pengaruh lapisan enamel dan penurunan tekanan soot blower terhadap efisiensi air heater pltu...

51
KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK PT. Paiton Energy Company, PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan efisiensi pada boiler dapat dilakukan dengan menggunakan supercritical boiler dan dengan meningkatkan temperatur udara sebelum masuk ke dalam boiler. Udara yang memiliki temperatur tinggi mampu menghasilkan proses pembakaran yang sempurna. Pemanasan awal udara ini dapat menggunakan instrumen air heater yang memanfaatkan sistem heat exchanger antara gas buang yang akan dikeluarkan ke cerobong dengan udara yang akan dimanfaatkan untuk proses pembakaran pada furnace. Semua instrumen sistem pembangkit tenaga listrik termasuk air heater yang digunakan secara berkelanjutan akan mengalami performa yang semakin menurun disebabkan oleh adanya korosi, kebocoran udara (air leakage), pressure drop, heat loss sehingga operasinya tidak optimal seperti semula. Dalam penanganan korosi pada heating element dari air heater terutama bagian cold end layer dapat diatasi dengan menggunakan proses pelapisan enamel dan penurunan tekanan pada sistem soot blower. 1.2 Rumusan Masalah “Bagaimakah pengaruh lapisan enamel dan penurunan tekanan soot blower terhadap efisiensi air heater PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI?” 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimental. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebasnya adalah temperatur inlet dan outlet flue gas dan combustion air, tekanan soot blower sebelum dilapisi enamel 1 MPa dan sesudah dilapisi enamel 0,6 MPa, heating element sebelum dan sesudah dilapisi enamel. 2. Variabel terikatnya adalah efisiensi air heater pada sisi gas buang dan udara. 3. Variabel kontrolnya adalah sebagai berikut.

Upload: muhammad-fauzi

Post on 26-Nov-2015

240 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

1. Dengan adanya lapisan enamel pada heating element dan penurunan tekanan soot blower menjadi 0,6 MPa, efisiensi air heater 3A dan 3B pada sisi gas buang dan udara mengalami sedikit penurunan (0,5-1)%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi masih di dalam batas normal. 2. Faktor yang mempengaruhi penurunan efisiensi air heater yaitu disebabkan oleh adanya kenaikan air leakage, kenaikan pressure drop akibat adanya fouling factor dan korosi, kenaikan heat loss, dan juga konduktivitas thermal dari heating element menjadi rendah akibat adanya lapisan enamel.3. Pengambilan data pada penelitian ini disesuaikan berdasarkan instrument yang telah terpasang pada area tertentu, sehingga mempengaruhi tingkat keakurasian hasil analisa.

TRANSCRIPT

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Upaya peningkatan efisiensi pada boiler dapat dilakukan dengan

    menggunakan supercritical boiler dan dengan meningkatkan temperatur udara

    sebelum masuk ke dalam boiler. Udara yang memiliki temperatur tinggi mampu

    menghasilkan proses pembakaran yang sempurna. Pemanasan awal udara ini

    dapat menggunakan instrumen air heater yang memanfaatkan sistem heat

    exchanger antara gas buang yang akan dikeluarkan ke cerobong dengan udara

    yang akan dimanfaatkan untuk proses pembakaran pada furnace.

    Semua instrumen sistem pembangkit tenaga listrik termasuk air heater yang

    digunakan secara berkelanjutan akan mengalami performa yang semakin menurun

    disebabkan oleh adanya korosi, kebocoran udara (air leakage), pressure drop,

    heat loss sehingga operasinya tidak optimal seperti semula. Dalam penanganan

    korosi pada heating element dari air heater terutama bagian cold end layer dapat

    diatasi dengan menggunakan proses pelapisan enamel dan penurunan tekanan

    pada sistem soot blower.

    1.2 Rumusan Masalah

    Bagaimakah pengaruh lapisan enamel dan penurunan tekanan soot blower

    terhadap efisiensi air heater PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI?

    1.3 Batasan Masalah

    Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimental.

    Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Variabel bebasnya adalah temperatur inlet dan outlet flue gas dan combustion

    air, tekanan soot blower sebelum dilapisi enamel 1 MPa dan sesudah dilapisi

    enamel 0,6 MPa, heating element sebelum dan sesudah dilapisi enamel.

    2. Variabel terikatnya adalah efisiensi air heater pada sisi gas buang dan udara.

    3. Variabel kontrolnya adalah sebagai berikut.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    2

    a. Putaran rotor air heater 1 rpm.

    b. Data sebelum pelapisan enamel dan penurunan tekanan soot blower diambil

    rata-rata pada bulan Juni - Juli 2012 dan data sesudah pelapisan enamel dan

    penurunan tekanan soot blower diambil rata-rata pada bulan Januari - Februari

    2014.

    c. Temperature udara masuk air heater diasumsikan tetap 31oC.

    d. Prosentase kebocoran pada air heater 3A dan 3B diasumsikan sama, hal ini

    diakibatkan oleh :

    Data O2 diambil dari O2 analyzer di area output economizer dan output ID

    fan (FGD inlet).

    Kondisi seal plate antara air heater 3A dan 3B sama setelah penggantian

    pada bulan Desember 2013.

    e. Data temperature yang diambil di area air heater menggunakan probe

    instrument yang telah terpasang di area tersebut.

    1.4 Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui pengaruh lapisan enamel terhadap efisiensi Air heater.

    2. Mengetahui pengaruh penurunan tekanan soot blower terhadap efisiensi Air

    heater.

    3. Mengetahui perbandingan efisiensi air heater sebelum dan sesudah pelapisan

    enamel dan penurunan tekanan pada soot blower.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, maka diharapkan

    penelitian ini dapat diambil manfaatnya, antara lain :

    1. Dapat mengetahui efisiensi tertinggi dari berbagai variasi yang dilakukan.

    2. Dapat diaplikasikan secara berkelanjutan dalam pemenuhan efisiensi yang

    maksimal.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    3

    1.6 Sistematika Penulisan

    Bagian awal terdiri dari lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar

    gambar, daftar table, daftar lampiran.

    Bagian isi terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I Pendahuluan berisi tentang latar

    belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka berisi tentang

    PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI dan teori dasar yang berhubungan dengan Air

    heater. Bab III Metodologi Penelitian berisi spesifikasi alat, variabel penelitian,

    diagram alir penelitian. Bab IV Hasil dan Pembahasan berisi pengolahan data,

    perhitungan data, data hasil perhitungan, studi kasus dan pemecahan masalah,

    analisa perhitungan. Bab V Penutup berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan

    saran-saran yang dapat mendukung pengembangan dalam penelitian selanjutnya.

    Bagian akhir laporan berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran

    yang mendukung penjelasan di dalam pembahasan.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Data Umum Perusahaan

    2.1.1 Latar Belakang Perusahaan

    Kebutuhan energi listrik adalah hal yang paling vital dalam seluruh aktivitas

    kehidupan manusia guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup.

    Untuk memnghasilkan energi listrik harus melalui suatu proses yang panjang dan

    rumit. Energi listrik sangat mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan manusia,

    mengingat sifat dari energi listrik yang mudah disalurkan dan dikonversikan ke

    dalam bentuk energi yang lain,seperti energi cahaya , energi mekanik, energi

    kalor, dan sebagainya.

    Perkembangan penduduk yang semakin pesat, mengakibatkan peningkatan

    konsumsi teknologi serta dunia usaha, sehingga kebutuhan akan energi listrik

    terus meningkat. kebutuhan ini bahkan belum mamapu dipenuhi secara optimal

    oleh PLN, oleh karena itu sejak diberlakukannya UU No. 15 Tahun 1985, PP No.

    10 Tahun 1989 dan Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 1992 memberikan ijin

    kepada piha swasta unuk ikut berpartisipasi dalam usaha ketenagalistrikan di

    bidang Pembangkit transmisi dan Distribusi.

    Sesuai dengan PERPRES 71 / Thn 2006, pemerintah telah menugaskan

    kepada PT. PLN untuk melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga

    Listrik yang menggunakan bahan bakar Batubara. Pembangunan PLTU Batubara

    dibagi menjadi 2 tahap yaitu Tahap I kapasitas sekitar 10,000 MW untuk

    menggantikan PLTU berbahan bakar minyak dan 10,000 MW tahap II untuk

    menjaga sebagian besar demand beban khususnay di Pulau Jawa Madura Bali

    yang akan dibangun baik oleh PT. PLN maupun Swasta.

