pengaruh kemungkinan terdeteksinya …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33310/1/cut...
TRANSCRIPT
PENGARUH KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA KECURANGAN,
KEADILAN PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN PAJAK,
TEKNOLOGI SISTEM PERPAJAKAN, DAN TAX MORALE TERHADAP
TAX EVASION
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Cut Hani Yurika
NIM: 1112082000069
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
iii
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Cut Hani Yurika
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 17 April 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Anak ke- dari : 1 dari 2 bersaudara
6. Alamat : Jl. Benda Barat 10 Blok D20 No.12
Kel. Pondok Benda, Kec. Pamulang,
Tangerang Selatan 15416
7. Telepon : 083891967830
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK (1998-2000) : RA As-Salaamah Pamulang
2. SD (2000-2006) : SDN Serua 06
3. SMP (2006-2009) : SMPN 1 Pamulang
4. SMA (2009-2012) : SMAN 6 Kota Tangerang Selatan
5. S1 (2012-2016) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Drs. Teuku Hamzah, MSPD
2. Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 13 Desember 1955
3. Pekerjaan Ayah : Pegawai Negeri Sipil
4. Ibu : Ir. Nida Mufadiati
5. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 April 1967
6. Pekerjaan Ibu : Mengurus Rumah Tangga
7. Alamat : Jl. Benda Barat 10 Blok D20 No 12
Kel. Pondok Benda, Kec. Pamulang,
Tangerang Selatan 15416
vii
THE INFLUENCE OF POSSIBILITY OF FRAUD DETECTION, TAX
FAIRNESS, ACCURACY OF TAX ALLOCATION, TECHNOLOGY TAX
SYSTEM, AND TAX MORALE ON TAX EVASION
ABSTRACT
This study examines the influence of possibility of fraud detection, tax fairness,
accuracy of tax allocation, technology tax system, and tax morale on tax evasion.
The data reached by distribute the quetioner to Tax Office (KPP Pratama) in
Jakarta Selatan. The number of taxpayer in this study were 147 individual
taxpayers from 4 Tax Office in Jakarta Selatan. The sample in this research was
determined by convenience sampling. The method of analysis use in this research
is the multiple linier regresion.
The result shows that possibility of fraud detection, tax fairness, and tax morale
proved a negative and significant effect on tax evasion while the accuracy of tax
allocation and technology tax system have no significant effect on tax evasion.
Keyword: Possibility of fraud detection, tax fairness, accuracy of tax allocation,
tax technology, tax morale, and tax evasion.
viii
PENGARUH KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA KECURANGAN,
KEADILAN PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN PAJAK,
TEKNOLOGI SISTEM PERPAJAKAN, DAN TAX MORALE TERHADAP
TAX EVASION
ABSTRAK
Penelitian ini menguji pengaruh kemungkinan terdeteksinya kecurangan,
keadilan pajak, ketepatan pengalokasian pajak, teknologi sistem perpajakan, dan
tax morale terhadap tax evasion. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner di
KPP Pratama Wilayah Jakarta Selatan. Jumlah Wajib Pajak yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah 147 Wajib Pajak orang pribadi dari 4 KPP Pratama.
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah convenience
sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis
regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan terdeteksinya
kecurangan, keadilan pajak, dan tax morale memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tax evasion. Sedangkan ketepatan pengalokasian pajak dan teknologi
sistem perpajakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax evasion.
Kata kunci: Kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan
pengalokasian pajak, teknologi sistem perpajakan, tax morale, dan tax
evasion
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan, Keadilan Pajak, Ketepatan Pengalokasian Pajak, Teknologi
Sistem Perpajakan, dan Tax Morale Terhadap Tax Evasion”. Shalawat serta
salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
teladan bagi insan di muka bumi.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta (Ayah dan Mama) yang telah menjadi penyemangat
terbesar dan terbaik dalam hidup dan yang telah memberikan dukungan tiada
henti berupa limpahan kasih sayang, perhatian, dan do’a yang tak pernah putus-
putusnya untuk penulis, serta seluruh keluarga yang telah memberikan
semangat, doa, motivasi, dan kebahagiaan untuk terus berusaha memberikan
yang terbaik.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, S.E., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Ibu Reskino, S.E., M.Si., Ak., CA selaku dosen Pembimbing Skripsi sekaligus
dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu serta
dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi
ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas
bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat dari SMA hingga sekarang (Annisa, Ayu, Bunaiya, Debby,
Dika, Indriza, Reggy, Satrio, Lucky, dan Tanty) yang senantiasa memberikan
semangat, dukungan dan doa kepada penulis.
9. Sahabat tercinta di kampus dari awal semester hingga sekarang alias
Detoakbocor (Andyn, Aniah, Annisa, Arlia, Dina, Iha, Indah, Tanti, dan Wiwi)
yang selalu bersama-sama berjuang dari semester awal hingga saat ini, saling
memberikan bantuan, doa, dan dukungan. Terima kasih atas bantuan,
semangat, dan doanya selama ini. See you on top!
10. Teman satu bimbingan alias Perempuan Tangguh (Arlia, Andyn, Desi, Dina,
dan Indah) yang berjuang bersama, membantu dan memberikan dukungan
kepada penulis.
11. Seluruh teman Akuntansi 2012 (khususnya Akuntansi C dan Kelas Konsentrasi
Audit) yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.
12. Teman-teman KKN Melodi 2015 (Afra, Alif, Amirah, Delia, Diat, Eko, Fitri,
Hakim, Hika, Lambang, Luthfi, Nufus, Tiara, dan Wiwi) yang telah
memberikan dukungan, motivasi, dan bantuan kepada penulis.
13. Semua pihak terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah
banyak membantu dan memberi masukan serta inspirasi bagi penulis.
Akhir kata, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat
xi
dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Wassalammua’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Oktober 2016
Cut Hani Yurika
xii
DAFTAR ISI
COVER DALAM................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF....................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI....................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH............................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI..................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 14
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 14
1. Kontribusi Teoritis .............................................................................. 15
2. Kontribusi Praktis ................................................................................ 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 16
A. Tinjauan Literatur ..................................................................................... 16
1. Teori Atribusi ...................................................................................... 16
2. Teori Pembelajaran Sosial ................................................................... 18
3. Tax Evasion (Penggelapan Pajak) ....................................................... 19
4. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan .......................................... 22
5. Pemeriksaan Pajak............................................................................... 23
a. Pengertian Pemeriksaan Pajak ........................................................ 23
b. Tujuan Pemeriksaan Pajak ............................................................. 25
c. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak ................................................ 27
6. Keadilan Pajak..................................................................................... 28
a. Keadilan Pajak ................................................................................ 28
xiii
b. Cara Mewujudkan Keadilan Pajak ................................................. 32
7. Ketepatan Pengalokasian Pajak ........................................................... 35
8. Teknologi Sistem Perpajakan .............................................................. 37
9. Tax Morale (Moralitas Pajak) ............................................................. 39
a. Definisi Tax Morale ........................................................................ 39
b. Indikator Tax Morale ...................................................................... 41
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu .............................................................. 46
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis .............................. 53
1. Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan terhadap Tax
Evasion .................................................................................................... 53
2. Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Tax Evasion ................................. 54
3. Pengaruh Ketepatan Pengalokasian Pajak terhadap Tax Evasion ....... 56
4. Pengaruh Teknologi Sistem Perpajakan terhadap Tax Evasion .......... 58
5. Pengaruh Tax Morale terhadap Tax Evasion ...................................... 59
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 62
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 62
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................ 62
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 63
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ................................................ 63
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ................................................ 63
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian......................................................... 64
1. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (X1) ................................... 64
2. Keadilan Pajak (X2) ............................................................................. 64
3. Ketepatan Pengalokasian Pajak (X3) ................................................... 65
4. Teknologi Sistem Perpajakan (X4) ...................................................... 65
5. Tax Morale (X5) .................................................................................. 66
6. Tax Evasion (Y) .................................................................................. 66
E. Metode Analisis Data ................................................................................ 69
1. Statistik Deskriptif............................................................................... 69
2. Uji Kualitas Data ................................................................................. 70
a. Uji Validitas................................................................................... 70
b. Uji Reliabilitas............................................................................... 70
xiv
3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 71
a. Uji Normalitas Data ........................................................................ 71
b. Uji Multikolinearitas ...................................................................... 71
c. Uji Heterokedastisitas.…………………………………………….72
4. Uji Hipotesis Penelitian ....................................................................... 73
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................................. 73
b. Uji Statistik t................................................................................... 74
c. Uji Statistik Fisher (F) .................................................................... 74
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................................... 76
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 76
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 76
2. Karakteristik Profil Responden........................................................... 78
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 81
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................... 81
2. Hasil Uji Kualitas Data ....................................................................... 83
a. Hasil Uji Validitas ........................................................................... 83
b. Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 86
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 87
a. Hasil Uji Multikolonieritas .............................................................. 87
b. Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 88
c. Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................................ 90
4. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 92
a. Koefisien Determinasi (R2) ............................................................. 92
b. Hasil Uji Statistik t .......................................................................... 93
c. Hasil Uji Statistik F ....................................................................... 105
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 106
A. Kesimpulan ............................................................................................. 106
B. Saran ....................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 109
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 110
xv
DAFTAR TABEL
1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2011 sampai dengan
2015 (dalam triliun rupiah).................................................................. 3
1.2 Kasus Penggelapan Pajak di Indonesia................................................. 6
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 47
3.1 Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 67
4.1 Data Distribusi Penyebaran Kuesioner ................................................. 77
4.2 Data Sampel Penelitian ......................................................................... 77
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 78
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ............................... 79
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan .......... 79
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...... 80
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan ....................... 81
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 82
4.9 Hasil Uji Validitas Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan ............. 83
4.10 Hasil Uji Validitas Keadilan Pajak ....................................................... 84
4.11 Hasil Uji Validitas Ketepatan Pengalokasian Pajak ............................. 84
4.12 Hasil Uji Validitas Teknologi Sistem Perpajakan ................................ 85
4.13 Hasil Uji Validitas Tax Morale............................................................. 85
4.14 Hasil Uji Validitas Tax Evasion ........................................................... 86
4.15 Hasil Uji Reliabilitas............................................................................. 87
4.16 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................... 88
4.17 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov ................ 90
4.18 Hasil Uji Glejser Heterokedastisitas..................................................... 92
4.19 Hasil Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, X2, X3, X4,
dan X5................................................................................................... 93
4.20 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1, X2, X3, X4, dan X5....................... 94
4.21 Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1, X2, X3, X4, dan X5.......................105
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................. 60
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot................................ 89
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram......................... 89
4.3 Grafik Scatterplot................................................................................... 91
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Surat Penelitian Skripsi......................................................................... 117
2 Surat Keterangan dari KPP Pratama ..................................................... 122
3 Kuesioner Penelitian ............................................................................. 127
4 Daftar Jawaban Responden................................................................... 135
5 Output Hasil Pengujian Data ................................................................ 169
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah membutuhkan dana yang besar dalam menjalankan tugasnya
untuk mensejahterakan rakyat. Salah satu cara yang dapat digunakan
pemerintah untuk mendapatkan dana guna membiayai pengeluarannya adalah
dengan mengadakan pungutan yang berbentuk pajak kepada masyarakat
(Siahaan, 2010).
Pajak berperan strategis bagi keuangan negara Indonesia yaitu untuk
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) setiap tahun, yang
peranannya sekitar 70% hingga 75% (Pandiangan, 2007). Dengan besarnya
peran pajak dalam APBN, maka usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak
terus dilakukan oleh pemerintah. Merupakan tugas Direktorat Jendral Pajak
agar selalu memaksimalkan penerimaan pajak, antara lain adalah dengan
ekstensifikasi dan intensifikasi pajak (Prihastanti dan Kiswanto, 2015).
Ekstensifikasi merupakan upaya meningkatkan penerimaan pajak dengan
meningkatkan jumlah Wajib Pajak aktif. Sedangkan intensifikasi ditempuh
dengan cara meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, meningkatkan kualitas
pelayanan untuk Wajib Pajak, pengawasan administratif perpajakan,
pemeriksaan, penyidikan, penagihan, serta berbagai penegakan hukum
(Herryanto dan Toly, 2013).
2
Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan pada umumnya cenderung
untuk membayar pajak serendah-rendahnya, bahkan apabila memungkinkan
akan berusaha untuk menghindarinya. Berbagai cara dilakukan setiap Wajib
Pajak agar bisa meminimalkan beban pajaknya, baik melalui cara-cara yang
diperkenankan oleh Undang-Undang yang berlaku, maupun melalui cara-cara
yang bertentangan dengan Undang-Undang (Setiawan, 2008).
Secara yuridis, penghindaran diri dari pajak (Tax Avoidance)
dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak dan pada hakikatnya mengurangi
utang pajak dan bukan kesanggupan atau kewajiban Wajib Pajak untuk
melunasi pajaknya. Akan tetapi, menghindarkan diri dari pajak tidak selalu
dapat dilaksanakan, karena seseorang tidak dapat menghindari semua unsur
atau fakta yang dapat dikenakan pajak (Siahaan, 2010). Dalam menerapkan tax
avoidance juga diperlukan wawasan dan pengetahuan mengenai seluk-beluk
peraturan perpajakan sehingga dapat menemukan celah yang dapat ditembus
untuk mengurangi jumlah beban pajak yang dibayarkan tanpa melanggar
peraturan yang ada, dimana hal ini biasanya hanya bisa dilakukan oleh para
penawar jasa konsultan pajak (Ardyaksa dan Kiswanto, 2014).
Apabila penghindaran diri dari pajak tidak dapat dilaksanakan, maka
Wajib Pajak mungkin berusaha menggunakan cara-cara lain, diantaranya
dengan cara yang disebut pengelakan / penggelapan pajak (tax evasion)
(Siahaan, 2010). Penggelapan pajak mengandung arti sebagai manipulasi
secara ilegal atas penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak yang
terutang. Walaupun pada dasarnya antara penghindaran pajak dan penggelapan
3
pajak mempunyai sasaran yang sama, yaitu mengurangi beban pajak, akan
tetapi cara penggelapan pajak jelas-jelas merupakan perbuatan ilegal dalam
usaha mengurangi beban pajak tersebut dengan melanggar Undang-Undang
(Zain, 2005).
Menurut Suminarsasi dan Supriyadi (2011), salah satu indikasi adanya
penggelapan pajak dapat dilihat melalui tidak tercapainya target penerimaan
pajak. Fakta di lapangan menunjukkan fenomena dimana sampai saat ini
pendapatan pemerintah dari sektor pajak belum maksimal, yakni tidak
tercapainya target penerimaan dalam lima tahun terakhir, yang terangkum
dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2011 sampai dengan 2015
(dalam triliun rupiah)
Tahun Target
Penerimaan Pajak
Realisasi
Penerimaan Pajak
Persentase
Penerimaan
Pajak
2011 878,7 873,9 99,4 %
2012 1.016,2 980,5 96,4 %
2013 1.148,4 1.077,3 93,8 %
2014 1.246,1 1.146,8 92,0%
2015 1.489,3 1.240,4 83,3 %
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Tabel di atas menunjukkan bahwa pendapatan pemerintah dari sektor
pajak belum maksimal, hanya pada tahun 2011 (99,4%) dan 2012 (96,4%) yang
hampir tercapai 100%, namun tahun-tahun selanjutnya yaitu tahun 2013 (93,8
%), 2014 (92,0 %), dan bahkan 2015 (83,3 %) cenderung mengalami
penurunan.
4
Menurut pernyataan mantan Menteri Keuangan M. Chatib Basri yang
dilansir dalam website Kementerian Keuangan Republik Indonesia
(www.kemenkeu.go.id) penerimaan pajak sangat terkonsentrasi pada sektor
yang keuntungannya tergantung kepada faktor eksternal. Faktor eksternal
seperti menurunnya harga komoditas dan energi itulah yang menjadi faktor
utama yang menyebabkan turunnya penerimaan dari sektor perpajakan
beberapa tahun terakhir. Hal tersebut juga dinyatakan oleh mantan Direktur
Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Fuad Rachmany yang dilansir dalam website
Berita Satu (www.beritasatu.com), dimana penerimaan pajak masih
didominasi oleh sektor formal dan besar seperti sektor pertambangan dan
ekspor. Potensi pajak dari sektor-sektor tersebut memang cukup besar, namun
sangat rentan terhadap kondisi perekonomian global. Jika kondisi
perekonomian global tidak stabil maka secara otomatis penerimaan pajak juga
akan terkena dampaknya.
Kondisi perekonomian Indonesia yang masih tergantung kepada kondisi
perekonomian global tersebut seharusnya membuat Indonesia membangun
kekuatan dari dalam negeri. Akan tetapi kepatuhan Wajib Pajak masih sangat
rendah, yang tercermin dari tax ratio yang rendah. Seperti pernyataan mantan
Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro yang dilansir dalam website
Kementerian Keuangan Republik Indonesia (www.kemenkeu.go.id), bahwa
rasio penerimaan perpajakan (tax ratio) Indonesia saat ini masih berada di
bawah standar negara-negara ASEAN dan Organisation on Economic
Cooperation and Development (OECD), yaitu berada di kisaran 11 persen.
5
Menurut Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW), Danang
Widoyoko yang dilansir dalam website ICW (www.antikorupsi.org) bahwa
meskipun tidak mudah dibuktikan, rendahnya tax ratio Indonesia merupakan
indikasi kuat adanya korupsi di sektor pajak.
Modus utama korupsi di sektor pajak adalah negosiasi antara pembayar
pajak dan petugas pajak, sehingga uang yang seharusnya masuk ke kas negara
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi petugas pajak. Seperti yang
dijelaskan oleh Reskino et al (2014), penggelapan pajak kadang kala tidak
sepenuhnya merupakan kesalahan dari Wajib Pajak, peran dari petugas pajak
pun banyak yang mendukung untuk melakukannya. Negosiasi dilakukan antara
Wajib Pajak dan petugas pajak agar Wajib Pajak dapat membayar lebih kecil
dari total kewajibannya, sedangkan petugas pajak diuntungkan karena
mendapatkan uang suap.
Beberapa kasus penggelapan pajak yang terjadi di Indonesia diantaranya
dijelaskan dalam tabel pada halaman selanjutnya.
6
Tabel 1.2
Kasus Penggelapan Pajak di Indonesia
Bersambung ke halaman selanjutnya
No. Terdakwa
Kasus
Penggelapan
Pajak
(Tahun)
KPP /
Perusahaan
yang Terlibat
Sanksi Bagi Fiskus / Wajib
Pajak
(Tuduhan Kasus
Kecurangan)
1. Gayus
Halomoan
Tambunan
(2009)
PT Surya Alam
Tunggal, PT
Mega Citra Jaya
Garmindo, PT
Metropolitan
Retailmart,
Bakrie Group
Vonis hukuman penjara total 30
tahun, dan denda mencapai Rp
1 milyar.
(Penggelapan pajak, rekayasa
laporan pajak, suap penyidik
dan hakim, gratifikasi,
pemalsuan dokumen, pencucian
uang, suap penjaga tahanan)
2. Bahasyim
Assifie
(2011)
KPP Jakarta
VII, KPP Koja
dan KPP
Palmerah
Vonis hukuman penjara selama
6 tahun dan denda Rp 500 juta.
(Menerima suap dari Wajib
Pajak yang melakukan
keberatan dan banding)
3. Suwir Laut
(2012)
PT Asian Agri
Group
Denda dua kali lipat tagihan
pajak yakni sebesar Rp 2,5
triliun dan denda 48% dari
tagihan pajak. (Penggelapan
pajak dengan penyampaian
Surat Pemberitahuan dan
keterangan palsu)
4. Johnny
Basuki
(2012)
PT Mutiara
Virgo
Vonis hukuman penjara selama
2 tahun dan denda Rp 100 juta
subsider 3 bulan kurungan.
(Memberikan suap kepada
pegawai pajak)
5. Herly
Isdiharsono
(2012)
KPP Pratama
Palmerah
Jakarta Barat,
dan PT Mutiara
Virgo
Vonis hukuman penjara selama
6 tahun dan denda Rp 500 juta
subsider 6 bulan kurungan.
(Menerima suap untuk
mengurangi pajak PT Mutiara
Virgo)
7
Tabel 1.2 (Lanjutan)
Sumber: Diolah dari berbagai referensi, 2016.
No. Terdakwa
Kasus
Penggelapan
Pajak
(Tahun)
KPP /
Perusahaan
yang Terlibat
Sanksi Bagi Fiskus / Wajib
Pajak
(Tuduhan Kasus
Kecurangan)
6. Dhana
Widyatmika
(2012)
KPP Pratama
Pancoran
Jakarta
Selatan, PT
Kornet Trans
Utama dan PT
Virgo
Vonis hukuman penjara selama
10 tahun penjara dan denda Rp
300 juta subsider 3 bulan
kurungan.
(Penggelapan pajak, pemerasan
pajak, suap pajak)
7. Tommy
Hindratno
(2013)
KPP Pratama
cabang
Sidoarjo dan
PT Bhakti
Investama
Vonis hukuman penjara selama
10 tahun dan denda Rp 500 juta
subsider 8 bulan kurungan.
(Menerima suap terkait
pengurusan restitusi pajak PT
Bhakti Investama)
8. Robert Martin
Sitompul
(2015)
PT Anugerah
Terus Abadi
Sejahtera
(ATAS)
Vonis hukuman penjara selama
3 tahun dan denda dua kali lipat
yang dijatuhkan ke PT ATAS.
(Penggelapan pajak dengan
menerbitkan faktur pajak fiktif,
bukti pemotongan,
pemungutan, dan setoran pajak
fiktif)
9. Mulyadi Adli
(2016)
PT Geurute
Meugah
Perkasa
(GMP)
Vonis hukuman penjara selama
2 tahun 3 bulan subsider enam
bulan kurungan. (Penggelapan
pajak dengan memungut PPN
tanpa SPT dan tidak disetor ke
kas negara)
10 Hugo Sambudi
(2016)
CV Tando
Jaya
Vonis hukuman 1 tahun 4 bulan
penjara dan denda Rp 996 juta
subsider kurungan selama 2
bulan.
(Penggelapan pajak dengan
tidak menyetorkan pajak yang
terhutang)
8
Pajak dihindari secara tidak legal dalam tax evasion. Wajib Pajak dapat
mengabaikan sama sekali ketentuan formal perpajakan yang menjadi
kewajibannya, memalsukan dokumen, dan mengisi data kurang lengkap dan
tidak benar sehingga fiskus tidak dapat menerbitkan ketetapan pajak secara
benar. Tax evasion juga dapat dilakukan dalam penyelenggaraan pembukuan,
misalnya dengan membukukan nilai aktiva lebih kecil daripada nilai aktiva
sebenarnya, pengajuan rekening-rekening fiktif, tidak membukukan uang-uang
tunai, memasukkan biaya-biaya dan penyusutan yang berlebihan, dan
sebagainya (Siahaan, 2010).
Bentuk tax evasion yang lebih parah adalah apabila Wajib Pajak sama
sekali tidak melaporkan penghasilannya (non-reporting of income) (Izza dan
Hamzah, 2009). Torgler (2007) menyebutkan bahwa faktor utama yang
menyebabkan tindakan tax evasion adalah beban pajak, ketidakjujuran, dan
korupsi. Selain itu, kurang informasinya fiskus kepada Wajib Pajak tentang hak
dan kewajibannya dalam membayar pajak dan kurangnya ketegasan
pemerintah dalam menanggapi kecurangan dalam pembayaran pajak juga
dapat membuat Wajib Pajak mempunyai peluang untuk melakukan tax evasion
(Izza dan Hamzah, 2009).
Bosco dan Mittone (1997) dalam Hutami (2010) meneliti bahwa
penggelapan pajak oleh perusahaan dianggap tidak beretika lebih didasarkan
karena moral bukan karena budaya. Moral lebih mendasari manusia merasa
berdosa jika tidak membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya. Penelitian
Hutami (2010) mengenai penggelapan pajak dipandang dari teori etika yaitu
9
teori hak dan kewajiban, teori ulitarianisme, teori altruism, teori sifat utama,
teori etika teonom, dan teori egoism menunjukkan bahwa jika dilihat dari teori
hak dan kewajiban, teori ulitarianisme, teori altruism, teori sifat utama, dan
teori etika teonom, penggelapan pajak adalah melanggar. Sedangkan jika
dilihat dari teori etika egoism bukan merupakan pelanggaran. Karena sebagian
besar teori menganggap ini merupakan pelanggaran etika maka bisa
disimpulkan bahwa penggelapan pajak merupakan pelanggaran etika.
Salah satu cara upaya pencegahan tax evasion adalah dengan
menggunakan pemeriksaan pajak (tax audit) (Rahayu, 2010). Melalui
pemeriksaan pajak ini kemungkinan terdeteksinya kecurangan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak semakin besar (Syahrina dan Pratomo, 2014). Penelitian
Rozie (2005) dalam Prihastanti dan Kiswanto (2015) menyimpulkan bahwa
dengan pemeriksaan pajak akan mendorong timbulnya kepatuhan Wajib Pajak,
sehingga akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan Wajib Pajak akan
masuk dalam kas negara. Demikian pemeriksaan pajak merupakan pagar
penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya.
Keadilan juga merupakan salah satu aspek dalam penerapan pajak. Sebuah
sistem pajak harus adil dari sudut pandang Wajib Pajak. Jika Wajib Pajak
merasa bahwa berada dalam keadaan yang tidak adil, ia mungkin akan
melakukan pelanggaran atau tidak akan patuh (Wangsa, 2009). Permatasari dan
Laksito (2013) menemukan bahwa keadilan sistem perpajakan merupakan
salah satu faktor yang paling mempengaruhi seorang Wajib Pajak untuk
10
membayar kewajiban perpajakannya. Jika seorang Wajib Pajak yang memiliki
pendapatan tinggi, tetapi membayar kewajiban pajaknya dalam jumlah yang
kecil, maka Wajib Pajak yang lain enggan untuk membayar pajak karena
besarnya pajak yang dibebankan sama besarnya.
Pajak secara garis besar seharusnya dimanfaatkan demi kepentingan
umum. Oleh karena itu seharusnya dengan adanya pajak maka ketersediaan
fasilitas umum akan semakin banyak. Peranan penerimaan menjadi sangat
dominan dalam menunjang jalannya pemerintahan dan pembangunan nasional.
Masyarakat menginginkan pemerintah untuk mengalokasikan hasil
penerimaan yang diterima dari sektor pajak digunakan dengan tepat dan
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Pengeluaran pemerintah ketika
dianggap tidak baik maka kecenderungan masyarakat untuk melakukan tax
evasion akan semakin tinggi (Permatasari dan Laksito, 2013).
Ayu dan Hastuti (2009) menemukan bahwa semakin pengeluaran
pemerintah dianggap tepat maka tingkat tax evasion akan semakin rendah. Hal
ini disebabkan karena responden menganggap ketepatan pemanfaatan hasil
pajak di Indonesia masih rendah. Seiring dengan iklim reformasi masyarakat
di Indonesia lebih kritis menyikapi kebijakan pemerintah, hal tersebut ternyata
mempengaruhi tindakan penghindaran pajak yang mereka lakukan.
Dirjen Pajak telah melakukan beberapa reformasi perpajakan dan
modernisasi administrasi perpajakan berlandaskan case management, yang
bertujuan untuk terciptanya pelaksanaan good governance. Salah satunya
adalah dengan penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan
11
perpajakan, yaitu e-system yang meliputi e-Registration, e-SPT, e-Filling, dan
e-Payment (Pandiangan, 2007).
Silaen et al (2015) menjelaskan bahwa dengan adanya teknologi dan
informasi di bidang perpajakan, waktu yang dibutuhkan seorang Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban pajaknya semakin efektif dan efisien. Ketika
Wajib Pajak semakin dipermudah dengan fasilitas yang diberikan, diharapkan
Wajib Pajak dapat memenuhi kewajibannya dan dapat menghindari tindakan
penggelapan pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari dan Laksito (2013)
menemukan bahwa kesadaran Wajib Pajak terhadap penggunaan teknologi dan
informasi perpajakan di Kota Pekanbaru masih rendah. Hal ini ditandai dengan
banyaknya Wajib Pajak yang masih menggunakan sistem pembayaran manual,
jarang membuka website dirjen pajak, dan masih belum memaksimalkan
kemudahan yang ditawarkan oleh dirjen pajak dalam melakukan kewajiban
pembayaran pajak. Dengan semakin rendahnya penggunaan teknologi dan
informasi perpajakan maka dapat memicu semakin tingginya tax evasion di
masyarakat.
