pengaruh kompensasi eksekutif terhadap praktik manajemen...

24
1 ABSTRACT This study is aimed to investigate the influence of executive compensation on profit management practice held in manufacture company registere in BEI in 2010. Research sample is of 70 manufacture companies. Independent variable used is executive compensation calculated based on ln total compensation amount including salary, bonus and benefits to executive parties. Dependent variable used is profit management measured using discretionary accrual. Company size and leverage are the control variable. Company sizes are measured using total asset natural logarythm while leverage is based on ratio between total duties on total asset. Hypothetc test uses multilinear regression and showing the result that executive compensation is not influencing on profit management practice, but there is indication on executive compensation negatively influencing on profit management practice. While company sizes found to have negative significant influence on profit management practice, and in contrast, leverage has no influence on profit management practice. Keywords: earning management, executive compensation, company size, leverage. PENDAHULUAN Kompensasi eksekutif erat kaitannya dengan hubungan keagenan dan konflik keagenan antara principal dan agent. Penerapan Good Corporate Governance dilandaskan pada adanya teori agensi yang menjelaskan hubungan atara manajer dengan pemilik. Emirzon (2007) menggambakan bahwa hubungan keagenan timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan oleh principal/pemilik dengan agen/manajemen. Manajemen sebagai agen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan kekayaan pemilik dan sebagai imbalannya, manajer akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak yang sudah ditetapkan sebelumnya. Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antara pemegang saham, manajer dengan kreditur disebabkan oleh adanya hubungan keagenan (agency relationship). Permasalahan yang muncul dalam hubungan keagenan menurut Eisenhardt (1989) dalam Komari dan Faizal (2007) adalah asumsi sifat dasar manusia (self interest, bounded rationality, risk aversion)

Upload: vodieu

Post on 06-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

1

ABSTRACT

This study is aimed to investigate the influence of executive compensation on profit

management practice held in manufacture company registere in BEI in 2010. Research

sample is of 70 manufacture companies. Independent variable used is executive

compensation calculated based on ln total compensation amount including salary, bonus and

benefits to executive parties. Dependent variable used is profit management measured using

discretionary accrual. Company size and leverage are the control variable. Company sizes

are measured using total asset natural logarythm while leverage is based on ratio between

total duties on total asset. Hypothetc test uses multilinear regression and showing the result

that executive compensation is not influencing on profit management practice, but there is

indication on executive compensation negatively influencing on profit management practice.

While company sizes found to have negative significant influence on profit management

practice, and in contrast, leverage has no influence on profit management practice.

Keywords: earning management, executive compensation, company size, leverage.

PENDAHULUAN

Kompensasi eksekutif erat kaitannya dengan hubungan keagenan dan konflik

keagenan antara principal dan agent. Penerapan Good Corporate Governance dilandaskan

pada adanya teori agensi yang menjelaskan hubungan atara manajer dengan pemilik. Emirzon

(2007) menggambakan bahwa hubungan keagenan timbul karena adanya kontrak yang

ditetapkan oleh principal/pemilik dengan agen/manajemen. Manajemen sebagai agen secara

moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan kekayaan pemilik dan sebagai imbalannya,

manajer akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak yang sudah ditetapkan

sebelumnya.

Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan

pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antara pemegang saham, manajer dengan

kreditur disebabkan oleh adanya hubungan keagenan (agency relationship). Permasalahan

yang muncul dalam hubungan keagenan menurut Eisenhardt (1989) dalam Komari dan Faizal

(2007) adalah asumsi sifat dasar manusia (self interest, bounded rationality, risk aversion)

Page 2: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

2

sehingga yang menjadi tekanan teori keagenan adalah organisasi (adanya konflik tujuan antar

anggota) dan informasi (sebagai komoditas yang dapat dibeli). Moral hazard dari pihak agen

mendorong agen untuk memaksimalkan keuntungannya sendiri dengan cara melakukan

praktik manajemen laba dengan tujuan untuk memperoleh bonus atau kompensasi dalam

bentuk lain apabila eksekutif/agen mampu mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan.

Dengan adanya sifat dasar manusia ini maka pihak prinsipal perlu melakukan pengendalian

agar agen melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah diberikan.

Menurut Traichal dkk (1999) usaha untuk meminimumkan atau mengontrol konflik

antara agen dan prinsipal salah satunya adalah struktur kompensasi. Penerapan sistem

kompensasi diharapkan mampu menarik dan mempertahankan karyawan yang kompeten

sekaligus mengkaitkan keputusan manajemen dengan maksimisasi nilai kemakmuran

pemegang saham (Komari dan Faizal, 2007). Pihak principal dapat membatasi divergensi

kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agen dan bersedia

mengeluarkan biaya pengawasan untuk mencegah hazard dari agen. Dengan sistem

kompensasi yang tepat bagi eksekutif diharapkan eksekutif tidak berusaha memaksimalkan

keuntungan pribadinya dan tetap terfokus pada tujuan utama perusahaan.

Penelitian mengenai hubungan kompensasi eksekutif dengan manajemen laba

diantaranya adalah penelitian Healy (1985) dalam Bergstresser dan Philippon (2006) dalam

yang menemukan bukti bahwa manajer memanipulasi pendapatan untuk memainkan bonus

yang diperolehnya. Selain itu Healy juga menemukan bukti bahwa kebijakan akrual manajer

terkait dengan insentif nonlinear yang terkandung dalam bonus kontraknya.

Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh kompensasi eksekutif terhadap

manajemen laba salah satunya adalah penelitian Suryatiningsih dan Siregar tahun 2008.

Suryatiningsih dan Siregar (2008) meneliti kompensasi eksekutif secara spesifik dengan

menghitung skema bonus direksi pada Badan Usaha Milik Negara. Hasil penelitiannya adalah

Page 3: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

3

bahwa skema bonus direksi BUMN memberikan insentif kepada direksi untuk melakukan

manajemen laba.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Suryatiningsih

dan Siregar (2008). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian Suryatiningsih dan

Siregar (2008) terletak pada sampel penelitian dan cara perhitungan kompensasi eksekutif.

Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun

2010, sedangkan cara perhitungan kompensasi eksekutif didapat dari logaritma natural

penjumlahan gaji, bonus, dan tunjangan eksekutif.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh

kompensasi eksekutif dengan praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang

terdapat di BEI pada tahun 2010. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi pihak

internal maupun eksternal perusahaan. Bagi perusahaan penelitian ini dapat digunakan

sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam memutuskan jumlah kompensasi yang tepat

bagi eksekutif sehingga tidak memotivasi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh

eksekutif. Bagi investor, penelitian ini dapat berfungsi untuk memberikan pandangan

mengenai praktik manajemen laba yang dilakukan oleh eksekutif sebagai agen, sehingga

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan investor dalam memutuskan keputusan

investasi.

LANDASAN TEORI

Kompensasi Eksekutif

Garry Dessler (1997) mendefinisikan kompensasi sebagai segala bentuk pembayaran

atau imbalan yang diberikan kepada karyawan oleh perusahaan sebagai balas jasa atas

kontribusi mereka kepada perusahaan. Menurut Mondy dan Neo (1998) balas jasa kepada

karyawan dapat berupa kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi

Page 4: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

4

eksekutif biasanya berupa gaji dasar, bonus tahunan, opsi atau saham untuk menghargai

kinerja jangka panjang mereka, tunjangan dan proyek kesepakatan kontrol (Tonn, 2008).

Dessler (1997), lebih lanjut menyatakan bahwa ada dua cara utama dalam melakukan

pembayaran keuangan langsung kepada karyawan, yakni pembayaran berdasarkan waktu dan

kinerja. Gaji dasar umumnya biaya tetap yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, namun juga

dapat ditentukan oleh kinerja karyawan tersebut. Secara komprehensif sistem penggajian

dapat diartikan sebagai upaya untuk mengembangkan sekumpulan prosedur yang

memungkinkan organisasi untuk menarik, menahan dan memotivasi pegawai yang

berkualitas serta untuk mengendalikan biaya pembayarannya (Mitchel, 1994). Secara khusus

Sherman dan Bahlander (1992) dalam Fatma (2010) menerangkan bahwa sasaran dari

penggajian adalah :

(1) Untuk memberi imbalan kepada pegawai yang berprestasi,

(2) Untuk memberi daya saing dalam pasar tenaga kerja,

(3) Untuk mempertahankan pegawai dengan gaji yang layak,

(4) Untuk memberi motivasi kepada pegawai untuk berprestasi,

(5) Untuk mengendalikan anggaran biaya,

(6) Untuk mengikat pegawai pegawai baru,

(7) Untuk mengurangi perputaran pegawai yang tidak perlu

Komari dan Faisal (2007) berpendapat program kompensasi dimaksudkan untuk

mengurangi konflik kepentingan antara pemilik dengan manajemen karena adanya

maksimisasi nilai perusahaan (melalui program kompensasi) berarti juga meningkatkan

kesejahteraan manajemen. Pihak manajemen yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

pihak direksi, namun karena di dalam laporan tahunan kompensasi yang dilaporkan adalah

penyatuan kompensasi antara pihak direksi dan pihak komisaris, maka kompensasi eksekutif

yang digunakan untuk penelitian ini adalah kompensasi direksi dan komisaris.

Page 5: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

5

Dapat disimpulkan bahwa sistem kompesasi memiliki unsur feedback dengan kinerja

eksekutif sehingga komite remunerasi dalam perusahaan memiliki kewajiban untuk

memutuskan sistem remunerasi/kompensasi yang sepadan dengan tugas dan tanggungjawab

eksekutif agar keseimbangan dan kestabilan perusahaan dapat terjaga dengan baik.

Manajemen Laba

Definisi manajemen laba menurut Sulistyanto (2008) adalah perilaku manajer untuk

bermain-main dengan komponen-komponen akrual yang discretionary untuk menentukan

besar kecilnya laba, sebab akuntansi memang menyediakan berbagai alternatif serta metode

yang bisa dimanfaatkan.

Ada alasan mendasar mengapa manajer malakukan manajemen laba. Alasan-alasan

seperti harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko,

dan spekulasi sehingga perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke

periode secara konsisten akan mengakibatkan resiko perusahaan ini mengalami penurunan

lebih besar dibandingkan prosentase kenaikan laba (Sulistyanto, 2008). Penelitian Scott

(2000) di NewJersey mengemukakan bahwa manajer kemungkinan terlibat dalam beragam

pola-pola pengelolaan laba di antaranya: (1) kepalang basah (taking a bath) merupakan

tindakan menggeser biaya discretionary accrual perioda mendatang ke perioda kini dan atau

menggeser pendapatan akrual diskresioner periode kini ke periode mendatang, (2)

meminimumkan laba ketika laba sebelum keputusan akrual lebih kecil daripada batas bawah

(bogey) atau melebihi batas atas (cap), (3) memaksimumkan laba ketika laba sebelum

keputusan akrual melebihi batas bawah tetapi tidak melebihi batas atas, dan (4) perataan laba

(income smoothing). Hal inilah yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan

pengelolaan dan pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk mengurangi resiko. Tujuan

manajemen laba adalah untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.

