi 5. Guru
menyampaikan
5. Menyimak tujuan
pembelajaran dan
109
tujuan
pembelajaran yang
hendak dicapai dan
memotivasi siswa.
merasa
termotivasi untuk
mulai belajar.
2 Kegiatan Inti
(60 menit)
Eksplorasi 5. Guru memberikan
permasalahan
beberapa keadaan
posisi benda di
depan lensa cekung
dan cembung
apabila berada di
ruang 1, 2, dan 3.
Bagaimanakah sifat
bayangan yang
terjadi?
5. Siswa
mendiskusikan
permasalahan
dengan teman dan
menjawabnya.
Elaborasi 7. Melalui ceramah
menjelaskan
tentang hukum
pembiasan.
8. Melalui ceramah
menjelaskan
tentang pembiasan
cahaya pada lensa
cekung dan
cembung.
9. Melalui ceramah
menjelaskan
tentang sinar-sinar
istimewa dan sifat
bayangan yang
terjadi pada lensa
cekung dan
cembung.
9. Memahami
penjelasan tentang
hukum
pembiasan.
10. Memahami
penjelasan tentang
pembiasan cahaya
pada lensa cekung
dan cembung.
11. Memahami
penjelasan tentang
sinar-sinar
istimewa dan sifat
bayangan yang
terjadi pada lensa
cekung dan
cembung.
12. Memahami
110
10. Melalui ceramah
menjelaskan
tentang rumus
kekuatan lensa.
11. Mengajak siswa
untuk mengerjakan
soal di lembar
diskusi.
penjelasan tentang
rumus kekuatan
lensa.
13. Mengerjakan
soal-soal yang
diberikan.
Konfirmasi 5. Memberi
penjelasan dan
membimbing siswa
dalam
menyelesaikan
soal.
5. Mencatat hal-hal
penting yang
disampaikan guru.
3 Kegiatan
penutup
(15 menit)
Penarikan
kesimpulan
5. Guru bersama
dengan siswa
membuat
kesimpulan yang
didapat dari
pelajaran hari ini.
5. Membuat
kesimpulan hasil
pembelajaran.
Evaluasi 14. Memberitahu
materi yang akan
dipelajari pada
pertemuan
selanjutnya dan
menutup pelajaran.
14. Mempelajari
materi tersebut.
Serta mengingat
materi yang telah
dipelajari.
H. PENILAIAN
No Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen Penialaian
1 Tes Tertulis Pilihan Ganda Soal Ulangan Harian
3 Penugasan Uraian/Pilihan ganda Soal evaluasi tiap sub-materi
4 Portofolio Lembar Hasil Diskusi LKS
111
Tangerang Selatan, April 2018
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Ismaini, S.Pd Farahdillah Nursyifa
NIP. 1975050420110120001 NIM. 1112016300051
112
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI (Sebelas)/Genap
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Alokasi Waktu : 2 × 45 menit (Pertemuan ke-3)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Selama dan setelah proses pembelajaran, melalui pendekatan pembelajaran
saintifik siswa dapat mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya serta
menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi, serta mampu
membangun keterampilan prosedural dan mengaplikasikan konsep ke dalam
pemecahan masalah matematis dengan melalui proses diskusi, tanya jawab dan
ceramah dan mengaplikasikan konsep ke dalam pemecahan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
3.6 Mendeskripsikan gejala
dan ciri-ciri gelombang
cahaya serta menerapkan
konsep dan prinsip
gelombang cahaya dalam
teknologi
3.6.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri gelombang
cahaya
3.6.2 Memformulasikan dan memahami
gelombang cahaya
3.6.3 Menganalisis sifat-sifat cahaya
3.6.4 Menjelaskan peristiwa yang berkaitan
dengan ciri dan sifat cahaya seperti
difraksi, polarisasi dan dispersi cahaya
4.11 Menyajikan
permasalahan nyata dan
usulan penyelesaiannya
konsep gelombang cahaya
yang terkait materi refleksi,
4.1.11 Menganalisis permasalahan nyata konsep
gelombang cahaya dengan cakupan materi
: refleksi, refraksi, difraksi, dispersi dan
polarisasi.
4.1.12 Menyelesaikan permasalahan yang
113
refraksi, dispersi, difraksi,
dan polarisasi.
4.12 Merencanakan dan
melaksanakan percobaan
yang memanfaatkan sifat-
sifat gelombang cahaya
untuk mempermudah suatu
pekerjaan
berkaitan dengan gelombang cahaya.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Peta Konsep
D. METODE PEMBELAJARAN
- Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik
- Model Pembelajaran : Konvensional
- Metode : Ceramah, dan Diskusi Kelompok
E. MEDIA PEMBELAJARAN
a. Proyektor
b. LKS
c. Power Point Materi Gelombang Cahaya
Gelombang Cahaya
Interferensi Difraksi
KisiCelah
Tunggal
Dispersi Refleksi
Cermin datar, cekung dan cembung
Polarisasi Refraksi
Lensa cekung dan cembung
114
F. SUMBER BELAJAR
Kamajaya, Ketut dkk. 2016. FISIKA untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Bandung: Grafindo.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-3
No Tahapan Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
Guru Murid
1 Pendahuluan
(15 menit)
Apersepsi 22. Membuka kelas
dengan
mengucapkan
salam dan
memulai kelas.
23. Mengabsen siswa
yang hadir di
kelas.
24. Guru mengulang
pelajaran minggu
lalu.
25. Menanyakan
“Bagaimana
cahaya sinar
matahari bisa
masuk ke ruang
kelas?”
22. Menjawab salam
dan ketua kelas
memimpin
berdo’a.
23. Siswa
menyebutkan
kehadirannya.
24. Siswa mengingat-
ingat pelajaran
tentang
pembiasan
cahaya.
25. Siswa menjawab
pertanyaan dari
guru.
Motivasi 6. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang
hendak dicapai dan
memotivasi siswa.
6. Menyimak tujuan
pembelajaran dan
merasa
termotivasi untuk
mulai belajar.
2 Kegiatan Inti
(60 menit)
Eksplorasi 6. Guru memberikan
permasalahan yang
6. Siswa
mendiskusikan
115
berkaitan dengan
interferensi,
“bagaimana pola
interferensi yang
terbentuk pada
celah ganda, kisi
dan cincin newton?
Bagaimana pola
difraksi pada celah
tunggal dan celah
ganda? Bagaimana
aplikasi interferensi
dan difraksi dalam
kehidupan sehari-
hari?”
permasalahan
dengan teman dan
menjawabnya.
Elaborasi 12. Melalui ceramah
menjelaskan
tentang dispersi,
difraksi,
interferensi dan
polarisasi cahaya.
13. Mengajak siswa
untuk mengerjakan
soal di lembar
diskusi.
14. Memahami
penjelasan tentang
dispersi, difraksi,
interferensi dan
polarisasi cahaya.
15. Mengerjakan
soal-soal yang
diberikan.
Konfirmasi 6. Memberi
penjelasan dan
membimbing siswa
dalam
menyelesaikan
soal.
6. Mencatat hal-hal
penting yang
disampaikan guru.
3 Kegiatan
penutup
Penarikan
kesimpulan
6. Guru bersama
dengan siswa
6. Membuat
kesimpulan hasil
116
(15 menit) membuat
kesimpulan yang
didapat dari
pelajaran hari ini.
pembelajaran.
Evaluasi 15. Memberitahu pada
pertemuan
selanjutnya akan di
adakan ulangan
harian tentang
materi gelombang
cahaya dan
menutup pelajaran.
15. Mempelajari
materi tersebut.
Serta mengingat
materi yang telah
dipelajari.
H. PENILAIAN
No Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Instrumen Penialaian
1 Tes Tetulis Pilihan Ganda Soal Ulangan Harian
3 Penugasan Uraian/Pilihan ganda Soal evaluasi tiap sub-materi
4 Portofolio Lembar Hasil Diskusi LKS
Tangerang Selatan, April 2018
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Ismaini, S.Pd Farahdillah Nursyifa
NIP. 1975050420110120001 NIM. 1112016300051
117
LAMPIRAN A 3
LKS
(LEMBAR KERJA SISWA)
“Pemantulan Pada Cermin Cekung dan Cembung”
Mata Pelajaran :
Kelas :
Semester :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
A. Tujuan Praktikum
1) Peserta didik mampu menentukan jarak bayangan yang dibentuk pada
cermin cekung dan cembung
2) Peserta didik mampu menentukan sifat-sifat bayangan yang dibentuk pada
cermin cekung dan cembung
3) Peserta didik mampu mengidentifikasi sinar-sinar istimewa pada cermin
cekung dan cembung
B. Petunjuk Praktikum
4) Baca dan pahami materi Pemantulan pada cermin cekung dan cembung
dengan mempelajari Dasar Teori terlebih dahulu
1) Siapkan Aplikasi V-Lab Gelombang Cahaya
2) Pelajari fitur informasi sebelum bereksperimen dengan aplikasi mobile V-
Lab tersebut
3) Klik fitur performa dan lakukan eksperimen menggunakan aplikasi
tersebut
118
4) Catatlah hasil pengamatan yang dilakukan di lembar kerja praktikum
yang telah disediakan
5) Apabila sudah selesai, klik exit aplikasi mobile V-Lab tersebut
C. Data Praktikum
Catatlah hasil pengamatan di bawah ini !
a. Cermin Cekung
Jarak
Benda
Jarak
Bayangan
Pembentukan Bayangan
Sifat Posisi Bentuk
Maya Nyata Tegak Terbalik Diperkecil Diperbesar Sama
Besar
50 cm
100 cm
150 cm
200 cm
250 cm
300 cm
b. Cermin Cembung
Jarak
Benda
Jarak
Bayangan
Pembentukan Bayangan
Sifat Posisi Bentuk
Maya Nyata Tegak Terbalik Diperkecil Diperbesar Sama
Besar
50 cm
100 cm
150 cm
119
200 cm
250 cm
300 cm
D. Kesimpulan
120
LKS
(LEMBAR KERJA SISWA)
“Pembiasan Pada Lensa”
Mata Pelajaran :
Kelas :
Semester :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
A. Tujuan Praktikum
1) Peserta didik mampu menentukan jarak bayangan yang dibentuk pada
lensa
2) Peserta didik mampu menentukan sifat-sifat bayangan yang dibentuk pada
lensa
3) Peserta didik mampu mengidentifikasi sinar-sinar istimewa pada lensa
B. Petunjuk Praktikum
1) Baca dan pahami materi Pembiasan pada lensa dengan mempelajari Dasar
Teori terlebih dahulu
2) Siapkan Aplikasi V-Lab Gelombang Cahaya
3) Pelajari fitur informasi sebelum bereksperimen dengan aplikasi mobile V-
Lab tersebut
4) Klik fitur performa dan lakukan eksperimen menggunakan aplikasi
tersebut
5) Catatlah hasil pengamatan yang dilakukan di lembar kerja praktikum yang
telah disediakan
121
6) Apabila sudah selesai, klik exit aplikasi mobile V-Lab tersebut
C. Data Praktikum
Catatlah hasil pengamatan di bawah ini !
c. Lensa Cekung
Jarak
Benda
Jarak
Bayangan
Pembentukan Bayangan
Sifat Posisi Bentuk
Maya Nyata Tegak Terbalik Diperkecil Diperbesar Sama
Besar
50 cm
100 cm
150 cm
200 cm
250 cm
300 cm
d. Lensa Cembung
Jarak
Benda
Jarak
Bayangan
Pembentukan Bayangan
Sifat Posisi Bentuk
Maya Nyata Tegak Terbalik Diperkecil Diperbesar Sama
Besar
50 cm
100 cm
150 cm
200 cm
122
250 cm
300 cm
D. Kesimpulan
123
LAMPIRAN 1 D
Tampilan Virtual Laboratory
124
125
126
Nama aplikasi : Fisika SMA : Getaran dan Gelombang
Ditawarkan oleh : Simply-Interactive
Dirilis tanggal : 24 Oktober 2017
Nama Aplikasi : V-Lab Lensa Tipis
Ditawarkan oleh : BPMPK Kemendikbud
Dirilis tanggal : -
127
Guruh Sukarno Putra, http://laboratoriumvirtualfisika.blogspot.com/ , 4 juni 2017
128
LAMPIRAN B
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
2. Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
3. Instrumen Valid
4. Instrumen Nontest (Angket)
5. Lembar Uji Validasi Instrumen Nontes
6. Lembar Validasi Ahli Media
7. Lembar Uji Validasi Ahli Materi
8. Rekap Hasil Wawancara
9. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Test
129
LAMPIRAN B 1
Kisi-kisi Instrumen Test
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan
optika dalam produk teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya seperti difraksi cahaya,
polarisasi cahaya, dan dispersi cahaya serta hubungannya
dengan cermin dan lensa
Kelas : XI (sebelas)
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
A. Kisi-kisi Instrumen Tes
No Indikator Aspek Kognitif
Jumlah C1 C2 C3 C4
1 Melakukan pengamatan tentang
perambatan cahaya untuk
mengetahui sifat-sifat cahaya
2,3 1,4 4
2 Menyelidiki hukum pemantulan
cahaya 5,6,7 3
3 Mendeskripsikan sifat dan
pembentukan bayangan pada cermin
datar
8 9,10 3
4 Mendeskripsikan sifat dan
pembentukan bayangan pada cermin
cekung
11,12 14,16 13,15 6
5 Mendeskripsikan sifat dan
pembentukan bayangan pada cermin
cembung
17,18 19,20 21,22 6
6 Menyelidiki hukum pembiasan
cahaya
23,24,
25,26 27,28 6
7 Mendeskripsikan sifat dan
pembentukan bayangan pada lensa
cekung dan cembung
29,30,33 31,32 5
8 Menjelaskan peristiwa yang 34,35 38,40 36,37, 7
130
berkaitan dengan sifat cahaya seperti
dispersi, interferensi, difraksi dan
polarisasi cahaya
39
Total 5 17 11 7 40
Presentase 12,5% 42,5% 27,5% 17,5% 100%
131
LAMPIRAN B 2
INSTRUMEN TES UJI COBA PENELITIAN
Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-
hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya seperti difraksi cahaya, polarisasi cahaya, dan dispersi cahaya serta
hubungannya dengan cermin dan lensa
Kelas : XI (sebelas)
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal : 40 soal
Indikator
Pembelajaran
Indikator Soal Soal Jawaban Tingkat
Kognitif
Melakukan
pengamatan
tentang
perambatan
cahaya untuk
Menjelaskan
pengertian cahaya
1. Cahaya merupakan salah satu bentuk
gelombang elektromagnetik karena ….
a. amplitudonya tetap pada setiap titik
b. arah rambatnya sejajar dengan arah
getarnya
Cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik karena dalam proses
perambatannya tidak memerlukan
medium.
