pengaruh latihan melompat dengan satu kaki dan leg …digilib.unila.ac.id/55332/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH LATIHAN MELOMPAT DENGAN SATU KAKI DAN LEG SQUAT
TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN SAMPING EKSTRAKURIKULER
PENCAK SILAT SMP NEGERI 3 WAY PENGUBUAN
(Skripsi)
Oleh
Andika Windi Nur Sodikin
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ii
EFFECT OF EXERCISE OF JUMPING WITH ONE FOOT AND LEG
SQUAT ON THE SPEED OF THE SIDE KICK OF THE PENCAK SILAT
EXTRACURRICULAR STATE 3 WAY PENGUBUAN
Andika Windi Nur Sodikin
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of one leg jump training and
leg squat on the speed of pencak silat side kicks. The research method used is a
quasi-experimental method. The population in this study were 30 students of
Pencak Silat extracurricular at SMP State 3 Way Pengubuan. Based on the
calculation of the influence test and t test, the results of this study are: (1) Exercise
jumps with one foot the number of t counts is 11,961 which means there is a
significant effect. (2) leg squat exercise t count of 17.0447 which means there is a
significant effect. (3) From the calculation of the influence test With the number
of differences t count 5.0837 Thus leg squat training is better in increasing the
speed of pencak silat side kicks in students of 3 Way Pengubuan Public Middle
School.
Keywords: jump, leg squat, side kick.
iii
PENGARUH LATIHAN MELOMPAT DENGAN SATU KAKI DAN LEG
SQUAT TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN SAMPING
EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT SMP NEGERI 3 WAY
PENGUBUAN
Andika Windi Nur Sodikin
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan melompat dengan
satu kaki dan leg squat terhadap kecepatan tendangan samping pencak silat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3 Way
Pengubuan dengan jumlah 30 orang. Berdasarkan perhitungan uji pengaruh dan
uji t, maka hasil penelitian ini adalah : (1) Latihan melompat dengan satu kaki
jumlah t hitung sebesar 11,961 yang arti nya ada pengaruh yang signifikan. (2)
latihan leg squat t hitung sebesar 17,0447 yang artinya ada pengaruh yang
signifikan. (3) Dari perhitungan uji pengaruh Dengan jumlah beda t hitung 5,0837
Dengan demikian latihan leg squat lebih baik dalam meningkatkan kecepatan
tendangan samping pencak silat pada siswa SMP Negeri 3 Way Pengubuan.
Kata kunci : leg squat, melompat, tendangan samping.
PENGARUH LATIHAN MELOMPAT DENGAN SATU KAKI DAN LEG SQUAT
TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN SAMPING EKSTRAKURIKULER
PENCAK SILAT SMP NEGERI 3 WAY PENGUBUAN
Oleh
Andika Windi Nur Sodikin
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Andika Windi Nur Sodikin lahir di Humas Jaya, pada tanggal
19 April 1996, putra sulung dari pasangan A. Sholeh Sodikin
dan Ibu Indah Lestari.
Pendidikan yang ditempuh adalah, Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Bustanul Ulum Terbanggi Besar selesai pada
tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu
(SMPIT) Bustanul Ulum Terbanggi Besar selesai pada tahun
2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Terusan
Nunyai selesai pada tahun 2014.
Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Unversitas
Lampung melalui jalur SBMPTN. Pada Tahun 2017, penulis melakukan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Lampung Barat
penulis jug melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 1 Suka
Mulya ,Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Lampung Barat. Demikian riwayat
hidup penulis semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
ix
MOTTO
“Dimana Pun Berada Tetaplah Berusaha Untuk Menjadi Yang Terbaik”
(Andika Windi Nur Sodikin)
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Kedua Orangtua,Papah A. Sholeh Sodikin dan Mamah Indah Lestari
Yang telah membesarkanku, mendidik, memberikan kasih sayang yang tulus,
bekerja keras demi anak – anaknya dan selalu ada untukku. Terimakasih atas
kasih sayang, dukungan, motivasi, nasehat dan doa yang selalu dipanjatkan demi
kelancaran studiku.
Almamater tercinta PENJASKES FKIP
Universitas Lampung
xi
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat diselesaikan.
Skripsi dengan Judul “Pengaruh Latihan Melompat dengan Satu kaki dan Leg
Squat terhadap Kecepatan Tendangan Samping Ekstrakurikuler Pencak Silat
SMP Negeri 3 Way Pengubuan” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada, Bapak Drs.
Suranto, M.Kes., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan,
perbaikan, pengarahan serta motivasi kepada penulis, Bapak Lungit Wicaksono,
M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan,serta pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan,
perbaikan, serta motivasi, pengarahan, dan Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd, selaku
pembahas yang telah memberikan perbaikan dan pengarahan kepada peneliti
dalam menyajikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
xii
3. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Akor Sitepu, M. Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Lampung.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan saat menyelesaikan perkuliahan.
6. Bapak Budi Pranoto, S.Pd., selaku Kepala Sekolah dan seluruh Siswi SMP
Negeri 3 Way Pengubuan yang telah memberikan izin serta bantuannya untuk
melaksanakan penelitian.
7. Bapak A. Sholeh Sodikin dan Ibu Indah Lestari orang tua kandung penulis,
terimakasih telah memberikan doa, motivasi, semangat, dukungan dan kasih
sayang untuk keberhasilan ku.
8. Sahabat yang telah menjadi keluargaku. Terimakasih, Chintya Mutiara Dewi,
Elsa, Meki, Mukhlis, Septo, Yogi, Anisa, Maria, Lutfi, Ridhitia, yang selalu
memberikan semangat tulus kepadaku selalu memotivasi, memberikan
dukungan, membantu dan menemani semasa kuliah.
9. Terimakasih untuk teman-teman Pencak silat Tapak Suci cabang Way
Pengubuan yang selalu memberikan semangat lulus kepadaku.
10. Teman-teman Penjaskesrek 2014 terimakasih atas kebersamaan dan
kekompakan yang telah terjalin.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua amin.
Bandar Lampung, 20 Desember 2018
Penulis
Andika Windi Nur Sodikin
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Batasan Masalah.......................................................................... 6
D. Rumusan masalah........................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian……………………………………………... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Latihan......................................................................................... 9
1. Teori Latihan. ........................................................................ 9
2. Tujuan Latihan ...................................................................... 10
3. Prinsip-prinsip Latihan .......................................................... 10
B. Latihan melompat dengan Satu kaki ........................................... 13
C. Latihan leg squat ......................................................................... 16
D. Kecepatan .................................................................................... 18
E. Pencak Silat dan Sejarahnya ....................................................... 19
F. Pengertian teknik tendangan dalam pencak silat ........................ 21
G. Pengertian teknik tendangan samping ......................................... 24
H. Ekstrakurikuler ........................................................................... 28
I. Penelitian yang relevan ............................................................... 29
J. Kerangka Berfikir........................................................................ 30
K. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 31
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian........................................................................ 32
B. Populasi dan Sampel ................................................................... 33
C. Variable Penelitian ...................................................................... 34
xiv
D. Desain Penelitian ......................................................................... 35
E. Definisi Oprasional Variabel ...................................................... 36
F. Instrumen Penelitian.................................................................... 37
G. Program Latihan .......................................................................... 39
H. Prosedur Latihan ......................................................................... 40
I. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 43
J. Teknik Analisis Data ................................................................... 43
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 48
1. Deskripsi Data ....................................................................... 48
2. Analisis Data ......................................................................... 51
B. Pembahasan ................................................................................. 56
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 64
LAMPIRAN ........................................................................................... 65
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Norma Penilaian Kecepatan Tendangan Samping Atlet ........ 39
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen ....... 49
3. Hasil Uji Normalitas .............................................................. 51
4. Hasil Uji Homogenitas ........................................................... 53
5. Hasil Analisis Uji t Pengaruh ................................................. 53
6. Data Hasil Penelitian Kelompok 1 dan 2 ............................... 55
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Otot tungkai atas .................................................................... 15
2. Otot tungkai bawah ................................................................ 15
3. Leg squat ................................................................................ 17
4. Bagian-bagian tungkai ........................................................... 26
5. Tendangan samping ............................................................... 27
6. Desain penelitian .................................................................... 35
7. Ordinal Pairing ...................................................................... 36
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Batang Halaman
1. Perbedaan Hasil Tes Kelompok Eksperimen 1 ...................... 49
2. Perbedaan Hasil Tes Kelompok Eksperimen 2 ...................... 50
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Kepulauan
Melayu. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei,
dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran
berbagai suku bangsa Nusantara. Olahraga pencak silat dapat dikatakan sebagai
seni sebab dalam olahraga ini ada unsur-unsur bela diri, budi pekerti,
pembentukan sikap. Adanya kepribadian yang kuat dan semangat kebangsaan
berguna untuk membentuk manusia pembangunan.
