pengaruh lembar diskusi siswaberpendekatan …lib.unnes.ac.id/28803/1/4001412018.pdfiv motto dan ......

39
PENGARUH LEMBAR DISKUSI SISWABERPENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNINGMATERI KALOR DAN PERPINDAHANNYA TERHADAP METAKOGNISI SISWA SMP KELAS VII Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA oleh Fitri Anifatussaadah 4001412018 JURUSAN IPA TERPADU FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: vunhu

Post on 07-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH LEMBAR DISKUSI

SISWABERPENDEKATAN PROBLEM BASED

LEARNINGMATERI KALOR DAN

PERPINDAHANNYA TERHADAP METAKOGNISI

SISWA SMP KELAS VII

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan IPA

oleh

Fitri Anifatussaadah

4001412018

JURUSAN IPA TERPADU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

iii

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto

“Barangsiapa menghendaki pahala di dunia maka ketahuilah bahwa di sisi Allah

ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”

(QS. An-Nisa : 134)

PERSEMBAHAN Segala Puji bagi Allah atas hidayah dan taufik-Nya,

skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Ibunda Supami dan Ayahanda Darsono, kedua orang

tua yang senantiasa mendukung setiap perjuangan

kebaikan dengan segala upaya, serta adikku

tersayang Abdul Rohman Fajri

2. Teman- teman seperjuangan di Morse, Hima IPA,

BPH IPA, DPM FMIPA, dan BEM KM yang telah

bersama- sama berjuang dalam kebaikan

3. Saudara saudari yang senantiasa memberikan

inspirasi untuk menjadi manusia penebar kebaikan

4. Kawan- kawan seperjuangan Jurusan IPA Terpadu

2012

v

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah serta taufik-

Nya dan tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah

Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengaruh Lembar Diskusi Siswa Berpendekatan Problem Based Learning Materi

Kalor dan Perpindahannya terhadap Metakognisi Siswa Kelas VII.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan IPA Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari

berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin

untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan IPA Terpadu yang telah memberikan izin untuk melaksanakan

penelitian.

4. Dr. Endang Susilaningsih, M.S. dan Miranita Khusniati, S.Pd., M.Pd.,selaku

dosen pembimbing yang telah tulus dan sabar membimbing dan memberikan

pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Stephani Diah Pamelasari, S.S., M.Hum. sebagai dosen penguji yang dengan

penuh rasa kesabaran telah memberikan saran dan pengarahan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen Jurusan IPA Terpadu atas seluruh ilmu yang telah diberikan

sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

7. Erna Listyati, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 9 Semarang yang

telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian.

vi

8. Siti Istiqomah, S.Pd., selaku guru IPA SMP Negeri 9 Semarang yang telah

memberi inspirasi dan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian

dan senantiasa memberikan dukungannya.

9. Siswa-siswa SMP Negeri 9 Semarang, khususnya kelas VII C dan VII D yang

telah membantu kesuksesan jalannya penelitian.

10. Keluarga besar “Kos Binaan Rumah Tilawah Ihwah Rasul” yang memberikan

pengajaran tentang arti sebuah kehidupan dan menjadi tempat ternyaman

dalam berbagi cerita

Tidak ada satupun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, kecuali

untaian doa semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang sebaik-

baiknya dan berlimpah rahmat serta hidayah-Nya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta

menjadi bahan kajian dalam bidang ilmu yang terkait.Aamiin.

Semarang, Oktober 2016

Penulis

vii

ABSTRAK

Anifatussaadah, F. 2016. Pengaruh Lembar Diskusi Siswa Berpendekatan Problem Based Learning Materi Kalor dan Perpindahannya terhadap Metakognisi Siswa SMP Kelas VII. Skripsi. Jurusan IPA Terpadu Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing Utama Dr. Endang Susilaningsih, M.S. dan Pembimbing

Pendamping Miranita Khustiati, S.Pd. M.Pd.

Kata Kunci: LDS, Problem Based Learning, Metakognisi

Hasil observasi di SMPN 9 Semarang diperoleh informasi bahwa proses

pembelajaran IPA hanya terbiasa menghafalkan materi tanpa memahami materi

sehingga siswa kurang bisa mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dengan

kehidupan sehari- hari. Hal tersebut tentunya mempengaruhi pola berpikir siswa

dalam memecahkan masalah. Hal ini membuat siswa harus menentukan pola

belajar yang cocok, sehingga dapat mengetahui kemampuan pribadi secara

optimal, kemampuan ini disebut dengan kemampuan metakognisi. Berdasarkan

informasi tersebut, maka diperlukan adanya model pembelajaran yang dapat

menumbuhkan kemampuan metakognisi. Salah satu model yang dapat dilakukan

adalah problem based learning. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui

pengaruh problem based learning pada materi kalor dan perpindahannya terhadap

metakognisi siswa smp kelas vii. Desain penelitian yang digunakan yaitu pretest-posttest control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII

D (kelas kontrol) dan VII E (kelas eksperimen) diambil dengan teknik cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes

dan kuesioner. Pengaruh penerapan problem based learning terhadap metakognisi

siswa dilihat dari hasil analisis korelasi biserial. Hasil pengaruh problem based learning terhadap metakognisi siswa dilihat dari koefisien korelasi biserial yaitu

0,5584. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan penerapan problem based learning berpengaruh positif terhadap metakognisi siswa SMP kelas VII.

viii

ABSTRACT

Anifatussaadah, F. 2016. The Influence of Worksheet Based on Problem Based Learning material for heat and the displacement of the Junior High School Student Metacognition in Seventh Grade.Thesis.Departement of Integrated

Science, Mathematics and Natural Science Faculty, Semarang State University.

First Advisor Dr. Endang Susilaningsih, M.S. and Second Advisor Miranita

Khusniati, M.Pd.