Page 6: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

6

Menurut Healy dan Wahlen dalam Riduwan (2001) bahwa earning management

terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan

dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk

menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis perusahaan,

ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi

yang dilaporkan.

Manajer sebagai pihak yang lebih superior dalam mengungkapkan informasi

perusahaan menjadikan sebuah kesenjangan antara manajer dan shareholders (Sulistyanto

dan Prapti, 2003). Kesenjangan informasi ini akan cenderung mendorong manajer untuk

berperilaku opportunis, manajer hanya akan mengungkapkan informasi tertentu jika ada

manfaat yang diperolehnya. DuCharme et al., 2000 dalam Sulistyanto dan Prapti (2003)

memaparkan bahwa manajemen laba dapat dilakukan dengan income creasing, yaitu

menggeser pendapatan masa depan (future earning) dengan pendapatam sekarang (current

earnings) dan biaya sekarang (current cost) menjadi biaya masa depan (future cost), sehingga

laba pada periode bersangkutan akan dilaporkan lebih tinggi dari yang seharusnya dan tidak

mencerminkan nilai fundamental perusahaan yang sebenarnya. Beberapa peneliti dalam

literatur/jurnal ekonomi memfokuskan penelitiannya pada praktik manajemen laba melalui

usaha para eksekutif untuk mengolah pendapatan menjadi lebih tinggi sehingga para

eksekutif mendapatkan manfaat berupa bonus yang diberikan oleh perusahaan (Bergstresser

dan Philippon, 2006).

Pekerjaan komite remunerasi adalah untuk memperkerjakan, memberhentikan,

mengkompensasi CEO dan untuk menyiapkan penasehat (Jensen, 1993). Pentingnya teori

remunerasi sangatlah jelas, jika tidak dibentuk komite remunerasi, ada sebuah kesempatan

bagi para eksekutif senior untuk memberikan penghargaan kepada dirinya dengan permintaan

Page 7: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

7

gaji yang sangat tinggi yang tidak kongruen dengan kepentingan para pemegang saham

(Conyon dan Freeman, 2002).

Selain pemberikan remunerasi dalam bentuk rupiah, banyak perusahaan memberikan

remunerasi dalam bentuk opsi saham. Kepemilikan saham oleh eksekutif perusahaan

memberikan gambaran adanya penghargaan terhadap hak suara yang dimiliki oleh para

eksekutif perusahaan dan dapat menentukan porsi kontrol. Jensen dan Meckling (1976)

dalam Alves (2007) menyatakan bahwa kompensasi merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk menyatukan kepentingan antara manajer dan pemilik. Tentu saja ini berlaku

bagi perusahaan yang memberikan kompensasi kepada eksekutif berupa opsi atau hak

membeli saham. Selanjutnya Jensen dan Murphy menyatakan bahwa pembayaran atas kinerja

karyawan dapat meningkatkan keefektifan pemegang saham. Karena dengan memiliki saham

yang lebih besar, kepentigan CEO akan selaras dengan kepemilikan pemilik. Dalam kasus

seperti ini tuntutan atas kompensasi insetif menjadi berkurang

PERUMUSAN HIPOTESIS

Kompensasi eksekutif adalah salah satu alat yang masih dianggap efektif untuk

meningkatkan kinerja perusahaan (Komari dan Faizal, 2007). Disebut efektif karena ketika

para eksekutif pada sebuah perusahaan diberikan kompensasi yang sesuai dengan tugas dan

tanggungjawabnya, akan timbul kepercayaan dari diri eksekutif kepada perusahaan tempat ia

bekerja sehingga eksekutif akan berusaha memaksimalkan keahlian serta sumber daya yang

dimilikinya.

Umumnya para eksekutif akan berharap bahwa kinerja mereka berdampak positif

pada kinerja perusahaan sehingga eksekutif yang sudah mencapai prestasi kerja tertentu

mengharapkan level kompensasi tertentu pula. Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan

tidak hanya mendorong para eksekutif untuk berusaha memaksimalkan kinerjanya dan

Page 8: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

8

memberikan nilai tambah bagi perusahaan, bagi eksekutif yang opportunistic sistem

kompensasi yang tidak tepat memunculkan moral hazard eksekutif tersebut dan pada

akhirnya eksekutif melakukan praktik manajemen laba. Intensitas manajemen laba

berhubungan dengan desain kontrak kompensasi. Pada beberapa perusahaan besaran bonus

tergantung pada jumlah laba dibagi, sehingga direksi yang oportunis akan berusaha mencapai

jumlah laba dibagi tertentu, untuk dapat memaksimalkan penerimaan bonus mereka akan

melakukan manajemen laba (Purwati, 2010).

Sistem kompensasi dihitung beradasarkan kebutuhan setiap anggotanya. Namun

seringkali perusahaan menganggap kompensasi sebagai sebuah biaya yang harus ditekan

sehingga kompensasi yang diberikan kurang sesuai dengan kebutuhan/harapan eksekutif

tersebut. Dengan sistem kompensasi yang tidak sesuai harapan dan ditambah sifat dasar yang

dimiliki manusia (moral hazard), eksekutif akan berusaha mencari tambahan pendapatan

yang lain dengan cara yang tidak benar. Keadaan tersebut akan mendorong para eksekutif

untuk melakukan praktik manajemen laba dengan tujuan untuk memaksimisasi kepentingan

pribadinya. Balsam (1998) di USA menemukan bahwa adanya hubungan positif antara

kontrak kompensasi dengan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba.