Pencak silat ditinjau dari sudut seni harus mempunyai keselarasan dan
keseimbangan antara wirama, wirasa, dan wiraga atau keserasia irama,
penyajian teknik dan penghayatan. Pada seni pencak silat penekanan dan
dominasi dapat diletakkan pada hal-hal berikut yaitu gerak bela diri yang
diperhalus dan diperindah, gerak tari yang mengambil motif-motif bela diri
pencak silat, gerak tari yang diwarnai gerak pencak silat sekadarnya sebagai
situasi saja, gerak perpaduan yang seimbang dan selaras antara tari dan bela
diri.
Setiap empat tahun di Indonesia ada pertandingan pencak silat tingkat nasional
dalam Pekan Olahraga Nasional, Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional dan
2
Pekan Olahraga Pelajar Nasional. Pencak silat juga dipertandingkan dalam
SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga ada banyak penggemar
pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika. Di tingkat
nasional olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah
satu alat pemersatu nusantara, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan
menjadi identitas bangsa. Olahraga pencak silat sudah dipertandingkan di skala
internasional yaitu KEJURDUN dan Belgium Open. Di Indonesia banyak
sekali aliran-aliran dalam pencak silat, dengan banyaknya aliran ini
menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang ada di Indonesia dengan
nilai-nilai yang ada di dalamnya.
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu
adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula
mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei
1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kini IPSI tercatat
sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia. Pada 11 Maret 1980, Persatuan
Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M. Nalapraya
(Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut juga dihadiri
oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Keempat
negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat. .
Begitu pun dikalangan pelajar, Pencak Silat sudah banyak dipertadingkan baik
di tingkat Kabupaten, Provinsi, Nasional sampai ketingkat dunia. Diantara nya
O2sn, Pekan olahraga pelajar daerah (POPDA), Pekan olahraga pelajar wilayah
(POPWIL), pekan olah raga pelajar nasional (POPNAS), Belgium Open dan
3
masih banyak lagi. Oleh karena itu semakin banyak perlombaan pencak silat
diharapkan para pelajar di Indonesia dapat lebih berprestasi.
Teknik dalam pencak silat dibagi menjadi dua yaitu serangan dan pembelaan.
Teknik serangan dalam pencak silat adalah salah satu upaya pembelaan diri
dengan menggunakan lengan, tangan dan tungkai yang diarahkan pada sasaran
tertentu pada anggota tubuh lawan. Menurut Iskandar (1992:95) bahwa teknik
serangan dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan alat yang digunakan
yaitu serangan dengan lengan atau yang disebut pukulan dan serangan dengan
menggunakan tungkai yang disebut tendangan. Teknik pembelaan merupakan
prinsip utama dalam pencak silat, dasar dari teknik pembelaan yaitu hindaran,
elakan dan tangkisan yang harus dilatih untuk memperkuat pembelaan aktif
dan serangan balasan serta teknik-teknik lainnya. Atlet pencak silat untuk
mendapatkan prestasi yang maksimal ada beberapa aspek yang perlu dilatih
yaitu latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik dan latihan mental. Prestasi
yang optimal dapat didapatkan ketika atlet memiliki kekayaan teknik pencak
silat seta kemahiran dalam menggunakannya ditunjang oleh kondisi fisik yang
baik.
Didalam pertandingan pencak silat terdapat beberapa teknik salah satu nya
adalah teknik tendangan, teknik tendangan pada pencak silat terbagi menjadi
beberapa jenis yaitu (1) Tendangan Lurus adalah tendangan dengan lintasan
lurus ke depan, sasaran adalah kemaluan lawan, atau perut lawan, pesilat bisa
mengkombinasikan tendangan ini dengan kombinasi lompatan. (2) Tendangan
Sabit adalah tendangan pencak silat dengan lintasan kaki melengkung atau
4
membentuk lintasan seperti sabit, dengan sasaran yang dituju adalah arah perut.
(3) Tendangan Belakang adalah merupakan tehnik tendangan yang dilakukan
memutar tubuh dan sikap tubuh membelakangi lawan, dengan perkenaan pada
telapak kaki atau tumit, sasaran yang dituju adalah perut lawan, bisa juga
sasaran kepala. (4) Tendangan Gajul adalah tendangan yang perkenaannya
pada tumit sedang lintasannya adalah dari arah bawah ke atas. (5) Tendangan
Samping atau Tendangan T merupakan jenis tendangan yang diperagakan
posisi tubuh menyamping dan lintasan tendangan lurus ke samping. Bagian
kaki yang digunakan adalah bagian tajam telapak kaki dan tumit. Beraneka
ragam bentuk Variasi dalam pelaksanaanya diantaranya : T lompat, T gantung,
T jepret. Tendangan samping bisa menjadi senjata yang mematikan apabila
dikuasai dengan baik oleh para atlet. Dalam melakukan tendangan samping
sangat diperlukan kekuatan otot pinggang dan tungkai. Kekuatan otot tungkai
dalam cabang pencak silat adalah kebutuhan mutlak yang harus dimiliki oleh
setiap atlet pencak silat, karena otot tungkai sangat dibutuhkan oleh atlet untuk
melakukan pertahanan maupun serangan pada lawan untuk mendapatkan point.
Semakin kuat otot tungkai maka tingkat keberhasilan dalam melakukan
tendangan samping akan menghasilkan serangan yang sangat mematikan.
Kecepatan dalam melakukan tendangan samping sangat penting khusus nya
untuk para atlet pelajar latihan ini harus ditingkatkan, karena dalam masa ini
atlet pelajar mengalami perkembangan secara cepat dari psikologis maupun
fisik. Banyak sekali Metode latihan yang digunakan para pelatih dalam
meningkatkan kecepatan tendangan samping, salat satu nya adalah melompat
dengan satu kaki dengan jarak tertentu dan leg squat. Kelebihan metode latihan
5
ini sering digunakan selain dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai namun
dapat meningkatkan kelincahan, kesimbangan serta kecepatan dalam
melakukan Tendangan Samping dan juga metode latihan ini dapat dilakukan
dimana saja dan kapan pun.
Berdasarkan Observasi pada atlet Pencak Silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan ,
Permasalahan yang terjadi adalah masih lemahnya atlet dalam melakukan
tendangan samping pada saat sedang latihan maupun bertanding. Mulai dari
lambatnya melontarkan dan menarik kembali kaki pada saat melakukan
tendangan samping, aspek kekuatan tungkai sehingga pada saat melakukan
tendangan samping sangat mudah untuk ditangkap dan dijatuhkan oleh lawan
penyebabnya adalah aspek kekuatan otot tungkai yang masih lemah dan
kecepatan dalam melakukan tendangan samping masih sangat lambat,
sedangkan dalam pertandingan pencak silat para atlet dituntut harus bisa
menguasai teknik-teknik yang berhubungan dengan otot tungkai salah satu nya
yaitu tendangan samping, karena itu salah satu cara agar menambah poin dalam
suatu pertandingan.
Berdasarkan latar belakang ini saya tertarik untuk meneliti pengaruh Latihan
Melompat dengan Satu kaki dan Leg Squat terhadap kecepatan Tendangan
Samping Ekstrakurikuler Pencak Silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas identifikasi masalah yang mendorong saya
untuk melakukan penelitian berkenaan dengan judul di atas.
6
1. Kekuatan otot tungkai pada Atlet Pencak Silat Pelajar SMP Negeri 3 Way
Pengubuan masih sangat lemah
2. Dalam pertandingan masih banyak nya atlet yang gagal dalam melakukan
Tendangan Samping sehingga mudah ditangkap oleh lawan
3. Dalam melakukan tendangan samping masih sangat lambat, sehingga
mudah dijatuhkan oleh lawan dengan serangan bawah
4. Pentingnya unsur otot tungkai dalam melakukan Tendangan Samping
5. Pentingnya unsur kelincahan dalam melakukan Tendangan Samping
6. Pentingnya unsur keseimbangan dalam melakukan Tendangan Samping
7. Belum diketahui dengan pasti Pengaruh Latihan melompat dengan satu kaki
dan Leg Squat terhadap kecepatan Tendangan Samping
C. Pembatasan Masalah
Menghindari penafsiran yang salah dan tidak menyimpang dari
permasalahan serta tujuan penelitian, maka peneliti membuat batasan
masalah. Adapun pembatasan masalah penelitian ini adalah :
Aspek yang diteliti pada penelitian ini hanya ingin mengetahui latihan
lompat dengan satu kaki dan latihan leg squat terhadap peningkatkan
kecepatan tendangan samping peserta ekstrakurikuler pencak silat SMP
Negeri 3 Way Pengubuan.
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan
masalah, yaitu:
1. Apakah ada pengaruh latihan melompat dengan satu kaki terhadap
peningkatkan kecepatan tendangan samping peserta ekstrakurikuler pencak
silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan ?
2. Apakah ada pengaruh latihan leg squat terhadap peningkatkan kecepatan
tendangan samping peserta ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3
Way Pengubuan ?