Keywords: LDS, Problem Based Learning, Metakognition

The result of observation at SMPN 9 Semarang obtained information that the

process of science learning is only accustomed to memorize the material without

understanding the material, so that the students are less able to apply the

knowledge which gained in everyday. It certains influence the mindset of the

students in the problem solving. It makes the student should determine the

suitable learning patterns, so can be able determine the personal abilities

optimally, this ability is called metacognition abilities. Based on this information,

it is necessary to the model learning that can foster the metacognition ability. A

model that can be done is the problem based learning. The purpose of this

research is to know the effect of problem based learning in matter of heat and the

displacement of the junior high school students' metacognition class VII. The

design study is pretest-posttest control group design. The sample in this research

is class VII D (control group) and VII E (experimental class) taken by cluster

random sampling. Data collection method used is the method of tests and

questionnaires. Effect of application of problem based learning on students'

metacognition seen from the results of correlation analysis biserial. The results of

the effect of problem based learning on students' metacognition biserial views of

the correlation coefficient is 0.5584. Based on the results of this study concluded

the application of problem based learning positive effect on students'

metacognition of junior high school at seventh grade.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERNYATAAN .................................................................................................. ii

PENGESAHAN .................................................................................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

PRAKATA .......................................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB

1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

1.5 Penegasan Istilah ................................................................................... 7

2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 9

2.1 Problem Based Learning (PBL) ........................................................... 9

2.2 Metakognisi...........................................................................................12

2.3 Kalor dan Perpindahannya ...................................................................14

2.4 Lembar Diskusi Siswa (LDS) ...............................................................18

2.5 Kerangka Berpikir .................................................................................19

2.6 Hipotesis ...............................................................................................20

3. METODE PENELITIAN .............................................................................21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................21

3.2 Populasi dan Sampel .............................................................................21

x

3.3 Variabel Penelitian ...............................................................................21

3.4 Desain Penelitian .................................................................................22

3.5 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................23

3.6 Metode Pengumpulan Data ..................................................................24

3.7 Uji Coba Instrumen Penelitian .............................................................25

3.8 Metode Analisis Data ...........................................................................29

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................36

4.1 Hasil Penelitian .....................................................................................36

4.2 Pembahasan...........................................................................................40

5. PENUTUP ....................................................................................................50

5.1 Simpulan ...............................................................................................50

5.2 Saran .....................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................52

LAMPIRAN ........................................................................................................55

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Metakognisi .................................................................................... 13

3.1 Hasil Analisis Uji Validitas Soal Uji Coba ................................................... 26

3.2 Kriteria Daya Pembeda Soal ......................................................................... 27

3.3 Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Soal ............................................... 28

3.4 Kriteria Indeks Kesukaran Soal .................................................................... 29

3.5 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ............................................. 29

3.6 Hasil Uji Homogenitas .................................................................................. 31

3.7 Hasil Uji Normalitas ..................................................................................... 31

3.8 Kriteria Koefisien Biserial ............................................................................ 32

3.9 Interval Penilaian Kemampuan Metakognisi Siswa Berdasarkan Analisis

Alasan Jawaban Siswa ................................................................................... 33

3.10Interval Penilaian Kemampuan Metakognisi Siswa Berdasarkan Kuesioner

Metakognisi ................................................................................................... 34

3.11Kriteria Penilaian Jawaban Kuesioner Metakognisi ..................................... 34

3.12Interval Penilaian Metakognisi ...................................................................... 35

4.1 Hasil Analisis Alasan Jawaban Posttest Siswa ............................................ 36

4.2 Hasil Uji Korelasi Biserial ............................................................................ 37

4.3 Koefisien Determinasi ................................................................................. 38

4.4 Hasil Perhitungan Klasikal Berdasarkan Alasan Jawaban Posttest Siswa ... 38

4.5 Hasil Perhitungan Individu Berdasarkan Alasan Jawaban Posttest Siswa .... 38

4.6 Hasil Perhitungan Klasikal Berdasarkan Kuesioner Metakognisi ............... 39

4.7 Hasil Perhitungan Individu Berdasarkan Kuesioner Metakognisi ................ 40

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Keterpaduan Model Connected .......................................................... 14

2.2 Perubahan Wujud Benda ................................................................................ 16

2.3 Kemampuan Menghantarkan Kalor .............................................................. 17

2.4 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 19

3.1 Desain Eksperimen Pretest-Posttest Control Group .................................... 22

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol ........................................................... 56

2. Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen .................................................... 59

3. RPP Kelas Kontrol ...................................................................................... 62

4. LDS Kelas Kontrol ..................................................................................... 86

5. RPP Kelas Eksperimen ............................................................................... 90

6. LDS Kelas Eksperimen ................................................................................115

7. Kisi- kisi Soal Uji Coba ..............................................................................130

8. Soal Uji Coba ..............................................................................................134

9. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Soal Uji Coba .........................................151

10. Soal Prettest-Posttest ...................................................................................154

11. Rubrik Penilaian Prettest-Posttest ...............................................................158

12. Kuesioner Metakognisi ...............................................................................164

13. Spesifikasi Kuesioner Metakognisi .............................................................166

14. Rubrik Penilaian Kuesioner Metakognisi ....................................................167

15. Lembar Validasi LDS ..................................................................................168

16. Sampel Lembar Jawab Pretest .....................................................................171

17. Sampel Lembar Jawab Posttest ...................................................................174

18. Sampel LDS Kontrol ...................................................................................190

19. Sampel LDS Eksperimen ............................................................................194

20. Sampel Kuesioner Metakognisis ..................................................................205

21. Uji Homogenitas Rata- rata ........................................................................217

22. Uji Homogenitas Varians ............................................................................221

23. Uji Normalitas .............................................................................................223

24. Data Nilai Pretest dan Posttest ....................................................................231

25. Data Nilai Alasan Jawaban Posttest Siswa ..................................................233

26. Data Nilai Kuesioner Metakognisi Siswa ....................................................235

27. Analisis Korelasi Biserial ...........................................................................237

28. Perhitungan Klasikal ..................................................................................239

xiv

29. Perhitungan Individu ...................................................................................243

30. Surat Keputusan Dosen Pembimbing .........................................................251

31. Surat Keterangan Penelitian ........................................................................252

32. Dokumentasi Penelitian .............................................................................253

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mendapatkan informasi

danpengetahuan yang mulai menjadi kebutuhan primer setiap orang. Seiring

dengan berjalannya tren pendidikan yang berkembang di tengah masyarakat,

banyak permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan. Bukan lagi agar

banyak manusia yang dapat merasakan kenikmatan mengenyam dunia pendidikan,

tetapi orientasi agar menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten

dibidangnya. Terfokus pada pembelajaran sains yang sering menjadi sorotan di

dunia pendidikan, muncul beberapa permasalahan yang lahir dari hasil

pengamatan dan observasi.

Observasi yang dilakukan di SMP Negeri 9 Semarang menggambarkan

proses pembelajaran yang belum optimal. Terfokus pada penyampaian materi

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu pembelajaran konvensional. Guru

menjadi pusat pembelajaran yang selalu memberikan pengetahuan dengan metode

ceramah dan siswa menerima informasi dari guru secara pasif. Pembelajaran

konvensional pada akhirnya akan melahirkan siswa yang hanya mampu

memberikan hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya. Namun

mereka tidak memahami bagaimana materi ajar tersebut akan digunakan dan

dimanfaatkan dalam kehidupan. Pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa

dalam pembelajaran di kelas, siswa tidak terlatih untuk menyelesaikan

permasalahan. Trianto (2009: 5), menyatakan bahwa pendidikan yang baik adalah

pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi

atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapinya

dalam kehidupan sehari- hari.