Jawaban : E
C2
132
mengetahui sifat-
sifat cahaya
c. arah getarnya tegak lurus dengan arah
rambatnya
d. dalam proses perambatannya
memerlukan medium
e. dalam proses perambatannya tidak
memerlukan medium
Mengetahui besar
cepat rambat
cahaya menurut
James Clerk
Maxwell
2. Menurut James Clerk Maxwell nilai cepat
rambat cahaya sama dengan cepat rambat
gelombang elektromagnetik, yaitu ….
a. 3 × 108 ms¯¹ d. 6 × 108 ms¯¹
b. 4 × 108 ms¯¹ e. 7 × 108 ms¯¹
c. 5 × 108 ms¯¹
Menurut seorang ahli Fisika
berkebangsaan Skotlandia James
Clerk Maxwell (1831-1879), nilai
cepat rambat cahaya sama dengan
cepat rambat gelombang
elektromagnetik, yaitu 3 × 108 ms¯¹.
Jawaban : A
C1
Menyebutkan
sifat-sifat cahaya
3. Perhatikan beberapa pernyataan mengenai
karakteristik cahaya berikut ini :
1) memiliki kecepatan 3 × 108 m/s pada
ruang hampa
2) cahaya tidak dapat merambat di ruang
hampa
karakteristik cahaya yaitu :
1. cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik
2. memiliki kecepatan 3 × 108 m/s
pada ruang hampa
C1
133
3) dapat dipantulkan dan dibiaskan
4) merupakan gelombang mekanik
Pernyataan yang dianggap benar
ditunjukkan oleh nomor ….
a. 1 dan 2 d. 2 dan 4
b. 1 dan 3 e. 3 dan 4
c. 1 dan 4
3. cahaya dapat merambat lurus
4. cahaya dapat menembus benda
bening
5. cahaya dapat merambat di ruang
hampa
6. cahaya dapat dipantulkam,
dibiaskan, difraksi, interferensi
dan polarisasi.
Jawaban : B
Menyimpulkan
salah satu sifat
cahaya
4. Berikut ini beberapa fenomena alam yang
berhubungan dengan cahaya :
1) seberkas cahaya dari lubang kecil
masuk ke dalam kamarmu yang gelap
2) terjadinya bayang-bayang di belakang
benda tidak tembus bayang
3) terjadinya bayangan hitam pada saat
gerhana matahari
Berdasarkan fenomena alam di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa cahaya ….
Dari fenomena yang ada di soal,
dapat disimpulkan bahwa cahaya
dapat merambat lurus.
Jawaban : D
C2
134
a. mengalami pengantulan teratur
b. dapat dibelokkan
c. dapat dibiaskan
d. merambat lurus
e. dapat diuraikan
Menyelidiki
hukum
pemantulan
cahaya
Menyebutkan
syarat-syarat
hukum Snellius
pada pemantulan
cahaya
5. Perhatikan pernyataan berikut!
1) sinar datang, sinar pantul, dan garis
normal berpotongan pada satu titik dan
terletak pada satu bidang datar
2) sinar datang, sinar pantul, dan garis
normal berada pada satu bidang datar
dengan arah berlawanan
3) besar sudut datang (i) lebih besar atau
lebih kecil dari sudut pantul (r)
bergantung pada medium pantulnya
4) besar sudut datang (i) sama dengan sudut
pantul (r)
Pernyataan yang merupakan hukum Snellius
untuk pemantulan ialah ….
Hukum Snellius pada pemantulan
cahaya menyatakan bahwa :
1. sinar datang, sinar pantul, dan
garis normal berpotongan pada
satu titik dan terletak pada satu
bidang datar
2. besar sudut datang (i) sama
dengan sudut pantul (r)
Jawaban : D
C2
135
a. 1 dan 2 d. 1 dan 4
b. 1 dan 3 e. 2 dan 4
c. 2 dan 3
Menyebutkan
syarat-syarat pada
pemantulan
sempurna
6. Berikut ini adalah syarat terjadinya
pemantulan sempurna;
1. sinar harus datang dari zat optik rapat
ke zat optik renggang
2. sinar harus datang dari zat optik
renggang ke zat optik rapat
3. sudut datang lebih besar dari pada sudut
kritis
4. sudut datang sama dengan sudut kritis
Dari pernyataan diatas yang termasuk
syarat terjadinya pemantulan sempurna
ialah ….
a. 1 dan 3 d. 1, 2 dan 3
b. 1 dan 2 e. 1, 2, 3 dan 4
c. 1 dan 4
Syarat-syarat terjadinya pemantulan
sempurna, yaitu :
1. Sinar harus datang dari medium
lebih rapat ke medium yang lebih
renggang.
2. Sudut datang lebih besar dari
pada sudut kritis.
Jawaban : A
C2
Memahami 7. Perhatikan pernyataan berikut ini! Contoh peristiwa pemantulan C2
136
contoh peristiwa
pemantulan
sempurna pada
kehidupan sehari-
hari
1. dasar kolam terlihat lebih dangkal bila
dilihat dari atas
2. intan dan berlian tampak berkilauan
3. ketika sedotan ditempatkan dalam
segelas air dan dilihat dari samping
tampaknya seperti patah
4. pada siang hari yang sangat panas,
jalan-jalan beraspal kelihatan berair
Dari pernyataan di atas yang termasuk
contoh peristiwa pemantulan sempurna
ialah ….
a. 1 dan 2 d. 2 dan 4
b. 1 dan 3 e. 3 dan 4
c. 2 dan 3
sempurna pada kehidupan sehari-hari
yaitu :
1. pada siang hari yang sangat
panas, jalan-jalan beraspal
kelihatan berair
2. intan dan berlian tampak
berkilauan
3. teropong prisma
4. periskop prisma
5. Serat optik
Jawaban : D
Mendeskripsikan
sifat dan
pembentukan
bayangan pada
Menyebutkan
sifat-sifat
pembentukan
bayangan pada
8. Pernyataan-pernyataan berikut adalah sifat
pembentukan bayangan
1) bayangan yang dihasilkan bersifat
nyata.
Sifat-sifat pembentukan bayangan
pada cermin datar, yaitu :
1) bayangan yang dihasilkan bersifat
maya
C1
137
cermin datar. cermin datar. 2) bayangan yang dihasilkan bersifat
maya.
3) ukuran bayangan sama dengan ukuran
benda.
4) tinggi benda sama dengan tinggi
bayangan.
5) jarak bayangan ke cermin sama dengan
jarak benda ke cermin.
Yang merupakan sifat pembentukan
bayangan pada cermin datar adalah nomor
….
a. 1), 2), 3), dan 4)
b. 2), 3), 4), dan 5)
c. 1), 3), dan 4)
d. 2), 3), dan 5)
e. Semua benar
2) ukuran bayangan sama dengan
ukuran benda
3) tinggi benda sama dengan tinggi
bayangan
4) jarak bayangan ke cermin sama
dengan jarak benda ke cermin
Jawaban : B
138
Memahami
pembentukan
bayangan pada
cermin datar.
9. Perhatikan gambar di bawah ini, bayangan
yang terbentuk oleh cermin datar ialah ….
a. nyata, terbalik, sama besar
b. maya, terbalik, diperbesar
c. nyata, tegak, diperbesar
d. maya, tegak, sama besar
e. maya, tegak, diperkecil
Sifat bayangan cermin datar yang
terbentuk pada gambar adalah maya,
tegak dan sama besar.
Jawaban : D
C2
Menghitung
tinggi minimum
pada cermin
datar.
10. Seorang anak dengan tinggi badan 150 cm
berdiri didepan sebuah cermin datar
vertikal. Maka jarak minimum cermin yang
dibutuhkan agar anak tersebut dapat
melihat seluruh badannya sebesar ….
a. 50 cm d. 75 cm
b. 60 cm e. 100 cm
Dik : 𝐻 = 150 𝑐𝑚
Dit : 𝐿𝑚𝑖𝑛 ?
Jawab :
𝐿𝑚𝑖𝑛 =1
2 𝐻
𝐿𝑚𝑖𝑛 =1
2 150
C2
139
c. 70 cm 𝐿𝑚𝑖𝑛 = 75 𝑐𝑚
Jawaban : D
Mendeskripsikan
sifat dan
pembentukan
bayangan pada
cermin cekung.
Mengidentifikasik
an sifat
pemantulan
cahaya pada
cermin cekung
11. Cermin cekung bersifat konvergen artinya
….
a. berkas sinar sejajar yang datang pada
cermin cekung dipantulkan seolah-olah
berasal dari titik fokus
b. berkas sinar sejajar yang datang pada
cermin cekung dipantulkan menuju
pusat kelengkungan cermin
c. berkas sinar sejajar yang datang pada
cermin cekung dipantulkan menuju titik
fokus
d. berkas sinar sejajar yang datang pada
cermin cekung dipantulkan kesegala
arah
e. berkas sinar sejajar yang datang pada
cermin cekung dibiaskan seolah-olah
dari titik fokus aktif
Cermin cekung bersifat konvergen
artinya berkas sinar sejajar yang
datang pada cermin cekung
dipantulkan menuju titik fokus.
Jawaban : C
C1
140
Menyebutkan
sinar-sinar
istimewa pada
cermin cekung
12. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut
ini!
1) sinar datang sejajar dengan sumbu
utama dipantulkan melalui titik fokus
2) sinar yang datang sejajar dengan sumbu
utama dipantulkan seolah-olah berasal
dari titik fokus
3) sinar datang melalui titik fokus
dipantulkan sejajar dengan sumbu utama
4) sinar yang menuju titik pusat
kelengkungan cermin dipantulkan
seolah-olah berasal dari titik pusat
kelengkungan tersebut
5) sinar datang melalui pusat kelengkungan
akan dipantulkan kembali melalui titik
pusat kelengkungan cermin
Pernyataan yang sesuai pada sinar-sinar
istimewa pada cermin cekung ialah ….
a. 1, 3, dan 5 d. 2, 3, dan 4
Sinar-sinar istimewa pada cermin
cekung, yaitu :
1) sinar datang sejajar dengan
sumbu utama dipantulkan melalui
titik fokus
2) sinar datang melalui titik fokus
dipantulkan sejajar dengan sumbu
utama
3) sinar datang melalui pusat
kelengkungan akan dipantulkan
kembali melalui titik pusat
kelengkungan cermin
Jawaban : A
C1
141
b. 1, 3, dan 4 e. 3, 4, dan 5
c. 1, 2 dan 3
Menggambarkan
proses
pembentukan dan
sifat bayangan
pada cermin
cekung
13. Sebuah benda diletakkan pada ruang I
seperti gambar berikut:
III II I IV
Bayangan yang terbentuk ialah ….
a. maya, terbalik, diperbesar
b. nyata, terbalik, diperkecil
c. maya, tegak, diperbesar
d. nyata, tegak, diperkecil
e. maya, tegak, sama besar
Sifat bayangan pada cermin cekung
apabila benda di ruang I, yaitu :
maya, tegak dan di perbesar dan
bayangan berada di ruang IV.
Jawaban : C
C3
Menjelaskan
pengertian dari
bayangan maya
14. Pernyataan berikut yang sesuai dengan
bayangan maya ialah ….
a. bayangan yang dapat ditangkap oleh
layar atau bayangan yang terjadi karena
Bayangan maya merupakan
bayangan yang dapat dilihat
langsung oleh mata, tetapi tidak
dapat ditangkap oleh layar dan
C2
142
perpotongan sinar pantul
b. bayangan yang tidak dapat ditangkap
oleh layar atau bayangan yang terjadi
karena perpotongan perpanjangan sinar
pantul
c. bayangan yang dapat dilihat langsung
oleh mata atau bayangan yang terjadi
karena perpotongan sinar pantul
d. bayangan yang tidak dapat dilihat
langsung oleh mata atau bayangan yang
terjadi karena perpotongan perpanjangan
sinar pantul
e. bayangan yang tidak dapat dilihat
langsung oleh mata tetapi dapat
ditangkap oleh layar
bayangan yang terjadi karena
perpotongan perpanjangan sinar
pantul.
