pengaruh keterampilan mengajar guru terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU
TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DI SMP
NEGERI 02 TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Indri Rahmawati
NIM 11140182000059
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Indri Rahmawati (NIM 11140182000059). Pengaruh Keterampilan Mengajar
Guru terhadap Keaktifan Belajar Siswa di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan.
Skripsi Program Strata 1 (S1) Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keterampilan mengajar
guru terhadap keaktifan belajar siswa dan seberapa besar pengaruh keterampilan
mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa di SMP Negeri 2 Tangerang
Selatan. Metode penelitian yang digunakan yaitu bersifat kuantitatif dengan
pendekatan analisis regresi linear sederhana. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas 2 SMP di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan yang berjumlah 250
orang. Sampel dalam penelitian ini sebesar 142 orang dengan menggunakan tabel
penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan oleh Isaac
dan Michael. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara keterampilan
mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa di SMP Negeri 2 Tangerang
Selatan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai bahwa thitung(23,943) >
ttabel(1,977) sedangkan hasil pengujian menggunakan regresi linear sederhana
diperoleh bahwa Ŷ = -34,973 + 0,844X, karena nilai koefisien regresi bernilai
positif (+), sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan mengajar guru
berpengaruh positif terhadap keaktifan belajar siswa. Diperoleh nilai R square
sebesar 0,804 yang artinya 80,4% keaktifan belajar siswa di SMP Negeri 2
Tangerang Selatan dipengaruhi oleh keterampilan mengajar guru, dan sebesar
19,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Dengan demikian terdapat pengaruh yang kuat antara keterampilan
mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa di SMP Negeri 2 Tangerang
Selatan dan keterampilan mengajar guru memberikan kontribusi yang signifikan
dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan.
Kata kunci: Keterampilan Mengajar Guru, Keaktifan Belajar Siswa
ii
ABSTRACT
Indri Rahmawati (NIM 11140182000059). The influence of teacher teaching
skills on student learning activities at SMP Negeri 2 South
Tangerang.Department of Education Management, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta. 2018.
This research is to examine the influence of teacher teaching skills on
student learning activities and how much the influence of teacher teaching skills
on student learning activities at SMP Negeri 2South Tangerang. The research
method used is quantitative with a simple linear regression analysis approach.
The population in this study were grade 2 junior high school students totaling 250
people at SMPNegeri SouthTangerang. The sample in this study was 142 people
using a table determining the number of samples from a particular population
developed from Isaac and Michael. Data collection techniques in this study used a
questionnaire.
The results of the study show that there is an influence between the teacher
teaching skills on the student learning activities at SMP Negeri 2South
Tangerang. This is evidenced by the acquisition of the value of thitung (23,943)> t
table (1,977) while the test results using simple linear regression indicate that Ŷ =
-34,973 + 0,844X, because the regression coefficient is positive (+), so it can be
said that teacher teaching skills has a positive effect on student learning activities.
The value of R Square is 0,804, which means that 80,4%of the student learning
activities at SMP Negeri 2South Tangerang is influenced by teacher teaching
skills, and 19,6%is influenced by other variables not examined.
Thus there is an influence between the teacher teaching skills on the
student learning activities at SMP Negeri 2 South Tangerang and the teacher
teaching skills contribute significantly to improving the student learning activities
at SMP Negeri 2 South Tangerang.
Keyword: Teacher Teaching Skills, Student Learning Activities
iii
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر بسم هللا الر
لة و السلم على اشرف النبياء حيم . و الص حمن الر العالمين . الر رب و المرسلين و على اله الحمدلله
وصحبه اجمعين .
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam,
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat-Nya penulis diberi
kesempatan untuk menempuh pendidikan sarjana hingga akhirnya mampu
menyelesaikan skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Nabi dan Rasul termulia beserta keluarga dan
para sahabatnya.
Untaian terima kasih sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada orang tua
tercinta, ayahanda Muslim dan ibunda Laswati yang dengan ikhlas membesarkan,
mendidik, dan membimbingku dalam menjalani roda kehidupan, sungguh kasih
sayang kalian tidak dapat dibalas. Setiap tetes keringat dan air mata yang kalian
korbankan akan menjadi semangatku untuk terus berusaha menghasilkan yang
terbaik.
Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada Bapak Drs. H. Mu’arif
SAM, M. Pd, selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Hj. Nurdelima Waruwu, M. Pd
selaku Pembimbing II yang telah memberikan motivasi, arahan, bimbingan, dan
bantuannya dengan penuh kesabaran dan ketulusan hatinya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa
terlaksana dengan baik tanpa ada bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
2. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd selakudosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis.
3. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.
4. H. Maryono, SE, M. Pd. selaku Kepala SMPN 2 Tangerang Selatan yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
5. Kartini Eling Subekti, S.Pd selaku kasubag kesiswaan SMP Negeri 2
Tangerang Selatan yang telah meluangkan waktu dan tempat serta
bersedia menjadi informan selama penulis melakukan penelitian.
6. Rekan-rekan guru SMPN 2 Tangerang Selatan yang telah bersedia
menjadi responden sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.
7. Kakak-kakak dan adikku tersayang, Ahmad Junaedi, S. T, Irma
Muslimawati, Am. Keb, Saiful Romadhon, S. Kom, dan Muhammad Abel
Izaqi, tidak lupa pula untuk kedua keponakanku yang menggemaskan yang
selalu mensuport dan memberikan “warna” yang indah dalam perjalanan
akhir masa perkuliahan.
8. Seseorang yang sangat baik, Muhammad Fachri yang senantiasa ada dan
sabar mendengarkan segala keluh kesah, memberikan dukungan dan
semangat, serta lantunan do’a hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
9. Sahabat terkasih“Sweet Family Ever”Almh Annisa Hardianti, Sulistriani
Sari, Dwi Febryyani Alfiningsih,Linda Ayu Novitasari, Istihani Arofah,
Hilda Farhana,dan Imelda Julia yang selalu memberikankeceriaan,
senyuman, motivasi dan perjuangannya untuk saling memberi dan
membantu. Sukses selalu dalam mengejar mimpi kita masing-masing.
10. Sahabat seperjuangan, Ariny Rizka, Anida Vera P, Rhomadhon, Nurul
Fadhillah, Afra Rahma Ramadhaniyang selalu berbagi pengalaman,
pengetahuan, dan saling memberikan dukungan satu sama lain.
11. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan 2014 khususnya kelas
B yang telah menjadi bagian dari cerita kuliahku. Semoga kita
v
dipertemukan kembali dalam keadaan yang jauh lebih baik lagi. Selamat
berjuang, untuk misi terakhir dibangku perkuliahan.
12. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis hanya dapat membalas dengan do’a semoga semua amal
baik yang mereka lakukan mendapat balasan dan ridha dari Allah SWT. Penulis
berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberi manfaat kepada
penulis khususnya serta menjadi pendorong bagi dunia pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Tangerang, 23 Desember 2018
Penulis
Indri Rahmawati
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ...................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................. 8
A. Keterampilan Mengajar Guru ..................................................................... 8
1. Pengertian keterampilan mengajar guru ............................................... 8
2. Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru .................................. 10
B. Keaktifan Belajar Siswa ............................................................................. 37
1. Pengertian Keaktifan Belajar Siswa ..................................................... 37
2. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar ............................................. 39
3. Strategi Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa ................................ 40
C. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................... 44
D. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 46
E. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 49
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 49
B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 50
C. Metode Penelitian ........................................................................................ 50
D. Populasi dan Sampel ................................................................................... 51
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 52
F. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................... 56
1. Variabel Keterampilan Mengajar Guru ............................................. 56
vii
2. Variabel Keaktifan Belajar Siswa ......................................................... 59
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ....................................... 61
1. Pengujian Validitas Instrumen ............................................................. 61
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ......................................................... 66
H. Teknik Pengolahan Data ............................................................................ 69
I. Teknik Analisis Data ................................................................................... 71
J. Uji Asumsi Dasar ......................................................................................... 74
K. Hipotesis Statistik ........................................................................................ 77
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 78
A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Tangsel ................................................ 78
1. Profil Sekolah .......................................................................................... 78
2. Visi dan Misi ........................................................................................... 79
3. Personil Sekolah ..................................................................................... 80
B. Deskripsi Data ............................................................................................. 83
1. Deskripsi Data Variabel X ..................................................................... 83
2. Deskripsi Data Variabel Y ..................................................................... 91
C. Uji Prasyarat ................................................................................................ 97
1. Uji Normalitas ........................................................................................ 97
2. Uji Linearitas ........................................................................................ 100
3. Uji Heteroskedastisitas......................................................................... 101
D. Hasil Pengujian Statistik .......................................................................... 102
1. Uji Regresi Linear ................................................................................ 102
2. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 104
3. Koefisien Determinasi .......................................................................... 106
E. Interpretasi Data ....................................................................................... 106
F. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 109
G. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 111
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 113
A. Simpulan .................................................................................................... 113
B. Saran ........................................................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 115
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................... 119
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan ............... 49
Tabel 3.2 Bobot Nilai pada Skala Likert ............................................................ 53
Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Skor .................................................................. 54
Tabel 3.4 Definisi Operasional Variabel X (Keterampilan Mengajar Guru) 56
Tabel 3.5 Definisi Operasional Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa) ........... 59
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel X dan Variabel Y ................................ 63
Tabel 3.7 Tingkat Keandalan Instrumen Ukuran dari Cronbach ..................68
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ....................................................... 68
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa) .......... 69
Tabel 3.10 Tingkat Kecenderungan Variabel ................................................... 72
Tabel 4.1 Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah .................. 80
Tabel 4.2 Data Variabel X (Keterampilan Mengajar Guru) ........................... 83
Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X ............................................. 87
Tabel 4.4 Tabel Mean, Median, Modus Variabel X .......................................... 88
Tabel 4.5 Data Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa) ...................................... 91
Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Keaktifan Belajar Siswa ....... 94
Tabel 4.7 Tabel Mean, Median, dan Modus Variabel Y .................................. 95
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ....................................... 98
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 100
Tabel 4.10 Metode Uji Regresi Linear Sederhana .......................................... 102
Tabel 4.11 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana ............................... 103
Tabel 4.12 Hasil R Square ................................................................................. 106
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Keterampilan Mengajar Guru ............................. 88
Gambar 4.2 Tingkat Kecenderungan variabel Keterampilan Mengajar Guru ........ 90
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa ........................................ 95
Gambar 4.4 Tingkat Kecenderungan variabel Kekatifan Belajar Siswa .................. 97
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas .................................................................................. 99
Gambar 4.6 Diagram Uji Heteroskedastisitas............................................................ 101
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kisi-kisi Uji Instrumen Keterampilan Mengajar Guru ....................... 120
Lampiran 2 Angket Uji Coba Variabel Keterampilan Mengajar Guru .................. 122
Lampiran 3 Hasil Uji Coba Angket Variabel Keterampilan Mengajar Guru ........ 126
Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Keaktifan Belajar Siswa ........................ 128
Lampiran 5 Angket Uji Coba Variabel Keaktifan Belajar Siswa ............................ 130
Lampiran 6 Hasil Uji Coba Angket Variabel Keaktifan Belajar Siswa ................. 133
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Variabel Keterampilan Mengajar Guru ............. 134
Lampiran 8 Instrumen Angket Variabel Keterampilan Mengajar Guru .............. 136
Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Angket Variabel Keterampilan Mengajar Guru . 139
Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Keaktifan Belajar Siswa ... 141
Lampiran 11 Instrumen Angket Penelitian Variabel Keaktifan Belajar Siswa .... 142
Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Angket Variabel Keaktifan Belajar Siswa ......... 145
Lampiran 13 Hasil Uji Deskriptif ............................................................................... 147
Lampiran 14 Tabel Penentual Jumlah Sampel dari Isaac dan Michael ................. 148
Lampiran 15 Tabel Nilai-Nilai r Product Moment .................................................... 149
Lampiran 16 Tabel Distribusi F ................................................................................. 150
Lampiran 17 Tabel Distribusi Uji T ........................................................................... 151
Lampiran 18 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi ................................................ 152
Lampiran 19 Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................................... 153
Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................................. 154
Lampiran 21 Tabel Uji Referensi ................................................................................ 155
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil
atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.1 Belajar
dan mengajar sebagai suatu proses yang mengandung tiga unsur yaitu, tujuan
pengajaran (intruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil
belajar. Tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
yang diinginkan pada diri siswa.2
Agar proses pembelajaran berlangsung optimal, guru perlu
mempersiapkan diri dengan berbagai kompetensi yang telah ditetapkan
pemerintah, baik kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
profesional, dan kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah suatu
kajian tentang pendidikan anak, berasal dari kata yunani “paedos”, yang
berarti anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing.3
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
pemahaman siswa dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Secara substansi, kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman siswa,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Jadi secara harfiah pedagogik adalah ilmu mendidik anak. Salah
satu tuntutan kompetensi pedagogik adalah keterampilan dasar mengajar.
Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan yang kompleks, yang
pada dasarnya merupakan pengintegrasian utuh dari berbagai keterampilan
1 Slameto, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, cet.5 (Jakarta: Bina
Aksara, 2010), h. 1. 2 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Cet. 11 (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 2. 3 Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 2.
2
2
yang jumlahnya sangat banyak. Dengan demikian keterampilan dasar
mengajar berkenaan dengan beberapa keterampilan atau kemampuan yang
bersifat mendasar dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar dalam
melaksanakan tugas mengajarnya.
Siswa sebagai subjek belajar diharapkan berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam meraih hasil belajarnya tidak terlepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor faktor tersebut dapat
digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri seperti
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu sepertifaktor
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.4Salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar di lingkungan, khususnya di lingkungan sekolah
adalah guru. Guru sebagai pendidik dituntut semakin berperan dalam
mempersiapkan dan membenahi diri untuk dapat menjadi guru yang
berkualitas, memiliki kompetensi, inovatif, dan antisipatif terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi sekarang ini. Khususnya
pada guru sekolah menengah agar dapat menciptakan kondisi belajar
sedemikian rupa sehingga setiap anak merasa tertarik untuk belajar yang pada
akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Keaktifan siswa dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam
keterlibatannya pada kegiatan belajar mengajar. Adapun cara untuk
memperbaiki keterlibatan siswa tersebut diantaranya adalah dengan
mengabdikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar,
meningkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajar
mengajar, memberikan pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, mengenali dan membantu siswa yang kurang
terlibat dan menyelidiki penyebab kurangnya aktifitas siswa pada kegiatan
belajar mengajar, dan menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan
individual siswa. Dan hal yang sangat penting adalah usaha untuk
4 Op.cit., h. 54-60.
3
3
meningkatkan siswa agar mau berpikir secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.5
Siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran apabila terdapat ciri-ciri
seperti siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran, pengetahuan
dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa, mencobakan sendiri konsep-
konsep pelajaran yang sudah dipelajari, dan siswa mengkomunikasikan hasil
pemikirannya.6 Keaktifan siswa dalam pembelajaran tergolong rendah jika
siswa tidak banyak bertanya, aktifitas siswa terbatas pada mendengarkan dan
mencatat, siswa hadir di kelas dengan persiapan belajar yang tidak memadai,
ribut jika diberi latihan, dan siswa hanya diam ketika ditanya sudah mengerti
atau belum pelajaran yang mereka pelajari.
Keaktifan siswa penting dalam proses pembelajaran sebab
pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat ditransfer begitu saja tetapi
harus siswa sendiri yang mengolahnya. Praktik pembelajaran yang keliru
mengkondisikan siswa hanya untuk menerima, tidak mandiri dalam mencari
informasi materi ajar, tanpa kreativitas untuk menemukan sendiri
pengetahuannya atau apa yang dibutuhkannya untuk dipelajari. Siswa
harusnya memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, dan aktif baik secara
fisik maupun mental. Tugas guru adalah sebagai pembimbing dan fasilitator,
bukan diktator yang mendominasi sebagian besar kegiatan pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan melalui penggunaan
berbagai macam variasi model pembelajaran dan media pembelajaran.
Dewasa ini proses pembelajaran di kelas-kelas pada berbagai lembaga
pendidikan masih mengalami berbagai kendala terutama dalam mengaktifkan
dan menumbuh kembangkan potensi siswa, seperti; siswa yang tidak fokus
memperhatikan dan mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru, bercanda dengan teman sebangkunya, sibuk memainkan gadgetnya
ketika sedang belajar, adapula yang makan secara diam-diam ketika
5 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 26-27. 6 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.
71.
4
4
pembelajaran sedang berlangsung, siswa yang lebih asyik membaca majalah
atau komik, ada pula yang menggambar atau mencorat-coret buku dan tidak
mencatat apa yang ditulis guru di papan tulis.
Penyebab rendahnya aktivitas belajar siswa karena beberapa faktor,
diantaranya adalah; guru masih kurang kreatif dan inovatif dalam
menyampaikan pelajaran, dimana guru masih menggunakan metode ceramah
dan diskusi sederhana yang kurang melibatkan siswa sehingga siswa menjadi
cepat bosan bahkan terkadang siswa hanya duduk saja, diam dan tidak
mempunyai ide/gagasan, sering kali dalam proses pembelajaran adanya
kecenderungan siswa tidak mau bertanya pada guru meskipun sebelumnya
belum mengerti materi yang diajarkan ditambah lagi waktu pembelajaran yang
sangat singkat sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk
mengeksplorasi pelajaran tersebut, kurangnya media pembelajaran, dan guru
yang belum terampil. Hal inilah yang menimbulkan faktor-faktor penghambat
motivasi belajar seperti siswa sering mengantuk di kelas, dan kurang
bersemangat karena merasa kelelahan setelah menerima mata pelajaran
sebelumnya. Untuk itu guru diharapkan dapat menciptakan suasana kelas yang
meriah, menyenangkan, sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar dan
dapat menambah kekatifan siswa. Utomo dan Ruijter menjelaskan bahwa
“belajar secara aktif dengan cara-cara yang bervariasi (berlainan) sambil
memperhatikan strukturnya akan dimengerti lebih baik dan diingat lebih
lama”.7 Penekanan dari pendapat tersebut adalah cara belajar dengan banyak
variasi yang menjadikan siswa aktif dan senang belajar. Oleh karena itu, untuk
dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar tersebut, maka guru juga
dituntut untuk aktif dalam mengajarnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Muhadjir bahwa wawasan dari cara belajar yang menjadikan siswa aktif
merupakan proses belajar sepanjang hayat menekankan pengkonsepsian
7 Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, Peningkatan Dan Pengembangan Pendidikan, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 177.
5
5
keseimbangan antara otoritas pendidik dengan kedaulatan subyek didik, dan
keseimbangan antara aktivitas belajarnya siswa dengan mengajarnya guru.8
Salah satu lembaga pendidikan yang masih menghadapi permasalahan
dalam mengaktifkan siswa dalam belajar adalah SMP Negeri 2 Tangerang
Selatan. Hasil observasi pendahuluan menunjukan bahwa keaktifan siswa
dalam proses belajar hanya menonjol pada kelas unggulan, sedangkan kelas-
kelas lain umumnya kurang menunjukan keaktifan dalam belajar, seperti tidak
munculnya proses interaksi antara guru dengan siswa, atau siswa dengan
siswa, ketika diberi kesempatan untuk bertanya ada beberapa siswa yang asyik
mengobrol dan tidur di kelas, bercanda dengan teman sebangkunya, ada juga
siswa yang tidak mencatat materi yang ditulis guru di papan tulis dengan
alasan tulisan guru tidak terbaca, kelas penuh dengan keributan jika siswa
diberikan tugas latihan ketika guru tidak bisa masuk ke kelas tersebut, ada
pula siswa yang membawa handphone dan memainkannya padahal guru
sedang menerangkan materi pelajaran, dan masih banyak lagi fenomena-
fenomena yang terlihat ketika observasi sedang berlangsung.9 Itu disebabkan
karena kurang awasnya guru dalam menggunakan metode yang diajarkan
kepada siswa sehingga siswa merasa bosan, kurangnya pengawasan guru
terhadap siswanya sehingga masih banyak siswa yang melanggar peraturan
terutama dalam hal membawa handphone ke sekolah, adanya klasifikasi siswa
antara siswa yang pintar ditempatkan di kelas unggulan sedangkan siswa yang
terkesan biasa dalam belajar ditempatkan di kelas yang biasa, ruang kelas
yang kurang tertata dengan baik, kurangnya ruang kelas sehingga
laboratorium IPA dijadikan kelas, kurangnya media atau alat bantu yang dapat
menunjang kegiatan siswa dalam belajar, waktu belajar yang singkat, dan
masih banyak lagi penyebab kurangnya keaktifan belajar siswa pada SMPN 2
Tangerang Selatan.
8 Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan Dan Perubahan Sosial, Teori Pendidikan Pelaku
Sosial Kreatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003), h. 137. 9 Observasi Kelas di SMPN 2 Tangerang Selatan tanggal 7 sampai dengan 13 Agustus
2018, pukul 07.30 wib.
6
6
Penguasaan guru terhadap keterampilan mengajar dan didukung oleh
keaktifan belajar yang timbul dari dalam diri siswa, diharapkan dapat
mendorong siswa untuk belajar dengan baik dan tepat waktu sehingga dapat
memacu semangat belajarnya untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Fenomena ini menarik bagi peneliti untuk mengkajinya lebih lanjut
melalui sebuah penelitian dengan judul “ Pengaruh Keterampilan Mengajar
Guru Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Kelas II SMP di SMP Negeri 02
Tangerang Selatan.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, terdapat
beberapa masalah penelitian yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Masih terdapat guru yang belum memiliki keterampilan mengajar dengan
baik
2. Penggunaan metode pembelajaran yang monoton
3. Terbatasnya waktu dan ruang dalam proses pembelajaran
4. Rendahnya guru dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran
5. Kurangnya media pembelajaran yang dapat menunjang proses
pembelajaran
6. Kurangnya perilaku kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran
7. Kurangnya kekatifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini diketahui terdapat banyak variabel yang mempengaruhi
keaktifan siswa dalam belajar, namun mengingat keterbatasan peneliti dalam
hal waktu, biaya, tenaga, dan kemampuan akademik, maka masalah dalam
penelitian ini dibatasi hanya pada keterampilan mengajar guru dan keaktifan
belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka masalah yang
relevan diangkat dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh yang
7
7
signifikan antara keterampilan mengajar guru dengan keaktifan belajar siswa
di SMP Negeri 02 Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji penulis, maka penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh yang signifikan antara
keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa di SMP Negeri
02 Tangerang Selatan.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa mengembangkan kajian ilmu
pendidikan mengenaiketerampilan mengajar guru terhadap keaktifan
belajar siswa.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, penulis dapat mengetahui pengaruh
keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa di SMP
Negeri 02 Tangerang Selatan. Selain itu penulis juga dapat
menumbuhkan wawasan dan pengetahuan dalam bidang akademis
serta menumbuhkan sikap kritis terhadap fenomena-fenomena yang
terjadi seperti di organisasi tersebut.
b. Bagi guru dan kepala sekolah SMP Negeri 02 Tangerang Selatan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan atau
kontribusi yang berarti bagi lembaga pendidikan khususnya kepala
sekolah dan guru di SMP Negeri 02 Tangerang Selatan.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Mengajar Guru
1. Pengertian keterampilan mengajar guru
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. Mengajar sebenarnya bukan hanya proses
mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada siswa namun juga proses
dimana guru sebagai sosok yang dapat membuat perubahan dalam diri
siswa baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.1 Mengajar bukan
hanya proses menyampaikan materi tetapi menyangkut aspek yang lebih
luas seperti pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-
nilai.2 Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan
yang memungkinkan siswa membangun diri sendiri pengetahuannya.
Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam bentuk pengetahuan,
membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan
justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.3
Dari pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya terdapat perbedaan,
menurut Hasibuan mengajar itu adalah proses guru dalam mentransfer
ilmunya dan membuat perubahan dalam diri siswa menjadi lebih baik,
sedangkan menurut Suparno mengajar adalah kegiatan siswa dalam
menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuannya.
Keterampilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
yang diperoleh dari berbagai latihan dan pembelajaran. Keterampilan
mengajar pada dasarnya merupakan salah satu manifestasi dari
1 J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 2010),
h. 3. 2 Karwadi, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 1 No. 1, Mei-Oktober 2004.
3 Paul suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius,
1997), h.65.