Proses pemecahan masalah merupakan hal penting yang harus

dikembangkan dalam diri siswa agar terbiasa dalam menyikapi masalah yang

muncul. Gartmann (1993: 9), menyatakan bahwa tujuan utama dari pemecahan

2

masalah bukanlah untuk membekali siswa dengan keterampilan dan proses,

melainkan untuk memungkinkan mereka berpikir tentang apa yang dipikirkannya.

Hal ini berarti ketika siswa mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah yang

rendah, maka kemampuan siswa dalam berpikir tentang apa yang dipikirkannya

juga rendah. Hubungannya dengan kemampuan berpikir mengenai apa yang

dipikirkannya adalah bagaimana siswa memilih strategi yang tepat untuk

menyelesaikan masalahnya. Berpikir tentang apa yang dipikirkan sehingga dapat

mengetahui kemampuan pribadi secara optimal disebut dengan kemampuan

metakognisi.

Aprilia (2013: 36), menyatakan bahwa metakognisi merujuk pada

kemampuan berpikir tingkat tinggi yang melibatkan kontrol aktif terhadap proses

kognitif dalam belajar yang sering didefinisikan sebagai “thinking about thinking”

yang berarti berpikir tentang proses berpikir. Hal ini menjelaskan bahwa

metakognisi tidak hanya sebatas hasil belajar, tetapi bagaimana siswa memaknai

proses pembelajaran dan melakukan refleksi pembelajaran. Nuryana (2012: 86),

menyatakan bahwa metakognisi merupakan faktor yang penting dalam proses

pembelajaran karena metakognisi mempunyai hubungan secara langsung yang

positif dengan pencapaian akademik artinya semakin tinggi kesadaran

metakognisi semakin baik pula hasil belajar siswa. Handel (2013: 165),

menyatakan bahwa kemampuan metakognisi merupakan kemampuan yang

menunjukkan tentang kemampuan mengingat, memahami, dan proses belajar

bahwa seorang individu dapat mengkomunikasikan. Kemampuan tersebut sangat

menunjang proses pembelajaran dan tidak hanya untuk menghafalkan materi

tetapi pada tingkat memahami.

Pentingnya kemampuan metakognisi adalah agar siswa dapat menentukan

pola belajar yang tepat untuk meningkatkan kemampuan diri.Anggo (2011: 6),

menyatakan bahwa keuntungan yang dapat diperoleh ketika pemecahan masalah

dilakukan dengan melibatkan kesadaran terhadap proses berpikir serta

kemampuan pengaturan diri, sehingga memungkinkan terbangunnya pemahaman

yang kuat dan menyeluruh terhadap masalah disertai alasan yang logis. Sedangkan

proses pembelajaran konvensional tidak memberikan rangsangan kepada siswa

3

untuk memikirkan hal- hal yang seharusnya mereka lakukan dalam menyelesaikan

masalah.Hal ini sesuai dengan Amir (2009: 3), menyatakan bahwa salah satu

aspek yang diubah dan diperbaiki itu adalah proses belajar mengajar. Proses

pembelajaran tentunya dituangkan dalam model pembelajaran. Model

pembelajaran yang dapat memberikan kemampuan menyelesaikan masalah pada

siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning

(PBL). Model pembelajaran PBL tidak hanya menggunakan hafalan untuk

mendapatkan hasil evaluasi yang membanggakan. Namun siswa dituntut untuk

memahami setiap materi yang dibawakan oleh guru agar dapat berargumen terkait

penyelesaian masalah yang mereka hadapi.

Ariyanti (2015: 2), menyatakan bahwa model Problem Based Learning

(PBL) merupakan model pembelajaran yang berlandaskan kontruktivisme dan

mengakomodisikan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah yang

kontekstual. Etherington (2011: 65),menyatakan bahwa Problem Based Learning

merupakan pembelajaran yang merancang dan membangun model pekerjaan

untuk memecahkan masalah kehidupan nyata yang dipilih.Tan (2004: 7),

menyatakan bahwa PBL diakui sebagai pendekatan pembelajaran yang aktif

progresif dan berpusat pada siswa dimana masalah tidak terstruktur (dunia nyata

atau simulasi masalah yang kompleks) digunakan sebagai titik awal dan akhir

dalam proses pembelajaran. Haji (2015: 69), menyatakan bahwa dalam

pembelajaran PBL siswa diminta untuk memecahkan masalah secara aktif untuk

menentukan jenis konsep yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dengan

mengumpulkan informasi dan juga dengan menerapkan konsep dasar yang telah

dipelajari.

Menggunakan metode PBL, siswa diharapkan dapat mengkorelasikan

pengetahuan yang telah didapatkannya dengan permasalahan yang muncul pada

kehidupan. Sehingga siswa mendapatkan pengalaman yang tidak hanya sebatas

hafalan, tetapi juga membuat siswa mengingat pengetahuan yang didapatkan lebih

lama. Arifin (2014: 82), menyatakan bahwa tujuan PBL adalah untuk memperoleh

kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional,

lugas, dan tuntas. PBL dapat menggali kemampuan berpikir kritis dan

4

keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari meteri pelajaran, melatih berpikir tingkat tinggi

termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar (metakognisi) dan melatih siswa

menjadi pembelajar mandiri dan self regulated (Kusumaningtias, 2013:

35).Strategi PBL memberikan kekuatan bagi peserta didik dalam hal

memberdayakan metakognisi mereka, karena berorientasi pada proses dan

menekankan keterlibatan mahasiswa secara aktif baik fisik maupun mental dengan

memecahkan permasalahan- permasalahan yang dikontruksi dalam bentuk

pertanyaan dan dipecahkan melalui kerja kelompok kooperatif (Danial, 2010: 3).

Sehingga dalam hal ini terdapat keterkaitan antara metakognisi dengan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Penggunaan model pembelajaran PBL tentunya memerlukan alat bantu

agar dalam proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif. Alat bantu

yang digunakan merupakan penunjang pembelajaran agar hasil yang didapatkan

sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan

berupa Lembar Diskusi Siswa (LDS) yang menjadi pegangan siswa selama

berlangsungnya diskusi. LDS merupakan inovasi dari Lembar Kerja Siswa (LKS)

yang dimodifikasi fungsi maupun tampilannya. Nurhayati (2015: 15), menyatakan

bahwa lembar kerja merupakan bahan pembelajaran cetak yang paling sederhana

karena komponen isinya bukan pada materi ajar tetapi pada pengembangan soal-

soalnya serta latihan, LKS sangat baik digunakan dalam rangka strategi heuristik

maupun ekspositorik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan LKS berbeda

fungsinya dengan bahan ajar yang lain. LKS yang berisi pengembangan soal- soal

serta latihan, kemudian dimodifikasi menjadi LDS karena proses pembelajaran

yang membutuhkan tuntunan selama proses pembelajaran PBL berlangsung.