3. Manakah yang lebih berpengaruh antara latihan melompat dengan satu
kaki dan leg squat terhadap peningkatan kecepatan tendangan samping
peserta ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang sudah dirumuskan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh latihan melompat dengan 1 kaki terhadap
peningkatkan kecepatan tendangan samping ekstrakurikuler pencak silat
SMP Negeri 3 Way Pengubuan.
2. Untuk mengetahui pengaruh latihan leg Squat terhadap peningkatkan
kecepatan tendangan samping ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3
Way Pengubuan.
3. Untuk mengetahui latihan mana yang lebih berpengaruh antara latihan
melompat dengan satu kaki dan leg squat terhadap kecepatan tedangan
samping ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan.
8
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi tentang pengaruh latihan
melompat dengan satu kaki dan leg squat terhadap peningkatkan kecepatan
tendangan samping ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dalam
perkembangan teknik tendangan samping pada pencak silat.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi pencak silat pada
kecepatan tendangan samping khususnya agar lebih mengetahui berbagai
pengaruh latihan melompat dengan satu kaki dan leg squat yang
bermanfaat untuk menunjang dalam pertandingan Pencak Silat.
3. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya penelitian
yang lebih luas.
4. Untuk Pelatih atau Guru
Dapat digunakan sebagai salah satu pedoman untuk mengetahui dan
menyusun program latihan sehingga waktu latihan akan lebih efektif dan
efisien sehingga pencapaian prestasi akan lebih baik
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Latihan
1. Teori Latihan
Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan fisik, kata latihan akan
menjadi hal yang mutlak nantinya untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai. Banyak hal yang harus dilakukan agar dalam proses latihan
berjalan dengan lancar dan tidak terjadi kesalahan di dalam
pelaksanaannya.
Menurut Bafirman (2008:18) mengatakan bahwa “latihan merupakan
aktivitas olahraga secara sistimatik dalam waktu yang lama, ditingkatkan
secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi dan
psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”.
Latihan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan
kekuatan otot, sedangkan kekuatan otot merupakan modal untuk
mempermudah mempelajari teknik, mencegah terjadinya cidera dan
mencapai prestasi yang maksimal.
Latihan atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau
bekerja yang dilakukan secara berulang- ulang dengan kian hari kian
menambah beban latihannya atau pekerjaannya (Harsono, 1998 :101).
10
Latihan atlet harus memperhatikan peningkatan beban. Beban latihan
harus ditingkatkan manakala sudah tiba saatnya untuk ditingkatkan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan
adalah suatu proses berlatih yang dilakukan secara sistematis, berulang-
ulang yang kian hari jumlah beban latihan kian bertarnbah. bertujuan
mencapai keterampilan yang lebih baik.
2. Tujuan Latihan
Menurut Bompa (1993:6), Tujuan latihan adalah: 1) Untuk mencapai dan
memperluas fisik secara menyeluruh, 2) untuk menjamin dan
memperbaiki perkembangan fisik khususnya sebagai suatu kebutuhan
yang telah ditentukan didalam praktek olahraga, 3) Untuk memoles dan
menyempurnakan teknik olaharaga yang dipilih, 4) Memperbaiki dan
menyempurnakan strategi yang penting yang dapat diperoleh dari belajar
teknik lawan, 5) Menanamkan kualitas kemampuan, 6) Menjamin dan
menanamkan persiapan tim secara otomatis, 7) Untuk mempertahankan
keadaan sehat setiap atlet, 8) Untuk mencegah cedera, dan 9) Untuk
menambah pengetahuan atlet.
3. Prinsip-prinsip Latihan
Mencapai peningkatan kemampuan fisik maupun teknik dalam suatu
cabang olahraga, diperlukan suatu proses dan waktu. Program latihan
perlu disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip latihan melalui
pentahapan, teratur dan berkesinambungan.
11
Menurut Harsono (1988 : 102-122) mengemukakan bahwa latihan harus
memperhatikan prinsip-prinsip latihan sebagai berikut :
a. Prinsip beban lebih (Overload)
Prinsip ketika seseorang harus meningkatkan beban latihan setiap
kali atlet sudah mampu mengatasi beban yang diangkatnya. Beban
yang kian hari kian meningkat, akan meningkatkan kemampuan dan
kualitas fisik atlet. Menurut Harsono (1988 :103) agar prestasi atlet
dapat meningkat, atlet harus selalu berusaha dengan beban kerja
yang lebih berat, dari pada yang mampu di lakukan pada saat itu.
Atau dengan kata lain, dia harus berusaha senantiasa berlatih dengan
beban kerja yang ada diatas ambang rangsang kepekaannya
(thershould of sensitivity).
b. Prinsip perkembangan menyeluruh (multilateral development)
Salah satu prinsip latihan yang harus diterapkan, terutama untuk atlet
pemula yang baru bergabung dengan aktivitas cabang olahraga
apapun. Seorang atlet dapat mudah menguasai gerakan atau teknik
dalam cabang olahraga yang diikutinya, dengan memiliki
pengalaman gerak yang banyak dalam latihan.
c. Prinsip spesialisasi
Prinsip spesialisasi adalah prinsip yang merupakan kelanjutan dari
prinsip perkembangan menyeluruh. Ketika atlet sudah cukup banyak
mendapatkan pengalaman gerak dalam proses latihan, maka
selanjutnya atlet diarahkan untuk memasuki dunia olahraga, dengan
12
keterlibatan dalam cabang olahraga yang lebih khusus, yaitu cabang
olahraga yang diinginkannya. Menurut Harsono (1988:109)
spesialisasi berarti mencurahkan seluruh kemampuan, baik fisik
maupun psikis pada satu cabang olahraga tertentu.
d. Prinsip individualisasi
Setiap atlet berbeda dalam kemampuan, potensi, dan karakteristik
belajarnya. Prinsip individualisasi yang merupakan salah satu syarat
yang penting dalam latihan harus diterapkan kepada setiap atlet,
sekalipun mereka mempunyai tingkat prestasi yang sama. Seluruh
konsep latihan harus disusun sesuai dengan kekhasan setiap individu
agar tujuan latihan dapat sejauh mungkin tercapai.
e. Prinsip intensitas latihan
Intensitas latihan yang diberikan dengan lebih berat, akan
meningkatkan kemampuan psikologis menjadi lebih baik. Intensitas
latihan yang cukup berat bagi seorang atlet, dapat meningkatkan
kualitas penampilan bagi yang bersangkutan, baik dari segi fisik,
maupun teknik. Latihan berkualitas yang dimaksud adalah, latihan
yang memberikan latihan-latihan yang bermanfaat bagi atlet
tersebut.
f. Prinsip kualitas latihan
Setiap latihan harus berisi dril – dril yang bermanfaat dan yang jelas
arah serta tujuan latihannya. Atlet harus merasakan bahwa apa yang
13
diberikaan oleh pelatih adalah memang berguna baginya, dan bahwa
hari itu dia telah lagi belajar atau mengalami sesuatu yang baru.
g. Prinsip variasi latihan
Variasi latihan akan membuat atlet bergairah untuk mengikuti
latihan, sehingga dapat meningkatkan motivasinya untuk meraih
prestasi yang tinggi. Latihan yang bervariasi akan menuntut atlet
unutk melakukan latihan dengan sebaik mungkin. Menurut Harsono
(1988 : 121) variasi-variasi latihan yang dikreasi dan diterapkan
secara cerdik akan dapat menjaga terpeliharanya fisik maupun
mental atlet, sehingga dengan demikian timbulnya kebosanan
berlatih sejauh mungkin dapat dihindari. Atlet selalu membutuhkan
variasi dalam latihan.
h. Prinsip lamanya latihan
Lamanya latihan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan.
Menurut Harsono (1988 :121) waktu latihan sebaiknya adalah
pendek akan tetapi berisi dan padat dengan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat. Kecuali waktunya yang pendek, latihan harus juga
dilakukan sesering mungkin. Setiap latihan tesebut haus dilakukan
dengan usaha yang sebaik-baiknya dan dengan kualitas atau mutu
yang tinggi.
B. Latihan melompat dengan satu kaki
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, lompat adalah bergerak
dengan mengangkat kaki ke depan (ke bawah, lalu ke atas) dan dengan cepat
14
menurunkannya lagi. Yang dimaksud latihan melompat dengan satu kaki
disini adalah melakukan gerakan melompat dengan satu kaki dan satu kaki
dilipat dengan lutut setinggi dada dengan jarak tertentu. Latihan ini salah satu
nya untuk kekuatan, keseimbangan dan ketepatan. Latihan melompat dengan
satu kaki ini bertujuan untuk melatih otot tungkai.
Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapat
rangsang dari luar berupa rangsang arus listrik, rangsang mekanis, dingin dan
lain – lain. Dalam keadaan sehari – hari otot ini akan bekerja atau
berkontraksi menurut pengaruh atau perintah yang datang dari susunan syaraf
motoris. Dimana unuk mendapatkan kekatan otot tungkai yang dihasilkan
oleh adanya kontraksi ototyang terdapat pada tungkai sehingga dapat
melakukan gerakan otot yang terdapat didalam tubuh manusia.