9
9
kemampuan seorang guru sebagai tenaga profesional.4 Keterampilan
adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,
mengetik, olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran
yang tinggi. Menurut Rebel dalam Muhibbin, keterampilan adalah
kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapih secara mulus dan sesuai dengan keadaan
untuk memperoleh hasil tertentu.5Dengan demikian keterampilan dapat
dipahami sebagai kemampuan seseorang yang bersifat motorik melalui
berbagai latihan yang telah dilakukan, dan disusun dengan rapih sehingga
dari keterampilan tersebut akan mendapatkan hasil yang ingin dicapai.
Menurut Kusnadi keterampilan mengajar adalah
kecakapan/kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam melakukan
pengajaran kepada siswanya sehingga siswa dapat memahami materi
pelajaran yang diajarkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran serta
terjadi perubahan pada siswa baik dari segi kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Adapun manfaat keterampilan mengajar guru dapat
mewujudkan tujuan pembelajaran yang diinginkan yaitu memberi
kemampuan kepada siswa menguasai mata pelajaran yang diajarkan.
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.6
Keterampilan mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau
keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviors)
yang harus dimiliki oleh guru, dosen, agar dapat melaksanakan tugas
mengajar secara efektif, efisien, dan profesional.7 Penjelasan tersebut
menyerahkan bahwa keterampilan mengajar berkenaan dengan beberapa
4 Kusnadi, Strategi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau,
2008), h. 34. 5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru cet. 12, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 119. 6Op. cit, h.40.
7 Ramli, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. XII No. 1, Agustus 2011, h. 69.
10
10
keterampilan atau kemampuan yang bersifat mendasar dan harus dikuasai
oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan tugas mengajarnya.8
Keterampilan mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh tenaga
pengajar, karena dengan keterampilan mengajar memberikan pengertian
lebih dalam mengajar.
Keterampilan mengajar (Generic Teaching Skill) atau keterampilan
dasar teknik intruksional yaitu keterampilan yang bersifat generik atau
yang harus dikuasai oleh setiap guru, terlepas dari tingkat kelas dan mata
pelajaran yang diajarkan.9 Keterampilan mengajar merupakan satu
keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat
menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru
mampu mengelola kegiatan pembelajaran. Guru yang professional adalah
guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Dalam
mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk
kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Dari beberapa pendapat sebagaimana yang telah dipaparkan, dapat
dijelaskan lebih lanjut bahwa keterampilan mengajar guru adalah
kemampuan guru dalam melatih dan membimbing aktivitas dan
pengalaman siswa dalam proses kegiatan pembelajaran, agar peserta didik
dapat menjalani masa perkembangannya, dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
2. Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru
Keterampilan mengajar menjadi tuntutan guru dalam melaksanakan
tugas profesionalnya. Ia merupakan tuntutan dalam kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pemahaman siswa dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Secara substansi, kompetensi ini mencakup kemampuan
pemahaman siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
8 A. Hasan Saragih, Jurnal Tabularasa Pps Unimed, Vol. 5 No. 1, Juni 2008, h. 27.
9 Deborah Loewenberg Ball, Journal of Teacher Education 2009; 60; 497 DOI:
10.1177/0022487109348479, h. 498.
11
11
hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Jadi secara harfiah pedagogik adalah ilmu
mendidik anak. Kompetensi pedagogik guru ini diwujudkan dalam
berbagai keterampilan mengajar.
Ada beberapa keterampilan yang perlu dikuasai guru dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran:
Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar menurut Udin ada 8
keterampilan mengajar guru, yaitu: keterampilan membuka dan menutup
pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan
memberi penguatan, keterampilan menggunakan media pembelajaran,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan
mengelola kelas, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan
mengajar perorangan dan kelompok kecil.10
Menurut Wardani paling tidak seorang guru yang baik perlu
menguasai delapan keterampilan dalam mengajar, yaitu; keterampilan
bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan
variasi, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan.11
Sebenarnya dari kedua pendapat tersebut tidak ada perbedaan, hanya
saja menurut pendapat Udin keterampilan mengajar ini lebih menekankan
kepada urutan kinerja guru yang harus diawali dengan membuka pelajaran
dan diakhiri dengan keterampilan mengajar perorangan dan kelompok
kecil, sedangkan pendapat wardani tidak menjadikan keterampilan
mengajar ini sebagai sebuah urutan kinerja karena diawali dengan
keterampilan bertanya.
10
Udin Syaifuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: CV Alfabeta, 2009), h.
56-57. 11
Andayani, dkk, Pemantapan Kemampuan Mengajar (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), h. 32.
12
12
Dari berbagai keterampilan mengajar berikut adalah uraian
beberapa keterampilan mengajar:
a) Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya adalah keterampilan guru dalam
mengajukan pertanyaan kepada siswa. Kualitas pertanyaan guru
akan menentukan kualitas jawaban siswa.12
Keterampilan bertanya
merupakan stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan
jawaban (respon) dari siswa. Melalui keterampilan bertanya guru
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bermakna.
Sejalan dengan teori belajar dalam jurnal Labiba Zahra, dkk,
bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dengan
bantuan guru atau teman.13
Menurut Roestiyah guru menggunakan teknik Tanya jawab itu
mempunyai tujuan, agar siswa dapat mengerti atau mengingat-
ingat tentang fakta yang dipelajari, didengar ataupun dibaca,
sehingga mereka memiliki pengertian yang mendalam tentang
fakta itu. Dengan adanya teknik tanya jawab diharapkan mampu
menjelaskan langkah-langkah berpikir atau proses yang ditempuh
dalam memecahkan soal atau masalah, sehingga jalan pikiran anak
tidak melayang kearah yang lain yang akan merugikan siswa
sendiri dalam menangkap suatu masalah untuk dipecahkan.
Dengan demikian mungkin siswa menemukan pemecahan masalah
dengan cepat dan tepat.14
Keterampilan bertanya dapat juga berfungsi sebagai
“pengatur”. Pertanyaan yang diajukan sebelum ceramah atau
demonstrasi dimulai dapat membantu siswa memusatkan
perhatiannya pada hal-hal terpenting. Bentuk pertanyaan
12
Ibid., h. 32. 13
Labiba Zahra, dkk. Studi Deskriptif Keterampilan Bertanya Guru Pada Proses
Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Pengalaman Mengajar di SMA Taman Madya
Probolinggo Tahun Pelajaran 2016/2017, ISBN: 978-602-6122-20-9, November 2016. 14
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 129-130
13
13
hendaknya berpedoman pada tujuan yang hendak dicapainya. Jika
tujuannya memilih alternatif jawaban, maka bentuk pertanyaan
hendaknya memungkinkan tercapainya tujuan itu.15
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
bertanya adalah kemampuan guru dalam mengajukan pertanyaan
kepada siswanya untuk mendapat respons atau timbal baik dengan
tujuan agar guru mengetahui sejauh mana siswa memahami materi
yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran. Maka dari
itu, keterampilan bertanya merupakan salah satu keterampilan yang
paling penting dari semua keterampilan mengajar.
Kegiatan bertanya atau mengajukan pertanyaan dilakukan guru
untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran. Dengan
bertanya akan membantu siswa belajar dengan temannya dan
membantu siswa lebih baik dalam menerima informasi.
Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena
hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk
mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan
guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.16
Tujuan bertanya dalam proses belajar mengajar memegang
peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan
teknik pelntaran yang tepat akan bertujuan antara lain sebagai
berikut:17
1) Meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar
mengajar,
2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap
suatu masalah yang sedang dibicarakan,
15
Popham, W. James dan Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h. 89. 16
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 70. 17
Marno, M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Keterampilan
Mengajar yang Efektif dan Edukatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h. 115-116.
14
14
3) Mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa,
sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya,
4) Menuntun proses berpikir murid, sebab pertanyaan yang baik
akan membantu siswa dalam menemukan jawaban yang baik,
5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang
dibahas.
Sedangkan tujuan bertanya menurut Hasibuan dan Moedjiono
antara lain:18
1) Merangsang kemampuan berpikir siswa,
2) Membantu siswa dalam belajar,
3) Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang
mandiri,
4) Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan
berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi,
5) Membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang
dirumuskan.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa tujuan kegiatan bertanya yang
dilakukan oleh guru adalah untuk membangkitkan minat dan rasa
ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibahas dan
mendorong siswa berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah.
Pertanyaan yang baik akan memunculkan jawaban yang baik
sesuai dengan yang guru harapkan, sehingga pembelajaran dapat
terlaksana dengan efektif dan tujuan pembelajaran pun dapat
terlaksana dengan baik.
Jenis pertanyaan sesuai dengan penerapannya dalam
pembelajaran di kelas, guru menggunakan berbagai macam
pertanyaan. Pertanyaan yang digunakan oleh guru tentunya sangat
18
JJ Hasibuan, dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 62.
15
15
bervariatif. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan
penggunaan pertanyaan tersebut.
Peningkatan keterampilan bertanya menyangkut isi pertanyaan
akan tertuju kepada proses mental, atau lebih tepatnya proses
berpikir yang diharapkan terjadi pada diri siswa. Pertanyaan yang
hanya mengharapkan siswa mengingat fakta atau informasi saja
akan mengakibatkan proses berpikir yang lebih rendah dalam
menjawab pertanyaan, namun pertanyaan-pertanyaan yang
membutuhkan jawaban di mana jawaban tersebut harus
diorganisasi atau disusun dari fakta-fakta atau informasi
sebelumnya membutuhkan proses yang lebih tinggi dan kompleks.
Oleh karena itu, aspek isi dari pertanyaan akan bersangkut paut
dengan jenis-jenis pertanyaan itu.19
Ada beberapa cara untuk menggolongkan jenis-jenis
pertanyaan. Dalam hal ini, penggolongan itu terdiri atas: jenis-jenis
pertanyan menurut maksudnya, pertanyaan menurut Taksonomi
Bloom, dan pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan.20
Pertama jenis pertanyaan menurut maksudnya ada empat jenis,
diantaranya: pertanyaan permintaan (compliance question),
pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan
mengarahkan/menuntut (prompting question), dan pertanyaan
menggali (probing question).
Yang kedua jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
digolongkan menjadi enam jenis, antara lain: pertanyaan
pengetahuan (precall question atau ledge question), pertanyaan
pemahaman (comprehension question), pertanyaan penerapan
(application question), pertanyaan analisis (analysis question),
19
Op. cit., h. 116. 20
Ibid, h. 116-117
16
16
pertanyaan sintesis (synthesis question), pertanyaan evaluasi
(evaluation question).
Ketiga, jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran dibagi
menjadi dua jenis, yaitu pertanyaan sempit (narrow question) dan
pertanyaan luas (broad question). Pertanyaan sempit dibagi lagi
menjadi pertanyaan sempit informasi langsung dan pertanyaan
sempit memusat. Sedangkan pertanyaan luas dibagi menjadi
pertanyaan luas terbuka (open end question) dan pertanyaan luas
menilai (valuing question).
Dari uraian pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ada dua
jenis pertanyaan yaitu jenis pertanyaan menurut maksudnya dan
pertanyaan menurut Taksonomi Bloom. Jenis pertanyaan menurut
maksudnya yang dibagi menjadi empat jenis, yaitu: permintaan,
retoris, mengarahkan atau menuntun, dan menggali. Jenis
pertanyaan menurut Taksonomi Bloom digolongkan menjadi enam
jenis, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
Teknik bertanya sangat diperlukan dalam memberikan
pertanyaan, karena teknik bertanya akan sangat mempengaruhi
manfaat dan kegunaan dari pertanyaan itu sendiri. Jika tekniknya
tidak tepat dapat mengganggu proses belajar dan cara berpikir
siswa. Suatu pertanyaan yang “baik” bisa ditinjau dari segi isinya,
tetapi jika cara menyajikannya kepada siswa tidak tepat (misalnya
tidak jelas dalam menyampaikannya), akan mengakibatkan tidak
tercapainya tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu, aspek teknik
pertanyaan harus pula dipahami dan dilatih, agar guru dapat
menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses
pembelajarannya. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
mengajukan pertanyaan antara lain: kejelasan dan kaitan
17
17
pertanyaan, kecepatan dan selang waktu (pause), arah dan
distribusi penunjukan (penyebaran), teknik penguatan, teknik
menuntun (prompting), teknik menggali (probing), pemusatan
(focusing), dan pindah gilir (re-directing).21
Untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar guru
perlu menimbulkan teknik tanya jawab atau dialog. Tanya jawab
atau dialog adalah suatu teknik untuk memberi motivasi pada siswa
agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan
pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu
dijawab oleh siswa. Pasti saja pertanyaan-pertanyaan itu mengenai
isi pelajaran yang sedang diajarkan guru dan siswa seharusnya
sudah mengerti, atau pertanyaan yang lebih luas asal berkaitan
dengan pelajaran, atau juga mungkin pengalaman yang dihayati
dengan tanya jawab itu, pelajaran akan lebih mendalam dan
meluas.22
Pendapat lain yang menyimpulkan bahwa komponen
keterampilan bertanya dibedakan menjadi dua yaitu komponen
keterampilan bertanya dasar dan komponen bertanya lanjutan.
Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar terdiri atas:
penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan,
pemindahan giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir, dan
pemberian tuntunan. Komponen-komponen keterampilan bertanya
lanjutan terdiri atas: pengubahan tuntunan tingkat kognitif dalam
menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan
pertanyaan pelacak, dan peningkatan terjadinya interaksi.
Dari uraian pendapat diatas disimpulkan bahwa teknik bertanya
dibagi menjadi dua, yaitu: teknik bertanya dasar dan teknik
bertanya lanjutan yang diuraikan antara lain sebagai berikut:
21
Ibid, h. 123-128. 22
Op. cit. h. 129.
18
18
(1) Teknik bertanya dasar
1.1 Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat
dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh
siswa sesuai dengan taraf perkembangannya. Guru harus
memperhitungkan kemampuan berfikir dan perbendaharaan
kata yang dikuasai siswa. Jangan sampai siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan karena tidak mengerti pertanyaan
yang di ajukan. Pertanyaan yang di ajukan tidak boleh
terlalu panjang dan berbelit belit.
1.2 Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan guru perlu memberikan
acuan berupa pernyataan yang berisi informasi yang
relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
Informasi tersebut dapat menjadi acuan pertanyaan.
1.3 Pemindah giliran menjawab
Pertanyaan yang sama dapat ditanyakan kepada siswa yang
berbeda jika jawaban siswa belum benar. Pemindahan
giliran dilakukan dengan cara menunjuk seorang siswa
kemudian menunjuk siswa yang lain jika jawaban siswa
pertama belum tepat.
1.4 Penyebaran pertanyaan
Guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan
secara acak dengan tujuan untuk melibatkan siswa
sebanyak-banyaknya dalam proses pembelajaran. Guru
hendaknya berusaha agar siswa mendapat giliran secara
merata. Penyebaran pertanyaan dilakukan dengan
memberikan pertanyaan yang berbeda kepada siswa yang
berbeda pula.
19
19
1.5 Pemberian waktu berpikir
Dalam mengajukan pertanyaan guru harus berdiam diri
sesaat sebelum menunjuk siswa untuk menjawab
pertanyaan. Pemberian waktu beberapa detik dilakukan
agar seluruh siswa berpikir dahulu sebelum ditunjuk oleh
guru.
1.6 Pemberian tuntunan
Bila siswa tidak dapat memberikan jawaban atau
mengalami kesukaran dalam menjawab hendaknya guru
membantu. Bantuan diberikan dengan cara memberikan
tuntunan kepada siswa agar siswa dapat menemukan sendiri
jawaban yang benar. Pemberian tuntunan dapat dilakukan
dengan cara: (1) mengulangi pertanyaan dengan cara lain
dan bahasa yang lebih sederhana atau susunan kalimat yang
mudah dipahami oleh siswa, (2) mengajukan pertanyaan
lain yang sederhana, dan (3) mengulangi penjelasan-
penjelasan sebelumnya.
(2) Teknik bertanya lanjutan
Teknik bertanya lanjutan merupakan kelanjutan dari teknik
bertanya dasar. Jadi, teknik bertanya lanjutan dibentuk atas
dasar penguasaan teknik bertanya dasar. Oleh karena itu, teknik
bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan teknik bertanya
lanjutan.
2.1 Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengandung
proses mental yang berbeda-beda, dari proses mental yang
rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu,
guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha
mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab
pertanyaan dari tingkat yang peling rendah yaitu: ingatan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
20
20
2.2 Pengaturan urutan pertanyaan
Pernyataan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang
logis. Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang
sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan.
Jangan mengajukan pertanyaan bolak balik dari yang
mudah kepada yang sukar atau pun sebaliknya.
2.3 Pertanyaan pelacak
Pertanyaan pelacak diberikan jika jawaban yang diberikan
siswa masih kurang tepat. Jika jawaban yang diberikan oleh
siswa dinilai benar oleh guru, tetapi masih dapat
ditingkatkan menjadi lebih sempurna maka guru dapat
mengajukan pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut.
Sedikitnya ada tujuh pertanyaan pelacak, yaitu: klarifikasi,
meminta siswa memberikan alasan, meminta kesepakatan
jawaban, meminta ketepatan jawaban, meminta jawaban
yang lebih relevan, meminta contoh, meminta jawaban
yang lebih kompleks.
2.4 Mendorong terjadinya interaksi
Agar semua siswa terlibat dalam diskusi, guru hendaknya
mengurangi atau menghilangkan perannya sebagai penanya
sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh
seorang siswa. Pertanyaan hendaknya dijawab oleh seorang
siswa tetapi seluruh siswa diberi kesempatan singkat untuk
mendiskusikan jawabannya bersama teman-temannya.
Guru hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada siswa
yang bertanya, jangan dijawab langsung, tetapi dilontarkan
kembali kepada seluruh siswa untuk mendiskusikannya.
Dengan cara ini para siswa dapat mempelajari cara
memberikan pendapat atau komentar yang baik terhadap
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kesepuluh teknik bertanya
21
21
tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga guru wajib
menguasainya dengan baik agar pertanyaan yang diberikan kepada
siswa tidak rancu dan mudah dimengerti oleh siswa. Penerapan
teknik bertanya yang tepat akan dapat diterima dengan baik oleh
siswa sehingga guru akan mendapatkan respon jawaban yang benar
dan memuaskan sesuai dengan jawaban yang diinginkan.
b) Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, baik
verbal (kata-kata atau kalimat) maupun non verbal (gerakan
badan), yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku siswa,
yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik
(feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai
suatu tindak dorongan maupun koreksi.23
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penguatan merupakan salah satu bentuk penciptaan suasana belajar
yang menyenangkan. Reinforcement diberikan pada siswa dengan
tujuan utama agar frekuensi tingkah laku positif siswa dapat
meningkat. Hal ini sesuai dengan teori belajar skinner yang
menyatakan bahwa tingkah laku peserta didik dapat dikondisikan
dengan memberi penguatan (reinforcement).24
Agar penguatan (reinforcement) memberikan pengaruh yang
efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan
memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik
pelaksanaannya. Di samping itu, penguatan juga harus diberikan
dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa,
dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak sepatutnya
diucapkan.
23
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 80. 24
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 217.
22
22
Dalam memberikan penguatan, guru perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1) Penguatan harus diberikan dengan hangat dan antusias
sehingga siswa dapat merasakan kehangatan, misalnya dengan
suara, mimik atau gerakan tangan yang dilakukan dengan
penuh hangat.
2) Penguatan yang diberikan harus bermakna, yaitu sesuai dengan
perilaku yang diberi penguatan.
3) Hindarkan respons negatif terhadap jawaban siswa yang tidak
memuaskan.
4) Siswa yang diberikan penguatan harus jelas (sebutkan namanya
atau tunjukan pandangan kepadanya).
5) Penguatan dapat juga diberikan kepada kelompok siswa
tertentu.
6) Agar menjadi lebih efektif penguatan harus diberikan segera
setelah perilaku yang baik ditunjukan.
7) Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi, misalnya
dengan tersenyum, menepuk bahu, atau dengan kalimat.25
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pemberian
penguatan dalam proses pembelajaran sangat penting karena
dengan adanya pemberian penguatan ini siswa merasa
pembelajaran didalam kelas sangat menyenangkan, kehangatan
yang akan membuat hubungan baik dan saling mempercayai antara
guru dan siswa sehingga penguatan dari guru akan diterima secara
positif oleh siswa., siswa menjadi semangat dan antusias dalam
belajar karena usaha siswa dalam menjawab merasa dihargai oleh
guru, dan lain sebagainya.
25
Andayani, Pemantapan Kemampuan Mengajar, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), h. 34.
23
23
c) Keterampilan Mengadakan Variasi
Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada
tindakan dan perbuatan guru yang disengaja ataupun secara
spontan, yang dimaksudkan untuk mengacu dan mengingat
perhatian siswa selama pelajaran berlangsung.26
Variasi memberi
pengaruh positif terhadap perhatian dan keterlibatan siswa, maka
membuat siswa lebih reseptif terhadap pembelajaran. Para guru
yang menggunakan variasi tidak hanya menghindari siswa dari
kebosanan, tetapi juga membuat siswa tetap tertarik dan secara
aktif terlibat dalam pelajaran. Keterampilan guru dalam membuat
variasi mendukung ketertarikan dan keterlibatann para siswa dan
pada akhirnya menuju pada peningkatan pembeajaran.27
Variasi dalam pembelajaran adalah penggantian atau perubahan
yang terkait dengan satu atau beberapa aspek dalam kegiatan
belajar, yang bertujuan untuk meningkatkan daya tarik dan
motivasi siswa. Keterampilan ini diperlukan oleh guru untuk
mengatasi kebosanan karena siswa selalu melihat, mendengar,
merasakan, dan melakukan hal yang sama secara terus-menerus.28
Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam 3
bagian:
1) Variasi dalam gaya mengajar, yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti: variasi suara rendah, tinggi, besar dan
kecil, memusatkan perhatian, membuat kesenyapan sejenak
(biasanya untuk menenangkan kelas atau mengatasi gangguan),
mengadakan kontak pandang, variasi gerakan badan, mimik,
dan mengubah posisi.
26
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 3. 27
Cruickshank, Jenkins, dan Metcalf, Perilaku Mengajar, (Jakarta: Salemba Humanika,
2014), h. 129. 28
Op.cit, h. 34.
24
24
2) Variasi dalam menggunakan media dan bahan pelajaran,
meliputi: variasi alat dan bahan yang dapat dilihat, didengar,
diraba, serta dimanipulasi.
3) Variasi dalam pola interaksi berupa klasikal, kelompok, dan
perorangan sesuai dengan keperluan, serta dalam kegiatan
berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi,
latihan atau demonstrasi.29
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa variasi adalah
suatu keterampilan mengajar yang harus dikuasai guru dengan
tujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa
dalam mengikuti pembelajaran di kelas, dan juga untuk mengacu
semangat siswa sehingga siswa aktif dan berpartisipasi dalam
mengikuti pembelajaran. Dan ini dapat dibuktikan melalui
ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan
mengikuti proses pembelajarannya di kelas.
d) Keterampilan menjelaskan
Menjelaskan adalah kegiatan untuk menyampaikan informasi
atau materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara
sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh
siswa.30
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah
penyajian informasi secara lisan yang disusun secara teratur untuk
menunjukan adanya hubungan satu dengan yang lain, misalnya
sebab dan akibat.
Penyampaian informasi yang terncana dengan baik disajikan
dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan
menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat
penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di
29
Ibid, h. 34. 30
Ibid, h. 35.
25
25
dalam kelas.31
Menjelaskan adalah kegiatan untuk menyampaikan
informasi atau materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana
secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh
siswa.32
Keterampilan menjelaskan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa
di dalam kelas, karena biasanya guru lebih cenderung
mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langsung,
misalnya dalam memberikan ide, fakta, maupun pendapat. Alasan
perlunya keterampilan menjelaskan dikuasai oleh guru, adalah:
1) Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar
merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada
umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada
siswa.
2) Penjelasan yang diberikan oleh guru terkadang tidak jelas bagi
siswa tetapi hanya jelas bagi gurunya sendiri. Hal ini tercermin
dari ucapan guru “sudah jelas bukan?” oleh karena itu
kemampuan meningkatkan pemahaman murid sangat penting
dalam memberikan penjelasan.
3) Tidak semua siswa dapat menggali sendiri pengetahuan dari
buku atau sumber lainya. Oleh karena itu guru perlu membantu
menjelaskan hal-hal tertentu.