Jawaban : B
Menghitung
besarnya jarak
dan sifat
bayangan yang
15. Sebuah benda berjarak 8 cm di depan
sebuah cermin cekung. Jika panjang jari-jari
kelengkungan cermin cekung 12, maka
jarak dan sifat bayangan yang terjadi ialah
Dik : 𝑠 = 8 𝑐𝑚
𝑅 = 12 𝑐𝑚
Dit : 𝑠′𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ?
C3
143
terjadi
….
a. 24 cm, nyata dan terbalik
b. 24 cm, maya dan terbalik
c. 24 cm, nyata dan tegak
d. 12 cm, maya dan tegak
e. 12 cm, nyata dan terbalik
Jawab :
✓ Mencari jarak fokus
𝑓 = 𝑅
2=
12
2= 6 𝑐𝑚
✓ Mencari jarak bayangan
1
𝑠′=
1
𝑓−
1
𝑠
1
𝑠′=
1
6−
1
8
1
𝑠′=
4 − 3
24
1
𝑠′=
1
24
𝑠′ = 24 𝑐𝑚
Sifat bayangan : nyata, terbalik
Jawaban : A
Menjelaskan
prinsip reflektor
16. Reflektor lampu sorot mobil menggunakan
cermin cekung, karena ….
Pada cermin cekung, sinar datang
yang melalui titik fokus (F)
C2
144
lampu sorot mobil
menggunakan
cermin cekung
a. Cermin cekung dapat menghasilkan
sinar pantul yang sejajar
b. Cermin cekung dapat menghasilkan
sinar pantul yang baur
c. Cermin cekung dapat menghasilkan
sinar pantul yang menyebar
d. Cermin cekung dapat menyerap sinar
pantul yang sejajar
e. Cermin cekung dapat menyerap sinar
pantul yang baur
dipantulkan sejajar sumbu utama.
Sifat ini dimanfaatkan untuk
reflektor lampur sorot mobil. Jika
bola lampu diletakkan titik fokus
cermin cekung, sinar dari bola lampu
akan dipantulkan sebagai sinar-sinar
yang sejajar, sehingga menghasilkan
cahaya yang terang dan mampu
menyorot jauh.
145
Jawaban : A
Mendeskripsikan
sifat dan
pembentukan
bayangan pada
cermin cembung.
Menyimpulkan
pembentukan
bayangan pada
cermin cembung
dan sifat
bayangan yang
dibentuknya
17. Pernyataan untuk di bawah ini:
1) berkas sinar yang sejajar sumbu utama
dipantulkan seolah-olah berasal dari titk
fokus
2) memantulkan sinar-sinar sejajar menuju
titik fokusnya
3) bersifat mengumpulkan cahaya atau
disebut konvergen
4) bersifat menyebarkan cahaya atau
divergen
Maka pernyataan yang benar tentang sifat
dari cermin cembung ialah ….
a. 1 dan 3 d. 2 dan 3
b. 1 dan 4 e. 2 dan 4
c. 1 dan 2
Sifat-sifat cermin cembung adalah :
1) berkas sinar yang sejajar sumbu
utama dipantulkan seolah-olah
berasal dari titk fokus
2) bersifat menyebarkan cahaya atau
divergen
Jawaban : B
C2
Memahami sifat
bayangan pada
18. Sifat bayangan yang terjadi pada cermin
cembung ialah ….
a. maya, tegak, dan diperkecil
Sifat bayangan yang terjadi pada
cermin cembung adalah maya, tegak,
C2
146
cermin cembung b. maya, tegak dan diperbesar
c. maya, terbalik dan diperkecil
d. nyata, tegak dan diperbesar
e. nyata, terbalik dan diperkecil
dan diperkecil.
Jawaban : A
Menentukan
besarnya jarak
fokus pada
cermin cembung
19. Sebuah cermin cembung ditempatkan di
tikungan jalan. Ketika terdapat benda yang
jaraknya 2 𝑚 dari cermin, bayangan yang
terbentuk 1/16 𝑘𝑎𝑙𝑖 tinggi benda. Jarak
fokus cermin sebesar ….
a. 2/15 𝑚 d. 15/2 𝑚
b. 2/17 𝑚 e. 17/2 𝑚
c. 5/8 𝑚
Dik : 𝑠 = 2 𝑚
𝑀 =1
16 𝑘𝑎𝑙𝑖
Dit : 𝑓 ?
Jawab :
𝑀 = 𝑠′
𝑠
𝑠′ = 𝑀 × 𝑠 =1
16 × 2 =
2
16
= −1
8 𝑚 (𝑚𝑎𝑦𝑎)
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
1
𝑓=
1
2+
1
−18
C3
147
1
𝑓=
1
2−
8
1
1
𝑓=
1
2−
16
2= −
15
2
𝑓 = −2
15 𝑚
Jawaban : A
Menghitung
besarnya jarak
bayangan dan
sifat bayangan
yang terjadi.
20. Sebuah benda diletakkan di depan cermin
cembung sejauh 20 𝑐𝑚 yang jarak fokusnya
30 𝑐𝑚. Letak dan sifat bayangan yang
dibentuk cermin tersebut ialah ….
a. 60 𝑐𝑚 di depan cermin, maya, tegak
b. 60 𝑐𝑚 di belakang cermin, nyata, tegak
c. 60 𝑐𝑚 di depan cermin, nyata, tegak
d. 12 𝑐𝑚 di belakang cermin, maya, tegak
e. 12 𝑐𝑚 di depan cermin, nyata, tegak
Dik :
𝑠 = 20 𝑐𝑚 𝑓 =
−30 𝑐𝑚 (𝑐𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛 𝑐𝑒𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔)
Dit : 𝑠′𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛?
Jawab :
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
1
𝑠′=
1
𝑓−
1
𝑠
C3
148
1
𝑠′=
1
−30−
1
20
1
𝑠′=
−2 − 3
60=
−5
60
𝑠′ = 60
−5= −12 𝑐𝑚 (𝑚𝑎𝑦𝑎)
Sifat bayangan : dibelakang cermin,
maya dan tegak
Jawaban : D
Menghitung
tinggi bayangan
pada cermin
cembung.
21. Sebuah benda tingginya 3 𝑐𝑚, berada pada
jarak 5 𝑐𝑚 di depan cermin cembung,
dengan fokus 5 𝑐𝑚. tinggi bayangannya
sebesar ….
a. 1,5 𝑐𝑚 d. 3 𝑐𝑚
b. 2 𝑐𝑚 e. 3,5 𝑐𝑚
c. 2,5 𝑐𝑚
Dik :
ℎ = 3 𝑐𝑚
𝑠 = 5 𝑐𝑚 𝑓 =
−5 𝑐𝑚 (𝑐𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛 𝑐𝑒𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔)
Dit : ℎ′ ?
Jawab :
✓ Mencari jarak bayangan
C4
149
1
𝑠′=
1
𝑓−
1
𝑠
1
𝑠′=
1
−5−
1
5
1
𝑠′=
−1 − 1
5=
−2
5
𝑠′ = 5
−2= −2,5 𝑐𝑚
✓ Mencari perbesaran bayangan
𝑀 = |𝑠′
𝑠| = |
−2,5
5| = 0,5 𝑘𝑎𝑙𝑖
✓ Mencari tinggi bayangan
𝑀 = ℎ′
ℎ
0,5 = ℎ′
3
ℎ′ = 1,5 𝑐𝑚
Jawaban : A
150
Menentukan
pernyataan
mengenai
pengamatan pada
cermin cembung
22. Seorang siswa melakukan pengamatan
apabila sebuah benda berjarak 30 𝑐𝑚 di
depan cermin cembung yang memiliki jari-
jari kelengkungan 30 𝑐𝑚, dan tinggi benda
itu sebesar 6 𝑐𝑚, maka hasil pengamatan
yang di dapat adalah sebagai berikut :
(1) jarak bayangan benda sebesar −10 𝑐𝑚
(2) perbesaran bayangan sebesar 1/3
(3) tinggi bayangan benda sebesarr 2 𝑐𝑚
(4) bayangan benda bersifat nyata, terbalik,
di depan lensa dan diperbesar
Pernyataan diatas yang benar ialah ….
a. Semua salah
b. (4) saja
c. (1) dan (3)
d. (2) dan (4)
e. (1), (2), dan (3)
Dik :
𝑠 = 30 𝑐𝑚
𝑅 = 30 𝑐𝑚
ℎ = 6 𝑐𝑚
Dit : 𝑠’, 𝑀, ℎ’ 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 ?
Jawab :
✓ Mencari jarak fokus
𝑓 = 𝑅
2=
30
2= −15 𝑐𝑚
✓ Mencari jarak bayangan
1
𝑠′=
1
𝑓−
1
𝑠
1
𝑠′= −
1
15−
1
30
1
𝑠′=
−2 − 1
30=
−3
30
𝑠′ = 30
−3= −10 𝑐𝑚
✓ Mencari perbesaran bayangan
C4
151
𝑀 = |𝑠′
𝑠| = |
−10
30| =
1
3 𝑘𝑎𝑙𝑖
✓ Mencari tinggi bayangan
𝑀 =ℎ′
ℎ
1
3=
ℎ
6
ℎ =1
3× 6 = 2 𝑐𝑚
✓ Sifat bayangan
Maya, tegak, di belakang lensa,
dan diperkecil
Jawaban : E
152
Menyelidiki
hukum
pembiasan
cahaya
Menjelaskan
prinsip pembiasan
cahaya pada dasar
kolam terlihat
lebih dangkal bila
dilihat dari
sebenarnya
23. Dasar kolam terlihat lebih dangkal bila
dilihat dari sebenarnya. Hal ini disebabkan
karena ….
a. cahaya datang dari udara (kurang rapat)
menuju air (lebih rapat) dan akan
dibiaskan menjauhi garis normal
b. cahaya datang dari udara (kurang rapat)
menuju air (lebih rapat) dan akan
dibiaskan mendekati garis normal
c. cahaya datang dari udara (kurang rapat)
menuju air (lebih rapat) dan akan
dibiaskan sejajar garis normal
d. cahaya datang dari udara (lebih rapat)
menuju air (kurang rapat) dan akan
dibiaskan menjauhi garis normal
e. cahaya datang dari udara (lebih rapat)
menuju air (kurang rapat) dan akan
dibiaskan mendekati garis normal
Dasar kolam terlihat lebih dangkal
bila dilihat dari sebanarnya. Hal ini
disebabkan karena cahaya datang
dari udara (kurang rapat) menuju air
(lebih rapat) dan akan dibiaskan
menjauhi garis normal.
Jawaban : A
C2
Menjelaskan 24. Jika seseorang ingin menombak ikan di Apabila kita hendak menombak ikan C2
153
prinsip pembiasan
cahaya pada
peristiwa sehari-
hari yaitu ketika
seseorang ingin
menombak ikan
di sungai
dalam sungai, ke arah manakah posisi ujung
tombak diarahkan agar ikan dapat
tertangkap?
a. di belakang ikan
b. di depan ikan
c. di samping kiri ikan
d. di samping kanan ikan
e. tepat di ikan tersebut
yang berada di dalam air, maka
posisi ujung tombak harus diarahkan
lebih mendekati garis normal
dibandingkan arah ikan yang terlihat.
Sehingga kita pelu mengarahkan
tombak agak jauh ke depan dari
tubuh ikan agar ikan dapat
tertangkap.
Jawaban : B
Menjelaskan
prinsip pembiasan
cahaya pada
batang pensil jika
25. Batang pensil yang kita celupkan kedalam
air, maka pensil akan tampak patah dari
permukaan air. Hal ini disebabkan oleh …
a. adanya perbedaan sudut datang dengan
Batang pensil yang kita celupkan
kedalam air, maka pensil akan
tampak patah dari permukaan air.
Hal ini disebabkan karena adanya
C2
154
dicelupkan ke
dalam gelas yang
berisi air
sudut pantul
b. adanya perbedaan sinar datang dengan
sinar pantul
c. adanya persamaan sudut datang dengan
sudut pantul
d. adanya persamaan sudut datang dengan
sudut deviasi
e. adanya perbedaan sudut pada sinar
datang dengan sinar bias pada garis
normal
perbedaan sudut pada sinar datang
dengan sinar bias pada garis normal.
Jawaban : E
Memahami
pembiasan cahaya
yang terjadi jika
cahaya merambat
dari medium
optik lebih rapat
ke medium optik
kurang rapat
26. Jika cahaya merambat dari medium optik
lebih rapat ke medium optik kurang rapat,
maka cahaya yang dibiaskan akan ….
a. menjauhi garis pantul
b. menjauhi garis normal
c. mendekati garis normal
d. sejajar dengan garis normal
e. tidak dibiaskan melainkan diteruskan
Cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal jika cahaya merambat dari
medium optik lebih rapat ke medium
optik kurang rapat, contohnya cahaya
merambat dari dalam air ke udara.
Jawaban : B
C2
155
Menentukan
besarnya indeks
bias
27. Sudut sinar datang adalah 530 dan sudut
bias sebesar 370. Jika medium yang
pertama adalah udara, maka nilai indeks
bias medium kedua sebesar … (sin 530 =
4
5 𝑑𝑎𝑛 sin 370 =
3
5)
a. 2/3 d. 4/3
b. 3/2 e. 5/3
c. 3/4
Dik : sin 𝑖 = 53º
sin 𝑟 = 37º
𝑛₁ = 1 (𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎)
Dit : 𝑛₂ ?