    Salah satu perusahaan listrik swasta adalah PT. Paiton Energy dan

    PT.Edison Mission Operation ang Maintenance Indonesia yang mengoperasikan

    dan memelihara PLTU Paiton Unit 7 dan 8. Namun sejak Desember 2004, PT.

    Edison Mission Operation and Maintenance Indonesia (PT. EMOMI) digantikan

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    5

    oleh PT. Internasional Power Mitsui Operation and Maintenance Indonesia (PT.

    IPMOMI).

    Pada proses pembangkitann tenaga listrik diperlukan kontinuitas produksi

    energi listrik. Hal ini disebabkan karena PT. IPMOMI sendiri merupakan salah

    satu Pembangkit Listrik yang mensuplai llistrik untuk wilaya Jawa dan Bali.

    Dengan kapasitas total 1230 MW net atau 615 Mw net untuk per unitnya, PLTU

    Paiton Unit 7 dan 8 diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat

    wilayah Jawa dan Bali. Dalam mensuplai listrik untuk kebutuhan wilayah Jawa

    dan Bali tersebut, PLTU Paiton Unit 7 dan 8 dilengkapi dengan peralatan yang

    mendukung dalam sistem PLTU secara keseluruhan.

    Untuk memenuhi target pemerintah / PLN dalam hal penyediaan tenaga

    listrik di Jawa Madura Bali pada percepatan pembangunan pembangkit listrik

    Tahap II maka PT. Paiton Energy ditunjuk pemerintah untuk projek perluasan /

    Expansion Project PLTU di Paiton dengan membangun PLTU Unit #3

    berkapasitas 1 x 815 NMW. Sehingga total PLTU Batubara yang dikelola oleh

    PT. Paiton Energy adalah 2045 NMW di Paiton, Probolinggo

    1.2 Deskripsi Umum Perusahaan

    Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton unit 7 dan 8 merupakan dua

    unit pembangkit listrik yang menggunakan turbo generator berbahan bakar

    batubara sebagai penghasil uap panas (steam) dengan kapasitas maksimum 2 x

    645 NMW (net) atau 2 x 670 GMW (gross). Kedua unit ini beroperasi dengan

    factor kemampuan rata rata 85% per tahun. Dengan memproduksi energy listrik

    rata rata 9,158,580 MWH per tahun dan mengonsumsi betubara kira kira 4,6

    juta ton per tahun (bila HHV : 4800 Kcal / Kg & Heat Rate 2447 Kcal/Kwh).

    Batubara tersebut didatangkan dari tambang batubara Adaro dan Kideco di

    Kalimantan Timur dengan menggunakan tongkang maupun kapal. Batubara

    tersebut ditampung di penimbunan batubara (coal stock pile) di lokasi PLTU

    Paiton. PLTU Paiton unit 7 dan 8 ini dimiliki oleh Paiton Energy Company yang

    dioperasikan PT. International Power Maintenance and Operation Indonesia

    (IPMOMI). Pembangunan proyek ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

    energy listrik Jawa dan Bali. Proyek ini adalah implementasi dari kebiijaksanaan

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    6

    pemerintah Indonesia dalm pertumbuhan diversifikasi energi. Dalam hal ini,

    kandungan batubara yang ada di Indonesia akan dimanfaatkan sebagai sumber

    pembangkit tenaga listrik, dan mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.

    PLTU unit 3 Paiton merupakan salah satu proyek percepatan pembangunan

    pembangkit listrik tahap II dengan kapasitas 1 x 815 NMW yang berbahan bakar

    batubara. Bilamana kemampuan beroperasi 90% dalam setahun maka perkiraan

    total energy yang dihasilkan adalah : 6,425,460 MWH / tahun dan mengonsumsi

    batubara sebesar 3,06 juta ton pertahun (bila HHV : 4800 Kcal / Kg & Heat Rate

    2286 Kcal/Kwh).

    Hingga saat ini Perusahaan Konsorsium dari PT. Paiton Energi yang

    memiliki saham dari proyek PLTU Paiton unit 7 dan 8 serta unit 3, antara lain :

    Gambar 2.1 Pemegang Saham PT. Paiton Energy

    Sumber : PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI

    2.1.2 Struktur Organisasi

    Organisasi merupakan sarana dalam menunjang tercapainya suatu tujuan.

    Dalam pengertian dinamis, organisasi adalah tempat dan alat bagi sekelompok

    badan usaha baik swasta maupun instansi pemerintah yang lebih menekankan

    pada subyek atau pelaku yaitu interaksi antara orang-orang yang berada dalam

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    7

    organisasi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi akan memberikan suatu

    penjelasan terhadap pendelegasian tugas dan wewenang pada anggota organisasi,

    dengan demikian akan membantu kelancaran aktivitas organisasi tersebut.

    Struktur organisasi di PT. IPMOMI, PLTU Paiton unit 7 dan 8 dibagi atas

    delapan departemen yaitu: Fuel and Ash Department, Production Manager,

    Community and Human Resources Department, Healthy Safety System and

    Compliance Department, Procurement Department, Engineering Manager,

    Maintenance Manager, Finance dan Coorporate Service Department, dimana

    masing masing departemen tersebut dipimpin langsung oleh seorang Manager

    yang membawahi Supervisor atau Shift Supervisor, Engineer, Senior Optech,

    Teknisi, Sekretaris serta beberapa Administrasi.

    Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa struktur organisasi yang efektif

    menjamin keberhasilan perusahaan dari mutu kerja setiap karyawan yang

    berusaha konsisten terhadap tujuan organisasi, yaitu perbaikan terus menerus

    menuju kesempurnaan operasi dan integritas. Bagan struktur organisasi PT.

    IPMOMI yang saat ini sudah berlaku dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 2.2 Stuktur Organisasi PT. IPMOMI Paiton

    Sumber : PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    8

    2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

    2.2.1 Definisi PLTU

    PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah pembangkit yang

    mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk

    utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke

    turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit

    listrik tenaga uap menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu bara

    dan minyak bakar serta MFO (Marine Fuel Oil) untuk start up awal.

    2.2.2 Prinsip Kerja PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI

    Prinsip kerja PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI secara umum adalah

    pembakaran batubara pada boiler untuk memanaskan air dan mengubah air

    tersebut menjadi uap yang sangat panas yang digunakan untuk menggerakkan

    turbin dan menghasilkan tenaga listrik dari kumparan medan magnet di

    generator.

    Gambar 2.3 Skema PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI

    Sumber : PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    9

    Proses berawal dari air yang dipompa ke condenser, kemudian dari

    condenser dipompa ke polisher untuk diproses agar korosi dan pengendapan

    hilang, setelah itu dipompa ke feed water heater 1, 2, 3 dan 4 untuk

    dipanaskan dan kemudian dialirkan ke deaerator untuk menghilangkan gas gas

    O2 dan CO2 kemudian dipompa lagi menuju ke feed water heater 6, 7, 8 yang

    selanjutnya akan diteruskan di economizer untuk dinaikan temperaturnya dan

    selanjutnya menuju ke water separator untuk dipisahkan antara uap dan air,

    setelah itu super heated steam yang ada akan melalui first super heater, secondary

    super heater dan membentuk super heated steam yang akan digunakan untuk

    memutar HP turbine sehingga tekanan dan temperaturnya akan turun sehingga SH

    steamnya perlu pemanasan ulang yang terjadi di reheater, dari reheater ini SH

    Steam akan dikembalikan untuk memutar IP dan LP turbine. Di dalam turbine ini

    akan terjadi konversi energi thermal dari Steam menjadi energi mekanis berotasi

    yang menyebabkan rotor turbin berputar. Perputaran Rotor ini yang akan

    menggerakkan generator dan akhirnya oleh generator energi mekanis akan diubah

    menjadi energi listrik.