4) Kurangnya sumber yang tersedia yang dimanfaatkan oleh siswa
dalam belajar. Guru perlu membantu siswa dengan cara
memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok
dengan materi yang diperlukan.33
31
Rusman,Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru
(Jakarta:Rajawali Pers, 2010), h. 86-87 32
Op.cit, h. 35. 33
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h. 89.
26
26
5) Guru sering tidak dapat membedakan antara menceritakan
dengan menjelaskan.34
Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Penjelasan dapat diberikan awal, tengah, atau pun akhir
pelajaran sesuai dengan keperluan.
2) Penjelasan harus relevan dengan tujuan.
3) Materi yang dijelaskan harus bermakna.
4) Penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan latar
belakang siswa.35
e) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Didalam proses pembelajaran kegiatan membuka dan menutup
pelajaran ini sangat penting karena guru dapat mengetahui
kesiapan mental siswa dan ketertarikan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Keterampilan
membuka pelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan dari
seluruh proses belajar mengajar yang akan dilalui siswa.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan
keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan
bagi calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara
efektif, efisien, dan menarik. Keberhasilan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam membuka dan menutup
pelajaran mulai dari awal hingga akhir pelajaran.36
Keterampilan membuka pelajaran (set induction) adalah usaha
atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi peserta didik
agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan
34 JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 70. 35
Op.cit, h. 35. 36
Marno, Idris,Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar
yang Efektif dan Edukatif, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2009), h.76.
27
27
dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar.37
Dengan kata lain, kegiatan yang
dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan
menimbulkan perhatian siswa agar dapat terpusat pada
pembelajaran yang akan atau sedang berlangsung.
Kegiatan membuka pelajaran tidak mencakup urutan-urutan
kegiatan rutin seperti mengisi daftar hadir, menyampaikan
pengumuman, menertibkan siswa, meminta untuk menyiapkan
alat-alat pelajaran dan buku-buku yang akan dipelajari dan lain
sebagainya yang tidak berhubungan dengan penyampaian materi
pelajaran, dan kegiatan membuka pelajaran berkaitan langsung
dengan penyampaian materi pelajaran.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru
pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap kegiatan inti
pelajaran yang diberikan selama jam pembelajaran tersebut. Marno
dan Idris berpendapat bahwa dalam usaha mengaitkan antara
pelajaran baru dengan materi yang sudah dikuasai siswa, guru
hendaknya mengadakan apersepsi. Apersepsi merupakan mata
rantai penghubung antara pengetahuan siap siswa yang telah
dimiliki oleh siswa untuk digunakan sebagai batu loncatan atau
titik pangkal menjelaskan hal-hal baru atau matri baru yang akan
dipelajari siswa.38
Inti keterampilan membuka pelajaran adalah
menyiapkan mental murid agar mereka siap memasuki persoalan
yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat dan perhatian
siswa apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar
mengajar.39
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan
siswa untuk memasuki inti kegiatan pembelajaran.
37
Asril, Zainal, Micro Teaching, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 70. 38
Op.cit, h. 77 39
Op.cit, h.70.
28
28
Adapun menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk mengakhiri kegiatan inti pembelajaran. Usaha
menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa,
mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan
guru dalam proses belajar mengajar.40
Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk
mengakhiri pelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-
pokok pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh
tentang pokok-pokok materi dan hasil belajar yang telah dipelajari.
Menutup pelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari, usaha
untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran,
dan menentukan titik pangkal untuk pelajaran berikutnya.41
Kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urutan-urutan
kegiatan rutin seperti memberi tugas untuk dikerjakan di rumah.
Asril berpendapat bahwa menutup pelajaran juga dapat diartikan
sebagai aktivitas menjelang akhir pelajaran atau akhir setiap
penggal kegiatan pembelajaran dengan maksud agar siswa
memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi.42
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menutup
pelajaran adalah kegiatan atau aktivitas guru dalam mengakhiri
pelajaran dengan maksud agar siswa memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan jelas tentang pokok materi yang disampaikan oleh
guru dalam proses pembelajaran.
Tujuan membuka pelajaran menurut Marno dan Idris adalah
untuk memusatkan perhatian siswa pada pelajaran yang akan
dipelajarinya dengan begitu mereka akan konsentrasi selama
40
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
h. 92. 41
Op.cit, h. 90. 42
Ibid, h. 71.
29
29
proses pembeljaran berlangsung.43
Tujuan membuka pelajaran
akan dipaparkan sebagai berikut:
1) Menyiapkan mental siswa, kegiatan membuka pelajaran
bertujuan untuk menyatukan jiwa dan raga siswa dalam satu
tempat dan waktu agar siswa ikut terlibat memasuki persoalan
yang akan dibahas dan memicu minat serta peminatan siswa
pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Menumbuhkan minat, semangat, motivasi, dan perhatian siswa
agar siswa menyadari batas-batas tugasnya.
3) Agar siswa memahami hubungan antara materi yang telah
dikuasainya dengan materi yang akan dipelajarinya.
4) Agar siswa menyadari tingkat keberhasilan yang telah
dicapainya.44
Adapun tujuan menutup pelajaran adalah:
1) Untuk memberikan pemahaman siswa terhadap materi pokok
yang telah dilakukan.
2) Memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pokok atau
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
3) Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil pembelajaran yang
telah diperoleh siswa sekaligus berfungsi sebagai umpan balik
bagi guru.
4) Untuk memberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai
dengan proses dan hasil pembelajaran.45
43
Op.cit, h. 77. 44
Op.cit, h. 91. 45
Murni, Wahid, dkk, Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,
2010), h. 72.
30
30
Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan oleh guru dalam
penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran
sebagaimana dipaparkan oleh Marno dan Idris, yaitu:
1) Bermakna
Prinsip bermakna mempunyai nilai tercapainya tujuan
penggunaan keterampilan membuka pelajaran.
2) Kontinyu (Berkesinambungan)
Aktivitas yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan
merangkum kembali pokok-pokokpenting pelajaran hendaknya
merupakan bagian dari kesatuan yang utuh.
3) Fleksible (penggunaan secara luwes)
Fleksible dalam kaitan ini berarti penggunaan yang tidak kaku,
dalam arti tidak terputus-putus atau lancar.
4) Antusiasme dan kehangatan dalam mengkomunikasikan
gagasan
Dengan antusiasme guru dalam berkomunikasi, mendorong
anak untuk menilai bahwa pokok bahasan yang dipelajari
mempunyi arti penting.46
Beberapa komponen membuka pelajaran adalah, sebagai berikut:
1) Menarik perhatian siswa dengan berbagai cara
Cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatan siswa,
yaitu: gaya mengajar guru yang bervariasi, penggunaan alat
bantu mengajar, pola interaksi yang bervariasi.
2) Menimbulkan motivasi
Cara untuk menimbulkan motivasi siswa diantaranya: dengan
kehangatan dan keantusiasan, dengan menimbulkan rasa ingin
tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dengan
memperhatikan minat siswa.
46
Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan
Mengajar yang Efektif dan Edukatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h. 78-81
31
31
3) Memberi acuan
Usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam memberi
acuan adalah: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberi kaitan
Usaha yang dapat guru lakukan untuk membuat kaitan adalah:
membuat kaitan antar aspek-aspek dari bidang studi yang telah
dikenal siswa, membandingkan atau mempertentangkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui,
menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum
menyajikan bahan secara spesifik atau terperinci.47
Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir dari setiap
akhir kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran.
Hal ini harus dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang
utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari.
Komponen-komponen dalam menutup pelajaran adalah:
1) Meninjau Kembali
Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran,
yaitu: merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
2) Mengadakan evaluasi
Bentuk-bentuk evaluasi itu adalah: mendemonstrasikan
keterampilan siswa, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain,
mengekspresikan pendapat siswa sendiri, pemberian soal-soal
tertulis.
3) Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah,
merancang sesuatu, atau berkunjung ke suatu tempat.48
47
Andayani,Pemantapan Kemampuan Mengajar, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), h. 35-36. 48
Ibid, h. 35-36.
32
32
f) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi system
pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa secara kelompok. untuk
itu keterampilan guru harus dilatih dan dikembangkan, sehingga
para guru memiliki kemampaun untuk melayani siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil.49
Hasibuan dan Moedjiono mengemukakan bahwa diskusi
kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan
melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka
kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau
pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu
masalah. Dalam diskusi kelompok kecil, siswa berdiskusi secara
kelompok kecil dibawah pimpinan guru atau temannya dengan
menaati peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap siswa
bebas mengemukakan ide yang dimilikinya tanpa merasa mendapat
tekanan dari guru atau temannya.50
Suwarna, dkk memaparkan bahwa keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil adalah keterampilan melaksanakan
kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi
kelompok kecil dengan efektif. Guru perlu menguasai keterampilan
dalam membimbing diskusi kelompok kecil agar diskusi dapat
berjalan efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran.51
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil adalah kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan
49
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru, (Bandung:
Rajawali Press, 2013), h. 89. 50
JJ Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Keterampilan Dasar Pengajaran),
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 88-89. 51
Suwarna, dkk, Pengajaran Mikro: Pendekatan Praktis dalam Menyiapkan Pendidik
Profesional, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 79.
33
33
diskusi kelompok kecil dengan baik agar proses pembelajaran
dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
Guru harus mengupayakan agar diskusi dapat berjalan dengan
optimal. Komponen keterampilan yang harus dimiliki oleh
pemimpin diskusi kelompok kecil adalah:
1) Memusatkan perhatiansiswa dengan cara merumuskan tujuan
diskusi secara jelas, merumuskan kembali masalah jika terjadi
penyimpangan, menandai hal-hal yang tidak relevan jika terjadi
penyimpangan, serta merangkum hasil pembicaraan pada saat-
saat tertentu.
2) Memperjelas masalah atau urunan pendapat dengan cara
menguraikan kembali atau merangkum urunan pendapat siswa,
mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang
pendapat anggota lain, atau menguraikan gagasan anggota
kelompok dengan tambahan informasi.
3) Menganalisis pandangan siswa dengan cara: meneliti alasan
yang dikemukakan dan punya dasar yang kuat, serta
memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
4) Meningkatkan partisipasi siswa dengan cara: mengajukan
pertanyaan kunci yang menantang untuk siswa berpikir,
memberi contoh pada saat yang tepat, menghangatkan suasana
dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan
pendapat, memberikan waktu untuk berpikir, dan
mendengarkan dengan penuh perhatian.
5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi dengan cara:
memancing pendapat peserta diskusi yang enggan
berpartisipasi, memberikan kesempatan pertama pada peserta
yang enggan berpartisipasi, mencegah peserta yang suka
memonopoli dengan bijaksana, mendorong siswa untuk
mengomentari pendapat temannya, serta meminta pendapat
siswa jika terjadi jalan buntu.
6) Menutup diskusi dengan cara: merangkum hasil diskusi,
memberikan gambaran tindak lanjut, atau mengajak para
siswamenilai proses diskusi yang telah berlangsung.52
Dari komponen yang sudah dijelaskan diatas dapat
disimpulkan bahwa tidak setiap pembicaraan kelompok dapat
disebut diskusi.dalam kegiatan pembelajaran, diskusi kelompok
kecil juga harus memenuhi keenam komponen diatas. Ini
52
Andayani, Pemantapan Kemampuan Mengajar, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), h. 36-37
34
34
berkaitan bahwa setiap diskusi kelompok kecil harus
mempunyai tujuan yang jelas yang ingin dicapai oleh suatu
kelompok, diskusi berlangsung secara sistematis, dan setiap
siswa yang menjadi anggota kelompok mendapat kesempatan
untuk bertatap muka dan mengemukakan pendapatnya secara
bebas, dengan tidak mengabaikan peraturan diskusi.
g) Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal guna
terjadinya proses pembelajaran yang selalu serasi dan efektif.53
Keterampilan mengelola terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, yang dapat
dilakukan dengan cara: menunjukan sikap tanggap, membagi
perhatian secara visual dan verbal, memusatkan perhatian
kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut
tanggung jawab siswa, memberi petunjuk-petunjuk yang jelas,
menegur secara bijaksana, yaitu secara jekas dan tegas, bukan
berupa peringatan atau ocehan, serta memberikan penguatan
bila perlu.
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendaalian kondisi
belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan
respons guru terhadap respons negatif siswa yang
berkelanjutan. Untuk mengatasi hal tersebut, guru dapat
menggunakan 3 jenis strategi, yaitu: modifikasi tingkah laku,
pengelolaan/proses kelompok, menemukan dan memecahkan
tingkah laku yang menimbulkan masalah.
53
Ibid, h. 37.
35
35
Dalam penerapannya itu memiliki 6 prinsip, yaitu:
1) Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar dapat
menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
2) Guru dapat menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat
menantang siswa untuk berpikir.
3) Guru dapat menggunakan berbagai variasi yang dapat
menghilangkan kebosanan.
4) Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas perlu ditingkatkan.
5) Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif perlu diperhatikan.
6) Penanaman disiplin diri sendiri merupakan modal dasar bagi
guru.
h) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pada dasarnya keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan lebih bisa dikatakan mengajar yang memberikan
kesempatan banyak kepada siswa dalam artian mengurangi peran guru
dikelas. Keterampilan ini akan meningkatkan pemahaman guru dan
siswa yang terlibat, juga pemahaman dalam mengorganisasi proses
belajar mengajar atau interaksi edukatif. Hubungan interpersonal dan
sosial, dan mengorganisasi adalah hal yang penting untuk
menyukseskan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Karena itu
guru harus memiliki keterampilan dalam melakukan hubungan antar
pribadi, bila ingin menerapkan keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perorangan.54
Ada 4 kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh gurudalam
menerapkan keteramapilan mengajar kelompok kecil dan perorangan,
yaitu:
1) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi yang dapat
dilakukan dengan cara: menunjukan kehangatan dan kepekaan
terhadap kebutuhan siswa, mendengarkan secara simpati gagasan
54
Nasrul HS, Profesi Etika Keguruan, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), h. 71-72
36
36
yang dikemukakan siswa, memberikan respons positif terhadap
gagasan siswa, membangun hubungan saling mempercayai,
menunjukan kesiapan untuk membantu siswa, tanpa
kecenderungan mendominasi, menerima perasaan siswa dengan
penuh pengertian dan keterbukaan, mengendalikan situasi agar
siswa merasa aman.
2) Keterampilan mengorganisasikan, yang dapat dilakukan dengan
cara: memberi orientasi umum, memvariasikan kegiatan,
membentuk kelompok yang tepat, mengkoordinasikan kegiatan,
membagi perhatian dalam berbagai tugas, serta mengakhiri
kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.
3) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar yang dapat
dilakukan dengan cara: memberi penguatan yang sesuai,
mengembangkan supervisi proses awal yang mencakup sikap
tanggap terhadap keadaan siswa, mengadakan supervisi proses
lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif,
mengadakan supervisi pemaduan, dengan cara mendekati setiap
kelompok/perorangan agar mereka siap untuk mengikuti kegiatan
akhir.
4) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran, meliputi: menetapkan tujuan pelajaran,
merencanakan kegiatan belajar, berperan sebagai penasihat,
membantu siswa menilai kemajuan sendiri.55
Dari berbagai uraian konsep tentang keterampilan guru, maka yang
dimaksud dengan keterampilan mengajar adalah kemampuan guru
dalam melatih dan membimbing aktivitas dan pengalaman siswa dalam
proses kegiatan pembelajaran, serta membantunya berkembang dan
menyesuaikan diri pada lingkungan.Keterampilan mengajar guru
meliputi: keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan,
55
Op.cit, h.39-40.
37
37
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan membuka dan
menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas,
dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Dalam
kaitannya dengan kurikulum 2013 yang mengusung pendekatan
saintifik keterampilan-keterampilan mengajar tersebut justru menjadi
sangat penting dimiliki guru, agar guru mampu memotivasi dan
mendampingi peserta didik untuk menggunakan pendekatan saintifik.
B. Keaktifan Belajar Siswa
1. Pengertian Keaktifan Belajar Siswa
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.56
Durton dalam Mutadi mengatakan bahwa belajar
adalah “learning is a change the the individual due to interaction of
that individual and his environments which fills a need and makes him
capable of dealing adequalitywith his environment”.57
Dengan
demikian belajar adalah perubahan dalam diri individu sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya sehingga individu tersebut menjadi
lebih baik.
Menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin, belajar (to learn)
adalah to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough
experience or study, to fix in the mind or memory; memorize; to
acquire trough experience, to become in forme of to find out.58
Seseorang dianggap belajar jika ia memperoleh pengetahuan atau
mendapatkan informasi melalui pengalaman dan dari proses belajar
diharapkan adanya perubahan yang lebih baik pada diri seseorang
56
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), h. 2. 57
Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika, (Semarang: Balai Dktat
Keagamaan Semarang, 2007), h. 12. 58
Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar Ruz Media, 2010), h. 13.
38
38
tersebut. Dengan demikian belajar memiliki arti dasar adanya kegiatan
dalam penguasaan sesuatu. Sedangkan menurut James O. Wittaker
dalam Aunurrahman belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.59
Dari beberapa pendapat sebagaimana yang telah dipaparkan, dapat
dijelaskan lebih lanjut bahwa belajar adalah suatu proses yang dapat
dilihat dari perubahan dalam diri siswa yang bersumber pada
pengalaman siswa dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari sikap, tingkah laku,
pemahaman, pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri siswa.
Proses belajar pada hakikatnya merupakan upaya mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai pengalaman. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, disebutkan bahwa aktif adalah giat
(bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan suatu keadaan dimana siswa
bekerja berusaha menjadi aktif.60
Keaktifan adalah kegiatan yang
bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.61
Tuntutan keaktifan siswa
dalam belajar memberi makna bahwa belajar tidak bisa diwakilkan
oleh orang lain. Belajar memerlukan keterlibatan langsung si pebelajar.
Guru tidak bisa dan tidak boleh mewakili siswa dalam belajar.
Keaktifan siswa dalam belajar sangatlah berpengaruh dalam
pencapaian hasil belajar. Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan
dimana siswa dapat aktif atau dapat dinyatakan bahwa setiap orang
yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa adanya aktifitas, proses
pembelajaran tidak akan terjadi. Berkaitan dengan prinsip keaktifan,
dijelaskan bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif dan
59
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 35. 60
Alwi Hasan, dkk. Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 24-
25. 61
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 98.
39
39
selalu ingin tahu.62
Rasa ingin tahu itulah yang menyebabkan manusia
menjadi satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat dididik.
2. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan
keaktifan siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Aktivitas siswa menjadi hal yang penting karena kadangkala guru
lebih menekankan pada aspek kognitif, dengan menekankan pada
kemampuan mental yang dipelajari sehingga hanya berpusat pada
pemahaman bahan pengetahuan. Guru perlu menyadari bahwa pada
saat mengajar, guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator.
Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan
mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap
guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh
adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.
Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang
lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Jenis-jenis aktivitas
siswa dalam belajar adalah sebagai berikut:
Menurut Sardiman jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar ada 8,
yaitu: visual activities, oral activities, listening activities, writing
activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan
emotional activities.63
Sedangkan menurut Dierich dalam Oemar
Hamalik jenis aktivitas dalam belajar adalah: kegiatan-kegiatan visual,
kegiatan-kegiatan lisan, kegiatan-kegiatan mendengarkan, kegiatan-
kegiatan menulis, kegiatan-kegiatan menggambar, kegiatan-kegiatan
metrik, kegiatan-kegiatan mental, kegiatan kegiatan emosional.64
Dari
kedua pendapat tersebut tidak terdapat perbedaan.
62
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009),
h. 45. 63
Op.cit, h. 99. 64
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 172.
40
40
a) Visual Activities, yaitu aktifitas visual seperti membaca,
memperhatikan gambar, dan percobaan.
b) Oral Activities, yaitu aktifitas oral atau pengucapan, terdiri dari
menyatakan, merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat,
wawancara dan diskusi.
c) Listening Activities, yaitu aktifitas mendengarkan, seperti
mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, mendengarkan
musik, dan mendengarkan pidato.
d) Writing Activities, yaitu aktifitas menulis, seperti menulis cerita,
karangan, laporan, angket, dan menyalin.
e) Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
dan diagram.
f) Motor Activities, yaitu aktifitas gerak, misalnya melakukan
percobaan, membuat konstruksi, dan bermain.
g) Mental Activities, yaitu aktifitas mental, seperti menanggapi,
mengingat, memecahkan persoalan, menganalisa dan mengambil
keputusan.
h) Emotional Activities, yaitu aktifitas emosi, seperti menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah dan tenang.65
3. Strategi Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa
Keaktifan siswa dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam
keterlibatannya pada kegiatan belajar mengajar. Adapun cara untuk
memperbaiki keterlibatan siswa tersebut diantaranya adalah dengan
mengabdikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar
mengajar, meningkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam
kegiatan belajar mengajar, memberikan pengajaran yang jelas dan
tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mengenali
dan membantu siswa yang kurang terlibat dan menyelidiki penyebab
kurangnya aktifitas siswa pada kegiatan belajar mengajar, dan
menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual
65Op.cit, h. 99.
41
41
siswa. Dan hal yang sangat penting adalah usaha untuk meningkatkan
siswa agar mau berpikir secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.66
Penilaian proses pembelajaran dilihat dari sejauh mana keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dilihat
ketika siswa berperan dalam pembelajaran seperti aktif bertanya
kepada siswa maupun guru, mau berdiskusi kelompok dengan siswa
lain, mampu menemukan masalah serta dapat memecahkan masalah
tersebut, dan dapat menerapkan apa yang telah diperoleh untuk
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.67
Proses pembelajaran
dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila keaktifan siswa dalam
pembelajaran memenuhi beberapa kriteria tersebut.
Sudut pandang lain mengenai keaktifan siswa pada pembelajaran
diungkapkan oleh Mc Keachie dalam buku Warsono dan Hariyanto,
yang mengemukakan keaktifan siswa dapat diukur apabila siswa ikut
berpartisipasi dalam menentukan tujuan pembelajaran, sehingga siswa
dapat mengetahui apa tujuan yang akan dicapai saat pembelajaran
tersebut.68
Interaksi antar siswa juga dibutuhkan dalam proses
pembelajaran, sehingga keaktifan dapat diukur ketika siswa berdiskusi
kelompok. Guru juga berperan penting dalam keaktifan proses
pembelajaran, sebagai pembimbing guru bertugas untuk membimbing
siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, sehingga
intensitas guru dalam menangani masalah siswa, juga diperhatikan
untuk meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran di dalam kelas harus menumbuhkan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.69
Mengacu dari pendapat tersebut maka
66
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 26-27. 67
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 61. 68
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2012) h. 8. 69
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012), h. 10.
42
42
dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan suatu keaktifan siswa,
karena jika tanpa adanya keaktifan maka pembelajaran di dalam kelas
kurang berjalan dengan baik. Belajar menunjukan adanya jiwa yang
sangat aktif, yaitu jiwa akan mengolah informasi yang diterima.70
Oleh
karena itu, apabila tidak ada keaktifan dalam pembelajaran, maka
siswa tidak dapat membuat kesimpulan apa yang dipelajarinya, karena
dalam teori ini menuntut siswa untuk aktif mencari, menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang diperolehnya.
Rousseau dalam buku Sardiman mengemukakan bahwa
pengetahuan juga harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri,
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun
teknis. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa setiap
orang yang mau belajar harus aktif sendiri, karena jika dalam suatu
pembelajaran tidak ada aktivitas maka pembelajaran itu tidak akan
berjalan dengan baik.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dinyatakan bahwa keaktifan
siswa adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa untuk berusaha
menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Siswa harus aktif bertanya,
mempertanyakan, mengemukakan gagasan, mampu berinteraksi
dengan siswa lain serta mampu memecahkan masalah yang
dijumpainya dalam pembelajaran. Keaktifan dalam pembelajaran
merupakan sesuatu yang penting, tanpa adanya keaktifan maka proses
pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik.
Keaktifan guru juga berperan dalam pembelajaran. Salah satu
peranan guru yaitu sebagai perencana pengajaran.71
Oleh karena itu,
guru sangat berperan penting dalam pembelajaran. Guru juga harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip dari belajar yaitu
70
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori Aplikasi, (Yogyakarta: Ar Russ
Media, 2013), h. 100. 71
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 98.