Moral masyarakat akan mempengaruhi pengumpulan pajak oleh fiskus.
Dengan integritas tinggi tentunya pemenuhan kewajiban perpajakan akan lebih
baik, dimana voluntary compliance Wajib Pajak berada pada posisi yang baik
(Devano dan Rahayu, 2006). Penelitian Sarjono (2009) mengindikasikan
bahwa kepatuhan pajak sangat dipengaruhi oleh moralitas dari Wajib Pajak.
Hal ini disebabkan karena membayar pajak adalah suatu aktivitas yang tidak
12
lepas dari kondisi behaviour Wajib Pajak itu sendiri. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi akan menolak melakukan
tax evasion bila mereka memiliki motivasi intrinsik (tax morale) untuk
membayar pajak apabila mereka memperoleh manfaat, keadilan, kepastian, dan
adanya penegakan hukum dari Pemerintah.
Masyarakat yang memiliki moralitas perpajakan yang tinggi akan merasa
membayar pajak merupakan kewajiban kenegaraan yang harus dipenuhi
sebagai anggota dari organisasi negara yang telah memberikan perlindungan
dan fasilitas kepadanya. Mereka akan merasa bahwa pajak akan sangat
diperlukan oleh negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya, dan sebagai
anggota masyarakat ia wajib untuk mendukung setiap kegiatan pemerintah.
Masyarakat akan mau membayar pajak dengan rela karena ia tahu bahwa hasil
dari pajak yang dibayarkannya akan digunakan oleh pemerintah untuk
melaksanakan fungsinya mengayomi masyarakat, yang berarti ia juga akan
memperoleh manfaat dari pembayaran pajak yang dilakukannya (Siahaan,
2010).
Herlina dan Toly (2013) menemukan bahwa Wajib Pajak badan di
Surabaya masih merasa tidak rela membayar pajak karena memiliki anggapan
bahwa membayar pajak bukanlah kewajiban. Wajib Pajak badan di Suarabaya
juga tidak merasa bersalah bila tidak melaporkan seluruh penghasilannya
khususnya penghasilan tambahan di luar penghasilan utama. Moral Wajib
Pajak seperti inilah yang memotivasi Wajib Pajak untuk mengecilkan pajak
dengan melakukan perencanaan pajak.
13
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Syahrina dan Pratomo (2014). Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Adanya penambahan variabel independen. Penelitian ini menggunakan
variabel independen kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan
pajak, ketepatan pengalokasian pajak, teknologi sistem perpajakan, dan tax
morale. Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel
independen kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak,
ketepatan pengalokasian pajak, dan teknologi sistem perpajakan.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang
Pribadi Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta Selatan, sedangkan penelitian
sebelumnya adalah Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung.
3. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 sedangkan penelitian
sebelumnya pada tahun 2014.
Dari berbagai uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena maraknya tindak penggelapan pajak yang terungkap
akhir-akhir ini yang banyak dilakukan oleh Wajib Pajak beserta fiskus. Selain
itu, dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat mengukur sejauh
mana keberhasilan suatu negara dalam mengoptimalkan pendistribusian dana
pajak secara adil dan merata, serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel-variabel terkait terhadap tindakan tax evasion. Untuk itu peneliti
melakukan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Kemungkinan
14
Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan Pajak, Ketepatan Pengalokasian
Pajak, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Tax Morale Terhadap Tax
Evasion”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh terhadap tax
evasion?
2. Apakah keadilan pajak berpengaruh terhadap tax evasion?
3. Apakah ketepatan pengalokasian pajak berpengaruh terhadap tax evasion?
4. Apakah teknologi sistem perpajakan berpengaruh terhadap tax evasion?
5. Apakah tax morale berpengaruh terhadap tax evasion?
6. Apakah kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan
pengalokasian pajak, teknologi sistem perpajakan, dan tax morale
berpengaruh terhadap tax evasion?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas atas pengaruh kemungkinan terdeteksinya
kecurangan, keadilan pajak, ketepatan pengalokasian pajak, teknologi sistem
perpajakan, dan tax morale terhadap tax evasion.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian yang
diperooleh adalah sebagai berikut:
15
1. Kontribusi Teoritis
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi penelitian
selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
b. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang tindakan tax evasion
serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya perpajakan
dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh kemungkinan
terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan pengalokasian
pajak, teknologi sistem perpajakan, dan tax morale terhadap tax
evasion.
c. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
d. Penulis, memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai
perpajakan, terutama tentang tindakan tax evasion sehingga
diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
2. Kontribusi Praktis
a. Direktorat Jenderal Pajak (DJP), hasil penelitian ini diharapkan
memberikan kontribusi positif sehingga dapat dijadikan dasar
pertimbangan dan bahan evaluasi, baik dalam pembuatan keputusan
maupun dalam pelaksanaan peraturan perpajakan.
b. Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sebagai informasi yang perlu
diperhatikan bagi KPP dalam memahami aspek-aspek yang
berpengaruh terhadap kesadaran Wajib Pajak sebagai salah satu
tujuan dari pencapaian penerimaan perpajakan.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Atribusi
Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang
menginterpretasikan suatu peristiwa, mempelajari bagaimana seseorang
menginterpretasikan alasan atau sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan
oleh Fritz Heider yang mengargumentasikan bahwa perilaku seseorang itu
ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces), yaitu
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang misalnya kemampuan
atau usaha dan kekuatan eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar,
misalnya kesulitan tugas atau keberuntungan (Suartana, 2010).
Berdasarkan hal tersebut, Suartana (2010) lebih lanjut menjelaskan
bahwa seseorang akan termotivasi untuk memahami lingkungannya dan
sebab-sebab kejadian tertentu. Teori ini dalam riset keperilakuan diterapkan
dengan menggunakan variabel tempat pengendalian (locus of control).
Variabel tersebut terdiri atas dua komponen, yaitu tempat pengendalian
internal (internal locus of control) dan tempat pengendalian eksternal
(external locus of control). Tempat pengendalian internal adalah perasaan
yang dialami oleh seseorang bahwa dia mampu mempengaruhi kinerja serta
perilakunya secara personal melalui kemampuan, keahlian, dan usahanya,
sementara tempat pengendalian eksternal adalah perasaan yang dialami
17
seseorang bahwa perilakunya dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar
kendalinya.
Penentuan internal atau eksternal menurut Robbins (1996) dalam
Jatmiko (2006) tergantung pada tiga faktor yaitu kekhususan (kesendirian
atau distinctiveness), konsensus, dan konsisten. Kekhususan artinya
seseorang akan mempersepsikan perilaku individu lain secara berbeda
dalam situasi yang berlainan. Apabila perilaku seseorang dianggap suatu hal
yang luar biasa, maka individu lain yang bertindak sebagai pengamat akan
memberikan atribusi eksternal terhadap perilaku tersebut. Sebaliknya jika
hal itu dianggap hal yang biasa, maka akan dinilai sebagai atribusi internal.
Konsensus artinya jika semua orang mempunyai kesamaan pandangan
dalam merespon perilaku seseorang dalam situasi yang sama. Apabila
konsensusnya tinggi, maka termasuk atribusi internal. Sebaliknya jika
konsensusnya rendah, maka termasuk atribusi eksternal. Faktor terakhir
adalah konsistensi, yaitu jika seorang menilai perilaku-perilaku orang lain
dengan respon sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku itu,
orang akan menghubungkan hal tersebut dengan sebab-sebab internal.
Perilaku penggelapan pajak terkait dengan sikap Wajib Pajak dalam
membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk
membuat penilaian mengenai sesuatu sangat dipengaruhi oleh kondisi
internal maupun eksternal orang tersebut. Teori atribusi sangat relevan
untuk menerangkan maksud tersebut di atas (Jatmiko, 2006).
18
2. Teori Pembelajaran Sosial
Menurut Bandura (1977) dalam Jatmiko (2006), Teori Pembelajaran
Sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar lewat pengamatan dan
pengalaman langsung. Teori ini merupakan pengkondisian operan dari
Skinner (1971) yaitu teori yang mengandaikan perilaku sebagai suatu fungsi
dari konsekuensi-konsekuensi. Proses dalam pembelajaran sosial meliputi
proses perhatian (attentional), proses penahanan (retention), proses
reproduksi motorik, dan proses penguatan (reinforcement) (Suwarto, 1999).
Proses perhatian yaitu orang hanya akan belajar dari seseorang atau
model, jika mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang atau
model tersebut. Proses penahanan adalah proses mengingat tindakan suatu
model setelah model tidak lagi mudah tersedia. Proses reproduksi motorik
adalah proses mengubah pengamatan menjadi perbuatan. Sedangkan proses
penguatan adalah proses yang mana individu-individu disediakan
rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model
(Bandura, 1977 dalam Jatmiko, 2006).
Teori pembelajaran sosial ini relevan untuk menjelaskan perilaku Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Seseorang akan taat
membayar pajak tepat pada waktunya, jika lewat pengamatan dan
pengalaman langsungnya, hasil pungutan pajak itu telah memberikan
kontribusi nyata pada pembangunan di wilayahnya (Jatmiko, 2006).
19
3. Tax Evasion (Penggelapan Pajak)
Penggelapan pajak mengacu pada tindakan Wajib Pajak yang
melanggar peraturan perundang-undangan dalam memenuhi kewajiban
perpajakan .
Mardiasmo (2011) mendefinisikan penggelapan pajak (tax evasion)
“adalah usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-
Undang (menggelapkan pajak). Dikarenakan melanggar Undang-Undang,
penggelapan pajak ini dilakukan dengan menggunakan cara yang tidak
legal. Para Wajib Pajak sama sekali mengabaikan ketentuan formal
perpajakan yang menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, atau
mengisi data dengan tidak lengkap dan tidak benar”
Sumarsan (2010) mengatakan bahwa penggelapan pajak
“merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang dengan maksud
melepaskan diri dari pajak / mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara
menyembunyikan sebagian dari penghasilannya”
Menurut Belter dalam Zain (2005) tax evasion yaitu
“usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak –apakah berhasil atau tidak- untuk
mengurangi atau sama sekali menghapus utang pajak yang berdasarkan
ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan
perpajakan”
Devano dan Rahayu (2006) mengemukakan bahwa pengelakan pajak
“merupakan usaha aktif Wajib Pajak dalam hal mengurangi, menghapus,
manipulasi ilegal terhadap utang pajak atau meloloskan diri untuk tidak
membayar pajak sebagaimana yang telah terutang menurut peraturan
perundang-undangan. Contohnya, memperkecil laporan jumlah atau bahkan
melaporkan kerugian sehingga penghasilan kena pajak berkurang dan
otomatis jumlah pajak terutang lebih kecil. Sedangkan, pada kenyataannya
jumlah pendapatan yang diterima lebih besar dan tidak mengalami
kerugian”
Menurut Wallschutzki dalam Nurmantu (2003) beberapa alasan yang
menjadi pertimbangan Wajib Pajak untuk melakukan penghindaran pajak
adalah sebagai berikut:
20
a. Ada peluang untuk melakukan penghindaran pajak karena ketentuan-
ketentuan tertentu
b. Kemungkinan perbuatannya diketahui relatif kecil
c. Manfaat yang diperoleh relatif besar daripada resikonya
d. Sanksi perpajakan yang tidak terlalu berat
e. Ketentuan perpajakan tidak berlaku sama terhadap seluruh Wajib Pajak
f. Pelaksanaan penegakan hukum yang bervariasi
Menurut Siahaan (2010) penggelapan pajak membawa akibat pada
perekonomian secara makro. Akibat dari pengelakan pajak sangat beragam
dan meliputi berbagai bidang kehidupan masyarakat, antara lain sebagai
berikut:
a. Akibat Pengelakan / Penggelapan Pajak Dalam Bidang Keuangan
Penggelapan / pengelakan pajak (sebagaimana juga halnya dengan
penghindaran diri dari pajak) berarti pos kerugian yang penting bagi
Negara, yaitu dapat menyebabkan ketidakseimbangan anggaran dan
konsekuensi-konsekuensi lain yang berhubungan dengan penaikan tarif
pajak, inflasi, dan sebagainya. Untuk menjamin pemungutan pajak secara
tepat, sering dikemukakan falsafah sebagai berikut, “Wajib Pajak yang
mengelakan pajak mungkin mengira bahwa Negara mengambil sejumlah
yang telah ada dikantungnya. Pada hakikatnya dialah yang mengambil
uang dari warga-warga yang oleh Negara harus diminta pengorbanan lain
(untuk mengimbangi kekurangan yang ditimbulkan oleh Wajib Pajak
yang tidak menunaikan kewajibannya itu)”.
21
b. Akibat Pengelakan / Penggelapan Pajak Di Bidang Ekonomi
1. Pengelakan / penggelapan pajak sangat mempengaruhi persaingan
sehat diantara para pengusaha, sebab suatu perusahaan yang
menggelapkan pajaknya dengan menekan biaya secara tidak legal,
mereka mempunyai posisi lebih menguntungkan daripada saingan-
saingan yang tidak berbuat demikian.
2. Pengelakan / penggelapan pajak tersebut merupakan penyebab
stagnasi perputaran roda ekonomi yang apabila perusahaan
bersangkutan berusaha untuk mencapai tambahan dari keuntungannya
dengan penggelapan pajak, dan tidak mengusahakan dengan jalan
perluasan aktivitas atau peningkatan usaha. Untuk menutup-nutupinya
agar jangan sampai terlihat oleh fiskus.
3.Pengelakan / penggelapan pajak termaksud juga menyebabkan
langkanya modal karena para Wajib Pajak yang menyembunyikan
keuntungannya terpaksa berusaha keras untuk menutupinya agar tidak
sampai terdeteksi oleh fiskus.
c. Akibat Pengelakan / Penggelapan Pajak Dalam Bidang Psikologi
Akibat dari penggelapan pajak juga dirasakan dalam bidang psikologi,
sebab penggelapan pajak membiasakan Wajib Pajak untuk melanggar
Undang-Undang. Apabila Wajib Pajak sampai hati melakukan penipuan
dalam bidang fiskal, lambat laun Wajib Pajak tidak akan segan-segan
berbuat sama dalam hal ini. Akibat dari komplikasi-komplikasi ini pasti
menimbulkan dampak yang mengancam sehubungan dengan tindak
22
penggelapan pajak, seperti: kemungkinan terungkapnya praktek
penipuan tersebut dengan konsekuensi pembayaran pajak yang berlipat
ganda karena meliputi utang pajak dalam waktu tertentu, ditambah
dengan denda dan kenaikan pajak yang harus dibayarnya. Hal demikian
kadang-kadang terjadi pada saat yang kurang tepat seperti dalam keadaan
kekurangan uang, sakit ataupun mengalami kebangkrutan. Akhirnya
tindakan penggelapan pajak mempunyai pengaruh yang berbahaya
terhadap Wajib Pajak, dengan tidak menyadari akan konsekuensinya, dan
mengira bahwa perbuatan curang semacam itu akan menguntungkannya
secara jangka panjang.
4. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan
Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berhubungan dengan
bagaimana pemeriksaan pajak berlangsung. Menurut Ayu dan Hastuti
(2009) yang dimaksud dengan kemungkinan terdeteksinya kecurangan
yaitu kemungkinan kecurangan yang dilakukan Wajib Pajak dapat dideteksi
oleh para pemeriksa pajak jika dilakukan pemeriksaan pajak. Menurut Ayu
(2011), persentase kemungkinan suatu pemeriksaan pajak yang dilakukan
sesuai dengan aturan perpajakan dapat mendeteksi kecurangan yang
dilakukan Wajib Pajak sehingga berpengaruh pada tax evasion.
Melalui pemeriksaan pajak yang ketat maka kemungkinan
kecenderungan Wajib Pajak melakukan kecurangan akan semakin sedikit.
Ketika seseorang menganggap bahwa persentase kemungkinan
terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan tinggi
23
maka ia akan cenderung untuk patuh terhadap aturan perpajakan dalam hal
ini berarti tidak melakukan penghindaran pajak (tax evasion), karena ia
takut jika ketika diperiksa dan ternyata ia melakukan kecurangan maka dana
yang akan dikeluarkan untuk membayar denda akan jauh lebih besar
daripada pajak yang sebelumnya harus ia bayar. Ketakutan terhadap
kemungkinan kecurangan yang dilakukan ketahuan secara psikologis
berpengaruh signifikan terhadap tindakan yang mereka lakukan. Tekanan
psikologis tersebut menyebabkan mereka cenderung tidak melakukan tax
evasion (Ayu, 2011).
Kemungkinan terdeteksinya kecurangan menurut Ayu dan Hastuti
(2009) diukur menggunakan indikator sebagai berikut: masyarakat
memenuhi kewajibannya atas dasar karena takut terhadap hukum, serta
diterapkannya pemeriksaan pajak untuk mengidentifikasi adanya
kecurangan.
5. Pemeriksaan Pajak
a. Pengertian Pemeriksaan Pajak
Mengacu pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan proporsional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
kewajiban perpajakan dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Waluyo, 2008).
24
Berdasarkan pengertian tersebut, pemeriksa pajak diberikan
wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan tindakan dalam
rangka menguji antara apa yang disampaikan WP dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) sama atau tidak dengan kewajiban yang
seharusnya dia bayar menurut pemeriksa. Pemeriksa pajak dalam hal ini
tidak dapat sewenang-wenang menetapkan kewajiban perpajakannya
tanpa didahului dengan kegiatan mencari, mengumpulkan, dan mengolah
data berupa buku, catatan, dan dokumen untuk dijadikan sebagai dasar
bukti dalam perhitungan pajak (Setiawan dan Musri, 2007).
Pemeriksaan pajak pada dasarnya termasuk ke dalam jenis
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam definisi auditing, yaitu
mengandung beberapa unsur pokok seperti informasi terukur dengan
kriteria tetap, satuan usaha, pengumpulan, dan pengevaluasian bukti serta
orang yang kompeten dan independen. Unsur-unsur pokok tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut (Suandy, 2011):
a. Informasi yang terukur dengan kriteria tetap, yaitu untuk proses
pemeriksaan pajak dimulai dengan mencari, menghimpun, dan
mengolah informasi yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
yang diisi oleh Wajib Pajak. Dalam setiap pemeriksaan diperlukan
informasi yang dapat dibuktikan dan standar atau kriteria yang dapat
dipakai pemeriksa sebagai pegangan untuk melakukan evaluasi.
25
b. Satuan usaha, yaitu setiap akan melakukan pemeriksaan pajak, ruang
lingkup pemeriksaan harus dinyatakan secara jelas. Kesatuan usaha
dapat berbentuk Wajib Pajak perorangan atau badan.
c. Mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti, maksudnya adalah
segala informasi yang dipergunakan oleh pemeriksa untuk
menentukan informasi terukur yang diperiksa melalui evaluasi agar
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
d. Pemeriksa yang kompeten dan independen, yaitu setiap pemeriksa
pajak harus memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
cukup agar dapat memahami kriteria yang dipergunakan.
b. Tujuan Pemeriksaan Pajak
Tujuan pemeriksaan pajak sebagaimana dimaksudkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan No. 545/KMK 04/2000 tanggal 22
Desember 2000 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan
pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(Rahayu, 2010).
Pemeriksaan untuk tujuan menguji kepatuhan Wajib Pajak, dilakukan
dalam hal (Rahayu, 2010):
a. SPT menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah
diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.
b. SPT tahunan pajak penghasilan menunjukkan rugi.
26
c. SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah
ditetapkan.
d. SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
e. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada
huruf c tidak dipenuhi.
Sedangkan untuk tujuan lain meliputi pemeriksaan dalam hal (Resmi,
2011):
a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto;
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas
perpajakan; dan/atau
k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda.
27
c. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup
cakupannya, yaitu terdiri dari pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan
kantor (Rahayu, 2010);
a. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap
Wajib Pajak di tempat kedudukan / kantor, tempat usaha (pabrik),
ataupun pekerjaan bebas, domisili, atau tempat tinggal. Pemeriksaan
lapangan dapat meliputi satu jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk
tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya. Pemeriksaan lapangan
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan, dihitung
sejak tanggal surat pemberitahuan pemeriksaan disampaikan kepada
Wajib Pajak atau wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga dari
Wajib Pajak sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
Dengan alasan tertentu, pemeriksaan lapangan dapat diperpanjang
paling lama 4 (empat) bulan (Ilyas dan Burton, 2012).
b. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap
Wajib Pajak di kantor unit pemeriksaan (DJP). Kurangnya kepatuhan
Wajib Pajak terhadap pajak maka pemeriksaan kantor dapat dialihkan
menjadi pemeriksaan lapangan. Lamanya pemeriksaan kantor untuk
menguji kepatuhan pemenuhan perpajakan dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 3 (bulan), dihitung sejak tanggal Wajib Pajak atau
wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga dari Wajib Pajak, datang
memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai
28
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. Dengan alasan tertentu,
jangka waktu pemeriksaan kantor dapat diperpanjang paling lama 3
(tiga) bulan (Ilyas dan Burton, 2012).
6. Keadilan Pajak
a. Keadilan Pajak
Menurut Smith dalam Zain (2005), prinsip yang paling utama dalam
rangka pemungutan pajak adalah keadilan dalam perpajakan yang
dinyatakan dengan suatu pernyataan bahwa setiap warga negara hendaklah
berpartisipasi dalam pembiayaan pemerintah, sedapat mungkin secara
proporsional sesuai dengan kemampuan masing-masing, yaitu dengan cara
membandingkan penghasilan yang diperolehnya dengan perlindungan
yang dinikmatinya dari negara.
Mardiasmo (2011) mengutarakan bahwa sesuai dengan tujuan hukum,
yakni mencapai keadilan, Undang-Undang dan pelaksanaan pemungutan
harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan
pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan
memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan,
penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis
Pertimbangan Pajak.
Keadilan pajak oleh Siahaan (2010), dibagi ke dalam tiga pendekatan
aliran pemikiran, yaitu:
1. Prinsip Manfaat (benefit principle)
29
Seperti teori yang diperkenalkan oleh Adam Smith serta beberapa ahli
perpajakan lain tentang keadilan, mereka mengatakan bahwa keadilan
harus didasarkan pada prinsip manfaat. Prinsip ini menyatakan bahwa
suatu sistem pajak dikatakan adil apabila kontribusi yang diberikan oleh
setiap Wajib Pajak sesuai dengan manfaat yang diperolehnya dari jasa-
jasa pemerintah. Jasa pemerintah ini meliputi berbagai sarana yang
disediakan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka sistem pajak yang benar-
benar adil akan sangat berbeda tergantung pada struktur pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu prinsip manfaat tidak hanya menyangkut
kebijakan pajak saja, tetapi juga kebijakan pengeluaran pemerintah
yang dibiayai oleh pajak.
2. Prinsip Kemampuan Membayar (ability to pay principle)
Pendekatan yang kedua yaitu prinsip kemampuan membayar. Dalam
pendekatan ini, masalah pajak hanya dilihat dari sisi pajak itu sendiri
terlepas dari sisi pengeluaran publik (pengeluaran pemerintah untuk
membiayai pengeluaran bagi kepentingan publik). Menurut prinsip ini,
perekonomian memerlukan suatu jumlah penerimaan pajak tertentu,
dan setiap Wajib Pajak diminta untuk membayar sesuai dengan
kemampuannya. Prinsip kemampuan membayar secara luas digunakan
sebagai pedoman pembebanan pajak. Pendekatan prinsip kemampuan
membayar dipandang jauh lebih baik dalam mengatasi masalah
30
redistribusi pendapatan dalam masyarakat, tetapi mengabaikan masalah
yang berkaitan dengan penyediaan jasa-jasa publik.
3. Keadilan Horizontal dan Keadilan Vertikal
Mengacu pada pengertian prinsip kemampuan membayar, dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat dua kelompok besar keadilan pajak:
a. Keadilan Horizontal
Keadilan horizontal berarti bahwa orang-orang yang mempunyai
kemampuan sama harus membayar pajak dalam jumlah yang sama.
Dengan demikian prinsip ini hanya menerapkan prinsip dasar
keadilan berdasarkan Undang-Undang. Misalnya untuk pajak
penghasilan, untuk orang yang berpenghasilan sama harus
membayar jumlah pajak yang sama.
Syarat keadilan horizontal sebagai berikut (Waluyo, 2008):
a) Definisi Penghasilan
Memuat semua tambahan ekonomis termasuk ke dalam
pengertian definisi penghasilan.
b) Globality
Seluruh tambahan kemampuan ekonomis merupakan ukuran dari
keseluruhan kemampuan membayar (The Global Ability to Pay).
Oleh karena itu, Penghasilan dijumlahkan menjadi satu objek
pajak.
c) Net Income
31
Yang menjadi Ability to Pay yaitu jumlah neto setelah dikurangi
semua biaya yang tergolong dalam biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
d) Personal Exemption
Pengurangan yang diberikan kepada Wajib Pajak orang pribadi
berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
e) Equal Treatment for the Equals
Pengenaan pajak dengan perlakuan yang sama diartikan bahwa
seluruh penghasilan dikenakan pajak dengan tarif yang sama tanpa
membedakan jenis atau sumber penghasilan.
b. Keadilan Vertikal
Prinsip keadilan vertikal berarti bahwa orang-orang yang
mempunyai kemampuan lebih besar harus membayar pajak lebih
besar. Dalam hal ini nampak bahwa prinsip keadilan vertikal juga
memberikan perlakuan yang sama seperti halnya pada prinsip
keadilan horizontal, tetapi beranggapan bahwa orang yang
mempunyai kemampuan berbeda, harus membayar pajak dengan
jumlah yang berbeda pula.
Syarat keadilan vertikal antara lain sebagai berikut (Waluyo, 2008):
a) Unequal Treatment for The Unequals
Besarnya tarif dibedakan oleh jumlah seluruh penghasilan atau
jumlah seluruh tambahan kemampuan ekonomis (bukan
perbedaan jenis atau sumber penghasilan).
32
b) Progresssion
Wajib Pajak yang penghasilannya besar, harus membayar pajak
yang besar dengan persentase tarif yang besar.
b. Cara Mewujudkan Keadilan Pajak
Keadilan memiliki perspektif yang sangat luas, dimana keadilan
antara masing-masing individu berbeda-beda. Walaupun demikian,
Negara dalam menerapkan pajak sebagai sumber penerimaan harus
berusaha untuk mencapai kondisi dimana masyarakat secara makro
dapat merasakan keadilan dalam penerapan Undang-Undang Pajak.
Setidaknya ada tiga aspek keadilan yang perlu diperhatikan dalam
penerapan pajak, sebagai berikut (Siahaan, 2010 (pembahasan ini
diambil dari makalah kuliah perpajakan yang digunakan di STAN, tidak
dipublikasikan):
a. Keadilan Dalam Penyusunan Undang - Undang Pajak
Dengan melihat proses dan hasil akhir pembuatan Undang-
Undang Pajak yang kemudian diberlakukan, masyarakat akan dapat
melihat apakah pemerintah juga mengakomodasi kepentingan WP
dalam penetapan peraturan perpajakan, seperti ketentuan tentang
siapa yang menjadi objek pajak, apa yang menjadi objek pajak,
bagaimana cara pembayaran pajak, tindakan yang dapat
diberlakukan oleh fiskus kepada WP, sanksi yang mungkin
dikenakan kepada WP yang tidak melaksanakan kewajibannya
secara tidak benar, hak WP, perlindungan WP dari tindakan fiskus
33
yang dianggapnya tidak sesuai dengan ketentuan, keringanan pajak
yang dapat diberikan kepada WP, dan hal lainnya.