Selain model pembelajaran yang kurang efektif, hasil pengamatan dan

observasi juga menunjukkan bahwa pada mata pelajaran IPA terdapat beberapa

materi yang dianggap susah oleh siswa. Hal tersebut didukung dengan adanya

hasil belajar yang tidak memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada

tahun- tahun sebelumnya. Salahsatu materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah

kalor dan perpindahannya.

5

Menyikapi hal tersebut maka perlu diadakan penelitian terhadap

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi kalor dan

perpindahannya untuk mengetahui kemampuan matakognisi siswa. Dari

penjelasan diatas, maka peneliti memilih penelitian berjudul “Pengaruh Lembar

Diskusi Siswa BerpendekatanProblem Based LearningMateri Kalor dan

Perpindahannya terhadap Metakognisi Siswa SMP Kelas VII.”

1. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan dalam latar belakang,

permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh penerapan lembar diskusi siswa berpendekatan

Problem Based Learningpada mata pelajaran IPA materi kalor dan

perpindahannya terhadap metakognisi siswa SMP kelas VII ?

2. Berapa besar pengaruh penerapan lembar diskusi siswa

berpendekatanProblem Based Learning pada mata pelajaran IPA materi

kalor dan perpindahannya terhadap metakognisi siswa SMP kelas VII ?

3. Bagaimana perbedaan tingkat metakognisi siswa pada kelas yang

menerapkan lembar diskusi siswa berpendekatanProblem Based Learning

dengan kelas yang tidak menerapkan lembar diskusi siswa

berbasisProblem Based Learning pada mata pelajaran IPA materi kalor

dan perpindahannya ?

1. 3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan lembar diskusi siswa

berpendekatanProblem Based Learning pada mata pelajaran IPA materi

kalor dan perpindahannya terhadap metakognisi siswa SMP kelas VII

2. Mengetahui besar pengaruh penerapan lembar diskusi siswa

berpendekatanProblem Based Learning pada mata pelajaran IPA materi

kalor dan perpindahannya terhadap metakognisi siswa SMP kelas VII

6

3. Mengetahui perbedaan tingkat metakognisi siswa pada kelas yang

menerapkan lembar diskusi siswa berpendekatanProblem Based Learning

dengan kelas yang tidak menerapkan lembar diskusi siswa

berpendekatanProblem Based Learning pada mata pelajaran IPA materi

kalor dan perpindahannya ?

1. 4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat

praktis sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan lembar diskusi siswa

berpendekatan Problem-Based Learning untuk mengetahui keterampilan

metakognisi siswa

b. Sebagai dasar dalam mengembangkan penelitian- penelitian pada masalah

selanjutnya

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Manfaat bagi calon pendidik

a. Melatih untuk merancang pembelajaran yang variatif

b. Mengetahui keunggulan lembar diskusi siswa berpendekatanProblem-

Based Learning dalam mengetahui keterampilan metakognisi siswa

c. Menjadi pengalaman penting yang akan memberikan gambaran jelas

tentang model- model pembelajaran yang akan diaplikasikan kelak

menjadi pendidik

1.4.2.2 Manfaat bagi siswa

a. Mengajak siswa untuk mengaplikasikan teori yang telah didapatkan

selama pembelajaran di sekolah dengan kejadian dan masalah yang terjadi

dalam kehidupan

b. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA

1.4.2.3 Manfaat bagi guru

a. Mengetahui keunggulan dari lembar diskusi siswa berpendekatan Problem

Based Learning dalam mengetahui keterampilan metakognisi siswa

7

b. Sebagai pertimbangan dalam variasi pembelajaran IPA

1. 5 Penegasan Istilah Menghindari penafsiran yang berbeda mengenai judul skripsi, maka

beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut perlu dijelaskan. Adapun

istilah yang perlu dijelaskan:

1.5.1 Model Pembelajaran

Abidin (2014: 116), menyatakan bahwa model dapat diartikan sebagai

gambaran mental yang membantu mencerminkan dan menjelaskan pola pikir dan

pola tindakan atas sesuatu hal, sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai

kegiatan yang dilakukan guru dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif

bagi siswa belajar. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai konsep yang

membantu menjelaskan proses pembelajaran, baik menjelaskan pola pikir maupun

pola tindakan pembelajaran tersebut.

1.5.2 Problem-Based Learning (PBL)

Silver, sebagaimana dikutip oleh Eggen (2012: 307), menyatakan bahwa

pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model mengajar yang

menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan

pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.PBL merupakan suatu

pembelajaran yang menggunakan permasalahan secara kontekstual yang terjadi di

lingkungan (Kusumaningtias, 2013: 35). PBL membantu siswa berpikir realistis

dan meningkatkan keterampilan dalam menghubungkan informasi yang mereka

dapatkan dengan masalah yang mereka hadapi agar mendapatkan solusi masalah

tersebut.

1.5.3 Metakognisi

Livingston, sebagaimana dikutip oleh Kusumaningtias (2013: 35),

menyatakan bahwa kemampuan metakognisi secara sederhana diartikan sebagai

belajar bagaimana seharusnya belajar (learning how to learn) dan berpikir tentang

berpikir (thinking about thinking). Nuryana (2012: 84), menyatakan bahwa

metakognisi merupakan suatu pengetahuan seseorang tentang proses kognitifnya

sendiri atau kesadaran tentang apapun yang berhubungan dengan diri mereka

8

sendiri. Matlin, sebagaimana dikutip oleh Simanjutak (2013: 288), menyatakan

bahwa metakognisi adalah pengetahuan, kesadaran, dan kendali atas proses

kognisi.

1.5.4 Lembar Diskusi Siswa (LDS)

Nurhayati (2015: 15), menyatakan bahwa lembar kerja siswa merupakan

bahan pembelajaran cetak yang paling sederhana kerena komponen isinya bukan

pada materi ajar tetapi pada pengembangan soal- soalnya serta latihan. LKS

merupakan bahan ajar yang baik digunakan oleh siswa karena memberikan

pengetahuan pengembangan kepada siswa tidak hanya berkutat dengan bahan ajar

yang ada di buku. LKS yang berisi pengembangan soal- soal serta latihan

kemudian dikembangan berupa lembar diskusi siswa (LDS). LDS digunakan

untuk tuntunan dalam proses pembelajaran PBL dalam materi kalor dan

perpindahannya. LDS memberikan arahan bagaimana siswa melakukan diskusi

dengan anggota kelompoknya. Sehingga siswa tidak hanya sekedar diskusi, tetapi

mendapatkan apa yang mereka tuju yaitu solusi permasalahan atau hasil analisis.