Skema pemberian kompensasi berdasarkan laba merupakan cara yang paling popular

dalam memberikan penghargaan kepada eksekutif perusahaan, maka adalah logis apabila

manajer yang remunerasinya didasarkan pada tingkat laba akan memanipulasi laba tersebut

untuk memaksimalkan penerimaan remunerasinya (Suryatiningsih dan Siregar, 2008).

Burgstahler and Dichev (1997) berpendapat bahwa income smoothing akan menjadi

akal bagi manajer untuk mendapatkan bonus isentif yang terkait dengan pemenuhan target

pendapatan perusahaan.

Page 9: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

9

Suryatiningsih dan Siregar (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa pada

BUMN yang meggunakan laba sebagai ukuran kinerja diduga akan memberikan insentif bagi

direksi untuk melakukan manajemen laba untuk memperoleh bonus yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya kompensasi yang

diterima oleh eksekutif berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, sehingga perumusan

hipotesis penelitian ini adalah

H1= Jumlah kompensasi eksekutif berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba

METODE PENELITIAN

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

pada tahun 2010. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive

sampling. Adapun kriteria yang ditetapkan dalam pemilihan sampel adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2010.

2. Perusahaan tersebut mengeluarkan annual report tahun 2010.

3. Data yang tersedia lengkap mengenai jumlah kompensasi eksekutif dan data-data

lainnya yang terkait dengan perhitungan manajemen laba.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan

manufaktur. Data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2010

didapatkan dari ICMD, sedangkan laporan tahunan didapatkan dari website Bursa Efek

Indonesia (www.idx.co.id) dan dari website perusahaan terkait.

Variabel independen yang digunakan adalah jumlah kompensasi yang diberikan

perusahaan kepada eksekutif (komisaris dan direksi) pada tahun tersebut. Mengingat nilai

kompensasi eksekutif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI memiliki interval

Page 10: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

10

yang sangat luas maka dilakukan transformasi data ke dalam bentuk logaritma natural.

Perhitungan kompensasi didapat dari logaritma natural penjumlahan rupiah antara gaji,

bonus, tunjangan. Perumusannya adalah sebagai berikut:

KEit = ln(GJit + BNSit + TUNJit )

Keterangan :

KEit = Jumlah kompensasi eksekutif perusahaan i pada tahun t

GJit = Gaji yang diberikan kepada eksekutif perusahaan i pada tahun t

BNSit = Bonus yang diberikan kepada eksekutif perusahaan i pada tahun t

TUNJit = Tunjangan yang diberikan kepada eksekutif perusahaan i pada tahun t

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Penggunaan

discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan model

Dechow, Sloan dan Swenny (1995) yang memiliki rumus sebagai berikut:

TACCit = EXBTit – OCFit

Kemudian dilakukan estimasti model Dechow, Sloan dan Swenney (1995)

NDACCit = α1 (1 / Asetit-1) + α 2 (ΔRevit – ΔRecit ) + α 3 PPEt + e

Persamaan NDACCit diestimasi setiap tahun untuk industri manufaktur. Selanjutnya akrual

diskrisioner diestimasi sebagai berikut:

DACCit = TACCit - NDACCit

Keterangan :

DACCit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

NDACCit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

TACCit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

EXBTit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke -t

Page 11: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

11

OCFit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t

Assetit-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t -1

ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t(diskala dengan Assetit-1)

PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t (diskala dengan Assetit-1)

ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t (diskala dengan Assetit-1)

e = error terms

Dalam penelitian ini digunakan dua variabel kontol, yaitu:

1. Ukuran Perusahaan (SIZE)

Ukuran perusahaan juga seringkali mengarah pada biaya politis, jika sebuah

perusahaan besar juga memiliki profitabilitas tinggi, maka biaya politisnya semakin

besar (Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Suryatiningsih dan Siregar, 2008). Selain

itu dengan profitabilitas tinggi biasanya pajak yang ditanggung perusahaan juga

tinggi. Untuk mengantisipasi kemungkinan motivasi manajemen laba untuk

menghindari biaya politis dan pajak yang tinggi maka penelitian ini akan

menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel control. Sebagaimana Reitenga dkk

(2002) dalam Suryatiningsih dan Siregar (2008), ukuran perusahaan diestimasi

dengan menggunakan ln total asset. Logaritma natural dilakukan untuk mengatasi

distribusi variabel residual yang tidak normal.

2. Leverage

Untuk mengantisipasi adanya motivasi manajemen laba untuk menghindari

pelanggaran kontrak hutang, penelitian ini memasukkan leverage sebagai variabel

kontrol (Lobo dan Zou, 2001). Sebagaimana dalam Suryatiningsih dan Siregar (2008),

leverage ini dihitung berdasarkan rasio antara total kewajiban terhadap total aktiva

(DTA). Adanya indikasi perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari

Page 12: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

12

pelanggaran perjanjian utang dapat dilihat melalui kemampuan perusahaan tersebut

untuk melunasi kewajibannya dengan menggunakan asset yang dimiliki (Halia,

Karmel dan Rudolf, 2005). Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi diduga

melakukan manajemen laba agar terhindar dari tekanan hutang.