Undang - Undang Pajak yang disusun dengan mengakomodasi
perkembangan yang terjadi di masyarakat akan lebih mengakomodir
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat yang akan lebih
mudah diterima oleh masyarakat yang akan membayar pajak, karena
mereka diperlakukan secara adil oleh pemerintah dalam penetapan
pungutan wajib yang akan membebani WP. Untuk menilai apakah
suatu Undang - Undang Pajak mewakili fungsi dan tujuan dari
hukum pajak dapat dilakukan dengan cara melihat sejauh mana asas
- asas dalam pemungutan pajak dimasukkan ke dalam pasal-pasal
dalam Undang-Undang Pajak yang bersangkutan. Untuk memenuhi
keadilan perpajakan, maka seharusnya pemerintah bersama dengan
DPR mengikuti syarat pembuatan Undang-Undang Pajak, yaitu
syarat yuridis, ekonomi dan finansial.
b. Keadilan Dalam Penerapan Ketentuan Perpajakan
Pada dasarnya salah satu bentuk keadilan di dalam penerapan
hukum pajak adalah terjadinya keseimbangan antara pelaksanaan
kewajiban perpajakan dan hak perpajakan dari WP. Karena itu dalam
asas pemungutan pajak yang baik, fiskus harus konsisten dalam
menerapkan ketentuan yang telah diatur dalam Undang-Undang
Pajak dengan juga memperhatikan kepentingan WP, hal ini dapat
dilihat dari contoh sebagai berikut: Dalam pasal 27A ayat (1)
34
Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dinyatakan bahwa apabila pengajuan keberatan, permohonan
banding, atau permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian
atau seluruhnya, selama pajak yang masih harus dibayar
sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), Surat Ketetapan
Lebih Bayar (SKPLB) yang telah dibayar menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak, kelebihan pembayaran pajak tersebut akan
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
Apabila fiskus dengan sengaja berlarut-larut waktu dalam
melakukan pengembalian kelebihan karena tidak diatur dalam
batang tubuh Undang-Undang KUP kapan paling lambatnya
pengembalian ini harus dilakukan, dan di lain pihak kapanpun
pengembalian dilakukan kepada WP diberikan bunga yang jumlah
maksimalnya tidak berubah karena telah ditentukan dalam sistem
hukum (yaitu maksimal 24 bulan). Terlebih jika sengaja tidak
menerbitkan imbalan bunga; hal tersebut tentulah akan menimbulkan
ketidakadilan bagi WP. Kelebihan pembayaran pajak tersebut adalah
hak sepenuhnya milik WP yang harus dikembalikan. Dalam kasus
tersebut, timbul pengikraran keadilan dalam pelaksanaan hukum
pajak yang berdampak pada ketidakpuasan masyarakat/WP dan
35
mungkin berakibat menurun atau menghilangnya kepatuhan WP
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
c. Keadilan Dalam Penggunaan Uang Pajak
Keadilan dalam penggunaan uang pajak berkaitan dengan
harapan sampai dimana manfaat dari pemungutan pajak tersebut
dipergunakan untuk kepentingan masyarakat banyak. Keadilan yang
bersumber pada penggunaan uang pajak sangat penting karena
membayar pajak tidak menerima kontraprestasi secara langsung yang
“dapat” ditunjuk atau yang seimbang pada saat membayar pajak.
Sehingga manfaat pajak untuk pelayanan umum dan kesejahteraan
umum harus benar-benar mendapatkan perhatian dan dapat dirasakan
secara langsung oleh masyarakat yang menjadi pembayar pajak.
7. Ketepatan Pengalokasian Pajak
Menurut Sari dan Dwinuri (2009) yang dimaksud dengan ketepatan
pengalokasian pajak yaitu pemanfaatan dana pajak yang tercantum dalam
APBN dan mendistribusikannya kembali ke masyarakat ke dalam bentuk
fasilitas umum yang diberikan pemerintah.
Salah satu fungsi utama pajak adalah sebagai sumber keuangan negara
(fungsi budgetair) yang merupakan salah satu sumber penerimaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan
(Resmi, 2011).
Melalui pajak yang kita bayar, tersedia anggaran di APBN yang dapat
digunakan untuk mendanai atau membiayai berbagai pembangunan fisik
36
seperti gedung sekolah, rumah sakit atau puskesmas, jalan raya, jembatan,
dermaga, pengairan/irigasi, alat-alat keamanan maupun pertahanan, gaji
pegawai negeri, dan lainnya. Demikian juga dalam menangani dan
menanggulangi korban bencana alam (gempa bumi, banjir, tanah longsor,
dan lainnya) (Pandiangan, 2007).
Pemanfaatan dana pajak dalam APBN didistribusikan ke masing-
masing departemen selaku penanggung jawab pemanfaatan dana tersebut.
Berikut ini adalah indikator dari pengalokasian dana pajak yang tepat antara
lain (Sari dan Dwinuri, 2009):
a. Pajak digunakan untuk perbaikan jalan yang rusak
b. Pajak digunakan untuk pembangunan jalan tol
c. Pajak digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan nasional
d. Pajak digunakan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat
e. Pajak digunakan untuk penanggulangan bencana jika terjadi bencana
alam
f. Pajak digunakan untuk penyelenggaraan pertahanan dan keamanan
Negara
Dengan kata lain, pajak yang dibayarkan akan dikembalikan lagi ke
masyarakat dalam bentuk fasilitas umum yang diberikan pemerintah.
Di samping fungsi budgeter (fungsi penerimaan di atas), pajak juga
merupakan fungsi redistribusi pendapatan dari masayarakat yang
kemampuan ekonomisnya lebih tinggi kepada masyarakat yang
kemampuan ekonomisnya lebih rendah. Oleh karena itu, tingkat kepatuhan
37
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya secara baik dan
benar merupakan syarat mutlak untuk terciptanya fungsi redistribusi
pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang
ada dalam masyarakat dapat berkurang (Sari dan Dwinuri, 2009).
Menurut Ayu dan Hastuti (2009) ketika pengeluaran pemerintah
dianggap tidak baik maka kecenderungan melakukan penggelapan pajak
semakin tinggi. Teori pembelajaran sosial Bandura (1977) dalam Jatmiko
(2006) menjelaskan perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya
membayar pajak. Wajib Pajak akan taat membayar pajak tepat waktu jika
dalam pengamatan dan pengalamannya hasil dari pajak itu telah
berkontribusi nyata pada pembangunan umum.
8. Teknologi Sistem Perpajakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) teknologi dibedakan
menjadi dua definisi, yaitu: 1) Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis
ilmu pengetahuan terapan, 2) Keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia.
Menurut Pandiangan (2007) modernisasi administrasi perpajakan
modern dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan aspek
teknologi sistem perpajakan. Teknologi sistem perpajakan yaitu proses
pembaruan di bidang teknologi informasi yang berkaitan dengan sistem
administrasi perpajakan. Misalnya dengan adanya e-system yang meliputi
e-Registration, e-SPT, e-Filling, dan e-Payment.
38
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 20
/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak,
aplikasi e-Registration adalah sarana pendaftaran Wajib Pajak dan/atau
pelaporan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
perubahan data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak, pemindahan
Wajib Pajak, penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan pencabutan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui internet yang terhubung
langsung secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak.
Sistem pendaftaran Wajib Pajak secara online ini merupakan sistem
aplikasi sebagai bagian dari Sistem Informasi Perpajakan di lingkungan
kantor DJP dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang
dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk
mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak. Sistem ini terbagi dua bagian,
yaitu 1) sistem yang digunakan oleh Wajib Pajak yang berfungsi sebagai
sarana pendaftaran Wajib Pajak secara online, dan 2) sistem yang digunakan
oleh petugas pajak yang berfungsi untuk memproses pendaftaran Wajib
Pajak (Pandiangan, 2007).
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 1/PJ/2014
tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi yang Menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS
39
secara e-Filling Melalui Website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id), e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk
elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-
SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sedangkan e-Filling
adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang
dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website
Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi
atau Application Service Provider (ASP).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Hastuti (2009),
Permatasari dan Laksito (2013), dan Ardyaksa (2014) mengemukakan
bahwa masih banyak Wajib Pajak yang masih menggunakan fasilitas-
fasilitas perpajakan secara manual, jarang membuka website DJP, dan
belum memaksimalkan kemudahan yang ditawarkan oleh DJP kepada wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Hal ini diperkuat dengan hasil
analisis deskriptif responden atas pernyataan yang mana mayoritas
responden masih jarang menggunakan fasilitas teknologi dan informasi
perpajakan seperti e-registration, e-SPT, e-filling, dan online payment.
9. Tax Morale (Moralitas Pajak)
a. Definisi Tax Morale
Menurut Konratyev (2000) dalam Wardhani (2009) disebutkan
bahwa moralitas adalah kesadaran akan loyalitas pada tugas dan
tanggung jawab. Lebih lanjut, moralitas juga merupakan suatu sistem
peraturan-peraturan perilaku sosial, dan etika hubungan antar orang.
40
Menurut Cummings et al (2005) tax morale adalah:
“Intrinsic motivation to pay taxes arising from the moral obligation to
pay taxes or the belief in contributing to society by paying taxes”
“(Motivasi intrinsik untuk membayar pajak yang timbul dari kewajiban
moral untuk membayar pajak atau kepercayaan dalam memberikan
kontribusi kepada masyarakat dengan membayar pajak)”.
Weak (1983) dalam Torgler (2007) menemukan dalam analisa
empiris bahwa terdapat korelasi negatif antara moralitas pajak dengan
ukuran dari shadow economy. Dalam analisa multivariate dengan data
yang bersumber dari Taxpayers Opinion Survey, menggunakan tax
evasion sebagai variabel dependen, Torgler (2003) menemukan bahwa
moralitas pajak secara signifikan mengurangi tax evasion.
Wardhani (2009) menjelaskan bahwa moralitas pajak tidak
mengukur perilaku individu, namun lebih kepada sikap dan pendirian
individu. Hal ini dapat dilihat sebagai kewajiban moral untuk membayar
pajak, keyakinan untuk berkontribusi kepada masyarakat dengan
membayar pajak. Di sisi lain, hal ini juga menyangkut penolakan moral
ataupun rasa salah atas perilaku tidak jujur atas pajak. Jika rasa bersalah
para Wajib Pajak tinggi, maka Wajib Pajak tersebut tentunya akan
bersedia membayar pajak. Pendekatan moralitas pajak dalam analisa
Torgler merupakan sebuah pembenaran bahwa melakukan kecurangan
dalam pajak adalah keyakinan yang salah jika yang dijadikan tujuan
hanya untuk membayar pajak penghasilan yang lebih kecil.
41
b. Indikator Tax Morale
Torgler dalam bukunya Tax Compliance and Tax Morale : A
Theoritical and Empirical Analysis (2007), mengemukakan bahwa
terdapat dua komponen utama yang membentuk tax morale. Komponen
tersebut adalah lingkup sosio-demografis dan lingkup sosio-ekonomi.
Lingkup sosio-demografis meliputi:
a. Faktor Demografis, yang terdiri atas usia, jenis kelamin, pendidikan,
dan status pernikahan.
b. Kondisi Ekonomi, yang terdiri atas pekerjaan dan status / kondisi
ekonomi.
Sedangkan lingkup sosio-ekonomi tax morale meliputi Kebanggaan
Nasional, Detterence Factor, dan Sistem Perpajakan. Dalam penelitian
ini, detterence factor yang terdiri dari probabilitas pemeriksaan pajak dan
sanksi administrasi pajak tidak diikutsertakan karena merupakan lingkup
dari variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan.
a) Faktor Demografis
Kebanyakan teori-teori yang terkait dengan efek faktor
demografis sosial atas kepatuhan telah dikembangkan oleh psikolog
sosial. Tittle (1980) berargumen bahwa orang yang lebih tua lebih
sensitif terhadap ancaman atas sanksi dan selama beberapa tahun telah
memiliki peranan sosial yang semakin besar (Wangsa, 2009).
Tittle (1980) dalam Wardhani (2009) menyatakan bahwa wanita
pada umumnya lebih tinggi tingkat kepatuhannya daripada pria. Hal
42
ini dimungkinkan karena wanita umumnya lebih bersifat penghindar
resiko (risk averse) daripada pria. Hal ini berlaku umum, baik di
negara maju maupun berkembang.
Coate dan Frey (2000) dalam Basri (2014) mengemukakan bahwa
para pria akan lebih cenderung melanggar peraturan yang ada karena
mereka memandang pencapaian prestasi sebagai suatu persaingan.
Berkebalikan dengan pria yang mementingkan kesuksesan akhir atau
relative performance, para wanita lebih mementingkan self-
performance. Wanita akan lebih menitikberatkan pada pelaksanaan
tugas dengan baik dan hubungan kerja yang harmonis, sehingga
wanita akan lebih patuh terhadap peraturan yang ada dan mereka akan
lebih kritis terhadap orang-orang yang melanggar peraturan tersebut.
Hal tersebut selaras dengan penemuan Basri (2014), bahwa laki-laki
akan cenderung melakukan kecurangan pajak dibandingkan dengan
perempuan.
Lewis (1982) dalam Wardhani (2009) menjelaskan bahwa
pendidikan berhubungan dengan pengetahuan Wajib Pajak mengenai
hukum dan peraturan perpajakan. Wajib Pajak dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih memahami hukum dan
peraturan perpajakan dan mengerti hubungan antar aturan fiskal
tersebut. Dengan demikian, Wajib Pajak tersebut akan lebih
menyadari kegunaan dan manfaat serta pelayanan yang diberikan
43
negara kepada warga negaranya atas pendapatan yang dikenakan
pajak.
Namun pada sisi lain, individu yang berpendidikan memiliki
pemikiran yang lebih kritis mengenai pembelanjaan negara dari
penerimaan pajak (Cahyonowati, 2011). Oleh karena itu mereka akan
lebih sadar akan kemungkinan pemborosan dari pemerintah, sehingga
hal ini akan membuat mereka tidak patuh karena pengetahuannya
maka menimbulkan kesempatan untuk melakukan penghindaran dan
penggelapan pajak (Wangsa, 2009). Individu yang berpendidikan juga
memiliki pemikiran yang lebih kritis mengenai hukum pajak sehingga
mereka lebih mahir untuk mensiasati aturan pajak baik secara legal
maupun ilegal (Cahyonowati, 2011).
Menurut Tittle (1980) dalam Wangsa (2009), status perkawinan
mungkin mempengaruhi tingkah laku sesuai atau melanggar hukum,
bergantung pada luasnya jaringan sosial yang membatasi seorang
individual. Pembatasan tersebut mungkin memberikan dampak
terhadap moral pajak, harus dicatat juga bahwa variabel tersebut
mungkin berinteraksi dengan sistem pajak. Perbedaan tingkat moral
pajak mungkin berdasarkan atas perbedaan perlakukan pajak untuk
orang yang belum dan sudah menikah. Bukti dari Switzerland dan
Amerika menunjukkan kecenderungan orang yang sudah menikah
mempunyai moral pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
belum menikah.
44
Orang yang sudah menikah tentunya akan memiliki tanggungan
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan orang yang belum
menikah ataupun bercerai, sehingga tanggung jawab yang harus
dipikul ini menyebabkan orang yang sudah menikah cenderung untuk
lebih bertanggung jawab dibandingkan dengan orang yang belum
menikah ataupun bercerai, sehingga akan lebih patuh (Wangsa, 2009).
b) Kondisi Ekonomi
Berkaitan dengan status pekerjaan, Wajib Pajak yang membuka
usaha sendiri lebih sensitif terhadap pengeluaran yang harus
dibayarkan. Hal ini dikarenakan penghasilan yang diterimanya tidak
tetap setiap bulannya, dan cenderung untuk mencari celah untuk tidak
membayar pajaknya, karena pajak berarti pengeluaran yang tanpa
adanya kontraprestasi secara langsung yang diterima. Sedangkan
untuk Wajib Pajak yang bekerja sebagai pegawai, mereka tidak
memiliki pilihan selain mengikuti kebijakan yang berlaku dimana
mereka bekerja. Berbeda dengan Wajib Pajak yang berwiraswasta
dimana pajaknya dilaporkan sendiri, mereka cenderung patuh
membayar pajak karena pajak dipotong dari penghasilan bulanan yang
secara pasti mereka terima (Wangsa, 2009).
Dengan berkaca pada kecenderungan untuk melakukan
penghindaran pajak, dapat disusun suatu argumentasi bahwa di negara
dengan tarif pajak penghasilan yang bersifat progresif, Wajib Pajak
yang berpenghasilan tinggi akan menyadari tingginya jumlah yang
45
dapat dihemat dengan melakukan pengelakan pajak (Wardhani,
2009).
Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan rendah cenderung
untuk membayar pajaknya karena pajak yang dibayarkan juga jauh
lebih kecil. Penjabaran tersebut tentunya menunjukkan bahwa Wajib
Pajak yang mempunyai penghasilan lebih rendah cenderung untuk
memiliki moral pajak yang lebih tinggi dibandingkan Wajib Pajak
yang memiliki penghasilan yang lebih tinggi. Hal tersebut tentunya
terkait dengan insentif yang akan diperoleh apabila melakukan
kecurangan pajak, sehingga Wajib Pajak dengan penghasilan yang
tinggi cenderung untuk berusaha melakukan penghindaran pajak
sehingga pajak yang dibayarkan menjadi jauh lebih kecil daripada
yang seharusnya sehingga pendapatan yang dimilikinya akan menjadi
lebih besar (Wangsa, 2009).
c) Kebanggaan Nasional
Jika Wajib Pajak bangga dan percaya pada pemerintah,
pengadilan, dan sistem hukum, serta administrasi perpajakan, maka
Wajib Pajak akan lebih memiliki kemauan untuk membayar pajak
(Wardhani, 2009). Wajib Pajak yang percaya terhadap pemerintah
tentunya akan melaksanakan kewajiban pajaknya dengan rasa
sukarela dimana ia akan memiliki moral pajak yang tinggi untuk tetap
melaksanakan kewajiban pajaknya walaupun adanya insentif untuk
melakukan pelanggaran pajak, demikian halnya juga dengan
46
kebanggaan nasional atau dengan kata lain nasionalisme yang dimiliki
oleh Wajib Pajak, semakin tinggi nasionalisme yang dimiliki oleh
Wajib Pajak maka moral pajak yang dimiliki pun akan semakin besar
(Wangsa, 2009).
d) Sistem Perpajakan
Sistem perpajakan yang berlaku dalam suatu negara akan
memberikan pengaruh kepada moral pajak Wajib Pajak. Hal tersebut
dapat dilihat bahwa bila pemerintah menerapkan suatu sistem
perpajakan yang mudah dimengerti sehingga Wajib Pajak akan
mudah untuk memahami prosedur-prosedur yang harus
dilakukannya. Hal tersebut dapat berpengaruh pada meningkatnya
moral pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Demikian halnya
dengan sistem administrasi pajak yang jujur, adil, informatif dan
membantu maka hal tersebut dapat membuat Wajib Pajak merasakan
pelayanan yang diberikan pemerintah dalam bidang perpajakan
(Wangsa, 2009).
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel
2.1 pada halaman berikutnya.
47
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Dera
Yolanda,
Dandes
Rifa,
Yeasy
Darmaya
nti (2016)
Pengaruh Sistem
Perpajakan,
Diskriminasi,
Kemungkinan
Terdeteksinya
Kecurangan, dan Norma
Terhadap Persepsi Wajib
Pajak Mengenai
Penggelapan Pajak (Tax
Evasion)
- 1.Variabel
kemungkinan
terdeteksinya
kecurangan dan tax
evasion
- 2. Analisis regresi
linier berganda
1. Populasi dan
Sampel: Wajib Pajak
Orang Pribadi di KPP
Pratama Padang
2. Variabel sistem
perpajakan,
diskriminasi, dan
norma
Sistem perpajakan, kemungkinan
terdeteksinya kecurangan, dan
norma tidak berpengaruh
signifikan terhadap persepsi Wajib
Pajak mengenai penggelapan
pajak. Sedangkan diskriminasi
berpengaruh signifikan terhadap
persepsi Wajib Pajak mengenai
penggelapan pajak.
2. Dian Tri
Wahyuni
ngsih
(2015)
Minimalisasi Tax
Evasion Melalui Tarif
Pajak, Teknologi dan
Informasi Perpajakan,
Keadilan Sistem
Perpajakan, dan
Ketepatan Pengalokasian
Pengeluaran Pemerintah
Variabel teknologi dan
informasi perpajakan,
keadilan sistem
perpajakan, ketepatan
pengalokasian
pengeluaran
pemerintah, dan tax
evasion
1. Populasi dan
Sampel: Wajib Pajak
Orang Pribadi di KPP
Pratama Semarang
Selatan
2. Variabel tarif pajak
Tarif pajak dan teknologi dan
informasi perpajakan berpengaruh
terhadap tax evasion. Sedangkan
keadilan sistem perpajakan dan
ketepatan pengalokasian
pengeluaran pemerintah tidak
berpengaruh terhadap tax evasion.
Bersambung pada halaman selanjutnya
48
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Alifia
Syahrina
dan Dudi
Pratomo
(2014)
Pengaruh Kemungkinan
Terdeteksinya
Kecurangan, Keadilan
Pajak, Ketepatan
Pengalokasian Pajak, dan
Teknologi Sistem
Perpajakan Terhadap Tax
Evasion oleh Wajib
Pajak
1. Variabel
kemungkinan
terdeteksinya
kecurangan, keadilan
pajak, ketepatan
pengalokasian pajak,
dan teknologi sistem
perpajakan, dan tax
evasion
2. Metode analisis
regresi linier berganda
Populasi dan sampel:
Wajib Pajak Badan di
KPP Pratama Wilayah
Kota Bandung.
Kemungkinan terdeteksinya
kecurangan, keadilan pajak, dan
ketepatan pengalokasian pajak
berpengaruh signifikan terhadap
tax evasion. Sedangkan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan
antara teknologi sistem perpajakan
terhadap tax evasion.
4. Yossi
Friskianti
dan
Bestari
Dwi
Handayan
i (2014)
Pengaruh Self
Assessment Systems,
Keadilan, Teknologi
Perpajakan, dan
Ketidakpercayaan
Kepada Pihak Fiskus
Terhadap Tindakan Tax
Evasion
1. Variabel keadilan,
teknologi perpajakan,
dan tax evasion
2. Metode analisis
regresi linier berganda
1. Populasi dan
sampel: Wajib Pajak
Orang Pribadi di
Kabupaten Batang
2. Variabel independen
self assessment
systems dan
ketidakpercayaan
kepada pihak fiskus
Self assessment system, keadilan,
teknologi perpajakan, dan
ketidakpercayaan kepada pihak
fiskus secara parsial tidak
berpengaruh terhadap tindakan tax
evasion. Sedangkan
ketidakpercayaan kepada pihak
fiskus secara parsial berpengaruh
terhadap tindakan tax evasion.
Bersambung pada halaman selanjutnya
49
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Inggrid
Permatas
ari dan
Herry
Laksito
(2013)
Minimalisasi Tax
Evasion Melalui Tarif
Pajak, Teknologi dan
Informasi Perpajakan,
Keadilan Sistem
Perpajakan, dan
Ketepatan Pengeluaran
Pemerintah
Variabel teknologi dan
informasi perpajakan,
keadilan sistem
perpajakan, ketepatan
pengalokasian
pengeluaran
pemerintah, dan tax
evasion
1. Populasi dan
Sampel: Wajib Pajak
Orang Pribadi di
Wilayah KPP Pratama
Pekanbaru Senapelan
2. Variabel independen
tarif pajak
Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara tarif pajak
terhadap tax evasion. Sedangkan
terdapat pengaruh negatif dan
signifikan antara teknologi dan
informasi perpajakan, keadilan
pajak, dan ketepatan pengalokasian
pengeluaran pemerintah terhadap
tax evasion.
6. Stephana
Dyah
Ayu
(2011)
Persepsi Efektifitas
Pemeriksaan Pajak
Terhadap Kecenderungan
Melakukan Perlawanan
Pajak
1. Variabel independen
pemeriksaan pajak
2. Variabel dependen
tax evasion
1. Populasi dan
sampel: Wajib Pajak
Orang Pribadi yang
mempunyai usaha,
yang berlokasi di
Semarang
2. Metode penentuan
sampel: quota
sampling
3. Analisis data dengan
regresi linier sederhana
Persepsi terhadap kemungkinan
terdeteksinya kecurangan
berpengaruh negatif terhadap tax
evasion. Persentase kemungkinan
suatu pemeriksaan pajak dilakukan
sesuai dengan aturan perpajakan
dapat mendeteksi kecurangan yang
dilakukan wajib pajak sehingga
berpengaruh pada tax evasion
Bersambung pada halaman selanjutnya
50
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. Nur
Cahyono
wati
(2011)
Model Moral dan
Kepatuhan Perpajakan:
Wajib Pajak Orang
Pribadi
Variabel tax morale
dan perceived tax
evasion (persepsi
penggelapan pajak)
1. Populasi dan
sampel: Wajib Pajak
Orang Pribadi di kota
Semarang
2. Variabel tax evasion
sebagai variabel
independen
3. Analisis data dengan
component based-
Structural Equation
Modelling (SEM)
Tingkat moral Wajib Pajak belum
tumbuh dari motivasi intrinsik
individu melainkan paksaan dari
faktor eksternal yaitu oleh
besarnya denda pajak. Tingkat
moral pajak menentukan tingkat
kepatuhan seseorang terhadap
peraturan perpajakan.
8. Eka
Aryani
Wardhani
(2009)
Pengaruh Moralitas
Pajak dan Budaya Pajak
Terhadap Tingkat
Kepatuhan Pajak
Variabel moralitas
pajak (tax morale)
1. Populasi dan
sampel: Wajib Pajak
Pribadi di Jakarta
Pusat
2. Analisis data
menggunakan
component based-
Structural Equation
Modelling (SEM)
Terdapat pengaruh moralitas pajak
dan budaya pajak terhadap
kepatuhan pajak, dimana tinggi
rendahnya kepatuhan pajak
dipengaruhi secara nyata dan
positif oleh tinggi rendahnya
moralitas pajak dan budaya pajak
Bersambung pada halaman selanjutnya
51
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
9. Stephana
Dyah
Ayu R
dan Rini
Hastuti
(2009)
Persepsi Wajib Pajak:
Dampak Pertentangan
Diametral Pada Tax
Evasion Wajib Pajak
Dalam Aspek
Kemungkinan
Terdeteksinya
Kecurangan, Keadilan,
Ketepatan Pengalokasian,
Teknologi Sistem
Perpajakan, dan
Kecenderungan Personal
1. Variabel
kemungkinan
terdeteksinya
kecurangan, ketepatan
pengalokasian,
teknologi sistem
perpajakan, dan tax
evasion
2. Analisis regresi linier
berganda
Populasi dan Sampel:
Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terdaftar
di 4 KPP yang berada
di Semarang
Terdapat pengaruh negatif yang
signifikan antara kemungkinan
terdeteksinya kecurangan dan
ketepatan pengalokasian terhadap
tax evasion. Sedangkan persepsi
terhadap keadilan, penggunaan
teknologi, dan kecenderungan tax
evasion seseorang ternyata tidak
berpengaruh secara signifikan
pada tingkat tax evasion.
10. Bayu
Sarjono
(2009)
Pengaruh Variabel Sosio
Demografi Terhadap Tax
Evasion Pajak
Penghasilan Melalui Tax
Morale
Variabel tax morale
dan tax evasion
Populasi dan sampel:
Wajib Pajak Orang
Pribadi di Wilayah
KPP Pratama
Surabaya
Sukomanunggal.
Variabel sosio demografi
berpengaruh terhadap tax evasion
pph melalui tax morale. Variabel
sosio demografi juga berpengaruh
signifikan terhadap tax morale.
Bersambung pada halaman selanjutnya
52
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
11. Inge
Nickerso
n, Larry
Pleshko,
and
Robert
W.
McGee
(2009)
Presenting the
Dimensionality of An
Ethics Scale Pertaining
to Tax Evasion
1. Variabel
independen
fairness
2. Variabel
dependen tax
evasion
Ruang lingkup
penelitian dilakukan
di 6 negara, yaitu
Argentina,
Guatemala, Poland,
Romania, United
Kingdom, dan USA
Tax evasion terbukti memiliki
keseluruhan dimensi persepsi skala etis
dari item-item yang diuji yaitu fairness,
tax system, dan discrimination
12. Benno
Torgler
(2005)
Tax Morale in Latin
America
Variabel tax
morale dan tax
evasion
Ruang lingkup
penelitian dilakukan
di Amerika Latin
Pengaruh yang signifikan antara tax
morale dengan besarnya ekonomi
bayangan. Orang-orang yang
mengatakan bahwa mereka mengetahui
atau pernah mendengar tentang praktik
penghindaran pajak memiliki tax morale
yang lebih rendah secara signifikan.