LDS juga membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran sesuai dengan

model pembelajaran yang dipilih dan sesuai dengan materi.

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Problem-Based Learning (PBL) Abidin (2014: 117), menyatakan bahwa model pembelajaran dapat

diartikan sebagai suatu konsep yang membantu menjelaskan proses pembelajaran,

baik menjelaskan pola pikir maupun pola tindakan pembelajaran tersebut. Secara

tidak langsung model pembelajaran merupakan suatu sarana yang sangat penting

untuk menyampaikan materi belajar kepada siswa sehingga siswa dapat

menangkap informasi apa yang guru berikan kepada siswa. Ramdiah (2015: 34),

menyatakan bahwa strategi pembelajaran yang dirancang secara terencana dengan

baik akan menuntun siswa dalam mengembangkan keterampilan metakognitif fan

berpikir kritis yang melatihkan siswa untuk menjadi lebih berkemampuan dalam

menghadapi permasalahan, memiliki rasa percaya (confidence) dan menjadi lebih

independen sebagai pebelajar. Banyak model pembelajaran yang telah

dikembangkan oleh para ahli untuk menyesuaikan perkembangan di dunia

pendidikan, salah satunya yaitu model pembelajaran berbasis masalah atau yang

lebih sering kita sebut dengan Problem Based Learning (PBL).

Woods, sebagaimana dikutip oleh Amir (2008: 13), menyatakan bahwa

PBL bukan hanya sekadar lingkungan yang efektif untuk mempelajari

pengetahuan tertentu, tetapi PBL juga membantu pemelajar membangun

kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan

berkomunikasi. Hal ini menjelaskan bahwa pada pembelajaran yang menerapkan

model PBL memberikan tuntutan kepada siswa untuk dapat mengkorelasikan

pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki dengan masalah yang muncul sebagai

bahan pembelajaran. Sehingga siswa tidak hanya menyimpan pengetahuan yang

didapatkan sebatas hafalan saja, tetapi menjadi proses pemecahan masalah yang

akan membekali siswa dengan sesuatu yang mereka butuhkan di masa datang.

Pratiwi, sebagaimana dikutip oleh Paloloang (2014: 68), menyatakan bahwa

model PBL ini menyebabkan motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat

10

juga membuat perubahan dalam pembelajaran khususnya dalam segi peranan

guru. Hudojo (1988:5), menyatakan PBL adalah proses yang ditempuh oleh

seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu

tidak lagi menjadi masalah baginya.Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan

berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan

memberikan langkah- langkah penyelesaian yang sudah jadi, melainkan guru

berkeliling kelas memfasilitasidiskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu

siswa untuk menjadi lebih sadar akan pentingnya pembelajaran. Menurut Silver

(2004: 7), menyatakan bahwa PBL diakui sebagai pembelajaran yang aktif

progresif dan berpendekatan terpusat pada peserta didik, dimana masalah tidak

terstruktur (dunia nyata atau simulai masalah yang kompleks) yang digunakan

sebagai titik awal Dalam hal ini, tidak hanya siswa yang dituntut untuk dapat

mengembangkan kemampuan berpikir namun juga guru yang diharuskan dapat

memberikan fasilitas yang dapat menjembatani kemampuan siswa.

Ariyanti (2015: 2), menyatakan bahwa peserta didik diminta untuk

memanfaatkan semaksimal mungkin keahlian dan spesialis dan anggota

kelompoknya, peran guru adalah sebagai fasilitator atau arsitek. Kewajiban guru

dalam penerapan PBL antara lain: 1). Mendefinisikan, merancang dan

mempresentasikan masalah di hadapan seluruh siswa, 2). Membantu siswa

memahami masalah serta menentukan bersama siswa, bagaimana seharusnya

masalah semacam itu diamati dan dicermati, 3). Membantu siswa memaknai

masalah dan cara- cara mereka dalam memecahkan masalah dan membantu

menentukan argumen apa yang melandasi pemecahan masalah tersebut, 4).

Bersama para siswa menyepakati bentuk- bentuk pengorganisasian laporan, 5).

Mengakomodasikan kegiatan presentasi oleh siswa, 6). Melakukan penilaian

proses (penilaian otentik) maupun penilaian terhadap produk laporan. Berdasarkan

penjelasan tersebut, untuk mendapatkan keberhasilan penerapan model

pembelajaran PBL ini dituntut adanya komunikasi secara baik antara guru dan

siswa.

Kemendikbud, sebagaimana dikutip oleh Abidin (2014: 161), menyatakan

bahwa keunggulan dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

11

yaitu: a). Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar

memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau

berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin

bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi

tempat konsep diterapkan, b). Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan

pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam

konteks yang relevan, c). PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,

menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk

belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja

kelompok.

PBL dapat menggali kemampuan berpikir kritis dan keterampilan

memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensial dari meteri pelajaran, melatih berpikir tingkat tinggi termasuk didalamnya

belajar bagaimana belajar (metakognisi) dan melatih siswa menjadi pembelajar

mandiri dan self regulated (Kusumaningtias, 2013: 35). Fatimah (2012: 257),

menyatakan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran dengan PBL, yaitu: tahap 1

mahasiswa berdiskusi di dalam kelompoknya untuk menentukan permasalahan

yang ada pada worksheet, tahap 2 mahasiswa menuliskan permasalahan dengan

bahasa sendiri, tahap 3 mahasiswa mengidentifikasi informasi dengan melakukan

percobaan atau literatur yang relevan dengan masalah, tahap 4 mahasiswa mencari

informasi tambahan mengenai pembelajaran pada hari itu melalui berbagai

sumber, tahap 5 mahasiswa mengembangkan solusi yang mungkin dari masalah

melalui kegiatan penemuan secara berkelompok serta merujuk pada bacaan yang

terkait dengan penyelesaian masalah, tahap 6 masing- masing kelompok mengkaji

ulang solusi yang diperoleh dan membuat laporan pemecahan masalahnya, tahap 7

dosen meminta kelompok untuk menyajikan laporannya kedepan kelas dan

kelompok lain boleh memberikan pendapat dan menceritakan hasil temuan

kelompok masing- masing. Mahasiswa sebagai subjek dalam penelitian diatas

akan disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu siswa.

Langkah- langkah tersebut sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran PBL dikelas,

juga sebagai indikator sudah terlaksananya pembelajaran PBL di kelas.