Teknik dan Langkah Analisis

Teknik analisis penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Langkah-

langkah penelitian dilakukan dengan cara:

1. Menghitung manajemen laba

Perhitungan manajemen laba menggunakan model Dechow, Sloan dan Swenney

(1995) yang menggunakan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba.

2. Statistik deskriptif

Pengujian statistik deskriptif diperlukan untuk mengetahui gambaran perusahaan

sampel.

3. Uji data (uji asumsi klasik)

Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2005) pengujian data dilakukan dengan uji

asumsi klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian valid,

dengan data yang digunakan secara teori tidak bias, konsisten, dan penaksiran

koefisien regresinya efisien. Prasyarat dilakukannya analisis regresi adalah

melakukan pengujian data dengan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik

dilakukan dalam empat tahap,yaitu:

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji normal atau tidaknya distribusi dalam

model regresi pada variabel pengganggu atau variabel residual (Ghozali, 2005). Uji

normalitas dilakukan dengan uji statistic Kolmogorov-Smirnov.

Page 13: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

13

Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang

sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi.

Uji Heteroskedastisitas

Dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

(Ghozali, 2005). Jika variance dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka

disebut homoskedastisitas. Untuk menguji semua kelompok sampel apakah bebas

dari masalah Heteroskedastisitas maka digunakan uji Glejser.

4. Uji Hipotesis

Isu yang digunakan dalam penelitian ini jumlah kompensasi yang diputuskan untuk

diberikan kepada eksekutif berpengaruh pada praktik manajemen laba suatu

perusahaan. Secara rumus, dpat dituliskam sebagai berikut:

DACC it = α + β1 KE + SIZE + LEV + ε

Keterangan:

DACC it = Manajemen Laba

α = konstanta

β1 = koefisien regresi

KE = jumlah kompensasi eksekutif perusahaan i pada tahun t

SIZE = Ukuran perusahaan

LEV = Leverage

ε = error

Hipotesis statistik penelitian ini adalah:

H0 : β1 = 0

H1 : β1 ≠ 0

Page 14: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

14

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penentuan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Sampel diambil dengan menggunakan metode

purposive sampling dengan keterangan sebagai berikut;

Tabel 1. Penetuan Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah

Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 147

Perusahaan yang tidak mengeluarkan annual report (28)

Laporan keuangan perusahaan yang tidak menggunakan satuan

rupiah (4)

Perusahaan yang tidak mempunyai kelengkapan data penelitian (45)

Jumlah sampel yang digunakan 70

Dari jumlah sampel tersebut prosentase terbesar adalah perusahaan Automotive and Allied

Products yaitu sebesar 15,7%. Sejumlah 45 perusahaan tidak mengungkapkan informasi

mengenai jumlah kompensasi dan data-data lainnya sehingga perusahaan-perusahaan tersebut

tidak dimasukkan dalam sampel penelitian.

Statistik Deskriptif

Dari data yang diperoleh, berikut disajikan statistic deskriptif data sampel penelitian :

Page 15: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

15

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Variabel

Penelitian

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Manajemen Laba -3.730 3.810 -0.013 0.655

Kompensasi

eksekutif (ln)

20.133 24.834 22.432 1.223

Ukuran

Perusahaan(ln)

20.160 30.650 27.380 1.756

Leverage 0.001 0.836 0,431 0.212

Sumber : Data diolah 2012

Nilai rata-rata (mean) manajemen laba sebesar 0,013 dan angka ini negatif, artinya

pada tahun 2010 sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia melakukan praktik

manajemen laba dengan pola meminimalkan labanya. Laba diminimalkan dengan indikasi

bahwa pada periode berikutnya perusahaan dapat memaksimalkan labanya untuk

mendapatkan bonus. Meskipun rata-rata kompensasi negatif, tidak semua perusahaan

melakuan manajemen laba dengan pola meminimalkan labanya karena pada hasil deskriptif

statistik menunjukkan nilai maksimum manajemen laba sebesar 3,81 dan nilainya positif,

sehingga masih ada beberapa perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba dengan

pola memaksimalkan labanya.

Rata-rata kompensasi eksekutif sebesar 22,432 dan apabila dirupiahkan maka setara

dengan Rp 11.252 juta. Nilai kompensasi eksekutif paling tinggi 24,83 setara dengan Rp

60,339 juta dan kompensasi eksekutif terendah sebesar 20,13 atau setara dengan Rp 553 juta.

Rata-rata ukuran perusahaan (SIZE) manufaktur di Indonesia sebesar 27,380, angka ini

setara dengan asset perusahaan sebesar Rp 2.311.266 juta. Nilai rata-rata leverage sebesar

Page 16: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

16

sebesar 0,431 atau aebesar 43,10% yang berarti bahwa rata-rata kemampuan perusahaan

manufaktur di Indonesia untuk memenuhi kewajiban dalam bentuk asset cukup baik yaitu

sebesar 43,10%. Nilai leverage paling tinggi adalah 0,836 atau sebesar 83,60%. Ini artinya

bahwa sebagian asset perusahaan didominasi oleh kewajiban. Setelah menghilangkan 3 rasio

leverage yang ekstrim (diatas 80%) maka diperoleh rata-rata leverage yang lebih baik yaitu

sebesar 0,389 atau 38,90%. Nilai maksimum leverage setelah menghilangkan 3 rasio yang

ekstri

Pengujian Hipotesis

Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi klasik terhadap data penelitian. Berdasarkan pengujian normalitas menggunakan Uji

Kolmogornov Smirnov menghasilkan signifikansi yang nilainya di atas α = 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa residual dalam penelitian ini berdistribusi normal. Dari uji

multikolinearitas, hasil tolerance dan VIF juga tidak ditemukan penyimpangan sehingga data

bebas dari multikolinearitas. Sedangkan hasil uji heterokedastitas juga menunjukkan tidak

adanya masalah heterokedastitas dalam model regresi. Oleh karena itu disimpulkan bahwa

model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai parametrik yang sahih. Hasil

pengujian asumsi klasik secara detail dapat dilihat di lampiran 3.