Persepsi individu menunjukkan bahwa
tax burden, kurangnya kejujuran, dan
korupsi merupakan alasan utama
dilakukannya tax evasion.
Sumber : Diolah dari berbagai referensi,
53
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan terhadap Tax
Evasion
Penelitian yang dilakukan oleh Syahrina dan Pratomo (2014) tentang
tax evasion pada Wajib Pajak Badan menemukan bahwa persepsi
kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif terhadap tax
evasion. Persentase kemungkinan suatu pemeriksaan pajak dilakukan sesuai
dengan aturan perpajakan dapat mendeteksi kecurangan yang dilakukan
Wajib Pajak sehingga berpengaruh pada tax evasion. Hasil penelitian
tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Hastuti
(2009), yaitu persepsi kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh
negatif terhadap tax evasion. Ketika seseorang menganggap bahwa
persentase kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan
pajak tinggi maka dia akan cenderung untuk patuh terhadap aturan
perpajakan, dalam hal ini berarti tidak melakukan penggelapan pajak,
karena ia takut jika ketika diperiksa dan ternyata dia melakukan kecurangan
maka dana yang akan dikeluarkan untuk membayar denda akan jauh lebih
besar daripada pajak sebenarnya yang harus ia bayar.
Penelitian Ayu (2011) juga menemukan hal sama, yaitu persepsi
terhadap kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif pada
tax evasion. Namun hasil penelitian tersebut tidak mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ardyaksa dan Kiswanto (2014) yang
mengindikasikan bahwa walaupun pemeriksaan diperketat, jika masih ada
54
oknum pajak yang dapat disuap, Wajib Pajak dapat dengan mudahnya
melakukan penggelapan pajak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Hastuti (2009),
Ayu (2011), Syahrina dan Pratomo (2014), serta Ardyaksa dan Kiswanto
(2014) maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1 : Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh terhadap tax
evasion.
2. Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Tax Evasion
Mardiasmo (2011) mengutarakan bahwa sesuai dengan tujuan hukum,
yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan
harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak
secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan
hak kepada Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Syahrina dan Pratomo (2014)
menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif antara keadilan pajak
terhadap perilaku penggelapan pajak. Menurut Wajib Pajak Badan yang
terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota Bandung, pajak yang dikenakan
kepada Wajib Pajak Badan masih belum adil baik dari segi manfaat yang
didapatkannya sekalipun itu manfaat jangka panjangnya maupun dari segi
kemampuan Wajib Pajak Badan dalam membayar beban pajak yang
55
ditanggungnya. Hal tersebut menyebabkan tax evasion yang dilakukan
semakin tinggi.
Penelitian Permatasari dan Laksito (2013) yang dilakukan di Kota
Pekanbaru mendukung hasil penelitian tersebut. Kebanyakan masyarakat
beranggapan bahwa semakin tidak adil suatu sistem perpajakan, maka akan
semakin tinggi tax evasion. Semakin sedikit Wajib Pajak yang membayar
kewajibannya dalam jumlah besar padahal seharusnya memiliki
kemampuan untuk membayar lebih, justru semakin memicu Wajib Pajak
yang lain untuk tidak membayar pajak. Hal ini mengakibatkan peningkatan
tax evasion di masyarakat.
Hidayati (2016) dalam penelitiannya membuktikan bahwa keadilan
sistem perpajakan merupakan salah satu determinan dari ketidakpatuhan
Wajib Pajak. Keadilan mempengaruhi niat untuk berperilaku tidak patuh.
Artinya, semakin tinggi keadilan yang dirasakan oleh Wajib Pajak maka
akan meningkatkan kesukarelaan untuk membayar pajak. Oleh karena itu,
keinginan untuk berperilaku tidak patuh akan semakin kecil.
Friskianti dan Handayani (2014) menemukan bahwa keadilan tidak
berpengaruh terhadap tindakan tax evasion. Keadilan justru cenderung
semakin memicu tax evasion. Semakin adil pemungutan pajak yang
dilakukan terhadap Wajib Pajak, maka Wajib Pajak yang mempunyai
penghasilan tinggi akan dikenakan pajak yang tinggi pula. Tingginya pajak
yang dibebankan akan membuat Wajib Pajak enggan membayar.
56
Penelitian Ardyaksa dan Kiswanto (2014) menunjukkan hasil yang
sama, yaitu keadilan tidak berpengaruh terhadap tax evasion. Adanya
keadilan sistem perpajakan malah memicu Wajib Pajak khususnya orang
pribadi untuk melakukan tindakan penggelapan pajak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2016), Syahrina
dan Pratomo (2014), Ardyaksa dan Kiswanto (2014), Friskianti dan
Handayani (2014), serta Permatasari dan Laksito (2013) maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2 : Keadilan Pajak berpengaruh terhadap tax evasion.
3. Pengaruh Ketepatan Pengalokasian Pajak terhadap Tax Evasion
Pajak secara garis besar seharusnya dimanfaatkan demi kepentingan
umum, oleh karena itu seharusnya dengan adanya pajak maka ketersediaan
fasilitas umum akan semakin banyak. Peranan penerimaan menjadi sangat
dominan dalam menunjang jalannya pemerintahan dan pembangunan
nasional. Masyarakat menginginkan pemerintah untuk mengalokasikan
hasil penerimaan yang diterima dari sektor pajak digunakan dengan tepat
dan sebesar-sebesarnya untuk kesejahteraan rakyat (Permatasari dan
Laksito, 2013).
Ketika pengeluaran pemerintah dianggap tidak baik maka
kecenderungan untuk melakukan tax evasion akan semakin tinggi.
Penelitian Syahrina dan Pratomo (2014) mengindikasikan hal tersebut.
Menurut Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung, pajak yang telah dipungut oleh pemerintah belum dialokasikan
57
dengan tepat untuk fasilitas umum dan kesejahteraan masyarakat luas. Hal
tersebut menyebabkan kemungkinan penggelapan pajak yang akan mereka
lakukan menjadi tinggi.
Hal tersebut didukung oleh Penelitian Ardyaksa dan Kiswanto (2014)
di Kabupaten Pati yang menemukan bahwa ketepatan pemanfaatan hasil
pajak masih rendah. Penelitian Permatasari dan Laksito (2013) di Kota
Pekanbaru juga menemukan hal yang sama. Penelitian tersebut
mengindikasikan bahwa pada dasarnya masyarakat beranggapan bahwa
mereka belum melihat kontribusi nyata pajak terhadap pembangunan di
wilayahnya. Pemerintah dianggap tidak transparan dalam mengalokasikan
pengeluarannya yang sebagian besar berasal dari pajak.
Penelitian Ayu dan Hastuti (2009) di Semarang juga menemukan
bahwa semakin pengeluaran pemerintah dianggap tepat maka tingkat tax
evasion akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena Wajib Pajak
menganggap ketepatan pemanfaatan hasil pajak di Indonesia masih rendah.
Seiring dengan iklim reformasi masyarakat Indonesia lebih kritis menyikapi
kebijakan pemerintah, hal tersebut ternyata mempengaruhi tindakan
penghindaran pajak yang mereka lakukan.
Oleh karena itu, hipotesis ketiga dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
H3 : Ketepatan pengalokasian pajak berpengaruh terhadap tax evasion
58
4. Pengaruh Teknologi Sistem Perpajakan terhadap Tax Evasion
Modernisasi layanan perpajakan yang dilakukan pemerintah
diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan, sehingga diharapkan
kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkat seiring dengan dipermudahnya
cara pembayaran dan pelaporan pajak (Permatasari dan Laksito, 2013).
Dugaan yang dibangun dari sisi teknologi ini adalah semakin tinggi dan
modern teknologi yang digunakan pemerintah, maka semakin rendah
tingkat atau upaya tax evasion yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak.
Sebaliknya, semakin rendah teknologi yang digunakan maka dapat memicu
semakin tingginya tax evasion. Penelitian Ardyaksa dan Kiswanto (2014)
mengindikasikan hal tersebut. Kesadaran Wajib Pajak di Kabupaten Pati
terhadap penggunaan teknologi dan informasi perpajakan masih rendah
yang ditandai dengan masih banyaknya Wajib Pajak yang menggunakan
fasilitas perpajakan secara manual, jarang membuka website dirjen pajak,
dan belum memaksimalkan kemudahan yang ditawarkan oleh ditjen pajak.
Penelitian Permatasari dan Laksito (2013) di Kota Pekanbaru
mendukung hasil penelitian tersebut. Penelitian tersebut mengindikasikan
bahwa semakin rendahnya penggunaan teknologi dan informasi perpajakan
dapat memicu semakin tingginya tax evasion di masyarakat.
Namun, hasil penelitian Ardyaksa dan Kiswanto (2014) dan
Permatasari dan Laksito (2013) tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Syahrina dan Pratomo (2014). Teknologi sistem perpajakan tidak
59
berpengaruh terhadap tax evasion karena penggunaan teknologi sistem
perpajakan pada WP Badan masih rendah.
Friskianti dan Handayani (2014) menemukan bahwa semakin modern
teknologi perpajakan, maka persepsi Wajib Pajak terhadap tindakan tax
evasion akan tinggi juga. Hal ini berarti walaupun semakin modern
teknologi perpajakan yang digunakan yang dimaksudkan untuk
mempermudah Wajib Pajak melakukan kewajiban perpajakannya belum
tentu akan membuat Wajib Pajak patuh dalam melaksanakan kewajibannya
perpajakannya dan mematuhi aturan perpajakannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syahrina dan Pratomo
(2014), Ardyaksa dan Kiswanto (2014), Permatasari dan Laksito (2013),
serta Friskianti dan Handayani (2014), maka hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
H4 : Teknologi sistem perpajakan berpengaruh terhadap tax evasion.
5. Pengaruh Tax Morale terhadap Tax Evasion
Penelitian Sarjono (2009) menemukan bahwa tax morale berpengaruh
signifikan terhadap tax evasion pajak penghasilan. Wajib Pajak orang
pribadi akan menolak melakukan tax evasion bila mereka memiliki motivasi
intrinsik (tax morale) untuk membayar pajak apabila mereka memperoleh
manfaat, keadilan, kepastian dan adanya penegakan hukum dari Pemerintah.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Torgler (2003) dalam
Torgler (2005). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tersebut
menunjukkan bahwa tax morale dan tax evasion memiliki korelasi negatif.
60
Penelitian Herlina dan Toly (2013) menemukan bahwa moral Wajib
Pajak menyebabkan peningkatan perencanaan pajak. Wajib Pajak Badan di
Surabaya tidak merasa bersalah bila tidak melaporkan seluruh
penghasilannya khususnya penghasilan tambahan di luar penghasilan
utama. Moral Wajib Pajak seperti itulah yang memotivasi Wajib Pajak
untuk mengecilkan pajak dengan melakukan perencanaan pajak.
Zirman (2015) juga menemukan bahwa moral pajak berpengaruh
negatif terhadap penggelapan pajak. Artinya, meningkatnya moral pajak
maka akan menurunkan penggelapan pajak. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Torgler (2003), Sarjono (2009), Herlina dan Toly (2013),
serta Zirman (2015), maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H5: Tax Morale berpengaruh terhadap tax evasion.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1.
Bersambung ke halaman selanjutnya
Teori: Wajib Pajak Harus
Mematuhi Undang-Undang
Perpajakan yang berlaku
Praktik: Masih Terdapat Wajib Pajak
yang Tidak Mematuhi UUP dengan
Melakukan Tindakan Penggelapan
Pajak (Tax Evasion)
GAP
Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan Pajak,
Ketepatan Pengalokasian Pajak, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Tax
Morale Terhadap Tax Evasion
Basis Teori : Teori Atribusi dan Teori Pembelajaran Sosial
61
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Metode Analisis: Regresi
Kemungkinan
Terdeteksinya
Kecurangan
(X1)
Tax Evasion
(Y)
Keadilan Pajak (X2)
Ketepatan Pengalokasian
Pajak (X3)
Teknologi Sistem
Perpajakan (X4)
Tax Morale (X5):
- Faktor Demografis
- Kondisi Ekonomi
- Kebanggaan Nasional
- Sistem Perpajakan
Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Basis Teori : Teori Atribusi dan Teori Pembelajaran Sosial
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Penelitian ini akan menguji pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan, Keadilan Pajak, Ketepatan Pengalokasian Pajak, Teknologi
Sistem Perpajakan, dan Tax Morale Terhadap Tax Evasion di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama wilayah Jakarta Selatan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini berupa Wajib Pajak Orang Pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Jakarta Selatan. Populasi merupakan
generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga
obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada objek / subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik / sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang diteliti itu
(Sugiyono, 2014).
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling,
yaitu anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan
memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk
diukurnya dan bersifat kooperatif (Hamid, 2012). Teknik pengambilan sampel
63
ini dipilih karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga
dapat memudahkan peneliti dalam pengumpulan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Sampel yang diambil yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi
pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama wilayah Jakarta Selatan.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, tesis, internet, dan perangkat lain yang
berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan.
Peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah Wajib Pajak Orang
Pribadi di KPP Pratama wilayah Jakarta Selatan. Peneliti memperoleh data
dengan menyampaikan secara langsung kepada Wajib Pajak. Data primer
diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur
dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari Wajib Pajak di KPP
tersebut sebagai responden dalam penelitian. Sumber data dalam
penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang diperoleh
dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada Wajib Pajak sebagai
responden.
64
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (X1)
Variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan didefinisikan sebagai
persepsi responden terhadap seberapa mungkin suatu kecurangan yang
dilakukan Wajib Pajak dapat dideteksi oleh para pemeriksa pajak (Ayu dan
Hastuti, 2009). Setiap responden diminta untuk menjawab 5 (lima) item
pertanyaan yang berkaitan dengan 5 poin penilaian yaitu: (1) Sangat Setuju,
(2) Setuju, (3) Netral, (4) Kurang Setuju, (5) Tidak Setuju.
Skor (1) diberikan ketika responden menganggap sama sekali tidak
mungkin kecurangan yang dilakukan terdeteksi hal ini ditunjukkan dengan
jawaban Tidak Setuju. Sedangkan skor (5) diberikan ketika responden
menganggap bahwa terdeteksinya kecurangan sangat mungkin untuk
diketahui pemeriksa pajak, yang ditunjukkan dengan jawaban Sangat
Setuju. Variabel ini diukur menggunakan instrumen yang digunakan dan
dikembangkan oleh Ayu dan Hastuti (2009), Ardyaksa dan Kiswanto
(2014), serta Yolanda et al (2016) dengan menggunakan skala likert.
2. Keadilan Pajak (X2)
Variabel keadilan pajak didefinisikan sebagai persepsi responden
tentang seberapa adil sistem perpajakan yang ada di Indonesia (Ayu dan
Hastuti, 2009). Pengukuran variabel ini menggunakan indikator yang
digunakan oleh Ayu dan Hastuti (2009), Suminarsasi (2011), Ardyaksa dan
65
Kiswanto (2014), serta Friskianti dan Handayani (2014). Terdiri dari 6
(enam) item pertanyaan dengan menggunakan skala likert 5 poin yang
terdiri dari : (1) Sangat Setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Kurang Setuju, (5)
Tidak Setuju. Skor (1) diberikan ketika responden menganggap sistem
perpajakan yang berlaku di Indonesia sama sekali tidak adil. Sedangkan skor
(5) diberikan ketika responden menganggap bahwa sistem perpajakan yang
berlaku di Indonesia sudah sangat adil. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban
Sangat Setuju.
3. Ketepatan Pengalokasian Pajak (X3)
Ketepatan pengalokasian pajak didefinisikan sebagai persepsi
responden tentang seberapa baik pemanfaatan pajak yang ada di Indonesia
(Ayu dan Hastuti, 2009). Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
pertanyaan yang dikembangkan oleh Syahrina dan Pratomo (2014). Terdiri
dari 6 (enam) item pertanyaan yang menggunakan skala likert 5 poin yang
terdiri dari : (1) Sangat Setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Kurang Setuju, (5)
Tidak Setuju.
4. Teknologi Sistem Perpajakan (X4)
Teknologi sistem perpajakan didefinisikan sebagai persepsi responden
tentang seberapa baik teknologi dan informasi perpajakan yang ada di
Indonesia. Semakin baik teknologi perpajakan menurut sudut pandang
responden maka akan diber skor 5, sedangkan skor 1 untuk kondisi
sebaliknya (Ayu dan Hastuti, 2009).
66
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan pertanyaan yang
dikembangkan oleh Ayu dan Hastuti (2009), Ardyaksa dan Kiswanto
(2014), Friskianti dan Handayani (2014), serta Silaen et al (2015). Terdiri
dari 4 (empat) item pertanyaan yang menggunakan skala likert 5 poin yang
terdiri dari : (1) Sangat Setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Kurang Setuju, (5)
Tidak Setuju.
5. Tax Morale (X5)
Moral perpajakan (tax morale) dapat didefinisikan sebagai motivasi
intrinsik untuk mematuhi dan membayar pajak sehingga berkontribusi
secara sukarela pada penyediaan barang-barang publik (Cummings et al,
2005). Moral perpajakan merupakan determinan kunci yang dapat
menjelaskan mengapa orang jujur dalam masalah perpajakan
(Cahyonowati, 2011).
Instrumen pertanyaan ini menggunakan instrumen yang dikembangkan
oleh Wardhani (2009) dengan menggunakan skala likert. Setiap responden
diminta untuk menjawab 5 (lima) item pertanyaan yang berkaitan dengan 5
poin penilaian yaitu: (1) Sangat Setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Kurang
Setuju (5) Tidak Setuju.
6. Tax Evasion (Y)
Mardiasmo (2011) mendefinisikan penggelapan pajak (tax evasion)
adalah usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk meringankan beban
pajak dengan cara melanggar Undang-Undang. Dikarenakan melanggar
Undang-Undang, penggelapan pajak ini dilakukan dengan menggunakan
67
cara yang tidak legal. Para Wajib Pajak sama sekali mengabaikan ketentuan
formal perpajakan yang menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, atau
mengisi data dengan tidak lengkap dan tidak benar.
Pengukuran variabel ini menggunakan indikator yang digunakan oleh
Friskianti dan Handayani (2014). Variabel ini diukur dengan skala likert
yang berkaitan dengan 5 (lima) pilihan, yaitu: (1) Sangat Setuju, (2) Setuju,
(3) Netral, (4) Kurang Setuju, (5) Tidak Setuju.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub
Variabel
Indikator Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Kemungkinan
Terdeteksinya
Kecurangan
(X1)
(Sumber: Ayu
dan Hastuti
(2009), Ardyaksa
dan Kiswanto
(2014), Yolanda
et al (2016))
Pemeriksa
an Pajak
1. Masyarakat memenuhi
kewajibannya atas dasar
karena takut terhadap
hukum
1, 2 Likert
2. Diterapkan pemeriksaan
pajak untuk
mengidentifikasi adanya
kecurangan
3,4,5
Keadilan Pajak
(X2)
(Sumber: Ayu
(2009),
Suminarsasi
(2011), Ardyaksa
dan Kiswanto
(2014), Friskianti
dan Handayani
(2014))
a. Prinsip
Keadilan
Pajak
1. Prinsip kemampuan
dalam membayar
kewajiban pajak
6,7,8, 12 Likert
2. Prinsip manfaat dari
penggunaan uang yang
bersumber dari pajak
11
b. Cara
Mewujudk
an
Keadilan
Pajak
1. Keadilan dalam
penyusunan undang-
undang pajak
9
2. Keadilan dalam
penerapan ketentuan
perpajakan
10
Bersambung ke halaman berikutnya
68
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Bersambung ke halaman berikutnya
Variabel Sub
Variabel
Indikator Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Ketepatan
Pengalokasian
Pajak
(Sumber:
Syahrina dan
Pratomo
(2014))
Pemanfaata
n Dana
Pajak
1. Perbaikan jalan yang
rusak
13 Likert
2. Pembangunan jalan tol 14
3. Penyelenggaraan
pendidikan nasional
15
4. Pemeliharaan
kesehatan masyarakat
16
5. Penanggulangan
bencana alam
17
6. Penyelenggaraan
pertahanan dan
keamanan
18
Teknologi
Sistem
Perpajakan
(X4)
(Sumber: Ayu
(2009),
Ardyaksa dan
Kiswanto
(2014),
Friskianti dan
Handayani
(2014), Silaen
et al (2015))
1. Ketersediaan teknologi
yang berkaitan dengan
perpajakan
19 Likert
2. Memadainya teknologi
yang berkaitan dengan
pajak
20
3. Akses informasi
perpajakan yang mudah
21
4. Pemanfaatan fasilitas
teknologi dan informasi
perpajakan
22
Tax Morale
(X5)
(Sumber:
Wardhani
(2009))
1. Faktor
Demografis
1. Usia 23 Likert
2. Jenis Kelamin 24
3. Status Pernikahan 25
4. Pendidikan 26
2. Kondisi
Ekonomi
1. Pendapatan 27, 29
2. Pekerjaan 28
3.
Kebanggaan
Nasional
Kebanggaan Warga
Negara terhadap
Negaranya
30, 31
4. Sistem
Perpajakan
1. Tarif Pajak 34
2. Kompleksitas sistem
perpajakan
32, 33, 35,
36
69
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Sumber : Diolah dari berbagai referensi, 2016.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,
uji asumsi klasik, dan uji hipotesis penelitian.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi
responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2013).
Variabel Sub
Variabel
Indikator Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Tax Evasion
(Y)
(Sumber:
Friskianti dan
Handayani,
2014))
1. Tidak menyampaikan
SPT
41 Likert
2. Menyampaikan SPT
dengan tidak benar
39, 40
3.Tidak mendaftarkan
diri atau
menyalahgunakan NPWP
37, 38
4. Tidak menyetorkan
pajak yang telah
dipungut atau dipotong
42, 43, 44
5. Berusaha menyuap
fiskus
45, 46, 47,
48
70
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Jadi, validitas dapat mengukur apakah pertanyaan
dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa
yang hendak kita ukur. Pengujian validitas dalam penelitian ini
menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung
korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila
Pearson Correlation yang di dapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti
data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2013).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini
digunakan untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu,
yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat
dipercaya atau diandalkan. Variabel-variabel tersebut dikatakan
cronbach alpha nya memiliki nilai lebih besar dari 0,70 yang berarti
bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data
yang handal yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan
pengukuran ulang. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk melihat konsistensi
(Ghozali, 2013).
71
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2013), uji normalitas bertujuan untuk mengukur
apakah di dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal
Probability Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar
distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal,
dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Selain
dengan melihat grafik, dalam penelitian ini normalitas data juga dilihat
dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
pada alpha sebesar 5%. Jika nilai signifikansi dari pengujian
Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 berarti data normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model
regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Pengujian
multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor)
dan Tolerance. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF = 1/Tolerance. Nilai cut
off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas
72
adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali,
2013).
c. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau jika tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Pada saat mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
ditentukan dengan melihat grafik Plot (Scatterplot) antara nilai prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot
menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar
kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013)
Penelitian ini juga menggunakan uji Glejser untuk menguji
heteroskedastisitas. Uji statistik ini dapat lebih menjamin keakuratan
hasil. Kriteria dari uji Glejser adalah apabila nilai t statistik dari seluruh
variabel masing-masing memiliki nilai p value > 0.005, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengujian variabel tersebut tidak mengalami
73
masalah heteroskedastisitas dan data tersebut dapat dikatakan bersifat
homoskedastisitas (Ghozali, 2013).
4. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dilakukan melalui analisis regresi berganda:
Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel
dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah
diketahui besarnya (Santoso, 2004).
Persamaan regresi ganda dirumuskan:
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Dimana:
Y = Tax Evasion
X1 = Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan
X2 = Keadilan Pajak
X3 = Ketepatan Pengalokasian Pajak
X4 = Teknologi Sistem Perpajakan
X5 = Tax Morale
a = Bilangan Konstanta
β = Koefisien regresi
e = Error yang ditolerir
a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen
(Ghazali, 2013). Hasil uji koefisien determinasi (R2) menjelaskan
74
seberapa besar kemampuan model atau interaksi antara variabel bebas
yaitu kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan
pengalokasian pajak, teknologi sistem perpajakan, dan tax morale dalam
menjelaskan tax evasion (variabel dependen).
b. Uji Statistik t
Uji statistik t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen secara parsial (Ghazali, 2013).
Hipotesis alternatif yang hendak diuji adalah sebagai berikut:
Ha: Masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Ada atau tidaknya pengaruh signifikan dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dapat diketahui dengan derajat
kepercayaannya. Apabila tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ha
diterima. Demikian pula sebaliknya jika tingkat signifikan lebih besar
dari 0,05, maka Ha ditolak. Bila Ha diterima dan H0 ditolak berarti ada
hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013).
c. Uji Statistik Fisher (F)
Uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah semua
variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Secara bebas dengan
signifikan sebesar 0,05 dapat disimpulkan (Ghozali, 2013).
75
1) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Ini
berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat.
2) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima. Ini
berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas
tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat.
76
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah
disebar, dengan objek penelitian adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
berada di KPP Pratama wilayah Jakarta Selatan, yang terdiri dari KPP
Pratama Jakarta Cilandak yang beralamat di Jalan TB. Simatupang Kavling
32 Jakarta Selatan. KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu yang beralamat di
Jalan TB. Simatupang Kavling 39 Jakarta Selatan. KPP Pratama Jakarta
Pancoran yang beralamat di Jalan TB. Simatupang Kavling 5 Kebagusan
Jakarta Selatan, dan KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan yang
beralamat di Jalan Raya Pasar Minggu No. 1 Pancoran Jakarta Selatan.
Sampel diambil dengan metode convenience sampling, yaitu anggota
sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data
yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan
bersifat kooperatif (Hamid, 2012). Teknik pemilihan sampel ini dipilih
karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat
memudahkan peneliti dalam pengumpulan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian dan dilakukan dengan penyebaran atau pembagian
kuesioner di beberapa KPP di wilayah Jakarta Selatan yang dilakukan sejak
77
bulan Juli 2016 sampai dengan Agustus 2016. Distribusi penyebaran
kuesioner dapat dilihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Distribusi Penyebaran Kuesioner
No. Nama KPP Kuesioner
Yang
Dibagikan
Kuesioner
Yang
Kembali
1 KPP Pratama Jakarta Cilandak 35 35
2 KPP Pratama Jakarta Pasar
Minggu
50 50
3 KPP Pratama Jakarta Pancoran 37 37
4 KPP Pratama Jakarta Mampang
Prapatan
28 28
Jumlah 150 150
Sumber data: Data primer yang diolah, 2016.
Kuesioner yang dibagikan berjumlah 150 buah dan jumlah yang
kembali sebanyak 150 buah atau 100%, kuesioner yang dapat diolah
sebanyak 147 atau 98%.
Tabel 4.2
Data Sampel Penelitian
No. Nama KPP Jumlah
Kuesioner
Persentase
(%)
1 Jumlah kuesioner yang disebar 150 100%
2 Jumlah kuesioner yang tidak
kembali
0 0%
3 Jumlah kuesioner yang tidak dapat
diolah
3 2%
4 Kuesioner yang dapat diolah 147 98%
Sumber data: Data primer yang diolah, 2016.
.
78
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi pada
KPP Pratama di wilayah Jakarta Selatan. Berikut ini adalah deskripsi
mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin,
usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, dan pekerjaan.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 90 61,2 61,2 61,2
Perempuan 57 38,8 38,8 100,0
Total 147 100,0 100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 90 orang atau 61,2%
responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar
57 orang atau 38,8% responden berjenis kelamin perempuan.
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan usia.
79
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa usia responden 20-24 tahun
berjumlah 22 responden atau sebesar 15%, umur responden 25-35 tahun
berjumlah 73 responden atau sebesar 49,7 %, dan umur responden di atas
35 tahun berjumlah 52 responden atau sebesar 35,4 %. Hal ini
membuktikan bahwa Wajib Pajak yang melakukan aktivitas perpajakan
di KPP Pratama rata-rata berusia 25-35 tahun.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan status pernikahan.