    PLTU Paiton Unit 3 PT.IPMOMI menggunakan supercritical boiler, steam

    turbine, generator, dll. Plant Unit 3 ini dapat menghasilkan 815 NMW dengan

    voltage 27 kV dan menggunakan generator step-up transformer serta terkoneksi

    ke 500 kV grid. Keuntungan dari penggunaan supercritical power plant ini yaitu :

    1. Mengurangi emisi CO2 secara signifikan.

    2. Mengurangi biaya bahan bakar guna meningkatkan efisiensi.

    3. Bisa menggunakan biomassa.

    4. Mengurangi emisi NOx, SOx, dll

    5. Bisa dikombinasikan dengan teknologi penangkap CO2 secara tepat.

    6. Biaya plant sebanding dengan sub-critical technology.

    7. Ketersediaannya sangat baik sebanding dengan sub-critical plant.

    Adapun spesifikasi boiler supercritical yang digunakan pada PLTU Paiton

    Unit 3 ini adalah sebagai berikut.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    10

    Tabel 2.1 Spesifikasi Boiler Supercritical Unit 3 PT.IPMOMI

    Sumber : Manual book Boiler pressure part, main steam and reheat steam system

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    11

    2.3 Air heater

    2.3.1 Definisi Air heater

    Air heater (AH) adalah sebuah istilah umum yang sering digunakan untuk

    menggambarkan suatu perangkat/alat yang dirancang untuk memanaskan udara

    sebelum masuk ke furnace dengan tujuan utama untuk meningkatkan efisiensi

    thermal dari suatu proses yang sedang berlangsung.

    Gambar 2.4 Air heater

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

    2.3.2 Macam Macam Air heater

    Air heater memiliki 2 macam, yaitu :

    1. Regenerative Air heater

    a) Rotation Plate Regenerative Air heater

    Merupakan tipe heater dengan rotating plate yang terdiri dari plat-plat yang

    tersusun secara sedemikian rupa dan dipasang di dalam sebuah casing yang

    terbagi menjadi beberapa bagian yaitu dua bagian( bi-sector type), tiga bagian (tri-

    sector type) atau empat bagian (quart-sector type). Setiap sector dibatasi dengan

    seal yang berguna untuk membatasi aliran udara/gas yang mengalir. Seal

    memungkinkan elemen-elemen yang ada didalamnya dapat berputar pada semua

    sektor, tetapi tetap menjaga agar kebocoran gas/udara antar sector dapat

    diminimalisir sekaligus memberikan jalur pemisah antara udara bakar dengan gas

    buang.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    12

    Gambar 2.5 Air heater Tipe Tri-sector, Tipe Quart-Sector, dan Concentric-Sector

    Sumber : Alstom, 1998 : 3.

    Tri-sector adalah jenis yang paling banyak digunakan pada pembangkit

    modern saat ini . Dalam desain tri-sector, sektor terbesar (biasanya mencangkup

    sekitar setengah dari penampang casing) dihubungkan dengan outlet boiler

    (economizer) berupa gas buang yang masih memiliki temperatur tinggi. Gas

    buang mengalir diatas permukaan elemen, kemudian mengalir menuju ke dust

    collectors untuk menangkap debu-debu yang terbawa oleh gas buang sebelum di

    buang menjadi tumpukan gas buang. Sektor kedua, yang lebih kecil dihembuskan

    udara ambient oleh force draft fan (FDF) yang selanjutnya melewati elemen

    pemanas yang berputar dan udara mengambil panas darinya sebelum masuk ke

    dalam ruang bakar untuk pembakaran. Sektor ketiga, yang terkecil digunakan

    untuk pemanas udara ambient yang nantinya akan diarahkan ke pulverizer oleh

    primary air fan (PAF) membawa campuran batubara dengan udara ke boiler

    untuk pembakaran.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    13

    Gambar 2.6 Rotation Plate Regenerative Air heater

    Sumber : Anonymous 1, 2014

    b) Stationary Plate Regenerative Air heater

    Prinsip heat exchanger pada tipe ini sama seperti rotation plate regenerative

    air heater hanya saja pada tipe ini elemen penyerap/pelepas panas bersifat statis

    (tak bergerak). Table di bawah ini menunjukkan perbandingan parameter desain

    antara rotation plate dan stationary plate.

    Tabel 2.2 Perbandingan parameter desain

    Some Comparisons Between Rotating-plate and Stationary-plate Regenerative Air heater s[7]

    Rotating-plate Stationary-plate

    Revolutions per minute 1.5 4.0 (a) 0.7 1.4 (b)

    Gas flow area, % of total 40 50 50 60

    Air flow area, % of total 35 45 35 45

    Seal section area, % of total 8 17 5 10

    (a) Revolutions per minute of the rotating plate element (b) Revolutions per minute of the rotating air ducts

    Sumber : Anonymous 2, 2014

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    14

    Gambar 2.7 Stationary Plate Regenerative Air heater

    Sumber : Anonymous 3, 2014

    2. Tubular Air heater

    Air heater jenis ini biasanya terdiri dari sejumlah tube steel dengan diameter

    40 sampai 65 mm dengan cara las dalam penyambungannya atau di sambung pada

    tube plate di ujungnya. Baik gas ataupun udara dapat mengalir melalui tube.

    Tubular Preheaters terdiri dari tabung-tabung yang disusun sejajar (Straight tube

    bundles) melewati saluran outlet dari boiler dan terbuka pada setiap sisi akhir

    saluran (ducting).

    Ducting atau saluran gas buang yang berasal dari furnace melewati seluruh

    preheaters tubes, transfer panas yang terjadi dari gas buang untuk udara bakar di

    dalam preheater. Udara ambient di paksa oleh fan untuk melewati di salah satu

    ujung pada saluran dari tubular air heater dan udara yang dipanasi pada ujung

    lainnya dari dalam sudah 26 berupa udara panas yang mengalir ke dalam boiler

    dan digunakan untuk udara guna menaikkan efisiensi thermal boiler.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    15

    Gambar 2.8 Tubular air heater

    Sumber : Anonymous 4, 2014

    Air heater yang digunakan pada PLTU Paiton PT.IPMOMI unit 3 yaitu air

    heater Ljungstrom tipe rotation plate regenerative air heater. Air heater ini

    memiliki rotor yang tersusun oleh ribuan lembaran plate biasa disebut heating

    element terbagi menjadi 3 lapis (hot end layer, intermediet layer dan cold end

    layer)

    Prinsip kerjanya yaitu rotor berputar secara perlahan (1 rpm) yang dilalui

    oleh 2 aliran fluida yang berlawanan arah yaitu gas buang dan udara. Gas buang

    dari furnace mengalir masuk ke air heater menuju ke stack dengan kondisi

    temperature tinggi. Gas bertemperatur tinggi tersebut diserap oleh heating element

    sehingga elemen menjadi panas. Kemudian heating element ini melepaskan panas

    pada udara dengan kondisi temperature rendah yang dihembuskan oleh FDF

    (Force Draft Fan ) menuju ke furnace sebagai bahan pembakaran dan PAF

    (Primary Air Fan ) menuju ke pulverizer sehingga temperature udara menjadi

    lebih tinggi dibandingkan sebelumnya guna meningkatkan efisiensi boiler.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    16

    Gambar 2.9 Prinsip kerja Air heater

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

    2.3.3 Bagian dan Fungsi Air heater

    Gambar 2.10 Bagian Air heater

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

    Bagian-bagian air heater Ljungstorm tipe rotation plate regenerative air

    heater PLTU Paiton PT.IPMOMI Unit 3 antara lain yaitu :

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    17

    1. Rotor Assembly

    Rotor assembly merupakan struktur yang berisi elemen heat transfer

    (heating element). Ini terdiri dari bagian-bagian yang tersusun secara terpusat di

    sekitar poros pusat yang disebut rotor post. Pembagi plate disebut diaphragms, di

    sisi dinding bagian ini disanggah oleh bilah axial seal dan radial seal.

    Gambar 2.11 Rotor assembly

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

    Lembaran heating element tersusun dalam sebuah tempat yang disebut

    baskets. Baskets ditempatkan di dalam rotor yang tersusun menjadi beberapa lapis

    yakni hot end layer, intermediet layer dan cold end layer. Basket cage terdiri dari

    end plate, side bars dan lifting bars yang berisi heating element. Metodenya

    mudah dalam pemasangan dan pelepasan heating element dari bagian-bagian

    rotor.