Jawab :
sin 𝑖
sin 𝑟=
𝑛₂
𝑛₁
sin 53
sin 37=
𝑛₂
1
4/5
3/5=
𝑛₂
1
𝑛₂ =4
5×
5
3
𝑛₂ = 20
15=
4
3
Jawaban : D
C3
156
Menentukan
besarnya sudut
bias
28. Suatu gelombang datang dari medium yang
berindeks bias 3/2 menuju medium yang
berindeks bias ¾ √6. Jika besar sudut
datang 600. Maka besar sudut bias yang
terjadi sebesar ….
a. 30º d. 45º
b. 35º e. 50º
c. 40º
Dik : 𝑛1 = 3/2
𝑛2 = ¾ √6
𝑖 = 60º
Dit : 𝑟 (𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑏𝑖𝑎𝑠)?
Jawab :
n₁ sin 𝑖 = n₂ sin 𝑟
(3
2) sin 60 = (
3
4 √6) sin 𝑟
(3
2) (
1
2√3) = (
3
4 √6) sin 𝑟
sin 𝑟 =
34 √3
34 √6
= √3
√6
sin 𝑟 =1
2√2
𝑟 = arcsin1
2√2 = 45º
C3
157
Jawaban : D
Mendeskripsikan
sifat dan
pembentukan
bayangan pada
lensa
Menghitung
besarnya jarak
benda pada lensa
cembung
29. Suatu benda diletakkan di depan sebuah
lensa cembung yang memiliki jarak titik
fokus 8 cm. Jika bayangan yang terbentuk
terletak 16 cm di belakang lensa, maka jarak
benda dari lensa sebesar …
a. 8 cm d. -16 cm
b. 16 cm e. 16/3 cm
c. -8 cm
Dik : 𝑓 = 8 𝑐𝑚
𝑠′ = 16 𝑐𝑚
Dit : 𝑠 ?
Jawab :
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
1
𝑠=
1
𝑓−
1
𝑠′
1
𝑠=
1
8−
1
16
1
𝑠=
2 − 1
16=
1
16
𝑠 = 16
1= 16 𝑐𝑚
Jawaban : B
C3
158
30. Suatu bayangan terbentuk pada jarak 1
meter di belakang lensa yang berkekuatan 5
dioptri. Letak bendanya terhadap lensa
tersebut sebesar ….
a. 0,25 meter d. 0,40 meter
b. 0,30 meter e. 0,45 meter
c. 0,35 meter
Dik : 𝑠′ = 1 𝑚
𝑃 = 5 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
Dit : 𝑠 ?
Jawab :
✓ Mencari jarak fokus
𝑃 = 1
𝑓
5 = 1
𝑓
𝑓 = 1
5= 0,2 𝑚
✓ Mencari jarak benda
1
𝑠=
1
𝑓−
1
𝑠′
1
𝑠=
1
0,2−
1
1
1
𝑠=
5 − 1
1=
4
1
C3
159
𝑠 = 1
4= 0,25 𝑚
Jawaban : A
Menghitung
besarnya tinggi
bayangan pada
lensa cembung
31. Sebuah benda dengan tinggi 0,12 m berada
pada jarak 60 cm dari lensa cembung
dengan jarak fokus 40 cm. Tinggi bayangan
benda sebesar ….
a. 2 cm d. 24 cm
b. 6 cm e. 36 cm
c. 12 cm
Dik : ℎ = 0,12 𝑚 = 12 𝑐𝑚
𝑠 = 60 𝑐𝑚
𝑓 = 40 𝑐𝑚
Dit : ℎ′ ?
Jawab :
✓ Mencari jarak bayangan
1
𝑠′=
1
𝑓−
1
𝑠
1
𝑠′=
1
40−
1
60
1
𝑠′=
3 − 2
120=
1
120
𝑠′ = 120
1= 120 𝑐𝑚
✓ Mencari perbesaran bayangan
C4
160
𝑀 = |𝑠′
𝑠| = |
120
60| = 2 𝑘𝑎𝑙𝑖
✓ Mencari tinggi bayangan
𝑀 = ℎ′
ℎ
2 = ℎ′
12
ℎ′ = 24 𝑐𝑚
Jawaban : D
Menentukan
pernyataan
mengenai
pengamatan pada
lensa cekung
32. Seorang siswa melakukan pengamatan
apabila sebuah benda berjarak 20 cm di
depan lensa cekung yang memiliki jari-jari
kelengkungan 10 cm, dan tinggi benda itu
sebesar 5 cm, maka hasil pengamatan yang
di dapat adalah sebagai berikut :
(1) jarak bayangan benda sebesar -3 cm
(2) perbesaran bayangan sebesar 1/5
(3) tinggi bayangan benda sebesarr 2 cm
(4) bayangan benda bersifat maya, tegak, di
Dik :
𝑠 = 20 𝑐𝑚
𝑅 = 10 𝑐𝑚
ℎ = 5 𝑐𝑚
Dit : 𝑠’, 𝑀, ℎ’ 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 ?
Jawab :
✓ Mencari jarak fokus
𝑓 = 𝑅
2=
10
2= −5 𝑐𝑚
C4
161
depan lensa dan diperkecil
Pernyataan diatas yang benar ialah ….
a. semua salah
b. (1) saja
c. (1) dan (3)
d. (2) dan (4)
e. (1), (2), dan (3)
✓ Mencari jarak bayangan
1
𝑠′=
1
𝑓−
1
𝑠
1
𝑠′= −
1
5−
1
20
1
𝑠′=
−4 − 1
20=
−5
20
𝑠′ = 20
−5= −4 𝑐𝑚
✓ Mencari perbesaran bayangan
𝑀 = |𝑠′
𝑠| = |
−4
20| =
1
5 𝑘𝑎𝑙𝑖
✓ Mencari tinggi bayangan
𝑀 =ℎ′
ℎ
1
5=
ℎ
5
ℎ =1
5× 5 = 1 𝑐𝑚
✓ Sifat bayangan
Maya, di depan lensa, dan
162
diperkecil
Jawaban : D
Menentukan
besarnya jarak
fokus pada lensa
33. Sebuah lensa bikonveks dengan jari-jari
kelengkungan 20 cm dan 30 cm, memiliki
indeks bias 1,5. Jarak fokus lensa tersebut di
udara sebesar ….
a. -6 cm d. +24 cm
b. -12 cm e. -24 cm
c. +12 cm
Dik : 𝑅₁ = 20 𝑐𝑚
𝑅₂ = 30 𝑐𝑚
𝑛𝑙 = 1,5
𝑛𝑢 = 1
Dit : 𝑓 ?
Jawab :
1
𝑓= (
𝑛𝑙
𝑛𝑢− 1) (
1
𝑅₁+
1
𝑅₂)
1
𝑓= (
1,5
1− 1) (
1
20+
1
30)
1
𝑓= (1,5 − 1) (
3 + 2
60)
1
𝑓= (
1
2) (
5
60) =
5
120
C3
163
𝑓 = (120
5) = 24 𝑐𝑚
Jawaban : D
Menjelaskan
peristiwa yang
berkaitan dengan
sifat cahaya
seperti dispersi
cahaya,
interferensi
cahaya, difraksi
cahaya, dan
polarisasi cahaya
Memahami syarat
dispersi cahaya
pada seberkas
cahaya sejajar
polikromatik
dapat dibiaskan
pada permukaan
tertentu.
34. Dispersi cahaya dapat terjadi jika seberkas
cahaya sejajar polikromatik dibiaskan :
1) pada bidang datar yang membatasi dua
medium yang berbeda
2) pada prisma
3) pada permukaan sferis yang
memisahkan dua medium yang berbeda
4) lensa sferis
Pernyataan yang benar ialah ….
a. 1), 2), dan 3) d. 4) saja
b. 1) dan 3) e. semua benar
c. 2) dan 4)
Dispersi cahaya dapat terjadi jika
seberkas cahaya sejajar polikromatik
dibiaskan :
1) pada bidang datar yang
membatasi dua medium yang
berbeda
2) pada prisma
3) pada permukaan sferis yang
memisahkan dua medium yang
berbeda
Jawaban : A
C2
Memahami gejala
interferensi pada
lapisan tipis di
35. (1) Gelembung sabun terlihat warna-warni
(2) Lensa kamera terlihat keunguan
(3) Warna-warni pada tumpahan minyak
Gejala inteferensi pada lapisan tipis
di kehidupan sehari-hari yaitu
timbulnya garis-garis berwarna pada
C2
164
kehidupan sehari-
hari
tanah di air
(4) Warna-warni pada pelangi
yang merupakan gejala inteferensi pada
lapisan tipis ialah ….
a. (1) dan (2) d. (1), (2), dan (3)
b. (1) dan (3) e. semua benar
c. (2) dan (4)
lapisan minyak tanah yang tumpah di
permukaan air, warna-warni yang
terlihat pada gelembung sabun yang
mendapat sinar matahari, serta
timbulnya warna-warni pada cakram
padat (compact disk).
Jawaban : B
Menganalisis
gambar untuk
menentukan
panjang
gelombang pada
cahaya
monokromatik
interferensi celah
tunggal.
36. Perhatikan gambar berikut!
Berkas cahaya monokromatik digunakan
menyinari secara tegak lurus suatu kisi.
Berdasarkan diagram tersebut, dapat
disimpulkan bahwa panjang gelombang
cahaya dan spektrum cahaya yang
dihasilkan ialah ….
Dik : 𝑙 = 75 𝑐𝑚 = 75 × 107 𝑛𝑚
𝑑 = 45 𝜇𝑚 = 45 × 103𝑛𝑚
𝑝 = 1 𝑐𝑚 = 1 × 107 𝑛𝑚
𝑚 = 1
Dit : λ ?
Jawab :
𝑑𝑝
𝑙= 𝑚𝜆
𝜆 = 𝑑𝑝
𝑚𝑙
C4
165
a. 400 nm, ungu
b. 500 nm, biru
c. 500 nm, hijau
d. 600 nm, merah
e. 600 nm, jingga
𝜆 = (45 × 103)(1 × 107)
(1)(75 × 107)
𝜆 = 45 × 1010
75 × 107
𝜆 = 0,6 × 103 = 600 𝑛𝑚
Spektrum cahaya yang dihasilkan
adalah berwarna jingga.
Jawaban : E
Menganalisis
gambar untuk
menentukan
panjang
gelombang dan
jarak masing-
masing garis
terang pada
interferensi celah
ganda.
37. Perhatikan percobaan interferensi celah
ganda berikut ini.
Berdasarkan skema di atas, pernyataan yang
benar ialah ….
𝑑 = 0,08 𝑚𝑚 = 8 × 105
𝑚
𝑝 = 2,5 𝑐𝑚 = 25 × 103
𝑚
𝑙 = 1 𝑚
𝑚 = 4
✓ Mencari panjang gelombang
𝑑𝑝
𝑙= 𝑚𝜆
𝜆 = 𝑑𝑝
𝑚𝑙
C4
166
a. panjang gelombang yang digunakan 100
nm
b. panjang gelombang yang digunakan
1000 Å
c. terang ketiga berjarak 6,25 mm dari
terang pusat
d. terang kedua berjarak 18,75 mm dari
terang pusat
e. jarak terang pertama dan terang kedua
6,25 mm
𝜆 = (8 × 10
5) (25 × 10
3)
(4)(1)
𝜆 = 200 × 10¯8
4
𝜆 = 5 × 107
𝑚
𝜆 = 5000 Å
✓ Jarak terang pertama
2,5
4= 0,625 𝑐𝑚 = 6,25 𝑚𝑚
✓ Jarak terang pertama ke terang
kedua
6,25 × 2 = 12,5 𝑚𝑚
✓ Jarak terang pertama ke terang
ketiga
6,25 × 3 = 18,75 𝑚𝑚
Jawaban : E
167
Menentukan jarak
titik pusat pusat
ke garis terang
atau gelap pada
difraksi celah
ganda dan celah
tunggal.
38. Perhatikan diagram difraksi celah ganda
(kisi) dengan data berikut ini.
Jika panjang gelombang berkas cahaya
6000Å dan jarak antar celah 0,6 mm, maka
jarak antara terang pusat dengan gelap
pertama pada layar sebesar ….
a. 0,2 mm
b. 0,4 mm
c. 0,6 mm
d. 0,8 mm
e. 1,2 mm
Dik :
𝜆 = 6000Å = 6 × 104
𝑚𝑚
𝑑 = 0,6 𝑚𝑚
𝑙 = 80 𝑐𝑚 = 800 𝑚𝑚
𝑚 = 1
Dit : p ?
Jawab :
𝑑𝑝
𝑙= 𝑚 𝜆
(0,6)𝑝
800= (1) (6 × 10
4)
𝑝 = (1)(6 × 10¯4)(800)
0,6
𝑝 =0,48
0,6= 0,8 𝑚𝑚
Jawaban : D
C3
168
Menghitung
panjang
gelombang yang
digunakan pada
kisi difraksi
39. Seberkas cahaya jatuh tegak lurus pada kisi
yang terdiri dari 5.000 goresan tiap cm.
Sudut deviasi orde kedua adalah 30o.
Panjang gelombang cahaya yang digunakan
sebesar ….
a. 2.500 Å
b. 4.000 Å
c. 5.000 Å
d. 6.000 Å
e. 7.000 Å
Dik :
N = 5000
𝜃 = 30º
m = 2
Dit : λ?