43
43
dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti
merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan
evaluasi dan sebagainya. Guru juga bertugas untuk memberikan hasil
belajar, sehingga guru harus memantau perkembangan siswa. Maka
dari itu, guru harus aktif dalam proses pembelajaran, hal ini ditunjukan
oleh guru dalam RPP atau rencana pelaksanaan pembelajaran. Di
dalam RPP guru merumuskan tujuan belajar, memilih metode serta
menyampaikannya kepada siswa, setelah itu guru menetapkan evaluasi
belajar siswa yang diwujudkan dalam penilaian hasil belajar.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat dinyatakan bahwa
keaktifan dibagi menjadi dua, yaitu aktif yang dapat diamati yang
berhubungan dengan psikomotor, dan aktif yang tidak bisa diamati
yang berhubungan dengan pemikiran dan perasaan. Keaktifan yang
dapat diamati seperti kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan
mendengarkan, kegiatan menulis serta kegiatan menggambar.
Keaktifan siswa dalam belajar adalah suatu proses usaha untuk
memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu atau respon dari adanya stimulus dalam interaksi pada
pembelajaran maupun lingkungan sekitarnya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor. Mengaktifkan belajar siswa dapat
melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal.
Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengoptimalisasikan memori siswa bekerja secara maksimal dengan
memberikan waktu untuk mengungkapkan kreatifitasnya sendiri. Agar
siswa dapat aktif dalam belajar guru harus mampu menggunakan
multimedia dan multimetode yang dapat menunjang proses
pembelajaran siswa, memberikan tugas secara individual dan
kelompok, memberikan kesempatan pada siswa melakukan
eksperimen dalam kelompok kecil, memberikan tugas dan memberikan
bahan belajar, serta mengadakan tanya jawab dan diskusi.
44
44
Cara lain mengaktifkan siswa dalam belajar adalah dengan
memberikan berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat
bagi kehidupan siswa. Pemberian rangsangan tugas, tantangan,
memecahkan masalah atau mengembangkan pembiasaan agar dalam
dirinya tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya.
Keaktifan siswa dalam proses belajar juga merupakan upaya siswa
dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar
siswa dapat ditempuh dengan upaya kegiatan belajar kelompok
meupun kegiatan belajar secara perseorangan. Alasan lain
mengaktifkan siswa yaitu dengan menganalisis cara belajar siswa yang
berbeda-beda. Setiap siswa perlu memperoleh layanan bimbingan
belajar yang berbeda pula, sehingga seluruh siswa dapat berkembang
sesuai dengan tingkat kemampuannya. Guru perlu menyadari bahwa
siswa berlatar belakang sosial yang berbeda sehingga guru mempunyai
tugas untuk menumbuhkan kesadaran agar setiap siswa merasa
membutuhkan belajar.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya penelitian terkait permasalahan pengaruh supervisi
akademik kepala sekolah terhadap keterampilan mengajar guru sudah
pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Rahmanitia Nadiatus S. 2016. Skripsi dengan judul pengaruh
keterampilan mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa kelas V
pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam di MIT Ar Roihan
Lawang. Penelitian ini menjelaskan bahwa motivasi belajar siswa
kelas V MIT Ar-Roihan Lawang dengan prosentase terbesar pada
kategori tinggi dengan 78,4% dan keterampilan mengajar guru juga
tergolong dalam kategori tinggi 73%. Maka dapat disimpulkan hasil
dari penelitian ini adalah keterampilan mengajar guru berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa.
45
45
2. Karida Dwi Muktisari. 2016. Skripsi dengan judul keaktifan belajar
siswa ditinjau dari persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru
dan fasilitas belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA Batik
2 Surakarta. Penelitian ini menjelaskan bahwa variabel persepsi siswa
terhadap keterampilan mengajar guru (X1) dan fasilitas belajar (X2)
mempunyai pengaruh terhadap keaktifan belajar siswa pada mata
pelajaran Ekonomi. Variabel X1 memberikan sumbangan relatif
sebesar 62,7% dan sumbangan efektif sebesar 55%, variabel X2
memberikan sumbangan relatif sebesar 37,3% dan sumbangan efektif
sebesar 21,1%. Hasil perhitungan R² diperoleh 0337, berarti 33,7%
keaktifan belajar pada mata pelajaran Ekonomi dipengaruhi oleh
persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru dan fasilitas
belajar, sisanya sebesar 66,3% dipengaruhi variabel di luar penelitian.
3. Izzah. 2013. Skripsi dengan judul pengaruh kemampuan mengajar
guru dalam mengelola kelas terhadap keaktifan belajar bidang studi
Fiqih siswa kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nahdlatul
Ulama (NU) Putri 3 Buntet Pesantren Mertapada Kulon Kecamatan
Astanajapura Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menjelaskan bahwa
kemampuan pengelolaan kelas guru Fiqh di Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Nahdlatul Ulama (NU) Putri 3 Buntet Pesantren Mertapada
Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon tergolong baik,
hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh sebesar 91 %, karena berada
pada rentangan prosentase keberpengaruhan 75% - 100%. Keaktifan
belajar siswa pada mata pelajaran Fiqh kelas VIII di Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Nahdlatul Ulama (NU) Putri 3 Buntet Pesantren
Mertapada Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon
tergolong cukup baik dengan perolehan prosentase sebesar 72%,
karena berada pada rentangan prosentase keberpengaruhan 55% -
74,99%. Pengaruh kemampuan pengelolaan kelas guru Fiqh terhadap
keaktifan belajar siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Nahdlatul Ulama (NU) Putri 3 Buntet Pesantren Mertapada Kulon
46
46
Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon sebesar 8,41%, sisanya
yaitu 91,59% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas, terdapat
persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada
metode yang digunakan metode kuantitatif.
D. Kerangka Berpikir
Kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok dalam proses belajar
siswa di sekolah. Banyak sekali faktor yang berpengaruh dalam kegiatan
belajar mengajar, baik itu berasal dari siswa maupun dari guru. Guru
adalah pihak yang memiliki peran terbesar dalam mencapai kelancaran
kegiatan pembelajaran karena guru adalah pihak yang mentransfer ilmu
pengetahuan. Seorang guru yang terampil dalam mengajar akan
berpengaruh pada kelancaran proses belajar mengajar yang berujung pada
pencapaian hasil belajar siswa.
Selain keterampilan mengajar guru, faktor lain yang berasal dari
diri siswa juga berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yaitu
keaktifan belajar siswa. Adanya keterampilan mengajar guru dan didukung
oleh keaktifan belajar yang timbul dalam diri siswa, diharapkan dapat
mendorong siswa untuk belajar dengan baik dan tepat waktu sehingga
dapat memacu meningkatkan prestasi belajarnya.
Secara ringkas, kerangka berpikir penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut:
47
47
INPUT PROSES OUTPUT
Kondisi Nyata
1. Masih terdapat guru
yang belum
memiliki
keterampilan
mengajar dengan
baik.
2. Penggunaan metode
pembelajaran yang
monoton.
3. Terbatasnya waktu
dan ruang dalam
proses pembelajaran.
4. Rendahnya
kemampuan guru
dalam memilih dan
memanfaatkan
media pembelajaran.
5. Kurangnya media
pembelajaran yang
dapat menunjang
proses pembelajaran.
6. Kurangnya perilaku
kedisiplinan siswa
dalam mengikuti
pembelajaran.
7. Kurangnya keaktifan
siswa dalam
mengikuti
pembelajaran.
Masalah
Masih banyak guru yang
belum memiliki
keterampilan mengajar
dengan baik
Strategi
1. Mengadakan
pelatihan bagi
guru untuk
meningkatkan
keterampilannya
dalam mengajar.
2. Pengawasan dari
kepala sekolah.
3. Mengadakan
evaluasi bagi guru.
Hasil
Terciptanya
keterampilan guru
dalam mengajar
serta keaktifan
siswa dalam
belajar di SMP
Negeri 02
Tangerang Selatan
Feedback
48
48
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir penelitian, maka hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah “Keterampilan mengajar guru berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN 02
Tangerang Selatan”
Kemudian untuk mengetahui pegaruh antara variable X dan Y maka
dilakukan uji hipotesis nol yaitu:
1. H0: ƿ = 0, artinya keterampilan mengajar guru tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keaktifan belajar siswa di SMP Negeri
2 Tangerang Selatan.
2. H1: ƿ ≠ 0, artinya terbukti keterampilan mengajar guru berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keaktifan belajar siswa di SMP Negeri
2 Tangerang Selatan.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian mengenai pengaruh keterampilan mengajar
guru terhadap keaktifan belajar siswa di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan
jalan Cirendeu Raya no. 2 Cirendeu Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten.Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan Agustus sampai
dengan selesai,dengan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang pertama
adalah memilih judul kemudian dilanjutkan dengan permohonan izin
penelitian di sekolah hingga pemberitahuan diterimanya permohonan
tersebut. Selanjutnya melakukan studi pendahuluan untuk memperoleh data-
data yang dibutuhkan. Lalu pengambilan dan pengumpulan data melalui
wawancara, dan kuesioner terhadap responden dan peneliti mengolah data
tersebut. Tahap terakhir peneliti adalah menuangkan hasil penelitiannya
dalam bentuk penelitian skripsi.
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan No Kegiatan
Penelitian
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 Observasi
Awal
2 Bimbingan
Skripsi
3 Membuat
Instrumen
4 Pengajuan
Surat Izin ke
Sekolah
5 Pelaksanaan
Penelitian dan
Pengumpulan
Data
50
50
6 Penyusunan
dan
Pengolahan
Data
7 Sidang
Munaqosah
8 Revisi Skripsi
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan
penelitian. Variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini memiliki
dua variabel, yakni variabel X adalah keterampilan mengajar guru sebagai
variabel independen atau variabel bebas yaitu faktor, hal, atau unsur yang
dianggap dapat menentukan variabel lain. Dan variabel Y adalah keaktifan
belajar siswa sebagai variabel dependen atau variabel terikat yaitu faktor-
faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh
dari variabel bebas.
C. Metode Penelitian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode penelitian adalah
cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau
kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan.1Penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu
mengungkapkan pengaruh antar variabel dan dinyatakan dalam angka
serta menjelaskannya dengan membandingkan dengan teori-teori yang
telah ada dan menggunakan teknik analisis data yang sesuai dengan
variabel dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk menjelaskan
pengaruh dari suatu variabel ke variabel lainnya, yaitu menjelaskan
bagaimana pengaruh keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan
1 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses
dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/, pada tanggal 10 Juli 2018 pukul 22:16 WIB
51
51
belajar siswa.Dalam hal ini peneliti mengadakan wawancara, kuesioner,
dan studi dokumen untuk mengumpulkan keterangan seluas-luasnya.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.2 Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek
itu. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas 2
SMP di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan yang berjumlah 240 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
atau keadaan tertentu yang akan diteliti.3 Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif (mewakili).
Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel menggunakan
Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dalam menggunakan teknik
Probability Sampling, peneliti memilih jenis teknik Simple Random
2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hal. 80 3 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 56
52
52
Sampling dengan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari
populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk
tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%.
Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 240 siswa
dan tingkat kesalahan yang ditetapkan adalah 5%, maka besarnya
sampel pada penelitian ini adalah 142 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau
teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam
benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui: angket,
wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainnya.4 Pada
penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah:
1. Kuesioner (Angket)
Kuesioner disebut juga angket atau daftar pertanyaan,
merupakan salah satu alat pengumpulan data. Kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.5 Dalam penelitian ini, angket diberikan kepada siswa
sebagai responden.
Pada penelitian ini, skala pengukuran angket menggunakan
Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala
sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian.6 Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang
4 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 69 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hal. 142 6 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 87
53
53
akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi
sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-
indikator yang akan diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur
ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang
berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.
Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan
sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Tabel 3.2
Bobot Nilai pada Skala Likert Positif Bobot Nilai
Selalu (SL) 5
Sering (SR) 4
Kadang (K) 3
Pernah (P) 2
Tidak Pernah (TP) 1
Setelah mendapatkan data, langkah selanjutnya adalah
menghitung total skor jawaban dari setiap item atau butir soal
dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 = 𝑇 × 𝑃𝑛
T = Total jumlah responden yang memilih
Pn = Pilihan angka skor dalam skala likert
Kemudian agar mendapatkan hasil interpretasi, terlebih
dahulu harus diketahui skor tertinggi (X) dan skor terendah (Y)
untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut:
54
54
𝑌 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
𝑋 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Dengan demikian, maka penilaian interpretasi responden
tersebut adalah hasil nilai yang dihasilkan dengan rumus Index %.
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 % = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑌 𝑥 100%
Sebelum menyelesaikannya juga harus mengetahui interval
(rentang jarak) dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian
dengan metode mencari interval skor persen (I) dengan rumus
sebagai berikut:
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 (𝑖) = 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 (𝑙𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡)
Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:7
Tabel 3.3
Kriteria Interpretasi Skor Presentase Jawaban Kriteria Hasil Jawaban
0,00 – 0,199 Tidak Pernah
0,20 – 0,399 Pernah
0,40 – 0,599 Kadang
0,60 – 0,799 Sering
0,80 – 1,000 Selalu
7Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 184
55
55
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila ingin mengetahui
hal-hal dari reponden yang lebih mendalam. Pada penelitian ini,
peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.8
Wawancara tersebut akan dilakukan kepada bagian kesiswaan
SMP Negeri 02 Tangerang Selatan dan guru-guru yang bersangkutan
untuk mengetahui lebih dalam mengenai keterampilan mengajar guru
dan keaktifan belajar siswa, serta wawancara juga dilakukan kepada
wakil kepala sekolah dan beberapa peserta didik untuk mengetahui
secara mendalam tentang kualitas pendidikan di sekolah.
3. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.9
Tujuan digunakannya teknik observasi pada penelitian ini adalah untuk
mengamati secara langsung bagaimana pembelajaran di kelas,
khususnya keterampilan mengajar yang dilakukan oleh para guru di
SMPN 02 Tangerang Selatan. Teknik observasi yang dilakukan pada
penelitian ini adalah teknik observasi nonpartisipatif, yaitu peneliti
tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan penelitian. Peneliti hanya
berperan mengamati kegiatan pembelajaran. Jenis observasi yang
dilakukan pada penelitian ini adalah observasi sistematis, yaitu
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 140 9 Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 220.
56
56
observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai
instrumen pengamatan (pedoman terlampir).
4. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data yang
tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen
termasuk jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam
dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dalam penelitian ini,
metode studi dokumen digunakan untuk mencari data yang berkaitan
dengan penelitian dan bersumber pada tulisan. Data tersebut dapat
berupa data guru-guru, data siswa, dan sarana prasarana sekolah.
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Variabel Keterampilan Mengajar Guru ( Variabel X atau
Variabel Bebas)
a. Definisi Konseptual Variabel X (Keterampilan Mengajar
Guru)
Variabel X yaitu keterampilan mengajar guru atau variabel
independen disimpulkan bahwa macam-macamketerampilan
mengajar guru meliputi keterampilan bertanya, keterampilan
memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan.
b. Definisi Operasional Variabel X (Keterampilan Mengajar
Guru)
Tabel 3.4
Definisi Operasional Variabel X (Keterampilan Mengajar Guru)
Variabel
penelitian
Dimensi
Penelitian Indikator
Instrumen
( nomor butir
soal)
Keterampilan
Mengajar
Guru
1. Keterampilan
membuka
pelajaran
1.1 Melakukan
orientasi belajar
1.2 Mengadakan
apersepsi
1, 2, 3
4, 5, 8
57
57
1.3 Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
6, 7
2. Keterampilan
menjelaskan
2.1 Keterampilan guru
dalam
menjelaskan
pelajaran
2.2 Keterampilan guru
dalam
menyampaikan isi
pelajaran
2.3 Sikap guru dalam
menjelaskan
9, 14
10, 11, 12
13
3 Keterampilan
memberi
penguatan
3.1 Cara
mengapresiasi
siswa dalam
proses
pembelajaran
3.2 Teknik merespon
atau memberikan
umpan balik
terhadap siswa
3.3 Cara guru
memberikan
motivasi dalam
proses
pembelajaran
15, 16, 17
18
19
4 Keterampilan
bertanya
4.1 Sikap guru dalam
memberikan
pertanyaan kepada
siswa
4.2 Isi atau substansi
pertanyaan yang
disampaikan oleh
guru
4.3 Teknik guru dalam
memberikan
pertanyaan
24, 25
20, 21
22, 23, 26
5 Keterampilan
mengadakan
variasi
5.1 Variasi dalam
gaya mengajar
5.2 Variasi dalam
menggunakan
media/alat (bahan
pelajaran)
5.3 Variasi dalam pola
interaksi
27, 28
29, 30, 31,
32
33, 34, 35,
36, 37
58
58
5.4 Variasi dalam
memotivasi
38, 39
6 Keterampilan
mengelola
kelas
6.1 Pemeliharaan
kondisi belajar
6.2 Pengaturan
kondisi dan tata
letak sarana kelas
6.3 Pengelolaan waktu
pembelajaran
40, 41, 42,
43, 44, 45,
46, 47, 48,
49
50, 51, 52,
53
54, 55, 56,
57, 58, 59
7 Keterampilan
menggunaka
n media
7.1 Alat yang
digunakan sesuai
dengan materi
yang dibelajarkan
7.2 Media yang
digunakan sesuai
dengan materi
yang dibelajarkan
7.3 Guru terampil
menggunakan alat
pembelajaran
7.4 Guru terampil
menggunakan
media
pembelajaran
7.5 Alat/media yang
digunakan benar-
benar dapat
membantu proses
pembelajaran
60, 61, 65
62, 63, 64,
66, 67
69
68
70, 71
8 Keterampilan
menutup
pelajaran
8.1 Meninjau kembali
/ menyimpulkan
pembelajaran yang
telah dilakukan
8.2 Mengevaluasi
penguasaan siswa
8.3 Menginformasikan
pembelajaran
selanjutnya
72, 73
74, 75
76, 77, 78,
79
Jumlah 79
59
59
2. Variabel Keaktifan Belajar Siswa (Variabel Y atau Variabel Terikat)
a. Definisi Konseptual Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa)
Variabel Y, yaitu keaktifan belajar siswa atau variabel
dependen meliputi beberapa jenis yang mempengaruhi keaktifan
belajar siswa dilihat dari:
1) Visual Activities
2) Oral Activities
3) Listening Activities
4) Writing Activities
5) Drawing Activities
6) Motor Activities
7) Mental Activities
8) Emotional Activities
b. Definisi Operasional Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa)
Tabel 3.5
Definisi Operasional Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa)
Variabel
Penelitian
Dimensi
Penelitian Indikator
Instrumen
(nomor butir
soal)
Keaktifan
Belajar
Siswa
1. Visual
Activities
1.1 Melihat penjelasan
guru
1.2 Membaca buku
sumber mengenai
percobaan yang
akan mereka
lakukan
1, 2
3, 4, 5
2. Listening
Activities
2.1 mendengarkan
penjelasan dari
guru
2.2 menyimak
presentasi
kelompok lain
2.3 mendengarkan
pertanyaan/
jawaban dari siswa
lain (teman)
6, 7
8, 9
10, 11
3. Oral 3.1 bertanya mengenai 12, 13, 14
60
60
Activities hal yang belum
jelas
3.2 mempresentasikan
hasil percobaan
3.3 menjawab
pertanyaan yang
disampaikan
guru/teman
16, 17
15, 18, 19
4. Writing
Activities
4.1 mencatat
penjelasan/poin-
poin penting guru
4.2 mencatat hasil
kerja
20, 21
22, 23, 24
5 Drawing
Activities
5.1 membuat gambar
peta/grafik/
diagram
5.2 membuat gambar
hasil kerja
25, 26, 29
27, 28
6 Motor
Activities
6.1 Terampil
memperagakan
gerak tubuh
(olahraga/ praktek
membaca puisi/dan
lain-lain)
6.2 Lincah dalam
gerakan
30, 31
32
7 Mental
Activities
7.1 menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru
7.2 menanggapi hasil
presentasi
kelompok lain
33, 34, 35
36, 37, 38
8 Emotional
Activities
8.1 Semangat /
antusias siswa
dalam
pembelajaran
8.2 Perhatian siswa
dalam proses
pembelajaran
8.3 Minat siswa dalam
mengikuti
pembelajaran
8.4 Perasaan siswa
dalam mengikuti
pembelajaran
39, 40, 41
42, 43, 44
45, 46
47, 48, 49,
50, 51, 52
61
61
Jumlah 52
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh
dari responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama.
Untuk dapat dikatakan instrumen penelitian yang baik harus memenuhi
kriteria yaitu validitas dan reliabilitas.
1. Pengujian Validitas Instrumen
Dalam mengukur validitas dan reliabilitas, bahwa alat ukur atau
instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur
yang telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas data.10
Arikunto menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur.11
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat
ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang
hendak diukur secara tepat. Validitas suatu instrumen akan
menggambarkan tingkat kemampuan alat ukur yang digunakan untuk
mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran.12
Validitas berhubungan juga dengan kenyataan (actually) dan tujuan dari
pengukuran, pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan
nyata dan benar. Alat ukur yang tidak valid adalah yang memberikan hasil
ukuran menyimpang dari tujannya, penyimpangan pengukuran ini disebut
dengan kesalahan (error) atau varian.13
10
A. Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data,
(Jakarta: Salemba Medika, 2014), hal. 96 11
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 97 12
Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program IBM
SPSS Statistic 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal. 56 13
Jogiyanto, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, (Yogyakarta: ANDI, 2008), hal.
