pengaruh likuiditas valuta asing sebuah bank terhadap kemampuan investasi dalam valuta asing
DESCRIPTION
Pengaruh Likuiditas Valuta Asing Sebuah Bank Terhadap Kemampuan Investasi Dalam Valuta AsingTRANSCRIPT
![Page 1: Pengaruh Likuiditas Valuta Asing Sebuah Bank Terhadap Kemampuan Investasi Dalam Valuta Asing](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100417/563db882550346aa9a945b54/html5/thumbnails/1.jpg)
PENGARUH LIKUIDITAS VALUTA ASING SEBUAH BANK TERHADAP KEMAMPUAN
INVESTASI DALAM VALUTA ASING
1. Pendahuluan
Bank Sebagai bagian dari financial intermediary mempunyai peran penting dalam sistem
perekonomian dengan menjadi jembatan penghubung antara pihak yang kelebihan dana
dengan cara menghimpunya dan kemudian menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan
dana. Dengan munculnya era globalisasi, maka kegiatan perekonomian berkembang menjadi
tidak hanya melibatkan pihak-pihak yang berada dalam regional atau negara tertentu melainkan
meliputi seluruh pihak dari seluruh negara di dunia.
Masalah utama yang timbul adalah ketika mata uang yang digunakan sebagai alat tukar
dalam sistem perekonomian di masing-masing negara memiliki nilai tukar yang berbeda dengan
mata uang negara lainnya. Atas dasar itulah Bank hadir sebagai pihak yang diharapkan mampu
untuk menjebatani permasalahan tersebut. Bank dituntut untuk dapat menyediakan kebutuhan
berbagai jenis mata uang yang dibutuhkan dalam melakukan transaksi keuangan, sehingga
tidak mengherankan jika bank dalam menyajikan laporan keuanganya pada bagian aset
maupun liabilitasnya menampilkan tidak hanya mata uang dalam negeri namun juga terdapat
valuta asing.
Adanya berbagai macam Valuta Asing yang di miliki oleh sebuah bank sudah pasti akan
menimbulkan resiko tersendiri, masih ingat tentunya krisis ekonomi yang melanda Indonesia di
tahun 1997, salah satu penyebab utama dari kejadian tersebut ialah gagalnya pemerintah
sebagai regulator dan bank itu sendiri sebagai eksekutor dalam mengelola resiko valuta asing
yang mengakibatkan negara mengalami kemunduran perekonomian. dengan resiko yang begitu
besar atas valuta asing tentunya bank membutuhkan pengeloaan valas yang cermat, akurat
dan tepat waktu. Dengan pengeloaan yang baik bukan hanya resiko namun akan timbul
peluang (opportunity) bagi bank apabila mampu memanfaatkan valuta asing tersebut dengan
baik maka tidak hanya dapat memperkecil resiko yang mungkin ditimbulkan namun juga dapat
memperoleh keuntungan (return) melalui investasi yang dilakukan.
Pengelolaan atau manajemen valuta asing yang baik adalah dengan
mengkoordinasikan pengelolaan aset dan liabilitas yang terdiri dari berbagai macam valuta agar
tercipta keseimbangan dalam pemanfaatanya, dimana bank secara konsisten dapat menjaga
![Page 2: Pengaruh Likuiditas Valuta Asing Sebuah Bank Terhadap Kemampuan Investasi Dalam Valuta Asing](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100417/563db882550346aa9a945b54/html5/thumbnails/2.jpg)
likuiditas dari valuta asing tersebut untuk dapat memenuhi segala kewajibanya dan kebutuhan
sehari-hari operasionalnya namun disisi lain Bank tetap mampu mengoptimalkan segala
peluang investasi dalam valuta asing yang tersedia guna mendapatkan keuntungan. Dalam
Praktiknya manajemen likuiditas yang dilakukan oleh bank tidaklah selalu mampu berjalan
beriringan dengan upaya investasi yang dilakukan oleh bank, hal ini dikarenakan terdapat
pengaruh atas menajemen likuiditas valuta asing yang diterapkan oleh bank terhadap
kemampuan investasi dalam valuta asing, oleh karenanya bank memerlukan sebuah
manajemen yang terpadu atas valuta asing yang mampu mengidentifikasi seluruh pengaruh
likuiditas valuta asing terhadap kempuan investasi dalam Valuta asing tersebut agar pada
akhirnya pengelolaan valuta asing tersebut dapat memberikan manfaat positif bagi
perekonomian negara dan keuntungan bagi bank.