Jawab :
✓ Menentukan d
𝑑 = 1
𝑁=
1
5000
= 2 × 10¯4 𝑐𝑚 = 2 × 10¯6𝑚
✓ Menentukan λ
𝑑 sin 𝜃 = 𝑚 𝜆
(2 × 106
) sin 60 = (2)𝜆
(2 × 106
) (1
2) = (2)𝜆
C4
169
1 × 106
= (2)𝜆
𝜆 = 1 × 10
6
2
𝜆 = 5 × 107
𝑚
𝜆 = 5000Å
Jawaban : C
Menghitung
besarnya
intensitas cahaya
yang melewati
polaroid pada
polarisasi
40. Seberkas cahaya alamiah dilewatkan pada
dua keping kaca polaroid yang arah
polarisasi satu sama lain membentuk sudut
60º. Jika intensitas cahaya alamiahnya 150
Wcm¯², maka besar intensitas cahaya yang
telah melewati kedua kaca polaroid sebesar
….
a. 18,5 Wcm¯² d. 18,9
Wcm¯²
b. 18,75 Wcm¯² e. 18,2
Wcm¯²
Dik : 𝜃 = 60º dan I0 = 150 Wcm¯²
Dit : I₂ ?
Jawab :
𝐼2 = 1
2 𝐼0𝑐𝑜𝑠2𝜃
= 1
2 (150)(cos 60)²
= 75 (1
2)
2
= 75
4= 18,75 𝑊𝑐𝑚¯²
C3
170
c. 18,6 Wcm¯² Jawaban : B
Lampiran B 3
INSTRUMEN VALID
Satuan pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-
hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya seperti difraksi cahaya, polarisasi cahaya, dan dispersi cahaya serta
hubungannya dengan cermin dan lensa
171
Kelas : XI (sebelas)
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal : 20 Soal
Indikator
Pembelajaran
Indikator Soal Soal Jawaban Tingkat
Kognitif
Mendeskripsikan
sifat dan
pembentukan
bayangan pada
cermin datar.
Menghitung
tinggi minimum
pada cermin
datar.
2. Seorang anak dengan tinggi badan 150
cm berdiri didepan sebuah cermin datar
vertikal. Maka jarak minimum cermin
yang dibutuhkan agar anak tersebut
dapat melihat seluruh badannya sebesar
….
a. 50 cm d. 75 cm
b. 60 cm e. 100 cm
c. 70 cm
Dik : 𝐻 = 150 𝑐𝑚
Dit : 𝐿𝑚𝑖𝑛 ?
Jawab :
𝐿𝑚𝑖𝑛 =1
2 𝐻
𝐿𝑚𝑖𝑛 =1
2 150
𝐿𝑚𝑖𝑛 = 75 𝑐𝑚
Jawaban : D
C2
Mendeskripsikan
sifat dan
pembentukan
Mengidentifikas
ikan sifat
pemantulan
3. Cermin cekung bersifat konvergen
artinya ….
a. berkas sinar sejajar yang datang pada
Cermin cekung bersifat
konvergen artinya berkas sinar
sejajar yang datang pada cermin
C1
172
bayangan pada
cermin cekung.
cahaya pada
cermin cekung
cermin cekung dipantulkan seolah-
olah berasal dari titik focus
b. berkas sinar sejajar yang datang pada
cermin cekung dipantulkan menuju
pusat kelengkungan cermin
c. berkas sinar sejajar yang datang pada
cermin cekung dipantulkan menuju
titik focus
d. berkas sinar sejajar yang datang pada
cermin cekung dipantulkan kesegala
arah
e. berkas sinar sejajar yang datang pada
cermin cekung dibiaskan seolah-olah
dari titik fokus aktif
cekung dipantulkan menuju titik
fokus.
Jawaban : C
Menyebutkan
sinar-sinar
istimewa pada
cermin cekung
4. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut
ini!
1. sinar datang sejajar dengan sumbu
utama dipantulkan melalui titik focus
2. sinar yang datang sejajar dengan
Sinar-sinar istimewa pada cermin
cekung, yaitu :
1) sinar datang sejajar dengan
sumbu utama dipantulkan
melalui titik focus
C1
173
sumbu utama dipantulkan seolah-olah
berasal dari titik focus
3. sinar datang melalui titik fokus
dipantulkan sejajar dengan sumbu
utama
4. sinar yang menuju titik pusat
kelengkungan cermin dipantulkan
seolah-olah berasal dari titik pusat
kelengkungan tersebut
5. sinar datang melalui pusat
kelengkungan akan dipantulkan
kembali melalui titik pusat
kelengkungan cermin
Pernyataan yang sesuai pada sinar-sinar
istimewa pada cermin cekung ialah ….
a. 1, 3, dan 5 d. 2, 3, dan 4
b. 1, 3, dan 4 e. 3, 4, dan 5
c. 1, 2 dan 3
2) sinar datang melalui titik
fokus dipantulkan sejajar dengan
sumbu utama
3) sinar datang melalui pusat
kelengkungan akan dipantulkan
kembali melalui titik pusat
kelengkungan cermin
Jawaban : A
174
Menggambarka
n proses
pembentukan
dan sifat
bayangan pada
cermin cekung
5. Sebuah benda diletakkan pada ruang I
seperti gambar berikut:
III II I IV
Bayangan yang terbentuk ialah ….
a. maya, terbalik, diperbesar
b. nyata, terbalik, diperkecil
c. maya, tegak, diperbesar
d. nyata, tegak, diperkecil
e. maya, tegak, sama besar
Sifat bayangan pada cermin
cekung apabila benda di ruang I,
yaitu :
maya, tegak dan di perbesar dan
bayangan berada di ruang IV.
Jawaban : C
C3
Menjelaskan
pengertian dari
bayangan maya
6. Pernyataan berikut yang sesuai dengan
bayangan maya ialah ….
a. bayangan yang dapat ditangkap oleh
layar atau bayangan yang terjadi
karena perpotongan sinar pantul
b. bayangan yang tidak dapat ditangkap
Bayangan maya merupakan
bayangan yang dapat dilihat
langsung oleh mata, tetapi tidak
dapat ditangkap oleh layar dan
bayangan yang terjadi karena
perpotongan perpanjangan sinar
C2
175
oleh layar atau bayangan yang
terjadi karena perpotongan
perpanjangan sinar pantul
c. bayangan yang dapat dilihat
langsung oleh mata atau bayangan
yang terjadi karena perpotongan
sinar pantul
d. bayangan yang tidak dapat dilihat
langsung oleh mata atau bayangan
yang terjadi karena perpotongan
perpanjangan sinar pantul
e. bayangan yang tidak dapat dilihat
langsung oleh mata tetapi dapat
ditangkap oleh layar
pantul.
Jawaban : B
Mendeskripsikan
sifat dan
pembentukan
bayangan pada
cermin cembung.
Menyimpulkan
pembentukan
bayangan pada
cermin
cembung dan
7. Pernyataan untuk di bawah ini:
1) berkas sinar yang sejajar sumbu
utama dipantulkan seolah-olah berasal
dari titk focus
2) memantulkan sinar-sinar sejajar
Sifat-sifat cermin cembung
adalah :
1) berkas sinar yang sejajar
sumbu utama dipantulkan
seolah-olah berasal dari titk
176
sifat bayangan
yang
dibentuknya
menuju titik fokusnya
3) bersifat mengumpulkan cahaya atau
disebut konvergen
4) bersifat menyebarkan cahaya atau
divergen
Maka pernyataan yang benar tentang
sifat dari cermin cembung ialah ….
a. 1 dan 3 d. 2 dan 3
b. 1 dan 4 e. 2 dan 4
c. 1 dan 2
focus
2) bersifat menyebarkan cahaya
atau divergen
Jawaban : B
Menyelidiki
hukum
pembiasan
cahaya
Menjelaskan
prinsip
pembiasan
cahaya pada
peristiwa
sehari-hari yaitu
ketika
seseorang ingin
menombak ikan
8. Jika seseorang ingin menombak ikan di
dalam sungai, ke arah manakah posisi
ujung tombak diarahkan agar ikan dapat
tertangkap?
a. di belakang ikan
b. di depan ikan
c. di samping kiri ikan
d. di samping kanan ikan
e. tepat di ikan tersebut
Apabila kita hendak menombak
ikan yang berada di dalam air,
maka posisi ujung tombak harus
diarahkan lebih mendekati garis
normal dibandingkan arah ikan
yang terlihat. Sehingga kita pelu
mengarahkan tombak agak jauh
ke depan dari tubuh ikan agar
ikan dapat tertangkap.
C2
177
di sungai
Jawaban : B
Memahami
pembiasan
cahaya yang
terjadi jika
cahaya
merambat dari
medium optik
lebih rapat ke
medium optik
kurang rapat
9. Jika cahaya merambat dari medium optik
lebih rapat ke medium optik kurang
rapat, maka cahaya yang dibiaskan akan
….
a. menjauhi garis pantul
b. menjauhi garis normal
c. mendekati garis normal
d. sejajar dengan garis normal
e. tidak dibiaskan melainkan diteruskan
Cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal jika cahaya merambat dari
medium optik lebih rapat ke
medium optik kurang rapat,
contohnya cahaya merambat dari
dalam air ke udara.
Jawaban : B
C2
Menentukan
besarnya indeks
10. Sudut sinar datang adalah 530 dan sudut
bias sebesar 370. Jika medium yang
Dik : sin 𝑖 = 53º C3
178
bias pertama adalah udara, maka nilai indeks
bias medium kedua sebesar … (sin
530 =4
5 𝑑𝑎𝑛 sin 370 =
3
5)
a. 2
3 d.
4
3
b. 3
2 e.
5
3
c. 3/4
sin 𝑟 = 37º
𝑛₁ = 1 (𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎)
Dit : 𝑛₂ ?
Jawab :
sin 𝑖
sin 𝑟=
𝑛₂
𝑛₁
sin 53
sin 37=
𝑛₂
1
4/5
3/5=
𝑛₂
1
𝑛₂ =4
5×
5
3
𝑛₂ = 20
15=
4
3
Jawaban : D
Menentukan
besarnya sudut
11. Suatu gelombang datang dari medium
yang berindeks bias 3/2 menuju
Dik : 𝑛1 = 3/2 C3
179
bias medium yang berindeks bias ¾ √6. Jika
besar sudut datang 600. Maka besar
sudut bias yang terjadi sebesar ….
a. 30º d. 45º
b. 35º e. 50º
c. 40º
𝑛2 = ¾ √6
𝑖 = 60º
Dit : 𝑟 (𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑏𝑖𝑎𝑠)?
Jawab :
n₁ sin 𝑖 = n₂ sin 𝑟
(3
2) sin 60 = (
3
4 √6) sin 𝑟
(3
2) (
1
2√3) = (
3
4 √6) sin 𝑟
sin 𝑟 =
34 √3
34 √6
= √3
√6
sin 𝑟 =1
2√2
𝑟 = arcsin1
2√2 = 45º
Jawaban : D
180
Mendeskripsikan
sifat dan
pembentukan
bayangan pada
lensa
Menghitung
besarnya jarak
benda pada
lensa cembung
12. Suatu benda diletakkan di depan sebuah
lensa cembung yang memiliki jarak titik
fokus 8 cm. Jika bayangan yang
terbentuk terletak 16 cm di belakang
lensa, maka jarak benda dari lensa
sebesar …
a. 8 cm d. -16 cm
b. 16 cm e. 16/3 cm
c. -8 cm
Dik : 𝑓 = 8 𝑐𝑚
𝑠′ = 16 𝑐𝑚
Dit : 𝑠 ?
Jawab :
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
1
𝑠=
1
𝑓−
1
𝑠′
1
𝑠=
1
8−
1
16
1
𝑠=
2 − 1
16=
1
16
𝑠 = 16
1= 16 𝑐𝑚
Jawaban : B
C3
13. Suatu bayangan terbentuk pada jarak 1
meter di belakang lensa yang
Dik : 𝑠′ = 1 𝑚 C3
181
berkekuatan 5 dioptri. Letak bendanya
terhadap lensa tersebut sebesar ….
a. 0,25 meter d. 0,40 meter
b. 0,30 meter e. 0,45 meter
c. 0,35 meter
𝑃 = 5 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
Dit : 𝑠 ?
Jawab :
✓ Mencari jarak fokus
𝑃 = 1
𝑓
5 = 1
𝑓
𝑓 = 1
5= 0,2 𝑚
✓ Mencari jarak benda
1
𝑠=
1
𝑓−
1
𝑠′
1
𝑠=
1
0,2−
1
1
1
𝑠=
5 − 1
1=
4
1
𝑠 = 1
4= 0,25 𝑚
182
Jawaban : A
Menghitung
besarnya tinggi
bayangan pada
lensa cembung
14. Sebuah benda dengan tinggi 0,12 m
berada pada jarak 60 cm dari lensa
cembung dengan jarak fokus 40 cm.
Tinggi bayangan benda sebesar ….
a. 2 cm d. 24 cm
b. 6 cm e. 36 cm
c. 12 cm
Dik : ℎ = 0,12 𝑚 = 12 𝑐𝑚
𝑠 = 60 𝑐𝑚
𝑓 = 40 𝑐𝑚
Dit : ℎ′ ?