12

2. 2 Metakognisi Livingston, sebagaimana dikutip oleh Kusumaningtias (2013:35),

menyatakan bahwa kemampuan metakognisi secara sederhana diartikan sebagai

belajar bagaimana seharusnya belajar (learning how to learn) dan berpikir tentang

berpikir (thinking about thinking). Kusumaningtias (2013:35), menyatakan bahwa

kemampuan metakognisi diyakini memegang peranan penting pada banyak tipe

aktivitas kognitif termasuk pemahaman, komunikasi, perhatian, ingatan, dan

pemecahan masalah. Berarti kemampuan metakognisi seseorang dapat tercermin

dari aktivitas kognitifnya, semakin tinggi kemampuan kognitif seseorang maka

semakin tinggi pula kemampuan metakognisi yang dimiliki, dan sebaliknya.

Aprilia (2013:37), menyatakan bahwa untuk mendapatkan keterampilan

metakognisi harus melibatkan penggunaan strategi metakognisi, dan strategi

metakognisi merupakan proses yang digunakan untuk mengontrol kegiatan

kognitif dan untuk memastikan bahwa tujuan kognitif telah terpenuhi. Proses

tersebut membantu untuk mengatur dan mengawasi belajar yang terdiri dari

perencanaan (planning) dan memantau kegiatan kognitif (monitoring), serta

memeriksa hasil dari aktivitas tersebut (evaluation). Kemampuan mengelola,

memonitor, dan mengevaluasi aktivitas kognitif adalah sebagai inti dari

kemampuan metakognisi. Aprilia (2013: 37), menyatakan bahwa membangun

pemahaman memerlukan elemen kognitif dan metakognisi, sedangkan individu

dengan keterampilan metakognisi yang baik dapat berpikir untuk mengatasi

masalah atau tugas belajar, memilih strategi sesuai masalah dan membuat

keputusan untuk mengatasi masalah, mereka sering berpikir tentang proses

berpikir mereka sendiri, meluangkan waktu untuk berpikir dan belajar dari

kesalahan. Perbedaan antara kognitif dan metakognisi terletak pada bagaimana

informasi tersebut digunakan, aktivitas metakognisi biasanya mendahului dan

mengikuti aktivitas kognitif, jadi keduanya saling terkait erat dan saling

tergantung.

Melatih kemampuan metakognisi siswa dalam pembelajaran dapat

memberikan pemahaman kepada siswa terkait kemampuan kognitifnya sehingga

13

dapat meningkatkan pembelajarannya. Keterampilan metakognisi siswa dapat

dilihat melalui indikator metakognisi pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Metakognisi

Proses Metakognisi Indikator Metakognisi

Perencanaan 1. Mengatur waktu untuk memecahkan masalah

2. Memikirkan apa yang harus dipelajari

3. Menentukan tujuan tertentu sebelum memecahkan

masalah

4. Memahami materi yang diajarkan sebelum

memecahkan masalah

5. Memilih cara terbaik untuk memecahkan masalah

6. Membaca petunjuk sebelum memecahkan masalah

7. Mengatur waktu untuk mencapai hasil terbaik

Monitoring 1. Menentukan tujuan belajar

2. Mempertimbangkan alternatif cara memecahkan

masalah

3. Mempertimbangkan semua pilihan ketika

memecahkan masalah

4. Memahami hubungan yang penting dalam

memecahkan masalah

5. Menganalisis kegunaan strategi yang dipilih dalam

memecahkan masalah

6. Memeriksa pemahaman dalam setiap memecahkan

masalah

7. Menanyakan kepada diri sendiri tentang seberapa

baik pemecahan masalah yang sedang dilakukan

Evaluasi 1. Mengetahui kemampuan memecahkan masalah

2. Memperhitungkan cara yang lebih mudah setelah

memecahkan masalah

3. Merangkum materi pelajaran setelah memecahkan

masalah

4. Menentukan ketercapaian tujuan setelah

pemecahan masalah

5. Mempertimbangkan semua pilihan setelah

pemecahan masalah

6. Merefleksi kegiatan belajar sebelum memecahkan

masalah

(Sumber : Indikator Metakognisi yang diadaptasi dari Schraw, G. &

Dennison, R.S. 1994. Assessing Metacognitive Awareness. Contemporary

Educational Psychology, 19, 460-175)

14

2. 3 Kalor dan Perpindahannya 2.3.1 Kalor dan Perpindahannya

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang saling berkaitan antar

ilmu- ilmu yang ada dalam IPA sendiri yaitu biologi sebagai ilmu tentang

makhluk hidup, fisika sebagai ilmu terkait fenomena alam, dan kimia sebagai

ilmu yang mengulas tentang materi. Begitu halnya dengan materi kalor dan

perpindahannya juga mempunyai keterpaduan antar ilmu IPA. Keterpaduan

tersebut dapat dilihat dari Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bagan Keterpaduan Model Connected

Berdasarkan Gambar 2.1 terlihat bahwa model connected dipilih untuk

menggambarkan keterkaitan konsep pada materi kalor dan perpindahannya.

Alasan pemilihan model connected adalah menghubungkan bidang kajian biologi

dengan fisika dan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari.

Energi panas yang berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke

benda yang bersuhu lebih rendah disebut dengan kalor. Sedangkan suhu

menyatakan tingkat panas suatu benda. Jadi, semakin besar suhu benda semakin

besar pula energi panas benda tersebut. Sebagai bentuk energi, dalam Satuan

Internasional (SI) kalor memiliki satuan Joule (J). Satuan energi yang lain dapat

Kalor dan Perpindahannya

Kalor dan kalori

makanan

Kalor dan perubahan

suhu

Kalor dan perubahan

wujud

Perpindahan kalor

15

dinyatakan dalam bentuk kalori. Satu kalori merupakan kalor yang dibutuhkan

untuk menaikkan 1 g air hingga naik 10C. Satu kalori sama dengan 4,186 J atau

sering dibulatkan menjadi 4,2 J. Satuan kalori biasanya digunakan untuk

menyatakan energi yang dikandung oleh suatu makanan. Makanan merupakan

penghasil energi bagi tubuh. Tubuh mengubah sebagian makanan menjadi energi

panas. Energi panas yang disediakan oleh makanan lebih sering diukur dalam

kilokalori (kkal atau Kal) karena penggunaan satuan kalori terlalu kecil untuk

dipakai mengukur energi pada makanan yang kita makan sehingga bilangan yang

kita komunikasikan tidak terlalu besar. Satu kilokalori (kkal atau Kal) makanan

sama dengan 1.000 kalori.