Berikut ini adalah ringkasan hasil uji regresi berganda untuk menguji pengaruh

kompensasi eksekutif terhadap praktik manajemen laba :

Page 17: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

17

Tabel 3. Hasil Uji Regresi

Variabel penelitian

Koefisien

regresi t Sig.

Konstanta 4,026 3,674 0,006

Kompensasi eksekutif -0,055 -0,732 0,467

Ukuran perusahaan -0,111 -2,103 0,039

Leverage 0,123 0,349 0,728

R2 =

0,135 Adjusted R

2=0,095; F = 3,425 ; Sig=0,022

Sumber : Data diolah, 2012

Dari hasil uji regresi linear berganda didapat nilai hitung F sebesar 3,425 dengan

signifikansi 0,022 (di bawah 0,05) maka disimpulkan bahwa kompensasi eksekutif, ukuran

perusahaan dan leverage secara bersama-sama berpengaruh terhadap praktik manajemen laba

yang dilakukan oleh perusahaan. Besarnya Adjusted R2

sebesar 0,095, hal ini berarti variasi

praktik manajemen laba dapat dijelaskan oleh variasi kompensasi eksekutif, ukuran

perusahaan dan leverage sebesar 9,50%. Sedangkan sisanya, sebesar 90,50% dijelaskan oleh

sebab-sebab lain di luar model penelitian ini.

Dari tiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian, secara parsial

kompensasi eksekutif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik manajemen laba,

dimana kompensasi eksekutif memiliki nilai signifikansi 0,467 (di atas 0,05). Sehingga

hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Meskipun demikian ada indikasi bahwa kompensasi

eksekutif berpengaruh terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

Dilihat dari hasil koefisien regresi kompensasi eksekutif yang bernilai negatif, menunjukkan

apabila kompensasi eksekutif suatu perusahaan rendah maka ada indikasi bahwa praktik

Page 18: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

18

manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut tinggi, namun hasil penelitian

menunjukkan pengaruhnya tidak signifikan.

Hal ini diduga karena proporsi kompensasi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia

lebih banyak didominasi oleh gaji dan tunjangan-tunjangan yang sifatnya cenderung tetap,

sedangkan proporsi kompensasi yang bersifat variabel dan dapat di-manage seperti bonus

sangatlah kecil. Hal ini memunculkan kondisi dimana eksekutif menjadi kurang tertarik untuk

melakukan praktik manajemen laba karena kompensasi tetap memiliki jumlah lebih besar

dibandingkan kompensasi yang bersifat variabel. Dengan kata lain bagaimanapun kinerja

jangka pendek perusahaan, eksekutif tetap akan mendapatkan gaji dan tunjangan yang lebih

besar daripada jumlah bonus yang didapat. Sehingga eksekutif menjadi kurang termotivasi

untuk melakukan praktik manajemen laba. Oleh karena itu baik kinerja perusahaan

mengalami peningkatan atau penurunan, kondisi ini tidak akan mempengaruhi praktik

manajemen laba perusahaan apabila proporsi kompensasi masih didominasi oleh komponen

kompensasi yang bersifat tetap seperti gaji dan tunjangan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Suryatiningsih dan Siregar (2008)

yang menemukan adanya kompensasi eksekutif yang dihitung menggunakan skema bonus

direksi BUMN memberikan insentif kepada direksi untuk melakukan manajemen laba

melalui discretionary accrual untuk memaksimalkan bonus yang diterimanya. Perbedaan

hasil antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya dimungkinkan karena perbedaan cara

menghitung kompensasi eksekutif dimana pada penelitian ini menggunakan logaritma natural

kompensasi eksekutif sedangkan penelitian Suryatiningsih dan Siregar menggunakan skema

bonus dalam perhitungan kompensasi eksekutif, perbedaan sampel penelitian juga menjadi

salah satu alasan perbedaan hasil penelitian.

Gao, dkk (2002) juga menunjukkan bahwa intensitas manajemen laba yang diukur

dengan nilai absolute discretionary accruals yang diskala dengan total asset, berhubungan

Page 19: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

19

dengan kontrak kompensasi. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian Gao,

dkk (2000) dapat dimungkinkan karena desain kontrak kompensasi antara perusahaan di

Indonesia dengan perusahaan di luar negeri berbeda antara proporsi kompensasi tetap dan

kompensasi variabelnya.

Dua variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan

dan leverage. Dari hasil uji regresi ditemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Ada indikasi

apabila ukuran perusahaan kecil maka praktik manajemen labanya tinggi. Hal ini diduga

karena secara psikologis perusahaan yang kecil cenderung ingin diakui keberadaannya di

masyarakat. Sedangkan praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan besar

diketahui rendah. Dalam penelitian ini asset menjadi salah satu item dalam pengukuran

manajemen laba sehingga asset menjadi memiliki pengaruh yang signifikan dalam praktik

manajemen laba. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryatiningsih

dan Siregar (2008), Rahmawati dan Baridwan (2006), Veronica dan Utama (2005) yang

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen

laba.