Otot tungkai dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Otot Tungkai Bagian Atas
Menurut Soedarminto (1992:60) otot tungkai atas terdiri dari M. Abduktor
maldanus, M. Abduktor brevis, M. Abduktor longu. Ketiga otot ini menjadi
satu yang disebut M. Abduktor femoralis dan berfungsi menyelenggarakan
gerakan abduksi dari femur, M. Rektus femuralis, M. Vastus lateralis
eksternal, M. Vastus medialis internal, M. Vastus inter medial, biseps
femoris, berfungsi membengkokan urat bawah serta memutar kedalam, M.
Sartorius, berfungsi eksoratasi femur, memutar keluar waktu lutut fleksi,
serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkokan keluar.
15
Gambar 1. Otot Tungkai Atas
(Evelyn C. Pearce, 1993: 1113)
2. Otot Tungkai Bawah
Menurut Soedarminto (1992: 60) otot tungkai bawah terdiri atas otot
tulang kering, depan M. Tibialis anterior, berfungsi mengangkut
pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokan kaki, M. Ekstensor
talangus longus, berfungsi meluruskan jari telunjuk kejari tengah, jari
manis dan kelingking jari, otot ekstensi jempol, berfungsi dapat
meluruskan ibu jari kaki, tendo achilles, berfungsi meluruskan kaki di
sendi tumit dan membengkokan tungkai bawah lutut(M. Popliteus), M.
Falangus longus, berfungsi membengkokan empu kaki, M. Tibialis
posterior, berfungsi membengkokan kaki di sendi tumit dan telapak
kaki disebelah kedalam.
Gambar 2. Otot Tungkai Bawah
(Evelyn C. Pearce, 1993: 1114)
Latihan melompat dengan 1 kaki dapat meningkatkan kekuatan otot
tungkai karena Proses penyerapan beban oleh tubuh melalui pergerakan
tangan dan kaki ketika mendarat setelah melakukan lompatan, dan
16
dilanjutkan lagi dengan melakukan kontraksi di otot-otot tersebut.
Mendarat setelah melakukan lompatan, bebannya diserap oleh tubuh
melalui pergerakan tangan dan kaki, dan dalam split seconds
dilanjutkan dengan melakukan kontraksi di otot-otot tersebut. Contoh:
setelah mendarat langsung melakukan lompatan lagi yang berikutnya.
Proses kembali melompat dengan cepat sesaat setelah mendarat ini akan
memberikan ekstra loading pada otot-otot kaki, terutama otot betis dan
otot hamstring. Beban inilah yang merupakan bagian latihan kekuatan
untuk otot tungkai. Semakin sering melakukan gerakan melompat
dengan 1 kaki seperti ini dapat meningkatkan refleks yang sangat baik
pada gerakan-gerakan tertentu.
C. Latihan Leg Squat
Leg Squat adalah cara terbaik untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan
untuk hasil yang lebih cepat. Leg Squat sangat mudah dilakukan dan tidak
memerlukan peralatan khusus. Selain itu latihan ini dapat meningkatkan
kelincahan serta keseimbangan.
Manfaat lain melakukan leg squat adalah sebagai berikut :
1. Membakar kalori
2. Membentuk otot seluruh tubuh
3. Meningkatkan massa otot
4. Meningkatkan massa tulang
5. Meningkatkan metabolisme
6. Memperkuat paha depan, belakang
17
7. Mencegah osteoporosis dini
Sebelum melakukan leg squat ada baiknya kita mengerti terlebih dahulu
bagaimana melakukan leg squat yang benar :
Gambar 3
Ragampenjas.blogspot.com
1. Posisi telapak kaki
Untuk posisi kaki, yang harus di lakukan adalah berdiri dengan kaki
kira-kira selebar bahu, dan arahkan jari kaki sedikit mengarah keluar.
Carilah posisi yang paling nyaman untuk leg squat.
2. Kendalikan posisi lutut anda
Hal ini sangat penting karena lutut bisa berpindah posisi. Hindari lutut
bergerak ke arah dalam, kendalikan lutut ke arah luar.
3. Jongkok
Jongkoklah sampai otot betis menyentuh paha. Untuk melatih otot kaki
dengan seimbang harus melakukan squat sampai bawah.
4. Berdiri pada tumit
Pastikan tumpuan hanya bertumpu pada tumit pada saat melakukan leg
squat. Hal ini membantu pinggang untuk berada di posisi yang tepat.
18
5. Punggung lurus
Untuk menghindari cidera otot pinggang, harus meluruskan punggung.
Caranya adalah dengan membusungkan dada.
D. Kecepatan
1. Pengertian Kecepatan
Menurut Harsono (2001:36), Kecepatan adalah kemampuan untuk
melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam
waktu sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak
dalam waktu yang cepat.
Menurut Dick (1989) dalam Yunyun Yudiana, dkk (2011:10), Kecepatan
adalah kapasitas dari anggota tubuh atau bagian dari sistem pengungkit
tubuh atau kecepatan pergerakan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan
dalam waktu yang singkat.
Berdasarkan pada beberapa pengertian tentang kecepatan yang
disampaikan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kecepatan merupakan suatu komponen kondisi fisik yang dibutuhkan
untuk melakukan gerakan secara berturut-turut atau memindahkan tubuh
dari posisi tertentu ke posisi yang lain pada jarak tertentu pada waktu yang
sesingkat-singkatnya.
2. Kecepatan Tendangan
Yang dimaksud kecepatan tendangan adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan gerakan tendangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
19
kecepatan termasuk komponen biomotor yang sangat berpengaruh pada
penampilan atlet pencak silat dalam pertandingan. Dalam pertandingan
pencak silat kecepatan dapat dilihat dalam melakukan serangan baik
tendangan, pukulan, serta reaksi saat mendapat serangan dari lawan.
Tendangan merupakan serangan yang doinan dilakukan dalam
pertandingan pencak silat. Dengan itu kecepatan tendangan sangat
dibutuhkan dalam pertandingan pencak silat untuk memperoleh nilai
E. Pencak Silat dan Sejarahnya
Menurut Abdus Syukur (Maryono; 1998) dalam Sucipto, (2001:26-28)
mengatakan “Pencak adalah gerakan langkah keindahan dengan menghindar,
yang disertakan gerakan berunsur komedi.Pencak dapat dipertontonkan
sebagai sarana hiburan. Sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri
menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan di depan
umum”.
Pendapat yang sama menurut Mr. Wongsonegoro ketua IPSI yang pertama
dalam Sucipto, (2001:26-28) mengatakan bahwa “Pencak adalah gerakan
serang bela, berupa lari dan berirama dengan peraturan adat kesopanan
tertentu, yang biasa dipertunjukan di depan umum. Silat adalah inti sari dari
pencak, yakni kemahiran untuk perkelahian atau membela diri mati-matian
yang tidak dapat dipertunjukan di depan umum”.
Menurut Imam Koesoepangat dalam Sucipto, (2001:26-28) mengatakan
“pencak merupakan gerak bela diri tanpa lawan, sementara silat sebagai bela
diri yang tidak boleh dipertandingkan.Pendapat yang berbeda” menurut
20
Maryono dalam Sucipto, (2001:26-28) menyimpulkan, bahwa “yang menjadi
kriteria untuk membedakan arti pencak‟ dan arti „silat‟ adalah apakah sebuah
gerakan itu boleh dipertontonkan atau tidak”. Tokoh-tokoh pendiri IPSI
akhirnya sepakat untuk tidak membedakan pengertian pencak dengan silat ,
karena kedua kata tersebut memang mempunyai pengertian yang sama. Pada
akhirnya, PB IPSI beserta BAKIN pada tahun 1975 dalam Sucipto, (2001:26-
28) mendefinisikan bahwa “Pencak silat adalah hasil budaya manusia
Indonesia untuk membela, mempertahankan eksistensi (kemandiriannya) dan
integritasnya (manunggal) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk
mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa”.
Pencak silat merupakan olahraga bela diri yang berasal dari Indonesia. Induk
organisasi pencak silat di Indonesia bernama IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia). IPSI didirikan pada tanggal 18 Mei 1948. IPSI tercatat sebagai
organisasi silat tertua di dunia, Teknik dasar yang harus dikuasai untuk dapat
melakukan pencak silat adalah sikap dasar, gerak dasar, teknik dasar
serangan, teknik dasar pembelaan.
Olahraga pencak silat dapat dikatakan sebagai seni sebab dalam olahraga Ini
adalah unsur-unsur bela diri, budi pekerti, pembentukan sikap. Adanya
kepribadian yang kuat dan semangat kebangsaan berguna untuk membentuk
manusia pembangunan.
Pencak silat ditinjau dari sudut seni harus mempunyai keselarasan dan
keseimbangan antara wirama, wirasa, dan wiraga atau keserasia irama,
21
penyajian teknik dan penghayatan. Pada seni pencak silat penekanan dan
dominasi dapat diletakkan pada hal-hal berikut:
1. Gerak bela diri yang diperhalus dan diperindah.
2. Gerak tari yang mengambil motif-motif bela diri pencak silat.
3. Gerak tari yang diwarnai gerak pencak silat sekadarnya sebagai situasi
saja.