    Gambar 2.12 Basket

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    18

    2. Rotor Sealing System

    Air heater Ljungstrom ini merupakan heat exchanger dengan aliran

    berlawanan arah, memiliki kecenderungan mengalami energy loss selama proses

    heat transfer. Energy loss muncul dalam bentuk cross leakage antara arus gas dan

    udara. Untuk meminimalkan adanya energy loss ini maka digunakan sealing

    System. Seal System didesain guna menormalkan panas pada struktur air heater

    dan menggunakan System kombinasi rotation dan stationary agar lebih efektif.

    Jarak seal dapat diatur dan mudah dalam perawatannya.

    Gambar 2.13 Rotor sealing System

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

    3. Rotor Drive Unit

    Rotor drive unit air heater Ljungstrom didesain untuk operasi bebas

    gangguan secara terus menerus. Motor yang digunakan adalah motor AC yang

    dipasang untuk menggerakkan poros dengan kecepatan tinggi melalui gear

    reducer. Pinion gear dipasang di keluaran poros dengan kecepatan rendah yang

    menggunakan pin rack di sekitar lingkar rotor shell plate. Motor ini

    menggerakkan rotor assembly kira-kira 1 rpm.

    Rotor Drive Unit dilengkapi dengan auxiliary drive motor yang dipasang

    pada inputan poros secondary dari drive unit speed reducer. Motor ini digunakan

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    19

    ketika terjadi emergency seperti motor AC tidak beroperasi dan selama adanya

    proses perawatan termasuk penempatan ulang element baskets.

    Gambar 2.14 Rotor Drive Unit

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

    4. Guide bearing Assembly

    Puncak dari rotor air heater dikendalikan oleh radial spherical roller-

    bearing assembly. Guide bearing Assembly digunakan untuk menyangga beban

    radial dari beda tekanan antara saluran flue gas dan combustion air. Guide

    bearing Assembly dilumasi oleh oil bath yang beroperasi secara terus menerus

    selama bearing masih berjalan.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    20

    Gambar 2.15 Guide bearing Assembly

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

    5. Support Bearing Assembly

    Bagian dasar air heater dikendalikan oleh radial spherical roller-bearing

    assembly. Komponennya digunakan untuk menyangga beban dari berat heating

    element dan struktur penyangganya sebaik beban radial yang ditimbulkan oleh

    beda tekanan antara saluran flue gas dan combustion air. Support Bearing

    Assembly dilumasi oleh oil bath yang beroperasi secara terus menerus selama

    bearing masih berjalan.

    Gambar 2.16 Support Bearing Asseembly

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    21

    6. Retractable Soot blower

    Retractable Soot blower digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran

    yang terdapat pada heating element dari air heater. Pada prinsipnya, soot blower

    dilokasikan di sisi keluaran flue gas dari air heater untuk membersihkan

    tumpukan kotoran pada cold end heating element.

    Ketika adanya kandungan yang bersifat combustible dan untuk aplikasi SCR

    maka soot blower dapat diinstal di sisi inlet gas dari air heater guna

    membersihkan hot end heating element.

    Gambar 2.17 Retractable Soot blower

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    22

    7. Stationary Water Washing Device

    Water washing device digunakan ketika terjadi pembakaran pada heating

    element di mana soot blower tidak mampu untuk memadamkannya dan dapat juga

    sebagai tambahan alat pembersih air heater. Washing device terdiri dari banyak

    nozzle statis. Ini ditempatkan di sisi inlet gas air heater.

    8. Lubricant Oil Circulation Unit

    Air heater dilengkapi dengan lubricant oil circulation unit di guide bearing.

    Thermocouple dan atau thermo-switch terpasang di bearing housing untuk

    mengontrol pump motor yang melewati plant DCS. Unit ini berfungsi untuk

    mensirkulasikan oil sebagai pendinginan ketika temperature oil di guide bearing

    house mencapai batas yang telah diatur sebelumnya. Ketika temperature oil

    mencapai batas maka pump motor berjalan. Setelah temperature oil turun dibawah

    batas yang telah ditentukan maka pump motor tidak berjalan / berhenti.

    9. No Rotation Detecting System

    Air heater telah dilengkapi dengan no rotation detecting System (NRDS)

    untuk mendeteksi apabila rotor berhenti atau lambat dalam berotasi. Proximity

    switch diletakkan di bagian bawah tengah air heater dan diaktifkan oleh vane

    yang diletakkan di poros motor utama.

    Apabila vane gagal menjalankan proximity switch dalam waktu yang telah

    diatur sebelumnya. Penghitung di local control panel dianggap bahwa rotor telah

    berhenti berotasi dan menggerakkan alarm circuit. Control logic dari no rotation

    detecting System (NRDS) disatukan pada local control panel dari air heater.

    10. Sector Plate Drive Unit

    Air heater Ljungstrom ini merupakan heat exchanger dengan aliran

    berlawanan arah, memiliki kecenderungan mengalami energy loss selama proses

    heat transfer. Energy loss muncul dalam bentuk cross leakage antara arus gas dan

    udara. Sebagian dari energy loss muncul dalam bentuk direct leakage. Tekanan

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    23

    tinggi dari udara melintasi inlet dan outlet dari rotor dan tekanan rendah dari flue

    gas tanpa melewati element disebut direct radial leakage.

    Jumlah dari radial leakage secara langsung untuk memberikan celah antara

    radial seal dari rotor dan sector plate sealing surface. Pada bagian hot end dari

    rotor ini penting untuk meminimalkan ukuran dari celah untuk meminimalkan

    energy loss. Karena adanya temperature gradient yang melewati ketebalan dari

    rotor, rotor mengalami deformasi dari hot end sector plate sealing surface ke arah

    cold end sector plate sealing surface. Sedangkan radial seal clearance berkurang

    di bagian cold end dari rotor dan meningkat di bagian hot end ari rotor. Radial

    leakage meningkat pada temperature gradient dan seal clearance juga meningkat.

    Gambar 2.18 Sector Plate Drive Unit

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    24

    11. Fire Detective Sistem

    Berdasarkan pengalaman mengindikasikan bahwa sebagian besar air heater

    muncul api yang mula-mula pada area yang kecil dan disebabkan oleh pengapian

    dari bahan bakar yang terkumpul pada permukaan heating element.

    Laboratorium uji telah mengkonfirmasikan bahwa hot spot dapat muncul

    akibat pengapian dari heating element. Tujuan dari fire detective System (FDD)

    untuk memonitor temperature gas yang keluar dari air heater. Jika hot spot

    muncul di rotor air heater, temperature gas akan meningkat drastic. Ketika FDD

    mendeteksi temperature gas outlet yang meningkat drastis, System mengirim

    sinyal alarm ke operator. System ini didesain untuk memberitahu operator agar

    menginvestigasi dan memperbaiki masalah utama yang terjadi.

    Gambar 2.19 Fire Detective Sistem

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

    12. Fire Extingushing Device

    Fire extingushing device terdiri dari banyak nozzle statis yang dilokasikan di

    saluran inlet gas dari air heater. Alat ini digunakan untuk memadamkan api jika

    terjadi kebakaran dalam air heater dan dibantu oleh water washing device. System

    ini didesain untuk menunjukkan ketinggian volume air diatas area pusat dari

    permukaan heating element.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    25

    Gambar 2.20 Fire Extingushing Device

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

    13. Ash Blow System

    Ash blow System membersihkan ash pada sisi hot dari sector plate yang

    dilokasikan antara saluran inlet gas dan saluran outlet udara primary untuk

    mencegah gangguan dari sisi hot sector drive System operation. System ini terdiri

    dari nozzles, nozzle headers, air filters, dan manual valves. Nozzle header dibagi

    dalam bagian dalam blower dan bagian luar blower. Kumpulan ash tergantung

    pada kondisi operasi boiler, jadi frekuensi operasi dan waktu blowig dari ash

    blowing System meninjau secara teratur jika kepentingan untuk menjaga operasi

    bagus dari air heater.

    Gambar 2.21 Ash Blow System

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    26

    2.4 Losses

    Adanya kerugian-kerugian (losses) yang terjadi mengakibatkan penurunan

    kinerja dari air heater. Kerugian-kerugian yang sering ditemukan antara lain,

    adanya faktor pengotoran (fouling factor), kebocoran udara (air leakage),

    kerugian aliran, heat loss.

    2.4.1 Faktor Pengotoran (Fouling factor)

    Selama dioperasikan dengan kebanyakan cairan dan gas, terbentuk suatu

    lapisan kotoran pada permukaan perpindahan-panas secara berangsur-angsur.