Jawab :
✓ Mencari jarak bayangan
1
𝑠′=
1
𝑓−
1
𝑠
1
𝑠′=
1
40−
1
60
1
𝑠′=
3 − 2
120=
1
120
𝑠′ = 120
1= 120 𝑐𝑚
✓ Mencari perbesaran bayangan
𝑀 = |𝑠′
𝑠| = |
120
60| = 2 𝑘𝑎𝑙𝑖
C4
183
✓ Mencari tinggi bayangan
𝑀 = ℎ′
ℎ
2 = ℎ′
12
ℎ′ = 24 𝑐𝑚
Jawaban : D
Menentukan
besarnya jarak
fokus pada
lensa
15. Sebuah lensa bikonveks dengan jari-jari
kelengkungan 20 cm dan 30 cm,
memiliki indeks bias 1,5. Jarak fokus
lensa tersebut di udara sebesar ….
a. -6 cm d. +24 cm
b. -12 cm e. -24 cm
c. +12 cm
Dik : 𝑅₁ = 20 𝑐𝑚
𝑅₂ = 30 𝑐𝑚
𝑛𝑙 = 1,5
𝑛𝑢 = 1
Dit : 𝑓 ?
Jawab :
1
𝑓= (
𝑛𝑙
𝑛𝑢− 1) (
1
𝑅₁+
1
𝑅₂)
1
𝑓= (
1,5
1− 1) (
1
20+
1
30)
C3
184
1
𝑓= (1,5 − 1) (
3 + 2
60)
1
𝑓= (
1
2) (
5
60) =
5
120
𝑓 = (120
5) = 24 𝑐𝑚
Jawaban : D
Menjelaskan
peristiwa yang
berkaitan dengan
sifat cahaya
seperti dispersi
cahaya,
interferensi
cahaya, difraksi
cahaya, dan
polarisasi cahaya
Memahami
syarat dispersi
cahaya pada
seberkas cahaya
sejajar
polikromatik
dapat dibiaskan
pada permukaan
tertentu.
16. Dispersi cahaya dapat terjadi jika
seberkas cahaya sejajar polikromatik
dibiaskan :
1) pada bidang datar yang membatasi
dua medium yang berbeda
2) pada prisma
3) pada permukaan sferis yang
memisahkan dua medium yang berbeda
4) lensa sferis
Pernyataan yang benar ialah ….
a. 1), 2), dan 3) d. 4) saja
Dispersi cahaya dapat terjadi jika
seberkas cahaya sejajar
polikromatik dibiaskan :
1) pada bidang datar yang
membatasi dua medium yang
berbeda
2) pada prisma
3) pada permukaan sferis yang
memisahkan dua medium
yang berbeda
Jawaban : A
C2
185
b. 1) dan 3) e. semua benar
c. 2) dan 4)
Memahami
gejala
interferensi
pada lapisan
tipis di
kehidupan
sehari-hari
17. (1) Gelembung sabun terlihat warna-
warni
(2) Lensa kamera terlihat keunguan
(3) Warna-warni pada tumpahan minyak
tanah di air
(4) Warna-warni pada pelangi
yang merupakan gejala inteferensi pada
lapisan tipis ialah ….
a. (1) dan (2) d. (1), (2), dan (3)
b. (1) dan (3) e. semua benar
c. (2) dan (4)
Gejala inteferensi pada lapisan
tipis di kehidupan sehari-hari
yaitu timbulnya garis-garis
berwarna pada lapisan minyak
tanah yang tumpah di permukaan
air, warna-warni yang terlihat
pada gelembung sabun yang
mendapat sinar matahari, serta
timbulnya warna-warni pada
cakram padat (compact disk).
Jawaban : B
C2
Menganalisis
gambar untuk
menentukan
panjang
gelombang pada
cahaya
18. Perhatikan gambar berikut!
Dik : 𝑙 = 75 𝑐𝑚 = 75 × 107 𝑛𝑚
𝑑 = 45 𝜇𝑚 = 45 × 103𝑛𝑚
𝑝 = 1 𝑐𝑚 = 1 × 107 𝑛𝑚
𝑚 = 1
C4
186
monokromatik
interferensi
celah tunggal.
Berkas cahaya monokromatik digunakan
menyinari secara tegak lurus suatu kisi.
Berdasarkan diagram tersebut, dapat
disimpulkan bahwa panjang gelombang
cahaya dan spektrum cahaya yang
dihasilkan ialah ….
a. 400 nm, ungu
b. 500 nm, biru
c. 500 nm, hijau
d. 600 nm, merah
e. 600 nm, jingga
Dit : λ ?
Jawab :
𝑑𝑝
𝑙= 𝑚𝜆
𝜆 = 𝑑𝑝
𝑚𝑙
𝜆 = (45 × 103)(1 × 107)
(1)(75 × 107)
𝜆 = 45 × 1010
75 × 107
𝜆 = 0,6 × 103 = 600 𝑛𝑚
Spektrum cahaya yang dihasilkan
adalah berwarna jingga.
Jawaban : E
Menganalisis
gambar untuk
menentukan
19. Perhatikan percobaan interferensi celah
ganda berikut ini.
𝑑 = 0,08 𝑚𝑚 = 8 × 105
𝑚
𝑝 = 2,5 𝑐𝑚 = 25 × 103
𝑚
C4
187
panjang
gelombang dan
jarak masing-
masing garis
terang pada
interferensi
celah ganda. Berdasarkan skema di atas, pernyataan
yang benar ialah ….
a. panjang gelombang yang digunakan
100 nm
b. panjang gelombang yang digunakan
1000 Å
c. terang ketiga berjarak 6,25 mm dari
terang pusat
d. terang kedua berjarak 18,75 mm dari
terang pusat
e. jarak terang pertama dan terang
kedua 6,25 mm
𝑙 = 1 𝑚
𝑚 = 4
✓ Mencari panjang gelombang
𝑑𝑝
𝑙= 𝑚𝜆
𝜆 = 𝑑𝑝
𝑚𝑙
𝜆
= (8 × 10
5) (25 × 10
3)
(4)(1)
𝜆 = 200 × 10¯8
4
𝜆 = 5 × 107
𝑚
𝜆 = 5000 Å
✓ Jarak terang pertama
2,5
4= 0,625 𝑐𝑚 = 6,25 𝑚𝑚
✓ Jarak terang pertama ke terang
kedua
188
6,25 × 2 = 12,5 𝑚𝑚
✓ Jarak terang pertama ke terang
ketiga
6,25 × 3 = 18,75 𝑚𝑚
Jawaban : E
Menghitung
panjang
gelombang
yang digunakan
pada kisi
difraksi
20. Seberkas cahaya jatuh tegak lurus pada
kisi yang terdiri dari 5.000 goresan tiap
cm. Sudut deviasi orde kedua adalah 30o.
Panjang gelombang cahaya yang
digunakan sebesar ….
a. 2.500 Å
b. 4.000 Å
c. 5.000 Å
d. 6.000 Å
e. 7.000 Å
Dik :
N = 5000
𝜃 = 30º
m = 2
Dit : λ?
Jawab :
✓ Menentukan d
𝑑 = 1
𝑁=
1
5000
= 2 × 10¯4 𝑐𝑚 = 2 × 10¯6𝑚
✓ Menentukan λ
C4
189
𝑑 sin 𝜃 = 𝑚 𝜆
(2 × 106
) sin 60 = (2)𝜆
(2 × 106
) (1
2) = (2)𝜆
1 × 106
= (2)𝜆
𝜆 = 1 × 10
6
2
𝜆 = 5 × 107
𝑚
𝜆 = 5000Å
Jawaban : C
Menghitung
besarnya
intensitas
cahaya yang
melewati
21. Seberkas cahaya alamiah dilewatkan
pada dua keping kaca polaroid yang arah
polarisasi satu sama lain membentuk
sudut 60º. Jika intensitas cahaya
alamiahnya 150 Wcm¯², maka besar
Dik : 𝜃 = 60º dan I0 = 150
Wcm¯²
Dit : I₂ ?
Jawab :
C3
190
polaroid pada
polarisasi
intensitas cahaya yang telah melewati
kedua kaca polaroid sebesar ….
a. 18,5 Wcm¯² d. 18,9 Wcm¯²
b. 18,75 Wcm¯² e. 18,2 Wcm¯²
c. 18,6 Wcm¯²
𝐼2 = 1
2 𝐼0𝑐𝑜𝑠2𝜃
= 1
2 (150)(cos 60)²
= 75 (1
2)
2
= 75
4
= 18,75 𝑊𝑐𝑚¯²
Jawaban : B
191
LAMPIRAN B 4
Kisi-kisi Instrumen Non Tes
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan
optika dalam produk teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya seperti difraksi cahaya,
polarisasi cahaya, dan dispersi cahaya serta hubungannya
dengan cermin dan lensa
No Indikator Angket Pernyataan Jumlah
Positif Negatif
1
Respon siswa pada pembelajaran
gelombang cahaya berbantuan virtual
laboratory
1,4,8 2,3 5
2 Penggunaan virtual laboratory dalam
proses pembelajaran 6,9,10 3
3 Penyajian konsep materi dalam
pembelajaran 5,7 2
Jumlah 8 2 10
192
Lampiran B 5
ANGKET RESPON SISWA TERHADAP MEDIA PEMBELAJARAN
VIRTUAL LABORATORY BERBANTU ANDROID PADA KONSEP
GELOMBANG CAHAYA
SMAN 6 KOTA TANGERANG SELATAN
Hari/Tanggal : ……………………………………………….
Jenis Kelamin : P/L
A. Petunjuk Pilihan
1. Tujuan angket respon ini adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap
media pembelajaran virtual laboratory berbantuan android.
2. Keterangan pilihan jawaban:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
C = Cukup
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
3. Berilah tanda check list (√) pada kolom SS, S, C, TS, atau STS yang sesuai
dengan pendapat yang diberikan terhadap media pembelajaran virtual
laboratory berbantuan android.
B. Angket Isian
No Pernyataan
Alternatif Jawaban
SS S C TS STS
1 Pembelajaran fisika dengan menggunakan
media pembelajaran virtual laboratory
berbantuan android membantu saya
memahami konsep gelombang cahaya
2 Pembelajaran fisika dengan dengan
menggunakan media pembelajaran virtual
laboratory berbantuan android belum sesuai
dengan cara belajar yang saya inginkan
193
3 Saya menjadi kurang mengerti dalam
mempelajari fisika dengan menggunakan
media pembelajaran virtual laboratory
berbantuan android
4 Belajar dengan menggunakan virtual
laboratory berbantuan android dapat menarik
rasa keingintahuan saya
5 Belajar dengan menggunakan virtual
laboratory berbantuan membuat materi
gelombang cahaya mudah diingat
6 Media yang digunakan mudah di operasikan
7 Media yang digunakan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
8 Saya lebih termotivasi untuk belajar
eksperimen menggunakan media virtual
laboratory berbantuan android
9 Saya merasa praktikum dengan virtual
laboratory berbantuan android kebih efektif
dan efisien
10 Saya tertarik apabila pembelajaran terutama
praktikum/eksperimen dilaksanakan dengan
virtual laboratory berbantuan android dan
diterapkan pada materi lain
Skor untuk jawaban SS (Sangat Setuju) adalah 5
Skor untuk jawaban S (Setuju) adalah 4
Skor untuk jawaban C (Cukup) adalah 3
Skor untuk jawaban TS (Tidak Setuju) adalah 2
Skor untuk jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) adalah 1
Skor evaluasi yang diperoleh:
Kritik dan saran Anda sangat membantu perbaikan media ini, tolong tuliskan kritik
dan saran Anda pada tempat yang sudah disediakan di bawah ini.
Kritik dan Saran:
194
LAMPIRAN B 6
LEMBAR VALIDASI AHLI MEDIA
VIRTUAL LABORATORY BERBASIS ANDROID PADA KONSEP
GELOMBANG CAHAYA KELAS XI
Petunjuk
• Lembar validasi ini untuk di isi oleh ahli media
• Tujuan dari lembar validasi ini adalah untuk mengevaluasi aspek media
• Penilaian diberikan dengan rentangan sebagai berikut:
1 = Tidak Baik
2 = Kurang Baik
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat Baik
• Mohon diberika tanda (√) pada kolom 1, 2, 3, 4, dan 5 sesuai dengan pendapat
penilai secara objektif. Komentar atau saran mohon dapat diberikan pada kolom
yang disediakan.
A. Aspek Media
No Aspek Indikator
Skor
1 2 3 4 5
1 Pembelajaran
a. Interaktivitas √
b. Pemberian atau penumbuhan
motivasi belajar
√
c. Melibatkan beberapa indera √
d. Fungsi yang diharapkan (menunjang
pembelajaran)
√
e. Kemudahan untuk dipahami √
2 Media
a. Efisiensi penggunaan produk
ditinjau dari segi waktu
√
b. Efektifitas untuk mengatasai
keterbatasan alat peraga
√
c. Kehandalan program (tingkat eror
torelance)
√
195
d. Maintainable (kemudahan
pemeliharaan/pengolaan)
√
e. Urability (kemudahan
penggunaan/pengoperasian)
√
f. Compability (dapat dijalankan di
beberapa OS/computer lain)
√
g. Kemudahan tombol navigasi untuk
mengetahui posisi
√
3
Desain
a. Tampilan Virtual Laboratory
mempermudah dalam mengakses
bagian-bagian dari isi materi
√
3 Desain
b. Komposisi warna tampilan virtual
laboratory berbantu android menarik
√
c. Kesederhanaan (rapih, teratur, tidak
tercampur dengan bahan-bahan
yang tidak relevan, objek yang tidak
perlu, atau latar belakang yang
mengganggu)
√
d. Keseimbangan (ukuran tampilan
program virtual laboratory berbasis
android dan teks yang disajikan)
√
e. Menggunakan navigasi datar
(tombol next, back, close, dll)
√
f. Representasi animasi terhadap objek
yang sebenarnya
g. Unsur visual (teks, gambar dan
animasi) sesuai dengan kebutuhan
materi dan mendukung materi ajar)
√
h. Unsur audio (backsound dan narasi)
sesuai dengan kebutuhan materi dan
mendukung materi ajar
√
B. Komentar/Saran
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………….