4. Gerak perpaduan yang seimbang dan selaras antara tari dan bela diri
F. Pengertian Teknik Tendangan dalam Pencak Silat
Olahraga pencak silat teknik tendangan sama pentingnya dengan teknik
pukulan, akan tetapi tendangan mempunyai kekuatan yang lebih besar
dibanding dengan kekuatan pukulan. Tendangan harus memiliki tingkat
keseimbangan yang baik, bukan hanya berat badan yang bertumpu pada 1satu
kaki saja tetapi juga disebabkan akibat guncangan tenaga balik padasaat
benturan, kaki memiliki jangkauan panjang yang tidak terjangkau oleh
tangan.
Penggunaan teknik tendangan harus disertai dengan koordinasi yang baik
antara sikap kaki, sikap tangan dan sikap badan. Menurut MUNAS IPSI XII
tahun 2007 dalam perolehan point (nilai) tendangan mempunyai nilai lebih
tinggi yaitu 2 atau 1+2 sedangkan pukulan hanya memperoleh nilai 1 atau
1+1. Teknik serang yang dominan pada pertandingan pencak silat merupakan
teknik tendangan.
Teknik tendangan suatu proses yang gerakannya menggunakan tungkai atau
kaki. Notosoejitno (1997:71) mengatakan bahwa tendangan merupakan
22
serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai, kaki sebagai
komponen penyerang.
Menurut Johansyah Lubis (2004:26) teknik tendangan terbagi menjadi
beberapa macam antara lain : tendangan lurus, tendangan tusuk, tendangan
kepret, tendangan jejag, tendangan gajul, tendangan T, tendangan celorong,
tendangan belakang, tendangan kuda, tendangan taji, tendangan sabit,
tendangan baling, tendangan bawah, dan tendangan gejig. Akan tetapi tidak
semua tendangan tersebut digunakan dalam pertandingan.
Menurut Nugroho (2001:17) jenis tendangan menjadi 4 menurut perkenaan
kakinya, yaitu: (a) Tendangan depan yaitu tendangan yang menggunakan
punggung, telapak, ujung telapak, dan tumit kaki; (b) Tendangan samping(T)
yaitu tendangan yang menggunakan sisi kaki, telapak kaki dan tumit; (c)
Tendangan belakang merupakan tendangan yang menggunakan telapak kaki
dan tumit kaki; dan (d) Tendangan busur (sabit) merupakan tendangan yang
menggunakan punggung, ujung telapak kaki busur belakang menggunakan
tumit kaki. Melihat dari efektifitas dan efisiensi gerak, tidak semua tendangan
tersebut dapat digunakan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding.
Tendangan yang tidak efektif dan efisien akan menghambat atlet dalam
memperoleh nilai pada pertandingan. Jenis tendangan yang sering dilakukan
dalam pertandingan pencak silat kategori tanding terdiri dari tendangan
depan, tendangan sabit, tendangan samping atau tendangan T.
1. Tendangan depan yaitu tendangan yang perkenaan terletak pada telapak,
ujung telapak, dan tumit kaki. Tendangan ini diawali dengan mengangkat
23
lutut ke depan terlebih dahulu ke arah depan dan meluruskan ke arah
depan,tendangan jenis ini sangat cocok digunakan untuk pertarungan
jarak jauh, dan bagi pesilat yang memiliki tungkai yang panjang sangat
efektif digunakan karena jangkauannya pasti lebih panjang. Kelemahan
dari tendangan ini adalah jika gerak balikan tidak cepat maka sangat
mudah tendangan tersebut untuk ditangkap.
2. Tendangan (T) atau yang bisa disebut juga dengan tendangan samping
karena arah gerakan tendangan ke arah samping. Terdapat berbagai
macam variasi tendangan samping ini. Semua variasi khususnya untuk
permainan dalam pertandingan pada awalan boleh berbeda tetapi bentuk
akhirnya sama yaitu seperti huruf T. Tendangan samping memakai tumit
sebagai alat serang atau menggunakan sisi luar telapak kaki atau ada
yang menyebut sebagai pisau kaki.
3. Tendangan sabit/busur, seperti namanya tendangan busur adalah
tendangan berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki.
Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan
namun lintasanya berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki dan
perkenaan pada punggung kaki. Menurut Hariyadi (2003:75) mengatakan
bahwa tendangan sabit merujuk pada namanya, merupakan teknik
tendangan yang lintasan geraknya membentuk garis setengah lingkaran,
atau tendangan ini cara kerjanya mirip dengan sabit (clurit/arit) yaitu
diayun dari samping luar menuju samping dalam.
24
G. Pengertian Teknik Tendangan Samping
Tendangan (T) atau yang bisa disebut juga dengan tendangan samping karena
arah gerakan tendangan ke arah samping. Terdapat berbagai macam variasi
tendangan samping ini. Semua variasi khususnya untuk permainan dalam
pertandingan pada awalan boleh berbeda tetapi bentuk akhirnya sama yaitu
seperti huruf T. Ada beberapa jenis tendangan T dalam pecak silat diantara
nya adalah tendangan T gantung, T loncat, dan T terbang. Tendangan
samping memakai tumit sebagai alat serang atau menggunakan sisi luar
telapak kaki atau ada yang menyebut sebagai pisau kaki. Tendangan Samping
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan
tendangan T antara lain: (1) jangkauan lebih panjang, (2) jarak kepala dengan
lawan lebih jauh, maka lebih aman, (3) eksplorasi tenaga bisa maksimum.
Untuk kelemahannya antara lain: (1) sulit digunakan untuk pertarungan jarak
pendek, (2) lebih mudah dijatuhkan baik dengan permainan bawah maupun
dengan tangkapan. Semakin rebah sikap badan semakin mudah dijatuhkan
dengan tangkapan, (3) kurang menghadap lawan sehingga bisa kehilangan
pandangan. Untuk kelemahan kelemahan tersebut diatas bisa diatasi dengan
sikap badan yang lebih tegak dan lebih menghadap lawan sehingga kalau
dilakukan secara ekstrim bentuknya berubah seperti huruf ”Y”. Beberapa
untung rugi dengan cara ini adalah:
1. Jangkauan berkurang sehingga lebih bisa digunakan untuk pertarungan
jarak pendek.
25
2. Tidak banyak memutar badan sehingga lebih sulit dideteksi dan tenaga
yang diperlukan juga sedikit lebih irit, tetapi konsekuensinya tenaga yang
dihasilkan juga tidak bisa maksimum
3. Lebih sulit dijatuhkan dengan tangkapan karena badan lebih tegak dan
juga karena jarak dengan lawan menjadi lebih pendek sehingga mudah
melakukan clinch (pelukan/pegangan lawan)
4. Lebih mudah mendeteksi gerakan lawan karena lebih menghadap
termasuk kemungkinan lawan menggunakan permainan bawah (misal
sirkel/sabetan bawah) untuk menjatuhkan
Dalam Pertandingan Pencak-silat lebih banyak menggunakan tendangan T
ini dalam versi loncat, pertarungan jarak pendek seperti pada Kickboxing
juga kurang menyukai jenis tendangan ini mungkin karena pertimbangan
jarak dan juga penghematan tenaga.
Dalam melakukan tendangan samping banyak aspek yang harus diperisapkan
diantara nya adalah aspek kekuatan, kelincahan serta keseimbangan.
Dalam melakukan tendangan samping kekuatan menjadi kebutuhan mutlak
yang harus dimiliki oleh setiap pesilat. Tendangan samping memerlukan
kekuatan otot dan tulang pada daerah tungkai karena pada dasar nya memang
tendangan dalam setiap cabang olahraga menggunakan tungkai.
Tungkai manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu tungkai bagian atas dan
tungkai bagian bawah. Tungkai bawah (ekstrimitasimperior) digunakan
sebagai penahan dan digunakan untuk segala aktivitas.
26
Tungkai dibentuk oleh tungkai atas atau paha (os femoris/femur).Tulang
tungkai bawah yang terdiri dari tulang kering (os tibia) dan tulang betis
(osfibula) dan tulang kaki (ossa pedis/foot bones).
Gambar 4. Bagian – bagian Tungkai
(Evelyn C. Pearce, 1993: 1114)
Komponen otot yang terdapat dalam tungkai bagian bawah terdiri atas :
muskulus fibularis longus, muskulus gastronemius, muskulus fibularis
longus, muskulus tibialis an muskulus terior, muskulus ekstensor halusis
longus, muskulus fibularis ertius, muskulus ekstensor digitorum longus,
muskulus plantaris, muskulus popliteus, muskulus fleksor halusis longus,
muskulus msleolus.