164
62
62
Tipe validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas konstrak (susunan), yang ditetapkan menurut analisis rasional
terhadap isi tes atau angket yang penilaiannya didasarkan pada
pertimbangan subjektif individual dengan mempertimbangkan baik teori
maupun instrumen pengukur itu sendiri.14
Setelah data didapat dan ditabulasikan, dalam melakukan analisis
tingkat validitas instrumen penelitian atau alat pengukur data yang
digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Adapun
rumus korelasi product moment yang digunakan dapat dinyatakan sebagai
berikut:
rxy = N Ʃ XY − (Ʃ X) (Ʃ Y)
√[{N Ʃ X2 − (Ʃ X)2} {N Ʃ Y2 − (Ʃ Y)2}]
Penjelasan:
rxy= Koefisien korelasi Pearson (yaitu koefisien validitas yang akan
dihitung)
X = Skor tiap responden untuk setiap item pertanyaan atau pernyataan
Y = Skor tiap responden dari seluruh item pertanyaan atau pernyataan
ƩX = Jumlah skor dalam distribusi X (jumlah skor seluruh item
pertanyaan atau pernyataan untuk X)
ƩY = Jumlah skor dalam distribusi Y (jumlah skor seluruh item
pertanyaan atau pernyataan untuk Y)
ƩX2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor X
ƩY2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor Y
N = Jumlah subjek
Uji validitas dilakukan setiap butir soal. Hasilnya dibandingkan
dengan r tabel | df = n – k dengan tingkat kesalahan 5%. Jika r hitung > r
tabel, maka butir soal dikatakan valid. Sebaliknya jika r tabel > r hitung
14
Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program IBM
SPSS Statistic 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal. 57
63
63
maka butir tersebut dinyatakan tidak valid dan tidak dapat digunakan
untuk menjaring data.15
Uji coba instrumen untuk variabel X (keterampilan mengajar guru)
dan variabel Y (keaktifan belajar siswa) dilakukan oleh 35 orang
responden. Dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n –
2) maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,3338. Berdasarkan uji coba
instrumen yang dilakukan peneliti, diperoleh nilai validitas (r hitung)
sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Variabel X dan Variabel Y
No Nilai Validitas
Variabel X
Keterangan Nilai Validitas
Variabel Y
Keterangan
1 0,3214 Tidak Valid 0,3561 Valid
2 0,3453 Valid 0,4293 Valid
3 0,6115 Valid 0,4859 Valid
4 0,2511 Tidak Valid 0,2475 Tidak Valid
5 0,2153 Tidak Valid 0,2756 Tidak Valid
6 0,2253 Tidak Valid 0,5466 Valid
7 0,3344 Valid 0,6407 Valid
8 0,3684 Valid 0,5176 Valid
9 0,2313 Tidak Valid 0,5462 Valid
10 0,2381 Tidak Valid 0,5009 Valid
11 0,6411 Valid 0,1742 Tidak Valid
12 0,4850 Valid -0,0144 Tidak Valid
13 0,4386 Valid 0,4793 Valid
14 0,3609 Valid 0,4638 Valid
15 0,3850 Valid 0,2196 Tidak Valid
16 0,0036 Tidak Valid 0,5968 Valid
15
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 195
64
64
17 0,1010 Tidak Valid 0,6045 Valid
18 0,3649 Valid 0,4196 Valid
19 0,4274 Valid 0,7337 Valid
20 0,5070 Valid 0,4159 Valid
21 0,5436 Valid 0,0320 Tidak Valid
22 0,0750 Tidak Valid 0,0196 Tidak Valid
23 -0,0664 Tidak Valid 0,2890 Tidak Valid
24 0,3554 Valid 0,3429 Valid
25 0,3568 Valid 0,3335 Tidak Valid
26 0,4081 Valid 0,2097 Tidak Valid
27 0,4452 Valid 0,4860 Valid
28 0,1789 Tidak Valid 0,2713 Tidak Valid
29 0,1840 Tidak Valid 0,5587 Valid
30 0,4917 Valid 0,5239 Valid
31 0,0825 Tidak Valid 0,5600 Valid
32 0,4629 Valid 0,4851 Valid
33 0,2849 Tidak Valid 0,5085 Valid
34 0,5373 Valid 0,5828 Valid
35 0,0736 Tidak Valid 0,5272 Valid
36 -0,0529 Tidak Valid 0,2898 Tidak Valid
37 0,1828 Tidak Valid 0,5496 Valid
38 0,3212 Tidak Valid 0,5834 Valid
39 0,4750 Valid 0,5487 Valid
40 0,1529 Tidak Valid 0,3303 Tidak Valid
41 0,5124 Valid 0,6042 Valid
42 -0,0826 Tidak Valid 0,4870 Valid
43 0,3426 Valid 0,5931 Valid
44 0,3301 Tidak Valid 0,5194 Valid
45 0,1080 Tidak Valid 0,3122 Tidak Valid
46 0,4504 Valid 0,0117 Tidak Valid
65
65
47 0,1409 Tidak Valid 0,5159 Valid
48 0,5718 Valid 0,5515 Valid
49 0,5296 Valid 0,2521 Tidak Valid
50 0,2855 Tidak Valid 0,3973 Valid
51 0,4557 Valid 0,2649 Tidak Valid
52 0,4700 Valid 0,3796 Valid
53 0,5870 Valid
54 0,3200 Tidak Valid
55 0,5160 Valid
56 0,4934 Valid
57 0,5682 Valid
58 0,6328 Valid
59 0,3006 Tidak Valid
60 0,4899 Valid
61 0,6467 Valid
62 0,5321 Valid
63 0,3693 Valid
64 0,2636 Tidak Valid
65 0,2465 Tidak Valid
66 0,2545 Tidak Valid
67 0,4882 Valid
68 0,3770 Valid
69 0,4424 Valid
70 0,4116 Valid
71 0,5685 Valid
72 0,7082 Valid
73 0,5518 Valid
74 0,5012 Valid
75 0,3760 Valid
76 0,4742 Valid
66
66
77 0,2900 Tidak Valid
78 0,4013 Valid
79 0,5364 Valid
Sumber: Data diolah
Dari hasil di atas, untuk variabel X diperoleh 49 butir soal yang
valid dan 30 butir soal yang tidak valid. Pada variabel Y diperoleh 35 butir
soal yang valid dan 17 butir soal yang tidak valid. Seluruh butir soal tidak
valid tidak akan digunakan pada penelitian, sedangkan seluruh butir soal
valid akan digunakan untuk penelitian yang dianggap mewakili data yang
dibutuhkan oleh peneliti. Maka dari itu seluruhnya berjumlah 84 butir soal.
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan
keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki
reliabilitas atau keajegan yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat
ukur tersebut stabil (ajeg) sehingga dapat diandalkan (dependability) dan
dapat digunakan untuk meramalkan (predictability).16
Dengan demikian
reliabilitas merupakan suatu pengukur untuk menunjukkan stabilitas dan
konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep.
Reliabilitas berhubungan dengan akurasi (accurately), konsistensi,
dan dapat dipercaya. Artinya, hasil pengukurannya tidak berubah-ubah
walaupun instrumen ukuran tersebut digunakan berulang kali tetap akan
memberikan hasil yang relatif sama. Suatu instrumen ukuran dianggap
reliabel atau andal jika hasil pengukuran berulang kali dari satu gejala
yang diukur dengan instrumen ukuran itu tidak berubah dalam kondisi
yang konstan. Suatu ukuran yang akurat adalah ukuran yang cocok dengan
objek yang diukur.17
16
Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program IBM
SPSS Statistic 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal. 81 17
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, (Bandung: Refika Aditama, 2015),
hal. 463
67
67
Uji reliabilitas instrumen penelitian ini akan menggunakan
reliability analysis dengan metode Alpha Cronbach yaitu metode dengan
menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
𝑟11 = (𝑘
𝑘 − 1) (1 −
Ʃ 𝑆𝑖2
𝑆𝑥2
)
Penjelasan:
𝑟11 = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
k = Jumlah item pertanyaan
Ʃ𝑆𝑖2 = Jumlah varians skor item
𝑆𝑥2 = Varians total
Tingkat keandalan instrumen ukuran dari hasil uji dengan
menggunakan metode Cronbach ditentukan oleh koefisien reliabilitas
(yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasi) dengan nilai
bervariasi dari 0 hingga 1. Jika hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai
Cronbach’s Alpha > 0,7 maka instrumen ukuran tersebut mengindikasikan
satisfactory internal consistency reliability sehingga layak digunakan
sebagai instrumen ukuran untuk penelitian. Tetapi jika < 0,6 maka
instrumen ukuran tersebut mengindikasikan unsatisfactory internal
consistency reliability sehingga tidak layak digunakan sebagai instrumen
ukuran untuk penelitian.18
Ada pula yang memaknakannya sebagai
berikut:
18
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, (Bandung: Refika Aditama, 2015),
hal. 471
68
68
Tabel 3.7
Pedoman Menentukan Tingkat Keandalan Instrumen Ukuran dari
Cronbach
Hasil uji Alpha Cronbach Derajat Keandalan
< 0,5 Rendah
0,5 – 0,7 Sedang
0,7 – 0,9 Tinggi
>0,9 Sangat Tinggi
Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS
versi 23 pada variabel X (Keterampilan Mengajar Guru) yaitu:
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Keterampilan Mengajar Guru)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.935 49
Sumber: Hasil olah data penelitian
Dapat diketahui bahwa hasil Cronbach’s Alpha adalah 0,935 maka
dapat disimpulkan bahwa data reliabel. Karena hasil Cronbach’s Alpha di
atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha 0,935 > 0,7 sehingga
dapat disimpulkan butir-butir instrumen untuk variabel X (Keterampilan
Mengajar Guru) dikatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat
tinggi.
69
69
Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas pada variabel Y (Keaktifan
Belajar Siswa), yaitu:
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.929 35
Sumber: Hasil olah data penelitian
Dapat diketahui bahwa hasil Cronbach’s Alpha adalah 0,929 maka
dapat disimpulkan bahwa data reliabel. Karena hasil Cronbach’s Alpha di
atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha 0,929 > 0,7 sehingga
dapat disimpulkan butir-butir instrumen untuk variabel Y (Keaktifan
Belajar Siswa) dikatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi.
H. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data menghubungkan antara pengumpulan data dan
analisis data. Sesudah data diproses baru kemudian dianalisis. Pengolahan
data meliputi transformasi dari observasi yang dihimpun dalam lapangan ke
dalam satu sistem kategori dan menerjemahkan kategori tersebut ke dalam
kode yang dapat dipertanggungjawabkan ke analisis kuantitatif kemudian
dikode kembali untuk dapat digunakan ke pemrosesan data otomatis. Jadi
pemrosesan data atau pengolahan data adalah proses mentransformasi
(menyederhanakan dan mengorganisasi) data mentah ke dalam bentuk yang
mudah dibaca dan dipahami.19
Tahap-tahap pengolahan data atau mentransformasi data mentah
menjadi informasi adalah sebagai berikut:
19
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, (Bandung: Refika Aditama, 2015),
hal. 501
70
70
1. Editing
Editing adalah proses pengecekan atau pemeriksaan data yang
telah berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data
yang telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Tujuan
dilakukan editing adalah untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dan
kekurangan data yang terdapat pada catatan lapangan. Pada kesempatan
ini, kesalahan data dapat diperbaiki dan kekurangan data dilengkapi
dengan mengulangi pengumpulan data, atau dengan cara penyisipan data
(interpolasi).
2. Coding
Pengkodean adalah kegiatan setelah tahap editing selesai, kegunaannya
untuk memberikan identitas pada data yang telah di edit sehingga data
tersebut memiliki arti tertentu saat di analisis. Coding merupakan suatu
proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam angket)
ke dalam bentuk yang mudah dibaca.20
3. Scoring
Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan
atau pernyataan yang berkaitan dengan pengetahuan responden pada butir-
butir jawaban yang dipilih. Dalam menentukan skor hasil penelitian untuk
pernyataan masing-masing diberi nilai yaitu: Selalu (SL) nilai 5, Sering
(SR) nilai 4, Kadang (K) nilai 3, Pernah (P) nilai 2, Tidak Pernah (TP)
nilai 1.
4. Tabulasi
Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel
yang telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel-tabel yang
dibuat sebaiknya mampu meringkas agar memudahkan dalam proses
analisis data.21
20
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 171. 21
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), hal. 126
71
71
I. Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian perlu dianalisis untuk menginterpretasikan data yang
telah terkumpul sekaligus menjawab hipotesis penelitian. Untuk menganalisis
data yang diperoleh selama penelitian, ada beberapa teknik analisis data yang
digunakan, yaitu:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan
data atau menggambarkan data yang telah terkumpul dari tiap-tiap variabel
yang diteliti sehingga lebih mudah dipahami. Yang termasuk dalam
statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram
lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran
tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data
melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan
persentase.22
Deskripsi data yang ditampilkan dalam penelitian ini yaitu:
a. Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi
b. Tabel Distribusi Frekuensi
1) Menentukan rentang atau jarak data dengan rumus:
Rentang Data = Data terbesar – data terkecil
2) Menentukan jumlah kelas interval dengan menggunakan rumus
Sturges yaitu:
K = 1 + 3,3 log n
3) Menghitung panjang kelas interval dengan rumus:
Panjang kelas interval = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
c. Histogram
Histogram dibuat berdasarkan data dan frekuensi yang telah
disampaikan dalam tabel distribusi frekuensi.
d. Tingkat Kecenderungan Variabel
Kecenderungan masing-masing variabel dilakukan dengan
pengkategorian skor yang diperoleh dari nilai mean dan standar
22
Sugiyono, op. cit., h. 208.
72
72
deviasi dengan pengelompokan pada 3 kategori seperti pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.10
Tingkat Kecenderungan Variabel No. Skor Nilai Kategori
1. X < (Mi – Sdi) Rendah
2. (Mi – Sdi) < X < (Mi + Sdi) Sedang
3. X > (Mi + Sdi) Tinggi
Keterangan:
Mi : Mean
Sdi : Standar Deviasi
X : Skor yang dicapai
Pengukuran tendensi sentral dan perhitungan penyebaran data
diambil dari skor total item-item pada angket variabel iklim
organisasi dan angket variabel produktivitas kerja guru yang diolah
menggunakan SPSS versi 23.
e. Pie Chart
Pie Chart dibuat berdasarkan data kecenderungan variabel
yang telah ditampilkan dalam tabel kecenderungan variabel.
2. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi merupakan sarana yang dipergunakan untuk
hubungan fungsional antara variabel-variabel yang dinyatakan dalam
bentuk persamaan matematik dan garis. Persamaan matematik dan garis
yang didapat disebut dengan persamaan regresi yang dapat berbentuk garis
lurus (linear) atau tidak lurus (non-linear). Hubungan fungsional terdiri
dari dua jenis variabel yaitu variabel bebas atau variabel prediktor
73
73
(dependent) umumnya dinyatakan dengan X dan variabel terikat atau
variabel respon (independent) dinyatakan dengan Y.23
Kegunaan regresi dalam penelitian ini adalah untuk meramalkan
atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui.
Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan
fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y). karena ada perbedaan yang mendasar dari
analisis korelasi dan analisis regresi. Pasa dasarnya analisis regresi dan
analisis korelasi keduanya punya hubungan yang sangat kuat dan
mempunyai keeratan. Setiap analisis regresi otomatis ada analisis
korelasinya, tetapi sebaliknya analisis korelasi belum tentu diuji regresi
atau diteruskan dengan analisis regresi.24
Persamaan regresi linear sederhana dirumuskan sebagai berikut:
Ŷ = 𝑎 + 𝑏𝑋
Dimana:
Ŷ = (dibaca Y topi) subjek variabel terikat yang diproyeksikan
X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk
diprediksikan
a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan
nilai peningkatan (+) atau nilai (-) variabel Y
Dari persamaan di atas perlu dicari koefisien-koefisien regresi a
dan b dengan formula:
𝑎 = Ʃ 𝑋2 Ʃ𝑌 − Ʃ𝑋 Ʃ(𝑋𝑌)
𝑛 Ʃ𝑋2 − (Ʃ𝑋)2
23
Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: Refika Aditama,
2010), hal. 125 24
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta,
2007), hal. 133
74
74
𝑏 = 𝑛Ʃ (𝑋𝑌) − Ʃ𝑋 Ʃ𝑌
𝑛 Ʃ 𝑋2 − (Ʃ 𝑋)2
Jika yang dihitung koefisien b, maka koefisien a dapat dicari
dengan formula:
𝑎 = Ȳ − 𝑏��
Konstanta a adalah titik potong (intercept), yaitu pertemuan garis
ordinat dengan sumbu Y pada X, jika X sama dengan nol (0), maka a +
b(0).
Konstanta b adalah kemiringan garis lurus (slope). Angka b yang semakin
besar maka semakin miring garis lurus dan sebaliknya. Besarnya konstanta
b akan menunjukkan dua hal, yaitu arah hubungan positif atau negatif dan
perubahan Y yang terjadi karena perubahan pada variabel X.25
J. Uji Asumsi Dasar
Uji asumsi dasar digunakan untuk mengetahui pola dan varian serta
kelinearitasan dari suatu populasi (data). Apakah populasi atau data
berdistribusi normal atau tidak, atau juga uji dapat digunakan untuk
mengetahui apakah populasi mempunyai beberapa varian yang sama, serta
untuk menguji kelinearitasan data.
1. Uji Normalitas
Menurut Sudarmanto, persyaratan yang diperlukan dalam
penggunaan statistik parametrik selain data yang diperoleh harus berskala
interval, maka diperlukan persyaratan lain yaitu berupa uji normalitas.26
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi
variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau
25
Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: Refika Aditama,
2010), hal. 128 26
Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program IBM
SPSS Statistic 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal. 104
75
75
tidak. Karena model regresi yang baik adalah model regresi yang
berdistribusi normal.
Dalam penelitian ini menggunakan perhitungan dengan aplikasi
SPSS versi 23. Pengujian uji normalitas ini menggunakan tabel Tests of
Normality dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan Normal P-P Plot of
Regression Standardized Residual untuk mengetahui apakah distribusi
data pada tiap-tiap variabel normal atau tidak dengan menggunakan
kriteria pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:
a. Tests of Normality dengan uji Kolmogorov-Smirnov
1) Jika data pada variabel X dan variabel Y lebih dari 0,05 maka data
dinyatakan berdistribusi normal
2) Jika data pada variabel X dan variabel Y kurang dari 0,05 maka
data dinyatakan tidak berdistribusi normal27
b. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.28
2. Uji Linearitas
Uji linearitas yaitu suatu analisis guna menguji atau mengetahui
apakah hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya memiliki
kecenderungan mengikuti garis lurus (linear) atau tidak. Apabila hubungan
tersebut memiliki kecenderungan mengikuti garis lurus, maka adanya
peningkatan atau penurunan kuantitas pada satu variabel, akan diikuti
secara linear oleh peningkatan atau penurunan pada variabel lainnya.29
Uji
27
Duwi Priyatno, Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), hal. 58 28
Duwi Priyatno, Ibid, hal. 59 29
Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program IBM
SPSS Statistic 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal. 193
76
76
ini berkaitan dengan penggunaan regresi linear. Dasar pengambilan
keputusan uji linearitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Berdasarkan nilai signifikansi
1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka terdapat hubungan linear antara
variabel X dengan variabel Y.
2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka tidak terdapat hubungan linear
antara variabel X dengan variabel Y.
b. Berdasarkan nilai F
1) Jika Fhitung< Ftabel maka terdapat hubungan linear antara variabel X
dengan variabel Y.
2) Jika Fhitung> Ftabel maka tidak terdapat hubungan linear antara
variabel X dengan variabel Y.30
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya
ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang
baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak
efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi.
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada Scatterplot regresi
pada program aplikasi SPSS versi 23. Jika titik-titik menyebar dengan pola
yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas.31
Dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik Scatterplot pada program aplikasi SPSS versi 23,
yaitu:
30
Sahid Raharjo, Cara Melakukan Uji Linearitas dengan Program SPSS,
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-heteroskedastisitas-dengan-program-spss.html diakses
pada tanggal 18 Juli 2018 pukul 00.46 WIB 31
Duwi Priyatno, Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), hal. 60
77
77
a. Jika terdapat pola tertentu pada grafik Scatterplot SPSS, seperti titik-
titik yang membentuk pola teratur (bergelombang, menyebar kemudian
menyempit), maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas.
b. Sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar,
maka indikasinya adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.32
K. Hipotesis Statistik
Alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode regresi linear sederhana. Untuk membenarkan
uji hipotesis, maka peneliti menggunakan uji statistik terhadap data-data yang
diperoleh, yaitu:
1. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan
atau tidak. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima
t hitung> t tabel maka H0 ditolak
2. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah satu ukuran dari proporsi dari
variansi dalam satu variabel dependen yang dihitung melalui variabel
independen. Ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar variasi
perubahan dalam satu variabel (dependen) ditentukan oleh perubahan
dalam variabel lain (independen). Koefisien determinasi merupakan
kuadrat dari koefisien korelasi (misal, r2). Koefisien determinasi
dinyatakan dalam persen (%) sehingga harus dikalikan dengan 100%.
Artinya 100% daripada variasi perubahan dalam variabel Y disebabkan
oleh variasi perubahan dalam variabel X.33
32
Sahid Raharjo, Cara Melakukan Uji Linearitas dengan Program SPSS,
https://www.konsistensi.com/2015/01/uji-heteroskedastisitas-dengan-grafik.html diakses pada
tanggal 18 November 2018 pukul 01.14 WIB 33
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, (Bandung: Refika Aditama, 2015),
hal. 593
78
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Tangsel
1. Profil Sekolah
SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan mulai berdiri sejak tanggal 2
Januari 1974 sebagai sekolah filial dari SMP Negeri 48 Jakarta dengan
nama SMP Persiapan. Seiring dengan terjadinya pengembangan wilayah
dan peralihan pemerintahan, SMP Persiapan kemudian berubah nama
menjadi SMP Negeri Cireundeu (1979) dan SMP Negeri 1 Ciputat
(1999).Pada tahun 2004 berdasarkan Keputusan Direktur PLP Dirjen
Dikdasmen Depdiknas Nomor 1147A/C3/SK/2004 tanggal 5 Juli 2004,
SMP Negeri 1 Ciputat mendapat predikat sebagai Sekolah Standar
Nasional (SSN).
Predikat SSN sangat memacu semangat warga sekolah untuk
mewujudkan sekolah sebagai pusat pengembangan logika, etika, dan
estetika melalui berbagai kegiatan Standar Nasional Pendidikan. Guru
bersama orang tua dan komite sekolah saling bahu membahu dalam
pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu
lulusan, sehingga pada tahun 2009 SMP Negeri 1 Ciputat berhasil meraih
sertifikat ISO 9001-2000.
Berdasarkan keputusan Walikota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun
2009, SMP Negeri 1 Ciputat berubah nama menjadi SMP Negeri 2 Kota
Tangerang Selatan dan atas prestasi kerja sekolah pada tahun 2010 SMP
Negeri 2 Kota Tangerang Selatan meraih ISO 9001:2008.SMP Negeri 2
Tangerang Selatan berlokasi di Jl. Cirendeu Raya No. 2 kelurahan
Cirendeu, kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan Banten. SMP
Negeri 2 Tangerang Selatan telah memperoleh akreditasi A pada tahun
2004, dan sudah berstandar nasional. Lokasi sekolah yang sangat strategis,
dan dekat dengan jalan lalu lintas, namun tidak membuat sekolah
menjadi terganggu dalam proses kegiatan belajar pembelajaran.
Sarana prasarana yang dimiliki SMP Negeri 2 Tangerang Selatan
tergolong lengkap, seperti adanya Laboratorium komputer, laboratorium
IPA, perpustakaan, lapangan olahraga, dan tempat ibadah. Sehingga sangat
mendukung dan memungkinkan setiap siswa aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
79
79
2. Visi dan Misi
Setiap lembaga pendidikan memiliki mimpi dan harapan-harapan akan
kemajuan di masa depan yang dikenal dengan istilah visi dan misi. Visi
misi ini berfungsi untuk mewujudkan cita-cita dan sebagai dorongan untuk
selalu maju dan berkembang. Adapun visi dan misinya adalah:
a. Visi : “Unggul Dalam Prestasi, Santun Dalam Perilaku”
b. Misi :
1) Mengembangkan kurikulum berwawasan IPTEK berdasarkan
IMTAQ
2) Menyelenggarakan proses pembelajaran bermutu
3) Mengembangkan potensi peserta didik sesuai bakat dan minatnya
4) Optimalisasi pelaksanaan manajemen berbasis sekolah
Visi dan misi ini dirumuskan sejak tahun 2014 dan nampaknya belum
seluruh visi misi itu dapat dicapai secara optimal. Namun demikian,
banyak prestasi baik akademik maupun non akademik yang telah diraih
sekolah, yaitu:
a. Juara III Hasta Karya Aksi (Ajang Kreatifitas Siswa ) Tingkat
SMP/MTs 2012
b. Juara I Futsal Tingkat SMP ( SMP Nusantara Plus ) 2012
c. Juara III Basket Putri (Sasmita CUP) 2013
d. Juara II Lomba Bulu Tangkis Putra O2SN SMP Kota Tangerang
Selatan
e. Juara I Futsal SMP 2015 M26 Cup 8Th
f. Terbaik IV Recyie tingkat madya cross SMAN 109 Jakarta
g. Juara II Putra tingkat SMP (Kejuaraan Panjat Tebing)
h. Juara I Sirkuit Bongga TANGSEL
i. Juara I Futsal tingkat SMP se Tangerang Selatan
j. Juara III Marawis Tk. SMP/MTs Porseni Cup
k. Juara I Lomba Karate Putri O2SN SMP
l. Juara III Gerak Langkah dan Formasi (GALAKSI) Purna Paskibra
Indonesia
m. Juara III Futsal SMP “Al-Fath Festival”
n. Juara III Basket Putri SHB Cup
o. Juara Peonering Putra Moonzer Scout Contetition
p. Juara III Futsal Antar SMP (DK Cup)
q. Peringkat I JAmbore PMR Provinsi BANTEN
80
80
r. Juara I DK Cup “ SMA Dharma Karya UT”
s. Juara II Basket Putri (Tri Guna CUP )
t. Juara II Lomba Baris berbaris tingkat SMP Se Jabodetabek
u. Juara III IG Cup 3 The Power of victory
v. Juara III Turnamen Futsal SMP/MTS MP UIN Jakarta CUP
Dari raihan prestasi tersebut nampak lebih banyak didominasi oleh non
akademik ini berarti bahwa bidang akademik belum mampu mencapai
prestasi yang diharapkan.
Dari empat misi yang ada di SMP Negeri 2 Tangerang Selatan, yang
terkait dengan pembelajaran (kurikulum), yaitu: mengembangkan
kurikulum berwawasan IPTEK berdasarkan IMTAQ, menyelenggarakan
proses pembelajaran bermutu, mengembangkan potensi peserta didik
sesuai bakat dan minatnya, optimalisasi pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah. Untuk mewujudkan visi misi pembelajaran, pihak sekolah telah
menyelenggarakan beberapa kegiatan seperti diadakannya workshop bagi
guru-guru agar meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar.