2.3.2 Kalor dan Perubahan Suhu Benda

Suhu benda akan naik jika benda itu mendapatkan kalor, sebaliknya suhu

benda akan turun jika benda itu melepaskan kalor. Kenaikan suhu oleh kalor

dipengaruhi oleh massa benda dan jenis benda. Besaran yang digunakan untuk

menunjukkan hal ini adalah kalor jenis. Semakin besar kenaikan suhu benda,

maka kalor yang diperlukan semakin besar pula. Semakin besar massa benda,

kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu semakin besar pula. Sedangkan

kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu benda bergantung pada jenis benda

tersebut. Persamaan tersebut dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut:

Kalor untuk kenaikan suhu = kalor jenis x massa benda x kenaikan suhu

dilambangkan:

2.3.3 Kalor pada Perubahan Wujud Benda

Perubahan wujud benda dapat dilihat pada Gambar 2.2.

16

Gambar 2.2 Perubahan Wujud Benda

Berdasarkan Gambar 2.2, perubahan wujud zat dipengaruhi oleh kalor.

Perubahan wujud zat ditentukan dengan apakah benda tersebut menyerap atau

melepaskan kalor. Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud zat disebut

dengan kalor laten. Kalor laten dipengaruhi oleh massa zat yang berubah wujud

dan kalor lebur/ kalor beku serta kalor penguapan/ kalor pengembunan, secara

matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Kalor penguapan/ pengembunan

Kalor Laten

Kalor lebur/ beku

dengan:

Q = kalor yang dibutuhkan/ dilepaskan untuk berubah wujud (J)

m = massa zat yang berubah wujud (kg)

L = kalor lebur atau kalor beku (J/kg)

U = kalor penguapan atau kalor pengembunan (J/kg)

2.3.4 Perpindahan Kalor

Kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah.

Perpindahan kalor dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: konduksi, konveksi, dan

radiasi. Konduksi merupakan perpindahan panas melalui bahan tanpa disertai

17

perpindahan pertikel- pertikel bahan itu. Contoh dari perpindahan panas secara

konduksi adalah ketika setrika yang panas bersentuhan dengan kain, kalor

berpindah dari setrika ke kain tanpa disertai perpindahan materi. Setiap benda

memiliki kemampuan menghantarkan panas secara berbeda bergantung dengan

jenis bendanya. Bahan yang mampu menghantarkan panas dengan baik disebut

konduktor, sedangkan bahan yang memiliki kemampuan menghantarkan panas

dengan buruk disebut dengan isolator. Kemampuan menghantarkan kalor dapat

dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kemampuan Menghantarkan Kalor

Konveksi merupakan perpindahan kalor dari satu tempat ke tempat lain

bersama dengan gerak partikel- partikel bendanya. Contohnya adalah ketika kita

memasak air, saat air bagian bawah mendapatkan kalor dari pemanas, air memuai

sehingga menjadi lebih ringan dan bergerak naik dan digantikan dengan air dingin

dari bagian atas. Panas dari bagian bawah berpindah bersama aliran air menuju

bagian atas.

Radiasi merupakan perpindahan kalor tanpa memerlukan medium.

Contohnya kalor perpindahan dari matahari hingga sampai ke bumi. Setiap benda

dapat memancarkan dan menyerap radiasi kalor, yang besarnya antara lain

bergantung pada suhu benda dan warna benda. Luas permukaan benda panas yang

semakin besar, semakin besar pula kalor yang diradiasikan ke lingkungannya.

18

Benda semakin panas dibandingkan dengan panas lingkungan sekitar, semakin

besar pula kalor yang diradiasikan ke lingkungannya. Jika suhu benda lebih dingin

daripada suhu lingkungan, benda itu akan menyerap radiasi kalor dari lingkungan.

Semakin gelap benda panas, semakin besar pula kalor yang diradiasikan ke

lingkungannya.

2. 4 Lembar Diskusi Siswa (LDS) Nurhayati (2015: 15), menyatakan bahwa lembar kerja siswa merupakan

bahan pembelajaran cetak yang paling sederhana kerena komponen isinya bukan

pada materi ajar tetapi pada pengembangan soal- soalnya serta latihan. LKS

merupakan bahan ajar yang baik digunakan oleh siswa karena memberikan

pengetahuan pengembangan kepada siswa tidak hanya berkutat dengan bahan ajar

yang ada di buku. LKS yang berisi pengembangan soal- soal serta latihan

kemudian dikembangan berupa lembar diskusi siswa (LDS). LDS digunakan

untuk tuntunan dalam proses pembelajaran PBL dalam materi kalor dan

perpindahannya. LDS memberikan arahan bagaimana siswa melakukan diskusi

dengan anggota kelompoknya. Sehingga siswa tidak hanya sekedar diskusi, tetapi

mendapatkan apa yang mereka tuju yaitu solusi permasalahan atau hasil analisis.

LDS juga membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran sesuai dengan

model pembelajaran yang dipilih dan sesuai dengan materi.

19

2. 5 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui Gambar

2.4 :

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

KURIKULUM 2013

Student Center

disertai dengan

penanaman

karakter siswa

Penerapan strategi

pembelajaran yang

tepat sebagai sarana

untuk menyampaikan

materi

Keterampilan yang

harus dimiliki siswa

adalah keterampilan

belajar dan

berinovasi

1. Siswa dituntut untuk memahami materi

secara aktif

2. Model pembelajaran yang inovatif sehingga

dapat mengelola kemampuan siswa

3. Siswa harus mengetahui kemampuan diri

sendiri sehingga dapat menerapkan pola

pembelajaran yang tepat

Tindakan:

Penggunaan model pembelajaran PBL yang

dibantu dengan adanya LKS pada materi kalor

dan perubahannya untuk mengetahui kemampuan

metakognisi siswa

Hasil:

Penerapan model pembelajaran PBL menjadi

sarana untuk mengembangkan kemampuan

kognitif siswa yang mencerminkan

kemampuan metakognisi siswa

20

2. 6 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

- Ada pengaruh penerapan lembar diskusi siswa berpendekatan Problem Based

Learning pada mata pelajaran IPA materi kalor dan perpindahannya terhadap

metakognisi siswa SMP kelas VII

50

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan berkaitan dengan

pengaruh Lembar Diskusi Siswa berpendekatan Problem Based Learningmateri

kalor dan perpindahannya terhadap metakognisi siswa yang dilaksanakan di SMP

N 9 Semarang, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Ada pengaruh penerapan Lembar Diskusi Siswa berpendekatan Problem

Based Learning materi kalor dan perpindahannya terhadap metakognisi siswa

SMP kelas VII.

2. Koefisien korelasi biserial menunjukkan adanya hubungan yang positif

sebesar 0,5584 antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu

penggunaan Lembar Diskusi Siswa berpendekatan Problem Based Learning

terhadap kemampuan metakognisi siswa, dan koefisien korelasi biserial

tersebut termasuk dalam kategori sedang atau cukup.