Otot tungkai bagian atas terdiri dari : muskulus sartorius, muskulus rectus
femoris, muskulus, muskulus vestus radialis, muskulus vestus
intermedius, muskulus vestus lateralis, muskulus tensor fasia
latae,muskulus pectenius, muskulus adduktor longgus, muskulus gracilis,
muskulus adduktor brevis, muskulus adduktor magnus, muskulus
pektineus, muskulus adduktor minimis, muskulus adduktor magnus,
muskulus gracilis, muskulus gluteus maximus, muskulus biceps femoris.
27
cabang olahraga pencak silat membutuhkan kelincahan pada saat atlet
melakukan serangan seperti melakukan teknik tendangan samping
dibutuhkan kecepatan melewati periode waktu untuk melontarkan kaki
kearah sasaran selain itu tanpa kehilangan keseimbangan atlet siap untuk
melakukan gerakan selanjutnya.
Menurut Saleh (1986:43) teknik tendangan samping memerlukan tingkat
keseimbangan yang tinggi dikarenakan proyeksi pusat gaya berat serta
memiliki bidang tumpu yang kuat.
Gambar 5. Tendangan Samping atau T
Blogcadiak.blogspot.com
Berikut adalah cara melakukan tendangan samping berbentuk T :
1. Gunakan kuda-kuda kiri depan.
2. Kaki kanan ditendangkan ke depan hentakan telapak kaki sejaja
dengan bahu.
3. kemudian dorong kaki kanan kearah sasaran dengan menggunakan
telapak kaki dan badan dicondongkan kearah belakang sebagai
penyeimbang.
4. Kedua tangan berada di depan dada sebagai penyeimbang.
28
H. Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran
(tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah untuk lebih
memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang
telah dimiliki siswa dari berbagai bidang studi (Subagiyo 2003:23). Sekolah
merupakan lembaga pendidikan, yang menampung peserta didik dan dibina
agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan dan keterampilan. Dalam
proses pendidikan diperlukan pembinaan secara berkoordinasi dan terarah.
Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang
maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.
Dalam pembinaan siswa disekolah,banyak wadah atau program yang
dijalankan demi menunjang proses pendidikan yang kemudian atas prakarsa
sendiri dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan kearah pengetahuan
yang lebih maju. Salah satu wadah pembinaan siswa disekolah adalah
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan – kegiatan yang diadakan dalam program
ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah.Melalui
kegiatan ekstrakurikuler yangberagam siswa dapat mengembangkan bakat,
minat dan kemampuannya.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler inisiswa dapat memperdalam dan
memperluas pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan masing-masing
serta membentuk kepribadian siswa serta memunculkan bakat siswa yang
berprestasi dibidang olahraga.
Tujuan ekstrakurikuler menurut Depdikbud :
29
1. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal
hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, serta
melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
2. Untuk lebih memantapkan pendidikan yang kepribadian dan untuk lebih
mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum
dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Kegiatan ekstrakurikuler sebagai suatu program di luar jam pelajaran sekolah
yang dikembangkan untuk memperlancar program kurikuler dengan kegiatan
ini dapat berjalan lancar. Kegiatan ini dilakukan dengan perencanaan kegiatan
anak, yaitu kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan selama bersekolah dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan dan berupaya membentukan watak dan
kepribadian serta pengembangan bakat, minat dan keunikan siswa ( M. Yudha
1998:8). Berdasarkan uraian di atas tujuan ekstrakurikuler dapat disimpulkan:
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan menambah keterampilan lain dan
mencegah berbagai hal yang bersifat negatif pada saat ini.
I. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Rizki Adaulay (2016).“Pengaruh Latihan SAQ Terhadap Hasil Tendangan
Samping Olahraga Pencak Silat Pesantren Ar – Raudatul Hasanah Medan
Tahun 2016”. Hasil penelitian ini menunjukan pengujian hipotesis thitung
sebesar 9,76. Dari hasil perhitungan data post-test dan pre-test hasil
tendangan samping kaki kiri latihan SAQ diperoleh thitung = 9,76. Dari
30
daftar distribusi t dengan menggunakan peluang 1-1/2α = 0,975 dengan dk
(n-1) = 29 diproleh harga t (0,975) = 2,04. Di dalam kriteria pengujian
hipotesis dinyataka bahwa pada thitung > ttabel (9,76 > 2,04) dengan α =
0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
latihan SAQ terhadap peningkatan tendangan samping kaki kiri atlet
olahraga pencak silat pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan tahun 2016.
2. Aryadi Rachman (2012). “Pengaruh Latihan Squat dan Leg Press
Terhadap Strength dan Hypertrophy Otot Tungkai”. Hasil penelitian
menunjukan bahwa, 1) Program latihan squat dapat meningkatkan strength
dan hypertrophy otot tungkai. Latihan squat menghasilkan peningkatan
strength sebesar 21.70%, dan peningkatan hypertrophy otot tungkai
sebesar 1.22%. 2) Program latihan leg press dapat meningkatkan strength
dan hypertrophy otot tungkai. Latihan leg press menghasilkan peningkatan
strength sebesar 16.11%, dan peningkatan hypertrophy otot tungkai
sebesar 0.76%.
J. Kerangka Pikir
Dalam pertandingan pencak silat, tendangan samping merupakan satu teknik
yang harus dikuasai oleh atlet pencak silat. Tendangan samping atau dikenal
dengan tendangan T ini harus sangat dikuasai oleh atlet pencak silat. Atlet
yang menguasai dengan benar teknik tendangan samping ini sangat
diandalkan dalam pertandingan, maka dengan latihan dengan metode yang
tepat atlet dapat melakukan gerakan dasar tendandangan samping dengan baik
31
dan benar dan dapat menguasai pertandingan. Untuk meningkatkan kecepatan
tendangan samping juga dapat dilatih dengan menggunakan latihan melompat
dengan satu kaki dan leg squat.
K. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang sangat besar kegunaannya dalam
penyelidikan ilmiah karena dapat menjadi penuntun kearah proses penelitian
untuk menjelaskan permasalahan yang harus di cari pemecahannya. Menurut
Arikunto (2006:35) hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban
sementara yang harus di uji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah.
Berdasarkan kajian teoritis yang berhubungan dengan permasalahan, maka
dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari latihan melompat dengan satu kaki
terhadap peningkatkan kecepatan tendangan samping peserta
ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari latihan leg squat terhadap
peningkatkan kecepatan tendangan samping peserta ekstrakurikuler
pencak silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan.
H3 : Terdapat perbedaan antara latihan melompat dengan satu kaki dan leg
squat terhadap peningkatkan kecepatan tendangan samping peserta
ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan.
32
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:73), metode penelitian adalah prosedur atau
langkah-langkah yang tersusun secara sistematis untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang
berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu
subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban
yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk
keabsahannya.
Arikunto (2006:85) adapun jenis penelitian ini adalah penelitian dengan
perlakuan percobaan (eksperimen semu), mengartikan pendekatan adalah
suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan kausal) antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi
atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Lebih lanjut Arikunto (2006:85) menggambarkan design penelitian
eksperimen sebagai berikut : Didalam design ini observasi dilakukan
sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen.
Eksperimen sebelum disebut pree test, dan observasi sesudah eksperimen
disebut post test. Perbedaan dan yakni diasumsikan merupakan efek dari
treatment atau eksperimen.
33
Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu pengaruh latihan
melompat dengan satu kaki dan leg squat (X) sebagai variable bebas dan
kecepatan tendangan samping (Y) sebagai variabel terikat.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generaliasasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Menurut Sugiyono (2013 : 115) populasi adalah keseluruhan dari
subyek penelitian. Pengertian populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa siswi ekstrakurikuler pencak silat SMP
Negeri 3 Way Pengubuan sebanyak 30 orang.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2013:116) “sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan menurut
Arikunto (2006:112) “penentuan pengambilan sampel adalah sebagai
berikut, apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika
subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25%.
Karena peserta tidak lebih dari 100 orang, sehingga penelitian ini
merupakan penelitian populasi (total sampling), dan sampel penelitian
ini adalah siswa ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3 Way
Pengubuan sebanyak 30 orang.
34
Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di lapangan SMP Negeri 3 Way
Pengubuan
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksakan pada bulan juli sampai agustus 2018.
3. Objek penelitian adalah pengaruh latihan melompat dengan satu kaki
dan leg squat terhadap kecepatan tendangan samping.
4. Subjek penelitian adalah atlet ekstrakurikuler pencak silat SMP
Negeri 3 Way Pengubuan.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan himpunan beberapa gejala yang berfungsi
sama dalam suatu masalah. Menurut Arikunto (2006:99) variabel
penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung pada
variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan dan menerangkan
nilai variabel yang disimbolkan dengan (X), adapun variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu latihan melompat dengan satu kaki dan leg
squat.
35
2. Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada
variabel lainnya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya
yang dilambangkan dengan (Y), variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kecepatan tendangan samping.
D. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest - posttest
desaign. Desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dengan
demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
P S
Gambar 3.1. Desain penelitian
Keterangan :
P : Populasi
S : Sampel
Pree test : Tes awal kecepatan tendangan samping pencak silat
OP :Ordinal pairing pengelompokan.