2. MANAJEMEN LIKUIDITAS VALAS
Likuiditas merupakan masalah yang sangat penting untuk sebuah bank karena
berkaitan secara langsung dengan kepercayaan masyarakat dalam hal ini adalah
nasabah dan pemerintah terhadap bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Untuk menjaga posisi Valuta Asing pada Bank agar tetap likuid, Bank harus bisa
mengelola likuiditasnya dengan cara yang benar. Likuiditas dalam hal ini adalah
kemampuan bank untuk membayar semua utang jangka pendeknya dengan alat-alat
likuid yang dikuasainya, untuk itulah diperlukan sebuah manajemen terhadap likuiditas
valuta asing yang baik.
Bank diwajibkan untuk membuat Cashflow untuk masing-masing Valuta Asing
yang dikelolanya, hal ini dilakukan untuk menjaga agar tingkat likuiditas valuta asing
yang dimiliki oleh sebuah bank tidak mengalami shortage atau kekurangan likuiditas
ataupun overliquid atau kelebihan likuiditas. perhitungan cashflow dan proyeksi cashflow
yang tepat dan akurat sudah menjadi suatu hal yang wajib untuk dilakukan agar dapat
menghindari timbulnya resiko yang diakibatkan oleh kesalahan atau keterlambatan
dalam menghitung atau memberikan informasi kepada manajemen yang pada akhirnya
menjadikan pengambilan keputusan manajemen terkait dengan likuiditas menjadi tidak
tepat.
![Page 3: Pengaruh Likuiditas Valuta Asing Sebuah Bank Terhadap Kemampuan Investasi Dalam Valuta Asing](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100417/563db882550346aa9a945b54/html5/thumbnails/3.jpg)
LIkuiditas Valuta asing pada umumnya digunakan oleh bank untuk pemenuhan
kewajiban bank terkait dengan aturan mengenai reserve requirement atau giro wajib
minimum Valas yang ditetapkan oleh bank sentral yaitu sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia nomor 15/15/PBI/2013 ditetapkan bahwa Giro Wajib Minimum yang harus
dipenuhi sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berbentuk valuta asing.
Likuiditas juga di manfaatkan oleh bank untuk menjamin terdapatnya ketersediaan dana
valuta asing terhadap penarikan dana oleh deposan, penarikan dana oleh debitor serta
pembayaran kewajiban yang telah jatuh tempo.
Bank dapat dikatakan memiliki tingkat likuiditas valas yang baik apabila bank
memiliki cash asset valas sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi
likuiditasnya, atau bisa saja memiliki cash asset valas yang lebih kecil namun memiliki
aset lainya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami punurunan nilai
contahnya seperti surat berharga dan lainnya, serta bank mimiliki kemampuan untuk
menciptakan cash aset valas baru dan berbagai bentuk. Pemenuhan akan kebutuhan
likuiditas valuta asing dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu melakukan
penghimpunan dana valuta asing yang berasal dari masyarakat dan dengan melakukan
pembelian valuta asing melalui Forex Market ataupun dengan melakukan loan pada
bank lain melalui mekanisme Money Market
Krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1997 memberikan pelajaran yang sangat
berharga mengenai pentingnya manajemen likuiditas, salah satu pemicu awal terjadinya
krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan sebagian besar wilayah Asia Tenggara
ialah gagalnya pihak swasta dalam hal ini bank dalam meyediakan cash asset valas
yang cukup untuk memenuhi kewajiban valas jangka pendek yang telah jatuh tempo,
kegagalan tersebut tersebut ternyata memiliki efek domino yang besar sehingga tidak
hanya berdampak bagi industri perbankan namun secara berturut-turut sektor industri
lainnya ikut melemah yang pada akhirnya menyebabkan Indonesia pada saat itu
mengalami kejatuhan ekonomi yang sangat dalam.