    Endapan ini dapat berupa abu (ash), sulfur yang menempel, atau berbagai endapan

    lainnya yang berasal dari gas buang dan dapat menyebabkan kerak bahkan korosi.

    Efeknya, yang disebut pengotoran (fouling) dapat mempertinggi tahanan thermal.

    Tahanan thermal dapat ditentukan dari hubungan :

    Rd =

    Keterangan :

    U = konduktansi satuan penukar panas bersih,

    Ud = konduktansi setelah terjadinya pengotoran,

    Rd = tahanan termal satuan endapan.

    2.4.2 Kebocoran Udara (Air leakage)

    Kebocoran udara atau Air leakage adalah berat atau jumlah udara yang ikut

    terbawa keluar dari sisi udara bakar (air side) ke sisi gas buang (gas side). Seluruh

    kebocoran diasumsikan terjadi di antara sisi udara masuk (air inlet) dan sisi keluar

    gas buang (gas outlet).

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    27

    Gambar 2.22 Jalur Aliran Kebocoran Air heater

    Sumber : Power-Gen, 2010 : 2

    Keterangan :

    Jalur 1 : Aliran udara normal

    Jalur 2 : Aliran gas buang normal

    Jalur A : Udara ambient dari Forced Draft Fan (FDF) keluar (Leaking)

    secara langsung ke sisi gas outlet air heater.

    Jalur B : Udara yang sudah dipanaskan keluar ke sisi gas outlet air heater.

    Jalur C : Udara ambient dari FD fan mengalami kebocoran di sekeliling

    air heater.

    Jalur D : Gas buang panas keluar boiler.

    Prosentase (%) kebocoran udara (air leakage) air preheater didefinisikan

    sebagai 100 dikalikan massa udara basah yang bocor ke sisi gas buang (gas side)

    dibagi dengan massa gas basah memasuki pemanas udara (air side). Perhitungan

    hubungan empiris menggunakan perubahan konsentrasi O2 dalam gas buang.

    Persamaan kebocoran udara dapat ditentukan dengan hubungan :

    AL =

    x 0,9 x 100%

    Keterangan :

    AL = Air heater Leakage (%)

    = Prosentase masuk air heater (%)

    = Prosentase keluar air heater (%)

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    28

    2.4.2.1 Kebocoran Circumferential Seal

    Circumferential seal adalah sealing yang terletak di seluruh bagian yang

    mengelilingi (circumference) rotor dari air heater, pada kedua hot end dan cold

    end dari air heater (Gb 2.9). Pada sisi flue gas dari air heater, semua kebocoran

    (Leakage) yang melewati celah di sekitar sisi circumferential seal pada air heater

    (melewati elemen perpindahan panas) dan keluar melalui hilir circumferential

    seals. Hasil dari kebocoran ini menyebabkan hilangnya transfer enthalpi ke

    element bundle, dan menyebabkan naiknya temperatur (serta actual volume) pada

    flue gas yang memasuki Induced Draft Fan s. Sisi air side pada air heater volume

    kebocoran (Leakage) yang melewati first set pada circumferential seals, akan

    memasuki annulus di sekeliling rotor, di mana Leakage akan terpecah/terbagi

    menjadi dua arah. Volume di setiap arahnya bergantung pada differential pressure

    antara titik keluarnya. Sebagian dari aliran akan terus mengalir lurus dan keluar

    melalui second set dari circumferential seals. Sisa dari aliran akan diarahkan di

    sekeliling rotor dan keluar ke dalam aliran/saluran gas buang (melewati axials

    seal) melewati gas side-cold end circumferential seals.

    2.4.2.2 Kebocoran Radial Seal

    Radial sealing sistem memberikan sealing di antara rotor dan sector plates

    pada kedua hot-end dan cold-end. Sealing ini mengurangi kebocoran (Leakage)

    udara yang digunakan untuk pembakaran dan ikut keluar bersama gas buang pada

    gas side. Kebocoran yang terjadi dari air side ke gas side pada air preheater

    melewati/melalui sela-sela di antara rotor dan sector plate pada arah radial seperti

    pada gambar 2.9. Ketika rotor berputar, radial seal ini bekerja dengan permukaan

    sector plate untuk menahan aliran yang terjadi pada air side to gas side.

    Kebocoran pada radial seal dinyatakan sebagai sebuah presentase. Pada

    dasarnya merupakan presentase suatu aliran gas (gas flow) dari air heater yang

    merupakan hasil dari massa udara masuk yang mengalami kebocoran(leaks) dan

    melewati air heater seals dalam aliran gas outlet.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    29

    Gambar 2.23 Kebocoran Circumferential dan Radial

    Sumber : Stephen, K.S, J. Guffre, 2010 : 14

    2.4.3 Pressure drop

    Pressure drop adalah penurunan tekanan yang terjadi dalam heat exchanger

    apabila suatu fluida melaluinya. Pressure drop merupakan parameter penting

    dalam desain alat penukar panas. Penurunan tekanan ini semakin besar dengan

    bertambahnya fouling factor pada heat exchanger karena usia penggunaan alat

    terlalu lama. Dalam pemanas udara tipe rotary, penurunan tekanan pada sisi gas

    (gas side) dan sisi udara (air side) muncul dari hambatan (gesek) terhadap aliran

    masuk dan keluar.

    2.4.4 Heat loss Rate

    Heat loss rate adalah panas yang hilang selama proses perpindahan panas di

    dalam alat penukar kalor berlangsung, dan disebabkan oleh perbedaan suhu antara

    sistem penukar kalor dengan lingkungan. Persaman heat loss rate dapat ditulis

    sebagai berikut :

    qloss = qmax - qact

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    30

    2.4.5 Korosi

    Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di

    lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Air

    heater rentan terkena korosi karena adanya kondensasi asam sulfat yang terbentuk

    akibat adanya kandungan sulfur pada batu bara. Kandungan sulfur batu bara

    beroksidasi dengan oksigen menjadi sulfur dioksida.

    S + O2 = SO2

    (Sulfur) (Oxygen) (Sulfur dioxide)

    Sebagian Sulfur dioxide (10%) beroksidasi dengan oksigen membentuk Sulfur

    trioxide. Sulfur trioxide bereaksi dengan air membentuk asam sulfat pada

    temperature dibawah titik embun dari gas buang (140oF atau 60

    oC). Adapun

    persamaannya adalah sebagai berikut.

    SO2 +

    O2 = SO3

    (Sulfur dioxide) (Oxygen) (Sulfur trioxide)

    SO3 + H2O = H2SO4

    (Sulfur trioxide) (Water) (Sulfuric acid)

    Sulfur trioxide dihasilkan dari beberapa factor yaitu adanya kelebihan udara,

    konsentrasi dari Sulfur dioxide, temperature, adanya katalis. Korosi tidak dapat

    dicegah, tetapi dapat dikendalikan seminimal mungkin. Metode umum untuk

    mengendalikan korosi, yaitu pelapisan (coating). Metode pelapisan adalah suatu

    upaya mengendalikan korosi dengan menerapkan suatu lapisan pada permukaan

    logam. Misalnya, dengan pengecatan menggunakan lapisan enamel. Lapisan ini

    dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga

    besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan

    dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat

    mencegah korosi lebih lanjut.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    31

    2.5 Perpindahan Panas (Heat transfer)

    Perpindahan panas (heat transfer) adalah ilmu yang meramalkan

    perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur di antara

    benda atau material. Berdasarkan hukum termodinamika yang telah diketahui

    bahwa energi yang dipindahkan itu dinamakan energi panas. Ilmu perpindahan

    panas tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi panas berpindah dari

    satu benda ke benda lain, tetapi juga untuk meramalkan laju perpindahan yang

    terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Istilah-istilah yang digunakan untuk

    menyatakan tiga modulus perpindahan panas antara lain, yaitu konduksi,

    konveksi, dan radiasi.

    2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi

    2.5.1.1 Perpindahan Panas Konduksi pada Keadaan Steady

    Perpindahan panas konduksi adalah proses perpindahan panas di mana panas

    mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur

    rendah dalam suatu medium baik itu padat, cair, maupun gas atau antar medium

    berlainan yang bersinggungan secara langsung. Jika pada suatu benda terdapat

    gradien suhu (temperatur gradient), maka akan terjadi perpindahan energi dari

    bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah. Hal ini bisa dikatakan bahwa

    energi berpindah secara konduksi dan laju perpindahan kalor berbanding dengan

    suhu normal.

    Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan

    molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar.

    Menurut teori kinetik, suhu elemen suatu zat sebanding dengan energi kinetik

    rata-rata molekul-molekul yang membentuk elemen tersebut. Energi yang dimiliki

    oleh suatu elemen zat yang disebabkan kecepatan, dari posisi relatif molekul-

    molekulnya disebut energi dalam. Jadi semakin cepat molekul molekul bergerak

    semakin tinggu suhu maupun energi dalam elemen tersebut. Bila molekul

    molekul disuatu daerah memperoleh energi kinetik rata rata yang lebih besar

    dari pada yang dimiliki oleh molekul molekul di suatu daerah yang berdekatan,

    maka molekul molekul yang memiliki energi lebih besar tersebut akan

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    32

    memindahkan sebagian energinya kepada molekulmolekul di daerah yang

    bertemperatur lebih rendah.

    Perpindahan energi tersebut dapat berlangsung dengan tumbukan elastik

    (elastic impact) atau dengan pembauran (difusi) elektron-elektron yang bergerak

    lebih cepat dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah.

    Laju perpindahan panas dari suatu medium tergantung dari dimensi, material, dan

    perbedaan temperatur yang terjadi pada material tersebut. Untuk kasus

    perpindahan panas pada dinding datar hal ini dapat dirumuskan dengan persamaan

    berikut:

    Keterangan :

    Q = laju perpindahan panas konduksi (Watt)

    k = konduktivitas termal (Watt/moC)

    A = luas penampang pada sisi normal arah perpindahan panas (m2)

    X = tebal material (m)

    T1-T2 = beda temperatur pada penampang (oC)

    Gambar 2.24 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Dinding

    Sumber : Cengel, 2003 : 21

    Sedangkan pada silinder homogen yang berlubang dan cukup panjang

    dengan mengabaikan pengaruh ujung-ujungnya dan suhu permukaan dalamnya

    konstan pada T1 sedangkan suhu luarnya dipertahankan seragam pada T0 maka hal

    ini dapat dituliskan dalam rumus :

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    33

    Keterangan :

    q = laju perpindahan panas (Watt)

    k = konduktivitas termal (Watt/moC)

    dT/dr = gradien suhu dalam arah radial (oC)

    A = luas penampang (m2)

    2.5.1.2 Perpindahan Panas Konduksi pada Keadaan Transient

    Perpindahan panas konduksi pada keadaan transien terjadi ketika suhu

    dalam suatu objek berubah sebagai fungsi waktu. Dalam proses pemecahan

    masalahnya menggunakan teori yang berkaitan dengan perpindahan panas

    konduksi transien pada silinder yang berlubang.

    Gambar 2.25 Silinder Berlubang

    Sumber : Dasar teori praktikum fenomena dasar mesin FT UB

    Dari gambar 2.4 di atas dapat dilihat bahwasanya perpindahan panas terjadi

    pada silinder berlubang 3 dimensi. Pada gambar terlihat bahwa selain sumbu z dan

    r, pada silinder berlubang tersebut terdapat sudut . Namun untuk mempermudah

    proses perhitungannya dan pemecahannya, sudut diabaikan dan bernilai nol

    sehingga nantinya dalam pemecahannya, perpindahan panas konduksi transien

    pada silinder berlubang dapat dicari dengan rumus :

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    34

    Keterangan :

    = massa jenis (kg/m3)

    Cp = kapasitas panas spesifik pada tekanan konstan (J/kgoC)

    k = konduktivitas termal (W/moC)

    T = temperatur (oC)

    t = waktu (s)

    2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi

    Sebuah pelat logam panas akan cepat menjadi dingin apabila ditempatkan

    didepan sebuah kipas angin dibandingkan jika hanya dibiarkan di udara diam.

    Kita sebut bahwa kalor di konveksi keluar dan kita sebut prosesnya perpindahan

    kalor konveksi. Misalkan sebuah pelat dipanaskan seperti gambar 2.5 Suhu pelat

    adalah Tw dan suhu fluida T, kecepatan aliran terlihat pada gambar. Kecepatan

    aliran berkurang sampai nol pada pelat karena efek gaya viskos. Karena kecepatan

    lapisan fluida pada dinding nol, kalor hanya ditransfer dengan cara konduksi pada

    titik ini. Karena itu kita bisa menggunakan persamaan (1.1) dengan konduktivitas

    termal fluida dan gradien temperatur fluida pada dinding. Namun kita tetap

    menyebutnya konveksi karena gradient temperatur bergantung atas laju fluida

    dalam mengambil kalor.

    Gambar 2.26 Perpindahan kalor konveksi dari sebuah pelat

    Sumber : Diktat perpindahan panas dan massa FT Universitas Darma Persada

    Efek keseluruhan konveksi, dirumuskan dengan Hukum Newton tentang

    pendinginan :

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    35

    q = hA (Tw - T) (1.1)

    Keterangan :

    q = laju perpindahan panas dengan cara konveksi (W)

    As = luas perpindahan panas (m2)

    Tw = Temperatur permukaan benda padat (K)

    T = Temperatur fluida mengalir (K)

    h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 K)

    Pada persamaan ini, laju perpindahan kalor dikaitkan dengan perbedaan

    temperatur menyeluruh antara dinding dan fluida dan luas permukaan. Besaran h

    disebut koefisien perpindahan kalor konveksi. Untuk kondisi kompleks, harga h

    ditentukan secara eksperimen. Koefisien perpindahan kalor kadang-kadang

    disebut juga konduktansi film. Satuan h adalah watt per meter kwadrat per derajat

    celsius, jika aliran kalor dalam watt.

    2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi

    Berbeda dengan perpindahan kalor konduksi dan konveksi dimana

    perpindahan energi terjadi melalui media, maka kalor juga bisa dipindahkan

    melalui ruang vakum. Mekanisme ini disebut radiasi elektromagnetik. Radiasi

    elektromagnetik yang dihasilkan oleh perbedaan temperatur disebut radiasi

    termal.

    Dalam termodinamika, pembangkit panas ideal atau benda hitam akan

    memancarkan energi sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak benda dan

    berbanding lurus dengan luas permukaan, atau :

    qpancaran = AT4

    Keterangan :

    = konstanta proporsional atau konstanta Stefan -Boltzmann

    = 5,669 x 10-8 W/m2.K

    4

    A = luas permukaan (m2)

    T = temperature benda hitam (K)

    Energi radiasi bisa juga dirumuskan dengan:

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    36

    q = F FG A(T14 T2

    4)

    Keterangan :

    F = fungsi emisivitas

    FG = fungsi faktor pandang geometri

    2.5.4 Penukar Panas (Heat Exchanger)

    Penukar panas adalah sebuah alat dimana dua aliran fluida saling bertukar

    panas tanpa keduanya bercampur. Contoh yang paling sederhana dari alat penukar

    panas adalah alat penukar panas tabung ganda (tube and shell), yang terdiri dari

    dua pipa konsentrik dengan diameter yang berbeda. Panas ditranfer dari fluida

    panas ke fluida dingin melalui dinding pipa yang memisahkan.

    Persamaan konservasi massa pada kondisi steadi adalah jumlah rate massa

    yang memasuki sistem sama dengan rate massa yang keluar sistem. Persamaan

    konservasi energi dari alat penukar panas pada umumnya tidak melibatkan

    interaksi kerja ( w = 0), energi kinetik dan energi potensial diabaikan ( ke 0,

    pe 0) untuk setiap aliran fluida. Pertukaran panas yang berhubungan dengan

    alat penukar panas tergantung bagaimana volume atur yang dipilih (batas sistem).

    Pada umumnya batas yang dipilih adalah bagian diluar shell, hal tersebut untuk

    mencegah pertukaran panas fluida dengan lingkungan.