3. Personil Sekolah
a. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah
Tabel 4.1
Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah
No Nama Guru Jenjang
Pendidikan
Bid. Studi TMT
1 Ahmad S1 Ekonomi Penjaskes 1986-02-01
2 Andos Kostaman S1 B. Inggris B.Ingris 1981-01-01
3 Ansor Gozali S1 B. Indonesia B.Indonesia 1987-08-01
4 Cici Rukaesih S1 Sejarah IPS 1999-03-01
5 Diah Utami S2 Psikologi 2004-07-16
6 Dian Pratidina C 2017-07-01
7 Enok Yanti
Suprapto S1 Tata Boga
PKK 1998-02-01
8 Etti Kurnaeti 2009-01-01
9 Hj. Euis
Kurniawati, S.Pd S1 Matematika
Matematika 1990-03-03
10 Fina Fuspita, S. Pd S1 B.Inggris B.Inggris 2014-11-14
11 Henny, S. Pd S1 Pend.Bahasa B.Indonesia 2008-01-01
81
81
12 Hery Warsito D3 IPA IPA 1981-12-01
13 Hidayat, S.T
S1 Tehnik
Elektro
2004-07-16
14 Isdarman S1 IPS IPS 1987-10-01
15 Dra. Iswinanti S1 Tata Boga PKK 1991-11-01
16 Junaidi Abyan 1985-12-01
17 Kartini Eling S, S.
Pd S1 Matematika
Matematika 1991-03-01
18 Kusnaedi, S. Ag S1 KPI 2016-05-01
19 Lily Nurlinah, S. E S1 Ekonomi IPS 1986-03-01
20 Liya Alpri Liani S1 Matematika Matematika 2009-07-01
21 Mahdalena, S. Pd S1 PPKN PPKN 2014-11-11
22 Maman Hilman
S2 Manajemen
SDM
B.Indonesia 1985-03-01
23 Marfuah S1 B. Inggris B.Inggris 1993-08-01
24 Maryono S2 Manajemen 1981-12-01
25 Mukhlis
Suhardiknas
S1 Pend.
Biologi
IPA 2010-01-01
26 Mustofa S1 PAI PAI 1988-03-01
27 Nasroh S1 PPKN PPKN 2007-01-01
28 Nur Widiyanti
S1 Pend.
Sejarah
BK 2010-01-04
29 Rasyid Ridha S1 Psikologi IPS 2014-11-01
30 Rohanah S1 Pend. IPS IPS 2007-01-01
31 Sayuti Wijaya D3 2004-07-01
32 Siti Alawiyah
S1 Bid.
Pendidikan
B.Indonesia 1988-02-01
33 Sri Hastuti S1 Sejarah IPS 1986-08-01
34 Sri Musliah S1 Matematika Matematika 2008-01-01
35 Sugiarti S1 IPA IPA 1986-02-01
36
Sugiyanti
S1 Pend.
Matematika dan
IPA
Matematika
2007-01-01
37 Suharni S1 IPA IPA 1989-02-01
38 Sukardi S1 Penjaskes Penjaskes 2006-04-01
39 Sumiyati
S1 Pend.
Biologi
IPA 2008-01-01
40 Suwarno 2011-01-01
41 Syarifah S1 B. Inggris B.Inggris 1983-03-01
42 Tedik Suryanto
S1 Sastra
Inggris
B.Inggris 2002-07-13
43 Titik Munawati S1 B. Indonesia B.indonesia 1987-03-01
44 Tri Endang Lestari S1 Manajemen B.Inggris 2008-01-01
45 Tuti Sutiarsih
S1 Psikologi
Pendidikan
BK 2007-01-01
82
82
46 Winarni S1 PPKn PPKn 1998-02-01
47 Yenni Krisna S1 Kesenian Seni 1989-03-01
48 Yoeliani S1 B.Inggris B.Inggris 1999-03-01
49 Yustina Ratnasih
Widyastuti
S1 Pendidikan
bahasa dan Seni
B.Indonesia 2010-01-01
50 Agus Tri Laksono
Tenaga
Honor
Sekolah
2015-09-07
51 Ahmad Rosadi SMA
Tenaga
Honor
Sekolah
1996-07-10
52 Buang Riman SD
Tenaga
Honor
Sekolah
2007-07-16
53 Dendi SMP
Tenaga
Honor
Sekolah
2010-07-01
54 Dwi Ariyani D1 Akuntansi
Tenaga
Honor
Sekolah
2009-07-13
55 Edward
Tenaga
Honor
Sekolah
2011-01-07
56 Eka Barlian Syah D3 Manajemen
Informatika
Tenaga
Honor
Sekolah
2004-07-16
57 Embih SD
Tenaga
Honor
Sekolah
2006-07-06
58 Hairul Abidin MAN
Tenaga
Honor
Sekolah
2011-07-01
59 Handoko Setiawan SMA
Tenaga
Honor
Sekolah
2003-08-01
60 Imam Santoso
Tenaga
Honor
Sekolah
2016-11-07
61 Iwan Riswanto SMEA
Tenaga
Honor
Sekolah
2010-08-10
62 Karmita SMK
Tenaga
Honor
Sekolah
2010-07-01
63 Kusnadi SD Tenaga 2006-07-15
83
83
Honor
Sekolah
64 Namad Asnadi SMP
Tenaga
Honor
Sekolah
2003-02-06
65 Susilawati S1 Manajemen PNS 1986-03-01
66 Tanty Susanti
Tenaga
Honor
Sekolah
2011-11-15
Rata-rata sertifikasi berarti secara legal formal dianggap sudah
professional, sehingga sangat mungkin dapat melaksanakan berbagai
keterampilan dalam mengajar sehingga akan mampu membuat siswa aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Variabel X
Data keterampilan mengajar guru diperoleh dari hasil angket.
Sampel diambil sebanyak 142 responden yang terdiri dari siswa/I di
SMPN 2 Tangerang Selatan. Dari jumlah sampel itu, peneliti kemudian
mengumpulkan data dan melakukan pengelompokkan data tentang
keterampilan mengajar guru. Data keterampilan mengajar guru dapat
dilihat secara rinci pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Data Variabel X (Keterampilan Mengajar Guru)
No Responden Keterampilan
Mengajar Guru No Responden
Keterampilan
Mengajar Guru
1 191 72 200
2 180 73 199
3 179 74 213
4 159 75 220
5 179 76 185
6 191 77 170
7 176 78 201
84
84
8 185 79 171
9 210 80 173
10 203 81 183
11 178 82 188
12 197 83 222
13 165 84 205
14 163 85 198
15 183 86 208
16 171 87 204
17 167 88 206
18 202 89 231
19 185 90 186
20 173 91 212
21 223 92 194
22 186 93 194
23 206 94 227
24 211 95 199
25 199 96 205
26 204 97 224
27 200 98 194
28 197 99 179
29 201 100 182
30 190 101 227
31 210 102 224
32 195 103 193
33 187 104 206
34 201 105 215
35 166 106 222
36 190 107 211
37 215 108 210
85
85
38 191 109 215
39 206 110 213
40 219 111 202
41 174 112 190
42 209 113 228
43 206 114 178
44 216 115 227
45 193 116 180
46 197 117 209
47 183 118 193
48 181 119 236
49 198 120 211
50 220 121 230
51 197 122 240
52 191 123 236
53 190 124 244
54 223 125 209
55 211 126 204
56 215 127 228
57 187 128 238
58 192 129 193
59 208 130 209
60 187 131 190
61 214 132 222
62 189 133 197
63 222 134 212
64 219 135 202
65 220 136 233
66 175 137 198
67 179 138 202
86
86
68 187 139 201
69 164 140 192
70 165 141 243
71 210 142 238
Ʃ = 28480
Hasil Analisis Variabel X (Keterampilan Mengajar Guru)
1) Rentang Nilai (r)
r = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
= 244 – 159
= 85
2) Jumlah Kelas (k)
k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 142
= 1 + 3,3 • 2,15
= 8,095 ≈ 8
3) Panjang Interval (i)
i = Jumlah Rentang (r) : Jumlah Kelas (k)
= 85 : 8
= 10,625 ≈ 11
87
87
4) Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X (Keterampilan Mengajar
Guru)
Tabel 4.3
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Keterampilan Mengajar
Guru
Kelas Interval Fi Xi FiXi
159 – 169 7 164 1148
170 – 180 16 175 2800
181 – 191 25 186 4650
192 – 202 31 197 6107
203 – 213 29 208 6032
214 – 224 19 219 4161
225 – 235 8 230 1840
236 – 246 7 241 1687
Ʃ 142 28425
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas dapat
digambarkan distribusi frekuensi keterampilan mengajar guru
sebagai berikut:
88
88
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi
Keterampilan Mengajar Guru
Sumber: Hasil olah data perhitungan tabel distribusi frekuensi
5) Mean, median, dan modus
Tabel 4.4
Tabel Mean, Median, Modus Variabel X (Keterampilan Mengajar Guru) Statistics
total
N Valid 142
Missing 0
Mean 200.56
Median 200.50
Mode 190a
Std. Deviation 18.945
Variance 358.900
Range 85
Minimum 159
Maximum 244
Sum 28480
Sumber: Hasil olah data penelitian
0
5
10
15
20
25
30
35
159 - 169 170 - 180 181 - 191 192 - 202 203 - 213 214 - 224 225 - 235 236 - 246
Fre
kue
nsi
Interval
Keterampilan Mengajar Guru
89
89
Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari
hasil data variabel keterampilan mengajar guru adalah 200,56. Nilai
tengah adalah 201. Nilai yang paling sering muncul adalah 190 dan nilai
standar deviasi adalah 18,945.
Berdasarkan hasil perhitungan data variabel keterampilan mengajar
guru menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 244 dan skor terendah
adalah 159. Nilai rata-rata sebesar 200,56, nilai median sebesar 200,50,
nilai modus sebesar 190, dan nilai standar deviasi sebesar 18,945.
Selanjutnya untuk menentukan tingkat kecenderungan atau tinggi
rendahnya variabel keterampilan mengajar guru dengan menggunakan
nilai mean dan standar deviasi. Perhitungan tingkat kecenderungan
variabel keterampilan mengajar guru adalah sebagai berikut:
1) Perhitungan nilai rata-rata ideal (Mi) dan Standar Deviasi Ideal (Sdi)
Nilai rata-rata ideal (Mi) = 200,56
Nilai standar deviasi ideal (sdi) = 18,945
2) Batasan-batasan kategori kecenderungan
a) Rendah = X < Mi – Sdi
= X < (200,56 – 18,945)
= X < 181,615
b) Sedang = Mi – Sdi < X < Mi + Sdi
= 181,615 < X < (200,56 + 18,945)
= 181,615 < X < 219,505
c) Tinggi = X > Mi + Sdi
= X > 219,505
90
90
Gambar 4.2
Tingkat Kecenderungan variabel Keterampilan Mengajar Guru
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa skor
keterampilan mengajar guru yang termasuk kategori rendah sebanyak 24
orang (17%), kategori sedang sebanyak 90 orang (63%) dan kategori
tinggi sebanyak 28 orang (20%). Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel keterampilan mengajar guru berada pada
kategori sedang. Guru-guru mengembangkan berbagai keterampilan dalam
mengajar, yaitu dengan cara menggunakan berbagai macam metode
mengajar, seperti guru matematika yang tidak hanya menggunakan metode
ceramah, guru tersebut juga menggunakan metode diskusi sehingga siswa
lebih aktif dalam mengasah kemampuannya. Contohnya seperti guru seni
budaya, selain menggunakan metode ceramah ia juga menggunakan
metode praktik, sehingga siswa dituntut untuk lebih kreatif dalam
membuat suatu karya, dan lainnya.
17%
63%
20%
Keterampilan Mengajar Guru
Rendah
Sedang
Tinggi
91
91
2. Deskripsi Data Variabel Y
Data keaktifan belajar siswa diperoleh dari hasil angket. Sampel
diambil dari 142 responden yang terdiri dari siswa/I di SMPN 2 Tangerang
Selatan. Dari jumlah sampel itu, peneliti kemudian mengumpulkan data
dan melakukan pengelompokkan data tentang keaktifan belajar siswa.
Data penelitian keaktifan belajar siswa dapat dilihat secara rinci pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.5
Data Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa)
No Responden Keaktifan
Belajar Siswa
No Responden Keaktifan
Belajar Siswa
1 100 72 134
2 100 73 135
3 101 74 135
4 101 75 135
5 102 76 136
6 103 77 136
7 103 78 137
8 104 79 137
9 104 80 138
10 106 81 138
11 107 82 138
12 108 83 139
13 109 84 139
14 109 85 139
15 110 86 140
16 110 87 140
17 111 88 140
92
92
18 111 89 141
19 112 90 141
20 113 91 142
21 113 92 142
22 114 93 143
23 114 94 143
24 115 95 144
25 116 96 144
26 117 97 145
27 118 98 145
28 118 99 146
29 119 100 146
30 119 101 147
31 120 102 147
32 120 103 148
33 121 104 148
34 121 105 149
35 121 106 149
36 122 107 150
37 122 108 150
38 122 109 151
39 123 110 151
40 123 111 152
41 123 112 152
42 124 113 153
43 124 114 153
44 124 115 153
45 125 116 154
46 125 117 154
47 125 118 154
93
93
48 125 119 155
49 126 120 155
50 126 121 155
51 126 122 156
52 127 123 156
53 127 124 157
54 127 125 157
55 127 126 158
56 128 127 158
57 128 128 158
58 128 129 159
59 129 130 159
60 129 131 159
61 129 132 160
62 130 133 160
63 130 134 161
64 130 135 162
65 131 136 163
66 131 137 163
67 132 138 164
68 132 139 164
69 133 140 165
70 133 141 166
71 134 142 167
Ʃ = 19080
94
94
Hasil Analisis Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa)
1) Rentang Nilai (r)
r = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
= 167 – 100
= 67
2) Jumlah Kelas (k)
k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 142
= 1 + 3,3 • 2,15
= 8,095 ≈ 8
3) Panjang Interval (i)
i = Jumlah Rentang (r) : Jumlah Kelas (k)
= 67 : 8
= 8,375 ≈ 8
4) Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y (Keaktifan Belajar Siswa)
Tabel 4.6
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Keaktifan Belajar Siswa
Kelas Interval Fi Xi FiXi
100 – 107 11 103,5 1138,5
108 – 115 13 111,5 1449,5
116 – 123 17 119,5 2031,5
124 – 131 25 127,5 3187,5
132 – 139 19 135,5 2574,5
140 – 147 17 143,5 2439,5
148 – 155 19 151,5 2878,5
156 – 167 21 159,5 3349,5
Ʃ 142 19049
95
95
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan
distribusi frekuensi keaktifan belajar siswa sebagai berikut:
Gambar 4.3
Distribusi Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa
Sumber: Hasil olah data perhitungan tabel distribusi frekuensi
5) Mean, median, modus
Tabel 4.7
Tabel Mean, Median, dan Modus Variabel Y
(Keaktifan Belajar Siswa) Statistics
Total
N Valid 142
Missing 0
Mean 134.37
Median 134.00
Mode 125a
Std. Deviation 17.842
Variance 318.333
Range 67
Minimum 100
Maximum 167
Sum 19080
Sumber: Hasil olah data penelitian
0
5
10
15
20
25
30
100 - 107 108 - 115 116 - 123 124 - 131 132 - 139 140 - 147 148 - 155 156 - 167
Fre
kue
nsi
Interval
Keaktifan Belajar Siswa
96
96
Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari
hasil data variabel keaktifan belajar siswa adalah 134,37. Nilai tengah
adalah 134. Nilai yang paling sering muncul adalah 125 dan nilai standar
deviasi adalah 17,842.
Berdasarkan hasil perhitungan data variabel keaktifan belajar siswa
menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 167 dan skor terendah adalah
100. Nilai rata-rata sebesar 134,37, nilai median sebesar 134, nilai modus
sebesar 125, dan nilai standar deviasi sebesar 17,842.
Selanjutnya untuk menentukan tingkat kecenderungan atau tinggi
rendahnya variabel keaktifan belajar siswa dengan menggunakan nilai
mean dan standar deviasi. Perhitungan tingkat kecenderungan variabel
keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut:
1) Perhitungan nilai rata-rata ideal (Mi) dan Standar Deviasi Ideal (Sdi)
Nilai rata-rata ideal (Mi) = 134,37 nilai standar deviasi ideal (sdi) =
17,842
2) Batasan-batasan kategori kecenderungan
a) Rendah = X < Mi – Sdi
= X < (134,37 – 17,842)
= X < 116,528
b) Sedang = Mi – Sdi < X < Mi + Sdi
= 116,528 < X < (134,37+17,842)
=116,528 < X < 152,212
c) Tinggi = X > Mi + Sdi
= X > 152,212
97
97
Gambar 4.4
Tingkat Kecenderungan variabel Kekatifan Belajar Siswa
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa skor keaktifan
belajar siswa yang termasuk kategori rendah sebanyak 25 orang (18%),
kategori sedang sebanyak 85 orang (60%) dan kategori tinggi sebanyak 32
orang (22%). Dilihat dari hasil obsevasi dapat dikatakan bahwa keaktifan
siswa dalam belajar termasuk pada kategori sedang atau bisa dibilang
sudah cukup baik. Dimana siswa cenderung lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran, beraktifitas mandiri, berpikir kritis dan analitis, dan
mempunyai keberanian untuk bertanya pada guru, dikarenakan metode
mengajar yang digunakan bervariatif sehingga siswa harus lebih kreatif.
C. Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas Residual digunakan untuk menguji apakah nilai
residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi secara normal. Metode yang digunakan adalah metode grafik,
yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik
Normal P-P Plot of Regresstion Standardized. Sebagai dasar pengambilan
keputusannya, jika titik-titik menyebar sekitar garis mengikuti garis
18%
60%
22%
Keaktifan Belajar Siswa
Rendah
Sedang
Tinggi
98
98
diagonal, maka nilai residual tersebut adalah normal. Berikut ini adalah
hasil pengujian normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan SPSS versi 23 seperti tabel berikut ini
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Sumber: Hasil olah data penelitian
Hipotesis:
Ho : data berasal dari distribusi yang normal
H1 : data berasal dari distribusi yang tidak normal
Dari hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov di
atas maka dapat ditarik kesimpulan, data pada variabel keterampilan
mengajar guru dan variabel keaktifan belajar siswa memiliki nilai
signifikansi Kolmogorov-Smirnov masing-masing sebesar 0,200. Karena
nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 maka data
berdistribusi normal. Sedangkan hasil pengujiam dengan menggunakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 142
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 7.90456775
Most Extreme Differences Absolute .054
Positive .042
Negative -.054
Test Statistic .054
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
99
99
grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual pada SPSS
versi 23, yaitu:
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas
Dari hasil diagram di atas, tergambar jelas bahwa titik-titik yang
menyebar mengikuti mengikuti garis diagonal. Maka dari itu, dapat
ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi normal.
100
100
2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak.
Tabel 4.9
Hasil Uji Linearitas
Sumber: Hasil olah data penelitian
Berdasarkan hasil output di atas, maka dasar pengambilan
keputusannya adalah:
a. Berdasarkan nilai signifikansi
Diperoleh nilai signifikansi = 0,587. Yang artinya 0,587 > 0,05 maka
terdapat hubungan linear antara variabel Keterampilan Mengajar Guru
dan variabel Keaktifan Belajar Siswa.
b. Berdasarkan nilai F
Diperoleh nilai Fhitung = 0,945 sedangkan Ftabel dicari berdasarkan hasil
output diatas yaitu df 1.28 kemudian cari pada tabel distribusi F 0,05
maka ditemukan nilai Ftabel = 3,91 Yang artinya Fhitung (0,945) < Ftabel
(3,91) maka terdapat hubungan linear antara variabel keterampilan
mengajar guru dan variabel keaktifan belajar siswa.
ANOVA Table
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Keaktifan Belajar
Siswa *
Keterampilan
Mengajar Guru
Between Groups (Combined) 39792.658 62 641.817 9.957 .000
Linearity 36074.969 1 36074.969 559.653 .000
Deviation from
Linearity 3717.689 61 60.946 .945 .587
Within Groups 5092.300 79 64.459
Total 44884.958 141
101
101
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah pengujian varian residual yang tidak
sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi Heteroskedastisitas. Berikut dilakukan Uji
Heteroskedastisitas dengan grafik, yaitu dengan melihat pola titik-titik
pada grafik regresi.
Dasar kriteria dalam pengambilan keputusan pengujian ini yaitu:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur, maka terjadi Heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Gambar 4.6
Diagram Uji Heteroskedastisitas
102
102
Dari output hasil SPSS versi 23, diketahui bahwa titik-titik tidak
membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas sumbu X dan
Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
D. Hasil Pengujian Statistik
1. Uji Regresi Linear
Uji regresi linear dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS
versi 23. Dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.10
Metode Uji Regresi Linear Sederhana
Sumber: Hasil olah data penelitian
Dari output di atas dapat dilihat bahwa variabel independen yang
dimasukan ke dalam model adalah variabel keterampilan mengajar guru
dan variabel dependennya adalah keaktifan belajar siswa. Sedangkan
metode regresi menggunakan Enter.
Persamaan regresi linear sederhana dirumuskan sebagai berikut:
Ŷ = 𝑎 + 𝑏𝑋
Dimana:
Ŷ = (dibaca Y topi) subjek variabel terikat yang diproyeksikan
X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk
diprediksikan
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Keterampilan
Mengajar Gurub
. Enter
a. Dependent Variable: Keaktifan Belajar Siswa
b. All requested variables entered.
103
103
a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan
nilai peningkatan (+) atau nilai (-) variabel Y
Tabel 4.11
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -34.973 7.104 -4.923 .000
Keterampilan
Mengajar Guru .844 .035 .897 23.943 .000
a. Dependent Variable: Keaktifan Belajar Siswa
Sumber: Hasil olah data penelitian
Pengujian regresi linear dapat dilihat dari hasil oiutputCoefficients.
Nilai-nilai output kemudian dimasukkan kedalam persamaan regresi
sebagai berikut:
Ŷ = -34,973 + 0,844X
Arti dari angka-angka tersebut antara lain:
1) Nilai konstanta (a) adalah -34,973 ini dapat diartikan jika keterampilan
mengajar gurunya adalah -34,973 maka keaktifan belajar siswa
bernilai -34,973.
2) Nilai koefisien regresi variabel harga (b) bernilai positif yaitu 0,844
maka dapat diartikan bahwa setiap peningkatan keterampilan mengajar
guru sebesar 0,844 maka keaktifan belajar siswa juga meningkat
sebesar 0,844.
Kemudian, penjelasan kolom dari tabel di atas yaitu:
104
104
1) Unstandarized Coefficent adalah nilai koefisien yang tidak
terstandarisasi atau tidak ada patokan. Nilai ini menggunakan satuan
yang digunakan pada data variabel dependen. Koefisien B terdiri dari
nilai konstan (harga Y jika X = 0) dan koefisien regresi (nilai yang
menunjukkan peringkat atau penurunan variabel Y yang didasarkan
pada variabel X). nilai-nilai inilah yang masuk dalam persamaan
regresi linear.
2) Standard Error adalah nilai maksimum kesalahan yang dapat terjadi
dalam memperkirakan rata-rata populasi berdasarkan sampel.
3) Standard Coefficient (nilai koefisien yang telah terstandarisasi), nilai
koefisien Beta semakin mendekati 0 maka hubungan antara variabel X
dengan Y tidak kuat. Sedangkan hasil nilai Beta yang didapatkan
adalah sebesar 0,897, maka hal ini berarti terjadi hubungan yang cukup
erat karena mendekati 1.
4) T hitung adalah pengujian signifikansi untuk mengetahui pengaruh
variabel X terhadap Y, apakah berpengaruh signifikan atau tidak. Uji t
membandingkan antara Thitung dengan Ttabel.
5) Signifikansi adalah besarnya probabilitas untuk memperoleh
persalahan dalam mengambil keputusan.
2. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji T
Uji T pada kasus ini digunakan untuk mengetahui apakah
keterampilan mengajar guru berpengaruh secara signifikan atau tidak
terhadap keaktifan belajar siswa. Pengujian menggunakan tingkat
signifikansi 0,05 dan 2 sisi. Hasil uji T bisa dilihat dari
outputCoefficients (Tabel 4.13). Langkah-langkah pengujian sebagai
berikut:
1) Perumusan Hipotesis
H0: Keterampilan mengajar guru tidak berpengaruh terhadap
keaktifan belajar siswa
105
105
H1: Keterampilan mengajar guru berpengaruh terhadap keaktifan
belajar siswa
2) Penentuan Thitung
Dari output didapat nilai Thitung (equal variance assumed)
yang dilihat pada kolom ke 5 (Tabel 4.13) adalah 23,943 dengan
signifikansi 0,000.