Sebaliknya, sebagai variabel kontrol leverage ditemukan tidak berpengaruh signifikan

terhadap praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan secara umum sampel penelitian

memiliki rata-rata nilai leverage sebesar 38,90%, angka rata-rata ini didapat setelah

menghilangkan 3 nilai leverage yang ekstrem. Selaim itu diduga bahwa kreditur juga bukan

salah satu pihak yang menekan eksekutif untik melakukan manajemen laba sehingga leverage

menjadi tidak signifikan dalam pengaruhnya terhadap praktik manajemen laba yang

dilakukan oleh perusahaan. Alasan lain seperti perjanjian hutang mungkin tidak digunakan

dalam salah satu unsur debt-covenant juga mengakibatkan leverage memiliki pengaruh yang

Page 20: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

20

tidak signifikan terhadap manajemen laba seperti yang telah diungkapkan Suryatiningsih dan

Siregar (2008).

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryatiningsih

dan Siregar (2008) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik

manajemen laba sedangkan leverage diketemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap

praktik manajemen laba.. Namun tidak konsisten dengan penelitian Halim, Carmel dan

Rudolf (2005) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap praktik manajemen laba sendangkan yang memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap praktik manajemen laba adalah leverage. Ketidakkonsistenan hasil dikarenakan

perbedaan cara hitung.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya ditemukan bahwa kompensasi eksekutif tidak

berpengaruh terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan, namun ada

indikasi bahwa kompensasi eksekutif memiliki pengaruh yang negatif terhadap praktik

manajemen laba. Selanjutnya sebagai variabel kontrol, ukuran perusahaan yang diproksikan

dengan total asset perusahaan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan

oleh perusahaan. Sebaliknya, leverage memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap

praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan.

Sebagai implikasi teoritis, hasil penelitian ini masih belum konsisten dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryatiningsih dan

Siregar (2008) yang menemukan adanya pengaruh antara kompensasi eksekutif yang dihitung

berdasarkan skema bonus berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Balsam (1998) di

USA juga menemukan bahwa adanya hubungan positif antara kontrak kompensasi dengan

Page 21: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

21

discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba. Selain itu Gao, dkk (2002) adanya

hubungan antara akrual diskrisioner dengan manajemen laba. Perbedaan hasil penelitian

dimungkinkan karena adanya perbedaan cara hitung, perbedaan sampel yang digunakan dan

perbedaan sistem kontrak kompensasi yang diterapkan di perusahaan manufaktur dan

BUMN, selain itu perbedaan struktur kompensasi eksekutif di Indonesia dengan kontrak

kompensasi yang diterapkan di luar negeri juga menjadi salah satu sebab perbedaan

penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di luar negeri. Di

Indonesia kontrak kompensasi cenderung didominasi oleh komponen-komponen kompensasi

yang sifatnya tetap. Namun penelitian ini mendukung penelitian Suryatiningsih dan Siregar

(2008) yang menunjukkan hasil bahwa sebagai variabel kontrol size ditemukan berpengaruh

terhadap praktik manajemen laba perusahaan, sedangkan leverage ditemukan tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan.

Oleh karena itu sebagai implikasi terapan, perusahaan-perusahaan manufaktur

disarankan untuk dapat mempertimbangkan struktur kompensasi yang diberikan kepada

eksekutif. Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk memberikan kompensasi variabel

yang pengukurannya berdasarkan kinerja perusahaan, sehingga eksekutif termotivasi untuk

meningkatkan kinerja perusahaan. Namun perusahaan perlu menyadari pemberian

kompensasi yang bersifat variabel, seperti bonus dan opsi saham, mengandung resiko praktik

manajemen laba yang dilakukan oleh eksekutif. Untuk itu perusahaan harus lebih selektif

dalam menerapkan kontrak kompensasinya.

Terkait dengan investor, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada

investor untuk lebih mempertimbangkan ukuran perusahaan yang dikaitkan dengan praktik

manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Dalam hal ini sebaiknya investor memilih

perusahaan besar dalam pengambilan keputusan investasi, karena tingkat praktik manajemen

laba perusahaan besar itu rendah.

Page 22: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

22

Keterbatasan dan Saran

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah kompensasi yang digunakan adalah

kompensasi dalam jumlah keseluruhan baik gaji, tunjangan maupun bonus. Data pada

perusahaan manufaktur di Indonesia tidak memisahkan antara kompensasi yang bersifat tetap

dan variabel. Kompensasi yang dicantumkan adalah kompensasi dalam bentuk rupiah

sedangkan untuk kompensasi non rupiah data pada perusahaan manufaktur Indonesia kurang

memadai. Selain itu teknik estimasi dalam pembagian total akrual diskrisioner dan non

diskrisioner mengandung measurement error seperti yang diungkapkan oleh Suryatinigsih

dan Siregar (2008) .

Bertumpu pada keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti, maka diberikan beberapa

saran untuk meningkatkan mutu penelitian selanjutnya. Untuk penelitian selanjutnya dapat

mempertimbangkan untuk melekukan penelitian pada lembaga keuangan karena informasi

yang diberikan pada lembaga keuangan cenderung lebih lengkap dibandingkan pada

perusahaan manufaktur. Apabila data memungkinkan, sangatlah tepat apabila kompensasi

diproksikan menggunakan kompensasi yang bersifat variabel dan dapat di-manage seperti

bonus dan opsi saham.