![Page 4: Pengaruh Likuiditas Valuta Asing Sebuah Bank Terhadap Kemampuan Investasi Dalam Valuta Asing](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100417/563db882550346aa9a945b54/html5/thumbnails/4.jpg)
4. Pengaruh Likuiditas valuta asing terhadap kemampuan investasi dalam valuta
asing.
Sangat penting untuk sebuah bank untuk selalu menjaga tingkat likuiditasnya
pada titik yang tepat untuk menghindari segala resiko yang mungkin akan timbul
sebagai contoh telah dijelaskan sebelumnya mengenai dampak krisis yang dapat terjadi
ketika bank gagal untuk menjaga likuidtas valasnya.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa likuiditas merupakan masalah utama yang
memiliki keterkaitan langsung dengan masyarakat ataupun nasabah, ketika bank
mengalami kekurangan likuiditas (shortage) valas, bank akan kesulitan dalam
pemenuhan kewajiban jangka pendeknya serta pemenuhan kebutuhan nasabah terkait
dengan penarikan valas yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi keuangan. Pada
akhirnya perlahan dan pasti bank akan kehilangan kepercayaan dari
masyarakat/nasabah. Tujuan utama masyarakat/nasabah pada saat mempercayakan
uangnya untuk diinvestasikan kepada bank selain untuk mendapatkan return yaitu
adanya kestabilan dan kepastian bahwa uang yang investasikan dalam kondisi aman
dan dikelola secara baik yang pada akhirnya dapat dapat membantu nasabah itu sendiri
dalam menjalankan kegiatan ekonominya, dan ketika hal tersebut gagal untuk dipenuhi
oleh bank maka secara otomatis perlahan bank akan mulai ditinggalkan oleh
nasabahnya.
Dengan hilangnya kepercayaan masyarakat maka akan berdampak juga pada
hilangnya potensi sumber dana baru yang berasal dari masyarakat/nasabah,
sebagaimana kita ketahui bahwa sebagian besar sumber dana yang diperoleh bank
berasal dari dana pihak ketiga dan pihak kedua, yaitu mencapai hampir 90% dengan
sisanya sebesar hampir 10% berasal dari modal. Dana valuta asing yang seharusnya
dapat tumbuh dan diperoleh oleh bank dari masyarakat menjadi tidak dapat diperoleh.
Dengan tidak adanya tambahan dana yang masuk berarti akan semakin berkurang pula
kemampuan bank untuk menangkap peluang-peluang investasi dalam valuta asing yang
seharusnya bisa dimanfaatkan oleh bank, sehingga pada akhirnya bank tidak dapat
memperoleh keuntungan yang sesuai dari hasil pengelolaan valuta asing atau bahkan
![Page 5: Pengaruh Likuiditas Valuta Asing Sebuah Bank Terhadap Kemampuan Investasi Dalam Valuta Asing](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100417/563db882550346aa9a945b54/html5/thumbnails/5.jpg)
mengalami kerugian akibat resiko nilai tukar dan suku bunga yang tidak mampu
diantisipasi.
Pada dasarnya bank masih dimungkinkan untuk memperoleh sumber dana
valuta asing melalui forex market dan money market namun hal tersebut membawa
resiko yang terlalu besar, baik resiko berupa nilai tukar maupun resiko suku bunga,
pemenuhan dana dengan menggunakan forex market dan money market hanya
dilakuakn untuk kebutuhan yang bersifat mendesak atau short term dan bukan untuk
kebutuhan jangka panjang seperti investasi dalam valuta asing.