    2.6 Hukum Termodinamika

    2.6.1 Hukum Termodinamika Ke-0

    Hukum ini meletakkan konsep suhu pada dasar yang kokoh, yaitu bila dua

    sistem ada dalam kesetimbangan termal, maka keduanya mempunyai suhu yang

    sama, bila tak ada dalam kesetimbangan termal maka keduanya mempunyai suhu

    yang berbeda.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    37

    Tinjau 3 sistem A, B dan C, Fakta eksperimental : bila sistem A ada dalam

    kesetimbangan termal dengan sistem B, dan sistem B juga ada dalam

    kesetimbangan termal dengan C maka A ada dalam kesetimbangan dengan C:

    TA = TB TA = TC

    TB = TC

    2.6.2 Hukum Termodinamika Pertama

    Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat berubah dari

    satu bentuk ke bentuk lainnya. Secara matematis. hukum termodinamika I pada

    sistem tertutup, dinyatakan sebagai:

    dU = dq + dw

    U = q + w

    Dengan kata lain, perubahan energi dalam sistem (U) setara dengan panas

    yang diberikan pada sistem (q) dan kerja yang dilakukan terhadap sistem (w)

    Jika hanya diberikan panas, berlaku : U = q

    Jika hanya dilakukan kerja berlaku : U = w

    2.6.3 Hukum Termodinamika Kedua

    Panas secara alamiah akan mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah, panas

    tidak akan mengalir secara spontan dari suhu rendah ke suhu tinggi (Clausius)

    Tidak mungkin dalam satu siklus terdapat efisiensi 100% (Carnot).

    Hukum termodinamika II diformulasikan pada tahun 1860 melalui penelitian

    mesin kalor Carnot, mempelajari kecenderungan arah reaksi, meramalkan

    spontanitas reaksi.

    2.6.4 Hukum Termodinamika Ketiga

    Entropi kristal murni pada suhu nol absolut adalah nol. Pada suhu nol

    absolut (T = 0 K) yakni :

    Tidak terjadi pergerakan atom.

    Tidak ada kekacauan thermal dan struktur kristalin dianggap sempurna.

    A B C

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    38

    2.7 Hukum Kontinuitas

    Disebut juga hukum kekekalan massa, bahwa laju perubahan massa fluida

    yang terdapat dalam ruang yang ditinjau pada selang waktu (dt) harus sama

    dengan perbedaan antara jumlah massa yang masuk dan laju massa yang keluar ke

    dan dari elemen fluida yang ditinjau.

    Persamaan kontinuitas untuk fluida tak termampatkan

    Pada fluida tak termampatkan, massa jenis fluida selalu sama di setiap titik

    yang dilaluinya. Massa fluida yang mengalir dalam pipa dengan luas penampang

    A1 (diameter pipa besar) selama selang waktu tertentu:

    ; ;

    ;

    ;

    Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama

    dengan massa fluida yang keluar, maka:

    ; ;

    Jadi pada fluida tak termampatkan, berlaku persamaan kontinuitas:

    Keterangan :

    Luas penampang 1

    Luas penampang2

    Kecepatanaliran fluida pada penampang 1

    Kecepatan aliran fluida padapenampang 2

    Lajualiran volume V/t alias debit

    Persamaan kontinuitas untuk fluida termampatkan

    Untuk kasus ini, massa jenis fluida berubah ketika dimamapatkan.

    :

    Selang waktu aliran fluida sama:

    Bedanya pada fluida tak termampatkan hanya terletak pada massa jenis fluida.

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    39

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Spesifikasi Alat

    Tabel 3.1 Spesifikasi Air heater Ljungstrom

    Sumber : Vendor Manual Book AH Operation & Maintenance Manual

    PT.IPMOMI Unit 3

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    40

    3.2 Variabel Penelitian

    Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Variabel bebasnya adalah temperatur inlet dan outlet flue gas dan combustion

    air, tekanan soot blower sebelum coating 1 MPa dan sesudah coating 0,6

    MPa, element sebelum dan sesudah coating.

    2. Variabel terikatnya adalah efisiensi air heater pada sisi gas buang dan udara.

    3. Variabel kontrolnya adalah sebagai berikut.

    a. Putaran rotor air heater 1 rpm.

    b. Data sebelum pelapisan enamel dan penurunan tekanan soot blower diambil

    rata-rata pada bulan Juni - Juli 2012 dan data sesudah pelapisan enamel dan

    penurunan tekanan soot blower diambil rata-rata pada bulan Januari - Februari

    2014.

    c. Temperature udara masuk air heater diasumsikan tetap 31oC.

    d. Prosentase kebocoran paa air heater 3A dan 3B diasumsikan sama, hal ini

    diakibatkan oleh :

    Data O2 diambil dari O2 analyzer di area output economizer dan output ID

    fan (FGD inlet).

    Kondisi seal plate antara air heater 3A dan 3B sama setelah penggantian

    pada bulan Desember 2013.

    e. Data temperature yang diambil di area air heater menggunakan probe

    instrument yang telah terpasang di area tersebut.

    3.3 Rumus Perhitungan

    1. Menghitung kebocoran udara (Air leakage)

    AL =

    x 0,9 x 100

    Keterangan :

    AL = Air heater Leakage (%)

    = Prosentase masuk air heater (%)

    = Prosentase keluar air heater (%)

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    41

    2. Menghitung temperatur gas outlet tanpa adanya kebocoran (Leakage)

    Tgnl =

    + Tgl

    Keterangan :

    Tgnl = Temperatur gas buang outlet tanpa adanya kebocoran (oC)

    Cpa = Kalor spesifik antara Tae dan Tgl

    Tae = Temperatur udara inlet AH (oC)

    Tgl = Temperatur gas outlet AH (oC)

    Cpg = Kalor spesifik antara Tgl dan Tgnl

    3. Menghitung efisiensi AH pada sisi gas buang berdasarkan temperatur

    GSE =

    x 100%

    Keterangan :

    GSE = Efisiensi air heater pada sisi gas buang

    Tgnl = Temperatur gas buang outlet tanpa adanya kebocoran (oC)

    Tae = Temperatur udara inlet AH (oC)

    Tge = Temperatur gas buang inlet AH (oC)

    4. Menghitung efisiensi AH pada sisi udara berdasarkan temperatur

    ASE =

    x 100%

    Keterangan :

    ASE = Efisiensi air heater pada sisi gas buang

    Tal = Temperatur udara outlet AH (oC)

    Tae = Temperatur udara inlet AH (oC)

    Tge = Temperatur gas buang inlet AH (oC)

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    42

    3.4 Diagram Alir Penelitian (Flowchart)

    Gambar 3.1 Flowchart penelitian

    MULAI

    , ,

    Tae, Tal, Tge,

    Tgl

    Menghitung Air leakage

    AL =

    x 0.9 x 100

    Hasil Perhitungan

    AL, Tgnl, GSE, ASE

    SELESAI

    Menghitung Temp. Gas Out no Leakage

    Tgnl =

    + Tgl

    Menghitung Gas Side Efficiency

    GSE =

    x 100%

    Menghitung Air Side Efficiency

    ASE =

    x 100%

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    43

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pengolahan Data

    Tabel 4.1 Performa AH sebelum dan sesudah dilapisi enamel dan penurunan soot

    blower

    AH DESCRIPTION BEFORE AFTER

    3A

    Tge (oC) 374.248 390.853

    Tgl (oC) 156.206 163.831

    Tae (oC) 31 31

    Tal (oC) 336.189 355.372

    O2 gl 4.38514 4.38514

    O2 ge 2.64444 2.64444

    3B

    Tge (oC) 361.754 384.738

    Tgl (oC) 150.602 160.778

    Tae (oC) 31 31

    Tal (oC) 340.028 359.317

    O2 gl 4.38514 4.38514

    O2 ge 2.64444 2.64444

    4.2 Perhitungan Data

    A. Perhitungan efisiensi AH sebelum dilapisi enamel dengan tekanan soot blower

    1,18 MPa.