DAFTAR PUSTAKA

Aboody, David dan Ron Kasznik, 2000, "CEO Stock Option Awards and The Timing of

Corporate Voluntary Disclosure", Journal of Accounting and Economics, 29.

Agrawal, A. dan G.N. Mandelker, 1987, "Managerial Incentives and Corporate Investment

and Financing Decisions”, Journal of Finance, 42

Alves, Sandra. 2009. The Association between Executive Stock Options and Corporate

Governance: Study in Portugal. Instituto Superior de Contabilidade e Administração.

Portugal.

Astika, I.D.P., 2008. Perilaku Eksekutif dalam Menentukan Return Ekspektasian melalui

Program Opsi Saham Karyawan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Vol.11/No.3/September 2009, hal. 327-347.

Page 23: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

23

Asyik, N.F. 2006. Dampak Pernyataan Nilai Wajar Opsi Saham pada Pengaruh Magnituda

Kompensasi Program Opsi Saham Karyawan(POSK) terhadap Pengelolaan Laba.

Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Balsam S., 1998. Discretionary Accounting Choices and CEO Compensations. Contemporary

Accounting Research 15 (3), page 229-529

Bergester, Daniel and Thomas Phillippon, 2006, “CEO Incentives and Earnings

Management”. Journal of Financial Economics 80, 511-529.

Burgstahler, D., and I. Dichev. 1997. "Earnings Management to Avoid Earnings

Decreases and Lcs.ses."Journal of Accounting and Economics 24 (I): 99-126.

Conyon, M. J., & Freeman, R. B. 2002. Shared Modes of Compensation and Firm

Performance: UK evidence, Working Paper, Centre for Economic Performance,

London School of Economics and Political Science.

Core, J.E.; W.R., Guay. 2000. Stock Options Plans for Non-executives Employees. Journal of

Financial Economics 61, 253-287.

Dechow, PatriciaM., Richard G. Sloan, dan Amy P Sweeney. 1995. Detecting Earning

Management. The Accounting Review 70. Page 192-226.

Dessler, Gary, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa : Benyamin

Molan,Penyunting Triyana Iskandarsyah, Edisi ke-7, Prenhalindo, Jakarta

Fatma, Bayu. 2010. “Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance

Terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja

Keuangan”. Skripsi Universitas Diponegoro.

Gaver, J., and K. Gaver. 1993. Additional Evidence on the Association Between the

Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation

Policies. Journal of Accounting and Economics 16 (January/April/July): 125-60.

Gao, Pengjie dan Ronald E. Shrives , Earning Management and Executive Compensation: a

Case of Overdose of Option and Underdose of Salary, 2002

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi ket iga.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Foutrh Edition. NewYork: MC. Graw-Hill

Inc. Jakarta: Erlangga.

Halim, Julia, Karmel Meiden, Rudolf Lumban T., 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada

Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang

Termasuk dalam Indeks LQ-45. SNA VIII/ Solo/ 15-16 Sept. 2005, hal. 117-135.

Jensen, M. C., & Murphy, K. J. 1990. Performance Pay and Top Management Incentives.

Journal of Political Economy, 98(2), 225-264.

Page 24: Pengaruh Kompensasi Eksekutif terhadap Praktik Manajemen ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2651/2/T1_232008237_Full... · Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris

24

Jensen, M. 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and The Failure of Internal

Control Mechanism, Journal of Finance, 48, 831-857.

Komari, Nurul dan Faisal. 2007. Analisis Hubungan Struktur Corporate Governance dan

Kompensasi Eksekutif.Jurnal Keuangan dan Perbankan XI/No.2/Mei 2007,

hal.213-224

Lobo, Gerald J. dan Jian Zhou (2001), “Disclosure Quality And Earnings Management”,

Social Science Research Network Electronic Paper Collection.

Mondy, R.W. & Noe, R.M. (1998). Human Resource Management. Sixth Edition, Allyn&

Bacon Inc, USA.

Purwati, Lilik. 2010. Kecakapan Manajerial, Skema Bonus, Manajemen Laba dan Kinerja

Perusahaan. Jurnal Aplikasi Manajemen VIII, no. 2, Mei 2010, hal. 430-436

Rahmawati. 2006. Model Penelitian Manajemen Laba pada Industri Perbankan Publik di

Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perbankan. Artikel yang dipresentasikan

pada Seminar Bulanan Jurusan Akuntansi FE-UNS tanggal 27 Mei 2006

Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory. Prentice – Hall International, Inc. New

Jersey.

Suryatiningsih, N. dan Siregar, S.V. 2008. “Pengaruh Skema Bonus Direksi terhadap

Aktivitas Manajemen Laba” (Studi Empiris pada Badan Usaha Milik Negara) periode

2003-2006. Simposium Nasional Akuntansi II-Pontianak. Juli 2008.

Swenney, A.P. Debt Covenant violations and Managers accounting response. Journal of

Accounting and Economics.

Sulistyanto, Sri dan Meniek S. 2003. “Stock Options, Akankah Mnedorong Eksekutif

menjadi Opportunis?”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.1/No.2/Maret 2003, ISSN:

1412-775x.

Talha, ,Muhammad, Abdullah Sallehudin and Sukor Masaud. 2009. “A Study of Director’s

Remuneraation and Board Commite in Malaysia”, Jo

Tonn, R. 2008. The Brave New World of Executive Compensations Plans. Colorado Springs

Bussines Journal. Jully 25

Veronica, Sylvia dan Siddarta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran

Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning

Management. Simposium Nasional Akuntansi VIII.