Bank yang memiliki likuiditas yang baik berarti bank yang mampu untuk
membayar semua utang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dikuasainya.
resiko tinggi yang mungkin terjadi apabila bank mengalami shortage valuta asing
menyebabkan bank dalam melakukan pengelolaanya menerapkan prinsip kehati-hatian
dengan selalu menjaga tingkat likuiditas pada titik yang aman sesuai dengan kebutuhan
bank. Pemerintah dengan fungsinnya sebagai regulator menerapkan beberapa
peraturan yang mengatur mengenai pengelolaan valuta asing antara lain dengan
penetapan Giro Wajib Minimum sebesar 8% dan ketentuan mengenai Posisi Devisa
Neto sebesar 20%. Hal tersebut dilakukan pemerintah semata-mata sebagai upaya
untuk memberikan perlindungan bagi bank itu sendiri agar dapat terhindar dari resiko
kurs yang mungkin terjadi, serta menjaga keseimbangan antara sumber dana dan
penggunaan dana dengan tetap memberikan keleluasaan bagi bank untuk dapat
mengelola dana valuta asingnya namun dilain sisi tetap dapat menjaga kesehatan dan
daya tahan kegiatan usahanya.
Namun seringkali bank dalam upayanya untuk menjaga tingkat likuiditasnya
pada posisi yang aman dan terhindar dari shortage Valas justru pada akhirnya
mengakibatkan bank mengalami overliquid atau kelebihan likuiditas Valuta Asing.
Overliquid berarti bank memiliki cash asset Valas yang lebih besar dibandingkan dengan
yang dibutuhkan untuk membayar seluruh kewajiban jangka pendek Valas dan
memenuhi kebutuhan operasional Valas sehari-hari, posisi overliquid Valas
menyebabkan terjadinya dana menganggur (idle fund) sebagai akibat dari berlebihnya
cash asset yang dimiliki oleh bank.
Secara umum overliquid tidak menimbulkan resiko valas yang berarti, namun idle
fund Valas yang timbul sebagai akibat dari overliquid memiliki pengaruh terhadap
![Page 6: Pengaruh Likuiditas Valuta Asing Sebuah Bank Terhadap Kemampuan Investasi Dalam Valuta Asing](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100417/563db882550346aa9a945b54/html5/thumbnails/6.jpg)
berkurangnya kemampuan bank untuk dapat memanfaatkan peluang investasi dalam
valuta asing. hal ini terkait dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Sentral dimana
bank diberikan batasan berupa ketentuan Posisi devisa neto dimana bank diwajibkan
untuk selalu menjaga selisih antara aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta
asing sebesar maksimal 20%. Dengan kesempatan investasi yang sudah terbatas dan
resiko tinggi atas pengelolaan valuta asing tentulah akan sangat merugikan apabila
masih terdapat idle fund Valas yang pada akhirnya tidak dapat dimanfaatkan untuk
melakukan kegiatan investasi guna memperoleh keuntungan.
Permasalahan idle fund secara umum dapat diatasi dengan cara menukar Valuta
asing yang overliquid dan telah menjadi idle fund melalui forex market menjadi valuta
asing yang masih memiliki ruang investasi yang dimungkinkan sesuai dengan ketentuan
posisi devisa neto, sehingga bank dapat segara memanfaatkannya untuk menangkap
peluang investasi agar memperoleh keuntungan.
Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa likuiditas valas dan kemampuan
investasi bank memiliki keterkaitan yang sangat erat. Likuiditas harus secara
berkesinambungan dan konsisten dijaga pada posisi tepat sesuai dengan kebutuhan
bank agar resiko atas pengelolaan valuta asing tetap dapat diminimalkan tanpa perlu
mengurangi kesempatan investasi dalam valuta asing yang dapat dimanfaatkan guna
memaksimalkan keuntungan.