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Menikah 81 55,1 55,1 55,1
Belum
Menikah 66 44,9 44,9 100,0
Total 147 100,0 100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa 81 responden atau 55,1%
berstatus menikah dan 66 responden atau 44,9% berstatus belum
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 20-24 Tahun 22 15,0 15,0 15,0
25-35 Tahun 73 49,7 49,7 64,6
>35 Tahun 52 35,4 35,4 100,0
Total 147 100,0 100,0
80
menikah. Hal ini membuktikan bahwa Wajib Pajak yang melakukan
pembayaran pajak rata-rata telah berstatus menikah.
d. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 87
responden atau 59,2%. Sisanya sebesar 12,9% atau sebanyak 19 orang
berpendidikan terakhir Diploma III (D3), sebesar 8,8% atau sebanyak 13
orang berpendidikan terakhir Strata Dua (S2), dan lainnya sebesar 19%
atau sebanyak 28 orang
e. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.7 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pekerjaan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 19 12,9 12,9 12,9
S1 87 59,2 59,2 72,1
S2 13 8,8 8,8 81,0
Lainnya 28 19,0 19,0 100,0
Total 147 100,0 100,0
81
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa responden dengan
pekerjaan wiraswasta berjumlah 34 responden atau sebesar 23,1 %,
pekerjaan pegawai swasta berjumlah 76 responden atau 51,7 %,
pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS) berjumlah 8 responden atau 5,4 %,
dan lainnya berjumlah 29 responden atau 19,7 %.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi
kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan
pengalokasian pajak, teknologi sistem perpajakan, tax morale, dan tax
evasion akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel
4.8.
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Wiraswasta 34 23,1 23,1 23,1
Pegawai Swasta 76 51,7 51,7 74,8
PNS 8 5,4 5,4 80,3
Lainnya 29 19,7 19,7 100,0
Total 147 100,0 100,0
82
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel kemungkinan
terdeteksinya kecurangan jawaban minimum responden sebesar 10 dan
maksimum sebesar 25, dengan rata-rata total jawaban 19,73 dan standar
deviasi sebesar 2,837. Variabel keadilan pajak jawaban minimum responden
sebesar 14 dan maksimum sebesar 35, dengan rata-rata total jawaban 26,36
dan standar deviasi sebesar 4,125. Pada ketepatan pengalokasian pajak
minimum jawaban responden sebesar 6 dan maksimum sebesar 25, dengan
rata-rata total jawaban 16,87 dan standar deviasi sebesar 4,492.
Variabel teknologi sistem perpajakan jawaban minimum responden
sebesar 6 dan maksimum sebesar 20, dengan rata-rata total jawaban 14,24
dan standar deviasi sebesar 2,538. Variabel tax morale jawaban minimum
responden sebesar 31 dan maksimum sebesar 65, dengan rata-rata total
jawaban 52,61 dan standar deviasi sebesar 6,356. Sedangkan pada variabel
tax evasion jawaban minimum responden sebesar 12 dan maksimum sebesar
35, dengan rata-rata total jawaban 20,10 dan standar deviasi sebesar 5,679.
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
T.KTK 147 10 25 19,73 2,837
T.KEAD 147 14 35 26,36 4,125
T.KPP 147 6 25 16,87 4,492
T.TSP 147 6 20 14,24 2,538
T.TM 147 31 65 52,61 6,356
T.TE 147 12 35 20,10 5,679
Valid N (listwise) 147
83
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation,
pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya
dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari enam variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu kemungkinan terdeteksinya
kecurangan (KTK), keadilan pajak (KEAD), ketepatan pengalokasian
pajak (KPP), teknologi sistem perpajakan (TSP), tax morale (TM), dan
tax evasion (TE) dengan 147 sampel responden.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (KTK1) 0,697** 0,000 Valid
2 (KTK2) 0,795** 0,000 Valid
3 (KTK3) 0,744** 0,000 Valid
4 (KTK4) 0,705** 0,000 Valid
5 (KTK5) 0,654** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.9 menunjukkan variabel kemungkinan terdeteksinya
kecurangan mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan
dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05.
84
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Keadilan Pajak
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
6 (KEAD1) 0,600** 0,000 Valid
7 (KEAD2) 0,741** 0,000 Valid
8 (KEAD3) 0,697** 0,000 Valid
9 (KEAD4) 0,664** 0,000 Valid
10 (KEAD5) 0,792** 0,000 Valid
11 (KEAD6) 0,707** 0,000 Valid
12 (KEAD7) 0,625** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.10 menunjukkan variabel keadilan pajak mempunyai
kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0.05.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Ketepatan Pengalokasian Pajak
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
13 (KPP1) 0,825** 0,000 Valid
14 (KPP2) 0,803** 0,000 Valid
15 (KPP3) 0,786** 0,000 Valid
16 (KPP4) 0,731** 0,000 Valid
17 (KPP5) 0,831** 0,000 Valid
18 (KPP6) 0,756** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.11 menunjukkan variabel ketepatan pengalokasian pajak
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0.05.
85
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Teknologi Sistem Perpajakan
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
19 (TSP1) 0,656** 0,000 Valid
20 (TSP2) 0,850** 0,000 Valid
21 (TSP3) 0,835** 0,000 Valid
22 (TSP4) 0,852** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.12 menunjukkan variabel teknologi sistem perpajakan
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Tax Morale
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
23 (TM1) 0,521** 0,000 Valid
24 (TM2) 0,524** 0,000 Valid
25 (TM3) 0,544** 0,000 Valid
26 (TM4) 0,553** 0,000 Valid
27 (TM5) 0,501** 0,000 Valid
28 (TM6) 0,577** 0,000 Valid
29 (TM7) 0,561** 0,000 Valid
30 (TM8) 0,627** 0,000 Valid
31 (TM9) 0,680** 0,000 Valid
32 (TM10) 0,651** 0,000 Valid
33 (TM11) 0,561** 0,000 Valid
34 (TM12) 0,677** 0,000 Valid
35 (TM13) 0,629** 0,000 Valid
36 (TM14) 0,697** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.13 menunjukkan variabel tax morale mempunyai kriteria
valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05.
86
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Tax Evasion
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan
37 (TE1) 0,540** 0,000 Valid
38 (TE2) 0,700** 0,000 Valid
39 (TE3) 0,715** 0,000 Valid
40 (TE4) 0,715** 0,000 Valid
41 (TE5) 0,715** 0,000 Valid
42 (TE6) 0,683** 0,000 Valid
43 (TE7) 0,651** 0,000 Valid
44 (TE8) 0,717** 0,000 Valid
45 (TE9) 0,569** 0,000 Valid
46 (TE10) 0,666** 0,000 Valid
47 (TE11) 0,645** 0,000 Valid
48 (TE12) 0,419** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.14 menunjukkan variabel tax evasion mempunyai kriteria
valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,7. Tabel 4.15 pada
halaman selanjutnya menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk enam
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
87
Tabel 4.15
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan
0,751 Reliabel
Keadilan Pajak 0,810 Reliabel
Ketepatan Pengalokasian Pajak 0,875 Reliabel
Teknologi Sistem Perpajakan 0,810 Reliabel
Tax Morale 0,860 Reliabel
Tax Evasion 0,858 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih
besar dari 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti
bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang
relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Deteksi ada atau tidaknya problem multiko dapat dilakukan dengan
melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta
besaran korelasi antar variabel independen. Tabel 4.16 pada halaman
selanjutnya menunjukkan hasil uji multikolonieritas untuk lima
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini.
88
Tabel 4.16
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Tolera
nce VIF
1 (Constant) 44,109 4,433 9,950 ,000
T.KTK -,377 ,178 -,188 -2,114 ,036 ,707 1,415
T.KEAD -,262 ,125 -,190 -2,099 ,038 ,684 1,461
T.KPP -,016 ,098 -,013 -,164 ,870 ,938 1,066
T.TSP -,026 ,173 -,012 -,150 ,881 ,936 1,068
T.TM -,172 ,078 -,192 -2,191 ,030 ,731 1,369
a. Dependent Variable: T.TE
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Berdasarkan tabel 4.16 diatas terlihat bahwa nilai tolerance lebih
dari 0,10 dan nilai variance inflation factor (VIF) kurang dari 10 untuk
setiap variabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan
dalam penelitian ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
89
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan pada
gambar berikut ini
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
90
Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
Selain dengan melihat grafik, dalam penelitian ini normalitas data
juga dilihat dengan menggunakan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov pada alpha sebesar 5%. Jika nilai signifikansi
dari pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 berarti data
normal.
Tabel 4.17
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 71
Normal Parametersa,b Mean 2.0520
Std.
Deviation
.58113
Most Extreme
Differences
Absolute .124
Positive .075
Negative -.124
Kolmogorov-Smirnov Z 1.041
Asymp. Sig. (2-tailed) .228
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa nilai signifikansi Kolmogorov-
Smirnov sebesar 0,228; dengan nilai signifikansi di atas 0,05 berarti
bahwa nilai residual terdistribusi secara normal.
c. Hasil Uji Heterokedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual
91
dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas.
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan bahwa
data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak
terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi,
sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi tax
evasion berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu
kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan
pengalokasian pajak, teknologi sistem perpajakan, dan tax morale.
Analisis grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh
92
karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin
sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan grafik
plot. Oleh sebab itu, diperlukan uji statistik yang dapat menjamin
keakuratan hasil, salah satunya menggunakan uji glejser.
Tabel 4.18
Hasil Uji Glejser Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
.
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai signifikansi t berada di atas
0,05 untuk semua variabel. Tingkat probabilitas diatas 5% tersebut
berarti tidak ada indikasi heteroskedastisitas dalam model regresi.
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Tabel 4.19
pada halaman selanjutnya menyajikan hasil uji statistik F variabel Y, X1,
X2, X3, X4, dan X5.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 9,146 2,117 4,321 ,000
KTK -,106 ,085 -,122 -1,249 ,214
KEAD ,067 ,060 ,111 1,117 ,266
KPP -,041 ,047 -,074 -,869 ,386
TSP -,142 ,083 -,146 -1,715 ,088
TM -,033 ,038 -,084 -,870 ,386
a. Dependent Variable: AbsResi
93
Tabel 4.19
Hasil Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, X2, X3, X4, dan X5
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,457a ,209 ,180 5,141
a. Predictors: (Constant), T.TM, T.TSP, T.KPP, T.KTK, T.KEAD
b. Dependent Variable: T.TE
Sumber: Data primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.19 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,180. Hal ini
menandakan bahwa variasi variabel kemungkinan terdeteksinya
kecurangan, keadilan pajak, ketepatan pengalokasian pajak, teknologi
sistem perpajakan, dan tax morale dapat menjelaskan 18% variasi
variabel tax evasion. Sedangkan sisanya, yaitu 82% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini,
misalnya variabel money ethics, diskriminasi, self assessment system,
dan kecenderungan personal.
b. Hasil Uji Statistik t
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.20, jika nilai probability
t lebih kecil dari 0,005 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan
jika nilai probability t lebih besar dari 0,005 maka H0 diterima dan
menolak Ha (Ghazali, 2013). Tabel 4.20 berikut ini menyajikan hasil uji
statistik t untuk variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan,
keadilan pajak, ketepatan pengalokasian pajak, teknologi sistem
perpajakan, dan tax morale.
94
Tabel 4.20
Hasil Uji Statitik t Variabel Y, X1, X2, X3, X4, dan X5
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 44,109 4,433 9,950 ,000
T.KTK -,377 ,178 -,188 -2,114 ,036
T.KEAD -,262 ,125 -,190 -2,099 ,038
T.KPP -,016 ,098 -,013 -,164 ,870
T.TSP -,026 ,173 -,012 -,150 ,881
T.TM -,172 ,078 -,192 -2,191 ,030
a. Dependent Variable: T.TE
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Hipotesis 1: Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan
terhadap Tax Evasion
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel
kemungkinan terdeteksinya kecurangan mempunyai tingkat signifikansi
0,036. Hal ini berarti menerima H1 sehingga dapat dikatakan bahwa
kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif signifikan
terhadap tax evasion karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05
dan menunjukkan koefisien yang negatif.
Salah satu cara upaya pencegahan tax evasion adalah dengan
menggunakan pemeriksaan pajak (tax audit) (Rahayu, 2010). Suhendra
(2010) dalam Prihastanti dan Kiswanto (2015) menyatakan bahwa
pemeriksaan pajak merupakan upaya untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya penyelewengan oleh Wajib Pajak yang telah diberi
kepercayaan self assessment agar peraturan perpajakan dapat dilakukan
95
sebagaimana mestinya. Dengan demikian pemeriksaan pajak tersebut
merupakan sarana penegakan hukum bagi Wajib Pajak atau Penanggung
Pajak yang menyimpang dalam pemenuhan kewajibannya.
Cahyonowati (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa
kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia adalah kepatuhan yang dipaksakan
(enforced tax compliance) yang disebabkan oleh adanya kemungkinan
pemeriksaan pajak dan ancaman denda yang tinggi dan belum pada tahap
kepatuhan perpajakan secara sukarela (voluntary tax compliance).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan terdeteksinya
kecurangan berpengaruh negatif signifikan terhadap tax evasion.
Semakin tinggi kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui
pemeriksaan pajak, maka tax evasion akan semakin rendah. Dengan kata
lain, ketika responden menganggap bahwa kemungkinan terdeteksinya
kecurangan melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan itu tinggi, maka
ia akan cenderung untuk tidak melakukan penggelapan pajak (tax
evasion), karena jika ketika dilakukan pemeriksaan dan ternyata
terdeteksi adanya kecurangan maka sanksi administrasi yang akan
dikeluarkan jauh lebih besar daripada kewajiban pajak yang sebenarnya
ia harus bayar. Dengan terungkapnya kecurangan, maka Wajib Pajak
harus menerima konsekuensi pembayaran pajak yang berlipat ganda
yang meliputi utang pajak dalam waktu tertentu, ditambah dengan denda
dan kenaikan pajak yang harus dibayarnya.
96
Ayu (2011) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pendekatan
negatif yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengupayakan
peningkatan pajak atau penurunan tax evasion ternyata cukup
bermanfaat. Pendekatan negatif berupa ancaman pemeriksaan yang
dibarengi dengan denda yang besar cukup efektif untuk menekan tax
evasion Wajib Pajak. Hal ini terlihat dari ketakutan terhadap
kemungkinan kecurangan yang dilakukan ketahuan, ternyata secara
psikologis berpengaruh signifikan terhadap tindakan yang mereka
lakukan. Tekanan psikologis ini menyebabkan mereka cenderung tidak
melakukan tax evasion.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ayu dan Hastuti (2009), Ayu (2011), dan Syahrina dan Pratomo (2014)
yang menyatakan bahwa kemungkinan terdeteksinya kecurangan
berpengaruh negatif signifikan terhadap tax evasion. Namun tidak
sejalan dengan penelitian Ardyaksa dan Kiswanto (2014), Yolanda et al
(2016) yang menyatakan bahwa kemungkinan terdeteksinya kecurangan
tidak berpengaruh terhadap tax evasion.
Hipotesis 2: Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Tax Evasion
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel keadilan
pajak mempunyai tingkat signifikansi 0,038. Hal ini berarti menerima H2
sehingga dapat dikatakan bahwa keadilan pajak berpengaruh negatif
signifikan terhadap tax evasion karena tingkat signifikansi yang dimiliki
97
variabel keadilan pajak lebih kecil dari 0,05 dan menunjukkan koefisien
yang negatif.
Keadilan merupakan salah satu syarat pemungutan pajak agar dalam
pelaksanaan pemungutannya tidak menimbulkan hambatan ataupun
perlawanan (Mardiasmo, 2011). Setidaknya ada tiga aspek keadilan yang
perlu diperhatikan dalam penerapan pajak, yaitu: pertama, keadilan
dalam penyusunan Undang - Undang Pajak. Penyusunan Undang-
Undang merupakan salah satu penentu dalam mewujudkan keadilan
perpajakan, karena dengan melihat proses dan hasil akhir pembuatan
Undang-Undang Pajak yang kemudian diberlakukan masyarakat akan
dapat melihat apakah pemerintah juga mengakomodasi kepentingan WP
dalam penetapan peraturan perpajakan, seperti ketentuan tentang siapa
yang menjadi objek pajak, apa yang menjadi objek pajak, bagaimana cara
pembayaran pajak, tindakan yang dapat diberlakukan oleh fiskus kepada
WP, sanksi yang mungkin dikenakan kepada WP yang tidak
melaksanakan kewajibannya secara tidak benar, hak WP, perlindungan
WP dari tindakan fiskus yang dianggapnya tidak sesuai dengan
ketentuan, dan hal lainnya. Kedua, keadilan dalam penerapan ketentuan
perpajakan. Salah satu bentuk keadilan dalam hal ini adalah terjadinya
keseimbangan antara pelaksanaan kewajiban perpajakan dan hak
perpajakan dari WP. Ketiga, keadilan dalam penggunaan uang pajak
yang berkaitan dengan harapan sampai dimana manfaat dari pemungutan
98
pajak tersebut dipergunakan untuk kepentingan masyarakat banyak
(Siahaan, 2010).
Hidayati (2016) dalam penelitiannya membuktikan bahwa keadilan
sistem perpajakan merupakan salah satu determinan dari ketidakpatuhan
Wajib Pajak. Keadilan mempengaruhi niat untuk berperilaku tidak patuh.
Artinya, semakin tinggi keadilan yang dirasakan oleh Wajib Pajak maka
akan meningkatkan kesukarelaan untuk membayar pajak. Oleh karena
itu, keinginan untuk berperilaku tidak patuh akan semakin kecil.
Semakin tinggi keadilan pajak menurut persepsi responden, maka
kecenderungan Wajib Pajak melakukan tindakan penggelapan pajak (tax
evasion) akan semakin rendah. Artinya, bila Wajib Pajak merasa bahwa
berada dalam keadaan yang tidak adil, ia cenderung untuk melakukan
tindakan penggelapan pajak. Sebaliknya, jika Wajib Pajak merasa bahwa
keadilan dalam perpajakan sudah diterapkan, maka ia akan cenderung
untuk patuh atau menghindari tindakan penggelapan pajak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Permatasari dan Laksito (2013) dan Syahrina dan Pratomo (2014) yang
menyatakan bahwa keadilan pajak memiliki pengaruh negatif signifkan
terhadap tax evasion. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Friskianti dan Handayani (2014),
Ardyaksa dan Kiswanto (2014), serta Wahyuningsih (2015) yang
menyatakan bahwa keadilan pajak tidak berpengaruh terhadap tax
evasion.
99
Hipotesis 3: Pengaruh Ketepatan Pengalokasian Pajak terhadap Tax
Evasion
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel ketepatan
pengalokasian pajak mempunyai tingkat signifikansi 0,870. Hal ini
berarti menolak H3 sehingga dapat dikatakan bahwa ketepatan
pengalokasian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap tax evasion
karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel ketepatan
pengalokasian pajak lebih besar dari 0,05.
Melalui pajak yang kita bayar, tersedia anggaran di APBN yang
dapat digunakan untuk mendanai berbagai pembangunan fisik seperti
gedung sekolah, rumah sakit atau puskesmas, jalan raya, jembatan,
dermaga, pengairan/irigasi, alat-alat keamanan maupun pertahanan, gaji
pegawai negeri, dan lainnya. Demikian juga dalam menangani dan
menanggulangi korban bencana alam (gempa bumi, banjir, tanah
longsor, dan lainnya) (Pandiangan, 2007). Dengan kata lain, pajak yang
dibayarkan akan dikembalikan lagi ke masyarakat dalam bentuk fasilitas
umum yang diberikan pemerintah (Sari dan Dwinuri, 2099).
Teori pembelajaran sosial Bandura (1977) dalam Jatmiko (2006)
menjelaskan perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya
membayar pajak. Wajib Pajak akan taat membayar pajak tepat waktu jika
dalam pengamatan dan pengalamannya hasil dari pajak itu telah
berkontribusi nyata pada pembangunan umum. Maka apabila pemerintah
100
telah tepat dalam mengalokasian pengeluarannya melalui pengamatan
dan pengalaman Wajib Pajak, tingkat tax evasion akan semakin rendah.
Syahrina dan Pratomo (2014) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa ketepatan pengalokasian pajak oleh pemerintah berpengaruh
secara negatif signifikan terhadap tax evasion. Wajib Pajak menganggap
bahwa pajak yang telah dipungut oleh pemerintah belum dialokasikan
dengan tepat untuk fasilitas umum dan kesejahteraan masyarakat luas.
Hal tersebut menyebabkan kemungkinan penggelapan pajak yang akan
mereka lakukan menjadi tinggi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ketepatan pengalokasian pajak
tidak berpengaruh signifikan terhadap tax evasion. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ketepatan pengalokasian pajak bukan merupakan
faktor yang membuat Wajib Pajak akan melakukan atau menghindari tax
evasion dalam penelitian ini. Hal tersebut mungkin dapat disebabkan
oleh banyaknya Wajib Pajak yang kurang memiliki pengetahuan tentang
alokasi dana pajak yang selama ini mereka bayar kepada Negara.
Pandiangan (2007) menjelaskan bahwa setiap pembayaran pajak yang
dilakukan masyarakat pada dasarnya tidak mendapatkan kontraprestasi
secara langsung kepada pembayarnya secara individual. Oleh karena itu,
masyarakat mungkin belum menyadari sepenuhnya bahwa berbagai
fasilitas umum yang diberikan pemerintah seperti jalan raya, jembatan,
rumah sakit, gedung sekolah, alat-alat keamanan maupun pertahanan,
dan lainnya didanai oleh pajak yang mereka keluarkan.
101
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningsih (2015) yang menyatakan bahwa ketepatan pengalokasian
pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap tax evasion. Akan
tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan
Hastuti (2009), Permatasari dan Laksito (2013), Syahrina dan Pratomo
(2014), serta Ardyaksa dan Kiswanto (2014) yang menyatakan bahwa
ketepatan pengalokasian pajak berpengaruh terhadap tax evasion.
Hipotesis 4: Pengaruh Teknologi Sistem Perpajakan terhadap Tax
Evasion
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel teknologi
sistem perpajakan mempunyai tingkat signifikansi 0,881. Hal ini berarti
menolak H4 sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi sistem perpajakan
tidak berpengaruh signifikan terhadap tax evasion karena tingkat
signifikansinya lebih besar dari 0,05.
Dirjen Pajak telah melakukan beberapa reformasi perpajakan dan
modernisasi administrasi perpajakan berlandaskan case management.
Salah satunya adalah dengan penerapan teknologi informasi terkini
dalam pelayanan perpajakan, yaitu e-system yang meliputi e-
Registration, e-SPT, e-Filling, dan e-Payment (Pandiangan, 2007).
Silaen et al (2015) menjelaskan bahwa dengan adanya teknologi dan
informasi di bidang perpajakan, waktu yang dibutuhkan seorang Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya semakin efektif dan efisien.
Ketika Wajib Pajak semakin dipermudah dengan fasilitas yang diberikan,
102
diharapkan Wajib Pajak dapat memenuhi kewajibannya dan dapat
menghindari tindakan penggelapan pajak.
Permatasari dan Laksito (2013) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa teknologi dan informasi merupakan faktor yang dapat
meminimalisasi tax evasion secara signifikan. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa semakin tinggi penggunaan teknologi dan
informasi perpajakan maka semakin rendah tax evasion yang dilakukan.
Syahrina dan Pratomo (2014) menemukan bahwa sistem teknologi
perpajakan yang disediakan untuk mempermudah Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya yang diharapkan oleh Dirjen Pajak
akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan mengurangi tingkat
penggelapan pajak kenyataannya tidak digunakan oleh Wajib Pajak
sehingga keberadaan fasilitas teknologi perpajakan tidak berpengaruh
terhadap penggelapan pajak yang banyak terjadi saat ini.
Hasil penelitian dimana teknologi sistem perpajakan tidak
berpengaruh signifikan terhadap tax evasion ini menunjukkan bahwa
walaupun semakin modern sistem teknologi perpajakan yang disediakan
oleh Ditjen Pajak untuk mempermudah Wajib Pajak dalam melakukan
kewajiban perpajakannya, belum tentu akan membuat Wajib Pajak patuh
dan mengurangi tindakan penggelapan pajak atau tax evasion. Hal
ini.mungkin dapat disebabkan oleh penggunaan teknologi yang belum
dimaksimalkan oleh responden atau Wajib Pajak itu sendiri dimana
103
masih banyak Wajib Pajak yang melakukan kegiatan perpajakannya
secara manual.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ayu dan Hastuti (2009) dan Syahrina dan Pratomo (2014) yang
menyatakan bahwa teknologi sistem perpajakan tidak berpengaruh
terhadap tax evasion. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Permatasari dan Laksito (2013), Ardyaksa dan Kiswanto
(2014), serta Friskianti dan Handayani (2014) yang menyatakan bahwa
teknologi sistem perpajakan berpengaruh terhadap tax evasion.
Hipotesis 5: Pengaruh Tax Morale terhadap Tax Evasion
Hasil uji hipotesis 5 dapat dilihat pada tabel 4.20, variabel tax morale
mempunyai tingkat signifikansi 0,030. Hal ini berarti menerima H5
sehingga dapat dikatakan bahwa tax morale berpengaruh negatif
signifikan terhadap tax evasion karena tingkat signifikansinya lebih kecil
dari 0,05 dan menunjukkan koefisien yang negatif.
Rahayu (2010) manyatakan bahwa moral masyarakat akan
mempengaruhi pengumpulan pajak oleh fiskus. Dengan integritas tinggi
tentunya pemenuhan kewajiban perpajakan akan lebih baik. Kepatuhan
Wajib Pajak akan lebih baik jika moral penduduk baik. Keinginan untuk
meloloskan diri dari pajak baik ilegal maupun legal akan lebih
termotivasi dengan kondisi moral masyarakat yang rendah. Moral
masyarakat yang buruk akan menghambat pemungutan pajak,
ketidakpatuhan akan mendominir kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
104
Moralitas pajak tidak mengukur perilaku individu, namun lebih
kepada sikap dan pendirian individu. Hal ini dapat dilihat sebagai
kewajiban moral untuk membayar pajak. Di sisi lain, hal ini juga
menyangkut penolakan moral ataupun rasa salah atas perilaku tidak jujur
atas pajak. Jika rasa bersalah para Wajib Pajak tinggi, maka Wajib Pajak
tersebut tentunya akan bersedia membayar pajak (Wardhani, 2009).
Cahyonowati (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
tingkat moral pajak menentukan tingkat kepatuhan seseorang terhadap
peraturan perpajakan. Faktor kepercayaan terhadap sistem hukum dan
sistem perpajakan berperan penting untuk meningkatkan moral
perpajakan (tax morale) .
Sarjono (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa tax morale
berpengaruh signifikan terhadap tax evasion pajak penghasilan. Wajib
Pajak orang pribadi akan menolak melakukan tax evasion bila mereka
memiliki motivasi intrinsik (tax morale) untuk membayar pajak apabila
mereka memperoleh manfaat, keadilan, kepastian dan adanya penegakan
hukum dari pemerintah.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Torgler (2003) dalam Torgler (2005), Sarjono (2009), dan Zirman (2015)
yang menyatakan bahwa tax morale berpengaruh negatif signifikan
terhadap tax evasion. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
tax morale yang dimiliki Wajib Pajak, maka tax evasion akan semakin
rendah. Dengan kata lain, Wajib Pajak akan menolak melakukan tax
105
evasion bila mereka memiliki motivasi intrinsik (tax morale) untuk
membayar pajak.
Berdasarkan tabel 4.20, maka diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
c. Hasil Uji Statistik F
Tabel 4.21 menyajikan hasil uji statistik F untuk variabel Y, X1, X2,
X3, X4, X5.
Tabel 4.21
Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1, X2, X3, X4, dan X5
Sumber : Data Primer yang diolah, 2016.
Tabel 4.21 di atas menunjukkan nilai F hitung sebesar 7,431 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas signifikansi lebih kecil
dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi tax
evasion, atau dapat dikatakan bahwa variabel kemungkinan
terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan pengalokasian
pajak, teknologi sistem perpajakan, dan tax morale secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap tax evasion.
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 982,226 5 196,445 7,431 ,000b
Residual 3727,243 141 26,434
Total 4709,469 146
a. Dependent Variable: T.TE
b. Predictors: (Constant), T.TM, T.TSP, T.KPP, T.KTK, T.KEAD
TE = 44,109 – 0,377KTK – 0,262KEAD - 0,016KPP -0,026TSP –
0,172TM + 4,433
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemungkinan
terdeteksinya kecurangan, keadilan pajak, ketepatan pengalokasian pajak,
teknologi sistem perpajakan, dan tax morale terhadap tax evasion. Responden
penelitian ini berjumlah 147 Wajib Pajak di Wilayah Jakarta Selatan.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah
dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi
berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif signifikan
terhadap tax evasion. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Ayu dan Hastuti (2009), Ayu (2011), serta Syahrina dan
Pratomo (2014). Namun tidak sejalan dengan penelitian Ardyaksa dan
Kiswanto (2014) dan Yolanda et al (2016).