C. Kesimpulan
Layak digunakan untuk penelitian
196
Tidak layak digunakan untuk penelitian
Ciputat, 19 Maret 2018
Validator
Muhammad Abdul Hadi, S.Si, M..T.I
NIP. 520000000000000226
197
198
199
200
201
LAMPIRAN B 8
202
203
LAMPIRAN B 9
REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN
Reliabilitas tes : 0.614
Butir Soal : 40 soal
Jumlah Subjek : 70 siswa
No Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda
Keputusan Indeks Kategori Indeks Keputusan Indeks Keputusan
1 0.046 Tidak
valid
0.97 Sangat
mudah
0.046 Jelek Tidak
digunakan
2 - Tidak
valid
1.0 Sangat
mudah
- - Tidak
digunakan
3 -0.018 Tidak
valid
0.98 Sangat
mudah
-0.018 Drop Tidak
digunakan
4 -0.048 Tidak
valid
0.83 Sangat
mudah
-0.048 Drop Tidak
digunakan
5 -0.027 Tidak
valid
0.83 Sangat
mudah
-0.027 Drop Tidak
digunakan
6 0.124 Tidak
valid
0.9 Sangat
mudah
0.124 Jelek Tidak
digunakan
7 -0.078 Tidak
valid
0.9 Sangat
mudah
-0.078 Drop Tidak
digunakan
8 0.067 Tidak
valid
0.74 Mudah 0.067 Jelek Tidak
digunakan
9 -0.189 Tidak
valid
0.77 Mudah -0.189 Drop Tidak
digunakan
10 0.323 Valid 0.78 Mudah 0.323 Cukup Digunakan
11 0.381 Valid 0.74 Mudah 0.381 Cukup Digunakan
204
12 0.373 Valid 0.53 Sedang 0.373 Cukup Diggunakan
13 0.342 Valid 0.73 Mudah 0.342 Cukup Digunakan
14 0.339 Valid 0.48 Sedang 0.339 Cukup Digunakan
15 -0.153 Tidak
valid
0.43 Sedang -0.153 Drop Tidak
digunakan
16 -0.039 Tidak
valid
0.26 Sukar -0.039 Drop Tidak
digunakan
17 0.337 Valid 0.54 Sedang 0.337 Cukup Digunakan
18 -0.109 Tidak
valid
0.48 Sedang -0.109 Drop Tidak
digunakan
19 0.059 Tidak
valid
0.17 Sukar 0.059 Jelek Tidak
digunakan
20 -0.007 Tidak
valid
0.40 Sedang -0.007 Drop Tidak
digunakan
21 0.006 Tidak
valid
0.41 Sedang 0.006 Jelek Tidak
digunakan
22 0.121 Tidak
valid
0.31 Sedang 0.121 Jelek Tidak
digunakan
23 -0.166 Tidak
valid
0.17 Sukar -0.166 Drop Tidak
digunakan
24 0.367 Valid 0.48 Sedang 0.367 Cukup Digunakan
25 -0.061 Tidak
valid
0.27 Sukar -0.061 Drop Tidak
digunakan
26 0.238 Valid 0.65 Sedang 0.238 Cukup Digunakan
27 0.392 Valid 0.61 Sedang 0.392 Cukup Digunakan
28 0.483 Valid 0.54 Sedang 0.483 Baik Digunakan
29 0.514 Valid 0.41 Sedang 0.514 Baik Digunakan
30 0.387 Valid 0.73 Mudah 0.387 Cukup Digunakan
205
31 0.450 Valid 0.65 Sedang 0.450 Baik Digunakan
32 0.064 Tidak
valid
0.33 Sedang 0.064 Jelek Tidak
digunakan
33 0.323 Valid 0.47 Sedang 0.323 Cukup Digunakan
34 0.301 Valid 0.41 Sedang 0.301 Cukup Digunakan
35 0.483 Valid 0.62 Sedang 0.483 Baik Digunakan
36 0.512 Valid 0.48 Sedang 0.512 Baik Digunakan
37 0.391 Valid 0.17 Sukar 0.391 Cukup Digunakan
38 0.117 Tidak
valid
0.20 Sukar 0.117 Jelek Tidak
digunakan
39 0.464 Valid 0.56 Sedang 0.464 Baik Digunakan
40 0.343 Valid 0.51 Sedang 0.343 Cukup Digunakan
206
LAMPIRAN A
ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Hasil pretest
2. Hasil posttest
3. Uji prasyarat analisis pretest dan posttest
4. Hasil Rata-rata jenjang kognitif
207
Lampiran C 1
Data Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Siswa Nilai Pretest
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
1 25 30
2 30 30
3 35 35
4 25 30
5 25 25
6 30 40
7 35 25
8 35 20
9 20 40
10 20 45
11 40 45
12 30 30
13 35 30
14 20 25
15 30 20
16 30 40
17 40 40
18 45 20
19 25 20
20 25 20
21 20 35
22 30 35
23 40 35
24 45 30
25 30 40
26 30 30
27 35 30
28 25 40
29 20 45
30 35 20
31 30 25
32 30 25
208
33 35 25
34 25 30
35 25 30
36 20 20
Nilai Terendah 20 20
Nilai Tertinggi 45 45
Rata-rata 29,94 33,83
Modus 30,07 30,55
Median 29,1 29,5
Standar Deviasi 74,02 73,76
209
Hasil Pretest Kelas Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi yang diperoleh dari hasil posttest
20 20 20 20 20 20 25 25 25 25 25 25 25 25 30 30 30 30 30 30
30 30 30 30 35 35 35 35 35 35 35 40 40 40 45 45
Dari data di atas, maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Jumlah siswa (n) = 36
b. Nilai maksimal (Xmax) = 45
c. Nilai minimal (Xmin) = 20
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi diperlukan beberapa nilai, diantaranya:
a. Rentang (R) = Xmax – Xmin
= 45 – 20
= 25
a. Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,55)
= 6,115 ≈ 6
b. Panjang Kelas = R/K
= 25/6
= 4,16 ≈ 4
Tabel distribusi frekuensi XI IPA 1 sebagai berikut adalah :
Interval Batas
kelas
Frekuensi
(𝑓𝑖)
Nilai
Tengah
(Xi)
Xi² 𝑓𝑖.Xi 𝑓𝑖.Xi²
20-23 19,50 6 21,5 462,25 129 16641
24-27 23,50 8 25,5 650,25 204 41616
28-31 27,50 10 29,5 870,25 295 87025
32-35 31,50 7 33,5 1122,25 234,5 54990,25
36-39 35,50 - 37,5 1406,25 - -
40-43 39,50 3 41,5 1722,25 124,5 15500,25
44-47 43,50 2 45,5 2070,25 91 8281
Jumlah 36 234,5 8303,3 1078 224063,5
Berdasarkan tabel distribusi tersebut maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Rata-rata (�̅�) = 𝛴 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝛴 𝑓𝑖=
1078
36= 29,94
210
b. Median = Lo +
1
2𝑛 − 𝐹𝑚
𝑓𝑚 × 𝑃
Keterangan:
Lo = tepi bawah kelas median = 27,5
n = banyak data = 36
𝐹𝑚 = frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 14
𝑓𝑚 = frekuensi kelas median = 10
𝑃 = panjang kelas = 4
Maka :
Median = 27,5 + 1
2(36)−14
10 × 4
= 27,5 + 1,6
= 29,1
c. Modus = 𝐿𝑜 + (𝑏1
𝑏1+𝑏2) × 𝑃
Keterangan:
Lo = tepi bawah kelas modus = 27,5
𝑏1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 14
𝑏2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = 7
P = panjang kelas = 4
Maka :
Modus = 27,5 + (14
14+7) × 4
= 27,5 + (14
21) × 4
= 27,5 + 2,67
= 30,07
d. Standar Deviasi
S = √𝛴𝑓𝑖𝑋𝑖²−
(𝛴𝑓𝑖𝑋𝑖)²
𝛴𝑓𝑖
𝛴𝑓𝑖−1
= √224063,5−
(1078)²
36
36−1
= √224063,5−32280,1
35
= √191773,4
35
211
= √5479,24
= 74,02
212
Hasil Pretest Kelas Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi yang diperoleh dari hasil posttest
20 20 20 20 20 20 20 25 25 25 25 25 25 30 30 30 30 30 30 30
30 30 30 35 35 35 35 40 40 40 40 40 40 45 45 45
Dari data di atas, maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Jumlah siswa (n) = 36
b. Nilai maksimal (Xmax) = 45
c. Nilai minimal (Xmin) = 20
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi diperlukan beberapa nilai, diantaranya:
a. Rentang (R) = Xmax – Xmin
= 45 – 20
= 25
b. Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,55)
= 6,115 ≈ 6
c. Panjang Kelas = R/K
= 25/6
= 4,16 ≈ 4
Tabel distribusi frekuensi XI IPA 3 sebagai berikut adalah :
Interval Batas
kelas
Frekuensi
(𝑓𝑖)
Nilai
Tengah
(Xi)
Xi² 𝑓𝑖.Xi 𝑓𝑖.Xi²
20-23 19,50 7 21,5 462,25 150,5 22650,25
24-27 23,50 6 25,5 650,25 153 23409
28-31 27,50 10 29,5 870,25 295 87025
32-35 31,50 4 33,5 1122,25 134 17956
36-39 35,50 - 37,5 1406,25 - -
40-43 39,50 6 41,5 1722,25 249 62001
44-47 43,50 3 45,5 2070,25 136,5 18632,25
Jumlah 36 234,5 8303,3 1218 231673,5
Berdasarkan tabel distribusi tersebut maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Rata-rata (�̅�) = 𝛴 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝛴 𝑓𝑖=
1218
36= 33,83
213
b. Median = Lo +
1
2𝑛 − 𝐹𝑚
𝑓𝑚 × 𝑃
Keterangan:
Lo = tepi bawah kelas median = 27,5
n = banyak data = 36
𝐹𝑚 = frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 13
𝑓𝑚 = frekuensi kelas median = 10
𝑃 = panjang kelas = 4
Maka :
Median = 27,5 + 1
2(36)−13
10 × 4
= 27,5 + 2
= 29,5
c. Modus = 𝐿𝑜 + (𝑏1
𝑏1+𝑏2) × 𝑃
Keterangan:
Lo = tepi bawah kelas modus = 27,5
𝑏1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 13
𝑏2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = 4
P = panjang kelas = 4
Maka :
Modus = 27,5 + (13
13+4) × 4
= 27,5 + (13
17) × 4
= 27,5 + 3,05
= 30,55
d. Standar Deviasi
S = √𝛴𝑓𝑖𝑋𝑖²−
(𝛴𝑓𝑖𝑋𝑖)²
𝛴𝑓𝑖
𝛴𝑓𝑖−1
= √231673,5−
(1218)²
36
36−1
= √231673,5−41209
35
= √5441,84
= 73,76
214
Lampiran C 2
Data Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Siswa Nilai Postest
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
1 65 80
2 70 80
3 70 85
4 65 85
5 75 85
6 70 75
7 70 75
8 70 75
9 65 75
10 75 75
11 65 80
12 65 80
13 65 80
14 65 70
15 70 70
16 70 65
17 70 85
18 80 80
19 80 65
20 75 70
21 70 85
22 75 80
23 80 85
24 80 75
25 65 75
26 75 70
27 75 65
28 70 65
29 70 80
30 80 85
31 80 80
32 85 80
33 85 75
34 75 70
35 80 75
36 75 85
Nilai Terendah 65 65
Nilai Tertinggi 85 85
Rata-rata 72,83 74,75
215
Modus 70,5 79,5
Median 70,2 80,25
Standar Deviasi 198,10 203,9
216
Hasil Posttest Kelas Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi yang diperoleh dari hasil posttest
65 65 65 65 65 65 65 65 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 75
75 75 75 75 75 75 75 80 80 80 80 80 80 80 85 85
Dari data di atas, maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Jumlah siswa (n) = 36
b. Nilai maksimal (Xmax) = 85
c. Nilai minimal (Xmin) = 65
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi diperlukan beberapa nilai, diantaranya:
a. Rentang (R) = Xmax – Xmin
= 85 - 65
= 20
b. Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,55)
= 6,115 ≈ 6
c. Panjang Kelas = R/K
= 20/6
= 3,33 ≈ 3
Tabel distribusi frekuensi XI IPA 1 sebagai berikut adalah :
Interval Batas
kelas
Frekuensi
(𝑓𝑖)
Nilai
Tengah
(Xi)
Xi² 𝑓𝑖.Xi 𝑓𝑖.Xi²
65-67 64,50 8 66 4356 528 278784
68-70 67,50 11 69 4761 759 576081
71-73 70,50 - 72 5184 - -
74-76 73,50 9 75 5625 600 360000
77-79 76,50 - 78 6084 - -
80-82 79,50 7 81 6561 567 321489
83-85 82,50 2 84 7056 168 28224
Jumlah 36 525 39627 2622 1564578
Berdasarkan tabel distribusi tersebut maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Rata-rata (�̅�) = 𝛴 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝛴 𝑓𝑖=
2622
36= 72,83
b. Median = Lo +
1
2𝑛 − 𝐹𝑚
𝑓𝑚 × 𝑃
Keterangan:
217
Lo = tepi bawah kelas median = 67,5
n = banyak data = 36
𝐹𝑚 = frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 8
𝑓𝑚 = frekuensi kelas median = 11
𝑃 = panjang kelas = 3
Maka :
Median = 67,5 + 1
2(36)−8
11 × 3
= 27,5 + 2,7
= 70,2
c. Modus = 𝐿𝑜 + (𝑏1
𝑏1+𝑏2) × 𝑃
Keterangan:
Lo = tepi bawah kelas modus = 67,5
𝑏1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 8
𝑏2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = 0
P = panjang kelas = 3
Maka :
Modus = 67,5 + (8
8+0) × 3
= 67,5 + 3
= 70,5
d. Standar Deviasi
S = √𝛴𝑓𝑖𝑋𝑖²−
(𝛴𝑓𝑖𝑋𝑖)²
𝛴𝑓𝑖
𝛴𝑓𝑖−1
= √1564578−
(2622)²
36
36−1
= √1564578−190969
35
= √39245,9714
= 198,10
218
Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi yang diperoleh dari hasil posttest