3. Terdapat perbedaan kemampuan metakognisi siswa ditinjau dari Lembar

Diskusi Siswa berpendekatan Problem Based Learning pada mata pelajaran

IPA materi kalor dan perpindahannya. Kemampuan metakognisi kelas yang

menggunakan Lembar Diskusi Siswa berpendekatan Problem Based Learning

lebih baik daripada kelas yang menggunakan Lembar Diskusi Siswa tidak

berpendekatan Problem Based Learning.

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk peniliti

selanjutnya antara lain:

1. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang positif tetapi

bahan ajar tersebut masih perlu penyempurnaan dan dikembangkan lebih jauh

lagi.

51

51

2. Guru perlu merancang suatu pembelajaran yang tidak hanya meningkatkan

hasil belajar siswa tetapi juga meningkatkan kemampuan metakognisi siswa

sehingga siswa mempunyai bekal untuk menyelesaikan masalah yang ada di

kehidupan keseharian.

3. Perlu adanya managemen waktu yang baik dalam pembelajaran dengan

model PBL (Problem Based Learning) agar setiap tahap pembelajaran PBL

dapat optimal dan diperoleh hasil pembelajaran sesuai dengan

yangdiharapkan.

52

52

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.

Bandung: Refika Aditama.

Afandi, Sugiyarto, & Sunarno, W. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan

Pendekatan Metakognitif melalui Model Reciprocal Learning dan Problem

Based Learning Ditinjau dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan

Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Inkuiri, 1(2): 86-92.

Amir, M. T. 2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta.

Kencana Prenada Media Group.

Anggo, M. 2011. Pelibatan Metakognisi dalam Pemecahan Masalah Matematika.

Edumatica, 1(1): 25-32.

Aprilia, F. & Sugiarto, B. 2013. Keterampilan Metakognitif Siswa melalui

Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi HidrolisGaram.

Unesa Journal of Chemical Education, 2(3): 36-41.

Arifin, A. N., & Saenab. S. 2014. Perbandingan Kesadaran Metakognitif Siswa

yang Diajar Menggunakan Model Problem-Based Instruction (PBI)

dengan Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Jurnal Bionature, 15(2):

81-89.

Arikunto, S. 2013. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksar.

Ariyanti, P., Martini, K. S., & Agustina, W. E. S. 2015. Penerapan Problem Based

Learning (PBL) dengan Penilaian Portofolio untuk Meningkatkan

Keaktifan dan Prestasi Belajar pada Materi Stokiometri di SMA N 2

Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia, 4(3): 1-9.

Danial, M. 2010. Pengaruh Stategi PBL terhadap Keterampilan Metakognisi dan

Respon Mahasiswa. Jurnal Chemica, 11(2): 1-10.

Eggen, P. & Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta:

Indeks.

Etherington, M. B. 2011. Investigative Primary Science: A Problem-based

Learning Approach. Australian Journal of Teacher Education, 36(9): 53-

74.

Fatimah, F. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dan Pemecahan Masalah

melalui Problem Based-Learning.Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 16(1): 249-259.

53

53

Gartmann, S. & Freiberg, M. 1993. Metacognition and Mathematical Problem

Solving: Helping Students to Ask The Right Questions. The Mathematics Educator, 6(1): 9-13.

Haji, A. G., Safriana, & Safitri R. 2015. The Use of Problem Based Learning

Student’s Learning Independent and to Investigate Students’ Concept

Understanding on Rotational Dynamic at Students of SMA Negeri 4

Banda Aceh. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 4(1): 67-72.

Hake, R.R. 1998. lnteractive-Engagement Vs Traditional Methods: A Six

Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory

Physics Courses.American Journal of Physics, 66 (1): 64-74.

Handel, M., Artelt, C., dan Weinert, S. 2013. Assessing Metacognitive

Knowledge: Development and Evaluation of a Test Instrument. Journal for Education Research Online, 5(2): 162-188.

Hudojo, H. 1988. Strategi Pembelajaran Matematika. Malang: Balai Pustaka.

Iskandar, S. M. 2014. Pendekatan Keterampilan Metakognistif dalam

Pembelajaran Sains di Kelas. Erundio, 2(2): 13-20.

Kusumaningtias, A., Zubaidah. S., & Indriwati, S. E. 2013. Pengaruh Problem

Based Learning dipadu Strategi Numbered Heads Together terhadap

Kemampuan Metakognitif, Berpikir Kritis, dan Kognitif Biologi. Jurnal Penelitian Kependidikan, 23(1): 33-47.

Mardapi, D. 2012. Pengukuran Penilaian Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Nurhayati, F., Widodo, J., & Soesilowati, E. 2015. Pengembangan LKS Berbasis

Problem Based Learning (PBL) Pokok Bahasan Tahap Pencatatan

Akuntansi Perusahaan Jasa. Journal of Economic Education, 4(1): 14-19.

Nuryana, E., & Sugiarto, B. 2012. Hubungan Keterampilan Metakognisi dengan

Hasil Belajar Siswa pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks) Kelas

X-I SMA Negeri 3 Sidoarjo. Unesa Journal of Chemical Education, 1(1):

83-91.

Paloloang, M. F. B. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Panjang Garis

Singgung Persekutuan Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu.

Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 2(1): 67-77.

Ramdiah, S. 2015. Potensi Tahapan Strategi PQ4R Dikombinasikan Peta Konsep

pada Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Keterampilan

54

54

Metakognitif dan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, 3(1): 33-44.

Rizkita, L., Suwono, H., & Susilo, H. 2016. Pengaruh Pembelajaran Socio-

Scientific Problem Based Learning terhadap Keterampilan Metakognitif

dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMAN Kota Malang. Jurnal Pendidikan, 1(4): 732-738

Sadia, I. W. 2007. Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA

melalui Penerapan Model Pembelajaran “Problem Based Learning” dan

“Cycle Learning” dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha, 1(1): 1-20.

Sahin, M. 2010. Effects of Problem-Based Learning on University Students

Epistemological Beliefs about Physics and Physics Learning and

Conceptual Understanding of Newtonian Mechanics. J. Sci. Educ. Technol, 19(3): 266-275.

Schraw, G.,& Dennison, R.S. 1994. Assessing Metacognitive Awareness.

Contemporary Educational Psychology, 19, 460-175.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tan, O.S.,& Watson, G. 2004. Enhancing Thinking through Problem-based Learning Approaches. Singapore: Cengage Learning.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Wicaksono, B., Akhdinirwanto, R. W., & Ashari. 2013. Peningkatan Kemampuan

Metakognisi Fisika melalui Pembelajaran Problem Based Learning pada

SMK Pancasila 1 Kutoarjo. Radiasi, 3(2): 182-185.

Widodo, & Widayanti. L. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar

Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII MTs

Negeri Donomulyo Kulonprogo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia, 29(17): 32-35.