K 1 : Kelompok latihan melompat dengan satu kaki
K 2 : Kelompok latihan leg squat
TREAT -
MENT A K 1
POST
TEST OP PREE
TEST
TREAT -
MENT B
K 2
36
Treatment A : Kelompok eksperimen (menggunakan latihan melompat
dengan satu kaki)
Treatment B : Kelompok eksperimen (menggunakan latihan leg squat)
Post test : Tes akhir kecepatan tendangan samping pencak silat
Pembagian kelompok eksperimen yang menggunakan latihan melompat
dengan satu kaki dan leg squat didasarkan pada hasil melakukan tes awal
tendangan samping pencak silat di ranking mulai dari tingkatan tertinggi
sampai terendah, kemudian subjek yang memiliki kemampuan setara
dipasangkan ke dalam kelompok 1 dan 2. Ordinal pairing ini hanya
dilakukan terhadap continum variabel misalnya : hasil terbaik diletakkan
di kelompok satu, hasil terbaik nomer dua diletakkan di kelompok dua,
dan hasil terbaik nomer tiga tetap diletakkan di kelompok dua, hasil
terbaik nomer empat diletakkan di kelompok satu dan seterusnya, sebagai
berikut :
A B
1 2
4 3
5 6
dst 7
Gambar 3.2. Pembagian kelompok dengan Cara Ordinal Pairing
E. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari kesimpangsiuran akibat kesalahan penafsiran terhadap
kata atau ungkapan yang digunakan penulis, maka perlu untuk
memperjelas atas beberapa istilah kata sebagai berikut :
37
1. Latihan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan
kekuatan otot, sedangkan kekuatan otot merupakan modal untuk
mempermudah mempelajari teknik, mencegah terjadinya cidera dan
mencapai prestasi yang maksimal.
2. Latihan melompat dengan satu kaki adalah salah satu bentuk latihan
yang bertujuan untuk meningkatkan power otot tungkai dan melatih
keseimbangan. Latihan melompat dengan satu kaki menggunakan kaki
terkuat sebagai tumpuan pada saat melakukan gerakan tersebut.
3. Latihan leg squat adalah sebuah alat olahraga ekonomis yang baik
yang diciptakan tanpa perlu menggunakan bahan tambahan, leg squat
akan memaksa otot dalam posisi kontraksi sewaktu gerakan naik
ataupun turun, gerakan ini bisa membantu melatih sekitar 100 gerakan
dasar.
4. Tendangan samping atau T adalah tendangan yang menggunakan
sebelah kaki dan tungkai sebagai alat penyasar dan uluh hati sebagai
sasarannya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
sehingga mudah diolah (Arikunto, 2002 : 136). Tujuan tes ini adalah untuk
mengukur kecepatan tendangan samping sebelum dan setelah
menggunakan latihan melompat dengan satu kaki dan leg squat, instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini instumen bertingkat.
38
Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian yang dilakukan pada
Atlet ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3 Way pengubuan, sebagai
berikut :
Perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Alat dan Fasilitas :
a. Sandsack
b. Meteran
c. Stopwatch
2. Petugas Tes :
a. Pengukur ketinggian
b. Pencatat waktu
c. Penjaga sandsack
Pelaksanaan test :
Atlet bersiap-siap berdiri dibelakang sandsack dengan kedua kaki berada
di tengah – tengah garis. Pada saat aba – aba “ya” atlet melakukan
tendangan samping kanan, dimana kaki kiri sebagai kaki tumpu berada
disebelah garis kanan, kemudian melakukan samping kiri dengan kanan
sebagai kaki tumpu yang berada di sebelah garis kiri sebanyak –
banyaknya selama 15 detik. Pelaksanaan dilakukan 3 kali dan diambil
waktu yang terbaik dengan ketinggian sandsack 75 cm (putri) dan 100 cm
(putra). Jarak antara target dengan target sepanjang 200 – 210 cm yang
berada di sebelah kiri dan kanan pesilat.
Penilaian :
Skor berdasarkan waktu tercepat penampilan atlet.
39
Tabel 1. Norma Penilaian Kecepatan Tendangan Samping atlet.
Kategori Putri Putra
Baik sekali >24 >25
Baik 19 – 23 20 – 24
Cukup 16 – 18 17 – 19
Kurang 13 – 15 15 – 16
Kurang sekali <12 <14
Sumber : (Lubis, 2014:172)
Instrument penilaian ini valid digunakan untuk usia pesilat pelajar sampai
dewasa dengan koefisien korelasi validitas sebesar 0,20 sedangkan
reliabilitas instrument diperoleh koefisien korelasi 0,73.
G. Program Latihan
Program latihan dalam penelitian ini bertujuan untuk patokan pelaksanaan
latihan dalam usaha memperoleh hasil yang optimal terhadap hasil
kecepatan tendangan samping pencak silat. Menurut Bompa (dalam
Sajoto, 1988 : 33) mengatakan bahwa tes untuk mengevaluasi hasil latihan
dapat dilaksanakan setelah antara 4 – 6 minggu dari suatu masa siklus
latihan makro. Dalam penelitian ini latihan ditetapkan selama kurang lebih
6 minggu dengan 2 kali pertemuan digunakan untuk tes awal dan tes akhir.
Sedangkan tiap minggunya dilakukan 3 kali latihan. Adapun waktu yang
dibutuhkan dalam satu kali latihan adalah 90-120 menit. Sehingga total
pertemuan ada 18 kali pertemuan, pertemuan pertama digunakan untuk
pretest kemudian 16 pertemuan berikutnya digunakan untuk treatment,
sedangkan pertemuan terakhir digunakan untuk post test. Untuk
menghindari kejenuhan pada saat treatment maka peneliti membuat
program latihan yang ada di bagian lampiran.
40
H. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian merupakan faktor penting
karena berhubungan langsung dengan data yang akan digunakan dalam
penelitian, maka dalam pengumpulan data peneliti melakukan langkah-
langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tes Awal atau (Pree-test)
Tes awal bertujuan untuk memperoleh data awal tingkat kecepatan
sampel sebelum diberi treatmen atau perlakuan. Tes awal dilakukan di
lapangan SMP Negeri 3 Way Pengubuan. Tes yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu melakukan Tendangan Samping Pencak Silat.
Sebelum tes awal dilakukan, sampel wajib melakukan
pemanasan.Sampel melakukan tendangan samping sebanyak 5 kali.
Cara pengukuran tes tendangan samping yaitu Sampel bersiap-siap
berdiri dibelakang sandsack dengan kedua kaki berada di tengah –
tengah garis. Pada saat aba – aba “ya” atlet melakukan tendangan
samping kanan, dimana kaki kiri sebagai kaki tumpu berada disebelah
garis kanan, kemudian melakukan samping kiri dengan kanan sebagai
kaki tumpu yang berada di sebelah garis kiri sebanyak – banyaknya
selama 15 detik. Pelaksanaan dilakukan 3 kali dan diambil waktu yang
terbaik dengan ketinggian sandsack 75 cm (putri) dan 100 cm (putra).
Jarak antara target dengan target sepanjang 200 – 210 cm yang berada
di sebelah kiri dan kanan pesilat.
41
2. Treatment atau Perlakuan (X)
Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pertama
eksperimen I melakukan latihan melompat dengan satu kaki dan
kelompok II melakukan latihan leg squat. Pembagian kelompok
dilakukan sesuai dari hasil perankingan data tes awal (tinggi ke
rendah), kemudian dimasukan dalam rumus ordinal pairing dan
dimasukan dalam kelompok pertama dan kedua. Latihan melompat
dengan satu kaki dan leg squat. Treatment yang dilakukan adalah
treatment untuk bersama dalam masing-masing kelompok eksperimen
karena sample terdiri dari peserta yang memiliki kemampuan hampir
sama.
a. Pemanasan (Warming Up)
Pemain diwajibkan untuk melakukan pemanasan secukupnya
sebelum melakukan latihan inti dengan tujuan untuk
mempersiapkan kondisi fisik dan untuk mengurangi resiko cidera.
Pemanasan sangat penting dalam mengadakan perubahan fungsi
organ tubuh guna menghadapi kegiatan fisik yang sangat berat.
Pemanasan dilakukan kurang lebih selama 10 menit dan diawali
dengan peregangan otot kemudian dilanjutkan gerakan-gerakan
senam penunjang latihan.
b. Latihan inti (Perlakuanatau Treatment)
Latihan inti bertujuan untuk melakukan program latihan yang telah
disusun. Dalam penelitian ini program latihan yang diberikan
42
dalam kelompok eksperimen I adalah latihan tendangan samping
menggunakan latihan melompat dengan satu kaki dan kelompok
eksperimen II adalah latihan tendangan samping menggunakan
latihan leg squat. Setiap pertemuan dilaksanakan 90 -120 menit.
c. Pendinginan
Setelah melakukan latihan atau aktifitas, sampel perlu melakukan
pendinginan dengan tujuan agar otot dapat kembali dalam keadaan
semula atau normal. Pendinginan dilakukan dengan cara
peregangan otot yang telah melakukan aktifitas fisik sampai
kondisi fisik sampel perlahan lahan kembali dalam keadaan semula
atau normal.