65 65 65 65 70 70 70 70 70 75 75 75 75 75 75 75 75 80 80 80
80 80 80 80 80 80 80 85 85 85 85 85 85 85 85
Dari data di atas, maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Jumlah siswa (n) = 36
b. Nilai maksimal (Xmax) = 85
c. Nilai minimal (Xmin) = 65
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi diperlukan beberapa nilai, diantaranya:
a. Rentang (R) = Xmax – Xmin
= 85 – 65
= 20
b. Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,55)
= 6,115 ≈ 6
c. Panjang Kelas = R/K
= 20/6
= 3,33 ≈ 3
Tabel distribusi frekuensi XI IPA 3 sebagai berikut adalah :
Interval Batas
kelas
Frekuensi
(𝑓𝑖)
Nilai
Tengah
(Xi)
Xi² 𝑓𝑖.Xi 𝑓𝑖.Xi²
65-67 64,50 4 66 4356 264 69696
68-70 67,50 5 69 4761 345 119025
71-73 70,50 - 72 5184 - -
74-76 73,50 8 75 5625 600 360000
77-79 76,50 - 78 6084 - -
80-82 79,50 10 81 6561 810 656100
83-85 82,50 8 84 7056 672 451584
Jumlah 36 525 39627 2691 1656405
Berdasarkan tabel distribusi tersebut maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Rata-rata (�̅�) = 𝛴 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝛴 𝑓𝑖=
2691
36= 74,75
b. Median = Lo +
1
2𝑛 − 𝐹𝑚
𝑓𝑚 × 𝑃
Keterangan:
219
Lo = tepi bawah kelas median = 73,5
n = banyak data = 36
𝐹𝑚 = frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 0
𝑓𝑚 = frekuensi kelas median = 8
𝑃 = panjang kelas = 3
Maka :
Median = 73,5 + 1
2(36)−0
8 × 3
= 27,5 + 6,75
= 80,25
c. Modus = 𝐿𝑜 + (𝑏1
𝑏1+𝑏2) × 𝑃
Keterangan:
Lo = tepi bawah kelas modus = 79,5
𝑏1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 0
𝑏2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = 8
P = panjang kelas = 3
Maka :
Modus = 79,5 + (0
0+8) × 3
= 27,5 + (13
17) × 3
= 79,5
d. Standar Deviasi
S = √𝛴𝑓𝑖𝑋𝑖²−
(𝛴𝑓𝑖𝑋𝑖)²
𝛴𝑓𝑖
𝛴𝑓𝑖−1
= √1656405−
(2691)²
36
36−1
= √1656405−201152,25
35
= √41578,65
= 203,9
220
Lampiran C 3
Uji Normalitas Hasil Pretest
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil Belajar Siswa * Kelas 72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.381a 5 .794
Likelihood Ratio 2.413 5 .790
Linear-by-Linear Association .225 1 .635
N of Valid Cases 72
a. 4 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.50.
Hasil Belajar Siswa * Kelas Crosstabulation
Count
Kelas
Total Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen
Hasil Belajar Siswa 20 6 7 13
25 8 6 14
30 10 10 20
35 7 4 11
40 3 6 9
45 2 3 5
Total 36 36 72
221
Analisa:
H0 : Data pretest terdistribusi normal
H1 : Data pretest tidak terdistribusi normal
Jika signifikansi < dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika signifikansi > dari 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Kesimpulan:
Uji normalitas data pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen, 0,794 > 0,05, maka
H0 diterima dan H1 ditolak
222
Uji Homogenitas Hasil Pretest
Hasil Belajar Siswa * Kelas Crosstabulation
Count
Kelas
Total Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen
Hasil Belajar Siswa 20 6 7 13
25 8 6 14
30 10 10 20
35 7 4 11
40 3 6 9
45 2 3 5
Total 36 36 72
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil Belajar Siswa * Kelas 72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 2.381a 5 .794 .809
Likelihood Ratio 2.413 5 .790 .813
Fisher's Exact Test 2.464 .812
Linear-by-Linear Association .225b 1 .635 .694 .347 .056
N of Valid Cases 72
a. 4 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.50.
b. The standardized statistic is .474.
223
Analisa:
H0 : kedua data posttest homogen.
H1 : kedua data posttest tidak homogen.
Jika signifikansi < dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika signifikansi > dari 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Kesimpulan:
Data homogenitas hasil posttest, 0,812 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
224
Uji Normalitas Hasil Posttest
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil Belajar Siswa * Kelas 72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%
Hasil Belajar Siswa * Kelas Crosstabulation
Count
Kelas
Total Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen
Hasil Belajar Siswa 65 8 4 12
70 11 5 16
75 8 9 17
80 7 10 17
85 2 8 10
Total 36 36 72
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 7.772a 4 .100
Likelihood Ratio 8.111 4 .088
Linear-by-Linear Association 6.861 1 .009
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5.00.
225
Analisa:
H0 : Data posttest terdistribusi normal
H1 : Data posttest tidak terdistribusi normal
Jika signifikansi < dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika signifikansi > dari 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Kesimpulan:
Uji normalitas data posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen, 0,100 > 0,05, maka
H0 diterima dan H1 ditolak
226
Uji Homogenitas Hasil Posttest
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hasil Belajar Siswa * Kelas 72 100.0% 0 0.0% 72 100.0%
Hasil Belajar Siswa * Kelas Crosstabulation
Count
Kelas
Total Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen
Hasil Belajar Siswa 65 8 4 12
70 11 5 16
75 8 9 17
80 7 10 17
85 2 8 10
Total 36 36 72
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 7.772a 4 .100 .103
Likelihood Ratio 8.111 4 .088 .102
Fisher's Exact Test 7.587 .106
Linear-by-Linear Association 6.861b 1 .009 .011 .005 .002
N of Valid Cases 72
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
b. The standardized statistic is 2.619.
227
Analisa:
H0 : kedua data posttest homogen.
H1 : kedua data posttest tidak homogen.
Jika signifikansi < dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika signifikansi > dari 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Kesimpulan:
Data homogenitas hasil posttest, 0,106 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
228
Uji Hipotesis
• Hasil Pretest
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.385 .251 5.512 .000
Hasil Belajar Siswa .004 .008 .056 .472 .639
a. Dependent Variable: Kelas
• Hasil Posttest
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.294 .658 -.447 .656
Hasil Belajar Siswa .024 .009 .311 2.736 .008
a. Dependent Variable: Kelas
Analisis :
Ho : tidak terdapat pengaruh media pembelajaran virtual laboratory terhadap
hasil belajar siswa
H1 : terapat pengaruh media pembelajaran virtual laboratory terhadap hasil
belajar siswa
Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak H1 diterima
Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima H1 ditolak
Kesimpulan :
Data hipotesis hasil posttest, 0,008 < 0,05, Ho ditolak H1 diterima
229
LAMPIRAN C 4
Perhitungan Nilai Rata-Rata Jenjang Kognitif Saat Pretest (Kelas Kontrol)
No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah
Benar 10 15 15 8 13 15 12 14 8 6 10 12 6 4 12 15 4 4 4 4
Presentase
(dalam) 26 39 39 21 34 39 32 37 21 16 26 32 16 11 32 39 11 11 11 11
Jenjang
Kognitif C2 C1 C1 C3 C2 C2 C2 C2 C3 C3 C3 C3 C4 C3 C2 C2 C4 C4 C4 C3
Jumlah Siswa : 36
Rata-rata C1 = 39 %+39%
2= 20%
Rata-rata C2 = 26%+34%+32%+37%+39%+32%+39%
7= 30%
Rata-rata C3 = 21%+21%+16%+26%+32%+11%+11%
7= 20%
Rata-rata C4 = 16%+11%+11%+11%
4= 12%
Rata-rata Keseluruhan Indikator = 20%+30%+20%+12%
4= 20%
230
Perhitungan Nilai Rata-Rata Jenjang Kognitif Saat Pretest (Kelas Eksperimen)
No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah
Benar 12 19 17 11 14 17 13 14 14 8 9 9 5 9 14 11 5 8 8 11
Presentase
(dalam) 32 50 45 29 37 45 34 37 37 21 24 24 13 24 37 29 13 21 21 29
Jenjang
Kognitif C2 C1 C1 C3 C2 C2 C2 C2 C3 C3 C3 C3 C4 C3 C2 C2 C4 C4 C4 C3
Jumlah Siswa : 36
Rata-rata C1 = 50%+45%
2= 47%
Rata-rata C2 = 32%+37%+45%+34%+37%+37%+29%
7= 27%
Rata-rata C3 = 29%+37%+21%+24%+24%+24%+29%
7= 27%
Rata-rata C4 = 13%+13%+21%+21%
4= 17%
Rata-rata keseluruhan indikator = 47%+27%+27%+17%
4= 29,5%
231
Perhitungan Nilai Rata-Rata Jenjang Kognitif Saat Posttest (Kelas Kontrol)
No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah
Benar 30 32 33 27 30 32 31 30 28 28 31 30 22 29 30 33 24 25 22 20
Presentase
(dalam) 79 84 87 71 79 84 82 79 74 74 82 79 58 76 79 87 63 66 58 53
Jenjang
Kognitif C2 C1 C1 C3 C2 C2 C2 C2 C3 C3 C3 C3 C4 C3 C2 C2 C4 C4 C4 C3
Jumlah Siswa : 36
Rata-rata C1 = 84%+87%
2= 86%
Rata-rata C2 = 79%+79%+84%+82%+79%+79%+87%
7= 81%
Rata-rata C3 = 71%+74%+74%+82%+79%+76%+53%
7= 73%
Rata-rata C4 = 58%+63%+66%+58%
4= 61%
Rata-rata keseluruhan indikator = 86%+81%+73%+61%
4= 75,25%
232
Perhitungan Nilai Rata-Rata Jenjang Kognitif Saat Posttest (Kelas Eksperimen)
No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah
Benar 32 31 32 30 33 32 31 29 27 30 29 29 26 28 30 32 25 26 26 25
Presentase
(dalam) 84 82 84 79 87 84 82 76 71 79 76 76 68 74 79 82 66 68 68 66
Jenjang
Kognitif C2 C1 C1 C3 C2 C2 C2 C2 C3 C3 C3 C3 C4 C3 C2 C2 C4 C4 C4 C3
Jumlah Siswa : 36
Rata-rata C1 = 82%+84%
2= 83%
Rata-rata C2 = 84%+87%+84%+82%+76%+79%+82%
7= 82%
Rata-rata C3 = 79%+71%+79%+76%+76%+74%+66%
7= 74%
Rata-rata C4 = 68%+66%+68%+68%
4= 67%
Rata-rata keseluruhan indikator = 83%+82%+74%+67%
4= 76,5%
233
LAMPIRAN B
SURAT-SURAT PENELITIAN
1. Surat izin penelitian
2. Surat keterangan observasi
3. Surat keterangan validasi
4. Surat keterangan pernyataan wawancara
5. Uji referensi
6. Daftar riwayat hidup penulis
234
LAMPIRAN D 1
235
LAMPIRAN D 2
236
LAMPIRAN D 3
237
LAMPIRAN D 4
238
239
LAMPIRAN D 5
240
241
242
243
244
LAMPIRAN D 6
BIODATA PENULIS
FARAHDILLAH NURSYIFA, Anak kedua
dari 5 bersaudara pasangan Bapak Suchidin
dan Ibu Nurchikmah. Lahir di Tangerang
Selatan pada tanggal 18 September 1994,
bertempat tinggal di Jl Bratasena V Blok BC 1
No 2 RT 02 RW 014 Perumahan Reni Jaya,
Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan
Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten.
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis
diantaranya SD Negeri Pamulang III lulus tahun 2006, MTs Negeri I
Tangerang Selatan lulus tahun 2009 dan SMA Negeri 8 Kota Tangerang
Selatan lulus tahun 2012. Penulis kemudian melanjutkan ke Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Jurusan Pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika
pada tahun 2012 melalui Ujian Mandiri.