    - AH 3A :

    1. Menghitung kebocoran udara (Air leakage)

    AL =

    x 0,9 x 100

    AL =

    x 0,9 x 100

    AL = 9.4291 %

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    44

    2. Menghitung temperatur gas outlet tanpa adanya kebocoran (Leakage)

    Tgnl =

    + Tgl

    Tgnl =

    +

    Tgnl = 168.0114 oC

    3. Menghitung efisiensi AH berdasarkan temperatur

    GSE =

    x 100%

    GSE =

    x 100%

    GSE = 60.0839 %

    4. Menghitung efisiensi AH pada sisi udara berdasarkan temperatur

    ASE =

    x 100%

    ASE =

    x 100%

    ASE = 88.9121 %

    - AH 3B :

    1. Menghitung kebocoran udara (Air leakage)

    AL =

    x 0,9 x 100

    AL =

    x 0,9 x 100

    AL = 9.4291 %

    2. Menghitung temperatur gas outlet tanpa adanya kebocoran (Leakage)

    Tgnl =

    + Tgl

    Tgnl =

    + 150.602

    Tgnl = 161.879 oC

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    45

    3. Menghitung efisiensi AH berdasarkan temperatur

    GSE =

    x 100%

    GSE =

    x 100%

    GSE = 60.4301 %

    4. Menghitung efisiensi AH pada sisi udara berdasarkan temperatur

    ASE =

    x 100%

    ASE =

    x 100%

    ASE = 93.4316 %

    B. Perhitungan efisiensi AH sesudah dilapisi enamel dengan tekanan soot blower

    0,6 MPa.

    - AH 3A :

    1. Menghitung kebocoran udara (Air leakage)

    AL =

    x 0,9 x 100

    AL =

    x 0,9 x 100

    AL = 9.78488 %

    2. Menghitung temperatur gas outlet tanpa adanya kebocoran (Leakage)

    Tgnl =

    + Tgl

    Tgnl =

    +

    Tgnl = 176.808 oC

    3. Menghitung efisiensi AH berdasarkan temperatur

    GSE =

    x 100%

    GSE =

    x 100%

    GSE = 59.5155 %

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    46

    4. Menghitung efisiensi AH pada sisi udara berdasarkan temperatur

    ASE =

    x 100%

    ASE =

    x 100%

    ASE = 90.1345 %

    - AH 3B :

    1. Menghitung kebocoran udara (Air leakage)

    AL =

    x 0,9 x 100

    AL =

    x 0,9 x 100

    AL = 11.8829 %

    2. Menghitung temperatur gas outlet tanpa adanya kebocoran (Leakage)

    Tgnl =

    + Tgl

    Tgnl =

    + 160.7784

    Tgnl = 176.056 oC

    3. Menghitung efisiensi AH berdasarkan temperatur

    GSE =

    x 100%

    GSE =

    x 100%

    GSE = 59.1955 %

    4. Menghitung efisiensi AH pada sisi udara berdasarkan temperatur

    ASE =

    x 100%

    ASE =

    x 100%

    ASE = 92.7888 %

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    47

    4.3 Data Hasil Perhitungan

    Tabel 4.2 Data hasil perhitungan

    AH DESCRIPTION BEFORE AFTER

    3A

    Tge (oC) 374.248 390.853

    Tgl (oC) 156.206 163.831

    Tae (oC) 31 31

    Tal (oC) 336.189 355.372

    O2 ge 4.38514 4.38514

    O2 gl 2.64444 2.64444

    AL 9.42906 9.42906

    Tgnl 168.011 176.355

    GSE 60.0839 59.6071

    ASE 88.9121 90.1402

    3B

    Tge (oC) 361.754 384.738

    Tgl (oC) 150.602 160.778

    Tae (oC) 31 31

    Tal (oC) 340.028 359.317

    O2 ge 4.38514 4.38514

    O2 gl 2.64444 2.64444

    AL 9.42906 12.9661

    Tgnl 161.879 177.606

    GSE 60.4301 58.5553

    ASE 93.4316 92.8135

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    48

    4.4 Studi Kasus dan Pemecahan Masalah

    Terjadi kerusakan pada heating element (cold end layer).

    Gambar 4.1 Heating element sebelum dan sesudah korosi

    Sumber : PLTU Paiton PT.IPMOMI Unit 3

    Hal ini disebabkan karena adanya sulfur yang terkandung dalam bahan bakar

    bereaksi dengan H2O dari hembusan soot blower atau temperature outlet flue gas

    berada pada titik embunnya sehingga mengakibatkan adanya asam sulfat (H2SO4)

    pada heating element.

    Pemecahan masalah yang dapat diterapkan yaitu dengan metode pelapisan

    pada heating element menggunakan lapisan enamel. Lapisan ini dapat membentuk

    lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari

    korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam

    hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih

    lanjut.

    Gambar 4.2 Heating element dilapisi enamel

    Sumber : PLTU Paiton PT.IPMOMI Unit 3

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    49

    4.5 Analisa Perhitungan

    Gambar 4.3 Grafik Hubungan Pengaruh Coating dan Penurunan Tekanan Soot

    blower terhadap Efisiensi Air heater 3A

    Gambar 4.4 Grafik Hubungan Pengaruh Coating dan Penurunan Tekanan Soot

    blower terhadap Efisiensi Air heater 3B

    60.08386407 59.60707805

    88.91209997 90.14017517

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    80

    85

    90

    95

    100

    Sebelum coating, tekanan sootblower 1.18 MPa

    Sesudah coating, tekanan sootblower 0.6 MPa

    Efis

    ien

    si A

    H (

    %)

    Grafik Hubungan Pengaruh Coating dan Penurunan

    Tekanan Soot Blower terhadap Efisiensi Air heater 3A

    GSEASE

    60.43006055 58.55532668

    93.43159989 92.81345908

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    80

    85

    90

    95

    100

    Sebelum coating, tekanan sootblower 1.18 MPa

    Sesudah coating, tekanan sootblower 0.6 MPa

    Efis

    ien

    si A

    H (

    %)

    Grafik Hubungan Pengaruh Coating dan Penurunan

    Tekanan Soot Blower terhadap Efisiensi Air heater 3B

    GSE

    ASE

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    50

    Berdasarkan gambar grafik 4.1 dan 4.2 di atas menyatakan bahwa dengan

    adanya lapisan enamel dan penurunan tekanan soot blower menjadi 0,6 MPa,

    efisiensi air heater 3A dan 3B pada sisi gas buang dan udara mengalami sedikit

    penurunan (0,5-1)%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi masih di dalam batas

    normal.

    Faktor yang menyebabkan penurunan efisiensi ini bisa disebabkan oleh

    waktu pengoperasian yang sudah lama sehingga timbul adanya kenaikan air

    leakage, kenaikan pressure drop akibat adanya fouling factor dan korosi,

    kenaikan heat loss. Dan juga konduktivitas thermal dari heating element menjadi

    rendah akibat adanya lapisan tambahan (enamel). Namun dengan adanya lapisan

    enamel ini mampu mengurangi tingkat korosi yang disebabkan oleh kondensasi

    asam sulfat yang terbentuk dari reaksi SO3 dan H2O pada temperature di bawah

    titik embun gas buang (140 oF atau 60

    oC).

  • KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

    PT. Paiton Energy Company,

    PT. International Power Mitsui Operation & Maintenance Indonesia

    Jl. Raya Surabaya-Situbondo KM 141 Paiton

    PO BOX 78 Paiton Probolinggo 67291

    51

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 KESIMPULAN

    1. Dengan adanya lapisan enamel pada heating element dan penurunan tekanan

    soot blower menjadi 0,6 MPa, efisiensi air heater 3A dan 3B pada sisi gas

    buang dan udara mengalami sedikit penurunan (0,5-1)%. Hal ini menunjukkan

    bahwa kondisi masih di dalam batas normal.

    2. Faktor yang mempengaruhi penurunan efisiensi air heater yaitu disebabkan

    oleh adanya kenaikan air leakage, kenaikan pressure drop akibat adanya

    fouling factor dan korosi, kenaikan heat loss, dan juga konduktivitas thermal

    dari heating element menjadi rendah akibat adanya lapisan enamel.

    3. Pengambilan data pada penelitian ini disesuaikan berdasarkan instrument yang

    telah terpasang pada area tertentu, sehingga mempengaruhi tingkat

    keakurasian hasil analisa.

    5.2 SARAN

    1. Pemberian lapisan enamel sebaiknya lapisan yang memiliki konduktivitas

    thermal tinggi agar mampu menghantarkan panas dengan baik.

    2. Frekuensi soot blower sebaiknya ditingkatkan menjadi 4 kali dalam sehari

    guna mengurangi pressure drop akibat dari fouling factor dan korosi.

    3. Ketika melakukan pengambilan data, sebaiknya dilakukan pada semua area

    air heater agar data penelitian yang diperoleh lebih akurat dan teliti.