2. Keadilan pajak berpengaruh negatif signifikan terhadap tax evasion. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari
dan Laksito (2013) dan Syahrina dan Pratomo (2014). Akan tetapi tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Friskianti dan Handayani
(2014), Ardyaksa dan Kiswanto (2014), serta Wahyuningsih (2015).
3. Ketepatan pengalokasian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
evasion. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningsih (2015). Namun tidak sejalan dengan penelitian yang
107
dilakukan oleh Ayu dan Hastuti (2009), Permatasari dan Laksito (2013),
Ardyaksa dan Kiswanto (2014), serta Syahrina dan Pratomo (2014).
4. Teknologi sistem perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
evasion. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Ayu dan Hastuti (2009) dan Syahrina dan Pratomo (2014). Namun tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Permatasari dan Laksito (2013),
Ardyaksa dan Kiswanto (2014), Friskianti dan Handayani (2014), serta
Wahyuningsih (2015).
5. Tax Morale berpengaruh negatif signifikan terhadap tax evasion. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Torgler
(2003) dalam Torgler (2005), Sarjono (2009), serta Zirman (2015)./
B. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal diantaranya:
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan jumlah
responden dan memperluas wilayah cakupan penelitian sehingga diperoleh
hasil penelitian yang tingkat generalisasinya lebih tinggi
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan atau mengganti
variabel independen lain yang dapat lebih mempengaruhi tax evasion baik
dari faktor internal maupun eksternal Wajib Pajak seperti kecenderungan
personal, money ethics, tarif pajak, dan self assessment system.
108
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa
wawancara secara langsung dari responden agar bisa mendapatkan data
yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan - pertanyaan kuesioner
yang mungkin terlalu sempit atau kurang menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya.
109
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Pengemplang Pajak di Sleman Divonis 1 Tahun 4 Bulan Penjara”.
Diakses melalui: https://kabarkota.com/pengemplang-pajak-sleman-divonis-1-
tahun-4-bulan-penjara/, pada tanggal 25 Agustus 2016.
Ardyaksa, Theo Kusuma dan Kiswanto. 2014. “Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak,
Ketepatan Pengalokasian, Kecurangan, Teknologi dan Informasi Perpajakan
Terhadap Tax Evasion”. Accounting Analysis Journal Universitas Negeri
Semarang, Vol 3, No 4, Hal 475-484.
Aritonang, Deytri Robekka. “Kasasi Ditolak, Total Hukuman Gayus 30 Tahun
Penjara”. Diakses melalui:
http://nasional.kompas.com/read/2013/08/02/1216242/Kasasi.Ditolak.Total.H
ukuman.Gayus.30.Tahun.Penjara, pada tanggal 22 Februari 2016.
Ayu, Stephana Dyah. 2011. “Persepsi Efektifitas Pemeriksaan Pajak Terhadap
Kecenderungan Melakukan Perlawanan Pajak”. Seri Kajian Ilmiah Fakultas
Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang, Vol 14, No 1, Hal 1-8.
Ayu, Stephana Dyah dan Rini Hastuti. 2009. “Persepsi Wajib Pajak: Dampak
Pertentangan Diametral Pada Tax Evasion Wajib Pajak Dalam Aspek
Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan
Pengalokasian, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Kecenderungan Personal”.
Kajian Akuntansi, Vol 1, No 1, Hal 1-12.
Basri, Yesi Mutia. 2014. “Efek Moderasi Religiusitas dan Gender Terhadap
Hubungan Etika Uang (Money Ethics) dan Kecurangan Pajak (Tax Evasion)”.
SNA 17 Mataram, Lombok. Universitas Mataram. Hal 1-23.
Cahyonowati, Nur, 2011. “Model Moral dan Kepatuhan Perpajakan: Wajib Pajak
Orang Pribadi”. JAAI, Vol 15, No 2, Hal 161-177.
Cummings et al. 2005.”Effects of Tax Morale on Tax Compliance: Experimental
and Survey Evidence”. Andrew Young School of Policy Studies, Georgia State
University and University of Tennesse, Switzerland, pp 1-36.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. “Kamus Besar Bahasa
Indonesia”. Diakses melalui: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/, pada
tanggal 23 Februari 2016.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. “Perpajakan: Konsep, Teori, dan
Isu”. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Direktorat Jenderal Pajak. “Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
20/PJ/2013 Tanggal 30 Mei 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak”. Diakses melalui:
110
http://ketentuan.pajak.go.id/index.php?r=aturan/rinci&idcrypt=oJmgo58%3D
, pada tanggal 25 Februari 2016.
Direktorat Jenderal Pajak. “Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
1/PJ/2014 Tanggal 6 Januari 2014 tentang Tata Cara Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Menggunakan
Formulir 1770S atau 1770SS secara e-Filling Melalui Website Direktorat
Jenderal Pajak (www.pajak.go.id)”. Diakses melalui:
http://ketentuan.pajak.go.id/index.php?r=aturan/rinci&idcrypt=oJmjm58%3,
pada tanggal 25 Februari 2016.
Friskianti, Yossi dan Bestari Dwi Handayani. 2014. “Pengaruh Self Assessment
System, Keadilan, Teknologi Perpajakan, dan Ketidakpercayaan Kepada
Pihak Fiskus Terhadap Tindakan Tax Evasion”. Accounting Analysis Journal
Universitas Negeri Semarang, Vol 3, No 4, Hal 543-552.
Gustaman, Y. “Terbukti Suap Pegawai Pajak Johnny Divonis Dua Tahun Penjara”.
Diakses melalui: http://www.tribunnews.com/nasional/2013/02/18/terbukti-
suap-pegawai-pajak-johnny-divonis-dua-tahun-penjara, pada tanggal 22
Februari 2016.
Ghozali, Imam. 2013. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
21”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Hamid, Abdul. 2012. “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis”.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Herlina dan Agus Arianto Toly. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perencanaan Wajib Pajak di Surabaya”. Tax & Accounting Review, Vol 3,
No 2, Hal 1-12.
Herryanto, Marisa dan Agus Arianto Toly. 2013 “Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan”. Tax &
Accounting Review, Vol 1, No 1, Hal 125-135.
Hidayati, Fitria Nurul. 2016. “Determinan Ketidakpatuhan Wajib Pajak
Penghasilan (Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Memiliki
Usaha atau yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang Terdaftar di KPP Pratama
Surakarta)”. Naskah Publikasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hutami, Sri. 2010. “Tax Planning (Tax Avoidance dan Tax Evasion) Dilihat Dari
Teori Etika”. Surakarta: E-journal Politeknik Pratama Mulia, Vol 9, No 2, Hal
57-64.
Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton. 2012. “Manajemen Sengketa dalam
Pungutan Pajak: Analisis Yuridis Terhadap Teori dan Kasus”. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
111
Izza, Ika Alfi Nur dan Ardi Hamzah. 2009. “Etika Penggelapan Pajak Perspektif
Agama: Sebuah Studi Interpretatif”. SNA 12 Palembang. Universitas
Sriwijaya. Hal 1-26.
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. “Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan
Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi
Di Kota Semarang)”. Tesis. Semarang: Magister Akuntansi Universitas
Diponegoro.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. “Menkeu: Tax Ratio Indonesia di
Bawah Standar”. Diakses melalui:
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/menkeu-tax-ratio-indonesia-di-bawah-
standar, pada tanggal 23 April 2016.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. "Menkeu Tekankan Pentingnya
Ekstensifikasi Untuk Capai Target Penerimaan Pajak”. Diakses melalui:
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/menkeu-tekankan-pentingnya
ekstensifikasi-untuk-capai-target-penerimaan-pajak, pada tanggal 22 Oktober
2016.
Maharani, Dian. “Herly, Rekan Dhana Widyatmika Divonis Enam Tahun Penjara”.
Diakses melalui:
http://nasional.kompas.com/read/2013/02/18/21385385/Herly..Rekan.Dhana.
Widyatmika.Divonis.Enam.Tahun.Penjara, pada tanggal 22 Februari 2016.
Maharani, Dian. “Hukuman Dhana Widyatmika Diperberat Jadi 10 Tahun”.
Diakses melalui:
http://nasional.kompas.com/read/2013/04/22/21431257/Hukuman.Dhana.Wid
yatmika.Diperberat.Jadi.10.Tahun, pada tanggal 22 Februari 2016.
Malau, Ita Lismawati F. “MA Perberat Vonis Pegawai Pajak Jadi 10 Tahun Bui”.
Diakses melalui: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/448156-ma-
perberat-vonis-pegawai-pajak-jadi-10-tahun-bui, pada tanggal 22 Februari
2016.
Mardiasmo. 2011. “Perpajakan Edisi Revisi 2011”. Yogyakarta, Penerbit Andi.
Mardira, Salman. “Gelapkan Pajak Rp 1 Miliar, Pengusaha Divonis 2,3 Tahun
Bui”. Diakses melalui:
http://news.okezone.com/read/2016/03/10/340/1332712/gelapkan-pajak-
rp1-miliar-pengusaha-divonis-2-3-tahun-bui, pada tanggal 25 Agustus 2016.
McGee, R.W, Simon dan Annie. 2008. “A Comparative Study on Perceived Ethics
of Tax Evasion: Hongkong Vs the United Stated”. Journal of Business Ethics,
pp. 147-158.
Misbahuddin dan Iqbal Hasan. 2013. “Analisis Data Penelitian dengan Statistik”.
Jakarta : Bumi Aksara.
112
Nickerson, Inge. 2009. “Presenting the Dimensionally of An Ethics Scale
Pertaining To Tax Evasion”. Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues,
Vol 12, No 1, pp 1-14.
Nurmantu, Safri. 2003. “Pengantar Perpajakan”. Jakarta: Granit.
Pandiangan, Liberti. 2007. “Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan
Berdasarkan UU Terbaru”. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Permatasari, Inggrid dan Herry Laksito. 2013. “Minimalisasi Tax Evasion Melalui
Tarif Pajak, Teknologi dan Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem
Perpajakan, dan Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah (Studi
Empiris pada Wajib Pajak Orang Priadi di Wilayah KPP Pratama Pekanbaru
Senapelan). Diponegoro Journal Of Accounting, Vol 2, No 2, Hal 1-10.
Prihastanti, Rosy dan Kiswanto. 2015. “Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan
Terhadap Penerimaan Pajak Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak ”.
Accounting Analysis Journal Universitas Negeri Semarang, Vol 4, No 1, Hal
1-9.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. “Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal”.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Reskino, Rini, dan Dinda Novitasari. 2014. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi
Mengenai Penggelapan Pajak”. Jurnal InFestasi, Vol 10, No 1, Hal 49-63.
Resmi, Siti. 2011. “Perpajakan: Teori dan Kasus”. Edisi 6 Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Santoso, Singgih. 2004. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”. PT. Alex Media
Komputindo, Jakarta.
Sari, Diana dan Retno Dwinuri. 2009. “Studi Deskriptif Mengenai Pengetahuan
Mahasiswa Program Studi Akuntansi Di Widyatama Tentang Manfaat Pajak”.
Jurnal Bisnis, Manajemen & Ekonomi, Vol. 9, No. 7, Hal 2051-2071.
Sarjono, Bayu. 2009. “Pengaruh Variabel Sosio Demografi Terhadap Tax Evasion
Pajak Penghasilan Melalui Tax Morale di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surabaya Sukomanunggal”. Tesis. Universitas Airlangga.
Saturi, Sapariah. “Gelapkan Pajak, Asian Agri Dihukum Denda Rp 2,5 Triliun”.
Diakses melalui: http://www.mongabay.co.id/2012/12/28/gelapkan-pajak-
asian-agri-dihukum-denda-rp25-triliun/, pada tanggal 22 Februari 2016.
Savitri, Isma. “Banding, Vonis Bahasyim Jadi 12 Tahun Penjara”. Diakses melalui:
https://m.tempo.co/read/news/2011/05/24/063336480/banding-vonis-
bahasyim-jadi-12-tahun-penjara, pada tanggal 22 Februari 2016.
Setiawan, Maria Justina. 2008. “Sekilas Tentang Manajemen Pajak”. Jurnal
Administrasi Bisnis FISIP UNPAR, Vol 4, No 2, Hal 174-187.
113
Setiawan, Agus dan Basri Musri. 2007. “Tax Audit dan Tax Review”. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Siahaan, Marihot P. 2010. “Hukum Pajak Elementer”. Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu.
Silaen, Charles et al. 2015. “Pengaruh Sistem Perpajakan, Diskriminasi, Teknologi
dan Informasi Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika
Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”. Jurnal FEKON, Vol 2, No 2, Hal 1-15.
Suandy, Erly. 2011. “Hukum Pajak”. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2014. “Metode Penelitian Manajemen”. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sumarsan, Thomas. 2010. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: PT Indeks.
Suminarsasi, Wahyu dan Supriyadi. 2011. “Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan
dan Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan
Pajak”. Yogyakarta, PPJK 15 Universitas Gajah Mada, Hal 1-29.
Suwarto. 1999. “Perilaku Keorganisasian: Buku Panduan Mahasiswa”.
Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Syahrina, Alifia dan Dudi Pratomo. 2014. “Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan, Keadilan Pajak, Ketepatan Pengalokasian Pajak, dan Teknologi
Sistem Perpajakan Terhadap Tax Evasion oleh Wajib Pajak (Studi Empiris
Pada Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar di KPP Pratama Wilayah Kota
Bandung). Prosiding Seminar Ekonomi & Bisnis (SNEB) Universitas Jenderal
Achmad Yani, Hal 1-12.
Syukro, Ridho. “Dirjen Pajak: Tiga Alasan Penerimaan Pajak Rendah”. Diakses
melalui:http://www.beritasatu.com/ekonomi/151417-dirjen-pajak-tiga-alasan-
penerimaaan-pajak-rendah.html, pada tanggal 21 Oktober 2016.
Tarjo dan Kusmawati, Indra. 2006. “Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi
Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System: Suatu Studi di Bangkalan”.
Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol 10, No 1, Hal 101-120.
Torgler, Benno. 2005. “Tax Morale in Latin America”. Public Choice, Vol 122, No
1/2 , pp 133-157.
Torgler, Benno. 2007. “Tax Compliance and Tax Morale: A Theoretical and
Empirical Analysis”.UK : Edward Elgar Publishing Limited.
Wahyuningsih, Dian Tri. 2015. “Minimalisasi Tax Evasion Melalui Tarif Pajak,
Teknologi dan Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem Perpajakan, dan
Ketepatan Pengalokasian Pemerintah”. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Wangsa, Sudhira. 2009. “Tinjauan Moral dan Etika dan Dampaknya terhadap
Kepatuhan Pajak”. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia.
114
Wardhani, Eka Aryani. 2009. “Pengaruh Moralitas dan Budaya Pajak terhadap
Tingkat Kepatuhan Pajak (Survei Terhadap Wajib Pajak Pribadi di Jakarta
Pusat)”. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia.
Waluyo. 2008. “Perpajakan Indonesia Edisi ke 8”. Jakarta: Salemba Empat.
Widoyoko, J. Danang. “Menimbang Sunset Policy”. Diakses melalui:
http://www.antikorupsi.org/en/content/menimbang-sunset-policy, pada
tanggal 25 April 2016.
Yolanda, Dera et al. 2016. “Pengaruh Sistem Perpajakan, Diskriminasi,
Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, dan Norma Terhadap Persepsi
Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”. Jurnal Akuntansi
Universitas Bung Hatta Padang, Hal 1-15.
Zain, Mohammad. 2005. “Manajemen Perpajakan”. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba
Empat.
Zirman. 2015. “Pengaruh Penegakan Hukum dan Gender Terhadap Penggelapan
Pajak Dimediasi Oleh Moral Pajak”. Jurnal Akuntabilitas, Vol VIII, No 2,
Hal 133-147.
115
LAMPIRAN-LAMPIRAN
116
LAMPIRAN 1
Surat Penelitian Skripsi
117
118
119
120
121
LAMPIRAN 2
Surat Keterangan dari KPP
Pratama
122
123
124
125
126
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penelitian
127
128
129
130
131
132
133
134
LAMPIRAN 3
Daftar Jawaban Responden
135
IDENTITAS RESPONDEN
Bersambung ke halaman selanjutnya
NO JK USIA STATPER PENDTER PEKER
1 2 1 2 2 2
2 2 2 2 5 4
3 2 2 1 1 2
4 1 1 2 2 4
5 1 2 2 5 2
6 2 1 2 5 4
7 1 1 2 2 2
8 1 3 1 2 1
9 1 3 1 2 1
10 2 2 1 2 3
11 2 2 1 2 3
12 1 3 1 3 3
13 1 3 1 2 1
14 1 2 2 2 1
15 1 3 1 5 1
16 2 3 1 1 2
17 1 1 2 2 1
18 1 1 2 1 2
19 1 3 1 5 1
20 2 3 1 1 1
21 1 3 1 2 2
22 2 1 2 2 2
23 2 3 1 5 3
24 2 2 1 1 2
25 1 2 1 2 2
26 1 3 1 2 1
27 2 3 1 5 1
28 2 3 1 1 1
29 2 2 1 2 2
30 1 2 2 2 2
31 1 3 1 1 4
32 1 3 1 5 1
33 2 3 2 5 4
34 2 1 1 2 1
35 1 2 2 2 2
36 1 2 1 2 2
37 1 3 1 3 1
38 1 3 1 2 4
39 1 2 2 2 1
40 2 2 2 1 4
136
IDENTITAS RESPONDEN (Lanjutan)
NO JK USIA STATPER PENDTER PEKER
41 2 3 1 3 4
42 2 2 1 2 1
43 1 2 2 1 2
44 1 3 1 3 1
45 1 3 1 1 1
46 2 2 2 2 3
47 1 1 2 5 4
48 2 2 1 5 1
49 1 2 2 5 2
50 1 1 2 2 3
51 2 2 2 1 2
52 1 3 1 2 2
53 2 2 1 2 2
54 2 3 1 2 2
55 2 2 1 5 4
56 1 2 2 5 4
57 2 2 1 1 2
58 1 2 2 5 4
59 2 2 2 2 3
60 2 2 2 1 1
61 1 2 2 1 2
62 1 3 1 2 1
63 1 1 2 2 1
64 1 3 1 2 2
65 2 2 2 5 4
66 1 3 1 3 1
67 1 1 2 5 4
68 1 2 2 2 2
69 1 2 1 1 4
70 2 2 2 5 2
71 2 2 2 2 1
72 1 3 1 2 4
73 1 1 1 5 4
74 1 2 2 2 2
75 1 3 1 3 4
76 1 2 2 2 1
77 1 2 1 5 1
78 2 1 2 2 4
79 2 1 2 2 4
80 1 2 2 1 2
Bersambung ke halaman selanjutnya
137
IDENTITAS RESPONDEN (Lanjutan)
NO JK USIA STATPER PENDTER PEKER
81 2 3 1 5 4
82 1 2 2 2 3
83 2 3 1 5 1
84 2 3 1 1 4
85 1 3 1 2 2
86 2 3 1 2 1
87 1 3 1 3 1
88 2 3 1 2 1
89 1 2 2 5 4
90 2 2 2 2 2
91 2 2 1 2 2
92 1 2 2 2 2
93 1 3 1 1 2
94 1 2 2 2 4
95 1 2 1 2 2
96 1 2 2 2 4
97 1 3 1 5 2
98 2 3 1 2 2
99 2 3 1 3 2
100 1 2 2 1 2
101 2 2 1 2 2
102 2 2 1 3 2
103 2 2 1 2 2
104 2 1 2 2 2
105 1 2 2 2 1
106 1 1 2 2 2
107 1 3 1 2 2
108 2 2 1 2 2
109 1 2 1 3 2
110 1 1 2 5 2
111 1 1 2 2 2
112 1 1 2 2 2
113 1 1 2 2 2
114 1 1 2 2 2
115 2 2 1 5 4
116 2 2 1 2 2
117 2 2 1 2 2
118 2 3 1 2 2
119 2 2 1 5 2
120 2 2 1 5 4
Bersambung ke halaman selanjutnya
138
IDENTITAS RESPONDEN (Lanjutan)
NO JK USIA STATPER PENDTER PEKER
121 1 2 2 2 2
122 1 2 2 2 2
123 1 2 2 2 2
124 1 2 2 2 2
125 1 3 1 2 2
126 2 2 2 2 2
127 2 2 2 2 2
128 2 3 1 2 2
129 1 3 1 2 1
130 1 3 1 2 2
131 1 2 2 2 2
132 1 2 2 2 2
133 1 2 2 2 2
134 1 3 1 3 1
135 1 3 1 3 2
136 1 3 1 2 2
137 1 2 2 2 2
138 1 3 1 2 2
139 1 2 1 2 2
140 1 3 1 2 4
141 1 2 2 2 2
142 2 3 1 2 1
143 1 2 1 2 2
144 1 2 2 2 2
145 1 3 1 3 4
146 1 2 2 2 2
147 1 2 2 2 2
139
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KEMUNGKINAN
TERDETEKSINYA KECURANGAN
Bersambung ke halaman selanjutnya
NO. KTK1 KTK2 KTK3 KTK4 KTK5 TKTK
1 4 4 4 4 4 20
2 2 4 4 4 4 18
3 4 4 4 4 4 20
4 5 4 4 3 4 20
5 5 4 3 4 5 21
6 3 4 3 5 5 20
7 4 4 4 4 5 21
8 2 3 3 4 4 16
9 2 4 4 4 4 18
10 3 4 4 3 4 18
11 2 4 4 4 5 19
12 3 4 4 3 4 18
13 3 3 3 3 2 14
14 2 5 4 4 4 19
15 4 4 4 3 4 19
16 4 4 4 4 5 21
17 4 5 4 4 5 22
18 4 4 4 4 4 20
19 4 4 4 4 5 21
20 4 4 4 3 4 19
21 4 4 4 2 4 18
22 5 4 4 4 4 21
23 5 4 4 5 5 23
24 2 4 3 3 4 16
25 3 4 4 3 4 18
26 4 3 4 4 4 19
27 4 4 4 2 4 18
28 4 4 4 2 2 16
29 4 4 5 5 5 23
30 3 4 4 3 5 19
31 2 4 4 4 4 18
32 2 2 3 1 3 11
33 4 4 5 4 5 22
34 3 4 3 3 4 17
35 3 4 4 4 5 20
36 4 4 4 4 5 21
37 1 4 4 4 5 18
38 4 5 5 5 5 24
39 3 4 5 2 5 19
40 4 4 4 4 4 20
140
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KEMUNGKINAN
TERDETEKSINYA KECURANGAN (LANJUTAN)
NO. KTK1 KTK2 KTK3 KTK4 KTK5 TKTK
41 4 5 5 3 5 22
42 2 5 4 2 5 18
43 4 4 4 4 5 21
44 4 5 4 5 5 23
45 4 4 4 4 5 21
46 4 4 4 3 5 20
47 5 5 5 4 5 24
48 3 4 4 4 4 19
49 4 4 4 4 5 21
50 4 4 4 4 5 21
51 4 5 2 2 5 18
52 4 5 5 5 5 24
53 4 4 4 4 4 20
54 2 4 4 4 4 18
55 4 5 4 4 5 22
56 3 4 4 3 5 19
57 2 2 2 2 2 10
58 4 4 4 4 5 21
59 2 3 3 3 4 15
60 3 3 4 2 5 17
61 4 4 4 4 5 21
62 5 4 4 4 5 22
63 4 4 4 3 5 20
64 4 4 4 4 4 20
65 4 4 4 4 5 21
66 3 2 3 2 3 13
67 4 4 4 4 4 20
68 3 4 4 4 5 20
69 5 5 5 4 5 24
70 4 4 4 4 4 20
71 3 4 4 3 3 17
72 2 4 4 2 5 17
73 4 4 4 4 5 21
74 3 3 2 2 2 12
75 3 4 4 3 5 19
76 4 4 4 4 5 21
77 4 4 4 4 4 20
78 3 4 3 3 4 17
79 5 5 5 4 5 24
80 4 4 4 4 4 20
Bersambung ke halaman selanjutnya
141
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KEMUNGKINAN
TERDETEKSINYA KECURANGAN (LANJUTAN)
NO. KTK1 KTK2 KTK3 KTK4 KTK5 TKTK
81 4 4 4 5 4 21
82 4 4 4 4 5 21
83 5 4 5 4 4 22
84 4 5 4 4 3 20
85 4 4 5 5 1 19
86 4 3 4 4 3 18
87 4 4 5 4 4 21
88 4 4 4 4 5 21
89 5 5 5 4 5 24
90 5 4 4 4 4 21
91 1 4 4 4 4 17
92 1 4 4 4 4 17
93 1 4 4 4 4 17
94 4 4 4 4 4 20
95 4 4 4 4 4 20
96 4 4 4 4 4 20
97 5 4 4 4 4 21
98 1 4 4 4 4 17
99 3 3 3 4 3 16
100 4 2 2 3 4 15
101 4 4 4 2 4 18
102 4 4 4 4 3 19
103 4 4 4 3 4 19
104 4 4 4 4 4 20
105 3 2 2 3 2 12
106 4 2 2 4 3 15
107 3 2 2 3 3 13
108 5 5 5 4 4 23
109 5 5 5 5 4 24
110 4 5 5 4 3 21
111 4 4 4 5 4 21
112 4 4 4 4 4 20
113 4 4 3 4 4 19
114 5 4 5 4 4 22
115 5 5 4 4 5 23
116 4 4 4 4 5 21
117 4 4 5 5 3 21
118 5 5 5 5 5 25
119 4 5 4 4 4 21
120 5 5 5 4 5 24
Bersambung ke halaman selanjutnya
142
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KEMUNGKINAN
TERDETEKSINYA KECURANGAN (LANJUTAN)
NO. KTK1 KTK2 KTK3 KTK4 KTK5 TKTK
121 4 4 4 4 4 20
122 4 4 4 4 4 20
123 4 4 4 5 5 22
124 5 4 5 5 5 24
125 5 5 4 5 4 23
126 4 5 4 4 4 21
127 3 3 4 2 2 14
128 5 5 5 5 4 24
129 4 5 4 4 4 21
130 4 4 4 4 4 20
131 5 5 4 4 4 22
132 4 4 4 5 5 22
133 5 5 5 5 5 25
134 4 4 4 5 5 22
135 4 4 4 4 4 20
136 4 5 4 4 4 21
137 4 4 4 4 5 21
138 5 5 4 5 5 24
139 4 4 4 3 4 19
140 5 5 4 4 5 23
141 3 3 3 3 3 15
142 3 3 4 3 3 16
143 4 4 4 3 4 19
144 4 4 4 4 5 21
145 5 5 4 4 5 23
146 4 4 4 5 4 21
147 4 4 4 4 4 20
143
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KEADILAN PAJAK
Bersambung ke halaman selanjutnya
NO. KEAD1 KEAD2 KEAD3 KEAD4 KEAD5 KEAD6 KEAD7 TKEAD
1 4 4 4 3 3 3 3 24
2 2 2 2 2 2 2 2 14
3 4 4 4 3 3 2 4 24
4 3 3 4 5 4 4 4 27
5 3 3 3 4 2 1 3 19
6 5 4 5 2 3 1 5 25
7 4 4 4 4 4 3 4 27
8 4 2 4 2 1 1 3 17
9 4 4 4 4 4 2 4 26
10 4 4 3 4 4 4 4 27
11 2 2 2 2 2 4 4 18
12 3 4 4 4 3 2 3 23
13 3 3 2 2 3 3 3 19
14 4 2 4 4 4 2 4 24
15 4 2 4 4 4 4 5 27
16 4 4 4 3 3 3 4 25
17 3 3 4 3 4 2 3 22
18 4 2 2 4 4 1 4 21
19 4 4 4 3 3 5 4 27
20 2 4 4 4 4 2 2 22
21 2 4 4 4 4 2 2 22
22 4 4 4 5 3 1 3 24
23 4 5 5 4 5 5 4 32
24 4 4 4 4 4 3 4 27
25 2 4 4 4 4 3 3 24
26 5 2 5 2 4 1 4 23
27 4 1 4 3 1 2 4 19
28 4 4 4 3 3 2 4 24
29 4 4 4 4 4 4 4 28
30 4 4 4 4 4 3 4 27
31 4 1 1 4 4 4 4 22
32 2 2 2 4 2 1 3 16
33 4 4 4 4 4 4 4 28
34 2 3 4 4 4 1 4 22
35 4 4 4 4 4 3 4 27
36 3 4 4 3 3 2 4 23
37 4 4 4 4 4 4 4 28
38 4 4 4 5 4 3 4 28
39 4 4 4 4 3 3 4 26
40 4 5 5 4 4 1 3 26
144
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KEADILAN PAJAK
Bersambung ke halaman selanjutnya
NO. KEAD1 KEAD2 KEAD3 KEAD4 KEAD5 KEAD6 KEAD7 TKEAD
41 4 4 4 4 4 2 2 24
42 4 4 4 4 4 3 3 26
43 3 4 4 4 4 3 3 25
44 4 4 5 5 4 5 5 32
45 4 4 4 4 4 4 4 28
46 4 3 4 4 3 2 4 24
47 5 4 4 4 4 4 4 29
48 4 4 4 4 4 2 4 26
49 4 4 4 3 4 3 4 26
50 4 2 4 4 4 2 4 24
51 4 5 2 5 4 2 2 24
52 5 4 4 1 4 1 3 22
53 4 4 4 4 4 4 4 28
54 3 3 3 3 3 3 3 21
55 4 5 4 5 4 5 4 31
56 4 4 4 4 4 4 4 28
57 2 2 3 3 2 4 3 19
58 3 4 4 4 4 4 2 25
59 5 4 4 4 4 3 3 27
60 4 4 4 4 4 4 3 27
61 4 4 4 4 4 3 3 26
62 4 4 4 4 4 4 4 28
63 2 3 4 4 3 3 3 22
64 4 4 4 4 4 4 4 28
65 4 4 4 4 4 4 3 27
66 3 1 2 2 2 3 3 16
67 4 4 5 4 5 4 4 30
68 4 4 4 4 4 4 4 28
69 3 4 5 5 3 2 3 25
70 4 4 5 5 4 4 4 30
71 5 5 5 5 4 3 4 31
72 4 4 5 4 4 3 3 27
73 4 4 4 4 4 4 4 28
74 2 3 5 5 4 3 4 26
75 3 3 3 3 3 3 3 21
76 4 4 4 4 4 4 4 28
77 4 4 5 4 4 3 5 29
78 4 4 4 4 4 4 4 28
79 4 5 4 4 4 5 5 31
80 5 5 5 5 5 5 5 35
145
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KEADILAN PAJAK
Bersambung ke halaman selanjutnya
NO. KEAD1 KEAD2 KEAD3 KEAD4 KEAD5 KEAD6 KEAD7 TKEAD
81 4 3 4 4 4 4 4 27
82 4 4 4 2 2 2 4 22
83 4 5 5 5 5 4 4 32
84 5 5 5 4 4 5 5 33
85 4 4 4 3 3 3 4 25
86 5 5 4 3 5 4 4 30
87 5 5 5 4 4 4 4 31
88 4 4 5 4 3 3 4 27
89 5 4 5 5 5 4 5 33
90 4 4 4 4 4 3 3 26
91 1 4 4 4 4 4 4 25
92 4 4 4 4 4 4 4 28
93 1 4 4 4 4 3 4 24
94 4 4 4 4 4 4 4 28
95 4 4 4 4 4 4 4 28
96 4 4 4 4 3 3 3 25
97 4 4 4 4 4 4 4 28
98 4 4 4 4 3 3 4 26
99 4 3 4 4 3 2 4 24
100 2 3 2 4 4 4 4 23
101 2 2 3 4 3 1 3 18
102 2 3 4 4 4 3 4 24
103 4 3 4 4 3 3 4 25
104 4 4 2 3 2 1 4 20
105 4 3 4 4 3 2 3 23
106 2 2 4 3 3 4 3 21
107 2 2 2 2 2 2 3 15
108 4 5 5 5 5 4 4 32
109 4 4 4 4 4 4 4 28
110 3 4 3 3 4 4 3 24
111 4 3 4 4 3 4 3 25
112 4 3 3 3 3 3 3 22
113 4 3 4 4 4 4 5 28
114 5 4 4 4 4 4 5 30
115 4 4 4 4 4 4 4 28
116 5 5 5 4 4 4 4 31