3. Tes akhir (Post-test)
Tes akhir dilakukan setelah sampel melakukan treatment atau
perlakuan program latihan selama 16 kali pertemuan. Tes akhir ini
dilakukan seperti tes awal yaitu melakukan tendangan samping pencak
silat. Tujuan dari tes akhir ini untuk mengetahui hasil kecepatan
teknik tendangan samping pencak silat setelah melakukan latihan
yaitu melompat dengan satu kaki dan leg squat. Dalam melakukan tes
akhir, pertama sampel diberi penjelasan tentang tata cara melakukan
tendangan samping pencak silat. Sebelum menendang sampel
melakukan pemanasan secukupnya, kemudian sampel menunggu
giliran untuk melakukan tes teknik tendangan samping pencak silat
sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil tes akhir dicatat kemudian diolah
43
dengan statistika untuk mengetahui pengaruh atau tidak latihan
melompat dengan satu kaki dan latihan leg squat terhadap kecepatan
tendangan samping pencak silat.
I. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Memperoleh data-data yang diinginkan
sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah pengumpulan
data merupakan langkah yang sukar, karena data-data yang salah akan
menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula.
Arikunto (2006:265). Pengambilan data dilakukan dengan pemberian test
dan pengukuran. Peneliti mengamati secara langsung pelaksanan test dan
pengukuran dilapangan.
J. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Menghitung
hasil tes awal dan akhir latihan melompat dengtan satu kaki dan latihan leg
squat terhadap kecepatan tendangan samping pencak silat menggunakan
teknik analisis data uji t. Adapun syarat dalam menggunakan uji t adalah :
1. Uji Prasyarat
a. Uji normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi
yang terjadi atau tidak dari distribusi normal. Langkah sebelum
melakukan pengujian hipotesis lebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis data dengan uji normalitas yaitu menggunakan
44
Uji lillieferors (Sudjana, 1992:266). Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1. Pengamatan X1, X2, ......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ....... Zn
Dengan menggunakan rumus: Zi =
( dan S masing-masing merupakan rerata dan simpangan baku
sampel).
2. Untuk tiap bilangan baku ini akan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian hitung peluang F (zi) = P (z zi)
3. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ....... Zn yang lebih atau sama
dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (zi), maka :
S (zi) =
Hitung selisih F (zi) – S (zi) kemudian tentukan harga mutlaknya
4. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak
selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar L0 .
5. Kriteria pengujian adalah jika Lhitung Ltabel, maka variabel
tersebut berdistribusi normal, sedangkan jika Lhitung Ltabel maka
variabel berdistribusi tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah
kedua kelompok sample memiliki varian yang homogen atau tidak.
untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut :
45
TerkecilVarians
TerbesarVariansF
Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan rumus
Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)
Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil)
Taraf signifikan 0.05 maka dicari pada tabel F. Dengan kriteria
pengujian :
Jika : F hitung ≥ F tabel tidak homogen
F hitung ≤ F tabel berarti homogen
Pengujian homogenitas ini bila F hitung lebih kecil (<) dari F tabel
maka data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya
bila F hitung (>) dari F tabel maka kedua kelompok mempunyai varians
yang berbeda.
2. Uji Hipotesis
Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan, yaitu
untuk mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel
bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y). Menurut Sugiyono
(2017:273), bila sampel berkolerasi/berpasangan, misalnya
membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, atau
membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen,
maka digunakan t-test. Menurut Sugiyono (2017:272) pengujian
hipotesis menggunakan t-test terdapat beberapa rumus t-test yang
digunakan untuk pengujian, dan berikut pedomannya :
46
a. Bila jumlah anggota sampel n1= n2, dan varian homogen ( 21 )
maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk sepaerated, maupun
pool varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = n1 + n2 -2.
b. Bila n1≠ n2, varian homogen ( 21 ), dapat digunakan rumus t-
test pool varian.
c. Bila n1 = n2, varian tidak homogen α ≠ α dapat digunakan rumus
seperated varian atau polled varian dengan dk = n1- 1 atau n2 – 1.
Jadi dk bukan n1 + n2 – 2.
d. Bila n1 ≠ n2 dan varian tidak homogen ( ). Untuk ini dapat
digunakan t-test dengan separated varian. Harga t sebagai pengganti
t-tabel dihitung dariselisih harga t-tabel dengan dk (n1-1) dan dk
(n2-1) dibagi dua, kemudian ditambahkan dengan harga t yang
terkecil.
e. Ketentuannya bila t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima dan tolak Ha.
Berikut rumus t-test yang digunakan :
Keterangan :
X 1 : Rerata kelompok eksperimen A
X 2 : Rerata kelompok eksperimen B
1S : Simpangan baku kelompok eksperimen A
2S : Simpangan baku kelompok eksperimen B
1n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A
: Jumlah sampel kelompok eksperimen B
47
Selanjutnya adalah uji pengaruh. Uji pengaruh digunakan untuk
mengetahui pengaruh latihan melompat dengan satu kaki dan leg squat
terhadap kecepatan tendangan samping pencak silat, maka digunakan
rumus uji pengaruh sebagai berikut :
Keterangan :
: Rata-rata selisih antara pre test dan post test
: Standar deviasi dari kelompok selisih antara pre test dan post test
: Akar dari jumlah sampel kelompok eksperimen
62
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Latihan melompat satu kaki memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap hasil kecepatan tendangan samping ekstrakurikuler pencak silat
SMP Negeri 3 Way Pengubuan.
2. Latihan leg squat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
kecepatan tendangan samping ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3
Way Pengubuan.
3. Latihan leg squat lebih berpengaruh terhadap kecepatan tendangan
samping ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 3 Way Pengubuan.
B. Saran
1. Kepada pelatih maupun guru penjaskes untuk dapat memberikan latihan
ini dan menerapkannya untuk meningkatkan tendangan samping.
2. Bagi program studi penjaskes diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan
dalam program dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pendidikan maupun calon tenaga pendidik, khususnya di bidang olahraga.
62
3. Dinas Pendidikan diharapkan dapat menjadi acuan untuk memotivasi
kerjasama khususnya bidang olahraga.
4. DISPORA, KONI, Maupun pengurus cabang olahraga diharapkan dapat
membuat program latihan yang lebih efektif khususnya cabang olahraga
pencak silat.
DAFTAR PUSTAKA
Adaulay, Rizky. 2016. Pengaruh Latihan SAQ Terhadap Hasil Tendangan
Samping Olahraga Pencak Silat Pesantren Ar – Raudatul Hasanah (skripsi).
Medan: Universitas Medan.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Bina Aksara.
________________.2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asatri, Witan. 2015. Pengembangan Instrumen Tes Keterampilan Tendangan dan
Pukulan Pencak Silat PSHT (Skripsi). Malang: Universitas Negeri Malang.
Bafirman. 2008. Buku Ajar Pembentukan Kondisi Fisik. Padang: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
Bompa, Tudor O. 1993. Theory and Methodology of Training. Canada: Kendal:
Hunt Publishing Company.
Erwin Setyo. 2015. Pencak Silat Sejarah dan Perkembangan Pencak Silat,
Teknik-teknik dalam Pencak Silat, Pengetahuan Dasar Pertandingan Pencak
Silat.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Hariyadi, Slamet. 2003. Teknik Dasar Pencak Silat Tanding. Jakarta: PT. Dian
Rakyat.
Harsono. 1998. Coaching dan Aspek – Aspek Psikologis dalam Choacing. Jakarta:
CV. Tambak Kusuma.
Iskandar, Atok M. 1992. Pencak Silat. Jakarta: Departrmen Pendidikan Nasional,
Directors Dasar dan Menengah.
Lubis, Johansyah. 2004. Pencak Silat Panduan Praktis. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Notosoejitno. 1997. Khazanah Pencak Silat. Jakarta: CV. Infomedika.
Nugroho, Agung. 2001. Pedoman Latihan Pencak Silat. Yogyakarta: FIK UNY.
Pearce, Evelin C. 2002. Anatomi & Fisiologi Untuk Para Medis Terjemahan Sri
Yuliani Handoyo. Jakarta: PT. Gramedia.
Rachman, Aryadi. 2012. Pengaruh Latihan Squat dan Leg Press Terhadap
Strength dan Hypertrophy Otot Tungkai (skripsi). Banjarbaru: Universitas
Lambung Mangkurat.
Saleh, M. 1986. Sejarah Perkembangan Pencak Silat. Bandung: Proyek
Perkembangan Institut Kesenian Indonesia.
Soedarminto. 1992. Kinesiologi. Jakarta: Depdikbud.
Subagiyo, dkk. 2003. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Sucipto. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Pencak
Silat Konsep & Metode. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Widiastuti, 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT. Bumi Timur Jaya.