3) Penentuan Ttabel
Ttabel dapat dilihat pada tabel statistik dengan nilai signifikansi 0,05
: 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df = n – 2) yaitu
df = 142 – 2 = 140, hasil diperoleh untuk Ttabel sebesar 1,977
4) Kriteria Pengujian
a) Jika Thitung< Ttabel maka H0 diterima.
b) Jika Thitung> Ttabel maka H0 ditolak.
Berdasarkan Signifikansi
a) Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.
b) Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.
5) Membuat Kesimpulan
Nilai Thitung> Ttabel (23,943 > 1,977) dan signifikansi (0,000 < 0,05)
maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
antara keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan belajar
siswa.
106
106
3. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya pengaruh keterampilan mengajar guru
terhadap keaktifan belajar siswa dalam analisis regresi linear sederhana,
bisa dilihat pada nilai R Square atau R2 yang terdapat pada output SPSS
versi 23 yaitu:
Tabel 4.12
Hasil R Square
Sumber: Hasil olah data penelitian
Hasil dari tabel di atas, pada bagian ini ditampilkan nilai R = 0,897
dan koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,804. Nilai ini
menunjukkan pengertian bahwa keaktifan belajar siswa dipengaruhi
sebesar 80,4%, angka ini diperoleh dari tabel koefisien determinasi dengan
nilai R square 0,84 kemudian dikalikan dengan 100% maka memperoleh
hasil 80,4%, dengan demikian keterampilan mengajar guru dipengaruhi
oleh keaktifan belajar siswa sebesar 80,4%dan dari hasil observasi terlihat
cara guru mempersiapkan peserta didik secara fisik dan mental,
memotivasi siswa dalam belajar, penguasaan materi guru yang sukup baik,
guru yang mempersiapkan pembelajaran aktif dan inovatif dan lain
sebagainya sedangkan 19,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti.
E. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil analisis statistik yang telah dilakukan terhadap
kedua variabel, variabel keterampilan mengajar guru memperoleh skor
tertinggi 244, skor terendah 159 dan rata-rata 200,56. Skor keterampilan
mengajar guru yang termasuk kategori rendah sebanyak 24 orang (17%),
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .897a .804 .802 7.933
a. Predictors: (Constant), Keterampilan Mengajar Guru
107
107
kategori sedang sebanyak 90 orang (63%) dan kategori tinggi sebanyak 28
orang (20%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
keterampilan mengajar guru berada pada kategori sedang.
Sementara hasil analisis statistik untuk variabel keaktifan belajar siswa
diperoleh skor tertinggi 167, skor terendah 100 dan nilai rata-rata 134,37. Skor
keaktifan belajar siswa yang termasuk kategori rendah sebanyak 25 orang
(18%), kategori sedang sebanyak 85 orang (60%) dan kategori tinggi
sebanyak 32 orang (22%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel keaktifan belajar siswa berada pada kategori sedang.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan terhadap
kedua variabel dengan melalui empat uji yaitu untuk hasil uji normalitas
dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-
P Plot of Regression Standardized Residual (Gambar 4.5) dan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov (Tabel 4.10) disimpulkan bahwa data pada variabel
Keterampilan Mengajar Guru dan variabel Keaktifan Belajar Siswa memiliki
nilai signifikansi 0,200, karena signifikansi lebih dari 0,05 maka data tersebut
dinyatakan berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas
menggunakan grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
(Gambar 4.5) dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut menghasilkan data y
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka
data tersebut berdistribusi normal.
Kemudian hasil uji linearitas bisa dilihat pada hasil SPSS versi 23
yaitu ANOVA Tabel (Tabel 4.11) sehingga dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan nilai signifikansi, diperoleh nilai signifikansi = 0,587. Yang
artinya 0,587> 0,05 maka terdapat hubungan linear antara variabel
Keterampilan Mengajar Guru dan variabel Keaktifan Belajar Siswa.
Sedangkan, berdasarkan nilai F diperoleh nilai Fhitung = 0,945 kemudian nilai
Ftabel dicari berdasarkan hasil output SPSS yaitu df 1,28 kemudian cari pada
tabel distribusi F 0,05 maka ditemukan nilai Ftabel = 3,91. Yang artinya Fhitung
(0,945) < Ftabel (3,91) maka terdapat hubungan linear antara variabel
Keterampilan Mengajar Guru dan variabel Keaktifan Belajar Siswa.
108
108
Untuk hasil uji heteroskedastisitas bisa dilihat pada output diagram
Scatterplot (Gambar 4.6), terlihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak
membentuk pola tertentu yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas. Setelah empat uji asumsi klasik dilakukan
maka syarat kelayakan untuk menggunakan uji regresi linear sederhana sudah
terpenuhi.
Hasil pengujian statistik melalui uji regresi linear sederhana dapat
dilihat hasilnya pada (Tabel 4.13) yaitu a = angka konstan dari
Unstandardized Coefficients nilainya sebesar -34,973 dan b = angka koefisien
regresi nilainya sebesar 0,844. Angka ini mengandung arti bahwa setiap
penambahan 1% tingkat Keterampilan Mengajar Guru, maka Keaktifan
Belajar Siswa akan meningkat sebesar 0,844. Karena nilai koefisien regresi
bernilai positif (+), maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Keterampilan Mengajar Guru berpengaruh positif terhadap Keaktifan Belajar
Siswa sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = -34,973 + 0,844X.
Berdasarkan hasil besarnya persamaan Ŷ, maka untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh atau tidak antara variabel Keterampilan Mengajar
Guru dan variabel Keaktifan Belajar Siswa, maka perlu dilakukan Uji T yaitu
dengan melakukan perbandingan antara Thitung dengan Ttabel. Namun, sebelum
dilakukan perbandingan, terlebih dahulu dicari derajat kebebasan atau df
(degree of freedom), yaitu : df = n – k = 142 – 2 = 140. Diketahui nilai df
adalah 140, maka dicari pada tabel statistik pada signifikansi 0,05 : 2 = 0,025
(uji 2 sisi), maka di dapat nilai Ttabel sebesar 1,977. Sedangkan, nilai Thitung
didapatkan dari hasil output SPSS versi 23 pada tabel 4.13sebesar 23,943.
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, maka jika Thitung< Ttabel
maka H0 diterima dan jika Thitung> Ttabel maka H0 ditolak. Sesuai dengan hasil
yang telah didapatkan maka hasilnya Thitung (23,943) > Ttabel (1,977) maka H0
ditolak. Berdasarkan hasil uji T menunjukan nilai T hitung sebesar 23,943
lebih besar dari nilai T tabel sebesar 1,977 yang berarti terdapat pengaruh
antara keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN
2 Tangerang Selatan.
109
109
Kemudian untuk melihat hasil persentase besarnya pengaruh variabel
Keterampilan Mengajar Guru dengan variabel Keaktifan Belajar Siswa yaitu
dengan menggunakan koefisien determinasi atau R Square. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R Square yang mendekati nol
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Dari hasil yang didapat pada tabel 4.14 Diperoleh nilai R Square
sebesar 0,804 dan apabila dipersentasekan hasilnya adalah 80,4%. Hal ini
menunjukkan pengertian bahwa variabel Keaktifan Belajar Siswa dipengaruhi
sebesar 80,4% oleh variabel Keterampilan Mengajar Guru sedangkan sisanya
sebesar 19,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa di
SMPN 2 Tangerang selatan.
Hal tersebut dapat dilihat pada pengujian statistik (uji T), hasil nilai
Thitung sebesar 23,943 dan Ttabel sebesar 1,977 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000. Dengan kriteria pengujian jika Thitung> Ttabel dan jika Signifikansi <
0,05 maka H0 ditolak. Sehingga hasilnya yaitu terdapat pengaruh yang
signifikan antara keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa
di SMPN 2 Tangerang Selatan.
Kemudian pada pengujian statistik melalui uji regresi linear sederhana
yaitu a = angka konstan dari Unstandardized Coefficients nilainya sebesar -
34,973 dan b = angka koefisien regresi nilainya sebesar 0,844. Angka ini
mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat Keterampilan
Mengajar Guru, maka Keaktifan Belajar Siswa akan meningkat sebesar 0,844.
Serta nilai R Square sebesar 0,804 yang artinya sebesar 80,4% keaktifan
belajar siswaSMPN 2 Tangerang Selatan dipengaruhi oleh keterampilan
110
110
mengajar gurunya, dan sebesar 19,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti.
Wakil kepala sekolah bidang kurikulum SMPN 2 Tangerang Selatan,
menyatakan bahwa guru-guru mempersiapkan perencanaan pembelajaran
dengan baik sehingga siswa dalam proses pembelajaran di kelas terbilang
aktif, dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, semakin baik
keterampilan mengajar gurunya maka semakin besar pula peningkatan
keaktifan belajar siswanya. Hal ini juga dapat dilihat dari ketersediaan sarana
dan prasarana sebagai pendukung kegiatan belajar mengajar serta kuantitas
tenaga pendidik dan kependidikan yang cukup memadai di SMPN 2
Tangerang Selatan.
Menurut Wardani, paling tidak seorang guru yang baik perlu
menguasai delapan keterampilan dalam mengajar, yaitu; keterampilan
bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola
kelas, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.1Sedangkan
untuk aktivitas siswa dalam belajar menurut Sardiman ada 8, yaitu: visual
activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing
activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities.2
Dengan demikian keterampilan mengajar guru dan keaktifan belajar
siswa merupakan variabel yang mempunyai keterkaitan secara langsung dalam
menjalankan proses kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan kebutuhan
belajar pesera didik.
Secara umum, hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian
Rahmanitia Nadiatus S pada tahun 2016 bahwa terdapat pengaruh
keterampilan mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa dan hasil analisis
yang diperoleh menggunakan regresi linier dengan menggunakan Rumus
1 Andayani, dkk, Pemantapan Kemampuan Mengajar (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015), h. 32. 2 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 99.
111
111
Product Moment bahwa korelasi antara keterampilan mengajar guru dengan
motivasi belajar siswa sebesar 5,476. Dengan demikian terdapat pengaruh
yang positif antara variabel keetrampilan mengajar guru terhadap motivasi
belajar.
G. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti merasa memiliki
keterbatasan pada hal-hal sebagai berikut.
1. Penyusunan Instrumen yang sangat mungkin adanya kesalahan dan kurang
memenuhi standarisasi dalam penelitian.
2. Waktu penelitian terbatas sehingga responden terburu-buru dalam mengisi
angket.
3. Terbatasnya jumlah sampel sehingga hasil penelitian hanya dapat berlaku
untuk sekolah yang bersangkutan tidak dapat digeneralisasikan.
4. Adanya kemungkinan beberapa angket yang diisi secara asal oleh
responden sehingga menyebabkan hasil yang kurang maksimal.
5. Peneliti hanya menggunakan angket dan wawancara tidak terstruktur
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dari sekolah sehingga
dirasakan kurang mendalam.
H. Temuan Peneliti
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya tentang pengaruh keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan
belajar siswa di SMPN 2 Tangerang Selatan, maka dapat dikemukakan
beberapa temuan sebagai berikut:
1. Hasil uji t diketahui bahwa nilai thitung> ttabel yaitu 23,943>1,977 yang
artinya H0 ditolak maka terdapat pengaruh antara keterampilan mengajar
guru terhadap keaktifan belajar siswa di SMPN 2 Tangerang Selatan. Serta
nilai R Square yang mendekati 1 (satu) yaitu 0,804 dan apabila
dipersentasekan hasilnya adalah 80,4% sehingga 80,4% keaktifan belajar
siswa di SMPN 2 Tangerang Selatan dipengaruhi oleh keterampilan
mengajar guru dan dari hasil observasi terlihat cara guru mempersiapkan
112
112
peserta didik secara fisik dan mental, memotivasi siswa dalam belajar,
penguasaan materi guru yang sukup baik, guru yang mempersiapkan
pembelajaran aktif dan inovatif dan lain sebagainya, dan sebesar 19,6%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
2. Hasil uji regresi linear sederhana, a = angka konstan nilainya sebesar -
34,973 dan b = angka koefisien regresi nilainya sebesar 0,844. Angka ini
mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat keterampilan
mengajar guru, maka keaktifan belajar siswa akan meningkat sebesar
0,844, dan dari hasil observasi terlihat cara guru mempersiapkan peserta
didik secara fisik dan mental, memotivasi siswa dalam belajar, penguasaan
materi guru yang sukup baik, guru yang mempersiapkan pembelajaran
aktif dan inovatif dan lain sebagainya. Karena nilai koefisien regresi
bernilai positif (+), maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa
keterampilan mengajar guru berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa
sehingga persamaan regresinya adalah Y = -34,973 + 0,844 X.
113
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, mak dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Hasil uji t menyatakan bahwa terdapat pengaruhyang signifikan dari
keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa di SMP
Negeri 02 Tangerang Selatan. Dengan hasil Thitung sebesar 23,943 >
Ttabel 1,977 maka H0 ditolak.
2. Hasil uji regresi linear sederhana a = angka konstanta nilainya sebesar -
34,973. Angka ini merupakan angka kontan yang mempunyai arti bahwa
jika tidak ada keterampilan mengajar guru (X) maka keaktifan belajar
siswa (Y) adalah sebesar -34,973. Untuk b = angka koefisien regresi
nilainya sebesar 0,844. Angka ini mengandung arti bahwa setiap
penambahan 1% tingkat keterampilan mengajar guru (X), maka keaktifan
belajar siswa (Y) akan meningkat sebesar 0,844. Karena nilai koefisien
regresi bernilai positif (+), maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa
keterampilan mengajar guru (X) berpengaruh positif terhadap keaktifan
belajar siswa (Y).
3. Serta nilai R Square yang mendekati 1 (satu) yaitu sebesar 0,804 dan
apabila dipresentasekan hasilnya yaitu 80,4% sehingga pengaruh
keterampilan mengajar guru terhadap keaktifan belajar siswa sebesar
80,4% dan dari hasil observasi terlihat cara guru mempersiapkan peserta
didik secara fisik dan mental, memotivasi siswa dalam belajar, penguasaan
materi guru yang sukup baik, guru yang mempersiapkan pembelajaran
aktif dan inovatif dan lain sebagainya, selebihnya 19,6% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti.
114
114
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka terdapat
beberapa saran yang perlu dipertimbangkan bagi berbagai pihak untuk
perbaikan penelitian selanjutnya sekaligus bagi penelitian ini, sebagai berikut:
1. Pimpinan Sekolah
Kiranya perlu memberikan pelatihan-pelatihan yang lebih intens dan serius
agar keterampilan guru dalam mengajar meningkat dan membuat siswa
aktif dalam mengikuti pembelajaran.
2. Guru
Guru hendaknya lebih memperhatikan macam-macam keterampilan
mengajar khususnya pada keterampilan mengadakan variasi. Guru dapat
lebih mengembangkan pembelajaran mengunakan alat dan media agar
siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran, dan untuk sesering mungkin
mengadakan variasi dalam pembelajaran dan lebih memperhatikan
keterampilan dalam mengelola kelas.
3. Siswa
Siswa diharapkan untuk dapat memperhatikan dan meningkatkan
keaktifan belajarnya dengan baik, tidak hanya pada mata pelajaran atau
pada guru tertentu tetapi juga pada mata pelajaran dan guru yang lainnya.
4. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dan informasi awal
untuk meneliti lebih jauh dan lebih luas terkait keterampilan guru dalam
mengajar dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
115
DAFTAR PUSTAKA
A Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data,
(Jakarta: Salemba Medika, 2014)
A Hasan Saragih, Jurnal Tabularasa Pps Unimed, Vol. 5 No. 1, Juni 2008, h. 27.
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012)
Alwi Hasan, dkk. Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001)
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)
Andayani, dkk, Pemantapan Kemampuan Mengajar (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2015)
Andayani, Pemantapan Kemampuan Mengajar, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015)
Asril, Zainal, Micro Teaching, (Jakarta: Rajawali Press, 2013)
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/, pada tanggal 10 Juli 2018 pukul 22:16
WIB
Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar Ruz Media, 2010)
Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: Refika
Aditama, 2010)
Cruickshank, Jenkins, dan Metcalf, Perilaku Mengajar, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2014)
Deborah Loewenberg Ball, Journal of Teacher Education 2009; 60; 497 DOI:
10.1177/0022487109348479, h. 498.
Diedit, Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuesionernya, diakses
dari https://www.diedit.com/skala-likert/ pada tanggal 12 November 2018 pukul
20.46 WIB
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2009)
116
Duwi Priyatno, Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013)
Gunawan Sudarmanto, Statistik Terapan Berbasis Komputer dengan Program
IBM SPSS Statistic 19, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013)
Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010)
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya,
2010)
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori Aplikasi, (Yogyakarta: Ar
Russ Media, 2013)
Jogiyanto, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, (Yogyakarta: ANDI, 2008)
Karwadi, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 1 No. 1, Mei-Oktober 2004
Kusnadi, Strategi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka
Riau, 2008)
Labiba Zahra, dkk. Studi Deskriptif Keterampilan Bertanya Guru Pada Proses
Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Pengalaman Mengajar di SMA Taman
Madya Probolinggo Tahun Pelajaran 2016/2017, ISBN: 978-602-6122-20-9,
November 2016.
Marno, M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran Menciptakan Keterampilan
Mengajar yang Efektif dan Edukatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009)
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,
2009)
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru cet. 12,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009)
Murni, Wahid, dkk, Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,
2010)
Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika, (Semarang: Balai
Dktat Keagamaan Semarang, 2007)
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Cet. 11 (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006)
117
Nasrul HS, Profesi Etika Keguruan, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012)
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan Dan Perubahan Sosial, Teori Pendidikan
Pelaku Sosial Kreatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003)
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011)
Paul suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius,
1997)
Popham, W. James dan Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008)
Ramli, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. XII No. 1, Agustus 2011, h. 69.
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, (Bandung:
Alfabeta, 2007)
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2012)
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru
(Jakarta:Rajawali Pers, 2010)
Sahid Raharjo, Cara Melakukan Uji Linearitas dengan Program SPSS,
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-heteroskedastisitas-dengan-program-
spss.html diakses pada tanggal 20 November 2018 pukul 00.46 WIB
Sahid Raharjo, Cara Melakukan Uji Linearitas dengan Program SPSS,
https://www.konsistensi.com/2015/01/uji-heteroskedastisitas-dengan-grafik.html diakses
pada tanggal 18 November 2018 pukul 01.14 WIB
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001)
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina
Aksara, 2010)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2011)
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008)
118
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2010)
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
Suwarna, dkk, Pengajaran Mikro: Pendekatan Praktis dalam Menyiapkan
Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006)
Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013)
Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, Peningkatan Dan Pengembangan Pendidikan,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994)
Udin Syaifuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: CV Alfabeta,
2009)
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, (Bandung: Refika Aditama,
2015)
Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: Alfabeta, 2010)
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, (Bandung: PT Rosdakarya, 2012)
119
LAMPIRAN-LAMPIRAN
120
Lampiran 1
Kisi-kisi Uji Instrumen Keterampilan Mengajar Guru Variabel
penelitian
Dimensi Penelitian Indikator Instrumen
( nomor butir
soal)
Keterampilan
Mengajar
Guru
1. Keterampilan
membuka
pelajaran
1.1 Melakukan orientasi
belajar
1.2 Mengadakan
apersepsi
1.3 Menjelaskan tujuan
pembelajaran
1, 2, 3
4, 5, 8
6, 7
2. Keterampilan
menjelaskan
2.1 Keterampilan guru
dalam menjelaskan
pelajaran
2.2 Keterampilan guru
dalam menyampaikan
isi pelajaran
2.3 Sikap guru dalam
menjelaskan
9, 14
10, 11, 12
13
3. Keterampilan
memberi
penguatan
3.1 Cara mengapresiasi
siswa dalam proses
pembelajaran
3.2 Teknik merespon atau
memberikan umpan
balik terhadap siswa
3.3 Cara guru
memberikan motivasi
dalam proses
pembelajaran
15, 16, 17
18
19
4. Keterampilan
bertanya
4.1 Sikap guru dalam
memberikan
pertanyaan kepada
siswa
4.2 Isi atau substansi
pertanyaan yang
disampaikan oleh
guru
4.3 Teknik guru dalam
memberikan
pertanyaan
24, 25
20, 21
22, 23, 26
5. Keterampilan
mengadakan
variasi
5.1 Variasi dalam gaya
mengajar
5.2 Variasi dalam
menggunakan
media/alat (bahan
27, 28
29, 30, 31, 32
121
pelajaran)
5.3 Variasi dalam pola
interaksi
5.4 Variasi dalam
memotivasi
33, 34, 35, 36,
37
38, 39
6. Keterampilan
mengelola kelas
6.1 Pemeliharaan kondisi
belajar
6.2 Pengaturan kondisi
dan tata letak sarana
kelas
6.3 Pengelolaan waktu
pembelajaran
40, 41, 42, 43,
44, 45, 46, 47,
48, 49
50, 51, 52, 53
54, 55, 56, 57,
58, 59
7. Keterampilan
menggunakan
media
7.1 Alat yang digunakan
sesuai dengan materi
yang dibelajarkan
7.2 Media yang
digunakan sesuai
dengan materi yang
dibelajarkan
7.3 Guru terampil
menggunakan alat
pembelajaran
7.4 Guru terampil
menggunakan media
pembelajaran
7.5 Alat/media yang
digunakan benar-
benar dapat
membantu proses
pembelajaran
60, 61, 65
62, 63, 64, 66,
67
69
68
70, 71
8. Keterampilan
menutup
pelajaran
8.1 Meninjau kembali /
menyimpulkan
pembelajaran yang
telah dilakukan
8.2 Mengevaluasi
penguasaan siswa
8.3 Menginformasikan
pembelajaran
selanjutnya
72, 73
74, 75
76, 77, 78, 79
Jumlah 79
122
Lampiran 2
Angket Uji Coba Variabel Keterampilan Mengajar Guru
Instrumen Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru terhadap Keaktifan
Belajar Siswa
di SMP 2 Tangerang Selatan
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah ini.
2. Berilah tanda ( √ ) pada salah satu dari lima alternatif jawaban sesuai
dengan apa yang Saudara/I rasakan atau alami.
3. SL: Selalu, SR: Sering, K: Kadang, P: Pernah. TP: Tidak Pernah.
4. Tidak ada jawaban yang bernilai benar atau salah, tetapi yang ada
merupakan pendapat atau kondisi yang Saudara/i rasakan.