117 4 4 4 4 4 4 4 28
118 4 4 5 5 4 4 4 30
119 3 3 3 4 5 5 5 28
120 4 5 4 4 4 5 5 31
146
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KEADILAN PAJAK
NO. KEAD1 KEAD2 KEAD3 KEAD4 KEAD5 KEAD6 KEAD7 TKEAD
121 4 5 4 5 5 5 5 33
122 4 3 4 4 4 4 4 27
123 5 5 5 5 5 4 4 33
124 4 5 4 5 5 5 5 33
125 2 2 5 5 5 5 5 29
126 5 5 5 4 4 4 4 31
127 4 5 4 4 4 5 5 31
128 4 4 4 4 4 4 4 28
129 3 3 3 4 5 5 5 28
130 5 5 5 5 5 4 4 33
131 4 4 4 4 4 4 4 28
132 4 4 4 3 3 3 4 25
133 4 5 5 4 4 5 5 32
134 4 4 4 4 4 4 4 28
135 5 5 4 3 4 3 3 27
136 4 4 4 4 4 4 4 28
137 5 5 5 4 4 4 4 31
138 5 5 5 5 5 5 5 35
139 4 4 4 4 4 4 4 28
140 4 4 4 4 4 4 5 29
141 5 4 5 5 5 4 5 33
142 4 4 5 5 4 4 4 30
143 4 4 4 4 4 4 4 28
144 4 4 4 4 4 4 3 27
145 3 4 4 4 4 4 4 27
146 4 4 5 5 4 4 4 30
147 5 5 5 5 5 4 4 33
147
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KETEPATAN
PENGALOKASIAN PAJAK
Bersambung ke halaman selanjutnya
NO. KPP1 KPP2 KPP3 KPP4 KPP5 KPP6 TKPP
1 2 2 2 2 3 3 14
2 4 2 3 2 2 3 16
3 2 2 2 2 2 2 12
4 1 2 1 1 2 2 9
5 1 1 1 1 1 1 6
6 2 2 3 3 2 2 14
7 4 2 2 2 3 3 16
8 4 2 2 2 2 2 14
9 2 2 2 2 2 2 12
10 4 4 4 4 4 3 23
11 3 2 2 3 3 4 17
12 3 3 4 4 3 3 20
13 2 2 3 3 3 4 17
14 4 3 4 4 4 4 23
15 4 4 2 2 2 4 18
16 4 4 4 4 4 4 24
17 4 3 1 2 3 2 15
18 3 2 2 2 2 2 13
19 2 3 2 2 4 4 17
20 2 2 5 2 2 2 15
21 2 2 5 2 2 2 15
22 3 2 3 2 3 3 16
23 2 3 1 1 2 2 11
24 2 2 3 2 3 3 15
25 2 2 3 2 2 3 14
26 2 1 1 1 2 2 9
27 3 4 5 5 4 3 24
28 3 1 1 1 2 3 11
29 4 4 4 4 3 4 23
30 4 3 4 3 3 4 21
31 5 4 4 4 4 4 25
32 2 1 1 1 1 2 8
33 3 1 5 2 2 3 16
34 2 2 2 1 2 2 11
35 4 3 4 1 3 2 17
36 3 2 3 2 2 2 14
37 4 4 4 3 3 3 21
38 5 4 5 1 4 4 23
39 3 2 4 1 4 4 18
40 4 2 5 1 3 4 19
148
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KETEPATAN
PENGALOKASIAN PAJAK (LANJUTAN)
NO. KPP1 KPP2 KPP3 KPP4 KPP5 KPP6 TKPP
41 5 3 5 2 4 4 23
42 4 4 5 2 3 3 21
43 4 2 4 2 3 3 18
44 3 2 4 2 4 4 19
45 4 4 5 3 4 4 24
46 1 2 1 1 1 1 7
47 3 3 3 3 3 2 17
48 4 2 3 2 2 2 15
49 3 4 3 2 3 3 18
50 2 2 4 2 2 4 16
51 2 4 1 1 4 5 17
52 2 2 4 3 1 2 14
53 2 2 2 2 2 2 12
54 4 3 4 4 4 4 23
55 4 4 4 4 4 4 24
56 2 2 2 2 2 2 12
57 1 1 2 2 3 3 12
58 3 3 3 3 3 3 18
59 4 4 4 4 3 3 22
60 2 2 2 2 3 3 14
61 2 4 3 3 2 2 16
62 4 4 4 4 4 4 24
63 3 3 3 3 3 3 18
64 2 2 2 2 2 2 12
65 2 3 2 3 3 3 16
66 4 4 4 4 4 4 24
67 4 4 4 4 4 4 24
68 3 3 2 4 3 3 18
69 2 2 2 2 2 2 12
70 3 2 2 4 3 3 17
71 2 2 2 2 2 2 12
72 3 4 2 3 2 2 16
73 3 3 3 3 2 2 16
74 4 3 1 3 3 3 17
75 4 4 4 4 4 4 24
76 4 4 5 2 2 2 19
77 2 2 2 2 2 2 12
78 4 4 4 4 4 4 24
79 4 4 5 4 4 3 24
80 2 2 2 2 2 2 12
Bersambung ke halaman selanjutnya
149
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KETEPATAN
PENGALOKASIAN PAJAK (LANJUTAN)
NO. KPP1 KPP2 KPP3 KPP4 KPP5 KPP6 TKPP
81 4 4 4 4 4 4 24
82 4 4 2 2 4 1 17
83 2 2 2 2 2 2 12
84 3 3 3 2 2 3 16
85 4 2 2 4 3 3 18
86 3 3 3 3 3 3 18
87 4 4 4 4 4 4 24
88 4 3 4 2 3 4 20
89 2 2 2 2 2 2 12
90 2 2 2 2 2 2 12
91 2 2 2 2 2 3 13
92 2 2 2 2 3 3 14
93 3 3 3 2 2 3 16
94 2 2 2 2 2 2 12
95 2 2 2 2 2 2 12
96 2 2 2 2 3 3 14
97 2 2 2 2 2 2 12
98 3 2 2 2 3 3 15
99 2 2 2 2 3 3 14
100 2 2 2 3 2 3 14
101 1 1 2 2 3 2 11
102 3 2 2 2 3 3 15
103 4 4 4 3 4 2 21
104 1 1 1 1 2 2 8
105 2 2 2 2 3 3 14
107 1 2 2 1 3 3 12
108 3 4 2 4 3 2 18
109 2 2 2 2 2 2 12
110 4 4 4 4 4 4 24
111 4 4 4 4 4 4 24
112 4 3 4 3 3 3 20
113 4 4 4 2 4 4 22
114 2 2 2 2 2 2 12
115 4 4 4 4 4 4 24
116 3 3 4 2 4 4 20
117 2 2 2 2 2 2 12
118 3 3 3 3 3 3 18
119 4 4 4 2 3 3 20
120 2 2 2 2 2 2 12
Bersambung ke halaman selanjutnya
106 2 2 2 2 2 2 12
150
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KETEPATAN
PENGALOKASIAN PAJAK (LANJUTAN)
NO. KPP1 KPP2 KPP3 KPP4 KPP5 KPP6 TKPP
121 3 3 3 2 2 3 16
122 4 4 4 3 3 3 21
123 4 2 4 2 3 3 18
124 3 3 4 2 4 4 20
125 4 4 4 4 4 4 24
126 3 3 4 2 2 2 16
127 4 2 2 2 3 4 17
128 3 3 4 4 4 4 22
129 3 2 4 2 2 3 16
130 4 4 4 4 4 4 24
131 3 3 3 3 3 3 18
132 4 3 4 2 2 3 18
133 4 4 4 2 2 2 18
134 2 2 2 2 2 2 12
135 2 3 4 2 3 2 16
136 3 3 4 3 3 3 19
137 2 2 2 2 2 2 12
138 3 2 4 2 3 4 18
139 4 2 3 2 4 4 19
140 3 2 4 4 4 4 21
141 2 2 2 2 2 2 12
142 4 4 4 4 4 4 24
143 3 4 4 2 3 3 19
144 3 3 4 4 4 4 22
145 3 3 3 2 3 3 17
146 2 2 2 2 2 2 12
147 3 4 4 2 3 4 20
151
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TEKNOLOGI
SISTEM PERPAJAKAN
NO. TSP1 TSP2 TSP3 TSP4 TTSP
1 4 3 3 3 13
2 4 2 2 2 10
3 4 4 4 4 16
4 4 4 4 4 16
5 2 2 3 3 10
6 4 4 5 4 17
7 5 5 5 5 20
8 1 2 1 2 6
9 4 4 3 3 14
10 3 3 4 4 14
11 4 4 2 3 13
12 4 3 3 3 13
13 2 2 3 2 9
14 4 4 4 4 16
15 4 4 4 4 16
16 4 4 4 4 16
17 4 3 2 2 11
18 3 4 2 3 12
19 4 2 4 4 14
20 4 4 4 4 16
21 4 4 4 4 16
22 4 4 4 4 16
23 5 2 2 3 12
24 4 4 4 4 16
25 4 4 4 4 16
26 4 2 2 2 10
27 4 4 4 4 16
28 4 4 4 4 16
29 5 5 5 4 19
30 5 3 3 3 14
31 4 4 4 4 16
32 4 4 3 4 15
33 4 3 4 4 15
34 4 3 3 4 14
35 5 4 4 4 17
36 5 5 4 3 17
37 4 4 4 4 16
38 5 2 3 3 13
39 5 5 4 4 18
40 5 3 4 4 16
Bersambung ke halaman selanjutnya
152
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TEKNOLOGI
SISTEM PERPAJAKAN (LANJUTAN)
NO. TSP1 TSP2 TSP3 TSP4 TTSP
41 4 3 3 3 13
42 5 4 4 4 17
43 4 4 4 4 16
44 5 5 5 5 20
45 4 3 2 3 12
46 2 3 3 4 12
47 3 3 4 3 13
48 3 3 3 3 12
49 5 4 4 5 18
50 4 4 4 4 16
51 5 4 4 3 16
52 1 4 4 1 10
53 4 4 4 4 16
54 4 4 4 4 16
55 4 5 3 5 17
56 3 3 3 3 12
57 3 2 3 2 10
58 4 4 4 4 16
59 5 4 4 4 17
60 5 3 2 2 12
61 4 3 3 3 13
62 4 2 2 2 10
63 3 2 2 2 9
64 4 4 4 4 16
65 4 5 4 5 18
66 4 4 4 4 16
67 4 3 4 3 14
68 4 4 4 4 16
69 5 3 4 3 15
70 5 4 3 3 15
71 4 4 4 4 16
72 4 4 4 4 16
73 2 2 2 2 8
74 3 3 4 3 13
75 4 4 4 4 16
76 4 4 4 4 16
77 5 5 5 5 20
78 4 4 4 4 16
79 3 3 3 3 12
80 3 3 3 3 12
Bersambung ke halaman selanjutnya
153
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TEKNOLOGI
SISTEM PERPAJAKAN (LANJUTAN)
Bersambung ke halaman selanjutnya
NO. TSP1 TSP2 TSP3 TSP4 TTSP
81 4 3 3 3 13
82 4 4 4 4 16
83 4 2 3 3 12
84 5 3 4 4 16
85 4 2 2 2 10
86 4 4 4 4 16
87 4 4 4 3 15
88 4 2 3 3 12
89 4 3 2 4 13
90 4 4 4 4 16
91 4 3 2 4 13
92 3 3 3 3 12
93 4 4 3 4 15
94 3 3 3 3 12
95 4 4 4 4 16
96 4 4 4 4 16
97 4 4 4 4 16
98 4 3 2 4 13
99 3 4 3 3 13
100 2 2 2 3 9
101 4 3 4 4 15
102 3 4 4 3 14
103 4 4 4 2 14
104 4 4 3 4 15
105 3 4 3 3 13
106 2 4 4 4 14
107 2 4 4 4 14
108 4 4 3 4 15
109 2 2 2 2 8
110 3 3 3 3 12
111 4 3 3 3 13
112 4 4 4 4 16
113 4 4 4 4 16
114 4 3 3 3 13
115 4 3 3 3 13
116 3 3 3 3 12
117 4 4 4 4 16
118 4 4 4 4 16
119 4 3 3 3 13
120 4 3 2 4 13
154
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TEKNOLOGI
SISTEM PERPAJAKAN (LANJUTAN)
NO. TSP1 TSP2 TSP3 TSP4 TTSP
121 5 2 3 4 14
122 5 4 4 4 17
123 4 4 4 4 16
124 4 3 2 3 12
125 3 3 3 3 12
126 4 4 4 4 16
127 4 4 4 4 16
128 4 3 4 4 15
129 4 5 4 5 18
130 4 2 3 3 12
131 3 2 2 3 10
132 4 4 4 4 16
133 4 3 3 3 13
134 3 3 3 3 12
135 4 3 4 3 14
136 4 4 3 4 15
137 5 4 4 4 17
138 4 2 3 3 12
139 4 4 4 4 16
140 4 4 4 4 16
141 4 4 4 4 16
142 5 4 3 3 15
143 3 3 3 3 12
144 4 4 4 4 16
145 4 2 2 2 10
146 3 3 3 3 12
147 4 4 4 4 16
155
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX MORALE
NO. TM1 TM2 TM3 TM4 TM5 TM6 TM7 TM8 TM9 TM10 TM11 TM12 TM13 TM14 TTM
1 4 4 4 4 3 4 3 4 3 5 5 5 5 5 58
2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 48
3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 53
4 4 5 5 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 59
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 45
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
7 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 56
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 44
9 4 3 3 4 3 4 2 4 4 4 2 2 4 4 47
10 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 51
11 4 4 1 4 1 1 1 2 1 1 4 2 4 4 34
12 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 52
13 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43
14 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
15 3 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 3 46
16 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55
17 4 2 3 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 46
18 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 51
19 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 3 56
20 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 55
21 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 55
22 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 48
23 4 4 4 4 3 4 4 3 3 5 5 5 5 5 58
Bersambung ke halaman selanjutnya
156
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX MORALE (LANJUTAN)
NO. TM1 TM2 TM3 TM4 TM5 TM6 TM7 TM8 TM9 TM10 TM11 TM12 TM13 TM14 TTM
24 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 3 54
25 3 4 3 3 3 4 4 5 5 4 3 4 4 4 53
26 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 53
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
28 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 54
29 3 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 4 5 5 56
30 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 59
31 4 4 4 3 3 4 4 3 4 5 4 4 4 4 54
32 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 47
33 4 4 4 5 3 4 5 3 3 5 4 4 4 5 57
34 2 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 4 5 5 49
35 3 3 3 4 3 5 5 3 4 4 4 4 4 4 53
36 4 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 5 5 59
37 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 5 5 53
38 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 61
39 4 5 5 5 3 5 5 5 5 4 3 4 5 5 63
40 4 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4 3 5 4 57
41 4 4 5 5 3 5 4 4 4 5 4 3 5 4 59
42 4 3 4 5 3 4 5 5 5 4 4 4 5 5 60
43 3 3 4 4 3 5 5 3 3 5 5 5 5 5 58
44 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 4 3 3 5 59
45 3 2 4 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 52
46 3 5 4 5 2 3 3 4 5 3 4 4 3 4 52
47 3 4 3 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 50
Bersambung ke halaman selanjutnya
157
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX MORALE (LANJUTAN)
NO. TM1 TM2 TM3 TM4 TM5 TM6 TM7 TM8 TM9 TM10 TM11 TM12 TM13 TM14 TTM
48 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
49 3 4 3 4 1 3 2 4 3 4 4 3 4 4 46
50 4 5 4 2 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 54
51 2 2 1 1 5 5 2 2 3 2 4 4 5 4 42
52 4 3 2 4 2 3 4 5 4 4 4 4 4 4 51
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
54 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46
55 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 5 3 56
56 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 57
57 2 2 2 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 31
58 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 58
59 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 4 5 5 57
60 4 4 4 4 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 59
61 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 60
62 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 53
63 5 4 4 5 3 5 5 5 5 4 3 4 4 3 59
64 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 5 5 5 5 63
65 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 52
66 2 2 3 3 1 2 4 2 2 2 2 2 2 2 31
67 3 3 3 4 3 4 4 5 5 3 4 4 4 4 53
68 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 61
69 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 53
70 4 4 4 3 3 4 4 5 5 5 4 3 4 4 56
71 4 4 4 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 38
Bersambung ke halaman selanjutnya
158
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX MORALE (LANJUTAN)
NO. TM1 TM2 TM3 TM4 TM5 TM6 TM7 TM8 TM9 TM10 TM11 TM12 TM13 TM14 TTM
72 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 53
73 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 3 48
74 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 40
75 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 50
76 3 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 54
77 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 5 5 5 51
78 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 4 5 5 5 63
79 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 52
80 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 59
81 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 51
82 4 4 4 5 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 60
83 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 52
84 4 4 3 4 2 2 3 4 3 5 5 4 4 5 52
85 4 4 3 5 3 3 3 5 5 3 3 4 4 4 53
86 5 5 5 5 3 4 4 5 5 5 5 4 4 4 63
87 5 4 4 5 4 5 4 4 3 3 3 4 4 4 56
88 4 4 4 5 3 4 4 5 5 4 4 3 5 5 59
89 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
90 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 48
91 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 4 49
92 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 2 45
93 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 2 2 4 3 46
94 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 5 5 55
95 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 5 5 53
Bersambung ke halaman selanjutnya
159
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX MORALE (LANJUTAN)
NO. TM1 TM2 TM3 TM4 TM5 TM6 TM7 TM8 TM9 TM10 TM11 TM12 TM13 TM14 TTM
96 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 3 49
97 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 52
98 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 3 46
99 3 4 4 3 4 3 4 5 5 3 5 5 5 5 58
100 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 48
101 4 4 3 4 2 3 4 3 3 2 1 1 1 1 36
102 4 4 4 3 1 3 4 3 3 3 2 2 3 2 41
103 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 50
104 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 50
105 3 4 4 3 4 3 4 5 5 3 4 4 3 4 53
106 3 4 4 4 2 4 4 3 2 2 2 3 4 3 44
107 2 3 3 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 31
108 3 3 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 57
109 4 4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 4 4 5 51
110 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 51
111 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 3 4 4 4 61
112 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 63
113 4 4 3 4 3 3 4 4 4 5 4 5 5 5 57
114 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 4 5 56
115 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 5 58
116 4 4 4 4 3 3 3 5 4 3 3 5 4 5 54
117 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 5 5 59
118 4 4 5 4 2 3 3 5 4 2 4 4 4 4 52
119 3 4 3 4 3 3 3 4 5 3 3 4 5 5 52
Bersambung ke halaman selanjutnya
160
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX MORALE (LANJUTAN)
NO. TM1 TM2 TM3 TM4 TM5 TM6 TM7 TM8 TM9 TM10 TM11 TM12 TM13 TM14 TTM
120 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 49
121 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 4 4 3 5 60
122 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 52
123 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 49
124 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 56
125 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 51
126 4 4 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 47
127 4 4 4 3 3 3 3 5 3 3 3 4 3 3 48
128 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 47
129 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 52
130 5 5 5 5 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 53
131 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 3 3 5 61
132 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 46
133 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 52
134 4 4 3 3 3 3 5 5 3 3 4 4 4 4 52
135 4 4 4 5 3 3 5 4 3 4 5 5 5 5 59
136 4 4 4 5 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 52
137 4 4 5 4 3 3 4 4 3 4 5 4 4 4 55
138 4 4 5 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 54
139 3 4 4 3 2 3 5 5 4 3 3 3 4 4 50
140 4 4 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65
141 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55
142 4 4 4 5 3 4 4 5 5 5 4 4 5 4 60
143 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 52
Bersambung ke halaman selanjutnya
161
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX MORALE (LANJUTAN)
NO. TM1 TM2 TM3 TM4 TM5 TM6 TM7 TM8 TM9 TM10 TM11 TM12 TM13 TM14 TTM
144 4 4 4 5 2 4 4 3 4 4 4 5 5 5 57
145 4 4 4 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 55
146 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 53
147 4 4 4 4 3 5 4 3 3 3 4 5 5 5 56
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX EVASION
Bersambung ke halaman selanjutnya
NO. TE1 TE2 TE3 TE4 TE5 TE6 TE7 TE8 TE9 TE10 TE11 TE12 TTE
1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 3 3 1 20
2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
3 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 18
4 1 1 1 2 3 1 1 3 3 4 3 1 24
5 2 3 2 3 2 2 1 1 4 3 3 1 27
6 1 1 1 2 2 1 2 2 3 3 4 1 23
7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 15
9 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 3 1 28
10 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 1 16
11 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 4 1 35
12 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 15
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 15
14 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 28
15 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 18
162
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX EVASION (LANJUTAN)
NO. TE1 TE2 TE3 TE4 TE5 TE6 TE7 TE8 TE9 TE10 TE11 TE12 TTE
16 1 1 2 2 3 2 2 3 4 3 2 1 26
17 1 1 1 3 3 1 1 3 4 4 2 1 25
18 1 2 2 3 4 2 2 3 3 2 2 1 27
19 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 16
20 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 19
21 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 19
22 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 1 27
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
24 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 26
19 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 26
20 2 2 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 21
21 2 2 2 2 2 2 1 2 4 4 3 2 28
22 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 19
23 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 1 17
24 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 17
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 13
26 3 3 2 2 2 2 2 2 4 4 3 1 30
27 1 1 2 1 1 1 1 1 4 4 4 1 22
28 2 2 1 1 1 1 1 1 4 3 3 1 21
29 1 1 1 3 3 1 1 3 4 4 2 1 25
30 1 2 2 3 4 2 2 3 3 2 2 1 27
31 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 16
32 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 19
33 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 2 19
Bersambung ke halaman selanjutnya
163
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX EVASION (LANJUTAN)
NO. TE1 TE2 TE3 TE4 TE5 TE6 TE7 TE8 TE9 TE10 TE11 TE12 TTE
34 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 1 27
35 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 23
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
37 1 1 1 1 2 1 1 2 3 2 1 1 17
38 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 23
39 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 2 1 17
40 1 1 3 2 2 2 1 2 3 3 2 1 23
41 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 16
42 1 1 2 1 2 1 1 1 3 3 2 1 19
43 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 19
44 2 2 1 1 2 1 1 2 3 3 3 1 22
45 1 2 3 2 2 2 2 1 3 2 1 1 22
46 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 1 18
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
48 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23
49 1 1 2 1 1 2 2 1 4 1 1 1 18
50 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 3 1 19
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
52 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
53 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 22
54 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3 2 1 27
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
56 1 1 2 2 3 2 2 2 2 3 3 1 24
57 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 34
Bersambung ke halaman selanjutnya
164
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX EVASION (LANJUTAN)
NO. TE1 TE2 TE3 TE4 TE5 TE6 TE7 TE8 TE9 TE10 TE11 TE12 TTE
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
59 1 2 3 3 1 1 2 2 2 3 3 1 24
60 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 23
61 1 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 1 25
62 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 2 1 17
63 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 26
64 1 2 2 2 1 2 1 1 3 3 1 1 20
65 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 1 17
66 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 1 30
67 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 25
68 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 18
69 2 2 3 3 2 3 1 2 4 3 1 1 27
70 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13
71 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 27
72 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 3 1 20
73 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 15
74 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 1 27
75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
76 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 25
77 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 1 16
78 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 16
79 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
80 1 1 1 2 3 1 1 2 1 1 1 1 16
81 1 2 2 2 1 1 1 3 3 3 3 2 24
Bersambung ke halaman selanjutnya
165
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX EVASION (LANJUTAN)
NO. TE1 TE2 TE3 TE4 TE5 TE6 TE7 TE8 TE9 TE10 TE11 TE12 TTE
82 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 15
83 2 1 1 1 2 1 1 1 4 4 3 2 23
84 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
85 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 18
86 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 16
87 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 25
88 2 2 1 3 2 1 2 3 1 1 1 1 20
89 1 1 2 1 2 2 2 2 3 3 2 1 22
90 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
91 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 25
92 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 15
93 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 15
94 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 1 16
95 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 18
96 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
97 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
98 2 2 2 2 2 2 2 1 4 4 2 2 27
99 2 2 2 2 2 2 2 1 4 4 2 2 27
100 1 3 3 4 3 1 1 3 1 3 3 3 29
101 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 29
102 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 29
103 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 1 28
104 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 2 17
105 1 3 1 1 1 1 1 1 5 5 2 2 24
Bersambung ke halaman selanjutnya
166
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX EVASION (LANJUTAN)
NO. TE1 TE2 TE3 TE4 TE5 TE6 TE7 TE8 TE9 TE10 TE11 TE12 TTE
106 1 3 3 4 3 1 1 4 1 4 4 4 33
107 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 2 3 34
108 1 1 1 1 1 1 1 3 3 4 3 1 21
109 2 2 1 3 2 1 2 3 1 1 1 1 20
110 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
111 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 19
112 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 19
113 1 1 1 3 1 2 1 1 3 3 3 3 23
114 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 14
115 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
116 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
117 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
118 3 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 1 21
119 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 15
120 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 16
121 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 16
122 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 16
123 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 3 3 22
124 2 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 24
125 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 16
126 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
127 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 1 27
128 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 16
129 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Bersambung ke halaman selanjutnya
167
JAWABAN RESPONDEN VARIABEL TAX EVASION (LANJUTAN)
NO. TE1 TE2 TE3 TE4 TE5 TE6 TE7 TE8 TE9 TE10 TE11 TE12 TTE
130 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
131 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
132 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13
133 1 1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 24
134 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
135 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
136 2 2 1 1 2 1 1 2 3 3 3 1 22
137 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18
138 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
139 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 25
140 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 15
141 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 16
142 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 15
143 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 15
145 1 1 2 1 2 2 2 2 3 3 3 1 23
146 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 1 1 17
147 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
168
LAMPIRAN 5
Output Hasil Pengujian Data
169
Karakteriktik Profil Responden
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 90 61,2 61,2 61,2
Perempuan 57 38,8 38,8 100,0
Total 147 100,0 100,0
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Menikah 81 55,1 55,1 55,1
Belum
Menikah 66 44,9 44,9 100,0
Total 147 100,0 100,0
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 20-24 Tahun 22 15,0 15,0 15,0
25-35 Tahun 73 49,7 49,7 64,6
>35 Tahun 52 35,4 35,4 100,0
Total 147 100,0 100,0
170
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 19 12,9 12,9 12,9
S1 87 59,2 59,2 72,1
S2 13 8,8 8,8 81,0
Lainnya 28 19,0 19,0 100,0
Total 147 100,0 100,0
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Wiraswasta 34 23,1 23,1 23,1
Pegawai Swasta 76 51,7 51,7 74,8
PNS 8 5,4 5,4 80,3
Lainnya 29 19,7 19,7 100,0
Total 147 100,0 100,0
171
HASIL UJI VALIDITAS KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA
KECURANGAN
Correlations
KTK1 KTK2 KTK3 KTK4 KTK5 T.KTK
KTK1 Pearson Correlation 1 ,395** ,374** ,367** ,226** ,697**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,006 ,000
N 147 147 147 147 147 147
KTK2 Pearson Correlation ,395** 1 ,647** ,423** ,492** ,795**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147
KTK3 Pearson Correlation ,374** ,647** 1 ,426** ,351** ,744**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147
KTK4 Pearson Correlation ,367** ,423** ,426** 1 ,294** ,705**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147
KTK5 Pearson Correlation ,226** ,492** ,351** ,294** 1 ,654**
Sig. (2-tailed) ,006 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147
T.KTK Pearson Correlation ,697** ,795** ,744** ,705** ,654** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
172
HASIL UJI VALIDITAS KEADILAN PAJAK
Correlations
KEAD1 KEAD2 KEAD3 KEAD4 KEAD5 KEAD6 KEAD7 T.KEAD
KEAD1 Pearson
Correlation 1 ,483** ,434** ,145 ,310** ,187* ,351** ,600**
Sig. (2-
tailed) ,000 ,000 ,079 ,000 ,023 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147
KEAD2 Pearson
Correlation ,483** 1 ,548** ,398** ,531** ,370** ,208* ,741**
Sig. (2-
tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,011 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147
KEAD3 Pearson
Correlation ,434** ,548** 1 ,434** ,449** ,245** ,336** ,697**
Sig. (2-
tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,003 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147
KEAD4 Pearson
Correlation ,145 ,398** ,434** 1 ,606** ,402** ,284** ,664**
Sig. (2-
tailed) ,079 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147
KEAD5 Pearson
Correlation ,310** ,531** ,449** ,606** 1 ,550** ,397** ,792**
Sig. (2-
tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147
KEAD6 Pearson
Correlation ,187* ,370** ,245** ,402** ,550** 1 ,508** ,707**
Sig. (2-
tailed) ,023 ,000 ,003 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147
KEAD7 Pearson
Correlation ,351** ,208* ,336** ,284** ,397** ,508** 1 ,625**
Sig. (2-
tailed) ,000 ,011 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147
T.KEAD Pearson
Correlation ,600** ,741** ,697** ,664** ,792** ,707** ,625** 1
Sig. (2-
tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
173
HASIL UJI VALIDITAS KETEPATAN PENGALOKASIAN PAJAK
Correlations
KPP1 KPP2 KPP3 KPP4 KPP5 KPP6 T.KPP
KPP1 Pearson Correlation 1 ,659** ,623** ,473** ,592** ,536** ,825**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147
KPP2 Pearson Correlation ,659** 1 ,546** ,574** ,592** ,431** ,803**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147
KPP3 Pearson Correlation ,623** ,546** 1 ,436** ,511** ,501** ,786**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147
KPP4 Pearson Correlation ,473** ,574** ,436** 1 ,560** ,429** ,731**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147
KPP5 Pearson Correlation ,592** ,592** ,511** ,560** 1 ,755** ,831**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147
KPP6 Pearson Correlation ,536** ,431** ,501** ,429** ,755** 1 ,756**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147
T.KPP Pearson Correlation ,825** ,803** ,786** ,731** ,831** ,756** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
174
HASIL UJI VALIDITAS TEKNOLOGI SISTEM PERPAJAKAN
Correlations
TSP1 TSP2 TSP3 TSP4 T.TSP
TSP1 Pearson Correlation 1 ,344** ,332** ,424** ,656**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147
TSP2 Pearson Correlation ,344** 1 ,690** ,670** ,850**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147
TSP3 Pearson Correlation ,332** ,690** 1 ,641** ,835**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147
TSP4 Pearson Correlation ,424** ,670** ,641** 1 ,852**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147
T.TSP Pearson Correlation ,656** ,850** ,835** ,852** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
175
HASIL UJI VALIDITAS TAX MORALE
Correlations
TM1 TM2 TM3 TM4 TM5 TM6 TM7 TM8 TM9 TM10 TM11 TM12 TM13 TM14 T.TM
TM1 Pearson Correlation 1 ,615** ,518** ,443** ,179* ,089 ,129 ,314** ,237** ,343** ,168* ,238** ,106 ,231** ,521**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,030 ,281 ,118 ,000 ,004 ,000 ,041 ,004 ,199 ,005 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM2 Pearson Correlation ,615** 1 ,618** ,343** ,077 ,048 ,089 ,394** ,306** ,340** ,137 ,230** ,144 ,269** ,524**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,353 ,565 ,285 ,000 ,000 ,000 ,098 ,005 ,083 ,001 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM3 Pearson Correlation ,518** ,618** 1 ,469** ,191* ,197* ,227** ,314** ,310** ,286** ,101 ,219** ,093 ,199* ,544**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,021 ,017 ,006 ,000 ,000 ,000 ,223 ,008 ,264 ,016 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM4 Pearson Correlation ,443** ,343** ,469** 1 ,179* ,214** ,238** ,253** ,311** ,354** ,167* ,208* ,246** ,306** ,553**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,030 ,009 ,004 ,002 ,000 ,000 ,043 ,011 ,003 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM5 Pearson Correlation ,179* ,077 ,191* ,179* 1 ,445** ,298** ,179* ,317** ,258** ,203* ,312** ,233** ,259** ,501**
Sig. (2-tailed) ,030 ,353 ,021 ,030 ,000 ,000 ,030 ,000 ,002 ,014 ,000 ,004 ,002 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM6 Pearson Correlation ,089 ,048 ,197* ,214** ,445** 1 ,629** ,284** ,442** ,338** ,155 ,269** ,355** ,275** ,577**
Sig. (2-tailed) ,281 ,565 ,017 ,009 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,061 ,001 ,000 ,001 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM7 Pearson Correlation ,129 ,089 ,227** ,238** ,298** ,629** 1 ,377** ,427** ,345** ,190* ,269** ,244** ,184* ,561**
Sig. (2-tailed) ,118 ,285 ,006 ,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,021 ,001 ,003 ,025 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM8 Pearson Correlation ,314** ,394** ,314** ,253** ,179* ,284** ,377** 1 ,736** ,317** ,217** ,271** ,225** ,308** ,627**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,002 ,030 ,000 ,000 ,000 ,000 ,008 ,001 ,006 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
176
TM9 Pearson Correlation ,237** ,306** ,310** ,311** ,317** ,442** ,427** ,736** 1 ,409** ,193* ,290** ,270** ,337** ,680**
Sig. (2-tailed) ,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,019 ,000 ,001 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM10 Pearson Correlation ,343** ,340** ,286** ,354** ,258** ,338** ,345** ,317** ,409** 1 ,339** ,292** ,354** ,393** ,651**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,002 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM11 Pearson Correlation ,168* ,137 ,101 ,167* ,203* ,155 ,190* ,217** ,193* ,339** 1 ,665** ,479** ,519** ,561**
Sig. (2-tailed) ,041 ,098 ,223 ,043 ,014 ,061 ,021 ,008 ,019 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM12 Pearson Correlation ,238** ,230** ,219** ,208* ,312** ,269** ,269** ,271** ,290** ,292** ,665** 1 ,599** ,650** ,677**
Sig. (2-tailed) ,004 ,005 ,008 ,011 ,000 ,001 ,001 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM13 Pearson Correlation ,106 ,144 ,093 ,246** ,233** ,355** ,244** ,225** ,270** ,354** ,479** ,599** 1 ,729** ,629**
Sig. (2-tailed) ,199 ,083 ,264 ,003 ,004 ,000 ,003 ,006 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TM14 Pearson Correlation ,231** ,269** ,199* ,306** ,259** ,275** ,184* ,308** ,337** ,393** ,519** ,650** ,729** 1 ,697**
Sig. (2-tailed) ,005 ,001 ,016 ,000 ,002 ,001 ,025 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
T.TM Pearson Correlation ,521** ,524** ,544** ,553** ,501** ,577** ,561** ,627** ,680** ,651** ,561** ,677** ,629** ,697** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
177
HASIL UJI VALIDITAS TAX EVASION
Correlations
TE1 TE2 TE3 TE4 TE5 TE6 TE7 TE8 TE9 TE10 TE11 TE12 T.TE
TE1 Pearson Correlation 1 ,581** ,388** ,334** ,364** ,474** ,442** ,331** ,191* ,142 ,190* ,103 ,540**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,021 ,087 ,021 ,213 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE2 Pearson Correlation ,581** 1 ,623** ,585** ,457** ,537** ,473** ,528** ,156 ,248** ,306** ,301** ,700**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,059 ,002 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE3 Pearson Correlation ,388** ,623** 1 ,693** ,575** ,741** ,605** ,496** ,171* ,228** ,235** ,225** ,715**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,038 ,006 ,004 ,006 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE4 Pearson Correlation ,334** ,585** ,693** 1 ,726** ,565** ,527** ,634** ,090 ,225** ,237** ,348** ,715**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,277 ,006 ,004 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE5 Pearson Correlation ,364** ,457** ,575** ,726** 1 ,573** ,591** ,718** ,164* ,263** ,263** ,183* ,715**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,047 ,001 ,001 ,027 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE6 Pearson Correlation ,474** ,537** ,741** ,565** ,573** 1 ,725** ,420** ,282** ,182* ,151 ,120 ,683**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,028 ,068 ,149 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE7 Pearson Correlation ,442** ,473** ,605** ,527** ,591** ,725** 1 ,537** ,174* ,141 ,233** ,125 ,651**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,035 ,089 ,005 ,132 ,000
178
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE8 Pearson Correlation ,331** ,528** ,496** ,634** ,718** ,420** ,537** 1 ,125 ,291** ,412** ,315** ,717**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,133 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE9 Pearson Correlation ,191* ,156 ,171* ,090 ,164* ,282** ,174* ,125 1 ,728** ,466** ,094 ,569**
Sig. (2-tailed) ,021 ,059 ,038 ,277 ,047 ,001 ,035 ,133 ,000 ,000 ,258 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE10 Pearson Correlation ,142 ,248** ,228** ,225** ,263** ,182* ,141 ,291** ,728** 1 ,677** ,262** ,666**
Sig. (2-tailed) ,087 ,002 ,006 ,006 ,001 ,028 ,089 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE11 Pearson Correlation ,190* ,306** ,235** ,237** ,263** ,151 ,233** ,412** ,466** ,677** 1 ,314** ,645**
Sig. (2-tailed) ,021 ,000 ,004 ,004 ,001 ,068 ,005 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
TE12 Pearson Correlation ,103 ,301** ,225** ,348** ,183* ,120 ,125 ,315** ,094 ,262** ,314** 1 ,419**
Sig. (2-tailed) ,213 ,000 ,006 ,000 ,027 ,149 ,132 ,000 ,258 ,001 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
T.TE Pearson Correlation ,540** ,700** ,715** ,715** ,715** ,683** ,651** ,717** ,569** ,666** ,645** ,419** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147 147
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
179
HASIL UJI RELIABILITAS KEMUNGKINAN TERDETEKSINYA
KECURANGAN
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 147 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 147 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,751 ,769 5
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KTK1 3,7347 ,96746 147
KTK2 4,0408 ,69121 147
KTK3 3,9728 ,66152 147
KTK4 3,7687 ,82817 147
KTK5 4,2109 ,82122 147
Inter-Item Correlation Matrix
KTK1 KTK2 KTK3 KTK4 KTK5
KTK1 1,000 ,395 ,374 ,367 ,226
KTK2 ,395 1,000 ,647 ,423 ,492
KTK3 ,374 ,647 1,000 ,426 ,351
KTK4 ,367 ,423 ,426 1,000 ,294
KTK5 ,226 ,492 ,351 ,294 1,000
180
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KTK1 15,9932 5,157 ,445 ,217 ,745
KTK2 15,6871 5,408 ,673 ,524 ,659
KTK3 15,7551 5,693 ,608 ,455 ,684
KTK4 15,9592 5,423 ,503 ,261 ,712
KTK5 15,5170 5,676 ,434 ,251 ,737
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
19,7279 8,049 2,83703 5
HASIL UJI RELIABILITAS KEADILAN PAJAK
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 147 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 147 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,810 ,817 7
181
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KEAD1 3,7755 ,87426 147
KEAD2 3,7687 ,91463 147
KEAD3 3,9932 ,78946 147
KEAD4 3,8912 ,77750 147
KEAD5 3,7619 ,78804 147
KEAD6 3,3469 1,10821 147
KEAD7 3,8231 ,71864 147
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KEAD1 22,5850 13,450 ,436 ,349 ,805
KEAD2 22,5918 12,257 ,612 ,493 ,773
KEAD3 22,3673 13,097 ,576 ,425 ,781
KEAD4 22,4694 13,360 ,536 ,422 ,788
KEAD5 22,5986 12,488 ,701 ,551 ,761
KEAD6 23,0136 11,781 ,526 ,437 ,796
KEAD7 22,5374 13,826 ,500 ,378 ,794
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
26,3605 17,013 4,12468 7
Inter-Item Correlation Matrix
KEAD1 KEAD2 KEAD3 KEAD4 KEAD5 KEAD6 KEAD7
KEAD1 1,000 ,483 ,434 ,145 ,310 ,187 ,351
KEAD2 ,483 1,000 ,548 ,398 ,531 ,370 ,208
KEAD3 ,434 ,548 1,000 ,434 ,449 ,245 ,336
KEAD4 ,145 ,398 ,434 1,000 ,606 ,402 ,284
KEAD5 ,310 ,531 ,449 ,606 1,000 ,550 ,397
KEAD6 ,187 ,370 ,245 ,402 ,550 1,000 ,508
KEAD7 ,351 ,208 ,336 ,284 ,397 ,508 1,000
182
HASIL UJI RELIABILITAS KETEPATAN PENGALOKASIAN PAJAK
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,875 ,879 6
Inter-Item Correlation Matrix
KPP1 KPP2 KPP3 KPP4 KPP5 KPP6
KPP1 1,000 ,659 ,623 ,473 ,592 ,536
KPP2 ,659 1,000 ,546 ,574 ,592 ,431
KPP3 ,623 ,546 1,000 ,436 ,511 ,501
KPP4 ,473 ,574 ,436 1,000 ,560 ,429
KPP5 ,592 ,592 ,511 ,560 1,000 ,755
KPP6 ,536 ,431 ,501 ,429 ,755 1,000
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 147 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 147 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KPP1 2,9456 ,97068 147
KPP2 2,7143 ,92899 147
KPP3 2,9932 1,14375 147
KPP4 2,4830 ,95339 147
KPP5 2,8231 ,84156 147
KPP6 2,9116 ,85948 147
183
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KPP1 13,9252 13,933 ,732 ,570 ,844
KPP2 14,1565 14,338 ,708 ,562 ,848
KPP3 13,8776 13,410 ,652 ,456 ,862
KPP4 14,3878 14,828 ,605 ,410 ,866
KPP5 14,0476 14,607 ,756 ,679 ,843
KPP6 13,9592 15,081 ,654 ,600 ,858
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
16,8707 20,182 4,49242 6
HASIL UJI RELIABILITAS TEKNOLOGI SISTEM PERPAJAKAN
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 147 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 147 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,810 ,811 4
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
TSP1 3,8571 ,79381 147
TSP2 3,4626 ,82156 147
TSP3 3,4218 ,80175 147
TSP4 3,4966 ,76188 147
184
Inter-Item Correlation Matrix
TSP1 TSP2 TSP3 TSP4
TSP1 1,000 ,344 ,332 ,424
TSP2 ,344 1,000 ,690 ,670
TSP3 ,332 ,690 1,000 ,641
TSP4 ,424 ,670 ,641 1,000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
TSP1 10,3810 4,429 ,414 ,188 ,857
TSP2 10,7755 3,573 ,707 ,565 ,722
TSP3 10,8163 3,685 ,687 ,535 ,733
TSP4 10,7415 3,727 ,726 ,540 ,716
HASIL UJI RELIABILITAS TAX MORALE
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 147 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 147 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,860 ,859 14
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
14,2381 6,443 2,53829 4
185
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
TM1 3,7959 ,59609 147
TM2 3,8639 ,61532 147
TM3 3,7483 ,72000 147
TM4 3,9524 ,71513 147
TM5 3,0680 ,77336 147
TM6 3,6599 ,74481 147
TM7 3,7415 ,73175 147
TM8 3,9456 ,81747 147
TM9 3,8367 ,82794 147
TM10 3,7415 ,84471 147
TM11 3,6871 ,79211 147
TM12 3,7007 ,82275 147
TM13 3,9116 ,79317 147
TM14 3,9592 ,83484 147
Inter-Item Correlation Matrix
TM1 TM2 TM3 TM4 TM5 TM6 TM7 TM8 TM9 TM10 TM11 TM12 TM13 TM14
TM1 1,000 ,615 ,518 ,443 ,179 ,089 ,129 ,314 ,237 ,343 ,168 ,238 ,106 ,231
TM2 ,615 1,000 ,618 ,343 ,077 ,048 ,089 ,394 ,306 ,340 ,137 ,230 ,144 ,269
TM3 ,518 ,618 1,000 ,469 ,191 ,197 ,227 ,314 ,310 ,286 ,101 ,219 ,093 ,199
TM4 ,443 ,343 ,469 1,000 ,179 ,214 ,238 ,253 ,311 ,354 ,167 ,208 ,246 ,306
TM5 ,179 ,077 ,191 ,179 1,000 ,445 ,298 ,179 ,317 ,258 ,203 ,312 ,233 ,259
TM6 ,089 ,048 ,197 ,214 ,445 1,000 ,629 ,284 ,442 ,338 ,155 ,269 ,355 ,275
TM7 ,129 ,089 ,227 ,238 ,298 ,629 1,000 ,377 ,427 ,345 ,190 ,269 ,244 ,184
TM8 ,314 ,394 ,314 ,253 ,179 ,284 ,377 1,000 ,736 ,317 ,217 ,271 ,225 ,308
TM9 ,237 ,306 ,310 ,311 ,317 ,442 ,427 ,736 1,000 ,409 ,193 ,290 ,270 ,337
TM10 ,343 ,340 ,286 ,354 ,258 ,338 ,345 ,317 ,409 1,000 ,339 ,292 ,354 ,393
TM11 ,168 ,137 ,101 ,167 ,203 ,155 ,190 ,217 ,193 ,339 1,000 ,665 ,479 ,519
TM12 ,238 ,230 ,219 ,208 ,312 ,269 ,269 ,271 ,290 ,292 ,665 1,000 ,599 ,650
TM13 ,106 ,144 ,093 ,246 ,233 ,355 ,244 ,225 ,270 ,354 ,479 ,599 1,000 ,729
TM14 ,231 ,269 ,199 ,306 ,259 ,275 ,184 ,308 ,337 ,393 ,519 ,650 ,729 1,000
186
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
TM1 48,8163 36,808 ,448 ,478 ,854
TM2 48,7483 36,683 ,448 ,562 ,854
TM3 48,8639 35,940 ,457 ,498 ,853
TM4 48,6599 35,884 ,468 ,350 ,853
TM5 49,5442 36,072 ,402 ,273 ,857
TM6 48,9524 35,498 ,490 ,530 ,852
TM7 48,8707 35,716 ,475 ,474 ,852
TM8 48,6667 34,553 ,539 ,600 ,849
TM9 48,7755 33,929 ,600 ,634 ,845
TM10 48,8707 34,127 ,564 ,375 ,847
TM11 48,9252 35,385 ,466 ,490 ,853
TM12 48,9116 33,999 ,597 ,621 ,845
TM13 48,7007 34,691 ,544 ,600 ,848
TM14 48,6531 33,708 ,619 ,642 ,844
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
52,6122 40,403 6,35637 14
HASIL UJI RELIABILITAS TAX EVASION
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 147 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 147 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,858 ,877 12
187
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
TE1 1,3741 ,61053 147
TE2 1,5102 ,65551 147
TE3 1,5578 ,67367 147
TE4 1,6122 ,71624 147
TE5 1,6190 ,67574 147
TE6 1,4490 ,55126 147
TE7 1,4014 ,50558 147
TE8 1,6190 ,74331 147
TE9 2,4150 1,12775 147
TE10 2,3537 1,07144 147
TE11 1,9388 ,90829 147
TE12 1,2517 ,55940 147
Inter-Item Correlation Matrix
TE1 TE2 TE3 TE4 TE5 TE6 TE7 TE8 TE9 TE10 TE11 TE12
TE1 1,000 ,581 ,388 ,334 ,364 ,474 ,442 ,331 ,191 ,142 ,190 ,103
TE2 ,581 1,000 ,623 ,585 ,457 ,537 ,473 ,528 ,156 ,248 ,306 ,301
TE3 ,388 ,623 1,000 ,693 ,575 ,741 ,605 ,496 ,171 ,228 ,235 ,225
TE4 ,334 ,585 ,693 1,000 ,726 ,565 ,527 ,634 ,090 ,225 ,237 ,348
TE5 ,364 ,457 ,575 ,726 1,000 ,573 ,591 ,718 ,164 ,263 ,263 ,183
TE6 ,474 ,537 ,741 ,565 ,573 1,000 ,725 ,420 ,282 ,182 ,151 ,120
TE7 ,442 ,473 ,605 ,527 ,591 ,725 1,000 ,537 ,174 ,141 ,233 ,125
TE8 ,331 ,528 ,496 ,634 ,718 ,420 ,537 1,000 ,125 ,291 ,412 ,315
TE9 ,191 ,156 ,171 ,090 ,164 ,282 ,174 ,125 1,000 ,728 ,466 ,094
TE1
0 ,142 ,248 ,228 ,225 ,263 ,182 ,141 ,291 ,728 1,000 ,677 ,262
TE1
1 ,190 ,306 ,235 ,237 ,263 ,151 ,233 ,412 ,466 ,677 1,000 ,314
TE1
2 ,103 ,301 ,225 ,348 ,183 ,120 ,125 ,315 ,094 ,262 ,314 1,000
188
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
TE1 18,7279 28,884 ,457 ,412 ,852
TE2 18,5918 27,476 ,633 ,598 ,841
TE3 18,5442 27,236 ,649 ,689 ,840
TE4 18,4898 26,950 ,645 ,692 ,839
TE5 18,4830 27,224 ,649 ,694 ,840
TE6 18,6531 28,283 ,626 ,725 ,844
TE7 18,7007 28,773 ,595 ,614 ,846
TE8 18,4830 26,758 ,643 ,640 ,839
TE9 17,6871 26,244 ,410 ,606 ,864
TE10 17,7483 25,299 ,539 ,705 ,850
TE11 18,1633 26,425 ,536 ,541 ,847
TE12 18,8503 29,909 ,333 ,230 ,858
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
20,1020 32,257 5,67949 12
189
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
Coefficient Correlationsa
Model T.TM T.TSP T.KPP T.KTK T.KEAD
1 Correlations T.TM 1,000 -,141 -,122 -,244 -,275
T.TSP -,141 1,000 -,107 ,128 -,115
T.KPP -,122 -,107 1,000 -,075 -,029
T.KTK -,244 ,128 -,075 1,000 -,379
T.KEA
D -,275 -,115 -,029 -,379 1,000
Covariances T.TM ,006 -,002 -,001 -,003 -,003
T.TSP -,002 ,030 -,002 ,004 -,002
T.KPP -,001 -,002 ,010 -,001 ,000
T.KTK -,003 ,004 -,001 ,032 -,008
T.KEA
D -,003 -,002 ,000 -,008 ,016
a. Dependent Variable: T.TE
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 44,109 4,433 9,950 ,000
T.KTK -,377 ,178 -,188 -2,114 ,036 ,707 1,415
T.KEAD -,262 ,125 -,190 -2,099 ,038 ,684 1,461
T.KPP -,016 ,098 -,013 -,164 ,870 ,938 1,066
T.TSP -,026 ,173 -,012 -,150 ,881 ,936 1,068
T.TM -,172 ,078 -,192 -2,191 ,030 ,731 1,369
a. Dependent Variable: T.TE
190
2. HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 71
Normal Parametersa,b Mean 2.0520
Std. Deviation .58113
Most Extreme Differences Absolute .124
Positive .075
Negative -.124
Kolmogorov-Smirnov Z 1.041
Asymp. Sig. (2-tailed) .228
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
191
3. HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 9,146 2,117 4,321 ,000
KTK -,106 ,085 -,122 -1,249 ,214
KEAD ,067 ,060 ,111 1,117 ,266
KPP -,041 ,047 -,074 -,869 ,386
TSP -,142 ,083 -,146 -1,715 ,088
TM -,033 ,038 -,084 -,870 ,386
a. Dependent Variable: AbsResi
192
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 T.TM, T.TSP,
T.KPP,
T.KTK,
T.KEADb
. Enter
a. Dependent Variable: T.TE
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,457a ,209 ,180 5,141
a. Predictors: (Constant), T.TM, T.TSP, T.KPP, T.KTK, T.KEAD
b. Dependent Variable: T.TE
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 982,226 5 196,445 7,431 ,000b
Residual 3727,243 141 26,434
Total 4709,469 146
a. Dependent Variable: T.TE
b. Predictors: (Constant), T.TM, T.TSP, T.KPP, T.KTK, T.KEAD
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 44,109 4,433 9,950 ,000
T.KTK -,377 ,178 -,188 -2,114 ,036
T.KEAD -,262 ,125 -,190 -2,099 ,038
T.KPP -,016 ,098 -,013 -,164 ,870
T.TSP -,026 ,173 -,012 -,150 ,881
T.TM -,172 ,078 -,192 -2,191 ,030
a. Dependent Variable: T.TE
193
194
195
196
197
198