No Pernyataan SL SR K P TP
1 Guru memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam
2 Guru memulai pelajaran dengan berdoa
bersama
3 Guru mengisi daftar hadir siswa
4 Guru menjelaskan secara singkat pokok
bahasan yang akan dipelajari
5 Guru menjelaskan manfaat materi yang akan
dipelajari
6 Guru menjelaskan tujuan materi yang akan
dipelajari
7 Guru menjelaskan secara singkat kegiatan yang
akan dilakukan siswa sesuai dengan materi
yang dipelajari
8 Guru memberikan motivasi kepada siswa
sebelum memulai pelajaran
9 Guru fokus dengan materi yang dibelajarkan
10 Dalam menyampaikan materi bahasa yang
digunakan oleh guru mudah dipahami
11 Guru menjelaskan dengan memberi contoh
123
sehingga mudah dipahami
12 Guru mengulas kembali materi pokok bahasan
13 Guru sangat antusias dalam menjelaskan materi
pelajaran
14 Penjelasan yang disampaikan guru tidak
menjenuhkan
15 Guru memberikan pujian terhadap siswa yang
berpartisipasi
16 Guru mengacungkan jempol ketika siswa
mampu menjawab pertanyaan
17 Guru mengucapkan pujian saat jawaban siswa
benar
18 Guru tidak marah terhadap siswa yang tidak
bisa menjawab pertanyaan
19 Guru memberikan semangat kepada siswa
untuk mengikuti pelajaran
20 Guru memberikan pertanyaan sesuai dengan
materi yang dipelajari
21 Guru memberikan pertanyaan yang mudah
dipahami oleh siswa
22 Pertanyaan yang diajukan guru diarahkan ke
setiap siswa
23 Guru mengajukan pertanyaan dari yang mudah
sampai yang sulit
24 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
berpikir sebelum menjawab pertanyaan
25 Guru membimbing siswa untuk menyampaikan
jawaban yang tepat
26 Guru memberikan pertanyaan secara bergilir
27 Guru menggunakan irama yang berbeda saat
menjelaskan materi pelajaran
28 Suara guru berubah dari lembut menjadi keras
saat menjelaskan materi yang penting
29 Guru menggunakan media yang bervariasi
sesuai saat menjelaskan materi pelajaran
30 Media yang digunakan guru sesuai dengan
kebutuhan siswa
31 Guru menggunakan audio visual saat
menjelaskan seperti menonton video
32 Guru menggunakan alat peraga saat
menjelaskan materi pelajaran
33 Guru membuat kelompok secara adil ketika ada
tugas
124
34 Guru mengadakan pembelajaran di dalam/di
luar kelas sesuai kebutuhan siswa
35 Guru menampilkan gerak tubuh yang wajar
saat menjelaskan materi pelajaran (misal
tangan)
36 Guru tidak diam di tempat ketika mengajar
37 Guru dalam mengajar hanya berdiam diri
dikursi depan
38 Guru menggunakan berbagai cara yang
mendidik untuk memotivasi siswa
39 Guru menggunakan berbagai cara yang
menyenangkan untuk memotivasi siswa
40 Guru meminta siswa untuk tidak berisik
41 Guru berhenti sejenak ketika berpindah dari
sub materi yang satu ke sub materi yang lain
42 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai materi yang belum
dipahami
43 Guru melanjutkan sub materi pelajaran ketika
siswa sudah merasa paham
44 Guru tidak melanjutkan sub materi pelajaran
ketika siswa belum paham
45 Guru menegur siswa yang membuat gaduh di
kelas saat pelajaran
46 Pandangan mata guru tertuju ke seluruh siswa
47 Dalam proses pembelajaran pandangan mata
guru hanya tertuju pada siswa tertentu
48 Guru memberi semangat siswa disela-sela
pembelajaran
49 Ketika kelas nampak jenuh guru memberi
semangat siswa dengan berbagai cara
50 Guru mengatur ruang kelas sehingga
pembelajaran terasa nyaman
51 Guru mengatur meja kursi sesuai kebutuhan
pokok bahasan pembelajaran
52 Pada saat diskusi kelompok tempat duduk
diatur sesuai kebutuhan
53 Siswa merasa nyaman dengan pengaturan
tempat duduk oleh guru
54 Guru memulai pembelajaran dengan tidak
bertele-tele
55 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan
waktu yang sesuai
56 Guru menyelesaikan pembelajaran tepat waktu
125
57 Guru memberikan tambahan waktu diluar jam
pelajaran bagi siswa yang belum
menyelesaikan tugas pada jam pelajaran
58 Guru dapat menyesuaikan waktu pelajaran
dengan materi pelajaran
59 Guru masuk kelas tepat waktu disetiap jadwal
pelajarannya
60 Guru menggunakan alat pembelajaran yang
bervasiasi
61 Guru memanfaatkan alat pembelajaran yang
ada di sekolah
62 Guru menggunakan media pembelajaran yang
bervariasi
63 Guru memanfaatkan media pembelajaran yang
ada di sekolah
64 Media yang digunakan oleh guru sesuai dengan
materi yang dielajari
65 Alat pembelajaran yang digunakan oleh guru
sesuai dengan materi yang dipelajari
66 Media yang digunakan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
67 Media yang digunakan sesuai dengan metode
pembelajaran
68 Guru terampil menggunakan media
69 Guru terampil menggunakan alat
70 Guru menguasai media pembelajaran dengan
baik
71 Guru menggunakan media pembelajaran yang
melibatkan siswa
72 Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari
73 Guru memberikan pesan moral di setiap akhir
pelajaran
74 Sebelum mengakhiri pelajaran guru mengulas
kembali materi yang telah dibelajarkan
75 Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) yang
berbeda-beda sesuai dengan kemampuan siswa
76 Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan yang akan datang
77 Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam
78 Guru menyampaikan ucapan terimakasih
kepada siswa setelah pembelajaran selesai
79 Guru menyampaikan pesan moral yang
membangkitkan semangat siswa untuk belajar
126
Lampiran 3
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Angket Variabel Keterampilan Mengajar Guru
127
128
Lampiran 4
Kisi-kisi Instrumen Variabel Keaktifan Belajar Siswa Variabel
Penelitian
Dimensi
penelitian
Indikator Instrumen
(nomor butir soal)
Keaktifan
Belajar Siswa
1. Visual
Activities
1.1 Melihat
penjelasan guru
1.2 Membaca buku
sumber
mengenai
percobaan yang
akan mereka
lakukan
1, 2
3, 4, 5
2. Listening
Activities
2.1 Mendengarkan
penjelasan dari
guru
2.2 Menyimak
presentasi
kelompok lain
2.3 Mendengarkan
pertanyaan/jawa
ban dari siswa
lain (teman)
6, 7
8, 9
10, 11
3. Oral
Activities
3.1 Bertanya
mengenai hal
yang belum jelas
3.2 Mempresentasik
an hasil
percobaan
3.3 Menjawab
pertanyaan yang
disampaikan
guru/teman
12, 13, 14
16, 17
15, 18, 19
4. Writing
Activities
4.1 Mencatat
penjelasan/poin-
poin penting
guru
4.2 Mencatat hasil
kerja
20, 21
22, 23, 24
5. Drawing
Activities
5.1 Membuat
gambar
peta/grafik/diagr
am
5.2 Membuat
gambar hasil
kerja
25, 26, 29
27, 28
129
6. Motor
Activities
6.1 Terampil
memperagakan
gerak tubuh
(olahraga/
praktek
membaca
puisi/dan lain-
lain)
6.2 Lincah dalam
gerakan
30, 31
32
7. Mental
Activities
7.1 Menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru
7.2 Menanggapi
hasil presentasi
kelompok lain
33, 34, 35
36, 37, 38
8. Emotional
Activities
8.1 Semangat /
antusias siswa
dalam
pembelajaran
8.2 Perhatian siswa
dalam proses
pembelajaran
8.3 Minat siswa
dalam mengikuti
pembelajaran
8.4 Perasaan siswa
dalam mengikuti
pembelajaran
39, 40, 41
42, 43, 44
45, 46
47, 48, 49, 50, 51,
52
Jumlah 52
130
Lampiran 5
Angket Uji Coba Variabel Keaktifan Belajar Siswa Instrumen Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru terhadap Keaktifan
Belajar Siswa
di SMP 2 Tangerang Selatan
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah ini.
2. Berilah tanda ( √ ) pada salah satu dari lima alternatif jawaban sesuai
dengan apa yang Saudara/I rasakan atau alami.
3. SL: Selalu, SR: Sering, K: Kadang, P: Pernah. TP: Tidak Pernah.
4. Tidak ada jawaban yang bernilai benar atau salah, tetapi yang ada
merupakan pendapat atau kondisi yang Saudara/i rasakan.
No Pernyataan SL SR K P TP
1 Saya memperhatikan guru yang sedang
menampilkan gambar.
2 Saya memperhatikan penjelasan teman yang
sedang presentasi di depan kelas
3 Saya membaca kembali catatan materi yang
telah dipelajari
4 Saya membaca materi yang ditulis guru di
depan kelas
5 Saya membaca materi-materi presentasi dengan
sungguh-sungguh
6 Saya mengamati media yang digunakan guru
dalam memberikan contoh
7 Saya mendengarkan dengan seksama
penjelasan dari guru
8 Saya memperhatikan penjelasan petunjuk
praktek yang disampaikan oleh guru
9 Saya mendengarkan dengan seksama saat
kegiatan presentasi berlangsung
10 Saya mendengarkan pendapat teman saat
presentasi
11 Saya mendengarkan pertanyaan yang
disampaikan teman
12 Saya mendengarkan jawaban teman ketika
131
pembelajaran diskusi
13 Saya bertanya kepada guru jika ada materi
yang belum saya mengerti
14 Saya bertanya kepada guru jika ada soal yang
tidak bisa saya kerjakan
15 Saya bertanya kepada teman jika ada materi
yang belum saya mengerti
16 Saya memberikan gagasan/pendapat dalam
presentasi
17 Saya menjelaskan hasil percobaan yang saya
lakukan sendiri
18 Saya menjelaskan hasil percobaan yang
kelompok saya lakukan
19 Saya menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru
20 Saya menjawab pertanyaan yang disampaikan
teman
21 Saya mencatat hal-hal yang penting ketika guru
sedang menerangkan materi pelajaran
22 Saya mengisi buku catatan saya dengan cara-
cara praktek yang diterangkan oleh guru
23 Saya membuat ringkasan pada buku catatan
saya ketika sedang melakukan percobaan
24 Saya merangkum materi pelajaran dalam
bentuk tulisan dari presentasi yang dilakukan
25 Saya merangkum materi pelajaran dalam
bentuk gambar dari presentasi yang dilakukan
26 Saya mencatat pertanyaan yang disampaikan
oleh teman
27 Saya mencatat jawaban yang disampaikan oleh
teman
28 Saya sangat senang saat guru memberi contoh
lewat gambar
29 Saya membuat gambar seperti yang
dicontohkan guru di depan kelas
30 Saya meniru gambar yang ada di buku teman
31 Saya sangat senang menggambar hasil
pengamatan
32 Saya berusaha menggambar seperti yang
132
dicontohkan guru
33 Saya membaca puisi di depan kelas dengan
percaya diri
34 Saya mengikuti gerakan olahraga dengan
gerakan yang luwes yang dicontohkan oleh
guru
35 Saya siap/sigap saat guru memanggil saya
untuk maju ke depan
36 Saya lincah dalam bergerak karena kondisi
tempat duduk yang memudahkan saya untuk
bergerak
37 Saya mampu memecahkan soal ketika mencari
materi pelajaran
38 Saya mampu memecahkan soal setelah
kegiatan presentasi
39 Saya mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru
40 Saya aktif mengungkapkan pendapat di dalam
kelompok ketika mencari materi pelajaran
41 Saya menanggapi permasalahan yang muncul
dengan materi yang didapatkan
42 Saya menanggapi permasalahan dengan
kegiatan presentasi
43 Saya menaruh minat terhadap pembelajaran
yang dilakukan
44 Saya tertarik dengan presentasi yang di lakukan
oleh teman
45 Saya bersemangat dalam kegiatan praktikum
46 Saya bersemangat dalam kegiatan diskusi
47 Saya bersemangat dalam belajar materi yang
baru
48 Saya merasa senang saat mengikuti kegiatan
pembelajaran
49 Saya merasa senang saat guru membagikan
kelompok untuk berdiskusi
50 Saya fokus saat pembelajaran berlangsung
51 Saya merasa terganggu saat ada teman yang
berisik
52 Guru mengadakan ice breaking ketika saya
merasa bosan dalam belajar
133
Lampiran 6
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Angket Variabel Keaktifan Belajar Siswa
134
Lampiran 7
Kisi-kisi Angket Instrumen Penelitian Variabel Keterampilan Mengajar Guru Variabel
penelitian
Dimensi
Penelitian Indikator
Instrumen
( nomor butir soal)
Keterampilan
Mengajar Guru
1. Keterampilan
membuka
pelajaran
1.1 Melakukan
orientasi belajar
1.2 Mengadakan
apersepsi
1.3 Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
1, 2
3
4
2. Keterampilan
menjelaskan
2.1 Keterampilan guru
dalam menjelaskan
pelajaran
2.2 Keterampilan guru
dalam
menyampaikan isi
pelajaran
2.3 Sikap guru dalam
menjelaskan
5
6, 7
8
3. Keterampilan
memberi
penguatan
3.1 Cara
mengapresiasi
siswa dalam proses
pembelajaran
3.2 Teknik merespon
atau memberikan
umpan balik
terhadap siswa
3.3 Cara guru
memberikan
motivasi dalam
proses
pembelajaran
9
10
11
4. Keterampilan
bertanya
4.1 Sikap guru dalam
memberikan
pertanyaan kepada
siswa
4.2 Isi atau substansi
pertanyaan yang
disampaikan oleh
guru
4.3 Teknik guru dalam
memberikan
pertanyaan
12, 13
14, 15
16
135
5. Keterampilan
mengadakan
variasi
5.1 Variasi dalam gaya
mengajar
5.2 Variasi dalam
menggunakan
media/alat (bahan
pelajaran)
5.3 Variasi dalam pola
interaksi
5.4 Variasi dalam
memotivasi
17
18, 19
20
21
6. Keterampilan
mengelola
kelas
6.1 Pemeliharaan
kondisi belajar
6.2 Pengaturan kondisi
dan tata letak
sarana kelas
6.3 Pengelolaan waktu
pembelajaran
22, 23, 24, 25, 26
27, 28, 29
30, 31, 32, 33
7. Keterampilan
menggunakan
media
7.1 Alat yang
digunakan sesuai
dengan materi
yang dibelajarkan
7.2 Media yang
digunakan sesuai
dengan materi
yang dibelajarkan
7.3 Guru terampil
menggunakan alat
pembelajaran
7.4 Guru terampil
menggunakan
media
pembelajaran
7.5 Alat/media yang
digunakan benar-
benar dapat
membantu proses
pembelajaran
34, 35
36, 37, 38
39
40
41, 42
8. Keterampilan
menutup
pelajaran
8.1 Meninjau kembali
/ menyimpulkan
pembelajaran yang
telah dilakukan
8.2 Mengevaluasi
penguasaan siswa
43, 44
45, 46
136
8.3 Menginformasikan
pembelajaran
selanjutnya
47, 48, 49
Jumlah 49
Lampiran 8
Instrumen Angket Penelitian Variabel Keterampilan Mengajar Guru Instrumen Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru terhadap Keaktifan
Belajar Siswa
di SMP 2 Tangerang Selatan
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah ini.
2. Berilah tanda ( √ ) pada salah satu dari lima alternatif jawaban sesuai
dengan apa yang Saudara/I rasakan atau alami.
3. SL: Selalu, SR: Sering, K: Kadang, P: Pernah. TP: Tidak Pernah.
4. Tidak ada jawaban yang bernilai benar atau salah, tetapi yang ada
merupakan pendapat atau kondisi yang Saudara/i rasakan.
No Pernyataan SL SR K P TP
1 Guru memulai pelajaran dengan berdoa
bersama
2 Guru mengisi daftar hadir siswa
3 Guru menjelaskan secara singkat kegiatan yang
akan dilakukan siswa sesuai dengan materi
yang dipelajari
4 Guru memberikan motivasi kepada siswa
sebelum memulai pelajaran
5 Guru menjelaskan dengan memberi contoh
sehingga mudah dipahami
6 Guru mengulas kembali materi pokok bahasan
7 Guru sangat antusias dalam menjelaskan materi
pelajaran
8 Penjelasan yang disampaikan guru tidak
menjenuhkan
137
9 Guru memberikan pujian terhadap siswa yang
berpartisipasi
10 Guru tidak marah terhadap siswa yang tidak
bisa menjawab pertanyaan
11 Guru memberikan semangat kepada siswa
untuk mengikuti pelajaran
12 Guru memberikan pertanyaan sesuai dengan
materi yang dipelajari
13 Guru memberikan pertanyaan yang mudah
dipahami oleh siswa
14 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
berpikir sebelum menjawab pertanyaan
15 Guru membimbing siswa untuk menyampaikan
jawaban yang tepat
16 Guru memberikan pertanyaan secara bergilir
17 Guru menggunakan irama yang berbeda saat
menjelaskan materi pelajaran
18 Media yang digunakan guru sesuai dengan
kebutuhan siswa
19 Guru menggunakan alat peraga saat
menjelaskan materi pelajaran
20 Guru mengadakan pembelajaran di dalam/di
luar kelas sesuai kebutuhan siswa
21 Guru menggunakan berbagai cara yang
menyenangkan untuk memotivasi siswa
22 Guru berhenti sejenak ketika berpindah dari
sub materi yang satu ke sub materi yang lain
23 Guru melanjutkan sub materi pelajaran ketika
siswa sudah merasa paham
24 Pandangan mata guru tertuju ke seluruh siswa
25 Guru memberi semangat siswa disela-sela
pembelajaran
26 Ketika kelas nampak jenuh guru memberi
semangat siswa dengan berbagai cara
27 Guru mengatur meja kursi sesuai kebutuhan
pokok bahasan pembelajaran
28 Pada saat diskusi kelompok tempat duduk
diatur sesuai kebutuhan
29 Siswa merasa nyaman dengan pengaturan
tempat duduk oleh guru
30 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan
waktu yang sesuai
31 Guru menyelesaikan pembelajaran tepat waktu
32 Guru memberikan tambahan waktu diluar jam
138
pelajaran bagi siswa yang belum
menyelesaikan tugas pada jam pelajaran
33 Guru dapat menyesuaikan waktu pelajaran
dengan materi pelajaran
34 Guru menggunakan alat pembelajaran yang
bervasiasi
35 Guru memanfaatkan alat pembelajaran yang
ada di sekolah
36 Guru menggunakan media pembelajaran yang
bervariasi
37 Guru memanfaatkan media pembelajaran yang
ada di sekolah
38 Media yang digunakan sesuai dengan metode
pembelajaran
39 Guru terampil menggunakan media
40 Guru terampil menggunakan alat
41 Guru menguasai media pembelajaran dengan
baik
42 Guru menggunakan media pembelajaran yang
melibatkan siswa
43 Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari
44 Guru memberikan pesan moral di setiap akhir
pelajaran
45 Sebelum mengakhiri pelajaran guru mengulas
kembali materi yang telah dibelajarkan
46 Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) yang
berbeda-beda sesuai dengan kemampuan siswa
47 Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan yang akan datang
48 Guru menyampaikan ucapan terimakasih
kepada siswa setelah pembelajaran selesai
49 Guru menyampaikan pesan moral yang
membangkitkan semangat siswa untuk belajar
139
Lampiran 9
Rekapitulasi Hasil Angket Variabel Keterampilan Mengajar Guru
140
141
Lampiran 10
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Keaktifan Belajar Siswa Variabel
Penelitian
Dimensi
penelitian
Indikator Instrumen
(nomor butir soal)
Keaktifan
Belajar Siswa
1. Visual
Activities
2.1 Melihat penjelasan guru
2.2 Membaca buku sumber
mengenai percobaan
yang akan mereka
lakukan
1, 2
3
2. Listening
Activities
2.1 Mendengarkan
penjelasan dari guru
2.2 Menyimak presentasi
kelompok lain
2.3 Mendengarkan
pertanyaan/jawaban dari
siswa lain (teman)
6, 7
8, 9
10
3. Oral
Activities
3.1 Bertanya mengenai hal
yang belum jelas
3.2 Mempresentasikan hasil
percobaan
3.3 Menjawab pertanyaan
yang disampaikan
guru/teman
11, 12
13, 14
15, 16
4. Writing
Activities
4.1 Mencatat
penjelasan/poin-poin
penting guru
4.2 Mencatat hasil kerja
17
18
5. Drawing
Activities
5.1 Membuat gambar
peta/grafik/diagram
5.2 Membuat gambar hasil
kerja
19
20
6. Motor
Activities
6.1 Terampil memperagakan
gerak tubuh (olahraga/
praktek membaca
puisi/dan lain-lain)
6.2 Lincah dalam gerakan
21, 22
23
7. Mental
Activities
7.1 Menjawab pertanyaan
yang diajukan guru
7.2 Menanggapi hasil
presentasi kelompok lain
24, 25, 26
27, 28
8. Emotional
Activities
8.1 Semangat / antusias siswa
dalam pembelajaran
8.2 Perhatian siswa dalam
29, 30
31, 32, 33
142
proses pembelajaran
8.3 Perasaan siswa dalam
mengikuti pembelajaran
34, 35, 36
Jumlah 36
Lampiran 11
Instrumen Angket Penelitian Variabel Keaktifan Belajar Siswa Instrumen Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru terhadap Keaktifan
Belajar Siswa
di SMP 2 Tangerang Selatan
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah ini.
2. Berilah tanda ( √ ) pada salah satu dari lima alternatif jawaban sesuai
dengan apa yang Saudara/I rasakan atau alami.
3. SL: Selalu, SR: Sering, K: Kadang, P: Pernah. TP: Tidak Pernah.
4. Tidak ada jawaban yang bernilai benar atau salah, tetapi yang ada
merupakan pendapat atau kondisi yang Saudara/i rasakan.
No Pernyataan SL SR K P TP
1 Saya memperhatikan guru yang sedang
menampilkan gambar.
2 Saya memperhatikan penjelasan teman yang
sedang presentasi di depan kelas
3 Saya membaca kembali catatan materi yang
telah dipelajari
4 Saya mengamati media yang digunakan guru
dalam memberikan contoh
5 Saya mendengarkan dengan seksama
penjelasan dari guru
6 Saya memperhatikan penjelasan petunjuk
praktek yang disampaikan oleh guru
7 Saya mendengarkan dengan seksama saat
kegiatan presentasi berlangsung
8 Saya mendengarkan pendapat teman saat
presentasi
143
9 Saya bertanya kepada guru jika ada materi
yang belum saya mengerti
10 Saya bertanya kepada guru jika ada soal yang
tidak bisa saya kerjakan
11 Saya memberikan gagasan/pendapat dalam
presentasi
12 Saya menjelaskan hasil percobaan yang saya
lakukan sendiri
13 Saya menjelaskan hasil percobaan yang
kelompok saya lakukan
14 Saya menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru
15 Saya menjawab pertanyaan yang disampaikan
teman
16 Saya merangkum materi pelajaran dalam
bentuk tulisan dari presentasi yang dilakukan
17 Saya merangkum materi pelajaran dalam
bentuk gambar dari presentasi yang dilakukan
18 Saya mencatat jawaban yang disampaikan oleh
teman
19 Saya membuat gambar seperti yang
dicontohkan guru di depan kelas
20 Saya meniru gambar yang ada di buku teman
21 Saya sangat senang menggambar hasil
pengamatan
22 Saya berusaha menggambar seperti yang
dicontohkan guru
23 Saya membaca puisi di depan kelas dengan
percaya diri
24 Saya mengikuti gerakan olahraga dengan
gerakan yang luwes yang dicontohkan oleh
guru
25 Saya siap/sigap saat guru memanggil saya
untuk maju ke depan
26 Saya mampu memecahkan soal ketika mencari
materi pelajaran
27 Saya mampu memecahkan soal setelah
kegiatan presentasi
28 Saya mampu menjawab pertanyaan yang
144
diberikan oleh guru
29 Saya menanggapi permasalahan yang muncul
dengan materi yang didapatkan
30 Saya menanggapi permasalahan dengan
kegiatan presentasi
31 Saya menaruh minat terhadap pembelajaran
yang dilakukan
32 Saya tertarik dengan presentasi yang di lakukan
oleh teman
33 Saya bersemangat dalam belajar materi yang
baru
34 Saya merasa senang saat mengikuti kegiatan
pembelajaran
35 Saya fokus saat pembelajaran berlangsung
36 Guru mengadakan ice breaking ketika saya
merasa bosan dalam belajar
145
Lampiran 12
Rekapitulasi Hasil Angket Variabel Keaktifan Belajar Siswa
146
147
Lampiran 13
Hasil Uji Deskriptif
148
Lampiran 14
Tabel Penentual Jumlah Sampel dari Isaac dan Michael
149
Lampiran 15
Tabel Nilai-Nilai r Product Moment
150
Lampiran 16
Tabel Distribusi F
151
Tabel 17
Tabel Distribusi Uji T
152
Lampiran 18
Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
153
Lampiran 19
Surat Permohonan Izin Penelitian
154
Lampiran 20
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
155
Lampiran 21
Tabel Uji Referensi
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
Biodata Penulis
Nama saya Indri Rahmawati, saya lahir di
Tangerang pada tanggal 07 Agustus 1996. Saya
adalah anak ketiga dari pasangan Ayahanda Muslim
dan Ibunda Laswati. Saat ini saya tinggal di Jl. KH.
Mas Mansyur Rt.001/10 No. 18 Kecamatan Pinang
Kelurahan Kunciran Tangerang Banten. Saya telah
menempuh pendidikan di SDNegeriBojong 1 tahun
2003 – 2008, SMP Islam Az Zamir tahun 2008 – 2011, PonPes SMA Darut Tafsir
tahun 2011 – 2014, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 – 2019 Jurusan
Manajemen Pendidikan. Organisasi yang pernah saya ikuti selama perkuliahan
adalah HMJ Manajemen Pendidikan dan Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR). Alamat
email saya, [email protected].